4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
PENGARUH PERSEPSI ORANG TUA TENTANG KEINGINAN ANAK DAN ANAK SEBAGAI PEMENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN BELI ORANG TUA Sara Linawati Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana Eristia Lidia Paramita Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana
[email protected]
ABSTRACT Children are potential market because from the number of kids and spending, they are big and promising. They are also unique markets because they usually do not spend their own money but they have huge purchasing power through their parents. Children as an influencer have an important role because they do not have the ability to buy their own desires but they have the ability to direct their parents’ perceptions about the wishes of children and influence into buying whay they wanted. This study aimed to determine the effect of parents’ perceptions of the child and children as an influencer on the purchasing decisions of parents. The research method in this study is based on the implementation of quantitative survey research design which the data used were obtained by administering questionnaires. The sample used in this study were parents of children aged 5 – 11 years to 200 respondents. Judgemental sampling which falls into non probability sampling category is used to obtain information. The multiple regression analysis was used to analyze the data. The findings showed that parents’ perceptions of children wishes positive significantly influence the purchasing decisions of parents and children as influencer negative significantly influence the purchasing decisions of parents, also both parents’ perceptions of children wishes and children as influencer together have a significant influence on the purchasing decisions of parents. Keywords: children as influencer, parents’ perceptions of children wishes, parents purchasing decisions
PENDAHULUAN Anak-anak memiliki peran yang besar bagi para pemasar. Menurut McNeal dan Fi (2003) ada tiga jenis pasar anak yaitu pertama, seorang anak mampu untuk melakukan proses pembelian sendiri secara murni (primary market). Kedua, seorang anak juga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan beli orang tua dengan cara meminta, merengek, bahkan menangis (influencer market). Ketiga, penilaian anak mengenai sebuah produk atau jasa akan dibawanya hingga dewasa (future market). Jika dapat membangun loyalitas mereka, saat beranjak dewasa mereka akan tetap membeli produk tersebut.
634
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
Pengaruh anak dalam pembelian dan pemilihan produk yang signifikan terutama dalam permen, biskuit, dan obat-obatan, persediaan makanan, minuman, dan dokter akan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selain itu, pengeluaran total orang tua bagi anak-anak mereka dan tunjangan anak dari tahun ke tahun akan meningkat sekitar 70% (Paramita, 2009). Hal ini juga didukung oleh survei National Retail Federation (NRF) yang dilakukan oleh Big Research bertema Back To School tahun 2011 bahwa umumnya keluarga yang memiliki anak berumur 419 tahun menghabiskan pengeluarannya untuk pakaian, perlengkapan sekolah, dan elektronik rata-rata sebesar USD 603,63. Total pengeluaran untuk keperluan ini bisa mencapai USD 22,8 miliar (MResearch, 2012. Bujet Kembali Ke Sekolah AS Menurun.01 Juni 2014). Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah menyoroti inflasi yang terjadi dalam pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,31% pada bulan Juli tahun 2015. Hal ini disampaikan dengan rincian kursus atau pelatihan 2.26%, jasa pendidikan mengalami inflasi sebesar 0.22%, perlengkapan dan peralatan pendidikan 0.07%, olahraga 0.12%, dan untuk rekreasi relatif stabil dengan bulan Juni 2015 sebesar 0.08% (BPS Provinsi Jawa Tengah. 04 Agustus 2015). Dapat dilihat bahwa jumlah dan tingginya pengeluaran anak merupakan hal yang potensial bagi pasar dan mereka memiliki kekuatan daya beli yang tinggi yang ditopang oleh orang tuanya karena mereka tidak menghabiskan uang mereka sendiri (Yusuf, 2007). Menurut Suwandinata (2011), seorang anak dari keluarga dengan penghasilan tinggi memiliki pengaruh yang tinggi dalam proses pengambilan keputusan, dikarenakan orang tuanya mampu untuk memenuhi apa yang menjadi keinginan anaknya. Hal yang sama pun diungkapkan oleh Kumar (2012) bahwa seorang anak lebih berperan sebagai pemengaruh pada keluarga berpenghasilan tinggi. Akan tetapi keputusan pembelian orang tua dapat dipengaruhi oleh faktor parents belief atau keyakinan orang tua (Fetalvero, 2010). Orang tua sudah memiliki belief tentang suatu produk atau jasa, dimana mengarahkan orang tua untuk melakukan atau tidak melakukan keputusan pembelian.Sumarwan (2004) juga berpendapat bahwa konsumen yang memiliki pendidikan cenderung mencari informasi yang banyak sebelum melakukan pembelian. Dalam persaingan bisnis, banyak perusahaan yang bersaing untuk meningkatkan merek produk yang akan dipasarkan di masyarakat. Setiap merek produk akan bersaing menampilkan kemasan yang menarik dengan harga pasaran yang terjangkau sehingga konsumen dapat dengan mudah mengingat merek produk dari jenis tampilan kemasan dan harga yang dipasarkan. Karakter yang unik dapat menarik perhatian konsumen seperti anak-anak dalam memilih produk yang diinginkan.Memang seakan-akan fungsi mata, fungsi visi atau visual itu penting dalam gerak pikiran manusia. Berdasarkan hasil survei bulan Juni 2015 dari 30 responden orang tua di Desa Polosiri, sebanyak 56% responden memutuskan untuk membelikan anaknya produk baju anak, 27% responden memutuskan untuk membelikan anaknya produk tas anak, 10% responden memutuskan untuk membelikan anaknya produk mainan anak (jam tangan, mobil, robot), dan 7% responden sisanya memutuskan untuk membelikan anaknya produk meja kayu kecil. Kemudian dapat diketahui bahwa sebanyak 83% orang tua memiliki anak di rentang usia 5-11 tahun (output di lampiran 1).
635
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
Melihat hal tersebut, maka penulis memilih untuk lebih berfokus pada produk pakaian karakter kartun anak dengan responden orang tua yang memiliki anak usia 5 hingga 11 tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah juga menyoroti inflasi yang terjadi pada kelompok sandang anak mencapai 0,32% terbanyak pada bulan Juni 2015 (BPS Provinsi Jawa Tengah. 04 Agustus 2015). Pemilihan rentang usia 5-11 tahun dikarenakan usia tersebut masuk pada tahap perceptual dan analytical, dimana anak-anak mengandalkan panca indera dan hal abstrak seperti iklan, promosi, dan hal lain dalam mempertimbangkan keputusan mengkonsumsi (Limanjaya, 2013). Hal ini senada dengan pernyataan Urbick (2000) bahwa anak-anak di bawah usia 13 tahun masih mengandalkan panca inderanya dalam melihat sesuatu. Natadjaja (2002) juga menyatakan bahwa dengan mata itulah manusia mengukur suatu realita.Kemasan dan merek yang dilihat anak-anak adalah bagian visual yang menarik dan mudah dicerna otak.Berbeda dengan orang tua yang sudah lebih lengkap lagi dalam melihat suatu produk. Persepsi konsumen khususnya orang dewasa dan orang tua tehadap produk dapat membentuk sikap yang akan mempengaruhi keputusan untuk membeli atau tidaknya terhadap suatu produk. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Limanjaya (2013) dan Wibowo (2014) dimana penelitian ini mengambil semua variabel yang telah diteliti.Kedua penelitian sebelumnya mengambil responden yang berdomisili di Kota Salatiga, Jawa Tengah. Tujuan penulis mereplikasi penelitian ini adalah untuk melihat apakah variabel yang diteliti hasilnya sama apabila diterapkan dalam lingkup produk barang dan berbeda secara geografis yaitu di wilayah Desa Polosiri Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang, yang sekaligus merupakan tempat tinggal penulis. Pada penelitian yang dilakukan oleh Limanjaya (2013) disebutkan bahwa persepsi orang tua dan anak sebagai pemengaruh tidak mempengaruhi keputusan beli orang tua pada produk jasa, dengan mayoritas respondennya memiliki pendidikan akhir yang cukup tinggi dengan kelas ekonomi menengah ke atas. Adapun faktor lain yang mempengaruhi keputusan beli orang tua antara lain adalah group reference dan parents belief. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2014) dengan mayoritas respondennya memiliki pendidikan akhir yang cukup tinggi dengan kelas ekonomi menengah, disebutkan bahwa anak sebagai influencer dapat mempengaruhi keputusan beli orang tua, tetapi persepsi orang tua tentang keinginan anak tidak berpengaruh dikarenakan orang tua akan mengalokasikan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya jauh lebih penting, dalam hal ini adalah produk makanan cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC). Pada penelitian ini, penulis juga akan menggunakan dimensi yang sama yang digunakan oleh peneliti sebelumnya namun dengan responden yang berbeda wilayah dengan obyek produk pakaian karakter kartun anak. Dengan melihat latar belakang yang ada, maka peneliti ingin menganalisis pengaruh persepsi orang tua tentang keinginan anak dan anak sebagai pemengaruh terhadap keputusan beli orang tua dengan obyek produk pakaian anak di wilayah Desa Polosiri Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Adapun tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh persepsi orang tua tentang keinginan anak terhadap keputusan beli orang tua, menguji pengaruh peran anak sebagai pemengaruh terhadap keputusan beli orang tua, dan menguji pengaruh persepsi orang tua tentang keinginan anak dan peran anak sebagai pemengaruh terhadap keputusan beli orang tua.
636
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
PERSOALAN PENELITIAN Persoalan penelitian yang hendak dikaji adalah sebagai berikut : 1. 2. 3.
Apakah terdapat pengaruh persepsi orang tua tentang keinginan anak terhadap keputusan pembelian orang tua? Apakah terdapat pengaruh peran anak sebagai pemengaruh terhadap keputusan pembelian orang tua? Apakah terdapat pengaruh persepsi orang tua tentang keinginan anak dan peran anak sebagai pemengaruh terhadap keputusan pembelian orang tua?
TINJAUAN LITERATUR Perilaku Anak Skinner (1953) seorang ahli psikologis mengatakan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus (rangsangan dari luar).Notoadmojo (2003) menambahkan bahwa perilaku merupakan semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar.Perilaku anak merupakan respon atau reaksi anak terhadap stimulus dari luar yang dapat diamati secara langsung maupun tidak. Jika dilihat dari sisi psikologi perkembangan (Hurlock, 1980) seorang anak normal memiliki perkembangan perilaku sebagai berikut : 1.
2.
Anak usia 2-6 tahun Anak mulai belajar meniru sikap dan perilaku orang yang ia kagumi, ledakan amarah sering disertai dengan tindakan merusak benda-benda di sekitarnya, semakin hebat amarahnya semakin hebat tindakannya, anak mulai belajar untuk bekerja sama, bersamaan dengan meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak lain. Perilaku berkuasa atau merajai mulai tampak di usia 3 tahun seiring dengan bertambah banyaknya kesempatan untuk kontak sosial. Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang lain meningkat pada usia 4 tahun. Anak beranggapan bahwa perilaku nakal, perilaku mengganggu merupakan cara untuk memperoleh dukungan dari temanteman sebaya. Anak usia 7 tahun – seorang anak matang secara seksual Hurlock (1980) menyampaikan bahwa tibanya akhir masa kanak-kanak dapat diketahui secara tepat, tetapi secara tepat kapan periode ini berakhir tidak dapat diketahui secara pasti karena kematangan tiap individu tidak selalu terjadi di usia yang sama. Pada periode ini merupakan periode dimana emosi seorang anak meningkat, jika anak sakit atau lelah, ia cenderung cepat marah dan rewel. Pada masa ini keinginan anak untuk diterima sebagai anggota kelompok semakin kuat, merasa tidak puas bila tidak bersama dengan teman-temannya.
Perilaku Konsumen Anak
637
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
Suwandinata (2011) menyampaikan bahwa seorang anak pertama kali mengenal supermarket dan belajar menjadi konsumen dari keluarganya. Proses belajar tersebut disebut sebagai consumer socialization, dimana anak memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang relevan dengan fungsi mereka sebagai konsumen di pasar (John, 1999).Hal senada diungkapkan dalam penelitian Setiawati, Hartoyo dan Sukandar (2004) disampaikan bahwa perilaku konsumen anak tidak terlepas dari peran orang tua sebagai socialization agent untuk mengajar anaknya menjadi seorang konsumen yang rasional (consumer socialization). Djamaludin (1995) menyatakan bahwa gaya hidup, didikan orang tua dalam menghargai uang dan pola konsumtif yang ditanamkan orang tua pada anaknya lewat perilaku mereka sendiri, akan menjadikan perilaku konsumtif pada anak, karena anak akan meniru perilaku orang tua.
Tahap Perkembangan Anak Menjadi Konsumen Anak di usia yang berbeda memiliki persepsi dan perilaku konsumsi yang berbeda. McNeal (1993) menyatakan bahwa terdapat lima tahapan yang dilalui seorang anak dalam perkembangannya menjadi konsumen, antara lain : 1.
2.
3.
4.
5.
Observing Tahap ini merupakan interaksi pertama anak mengenal pasar, dimana biasanya ibu membawa anaknya berbelanja ke supermarket dan toko-toko.Di sanalah anak mulai melakukan kontak sensorik dengan lingkungan belanja. Make Request Anak-anak membuat permintaan dengan menunjuk, isyarat, bahkan membuat pernyataan kepada orang tua ketika melihat sesuatu pada saat berada di pertokoan. Making Selection Seorang anak mulai membuat pilihan saat ia mulai bisa berjalan. Mereka mengalami kontak fisik pertama kali sebagai konsumen dengan mengambil sebuah produk atau brosur dari rak di pertokoan. Assisted Purchases Pada tahap ini seorang anak semakin sering melihat orang tua dan orang lain melakukan transaksi dengan uang sebagai alat pertukaran barang. Hal tersebut memberi pemahaman bagi anak bahwa toko merupakan penyedia barang dan uang merupakan alat tukar. Making Independent Purchases Tahap terakhir adalah dimana seorang anak melakukan pembelian secara mandiri tanpa bantuan orang tua.
John (1999) dalam studinya mengenai consumer socialization lebih lanjut disampaikan bahwa perkembangan anak sebagai konsumen melewati tiga tahap, yaitu :Perceptual Stage (3-7 tahun), dimana ditandai dengan orientasi umum terhadap persepsi fitur pasar yang dapat diamati secara langsung. Analytical Stage (7-11 tahun), dimana anak-anak berubah secara kognitif dan sosial yang berisi pengembangan paling penting dalam hal pengetahuan dan keterampilan konsumen.Reflective Stage (11-
638
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
16 tahun), dimana anak-anak berkembang lebih jauh secara kognitif dan sosial serta mengetahui konsepkonsep pasar, seperti merek dan harga sehingga pada tahap ini menjadi lebih kompleks. North dan Kotze (2001) menyatakan bahwa terdapat kesesuaian antara tahapan consumer socialization yang diungkapkan oleh McNeal dan John. Tahap observing, make request dan making selection dari McNeal sesuai dengan perceptual stage dari studi yang dilakukan John. Pada tahap assisted purchased sesuai dengan analytical stage, dan making independent purchases sesuai dengan reflectivestage.
Anak Sebagai Pemengaruh Usaha yang dilakukan anak-anak untuk mempengaruhi orang tua atau orang di sekitar mereka yang dilakukan secara frontal dan berhasil (Nicholls and Cullen, 2004).Mikkelsen (2007) mendefinisikan influencer sebagai usaha aktif dan pasif untuk mencapai persetujuan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan beli orang tua sehingga mencapai hasil tertentu.Active influence disebut juga sebagai direct influence dimana seorang anak berinteraksi langsung dengan orang tua dengan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan (Kotler, 2012). Passive influence atauindirect influence merupakan bentuk perhatian atau kesadaran dari orang tua akan keinginan anak yang dipenuhi tanpa adanya interaksi langsung terlebih dahulu di antaranya (Mikkelsen, 2007). Anak-anak mempengaruhi keputusan pembelian dalam berbagai macam produk.Jensen (1995) melakukan penelitian pada tiga macam kategori produk yaitu kategori produk untuk anak-anak, produk untuk konsumsi keluarga, dan produk untuk orang dewasa.Ia menyatakan bahwa pengaruh anak tidak terbatas hanya pada produk dimana mereka terlibat sebagai pengguna saja. Lebih lanjut lagi dikatakan bahwa pada produk yang terkait dengan anak-anak (mainan, sereal dan snack), mereka akan menjadi pencari informasi, inisiator aktif, dan pembeli (Kaur dan Singh, 2006). Adapun keunikan lainnya, segmen ini merupakan influencer yang kuat bagi para orang tua.Karena mereka belum punya penghasilan sendiri, maka untuk pembelanjaan suatu produk mereka sangat bergantung pada saku orang tua.
Persepsi Orang Tua Tentang Keinginan Anak Persepsi merupakan sebagai proses bagaimana seseorang memilih, mengelola dan menafsirkan masuknya informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan (Kottler, 2012). Persepsi juga merupakan proses dimana individu memilih, mengelola dan menginterpretasi stimulus ke dalam sebuah gambaran yang jelas dan berarti (Schiffman dan Kanuk, 2007). Rancangan dalam penelitian ini mengacu pada keinginan anak sewaktu menginginkan sebuah produk barang maupun jasa, yang kemudian rangsangan tersebut membentuk persepsi dari orang tua mengenai keinginan anaknya yang membawa pengaruh terhadap keputusan beli orang tua.
639
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
Kaur dan Singh (2006) menyatakan bahwa anak belajar menjadi konsumen dengan mengamati perilaku dan meniru perilaku orang tuanya.Pada saat itu perlu bagi orang tua untuk mengatur perilaku anak dengan otoritasnya sebagai orang tua dan melakukan sosialisasi terhadap mereka.Dengan memberikan pemahaman singkat mengenai alasan-alasan mengapa orang tua menolak atau mengabulkan permintaan anak, maka orang tua sudah mendidik dan mensosialisasikan anaknya sebagai seorang konsumen.
Keputusan Beli Keputusan pembelian merupakan proses melakukan pemilihan beberapa alternatif pembelian yang tersedia (Schiffman, Kanuk, 2007).Biasanya keputusan pembelian konsumen itu dipengaruhi oleh perilaku konsumen dan minat beli konsumen tersebut. Definisi lain menyebutkan keputusan pembelian adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang konsumen untuk melakukan pembelian sebuah produk melalui proses pemilihan dari berbagai alternatif yang ada (Hartono, 2013). Kotler dan Keller (2009) mengemukakan bahwa proses pengambilan keputusan pembelian dibagi menjadi lima tahap yaitu : 1.
2.
3.
4. 5.
Pengenalan masalah kebutuhan Konsumen mulai menyadari adanya masalah kebutuhan.Kebutuhan seseorang dapat disebabkan oleh rangsangan internal dalam kebutuhan normal seseorang hingga tingkat tertentu yang berubah menjadi suatu dorongan. Pencarian informasi Konsumen yang mulai timbul minatnya dalam membeli akan terdorong untuk mencari berbagai informasi. Evaluasi alternatif Konsumen mulai membentuk preferensi terhadap merek-merek yang terdapat pada berbagai pilihan. Keputusan pembelian Konsumen akan memutuskan membeli dengan membentuk tujuan kenapa membeli merek tersebut. Perilaku pasca pembelian Setelah membeli seorang konsumen akan mendeteksi atau mengecek produk tersebut apakah ada bentuk yang cacat atau tidak. Jika konsumen merasa puas maka konsumen akan memperlihatkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli produk tersebut atau tidak.
Kaitan Antar Konsep Santoso (2008) menyatakan bahwa persepsi orang tua merupakan proses penerimaan stimulus oleh orang tua dari anaknya, yang pada akhirnya membentuk gambaran tentang kebutuhan anak yang telah terarah ke obyek tertentu yang mungkin dapat memuaskan kebutuhan anak. Meningkatnya penghasilan keluarga akan membawa perubahan gaya hidup (lifestyle) dalam keluarga tersebut. Perubahan gaya hidup tersebut mendorong anak untuk memasuki dunia yang lebih dewasa dari yang seharusnya belum mereka alami. Berbeda dengan gaya hidup anak pada generasi sebelumnya, kini telah mengkonsumsi videogames, 640
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
televisi, dan media lainnya. Seiring dengan meningkatnya ekonomi keluarga dan perubahan gaya hidup (lifestyle), maka kebutuhan konsumsi dalam keluarga akan meningkat pula. Oleh sebab itu, orang tua akan semakin memperhatikan keinginan dan kebutuhan anaknya. Orang tua memperhatikan anaknya dengan memperhatikan tingkah laku anak, yang pada akhirnya hal tersebut akan menjadi stimulus bagi orang tua. Pada saat anak menginginkan sebuah produk maupun jasa, mereka akan memberikan stimulus dengan cara mereka meminta, merengek, merajuk, bahkan menangis. Reaksi akibat stimulus tersebut membentuk persepsi dari orang tua mengenai keinginan anaknya serta akan mengarahkan orang tua pada objek yang diinginkan oleh anak. Haryanto (2008) menyampaikan bahwa sewaktu anak memiliki keinginan untuk membeli sebuah produk mereka akan menggunakan influence power mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Keinginan yang terpenuhi tersebut akan tersimpan sebagai pengalaman yang menyenangkan. Hal tersebut kemudian ditangkap oleh orang tua dan membentuk persepsi orang tua tentang keinginan anaknya. Dari penjelasan di atas maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut : H1 : Persepsi orang tua tentang keinginan anak berpengaruh terhadap keputusan beli orang tua.
Fenomena yang timbul sekarang ini adalah bahwa kedua orang tua dalam keluarga bersama-sama bekerja sebagai tuntutan ekonomi keluarga dan bukti tanggung jawab orang tua, sehingga orang tua tidak memiliki waktu yang cukup untuk anak mereka. Penelitian menunjukkan bahwa 2/3 anak berusia 6-14 tahun memasak untuk dirinya sendiri 1-5 kali dalam seminggu dan 49% dari mereka juga membeli bahan makanan atau berpartisipasi dalam kegiatan belanja keluarga (Wibowo, 2014). Anak terdorong menjadi konsumen sedini mungkin dikarenakan meningkatnya ketidakhadiran orang tua yang bekerja. Salah satu pendorong semakin kuatnya pengaruh anak dalam keputusan beli orang tua adalah karena faktor perasaan bersalah orang tua dikarenakan meninggalkan anaknya di rumah. Maka dari itu, sebagai bentuk timbal balik dari perasaan bersalah tersebut maka orang tua cenderung memanjakan anak dengan menuruti apa yang diinginkan anaknya sewaktu melakukan pembelian (anak sebagai influencer). Santoso (2008) juga menyatakan bahwa hal tersebut mengakibatkan kecenderungan anak sebagai pemengaruh dalam keputusan beli orang tuanya. Berdasarkan kaitan nalar antar konsep di atas diperoleh hipotesis : H2 : Anak sebagai pemengaruh berpengaruh terhadap keputusan beli orang tua. Model Penelitian Berdasarkan hasil telaah pustaka dan pengembangan proposisi yang sebelumnya maka dapat dibuat sebuah model untuk menjawab penelitian sebagai berikut :
641
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
Persepsi Orang Tua tentang Keinginan Anak
H1
Keputusan Beli Orang Tua
H2 Anak Sebagai Pemengaruh
Gambar 1 . Model Penelitian Sumber : Penelitian Wibowo (2014)
METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menunjuk pada prosedur dan cara yang digunakan untuk mengumpulkan serta menganalisis data (Supramono dan Haryanto, 2005). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok (Singarimbun dan Efendi, 1995). Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah orang tua yang berdomisili di Desa Polosiri Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Jumlah pengamatan (ukuran sampel) paling sedikit harus empat atau lima kali jumlah item variabel (Malhotra, 2004) sehingga sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 200 responden. Metode sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan teknik judgement sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria berupa suatu pertimbangan tertentu (Jogiyanto, 2008) yang diharapkan memiliki informasi akurat (Supramono & 642
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
Haryanto, 2005), yaitu responden di Desa Polosiri yang memiliki anak usia 5-11 tahun dan pernah membeli produk pakaian berkarakter kartun anak. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Di dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer.Dalam hal ini, data primer dapat diperoleh melalui pembagian kuesioner kepada responden yang terpilih sebagai sampel. Sedangkan metode pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 200 responden yang nantinya dijadikan sebagai sampel. Teknik Analisis Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran atau deskriptif atas data yang dikumpulkan dalam penelitian (Ferdinand, 2006).Ukuran yang digunakan adalah rata-rata hitung, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum dari pengukuran variabel keputusan beli orang tua, anak sebagai pemengaruh, dan persepsi orang tua tentang keinginan anaknya. Uji Model Penelitian ini menggunakan regresi parsial (partial regression) dan regresi berganda (multiple regression). Analisis regresi parsial digunakan dengan maksud untuk mencari pengaruhmurni yang terlepas dari pengaruh-pengaruh variabel lain dananalisis multiple regression dimaksudkan untuk menguji pengaruhseluruh variabel bebas terhadap variabel gayut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel 2 . Karakteristik Responden Aktual NO
KATEGORI
1.
Jenis Kelamin
2.
Usia
SUB KATEGORI
F
%
Pria
120
60
Wanita
80
40
20 – 30 tahun
49
24.5
31 – 40 tahun
73
36.5
41 – 50 tahun
38
19
51 – 60 tahun
40
20
643
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
3.
4.
5.
6.
7.
Pendidikan akhir
Pekerjaan
Penghasilan
SD
38
19
SMP
49
24.5
SMA
87
43.5
D3
14
7
S1
12
6
Ibu rumah tangga
9
4.5
Buruh
13
6.5
Sopir
12
6
Karyawan negri/perangkat desa
12
6
Karyawan swasta
14
7
Petani
23
11.5
Wiraswasta
25
12.5
Peternak
34
17
Karyawan/wati pabrik
58
29
≤ Rp 1.000.000
33
16.5
Rp 1.000.001 – Rp 3.000.000
94
47
Rp 3.000.001 – Rp 5.000.000
29
14.5
> Rp 5.000.001
44
22
1
76
38
2
88
44
3
32
16
>3
4
2
< 3 kali
100
50
Jumlah anak
Frekuensi pembelian dalam satu bulan
644
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
3 – 5 kali
64
32
> 5 kali
36
18
Sumber : Data Primer Diolah 2015 Dari 200 responden orang tua yang diteliti di Desa Polosiri Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang terdapat 60% pria dan 40% wanita. Dari segi usia dapat dilihat bahwa responden terbesar berusia 31 - 40 tahun dengan jumlah 36,5% dari total 200 responden. Berdasarkan pendidikan akhir responden, tampak bahwa paling banyak responden berpendidikan akhir SMA sebesar 43,5%. Kemudian berdasarkan pekerjaan yang dimiliki, sebanyak 29% responden merupakan karyawan pabrik.Dilihat dari penghasilan responden, 47% responden terbanyak memiliki pendapatan sebesar Rp 1.000.001 – Rp 3.000.000 setiap bulannya.Berdasarkan jumlah anak yang dimiliki dalam satu keluarga, 44% responden memiliki 2 orang anak. Dan terakhir, dilihat dari frekuensi pembelian pakaian karakter kartun anak dalam satu bulan, sebanyak 50% responden melakukan pembelian kurang dari 3 kali dalam satu bulan. Hasil Uji Kualitas Data Penelitian Aktual dan Uji Asumsi Klasik Pengujian kualitas data adalah dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas data untuk mengetahui akurasi dan konsistensi data yang telah terkumpul. Pada penelitian aktual ini, semua indikator dari tiga variabel dinyatakan valid karena nilai corrected item total correlation lebih besar dari nilai r tabel 0,138 dan dinyatakan reliabel karena nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6 (Hair et al, 2010). Pengujian asumsi klasik telah dilakukan dan sudah lolos uji. Hasil Uji Hipotesis Berikut merupakan hasil uji regresi yang dilakukan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas (independen) secara sendiri-sendiri (parsial) terhadap variabel terikat (dependen). Tabel 4 . Hasil Analisis Regresi Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1
(Constant)
B
Std. Error
7.316
1.542
645
Standardize d Coefficient s
Beta
t
Sig.
4.744 .000
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
Persepsi Orang Tua Tentang Keinginan .795 Anak
.085
.595
9.390 .000
Anak Sebagai Pemengaruh
.080
-.143
-2.260 .025
-.180
a. Dependent Variable : Keputusan Beli Orang Tua Sumber : Data Primer Diolah 2015 Dari hasil analisis regresi di atas maka dapat dijelaskan bahwa persepsi orang tua tentang keinginan anak memiliki koefisien regresi sebesar 0,795 dengan t hitung sebesar 9,390 atau tingkat signifikansi 0,000 (lebih kecil dari batas toleransi 0,05). Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa persepsi orang tua tentang keinginan anak berpengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan beli orang tua.Hal ini berarti hipotesis 1 yang menyatakan bahwa persepsi orang tua tentang keinginan anak berpengaruh signifikan terhadap keputusan beli orang tua dapat diterima. Juga dapat dijelaskan bahwa anak sebagai pemengaruh memiliki koefisien regresi sebesar –0,180 dengan t hitung sebesar –2,260 atau tingkat signifikansi 0,025 (lebih kecil dari batas toleransi 0,05). Hasil uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa peran anak sebagai pemengaruh berpengaruh signifikan dan negatif terhadap keputusan beli orang tua.Hal ini berarti hipotesis 2 yang menyatakan bahwa peran anak sebagai pemengaruh berpengaruh signifikan terhadap keputusan beli orang tua tidak diterima atau ditolak. Analisa Model Berikut merupakan hasil uji model atau uji serentak yang dilakukan untuk melihat pengaruh dari semua variabel bebas secara besama-sama terhadap variabel terikat. Tabel 5 . Uji Model ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
820.540
2
410.270
44.816
.000a
Residual
1803.455
197
9.155
Total
2623.995
199
646
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
820.540
2
410.270
44.816
.000a
Residual
1803.455
197
9.155
Total
2623.995
199
a. Predictors : (Constant), Anak Sebagai Pemengaruh, Persepsi Orang Tua Tentang Keinginan Anak b. Dependent Variable : Keputusan Beli Orang Tua Sumber : Data Primer Diolah (2015) Dari tabel di atas didapat nilai F sebesar 44,816 dengan tingkat signifikansi 0,000 (lebih kecil dari batas toleransi 0,05). Hasil uji model tersebut menunjukkan bahwa persepsi orang tua tentang keinginan anak dan anak sebagai pemengaruh secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan beli orang tua. Tabel 6 . Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.559a
.313
.306
3.02566
a. Predictors : (Constant), Anak Sebagai Pemengaruh, Persepsi Orang Tua tentang Keinginan Anak b. Dependent Variable : Keputusan Beli Orang Tua
647
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
Sumber : Data Primer Diolah (2015) Dari tampilan hasil di atas, menunjukkan baik atau tidaknya model regresi yang digunakan, dimana semakin besar nilai Adjusted R Square maka semakin baik model regresinya. Model penelitian ini dikatakan baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai Adjusted R square sebesar 0,306 yang artinya keputusan beli orang tua dapat dijelaskan oleh dua variabel independen, yaitu persepsi orang tua tentang keinginan anak dan anak sebagai pemengaruh sebesar 30,6%. Sedangkan sisanya (100% - 30,6% = 69,4%) dijelaskan oleh variabel lain.
PEMBAHASAN Pengaruh Persepsi Orang Tua Tentang Keinginan Anak Terhadap Keputusan Beli Orang Tua Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa persepsi orang tua tentang keinginan anak terhadap keputusan beli orang tua berpengaruh secara signikan dan positif terhadap keputusan beli orang tua yang dibuktikan sesuai dengan tabel 4 dimana persepsi orang tua tentang keinginan anak memiliki koefisien regresi sebesar 0,795 dengan t hitung sebesar 9,390 atau tingkat signifikansi 0,000 yang kurang dari α (0,05). Hal ini tidak sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wibowo (2014) yang menyebutkan bahwa persepsi orang tua tentang keinginan anak tidak berpengaruh terhadap keputusan beli orang tua pada produk makanan cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC). Sebanyak 47% responden terbanyak memiliki pendapatan keluarga setiap bulannya sebesar Rp 1.000.000 - Rp 3.000.000, yang berarti mayoritas responden berpenghasilan menengah, artinya orang tua mampu untuk memenuhi apa yang yang menjadi keinginan anaknya. Bila dicocokkan dengan usia responden yang lebih didominasi umur 31 - 40 tahun maka benar adanya bahwa usia orang tua turut mendukung pengaruh keputusan beli orang tua karena terpusat pada usia produktif dimana anak mereka kebanyakan berusia 5-11 tahun. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, sebanyak 43,5% responden berpendidikan akhir SMA diikuti 24,5% SMP. Artinya, keterlibatan orang tua dalam mencari informasi suatu produk belum sepenuhnya baik, sehingga cenderung lebih cepat dalam mengambil keputusan pembelian. Hal ini mendukung pernyataan dari Sumarwan (2004) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka akan cenderung lebih selektif dalam mencari informasi produk sebelum melakukan pembelian dan sebaliknya. Selain dilihat dari karakteristik responden, pengaruh persepsi orang tua keinginan anak dapat juga dilihat dari deskriptif tiap indikatornya. Dapat dilihat pada tabel 3 apabila dirata-rata hampir semua indikator memiliki nilai di atas 3,05yang masuk pada kategori netral dan hanya satu indikator yang memiliki nilai di bawah rata-rata yaitu indikator kedua sebesar 2,42 mengenai “saya selalu mengerti apa yang diinginkan oleh anak saya” dan dilihat dari sebaran jawaban responden untuk indikator tersebut jawaban tidak setuju lebih mendominasi daripada jawaban setuju. Dilihat dari statistik deskriptif, indikator yang memiliki nilai rata-rata tertinggi pada variabel persepsi orang tua tentang keinginan anak adalah indikator keempat sebesar 3,48 mengenai “ketika anak saya menceritakan tentang pakaian karakter kartun, saya mengerti bahwa anak saya menginginkannya” 648
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
dan indikator yang memiliki nilai rata-rata tertinggi kedua adalah indikator ketiga sebesar 3,20 mengenai “ketika saya mendengar anak saya meminta dibelikan pakaian karakter kartun, saya mengerti bahwa pakaian karakter kartun itu yang diinginkannya”. Hal ini membuktikan bahwa rata-rata sebagian orang tua setuju bahwa persepsi orang tua dapat terbentuk melalui cerita produk yang diceritakan oleh anak mengenai keinginan anaknya. Pengaruh Anak Sebagai Pemengaruh Terhadap Keputusan Beli Orang Tua Peran anak sebagai pemengaruh merupakan salah satu faktor dari proses keputusan beli orang tua. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa peran anak sebagai pemengaruh berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap keputusan beli orang tua yang dibuktikan sesuai dengan tabel 4 dimana peran anak sebagai pemengaruh memiliki koefisien regresi sebesar –0,180 dengan t hitung sebesar –2,260 atau tingkat signifikansi 0,025 yang kurang dari α (0,05). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wibowo (2014) bahwa peran anak sebagai influencer berpengaruh signifikan terhadap keputusan beli orang tua pada produk makanan cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC). Dilihat dari karakteristik responden, 29% orang tua terbanyak bekerja sebagai karyawan pabrik yang berarti kurangnya alokasi waktu merawat anak, sehingga tanpa usaha aktif dari anaknya pun orang tua akan langsung menyetujui permintaan anak untuk menyenangkan dan memanjakan anaknya. Selain itu, sebesar 50% responden melakukan pembelian produk pakaian anak di bawah tiga kali dalam satu bulan.Bila dicocokkan dengan jumlah anak yang dimiliki maka terbukti benar adanya karena sebesar 44% responden memiliki dua orang anak dalam keluarga.Semakin besar penghasilan, semakin tinggi pula pengaruh anak dalam pengambilan keputusan dan sebaliknya (Suwandinata, 2011).Dengan keadaan ekonomi yang menengah dan jumlah anak lebih dari satu dalam keluarga, maka memungkinkan orang tua tidak melakukan pembelian produk walaupun anak sudah berusaha aktif untuk mempengaruhi orang tuanya. Pengaruh peran anak sebagai pemengaruh dapat juga dilihat dari deskriptif tiap indikatornya. Dapat dilihat pada tabel 3 apabila dirata-rata hampir semua indikator memiliki nilai di atas 3,91yang masuk pada kategori setuju. Berdasarkan sebaran jawaban responden untuk indikator kelima mengenai “ketika anak benar-benar menginginkan pakaian karakter kartun, ia akan meminta dengan menangis” dan indikator keenam mengenai “ketika anak meminta dengan mengasihani diri sendiri, ia benar-benar menginginkannya”, jawaban setuju lebih mendominasi daripada jawaban tidak setuju, walaupun dua indikator ini memiliki nilai di bawah rata-rata yaitu sebesar 3,60 dan 3,52. Dilihat dari statistik deskriptif, indikator yang memiliki nilai rata-rata tertinggi pada variabel anak sebagai pemengaruh adalah indikator keempat sebesar 4,29 mengenai “ketika anak benar-benar menginginkan pakaian karakter kartun, ia akan meminta dengan merengek” dan indikator yang memiliki nilai rata-rata tertinggi kedua sebesar 4,13 adalah indikator kedua mengenai “anak akan melakukan negosiasi ketika benar-benar menginginkan pakaian karakter kartun”. Rata-rata responden menyatakan setuju bahwa anak-anak akan melakukan usaha aktif dalam hal meminta produk yang benar-benar diinginkan dengan merengek dan bernegosiasi agar mendapat persetujuan orang tua. Namun usaha anak-anak tersebut belum tentu membawa pengaruh terhadap 649
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
keputusan beli orang tua. Dengan kata lain, hipotesis kedua ini tidak terbukti atau ditolak, diduga karena adanya faktor lain yaitu belief dari orang tua mengenai suatu produk. Belief merupakan pemikiran yang dipegang oleh seseorang mengenai suatu hal, yang biasanya berdasarkan pada pengetahuan, opini atau keyakinan yang di dalamnya mungkin terdapat unsur emosi (Kottler, 2012).Diduga orang tua sudah memiliki belief mengenai produk pakaian karakter kartun anak, dimana belief tersebut mengarahkan orang tua untuk melakukan maupun tidak melakukan keputusan pembelian. Pengaruh Persepsi Orang Tua Tentang Keinginan Anak dan Anak Sebagai Pemengaruh Terhadap Keputusan Beli Orang Tua Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa persepsi orang tua tentang keinginan anak dan peran anak sebagai pemengaruh secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan beli orang tua yang dibuktikan sesuai dengan tabel 5 dimana nilai F pada uji model regresi sebesar 44,816 dan tingkat signifikansi 0,000 yang kurang dari α (0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wibowo (2014). Tabel 7 . Tahap Perkembangan Usia Anak Menjadi Konsumen Tahap Usia Anak
Tahap Perkembangan Anak Menjadi Konsumen
Anak mulai mengamati produk pakaian karakter kartun yang diinginkan bersama orang tua. (Observing)
3 – 7 tahun
Anak membuat permintaan produk pakaian karakter kartun Perceptual yang diinginkan kepada orang tua. Stage (Make a request) Anak membuat pilihan produk pakaian karakter kartun yang diinginkan kepada orang tua. (Making Selection)
7 – tahun
11 Analytical Stage
Anak melakukan pembelian produk pakaian karakter kartun dengan dibantu oleh orang tua. (Assisted Purchased)
650
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
11 – tahun
16 Reflective Stage
Anak mulai melakukan pembelian produk pakaian karakter kartun sendiri tanpa dibantu oleh orang tua. (Making independent purchases)
Sumber : Penelitian Limanjaya (2013) Tabel di atas menunjukkan usia anak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian orang tua. Anak akan berkembang menjadi seorang konsumen dengan tahapan-tahapan yang bisa dilihat pada usianya. Namun, pada penelitian ini, usia 5 hingga 11 tahun lebih dominan dalam mempengaruhi keputusan beli orang tua. Pada usia 5-6 tahun, anak-anak mulai bersekolah di bangku taman kanak. Usia 7-11 tahun, anak-anak mulai bersekolah di bangku sekolah dasar. Maka dari itu, anakanak berkembang secara sosial lewat pengaruh teman sebayanya. Mereka mulai mengamati apa yang temannya pakai dan membuat permintaan yang sama pada orang tuanya. Terkadang pembelian dilakukan secara impulsif pada saat orang tua berbelanja dengan anaknya, namun terkadang orang tua sudah mengerti keinginan anaknya sehingga langsung membelikan produk yang diinginkan.Fakta ini mendukung bahwa persepsi orang tua tentang keinginan anak dan anak sebagai pemengaruh berpengaruh signifikan terhadap keputusan beli orang tua. Berdasarkan karakteristik responden, 60% responden terbanyak adalah pria, dimana pada penelitian ini lebih cepat menyetujui keinginan anaknya dan memutuskan pembelian.Salah satu responden pria dari orang tua anak tersebut menyatakan “Biasanya abis gajian saya ajak anak ke Toko Lestari buat pilih baju sendiri. Yang penting muat dipake, nanti saya tinggal bayar aja.”Kemudian ada juga yang menyatakan, “Wah gambare manut anak aja yang penting anak suka.Wong ya sebulan sekali belum tentu mintak beli baju.” Hal ini berbeda dengan pernyataan beberapa responden wanita yang berkata, “Nek anakku udah liat sing gambare frozen langsung ngejret emoh laine.”Selain itu, “Tak temeni milih-milih baju sek.Gambare manut anake tapi hargane manut simboke”.Hal ini juga dinyatakan oleh pernyataan beberapa anak yang peneliti wawancarai secara langsung, “Aku sukae baju rok sing ada gambare sofia. Tapi ibuk ki milihke senenge sing bajue setelan. Padahal gambare masha.”Kemudian ada juga yang menyatakan, “Seneng beli baju sama bapak timbang sama ibuk soale langsung dibelike.Ibuk ki harus ngerayu sek gek dibelike.” Keputusan pembelian akan cepat terlaksana apabila muncul persepsi positif mengenai produk yang hendak dibeli (Schiffman dan Kanuk, 2007). Hal tersebut didukung oleh fakta bahwa mayoritas responden berada pada usia produktif sehingga memiliki pendapatan untuk konsumsi keluarga. Hal ini juga diperkuat berdasarkan keterlibatan orang tua pria akan suatu produk yang rendah daripada orang tua wanita. Oleh karena itu, orang tua pria akan cenderung lebih cepat dalam memenuhi permintaan anaknya ketika meminta suatu produk. Selain dilihat dari karakteristik responden, keputusan beli orang tua dapat juga dilihat dari deskriptif tiap indikatornya. Dapat dilihat pada tabel 3 apabila dirata-rata hampir semua indikator memiliki nilai di atas 3,37yang masuk pada kategori setuju dan hanya ada satu indikator yang memiliki nilai di bawah rata-rata yaitu indikator keempat sebesar 2,85 mengenai “saya akan mencari alternatif pilihan dari pakaian karakter kartun yang diinginkan anak saya dan membeli alternatif produk 651
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
tersebut”.Kemudian dilihat dari sebaran jawaban responden untuk indikator tersebut, jawaban tidak setuju lebih mendominasi daripada jawaban setuju. Dilihat dari statistik deskriptif, indikator yang memiliki nilai rata-rata tertinggi pada variabel keputusan beli orang tua adalah indikator ketiga sebesar 3,63 mengenai “saya setuju dan yakin bahwa keputusan yang mereka ambil pasti akan memuaskan keinginan anaknya.” Diikuti indikator pertama sebesar 3,53 mengenai “keputusan yang saya ambil merupakan apa yang menjadi keinginan anak.” Hal ini membuktikan bahwa rata-rata sebagian orang tua setuju bahwa apa yang menjadi keputusan pembelian orang tua adalah apa yang menjadi keinginan anaknya dan pasti akan memuaskan keinginan anaknya.
PENUTUP KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. 2. 3.
Persepsi orang tua tentang keinginan anak berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap keputusan beli orang tua. Anak sebagai pemengaruh berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap keputusan beli orang tua. Persepsi orang tua tentang keinginan anak dan anak sebagai pemengaruh secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan beli orang tua.
Implikasi Teoritis Penelitian ini menemukan bahwa persepsi orang tua tentang keinginan anak berpengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan beli orang tua dikarenakan usia orang tua yang produktif ditambah keterlibatan orang tua yang rendah dikarenakan tingkat pendidikan orang tua yang menengah sehingga lebih cepat dalam mengambil keputusan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Wibowo (2014) yang menyatakan bahwa orang tua akan mengalokasi pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang sifatnya lebih penting daripada Kentucky Fried Chicken (KFC) yang dianggap sebagai kebutuhan tersier. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa anak sebagai pemengaruh berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap keputusan beli orang tua. Orang tua setuju bahwa anak akan melakukan usaha aktif dalam meminta produk yang benar-benar diinginkan namun belum tentu dapat menpengaruhi keputusan beli orang tua dikarenakan keadaan ekonomi yang menengah dengan jumlah anak lebih dari satu dalam keluarga. Selain itu, faktor belief orang tua juga dapat menjadi pertimbangan yang membawa pengaruh terhadap keputusan beli orang tua.Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Wibowo (2014) yang menyatakan bahwa jumlah waktu yang diberikan orang tua untuk anaknya menjadi aspek penting yang menentukan semakin berpengaruh atau tidaknya anak dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini juga menemukan bahwa persepsi orang tua tentang keinginan anak dan anak sebagai pemengaruh berpengaruh signifikan terhadap keputusan beli orang tua. Hal ini sejalan dengan penelitian 652
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
sebelumnya yang dilakukan oleh Wibowo (2014) yang menyatakan ketika persepsi orang tua positif akan keinginan anak dan anak berusaha aktif untuk mempengaruhi orang tuanya, maka orang tua akan cenderung menyetujui keputusan pembelian produk sesuai keinginan anaknya. Implikasi Terapan Melihat hasil penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa anak mempunyai pengaruh bagi pengambilan keputusan beli orang tua, sehingga dapat menjadi acuan untuk para produsen maupun pasar dalam membuat segmen pasar.Dengan dibuat produk-produk yang dapat menarik perhatian bagi anak, dapat menjadikan anak tidak hanya sebagai influencer market namun juga future market.Hal ini bertujuan agar produk tersebut diingat anak sepanjang masa bahkan diturunkan ke generasi berikutnya sehingga dapat meningkatkan loyalitas konsumen. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu obyek penelitian ini bersifat netral, dimana pandangan orang tua akan keinginan anak pada produk pakaian karakter kartun adalah baik yang merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi bagi keluarga. Saran Berkaitan dengan keterbatasan penelitian ini dan masih mungkin dikembangkan pada penelitian mendatang, maka dapat disarankan dengan memilih obyek penelitian yang memiliki sisi positif dan negatif dari pandangan orang tua dan anak, misalnya produk mie instan.Dimana baik bagi anak belum tentu baik bagi orang tua.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. (2015). Berita Resmi Statistik Juni 2015 Jawa Tengah. Tersedia :http://jateng.bps.go.id/Brs/view/id/68[04 Agustus 2015]. Badan Pusat Statistik. (2015). Berita Resmi Statistik Juli 2015 Jawa Tengah. Tersedia : http://jateng.bps.go.id/Brs/view/id/69[04 Agustus 2015]. Djamaludin Anchok. (1995). Nuansa Psikologi Pembangunan.Yogyakarta Pustaka Pelajar. Ferdinand, Augusty (2006) Structural Equation Model dalam Manajemen: Aplikasi Model-Model Rumit dalam Penelitian untuk Thesis Magister dan Disertasi Doktor. Semarang: Fakultas EkonomI Universitas Diponegoro. Fetalvero, A. F. (2010). How Parents’ Beliefs and Expectations Influence their Investments in Children’s Early Learning Environments: A Social Exchange Perspective. Tesis – University Of North Carolina. Hair, J.F., et al. (2010).Multivariate data analysis.(7th edition). New Jersey : Pearson Education Inc. 653
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
Hartono, A. I. (2013). Pengaruh Retailing Mix terhadap Keputusan Pembelian Konsumen di Toko Meubel Kurnia Jaya Semarang.Kertas Kerja Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. Haryanto, J.O. (2008). The Role Of Intention To Consume In Creating Autobiographical Memory. Gajah Mada International Journal of Business. Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Jensen, J. (1995). Children's Purchase Requests and Parental Responses: Results from an Exploratory Study in Denmark. Jogiyanto.(2008). Metodologi Penelitian sistem Informasi.Yogyakarta: Andi. John, D. (1999). Consumer socialization of children: A retrospective look at twenty-five years of research. Journal of Consumer Research 26. Kaur, P and Singh, R. (2006). Children in Family Purchase Decision Making in India and The West. A Review.Academy ofMarketing Science Review Vol. 8. Keller, K. L., & Kotler, P. (2009).Manajemen Pemasaran Edisi 13. Jakarta: Erlangga. Kotler, P. (2012). Marketing Management Eleventh Edition. Upper Saddle River: Prentice Hall International. Kumar, S. J. (2012). Degree of Children Influence on Parents Buying Decision Process.European Journal of Business and Management Vol. 14. Limanjaya, H. (2013). Pengaruh Persepsi Orang Tua dan Anak Sebagai Influencer Terhadap Keputusan Beli Orang Tua.Tesis-Universitas Kristen Satya Wacana. Malhotra, N. K. (2004). Marketing Research: An Applied Orientation.New Jersey: Pearson Education Inc. McNeal, J. (1993). Consumer behaviour of Chinese children: 1995-2002. Journal of Consumer Marketing. McNeal, J. U., and Fi, M. F. (2003).Children’s visual memory of packaging.Journal of Consumer Marketing, Vol. 20. Mikkelsen, R. (2007). Children’s Influence on Family Decision-Making in Food Buying and Consumption. Journal of YoungConsumers: Insight and Ideas for ResponsibleMarketers Vol. 8. MResearch. (2012). Bujet Kembali Ke Sekolah AS Menurun. [Online]. Tersedia :www.research.marketing.co.id/2011/09/07/bujet-kembali-ke-sekolah-di-as-menurun[01 Juni 2014]. Natadjaja, L. (2002). Pengaruh Iklan untuk Anak Dibandingkan dengan Film Kartun Televisi terhadap Affektif Anak. Nirmana, Vol. 4, No. 1.
654
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
Nicholls, A. dan Cullen, P. (2004). The Child – Parent Purchase Relationship: Peester Power, Human Rights & Retailer Ethic’s. Journal of Retailing and Consumer Services. North, E. J. and Kotze, T. G. (2001).Parents and television advertisements as consumer socialisation agents for adolescents.Journal of Family Ecology and Consumer Sciences, Vol 29. Notoatmodjo, S. (2003).Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Paramitha, E. L. (2009). Anak sebagai Future Market: Studi Autobiographical Memory. (Unpublished Thesis). Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Santoso, M. (2008).Pengaruh Persepsi Orang Tua Tentang Keinginan Anak (Want) dan Anak Sebagai Influencer Terhadap Keputusan Beli Orang Tua.Tesis-Universitas Kristen Satya Wacana. Schiffman, L. G. dan Kanuk, L. L. (2007).Consumer Behaviour. New Jersey: Prentice Hall. Setiawati, Hartoyo dan Iskandar. (2004). The Role 0f Parents in Children Socialization in Order to Create Responsible Consumers. Thesis Institut Pertanian Bogor. Singarimbun, M., & Effendi, S. (1995). Metode Penelitian Survey.Jakarta: LP3ES. Skinner, B.F. (1953). Science and Behaviour. New York: Macmillan. Sumarwan, U. (2004). Perilaku konsumen ‘Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran.Penerbit PT. GhaliaIndonesia dengan MMA-IPB. Supramono, dan Haryanto J.O. (2005).Desain Proposal Penelitian Studi Pemasaran, Edisi Pertama, ANDI, Yogyakarta. Suwandinata, H. (2011). Children’s Influence on the Family Decision-Making Process in Food Buying and Consumption: An Empirical Study of Children’s Influence in Jakarta-Indonesia. Desertation. Universitas Giessen. Urbick, B. (2000). What about Kids: Food and Beverages. Leatherhead Press Ltd. Wibowo, F. (2014).Pengaruh Persepsi Orang Tua dan Anak Sebagai Pemengaruh Terhadap Keputusan Beli Orang Tua.Skripsi-Universitas Kristen Satya Wacana. Yusuf, E. Z. (2007). Sikap Anak Indonesia Terhadap Merek.Seri Manajemen Pemasaran 19. Jakarta: Penerbit PPM.
655
4th Economics & Business Research Festival 19 November 2015
ISBN: 978-979-3775-57-9
656