PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR PADA MEDIA PENDIDIKAN GIZI TERKAIT PERILAKU GIZI DAN KEAMANAN PANGAN
WITA MAULIDA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Persepsi Guru Sekolah Dasar pada Media Pendidikan Gizi terkait Perilaku Gizi dan Keamanan Pangan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2013
Wita Maulida NIM I151080041
RINGKASAN WITA MAULIDA. Persepsi Guru Sekolah Dasar pada Media Pendidikan Gizi terkait Perilaku Gizi dan Keamanan Pangan. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH dan DADANG SUKANDAR. Guru sangat berperan penting dalam pengenalan gizi dan keamanan pangan di sekolah sebagai dasar bagi pembinaan kebiasaan makan yang sehat dan aman bagi siswa. Tingkat pengetahuan gizi dan keamanan pangan guru akan berpengaruh pada tingkat pengetahuan anak didiknya. Guru juga harus dapat mencontohkan perilaku makan yang bergizi dan aman bagi siswa. Mengingat pentingnya arti pendidikan mengenai gizi dan keamanan pangan bagi anak usia Sekolah Dasar (SD) guna pembentukan perilaku makan yang baik dan sehat, maka diperlukan tenaga pendidik yaitu guru yang memiliki perilaku yang baik terkait gizi dan keamanan pangan. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, praktek gizi dan keamanan pangan guru SD terhadap persepsi guru pada media pendidikan gizi menurut wilayah dan akreditasi sekolah, sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis karakteristik sosial ekonomi guru, (2) Menganalisis pengetahuan, sikap, praktek gizi dan keamanan pangan guru, (3) Menganalisis persepsi guru pada media berupa modul, leaflet, poster, flip chart dan booklet pendidikan gizi, dan (4) Menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, praktek gizi dan keamanan pangan guru terhadap persepsi guru pada media pendidikan gizi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Lokasi penelitian adalah SDN Lawanggintung 01 (Akreditasi A) dan SDN Cimanggu Kecil (Akreditasi B) di wilayah Kota Bogor serta SDN Pajeleran 01 (Akreditasi A) dan SDN Kotabatu 01 (Akreditasi B) di wilayah Kabupaten Bogor. Guru dalam penelitian ini adalah guru SD yang masih aktif mengajar dan bersedia mengisi kuesioner sebanyak 68 guru. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian “Pengembangan Model Pendidikan Makanan Jajanan Sehat Berbasis Sekolah untuk Tingkat Sekolah Dasar” yang dilakukan oleh SEAFAST CenterLembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor, yang dilakukan mulai bulan Juli 2009 sampai bulan Juni 2010. Data primer meliputi karakteristik sosial ekonomi (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, lama bekerja sebagai guru, besar keluarga dan tingkat pendapatan keluarga), perilaku (pengetahuan, sikap dan praktek) terkait gizi dan keamanan pangan, persepsi guru pada berbagai media pendidikan gizi. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara pengisian kuesioner. Data sekunder meliputi keadaan umum sekolah yang diperoleh dari sekolah terkait. Pengolahan data dan analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16.0 for windows. Secara umum guru perempuan (75%) lebih banyak dibandingkan laki-laki (25%). Umur guru pada kelompok separuh baya (61.8%) dan rata-rata umur guru baik pria maupun wanita yaitu 42.3 tahun. Tingkat pendidikan guru SD umumnya S1 (47.1%) dan Diploma (47.1%). Lama bekerja guru antara 21-30 tahun (42.6%), sedangkan besar keluarga sebanyak 77.9% keluarga guru yang termasuk kategori
keluarga kecil (≤ 4 orang). Sebanyak 55.9% guru mempunyai tingkat pendapatan pada kisaran Rp500 000 – Rp1 000 000 per kapita/bulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebanyak 50% guru SD memiliki pengetahuan gizi dan keamanan pangan sedang akan tetapi bila ditinjau dari akreditasi sekolah terlihat bahwa sekolah yang terakreditasi A (kategori sedang 54.76%) lebih baik dari sekolah yang akreditasi B (kategori kurang 46.15%). Rata-rata skor pengetahuan gizi dan keamanan pangan guru di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor relatif sama yaitu 58.4±12.2 dan 60.6±11.5. sebanyak 55.9% guru mempunyai sikap positif terkait gizi dan keamanan pangan. Rata-rata skor sikap gizi dan keamanan pangan guru SD menurut wilayah relatif sama yaitu 78.2±8.2 dan 79.3±6.9, sedangkan menurut akreditasi terlihat bahwa SD berakreditasi B (80.4±8.82) lebih baik dari A (77.7±6.5). Sebanyak 97.1% guru termasuk kategori cukup dalam mempraktekkan gizi dan keamanan pangan. Menurut wilayah rata-rata skor praktek gizi dan keamanan pangan relatif sama baik kota (71.8±3.4) maupun kabupaten (70.8±6.2), demikian pula akreditasi A (72.4±5.4) dan B (69.5±3.72). Besar keluarga guru memperlihatkan adanya hubungan positif dengan sikap gizi dan keamanan pangan, p<0.1 Semakin banyak jumlah anggota keluarga guru maka semakin positif sikap gizi dan keamanan pangan guru SD. Umur dan lama bekerja berhubungan secara nyata dengan praktek gizi dan keamanan pangan (p<0.1). Guru yang lebih tua dan guru yang lebih lama bekerja mempunyai praktek gizi dan keamanan pangan yang lebih baik. Hasil analisis deskriptif terhadap persepsi guru mengenai pentingnya materi pangan, gizi dan kesehatan menunjukkan rata-rata penilaian yang sangat penting dan penting yaitu 79.2% dan 20.6%. Persepsi guru pada penggunaan beberapa media dinilai sangat setuju (96.9%) bahwa kelima jenis media digunakan dalam pembelajaran. Persepsi yang ditunjukkan sebagian besar guru sangat setuju 66.2% dan setuju 33.7% pada penyajian materi di setiap media pendidikan gizi. Secara keseluruhan sebanyak 54.1% dan 45.9% guru menilai sangat setuju dan setuju pada penyajian tulisan media pendidikan gizi. Penilaian sangat setuju dan setuju (59.5% dan 40.2%) dinyatakan pada penyajian gambar. Hasil uji statistik menunjukkan pengaruh nyata antara praktek gizi dan keamanan pangan guru SD terhadap persepsi guru pada pemberian materi gizi dan kesehatan (p<0.1, r²=0.071). Persepsi guru pada penggunaan media dalam penyampaian materi pangan, gizi dan kesehatan dipengaruhi secara positif oleh pengetahuan gizi dan keamanan pangan guru SD (p<0.1; r²=0.139), sedangkan praktek gizi dan keamanan pangan guru SD juga terdapat berpengaruh positif terhadap persepsi (p <0.1; r²=0.139). Kata kunci : gizi dan keamanan pangan, pengetahuan, persepsi, praktek, sikap
SUMMARY WITA MAULIDA. Teacher’s Elementary School Perception on Nutrition Education Media Related to Nutrition Behavior and Food Safety. Supervised by SITI MADANIJAH and DADANG SUKANDAR. Teacher had an important role toward the introduction of nutrition and food safety at school as a basic for student eating custom and safety development. Teacher standarization of nutrition and food safety knowledge would have an influence to the student knowledge. The teachers might be the sample for their student in eating nutrition habit and food safety. It remind us how important the meaning of nutrition education and food safety for students elementary school in order to formed good eating and healthy, so we need a teacher who good behavior related to the nutrition and food safety. The general purpose of this study was to analyze the influence of knowledge, attitude, practices related to nutrition and food safety toward the teachers perception on the nutrition education media according to the region and school accreditation, meanwhile the specific purpose of this study were (1) to analyze the social economic teacher’s characteristic, (2) to analyze the teacher’s knowledge, attitude, practices related to nutrition and food safety, (3) to analyze the teacher’s perception on media, such as moduls, leaflets, posters, flip chart and nutrition education booklets, and (4) to analyze the influence of nutrition behavior and food safety toward the teacher’s perception on nutrition education media. The design of the study was cross sectional study. The location of the study was at Lawanggintung 01 Elementary School (A accreditation) and Cimangu Kecil Elementary school (B accreditation) in Bogor urban, Pajeleran 01 Elementary School (A accreditation) and Kotabatu Elementary School (B accreditation) in Bogor rural. The teacher’s in this study were active teacher’s and had willing to filled the questionnaire and there were 68 teachers. This study was a part of the study “Developing Model of Healthy Street Food on Elementary School” by SEAFAST center–LPPM Bogor Agricultural Institute, the study started from July 2009 to June 2010. The primary data include the social economic characteristic (gender, age, level of education, length of worked as teacher, family member, and level of family income), behavior (knowledge, attitude, practice) related to nutrition and food safety, teachers perception to the nutrition education media. The primary data did by filling the questionnaire. Secondary data include the general school condition which got from questionnaire. Data processing and analyzing were processed by computer programme microsoft excell and Statistical Program for Social Science (SPSS) version 16.0 for windows. Generally female techers (75%) were more than male (25%). The age of the teaches at middle aged group (61.8%) and the average of the teachers age both male of female were 42.3 years old. The level of elementary teacher school were S1 (47.1%) and diploma (47.1%), the length of worked as teacher between 21-30 years (42.6%), whereas family member 77.9%, teacher family which was include small family category (≤ 4 person), 55.9% teachers had income in the range Rp500 000 – Rp1 000 000 capita/month.
The result of the analysis showed that 50% teacher elementary school had medium knowledge about nutrition and food safety, but when it viewed from school accreditation it told that the school which had A accreditation (medium category 54.76%) was better than school which had B accreditation (approximately category 46.15%). The average score of the nutrition knowledge and teacher food safety in the Bogor urban and rural were same 58.4±12.2 and 60.6±11.5. 55 % of teachers had positive mindset related to the nutrition and food safety. Depend on the district, the average score of teacher elementary school toward nutrition attitude and food safety was 78.2±8.2 and 79.3±6.9, but according to the accreditation it showed that elementary school which had B accreditation (80.4±8.82) was better than A (77.7±6.5). 97.1% teachers were in category in practicing nutrition and food safety. Based on the area, the average of nutrition practice and food safety were same even the urban (71.8±3.4) or rural (70.8±6.2), and also A accreditation (72.4±5.4) and B (69.5±3.72). Family member showed the positive relationship with nutrition attitude and food safety, p<0.1. The more teacher’s family member, the more positive nutrition attitude and food safety of teacher elementary school. Age and length of work had relation with nutrition practice and food safety (p<0.1). female teacher and the teacher who real had longer work, they had better nutriion practice and food safety. The result of descriptive analysis toward teacher’s perception about how important the food matery, nutrition and healthy showed the average assessment the most important and important, such as 79.2% and 20.6%. teacher’s perception to the use of several medias rated strongly agree (96.9%) that five types of media were used in learning. Perception was indicated most of the teachers strongly agree 66.2% and agree 33.7% to the material presentation in every nutrition media aducation. Overall as many as 54.1% and 45.9% the teacher strongly agree and agree to the written presentation of nutrition media education. The assessment strongly agree and agree (59.5% and 40.2%) were declared in the image presentation. The result of the statistical showed a significant effect between nutrition practice and food safety teacher elementary school o perception nutrition and healthy material (p<0.1, r²=0.071). Teacher’s perception in used media when presented the food material, nutrition and health were influenced positively by nutrition knowledge and food safety of teacher elementary school (p<0.1; r²=0.139), meanwhile the nutrition practice and safety food of teacher elementary school also positively influenced to the perception (p <0.1; r²=0.139).
Keyword: attitude, knowledge, nutrition and food safety, perception, practice
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR PADA MEDIA PENDIDIKAN GIZI TERKAIT PERILAKU GIZI DAN KEAMANAN PANGAN
WITA MAULIDA
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Penguji Luar Komisi: drh. Muh. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD
Judul Tesis : Persepsi Guru Sekolah Dasar pada Media Pendidikan Gizi terkait Perilaku Gizi dan Keamanan Pangan Nama : Wita Maulida NIM : I151080041
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Siti Madanijah, MS Ketua
Prof Dr Ir Dadang Sukandar, MSi Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat
drh Muh. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD
Tanggal Ujian: 22 Januari 2013
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Lulus:
PRAKATA Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala berkah yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Persepsi Guru Sekolah Dasar pada Media Pendidikan Gizi terkait Perilaku Gizi dan Keamanan Pangan”. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Juli 2009 sampai Juni 2010. Penyusunan tesis ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, do’a dan dukungannya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof Dr Ir Siti Madanijah, MS, selaku ketua pembimbing. 2. Prof Dr Ir Dadang Sukandar, MSc selaku anggota pembimbing. 3. Prof Dr Ir Budi Setiawan, MSi, selaku Ketua Departemen Gizi Masyarakat. 4. Drh M Rizal M Damanik, MRepSc, PhD, selaku Ketua Program Studi Gizi Masyarakat dan dosen Penguji Luar Komisi. 5. Staf dosen pengajar lainnya yang telah mendidik dan memberikan ilmu serta doanya pada penulis selama perkuliahan. 6. Kedua orangtua (Athaillah Abdi dan Wiwin Hendarti), mertua (Yoyok Sunaryo dan Adlah), kakak sekeluarga (Ayu Noviati, Sugiantoro dan Muthia Alisha) dan adik-adik (Setyarini Faradilla, Farhan Hakiki, Syiuli Solihah, Ramdhani Tri Nugraha), suami (Nur Komarullah) dan putri pertama (Naima Afifah Maurilla). Semua yang telah diberikan oleh penulis kepada semua pihak semoga mendapatkan umpan balik baik berupa kritik maupun saran agar menjadi lebih baik lagi. Akhir dari kata pengantar ini, semoga tesis ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2013
Wita Maulida
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
1 1 3 3
2 TINJAUAN PUSTAKA Guru Sekolah Dasar Pendidikan Gizi di Sekolah Dasar Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi dan Keamanan Pangan Persepsi Guru pada Media Pendidikan Gizi
5 5 5 6 8
3 KERANGKA PEMIKIRAN 4 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional Keterbatasan Penelitian
13 135 15 15 15 16 20 21
5 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar Karakteristik Sosial Ekonomi Guru Perilaku Gizi dan Keamanan Pangan Hubungan antara Karakteristik Sosial Ekonomi dengan Perilaku Gizi dan Keamanan Pangan Persepsi Guru pada Media Pendidikan Gizi Pengaruh Perilaku Gizi dan Keamanan Pangan terhadap Persepsi pada Media Pendidikan Gizi
23 23 24 30 39 40 48
6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
51 51 51
DAFTAR PUSTAKA
53
LAMPIRAN
57
RIWAYAT HIDUP
65
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Jumlah guru menurut sekolah, wilayah dan akreditasi Pengkategorian variabel penelitian Sebaran guru SD berdasarkan jenis kelamin, wilayah dan akreditasi sekolah Keragaan statistik dan sebaran guru SD berdasarkan umur, wilayah dan akreditasi sekolah 5 Sebaran guru SD berdasarkan tingkat pendidikan, wilayah dan akreditasi sekolah 6 Sebaran guru SD berdasarkan tingkat pendidikan dan umur 7 Keragaan statistik dan sebaran guru SD berdasarkan lama bekerja, wilayah dan akreditasi sekolah 8 Sebaran guru SD berdasarkan lama bekerja dan kelompok umur 9 Keragaan statistik dan sebaran guru SD berdasarkan besar keluarga, wilayah dan akreditasi sekolah 10 Sebaran guru SD berdasarkan garis kemiskinan, wilayah dan akreditasi sekolah 11 Sebaran guru SD berdasarkan tingkat pendapatan keluarga, wilayah dan akreditasi sekolah 12 Keragaan statistik dan sebaran guru SD berdasarkan pengetahuan, sikap, praktek gizi dan keamanan pangan 13 Persentase guru SD yang menjawab benar pengetahuan gizi dan keamanan pangan berdasarkan wilayah dan akreditasi sekolah 14 Persentase guru SD yang menjawab positif sikap gizi dan keamanan pangan berdasarkan wilayah dan akreditasi sekolah 15 Sebaran guru SD berdasarkan pengetahuan dan sikap gizi dan keamanan pangan 16 Korelasi antara pengetahuan dengan sikap gizi dan keamanan pangan 17 Persentase guru SD yang menjawab tepat praktek gizi dan keamanan pangan berdasarkan wilayah dan akreditasi sekolah 18 Sebaran guru SD berdasarkan pengetahuan, sikap dan praktek gizi dan keamanan pangan 19 Korelasi antara pengetahuan, sikap dan praktek gizi dan keamanan pangan 20 Sebaran guru SD berdasarkan besar keluarga dan sikap gizi dan keamanan pangan 21 Korelasi antara besar keluarga dengan sikap gizi dan keamanan pangan 22 Sebaran guru SD berdasarkan lama bekerja, umur dan praktek gizi dan keamanan pangan 23 Korelasi antara lama bekerja, umur dengan praktek gizi dan keamanan pangan 24 Sebaran guru SD berdasarkan pentingnya materi pangan, gizi dan kesehatan 25 Sebaran guru SD berdasarkan persepsi terhadap penggunaan media pendidikan gizi 26 Sebaran guru SD berdasarkan persepsi terhadap penyajian materi pada media pendidikan gizi 27 Sebaran guru SD berdasarkan persepsi terhadap penyajian tulisan pada media pendidikan gizi 28 Sebaran guru SD berdasarkan persepsi terhadap penyajian gambar pada media pendidikan gizi 29 Regresi linier berganda antara praktek gizi dan keamanan pangan terhadap persepsi guru SD pada pemberian materi gizi dan kesehatan 30 Regresi linier berganda antara pengetahuan, praktek gizi dan keamanan pangan terhadap persepsi guru pada penggunaan media dalam penyampaian materi pangan, gizi dan kesehatan
15 17 25 25 26 27 27 28 29 29 30 31 33 35 36 36 37 38 38 39 39 40 40 41 43 44 45 47 49
49
DAFTAR LAMPIRAN 1 Modul “Gizi dan Keamanan Makanan Siswa Sekolah Dasar” 2 Leaflet “Gizi Seimbang Anak Usia Sekolah” 3 Leaflet “Jajanan Sehat dan Bergizi” 4 Poster “Gizi” 5 Poster “Keamanan Makanan” 6 Poster “Lima Kunci untuk Keamanan Pangan” 7 Flip chart “Aku Sehat Sekolahku Sehat Prestasiku Meningkat”
57 58 59 60 61 62 63
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dihadapkan kepada beban ganda masalah gizi, yaitu: masalah gizi kurang, termasuk tubuh pendek “stunting”, dan masalah gizi lebih, termasuk obesitas. Kekurangan gizi berdampak pada lambatnya pertumbuhan tubuh terutama pada anak-anak, penurunan daya tahan tubuh serta penurunan tingkat kecerdasan dan produktivitas kerja, sedangkan kelebihan gizi berisiko terserang penyakit degeneratif (BALITBANG Depkes 2010). Hasil Riset Kesehatan Dasar status gizi penduduk umur 6-14 tahun (Usia Sekolah) menunjukkan prevalensi anak kurus sebanyak 9.5% laki-laki dan 4.4% perempuan, sedangkan prevalensi anak gemuk sebanyak 1.3% laki-laki dan 1.5% perempuan. Masalah ini menjadi penting untuk diperhatikan sebagai suatu masalah yang serius untuk ditangani. Anak Usia Sekolah (AUS) merupakan investasi bangsa, karena anak adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas anakanak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian gizi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar (BALITBANG DepKes 2008). Timbulnya masalah gizi disebabkan karena pola makan salah. Pola makan tidak hanya melalui makanan yang beragam, seimbang dan dalam jumlah cukup, tetapi harus memperhatikan keamanan pangan (BPOM 2010). Salah satu masalah utama keamanan pangan yang sering dijumpai di sekitar kita adalah pangan yang tercemar oleh mikroba. Berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan dari Badan POM RI tahun 2001-2009 menunjukkan bahwa rata-rata persentase penyebab KLB keracunan pangan adalah akibat cemaran mikroba sebesar 23,41 % dan jenis pangan penyebab keracunan terbanyak adalah masakan rumah tangga dengan rata-rata persentase sebesar 38,69%. Banyak sekali kejadian keracunan pangan akibat makanan yang diolah tidak diperhatikan keamanan dari bahan yang digunakan serta cara pengolahan. Praktek sanitasi dan higiene seseorang menentukan tingkat pencemaran makanan maupun minuman jajanan. Hal ini sejalan dengan penelitian Ariyani (2006) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara praktek sanitasi dan higiene dengan total mikroba minuman jajanan. Keracunan pangan dapat berasal dari masakan rumah tangga yang dibawa sebagai bekal sekolah maupun dijual di kantin dan penjaja luar sekolah. Siswa membeli jajanan yang tersedia tanpa memperhatikan unsur gizi maupun keamanan pangannya. Pendidikan gizi atau lebih dikenal dengan kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku gizi adalah salah satu upaya penanggulangan beban ganda masalah gizi yang paling efektif dan mempunyai daya ungkit tinggi untuk mengubah perilaku konsumsi makanan ke arah yang lebih sehat (Thaha et al. 2012). Peningkatan pengetahuan, sikap dan praktek gizi siswa terlihat setelah diberi intervensi pendidikan gizi melalui pemutaran video dan pemberian komik mengenai piramida makanan (Talib et al. 2007), sedangkan intervensi pendidikan
2 gizi di Slovenia menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan gizi siswa SD (Kostanjevec et al. 2011). Guru sebagai pendidik yang tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga dapat membimbing, mengarahkan, memberikan contoh yang baik sehingga guru diharuskan memiliki pengetahuan yang luas. Guru dapat menyampaikan ilmu yang dimiliki dengan baik, menunjukkan sikap yang positif dan praktek yang baik terutama dalam mengkonsumsi makanan yang bergizi dan aman. Praktek pemilihan jajanan guru dapat ditiru oleh siswa sehingga guru harus dapat memilih makanan yang bergizi dan aman. Penelitian Octaviana (2011) menunjukkan bahwa guru yang tidak sempat sarapan atau membawa bekal juga menyukai jajan di sekolah. Penelitian dengan sasaran guru SD di Kota Bogor menunjukkan peningkatan pengetahuan guru terhadap materi gizi seimbang setelah diberi pelatihan (Atmaja 2010). Pelatihan dengan sasaran guru SD ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan gizi siswa di kalangan sekolah. Harapannya apabila guru memiliki pengetahuan yang baik, sikap yang positif dan praktek yang baik maka guru dapat mentransfer ilmunya dengan baik kepada siswanya. Intervensi berupa pelatihan tentang gizi dan keamanan pangan dirasakan mendesak. Guna keperluan tersebut dibutuhkan media maupun alat bantu dalam penyampaiannya. Media atau alat bantu yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran berupa modul. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, terdapat banyak media yang dapat digunakan dan lebih bervariasi dalam berbagai bentuk penyajiannya, seperti leaflet, booklet, flip chart, poster, buku cerita bergambar dan masih banyak lagi. Persepsi merupakan tingkat pertama dalam ranah praktik. Persepsi merupakan pengenalan dan pemilihan berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil (Notoatmodjo 2007). Seorang guru dapat memilih makanan yang bergizi bagi keluarganya merupakan salah satu contoh bahwa guru dapat mempersepsikan gizi dengan baik. Persepsi guru diperlukan untuk memberikan gambaran mengenai media pendidikan gizi yang akan digunakan dalam intervensi pendidikan gizi di SD. Sebelum media digunakan diperlukan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan. Beberapa penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan praktek gizi dan keamanan pangan pada guru Sdmenunjukkan hasil yang masih rendah (Fitriyanti 2009) sehingga dalam memberikan intervensi pendidikan gizi diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek gizi dan keamanan pangan guru SD. Intervensi pendidikan gizi tidak terlepas dari peran media. Media pendidikan gizi yang dibuat harus tepat sasaran sehingga diperlukan penilaian atau persepsi guru pada media pendidikan gizi yang akan digunakan sebelum intervensi dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran guru SD. Penelitian mengenai persepsi guru SD pada berbagai media pendidikan gizi terkait perilaku (pengetahuan, sikap, praktek) gizi dan keamanan pangan diharapkan dapat meningkatkan efektifitas pemberian materi atau transfer ilmu dari guru kepada siswanya terutama dalam hal pendidikan gizi dan keamanan pangan.
3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, praktek gizi dan keamanan pangan guru sekolah dasar terhadap persepsi pada media pendidikan gizi menurut wilayah dan akreditasi sekolah. Tujuan Khusus 1. Menganalisis karakteristik sosial ekonomi guru 2. Menganalisis pengetahuan, sikap, praktek gizi dan keamanan pangan guru 3. Menganalisis persepsi guru pada media berupa modul, leaflet, poster, flipchart, booklet pendidikan gizi 4. Menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap, praktek gizi dan keamanan pangan guru terhadap persepsi guru pada media pendidikan gizi.
Manfaat Penelitian Penelitian mengenai persepsi guru pada media pendidikan gizi terkait perilaku gizi dan keamanan pangan diharapkan akan dapat memberikan informasi kepada peneliti, penyuluh gizi dan keamanan pangan dan menjadi bahan pertimbangan dalam rangka pengembangan intervensi pendidikan gizi pada guru SD di daerah lain. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan tambahan informasi bagi pembuat kebijakan untuk lebih memperhatikan pentingnya pengembangan media pendidikan gizi.
4
5
2 TINJAUAN PUSTAKA Guru Sekolah Dasar Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumberdaya manusia (Sadirman 2004). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2008 tentang Guru, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru SD adalah profesi yang secara formal mendapat tugas utama mengajar dan mendidik siswa SD, di sekolah formal baik negeri maupun swasta. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 menyebutkan bahwa kualifikasi akademik pendidikan untuk guru SD/MI minimal adalah S1 dengan latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi serta sertifikat profesi guru untuk SD/MI. Namun ternyata kondisi pendidikan guru SD di Kota dan Kabupaten Bogor masih belum menunjukkan seperti yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari persentase jumlah guru SD yang belum S1 di Kota dan Kabupaten Bogor mencapai 79.3% dan 82.6% (Hardini 2008).
Pendidikan Gizi di Sekolah Dasar Tujuan pendidikan yakni meningkatkan pengetahuan seseorang mengenai suatu hal sehingga ia menguasainya dan akan tercapai jika prosesnya komunikatif. Pengetahuan yang diperoleh akan didapat manfaat lebih apabila sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan gizi selalu dimaksudkan agar siswa didik mengubah perilaku konsumsi gizi menuju ke perilaku yang lebih baik (Khomsan 2000). Dalam pendidikan gizi yang diberikan harus diperhatikan isi dari materi yang akan disampaikan sehingga mudah dipraktekkan, karena perbedaan cara penyampaian informasi yang sama oleh satu orang dapat diinterpretasikan secara berbeda oleh siswa didik. Masalah gizi kurang dan gizi lebih yang terjadi dapat diatasi dengan upaya pendidikan atau penyuluhan gizi. Salah satu usaha ini sangat penting untuk dilakukan dengan harapan orang bisa memahami pentingnya makanan dan gizi, sehingga mau bersikap dan bertindak mengikuti norma-norma gizi (Suhardjo 2003). Pendidikan gizi merupakan hal yang penting dan harus dimasukkan sebagai bagian dari kebijakan gizi dalam pembangunan nasional. Pendidikan gizi harus menjadi bagian integral dari pendidikan formal mulai dari SD, Sekolah Menengah sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan gizi di sekolah mempunyai beberapa keuntungan antara lain siswa-siswa mempunyai pikiran yang terbuka dibandingkan orang dewasa, dan pengetahuan yang diterima dapat merupakan dasar bagi pembinaan kebiasaan makannya. Di tingkat sekolah dasar, pendidikan gizi sebaiknya ditujukan agar siswa dapat memilih dan menikmati beragam makanan yang mengandung zat-zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan siswa secara baik dan
6 sehat. Guru dapat mengetahui keadaan gizi siswa dengan mengukur berat badan dan tinggi badan, menanyakan konsumsi pangannya di rumah, kebiasaan makan sebelum ke sekolah, apakah suka jajan, apakah sudah biasa makan sayur-sayuran, buah-buahan dan sebagainya. Informasi ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pelajaran tentang gizi (Suhardjo 2003). Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi dan Keamanan Pangan Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan Pengetahuan gizi merupakan landasan yang penting dalam menentukan konsumsi makanan. Seseorang yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan mampu menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan bahan makanan sehingga konsumsi makanan dapat tercukupi (Khomsan 2000). Tingkat pengetahuan gizi dapat dilihat dari skor beberapa pertanyaan yang berbentuk multiple choice. Selanjutnya tingkat pengetahuan gizi dikategorikan dengan menetapkan cut of point dari skor yang telah dijadikan persen. Kategori untuk tingkat pengetahuan gizi dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu baik (>80%), sedang (60-80%), dan kurang (<60%). Memiliki pengetahuan gizi tidak berarti seseorang mau mengubah kebiasaan makannya. Walaupun seseorang paham tentang protein, karbohidrat, vitamin dan zat gizi lainnya yang diperlukan untuk keseimbangan diit tetapi tidak pernah mengaplikasikan pengetahuan gizi ini dalam kehidupan sehari-hari (Khomsan 2000). Oleh karena itu, pemahaman terhadap latar belakang guru sebelum melakukan intervensi pendidikan gizi penting untuk dipelajari. Pengetahuan gizi dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi selain dari pendidikan formal juga dapat diperoleh dari lingkungan sekitar. Hasil penelitian Patriasih (2005) mengungkapkan bahwa lebih dari setengah (66.7%) manula di panti werdha Kota Bandung mendapatkan informasi mengenai gizi dan kesehatan dari televisi, penyuluhan (65.7%), teman dan saudara (52.2%), serta melalui bacaan (23.3%). Hal ini sejalan dengan penelitian Megasari (2006) yang menyatakan bahwa guru memperoleh pengetahuan terkait gizi dari bacaan seperti koran atau majalah (20.1%) dan televisi (17.3%). Pengetahuan gizi dan manfaatnya bagi kesehatan dapat diintegrasikan pada mata pelajaran yang relevan di dalam kurikulum dan/atau pada kegiatan ekstrakurikuler (DepKes RI 2005). Pada tingkat SD, pengetahuan gizi dapat ditemukan pada beberapa mata pelajaran seperti Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama Islam (PAI), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Mata pelajaran yang terkait dengan gizi adalah mata pelajaran IPA yaitu sebanyak 69.7% yang secara umum terdapat dua bab yang membahas materi berkaitan dengan gizi seimbang. Kedua bab tersebut adalah Bab Pencernaan Makanan pada Manusia serta Bab Hubungan Makanan dan Kesehatan. Kemudian mata pelajaran Penjaskes sebanyak 21.2%, sedangkan sebanyak 9.1% mata pelajaran yang terkait gizi adalah mata pelajaran lainnya seperti Fiqih, Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dan Bahasa Indonesia (Atmaja 2010). Pengetahuan gizi dan keamanan pangan pada sasaran guru telah diteliti oleh beberapa peneliti. Penelitian Atmaja (2010) menyatakan bahwa sebanyak 75% guru pada saat pre test memiliki pengetahuan gizi mengenai gizi seimbang pada
7 pada kategori kurang, sedangkan pada saat post test terjadi peningkatan ke arah lebih baik; tidak ada lagi guru yang memiliki pengetahuan gizi yang kurang setelah dilakukan pelatihan tentang materi gizi seimbang. Fitriyanti (2009) yang melakukan penelitian terkait perilaku gizi dan keamanan pangan guru secara umum menyatakan bahwa lebih dari separuh guru (52.9%) memiliki tingkat pengetahuan terkait gizi dan keamanan pangan dengan kategori sedang dan 42.6% guru memiliki tingkat pengetahuan gizi dan keamanan pangan kategori kurang. Hal ini memberikan gambaran bahwa perlu adanya upaya peningkatan mutu guru dalam hal pengetahuan gizi dan keamanan pangan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu melalui suatu kegiatan intervensi pendidikan gizi dan keamanan pangan. Intervensi tersebut tidak hanya berupa pemberian materi tambahan kepada guru akan tetapi juga berupa pelatihan metode penyampaian materi gizi dan keamanan pangan yang efektif. Sikap Gizi dan Keamanan Pangan Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo 2003). Sikap merupakan tingkat keyakinan atau pendapat seseorang tentang hal-hal yang berhubungan dengan informasi yang diperoleh, pengalaman dan perilaku. Sikap terdiri dari berbagai tindakan seperti menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan cara menanyakan pendapat atau pernyataan seseorang terhadap suatu objek (Notoatmodjo 2007). Sikap gizi dan keamanan pangan merupakan suatu respon evaluatif berupa respon positif atau respon negatif terhadap gizi dan keamanan pangan. Penelitian Anderson et al. (2004) di Skotlandia mengenai dampak intervensi pendidikan gizi di sekolah dasar terhadap asupan makanan serta variabel pengetahuan dan sikap terkait dengan buah dan sayur menunjukkan peningkatan terhadap pengetahuannya, sedangkan pada sikap terjadi penurunan preferensi terhadap makanan atau minuman tinggi lemak dan gula. Hal ini dapat dipahami bahwa pengetahuan gizi yang diberikan mempengaruhi sikap gizi sehingga siswa SD lebih memilih untuk mengonsumsi makanan sehat dibandingkan makanan tinggi lemak dan gula. Sedangkan penelitian pada level guru menyatakan sebanyak 64.7% memiliki sikap netral terhadap gizi dan keamanan pangan dan tidak ada guru yang memiliki sikap negatif, hal ini menggambarkan bahwa pengetahuan yang benar akan memberikan sikap yang positif terhadap gizi dan keamanan pangan (Fitriyanti 2009). Sejalan dengan penelitian Patriasih (2005) yang menunjukkan hasil bahwa pengetahuan gizi yang baik (67.8%) diikuti dengan sikap yang baik pula (58.9%). Praktek Gizi dan Keamanan Pangan Setelah seseorang mengetahui stimulus atau rangsangan yang ada, maka orang tersebut akan mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui, sehingga proses selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo 2007). Selanjutnya dikatakan bahwa praktek merupakan respon seseorang terhadap suatu rangsangan
8 (stimulus). Respon atau reaksi ada yang bersifat pasif (pengetahuan, persepsi sikap) dan bersifat aktif (tindakan nyata atau praktek). Praktek gizi dan keamanan pangan merupakan suatu tindakan atau kegiatan seseorang dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan pemeliharaan gizi dan keamanan pangan serta kebiasaan makan dan kebiasaan berperilaku hidup bersih dan sehat. Praktek gizi dan keamanan pangan memiliki beberapa tingkatan diantaranya yaitu persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adopsi. Persepsi terhadap gizi dan keamanan pangan ini terkait dengan pemilihan dan pengenalan mengenai gizi dan keamanan pangan yang berhubungan dengan tindakan yang akan diambil. Respon terpimpin berhubungan dengan tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan urutan yang benar dalam mengonsumsi makanan bergizi, mengolahnya maupun memperhatikan keamanannya, sedangkan mekanisme diartikan sebagai tindakan yang secara otomatis dilakukan tanpa menunggu adanya perintah dan adopsi merupakan tindakan yang sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran praktek tersebut seperti seorang ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana (Notoatmodjo 2007). Praktek gizi dan keamanan pangan yang diteliti oleh Fitriyanti (2009) memberikan gambaran sebanyak 77,9% guru memiliki praktek terkait gizi dan keamanan pangan yang cukup. Praktek gizi yang paling banyak dilakukan dengan tepat adalah pada praktek penggunaan garam di rumah yaitu sebanyak 98,5% guru menggunakan garam beryodium. Sedangkan praktek keamanan pangan yang paling banyak dilakukan dengan tepat adalah praktek pembelian makanan yang aman. di sekolah guru yang tidak membawa makanan dari rumah akan membeli makanan atau jajanan di sekitar sekolah, seperti pada penelitian Octaviana (2011) yang menyatakan bahwa kadang-kadang sebanyak 100% guru membeli jajanan seperti mie, bakso, 80% guru membeli snack, gorengan, dan sebanyak 40% guru suka membeli dan mengkonsumsi jajanan es sirup, minuman kemasan, permen.
Persepsi Guru pada Media Pendidikan Gizi Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka (Robbins, Stephen P 2007). Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri. Persepsi pada hakikatnya merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Dalam hal ini guru sebagai seorang pendidik diharapkan mampu untuk menilai media pendidikan gizi yang diberikan untuk dapat dipahami oleh isinya oleh peserta didik. Media dalam pendidikan gizi merupakan alat bantu yang memiliki fungsi untuk mempermudah penyampaian pesan-pesan gizi dan kesehatan dalam kegiatan pendidikan gizi. Khomsan (2000) menggolongkan tiga jenis media sebagai berikut: 1.Audio aids yaitu alat peraga yang didengar (berupa suara); 2.Visual aids yaitu alat peraga yang dilihat (berupa gambar, foto, benda); 3.Audio visual aids yaitu alat peraga yang bisa dilihat da didengar (kombinasi gambar dan suara), berupa siaran televisi, film, slide and sound, dan sebagainya.
9 Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media komunikasi digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti istilah media pendidikan (pembelajaran). Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1994) bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal. Media yang digunakan dalam menyampaikan materi pendidikan gizi berupa modul, leaflet, poster, booklet, flipchart. Penelitian penggunaan media dalam pendidikan gizi masih tergolong jarang. Salah satu penelitian yang dilakukan terkait penggunaan media dalam pendidikan gizi adalah penelitian Ikada (2010), yang melakukan penelitian terhadap pengaruh buku cerita bergambar terhadap pengetahuan gizi siswa SD Ciriung 02 Cibinong, memberikan hasil yang positif. Pengetahuan gizi siswa secara signifikan bertambah setelah dilakukan pendidikan gizi menggunakan media buku cerita bergambar. Modul Pendidikan Gizi Modul adalah suatu kesatuan bahan belajar yang disajikan dalam bentuk “self- instruction”, artinya bahan belajar yang disusun di dalam modul dapat dipelajari siswa secara mandiri dengan bantuan yang terbatas dari guru atau orang lain (Depdiknas 2002). Modul pendidikan gizi disusun dengan tema Gizi dan Keamanan Makanan Siswa Sekolah Dasar. Ukuran kertas yang digunakan A5 (14.8 cm x 21 cm) dengan font size 16 jenis tulisan times new roman. Materi yang terdapat pada modul yaitu Peranan Pangan dan Gizi, Gizi dan Kesehatan untuk Anak Sekolah, Keamanan Pangan, Peranan Kantin Sehat. Uraian materi peranan pangan dan gizi mencakup definisi pangan, zat-zat gizi dalam pangan, fungsi gizi bagi tubuh dan masalah gizi pada siswa SD. Materi Gizi dan Kesehatan untuk anak sekolah terdiri dari perhitungan IMT, AKG anak usia sekolah, dan contoh menu untuk siswa SD. Materi keamanan pangan terdiri dari uraian materi tentang analisis bahaya pada pangan dan lima kunci untuk keamanan pangan. Materi terakhir berisi uraian materi terkait dengan fungsi kantin dan jenis-jenis makanan yang dijual dikantin. Leaflet Pendidikan Gizi Leaflet atau handout merupakan secarik kertas berukuran kecil, berisi suatu informasi atau inovasi, bisa dicetak atau ditulis tangan dan disertai gambargambar sederhana, biasanya dibuat dalam jumlah yang besar (Khomsan 2000). Ukuran leaflet kurang dari 20 x 30 cm, sehingga mudah dibawa-bawa. Pesan yang ingin disampaikan tidak boleh terlalu banyak dan terlalu penuh dengan gambar sehingga dapat membingungkan guru. Kata-kata yang dipilih harus jelas dan gambar-gambarnya sederhana. Media berbentuk selembar kertas ini pada umumnya lebih banyak tulisan pada kedua sisi kertas serta dilipat sehingga berukuran kecil dan praktis dibawa. Pada umumnya kertas yang digunakan berukuran A4 yang dilipat menjadi tiga bagian. Media ini berisikan suatu gagasan secara langsung ke pokok persoalannya dan memaparkan cara melakukan tindakan secara pendek dan lugas. Media ini banyak ditemui bersifat memberikan langkah-langkah untuk melakukan sesuatu (instruksional). Leaflet sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang singkat dan padat (BPTP 2011).
10 Leaflet pendidikan gizi dibuat berukuran letters (21.59 cm x 27.94 cm), tulisan book antiqua dengan font size 10-14. Tema leaflet yaitu mengenai “Gizi Seimbang Anak Usia Sekolah” dan “Jajanan Sehat dan Bergizi”. Leaflet “Gizi Seimbang Anak Usia Sekolah” terdiri dari materi 11 pesan dasar gizi seimbang, contoh menu seimbang, pengertian AUS, masalah gizi AUS dan 10 tanda umum anak bergizi baik, sedangkan Leaflet “Jajanan Sehat dan Bergizi” terdiri dari materi cara memilih jajanan yang sehat dan bergizi, pengertian jajanan, macammacam makanan dan minuman jajanan sehat dan bergizi, serta membawa bekal ke sekolah. Poster Pendidikan Gizi Poster ialah selembar kertas yang biasanya berukuran normal (38 x 50 cm) dan besar (50 x 75 cm) dengan tulisan yang besar agar mudah terbaca dalam jarak kurang lebih 3 m (Khomsan 2000). Poster yang baik akan segera menarik perhatian sasaran. Dengan melihat secara sekilas pesan-pesan sederhana yang tertulis di dalam poster, sasaran sudah dapat memahami maksudnya. Kata-kata yang digunakan tidak lebih dari tujuh kata dan langsung pada ide atau materi pokoknya. Poster bertujuan mengajak atau membujuk sasaran untuk melakukan sesuatu, untuk itu poster harus dapat menarik perhatian baik dari ukuran yang besar dan jelas terlihat, warna-warni menarik, pemilihan kata-kata proaktif sehingga memaksa orang berhenti untuk membacanya karena penasaran, menimbulkan keingintahuan. Poster “Gizi” dan “Keamanan Makanan” dibuat dengan mengacu kepada temuan atau fakta yang sering terjadi di lingkungan sekitar. Poster gizi menampilkan contoh gambar anak kurang gizi beserta isi pesan akibat kurang gizi pada anak sekolah: 1. Tubuh lemas tak bertenaga; 2. Sulit berpikir dengan jernih; 3. Mudah sakit; 4. Pertumbuhan tubuh terhambat; 5. Prestasi menurun. Gambar lainnya terdapat gambar siswa SD yang sedang tekun mengikuti kegiatan belajar mengajar. Pesan yang disampaikan tentang 10 tanda umum bergizi baik: 1.Tambah umur badan tinggi; 2.Postur tegak otot padat; 3.Rambut kuat berkilau; 4.Kulit bersih tak pucat 5. Wajah ceria mata bening; 6. Gigi bersih gusi merah muda; 7. Nafsu makan baik pencernaan baik; 8. Bergerak aktif bicara sesuai umur; 9. Penuh perhatian dan 10. Tidur selalu nyenyak. Poster tentang “Keamanan Makanan” berisi pesan-pesan dengan judul makanlah makanan yang aman bagi kesehatan: 1. Pilihlah makanan yang baru dimasak atau masih segar; 2. Pilih makanan yang dikemas (dibungkus) atau disajikan tertutup; 3. Pilih makanan yang tidak dihinggapi lalat; 4. Pilih makanan yang warnanya tidak terlalu mencolok, rasanya tidak terlalu manis atau terlalu gurih, 5. Pilih makanan yang djual diwarung yang keadaannya bersih (terletak jauh dari tempat pembuangan sampah, air limbah, got dan jalan raya); 6. Pilih makanan yang tidak dicemari debu dan tidak ditempeli kotoran lain. Poster “Lima Kunci untuk Keamanan Pangan” merupakan poster yang diterbitkan oleh World Health Organization (WHO) dengan isi pesan: 1. Jagalah kebersihan; 2. Pisahkan pangan mentah dari pangan matang; 3. Masaklah dengan benar; 4. Jagalah pangan pada suhu aman; 5. Gunakan air dan bahan baku yang aman, dan poster “Sarapan Pagi” diterbitkan oleh Departemen Kesehatan berupa gambar siswa SD dan siswa SMP yang sedang minum susu dan sarapan nasi dan
11 ayam goreng dengan isi pesan “Sarapan penting untuk menunjang aktivitas di sekolah”. Booklet Pendidikan Gizi Booklet adalah sekumpulan leaflet yang tidak lebih dari 20 halaman dan ukurannya tidak lebih dari 20 x 13 cm, disertai dengan gambar dan foto-foto sederhana. Anatara halaman per halaman masih terjalin hubungan cerita atau materi. Biasanya booklet ini dibuat secara profesional sehingga biaya pembuatannya mahal dengan penampakan yang bagus (Khomsan 2000). Booklet tentang “Menuju Kantin Sehat di Sekolah” diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani yang bekerjasama dengan SEAFAST CenterLPPM IPB. Jenis tulisan yang digunakan pada media booklet yaitu Arial narrow font size 14 letters (21.59 cm x 27.94 cm). Materi booklet terdiri dari: 1.Pangan sehat dan aman untuk anak sekolah; 2.Pangan beragam dan bergizi seimbang; 3.Peranan kantin sekolah; 4.Keamanan pangan dan pengendaliannya; 5.Penyediaan pangan sehat dan aman di kantin sekolah; 6. Sarana dan prasarana kantin sehat; 7. Menuju kantin sehat di sekolah; dan 8. Pengawasan kantin sekolah. Flip Chart Pendidikan Gizi Flip chart adalah kumpulan ringkasan, skema, gambar, tabel yang dibuka secara berurutan berdasarkan topik materi pembelajaran. Bahan flip chart biasanya kertas ukuran plano yang mudah dibuka-buka, mudah ditulisi, dan berwarna cerah. Untuk daya tarik, flip chart dapat dicetak dengan aneka warna dan variasi desainnya (Suyatno 2008). Flip chart bertemakan tentang “Aku Sehat Sekolahku Sehat Prestasiku Meningkat” berasal dari Departemen Kesehatan bagian Pusat Promosi Kesehatan tahun 2005. Materi yang terdapat pada flip chart lebih beragam diantaranya keamanan makanan jajanan, cara pencegahan terhadap nyamuk yang menyebabkan demam berdarah, cara mencuci tangan, waktu yang tepat untuk mencuci tangan, dan sebagainya.
12
13
3 KERANGKA PEMIKIRAN Dalam komponen pembelajaran, guru merupakan faktor yang sangat dominan dan memegang peranan penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Guru sebagai pengajar, pendidik, motivator bagi siswa didiknya terutama siswa sekolah dasar. Selain itu juga terdapat metoda atau cara mengajar guru yang dapat dijadikan pegangan bagi siswa sekolah dasar untuk mempraktekkan apa yang dikerjakan oleh sang guru. Pada umumnya, Guru memiliki bekal pengetahuan, sikap dan praktek gizi dan keamanan pangan yang baik terutama guru wanita yang memiliki peran ganda dalam kehidupannya, yaitu sebagai guru dan sebagai ibu rumahtangga. Berdasarkan kerangka konsep Bloom yang membagi perilaku manusia ke dalam tiga ranah yakni kognitif, afektif dan psikomotor yang dalam perkembangannya dimodifikasi untuk pengukuran menjadi pengetahuan, sikap dan praktek. Pengetahuan gizi dan keamanan pangan yang dimiliki oleh seorang guru sekolah dasar dapat bersumber dari mana saja baik dari diri sendiri maupun dari orang lain maupun lingkungan. Sikap yang terbentuk dari pengetahuan dapat berupa sikap positif maupun negatif dalam menanggapi berbagai pernyataan seputar gizi dan keamanan pangan. Begitu pula dengan prakteknya dalam kehidupan sehari-hari. Persepsi yang merupakan awal mula praktek terbentuk dapat diteliti dan hal ini dilakukan untuk memberikan penilaian pada media pendidikan gizi dan keamanan pangan yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan intervensi pendidikan gizi di sekolah dasar. Karakteristik sekolah yang dipilih yaitu mewakili wilayah Kota dan Kabupaten Bogor untuk melihat gambaran sekolah dasar, dan juga akreditasi sekolah yaitu A dan B untuk melihat salah satu mutu sekolah sebagai sarana penunjang di sekolah yaitu kantin sekolah.
14 Karakteristik Sosial Ekonomi:
Jenis kelamin Umur Lama bekerja Tingkat pendidikan Besar keluarga Tingkat pendapatan
Pengetahuan, Sikap, Praktek Gizi dan Keamanan Pangan
Guru Sekolah Dasar
Karakteristik Wilayah dan Akreditasi
Persepsi pada Media Pendidikan Gizi
INTERVENSI PENDIDIKAN GIZI
Gambar 1. Bagan perilaku gizi dan keamanan pangan dan pengaruhnya terhadap persepsi pada media pendidikan gizi
Variabel yang diamati Variabel yang tidak diamati
15
4 METODE
Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian yang digunakan cross sectional. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian “Pengembangan Model Pendidikan Makanan Jajanan Sehat Berbasis Sekolah untuk Tingkat SD” yang dilakukan oleh SEAFAST CenterLPPM IPB. SD dipilih secara purposive sampling di wilayah Kabupaten dan Kota Bogor, berakreditasi A dan B, mempunyai kantin sekolah dan berdasarkan rekomendasi Dinas Pendidikan. SD yang menjadi tempat penelitian yaitu SDN Lawanggintung 01 di wilayah kota dengan akreditasi A, SDN Cimanggu Kecil di wilayah kota dengan akreditasi B, SDN Pajeleran 01 di wilayah kabupaten dengan akreditasi A, dan SDN Kota Batu 01 di wilayah kabupaten dengan akreditasi B. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2009 sampai bulan Juni 2010 dimulai dari persiapan awal penelitian (survei SD), persiapan modul, leaflet, poster, pengembangan kuesioner, uji coba kuesioner, pengambilan data serta analisis data hingga pelaporan.
Teknik Penarikan Contoh Pemilihan contoh guru dilakukan secara purposive sampling, meliputi semua guru di empat SD yang masih aktif mengajar dan bersedia mengisi kuesioner. Jumlah guru secara keseluruhan terdapat 99 orang dan yang bersedia mengikuti penelitian adalah 68 orang (Tabel 1). Tabel 1 Jumlah guru menurut sekolah, wilayah dan akreditasi Sekolah SDN Lawanggintung 01 SDN Cimanggu kecil SDN Pajeleran 01 SDN kota Batu 01 Total Keseluruhan
Wilayah
Akreditasi
Kota Kota Kabupaten Kabupaten
A B A B
L 2 6 6 2 16
Jumlah P Total 17 19 9 15 17 23 9 11 52 68
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data primer meliputi; karakteristik sosial ekonomi (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, lama bekerja, besar keluarga, tingkat pendapatan), pengetahuan, sikap dan praktek gizi dan keamanan pangan, persepsi pada lima jenis media pendidikan gizi. Media yang dibuat oleh peneliti terdiri dari modul, leaflet, poster. Deskripsi dari jenis-jenis media tersebut adalah sebagai berikut:
16 1. Modul bertema “Gizi dan Keamanan Makanan Siswa Sekolah Dasar”. Isi materi berupa peranan pangan dan gizi, gizi dan kesehatan untuk anak sekolah, keamanan pangan dan peranan kantin sehat. 2. Leaflet tentang “Gizi Seimbang Anak Usia Sekolah” dan “Jajanan Sehat dan Bergizi”. 3. Poster yang dibuat oleh peneliti yaitu poster tentang “Gizi” dan “Keamanan Makanan”. Poster “Lima Kunci untuk Keamanan Pangan” merupakan poster yang dipublikasi oleh World Health Organization (WHO) dan poster “Sarapan Pagi” diterbitkan oleh Departemen Kesehatan. 4. Booklet tentang “Menuju Kantin Sehat di Sekolah” diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani bekerjasama dengan SEAFAST CenterLPPM IPB. 5. Flip chart tentang “Aku Sehat Sekolahku Sehat Prestasiku Meningkat” berasal dari Departemen Kesehatan bagian Pusat Promosi Kesehatan tahun 2005. Media pendidikan gizi dapat dilihat pada Lampiran 1-7. Kepada semua guru sebagai contoh penelitian ini diminta untuk mencermati kelima jenis media pendidikan tersebut dan diminta penilaiannya. Persepsi guru pada media pendidikan gizi yang dinilai meliputi: 1) Pentingnya materi pangan, gizi dan kesehatan; 2) Penggunaan beberapa media pangan, gizi dan kesehatan; 3) Penyajian materi; 4) Penyajian tulisan; dan 5) Penyajian gambar. Data sekunder merupakan data gambaran umum sekolah. Cara pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dengan instrumen kuesioner terstruktur.
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data Data diolah dan ditabulasi menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS version 16.0 for Windows, kemudian dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Pengolahan statistik deskriptif berupa pembuatan tabel silang dari peubah-peubah yang diteliti, untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan umum responden, antara lain karakteristik sosial ekonomi guru, sebaran pengetahuan, sikap, praktek gizi dan keamanan pangan, persepsi guru pada berbagai media pendidikan gizi ditinjau dari berbagai aspek. Pengkategorian data dapat dilihat pada Tabel 2.
17 Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian Variabel Pengkategorian Data Karakteristik sosial ekonomi Jenis kelamin 1 = Perempuan 2 = Laki-laki
Referensi Ketentuan peneliti
Umur
Dewasa awal (19-24 tahun) Dewasa lanjut (25-35 tahun) Separuh baya (36-50 tahun) Tua (51-65 tahun)
Tingkat pendidikan
SMA/Sederajat Diploma S1
Lama bekerja (tahun)
1-10 11-20 21-30 31-40 >40
Ketentuan peneliti
Besar keluarga
Kecil (≤ 4 orang) Sedang (5-7 orang)
BKKBN 2008
Tingkat pendapatan keluarga
Miskin < Rp. 176.216,00 (kap/bln) Tidak miskin ≥ Rp. 176.216,00
Bank Dunia (perkapita/hari)
<$2 ≥$2
US $ 2 /kapita/hari
< 690.000 /kap/bulan ≥ 690.000 /kap/bulan
Gold Standard
< 500.000 /kap/bulan 500.000-1.000.000 /kap/bulan 1.000.000-1.500.000 /kap/bulan 1.500.000-2.000.000 /kap/bulan
Ketentuan peneliti
Khomsan, 2000 Ketentuan peneliti
a. negatif, apabila skor < 60% b. netral, apabila skor 60-80% c. positif, apabila skor > 80%
Persepsi guru pada berbagai media pendidikan gizi Pentingnya materi 3 = sangat penting 2 = Penting 1 = tidak penting Penyajian tulisan Penyajian gambar Penyajian materi Penggunaan media
BPS, 2008
<$1 ≥$1
Pengetahuan, sikap dan praktek gizi dan keamanan pangan Pengetahuan a. kurang, apabila skor < 60% b. sedang, apabila skor 60-80% Praktek c. baik, apabila skor > 80% Sikap
Sumarwan (2003)
1 = tidak setuju 2 = Setuju 3 = sangat setuju
Ketentuan peneliti
18 Analisis Data Estimasi proporsi dilakukan untuk peubah sosial ekonomi, perilaku gizi dan keamanan pangan, persepsi pada media pendidikan gizi. Analisis lebih lanjut hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan perilaku gizi dan keamanan pangan menggunakan korelasi Pearson, dan analisis regresi linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh perilaku gizi dan keamanan pangan terhadap persepsi pada media pendidikan gizi. Analisis korelasi Pearson digunakan untuk melihat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan perilaku gizi dan keamanan pangan. Rumusnya sebagai berikut : n XY X Y rxy = ....................(1) 2 2 2 2 n X X n Y Y Keterangan: rxy = Korelasi antara karakteristik sosial ekonomi guru terhadap perilaku gizi dan keamanan pangan n = Jumlah responden X = Skor peubah karakteristik sosial ekonomi guru Y = Skor peubah perilaku gizi dan keamanan pangan Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari beberapa variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Analisis regresi linier berganda dilakukan apabila jumlah variabel independent nya lebih dari satu. Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier berganda karena variabel independent ada 3 yaitu variabel pengetahuan, sikap, praktek gizi dan keamanan pangan, sedangkan variabel dependent ada 4 variabel yaitu persepsi guru mengenai pentingnya penyampaian materi pangan, gizi dan kesehatan, persepsi guru pada pemberian materi gizi dan kesehatan anak sekolah, persepsi guru pada pemberian materi keamanan pangan, serta persepsi guru pada penggunaan media dalam penyampaian materi pangan, gizi dan kesehatan. Persamaan regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = β0 + β1X1+ β2 X2+ β3 X3 + i Keterangan: Y β0 β1, β2 dan β3 X1 X2 X3 i
= Persepsi guru pada media pendidikan gizi = konstanta (nilai Y bila X = 0) = parameter koefisien regresi = Pengetahuan gizi dan keamanan pangan = Sikap gizi dan keamanan pangan = Praktek gizi dan keamanan pangan = Galat
19 Uji F digunakan untuk menguji secara serentak apakah masing-masing variabel independent berpengaruh terhadap variabel dependent. Rumus yang digunakan dalam analisis ini adalah sebagai berikut: R2 / k F (1 R 2 ) /( n k 1)
Keterangan: R² = koefisien determinasi k = jumlah variabel independen n = ukuran contoh Salah jenis pertama α = 0.05 Hipotesis: H0: Pengetahuan, Sikap dan Praktek tidak berpengaruh terhadap persepsi pada media H1: Ada salah satu diantara pengetahuan, sikap, dan praktek yang berpengaruh terhadap persepsi pada media Kriteria pengujian H0 Tolak H0 : Jika F hitung > F table atau jika p-value < alpha (α=5%) Uji t digunakan untuk menguji konstanta dari setiap variabel independent. Hal ini berarti bahwa uji t dapat mengetahui apakah peubah bebas secara individu mempunyai pengaruh yang berarti terhadap peubah respon. Rumus yang digunakan untuk mencari t hitung adalah sebagai berikut: b t hitung i Sbi Keterangan: bi = koefisien regresi masing-masing variabel Sbi = simpangan baku dari bi Hipotesis 1: H0: Pengetahuan tidak berpengaruh terhadap persepsi pada media H1: Pengetahuan berpengaruh terhadap persepsi pada media Hipotesis 2: H0: Sikap tidak berpengaruh terhadap persepsi pada media H1: Sikap berpengaruh terhadap persepsi pada media Hipotesis 3: H0: Praktek tidak berpengaruh terhadap persepsi pada media H1: Praktek berpengaruh terhadap persepsi pada media Kriteria pengujian H0 Tolak H0 : Jika t hitung > t tabel atau jika p-value < alpha (α=5%)
20 Definisi Operasional 1. Media pendidikan gizi : alat bantu yang diberikan pada 4 SD yang menjadi tempat peneliti untuk dinilai oleh guru yang akan digunakan pada intervensi pendidikan gizi. Media pendidikan gizi terdiri dari modul, poster, flip chart, booklet, dan leaflet. 2. Guru SD : seseorang yang masih aktif mengajar di SD yang menjadi tempat penelitian berlangsung dan bersedia mengisi kuesioner (mengikuti prosedur penelitian). 3. Karakteristik sosial ekonomi guru : ciri-ciri sosial ekonomi guru yang diperkirakan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, sikap dan praktek gizi dan keamanan pangan guru, meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja, besar keluarga dan tingkat pendapatan keluarga. 4. Pengetahuan gizi guru : pemahaman guru terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan gizi. Terdiri dari 10 pertanyaan yang kemudian skornya dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu Baik jika skor > 80% dari jawaban yang benar, Sedang 60-80% dari jawaban yang benar dan Kurang jika skor < 60% dari jawaban yang benar. 5. Pengetahuan keamanan pangan guru : pemahaman guru terhadap beberapa hal yang berkaitan dengan keamanan pangan. Terdiri dari 10 pertanyaan yang dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu Baik jika skor > 80% dari jawaban yang benar, Sedang 60-80% dari jawaban yang benar dan Kurang jika skor < 60% dari jawaban yang benar. 6. Sikap guru terkait gizi : tingkat keyakinan atau pendapat responden tentang hal-hal yang berhubungan dengan gizi yang diukur menjawab 10 pernyataan dengan skor jawaban atas pernyataan yang diajukan yaitu kategori Baik jika skor > 80% dari jawaban yang benar, Sedang 60-80% dari jawaban yang benar dan Kurang jika skor < 60% dari jawaban yang benar. 7. Sikap guru terkait keamanan pangan : tingkat keyakinan atau pendapat responden tentang hal-hal yang berhubungan dengan keamanan pangan yang diukur menjawab 10 pernyataan dengan skor jawaban atas pernyataan yang diajukan yaitu kategori Baik jika skor > 80% dari jawaban yang benar, Sedang 60-80% dari jawaban yang benar dan Kurang jika skor < 60% dari jawaban yang benar. 8. Praktek gizi guru : kegiatan guru yang berhubungan dengan konsumsi makanan dan minuman, maupun jajanan yang diukur dengan 10 pertanyaan terkait dengan gizi. 9. Praktek keamanan pangan guru : kegiatan guru yang berhubungan dengan konsumsi makanan dan minuman yang aman, maupun jajanan yang aman diukur dengan 8 pertanyaan terkait dengan keamanan pangan. 10. Persepsi terhadap media pendidikan gizi : pandangan atau penilaian responden terhadap media pendidikan gizi. Penilaian persepsi guru SD diukur dengan 5 pertanyaan terkait lima jenis media pendidikan gizi, meliputi penilaian terhadap pentingnya materi, penyajian tulisan, penyajian gambar, penyajian materi, dan penggunaan media.
21 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain media pendidikan gizi yang memiliki isi pesan yang berbeda-beda sehingga substansi dari media tidak bisa diukur. Dalam pembuatan media bench mark yang digunakan tidak mengacu pada satu materi pokok atau materi tentang gizi dan keamanan pangan yang dijawab kurang tepat oleh para guru.
22
23
5 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Dasar SDN Lawanggintung 01 SDN Lawanggintung 01 terletak di Jalan Lawanggintung No. 22 Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sekolah dengan status akreditasi A, berada pada tanah seluas ± 1593 m2 dengan luas bangunan 865 m2 dan luas halaman 728 m2. Jumlah guru dan staf Pegawai Negeri Sipil (PNS) 18 orang dan non PNS 13 orang, sedangkan jumlah siswa pada tahun ajaran 2008/2009 yaitu 632 siswa, laki-laki sebanyak 326 orang dan perempuan sebanyak 306 orang. Fasilitas yang tersedia di SDN Lawanggintung 01 terdiri dari 13 ruang kelas, 6 tempat cuci tangan, 9 kamar mandi/WC, air yang digunakan bersumber dari PDAM, listrik 3200 Kwh, tempat sampah, kantin sekolah, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang komputer, ruang perpustakaan, ruang UKS, musholla, koperasi, dan lapangan olahraga. Kegiatan yang dijalankan selain kegiatan belajar mengajar meliputi kegiatan ekstrakurikuler seperti tari, mading, volly dan bulu tangkis. Jam kegiatan belajar mengajar dikelompokkan menjadi dua yaitu jam 07.00-13.00 WIB dan 13.00-17.00 WIB. SDN Cimanggu Kecil SDN Cimanggu Kecil merupakan sekolah di wilayah Kota Bogor dengan status akreditasi B yang terletak di Jalan Cimanggu Kecil No. 35 RT 01/07 Kelurahan Ciwaringin Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. SD ini berdiri diatas lahan dengan luas bangunan 1660 m2. Para tenaga pengajar di SDN Cimanggu kecil terdiri dari 16 guru tetap, 2 guru honorer, 2 orang staf tata usaha, dan 1 penjaga sekolah. Siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar berjumlah 555 siswa, laki-laki 276 orang dan perempuan 279 orang. Fasilitas yang dimiliki diantaranya 16 ruang kelas, 8 kamar mandi, 4 tempat cuci tangan, air yang digunakan bersumber dari PAM, listrik 1350 Kwh, ruang perpustakaan, musholla, kantin, koperasi sekolah dan lapangan olahraga. Kegiatan belajar mengajar di SDN Cimanggu Kecil pada pukul 07.00-12.00 WIB dan 12.00-17.00 WIB. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SDN Cimanggu Kecil diantaranya pramuka, seni tari, bela diri, baca Al-Qur’an, voli dan futsal. SDN Pajeleran 01 SDN Pajeleran 01 adalah SD Negeri percontohan dengan akreditasi A yang terletak di Jalan Dadi Kusmayadi RT 01/08 Kelurahan Sukahati, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor 16913. Tanah tempat berdirinya sekolah ini seluas 3697 m2 dengan luas bangunan 2500 m2. Guru yang mengajar di sekolah ini berjumlah 34 orang terdiri dari 22 orang guru PNS dan 12 orang guru non PNS. Jumlah siswa yang berada di SDN Pajeleran 01 sebanyak 1089 siswa terdiri dari siswa laki-laki 585 orang dan siswa perempuan 504 orang dengan rombongan belajar sebanyak 26 rombel. Fasilitas yang ada di SDN Pajeleran 01 terdiri dari ruang kelas (13 ruang), kamar mandi/WC (9 ruang), tempat cuci tangan (5 buah), air PAM, listrik 2200
24 VA, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang komputer, ruang perpustakaan, ruang Pertemuan Kegiatan Guru (PKG), ruang UKS, ruang pramuka, pendopo, pos satpam, dan musholla. Kegiatan belajar mengajar dikelompokkan menjadi dua yaitu jam 07.00-12.00 WIB kelas 1, 2, 5 dan 6 dan 12.30-17.00 WIB kelas 3 dan 4, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SDN Pajeleran 01 terdiri dari tari, bahasa inggris, drama, mading, sepak bola dan basket. SDN Kotabatu 01 SD Negeri Kotabatu yang berada di wilayah kabupaten dengan akreditasi B berlokasi di Jalan Kapten Yusuf No. 1 Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Jumlah guru yang mengajar sebanyak 16 guru, sedangkan jumlah siswa sebanyak 353 (182 laki-laki dan 171 perempuan). Fasilitas yang tersedia di SDN Kotabatu 01 yaitu 6 ruang kelas, 4 kamar mandi/WC, 4 tempat cuci tangan, air yang digunakan bersumber dari air sumur, listrik 900 Kwh, musholla, ruang perpustakaan, ruang komputer, kantin, dan lapangan olahraga. Kegiatan belajar mengajar dimulai dari pukul 07.30-12.15 WIB dan 13.00-17.00 WIB, sedangkan kegiatan ekstrakurikuler terdiri dari bela diri dan mading.
Karakteristik Sosial Ekonomi Jenis Kelamin Secara umum guru perempuan lebih banyak dibandingkan guru laki-laki yaitu 75% dan 25% (Tabel 3). Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Atmaja (2010) juga menunjukkan bahwa guru perempuan 68.7% lebih banyak dibandingkan guru laki-laki (31.3%), begitu juga dengan penelitian Fitri (2007) pada 160 guru di 12 SD di Kota Bogor. Pekerjaan sebagai guru di Indonesia didominasi oleh perempuan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya bidang pekerjaan yang sesuai dijabat oleh wanita seperti sebagai perawat dan guru. Seluruh dunia mengakui bahwa wanita mempunyai peran utama di bidang pendidikan, walaupun terdapat perbedaan mengenai kepada siapa mereka harus memberi pelajaran, hanya kepada siswa putri atau kepada anak-anak kecil saja (Boserup 1984). Wanita dianggap lebih sesuai sebagai guru SD daripada pria baik bagi siswa putra dan putri, sedangkan guru pria lebih sesuai pada tingkat-tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan sebagai kepala sekolah. Wanita yang telah memiliki keluarga pada umumnya lebih memperhatikan anggota keluarganya terutama masalah gizi dan kesehatan, karena peran gandanya yaitu sebagai ibu rumahtangga dan sebagai pengajar atau pendidik. Guru yang telah memiliki pengetahuan terutama mengenai gizi dan keamanan pangan diharapkan dapat memberikan persepsi yang baik terhadap berbagai media pendidikan gizi yang diberikan di sekolah supaya dapat menyampaikan pada siswa dan dapat diaplikasikan juga dalam kehidupan sehari-hari.
25 Tabel 3 Sebaran guru SD berdasarkan jenis kelamin, wilayah dan akreditasi sekolah Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Total
Wilayah Kabupaten % n % 76.5 25 73.5 23.5 9 26.5 100.0 34 100.0
Akreditasi
Kota n 26 8 34
A n 33 9 42
Total
B
% 78.6 21.4 100.0
n 18 8 26
% 69.2 30.8 100.0
n 51 17 68
% 75.0 25.0 100.0
Umur Sumarwan (2003) mengelompokkan umur seseorang menjadi: (a) Dewasa awal (19-24 tahun), (b) Dewasa lanjut (25-35 tahun), (c) Separuh baya (36-50 tahun), dan (d) Tua (51-65 tahun). Umur guru bagian terbesar pada kelompok separuh baya (61.8%) dan persentase terkecil umur guru adalah pada kelompok dewasa awal (4.4%) (Tabel 4). Rata-rata umur guru baik pria maupun wanita yaitu 42.3 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata umur guru baik pria maupun wanita masih termasuk pada kelompok umur yang produktif. Menurut Badan Pusat Statistik (2010) umur produktif seseorang yaitu pada kisaran 15-64 tahun. Seseorang yang termasuk kategori usia produktif pada umumnya memiliki daya ingat yang masih baik dan hal ini menunjang penelitian dalam menjawab pertanyaan dan pernyataan mengenai pengetahuan, sikap, praktek gizi dan keamanan pangan serta dapat memberikan persepsi mengenai berbagai media pendidikan gizi yang akan digunakan untuk intervensi pendidikan gizi. Guru diharapkan dapat memberikan penjelasan selain menjawab pertanyaan yang diberikan terutama mengenai persepsi pada media pendidikan gizi. Hasil uji beda t-test menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata (p>0.05) antara umur guru di kota dan kabupaten. Demikian halnya pada uji beda t-test antara umur guru di sekolah akreditasi A dan B yang juga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata (p>0.05). Tabel 4 Keragaan statistik dan sebaran guru SD berdasarkan umur, wilayah dan akreditasi sekolah Kelompok Umur (Tahun) Dewasa awal (19-24) Dewasa lanjut (25-35) Separuh baya (36-50) Tua (51-65) Total Rataan ± Simpangan baku Nilai P
Wilayah Kabupaten % n % 2.9 2 5.9 20.6 6 17.6 58.8 22 64.7 17.6 4 11.8 100.0 34 100.0
Akreditasi
Kota n 1 7 20 6 34
43.2 ± 9.2
41.3 ± 9.9
0.612
A n 2 9 25 6 42
Total
B
% 4.8 21.4 59.5 14.3 100.0
40.9 ± 9.6
n 1 4 17 4 26
% 3.8 15.4 65.4 15.4 100.0
44.5 ± 9.1
0.616
n 3 13 42 10 68
% 4.4 19.1 61.8 14.7 100.0
42.3 ± 9.5
26 Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang kualitas sumberdaya manusia. Tingkat pendidikan yang tinggi terutama yang berkaitan dengan pengetahuan gizi yang baik tentang informasi gizi dan kesehatan akan mendorong terbentuknya perilaku makan yang baik (Sediaoetama 1991). Tabel 5 menunjukkan tingkat pendidikan guru SD umumnya S1 (47.1%) dan Diploma (47.1%). Menurut pembagian wilayah terlihat bahwa guru yang memiliki pendidikan S1 di wilayah kota lebih besar dari guru di wilayah kabupaten yaitu 50% dan 44.1%. Ditinjau dari akreditasi sekolah terlihat bahwa guru yang memiliki pendidikan S1 di sekolah yang terakreditasi B (53.8%) lebih besar dari sekolah berakreditasi A (42.9%). Hal ini diduga bahwa kesadaran guru yang tinggi dalam memotivasi diri sendiri dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di SD. Apabila anggaran untuk guru tersedia, maka guru dapat dibiayai oleh negara. Tabel 5 Sebaran guru SD berdasarkan tingkat pendidikan, wilayah dan akreditasi sekolah Tingkat Pendidikan SMA/Sederajat Diploma S1 Total
Wilayah Kabupaten % n % 8.8 1 2.9 41.2 18 52.9 50.0 15 44.1 100.0 34 100.0
Akreditasi
Kota n 3 14 17 34
A n 3 21 18 42
% 7.1 50.0 42.9 100.0
Total
B n 1 11 14 26
% 3.8 42.3 53.8 100.0
n 4 32 32 68
% 5.9 47.1 47.1 100.0
Sumarwan (2003) mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara pandang, cara berpikir, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Sebaran antara tingkat pendidikan dan umur pada Tabel 6 terlihat bahwa 78.1% guru pada kelompok separuh baya memiliki pendidikan S1. Hal ini belum sesuai dengan ketentuan pengajaran Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang menyatakan bahwa syarat guru di Indonesia minimal S1 bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran. Kualifikasi akademik pendidikan untuk guru SD/MI minimal adalah S1 dengan latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi serta sertifikat profesi guru untuk SD/MI. Namun kondisi pendidikan guru SD di Kota dan Kabupaten Bogor masih belum menunjukkan seperti yang diharapkan. Hardini (2008) menunjukkan persentase jumlah guru SD yang belum mencapai pendidikan S1 di Kota dan Kabupaten Bogor sebanyak 79.3% dan 82.6%. Faktor yang mempengaruhi kebijakan pemerintah di Kota dan Kabupaten Bogor dalam peningkatan pendidikan guru SD yaitu keterbatasan dana. Prioritas pembangunan pendidikan Kota Bogor adalah untuk menuntaskan Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) dan SD gratis, sedangkan Kabupaten Bogor selain menuntaskan Wajar Dikdas, adalah untuk merenovasi gedung sekolah yang rusak serta meningkatkan nilai IPM.
27 Tabel 6 Sebaran guru SD berdasarkan tingkat pendidikan dan umur Tingkat Pendidikan SLTA Diploma S1 n % n % n % 1 25.0 2 6.3 0 0.0 3 75.0 8 25.0 2 6.3 0 0.0 17 53.1 25 78.1 0 0.0 5 15.6 5 15.6 4 100.0 32 100.0 32 100.0
Umur (Tahun) Dewasa awal (19-24) Dewasa lanjut (25-35) Separuh baya (36-50) Tua (51-65) Total
Total n
% 10.4 35.4 43.8 10.4 100.0
3 13 42 10 68
Lama Bekerja Guru yang bekerja di sekolah sebelumnya dan di sekolah saat ini masuk sebagai variabel lama bekerja sebagai guru. Lama bekerja sebagai guru dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu 1-10 tahun, 11-20 tahun, 21-30 tahun, 31-40 tahun, lebih dari 40 tahun. Sebarannya dapat dilihat pada Tabel 7 yang menunjukkan bahwa sebagian besar guru baik di kota dan kabupaten maupun sekolah akreditasi A dan B bekerja antara 21-30 tahun (42.6%) dan 1-10 tahun (29.4%). Hanya sebesar 1.5% guru SD yang bekerja lebih dari 40 tahun berada di wilayah kota dengan status akreditasi sekolah B. Guru yang lama bekerjanya 41 tahun ini masih termasuk ke dalam umur produktif karena usianya adalah 63 tahun. Hasil uji beda t-test menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata (p>0.1) antara lama bekerja guru di kota dan kabupaten, sedangkan menurut pembagian mutu sekolah berdasarkan hasil uji beda t-test ada perbedaan antara guru di sekolah akreditasi A dan B (p<0.05). Penelitian yang dilakukan Atmaja (2010) menunjukkan bahwa sebagian besar guru yang memiliki lama bekerja antara 1-10 tahun sebanyak 46.9% dan 21-30 tahun sebanyak 31.2%. Tabel 7 Keragaan statistik dan sebaran guru SD berdasarkan lama bekerja, wilayah dan akreditasi sekolah Lama bekerja (Tahun) 1-10 11-20 21-30 31-40 >40 Total Rataan ± Simpangan baku Nilai P
Kota n 8 6 15 4 1 34
Wilayah Kabupaten % n %
23.5 17.6 44.1 11.8 2.9 100.0
19.9 ± 10.1
12 2 14 6 0 34
35.3 5.9 41.2 17.6 0.0 100.0
19.1 ± 10.3
0.666
Akreditasi A
Total
B
n
%
n
%
n
%
16 3 19 4 0 42
38.1 7.1 45.2 9.5 0.0 100.0
4 5 10 6 1 26
15.4 19.2 38.5 23.1 3.8 100.0
20 8 29 10 1 68
29.4 11.8 42.6 14.7 1.5 100.0
17.6 ± 10.1
22.6 ± 9.7
19.5 ± 10.1
0.049
Lama bekerja guru yang dikaitkan dengan kelompok umur terlihat pada Tabel 8 bahwa sebagian besar guru yang lama bekerja antara 21-30 tahun termasuk dalam kelompok umur separuh baya yaitu 36-50 tahun. Faktor umur dan lama bekerja terkait dengan perilaku dan persepsi guru yang berbeda-beda. Guru yang bekerja lebih lama diduga memiliki pengalaman yang berbeda-beda terutama mengenai gizi dan keamanan pangan yang dapat diperoleh dari mana saja dan
28 berbagai jenis media pendidikan gizi yang pernah mereka baca maupun lihat akan menghasilkan persepsi yang baik apabila perilaku gizi dan keamanan pangan guru hasilnya baik. Tabel 8 Sebaran guru SD berdasarkan lama bekerja dan kelompok umur Lama bekerja (Tahun) 1-10 11-20 21-30 31-40 >40 Total
Dewasa awal (19-24) n % 3 100.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 3 100.0
Kelompok Umur (Tahun) Dewasa lanjut Separuh (25-35) baya (36-50) n % n % 10 76.9 7 16.7 3 23.1 5 11.9 0 0.0 26 61.9 0 0.0 4 9.5 0 0.0 0 0.0 13 100.0 42 100.0
Tua (51-65) n % 0 0.0 0 0.0 3 30.0 6 60.0 1 10.0 10 100.0
Total n 20 8 29 10 1 68
% 29.4 11.8 42.6 14.7 1.5 100.0
Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah guru tersebut dan tercantum dalam Kartu Keluarga (KK). Dilihat dari sebaran pada Tabel 9, sebagian besar (77.9%) guru baik di wilayah kota maupun kabupaten dengan akreditasi A dan B memiliki besar keluarga dengan kategori kecil. Secara keseluruhan, rata-rata besar keluarga guru adalah 4 orang. Proporsi besar keluarga kategori sedang antara guru di kabupaten (29.4%) lebih besar dibandingkan di kota (14.7%). Begitu pula pembagian menurut akreditasi, proporsi kategori keluarga sedang (5-7 orang) pada sekolah akreditasi B (34.6%) lebih besar dari akreditasi A (14.3%). Peran guru yang telah berkeluarga pada umumnya lebih memperhatikan masalah pangan, gizi, kesehatan dan keamanan pangan, seperti guru perempuan yang memiliki dua profesi yaitu mengajar dan sebagai ibu rumahtangga yang menyajikan makanan di rumah untuk keluarga; apabila anaknya sudah mengenal jajanan maka akan diberikan perhatian ekstra supaya tidak terkena penyakit akibat salah memilih jajanan yang menyehatkan. Menurut Suhardjo (2003) bahwa kurang energi dan protein berat akan sedikit dijumpai bila jumlah anggota keluarganya lebih kecil. Hal ini terjadi karena jika besar keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orangtua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sedang tumbuh memerlukan pangan relatif lebih tinggi daripada golongan yang lebih tua.
29 Tabel 9 Keragaan statistik dan sebaran guru SD berdasarkan besar keluarga, wilayah dan akreditasi sekolah Besar keluarga (Orang) Kecil (≤ 4) Sedang (5-7) Total Rataan ± Simpangan baku Nilai P
Wilayah Kabupaten % n nn % 85.3 24 70.6 14.7 10 29.4 100.0 34 100.0
Akreditasi
Kota n 29 5 34
3.4 ± 1.4
A n 36 6 42
4.0 ± 1.2
Total
B
% 85.7 14.3 100.0
n 17 9 26
3.5 ± 1.4
0.148
% 65.4 34.6 100.0
4.0 ± 1.1
n 53 15 68
% 77.9 22.1 100.0
3.7 ± 1.3
0.050
Tingkat Pendapatan Keluarga Pendapatan perkapita perbulan digunakan sebagai gambaran keadaan ekonomi keluarga guru. Batas garis kemiskinan yang telah ditetapkan oleh BPS tahun 2008 kurang dari Rp176 216 perkapita/bulan. Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari (garis kemiskinan Bank Dunia sebesar USD $2 per kapita per hari). Standar Kemiskinan Internasional yang dikeluarkan Bank Dunia menyatakan penduduk miskin adalah yang memiliki pengeluaran per hari sebesar US$2 atau kurang (dengan Kurs Rupiah Rp9 000,- maka Penduduk dikatakan miskin bila berpendapatan kurang dari Rp18 000,-). Hasil penelitian menunjukkan (Tabel 10) bahwa seluruh guru dalam penelitian ini berlatar belakang keluarga mampu atau tidak miskin yang berdasarkan pada rata-rata tingkat pendapatan keluarga yang lebih dari Rp176 216 per kapita/bulan (BPS 2008). Hal ini menunjukkan tingkat kesejahteraan guru sudah cukup baik. Selain itu juga terkait dengan besar keluarga yang sebagian besar guru memiliki besar keluarga kecil (≤4 orang). Besar keluarga akan mempengaruhi pola pengalokasian untuk pemenuhan kebutuhan pangan pada rumah tangga. Semakin besar keluarga, maka alokasi pangan untuk tiap individu akan semakin berkurang. Tabel 10 Sebaran guru SD berdasarkan garis kemiskinan, wilayah dan akreditasi sekolah Tingkat Pendapatan (Rp/Kap/Bln) BPS Miskin <176.216 Tidak miskin ≥176.216 Bank Dunia (Kap/hari) <$1 ≥$1 US $ 2 (Kap/hari) <$2 ≥$2 Gold Standard < 690.000 ≥ 690.000 Total
Kota n
Wilayah Kabupaten % n %
Akreditasi A
Total
B
n
%
n
%
n
%
3 31
8.8 91.2
6 28
17.6 82.4
8 34
19.0 81.0
1 25
3.8 96.2
9 59
13.2 86.8
6 28
17.6 82.4
7 27
20.6 79.4
10 32
23.8 76.2
3 23
11.5 88.5
13 55
19.1 80.9
14 20
41.2 58.8
19 15
55.9 44.1
22 20
52.4 47.6
11 15
42.3 57.7
33 35
48.5 51.5
19 15 34
55.9 44.1 100.0
25 9 34
73.5 26.5 100.0
28 14 42
66.7 33.3 100.0
16 10 26
61.5 38.5 100.0
44 24 68
64.7 35.3 100.0
30 Tabel 11 memperlihatkan bahwa secara umum (52.9%) guru memiliki tingkat pendapatan keluarga pada kisaran Rp500 000 – Rp1 000 000 perkapita/bulan. Pembagian menurut wilayah menunjukkan persentase pendapatan terbesar pada guru di kota yaitu pada kisaran Rp500 000 – Rp1 juta per kapita/bulan (55.9%), sedangkan di kabupaten persentase terbesar yaitu 50.0%. Pada pembagian menurut akreditasi sekolah menunjukkan bahwa persentase terbesar tingkat pendapatan keluarga guru di sekolah akreditasi A yaitu pada kisaran Rp500 000 – Rp1 juta per kapita/bulan sebesar 52.4%, sedangkan persentase terbesar di sekolah akreditasi B (53.8%). Persentase terendah yaitu hanya sebesar 1.5 % di sekolah akreditasi A atau di wilayah kota yang memiliki tingkat pendapatan keluarga pada kisaran Rp1 500 000 – Rp2 000 000 per kapita/bulan. Menurut Riyadi (1996), kemampuan seseorang dalam menerapkan pengetahuan gizi berpengaruh dalam pemilihan pangan. Oleh karena itu, dengan semakin besar pendapatan seseorang tetapi tidak diimbangi dengan pengetahuan gizi yang baik, maka orang tersebut akan kesulitan memilih jenis maupun jumlah pangan yang baik untuk dikonsumsi. Tabel 11 Sebaran guru SD berdasarkan tingkat pendapatan keluarga, wilayah dan akreditasi sekolah Wilayah
Akreditasi
Tingkat Pendapatan (Rp1000/Kap/Bln)
n
%
n
%
n
%
< 500
11
32.4
13
38.2
15
35.7
500-1.000
19
55.9
17
50.0
22
11.8
4
0.0 100.0
1 42
1.000-1.500 1.500-2.000 Total
Kota
3 1 34
Kabupaten
8.8 2.9 100.0
4 0 34
A
Total
B n
%
n
%
9
34.6
24
35.3
52.4
14
53.8
36
52.9
9.5
3
11.5
7
10.3
2.4 100.0
0 26
0.0 100.0
1 68
1.5 100.0
Pengetahuan, Sikap, Praktek Gizi dan Keamanan Pangan Perilaku yang merupakan cerminan dari kehidupan sehari-hari akan menggambarkan pengetahuan yang dimiliki, sikap yang ditunjukkan dan prakteknya di lapangan. Guru SD merupakan tenaga pendidik yang dijadikan suri tauladan terbaik bagi peserta didiknya. Menurut Atmaja (2010) mengingat pentingnya arti pendidikan mengenai gizi seimbang pada anak usia sekolah dasar guna pembentukan perilaku makan yang baik dan sehat, maka diperlukan tenaga pendidik yaitu guru yang memiliki wawasan yang luas dalam hal pengetahuan gizi. Hasil penelitiannya menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan gizi guru setelah diberi pelatihan mengenai pemahaman tentang materi gizi seimbang. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa sebanyak 50% guru memiliki pengetahuan gizi dan keamanan pangan sedang (Tabel 12). Dilihat dari mutu sekolah menunjukkan bahwa pengetahuan guru di sekolah yang terakreditasi A lebih baik (kategori sedang 54.76%) dari sekolah yang akreditasi B (kategori kurang 46.15%). Guru di SD yang berakreditasi A mempunyai akses pengetahuan lebih luas dibandingkan guru di SD berakreditasi B. Rata-rata skor pengetahuan gizi dan keamanan pangan guru di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor relatif sama yaitu 58.4±12.2 dan 60.6±11.5. Octaviana (2011) menyatakan pengetahuan gizi yang baik diperoleh dari berbagai sumber informasi.
31 Tabel 12 Keragaan statistik dan sebaran guru SD berdasarkan pengetahuan, sikap, praktek gizi dan keamanan pangan Kategori Pengetahuan Kurang Sedang Baik Rata-rata±SD Sikap Netral Positif Rata-rata±SD Praktek Kurang Cukup Rata-rata±SD Total
Wilayah Kota Kabupaten n % n %
Akreditasi Sekolah A B % n %
n
15 44.1 17 50.0 2 5.9 58.4±12.2
14 41.2 17 50.0 3 8.8 60.6±11.5
17 40.5 23 54.8 2 4.8 59.8±10.0
12 46.2 11 42.3 3 11.5 59.0±14.4
29 42.6 34 50.0 5 7.4 59.4±11.8
16 47.1 18 52.9 78.2±8.2
14 41.2 20 58.8 79.3±6.9
23 54.8 19 45.2 77.7±6.5
7 26.9 19 73.1 80.4±8.82
30 38
0 0.0 34 100.0 71.8±3.4 34 100.0
2 5.9 32 94.1 70.8±6.2 34 100.0
2 4.8 40 95.2 72.4±5.4 42 100.0
0 0.0 26 100.0 69.5±3.72 26 100.0
2 66
Total n
%
44.1 55.9 78.9±7.5
2.9 97.1 71.1±5.0 68 100.0
Sikap positif terkait gizi dan keamanan pangan menunjukkan persentase sebesar 55.9%. sikap netral yang cukup tinggi yaitu 44.1% menyatakan bahwa guru kurang yakin dengan pernyataan tekair gizi dan keamanan pangan, sehingga hal ini dapat dijadikan landasan dalam menentukan materi yang akan diberikan dalam suatu intervensi pendidikan. Sikap gizi merupakan tahapan lebih lanjut dari pengetahuan yang dimiliki seseorang. Seseorang dengan pengetahuan yang baik maka akan memiliki sikap yang baik pula. Dukungan pengetahuan seseorang yang dapat menumbuhkan suatu sikap dan keyakinan atas sesuatu, belum menjamin bahwa seseorang akan bertindak sesuai dengan apa yang diketahui dan dipahaminya (Khomsan 2000). Rata-rata skor sikap gizi dan keamanan pangan guru SD menurut wilayah kota dan kabupaten relatif sama yaitu 78.2±8.2 dan 79.3±6.9. Berdasarkan akreditasi terlihat bahwa SD berakreditasi B (80.4±8.82) memiliki sikap lebih baik dari A (77.7±6.5). Rata-rata skor pengetahuan guru di SD berakreditasi B lebih rendah akan tetapi memiliki sikap lebih positif, hal ini diduga guru memiliki tingkat keyakinan atau pendapat yang berbeda tentang hal informasi yang diperoleh, pengalaman dan perilaku yang tidak hanya bersumber dari pengetahuan saja (Notoatmodjo 2007). Sebanyak 97.1% guru termasuk kategori cukup dalam hal praktek terkait gizi dan keamanan pangan. Walaupun praktek guru pada kategori kurang hanya 2.9% akan tetapi belum ada guru yang menunjukkan praktek gizi dan keamanan pangan yang baik. Secara wilayah rata-rata skor praktek gizi dan keamanan pangan relatif sama baik kota (71.8±3.4) maupun kabupaten (70.8±6.2). Demikian pula akreditasi A (72.4±5.4) dan B (69.5±3.72). Praktek yang baik perlu didukung oleh sarana dan prasarana yang mencukupi seperti daya beli dan penyediaan makanan jajanan di kantin. Hal ini sesuai dengan pendapat In-Iw et al (2012) dari hasil penelitian di Sekolah Satriwatrakhang, Thailand bahwa makanan yang disediakan di kantin disesuaikan dengan kebutuhan siswa, selain itu guru harus selektif dalam membeli makanan jajanan supaya siswa lebih memilih jajanan yang sehat, bergizi dan aman (Octaviana 2011).
32 Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan Pengetahuan gizi dan keamanan pangan guru SD merupakan salah satu aspek penting untuk menunjang pemberian materi gizi dan keamanan pangan pada siswa. Guru yang memiliki pengetahuan gizi dan keamanan pangan yang baik maka akan menyampaikan pada siswa dengan baik dan benar. Guru SD sangat berpotensi dalam menyampaikan pesan-pesan gizi praktis kepada siswanya. Pesan yang dikemas dalam satu paket pendidikan gizi yang berorientasi untuk memperkenalkan dan menanamkan kebiasaan makan yang baik dan benar sejak usia muda berdampak positif terhadap perilaku gizi siswa dan keluarga (Hermina et al. 2004). Pada penelitian ini, secara umum dapat dikatakan bahwa pengetahuan guru tentang gizi dan keamanan pangan termasuk pada kategori sedang (50.0%). Materi terkait gizi dan keamanan pangan diukur melalui pengetahuan gizi dan keamanan pangan. Pengetahuan gizi dan keamanan pangan guru diketahui dengan menilai pemahaman guru terhadap 20 pertanyaan dalam bentuk multiple choice tentang gizi dan keamanan pangan yang dibagi ke dalam 10 pertanyaan terkait gizi dan 10 pertanyaan mengenai keamanan pangan. Berdasarkan Tabel 13 pada pertanyaan terkait gizi dapat diketahui bahwa terdapat dua pertanyaan mengenai gizi yang seluruhnya (100%) mampu dijawab oleh guru. Pertanyaan pertama adalah pertanyaan tentang definisi pangan bergizi yang merupakan pangan yang mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menunjang kesehatan. Pertanyaan kedua terdapat pada guru SD di sekolah berakreditasi A yaitu pertanyaan mengenai makanan yang mengandung zat besi. Namun terdapat beberapa pemahaman tentang gizi yang masih rendah pada guru SD diantaranya adalah zat penghasil energi terdiri dari karbohidrat, protein, lemak (20.6%), ciriciri pangan sumber lemak (39.7%), penyakit kekurangan karbohidrat dan protein (13.2%), pentingnya sarapan (55.9%), fungsi vitamin A (36.8%) serta buah yang paling banyak mengandung vitamin C (14.7%). Pengetahuan guru terkait keamanan pangan masih kurang dapat dipahami sepenuhnya oleh sebagian besar guru. Guru yang dapat menjawab dengan benar paling banyak terdapat pada pertanyaan mengenai dampak mengonsumsi makanan yang tercemar mikroba (92.6%) dan contoh makanan yang mengandunng bahan kimia berbahaya (97.6%). Pengetahuan guru terkait keamanan pangan mengenai Bahan Tambahan Pangan (BTP) kurang dimengerti oleh sebagian besar guru. Guru yang dapat menjawab dengan benar pada beberapa pertanyaan terkait BTP masih sangat rendah diantaranya mengenai definisi BTP (55.9%), contoh BTP (13.2%) dan BTP aman dengan dosis yang tepat (17.6%). Hal ini sejalan dengan penelitian Octaviana (2011) yang menyatakan bahwa pertanyaan terkait pengetahuan tentang BTP yang tidak dijawab dengan benar oleh guru terdapat pada pertanyaan mengenai contoh BTP, fungsi formalin, contoh makanan yang mungkin ditambahkan formalin dan fungsi Monosodium Glutamat (MSG).
33 Tabel 13 Persentase guru SD yang menjawab benar pengetahuan gizi dan keamanan pangan berdasarkan wilayah dan akreditasi sekolah Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan
Wilayah Kota Kab
Akreditasi A B %
Total
Pertanyaan Pengetahuan Gizi 1. Definisi pangan yang bergizi
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
2.
Zat gizi penghasil energi
23.5
17.6
16.7
26.9
20.6
3.
Yang bukan ciri-ciri sumber lemak
29.4
50.0
40.5
38.5
39.7
4.
Makanan yang mengandung zat besi
88.2
97.1
100.0
80.8
92.6
5.
Penyakit kekurangan KH dan protein
5.9
20.6
7.1
23.1
13.2
6.
Pentingnya sarapan
58.8
52.9
42.9
76.9
55.9
7.
Fungsi air bagi tubuh
88.2
85.3
83.3
92.3
86.8
8.
Fungsi vitamin A
35.3
38.2
40.5
30.8
36.8
9.
Kandungan gizi fast food
82.4
64.7
73.8
73.1
73.5
10.
Buah yang paling banyak mengandung vitamin C
14.7
14.7
9.5
23.1
14.7
Pengetahuan Keamanan Pangan 11. Definisi pangan yang aman
82.4
88.2
85.7
84.6
85.3
12.
Jenis cemaran pada rambut di kue
79.4
67.6
73.8
73.1
73.5
13.
Akibat konsumsi makanan yang tercemar mikroba
94.1
91.2
90.5
96.2
92.6
14.
Definisi Bahan Tambahan Pangan (BTP) Contoh makanan mengandung bahan kimia berbahaya
61.8
50.0
69.0
34.6
55.9
85.3
82.4
97.6
61.5
83.8
Yang bukan merupakan contoh BTP Pangan yang biasanya menggunakan formalin
0.0
26.5
14.3
11.5
13.2
97.1
82.4
85.7
96.2
89.7
47.1
64.7
57.1
53.8
55.9
82.4
94.1
85.7
92.3
88.2
11.8
23.5
21.4
11.5
17.6
15. 16. 17. 18. 19. 20.
Penggunaan pemanis buatan pada pangan BTP pada sirup warna merah dan agak pahit saat ditelan Yang tidak termasuk BTP aman dengan dosis yang tepat
Contento (2007) mengemukakan bahwa pengetahuan gizi dapat ditingkatkan, antara lain melalui pendidikan gizi dengan cara pemberian edukasi terhadap guru. Tujuan pendidikan gizi terhadap guru adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan guru sehingga dapat memberikan pendidikan gizi yang baik kepada siswanya. Sikap Gizi dan Keamanan Pangan Secara umum sebagian guru SD memiliki sikap positif terkait gizi dan keamanan pangan (55.9%). Sikap gizi dan keamanan pangan guru diukur melalui 20 pernyataan yang terdiri dari 10 pernyataan terkait gizi dan 10 pernyataan terkait keamanan pangan. Pernyataan mengenai gizi yang dapat dijawab dengan benar oleh semua guru SD (100.0%) yaitu pernyataan tentang minum air tidak hanyaa pada saat haus saja terdapat di wilayah kabupaten dan sekolah berakreditasi A, sarapan juga penting walaupun istirahat dapat jajan terdapat di
34 wilayah kota dan pada sekolah akreditasi B (Tabel 14). Pernyataan terkait gizi yang masih rendah terdapat pada pernyataan mengenai porsi nasi sedikit saja agar tidak gemuk (27.9%), makan makanan yang beragam dapat meningkatkan nafsu makan berlebih (38.2%). Persentase pada Tabel 14 menunjukkan terdapat pernyataan mengenai keamanan pangan yang dijawab dengan benar oleh seluruh guru (100.0%) diantaranya makanan yang terbebas dari bakteri belum dikatakan aman berada di wilayah Kabupaten Bogor, perlunya membaca label pada kemasan makanan untuk melihat batas aman berada pada sekolah berakreditasi B, selalu memperhatikan kebersihan makanan maupun tempat berjualan berada pada wilayah kota dan kabupaten serta sekolah berakreditasi B. Pernyataan mengenai harus memberi nasehat walaupun orangtua sudah menasehati perihal keamanan pangan, sangat penting bagi sekolah melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap penjual pangan jajanan serta menyiapkan fasilitas mencuci tangan juga dijawab dengan benar oleh seluruh guru baik di wilayah kota dan kabupaten maupun di sekolah akreditasi A dan B. Pada pernyataan mengenai pangan jajanan yang aman sedikit pun tidak boleh menggunakan pemanis buatan dijawab setuju oleh 17.6% guru, hal ini diduga bahwa guru tidak mengetahui batas aman pemanis buatan yang terdapat pada pangan jajanan yang layak untuk dikonsumsi. Octaviana (2011) menyatakan bahwa 40% guru yang memiliki sikap positif mengenai BTP yang digunakan dalam pengolahan jajanan dapat memperbaiki kualitas dan membuat jajanan jadi lebih menarik. Guru menyebutkan apabila makanan tidak menggunakan BTP dapat mempengaruhi selera makan. Tabel 15 menunjukkan bahwa persentase terbesar guru SD mempunyai pengetahuan kurang dan memiliki sikap netral terkait gizi dan keamanan pangan (72.4%). Individu yang berpengetahuan baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya di dalam pemilihan maupun pengolahan pangan sehingga konsumsi pangan yang mencukupi kebutuhan bisa lebih terjamin (Suhardjo 2003).
35 Tabel 14 Persentase guru SD yang menjawab positif sikap gizi dan keamanan pangan berdasarkan wilayah dan akreditasi sekolah No
Pernyataan Sikap Gizi dan Keamanan Pangan
Sikap Gizi 1. Makanan sehat tidak perlu bersih, asalkan mengandung zat gizi 2. Jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh sama setiap orang 3. Porsi nasi sedikit saja agar tidak gemuk
Wilayah Kota Kab
Akreditasi A B %
Total
91.2
94.1
90.5
96.2
92.6
82.4
82.4
78.6
88.5
82.4
32.4
23.5
28.6
26.9
27.9
4.
Makanan jajanan mengandung zat gizi
20.6
38.2
28.6
30.8
29.4
5.
Sebaiknya minum air hanya saat haus
97.1
100.0
100.0
96.2
98.5
6.
Sarapan tidak penting karena istirahat dapat jajan Makan makanan yang beragam dapat meningkatkan nafsu makan berlebih
100.0
97.1
97.6
100.0
98.5
41.2
35.3
31.0
50.0
38.2
Memilih jajan dibandingkan membawa bekal Memilih makanan berlemak dibandingkan sayur Memilih konsumsi suplemen vitamin C dibandingkan buah
97.1
82.4
95.2
80.8
89.7
94.1
97.1
95.2
96.2
95.6
91.2
94.1
95.2
88.5
92.6
85.3
52.9
95.2
84.6
91.2
47.1
100.0
38.1
69.2
50.0
97.1
17.6
97.6
100.0
98.5
17.6
94.1
16.7
19.2
17.6
97.1 73.5
82.4 97.1
95.2 73.8
96.2 84.6
95.6 77.9
100.0
100.0
97.6
100.0
98.5
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
7. 8. 9. 10.
Sikap Keamanan Pangan 11. Sangat penting membeli makanan jajanan yang sehat dan aman 12. Makanan yang terbebas dari bakteri sudah dikatakan aman 13. Tidak perlu membaca label pada kemasan makanan karena sudah dijamin aman 14. Pangan jajanan yang aman sedikit pun tidak boleh menggunakan pemanis buatan 15. Sangat penting memeriksa kemasan pangan 16. Plastik adalah kemasan paling bagus dan aman untuk berbagai jenis makanan 17. Selalu memperhatikan kebersihan makanan maupun tempat berjualan 18. Guru tidak perlu memberi nasihat perihal keamanan pangan karena orang tua sudah menasihati 19. Sangat penting bagi sekolah melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap penjual pangan jajanan 20. Sangat penting bagi sekolah untuk menyiapkan fasilitas mencuci tangan
36 Tabel 15 Sebaran guru SD berdasarkan pengetahuan dan sikap gizi dan keamanan pangan Sikap Kategori
Netral n
Total
Positif %
n
%
n
%
Pengetahuan Kurang
21
72.4
8
27.6
29
100.0
Sedang
22
61.1
14
38.9
36
100.0
1
33.3
2
66.7
3
100.0
44
64.7
24
35.3
68
100.0
Baik Total
Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dan keamanan pangan guru SD dengan sikap gizi dan keamanan pangan guru SD, p>0.1 (Tabel 16). Pada umumnya pengetahuan yang baik akan menunjukkan sikap yang lebih baik pula, seperti pada penelitian Octaviana (2011) yang menyatakan bahwa siswa yang berpengetahuan gizi baik dapat mencerminkan sikap gizi yang baik pula (62.9%). Akan tetapi pada kenyataannya guru memiliki sikap yang berbeda walaupun pengetahuan yang dimiliki lebih baik dari sikap. Sebaran guru terlihat bahwa guru yang memiliki pengetahuan kurang menunjukkan sikap netral terkait gizi dan keamanan pangan (72.4%). Tabel 16 Korelasi antara pengetahuan dengan sikap gizi dan keamanan pangan Statistik n Koefisien korelasi Peluang
Pengetahuan 68 0.183 0.136
Praktek Gizi dan Keamanan Pangan Penelitian ini mengukur praktek gizi dan keamanan pangan guru SD. Pertanyaan terkait gizi berjumlah 10 pertanyaan dalam bentuk multiple choice, dan pertanyaan mengenai keamanan pangan berjumlah 8 pertanyaan. Hasil analisis pada Tabel 17 menunjukkan bahwa pertanyaan mengenai gizi belum dapat dijawab dengan benar (100.0%) oleh seluruh guru sesuai dengan praktek gizi yang baik. Praktek yang masih rendah terdapat pada pertanyaan mengenai frekuensi minum susu ditunjukkan oleh 40.8% guru yang mempraktekkan minum susu dalam satu bulan terakhir. Praktek gizi terkait BTP juga terlihat bahwa guru SMP di Kota Bogor kadang-kadang juga mengonsumsi jajanan seperti es eirup, minuman kemasan, permen (40.0%), mie dan bakso (100.0%) serta snack dan gorengan (80.0%) (Octavana 2011). Praktek keamanan pangan diterapkan dengan baik diantaranya setiap membeli makanan yang aman 100.0% guru memperhatikan rasa, kebersihan tempat berjualan, kebersihan penjual, tanggal kadaluwarsa pada kemasan dan label. Praktek keamanan yang kurang baik ditunjukkan dengan sebanyak 37.7% guru jarang mencuci tangan menggunakan sabun sehingga kurang terjaga kebersihannya.
37 Tabel 17 Persentase guru SD yang menjawab tepat praktek gizi dan keamanan pangan berdasarkan wilayah dan akreditasi sekolah Pertanyaan Praktek Gizi dan Keamanan Pangan
No
Wilayah Kota
Kab
Akreditasi A
Total
B
% Praktek Gizi 1. Frekuensi makan makanan utama dalam sehari 2. Frekuensi sarapan dalam seminggu
70.6
64.0
68.5
65.4
67.3
70.6
63.2
66.7
67.3
66.9
3.
Frekuensi minum air putih dalam sehari
61.0
62.5
65.5
55.8
61.8
4.
Frekuensi makan makanan selingan (camilan) dalam sehari Frekuensi minum susu dalam satu bulan terakhir Frekuensi membeli makanan fast food dalam satu bulan terakhir Frekuensi membeli makanan jajanan di pinggir jalan dalam satu bulan terakhir Garam yang digunakan di rumah
55.1
60.3
57.1
58.7
57.7
39.7
41.9
42.9
37.5
40.8
73.5
72.1
73.2
72.1
72.8
72.1
73.5
71.4
75.0
72.8
75.0
74.3
74.4
75.0
74.6
Frekuensi melakukan kegiatan fisik atau olahraga Merokok
42.2
47.1
47.6
39.7
44.6
58.8
60.8
61.9
56.4
59.8
66.7
65.7
66.7
65.4
66.2
63.7
60.8
63.5
60.3
62.3
97.1
100.0
100.0
96.2
98.5
Lama (maksimum) menyimpan makanan 79.4 80.1 yang digoreng Setiap membeli makanan yang aman memperhatikan
81.0
77.9
79.8
a. Rasa
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
b. Aroma
97.1
94.1
97.6
92.3
95.6
c. Kebersihan makanan
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
d. Warna
91.2
82.4
90.5
80.8
86.8
e. Kebersihan tempat berjualan
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
f. Kebersihan penjual
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
g. Tidak pernah memperhatikan
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
5. 6. 7. 8. 9. 10.
Praktek Keamanan Pangan 11. 12. 13. 14. 15.
16.
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan Mencuci tangan dengan menggunakan sabun Mencuci tangan dengan air mengalir
Setiap membeli makanan yang dikemas memperhatikan a. Tanggal kadaluarsa
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
b. Komposisi zat gizi
91.2
85.3
90.5
84.6
88.2
c. Informasi produk
91.2
82.4
92.9
76.9
86.8
d. Cara penyajian
100.0
79.4
95.2
80.8
89.7
e. Memeriksa keadaan kemasan
100.0
94.1
97.6
96.2
97.1
f. Tidak pernah membaca label
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
38 Sebaran pada Tabel 18 menunjukkan bahwa guru SD yang memiliki pengetahuan yang baik maka akan menunjukkan praktek yang cukup, sama halnya dengan sikap. Guru SD memiliki penilaian positif menunjukkan praktek gizi dan keamanan pangan yang cukup. Pengetahuan mengenai gizi dan keamanan pangan Tabel 18 Sebaran guru SD berdasarkan pengetahuan, sikap dan praktek gizi dan keamanan pangan Praktek Kategori
Kurang n
Pengetahuan Kurang Sedang Baik Sikap Netral Positif Total
%
Cukup n %
Total n
%
1 2 0
3.4 5.6 0.0
28 34 3
96.6 94.4 100.0
29 36 3
100.0 100.0 100.0
2 1 3
4.5 4.2 4.4
42 23 65
95.5 95.8 95.6
44 24 68
100.0 100.0 100.0
Hasil uji statistik pada Tabel 19 menyatakan bahwa pengetahuan, sikap gizi dan keamanan pangan guru SD tidak berhubungan dengan praktek gizi dan keamanan pangan guru SD (p>0.1). Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) secara logis, sikap akan ditunjukkan dalam bentuk praktek namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan praktek mempunyai hubungan yang sistematis. Artinya status pengetahuan atau sikap yang baik belum tentu terwujud dalam praktek yang baik pula (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu praktek, diperlukan suatu faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan seseorang itu dapat menerapkan apa yang mereka ketahui. Hal ini sejalan dengan penelitian Octaviana (2011) yang menyatakan bahwa siswa SMP di Kota Bogor yang memiliki pengetahuan gizi baik belum tentu mencerminkan praktek gizi yang baik pula. Tabel 19 Korelasi antara pengetahuan, sikap dengan praktek gizi dan keamanan pangan Statistik n Koefisien korelasi Peluang
Pengetahuan 68 0.138 0.261
Sikap 68 0.030 0.809
39 Hubungan antara Karakteristik Sosial Ekonomi dengan Perilaku Gizi dan Keamanan Pangan Berdasarkan hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, lama bekerja, besar keluarga dan tingkat pendapatan guru tidak memiliki hubungan positif dengan pengetahuan gizi dan keamanan pangan (p>0.1). Guru SD dengan keluarga kecil berjumlah ≤ 4 orang memiliki sikap netral terhadap gizi dan keamanan pangan sebesar 67.9% (Tabel 20). Anggota keluarga yang memiliki informasi terkait gizi dan keamanan pangan pada umumnya akan saling berbagi informasi tersebut. Informasi yang diperoleh akan ditanggapi dengan berbagai macam sikap dan hal ini sangat tergantung dari penerimaan masing-masing anggota keluarga yang dapat menerima dengan negatif, netral dan positif terkait gizi dan keamanan pangan. Tabel 20 Sebaran guru SD berdasarkan besar keluarga dan sikap gizi dan keamanan pangan Besar Keluarga Kecil (≤ 4 orang) Sedang (5-7 orang) Total
Sikap Gizi dan Keamanan Pangan Netral Positif n % n % 36 67.9 17 32.1 8 53.3 7 46.7 44 64.7 24 35.3
Total n 53 15 68
% 100.0 100.0 100.0
Besar keluarga guru memperlihatkan adanya hubungan positif dengan sikap gizi dan keamanan pangan, p<0.1 (Tabel 21). Semakin banyak jumlah anggota keluarga guru maka semakin positif sikap gizi dan keamanan pangan guru SD. Mayoritas jumlah anggota keluarga guru adalah 4 orang, hal ini diduga karena sikap seseorang yang bisa diterima oleh orang lain biasanya akan diikuti dan semakin banyak anggota keluarga di rumah maka yang menganggap positif mengenai gizi dan keamanan pangan akan semakin banyak pula. Tabel 21 Korelasi antara besar keluarga dengan sikap gizi dan keamanan pangan Statistik n Koefisien korelasi Peluang
Besar keluarga 68 0.214 0.079*
* nyata pada taraf 10.0 %
Karakteristik sosial ekonomi guru SD yang memiliki hubungan dengan praktek gizi dan keamanan pangan yaitu lama bekerja dan umur (Tabel 22). Lama bekerja guru SD menunjukkan bahwa guru yang bekerja lebih dari 30 tahun memiliki praktek gizi dan keamanan pangan yang cukup.
40 Tabel 22 Sebaran guru SD berdasarkan lama bekerja, umur dan praktek gizi dan keamanan pangan Karakteristik Sosial Ekonomi Lama Bekerja (Tahun) 1-10 11-20 21-30 31-40 >40 Umur (Tahun) Dewasa awal (19-24) Dewasa lanjut (25-35) Separuh baya (36-50) Tua (51-65) Total
Praktek Gizi dan Keamanan Pangan Kurang Cukup n % n %
Total n
%
1 0 2 0 0
5.0 0.0 6.9 0.0 0.0
19 8 27 10 1
95.0 100.0 93.1 100.0 100.0
20 8 29 10 1
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
0 0 3 0 3
0.0 0.0 7.1 0.0 4.4
3 13 39 10 65
100.0 100.0 92.9 100.0 95.6
3 13 42 10 68
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
Hasil analisis korelasi Pearson mengenai beberapa karakteristik sosial ekonomi diantaranya umur dan lama bekerja berhubungan secara nyata dengan praktek gizi dan keamanan pangan (Tabel 23). Semakin lama guru bekerja sebagai tenaga pendidik maka semakin baik praktek gizi dan keamanan pangan guru (p<0.1). Hal ini memperkuat dugaan bahwa guru yang telah lama mengajar mendapatkan pengalaman pengetahuan yang lebih dalam bidang gizi dan keamanan pangan tidak hanya dari lingkungan sekolah tetapi juga di lingkungan tempat tinggal sehingga dapat mempraktekkan hal-hal terkait gizi dan keamanan pangan dalam kehidupan sehari-hari. Umur guru yang semakin dewasa juga menunjukkan bahwa guru dapat memberikan contoh mengenai praktek gizi dan keamanan pangan baik di rumah maupun di sekolah. Tabel 23 Korelasi antara lama bekerja, umur dengan praktek gizi dan keamanan pangan Statistik n Koefisien korelasi Peluang
Lama bekerja 68 -0.291 0.016
Umur 68 -0.330 0.006
Persepsi Guru pada Media Pendidikan Gizi Setelah mengetahui hasil analisis pengetahuan, sikap dan praktek gizi dan keamanan pangan guru SD, diharapkan guru dapat menilai dan memberikan pandangannya terhadap kelima jenis media pendidikan gizi yang akan digunakan pada intervensi pendidikan gizi. Untuk itu dibutuhkan penilaian guru sebelum media tersebut digunakan. Terdapat modul, poster, booklet, leaflet, dan flip chart untuk menunjang penyampaian materi pangan, gizi dan kesehatan.
41 Beberapa penelitian terkait dengan media seperti Ikada (2010) melakukan penelitian dengan membuat media pendidikan gizi dengan jenis media visual diam yaitu berupa buku cerita bergambar dengan tema yang dipilih adalah cara-cara hidup sehat sesuai dengan konsep Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) berjudul “Aku ingin Sehat”. Aspek yang dinilai mengenai tingkat kesukaan siswa SD terhadap buku terdiri dari alur cerita, isi cerita, ukuran tulisan dan gambar. Saloso (2011) memilih media audio berupa lagu anak-anak dan media visual berupa kartu bergambar dengan tema atau materi yang disampaikan adalah pesanpesan gizi dan kesehatan yang tertuang dalam PUGS dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tingkat kesukaan siswa SD di Kota Bogor dilihat dari penggunaan lagu dan permainan kartu bergambar, lirik lagu dan penggunaan gambar pada kartu, pesan gizi dan kesehatan pada lagu dan kartu, panjang lagu, irama lagu, ukuran gambar, tulisan pada kartu. Pentingnya Materi Pangan, Gizi dan Kesehatan Hasil analisis deskriptif terhadap persepsi guru mengenai pentingnya materi pangan, gizi dan kesehatan menunjukkan rata-rata penilaian yang sangat penting dan penting yaitu 79.2% dan 20.6% (Tabel 24). Pendidikan gizi pada anak usia SD perlu diperhatikan secara serius. Materi seperti pengenalan piramida makanan, konsep Beragam, Bergizi, Berimbang (3B), dan konsep lain terkait gizi dan kesehatan perlu disisipkan dalam pembelajaran di sekolah. Pemilihan media yang tepat sangat diperlukan untuk meningkatkan efektivitas penyampaian informasi. Media pendidikan gizi sebaiknya dibuat dengan konsep yang menyenangkan bagi anak (Ikada 2010). Materi pangan, gizi dan kesehatan sangat penting untuk diperhatikan dan tidak hanya diberikan di ruang kelas pada saat pelajaran yang terkait saja seperti IPA, akan tetapi materi tersebut dapat diterapkan pada semua mata pelajaran sehingga guru dapat menerapkan ilmu yang dimiliki bagi semua peserta didik. Persepsi guru yang menganggap materi pangan, gizi dan kesehatan sangat penting lebih banyak dibandingkan yang menganggap penting dan hasil analisis ini dapat digunakan sebagai acuan bahwa guru sudah lebih peduli terhadap gizi dan kesehatan. PUGS merupakan pesan gizi seimbang yang dikemas menarik oleh Ikada (2010) dalam bentuk buku cerita bergambar menunjukkan tingkat penerimaan yang baik. Secara keseluruhan buku, sebagian besar anak SD tergolong sangat menyukai (82.5%). Tabel 24 Sebaran guru SD berdasarkan pentingnya materi pangan, gizi dan kesehatan Kategori Sangat penting Penting Total
Wilayah Kota Kabupaten n % n % 31 91.2 23 67.6 3 8.8 11 32.4 34 100.0 34 100.0
Akreditasi Sekolah Total A B n % n % n % 35 83.3 19 73.1 54 79.2 7 16.7 7 26.9 14 20.6 42 100.0 26 100.0 68 100.0
42 Penggunaan Media Persepsi guru pada Tabel 25 mengenai penggunaan beberapa media dinilai sangat setuju (96.9%) bahwa kelima jenis media digunakan dalam pembelajaran, karena guru dapat menggunakan media tersebut sebagai bahan referensi saat menyampaikan penjelasan pada siswa supaya siswa lebih mengerti. Guru juga menganggap setuju karena dapat menambah pengetahuan, media dianggap menarik dan sangat berguna untuk memotivasi diri sendiri, siswa dan keluarga. Kurang dari 10% guru yang menyatakan tidak setuju dengan penggunaan beberapa jenis media sebagai berikut: 1) Penggunaan modul, leaflet “Jajanan Sehat dan Bergizi”, dan booklet dengan penjelasan perlu adanya sosialisasi maupun penyuluhan pada guru sehingga guru bisa lebih paham. Apabila guru sudah memahami isi media maka akan dengan mudah disampaikan pada siswa dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti; 2) Poster dan flip chart kurang setuju untuk digunakan oleh guru sebagai media pembelajaran dalam menyampaikan materi, anggapannya bahwa poster cukup ditempel saja di mading maupun di kelas, sedangkan flip chart dapat diletakkan di perpustakaan. penggunaan leaflet “Gizi Seimbang Anak Usia Sekolah” bahwa daya serap siswa SD belum optimal untuk memahami isi dari leaflet tersebut cukup mendengarkan penjelasan guru; 3) Poster ”Sarapan Pagi” yang menyajikan gambar makanan lengkap dan segelas susu terdapat 7,4 % guru tidak setuju karena menganggap bahwa pada kenyataannya tidak harus selalu sama dengan yang ada pada gambar mengingat kondisi atau kemampuan ekonomi orangtua siswa tidak sama. Penggunaan media pendidikan gizi diperlukan untuk meningkatkan efektifitas penyampaian pesan terkait informasi gizi dan kesehatan. Buku cerita bergambar merupakan salah satu alternatif media pendidikan gizi yang dapat digunakan (Ikada 2010). Hanya saja tidak disarankn untuk menggunakan buku cerita bergambar sebagai satu-satunya media pendidikan gizi yang digunakan. Perlu adanya kombinasi berbagai jenis media untuk mengakomodir perbedaan gaya belajar anak. Pemberian buku cerita bergambar sebagai media pendidikan gizi pada anak hanya melengkapi kegiatan learning dan belum sampai ke ranah practice, sehingga perlu diperhatikan media pendidikan gizi lain yang dapat melengkapi ranah tersebut.
43 Tabel 25 Sebaran guru SD berdasarkan persepsi terhadap penggunaan media pendidikan gizi Wilayah Kota Kabupaten n % n % Modul guru “Gizi dan Keamanan Makanan Siswa Sekolah Dasar” Setuju 33 97.1 34 100.0 Tidak setuju 1 2.9 0 0.0 Leaflet “Gizi Seimbang Anak Usia Sekolah” Setuju 31 91.2 34 100.0 Tidak setuju 3 8.8 0 0.0 Leaflet “Jajanan Sehat dan Bergizi” Setuju 33 97.1 34 100.0 Tidak setuju 1 2.9 0 0.0 Poster “Gizi” Setuju 32 94.1 34 100.0 Tidak setuju 2 5.9 0 0.0 Poster “Keamanan Makanan” Setuju 32 94.1 34 100.0 Tidak setuju 2 5.9 0 0.0 Poster “Lima Kunci untuk Kemananan Pangan” Setuju 32 94.1 34 100.0 Tidak setuju 2 5.9 0 0.0 Poster “Sarapan Pagi” Setuju 30 88.2 33 97.1 Tidak setuju 4 11.8 1 2.9 Booklet “Menuju Kantin Sehat di Sekolah” Setuju 33 97.1 34 100.0 Tidak setuju 1 2.9 0 0.0 Flip chart “Aku Sehat Sekolahku Sehat Prestasiku Meningkat” Setuju 32 94.1 34 100.0 Tidak setuju 2 5.9 0 0.0 Total 34 100.0 34 100.0 Media
Akreditasi Sekolah A B n % n %
n
%
42 0
100.0 0.0
25 1
96.2 3.8
67 1
98.5 1.5
40 2
95.2 4.8
25 1
96.2 3.8
65 3
95.6 4.4
41 1
97.6 2.4
26 0
100.0 0.0
67 1
98.5 1.5
41 1
97.6 2.4
25 1
96.2 3.8
66 2
97.1 2.9
41 1
97.6 2.4
25 1
96.2 3.8
66 2
97.1 2.9
41 1
97.6 2.4
25 1
96.2 3.8
66 2
97.1 2.9
40 2
95.2 4.8
23 3
88.5 11.5
63 5
92.6 7.4
42 0
100.0 0.0
25 1
96.2 3.8
67 1
98.5 1.5
41 1 42
97.6 2.4 100.0
25 1 26
96.2 3.8 100.0
66 2 68
97.1 2.9 100.0
Total
Penelitian Prayuni (2011) menggambarkan bahwa alat pendidikan gizi yang digunakan di sekolah tidak hanya berupa poster atau gambar, melainkan juga mading atau kording, buku bacaan, Kartu Menuju Sehat (KMS), Power Point (PPT), brosur dan film. Pendidikan gizi dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media atau alat peraga. Buku bacaan merupakan alat yang paling banyak digunakan sekolah untuk menyampaikan materi gizi, yaitu sebanyak 92.3%. Buku merupakan salah satu sumber daya yang dimiliki sekolah. Penyajian Materi Materi yang terdapat pada media dinilai oleh guru, dan persepsi yang ditunjukkan sebagian besar guru sangat setuju 66.2% dan setuju 33.7% pada penyajian materi di setiap media pendidikan gizi (Tabel 26). Penilaian tidak setuju (1,5%) yang terdapat pada poster “Lima Kunci untuk Keamanan Pangan”, guru menganggap materi yang terdapat pada poster terlalu umum bagi siswa sehingga kurang dapat dimengerti. Sebaiknya materi disederhanakan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Tulisan sederhana disarankan untuk poster ini sebagai salah satu contoh yaitu mengenai salah satu kunci yaitu “Jagalah pangan pada suhu aman”seperti jangan membiarkan pangan matang pada suhu ruang lebih dari dua jam. Tulisan ini dapat disederhanakan menjadi “makanlah makanan yang baru matang dan segar!”.
44 Sejalan dengan penelitian Ikada (2010) yang menyatakan bahwa cerita dalam buku cerita bergambar sangat menarik (92.5%), isi cerita buku sangat mudah dipahami (55.5%).Sebagian besar contoh memilih cerita sebagai bagian yang paling disukai dari buku (80.0%). Saloso (2011) mengungkapkan bahwa siswa mudah memahami pesan gizi dan kesehatan dari media audio (lagu anakanak) sebanyak 74.3%, sedangkan pada media kartu bergambar sebanyak 61.1% siswa sangat mudah memahami pesan gizi dan kesehatan yang terdapat pada kartu bergambar dan merupakan bagian yang paling disukai (66.7%). Tabel 26 Sebaran guru SD berdasarkan persepsi terhadap penyajian materi pada media pendidikan gizi Wilayah Akreditasi Sekolah Kabupaten A B n % n % n % n % Modul guru “Gizi dan Keamanan Makanan Siswa Sekolah Dasar” Media
Sangat setuju
27
79.4
Setuju 7 20.6 Leaflet “Gizi Seimbang Anak Usia Sekolah” Sangat setuju
Total
Kota
n
%
20
58.8
27
64.3
20
76.9
47
69.1
14
41.2
15
35.7
6
23.1
21
30.9
25
73.5
18
52.9
27
64.3
16
61.5
43
63.2
9 Leaflet “Jajanan Sehat dan Bergizi”
26.5
16
47.1
15
35.7
10
38.5
25
36.8
30
88.2
16
47.1
29
69
17
65.4
46
67.6
4
11.8
18
52.9
13
31
9
34.6
22
32.4
26
76.5
21
61.8
29
69
18
69.2
47
69.1
8
23.5
13
38.2
13
31
8
30.8
21
30.9
28
82.4
18
52.9
30
71.4
16
61.5
46
67.6
Setuju 6 17.6 16 Poster “Lima Kunci untuk Kemananan Pangan”
47.1
12
28.6
10
38.5
22
32.4
Setuju
Sangat setuju Setuju Poster “Gizi” Sangat setuju Setuju Poster “Keamanan Makanan” Sangat setuju
Sangat setuju
26
76.5
17
50
28
66.7
15
57.7
43
63.2
8
23.5
16
47.1
13
31
11
42.3
24
35.3
0
0
1
2.9
1
2.4
0
0
1
1.5
27
79.4
17
50
31
73.8
13
50
44
64.7
7 20.6 Booklet “Menuju Kantin Sehat di Sekolah”
17
50
11
26.2
13
50
24
35.3
16
47.1
27
64.3
14
53.8
41
60.3
9 26.5 18 52.9 15 Flip chart “Aku Sehat Sekolahku Sehat Prestasiku Meningkat”
35.7
12
46.2
27
39.7
Setuju Tidak setuju Poster “Sarapan Pagi” Sangat setuju Setuju
Sangat setuju
25
73.5
Setuju
Sangat setuju Setuju Total
29
85.3
19
55.9
30
71.4
18
69.2
48
70.6
5 34
14.7 100.0
15 34
44.1 100.0
12 42
28.6 100.0
8 26
30.8 100.0
20 68
29.4 100.0
45 Penyajian Tulisan Secara keseluruhan sebanyak 54.1% dan 45.9% guru menilai sangat setuju dan setuju pada penyajian tulisan media pendidikan gizi dapat dilihat pada Tabel 27. Media modul dinilai sangat setuju oleh 60.3% guru karena persepsi guru menganggap tulisan sudah cukup jelas, mudah dimengerti, sesuai dengan ukuran modul dan dipahami guru. Penjelasan 1 guru mengenai tulisan agak kecil pada modul dilihat dari usia guru yang memasuki usia tua (55 tahun). Hal ini diduga guru sudah berkurang penglihatannya sehingga menganggap tulisan agak kecil. Guru memberikan saran pada media leaflet untuk memperbesar tulisan dan merasa terlalu banyak tulisannya. Media poster “Sarapan Pagi” dinilai kurang lengkap mengenai dampak sarapan pagi. Poster “Keamanan Makanan” dianggap baik diberikan sebagai upaya untuk menyadarkan siswa akan makanan yang aman untuk dikonsumsi. Booklet yang berisi tulisan cukup banyak disarankan oleh responden untuk memperjelas hal-hal yang ingin dicapai dalam penyampaian materi baik dapat menebalkan tulisan maupun memperbesar tulisan tersebut. Pada media flip chart responden memberikan penjelasan mengenai penyajian tulisan yang disertakan gambar dianggap dapat menarik siswa membaca setiap saat dan dapat melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan materi UKS. Tabel 27 Sebaran guru SD berdasarkan persepsi terhadap penyajian tulisan pada media pendidikan gizi Wilayah Akreditasi Sekolah Kabupaten A B n % n % n % n Modul guru “Gizi dan Keamanan Makanan Siswa Sekolah Dasar” Sangat setuju 23 67.7 18 52.9 28 66.7 13 Setuju 11 32.4 16 47.1 14 33.3 13 Leaflet “Gizi Seimbang Anak Usia Sekolah” Sangat setuju 23 67.7 10 29.4 27 64.3 6 Setuju 11 32.4 24 70.6 15 35.7 20 Leaflet “Jajanan Sehat dan Bergizi” Sangat setuju 25 73.5 15 44.1 28 66.7 12 Setuju 9 26.5 19 55.9 14 33.3 14 Poster “Gizi” Sangat setuju 24 70.6 13 38.2 29 69 8 Setuju 10 29.4 21 61.8 13 31 18 Poster “Keamanan Makanan” Sangat setuju 24 70.6 11 32.4 29 69 6 Setuju 10 29.4 23 67.6 13 31 20 Poster “Lima Kunci untuk Kemananan Pangan Sangat setuju 23 67.6 14 41.2 28 66.7 9 Setuju 11 32.4 20 58.8 14 33.3 17 Poster “Sarapan Pagi” Sangat setuju 24 70.6 12 35.3 30 71.4 6 Setuju 10 29.4 22 64.7 12 28.6 20 Booklet “Menuju Kantin Sehat di Sekolah” Sangat setuju 24 70.6 10 29.4 27 64.3 7 Setuju 10 29.4 24 70.6 15 35.7 19 Flip chart “Aku Sehat Sekolahku Sehat Prestasiku Meningkat” Sangat setuju 24 70.6 14 41.2 27 64.3 11 Setuju 10 29.4 20 58.8 15 35.7 15 Total 34 100 34 100 42 100 26 Media
Kota
Total %
n
%
50 50
41 27
60.3 39.7
23.1 76.9
33 35
48.5 51.5
46.2 53.8
40 28
58.8 41.2
30.8 69.2
37 31
54.4 45.6
23.1 76.9
35 33
51.5 48.5
34.6 65.4
37 31
54.4 45.6
23.1 76.9
36 32
52.9 47.1
26.9 73.1
34 34
50 50
42.3 57.7 100
38 30 68
55.9 44.1 100
46 Ikada (2010) menyatakan ukuran tulisan pada buku cerita bergambar sudah cukup terbaca (100.0%). Ilustrasi dibuat secara komputerisasi dan semi-manual, menggunakan teknik brushing di Adobe Photoshop CS3 dan dibantu dengan pentablet Wacom untuk penyatuan ilustrasi, teks dan layout. Jenis dan ukuran font yang digunakan adalah Tw Cen MT 16 pt, dengan jarak antar baris 18 pt. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Saloso (2011) yang menyatakan bahwa sebanyak 97.2% siswa menganggap tulisan yang digunakan dalam media kartu bergambar sudah cukup terbaca. Jenis huruf yang digunakan dalam kartu bergambar adalah Bauhauss dengan ukuran huruf 8-13 pt. Penyajian Gambar Sebagian besar guru memberikan penilaian sangat setuju dan setuju (59.5% dan 40.2%) terdapat pada penyajian gambar (Tabel 28), sedangkan 2.9% guru memberikan persepsi tidak setuju pada media berupa leaflet “Jajanan Sehat dan Bergizi” karena pada leaflet terdapat gambar minuman aneka rasa tidak mewakili minuman bergizi sehingga disarankan seharusnya jangan menggunakan contoh pop ice pada minuman bergizi, minuman yang lebih baik dapat dicantumkan contoh minuman susu, jus buah, es buah. Gambar makanan camilan chiki dan wafer sebaiknya diberitahukan batas aman konsumsi camilan tersebut karena terdapat beberapa kasus apabila konsumsi chiki berlebihan dapat menyebabkan gangguan tenggorokan. Gambar lebih diperbesar supaya dapat terihat dengan jelas. Media modul disarankan untuk memperbanyak gambar agar lebih jelas. Hasil penelitian serupa pada media buku cerita bergambar menunjukkan bahwa gambar dalam buku sudah sangat menggambarkan isi cerita (65.0%). Sebagian besar siswa yaitu sebanyak 80.0% memilih gambar sebagai bagian yang paling disukai dari buku (Ikada 2010). Sedangkan pada penelitian Saloso (2011) dijelaskan sebanyak 94.4% siswa menyatakan bahwa gambar yang digunakan dalam meda kartu bergambar sangat menggambarkan pesan gizi dan kesehatan.
47 Tabel 28 Sebaran guru SD berdasarkan persepsi terhadap penyajian gambar pada media pendidikan gizi Wilayah Akreditasi Sekolah Kabupaten A B Media n % n % n % n Modul guru “Gizi dan Keamanan Makanan Siswa Sekolah Dasar” Sangat setuju 23 67.6 21 61.8 29 69 15 Setuju 11 32.4 13 38.2 13 31 11 Leaflet “Gizi Seimbang Anak Usia Sekolah” Sangat setuju 24 70.6 16 47.1 28 66.7 12 Setuju 10 29.4 18 52.9 14 33.3 14 Leaflet “Jajanan Sehat dan Bergizi” Sangat setuju 25 73.5 16 47.1 30 71.4 11 Setuju 9 26.5 16 47.1 12 28.6 13 Tidak setuju 0 0 2 5.9 0 0 2 Poster “Gizi” Sangat setuju 24 70.6 16 47.1 28 66.7 12 Setuju 10 29.4 18 52.9 14 33.3 14 Poster “Keamanan Makanan” Sangat setuju 25 73.5 16 47.1 30 71.4 11 Setuju 9 26.5 18 52.9 12 28.6 15 Poster “Lima Kunci untuk Kemananan Pangan Sangat setuju 23 67.6 15 44.1 28 66.7 10 Setuju 11 32.4 19 55.9 14 33.3 16 Poster “Sarapan Pagi” Sangat setuju 25 73.5 17 50 30 71.4 12 Setuju 9 26.5 17 50 12 28.6 14 Booklet “Menuju Kantin Sehat di Sekolah” Sangat setuju 22 64.7 14 41.2 28 66.7 8 Setuju 12 35.3 20 58.8 14 33.3 18 Flip chart “Aku Sehat Sekolahku Sehat Prestasiku Meningkat” Sangat setuju 25 73.5 17 50 30 71.4 12 Setuju 9 26.5 17 50 12 28.6 14 Total 34 100 34 100 42 100 26 Kota
Total %
n
%
57.7 42.3
44 24
64.7 35.3
46.2 53.8
40 28
58.8 41.2
42.3 50 7.7
41 25 2
60.3 36.8 2.9
46.2 53.8
40 28
58.8 41.2
42.3 57.7
41 27
60.3 39.7
38.5 61.5
38 30
55.9 44.1
46.2 53.8
42 26
61.8 38.2
30.8 69.2
36 32
52.9 47.1
46.2 53.8 100
42 26 68
61.8 38.2 100
Secara keseluruhan persepsi guru sangat baik pada berbagai jenis media pendidikan gizi dan hal ini dapat dijadikan acuan untuk melaksanakan intervensi pendidikan gizi di SD. Penilaian guru yang kurang setuju dapat dijadikan acuan dalam perbaikan ke lima jenis media pendidikan gizi. Penelitian Mende (1996) mengenai kajian efektifitas proses belajar mengajar pendidikan gizi dalam membantu pembentukan pola makan dan perilaku makan pada murid SD membuktikan adanya peningkatan dalam hal kebiasaan sarapan pagi, frekuensi makan dalam sehari, kebiasaan mengonsumsi terutama sayuran hijau, kebiasaan pola makan dan perilaku makan bersama keluarga, penggunaan uang saku dan pemilihan makanan jajanan. Pendidikan gizi di SD sangat diperlukan. Memberikan materi gizi secara formal yang akan memperbesar peluang untuk pembinaan pola makan dan perilaku makan yang baik bagi anak. Sejalan dengan tingkat kematangan kognitif itu maka terjadi internalisasi berupa peningkatan pola makan dan perilaku makan dalam arti kualitas.
48 Pengaruh Perilaku Gizi dan Keamanan Pangan terhadap Persepsi pada Media Pendidikan Gizi Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007), sedangkan sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Perilaku seseorang dapat dinilai oleh orang lain. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda, oleh sebab itu hal ini sangat terkait karena persepsi merupakan praktek awal terbentuknya perilaku. Persepsi merupakan tingkatan awal dalam mengenal dan memilih media sehubungan dengan praktek atau tindakan yang akan diambil. Praktek dilapang menunjukkan bahwa responden dapat memberikan persepsi terhadap media pendidikan gizi sesuai dengan pengetahuan, sikap dan praktek gizi dan keamanan pangan yang dimiliki. Penelitian Efriza (2009) mengenai efektifitas media promosi berupa poster, komik, leaflet dalam meningkatkan pengetahuan siswa, guru dan pedagang tentang keamanan pangan disimpulkan bahwa media promosi poster lebih memiliki pengaruh yang kuat dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Pengetahuan guru tentang keamanan pangan sangat baik dan dengan adanya media promosi akan menambah pengetahuan guru supaya menjadi lebih baik lagi dan selanjutnya pengetahuan tersebut akan diteruskan kepada siswanya di sekolah. Guru dituntut untuk mampu memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh siswanya, salah satunya adalah pengetahuan tentang keamanan pangan, sehingga dengan memiliki pengetahuan tersebut, maka guru akan mampu menjelaskan kepada siswa mengenai manfaat dan bahaya yang disebabkan oleh pangan. Disamping mendidik siswa agar menjadi pintar dan cerdas, guru berkewajiban melindungi siswa dari mengonsumsi jajanan yang tidak aman, untuk itu guru perlu dibekali pengetahuan tentang keamanan pangan agar bisa membimbing dan mengajak siswa supaya terhindar dari makanan yang tidak aman yang dapat mengganggu kesehatan. Hasil uji statistik menunjukkan pengaruh nyata antara praktek terhadap persepsi, p<0.1; r²=0.071 (Tabel 29). Semakin tinggi praktek guru semakin baik persepsi. Praktek sebesar 7.1% dapat dijelaskan oleh persepsi. Artinya 92.9% persepsi dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terangkum dalam analisis ini. Faktor eksternal dapat mempengaruhi persepsi guru pada media pendidikan gizi. Contoh faktor eksternal dapat berupa lingkungan teman kerja atau sesama guru yang memiliki persepsi yang baik dan mengungkapkan pada guru lain, maka hal ini dapat mempengaruhi persepsi guru dalam menilai media pendidikan gizi. Guru memiliki praktek yang cukup sehingga dapat memberikan persepsi bahwa pemberian materi gizi dan kesehatan anak sekolah sangat berguna bagi siswa. Materi yang diberikan terdiri dari peranan asupan gizi terhadap kesehatan, sumber dan fungsi zat gizi, kebutuhan gizi anak sekolah, perilaku hidup bersih dan sehat. Materi ini sangat baik diberikan supaya siswa bisa lebih memahami gizi yang merupakan modal utama untuk kesehatan. Sejalan dengan penelitian Fitri (2007) terkait persepsi guru dalam memonitor pangan jajanan dan mengingatkan anak didiknya. Guru memonitor langsung keamanan jajanan di kantin sekolah (64.38%) dan selalu mengingatkan anak didik untuk sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah (86.87%).
49 Sedangkan guru juga selalu mengajarkan anak didiknya untuk tidak mengonumsi pangan jajanan sembarangan (68.75%). Hal ini membuktikan bahwa guru sebagai fasilitator, motivator maupun pembimbing dilaksanakan dengan baik oleh guru, namun pada kenyataannya apa yang disampaikan oleh guru belum dilaksanakan dengan baik oleh anak didik dimana masih banyak anak yang mengonsumsi jajanan sembarangan dan mengalami gangguan kesehatan akibat pangan jajanan (Fitri 2007). Dengan demikian diperlukan kerjasama dengan pihk lain seperti orang tua dan pedagang baik yang berjualan di kantin maupun yang di sekitar sekolah agar tercipta keamanan pangan. Tabel 29 Regresi linier berganda antara praktek gizi dan keamanan pangan terhadap persepsi guru SD pada pemberian materi gizi dan kesehatan Peubah Konstanta Praktek
Koefisien 7.321 0.015
Std. Error 0.290 0.007 F hitung R Square
t hitung 25.266 2.246 5.046 0.071
Sig. 0.000 0.028
Hasil analisis pada Tabel 30 menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh pengetahuan (p<0.1; r²=0.139), sedangkan praktek berpengaruh terhadap persepsi (p <0.1; r²=0.139). Semakin tinggi pengetahuan dan praktek semakin baik persepsi. Pengetahuan dan praktek memberikan kontribusi sebesar 13.9% terhadap persepsi. Artinya 86.1% persepsi dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terangkum dalam analisis ini. Pengetahuan guru yang berbeda-beda dapat mempengaruhi persepsi guru pada media pendidikan gizi. Atmaja (2010) menyatakan bahwa guru yang tidak pernah mengikuti pelatihan atau seminar terkait gizi memiliki pengetahuan gizi kategori sedang (43.8%) yang lebih banyak daripada guru yang pernah mengikuti pelatihan atau seminar terkait gizi (28.1%). Pengetahuan guru mengenai media pendidikan gizi yang pernah dilihat dan dibaca selain media yang digunakan dalam penelitian ini dapat mempengaruhi persepsi guru untuk menggunakan media yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Praktek gizi dan keamanan pangan yang cukup dimiliki oleh sebagian besar guru. Hal ini memberikan pengaruh nyata terhadap persepsi guru yang menganggap setuju bila media pendidikan gizi digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat berupa tingkat penerimaan guru terhadap media yang digunakan. Tabel 30 Regresi linier berganda antara pengetahuan, praktek gizi dan keamanan pangan terhadap persepsi guru SD pada penggunaan media dalam penyampaian materi pangan, gizi dan kesehatan Peubah Konstanta Pengetahuan Praktek
Koefisien 0.294 0.055 0.037
Std. Error 0.838 0.024 0.019 F hitung R Square
t hitung 0.351 2.267 1.982 5.256 0.139
Sig. 0.727 0.027 0.052
50
51
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Penelitian mengenai persepsi terhadap media pendidikan gizi telah dilakukan pada guru 4 SD di Kota dan Kabupaten Bogor yang berakreditasi A dan B. Sebagian besar (75%) guru berjenis kelamin perempuan, 61,8% berumur separuh baya (36-50 tahun), dan 77,9% mempunyai besar keluarga ≤ 4 orang. Bagian terbesar guru berpendidikan Diploma (47,1%) dan S1 (47,1%). Sebanyak 42,6% guru telah bekerja selama 21-30 tahun dengan tingkat pendapatan Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000/kap/bulan. Sekitar separuh (50% dan 55,9%) guru mempunyai pengetahuan gizi dan keamanan pangan pada kategori sedang, dan sikap pada kategori positif; dan sebagian besar guru (97,1%) mempunyai praktek gizi dan keamanan pangan termasuk cukup. Persepsi guru pada kelima jenis media pendidikan gizi (modul, leaflet, poster, booklet dan flipchart) secara umum sangat setuju baik pada penyajian materi pangan, gizi dan kesehatan, penyajian tulisan maupun penyajian gambar. Guru juga menganggap bahwa materi pangan, gizi dan kesehatan sangat penting untuk disampaikan pada siswa (79,2%) dan guru juga setuju terhadap penggunaan berbagai media pendidikan gizi (96,3%). Ada pengaruh nyata positif antara praktek gizi dan keamanan pangan terhadap persepsi guru pada pemberian materi gizi dan kesehatan. Demikian pula pengetahuan, praktek gizi dan keamanan pangan berpengaruh nyata positif terhadap persepsi guru pada penggunaan media dalam penyampaian materi pangan, gizi dan kesehatan. Saran Media leaflet, modul, dan poster dapat dijadikan sebagai media pendidikan gizi bagi siswa SD. Saran dari guru dapat dijadikan acuan dalam perbaikan media pendidikan gizi yang akan digunakan sebagai bahan pembelajaran terkait gizi dan keamanan pangan oleh guru SD. Penggunaan media pendidikan gizi disarankan untuk digunakan secara berkala supaya guru lebih memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian lanjutan perlu dilakukan mengenai penyeragaman materi guna melihat efektifitas kelima jenis media pendidikan gizi. Media dibuat dengan menyeragamkan materi, gambar dan tulisan. Tingkat penerimaan atau kesukaan guru SD dapat dinilai apabila terdapat kesamaan substansi. Kolaborasi berbagai media pendidikan gizi seperti yang terdapat pada penelitian sejenis, WHO, Depkes, BPOM dan sebagainya sangat baik apabila dilakukan dengan terencana dan terstruktur.
52
53
DAFTAR PUSTAKA Anderson AS, Porteous LEG, Foster E, Higgins C, Stead M, Hetherington M, Ha MA, Adamson AJ. 2004. The impact of a school-based nutrition education intervention on dietary intake and cognitive and attitudinal variables relating to fruits and vegetabels. Public Health Nutrition. 8(6):650–656. doi: 10.1079/PHN2004721 Ariyani D, Anwar F. 2006. Mutu mikrobiologis minuman jajanan di Sekolah Dasar wilayah Bogor Tengah. Jurnal Gizi dan Pangan. 1(1): 44-50. Arsyad A. 2002. Media Pembelajaran. Ed ke-1. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. Atmaja AA. 2010. Penguasaan materi gizi seimbang pada guru Sekolah Dasar di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [DEPKES RI BPPK] Departemen Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia-Tahun 2007. Jakarta (ID): Depkes RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. 2010. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta: Balitbangkes Depkes RI. [DEPKES RI BPPK] Departemen Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta (ID): Balitbangkes Depkes RI. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2003. Keamanan Pangan. Jakarta (ID): Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2010. Peran Serta Konsumen dalam Menjaga Keamanan Pangan [editorial]. InfoPOM. 11(1):1-16. [BPPN] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2007. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010. Jakarta (ID): Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. [BPS] Badan Pusat Satistik. 2010. Umur penduduk [Internet]. [diunduh 2010 Feb 14]. Tersedia pada: www.bps.go.id. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2011. Leaflet/Brosur/Liptan [Internet]. [diunduh 2011 Januari 10]. Tersedia pada: http://jambi.litbang.deptan.go.id. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2005. Hati-Hati dengan Jajanan Anak Anda [Internet]. [diunduh 2010 Feb 4]. Tersedia pada: http//www.bkkbn.go.id. Contento IR. 2007. Nutrition Education Linking Research, Theory, and Practice. London (GB) Jones Bartlett Publishers International. [DEPKES RI] Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman Perbaikan Gizi Anak Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Bina Kesehatan masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat. [DEPKES] Departemen Kesehatan. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene
54 Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. [DEPDIKNAS] Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Teknik Belajar dengan Modul. Jakarta (ID): Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. [DEPDIKNAS] Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional. Dewi LK. 2009. Peran media massa terhadap kebiasaan jajan siswa Sekolah Dasar di Kota dan Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dwiriani CM, Kustiyah L, Damayanthi E, Briawan D. 2011. Pengetahuan gizi seimbang pada guru Sekolah Dasar di Kota dan Kabupaten Bogor. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Efriza. 2009. Efektifitas Media promosi dalam meningkatkan pengetahuan siswa, guru dan pedagang tentang keamanan pangan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fitri RN. 2007. Persepsi orang tua dan guru terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah dasar di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fitriyanti I. 2009. Perilaku guru sekolah dasar terkait gizi dan keamanan pangan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hamalik O. 1994. Media Pendidikan, cetakan ke-7. Bandung (ID): PT. Citra Aditya Bakti. Hardini SYPK. 2008. Alternatif kebijakan peningkatan pendidikan guru Sekolah Dasar di Kota dan Kabupaten Bogor [tesis]. Bogor (ID):, Institut Pertanian Bogor. Hasan MI. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Heneman K, Junge SK, Cherr SZ. 2008. Reading across my pyramid. A nutrition and health education curriculum. Increases the health behavior knowledge of lower elementary students. Journal of Child Nutrition & Management. 32 (1). Hermina, Afriansyah N, Hidayat TS, Mudjianto TT. 2004. Dampak pendidikan gizi melalui guru di sekolah dasar terhadap pola makan murid dan perilaku gizi orang tua murid di pedesaan. Media gizi & Keluarga. 28 (1): 14-24. Ikada DC. 2010. Tingkat penerimaan buku cerita bergambar sebagai media pendidikan gizi dan pengaruhnya terhadap pengetahuan gizi anak sekolah dasar [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Khomsan A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Kostanjevec S, Jerman J, Koch V. 2011. The effects of nutrition education on 6th graders knowledge of nutrition in nine-year primary schools in Slovenia. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 7(4):243-252. Megasari DA. 2006. Materi pengajaran dan tingkat pengetahuan gizi kesehatan guru TK di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
55 Mintarti. 2001. Efektifitas buklet makjan sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan perilaku berusaha bagi pedagang makanan jajanan (kasus di Kabupaten Cianjur) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mudjajanto ES. 2005. Keamanan makanan jajanan tradisional [Internet]. [diunduh 2010 Feb 4]. Tersedia pada: http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews. Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Octaviana A. 2011. Pengetahuan, sikap dan praktek gizi siswa sekolah menengah pertama terhadap penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) pada makanan jajanan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Patriasih R. 2005. Pengetahuan dan sikap gizi, perilaku makan serta status gizi manula di Kota Bandung [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. (diunduh 2012 Oktober 9). Tersedia pada: http://www.hukumonline.com/pp-no-28-tahun2004-keamanan,-mutu-dan-gizi-pangan. Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2008 tentang Guru. (diunduh 2012 Oktober 9). Tersedia pada: http://www.paudni.kemdikbud.go.id/PPNo78th2008.pdf. Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 pasal 24 ayat 7 tentang Guru. (diunduh 2012 Oktober 9). Tersedia pada: http://www.paudni.kemdikbud.go.id/PPNo74th2008.pdf. Presiden Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Guru [Internet]. (diunduh 2012 Oktober 9). Tersedia pada: http://www.paudni.kemdikbud.go.id/PP-no-19-th-2005-ttg-standarnasional-pendidikan.pdf. Prayuni D. 2011. Analisis keragaan usaha kesehatan sekolah dan penyelenggaraan pendidikan gizi di sekolah serta hubungannya dengan tingkat pengetahuan gizi siswa SMP Negeri Kota Depok [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Riyadi H. 1996. Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian. Khomsan A & Sulaeman A, editor. Bogor (ID): IPB Press. Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta (ID): Salemba Empat. Rosa R. 2011. Pengetahuan gizi dan keamanan pangan jajanan serta kebiasaan jajan siswa SD di Depok dan Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Saloso I. 2011. Pengaruh media audio (lagu anak-anak) dan media visual (kartu bergambar) terhadap pengetahuan gizi (PUGS dan PHBS) serta tingkat penerimaannya pada anak usia Sekolah Dasar Negeri di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sediaoetama AD. 1991. Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa. Jakarta (ID): Dian Rakyat. Sehatini H. 2009. Praktek Higiene dan sanitasi penjual makanan jajanan pada Sekolah Dasar di Wilayah Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
56 Sumarwan U. 2003. Perilaku Konsumen Toeri dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta (ID): EGC. Talib RA, Wan AMAB, Ismail MN. 2007. The effectiveness of nutrition education programme for primary school children. Malaysian Journal of Nutriton. 13(1):45-54. Thaha AR, Kodyat BA, Latief D, Achadi EL, Jahari AB, Atmarita, Hardinsyah, Afriansyah N, Falah TS, Hartini T, Syaiful I. 2012. Penyempurnaan pedoman gizi seimbang: kajian akademis. Pemantapan ketahanan pangan dan perbaikan gizi berbasis kemandirian dan kearifan lokal. Forum Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X; 2012 Nop 20-12; Jakarta, Indonesia. [WHO] World Health Organization. 2005. Penyakit Bawaan Makanan: Fokus Pendidikan Kesehatan. Jakarta (ID): EGC.
57
LAMPIRAN Lampiran 1 Modul “Gizi dan Keamanan Makanan Siswa Sekolah Dasar”
Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2009
58 Lampiran 2 Leaflet “Gizi Seimbang Anak Usia Sekolah”
Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2009
59 Lampiran 3 Leaflet “Jajanan Sehat dan Bergizi”
Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2009
60 Lampiran 4 Poster “Gizi”
Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2009
61 Lampiran 5 Poster “Keamanan Makanan”
Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2009
62 Lampiran 6 Poster “Lima Kunci untuk Keamanan Pangan”
63 Lampiran 7 Flip chart “Aku Sehat Sekolahku Sehat Prestasiku Meningkat”
64
65
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 November 1985 dari ayah Athaillah Abdi dan ibu Wiwin Hendarti. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2003 penulis lulus dari SMK Negeri 30 Pakubuwono, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Program Studi Tata Boga dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Negeri Jakarta (UNJ) melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Penulis memilih Program Studi Tata Boga, Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik dan lulus tahun 2008. Tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan S2 Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Departemen Gizi Masyarakat, Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat. Pada bulan Januari 2011 penulis diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah Kota Tangerang di UPTD SMK Negeri 3 Kota Tangerang sebagai guru Tata Boga. Selain menjabat sebagai guru, penulis juga menjabat sebagai Sekretaris Jurusan Tata Boga dan sebagai Pembimbing siswa dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Restoran.