PENGEMBANGAN MATERI DAN DAYA TERIMA PENDIDIKAN GIZI MELALUI MEDIA VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN GIZI ANAK USIA SEKOLAH DASAR
DEFIKA ANNISA CITA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Materi dan Daya Terima Pendidikan Gizi Melalui Media Visual Terhadap Pengetahuan Gizi Anak Usia Sekolah Dasar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Defika Annisa Cita NIM I14100145
ABSTRAK DEFIKA ANNISA CITA. Pengembangan Materi dan Daya Terima Pendidikan Gizi Melalui Media Visual Terhadap Pengetahuan Gizi Anak Usia Sekolah Dasar. Dibimbing oleh IKEU TANZIHA. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan materi pendidikan gizi dengan tema sarapan melalui media visual poster dan leaflet, serta mengetahui daya terimanya terhadap tingkat pengetahuan gizi sekolah dasar negeri di Kota Bogor. Desain penelitian yang digunakan adalah quacy experimental study pre test post test non-equivalent control group. Contoh sekolah dasar diambil dengan metode purposive sampling, dengan total 111 contoh, yang terdiri dari 36 contoh SDN 01 Pengadilan, 37 contoh SDN 05 Padjajaran, dan 38 contoh SDN 02 Batu Tulis. Uji Wilcoxon pada skor pengetahuan gizi menunjukan peningkatan signifikan pada kelompok poster, yaitu dari 77.8 ± 12.5 ke 85.9 ± 13.4 pada pre test-post test 1 (p = 0.003) dan dari 77.8 ± 12.5 ke 86.5 ± 12.1 pada pre test-post test 2 (p = 0.002). Uji Kruskal-Wallis menunjukan perbedaan skor yang signifikan pada post test 1 di antara ketiga kelompok (p = 0.000). Daya terima kesukaan secara keseluruhan media poster lebih tinggi daripada leaflet, yaitu 83.8%. Kata kunci: daya terima media, media pendidikan gizi, pengembangan materi, pengetahuan gizi
ABSTRACT DEFIKA ANNISA CITA. Developing Nutrition Education Through Visual Media and Its Level of Acceptance Towards Elementary School Students’ Nutrition Knowledge. Supervised by IKEU TANZIHA. The aim of this study was to develop nutrition education through visual media, which are poster and leaflet, and analyze their level of acceptance towards the elementary school students’ nutrition knowledge in Bogor. This research was a quacy experimental study pre test post test non-equivalent control group design. The sample of schools were taken by using purposive sampling, with total number of sample was 111, which were 36 samples from SDN 01 Padjajaran, 37 samples from SDN 05 Pengadilan, and 38 samples from SDN 02 Batu Tulis. Nonparametrical test of Wilcoxon Matched-Pairs Signed-Ranks Test done in the nutrition knowledge scores showed that there was a significant increased result in poster experiment group, which were from 77.8 ± 12.5 to 85.9 ± 13.4 in pre testpost test 1 (p = 0.003) and from 77.8 ± 12.5 to 86.5 ± 12.1 in pre test-post test 2 (p = 0.002). Kruskal-Wallis Test done between groups showed that there was a significant difference on nutrition knowledge scores among those groups (p = 0.000). The level of acceptance as a whole in poster was higher than leaflet, which was 83.8%. Key words: developing nutrition education, nutrition education media, nutrition education media acceptance level, nutrition knowledge
PENGEMBANGAN MATERI DAN DAYA TERIMA PENDIDIKAN GIZI MELALUI MEDIA VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN GIZI ANAK USIA SEKOLAH DASAR
DEFIKA ANNISA CITA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Pengembangan Materi dan Daya Terima Pendidikan Gizi Melalui Media Visual Terhadap Pengetahuan Gizi Anak Usia Sekolah Dasar Nama : Defika Annisa Cita NIM : I14100145
Disetujui oleh
Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini adalah media pendidikan gizi, dengan judul Pengembangan Materi dan Daya Terima Pendidikan Gizi Melalui Media Visual Terhadap Pengetahuan Gizi Anak Usia Sekolah Dasar. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan kesempatan, motivasi, bimbingan, dan arahan sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini. 2. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes selaku dosen pemandu seminar dan penguji atas saran dan perbaikan dalam penulisan skripsi. 3. Tiurma Sinaga, MFSA selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing internship dietetics (ID) yang telah memberikan bimbingan selama masa awal perkuliahan dan ID. 4. Mama (Rifka Netawati), Papa (Deden Rucita Hidayat Ahmad), Adik (Muhammad Bayu Rucita), dan keluarga atas motivasi, dukungan, doa, dan kasih sayangnya. 5. Kepala sekolah, guru-guru, dan siswa SDN 01 Padjajaran, SDN 02 Batu Tulis, serta SDN 05 Pengadilan atas pemberian izin, sarana, dan waktu untuk terlaksananya penelitian ini. 6. Noor Hidayatuzzakiah, yang merupakan teman sekamar penulis pada saat tingkat akhir, Febrinita Ulfah, yang merupakan teman sekamar penulis pada tingkat persiapan bersama yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis, Fransisca Gita, serta teman-teman asrama Sylvasari. 7. Fara, Wilda, Siti Habibah, Pamila, Ridhat, Rizka, Rossy, Kharisma Tamimi, Addin, Maryam, Annizaf, dan semua teman-teman Gizi Masyarakat 47 yang selalu mendukung penulis. 8. Fadila, Dodi, teman-teman IAAS LC IPB dan IPB Debating Community yang selalu memotivasi penulis. 9. Keitaro Goto, Teng Chin Yan, Faradila, dan teman-teman The 4th IASS yang selalu memberikan dukungan dan inspirasi kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Defika Annisa Cita
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
6
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
6
Teknik Pemilihan dan Penarikan Contoh
6
Proses Pembuatan Media
7
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
8
Pengolahan dan Analisis Data
11
Definisi Operasional
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
Pengembangan Materi dan Media Pendidikan Gizi
13
Daya Terima Contoh Terhadap Media Visual Poster
21
Daya Terima Contoh Terhadap Media Visual Leaflet
26
Pengetahuan Gizi
30
SIMPULAN DAN SARAN
35
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
37
RIWAYAT HIDUP
40
DAFTAR TABEL 1 Jenis variabel yang diolah 2 Baseline data sebaran contoh berdasarkan jawaban benar 3 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi pre test yang dijawab benar 4 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi post test 1 yang dijawab benar 5 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi post test 2 yang dijawab benar 6 Sebaran contoh berdasarkan pemahaman materi pada media poster 7 Sebaran contoh berdasarkan aspek ukuran tulisan pada media poster 8 Sebaran contoh berdasarkan aspek komposisi warna pada media poster 9 Sebaran contoh berdasarkan aspek gambar pada media poster 10 Sebaran contoh berdasarkan aspek pesan gizi pada media poster 11 Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap media poster secara keseluruhan 12 Sebaran contoh berdasarkan pemahaman materi pada media leaflet 13 Sebaran contoh berdasarkan aspek ukuran tulisan pada media leaflet 14 Sebaran contoh berdasarkan aspek komposisi warna pada media leaflet 15 Sebaran contoh berdasarkan aspek gambar pada media leaflet 16 Sebaran contoh berdasarkan aspek pesan gizi pada media leaflet 17 Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap media leaflet secara keseluruhan 18 Pengetahuan gizi contoh pada ketiga kelompok perlakuan
12 13 15 16 16 22 22 23 24 24 25 26 27 27 28 29 29 30
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Kerangka pemikiran Proses penarikan contoh Taraf perlakuan contoh Grafik sebaran contoh berdasarkan pertanyaan yang dijawab benar 5 Sebaran contoh yang menjawab benar pada pre test, post test 1,
5 7 10 17 20
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner pengetahuan gizi mengenai sarapan untuk siswa 2 Kuesioner daya terima media pendidikan gizi untuk siswa
37 38
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Sarapan merupakan makanan dan minuman pertama yang dikonsumsi pada pagi hari untuk menyediakan zat gizi yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas dengan baik dan bermanfaat sebagai sumber energi utama di pagi hari sehingga dapat menjaga kestabilan glukosa darah. Sarapan juga menyediakan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh pada pagi hari sehingga membuat gerak tubuh lebih aktif menjaga konsenstrasi, dapat mencegah terjadinya hipoglikemia, sakit kepala, dan kegemukan, serta untuk membentuk kebiasaan makan sehat. Sarapan yang sehat mengandung zat gizi yang dapat memenuhi 15 – 25% dari angka kecukupan gizi (AKG) sesuai umur, memenuhi kebutuhan serat makanan, rendah lemak, serta minumannya terdiri dari air putih, susu, atau teh. Sarapan sehat terdiri dari makanan dan minuman yang mengikuti Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), yaitu terdiri dari karhohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran, dan buah (Hardinsyah 2012). Sejak tahun 1995 Familiarize Breakfast (Biasakan makan pagi) merupakan poin ke-8 pesan yang terdapat di dalam Pedoman Gizi Seimbang (Hardinsyah 2012). Meskipun demikian, berdasarkan data Riskesdas (2010) yang diambil dari 35.000 anak usia sekolah (AUS) menunjukan bahwa 26.1% AUS hanya sarapan dengan minuman, seperti air putih, susu, atau teh, sedangkan 44.6% AUS mempunyai kualitas sarapan yang rendah (<15% AKG). Hal tersebut menunjukan bahwa sebagian besar AUS tidak sarapan dengan kualitas yang baik, bahkan sebagian besar dari mereka melewatkan sarapan. Masalah sarapan pada AUS tidak hanya terjadi di Indonesia sebagai negara berkembang, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Utter et al (2007) di Selandia Baru, menunjukan bahwa sebanyak 100.000 AUS melewatkan sarapan minimal satu kali dalam seminggu dan 36.000 AUS tidak sarapan sama sekali di rumah pada minggu sekolah. Penelitian lainnya di Amerika Serikat menunjukan bahwa sebanyak 50% AUS melewati sarapan hampir setiap hari (The American Dairy Association and Dairy Council 2009). Banyaknya angka AUS, terutama sekolah dasar (SD), melewatkan sarapan selain disebabkan oleh faktor ekonomi, juga disebabkan oleh ketidaktahuan AUS mengenai manfaat sarapan dan dampaknya jika tidak sarapan, serta AUS kurang dibekali pengetahuan gizi mengenai makanan apa yang seharusnya dikonsumsi pada saat sarapan agar kebutuhan energinya terpenuhi. Peningkatan pengetahuan AUS mengenai sarapan dapat dilakukan dengan pendidikan gizi. Pendidikan gizi perlu diberikan kepada AUS untuk menunjang status kesehatan anak. AUS merupakan target pendidikan gizi paling penting, karena kebiasaan makan, terutama kebiasaan sarapan, terbentuk pada masa anakanak, sehingga dapat mempengaruhi kebiasaan sarapan pada kehidupan seterusnya (Devi 2012). Kebiasaan anak dapat dibentuk sedari dini di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Salah satu lingkungan pembentuk kebiasaan adalah sekolah. Anak usia sekolah menghabiskan waktunya sebanyak 6 – 7 jam di sekolah. Rentang waktu yang panjang tersebut menyebabkan sekolah menjadi salah satu lingkungan pembentuk kebiasaan yang efektif, selain itu keterlibatan
2 tenaga pengajar juga merupakan salah satu faktor efektifnya pembentukan kebiasaan di sekolah (Devi 2012). Program yang sudah dilakukan oleh pemerintah selama ini adalah penyuluhan gizi, yaitu salah satu metode penyampaian materi pengetahuan gizi secara massal atau dihadapan publik (WHO 1992). Penyuluhan gizi tidak terlepas dari media yang digunakan, dalam mengunakan media pendidikan gizi perlu dipertimbangkan karakteristik dan selera sasaran penyuluhan sehingga pesan gizi yang disampaikan dapat diterima secara efektif (Khomsan 2000). Media pendidikan gizi yang digunakan untuk penyuluhan yang dilakukan pemerintah pada saat ini adalah leaflet dan poster, akan tetapi leaflet dan poster yang digunakan dinilai terlalu rumit dari segi penggunaan bahasa dan kurang menarik dari segi penampilan sehingga AUS tidak tertarik dan cenderung tidak mengerti dengan isi materi leaflet dan poster tersebut sehingga pesan gizi yang disampaikan menjadi tidak efektif, padahal media poster dan leaflet merupakan media yang paling mudah untuk dicapai dan diberikan kepada semua kalangan AUS di berbagai daerah (WHO 1992). Maka dari itu diperlukan pengembangan materi media visual berupa poster dan leaflet yang sesuai sehingga pesan gizi yang disampaikan menjadi efektif. Oleh karena pentingnya sarapan dan pemberian pengetahuan kebiasaan sarapan sejak dini pada AUS, penggunaan media visual leaflet dan poster diharapkan dapat menjadi media yang efektif dalam menyampaikan pesan gizi sarapan, sehingga diperlukan suatu penelitian untuk melakukan pengembangan materi yang sesuai, serta untuk mengetahui pengaruh media visual poster dan leaflet terhadap pengetahuan gizi (sarapan) AUS di Kota Bogor.
Perumusan Masalah Masalah kebiasaan untuk tidak sarapan atau sarapan dengan makanan yang tidak bergizi dan berimbang pada anak usia sekolah (AUS) menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan intik zat gizi dengan aktivitas AUS pada masa pertumbuhan dan perkembangan. Masalah pada sarapan tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan AUS terhadap manfaat dari sarapan dan akibat dari melewatkan sarapan, serta pengetahuan mengenai makanan bergizi dan berimbang yang seharusnya dikonsumsi pada saat sarapan. Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, diperlukan adanya pengembangan media informasi yang komunikatif untuk menyampaikan pesan gizi, terutama mengenai sarapan, kepada AUS, sehingga AUS dapat menerima dan memahami pesan gizi tersebut secara optimal. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana daya terima AUS terhadap media pendidikan gizi visual, yaitu leaflet dan poster, serta seberapa besar pengaruh kedua media tersebut terhadap peningkatan tingkat pengetahuan AUS.
3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi pendidikan gizi dengan tema sarapan dan analisis daya terima siswa terhadap media, serta pengaruhnya terhadap pengetahuan gizi siswa sekolah dasar negeri di Kota Bogor.
Tujuan Khusus 1. Melakukan pengembangan materi pendidikan gizi melalui media poster dan leaflet. 2. Menganalisis daya terima media poster. 3. Menganalisis daya terima media leaflet. 4. Menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan contoh sebelum dan sesudah intervensi pada kelompol poster dan kelompok leaflet, serta pada kelompok kontrol.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai media pendidikan gizi yang efektif diberikan kepada AUS untuk menyampaikan pesanpesan gizi mengenai sarapan sehingga dapat meningkatkan tingkat pengetahuan anak usia sekolah (AUS). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini selanjutnya dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam melakukan inovasi terhadap media pendidikan gizi yang efektif sesuai dengan target pendidikan. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan dan literatur dalam melakukan penelitian selanjutnya.
KERANGKA PEMIKIRAN Pendidikan adalah sebuah proses penyampaian informasi untuk membuat perubahan terhadap seseorang, baik pengetahuan, sikap, maupun perilaku, dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Terdapat tiga unsur utama dalam proses pendidikan, yaitu pendidik sebagai sumber informasi, media pendidikan gizi sebagai alat bantu penyampaian informasi, dan peserta didik sebagai sasaran pendidikan. Pendidikan gizi merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan gizi dari pendidik kepada peserta didik dengan tujuan membantu peserta didik mengetahui hal-hal berkaitan dengan gizi yang sebelumnya tidak diketahui (Khomsan 2000). Terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi proses pendidikan gizi, yaitu penggunaan media pendidikan gizi, faktor eksternal, dan faktor internal (Saloso 2010). Proses pendidikan gizi dengan menggunakan media (alat peraga) artinya memperlihatkan situasi yang hampir mirip dengan kenyataan kepada sasaran pendidikan, dengan cara tersebut diharapkan sasaran akan lebih mudah dan cepat menangkap pesan yang disampaikan. Hal tersebut didukung oleh banyaknya penelitian yang menunjukan bahwa penggunaan alat peraga dapat meningkatkan
4 daya serap sasaran (Khomsan 2000). Terdapat berbagai jenis media pendidikan gizi, yaitu media visual, media audio, dan media interaktif. Media audio merupakan jenis media berupa suara seperti lagu dan musik, sedangkan media interaktif merupakan jenis media yang melibatkan anak dalam suatu permainan, misalnya pendidikan gizi dengan media ular tangga dan software permainan. Media visual dalam pendidikan gizi merupakan media yang dapat dilihat, di antaranya gambar, foto, kartu, buku, leaflet dan poster (Khomsan 2000). Jenis media ini merupakan media yang dapat dibuat dan dipublikasikan dimana saja sehingga media visual merupakan media yang paling mudah dijangkau. Pemberian media pendidikan gizi visual melalui leaflet dan poster dapat mempermudah serta meningkatkan motivasi anak dalam menerima pesan gizi. Hal tersebut digambarkan dari tingkat penerimaan berdasarkan pada tingkat kesukaan pada media. Peran pendidikan gizi dengan menggunakan media adalah membantu proses pengiriman pesan gizi dari pemberi pesan kepada sasaran sehingga pesan gizi yang diberikan dapat diterima dengan baik oleh sasaran pendidikan (Khomsan 2000). Selain faktor penggunaan media pendidikan gizi, faktor lainnya yang mempengaruhi proses pendidikan gizi adalah faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah situasi dan kondisi belajar dan sistem sosial ekonomi budaya (sosekbud). Faktor internal yang mempengaruhi proses pendidikan gizi terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dari pendidik dan faktor internal yang terdapat pada sasaran pendidikan. Faktor internal pendidik meliputi keterampilan komunikasi, keadaan fisiologis dan psikologis, serta tingkat pengetahuan, sedangkan faktor internal sasaran pendidikan meliputi sikap (kesiapan dan kesadaran), keadaan psikologis dan fisiologis, pandangan hidup, kebiasaan, pengalaman, serta karakteristik sasaran didik (Notoatmodjo 2010). Selain faktor internal, faktor eksternal sasaran didik yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah pendidikan orang tua dan akses terhadap informasi yang dimiliki oleh sasaran didik. Keberhasilan suatu proses pendidikan gizi diketahui melalui indikator peningkatan pengetahuan gizi sasaran. Peningkatan pengetahuan gizi selanjutnya dapat membentuk sikap dan perilaku gizi sasaran pendidikan.
5
Gambar 1 Kerangka pemikiran Keterangan: Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Pengaruh yang diteliti Pengaruh yang tidak diteliti
6
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bagian dari Peningkatan kesehatan masyarakat melalui interactive breakfast nutrition learning content management system berbasis mobile untuk siswa sekolah dasar (Rachmaniah et al 2013). Desain penelitian yang digunakan adalah quacy experimental study dengan menggunakan rancangan pre test post test non-equivalent control group design. Quacy experimental study merupakan jenis rancangan penelitian eksperimental yang tidak mengambil subjek secara acak dari populasi, akan tetapi menggunakan seluruh subjek dalam kelompok utuh (intact group) untuk diberikan perlakuan. Jenis penelitian eksperimental ini dilakukan dalam penelitian di bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran, pelaksanaan penelitian tidak selalu memungkinkan untuk terjadinya seleksi acak subjek, melainkan subjek telah terbentuk secara alami ke dalam satu kelompok utuh, seperti kelompok siswa dalam satu kelas. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara purposive dengan syarat bahwa sekolah dasar tempat penelitian merupakan sekolah dasar di Kota Bogor dengan nilai akreditasi yang sama, sekolah dasar tersebut mudah diakses, tidak menyulitkan dalam hal administrasi dan perizinan, serta contoh merupakan siswa dalam satu kelas utuh. Penelitian dilaksanakan di tiga sekolah dasar di Kota Bogor, yaitu SDN 01 Padjajaran, SDN 02 Batu Tulis dan SDN 05 Pengadilan pada siswa kelas enam. Penelitian dilakukan pada bulan September – Oktober 2013 yang meliputi pengembangan materi pendidikan gizi, pembuatan media poster dan leaflet serta pengambilan data. Pengolahan, analisis data, penafsiran data, dan penyusunan laporan dilakukan pada bulan Maret – Juni 2014.
Teknik Pemilihan dan Penarikan Contoh Populasi penelitian adalah siswa kelas enam sekolah dasar di SDN 01 Padjajaran, SDN 05 Pengadilan, dan SDN 02 Batu Tulis. Kriteria sekolah yang diambil adalah sekolah dengan akreditasi A dan belum pernah mendapatkan penyuluhan atau pendidikan gizi dari institusi manapun. Kriteria contoh penelitian adalah siswa laki-laki dan perempuan usia 10 – 12 tahun, bersedia menjadi responden penelitian dan mengikuti seluruh tahapan penelitian. Penarikan contoh dilakukan dengan purposive sampling, yaitu diambil satu kelas enam pada masing-masing sekolah dasar, kemudian dilakukan pengacakan, yaitu simple random sampling untuk menentukan sekolah dengan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, kelompok perlakuan dibagi ke dalam dua kelompok perlakuan media berbeda, yaitu kelompok perlakukan media poster (SDN 05 Pengadilan) dan kelompok perlakuan media leaflet (SDN 02 Batu Tulis), dan satu kelompok kontrol (SDN 01 Padjajaran). Berdasarkan tiga kelompok penelitian tersebut didapatkan contoh penelitian sebanyak 120 contoh, dengan masing-masing jumlah contoh pada kelompok penelitian adalah 40, akan tetapi setelah dilakukan data cleaning, jumlah contoh yang didapatkan adalah 111 contoh, dengan masingmasing jumlah contoh, yaitu 37 siswa untuk kelompok perlakuan media poster, 38
7 siswa untuk kelompok perlakuan media leaflet, dan 36 siswa untuk kelompok kontrol. Pada Gambar 2 disajikan proses penarikan contoh penelitian.
Gambar 2 Proses penarikan contoh Pada tahap awal penelitian terdapat 40 siswa pada masing-masing sekolah penelitian sehingga jumlah contoh penelitian adalah 120 siswa, akan tetapi pada tahap penelitian selanjutnya terdapat beberapa siswa yang tidak dapat mengikuti tahapan penelitian secara keseluruhan dengan alasan sakit dan izin keperluan keluarga sehingga pada akhir penelitian total jumlah contoh adalah 111 siswa.
Proses Pembuatan Media Jenis media pendidikan gizi yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua media komunikasi visual, yaitu poster dan leaflet. Media poster dan leaflet dipilih karena kedua media tersebut merupakan media yang paling mudah untuk
8 dicapai dan diberikan kepada semua kalangan diberbagai daerah (WHO 1992). Langkah-langkah pembuatan poster dan leaflet diawali dari pemilihan tema, perumusan materi atau pesan gizi yang ingin disampaikan, perancangan media secara grafis, dan pencetakan media. Tema yang dilipih dalam poster dan leaflet ini adalah sarapan, dengan materi atau pesan gizi yang disampaikan meliputi pengertian sarapan, waktu sarapan, akibat tidak sarapan, manfaat sarapan, sarapan mencegah kegemukan, jumlah energi dan protein sarapan, jenis makanan dalam menu sarapan, contoh menu sarapan bergizi, pemahaman jenis menu sarapan bergizi, dan jenis jajanan pengganti sarapan. Ilustrasi pada poster dibuat secara manual dengan menggunakan perangkat lunak Android S-memo pada Samsung Galaxy Note kemudian dilakukan proses komputerisasi untuk menggabungkan ilustrasi-ilustrasi yang telah dibuat dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Publisher. Ilustrasi dibuat berdasarkan pesan gizi yang ingin disampaikan, misalnya untuk menyampaikan pesan gizi akibat dari tidak sarapan dan manfaat sarapan, disajikan ilustrasi satu orang anak yang bersemangat karena telah sarapan dan satu orang anak lainnya yang terlihat lemas dikarenakan tidak sarapan. Pada pembuatan leaflet, disajikan beberapa ilustrasi sederhana untuk menunjang pesan gizi yang disampaikan. Ukuran poster yang dibuat adalah kertas A2. Ilustrasi pada leaflet dibuat secara manual dengan menggunakan perangkat lunak Android S-memo pada Samsung Galaxy Note dan dilakukan proses komputerisasi untuk menggabungkan teks dan ilustrasi dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Publisher. Leaflet yang dibuat berukuran kertas A4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan poster dan leaflet adalah penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, komposisi warna, tata letak ilustrasi dan teks, serta ukuran dan jenis huruf yang digunakan. Poster dan leaflet yang akan digunakan kemudian dievaluasi oleh guruguru ketiga sekolah penelitian untuk mengkaji rancangan yang sedang dikembangkan tersebut. Hasil identifikasi dan evaluasi terhadap media kemudian digunakan untuk memperbaiki poster dan leaflet tersebut. Komponen yang dievaluasi meliputi kejelasan pesan gizi atau materi yang disampaikan, komposisi warna yang digunakan, representasi ilustrasi yang digunakan terhadap pesan gizi, tata letak gambar dan teks, serta kesesuaian materi yang disampaikan dalam media dengan pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner pengetahuan gizi. Poster dan leaflet yang telah melalui proses evaluasi dan perancangan ulang kemudian diberikan kepada contoh sesuai dengan kelompok perlakuan. Poster ditempel di dinding kelas dan pintu masuk kelas contoh, sedangkan leaflet dibagikan untuk setiap orang contoh, didiskusikan bersama di dalam kelas, kemudian leaflet dapat dibawa pulang oleh contoh.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada siswa serta data hasil pre test dan post test. Kuesioner yang diberikan kepada contoh diberikan untuk mengetahui daya terima contoh terhadap intervensi media, meliputi pertanyaan
9 mengenai menarik atau tidaknya tampak visual poster dan leaflet serta mudah dipahami atau tidaknya pesan gizi yang terdapat pada masing-masing media tersebut. Kuesioner daya terima dan kesukaan terhadap media diberikan sesuai dengan kelompok perlakuan masing-masing media. Pre test dan post test merupakan pertanyaan berbentuk pilihan ganda yang berjumlah 10 soal yang digunakan untuk mengukur pengetahuan gizi contoh sebelum dan sesudah perlakuan. Materi yang diberikan pada pre test dan post test meliputi pengetahuan gizi mengenai sarapan. Data sekunder yang didapatkan dari sekolah adalah profil dan karakteristik masing-masing sekolah. Pada awal penelitian, contoh diberikan pre test untuk mengetahui pengetahuan gizi awal yang dimiliki oleh contoh, kemudian contoh diberikan intervensi sesuai dengan kelompok perlakuannya, yaitu kelompok perlakuan poster, kelompok perlakuan leaflet, dan kelompok kontrol yang tidak diberi intervensi pendidikan gizi. Dua hari setelah pemberian intervensi, dilakukan post test 1 untuk mengetahui tingkat pengetahuan gizi contoh setelah diberikan intervensi pendidikan gizi. Post test 2 dilakukan setelah tiga hari pemberian post test 1, dilakukannya post test 2 ditujukan untuk mengetahui ingatan contoh terhadap materi pendidikan gizi dalam waktu singkat. Pada Gambar 3 disajikan taraf perlakuan yang diberikan pada penelitian. .
10
(2 hari kemudian)
(3 hari kemudian)
Gambar 3 Taraf perlakuan contoh
11
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excell 2010 for Windows, kemudian analisis secara statistik deskriptif dan inferensia dilakukan dengan menggunakan SPSS 16 for Windows. Pengolahan dengan Excell dilakukan untuk mengolah data pre test, pos test dan daya terima media. Analisis statistik inferensia dilakukan untuk mengetahui perbedaan skor pengetahuan gizi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan di antara kelompok perlakuan media poster dan leaflet serta kelompok kontrol. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan beberapa tahapan, yaitu verifikasi atau pengecekan data kembali, entry atau memasukan data ke dalam Microsoft Excell, conding atau pengkodean dilakukan untuk dapat dilakukan pengolahan data lebih lanjut pada SPSS, cleaning untuk mengeliminasi data yang tidak lengkap dan tidak dapat digunakan, dan analisis data. Pengetahuan gizi contoh didapatkan dari hasil pre test, post test 1, dan post test 2, yang terdiri dari pertanyaan tertutup dalam bentuk pilihan ganda berjumlah 10 soal. Skor jawaban benar adalah 1 dan skor jawaban salah adalah 0, dengan total skor adalah 10. Daya terima contoh terhadap media yang diberikan diketahui dengan menggunakan kuesioner tingkat penerimaan yang terdiri dari 4 skala, meliputi aspek pemahaman materi pada media, tulisan pada media, gambar pada media, warna yang digunakan pada media, penyampaian pesan gizi pada media, dan kesukaan contoh terhadap media secara keseluruhan. Tidak ada jawaban benar dan salah pada kuesioner tingkat penerimaan contoh pada media. Contoh diharuskan memilih satu dari empat skala yang diberikan pada tiap-tiap pertanyaan, skor untuk setiap skala adalah 1. Pada aspek pemahaman materi, skala yang digunakan adalah sangat mudah dipahami, mudah dipahami, kurang mudah dipahami, dan sulit dipahami. Pada aspek tulisan pada media (poster/leaflet), skala yang digunakan adalah tulisan dapat terbaca dengan baik, tulisan terlalu besar, tulisan terlalu kecil, dan tulisan tidak dapat terbaca. Skala yang digunakan pada aspek gambar yang terdapat pada media (poster/leaflet) adalah gambar sangat menarik, gambar cukup menarik, gambar kurang menarik, dan gambar tidak menarik. Pada aspek pemilihan warna, skala yang digunakan adalah warna sangat menarik, warna cukup menarik, warna kurang menarik, dan warna tidak menarik. Skala yang digunakan pada aspek penyampaian pesan gizi pada media adalah sangat mudah dipahami, mudah dipahami, kurang mudah dipahami, dan sulit untuk dipahami. Pada aspek terakhir, yaitu kesukaan secara keseluruhan terhadap media yang diberikan, skala yang digunakan adalah sangat menyukai, cukup menyukai, kurang menyukai, dan tidak menyukai. Jenis variabel yang diolah disajikan pada Tabel 1. Statistik inferensia yang dilakukan meliputi uji normalitas dan uji beda. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-smirnov, uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data pengetahuan gizi contoh terdistribusi dengan normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa data terdistribusi secara tidak normal (p<0.05), sehingga selanjutnya digunakan uji non-parametrik. Uji non-parametrik yang dilakukan, yaitu uji Wilcoxon dan uji Kruskal-Wallis. Uji Wilcoxon dilakukan untuk mengetahui
12 signifikansi perbedaan yang terjadi antara pre test, post test 1, dan post test 2 pada masing-masing kelompok perlakuan (p<0.05), sedangkan Kruskal-Wallis digunakan untuk mengetahui perbedaan skor pengetahuan gizi sebelum dan sesudah pemberian media pada ketiga jenis kelompok perlakuan (p<0.05). Uji Wilcoxon dan Kruskal-Wallis digunakan karena distribusi data pengetahuan gizi contoh tidak normal. Tabel 1 Jenis variabel yang diolah No
1
2
Jenis variabel Pengetahuan gizi (sarapan) Daya terima media pendidikan gizi
Cara perhitungan
Contoh perhitungan
ko ip ol h ko m k im m j ml h on oh m milih k l n o l on oh
Skor
Kategori
<60 60 – 80 >80 <40 40 – 60 60 – 80 >80
Kurang Sedang Baik Tidak suka Kurang suka Cukup suka Sangat suka
Definisi Operasional Contoh adalah anak usia sekolah dasar kelas 6 SD di SDN 05 Pengadilan, SDN 01 Pajajaran, dan SDN 02 Batu Tulis, dengan rentang usia 10 – 12 tahun. Karakteristik contoh adalah ciri-ciri khusus yang terdapat pada contoh, meliputi usia dan jenis kelamin. Usia adalah ukuran satuan tahun contoh penelitian. Jenis kelamin adalah klasifikasi contoh ke dalam kelompok laki-laki atau perempuan. Materi pendidikan gizi adalah bahan ajar gizi dengan tema sarapan yang meliputi konsep dan penerapannya. Media visual poster adalah alat peraga pendidikan gizi yang sebagian besar berupa gambar, berukuran A2 yang ditempel pada dinding dan pintu masuk kelas, serta berisi pesan gizi mengenai sarapan. Media visual leaflet adalah alat peraga pendidikan gizi yang sebagian besar berupa tulisan berukuran A4, berisi pesan gizi mengenai sarapan. Pengetahuan gizi contoh adalah pemahaman contoh terhadap materi sarapan yang diukur melalui hasil test sebelum dan sesudah pemberian materi dengan menjawab 10 soal pertanyaan pilihan berganda. Daya terima contoh adalah tingkat kesukaan contoh terhadap media poster dan media leaflet yang dinilai berdasarkan komponen media berupa tulisan/gambar pada media, warna media, dan bahasa pesan gizi pada media.
13
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan Materi dan Media Pendidikan Gizi Pengembangan materi pendidikan gizi dilakukan dengan menganalisis data awal (baseline data) terlebih dahulu. Baseline data diambil pada bulan Juli 2013, bertempat di SDN 01 Padjajaran, SDN 02 Batutulis, dan SDN 05 Pengadilan. Pengambilan baseline data ditujukan untuk mengetahui materi sarapan seperti apa yang sesuai diberikan kepada contoh (Rachmaniah et al 2013). Data pengetahuan gizi diketahui dengan memberikan pertanyaan tertutup dalam bentuk pilihan ganda kepada contoh. Pertanyaan mengenai sarapan yang diberikan berjumlah 15 soal, yang terdiri dari materi pengertian sarapan, waktu yang dianjurkan untuk sarapan, pentingnya sarapan, akibat jika tidak sarapan, kontribusi sarapan dalam pemenuhan kebutuhan energi dalam sehari, contoh menu sarapan, dan jenis makanan yang seharusnya terdapat dalam sarapan. Skor setiap jawaban benar adalah 1 dan skor untuk jawaban salah adalah 0. Total nilai untuk jawaban benar adalah 15, kemudian dibagi dengan 15 dan dikali dengan 100, sehingga total skor jawaban benar adalah 100. Baseline data merupakan data hasil pemberian pertanyaan mengenai pengetahuan gizi, hal tersebut penting dilakukan untuk mengetahui baseline knowledge atau pengetahuan dasar mengenai gizi yang dimiliki oleh contoh, sehingga pada saat pembuatan dan pengembangan materi pendidikan, dapat diberikan materi pendidikan yang sesuai bagi contoh (Mc Neal et al 2009). Pada baseline data, data yang diambil merupakan sebaran pertanyaan yang dijawab benar oleh contoh. Jumlah contoh yang terdapat pada saat dilakukannya pengambilan baseline data adalah 37 contoh untuk kelompok kontrol, 39 contoh untuk kelompok perlakuan poster, dan 40 contoh untuk kelompok perlakuan leaflet dengan total jumlah contoh adalah 116. Contoh diberikan lima belas pertanyaan mengenai sarapan. Berikut disajikan sebaran jawaban benar contoh pada baseline data (Rachmaniah et al 2013) dalam Tabel 2. Tabel 2 Baseline data sebaran contoh berdasarkan jawaban benar No 1 2 3 4 5 6 7 8
Pertanyaan Pengertian sarapan Waktu sarapan Alasan mengapa perlu sarapan Akibat jika tidak sarapan Manfaat sarapan Perbedaan anak yang sarapan dan tidak Tidak termasuk fungsi sarapan Alasan mengapa sarapan dapat mengurangi jajan berlebihan
Kelompok Poster N % 38 97.4 30 76.9
Kelompok Kontrol N % 37 100 22 59.5
Kelompok Leaflet N % 40 100 33 82.5
N 115 85
% 99.1 73.2
Total
39
100
37
100
38
95.0
114
98.2
38
97.4
36
97.3
39
97.5
113
97.4
38
97.4
37
100
40
100
115
99.1
39
100
36
97.3
39
97.5
114
98.2
37
94.9
35
94.6
40
100
112
96.5
35
89.7
36
97.3
40
100
111
95.6
14 Tabel 2 Baseline data sebaran contoh berdasarkan jawaban benar No 9
10
11 12 13
14 15
Pertanyaan Alasan mengapa sarapan dapat mencegah dari kegemukan Kontribusi sarapan dalam pemenuhan kebutuhan gizi Jenis makanan yang ada dalam menu sarapan Contoh makanan sarapan yang bergizi Contoh yang bukan makanan sarapan bergizi Pengertian makanan seimbang Berapa banyak makan dalam sehari untuk menjaga kesehatan tubuh
Kelompok Poster N %
Kelompok Kontrol N %
Kelompok Leaflet
39
100
35
94.6
39
10
25.6
27
73.0
36
92.3
34
36
92.3
35
Total N
%
97.5
113
97.4
16
40.0
53
45.6
91.9
39
97.5
109
93.9
33
89.2
36
90.0
105
90.5
89.7
37
100
38
95.0
110
94.9
39
100
36
97.3
40
100
115
99.1
32
82.1
35
94.6
28
70.0
113
82.2
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa pertanyaan dengan persentase contoh yang menjawab benar terendah adalah pertanyaan nomor 10, yaitu kontribusi sarapan terhadap pemenuhan kebutuhan zat gizi sehari (45.6%). Kelima belas pertanyaan tersebut kemudian dikaji ulang berdasarkan materi pendidikan gizi mengenai sarapan yang ingin diberikan. Materi pendidikan gizi mengenai sarapan yang diberikan kepada contoh merupakan poin-poin penting dan utama mengenai sarapan. Menurut Contento (2007), pesan pangan dan gizi akan lebih mudah diterima oleh masyarakat umum jika terdapat dampak positif atau manfaat yang akan didapatkan oleh masyarakat jika menerapkan isi pesan tersebut, atau terdapat dampak negatif jika masyarakat tidak menerapkan isi pesan tersebut. Dengan demikian, pada media pendidikan gizi mengenai sarapan yang diberikan, terdapat materi mengenai manfaat sarapan dan akibat jika tidak sarapan. Selain itu, poin penting lainnya dari sarapan adalah pengertian sarapan, waktu yang dianjurkan untuk sarapan, jumlah energi dan protein yang terdapat dalam sarapan, jenis makanan dan contoh menu sarapan, serta jajanan pengganti sarapan (The American Dairy Association and Dairy Council 2009). Oleh karena terdapat beberapa pertanyaan pada baseline data yang terkesan rancu serta beberapa pertanyaan merupakan pengulangan pertanyaan sebelumnya, pertanyaan yang diberikan kepada contoh kemudian dikaji dan dibuat ulang yang disesuaikan dengan materi mengenai sarapan yang diberikan. Berdasarkan hasil pengkajian ulang pada pembuatan pertanyaan, jumlah pertanyaan yang diberikan kepada contoh adalah 10 pertanyaan, dengan jenis pertanyaan meliputi, pengertian sarapan, waktu yang dianjurkan untuk sarapan, akibat tidak sarapan, manfaat sarapan, sarapan dapat mencegah kegemukan, jumlah energi dan protein dalam sarapan, contoh menu sarapan bergizi, pemahaman jenis menu sarapan bergizi, dan jenis jajanan pengganti sarapan. Pada pre test sampai dengan post test 2, total sampel dalam penelitian ini adalah 111
15 contoh. Berikut disajikan sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pada pre test yang dijawab benar pada Tabel 3. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi pre test yang dijawab benar No
Jenis Pertanyaan
Kelompok Poster
Kelompok Kontrol
Kelompok Leaflet
Total
N 36
% 97.3
N 36
% 100.0
N 38
% 100.0
N 110
% 99.1
1
Pengertian sarapan
2
Waktu sarapan
24
64.9
26
72.2
27
71.1
77
69.4
3
Akibat tidak sarapan
35
94.6
35
97.2
38
100.0
108
97.3
4 5
Manfaat sarapan Sarapan mencegah kegemukan Jumlah energi dan protein sarapan Jenis makanan dalam menu sarapan Contoh menu sarapan bergizi Pemahaman jenis menu sarapan bergizi Jenis jajanan pengganti sarapan
37
100.0
35
97.2
38
100.0
110
99.1
37
100.0
36
100.0
38
100.0
111
100.0
14
37.8
21
58.3
23
60.5
58
52.3
30
81.1
36
100.0
37
97.4
103
92.8
33
89.2
32
88.9
34
89.5
99
89.2
26
70.3
20
55.6
29
76.3
75
67.6
16
43.2
11
30.6
10
26.3
37
33.3
6 7 8 9 10
Berdasarkan Tabel 3, pada hasil pre test diketahui bahwa terdapat dua soal dengan persentase jawaban benar terendah, yaitu pertanyaan nomor 6 mengenai jumlah energi dan protein dalam sarapan (52.3%) dan pertanyaan nomor 10 mengenai jenis jajanan pengganti sarapan (33.3%). Pertanyaan nomor 6 merupakan jenis pertanyaan yang sama dengan pertanyaan nomor 10 pada baseline data, yaitu kontribusi sarapan dalam pemenuhan kebutuhan zat gizi sehari, akan terapi digunakan bahasa yang lebih sederhana agar anak lebih mudah memahami pertanyaannya. Jika dibandingkan dengan baseline data, terdapat peningkatan persentase jawaban benar pada poin pertanyaan tersebut, yaitu dari 45.6% menjadi 52.3%, hal ini dapat terjadi karena bahasa pertanyaan yang digunakan pada pre test lebih sederhana daripada yang digunakan pada baseline, sehingga contoh lebih mudah memahami maksud pertanyaannya. Meskipun demikian, pertanyaan nomor 10 mengenai jenis jajanan pengganti sarapan merupakan pertanyaan dengan persentase jawaban terendah, hal ini dapat disebabkan karena contoh kurang mendapatkan paparan informasi mengenai jenis jajanan yang dapat menggantikan sarapan. Setelah diberikan pre test, kelompok perlakuan mendapatkan intervensi berupa pendidikan gizi mengenai sarapan melalui dua media yang berbedam yaitu poster dan leaflet. Dua hari setelah diberikan intervensi, kelompok perlakuan diberikan post test 1 untuk melihat apakah terjadi peningkatan atau penurunan pengetahuan gizi. Berikut disajikan sebaran contoh berdasarkan pertanyaan post test 1 yang dijawab benar pada Tabel 4.
16 Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi post test 1 yang dijawab benar No
Kelompok leaflet N %
Kelompok Poster
Jenis Pertanyaan
N
%
1
Pengertian sarapan
36
97.3
38
2
Waktu sarapan
30
81.1
Akibat tidak sarapan
37
100.0
3 4
Manfaat sarapan
37
5
Sarapan mencegah kegemukan Jumlah energi dan protein sarapan Jenis makanan dalam menu sarapan Contoh menu sarapan bergizi Pemahaman jenis menu sarapan bergizi Jenis jajanan pengganti sarapan
6 7 8 9 10
Total N
%
100.0
74
98.7
33
86.8
63
84.0
38
100.0
75
100.0
100.0
38
100.0
75
100.0
36
97.3
38
100.0
74
98.7
30
81.1
33
86.8
63
84.0
33
89.2
36
94.7
69
92.0
31
83.8
33
86.8
64
85.3
24
64.9
27
71.1
51
68.0
24
64.9
14
36.8
38
50.7
Hasil pada Tabel 4 menunjukan bahwa terdapat peningkatan persentase contoh dengan jawaban benar, yaitu pada pertanyaan nomor 6 dari 52.3% (pre test) menjadi 84% (post test 1), serta pada pertanyaan nomor 10, persentase jawaban benar meningkat dari 33.3% menjadi 50.7%. Peningkatan persentase jawaban benar pada kedua nomor tersebut dapat disebabkan oleh terpaparnya contoh dengan informasi mengenai kedua hal tersebut melalui media yang diberikan sehingga terjadi penambahan pengetahuan pada contoh. Tiga hari setelah diberikan post test 1, ketiga kelompok perlakuan kemudian diberikan post test 2, berikut disajikan sebaran contoh berdasarkan pertanyaan post test 2 yang dijawab benar pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi post test 2 yang dijawab benar No
Jenis Pertanyaan
Kelompok Poster
Kelompok Kontrol
Kelompok Leaflet
N 36
% 97.3
N 36
% 100.0
N 38
% 100.0
N 110
% 99.1
Total
1
Pengertian sarapan
2
Waktu sarapan
26
70.3
26
72.2
32
84.2
84
75.7
3
Akibat tidak sarapan
37
100.0
36
100.0
38
100.0
111
100.0
4 5
37
100.0
35
97.2
38
100.0
110
99.1
37
100.0
35
97.2
38
100.0
110
99.1
28
75.7
21
58.3
27
71.1
76
68.5
7
Manfaat sarapan Sarapan mencegah kegemukan Jumlah energi dan protein sarapan Jenis makanan sarapan
33
89.2
33
91.7
37
97.4
103
92.8
8
Contoh menu sarapan
34
91.9
33
91.7
33
86.8
100
90.1
9
Menu sarapan bergizi Jajanan pengganti sarapan
27
73.0
21
58.3
26
68.4
74
66.7
25
67.6
16
44.4
13
34.2
54
48.6
6
10
17 Hasil post test 2 pada Tabel 5 menunjukan bahwa terdapat penurunan persentase jawaban benar pada pertanyaan nomor 6 dan 10, yaitu untuk pertanyaan 6, dari 84% (post test 1) menjadi 68.5%, sedangkan pada pertanyaan nomor 10, yaitu dari 50.7% menjadi 48.6%. Penurunan persentase jawaban benar pada post test 2 dapat disebabkan oleh terdapatnya paparan informasi lain terhadap contoh sehingga memungkinkan penurunan memori contoh terhadap materi yang telah diberikan. Secara keseluruhan, berdasarkan hasil pre test, post test 1, dan post test 2, didapatkan hasil bahwa pertanyaan yang mempunyai persentase terendah dijawab benar dari semua perlakuan yang diberikan adalah pertanyaan nomor 10. Pada pre test, persentase jawaban benar nomor 10 adalah 33.3% kemudian meningkat pada post test 1 (50.7%) dan kembali menurun pada post test 2 (48.6%). Grafik sebaran contoh berdasarkan pertanyaan yang dijawab benar disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Grafik sebaran contoh berdasarkan pertanyaan yang dijawab benar Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa terdapat kenaikan pertanyaan yang dijawab benar oleh contoh antara pre test dengan post test 1. Hasil yang
18 serupa juga terjadi pada penelitian Egal dan Oldewage-Theron (2008) mengenai evaluasi program pendidikan gizi pada anak usia enam dan tujuh tahun di wilayah Vaal, sebaran contoh yang menjawab benar meningkat secara signifikan setelah pemberian pendidikan gizi. Meningkatnya sebaran contoh yang menjawab benar pada post test 1 dapat disebabkan oleh terpaparnya contoh dengan intervensi pendidikan gizi (Cort dan Sovyanhadi 2004). Peningkatan persentase jawaban benar pada post test 1 dan menurun kembali pada post test 2 sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saloso (2010) dan Ikada (2007), pada kedua penelitian tersebut, pertanyaan yang meningkat persentase jawaban benarnya pada post test 1, kembali menurun pada post test 2. Penurunan sebaran pertanyaan dijawab benar pada post test 2 dapat disebabkan oleh menurunnya daya ingat siswa akan materi sarapan setelah jangka waktu tertentu dan terpaparnya contoh dengan informasi lain. Oleh karena penurunan daya ingat dan seleksi informasi yang terjadi pada contoh, pendidikan gizi seharusnya diberikan secara berkelanjutan dan komprehensif (Motamedrezaei et al 2013). Menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2010), terdapat tiga domain atau ranah dalam perilaku, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif, dan psikomotor. Pengembangan materi dan media pendidikan gizi ini berfokus pada domain kognitif dari perilaku. Domain kognitif merupakan ranah penting dalam pembentukan perilaku seseorang, karena berdasarkan pengalaman dan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, perilaku yang didasarkan dari pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Domain kognitif atau pengetahuan artinya hasil tahu seseorang mengenai sebuah objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui indera penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga) (Notoatmodjo 2010). Terdapat enam tahapan dalam domain kognitif, yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Tahu merupakan tahapan paling rendah dari tingkat pengetahuan. Tahu merupakan hasil mengingat kembali dari suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkat pengetahuan tahu dapat diukur melalui pertanyaan-pertanyaan tertentu, yaitu menyebutkan menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan (Notoatmodjo 2007). Pada soal yang diberikan kepada contoh, soal nomor 1 (pengertian sarapan), nomor 2 (waktu sarapan), dan nomor 6 (jumlah energi dan protein sarapan) merupakan jenis pertanyaan pada tingkatan tahu. Tingkat pengetahuan yang kedua adalah memahami. Memahami artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar mengenai materi atau objek yang telah diketahuinya dan dapat menginterpretasikannya secara benar (Notoatmodjo 2007). Tingkat pengetahuan memahami dapat diukur melalui pertanyaan menjelaskan, menyebutkan contoh, dan menyimpulkan. Pada soal yang diberikan kepada contoh, pertanyaan nomor 3 (akibat jika tidak sarapan), nomor 4 (manfaat sarapan), dan nomor 5 (mengapa sarapan dapat mencegah kegemukan) merupakan pertanyaan pada tingkat pengetahuan memahami. Tingkat pengetahuan selanjutnya adalah aplikasi. Aplikasi merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan materi yang telah dipelajarinya pada situasi yang berbeda (Notoatmodjo 2007). Pada soal yang diberikan kepada
19 contoh, pertanyaan nomor 7 (jenis makanan dalam menu sarapan) dan pertanyaan nomor 8 (contoh menu sarapan bergizi) merupakan jenis pertanyaan pada tingkatan aplikasi. Tingkat pengetahuan yang keempat adalah analisis. Analisis merupakan kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi seseorang sudah berada dalam tahap analisis adalah jika orang tersebut sudah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan membuat bagan atau diagram terhadap objek tersebut (Notoatmodjo 2010). pada soal yang diberikan kepada contoh, pertanyaan nomor 9 (pemahaman dan analisis menu sarapan bergizi yang dapat memenuhi kebutuhan) dan nomor 10 (jenis jajanan pengganti sarapan) merupakan jenis pertanyaan pada tingkatan analisis. Tingkat pengetahuan yang kelima dan keenam adalah sintesis dan evaluasi. Sintesis artinya kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen pengatahuan yang dimiliki atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada, misalnya sudah dapat membuat ringkasan atau kesimpulan dari informasi yang ada. Sedangkan evaluasi adalah kemampuan untuk justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya seseorang dapat menilai manfaat ikut suatu program tertentu (Notoatmodjo 2010). Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa trend sebaran contoh yang menjawab pertanyaan benar meningkat dari pre test ke post test 1, kemudian menurun pada post test 2, terutama pada beberapa poin pertanyaan yang masih <80% sebaran contoh yang menjawab benar, yaitu pada pertanyaan nomor 2 (waktu sarapan), nomor 6 (jumlah energi dan protein sarapan), nomor 9 (pemahaman jenis menu sarapan bergizi), dan nomor 10 (jenis jajanan pengganti sarapan). Pada pertanyaan tingkatan tahu, sebaran contoh yang menjawab benar pertanyaan nomor 2 pada pre test adalah 69.4%, kemudian meningkat pada post test 1 (84%), dan kembali menurun pada post test 2 (75.7%), sedangkan pada pertanyaan nomor 6, persentase contoh yang menjawab benar pada pre test adalah 52.3%, kemudian meningkat pada post test 1 (84%), dan kembali menurun pada post test 2 (68.5%), hal tersebut dapat disebabkan karena jenis pertanyaan ini melibatkan angka-angka di dalamnya. Penelitian menunjukan bahwa pertanyaan dengan jawaban berupa angka tertentu persentase jawaban benarnya lebih rendah, karena orang cenderung bingung akan angka yang digunakan dan cenderung terbolak-balik angkanya (Cort dan Sovyanhadi 2004). Persentase contoh yang menjawab benar terendah terdapat pada pertanyaan nomor 9 dan 10, yaitu pertanyaan pada tingkatan analisis. sebaran contoh yang menjawab benar pertanyaan nomor 9 pada pre test adalah 67.6%, kemudian meningkat pada post test 1 (68%), dan kembali menurun pada post test 2 (66.7%), sedangkan pada pertanyaan nomor 6, persentase contoh yang menjawab benar pada pre test adalah 33.3%, kemudian meningkat pada post test 1 (50.7%), dan kembali menurun pada post test 2 (48.6%). Sebaran contoh yang menjawab benar pada pre test, post test 1, dan post test 2 menurut domain kognitif disajikan di dalam Gambar 5.
20
Gambar 5 Sebaran contoh yang menjawab benar pada pre test, post test 1, dan post test 2 menurut domain kognitif Berdasarkan Gambar 5, diketahui bahwa domain kognitif tingkat analisis merupakan jenis pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar oleh contoh, baik dari pre test (50.5%), post test 1 (59.4%), dan post test 2 (57.7%). Menurut Piaget dalam Santrock (1998), perkembangan kognitif anak dapat dijelaskan melalui empat tahap, yaitu tahap sensorimotor (anak usia 0 – 2 tahun), pre operational (2 – 7 tahun), concrete operational (7 – 11 tahun) , dan formal operation (11 – 15 tahun). Contoh pada penelitian ini berada dalam rentang usia 10 – 12 tahun, dengan rata-rata usia contoh adalah 12 tahun, sehingga contoh berada dalam perkembangan kognitif formal operation. Formal operation merupakan tahapan saat anak dapat berfikir kebih abstrak dan logis, sudah mampu untuk mengklasifikasikan objek dan menjelaskannya. Seharusnya, pada usia tersebut anak sudah dapat melakukan analisis sederhana terhadap materi yang dipelajarinya, akan tetapi rendahnya sebaran contoh yang menjawab benar pertanyaan tingkatan analisis menunjukan bahwa perlu diadakannya evaluasi lebih lanjut mengenai bahasa yang digunakan dalam pertanyaan nomor tersebut (apakah sudah mudah dipahami atau sulit), selain itu evaluasi juga perlu dilakukan pada materi yang diberikan pada media, karena penurunan sebaran contoh yang menjawab benar juga terjadi pada kelompok intervensi. Pengembangan media pendidikan gizi dilakukan melalu tiga tahap, yaitu analisis input, meliputi identifikasi sumberdaya yang tersedia, kebutuhan kesehatan sasaran didik, dan praktik pada masyarakat yang dapat meningkatkan status kesehatannya. Tahap yang kedua adalah analisis output, meliputi identifikasi mediator atau pendidik dan alat peraga potensial, identifikasi tujuan pendidikan, dan rancangan strategi pendidikan. Tahap ketiga adalah analisis outcome atau dampak, yaitu dapat berupa perubahan pengetahuan (kognitif) atau perubahan perilaku (Contento 2007) serta analisis dan evaluasi dampak tersebut. Pada tahap analisis input, dilakukan identifikasi kebutuhan sasaran didik, yaitu dengan menentukan materi yang akan disampaikan. Penetapan materi dilakukan dengan membuat rancangan awal poster dan leaflet yang kemudian didiskusikan
21 bersama dalam focus group discussion (FGD) yang diadakan bersama dengan guru sekolah kelompok perlakuan dan kontrol. FGD dilakukan untuk mengetahui apakah materi dan bahasa yang digunakan di dalam media sudah sesuai, selain itu pada FGD tersebut disarankan untuk mengganti tokoh kartun terkenal yang digunakan pada rancangan awal dan membuat tokoh-tokoh baru. Pada tahap kedua, yaitu analisis output, dilakukan identifikasi jenis alat peraga potensial yang akan digunakan, yaitu ditentukannya penggunaan poster dan leaflet sebagai alat peraga potensial. Selain itu ditentukan juga tujuan dari dilakukannya pendidikan gizi ini. Tujuan diberikannya pendidikan gizi dapat mencakup dua hal, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek pendidikan gizi adalah adanya peningkatan pengetahuan gizi, sedangkan tujuan jangka panjang pendidikan gizi adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang mengarah pada perbaikan status gizi (Muehlhoff dan Sherman 2007). Pada penelitian ini, tujuan diberikannya pendidikan gizi adalah terjadinya peningkatan pengetahuan gizi pada contoh. Tahap ketiga, yaitu tahap analisis outcome, dampak yang diinginkan pada pemberian pendidikan gizi ini adalah terjadinya perubahan pengetahuan (kognitif), dilakukan pula analisis dan evaluasi dampak. Analisis dan evaluasi dampak dilakukan dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan tujuan pendidikan. Analisis dan evaluasi merupakan tahap penting dalam proses pendidikan gizi, pendidik dapat menyimpulkan apakah program pendidikan yang diberikan sudah sesuai dengan tujuan atau belum (Contento 2007). Pengembangan materi penting untuk dilakukan dalam pemberian pendidikan gizi, materi yang diberikan kepada sasaran didik atau contoh harus sesuai, misalnya penggunaan bahasa pada materi, tahap perkembangan kognitif contoh, dan sebagainya. Materi yang disampaikan dalam sebuah media sama pentingnya dengan penggunaan media tersebut. Media pendidikan akan menjadi tidak berguna jika materi yang disampaikan tidak sesuai (Clark 1983).
Daya Terima Contoh Terhadap Media Visual Poster Daya terima contoh dapat diartikan sebagai tingkat kesukaan contoh pada intervensi yang diberikan, atau dalam hal ini adalah media pendidikan gizi yang diberikan. Terdapat enam aspek yang digunakan dalam melihat daya terima contoh terhadap media visual poster, yaitu pemahaman materi, ukuran tulisan, menarik atau tidaknya gambar, komposisi warna, pesan gizi yang disampaikan, dan kesukaan terhadap poster secara keseluruhan. Digunakan skala likert empat poin pada pengukuran daya terima contoh, dengan kategori skor yang digunakan adalah tidak menyukai media untuk skor <40, kurang menyukai media untuk skor 40 – 60, cukup menyukai media untuk skor 60 – 80, dan sangat menyukai media untuk skor >80 (Saloso 2010). Pemahaman materi pada media poster Sebanyak 24 contoh (64.91%) menyatakan bahwa isi materi sarapan pada media poster sangat mudah dipahami. Sebanyak 13 contoh (35.1%) menyatakan bahwa isi materi yang terdapat dalam poster mudah dipahami serta tidak ada contoh yang menyatakan bahwa isi materi kurang mudah dipahami dan sulit
22 dipahami. Sebaran contoh berdasarkan pemahaman materi pada media poster disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pemahaman materi pada media poster Pemahaman Materi Media Poster
Kelompok Perlakuan Media Poster N
%
Sangat Mudah Dipahami
24
64.9
Mudah Dipahami
13
35.1
Kurang Mudah Dipahami
0
0
Sulit Dipahami
0
0
37
100
Total
Berdasarkan Tabel 6, secara keseluruhan tidak ada contoh yang menyatakan tidak dapat memahami materi yang disajikan pada poster. Terdapat dua unsur utama yang harus diperhatikan dalam poster, yaitu gambar dan teks. Baik gambar maupun teks haruslah mudah dipahami dan tidak menimbulkan ambiguitas (Sleight 2009). Pada poster yang dirancang dalam penelitian ini, materi yang akan diberikan kepada contoh telah melalui proses diskusi dengan guru sekolah dasar kelompok eksperimen, sehingga sesuai dengan materi pembelajaran siswa pada usia tersebut. Selain itu, pada poster disajikan gambar atau ilustrasi yang mendukung pemaparan teks, sehingga pesan yang disampaikan tidak hanya dalam bentuk verbal atau kata-kata saja tanpa adanya gambaran (Sleight 2009), penggunaan gambar yang mendukung dapat menjadi salah satu faktor tingginya pemahaman materi contoh pada media poster. Ukuran tulisan pada media poster Sebanyak 35 contoh (94.6%) menyatakan bahwa tulisan yang terdapat pada media poster dapat terbaca dengan baik. Sebanyak 2 contoh (5.4%) menyatakan bahwa tulisan yang terdapat pada media poster terlalu besar serta tidak ada contoh yang menyatakan bahwa tulisan yang terdapat pada media poster ukurannya terlalu kecil dan tidak dapat terbaca. Sebaran contoh berdasarkan ukuran tulisan pada media poster disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan aspek ukuran tulisan pada media poster Ukuran Tulisan pada Media Poster
Kelompok Perlakuan Media Poster N
Tulisan Dapat Terbaca dengan Baik
% 35.0
94.6
Tulisan Terlalu Besar
2.0
5.4
Tulisan Terlalu Kecil
0.0
0.0
Tulisan Tidak Dapat Terbaca dengan Baik
0.0
0.0
37.0
100.0
Total
Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa hampir semua contoh menyatakan bahwa tulisan pada poster dapat terbaca dengan baik (94.6%), hal tersebut menunjukan bahwa ukuran tulisan yang digunakan dalam media poster sudah tepat dan dapat dibaca oleh contoh dengan baik. Salah satu unsur penting lainnya dalam poster adalah kesesuaian ukuran tulisan. Ukuran tulisan yang terlalu kecil
23 menyebabkan pesan menjadi sulit dibaca, sedangkan ukuran tulisan yang terlalu besar akan memberi kesan terlalu penuh dan menumpuk. Ukuran tulisan pada poster yang terlalu kecil maupun terlalu besar akan membuat contoh cenderung menjadi enggan untuk membaca pesan yang disampaikan (Moriarty 1991). Komposisi warna pada media poster Sebanyak 25 contoh (67.6%) menyatakan bahwa komposisi warna pada media poster sangat menarik. Sebanyak 10 contoh (27%) bahwa komposisi warna pada media poster menarik. Sebanyak 2 contoh (5.4%) menyatakan bahwa komposisi warna pada media poster cukup menarik, dan tidak ada contoh yang menyatakan bahwa komposisi warna pada media poster tidak menarik. Sebaran contoh berdasarkan komposisi warna pada media poster disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan aspek komposisi warna pada media poster Komposisi Warna pada Media Poster
Kelompok Perlakuan Media Poster N
%
Warna Sangat Menarik
25
67.6
Warna Menarik
10
27.0
Warna Cukup Menarik
2
5.4
Warna Tidak Menarik
0
0
37
100
Total
Berdasarkan Tabel 8, sebagian besar contoh menyatakan bahwa komposisi warna yang digunakan pada poster sangat menarik (67.6%). Pada aspek komposisi warna, media poster dinilai memiliki komposisi warna yang menarik karena terdapat perbedaan kontras antara warna latar media dengan warna gambar atau ilustrasi yang digunakan. Pada media poster, digunakan warna putih sebagai warna latar serta ilustrasi yang berwarna-warni. Warna yang kontras antara latar dengan ilustrasi dapat menarik perhatian orang-orang, terutama contoh, sehingga dapat menarik minat contoh untuk membaca pesan gizi yang disampaikan. Oleh karena itu penggunaan warna kontras antara latar dengan ilustrasi perlu diperhatikan (Moriarty 1991). Gambar pada media poster Sebanyak 27 contoh (73%) menyatakan bahwa gambar yang terdapat pada media poster sangat menarik. Sebanyak 9 contoh (24.3%) menyatakan bahwa gambar yang terdapat pada media poster menarik. Sebanyak 1 contoh (2.7%) menyatakan bahwa gambar yang terdapat pada media poster cukup menarik, dan tidak ada contoh yang menyatakan bahwa gambar yang terdapat pada media poster tidak menarik. Sebaran contoh berdasarkan gambar yang terdapat pada media poster disajikan pada Tabel 9.
24 Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan aspek gambar pada media poster Gambar pada Media Poster
Kelompok Perlakuan Media Poster N
Gambar Sangat Menarik
% 27.0
73.0
Gambar Menarik
9.0
24.3
Gambar Cukup Menarik
1.0
2.7
Gambar Tidak Menarik
0.0
0.0
37.0
100.0
Total
Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa sebagian besar contoh menyatakan bahwa gambar yang digunakan pada poster sangat menarik. Pada poster, digunakan gambar atau ilustrasi yang merepresentasikan isi pesan gizi yang ingin disampaikan, gambar yang digunakan merupakan hasil rancangan dari karakter beberapa bahan pangan, gambar matahari untuk mewakili pesan waktu dilakukannya sarapan, gambar anak yang aktif untuk mewakili pesan manfaat sarapan, gambar anak yang lemas dan lesu untuk mewakili pesan akibat tidak sarapan, dan sebagainya. Gambar berbentuk kartun dua dimensi, dan secara umum diketahui bahwa anak-anak suka dan tertarik dengan gambar kartun, seperti dinyatakan dalam Roberto (2010) yang melakukan penelitian terhadap 40 anak usia 4 – 6 tahun mengenai pengaruh penggunaan kartun sebagai tokoh dalam makanan kemasan terhadap tingkat kesukaan dan selera anak pada makanan kemasan tersebut. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sebagian besar contoh merasa bahwa makanan dengan kartun sebagai tokoh dalam kemasannya lebih enak daripada makanan dengan kemasan polos, hal tersebut menunjukan bahwa penggunaan kartun dapat menimbulkan rasa ketertarikan pada anak. Oleh karena itu, penggunaan gambar yang menarik perlu diperhatikan agar media dapat menarik perhatian anak dan pesan tersampaikan secara efektif. . Pesan gizi yang disampaikan pada media poster Sebanyak 27 contoh (73%) menyatakan bahwa pesan gizi mengenai sarapan yang disampaikan melalui media poster sangat mudah dipahami. Sebanyak 9 contoh (24.3%) menyatakan bahwa pesan gizi mengenai sarapan yang disampaikan melalui media poster mudah dipahami. Sebanyak 1 contoh (2.7%) menyatakan bahwa pesan gizi mengenai sarapan yang disampaikan melalui media poster sulit dipahami, dan tidak ada contoh yang menyatakan bahwa pesan gizi mengenai sarapan yang disampaikan melalui media poster sangat sulit dipahami. Sebaran contoh berdasarkan pesan gizi yang disampaikan melalui media poster disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan aspek pesan gizi pada media poster Pesan Gizi pada Media Poster
Kelompok Perlakuan Media Poster N
Sangat Mudah Dipahami
% 27.0
73.0
Mudah Dipahami
9.0
24.3
Sulit Dipahami
1.0
2.7
Sangat Sulit Dipahami
0.0
0.0
37.0
100.0
Total
25 Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa sebagian besar contoh menyatakan bahwa pesan gizi yang disampaikan mudah dipahami. Tingginya persentase contoh yang sangat mudah memahami pesan gizi yang disampaikan dapat disebabkan oleh penggunaan bahasa yang sederhana. Menurut Oshagh et al (2011), kunci utama untuk menyampaikan pesan melalui sebuah media adalah penggunaan bahasa yang sederhana dan penulisan pesan yang disesuaikan dengan tingkatan contoh, baik tingkat pendidikan dan usia contoh. Selain itu, penempelan poster di depan kelas dan pintu kelas memberi nilai tambah pada tingginya jumlah contoh yang dapat dengan mudah memahami pesan gizi yang disampaikan. Penempelan poster di depan kelas dan di pintu masuk kelas merupakan posisi strategis sehingga contoh dapat melihat media dan membaca pesan lebih sering. Menurut Lester (2006), semakin sering kita melihat sebuah ilustrasi, gambar, atau bahasa simbolik, semakin cepat kita dapat memahami pesan yang dimaksud. Meskipun demikian, terdapat 1 orang contoh (2.7%) yang menyatakan sulit memahami pesan gizi yang disampaikan pada media poster. Alasan dari contoh sulit memahami pesan gizi yang disampaikan dapat digali dengan menggunakan kuesioner pertanyaan terbuka, yang merupakan salah satu keterbatasan dari penelitian ini. Kesukaan secara keseluruhan terhadap media poster Sebanyak 31 contoh (83.7%) menyatakan sangat menyukai media poster. Sebanyak 5 contoh (13.5%) menyatakan menyukai media poster. Sebanyak 1 contoh (2.7%) menyatakan kurang menyukai media poster, dan tidak ada contoh yang menyatakan tidak menyukai media poster. Secara keseluruhan, terdapat 31 contoh (83.7%) berada dalam rentang sangat menyukai media poster. Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap media poster secara keseluruhan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap media poster secara keseluruhan Kesukaan Terhadap Media Poster
Kelompok Perlakuan Media Poster N
Sangat Suka
% 31.0
83.7
Suka
5.0
13.5
Kurang Suka
1.0
2.7
Tidak Suka
0.0
0.0
37.0
100.0
Total
Berdasarkan Tabel 11, sebagian besar contoh menyatakan bahwa sangat suka terhadap media poster (83.7%). Tingginya persentase contoh yang sangat menyukai media poster dapat disebabkan oleh isi poster yang mengandung lebih banyak ilustrasi atau gambar daripada kata-kata. Menurut Moriarty (1991), orang akan cenderung lebih suka dan mengingat media yang memuat lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Meskipun demikian, terdapat 1 orang contoh (2.7%) yang menyatakan kurang menyukai media poster. Alasan dari contoh yang kurang menyukai media poster dapat digali dengan menggunakan kuesioner pertanyaan terbuka, akan tetapi belum dilakukan pada penelitian ini.
26 Daya Terima Contoh Terhadap Media Visual Leaflet Terdapat enam aspek yang digunakan dalam melihat daya terima contoh terhadap media visual leaflet, yaitu pemahaman materi, ukuran tulisan, menarik atau tidaknya gambar, komposisi warna, pesan gizi yang disampaikan, dan kesukaan terhadap leaflet secara keseluruhan. Digunakan skala likert empat poin pada pengukuran daya terima contoh, dengan kategori skor yang digunakan adalah tidak menyukai media untuk skor <40, kurang menyukai media untuk skor 40 – 60, cukup menyukai media untuk skor 60 – 80, dan sangat menyukai media untuk skor >80 (Saloso 2010). Pemahaman materi pada media leaflet Sebanyak 21 contoh (55.3%) menyatakan bahwa isi materi sarapan pada media leaflet sangat mudah dipahami. Sebanyak 16 contoh (42.1%) menyatakan bahwa isi materi yang terdapat dalam leaflet mudah dipahami. Sebanyak 1 contoh (2.6%) menyatakan bahwa isi materi kurang mudah dipahami, dan tidak ada contoh yang menyatakan bahwa isi materi dalam leaflet sulit dipahami. Sebaran contoh berdasarkan pemahaman materi pada media leaflet disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pemahaman materi pada media leaflet Pemahaman Materi Media Leaflet
Kelompok Perlakuan Media Leaflet N
%
Sangat Mudah Dipahami
21
55.3
Mudah Dipahami
16
42.1
Kurang Mudah Dipahami
1
2.6
Sulit Dipahami
0
0
38
100
Total
Berdasarkan Tabel 12, sebagian besar contoh menyatakan bahwa materi pada leaflet cenderung sangat mudah dipahami dan mudah dipahami, hal tersebut dapat terjadi karena penggunaan kata-kata yang jelas dan gamblang pada leaflet, sehingga akan lebih mudah bagi contoh untuk memahami materi yang dimaksud. Meskipun demikian, terdapat 1 contoh (2.6%) yang menyatakan materi kurang mudah dipahami. Hal tersebut dapat terjadi karena pada leaflet hanya sedikit mengandung gambar ilustrasi, penggunaan gambar pada leaflet hanya berfungsi sebagai pendukung teks. Kurangnya penggambaran dari teks yang disampaikan dapat menjadi faktor kurang dipahaminta materi tersebut, akan tetapi sebaiknya penggalian alasan dilakukan dengan menggunakan kuesioner pertanyaan terbuka. Ukuran tulisan pada media leaflet Sebanyak 38 contoh (100%) menyatakan bahwa tulisan yang terdapat pada media leaflet dapat terbaca dengan baik. Tidak ada contoh yang menyatakan bahwa tulisan pada media leaflet terlalu besar , terlalu kecil, dan tidak dapat terbaca. Sebaran contoh berdasarkan ukuran tulisan pada media leaflet disajikan pada Tabel 13.
27 Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan aspek ukuran tulisan pada media leaflet Kelompok Perlakuan Media Leaflet
Ukuran Tulisan pada Media Leaflet
N Tulisan Dapat Terbaca dengan Baik
% 38.0
100
Tulisan Terlalu Besar
0.0
0.0
Tulisan Terlalu Kecil
0.0
0.0
Tulisan Tidak Dapat Terbaca dengan Baik
0.0
0.0
38.0
100.0
Total
Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa semua contoh (100%) menyatakan bahwa tulisan pada leaflet dapat terbaca dengan baik. Hal tersebut menunjukan bahwa ukuran tulisan yang terdapat pada leaflet sudah tepat. Ukuran tulisan dalam sebuah leaflet tidak boleh terlalu kecil ataupun terlalu besar. Jika ukuran tulisan terlalu kecil dan ditambah lagi dengan penataan teks yang rapat, leaflet akan terlihat sangat penuh dan menumpuk, selain tulisan akan menjadi sulit dibaca, orang akan enggan membacanya karena tidak menarik. Ukuran tulisan di dalam leaflet juga tidak boleh terlalu besar, ukuran tulisan yang terlalu besar akan menyebabkan kemungkinan kurang lengkapnya informasi yang ingin disampaikan karena ketidakcukupan ruang yang tersedia dalam leaflet. Oleh karena itu, ukuran tulisan pada leaflet haruslah dapat terbaca dengan baik agar informasi dapat disampaikan secara utuh dan penataan teksnys (layout) tidak terlalu rapat sehingga dapat terbaca dalam rentang jarak baca (15 – 30 cm) (Moriarty 1991). Komposisi warna pada media leaflet Sebanyak 19 contoh (50%) menyatakan bahwa komposisi warna pada media leaflet sangat menarik. Sebanyak 19 contoh (50%) menyatakan bahwa komposisi warna pada media leaflet menarik. Tidak ada contoh yang menyatakan bahwa komposisi warna pada media leaflet kurang menarik dan tidak menarik. Sebaran contoh berdasarkan komposisi warna pada media leaflet disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan aspek komposisi warna pada media leaflet Komposisi Warna pada Media Leaflet
Kelompok Perlakuan Media Leaflet N
%
Warna Sangat Menarik
19
50.0
Warna Menarik
19
50.0
Warna Cukup Menarik
0
0
Warna Tidak Menarik
0
0
38
100
Total
Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa contoh menyebar secara rata ke dua skala daya terima komposisi warna, yaitu warna sangat menarik (50%) dan warna menarik (50%). Pada aspek komposisi warna, media leaflet dinilai memiliki komposisi warna yang menarik karena terdapat perbedaan kontras antara warna latar media dengan warna gambar atau ilustrasi yang digunakan. Digunakan warna putih sebagai warna latar serta ilustrasi yang berwarna-warni. Warna yang kontras antara latar dengan ilustrasi dapat menarik perhatian orang-orang,
28 terutama contoh, sehingga dapat menarik minat contoh untuk membaca pesan gizi yang disampaikan (Moriarty 1991). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Oshagh et al (2011) mengenai efek leaflet pada pengetahuan kesehatan gigi orang tua menunjukan bahwa contoh lebih menyukai leaflet buatan peneliti yang dirancang ulang dan penuh warna, dibandingkan dengan leaflet dari The British Dental Health Foundation (BDHF) yang tidak berwarna. Gambar pada media leaflet Sebanyak 25 contoh (65.8%) menyatakan bahwa gambar yang terdapat pada media leaflet sangat menarik. Sebanyak 13 contoh (34.2%) menyatakan bahwa gambar yang terdapat pada media leaflet menarik. Tidak ada contoh yang menyatakan bahwa gambar yang terdapat pada media leaflet kurang menarik dan tidak menarik. Sebaran contoh berdasarkan gambar yang terdapat pada media leaflet disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan aspek gambar pada media leaflet Gambar pada Media Leaflet
Kelompok Perlakuan Media Leaflet N
%
Gambar Sangat Menarik
25.0
65.8
Gambar Menarik
13.0
34.2
Gambar Cukup Menarik
0.0
0.0
Gambar Tidak Menarik
0.0
0.0
38.0
100.0
Total
Berdasarkan Tabel 15, diketahui bahwa sebagian besar contoh menyatakan bahwa gambar di dalam media leaflet menarik. Penggunaan gambar pada leaflet ini ditujukan sebagai ilustrasi pendukung dari teks yang sudah dipaparkan, bukan sebagai hasil representatif dari pesan gizi yang ingin disampaikan. Gambar berbentuk kartun serta secara umum diketahui bahwa anak-anak suka dan tertarik dengan gambar kartun, sebagaimana dijelaskan dalam penelitian Roberto (2010). Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar contoh merasa makanan dengan kartun sebagai tokoh dalam kemasannya lebih enak daripada makanan dengan kemasan polos, hal tersebut menunjukan bahwa penggunaan kartun dapat menimbulkan rasa ketertarikan pada anak dan mempengaruhi pilihannya. Oleh karena itu, penggunaan gambar yang menarik perlu diperhatikan agar media dapat menarik perhatian anak dan pesan tersampaikan secara efektif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudo (2011) di Perfektur Saitama, Jepang, diketahui bahwa subjek lebih menyukai leaflet yang disertai ilustrasi atau gambar atau foto dari materi yang diberikan, dibandingkan hanya teks secara keseluruhan. Pesan gizi yang disampaikan pada media leaflet Sebanyak 14 contoh (36.8%) menyatakan bahwa pesan gizi mengenai sarapan yang disampaikan melalui media leaflet sangat mudah dipahami. Sebanyak 24 contoh (63.2%) menyatakan bahwa pesan gizi mengenai sarapan yang disampaikan melalui media leaflet mudah dipahami. Tidak ada contoh yang menyatakan bahwa pesan gizi mengenai sarapan yang disampaikan melalui media leaflet sulit dipahami dan sangat sulit dipahami. Sebaran contoh berdasarkan pesan gizi yang disampaikan melalui media leaflet disajikan pada Tabel 16.
29 Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan aspek pesan gizi pada media leaflet Pesan Gizi pada Media Leaflet
Kelompok Perlakuan Media Leaflet N
%
Sangat Mudah Dipahami
14.0
36.8
Mudah Dipahami
24.0
63.2
Sulit Dipahami
0.0
0.0
Sangat Sulit Dipahami
0.0
0.0
38.0
100.0
Total
Berdasarkan Tabel 16, diketahui bahwa sebagian besar contoh menyatakan bahwa pesan gizi di dalam leaflet mudah dipahami (63.2%). Tingginya persentase contoh yang mudah memahami pesan gizi yang disampaikan di dalam leaflet disebabkan oleh penggunaan bahasa yang sederhana dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan usia contoh. Poin utama dalam penyampaian pesan melalui sebuah media adalah penggunaan bahasa yang sederhana dan penulisan pesan yang disesuaikan dengan tingkatan contoh, baik tingkat pendidikan dan usia contoh (Oshagh et al 2011). Kesukaan secara keseluruhan terhadap media leaflet Sebanyak 20 contoh (52.6%) menyatakan sangat menyukai media leaflet. Sebanyak 18 contoh (47.7%) menyatakan menyukai media leaflet. Tidak ada contoh yang menyatakan menyatakan kurang menyukai dan tidak menyukai media leaflet. Secara keseluruhan, terdapat 38 contoh yang berada dalam rentang penerimaan kurang menyukai media leaflet. Sebuah media dikategorikan kurang daya terima atau tingkat kesukaannya jika persentase penerimannya berada dalam rentang 40 – 60 (Saloso 2010). Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap media leaflet secara keseluruhan disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap media leaflet secara keseluruhan Kesukaan Terhadap Media Leaflet
Kelompok Perlakuan Media Leaflet N
%
Sangat Suka
20.0
52.6
Suka
18.0
47.4
Kurang Suka
0.0
0.0
Tidak Suka
0.0
0.0
38.0
100.0
Total
Berdasarkan aspek kesukaan secara keseluruhan pada media leaflet, diketahui bahwa contoh menyebar secara rata ke dua skala, yaitu sangat suka dan suka, artinya secara umum contoh menyukai dan dapat menerima media leaflet yang diberikan. Sudo (2011) dalam penelitiannya mengenai efektivitas leaflet dalam pemberian pendidikan gizi menyatakan bahwa desain cover leaflet merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi kesukaan dan perhatian pembaca.
30 Pengetahuan Gizi Skor pengetahuan gizi contoh diperoleh dari hasil pre test, post test 1, dan post test 2. Berdasarkan Khomsan (2000), skor pengetahuan gizi dikategorikan kurang jika skor <60, sedang jika skor 60 – 80, dan baik jika skor >80. Terdapat tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok perlakuan kontrol, kelompok perlakuan poster, dan kelompok perlakuan leaflet. Pada kelompok perlakuan poster dan leaflet, dilakukan tiga kali pemberian pertanyaan mengenai pengetahuan gizi, yaitu pre test yang merupakan pemberian pertanyaan sebelum diberikan intervensi media pendidikan gizi, kemudian post test 1 dan post test 2 yang merupakan pemberian pertanyaan pengetahuan gizi sarapan setelah diberikan intervensi media pendidikan gizi, sedangkan pada kelompok kontrol hanya dilakukan pemberian pertanyaan pada pre test dan post test 2. Berikut disajikan hasil pre test, post test 1, dan post 2 pada ketiga kelompok perlakuan dalam Tabel 18. Tabel 18 Pengetahuan gizi contoh pada ketiga kelompok perlakuan Pengetahuan gizi contoh
Kelompok Poster N
Pre test
Post test 1
Post test 2
Kelompok Kontrol
%
N
Kelompok Leaflet
%
N
Uji KruskalWallis
%
Kurang
1.0
2.7
0.0
0.0
0.0
0.0
Sedang
15.0
40.5
15.0
41.7
9.0
23.7
Baik
21.0
56.8
21.0
58.3
29.0
76.3
Total Rata-rata ± SD Kategori
37.0
100.0
36.0
100.0
38.0
100.0
77.8 ± 12.5 Sedang
80.0 ± 11.7 Sedang
Kurang
0.0
0.0
Sedang
10.0
27.0
Baik
27.0
73.0
Total Ratarata±SD Kategori
37.0
100.0
Kontrol tidak ada post test 1
82.1 ± 10.2 Baik 0.0
0.0
5.0
13.2
33.0
86.8
38.0
100.0
85.9 ± 13.4
86.3 ± 10.5
Baik
Baik
Kurang
0.0
0.0
0.0
0.0
2.0
5.3
Sedang
7.0
18.9
24.0
66.7
15.0
39.5
Baik
30.0
81.1
12.0
33.3
21.0
55.3
Total Ratarata±SD Kategori
37.0
100.0
36.0
100.0
38.0
100.0
86.5±12.1
81.1±10.3
Baik
Baik
84.2±11.8 Baik
Uji beda Gain score
Pre testpost test 1 Pre testpost test 2 Post test 1post test 2
8.1 (p = 0.003) 8.7 (p = 0.002) 0.6 (p = 0.746)
1.1 (p = 0.498) -
p = 0.303
4.2 (p = 0.021) 2.1 ( p = 0.362) -2.1 (p = 0.219)
p = 0.000
p = 0.103
31 Pengetahuan merupakan hasil dari pengalaman. Pengetahuan dapat diperoleh dengan adanya penyampaian informasi dari guru, orang tua, teman, buku, surat kabar, dan berbagai media komunikasi lainnya. Dengan adanya pengetahuan diharapkan anak dapat berperilaku dan bersikap sesuai dengan pengetahuan yang telah ia punya (WHO 1992). Pengetahuan dapat diberikan dengan adanya pendidikan. Melalui pendidikan, diharapkan pesan atau materi pendidikan dapat dikomunikasikan kepada sasaran didik dengan baik dan benar. Tingkat pengetahuan gizi seseorang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan sehingga mempengaruhi keadaan gizi individu tersebut. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang, maka diharapkan semakin baik keadaan gizinya (Khomsan 2000). Berdasarkan Khomsan (2000), seseorang yang memiliki pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan individu tersebut dari konsumsi pangan yang salah. Pada pendidikan gizi, terdapat beberapa istilah gizi dan kesehatan yang tidak dimengerti oleh orang awam, sehingga pendidikan gizi diharapkan dapat menyampaikan pesan gizi dengan modifikasi bahasa yang dapat dimengerti oleh sasaran pendidikan (WHO 1992). Pendidikan gizi dapat disampaikan melalui berbagai metode dan media. Terdapat beberapa jenis media pendidikan gizi, Khomsan (2000) membagi media pendidikan gizi ke dalam tiga golongan, yaitu (1) Media audio, merupakan alat peraga yang dapat didengar, misalnya lagu, (2) Media Visual, merupakan jenis alat peraga yang dapat dilihat, seperti poster, buku, dan leaflet, serta (3) Media Audio Visual, merupakan alat peraga yang dapat dilihat dan didengar, seperti film. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Saloso (2010), yaitu pengaruh media visual (kartu bergambar) dan media audio (lagu anak-anak) terhadap pengetahuan gizi (PUGS dan PHBS) siswa sekolah dasar negeri di Kota Bogor memberikan hasil yang positif. Pengetahuan gizi siswa secara signifikan bertambah setelah dilakukan pendidikan gizi dengan menggunakan kedua media tersebut jika dibandingkan dengan kelompok kontrol (tidak mendapatkan pendidikan gizi). Pada penelitian ini dilakukan pemberian pendidikan gizi kepada dua sekolah dasar di Kota Bogor, yaitu SDN 05 Pengadilan dan SDN 02 Batu Tulis, serta SDN 1 Pajajaran sebagai kelompok kontrol. SDN 05 Pengadilan mendapatkan pendidikan gizi melalui media poster (media visual), dan SDN 02 Batu Tulis juga mendapatkan pendidikan gizi melalui media visual, yaitu leaflet. Media pendidikan visual poster dan leaflet dipilih karena media tersebut merupakan media yang paling sederhana dan paling mudah dijangkau oleh siswa di berbagai daerah (WHO 1992), selain itu pemilihan kedua materi tersebut dimaksudkan untuk membandingkan efektivitas dari dua media pendidikan visual dengan karakteristik media yang berbeda. Materi pendidikan gizi yang diberikan kepada siswa adalah Sarapan, dengan sepuluh poin pertanyaan, meliputi pengertian sarapan, waktu sarapan, akibat tidak sarapan, manfaat sarapan, sarapan mencegah kegemukan, jumlah energi dan protein sarapan, jenis makanan dalam menu sarapan, contoh menu sarapan bergizi, pemahaman jenis menu sarapan bergizi, dan jenis jajanan pengganti sarapan. Tingkat pengetahuan gizi dapat diketahui dengan menggunakan instrument pengukuran pengetahuan gizi, salah satunya adalah instrument yang berbentuk pertanyan pilihan ganda dengan jenis pertanyaan tertutup, artinya skor jawaban benar adalah 1 dan jika salah skornya adalah 0, skor jawaban tersebut kemudian
32 dikategorikan sesuai dengan cut off dari skor yang telah dijadikan persen. Kategori tingkat pengetahuan gizi terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu kategori tinggi atau baik (>80%), sedang (60% - 80%), dan rendah atau kurang (<60%), pada beberapa penelitian juga dapat digunakan nilai rata-rata pengetahuan gizi (Khomsan 2000). Pengukuran tingkat pengetahuan gizi diberikan melalui pertanyaan pre test, yaitu pertanyaan yang diberikan sebelum materi pendidikan gizi diberikan dan post test, yaitu pertanyaan yang diberikan setelah materi pendidikan gizi diberikan. Pre test diberikan di tahap awal penelitian. Berdasarkan Khomsan (2000), baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan media visual (poster dan leaflet),) berada pada kategori tingkat pengetahuan gizi yang berbeda. Pada pre test 1, kelompok perlakuan 1, yaitu pemberian media poster, memiliki tingkat pengetahuan sedang (77.8 ± 12.5), kelompok perlakuan 3, yaitu pemberian media leaflet memiliki tingkat pengetahuan gizi yang baik (82.1 ± 10.2) sedangkan pada kelompok kontrol memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang (80.0 ± 11.7). Hasil post test 1 menunjukan bahwa terdapat peningkatan skor pengetahuan gizi pada kelompok perlakuan media poster dan leaflet, sedangkan pada kelompok kontrol tidak dilakukan. Kelompok perlakuan media poster mengalami peningkatan skor pengetahuan gizi (77.8 ± 12.5 menjadi 85.9 ± 13.4, p = 0.003; p<0.05) sehingga kategori tingkat pengetahuan gizi yang awalnya kategori sedang meningkat menjadi kategori baik dengan peningkatan pengetahuan gizi yang signifikan atau berbeda nyata di antara pre test dan post test 1. Kelompok perlakuan leaflet mengalami peningkatan skor pengetahuan gizi (82.1 ± 10.2 menjadi 86.3 ± 10.5, p = 0.021; p<0.05) dengan kategori pengetahuan gizi tetap, yaitu kategori baik dan peningkatan pengetahuan gizi yang signifikan atau berbeda nyata di antara pre test dan post test 1. Meningkatnya skor pengetahuan gizi dari pre test ke post test 1 menunjukan bahwa pemberian pendidikan gizi dengan media yang sesuai dapat memberikan pengetahuan pada contoh sehingga tingkat dan skor pengetahuan gizinya menjadi meningkat. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Shariff (2008) dan Vijayapushpam (2009), yaitu meningkatnya pengetahuan gizi contoh setelah diberikan intervensi pendidikan pada periode waktu tertentu, hal tersebut disebabkan oleh terpaparnya contoh dengan informasi pengetahuan gizi Pada hasil post test 2, dilakukan pengukuran skor pengetahuan gizi pada kedua kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pengukuran skor pengetahuan gizi pada ketiga kelompok tersebut menunjukan hasil yang beragam. Kelompok kontrol dan kelompok perlakuan media poster mengalami kenaikan skor pengetahuan gizi, dengan kategori pengetahuan gizi tetap, sedangkan kelompok perlakuan leaflet mengalami penurunan skor pengetahuan gizi, akan tetapi tidak mempengaruhi kategori pengetahuan gizi kelompok tersebut. Kelompok kontrol meningkat skor pengetahuan gizinya pada pre test dan post test 2 (80.0 ± 11.7 menjadi 81.1 ± 10.4, p = 0.498; p>0.05). Kenaikan skor pengetahuan gizi pada kelompok kontrol dapat disebabkan oleh kemungkinan terpaparnya kelompok kontrol dengan pengetahuan gizi dari media lainnya. Menurut Notoatmodjo (2007), peningkatan pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tingkat pendidikan yang dimiliki, akses terhadap sumber informasi, pengalaman, dan kegiatan penyuluhan. Kelompok perlakuan media poster juga mengalami peningkatan skor pengetahuan gizi pada post test 1 dan post test 2 (85.9 ± 13.4
33 menjadi 86.5 ± 12.1, p = 0.746; p>0.05), akan tetapi peningkatan skor pengetahuan gizi dari post test 1 ke post test 2 tidak berbeda signifikan. Kelompok perlakuan media leaflet mengalami penurunan skor pengetahuan gizi (86.3 ± 10.5 menjadi 84.2 ± 11.8, p = 0.219; p>0.05), namun penurunan skor yang terjadi pada kelompok leaflet tidak menunjukan perbedaan yang signifikan dengan hasil post test 1. Uji beda skor pengetahuan gizi dalam masing-masing kelompok juga dilakukan antara skor pre test dengan post test 2. Pada kelompok perlakuan poster, skor pengetahuan gizi meningkat (77.8 ± 12.5 menjadi 86.5 ± 12.1, p = 0.002; p<0.05) dan terdapat perbedaan signifikan antara hasil pre test dengan post test 2, selain skor pengetahuan gizi yang meningkat, diketahui terjadi peningkatan kategori atau tingkat pengetahuan gizi, yaitu dari kategori sedang (60 – 80) menjadi kategori baik (>80). Pada kelompok perlakuan leaflet skor pengetahuan gizi antara pre test dan post test 2 mengalami peningkatan (82.1 ± 10.2 menjadi 84.2 ± 11.8, p = 0.362; p>0.05), dengan perbedaan skor yang tidak signifikan antara pre test dengan post test 2. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian pendidikan gizi melalui media poster dapat meningkatkan skor pengetahuan gizi secara signifikan, baik dari pre test ke post test 1 dan dari pre test ke post test 2 dan merupakan media yang paling efektif dalam meningkatkan skor pengetahuan gizi. Berdasarkan uji Kruskal-Wallis yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil peningkatan pengetahuan gizi pada ketiga perlakuan menunjukan perbedaan yang tidak signifikan (p>0.05) pada pre test (p = 0.303) dan post test 2 (p = 0.103), akan tetapi skor pengetahuan gizi pada post test 1 menunjukan perbedaan yang signifikan di antara ketiga kelompok perlakuan (p = 0.000). Peningkatan skor pengetahuan gizi terutama terjadi pada kelompok media poster, yaitu dari pre test, post test 1, dan post test 2. Hal tersebut menunjukan bahwa media poster mampu meningkatkan rata-rata skor pengetahuan gizi contoh kelompok perlakuan media poster. Hal ini dapat terjadi karena dengan penggunaan media poster, siswa terbiasa untuk membaca dan melihat poster yang tertempel di ruang kelas setiap hari sehingga memori pengetahuan gizi yang diberikan pada pendidikan menjadi tersimpan lebih lama, bahkan setelah dilakukannya post test 2. Menurut Schneider dan Bjorklund (1997), teori pengulangan tersebut disebut dengan rehearsal, yang merupakan salah satu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulangi berkali-kali informasi yang didapatkan. Penurunan nilai post test 2 pada media leaflet dapat disebabkan karena leaflet merupakan media yang hanya dibaca satu kali atau beberapa kali saja oleh contoh sehingga memungkinkan penurunan memori mengenai materi tersebut. Peningkatan skor jawaban benar pada contoh, terutama pada kelompok perlakuan media poster sesuai dengan penelitian mengenai iklan yang dilakukan oleh Starch (1966) dalam Moriarty (1991), yaitu orang akan lebih mengingat iklan yang mengandung ilustrasi dibandingkan hanya kata-kata. Media komunikasi visual yang baik mengandung karakteristik cerah, penuh warna, dan kontras. Ekspresi visual digambarkan dengan ilustrasi atau gambar dan komposisi warna (harus kontras antara latar belakang dengan warna pesan). Kombinasi keduanya ditujukan untuk menarik perhatian sehingga pesan dapat tersampaikan dengan efektif. Selain itu digunakan juga jargon untuk menarik perhatian dan
34 menekankan pesan yang ingin disampaikan. Berdasarkan Lester (2006), otak merespon pada bentuk, gerakan, warna, bentuk, dan struktur. Semakin sering kita melihat sebuah gambaran atau bentuk simboliknya, maka interpretasi yang akan didapatkan akan terjadi lebih cepat dan dapat diterima lebih baik. Media pendidikan gizi poster merupakan jenis media komunikasi visual yang berupa lembaran kertas besar dengan ukuran rata-rata poster adalah 90 cm untuk panjang poster dan 60 cm untuk lebar poster. Pada poster digunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata, penggunaan ilustrasi dimaksudkan untuk menarik perhatian contoh. Selain itu poster merupakan media yang ditempel pada tempat-tempat strategis, misalnya di dinding kelas, sehingga dapat terlihat dengan baik oleh contoh kapan saja, sedangkan leaflet merupakan media yang dapat dibawa-bawa, akan tetapi rentan hilang. Pemilihan jenis media visual untuk penelitian ini didasarkan pada jenis tahapan adopsi perilaku yang ingin diidentifikasi oleh peneliti. Terdapat lima tahapan adopsi perilaku menurut Rogers (Notoatmodjo 2007), yaitu awareness (kesadaran), interest (rasa tertarik), evaluation (menimbang-nimbang), trial (mencoba-coba), dan adoption (adopsi perilaku). Kesadaran merupakan saat ketika seseorang menyadari stimulus yang diberikan. Kesadaran dapat timbul dari adanya perhatian yang diberikan oleh orang tersebut, kemudian memberikan stimulus, dan respon terhadap objek tersebut. Interest merupakan rasa tertarik terhadap objek tersebut, setelah adanya perhatian dan kesadaran akan suatu objek, maka akan timbul rasa tertarik seseorang. Tahap selanjutnya adalah evaluation, yaitu ketika seseorang menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus atau objek tersebut bagi dirinya, kemudian trial merupakan tahapan ketika orang tersebut mulai mencoba stimulus sesuai kehendaknya, tahapan terakhir adalah adoption, yaitu orang tersebut sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo 2007). Berdasarkan kelima tahapan tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi apakah media visual sudah cukup efektif untuk menarik perhatian contoh, sehingga tahap yang ingin diidentifikasi adalah tahap awareness (kesadaran). Berdasarkan hasil skor pengetahuan gizi dan daya terima kelompok intervensi, diketahui bahwa media poster memiliki peningkatan skor pengetahuan gizi yang signifikan, baik dalam pre test, post test 1, maupun post test 2, dibandingkan dengan kelompok leaflet dan kelompok kontrol, serta daya terima pada media poster secara keseluruhan lebih tinggi daripada leaflet. Peningkatan skor yang signifikan pada poster dapat disebabkan oleh daya terima poster yang tinggi. Dari segi awareness, poster diketahui mendapatkan perhatian yang lebih tinggi daripada poster walaupun kedua media didesain untuk menimbulkan perhatian, akan tetapi karakteristik poster yang ditempel di dinding dan pintu masuk kelas memungkinkan contoh untuk memberi perhatian lebih kepada poster dan membacanya berulang kali, dibandingkan leaflet yang dibagikan. Ketika leaflet dibagikan, contoh akan membaca, melipatnya, dan menyimpan leaflet tersebut, sehingga informasi yang diberikan pada leaflet hanya dibaca sesekali.
35
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pengembangan materi pendidikan gizi yang sesuai, terutama pada penelitian ini adalah media visual poster dan leaflet, penting untuk dilakukan agar pesan gizi yang dimuat dapat tersampaikan secara efektif. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa daya terima media poster secara keseluruhan lebih tinggi daripada media leaflet. Peningkatan skor pengetahuan gizi dari pre test, post test 1 hingga post test 2 signifikan terjadi pada kelompok media poster. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa leaflet merupakan media yang kurang efektif diberikan untuk anak-anak.
Saran Pada penelitian selanjutnya mengenai pendidikan gizi dengan intervensi media, diharapkan peneliti dapat mengetahui dan menganalisis akses contoh terhadap informasi gizi lainnya, selain yang diberikan oleh peneliti. Selain itu, untuk kuesioner daya terima, peneliti diharapkan memberikan kuesioner dalam bentuk semi terbuka, yaitu terdapat skala yang dapat mereka pilih dan terdapat pertanyaan mengenai alasan mereka memilihi skala tersebut. Pada semua kelompok, baik kontrol maupun intervensi, sebaiknya diberikan jumlah test yang sama untuk menghindari adanya kesalahan dalam uji statistika.
DAFTAR PUSTAKA Clark RE. 1983. Reconsidering research on learning from media. Review of Educational Research. 53(4):445-459.doi 10.3102/00346543053004445 Contento I. 2007. Nutrition Education: linking research, theory, and practice [ulasan]. Asia Pac J Clin Nutr. 17(1):176-179 Egal AA, Oldewage-Theron WH. 2009. The Evaluation of a Nutrition Education Programme on the Nutrition Knowledge of Children Aged Six and Seven years. Journal of Family Ecology and Consumer Sciences. 37 Hardinsyah. 2012. Breakfast in Indonesia. Materi Symposium Healthy Breakfast. Ikada DC. 2010. Tingkat penerimaan buku cerita bergambar sebagai media pendidikan gizi dan pengaruhnya terhadap pengetahuan gizi anak sekolah dasar [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Lester PM. 2006. Syntactic theory of visual communication. Visual Communication Theory Handout. McNeal C, Srinivasan V, Spaulding C, Warren C, Coppin JD, Doucet L, Shimek C, Paulhill K. 2009. Middle School Nutrition Education Project. Departement
36 of Agriculture, Food and Nutrition Services. Institute for Obesity Research and Program Evaluation. United States. Motamedrezaei O, Moodi M, Miri MR, Khodadadi M. 2013. The Effect of Nutrition and Food Hygiene Education on the Knowledge of Female Elementary School Teachers in City of Ferdows. J Edu Health Promot. 2:10 Moriarty SE. 1991. Creative Advertising: Theory and Practice Second Edition. Republic of Singapore: Prentice-Hall International Editions. Muehlhoff E, Sherman J. 2007. Developing a Nutrition and Health Education Program for Primary Schools in Zambia. J Nutr Educ Behav. 39:335-342. Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta ___________. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Oshagh M, Danaei SM, Ghahremani Y, Pujuhi N, Boushehri SG. 2011. Impact of nE ion l L fl on P n ’ knowl g n Aw n of Chil n’ on Orthodontic Problem in Shiraz. EMHJ. 17(2). Rachmaniah M, Tanziha I, Firman I, Herdiani Y. 2013. Peningkatan kesehatan masyarakat melalui nteractive breakfast nutrition learning content management system berbasis mobile untuk siswa sekolah dasar. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor . Infl n of Li n Ch on Chil n’ T te and Roberto CA. Snack Preferences. Pediatrics. 126(1): 88-93.doi:10.1542/peds.2009-3433. Sadiman AS, Rahardjo R, Haryono A, dan Rahardjito. 2006. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfataannya. Jakarta: Pustekkom Dikbud dan PT RajaGrafindo Persada. Saloso I. 2010. Pengaruh media audio (lagu anak-anak) dan media visual (kartu bergambar) terhadap pengetahuan gizi (PUGS dan PHBS) serta tingkat penerimaannya pada anak usia sekolah dasar negeri di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Shariff et al. 2008. Nutrition Education Intervention Improves Nutrition Knowledge, Attitude, and Practices of Primary School Children: A Pilot Study. International Electronic Journal of Health Education. 11: 119-132. Sleight DA. 2009. Characteristics of an Effective Poster. OMERAD and Michigan State University Board of Trustees. Sovyanhadi M, Cort MA. 2004. Effectiveness of Various Nutrition Education Teaching Methods for High School Students: a Case Study in Alabama, United States. Mal J Nutr. 10(1): 31-37. Sudo N. 2011. Characteristics of Educational Leaflets that Attract Pregnant Women. Health Services Insight. 4:1-10. The American Dairy Association and Dairy Council, Inc (US). 2009. The Nutritional and Academic Implication of Breakfast: Supporting methods for increasing breakfast consumption among children and adolescents [paper] Utter J, Scragg R, Mhurchu CN, Schaff D. 2007. At-home breakfast consumption among New Zealand children: Associations with nutrition behavior. Journal of the American Dietetic Association. 107:570-576. Vijayapushpam T, Antony GM, Rao GM, Rao D. 2009. Nutrition and Health Education Intervention for Student Volunteers: Topic-wise Assesment of Impact Using a Non-parametric Test. Public Health Nutrition. 13 (1): 131-136. [WHO]. 1992. Pendidikan Kesehatan. Penerjemah: Ida Bagus Tjitarsa. Bandung: Penerbit ITB dan Universitas Udayana.
37 Lampiran 1 Kuesioner pengetahuan gizi mengenai sarapan untuk siswa Sheet 2: Data PGTHN A. Data Pengetahuan Sarapan Siswa Beri tanda silang (x) pada jawaban yang kamu anggap benar. Pikirkan baikbaik sebelum kamu menjawab. Catatan: Hasil tes ini TIDAK akan berpengaruh pada nilaimu di Sekolah.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pertanyaan Pengetahuan Sarapan Apa itu sarapan? a. Kegiatan makan dan minum yang dilakukan pada pagi hari. b. Kegiatan makan dan minum yang dilakukan pada siang hari. c. Kegiatan makan dan minum yang dilakukan sebelum tidur. Sarapan sebaiknya dilakukan sejak pukul berapa? a. Dari bangun tidur hingga siang hari. b. Dari bangun tidur hingga pukul 09.00 pagi. c. Dari bangun tidur hingga pukul 10.00 pagi. Apa akibatnya jika kamu tidak sarapan? a. Tidak mempunyai pengaruh apa-apa. b. Tubuh terasa kaku. c. Tubuh lemah, mudah mengantuk, dan kurang konsentrasi (daya ingat) dalam belajar. Sarapan mempunyai manfaat untuk apa? a. Membuat tubuh menjadi lebih gemuk. b. Membuat tubuh menjadi tetap sehat, aktif dan kuat, mudah konsentrasi, cerdas, dan tidak mudah mengantuk. c. Membuat tulang menjadi lebih besar. Mengapa sarapan dapat mencegah dari kegemukan? a. Karena dengan sarapan dapat mengurangi nafsu makan untuk jajan secara berlebihan. b. Karena dengan sarapan dapat membuat tubuh lemah. c. Karena dengan sarapan dapat membuat tubuh kurang konsentrasi. Berapa jumlah kalori dan protein yang harus dipenuhi melalui sarapan? a. 500 kkal dan 12 gram protein. b. 700 kkal dan 17 gram protein. c. 500 kkal dan 17 gram protein. Jenis makanan apa saja yang sebaiknya ada dalam menu sarapan? a. Makanan pokok (nasi), lauk pauk (telur, tempe), sayur/buah, dan minuman (susu/teh). b. Makanan pokok (nasi), camilan, dan minuman (susu/teh) c. Lauk pauk (telur, tempe), sayur/buah, dan minuman (susu/teh). Contoh makanan sarapan yang bergizi adalah.. a. Satu potong roti dan satu gelas teh manis. b. Satu pisang goreng dan satu gelas teh manis. c. Satu piring nasi, satu butir telur ceplok, sayur bayam, dan 1 buah pisang.
38 9. Jika hanya sarapan dengan roti, menurut kamu apakah sudah cukup memenuhi kebutuhan gizi dari sarapan? a. Sudah cukup. b. Tidak cukup, seharusnya ditambah dengan buah. c. Tidak cukup, seharusnya ditambah dengan buah dan sumber protein. 10. Jika kamu tidak sempat sarapan di rumah, maka sebaiknya makanan jajanan yang sebaiknya dibeli sebagai pengganti sarapan adalah... a. Nasi uduk saja. b. Nasi uduk dengan tempe goreng. c. Nasi uduk dengan tempe goreng dan pepaya. Lampiran 2 Kuesioner daya terima media pendidikan gizi untuk siswa Sheet 3: Data KSK B. DATA KESUKAAN SISWA PADA MEDIA Nama / Kelas : _____________________________________________ Catatan: Hasil tes ini TIDAK akan berpengaruh pada nilaimu di Sekolah. Pilih jawaban dengan menyilang (X) pada hurufnya. 1. Menurutmu, bagaimana dengan isi materi yang dijelaskan dalam Poster/leaflet tentang sarapan? a. Sangat mudah dipahami b. Mudah dipahami c. Kurang mudah dipahami d. Sulit untuk dipahami 2. Bagaimana dengan ukuran tulisan dalam Poster/leaflet tentang sarapan? a. Tulisan dapat terbaca dengan baik b. Tulisan terlalu besar c. Tulisan kurang dapat terbaca/terlalu kecil d. Tulisan tidak dapat dibaca 3. Bagaimana gambar-gambar yang terdapat dalam Poster/leaflet tentang sarapan? a. Gambar sangat menarik b. Gambar cukup menarik c. Gambar kurang menarik d. Gambar tidak menarik 4. Bagaimana dengan pemilihan warna yang terdapat dalam Poster/leaflet tentang sarapan? a. Warna sangat menarik b. Warna cukup menarik c. Warna kurang menarik d. Warna tidak menarik 5. Menurutmu, bagaimana dengan pesan gizi yang disampaikan dalam Poster/leaflet tentang sarapan? a. Sangat mudah dipahami b. Mudah dipahami c. Kurang mudah dipahami
39 d. Sulit untuk dipahami 6. Secara keseluruhan apakah kamu menyukai Poster/leaflet tentang sarapan? a. Sangat menyukai b. Cukup menyukai c. Kurang menyukai d. Tidak menyukai
40
RIWAYAT HIDUP Defika Annisa Cita merupakan anak pertama dari Deden Rucita Hidayat Ahmad dan Rifka Netawati, yang dilahirkan di Sidoharjo, Lampung, pada 14 Mei 1992. Pada tahun 2007, penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kota Serang dan pada tahun 2010, lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kota Serang. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama di IPB, penulis aktif mengikuti berbagai organisasi tingkat kampus maupun departemen, seperti International Association of Students in Agriculture and Related Sciences Local Committee IPB (IAAS LC IPB), IPB Debating Community (IDC), Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (Himagizi), dan Badan Konsultasi Gizi (BKG). Penulis juga aktif mengikuti beberapa kegiatan nonakademik, seperti menjadi delegasi World Trade Organization (WTO) dalam Indonesia Model United Nations (IMUN) 2010, semifinalis nasional Danone Young Social Entrepreneurship (DYSE) 2013, delegasi IPB dan Indonesia dalam The 4th International Agricultural Students Symposium, juara 2 internal IVED selection english debating competition 2010, juara 2 CONCERTO english debating competition 2011, sekaligus meraih penghargaan best speaker, Semifinalist Novice Indonesia Varsity English Debating Championship 2013, Proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) didanai DIKTI pada tahun 2011, yaitu PKM bidang Kewirausahaan dengan judul Pemanfaatan Limbah Tepung Agar sebagai Bahan Pakan Konsentrat Ternak Sapi yang Ekonomis, Ramah Lingkungan, dan Sarat Gizi serta pada tahun 2014, yaitu PKM bidang P ng b i n k p m y k ng n j lK Gizi P i “KARGIPEDIA” sebagai solusi efektif peningkatan pengetahuan gizi dalam upaya optimalisasi kesehatan Orang Dengan HIV AIDS (ODHA). Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Pengantar Biokimia Gizi pada tahun 2012 dan asisten praktikum mata kuliah Metabolisme Zat Gizi pada tahun 2013. Penulis pernah menjadi volunteer atau relawan dalam Festival Gerakan Indonesia Mengajar tahun 2013 dan Final Olimpiade Sains Kuark tahun 2014. Penulis menyelesaikan masa kuliah kerja profesi di desa Ciadeg, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan masa internship dietetic di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.