PENGARUH PENDIDIKAN GIZI DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PEDOMAN GIZI SEIMBANG PADA SISWA SEKOLAH DASAR
LEVITA SARI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pendidikan Gizi Dengan Media Audio Visual terhadap Pengetahuan dan Sikap Tentang Pedoman Gizi Seimbang pada Siswa Sekolah Dasar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Levita Sari NIM I14120122
ABSTRAK LEVITA SARI. Pengaruh pendidikan gizi dengan media audio visual terhadap pengetahuan dan sikap tentang pedoman gizi seimbang pada siswa sekolah dasar Dibawah bimbingan SITI MADANIJAH. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi melalui media audio visual berupa video terkait Pedoman Gizi Seimbang (PGS) terhadap pengetahuan dan sikap gizi pada siswa sekolah dasar. Contoh penelitian ditentukan secara purposive sampling, yaitu sebanyak 76 siswa kelas 5 di SDN Panaragan 1 dan 2 Kota Bogor. Tahapan penelitian terdiri dari pre test, intervensi, post test 1, dan post test 2 dengan desain penelitian quasi experimental dengan pretest-posttest control group design. Pengetahuan dan sikap gizi contoh diperoleh menggunakan kuesioner. Hasil analisis dengan uji statistik Wilcoxon pada pengetahuan dan sikap gizi menunjukkan jika media video berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap gizi contoh. Pengetahuan gizi contoh meningkat secara signifikan dari 74.5 menjadi 86.9 pada post test 1, dan 82.7 pada post test 2. Sikap gizi contoh meningkat secara signifikan dari 86.9 menjadi 91.5 pada post test 1, dan 90.1 pada post test 2. Kata kunci : anak sekolah dasar, audiovisual, pendidikan gizi, pengetahuan gizi, sikap gizi ABSTRACT LEVITA SARI. The effect of nutritional education using audio visual media on balanced diet guidelines knowledge and attitude in elementary school students Supervised by SITI MADANIJAH. This study aimed to determine the effect of nutrition education using audio visual media on Balanced Diet Guidelines (PGS) knowledge and attitudes in elementary school student. Subjects of this research were 5th grade (n = 76) of elementary school Panaragan 1 and 2 students which were choose purposively. Stages of this research consisted of a pre-test, intervention, post test 1 and post test 2 with quasi experimental research design with pretest-posttest control group design. The results of the analysis with Wilcoxon statistic test on nutritional knowledge and attitude indicate if the video as an audio-visual media affect the improvement of nutrition knowledge and attitude subjects. Nutrition knowledge of subjects increase from 74.5 to 86.9 at post test 1, and to 82.7 at post test 2. Nutrition attitude of subjects increase from 86.9 to 91.5 at post test 1, and to 90.1 at post test 2. According to the results, video is suggested to be enhanced as an audio-visual media in nutrition education program at school to improve students’ nutrition knowledge and attitude. Key words: audiovisual, elementary school students, nutrition attitudes, nutrition education, nutrition knowledge
PENGARUH PENDIDIKAN GIZI DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PEDOMAN GIZI SEIMBANG PADA SISWA SEKOLAH DASAR
LEVITA SARI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Gizi dengan Media Audio Visual terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Pedoman Gizi Seimbang pada Siswa Sekolah Dasar Nama : Levita Sari NIM : I14120122
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal disetujui :
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Gizi Dengan Media Audio Visual terhadap Pengetahuan dan Sikap Tentang Pedoman Gizi Seimbang pada Siswa Sekolah Dasar”. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan kesempatan, motivasi, bimbingan, dan arahan sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi 2. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si selaku pemandu seminar dan sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak saran, masukkan, dan motivasi. 3. Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi yang diberikan selama perkuliahan sampai dengan penyusunan skripsi 4. Kepala sekolah, guru, dan siswa kelas 5 SDN Panaragan 1 dan Panaragan 2 yang telah memberikan izin, sarana, dan waktu untuk terlaksananya penelitian ini. 5. Kedua orangtua Papa (Budi Narjo Darmawan) dan Mama (Nunuh Martani) dan kakak (Elizabeth dan Lusiana), serta keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil. 6. Seila Pramadania Sativa sahabat yang telah bersama-sama melaksanakan penelitian ini, dan senantiasa selalu ada untuk memberikan dukungan dan semangat. 7. Teman-teman Novania, Patrecia, Amay dan jungle land Ajeng, Amida, Lendy, Syifa, Fajria, Rily, Janah, Diana, Muthia, Fidelia dan teman-teman AKG 49 yang senantiasa memberikan doa dan dukungan. 8. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, namun tidak sempat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Bogor, Agustus 2016
Levita Sari
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Juni 1994 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari ayah Budi Narjo Darmawan dan ibu Nunuh Martani. Penulis mendapatkan pendidikan formal berawal dari TK Nusantara (1999-2000), SDN Kota Baru IX Bekasi (2000-2006), SMPN 13 Bekasi (20062009), dan SMAN 12 Jakarta (2009-2012). Penulis diterima sebagai mahasiswa di IPB melalui jalur Ujian Talenta Masuk (UTM) IPB pada tahun 2012 pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA). Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa organisasi diantaranya adalah anggota Divisi Humas Himpunan Mahasiswa Gizi (HIMAGIZI) pada tahun 2015, anggota divisi pemasaran Majalah Komunitas FEMA pada tahun 2014, dan anggota Komisi Pelayanan Anak Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) pada tahun 2014. Selain organisasi, penulis juga berkontribusi dalam berbagai kegiatan kepanitiaan diantaranya adalah panitia Seminar Nasional Nutrition Fair 2015 sebagai anggota divisi acara, ketua pelaksana Fieldtrip HIMAGIZI pada tahun 2015, panitia MAGNET (HIMAGIZINetwork) sebagai ketua divisi konsumsi pada tahun 2015, dan panitia Musyawarah Nasional ILMAGI sebagai anggota divisi acara pada tahun 2015. Penulis juga melaksanakan Kuliah Kerja Nyata – Keprofesian (KKN-P) di desa Cikembulan, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada tahun 2015 selama dua bulan sebagai profesi gizi masyarakat dalam program revitalisasi posyandu, pendidikan gizi sekolah dasar, konsultasi gizi puskesmas, dan penyuluhan ibu dan balita gizi kurang dan gizi buruk. Penulis juga melaksanakan Internship Dietetics and Food Service di RSUP Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2015 selama lima minggu. Selama internship penulis melaksanakan proses asuhan gisi terstandar dalam penatalaksanaan diit kasus AKI superimposed on CKD ec. hipertensi dengan edema paru, HCAP, hipertensi stage II, anemia inflamasi, hiponatremia, kasus Syok hipovolemik dehidrasi berat, suspek B20 stadium IV dengan wasting syndrome dan colitis tuberculosis, peritonitis tuberculosis bulan ke 4, candidans orofaringeal, suspek ca colon dengan paraneoplasmik syndrome, anemia, leukositosit, hiponatrema, trombositosis, dan malnutrisi, dan kasus AKI fase failure, GNAPS, hipertensi stage II, anemia ec underlying disease. Penulis juga menjadi asisten praktikum mata kuliah Manajemen Jasa Makanan dan Gizi (MJMG) pada semester genap (2015/2016).
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan
2
Manfaat
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
5
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
5
Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh
5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
6
Strategi Intervensi
7
Pengolahan dan Analisis Data
7
Definisi Operasional
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Gambaran Umum
10
Karakteristik Contoh
10
Karakteristik Keluarga
12
Sumber dan Akses Informasi Gizi
15
Pengetahuan Gizi Contoh
17
Sikap Gizi Contoh
22
SIMPULAN DAN SARAN
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
33
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Cara pengumpulan data 6 Pengkategorian variabel penelitian 8 Sebaran contoh berdasarkan usia 10 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin 11 Sebaran contoh berdasarkan uang jajan 11 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga 12 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orangtua 13 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua 14 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orangtua 14 Sebaran contoh berdasarkan sumber informasi gizi 15 Sebaran contoh berdasarkan akses terhadap informasi gizi 16 Sebaran contoh berdasarkan kesediaan memberi informasi gizi 16 Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar terhadap pertanyaan pengetahuan gizi seimbang 18 Sebaran cotoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi 20 Selisih nilai rata-rata dan uji beda pengetahuan gizi 20 Rata-rata nilai pengetahuan, selisih nilai, dan hasil uji beda 21 Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar terhadap pernyataan sikap gizi seimbang 19 Sebaran cotoh berdasarkan kategori sikap gizi 25 Selisih nilai rata-rata dan uji beda sikap gizi 26 Rata-rata nilai sikap, selisih nilai, dan hasil uji beda 27
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Kerangka berpikir pengaruh pendidikan gizi dengan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap gizi seimbang Kerangka pengambilan contoh Pengetahuan gizi kelompok intervensi berdasarkan pilar PGS Pengetahuan gizi kelompok kontrol berdasarkan pilar PGS Sikap gizi kelompok intervensi berdasarkan pilar PGS Sikap gizi kelompok kontrol berdasarkan pilar PGS
4 6 20 21 25 27
DAFTAR LAMPIRAN 1
Dokumentasi penelitian
33
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, masalah gizi merupakan masalah yang masih belum dapat diselesaikan dan menjadi salah satu masalah yang perlu untuk ditangani dengan tepat. Masalah gizi tidak terlepas dari pola hidup yang dimiliki oleh setiap orang, termasuk anak usia sekolah. Pada anak usia sekolah mudah untuk terkena penyakit yang diakibatkan kurang menjaga kebersihan. Rata-rata nasional proporsi penduduk usia >10 tahun berperilaku cuci tangan secara benar baru mencapai 47%, dan berperilaku BAB dengan benar sebesar 82.6%. Hal tersebut menunjukkan apabila perilaku hidup bersih dan sehat masih rendah. Data Riskesdas (2013) menunjukkan jika secara nasional kualitas kesehatan pada anak usia sekolah 5-12 tahun masih rendah (Kemenkes 2014). Hal ini ditunjukan dengan masih terdapat prevalensi anak kurus usia 5-12 tahun (IMT/U) sebesar 10.2% dan tingginya prevalensi anak gemuk sebesar 18.8%. Hal tersebut juga menunjukkan adanya masalah terkait pola konsumsi dan kurangnya aktivitas fisik. Kegemukan atau obesitas pada anak sekolah salah satunya disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik dan pola konsumsi yang salah (Must & Tybor 2005). Masalah pola konsumsi yang salah juga terdapat pada penduduk usia ≥10 tahun dimana konsumsi sayur dan buah masih rendah dan konsumsi makanan berisiko seperti dibakar, minuman dan makanan manis, berlemak dan bumbu penyedap masih tinggi. Beberapa masalah tersebut bertentangan dengan pedoman gizi seimbang atau PGS. Praktik gizi yang rendah dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah pengetahuan dan sikap gizi yang rendah (Choi et al. 2008).Program sosialisasi PGS menjadi suatu program pendidikan gizi masyarakat yang dapat memberikan banyak manfaat. Program sosialisasi PGS diantaranya dapat berupa pendidikan dan pelatihan, penyuluhan, konseling, demo percontohan dan praktik gizi seimbang (Kemenkes 2014). Anak usia sekolah (AUS) merupakan salah satu sasaran diterapkannya PGS. Kelompok anak sekolah merupakan kelompok yang mudah menerima program pendidikan gizi di sekolahnya (Rosario et al. 2013). AUS merupakan kelompok usia aktif yang memiliki beragam aktivitas dan masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. AUS merupakan kelompok usia dengan kemampuan belajar dan mengingat yang tinggi, serta belum banyak terpapar informasi. Selain itu kebiasaan jajan dan makan makanan cepat saji juga terdapat pada kelompok anak pada usia ini. Oleh sebab itu penerapan PGS melalui sosialisasi dan pendidikan gizi sangat penting untuk anak usia sekolah.Pendidikan gizi dapat dilakukan dengan menggunakan media pendidikan gizi. Penggunaan media yang beragam dapat digunakan mulai dari media cetak dan elektronik, terlebih saat ini akses media sudah sangat mudah digunakan dalam penyampaian pesan sehingga dapat membuat siswa-siswi sekolah dasar menyadari pentingnya pola hidup sehat sejak dini (Khomsan 2000). Media pendidikan gizi merupakan bagian dari unsur pendukung keberhasilan pendidikan gizi, terutama untuk anak sekolah dasar. Media pendidikan yang menarik dapat meningkatkan rasa ingin tahu anak-anak terhadap
2
isi dari media itu sendiri. Pendidikan menggunakan media juga mempermudah guru/ pemberi materi dalam menyampaikan materi. Selain itu, media juga dapat menyederhanakan materi baik menjadi bentuk gambar maupun suara yang dapat dengan mudah diterima oleh anak-anak. Penelitian ini menggunakan media audiovisual berupa video sebagai alat bantu. Menurut Ashaver dan Igyuve (2013) seseorang akan lebih mudah dan lebih cepat belajar dan memahami suatu materi apabila didukung dengan media audiovisual daripada ceramah saja. Selain itu, media audiovisual memiliki daya tarik yang lebih dibandingkan dengan media visual, terutama untuk anak- anak. Hasil penelitian Hedaoo dan Vali (2015) menunjukkan bahwa intervensi pendidikan gizi pada anak sekolah dasar dengan interaktif multimedia terbukti efektif meningkatkan pengetahuan gizi. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi yang diberikan melalui penyuluhan terkait pedoman gizi seimbang terhadap pengetahuan dan sikap gizi menggunakan media audiovisual berupa video pada anak usia sekolah di sekolah dasar di Kota Bogor.
Perumusan Masalah Masalah gizi dan kesehatan pada AUS khususnya pola hidup yang tidak sehat dan kesadaran dalam berperilaku sesuai kaidah PGS yang masih rendah sehingga dapat memicu timbulnya keadaan gizi yang tidak sehat. Bahkan dalam jangka panjang, keadaan gizi yang tidak sehat memudahkan terjangkitnya berbagai penyakit infeksi sehingga, kehidupan yang baik sulit dicapai. Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, diperlukan adanya pembinaan dan pengawasan secara berkala dari pihak sekolah dan pihak lainnya. Salah satu bentuk pembinaan yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan gizi pada AUS dengan menggunakan metode yang efektif dan tepat sehingga mampu diterima AUS secara maksimal. Oleh karena itu, dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pendidikan gizi yang diberikan melalui penyuluhan terkait pedoman gizi seimbang terhadap pengetahuan dan sikap gizi menggunakan media audiovisual berupa video pada anak usia sekolah dasar.
Tujuan Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi terkait Pedoman Gizi Seimbang (PGS) terhadap pengetahuan gizi dan sikap gizi pada siswa sekolah dasar. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan keluarga, meliputi usia, jenis kelamin, uang jajan, besar keluarga, serta pendapatan, pendidikan dan pekerjaan orangtua. 2. Mengidentifikasi sumber dan akses terhadap informasi gizi contoh.
3
3. Menganalisis pengetahuan gizi contoh sebelum dan setelah intervensi. 4. Menganalisis sikap gizi contoh sebelum dan setelah intervensi.
Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh media audiovisual pada pendidikan gizi berupa video terhadap pengetahuan dan sikap gizi terkait Pedoman Gizi Seimbang (PGS) pada anak usia sekolah. Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam memilih media yang tepat untuk digunakan dalam sosialisasi program kesehatan dan gizi sesuai sasaran yang dipilih. Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta berguna sebagai literatur penelitian selanjutnya.
KERANGKA PEMIKIRAN Pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dari pendidik kepada peserta didik. Unsur-unsur yang terlibat didalam proses tersebut adalah pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian ide dan gagasan, serta peserta didik sebagai sasaran atau target pembelajaran. Unsur-unsur tersebut saling berinteraksi dan saling bergantung satu sama lain. Media dalam pendidikan gizi digunakan untuk mendukung agar pesan dalam pendidikan gizi yang disampaikan dapat diterima secara efektif oleh peserta didik (Khomsan 2000). Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media audiovisual berupa video. Video digunakan sebagai media pendukung pendidikan gizi yang dilakukan dalam bentuk ceramah untuk kelompok intervensi, sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan pendidikan dalam bentuk ceramah saja tanpa penambahan media. Materi pedoman gizi seimbang (PGS) dijelaskan dalam bentuk ceramah dan juga disajikan dalam bentuk video. Pemberian materi dalam bentuk ceramah dan didukung media video dilakukan untuk mengetahui apakah media tersebut dapat diterima dan dapat meningkatkan motivasi anak untuk menerima pesan lebih baik dibandingkan tanpa penambahan media. Selain dipengaruhi oleh media pendidikan, proses belajar juga dipengaruhi oleh faktor-faktor karakteristik individu, karakteristik keluarga, dan akses terhadap informasi tentang gizi. Karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, dan uang jajan. Sedangkan karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan pendapatan per kapita. Karakteristik yang berbeda secara signifikan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap gizi contoh sebelum diberikan intervensi, oleh karena itu pada penelitian ini karakteristik individu maupun keluarga perlu untuk dianalisis. Akses informasi berdasarkan sumber dan frekuensi didapatkannya informasi tentang gizi perlu untuk diketahui karena akan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan anak terkait informasi gizi, terutama informasi mengenai
4
pilar dalam PGS. Selain itu, daya terima terhadap media yang diberikan juga dapat mempengaruhi sasaran dalam memahami pesan/materi, dimana variabel ini tidak diteliti. Keberhasilan pendidikan gizi dengan atau tanpa diberikannya media tambahan ditandai dengan adanya peningkatan pada pengetahuan dan sikap gizi sasaran.
Pemberi pesan/ pendidik
Materi/ Pesan Gizi Seimbang (PGS)
Ceramah dan Media (video)
Karakteristik individu (usia, jenis kelamin, dan uang jajan)
Ceramah
Sasaran (AUS)
Pengetahuan gizi Karakteristik keluarga (Besar keluarga, pekerjaan dan pendidikan orangtua, pendapatan per kapita)
Daya terima terhadap media Sumber dan Akses terhadap Informasi
Sikap gizi
Praktik gizi
Status gizi
Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Hubungan yang dianalisis
Gambar 1
Kerangka berpikir pengaruh pendidikan gizi dengan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap gizi seimbang
5
METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasiexperimental study dengan pretest-posttest control group design. Quasiexperimental study merupakan jenis rancangan penelitian eksperimental yang tidak mengambil subjek secara acak dari populasi, akan tetapi menggunakan seluruh subjek dalam kelompok utuh untuk diberikan perlakuan (White dan Sabarwal 2014). Jenis penelitian eksperimental ini dilakukan dalam penelitian di bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran, pelaksanaan penelitian tidak selalu memungkinkan untuk terjadinya seleksi acak subjek, melainkan subjek telah terbentuk secara alami ke dalam satu kelompok utuh, seperti kelompok siswa dalam satu kelas. Penelitian ini dilakukan di dua sekolah dasar (SD) di Kota Bogor yang dipilih secara sengaja atau purposive dengan beberapa kriteria yaitu 1) Merupakan sekolah dasar negeri dengan akreditasi yang sama, dan 2) Kemudahan akses dan perizinan sekolah. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh 2 sekolah dasar yaitu SDN Panaragan 1 dan SDN Panaragan 2. Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai April 2016.
Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas lima dari SDN Panaragan 01 dan SDN Panaragan 02. Kriteria siswa yang akan dijadikan contoh penelitian adalah laki-laki dan perempuan yang berusia 10-11 tahun yang bersedia menjadi responden penelitian dan mengikuti keseluruhan tahap penelitian.Jumlah minimal contoh dihitung menggunakan perhitungan rumus Slovin sebagai berikut. Rumus Slovin:
n=
dimana : n N d
= jumlah contoh = populasi = galat pendugaan (0.1)
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan jumlah minimal contoh kelompok kontrol sebesar 31 orang dan kelompok intervensi sebesar 35 orang. Penarikan contoh dilakukan dengan cara purposive sampling, yakni dipilih masing-masing satu kelas dari kedua sekolah dasar. Berdasarkan pemilihan tersebut didapatkan kelas 5A SDN Panaragan 1 sebagai kelompok kontrol dan kelas 5A SDN Panaragan 2 sebagai kelompok intervensi. Jumlah seluruh siswa kelas 5A kedua sekolah yaitu 36 orang siswa SDN Panaragan 1 dan 49 orang siswa SDN Panaragan 2. Jumlah contoh yang diambil pada saat penelitian lebih banyak dari jumlah contoh minimal. Hal ini dilakukan sebagai pertimbangan untuk melibatkan seluruh siswa dalam setiap kelas
6
yang dipilih dan juga untuk mengantisipasi jika terjadi drop out pada contoh. Pada gambar 2 disajikan diagram proses penarikan contoh penelitian.
Siswa SDN Panaragan 1 dan Panaragan 2 Memenuhi kriteria dan bersedia mengikuti seluruh tahapan penelitian Siswa kelas 5A SDN Panaragan 1 (kelompok kontrol) 36 orang
Siswa kelas 5A SDN Panaragan 2 (kelompok intervensi) 49 orang
Drop out
33 orang
43 orang
Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, uang jajan), karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan pendapatan per kapita), sumber dan akses terhadap informasi gizi, serta pengetahuan dan sikap gizi. Data tersebut dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur yang telah diuji coba dan diberikan kepada contoh untuk diisi dengan dipandu oleh peneliti. Pengetahuan gizi diestimasi dengan memberikan 20 pertanyaan pilihan berganda dan sikap gizi 20 pernyataan yang berkaitan dengan pilar PGS. Data sekunder berupa karakteristik sekolah diperoleh dari hasil dokumentasi dan menggunakan arsip sekolah (Tabel 1). Tabel 1 Cara pengumpulan data Data Variabel Cara Pengambilan Primer : Kuesioner terstruktur 1. Karakteristik individu - Usia - Jenis kelamin - Uang jajan 2. Karakteristik keluarga - Besar keluarga - Pekerjaan orangtua - Pendidikan orangtua - Pendapatan per kapita
Kuesioner terstruktur
7
Tabel 1 Cara pengumpulan data (lanjutan) Data Variabel Cara Pengambilan 3. Pengetahuan gizi contoh Kuesioner terstruktur - Makanan beragam - Perilaku hidup bersih dan sehat - Aktivitas fisik - Frekuensi menimbang berat badan 4. Sikap gizi contoh - Makanan beragam - Perilaku hidup bersih dan sehat - Aktivitas fisik - Frekuensi menimbang berat badan 5. Sumber dan akses terhadap informasi gizi Sekunder : 6. Karakteristik sekolah
Kuesioner terstruktur
Kuesioner terstruktur Dokumentasi dan arsip sekolah
Strategi Intervensi Tahapan penelitian terdiri dari pre test, intervensi, post test 1, dan post test 2. Sebelum dilaksanakan pre test, contoh diberikan kuesioner akses dan sumber informasi gizi dan kuesioner karakteristik. Pre test dilakukan untuk mengetahui pengetahuan gizi dan sikap gizi awal yang dimiliki oleh contoh. Kemudian contoh diberikan perlakuan dimana pada kelompok intervensi diberikan ceramah dengan diskusi dan media audiovisual berupa video tentang gizi seimbang, sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan ceramah dengan diskusi. Perlakuan yang diberikan kepada kedua kelompok hanya dilakukan satu kali, baik ceramah maupun pemutaran video. Intervensi pendidikan gizi yang diberikan adalah media audiovisual berupa video selama 6 menit dengan tema empat pilar pedoman gizi seimbang (PGS), yaitu konsumsi makanan yang beragam, hidup bersih dan sehat, aktifitas fisik, dan menimbang berat badan. Setelah pelaksanaan intervensi, dilakukan post test 1 untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap gizi contoh setelah diberikan intervensi. Post test 2 dilakukan satu bulan setelah dilakukan intervensi. Tujuan dilakuakannya post test 2 adalah untuk mengetahui daya ingat jangka panjang yang dimiliki contoh terhadap materi pendidikan gizi yang diberikan.
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel 2010 dan Scientical Program for Social Science (SPSS) version 16.0 for windows.Tahap pengolahan data dimulai dari editing, coding, entry, cleaning, dan analisis. Data yang diperoleh diolah secara statistik deskriptif. Data karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin,dan uang jajan. Data mengenai jenis kelamin dikelompokkan menjadi dua kategori
8
yaitu laki-laki dan perempuan. Data mengenai usia dikelompokkan sesuai dengan sebaran contoh penelitian yaitu 10 dan 11 tahun. Data mengenai uang jajan dikelompokkan berdasarkan rata-rata uang jajan keseluruhan contoh. Data karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan pendapatan orangtua dikategorikan menyesuaikan dengan sebaran contoh. Tabel 2 menyajikan pengkategorian variable penelitian. Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian No Variabel Kategori 1 Usia 10-11 tahun 2 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 3 Uang jajan < rata-rata uang jajan contoh ≥ rata-rata uang jajan contoh 4 Besar keluarga Kecil (≤ 4 orang) Sedang (5-6 orang) Besar (≥ 7 orang) 6 Pendidikan orangtua SD SMP SMA/SMK/STM D1/D2/D3 D4/S1 Pascasarjana 7 Pekerjaan orangtua Tidak bekerja PNS/ABRI/Polisi Pegawai swasta Wiraswasta Buruh/petani Ibu rumah tangga Lainnya 8 Pendapatan/kap/bln Miskin (
Sumber (BKKBN 2009)
-
-
(BPS 2015) (Fitriana 2015)
(Khomsan 2000)
(Khomsan 2000)
9
Hasil tes pengetahuan dan sikap gizi dengan menggunakan soal pilihan berganda dengan satu jawaban benar (correct answer multiple choice) diolah dengan penilaian setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Pengetahuan gizi dibagi dalam tiga kategori yaitu baik, sedang, dan kurang, sedangkan sikap gizi terbagi menjadi tiga kategori yaitu positif, sedang, dan negatif. Uji statistika yang dilakukan meliputi Uji Mann-Whitney dan Uji Wilcoxon. Uji Mann-Whitney dilakukan untuk mengetahui perbedaan karakteristik contoh, karakteristik keluarga, akses terhadap informasi gizi, serta nilai dan selisih nilai rata-rata pengetahuan dan sikap gizi antara kelompok intervensi dan kontrol. Uji Wilcoxon dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil pre test, post test 1, dan post test 2 pada masing-masing kelompok intervensi atau kontrol.
Definisi Operasional Contoh adalah siswa kelas lima di kedua sekolah dasar SDN Panaragan 1 dan 2, dan mengikuti setiap tahapan penelitian. Karakteristik individu adalah keadaaan contoh yang meliputi usia, jenis kelamin, dan uang jajan. Uang jajan adalah jumlah uang saku contoh yang digunakan untuk membeli makanan dan minuman di sekolah. Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga contoh yang meliputi besar keluarga, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan pendapatan orangtua. Besar keluarga adalah banyaknya jumlah individu yang ada dalam suatu keluarga yang dikategorikan menjadi keluarga kecil, sedang dan besar. Pendidikan orangtua adalah riwayat pendidikan terakhir yang ditempuh orangtua contoh penelitian. Pekerjaan orangtua adalah jenis mata pencaharian orangtua Pendapatan per kapita adalah jumlah seluruh penghasilan yang didapatkan oleh keluarga contoh dalam satu bulan dibagi dengan besar keluarga Sumber dan akses informasi gizi adalah cara contoh dalam mengakses informasi mengenai gizi melalui buku/poster/leaflet, majalah/koran, TV, radio, internet/handphone, orangtua, guru, teman, dan sumber lainnya dan frekuensi mengakses informasi gizi Media Video adalah media audiovisual dengan memaparkan gambar yang bergerak disertai suara Pendidikan Gizi adalah proses pemberian informasi terkait pedoman gizi seimbang untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik gizi. Pedoman Gizi Seimbang adlalah suatu acuan yang digunakan untuk memberikan panduan konsumsi makanan sehari-hari, berperilaku hidup bersih dan sehat, aktivitas fisik, dan memantau berat badan secara teratur. Pengetahuan gizi adalah tingkat pemahaman contoh terhadap pedoman gizi seimbang yang dilihat dari kemampuan menjawab 20 pertanyaan Sikap gizi adalah kemampuan contoh untuk memutuskan sikap yang diambil tentang pedoman gizi seimbang melalui 20 pernyataan.
10
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi penelitian berada di dua sekolah negeri yang berlokasi di Kota Bogor dengan akreditasi A. Kedua Sekolah tersebut adalah SDN Panaragan 1 yang terletak di Jalan Veteran nomor 37 Bogor Tengah dan SDN Panaragan 2 yang berlokasi bersebelahan dengan SDN 1 yaitu Jalan Veteran nomor 35 Bogor Tengah. SDN Panaragan memiliki siswa sebanyak 632 dengan siswa kelas lima sebanyak 105 orang yang terbagi ke dalam tiga kelas. Sedangkan jumlah siswa di SDN Panaragan 2 sebanyak 553 siswa dengan jumlah siswa kelas lima sebanyak 98 siswa yang terbagi menjadi dua kelas. Kedua sekolah dilengkapi dengan fasilitas perpustakaan, laboratorium computer, unit kesehatan sekolah (UKS), lapangan olahraga, toilet dan sarana air bersih, akan tetapi tidak terdapat kantin. Karakteristik Contoh Contoh dalam penelitian ini merupakan siswa kelas lima dari dua sekolah dasar di Kota Bogor, yaitu siswa sekolah SDN Panaragan 1 dan Panaragan 2 kelas 5A. Kelas 5A SDN Panaragan 1 terpilih sebagai kelompok kontrol, sementara kelas 5A Panaragan 2 sebagai kelompok intervensi. Karakteristik contoh pada penelitian ini termasuk usia, jenis kelamin, dan uang jajan. Usia Kriteria pemilihan contoh dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah dengan rentang usia 10-12 tahun. Penelitian ini menggolongkan pembagian umur contoh penelitian berdasarkan kriteria tersebut. Hasil menunjukkan bahwa secara keseluruhan contoh penelitian berada pada usia 10-11 tahun. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk usia antara kelompok intervensi dan kontrol. Jumlah anak dengan usia 10 dan 11 tahun tersebar merata baik pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol. Menurut Gunarsa (2004) usia 10-12 tahun merupakan masa sekolah dimana anak cenderung berpikir kritis dan secara jelas menunjukkan minat dan kemampuan untuk berkembang, sehingga sangat baik untuk diberikan pengetahuan melalui belajar. Hasil penelitian oleh Graves et al. (2009) menunjukkan bahwa pendidikan gizi memberikan pengaruh yang positif terhadap pengetahuan dan sikap gizi pada anak kelas 5 dan 6 SD. Tabel 3 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan usia.
Usia (tahun) 10 11 Total
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan usia Intervensi Kontrol n % n % 22 48.5 16 48.5 21 51.5 17 51.5 43 100 33 100 p = 0.818
Total n 38 38 76
% 50 50 100
11
Jenis Kelamin Jumlah siswa dengan jenis kelamin laki-laki pada penelitian ini sebesar 43.4% dari seluruh contoh, sementara siswa dengan jenis kelamin perempuan sebesar 56.6% dari seluruh contoh. Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk jenis kelamin antara kelompok kontrol dan intervensi. Hasil penelitian oleh Geralyn et al. (2012) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara anak laki-laki dan perempuan untuk peningkatan skor pengetahuan dan sikap gizi pada anak sekolah dasar sebelum dan setelah diberikan pendidikan gizi. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin Kontrol Intervensi Jenis kelamin n % n % Laki-laki 21 48.8 12 36.4 Perempuan 22 51.2 21 63.6 Total 43 100 33 100 p= 0.280
Total n 33 43 76
% 43.4 56.6 100
Uang Jajan Uang jajan contoh dalam penelitian ini merupakan uang yang diberikan oleh orangtua contoh untuk membeli keperluan sekolah, seperti alat tulis, makanan, dan minuman, kecuali untuk transportasi. Uang jajan dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu uang jajan di atas rata-rata uang jajan contoh dan di bawah atau sama dengan rata-rata. Berikut disajikan sebaran contoh berdasarkan uang jajan pada Tabel 5.
Uang Jajan (Rp/hari) < Rp 9184 ≥ Rp 9184 Total Rata-rata ± SD Min - Maks
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan uang jajan Intervensi Kontrol n % n % 20 46.5 14 42.4 23 53.5 19 57.6 43 100 33 100 10 091 ± 5 002 8 488 ± 3 035 3000 – 25 000 4000 – 15 000 p= 0.280
Total n % 34 44.7 42 55.3 76 100 9 184 ± 4 019 3000 – 25 000
Rata-rata uang jajan dari keseluruhan contoh adalah sebesar Rp9 184 ± 4 019. Sebagian besar contoh mendapatkan uang jajan lebih dari rata-rata baik dalam kelompok intervensi maupun kontrol. Rata-rata uang jajan contoh kelompok kontrol lebih besar dari rata-rata uang jajan kelompok intervensi, akan tetapi hasil uji beda menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan antara kedua kelompok. Hasil penelitian Napsiah (2012) menunjukkan apabila semakin besar uang saku, maka semakin meningkat pula prestasi belajar anak. Akan tetapi, penelitian Fitriana (2015) menunjukkan bahwa uang jajan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan dan sikap gizi sarapan.
12
Karakteristik Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga merupakan jumlah seluruh keluarga yang tinggal di rumah keluarga contoh. Besar keluarga mempengaruhi pendapatan per kapita contoh. Besar keluarga terbagi menjadi tiga kategori yaitu kecil (≤ 4 orang), sedang (5-6), dan besar (>7). Berikut ini disajikan sebaran contoh berdasarkan besar keluarga. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Intervensi Kontrol Total Besar keluarga n % n % n % Kecil 20 46.5 13 39.4 33 43.4 Sedang 20 46.5 17 51.5 37 48.7 Besar 3 7.0 3 9.1 6 7.9 Total 43 100 33 100 76 100 Rata-rata ± SD 4.8 ± 1.2 4.9 ± 1.1 4.85 ± 1.2 p= 0.620 Proporsi besar keluarga antara kedua kelompok hampir sama yaitu berukuran kecil dan sedang dengan nilai rata-rata 4.85 ± 1.2. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk besar keluarga antara kelompok intervensi dan kontrol. Hasil penelitian Nababan (2013) menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap pola konsumsi keluarga. Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi, dan sebaliknya. Pada penelitian ini besar keluarga digunakan untuk menghitung pendapatan per kapita dari keluarga contoh. Tingkat Pendidikan Orangtua Tingkat pendidikan orangtua contoh diketahui berdasarkan pendidikan terakhir orangtua contoh. Tingkatan pendidikan dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi keluarga contoh, dan pendidikan anak dari keluarga. Tingkat pendidikan orangtua dibagi menjadi tingkat pendidikan ayah dan ibu. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dapat dilihat pada Tabel 7. Hasilnya menunjukkan bahwa pendidikan terakhir ayah sebagian besar berada pada tingkat D1/D2/D3 baik pada kelompok intervensi maupun kontrol yaitu masing-masing sebesar 52.4% dan 45.5%. Kemudian paling sedikit berada pada tingkat SMP untuk kelompok intervensi (4.8%) sementara untuk kelompok kontrol tingkat SMA/SMK/STM dan D4/S1 berjumlah paling sedikit yaitu sebesar 9.1%. Tingkat pendidikan ibu juga menunjukkan pendidikan akhir terbanyak pada tingkatan D1/D2/D3 dan paling sedikit pada tingkat SMA/SMK/STM pada kelompok kontrol sebesar 6.1% dan pascasarjana pada kelompok intervensi sebesar 2.5%.
13
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orangtua Intervensi Kontrol Total Tingkat Pendidikan Orangtua n % n % n % Ayah SD 0 0 0 0 0 0 SMP 2 4.8 0 0 2 2.7 SMA/SMK/STM 2 4.8 3 9.1 5 6.7 D1/D2/D3 22 52.4 15 45.5 37 49.3 D4/S1 5 11.9 3 9.1 8 10.7 Pascasarjana 11 26.2 12 36.4 23 30.7 Total 42 100 33 100 75 100 Ibu SD 0 0 0 0 0 0 SMP 3 7.5 0 0 3 4.1 SMA/SMK/STM 2 5 2 6.1 4 5.5 D1/D2/D3 28 70 21 63.6 49 67.1 D4/S1 6 15 4 12.1 10 13.7 Pascasarjana 1 2.5 6 18.2 7 9.6 Total 40 100 33 100 73 100 Keseluruhan hasil menunjukkan bahwa tidak ada orangtua dengan status pendidikan terakhir di sekolah dasar maupun tidak bersekolah. Kelompok kontrol dan intervensi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan untuk tingkat pendidikan ayah dan ibu. Penelitian Reskia et al. (2014) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orangtua berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, hal tersebut dikarenakan orangtua memiliki peran penting dalam membimbing dan membantu anak untuk belajar. Pekerjaan Orangtua Pekerjaan orangtua akan mempengaruhi pendapatan yang juga akan mempengaruhi kemampuan orangtua untuk memenuhi kebutuhan anak. Tabel 8 menunjukkan bahwa pekerjaan orangtua contoh cukup bervariasi terutama pekerjaan ayah. Hasil menunjukkan bahwa sebesar 45.5% ayah berprofesi sebagai PNS/ABRI/Polisi dan hanya 6.1% saja yang tidak bekerja pada kelompok kontrol. Sementara pada kelompok intervensi, profesi terbanyak terdapat pada pegawai swasta sebesar 35.7% dan 4.8% ayah yang tidak bekerja. Secara keseluruhan sebagian besar ayah contoh berprofesi sebagai pegawai swasta dengan persentase 33.3%. Sebagian besar ibu contoh adalah ibu rumah tangga baik pada kelompok intervensi maupun kontrol dengan persentase total sebesar 82.2%. Selain itu terdapat juga ibu contoh yang berprofesi sebagai wiraswasta, buruh tani, pegawai swasta dan pegawai negri. Pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat ekonomi keluarga. Jika anak hidup dalam keluarga yang memiliki tingkat ekonomi rendah maka kebutuhan anak akan konsumsi menjadi kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu sehingga belajarnya juga akan terganggu (Sabatina 2014).
14
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua Intervensi Kontrol Total Pekerjaan ortu n % n % n % Ayah Tidak bekerja 2 4.8 2 6.1 4 5.5 PNS/ABRI/Polisi 10 23.8 15 45.5 25 33.3 Pegawai swasta 15 35.7 8 24.2 23 30.7 Wiraswasta 3 7.1 5 15.2 8 10.7 Buruh/petani 10 23.8 0 0 10 13.3 Lainnya 2 4.8 3 9.1 5 6.7 Total 42 100 33 100 75 100 Ibu Tidak bekerja 0 0 0 0 0 0 PNS/ABRI/Polisi 1 2.5 2 6.1 3 4.1 Pegawai swasta 0 0 1 3.0 1 1.4 Wiraswasta 0 0 4 12.1 4 5.5 Buruh/petani 4 10 0 0 4 5.5 Ibu rumah tangga 35 87.5 25 75.8 60 82.2 Lainnya 0 0 1 3.0 1 1.4 Total 40 100 33 100 73 100 Pendapatan Per Kapita Pendapatan per kapita diketahui dari jumlah pendapatan ayah dan ibu dibagi dengan besar keluarga contoh. Pendapatan per kapita dikategorikan menjadi miskin dan tidak miskin berdasarkan pendapatan per kapita/bulan. Contoh akan termasuk ke dalam kategori miskin jika pendapatan per kapita/bulan < Rp318 602 (BPS 2015). Tabel 9 menyajikan sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orangtua Pendapatan per kapita Miskin Tidak miskin Total Rata-rata ± SD Min - Maks
Intervensi Kontrol Total n % n % n % 4 9.3 1 3.0 5 6.6 39 90.7 32 97.0 71 93.4 43 100 33 100 76 100 975 296 ± 746 855 945 186 ± 555 049 960 241 ± 650 952 125 000 – 4 000 000 300 000 – 3 215 667 125 000 – 4 000 000 p = 0.648
Tabel 9 menunjukkan sebagian besar sebaran contoh tergolong dalam kategori tidak miskin, 97% pada kelompok kontrol dan sebesar 90.7% pada kelompok intervensi. Akan tetapi rata-rata pendapatan per kapita kelompok intervensi lebih besar daripada kelompok kontrol. Hasil uji beda menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan antara kedua kelompok. Fu et al (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin meningkat pula kepedulian orangtua terhadap pendidikan dan perilaku anak di sekolah.
15
Sumber dan Akses Informasi Gizi Sumber informasi pada penelitian ini diantaranya adalah buku teks/pelajaran, majalah/koran, televisi (TV), radio, Internet/handphone (HP), orangtua, guru, dan teman, dan saudara (Lampiran 2). Secara umum, sebagian besar contoh memilih guru sebagai sumber informasi tentang gizi yaitu sebesar 67.1%, diikuti buku teks/pelajaran dan orangtua masing-masing sebesar 60.5% dan 56.6% (Tabel 10). Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan sumber informasi gizi Intervensi Kontrol Total n = 43 n = 33 n = 76 Sumber Informasi n % n % n % Buku teks/pelajaran 22 51.2 24 72.7 46 60.5 Majalah/Koran 8 18.6 2 6.1 10 13.2 TV 16 37.2 15 45.5 31 40.8 Radio 8 18.6 0 0.0 8 10.5 Internet/HP 15 34.9 16 48.5 31 40.8 Orangtua 24 55.8 18 54.5 43 56.6 Guru 26 60.5 26 78.8 51 67.1 Teman 4 9.3 0 0.0 4 5.3 Saudara 1 2.3 0 0.0 1 1.3 Pendidikan gizi di sekolah dasar memiliki peran yang penting dalam membentuk kebiasaan anak dalam memilih makanan, kesehatan dan gaya hidup (Contento et al. 2011). Penelitian Perera et al. (2015) mengenai tantangan dan kesempatan untuk meningkatkan pendidikan gizi di sekolah dasar menunjukkan bahwa peran guru dalam pendidikan gizi sangat besar. Selain guru, buku teks/ pelajaran dan orangtua juga mendominasi sumber informasi gizi pada contoh. Buku teks/ pelajaran didapatkan contoh dari pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) yang diajarkan di sekolah. Menurut Kostanjevec et al. (2011) pengetahuan gizi dapat ditingkatkan apabila didukung dengan sumber pengetahuan dari mata pelajaran terkait seperti ilmu pengetahuan alam atau sains. Peran orangtua dalam membimbing dan membantu anak dalam belajar sangatlah besar. Sebagian besar orangtua contoh memiliki pendidikan akhir perguruan tinggi (D1/D2/D3), baik pada kelompok intervensi maupun kontrol. Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempermudah seseorang untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan makanan yang baik untuk kesehatan (Alvira et al. 2012). Oleh karena itu, orangtua yang memiliki pengetahuan dan informasi gizi dapat menjadi salah satu sumber informasi gizi untuk anak. Hasil penelitian Lytle et al. (2000) menyimpulkan bahwa keluarga menjadi salah satu yang berpengaruh terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap anak, sehingga sangat dibutuhkan dalam rangka mempromosikan pola makan yang sehat dan pemilihan makan dan pola makan yang sehat. Sebaran contoh berdasarkan akses terhadap informasi gizi dapat dilihat pada Tabel 11.
16
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan akses terhadap informasi gizi Intervensi Kontrol Total n = 43 n = 33 n = 76 Akses Informasi n % n % n % Jarang (<4 kali/minggu) 10 23.3 12 36.4 22 28.9 Sering (≥4 kali/minggu) 33 76.7 21 63.6 54 71.1 Total 43 100 33 100 76 100 Akses terhadap informasi gizi dalam penelitian ini menunjukkan seberapa banyak contoh menerima paparan informasi terkait gizi terutama terkait pedoman gizi seimbang. Apabila contoh menerima informasi gizi <4 kali/minggu termasuk dalam kategori jarang, sedangkan jika contoh menerima informasi gizi 4 kali/minggu atau lebih termasuk dalam kategori sering (Fitriana 2015). Hasil pada Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh sering mendapatkan informasi mengenai gizi. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk akses terhadap informasi antara kelompok intervensi dan kontrol. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa keterpaparan akses terhadap informasi gizi contoh pada dua kelompok relatif sama. Keterpaparan seseorang terhadap informasi akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap seseorang, karena informasi adalah sumber pengetahuan dan pembentuk sikap (Maulana 2009). Akses terhadap informasi gizi yang sama antar kelompok, didukung oleh status sosial ekonomi yang tidak berbeda signifikan antara kedua kelompok. Noh et al. (2014) menyatakan bahwa status sosial ekonomi keluarga akan mempengaruhi akses anak terhadap pemenuhan kebutuhan untuk mendapatkan gaya hidup yang sehat. Tabel 12 menunjukkan kesediaann contoh untuk memberikan informasi gizi yang dimiliki. Sebelumnya contoh diberikan pertanyaan kesediaan untuk member informasi gizi dan 100% contoh menjawab ya, yang menunjukkan bahwa contoh bersedia untuk berbagi informasi gizi kepada orang lain. Hasil data menunjukkan bahwa 28.5% contoh bersedia untuk membagikan informasi kepada teman. Menurut Yu et al. (2011) menyatakan bahwa belajar bersama dengan teman dan bertukar informasi dengan teman memiliki pengaruh yang positif terhadap pengetahuan dan sikap kritis. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kesediaan memberi informasi gizi Intervensi Kontrol Total Kesediaan memberi n = 43 n = 33 n = 76 informasi gizi n % n % n % Orangtua 23 19.2 18 18.9 41 19.1 Kakak/adik 27 22.5 20 21.1 47 21.9 Teman 34 28.3 25 26.3 59 28.5 Guru 9 7.5 6 6.3 15 7.0 Saudara 27 22.5 23 24.2 50 22.2 Lainnya 0 0.0 3 3.2 3 1.4
17
Pengetahuan Gizi Contoh
Contoh (%)
Pengetahuan gizi contoh diketahui dari skor hasil pengisian kuesioner sebelum intervensi (pre test) dan setelah intervensi (post test 1 dan post test 2). Pengetahuan gizi merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku gizi individu, keluarga, dan masyarakat (Demirozu et al. 2012). Pertanyaan mengenai pengetahuan gizi terkait pedoman gizi seimbang terdiri dari 20 pertanyaan dan terbagi menjadi empat konten. Keempat konten tersebut sesuai dengan pilar PGS yaitu makan makanan beragam, hidup bersih dan sehat, aktivitas fisik, dan menimbang berat badan. Pada kelompok intervensi sebagian besar contoh tidak dapat menjawab benar (<70%) pada pertanyaan tentang frekuensi makan sehari, frekuensi melakukan aktifitas fisik, manfaat menimbang berat badan dan cara yang benar menurunkan berat badan pada pre test. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan kelompok intervensi terhadap pernyataan gizi seimbang dapat dilihat pada Tabel 13 Hasil pre test kelompok intervensi menunjukkan pertanyaan jenis makanan beragam, contoh makanan beragam, zat gizi dalam buah dan sayur, frekuensi melakukan aktifitas fisik, menimbang berat badan saja sudah memenuhi pilar PGS, dan manfaat menimbang berat badan (<70%), dan terutama pernyataan frekuensi makan dalam sehari tidak dapat dijawab dengan benar oleh sebagian besar contoh. Sebagian besar contoh memilih jawaban 3 kali makan utama dan 3 kali makan selingan. Menurut Kemenkes (2014) frekuensi makan dalam sehari adalah 3 kali makan utama dan 2 kali selingan. Diduga hal ini disebabkan oleh kebiasaan makan cemilan atau minum susu di malam hari sebelum tidur. Sejalan dengan penelitian oleh Barba et al (2006) yang menyatakan bahwa 54.6% anak berusia 6-11 tahun mengkonsumsi makanan ≥5 kali per hari termasuk mengonsumsi susu sebelum tidur. Hasil post test 1 menunjukkan sebagian besar pernyataan dapat dijawab dengan benar dan mengalami peningkatan dari pre test. Hasil post test 2 menunjukkan penurunan pada sebagian besar pertanyaan, terutama pada pertanyaan frekuensi melakukan aktivitas fisik. Hasil post test 2 juga menunjukkan peningkatan pada pernyataan dampak mengonsumsi makanan kadaluarsa, cara mengukur berat badan, dan dampak dari kegemukan. Hal ini dapat terjadi mengingat sebagian besar contoh pada kelompok intervensi sering mengakses informasi tentang gizi. Hasil pengetahuan gizi kelompok intervensi berdasarkan konten pilar PGS dapat dilihat pada Gambar 3. 120 100 80 60 40 20 0 Makanan beragam
Hidup bersih dan sehat
Aktifitas fisik
Menimbang Berat Badan
Gambar 3 Pengetahuan gizi kelompok intervensi berdasarkan pilar PGS pada pre test ( ), post test 1 ( ), dan post test 2 ( )
18
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar terhadap pertanyaan pengetahuan gizi seimbang Intervensi Kontrol No Pernyataan Pre test Post test 1 Post test 2 Pre test Post test 1 Post test 2 n % n % n % n % n % n % 1 Jenis makanan beragam 26 60.5 26 60.5 26 60.5 22 66.7 21 63.6 20 60.6 2 Contoh makanan beragam 29 67.4 31 72.1 29 67.4 22 66.7 20 60.6 25 75.8 3 Zat gizi dalam buah dan sayur 26 60.5 34 79.1 32 74.4 20 60.6 29 87.9 27 81.8 4 Frekuensi makan dalam sehari 13 30.2 35 81.4 31 72.1 12 36.4 19 57.6 21 63.6 5 Manfaat sarapan 38 88.4 41 95.3 35 81.4 24 72.7 31 93.9 31 93.9 6 Waktu untuk sarapan 31 72.1 42 97.7 40 93.0 26 78.8 31 93.9 29 87.9 7 Dampak apabila tidak mencuci tangan 37 86.0 42 97.7 41 95.3 31 93.9 31 93.9 29 87.9 8 Ciri-ciri makanan yang aman 39 90.7 38 88.4 39 90.7 28 84.8 30 90.9 28 84.8 9 Dampak mengonsumsi makanan kadaluarsa 41 95.3 42 97.7 43 100 32 97.0 30 90.9 30 90.9 10 Perilaku hidup bersih dan sehat 41 95.3 43 100 38 88.4 32 97.0 28 84.8 30 90.9 11 Tempat membuang sampah 43 100 43 100 42 97.7 32 97.0 32 97.0 32 97.0 12 Manfaat beraktifitas fisik 34 79.1 37 86.0 37 86.0 26 78.8 25 75.8 27 81.8 13 Menentukan kegiatan aktifitas fisik 41 95.3 40 93.0 33 76.7 23 69.7 26 78.8 26 78.8 14 Frekuensi melakukan aktifitas fisik 20 46.5 38 88.4 28 65.1 16 48.5 22 66.7 19 57.6 15 Sasaran pelaku aktifitas fisik 42 97.7 43 100 43 100 31 93.9 30 90.9 32 97.0 16 Cara mengukur berat badan 39 90.7 42 97.7 43 100 32 97.0 29 87.9 30 90.9 17 Dampak dari kegemukan 39 90.7 41 95.3 43 100 29 87.9 29 87.9 27 81.8 18 Menimbang berat badan saja sudah memenuhi pilar PGS 18 41.9 22 51.2 22 51.2 12 36.4 15 45.5 12 36.4 19 Cara menurunkan berat badan 19 44.2 33 76.7 32 74.4 24 72.7 28 84.8 26 78.8 20 Manfaat menimbang berat badan 21 48.8 36 83.7 35 81.4 19 57.6 26 78.8 23 69.7
19
Hasil pada kelompok kontrol menunjukkan sebagian besar contoh pada hasil pre test tidak dapat menjawab benar pada beberapa pertanyaan. Pertanyaan tersebut diantaranya tentang jenis makanan beragam, contoh makanan beragam, zat gizi dalam buah dan sayur, frekuensi makan dalam sehari, frekuensi melakukan aktifitas fisik, menimbang berat badan saja sudah memenuhi pilar PGS, dan manfaat menimbang berat badan (<70%). Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar terhadap pertanyaan pengetahuan gizi seimbang terdapat pada Tabel 13. Hasil post test 1 menunjukkan peningkatan kecuali pada pertanyaan nomor 2 tentang contoh makanan beragam. Hasil post test 2 menunjukkan penurunan apabila dibandingkan dengan post test 1, diantaranya tentang jenis makanan beragam, contoh makanan beragam, menimbang berat badan saja sudah memenuhi pilar PGS, dan terutama pada frekuensi melakukan aktivitas fisik. Berdasarkan Kemenkes (2014) tentang PGS, aktivitas fisik sebaiknya dilakukan minimal 3-5 kali dalam seminggu. Akan tetapi sebagian besar contoh menjawab 2 kali seminggu, diduga karena di sekolah mata pelajaran olahraga tidak dilakukan 3 kali dalam seminggu. Menurut Suparno (2002) pendidikan di sekolah membentuk pemahaman anak terhadap hal baru dan membentuknya menjadi pengetahuan, sikap, dan kebiasaan. Oleh karena itu, kebiasaan contoh baik kelompok intervensi maupun kontrol mendapatkan pelajaran olahraga di sekolah berpengaruh terhadap pengetahuan contoh mengenai frekuensi aktivitas fisik. Berikut disajikan hasil pengetahuan gizi kelompok kontrol berdasarkan keempat pilar PGS. 100
Contoh (%)
80 60 40 20 0 Makanan beragam
Hidup bersih dan sehat
Aktifitas fisik
Menimbang Berat Badan
Gambar 4 Pengetahuan gizi kelompok kontrol berdasarkan pilar PGS pada pre test ( ), post test 1 ( ), dan post test 2 ( ) Pengetahuan gizi contoh dikelompokkan menjadi tiga kategori yang didapatkan dari jumlah jawaban benar dan dibuat dalam bentuk skor. Berdasarkan Khomsan (2000), skor pengetahuan gizi contoh dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu kategori baik (≥80%), sedang (60% - 80%), dan rendah (<60%). Pendidikan gizi dengan metode ceramah dan media video pada kelompok intervensi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pengetahuan gizi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Nilai rata-rata pengetahuan gizi pada kelompok intervensi memiliki selisih yang berbeda dengan kelompok kontrol. Pengetahuan gizi tentang pedoman gizi seimbang pada kedua kelompok masuk ke dalam kategori yang sama yaitu sedang. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk nilai pengetahuan hasil pre test antara
20
kelompok intervensi dan kontrol. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki tingkat pengetahuan gizi yang sama. Berikut ini disajikan sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi contoh Tabel 14 Sebaran cotoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi Pre test Post test 1 Post test 2 Pengetahuan gizi n % n % n % Intervensi Kurang 5 11.6 1 2.3 3 7.0 Sedang 26 60.5 10 23.3 17 39.5 Baik 12 27.9 32 74.4 23 53.5 Total 43 100 43 100 43 100 Rata-rata 74.5 ± 13.6 86.9 ± 11.0 82.7 ± 15.0 Kategori Sedang Baik Baik Kontrol Kurang 7 21.2 4 12.1 3 9.1 Sedang 14 42.4 11 33.3 14 42.4 Baik 12 36.4 18 54.5 16 48.5 Total 33 100 33 100 33 100 Rata-rata 74.1 ± 13.8 79.7 ± 13.9 79.4 ± 13.8 Kategori Sedang Sedang Sedang Tabel 14 menunjukkan jumlah contoh yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, rata-rata nilai dari masing-masing tahapan uji dan kategori dari nilai rata-rata dari kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil pre test pada kelompok intervensi menunjukkan jika sebagian besar contoh termasuk ke dalam kategori sedang yaitu 60.5%, sedangkan hasil post test 1 dan 2 mengalami peningkatan nilai rata-rata dan sebagian besar contoh pada kelompok intervensi termasuk ke dalam kategori baik. Akan tetapi nilai rata-rata pada post test 2 lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata pada post test 1. Walaupun terjadi penurunan pada post test 2, kelompok intervensi tetap termasuk dalam kategori baik untuk pengetahuan gizi, sementara kelompok kontrol tetap termasuk dalam kategori sedang padapre test, post test 1 maupun post test 2. Hasil pre test pada kelompok kontrol menunjukkan jika sebagian besar contoh termasuk dalam kategori sedang, dan mengalami peningkatan nilai ratarata pada post test 1 dan post test 2. Akan tetapi berdasarkan nilai rata-rata kelompok kontrol tetap termasuk ke dalam kategori sedang pada post test 1 dan 2. Peningkatan nilai dari pre test ke post test 1 dan 2 tidak mencapai nilai minimal untuk kategori pengetahuan gizi baik (≥80%). Selisih nilai rata-rata dan uji beda dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 15 Selisih nilai rata-rata dan uji beda pengetahuan gizi Intervensi Kontrol Pengetahuan Gizi Selisih (∆) p Selisih (∆) p * Pre Test – Post Test 1 12.4 0.000 5.6 0.001* Pre Test – Post Test 2 8.2 0.001* 5.3 0.004* * Post Test 1 – Post Test 2 -4.2 0.033 -0.3 0.825 Keterangan: * Hasil uji Wilcoxon berbeda signifikan (p<0.05) pada kelompok yang sama
21
Selisih nilai rata-rata antara pre test dengan post test 1 pada kelompok intervensi menunjukkan perbedaan yang signifikan. Terjadi peningkatan nilai rata-rata yang tinggi pada post test 1 dibandingkan dari pre test. Hasil uji beda juga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan untuk peningkatan nilai rata-rata antara pre test dengan post test 2. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan gizi melalui metode ceramah dengan media audiovisual dapat meningkatkan pengetahuan gizi contoh. Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa pendidikan gizi dengan media audiovisual dapat memberikan dampak berkelanjutan terhadap pengetahuan gizi contoh. Sejalan dengan penelitian Nuryanto et al (2014) yang menunjukkan bahwa pendidikan gizi dengan menggunakan media dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap gizi pada siswa sekolah dasar. Hasil uji beda selisih nilai rata-rata antara post test 1 dengan post test 2 menunjukkan perbedaan yang signifikan, akan tetapi selisih bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai yang signifikan pada post test 2 dibandingkan dengan post test 1. Penurunan nilai rata-rata pada post test 2 dibandingkan dengan post test 1 menunjukkan bahwa penggunaan media audiovisual pada pendidikan gizi yang hanya diberikan satu kali kurang dapat mempertahankan pengetahuan gizi dalam jangka panjang. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Saloso (2010) yang menunjukkan kelompok dengan media audio dan visual mengalami penurunan nilai rata-rata yang lebih signifikan daripada kelompok tanpa penambahan media setelah satu bulan dari pemberian intervensi dibandingkan hasil post test langsung setelah intervensi. Selisih nilai rata-rata antara pre test dengan post test 1 dan 2 menunjukkan perbedaan yang signifikan, sementara selisih nilai antara post test 1 dengan post test 2 menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan dengan nilai selisih negatif. Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan nilai rata-rata pada kelompok kontrol setelah diberikan ceramah, dan terjadi penurunan setelah 1 bulan diberikan ceramah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan gizi dengan metode ceramah tanpa ada penambahan media juga dapat meningkatkan pengetahuan gizi. Sejalan dengan penelitian Vardanjani et al (2015) yang menunjukkan bahwa pendidikan gizi dengan metode ceramah diantaranya dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap gizi pada siswa sekolah dasar. Akan tetapi penurunan nilai rata-rata antara post test 1 dengan post test 2 menunjukkan jika terjadi penurunan memori contoh, mengingat post test 2 dilakukan 1 bulan setelah diberikan intervensi pendidikan gizi. Tabel 16 Rata-rata nilai pengetahuan, selisih nilai, dan hasil uji beda Pengetahuan Gizi Intervensi Kontrol p Pre test 74.5 ± 13.6 74.1 ± 13.8 0.979 Post test 1 86.9 ± 11.0 79.7 ± 13.9 0.011* Post test 2 82.7 ± 15.0 79.4 ± 13.8 0.286 Pre Test – Post Test 1 12.4 5.6 0.000* Pre Test – Post Test 2 8.2 5.3 0.219 Post Test 1 – Post Test 2 -4.2 -0.3 0.076 Keterangan: * Hasil uji Mann-Whitney berbeda signifikan (p<0.05) antara kelompok intervensi dengan kontrol
22
Tabel 16 menunjukkan nilai rata-rata hasil post test 1 mengalami peningkatan terhadap hasil pre test, baik pada kelompok kontrol maupun intervensi. Hasil uji beda menunjukkan jika terdapat perbedaan yang signifikan untuk selisih nilai rata-rata pre test-post test 1 antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Hal tersebut dikarenakan peningkatan nilai rata-rata dari pre test ke post test 1 pada kelompok intervensi jauh lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Peningkatan nilai rata-rata yang lebih tinggi pada kelompok intervensi, serta perbedaan pengetahuan gizi yang signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol menunjukkan jika pendidikan gizi dengan metode ceramah dan media audiovisual berupa video memberikan pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan gizi dibandingkan pendidikan gizi hanya dalam bentuk ceramah saja. Sejalan dengan penelitian Ajie et al. (2014) yang menunjukkan bahwa hasil post test setelah intervensi pada kelompok dengan media video dapat memahami pesan gizi lebih akurat daripada kelompok dengan media ceramah/narasi. Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol untuk selisih nilai rata-rata pre test- post test 2. Hal ini dikarenakan peningkatan nilai rata-rata antara pre test dengan post test 2 pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media audiovisual pada pendidikan gizi dapat meningkatkan pengetahuan contoh yang lebih tinggi. Sejalan dengan penelitian oleh Amstrong et al. (2011) yang menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan gizi yang signifikan pada kelompok yang diberikan pendidikan gizi dengan media video daripada kelompok dengan media pamflet. Selain itu penelitian oleh Sabatina (2014) juga mengungkapkan adanya peningkatan pengetahuan gizi pada kelompok dengan penggunaan media multimedia elearning pada pendidikan gizi setelah satu bulan dari pemberian intervensi. Menurut Mayer (2009) media audiovisual seperti video dapat membuat seseorang menangkap maksud dari suatu informasi atau pesan lebih dalam. Hasil post test 2 selanjutnya juga dibandingkan dengan hasil dari post test 1, dan hasilnya menunjukkan penurunan nilai pada kedua kelompok. Hasil uji beda menunjukkan jika tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk selisih nilai rata-rata antara post test 1 dan 2. Hasil ini menunjukkan jika penurunan nilai rata-rata pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol, walaupun tidak signifikan. Hal ini dikarenakan jarak waktu pelaksanaan post test 2 yang dilakukan 1 bulan setelah post test 1 tanpa adanya pengulangan intervensi pendidikan gizi. Menurut Ulyana (2015) pemberian media audiovisual perlu dilakukan berulang dalam setiap jangka waktu tertentu untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap gizi.
Sikap Gizi Contoh Sikap gizi akan menunjukkan kecenderungan contoh untuk mengambil keputusan dalam bertindak dan secara langsung berpengaruh terhadap praktik gizi. Praktik gizi akan langsung dipengaruhi oleh sikap dan beberapa faktor psikososial lainnya, sedangkan pengetahuan gizi tidak selalu berdampak langsung pada perilaku gizi individu (McCullough et al 2004). Sikap gizi yang negatif dapat mengakibatkan penolakan untuk melakukan praktik gizi, dan sebaliknya.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar terhadap pernyataan sikap gizi seimbang Intervensi Kontrol Pernyataan Pre test Post test 1 Post test 2 Pre test Post test 1 Post test 2 n % n % n % n % n % n % Menerapkan pedoman gizi sembang 43 100 43 100 43 100 33 100 33 100 33 100 Menjaga kesehatan dengan makanan beragam 38 88.4 40 93 38 88.4 29 87.9 31 93.9 27 81.8 Sarapan sebelum pukul 9 pagi 38 88.4 41 95.3 42 97.7 33 100 32 97.0 32 97.0 Mengonsusmsi makanan beragam 32 74.4 34 79.1 32 74.4 23 69.7 25 75.8 28 84.8 Nasi dan jagung adalah sumber karbohidrat 41 95.3 42 97.7 43 100 30 90.9 30 90.9 32 97.0 Mencuci tangan hanya dengan air 37 86.0 37 86.0 39 90.7 30 90.9 32 97.0 30 90.9 Mengkonsumsi makanan yang tidak ditutup rapat 41 95.3 38 88.4 40 93.0 32 97.0 32 97.0 30 90.9 Mencuci tangan untuk menghindari diare 38 88.4 38 88.4 42 97.7 31 93.9 33 100 30 90.9 Menyikat gigi setiap hari 41 95.3 39 90.7 42 97.7 32 97.0 33 100 31 93.9 Membuang sampah sembarangan 41 95.3 41 95.3 40 93.0 31 93.9 31 93.9 29 87.9 Membawa bekal ke sekolah 43 100 42 97.7 42 97.7 33 100 32 97.0 29 87.9 Frekuensi berolahraga dalam seminggu 25 58.1 36 83.7 30 69.8 16 48.5 21 63.6 20 60.6 Menyapu bagian dari beraktifitas fisik 24 55.8 35 81.4 25 58.1 15 45.5 13 39.4 16 48.5 Beraktifitas fisik dapat menjaga kesehatan 41 95.3 43 100 43 100 28 84.8 32 97.0 30 90.9 Berenang dan bersepada contoh aktifitas fisik 41 95.3 43 100 43 100 30 90.9 31 93.9 33 100 Olahraga teratur dapat menjaga kesehatan 43 100 43 100 43 100 33 100 32 97.0 30 90.9 Perlunya menimbang berat badan 39 90.7 41 95.3 39 90.7 27 81.8 32 97.0 31 93.9 Kegemukan dapat menyebabkan penyakit 32 74.4 38 88.4 38 88.4 26 78.8 28 84.8 27 81.8 Tubuh yang ideal 30 69.8 37 86.0 32 74.4 25 75.8 27 81.8 24 72.7 Pelaku penimbangan berat badan 39 90.7 36 83.7 35 81.4 28 84.8 30 90.9 26 78.8
23
24
Tabel 17 menunjukkan pernyataan sikap gizi terdiri dari 20 pernyataan yang terbagi berdasarkan empat pilar PGS. Hasil pre test menunjukkan sebagian besar contoh pada kelompok intervensi tidak dapat menjawab dengan benar (<70%) pada pernyataan frekuensi beraktivitas fisik dalam seminggu dan menentukan kegiatan aktifitas fisik. Hasil post test 1 menunjukkan peningkatan pada sebagian besar pernyataan gizi, terutama pernyataan tentang frekuensi beraktivitas fisik dalam seminggu dan menentukan kegiatan aktifitas fisik yang tidak dapat dijawab dengan benar oleh sebagian besar contoh saat pre test. Hasil post test 2 menunjukkan pernyataan yang tidak dapat dijawab contoh (<70%) terdapat pada pernyataan frekuensi beraktivitas fisik dalam seminggu dan menentukan kegiatan aktifitas fisik. Sebagian besar contoh menjawab tidak setuju pada pernyataan menyapu merupakan aktifitas fisik. Materi aktivitas fisik dalam video yang diberikan adalah kegiatan olahraga seperti berenang, berlari, bersepeda dan kegiatan sehari-hari seperti menyapu, mencuci, dan menjemur pakaian. Oleh karena itu, diduga sebagian besar contoh belum mengerti secara jelas apabila aktivitas fisik bukan hanya kegiatan olahraga saja. Menurut Kemenkes (2014), aktivitas fisik yang dimaksud dalam pilar PGS terdiri dari aktivitas fisik sehari-hari dan latihan fisik (olahraga). Rowlands et al. (2000) menyatakan bahwa aktifitas fisik seharusnya memiliki konsep sebagai gerakan tubuh atau praktik dalam kegiatan sehari-hari, bukan hanya latihan atau olahraga saja. Berdasarkan empat pilar PGS hasil sikap gizi kelompok intervensi dapat dilihat pada Gambar 5. 120
Contoh (%)
100 80 60 40 20 0 Makanan beragam
Hidup bersih dan sehat
Aktifitas fisik
Menimbang Berat Badan
Gambar 5 Sikap gizi kelompok intervensi berdasarkan pilar PGS pada pre test ( ), post test 1 ( ), dan post test 2 ( ) Hasil pre test pada kelompok kontrol menunjukkan pernyataan yang dapat dijawab benar oleh seluruh contoh dan pernyataan yang tidak dapat dijawab dengan benar oleh sebagian besar contoh terdapat pada pernyataan yang sama dengan kelompok intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan intervensi memiliki tingkatan sikap gizi yang relatif sama sebelum diberikan intervensi. Hasil post test 1 menunjukkan peningkatan pada sebagian besar pernyataan, akan tetapi juga terdapat penurunan terutama pada pernyataan menyapu merupakan bagian dari aktifitas fisik. Hasil post test 2 menunjukkan penurunan pada sebagian besar pernyataan. Secara keseluruhan sikap gizi contoh mengalami peningkatan, akan tetapi pernyataan tentang frekuensi beraktivitas fisik dalam seminggu dan menentukan kegiatan aktifitas fisik tidak dapat dijawab dengan benar oleh sebagian besar
25
contoh pada kelompok kontrol, bahkan setelah diberikan intervensi. Pernyataan mengenai aktivitas fisik pada pengetahuan gizi kelompok kontrol juga tidak dapat dijawab dengan benar oleh sebagain besar contoh. Sejalan dengan penelitian Azizi et al. (2011) yang menunjukkan bahwa contoh dengan pengetahuan mengenai olahraga dan kebugaran yang baik juga memiliki sikap yang positif terhadap materi tersebut dan sebaliknya. Kelompok kontrol hanya diberikan pendidikan gizi melalui ceramah, sehingga informasi yang diberikan diduga tidak tersampaikan secara menyeluruh. Berdasarkan empat pilar PGS hasil sikap gizi kelompok kontrol dapat dilihat pada Gambar 6. 120
Contoh (%)
100 80 60 40 20 0 Makanan beragam
Hidup bersih dan sehat
Aktifitas fisik
Menimbang Berat Badan
Gambar 6 Sikap gizi kelompok kontrol berdasarkan pilar PGS pada pre test( ), post test 1 ( ), dan post test 2 ( ) Sikap gizi contoh dikelompokkan menjadi tiga kategori yang didapatkan dari jumlah jawaban benar dan dibuat dalam bentuk skor. Berdasarkan Khomsan (2000), skor sikap gizi contoh dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu kategori positif (≥80%), sedang (60% - 80%), dan negatif (<60%). Berikut sebaran contoh berdasarkan kategori sikap gizi (Tabel 18). Tabel 18 Sebaran cotoh berdasarkan kategori sikap gizi Pre test Post test 1 Post test 2 Sikap gizi N % n % n % Intervensi Kurang 2 4.7 0 0 2 4.7 Sedang 10 23.3 7 16.3 6 14.0 Baik 31 72.1 36 83.7 35 81.4 Total 43 100 43 100 43 100 Rata-rata 86.9 ± 11.4 91.5 ± 10.1 90.1 ± 10.9 Kategori Positif Positif Positif Kontrol Kurang 0 0 0 0 3 9.1 Sedang 11 33.3 5 15.2 7 21.2 Baik 22 66.7 28 84.8 23 69.7 Total 33 100 33 100 33 100 Rata-rata 85.6 ± 9.8 89.4 ± 9.2 86.1 ± 13.7 Kategori Positif Positif Positif
26
Hasil pre test, post test 1, dan post test 2 menunjukkan sebagian besar contoh termasuk ke dalam kategori baik. Kategori berdasarkan nilai rata-rata pada kelompok intervensi termasuk ke dalam kategori positif. Hasil tersebut menunjukkan jika kelompok intervensi memiliki sikap yang baik (sikap positif) terhadap pernyataan tentang pedoman gizi seimbang. Sebagian besar contoh sering mengakses informasi gizi, sehingga membentuk sikap gizi yang positif pada kedua kelompok contoh. Nilai rata-rata sikap gizi meningkat dari pre test ke post test 1 dan post test 2, akan tetapi terjadi penurunan nilai dari post test 1 ke post test 2. Hasil pre test pada kelompok kontrol juga menunjukkan bahwa sebagian besar contoh termasuk ke dalam kategori positif dan mengalami peningkatan nilai rata-rata pada post test 1 dan 2. Berikut selisih nilai rata-rata pre test, post test 1, dan post test 2 Tabel 19 Selisih nilai rata-rata dan uji beda sikap gizi Sikap Gizi Intervensi Kontrol Selisih (∆) p Selisih (∆) p * Pre Test – Post Test 1 4.6 0.002 3.8 0.007* * Pre Test – Post Test 2 3.2 0.016 0.5 0.387 Post Test 1 – Post Test 2 -1.4 0.242 -3.3 0.037* Keterangan: * Hasil uji Wilcoxon berbeda signifikan (p<0.05) pada kelompok sama
Hasil uji beda menunjukkan perbedaan yang signifikan untuk selisih nilai rata-rata antara pre test dengan post test 1 dan 2 pada kelompok intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi pendidikan gizi dengan ceramah dan media audiovisual meningkatkan nilai rata-rata sikap gizi yang signifikan pada kelompok intervensi dan memberikan pengaruh yang berkelanjutan terhadap sikap gizi contoh. Hasil uji beda menunjukkan selisih nilai rata-rata sikap gizi antara post test 1 dengan post test 2 tidak berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan nilai rata-rata pada kelompok intervensi dari post test 1 ke post test 2 tidak signifikan. Penurunan nilai rata-rata dapat terjadi mengingat post test 2 dilakukan 1 bulan setelah intervensi pendidikan gizi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audiovisual pada pendidikan gizi berpengaruh terhadap peningkatan sikap gizi. Walaupun seperti halnya pengetahuan gizi, sikap gizi tidak dapat bertahan dalam waktu lama, dikarenakan pemberian intervensi media video hanya dilakukan sekali. Pemberian pendidikan gizi perlu dilakukan secara berulang untuk mempertahankan ingatan jangka panjang mengenai pengetahuan serta sikap gizi yang dimiliki oleh contoh. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hedaoo & Vali (2015) menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap gizi anak sekolah dasar dapat meningkat secara signifikan setelah diberikan pendidikan gizi menggunakan media audiovisual dengan pendidikan selama lima belas hari. Hasil uji beda selisih nilai rata-rata pada kelompok kontrol menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pre test dengan post test 1 dan post test 1 dengan post test 2. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata yang signifikan dari pre test ke post test 1, dan penurunan nilai rata-rata yang juga signifikan dari post test 1 ke post test 2. Hasil ini menunjukkan bahwa intervensi pendidikan gizi berupa ceramah memberikan pengaruh terhadap sikap gizi contoh. Penelitian oleh Shariff et al. (2008) menunjukkan bahwa sikap gizi pada
27
kelompok yang diberikan intervensi gizi berupa ceramah dengan penambahan media video, buku, dan lagu meningkat lebih signifikan dibandingkan dengan kelompok yang diberikan pendidikan gizi berupa ceramah saja. Sikap gizi antara kelompok intervensi dan kontrol menunjukkan peningkatan, akan tetapi kelompok intervensi menunjukkan peningkatan nilai yang lebih tinggi. Hasil uji beda menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kontrol, baik untuk nilai maupun selisih nilai rata-rata. Perbedaan nilai dan selisih nilai rata-rata untuk sikap gizi antara kelompok intervensi dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Rata-rata nilai sikap, selisih nilai, dan hasil uji beda Sikap Gizi Intervensi Kontrol Pre test 86.9 ± 11.4 85.6 ± 9.8 Post test 1 91.5 ± 10.1 89.4 ± 9.2 Post test 2 90.1 ± 10.9 86.1 ± 13.7 Pre Test – Post Test 1 4.6 3.8 Pre Test – Post Test 2 3.2 0.5 Post Test 1 – Post Test 2 -1.4 -3.3
p 0.101 0.142 0.389 0.429 0.739 0.450
Keterangan: * Hasil uji Mann-Whitney berbeda signifikan (p<0.05) antara kelompok intervensi dengan kontrol
Hasil uji beda pre test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok dan menunjukkan nilai yang tinggi dengan kategori positif. Hal ini dikarenakan kedua kelompok memiliki tingkat sosial ekonomi yang relatif sama dan sering memperoleh akses terhadap informasi terkait gizi sebelum diberikan intervensi. Keterpaparan seseorang terhadap informasi akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap seseorang, karena informasi adalah sumber pengetahuan dan pembentuk sikap. Oleh karena itu, dapat disimpilkan bahwa contoh memiliki sikap gizi yang baik.Selisih nilai rata-rata menunjukkan peningkatan nilai pada kelompok intervensi lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol antara pre test dengan post test 1 dan 2. Penurunan nilai antara post test 1 dengan post test 2 juga menunjukkan penurunan nilai lebih sedikit pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi pendidikan gizi metode ceramah dengan penambahan media video berpengaruh terhadap peningkatan sikap gizi contoh. Sejalan dengan penelitian oleh Morgan et al. 2014 yang membuktikan bahwa penggunaan interaktif multimedia dalam pendidikan gizi di sekolah dasar dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap gizi contoh.
28
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan secara signifikan pada karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dan akses informasi gizi antara kelompok intervensi dan kontrol. Contoh berusia 10 - 11 tahun, dengan uang jajan rata-rata Rp…/ hari. Pendidikan orangtua contoh rata-rata pada tingkat diploma, ayah umumnya berprofesi sebagai pegawai swasta dan PNS sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga. Besar keluarga contoh termasuk keluarga kecil dan sedang, dan secara ekonomi keluarga termasuk dalam kategori tidak miskin. Sumber informasi gizi utama yang sering diakses oleh contoh yaitu guru, orangtua, dan buku pelajaran. Pemberian intervensi berupa pendidikan gizi dengan metode ceramah dan media audiovisual berupa video terbukti memberikan pengaruh terhadap peningkatan skor pengetahuan dan sikap gizi. Pengetahuan gizi dan sikap gizi pada pre test, post test 1, dan post test 2 menunjukkan peningkatan secara signifikan yaitu berturut-urut 74.5, 86.9, dan 82.7, serta 86.9, 91.5, dan 90.1. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa media audiovisual dapat digunakan untuk mendukung pendidikan gizi dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang pedoman gizi seimbang. Saran Penelitian ini menunjukkan jika media video dapat berpengaruh baik terhadap pengetahun gizi maupun sikap gizi, akan tetapi pemberian video yang hanya sekali kurang mampu mempertahankan memori jangka panjang. Oleh sebab itu, sebaiknya media video diberikan secara berulang dengan memperhatikan jarak waktu pemberian. Guru dan buku pelajaran sebagai sumber informasi utama yang strategis dalam memberikan informasi gizi seyogyanya dapat selalu diperbarui. Pengetahuan gizi dalam menentukkan jenis makanan beragam, contoh makanan beragam, zat gizi dalam buah dan sayur, frekuensi melakukan aktifitas fisik, menyebutkan keempat pilar PGS, dan manfaat menimbang berat badan, serta sikap gizi dalam menyatakan frekuensi beraktifitas fisik dalam seminggu dan menentukan kegiatan aktifitas fisik merupakan masalah yang masih perlu diperbaiki. Selain itu, media video, sebaiknya dibandingkan juga dengan media lainnya untuk mengetahui perbedaan efektivitas antar media terhadap pengetahuan dan sikap gizi.
29
DAFTAR PUSTAKA Ajie W, Muzaffar H, Novakofski KC. 2014. Learning trough online videos in a nutrition education intervention for middle-school students. Journal of Nutrition Education and Behaviour. 46(4): 103-104. Alvira JMF, Mouratidou T, Bammann K, Hebestreit A, Barba G, Sieri S, Reisch L, Eiben G, Hadjigeorgiou C, Kovacs E. 2012. Parental education and frequency of food consumption in European children: the IDEFICS study. Pub Health Nutr. 16(3):487-498. Amstrong AW, Idriss NZ, Kim RH. Effects of video-based, online education on behavioral and knowledge outcomes in sunscreen use: a randomized controlled trial. J Patient Education and Counseling. 83(2): 273-277 Ashaver D, Igyuve SM. 2013. The use of audio-visual materials in the teaching and learning processes in colleges of education in Benue State-Nigeria. IOSR Journal of Research & Method in Education. E-ISSN: 2320–7388,PISSN: 2320–737 1(4): 44-45. Azizi M, Aghaee N, Ebrahimi M, Ranjbar K. 2011. Nutrition knowledge, the attitude, and practices of college students. Physical Education and Sport. 9(31): 349-357. Barba G, Troiano E, Russo P, Siani A. 2006. Total fat, fat distribution and blood pressure according to eating frequency in children living in southern Italy: the ARCA project. International Journal of Obesity. 30: 1166-1167. Choi ES, Shin NR, Jung EI, Park HR, Lee HM, SongKH. 2008. A study on nutrition knowledge and dietary behavior of elementary school children in Seoul. Nutrition Research and Practice. 2(4): 308-316. Contento IR. 2011. Nutrition education: linking research, theory, and practice2nd edition. Canada (US): Jones and Bartlett Publisher. Demirozu BE, Pehlivan A, Camliguney AF. 2012. Nutrition knowledge and behaviours of children aged 8-12 who attend sport school. Procedia Social and Behavioral Sciences. 46: 4713-4717. Fitriana N. 2015. Analisis penggunaan media pada pendidikan gizi terhadap pengetahuan, sikap dan praktik kebiasaan sarapan siswa sekolah dasar. [Tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Fu ML, Cheng L, Tu SH, Pan WH. 2007. Association between unhealthful eating patterns and unfavorable overall school performance in children. Journal of the American Dietetic Association. 107: 1935-1943. Geralyn AN, Amy LM, Jayne MZ, Tina MW. 2012. The effects of nutrition education and gardening on attitudes, preferences, and knowledge of minority second to fifth graders in the rio grande valley toward fruit and vegetables. Hort Technology. 22(3): 299-304.
30
Graves K, Shannon B, Sims L, Johnson S. 2009. Nutrition knowledge and attitudes of elementary school students after receiving nutrition education. J Am Diet Assoc. 81(4): 422-7. Gunarsa S.D, Gunarsa Y.S. 2004. Psikologi praktis anak, remaja, dan keluarga, hal: 12-13. Jakarta (ID): Gunung Mulia. Hedaoo R, Vali S. 2015. Nutrition education & child health care a cognitive approach using multimedia technology. Advanced Studies in Biology, Vol. 7, 2015, no. 1, 39-48http://dx.doi.org/10.12988/asb.2015.41053. [Kemenkes] Kementrian Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID): Kementrian Kesehatan RI. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi [diktat]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Kostanjevec S, Jerman J, Koch V. 2011. The effect of nutrition education on 6th graders knowledge of nutrition in nine year primary schools in Slovenia. Eurasia Journal of Mathematics, Science, and Technology Education. 7(4): 243-252. Lytle LA, Seifert S, Greenstein J, McGovern P. 2000. How do children’s eating patterns, and food choices change over time? Results from a cohort study. Am J. Health Promot. 14(4): 222-8 Maulana HDJ. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC. Mayer RE. 2009. Multimedia learning2nd Edition. New York (US): Cambridge University Press. McCullough FS, Yoo S, Ainsworth P. 2004. Food choice, nutrition education and parental influence on British and Korean primary school children. International Journal of Consumer Studies. 28 (3): 235 - 244.
Morgan AZ, Ulrich P, Simmons KP, Gropper SS, Connell LJ, Daniels MK, Latham E, Keiley MK. 2014. Effectiveness of a multi-faceted, schoolbased health intervention program with 4th graders in Alabama. Child Youth Serv Rev. 37:46-54 Must A, Tybor DJ. 2005. Physical activity and sedentary behavior: a review of longitudinal studies of weight and adiposity in youth. International Journal of Obesity Nature Publishing Group. 29,S84–S96. Nababan SM. 2013. Pendapatan dan jumlah tanggungan pengaruhnya terhadap pola konsumsi pns dosen dan tenaga kependididkan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal EMBA 1(4): 2303 – 1174. Napsiah. 2012. Pengaruh uang saku terhadap hasil belajar siswa di SMP assyassyukriyah Cipondoh Kota Tangerang [Skripsi]. Tangerang (ID): Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang. Noh JW, Kim Ye, Oh IH, Kwon YD. 2014. Influences of socioeconomic factor on childhood and adolescent overweight by gender in Korea: cross-sectional
31
analysis of nationally representative sample. BMC Pub Health. 14:324330. Nuryanto, Pranomo A, Puruhita N, Muis SF. 2014. Pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan dan sikap tentang gizianak Sekolah Dasar. Jurnal Gizi Indonesia Vol. 3, No. 1, Desember 2014: 121–125. Perera T, Frei S, Frei B, Wong SS, Bobe G. 2015. Improving nutrition education in U.S. elementary schools: challenges and opportunities. Journal of Education and Practice. 6(30): 2222-1735 Reskia S, Herlina, Zulnuraini. 2014. Pengaruh tingkat pendidikan orangtua terhadap prestasi belajar siswa di SDN Inpres 1 Birobuli. Elementary School of Education E-Journal. 2(2): 82-93. Rosario R, Araujo A, Oliviera B, Padrao P, Lopes O, Teixeira V, Moreira A,Barros R, Pereira B, Moreira P. 2013. Impact of an intervention throughteachers to prevent consumption of low nutrition, energy-dense foods and beverages: a randomized trial. Prev Med. 57:20-25. Rowlands AV, Ingledew DK, Eston RG. 2000. The effect of type of physical activity measure on the relationship between body fatness and habitual physical activity in children: a metaanalysis. Ann Hum Biol 27: 479–497. Sabatina N. 2014. Pengaruh pendidikan gizi terhadap perubahan pengetahuan gizi dan prilaku konsumsi pada siswa sekolah dasar[Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Saloso I. 2011. Pengaruh penggunaan media lagu anak-anak dan kartu bergambar serta tingkat penerimaannya dalam pendidkan gizi terkait pugs dan phbs terhadap pengetahuan gizi anak usia sekolah dasar negri di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Shariff ZM, Bukhari SS, Othman N, Hashim N, Ismail M, Jamil Z, Kasim SM, Paim L, Samah BA, Hussein ZA. Nutrition education intervension improves nutrition knowledge, attitude, and practices of primary school children: pilot study. International Electronic Journal of Health Education. 11: 119-132 Suparno P, Rohandi R, Sukadi G, Kartono St. 2002. Reformasi pendidikan: sebuah reformasi. Yogyakarta (ID): Kanisius. Ulyana SR. 2015. Pengaruh Pendidikan Gizi dengan Media Audiovisual terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Konsumsi Buah dan Sayur pada Anak Usia Sekolah Dasar. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. [Skripsi] Vardanjani AE, Reisi M, Javadzade H, Pour ZG, Tavassoli E. 2015. The effect of nutrition education on knowledge, attitude, and performance about junk food consumption among students of female primary schools. Journal of Education and Health Promotion. 4(53): 1-5.
32
White H, Sabarwal S. 2014. Quasi-experimental Design and Methods, Methodological Briefs: Impact Evaluation 8. Florence (IT): UNICEF Office of Research. Yu S, Ostrosky MM, Fowler SA. 2011. Children’s friendship development: a comparative study. J Early Childhood Research and Practice. 13(1): 1-21.
33
LAMPIRAN
Gambar 1 Pemutaran video
Gambar 2 Kegiatan ceramah kelompok intervensi
Gambar 3 Kegiatan ceramah kelompok kontrol
Gambar 4 Pengisian Kuesioner
Gambar 5 Kegiatan diskusi dan tanya jawab