PENGETAHUAN GIZI DAN PENGETAHUAN TENTANG MASALAH GIZI STUNTING PADA SISWA SMAN 3 BOGOR
TITIS SUSILOYANTI AGUMELAR
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan gizi dan Pengetahuan Tentang Masalah Gizi Stunting pada Siswa SMAN 3 Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014 Titis Susiloyanti Agumelar NIM I14124035
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama terkait
ABSTRAK TITIS SUSILOYANTI AGUMELAR. Pengetahuan gizi dan Pengetahuan Tentang Masalah Gizi Stunting pada Siswa SMAN 3 Bogor. Dibimbing oleh FAISAL ANWAR. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengetahuan gizi dan pengetahuan tentang masalah gizi stunting pada siswa SMA 3 Bogor kelas X dan XI yang berusia 14-16 tahun. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan subjek sebanyak 90 orang terdiri dari 45 orang laki-laki dan 45 orang perempuan. Tempat dan subjek penelitian dipilih secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki pengetahuan gizi baik (68.9%), sikap gizi positif (57.8%), perilaku gizi sedang (85.6%) dan pengetahuan tentang masalah gizi stunting kurang (64.4%). Hasil uji menunjukkan adanya hubungan siginifikan (p<0.05) antara keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler dan prestasi belajar jurusan IPA dengan pengetahuan gizi serta adanya hubungan signifikan (p<0.05) antara pengetahuan gizi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting. Uji beda menunjukkan adanya perbedaan siginifikan (p>0.05) pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah stunting antara tingkatan kelas subjek namun tidak terdapat perbedaan siginifikan (p>0.05) pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah stunting antara subjek laki-laki dan perempuan. Kata kunci: pengetahuan gizi, pengetahuan masalah gizi stunting
ABSTRACT TITIS SUSILOYANTI AGUMELAR. Nutrition and Stunting Problem Knowledge of Students 3 High School Bogor. Supervised by FAISAL ANWAR This research aimed to analyze the nutritional knowledge and knowledge of stunting nutritional problems in 3 high school students of class X and XI Bogor aged 14-16 years. Design used for this study was a cross-sectional with 90 subject consisted of 45 boys and 45 girls. Places, and subjects were selected purposively. The results showed that majority of subject had good nutritional knowledge(68.9%), positive nutrition attitude (57.8%), moderate nutritional behavior (85.6%) and knowledge of stunting nutritional problems less (64.4%). The test results showed a significant relationship (p<0.05) between extracurricular activity participation and achievement of learning science majors with a knowledge of nutrition as well as a significant correlation (p<0.05) between nutritional knowledge with knowledge of stunting nutritional problems. Difference test showed a significant differences (p<0.05) nutrition knowledge, nutrition attitudes, behavior nutritional and knowledge of stunting Nutritional Problems among grade level but no significant difference (p>0.05), nutrition knowledge, nutrition attitudes, behavior and knowledge of the nutritional problems of stunting among the subject of boys and girls. Keywords: nutrition knowledge, knowledge of stunting nutrition problems
PENGETAHUAN GIZI DAN PENGETAHUAN TENTANG MASALAH GIZI STUNTING PADA SISWA SMAN 3 BOGOR
TITIS SUSILOYANTI AGUMELAR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi: Pengetahuan gizi dan Pengetahuan Tentang Masalah Gizi Stunting pada Siswa SMA N 3 Bogor Nama : Titis Susiloyanti Agumelar NIM : I14124035
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah berjudul “Pengetahuan Gizi dan Pengetahuan Tentang Masalah Gizi Stunting pada Siswa SMAN 3 Bogor” dapat diselesaikan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan serta saran selama penyusunan karya ilmiah ini, serta Ibu Dr Ir Cecilia Meti Dwiriani, M.Sc selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah banyak memberi saran. Terima kasih kepada Kepala Sekolah dan Bapak Nanang selaku Humas SMA Negeri 3 Bogor yang telah memberikan izin penelitian dan membantu kelancaran pengambilan data di sekolah tersebut. Terima kasih yang teramat tulus terutama kepada Bapak, Ibu dan seluruh keluarga atas segala doa, kasih sayang, dukungan dan semangat yang tak henti diberikan untuk penulis. Terima kasih kepada adik-adik SMA Negeri 3 Bogor. Terima kasih kepada teman diskusi paling setia Wahyudin, teman-teman “Hebat” (Irma, Astri, Cicit, Kak Nida, Mba Liris, Kak fajar, Geng Infotainment: Reren, Sefi, Hening, Sari) dan teman pengumpulan data (Kak Dila, Kak Tita, Teh Pina, Kak Ipah) atas perhatian, semangat dan doa yang diberikan. Terima kasih juga kepada teman-teman alih jenis angkatan 6 (Nutrigenomic) dan teman-teman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014 Titis Susiloyanti Agumelar
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
6
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
6
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
7
Pengolahan dan Analisis Data
8
Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN
12 13
Gambaran Umum SMAN 3 Bogor
13
Karakteristik Keluarga
13
Karakteristik Subjek
16
Sumber Informasi
20
Pengetahuan Gizi
21
Sikap Gizi
24
Perilaku Gizi
26
Pengetahuan Masalah Gizi Stunting
29
Hubungan antar Variabel
31
SIMPULAN DAN SARAN
36
DAFTAR PUSTAKA
37
LAMPIRAN
41
RIWAYAT HIDUP
56
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Variabel dan cara pengumpulan data primer dan sekunder Pengkategorian variabel penelitian karakteristik keluarga Pengkategorian variabel penelitian karakteristik subjek Pengkategorian variabel penelitian Sebaran subjek berdasarkan karakteristik keluarga Sebaran subjek berdasarkan usia Sebaran subjek berdasarkan keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi Sebaran subjek berdasarkan keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler Sebaran subjek berdasarkan jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti Sebaran subjek berdasarkan prestasi belajar Sebaran subjek berdasarkan sumber informasi Sebaran pertanyaan pengetahuan gizi yang dijawab benar oleh subjek berdasarkan jenis kelamin Sebaran pengetahuan gizi subjek berdasarkan jenis kelamin Sebaran pengetahuan gizi subjek berdasarkan tingkatan kelas Sebaran pernyataan sikap gizi yang dijawab benar oleh subjek sesuai jenis pernyataan Sebaran sikap gizi subjek berdasarkan jenis kelamin Sebaran sikap gizi subjek berdasarkan tingkatan kelas Sebaran pertanyaan tentang perilaku gizi yang dijawab benar subjek berdasarkan jenis kelamin Sebaran perilaku subjek berdasarkan jenis kelamin Sebaran perilaku subjek berdasarkan tingkatan kelas Sebaran pertanyaan pengetahuan tentang masalah stunting yang dijawab benar subjek berdasarkan jenis kelamin Sebaran pengetahuan tentang stunting berdasarkan jenis kelamin Sebaran pengetahuan tentang stunting berdasarkan tingkatan kelas Hubungan karakteristik subjek dan sumber informasi dengan pengetahuan gizi Hubungan karakteristik subjek dan sumber informasi dengan sikap gizi Hubungan karakteristik subjek dan sumber informasi dengan perilaku gizi Hubungan karakteristik subjek dan sumber informasi dengan pengetahuan tentang masalah stunting Hubungan pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dengan pengetahaun masalah stunting
8 9 10 12 14 16 17 18 19 20 21 22 22 23 24 25 26 26 27 28 29 30 31 31 33 34 35 36
DAFTAR GAMBAR 1 2
Bagan Kerangka Pemikiran Proses penarikan subjek
5 7
DAFTAR LAMPIRAN 1
Kuesioner Penelitian
41
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Saat ini negara berkembang dihadapkan pada masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang yang berakibat tidak optimalnya pertumbuhan dan kecerdasan dan masalah gizi lebih yang berakibat timbulnya penyakit degeneratif (Devi 2010). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kekurangan gizi pada masa-masa emas akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki. Kurangnya gizi pada masa penting tersebut dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan otak yang juga berdampak pada rendahnya kecerdasan, kemampuan belajar, kreativitas dan produktivitas anak (Syarief et al. 2007). Stunting merupakan kondisi yang menunjukkan tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2SD, nilai di bawah -3SD menunjukkan kondisi yang parah (Gibney et al. 2009). Indikator tinggi badan menurut usia (TB/U) menggambarkan status gizi yang bersifat kronis yang muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, sering menderita penyakit secara berulang karena higiene dan sanitasi yang kurang baik (Riskesdas 2007). Pola data status gizi stunting (TB/U) berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, 2010 dan 2013 berturut-turut sebesar 36.8%, 35.6% dan 37.2%. Pada Riskesdas (2013) masalah kesehatan masyarakat (stunting) dianggap berat bila prevalensinya sebesar 30-39% dan serius bila prevalensinya ≥40%. Pola kejadian stunting dari tahun 2007 hingga 2013 masih termasuk dalam kategori berat yang harus diselesaikan. Remaja pada umumnya dimulai dari usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoadmodjo 2007). Masa remaja adalah masa transisi fase kehidupan dari anak menjadi dewasa, dimana periode percepatan pertumbuhan dengan peningkatan pesat mulai dari peningkatan tinggi badan, berat badan, psikologis dan kematangan seksual. Kebutuhan gizi remaja meningkat sesuai dengan pertumbuhan, kebutuhan gizi remaja sampai dengan 50% dari berat badan dan massa tulang serta lebih dari 20% dari tinggi badan remaja (Spear 2002 dalam Rao et al. 2007). Menurut Hurlock (1999) hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya. Sedangkan ukuran tubuh, usia dan status kesehatan merupakan faktor penting yang mempengaruhi status bayi yang akan dilahirkannya (Senderowitz 1995). Menurut Shrimptom et al. (2001), peningkatan status gizi remaja putri sebelum kehamilan sampai memiliki anak berusia dua tahun memerlukan biaya lebih kecil dibandingkan jika sudah terjadi kerusakan seperti pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan pembentukan modal manusia. Menurut Baskharam (2001) dalam Rao (2007) gangguan defisiensi mikronutrien pada remaja memberikan dampak pada masa yang akan datang seperti terjadi retardasi pertumbuhan, penyakit dan gangguan fungsi reproduksi, kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan melahirkan anak BBLR. Apabila tidak ada perbaikan, terjadinya BBLR akan terus berlangsung di generasi selanjutnya, sehingga terjadi masalah anak pendek intergenerasi (Indonesia 2012). Pada usia remaja terdapat kecenderungan untuk menikah usia muda, baik yang
2 direncanakan maupun tidak direncanakan menyebabkan persiapan menikah sebagai tugas perkembangan yang paling penting pada masa remaja. Remaja khususunya remaja putri merupakan generasi yang akan menjadi calon ibu, kesiapan pengetahuan terhadap tumbuh kembang balita sangat diperlukan bagi seorang calon ibu karena seorang calon ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik akan mempengaruhi sikap dan tindakan sehingga dimasa yang akan datang dapat menghasilkan tumbuh-kembang balita yang baik pula, khususnya pada periode usia tiga tahun pertama, karena kurun usia tersebut merupakan periode pertumbuhan otak yang cepat. Mempersiapkan remaja sebagai calon ibu yang terdidik pada saatnya menjadi seorang ibu, dapat memberikan dampak baik pada perkembangan emosi, intelektual dan kognitif anaknya (Nedra et al. 2006). Remaja putra juga memiliki peran tersendiri sebagai calon ayah. Remaja putra nantinya dapat ikut menunjang istrinya untuk melakukan kegiatan yang mampu mencegah permasalahan gizi dikeluarganya. Sebagai calon seorang ayah apabila memiliki pengetahuan tentang gizi maka akan nantinya dapat memberikan dukungan baik moril maupun materil pada istri dan anaknya untuk hidup lebih sehat. Siswa SMA merupakan remaja yang merupakan sumber daya yang akan mampu meningkatkan status gizi keturunananya di masa yang akan datang apabila memiliki pengetahuan yang baik. SMAN 3 Bogor merupakan salah satu sekolah unggulan di Kota Bogor dengan prestasi akademik dan non akademik yang telah banyak dicapai sekolah tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengetahuan gizi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting pada siswa SMAN 3 Bogor.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah gizi stunting? 2. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik subjek dan sumber informasi dengan pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah gizi stunting? 3. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan gizi, sikap gizi dan perilaku gizi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting? 4. Apakah terdapat perbedaan pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan masalah gizi stunting antar laki-laki dan perempuan. 5. Apakah terdapat perbedaan pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan masalah gizi stunting antar kelas pada subjek?
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengkaji pengetahuan, sikap, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah gizi stunting pada remaja.
3 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik keluarga subjek serta karakteristik subjek. 2. Mengidentifikasi sumber informasi (media massa dan sumber daya manusia). 3. Mengidentifikasi pengetahuan, sikap, perilaku gizi dan pengetahuan stunting subjek. 4. Menganalisis hubungan karakteristik subjek, sumber informasi dengan pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah gizi stunting serta menganalisis hubungan pengetahuan gizi, sikap gizi, dan perilaku gizi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting. 5. Menganalisis perbedaan pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah gizi stunting antar jenis kelamin dan antar kelas subjek.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan pengetahuan gizi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting pada remaja putra dan putri. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan remaja mengenai hal-hal yang berkaitan dengan gizi. Persiapan sebelum menjadi ibu atau ayah yang pada akhirnya akan memberikan efek jangka panjang terhadap status gizi generasi yang dihasilkan oleh remaja tersebut dan menambah wawasan tentang masalah gizi yang terjadi terutama masalah gizi berdasarkan TB/U (stunting).
KERANGKA PEMIKIRAN Gizi sangat penting untuk pertumbuhan, perkembangan, aktivitas dan daya tahan tubuh termasuk bagi anak-anak. Status gizi berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/U), menunjukkan kondisi masa lampau yang dapat berdampak pada kondisi saat ini. Masalah gizi yang terjadi di Indonesia khususnya stunting perlu mendapat perhatian yang sangat serius karena masalah stunting masih dalam prevalensi yang tinggi. Stunting merupakan kondisi dimana seorang anak memiliki tinggi badan menurut umur yang kurang dari -2SD. Stunting yang terjadi pada anak dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan serta perkembangan otak yang tidak optimal. Selain itu anak stunting dapat memiliki keterbatasan dalam melaukan aktivitas fisiknya. Salah satu penyebab timbulnya masalah gizi stunting ini adalah karena masih adanya ketidakpedulian remaja terhadap gizi remaja sendiri serta masalah gizi yang terjadi. Pengetahuan gizi remaja tentang kesehatan serta masalah gizi khususnya stunting diperlukan agar memutus rantai intergenerasi stunting dimasa yang akan datang. Pengetahuan gizi dan kesehatan yang diperlukan oleh remaja meliputi beberapa aspek yaitu pengetahuan tentang fungsi zat gizi, sumber zat gizi dan pengetahuan masalah gizi yang terjadi. Pengetahuan yang baik dari seorang remaja diharapkan dapat membentuk suatu sikap gizi yang baik sehingga menjadi
4 baik pula perilaku gizi remaja tersebut. Apabila pengetahuan, sikap dan perilaku gizi dari remaja sudah baik diduga dapat berpengaruh juga terhadap pengetahuan tentang masalah gizi ataupun sebaliknya. Peran keluarga, sumber informasi dan keikutsertaan kegiatan seminar tentang gizi dan kesehatan dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap serta perilaku dari remaja. Saat ini banyak gerakan sadar gizi yang terus mencoba memberikan informasi pada remaja tentang gizi dan permasalahannya. Remaja merupakan sumber daya yang memiliki kapasitas untuk menerima informasi dan mampu menciptakan generasi penerus yang memiliki status gizi baik dimasa yang akan datang. Remaja yang memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku gizi dan kesehatan diharapkan mempunyai kesiapan menjadi ibu dan ayah selain itu pengetahuan tentang masalah gizi stunting yang baik dapat membantu memutus rantai permasalahan gizi khususnya stunting pada generasi yang akan dihasilkan di masa depan.
5
Karakteristik Keluarga: - Besar keluarga - Pendidikan orang tua - Pekerjaan orang tua - Pendapatan orang tua
Karakteristik Subjek: - Usia - Jenis kelamin - Pestasi belajar - Keikutsertaan ekstrakurikuler - Keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan
Pengetahuan gizi
Sumber Informasi: - Media massa - Sumber daya manusia
Pengetahuan tentang Stunting
Sikap gizi
Perilaku gizi
Status gizi anak
Keterangan Gambar : : Variabel diteliti : Variabel tidak diteliti : Hubungan diteliti : Hubungan tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian pengetahuan gizi dan pengetahuan stunting pada siswa SMAN 3 Bogor
6
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menggunakan desain cross-sectional study atau metode survei yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan karakteristik dari subjek dan hubungan antar variabel. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Bogor. Pemilihan SMAN ini dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa SMAN 3 Bogor termasuk sekolah unggulan dan favorit di Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April – Mei 2014.
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek Unit analisis dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI dari SMA Negeri 3 Bogor yang terpilih dan bersedia menjadi subjek penelitian. Pemilihan subjek dilakukan pada kelas yang sedang tidak ada guru dikelas atau sedang istirahat agar tidak mengganggu proses belajar mengajar. Penentuan jumlah subjek minimal didasarkan pada rumus perhitungan Slovin (Siregar 2011) yaitu sebagai berikut: 𝑛𝑛 =
𝑁𝑁 (1 + 𝑁𝑁𝑁𝑁 2 )
Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi D = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih di tafsir atau diinginkan (diambil 10%). Populasi pada penelitian ini sebanyak 600 orang siswa kelas X dan XI SMA Negeri 3 Bogor. Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Slovin didapatkan subjek penelitian sebanyak 90 orang yang kemudian dikondisikan berdasarkan jenis kelamin serta kelas yaitu 45 orang laki-laki dan 45 orang perempuan serta 45 orang kelas X dan 45 orang kelas XI. Sebelum penarikan subjek penelitian, peneliti memiliki data absensi siswa kelas X dan XI. Siswa kelas X memiliki 8 kelas keseluruhan yang terdiri dari 7 kelas MIPA dan 1 kelas sosial. Siswa kelas XI memiliki 8 kelas yang terdiri dari 6 kelas IPA dan 2 kelas IPS. Di setiap kelas X dan XI terdiri dari + 40 orang siswa, masing-masing kelas dipilih secara acak dengan memperhatikan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 4 sampai 6 orang sebagai subjek penelitian yang kemudian diberikan kuesioner. Proses penarikan subjek penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
7 Kelas X &XI (N=600)
90 orang
45 orang
MIPA1= 4 orang (1lk,3pr)* MIPA2= 6 orang (3lk, 3pr) * MIPA3= 6 orang (3lk, 3pr) * MIPA4= 6 orang (3lk, 3pr) * MIPA5= 6 orang(3lk, 3pr) * MIPA6= 5 orang(3lk, 2pr) * MIPA7= 6 orang(3lk, 3pr) * Sosial= 6 orang(3lk, 3pr) *
45 orang
IPA1= 6 orang (3lk, 3pr) * IPA2= 5 orang (3lk, 2pr) * IPA3= 6 orang (3lk, 3pr) * IPA4= 6 orang (3lk, 3pr) * IPA5= 6 orang (3lk, 3pr) * IPA6= 5 orang (3lk, 2pr) * IPS 1= 6 orang (3lk, 3pr) * IPS 2= 5 orang (2lk, 3pr) *
nb: * lk= laki-laki, pr= perempuan
Gambar 2 Proses penarikan subjek
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan alat bantu kuesioner yang diisi setelah mendapat penjelasan dari peneliti. Jenis data primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik subjek (usia, jenis kelamin, keikutsertaan penyuluhan/seminar, keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler, prestasi belajar), karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua), sumber informasi (media massa dan sumber daya manusia), pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku terkait gizi serta pengetahuan tentang stunting. Data sekunder yang dapat mendukung penelitian ini diperoleh dari pihak sekolah meliputi profil sekolah, jumlah siswa, prestasi belajar siswa. Cara pengumpulan data secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.
8
No 1
2
Tabel 1 Variabel dan cara pengumpulan data primer dan sekunder Variabel Cara Pengumpulan Data Karakteristik subjek - Usia - Pengisian kuesioner oleh siswa - Jenis kelamin - Keikutsertaan seminar/penyuluhan terkait gizi dan kesehatan - Keikutseraan kegiatan ekstrakurikuler - Buku rapor - Prestasi belajar Karakteristik keluarga - Besar keluarga - Pendidikan orang tua - Pekerjaan orang tua - Pendapatan orang tua
- Pengisian kuesioner siswa dan orang tua dirumah
3
Sumber informasi
- Pengisian kuesioner oleh siswa
4
Pengetahuan gizi
- Pengisian kuesioner oleh siswa
5
Sikap gizi
- Pengisian kuesioner oleh siswa
6
Perilaku konsumsi
- Pengisian kuesioner oleh siswa
7
Pengetahuan tentang stunting
- Pengisian kuesioner oleh siswa
8
Data sekolah - Lokasi - Jumlah guru dan siswa - Sarana dan prasarana
- Wawancara dengan pihak sekolah
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dimulai dari editing, coding, entry, dan cleaning dan analisis data. Proses editing adalah pemeriksaan seluruh isi kuesioner setelah data terkumpul. Coding adalah pemberian angka atau kode terhadap jawaban-jawaban pertanyaan dalam kuesioner. Coding dilakukan sebagai panduan entry dan pengolahan data. Entry adalah memasukkan data jawaban kuesioner sesuai kode untuk masig-masing variabel. Cleaning yaitu melakukan pengecekan terhadap isian data yang tidak sesuai dengan jawaban kuesioner atau jawaban diluar kewajaran. Cleaning ini dugunakan untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data. Selanjutnya, data yang sudah benar kemudian diolah dan dianalisis menggunakan program komputer Microsoft Excell 2007 dan SPSS versi 16.0 for windows. Perbedaan data jenis kelamin laki-laki dan perempuan dianalisis dengan uji beda Mann Whitney sedangkan hubungan antar variabel dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Karakteristik keluarga dan subjek dianalisis secara deskriptif. Karakteristik keluarga adalah besar keluarga, pendidikan orang
9 tua, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua. Besar keluarga subjek diketahui dengan menanyakan kepada subjek menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan berdasarkan Hurlock (1999) menjadi beberapa kriteria yaitu keluarga kecil <4 orang, keluarga sedang 5-6 orang dan keluarga besar >7 orang. Pendidikan ibu dan ayah dibagi menjadi lima kategori yaitu 1)SD, 2)SMP/sederajat, 3)SMA/sederajat, 4)Perguruan Tinggi. Pekerjaan ayah dan ibu dibagi menjadi empat kategori 1) tidak bekerja/IRT, 2) wiraswasta , 3) PNS, 4) pegawai swasta. Pendapatan orang tua merupakan pendapatan yang diperoleh dari ayah atau ibu saja dan bisa juga gabungan dari pendapatan ayah dan ibu apabila ibu bekerja. Berdasarkan data yang didapat pendapatan orang tua dibagi menjadi 3 kategori yaitu 1) pendapatan tinggi > Rp.4.000.000, 2) pendapatan cukup Rp. 2.500.000 – 4.000.000, 3) pendapatan rendah
No 1.
Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian karakteristik keluarga Variabel Kategori Besar Keluarga 1. Keluarga kecil (≤ 4 orang) 2. Keluarga sedang (5-6 orang) 3. Keluarga besar (≥ 7 orang)
2.
Pendidikan orang tua
1. 2. 3. 4.
Tamat SD atau sederajat Tamat SMP atau sederajat Tamat SMA atau sederajat Tamat akademi/PT
3.
Pekerjaan ayah
1. 2. 3. 4.
Tidak bekerja Wiraswata PNS Pegawai swasta
4.
Pekerjaan ibu
1. 2. 3. 4.
Ibu rumah tangga Wiraswata PNS Pegawai swasta
5.
Pendapatan keluarga
1. Pendapatan tinggi (> Rp. 4.000.000) 2. Pendapatan cukup (Rp.2.500.000Rp.4.000.000) 3. Pendapatan rendah
Data karakteristik subjek meliputi usia, prestasi belajar, keikutsertaan penyuluhan/seminar gizi dan kesehatan, keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler. Data usia, jenis kelamin, keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler diperoleh dengan melakukan pengisian kuesioner oleh subjek. Kategori jenis kelamin dibedakan menjadi dua yaitu jenis kelamin lakilaki dan perempuan. Data keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan didapat dengan subjek diminta memilih pernah mengikuti seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan atau tidak. Jika jawaban subjek adalah ya (pernah), maka subjek diminta menyebutkan seminar/penyuluhan yang pernah diikuti dan berapa
10 kali mengikuti seminar/penyuluhan tersebut. Berdasarkan data, keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan dikategorikan menjadi tiga yaitu 1) tidak pernah mengikuti, 2) 1-2 kali, 3) >2 kali. Data keikutsertaan ekstakurikuler juga didapat dengan meminta subjek menuliskan ekstrakurikuler yang diikuti. Berdasarkan data, keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler dikategorikan menjadi empat yaitu 1) tidak mengikuti, 2) 1 kegiatan, 2) 2 kegiatan dan 3) 3 kegiatan. Data prestasi belajar diperoleh dengan melihat nilai rapor dan wawancara dengan subjek secara langsung. Prestasi belajar adalah nilai rapor subjek pada setiap mata pelajaran yang diikutsertakan pada Ujian Nasional sesuai jurusan Nilai rapor subjek kelas X adalah nilai semester 1 dan kelas XI adalah nilai semester 1 hingga 3 yang dirata-rata. Mata pelajaran yang termasuk dalam jurusan IPA yaitu matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, biologi, fisika dan kimia. Sedangkan mata pelajarann yang termasuk dalam jurusan IPS yaitu matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, sosiologi, geografi dan ekonomi. Nilai enam mata pelajaran sesuai jurusan tersebut dijumlah dan dirata-ratakan lalu dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu sangat baik dan baik. Dikatakan sangat baik apabila subjek mendapatkan skor kumulatif > 3.33 dan baik apabila skor < 3.33. Cut off point prestasi belajar ini mengacu pada standar yang dimiliki oleh SMA Negeri 3 Bogor.
No 1.
Tabel 3 Pengkategorian variabel penelitian karakteristik subjek Variabel Kategori Usia 14- 17 tahun
2.
Jenis kelamin
3.
Keikutsertaan seminar/penyuluhan 1. Tidak pernah mengikuti terkait gizi dan kesehatan 2. 1-2 kali 3. >2 kali
4.
Keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler
1. Tidak ikut 2. 1 kegiatan 3. 2 kegiatan 4. 3 kegiatan
5.
Prestasi belajar
1. Sangat baik (skor >3.33) 2. Baik (skor < 3.33)
1. Laki-laki 2. Perempuan
Analisis deskriptif pada penelitian ini juga dilakukan pada variabel sumber informasi, pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah gizi stunting. Pengkategorian mengenai pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah gizi stunting dapat dilihat pada Tabel 4. Data sumber informasi dibedakan mejadi media massa dan sumber daya manusia. Media massa terdiri dari televise, radio, internet, Koran/majalah, brosur/leaflet dan poster. Sedangkan sumber daya manusia seperti sekolah/guru, orang tua, teman dan kesioner penelitian. Data pengetahuan gizi didapat dengan memberikan 20 pertanyaan. Setiap jawaban yang benar diberikan skor 1 dan skor 0 apabila jawaban salah. Selanjutnya dijumlahkan keseluruhan nilai yang
11 diperoleh dari setiap jawaban dan dikalikan dengan lima sehingga total nilai apabila menjawab semua pertanyaan dengan benar adalah 100. Berdasarkan Khomsan (2000) pengetahuan gizi dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu pengetahuan baik skor >80, pengetahuan sedang skor 60-80 dan pengetahuan kurang skor <60. Sikap dapat diukur dengan suatu alat yang dinamakan skala sikap. Skala sikap ini berisi pernyataan-pernyataan terpilih yang diberikan pada responden. Pada setiap pernyataan responden diberikan skor sesuai dengan kategori pernyataannya positif atau negatif (Azwar 2010). Terdapat 20 pernyataan dengan proporsi 10 pernyaatan positif dan 10 negatif. Pilihan jawaban untuk sikap terdiri dari empat pilihan yaitu STS (sangat tidak setuju), TS (tidak setuju), S (setuju) dan SS (sangat setuju). Suatu pernyataan yang bersifat positif maka jawaban STS diberi nilai 1, jawaban TS diberi nilai2, jawaban S diberi nilai 3 dan jawabn SS diberi nilai 4, begitu juga sebaliknya untuk pernyataan negatif STS diberi nilai 4, jawaban TS diberi nilai 3, jawaban S diberi nilai 2 dan jawabn SS diberi nilai 1 (Azwar 2010). Skor masing-masing pernyataannya dijumlahkan lalu ditambah dengan skor 20 hingga nilai maksimal skor adalah 100. Data sikap gizi dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu sikap positif (baik) > median data (83.0) dan negatif (tidak baik) < median data (83.0). Selanjutnya data perilaku gizi, terdapat dua puluh pertanyaan perilaku gizi pada penelitian ini. Sepuluh pertanyaan adalah pertanyaan dengan jawaban ya, kadang-kadang dan tidak. Sepuluh pertanyaan lainnya berupa pertanyaan terbuka yang harus diisi subjek sesuai dengan kebiasaan atau perilakunya sehari-hari. Pertanyaan terbuka dimaksudkan untuk mencocokkan jawaban padapertanyaan pilihan yang diberikan sebelumnya. Jawaban ya dan uraian benar mendapat nilai 3, jawaban kadang-kadang dan uraian benar diberi nilai 2, jawaban tidak atau memilih ya/kadang-kadang dengan uraian salah diberi nilai 1. Data perilaku gizi berdasarkan Slamet (1993) dalam Jayanti (2011) dibedakan menjadi tiga kategori yaitu 1)Perilaku baik (total skor 24-30), 2)Perilaku sedang (total skor 17-23), 3)Perilaku rendah (total skor 10-16). Pengetahuan tentang masalah stunting dengan menggunakan kuesioner yang berupa multiple choice. Terdapat dua puluh pertanyaan yang diberikan pada subjek untuk mengetahui pengetahuan subjek tentang masalah stunting. Skor 1 diberikan untuk jawaban yang benar dan skor 0 untuk jawaban yang salah. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baik pengetahuan subjek tentang masalah stunting. Data pengetahuan tentang masalah giz stunting berdasarkan Khomsan (2000) dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu pengetahuan baik skor >80, pengetahuan sedang skor 60-80 dan pengetahuan kurang skor <60. Uji beda menggunakan uji Mann Whitney untuk menguji perbedaan variabel pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah gizi stunting antara subjek laki-laki dan perempuan dan tingkatan kelas. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik subjek dengan pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan tentang masalah stunting. Uji korelasi Spearman digunakan juga untuk mengetahui hubugan antara pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting. Uji Chi-Square digunakan untuk mengetahui hubungan sumber informasi dengan pengetahuan gizi, sikap gizi dan perilaku gizi.
12 Tabel 4 Pengkategorian variabel penelitian No 1.
Variabel Sumber informasi
2.
Pengetahuan gizi
3.
Sikap gizi
4.
Perilaku gizi
5.
Pengetahuan Stunting
Kategori 1. Sumber daya manusia 2. Media Massa 1. Baik >80% 2. Sedang 60-80% 3. Kurang <60% (Khomsan 2000) 1. Baik (Positif) >median (83.0) 2. Tidak baik (negatif)< median (83.0) (Azwar 2010) 1. Baik (total skor 24-30) 2. Sedang (total skor 17-23) 3. Rendah (total skor 10-16) (Slamet 1993) 1. Baik >80% 2. Sedang 60-80% 3. Kurang <60% (Khomsan 2000)
Definisi Operasional Subjek adalah sejumlah siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 3 Bogor Karakteristik subjek meliputi jenis kelamin, usia, keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi , keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler dan prestasi belajar Usia adalah umur subjek pada saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam tahun. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga kandung subjek beserta subjek. Pendidikan orang tua adalah pendidikan formal tertinggi yang ditempuh oleh orang tua subjek. Pekerjaan orang tua adalah mata pencaharian orang tua subjek. Pendapatan orang tua adalah jumlah penghasilan per bulan dalam bentuk uang yang didapatkan orang tua subjek dari pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan. Sumber informasi adalah asal pengetahuan subjek tentang pertanyaan di kuesioner pengetahuan gizi dan kesehatan serta pengetahuan stunting. Prestasi belajar adalah nilai rapor mata pelajaran subjek yang spesifik untuk ujian nasional sesuai jurusan kelas X dan kelas XI. Pengetahuan gizi adalah kemampuan remaja untuk menjawab pertanyaan tentang aspek yang berkaitan dengan gizi. Sikap gizi adalah tahapan lanjut dari pengetahuan gizi dan mengarah pada perilaku terkait gizi. Perilaku gizi adalah aktivitas nyata yang telah dilakukan terkait gizi. Pengetahuan tentang stunting adalah kemampuan subjek memnjawab pertanyaan tentang aspek yang berkaitan dengan masalah stunting.
13
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum SMAN 3 Bogor SMA Negeri 3 Bogor merupakan sekolah negeri unggulan di kota Bogor, didirikan tanggal 1 juli 1981 dan terletak di Jalan Pakuan nomor 4 Bogor. Sejak tahun 2002 SMA Negeri 3 Bogor telah menjadi sekolah negeri yang dipercaya Pemda Kota Bogor melalui Dinas Pendidikan Kota Bogor untuk melaksanakan program akselerasi. SMA Negeri 3 Bogor saat ini dikepalai oleh H. Fahrudi, S.Pd. Tenaga pengajar di sekolah ini terdiri dari 67 guru. Keseluruhan siswa sekolah ini berjumah 900 orang dimana jumlah siswa kelas 10 dan 11 berjumlah kurang lebih 600 siswa. Kelas 10 memiliki 7 kelas MIPA dan 1 kelas sosial yang berada di lantai satu, sedangkan kelas 11 terdiri atas 6 kelas IPA dan 2 kelas IPS di lantai dua sekolah ini. Kegiatan belajar mengajar dimulai dari hari senin hingga sabtu. Waktu belajar mengajar di SMA Negeri 3 Bogor dimulai dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Sekolah ini memiliki ruang kepala sekolah dan ruang tata usaha di lantai satu lalu ruang guru dan ruang kelas di lantai 2. Sekolah ini juga dilengkapi dengan ruangan penunjang seperti perpustakaan, laboratorium IPA, laboratorium komputer, mushola, kantin dan kamar mandi. Pada sekolah ini terdapat lapangan yang cukup luas untuk menunjang para siswa dalam melaksanakan kegiatan olahraga dan ekstrakurikuler. Setelah pulang sekolah para siswa biasa melakukan kegiatan ekstrakurikuler. Visi sekolah ini yaitu SMA Negeri 3 Bogor menjadi yang terbaik dan mampu berkompetensi di dunia Internasional. Sedangkan Misi sekolah adalah membentuk manusia Indonesia menjadi warga Negara yang baik dan mampu bersaing di forum Internasional. Sekolah ini merupakan sekolah dengan progam yang tidak hanya mengedepankan akademik tapi juga non akademik. Sekolah ini disamping memiliki kelas IPA dan IPS juga memiliki kelas akselerasi. Ekstrakurikuler dan OSIS di sekolah ini berjalan dengan baik tanpa mengganggu kegiatan belajar mengajar. Prestasi sekolah juga sangat membanggakan baik dalam bidang akademis dan non akademis. Pada tahun 2011 prestasi akademis yang dicapai sekolah yaitu Olimpiade Matematika meraih mendali perunggu dan pada tahun 2013 prestasi yang dicapai dari bidang non akademis yaitu taekwondo, badminton dan nasyid.
Karakteristik Keluarga Pada penelitian ini karakteristik keluarga merupakan karakteristik orang tua dari siswa yang menjadi subjek penelitian ini. Berikut ini dibahas karakteristik keluarga subjek yang meliputi besar keluarga, pendidikan orang tua dibagi menjadi pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan orang tua juga dibagi menajdi pekerjaan ayah dan ibu serta pendapatan orang tua.
14 Tabel 5 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik keluarga Variabel Besar keluarga
n
%
Kecil (<5 orang)
1
1.1
Sedang (5-6 orang)
46
51.1
Besar (>7 orang)
43
47.8
90
100.0
Perguruan Tinggi
66
73.3
SMA/sederajat
19
21.1
SMP/ sederajat
3
3.3
SD/sederajat
2
2.2
90
100.0
Perguruan Tinggi
63
70.0
SMA/sederajat
21
23.3
SMP/ sederajat
4
4.4
SD/sederajat
2
2.2
90
100.0
Tidak bekerja
5
5.6
Wiraswasta
18
20.0
PNS
28
31.1
Pegawai swasta
39
43.3
90
100.0
Tidak bekerja
52
57.8
Wiraswasta
7
7.7
PNS
23
25.6
Pegawai swasta
8
8.9
90
100.0
Tinggi (>4.000.000)
70
77.8
Cukup (2.500.000 - 4.000.000)
14
15.6
Rendah (<2.500.000)
6
6.6
90
100.0
Total Pendidikan Ayah
Total Pendidikan Ibu
Total Pekerjaan Ayah
Total Pekerjaan Ibu
Total Pendapatan Orang Tua
Total
15 Besar Keluarga Besar keluarga merupakan gambaran keseluruhan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan terdapat pada kartu keluarga. Besar keluarga akan mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dalam keluarga. Semakin besar keluarga maka semakin kecil peluang terpenuhinya kebutuhan individu. Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa sebesar 51.1% keluarga subjek termasuk ke dalam keluarga sedang dan hanya sebesar 1.1% memiliki keluarga kecil. Keluarga berperan dalam membentuk perilaku makan remaja. Perhatian orang tua terhadap makanan yang dipilih dan dikonsumsi oleh remaja berperan dalam membentuk pola makan remaja (Brich & Fisher 1998). Pendidikan Orang Tua Salah satu sumber daya yang penting dalam mendukung pengetahuan seseorang adalah pendidikan. Orang tua sebagai media yang mampu menambah pengetahuan anak hingga membentuk perilakunya di keluarga. Menurut Rahmawati (2006) tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan dan status gizi. Umumnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pendidikan orang tua dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Orang tua yang berpendidikan akan memperhatikan serta mendorong semangat belajar anak. Semakin tinggi pengetahuan orang tua maka akan semakin banyak pula pengetahuan orang tua yang diberikan kepada anaknya (Agustina 2003). Pendidikan orang tua merupakan jenjang pendidikan formal tertinggi yang ditempuh oleh orang tua subjek. Pendidikan orang tua dibedakan antara pendidikan ayah dan ibu. Sebaran subjek berdasarkan tingkat pendidikan orang tua (ayah dan ibu) dapat dilihat pada Tabel 5 diatas. Tabel tersebut menunjukkan bahwa pendidikan ayah (73.0%) dan pendidikan ibu (70.0%) mencapai pendidikan perguruan tinggi, sedangkan hanya sebesar 2.2% ayah dan ibu memiliki pendidikan SD/sederajat. Menurut Semba et al. (2008), pendidikan ayah dan ibu merupakan penentu kuat dari kejadian stunting pada anak dalam keluarga di Indonesia dan Bangladesh. Pendidikan formal ayah dan ibu dapat menurunkan resiko stunting di Indonesia. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka akan semakin luas wawasan berpikirnya, sehingga akan lebih banyak informasi yang diserap (Andariah 2013). Selain itu, status gizi anak dapat dipengaruhi oleh pendidikan ibu, ibu yang memiliki pendidikan baik cenderung dapat menangkap informasi lebih baik sehingga perkembangan anaknya juga menjadi baik (Kristianti 2013). Pendidikan orang tua subjek yang tinggi juga dapat menunjukkan akses pendidikan yang sudah terjangkau. Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan orang tua terdiri dari pekerjaan ayah dan ibu. pada penelitian ini pekerjaan orang tua dikategorikan menjadi tidak bekerja/ibu rumah tangga, wiraswasta, PNS dan pegawai swasta. Berdasarkan Tabel 5, ayah subjek bekerja sebagai pegawai swasta sebesar 43.3%, sedangkan ibu subjek tidak bekerja/ibu rumah tangga sebesar 57.8%. Pekerjaan orang tua dapat menunjang fasilitas pada keluarga. Orang tua yang bekerja dapat memberikan fasilitas yang lebih baik
16 untuk anak sehingga membantu anak dalam belajar dan mendapat prestasi belajar yang lebih baik. Pendapatan Orang Tua Pada penelitian ini pendapatan orang tua dilihat dari pendapatan ibu dan ayah. Berdasarkan Tabel 5 diatas, sebesar 77.8% orang tua subjek memiliki pendapatan tinggi (>4.000.000). Tingginya pendapatan orang tua ini dapat disebabkan oleh kedua orang tua (ayah dan ibu) yang sama-sama bekerja, selain itu juga disebabkan jenis pekerjaan yang dimilki orang subjek. Menurut Yusuf (2000) dalam Agustina (2003), keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan jasmani, fisik dan kebendaan anak. Adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak di dalam keluarganya akan lebih luas, juga orang tua akan mencurahkan perhatian yang lebih mendalam kepada pendidikan anak-anaknya jika orang tua tersebut tidak disulitkan oleh pemenuhan kebutuhan primer keluarga.
Karakteristik Subjek Karakteristik subjek dibedakan menjadi karakteristik subjek laki-laki dan perempuan. Karakteristik subjek menggambarkan kondisi subjek pada saat penelitian berlangsung. Karakteristik subjek terdiri atas beberapa variabel yaitu usia, keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan, keikutsertaan ekstrakurikuler dan prestasi belajar. Usia Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelas 10 dan 11 SMA yang berusia 14-18 tahun. Remaja pada umumnya dimulai dari usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoadmodjo 2007). Pada Tabel 6 sebaran usia subjek dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sebagian besar subjek memiliki usia 15-16 tahun. Persentase subjek yang berusia 16 tahun, pada subjek laki-laki sebesar 48.9%, sedangkan subjek perempuan sebesar 64.4%. Usia akan memengaruhi kemampuan pengetahuan seseorang. Menurut penelitian Kersting et al. (2008), pengetahuan gizi remaja putri meningkat dengan semakin meningkatnya usia. Tabel 6 Sebaran subjek berdasarkan usia Usia
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
14
1
2.2
0
0
15
13
28.9
10
22
16
22
48.9
29
64.4
17
9
20.0
6
13.3
Total
45
100.0
45
100.0
17 Keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan Keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan pada penelitian ini dilihat dengan kuesioner. Keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan ini dapat menggambarkan seberapa besar motivasi dan rasa ingin tahu yang nantinya dapat mengembangkan pengetahuan seseorang terhadap gizi dan kesehatan. Berdasarkan Tabel 7, subjek laki-laki sebesar 73.3% dan subjek perempuan sebesar 84.4% tidak pernah mengikuti seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan, sedangkan hanya sebesar 4.4% baik laki-laki maupun perempuan yang mengikuti seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan sebanyak 3 kali. Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi Keikutsertaan seminar/penyuluhan
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
Tidak pernah ikut
33
73.3
38
84.4
1 – 2 kali
10
22.2
5
11.1
>2 kali
2
4.4
2
4.4
Total
45
100.0
45
100.0
Masih banyaknya subjek yang tidak mengikuti seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan memberi gambaran bahwa masih rendahnya motivasi remaja untuk menambah wawasan terkait gizi. Pemberian penyuluhan pada remaja mengenai gizi dan kesehatan serta masalah gizi yang dialami saat ini diharapkan dapat memberikan efek jangka panjang agar remaja nantinya dapat memberi perawatan yang lebih baik pada keturunan mereka. Menurut Dewan et al. (2002), salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang ASI adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI. Berdasarkan kuesioner, penyuluhan yang pernah diikuti oleh subjek antara lain penyuluhan yang berkaitan dengan metabolisme tubuh dan makanan yang berpengaruh terhadap berat badan, konsumsi makanan sehari-hari, porsi makan yang baik, kandungan zat gizi makanan dan menu 4 sehat 5 sempurna. Dilihat dari materi seminar/penyuluhan yang pernah diikuti subjek, tidak ada materi seminar/penyuluhan mengenai masalah gizi stunting. Keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler Direktorat Pembinaan SMA (2010) mendefinisikan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang bekemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Fungsi kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas pengembangan, sosial, rekreasi, dan persiapan karier yang dalam pelaksanaannya harus memenuhi beberapa prinsip, yaitu individual, pilihan, keterlibatan aktif, menyenangkan, etos kerja dan kemanfaatan sosial.
18 Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler Keikutsertaan ekstrakurikuler
Laki-laki
Perempuan
N
%
n
%
Tidak ikut
7
15.6
6
13.3
1 kegiatan
24
53.3
29
64.4
2 kegiatan
11
24.4
8
17.8
3 kegiatan
3
6.7
2
4.4
Total
45
100.0
45
100.0
Berdasarkan Tabel 8, subjek berjenis kelamin laki-laki (53.3%) dan berjenis kelamin perempuan (64.4%) mengikuti satu jenis kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan subjek yang mengikuti tiga jenis kegiatan ekstrakurikuler untuk laki-laki sebesar 6.7% dan perempuan sebesar 4.4%. Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa bermacam-macam bergantung pada minat siswa, motivasi dan ketersediaan jenis ekstrakurikuler di sekolah. Terdapat beberapa ektrakurikuler di SMA Negeri 3 Bogor yang diikuti oleh subjek dalam penelitian ini. Tabel 9 diatas menunjukkan sebaran kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti subjek. Menurut Hapsari (2010), keikutsertaan siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler disebabkan beberapa alasan, diantaranya adalah dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler akan memberikan banyak manfaat seperti menambah pengalaman, menambah teman, menambah keterampilan, dan menjadi populer. Selain itu, mungkin dengan megikuti kegiatan ekstrakurikuler dapat menggambarkan motivasi untuk hidup lebih sehat dan juga menambah kepercayaan diri akan tampilan tubuh. Berdasarkan Tabel 9, kegiatan ekstrakurikuler yang paling banyak diikuti subjek laki-laki adalah futsal sebesar 17.7% dan ekstrakurikuler yang paling banyak diikuti subjek perempuan adalah badminton sebesar 11.1%. Banyaknya kegiatan yang berkaitan dengan olah raga yang diikuti subjek, baik subjek lakilaki maupun perempuan menunjukkan adanya keinginan untuk hidup sehat. Subjek laki-laki dibandingkan dengan subjek perempuan dapat dilihat bahwa subjek laki-laki lebih banyak memilih mengikuti ekstrakurikuler yang berhubungan dengan olahraga seperti futsal, basket, badminton dan karate. Subjek perempuan meskipun lebih sedikit mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan olah raga, namun mereka mengikuti cheerleader dan dance yang mungkin dapat membantu meningkatkan perilaku hidup sehat karena dua kegiatan tersebut memiliki aktivitas gerak yang cukup banyak. Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti selain olah raga yang mungkin juga dapat menambah pengetahuan dibidang gizi misalnya seperti TIK. Rohis dan PMR. Pada ekstrakurikuler TIK ini remaja diajarkan cara mengoperasikan komputer dan belajar tentang internet, dengan pengetahuan menjelajah internet yang lebih baik mereka dapat mengakses berita terbaru termasuk yang berhubungan dengan gizi. Sedangkan pada Rohis dan PMR mereka dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan, pada rohis kegiatan keputrian dapat memberikan pengetahuan yang banyak tentang wanita meskipun pada saat ini belum ada materi di ekstrakurikuler yang membicarakan khusus tentang gizi dan kesehatan.
19 Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti Jenis kegiatan ekstrakurikuler
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
%
Teater
2
4.4
4
8.8
Futsal
8
17.7
0
0.0
Basket
5
11.1
1
2.2
Badminton
7
15.5
5
11.1
Pramuka
3
6.6
4
8.8
Astronomi
2
4.4
3
6.6
Rohis
6
13.3
4
8.8
Paskibra
4
8.8
1
2.2
TIK
1
2.2
1
2.2
Karate/merpati putih
4
8.8
3
6.6
Pecinta alam
3
6.6
1
2.2
KIR
1
2.2
2
4.4
Cheerleader
1
2.2
4
8.8
Majalah sekolah
1
2.2
2
4.4
Kempo
1
2.2
0
0.0
Desain grafis
1
2.2
2
4.4
Dance
0
0.0
1
2.2
Band
0
0.0
1
2.2
Softball
1
2.2
3
6.6
Rokris
0
0.0
2
4.4
PMR
0
0.0
2
4.4
Taekwondo
0
0.0
1
2.2
Paduan suara
0
0.0
1
2.2
Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses dan hasil belajar siswa. Prestasi belajar merupakan gambaran penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan (Hawadi 2001). Prestasi belajar dalam penelitian ini terdiri dari 6 mata pelajaran yang termasuk dalam ujian nasional baik jurusan IPA atau IPS. Mata pelajaran jurusan IPA yaitu matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, biologi, fisika dan kimia. Sedangkan jurusan IPS yaitu mata pelajaran matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, sosiologi, geografi dan ekonomi. Prestasi belajar tiap jurusan adalah nilai rata-rata keenam mata pelajaran sesuai jurusan, kemudian dari data nilai rata-rata yang ada tersebut dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu sangat baik dan baik. Dikatakan sangat
20 baik apabila mendapatkan skor kumulatif > 3.33 dan baik apabila <3.33. Cut off point prestasi belajar mengacu pada standar kompetensi di SMA Negeri 3 Bogor. Prestasi belajar pada pelajaran matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris sebanyak 90 orang subjek mendapatkan mata pelajaran tersebut. Mata pelajaran biologi, fisika dan kimia yang termasuk kedalam mata pelajaran jurusan IPA diikuti oleh 73 subjek terdiri dari 37 subjek laki-laki dan 36 subjek perempuan. Mata pelajaran ekonomi, sosiologi dan geografi yang termasuk kedalam mata pelajaran jurusan IPS yang diikuti oleh 17 subjek terdiri dari 8 subjek laki-laki dan 9 subjek perempuan. Tabel 10 merupakan sebaran prestasi belajar berdasarkan jurusan yang terdiri dari IPA atau IPS dengan jenis kelamin subjek laki-laki dan perempuan. Prestasi belajar dengan kategori sangat baik lebih tinggi pada jurusan IPA dibandingkan jurusan IPS. Jurusan IPA adalah jurusan yang lebih menekankan pada kemampuan kognitif (matematika dan sains) sehingga menuntut siswa untuk lebih serius dan konsentrasi dalam mempelajarinya. Sedangkan jurusan IPS lebih menekankan pada kehidupan sosial, mata pelajaran IPS lebih mengembangkan kemampuan sosial (Setiawati 2007). Pada jurusan IPA prestasi belajar kategori sangat baik lebih tinggi pada subjek perempuan (38.9%) daripada laki-laki (29.7%). Sedangkan pada jurusan IPS prestasi belajar kategori sangat baik tidak terlalu berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada subjek laki-laki sebesar 25.0% dan subjek perempuan sebesar 22.0%. Tabel 10 Sebaran subjek berdasarkan prestasi belajar Laki-laki Perempuan Variabel n % n % Prestasi belajar (IPA) Sangat baik
11
29.7
14
38.9
Baik
26
70.3
22
61.1
37
100.0
36
100.0
Sangat baik
2
25.0
2
22.2
Baik
6
75.0
7
77.8
8
100.0
9
100.0
Total Prestasi belajar (IPS)
Total
Sumber Informasi Sumber informasi adalah segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pengetahuan untuk memperoleh informasi. Tabel 11 dibawah ini merupakan tabel sebaran sumber informasi subjek berdasrkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Berdasarkan Tabel 11, sumber informasi yang diperoleh subjek lakilaki dan perempuan berasal dari sumber daya manusia masing-masing sebesar 51.1% dan 60.0%. Sumber daya manusia disini adalah sekolah/guru, orang tua, teman dan kuesioner yang diberikan peneliti. Sedangkan yang termasuk media massa adalah televisi, radio, koran/majalah, brosur/leaflet dan poster.
21 Tabel 11 Sebaran subjek berdasarkan sumber informasi Laki-laki Perempuan Sumber informasi n % n % Media massa 22 48.9 18 40.0 Sumber daya manusia
23
51.1
27
60.0
Total
45
100.0
45
100.0
Media merupakan alat bantu seseorang untuk lebih mudah mengerti mengenai satu hal. Lingkungan sosial adalah orang-orang yang berada disekitar subjek yang dapat mempengaruhinya dalam menilai sesuatu (Praposowati 2006). Berdasarkan Tabel 11, subjek sebagian besar mendapatkan informasi dari sumber daya manusia. Data yang diambil dari kuesioner menunjukkan bahwa subjek yang tinggal bersama orang tua mendapatkan informasi lebih banyak berasal dari sumber daya manusia, sedangkan subjek yang tinggal tidak bersama orang tua atau kost lebih banyak mendapatkan informasi yang berasal dari media massa.
Pengetahuan Gizi Pengetahuan merupakan hasil setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan gizi pada penelitian ini merupakan aspek kognitif yang menunjukkan pemahaman responden tentang sumber zat gizi, fungzi zat gizi serta dan masalah gizi secara umum. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan (Notoadmodjo 2007). Pengetahuan seseorang dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang diukur dari responden dalam pengetahuan yang ingin diketahui (Notoadmodjo 2003). Pertanyaan pengetahuan gizi dikelompokkan menjadi tiga. Pertanyaan nomor 1,4,7,9,10,13,15 merupakan kelompok pertanyaan tentang sumber zat gizi. Kemudian pertanyaan nomor 2,3,6,11,19 merupakan kelompok pertanyaan tentang fungsi zat gizi dan nomor 5,8,12,14,16,17,18,20 merupakan kelompok pertanyaan tentang masalah gizi. Tabel 12 menunjukkan bahwa subjek laki-laki dan perempuan seluruhnya (100%) menjawab pertanyaan dengan benar adalah pada pertanyaan nomor dua mengenai sumber utama energi, pertanyaan nomor enam mengenai kalsium, pertanyaan nomor sepuluh mengenai sumber vitamin C, lalu pertanyaan nomor dua belas mengenai akibat yang disebabkan oleh kekurangan iodium dan nomor tujuh belas mengenai pembatasan gula pada penderita diabetes. Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh subjek adalah pertanyaan vitamin yang larut dalam lemak sebesar 56.7%. Subjek perempuan lebih tinggi menjawab benar pertanyaan vitamin larut lemak sebesar 62.2% dibandingkan laki-laki sebesar 51.1%. Banyaknya subjek yang masih menjawab salah pada pertanyaan tentang vitamin larut lemak dapat disebabkan karena materi yang terdapat pada mata pelajaran biologi belum membahas dengan detail tentang vitamin larut lemak.
22 Tabel 12 Sebaran pertanyaan pengetahuan gizi yang dijawab benar oleh subjek berdasarkan jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total No Pertanyaan n % n % n % 1 Jenis zat gizi yang diperlukan tubuh 44 97.8 43 95.6 87 96.7 2
Zat gizi sumber energi utama
45
100.0
45
100.0
90
100.0
3
Bentuk lain apabila energi berlebih
40
88.9
44
97.8
84
93.3
4
Subjek protein nabati
33
73.3
37
82.2
70
77.8
5
Pemberian ASI eksklusif
29
64.4
32
71.1
61
67.8
6
Fungsi kalsium
45
100.0
45
100.0
90
100.0
7
Sumber kalsium
44
97.8
45
100.0
89
98.9
8
Istilah lain kekurangan zat besi
34
75.6
32
71.1
66
73.3
9
Sumber zat besi
35
77.8
35
77.8
70
77.8
10
Sumber vitamin C
45
100.0
45
100.0
90
100.0
11
Fungsi zat mikro seng
27
60.0
28
62.2
55
61.1
12
Akibat kekurangan iodium
45
100.0
45
100.0
90
100.0
13
Zat gizi untuk wanita hamil
38
84.4
39
86.7
77
85.6
14
Akibat kekurangan vitamin B1
36
80.0
43
95.6
79
87.8
15
Subjek vitamin larut lemak
23
51.1
28
62.2
51
56.7
16
Penyebab kaki bentuk O dan X
39
86.7
41
91.1
80
88.9
17
Pembatasan konsumsi gula
45
100.0
45
100.0
90
100.0
18
Kebutuhan ibu hamil
41
91.1
45
100.0
86
95.6
19
Fungsi DHA dan omega 3
42
93.3
45
100.0
87
96.7
20
Akibat obesitas
31
68.9
33
73.3
64
71.1
Tabel 13 Sebaran pengetahuan gizi subjek berdasarkan jenis kelamin Laki-laki Perempuan Pengetahuan gizi n % n % Baik 29 64.4 34 75.6 Sedang
16
35.6
11
24.4
Kurang
0
0.0
0
0.0
Total
45
100.0
45
100.0
Pengetahuan gizi subjek dibagi menjadi tiga kategori baik, sedang, kurang. Secara keseluruhan subjek memiliki pengetahuan gizi baik. Berdasarkan Tabel 13 subjek perempuan (75.6%) memiliki pengetahuan gizi baik lebih tinggi dibandingkan subjek laki-laki (64.4%). Hasil uji beda Mann Whitney pengetahuan gizi berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p>0.05). Namun data menunjukkan adanya kecenderungan
23 pengetahuan gizi baik pada subjek perempuan lebih tinggi dari subjek laki-laki. Sejalan dengan Kresting et al. (2008) bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil pengetahuan gizi dan ada kecenderungan perempuan memiliki skor yang lebih tinggi daripada laki-laki. Selain itu, menurut Lin (2011) pengetahuan gizi, sikap serta perilaku kecuali emosional dan perilaku makan eksternal pada perempuan lebih baik daripada laki-laki. Berdasarkan Tabel 14, tidak ada subjek yang memiliki pengetahuan gizi kurang. Subjek yang memiliki pengetahuan gizi baik tertinggi merupakan subjek kelas 11 sebesar 75.6%. Sedangkan subjek yang memiliki pengetahuan gizi sedang terbanyak (37.8%) merupakan subjek kelas 10. Hasil uji beda Mann Whitney pengetahuan gizi berdasarkan tingkatan kelas menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara pengetahuan gizi dengan tingkatan kelas subjek (p<0.05). Hal ini dapat disebabkan oleh siswa kelas 11 yang sudah mendapat informasi lebih banyak pada semester 1, 2 dan 3 sedangkan kelas 10 baru mendapatkan informasi pada semester 1. Menurut Emilia (2009) bahwa latar belakang pendidikan remaja memengaruhi pengetahuan gizi remaja. Tabel 14 Sebaran pengetahuan gizi subjek berdasarkan tingkatan kelas Kelas 10 Kelas 11 Pengetahuan gizi n % n % Baik 28 62.2 34 75.6 Sedang
17
37.8
11
24.4
Kurang
0
0.0
0
0.0
Total
45
100.0
45
100.0
Pengetahuan gizi baik yang lebih tinggi pada kelas 11 dapat disebabkan juga karena kelas 11 memiliki usia yang lebih tua dibandingkan kelas 10, usia ini dapat mempengaruhi pengetahuan gizi seseorang. Menurut Siagian (1993) usia mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin meningkat umur seseorang maka akan meningkat pula pengetahuan, motivasi dan aktivitas kerjanya dan pada usia tertentu pula seseorang meningkat produktivitasnya. SMA Negeri 3 Bogor merupakan sekolah unggulan, pengetahuan gizi subjek secara keseluruhan memiliki pengetahuan gizi baik. Data yang didapatkan menunjukkkan 53.2% subjek memiliki pengetahuan gizi baik berasal dari keluarga kecil. Besar keluarga akan mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi dalam keluarga. Semakin besar keluarga maka semakin kecil peluang terpenuhinya kebutuhan individu. Pengetahuan gizi baik juga didukung oleh Hal karena subjek bersekolah disekolah unggulan dengan akreditas A dan prestasi yang baik sehingga banyak informasi yang mungkin diberikan dari guru dan sekolah. Selain itu subjek juga memiliki orang tua dengan pendidikan yang tinggi yaitu perguruan tinggi dan pendapatan orang tua yang tinggi yaitu >Rp.4.000.000 yang dapat menunjang fasilitas belajar. Data yang didapat menunjukkan subjek yang memiliki pengetahuan gizi baik memiliki ayah dan ibu berpendidikan perguruang tinggi sebesar 74.2% dan 71.0%. Semakin tinggi pengetahuan orang tua maka akan semakin banyak pula pengetahuan orang tua yang diberikan kepada anaknya (Agustina 2003).
24 Selanjutnya, subjek memiliki pengetahuan gizi baik memiliki orang tua dengan pendapatan tinggi 75.8%.
Sikap Gizi Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap memiliki empat tingkatan dari yang terendah hingga tertinggi yaitu menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab (Notoadmodjo 2007). Pernyataan sikap secara keseluruhan berjumlah 20 pernyataan yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok pernyataan yaitu kelompok sumber zat gizi, fungsi zat gizi dan masalah gizi. Tabel 15 Sebaran pernyataan tentang sikap gizi yang dijawab benar subjek sesuai jenis pernyataan Pernyataan
Laki-laki n %
Perempuan n %
n
1
Konsumsi susu baik untuk pertumbuhan tulang (p*)
39
86.7
36
80.0
75
83.3
2
Hati ayam sumber zat besi (p*)
19
42.2
21
46.7
40
44.4
3
Ayam sumber protein nabati (n*)
31
68.9
33
73.3
64
71.1
No
*
Total %
4
Sayur dan buah sumber serat alami (p )
36
80.0
37
82.2
73
81.1
5
ASI eksklusif dibarengi madu (n*)
4
8.9
2
4.4
6
6.7
22
48.9
32
71.1
54
60.0
6
*
Sarapan untuk konsentrasi (p ) *
7
Sayur melancarkan BAB (p )
36
80.0
31
68.9
67
74.4
8
Garam beriodium gunakan setiap hari (p*)
8
17.8
9
20.0
17
18.9
9
Hindari konsumsi berbarengan (p*)
20
44.4
17
37.8
37
41.1
10
Teh tawar baik untuk penderita diabetes (p*)
24
53.3
26
57.8
50
55.6
11
Protein nabati tidak perlu dalam menu makan sehari-hari (n*)
9
20.0
21
46.7
30
33.3
12
Kentang bukan sumber lemak (p*)
6
13.3
7
15.6
13
14.4
13
*
Ikan saja baik untuk kesehatan (n )
5
11.1
6
13.3
11
12.2
14
Makan telur setiap hari baik untuk kesehatan (n*)
1
2.2
1
2.2
2
2.2
15
Kurang iodium menyebabkan gondok (p*)
29
64.4
30
66.7
59
65.6
16
Tidak perlu perhatikan berat badan saat remaja (n*)
8
17.8
11
24.4
19
21.1
17
Vitamin C untuk kesehatan mata (n*)
20
44.4
17
37.8
37
41.1
18
Subjek sumber protein nabati (n*)
4
8.9
4
8.9
16
8.9
mi
dan
nasi
*
19
Makan daging lebih baik dari ikan (n )
3
6.7
6
13.3
9
10.0
20
ASI eksklusif diberikan sampai usia 4 bulan (n*)
4
8.9
13
28.9
17
18.9
*)keterangan : p* positif, n* negatif
25 Berdasarkan Tabel 15, subjek sebesar 83.3% dari jumlah subjek yang ada, menjawab dengan sesuai pernyataan positif (sangat setuju) pada pernyataan nomor satu yaitu pernyataan mengenai konsumsi susu baik untuk pertumbuhan yang termasuk dalam kelompok pernyataan fungsi zat gizi, sedangkan 71.1 % yang menjawab dengan sesuai pernyataan negatif (sangat tidak setuju) pada pertanyaan nomor ke empat yaitu ayam merupakan sumber protein nabati yang termasuk dalam kelompok pernyataan sumber zat gizi. Subjek laki-laki paling tinggi menjawab sesuai dengan pernyataan positif yaitu pada pernyataan sikap nomor 1 sebesar 86.7%, sedangkan perempuan paling tinggi menjawab sesuai dengan pernyataan positif yaitu pada pernyataan sikap nomor 4 sebesar 82.2%. Subjek laki-laki dan perempuan paling tinggi menjawab sesuai dengan pernyataan negatif yaitu pada pernyataan sikap nomor 3, subjek perempuan (73.3%) lebih unggul menjawab sesuai pernyataan nomor 3 dibanding subjek laki-laki (68.9%).
Sikap gizi Positif
Tabel 16 Sebaran sikap gizi subjek berdasarkan jenis kelamin Laki-laki Perempuan n % n % 24 53.3 28 62.2
Negatif
21
46.7
17
37.8
Total
45
100.0
45
100.0
Dapat dilihat pada Tabel 16, sikap gizi subjek berada pada dua kategori yaitu positif dan negatif. Sikap positif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap yang baik, yaitu memberikan jawaban yang sesuai pada pernyatan positif maupun pernyataan negatif. Sedangkan sikap negatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap yang tidak baik, yaitu memberikan jawaban yang kurang sesuai pada pernyatan positif maupun pernyataan negatif. Lebih dari separuh subjek memiliki sikap positif (baik). Subjek perempuan (62.2%) memiliki sikap gizi positif lebih tinggi dibandingkan subjek laki-laki (64.4%). Hasil uji beda Mann Whitney sikap gizi berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p>0.05). Namun data menunjukkan adanya kecenderungan sikap gizi positif pada subjek perempuan lebih tinggi dari subjek laki-laki. Tabel 17 Sebaran sikap gizi subjek berdasarkan tingkatan kelas Kelas 10 Kelas 11 Sikap gizi n % n % Positif 22 48.9 30 66.7 Negatif
23
51.1
15
33.3
Total
45
100.0
45
100.0
Berdasarkan Tabel 17, subjek yang memiliki sikap gizi positif terbanyak merupakan subjek kelas 11 sebesar 66.7%. Sedangkan subjek yang memiliki sikap gizi negatif terbanyak sebesar 51.1% merupakan subjek kelas 10. Hasil uji beda Mann Whitney sikap gizi berdasarkan tingkatan kelas menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara sikap gizi dengan tingkatan kelas subjek (p>0.05).
26 Namun dilihat dari data ada kecenderungan kelas 11 memiliki sikap positif lebih tinggi dari kelas 10. Pada subjek kelas 11 lebih banyak mendapat paparan informasi sehingga memiliki sikap gizi positif lebih tinggi dari subjek kelas 10.
Perilaku Gizi Perilaku gizi merupakan tindakan responden terkait gizi yang dilihat menggunakan kuesioner semi terbuka dengan pilihan jawaban ya, kadang-kadang dan tidak serta pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Fungsi pertanyaan terbuka yang harus diisi responden adalah untuk mencocokan jawaban pada soal sebelumnya. Perilaku manusia pada hakikatnya tindakan manusia itu sendiri (Fitriani 2011). Perilaku gizi individu meliputi segala sesuatau yang menjadi pengetahuannya, sikapnya dan tindakannya. Perilaku gizi individu merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungannya (Slamet 1975 dalam Khomsan 1993). Tabel 18 yang merupakan sebaran jawaban dari 10 pertanyaan tertutup yang menggambarkan perilaku gizi subjek. Pertanyaan pertama subjek laki-laki lebih tinggi melakukan sarapan setiap hari sebesar 66.7% daripada subjek perempuan 64.4%. Menurut Khomsan (2005) sarapan adalah suatu kegiatan makan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada pagi hari. Menurut Fitriana (2011), beberapa alasan remaja tidak sarapan, yaitu tidak sempat atau terburu-buru, merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, tidak ada selera makan, maupun ingin diet supaya berat badan supaya cepat turun. Sarapan yang biasa dikonsumsi subjek adalah nasi dan lauk atau roti dan susu. Tabel 18 Sebaran pertanyaan tentang perilaku gizi yang dijawab benar subjek berdasarkan jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total No Pertanyaan n % n % n % 1 Sarapan setiap hari? 30 66.7 29 64.4 59 65.6 2
Konsumsi nasi, lauk pauk, sayur dan buah?
25
55.6
26
57.8
51
56.7
3
Apakah suka mengkonsumsi susu?
34
75.6
30
66.7
64
71.1
4
Frekuensi melakukan olahraga?
16
35.6
5
11.1
21
23.3
5
Apakah melakukan pengontrolan berat badan?
33
73.3
31
68.9
64
71.1
6
Sering mengkonsumsi sumber zat besi?
16
35.6
18
40.0
34
37.8
7
Sering membawa bekal?
21
46.7
22
48.9
43
47.8
8
Selalu membeli jajanan/cemilan?
6
13.3
2
4.4
8
8.9
9
Frekuensi mengkonsumsi sayur?
2
4.4
3
6.7
5
5.6
10
Frekuensi mengkonsumsi buah?
1
2.2
2
4.4
3
3.3
diet makanan
27 Pertanyaan kedua sebesar 57.8% subjek perempuan mengkonsumsi makanan lengkap lima sampai tujuh kali dalam seminggu. Aktivitas disekolah yang mungkin lebih sedikit pada perempuan menyebabkan dapat sering mengkonsumsi makanan di rumah yang mungkin lebih bergizi. Pertanyaan ketiga sebesar 75.6% subjek laki-laki suka mengkonsumsi susu dengan frekuensi tujuh sampai empat belas kali dalam seminggu. Sedangkan pada pertanyaan keempat sebesar 35.6% subjek laki-laki melakukan olah raga > 3 kali seminggu. jenis olahraga yang biasa dilakukan adalah badminton. Selanjutnya pada pertanyaan kelima sebesar 73.3% subjek laki-laki tidak melakukan diet pengontrolan berat badan. Keikutsertaan ekstrakurikuler dan banyaknya olah raga yang dilakukan dapat memotivasi subjek laki-laki mengkonsumsi susu lebih sering dari perempuan. Remaja putra lebih condong ingin memiliki tubuh berotot, sedangkan perempuan lebih memperhatikan penampilan ingin langsing dan takut gemuk (Sudirman dan Jahari 2012). Pertanyaan keenam sebesar 40.0% subjek perempuan mengkonsumsi makanan sumber zat besi seperti hati ayam dan bayam. Pertanyaan ketujuh sebesar 48.9% subjek perempuan sering membawa bekal ke sekolah dan 13.3% subjek laki-laki selalu membeli jajanan/cemilan. Pertanyaan kesembilan dan kesepuluh sebesar 6.7% dan 4.4% subjek perempuan mengkonsumsi sayur an buah dengan frekuensi >4x sehari. Pertanyaan pada pengetahuan dan perilaku gizi serta pernyataan pada sikap dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok sumber zat gizi, fungsi gizi dan masalah gizi. Pada kelompok sumber zat gizi subjek perempuan memiliki pengetahuan baik, sikap positif dan perilaku gizi baik lebih tinggi dari laki-laki, hal ini berarti ada kecenderungan perempuan memiliki pengetahuan baik sehingga menimbulkan sikap positif yang juga akan berdampak pada perilaku gizi untuk kelompok pertanyaan/penyataan sumber zat gizi. Kelompok pertanyaan/pernyataan fungsi zat gizi, juga menunjukan pengetahuan baik dan sikap gizi positif pada perempuan. Namun, perilaku gizi terkait fungsi gizi lebih tinggi pada laki-laki. Selanjutnya pada kelompok masalah zat gizi, pengetahuan gizi baik dan sikap gizi positif lebih tinggi pada perempuan daripada lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini berarti perilaku tidak hanya didasari pengetahuan dan sikap. Tabel 19 Sebaran perilaku gizi subjek berdasarkan jenis kelamin Laki-laki Perempuan Perilaku gizi n % n % Baik 8 17.8 4 8.9 Sedang
36
80.0
41
91.1
Kurang
1
2.2
0
0.0
Total
45
100.0
45
100.0
Pada tabel 19, sebagian besar subjek memiliki perilaku gizi dalam kategori sedang yaitu perilaku gizi yang belum menunjukkan baik dan juga tidak menunjukkan kurang, nilai perilaku gizi sedang berada ditengah-tengah. Hasil uji beda Mann Whitney perilaku gizi berdasarkan perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p>0.05). Namun
28 pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan subjek dengan jenis kelamin laki-laki memiliki perilaku gizi baik lebih tinggi (17.8%) daripada subjek dengan jenis kelamin perempuan (8.9%). Perilaku gizi seseorang dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya. Faktor tersebut berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Faktor ekstern mencakup lingkungan sekitar, baik fisik atau non fisik, seperti: iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya (Notoadmodjo 2003). Pengetahuan gizi baik dan sikap gizi positif lebih tinggi pada subjek perempuan namun untuk perilaku gizi baik, subjek laki-laki lebih tinggi persentasenya dari subjek perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan gizi baik dan sikap gizi positif pada subjek perempuan belum mendorong terbentuknya perilaku gizi baik. Sikap berkaitan dengan ranah afektif manusia (Sudjono 2006). Sikap mengandung komponen kepercayaan, emosi atau evaluasi dan kecenderungan bertindak. Ketiga komponen ini akan membentuk sikap yang utuh. Pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting dalam pembentukan sikap. Menurut Blaylock et al. (1999) yang mengungkapkan bahwa bagaimanapun, pengetahuan saja tidak akan mempengaruhi praktik, terkecuali bila ada motivasi. Sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan. Pertama, perilaku tidak ditentukan dengan sikap umum tapi oleh sikap positif. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya dengan sikap tapi juga oleh norma-norma subjektif yaitu keyakinan untuk melakukan sesuatu. Ketiga, sikap terhadap perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk niat untuk berperilaku tertentu. Meskipun subjek laki-laki memiliki pengetahuan baik dan sikap gizi positif lebih rendah dari subjek perempuan, namun dari data dapat dilihat subjek laki-laki banyak mengikuti ekstrakurikuler seperti badminton dan basket yang mungkin juga dapat sebagai pendorong atau memotivasi mereka untuk hidup sehat sehingga menimbulkan perilaku gizi baik yang lebih tinggi dari perempuan. Tabel 20 Sebaran perilaku gizi subjek berdasarkan tingkatan kelas Kelas 10 Kelas 11 Perilaku gizi n % n % Baik 6 50.0 6 50.0 Sedang
39
50.6
38
49.4
Kurang
0
0.0
1
2.2
Total
45
100.0
45
100.0
Berdasarkan Tabel 20, perilaku gizi baik kelas 10 dan kelas 11 dalam persentase sama yaitu sebesar 50.0%. Hasil uji beda Mann Whitney perilaku gizi berdasarkan tingkatan kelas menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara perilaku gizi dengan tingkatan kelas subjek (p>0.05). Hal ini didukung dengan data dimana kategori perilaku baik antara kelas 10 dan 11 persentasenya sama. Perbedaan kelas pada subjek mendorong adanya perbedaan pengetahuan,
29 sikap dan perilaku tentang gizi. Data yang tersedia menunjukkan adanya kecenderungan pengetahuan gizi baik dan sikap gizi positif lebih tinggi pada subjek kelas 11 namun kedua hal tersebut tidak membuat perbedaan perilaku gizi kelas 10 dan 11. Perilaku mungkin tidak hanya ditentukan dengan kelas atau usia, perilaku hanya akan menjadi indikator yang baik bagi sikap hanya apabila berada dalam posisi ekstrim, perilaku hanya akan konsisten dengan sikap apabila kondisi dan situasi memungkinkan (Azwar 2010).
Pengetahuan Masalah Gizi Stunting Pengetahuan masalah gizi stunting pada penelitian ini meliputi beberapa pemahaman tentang stunting yaitu pengertian stunting, zat gizi yang berhubungan dengan kejadian stunting, penyebab terjadinya stunting, akibat stunting dan pencegahan stunting. Tabel 21 Sebaran pertanyaan pengetahuan tentang masalah stunting yang dijawab benar oleh subjek berdasarkan jenis kelamin Pertanyaan
Laki-laki n %
Perempuan n %
n
1
Pengertian stunting
24
53.3
22
48.9
46
51.1
2
Kondisi kronis stunting
14
31.1
6
13.3
20
22.2
3
Zat gizi utama pertumbuhan anak stunting
42
93.3
39
86.7
81
90.0
4
Makanan untuk pertumbuhan tulang
42
93.3
41
91.1
83
92.2
5
Penyebab stunting
36
80.0
38
84.4
74
82.2
6
Masa emas pertumbuhan anak
13
28.9
9
20.0
22
24.4
7
Akibat stunting
20
44.4
22
48.9
42
46.7
8
Upaya pencegahan stunting
11
24.4
11
24.4
22
24.4
9
Status gizi anak stunting
5
11.1
4
8.9
9
10.0
10
Kekurangan zat gizi seng
37
82.2
38
84.4
75
83.3
11
Faktor genetik penyebab stunting
23
51.1
26
57.8
49
54.4
12
Masalah terkait stunting balita
38
84.4
37
82.2
75
83.3
13
Akibat kekurangan iodium
35
77.8
40
88.9
75
83.3
14
Faktor penyebab stunting
28
62.2
24
53.3
52
57.8
15
Kekurangan zat gizi menyebabkan stunting
15
33.3
26
57.8
41
45.6
16
Akibat terburuk kondisi stunting
9
20.0
7
15.6
16
17.8
17
Meningkatkan asupan gizi balita
11
24.4
11
25.0
22
24.7
18
Pengaruh langsung status gizi
11
24.4
14
31.1
25
27.8
19
Vitamin untuk pertumbuhan
41
91.1
42
93.3
83
92.2
20
Manfaat Fe bagi ibu hamil
37
82.2
35
77.8
72
80.0
No
apa
yang
Total %
30 Pertanyaan pengetahuan pengetahuan stunting dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Kelompok pertama yaitu pengertian stunting nomor 1,2,9,13. Kelompok kedua yaitu sumber zat gizi nomor 3,4,15,17,19,20. Kelompok ketiga yaitu penyebab stunting nomor 5,6,10,14,18,11. Kelompok keempat yaitu akibat stunting nomor 7,8,12,16. Tabel 21 menunjukkan bahwa subjek laki-laki dan perempuan paling tinggi menjawab benar pada pertanyaan nomor 4 makanan untuk pertumbuhan dan 19 pengaruh langsung yang mempengaruhi status gizi (92.2%). Pada pertanyaan nomor 4 subjek laki-laki persentase menjawab benar lebih tinggi (93.3%) dari subjek perempuan (91.1%). Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh subjek adalah pertanyaan nomor 9 tentang status gizi anak stunting. Pertanyaan nomor 9 subjek yang menjawab benar hanya sebesar 10.0%. Subjek laki-laki persentase menjawab benar pertanyaan nomor 9 lebih tinggi (11.1%) dibandingkan subjek perempuan (8.9%). Banyaknya subjek yang masih menjawab salah pada pertanyaan kelompok pengertian stunting menunjukkan bahwa masalah stunting masih belum banyak diketahui. Dibawah ini terdapat Tabel 22 yang menjelaskan pengetahuan tentang masalah stunting berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Tabel 21 menunjukkan bahwa subjek laki-laki dan perempuan memiliki pengetahuan masalah gizi stunting yang kurang. Tabel 22 Sebaran pengetahuan tentang masalah gizi stunting subjek berdasarkan jenis kelamin Laki-laki Perempuan Pengetahuan stunting n % n % Baik 0 0.0 1 2.2 Sedang
16
35.6
15
33.4
Kurang
29
64.4
29
64.4
Total
45
100.0
45
100.0
Hasil uji beda Mann Whitney pengetahuan tentang masalah gizi stunting berdasarkan perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p>0.05). Tidak terdapatnya perbedaan tersebut dapat dilihat juga pada Tabel 22 yaitu keseluruhan subjek memiliki pengetahuan kurang. Subjek dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang memiliki pengetahuan kurang persentasenya sama yaitu sebesar 64.4%. Banyaknya subjek yang masih memiliki pengetahuan masalah stunting yang kurang dikarenakan informasi tentang gizi dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah stunting belum banyak di ketahui. Menurut Pramudyta (2013), mata pelajaran sekolah menengah atas yang berhubungan dengan pengetahuan gizi (1000 HPK) masih sangat terbatas. Selain itu, menurut Steyn et al. (2000), rendahnya skor pengetahuan gizi pada murid perempuan berusia 17-34 tahun disebabkan kurangnya pendidikan gizi yang memadai karena kurangnya fokus terhadap gizi pada silabus pendidikan hal ini diduga dapat mempengaruhi masih rendahnya skor pengetahuan tentang masalah gizi yang terjadi saat ini. Remaja sebagai calon ibu harus memiliki pengetahuan yang baik termasuk pengetahuan tentang masalah gizi. Menurut Emamian et.al
31 (2013), pengetahuan ibu merupakan faktor yang paling berkontribusi terhadap kejadian stunting pada anak dengan sosioekonomi yang berbeda di Iran. Berdasarkan Tabel 23, perilaku stunting kelas 10 dan kelas 11 dalam kategori kurang persentase subjek kelas 10 yaitu sebesar 68.9% dan subjek kelas 11 sebesar 60.0%. Hasil uji beda Mann Whitney pengetahuan stunting berdasarkan tingkatan kelas menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara pengetahuan stunting dengan tingkatan kelas subjek (p>0.05). Meskipun pengetahuan gizi memiliki perbedaan siginifikan kelas 10 dan11 namun, pengetahuan tentang stunting tidak memiliki perbedaan, kelas 10 dan 11 masih belum mendapat paparan informasi tentang stunting baik dari mata pelajaran di sekolah maupun keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan. Tabel 23 Sebaran pengetahuan tentang stunting subjek berdasarkan tingkatan kelas Kelas 10 Kelas 11 Pengetahuan stunting n % n % Baik 1 2.2 0 0.0 Sedang
13
28.9
18
40.0
Kurang
31
68.9
27
60.0
Total
45
100.0
45
100.0
Hubungan antar Variabel Hubungan karakteristik subjek dan sumber informasi dengan pengetahuan gizi Karakteristik subjek melipuri keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan, keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler dan prestasi belajar. Sumber informasi dikategorikan menjadi media massa dan sumber daya manusia. Hasil uji korelasi Spearman antara karakteritik subjek yang terdiri dari keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan, keikutsertaan ekstrakurikuler, prestasi belajar dengan pengetahuan gizi serta korelasi antara sumber informasi dengan pengetahuan gizi subjek dapat dilihat pada Tabel 24 dibawah ini. Tabel 24 Hubungan karakteristik subjek dan sumber informasi dengan pengetahuan gizi Pengetahuan gizi Variabel p-value Keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan 0.399 kesehatan Keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler
0.010
Prestasi belajar • IPA • IPS
0.017 0.901
Sumber informasi
0.839
32 Pengetahuan diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, informal dan non formal. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05 dan r= -0.096) keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan dengan pengetahuan gizi. Hasil uji statistik Spearman pada variabel keikutsertaan ekstrakurikuler dengan pengetahuan gizi menunjukkan terdapat hubungan signifikan (p<0.05 dan r=0.270) artinya dengan semakin banyak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dapat semakin meningkatkan pengetahuan gizi. Menurut Setiawati (2007), kegiatan ekstrakurikuler berhubungan nyata positif dengan prestasi belajar, karena kegiatan ekstrakurikuler cenderung lebih mengembangkan keterampilan, potensi dan bakat siswa sehingga prestasi belajar juga meningkat sehingga diduga juga dapat meningkatkan pengetahuan gizi subjek. Selain itu hasil penelitian ini sejalan dengan Pramudyta (2013) yaitu kegiatan ekstrakurikuler berhubungan siginifikan dengan pengetahuan 1000 HPK. Subjek yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler mempunyai motivasi diri yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengikuti ekstrakurikuler. Pada data, subjek laki-laki dan perempuan lebih banyak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sebanyak satu kegiatan. Hasil uji korelasi Spearman pada variabel prestasi belajar subjek jurusan IPA dengan pengetahuan gizi menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan dan negatif (p<0.05 dan r= -0.279). Sedangkan hasil uji korelasi Spearman pada variabel prestasi belajar subjek jurusan IPS dengan pengetahuan gizi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05 dan r= 0.033). Dihubungkan dengan prestasi belajar antara IPA dan IPS, jurusan IPA lebih tinggi prestasi belajarnya. Jurusan IPA adalah jurusan yang lebih menekankan pada kemampuan kognitif (matematika dan sains) sehingga menuntut siswa untuk lebih serius dan konsentrasi dalam mempelajarinya. Sedangkan jurusan IPS lebih menekankan pada kehidupan sosial, mata pelajaran IPS lebih mengembangkan kemampuan sosial (Setiawati 2007). Pada jurusan IPA terdapat mata pelajaran seperti biologi, fisika dan kimia yang tidak didapat oleh jurusan IPS. Biologi merupakan mata pelajaran yang mungkin dapat mempengaruhi pengetahua gizi siswa. Buku biologi yang digunakan siswa kelas X SMA Negeri 3 Bogor berjudul buku Biologi untuk SMA/MA Kelas X berdasarkan kurikulum 2013 penulis Irraningtyas, penerbit Erlangga dan Biolgi 1 SMA dan MA untuk kelas X penerbit eSIS 2006. Pada kedua buku tersebut tidak ada materi khusus tentang gizi. Pada buku biologi lain dengan penulis DA Pratiwi dkk. berjudul Biologi untuk SMA/MA kelas X materi dibuku tersebut juga sama tidak ada materi tentang gizi. Namun, buku biologi yang digunakan untuk kelas 11 berjudul Biologi 2 SMA untuk kelas XI berdasarkan standar 2006 terdapat materi tentang makanan bergizi dan zat gizi yang terkandung dalam makanan, selain itu pada buku tersebut juga ada materi tentang kehamilan dan ASI. Kelas 11 juga menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang digunakan untuk melatih pemahaman mata pelajaran biologi. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak terdapat hubungan siginifikan (p>0.05) sumber informasi dengan pengetahuan gizi. Pendidikan gizi dan informasi diharapkan lebih berhasil pada remaja. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kehidupan remaja. Faktor langsung yaitu keluarga, sekolah dan tetangga sedangkan faktor yang tidak
33 langsung berpengaruh seperti stuktur sosial, ekonomi, politik dan budaya lingkungan (Notoadmodjo 2007). Hubungan karakteristik subjek dan sumber informasi dengan sikap gizi Hasil uji korelasi Spearman antara karakteritik subjek yang terdiri dari keikutsertaan seminar/penyuluha gizi dan kesehatan, keikutsertaan ekstrakurikuler dengan sikap gizi serta uji Chi-square antara sumber informasi dengan sikap gizi dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Hubungan karakteristik subjek dan sumber informasi dengan sikap gizi Sikap gizi Variabel p-value Keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan 0.399 kesehatan Keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler Prestasi belajar • IPA • IPS Sumber informasi
0.760 0.341 0.704 0.365
Penyuluhan merupakan salah satu media pendidikan, adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap (Azwar 2010). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05 dan r= -0.090) keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan dengan sikap gizi. Hal ini berarti meskipun subjek sudah mengikuti seminar/penyuluhan gizi belum tentu meningkatkan sikap gizi. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Sikap merupakan reaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan objek (Notoadmodjo 2007). Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi pendidikan dan emosi individu (Azwar 2010). Hasil uji Spearman pada variabel keikutsertaan ekstrakurikuler dengan sikap gizi menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05 dan r= 0.033). Hal ini berarti keikutsertaan subjek pada kegiatan ekstrakurikuler belum tentu meningkatkan sikap gizi subjek. Ekstrakurikuler dapat memberikan pengalaman sebagai dasar pembentukan sikap, namun dalam pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat (Azwar 2010). Hasil uji korelasi Spearman pada variabel prestasi belajar subjek jurusan IPA dengan sikap gizi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan (p >0.05 dan r= 0.157). Sama juga dengan hasil uji korelasi Spearman pada variabel prestasi belajar subjek jurusan IPS dengan sikap gizi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05 dan r= 0.099). Sikap berkaitan dengan ranah afektif manusia (Sudijono 2006). Sikap mengandung komponen kepercayaan, emosi atau evaluasi dan kecenderungan bertindak. Ketiga komponen ini akan membentuk
34 sikap yang utuh. Pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting dalam pembentukan sikap. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak terdapat hubungan siginifikan (P>0.05) sumber informasi dengan sikap gizi. Orang lain disekitar merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap. Media massa juga merupakan salah satu hal yang punya pengaruh besar dalam membentuk opini dan kepercayaan seseorang. Namun, pembentukan sikap tidak hanya dipengaruhi oleh adanya pengaruh orang lain dan media massa, masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi seperti pengalaman pribadi, kebudayaan dan faktor emosional (Azwar 2010). Hubungan karakteristik subjek dan sumber informasi dengan perilaku gizi Hasil uji korelasi Spearman antara karakteritik subjek yang terdiri dari keikutsertaan seminar/penyuluha gizi dan kesehatan, keikutsertaan ekstrakurikuler dengan perilaku gizi serta korelasi antara sumber informasi dengan perilaku gizi dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26 Hubungan karakteristik subjek dan sumber informasi dengan perilaku gizi Perilaku gizi Variabel p-value Keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan 0.096 kesehatan Keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler Prestasi belajar • IPA • IPS Sumber informasi
0.817 0.447 0.069 0.677
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05 dan r=0.176) keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan dengan perilaku gizi. Penyuluhan adalah salah satu bentuk pendidikan. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu proses untuk merubah perilaku manusia (Khomsan 2000). Namun, penyebab terjadinya perubahan perilaku tegantung pada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat (Notoadmodjo 2007). Hasil uji Spearman pada variabel keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler dengan perilaku gizi menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05 dan r= 0.043). Hasil uji korelasi Spearman pada variabel prestasi belajar subjek jurusan IPA dengan perilaku gizi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05 dan r= 0.125). Hasil uji korelasi Spearman pada variabel prestasi belajar subjek jurusan IPS dengan pengetahuan gizi juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05 dan r= -0.451). Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak terdapat hubungan siginifikan (p>0.05) sumber informasi dengan perilaku gizi. Hal ini berarti meskipun prestasi
35 belajar mungkin baik serta mendapat paparan informasi, belum tentu mempengaruhi perilaku gizi menjadi baik. Terdapat faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku. Faktor internal berupa kecerdasan, motivasi, persepsi, minat, emosi dal lainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi objek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan. (Notoadmodjo 2007). Hubungan karakteristik subjek dan sumber informasi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting Hasil uji korelasi Spearman antara karakteritik subjek yang terdiri dari keikutsertaan seminar/penyuluha gizi dan kesehatan, keikutsertaan ekstrakurikuler serta korelasi antara sumber informasi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27 Hubungan karakteristik subjek dan sumber informasi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting Pengetahuan masalah gizi stunting Variabel p-value Keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan 0.084 kesehatan Keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler
0.606
Prestasi belajar • IPA • IPS
0.341 0.230
Sumber informasi
0.365
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05, r= -0.183) keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi dan kesehatan dengan pengetahuan tentang masalah stunting. Hasil uji Spearman pada variabel keikutsertaan ekstrakurikuler dengan pengetahua tentang masalah gizi stunting menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05 dan r= 0.109). Hasil uji korelasi Spearman pada variabel prestasi belajar subjek jurusan IPA dengan pengetahuan tentang masalah stunting menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05 dan r= 0.125). Hasil uji korelasi Spearman pada variabel prestasi belajar subjek jurusan IPS dengan pengetahuan tentang masalah stunting menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05 dan r= -0.308). Pengetahuan stunting diduga dapat meningkat apabila pengetahuan gizi meningkat, meskipun prestasi belajar baik namun informasi dan pengetahuan tentang masalah gizi masih kurang maka pengetahuan stunting juga tidak akan meningkat. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak terdapat hubungan siginifikan (p>0.05) sumber informasi dengan pengetahuan tentang masalah stunting .
36 Hubungan Pengetahuan gizi, sikap gizi dan perilaku gizi dengan pengetahuan masalah gizi stunting Hasil uji korelasi Spearman pengetahuan gizi, sikap gizi dan perilaku gizi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting dapat dilihat pada Tabel 28. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan signifikan (p<0.05 dan r= 0.247) pengetahuan gizi dengan pengetahuan tentang masalah stunting. Hal ini berarti apabila pengetahuan gizi meningkat maka pengetahuan tentang masalah gizi stunting juga akan meningkat. Pengetahuan gizi menggambarkan seberapa tahu subjek mengenai aspek gizi, apabila aspek gizi sudah baik diduga bahwa pengetahuan tentang masalah gizi juga akan baik. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05 dan r= 0.117) sikap gizi dengan pengetahuan tentang masalah stunting . Hal ini berarti meskipun sikap gizi baik atau meningkat belum tentu pengetahuan tentang masalah gizi stunting meningkat. Sama halnya dengan sikap gizi, hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan (p>0.05 dan r= 0.146) perilaku gizi dengan pengetahuan tentang masalah stunting. Hal ini berarti meskipun perilaku gizi baik atau meningkat belum tentu pengetahuan tentang masalah gizi stunting meningkat. Tabel 28 Hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku gizi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting Pengetahuan masalah stunting Variabel p-value Pengetahuan gizi 0.019 Sikap gizi
0.272
Perilaku gizi
0.169
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Subjek memiliki keluarga dalam kategori sedang (5-6 orang) sebesar 47.8%. Terdapat sebesar 73% pendidikan ayah dan 70.0% pendidikan ibu subjek adalah perguruan tinggi. Sebesar 43.3% ayah subjek bekerja sebagai pegawai swasta sedangkan sebesar 57.8% ibu subjek tidak bekerja/IRT (ibu rumah tangga). Sebesar 77.8% pendapatan orang tua subjek termasuk kategori pendapatan tinggi (>4.000.000). Subjek laki-laki (48.9%) dan perempuan (64.4%) berusia 16 tahun. Sebesar 73.3% subjek laki-laki dan 84.4% subjek perempuan tidak pernah mengikuti penyuluhan/seminar gizi dan kesehatan. Terdapat 53.3% subjek laki-laki dan 64.4% subjek perempuan mengikuti satu kegiatan ekstrakurikuler. Sebagian besar prestasi belajar subjek jurusan IPA dan IPS dalam kategori baik. Sebesar 51.1%
37 subjek laki-laki dan 60.0% subjek perempuan mendapatkan informasi dari sumber daya manusia (sekolah/guru, orang tua, teman dan kuesioner penelitian). Subjek laki-laki (64.4%) dan subjek perempuan (75.6%) memiliki pengetahuan gizi yang baik. Subjek laki-laki (53.3%) dan perempuan (62.2%) memiliki sikap gizi yang baik. Subjek laki-laki (80.0%) dan perempuan (91.1%) memiliki perilaku gizi sedang. Sebesar 64.4% subjek laki-laki maupun perempuan memiliki pengetahuan tentang masalah stunting dalam kategori kurang. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan signifikan antara keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler dan prestasi belajar IPA dengan pengetahuan gizi. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak ada hubungan antara keikutsertaan seminar/penyuluhan gizi, prestasi belajar dan sumber informasi dengan pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi serta pengetahuan tentang masalah stunting. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pengetahuan gizi dengan pengetahuan tentang masalah gizi stunting. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkkan terdapat perbedaan pengetahuan gizi berdasarkan tingkatan kelas subjek. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkkan tidak terdapat perbedaan pengetahuan gizi, sikap gizi, perilaku gizi dan pengetahuan stunting berdasarkan jenis kelamin subjek laki-laki dan perempuan.
Saran Subjek disarankan untuk menambah wawasan dari berbagai media khususnya berkaitan dengan gizi serta masalah gizi stunting agar dapat memutus kejadian stunting dimasa yang akan datang. Diperlukan pemberian penyuluhan tentang masalah stunting melalui sekolah dan siswa secara langsung agar dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang stunting. Pemberian materi tentang masalah gizi terutama stunting bisa disisipkan melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti basket, badminton, futsal, softball dan karate. Selain itu materi tentang masalah gizi terutama stunting juga dapat disisipkan pada kurikulum mata pelajaran disekolah seperti biologi dan olahraga. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memberikan intervensi (pre dan post test) agar dapat melihat peningkatan pengetahuan gizi dan pengetahuan stunting pada siswa mengingat pada penelitian ini hanya melihat pengetahuan diawal saja. Penelitian disekolah lain dengan subjek yang lebih banyak juga perlu dilakukan agar remaja putra dan putri dapat lebih mengetahui masalah gizi stunting.
DAFTAR PUSTAKA Agustina H. 2003. Alokasi Waktu Anak Untuk leisure dan Hubungannya dengan dengan Prestasi Belajar Siswa SD di Kota Medan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
38 Andariah S. 2013. Hubungan konsumsi pangan dan sosial ekonomi keluarga dengan kejadian stunted pada remaja [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Azwar S. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. Blaylock J, Smallwood D, Kassel K, Variyam J, Aldrich L. 1999. Economics, food choices, and nutrition. Food Policy. 24:269-286 Brich L, Fisher J. 1998. Devleopment behavior among children and adolescents. Pediatrics. 101:539. Devi N. 2010. Nutrion And Food Gizi Untuk Keluarga. Jakarta (ID): Kompas Dewan N, Wood L, Maxwell S, Cooper C, Brabin B. 2002. Breast-feeding knowledge and attitudes of teenage mothers in Liverpool. Journal of Human Nutrition and Dietetics, 15(1):33—37.doi:10.1046/j.1365277X.2002.00332. Direktorat Pembinaan SMA 2010. Juknis Penyusunan Program Pengembangan Diri melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di SMA. Jakarta (ID): Direktorat Pembinaan SMA Emamian MH, Fateh M, Gorgani N, Fatouhi A. 2013. Mother education is the most important factor in socio-economic inequality of child stungting in Iran. Public Helath Nutrition, pages 1-6. doi:10.1017/S1368980013002280. Emilia E. 2009. Pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja dan implikasinya pada sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat. Media Pendidikan ,Gizi dan Kuliner, 1(1). Fitriani S. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu Fitriana N. 2011. Kebiasaan sarapan, aktivitas fisik, dan starus gizi mahasiswa mayor ilmu gizi dan mayor konservasi sumberdaya hutan dan ekowisata [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gibney M, Margetts Barrie M, Kearney JM dan Arab L. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID): EGC. Hapsari UR. 2010. Hubungan antara minat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan intense delikuensi remaja pada siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kota Semarang [jurnal]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Hawadi RA. 2001. Psikologi Perkembangan Anak: Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta (ID): PT Gramedia Widiasarana Indonesia Hurlock EB. 1999. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta (ID): Erlangga. Indonesia R. 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Jakarta. Jayanti L D. 2011. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta perilaku gizi seimbang ibu kaitannya dengan status gizi dan kesehatan balita di kabupaten Bojonegoro [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Khomsan A, Pranadji DK, Djamaludin MD, &Latifah M. 1993. Faktor-faktor Penentu Perilaku Konsumsi Pangan Sumber Vitamin A pada Anak Pra Sekolah. Pusat Antar Universitas dan Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. .2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Jurusan gizi masyarakat dan sumber daya keluarga. Institut Pertanian Bogor
39 Khomsan A .2004. Peranan Pangan dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta (ID): Grasindo .2005. Pangan dan Gizi Kesehatan 2. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Kresting M, Sichert-Hellert W, Vereecken CA, Diehl J, Beghin L, De Henauw S, Grammatikaki E, Manios Y, Mesana MI, Papadaki A, Philipp K, Plada M, Poortvliet E, Sette S. 2008. Food and nutrient intake, nutritional knowledge and diet-related attitudes in European adolescent. International Journal of Obesity, 32:S35-S41. Doi:10.1038/ijo.2008.181. Kristianti D, Suriadi, Parjo. 2013. Hubungan Antara Karakteristik Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi anak Usia 4-6 Tahun di TK Salomo Potianak [skripsi]. Pontianak (ID): Universitas Tanjungpura Pontianak. Lin W, HangC-M, Yang H-C. 2011. 2005-2008 Nutrition and health survey in Taiwan: the nutrition knowledge, attitude and behavior of 19-64 years old adults. Asia Pac J Clin Nutr 20(2): 309-318 Nedra W, Soedjatmoko, Firmansyah A. 2006. Kesiapan Fisik dan Pengetahuan Remaja Perempuan Sebagai Calon Ibu dalam Membina Tumbuh Kembang Balita dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Sari Pediatri, Vol.8, No.3, Desember 2006: 209-217: Jakarta. Notoadmodjo S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): Andi Ofset .. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID): Rineka Cipta .. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta (ID): Rineka Cipta Pramudyta N. 2013. Pengetahuan remaja putri tentang 1000 hari pertama kehidupan wilayah perkotaan dan perdesaan kabu[aten Sumenep [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Praposowati G. 2006. Pengetahuan, sikap dan upaya remaja putri kelas XI dalam mengendalikan berat badannya di SMU sejahtera 1 [skripsi]. Depok (ID) : Universitas Indonesia [RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. .2010. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. .2013. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Rao D.R, Vijayaphuspam T.V, Rao GM. S, Antony GM and Sarma KVR. 2007. Dietary habbit and effect of two different educational tools on nutrition knowledge of school going adolescent gitls in Hyderabad, India. Rahmawati D. 2006. Status gizi dan perkembangan anak usia dini di taman pendidikan karekter setrea alam, Desa Sukamantari [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Semba R, Pee S, Sun K, Sari M, Akhter N, Bloem M. 2008. Effect parental formal education on riskof child stunting in Indonesia and Bangladesh : a crosssectional study [catatan penelitian]. Lancet. 371:322-28. Senderowitz J. 1995. Adolescence Health : Reasesing the Passage to Adulthood. Washington DC(AS): The World Bank
40 Setiawati E. 2007. Analisis gaya pengasuhan, kecerdasan emosional, aktivitas fisik, ekstrakurikuler, dan prestasi belajar siswa SMA Muhammadiyah Cirebon [skripsi]. Bogor (ID): Inastitut Pertanian Bogor. Shrimpton R, Cesar GV, Mercedes O, Rosangela CL, Monika B and Graeme C. 2001. The worldwide timing of growth faltering: implications for nutritional intervention. Pedriatrics, 107(5): 1-7. doi:10.1542/peds.107.5.e75 Siagian S.1993.Managemen Sumber Daya Manusia. Jakarta (ID) : Bumi Aksara. Siregar S.2011. Statistika Deskriptif untuk Penelitian: Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS versi 17. 2nd ed. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada. Steyn NP, Senekal M, Brtis S, Nel J. 2000. Urban and rural differences in dietary intake, weight status and nutrition knowledge of black female students. Asia Pasific J Clin Nutr, 9(1):53—59. Sudijono A. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Sudirman H dan Jahari AB. 2012. Pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang keluarga sadar gizi. Media Litbang kesehatan. Vol.22 (2). Syarief H, Komala LR, Sardjuani N, 2007. Studi Kebijakan Pengembangan anak Usia Dini yang Holistik dan terintegrasi. Editor. Bogor
41 Lampiran 1 Kuesioner penelitian
NASKAH PENJELASAN UNTUK MENDAPATKAN INFORMED CONSENT Pengetahuan Gizi dan Pengetahuan Tentang Masalah Gizi Stunting pada Siswa SMAN 3 Bogor
(Salam). Saya (Nama), peneliti dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB, sedang melakukan kegiatan penelitian mengenai pengetahuan gizi dan masalah gizi pada siswa/i di SMA 3 Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data pengetahuan, sikap serta perilaku terkait gizi dan pengetahuan stunting pada remaja serta menambah wawasan remaja terkait gizi dan permasalahannya. Sdra/i akan diberikan beberapa kuesioner. Pengisian kuesioner akan berlangsung 15-20 menit. Sdr/i boleh menolak atau sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri tanpa sanksi apapun. Jawaban Sdr/i akan kami rahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti. Peserta akan diberikan souvenir pada akhir kegiatan. Bila ada pertanyaan mengenai penelitian ini Sdr/i dapat menghubungi: Titis Susiloyanti Agumelar (Dept. Gizi Masyarakat FEMA IPB, HP:08389888112) Terima kasih atas kerjasama Sdr/i
42
INFORMED CONSENT Setelah mendengar dan memahami penjelasan penelitian, dengan ini saya, Nama : Sekolah/kelas : No. Hp : Menyatakan SETUJU/TIDAK SETUJU Untuk ikut sebagai responden/sampel penelitian Pengetahuan Gizi dan Pengetahuan tentang Masalah Gizi Stunting pada Siswa SMA 3 Bogor.
Bogor, …………………………..
Tanda tangan,
(…………………………)
Saksi:
(………………………..)
43
KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN GIZI DAN PENGETAHUAN TENTANG MASALAH GIZI STUNTING PADA SISWA SMAN 3 BOGOR
KODE Tanda Tangan Siswa
1. TANGGAL KUNJUNGAN : 2. ENUMERATOR
:
3. NAMA RESPONDEN
:
4. ALAMAT
:
5. NO TELEPON/HP
:
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
44 A. KARAKTERISTIK SUBJEK A1. Nama : …………………………………………………………… A2. Usia : …………… tahun A3. Kelas : …………………………………………………………… A4. Apakah Anda tinggal bersama orang tua : 1. Ya 2. Tidak Jika tidak, Anda tinggal bersama siapa: 1. Keluarga lainnya, sebutkan ………………………………………………. 2. Kos 3. Lainnya ……………………………………………………….................... A5. Alamat tempat tinggal …………………………………………...................... …………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………….. A6. Kegiatan ekstrakurikuler/ kegiatan di luar sekolah yang diikuti : ………………………………………………………......................................... A7. Pernahkah Anda mengikuti kegiatan penyuluhan atau seminar tentang kesehatan dan gizi : 1. Ya, sebutkan (berapa kali)……………………………… Tentang apa?.................................................................... 2. Tidak
B. KARAKTERISTIK KELUARGA B1. Jumlah Anggota keluarga (termasuk kamu) : ………………………………… B2. Nama orang tua
: Ayah : …………………………………………… Ibu : ……………………………………………
B3. Alamat Tempat tinggal orang tua : …………………………………………… …………………………………………… B4. Tinggi badan orang tua : Ayah : ……… cm Ibu : ……… cm B5. Pekerjaan orang tua
: Ayah : ……………. Ibu : …………….
Lamanya………………… Lamanya…………………
B6. Pendapatan orang tua
: Ayah : …………………………………………… Ibu :……………………………………………
B7. Pendidikan Orang Tua
: Ayah:
Tidak sekolah Ibu: SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Perguruan tinggi
Tidak sekolah SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Perguruan tinggi
45 C. PENGETAHUAN GIZI Berilah tanda silang (x) pada salah satu pilihan jawaban a,b,c atau d dibawah ini Kode
No
C1
1.
C2
2.
C3
3.
C4
4.
C5
5.
C6
6.
C7
7.
C8
8.
C9
9.
Pertanyaan Zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh terdiri dari: a. Karbohidrat b. Karbohidrat dan Protein c. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral d. Lemak, protein, vitamin dan mineral Sumber utama energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari berasal dari zat gizi? a. Karbohidrat b. Vitamin C c. Mineral d. Tidak tahu Konsumsi energi yang berlebih akan disimpan dalam bentuk? a. Hormon b. Tenaga c. Lemak d. Energi Bahan makanan dibawah ini yang termasuk dalam kategori protein nabati adalah? a. Telur dan tahu b. Ikan, oncom, kacang-kacangan c. Kacang-kacangan, tahu d. Bayam, kacang panjang, tahu ASI eksklusif diberikan pada anak hingga usia? a. 4 bulan b. 5 bulan c. 6 bulan d. 7 bulan Fungsi kalsium dalam tubuh? a. Penambah daya ingat b. Pembentukan tulang dan gigi c. Pencegah sariawan d. Kecerdasan otak Makanan yang banyak mengandung kalsium adalah? a. Susu b. Kembang kol c. Wortel d. Papaya Kekurangan zat besi disebut? a. Osteoporosis b. Obesitas c. Menopause d. Anemia Makanan sumber zat besi adalah ….. a. Hati ayam b. Kentang c. Pisang d. Brokoli
46 Kode
No
C10
10.
C11
11.
C12
12.
C13
13.
C14
14.
C15
15.
C16
16.
C17
17.
C18
18.
Pertanyaan Makanan yang banyak mengandung vitamin C dan dapat mencegah sariawan adalah? a. Alpukat b. Jeruk c. Semangka d. Sawo Zat gizi mikro seng atau zinc diperlukan untuk? a. Pertumbuhan janin normal b. Kekebalan tubuh c. Menghindari berat badan lahir rendah pada bayi d. Semua benar Kekurangan iodium dapat mengakibatkan penyakit? a. Gondok b. Rabun senja c. Hipertensi d. Diabetes Wanita hamil dan menyusui sebaiknya menkonsumsi makanan yang banyak mengandung? a. Monosodium b. Protein dan lemak c. Kalsium dan zat besi d. Karbohidrat kompleks Penyakit yang disebabkan kurang vitamin B1 adalah a. Polio b. Sariawan c. Diabetes d. Beri-beri Vitamin apakah yang larut dalam lemak? a. Vitamin A b. Vitamin B c. Vitamin C d. Tidak tahu Anak-anak yang memiliki kaki berbentuk O dan X adalah akibat kekurangan? a. Mineral b. Vitamin D c. Vitamin E d. Zat besi Konsumsi gula harus dibatasi/dihindari pada orang yang memiliki penyakit? a. Radang tenggorokan b. Malaria c. Jantung d. Diabetes Porsi makan pada ibu yang sedang hamil sebaiknya? a. Tidak lebih dari satu piring b. Dikurangi agar tidak obesitas c. Ditambah lebih banyak dari kondisi sebelum hamil d. Sama seperti sebelum hamil
47 Kode
No
Pertanyaan Penambahan DHA dan Omega 3 pada susu untuk anak balita berfungsi sebagai? a. Kecerdasan otak b. Kesehatan c. Aktivitas d. Kelincahan
C19
19.
C20
Salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan oleh obesitas adalah? a. Marasmus 20. b. Kwashiorkor c. Diabetes d. Anorexsia
48 D. SIKAP GIZI Jawablah pernyataan pada kolom sesuai dengan keterangan dibawah ini, beri tanda (√) pada salah satu kotak jawaban yang tersedia Keterangan SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju S : Setuju STS : Sangan Tidak Setuju Jawaban Kode No Pernyataan SS S TS STS D1 1. Mengkonsumsi susu baik untuk pertumbuhan tulang D2 2. Hati ayam merupakan sumber zat besi D3 3. Ayam makanan sumber protein nabati D4 4. Sayur dan buah sumber serat alami D5 5. ASI eksklusif diberikan oleh ibu pada bayi diselingi madu D6 6. Sarapan membatu dalam konsentrasi belajar D7 7. Makan sayur penting agar sehat dan melancarkan BAB (Buang Air Besar) D8 8. Garam beriodium harus digunakan setiap hari D9 9. Hidari makan nasi dan mie goreng secara bersamaan D10 10. Penderita diabetes baik mengkonsumsi teh tawar dibandingkan dengan teh manis D11 11. Sumber protein nabati tidak perlu ada pada susunan menu sehari D12 12. Kentang bukan pangan sumber lemak D13 13. Makan ikan saja sudah baik untuk kesehatan D14 14. Memperbanyak makan telur setiap hari baik untuk kesehatan D15 15. Kekurangan iodium menyebabkan penyakit gondok D16 16. Berat badan berlebih saat remaja tidak perlu diperhatikan karena masih dalam masa pertumbuhan D17 17. Vitamin C baik untuk kesehatan mata D18 18. Subjek makanan sumber protein nabati yaitu tempe, tahu, telur, oncom D19 19. Lebih baik makan daging dibandingkan ikan D20 20. ASI eksklusif boleh diberikan hanya sampai usia bayi 4 bulan
49 E. PERILAKU GIZI Berikan tanda (x) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia dan isilah bagian pertanyaan esai dengan jawaban yang sesuai. Kode No E1 1.
Pertanyaan Apakah Anda sarapan setiap hari?
Jawaban 1. Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak
E2
2.
Sebutkan sarapan yang anda konsumsi kemarin?
E3
3.
E4
4.
Apakah anda mengkonsumsi nasi, lauk 1.Ya pauk, sayur dan buah? 2. Kadang-kadang 3. Tidak Jika ya/kadang-kadang, berapa kali anda mengkonsumsi makanan lengkap tersebut diatas dalam seminggu yang lalu?
E5
5.
Apakah anda suka mengkonsumsi susu?
E6
6.
Jika ya/kadang-kadang , berapa kali dalam seminggu anda mengkonsumsi susu? Sebutkan.
E7
7.
Frekuensi fisik ?
E8
8.
Sebutkan jenis dilakukan
E9
9.
E10
10.
Apakah anda melakukan diet pengontrolan 1.Ya berat badan? 2. Kadang-kadang 3. Tidak Jika ya/kadang-kadang, sebutkan diet yang dilakukan
E11
11.
E12
12.
1.Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak
melakukan
olahraga/aktivitas 1. 1x seminggu 2. 2x seminggu 3. >3x seminggu olahraga yang sering
Apakah anda sering makanan sumber zat besi?
mengkonsumsi 1.Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak Jika ya/kadang-kadang , apa makanan sumber zat besi yang anda konsumsi?
50 Kode No E13 13.
Pertanyaan Jawaban Apakah anda suka membawa bekal ke 1.Ya sekolah? 2. Kadang-kadang 3. Tidak Jika ya/kadang-kadang, apa bekal makanan yang anda bawa kemarin?
E14
14.
E15
15.
E16
16.
E17
17.
Frekuensi mengkonsumsi sayur?
E18
18.
Sebutkan jenis sayur yang paling sering dikonsumsi
E19
19.
Frekuensi mengkonsumsi buah?
E20
20.
Sebutkan jenis buah yang paling sering dikonsumsi
Apakah anda jajanan/cemilan?
selalu
membeli 1.Ya 2. Kadang-kadang 3. Tidak Jika ya/kadang-kadang, sebutkan jajanan/cemilan yang biasa dibeli dan dikonsumsi? (boleh lebih dari satu)
1.1-2x sehari 2. 3-4x sehari 3. >4x sehari
1.1-2x sehari 2. 3-4x sehari 3. >4x sehari
51 F. PENGETAHUAN TENTANG STUNTING Berilah tanda silang(x) pada salah satu pilihan jawaban a,b, c atau d dibawah ini. Kode
No
F1
1.
F2
2.
F3
3.
F4
4.
F5
5.
F6
6.
F7
7.
Pertanyaan Pengertian stunting (pendek) adalah? a. Keadaan kurang gizi berdasarkan berat badan menurut umur b. Keadaan kurang gizi berdasarkan tinggi badan menurut umur c. Keadaan kelebihan berat badan dan tinggi badan d. Keadaan pertumbuhan berat dan tinngi badan yang kurang Stunting merupakan indikator masalah gizi yang bersifat? a. Kritis b. Kronis c. Akut d. Kompleks Zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan anak terutama anak stunting adalah a. Lemak b. Protein c. Vitamin A d. Vitamin C Pertumbuhan tulang didukung dengan konsumsi makanan dan minuman sumber? a. Iodium b. Kalium c. Kalsium d. Zat besi Berikut ini merupakan faktor yang mempengaruhi stunting yaitu a. Genetik (keturunan) b. Asupan zat gizi makro c. Asupan zat gizi mikro d. Semua benar Masa emas pertumbuhan anak adalah pada usia… a. 0-2 tahun b. 3-4 tahun c. 5- 6 tahun d. >6 tahun Anak stunting memiliki resiko kesehatan di masa datang yaitu a. Terserang penyakit degeneratif b. Kegemukan c. Pendek d. a dan b bena
52 Kode
No
F8
8.
F9
9.
F10
10.
F11
11.
F12
12.
F13
13.
F14
14.
F15
15.
Pertanyaan Salah satu upaya pemerintah untuk pencegahan stunting yaitu a. Gerakan 1000 langkah b. Pemberian Raskin c. Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan d. Pemberian Makanan Tambahan Apa perbedaan anak status gizi stunting dan status gizi normal? a. Berat badan anak stunting lebih rendah dari anak normal b. Tinggi badan anak stunting tidak berbeda dari anak normal c. Kecerdasan anak stunting dibawah rata-rata anak normal d. Semua benar Kekurangan zat gizi seng pada kehamilan dapat menyebabkan? a. BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) b. Osteoporosis c. Obesitas pada ibu dan janin d. Anemia Faktor genetik (keturunan) yang dapat mempengaruhi terjadinya stunting pada anak balita? a. Keluarga miskin b. Pendapatan orang tua rendah c. Tinggi badan ibu d. Kurang zat besi Masalah yang terkait dengan kejadian stunting pada balita? a. Masalah kesehatan ibu hamil b. Masalah dalam memberikan ASI c. a dan b benar d. a dan b salah Kekurangan iodium pada anak dapat meyebabkan? a. Terhambatnya pertumbuhan b. Kelumpuhan c. Hipertensi d. Anemia Berikut merupakan faktor penyebab stunting? a. Penyakit infeksi b. Asupan protein c. Riwayat imunisasi d. Semua benar Resiko menjadi stunting dapat disebabkan kekurangan zat gizi mikro? a. Karbohidrat c. Serat b. Vitamin B2 d. Seleniu
53 Kode
No
F16
16.
F17
17.
F18
18.
F19
19.
F20
20.
Pertanyaan Dampak terburuk dari kondisi stunting adalah? a. Kerusakan otak yang bersifat permanen b. Pertumbuhan tubuh yang pendek c. Terjangkit penyakit infeksi kronis d. Diare akut Salah satu hal dasar yang dapat meningkatkan asupan zat gizi pada balita yaitu? a. Pengetahuan gizi ibu b. Pemberian ASI eksklusif c. Pengalaman memilik anak d. Suplementasi balita Dibawah ini yang dapat mempengaruhi status gizi bayi secara langsung? a. Status anemia ibu b. Pendapatan keluarga c. Produktivitas ibu d. Besar keluarga Vitamin dibawah ini yang baik untuk pertumbuhan tulang a. Vitamin B b. Vitamin C c. Vitamin D d. Vitamin E Manfaat zat besi bagi ibu hamil? a. Mencegah terjadinya anemia b. Menunda penyerapan makanan c. Memperkuat tulang d. Mengikat oksigen
54 G. SUMBER INFORMASI
Berikan tanda silang (x) pada jawaban pertanyaan yang anda dipiih dibawah ini. 1. Darimana anda sering memperoleh informasi tentang gizi dan kesehatan serta masalah gizi terutama stunting? a. Sekolah/Guru b. Orangtua c. Teman d. Televisi e. Radio f. Internet g. Koran/majalah h. Brosur/leaflet i. Poster j. Lainnya, sebutkan………………………………
55 Isilah dengan nilai/grade tiap mata pelajaran dibawah ini sesuai dengan jurusan dan hasil yang kalian peroleh. A. PRESTASI BELAJAR
Kode
Peringkat di kelas 10 Semester 1 Semester 2
Peringkat di kelas 11 Semester 1 Semester 2
H1
Kode G2 G3
G4
G6
Kode G7 G8
G9
G10
Mata pelajaran
Nilai Rapor kelas 10 Semester 1 Semester 2
Matematika Bahasa Indonesia IPA/IPS*) Biologi Fisika Kimia Sosiologi Geografi Ekonomi Bahasa Inggris
Mata pelajaran Matematika Bahasa Indonesia IPA/IPS*) Biologi Fisika Kimia Sosiologi Geografi Ekonomi Bahasa Inggris
*) Lingkari sesuai jurusan
Nilai Rapor kelas 11 Semester 1 Semester 2
56
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 30 November 1991. Penulis adalah anak pasangan Bapak Dadi Susilo dan Ibu Sugiyanti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Pulogebang 13 Pagi pada tahun 2003, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 193 Jakarta pada tahun 2006 dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 89 Jakarta pada tahun 2009. Penulis melanjutkan kuliah Diploma III di Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II, Jurusan Gizi. Penulis pernah aktif pada kegiatan FOSTI (Forum Studi Islam) saat Diploma III sebagai staff divisi mading. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapang di Desa Tanjunganom Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo, RS Islam Jakarta Pondok Kopi (RSIJPK) dan Puskesmas Kecamatan Cakung Jakarta Timur. Penulis menyelesaikan pendidikan Diploma III pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis melanjutkan studi ke jenjang pendidikan sarjana pada program alih jenis Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui ujian mandiri tahun 2012 dan menyelesaikan pendidikan Sarjana Gizi pada tahun 2014.