PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK TENTANG KEBIASAAN SARAPAN DAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI KEBON KOPI 2 BOGOR
DINA MURNIATI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ABSTRACT Dina Murniati. Knowledge, Attitude and Practice (KAP) of Breakfast Eating Habit and The Nutritional Status of Elementary Students at Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Bogor City. Under direction of Clara M. Kusharto and Yekti Hartati Effendi. The objective of this research were to study the knowledge, attitude and practice (KAP) of breakfast eating habit and the nutritional status of elementary students at Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Bogor City. The research design of this research was cross sectional study. It was conducted from May until July 2010. The study showed that the students knowledge about breakfast eating habit was low (33.3%). And there were 25.8% students with negative attitude and 19.7% students still had poor practice of breakfast eating habit. In terms of nutritional status, there were 22.7% students belong to thin, overweight (6.1%) and obese (4.5%). Based on observation only 43.8% mothers had good knowledge, and 18.8% mothers had low knowledge. No one of mothers (0%) had the negative attitude. The statistical analysis proved that there were significant correlations in the attitude and practice with the knowledge; and the attitude with practice of breakfast eating habit. However, no correlation exist between the knowledge, attitude and practice with the nutritional status of students. And no correlation between mother’s knowledge and attitude with the nutritional status of students. Keyword: breakfast eating habit, elementary student, KAP, nutritional status.
RINGKASAN Dina Murniati. Pengetahuan, Sikap dan Praktik Kebiasaan Sarapan dan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2 Bogor. Dibimbing oleh Clara M. Kusharto, dan Yekti Hartati Effendi. Tujuan umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari pengetahuan, sikap dan praktik tentang kebiasaan sarapan dan status gizi siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Adapun tujuan khusus penelitian ini antara lain: (1) Mengidentifikasi karakteristik siswa meliputi; umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, besaran uang saku dan karakteristik sosial ekonomi keluarga meliputi; pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua dan besar keluarga.(2) Mempelajari pengetahuan, sikap dan praktik siswa kelas 5 dan 6 tentang kebiasaan sarapan. (3) Mempelajari pengetahuan dan sikap ibu terhadap kebiasaan sarapan siswa kelas 5 dan 6. (4) Mengukur status gizi siswa kelas 5 dan 6 (5) Menganalisis hubungan pengetahuan, sikap dengan praktik siswa tentang kebiasaan sarapan serta status gizi siswa kelas 5 dan 6. (6) Menganalisis hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap kebiasaan sarapan serta status gizi siswa kelas 5 dan 6. Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor, pada bulan Mei-Juli 2010. Cara pengambilan contoh dengan purposive sampling. Jumlah contoh dalam penelitian ini yaitu 66 siswa, Sejumlah orangtua siswa (ibu) diambil dari masingmasing kelas 5 dan 6 yaitu 8 orang ibu, total ibu yaitu 16 orang. Jenis data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data pengetahuan siswa dan ibu, data sikap siswa dan ibu, dan data praktik siswa tentang kebiasaan sarapan diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Data jenis kelamin dikelompokan menjadi 2 (laki-laki dan perempuan). Data umur yang dikelompokan berdasarkan sebaran contoh, Data status gizi contoh dihitung dengan metode antropometri melalui perhitungan indeks masa tubuh dibandingkan dengan umur (IMT/U). Klasifikasi status gizi yang digunakan adalah menurut WHO (2007), terdiri atas 5 kategori yaitu : sangat kurus (<-3SD), kurus (-3 ≤ SD < -2), normal (-2 ≤ SD <1), overweight (1≤ SD <2) dan obese ((2≤ SD <3). Data besaran uang saku contoh terdiri dari rendah, sedang dan tinggi (Slamet 1993). Data pendidikan orangtua dikelompokan berdasarkan sebaran contoh yaitu SD/ sederajat, SMP/ sederajat, SMA/ sederajat, PT (Perguruan Tinggi)/ sederajat. Data pekerjaan orangtua dikelompokan berdasarkan sebaran contoh yaitu PNS, Swasta, Petani/Buruh tani, Wiraswasta dan Lainnya. Data tingkat pendapatan orangtua diklasifilkasikan berdasarkan miskin dan tidak miskin (BPS 2009). Menurut Hurlock (1999), data besar keluarga dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar (≥ 7 orang). Data pengetahuan siswa (12 pertanyaan) dan ibu (10 pertanyaan) tentang kebiasaan sarapan diukur dengan penilaian masing-masing pertanyaan akan diberi skor 1 jika contoh menjawab benar dan skor 0 jika contoh menjawab salah.Total skor pengetahuan siswa diperoleh maksimum adalah 12 dan minimum adalah 0 dan total skor pengetahuan ibu siswa maksimum adalah 10 dan minimum adalah 0. Data sikap siswa (12 pernyataan) dan ibu (10 pernyataan) terhadap kebiasaan sarapan. Cara penilaian pernyataan “positif” dan “negatif”, yaitu untuk penyataan “positif” akan diberi skor 1 apabila setuju, akan diberi skor 0 apabila tidak setuju. Sedangkan untuk pernyataan “negatif” akan diberi skor 0 apabila
setuju, akan diberi skor 1 apabila tidak setuju. Total skor sikap siswa diperoleh maksimum adalah 12 dan minimum adalah 0 serta total skor sikap ibu maksimum 10 dan minimum 0. Data praktik siswa terhadap kebiasaan sarapan diukur dengan 9 pertanyaan, penilaian tindakan positif akan di beri skor 2 (jawaban “ya”), skor 1 (jawaban “kadang-kadang” dan skor 0 (jawaban “tidak”) dan tindakan negatif akan diberi nilai 0 (jawaban “ya”), skor 1 (jawaban “kadangkadang” dan skor 2 (jawaban “tidak”) sehingga skor total praktik siswa terhadap kebiasaan sarapan pagi maksimum 18 dan minimum 0. Dari total nilai pengetahuan, sikap dan praktik kebiasaan sarapan, dikategorikan menjadi tiga. (Khomsan 2000). Lebih dari separuh siswa berjenis kelamin perempuan sebesar 56.1% sedangkan laki-laki sebesar 43.9%. umur siswa berkisar antara 9–13 tahun dan tersebar pada umur 10 tahun (40.9%), Dari hasil penelitian dapat dilihat rata-rata uang saku siswa berkisar Rp1000-Rp3000 yaitu (48.5%). Pada siswa kelas 5 jumlah ayah yang berpendidikan SD dan SMP masih cukup tinggi yaitu sebesar (30.6%) dibanding pendidikan ayah siswa kelas 6, ayah yang berpendidikan SD (23.3%) dan SMP (26.7%). Jumlah ibu yang berpendidikan SD dan SMP masih cukup tinggi yaitu sebesar (30.0%). pada siswa kelas 5 sebagian besar bekerja sebagai buruh (38.9%) dan siswa kelas 6 bekerja sebagai wiraswasta (40.0%). Pendapatan perkapita keluarga siswa perbulan sebagian besar adalah tergolong miskin (
PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK TENTANG KEBIASAAN SARAPAN DAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI KEBON KOPI 2 BOGOR
DINA MURNIATI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Skripsi
:
Nama NRP
: :
Pengetahuan, Sikap, dan Praktik tentang Kebiasaan Sarapan dan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2 Bogor Dina Murniati I14086026
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof.Dr.Drh. Clara M. Kusharto, MSc
dr. Yekti Hartati Effendi
NIP. 19510719 198403 2 001
NIP. 19471029 197901 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Puja dan puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga sehingga skripsi yang bejudul “Pengetahuan, Sikap Dan Praktik Tentang Kebiasaan Sarapan Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2 Bogor” dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini merupakan syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Sarjana gizi pada Mayor Ilmu Gizi, departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Terselesaikan nya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS selaku Ketua Departemen Gizi Masyarakat 2. Prof. Dr. Drh. Clara M.Kusharto selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi serta dr. Yekti Hartati Effendi selaku dosen pembimbing yang selalu mengarahkan dan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam melaksananakan penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi ini. 3. Prof. Dr. Ir. Hj. Siti Madanijah selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. 4. Kedua orangtua, Pak Uwo dan Ibu yang selalu memberikan do’a, dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak ada seuntai kata yang bisa melukiskan semua jasamu untuk hidupku, hanya ucapan terimakasih yang dalam dan tulus aku persembahkan untukmu. 5. Abang, kakak dan adik serta kanda yang selalu setia memberikan motivasi. 6. Seluruh teman-teman dan civitas akademik yang selalu memberikan dukungan moril dan pendapat serta saran yang membangun, dan seluruh pihak yang membantu dalam penyelesain usulan penelitian ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.
Bogor, Januari 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sedinginan Kec.Tanah Putih, Kab. Rokan Hilir, Provinsi Riau, pada tanggal 30 Januari 1986 dari pasangan H. Darwis dan Mardiana (alm). Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Pendidikan penulis dimulai di SD Negeri 008 Sedinginan Kec.Tanah Putih, Kab. Rokan Hilir, Provinsi Riau pada tahun 1992-1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di MTs Al-Kholidiyah, Sedinginan Kec.Tanah Putih, Kab. Rokan Hilir, Provinsi Riau hingga tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Tanah Putih Kec.Tanah Putih, Kab. Rokan Hilir, Provinsi Riau hingga tahun 2004. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan Pendidikan di Politekhnik Kesehatan Riau Departemen Kesehatan Riau. Penulis pernah menjadi enumerator Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007 Di Kabupaten Rohil, Provinsi Riau dan penulis juga pernah melakukan PKL di RSUP. H. Adam Malik Medan serta Puskesmas Simpang Tiga Pekanbaru. Pada tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan D3 dan mendapat gelar sebagai Ahli Madya Gizi (AMG). Pada tahun yang sama melanjutkan Pendidikan di Program Penyelenggaraan Khusus Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
i
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ...............................................................................................
i
DAFTAR TABEL.........................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
v
PENDAHULUAN .......................................................................................
1
Latar Belakang .................................................................................
1
Tujuan ..............................................................................................
3
Manfaat Penelitian ............................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA. ...............................................................................
5
Anak Usia Sekolah ............................................................................
5
Pengetahuan .....................................................................................
6
Sikap ................................................................................................
7
Praktik ...............................................................................................
9
Kebiasaan Makan..............................................................................
10
Kebiasaan Sarapan ...........................................................................
11
Pengertian Sarapan..................................................................
11
Manfaat Sarapan ......................................................................
11
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Sarapan ..
13
Jenis Makanan Sarapan ...........................................................
13
Status Gizi .........................................................................................
14
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ..........................
15
KERANGKA PEMIKIRAN...........................................................................
16
METODE PENELITIAN ..............................................................................
18
Desain, Tempat dan Waktu ...............................................................
18
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh ............................................
18
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................................
18
Pengolahan dan Analisis Data ...........................................................
20
Definisi Operasional ..........................................................................
23
HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................
25
Gambaran Umum Daerah Penelitian .................................................
25
Karakteristik Contoh . ........................................................................
25
Jenis Kelamin Siswa ............................ ...................................
25
Umur Siswa ..............................................................................
25
ii
Besaran Uang Saku ..................................................................
26
Karakteristik Keluarga........................................................................
27
Pendidikan Orangtua ................................................................
27
Pekerjaan Orangtua ..................................................................
28
Pendapatan Keluarga ...............................................................
28
Besar Keluarga .........................................................................
29
Pengetahuan, Sikap dan Praktik kebiasaan Sarapan ........................
29
Pengetahuan Siswa ..................................................................
29
Sikap Siswa ..............................................................................
31
Praktik Siswa ..................................................................
33
Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Kebiasaan Sarapan ..................
37
Pengetahuan Ibu.......................................................................
37
Sikap Ibu...................................................................................
38
Status Gizi Siswa ..............................................................................
39
Hubungan antar Variabel...................................................................
40
Pengetahuan Siswa dengan Sikap terhadap Kebiasaan Sarapan Siswa ....................................................................................... 40 Pengetahuan dengan Praktik Kebiasaan Sarapan Siswa ........
40
Sikap dengan Praktik terhadap Kebiasaan Sarapan ................
40
Pengetahuan, Sikap dan Praktik Kebiasaan Sarapan Siswa dengan Status Gizi Siswa ........................................................
41
Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Kebiasaan Sarapan Siswa dengan Status Gizi Siswa ........................................................ 41 KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………. ......
42
Kesimpulan........................................................................................
42
Saran.................................................................................................
43
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
44
LAMPIRAN.................................................................................................
47
iii
DAFTAR TABEL Halaman 1.
Cara pengumpulan data penelitian .....................................................
19
2.
Kelompok dan kategori variabel penelitian.........................................
22 22
3.
Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan umur……………………..
26
4.
Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan uang saku……………….
26
5.
Sebaran orangtua siswa berdasarkan tingkat pendidikan ….............
27
6.
Sebaran orangtua siswa berdasarkan pekerjaan……………............
28
7.
Sebaran orangtua siswa berdasarkan Pendapatan keluarga/kap/bulan………………………………………..
29
8.
Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan besar keluarga………….
29
9.
Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan pengetahuan tentang kebiasaan sarapan ……………………………………………………..
30
10.
Sebaran pertanyaan pengetahuan pengetahuan tentang kebiasaan sarapan dijawab benar oleh siswa kelas 5 dan 6…………
31
11.
Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan sikap terhadap kebiasaan sarapan ………………………………………………………
32
12.
Sebaran pertanyaan sikap terhadap kebiasaan sarapan yang dijawab benar oleh siswa kelas 5 dan 6………………………………..
33
13.
Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan praktik kebiasaan sarapan……………………………………………………………………
33
14.
Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan kebiasaan sarapan……...
34 34
15.
Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan frekuensi sarapan selama seminggu.................................................................................
35
16.
Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan alasan tidak sarapan........
35
17.
Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan jenis makanan sarapan....
36
18.
Sebaran pertanyaan praktik kebiasaaan sarapan yang dijawab ya oleh siswa.............................................................................................
37
19.
Sebaran ibu berdasarkan pengetahuan tentang kebiasaan sarapan siswa....................................................................................................
38
20.
Sebaran ibu berdasarkan sikap terhadap kebiasaan sarapan siswa ………………………………………………………………………
38
21.
Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan status gizi…………………
39
iv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1
Kerangka pemikiran pengetahuan, sikap dan praktik kebiasaan sarapan pagi dan status gizi siswa sekolah dasar ................ ..17
v
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Karakteristik siswa kelas 5………….…………………………………
48
2. Karakteristik siswa kelas 6…………………………………………….
49
3. Kebiasaan sarapan siswa kelas 5..……………….………………….
50
4. Kebiasaan sarapan siswa kelas 6..……………….………………….
51
5. Karakteristik orangtua…………………………………......................
52
6. Pengetahuan dan sikap ibu terhadap kebiasaan sarapan siswa …
54
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas Sumberdaya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan. Kualitas SDM yang baik salah satunya didukung dengan status gizi seseorang, salah satu faktor
adalah
konsumsi pangan yang baik, yaitu memenuhi kaidah beragam, bergizi dan berimbang.
Bagi
Indonesia,
kesepakatan
untuk
memperhatikan
anak
merupakan upaya yang secara falsafah terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945. Kebijaksanaan ini tersurat dan tersirat dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara sebagai hakikat pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Upaya mewujudkan manusia Indonesia berkualitas harus dilakukan
dengan memperhatikan keadaan
manusia sejak usia dini, yaitu sejak masa anak-anak. Anak merupakan sumber potensi dan penerus cita-cita bangsa. Oleh karena itu, anak perlu mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara wajar (BPS 2001). Siswa Sekolah Dasar (SD) merupakan SDM yang kelak akan meneruskan pembangunan di Indonesia. Sebagaimana generasi penerus tentunya harus selalu dipertahankan bahkan ditingkatkan kualitasnya dari segi kesehatan
maupun
tingkat
kecerdasannya,
sebagai
golongan
dalam
masyarakat yang berada dalam masa peralihan antara lingkungan rumah dengan lingkungan sekolah dan masyarakat luas (Winarno 2004). Menurut Khomsan (2010), sumberdaya manusia yang berkualiatas dicirikan oleh tumbuh kembang anak yang baik, sehingga terbentuk generasi yang sehat dan cerdas baik secara intelegensia maupun emosi dan spritualnya. Ini semua tidak terlepas dari peran gizi yang sejauh ini diyakini berkontribusi penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak faktor yang menentukan kualitas SDM karena dimensinya begitu kompleks. Salah satunya yang cukup mendasar adalah faktor gizi masyarakat sebagai cerminan dari keadaan gizi individu. Kemiskinan merupakan masalah utama yang bertanggung jawab terhadap munculnya masalah gizi di Indonesia, meskipun faktor lain juga turut berperan, seperti pengetahuan, budaya dan kebiasaan makan, dan lain-lain. Hal ini menjadi lebih buruk dengan rendahnya
2
pengetahuan gizi dan minimnya usaha dalam menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo 2003). Dalam hal ini anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi masyarakat. Sebagai usaha memenuhi peningkatan gizi tersebut pertamatama anak sekolah perlu diberi pengetahuan tentang pemenuhan gizi yaitu manfaat makanan bagi tubuh, manfaat makan tercakup dalam tri guna makanan yang meliputi : (1) Memberi energi agar dapat belajar dengan baik dan melakukan aktivitas lain seperti olahraga, membuat kerajinan tangan dan praktik kerja secara optimal (2) Membangun agar anak tumbuh serta lincah dan pintar, serta (3) Mengatur dan melindungi badan agar tidak mudah sakit. (Depkes RI Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat 2001). Suhardjo (1989) menyatakan bahwa secara kuantitas dan kualitas bila hanya satu atau dua kali waktu makan setiap hari, mungkin sekali akan terjadi kekurangan kebutuhan gizinya. Terutama bagi remaja yang kebutuhan energi dan zat gizinya meningkat karena terjadi pertumbuhan yang pesat pada masa itu. Namun, masih banyak remaja yang frekuensi makannya kurang dari tiga kali sehari dengan waktu makan yang sering ditinggalkan adalah sarapan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Djusmaidar (1991) sebanyak 18.8% anak SD tidak melakukan sarapan sebelum berangkat sekolah, hal tersebut menunjukkan belum semua siswa sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Sarapan merupakan hal penting bagi seorang anak, manfaat sarapan menyediakan karbohidrat dan zat gizi lainnya seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh sehingga berdampak positif terhadap prestasi akademik di sekolah (Khomsan 2005). Menurut Husaini (1993) dalam Rohayati (2001), perilaku makan pagi anak sekolah harus mendapat perhatian yang serius karena hal ini berkaitan erat dengan status gizi dan kesehatan. Mengingat pentingnya kebiasaan sarapan terutama pada kalangan anak sekolah menuntut siswa lebih selektif dalam memilih makanan dan lebih memperhatikan pentingnya sarapan. Oleh karena itu perlu dikaji bagaimana pengetahuan, sikap dan praktik tentang kebiasaan sarapan pada siswa sekolah dasar.
3
Perumusan Masalah Rendahnya pengetahuan tentang kebiasaan sarapan akan mendorong pada perilaku meninggalkan kebiasaan sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Perilaku makan yang tidak baik terutama dalam hal melewatkan sarapan merupakan masalah yang penting. Melewatkan sarapan dapat menyebabkan tubuh kekurangan glukosa (gula darah) dan akan mengakibatkan tubuh menjadi lemah karena tidak ada suplai energi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi. Penelitian ini secara umum ingin menjawab pertanyaan bagaimana pengetahuan, sikap dan praktik tentang kebiasaan sarapan pada siswa sekolah dasar.
Tujuan Penelitian Tujuan umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari pengetahuan, sikap dan praktik tentang kebiasaan sarapan dan status gizi siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini antara lain: 1.
Mengidentifikasi karakteristik siswa meliputi; umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, besaran uang saku dan karakteristik sosial ekonomi keluarga meliputi; pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan orangtua dan besar keluarga.
2.
Mempelajari pengetahuan, sikap dan praktik siswa kelas 5 dan 6 tentang kebiasaan sarapan.
3.
Mempelajari pengetahuan dan sikap ibu terhadap kebiasaan sarapan siswa kelas 5 dan 6.
4.
Mengukur status gizi siswa kelas 5 dan 6.
5.
Menganalisis hubungan pengetahuan, sikap dengan praktik siswa tentang kebiasaan sarapan serta status gizi siswa kelas 5 dan 6.
6.
Menganalisis hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap kebiasaan sarapan serta status gizi siswa kelas 5 dan 6.
4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman secara umum mengenai pengetahuan, sikap dan praktik tentang kebiasaan sarapan dan status gizi siswa SDN Kebon Kopi 2 Bogor dan bagi pihak sekolah dapat menjadi masukan dalam memberikan pengetahuan khususnya tentang gizi dan kebiasaan sarapan. Bagi orangtua dapat memberikan informasi mengenai kebiasaan sarapan yang baik.
5
TINJAUAN PUSTAKA Anak Usia Sekolah Pada usia sekolah dasar diharapkan memperoleh dasar pengetahuan sebagai bekal penyesuaian pada kehidupan selanjutnya. Sebutan lain untuk anak sekolah dasar yaitu periode kritis karena masa ini merupakan motivasi untuk berprestasi sehingga membentuk kebiasaan untuk berusaha mencapai sukses atau bersikap santai. Sekali terbentuk kebiasaan, kebiasaan tersebut akan terus dibawa sampai dewasa (Nasoetion 1991). Golongan anak usia sekolah biasanya mempunyai banyak perhatian dan aktivitas diluar rumah, sehingga waktu makan pagi (sarapan) sering dilupakan. Sarapan sangat perlu diperhatikan untuk mencegah hipoglikemia dan agar anak lebih mudah untuk menerima pelajaran (Almatsier 1994). Pada permulaan usia 6 tahun anak mulai masuk sekolah, dengan demikian anak ini mulai masuk kedalam dunia baru, dimana dia mulai banyak berhubungan dengan orang-orang diluar keluarganya, dan dia mulai mengenal suasana dan lingkungan baru dalam hidupnya. Hal ini tentu saja banyak mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pengalaman-pengalaman baru, kegembiraan di sekolah, rasa takut kalau terlambat tiba disekolah, menyebabkan anak ini sering meyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah diberikan kepada mereka (Moehji 1980) . Anak-anak usia SD 6-12 tahun adalah kelompok yang memiliki interaksi yang intensif dengan lingkungan sekolah, teman, media massa dan program pemasaran perusahaan. Mereka pada dasarnya memiliki karakter yag sangat mudah terpengaruh oleh lingkungannya termasuk dalam memilih makanan. Anak-anak belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk memilih makanan yang baik bagi mereka, sehingga belum menjadi konsumen yang kritis dan bijaksana, mereka akan mudah menerima dan menyukai makanan yang juga disukai teman-temannya (Sumarwan 2007). Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik daripada kelompok balita. Karena kelompok umur sekolah ini sudah mudah dijangkau oleh berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) maupun oleh kelompok swasta berupa program suplementasi makanan tambahan di sekolah atau program makan siang sekolah (School Lunch Program). Kelompok sekolah ini merupakan kelompok
6
yang mudah menerima upaya pendidikan gizi melalui sekolahnya (Sediaoetama 2008). Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar untuk kehidupan anak tersebut. Untuk dapat memenuhi dengan baik dan cukup, ternyata ada beberapa masalah yang berkaitan dengan konsumsi zat gizi untuk anak. Contoh masalah gizi masyarakat mencakup berbagai defisiensi zat gizi atau zat makanan. Seorang anak juga dapat mengalami defisiensi zat gizi tersebut yang berakibat pada berbagai aspek fisik maupun mental. Masalah ini dapat ditanggulangi secara cepat, jangka pendek dan jangka panjang serta dapat dicegah oleh masyarakat sendiri sesuai dengan klasifikasi dampak defisiensi zat gizi antara lain melalui pengaturan makan yang benar (Santoso 2004). Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo 2007). Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah atau buruk. Pengetahuan gizi dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun informal. Selain itu juga dapat diperoleh dengan melihat, mendengar sendiri atau melalui alat-alat komunikasi seperti membaca surat kabar dan majalah, mendengar siaran radio dan menyaksikan siaran televisi ataupun melalui penyuluhan kesehatan atau gizi (Suharjo 1989). Menurut Pranadji (1994), pengetahuan mengenai jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsi pada diri anak-anak, sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai dan kepercayaan terhadap makanan yang diperolehnya melalui pendidikan baik di sekolah maupun di rumah. Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan: (1) Status gizi yang cukup adalah penting untuk kesehatan dan kesejahteraan. (2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan
yang dimakannya mampu
menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan pemenuhan kebutuhan energi. (3) Ilmu gizi memberikan fakta-
7
fakta yang diperlukan sehingga masyarakat dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan. Pola konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat, termasuk didalamnya pengetahuan mengenai pangan, sikap terhadap pangan, dan kebiasaan makan sehari-harinya. Tercukupinya kebutuhan gizi individu merupakan hasil akhir yang diharapakan akan meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan gizi (Pranadji 1988). Anak sekolah perlu diajar memilih dan menikmati bermacam-macam bahan pangan secara baik dan memberi pengertian adanya hubungan antara pangan dengan pertumbuhan badan serta kesehatan. Dengan demikian setelah menguasai pengetahuan tersebut siswa akan senantiasa menjaga kesehatan dan juga status gizinya, memiliki kebiasaan pangan yang baik, bersikap positif terhadap pangan-pangan bergizi, mempunyai keterampilan gizi serta mampu berperan sebagai “Agent of change” terhadap kebiasaan makan keluarganya (Pranadji 1991). Pengukuran
pengetahuan
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
instrumen berbentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice test). Instrumen ini merupakan bentuk test objektif yang paling sering digunakan. Kelebihan multiple choice test ini adalah bahwa bentuk soal ini mempunyai reliabilitas yang tinggi. Adanya opsi jawaban sebanyak empat butir pilihan mengurangi kesempatan menebak. Kelemahannya adalah tes ini hanya mengukur apa yang diketahui /dipahami oleh responden (Khomsan 2000). Sikap Sikap dapat diartikan sikap terhadap objek tertentu yang merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan objek atau sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal (Gerungan 1996). Sikap belum merupakan suatu tindakan akan tetapi masih merupakan suatu pre-disposisi tingkah laku. Sikap dalam hal ini adalah suatu kecendrungan untuk bereaksi terhadap stimulus yang menghendaki adanya respon yang didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu. Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoadmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu : 1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu subjek.
8
3. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo 2007). Tingkatan sikap antara lain :
Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
Merespon (responding) Memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan
dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Ciri-ciri sikap adalah :
Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya.
Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaankeadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap orang itu.
Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek.
Objek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuanpengetahuan yang dimiliki oleh orang. Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara :
Adopsi : kejadian-kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
9
Diferensiasi
:
dengan
berkembangnya
intelegensi,
bertambahnya
pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadi nya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya.
Integrasi : Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan sautu hal tertentu.
Trauma : Adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang bersangkutan (Purwanto 1998). Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan secara langsung, maupun
tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung adalah dengan menanyakan pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung, dapat dialakukan dengan pernyatan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan kepada responden (Notoatmodjo 2007). Praktik Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (cover behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi sutu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo 2007). Praktik terdiri atas berbagai tingkatan yaitu sebagai berikut: Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama. Respon terpimpin (Guided Respons) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua. Mekanisme (Mechanism) Apabila seseorang telah melakukan Sesutu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
10
Adaptasi (Adaptation) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah di modifikasinya sendiri tanpa mengurangi tindakannya tersebut. Kebiasaan Makan Kebiasaan adalah pola perilaku yang diperoleh dari praktek yang terjadi berulang-ulang. Sedangkan kebiasaan makan adalah suatu pola perilaku konsumsi pagan yang diperoleh karena terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan juga
dikaitkan
dengan
cara
individu
dan
kelompok
individu
memilih,
mengkonsumsi menggunakan makanan yag tersedia, yang didasarkan pada faktor-faktor psikologik dan sosial, budaya dimana ia hidup (Harper, Deaton dan Driskel 1986). Selain itu, menurut Khumaidi (1989) kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Kebiasaan makan terbentuk dari empat komponen yaitu (1) Konsumsi makanan
(pola konsumsi), meliputi jumlah, jenis frekuensi, dan proporsi
makanan yang dikonsumsi atau komposisis makanan; (2) Preferensi terhadap makanan. Mencakup sikap terhadap makanan (suka atau tidak suka terhadap makanan); (3) ideologi atau pengetahuan terhadap makanan, terdiri atas kepercayaan dan tabu terhadap makanan; dan (4) sosial budaya makanan, meliputi umur, asal pendidikan, kebiasaan membaca, besar keluarga, susunan keluarga, mata pencaharian atau pekerjaan, luas pemilikan lahan dan ketersediaan makanan (Sanjur 1982). Menurut Suhardjo (2003), dalam hubungannya dengan perubahan kebiasaan makan, pendidikan gizi sangat diperlukan, karena dapat membentuk sikap mental dan perilaku positif terhadap gizi. Bentuk penerapan dari kebiasaan makan adalah perilaku konsumsi makan. Perilaku konsumsi makan seperti halnya perilaku lainnya pada diri seseorang, satu keluarga atau masyarakat dipengaruhi oleh wawasan dan cara pandang dan faktor lain yang berhubungan dengan tindakan yang tepat. Oleh karena itu apabila ditelusuri lebih lanjut, sistem nilai tindakan itu dipengaruhi oleh pengalaman pada masa lalu, berkaitan dengan informasi tentang makanan dan gizi yang diterimanya dari berbagai sumber (Notoatmodjo 2007).
11
Kebiasaan Sarapan Pengertian Sarapan Sarapan (makan pagi) adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada pagi hari. Alasan remaja tidak sarapan pagi yaitu tidak sempat atau terburu-buru, merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, tidak ada selera makan, maupun ingin diet supaya berat badan bisa cepat turun (Khomsan 2005). Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali dalam sehari. Tidak mungkin seseorang apalagi anak-anak, memenuhi kebutuhan gizinya hanya dari satu atau dua kali makan setiap hari. Secara kuantitas dan kualitas kalau hanya satu atau dua kali makan setiap hari, maka konsumsi pangan anak-anak mungkin sekali kurang, karena keterbatasan kapasitas lambungnya. Namun demikian pada kenyataannya masih banyak anak-anak yang frekuensi makannya kurang dari tiga kali sehari. Waktu makan yang sering ditinggalkan oleh anak pada umumnya adalah makan pagi (Madanijah 1994). Berdasarkan hasil penelitian gizi pada anak SD di Bogor dan Jakarta tahun 1998, 90% anak SD menyatakan dirinya melakukan sarapan pagi sebelum berangkat kesekolah. Tetapi setelah ditanya ulang dengan pertanyaan yang lebih rinci, ternyata hanya 55% dari anak yang menyatakan dirinya melakukan sarapan pagi. Mereka mengartikan makan pagi apabila makan nasi dengan lauk pauk yang diperkirakan memberikan 20-30% kebutuhan energi untuk sehari (Soekirman 2000). Manfaat Sarapan Khomsan (2005) menegaskan bahwa dengan melakukan sarapan dapat menyumbangkan 25% dari kebutuhan total energi harian. Sarapan dapat dilakukan antara pukul 06.00-08.00 namun waktu ini bukan acuan keharusan. Sebagai bagian dari pola makan, sarapan dapat disesuaikan dengan ritme dimulainya aktivitas pagi. Sedangkan menurut Martianto (2006), sarapan dilakukan teratur setiap hari pukul 06.00-09.00. Idealnya sarapan memenuhi seperempat hingga setengah kebutuhan energi dan zat gizi sehari. Ada dua manfaat yang bisa diambil dari sarapan pagi. Pertama, sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk
12
meningkatkan produktivitas. Kedua, pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh, seperti protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat juga untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh (Khomsan 2005). Melewatkan sarapan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa, sehingga akan menimbulkan rasa pusing, gemetar, dan rasa lelah. Dengan demikian, dapat menurunkan gairah belajar, kecepatan reaksi, serta kesulitan dalam menerima pelajaran dengan baik. Padahal, fungsi glukosa adalah sebagai sumber energi utama bagi otak. Jika hal ini terjadi, maka tubuh akan membongkar persediaan tenaga yang ada di jaringan lemak tubuh (Khomsan 2005). Tidak mengkonsumsi makanan di waktu pagi hari dapat menyebabkan kekosongan lambung selama 10 -11 jam, karena makanan terakhir yang masuk ke tubuh jam 19.00 (Khomsan 2005). Hal ini berarti kurang lebih jam 22.00, semua makanan sudah meninggalkan lambung. Sekiranya dalam waktu tidur, sama sekali kita tidak mengeluarkan energi (tidak ada pembakaran) sehingga kadar glukosa masih bisa dipertahankan. Tetapi, keadaan yang sebenarnya tidaklah demikian, walaupun dalam keadaan tidur masih terjadi pembakaran untuk menghasilkan energi. Hal ini berfungsi untuk menggerakkan jantung, paruparu, dan alat-alat fungsional lainnya. Pembakaran ini tentu akan mempengaruhi kadar glukosa darah, sehingga pada waktu bangun pagi kadar glukosa sudah berada pada batas minimal yang ditandai dengan timbulnya rasa lapar (Moehji 1992). Martianto (2006) menjelaskan bahwa kadar glukosa darah anak yang tidak terbiasa sarapan lebih rendah dibandingkan dengan anak yang sarapan. Glukosa darah adalah satu-satunya penyalur energi bagi otak untuk bekerja optimal. Bila glukosa darah anak rendah, terutama bila sampai dibawah 70 mg/dl (hipoglikemia), maka akan terjadi penurunan konsentrasi belajar atau daya ingat, tubuh melemah, pusing dan gemetar. Manfaat lain dari sarapan adalah mengurangi kemungkinan jajan di sekolah dan mengurangi risiko intik bahan tambahan makanan berbahaya, seperti zat pewarna, pengawet, pemanis, penyedap, dan sebagainya. Sarapan bergizi seimbang dan cukup mengandung karbohidrat kompleks dari serealia juga akan mengurangi kemungkinan makan siang dan malam lebih banyak (Martianto 2006).
13
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan sarapan Menurut Madanijah (1994), faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan kebiasaan makan pagi anak sekolah dasar adalah pendidikan formal orang tua (ayah atau ibu), pengetahuan gizi ibu, dan pola kebiasaan makan keluarga. Dengan pendidikan formal orang tua yang tinggi disertai pengetahuan gizi ibu yang baik maka anak akan memperoleh pembinaan kebiasaan yang baik pula. Selanjutnya kebiasaan makan pagi yang dilakukan dalam keluarga dan merupakan pola kebiasaan makan keluarga, berhubungan dan berpengaruh terhadap kebiasaan makan pagi anak sekolah. Hal ini karena biasanya anak mencontoh perilaku makan yang biasa dilakukan dalam keluarganya. Menurut Khumaidi (1994) dalam Rohayati (2001), faktor
yang
mempengaruhi sarapan pagi yaitu faktor ekstrinsik (lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi) dan faktor intrinsik yang terdiri dari asosiasi emosional, keadaan jasmani, kejiwaan yang sedang sakit dan penilaian yang lebih terhadap mutu makanan. Kebiasaan tidak sarapan dapat disebabkan antara lain karena tidak ada nafsu makan, terbiasa tidak sarapan pagi, dan tidak mempunyai waktu yang cukup untuk melakukannya. Selain itu dapat juga disebabkan oleh hidangan yang tampak kurang menarik sehingga tidak dapat menimbulkan selera makan (Efendi 1993 dalam Andri 2007). Jenis makanan sarapan Jenis makanan untuk sarapan dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan dan akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur dalam jumlah yang seimbang. Khomsan (2005) menjelaskan bahwa bila sarapan dengan aneka ragam pangan, yang terdiri dari nasi, sayur/buah, lauk pauk dan susu, dapat memenuhi kebutuhan akan vitamin dan mineral. Dari hasil penelitian Hermina et all di desa Ciheuleut pada tahun 2000, menyebutkan ada sebagian murid (35.0%) membeli sendiri makanan jajanan disekolah dan dikonsumsi sebelum masuk kelas (pukul 06.00-07.00), jenis makanan yang dikonsumsi untuk sarapan biasanya berupa bubur nasi, nasi uduk, bihun goreng, buras/lontong, dan gorengan. Namun bagi murid yang tidak tahu memilih makanan jajanan untuk sarapannya, makanan yang mereka pilih pada pagi hari adalah cilok, es atau chiki dan sejenisnya yang kandungan energinya sangat rendah dan kurang baik bagi kesehatan anak.
14
Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi) dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan. Status gizi seseorang tersebut dapat diukur dan dinilai. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik ataukah tidak baik (Riyadi 2006). Status gizi merupakan gambaran mengenai keseimbangan antara asupan dengan kebutuhan zat-zat gizi untuk proses tumbuh kembang anak. Anak yang keadaan gizi baik cenderung lebih mempunyai daya tahan terhadap infeksi, lebih bersemangat, lebih cerdas, lebih tekun dan lebih mampu untuk bekerja keras daripada anak yang kurang gizi, sebaliknya anak yang kurang gizi cenderung mudah terkena infeksi, efisiensi kerja menurun dan pertumbuhan terhambat serta perubahan perilaku karena kerusakan struktur jaringan (Nursyantu et al 1992). Status gizi adalah merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut. Status gizi seseorang juga merupakan keadaan kesehatan sebagai refleksi dari konsumsi pangan serta penggunaan oleh tubuh. Untuk menentukan status gizi seseorang atau sekelompok penduduk atau masyarakat perlu dilakukan pengukuran untuk menilai berbagai tingkat kurang gizi yang ada. Pengukuran yang dipakai biasanya menunjukan kepada indikator atau parameter yang beragam sebagai indeks untuk menunjukan tingkat status gizi dan kesehatan yang berbeda (Suhardjo 2003). Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi Ditinjau dari sudut pandang epidemiologi masalah gizi sangat dipengaruhi oleh faktor penjamu, agens dan lingkungan. Faktor penjamu meliputi fisiologi, metabolisme dan kebutuhan zat gizi. Faktor agen meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral sedangkan faktor lingkungan meliputi bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, higiene dan sanitasi makanan (Supriasa 2002).
15
Menurut Almatsier (2001) faktor yang menyebabkan gangguan gizi ada dua yaitu faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer adalah susunan makanan seseorang salah dalam kualitas dan kuantitasnya disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah. Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak
sampai
ke
sel-sel
tubuh,
setelah
makanan
dikonsumsi
karena
tergantungnya pencernaan adanya infeksi juga memperburuk taraf gizi yang buruk akibat infeksi tersebut akan kemampuan anak untuk melawan infeksi tersebut sehingga menyebabkan akibat fatal yaitu kematian (Moehji 1992).
16
KERANGKA PEMIKIRAN Anak usia sekolah berada pada usia pertumbuhan dan perkembangan. Walaupun tidak secepat pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja, anak usia sekolah tetap membutuhkan konsumsi makanan yang seimbang baik jenis, jumlah dan mutunya. Masalah makan yang sering ditemui pada anak sekolah antaralain tidak sarapan, dengan berbagai alasan. Kebiasaan tidak sarapan di rumah mendorong anak untuk membeli makanan di sekolah. Makanan yang dibeli di luar rumah khususnya di sekitar sekolah belum tentu aman dan bergizi. Oleh karena itu anak-anak perlu mengetahui pentingnya makanan yang aman dan bergizi bagi pertumbuhannya. Pengetahuan siswa akan menentukan sikap serta praktiknya sehingga terbentuk suatu perilaku dalam memilih makanan yang bergizi dan aman. Berdasarkan teori Bloom (1908) diacu dalam Notoatmodjo (2007), perilaku dibagi menjadi pengetahuan (knowledge), sikap (atitude) dan praktik (practice). Perilaku makan yang mencerminkan kebiasaan makan pada dasarnya bertumpu pada dorongan yang diperoleh melalui proses belajar serta proses sosialisasi dalam keluarga, sekolah maupun sumber lain. Perilaku dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain. Faktor tersebut dapat berupa faktor internal dari siswa itu sendiri (umur, jenis kelamin, besaran uang saku) dan faktor eksternal berupa sosial ekonomi keluarga (pendidikan, pekerjaan, besar keluarga dan tingkat pendapatan keluarga), serta pengetahuan, sikap dan praktik orangtua, yang pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi siswa.
17
Siswa Sekolah Dasar Negri Kebon Kopi 2 Bogor
Karakteristik sosial ekonomi keluarga: Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Besar keluarga
Karakteristik Individu: Umur Jenis kelamin Besaran uang saku
Konsumsi pangan
kebiasaan sarapan pada siswa
Pengetahuan dan sikap ibu tentang kebiasaan sarapan pada siswa
Pengetahuan
Sikap
Praktik
Status gizi
Penyakit infeksi
Keterangan: = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang diteliti = Hubungan yang Tidak Diteliti Gambar 1 Kerangka pengetahuan, Sikap dan Praktik Kebiasaan Sarapan Pagi dan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar
18
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kebon Kopi 2 Bogor. Penentuan lokasi SDN Kebon Kopi 2 ini dengan alasan karena sekolah ini rata-rata pendapatan orangtuanya tergolong golongan bawah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2010. Penelitian ini mengkaji pengetahuan, sikap dan praktik tentang kebiasaan sarapan dan status gizi siswa SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di sekolah yang terpilih yaitu sebesar 215 orang. Cara pengambilan contoh dengan purposive sampling, menggunakan kriteria siswa tercatat sebagai siswa kelas 5 dan 6, dengan pertimbangan siswa telah dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik dan siswa yang telah cukup mendapatkan pendidikan mengenai gizi di tingkat sekolah dasar. Contoh yang memenuhi kriteria selama penelitian berlangsung diambil sebagai contoh. Jumlah calon contoh adalah 68 siswa dan jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 66 siswa,
dua siswa tidak diikutsertakan karena
datanya tidak lengkap. Sejumlah orangtua siswa (ibu) diambil dari masing-masing kelas 5 dan 6 yaitu 8 orang, total ibu yaitu 16 orang, berdasarkan pertimbangan ibu tersebut dapat mewakili kelompok umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer ini meliputi data karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, berat badan, tinggi badan, status gizi, dan jumlah uang saku). Data karakteristik orangtua (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, besar keluarga, dan pendapatan). Data pengetahuan, sikap dan praktik siswa tentang kebiasaan sarapan. Data pengetahuan dan sikap ibu terhadap kebiasaan sarapan siswa. Data sekunder yaitu data keadaan umum lokasi penelitian. Pengumpulan data karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, dan jumlah uang saku) serta data karakteristik orangtua (pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, besar keluarga, dan pendapatan) diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Data status gizi diperoleh dengan metode antropometri dengan menimbang berat badan contoh menggunakan alat timbangan berat badan yaitu timbangan injak digital merk AND ketelitian
19
minimum 50 gram, sedangkan data tinggi badan diperoleh dengan cara mengukur tinggi badan contoh dengan alat microtoise (HEIGHT kapasitas 200 cm). Data pengetahuan siswa tentang kebiasaan sarapan diperoleh dengan menggunakan kuesioner tentang kebiasaan sarapan pagi yang berisi 12 pertanyaan meliputi; kebersihan individu dan makanan, pengertian makanan bergizi, jenis dan fungsi zat gizi, pengertian sarapan, fungsi sarapan, alasan tidak sarapan, dampak tidak sarapan bagi tubuh. Data sikap siswa terhadap kebiasaan sarapan diperoleh dengan menggunakan kuesioner tentang kebiasaan sarapan yang berisi 12 pertanyaan meliputi; kebersihan individu, makanan yang aman dan bergizi serta kebiasaan sarapan. Data praktik kebiasaan sarapan siswa diperoleh dengan menggunakan kuesioner tentang kebiasaan sarapan yang berisi 13 pertanyaan meliputi; kebersihan individu dan makanan, makanan yang aman dan bergizi, kebiasaan sarapan dan kebiasaan membawa bekal. Data pengetahuan ibu, tentang kebiasaan sarapan diperoleh dengan menggunakan kuesioner tentang kebiasaan sarapan siswa yang berisi 10 pertanyaan meliputi; kebersihan individu dan makanan, pengertian makanan bergizi, jenis dan fungsi zat gizi, pengertian sarapan, fungsi sarapan, alasan tidak sarapan, dampak tidak sarapan bagi tubuh. Data sikap ibu terhadap kebiasaan sarapan siswa diperoleh dengan menggunakan kuesioner tentang kebiasaan sarapan yang berisi 10 pertanyaan meliputi; kebersihan individu, makanan yang aman dan bergizi serta kebiasaan sarapan. Rincian cara pengumpulan data pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. dibawah ini: Tabel 1 Cara pengumpulan data penelitian Jenis Data Karakteristik Individu
Karakteristi sosial ekonomi keluarga
Pengetahuan, sikap dan praktik kebiasaan sarapan
Variabel Umur, Jenis kelamin, Besaran uang saku
Cara pengumpulan data Wawancara
Berat badan,
Menimbang
Tinggi badan,
Mengukur tinggi badan
Pendidikan orangtua, pekerjaanorangtua, besar keluarga, dan pendapatan
Instrumen
Skala
Kuesioner
Ordinal
Timbangan berat badan Microtoise
Ordinal Ordinal
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
Wawancara
Kuesioner
Ordinal
20
Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak microsoft exell 2007 dan program SPSS versi 16.0 for windows dengan analisa deskriptif. Proses pengolahan meliputi editing, coding, entry, dan analisis. Data karakteristik contoh meliputi : data jenis kelamin dikelompokan menjadi 2 (laki-laki dan perempuan). Data umur yang dikelompokan berdasarkan sebaran contoh, data status gizi contoh dihitung dengan metode antropometri melalui perhitungan indeks masa tubuh dibandingkan dengan umur (IMT/U). Klasifikasi status gizi yang digunakan adalah menurut WHO (2007) yang mengkategorikan status gizi menjadi 5 kategori yaitu : sangat kurus (<-3SD), kurus (-3 ≤ SD < -2), normal (-2 ≤ SD <1), overweight (1≤ SD <2) dan obese ((2≤ SD <3). Data besaran uang saku contoh terdiri dari rendah, sedang dan tinggi, yang dihitung dengan menggunakan rumus: IK = NT – NR ∑ Kategori Keterangan : IK = interval kelas NT = nilai tertinggi NR = nilai terendah (Slamet 1993) Data karakteristik keluarga yang disajikan meliputi; data pendidikan orangtua dikelompokan berdasarkan sebaran contoh yaitu SD/ sederajat, SMP/ sederajat, SMA/ sederajat, PT (Perguruan Tinggi)/ sederajat. Data pekerjaan orangtua dikelompokan berdasarkan sebaran contoh yaitu PNS, Swasta, Petani/Buruh tani, Wiraswasta dan Lainnya. Data tingkat pendapatan orangtua akan diolah dengan cara mentabulasi pendapatan yang diperoleh oleh responden dalam sebulan yang berasal dari gaji dan berbagai sumber lain. Hasil tabulasi akan digunakan untuk menghitung pendapatan perkapita per bulan. Dimana pendapatan perkapita per bulan merupakan hasil dari pembagian jumlah pendapatan orangtua setiap bulannya dengan jumlah anggota keluarga. Hasil yang diperoleh kemudian diklasifilkasikan berdasarkan miskin dan tidak miskin. Menurut Hurlock (1999), data besar keluarga dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar (≥ 7 orang), yang akan disajikan secara deskriptif.
21
Data pengetahuan siswa (12 pertanyaan) dan ibu (10 pertanyaan) tentang kebiasaan sarapan diukur dengan penilaian masing-masing pertanyaan akan diberi skor 1 jika contoh menjawab benar dan skor 0 jika contoh menjawab salah.Total skor pengetahuan siswa diperoleh maksimum adalah 12 dan minimum adalah 0 dan total skor pengetahuan ibu maksimum adalah 10 dan minimum adalah 0. Selanjutnya total nilai pengetahuan siswa dan ibu tentang kebiasaan sarapan dikategorikan menjadi pengetahuan kurang yaitu jika skor <60%, pengetahuan sedang jika skor 60% - 80% dan pengetahuan baik jika skor >80% (Khomsan 2000). Data sikap siswa (12 pernyataan) dan ibu (10 pernyataan) terhadap kebiasaan sarapan. Cara penilaian pernyataan “positif” dan “negatif”, yaitu untuk penyataan “positif” akan diberi skor 1 apabila setuju, akan diberi skor 0 apabila tidak setuju. Sedangkan untuk pernyataan “negatif” akan diberi skor 0 apabila setuju, akan diberi skor 1 apabila tidak setuju. Total skor sikap siswa diperoleh maksimum adalah 12 dan minimum adalah 0 serta total skor sikap ibu maksimum 10 dan minimum 0. Selanjutnya total nilai sikap siswa dan ibu terhadap kebiasaan sarapan akan dikategorikan menjadi tiga, yaitu (1) sikap negatif, apabila skor <60% dari total jawaban yang benar,(2) sikap netral, apabila skor 60%-80% dari total jawaban yang benar, serta (3)sikap positif, apabila skor >80% dari total jawaban yang benar (Khomsan 2000). Data praktik siswa terhadap kebiasaan sarapan diukur dengan 9 pertanyaan, penilaia tindakan positif akan di beri skor 2 (jawaban “ya”), skor 1 (jawaban “kadang-kadang” dan skor 0 (jawaban “tidak”) dan tindakan negatif akan diberi nilai 0 (jawaban “ya”), skor 1 (jawaban “kadang-kadang” dan skor 2 (jawaban “tidak”) sehingga skor total praktik siswa terhadap kebiasaan sarapan pagi maksimum 18 dan minimum 0. Dari total nilai praktik kebiasaan sarapan pagi siswa, dikategorikan menjadi tiga, yaitu (1) praktik tergolong kurang jika skor <60% dari total jawaban yang benar,(2) praktik tergolong cukup apabila skor 60%-80% dari total jawaban yang benar, serta (3) praktik tergolong baik, apabila skor >80% dari total jawaban yang benar (Khomsan 2000).
22
Untuk lebih jelasnya, rincian pengelompokan dan pengkategorian variabel penelitian dapat di lihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kelompok dan kategori variabel penelitian No. 1.
Variabel Jenis kelamin
2.
Besaran uang saku
3.
Pendidikan orang tua
4.
Pekerjaan orang tua
5.
Pendapatan orang tua
6.
Besar keluarga
7.
Pengetahuan
8.
Sikap
9.
Praktik
10.
Status Gizi Siswa Berdasarkan IMT/U
Kategori dan kelompok Laki-laki Perempuan Rp 1000- Rp 3000 >Rp 3000- 5000 >Rp 5000 Tamat SD/sederajat Tamat SMP/ sederajat Tamat SMA/sederajat Tamat perguruan Tinggi
Sumber
Slamet (1993)
PNS/TNI/POLRI Swasta Petani /buruh tani Wiraswasta Lainnya Miskin < Rp223.218 Tidak miskin ≥ Rp223.218
Kecil (≤4 orang) Sedang (5-6orang) Besar >7 orang Kurang yaitu jika skor <60%, Sedang jika skor 60% - 80% Baik jika skor >80% Negatif jika skor <60%, Netral jika skor 60% - 80% Positif jika skor >80% Kurang yaitu jika skor <60%, Cukup jika skor 60% - 80% Baik jika skor >80%
Hurlock (1999)
Sangat kurus (<-3SD) Kurus (-3 ≤ SD < -2) Normal (-2 ≤ SD <1) Overweight (1≤ SD <2) dan Obese ((2≤ SD <3).
WHO (2007)
BPS (2009)
Khomsan (2000).
Khomsan (2000).
Khomsan (2000).
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16,0 for windows. Uji satistik yang dilakukan antara lain: Uji korelasi Pearson dan rank Spearman untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengetahuan, sikap dengan praktik kebiasaan sarapan pada siswa SD serta status gizi.
23
Definisi Operasional Contoh adalah siswa kelas 5 dan 6 yang bersekolah di SDN kebon kopi 2 Bogor Karakteristik Contoh adalah cirik has yang dimiliki siswa berupa umur, jenis kelamin, berat badan, Tinggi badan, besaran uang saku. Karakteristik sosial ekonomi keluarga adalah ciri khas yang dimiliki keluarga berupa pendidikan orangtua, pekerjaan orang tua, pendapatan orangtua dan besar keluarga. Pendapatan orangtua adalah jumlah pendapatan keluarga yang diperoleh dari pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan dalam bentuk uang dalam sebulan. Besar keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal dirumah dan tercantum dalam kartu keluarga. Besar keluarga dikategorikan menjadi tiga yaitu kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar (≥ 7 orang). Pengetahuan kebiasaan sarapan adalah pemahaman siswa dan orangtua tentang kebersihan individu dan makanan, pengertian makanan bergizi, jenis dan fungsi zat gizi, pengertian sarapan, fungsi sarapan, alasan tidak sarapan, dampak tidak sarapan bagi tubuh, yang diukur dari skor jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner. Sikap terhadap kebiasaan sarapan adalah kecendrungan tingkah laku siswa terhadap kebiasaan sarapan : kebersihan individu dan makanan, pengertian makanan bergizi, jenis dan fungsi zat gizi, pengertian sarapan, fungsi sarapan, alasan tidak sarapan, dampak tidak sarapan bagi tubuh, yang diukur dari skor jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner. Praktik kebiasaan sarapan adalah tindakan yang dilakukan berhubungan dengan kebiasaan sarapan meliputi : kebersihan individu dan makanan, pengertian makanan bergizi, jenis dan fungsi zat gizi, pengertian sarapan, fungsi sarapan, alasan tidak sarapan, dampak tidak sarapan bagi tubuh, yang diukur dari skor jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner.
24
Sarapan adalah kegiatan mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang dan memenuhi 25%-30% dari kebutuhan energi total dalam sehari yang dilakukan pada pagi hari oleh siswa sebelum kegiatan belajar disekolah. Status gizi yaitu keadaan tubuh contoh yang ditentukan berdasarkan perhitungan Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U), mengacu pada WHO (2007) yang diklasifikasikan menjadi 5 kategori, yaitu sangat kurus (<-3 SD), kurus (-3≤ SD <-2 ), normal (-2≤ SD <+1), overweight (1≤ SD <+2) dan obese (>+2 SD).
25
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum sekolah SDN Kebon Kopi 2 adalah sekolah yang berada di jalan Kebon Kopi Rt.04/09 kelurahan Kebon Kelapa terletak di Kota Bogor Kecamatan Bogor Tengah. Berdiri pada tahun 1973 dan beroperasi tahun 1974. Sekolah ini memiliki tenaga pendidik yang berjumlah 13 orang, terdiri dari 3 orang S1, 4 orang D2, 1 orang D1, 2 orang SPG dan 2 orang SMA serta 1 orang SLTP. Jumlah siswa sebanyak 215 orang terdiri dari 32 orang siswa kelas 1, 39 orang siswa kelas 2, 34 orang kelas 3, 43 orang siswa kelas 4, 32 orang siswa kelas 5, dan 35 orang siswa kelas 6. Jumlah kelas ada sebanyak 6 kelas. Siswa memulai pelajaran pukul 07.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB untuk kelas 5 dan 6. Fasilitas yang tersedia terdiri dari ruang belajar, ruang kepala sekolah dan ruang guru, ruang komputer, perpustakaan, UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), rumah dinas guru dan penjaga sekolah, mushola, WC, sarana air bersih dan listrik berasal dari PDAM dan PLN. SDN Kebon Kopi 2 ini tidak memiliki kantin, karena bangunan untuk kantin direnovasi dan dijadikan ruang belajar. Dana operasi dan perawatan berasal dari dana BOS dan SD gratis. Karakteristik contoh Jenis kelamin siswa Lebih dari separuh siswa berjenis kelamin perempuan sebesar 56.1% sedangkan laki-laki sebesar 43.9%. Siswa yang berjenis kelamin perempuan di kelas 5 terdapat 55.6% dan 44.4% siswa berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan di kelas 6 siswa yang berjenis kelamin perempuan sebesar 56,7% dan berjenis kelamin laki-laki sebesar 43.3%. Umur siswa Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa secara umum, umur siswa kelas 5 dan 6 berkisar antara 9–13 tahun dan tersebar pada umur 10 tahun (40.9%), begitu pula pada siswa kelas 5 (72.2%) sedangkan siswa kelas 6, kebanyakan siswa berumur 11 tahun (60.0%). Anak sekolah dasar atau anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6 -12 tahun. Menurut Hurlock (1999), masa ini sebagai akhir masa kanak-kanak (late childhood) yang berlangsung dari usia 6 tahun sampai tiba saatnya anak menjadi matang secara seksual, yaitu 13 tahun bagi anak perempuan dan 14 tahun bagi anak laki-laki.
26
Tabel 3 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan umur Umur (tahun)
Kelas 5
Kelas 6
9
4
11.1
0
0
4
% 6.1
10
26
72.2
1
3.3
27
40.9
11
5
13.9
18
60.0
23
34.8
12
1
2.8
9
30.0
10
15.2
0 36
0.0 100
2 30
6.7 100
2 66
3.0 100
13 Total
n
%
n
Total %
n
Seperti yang kita ketahui bahwa golongan umur anak sekolah ini belum mencapai dewasa dan merupakan generasi yang perlu mendapatkan perhatian dalam konsumsi pangannya. Pola makan pada masa ini perlu mendapat perhatian khusus, karena pola konsumsi saat ini akan terbawa terus sampai dewasa. Besaran uang saku Dari hasil penelitian dapat dilihat rata-rata uang saku siswa kelas 5 dan 6 sehari berkisar Rp1000-Rp3000 yaitu (48.5%). Uang saku siswa kelas 5 lebih rendah dibanding siswa kelas 6, jika dilihat pada data pekerjaan ayah, pada siswa kelas 5 ayah banyak yang bekerja sebagai buruh sedangkan kelas 6 sebagai wiraswasta. Besaran uang saku siswa kelas 5 dan 6 ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan uang saku Jenis kelamin
Kelas 5
Kelas 6
n
%
Rendah (Rp1000-Rp3000)
23
Sedang (>Rp3000-Rp5000)
8
Tinggi (>Rp5000) Total
Total
n
%
n
%
63.9
9
30.0
32
48.5
22.2
16
53.3
24
36.4
5
13.9
5
16.7
10
15.2
36
100
30
100
66
100
Anak sekolah pada umumnya memiliki sejumlah uang yang diberikan orangtua untuk keperluan jajan dan keperluan lainnya yang biasa disebut uang saku. Oleh siswa uang saku ini digunakan untuk jajan dan menabung disekolah. Menurut Napitu (1994) dalam Adhistiana (2009), bahwa pemberian uang saku kepada anak dapat mempengaruhi anak untuk belajar bertanggung jawab atas uang yang dimilikinya. Pemberian uang saku ini merupakan bagian dari
27
pengalokasian
pendapatan
keluarga
kepada
anak
untuk
keperluan
harian,mingguan atau bulanan, baik untuk keperluan jajan atau keperluan nya seperti membeli alat tulis, menabung dan sebagainnya. Besar uang saku yang dimiliki tiap anak sangat beragam tergantung pada faktor-faktor yang mendukungnya. Karakteristik keluarga Pendidikan orangtua Pendidikan ayah dan ibu dibagi menjadi lima kategori tamat SD/ sederajat, SD/ sederajat,
SMP/ sederajat, SMA/ sederajat, PT (Perguruan
Tinggi)/ sederajat. Tabel 6 menunjukkan pada siswa kelas 5 jumlah ayah yang berpendidikan SD dan SMP masih cukup tinggi yaitu sebesar (30.6%) dibanding pendidikan ayah siswa kelas 6, ayah yang berpendidikan SD (23.3%) dab SMP (26.7%). Jumlah ibu yang berpendidikan SD dan SMP masih cukup tinggi yaitu sebesar (30.0%). Pendidikan ibu
pada siswa kelas 5 lebih rendah daripada
pendidikan ibu kelas 6. Umumnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan prilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi mengenai gizi dan kesehatan anak (Rahmawati 2006). Sebaran tingkat pendidikan orangtua siswa berdasarkan kelas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran orangtua siswa berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Ayah Kelas 5 Kategori pendidikan
Pendidikan Ibu
Kelas 6
Kelas 5
Kelas 6
n
%
n
%
n
%
n
%
Tamat SD
11
30.6
7
23.3
13
36.1
9
30.0
SMP
11
30.6
8
26.7
15
41.7
9
30.0
SMA
12
33.3
14
46.7
8
22.2
11
36.7
2
5.6
1
3.3
0
0.0
1
3.3
36
100
30
100
36
100
30
100
Perguruan Tinggi Total
Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak karena dengan pendidikan yang baik, maka orangtua dapat menerima segala informasi dari luar terutama cara pengasuhan anak yang baik, cara menjaga kesehatan anak, pendidikan anak dan sebagainya Soetjiningsih (1995). Selain itu menurut Suhardjo (2003), orang yang berpendidikan tinggi cendrung memilih makanan yang murah tetapi kandungan gizinya tinggi, sesuai
28
dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan anak sejak kecil sehingga kebutuhan gizinya dapat terpenuhi dengan baik. Pekerjaan orangtua Jenis pekerjaan berhubungan erat dengan pendapatan yang diterima. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pekerjaan orangtua (ayah) ternyata cukup beragam, pada siswa kelas 5 sebagian besar bekerja sebagai buruh (38.9%) dan siswa kelas 6 bekerja sebagai wiraswasta (40.0%). Bayaknya ayah yang bekerja sebagai buruh pada siswa kelas 5 bisa dilihat juga pada pendidikan ayah siswa kelas 5 masih banyak yang berpendidikan tamat SD dan SMP dibandingkan dengan kelas 6. Pendidikan dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup dalam berbagai hal. Misalkan pekerjaan tersedia, seseorang yang memiliki pendidikan biasanya dapat masuk kegolongan pekerjaan yang diupah lebih tinggi dibandingkan
orang
yang
tidak
memiliki
pendidikan
(Soehardjo
1989).
Sedangkan untuk pekerjaan ibu, hampir keseluruhan ibu sebagai ibu rumah tangga baik pada siswa kelas 5 (88.9%) maupun pada siswa kelas 6 (93.3%). Sebaran orangtua siswa berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Sebaran orangtua siswa berdasarkan jenis pekerjaan Pekerjaan Ayah Kategori pekerjaan
Kelas 5 n
PNS (guru) Swasta (pedagang, karyawan)
Pekerjaan Ibu
Kelas 6
1
% 2.8
n 0
% 0.0
Kelas 5 n
Kelas 6
0
% 0.0
n 0
% 0.0
9
25.0
8
26.7
1
2.8
1
3.3
14
38.9
8
26.7
2
5.6
0
0.0
Wiraswasta
7
19.4
11
36.7
1
2.8
1
3.3
Lainnya (supir, serabutan)
5
13.9
3
10.0
0
0
0
0
0 36
0 100
0 30
0 100
32 36
88.9 100
28 30
93.3 100
Buruh
Ibu Rumah Tangga Total
Pendapatan keluarga Tabel 7 menunjukkan sebaran keluarga siswa berdasarkan tingkat pendapatan perkapita perbulan. Pendapatan perkapita keluarga siswa perbulan sebagian besar adalah tergolong miskin (
Menurut Harper, Deaton & Driskel (1986), pendapatan
seseorang atau keluarga akan menentukan daya beli terhadap pangan. Semakin meningkatnya pendapatan seseorang maka akan terjadi perubahan di dalam
29
susunan menunya setiap hari. Tingkat pendapatan yang tinggi dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi anggota keluarga untuk memilih pangan yang lebih baik berdasarkan jumlah dan jenisnya. Tabel 7 Sebaran orangtua siswa berdasarkan pendapatan keluarga/kap/bulan Pendapatan/kapita/bulan (Rp)
Kelas 5 n %
Kelas 6 n %
n
Total %
Miskin (
23
63.9
26
86.7
49
74.2
Tidak miskin (
13
36.1
4
13.3
17
25.8
Total
36
100
30
100
66
100
Besar keluarga Jumlah anggota keluarga siswa baik kelas 5 (47.2%) maupun kelas 6 (46.7%) tergolong keluarga sedang. Sebaran besar keluarga siswa berdasarkan kelas dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan besar keluarga Besar keluarga
Kelas 5
Kelas 6
Total
n
%
n
%
n
%
≤4 (kecil)
13
36.1
12
40.0
25
37.9
5-6 (sedang)
17
47.2
14
46.7
31
47.0
6
16.7
4
13.3
10
15.2
36
100
30
100
66
100
≥7 (besar) Total
Menurut Sediaoetama (1989) pengaturan pengeluaran umtuk pangan sehari-hari akan lebih sulit jika jumlah anggota keluarga banyak. Hal ini menyebabkan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi anggota keluarga tidak mencukupi kebutuhan. Pengetahuan, sikap dan praktik kebiasaan sarapan siswa Pengetahuan siswa Secara umum pengetahuan siswa kelas 5 dan 6 tentang kebiasaan sarapan yang tergolong kurang masih cukup tinggi yaitu (33.3%), rata-rata nilai skor pengetahuan siswa yaitu 68,31. Pada siswa kelas 5, pengetahuan tentang kebiasaan sarapan lebih rendah dari kelas 6. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai skor pengetahuan pada siswa kelas 5 yaitu 61.1 dan kelas 6 sebesar 76,9. Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan pengetahuan tentang kebiasaan sarapan dapat dilihat pada Tabel 9.
30
Tabel 9 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan pengetahuan tentang kebiasaan sarapan Kelas 5
Kategori pengetahuan
Kelas 6
n
%
Kurang (<60%)
17
Sedang (60%-80%)
14
Baik (>80%)
5
Total
36
Total
n
%
n
%
47.2
5
16.7
22
33.3
38.9
14
46.7
28
42.4
13.9
11
36.7
16
24.2
100
30
100
66
100
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo 2007). Menurut Pranadji (1994), pengetahuan mengenai jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsi pada diri anak-anak, sangat erat hubungannya dengan nilai-nilai dan kepercayaan terhadap makanan yang diperolehnya melalui pendidikan baik di sekolah maupun di rumah. Tabel 10 menjelaskan mengenai presentase jawaban dari setiap pertanyaan yang dijawab benar oleh siswa kelas 5 dan 6. Sebagian pertanyaan telah dapat dipahami siswa dengan baik hal ini dapat dilihat dari persentase jawaban yang lebih dari >80% yaitu pertanyaan tentang kebiasaan cuci tangan, sarapan yang sehat dan bergizi, makanan yang bergizi dan aman untuk sarapan, mengapa perlu sarapan dan kebiasaan sarapan setiap hari serta akibat makanan dan minuman yang tidak bersih dan sehat. Persentase jawaban 60%-80% yaitu dari pertanyaan, fungsi karbohidrat bagi tubuh.
31
Tabel 10 Sebaran pertanyaan pengetahuan tentang kebiasaan sarapan dijawab benar oleh siswa kelas 5 dan 6 No
Pertanyaan
Kelas 5
Kelas 6
Total
n
%
n
%
n
%
1
Kebiasaan mencuci tangan
34
97.1
30
100
64
97.0
2
Makanan yang dijual disekolah
14
40.0
17
56.7
31
47.0
3
Sarapan yang sehat dan bergizi
34
97.1
30
100
64
97.0
4
5
14.3
5
16.7
10
15.2
25
71.4
28
93.3
53
80.3
30
85.7
30
100
60
90.9
13
37.1
18
60.0
31
47.0
8
Pengertian makanan dan minuman yang tercemar Akibat makanan dan minuman yang tidak bersih dan tidak sehat Makanan yang bergizi dan aman untuk sarapan Jenis-jenis zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh Fungsi karbohidrat bagi tubuh
19
54.4
24
80.0
43
65.2
9
Fungsi protein bagi tubuh
12
34.3
17
56.7
29
43.9
10
Mengapa kita perlu sarapan
29
82.9
29
96.7
58
87.9
11
Kebiasaan Sarapan
33
94.3
30
100
63
95.5
12
Akibat Tidak sarapan
16
45.7
19
63.3
35
53.0
5 6 7
Namun masih ada beberapa pertanyaan yang tidak dapat dijwab dengan baik oleh siswa dengan persentase <60% yaitu fungsi protein bagi tubuh jenis zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dan akibat tidak sarapan. Pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab oleh sebagian siswa diduga karena siswa belum paham dan belum cukup mendapatkan materi tentang gizi disekolah. Adapun pertanyaan yang relatif tidak dapat dijawab siswa adalah pengertian makanan dan minuman yang tercemar (15.2%). Sikap siswa Pada Tabel 11 dapat dilihat masih ada sikap siswa terhadap kebiasaan sarapan pagi yang tergolong negatif (25.8%) dan netral (36.4%). Rata-rata skor nilai sikap siswa kelas 5 dan 6 yaitu 72,8. Dapat dilihat pada siswa kelas 5 dan kelas 6 sikap siswa terhadap kebiasaan sarapan pagi yang tergolong negatif berturut-turut 25.0% dan 26.7%. Rata-rata skor sikap siswa kelas 5 yaitu 70.1 dan kelas 6 yaitu 76.1.
32
Tabel 11 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan sikap terhadap kebiasaan sarapan pagi Kelas 5
Sikap
Kelas 6
Total
n
%
n
%
n
%
Negatif (<60%)
9
25.0
8
26.7
17
25.8
Netral (60%-80%)
16
44.4
8
26.7
24
36.4
Positif (>80%)
11
30.6
14
46.7
25
37.9
Total
36
100
30
100
66
100
Menurut Suhardjo (1989) sikap manusia terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan respon-respon yang diperlihatkan oleh oranglain terhadap makanan sejak masa kanak-kanak. Pengalaman yang diperoleh
ada
yang
dirasakan
menyenagkan
atau
sebaliknya
tidak
menyenangkan, sehingga setiap individu dapat mempunyai sikap suka atau tidak suka (like or dislike) terhadap makanan. Khumaidi (1989) menyatakan bahwa sikap seseorang terhadap makanan dapat bernilai positif atau negatif. Sikap ini dipengaruhi oleh pelajaran dan pengalaman yang diperoleh pada masa sebelumnya. Pernyataan yang disajikan untuk data sikap siswa terhadap kebiasaan sarapan, dapat dilihat persentase >80% dari pernyataan siswa seperti tubuh memerlukan beragam zat gizi, kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan sarapan setiap hari, Kebersihan alat makan dan minum, sarapan dirumah lebih baik dari pada jajan di sekolah, sarapan yang baik harus mengandung semua zat gizi, serta pernyataan makanan yang dikemas lebih baik daripada yang tidak dikemas. Persentase 60-80% untuk pernyataan negatif yaitu sarapan tidak penting. Sebagian kecil juga masih tergolong negatif <60% seperti pernyataan peyebab makanan tercemar, makanan yang mengandung pewarna buatan dan pengawet dapat membahayakan kesehatan, hal ini di duga karena siswa belum memahami tentang bahaya pewarna buatan dan pengawet pada makanan, pernyataan tumpukan sampah dapat menyebabkan makanan tercemar, serta makanan yang dijual oleh pedagang keliling diluar pagar sekolah adalah makanan tidak sehat. Sebaran pernyataan sikap terhadap kebiasaan sarapan yang dijawab benar oleh siswa kelas 5 dan 6 disajikan pada Tabel 12.
33
Tabel 12 Sebaran pernyataan sikap terhadap kebiasaan sarapan yang dijawab setuju oleh siswa kelas 5 dan 6. No
Kelas 5
Pertanyaan
Kelas 6
Total
n
%
n
%
n
%
1
Kebiasaan mencuci tangan
36
100
28
93.3
61
89.7
2
Penyebab makanan tercemar
12
33.3
11
36.7
23
33.8
3
Kebersihan makanan
30
83.3
26
86.7
56
82.4
4
30
83.3
28
93.3
58
85.3
14
38.9
17
56.7
31
45.6
14
38.9
13
43.3
27
39.7
17
47.2
14
46.7
31
45.6
8
Pentingnya kebersihan alat untuk makanan dan minum Tumpukan sampah dapat menyebabkan makanan tercemar Makanan yang mengandung pewarna buatan dan pengawet Makanan yang dijual oleh pedagang keliling Tubuh membutuhkan beragam zat gizi
33
91.7
29
96.7
62
91.2
9
Sarapan tidak penting
25
69.4
28
93.3
53
77.9
10
Sarapan di rumah lebih baik dari pada jajan di sekolah Sarapan yang baik harus mengandung semua zat gizi Kebiasaan sarapan setiap hari
31
86.1
27
90.0
58
85.3
31
86.1
25
83.3
56
82.4
33
91.7
28
93.3
61
89.7
5 6 7
11 12
Praktik siswa Secara umum masih terdapat siswa kelas 5 dan 6 yang praktik kebiasaan sarapannya tergolong kurang (19.7%) dan cukup (53.0%), rata-rata skor nilai praktik siswa kelas 5 dan 6 yaitu 72.3. Praktik terhadap kebiasaan sarapan pada siswa kelas 5 masih ada yang tergolong kurang (25.0%), begitu juga pada siswa kelas 6 (13.3%). Rata-rata skor nilai praktik siswa kelas 5 yaitu 71.3 dan kelas 6 yaitu 73.5. Tabel 13 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan praktik kebiasaan sarapan Kelas 5 Umur
Kelas 6
Total
n
%
n
%
n
%
Kurang (<60%)
9
25.0
4
13.3
13
19.7
Cukup (60%-80%)
19
52.8
16
53.3
35
53.0
Baik (>80%)
8
22.2
10
33.3
18
27.3
Total
36
100
30
100
66
100
Praktik yang tergolong kurang ini bisa dilihat dari pengetahuan siswa yang masih tergolong kurang. Pengetahuan tentang kebiasaan sarapan adalah aspek kognitif yang menunjukkan pemahaman contoh tentang kebiasaan sarapan. Pengetahuan tentang kebiasaan sarapan merupakan hal penting yang
34
harus dimilki oleh siswa. Tingkat pengetahuan tentang kebiasaan sarapan siswa berpengaruh terhadap sikap dan praktik siswa dalam hal kebiasaan sarapan, dengan pengetahuan tentang kebiasaan sarapan yang baik, diharapkan siswa akan menerapkan perilaku makan yang baik khususnya tidak meninggalkan sarapan. Pada Tabel 14, dapat dilihat kebiasaan sarapan pada siswa kelas 5 dan 6 yaitu masih ada siswa yang tidak sarapan (4.5%), kadang-kadang (16.7%), dan lebih dari separuh siswa menjawab ya (78.8%). Siswa ini tidak sarapan karena tidak terbiasa sarapan. Tabel 14 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan kebiasan sarapan Kelas 5
Kebiasan sarapan siswa
Kelas 6
Total
n
%
n
%
n
%
Ya
27
75.0
25
83.3
52
78.8
Kadang-kadang
8
22.2
3
10.0
11
16.7
tidak pernah
1
2.8
2
6.7
3
4.5
Total
36
100
30
100
66
100
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Faridi (2002), alasan seseorang melakukan sarapan antara lain untuk meningkatkan kesehatan. Hal ini dirasakan karena selama aktivitas belajar dibutuhkan energi dan badan yang sehat agar dapat menerima pelajaran dengan baik. Selain itu sarapan dapat meningkatkan konsentrasi belajar. Kebiasaan sarapan terbentuk oleh keluarga. Orang tualah yang membiasakan anak untuk sarapan sehingga anak merasa bahwa sarapan adalah kebiasaan yang harus dilakukan. Pada Tabel 15 dapat dilihat sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan frekuensi sarapan diperoleh frekuensi sarapan siswa < 4 kali dalam seminggu masih cukup tinggi yaitu 36.4%, frekuensi sarapan siswa ≥ 4kali dalam seminggu (59.1%) dan masih ada siswa yang tidak pernah sarapan (4.5%). Hal ini dikarenakan siswa tersebut tidak terbiasa sarapan. Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang baik adalah tiga kali dalam sehari. Tidak mungkin seseorang apalagi anak-anak, memenuhi kebutuhan gizinya hanya dari satu atau dua kali makan setiap hari. Secara kuantitas dan kualitas kalau hanya satu atau dua kali makan setiap hari, maka konsumsi pangan anak-anak mungkin sekali kurang, karena keterbatasan kapasitas lambungnya. Namun demikian pada kenyataannya masih banyak anak-anak yang frekuensi makannya kurang dari tiga kali sehari. Waktu makan
35
yang sering ditinggalkan oleh anak pada umumnya adalah makan pagi (Madanijah 1994). Tabel 15 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan frekuensi sarapan dalam seminggu Frekuensi sarapan dalam 1 minggu
Kelas 5
Kelas 6
Total
n
%
n
%
n
%
≥ 4kali
21
58.3
18
60.0
39
59.1
< 4 kali
13
36.1
11
36.7
24
36.4
tidak pernah
2
5.6
1
3.3
3
4.5
Total
36
100
30
100
66
100
Alasan siswa tidak sarapan dibagi dalam tiga kategori karena tidak disediakan dirumah, tidak nafsu makan dan tidak sempat. Pada siswa kelas 5 maupun siswa kelas 6, sebesar 46.4% alasan siswa tidak sarapan adalah karena tidak nafsu makan, selebihnya karena tidak disediakan dirumah dan karena tidak sempat. Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan alasan tidak sarapan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan alasan tidak sarapan Kelas 5
Alasan tidak sarapan
Kelas 6
Total
n
%
n
%
n
%
Tidak disediakan dirumah
12
33.3
8
26.7
20
30.3
Tidak nafsu makan
14
38.9
14
46.7
28
46.4
Tidak sempat
10
27.8
8
26.7
18
27.3
Total
36
100
30
100
66
100
Menurut Khomsan (2005) sarapan adalah suatu kegiatan makan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada pagi hari. Alasan tidak sarapan yaitu tidak sempat atau terburu-buru, merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, tidak ada selera makan, maupun ingin diet supaya berat badan bisa cepat turun. Tabel 17 menjelaskan jenis sarapan yang biasa dikonsumsi oleh siswa pada saat sarapan. Sebesar 25.8% siswa sarapan dengan nasi dan lauk pauk seperti ikan dan telur, dari hasil juga diperoleh siswa sarapan hanya dengan nasi dan sayur, sayur yang biasa dikonsumsi seperti sayur sop dan sayur bayam. Jika dilihat dari data yang diperoleh, siswa belum sarapan sesuai dengan menu seimbang.
36
Tabel 17 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan jenis sarapan No
Jenis sarapan
1 2 3 4
Bubur Nasi goreng Nasi,lauk pauk (ikan dan telur) Nasi,lauk pauk (ikan, telur),sayur (sop, bayamdll) Nasi,sayur (sayur sop, bayam dll) Roti, bihun, gorengan Tidak sarapan
5 6 7
Kelas 5 n % 1 2.8 8 22.2 11 30.6
Kelas 6 n % 1 3.3 5 16.7 6 20.0
n 2 13 17
Total % 3.0 19.7 25.8
7
19.4
7
23.3
14
21.2
0 8 1
0.0 22.2 2.8
2 7 2
6.7 23.3 6.7
2 15 3
3.0 22.7 4.5
Jenis makanan untuk sarapan dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan dan akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur dalam jumlah yang seimbang. Khomsan (2005) menjelaskan bahwa bila sarapan dengan aneka ragam pangan, yang terdiri dari nasi, sayur/buah, lauk pauk dan susu, dapat memenuhi kebutuhan akan vitamin dan mineral. Tabel 18 menunjukan sebaran pertanyaan praktik kebiasaan sarapan yang dijawab ya oleh siswa kelas 5 dan 6, dari pertanyaan yang diajukan untuk praktik tentang kebiasaan sarapan, pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh siswa (>80%) baik pada siswa kelas 5 maupun kelas 6 adalah kebiasaan mencuci tangan setiap kali hendak makan. Pertanyaan yang dijawab dengan persentase (60%-80%) antara lain, jika membeli makanan/minuman disekolah selalu membeli makanan/minuman karena makanan tersebut sehat dan bergizi, apakah selalu mencuci tangan setiap kali hendak makan, apakah selalu memperhatikan kebersihan tempat membeli makanan, serta pertanyaan lebih memilih makanan kesukaan walaupun dihinggapi lalat dibanding makanan yang dikemas (dibungkus). Pertanyaan yang dijawab dengan persentase <60% yaitu, pertanyaan tentang kebiasaan membeli makanan jajanan seperti cilok, cimol dengan saos yang berlebihan, kebiasaan tidak sarapan karena bisa jajan di sekolah, pertanyaan apakah selalu bawa bekal dari rumah, dari pada jajan. Serta pertanyaan apakah selalu membeli makanan jajanan diluar sekolah, rata-rata siswa menjawab ya hanya sebagian kecil menjawab jarang (13.6%). Hal ini dikarenakan disekolah tersebut tidak memiliki kantin sekolah. Umumnya siswa jajan di luar pekarangan sekolah.
37
Tabel 18 Sebaran pertanyaan praktik kebiasaan sarapan pagi yang dijawab ya oleh siswa No
1 2 3
4 5 6 7 8 9
Pertanyaan Selalu mencuci tangan Selalu memperhatikan kebersihan tempat membeli makanan Lebih memilih makanan kesukaan walaupun dihinggapi lalat dibanding makanan yang dikemas Kebiasaan membeli makanan jajanan dengan saos yang berlebihan Selalu membeli makanan/minuman jajanan yang dijual diluar sekolah Membeli makanan/minuman karena makanan tersebut sehat dan bergizi Lebih memilih tidak sarapan karena bisa jajan di sekolah Selalu bawa bekal dari rumah, dari pada jajan Selalu menyempatkan diri untuk sarapan
Kelas 5
Kelas 6
Total
n
%
n
%
n
%
32
88.9
26
86.7
58
87.9
24
66.7
19
63.3
43
65.2
24
66.7
19
63.3
43
65.2
10
27.8
10
33.3
20
30.3
4
11.1
5
16.7
9
13.6
26
72.2
21
70.0
47
71.2
17
47.2
13
43.3
30
45.5
15
41.7
13
43.3
28
42.4
20
55.6
21
70.0
41
62.1
Dari hasil penelitian Hermina et all di Desa Ciheuleut pada tahun 2000, menyebutkan ada sebagian siswa (35.0%) membeli sendiri makanan jajanan disekolah dan dikonsumsi sebelum masuk kelas (pukul 06.00-07.00), jenis makanan yang dikonsumsi untuk sarapan biasanya berupa bubur nasi, nasi uduk, bihun goreng, buras/lontong, dan gorengan. Namun bagi siswa yang tidak tahu memilih makanan jajanan untuk sarapannya, makanan yang mereka pilih pada pagi hari adalah cilok, es atau chiki dan sejenisnya yang kandungan energinya sangat rendah dan kurang baik bagi kesehatan anak.
Pengetahuan dan sikap ibu tentang kebiasaan sarapan siswa Pengetahuan ibu Penelitian ini juga mewawancarai beberapa ibu untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu terhadap kebiasaan sarapan siswa, dari 16 ibu hanya 43.8% ibu memiliki pengetahuan yang tergolong baik, masih ada sebagian kecil ibu yang berpengetahuan kurang (18.8%) dan tergolong pengetahuan sedang (37.5%). Masih ada ibu yang berpengetahuan kurang dan sedang ini dapat dilihat dari pendidikan ibu yang masih rendah, umumnya tamat SD dan SMP. Menurut Madanijah (2004), terdapat hubungan yang positif antara pendidikan ibu dengan
38
pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung mempunyai pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak yang baik. Seperti pada Tabel 19 berikut ini. Tabel 19 Sebaran ibu berdasarkan pengetahuan tentang kebiasaan sarapan pada siswa Kategori Kurang (<60%) Sedang (60%-80%) Baik (>80%) Total
n 3 6 7 16
% 18.8 37.5 43.8 100.0
Menurut Harper, Deaton & Driskel (1986) terdapat kecendrungan pengaruh pangan anak dan keluarga. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi ibu, maka tingkat konsumsi pangan anak dan keluarga semakin baik. Tingkat pengetahuan gizi ibu yang baik akan mempermudah pelaksananaan tanggung jawab seorang ibu yaitu tanggung jawab berupa pemilihan jenis pangan yang mengandung zat gizi baik untuk keluarganya. Sikap ibu Tabel 20 menunjukkan, tidak ada satu orang ibu yang memiliki sikap negatif terhadap kebiasaan sarapan siswa. Hampir keseluruhan Ibu, sikapnya terhadap kebiasaan sarapan pagi siswa tergolong positif (93.8%), hanya sebagian kecil tergolong netral (6.2%). Tabel 20 Sebaran ibu berdasarkan sikap terhadap kebiasaan sarapan siswa Kategori Negatif (<60%) Netral (60%-80%) Positif (>80%) Total
n 0 1 15 16
% 0.0 6.2 93.8 100.0
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (cover behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi sutu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo 2007).
39
Status gizi siswa Status gizi siswa ditentukan berdasarkan perhitungan Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT), mengacu pada WHO (2007) yang diklasifikasikan menjadi 5 kategori, yaitu sangat kurus, kurus, normal, overweight dan status gizi obese. Berdasarkan klasifikasi tersebut, masih ada sebagian siswa memiliki status gizi kurus (22.7%). Status gizi merupakan gambaran mengenai keseimbangan antara asupan dengan kebutuhan zat-zat gizi untuk proses tumbuh kembang anak. Anak yang keadaan gizi baik cenderung lebih mempunyai daya tahan terhadap infeksi, lebih bersemangat, lebih cerdas, lebih tekun dan lebih mampu untuk bekerja keras daripada anak yang kurang gizi, sebaliknya anak yang kurang gizi cenderung mudah terkena infeksi, konsentrasi belajar menurun dan pertumbuhan terhambat serta perubahan perilaku karena kerusakan struktur jaringan (Nursyantu et al 1992). Menurut Suhardjo (2003), keadaan gizi yang kurang baik dapat menurunkan kemampuan berfikir dan kemampuan belajar anak-anak, karena IQ nya rendah atau pertumbuhan fisik dan mentalnya terganggu. Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan status gizi siswa dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Sebaran siswa kelas 5 dan 6 berdasarkan status gizi Status gizi
Kelas 5 n
Kelas 6
%
n
%
Total n
%
Sangat kurus (<-3SD)
0
0.0
0
0.0
0
0.0
Kurus (-3≤SD<-2)
8
22.2
7
23.3
15
22.7
Normal (-2≤ SD <+1)
24
66.7
20
66.7
44
66.7
Overweight (1≤ SD <+2)
1
2.8
3
10.0
4
6.1
Obese (>+2 SD)
3
8.3
0
0.0
3
4.5
36
100
30
100
66
100
Status gizi siswa yang tergolong normal sebesar 66.7%, masih ada sebagian kecil siswa yang memiliki status gizi overweight (6.1%) dan obese (4.5%). Status gizi merupakan indikator seseorang mengkonsumsi pangan secara
cukup
dan
seimbang.
Ketidakseimbangangan
konsumsi
pangan
menyebabkan timbulnya salah gizi yang dicerminkan oleh penyakit gizi lebih maupun gizi kurang. Gizi lebih seringkali diakibatkan konsumsi karbohidrat dan lemak yang berlebihan sehingga memicu timbulnya penyakit degeneratif. Sementara itu, gizi kurang adalah akibat individu mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak cukup dalam jangka waktu yang lama (Khomsan 1994).
40
Hubungan antar variabel Pengetahuan dengan sikap terhadap kebiasaan sarapan siswa Hasil uji statistik dengan uji korelasi Pearson menunjukkan, terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap terhadap kebiasaan sarapan pagi siswa (p=0,000; r=0,642). Artinya semakin tinggi pengetahuan maka semakin baik sikap siswa tersebut terhadap kebiasaan sarapan. Anak sekolah perlu diajar memilih dan menikmati bermacam-macam bahan pangan secara baik dan memberi pengertian adanya hubungan antara pangan dengan pertumbuhan badan serta kesehatan. Dengan demikian setelah menguasai pengetahuan tersebut siswa akan senantiasa menjaga kesehatan dan juga status gizinya, memiliki kebiasaan pangan yang baik, bersikap positif terhadap pangan-pangan bergizi, mempunyai keterampilan gizi serta mampu berperan sebagai “Agent of change” terhadap kebiasaan makan keluarganya (Pranadji 1991). Pengetahuan dengan praktik kebiasaan sarapan siswa Hasil uji statistik dengan uji korelasi Pearson menunjukkan, terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan praktik terhadap kebiasaan sarapan pagi siswa (p=0,010; r=0,316). Artinya semakin tinggi pengetahuan siswa maka semakin baik praktik siswa tersebut terhadap kebiasaan sarapan. Pengetahuan tentang kebiasaan sarapan pagi merupakan hal penting yang harus dimiliki siswa. Tingkat pengetahuan kebiasaan sarapan pagi siswa berpengaruh terhadap sikap dan praktik dalam sarapan pagi. Dengan pengetahuan kebiasaan sarapan yang baik, diharapkan siswa menerapkan kebiasaan sarapan setiap hari. Sikap dengan praktik siswa terhadap kebiasaan sarapan Hasil uji statistik dengan uji korelasi Pearson menunjukkan, terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan praktik terhadap kebiasaan sarapan pagi siswa (p=0,006; r=0,336). Artinya semakin baik sikap siswa maka semakin baik praktik siswa terhadap kebiasaan sarapan. Sikap dapat diartikan sikap terhadap objek tertentu yang merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai dengan kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan objek atau sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal (Gerungan 1996).
41
Pengetahuan, sikap dan praktik kebiasaan sarapan siswa dengan status gizi Hasil uji statistik dengan korelasi rank Spearman menunjukkan, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan status gizi siswa (p=0,922; r=-0,012). Artinya tingkat pengetahuan siswa tidak mempengaruhi status gizi, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan status gizi siswa (p=0,188; r=0,165). Artinya sikap siswa yang baik ataupun kurang tidak mempengaruhi status gizi. Begitu juga dengan praktik kebiasaan sarapan pagi siswa, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara praktik dengan status gizi siswa (p=0.476; r=0,089). Artinya praktik siswa yang baik ataupun kurang tidak mempengaruhi status gizi. Pengetahuan dan sikap ibu terhadap kebiasaan sarapan dengan status gizi siswa Hasil uji statistik dengan korelasi rank Spearman menunjukkan, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang kebiasaan sarapan siswa dengan status gizi siswa (p=0.975; r=0.008) dan antara sikap ibu terhadap kebiasaan sarapan siswa dengan status gizi siswa (p=0.169; r=0.361). Seperti yang diketahui masalah gizi merupakan masalah multi dimensi, dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab. Faktor penyebab langsung yang pertama adalah makanan yang dikonsumsi, harus memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang. Faktor penyebab langsung yang kedua adalah infeksi yang berkaitan dengan tingginya prevalensi dan kejadian penyakit infeksi terutama diare, ISPA, TBC, malaria, dll. Infeksi ini dapat mengganggu penyerapan asupan zat gizi sehingga mendorong terjadinya gizi kurang dan gizi buruk. Sebaliknya gizi kurang dapat melemahkan daya tahan tubuh anak sehingga mudah sakit. Kedua faktor penyebab langsung tersebut dapat ditimbulkan oleh faktor penyebab tidak langsung yaitu, ketersediaan dan pola konsumsi pangan dalam keluarga, pola pengasuhan anak dan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan.
42
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, karakteristik contoh meliputi; lebih dari separuh siswa berjenis kelamin perempuan sebesar 56.1% sedangkan laki-laki sebesar 43.9%. Umur siswa berkisar antara 9–13 tahun dan tersebar pada umur 10 tahun (40.9%). Sebagian besar uang saku siswa adalah Rp. 1000-Rp.3000 / hari. Uang saku siswa kelas 5 lebih rendah dibanding siswa kelas 6. Pendidikan ayah siswa kelas 5 yang berpendidikan SD
dan SMP masih cukup tinggi yaitu sebesar (30.6%) dibanding
pendidikan ayah siswa kelas 6, ayah yang berpendidikan SD (23.3%) dan SMP (26.7%). Pendidikan ibu pada siswa kelas 5 lebih rendah daripada pendidikan ibu kelas 6. Pada siswa kelas 5 sebagian besar bekerja sebagai buruh (38.9%) dan siswa kelas 6 bekerja sebagai wiraswasta (40.0%), sedangkan untuk pekerjaan ibu, hampir keseluruhan ibu sebagai ibu rumah tangga. Pendapatan keluarga siswa sebagian besar tergolong keluarga miskin (
Pengetahuan tentang kebiasaan sarapan siswa kelas 5 lebih rendah dari kelas 6. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai skor pengetahuan pada siswa kelas 5 yaitu 61.1 dan kelas 6 sebesar 76,9. Hasil menunjukkan masih ada sikap siswa terhadap kebiasaan sarapan pagi yang tergolong negatif (25.8%) dan netral (36.4%). Praktik siswa terhadap kebiasaan sarapan masih ada yang tergolong kurang (19.7%) dan cukup (53.0%). kebiasaan sarapan pada siswa yaitu masih ada siswa yang tidak sarapan (4.5%), kadang-kadang (16.7%), dan rata-rata siswa menjawab ya (78.8%). Sarapan siswa <4 kali dalam seminggu masih cukup tinggi. 36,4% alasan siswa tidak sarapan adalah karena tidak nafsu makan, selebihnya karena tidak disediakan dirumah dan karena tidak sempat. Untuk jenis sarapan, disimpulkan siswa belum sarapan sesuai dengan menu seimbang.
3.
Pengetahuan ibu tentang kebiasaan sarapan siswa, sebesar 43.8% ibu memiliki pengetahuan yang tergolong baik, masih ada sebagian kecil ibu yang berpengetahuan kurang (18.8%) dan tergolong pengetahuan sedang (37.5%). Hampir keseluruhan Ibu, sikapnya terhadap kebiasaan sarapan
43
pagi siswa tergolong positif, tidak ada satu orang ibu yang memiliki sikap negatif terhadap kebiasaan sarapan siswa. 4.
Status gizi siswa berdasarkan IMT/U (WHO 2007), masih ada sebagian siswa memiliki status gizi kurus (22.7%) dan siswa yang memiliki status gizi normal sebesar 66,7%, sebagian kecil siswa yang memiliki status gizi overweight (6.1%) dan obese (4.5%).
5.
Hasil uji statistik korelasi Pearson menunjukkan, terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap, pengetahuan dengan praktik dan sikap dengan praktik terhadap kebiasaan sarapan siswa. Hasil uji statistik korelasi rank Spearman menunjukkan, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan siswa dengan status gizi siswa, sikap siswa dengan status gizi siswa serta praktik siswa dengan status gizi siswa.
6.
Hasil uji statistik korelasi rank Spearman menunjukkan, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan status gizi siswa dan sikap ibu dengan status gizi siswa. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan, sikap dan praktik siswa
tentang kebiasaan sarapan masih ada yang tergolong kurang. Oleh karena itu perlu dilaksanakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik tentang kebiasaan sarapan siswa dengan mengadakan penyuluhan tentang pentingnya sarapan pagi. Selain itu juga menunjukkan bahwa masih ada siswa yang tidak sarapan. Oleh karena itu maka diharapkan peran serta ibu agar ibu lebih memperhatikan jenis menu sarapan yang sesuai dengan selera anak, serta variasi menu sesuai dengan konsep gizi seimbang. Namun tetap memperhatikan waktu pengolahan sehingga menjadi hidangan yang siap saji dan praktis untuk dibawa anak sebagai bekal ke sekolah. Dari hasil pengamatan, sekolah ini tidak memiliki kantin sekolah. Diharapkan kepada pihak sekolah dan instansi yang terkait sebaiknya lebih memperhatikan keberadaan kantin di lingkungan sekolah, dengan menyediakan kantin yang berlokasi dalam area pekarangan sekolah, dengan penjual yang telah dilatih sebelumnya. Sehingga memudahkan pengawasan dan kebersihan mutu makanan yang dijual.
44
DAFTAR PUSTAKA Almatsier S. 1994. Penuntun Diet Anak. Jakarta : Gramedia pustaka utama. _______. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Adhistiana R. 2009. Studi tentang Identifikasi Muatan Gizi dalam Mata Pelajaran serta Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Gizi Anak Sekolah Dasar [Skripsi]. Bogor : Jurusan gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Andri J. 2007. Pengetahuan Gizi dan sanitasi serta Kebiasaan Makan Mahasiswa IPB yang Pernah terserang Penyakit Tifus [Skripsi]. Bogor : program Studi gizi Masyarakat dan sumberdaya keluarga. Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Data Statistik di Indonesia. www.datastatistikindonesia.com. (20 Desember 2010). [BPS] Badan Pusat Statistik. 2001. Indikator Kesejahteraan Anak 2001. Jakarta : Badan Pusat Statistik. [DEPKES] Departemen Kesehatan RI, 2001. Dirtjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Panduan 13 pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta: Hal 29 Djusmaidar. 1991. Beberapa factor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan pagi pada usia sekolah [skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Faridi A. 2002. Hubungan Sarapan Pagi dengan Kadar glukosa Darah dan Konsentrasi Belajar pada Siswa Sekolah Dasar [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Gerungan. 1996. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco Harper, Deaton, Driskel. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Suhardjo, penerjemah. Jakarta:UI Pr. Terjemahan dari : Food, Nutrition and Agriculture. Hermina et all. 2000. Perilaku Makan Murid Sekolah Dasar Penerima PMT-AS Di Desa Ciheuleut dan Pasir Gaok Kabupaten Bogor. Bogor: Pusat penelitian dan Pengembangan Gizi. Hurlock EB.1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Khumaidi. 1989. Gizi Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan gizi. Institut Pertanian Bogor.
45
Khomsan A dan Herawati T. 2010. Pola Asuh Anak Diberbagai Provinsi dan Kabupate. Bogor : Institut Pertanian Bogor dan PT Nestle Indonesia. Khomsan A. 2005. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan 2. Bogor : Departemen GiziMasyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. __________. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi.Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Madanijah S. 1994. Pelatihan dan penyuluhan Pangan dan Gizi Dikalangan Pendidik Sekolah Dasar dan Menengah. Bogor: Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi (PSKPG) Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Martianto D. 2006. Kalau Mau Sehat, Jangan Tinggalkan Kebiasaan Sarapan. http:/www.republika.co.id [9 Januari 2010]. Moehdji S. 1992. Pemilikan Gizi Bayi dan Anak. Jakarta : Bharata. ________. 1980. Ilmu Gizi Jilid II. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Nasoetion A. Dan E.S. Wirakusumah. 1991. Pangan dan gizi untuk kelompok khusus.LaboratoriumGizi Masyarakat.Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. Nofitasari et all (2009). Perilaku Sarapan Pagi dan Kaitannya dengan Prestasi Belajar Siswi SMP di SMPN Depok.Jurnal Kesehatan Masyarakat FKM UI. Maret-september 2009. Vol 3. No.2. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Mayarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. __________________ 2007. Promosi kesehayan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Nursyantu et al.1992. Ilmu Gizi Utama. Jakarta : Golden Terayon Pres. Purwanto H. 1998. Pengantar Prilaku Manusia Untuk Kesehatan. :Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Pranadji. 1994. Pelatihan dan Penyuluhan Pangan dan Gizi Dikalangan Pendidik Sekolah Dasar dan Menengah. Bogor: Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi (PSKPG) Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Pranadji, Diah K. 1991. Penyuluhan Gizi. Bahan Pengajaran Laboratorium Gizi Masyarakat. Bogor. Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi IPB. Pranadji, Diah K.1988. Pendidikan Gizi (Proses Belajar Mengajar). Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Rahmawati D. 2006. Status dan perkembangan Anak Usia Dini di Taman Pendidikan Karakter Sutra Alam, Desa Sukamantri, Bogor [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
46
Rohayati. 2001. Perilaku Makan Pagi dan Jajan Anak Sekolah Penerima PMTAS Di Daerah Pantai dan Pegunungan provinsi Nusa Tenggara Timur [Skripsi]. Bogor : Jurusan Gizi masyarakat. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Riyadi H. 2006. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri [diktat]. Bogor:Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya keluarga, Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sanjur D 1982. Sosial and Cultural perspective In Nutrition. New York : Inc. Santoso. Soegeng dkk. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Ribeka Cipta. Sediaoetama AD.1989. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II.Jakarta: Dian Rakyat. Slamet Y. 1993. Analisis Kuantitatif Untuk Data Sosial. Solo : Dabara Publisher. Soetjiningsih.1995.Tumbuh kembang anak.Jakarta:Penerbit Buku kedokteran EGC. Suhardjo.2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi aksara bekerjasama dengan Pusat Antar universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. _______.1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor. Departemen pendidikan dan Kebudayaan direktorat jendral pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas. Sumarwan U. 2007. Karakter Konsumen Anak. Food Review. 11(2): 10-13 Supariasa IDN, B Bakri & I Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Syarifah. 2010. Kebiasaan Jajan serta Kontribusi Energi dan Zat gizi Makanan Jajanan terhadap Kecukupan Gizi Siswa Sekolah Dasar [Skripsi]. Bogor: Jurusan Gizi masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Winarno F.G. 2004. Keamanan Pangan. Bogor. Mbrio Press. [WHO] Word Health Organization. 2007. Growth Reference 5-19 Years. www. Who. Int [5 Agustus 2010].
47
LAMPIRAN
48
Lampiran 1 Karakteristik siswa kelas 5
Kode Umur Kls Jk Contoh (th) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 20 31 32 33 34 35 36
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
lk pr lk pr pr pr pr lk lk lk lk pr lk pr pr pr lk pr pr pr lk pr lk pr lk lk pr pr pr lk lk lk lk pr pr pr
10 9 10 10 12 10 10 10 9 9 11 10 10 10 11 10 11 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 11 10 11 10 10 10 10
Uang Saku (Rp/hr) 5000 1000 3000 2000 3000 3000 4000 2000 5000 3000 2000 2500 3000 3000 2000 5000 2000 2000 5000 2000 2000 2000 2500 3000 2000 2000 5000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1000 1000 1000
Status Gizi Normal Normal Kurus Normal Normal Obes Normal Normal Kurus Normal Normal Normal Kurus Kurus Kurus Normal Normal Obes Normal Normal Normal Kurus Normal Normal Obes Normal Normal Kurus Normal Normal Normal Normal Normal Kurus Normal Normal
Skor Skor Skor Pengetahuan Sikap Praktik 75,0 75,0 91,7 66,7 75,0 58,3 75,0 83,3 58,3 8,3 33,3 50,0 58,3 33,3 66,7 58,3 50,0 50,0 83,3 41,7 41,7 66,7 41,7 66,7 75,0 41,7 66,7 66,7 83,3 41,7 58,3 66,7 50,0 75,0 100,0 66,7
91,7 91,7 100,0 91,7 91,7 58,3 75,0 66,7 66,7 25,0 66,7 75,0 50,0 33,3 66,7 75,0 41,7 83,3 75,0 66,7 83,3 66,7 58,3 66,7 83,3 41,7 66,7 66,7 58,3 66,7 91,7 75,0 50,0 91,7 100,0 66,7
72,2 83,3 77,8 88,9 88,9 61,1 72,2 50,0 44,4 50,0 33,3 66,7 77,8 77,8 61,1 77,8 55,6 77,8 72,2 55,6 55,6 72,2 72,2 83,3 88,9 50,0 72,2 77,8 83,3 94,4 72,2 66,7 50,0 66,7 83,3 72,2
49
Lampiran 2 Karakteristik siswa kelas 6
Kode Umur Kls Jk contoh (th) 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
pr pr Lk pr pr pr Lk pr pr Lk Lk pr Lk pr Lk pr Lk pr pr Lk Lk pr pr pr Lk Lk Lk pr
11 11 11 11 11 11 11 11 12 11 11 13 11 11 13 12 12 12 11 12 12 11 11 11 12 11 11 10
Uang Saku (Rp/hr) 5000 4000 4000 4000 5000 2000 4000 7000 5000 3000 3000 2000 2000 3000 2500 3000 1000 2000 3000 3000 3000 3000 1000 3000 2000 2000 3000 3000
Status Gizi Normal Kurus Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Kurus Normal Kurus Normal Kurus Normal Normal Normal Normal normal normal kurus normal normal kurus normal normal normal normal
Skor Skor Skor Pengetahuan Sikap Praktik 58,3 91,7 66,7 75,0 75,0 91,7 75,0 75,0 100,0 75,0 75,0 50,0 75,0 91,7 58,3 100,0 58,3 58,3 75,0 83,3 66,7 83,3 91,7 66,7 91,7 83,3 75,0 91,7
58,3 75,0 66,7 83,3 75,0 100,0 75,0 83,3 100,0 50,0 66,7 50,0 58,3 83,3 66,7 91,7 91,7 41,7 66,7 58,3 83,3 83,3 100,0 66,7 91,7 100,0 100,0 100,0
55,6 83,3 66,7 83,3 61,1 55,6 88,9 83,3 83,3 33,3 66,7 83,3 77,8 72,2 88,9 72,2 66,7 88,9 61,1 72,2 77,8 77,8 72,2 61,1 88,9 72,2 61,1 88,9
50
Lampiran 3 Kebiasaan sarapan siswa kelas 5 Kls 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Kebiasaan Sarapan Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Kadang-kadang Kadang-kadang Tidak pernah Ya Ya Ya Ya Kadang-kadang Ya Ya Ya Ya Ya Ya Kadang-kadang Ya Ya Ya Ya Kadang-kadang Kadang-kadang Kadang-kadang Ya Ya Ya Ya Ya Ya Kadang-kadang
Frekuensi sarapan / minggu ≥ 4 Kali ≥ 4 Kali < 4 Kali ≥ 4 Kali ≥ 4 Kali ≥ 4 Kali ≥ 4 Kali ≥ 4 Kali Tidak pernah Tidak pernah < 4 Kali ≥ 4 Kali < 4 Kali ≥ 4 Kali < 4 Kali < 4 Kali < 4 Kali < 4 Kali ≥ 4 Kali ≥ 4 Kali ≥ 4 Kali < 4 Kali < 4 Kali < 4 Kali < 4 Kali ≥ 4 Kali < 4 Kali ≥ 4 Kali ≥ 4 Kali ≥ 4 Kali < 4 Kali ≥ 4 Kali ≥ 4 Kali ≥ 4 Kali ≥ 4 Kali ≥ 4 Kali
Jenis sarapan Nasi,lauk pauk,sayur Nasi goreng Roti, bihun, gorengan Nasi,lauk pauk,sayur Nasi goreng Bubur Nasi,lauk pauk,sayur Roti, bihun, gorengan Roti, bihun, gorengan Nasi,lauk pauk,sayur Roti, bihun, gorengan Roti, bihun, gorengan Nasi goreng Nasi goreng Nasi,lauk pauk Nasi goreng Nasi,lauk pauk Nasi,lauk pauk,sayur Nasi,lauk pauk Nasi,lauk pauk Nasi,lauk pauk,sayur Nasi,lauk pauk Nasi,lauk pauk Nasi,lauk pauk Nasi goreng Roti, bihun, gorengan Nasi goreng Roti, bihun, gorengan Nasi,lauk pauk Nasi,lauk pauk,sayur Nasi goreng Roti, bihun, gorengan Nasi,lauk pauk Nasi,lauk pauk Nasi,lauk pauk
Alasan tidak sarapan Tidak disediakan dirumah Tidak disediakan dirumah Tidak nafsu makan Tidak disediakan dirumah Tidak sempat Tidak nafsu makan Tidak sempat Tidak disediakan dirumah Tidak nafsu makan Tidak disediakan dirumah Tidak nafsu makan Tidak nafsu makan Tidak disediakan dirumah Tidak nafsu makan Tidak nafsu makan Tidak nafsu makan Tidak disediakan dirumah Tidak sempat Tidak disediakan dirumah Tidak disediakan dirumah Tidak nafsu makan Tidak sempat Tidak sempat Tidak sempat Tidak nafsu makan Tidak nafsu makan Tidak nafsu makan Tidak disediakan dirumah Tidak sempat Tidak disediakan dirumah Tidak disediakan dirumah Tidak sempat Tidak nafsu makan Tidak nafsu makan Tidak sempat Tidak sempat
51
Lampiran 4 Kebiasaan sarapan siswa kelas 6 Kls 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Kebiasaan Sarapan
Frekuensi sarapan / minggu
kadang-kadang Ya Ya Ya Ya Ya Ya kadang-kadang Ya Ya Ya tidak pernah Ya Ya Ya Ya Ya Ya kadang-kadang Ya Ya Ya kadang-kadang Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
< 4 kali ≥ 4kali < 4 kali < 4 kali ≥ 4kali ≥ 4kali < 4 kali < 4 kali < 4 kali ≥ 4kali < 4 kali tidak pernah ≥ 4kali ≥ 4kali ≥ 4kali ≥ 4kali ≥ 4kali ≥ 4kali ≥ 4kali < 4 kali < 4 kali ≥ 4kali ≥ 4kali ≥ 4kali ≥ 4kali < 4 kali ≥ 4kali ≥ 4kali < 4 kali ≥ 4kali
Jenis sarapan Bubur Roti, bihun, gorengan Nasi,sayur Nasi,sayur Nasii,lauk pauk,sayur Nasi,lauk pauk Roti, bihun, gorengan Nasi goreng Nasi,lauk pauk,sayur Roti, bihun, gorengan Nasi,lauk pauk Nasi goreng Nasi goreng Nasi,lauk pauk,sayur Roti, bihun, gorengan Nasi,lauk pauk,sayur Roti, bihun, gorengan Nasi,lauk pauk,sayur Roti, bihun, gorengan Nasi,lauk pauk Nasi,lauk pauk Nasi goreng Nasi,lauk pauk Nasi,lauk pauk,sayur Nasi goreng Nasi,lauk pauk Nasi,lauk pauk,sayur Roti, bihun, gorengan
Alasan tidak sarapan Tidak disediakan dirumah Tidak sempat Tidak disediakan dirumah Tidak nafsu makan Tidak nafsu makan Tidak sempat Tidak nafsu makan Tidak nafsu makan Tidak disediakan dirumah Tidak nafsu makan Tidak nafsu makan Tidak nafsu makan Tidak nafsu makan Tidak disediakan dirumah Tidak sempat Tidak nafsu makan Tidak sempat Tidak sempat Tidak disediakan dirumah Tidak disediakan dirumah Tidak sempat Tidak nafsu makan Tidak nafsu makan Tidak disediakan dirumah Tidak sempat Tidak nafsu makan Tidak disediakan dirumah Tidak nafsu makan Tidak disediakan dirumah Tidak nafsu makan
52
Lampiran 5 Karakteristik Orangtua Siswa Kode Responden
Umur
Pekerjaan
Pendidikan Ayah
Ibu
Besar keluarga
Pendapatan perkapita/bln (Rp)
Ayah
Ibu
Ayah
Ibu
1
47
45
SMA
SMP
Buruh
Ibu Rumah Tangga (IRT)
5
60.000
2
37
34
SMA
SMA
Wiraswasta
IRT
4
75.000
3
47
45
SD
SMP
Wiraswasta
IRT
6
66.667
4
49
39
SMP
SMP
Lainnya
IRT
5
100.000
5
45
37
SMP
SD
Buruh
IRT
4
75.000
6
50
44
SD
SD
Wiraswasta
IRT
4
325.000
7
51
46
SD
SD
Buruh
Wiraswasta
5
160.000
8
50
48
SMA
SMP
Buruh
IRT
4
100.000
9
45
40
PT
SMA
PNS
IRT
5
140.000
10
32
30
SD
SD
Wiraswasta
IRT
4
112.500
11
48
34
SMA
SMP
Wiraswasta
IRT
5
140.000
12
45
43
SD
SMP
Buruh
IRT
4
100.000
13
48
43
SMP
SD
Swasta
IRT
3
166.667
14
40
37
SMP
SD
Swasta
IRT
5
120.000
15
41
37
SMP
SMP
Buruh
IRT
6
66.667
16
34
33
SD
SMA
Lainnya
Buruh
7
250.000
17
31
30
SMP
SMP
Lainnya
IRT
4
125.000
18
50
49
SD
SD
Buruh
Buruh
6
133.333
19
36
35
SMA
SMA
Wiraswasta
IRT
7
214.286
20
42
38
SD
SD
Wiraswasta
IRT
5
90.000
21
35
35
SMA
SMP
Swasta
IRT
5
280.000
22
70
60
SMP
SD
Wiraswasta
IRT
8
100.000
23
34
30
SMA
SD
Buruh
IRT
4
150.000
24
46
40
SMP
SMA
Buruh
IRT
8
56.250
25
37
32
SMA
SMP
Wiraswasta
IRT
4
375.000
26
47
44
SMP
SMP
Wiraswasta
IRT
6
33.333
27
46
44
SMA
SMA
Lainnya
IRT
6
100.000
28
48
42
SMP
SMA
Lainnya
IRT
6
70.833
29
32
32
SD
SMP
Buruh
IRT
8
100.000
20
50
43
SD
SD
Buruh
IRT
6
66.667
31
52
38
SMP
SMP
Buruh
IRT
4
75.000
32
39
28
SMA
SD
Buruh
IRT
4
75.000
33
58
51
SD
SD
Wiraswasta
IRT
8
25.000
34
54
48
SMA
SMP
Buruh
IRT
5
10.000
35
42
39
PT
SMP
Swasta
Swasta
4
500.000
36
42
38
SMA
SMA
Lainnya
IRT
5
200.000
53
Lanjutan lampiran 6 Karakteristik Orangtua Siswa Kode Responden
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan Perkapita/bln (Rp)
Ayah
Ibu
Ayah
Ibu
Ayah
Ibu
Besar keluarga
38
35
29
SMA
SMA
Wiraswasta
IRT
3
466.667
39
46
40
SMA
SD
Buruh
IRT
4
150.000
40
48
38
SMP
SMP
Lainnya
IRT
5
120.000
41
40
39
SMA
SMA
Swasta
IRT
7
142.857
42
40
31
SMA
SMA
Wiraswasta
IRT
5
300.000
43
49
44
SD
SD
Buruh
IRT
5
210.000
44
38
32
SD
SMP
Swasta
IRT
6
50.000
45
45
46
SMA
SMA
Wiraswasta
IRT
5
58.000
46
54
35
SD
SD
Buruh
IRT
7
192.857
47
38
38
SMP
SMP
Swasta
IRT
5
160.000
48
40
38
SMP
SD
Swasta
IRT
3
283.333
49
48
38
SMA
SMA
Swasta
IRT
3
333.333
50
42
39
SMA
SMA
Buruh
IRT
6
100.000
51
40
35
SMA
SMA
Swasta
Swasta
5
240.000
52
41
31
SMA
SMP
Swasta
IRT
4
250.000
53
38
36
SMP
SMP
Wiraswasta
IRT
10
28.000
54
48
44
SD
SD
Buruh
IRT
5
80.000
55
51
51
SD
SD
Buruh
IRT
6
50.000
56
40
40
SMP
SD
Wiraswasta
IRT
4
75.000
57
36
28
SD
SD
Wiraswasta
IRT
3
266.667
58
36
35
SMA
SMA
Wiraswasta
IRT
4
375.000
59
36
35
SMA
SMA
Wiraswasta
IRT
4
375.000
60
42
40
SMP
SMP
Wiraswasta
IRT
4
375.000
61
39
37
SMP
SMP
Buruh
Wiraswasta
5
140.000
62
40
36
SMA
SMP
Wiraswasta
IRT
4
225.000
63
36
35
SMA
SMA
Lainnya
IRT
5
120.000
64
36
32
SMA
SMA
Wiraswasta
IRT
5
400.000
65
50
48
SMP
SMP
Lainnya
IRT
4
75.000
66
47
42
PT
D1
Wiraswasta
IRT
5
60.000
54
Lampiran 6 Pengetahuan dan sikap ibu terhadap kebiasaan sarapan siswa Kode Contoh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Skor Pengetahuan Ibu
80,0 100,0 80,0 100,0 90,0 90,0 80,0 100,0 80,0 50,0 60,0 80,0 80,0 90,0 90,0 50,0
Skor Sikap Ibu
90,0 100,0 100,0 90,0 100,0 100,0 100,0 100,0 70,0 100,0 90,0 90,0 90,0 90,0 100,0 90,0