1
PERANAN PENANAMAN MODAL DALAM PEMBANGUNAN DI DAERAH KABUPATEN SIMEULUE (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue)
SKRIPSI
OLEH : SUL IKHWAN NIM : 030200079 DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kahadirat Allah subhahanhuwata’ala atas segala rahmat, bimbingan dan petunjukNya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dengan judul “Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue” dapat dirampungkan sebagaimana adanya. Diakui bahwa dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, petunjuk dan arahan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu., SH., MH selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang juga sekaligus menjadi Dosen Pembimbing I penulis, yang telah banyak memberikan perhatian, motivasi serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH., M., Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan banyak pengalaman kepada penulis, yang dengan penuh kesabaran, dan pengertian dalam membina penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
3
4. Ibu Dr. Sunarmi, SH., M. Hum., selaku sekretaris Departemen Hukum Ekonomi yang telah banyak memberikan kemudahan bagi penulis dalam menjalankan skripsi ini. 5. Kepada Bapak / Ibu dosen Fakultas Hukum yang telah meluangkan waktunya untuk menyumbangkan berbagai ilmu yang dimiliki kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum. 6. Kepada Bapak Drs. Kusmayadi, selaku Kepala BAPPEDA Kabupaten Simeulue yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan riset dalam mendukung penyelesaian sskripsi ini. 7. Kepada Bapak Muliyadinsyah, SE., MM., selaku Wakil Kepala BAPPEDA Kabupaten Simeulue yang telah memberikan kemudahan dan bimbingan kepada penulis. 8. Kepada seluruh teman-teman saya stambuk ’03 yang telah bersedia meluangkan waktunya bersama dengan penulis dan telah memberikan banyak motivasi kepada penulis selama menjalani kuliah. 9. Kepada sahabat-sahabat saya senasib sepenanggungan yang berasal dari Simeulue, kepada kakanda
Aliwarsaleh, SP dan Aci Hardista, Amd.,
Imran Fajri, SP., Dedi Fitrah, S.Sos., Herlian, S.Sos., Lan A, SP., Syahriamin, Amd., Fauzi B, S.Sos., Mardalena, SP., K’ Mitha, K’ Fida, dan masih banyak lagi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, Kemudian ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya dan tiada henti-hentinya yang teristimewa kepada kedua orang tua penulis Ayahanda Abd. Samin dan Ibunda tercinta Timawarni yang telah berjasa untuk mendidik serta Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
4
mendoakan penulis sejak masih kecil hingga pada saat ini, yang telah melakukan banyak pengorbanan baik materil maupun moril sehingga penulis bisa menyelesaikan studi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan juga kepada kakak saya satu-satunya Siti Rostija dan keluarga semoga kita selalu diridhoi Allah SWT. Selain itu kepada keluarga besar penulis, terutama kepada kakanda saya Isal Amri, SE, MM dan K’ Ija yang telah banyak memberikan dorongan, semangat serta motivasi kepada penulis sejak masih sekolah di SLTA hingga penulis dapat menyelesaikan studi di FH USU, terima kasih atas segala bantuan dan kebaikkannya selama ini. Kepada dawudo (pakcik) Mustaruddin dan etek (bunda) Marni, kepada abangda Iban dan keluarga, K’ Icut dan juga kepada adinda Umi Kalnatada dan Nada, terima kasih atas bantuan dan kekompakan kita selama ini. Kemudian kepada keluarga besar di Nancawa, kakak, abang, serta keponakan penulis yang telah juga memberikan banyak dukungan dan perhatian kepada penulis selama menyelesaiakan kuliah. Khusus kepada seseorang yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam membantu penulis, dengan segala pengorbanannya, serta selalu memberikan motivasi, perhatian, serta dukungannya kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini yaitu adinda saya tercinta Rosmirawati (Rosy). Terima kasih atas segala-galanya. Medan,
Juni 2008
Sul Ikhwan
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
5
DAFTAR ISI
LEMBARAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR ................................................................................ i DAFTAR ISI .............................................................................................. iv SAFTAR TABEL ........................................................................................ vii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ........................................................................ 12 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 12 D. Keaslian Penulisan ......................................................................... 13 E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 14 F. Metode Penelitian ........................................................................... 17 G. Sistematika Penulisan .................................................................... 19 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENANAMAN MODAL DI INDONESIA .......................................................... 21 A. Pembagian dan Sistim Penanaman Modal....................................... 21 B. Tujuan dan Manfaat Penanaman Modal .......................................... 26 C. Bentuk-bentuk Perjanjian Penanaman Modal.................................. 32 D. Bidang Usaha Penanaman Modal ................................................... 45 E. Tata Cara Penanaman Modal .......................................................... 49 F. Kendala-kendala Dalam Penanaman Modal .................................... 57 Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
6
BAB III TINJAUAN ATAS MASALAH PEMBANGUNAN DAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH …………………………61 A. Penanaman Modal dan Pembangunan di Daerah ............................. 61 B. Pihak-pihak Yang Terkait Dalam Pembangunan di Daerah. ............ 66 C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan di Daerah .......... 74 D. Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Bidang Penanaman Modal............................................................................................. 79 E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal di Daerah ... 85 BAB IV PERANAN PENANAMAN MODAL DALAM PEMBANGUNAN DI DAERAH KABUPATEN SIMEULUE………………………………………………………..93 A. Gambaran Umum Kabupaten Simeulue…………………...………..93 B. Penanaman Modal di Kabupaten Simeulue…………………...…….98 1. Upaya Pemerintah Kabupaten Simeulue Dalam Mendatangkan Investor…………………………….….….…….99 2. Faktor-faktor Yang Mendukung Penanaman Modal di Kabupaten Simeulue……………………..……………………..102 3. Faktor-faktor Penghambat Penanaman Modal di Kabupaten Simeulue………………….…………...….………...105 C. Pengaruh Penanaman Modal Terhadap Pembangunan di Kabupaten Simeulue………………….…………….………………107 D. Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan di Bidang Perekonomian Kabupaten Simeulue………….……………114 E. Perlunya Penanaman Modal di Kabupaten Simeulue……………...122
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
7
BAB V PENUTUP………………………………………………....……....125 A. Kesimpulan……………………………….……………….…...…..125 B. Saran………………………………………………….……………127 DAFTAR PUSTAKA
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
8
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah Kecamatan di Kabupaten Simeulue .................................... 94 Tabel 2 : APBD dan PAD Kabupaten Simeulue 2001-2006 .......................... 109 Tabel 3 : Data Jumlah Investasi Swasta dan Pemerintah Di Kabupaten Simeulue ........................................................................................ 110 Tabel 4 : Data Jumlah Investasi Riil Pemerintah Kabupaten Simeulue ........ 111 Tabel 5 : Data Jumlah Investasi Swasta di Kabupaten Simeulue 2000-2004 .................................................................................... 111 Tabel 6 : Perusahaan yang memiliki SIUP di Kabupaten Simeulue .............. 112 Tabel 7 : Pertumbuhan PDRB Kabupaten Simeulue Tahun 2000-2004 ADHK 2000 ............................................................... 115 Tabel 8 : Pertumbuhan Rata-rata PDRB Per Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Simeulue 2000–2004 ....... 116 Tabel 9 : Kontribusi Rata-rata per Sektor per Tahun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Simeulue 2000 – 2004 ............... 117 Tabel 10 : Proyeksi Pertumbuhan PDRB dengan Tingkat Pertumbuhan 1,67 persen tahun 2007-2010................................... 121 Tabel 11 : Proyeksi Pertumbuhan PDRB dengan Tingkat Pertumbuhan 4 persen tahun 2007-2010 ....................................... 121
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
9
ABSTRAK Sul Ikhwan 1) Prof. Dr. Dismar NST, SH., MH.**) Dr. Mahmul Siregar, SH., M. Hum.**) Kabupaten Simeulue merupakan daerah yang banyak membutuhkan dana untuk meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan ekonominya. Berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh daerah, Kabupaten Simeulue telah melakukan upaya- upaya untuk memberdayakan peran penanaman modal di daerah. Penelitian ini mengangkat permasalahan sebagai berikut : Bagaimana kebijakan pemerintah daerah kabupaten Simeulue, bagaimana pengaruh penanaman modal dalam pembangunan di kabupaten Simeulue, apa pengaruh penanaman modal terhadap pertumbuhan perekonomian di kabupaten Simeulue; dan apa perlunya penanaman modal di kabupaten Simeulue. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif, dengan cara melakukan penelaahan terhdap bahan-bahan penelitian yang bersumber dari data-data primer dan data skunder. Pelaksanaan pembangunan di daerah kabupaten Simeulue berjalan sedikit lambat dari daerah-daerah lainnya. Kendala utama dalam pelaksanaan pembangunan di kabupaten Simeulue adalah masih rendahnya pendapatan yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan di daerah. Masih kurangnya penerimaan daerah disebabkan karena belum banyak berkembang kagiatan usaha atau penanaman modal di daerah itu. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa pemerintah daerah Kabupaten Simeulue telah berupaya untuk mendatangkan investor ke daerah dengan melakukan perbaikan infrastruktur jalan, perbaikan sarana transportasi, baik transportasi laut maupun transportasi udara, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mendirikan Perusahaan Daerah Kabupaten Simeulue (PDKS) sebagai upaya untuk mendorong masuknya penanaman modal ke daerah. Ada beberapa faktor yang mendukung pelaksanaan penanaman modal di daerah yaitu potensi sumber daya alam, kemudahan yang diberikan kepada pihak penanam modal, jaminan keaman serta sikap masyarakat daerahnya yang tidak fanatik. Penghambat penanaman modal di daerah tersebut yaitu masalah infrasstruktur, masih rendahnya jaminan kepastian hukum, rendahnya kualitas sumber daya manusia dan kemampuan pemerintah daerah untuk memberdayakan investasi. Penanaman modal sangat brpengaruh terhadap pembangunan di daerah, dimana tidak adanya kegiatan penanaman modal menyebabkan rendahnya penerimaan daerah, sehingga pemabngunan berjalan lambat. Penanaman modal juga belum memegang peranan penting dalam mempercepat laju pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2003 **Staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera utara sebagai Pembimbing I **Staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera utara sebagai Pembimbing II Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
10
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Selama lebih setengah abad berbagai kebijakan otonomi daerah telah dilahirkan sesuai dengan semangat zamannya. Mulai dari UU Nomor 1 Tahun 1945, UU Nomor 22 Tahun 1948, UU Nomor 1 Tahun 1957, UU Nomor 18 Tahun 1965, Penpres Nomor 6 Tahun 1969, UU Nomor 5 Tahun 1974, UU 22/1999, dan terakhir dengan UU Nomor 32 Tahun 2004. Selama masa itu pula terdapat perubahan dan pergeseran semangat otonomi daerah antara lain, otonomi daerah yang seluas-luasnya, otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab serta otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab 2. Kebijakan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan kebijakan yang lahir dalam rangka menjawab dan memenuhi tuntutan reformasi akan demokratisasi hubungan Pusat dan daerah serta upaya pemberdayaan daerah. Otonomi daerah menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 dipahami sebagai kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundangundangan 3. Jadi dapat dipahami di sini bahwa inti dari otonomi daerah adalah demokratisasi dan pemberdayaan. Otonomi daerah sebagai demokratisasi maksudnya adalah adanya kesetaraan hubungan antara pusat dan daerah, dimana 2
Edy Suandi Hamid, Memperkokoh Otonomi Otonomi Daerah : Kebijakan, Evaluasi dan Saran, (Yogyakarta : UII Press, 2004), hal. 26. 3 Ibid., hal. 28. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
11
daerah mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan, kebutuhan dan aspirasi masyarakatnya. Aspirasi dan kepentingan daerah akan mendapatkan perhatian dalam setiap pengambilan kebijakan oleh pusat. Sedangkan otonomi daerah sebagai pemberdayaan daerah merupakan suatu proses pembelajaran dan penguatan bagi daerah untuk mampu mengatur, mengurus dan mengelola kepentingan dan aspirasi masyarakatnya sendiri. Dengan demikian daerah secara bertahap akan berupaya untuk mandiri dan melepaskan diri dari ketergantungan kepada pusat. Pemberdayaan merupakan suatu konsep yang diadopsi dari kata “empowerment”. Menurut Webster dan Oxford English Dictionary 4 kata empowerment atau empower mengandung dua pengertian yaitu : pertama to give power or authority to, kedua to give ability or enable. Jadi dapat dipahami pengertian pertama sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan pada pengertian kedua dipahami sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan. Daerah dan masyarakat yang selama ini powerless mengalami hal-hal yang oleh Chambers 5 dikatakan sebagai penyebab kemiskinan yang kompleks dan saling berhubungan sebab akibat dari ketidakberdayaan (powerlessness), kerapuhan (vulnerability), kelemahan fisik (physical weakness), kemiskinan (poverty), dan keterasingan (isolation). Dari kondisi tersebut daerah kehilangan posisi tawar-menawar (bargaining position) terhadap pusat maupun pihak ke tiga. Dengan demikian pemberdayaan daerah perlu dilakukan terhadap semua
4
Priyono dan Pranarka, Oxford English Dictionary, (Jakarta : Salemba Empat, 1996,),
hal. 56. 5
Mudrajad Kuncoro, Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi, Perencanaan, strategi dan Peluang, (Jakarta : Erlangga, 2004), hal. 36. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
12
komponen, yaitu pemerintah, masyarakat dan swasta. Tanpa melibatkan semua komponen yang ada di daerah maka mustahil upaya pemberdayaan ini akan dapat meningkatkan kapasitas dan barganing position daerah. Jika hanya melibatkan sebagian atau salah satu komponen saja maka akan terdapat ketimpangan yang dikhawatirkan mungkin akan memperbesar ketidak berdayaan daerah. Dengan demikian proses pembangunan di daerah pun tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik, yang akan berakibat terhadap perekonomian di daerah tersebut. Salah satu aspek yang perlu diberdayakan di daerah adalah penanaman modal (investasi) di daerah. Investasi yang dimaksud adalah investasi yang dilakukan oleh komponen pemerintah, masyarakat dan swasta. Investasi oleh pemerintah dapat dilihat dari segi investasi fisik dan investasi non fisik. Investasi fisik yang dilakukan oleh pemerintah daerah antara lain berupa pembangunan infrastruktur yang bertujuan menyediakan sarana dan prasarana bagi peningkatan pertumbuhan perekonomian serta peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Sedangkan investasi nonfisik adalah pengembangan kapasitas sumber daya manusia di daerah berupa penyediaan layanan kesehatan dan peningkatan gizi masyarakat, penyediaan kesempatan pendidikan bagi anak usia sekolah, serta jaminan sosial lainnya 6. Di samping kedua bentuk investasi tersebut, bagi daerah yang mampu juga mengadakan investasi melalui pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau penyertaan modal pada dunia usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang akan digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat.
6
Ibid., hal. 36
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
13
Investasi dunia usaha di daerah sebenarnya diharapkan dapat memacu pertumbuhan perekonomian daerah sekaligus pemerataan pendapatan masyarakat. Dengan banyak investasi dunia usaha di daerah maka diharapkan semakin bertambahnya lapangan kerja yang dapat menampung angkatan kerja. Hal ini juga akan membawa dampak terhadap penurunan angka urbanisasi. Investasi dunia usaha di daerah selama ini lebih banyak didominasi oleh pengusaha kuat, sedangkan pengusaha lemah yang umumnya pengusaha lokal lebih banyak terpinggirkan. Kondisi ini disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya yaitu regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah, keterbatasan kapasitas pengusaha lokal, jaringan yang kuat dari nasional, dan sebagainya 7. Sejalan dengan kewenangan daerah berdasarkan kebijakan otonomi daerah, maka pemerintah daerah juga berkewajiban untuk membina dan mengembangkan dunia usaha daerah sebagai pilar pertumbuhan perekonomian di daerah. Untuk itu langkah utama yang harus dilakukan adalah pemberdayaan investasi daerah. Pemberdayaan investasi daerah adalah suatu upaya harus dilakukan secara sistematis untuk mendorong peningkatan investasi di daerah. Peningkatan investasi daerah akan dapat terwujud jika di daerah terdapat potensi yang dapat “dijual” kepada para investor, baik itu berupa potensi sumber daya alam maupun potensi sumber daya manusia. Selanjutnya, hal yang sangat penting lagi adalah kemampuan daerah menjual potensi yang dimilikinya tersebut. Kemampuan daerah untuk menjual tersebut harus didukung oleh terciptanya iklim yang kondusif dan mendukung investasi di daerah, seperti adanya jaminan keamanan dan kepastian hukum bagi investasi di daerah. Pemerintah daerah
7
Ibid., hal. 37.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
14
hendaknya juga mampu melahirkan regulasi yang dapat memacu pertumbuhan perekonomian yang mampu merebut investor Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sekaligus memberdayakan investor lokal. Keberhasilan pemerintah daerah mengelola faktor-faktor tersebut akan dapat mendorong peningkatan daya saing daerah dalam merebut investor. Kemudian dalam rangka menghadapi era globalisasi dan pasar bebas, persaingan antar daerah dalam menjual potensinya dan merebut investor akan semakin terbuka tidak hanya terhadap investor nasional tetapi juga internasional. Kesiapan daerah terutama sumber daya manusia, pengelola dan infrastuktur yang tersedia akan sangat mendukung dalam merebut para investor untuk menanamkan modalnya di daerah. Dalam upaya merebut para investor
untuk menanamkan modalnya di
daerah, maka pemerintah daerah hendaknya terlebih dahulu dapat menciptakan iklim investasi yang baik di daerah. Salah satu proses bagi terciptanya iklim investasi yang kondusif adalah dengan membangun komitmen pembagian peran dari pemerintah daerah dengan swasta dan masyarakat, yang diawali dengan upaya membangun persepsi yang sama dengan cara memetakan kebutuhan akselerasi pencapaian visi dan misi daerah 8. Oleh karena itu, pemerintahan daerah memang harus memfasilitasi secara maksimal untuk memberikan kemudahan peningkatan investasi, termasuk di dalamnya penciptaan iklim yang kondusif bagi investasi dengan senantiasa mempertimbangkan kepentingan kesejahteraan masyarakat. Sementara itu, peranan swasta dan masyarakat menjadi pembuka kunci penggerak roda ekonomi
8
Ibid, hal. 39.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
15
masyarakat. Sinergitas dan kolaborasi ini tidak hanya pada tataran implementasi, tetapi harus dimulai sejak tahap perencanaan pembangunan di daerah. Rumusan di atas menekankan bahwa iklim investasi harus mendukung pembangunan masyarakat (community development) yang dapat diartikan sebagai berikut 9 : a. Pembangunan masyarakat merupakan suatu proses pembangunan yang berkesinambungan. Artinya kegiatan itu dilaksanakan secara terorganisir dan dilaksanakan tahap demi tahap dimulai dari tahap permulaan sampai pada tahap kegiatan tindak lanjut dan evaluasi (follow-up activity and evaluation). b. Pembangunan masyarakat bertujuan memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. c. Pembangunan
masyarakat
memfokuskan
kegiatannya
melalui
pemberdayaan potensi-potensi yang dimiliki masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka, sehingga prinsip to help the community to help themselve dapat menjadi kenyataan. d. Pembangunan
masyarakat
memberikan
penekanan
pada
prinsip
kemandirian. Artinya partisipasi aktif dalam bentuk aksi bersama (group action) di dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhankebutuhannya dilakukan berdasarkan potensi-potensi yang dimiliki masyarakat.
9
Ibid, hal. 39.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
16
Dari berbagai pemahaman tentang pembangunan masyarakat (community development) di atas, maka kerjasama antara pemerintah daerah dengan investor dalam kerangka pembangunan masyarakat lebih diarahkan pada pembangunan masyarakat yang dapat menciptakan trickle down effect, daripada pembangunan masyarakat yang hanya bersifat charity. Sehingga, paling tidak ada tiga hal yang dapat dilakukan melalui kemitraan strategis antara pemerintah daerah dengan investor dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat yaitu 10 : a. Pembangunan masyarakat (community development) yang sesuai dengan harapan masyarakat serta dapat menimbulkan trickle down effect pada masyarakat sekitar. b. Pengembangan ekonomi lokal (local economic development), yang merupakan suatu pola kemitraan dengan sektor swasta, untuk menciptakan pekerjaan baru dan merangsang kegiatan ekonomi daerah, dimana kegiatan investasi oleh swasta diperlukan untuk menopang peran pemerintah dalam penciptaan lapangan kerja. c. Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan, selain dalam peningkatan ekonomi kerjasama antara pemerintah dengan investor juga lebih diarahkan kepada cara bagaimana mewujudkan lingkungan yang bermanfaat bagi tercapainya pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Pada sisi lain, iklim investasi juga harus memberikan dukungan bagi Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL). Pengembangan ekonomi lokal pada hakekatnya merupakan proses yang mana pemerintah daerah dan/ atau kelompok
10
Ibid, hal. 41.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
17
berbasis komunitas mengelola sumber daya yang ada dan masuk kepada penataan kemitraan dengan sektor swasta, atau di antara mereka sendiri, untuk menciptakan pekerjaan baru dan merangsang kegiatan ekonomi wilayah. Ciri utama pengembangan ekonomi lokal adalah pada titik beratnya pada kebijakan pelaksanaannya
menggunakan potensi sumber
daya
manusia,
institutional dan fisik setempat. Orientasi ini mengarahkan kepada fokus dalam proses pembangunan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi. Mengembangkan ekonomi lokal berarti bekerja secara langsung membangun daya saing ekonomi (economic competitiveness) suatu daerah untuk meningkatkan ekonominya. Prioritas ekonomi lokal pada peningkatan daya saing ini adalah krusial, mengingat keberhasilan kelangsungan hidup komunitas ditentukan oleh kemampuannya beradaptasi terhadap perubahan yang cepat dan meningkatnya kompetisi pasar 11. Apapun bentuk kebijakan yang diambil, pengembangan ekonomi lokal dipersyaratkan mempunyai satu tujuan, yaitu meningkatkan jumlah dan variasi peluang kerja tersedia untuk penduduk setempat. Dalam mencapai hal itu, pemerintah daerah dan pihak swasta sebagai pemilik modal dituntut untuk mengambil inisiatif dan bukan hanya berperan pasif saja. Setiap kebijakan dan keputusan publik dan sektor usaha, serta keputusan dan tindakan masyarakat, harus memperhatikan ekonomi masyarakat lokal, atau sinkron dan mendukung kebijakan pengembangan ekonomi daerah yang telah disepakati bersama 12. Dari uraian di atas, jelas bahwa pembangunan daerah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya menjadi tanggung jawab 11 12
Edy Suandi Hamid, Op.cit., hal. 28 Ibid., hal. 32.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
18
pemerintah sendiri melainkan tanggung jawab bersama, untuk secara bersatu padu, bekerjasama atas dasar kemitrasejajaran baik antara pemerintah daerah dengan investor, pemerintah daerah dengan masyarakat, maupun antar masyarakat dengan investor. Dengan demikian pembangunan di daerah dapat dengan mudah berkembang terutama di sektor perekonomian daerah. Kabupaten Simeulue merupakan suatu daerah yang baru berkembang. Oleh karena itu, daerah tersebut memerlukan energi yang tidak sedikit sebagai kekuatan dalam upaya melancarkan proses pembangunan dalam berbagai sektor. Pemerintah daerah harus melakukan berbagai upaya dalam usaha untuk mencapai tujuan pembangunan daerah secara menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan kompetensi daerah sebagai daerah otonom dalam membuat setiap kebijakan pembangunan di daerah.
Kewenangan pemerintah daerah yang
diberikan oleh pusat harus dimanfaatkan seoptimal mungkin, khususnya dalam bidang pemberdayaan penanaman modal di daerah. Hal ini sesuai dengan amanat dari Peraturan Pemerintan Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah Dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom. Selain itu, di dalam undang-undang penanaman modal (UU No. 25/2007) juga di tegaskan mengenai kewenangan pemerintah daerah dalam bidang penanaman modal. Dalam pasal 30 ayat (2) disebutkan bahwa : “Pemerintah daerah
menyelenggarakan
urusan
penanaman
modal
yang
menjadi
kewenangannya, kecuali urusan penyelenggaraan penanaman modal yang menjadi urusan pemerintah”. Oleh karena itu, dengan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut diharapkan pemerintah daerah dapat lebih mudah untuk menentukan berbagai kebijakkan yang bersangkut paut dengan penanaman
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
19
modal dalam upaya menarik para investor untuk menanamkan modalnya di daerah. Sehingga dengan tercapainya tujuan tersebut akan mempercepat proses pembangunan di daerah dalam berbagai bidang yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerah. Program pembangunan Kabupaten Simeulue dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM) Kabupaten Simeulue. Dalam rangka merealisasikan program pembangunan ekonomi di Kabupaten Simeulue tentunya diperlukan tambahan modal (investasi) yang cukup untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang telah ditargetkan. Investasi ini berdasarkan sumbernya berasal dari investasi pemerintah dan swasta. Investasi pemerintah tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan dari penerimaan lainnya. Investasi ini banyak digunakan untuk membangun sarana dan prasarana umum. Sedangkan investasi swasta langsung digunakan pada kegiatan ekonomi produktif 13. Pertumbuhan ekonomi kabupaten Simeulue telah ditargetkan dalam RPJMD kabupetan Simeulue yaitu 4% pada tahun 2006 hingga 2010 14. Sementara itu keterbatasan dana mendorong permerintah daerah untuk menentukan prioritas investasi pembangunan. Dengan demikian pemerataan pembangunan dalam berbagai sektor juga menjadi terhambat akibat kurangnya kegiatan penanaman modal di daerah kabupaten Simeulue. Untuk mencapai target tersebut pemerintah daerah tentunya memerlukan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu,
13 14
Rencana Pembanguan Daerah Kabupaten Simeulue Tahun 2002-2006 Rencana Pembanguan Daerah Kabupaten Simeulue Tahun 2007-2011
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
20
peningkatan penanaman modal sangat berpengaruh dalam mencapai target yang sudah ditentukan oleh pemerintah daerah kabupaten Simeulue. Selain itu, kita ketahui bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta15. Pola kemitraan tersebut diharapkan dapat menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Pemberdayaan penanaman modal sebagai wujud kemitraan pemerintah dengan sektor swasta di daerah baik PMA maupun PMDN menjadi sesuatu yang urgen untuk diperhatikan oleh pemerintah daerah. Dengan adanya perhatian yang serius dari pemerintah daerah, diharapkan dapat mengundang datangnya investor baik investor asing maupun dari dalam negeri. Masuknya penanaman modal asing atau dalam negeri sangat berpengaruh dalam proses pembangunan di daerah. Dari berbagai uraian di atas, maka yang perlu dipertanyakan adalah apakah di setiap daerah telah memanfaatkan kewenangannya khususnya dalam bidang penanaman modal?. Kabupaten Simeulue merupakan daerah yang sedang berkembang dan melakukan kegiatan pembangunan dalam berbagai sektor. Dalam pelaksanaan pembangunan di kabupaten Simeulue tentunya sulit untuk merealisasikannya jika hanya mengaharapkan pembiayaan dari PAD atau APBD saja, akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut harus ada tunjangan pembiayaan dari sumber lain yaitu penanaman modal. Oleh karena itu, peranan penanaman modal sangat mempengaruhi kelancaran pembangunan di daerah Kabupaten 15
Lincolin Arsyad, Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, (Yogyakarta : BPPE, 2002). hal. 108. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
21
Simeulue. Akan tetapi apakah penanaman modal di daerah kabupaten Simeulue betul-betul berperan dalam proses pembangunan yang sedang dilakukan. Latar belakang di atas menjadi alasan bagi penulis untuk mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan penanaman modal di daerah yaitu “Peranan Penanaman Modal dalam Pembangunan di Daerah Kabupaten Simeulue”.
B. Perumusan Masalah Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Bagaimana kebijakan pemerintah daerah kabupaten Simeulue dalam upaya mendatangkan investor; 2. Bagaimana pengaruh penanaman modal dalam pembangunan di kabupaten Simeulue; 3. Apa pengaruh penanaman modal terhadap pertumbuhan perekonomian di kabupaten Simeulue; dan 4. Apa perlunya penanaman modal di kabupaten Simeulue.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui secara langsung perkembangan penanaman modal di daerah Kabupaten Simeulue; b. Untuk mengetahui upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mendatangkan investor ke daerah sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya; Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
22
c. Untuk mengetahui pengaruh penanaman modal terhadap pembangunan di daerah Kabupaten Simeulue; d. Untuk mengetahui pengaruh penanaman modal terhadap perkembangan perekonomian di daerah Kabupaten Simeulue. 2. Manfaat Penelitian a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi setiap pembacanya terutama bagi kalangan akademis, dalam memahami dan mendalami berbagai permasalahan hukum di bidang penanaman modal. Selain itu penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan masukan dan informasi kepada pemrintah daerah mengenai peranan penting penanaman modal dalam meningkatkan pembangunan di daerah dan diharapkan pemerintah daerah serta semua stakeholders yang ada di daerah dapat menyadari betapa pentingnya kerja sama berbagai pihak di daerah untuk mencapai tujuan pembangunan di daerah. Dan pada akhirnya penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam membuat setiap kebijakan di daerah terutama mengenai penanaman modal di daerah.
D. Keaslian Penulisan Skripsi ini membahas tentang “Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan di Daerah Kabupaten Simeulue”, dimana judul tersebut belum pernah dibahas di Fakultas Hukum sesuai dengan yang diterangkan dalam out line
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
23
judul skripsi di Fakultas Hukum tertanggal 29 November 2007 yang menyatakan bahwa judul skripsi ini belum pernah dibahas oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menyusun skripsi ini dengan berbagai referensi yang penulias dapatkan baik dari buku-buku, media cetak dan elektronik, maupun bantuan dari berbagai pihak. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan.
E. Tinjauan Pustaka Dalam berbagai kepustakaan hukum ekonomi atau hukum bisnis, terminologi penanaman modal dapat berarti inve stor lokal (domestict investor), investor asing (foreign direct investor, FDI) dan penanaman modal yang dilakukan secara tidak langsung oleh pihak asing (foreign indirect investor, FII). Untuk yang terakhir ini dikenal dengan istilah penanaman modal dalam bentuk portofolio yakni pembelian efek lewat Lembaga Pasar Modal (Capital Market) 16. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan makna antara penanaman modal dengan investasi dapat kita lihat dalam berbagai pengertian investasi di antaranya 17 : Dalam ensiklopedia ekonomi keuangan perdagangan, dijelaskan istilah investasi, penanaman modal digunakan untuk “Penggunaan atau pemakaian sumber-sumber ekonomi untuk produksi barang-barang produsen atau barangbarang konsumen. Dalam arti yang semata-mata bercorak keuangan, investment mungkin berarti penempatan dana-dana kapital dalam suatu perusahaan dalam
16 17
Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, (Bandung : Nuansa Aulia, 2007), hal. 55. Ibid., hal, 55.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
24
jangka waktu yang relatif panjang, supaya memperoleh suatu hasil yang teratur dengan maksimum keamanan 18”. Dalam kamus hukum ekonomi digunakan termonologi investment, penanaman modal. Investasi berarti penanaman modal yang biasanya dilakukan untuk jangka panjang misalnya berupa pengadaan aktiva tetap perusahaan atau membeli sekuritas dengan maksud untuk memperoleh keuntungan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan investasi berarti pertama, penanaman uang atau modal di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan, dan kedua, jumlah uang atau modal yang ditanam 19. Dengan demikian, dari berbagai pengertian investasi seperti yang dikutip di atas, tampak bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antara investasi dengan penanaman modal. Makna dari investasi atau penanaman modal adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum, menyisihkan sebagian pendapatannya agar dapat digunakan untuk melakukan suatu usaha dengan harapan pada suatu waktu tertentu akan mendapatkan hasil (keuntungan). Modal (capital) adalah uang yang dipakai untuk investasi20. Modal dapat juga diartikan sebagai uang atau benda yang ditanamkan dalam suatu usaha yang produktif dan selanjutnya merupakan peranan penting ketikan bank mengadakan analisis kredit terhadap nasabahnya 21. Sedangkan di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM) disebutkan dalam pasal 1 poin (7) bahwa : “Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain
18
Ibid., hal. 56. Ibid., hal. 57. 20 Kunarjo, Glusorium Ekonomi Keuangan dan Pembayaran-pembayaran, (Jakarta : UII Press, 2003), hal . 205 21 Aliminsyah & Padji, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan, (Bandung : PT. Citra Adithya Bhakti, 2002), hal . 427. 19
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
25
yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis”. Selanjutnya, yang dimaksud dengan penanaman modal ialah sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1 poin (1) UU PM bahwa : “Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia”. Sedangkan istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lain dan bahkan suatu negara dengan negara lain. Namun demikian, penting bagi kita untuk dapat memiliki definisi yang sama dalam mengartikan pembangunan. Secara trdisional pembangunan memiliki arti peningkatan secara terus menerus pada Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto suatu negara. Sedangkan untuk daerah, makna penmbangunan secara tradisional difokuskan pada peningkatan Prodak Domestik Regional Bruto suatu provinsi, kabupaten atau kota22. Badrul Munir dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan Pembangunan Daerah
dalam
Perspektif
Otonomi
Daerah”
menyebutkan
pengertian
pembangunan daerah, yaitu : “Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang segala sesuatunya dipersiapkan dan dilaksanakan oleh daerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan sampai dengan pertanggungjawabannya. Dalam kaitan ini daerah memiliki hak otonom”. 23 Makna daerah dapat kita lihat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dalam Pasal 1 Poin (6) disebutkan bahwa: “Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum 22
Mudrajad Kuncoro, Opcit. hal : 54 Badrul Munir, Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Perspektif Otonomi Daerah, (Mataram : Bappeda Propinsi NTB, 2002). Hal. 63. 23
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
26
yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
F. Metode Penelitian Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penyelesaian skripsi ini, maka penulis menggunakan metode penelitian : 1. Jenis Penelitian Penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini adalah penelitian dengan cara mengolah dan menggunakan data-data skunder yang bersifat deskriptif. Penelitian ini kadangkala dilakukan dengan melakukan survey langsung ke lapangan atau melakukan riset langsung untuk mendapatkan informasi yang mendukung dan sesuai dengan masalah yang diteliti. 2. Sumber Data Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dan memenuhi karateristik untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah yang diteliti. Data Skunder, yaitu data-data yang diperoleh dari buku-buku, media cetak dan media elektronik, termasuk peraturan perundang-undangan. 3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau yang disebut dengan
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
27
data skunder. Adapun data skunder yang digunakan ialah data-data yang bersumber dari buku-buku, media cetak dan media elektronik serta peraturan perundang-undangan yang terkait. Dalam pengumpulan data melalui studi kepustakaan dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu : a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang sesuai dengan masalah yang diteliti; b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui pustaka, artikel-artikel, media cetak dan media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundang-undangan yang terkait; c. Mengelompokan data yang relevan dengan masalah yang sedang dibahas; dan d. Menganalisa data-data yang sesuai tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi objek penelitian. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu suatu pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke lapangan guna memperoleh data-data yang diperlukan atau data primer. Penelitian ini dapat dilekukan melalui wawancara langsung dengan pihak pihak-pihak yang berkompeten untuk dapat menjawab permasalahan yang sedang diteliti. 4. Analisis Data Data primer dan data skunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan. Sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti, Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
28
sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
G. Sistematika Penulisan Skripsi ini disajikan dalam lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujauan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENANAMAN MODAL DI INDONESIA. Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran umum penanaman modal di Indonesia yang terdiri atas : pembagian dan sistim penanaman modal, tujuan dan manfaat penanaman modal, bentuk-bentuk kerja sama penanaman modal, bidang usaha penanaman modal, tata cara penanaman modal serta yang menjadi kendala-kendala dalam penanaman modal. BAB III TINJAUAN ATAS MASALAH PEMBANGUNAN DAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH. Bab ini menguraikan tentang masalah penanaman modal dan kaitannya dengan pembangunan di daerah, yang meliputi : penanaman modal dan pembangunan di daerah, pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan di daerah, faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan di daerah, kewenangan pemerintah daerah dalam bidang penanaman modal, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal di daerah. BAB
IV
PERANAN
PENANAMAN
MODAL
DALAM
PEMBANGUNAN DI DAERAH KABUPATEN SIMEULUE. Dalam bab ini
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
29
diuraikan tentang hasil dari penelitian yang meliputi : gambaran umum kabupaten Simeulue, penanaman modal di kabupaten Simeulue, pengaruh penanaman modal terhadap pembangunan di kabupaten Simeulue, peranan penanaman modal dalam pembangunan di bidang perekonomian kabupaten Simeulue, dan perlunya penanaman modal di kabupaten Simeulue. BAB V PENUTUP. Bab ini memuat kesimpulan hasil penelitian dan saran sebagai pedoman dalam perumusan kebijakan Pemerintah Kabupaten Simeulue.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
30
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENANAMAN MODAL DI INDONESIA
A. Pembagian dan Sistim Penanaman Modal Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dinyatakan bahwa
“Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan
menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia” 24. Pengertian lain tentang penanaman modal diberikan oleh Organization European Economic Co-operation (OEEC) 25, yaitu “direct investment, is mean acquisition of sufficient interest in an undertaking to insure its controle by the investor”. Bahwa penanaman modal diberi keleluasaan pengusahaan dan penyelenggaraan pimpinan dalam perusahaan di mana modalnya ditanam, dalam arti bahwa penanaman modal mempunyai penguasaan atas modal. Akan tetapi pengertian ini terlalu menitik beratkan pada penguasaan perusahaan. Sedangkan Andean Pact pada pokoknya menekankan pada pengertian penanaman modal asing yang dilakukan para penanam modal asing secara perorangan . Adanya berbagai pengertian mengenai penanaman modal diharapkan dapat membuka wawasan pemikiran kita, bahwa pengertian penanaman modal bukan hanya sebagaimana yang terdapat pada rumusan undang-undang penanaman modal saja, akan tetapi lebih luas dari itu, sehingga pemahaman kita terhadap modal serta implikasinya dapat lebih tepat. 24
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 ayat (1) Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, (Jakarta : Prenada Media, 2005), hal. 44. 25
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
31
Berdasarkan sumbernya, maka penanaman modal dapat dibagi dua, yaitu Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 26. Pembagian bentuk penanaman modal ini juga sesuai dengan pembagian penanaman modal yang dikenal dalam undang-undang penanaman modal No. 25 / 2007. Akan tetapi, selain pembagian penanaman modal yang dikenal UU No. 25 / 2007 tentang Penanaman Modal tersebut, kegiatan penanaman modal pada hakikatnya dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu investasi langsung (direct investment) atau penanaman modal jangka panjang, dan investasi tidak langsung (indirect investment) atau portofolio investment 27. 1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1 Undang-undang Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007 pada poin (9) dinyatakan bahwa : “Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum”. Sedangkan yang dimaksud dengan penanaman modal dalam negeri dirumuskan dalam Pasal 1 poin (2) yang menyebutkan bahwa : “Penanaman Modal dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri”. Berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) UU No. 25 / 2007 maka penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang
26
I. G. Rai Widjaya, Penanaman Modal: Pedoman, Prosedur Mendirikan dan Menjalankan Perusahaan Dalam Rangka PMA dan PMDN, (Jakarta : Pradnya Paramita, 2005), hal. 28. 27 Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal : Tinjauan terhdap Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, (Jakarta : PT. Raharja Grafindo Persada, 2007), hal. 11 Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
32
berbentuk badan hukum, atau usaha perseorangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang, sebagaimana yang sebutkan dalam Pasal 5 ayat (2). 2. Penanaman Modal Asing (PMA) `
Undang-Undang Penanaman Modal Asing No. 1 Tahun 1967 hanya
menekankan penanaman modal asing pada penanaman modal secara langsung dan tidak termasuk penanaman modal modal yang secara tidak langsung. Akan tetapi dengan keluarnya UU No. 25 Tahun 2007, penanaman modal asing semakin diperluas. Hal ini merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah sebagai langkah lebih baik untuk menciptakan kemajuan penanaman modal khsusnya penanaman modal asing. Oleh karena itu, dalam undang-undang penanaman modal No. 25 Tahun 2007 lebih membuka lebar kegiatan penanaman modal asing sebagai upaya memperbaiki iklim investasi yang lebih baik. Pasal 1 poin (3) disebutkan Bahwa : “Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri”. Sedangkan yang dimaksud dengan modal asing sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1 poin (8) adalah “Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan / atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing”.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
33
Dari rumusan di atas, kita dapat melihat bahwa ada hal-hal baru yang diatur dalam UU No. 25 Tahun 2007 yang dianggap dapat meningkatkan iklim yang lebih kondusif bagi masuknya modal asing. Dalam UU No. 25 / 2007 kita lihat bahwa yang termasuk penanaman modal asing tidak hanya penanaman modal yang secara langsung akan tetapi juga termasuk portofolio Investment. Begitu juga halnya dengan pengertian modal asing, tidak hanya berupa modal sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 2 UU PMA, akan tetapi lebih dari itu seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 poin 8 UU PM bahwa yang termasuk modal adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan / atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. 3. Investasi Langsung (Direct Investment) Dalam konteks ketentuan undang-undang penanaman modal, maka pengertian penanaman modal hanya mencakup penanaman modal secara langsung. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Investasi secara langsung ini karena dikaitkan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan penge;lolaan modal28. Penanaman modal secara langsung (direct investment) adalah suatu bentuk penanaman modal secara langsung. Dalam hal ini pihak investor langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung apabila
28
Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hal. 12.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
34
terjadi suatu kerugian 29. Adanya keterlibatan langsung pihak investor terhadap investasi yang dilakukan, baik dalam aspek permodalan, pengelolaan, dan pengawasan. Investasi langsung ini dapat dilakukan dengan mendirikan perusahaan patungan (joint venture company) dengan mitra lokal, melakukan kerja sama operasi
(joint
operation
scheme)
tanpa
membentuk
perusahaan
baru,
mengonversikan pinjaman menjadi persyaratan mayoritas dalam perusahaan lokal, memberikan bantuan teknis dan manajerial (technical and management assistance) maupun dengan memberikan lisensi 30. 4. Investasi Tidak Langsung (Indirect Investment) Investasi tidak langsung (indirect investment) pada umumnya merupakan penanaman modal jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang. Penanaman modal ini disebut dengan penanaman modal jangka pendek karena pada umumnya, jual beli saham dan atau mata uang dalam jangka waktu yang relatif singkat tergantung kepada fluktuasi nilai saham atau mata uang yang hendak mereka jual belikan 31. Investasi secara tidak langsung yaitu suatu bentuk penanaman modal secara tidak langsung. Dalam hal ini pihak investor tidak langsung terlibat aktif dalam kegiatan pengelolaan usaha. Investasi secara tidak langsung terjadi melalui pemilikkan surat-surat pinjaman jangka panjang (obligasi) dan saham-saham perusahaan di mana modal tersebut ditanamkan atau hanya memasukkan modal dalam bentuk uang atau valuta semata.
29
N. Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia Dalam Menghadapi Era Global, (Malang : Bayumedia Publishing, 2003), hal. 11. 30 Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hal. 12 31 Ibid, hal. 13. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
35
B. Tujuan dan Manfaat Penanaman Modal Hampir setiap negara di dunia selalu membutuhkan kehadiran penanaman modal ke negaranya terutama modal asing sebagai upaya mempercepat perkembangan perekonomian di negaranya. Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang masih besar ketergantungannya terhadap kehadiran penanaman modal terutama penanaman modal asing. Alasan pertama suatu negara mengundang modal asing adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi (economic growth) guna memperluas lapangan kerja. Baru kemudian dengan masuknya modal asing, tujuan-tujuan lain ingin dicapai seperti mengembangkan industri subtitusi import untuk menghemat devisa, mendorong ekspor non-migas untuk menhasilkan devisa, membangun prasarana, dan mengembangkan daerah tertinggal. Sedangkan menurut Radaen Pardede, pertumbuhan ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja adalah pertumbuhan ekonomi sekitar 6-7 persen, dengan kisaran angka itu diperkirakan lapangan kerja dan tabungan masyarakat meningkat 32. Oleh karena itu, paling sedikit ada 5 (lima) tujuan diadakannya penanaman modal asing, yaitu 33 : a. Penyediaan lapangan kerja Sejak terjadinya krisis perbakan pada tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi, pengangguran mengalami peningkatan yang sangat
besar.
Ada
beberapa
faktor
yang
menyebabkan
meningkatnya
pengangguran di Indonesia, yaitu : pertama, terjadinya krisis ekonomi sehingga menyebabkan menurunnya kegiatan usaha da investasi asing. Kedua, banyak 32
Erman Rajagukguk, Hukum Investasi di Indonesia: Pokok Bahasan, (Jakarta : Univ. Indonesia, 2005), hal. 19. 33 Ibid, hal. 22-28. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
36
perusahaan mengalami kebangkrutan karena utang dalam negeri atau luar negeri membesar akibat melemahnya rupiah. Salah satu dampak lain krisis moneter adalah ketidakmampuan perusahaan untuk membeli bahan baku luar negeri, menurunya permintaan masyarakat akan barang dan jasa, sehingga banyak perusahaan gulung tikar atau untuk mencegah kerugian yang lebih besar sebagian pengusaha mengurangi produksi dan mengurangi tenaga kerjanya. Ketiga, laju pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja tiap tahun 1,7 juta jiwa orang. Meurut Center for Labour and Development Studies (CLDS), jumlah pemngangguran pada tahun 2002 sudah pada tahap yang mengkhawatirkan karena jumlahnya sudah mencapai 42 juta orang dan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi sekitar 3%, maka angka pengguran pada tahun 2003 akan mencapai 43,6 juta orang dan pada tahun 2004 45,2 juta orang. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2002 sebesar 3,5% tidak bisa menyediakan kebutuhan lapanga kerja. Sedangkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2003 sebesar 4% dan tahun 2004 4,2% tidak cukup untuk menyerap pengangguran dan tidak cukup untuk mengurangi angka kemiskinan di Indonesia, perumbuhan perekonomian sebesar tersebut jelas tidak mampu menampung luapan tenaga kerja yang ada. Hingga saat ini masalah penggangguran kita ketahui masih menjadi masalah yang serius di Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari angka kemiskinan di negara kita yang relatif masih tinggi. Melihat kondisi di atas, maka jika hanya mengandalakan sumber dalam negeri, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan tumbuh berkelanjutan. Untuk itulah diperlukan adanya penanaman modal asing sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang lebih menjanjikan dalam upaya mengurangi jumlah pengangguran.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
37
Dengan demikian, pertumbuhan angka investasi jelas akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan selanjutnya mempengaruhi jumlah penggangguran serta perputaran roda ekonomi. Jika tidak ada perkembangan ekonomi yang optimal akan memicu terjadinya ledakkan pengangguran yang akan menciptakan berbagai permasalahan sosial dan memperburuk stabilitas keamanan maupun politik. Dan pada akhirnya gejolak sosial dan politik itu pada gilirannya akan mengganggu pertumbuhan ekonomi itu sendiri. b. Mengembangkan industri substitusi import untuk menghemat devisa Pada permulaan kembalinya modal asing ke Indonesia dengan lahirnya UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, pemerintah mengembangkan industri substitusi import untuk menghemat devisa. Perusahaanperusahaan asing di Idonesia dengan demikian memproduksi barang yang sebelumnya diimport. Oleh karena itu, dengan berkurangnya impor Indonesia akan barang-barang jadi, maka akan menghemat devisa. c. Mendorong berkembangnya industri barang-barang ekspor non-migas untuk mendapatkan devisa Ada beberapa faktor yang menyebabkan terpuruknya nilai ekspor Indonesia, antara lain karena rendahnya harga komoditas, rendahnya nila tukar rupiah dan tingginya tingkat suku bunga. Perubahan nilai tukar telah mengakibatkan meningkatnya biaya produksi (biaya penggunaan bahan baku, bahan penolong impor dan biaya produksi). Kemudian, rendahnya produksi sektor riil, melemahnya daya saing tradisional, seperti pakaian jadi, sepatu, kayu lapis dan karet yang telah diolah. Pasar domestik tidak tumbuh sementara pasar internasional ambruk akibat jatuhnya ekonomi global, sehingga menyebabkan Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
38
menurunnya nilai ekspor. Menurunnya nilai ekspor Indonesia telah mengamcam sektor riil. Daya saing industri yang berorientasi ekspor dan menyerap tenaga kerja besar menjadi sangat menurun. d. Pembangunan daerah-daerah tertinggal Kehadiran investasi di suatu daerah terutama investasi asing diharapkan dapat membuka keterisoliran daerah-daerah tertinggal. Suatu hal yang perlu disadari bahwa pembangunan daerah tertinggal amat membutuhkan pendekatan perwilayahan (regional development approach) yang bersifat lintas pelaku maupun sektor. Pembangunan daerah tertinggal tidak mungkin dapat dilaksanakan oleh pemerintah kota / kabupaten saja. Oleh karena itu, untuk membuka akses perekonomian daerah dapat dilakukan dengan memasukkan kegiatan penanaman modal di daerah tersebut. Dengan demikian, kehadiran penanaman modal akan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dan menjadi alternatif utama dalam melncarkan pelaksanaan pembangunan di daerah 34. e. Alih teknologi Penanaman modal asing diharapkan dapat mewujudkan alih teknologi dan peningkatan ilmu pengetahuan. Kelemahan negara berkembang di bidang teknologi akan sangat mempengaruhi proses transformasi dari agraris menuju industrialisasi. Untuk itulah diperlukan dana yang cukup untuk dialokasikan dalam pengembangan teknologi. Bagi Indonesia, investasi asing mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses industrialisasi dan alih teknologi. Pada sisi lain, untuk meningkatkan pengembangan teknologi informasi, pemerintah Indonesia harus mendatangkan investor asing yang bergerak dalam 34
Tommy Firman, Pembangunan Daerah http://64.203.71.11/kompas-cetak/0412/07/opini/1379341.htm
Tertinggal,
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
39
bidang teknologi informasi. Investasi tersebut digunakan untuk mengurangi kesenjangan digital sesuai target pemerintah bahwa seluruh penduduk Indonesia sudah memiliki akses internet pada tahun 2005 35. Akan tetapi harapan tersebut tidak seutuhnya dapat tercapai, dimana hingga saat ini ketergantungan Indonesia terhadap teknologi dari luar masih tetap ada, dalam arti bahwa Indonesia belum mampu memciptakan atau menerapkan semua teknologi yang ada secra keseluruhan. Selain itu, dalam Pasal 3 ayat (2) UU PM juga ditegaskan bahwa tujuan penyelenggaraan penanaman modal adalah untuk : meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja,
meningkatkan pembangunan
ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan, mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terlepas dari pro dan kontra terhadap kehadiran investasi asing, namun secara teoritis dapat dikemukakan bahwa kehadiran investor asing di suatu negara mempunyai manfaat yang cukup luas (multiplier effect). Manfaat tersebut yakni kehadiran investor dapat menciptakan demand bagi produk dalam negeri sebagai bahan bakumenambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor, dapat menambah peneriman dari sektor pajak serta manfaat lainnya 36. Dilihat dari sudut pandang ini terlihat bahwa kehadiran investor cukup berperan dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya pembangunan ekonomi di daerah 35 36
Erman Radjagukguk, Op.cit., hal. 38 Sentosa Sembiring, Op.cit., hal. 23.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
40
mana penanaman modal asing menjalankan aktivitasnya. Arti pentingnya kehadiran investor asing ke suatu daerah dikemukakan oleh Gunarto Suhardi bahwa 37: “Investasi langsung lebih baik jika dibandingkan dengan investasi portofolio, karena investasi langsung lebih permanen. Selain itu investasi langsung : 1. Memberikan kesempatan bagi penduduk; 2. M empunyai kekuatan penggandaan dalam ekonomi lokal; 3. Memberikan risidu baik berupa peralatan maupun alih teknologi; 4. Bila produksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang dapat diikuti oleh pengusaha lokal disamping seketika memberikan tambahan devisa dan pajak bagi negara; 5. Lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing; dan 6. Memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena bila investor berasal dari negara kuat niscaya bantuan keamanan juga akan diberikan”. Menurut Aminuddin Ilmar paling tidak ada dua akibat utama dari penanaman modal yang menguntungkan Indonesia, yaitu
meningkatnya
pendapatan riil (seperti tercermin pada peningkatan tingkat upah bagi konsumen, atau peningkatan penerimaan pemerintah), dan adanya manfaat-manfaat tidak langsung seperti misalnya diperkenalkannya teknologi dan ilmu pengetahuan baru 38. Oleh karenanya, sangat wajar bilamana penanaman modal menjadi salah satu alternatif yang dianggap baik bagi pemerintah untuk memecahkan keusilatan modal dalam melancarkan pembangunan nasional. Hal itu disebabkan karena salah satu fungsi diundangnya penanaman modal terutama penanaman modal asing untuk masuk ke Indonesia adalah memanfaatkan modal, teknologi, skill yang dimiliki oleh penanaman modal guna mengelola potensi-potensi ekonomi (economic recourcess) yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, namun untuk mengembangkannya sangat memerlukan modal yang besar, teknologi yang 37 38
Ibid, hal. 24. Aminuddin Ilmar, Op.cit., hal. 186.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
41
canggih, kemampuan yang profesional yang belum sepenuhnya mampu tertangani oleh pihak swasta nasional maupun pemerintah sendiri.
C. Bentuk-Bentuk Kerja Sama Penanaman Modal Perjanjian atau kerja sama dalam bidang penanaman modal dalam hal ini adalah antara modal asing dengan modal dalam negeri (modal nasional). Dalam pelaksanaan penanaman modal asing, maka diperkenankan bagi pihak penanam modal (investor) asing untuk melakukan kerja sama dengan investor dalam negeri sesuai dengan peraturan yang berlaku. 1. Pengaturan Bentuk-bentuk Kerja Sama Penanaman Modal Gejala peningkatan kerja sama penanaman modal asing di Indonesia semakin ditingkatkan setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan pada tanggal 22 Januari 1974 yang berkaitan dengan masalah kerja sama penanaman modal asing dengan modal nasional Indonesia. Adapun kebijakan tersebut menyangkut dua hal, yaitu 39 : a. Meningkatkan peranan perimbangan partisipasi dalam pengelolaan modal antara modal nasional; dan b. Menyusun daftar skala prioritas penanaman modal. Pengaturan lain yang ditetapkan pemerintah dalam hal pelaksanaan usaha kerja sama antara penanaman modal asing dengan modal nasional yang mengubah kebijakan tahun 1974 yakni dengan dikelurkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 1992 tentang Persyaratan Pemilikan Saham dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing yang ditetapkan pemerintah pada tanggal 26 April 1992.
39
Ibid., hal. 48.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
42
Pengaturan tersebut diikuti pula dengan dikelurkannya Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 32, 33, dan 34 Tahun 1992 yang berkaitan dengan masalah bidang usaha, tata cara penanaman modal, serta pertanahan untuk kegiatan penanaman modal asing. Ketentuan mengenai kerja sama antara modal asing dengan modal nasional yang diatur melalui PP No. 17/1992 serta Keppres No. 32, 33, dan 34 tahun 1992 atau yang lebih dikenal dengan “paket juli” 1992 telah ditetapkan bentuk kerja sama yakni, dengan melalui suatu usaha patungan. 40. Dalam UU PM No. 25 Tahun 2007 tidak menyebutkan secara tegas mengenai kerja sama antara penanaman modal asing dengan modal dalam negeri. Dari pengertian penanaman modal asing sebagaimana yang dirumuskan dalam UU PM pada dasarnya tidak mengharuskan pelaksanaan penanaman modal asing untuk bekerja sama dengan modal nasional. Jadi, penanaman modal asing dapat juga dilakukan dengan menggunakan modal asing secara penuh. Pengaturan dalam UU PM yang mengarah pada pelaksanaan kerja sama penanaman modal disebutkan dalam Pasal 5 ayat (3) bahwa : “Penanam modal dalam negeri dan asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dilakukan dengan: a. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas; b. membeli saham; dan c. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan”. Penetapan terhadap bentuk kerja sama usaha patungan antara modal asing dengan pihak nasional dimaksudkan oleh pemerintah untuk memberikan perlindungan
serta peranan atau partisipasi pihak swasta nasional dalam
pelaksanaan penanaman modal asing di Indonesia. Hal lain adalah memberikakan kesempatan kepada perusahaan-perusahaan swasta nasional yang berskala kecil 40
Ibid., hal. 51.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
43
maupun dalam usaha koperasi untuk dapat ikut berpartisipasi di dalamnya melalui pemilikan saham terhadap penanaman modal asing yang telah melakukan aplikasi usahanya di Indonesia. Dengan demikian diharapkan akan terjadi perimbangan modal antara penanaman modal asing dengan modal nasional yang dirasakan sampai sekarang ini belum seimbang dalam hal pelaksanaannya. Menurut Todung Mulya Lubis 41 disebut sebagai tidak adanya suatu “domestic countervailing power”, sehingga kerja sama yang dilakukan antara penanaman modal asing dengan modal nasional diibaratkan sebagai “isteri” yang kesekian kalinya tidak mempunyai bargaining position untuk bertindak seimbang dalam hal penanaman modal di Indonesia. 2. Pengertian Kerja Sama (Joint Venture) Untuk lebih jelas mengenai kerja sama (joint venture) ini terlebih dahulu perlu dirumuskan atau diberikan batasan pengertian apa yang dimaksud kerja sama (joint venture) agar tidak menimbulkan berbagai macam penafsiran. “Joint venture” kalau diterjemahkan secara langsung dapat diartikan sebagai “berkerja secara bersama-sama” 42. Akan tetapi, timbul permasalahan bilamana usaha bersama ini dapat diartikan dengan joint venture sebab bisa saja mencakup semua jenis kerja sama, padahal dalam kenyataan atau praktiknya joint veture ini hanya dipergunakan dalam suatu pengertian yang khusus. Menurut Frieman 43 membedakan dua macam bentuk “joint venture”. Jenis yang pertama tidak melaksanakan penggabungan modal sehingga kerja sama tersebut hanya terbatas pada know-how saja yang dibawa kedalam joint venture. Know-how bisa mencakup “technical service aggreement, franchise and 41
Ibid., hal. 57. Ibid., hal. 58. 43 Ibid., hal. 58. 42
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
44
brand use agreement, construction and
other job performance contract,
manajemen contract and rental agreements”. Selanjutnya menurut Friedman, penggabungan know-how ke dalam joint venture bisanya merupakan babak permanen, yang pada saatnya akan beralih pada kerja sama berdasarkan penggabungan modal. Joint venture yang kedua ditandai oleh adanya partisipasi modal. Untuk membedakan jenis pertama dengan jenis yang kedua, maka Friedman menggunakan istilah “joint venture” untuk yang pertama, dan “equity joint venture” untuk jenis kerja sama yang kedua. Akantetapi pengertian yang diberikan oleh Freidman tersebut
dalam praktiknya tidak sesuai dimana dalam
pemakaiannya istilah “joint venture” diartikan sebagai suatu kerja sama yang dilakukan secara bersama-sama dan merupakan suatu perusahaan baru yang didirikan secara bersama-sama oleh dua atau lebih pihak dengan menggabungkan potensi usaha termasuk know-how dan modal dalam perbandingan yang telah ditetapkan menurut perjanjian yang telah sama-sama disepakati. Dalam konteks ekonomi, arti joint venture adalah suatu persetujuan di antara dua pihak atau lebi, untuk melakukan kerja sama dalam suatu kegiatan. Sementara itu, di dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Pwerdagangan, joint venture diartikan sebagai suatu persetujuan dua peserta atau lebih, yang mempersatukan sumber-sumber atau jasa-jasanya, atau kedua-duanya, dalam suatu perusahaan tertentu dengan tanpa membentuk suatu persekutuan yang tersusun 44.
44
Amrizal, Hukum Bisnis: Diregulasi dan Joint Venture di Indonesia Teori dan Praktik, (Jakarta : Djambatan, 1996), hal. 80. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
45
3. Bentuk-bentuk Kerja Sama Ismail Suny 45 mengemukakan bahwa ada tiga macam bentuk kerja sama antara modal asing dengan modal nasional, yakni : “joint venture”, “joint enterprise” dan kontrak karya. Selain ketiga bentuk kerja sama tersebut, masih terdapat juga bentuk lain yang dalam kenyataannya atau dalam praktinya dilakukan oleh para pemodal khususnya pemodal asing. Dengan kata lain, terdapat berbagai macam bentuk kerja sama yang ilakukan oleh para penanam modal khususnya penanam modal asing dengan pemodal nasional seperti : Production Sharing, Manajemen Contract, Technical Assistance atau Technical Sevice Contract, Franchise and Branduse Agreement maupun dalam bentuk Buid, Opertation and Transfer atau lebih dikenal dengan istilah BOT. Di samping itu, dikenal pula adanya bentuk usaha kerja sama yang khusus seperti penanam modal asing dengan DISC-Rupiah maupun kredit untuk proyek (barang modal). Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dijelaskan berbagai macam bentuk kerja sama, yaitu sebagai berikut
46
:
a. Joint Venture Joint venture adalah suatu usaha kerja sama yang dilakukan antara penanaman modal asing dengan modal nasional semata-semata berdasarkan suatu perjanjian atau kontrak belaka (kontraktuil), dimana tidak membentuk suatu badan hukum baru seperti halnya pada joint enterprise. Bentuk perjanjian kerja sama joint venture dapat digambarkan sebagai perjanjian yang dilakukan oleh antara pihak asing yang perusahaanya tidak berada di Indonesia dengan pemodal nasional yang melakukan suatu usaha bersama tanpa membentuk perusahaan atau 45 46
Dr. Aminuddin Ilmar, Op.cit., hal. 59. Ibid, hal. 61-68
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
46
badan hukum yang baru, melainkan dengan suatu perjanjian yang disepakati bersama. Kerja sama ini juga biasa disebut dengan “Contract of Cooperation” yang tidak membentuk suatu badan hukum Indonesia. Berbagai macam corak atau variasi dari joint venture yang diketemukan dalam praktik aplikasi penanaman modal asing dikemukakan sebagai berikut : Technical Assistance (sevice) Contract, yaitu suatu bentuk usaha kerja sama yang dilakukan antara pihak modal asing dengan modal nasional sepanjang yang bersangkut paut dengan skill atau cara kerja (method), misalnya suatu perusahaan modal nasional yang ingin memajukan atau meningkatkan produksinya. Membutuhkan suatu peralatan baru disertai cara kerja atau metode kerja. Dalam hal demikian, maka membutuhkan technical assistance dari perusahaan modal asing di luar negeri engan cara pembayaran dalam bentuk royalti, yakni pembayaran sejumlah uang tertentu yang dapat diambilkan dari penjualan produksi perusahaan yang bersangkutan. Franchise and Brand-use Agreement, yaitu suatu bentuk usaha kerja sama yang digunakan apabila suatu perusahaan nasional atau dalam negeri hendak memproduksi suatu barang yang telah mempunyai merek terkenal seperti CocaCola, Pepsi-Cola, Van Houten,Mc’Donal, Kentucky Fried Chikken, dan sebagainya. Manajemen Contract, yaitu suatu bentuk usaha antara pihak modal asing dengan nasional menyangkut pengelolaan suatu perusahaan khususnya dalam hal pengelolaan manajemen oleh pihak modal asing terhadap suatu perusahaan nasional. Misalnya yang lazim dipergunakan dalam pembuatan maupun
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
47
pengelolaan hotel yang bertaraf intenasional oleh pihak indonesia diserakan kepa swasta luar negeri. Build, Operation and Transfer (BOT), adalah suatu bentuk kerja sama yang relatif masih baru dikenal yang pada pokoknya merupakan suatu kerja sama antara para pihak, dimana suatu objek dibangun, dikelola atau dioperasikan selama jangka waktu tertentu diserahkan kepada pemilik asli. Misalnya, pihak swasta nasional mempunyai gedung atau bangunan mengadakan kerja sama dengan pihak luar negeri untuk membangun suatu Departement Store ataupun hotel dimana biaya pembangunan, perencanaan, dan pelaksanaan operasinya dilaksanakan oleh pihak asing dengan jangka waktu sesuai kaerja sama lalu kemudian diserakan kepada pihak nasional. b. Joint Enterprise Joint enterprise merupakan suatu kerja sama antara penanaman modal asing dengan modal dalam negeri dengan membentuk suatu perusahaan atau badan hukum baru sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Joint enterprise merupakan suatu perusahaan terbatas, yang modalnya terdiri dari modal dalam nilai rupiah maupun dengan modal yang dinyatakan dalam valuta asing. c. Kontrak Karya Pengertian kontrak karya (contract of work) sebagai suatu bentuk usaha kerja sama antara penanaman modal asing dengan modal nasional terjadi apabila penanam modal asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum ini mengadakan perjanjian kerja sama dengan suatu badan hukum yang mempergunakan modal nasional. Bentuk kerja sama kontrak karya ini hanya terapat dalam perjanjian kerja sama antara badan hukum milik negara (BUMN) Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
48
seperti : Kontrak karya antara PN. Pertamina dengan PT. Caltex Pacific Indonesia yang merupakan anak perusahaan dari Caltex Internasional Petroleum yang berkedudukan di Amerika Serikat. d. Production Sharing Menurut Sunaryati Hartono cara dengan production sharing ini boleh dikatakan merupakan satu-satunya cara yang terpenting dilakukan oleh perusahaan- perusahaan negara. Dinamakan suatu production sharing atau bagi hasil, oleh karena kredit yang diproleh dari pihak asing ini beserta bunganya akan dikembalikan dalam bentuk hasil produksi perusahaan yang bersangkutan, yang biasanya dikaitkan deangan suatu ketentuan mengenai kewajiban perusahaan Indonesia untuk mengekspor hasilnya kepada negara pemberi kredit. Dengan kata lain, bahwa production sharing adalah suatu perjanjian kerja sama kredit antara modal asing dengan pihak Indonesia yang memberikan kewajiban kepada pihak Indonesia untuk mengekspor hasilnya kepada negara pemberi kredit. e. Penanaman Modal dengan DICS-Rupiah Dibandingkan dengan kerja sama production sharing, maka penanaman modal asing dengan DICS-Rupiah ini merupakan suatu bentuk campuran atau variasi antara kredit dengan penanaman modal. Jika production sharing suatu perusahaan (nasional) Indonesia memperoleh modal asing dalam bentuk kredit, maka penanaman modal asing dengan DICS-Rupiah ini kredit modal asing yang telah harus dikembalikan kepada krediturnya oleh pihak Indonesia. Dengan adanya ketentuan intruksi Presidium Kabinet Nomor 28/EK/IN/5/1967 yang pada prinsipnya menyatakan bahwa tagihan-tagihan para kreditur asing yang
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
49
menyangkut utang-utang yang tidak dijamin oleh pemerintah asing dapat diubah menjadi penanaman modal asing Indonesia. Kebijaksanaan tersebut dinamakan dengan Debt Invesment Convertion Scheme (DICS), oleh sebab itu pelunasan utang-utang tersebut di atas yang semula diperhitungkan berdasarkan valuta asing tetapi dibayar dengan rupiah terjadi dengan DICS-Rupiah yang merupakan Kertas Pembendaharaan Negara berbunga 30% setahun. Menurut Ismail Suny apabila krediturnya sendiri yang menggunakan DISC-Rupiah, maka yang akan dicatat sebagai modal adalah jumlah utang Indonesia yang telah dihapuskan dengan pembayaran berupa DISC, pencacatan mana dilakukan dengan valuta asing. f. Penanaman Modal dengan Kredit Investasi Adanya penanaman modal dengan menggunakan kredit investasi adalah merupakan kebijaksanaan pemerintah pada tahun 1970 dengan dikeluarkannya Keputusan
Menteri Negara
21/MENKUIN/4/1970.
Ekonomi,
Keuangan,
dan
Industri Nomor
Dimana di dalam bidang penanaman modal ternyata
kredit luar negeri dan penanaman modal tidak dapat dipisahkan dengan tegas, oleh karena kredit luar negeri dapat menjadi penanaman modal asing di dalam negeri. Dalam kenyataan tampak bahwa kredit luar negeri via kredit investasi menjadi modal nasional yang setelah bergabung dengan modal asing dalam joint-venture dapat digolongkan sebagai penanaman modal asing. Kebijaksanaan pemerintah untuk memberikan kredit investasi kepada para pengusaha nasional yang kemudian mengadakan kerja sama dengan penanam moal asing sudah dapat digolongkan menjadi penanaman modal asing meskipun jalan yang ditempuh sangant berbelit-belit. Dalam praktik, penanaman modal dengan kredit investasi Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
50
ini banyak dilakukan oleh para pemodal dalam negeri untuk membiayai setiap proyeknya yang ada di Indonesia. g. Portofolio Investment Penggabungan modal asing dengan modal dalam negeri dalam bentuk portofolio investment tidak diatur dalam berbagai peraturan penanaman modal. Akan tetapi dalam praktik yang dilakukan oleh para pemodal dalam negeri. Sunaryati Hartono menyatakan bahwa oleh karena cara ini dilakukan dengan diam-diam (disguised), maka sukar sekali untuk memperoleh angka-angka yang terang mengenai pembentukan penanaman modal jenis ini. Lagi pula cara yang terselubung ini menyebebkan bahwa bentuk penggabungan modal nasional dan modal asing ini tidak dianggap dan diperhitungkan sebagai penanaman modal khususnya penanaman modal asing. Akan tetapi, dalam praktik yang termasuk dalam kategori ini adalah investasi yang dilakukan melalui pembelian saham baik di pasar modal maupun melalui penempatan modal pihak ketiga dalam perusahaan (strategic partner). 4. Masalah-masalah dalam Kerja Sama Penanaman Modal Berbagai permasalahan yang timbul berkaitan dengan kerja sama yang dilakukan antara modal asing dengan modal dalam negeri dimulai sejak permulaan suatu usaha kerja sama sampai pada pengelolaan perusahaan. Perlu dipahami oleh para pihak terutama pemodal nasional bahwa kerja sama merupakan suatu organisasi usaha yang pada prinsipnya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan pengeluaran yang minimal (antara ratio input dan output terjadi perbedaan) sesuai dengan teori ekonomi.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
51
Adanya kerja sama yang dilakukan antara modal asing dengan modal nasional membawa pula berbagai implikasi baik politik, hukum, maupun ekonomi 47. a. Masalah dari segi politik Dari segi politik, penanaman modal asing tentunya membawa segi-segi positif maupun negatif. Segi positifnya adalah membantu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengelolaan sumber daya ekonomi, memberikan alih teknologi, kemampuan manajemen, skill atau kemampuan untuk dapat mengelola dengan peralatan yang modern serta membuka lapangan kerja baru. Dari segi negatifnya dapat mengeruk keuntungan melalui praktik-praktik yang tidak wajar, sperti transfer princing, penyelundupan pajak, penguasaan pasar dengan monopoli, dan sebagainya. b. Masalah dari segi hukum Perlu dipahami oleh kedua belah pihak bahwa adanya pertemuan dua sistem hukum yang berbeda baik masalah transfer, karakter maupun prinsipprinsipnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa hukum di Indonesia menganut sistem hukum Eropa Kontinental. Jadi, apabila penanam modal asing itu memiliki sistem hukum yang sama dengan Indonesia, maka persoalan yang timbul tidaklah begitu rumit. Akan tetapi yang menjadi permasalahannya adalah apabila penanam modal asing itu menganut sistem hukum yang berbeda, yang memiliki sifat, karakter atau prinsi-prinsip yang berbeda. Pada sistem hukum ini perumusan perjanjian yang mendasari suatu kerja sama sangat rumit dan terinci dibandingkan dengan sistem Eropa Kontinental.
47
Ibid, hal. 70.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
52
c. Masalah dari segi ekonomi Sedangkan dari segi ekonomi adalah menyangkut masalah perimbangan modal kedua belah pihak, pembagian keuntungan, pembagian kerja (manajemen), masalah alih teknologi (know-how) serta masalah nasionalisasi. Ketiga aspek mendasar tersebut harus diperhatikan oleh kedua belah pihak bilamana akan melaksanakan suatu usaha kerja sama dalam bentuk usaha patungan. Sebab ketiga aspek tersebut selalu mendapat prioritas utama para penanam modal asing sebelum melaksanakan suatu kerja sama dengan pihak modal dalam negeri. Sumantoro 48 membagi dua aspek kerja sama antara penanaman modal asing dengan modal dalam negeri, yaitu : a. Adanya conflict interest antara penanaman modal asing dengan negara penerima modal; dan b. Baik buruknya suatu penanaman modal asing bagi negara sedang berkembang. Menurutnya, conflict interest pada dasarnya terletak pada motif penanaman modal asing untuk menggenerate penghasilan yang doperolehnya, memperkuat posisinya guna mendapatkan benefit semaksimal mungkin atas modal, skill dan teknologi mereka, sedangkan penerima modal mempunyai interest untuk memanfaatkan modal asing, teknologi dan skill untuk kepentingan pembangunan negaranya. Aspek kedua adalah penanaman modal asing menambah pendapatan devisa negara melalui penanaman modal di bidang produksi ekspor, di sektor industri penanaman modal asing mengurangi kebutuhan devisa untuk impor,
48
Ibid, hal. 71.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
53
menambah pajak-pajak dan royalti, menambah kesempatan kerja, membuka lapangan kerja baru, menaikkan keterampilan kerja serta memberikan pengaruh modernisasi. Di lain pihak penanaman modal asing juga mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan kondisi negara penerima modal, sewaktu waktu dapat menarik modalnya (repatriasi modal) serta praktik-praktik yang tidak wajar lainnya. Permasalahan lain yang seringkali dijumpai adalah adanya pelanggaran perjanjian kerja sama yang sifatnya teknis operasional seperti alih teknologi tidak jalan, peningkatan skill (kemampuan) tenaga kerja lokal tidak jalan, manajemen yang diterapkan terlalu individualistis, pembagian kerja yang tidak seimbang, dan lain sebagainya 49. Permasalahan tentang peningkatan know-how dan menyerap tenaga kerja dalam kerja sama (joint venture) ini belum memberikan hasil yang maksimal, sehingga harapan yang digantungkan kepada kerja sama ini belum terpenuhi baik dalam perolehan know how, alih teknologi, peningkatan keterampilan yang disebabkan oleh 50 : a. Pengusaha nasional (modal nasional) yang terlalu status oriented dan lebih senang dengan kedudukan sebagai presiden direktur yang tidak perlu mengerjakan atau memikirkan apa-apa, kecuali dengan membubuhi tanda tangan di bawah kertas-kertas yang disodorkan kepadanya daripada menjadi seorang managing director yang tugasnya cukup berat. b. Pihak asing juga tidak rela melepaskan segala rahasia perusahaan apalagi mengadakan alih teknologi, sehingga di samping posisinya sebagai
49 50
Ibid., hal.72. Ibid, hal. 74.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
54
managing director juga prusedur-prosedur yang terjadi dalam perusahaan joint venture berlangsung di luar pengetahuan partner lokalnya. Untuk itu, tidak mengherankan bila dari asal mulanya di dalam suatu perjanjian usaha kerja sama (joint venture) kedudukan pihak asing jauh lebih kuat dibandingkan dengan pihak pemodal nasional, oleh karena itu tidak dipunyainya bargaining position yang memadai.
D. Bidang Usaha Penanaman Modal Setiap pengaplikasian penanaman modal khususnya penanaman modal asing selalu berkaitan dengan bidang usaha penanaman modal. Dalam UU PM No. 25 Tahun 2007, mengenai bidang-bidang usaha penanaman modal diatur dalam Pasal 12, yang kemudian dijabarkan melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 77 Tahun 2007 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal sebagai peraturan pelaksana dari UU PM No. 25 / 2007. Dari ketentuan peraturan-peraturan mengenai bidang usaha penanaman modal tersebut, maka dapat kita lihat bahwa pada dasarnya bidang usaha penanaman modal terdiri atas bidang usaha yang terbuka, bidang usaha yang tertutup atau tertutup mutlak dan bidang usaha yang terbuka dengan persayaratan 51. 1. Bidang usaha yang terbuka Mengenai bidang-bidang usaha penanaman modal diatur dalam Pasal 12 UU PM No. 25 / 2007. Dalam ayat (1) disebutkan bahwa semua bidang usaha atau
51
Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hal. 133.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
55
jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Kemudian dalam penjelasannya diterangkan bahwa bidang usaha atau jenis usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan ditetapkan melalui peraturan presiden disusun dalam suatu daftar yang berdasarkan standar klasifikasi tentang bidang usaha atau jenis usaha yang berlaku di Indonesia, yaitu klasifikasi berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) dan/atau Internasional Standard for Industrial Classification (ISIC). Ini merupakan prinsip utama yang dianut oleh legislator dan pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah membuka seluas-luasnya bidang usaha bagi penanaman modal. Kebijaksanaan ini bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi kegiatan penanaman modal di Indonesia. Namun demikian, menurut Dhaniswara K. Harjono bahwa sesungguhnya pengaturan yang sangat luas ini sangat kurang memberikan kepastian hukum dan tidak melindungi perekonomian rakyat dan merupakan liberalisme yang berlebihan 52. Dari ketentuan tersebut terlihat kecendrungan bahwa bidang usaha yang tertutup semakin berkurang dan terbatas jumlahnya, hanya berkaitan dengan bidang perthanan dan keamanan, sedangkan bidang saluran telekomunikasi tidak termasuk di dalamnya. Untuk menentukan bidang usaha yang tertutup, terbuka atau terbuka dengan persyaratan sepenuhnya menjadi kewenangan Presiden sebagaimana yang diatur dalam Pasal 12 ayat (4) yang menyatakan : “Kriteria dan persyaratan bidang usaha. yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan
52
Ibid., hal. 134.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
56
serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan masingmasing akan diatur dengan Peraturan Presiden”. 2. Bidang usaha yang tertutup mutlak Pengertian tertutup mutlak dalam hal ini adalah bahwa modal asing dilarang masuk dengan alasan-alasan tertentu. Dalam Pasal 1 ayat (1) Perpres No. 77/2007 menyebutkan bahwa bidang usaha yang tertutup merupakan bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal. Bidang usaha yang tertutup mutlak bagi penanaman modal asing menurut ketentuan Pasal 12 ayat (2) UU PM No. 25 tahun 2007 adalah sebagai berikut 53: a. Produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan b. Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang. Pemerintah menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri berdasarkan kriteria moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya. Dari ketentuan tersebut, bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal asing semakin sedikit. Bila dilihat pada ketentuan Keppres No. 96 Tahun 2000, bidang usaha yang tertutup mutlak cukuplah banyak, antara lain sebagai berikut 54: a. Bidang pertambangan dan energi , bahwa investor dilarang untuk membuka usaha penambangan mineral radio aktif;
53 54
Ibid., hal.135. Ibit., hal. 136.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
57
b. Bidang perhubungan, yaitu bahwa investror dilarang menanamkan modal di bidang usaha pemanduan lalu lintas udara, kalsifikasi dan statutoria kapal; dan c. Bidang manajemen dan penyelenggaraan Stasiun Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit. Untuk lebih memperluas bidang kegiatan usaha penanaman modal, maka Keppres No. 96/2000 tersebut kemudian dirubah menjadi Keppres No. 118 Tahun 2000, dimana daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal berubah. Namun demikian, dalam kenyataannya bidang usaha yang tertutup juga masih cukup banyak, yaitu bisnis radio, televisi, media cetak, telekomunikasi, bidang perhubungan seperti taksi dan pelayaran rakyat. Dengan keluarnya peraturan yang baru mengenai penentuan bidang-bidang usaha penanaman modal, sehingga bidang kegiatan usaha penanaman modal kembali diperluas. 3. Bidang usaha yang terbuka dengan persayaratan Disebutkan bahwa terdapat bidang usaha yang terbuka bagi penanaman modal, namun pemberlakuannya dengan persyaratan berdasarkan kriteria tertentu sebagaimana ketentuan Pasal 12 ayat (5), yaitu “Penetapan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk pemerintah”. Dalam Pasal 2 ayat (1) Perpres No. 77/2007 disebutkan bahwa : “Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
58
diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu, yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan, bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu, dan bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus” 55.
E. Tata Cara Penanaman Modal Dalam UU PM No. 25 Tahun 2007 tidak mengatur mengenai tata cara penanaman modal 56. Akan tetapi, mengenai tata cara penanaman modal ini secara rinci diatur dalam Keputusan MENIVES/Kepala BKPM No. 38/SK/1999 Tentang Pedoman Yang
Dan
Tata
Didirikan
Dalam
Cara Rangka
Permohonan Penanaman
Penanaman Modal
Dalam
Modal Negeri
Dan Penanaman Modal Asing tanggal 6 oktober 1999. Dalam keputusan tersebut diuraikan mengenai tata cara penanaman modal adalah sebagai berikut 57: 1. Penanaman Modal Dalam Negeri a. Tahap persiapan Calon penanam modal yang akan mengadakan usaha dalam rangka penanaman modal dalam negeri, terlebih dahulu mempelajari daftar usaha yang tertutup bagi penanaman modal. Setelah mengadakan penilitian yang cukup mengenai bidang usaha yang terbuka dan ketentuan-ketetntuan lain yang berkaitan, calon penanam modal mengajukan permohonan penanaman modal kepada Menteri Investasi / Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
55
Perpres Nomor 77 Tahun 2007 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Deangan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal, Pasal 2 ayat (1). 56 Dhaniswara K. Harjono, Op.cit., hal. 195. 57 Ibid., hal. 195-199. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
59
dengan menggunakan tata cara yang ditetapkan oleh Menteri Investasi / Kepala BKPM. Apabila permohonan tersebut sesuai dengan peraturan perundangundangan serta persyaratan penanaman modal dalam negeri yang berlaku, Menteri Investasi / Kepala BKPM akan mengeluarkan surat persetujuan prinsip. Kewenangan pemberian persetujuan
dan perizinan pelaksanaan penanaman
modal tersebut dapat dilimpahkan kepada gubernur kepala daerah propinsi yang selanjutnya dilimpahkan kepada Ketua BKPM Daerah (BKPMD). b. Pedoman dan tata cara permohonan Calon penanam modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam rangka penanaman modal dalam negeri wajib mengajukan permohonan penanaman modal kepada Menteri Investasi / Kepala BKPM atau Ketua BKPMD setempat. Penanaman modal yang telah memiliki surat persetujuan yang dikeluarkan oleh BKPMD setempat, wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh perizinana pelaksanaan penanaman modal yang diperlukan untuk melaksanakan penanaman modalnya. Permohonana izin pelaksanaan tersebut diajukan kepada : 1. Menteri Investasi / kepala BKPM, bagi yang memperoleh persetujuan penanaman modal dari Menteri Inestasi/kepala BKPM atau dari Menteri Luar Negeri dalam hal ini Kepala perwakilan Republik Indonesia setempat atau Ketua BKPMD setempat, bagi yang memperoleh persetujuan penanaman modal dari ketua BKPMD setempat atau Kepala perwakilan Republik Indonesia setempat.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
60
2. Badan pengelola Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) bagi proyek-proyek yang berlokasi di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu. Dalam mengajukan permohonan PMDN dan PMA, calon penanam modal berpedoman kepada : 1. daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal; 2. bidang usaha / jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang / jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar dengan syarat kemitraan. c. Permohonan Penanaman Modal Baru Permohonan penanaman modal baru adalah permohonan persetujuan penanaman modal baik penanaman modal dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) serta fasilitasnya yang diajukan oleh calon penanam modal untuk mendirikan dan menjalankan usaha baru. Pihak yang dapat bertindak sebagai pemohon untuk mengajukan permohonan penanaman modal baru dalam rangka PMDN adalah : 1. Perseroan Terbatas; 2.
Commanditaire Vennootschap (CV);
3. Firma (Fa); 4. Badan Usaha Koperasi; 5. BUMN, BUMD atau perorangan; Permohonan diajukan kepada: 1. Meninves / Kepala BKPM; atau 2. Ketua BKPMD setempat; atau
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
61
3. Meninves / Kepala BKPM, dalam hal permohonan penanaman modal baru tersebut berlokasi di dua propinsi atau lebih. Permohonan penanaman modal baru tersebut diajukan sebanyak dua rangkap dengan menggunakan Formulir Model I/PMDN. Kemudian, persetujuan permohonan penanaman modal dikeluarkan oleh Meninves / Kepala BKPM dalam bentuk surat persetujuan penanaman Modal Dalam Negeri (SP / PMDN). Sementara itu, persetujuan atas permohonan yang diajukan kepada Ketua BKPMD setempat, dikeluarkan untuk gubernur kepala daerah provinsi atas nama Menives / Kepala BKPM dalam bentuk surat persetujuan penanaman modal dalam negeri. 2. Penanaman Modal Asing Calon investor yang akan mengadakan penanaman modal asing di Indonesia harus terlebih dahulu mempelajari Daftar Negatif Investasi yang berlaku di seluruh Indonesia. Ketentuan daftar negatif investasi tersebut sebelumnya adalah Daftar Skala Prioritas. Ketentuan tersebut penting sebagai wujud komitmen bahwa pemerintah dalam menggunakan dan memanfaatkan modal asing adalah sesuai dengan kebutuhan bagi pembangunan nasional. Dengan demikian tidak semua bidang boleh dimasuki oleh penanaman modal asing. Selain itu pihak investor perlu pula mengetahui bidang atau jenis usaha yang cadangkan untuk usaha kecil dan bidang usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar dengan syarat kemitraan. Daftar skala prioritas yang terdapat dalam Pasal 5 UUPMA sampai sekarang sudah jauh berbeda 58. Ketentuan terbaru adalah Perpres No. 77 Tahun 2007.
58
Rosyidah Rakhmawati, Op.cit., hal. 52.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
62
Setelah mengadakan penelitian secara teliti dan mendalam mengenai bidang usaha yang terbuka, dan ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan, maka calon investor dapat mengajukan permohonan penanaman modal sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Tata cara pelaksanaan penanaman modal asing sesuai dengan yang diatur dalam Keputusan MENIVES/Kepala BKPM No. 38/SK/1999 adalah sebagai berikut 59 : a. Permohonan Bagi calon penanam modal asing yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam rangka PMA, wajib mengajukan permohonan kepada Menteri Investasi / Kepala BKPM, atau Kepala perwakilan RI setempat atau kepada Ketua BKPMD setempat. b. Pemberian persetujuan Kewenangan pemberian persetujuan penanaman modal dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) dilimpahkan oleh Menteri Investasi / Kepala BKPM kepada gubernur kepala daerah provinsi. Khusus kepada gubernur kepala daerah provinsi diberikan pula pelimpahan wewenang pemberian perizinan pelaksanaan penanaman modal, sepanjang belum dibentuk instansi yang menangani penanaman modal di daerah kabupaten / kota. Untuk melaksanakan pelimpahan kewenangan tersebut lebih lanjut, Menteri Luar Negeri menugaskan Kepala Perwakilan RI, sedangkan untuk pemberian perizinan pelaksanaan penanaman modal, gubernur kepala daerah provinsi menugaskan ketua BKPMD.
59
Dhaniswara K. Harjono, Op.cit., hal. 199-204.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
63
c. Pemilihan bidang usaha Calon penanam modal yang akan mengadakan usaha dalam rangka PMA, mempelajari terlebih dahulu bidang usaha yang tertutup bagi PMA dan apabila diperlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi BKPM, BKPMD, atau perwakilan RI. Setelah mengadakan penelitian yang cukup mengenai bidang usaha yang terbuka dan ketentuan lain yang bersangkutan, calon penanam modal mengajukan permohonan kepada Menteri Investasi / Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi, dalam hal ini Ketua BKPMD atau Kepala Perwakilan RI dengan mempergunakan tata cara permohonan yang ditetapkan oleh Menteri Investasi / Kepala BKPM. d. Surat persetujuan penanaman modal Apabila permohonan mendapat persetujuan, Menteri Investasi / Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi, dalam hal ini Ketua BKPMD atau Kepala Perwakilan RI menerbitkan surat persetujuan penanaman modal tersebut kepada calon penanam modal yang berlaku juga sebagai persetujuan prinsip. Menteri Investasi / Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi dalam hal ini Ketua BKPMD, atau Kepala Perwakilan RI menerbitkan surat persetujuan penanaman modal tersebut kepada calon penanam modal yang berlaku juga sebagai persetujuan prinsip. Kemudian, Menteri Investasi / Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi, dalam hal ini Ketua BKPMD atau Kepala Perwakilan RI menyampaikan rekaman surat persetujuan PMA kepada instansi pemerintah terkait.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
64
e. Pasca SP PMA Apabila penanam modal telah memperoleh surat persetujuan PMA dan setelah dipenuhinya persyaratan yang ditetapkan, maka Menteri Investasi / Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi, dalam hal ini Ketua BKPMD mengeluarkan : 1. Angka Pengenal Importir Terbatas (APIT); 2. Keputusan pemberian fasilitas / keringanan bea masuk dan pungutan impor lainnya; 3. Persetujuan atas Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing Pendatang (RPTKA) yang diperlukan; 4. Izin Usaha Tetap (IUT) atas nama yang membidangi usaha tersebut sesuai dengan pelimpahan wewenang; 5. Kepala Kantor Pertanahan kabupaten / kota mengeluarkan izin lokasi sesuai rencana tata ruang; 6. Kepala Kantor Pertanahan kabupaten / kota mengeluarkan hak atas tanah dan menerbitkan sertifikat tanah sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 7. Kepala Dinas Pekerjaan Umum kabupaten/kota atau satuan kerja teknis atas nama bupati / walikota kepala daerah kabupaten / kota yang bersangkutan mengeluarkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB); dan 8. Sekretaris wilayah daerah kabupaten / kota atas nama bupati / walikota kepala daerah kabupaten / kota yang bersangkutan mengeluarkan izin berdasarkan berdasarkan undang-undang gangguan (UUG / HO). Kewajiban memiliki UUG / HO tidak berlaku bagi perusahaan industri
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
65
yang jenis industrinya wajib memiliki AMDAL dan / atau yang berlokasi di dalam kawasan industri / kawasan berikat. f. Daftar induk barang modal Setelah memperoleh surat persetujuan penanaman modal dari Menteri Investasi / Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi dalam hal ini Ketua BKPMD, atau Kepala Perwakilan RI, penanaman modal dalam waktu yang ditetapkan menyampaikan daftar induk barang-barang modal serta bahan baku penolong yang akan diimpor kepada Menteri Investasi / Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi dalam hal ini Ketua BKPMD. Berdasarkan penilaian terhadap daftar induk tersebut, Menteri Investasi / Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi dalam hal ini Ketua BKPMD mengeluarkan keputusan fasilitas keringanan bea masuk dan pungutan impor lainnya. g. Perubahan rencana penanaman modal Permohonan untuk perubahan atas rencana penanaman modal yang telah memperoleh
persetujuan,
termasuk
perubahan
untuk
perluasan
proyek,
disampaikan oleh penanam modal kepada Menteri Investasi / Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi dalam hal ini Ketua NKPMD, untuk mendapat persetujuan dengan mempergunakan tata cara yang telah di tetapkan oleh Menteri Investasi / Kepala BKPM. h. Perizinan Penanaman modal yang telah memperoleh persetujuan PMA dari perwakilan RI wajib mengajukan permohonan perizinan pelaksanaan kepada Menteri Investasi / Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi dalam hal ini Ketua NKPMD. Pemberian perizinan seperti izin lokasi, HGB, HGU, IMB, izin UUG / Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
66
HO yang dilaksanakan melalui pelayanan satu atap sesuai dengan kewenangan masing-masing di bawah koordinasi bupati / walikota kepala daerah kabupaten / kota. i.
Permohonan penanaman modal baru Pihak yang dapat bertindak sebagai pemohon dalam pengajuan
permohonan penanaman modal dalam rangka PMA adalah warga negara asing dan atau badan hukum asing dan / atau perusahaan PMA, atau warga negara asing dan atau badan hukum asing dan / atau perusahaan PMA bersama dengan warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia. Permohonan diajukan kepada Menives / Kepala BKPM, atau kepala perwakilan RI setempat atau Menives / Kepala BKPM, dalam hal permohonan penanaman modal baru berlokasi di dua provinsi atau lebih. Permohonan tersebut diajukan dalam rangkap dua dengan menggunakan Formulir Model I/PMA. Kemudian, berdasarkan penilaian terhadap permohonan penanaman modal, Menteri Investasi / Kepala BKPM atau Menteri Luar Negeri, dalam hal ini Kepala Perwakilan RI setempat atau gubernur kepala daerah provinsi dalam hal ini Ketua BKPMD setempat mengeluarkan surat persetujuan PMA (SP-PMA).
F. Kendala-kendala dalam Penanaman Modal Meskipun pelaksanaan penanaman modal terus megalami penurunan, namun tidak luput juga dari berbagai kendala yang dihadapi dalam aplikasinya di Indonesia. Hampir semua pihak sepakat bahwa kendala utama yang menghambat penanaman modal adalah masalah infrastruktur yang masih belum memadai. Kendala infrastruktur ini juga menyebabkan penyebaran invesatasi di Indonesia
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
67
tidak merata 60. Selain itu, kaitannya dengan pemberian hak guna usaha (HGU) di Indonesia seringkali pula dinilai terlalu pendek yang menurut ketentuan maksimum 35 tahun dan dapat diperpanjang kembali maksimum 60 tahun lamanya. Oleh investor atau penanam modal dirasakan sangat tidak memadai, apalagi kalau proyek penanaman modal itu berkaitan dengan bidang pertambangan dan energi maupun bidang perkebunan yang tentu saja pengembalian investasinya (return on investment) sangatlah lambat, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memenuhi pengembalian investasi tersebut. Dibandingkan dengan negara-negara lain khsusnya negara tetangga sperti Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, dan Vietnam, ternyata untuk memperoleh HGU di negara-negara tersebut lebuh muda dan kompetitif dari segi jangka waktu hingga sampai 150 tahun lamanya. Kendala lain yang sering menjadi tirai pemghalang untuk menanamkan modal di Indonesia adalah masih diragukannya stabilitas keamanan dalam negeri dan kurangnya jaminan kepastian hukum, terutama bagi penanaman modal asing. Kemudian juga menjadi pokok persoalan adalah terbatasnya bidang usaha yang dapat diusahakan atau digarap oleh mereka, dikarenakan adanya pengaturan yang dilakukan mengenai bidang-bidang usaha apa saja yang dapat dilakukan oleh modal asing 61. Faktor yang menjadi pendukung masuknya penanaman modal terutama modal asing seperti kepastian hukum, jaminan keamanan, dan stbilitas politik hingga kini belum bisa terwujudkan. Menurut survey The Political and Ekonomic Risk Consultancy Ltd. (PERC), menempatkan Indonesia sebagai negara yang 60 61
Aminuddin Ilmar, Op.cit., hal. 190. Ibid., hal. 191.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
68
memiliki sistim
hukum yang paling buruk di ASEAN 62. Nilai merah juga
diberikan Transparancy International (TI) yang menempatkan Indonesia dan Kenya pada perngkat ke-96 dari 102 negara sebagai negara yang paling korup di dunia. Itu diperparah dengan persoalan perpajakan dan ketersediaan infrastruktur tersebut yang kurang memadai, sehingga membuat iklim investasi di Indonesia kurang kondusif. Meskipun sekarang ini telah dikeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 26 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Satu Atap, namun dalam realisasinya masih menimbulkan kerancuan dan birokrasi perizinan yang bukan hanya terjadi di tingkat pusat, terlebih di tingkat daerah. Bahkan dengan pemberlakuan ketentuan tentang otonomi daerah sedikit banyak menimbulkan kekhawatirran investor atau penanam modal khususnya penanaman modal asing, yakni banyaknya peraturan daerah yang bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi dan ujung-ujungnya menimbulkan biaya ekonomi yang cukup tinggi (high cost economy). Kebijakan mengenai keringanan pajak bagi para penanam modal, yang ada pajak semakin tinggi. Belum lagi dengan adanya otonomi daerah, dimana pada pelaksanaannya menimbulkan efek negatif berupa munculnya berbagai jenis pajak dan retribusi daerah yang semakin membebani kegiatan usaha. Selain itu, beberapa faktor yang juga sangat menghambat pelaksanaan penanaman modal di negara Indonesia yaitu seperti premanisme. Premanisme yang menghambat jalannya perusahaan dan menambah biaya usaha semakin menjamur yang merupakan salah satu akibat pengangguran terus meningkat setiap
62
Suara karya 07 Oktober 2003
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
69
tahun. Hambatan lain yang dihadapi oleh para investor dalam menjalakan usahanya adalah banyaknya sengketa perburuhan sebagai konsekuensi dari proses demokratisasi yang instan.
Demikian juga masih banyaknya keluhan sekitar
ketidakpastian dalam sistim dan praktik di pengadilan. Persoalan semakin rumit karena dengan alasan untuk meningkatkan penerimaan daerah, maka berbagai pungutan melalui peraturan daerah (Perda) yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Kendala lain yaitu masalah perizinan yang kerap tumpang tindih antara pusat dengan daerah, karena dalam semangat desenttralisasi tidak jarang terdapat area abu-abu, sehingga pusat maupun daerah merasa berhak mengaturnya 63. Bila kondisi ini dibiarkan terus berlarut-larut dapat dipastikan investor enggan menanamkan modalnya di Indonesia. Malahan modal yang sudah ditanamkan akan segera ditarik kembali menuju negara lain yang memiliki iklim investasi yang lebih kondusif. Padahal produk domestik bruto suatu negara dapat diperoleh dari kegiatan penanaman modal mencapai 30% dari PDB suatu negara. Sehingga tanpa adanya penanaman modal, proses pertumbuhan perekonomian akan terhambat, atau bahkan perekonomian Indonesia akan semakin terpuruk64. Dari pemaparan di atas, maka yang menjadi kendala pelaksanaan penanaman modal, yaitu faktor kepastian hukum, stabilitas politik, infrastruktur, premanisme (pungli), banyaknya sengketa buruh, ketidakpastian dalam sistim pengadilan, pengutan-pungutan melalui perda, pajak yang terlalu tinggi, serta masalah periszinan yang selalu tumpang tindi dan berbelit-belit 65.
63
Bisnis Indonesia, 01 September 2003. Media Indonesia, 08 September 2003. 65 Bisnis Indonesia, 01 September 2003. 64
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
70
BAB III TINJAUAN ATAS MASALAH PEMBANGUNAN DAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH
A. Penanaman Modal dan Pembangunan Di Daerah Masalah penanaman modal tidak terlepas daripada masalah pembangunan di daerah 66. Penanaman modal sangat berpengaruh terhadap kelancaran pembangunan di daerah dalam berbagai bidang. Pelaksanaan pembangunan daerah tentu saja tidak terlepas dari ketersediaan dana untuk pembiayaannya. Pembiayaan bagi pelaksanaan pembangunan daerah dituangkan dalam anggaran pembangunan yang termasuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan anggaran pembangunan yang dikelola oleh instansi vertikal di daerah. Anggaran pembangunan daerah pada umumnya bersumber dari bantuan pemerintah pusat yang terdiri atas bantuan umum atau Dana Alokasi Umum (DAU) dan bantuan khusus atau Dana Alokasi Khusus (DAK). Selanjutnya, penanaman modal atau investasi secara langsung di sektor riil memiliki peran yang dominan dalam pembangunan perekonomian daerah. Selain kegiatan ini memberikan efek pengganda (multiplier) pada pertumbuhan pendapatan daerah, penanaman modal dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat di lokalitas dimana investasi tersebut ditanam. Oleh karena itu, penanaman modal secara langsung lebih berpotensi dalam mendukung pelaksanaan pembangunan di daerah. Penanaman modal yang memiliki ”multipler keterkaitan tinggi” dapat menghasilkan peningkatan lapangan kerja dan perkembangan industri hilir dan industri pasokan. Seluruh rangkaian kegiatan 66
Lincolin Arsyad, Op.cit., hal. 99.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
71
kehadiran penanaman modal di daerah pada akhirnya akan memberikan dampak pada peningkatan kemampuan warga masyarakat dan perusahaan-perusahaan swasta daerah melakukan pembayaran pajak pada kas pemerintah daerah 67. Bangkitnya era desentralisasi dan otonomi daerah di tanah air merupakan peluang besar bagi para pemilik modal, pelaku ekonomi dan pemerintahan daerah untuk mengembangkan jenis-jenis penanaman modal tersebut. Otonomi daerah memberikan keleluasaan pada pemerintahan daerah untuk merealisasikan visi dan misi serta rencana-rencana pembangunan wilayah dengan memobilisir kehadiran industri-industri andalan, kegiatan produksi dan perdagangan oleh perusahaan kecil dan menengah, serta usaha-usaha rumah tangga oleh berbagai kalangan masyarakat. Bagi perusahaan domestik yang telah melakukan kegiatan usahanya di satu wilayah, masuknya para penanam modal baru akan membuka berbagai peluang dalam kerjasama investasi dan produksi secara lebih luas lagi. Andil yang positif dari keberadaan penanaman modal pada wilayah pengembangan ekonomi banyak dialami oleh pemerintahan daerah dan para walikota serta para pengelola kawasan ekonomi baik di negara maju maupun di negara berkembang. Bagaimana jenis-jenis investasi tersebut dapat memberikan efek pengganda pada perekonomian daerah, telah banyak dikemukakan oleh kalangan akademisi dan para praktisi perencana daerah 68. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa pada tahap-tahap awal pembangunan daerah, porsi investasi pemerintah daerah cenderung akan mendominasi keseluruhan investasi yang terjadi di daerah. Baru setelah tahapan kegiatan industrialisasi terlewati maka porsi investasi pemerintah ini akan menurun dan 67
Jaja Ahmad Jayus, Peran Penting Penanaman Modal dalam Pembangunan Daerah, http://oss-enter.net/v2/index.php?option= com_ content&task= view&id=44& Itemid=2 68 Mudrajad Kuncoro, Op.cit., hal. 42 Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
72
digantikan dengan penggelembungan investasi swasta. Sedangkan pada tahapan pembangunan daerah yang telah maju, peran investasi masyarakat secara berangsur menguasai mayoritas realisasi investasi di suatu daerah. Pertumbuhan perekonomian daerah dapat dipercepat perkembangannya melalui kehadiran investasi swasta PMDN dan swasta Asing melalui peluncuran program pengembangan wilayah terpadu. Keterpaduan ini terlihat sejak proses pematangan lahan, pemberian perijinan investasi, kegiatan promosi dan proses pengendalian permasalahan-permasalahan yang perlu ditangani. Kepastian hukum ditegakkan dan dilaksanakan secara tegas dan pragmatis, biaya pelayanan ditekan seminimal mungkin dan insentif investasi yang sehat diberikan tepat waktu dan tepat sasaran. Jenis sektor atau industri unggulanpun ditetapkan melalui proses pembelajaran secara konsisten dan terencana. Karena memang disadari tidak semua jenis kegiatan investasi PMA akan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah dengan pesat. Sebagaimana dikutip dalam sebuah artikel yang terbit di surat kabar Republika Desember 2006, diterangkan bahwa kegiatan investasi yang dapat dikembangkan di daerah dan berpotensi menghasilkan devisa dan efek pengganda terbesar dapat dicirikan sebagai berikut 69: a. Kegiatan industri pertanian berorientasikan ekspor; b. Kegiatan industri pengolahan dan industri pasokan yang menggunakan lebih banyak tenaga kerja dan bahan baku lokal; c. Kegiatan industri berteknologi madya dan tinggi yang memanfaatkan para pekerja terampil dan profesional;
69
Republika 28 Desember 2006.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
73
d. Kegiatan tambak ikan dan udang, industri pengalengan dan industri pengolahan hasil barang pertanian dan perikanan; e. Kegiatan industri elektronika, komputer dan produk-produk peralatan kedokteran dan farmasi; f. Kegiatan industri pengolahan hasil hutan, industri perabotan rumahtangga menggunakan listrik, industri pakaian, dan industri kerajinan; g. Kegiatan industri mesin dan pasokan peralatan pabrik; dan h. Kegiatan industri galangan kapal dan industri otomotif. Penanaman modal di daerah yang subur dan menjanjikan akan tumbuh berkembang sejalan dengan suasana iklim investasi dan iklim usaha yang ramah dan terpelihara dengan baik. Merupakan suatu kebutuhan bagi para pengusaha bahwa dalam melakukan penanaman modal, pada rentang waktu yang direncanakannya mereka dapat memperoleh kembali dan merealisasikan arus penjualan dan menutupi biaya modal dari kegiatan usaha yang digelutinya tersebut. Memang iklim investasi merupakan syarat mutlak tanpa dapat ditawartawar bagi kehadiran penanaman modal di suatu daerah 70. Isu berikutnya jika demikian adalah bagaimanakah iklim investasi ini dapat dibangun dan dikembangkan?. Singkat kata, iklim investasi yang positif di daerah dapat ditingkatkan melalui upaya-upaya berkesinambungan yang dilakukan oleh para birokrat dan para pelaku ekonomi di daerah dalam hal-hal berikut ini 71:
70 71
Republika 28 Desember 2006. Republika 28 Desember 2006.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
74
a. Memberikan kepastian hukum atas peraturan-peraturan daerah dan produk hukum yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modal sehingga tidak memberatkan beban tambahan pada biaya produksi usaha; b. Memelihara keamanan dari potensi gangguan kriminalitas oleh oknum masyarakat terhadap aset-aset berharga perusahaan, terhadap jalur distribusi barang dan gudang serta pada tempat-tempat penyimpanan barang jadi maupun setengah jadi; c. Memberikan kemudahan yang paling mendasar atas pelayanan yang ditujukan pada para investor, meliputi perijinan investasi, imigrasi, kepabeanan, perpajakan dan pertahanan wilayah; d. Memberikan secara selektif rangkaian paket insentif investasi yang bersaing; e. Menjaga kondisi iklim ketenagakerjaan yang menunjang kegiatan usaha secara berkelanjutan. Hal ini merupakan tanggung jawab dari pemerintah atau birokrasi pemerintah
untuk
membuat
kebijakan-kebijakan
yang
dapat
menjamin
kenyamanan bagi investor yang hendak menanamkan modalnya di suatu daerah. Dalam Pasal 4 UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal disebutkan bahwa : Ayat (1): Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk: a. mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modaluntuk penguatan daya saing perekonomian nasional; dan b. mempercepat peningkatan penanaman modal. Ayat (2): Dalam menetapkan kebijakan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah: a. memberi perlakuan yang sama bagi penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional; b. menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha, dan keamanan berusaha bagi penanam modal sejak proses pengurusan perizinan Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
75
sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan c. membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Jadi, untuk kepentingan para penanam modal, maka selain iklim investasi tersebut, kehadirannya masih perlu didukung oleh adanya ketentuan-ketentuan dan perlakuan yang tidak diskriminatif, yang diberikan pada para pengusaha lokal atau domestik dalam arena memperebutkan pangsa pasar. Sudah selayaknya jika para pemilik modal menginginkan adanya perlindungan dan jaminan investasi atas ancaman terjadinya risiko yang mengakibatkan terhalangnya penanaman modal di daerah tersebut. Kualitas dan gaya manajerial pimpinan puncak pemerintahan daerah pada akhirnya akan menentukan sejauh
mana potensi-potensi pengembangan
penanaman modal akibat adanya reformasi dan globalisasi dapat segera dimanfaatkan. Walaupun saat ini dapat saja pimpinan daerah tersebut berasal dari mereka yang memiliki arena bidang disiplin pengetahuan di luar bidang perekonomian, para bupati dan gubernur pemerintahan daerah perlu segera membawakan gaya kepemimpinan yang futuristik (futuristic leadership) dan membawakan
keberanian
menerobos
kendala-kendala
struktural
yang
menghadang (change leadership) 72.
B. Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Pembangunan Di Daerah Dalam pembangunan daerah, dijumpai tiga domain yang memiliki peran signifikan, yaitu negara atau pemerintah (the state), investor atau sektor swasta 72
Eddy Jusuf, Investasi dan Peningkatan Kesiapan Daerah, http://www.mimbar- opini.com/mod.php?mod =publisher&op=viewarticle&artid= 1438 diakses 26 April 2008 Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
76
(the private sector), dan organisasi sipil masyarakat (civil society organization). Tingkat keterlibatan berbagai komponen tersebut akan terbagi ke dalam berbagai variasi fungsi dan peranan. Variasi fungsi dan peranan dimaksud menyebabkan perbedaan kepentingan yang beragam pula. Karena perbedaan itulah, diperlukan adanya koordinasi dalam proses pembangunan, sehingga diharapkan proses pembangunan dapat dilaksanakan secara sinergis dan harmonis antar komponenkomponen pembangunan 73. 1. Peranan Pemerintah Daerah dalam Pembangunan Daerah Menurut
Blakely 74, dalam pembangunan ekonomi daerah, peran
pemerintah dapat mencakup peran-peran wirausaha (entrepreneur), koordinator, fasilitator, dan stimulator. Sebagai wirausaha, pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah daerah dapat memanfaatkan potensi tanah dan bangunan untuk tujuan bisnis. Tanah dan bangunan dapat dikendalikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan konservasi atau alasan-alasan lingkungan lainnya, dapat juga untuk alasan perencanaan pembangunan atau tujuan-tujuan lain yang bersifat ekonomi. Pantai, jalan raya, dan pusat hiburan rakyat dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam tujuan yang dapat menciptakan peluang kerja. Organisasi kemasyarakatan memainkan peran penting dalam menjalankan kewirausahaan sebagai pencipta peluang kerja yang tidak dapat dilakukan oleh perusahaan swasta, atau untuk menjamin tersedianya jasa yang tidak mampu disediakan oleh perusahaan swasta.
73 74
Mudrajad Kuncoro, Op.cit., hal. 58. Mudrajad Kuncoro, Op.cit., hal. 112-114.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
77
Dengan peran sebagai wirausaha, pemerintah daerah dituntut untuk jeli dan proaktif dalam mengembangkan bisnis daerah. Trermasuk dalam hal ini adalah
bagaimana
memanfaatkan
aset
pemerintah
daerah,
mendorong
pertumbuhan bisnis daerah dan pemberdayaan masyarakat marginal. Sebagai koordinator, pemerintah daerah dapat bertindak untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan di daerahnya. Lebih jauh lagi, peran koordinator pemerintah dalam pembangunan ekonomi dapat melibatkan kelompok-kelompok masyarakat dalam mengumpulkan dan mengevaluasi informasi-informasi ekonomi seperti tingkat ketersediaan pekerjaan, angkatan kerja, pengangguran, dan jumlah perusahaan. Dapat juga bekerja sama dengan lembaga pemerintah, badan usaha, dan kelompok masyarakat lain untuk menyusun tujuan, perencanaan, dan strategi ekonomi. Sebagai fasilitator, pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan perilaku di daerahnya. Peran ini dapat meliputi pengefisienan proses pembangunan, perbaikan prosedur perencanaan dan penetapan perturan. Kelompok masyarakat yang berbeda dapat membawa kepentingan yang berbeda dalam proses penentuan kebijakan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, yang iperlukan adalah tersedianya suatu tujuan yang jelas agar pemerintah daerah dapat terfokus dalam memanfaatkan sumber daya dan tenaga yang dimilikinya. Adanya tujuan yang jelas juga memberikan dasar berpijak untuk penentuan program-program tambahan yang lain. Sebagai stimulator, pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
78
perusahaan-perusahaan yang ada tetap berada daerah tersebut. Berbagai macam fasilitas dapat disediakan untuk menarik pengusaha untuk masuk, misalnya dengan menyediakan bangunan yang dapat disewa untuk mrnjalankan usaha dengan potongan biaya sewa pada beberapa tahun pertama. Dalam bidang kepaiwisataan, pemerinta daerah dapat mempromosikan tema atau kegiatan khusus di objek wisata tersebut. Keseluruhan peran tersebut akan dapat dilakukan oleh pemerintah daerah jika dibarengi dengan kemampuan mengembangkan kondisi strategis yang ada di daerah. Dalam perspektif otonomi daerah, ada lima kemampuan strategis yang harus dikembangkan pemerintah daerah dalam pembangunan di era otonomi, yaitu 75 : a. Self regulating power, yaitu kemampuan pemerintah daerah untuk mengatur dan melaksanakan otonomi daerah demi kepentingan masyarakat di daerah. b. Self modifying power, yaitu kemampuan pemerintah daerah untuk melakukan penyesuaian terhadap peraturan yang ditetapkan secara nasional sesuai kondisi daerah, termasuk melakukan terobosan inovatif dalam menyikapi pengembangan potensi daerah. c. Creating local political support, yaitu menyelenggakan pemerintahan daerah yang mempunyai legitimasi kuat dari masyarakat, baik posisi kepala daerah sebagai eksekutif maupun
Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) sebagai legislatif.
75
Badrul Munir, Op.cit., hal. 209.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
79
d. Managing financial resources, yaitu mengembangkan pengelolaan sumber-sumber pengahasilan dan keuangan yang memadai untuk membiayai
kegiatan
pemerintahan,
pembangunan,
dan
pelayanan
masyarakat. e. Developing brain power, yaitu membangun sumberdaya manusia birokrasi dan masyarakat yang handal, yang bertumpu pada kapabilitas dalam mengadapi berbagai masalah. 2. Peranan Swasta (investor) dalam Pembangunan Daerah Masalah besar kita dalam menggerakkan ekonomi ternyata terletak pada motor penggerak yang salah, meskipun dalam kondisi berat bisa menyelamatkan perekonomian. Pertumbuhan perekonomian Indonesia lebih didominasikan konsumsi, baik pemerintah maupun rumah tangga, walaupun pada tahun 2002 peranan investasi dalam menggerakkan ekonomi mulai meningkat 76. Sedangkan motor penggerak ekonomi terkuat seperti investasi dan ekspor samapai tahun 2002 tidak ada. Mengandalkan laju pertumbuhan ekonomi hanya dari konsumsi tidak dapat diandalkan dalam jangka panjang (unsustainable). Apalagi jika konsumsi banyak dipenuhi barang inpor dari luar negeri. Hal itu tentu saja akan membuat peningkatan laju pertumbuhan ekonomi terhambat. Selain itu, sulit bagi suatu negara untuk membangun ekonomi dengan kuat bila tidak dapat membedayakan investasi untuk menggerakkan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing internsional. Peranan investasi dalam menggerakkan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja dapat dilihat dari
76
Media Indonesia 08 September 2003
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
80
dua sisi, yaitu 77: pertama, investasi sebagai bagian dari permintaan agregat dalam perekonomian akan menentukan besar kecilnya produk domestik bruto (PDB). Peningkatan investasi akan meningkatkan permintaan. Dan kedua,
dari sisi
penawaran agregat investasi dapat meningkatkan kapasitas produk baik kuantitas maupun kualitas, sehingga meningkatkan daya saing internasional. Dengan demikian investasi penting dalam perkonomian baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sehingga dalam menyusun white paper pemerintah harus menempatkan investasi sebagai prioritas dalam membuat setiap kebijakan dalam bidang perekonomian. Keadaan tersebut tentu saja akan berdampak secara langsung terhadap proses pembangunan di setiap daerah di negara kita. Melihat kondisi ekonomi itu, tampaknya kita memang menempatkan investasi sebagai tulang punggung perekonomian di negara kita, sebelum terjadinya krisis ekonomi terjadi. Oleh karena itu, peranan swasta sebagai investor akan menentukan maju atau tidaknya perekonomian di negara ini, dan tentunya juga terhadap pembangunan perekonomian di daerah. 3. Peranan Masyarakat dalam Pembangunan di Daerah Untuk dapat tumbuh dan berkembang peranan atau partisipasi masyarakat dalam pembangunan di daerah, memerlukan syarat atau elemen-elemen partisipasi. Kotler menyebutkan beberapa elemen atau prasyarat partisipasi masyarakat yang selalu dijumpai dalam setiap pembangunan, yaitu tujuan (cause), lembaga pengubah (change agent), dan sasaran yang akan diubah (change
77
Ibid. 08 September 2003.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
81
target) 78. Sedangkan Tjokroamidjojo 79 membagi partisipasi menjadi tiga tahapan, yaitu : a. Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. b. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. c. Keterlibatan dalam memetik dan memanfaatkan pembangunan secara berkeadilan. Menurut Charly 80, maka yang dimaksud partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang atau sekelompok masyarakat di dalam situasi kelompok yang mendorong yang bersangkutan atas kehendak sendiri (kemauan sendiri) menurut kemampuan swadaya yang ada, untuk mengambil bagian dalam pencapaian tujuan bersama dalam pertanggungjawabannya. Dengan adanya keterlibatan secara mental dan emosional mulai dari keterlibatan
perumusan
kebijakan,
pelaksanaan,
tanggungjawab
sampai
pemanfaatan pembangunan akan bisa dirasakan secara merata oleh masyarakat dan tidak hanya diserap oleh pihak-pihak tertentu saja. Jadi dapat kita lihat di sini bahwa dalam proses pembangunan di daerah, maka masyarakat tidak hanya sebagai objek daripada pembangunan itu, tetapi lebih dari itu masyarakat juga menjadi subjek dalam proses pembangunan di daerah. Sebagai objek dari pembangunan di daerah, masyarakat menjadi sasaran utama dalam proses pembangunan, dimana setiap pelaksanaan pembangunan bertujuan untuk
78
H.M. Safi’I, M. Si, Startegi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah: Perspektif Teoritik, (Malang : Averroes Press, 2007), hal. 104. 79 Ibid., hal. 104. 80 Ibid., hal. 105. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
82
memnuhi kepentingan masyarakat. Sedangkan sebagai subjek, maka masyarakat itu juga berhak dalam perumusan kebijakan pembangunan di daerah dan menjadi penentu arah kebijakan pembangunan di daerah. Dalam rangka menampung keinginan masyarakat dalam oembangunan, ditempuh sistem perencanaan dari bawah ke atas (button up). Dalam perencanaan pembangunan partisipatif, tahap yang paling awal dalam rapat koordinasi pembangunan daerah yang diusulkan pada tingkat yang lebih tinggi dimulai dengan 81: a. Musyawarah Pembangunan (Musbang) tingkat desa / kelurahan. Musbang desa dipimpin oleh kepala desa atau lurah yang dibimbing oleh camat dan dibantu oleh kepala urusan pembangunan desa. Musyawarah desa ini menginventarisasi potensi desa, permasalahan-permasalahan desa serta menyusun usulan program dan proyek yang dibiayai swadaya desa, bantuan pembangunan desa, APBD kabupaten, APBD provinsi dan APBN. b. Temu karya pembangunan tingkat kecamatan yang dipimpin oleh camat dan
dibimbing
oleh
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
(BAPPEDA) kabupaten / kota dan dibantu oleh kepala kantor pembangunan desa kabupaten / kota yang bersangkutan. Tujuannya adalah membahas rencana program yang telah dihasilkan Musbang di tingkat desa. c. Rapat Koordinasi Pembangunan (Rakorbang) kabupaten. Rapat koordinasi ini membahas hasil temu karya pembangunan tingkat kecamatan yang
81
Ibid., hal. 106.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
83
dipimpin oleh kepala Bappeda kabupaten. Dalam rapat ini usulan-usulan program dan proyek dilengkapi dengan sumber-sumber dana yang berasal dari APBD kabupaten, APBD provinsi, APBN, program bantuan pembangunan atau bantuan luar negeri dan sumber dana dari perbankan. Usulan dari Bappeda kabupaten/kota disampaikan kepada gubernur, ketua Bappenas dan menteri dalam negeri. d. Rapat Koordinasi Pembangunan (Rakorbang) tingkat provinsi. Hasil rumusan dari Rakorbang kabupaten / kota dan usulan proyek-proyek pembangunan dibahas dengan Biro Pembangunan dan biro Bina Keuangan, sekretariat wilayah atau provinsi serta Diroktarat Pembangunan Desa Provinsi. Ketua Bappeda provinsi mengkoordinasikan usulan rencana program dan proyek untuk dibahas dalam Rakorbang provinsi yang dihadiri lembaga vertikal dan Bappeda kabupaten / kota. e. Konsultasi nasional pembangunan. Hasil Rakorbang provinsi diusulkan ke pemerintah pusat melalui Forum Konsultasi Nasional. Forum ini dipimpin oleh Bappenas dan dihadiri oleh wakil-wakil Bappeda provinsi serta wakil Depdagri dan departemen teknis tertentu. Hasil forum ini dibahas di Bappenas sebagai masukkan
untuk menyusun proyek-proyek yang
dibiayai APBN. Daftar proyek yang telah diajukan dalam buku Satuan Tiga untuk disampaikan kepada DPR sebagai lampiran nota keuangan.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan Di Daerah Salah
satu
tujuan
pembangunan
daerah
adalah
untuk
memacu
pertumbuhan ekonomi daerah. Sedangkan pertumbuhan ekonomi digunakan Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
84
sebagai alat ukur bagi keberhasilan pembangunan. Peningkatan dan pemerataan pertumbuhan ekonomi selanjutnya akan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan yang dilaksanakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut harus memperhatikan antara lain: kondisi ekonomi masyarakat yang ada, potensi sumber daya alam dan manusia, dan infrastruktur yang tersedia. Dengan mempertimbangkan aspek-aspek tersebut selanjutnya disusun
perencanan
pembangunan
daerah
dalam
rangka
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi 82. Dari gambaran di atas, maka paling tidak ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pembangunan di daerah yaitu keadaan perekonomian masyarakat yang ada, pertumbuhan penduduk, sumber daya alam, sumber daya manusia, faktor kelembagaan serta infrastruktur yang tersedia 83. 1. Kondisi perekonomian masyarakat Kondisi perekonomian masyarakat akan sangat menentukan pelaksanaan pembangunan di daerah. Perekonomian masyarakat menunjukkan tingkat pendapatan perkapita masyarakat, dalam hal ini tidak terlepas daripada tingkat pertumbuhan perekonomian daerah. Tingkat pertumbuhan perekonomian yang tinggi akan lebih memudahkan pembiayaan pembangunan suatu daerah, serta dapat meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat. Dengan demikian, pelaksanaan pembangunan di daerah dapat terlaksana secara optimal dalam berbagai bidang. 2. Pertumbuhan penduduk 82
Badrul Munir, Op.cit., hal. 212.
83
http://www.ppk.or.id/downloads/kebijakan%20percepatan%20pembangu nan%20PDT.pdf, tanggal 22 Mei 2008. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
85
Masalah pertumbuhan penduduk juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pembangunan di daerah. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan tingkat pertumbuhan perekonomian daerah akan menghambat pelaksanaan pembangunan. Selain itu, tingginya tingkat pertumbuhan penduduk akan menyebabkan tingginya tingkat pengangguran di suatu daerah yang juga dapat menghambat pelaksanaan pembangunan. Jalan yang dapat ditempu untuk menanggulangi masalah penduduk tersebut yaitu dengan melakukan upaya yang serius dalam pemberdayaan berbagai lapangan usaha di daerah. Tersedianya banyak lapangan usaha di daerah diharapkan dapat menyediakan lapangan kerja yang banyak bagi masyarakat. 3. Sumber daya alam Selain itu, faktor sumber daya alam juga sangat mempengaruhi pelaksanaan pembangunan daerah. Ketersedian sumber daya alam yang banyak akan dapat menghasilkan devisa yang banyak pula bagi daerah. Sumber daya alam yang ada dimanfaatkan seoptimalkan mungkin sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. 4. Sumber daya manusia Salah satu yang dapat dijadikan sebagai barometer majunya suatu daerah adalah tingkat kemajuan sumber daya manusianya. Untuk mengelola berbagai sumber daya yang ada di daerah memerlukan sumber daya manusia yang terampil. Sumber daya manusia tersebut dapat dilihat dari tingkat kemajuan pendidikan masyarakat di daerah. Jika pendidikan masyarakat suatu daerah sudah memadai, maka dengan keterampilan yang dimiliki masyarakat akan mendorong kemajuan daerah tersebut. Jadi, adanya sumber daya manusia yang terampil di suatu daerah Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
86
dapat memudahkan bagi daerah untuk mengelola berbagai sumber daya alam di daerah yang menjadi penyumbang utama bagi pendapatan daerah.
5. Faktor kelembagaan Faktor kelembagaan juga dapat mempengaruhi pembangunan di daerah 84. Faktor kelembagaan adalah berkaitan dengan kemampuan pemerintah daerah dalam merumuskan setiap kebijakan pembangunan di daerah, serta kamampuan daerah untuk mengelola berbagai sumber daya yang ada di daerah. Untuk merumuskan setiap kebijakan pembangunan di daerah harus sesuai dengan kondisi daerah dan kebutuhan masyarakat di daerah. Sehingga arah kebijakan pembangunan di daerah akan lebih tepat sasaran. 6. Infrastruktur Masalah infrastruktur dapat mempengaruhi pelaksanaan pembangunan daerah 85. Infrastruktur sangat penting untuk menunjang kegiatan perekonomian di daerah. Tanpa adanya infrastruktur yang memadai, akan sulit bagi masyarakat untuk dapat melakukan berbagai kegiatan ekonomi dengan dengan lancer. Seperti halnya para petani, untuk memasarkan hasil pertaniannya harus didukung oleh ketersediaan infrastruktur yang memadai. Selain faktor-faktor sebagaimana tersebut di atas, ada faktor-faktor lain yang juga dapat mempengaruhi pembangunan daerah, yakni berkaitan dengan sumber daya-sumber daya yang menjadi pokok perencanaan pembangunan daerah. Menurut Blakely 86 ada tiga sumber daya sebagai sumber daya
84
Dr. H.M. Safi’I, Op.cit., hal. 107. Edy Lukman, Pelaksanaan Pembangunan edy.web.id/article/2/tahun/2008/bulan/02/tanggal/21/id/123/ 86 Mudrajad Kuncoro, Op.cit., hal. 51-58. 85
Daerah,
http://www.lukman-
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
87
perencanaan pembangunan yang mempengaruhi pembangunan di daerah, yaitu : lingkungan fisik, lingkungan regulasi pemerintah daerah dan lingkungan perilaku. Lingkungan fisik sebagai sumber daya perencanaan, dimana pemerintah daerah biasanya memperhatikan masalah lingkungan fisik, terutama infrastruktur yang tentunya penting bagi dunia usaha dan industri. Sektor swasta biasanya memiliki keinginan-keinginan, baik yang bersifat khusus maupun umum dan persyaratan-persyaratan tertentu untuk lingkungan fisik. Kebutuhan khusus bisanya mencakup jasa angkutan khusus atau jasa pembuangan limbah. Dalam banyak hal, bentuk-bentuk lingkungan fisik ini bisa dibuat seragam. Dengan kata lain, pemerintah daerah bisa menyediakan jasa atau fasilitas khusus untuk memenuhi keinginan dunia usaha atau industri. Lingkungan regulasi sebagai sumber daya perencanaan, dimana kita semua memahami bahwa insentif dan kebijakan-kebijakan keuangan merupakan input penting bagi proses pembangunan ekonomi. Banyak pemerintah daerah sekarang yang dengan sungguh mengkaji ulang sistem regulasinya untuk menunjukan bahwa biaya melakukan kegiatan usaha di daerah mereka mencerminkan keinginan mereka untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan kata lain, untuk menarik dan mengembangkan dunia usaha di daerahnya perlu penyederhanaan sistem regulasi. Lingkungan perilaku sebagai sumber daya perencanaan, dimana keputusan yang diambil sektor swasta mengenai ekspansi investasi atau relokasi tidak hanya didasarkan pada data kasar. Dalam kenyataannya, keputusan akhir akan sangat dipengaruhi juga oleh semacam “feeling” atau “judgement” investor mengenai reaksi masyarakat daerah calon lokasi investasi. Unia usaha sering kali tidak akan Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
88
memilih suatu daerah tertentu karena penduduknya dikenal, misalnya bersikap anti bisnis. Demikian juga misalnya turis mancanegara tidak akan datang lagi ke suatu daerah pariwisata bila sikap masyarakat di lokasi objek wisata tidak kondusif dan bersahabat, misalnya terlalu fanatik terhadap orang yang datang dari luar daerahnya.
D. Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Bidang Penanaman Modal Salah satu kebijakan yang populer di tingkat provinsi adalah perizinan. Dalam hal prosedur aplikasi, terlebih dahulu investor harus mendapatkan beberapa persetujuan, perizinan, dan restu dari BKPM atau BKPMD sebagai tahap awal. Berbagai perizinan tersebut di antaranya 87: a. Surat persetujuan investasi dalam negeri atau surat persetujuan investasi asing langsung; b. Izin usaha tetap; c. Surat persetujuan fasilitas pajak untuk barang dan capital yang diimpor; d. Surat persetujuan fasilitas impor dan bahan dasar; e. Angka Mengenal Importer Terbatas; f. Izin Kerja Tenaga Asing; g. Surat persetujuan fasilitas pajak penghasilan untuk usaha manufaktur tertentu; h. Persetujuan, perizinan lain, yang meliputi berbagai tingkatan badan atau kantor di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten / kota, misalnya: 1) Izin Penunjukan Penggunaan Tanah;
87
Ibid., hal. 291.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
89
2) Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan lokasi / lahan; 3) Nomor Pokoh Wajib Pajak; 4) Izin Lokasi; 5) Izin Mendirikan Bangunan; 6) Sertifikat Hak Guna Bangunan; 7) Sertifikat Hak Guna Usaha; 8) Izin Undang-Undang Gangguan. Oleh karena itu, berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan arus investasi ke Indonesia. Upaya tersebut antara lain dengan pendelegasian kewenangan pengelolaan investasi kepada pemerintah daerah. Hanya saja penedelegasian kewenangan tersebut belum sepenuhnya berjalan sebagaimana yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena belum tertata dengan cermat mengenai pembagian pengelolaan investasi. Dengan demikian, terkesan pemerintah pusat belum sepenuhnya mendelgasikan wewenang (desentralisasi) kepada pemerintah daerah dalam urusan investasi 88. Jika masalah pengelolaan investasi masih bersifat sentralistik, tentunya kurang menguntungkan terlebih lagi nuansa investasi yang ada sekarang semakin liberal dan penuh persaingan dengan negara-negara tetangga, seperti di kawasan ASEAN. Oleh karena itu, dalam beberapa perturan perundang-undangan kita dapat melihat mengenai kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah berkaitan dengan pelaksanaan penanaman modal di daerah. Dalam undang-undang pemerintahan daerah misalnya, disebutkan dalam Pasal 10 ayat (1) bahwa Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan
88
Dr. Sentosa Sembiring, Op.cit., hal. 152.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
90
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah. Selanjutnya dalam Pasal 13 dan 14 yang menyinggung masalah kewenangan pemerintah darah dalam pelayanan administrasi penanaman modal di daerah. Selain itu, dalam perturan pemerintah (PP) No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Daerah sebagai Daerah Otonom yang kemudian diganti dengan PP No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah
Kabupaten / Kota juga disebutkan mengenai kewenangan pemerintah daerah dalam bidang penyelenggaraan penanaman modal di daerah. Sedangkan dalam UUPM, mengenai kewenangan pemerintah daerah dijabarkan dalam Pasal 30. Dari gambaran di atas kita dapat melihat bahwa dalam pelaksanaan penanaman modal belum sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah daerah, akan tetapi masih ada pembagian urusan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah mengenai urusan penanaman modal. Mengenai hal-hal apa yang menjadi kewenangan pemerintah daerah berkaitan dengan urusan penanaman modal lebih jelas dimuat dalam lampiran huruf P PP No. 38 Tahun 2007. Dari lampiran PP No. 38 Tahun 2008 tersebut, maka ada beberapa hal yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi dan daerah kabupaten / kota yang berkaitan dengan pelaksanaan penanaman modal yaitu 89 : 1. Kebijakan Penanaman Modal
89
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Lampiran huruf P. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
91
a. Menyusun dan menetapkan kebijakan pengembangan penanaman modal daerah provinsi, kabupaten / kota dalam bentuk rencana umum penanaman modal daerah dan rencana strategis daerah sesuai dengan program pembangunan daerah provinsi, dan daerah kabupaten / kota berkoordinasi dengan Pemerintah atau bagi daerah kabupaten / kota berkoordinasi dengan provinsi; b.
Merumuskan dan menetapkan pedoman, pembinaan, dan pengawasan dalam skala provinsi dan kabupaten / kota terhadap penyelenggaraan kebijakan
dan
perencanaan
pengembangan
penanaman
modal,
berkoordinasi dengan Pemerintah atau . bagi daerah kabupaten / kota berkoordinasi dengan provinsi; c.
Mengoordinasikan,
merumuskan,
menetapkan
dan
melaksanakan
kebijakan daerah provinsi dan atau kabupaten / kota di bidang penanaman modal meliputi: 1. Penyiapan usulan bidang-bidang usaha yang perlu dipertimbangkan tertutup; 2. Penyiapan usulan bidangbidang usaha yang perlu dipertimbangkan terbuka dengan persyaratan; 3. Penyiapan usulan bidang-bidang usaha yang perlu dipertimbangkan mendapat prioritas tinggi dalam skala provinsi dan atau kabupaten / kota; 4. Penyusunan peta investasi daerah provinsi dan atau kabupaten / kota dan potensi sumber daya daerah terdiri dari sumber daya alam, kelembagaan dan sumber daya manusia termasuk pengusaha mikro, Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
92
kecil, menengah, koperasi, dan besar berdasarkan masukan dari daerah kabupaten / kota; 5. Usulan dan pemberian fasilitas penanaman modal di luar fasilitas fiskal
dan non fiskal nasional yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/ kota.
d. Menetapkan peraturan daerah provinsi atau peraturan daerah kabupaten / kota tentang penanaman modal dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. 2. Pelaksanaan Kebijakan Penanaman Modal a. Kerjasama Penanaman Modal
Dalam hal ini pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk mendorong, melaksanakan, mengajukan usulan materi dan memfasilitasi kerjasama dunia usaha di bidang penanaman modal di tingkat provinsi atau kabupaten / kota, serta mendorong, melaksanakan, mengajukan usulan materi dan memfasilitasi kerjasama internasional di bidang penanaman modal di tingkat provinsi. b. Promosi Penanaman Modal
1. Mengkaji, merumuskan, dan menyusun kebijakan teknis pelaksanaan pemberian bimbingan dan pembinaan promosi penanaman modal di tingkat provinsi atau kabupaten / kota; 2. Mengoordinasikan dan melaksanakan promosi penanaman modal daerah Provinsi atau kabupaten / kota baik di dalam negeri maupun ke luar negeri yang melibatkan lebih dari satu kabupaten/kota; dan 3. Mengoordinasikan, mengkaji, merumuskan dan menyusun materi promosi skala Provinsi atau kabupaten / kota. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
93
c. Pelayanan Penanaman Modal
1. Mengkaji, merumuskan, dan menyusun pedoman tata cara dan pelaksanaan pelayananan terpadu satu pintu kegiatan penanaman modal yang bersifat lintas kabupaten/kota berdasarkan pedoman tata cara dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu kegiatan penanaman modal yang ditetapkan oleh Pemerintah;
2. Pemberian izin usaha kegiatan penanaman modal dan nonperizinan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten / kota; 3. Melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu berdasarkan pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten / kota; dan 4. Pemberian usulan persetujuan fasilitas fiskal nasional, bagi penanaman modal yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten / kota. d. Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
1. Mengkaji, merumuskan, dan menyusun kebijakan teknis pengendalian pelaksanaan penanaman modal di provinsi atau kabupaten / kota; 2. Melaksanakan
pemantauan,
bimbingan,
dan
pengawasan
berkoordinasi dengan Pemerintah atau pemerintah kabupaten/kota, atau bagi daerah kabupaten / kota berkoordinasi dengan pemerintah provinsi;
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
94
3. Mengumpulkan dan mengolah data kegiatan usaha penanaman modal dan realisasi proyek penanaman modal skala provinsi atau kabupaten / kota; dan 4. Memutakhirkan data dan informasi penanaman modal daerah. e. Penyebarluasan, Pendidikan dan Pelatihan Penanaman Modal
1. Membina dan mengawasi pelaksanaan instansi penanaman modal kabupaten / kota di bidang sistem informasi penanaman modal; 2. Mengoordinasikan perencanaan
pelaksanaan
pengembangan,
sosialisasi kerjasama
atas luar
kebijakan negeri,
dan
promosi,
pemberian pelayanan perizinan, pengendalian pelaksanaan, dan system informasi penanaman modal skala provinsi dan atau kabupaten / kota kepada aparatur pemerintah dan dunia usaha; serta 3. Mengoordinasikan dan melaksanakan pendidikan dan pelatihan penanaman modal skala provinsi atau kabupaten / kota.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Di Daerah 1. Faktor-faktor yang berpengaruh bagi penanaman modal di daerah Lingkungan bisnis yang sehat diperlukan untuk menarik investor dalam dan luar negeri. Berbagai survei membuktikan, faktor utama yang mempengaruhi lingkungan bisnis adalah: tenaga kerja dan produktifitas, perekonomian daerah, infrastruktur fisik, kondisi sosial politik, dan institusi. Survei yang dilakukan oleh KPPOD pada tahun 2002 menunjukkan bahwa institusi merupakan faktor utama yang menentukan daya tarik investasi di suatu daerah, diikuti oleh kondisi sosial politik, infrastruktur fisik, kondisi ekonomi daerah dan produktifitas tenaga kerja.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
95
Dalam keadaan normal, potensi ekonomi merupakan faktor utama pertimbangan investasi. Studi terhadap lebih dari 2,000 perusahaan di lebih dari 60 kabupaten/kota yang dilakukan oleh LPEM FEUI pada tahun 2000 menemukan bahwa alasan utama di balik peningkatan ketidakpastian usaha yang signifikan berhubungan dengan masih kurangnya kemampuan pemerintah daerah dalam menciptakan dan mempertahankan iklim bisnis yang menarik 90. Banyak studi menemukan bahwa pelaksanaan otonomi daerah sejak 2001 telah memperburuk iklim investasi di Indonesia. Misalnya oleh Hofman pada tahun 2003 di Simeru 91. Masih rendahnya pelayanan publik, kurangnya kepastian hukum, dan berbagai Peraturan Daerah (Perda) yang tidak “pro-bisnis” diidentifikasi sebagai bukti iklim bisnis yang tidak kondusif. Pelayanan publik yang dikeluhkan terutama terkait dengan ketidakpastian biaya dan lamanya waktu berurusan dengan perijinan dan birokrasi. Ini diperparah dengan masih berlanjutnya berbagai pungutan, baik resmi maupun liar, yang harus dibayar perusahaan kepada para petugas, pejabat, dan preman. Alasan utama mengapa investor masih khawatir untuk melakukan bisnis di Indonesia adalah ketidakstabilan ekonomi makro, ketidakpastian kebijakan, korupsi (oleh pemda maupun pemerintah pusat), perijinan usaha, dan regulasi pasar tenaga kerja. Selain itu, dengan dalih untuk meningkatkan pendapatan daerah (PAD), pemerintah daerah menerapkan beberapa pungutan, pajak, sumbangan sukarela dan pembatasan-pembatasan yang ditujukan kepada investor dan kegiatan bisnis. Usaha tersebut ternyata mengakibatkan distorsi perdagangan dan tidak sesuai dengan UU No. 34/2000. Situasi saat ini menyebabkan lebih banyak 90
Mudrajad Kuncoro, http://www.mudrajad.com/upload/publications_menanti-ikliminvestasi-bisnis.pdf 29 mei2008. 91 Ibid. 29 mei2008. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
96
kekhawatiran, khususnya di kalangan investor domestik dan asing, Pemerintah Daerah bersikeras akan hak atas kepemilikan saham pelabuhan dan pajak dari perusahaan asing yang beroperasi di daerah mereka, khususnya perusahaanperusahaan pertambangan. Fanatisme sektoral mulai bergeser menjadi fanatisme daerah yang overdosis 92. Dengan demikian sebagai hal yang paling penting, pemerintah daerah perlu mengetahui hal-hal yang sangat berpengaruh dalam investasi. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi investasi untuk masuk ke daerah antara lain 93 : a. Stabilitas politik dan perekonomian yang menunjukkan kestabilan yang mantap baik di tingkat pusat dan daerah; b. Kebijakan dan langkah deregulasi dan debirokrasi yang diambil pemerintah pusat dan daerah dalam rangka menggairahkan iklim investasi; c. Pembangunan kawasan industri sebagai pasar yang menopang jelas investasi; d. Tersedianya sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak bumi, gas alam, bahan tambang, pertanian, perikanan, hasil hutan dan sebagainya; e. Tersedianya sumber daya manusia dengan keterampilan dan keahlian dengan upah yang kompetitif. Tenaga buruh yang murah namun tidak memiliki keterampilan bukan lagi menjadi daya tarik investor asing; f. Iklim moneter yang stabil; dan g. Kelonggaran yang diberikan pemerintah di berbagai bidang. Misalnya penurunan bea masuk, insentif perpajakan dan sebagainya. 92
Mudrajad Kuncoro, http://www.mudrajad.com/upload/publications_menanti-ikliminvestasi-bisnis.pdf 29 mei2008. 93 Rosyidah Rakhmawati, Op.cit., hal. 116. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
97
Dengan demikian diharapkan kebijakan pemerintah daerah terhadap investasi akan mampu memberikan kemudahan bagi para penanam modal, karena investasi dipandang sebagai elemen penting bagi perbaikan ekonomi, khususnya bagi daerah. 2. Upaya-upaya Menarik Investor Menanamkan Modal ke Daerah Lepas dari permasalahan di atas, sebenarnya pelaksanaan otonomi daerah memberi banyak peluang bagi pemerintah daerah untuk menarik investor ke daerah. Adapaun langkah-langkah yang bisa dilakukan adalah menciptakan kondisi yang tertib dan aman, menjamin kepastian hukum, menyederhanakan birokrasi prosedur perizinan, memberi insentif bagi industri yang mampu menyerap tenaga kerja, ramah lingkungan, yang mampu bermitra dengan industri kecil, yang mampu mengembangkan ekspor komoditi unggulan dan sebagainya. Hal yang penting untuk segera dilakukan adalah melakukan segala persiapan berkaitan dengan penggalian dan pengidentifikasian potensi daerah, menyusun rencana dan strategi yang jelas sehingga tujuan dan sasaran pemerintah daerah untuk meningkatkan penanaman modal di daerah secara maksimal dapat tercapai94. Adapun tahapan-tahapan yang dapat diupayakan pemerintah darah dalam rangka menarik penanaman modal PMA ataupun PMDN ke daerahnya adalah sebagai berikut 95 : a. Menggali dan mengidentifikasikan untuk menentukan potensi unggulan daerah yang bisa ditawparkan pada investor;
94 95
Ibid., hal. 118. Ibid., hal. 119.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
98
b. Melakukan promosi atau road show ataupun publikasi lain pada industri, terutama investor asing; c. Menetapkan kebijakan pemerintah daerah dan pengaturan hukum yang mendukung penciptaan iklim kondusif bagi investor; d. Melakukan penyesuaian kebijakan pemerintah daerah dan pengaturan hukum yang tidak sesuai dengan ketentuan penanaman modal baik internasional maupun nasional; e. Mempersiapkan peningkatan sumber daya manusia aparat pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan yang baik dengan investor; f. Mendukung partisipasi aktif masyarakat atau publik pada aktivitas dan pengawasan kegiatan penanaman modal; g. Perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana pendukung bagi kelancaran modal; h. Perbaikan pelayanan perizinan bagi penanaman modal secara sederhana, cepat, mudah, murah, dan memuaskan; i.
Mengupayakan keamanan, kenyamanan, ketertiban lingkungan agar tercipta iklim murah dan memuaskan; serta
j.
Mendukung pemberian fasilitas untuk peningkatan sumber daya masyarakat agar dapat menduduki jabatan strategis dan terjadi alih teknologi.
3. Strategi Memasarkan Daerah Selain berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk menarik investor ke suatu daerah sebagaimana telah dibahas di atas, perlu juga dipahami bagaimana cara memasarkan daerah. Bagaimana menarik orang dan investasi ke suatu daerah
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
99
adalah berkaitan dengan aktivitas pemasaran daerah / lokasi (place marketing). Ada empat aktivitas utama dalam memasarkan daerah 96 : a. Mengembangkan positioning yang kuat dan menarik; b. Merancang insentif yang menarik bagi pembeli (investor) baru maupun yang sudah ada; c. Menawarkan produk dan jasa secara efisien dan bisa diakses dengan mudah; dan d. Mempromosikan daya tarik dan manfaat daerah. Oleh karena itu, dalam praktek setidaknya ada empat strategi untuk menarik investasi, orang, dan industri ke suatu daerah, yaitu 97 : a. Image marketing Image (citra) adalah sejenis kepercayaan, ide, dan ekspresi yang dimiliki orang terhadap daerah. Citra adalah sekedar simplifikasi dari begitu banyak informasi yang berhubungan dengan suatu daerah. Sebagai contoh, orang mengenal Pattaya sebagai pusat prostitusi di Thailand. Citra Kosongan tidak bisa dilepaskan dari pusat kerajinan gerabah, demikian juga dengan Ponorogo dengan tarian reognya, Madura dengan sate dan kerapan sapi, dan Irian dengan koteka. Untuk mengkonunikasikan citra suatu daerah dapat digunakan beberapa cara seperti slogan, pengambilan posisi citra (image positioning), dan simbol secara visual. Slogan adalah ungakapan / pernyataan singkat yang merefleksikan visi menyeluruh tentang suatu daerah. Bila diintegrasikan dengan rencana pemasarab strategic, slogan ini dapat bermanfaat untuk menumbuhkan antusias, optimisme, momentum, dan ide-ide baru. Pemasaran daerah melelui slogan 96 97
Mudarajad Kuncoro, Op.cit., hal. 291. Ibid., hal. 191-194.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
100
misalnya di Thailand menggunakan istilah Amazing Thailang (Thailand yang menakjubkan), Macau menggunakan istilah Macau Welcomes You ( Macau menyambut anda), Hogkong menggunakan istilah City of Life (kota kehidupan). Selain slogan, pemasaran daerah dapat dilakukan dengan image positioning, yaitu menempatkan daerah dalam konteks regional, nasional, dan internsional, pada suatu jenis aktivitas, lokasi, daya tarik tertentu disbanding daerah lain yang memiliki posisi yang lebih kuat / mapan. Sebagai contoh adalah Hongkong memposisikan diri sebagai Asia’s World City. b. Atraction marketing Atraksi atau daya tarik merupakan alas an penting untuk wisatawan, investor, dan modal dating ke suatu tempat. Banyak komponen dari perjalanan wisata, sebagai contoh transportasi dan akomodasi merupakan permintaan yang dihasilkan dari keinginan konsumen untuk menikmati apa yang ditawarkan oleh tujuan dalam arti “sesuatu yang dikerjakan atau dilihat”. c. Infrastructure marketing Infrastruktur merupakan dasar utama dalam memasarkan daerah. Slogan dan image positioning tidak ada artinya tanpa diikuti oleh tersedianya sarana dan prasarana yang mampu menarik orang, investasi dan modal. Yang perlu ditekankan dalam mempromosikan infrastruktur adalah : 1. Aksesibilitas, yaitu yang berkaitan dengan kemudahan untuk didatangi, mencakup jalan, kereta api, bandara, pelabuhan, sungai, transportasi umum, dan telekomunikasi; serta 2. Kualitas infrastruktur, yaitu seberapa jauh sumber daya modal, fisik, dan prasana yang mendukung aktivitas ekonomi yang telah tersedia.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
101
d. People marketing Strategi memasarkan daerah yang lain adalah memasarkan orang. Bentuk pemasaran orang dapat dilakukan lewat : 1. Orang-orang terkenal, sebagai contoh adalah Mongolia memasarkan negaranya sebagai “The Land of Genghis Khan”; 2. Pemimpin daerah, sebagai contoh adalah Sri Sultan HB X memposisikan dirinya sebagai raja Jawa di milenium baru sekaligus menjadi gubernur DIY; 3. Sikap masyarakat, yaitu seberpa jauh keterbukaan masyarakat lokal (daerah) terhadap unsur-unsur (orang, investasi, industri, pruduk) dari luar.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
102
BAB IV PERANAN PENANAMAN MODAL DALAM PEMBANGUNAN DI DAERAH KABUPATEN SIMEULUE
A. Gambaran Umum Kabupaten Simeulue 1. Kondisi Geografis Kabupaten Simeulue adalah sebuah pulau yang terletak di ujung barat Sumatera dan merupakan bahagian dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan Ibu Kota Sinabang. Kabupaten Simeulue merupakan gugusan kepulauan yang terdiri atas 41 buah pulau besar dan kecil yang terletak pada posisi 950 43’ 23’’ - 960 26’ 41’’ BT dan 20 19’ 3’’ - 20 26’ 41’’ LU. Panjang Pulau ± 100,2 km dengan lebar berkisar 8 – 28 km. Hingga pada saat ini kabupaten Simeulue memiliki jumlah penduduk sebanyak 82.555 jiwa 98. Secara umum Pulau Simeulue dan Pulau-pulau kecil disekitarnya beriklim tropika basah dengan curah hujan rata-rata 2.828 mm/thn dan merata di setiap pulau. Suhu udara maximum berkisar antara 25 º - 33 ºC dan suhu minimum berkisar antara 18 º - 24 ºC serta kelembaban nisbi berkisar 60 – 75 % sepanjang tahun. Berdasarkan peta rupa bumi Pulau Simeulue terletak antara 0 s/d 300 m DPL dengan jenis tanah yang dominan adalah jenis pmk, pmc, alluvial, organosol, Batu Kapur dan Tanah Bergambut 99. Hingga pada saat ini Kabupaten Simeulue sudah terdiri atas 8 (delapan) kecamatan, 21 mukim, 138 desa dan 414 dusun 100.
98
Kondisi Geografis dan Potensi Sumber Daya Alam Kab. Simeulue, Setda. Kab. Simeulue, 2002, hal. 5. 99 Ibid., hal. 6 100 Simeulue Dalam Angka tahun 2006. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
103
Tabel 1 Jumlah Kecamatan di Kabupaten Simeulue No. Kecamatan Ibu Kota Kecamatan 1 Simeulue Timur Sinabang 2 Teupah Selatan Labuan Bajau 3 Teupah Barat Salur 4 Simeulue Tengah Kampung Air 5 Nasreuheu Salang 6 Alafan Langi 7 Simeulue Barat Sibigo 8 Teluk Dalam Teluk Dalam Sumber : Simeulue Dalam Angka Tahun 2006 Pada tahun 2006, jumlah penduduknya mencapai 82.555 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 2.14 persen pertahun 101. Sebahagian besar penduduk di Kabupaten Simeulue menggantungkan hidupnya dengan bertani padi dan berkebun hingga mencapai 55 persen. Oleh karena itu, juga menjadi perhatian pokok bagi pemerintah daerah untuk mendorong pertanian sebagai kunci perekonomian daerah. Hal ini dapat dilihat dari berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk membimbing pertanian di kabupaten Simeulue dengan sistem yang lebih modern. Langkah ini dilakukan oleh pemerintah daerah sebagai upaya untuk membuka wawasan masyarakat petani di kabupaten Simeulue dalam bidang pengelolaan lahan pertanian di kabupaten Simeulue. Luas lahan pertanian di kabupaten Simeulue mencapai 22.280 Ha yang mempunyai potensi yang sangat besar dan merupakan sektor yang paling besar dalam memberikan konstribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Simeulue 102. Melihat posisi daerah Kabupaten Simeulue di atas, maka daerah ini merupakan daerah yang dikelilingi oleh lautan, sehingga hasil laut menjadi juga 101 102
BPS Kab. Simeulue tahun 2007. Rencana Pembangunan Daerah Kab. Simeulue tahun 2007-20011.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
104
menjadi pokok pencaharian sebagian penduduk di kabupaten Simeulue selain sektor pertanian. Akan tetapi sektor kelautan atau perikanan tidak menjadi usaha uatama di daerah kepulauan tersebut. Dalam data statistik kependudukan Kabupaten Simeulue menunjukkan bahwa sektor perikanan hanya digeluti oleh 3000 penduduk kepulauan tersebut 103. Sedangkan di daerah Kabupaten Simeulue memiliki potensi hasil laut yang cukup menjanjikan. Akan tetapi menjadi kendalanya adalah faktor keahlian masyarakat nelayan di Kabupaten Simeulue yang masih tergolong tradisional, sehingga tidak dapat memanfaatkan hasil laut secara maksimal. Berbagai hasil laut yang dapat dikelola ataupun dibudayakan, akan tetapi karena keterbatasan kemampuan dalam mengelola hasil laut Simeulue, sehingga penamfaatannya dilakukan oleh masyarakat nelayan seadanya. Keterbatasan tersebut misalnya keterbatasan fiskal, teknologi penangkapan dan budidaya, serta keterbatasan sumber daya manusia atau keahlian. Padahal wilayah tangkapan (fishing ground area) di kabupaten Simeulue mencapai luas 17.000.678 Ha 104. Beberapa potensi hasil laut unggulan di Pulau Simeule seperti Lobster, Teripang, Kepiting serta berbagai jenis ikan Kerapu. Sedangkan hasil laut lainnya adalah berbagai jenis ikan seperti ikan tuna dan lainnya mencapai 6500 ton ikan pertahun. Untuk mengelola berbagai hasil laut di kepulauan Simeulue perlu adanya modal yang tidak sedikit dan teknologi yang memadai serta orang yang ahli dalam mengoptimalkan pemanfaatan hasil lau di kepulauan tersebut. Oleh
103 104
BPS Kabupaten Simeulue tahun 2007 Rencana Pembangunan Daerah Kab. Simeulue tahun 2007-2011.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
105
karena itu, sektor perikanan ini sangat berpotensi untuk dikelola oleh pihak pemodal dalam memberikan keuntungan yang menjanjikan 105. Potensi lain yang tersimpan di kabupaten Simeulue adalah sektor pariwisata, baik wisata alam maupun wisata budaya. Wisata alam misalnya, di kabupaten Simeulue memiliki pantai dengan pasir putih yang sangat mengagumkan keindahannya dengan ombak yang besar yang mengelilingi hampir seluruh wilayah kepulauan Simeulue. Selain itu, wisata bawah laut pun juga tidak kalah keindahannya karena secara keseluruhan perairan laut di kepulauan Simeulue masih membentang biru dan belum tercemar, dengan keindahan terumbu karang bawah lautnya. Akan tetapi potensi sektor pariwisata tersebut dibiarkan terlantar dan tidak dikelola baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah daerah sendiri. Sebagai alasannya juga tidak terlepas dari ketidakmampuan daerah secara fiskal atau keuangan dan sumber daya manusia yang mampu untuk mengelola sektor pariwisata. Selain itu, kekayaan hutan juga mendominasi luas lahan darat Kepulauan Simeulue. Kabupaten ini memiliki 100.000 hektar lebih hutan atau 50 persen lebih dari total luas wilayah. Potensi kayu hutan sangat menjanjikan. Terlebih dari luas hutan tersebut, mayoritas hutan produksi terbatas maupun tetap. Banyak peluang memanfaatkan hutan dan hasilnya asalkan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem. Berdasarkan interpretasi data citra yang ada, areal hutan Pulau Simeulue mencapai 100.436 Ha, atau menutupi 53.63% dari total wilayah. Usaha industri yang tercatat hanya merupakan industri kecil yang bergerak dibidang
105
Kondisi Geografis dan Potensi Sumber Daya Alam Kab. Simeulue, Setda. Kab. Simeulue, 2002, hal. 15. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
106
kerajinan bambu atau kayu dan kerajinan logam. Sayangnya, pemanfaatan hutan di kepulauan itu selama ini tidak memperhatikan aspek tersebut 106. Kemudian berbagai potensi lain yang ada di kabupaten Simeulue seperti halnya pada sektor perternakkan juga cukup untuk memberikan kontribusi terhadap PDRB kabupaten Simeulue. 2. Kondisi Ekonomi Melihat kondisi di atas, maka kepulauan Simeulue menyimpan banyak potensi yang dapat dikembangkan untuk memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi PDRB kabupaten Simeulue. Jika potensi-potensi tersebut dapat dikelola dengan maksimal, maka pembangunan di kabupaten tersebut akan berjalan dengan cepat, serta kesejahteraan bagi masyarakat Simeulue sudah dapat dipastikan. Akan tetapi, karena berbagai potensi yang ada di kabupaten tersebut tidak terkelola secara optimal, menyebabkan kurangnya masukkan terhadap PAD dan APBD. Hal tersebut mengakibatkan proses pelaksanaan pembangunan di daerah menjadi terhambat. Dalam kenyataan kabupaten Simeulue masih tertinggal dibandingkan dengan daerah-darah lain di propinsi NAD. Pelaksanaan pembangunan di daerah tersebut berjalan lambat, karena kurangnya kemampuan keuangan daerah dalam mempercepat proses pembangunan. Begitu juga halnya dengan laju pertumbuhan ekonomi daerah ini masih renadah di bandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan ekonomi rata-rata setiap tahun hanya mencapai 1,67 persen, sedangkan pertumbuhan penduduk mencapai 2,14 persen 107. Oleh karena itu, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerah 106 107
Ibid., hal. 19. Simeulue Dalam Angka tahun 2006.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
107
tersebut perlu adanya upaya untuk memberdayakan kegiatan usaha dan penanaman modal.
B. Penanaman Modal di Kabupaten Simeulue Di daerah kabupaten Simeulue masalah pembangunan masih merupakan masalah yang sangat membutuhkan perhatian serius dari pemerintah daerah kabupaten Simeulue. Masalahnya adalah proses pembangunan di kabupaten Simeulue belum samapi pada titik pemerataan dalam berbagai sektor. Kurangnya sumber pembiyaan atau fiskal menjadi salah satu indikator penghambat proses pembangunan di daerah kabupaten Simeulue. Selain itu, kondisi atau posisi kabupaten Simeulue yang jauh dari daratan Sumatera juga menyebabkan Simeulue manjadi kurang di kenal oleh masyarakat luas dari luar daerah kabupaten Simeulue. Dengan kata lain Simeulue masih pada posisi terisolir. Oleh karena itu, akses masyarakat Simeulue menjadi terbatas dengan daerah lain yang berakibat pada proses perkembangan pola pikir masyarakat menjadi kurang berkembang. Walaupun pada akhir-akhir ini sudah mulai dilakukan oleh pemerintah daerah berbagai upaya untuk medorong masyarakat lebih mengenal berbagai perkembangan yang ada di daerah-daerah lain. Selain itu, dengan berbagai potensi yang ada di kabupaten Simeulue belum mampu dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah daerah, membuat pemerintah daerah harus mengarahkan sebagian energinya untuk mencari modal dari luar daerah yang mampu menggali kekayaan yang ada di daerah tersebut. Artinya adalah untuk mengelola berbagai potensi yang ada di kabupaten Simeulue, pemerintah daerah harus menyadari perlu adanya keterlibatan para Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
108
pemilik modal (investor) baik investor lokal maupun investor dari luar daerah (PMA dan PMDN). Pada saat ini investor yang ada di Simeulue didominasi oleh pemerintah dan investor lokal di daerah tersebut, walaupun wujud pelaksanaan usahanya tidak berdasarkan tata cara penanaman modal. Jika hanya mengandalkan pendapatan asli daerah (PAD) yang ada, maka akan sulit bagi pemerintah daerah untuk mempercepat laju pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah. Pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten Simeulue pada tahun 2007 adalah hanya 4 miliar dengan total APBD 283.26 miliar. Oleh karena itu, dana alokasi umum dan dana bagi hasil pajak dan bukan pajak, terutama sumber daya alam yang ada menjadi penting dalam meningkatkan pertumbuhan pendapatan di daerah tersebut 108. 4. Upaya Pemerintah Kabupaten Simeulue Dalam Mendatangkan Investor Melihat kenyataan di atas, maka pemerintah daerah Simeulue tidak dapat mengelak diri dari upaya untuk mendatangkan pihak pemodal atau investor dari luar, dan tidak terkecuali harus melakukan berbagai upaya dalam rangka pemberdayaan pengusaha atau pemodal lokal. Hal ini sangat diperlukan guna untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian di daerah tersebut. Tanpa adanya keseriusan pemerintah daerah untuk membuat kebijakan-kebijakan yang dapat mendatangkan investor ke daerah, maka pelaksanaan pembangunan di daerah tidak dapat diharapkan untuk mencapai pemerataan di berbagai sektor. Hal itu disebabkan oleh masih rendahnya APBD untuk dapat membiayai pemabangunan. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus melakukan upaya-upaya baik berupa upaya perbaikan
108
Bappeda Kabupaten Simeulue.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
109
fisik daerah maupun dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong masukunya penanaman modal di daerah. Pada dasarnya pemerintah daerah sedang melakukan langkah-langkah baik yang diharapkan dapat melancarkan roda perekonomian dan datangnya pemodal dari luar daerah. Pemerintah daerah Simeulue memulai langkah tersebut dari perbaikan fisik daerah yang berupa sarana dan prasarana untuk menunjang kelancaran perekonomian daerah. Berdasarkan data dan informasi yang diperloleh selama melakukan riset di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) kabupaten Simeulue, maka ada beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah berkaitan upaya mendatangkan penanaman modal ke daerah Simeulue yaitu
109
:
a. Perbaikan infrastruktur Disadari oleh pemerintah daerah bahwa salah satu penghambat perkembangan perekonomian di daerah Simeulue adalah infrastruktur yang masih kurang memadai. Kondisi tersebut menyebabkan kegiatan perekonomian daerah tidak berjalan secara maksimal, karena akses antara daerah-daerah dan masih belum lancar. Untuk menanggulangi masalah tersebut, maka pemerintah daerah terus berupaya dan memfokuskan masalah pemnamgunan infrastruktur terutama jalan
yang
menghubungkan
setiap
daerah.
Pembangunan
jalan
yang
menghubungkan seluruh daerah di kabupaten Suimeulue dituangkan dalam urutan pertama program khusus pembangunan daerah kabupaten Simeulue priode 20012006.
109
Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten Simeulue tahun 2002-2006 dan tahun
2007-2011 Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
110
Jalan lingkar Simeulue sepanjang 496 km yang terdiri dari ruas jalan yang mengeliling pantai sepanjang 365 km, ruas jalan elak sepanjang 122 km dan jalan dalam kota sepanjang 10 km. Pada tahun 2001 jalan yang ada di Kabupaten Simeulue sepanjang 251 km, yang berupa perkerasan 192 km, aspal 59 km dan yang belum ada jalan 245 km. Hingga saat ini pembangunan jalan tersebut masih merupakan prioritas utama pembangunan daerah. Selain itu, Seiring dengan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, Pemda Simeulue terus berupaya menambah jumlah armada transportasi laut dan sampai dengan saat ini pihak ASDP telah mengoperasikan 2 unit Ferry yaitu KMP. Teluk Singkil (Sinabang – Labuhan Haji) dan KMP. Simeulue (Sinabang – Singkil) serat mulai April 2008 kembali ditambah satu unit kapal yaitu KMP. TelukSinabang. Sedangkan untuk transportasi udara, pemerintah daerah juga terus berupaya untuk memperluas bandara Lasikin sebagai upaya untuk mempermudah setiap orang untuk datang Simeulue. Tahun 2001 panjang run way hanya 750 meter dengan jumlah pengguna jasa 5.609 orang dan cargo 126.589 kg. Saat ini landasan eksiting ditambah 750 meter lagi sehingga menjadi 1.500 meter. Dengan penambahan landasan pacu tersebut diharapkan jumlah pengguna jasa penerbangan ini akan meningkat menjadi 8.456 orang pada akhir tahun 2006. Karena pesawat yang dapat mendarat juga sudah meningkat seperti dust – 7, demikian juga volume penerbangan. b. Peningkatan kualitas sumber daya manusia Untuk menigkatkan sumber daya manusia di kabupaten Simeulue, pemerintah daerah sudah melakukan langkah yang nyata. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pemerintah Simelue membuat
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
111
berbagai
kebijakan
untuk
itu,
seperti
pemberian
beasiswa
kepada
pelajar/mahasiswa berprestasi dan kurang mampu untuk melanjutkan studi hingga ke jenjang perguruan tinggi, mengadakan berbagai pelatihan dan tugas belajar ke luar daerah, revitalisasi sarana dan prasarana pendidikan, dan revitalisasi saranan dan prasarana kesehatan c. Pembangunan Perusahaan Daerah Kabupaten Simeulue (PDKS) Dalam rangka peningkatan PAD dan antisipasi kehilangan DAU pada tahun 2008, Pemda Simeulue dengan Qanun Nomor : 22 tahun 2002 tangal 24 September 2002 telah mendirikan Perusahaan Daerah (PDKS). Cakupan kegiatan PDKS antara lain bidang Pertanian dalam arti luas, perdagangan, pariwisata dan jasa. Untuk tahap pertama stresing kegiatan PDKS adalah pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit. Pembangunan perusahaan daerah ini merupakan upaya pemerintah daerah untuk merangsang pertumbuhan perekonomian daerah. Selain itu, pendirian perusahan daerah ini bertujuan untuk membuka kemungkinan bagi pihak-pihak pemilik modal untuk dapat bekerja sama dalam mengelola berbagagai kegiatan usaha yang ditawarkan oleh pemerintah daerah. 5. Faktor-faktor Yang Mendukung Penanaman Modal Di Kabupaten Simeulue Untuk mendorong sinergitas dan kemampuan pembiayaan pembangunan dari masyarakat secara mandiri dan sektor swasta, pemerintah daerah terus berupaya untuk menyediakan fasilitas dan pelayanan infrastruktur yang berkualitas, baik pengaturan secara regulasi maupun rehabilitasi dan peningkatan kapasitas dan fasilitas infrastruktur yang rusak serta pembangunan baru. Memang
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
112
diakui bahwa daerah Simeulue sangat membutuhkan datangnya pihak penanam modal untuk menjalankan usahanya di daerah tersebut. Ada beberapa faktor yang sangat mendukung pelaksanaan penanaman modal di kabupaten Simeuleu, yaitu 110: a. Potensi sumber daya alam Di antara pulau-pulau di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Kepulauan Simeulue mungkin jarang didengar orang. Selama ini orang lebih banyak mendengar Pulau Weh sebagai pulau yang cantik. Di sana juga terletak Kota Sabang yang cukup dikenal karena diabadikan dalam salah satu lagu nasional. Namun, mendengar nama Kepulauan Simeulue, orang tidak banyak tahu. Padahal, pulau yang bisa dicapai dengan menumpang kapal feri dari Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Labuhan Haji, Singkil atau melalui pesawat ini menyimpan kecantikan dan potensi yang tak kalah oleh wilayah lain. Potensi yang paling besar adalah di bidang kelautan atau perikanan. Kepulauan Simeulue memiliki wilayah tangkap yang meliputi perairan lautan yang mengelilingi kepulauan tersebut. Beberapa hasil laut yang sangat diandalkan di daerah tersebut selain ikan adalah lobster, teripang dan kepiting. Nanub demikian, keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat untuk mengelola hasil laut yang berlimpah, sehingga potensi lautan Simeulue belum dimanfaatkan secara maksimal. Potensi lainnya adalah kekayaan hutan yang mendominasi luas lahan darat Kepulauan Simeulue. Simeulue memiliki luas hutan 100.000 hektar lebih hutan atau 50 persen dari total luas wilayah Simeulue. Potensi kayu hutan sangat 110
Kondisi Geografis dan Potensi Sumber Daya Alam Kab. Simeulue, Setda. Kab. Simeulue, 2002, hal. 15-21. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
113
menjanjikan, terlebih dari luas hutan tersebut mayoritas hutan produksi terbatas maupun tetap. Selain itu, potensi yang lain yang memiliki prospek baik untuk diusahakan adalah sektor pertanian tanaman pangan yang merupakan kegiatan utama masyarakat di sektor pertanian. Potensi areal pertanian tanaman pangan tersedia cukup luas, terdiri atas lahan persawahan (± 18 700 Ha) dan lahan untuk padi ladang (± 3 580 Ha). Kemudian juga di bidang perkebunan dan peternakan. Di sektor pariwisata, di kabupaten Simeulue pemerintah daerah belum mengelola sektor tersebut secara optimal. Padahal sektor pariwisata sangat berpotensi besar untuk meningkatkan pendapatan daerah. Kabupaten Simeulue sebagai daerah kepulauan memiliki pantai yang sangat luas dengan ombak yang besar, serta wisata bawah laut yang sangat mengagumkam. Keindahan yang masih tersimpan itu jika tidak ada yang mengelolahnya akan menjadi asset daerah yang tidak bermanfaat. Namun demikian, sektor ini bukan berarti ditelantarkan oleh pemerintah daerah dan masyarakat, akan tetapi keterbatasan modal dan kemampuan untuk memberdayakannya sebagai kendala. b. Kebutuhan terhadap penanaman modal dan kemudahan yang diberikan Faktor lainnya adalah bahwa pemerintah daerah sedang menhendakki datangnya penanaman modal di kabupaten Simeulue. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan menunjang kelancaran pembangunan di kabupaten Simeulue harus melibatkan adanya kegiatan penanaman modal. Oleh karena itu, pemerintah daerah akan berupaya memberikan berbgai kemudahan-kumudahan bagi para pemilik modal untuk menjalankan usahanya di kabupaten Simeulue. Bahkan pemerintah daerah berjanji Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
114
akan mengeluarkan setiap izin investasi tanpa dipungut biaya apapun, serta kemudahan lainnya, walaupu kemudahan-kemudahan tersebut belum secara tegas dituangkan dalam suatu kebijakan pemerintah daerah Simeulue 111. c. Jaminan keamanan Untuk memberikan kenyamanan bagi pemodal yang datang ke daerah Simeulue, maka pemerintah daerah memberikan jaminan keamanan bagi mereka. Selain itu, masalah keamanan di kabupaten Simeulue memang masih dapat dikatakan sangat kondusif, asalkan kebijakan dari pemerintah daerah jelas mengenai pelaksanaan suatu usaha di daerah. Masalah-masalah yang sangat mengganggu keamanan dan kenyamanan bagi pelaku usaha sebagaimana bisanya seperti premanisme sangat jarang dijumpai di kabupaten Simeulue. d. Sikap masyarakat Kabupaten Simelue atau biasa disebut dengan “Simeulue Ate Fulawan” memiliki kepribadian masyarakat yang baik. Istilah ate fulawan melambangkan sikap setiap orang-orang atau pribadi masyarakat Simeulue yang tidak begitu fanatik. Simeulue ate fulawan artinya adalah “Simeulue berhati emas”. Hal itu memang benar adanya bahwa masyarakat Simeulue itu berhati emas. Masyarakat simeulue dengan segala keheterogenitasnya selalu dapat terbuka untuk menerima faktor-foktor yang baru dari luar daerahnya dengan tetap memegang tegu syari’t Islam. 6. Faktor-Faktor Penghambat Penanaman Modal Di Kabupaten Simeulue Adapaun faktor-faktor yang mengahambat pelaksanaan penanaman modal di kabupaten Simeulue meliputi beberapa hal, yaitu : 111
Sebagaimana dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten Simeulue tahun 2007-2011. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
115
a. Ifrastruktur, dimana infrastruktur yang belum memadai terutama jalan yang menguhubungkan setiap daerah di kabupaten Simeulue manjadi faktor yang membuat keraguan bagi para pemilik modal untuk menjalankan usahanya. b. Regulasi dari pemerintah daerah. Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu faktor yang menjadi pendorong datangnya investor ke suatu daerah adalah adanya jaminan kepastian hukum. Di kabupaten Simeulue belum ada kebijakan dari pemerintah daerah yang mengatur khusus masalah penanaman modal. Tidak adanya regulasi dari pemerintah daerah mengenai masalah penanaman modal menjadi penghambat bagi investor untuk menjalankan usahanya di kabupaten Simeulue. c. Sumber daya manusia, dimana sumber daya manusia di kabupaten Simeulue juga masih belum memadai. d. Faktor kelembagaan, yaitu berkaitan dengan kemampuan pemerintah daerah dalam mengupayakan datangnya penanaman modal di kabupaten Simeulue. Banyak kalangan di daerah kabupaten Simeulue yang mangtakan bahwa tidak adanya kegiatan penanaman modal di kabupaten Simeulue disebabkan oleh tidak adanya potensi yang dapat dijual kepada investor.
Akan
tetapi
dalam
kenyataannya
kabupaten
Simeulue
mempunyai banyak potensi dalam berbagai sektor yang bisa ditawarkan kepada investor untuk dikelolah. Jadi, permasalahannya di sini adalah bukan terletak pada tidak adanya potensi, akan tetapi kurangnya kemampuan pemerintah daerah dalam memasarkan daerahnya yang menjadi penghambat penanaman modal tersebut. Selain itu, belum adanya Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
116
lembaga yang mengurusi bidang penanaman modal di Simeulue juga membuat pihak investor enggan untuk menjalankan usahanya. Selain faktor-faktor tersebut, faktor posisi Pulau Simeulue yang jauh dari daratan Sumatera juga sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan penanaman modal di kabupaten Simeulue.
C.
Pengaruh Penanaman Modal Terhadap Pembangunan di Kabupaten Simeulue Pelaksaksanaan pembangunan di kabupaten Simeulue dituangkan dalam
rencana program pembangunan kabupaten Simeulue. Pada priode tahun 2001 samapi dengan tahun 2006 pemerintah daerah telah menetapkan rencana program pembangunan daerah. Kabupaten
Penentuan dan penetapan prioritas pembangunan
Simeulue merupakan fokus dan barometer
utama dari rencana
program pembangunan pemerintah daerah Simeulue yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis (2002 – 2006). Dari berbagai pertimbangan dan pengkajian kebijakan pemerintah daerah
tingkat
provinsi,
yang dikaitkan dengan maka rencana
program
pembangunan daerah Simeulue tahun 2002 – 2006 yang merupakan skala prioritas pembangunan adalah sebagai berikut
112
:
1. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat; 2. Membuka Isolasi Wilayah dan Sentra-sentra Produksi; 3. Meningkatkan Aksebilitas Pemerintah Daerah; 4. Meningkatkan Penerimaan Keuangan Daerah;
112
Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten Simeulue tahun 2002-2006.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
117
5. Meningkatkan Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat; 6. Meningkatkan Pelaksanaan Syari’at Islam, Peran Ulama dan adat istiadat; 7. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia; dan 8. Peningkatan, Pembinaan dan Pelayanan Sosial Budaya. Dari
delapan skala prioritas yang telah dijabarkan di atas dan telah
disusun dalam Program Jangka Panjang dan Jangka Pendek. Disamping itu kebutuhan yang sangat mendesak dalam usaha membuka isolasi daerah, peningkatan, pembinaan dan pelayanan sosial budaya dan dijabarkan kedalam 10 (sepuluh) kebutuhan prioritas pembangunan Kabupaten Simeulue dan 2 (dua) program khusus. Adapun 10 (sepuluh) Program Prioritas Pembangunan 2002 – 2006 adalah sebagai berikut
113
:
1. Pembangunan Jalan / Jembatan Lingkar Simeulue; 2. Pembangunan Depo Pertamina; 3. Pembangunan Rumah Sakit Umum; 4. Pembangunan Sarana Air Bersih; 5. Penambahan Sarana Transportasi Laut; 6. Perpanjangan Landasan Pacu Bandara Lasikin; 7. Pembangunan Jalan dua Jalur Sinabang-Lasikin; 8. Peningkatan Jumlah Keluarga yang Mendapat Pelayanan PLN; 9. Perluasan Layanan Jaringan Telepon; dan 10. Penataan Kota Sinabang menjadi Kota yang Representatif sebagai ibu kota Kabupaten.
113
Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten Simeulue tahun 2002-2006.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
118
Sedangkan 2 (dua) program khususnya adalah pembangunan di bidang pendidikan, dan pembangunan bidang pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan pariwisata. Untuk membiayai pembangunan di Kabupaten Simeulue selain bersumber dari DAU, DAK dan Dana
Perimbangan yang paling pokok adalah yang
bersumber dari PAD murni. Akan tetapi, dengan kondisi PAD kabupaten Simeulue yang masih rendah, sehingga pemerintah daerah menjadi sulit untuk mengejar target pembangunan sebagaimana yang telah direncanakan. Sehingga pada akhirnya pembiayaan pembangunan di kabupaten Simeulue masih besar besumber dari DAU dan DAK. PAD dan APBD kabupaten Simeulue dari tahun 2001-2006 dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 2 APBD dan PAD Kabupaten Simeulue 2001-2006 Tahun APBD (Rupiah) PAD (Rupiah) 2001 94.898.313.392 1.734.625.000,00 2002 183.863.532.039 6.267.721.121.77 2003 157.184.111.407 1.742.152141.00 2004 147.166.368.000 2.034.712.865.00 2005 168.982.947.584 1.597.388.959.00 2006 232.968.757.000 4.537.015.515.00 Sumber : Bappeda Kab.Simeulue Melihat kondisi pendapatan daerah di atas, maka jelas akan sulit bagi pemerintah daerah untuk mendorong Simeulue lebih cepat maju tanpa ada penambahan terhadap PAD Kabupaten Simeulue. Investasi dalam pembangunan Kabupaten Simeulue bersumber dari investasi pemerintah dan swasta. Investasi pemerintah tecermin pada belanja pembangunan yang tertuang dalam APBD Kabupaten Simeulue. Perkembangan investasi di Kabupaten Simeulue, pada tahun 2000 tercatat investasi sebesar Rp 31,21 milyar dan meningkat menjadi Rp 60,07
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
119
milyar pada tahun 2004 atau meningkat rata-rata sebesar 18,26 persen per tahun, investasi ini berasal dari pemerintah melalui belanja pembangunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Simeulue dan dari swasta yaitu kredit investasi masyarakat dan swasta lainnya. Pertumbuhan investasi per tahun di Kabupaten Simeulue selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 adalah sebagai berikut : Tabel 3 Data Jumlah Investasi Swasta dan Pemerintah Di Kabupaten Simeulue Tahun 2000 - 2004 (Rp000.000) No Jenis 2 2000 2001 2002 2004 . Investasi 003 Belanja Pembanguna 1 n 29.647,64 32.487,45 35.530,34 40.154,67 46.956,12 Kredit 1.736,10 2.176,28 3.803,59 13.112,75 2 Perbankan 1.564,78 Total Investasi 31.212,42 34.223,55 37.706,62 43.958,26 60.068,87 Pertumbuhan 9,65 10,18 16,58 36,65 Rata-rata Pertumbuhan 18,26 Sumber : Bappeda Kabupaten Simeulue Investasi pemerintah yang tertuang dalam belanja pembangunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Simeulue selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2004, sumbernya biaya pembangunan daerah berasal dari PAD, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Investasi pemerintah ini ditujukan terutama untuk membiayai penyediaan barang publik seperti jalan,
jembatan, irigasi dan lainnya juga untuk membiayai ekonomi
produktif seperti bantuan kepada nelayan berupa pengadaan perahu motor dan peralatannya berupa jaring, kredit modal kerja, pengadaan bibit perkebunan, bantuan ternak sapi dan lainnya. Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
120
Untuk melihat perkembangan investasi pemerintah dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 dan laju pertumbuhannya dapat dilihat sebagaimana berikut ini: Tabel 4 Data Jumlah Investasi Riil Pemerintah Kabupaten Simeulue Tahun 2000-2004 (Rp000.000) No. 1
Jenis Investasi Belanja Pembangunan
Pertumbuhan Pertumbuhan Rata-rata Sumber : Bappeda Kabupaten
2000
2001
2002
2003
29.648
32.487
35.530
40.155 46.956
9,58
9,37 12,22
2
13,02
2004
16,94
Simeulue
Perkembangan investasi swasta hanya berasal dari kredit investasi masyarakat kabupaten Simeulue. Pada tahun 2000 investasi riil swasta tercatat sebesar
Rp.1,56 milyar meningkat menjadi Rp 13,11 milyar di tahun 2004
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 88,96 persen pertahun selama tahun 2000 hingga 2004, pertumbuhan yang cukup tinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 13,11 Milyar.
Untuk lebih jelas melihat perkembangan investasi swasta dan
pertumbuhan rata-rata per tahun selama tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 5 Data Jumlah Investasi Swasta di Kabupaten Simeulue 2000-2004 (Rp. 000.000) Jenis investasi 2000 Kredit Perbankan 1,565 pertumbuhan Rata-rata pertumbuhan Sumber : Bappeda Kab. Simeulue
2001 1,736 10,95
2002 2,176 25,35 88,96
2003 3,804 74,77
2004 13,113 244,75
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
121
Sumber
pendapatan
daerah
yang
sangat
berperan
besar
dalam
pembentukkan PDRB daerah seperti halnya pendapatan dari dana bagi hasil pajak daerah dan dana hasil bukan pajak terutama yang bersumber dari pengelolaan sumber daya alam yang ada, belum memegang peranan yang begitu besar dalam menyumbang pendapatan daerah Simeulue. Masih rendahnya penerimaan daerah dari sumber yang diandalkan tersebut disebabkan oleh masih kurangnya kegiatan usaha yang berjalan di daerah tersebut. Hingga tahun 2007, jumlah perusahaan besar, kecil dan menengah yang berjalan serta yang telah memiliki Surat Izin Perdagangan (SIUP) hanya 483 unit, dengan rincian sebagai berikut : Tabel 6 Perusahaan yang memiliki SIUP di Kabupaten Simeulue No.
Kecamatan
Perusahaan Perusahaan Perusahaan Besar Menengah Kecil 1 Simeulue Timur 362 58 15 2 Teupah Selatan 4 2 3 Teupah Barat 3 4 Simeulue Tengah 17 5 5 Teluk Dalam 1 6 Salang 3 7 Simeulue Barat 9 1 8 Alafan 3 Jumlah 402 66 15 Sumber : Disperindag, Koperasi dan UKM Kab. Simeulue
Jumlah 435 6 3 22 1 3 10 3 483
Selain perusahaan-perusahaan tersebut, sebagai upaya mendorong kemajuan perekonomian dan percepatan pembangunan di kabupaten Simeulue, sebagai penunjang peningkatan pendapatan daerah, maka ada sejumlah koperasi yang berjalan baik dikelola oleh pemerintah daerah maupun oleh masyarakat. Hingga pada tahun 2007 koperasi yang ada di kabupaten Simeulue sebanyak 129 unit. Akan tetapi tidak semua koperasi tersebut berjalan dengan baik, dimana dari
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
122
129 unit koperasi yang ada hanya 54 unit yang masih aktif samapai dengan sekarang 114. Melihat kondisi di atas, maka tanpa adanya upaya untuk mengembangkan faktor-faktor yang banyak memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah, tidak menutup kemungkinan lambatnya proses pembangunan di daerah Simeulue. Hal ini disebabkan karena jika peningkatan pendapatan daerah yang relatif rendah tidak memungkinkan bagi pemerintah daerah untuk dapat mempercepat proses pembangunan di daerah tersebut. Oleh karena itu, pemerintah perlu meningkatkan pemberdayaan penanaman modal di daerah agar pendapatan daerah dari bagi hasil pajak dan dana bukan pajak atau hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan akan lebih besar dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Dari delapan skla prioritas pembangunan daerah Simeulue yang kemudian dijabarkan ke dalam sepuluh program pembangunan daerah Simeulue dalam priode 2002-2006 memang sudah membuahkan hasil yang lumayan. Namun demikian, belum semua program pembangunan yang direncanakan tersebut tercapai sebagaimana yang ditargetkan, walaupun faktor bencana alam juga menjadi penghalangnya. Dapat kita lihat seperti halnya jalan lingkar Simeulue yang samapi dengan sekarang masih belum juga memadai. Selain itu, pembangunan sektor pariwisata yang merupakan bagian dua dari program khusus pembangunan daerah Simeulue samapi dengan sekarang belum memegang pernanan dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Kemudian juga diikuti oleh program-program lainnnya yang pelaksanaannya berjalan lambat.
114
Disperindag, Koperasi dan UKM Kab. Simeulue.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
123
Akan tetapi perlu dipahami bahwa lambatnya proses pembangunan di daerah Simeulue tersebut bukan sebagai kelalaian dari pemerintah daerah, melainkan keampuan daerah untuk membiayai pembangunan yang hanya mengaharapkan dari jumlah APBD saja yang masih tergolong rendah. Seperti halnya hingga pada saat ini banyak program pembangunan di daerah yang dibantu oleh pihak Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) serta LSM lain, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Melihat kenyataan di atas, maka pemerintah daerah Simeulue harus mengambil langkah-langkah yang lebih baik sebagai upaya untuk menambah pendapatan daerah. Daerah Simeulue masih memerlukan banyak modal untuk dapat berkembang dengan cepat. Salah satu langkah yang dapat ditempu untuk mencari penambahan terhadap pendapatan daerah yaitu dengan pemberdayaan investasi di daerah dan mendatangkan pihak pemodal dari luaar daerah untuk menjalankan usahanya di kabupaten Simeulue. Semakin berkembangnya kegiatan usaha di daerah maka semakin banyak peluang untuk mendapatkan tambahan pendapatan daerah. Oleh karena itu, peranan penanaman modal di daerah Simeulue masih sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pembangunan di daerah.
D. Peranan
Penanaman
Modal
Dalam
Pembangunan
di
Bidang
Perekonomian Kabupaten Simeulue Salah satu gambaran prestasi perekonomian suatu daerah yaitu pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi kabupaten Simeulue terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Akan tetapi, pertumbuhan Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
124
perkonomian kabupaten Simeulue rata-rata hanya 1,67 persen dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004. Perkembangan perkembangan perekonomian kabupaten untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 7 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Simeulue Tahun 2000-2004 ADHK 2000 (Rp000.000) No Tahun PDRB (Rp.000.000,-) ΔY Pertumbuhan (%) 1 2000 154.311,74 2 2001 156.451,52 2.139,78 1,39 3 2002 158.725,97 2.274,45 1,45 4 2003 161.634,49 2.908,52 1,83 5 2004 164.879,33 3.244,84 2,01 Pertumbuhan rata-rata (%) 1,67 Sumber : BPS Kabupaten Simeulue. Berdasarkan harga konstan 2000, selama kurun waktu 2000-2004 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simeulue dari tahun ke tahun semakin meningkat. Seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif dengan level yang berbeda-beda. Pada Tabel di atas Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Simeulue berdasarkan harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha mengalami fluktuasi. Pada tahun 2000 sebesar Rp.154,31 milyar, pada tahun 2001 meningkat menjadi Rp.156,45 milyar, tahun 2002 meningkat menjadi Rp 158,73 milyar, tahun 2003 meningkat menjadi Rp 161,63 milyar, tahun 2004 meningkat menjadi Rp 164,88 milyar. Selama kurun waktu 2000 sampai dengan 2004 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simeulue mengalami peningkatan ratarata 1,67 persen per tahun. Sedangkan pertumbuhan rata-rata persektor setiap tahunnya dapat dilihat sebagai berikut :
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
125
Tabel 8 Pertumbuhan Rata-rata PDRB Per Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Rp Milyar) Kabupaten Simeulue 2000 – 2004 No 1 2
3
4 5 6
7
8
9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambanga n & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas & Air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perush. Jasa-jasa
2001 88,63 1,29
Tahun 2002 89,78 1,30
2003 91,15 1,53
2004 92,47 1,45
1,54 1,31
1,58 2,46
1,62 2,63
1,67 2,56
3,37 1,48 0,29 1,10 10,46 0,58 26,94
3,41 1,27 0,29 1,06 10,56 1,03 27,36
3,51 2,85 0,30 3,55 10,79 2,09 27,84
3,60 2,77 0,31 3,43 11,21 3,90 28,52
1,09
1,57
1,76
2,45
1,72
8,84 1,51
9,14 3,39
9,56 4,58
9,98 4,36
3,46
2,31
2,57
2,58
2,61
2,62
13,62
11,10 13,82 1,46
0,46 14,02 1,42
1,00 14,26 1,73
0,54 14,50 1,70
2000 87,50
1,52
3,32 0,29 10,40 26,65
8,71
Jumlah 154,31 156,45 158,73 161,63 164,88 Pertumbuhan per tahun 1,39 1,45 1,83 2,01 Sumber: BPS Kabupaten Simeulue
Pertumbuhan Rata-rata 1,39
2,24
2,09 2,29 1,90
3,28 1,58
1,67
Pada tabel di atas, sektor ekonomi yang mengalami peningkatan paling tinggi selama tahun 2000 sampai tahun 2004 adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi yaitu sebesar 3,46 persen dari Rp 8,71 milyar pada tahun 2000 menjadi Rp 9,98 milyar pada tahun 2004, kemudian sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pertumbuhannya cukup besar yaitu sebesar 3,28 persen.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
126
Sektor yang pertumbuhannya terendah selama periode tersebut adalah sektor Pertanian, hanya sebesar 1,39 persen. Berdasarkan kontribusi terhadap PDRB daerah jika ditinjau dari sektorsetor tersebut dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 9 Kontribusi Rata-rata per Sektor per Tahun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Rp Milyar) Kabupaten Simeulue 2000 – 2004 No 1 2 3
4 5 6
7
8
9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas & Air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perush. Jasa-jasa
2000 87,50 56,70 1,52 0,99
2001 88,63 56,65 1,54 1,00
Tahun 2002 89,78 56,56 1,58 1,03
3,32 2,15 0,29 0,19 10,40 6,74 26,65
3,37 2,18 0,29 0,19 10,46 6,78 26,94
3,41 2,21 0,29 0,19 10,56 6,85 27,36
3,51 2,27 0,30 0,20 10,79 6,99 27,84
3,60 2,33 0,31 0,20 11,21 7,26 28,52
17,27
17,46
17,73
18,04
18,48
17,80
8,71 5,64
8,84 5,73
9,14 5,92
9,56 6,20
9,98 6,47
5,99
2,31 2 13,62 8,83
2,57 1,66 13,82 8,96
2,58 1,67 14,02 9,08
2,61 1,69 14,26 9,24
2,62 1,70 14,50 9,40
2003 91,15 56,39 1,62 1,05
2004 92,47 56,08 1,67 1,08
Jumlah 154,31 156,45 158,73 161,63 164,88 Pertumbuhan per tahun 1,39 1,45 1,83 2,01 Sumber: BPS Kabupaten Simeulue
Kontribusi Rata-rata/ th 56,48 1,03
2,23 0,19 6,92
1,64 9,10
1,67
Berdasarkan tabel di atas sektor yang masih mendominasi perekonomian Kabupaten Simeulue adalah sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 56,08 persen pada tahun 2000-2004 dari total penerimaan PDRB, pada tahun 2000 Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
127
sebesar Rp 87,50
milyar naik menjadi Rp 92,47 milyar tahun 2004 atau
mengalami pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 1,39 persen, kemudian diikuti sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan kontribusi sebesar 17,30 persen dan laju pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 1,72 persen serta diikuti sektor jasa-jasa dengan kontribusi sebesar 9,10 persen dengan tingkat pertumbuhan ratarata sebesar 1,58 persen. Sedangkan sektor bangunan kontribusinya sebesar 6,92 persen dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 1,90 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi kontribusinya sebesar 5,99 persen dengan pertumbuhan rata-rata per tahunnya sebesar 3,46 persen. Dari kondisi di atas, maka kabupaten Simeulue memiliki tingkat pertumbuhan perekonomian yang masih tergolong rendah dibandingkan dengan daerah-daerah lain, meskipun labih tinggi dari pertumbuhan ekonomi tingkat provinsi. Dengan pertumbuhan ekonomi sebagaimana tergambar di atas, tidaklah mudah bagi pemerintah daerah untuk dapat segera meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah Simeulue tersebut. Akan tetapi , pendapatan per kapita daerah ini pada dasarnya lebih sedikit meningkat daripada tingkat pendapatan perkapita provinsi. Selama kurun waktu 2001 sampai dengan 2003 pendapatan per kapita (PDRB per kapita) maupun pendapatan regional per kapita Simeulue atas dasar harga berlaku menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi. Namun demikian, PDRB per kapita dan pendapatan regional per kapita Simeulue tahun 2004 dan 2005 mengalami penurunan. Pada tahun 2006 PDRB kabupaten Simeulue kembali meningkat sebesar 3,59 juta rupiah. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2005 yang hanya 3,37 juta rupiah atau meningkat sebesar 6,73 persen. Pendapatan Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
128
regional per kapita Simeulue tahun 2006 juga mengalami pertumbuhan positif, yakni 6,42 persen atau senilai 3,40 juta rupiah, lebih tinggi dibandingkan tahun 2005 yang mencapai angka 3,19 juta rupiah 115. Meskipun pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat setiap tahun dengan pertumbuhan rata-rata 1.67 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi provinsi 1,5 persen, serta dengan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dari pendapatan per kapita provinsi, Simeulue tetap tercatat sebagai salah satu wilayah dengan jumlah penduduk miskin cukup banyak. Hingga pertengahan tahun 2003, penduduk miskin dan sangat miskin lebih dari 46.000 orang atau sekitar 71 persen dari jumlah penduduk. Di sisi lain, belenggu kemiskina tersebut masih menjerat lebih separuh penduduk kabupaten Simeulue. Merujuk garis kmiskinan yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik yakni 175 rubu rupiah per orang perbulan, seharusnya dengan pendapatan 3,40 juta rupiah atau setara dengan 283 ribu rupiah, dapat dikatakan bahwa tidak ada lagi penduduk miskin di Simeulue. Namun demikian, ironisnya hasil kegiatan pendapatan sosial ekonomi (PSE) 2006 menunjukkan persentase rumah tangga miskin di Simeulue mencapai 73,35 persen 116. Dengan kata lain, distribusi pendapatan daerah di Simeulue masih belum dapat dinikmati secara merata oleh penduduk Simeulue. Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya tingkat daya beli masyarakat adalah tingginya biaya hidup di daerah ini dibandingkan dengan daerah lain di provinsi NAD. Berdasarkan gambaran di atas, penanaman modal di Simeulue belum memegang peranannya dalam pembangunan sektor perekonomian kabupaten 115 116
PDRB Kabupaten Simeulue tahun 2001-2005. BPS Kabupaten Simeulue tahun 2007
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
129
Simeulue. Kegiatan perekonomian masih didominasi oleh kegiatan usaha lokal, sehingga masih banyak potensi-potensi perekonomian yang masih belum digali untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini disebabkan oleh belum adanya kegiatan usaha yang dapat menggali semua potensi perekonomian daerah,
dimana
daerah
mempunyai
keterbatasan
kemampuan
untuk
menggerakkannya. Oleh karena itu, untuk menjadikan kabupaten ini lebih menjanjikan dari sisi ekonomi, jalan utamanya adalah mengundang pemodal. Sementara itu pertumbuhan penduduk kabupaten Simeulue terus meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk kabupaten Simeulue rata-rata setiap tahun mencapai 2,14 persen. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan perekonomian kabupaten Simeulue yang hanya 1,67 persen setiap tahun, maka pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Simeulue menunjukan lebih rendah daripada pertumbuhan penduduk. Namun demikian Pemerintah Kabupaten Simeulue telah menetapkan untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2006-2010 adalah 4 persen. Untuk mencapai pertumbuhan perkonomian sebagaimana yang telah ditargetkan tersebut tentunya membutuhkan tambahan modal yang tidak sedikit. Sementara kita ketahui bahwa investasi yang berasal dari pemerintah hanya 60,07 miliar. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus membuat kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan investasi di daerah selain yang bersumber dari pemerintah daerah. Untuk mengetahui kebutuhan investasi yang diperlukan Kabupaten Simeulue untuk mempertahankan petumbuhan ekonomi sebesar 1,67 persen dan untuk mencapai pertumbuhan 4 persen tahun 2007-2010 dapat dilihat sebagai berikut : Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
130
Tabel 10 Proyeksi Pertumbuhan PDRB dengan Tingkat Pertumbuhan 1,67 persen tahun 2007-2010 Proyeksi PDRB Tahun (Rupiah) 2007 173.278,97 2008 176.172,89 2009 179.115,14 2010 182.106,52 Sumber : Bardansyah Ali Pada Tabel 10 dapat diketahui besarnya hasil proyeksi PDRB Kabupaten Simeulue pada tahun 2007 sebesar Rp. 173,28 milyar, tahun 2008 sebesar Rp. 176,17 milyar, tahun 2009 sebesar Rp. 179,12 milyar dan, tahun 2010 sebesar Rp. 182,11 milyar. Tabel 11 Proyeksi Pertumbuhan PDRB dengan Tingkat Pertumbuhan 4 persen tahun 2007-2010 Proyeksi PDRB Tahun (Rupiah) 2007 185.466,82 2008 192.885,50 2009 200.600,92 2010 208.624,95 Sumber : Bardansyah Ali Pada Tabel 11 dapat diketahui besarnya hasil proyeksi PDRB Kabupaten Simeulue pada tahun 2007 sebesar Rp. 185,47 milyar, tahun 2008 sebesar Rp. 192,88 milyar, tahun 2009 sebesar Rp. 200,60 milyar dan, tahun 2010 sebesar Rp. 208,62 milyar. Melihat kenyataan di atas, maka untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi pada tingkat 1,67 persen memerlukan tambahan modal yang cukup banyak. Dengan demikian jelas bahwa tanpa adanya upaya yang untuk memberdayakan kegiatan usaha dan penanaman modal di daerah, tidak mudah bagi pemerintah daerah untuk mencapai pertumbuhan perekonomi pada tingkat 4 persen setiap tahunnya. Berkembangnya kegiatan usaha dan penanaman modal di daerah diharapkan akan mampu mencukupi kebutuhan investasi yang bersumber dari pihak swasta.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
131
E. Perlunya Penanaman Modal di Kabupaten Simeulue Melihat berbagai kondisi yang ada di kabupaten Simeulue sebagaimana telah digambarkan di atas, maka sangat jelas bahwa daerah ini memerlukan adanya kegiatan penanaman modal dalam upaya mendorong percepatan pembangunan dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian di daerah tersebut. Berbagai alasan yang menunjukkan kabupaten Simeulue memerlukan adanya pemberdayaan dunia usaha atau penanaman modal. Alasan-alasan tersebut di antaranya adalah : a. Untuk melancarkan pembangunan di kabupaten Simeulue Pelaksanaan pembangunan di kabupaten Simeulue berjalan sedikit lambat dalam berbagai sektor. Berbagai kendala yang menyebabkan proses pembangunan di daerah tersebut menjadi terhambat termasuk faktor bencana alam yang seringkali melanda daerah tersebut. Namun demikian, kendala yang paling utama adalah masih kurangnya penerimaan daerah yang menyebabkan hingga sekarang APBD kabupaten Simeulue masih rendah yang bersumber dari pendapatan daerah. Masih minimnya pendapatan daerah tersebut membuat pemerintah daerah tidak dapat bergerak banyak dalam melaksanakan pembangunan daerah, sehingga pelaksanaan pembangunan daerah masih diprioritaskan pada sektor-sektor tertentu saja. Oleh karena itu, dengan hadirnya kegiatan penanaman modal di daerah tersebut diharapkan akan lebih banyak memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah, sehingga pelaksanaan pembangunan di daerah pun dapat berjalan dengan lancar. b. Untuk menanggulangi masalah pengangguran
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
132
Salah satau masalah sosial yang sangat serius di daerah kabupaten Simeulue adalah masih terlalu tingginya angka pengangguran di daerah tersebut. Tingginya tingkat pengangguran di daerah tersebut dapat dilihat dari masih tingginya angka kemiskinan di daerah tersebut. Selain itu, peningkatan jumlah angkatan kerja juga terus berkembang seirirng dengan pertumbuhan penduduk yang mencapai 2,14 persen pertahun, sementara pertumbuhan ekonominya hanya 1,67 persen pertahun. Ini berarti bahwa tidak memperbaiki tingkat kesejahteraan ekonomi masyrakat, yang pada akhirnya menyebabkan tingkat kemiskinan dan pengangguran yang semakin meluas. Oleh karena itu, dengan adanya perkembangan kegiatan penanaman modal di daerah diharapkan akan membuka lebih banyak lapangan kerja, sehingga masalah pengangguran dapat diatasi dengan kehadiran dunia usaha di daerah tersebut. c. Meningkatkan sumber daya manusia Kehadiran penanaman modal di daerah diharapkan akan memberikan dorongan bagi peningkatan sumber daya manusia di kabupaten Simeulue. Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu tujuan pelaksanaan kegiatan penanaman modal adalah untuk mengalihkan keterampilan kepada masyarakat tempat kegiatan penanaman modal dilakukan (alih teknologi). Selain itu, kehadiran penanaman modal dapat memberikan motifasi bagi pemerintah daerah untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia di daerah Simeulue, guna memenuhi salah satu faktor yang mendukung datangnya penanaman modal di daerah adalah kualitas sumber daya manusia di daerah tersebut. Jadi, dengan
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
133
hadirnya banyak kegiatan usaha yang berkembang di daerah tersebut diharapkan mampu meningkatkan keahlian masyarakat Simeulue dalam berbagai bidang.
e. Meningkatkan pendapatan bagi daerah Sudah jelas bahwa tujuan penanaman modal di daerah adalah untuk meningkatkan pendapatan bagi daerah. Pertumbuhan pendapatan per kapita daerah Simeulue masih sangat rendah setiap tahunnya, bahkan menunjukkan angka negatif yakni hanya -0,45 persen dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004. Dengan demikian, untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan daerah tersebut, maka harus didukung oleh lebih banyaknya kegiatan usaha atau penanaman modal di kabupaten Simeulue. Dengan banyaknya kegiatan penanaman modal, maka penerimaan bagi daerah pun akan terus meningkat.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
134
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa : 1. Pemerintah daerah sangat menyadari bahwa pentingnya pemberdayaan kegiatan usaha atau penanaman modal di daerah tersebut dengan harapan akan menambah peningkatan terhadap pendapatan daerah. Oleh karena itu pemerintah daerah melakukan beberapa tindakkan sebagai upaya untuk mendatangkan penanam modal di daerah tersebut yaitu memperbaiki infrastruktur, meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta pendirian perusahaan daerah kabupaten Simeulue (PDKS). Faktor-faktor yang sangat mendukung pelaksanaan penanaman modal di daerah Kabupaten Simeulue yaitu sumber daya alam di daerah itu masih cukup banyak dalam berbagai sektor, kondisi daerah yang masih relatif aman dari berbagai gangguan, adanya kebutuhan daerah terhadap penanaman modal serta kemudahan-kemudahan
yang
diberikan,
dan
sikap
keterbukaan
masrakatnya terhadap hal-hal yang baru. Namun demikian, ada beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan penanaman modal di Kabupaten Simeulue seperti halnya infrastruktur di daerah tersebut belum memadai,
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
135
kondisi sumber daya manusia yang juga belum memadai serta belum adanya regulasi atau kebijakan dari pemerintah daerah yang berkaitan dengan pelaksanaan penanaman modal. 2. Penanaman modal di kabupaten Simeulue belum memegang peranan bagi pelaksanaan pembangunan di kabupaten Simeulue, dan menjadi penyebab pelaksanaan
pembangunan
berjalan
dengan
lambat.
Kurang
berkembangnya berbagai kegiatan usaha di daerah tersebut menyebabkan rendahnya penerimaan daerah. Pertumbuhan ekonomi kabupaten Simeulue masih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk, dimana pertumbuhan ekonomi hanya 1,67 persen sedangkan petumbuhan penduduk mencapai 2,14 persen setiap tahunnya. Dengan demikian, tanpa adanya upaya yang serius dari pemerintah daerah utnuk meningkatkan pemberdayaan investasi di daerah, maka sulit bagi daerah untuk segera meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat Simeulue. 3. Meskipun pertumbuhan ekonomi terus meningkat setiap tahunnya serta pendapatan per kapita sedikit labih tinggi dari pendapatan per kapita provinsi, akan tetapi kabupaten Simeulue masih tergolong daerah yang paling tinggi tingkat kemiskinannya, yakni mencapai 73,35 persen pada tahun 2006. Jadi, peranan penanaman modal di kabupaten Simeulue juga belum menduduki posisi yang menentukan bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi kabupaten Simeulue; 4. Melihat berbagai kondisi yang ada di kabupaten Simeulue yang berkaitan dengan masalah pembangunan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka jelas bahwa kabupaten Simeulue sangat memerlukan adanya Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
136
kegiatan penanaman modal di daerah tersebut. Perlunya perkembangan kegiatan usaha atau penanaman modal dengan harapan akan memberikan sumbangan terhadap kelancaran pembangunan di kabupaten Simeulue, menganggulangi masalah pengangguran, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta meningkatkan pendapatan bagi daerah kabupaten Simeulue.
B. Saran Berdasarka kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Masih lambatnya proses pembangunan di daerah kabupaten Simeulue disebabkan ketidakmampuan dana untuk melancarkan pembangunan di daerah. Oleh Karen itu, pemerintah daerah dalam membuat setiap kebijakan
pembangunan
hendaknya
menjadikan
pemberdayaan
penanaman modal di daerah sebagai salah satu prioritas; 2. Pemerintah daerah hendaknya terus melakukan perbaikan dan peningkatan terhadap kemampuan lembaga-lembaga pemerintahan di daerah sebagai upaya untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di kabupaten Simeulue. Selain itu, pemerintah daerah segera membuat kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan penanaman modal untuk mendorong masuknya
investasi
ke
kabupaten
Simeulue.
Kemudian
untuk
mempermudah bagi investor dalam melakukan penilaian terhadap daerah untuk menjalankan usahanya, pemerintah daerah perlu merumuskan
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
137
potensi-potensi yang ada di kabupaten Simeulue serta membuat insentif khusus bagi pihak investor; 3. Sebagai upaya untuk mendatangkan investor ke daerah,
pemerintah
daerah lebih meningkatkan kemampuannya untuk mempromosikan kabupaten Simeulue ke luar daerah bahkan tingkat internasional; 4. Permasalahan
pembangunan
ekonomi
kabupaten,
seperti
halnya
pembangunan ekonomi pada skala yang lebih luas, yaitu kekurangan dana pembangunan. Jika dilihat dari struktur pendanaan pembangunan di Kabupaten Simeulue semata-mata berasal dari dalam daerah sendiri. Jika dimungkinkan pemerintah bekerja sama dengan investor dari luar daerah atau bahkan dari luar negri untuk memenuhi kebutuhan investasi; 5. Hendaknya pada waktu-waktu mendatang pemerintah kabupaten Simeulue lebih memperbesar alokasi anggaran, khususnya untuk pos biaya pembangunan pada sektor ekonomi produktif masyarakat.
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
138
DAFTAR PUSTAKA A. Buku
Ali, Bardansyah, Proyeksi Kebutuhan Investasi dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Simeulue 2007-2010, Tesis, Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, 2007 Aliminsyah & Padji, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan, Bandung: PT. Citra Adithya Bhakti, 2002 Amrizal, Hukum Bisnis: Diregulasi dan Joint Venture di Indonesia Teori dan Praktik, Jakarta : Djambatan, 1996 Arsyad, Lincolin, Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Yogyakarta : BPPE, 2002 Hamid, Edy Suandi, Memperkokoh Otonomi Daerah : Kebijakkan, Evaluasi dan Saran, Yogyakarta : UII Press, 2004 Harjono, Dhaniswara K., SH., MH., M.B.A, Hukum Penanaman Modal : Tinjauan terhdap Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Jakarta : PT. Raharja Grafindo Persada, 2007 Ilmar, Aminuddin, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, Jakarta : Prenada Media, 2005 Kunarjo, Glusorium Ekonomi Keuangan dan Pembayaran-pembayaran, Jakarta : UII Press, 2003 Kuncoro, Mudrajat, Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang, Jakarta : Erlangga, 2004 Priyono dan Pranarka, Oxford English Dictionary, Jakarta : Salemba Empat, 1996 Munir, Badrul, Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Perspektif Otonomi Daerah, Mataram : Bappeda Propinsi NTB, 2002 Rai Widjaya, I.G., Penanaman Modal: Pedoman, Prosedur Mendirikan dan Menjalankan Perusahaan Dalam Rangka PMA dan PMDN, Jakarta : Pradnya Paramita, 2005 Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
139
Rajagukguk, Erman, Hukum Investasi di Indonesia: Pokok Bahasan, Jakarta: Univ. Indonesia, 2005 Rakhmawati, Rosyidah, SH., CN., M.Hum, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia Dalam Menghadapi Era Global, Malang : Bayumedia Publishing, , 2003 Safi’I, H.M., Dr., M. Si., Startegi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah: Perspektif Teoritik, Malang : Averroes Press, 2007 Sembiring, Sentosa, Hukum Investas, Bandung : Nuansa Aulia, 2007
A. Majalah, Surat Kabar dan Internet Adiningsih, Sri, Investasi Kunci Keberhasilan Pasca - IMF, Media Indonesia 08 September 2003 Cicip Sutarjo, Sharif, Menarik Investasi, Tirulah Cina, Suara karya 07 Oktober 2003 Firman, Tommy, Pembangunan Daerah Tertinggal, http://64.203.71.11/kompas-cetak/0412/07/opini/1379341.htm diakses 19 Maret 2008 Jayus, Jaja Ahmad, Peran Penting Penanaman Modal dalam Pembangunan Daerah, http://oss-enter.net/v2/index.php?option= com_ content&task= view&id=44& Itemid=2
Jusuf, Eddy, Investasi dan Peningkatan Kesiapan Daerah, http://www.mimbaropini.com/mod.php?mod =publisher&op=viewarticle&artid= 1438
Kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah, http://www.ppk.or.id/downloads/kebijakan%20percepatan%20pembangun an%20PDT.pdf, tanggal 22 Mei 2008. Kuncoro, Mudrajad, Menanti Reformasi Iklim Investasi/Bisnis di Indonesia http://www.mudrajad.com/upload/publications_menanti-iklim-investasibisnis.pdf 29 mei2008 Lukman, Edy, Pelaksanaan Pembangunan Daerah, http://www.lukmanedy.web.id/article/2/tahun/2008/bulan/02/tanggal/21/id/123/ diakses tanggal 28 Mei 2008 Muhammad, Mari’e, Larinya Investasi dan Efek Pajak, Bisnis Indonesia, 01 September 2003
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009
140
B. Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Republik Indonesia, Undang-Undang Pemerintahan Daerah
Nomor
32
Tahun 2004
Tentang
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Republik Indonesia, Perpres Nomor 77 Tahun 2007 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Deangan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal
Sul Ikhwan : Peranan Penanaman Modal Dalam Pembangunan Di Daerah Kabupaten Simeulue (Studi : Di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Simeulue), 2008. USU Repository © 2009