HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM KITAB UQUDULLIJAIN KARYA SYEIKH MUHAMMAD BIN UMAR AN-NAWAWI ALBANTANY DAN APLIKASINYA DI DUKUH KRASAK KELURAHAN LEDOK KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam
Oleh ZAYYANA ABDILLAH NIM 21108007
JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara : Nama
: Zayyana Abdillah
NIM
: 21108007
Jurusan
: Syari‟ah
Program Studi
: Ahwal al-Syakhsiyyah
Judul
: HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM KITAB UQUDULLIJAIN KARYA SYEIKH MUHAMMAD BIN UMAR AN-NAWAWI ALBANTANY DAN APLIKASINYA DI DUKUH KRASAK KELURAHAN LEDOK KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA.
Telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan
Salatiga, 30 November 2012
Dra. Siti Zumrotun M.Ag NIP. 19670115 199803 2 002
ii
SKRIPSI
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM KITAB UQUDULLIJAIN KARYA SYEIKH MUHAMMAD BIN UMAR AN-NAWAWI AL-BANTANY DAN APLIKASINYA DI DUKUH KRASAK KELURAHAN LEDOK KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA DISUSUN OLEH: ZAYYANA ABDILLAH NIM: 211 07 008 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 14 Desember 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Hukam Islam Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: H. Agus Waluyo, M.Ag
Sekretaris Penguji : Illya Muhsin. S.Hi, M.Si Penguji I
: Tri Wahyu Hidayati, M.Ag
Penguji II
: Evi Ariyani, S.H, M.H
Penguji III
: Dra. Siti Zumrotun, M.Ag Salatiga, 14 Desember 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP :19580827 198303 1 002
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Zayyana Abdillah
NIM
: 21108007
Jurusan
: Syari‟ah
Program Studi
: Ahwal Al-Syakhsiyyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 3 Desember 2012 Yang menyatakan
Zayyana Abdillah
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO ...Barangsiapa menikahi wanita karena kemulyaanya maka Allah tidak akan menambahkan kepadanya kecuali kehinaan. Barangsiapa menikahi wanita karena kekayaanya maka Allah tidak akan menambahkan kepadanya kecuali kemiskinan. Barangsiapa menikahi wanita karena keturunanya maka Allah tidak akan menambahkan kepadanya kecuali kerendahan dan barangsiapa yang menikahi wanita dan dia tidak mengharap selain supaya ia bisa menjaga pandanganya, kemaluanya serta mengikat silaturrahmi, maka Allah akan memberikan
kepada keduanya keberkahan
dalam
pernikahanya...(HR.
Thabrani)
PERSEMBAHAN Untuk Orang Tuaku Dosen Pembimbingku Guru-guruku Sahabat-Sahabatku Orang-orang yang mencintaiku
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad saw yang senantiasa dinantikan syafa‟atnya di yaumul qiyamah nanti. Penyusunan skripsi dengan judul “HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM KITAB UQUDULLIJAIN KARYA SYEIKH MUHAMMAD BIN UMAR AN-NAWAWI AL-BANTANY DAN APLIKASINYA DI DUKUH KRASAK KELURAHAN LEDOK KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA” adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar akademik sarjana hukum islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapakan terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2. Drs. Mubasirun, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Syariah. 3. Illya Muhsin, S.Hi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ahwal AlSyakhsiyyah. 4. Dra. Siti Zumrotun. M. Ag, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya guna memberikan bimbingan dan arahan
vi
5. Budi Cahyono S.H, selaku kepala kelurahan Ledok. 6. Sriyanto, selaku Ketua RW Dukuh Krasak. 7. Seluruh masyarakat Dukuh Krasak, yang telah bersedia membantu dan berpartisipasi selama proses penelitian. 8. Bapak dan Ibu Dosen STAIN, khususnya Dosen Jurusan Syariah. 9. Orang tuaku, Guru-guruku serta sahabat-sahabatku tercinta yang selalu mendo‟akan dan memotivasi dengan tulus dan ikhlas. 10. Semua pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan hingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Selanjutnya penyusun sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penyusun hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun khususnya.
Salatiga, 30 November 2012 Penulis,
vii
ABSTRAK Abdillah, Zayyana. 2012. Hak dan kewajiban suami istri dalam kitab Uqudullijain karya Syeikh Muhammad bin Umar An-Nawawi AlBantany dan aplikasinya di Dukuh Krasak Kelurahan Ledok kecamatan Argomulyo kota Salatiga. Skripsi. Jurusan Syari‟ah. Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Zumrotun. M. Ag. Kata kunci: Uqudullijain, Aplikasi, Hak dan Kewajiban Suami Istri, Krasak Penelitian ini merupakan sebuah upaya untuk mengetahui sejauh mana pemahaman masyarakat khususnya masyarakat Dukuh Krasak tentang kitab Uqudullijain serta apakah kitab tersebut mempengaruhi kehidupan rumah tangga khususnya dalam membentuk rumah tangga yang harmonis. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah aplikasi pemenuhan hak dan kewajiban suami istri menurut Imam Nawawi di masyarakat Dukuh Krasak, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Salatiga?, (2) Apakah pemahaman masyarakat Dukuh Krasak terhadap kitab Uqudullijain mampu mempengaruhi tingkat keharmonisan keluarga?,(3) Bagaimanakah persepsi masyarakat Dukuh Krasak, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Salatiga terhadap kitab Uqudullijain?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa Aplikasi pemenuhan hak dan kewajiban suami istri di Dukuh Krasak Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga ditinjau dari sudut pandang pemikiran Imam Nawawi banten termasuk dalam kateragori baik, sedangkan mengenai keharmonisan keluarga apabila ditinjau dari tingkat pemahaman msyarakat tentang kitab Uqudullijain ada banyak faktor yang mempengaruhinya yang secara umum dapat dibagi dua yaitu faktor psikis dan mental yang di dalamnya mencakup pendidikan khususnya pendidikan terhadap kitab Uqudullijain. Mayoritas masyarakat Dukuh Krasak memiliki persepsi yang positif tentang kitab Uqudullijain baik mengenai isi ataupun pengarangnya, namun ada juga meskipun itu sedikit sekali warga yang mengkritisi akan isi dari kitab tersebut yang dianggap sudah tidak relefan lagi untuk digunakan di zaman sekarang ini.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
v
KATA PENGANTAR
vi
ABSTRAK
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
A. LATAR BELAKANG MASALAH
1
B. RUMUSAN MASALAH
6
C. TUJUAN PENELITIAN
6
D. MANFAAT PENELITIAN
7
E. DEFINISI OPERASIONAL
8
F. KAJIAN PUSTAKA
9
G. KAJIAN TEORI
10
ix
H. METODE PENELITIAN
12
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
12
2. Sumber Data
12
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
13
4. Teknik Pengumpulan Data
13
5. Teknik Analisis Data
14
6. Tahap-tahap Penelitian
15
I. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
15
BAB II BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN SYEKH NAWAWI AL-BANTANI TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA
17
A. Riwayat Hidup Syekh Nawawi
17
1.
Biografi
17
2.
Silsilah keturunan Syeikh Nawawi Banten
18
3.
Aktifitas Keilmuwan
20
4.
Murid-Murid Imam Nawawi
21
5.
Karya-karya dan Reputasinya
21
6.
Karomah
25
7.
Wafat
26
8.
Komentar Ulama dan Ilmuwan
26
B. Uqudullijain
30
x
1.
Latar Belakang Penulisan Uqudullijain
30
2.
Gambaran Umum Isi Uqudullijain
30
3.
Respon Komentar Ulama Tentang Uqudullijain
33
4.
Pengaruh Kitab Uqudullijain di Masyarakat Islam Jawa
34
C. Hak Dan Kewajiban Suami Istri Dalam Kitab Uqudullijain
36
1. Dasar Hak dan Kewajiban suami Secara Umum
36
2. Hak dan Kewajiban Suami
37
3. Hak dan Kewajiban Istri
38
D. Konsep Keluarga Harmonis Dalam Kitab Uqudullijain
39
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terciptanya Keluarga Yang Harmonis
41
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
46
A. Monografi Dan Demografi Dukuh Krasak Kelurahan Ledok
46
B. Profil Keluarga
49
C. Persepsi Warga Dukuh Krasak Tentang Hak dan Kewajiban Suami-Istri
58
D. Persepsi Warga Dukuh Krasak Tentang Kitab Uqudullijain BAB IV ANALISIS
61 64
A. Aplikasi Dan Pemenuhan Hak Dan Kewajiban Suami Istri di Masyarakat Dukuh Krasak
64
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keharmonisan Dalam Rumah Tangga
BAB V
71
C. Persepsi Masyarakat Krasak Tentang Uqudullijain
78
PENUTUP
80
xi
A. Kesimpulan
81
B. Saran
82
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kegiatan Kemasyarakatan Masyarakat Krasak
xiii
49
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Rekomendasi Penelitian 2. Data Kelurahan Ledok 3. Data Penduduk Krasak 4. SKK 5. Lembar Pembimbing 6. Lembar Konsultasi Pembimbing 7. Daftar Riwayat Hidup
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan sebuah bingkai yang sakral dan suci yang mengikat laki-laki dan perempuan. Dalam agama Islam, pernikahan merupakan sebuah jenjang yang sangat mulia dan wajib untuk saling menghalalkan hubungan lahir batin seorang perempuan dan laki-laki yang didahului dengan akad nikah. Akad nikah dalam Islam berlangsung sangat sederhana, terdiri dari dua kalimat ijab dan qabul. Namun dengan dua kalimat ini telah dapat menaikkan hubungan dua makhluk Allah dari bumi yang rendah ke langit yang tinggi. Dengan dua kalimat ini berubahlah kekotoran menjadi kesucian, maksiat menjadi ibadah, maupun dosa menjadi amal sholeh. Akad nikah bukan hanya perjanjian antara dua insan. Aqad nikah juga merupakan perjanjian antara makhluk Allah dengan Al-Khaliq. Islam mengajarkan agar keluarga dan rumah tangga menjadi institusi yang aman, bahagia dan kukuh bagi setiap ahli keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan atau unit masyarakat yang terkecil yang berperan sebagai satu lembaga yang menentukan corak dan bentuk masyarakat. Institusi keluarga harus dimanfaatkan untuk membincangkan semua hal, ada yang menggembirakan maupun kesulitan yang dihadapi disamping menjadi tempat menjalin nilai-nilai kekeluargaan dan kemanusiaan. Kasih sayang, rasa aman
17
dan bahagia serta perhatian yang dirasakan oleh seorang ahli khususnya anakanak dalam keluarga akan memberi kepadanya keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri untuk menghadapi berbagai persoalan hidupnya. Ibu bapak adalah orang pertama yang diharapkan dapat memberikan bantuan dan petunjuk dalam menyelesaikan masalah anak. Sementara seorang ibu adalah lambang kasih sayang, ketenangan dan juga ketenteraman. Keinginan membangun sebuah keluarga yang bahagia dengan tetap bersendikan agama merupakan dambaan setiap manusia, sehingga dalam Alqur‟an pun Allah SWT mengajarkan kepada hambanya yang tercantum dalam surat Al-Furqon, ayat 74 yang artinya : “... Dan orang-orang yang berkata “Wahai Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam dari orang-orang yang bertaqwa ...” (Tim syaamil Al-Quran, 2010: 366). Selain itu, melalui perkawinan, dapat diatur hubungan laki-laki dan wanita (yang secara fitrahnya saling tertarik) dengan aturan yang khusus. Dari hasil pertemuan ini juga akan berkembang jenis keturunan sebagai salah satu tujuan dari perkawinan tersebut. Dan dari perkawinan itu pulalah terbentuk keluarga yang diatasnya didirikan peraturan hidup khusus dan sebagai konsekuensi dari sebuah perkawinan. Dalam mengarungi samudera kehidupan rumah tangga tidaklah semudah apa yang kita bayangkan, tidak jarang sebuah rumah tangga terhempas gelombang badai yang akhirnya berdampak bagi keharmonisan keluarga.Tidak sedikit keluarga yang akhirnya tercerai berai tak tentu arah akibat hempasan gelombang badai, namun tidak sedikit juga keluarga yang
18
tetap kokoh melayari samudera kehidupan rumah tangga karena mampu menjaga keharmonisan keluarga. Keharmonisan keluarga merupakan syarat penting dalam mengarungi kehidupan rumah tangga agar mereka mampu menghadapi berbagai goncangan dan hempasan badai dalam rumah tangga. Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep keharmonisan keluarga sangat diperlukan karena kebanyakan keluarga yang gagal adalah keluarga yang tidak memahami akan pentingnya keharmonisan keluarga. Keharmonisan keluarga merupakan dambaan setiap orang yang ingin membentuk keluarga atau yang telah memiliki keluarga, namun masih banyak yang kesulitan dalam membangun keharmonisan keluarga. Kitab Uqudulijain karya Syeikh Muhammad Bin Umar An-Nawawi, yang berjudul asli Syarhu Uqudullijain fi Bayani Huquqi
Az-Zaujaini,
merupakan salah satu kitab pegangan atau panduan suami istri dalam dalam rumah tangga. Kitab ini berisi bagaimana seorang suami maupun istri seharusnya menjalankan hak dan kewajibannya satu sama lain. Kehadiran kitab ini tentu saja diharapakan mampu membekali pasangan suami istri dalam menjalankan roda rumah tangga. Berangkat dari sinilah penulis merasa tertarik untuk meneliti sejauh mana kitab Uqudullijain mendeskripsikan apa dan bagaimana seharusnya hak dan kewajiban suami istri dijalankan, sejauh mana kitab tersebut dan menjadi referensi dalam menyelesaikan permasalahan-permasalah kerumah tanggaan
19
saat ini, dan apakah masyarakat saat ini lebih berpegang pada kitab atau pada tradisi dan nilai masyarakat dalam menjalankan hak dan kewajibannya dalam rumah tangga. Oleh karena itu, penulis berkeinginan untuk mengadakan penelitian kemasyarakatan (field research) tentang hak dan kewajiban suami istri. Selanjutnya penulis memilih penilitian diadakan di masyarakat Dusun Krasak, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Salatiga dengan beberapa pertimbangan, yaitu bahwa semua masyarakat Krasak beragama Islam, Krasak merupakan basis pesantren untuk wilayah Ledok, mayoritas penduduknya pernah mengenyam pendidikan pesantren dan mempelajari kitab Uqudullijain, serta penduduknya memiliki berbagai latar belakang yang berbeda. Berdasarkan pengamatan penulis di dusun tersebut, terdapat beberapa golongan masyarakat yang mengungkapkan tentang cara bagaimana mereka menyelesaikan setiap permasalahan dalam rumah tangga dengan tanpa membawa dampak negatif dalam hubungan rumah tangga. Meskipun berbeda cara yang mereka lakukan, namun dari cara-cara tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan memahami dan melaksanakan hak serta kewajiban suami istri dengan baik dan benar menurut penafsiran serta tingkat pemahaman masingmasing, dapat meredam semua bentuk permasalahan yang timbul dalam rumah tangga. Dalam aplikasinya di masyarakat Dusun Krasak, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Salatiga. Contohnya seperti bahtera rumah tangga yang dibangun oleh MR dan ZM, keduanya menikah pada tahun 2001 dan
20
bercerai pada tahun 2006, setelah di karuniai dua orang anak, dikarenakan masalah perselingkuhan. Akan tetapi tidak semua permasalahan dalam rumah tangga harus berahir dengan perceraian, ada juga yang mampu membangun biduk rumah tangga yang harmonis, seperti kehidupan rumah tangga antara Maslihuddin Yazid dan Aidatussodaqoh yang menikah sejak tahun 1991 dan dikaruniai dua putra dan dua putri, selama lebih dari dua puluh tahun berumah tangga, begitu banyak permasalahan yang dialami, namun selama itu pula belum pernah terjadi percekcokan, apalagi kata-kata kasar dari keduanya ataupun hal-hal yang berdampak negatif bagi keutuhan rumah tangganya. Dari sinilah, penulis ingin mengetahui apakah keharmonisan rumah tangga keluarga di masyarakat Dukuh Krasak tersebut dipengaruhi oleh pengamalan kitab Uqudulijain atau yang lain. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis memilih judul penelitian: “HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM KITAB UQUDULLIJAIN KARYA SYEIKH MUHAMMAD BIN UMAR ANNAWAWI AL-BANTANY DAN APLIKASINYA DI DUKUH KRASAK KELURAHAN
LEDOK
KECAMATAN
SALATIGA”.
21
ARGOMULYO
KOTA
B. Rumusan Masalah Berdasarkan judul penelitian di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah aplikasi pemenuhan hak dan kewajiban suami istri menurut Imam Nawawi di masyarakat Dukuh Krasak, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Salatiga? 2. Apakah
pemahaman
masyarakat
Dukuh
Krasak
terhadap
kitab
Uqudullijain mampu mempengaruhi tingkat keharmonisan keluarga? 3. Bagaimanakah persepsi masyarakat Dukuh Krasak, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Salatiga terhadap kitab Uqudullijain?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis dapat merumuskan tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui aplikasi pemenuhan hak dan kewajiban suami istri menurut Imam Nawawi di masyarakat Dukuh Krasak, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo Salatiga. 2. Untuk mengetahui Apakah pemahaman masyarakat Dukuh Krasak terhadap kitab Uqudullijain mampu mempengaruhi tingkat keharmonisan keluarga. 3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Dukuh Krasak, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Salatiga terhadap kitab Uqudullijain.
22
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau pengaruh terhadap peneliti dan yang hendak diteliti : 1. Bagi pihak peneliti a. Peneliti dapat mempelajari pemenuhan hak dalam rumah tangga baik yang diberikan oleh suami maupun istri dalam realita, khususnya ditinjau dari kitab Uqudullijain karya Syekh Muhammad Bin Umar An-Nawawi. b. Peneliti dapat mempelajari apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan dalam hidup berumah tangga dan ini bisa menjadi bekal tersendiri kelak ketika sudah menikah. 2. Bagi pihak yang diteliti Menjadi sarana evaluasi sendiri akan kehidupan rumah tangga mereka sehingga bisa memperbaiki dan meningkatkan keharmonisan keluarganya. 3. Bagi masyarakat umum a. Mendidik masyarakat umum. b. Memberi gambaran realita kehidupan berumah tangga masyarakat kita saat ini. c. Menjadi pengingat akan hak suami dan istri terhadap satu sama lain dalam rumah tangga.
23
E. Definisi Operasional Pengertian
penerapan
Hak
&
Kewajiban
Suami
istri.
Penerapan menurut kamus Umum Bahasa Indonesia adalah “proses, cara, perbuatan menerapkan; pemasangan; pemanfaatan; perihal mempraktikkan” (Poerwadarminta, 2006: 1259). Hak adalah sesuatu hal/perkara yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia tersebut mustahil dapat hidup dan dikatakan sebagai manusia. Hak hidup misalnya, adalah klaim untuk memperoleh dan melakukan segala sesuatu yang dapat membuat seseorang tetap hidup, karena tanpa hak tersebut eksistensinya sebagai manusia akan hilang. Sedangkan kewajiban berasal dari bahasa arab yaitu wajib, yang berarti sesuatu yang apabila dilaksanakan mendapat pahala dan berdosa jika ditinggalkan. Mendapat awalan ‟ke‟ dan akhiran ‟an‟ kewajiban disini selanjutnya ialah sesuatu yang wajib dilakukan oleh seseorang dalam waktu, kondisi dan keadaan tertentu. (http://ahmadnaufa.wordpress.com/2010/03/20/ hak-dan-kewajiban-suami-dan-istri-dalam-keluarga/). Jadi, dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan hak dan kewajiban suami istri artinya adalah mengamalkan atau melakukan suatu tindakan yang memang harus dilakukan oleh pasangan suami istri yang nantinya untuk memperoleh suatu pahala atau kebaikan yang diharapkan.
24
F. Kajian Pustaka Sebelumnya, penelitian semisal juga pernah diadakan oleh beberapa peneliti. Diantaranya, skripsi “Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Nilai Keadilan Gender Terhadap Kewajiban Mendidik Anak)” oleh Yeni Fauziyah (2005) yang mengupas pembahasan hak dan kewajiban suami istri dalam Islam, konsep kesetaraan gender dalam Islam dan pembagian peran antara suami dan istri dalam mendidik anak. Dalam penelitian tersebut, isi lebih dititikberatkan pada kesetaraan gender serta pembagian peran dalam mendidik anak. Skripsi selanjutnya yaitu “Hak dan Kewajiban Suami Istri (Studi Komparasi antara Fiqh dengan Fenomena Kesetaraan Gender)” oleh Jumiyati (2005) yang membahas hak dan kewajiban suami istri menurut fiqh, hak dan kewajiban suami istri dengan adanya fenomena kesetaraan gender, dan perbandingan dan keterkaitan antara keduanya. Namun, penelitian tersebut lebih difokuskan pada perbandingan hak dan kewajiban suami istri sesuai dengan KHI (Kumpulan Hukum Islam) serta perbandingannya dengan dengan adanya persamaan gender. Skripsi ketiga yaitu “Seks dalam Islam (Studi Analisis Pemikiran Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Uqudullijain Perspektif Nilai Gender)” oleh Lukman Fahmi (2004) yang mengupas tentang seks dalam perspektif Islam, seks dalam perspektif Imam Nawawi, dan tinjauan nilai adil gender terhadap seks dalam perspekti Imam Nawawi. Skripsi lebih difokuskan pada permasalah seks dan keadilan gender dalam seks ditinjau baik dari fiqh
25
maupun Imam Nawawi. Ketiga skripsi di atas merupakan penelitian kepustakaaan (library research). Sementara itu, penelitian penulis yang bertajuk “Hak Dan Kewajiban Suami Istri Dalam Kitab Uqudullijain Karya Syeikh Muhammad bin Umar anNawawi al-Bantany dan Aplikasinya Di Dukuh Krasak, Ledok, Argomulyo, Salatiga” merupakan penelitian lapangan (field research) dan menitikberatkan pada realita kerumahtanggan apa sajakah yang ditemukan di masyarakat dan sejauh mana relevansi penerapan kitab Uqudullijain dalam fenomena masyarakat tersebut. Sebagai tambahan, buku semisal Uqudullijain yang berkaitan dengan membina kehidupan Rumah tangga juga ditulis oleh M. Nipan Abdul Halim berjudul “Membahagiakan Istri Sejak Malam Pertama” (2005).
G. Kajian Teori Kitab Uqudullijain berisi etika-etika dalam rumah tangga yang di dalamnya memuat hak dan kewajiban suami dan istri. Kitab ini memiliki empat bab pembahasan, yaitu hak istri atas suami, hak suami atas istri, keutamaan salat di rumah bagi wanita, dan larangan laki-laki melihat wanita lain dan sebaliknya. Dalam pembahasan „hak istri atas suami‟, terdapat tinjauan penting perlakuan baik suami terhadap istri, nafkah, mas kawin serta pemberian lain dari suami. Selain itu, juga dibahas tentang kewajiban suami memberikan pelajaran dibidang keagamaan sesuai dengan kebutuhan istri baik mengenai
26
masalah-masalah ibadah wajib maupun sunat kendatipun sifatnya tidak muakad. Pembahasan „hak suami atas istri‟ berisi tentang ketaatan istri kepada suami, kemudian penyerahan diri istri terhadap suami, kewajiban istri untuk selalu berada di rumah suami di samping menjaga diri dari perbuatan mesum. Selain itu mengupas masalah menutup aurat, kewajaran permintaan, penampilan selera suci (iffah), serta kejujuran mengenai keberadaan haid dan ketiadaanya. Pembahasan „keutamaan salat di rumah bagi wanita‟ menyinggung masalah salat bagi wanita, seperti melaksanakan salat di dalam kamar, di dalam rumah, di luar rumah, dan di masjid beserta Nabi SAW. Dibahas juga tentang pengaruh setan terhadap wanita, penampilan wanita yang sifatnya glamor beserta pengaruhnya, peringatan Nabi SAW terhadap wanita, pandangan hukum terhadap tindakan wanita, dan hal-hal lain yang sangat berguna bagi wanita. Pembahasan „larangan bagi laki-laki melihat wanita lain dan sebaliknya‟ diarahkan pada persoalan laki-laki dan wanita, terutama menyangkut hal-hal yang diharamkan seperti laki-laki melihat wanita bukan muhrimnya atau sebaliknya, begitu juga bagi laki-laki yang telah beristri dan istri yang telah bersuami. Selain itu juga membahas analogi hukum bagi remaja sehubungan dengan larangan tersebut, masalah berjabat tangan, berdua di tempat sepi serta masalah-masalah yang tidak dibenarkan dalam agama.
27
H. Metode Penelitian Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Sementara itu, metode penelitian berhubungan dengan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan (Sudrajat, 2010 dalam Asmani, 2011: 38). Dalam penelitian ini penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau field research dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dinamakan field research karena meneliti fenomena yang ada di lapangan atau masyarakat dan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan (Asmani, 2011: 66). Selanjutnya, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena sifatnya deskriptif-analitis yang mana data yang yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, tidak dituangkan dalam bentuk dan angkaangka (Asmani, 2011: 75). 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber secara langsung. Adapun data primer dalam penelitian ini adalah data wawancara dan pengamatan langsung masyarakat Dukuh Krasak, Kelurahan Ledok,
28
Kecamatan Argomulyo Salatiga. Sedangkan data sekunder merupakan data yang telah tersedia, berupa data-data kepustakaan. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Dukuh Krasak, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Salatiga pada Mei 2012. Lokasi dipilih dengan mempetimbangkan bahwa semua masyarakat Krasak beragama Islam, Krasak merupakan basis pesantren untuk wilayah Ledok, mayoritas penduduknya pernah mengenyam pendidikan pesantren dan mempelajari kitab Uqudulijain, serta penduduknya memiliki berbagai latar belakang yang berbeda. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah alat dan cara untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik yaitu: a. Metode Wawancara Wawancara adalah salah satu cara menggali data. Hal ini harus di lakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang detail dan valid. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan social yang relative lama (Asmani, 2011:122). Metode ini digunakan sebagai salah
29
satu metode dalam mengumpulkan data tentang pemenuhan hak istri atas suami dan sebaliknya. b. Metode Observasi Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Asmani, 2011:123). Dalam hal ini, penulis melakaukan pengamatan secara langsung di masyarakat Dukuh Krasak, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Salatiga. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mendapatkan data mengenai hal-hal atau variabel dengan membuka kembali catatan, daftar riwayat hidup, transkip dan lain-lain yang disebut dokumen. Dokumen adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan,
menyangkut
persoalan
pribadi,
dan
memerlukan
interpretasi yang berhubungan sangat dekat konteks rekaman peristiwa tersebut (Bungin, 2011:142). Metode dokumentasi di sini digunakan untuk mendapatkan data yang berkenaan dengan database dusun Krasak serta profil objek penelitian. 5. Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data akan digunakan metode analisis kualitatif yaitu mengetahui apakah terjadi pemenuhan hak istri atas suami dan sebaliknya di masyarakat Dukuh Krasak, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo Salatiga.
30
6. Tahap-tahap Penelitian Penelitian melewati tahap-tahap berikut: a. Pengumpulan data b. Pemilihan data yang sesuai dengan fokus pembahasan c. Pemilihan data yang valid d. Analisa awal e. Penyusunan teks dan penarikan kesimpulan awal f. Analisa kesimpulan adakah data yang kurang valid dimasukkan g. Penyusunan teks dan laporan akhir penelitian
I. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan pemahaman dalam skripsi ini, maka akan dikemukakan sistematika hasil penelitian yang secara garis besar dapat dilihat sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, deskripsi operasional, kajian pustaka, metode penelitian, dan sisitematika penelitian. BAB II UQUDULLIJAIN Pada bab ini berisi biografi Syekh Muhammad Bin Umar An Nawawi, corak pemikiran Imam Nawawi, karya dan reputasinya, komentar ilmuwan, gambaran umum kitab Uqudullijain, hak dan kewajiban suami istri perspektif Imam Nawawi, komentar Ulama tentang kitab Uqudullijain dan konsep
31
keluarga harmonis serta faktor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga. BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN Pada bab ini berisi monografi Kelurahan Ledok,deskripsi model keberagaman masyarakat dukuh Krasak, Ledok, Salatiga, profil keluarga sampel, persepsi masyarakat Krasak tentang hak dan kewajiban sumi istri serta persepsi masyarakat krasak tentang kitab Uqudullijain. BAB IV ANALISIS DATA Bab ini berisi analisa deskriptif hasil pelaksanaan penelitian. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan, saran, dan rekomendasi.
32
BAB II BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN SYEKH NAWAWI AL-BANTANI TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI DALAM RUMAH TANGGA
A. Riwayat Hidup Syekh Nawawi 1. Biografi Nama Syekh Nawawi Banten merupakan salah satu nama dari sekian banyak nama ulama yang sudah tidak asing lagi bagi umat Islam Indonesia. Bahkan sering terdengar disamakan kebesarannya dengan tokoh ulama klasik madzhab Syafi‟i, yang terkenal dengan sebutan Imam Nawawi (w.676 H/l277 M). Melalui karya-karyanya yang tersebar di pesantren-pesantren tradisional yang sampai sekarang masih banyak dikaji, nama kiai asal Banten ini seakan masih hidup dan terus menyertai umat memberikan wejangan ajaran Islam yang menyejukkan. Disetiap majlis ta‟lim karyanya selalu dijadikan rujukan utama dalam berbagai ilmu, dari ilmu tauhid, fiqh, tasawuf sampai tafsir. Karya-karyanya sangat berjasa dalam mengarahkan maindstream keilmuan yang dikembangkan di lembaga-Iembaga pesantren yang berada di bawah naungan NU. Dikalangan komunitas pesantren Syekh Nawawi tidak hanya dikenal sebagai ulama penulis kitab, tapi juga ia adalah mahaguru sejati (the great scholar). Nawawi telah banyak berjasa meletakkan landasan teologis dan batasan-batasan etis tradisi keilmuan di lembaga pendidikan
33
pesantren. Ia turut banyak membentuk keintelektualan tokoh-tokoh para pendiri pesantren yang sekaligus juga banyak menjadi tokoh pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Apabila KH. Hasyim Asyari sering disebut sebagai tokoh yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya NU, maka Syekh Nawawi adalah guru utamanya. Ia memegang teguh dalam mempertahankan tradisi keilmuan klasik, suatu tradisi keilmuan yang tidak bisa dilepaskan dari kesinambungan secara evolutif dalam pembentukkan keilmuan agama Islam. Besarnya pengaruh pola pemahaman dan pemikiran Syekh Nawawi Banten terhadap para tokoh ulama di Indonesia, Nawawi dapat dikatakan sebagai poros dari akar tradisi keilmuan pesantren dan NU. Untuk itu menarik jika di sini diuraikan sosok sang kiai ini dengan sejumlah pemikiran mendasar yang kelak akan banyak menjadi karakteristik pola pemikiran dan perjuangan para muridnya di pesantrenpesantren.
(Burhanuddinn,
http://sabrial.wordpress.com/2007/07/02/
syaikh-nawawi-al-bantani/). 2. Silsilah Keturunan Syeh Nawawi Banten Nama lengkap beliau adalah Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar ibnu Arabi bin Ali al-Jawi al-Bantani. Beliau adalah anak sulung seorang ulama Banten, Jawa Barat, lahir pada tahun 1230 Hijrah/1814 Masehi di Banten. Syekh Muhammad Bin Umar An-Nawawi merupakan keturunan ke 12 dari Sunan Gunung Jati, serta merupakan keturunan ke 35 dari Nabi Muhammad SAW. Berikut ini adalah silsilah lengkap beliau:
34
SILSILAH SYEIKH NAWAWI BANTEN Sayyiduna Muhammad SAW + Sayyiduna Khadijah ra Ali bin Abi Tholib kwh + Fatimah Az-Zahra ra Maulana Hussain ra
Ali Zainalabidin Assajad ra
Muhammad Bakir ra
Ja’far Shadiq ra
Ali Uro’idhi ra
Muhammad Naqib ra
Isa Syakir Arrumi ra
Ahmad al-Muhajir ra
Ubaidullah ra
Alawi ra
Muhammad ra
Alwi ra
Ali Kholi Qosam ra
Muhammad Shohib Marbath ra
Ali Hadhro Maut ra
Abdul Malik ra
Abdullah Khon ra
Ahmad Syah Jalaludin ra
Jamaludin Akbar ra
Ali Nuril Alim Siyam ra
Abdillah Umdataddin ra
Sunan Gunung Jati ra
Hasanuddin Banten ra
Maulana Yusuf Banten ra
Muhammad Nashriddin ra
Muhammad Abdul Qodir ra
Ahmad Konari Banten ra
Abdil Fattah Tirtayasa Banten ra
Mangshurudin Banten ra
Maulana Nawawi ra
Amulana Ali ra
Umar Affanara Banten ra
Imam Nawawi Banten
(http://pepeyeou.blogspot.com/2011/12/silsilah-syaich-nawawi.html 35
3.
Aktifitas Keilmuan Ketika kecil, beliau sempat belajar kepada ayahnya sendiri, dan di Mekah belajar kepada beberapa ulama terkenal pada zaman itu, di antara mereka yang dapat dicatat adalah sebagai berikut: Syeikh Ahmad an-Nahrawi, Syeikh Ahmad ad-Dumyati, Syeikh Muhammad Khathib Duma al-Hanbali, Syeikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah alMaliki, Syeikh Zainuddin Aceh, Syeikh Ahmad Khathib Sambas, Syeikh Syihabuddin, Syeikh Abdul Ghani Bima, Syeikh Abdul Hamid Daghastani, Syeikh Yusuf Sunbulawani, Syeikhah Fatimah binti Syeikh Abdus Shamad al-Falimbani, Syeikh Yusuf bin Arsyad al-Banjari, Syeikh Abdus Shamad bin Abdur Rahman al-Falimbani, Syeikh Mahmud Kinan al-Falimbani, Syeikh Aqib bin Hasanuddin alFalimbani. Beliau datang ke Mekah dalam usia 15 tahun dan selanjutnya setelah menerima berbagai ilmu di Mekah, beliau meneruskan pelajarannya ke Syam (Syiria) dan Mesir. Setelah keluar dari Mekah karena menuntut ilmu yang tidak diketahui berapa lamanya, lalu beliau kembali lagi ke Mekah. Keseluruhan masa beliau tinggal di Mekah dari mulai belajar, mengajar dan mengarang hingga sampai ke puncak kemasyhurannya lebih dari setengah abad lamanya. Diriwayatkan bahwa setiap kali beliau mengajar di Masjidil Haram sentiasa dikelilingi oleh pelajar yang tidak kurang daripada dua ratus orang. Karena sangat terkenalnya beliau pernah diundang ke Universitas al-
1
Azhar, Mesir untuk memberi ceramah atau fatwa-fatwa pada beberapa perkara yang tertentu. 4.
Murid – Murid Imam Nawawi Pada tahun 1860-1870, Nawawi mulai aktif memberi pengajaran. Materi yang diajarkan meliputi Fikih, Ilmu Kalam, Tasawuf/ Akhlak, Tafsir, dan Bahasa Arab tapi itu dijalaninya hanya pada waktu-waktu senggang, sebab antara tahun-tahun tersebut ia sudah sibuk menulis buku-buku. Diantara beberapa murid-muridnya yang berasal dari Indonesia adalah: a. KH Hasyim Asy‟ari, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Kelak bersama KH Wahab Hasbullah mendirikan Nahdlatul Ulama (NU). b. KH Khalil, Bangkalan, Madura, Jawa Timur. c. KH Mahfudh at-Tarmisi, Tremas, Jawa Timur. d. KH Asy‟ari, Bawean, yang kemudian diambil mantu oleh Syekh Nawawi dinikahkan dengan putrinya, Nyi Maryam.
5. Karya-karya dan Reputasinya Setelah tahun 1870 Nawawi memusatkan kegiatannya hanya untuk mengarang. Dan bisa dikatakan, Nawawi adalah penulis yang subur, kurang lebih 80 kitab yang dikarangnya. Tulisan-tulisannya meliputi karya pendek, berupa berbagai pedoman ibadah praktis, sampai tafsir al-Qur‟an – sebagian besarnya merupakan syarah kitab-
2
kitab para pengarang besar terdahulu. Berikut contoh beberapa karya Nawawi: a. Ats-Tsamâr al-Yâni‟ah Syarah Ar-Riyâdh al-Badî‟ah, karya Syaikh Muhammad Hasballah ibn Sulaiman. b. Al-„Aqd Ats-Tsamîn Syarah Fath al-Mubîn c. Sullam Al-Munâjah Syarah Safînah Ash-Shalâh, karya Abdullah ibn Umar al-Hadrami d. Baĥjah al-Wasâil Syarah Ar-Risâlah al-Jâmi‟ah Bayn al-Usûl wa al-Fiqh wa at-Tasawwuf, karya Sayyid Ahmad ibn Zein al-Habsyi e. At-Tausyîh/Quwt al-Habîb al-Gharîb Syarah Fath al-Qarîb alMujîb, karya Muhammad ibn Qasyim Asy-Syafi‟i f. Niĥâyah az-Zayyin Syarah Qurrah al-„Ain bi Muĥimmâh ad-Dîn, karya Zainuddin Abdul Aziz al-Malibari. g. Marâqi al-„Ubûdiyyah Syarah Matan Bidâyah al-Ĥidâyah, karya Abu Hamid ibn Muhammad al-Ghazali h. Nashâih Al-„Ibâd Syarah Al-Manbaĥâtu „Ala al-Isti‟dâd li Yaum al-Mi‟âd, karya Imam Abi Laits. i. Salâlim Al-Fudhalâ΄ Syarah Mandhûmah Ĥidâyah al-Azkiyâ, karya Zaenuddin ibn Al-Ma‟bari al-Malibari j. Qâmi‟u at-Thugyân Syarah Mandhûmah Syu‟bu al-Imân, karya Syaikh Zaenuddin ibn Ali ibn Muhammad Al-Malibari
3
k. At-Tafsir Al-Munîr li Al-Mu‟âlim Al-Tanzîl Al-Mufassir „an Wujûĥ Mahâsin at-Ta΄wil Musammâ Murâh Labîd li Kasyafi Ma‟nâ Qur΄an Majîd l. Kasyf al-Marûthiyyah Syarah Matan al-Jurumiyyah m. Fath al-Ghâfir al-Khathiyyah Syarah Nadham al-Jurumiyyah Musammâ al-Kawâkib al-Jaliyyah n. Nur Adh-Dhalâm „Ala Mandhûmah al-Musammâh bi „Aqîdah al„Awwâm o. Tanqîh Al-Qaul Al-Hadîts Syarah Lubâb Al-Hadîts, karya AlHafizh Jalaluddin Abdul Rahim ibn Abu Bakar As-Sayuthi Berikut beberapa contoh karya Nawawi yang penting yang terbit di Mesir: a. Syarah al-Jurumiyah, isinya tentang tata bahasa Arab, terbit tahun 1881. b. Lubab al-Bayan (1884). c. Dhariyat al-Yaqin, isinya tentang doktrin-doktrin Islam, dan merupakan komentar atas karya Syekh sanusi, terbit tahun 1886. d. Fathul Mujib. Buku ini merupakan komentar atas ad-Durr alFarid, karya Syekh Nahrawi (guru Nawawi) terbit tahun 1881. e. Syarah Suluk al-Jiddah (1883) f. Syarah Sullam al-Munajah (1884) yang membahas berbagai persoalan ibadah. g. Tafsir Murah Labib (Tafsir Al-Munir).
4
Karya tafsirnya, Al-Munîr, sangat monumental, bahkan ada yang mengatakan lebih baik dari Tafsîr Jalâlain, karya Imâm Jalâluddîn asSuyûthi dan Imâm Jalâluddîn al-Mahâlli yang sangat terkenal itu. Sementara Kâsyifah as-Sajâ Syarah merupakan syarah atau komentar terhadap kitab fiqih Safînah an-Najâ, karya Syaikh Sâlim bin Sumeir al-Hadhrami. Para pakar menyebut karya beliau lebih praktis ketimbang matan yang dikomentarinya. Karya-karya beliau dibidang Ilmu Akidah misalnya Tîjân ad-Darâri, Nûr adh-Dhalam, Fath al-Majîd. Dalam menyusun karyanya Syaikh Nawawi selalu berkonsultasi dengan ulama-ulama besar lainnya. Sebelum dicetak, naskahnya terlebih dahulu dibaca oleh mereka. Dilihat dari berbagai tempat kota penerbitan dan seringnya mengalami cetak ulang sebagaimana terlihat di atas maka dapat dipastikan bahwa karya tulisnya cepat tersiar ke berbagai penjuru dunia sampai ke daerah Mesir dan Syiria. Karena karyanya yang tersebar luas dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan padat isinya ini nama Syaikh Nawawi bahkan termasuk dalam kategori salah satu ulama besar di abad ke 14 H/19 M. Karena kemasyhurannya ia mendapat gelar: A „yan „Ulama‟ Al-Qarn ar-Ram‟ „Asyar Li al-Hijrah, aI-Imam al-Mullaqqiq wa al-Fahhamah alMudaqqiq, dan Sayyid „Ulama al-Hijaz. Syekh
Nawawi
menjadi
terkenal
dan
dihormati
karena
keahliannya menerangkan kata-kata dan kalimat-kalimat Arab yang artinya tidak jelas atau sulit dimengerti yang tertulis dalam syair
5
terkenal yang bernafaskan keagamaan. Kemasyhuran Nawawi terkenal dihampir seluruh dunia Arab. Karya-karyanya banyak beredar terutama di negara-negara yang menganut faham Syafi‟iyah. Di Kairo, Mesir, ia sangat terkenal. Tafsirnya Murah Labib yang terbit di sana diakui mutunya dan memuat persoalan-persoalan penting sebagai hasil diskusi dan perdebatannya dengan ulama al-Azhar. 6. Karomah Setiap Ulama besar biasanya identik dengan kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, begitu juga beliau. Di sini penulis akan memberikan salah satu dari begitu banyak karomah beliau. Pernah
pada suatu waktu beliau mengarang kitab dengan
menggunakan telunjuk beliau sebagai lampu, saat itu dalam sebuah perjalanan. Karena tidak ada cahaya dalam syuqduf yakni rumahrumahan di punggung unta, yang beliau diami, sementara aspirasi tengah kencang mengisi kepalanya. Syaikh Nawawi kemudian berdoa memohon kepada Allah Ta‟ala agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu menerangi jari kanannya yang untuk menulis. Kitab yang kemudian lahir dengan nama Marâqi al-„Ubudiyyah syarah Matan Bidâyah al-Hidayah itu harus dibayar beliau dengan cacat pada jari telunjuk kirinya. Cahaya yang diberikan Allah pada jari telunjuk kiri beliau
itu
membawa
bekas
yang
tidak
(http://basaudan.wordpress.com/2011/03/01/syeikh-muhammad-
6
hilang
nawawi-bin-umar-ibnu-arabi-bin-ali-al-jawi-al-bantani-syeikh-nawawial-bantani/). 7. Wafat Masa selama 69 tahun mengabdikan dirinya sebagai guru umat Islam telah memberikan pandangan-pandangan cemerlang atas berbagai masalah umat Islam. Syaikh Nawawi wafat di Mekah pada tanggal 25 syawal 1314 H/ 1897 M. Tapi ada pula yang mencatat tahun wafatnya pada tahun 1316 H/ 1899 M. Makamnya terletak di pekuburan Ma‟la di Mekah. Makam beliau bersebelahan dengan makam anak perempuan dari Sayyidina Abu Bakar al-Siddiq, Asma‟ binti Abû Bakar al-Siddîq. Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi menikah dengan Nyai Nasimah, gadis asal Tanara, Banten dan dikaruniai 3 anak: Nafisah, Maryam,
Rubi‟ah.
Sang
istri
wafat
mendahului
beliau
(http://basaudan.wordpress.com/2011/03/01/syeikh-muhammadnawawi-bin-umar-ibnu-arabi-bin-ali-al-jawi-al-bantani-syeikh-nawawial-bantani/). 8. Komentar Ulama dan Ilmuwan Dalam diri pribadi tokoh pendiri NU, Syekh Nawawi memiliki kedudukan yang sangat dekat dan mendalam hal ini terbukti dengan seringnya disela-sela pengajian kitab-kitab karya gurunya ini, seringkali KH. Hasyim Asyari bernostalgia bercerita tentang kehidupan Syekh Nawawi, kadang mengenangnya sampai meneteskan air mata karena besarnya kecintaan beliau terhadap Syekh Nawawi.
7
Dalam penggambaran Snouck Hurgronje, Syekh Nawawi adalah orang yang rendah hati. Dia memang menerima cium tangan dari hampir semua orang di Mekah, khususnya orang Jawa, tapi itu hanya sebagai penghormatan kepada ilmu. Kalau ada orang yang meminta nasihatnya di bidang fikih, dia tidak pernah menolaknya. Snouck Hurgronje pernah menanyakan, mengapa dia tidak mengajar di Masjid al-Haram, Syekh Nawawi menjawab bahwa pakaiannya yang jelek dan kepribadiannya yang tidak cocok dengan kemulian seorang profesor berbangsa Arab. Sesudah itu Snouck mengatakan bahwa banyak orang yang tidak berpengetahuan tidak sedalam dia, toh mengajar di sana juga. Nawawi menjawab, “Kalau mereka diizinkan mengajar di sana, pastilah mereka cukup berjasa untuk
itu”
(http://pepeyeou.blogspot.com/2011/12/silsilah-syaich-
nawawi.html). Menurut Martin Van Bruinessen yang sudah meneliti kurikulum kitab-kitab rujukan di 46 Pondok Pesantren Klasik 42 yang tersebar di Indonesia mencatat bahwa karya-karya Nawawi memang mendominasi kurikulum Pesantren. Sampai saat ia melakukan penelitian pada tahun 1990 diperkirakan pada 22 judul tulisan Nawawi yang masih dipelajari di sana. Dari 100 karya populer yang dijadikan contoh penelitiannya yang banyak dikaji di pesantren-pesantren terdapat 11 judul populer di antaranya adalah karya Nawawi. Penyebaran karya Nawawi tidak lepas dari peran murid-muridnya.
8
Brockleman, seorang penulis dari Belanda berpendapat bahwa Nawawi dengan aktivitas intelektualnya mencerminkan ia bersemangat menghidupkan disiplin ilmu-ilmu agama. Dalam bidang ini ia memiliki konsep yang identik dengan tasawuf ortodok. Dari karyanya saja Nawawi menunjukkan seorang sufi brilian, ia banyak memiliki tulisan di bidang tasawuf yang dapat dijadikan sebagai rujukan standar bagi seorang sufi ia mencatat ada 3 karya Nawawi yang dapat merepresentasikan pandangan tasawufnya : yaitu Misbah al-Zulam, Qami‟ al-Thugyan dan Salalim al Fudala. Di sana Nawawi banyak sekali merujuk kitab Ihya „Ulumuddin al-Ghazali. Bahkan kitab ini merupakan rujukan penting bagi setiap tarekat. Kemudian penelitian yang di lakukan oleh Zamakhsyari Dhofir mencatat pesantren di Indonesia dapat dikatakan memiliki rangkaian geneologi yang sama. Polarisasi pemikiran modernis dan tradisionalis yang berkembang di Haramain seiring dengan munculnya gerakan pembaharuan Afghani dan Abduh, turut mempererat soliditas ulama tradisional di Indonesia yang sebagaian besar adalah sarjana-sarjana tamatan Mekkah dan Madinah. Bila ditarik simpul pengikat disejumlah pesantren yang ada maka semuanya dapat diurai peranan kuatnya dari jasa enam tokoh ternama yang sangat menentukan warna jaringan intelektual pesantren. Mereka adalah Syekh Ahmad Khatib Syambas, Syekh K.H. Nawawi Banten., Syekh K.H. Mahfuz Termas, Syekh K.H. Abdul Karim, K.H. Kholil Bangkalan Madura, dan Syekh K.H. Hasyim
9
Asy‟ari. Tiga tokoh yang pertama merupakan guru dari tiga tokoh terakhir. Mereka berjasa dalam menyebarkan ide-ide pemikiran gurunya. Karya-karya Nawawi yang tersebar di beberapa pesantren, tidak lepas dari jasa mereka. K.H. Hasyim Asya‟ari, salah seorang murid Nawawi terkenal asal Jombang, sangat besar kontribusinya dalam memperkenalkan kitab-kitab Nawawi di pesantren-pesantren di Jawa. Dalam merespon gerakan reformasi untuk kembali kepada alQur‟an disetiap pemikiran Islam, misalkan, K.H. Hasyim Asya‟ari lebih cenderung untuk memilih pola penafsiran Marah Labid karya Nawawi yang tidak sama sekali meninggalkan karya ulama Salaf. Meskipun ia senang membaca Kitab tafsir al-Manar karya seorang reformis asal Mesir, Muhammad Abduh, tetapi karena menurut penilaiannya Abduh terlalu sinis mencela ulama klasik, ia tidak mau mengajarkannya pada santri dan ia lebih senang memilih kitab gurunya. Dengan
demikian
dapat
ditegaskan
bahwa
syekh
Nawawi
merupakan sosok ulama yang menjadi “akar tunjang” dalam tradisi keintelektualan
NU.
Sebab karakteristik
pola
pemikirannya
merupakan representasi kecenderungan pemikiran tradisional yang kuat ditengah-tengah gelombang gerakan purifikasi dan pembaharuan. Kehadiran NU adalah untuk membentengi tradisi klasik dari ancaman penggusuran
intelektual
yang
mengatasnamakan
tajdid
(pembaharuan) terhadap khasanah klasik. Karenanya formulasi manhaj al-Fikr tawaran syekh Nawawi banyak dielaborasi (diuraikan kembali)
10
oleh para ulama NU sebagai garis perjuangannya yang sejak tahun 1926
dituangkan
dalam setiap
konferensinya.
Bahkan
tidak
berlebihan bila disebut berdirinya NU merupakan tindak lanjut institusionalisasi dari arus pemikiran syekh Nawawi al-Bantani (Burhanuddinn,
http://sabrial.wordpress.com/2007/07/02/syaikh-
nawawi-al-bantani/).
B. Uqudullijain 1. Latar Belakang Penulisan Uqudulijain Kitab berjudul Uqudullijain ini merupakan syarah dari kitab berjudul Syarhu Uqudullijain fi Bayani Huquqiz Zaujaini yang disusun atas permintaan sebagian kalangan yang menginginkan sebuah risalah yang ringkas yang berkenaan mengenai masalah-masalah suami-istri, dengan harapan bisa bermanfaat bagi orang yang menginginkan kebaikan (An-Nawawi, 2000:3) 2. Gambaran Umum Isi Uqudullijain Kitab Uqudulijain memiliki arti kalung mutiara dan berisi etikaetika dalam rumah tangga yang di dalamnya memuat hak dan kewajiban suami dan istri. Kitab ini memiliki empat bab pembahasan, yaitu hak istri atas suami, hak suami atas istri, keutamaan shalat di rumah bagi wanita, dan larangan laki-laki melihat wanita lain dan sebaliknya.
11
Dalam pembahasan „hak istri atas suami‟, terdapat tinjauan penting perlakuan baik suami terhadap istri, nafkah, mas kawin serta pemberian lain dari suami. Selain itu, juga dibahas tentang kewajiban suami memberikan pelajaran dibidang keagamaan sesuai dengan kebutuhan istri baik mengenai masalah-masalah ibadah wajib maupun sunat kendatipun sifatnya tidak muakad. Dalam bab pertama ini, isi disajikan dengan menyajikan nashnash (hadist dan Qur‟an) yang mana pada tiap nash tersebut langsung dibedah dengan penjabaran secara jelas dan rinci. Di bab ini juga disertakan sebuah hikayat yang memuat faedah diperbolehkannya seorang suami memukul istri apabila, (1) istri menolak permintaan suami untuk bersolek kepadanya dan menolak diajak ke tempat tidur, (2) istri keluar rumah tanpa izin suami, memukul anaknya, menyobeknyobek pakaian suami, atau karena memegang jenggot suami seraya berkata, “Hai keledai, hai goblok,” (3) istri membuka mukanya kepada lelaki lain bukan muhrimnya, berbincang-bincang dengan lelaki lain, bicara dengan suami agar orang lain mendengar suaranya, memberikan sesuatu dari rumah istri yang tidak wajar diberikan, atau (4) karena istri tidak mandi haid (An-Nawawi, 2000:23-25). Memukul di sini diartikan sebagai memukul yang sesuai dengan syari‟at. Pembahasan „hak suami atas istri‟ berisi tentang ketaatan istri kepada suami, kemudian penyerahan diri istri terhadap suami, kewajiban istri untuk selalu berada di rumah suami disamping menjaga diri dari
12
perbuatan mesum. Selain itu mengupas masalah menutup aurat, kewajaran permintaan, penampilan selera suci (iffah), serta kejujuran mengenai keberadaan haid dan ketiadaanya. Dalam bab kedua ini, isi disajikan dengan menyajikan nash-nash (hadist dan Qur‟an) yang mana pada tiap nash tersebut langsung dibedah dengan penjabaran secara jelas dan rinci. Di bab ini juga disertakan dua hikayat yang memuat faedah (1) menjadi istri yang solehah dan menunaikan nazar, (2) menjaga hak-hak suami dan membantu menunaikan kewajiban suami, dan (3) tentang wanita-wanita yang masuk neraka dan surga (An-Nawawi, 2000:44-67). Pembahasan „keutamaan salat di rumah bagi wanita‟ menyinggung masalah salat bagi wanita, seperti melaksanakan salat di dalam kamar, di dalam rumah, di luar rumah, dan di masjid beserta Nabi SAW. Dibahas juga tentang pengaru setan terhadap wanita, penampilan wanita yang sifatnya glamor beserta pengaruhnya, peringatan Nabi SAW terhadap wanita, pandangan hukum terhadap tindakan wanita, dan hal-hal lain yang sangat berguna bagi wanita. Dalam bab ketiga ini, isi disajikan dengan menyajikan nash-nash (hadist dan Qur‟an) yang mana pada tiap nash tersebut langsung dibedah dengan penjabaran secara jelas dan rinci. Di bab ini juga terdapat catatan khusus tentang larangan berhias bagi wanita ketika keluar rumah dan sepuluh perkara yang menjadi tabungan wanita, yaitu bersifat qanaah, perhatian dan taat pada suami, menjaga dari perbuatan keji, menjaga wangi
13
tubuh untuk suami, memperhatikan waktu makan suami, memperhatikan waktu tidur suami, menjaga harta suami, menjaga hubungan baik dengan keluarga dan family suami, tidak ingkar dan durhaka, dan menjaga rahasia suami (An-Nawawi, 2000:75-77). Pembahasan „larangan bagi laki-laki melihat wanita lain dan sebaliknya‟ diarahkan pada persoalan laki-laki dan wanita, terutama menyangkut hal-hal yang diharamkan seperti laki-laki melihat wanita bukan muhrimnya atau sebaliknya, begitu juga bagi laki-laki yang telah beristri dan istri yang telah bersuami. Selain itu juga membahas analogi hukum bagi remaja sehubungan dengan larangan tersebut, masalah berjabat tangan, berdua di tempat sepi serta masalah-masalah yang tidak dibenarkan dalam agama. Dalam bab keempat ini, isi disajikan dengan menyajikan nash-nash (hadist dan Qur‟an) yang mana pada tiap nash tersebut langsung dibedah dengan penjabaran secara jelas dan rinci. Di bab ini juga disertakan kisahkisah yang mengandung faedah tentang menjaga pandangan, berkata jujur dan sikapa wanita dan perbuatan bid‟ah yang dilakukannya (An-Nawawi, 2000:81-100).. 3. Respon/Komentar Ulama Tentang Uqudullijain Menurut KH.Hussein Muhammad(2002:174), kitab Uqud al-Lujain barangkali satu-satunya kitab yang dipandang oleh masyarakat pesantren sebagai paling representatif untuk membicarakan masalah hak-hak dan kewajiban suami istri. Kitab ini sampai hari ini masih tetap
14
dipertahankan,dan dibela serta dipandang memiliki relevansi dengan zaman dan kondisi bagaimanapun,maka,jika demikian kita dengan mudah dapat menduga kuat bahwa kitab ini akan sangat kuat mempengaruhi sikap dan pandangan-pandangan masyarakat yang membacanya. Sedangkan mengenai hadist-hadist yang terdapat dalam kitab tersebut terdapat lebih dari 20 hadist yang tidak diketahui sumbernya (Muhammad, 2002:182) 4. Pengaruh Kitab Uqudullijain di Masyarakat Islam Jawa Kitab Uqudulijain merupakan satu dari kitab yang di dalamnya mengupas kehidupan berumah tangga ala Islam, yang bisa dijadikan rujukan para suami istri untuk menjalankan bahtera rumah tangga menjadi sakinah, mawadah, dan warahmah. Tentu saja, kitab yang edisi awalnya berbahasa arab ini memiliki tempat tersendiri bagi pembacarnya, terutama di tanah kelahirannya tanah Jawa, terbukti dengan hadirnya Uqudullijain versi Terjemah yang merupakan permintaan langsung dari beberapa pembaca (An-Nawawi, 2000:3). Oleh karena itu, dengan ini Uqudullijain juga telah memberikan pengaruh tersendiri bagi masyarakat Islam di Jawa. Pertama, kemahsyuran Imam Nawawi akan kecendekiaannya dalam agama dan bahasa Arab serta kontribusinya terhadap Islam di Jawa membuat karya-karyanya ditunggu-tunggu, sehingga buku-buku beliau, termasuk Uqudulijain, memiliki jumlah pembaca yang banyak, terutama dari kalangan pesantren-pesantren di Jawa, yang banyak menjadikan kitab beliau sebagai bahan ajar dan rujukan.
15
Kedua, Uqudullijain merupakan salah satu kitab-kitab para ulama klasik (kutub al turats al qadimah) tentang relasi suami istri yang sampai saat ini diajarkan di pesantren-pesantren selain Qurrah al ‟Uyun fi al Nikah al Syari bi Syarh Nazh Ibn Yanun karya Abu Muhammad Maulana al Tihami, Qurrah al ‟Uyun fi al Nikah al Syari wa Adabih karya Abd Al Qadir Bafadhal, dan Adab al Mu‟syarah bain al Zawjain li Tahshil al Sa‟adah al Zawjiyyah al Haqiqiyah karya Ahmad bin Asymuni (Muhammad, 2009:178-179). Dengan dijadikannya Uqudullijain sebagai rujukan dalam pembelajaran, kitab tersebut memberi pengaruh yang cukup kuat terhadap cara muslim menjalankan kehidupan rumah tangga terutama di kalangan keluarga pesantren di Jawa. Ketiga, isi kitab Uqudulijain banyak dijadikan penulis-penulis modern yang mengangkat tema seputar bias gender dalam tulisannya yang cenderung ditafsirkan adanya superioritas dan otoritas laki-laki atas perempuan baik dalam domain privat (suami atas istri) maupun dalam domain publik (ruang sosial politik) (Muhammad, 2009:180-181). Misal, adanya pandangan bahwa isi kitab lebih memberi penekanan dominan terhadap tanggung jawab atau sisi berat istri seperti tipe istri yang saleh, penyerahan tubuh istri terhadap suami, tugas istri yang utama di dalam rumah, keharusan istri meminta izin suami sebelum melakukan sesuatu, diperbolehkannya suami memukul istri, bergantungnya kerelaan Tuhan dalam kerelaan suami atas istri, dan diperbolehkannya poligami dalam agama (Muhammad, 2009:181-183).
16
Dari berbagai hal di atas maka, tidak salah bila Uqudulijain memberi pengaruh yang sangat kuat terhadap keberislaman keluarga muslim di Jawa, baik ditinjau dari perspektif kemahsyuran penulisnya dan kitab beserta isinya. Maka sangat masuk akal bahwa nama Syekh Muhammad bin Umar Nawawi Al-Bantani sekaligus kitab Uqudullijain atau Uqud al Lujain fi Bayan Huquq al Zaujaini masih sangat familiar di kalangan pesantren.
C. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Kitab Uqudullijain Dalam buku ini, pembahasan hak dan kewajiban suami istri dibahas dalam dua bab. BAB I yaitu Hak-Hak Istri Atas Suami dan BAB II Hak Suami Istri. Penjabaran hak dan kewajiban dalam buku tersebut tidak diklasifikan per poin suami ataupun istri melainkan dari nash-nash dan hikayat yang berkaitan dengan hak dan kewajiban suami istri kemudian dikupas inti sarinya. Namun, dalam skripsi ini penulis akan mengantarkannya melalui poin-poin supaya mudah untuk dipahami dan ditelaah. 1. Dasar Hak dan Kewajiban Suami Istri Secara Umum Membuka pembahasan hak dan kewajiban suami istri, kitab ini mengambil Q.S. Al-Baqarah: 228 sebagai dasar. “... Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya...”. (Tim Syaamil Al-Qur‟an, 2010: 36)
17
Firman Allah tersebut menjelaskan keseimbangan antara hak dan kewajiban istri. Akan tetapi suami memiliki kedudukan setingkat lebih tinggi terkait hak yang diperoleh suami atas tanggung jawabnya dalam memberikan mas kawin, nafkah, kemaslahatan dan kesejahteraan istri sehingga suami berhak atas ketaatan istri (An-Nawawi, 2000:11-12). 2. Hak dan Kewajiban Suami a. Bersikap baik dan bijaksana dalam berbicara dan mengatur waktu untuk istri, dasar (An-Nawawi, 2000:11,18). b. Memberikan nafkah sandang dan pangan sesuai kemampuan, usaha dan kekuatannya (An-Nawawi, 2000:13,25). c. Memberikan wasiat, memerintah, mengingatkan, dan menyenangkan hati istri (An-Nawawi, 2000:25). d. Hendaknya dapat menahan diri, tidak mudah marah apabila istri menyakitkan hatinya (An-Nawawi, 2000:25). e. Suami hendaknya menundukkan dan menyenangkan hati istri dengan menuruti kehendaknya dengan kebaikan (An-Nawawi, 2000:25). f. Suami hendaknya menyuruh istrinya melakukan perbuatan yang baik (An-Nawawi, 2000:26). g. Suami hendaknya mengajarkan istrinya apa yang menjadi kebutuhan agamanya, dari hukum-hukum bersuci seperti mandi, haid, janabat, wudhu dan tayamum (An-Nawawi, 2000:26). h. Suami harus mengajarkan berbagai macam ibadah kepada istri baik ibadah fardlu maupun sunnah (An-Nawawi, 2000:26, 29,30).
18
i. Suami hendaknya mengajar budi pekerti yang baik kepada keluarganya (An-Nawawi, 2000: 26,30). j. Suami tidak boleh mencari-cari jalan untuk menyusahkan istri (AnNawawi, 2000:13,33). k. Tidak menyetubuhi istri dihadapan lelaki atau wanita lain (AnNawawi, 2000:43). l. Suami wajib memberikan mas kawin dan nafkah dari jalan yang halal(An-Nawawi, 2000:12). m. Dalam keadaan tertentu seperti ketika istri Nusyuz,menolak keinginan suami
yang
tidak
bertentangan
dengan
syari‟at,meninggalkan
sholat,mengabaikan perintah suami, maka suami boleh memukul istrinya dengan batasan selain wajah dan pukulan tersebut tidak menyakiti sang istri (An-Nawawi, 2000:24,25). 3. .Hak dan Kewajiban Istri a. Mendapat nafkah sandang dan pangan (An-Nawawi, 2000:16). b. Memenuhi permintaan suami ketika suami meminta, dalam kondisikondisi yang diperbolehkan (An-Nawawi, 2000: 35-36, 42, 43, 49, 61). c. Taat kepada Allah dan suami, menyenangkan suami, memelihara hak suami, menjaga farji, serta memelihara rahasia dan barang-barang suaminya (An-Nawawi, 2000:33-35, 38, 39, 41, 56). d. Sabar atas perilaku dan kesalahan suami (An-Nawawi, 2000:37-38).
19
e. Tidak menganiaya dan menyakiti suami serta tidak membebani suami yang ia tidak mampu melakukannya (An-Nawawi, 2000:38, 56, 59). f. Menjemput kedatangan suami ketika keluar rumah, menampakkan cintanya terhadap suami apabila suami mendekatinya, menyenangkan suami ketika akan tidur, mengenakan harum-haruman, membiasakan merawat mulut dari bau yang tidak menyenangkan dengan misik dan harum-haruman, membersihkan pakaian, membiasakan berhias di hadapan suami, dan tidak boleh berhias bila ditinggal suami (AnNawawi, 2000:41, 59, 66). g. Meminta izin suami ketika hendak memberikan makanan atau harta kepada orang lain, hendak berpuasa sunnah, hendak keluar rumah (An-Nawawi, 2000:42, 44, 49-50, 61). h. Memuliakan keluarga dan famili-familinya sekalipun berupa ucapan yang baik (An-Nawawi, 2000:42).
D. Konsep Keluarga Harmonis Dalam Kitab Uqudullijain Yang
dinamakan
konsep
adalah
rancangan
(Poerwadarminta,
2006:1611). Harmonis adalah serasi, selaras, cocok (Poerwadarminta, 2006:407). Jadi yang dimaksud di sini bila dikaitkan dengan keluarga adalah membina/merancang suatu program agar dapat terwujud suatu keserasian dan keseimbangan sehingga akan terwujud suatu keadaan keluarga di mana para anggotanya merasa bahagia, saling mencintai dan saling menghormati serta
20
dapat mengaktualisasikan diri sehingga perkembangan anggota keluarga berkembang secara normal khususnya dalam kehidupan rumah tangga. Keluarga yang harmonis atau dalam islam secara umum dinamakan keluarga sakinah, merupakan keluarga yang didamba oleh setiap rumah tangga muslim, yakni keluarga yang berhias kasih sayang serta mendapatkan limpahan rahmat dari sisi Allah ar-Rahim, sebagaimana di amanatkan melalui firmanya dalam Alqur‟an, surat Ar-Ruum ayat 21, yang artinya : “... Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir...”. (Tim Syaamil al-Qur‟an, 2010: 406) Itulah amanat Allah yang wajib kita indahkan, Dia telah menciptakan istri-istri dari jenis kita sendiri sebagai teman hidup, dengan harapan agar tercapai kehidupan yang sakinah (tenteram), diliputi rasa mawaddah (cinta) dan rahmah (kasih sayang). (Halim, 2005:12-13). Di dalam kitab Uqudullijain Imam Nawawi Banten memberikan penjelasan tentang bagaimana cara (konsep) agar sebuah keluarga mampu membangun sebuah keluarga yang harmonis, dalam penjelasanya beliau mengambil dasar surat An-Nisa‟ ayat 34 yang artinya : “...kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian harta mereka. Sebab itu, wanita yang shaleh adalah wanita yang taat kepada Allah lagi memelihara diri di balik pembelakangan suaminya
21
oleh karena Allah telah memelihara mereka. Wanita-wanita yang kamu khawatiri nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah diri dari tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu,
maka
janganlah
kamu
mencari-cari
jalan
untuk
menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah maha tinggi lagi maha besar...”. (Tim Syaamil Al-Qur‟an, 2010: 84) Dari ayat di atas telah jelas diterangkan bahwa seorang laki-laki (suami) merupakan pemimpin bagi keluarganya yaitu istri serta anak-anaknya, oleh karena itu seorang suami dituntut tanggung jawab yang besar dalam fitrahnya sebagai seorang pemimpin, berupa memberikan nafkah baik lahir ataupun bathin, pendidikan serta perlindungan, bukan itu saja seorang suami juga dituntut untuk lebih bijak terutama dalam meredam dan menyelesaikan setiap permasalahan yang timbul dalam keluarganya dan yang lebih penting lagi di jelaskan bahwa seorang suami dilarang mencari-cari jalan untuk menyakiti, menyusahkan istrinya apabila istrinya telah patuh terhadap suaminya (AnNawawi, 2000: 33).
E. Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Terciptanya
Keluarga
yang
Harmonis Dalam kitab Uqudullijain, telah diatur hak dan kewajiban antara suami dan istri. Adanya hal tersebut disesuaikan dengan syari‟at agar dalam mengarungi bahtera rumah tangga, suami, istri dan anak-anak dapat merasakan kehidupan yang bahagia dan tentram, yaitu keluarga yang harmonis yang
22
sangat diidam-idamkan oleh semua pasangan suami-istri. Hak dan kewajiban tersebut terbagi dalan dua garis besar, yaitu yang dhahir dan bathin. Keduaduanya harus terpenuhi, untuk menjadikan dan merealisasikan keluarga yang dicita-citakan, yaitu hidup bahagia di dunia maupun akhirat. Apabila dijabarkan lebih mendalam tentang isi dari Uqudullijain maka akan diperoleh sebuah penjelasan yang sangat lengkap khususnya dalam hal menciptakan sebuah keluarga yang harmonis, baik sebelum atau setelah melakukan pernikahan yaitu : 1. Memilih jodoh yang tepat. 2. Perkawinan didahului dengan peminangan. 3. Ada ketentuan tentang larangan perkawinan antara laki-laki dan perempuan. 4. Perkawinan didasarkan
atas suka
rela
antara pihak-pihak
yang
bersangkutan. 5. Ada persaksian dalam akad nikah. 6. Perkawinan tidak ditentukan oleh waktu tertentu. 7. Ada kewajiban membayar mas kawin bagi suami. 8. Ada kebebasan mengajukan syarat dalam akad nikah. 9. Tanggung jawab pimpinan keluarga pada suami. 10. Ada kewajiban bergaul dengan baik dalam kehidupan rumah tangga (Basyir, 1995:14-15). Dalam penjelasan yang lain di dalam Uqudullijain dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keharmonisan keluarga, yaitu :
23
1. Perhatian yaitu menaruh hati pada seluruh anggota keluarga baik kepada pasangan atau kepada anak-anak. 2. Pengetahuan yaitu setiap pasangan dianjurkan untuk mengetahui akan beban/posisi tanggung jawab masing-masing serta menambah pengetahuan tanpa henti-hentinya untuk memperluas wawasan dalam menjalani kehidupan keluarga, seperti mengetahui perubahan tingkah laku, kebiasaan dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam anggota keluarganya, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan dari setiap anggota keluarga. 3. Saling mengenal hal ini berarti pengenalan terhadap diri sendiri, serta mengenal akan karakter dari seluruh anggota keluarga, hal ini bertujuan untuk menimbulkan rasa saling memahami, pengertian serta agar dapat saling berkomunikasi dengan baik. 4. Sikap saling menerima. Ini merupakan hal yang sangat penting yang mana masing- masing anggota keluarga, dituntut bersama-sama belajar untuk bisa saling menerima dalam berbagai aspek seperti kelemahan, kekurangan, dan kelebihan dari masing-masing anggota keluarga. Apabila ini dapat terlaksana maka akan menumbuhkan sikap dan pikiran yang positif yang akan membuat suasana dalam keluarga semakin hangat dan mengurangi potensi timbulnya kesalahpahaman diantara anggota keluarga. 5. Peningkatan usaha dan bersyukur. Maksudnya meningkatkan kualitas dari halhal di atas serta selalu bersyukur atas apa yang dikaruniakan. Hal ini tentunya juga harus disesuaikan dengan setiap kemampuan masing-masing individu,
24
tujuannya yaitu agar tercipta perubahan-perubahan dan menghilangkan keadaan atau suasana yang membosankan dalam keluarga serta mendapat ridho dari Allah (An-nawawi, 2000: 11, 12, 16, 28, 42). Selain dari hal di atas untuk membangun sebuah rumah tangga yang harmonis atau keluarga bahagia juga perlu diperhatikan beperapa faktor, antara lain : 1. Faktor kesejahteraan jiwa. Yaitu minimnya tingkat peselisihan yang ada dalam keluarga yang dapat menimbulkan pertengkaran, dan percekcokan. Saling mengasihi, saling membutuhkan, saling tolong-menolong antar sesama keluarga, kepuasan dalam pekerjaan dan pelajaran masing-masing dan sebagainya yang merupakan indikator-indikator dari adanya jiwa yang bahagia, sejahtera dan sehat. 2. Faktor kesejahteraan fisik. Artinya tingkat kesehatan fisik dari anggota keluarga harus diperhatikan karena hal itu dapat mengurangi dan menghambat tercapainya kesejahteraan dalam keluarga. 3. Faktor Ekonomi. Artinya besar kecilnya tingkat kemampuan dalam keluarga untuk merencanakan masa depan hidup mampu menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluaran dalam keluarga. Selain itu juga dalam membentuk keluarga harmonis hendaknya di niatkan untuk menciptakan kehidupan keluarga yang penuh dengan semangat mawaddah-warahmah dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah dan mendambakan keridhaanNya, limpahan hidayah dan taufiq-Nya. Kehidupan keluarga yang didasari oleh niat dan semangat beribadah kepada Allah, insya
25
Allah keluarga yang demikian akan selalu mendapatkan perlindungan dalam mendapatkan tujuan-tujuannya yang penuh dengan keluhuran dan semua itu bisa diperoleh bila masing-masing pasangan memiliki bekal ilmu yang cukup, khususnya bekal ilmu yang berkaitan dengan kehidupan berumah tangga (Ihwan,
http://ilhamihwan.blogspot.com/2012/17/05/faktor-yang-
mempengaruhi keharmonisan. htm). Kasih sayang yang tertanam dalam hati dan menjadi kelembutan dalam sikap, tindakan dan ucapan akan memberikan hamba tersebut ketenangan kalbu. Karenanya pasangan yang tingkah lakunya lembut akan mendapatkan banyak kebahagiaan dalam kehidupannya bukan hanya dalam kehidupan dalam rumah tangga tetapi juga dalam semua aspek kehidupan dalam pergaulan di manapun dan kapanpun karena orang yang kehidupanya penuh dengan kelembutan dan cinta akan banyak di sukai oleh setiap mahluk, tetapi juga para malaikat. Cinta yang berakar pada tempramen yang lembut pada siapapun yang dicintai. Begitu pula dalam keluarga, jika suami mempunyai sikap lembut pada istrinya, terhadap keluarga, terhadap masyarakat, maka suasana akan dirasa nyaman, keluarga menjadi harmonis, punya banyak teman, disukai dan dihormati oleh masyarakat. Firman Allah dalam Q.S Ali-Imran ayat 159: “... Maka berkat rahmat dari Allah-lah, engkau(Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya ...”. (Tim Syaamil Al-Qur‟an, 2010: 71).
26
BAB IV ANALISIS
A. Aplikasi Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami Istri di Masyarakat Dukuh Krasak Pembahasan tentang hak dan kewajiban suami istri
merupakan
pembahasan mengenai kehidupan dalam rumah tangga baik menyangkut mengenai cara bagaimana mengaplikasikan kemampuan masing-masing pasangan khususnya dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban suami istri guna menjaga keutuhan rumah tangga, maupun persoalan-persoalan yang timbul beserta penyebab serta cara menyelesaikanya. Setiap individu yang telah menjalani pernikahan tentu mendambakan sebuah kehidupan rumah tangga yang harmonis, berangkat dari data yang didapat oleh penulis melalui penelitianya di Dukuh Krasak, menunjukkan bahwa, untuk mencapai sebuah rumah tangga yang harmonis bukanlah suatu hal yang mudah. Dari 60 pasangan keluarga, yang berhasil diwawancarai, banyak sekali ditemukan kemiripan dalam permasalahan rumah tangga, begitu juga dalam hal mengatasinya, namun ada juga yang tidak mampu mengatasi permasalahan tersebut, sehingga harus diselesaikan dengan perceraian. Dari berbagai sampel keluarga yang telah dituturkan sebelumnya, yaitu empat sampel keluarga berdasarkan kemiripan jawaban terbanyak mengenai permasalahan dan cara menyelesaikan, satu sampel dari tiga keluarga yang
27
tidak kami dapatkan kesamaan dengan yang lain dan satu sampel dari dua keluarga yang tidak mampu mengatasi permasalahan dalam rumah tangga. Dari berbagai data yang didapat dari berbagai sampel mengenai kehidupan rumah tangga, maka kami mengelompokkanya dalam berbagai kategori sebagai berikut : 1. Sangat baik Sebuah rumah tangga bisa dikatakan sangat baik, apabila masingmasing pihak (suami dan isteri) dikenakan serta menjalankan hak dan kewajiban secara optimal. Pembagian hak dan kewajiban disesuaikan dengan proporsinya masing-masing, bagi pihak yang dikenakan kewajiban lebih besar berarti ia akan mendapatkan hak yang lebih besar pula, sesuai dengan fungsi dan perannya. Bukan hanya itu sebuah rumah tangga bisa dikatakan sangat baik apabila ditunjang dengan faktor kedewasaan cara berfikir dari masing-masing pihak, selain itu mereka mampu meminimalisir, menyembunyikan dan menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi dalam rumah tangganya sendiri dengan bijak, tidak mengedepankan emosi, merasa benar serta tanpa membawa efek yang buruk bagi keluarga atau pun lingkunganya, selain itu juga keluarga tersebut mampu mendidik dan mengarahkan anggota keluarganya untuk memiliki akal yang sehat serta akhlak yang baik dan bisa menjadi contoh bagi keluarga yang lain. Dari data-data yang kami dapat, yang termasuk keluarga dalam kategori ini adalah rumah tangga yang di bangun oleh :
28
a. Maslikhuddin Yazid dan Aqidatussodaqoh b. Muslimin Al‟asyari dan Mudzakiroh c. Sa‟dullah dan Khorijah d. Tulus mono dan Asdiqoh e. Basyarul kirom dan Asnanik Indikator dari hal tersebut dapat dilihat dari kehidupan rumah tangga mereka, seperti contohnya kehidupan rumah tangga dari pasangan Maslikhudin dan Aidatussodaqoh, di mana dalam keluarga ini masingmasing pasangan mampu menjalankan hak dan kewajibanya dengan baik, mampu meminimalisir persoalan, saling mengerti dan memahami, bukan hanya itu mereka juga mampu menyelesaikan dan menyembunyikan setiap permasalahan yang timbul dalam keluarganya dengan bijak, tanpa mengedepankan emosi, sehingga mampu membentuk lingkungan keluarga yang seolah berjalan tanpa adanya suatu masalah atau konflik. 2. Baik Sebuah keluarga dikatakan baik apabila pemenuhan hak dan kewajiban sebagai suami istri dalam keluarga tersebut bisa berjalan sesuai dengan peranya masing-masing, selain itu keluarga tersebut juga mampu menyelesaikan setiap ujian dan cobaan dalam bentuk apapun yang timbul dalam kehidupan rumah tangganya, baik disebabkan karena perbedaan watak/karakter pasangan, ekonomi atau disebabkan karena faktor dari luar seperti gunjingan dan kecemburuan, meskipun terkadang dalam menyelesaikan permasalahan tersebut masih meggunakan cara-
29
cara yang kurang bijak, seperti masih menggunakan emosi, melalui bantuan orang tua, atau orang lain yang dianggap mampu membantu menyelesaikan
persoalan
yang
terjadi
dalam
kehidupan
rumah
tangganya. Banyak sekali tipe-tipe keluarga seperti ini dijumpai di Dukuh Krasak, contohnya seperti pasangan keluarga yang di bangun oleh: a. M. Fauzi dan Mudrikah b. Nurcholis dan Sri umami c. Abdul Qodir dan Puji rahayu d. Muhlishon dan Rukanah e. Anas dan Siti nur farida f. Muhammad yahya dan Nining hidayati g. Muhammad mansyur dan Siti Qoriah h. Muntaha dan Nurida khomsyiah i. Nuryanto dan nurhayati j. M. Nandziruddin dan Mu‟awanah k. Purwadi dan Sumiah l. Bisri dan Fatimah m. Suyanto dan rif‟atun n.
Joko santoso dan Sumiarti
o. M. Arifin dan safitri p.
H. Abdul majid dan sutarni
q. Muhni labib dan Dhoyifah
30
r. Sriyanto dan Umami s. Sukron nazila dan Indri t. Abdul rozak dan Mukarromah u. Nursahid dan Siti Qomariah v. Slamet dan Munjayanah w. Qomarun dan Pariyah x. Tarmadi dan Siti sugiharti y. Fahrurrozi dan sukinah z. M. Kuslan dan Zubaidah aa. H.M. Khamim dan Siti Rohmah bb. M. Ali dan Ma‟fiyah cc. Slamet riyadi dan Siti sholehah dd. Supardi dan Suminah ee. M. Mufid dan Rofiqoh ff. M. Maksud dan Kartinah gg. M. Yusuf dan Mahsunah hh. Syafaat dan Fajriyah ii. M. Khonzin dan Marfuah jj. Jumadi dan Tuminah kk. Tulus widodo dan Siti rokhani ll. Muhyidi dan Fitriati mm. Tafrikin dan Siti nurjanah nn. Zainuri dan Astutik
31
oo. Nurwahidi dan Munafi‟ah pp. Mulyono dan Hartanti qq. M.abidin dan Muti‟ah setiowati rr. Asrori dan Siti sholehah ss. Makasin dan Muni‟ah tt. Joko sutriono dan Anis fatekhah uu. Supriyadi dan Rasmini vv. Ahsinatul qibtiyah dan Siti zulaikah ww. Tarmadi dan Zumaroh xx. M. Sya‟ban dan Baqi‟atussolekhah yy. Ahmad marzuki dan Khabibah zz. Ikhwan anjani dan Qodariyah aaa. Jaroh sugiono dan Sri asnuning Indikator dari keluarga-keluarga di atas biasanya ditandai dengan kurangnya kemampuan dalam hal meminimalisir persoalan, kurangnya rasa saling mengerti dan memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan antara kedua pasangan terutama pada tahun – tahun pertama usia pernikahan, serta masih mengedepankan sifat egois, dan terkadang ada yang meminta bantuan pihak ketiga dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul, meskipun begitu dalam hal memberikan nafkah, pendidikan, perlindungan dan perhatian tetap dilaksanakan sesuai dengan tugas masing-masing pasangan sehingga pada ahirnya mereka mampu menjaga keutuhan biduk rumah tangga mereka hingga hari ini.
32
3. Kurang baik Sebuah keluarga dikatakan kurang baik apabila pemenuhan hak dan kewajiban suami istri dari keluarga tersebut tidak bisa berjalan secara optimal, hal itu bisa disebabkan banyak faktor antara lain seperti kurangnya memahami secara benar makna sebuah kehidupan rumah tangga, kurangnya tingkat kedewasaan dari setiap pasangan, bertindak semauanya sendiri tanpa memikirkan akibat yang buruk bagi keluarganya serta tidak mampunya menyelesaikan permasalahan yang terjadi, sehingga mengakibatkan runtuhnya bangunan rumah tangga yang mereka bangun. Sebagai contoh adalah keluarga MR dan SH di mana ada indikasi bahwa kedua keluarga ini tidak mampu dalam menyelesaikan persoalan rumah tangganya, meskipun berbagai cara telah di lakukan, termasuk melibatkan kedua keluarga sampai membawa pihak ketiga, tapi semua itu menjadi sia-sia karena salah satu pihak sudah tidak menginginkan untuk melanjutkan kehidupan berumah tangga, artinya pasangan ini telah kehilangan rasa sakinah, mawadah dan warahmah, justru yang ada adalah ke egoisan dan hanya menuruti keinginan hawa nafsu yang ahirnya berimbas pada kelangsungan hidup berumah tangga yang telah mereka bina selama bertahun-tahun.
33
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keharmonisan Dalam Rumah Tangga Rona kehidupan dalam rumah tangga tidak hanya di warnai oleh hal-hal yang menyenangkan, seperti telah dituturkan dalam profil keluarga sebelumnya, pada umumnya mereka merasakan sebuah kebahagiaan pada awal perjalanan membangun biduk rumah tangga, tetapi seiring berjalanya waktu aneka penyebab permasalahan pun ikut mewarnai rona kehidupan keluarga, sehingga apabila tidak diwaspadai akan menjadi biang ketegangan atau bahkan bisa menyebabkan putusnya ikatan suami-istri. Ada banyak penyebab timbulnya permasalahan seperti kesibukan, perbedaan pendapat, perbedaan usia, salah paham, hingga hadirnya pihak ketiga seperti yang terjadi dalam rumah tangga MR. Aneka hikmah sebenarnya bisa digali dari setiap permasalahan yang timbul, sehingga apabila setiap pasangan mampu mengambil hikmah dari setiap permasalahan tersebut, kebahagiaan yang sesungguhnya akan mereka rasakan dalam kehidupan berumah tangga atau dengan kata lain, mereka akan mampu membuat/membawa keluarga menjadi sebuah rumah tangga yang harmonis seperti yang diimpikan oleh setiap manusia. Banyak faktor yang menjadikan sebuah rumah tangga menjadi harmonis, seperti parhatian, pengetahuan, saling mengenal, saling menerima, selalu berfikir positif, selain itu juga harus ditunjang oleh faktor kesiapan mental dan psikis serta ekonomi. Namun di sini kami hanya mengambil tiga
34
faktor terpenting berdasarkan analisa yang didapat dari sampel keluarga sebelumnya, tiga faktor tersebut yaitu : 1. Faktor Usia Hendaknya setiap pasangan yang ingin menjalani kehidupan berkeluarga telah menyiapkan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya, termasuk juga usia, usia pasangan yang ideal dalam arti usia keduanya tidak terlalu jauh akan berdampak terhadap pola pikir pasangan dalam hal yang berkaitan dalam permasalahan rumah tangga, selain itu disadari atau tidak usia juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kedewasaan seseorang dalam berfikir dan bertindak, biasanya akan lebih ideal bila seorang laki-laki lebih tua dari usia wanita. Jika dilihat berdasarkan faktor tersebut maka dari 60 responden yang termasuk dalam kategori ini adalah keluarga : a. H. Muslimin Al-as‟ary dan Mudzakiroh b. Sa‟dullah dan Khorijah c. H. Abdul Qodir dan Puji Rahayu d. H. Nursyahid dan Siti qomariah e. Basyarul kirom dan Asnanik f. M. Arifin dan safitri g.
H. Abdul majid dan sutarni
h. Muhni labib dan Dhoyifah i. Sriyanto dan Umami j. Sukron nazila dan Indri
35
k. Abdul rozak dan Mukarromah l. Nursahid dan Siti Qomariah 2. Faktor Ekonomi Selain dari faktor usia, faktor yang cukup menunjang dalam hal yang berkaitan dengan tingkat keharmonisan keluarga adalah masalah ekonomi, dimana hendaknya setiap calon pasangan yang ingin mengarungi kehidupan bahtera rumah tangga memiliki bekal yang cukup dalam hal ekonomi yang mencakup diantaranya ia memiliki penghasilan yang tetap guna memenuhi kebutuhan keluarga, atau paling tidak seseorang tersebut harus memiliki pekerjaan dan siap bertanggung jawab dalam mensejahterakan keluarganya. Termasuk dalam kategori ini di Dukuh krasak sangatlah sedikit hal ini mungkin karena dahulu banyak penduduknya yang bermata pencaharian sebagai petani, mereka di antaranya adalah : a. Slamet dan Munjayanah b. Qomarun dan Pariyah c. Tarmadi dan Siti sugiharti d. Fahrurrozi dan sukinah e. Qomarun dan Pariyah f. Tarmadi dan Siti sugiharti g. Fahrurrozi dan sukinah h. M. Kuslan dan Zubaidah
36
3. Faktor Pendidikan Yang dimaksud di sini bukan hanya pendidikan formal seperti SD, SMP, SMU sampai Perguruan tinggi, tetapi mencakup segala bentuk pendidikan yang bermanfaat sebagai bekal untuk hidup berumah tangga dalam hal ini adalah lembaga pendidikan non formal khususnya pondok pesantren yang di dalamnya diajarkan serta dijelaskan secara detail tentang kitab Uqudullijain dengan tujuan agar para santri tidak salah penafsiran akan isi yang ada di dalam kitab tersebut sehingga dari mempelajari dari awal hingga ahir dari kitab tersebut serta penjelasanya mampu memberikan pengaruh yang kuat dalam diri orang yang mempelajarinya dan mampu dimanfaatkan dalam kehidupan rumah tangganya, banyak dari warga Krasak yang mempelajari kitab tersebut baik langsung ataupun tidak langsung, dari hasil penelitian diperoleh data yang termasuk dalam kategori tersebut adalah pasangan keluarga : a. M. Fauzi dan Mudrikah b. Nurcholis dan Sri umami c. H. Maslikhuddin yazid dan „Aqidatussodaqoh d. Muhlishon dan Rukanah e. Anas dan Siti nur farida f. Muhammad yahya dan Nining hidayati g. Muhammad mansyur dan Siti Qoriah h. Muntaha dan Nurida khomsyiah i. Nuryanto dan nurhayati
37
j. M. Nandziruddin dan Mu‟awanah k. Purwadi dan Sumiah l. Bisri dan Fatimah m. Suyanto dan rif‟atun n.
Joko santoso dan Sumiarti
o. H.M. Khamim dan Siti Rohmah p. M. Ali dan Ma‟fiyah q. Slamet riyadi dan Siti sholehah r. Supardi dan Suminah s. M. Mufid dan Rofiqoh t. M. Maksud dan Kartinah u. M. Yusuf dan Mahsunah v.
Syafaat dan Fajriyah
w. M. Khonzin dan Marfuah x. Jumadi dan Tuminah y. Tulus widodo dan Siti rokhani 4. Faktor Lingkungan Disadari atau tidak lingkungan sangat berpengaruh dalam hal membentuk watak dan karakter seseorang, begitu juga lingkungan pun mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat dalam hal kehidupan berumah tangga. Dalam hal ini kami mengambil sampel di mana lingkungan sangat memberi peranan / pengaruh yang sangat penting
38
dalam membina kehidupan rumah tangga mereka, yang termasuk dalam kategori ini adalah pasangan keluarga: a. Joko sutriono dan Anis fatekhah b. Supriyadi dan Rasmini c. Ahsinatul qibtiyah dan Siti zulaikah d. Tarmadi dan Zumaroh e. M. Sya‟ban dan Baqi‟atussolekhah f. Ahmad marzuki dan Khabibah g. Ikhwan anjani dan Qodariyah h. Jaroh sugiono dan Sri asnuning i. Muhyidi dan Fitriati j. Tafrikin dan Siti nurjanah k. Zainuri dan Astutik l. M. Rif‟an dan Zimah Bila ditinjau dari faktor- faktor tersebut kehidupan rumah tangga di Dukuh Krasak, ternyata faktor pendidikan lebih mendominasi daripada faktor-faktor yang lain, pendidikan yang dimaksud bukan hanya pendidikan formal melainkan juga pendidikan non formal seperti pondok pesantren termasuk juga forum-forum keagamaan, seperti bisa dilihat dari contoh keluarga Pak Maslikhuddin, Fauzi, Yahya dan keluarga yang segolongan dengan mereka, hal ini terjadi karena memang Dukuh Krasak merupakan basis pesantren serta banyak warganya yang mengenyam pendidikan dari lembaga pesantren, serta banyak dari warganya yang
39
mempelajari kitab Uqudullijain, selain itu masih tingginya antusias dari warga dalam mengikuti forum-forum pengajian yang diadakan setiap minggunya, yang mana dari berbagai lembaga dan forum tersebut di dalamnya diajarkan berbagai macam pengetahuan yang salah satunya tentang tata cara membina/membentuk keluarga yang harmonis. Untuk mendidik dan mengajarkan pengetahuan tersebut tentu dibutuhkan sebuah rujukan/pegangan agar apa yang disampaikan benarbenar berdasarkan alasan-alasan yang jelas, termasuk mengenai bagaimana membentuk sebuah keluarga yang harmonis, dan berdasarkan pengakuan dari para keluarga sampel yang menjadi pegangan/rujukan mereka dalam kehidupan rumah tangga baik sedikit ataupun banyak adalah kitab klasik Uqudullijain baik secara langsung yaitu memiliki, mengkaji dan menerapkanya atau secara tidak langsung yaitu hanya mengetahui melalui pengajian mingguan kemudian menerapkanya dalam keluarga.
40
C. Persepsi Masyarakat Krasak tentang Uqudullijain Seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya bahwa kitab Uqudullijain adalah kitab yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian masyarakat, termasuk juga bagi warga Dukuh Krasak, berikut ini adalah hasil dari penilaian sebagian warga Krasak mengenai kitab Uqudullijain. 1. Baik Kebanyakan menurut warga Krasak, menilai positif baik mengenai isi kandungan kitab tersebut maupun tentang pengarangnya yaitu Imam Nawawi, sebagaimana dapat dikutip pendapat dari Pak Cholis dan Pak muslimin yang menyatakan bahwa kitab ini sangat berpengaruh dikarenakan selain isinya sangat ringkas dan mudah difaham, juga dipengaruhi oleh nama besar pengarangnya, selain kedua nama di atas, respon positif juga di kemukakan oleh Pak Anas, Qodir, Mufid, joko, Muhlison, Sriyanto, Sa‟dullah, Qomarun, dan Slamet yang mengatakan bahwa kitab tersebut isinya sangat mudah difahami, ringkas, serta di tunjang oleh pengarangnya yang tidak perlu diragukan lagi kualitas keilmuwanya, meskipun ada sebagian warga yang tidak mengetahuinya, namun hal itu dikarenakan mereka adalah warga baru/pendatang yang tinggal di komplek perumahan dan jarang bergaul dengan warga asli Dukuh Krasak. 2. Kurang baik Selain respon positif, ada juga sebagian warga yang memiliki pendapat berbeda, namun oleh penulis sangat jarang ditemui, perbedaan pendapat
41
adalah merupakan suatu hal yang sangat wajar terjadi, pendapat kurang baik mengenai kitab Uqudullijain ini, seperti diungkapkan oleh Pak Jaroh, Muhyidi, Tafrikin dan Yadi, yang memberikan ungkapan yang hampir serupa, mereka menyatakan bahwa kitab tersebut isinya sudah tidak relevan lagi di zaman sekarang ini. Namun terlepas dari itu semua disadari atau tidak dalam mengarungi bahtera rumah tangga setiap pasangan memang membutuhkan bekal yang bukan hanya lahir tetapi juga bekal bathin, bekal lahir bisa berbentuk ekonomi, dan kemapanan hidup, sedangakan bekal bathin bisa berupa usia dan pendidikan.
42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan dan analisis data yang terkumpul tentang hak dan kewajiban suami istri dalam kitab uqudullijain karya Syeikh Muhammad bin Umar an-Nawawi al-Bantany dan aplikasinya di Dukuh Krasak Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga dapat disimpukan sebagai berikut: 1. Aplikasi pemenuhan hak dan kewajiban suami istri di Dukuh Krasak Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga ditinjau dari sudut pandang pemikiran Imam Nawawi Banten termasuk dalam kategori baik, alasanya karena sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya yang mana hal tersebut menjadi salah satu landasan utama pemikiran Imam Nawawi dalam memaparkan penjelasan mengenai hak dan kewajiban suami istri yaitu al-qur‟an surat al-Baqoroh ayat 228 yang menjelaskan tentang keseimbangan antara hak dan kewajiban istri. Akan tetapi suami memiliki kedudukan setingkat lebih tinggi terkait hak yang diperoleh suami atas tanggung jawabnya dalam memberikan mas kawin, nafkah, kemaslahatan dan kesejahteraan istri sehingga suami berhak atas ketaatan istri 2. Sebuah keluarga bisa dikatakan sebagai keluarga yang harmonis apabila masing-masing pihak (pasangan) mampu menjalankan apa yang menjadi hak dan kewajibannya secara maksimal dengan penuh keikhlasan dan
43
penuh rasa tanggunga jawab sehingga seluruh anggota keluarga bisa merasakan sebuah kebahagiaan dan ketentraman. Ada banyak faktor yang dapat mampengaruhi keluarga yang harmonis yang secara global dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu faktor psikis dan mental yang di dalamnya mencakup faktor usia, ekonomi, pendidikan dan lingkungan. Dan dari berbagai faktor di atas untuk masyarakat Dukuh Krasak sendiri faktor pendidikan khususnya pendidikan pemahaman terhadap kitab Uqudullijain yang mana banyak dari warga yang mempelajarinya baik langsung ataupun tidak langsung, yang sering didapat baik melalui lembaga pesantren ataupun melalui forum pengajian, ternyata memiliki pengaruh lebih besar dalam hal menciptakan tingkat keharmonisan keluarga. 3. Masyarakat Dukuh Krasak memiliki pendapat yang berbeda tentang kitab Uqudullijain sebagian besar masyarakat krasak merespon positif tentang kitab tersebut dengan alasan bahwa isi kitab tersebut mudah dipahami, tingkat kualitas keilmuan pengarangnya yang tidak diragukan lagi serta isinya cocok dengan kultur masyarakat jawa. Sedangkan sebagian kecil masyarakat Krasak berasumsi bahwa kitab tersebut sudah tidak cocok dengan zaman sekarang ini dengan alasan bahwa isinya lebih condong menguntungkan pihak suami dan merugikan pihak istri.
44
B. Saran Mengacu pada kesimpulan di atas, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Akademik Bagi STAIN, khususnya progdi Ahwal Al Syakhsiyah diharapkan bisa lebih aktif untuk menekankan kepada mahasiswa agar lebih banyak mengkaji/menelaah kembali kitab karya ulama terdahulu khususnya untuk tugas akhir. 2. Bagi pihak yang diteliti Semoga dengan banyaknya cobaan yang terjadi dalam kehidupan berumah tangga mampu manambah kedewasaan dalam berfikir dan bertindak. 3. Bagi masyarakat umum
Dengan adanya skripsi ini penulis mengharapkan agar masyarakat lebih mengerti dan memahami tentang hak dan kewajiban suami istri, sehingga mampu menciptakan sebuah keluarga yang harmonis.
45
DAFTAR PUSTAKA
An-Nawawi, Syekh Muhammad Bin Umar, 2000. Uqudullijain (Terjemah Drs. Afif Bushtomi dan Masyhuri Ikhwan). Jakarta: Pustaka Amani. Asmani, Jamal Ma‟mur, 2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan. Jogjakarta: DIVA Press. Basyir, Ahmad Azhar.1995. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: Perpustakaan Fakultas Hukum UII. Bungin, Burhan, 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press. Fahmi, Lukman, 2004. Seks dalam Islam (Studi Analisis Pemikiran Imam Nawawi al-Bantani dalam Kitab Uqudulijain Perspektif Nilai Gender) (skripsi). Salatiga: Perpustakaan STAIN Salatiga. Fauziyah, Yeni, 2005. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Nilai Keadilan Gender Terhadap Kewajiban Mendidik Anak) (skripsi). Salatiga: Perpustakaan STAIN Salatiga. Halim, M Nipan Abdul, 2005. Membahagiakan Istri Sejak Malam Pertama. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Jumiyati, 2005. Hak dan Kewajiban Suami Istri (Studi Komparasi antara Fiqh dengan
Fenomena
Kesetaraan
Gender)
(skripsi).
Salatiga:
Perpustakaan STAIN Salatiga. Muhammad, Husein, 2009. Islam Agama Ramah Perempuan: Pembelaan Kiai Pesantren. Yogjakarta: LKiS Yogjakarta. Muhammad, Hussein, 2002. Fiqih Perempuan: Refleksi Kiai Atas Wacana Agama Dan Gender. Yogjakarta: LKiS Yogjakarta. W.J.S Poerwadarminta, 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Vredenbregt, Jacob, 1978. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia.
46
Tim Syaamil al-Qur‟an, Kementerian Agama RI, 2010. Al-Qur‟anulkarim Syaamil Al-Qur‟an Terjemah Tafsir Per kata. Bandung: Sygma Publishing Burhanuddin, Mamat Slamet,2007. Syeikh Nawawi Al-Bantani,(Online), http://sabrial.wordpress.com/2007/07/02/syaikh-nawawi-al-bantani/, diakses 21 April 2012. Faizun, Ahmad Naufa Khairul, 2010. Hak Dan Kewajiban Suami Istri Dalam Keluarga,(Online), http://ahmadnaufa.wordpress.com/2010/03/20/hakdan-kewajiban-suami-dan-istri-dalam-keluarga/, diakses 10 Juli 2012. Basaudan, Majlis Ta‟lim, 2011. Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar ibnu Arabi bin Ali al-Jawi al-Bantani (Syeikh Nawawi Al Bantani), (Online), http://basaudan.wordpress.com/2011/03/01/syeikh-muhammadnawawi-bin-umar-ibnu-arabi-bin-ali-al-jawi-al-bantani-syeikh-nawawial-bantani/, diakses 26 mei 2012. Ihwan, Muhammad ilham, 2012. Faktor Yang Mempengaruhi Keharmonisan Keluarga, (Online), http://ilhamihwan.blogspot.com/2012/05/17/faktoryang-mempengaruhi-keharmonisan.htm, diakses 12 agustus 2012. Yanbu‟ul
Ulum,
Ponpes,
2011.
Silsilah
syeich
Nawawi,
http://pepeyeou.blogspot.com/2011/12/01/silsilah-syaichnawawi.html,diakses 26 mei 2012.
47
(Online),