PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN MEDIA TEKS WACANA DIALOG: Penelitian Tindakan Pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta Tahun Pelajaran 2011-2012 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh Hilda Nurul Mawaddah NIM: 107013000687 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H./2011M.
ABSTRAK HILDA NURUL MAWADDAH (107013000687). Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi dengan Media Teks Wacana Dialog: Penelitian Tindakan pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta Tahun Pelajaran 2011-2012. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta. Materi yang disampaikan yaitu mengenai keterampilan menulis karangan narasi dengan penggunaan media teks wacana dialog. Penelitian ini dimulai dari tanggal 15 Juli 2011 sampai dengan 21 dan 22 Juli 2011. Instrumen yang digunakan adalah tes berupa observasi guru, observasi siswa, jurnal siswa, catatan lapangan, dan lembar tes kemampuan (wadah siswa untuk menulis karangan narasi). Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang memerlukan latihan agar dapat dikuasai dengan baik. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam mempelajari keterampilan menulis, antara lain seperti pilihan kata, ejaan, keterkaitan, gaya bahasa, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis harus mendapatkan perhatian lebih, agar keterampilan menulis yang dianggap rumit ini dapat dikuasai dengan mudah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas, yaitu suatu penelitian yang dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang hadir di dalam kelas. Metode yang dilakukan peneliti terdiri dari empat tahap, antara lain: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan kesatuan siklus yang akan berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah yang sama, yang kemudian difokuskan pada pembelajaran menulis karangan narasi sebagai aplikasi dari keterampilan menulis, tentunya dengan menggunakan media teks wacana dialog. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai karangan siswa mulai dari siklus ke-1 sampai ke-2. Adapun nilai rata-rata siklus ke-1 adalah 75,18, dan siklus ke-2 mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya 80,99. Berdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi karangan, pengembangan penokohan, dan pengembangan latar atau setting. Namun dengan pembelajaran menggunakan media teks wacana dialog, kekurangan dan kesalahan siswa tersebut dapat dikurangi, serta mampu membuat siswa menjadi lebih mudah dalam mengembangkan karangan narasi. Kata kunci: Keterampilan menulis, karangan, narasi, dan wacana dialog.
i
KATA PENGANTAR Segala puji milik Allah Swt yang telah mengajarkan manusia dengan qolam, yang mengajarkan manusia segala sesuatu yang belum diketahuinya. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw yang dijadikan sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya yang selalu menjaga kemurnian sunnah-nya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini belumlah sempurna, karena dalam proses penulisannya, peneliti tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak, karya ini tidak mungkin terwujud. Apresiasi dan terima kasih yang setinggitingginya peneliti sampaikan kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut peneliti sampaikan kepada: 1. Ibu Nurlena Rifai, MA,Ph.D., selaku Dekan FITK UIN Jakarta; 2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku Ketua Jurusan PBSI; 3. Bapak Drs. Ramlan Abdul Gani, M.A., selaku dosen pembimbing yang sangat
berpengaruh
dalam
penyelesaian
skripsi
ini,
serta
telah
mengenalkan kecintaan peneliti pada dunia kebahasaan. (Terima kasih untuk arahan, bimbingan, dan semangatmu untukku bapak); 4. Seluruh dosen Jurusan PBSI yang tak hentinya memberikan asupan ilmu; 5. Ibunda tersayang Dra. Hj. Sohihah, yang kasih sayangnya tak terbatas kepada peneliti, semoga Allah selalu menyayanginya sebagaimana ia selalu menyayangi peneliti sejak dalam kandungan. Ayahanda terkasih Drs. H. Basthomi Hasan, M.A., sebagai sumber kekuatan dalam kelemahan yang selalu berusaha hadir tanpanya, semoga ia selalu dalam lindungan Allah di surga-Nya; 6. ‘Ammi Drs. H. Bisri Soleh M.A., sebagai paman dan orang tua kedua bagi peneliti yang selalu mendukung segala kebaikan bagi kemenakannya;
ii
7. Adik tercinta, Himmah Rahmawati, tempat berkeluh kesah dan sumber inspirasi, serta semangat, bagian kehidupan yang tak tergantikan; 8. Bapak Drs. Djahidin, selaku Kepala Sekolah MTs Negeri 38 Jakarta, dan bapak Sopian Hariri, S.Ag., selaku guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang telah memberi izin dan menjadi mitra peneliti terbaik selama penelitian. Serta seluruh sivitas akademia MTs Negeri 38 Jakarta; 9. Kostan The Green Terrace (Mila, Dewi, Salmah, Kamel, Echi, Ochi, Kak Fuah, Kak Silvi), tempat berbagi segala hal dalam kebaikan, terima kasih untuk semangat yang selalu kalian hadirkan. Terkhusus Uyun KA yang setia menemani sebagai saudara dan room mate peneliti selama tiga tahun dan Fitri D sebagai teman berbagi segala hal yang baik dalam kehidupan; 10. Faisal Hadi, Amd., seseorang yang selalu ada di sisi peneliti dalam suka dan duka, memberikan nasihat, serta kasih sayang dan do’a yang tiada henti; 11. Kawan-kawan mahasiswa Jurusan PBSI angkatan 2007, yang berjuang bersama dan saling menguatkan selama 4 tahun dalam perkuliahan; 12. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam, yang telah memberikan asupan semangat, terutama Distrik PBSI yang menjadi keluarga kecil bagi peneliti (Didah Nurhamidah, Istika Putri, Johan A Lesmana, Lutfi SF); 13. Kawan-kawan Paduan Suara Mahasiswa FITK (PST) dan UKM-PSM yang selalu memberikan inspirasi yang indah melalui nada-nada yang dinyanyikan; 14. Untuk berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga bantuan, dukungan, dan partisipasi yang diberikan kepada peneliti senantiasa menjadi amal baik yang kelak dianugerahkan Allah dengan balasan yang lebih baik. Akhirnya peneliti pun berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan pendidikan dan pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Jakarta, 23 November 2011 Peneliti, iii
DAFTAR ISI ABSTRAK ……………………………………………………………………… i KATA PENGANTAR ............................................................................... ........... ii DAFTAR ISI ………………………………………………………………….... iv DAFTAR TABEL ……………………………………………………………... vi DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. vii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………………...…...1 B. Identifikasi Masalah …………………………………………...….6 C. Pembatasan Masalah ………………………………………..……..6 D. Perumusan Masalah ……………………………………………….7 E. Tujuan Penulisan ……............................................................…….7 F. Manfaat Penelitian …………………………………………..…….8 G. Tinjauan Pustaka ….……………………………………………….9
BAB II
LANDASAN TEORETIS A. Konsep Dasar Keterampilan Menulis ………………………...… 12 B. Karangan……………………………………………………..….. 18 C. Menulis Karangan Narasi ..................................................... .….. 20 D. Konsep Dasar Media Pembelajaran ...………………………...… 27 E. Pembelajaran
Menulis
dalam
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan ……………………………………………………… 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian ……………………………………………...... 35 B. Metode Penelitian ………………………………………….….... 35 C. Prosedur Penelitian ……………………………………………... 40 D. Instrumen Penelitian ……………………………………………. 42 E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian................................... 47 F.
Prosedur Pengelolaan Data .......................................................... 48
G. Kriteria Penilaian Menulis Karangan Narasi …………………... 50 iv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pendeskripsian Hasil Analisis Kebutuhan dan Hambatan Belajar Secara Umum …………………………………………………... 55 B. Perumusan Tujuan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan Menggunakan Media Teks Wacana Dialog pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta …................................. 56 C. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siklus 1 …................................................................................................... 57 D. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siklus . 72 E. Analisis Hasil Penelitian ………………………………..………. 84 F. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………..………….. 87 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ……………………………………………………....... 93 B. Saran ……...…………………………………………………...... 94
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 96 LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru .....................................................43 Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ....................................................45 Tabel 3.3 Jurnal Siswa .......................................................................................46 Tabel 3.4 Penilaian PAP Skala Lima .................................................................49 Tabel 3.5 Penilaian Karangan Narasi .................................................................51 Tabel 4.1 Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 1 ...................62 Tabel 4.2 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24 ………………….….. 65 Tabel 4.3 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19 …………..……….… 66 Tabel 4.4 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 3 …………………….… 67 Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 1 ...........................................68 Tabel 4.6 Persentase Komentar Siswa Siklus 1 .................................................70 Tabel 4.7 Perolehan Skor Siswa Siklus 1 ...........................................................71 Tabel 4.8 Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada Siklus 1 ..........71 Tabel 4.9 Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 2 ...................76 Tabel 4.10 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24 ………………...….. 78 Tabel 4.11 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19 ………………….… 79 Tabel 4.12 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 3 …………………...… 80 Tabel 4.13 Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 2 ......................................... 81 Tabel 4.14 Persentase Komentar Siswa Siklus 2 ...............................................82 Tabel 4.15 Perolehan Skor Siswa Siklus 2 .........................................................83 Tabel 4.16 Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada siklus 2 ........83 Tabel 4.17 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi ........85 Tabel 4.18 Perolehan Nilai Siswa dalam Skala Lima ........................................86 Tabel 4.19 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi Setiap Siklus ..................................................................................................................86
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 3 Silabus Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 5 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Lampiran 6 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus 1 Lampiran 7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 Lampiran 8 Jurnal Siswa Siklus 1 Lampiran 9 Lembar Tes Kemampuan Siswa Siklus 1 Lampiran 10 Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus 1 Lampiran 11 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus 2 Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2 Lampiran 13 Jurnal Siswa siklus 2 Lampiran 14 Lembar Tes Kemampuan Siswa Siklus 2 Lampiran 15 Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus 2 Lampiran 16 Profil Sekolah Lampiran 17 Lembar Uji Referensi Lampiran 18 Biodata Peneliti
vii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1 Proses pendidikan yang diselenggarakan secara formal di sekolah dimulai dari pendidikan formal yang paling dasar sampai perguruan tinggi tidak lepas dari kegiatan belajar yang merupakan salah satu kegiatan pokok, dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan seusia manusia itu sendiri sebagai pelaku pendidikan. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus ditunjang oleh kemampuan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu terapan maupun ilmu pengetahuan dasar secara seimbang. Salah satu usaha untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan dasar adalah dengan meningkatkan keterampilan berbahasa. Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia yaitu dari aspek kemampuan berbahasa yang meliputi aspek mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional,” diakses pada 2 Mei 2011 pukul 14:07 dari http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf
1
2
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional atau bahasa negara. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya.2 Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis, serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia. Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: (1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif, untuk berbagai tujuan, (4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, (5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra
untuk
memperluas
wawasan,
memperhalus
budi
pekerti,
serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.3 Melalui pembelajaran bahasa Indonesia siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk menangkap makna dari sebuah pesan atau informasi yang disampaikan, serta memiliki kemampuan untuk menalar dan mengemukakan 2
Departemen Pendidikan Nasional, “Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,” diakses pada 16 Juni 2011 pukul 10.35 dari http://www.puskur.net/download/kbk/smp/BahasaSastraIndonesia.pdf 3 Badan Standar Nasional Pendidikan, “Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs,” diakses pada 16 Juni 2011 pukul 11:24 dari http://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/buku-standar-isismp.pdf
2
3
kembali pesan atau informasi yang diterimanya. Siswa juga diharapkan memiliki kemampuan untuk mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik. Kompetensi tersebut dapat dicapai melalui proses pemahiran yang dilatih dan dialami dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan pengungkapan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan tersebut adalah keterampilan menulis. Menulis sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus dimiliki siswa agar terampil berkomunikasi secara tertulis. Siswa akan terampil mengorganisasikan gagasan dengan runtut, menggunakan kosakata yang tepat dan sesuai, memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar, serta menggunakan ragam kalimat yang variatif dalam menulis jika memiliki kompetensi dalam menulis karangan dengan baik. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata.4 Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif.
4
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa,
2008), h. 3.
3
4
Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, serta struktur kalimat. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas, ditemukan bahwa menulis sering menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat respon yang baik dari siswa. Siswa tampak mengalami kesulitan ketika harus menulis. Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai atau mengawali paragraf. Siswa kerap menghadapi sindrom kertas kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang diinstruksikan gurunya. Keterampilan menulis terkadang hanya diajarkan pada saat pembelajaran menulis di kelas, pahadal pembelajaran keterampilan menulis dapat dipadukan atau diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran keterampilan yang lainnya di kelas. Pengintegrasian ini dapat bersifat internal maupun eksternal. Pengintegrasian internal berarti pembelajaran menulis diintegrasikan dengan pembelajaran
keterampilan
berbahasa
yang
lain.
Menulis
dapat
pula
diintegrasikan secara eksternal dengan mata pelajaran lain di luar mata pelajaran bahasa Indonesia. Menulis merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan itu hanya akan berkembang jika dilatihkan secara terus-menerus atau lebih sering. Memberikan kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis dalam berbagai tujuan merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis meningkat dan berkembang secara cepat.
4
5
Pembelajaran menulis di sekolah-sekolah hendaknya diselenggarakan dengan baik dan benar. Guru sebagai komunikator dan fasilitator yang akan menyampaikan bahan ajar kepada siswa harus terampil dan mempunyai berbagai cara ampuh untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa dengan memilih bahan, teknik, metode, dan media yang sesuai dengan karakteristik dan tingkat kebahasaan siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa adalah dengan menggunakan media yang tepat dan mampu merangsang siswa untuk menulis. Dengan menggunakan media yang tepat, informasi atau bahan ajar dapat diterima dan diserap oleh siswa dengan baik. Ini sesuai dengan salah satu fungsi dari media pengajaran yaitu untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Proses belajar-mengajar meningkat dengan baik, hasil belajarmengajar pun akan meningkat. Dalam penelitian ini, penulis memilih alternatif lain, yaitu penggunaan media yang ada di lingkungan belajar siswa, berupa teks wacana dialog sebagai bahan pertimbangan untuk dijadikan sebuah penelitian. Menurut penulis, dengan menggunakan teks wacana dialog, siswa akan tergugah dan mudah memperoleh gambaran cerita, serta mampu mengembangkannya ke dalam bentuk karangan narasi. Adapun karangan narasi yang dipilih untuk dikembangkan oleh para siswa adalah narasi ekspositoris sebagai narasi yang menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa atau kejadian. Bertolak
dari
pertimbangan-pertimbangan
di
atas,
maka
penulis
merumuskan sebuah penelitian dalam skripsi yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi dengan Media Teks Wacana Dialog: Penelitian
5
6
Tindakan pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta Tahun Pelajaran 2011-2012. Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memacu siswa untuk menuangkan ide, gagasan, pikiran, dan pendapat berdasarkan teks dialog yang akan dikembangkan siswa ke dalam bentuk karangan narasi. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
yang
dikemukakan,
dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1.
Menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasai dibandingkan keterampilan yang lainnya.
2.
Pada umumnya, siswa kurang terampil dalam menulis.
3.
Teknik, metode, dan media pembelajaran menulis di sekolah tidak bervariasi.
4.
Guru/pendidik kurang terampil dalam menyampaikan pembelajaran, terutama pembelajaran menulis.
5.
Pembelajaran menulis dengan menggunakan media yang tepat akan meningkatkan minat siswa dalam belajar.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, untuk memfokuskan penelitian terhadap objek yang akan diteliti, penulis mencoba membatasi permasalahan hanya pada kemampuan menulis karangan narasi ekspositoris berdasarkan media teks dialog berupa teks percakapan. Setelah proses kegiatan belajar mengajar menulis
6
7
karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog, siswa diharapkan mampu mengasah keterampilannya dalam menulis. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan berbagai masalah dalam penelitian ini, antara lain: 1.
Bagaimana bentuk perencanaan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog?
2.
Bagaimana bentuk pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog?
3.
Apa kendala dan hasil yang diperoleh dari pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog?
E.
Tujuan Penulisan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang cara-cara
meningkatkan kemampuan dalam kegiatan berbahasa, khususnya menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog dalam pembelajaran. Kemudian, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti. Sebagai pihak yang diteliti, siswa dapat mengetahui bagaimana cara memanfaatkan dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan menulis sebagai bentuk mengungkapkan ide dan gagasan yang keluar dari pemikiran siswa dalam kegiatan pembelajaran. Secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
7
8
1.
Memperoleh deskripsi perencanaan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog.
2.
Memperoleh deskripsi pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog.
3.
Memperoleh deskripsi mengenai kendala dan hasil dari pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog.
F. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Siswa dapat memperoleh pengalaman dan wawasan baru dalam menulis karangan narasi dengan menggunakan teknik dan media yang tepat.
2.
Guru dapat memilih berbagai alternatif pembelajaran menulis karangan narasi.
3.
Peneliti dapat memperoleh gambaran hasil pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan wacana dialog.
4.
Lembaga dapat memperoleh bahan masukan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya model pembelajaran menulis dengan menggunakan media teks wacana dialog.
8
9
G. Tinjauan Pustaka Menulis merupakan suatu keterampilan yang diurutkan paling akhir, namun menulis mendapat perhatian paling utama di antara keterampilanketerampilan berbahasa yang lainnya. Peneliti melihat skripsi Suharti, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2011 yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Teknik Parafrase Wacana Dialog pada Siswa Kelas IV SD Negeri III Mungung Kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten (Penelitian Tindakan Kelas)”. Penelitian ini dapat dikatakan mencapai ketuntasan karena peningkatan kemampuan menulis narasi siswa dapat dilihat dari nilai karangan siswa yang selalu meningkat pada setiap siklusnya. Siklus I dicapai ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 38%, kemudian pada siklus II 64%, dan siklus III 89%. Hal ini membuktikan bahwa dengan diterapkannya teknik parafrase wacana dialog, mampu meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran dan sekaligus mampu meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa. Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, peneliti berusaha meneliti dengan objek yang tingkatan siswanya lebih tinggi daripada skripsi Suharti di atas, yaitu siswa pada sekolah menengah pertama. Kemudian, skripsi Suharti menjelaskan bahwa parafrase wacana dialog merupakan sebuah teknik, sedangkan penulis memberi pencerahan bahwa teks wacana dialog merupakan sebuah media pembelajaran berupa teks percakapan, yang kemudian dapat dikembangkan siswa dalam membuat sebuah karangan narasi.
9
10
Perbedaan teknik maupun media yang digunakan memungkinkan menambah pengetahuan baru dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam penelitianpenelitian selanjutnya, diharapkan dapat dilakukan penelitian yang lebih luas lagi. Kemudian, dalam skripsi Isroyati, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010 yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi dengan Penggunaan Metode Field Triep Pada Siswa Kelas IX di SMP Dwiguna Depok. Penelitian ini dapat meningkatkan pembelajaran menulis narasi, hal ini ditandai dengan nilai hasil tulisan siswa yang mengalami peningkatan dari segi teknik penulisan, isi gagasan yang diungkapkan, penggunaan bahasa, pemilihan kata, dan penggunaan ejaan. Dalam pretest hanya 17 siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar (memperoleh nilai 70 ke atas). Pada potest ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100% atau sekitar 40 siswa. Skripsi Siti Zulaikhoh dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Metode Field Trip untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri I Ngemplak”, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Metode field trip dapat meningkatkan pembelajaran menulis. Pada siklus 1 siswa yang aktif sebesar 60%, sedangkan pada silkus 2 siswa yang aktif meningkat menjadi 70%.
Kedua skripsi di atas menunjukkan peningkatan dalam hasil penelitian dengan menggunakan metode field trip. Walaupun ada kesamaan dalam menulis narasi, namun terdapat perbedaan dengan skripsi ini. Peneliti menerapkan alternatif yang ada acuannya di dalam silabus, yaitu dengan menggunakan media
10
11
teks wacana dialog. Sehingga siswa mampu menulis narasi dengan acuan yang sama.
11
12
BAB II LANDASAN TEORETIS
A.
Konsep Dasar Keterampilan Menulis
1. Hakikat Keterampilan Terdapat keterampilan
empat
keterampilan
menyimak,
berbicara,
dalam
kegiatan
membaca,
dan
berbahasa, menulis.
yakni:
Keempat
keterampilan tersebut saling berkaitan. Bila menulis sesuatu, pada dasarnya kita ingin agar tulisan itu dibaca orang lain. Paling tidak, tulisan tersebut dapat dibaca pada waktu lain. Aktivitas tersebut tentu melibatkan keterampilan berbahasa, yakni keterampilan menulis dan keterampilan membaca. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai melalui praktik dan latihan, misalnya kita harus berlatih dalam menulis. Melalui keterampilan, seseorang dapat mengaplikasikan segala kegiatan yang bersifat motorik yang kemudian diikuti fungsi mental yang bersifat kognitif. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhibbin yang menyatakan bahwa keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otototot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran tinggi. 1 Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Reber yang dikutip pula oleh Muhibbin yang menyatakan bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan 1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 117
12
13
pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.2 Setiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan.3 2. Hakikat Menulis Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno. Kegiatan menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yang menyebabkan seseorang semakin giat menulis karena karya mereka mudah untuk diterbitkan. Menulis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1) membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya), 2)
2 3
Ibid Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa,
2008), h. 1
13
14
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.4 Menulis adalah representasi bahasa di dalam sebuah teks media melalui penggunaan satu set tanda-tanda atau simbol (dikenal sebagai sistem penulisan).5 Menulis atau mengarang pada hakikatnya adalah suatu proses yang menggunakan lambang-lambang (huruf) untuk menyusun, mencatat, dan mengomunikasikan, serta dapat menampung aspirasi atau makna yang ingin disalurkan kepada orang lain. Pesan yang ingin disampaikan itu dapat berupa tulisan yang dapat menghibur, memberi informasi, mempengaruhi, dan menambah pengetahuan. Hasil kegiatan mengarang seperti ini disebut karangan yang dapat berwujud sebagai sebuah wacana argumentasi, eksposisi, deskripsi, dan narasi. Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. 6 Berdasarkan konsep tersebut, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol-simbol tersebut. Mengombinasikan dan menganalisis setiap unsur kebahasaan dalam sebuah karangan merupakan suatu keharusan bagi penulis. Dari sinilah akan terlihat sejauh mana pengetahuan yang dimiliki penulis dalam menciptakan 4
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),
h. 1219 5
Wikipedia, “Writing,” diakses pada 22 Juni 2011 pukul 11.02 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Writing 6 Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 1.3
14
15
sebuah karangan yang efektif. Kosakata dan kalimat yang digunakan dalam kegiatan menulis harus jelas agar mudah dipahami oleh pembaca. Di samping itu, jalan pikiran dan perasaan penulis sangat menentukan arah penulisan sebuah karya tulis atau karangan yang berkualitas. Dengan kata lain, hasil sebuah karangan yang berkualitas umumnya ditunjang oleh keterampilan kebahasaan yang dimiliki seorang penulis. 3. Pengertian Keterampilan Menulis Keterampilan seseorang menggunakan bahasa tulis sebagai alat, baik wadah maupun media untuk memaparkan isi jiwanya, penghayatan, dan pengalamannya
secara
teratur
disebut
kemampuan
menulis/mengarang.
Kemampuan menulis sangat penting dimiliki untuk menunjang tugas-tugas kesehariannya yang terkait dengan kegiatan tulis-menulis. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan berkomunikasi dengan orang lain. Dalam proses berkomunikasi dapat melalui bahasa tulis maupun bahasa
lisan.
Menulis
merupakan
suatu
keterampilan
berbahasa
yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.7
7
Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 3
15
16
Oleh karena itu, keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Sejalan dengan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, yakni memiliki sebuah produk yang bernama tulisan. Dalam pembelajaran, menulis merupakan sebuah pembelajaran yang kurang diminati. Menurut Tarigan, keterampilan menulis walaupun sering berada pada posisi terakhir dalam urutan keterampilan berbahasa, tetap mendapat posisi paling penting dalam kehidupan ilmiah seseorang karena sifatnya yang produktif. Seseorang dapat dikatakan akademisi yang baik jika ia telah teruji kemampuan menulisnya. Oleh karena itu, dalam situasi pembelajaran, seorang guru hendaknya memiliki kepekaaan dalam mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan tepat sasaran. 8 Dalam kegiatan menulis, penulis selalu mencari jalan untuk menghidupkan ekspresi dari ide-ide yang tertuang dari pikiran penulis itu sendiri. Mencoba menuangkan kata-kata baru dan memanipulasi kalimat adalah dua hal yang sering penulis lakukan dalam memberikan daya tarik dan kejelasan.9 4. Tujuan Menulis Hugo Hartig dalam Tarigan berpendapat bahwa terdapat beberapa tujuan penulisan antara lain adalah berikut:
8
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1987), h. 224 9 Lea Masiello, Writing in Action: A Collaborative Rhetoric for College Writers (New York: Mac Millan, 1986), h. 2
16
17
a. Tujuan penugasan Maksud dari tujuan penugasan ini merupakan penulisan sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan penulis sendiri; b. Tujuan altruistik Tujuan altruistik ini dimaksudkan untuk menyenangkan pembaca, menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca untuk memahami, serta menghargai perasaan dan penalarannya; c. Tujuan persuasif Tujuan persuasif dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan; d. Tujuan informasional Maksud dari tujuan informasional yaitu sebagai pemberi informasi atau penerangan kepada para pembaca; e. Tujuan pernyataan diri Tujuan pernyataan diri ini yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca; f. Tujuan kreatif Maksud dari tujuan kreatif ini yaitu tulisan yang bertujuan untuk mencapai nilai-nilai artistik maupun nilai-nilai kesenian; g. Tujuan pemecahan masalah Tujuan pemecahan masalah adalah maksud penulis yang bertujuan ingin memecahkan/menyelesaikan masalah yang dihadapi.10 Karena menulis
10
Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 25-26
17
18
mendorong proses integrasi informasi, maka menulis dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah yang rumit.11 B. 1.
Karangan Pengertian Karangan Menurut Mahsusi, karangan berarti rangkaian, susunan, atau komposisi.
Yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang diwujudkan dalam bentuk kalimat-kalimat yang disusun sesuai dengan kaidah komposisi.12 Mengarang adalah bagian ekspresi secara tertulis. Segala kesan batin, baik pikiran, perasaan, maupun kemauan dapat dinyatakan dengan bahasa tulis. Dengan kata lain, apa yang dipikirkan, dirasakan atau diinginkan orang lain bisa diwujudkan pada sehelai kertas.13 Dapat disimpulkan bahwa karangan merupakan suatu bentuk pencurahan gagasan, ide, pendapat, pikiran, berita, khayalan, kehendak, dan sebagainya yang didukung oleh penataan bahasa yang harmonis, tersusun, dan teratur. 2. Jenis-jenis Karangan Morris dalam Tarigan berpendapat bahwa karangan diklasifikasikan ke dalam empat jenis, yakni narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. 14 Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Parera yang membagi karangan ke dalam empat jenis, kecuali persuasi. Adapun Brook dan Warren berpendapat bahwa karangan terdiri dari empat jenis, yakni deskripsi, persuasi, argumentasi, dan eksposisi.15
11 Hernowo, QuantumWriting: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis (Bandung: Mizan, 2003), h. 53 12 Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), h. 228 13 Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, 1986), h. 96 14 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 28 15 Ibid, h. 29
18
19
Berikut ini akan dijelaskan satu per satu mengenai jenis-jenis karangan, antara lain: a. Karangan narasi, yaitu suatu bentuk wacana atau tulisan yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. b. Karangan deskripsi, yaitu suatu karangan atau tulisan yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan berbagai pengalaman, pendengaran, perabaan, penciuman, dan situasi perasaan atau masalah. c. Karangan eksposisi, yaitu paparan. Dengan paparan, penulis menyampaikan suatu penjelasan dan informasi.16 Dengan kata lain, karangan eksposisi berusaha menerangkan ide atau gagasan yang dianggap perlu untuk disampaikan kepada pembaca. d. Karangan argumentasi. Menurut Keraf, karangan argumentasi tidak lain daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal.17 e. Karangan persuasi, merupakan bentuk karangan yang bertujuan mengajak atau meyakinkan pembaca agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis atau pembicara.
16
Ramlan A Gani dan Mahmudah Fitriyah, Disiplin Berbahasa Indonesia (Jakarta: FITK Press,
2010), h. 93 17 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 3
19
20
C. 1.
Menulis Karangan Narasi Pengertian Karangan Narasi Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu
kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkai menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Dengan cara lain, narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.18 Menurut Mahsusi, Narasi adalah paragraf/karangan yang menceritakan suatu benda, keadaan, atau peristiwa. Tokoh dalam cerita bisa manusia, bisa juga binatang, dan peristiwa disampaikan menurut urutan kejadian (kronologis). 19 Narasi merupakan satu bentuk pengembangan karangan dan tulisan yang bersifat menyejarahkan sesuatu berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian dan masalah. Pengarang bertindak sebagai sejarawan atau tukang cerita. akan tetapi ia mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Ia tetap ingin meyakinkan para pembaca atau pendengar dengan jalan menceritakan apa yang ia lihat dan ia ketahui.20 Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Donald Hall, sederhananya narasi adalah mengungkapkan cerita. lebih luasnya narasi adalah sebuah pengembangan dalam kalimat dan paragraf sesuai urutan waktu. Narasi dapat
18
Ibid, h. 135-136 Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, h. 253 20 Jos Daniel Parera, Menulis Tertib dan Sistematik: Edisi Kedua (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 5 19
20
21
membantu kita dalam berargumen atau berpendapat, dan jelasnya kita menggunakan narasi dalam autobiografi dan tulisan fiksi.21 Narasi (penceritaan atau pengisahan) adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau rangkaian terjadinya sesuatu hal. 22 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan narasi adalah suatu bentuk karangan yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa secara runtut yang terjalin dalam suatu kesatuan waktu. Memaparkan fase dan urutan kejadian peristiwa-peristiwa yang terjadi. 2.
Jenis-jenis Karangan Narasi Secara garis besar, narasi terbagi atas dua jenis, yaitu narasi nonfiksi dan
narasi fiksi.23 Narasi nonfiksi biasa disebut juga dengan narasi ekspositoris, sedangkan narasi fiksi dikenal dengan sebutan narasi sugestif. Menurut Keraf, narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi kepada para pembaca agar pengetahuannya bertambah luas, disebut dengan narasi ekspositoris. Di samping itu, ada pula narasi yang disusun dan disajikan dengan berbagai macam, sehingga dapat menimbulkan daya khayal para pembaca. Ia berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya. Narasi semacam ini adalah narasi sugestif.24
21
Donald Hall, Writing Well: Second Edition (Boston: Little Brown, 1976), h. 245 Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, h. 1.11 23 Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, h. 253 24 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 136 22
21
22
Narasi ekspositoris/nonfiksi bertujuan mengubah pikiran pembaca agar memperoleh pengetahuan yang luas mengenai apa yang dibacanya. Narasi ekspositoris terdiri dari dua sifat, yaitu umum dan khusus. Narasi ekspositoris yang bersifat umum (generalisasi) adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan oleh siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang.25 Contohnya wacana mengenai cara membuat dan menyiapkan nasi goreng, dan lain-lain. Narasi ekspositoris yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja.26 Contohnya wacana yang menceritakan peristiwa dari pengalaman seseorang yang baru pertama kali naik haji, pengalaman jatuh cinta, dan lain-lain. Adapun narasi sugestif merupakan narasi yang seluruh kejadiannya berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Tetapi tujuan dan sasaran utamanya yaitu berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman.27 Oleh karena itu, narasi sugestif membutuhkan dan melibatkan imajinasi. Contoh narasi sugestif adalah novel, roman, cerpen, dongeng, dan hikayat. 3.
Ciri-ciri Karangan Narasi Ciri-ciri karangan narasi adalah sebagai berikut:
a.
Karangan narasi adalah karangan yang pada umumnya bersifat fiksi; 25
Ibid, h. 137 Ibid 27 Ibid, h. 138 26
22
23
b.
Isinya berupa cerita yang memaparkan suatu peristiwa, baik peristiwa rekaan atau nyata;
c.
Pengarang tidak mementingkan hubungan sebab akibat dari masalah yang ia kemukakan.28 Oleh karena itu karangan narasi bersifat subjektif, artinya baik isi maupun bahasa yang digunakan sangat dipengaruhi oleh jiwa pengarangnya;
d.
Timbulnya konflik atau terbina alur sering berhubungan erat dengan unsur watak atau tema, bahkan juga latar.29 Maka dalam karangan narasi, adanya penokohan, jalan cerita, dan konflik itu sangat penting;
e.
Walaupun khayal atau berimajinasi, pengarang tidak boleh sesuka hati menciptakan cerita.30 Dengan kata lain, karangan narasi yaitu karangan yang bersifat fiksi (khayalan), namun harus bersifat wajar (logis);
f.
Karangan narasi berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah kejadian atau serentetan kejadian, agar pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.31 Maka karangan narasi ini bersifat didaktis, karena pada umumnya memiliki pesan yang tersembunyi untuk pembaca;
4.
Unsur-unsur Karangan Narasi Jika ingin menulis sebuah karangan narasi, perlu diperhatikan prinsip-
prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi.
28
Jos Daniel Parera, Menulis Tertib dan Sistematik: Edisi Kedua, h. 5 Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, h. 4.40 30 Ibid, h. 4.32 31 E. Kusnadi dan Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia: Materi Pengayaan Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 36 29
23
24
Prinsip-prinsip tersebut antara lain: alur, penokohan, latar, titik pandang, dan pemilihan detail peristiwa (tema).32 Menurut Keraf, struktur/unsur-unsur narasi dapat dilihat dari komponenkomponen yang membentuknya: perbuatan, penokohan, latar, dan sudut pandang.33 Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur narasi itu adalah setting, gaya penokohan, perwatakan, alur, titik pandang, tema, dan pesan. a. Tema Tema adalah suatu gagasaan sentral yang menjadi dasar tulisan atau karya fiksi.34 Dapat dikatakan, tema merupakan pokok pembicaraan atau ide yang menjadi dasar sebuah cerita. b. Latar Sebuah cerita akan menarik dan kuat apabila didukung oleh latar yang sesuai dan tidak gegabah dipilih oleh pengarang dalam ceritanya. Atar Semi mengemukakan bahwa latar atau landas tumpu (setting) cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi, baik tempat maupun waktu.35 Sejalan dengan pendapat tersebut, latar merupakan tempat dan atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh.36 Dari kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa latar dalam suatu cerita adalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa. Tempat ini dapat 32
Suparno dan M. Yunus, Keterampilan Dasar Menulis. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h.
4.39 33
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 145 M. Atar Semi, Anatomi Sastra (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 42 35 Ibid., h. 46 36 Suparno dan M. Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, h. 4.42 34
24
25
diartikan sebagai ruang atau hal-hal yang ada di sekitarnya. Dan waktu dapat berupa hari, tahun, musim, bahkan periode sejarah. c. Penokohan Di dalam sebuah cerita tentunya terdapat tokoh-tokoh yang mengalami peristiwa, baik tokoh yang berperan sebagai tokoh utama atau tokoh yang hanya berperan sebagai pelengkap saja. Perbedaan antara tokoh utama dan tokoh pelengkap dapat dilihat dari sering tidaknya kedua tokoh tersebut diceritakan. Tentunya tokoh utama lebih sering diceritakan daripada tokoh pelengkap. Tokohtokoh tersebut dapat berwujud manusia atau makhluk yang sifatnya menyerupai manusia. Selain dibedakan dari tokoh utama dan tokoh pelengkap, tokoh juga dapat dibedakan dari tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Protagonis adalah tokoh yang berperan sebagai tokoh kunci, sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang berperan sebagai penentang tokoh protagonis. Sebagaimana menurut Jones yang dikutip oleh Nurgiyantoro, bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.37 d. Alur Jalan cerita dan alur nampaknya tidak dapat dipisahkan, namun ternyata keduanya berbeda. Jalan cerita hanya memuat kejadian cerita, sedangkan yang menggerakkan cerita tersebut adalah alur.
37
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007),
h. 165
25
26
Atar Semi mengemukakan alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu dengan yang lainnya, bagaimana peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa yang lain, bagaimana tokoh digambarkan dan berperan terikat dalam suatu kesatuan waktu.38 Alur agaknya lebih baik bila dibatasi sebagai sebuah interrelasi fungsional antara unsur-unsur narasi yang timbul dari tindak-tanduk, karakter, suasana hati (pikiran) dan sudut pandang, serta ditandai oleh klimaks-klimaks dalam rangkaian tindak-tanduk itu, yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan narasi.39 Dari kedua batasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa alur bukan sekedar jalan cerita, namun dalam alur terdapat perkembangan cerita dengan tahapan-tahapan peristiwa dan konflik. e. Sudut Pandang Sudut pandang sering disebut dengan istilah point of view. Sudut pandang membicarakan dari mana sebuah cerita dilihat, apakah dari orang pertama dengan aku sebagai pencerita atau orang lain yang berperan sebagai pencerita. Menurut Booth dalam Nurgiantoro, sudut pandang merupakan teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna karya artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca.40
38
M. Atar Semi, Anatomi Sastra, h. 43-44 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 147 40 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 249 39
26
27
Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Keraf sudut pandang dalam narasi menyatakan bagaimana fungsi seorang pengisah (narrator) dalam sebuah narasi, apakah ia mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian kejadian (yaitu sebagai participant), atau sebagai pengamat (observer) terhadap objek dari seluruh aksi atau tindak-tanduk dalam narasi.41 Jadi, sudut pandang adalah siapa yang dipilih oleh pengarang untuk bercerita atau cara pengarang menyampaikan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan. f. Amanat Seorang penulis atau pengarang tentu mempunyai maksud yang hendak disampaikan baik dari pikiran atau perasaannya, hal ini biasa disebut dengan penyampaian amanat. Amanat tersebut dapat berupa amanat yang hendak disampaikan baik secara tersurat maupun tersirat. D. 1.
Konsep Dasar Media Pembelajaran Pengertian Media Pembelajaran Menurut Susanto dalam Subana, media pembelajaran merupakan media
yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu pengajaran dan belajar.42 Media pembelajaran menurut Yudhi Munadi dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber
41
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 191 M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Berbagai Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media Pengajaran (Bandung: Pustaka Setia, 1986), h. 287 42
27
28
secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.43 Definisi di atas sejalan dengan definisi yang disampaikan oleh Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika yang dikutip oleh Sadiman, yakni sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi.44 Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah wahana atau alat bantu yang digunakan guru sebagai sumber pesan kepada siswa sebagai penerima pesan. Pesan tersebut berupa materi pembelajaran. Tujuannya adalah agar terjadi proses belajar yang efektif. 2. Jenis Media Pembelajaran Gagne dalam Munadi membuat tujuh jenis pengelompokan media berdasarkan
fungsi
pembelajaran,
yaitu
benda
untuk
didemonstrasikan,
komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media ini kemudian dikaitkan dengan kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hierarki belajar yang dikembangkannya, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan balik.45
43
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 7-8 44 Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 6 45 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, h. 51
28
29
Berbeda dengan hal di atas, berikutnya Yudhi Munadi membagi media berdasarkan indera yang terlibat. Menurut Aminudin Rasyad dalam Munadi, Klasifikasi media berdasarkan indera ini lebih disebabkan pada pemahaman bahwa pancaindra merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (five golden gate of knowledge).46 Bila dilihat dari intensitasnya, maka indera yang paling banyak membantu manusia dalam perolehan pengetahuan dan pengalaman adalah indera pendengaran dan indera penglihatan. Kedua inderawi ini adakalanya bekerja sendiri-sendiri dan adakalanya bekerja bersama-sama. Media pembelajaran yang melibatkan indera pendengaran (telinga) saja kita sebut sebagai media audio; media yang melibatkan indera penglihatan (mata) saja kita sebut sebagai media visual; dan media yang melibatkan keduanya dalam satu proses pembelajaran kita sebut sebagai media audio-visual. Proses pembelajaran tersebut melibatkan banyak indera dalam arti tidak telinga dan mata saja, yang demikian itu dinamakan sebagai proses pembelajaran dengan multimedia.47 3. Ciri-ciri Media Pembelajaran Oemar
Hamalik
mengemukakan
ciri-ciri
umum
dari
media
pendidikan/media pembelajaran sebagai berikut. a.
Media pendidikan identik dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata “raga”, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan dapat diamati melalui panca indera kita.
46 47
Ibid., h. 53-54 Ibid
29
30
b.
Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bias dilihat dan didengar.
c.
Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran, antara guru dan siswa.
d.
Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar baik dalam kelas maupun di luar kelas.
e.
Pada dasarnya media pendidikan merupakan suatu “perantara” (medium, media) dan digunakan dalam rangka pendidikan.
f.
Media pendidikan mengandung aspek-aspek sebagai alat dan sebagai teknik, yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar.48
4. Fungsi Media Pembelajaran Fungsi media pembelajaran menurut Derek Rowntree dalam Rohani adalah sebagai berikut: a. Membangkitkan motivasi belajar; b. Mengulang apa yang telah dipelajari; c. Menyediakan stimulus belajar; d. Mengaktifkan respon peserta didik; e. Memberikan balikan dengan segera; f. Menggalakkan latihan yang serasi.49 5. Wacana Dialog sebagai Media Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wacana berarti komunikasi verbal; percakapan.50 Sedangkan menurut Alwi yang dikutip oleh Okke, wacana adalah 48 49
Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), h. 11 Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h. 7-8
30
31
rentetan kalimat yang bertautan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.51 Sementara itu, Harimurti mengemukakan bahwa wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal, merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap. 52 Berdasarkan uraian di atas, maka wacana memiliki pengertian informasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar, dan ujaran yang biasanya berupa buku, artikel, pidato, teks wawancara, dan teks percakapan (dialog). Marrit dalam Syamsudin membagi wacana dari segi jenis pemakaiannya ke dalam dua bentuk. Pertama, wacana monolog yaitu wacana yang tidak melibatkan suatu bentuk tutur percakapan atau pembicaraan antara dua pihak yang berkepentingan. Yang termasuk jenis wacana ini adalah semua bentuk teks, surat, bacaan, cerita, dan lain-lain yang sejenis. Kedua, wacana dialog yaitu wacana yang dibentuk oleh percakapan atau pembicaraan antara dua pihak seperti terdapat dalam obrolan, pembicaraan, teks drama, film strip, dan sejenisnya.53 Sejalan dengan pendapat tersebut, Crystal dalam Wijana menyatakan bahwa analisis wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat
50
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1265. Oke SZK dan Ayu Basuki H, Telaah Wacana. (Jakarta: The Intercultural Insitute, 2009), h. 11 52 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik: Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 259 53 Syamsudin AR, Studi Wacana. (Bandung: Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni FPBS IKIP Bandung, 1992), h. 13 51
31
32
pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam wacana seperti percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan.54 Wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi. Komunikasi sendiri dapat melalui dua cara, yaitu dengan bahasa lisan dan bahasa tulis. Apa pun bentuknya, wacana selalu memuat penyapa (pembicara) dan pesapa (pendengar). Dalam wacana lisan, penyapa adalah pembicara, sedangkan pesapa adalah pendengar.55 Bisa dikatakan, wacana lisan ini dapat berbentuk teks percakapan/teks wawancara yang biasa disebut dengan teks wacana dialog. Untuk keperluan penelitian ini, peneliti memilih media cetak atau media tulis berupa teks wacana dialog. Peneliti menganggap media teks wacana dialog berupa teks percakapan adalah media yang dapat membantu pengajaran menulis di sekolah, terutama menulis karangan narasi. Hal ini disebabkan karena wacana dialog merupakan media yang mudah diperoleh, murah, dan tidak perlu peralatan khusus yang harus dibawa ke ruang kelas. Setiap orang akan mudah memperoleh wacana tersebut. Melalui media ini para siswa dituntut untuk bisa menceritakan kembali isi dialog ke dalam bentuk karangan narasi. E.
Pembelajaran Menulis dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah kebijakan baru yang dilakukan oleh pemerintah Republik
Indonesia dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan diubahnya kurikulum yang lama dan digantikan dengan kurikulum yang baru
54
I Dewa PW dan M. Rohmadi, Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h. 68 55 Ibid, h. 70
32
33
yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
merupakan
kurikulum
operasional
yang
disusun
oleh
dan
dilaksanakan pada masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur, dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.56 Secara umum, pembelajaran menulis dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia bertujuan untuk: a. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa menggunakan dan sastra
Indonesia
untuk
meningkatkan
kemampuan
intelektual,
kematangan emosional, dan kematangan sosial; b. Siswa memiliki disiplin dan ketertiban dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis); c. Siswa mampu menyalurkan potensi intelektual, gagasan, dan imajinasi secara kreatif dan konstruktif.57 Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang seharusnya dimiliki oleh setiap siswa. Pembelajaran menulis di sekolah diharapkan dapat menghasilkan individu yang berkemampuan baik dalam menulis. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, standar kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa kelas VII semester 2 setelah mengikuti pembelajaran menulis adalah siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran,
56
Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun Pelajaran 2009-2010 (Jakarta: Tidak diterbitkan, 2009), h. 1 57 Didin Widyartono, “Pembelajaran Bahasa Indonesia,” diakses pada 16 Juni 2011 pukul 11:46 dari http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/pembelajaran-bahasa-indonesia/
33
34
gagasan, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan, antara lain yaitu menulis narasi melalui teks wawancara, menulis pesan singkat, menulis puisi yang berkenaan dengan keindahan alam, dan menulis puisi yang berkenaan dengan peristiwa yang dialami.
34
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian Sasaran dan penilaian pada penelitian ini adalah siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta pada kelas VII-2 tahun ajaran 2011-2012 di semester genap. Jumlah siswa sebanyak 25 siswa yang terdiri dari 11 siswa lakilaki dan 14 siswa perempuan. Subjek tersebut dipilih berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas VII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta. Penelitian ini menitikberatkan pada kemampuan menulis karangan narasi siswa yang dikembangkan melalui media teks wacana dialog. B. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah pendekatan kuantitatif, karena peneliti berupaya mengkaji lebih dalam mengenai peningkatan dari hasil belajar keterampilan menulis narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yang bertujuan untuk membantu siswa menuangkan ide dan gagasan dengan baik. Penelitian Tindakan Kelas menurut Ghony adalah salah satu strategi pemecahan
masalah
yang
memanfaatkan
tindakan
nyata
dan
proses
pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Bisa 35
36
juga dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta untuk memperbaiki kondisi nyata di mana praktik pelaksanaan pembelajaran tersebut dilakukan di dalam kelas.1 Pendapat lain dikemukakan oleh Suhardjono, yang mendefinisikan penelitian tindakan (action reseach) sebagai suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.2 Sejalan dengan pendapat di atas, Hopkins dalam Wiriaatmadja mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.3 Kemudian menurut Kusumah, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif
1
Djunaidi Ghoni, Penelitian Tindakan Kelas (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 10 Suharsimi A dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 58 3 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) , h. 11 2
36
37
dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.4 Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian dan pemecahan masalah yang bersifat reflektif dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi, serta kinerja guru dan siswa dalam melakukan praktik-praktik atau suatu kegiatan yang dilakukan. Dalam konteks penelitian tindakan kelas ini peneliti bertindak sebagai pelaku utama yaitu pelaksana penelitian, karena peneliti ikut dan terlibat langsung dalam penggunaan media teks wacana dialog kepada siswa dan evaluasi peningkatan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar matapelajaran bahasa Indonesia. Menurut Hopkins dalam Kusumah penelitian tindakan kelas memiliki beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah:5 1. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar 2. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan sehingga mengganggu proses pembelajaran 3. Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga hipotesis yang dirumuskan cukup meyakinkan 4. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya 4
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas: Edisi Kedua (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 9 5 Ibid, h. 17
37
38
5. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh pimpinan sekolah atau guru sejawat sehingga hasilnya cepat tersosialisasi 6. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam pespektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara guru dan dosen) Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan yang pada dasarnya melekat pada penuaian misi profesional kependidikan yang diemban oleh guru. Selain itu penelitian tindakan kelas dapat mengembangkan keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran aktual yang sedang dihadapi di kelasnya. Lewin dalam Suharsimi mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan
sesuatu
proses
yang
menunjukkan
sebuah
siklus
kegiatan
berkelanjutan berulang. Proses penelitian tindakan kelas ini menggunakan sistem spiral refleksi diri yang terddiri atas 4 tahapan dimulai dengan perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).6 a. Perencanaan Pada tahap ini dilakukan analisis masalah dan membuat rancangan yang strategis berdasarkan analisis masalah yang telah didapatkan. Peneliti secara kolaboratif menetapkan dan menyusun rancangan program.
6
Suharsimi A dkk, h. 58
38
39
Rancangan dilakukan pada setiap awal siklus oleh peneliti utama dan guru. Hal yang terulang dalam rancangan berkaitan dengan pembuatan rencana pengajaran dan satuan pelajaran yang akan dilaksanakan, serta tindakantindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran dan pengamatannya. b. Tindakan Kegiatan tindakan adalah pelaksanaan dari rencana yang telah ditetapkan. Kegiatan pelaksanaan tindakan merupakan tindakan pokok dalam siklus PTK. Kegiatan ini dilaksanakan secara bersamaan dengan kegiatan observasi. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan
proses
belajar
mengajar
sebagaimana
yang
telah
direncanakan dalam satuan pelajaran. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan menggunakan metode dan teknik yang sesuai dan cocok dengan situasi kelas. c. Pengamatan Pengamatan adalah upaya untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung, dengan atau tanpa alat bantu. Pada penelitian ini, dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan mengenai keaktifan dan reaksi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan format kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan dengan menampilkan kegiatan guru dan kegiatan siswa. Pengamatan dalam penelitian ini dibantu oleh kolaborator. Pengamatan yang dilaksanakan oleh peneliti utama berkaitan dengan
39
40
keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator adalah mengamati kegiatan guru dan siswa dalam format KBM yang telah disediakan dan mengamati keaktifan siswa dalam PMB. Hasil dari observasi ini kemudian didiskusikan dengan guru untuk melihat tindakan apa yang telah dilaksanakan atau apa yang belum dilaksanakan. Hasil diskusi dalam tim peneliti kemudian akan menjadi bahan perenungan guru dan peneliti pada tahap refleksi. d. Refleksi Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami, memakai proses, dan hasil perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan. Hasil refleksi ini digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan. Pada penelitian ini, yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah melakukan pengkajian terhadap seluruh proses pembelajaran menulis dalam satu siklus. Pada tahap ini peneliti dan guru berusaha menemukan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak perlu dilakukan dalam upaya perbaikan. Berdasarkan masukan dari hasil refleksi, maka peneliti dan guru melakukan apa yang harus diperbaiki pada siklus berikutnya. Hasil dari refleksi ini memungkinkan munculnya tindakan baru pada siklus berikutnya. C. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian pada penelitian tindakan kelas ini terdiri atas beberapa siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang telah dicapai.
40
41
Jumlah siklus dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Dalam penelitian ini prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut, antara lain: 1. Studi Pendahuluan Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang menjadi objek penelitian dan untuk mengetahui gambaran pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. 2. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti berkolaborasi dengan guru untuk melakukan perencanaan pelaksanaan tindakan. Perencanaanperencanaan tersebut antara lain adalah: a.
Menentukan kelas penelitian dan waktu penelitian;
b.
Menentukan jenis dan tema teks wacana dialog yang akan
digunakan sebagai media pembelajaran menulis karangan narasi; c.
Menyusun satuan pelajaran, menentukan metode dan langkah-
langkah dalam proses belajar mengajar; d.
Menyusun alat observasi yang digunakan untuk mengamati
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung; e.
Menyusun jurnal siswa yang akan diberikan kepada siswa pada
setiap akhir pembelajaran, dan menentukan alat evaluasi untuk melihat kemampuan menulis siswa; dan f.
Merencanakan dan melaksanakan diskusi antara peneliti
dengan para observer (guru matapelajaran) untuk melihat
41
42
perkembangan aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. 3. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian merupakan rencana yang telah ditetapkan peneliti dengan guru sebelumnya. Pada pelaksanaan penelitian, hal-hal yang dilakukan adalah: a.
Melaksanakan perencanaan pada setiap awal siklus
b.
Melaksanakan
tindakan
yang
telah
ditetapkan
dalam
tindakan
yang
perencanaan c.
Melaksanakan
pengamatan
terhadap
dilaksanakan d.
Melaksanakan refleksi untuk kegiatan selanjutnya
Keempat kegiatan tersebut merupakan satu siklus. Bila dalam satu siklus penelitian belum berhasil, maka dilaksanakan siklus selanjutnya dengan melaksanakan kembali keempat kegiatan tersebut. Demikian seterusnya sampai penelitian ini mencapai nilai atau hasil yang diharapkan. D. Instrumen Penelitian Untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini, ada beberapa instrumen yang digunakan oleh peneliti, instrumen tersebut yaitu lembar observasi, jurnal siswa, catatan lapangan, dan lembar tes kemampuan. 1. Observasi Observasi dilaksanakan untuk mengamati kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pengamatan ini
42
43
dilakukan dengan bantuan dua mitra peneliti. Alat yang digunakan adalah lembar observasi sebagai alat bantu dalam menganalisis dan merefleksi setiap siklus guna perbaikan dalam siklus berikutnya. Hal-hal yang diamati dari aktivitas guru selama proses pembelajaran, yaitu: a. Kemampuan membuka pelajaran; b. Sikap guru dalam proses pembelajaran; c. Proses pembelajaran; d. Kemampuan menggunakan media; e. Evaluasi; dan f. Kemampuan menutup pelajaran. Berikut adalah lembar observasi aktivitas guru: Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru NO.
1.
HAL YANG DIAMATI
Kemampuan membuka pelajaran a. Menarik perhatian siswa b. Menghadirkan motivasi c. Memberi acuan bahan belajar yang akan disajikan d. Mengadakan apersepsi
2.
Sikap peneliti dalam proses pembelajaran a. Kejelasan suara b. Gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa c. Antusiasme penampilan/mimik d. Mobilitas posisi tempat yang tidak mengganggu siswa
43
YA
TIDAK
44
3.
Penguasaan bahan pembelajaran a. Penyajian bahan relevan dengan indikator b. Bahan-bahan pembelajaran disajikan dengan pengalaman belajar yang direncanakan c. Menampakkan kedalaman pokok bahasan d. Mencerminkan keluasan wawasan
4.
Proses pembelajaran a. Kesesuaian penggunaan strategi atau metode dengan pokok bahasan b. Kejelasan dalam menerangkan materi dan memberikan contoh c. Antusiasme dalam menanggapi dan menggunakan respons d. Kecermatan dalam pemanfaatan waktu
5.
Kemampuan menggunakan media a. Memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media b. Ketepatan saat penggunaan media c. Keterampilan dalam mengoprasikan d. Membantu meningkatkan proses pembelajaran
6.
Evaluasi a. Menggunakan penilaian lisan b. Menggunakan penilaian tulisan c. Relevansi jenis-jenis penilaian dengan indicator d. Penilaian sesuai dengan apa yang direncanakan
7.
Kemampuan menutup pelajaran a. Meninjau kembali b. Memberikan kesempatan bertanya c. Menugaskan ko-kurikuler d. Menginformasikan bahan berikutnya
Keterangan: Observer mengisi lembar observasi dengan memberikan tanda ceklis (√) 44
45
Komentar mengenai aktivitas guru
Adapun hal-hal yang diamati dari aktivitas siswa selama proses pembelajaran, yaitu: a. Aktivitas siswa; b. Keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran; c. Perilaku siswa yang tidak sesuai; d. Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Berikut ini adalah lembar observasi aktivitas siswa: Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Berilah tanda (√) pada kolom yang sudah disediakan NO.
OPSI
HAL YANG DIAMATI
KURANG
1.
Siswa menunjukkan sikap senang
2.
Siswa aktif dalam pembelajaran
3.
Siswa memperhatikan penjelasan guru
4.
Siswa mengajuka pertanyaan
5.
Siswa menjawab pertanyaan guru
6.
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan serius
7.
Siswa mengikuti pelajaran sampai akhir
Komentar mengenai aktivitas siswa
45
CUKUP
BAIK
46
Dalam melaksanakan observasi ini, peneliti dibantu atau bekerjasama dengan beberapa orang guru pada sekolah yang menjadi tempat penelitian sebagai kolaborator atau peneliti mitra. 2. Jurnal Siswa Jurnal siswa diberikan kepada siswa setiap akhir dari proses pembelajaran. Jurnal ini diberikan dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai respon siswa terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Data tersebut digunakan sebagai masukan untuk pembelajaran berikutnya. Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Jurnal Siswa Siklus ke-
:
PETUNJUK 1. Tulislah terlebih dahulu nama, kelas, nomor absen, serta hari dan tanggal pada lembar jawaban yang telah disediakan. 2. Bacalah dengan cermat setiap soal sebelum menjawab. 3. Soal di bawah ini tidak mempengaruhi penilaian, dan jawablah soal dengan jujur. IDENTITAS Nama
:
Kelas
:
No. Absen
:
Hari/Tanggal : PERTANYAAN 1.
Apa yang kamu pelajari hari ini?
2.
Kesan apa yang kamu dapatkan dengan pembelajaran seperti ini?
46
47
3. Catatan Lapangan Catatan lapangan ini merupakan catatan harian guru. Catatan ini dibuat guru segera setelah proses pembelajaran berakhir. Dengan catatan lapangan ini, guru dapat mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi di kelas selama pembelajaran berlangsung. 4. Lembar Tes Kemampuan Lember tes kemampuan ini diberikan kepada siswa pada setiap siklus. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi dengan mengguanakan media teks wacana dialog. Lembar tes ini berupa kertas folio bergaris. Setiap tes mulai dari siklus pertama sampai siklus terakhir dikumpulkan dalam sebuah map sehingga dari kumpulan ini terlihat proses pembelajaran menulis siswa, apakah ada peningkatan atau tidak. Selain itu, dengan kumpulan ini guru bisa melihat letak kesalahan siswa dalam menulis karangan narasi, baik dari segi ejaan, diksi, dan lain-lain. E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai pelaksana penelitian. Sedangkan guru matapelajaran bahasa Indonesia berperan sebagai pengamat atau observer. Peneliti yang merancang kegiatan pembelajaran, termasuk membuat observasi aktivitas guru, observasi aktivitas siswa, jurnal siswa, catatan lapangan, tes kemampuan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil penelitian. Dalam hal ini, guru matapelajaran bahasa Indonesia yang akan
47
48
membentu peneliti dalam melakukan pengamatan langsung pada saat proses pembelajaran. F. Prosedur Pengolahan Data 1. Pengumpulan Data Pada tahap ini, semua data-data yang sudah diperoleh dari penelitian dikumpulkan yang kemudian diolah dan diinterpretasikan. Secara garis besar hasil pengumpulan data dapat diuraikan sebagai berikut. a. studi pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui kondisi awal yang akan dijadikan sebagai bahan untuk merencanakan tindakan; b. pelaksanaan, analisis, dan refleksi terhadap siklus I; c. pelaksanaan, analisis, dan refleksi terhadap siklus II; d. pelaksanaan, analisis, dan refleksi sampai siklus yang benar-benar stabil dan berhasil; e. observasi aktivitas siswa berdasarkan kategori pengamatan yang telah ditetapkan selama siklus I sampai siklus yang benar-benar dianggap berhasil. 2. Analisis Data Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu observasi, jurnal siswa, pengamatan dalam bentuk catatan lapangan, dan lembar tes siswa yang kemudian diadakan reduksi data untuk mengkategorisasikan data. Analisis data, baik data kuantitatif maupun kualitatif terlebih dahulu dianalisis kemudian dideskripsikan dengan menampilkan hasil data
yang
digambarkan
dengan
bagan
48
atau
tabel
untuk
selanjutnya
49
dipersentasikan. Setelah data dianalisis dan dideskripsikan, maka langkah selanjutnya yaitu direfleksikan untuk menarik kesimpulan. 3. Kategorisasi Data dan Interpretasi Data Semua data yang diperoleh terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan fokus penelitian. Kemudian peneliti menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan, ada beberapa hal yang dilakukan peneliti, yaitu: a.
Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan;
b.
Mendeskripsikan pelaksaan tindakan setiap siklus;
c.
Menganalisis data berupa hasil belajar siswa dari setiap tindakan untuk mengetahui keberhasilan penelitian yang telah dilakukan. Untuk mengukur daya serap siswa, Burhan Nurgiantoro mengemukakan penilaian sistem PAP skala lima, yaitu: Tabel 3.4 Penilaian Acuan Patokan Skala Lima Tingkat Penguasaan
Kategori Nilai
85 – 100
A
Baik sekali
75 – 84
B
Baik
60 – 74
C
Cukup
40 – 59
D
Kurang
0 – 39
E
Kurang sekali
49
Kriteria Penilaian
50
d.
Menganalisis hasil observasi aktivitas guru dan siswa dengan cara menghitung persentase tiap kategori untuk setiap tindakan yang dilakukan oleh setiap observer dan menghitung rata-rata persentase dari tiga pengamat sebagai berikut: Rata-rata Persentase aktivitas siswa =
x 100 Jumlah siswa
e.
Menganalisis jurnal kesan dengan mengelompokkan kesan pendapat siswa ke dalam kelompok komentar positif, negatif, biasa, dan tidak berkomentar. Kemudian dihitung jumlah frekuensinya dan langkah selanjutnya dipersentasikan. Jumlah komentar Persentase =
x 100 Jumlah siswa
G. Kriteria Penilaian Menulis Karangan Narasi Untuk melihat kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi, peneliti menemukan beberapa kriteria penilaian. Kriteria ini merupakan acuan peneliti dalam menganalisis hasil karangan siswa sehingga kemempuan siswa tersebut terukur atau terlihat kemajuannya. Berikut format penilaian hasil karangan siswa:
50
51
Tabel 3.5 Penilaian Karangan Narasi Skor Kualifikasi Komponen yang Dinilai
SB
B
C
K
4
3
2
1
Bobot
Diksi
1
Ejaan
1
Judul
1
Tokoh
1
Latar
1
Alur
2
Skor Siswa
Jumlah
Jumlah Skor Siswa Nilai =
x 100 Total Skor Kualifikasi
Keterangan: Skor Siswa
= Skor Kualifikasi x bobot
Skor Total Kualifikasi
= 28
Deskripsi Skala Penilaian Ejaan 4 = Sangat baik – sempurna : hanya terdapat tiga kesalahan, menguasai aturan penulisan 3 = Cukup – baik : kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna 2 = Sedang – cukup : sering terjadi kesalahan ejaan, makna membeingungkan atau kabur
51
52
1 = Sangat kurang : terdapat banyak kesalahan ejaan, tidak menguasai aturan penulisan, tulisan tidak terbaca Diksi 4 = Sangat baik – sempurna : pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata 3 = Cukup – baik : pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat, tetapi tidak mengganggu 2 = Sedang – cukup : sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna 1 = Sangat kurang : pengetahuan tentang penulisan kosa kata rendah Judul 4 = Sangat baik – sempurna : judul sesuai dengan tema dan isi karangan, dibuat menarik dan menggigit 3 = Cukup – baik : judul sesuai dengan tema dan isi karangan, tetapi tidak menarik 2 = Sedang – cukup : judul kurang sesuai dengan tema dan isi karangan, tetapi menarik 1 = Sangat kurang : judul tidak sesuai dengan tema dan isi karangan serta tidak menarik Tokoh 4 = Sangat baik – sempurna : terdapat tokoh yang digambarkan secara jelas dan lengkap sesuai dengan teks percakapan 3 = Cukup – baik : tokoh tidak lengkap tetapi sesuai dengan teks percakapan
52
53
2 = Sedang – cukup : terdapat tokoh, tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan teks percakapan 1 = Sangat kurang : tidak ada tokoh Latar 4 = Sangat baik – sempurna : latar digambarkan secara jelas dan rinci sesuai dengan teks percakapan 3 = Cukup – baik : latar digambarkan secara jelas tetapi tidak rinci/tidak lengkap tetapi sesuai dengan teks percakapan 2 = Sedang – cukup : latar digambarkan secara tidak jelas dan tidak rinci serta tidak sesuai dengan teks percakapan 1 = Sangat kurang : latar tidak digambarkan sama sekali Alur 4 = Sangat baik – sempurna : alur disusun secara rapi memuat awal, tengah/isi, dan akhir cerita sesuai dengan teks percakapan 3 = Cukup – baik : alur disusun sesuai dengan teks percakapan tetapi tidak lengkap 2 = Sedang – cukup : alur disusun kurang sesuai dengan teks percakapan 1 = Sangat kurang : alur disusun secara kacau dan tidak sesuai dengan teks
53
54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 15, 21, 22 Juli 2011. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu teknik yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran keterampilan menulis di Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta. Teknik pembelajaran keterampilan menulis ini dikembangkan melalui prosedur sebagai berikut: 1.
Analisis kebutuhan belajar melalui keinginan dan kesenjangan yang dirasakan dan dinyatakan guru maupun siswa.
2.
Perumusan tujuan pembelajaran menulis.
3.
Penyusunan komponen program pembelajaran menulis berupa rumusan hipotesis teknik pembelajaran menulis.
4.
Pengujian teknik pembelajaran menulis dengan menggunakan media teks wacana dialog secara empiris pada siklus 1.
5.
Perbaikan-perbaikan yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran selama proses siklus 1.
6.
Pengujian teknik pembelajaran menulis dengan menggunakan media teks wacana dialog secara empiris pada siklus 2.
7.
Perbaikan-perbaikan yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran selama proses siklus 2.
54
55
A. Pendeskripsian Hasil Analisis Kebutuhan dan Hambatan Belajar Secara Umum 1. Penugasan Membaca Teks Dialog Kompetensi yang seharusnya dicapai siswa yaitu mampu membaca teks wacana dialog dengan intonasi yang tepat. a. Kebutuhan siswa berupa sumber belajar Melalui penelitian ini terlihat bahwa siswa memerlukan sumber pembelajaran berupa teks dialog yang bervariasi, sehingga siswa tidak bosan dengan teks dialog yang selalu dibacakan. b. Hambatan siswa Hambatan siswa dalam kegiatan ini yaitu para siswa jarang sekali membaca bacaan berupa teks dialog/teks percakapan, sehingga mereka sangat kurang dalam menguasai intonasi yang tepat. c. Kebutuhan guru Guru memerlukan instrumen untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca teks dialog berupa teks percakapan yang sesuai dengan tingkat kemampuan membaca siswa. d. Hambatan guru Dalam penelitian ini terlihat bahwa pada awalnya guru kurang memotivasi siswa untuk tampil di depan kelas membaca teks percakapan secara berpasangan. Selain itu guru kurang mengidentifikasi kebutuhan siswa dalam penugasan membaca teks dialog yang sesuai dengan minat siswa.
55
56
2. Penugasan Mengubah Teks Dialog ke dalam Bentuk Narasi Kompetensi yang harus dimiliki siswa yaitu mampu mengubah teks dialog yang sudah dibacakan sebelumnya ke dalam bentuk narasi. a. Kebutuhan Siswa dan Guru Dalam penelitian ini terlihat bahwa sebagian siswa sudah memahami isi yang terkandung dalam teks dialog yang mencakup tema, isi, alur, cerita, setting. Akan tetapi bagi siswa yang belum paham, guru memerlukan suatu cara yang dapat membantu siswa yaitu dengan menjelaskan secara rinci isi teks dialog. b. Hambatan Siswa dan Guru Dalam penelitian ini terlihat siswa masih ragu mengacungkan tangannya untuk sekedar bertanya. Hal ini terlihat jelas dalam proses belajar mengajar, siswa cenderung pasif, mungkin karena sebelumnya kurang motivasi untuk sekedar berani bertanya atau maju ke depan sebagai pendukung berjalannya proses belajar mengajar. B. Perumusan Tujuan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan Menggunakan Media Teks Wacana Dialog pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta 1.
Tujuan Umum Setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan narasi dengan
menggunakan media teks wacana dialog, para siswa diharapkan mampu menulis secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks dan tujuan.
56
57
2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog ini para siswa diharapkan memiliki kemampuan menarasikan teks dialog/teks percakapan dengan memperhatikan penulisan kalimat langsung dan kalimat tak langsung. Adapun tahap-tahap kegiatan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog sebagai berikut.
Tahap 1 Pembinaan Keakraban
Tahap 2 Perumusan Tujuan
Tahap 3 Penyusunan Program Tahap 4 Pelaksanaan Program Tahap 5 Penilaian Proses dan Hasil
C. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Narasi Siklus 1 1.
Tahap Pembinaan Keakraban Untuk pertama kalinya, perkenalan dilangsungkan di dalam kelas dengan
menyebutkan satu per satu nama siswa dan hobinya, agar para siswa merasa bahwa hobinya dipentingkan. Setelah itu, untuk memancing agar para siswa
57
58
antusias dalam belajar, guru melakukan kegiatan pembinaan keakraban dengan cara mengajak siswa untuk mengikuti permainan kecil dan sederhana secara bersama-sama. 2. Tahap Perumusan Tujuan Metode yang digunakan dalam pembelajaran menulis ini adalah metode tanya jawab, ceramah, penugasan. Adapun fokus pembelajaran yang akan disampaikan pada pertemuan ini yaitu mengenai pengertian karangan narasi, unsur intrinsik karangan narasi, dan langkah-langkah menulis karangan narasi berdasarkan media teks dialog. 3. Tahap Penyusunan Program Pembelajaran dilaksanakan selama 4x40 menit, selama 2 hari. Adapun langkah-langkah teknik rancangan program kegiatan pembelajaran menulis sebagai berikut. a. Guru menyampaikan indikator penyampaian dan menuliskannya di papan tulis. b. Selama 15 menit pertama guru menjelaskan materi menulis karangan narasi. c. Selama 15 menit guru meminta siswa membaca teks dialog dan meminta beberapa siswa untuk membacakannya di depan kelas secara berpasangan. d. Selama 40 menit siswa menulis karangan narasi dengan cara menarasikan teks dialog yang sudah dibacakan.
58
59
e. Selama 10 menit terakhir guru mengevaluasi siswa dengan memberikan
beberapa
pertanyaan
yang
berhubungan
dengan
pembelajaran. 4. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Pada awal pembelajaran, seperti biasa guru memeriksa kehadiran siswa, kemudian mengkondisikan kelas. Sebelum guru memberikan materi, guru mengadakan tanya jawab kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang karangan narasi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal siswa terhadap karangan narasi. Ada beberapa siswa yang menjawab pertanyaan guru terhadap pertanyaan mengenai pengertian narasi dengan sebelumnya guru yang memberi kata kunci. Setelah itu guru meminta siswa untuk menyimpulkan jawaban yang telah diberikan siswa, dan ada pula siswa yang mau menyimpulkan meskipun setengah-setengah, kemudian oleh guru dijelaskan dalam kegiatan pemberian materi. Kegiatan ini dilakukan selama 5 menit. Guru memberikan materi tentang pengertian karangan narasi, teks dialog, dan langkah-langkah menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks dialog. Hal ini sesuai dengan metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan sesekali diskusi. Materi disampaikan selama kurang lebih 10 menit. Setelah itu, guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah disampaikan. Untuk kegiatan ini berlangsung 5 menit, karena hanya beberapa siswa saja yang mengajukan pertanyaan, hal ini disebabkan karena para siswa terbiasa dengan pembelajaran yang monoton, akibatnya ada rasa kurang percaya diri untuk
59
60
sekedar mengacungkan tangan untuk bertanya atau menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Setelah itu guru membagikan teks dialog kepada siswa untuk dibaca dan meminta beberapa siswa untuk membacakannya di depan secara berpasangan. Dan hanya ada beberapa siswa saja yang mau membacakan teks dialog di depan, yang lainnya memperhatikan dengan baik. Langkah selanjutnya siswa diminta pendapatnya mengenai tema yang terkandung dari teks dialog tersebut. Hampir seluruh siswa berpendapat bahwa tema teks dialog tersebut adalah kemacetan lalu lintas di pagi hari. Langkah selanjutnya guru meminta siswa untuk membuat karangan narasi. Siswa dapat mengambil peristiwa yang ada dalam teks dialog dan mengubahnya menjadi karangan narasi dan mengembangkan imajinasinya dengan memadukan pengalamannya dengan peristiwa yang ada dalam teks dialog. Untuk kegiatan menulis karangan, siswa mempunyai alokasi waktu 40 menit. Berikut adalah teks dialog yang dijadikan media pada siklus 1. Wartawan
: “Bagaimana keadaan lalu lintas saat ini, Pak?”
Polisi
: “Keadaan lalu lintas cukup padat, terutama ketika pagi hari, saat berangkat kerja.”
Wartawan
: “Biasanya, tempat kemacetan tersebut di daerah mana?”
Polisi
: “Kemacetan biasanya terjadi di sekitar pasar dan tempat umum lainnya.”
Wartawan
: “Jadi, di tempat seperti itulah polisi mengatur lalu lintas?”
Polisi
: “Bukan di tempat itu saja, tempat lain pun dijaga. Cuma tempat seperti pasar dan tempat umum lainnya sangat rawan kemacetan.
60
61
Bila ini tidak ditanggulangi, akan menyebabkan kemacetan sehingga masyarakat terganggu perjalanannya.” Wartawan
: “Bagaimana kedisiplinan para pengendara kendaraan bermotor?”
Polisi
: “Para pengendara kendaraan bermotor ada yang disiplin, yang tidak juga ada. Kebanyakan pelanggaran lalu lintas adalah tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas.” Selama siswa membuat karangan, guru berkeliling memantau berjalannya
aktivitas siswa dalam menulis karangan narasi. Siswa terlihat antusias dalam mengerjakan karangan mereka. Banyak yang bertanya langsung pula ketika guru menjumpai meja belajar mereka. Ada siswa yang bertanya tentang apakah karangan ini harus diberi judul, dan apakah boleh karangan yang dibuatnya itu benar-benar pengalaman yang sangat menyedihkan. Guru mendiskusikan pertanyaan tersebut kepada siswa lainnya, kemudian guru memberikan penjelasan pada saat itu juga sampai siswa yang bersangkutan dan siswa yang lainnya mengerti. Setelah waktu yang ditentukan selesai, siswa mengumpulkan karangannya. Sekilas guru memeriksa hasil pekerjaan siswa dan menemukan kesalahan pada hasil karangannya terutama dalam penulisan nama dan tempat. Walaupun demikian, pada pertemuan pertama ini siswa sebagian belum dapat menulis karangan narasi dengan baik. Sebelum pembelajaran berakhir, guru memberikan jurnal kepada siswa untuk diisi sebagai respon mengenai pembelajaran. Menjelang akhir pembelajaran guru meminta siswa untuk membaca karangan narasi yang lebih banyak lagi di
61
62
rumah masing-masing sebagai penambah daya imajinasi mereka untuk pembelajaran berikutnya. 5. Evaluasi Hasil Pembelajaran dan Analisis Karangan Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti mitra terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran diperoleh beberapa data sebagai berikut: a.
Siswa serius dalam mengerjakan tugasnya, yaitu menulis karangan narasi.
b.
Beberapa orang siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.
c.
Ada beberapa orang siswa yang mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan guru.
Gambaran lengkap mengenai aktivitas siswa dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 4.1 Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 1 No.
Hal yang diamati
Persentase
1.
Siswa aktif dalam pembelajaran
5%
2.
Siswa memperhatikan penjelasan guru
80%
3.
Siswa mengajukan pertanyaan atau pendapat
5%
4.
Siswa menjawab pertanyaan guru
65%
5.
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan serius
85%
6.
Siswa mengikuti pelajaran sampai akhir
100%
Adapun hasil observasi peneliti mitra terhadap aktivitas guru diperoleh beberapa data sebagai berikut: 1. Pengkondisian kelas pada awal pembelajaran kurang 2. Sudah sesuai dengan rencana pemanfaatan media teks wacana dialog
62
63
Berdasarkan kriteria penilaian karangan yang telah ditentukan, peneliti menganalisis hasil karangan setiap siswa untuk mendapatkan skor karangan narasi siswa. Setelah itu, peneliti mengambil tiga karangan siswa untuk dipaparkan pada bab empat dengan catatan masing-masing satu orang yaitu skor tertinggi, sedang, dan terendah. Analisis karangan ini dilakukan setiap siklus dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan kemampuan menulis siswa dan untuk mengetahui letak kesalahan atau kekurangan siswa dalam menulis karangan narasi. Kesalahan yang dilakukan pada pembelajaran siklus pertama, yaitu siswa masih banyak yang kurang dalam pengembangan isi karangan. Isi karangan siswa sebenarnya sudah sesuai dengan teks percakapan, namun ada beberapa siswa yang mengembangkan ceritanya masih terbatas, sehingga jalan cerita terasa terlalu ringan dibaca. Hal tersebut karena masih lemahnya siswa dalam menceritakan karangan dengan alur yang baik. Latar yang disajikan sudah sesuai dengan teks percakapan, tetapi penguasaan penciptaan tokoh masih lemah. Berkaitan dengan masalah ejaan masih banyak siswa yang melakukan kesalahan. Kesalahan tersebut meliputi tanda baca, penulisan huruf, dan penyingkatan kata, sedangkan mengenai unsur yang lainnya pada umumnya sudah cukup bagus, namun tinggal pengembangannya harus ditingkatkan. Berikut dipaparkan tiga karangan siswa siklus 1 dengan kriteria tertinggi, sedang, dan terendah:
63
64
Nomor Subjek: 24 Analisis Ejaan yang terdapat dalam karangan di atas masih banyak terdapat kesalahan dan masih banyak yang harus diperbaiki lagi. Dalam pemilihan kata sudah baik, meski ada sedikit kesalahan, kesalahan tersebut tidak sampai mengaburkan makna. Kesalahan tanda baca, penggunaan huruf kapital, penggunaan partikel, dan penggunaan kalimat yang rancu ditampilkan pada karangan di atas. Pengembangan isi karangan cukup dan relevan dengan teks percakapan, meskipun harus lebih dikembangkan. Judul yang diangkat pun relevan dengan cerita yang terdapat dalam teks percakapan, tetapi kurang menarik minat pembaca karena ada kalimat yang diulangi dalam satu paragraf. Karangan di atas berjudul Keadaan Lalu Lintas. Alur dalam karangan ini cukup logis, ada awal, tengah, dan akhir cerita. Akan tetapi pengaluran yang ditampilkan kurang dikembangkan. Dalam penokohan, seluruh tokoh yang ada di dalam teks percakapan, disebutkan di dalam karangan. Latar atau setting yang ditampilkan dalam karangan terlihat cukup jelas sesuai dengan teks percakapan. Seperti menyebutkan suatu tempat, misalnya pasar dan tempat umum lainnya. secara lebih rinci, penilaian karangan narasi subjek 24 akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini:
64
65
Tabel 4.2 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24 Skor Kualifikasi Komponen yang Dinilai
SB
B
C
K
4
3
2
1
Diksi
3
Ejaan
2
Bobot
Skor Siswa
1
3
1
2
Judul
4
1
4
Tokoh
4
1
4
Latar
4
1
4
Alur
4
2
8 25
Jumlah
25 Nilai =
x 100 = 89,28 28
Nomor Subjek: 19 Analisis Karangan pada subjek 19 banyak terdapat kesalahan dalam ejaan. Kesalahan tanda baca, penyingkatan yang tidak sesuai, dan penulisan huruf kapital di berbagai kata banyak dimunculkan dalam karangan di atas. Pemilihan kata sudah cukup baik. Karangan tersebut terdiri dari dua paragraf. Pengembangan isi karangan cukup relevan dengan tema. Isi karangan sudah sesuai dengan teks percakapan. Judul yang diangkat terlihat lebih khusus dan cukup menarik, sehingga membuat orang lain penasaran dan ingin membacanya.
65
66
Alur dalam karangan ini cukup baik, logis dan sesuai dengan teks percakapan, yaitu ada awal, tengah, dan akhir cerita. Alur terlihat membungkus karangan, sehingga karangan terlihat lebih padat. Namun tetap kurang dalam pengembangannya. Dalam penokohan tampak sangat baik, karena seluruh tokoh disebutkan sesuai dengan teks percakapan yang menjadi acuannya. Pelataran atau setting pun tampak disebutkan dengan rinci dan jelas. Secara lehih rinci, penilaian karangan narasi akan dijabarkan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.3 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19 Skor Kualifikasi Komponen yang Dinilai
SB
B
C
K
4
3
2
1
Diksi
2
Ejaan
1
Bobot
Skor Siswa
1
2
1
1
Judul
4
1
4
Tokoh
4
1
4
Latar
4
1
4
2
6
Alur
3
21
Jumlah 21 Nilai =
x 100 = 75 28
Nomor Subjek: 3 Analisis
66
67
Karangan subjek 3 terdiri dari dua paragraf. Terdapat banyak kesalahan ejaan dalam karangan ini, seperti tanda baca, penggunaan huruf kapital yang tidak sesuai, dan penyingkatan kata yang tidak seharusnya. Isi karangan ada yang pengembangannya sudah cukup baik, dan ada pula yang belum dikembangkan. Judul yang diangkat sangat relevan dengan isi karangan. Pengaluran karangan tidak tersusun secara baik, karena hanya ada tahap awal dan tengah. Dalam penyusunan kalimat pun ada sesuatu yang rancu. Kemudian, latar atau setting yang ditampilkan sudah sesuai dengan teks percakapan, tetapi masih kurang tepat dalam penempatannya. Begitu pula dalam penokohan, tokoh polisi tidak tampak sesuai dengan yang ada dalam teks percakapan. Secara lebih rinci, penilaian karangan narasi subjek 3 akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.4 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 3 Skor Kualifikasi Komponen yang Dinilai
SB
B
C
K
4
3
2
1
Diksi
2
Ejaan
1
Judul
4
Tokoh Latar
2 3
Alur
2
Bobot
Skor Siswa
1
2
1
1
1
4
1
2
1
3
2
4 16
Jumlah
67
68
16 Nilai =
x 100 = 57,14 28
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 1 SISWA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Diksi C C C C B B B B C C SB B C K C B B B B B C C B SB B
KOMPONEN PENILAIAN Ejaan Judul Tokoh Latar C SB C B K SB B C K SB C B C SB SB SB C C SB SB C SB B SB C C SB SB C SB C SB C SB SB SB B SB C SB C SB C SB C SB C SB C SB C SB K SB SB SB C SB C SB B SB SB SB C SB SB SB K SB B B B SB C SB B SB SB SB C SB SB SB C SB C SB C SB SB SB C SB SB SB C SB SB SB Nilai rata-rata
68
Alur C SB C B B SB C C C B SB B B SB C C SB B C B B B SB B C
Skor
Nilai
17 20 16 22 21 24 21 19 20 21 24 21 20 18 18 22 25 20 20 24 22 20 25 24 21 21
60,71 71,42 57,14 78,57 75 85,71 75 67,85 71,42 75 85,71 75 71,42 64,85 64,85 78,57 89,28 71,42 71,42 85,71 78,57 71,42 89,28 85,71 75 75,18
69
6. Refleksi Refleksi dilakukan setelah peneliti mengidentifikasi data yang diperoleh dari hasil observasi peneliti mitra (observer), catatan lapangan yang dilakukan peneliti dan mitra peneliti selama pembelajaran berlangsung, dan jurnal siswa. Dari hasil observasi pada siklus 1 diperoleh data bahwa guru/peneliti sudah cukup baik dalam mengajar dan menerangkan materi. Guru mengontrol siswa yang duduk di posisinya, dengan mengatur posisinya, guru berdiri. Jadi, guru tidak hanya berdiri di satu posisi ketika sedang memberikan penjelasan, tetapi juga berpindah-pindah tempat dan memberikan perhatian kepada siswa sehingga siswa lebih merasa diperhatikan. Namun, ada beberapa hal yang kurang diperhatikan oleh guru, yaitu kurang mengkondisikan kelas pada awal pembelajaran, sehingga daya simak siswa cukup rendah. Hal ini menunjukkan bahwa guru kurang tegas dalam menghadapi siswa yang sedang mengobrol dengan teman sebangkunya. Selain itu pengelolaan waktu yang kurang optimal membuat beberapa siswa mengeluh karena waktu yang diberikan terlalu sedikit untuk menulis karangan narasi. Guru sudah cukup memotivasi siswa, namun karena siswa sedang mengalami penyesuaian yang baru dengan diajar oleh guru yang baru sebagai peneliti, siswa masih enggan dalam bertanya atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, guru berusaha untuk memberikan tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Pada awal pembelajaran guru akan berusaha untuk lebih
69
70
mengkondisikan siswa agar dapat berkonsentrasi dalam pembelajaran dengan memberikan
motivasi
awal
yang
lebih
menarik.
Kemudian,
untuk
mengkondisikan siswa yang hobi mengobrol ketika proses belajar mengajar berlangsung, guru akan lebih banyak berkeliling dan memberikan perhatian lebih. Pada pertemuan berikutnya guru akan lebih banyak mengalokasikan waktu untuk kegiatan menulis narasi. Sedangakan untuk mengaktifkan siswa dalam hal bertanya atau menjawab pertanyaan, guru akan mencoba metode inquiri dengan memberi contoh karangan narasi yang mempunyai banyak kesalahan. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat lebih aktif dan lebih kritis dalam pembelajaran. Jurnal siswa yang diberikan kepada siswa sebagai respon pembelajaran menunjukkan pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dan hanya beberapa orang saja yang memberikan respon negatif atau tidak berkomentar. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Persentase Komentar Siswa Siklus 1 Respon
Frekuensi
Persentase
Positif
24
95%
Negatif
1
5%
Tidak berkomentar
-
-
25
100%
Jumlah
70
71
Berdasarkan tabel persentase komentar siswa di atas diperoleh data siswa yang merespon positif sebanyak 24 orang dengan persentase 95 persen, dan respon negatif 1 orang dengan persentase sebesar 5 persen. Sedangkan tes hasil kemampuan siswa dalam membuat karangan narasi menunjukkan bahwa skor kemampuan siswa masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor siswa dan nilai rata-rata siswa. Tabel 4.7 Perolehan Skor Siswa Siklus 1 Tingkat Penguasaan
Skor
Nilai
Skor tertinggi
25
89,28
Skor sedang
21
75
Skor terendah
16
57,14
Rata-rata
21
75,18
Dari tabel di atas diperoleh data bahwa nilai tertinggi kemampuan siswa siklus ke-1 adalah 89,28, sedang 75, dan terendah 57,14. Rata-rata nilai keseluruhan adalah 75,18. Berikut jumlah siswa yang memperoleh skor berdasarkan skala lima. Tabel 4.8 Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada Siklus 1 Interval
Kriteria Penilaian
Jumlah Siswa
85 – 100
Baik sekali
6
75 – 84
Baik
9
60 – 74
Cukup
9
40 – 59
Kurang
1
0 – 39
Kurang sekali
-
Tingkat Penguasaan
71
72
Dari tabel di atas diperoleh data nilai siswa yang memenuhi kriteria kurang sebanyak 1 orang, kriteria cukup 9 orang, kriteria baik 9, dan kriteria baik sekali 6 orang. D. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Narasi Siklus 2 1. Tahap Pembinaan Keakraban Pada siklus kedua ini, guru juga melakukan pembinaan keakraban. Pembinaan keakraban dilakukan dengan cara melakukan senam kecil bersama di dalam kelas, hal ini bertujuan agar siswa dapat merasa lebih rileks dan nantinya dapat berkonsentrasi dengan lebih pada saat proses belajar mengajar berlangsung. 2. Tahap Perumusan Tujuan Berdasarkan refleksi pada siklus pertama, peneliti menyusun perencanaan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus selanjutnya. Hasil observasi pada siklus pertama menunjukkan beberapa cacatan penting mengenai aktivitas guru dan siswa di kelas. Namun, secara keseluruhan tercatat bahwa pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks dialog sudah cukup berhasil meningkatkan kemampuan menulis siswa. Namun demikian, masih terdapat beberapa kelemahan pada hasil karangan siswa dalam pengembangan isi dan ejaan. Seperti pada pertemuan pertama, peneliti kembali menyusun rencana pembelajaran. Pada pertemuan kedua guru akan mencoba untuk meningkatkan keaktifan siswa dengan mencoba metode yang lain, yaitu metode inquiri. Selain metode inquiri, metode ceramah, metode tanya jawab dan metode penugasan akan
72
73
tetap digunakan. Materi difokuskan pada bagaimana mengembangkan daya imajinasi siswa dan penggunaan ejaan. Pada pembelajaran siklus 2 ini pengelolaan waktu di kelas akan lebih diperhatikan. Khusus untuk kegiatan menulis karangan narasi akan disediakan alokasi waktu yang lebih banyak daripada pembelajaran siklus pertama. Ketika sedang mengajar, guru berusaha dengan suara yang nyaring agar siswa yang duduknya di belakang dapat dengan jelas mendengar apa yang disampaikan oleh guru. Tidak hanya itu, guru pun tetap melakukan yang dilakukan pada siklus 1, yaitu berkeliling memperhatikan siswa, agar siswa yang ingin bertanya dengan mudah dan tanpa malu-malu dapat bertanya. Dan tentunya agar siswa dapat lebih merasa diperhatikan oleh guru. Selanjutnya guru memotivasi dan memberikan berbagai pengakuan terhadap siswa seperti dengan ucapan cerdas, jenius, pintar, hebat, bagus bagi siswa yang aktif dalam pembelajaran. Hasil karangan siswa pada siklus pertama menunjukkan masih lemahnya siswa dalam penulisan ejaan dan pengembangan isi karangan, sehingga pembelajaran siklus 2 ini ditekankan pada pencapaian penguasaan yang kurang tersebut. Evaluasi yang digunakan pada pembelajaran siklus 2 ini masih sama dengan evaluasi pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran siklus 1, yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil. Seperti pada siklus sebelumnya guru juga sudah mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi, lembar jurnal siswa, dan catatan lapangan. 3. Tahap Penyusunan Program
73
74
Pembelajaran siklus 2 dilaksanakan selama 2x40 menit. Adapun langkahlangkah-langkah teknik rancangan program kegiatan pembelajaran menulis sebagai berikut. a. Guru menyampaikan indikator penyampaian dan menuliskannya di papan tulis. b. Selama 10 menit pertama guru mengulangi materi menulis karangan narasi. c. Selama 10 menit guru meminta siswa membaca teks dialog dan meminta beberapa siswa yang belum tampil pada pertemuan sebelumnya untuk membacakannya di depan kelas secara berpasangan. d. Selama 50 menit siswa menulis karangan narasi dengan cara memperbaiki karangan narasi sebelumnya dan disesuaikan dengan teks dialog yang sudah dibacakan. e. Selama 10 menit terakhir guru mengevaluasi pemahaman siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pembelajaran. 4. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Pada awal pembelajaran guru terlebih dahulu memeriksa kehadiran siswa dan mengkondisiskan siswa untuk siap memulai pembelajaran. Guru juga memberikan motivasi kepada siswa. Motivasi yang diberikan kepada siswa adalah dengan memberikan berbagai pujian sebagai pengakuan terhadap segala sesuatu yang dilakukan siswa. Selanjutnya guru melakukan apersepsi mengenai materi yang telah mereka dapatkan pada pertemuan sebelumnya.
74
75
Sebelum guru memberikan materi, terlebih dahulu guru menyuruh siswa untuk menukar hasil karangan mereka dengan teman sebangku untuk saling mengoreksi hasil karangan mereka yang ditulis pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan selama sepuluh menit. Setelah melakukan silang baca, guru dan siswa membahas kesalahan dan kekurangan dalam menulis karangan yang umum dilakukan pada pembelajaran sebelumnya dengan menampilkan satu karangan siswa, kemudian dibahas bersama-sama. Langkah selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hasil evaluasi. Ada beberapa siswa yang bertanya dan mengajukan pendapat dalam kegiatan ini, kemudian guru memberikan ucapan pujian-pujian yang membangun kepada siswa yang bersangkutan. Kemudian, untuk menambah penguasaan siswa terhadap materi, guru kembali menerangkan materi tentang karangan narasi dan penggunaan ejaan yang baik dan benar. Setelah memberikan materi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Setelah menganggap siswa menguasai materi, maka langkah selanjutnya guru membagikan teks dialog kepada siswa untuk dibaca. Teks dialog yang digunakan sebagai media pembelajaran masih sama dengan teks dialog yang digunakan pada siklus pertama. Setelah itu guru meminta beberapa siswa untuk membacakan teks dialog tersebut di depan kelas secara berpasangan. Selanjutnya siswa diminta untuk membuat karangan narasi. Selama kurang lebih 45 siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru yaitu memperbaiki karangan narasi yang ditulis pada pertemuan sebelumnya. Pada saat kegiatan itu berlangsung, guru
75
76
memantau aktivitas siswa dengan cara berkeliling. Sebagian siswa ada yang tidak mencantumkan judul karangannya sehingga guru harus mengingatkan siswa. Pada akhir pembelajaran, guru membagikan jurnal siswa untuk diisi oleh siswa sebagai respon terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru juga tidak lupa untuk mengulas kembali materi yang sudah dipelajari dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 5. Evaluasi Hasil Pembelajaran dan Analisis Karangan Dari hasil observasi yang dilakukan oleh mitra peneliti terhadap aktivitas guru dan siswa, diperoleh data bahwa pada pembelajaran siklus 2 ini siswa sudah aktif dalam pembelajaran, baik dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan guru, siswa juga serius dalam mengerjakan tugas dan lebih memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Adapun gambaran proses belajar mengajar dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.9 Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 2 No.
Hal yang diamati
Persentase
1.
Siswa aktif dalam pembelajaran
95%
2.
Siswa memperhatikan penjelasan guru
100%
3.
Siswa mengajukan pertanyaan atau pendapat
85%
4.
Siswa menjawab pertanyaan guru
65%
5.
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan serius
100%
6.
Siswa mengikuti pelajaran sampai akhir
100%
Adapun hasil observasi peneliti mitra terhadap aktivitas guru ditentukan beberapa data sebagai berikut: 1. Guru sudah cukup baik dalam mengelola waktu
76
77
2. Guru sudah baik dalam memotivasi siswa sehingga siswa mulai aktif dalam pembelajaran. Nomor Subjek: 24 Analisis Pilihan kata yang digunakan di atas tidak mengalami kemajuan, karena karangan yang ditulis diatas sama persis dengan karangan sebelumnya di siklus pertama. Ejaan dalam karangan ini pun sudah mengalami banyak kemajuan, hal ini dapat dilihat dari penulisan tanda baca dan huruf kapital yang semakin baik digunakan dalam karangan ini. Isi karangan masih sama dengan karangan sebelumnya, namun sudah cukup berkembang dalam penyampaiannya. Judul karangan yang digunakan masih sama, namun penulisannya yang belum benar sudah terlihat lebih baik. Pengaluran dalam karangan ini tetap sama (awal, tengah dan akhir cerita disusun secara logis dan sangat baik) karena cerita dan jalan ceritanya tidak ada yang diubah sama sekali. Hal ini terjadi mungkin karena siswa sudah yakin dan merasa benar dengan karangan yang dibuatnya. Tokoh dan latar yang ditampilkan pun sudah cukup jelas dan relevan dengan isi teks percakapan. Secara lebih rinci, penilaian karangan narasi di atas akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini.
77
78
Tabel 4.10 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24 Skor Kualifikasi Komponen yang Dinilai
SB
B
C
K
4
3
2
1
Diksi
3
Bobot
Skor Siswa
1
3
Ejaan
4
1
4
Judul
4
1
4
Tokoh
4
1
4
Latar
4
1
4
Alur
4
2
8 27
Jumlah 27 Nilai =
x 100 = 96,42 28
Nomor Subjek: 19 Analisis Karangan di atas tidak mengalami kemajuan yang berarti dengan karangan sebelumnya, artinya dalam karangan pada subjek 19 ini masih terdapat banyak kesalahan ejaan. Kesalahan tanda baca, penyingkatan yang tidak sesuai, dan penulisan huruf kapital di berbagai kata banyak dimunculkan dalam karangan di atas. Namun, kesalahan dalam penyingkatan yang tidak sesuai tidak terlalu banyak seperti pada karangan sebelumnya. Pemilihaan kata yang digunakan terlihat lebih baik lagi dalam penggunaannya. Pengembangan isi karangan yang digunakan menjadi lebih baik lagi. Karangan yang disampaikan sudah cukup mewakili dan relevan dengan tema dan isi teks. Isi karangan sudah sesuai dengan teks percakapan. Judul yang digunakan 78
79
dalam karangan ini terlihat lebih umum dari judul pada karangan sebelumnya. Namun, judul yang digunakan tetap baik dan sesuai dengan pengembangan isi karangan yang ditulis. Alur yang digunakan pun masih tetap baik. Penokohan tampak baik, karena seluruh tokoh yang disebutkan berkurang dari isi teks percakapan yang menjadi acuannya. Latar atau setting dalam karangan di atas sudah cukup jelas dan disebutkan dengan rinci. Secara lebih rinci, penilaian karangan narasi akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.11 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19 Skor Kualifikasi Komponen yang Dinilai
SB
B
C
K
4
3
2
1
Diksi
3
Ejaan
2
Judul
4
Bobot
Skor Siswa
1
3
1
2
1
4
Tokoh
3
1
3
Latar
3
1
3
Alur
3
2
6 22
Jumlah 22 Nilai =
x 100 = 78,57 28
Nomor Subjek: 3 Analisis Karangan ini mengalami banyak kemajuan dibandingkan karangan sebelumnya di siklus pertama. Ejaan dalam karangan ini sudah lebih baik. Dalam penulisan tanda baca, penggunaan huruf kapital yang tidak sesuai, dan 79
80
penyingkatan kata yang tidak seharusnya, walaupun masih terdapat beberapa kesalahan. Pemilihan kata yang digunakan pun menjadi lebih menarik jika dibaca. Pengembangan yang digunakan dalam karangan sudah lebih baik. Judul yang diangkat sama dengan karangan sebelumnya, sangat relevan dengan isi karangan. Alur dalam karangan sudah tersusun secara baik, karena adanya tahap awal, tengah, dan akhir. Kemudian, latar atau setting yang ditampilkan sudah sesuai dengan teks percakapan, dan sudah terlihat tepat dalam penempatannya. Begitu pula dalam penokohan, tokoh polisi sudah tampak, sesuai dengan isi dalam teks percakapan. Secara lebih rinci, penilaian karangan narasi subjek 3 akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.12 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 3 Skor Kualifikasi Komponen yang Dinilai
SB
B
C
K
4
3
2
1
Bobot
Skor Siswa
Diksi
3
1
3
Ejaan
3
1
3
Judul
4
1
4
Tokoh
4
1
4
Latar
4
1
4
2
6
Alur
3
25
Jumlah 25 Nilai =
x 100 = 89,28 28
80
81
Tabel 4.13 Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 2 SISWA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Diksi C C B C B B B C C C SB B C K C B B B B B C C B SB B
KOMPONEN PENILAIAN Ejaan Judul Tokoh Latar SB SB SB C SB SB SB C B SB SB SB SB SB SB SB B C SB SB SB SB B SB SB C SB SB SB SB C SB SB SB SB SB B SB C SB SB SB C SB B SB C SB B SB C SB C SB SB SB SB SB C SB SB SB SB SB SB SB SB SB C SB B B SB SB C SB B SB SB SB B SB SB SB B SB C SB SB SB SB SB B SB SB SB C SB SB SB Nilai rata-rata
Alur C C B B SB SB B B C B SB B B C C C SB B C B B C SB B B
Skor
Nilai
20 20 25 24 22 26 23 22 22 21 26 22 21 19 20 23 27 22 21 24 23 19 27 25 23 22,68
71,42 71,42 89,28 85,71 78,57 92,85 82,14 78,57 78,57 75 92,85 78,57 75 67,85 71,42 82,14 96,42 78,57 75 85,71 82,14 67,85 96,42 89,28 82,14 80,99
6. Refleksi Dari hasil identifikasi data yang diperoleh dari observer, catatan lapangan dan jurnal siswa selama pembelajaran siklus 2. Peneliti kembalai melakukan refleksi terhadap pembelajaran siklus 2.
81
82
Diperoleh data dari hasil observasi bahwa guru sudah jelas dalam menyampaikan materi kepada siswa, kecermatan pengelolaan waktu sudah cukup baik, dan guru sudah baik dalam mengkondisikan dan memberikan motivasi kepada siswa. Berdasarkan hasil catatan lapangan, penulis mencatat bahwa pembelajaran siklus 2 sudah mengalami peningkatan yang lumayan signifikan, hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Tidak ada lagi siswa yang mengeluh kurangnya waktu untuk menulis karangan narasi. Siswa yang melakukan kegiatan di luar kegiatan belajar mengajar sudah mulai berkurang, hal ini karena guru lebih memperhatikan kegiatan belajar mengajar mereka. Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan, dapat disimpulkan bahwa pembelajarn pada siklus 2 mengalami banyak peningkatan. Jurnal siswa yang diberikan kepada siswa sebagai bahan pemerhati respon pembelajaran pada siklus 2, umumnya respon positif lebih banyak daripada respon negatif atau tidak berkomentar. Hal ini dapat dilihat dari angka persentase berikut ini. Tabel 4.14 Persentase Komentar Siswa Siklus 2 Respon
Frekuensi
Persentase
Positif
23
90%
Negatif
1
5%
Tidak berkomentar
1
5%
Jumlah
25
100%
82
83
Berdasarkan tabel persentase komentar siswa di atas diperoleh data siswa yang merespon positif sebanyak 23 orang dengan persentase 90% persen, respon negatif 1 orang dengan persentase sebesar 5% persen, dan tidak berkomentar 1 orang dengan persentase 5%. Selanjutnya, untuk hasil kemampuan siswa dalam membuat karangan narasi menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Berikut perolehan skor siswa dan nilai rata-rata siswa. Tabel 4.15 Perolehan Skor Siswa Siklus 2 Tingkat Penguasaan
Skor
Nilai
Skor tertinggi
27
96,42
Skor sedang
22
78,57
Skor terendah
19
67,85
22,68
80,99
Rata-rata
Dari tabel di atas diperoleh data bahwa nilai tertinggi kemampuan siswa siklus 2 adalah 96,42, terendah 67,85, dan rata-rata nilai adalah 80,99. Berikut jumlah siswa yang memperoleh skor berdasarkan skala lima. Tabel 4.16 Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada Siklus 2 Interval
Kriteria Penilaian
Jumlah Siswa
85 – 100
Baik sekali
7
75 – 84
Baik
13
60 – 74
Cukup
5
40 – 59
Kurang
-
0 – 39
Kurang sekali
-
Tingkat Penguasaan
83
84
Dari tabel di atas diperoleh data nilai siswa yang memenuhi kriteria baik sekali sebanyak 7 orang, kriteria baik 13 orang, dan kriteria cukup 5 orang. Dari satu siswa yang memperoleh nilai kurang di siklus 1, ia tidak lagi memperoleh nilai kurang dari 60. E. Analisis Hasil Penelitian 1.
Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi dengan Penggunaan Media Teks Dialog Dari hasil analisis karangan yang dilakukan pada setiap siklus, pada
dasarnya siswa sudah mengalami peningkatan dalam menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks dialog. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya perolehan skor dan nilai yang diraih siswa pada setiap siklus, walaupun ada beberapa orang yang sedikit sekali mengalami peningkatan ataupun tidak mengalami peningkatan dari siklus satu ke siklus berikutnya. Adapun letak kesalahan dan kekurangan siswa dalam menulis karangan narasi sebagian besar terletak pada penggunaan ejaan, diksi, penokohan, penguasaan latar/setting, penguasaan pengaluran. Sedangkan pengembangan isi karangan sudah cukup baik. Untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi dijabarkan pada tabel berikut:
84
85
Tabel 4.17 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi Nilai Tiap Siklus
Siswa
1
2
1
60,71
71,42
2
71,42
71,42
3
57,14
89,28
4
78,57
85,71
5
75
78,57
6
85,71
92,85
7
75
82,14
8
67,85
78,57
9
71,42
78,57
10
75
75
11
85,71
92,85
12
75
78,57
13
71,42
75
14
64,85
67,85
15
64,85
71,42
16
78,57
82,14
17
89,28
96,42
18
71,42
78,57
19
71,42
75
20
85,71
85,71
21
78,57
82,14
22
71,42
67,85
23
89,28
96,42
24
85,71
89,28
25
75
82,14
Nilai Rata-rata
75,18
80,99
85
86
Berdasarkan tabel di atas, tampak jelas perolehan skor kemampuan setiap siswa dari siklus satu ke siklus berikutnya mengalami peningkatan, meskipun ada beberapa siswa yang sedikit sekali mengalami peningkatan. Berikut jumlah siswa yang memperoleh skor berdasarkan skala lima dari siklus pertama sampai siklus kedua. Tabel 4.18 Perolehan Nilai Siswa dalam Skala Lima Siklus
Kategori Nilai
1
2
A
6
7
B
9
13
C
9
5
D
1
-
E
-
-
Dari data di atas diperoleh data tingkat penguasaan tertinggi, terendah, dan rata-rata. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.19 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi Setiap Siklus Perolehan Nilai Setiap Siklus
Tingkat Penguasaan
1
2
Tingkat kemampuan tertinggi
89,28
96,42
Tingkat kemampuan terendah
57,14
67,85
Tingkat kemampuan rata-rata
75,18
80,99
Dari tabel di atas menunjukkan tingkat kemampuan siswa dari siklus pertama sampai siklus kedua mengalami peningkatan. Tingkat kemampuan tertinggi siklus 1 memperoleh nilai 89,28 dan siklus kedua memperoleh nilai
86
87
96,42. Tingkat kemampuan terendah siswa siklus pertama memperoleh skor 57,14 dan siklus kedua memperoleh nilai 67,85. Tingkat kemampuan rata-rata nilai siswa siklus pertama adalah 75,18 dan rata-rata nilai siswa siklus kedua adalah 80,99. F. Pembahasan Hasil Penelitian Pembelajaran menulis di sekolah yang menjadi subjek penelitian ini dilakukan dengan perencanaan dan pelaksanaan yang matang. Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Guru tidak hanya tepat dalam menggunakan teknik pembelajaran, tetapi juga mampu menggunakan media yang mendukung kegiatan belajar. Karena dengan menggunakan media/alat peraga, minat dan perhatian siswa pula dapat ditingkatkan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis dengan
menggunakan
media
teks
wacana
dialog
dapat
meningkatkan
keterampilan menulis siswa. Setelah menganalisis hasil karangan siswa secara keseluruhan, mulai dari siklus ke-1 dan siklus ke-2, diperoleh data bahwa kemampuan siswa dalam menulis cerpen terus meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan nilai 89,28 (A) baik sekali dan terendah 57,14 (D) kurang. Siklus kedua menunjukkan peningkatan dari siklus sebelumnya, nilai tertinggi 96,42 (A) baik sekali dan terendah 67,85 (C) cukup. Pada siklus pertama, siswa yang mendapat nilai kurang (D) hanya 1 orang, nilai cukup (C) mencapai 9 orang, nilai baik (B) 9 orang, dan baik sekali (A) 6 orang. Siklus kedua, siswa yang mendapat nilai kurang (D) tidak ada, ini berarti mengalami peningkatan kemampuan menulis, sedangkan nilai cukup (C)
87
88
sebanyak 5 orang, nilai baik (B) sebanyak 13 orang, dan nilai baik sekali (A) terdapat 7 orang. Peningkatan tersebut dapat terjadi karena kendala yang terjadi pada setiap siklus dapat diatasi pada siklus-siklus berikutnya. Misalnya pada siklus ke-1 siswa tampak kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Kendala tersebut tidak terjadi lagi pada siklus ke-2 karena adanya perbaikan. Selain itu, adanya peningkatan skor dan nilai terjadi karena pada setiap siklus hasil karya siswa hanya tinggal direvisi beberapa kesalahan saja. Kesalahan yang umum dilakukan oleh siswa mengenai aspek menulis terdapat dalam hal ejaan, pilihan kata, penataan paragraf dan isi karangan. Dalam hal ejaan kesalahannya dalam dijumpai dalam penulisan huruf, penggunaan tanda baca, penulisan kata dan sebagainya. Dalam hal pilihan kata, kesalahan yang dilakukan pada umumnya terdapat pada ketidaktepatan pemilihan kata yang sesuai dengan konteks kalimat. Sedangkan kesalahan dalam hal penataan paragraf dan isi karangan terdapat pada penyusunan paragraf yang tidak sesuai dengan kesatuan isi maupun bentuk dan ketidakpahaman siswa mengenai organisasi karangan. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat diatasi pada setiap siklusnya dengan memberikan pengarahan yang tepat kepada siswa. Siswa yang mengalami peningkatan tertinggi pada setiap pembelajaran bukan berarti adalah siswa yang memiliki nilai tertinggi. Begitu pun bagi siswa yang mengalami peningkatan terendah dalam setiap pembelajaran bukan berarti siswa yang memiliki nilai terendah.
88
89
Dari pembahasan di atas, ada beberapa temuan yang diperoleh dari penelitian ini. Adapun hasil temuan pada penelitian ini dikelompokkan atas dua hal yang menyangkut pelaksanaan proses belajar mengajar menulis dengan menggunakan media teks wacana dialog dan hasil dari kegiatan belajar mengajarnya.
Kedua
segi
ini
sangat
berhubungan
erat
dalam
proses
pengajarannya. Temuan mengenai proses pelaksanaan proses belajar mengajar menulis dengan menggunakan media teks wacana dialog adalah keterlibatan siswa dalam mengikuti pelajaran ditentukan oleh motivasi yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini guru mempunyai peran yang sangat menentukan tercapainya suatu proses pembelajaran. Keberhasilan proses belajar mengajar dan pencapaian hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peran dan kompetensi guru. Hal ini dapat diartikan bahwa guru sebagai tenaga pengajar yang telah memiliki kemampuan tertentu harus mampu berperan sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator, dan sebagai fasilitator. Siswa pun akan antusias dalam belajar apabila ada hal-hal baru yang disajikan oleh guru, baik berupa teknik pembelajaran yang menarik dan baru maupun media yang berbeda dengan media-media sebelumnya. Tentunya media tersebut harus menunjang kegiatan belajar. Hal tersebut senada dengan Munadi yang berpendapat bahwa penggunaan media atau alat bantu disadari oleh banyak praktisi pendidikan sangat membantu aktivitas proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas, terutama membantu peningkatan prestasi belajar siswa.1 1
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 2.
89
90
Dalam menyajikan bahan pembelajaran menulis, guru harus mampu memperhatikan keterlibatan, partisipasi, inisiatif, dan pemahaman siswa terhadap apa yang diajarkan. Jangan sampai siswa mampu menguasai segala hal tentang menulis secara teori, tetapi kurang mampu dalam kegiatan menulis yang sebenarnya. Penggunaan media teks wacana dialog cukup efektif meningkatkan keterampilan menulis siswa. Tujuan penggunaan media teks wacana dialog sebagai upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis dapat dikatakan sudah tercapai. Berdasarkan hasil temuan di atas, penelitian ini mempunyai beberapa implikasi, baik implikasi teoritis maupun implikasi praktis. 1. Implikasi Teoritis Pembelajaran menulis karangan narasi dengan penggunaan media teks wacana dialog pada siswa kelas VII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta cukup efektif dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa. Meskipun ada hal yang menjadi catatan penting, yaitu dalam pemilihan media diperlukan teks dialog (teks percakapan) yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa untuk dikembangkan lagi menjadi karangan narasi. Secara umum pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah tersebut sedah sesuai dengan apa yang diharapkan. Sebagai implikasi teoritisnya diperlukan adanya beberapa perbaikan dalam hal perencanaan dan pelaksanaan. Perbaikan tersebut meliputi pemilihan media teks dialog yang benar-benar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dan bentuk
90
91
serta cara pengembangan teks dialog tersebut menjadi narasi harus disesuaikan pula dengan tingkat kemampuan siswa. 2. Implikasi Praktis Selama pelaksanaan penelitian pada sekolah tersebut, siswa kurang aktif dalam hal bertanya dan mengajukan pendapat. Kalau pun ada yang bertanya atau mengajukan pendapat, itu pun harus dipancing oleh guru. Guru sempat melakukan berbagai teknik dan cara untuk memotivasi siswa dalam bertanya. Keadaaan ini cukup efektif, tetapi tidak dilakukan secara berkelanjutan. Implikasi praktisnya adalah perlu adanya perbaikan dalam teknik dan metode dalam pembelajaran. Perbaikan itu berupa penempatan guru dan siswa sebagai pihak yang sama-sama aktif dalam proses belajar mengajar. Menulis sebagai salah satu aspek pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah merupakan kegiatan yang memerlukan keterampilan. Metode yang lebih cocok agar siswa terampil adalah banyak latihan. Latihan tersebut harus terus menerus dipantau oleh guru. Pembelajaran menulis karangan narasi dengan penggunaan media teks wacana dialog ini cukup efektif dalam meningkatkan keterampilan menulis. Ada beberapa hal yang menjadi catatan penting dalam penelitian ini, menyangkut pada proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut. 1.
Teknik pembelajaran menulis dengan menggunakan media teks wacana dialog dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan:
91
92
a. Meningkatnya penguasaan sebagian besar siswa terhadap menulis karangan narasi; b. Meningkatnya minat sebagian besar siswa terhadap menulis karangan narasi; c. Meningkatnya gairah sebagian besar siswa dalam proses pembelajaran menulis. 2.
Teknik pembelajaran yang dilakukan belum mampu secara optimal mengembangkan siswa dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Hal ini ditandai dengan: a. Masih ada siswa yang enggan membaca teks dialog di depan kelas; b. Masih ada siswa yang belum optimal dalam menulis karangan narasi; c. Masih ada keengganan guru dalam menilai ranah afektif siswa.
92
93
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan,
dan
hasil
pembelajaran menulis
karangan
narasi
dengan
menggunakan media teks dialog di Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta diperoleh simpulan sebagai berikut. 1.
Bentuk perencanaan pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog ditempuh dengan beberapa prosedur. Prosedur utama yaitu studi pendahuluan atau observasi awal yang dilakukan untuk mengetahui gambaran umum pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang
menjadi
objek
penelitian.
Kemudian
menyusun
perencanaan
pelaksanaan tindakan yang mencakup kegiatan penentuan kelas dan waktu penelitian, menentukan jenis dan tema teks wacana dialog yang akan digunakan sebagai media pembelajaran menulis karangan narasi, menyusun satuan pelajaran, menyusun alat observasi aktivitas guru dan siswa, dan menyusun jurnal siswa. 2.
Bentuk pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi
dengan
menggunakan media teks wacana dialog dilaksanakan dengan beberapa langkah. Pada mulanya siswa membaca sebuah teks dialog secara berpasangan dengan temannya sambil menghayati dan memahami isi cerita
93
94
yang terkandung di dalam teks dialog. Kemudian, siswa dan guru membahas isi cerita yang terkandung dalam teks dialog dengan metode tanya jawab. Lalu siswa menulis karangan narasi dengan acuan teks dialog yang sudah dibaca. 3.
Berdasarkan hasil pembelajaran menulis karangan narasi dari tiap siklusnya, siswa
mengalami
peningkatan.
Hal
ini
dapat
dibuktikan
dengan
meningkatnya nilai yang diperoleh siswa dari setiap siklus. Pada siklus pertama, siswa yang mendapatkan nilai kurang (D) terdapat 1 orang, nilai cukup (C) mencapai 9 orang, nilai baik (B) sebanyak 9 orang, dan baik sekali (A) mencapai 6. Siklus kedua, siswa yang mendapat nilai kurang (D) sudah tidak ada, ini berarti mengalami peningkatan kemampuan menulis, sedangkan nilai cukup (C) mencapai 5 orang, nilai baik (B) sebanyak 13 orang, dan nilai baik sekali (A) sebanyak 7 orang. Adapun nilai rata-rata setiap siklus yaitu siklus pertama 75,18 dan kedua 80,99. Adapun kendala yang dihadapi pada kegiatan pembelajaran menulis karangan narasi, yaitu dalam kesehariannya siswa jarang sekali menulis atau mengarang, sehingga para siswa sedikit kesulitan dalam mengembangkan karangan narasi yang ditugaskan. Waktu yang kurang dalam pembelajaran setiap siklus membuat guru harus benar-benar kreatif dalam mengefektifkan waktu. B. Saran Setelah menganalisis hasil penelitian, peneliti ingin menyampaikan saran sebagai berikut.
94
95
1. Siswa akan merasa jenuh jika pembelajaran dilakukan hanya pada satu keterampilan saja. Misalnya keterampilan menyimak atau menulis. Maka penting bagi guru untuk lebih mengintergasikan model pembelajaran yang mencakup empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis sehingga dalam mengikuti pembelajaran siswa akan lebih aktif dan kreatif. 2. Saat pembelajaran dimulai, minat siswa tidak sama. Oleh karena itu, disarankan kepada guru untuk memberikan motivasi kepada siswa sebelum pembelajaran berlangsung. 3. Minat siswa terhadap keterampilan menulis pada umumnya kurang karena mereka terbiasa menjadi penyimak. Selain itu, menulis merupakan keterampian yang sangat komplek. Oleh karena itu, disarankan agar pada pembelajaran keterampilan menulis guru lebih banyak memberikan praktik menulis kepada siswa daripada teori. 4. Penggunaan media teks wacana dialog cukup afektif untuk digunakan dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Oleh karena itu, peneliti menyarankan untuk menggunakan media ini dalam pembelajaran menulis lainnya.
95
96
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Gani, Ramlan dan Fitriyah, Mahmudah. Disiplin Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK Press. 2010 Arikunto, Suharsimi. dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi aksara. 2007 AR, Syamsudin. Studi Wacana. Bandung: Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni FPBS IKIP Bandung. 1992 Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2007 Ghony, M. Djunaidi. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UIN-Malang Press. 2008 Hall, Donald. Writing Well. Boston: Little Brown. 1976 Hamalik, Oemar. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. 1994 Hernowo. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: MLC. 2003 Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2010 Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008 Kusnadi, E dan Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia: Materi Pengayaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2006 Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks. 2011 Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun Pelajaran 2009-2010. Jakarta: Tidak diterbitkan. 2009 Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN Jakarta. 2004 Masiello, Lea. Writing in Action: A Collaborative Rhetoric for College Writers. New York: Mac Millan. 1986 Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan baru. Jakarta: Gaung Persada Press. 2008
96
97
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2007 Parera, Jos Daniel. Menulis Tertib dan Sistematik: Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. 1987 Rohani, Ahmad. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1997 Sadiman, Arief S. dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 1996 Semi, M. Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1988 Subana, M dan Sunarti. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Berbagi Pendekatan, Metode Teknik, dan Media Pengajaran. Bandung: Pustaka Setia. Tanpa tahun Sudarno dan Rahman, Eman A. 1986. Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah Suparno dan Yunus, Mohamad. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. 2009 Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2010 Tarigan, Djago dan Tarigan, HG. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 1987 Tarigan, Henry Guntur. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 2008 Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi, Muhammad. Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. 2010 Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009 Zaimar, Okke Kusuma Sumantri dan Harahap, Ayu Basoeki. Telaah Wacana. Jakarta: The Intercultural Institute. 2009
97
98
Badan Standar Nasional Pendidikan. “Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs.” Diakses pada 16 Juni 2011 pukul 11:24 dari http://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/buku-standar-isi-smp.pdf Depdikbud. “Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.” Diakses pada 2 Mei 2011 pukul 14:07 dari http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf Depdiknas. “Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.” Diakses pada 16 Juni 2011 pukul 10.35 dari http://www.puskur.net/download/kbk/smp/BahasaSastraIndonesia.pdf Didin Widyartono. “Pembelajaran Bahasa Indonesia.” Diakses pada 16 Juni 2011 pukul 11:46 dari http://endonesa.wordpress.com/ajaranpembelajaran/pembelajaran-bahasa-indonesia/ Wikipedia. “Writing.” Diakses pada http://en.wikipedia.org/wiki/Writing
22
98
Juni
2011
pukul
11.02
dari
Lampiran 18
BIODATA PENELITI Hilda Nurul Mawaddah dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 September 1989. Peneliti merupakan putri sulung dari dua bersaudara, buah pernikahan bapak Drs. H. Basthomi Hasan, M.A. (Alm) dan ibu Dra. Hj. Sohihah. Peneliti menempuh pendidikan pertama di Taman Kanak-kanak Nurul Falah Jakarta, tamat pada tahun 1994. Kemudian ia menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDIT Nurul Falah Jakarta, pindah pada kelas 3 SD tahun 1997 ke SDN Rorotan 05 Pagi Jakarta, dan tamat tahun 2001. Selanjutnya peneliti menjajaki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertamanya di Pondok Pesantren Madrasah Tsanawiyah Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat, tamat tahun 2004 dan meneruskan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Sekar Kemuning Islamic Boarding School Cirebon Jawa Barat, tamat tahun 2007. Kemudian peneliti tercatat sebagai mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2007 dan tamat pada tahun 2011. Motto hidup peneliti adalah “Luruskan niat, dan lakukan yang terbaik.” Sepanjang penjalanan hidupnya, ia pernah dipercaya sebagai Motivator Arabic Language SMA. Sekar Kemuning Islamic Boarding School Cirebon, periode 2004-2007. Pada tahun yang sama, ia menjadi Koor. Sie. Bidang Apresiasi dan Kreasi Seni Siswa OSIS, dipercaya sebagai penanggung jawab mading, sekaligus dipilih sebagai sutradara Teater Dot Id SMA. Sekar Kemuning Islamic Boarding School Cirebon, periode 2006-2007. Pada tahun 2007 peneliti mulai duduk dalam dunia kampus dan ia merupakan salah satu anggota Ikatan Remaja Masjid Fathullah. Selanjutnya, ia diamanahkan untuk menjadi divisi pengkaderan Paduan Suara FITK (PST) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, periode 2007-2009. Peneliti juga mencoba pengalaman baru dengan menjadi anggota UKM Paduan Suara Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2009 dan dipercaya menjadi asisten conductor lagu Babendibendi pada recital Averrose UKM PSM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti mendapat kepercayaan pula dalam Badan Eksekutif Mahasiswa FITK, yaitu dengan untuk aktif dalam Departemen Kemahasiswaan periode 2010-2011 dan Departemen LSO. Bahasa periode 20102011. Ia pernah menjadi sekretaris Dewan Pimpinan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Partai Reformasi Mahasiswa pada Pemilihan Rakyat kampus di tahun 2010. Tak hanya itu, selain aktif dalam organisasi intra kampus, peneliti pun aktif dalam organisasi ekstra kampus yaitu dengan menjadi kader Himpunan Mahasiswa Islam pada tahun 2008 sampai dengan saat ini.