SKRIPSI EFEKTIFITAS PEMANFAATAN MEDIA PRESENTASI PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di MAN 04 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan) Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh : ASRORI HUDA NIM : 105011000173
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
EFEKTIFITAS PEMANFAATAN MEDIA PRESENTASI PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan)
SKRIPSI Di Ajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : Asrori Huda NIM. 105011000173
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing :
Yudhi Munadi, M.Ag NIP. 197012031998031003
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010M
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI Skripsi berjudul “Efektifitas Pemanfaatan Media Presentasi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam” (Studi Kasus di MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan) diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 23 Juni 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Jakarta, 23 Juni 2010 Panitia Ujian Munaqasyah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
BAHRISSALIM, M.A NIP. 19680307.199803.1.002
Tanggal
Tanda Tangan
……………..
………………
……………..
………………
.......………...
………………
………..…..
………………
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
Drs. SAPIUDIN SHIDIQ, M.A NIP. 19670328.200003.1.001 Penguji I
TANENJI, M.A NIP. 19720712.199803.1.004
Penguji II
RUSYDY ZAKARIA, M.Ed. M.Phil NIP. 19560530.198503.1.002 Mengetahui: Dekan,
Prof. DR. Dede Rosyada, M.A NIP. 1957100519.8703.1.003
DEPARTEMEN AGAMA UIN JAKARTA FITK
FORM (FR)
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia
No. Dokumen :
FITK-FR-AKD-089
Tgl. Terbit
:
27 Juli 2009
No. Revisi
:
00
Hal
:
1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Asrori Huda
Tempat/Tanggal Lahir : Madiun, 21 Januari 1987 NIM
: 105011000173
Jurusan/Prodi
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: Efektifitas Pemanfaatan Media Presentasi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan)
Dosen Pembimbing
: Yudhi Munadi, M.Ag
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, Mahasiswa Ybs.
Asrori Huda NIM. 105011000173
ABSTRAK Asrori Huda 105011000173 Jurusan Pendidikan Agama Islam “Efektifitas Pemanfaatan Media Presentasi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan”. Skripsi ini berjudul “Efektifitas Pemanfaatan Media Presentasi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan)”. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah efektif pemanfaatan media presentasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam Penelitian ini penulis menggunakan metode Mixed Method, yaitu penggabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif dalam satu penelitian. Mixed method (metode gabungan: kualitatif- kuantitatif) adalah metode dengan menggunakan gabungan pada prosedur penelitian, dimana salah satu metode lebih dominan terhadap metode yang lain. Metode yang kurang dominan hanya diposisikan sebagai metode pelengkap sebagai data tambahan. Adapun metode yang lebih dominan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan sebagai metode pelengkapnya adalah metode kuantitatif. Data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research). Dalam menganalisis data penulis menggunakan rumus Mean (rata-rata) dan terakhir di rumuskan dengan menggunakan kategori efektiftas. Dari penelitian yang dilakukan di kelas XI MAN 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan ini diperoleh hasil bahwa Efektifitas Pemanfaatan Media Presentasi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah efektif. Adapun dari pihak sekolah dalam pemanfaatan media presentasi ini, setiap kelas sudah di fasilitasi media presentasi tersebut (LCD) dan bagi siswa diwajibkan untuk menggunakannya. Jadi setiap materi yang akan dibahas diharuskan menggunakan media presentasi tersebut. Sehingga siswa tersebut lebih aktif, kreatif, dan lebih termotivasi dalam belajar. Dan nilai-nilainya pun meningkat dibandingkan dengan memakai metode ceramah. Kata kunci: Efektifitas, Media Presentasi, Pendidikan Agama Islam
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt
yang telah
memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad Saw, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia dan tetap istiqamah. Laporan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta. Laporan skripsi ini membahas tentang Efektifitas Pemanfaatan Media Presentasi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan) Selanjutnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan-Nya dan motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan sebuah proses yang harus dijalani. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang berjasa dalam penulisan skripsi ini, diantaranya: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta beserta staf-stafnya. 2. Bapak Bahrissalim, M.A., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Bapak Sapiudin Shidiq, M.A., Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Ibu Dra. Hj. Nur’aini Ahmad, M.Hum., pembimbing akademik, terimakasih atas bimbingan dan arahan buat penulis. 5. Bapak Yudhi Munadi, M.Ag., pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, tenaga untuk membimbing, mengarahkan, dan mengembangkan
v
pemikiran kepada penulis demi terselesaikannya penyusunan skripsi ini dengan baik. Terima Kasih pak atas bimbingannya. 6. Pimpinan Perpustakaan Utama beserta staf-stafnya dan pimpinan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf-stafnya, yang juga telah memberikan fasilitas untuk mencari atau mengadakan studi kepustakaan. 7. Segenap Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi diri pribadi penulis dan para mahasiswa pada umumnya. 8. Bapak Drs. M. Fadoli, Kepala Sekolah MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan, Bapak Ibu guru beserta staf Tata Usaha dan Humas MAN 4 yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan tersebut. 9. Bapak H. Nawawi dan Ibu Khairunnisa, guru PAI kelas XI MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan, terimakasih atas bantuan dan waktunya selama penulis melakukan penelitian. 10. Teruntuk Ayah dan Ibunda tercinta terima kasih atas kasih sayang yang tercurah semenjak penulis kecil sampai sekarang, yang tak henti-hentinya memberikan do’a kepada penulis, serta dorongan dan motivasi baik moral maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Teruntuk Kakakku Amin Utayanna dan Mas Angga Eko Wawansari yang telah memberikan do’a, support dan motivasinya kepada penulis sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Trimakasih banyak ya…semoga kalian menjadi pasangan suami istri yang sakinah mawaddah wa rahmah dan semoga cepat diberikan momongan,amiiin. 12. Teruntuk seseorang yang telah memberikan, motivasi, support, do’a, yang selalu mendukung, menyemangati dan mendampingi penulis selama ini. “Erlina Sofiani”, terima kasih atas waktu dan pengorbanannya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
vi
13. Teruntuk semua teman-teman PAI Angkatan 2005 khususnya PAI E ; yang selalu bersama-sama baik dalam suka maupun duka (masa bersama kita takkan penulis lupakan). Terimakasih atas support dan motivasinya. 14. Teruntuk Keluarga Besar UKM Pramuka Fatahillah-Nyi Mas Gandasari 07-081/07-082 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya angkatan 2005. Terimakasih atas naungannya selama penulis terlibat di dalamnya. Tetap semangat dan Salam Pramuka ! 15. Teman-teman sepermainan di penjara suci (kost): Abdul Hanan Al-Hasani, S.Si, Makrus, S.E, Mashudi, Nino, Arwani, Mahsus, Anik, Toyib, Ado, Terimakasih atas inspirasi kalian yang selalu membuatku tersenyum.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudahmudahan bantuan, bimbingan, semangat, dan do’a yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah Saw di dunia dan di akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya.
Jakarta, Juni 2010
Penulis
vii
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ........................................ i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI.................................................... iii ABSTRAK ................................................................................................. iv KATA PENGANTAR............................................................................... v DAFTAR ISI.............................................................................................. viii DAFTAR TABEL ..................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Masalah Penelitian ................................................................... 6 1.
Identifikasi Masalah .......................................................... 6
2.
Pembatasan Masalah ......................................................... 6
3.
Perumusan Masalah........................................................... 6
C. Sistematika Penulisan .............................................................. 6
BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR.......... 8 A.
Deskripsi Teori.................................................................... 8 1. Efektifitas Pembelajaran ............................................... 8 1.1. Pengertian Efektifitas ............................................. 8 1.2. Ciri – ciri efektifitas ............................................... 10
viii
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam........................ 11 2.1. Pengertian Pendidikan Agama Islam.................... 11 2.2. Fungsi Pendidikan Agama Islam.......................... 14 2.3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ......................... 16 2.4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam............ 18 3. Media Presentasi ............................................................ 19 3.1. Pengertian Media Presentasi................................... 19 3.2. Prinsip – Prinsip Pemilihan Media......................... 22 3.3. Prinsip-Prinsip Pengembangkan Media Presentasi untuk Pembelajaran. ............................................... 26 B.
Kerangka Berpikir............................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 29 A. Tujuan Penelitian................................................................. 29 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 29 C. Populasi dan sampel ............................................................ 30 D. Metode Penelitian................................................................ 31 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 31 F. Instrumen Penelitian............................................................ 32 G. Teknik Analisis Data........................................................... 33
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN.............................................................. 36 A.
Gambaran Umum MAN 04 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan..................................................................... 36 1.
Profil dan Sejarah Berdirinya MAN 4 Jakarta Selatan ............................................................. 36
2.
Kebijakan Mutu ........................................................... 37
3.
Sasaran Mutu ............................................................... 38
4.
Pengembangan di MAN 4 Jakarta Selatan................... 39
5.
Kurikulum dan PBM.................................................... 40
6.
Fasilitas ........................................................................ 41
7.
Kegiatan Ekstrakurikuler ............................................. 41
B. Pengolahan Data dan Analisis Data .................................... 44 1.
BAB V
Hasil Angket ................................................................ 46
PENUTUP.................................................................................. 71 a. Kesimpulan.......................................................................... 71 b. Saran.................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 73 LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
3.1
Waktu dan kegiatan penelitian ................................................................ 29
3.2
Kisi-kisi instrumen ................................................................................. 32
3.3
Skala skor ............................................................................................... 34
3.4
Kategori efektifitas ................................................................................ 35
4.1
Guru pendidikan agama Islam menggunakan media presentasi ............ 44
4.2
Pembelajaran dengan menggunakan media presentasi membuat bingung dan pusing ............................................................... 45
4.3
Pembelajaran dengan media presentasi menjadi lebih efektif ............... 46
4.4
Kesiapan guru dalam menyajikan mata pelajaran dengan menggunakan media presentasi baik ........................................ 46
4.5
Guru memperhatikan siswa pada saat berjalannya pelajaran................. 47
4.6
Guru dalam mempersiapkan media presentasi kurang baik................... 48
4.7
Mengobrol dengan teman selama berlangsungnya pembelajaran dengan media presentasi................................................. 49
4.8
Rasa puas dengan penyajian guru dalam pembelajaran dengan menggunakan media presentasi ................................................ 50
4.9
Mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan guru ............................. 51
4.10
Aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi .................................................................................... 51
4.11
PAI tidak lagi hal yang membosankan setelah pelaksanaan pembelajaran menggunakan media presentasi ...................................... 52
4.12
Pemahaman menjadi luas setelah pembelajaran dengan menggunakan media presentasi............................................................. 53
4.13
Nilai PAI tinggi setelah pembelajaran dengan menggunakan media presentasi .................................................................................... 54
4.14
Penggunaan media presentasi adalah hal yang membosankan ............. 55
4.15
Pembelajaran dengan menggunakan media presentasi hasilnya memuaskan ............................................................................. 56
xi
4.16
Penggunaan media presentasi membuat siswa menjadi pasif dan bosan...................................................................................... 57
4.17
Belajar dengan media presentasi menjadi lebih nyata dan lebih mengena dengan materi yang dijelaskan............................... 58
4.18
Meskipun dengan media presentasi PAI adalah hal yang tidak menarik ........................................................................................ 59
4.19
Kejenuhan melihat media membuat tidak fokus pada materi ............... 59
4.20
Dengan media presentasi hasil ujian kurang berhasil ........................... 60
4.21 Proses pembelajaran dengan menggunakan media presentasi menyenangkan..................................................................... 61 4.22
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media prsentasi sudah sangat baik .................................................................. 62
4.23 Menyukai guru yang menjelaskan pelajarannya menggunakan media presentasi............................................................ 63 4.24
Berpikir kritis setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi............................................................ 64
4.25
Penjelasan dengan menggunakan media presentasi tidak menarik perhatian................................................................................. 65
4.26
Nilai angket responden......................................................................... 66
4.27
Kategori Efektifitas .............................................................................. 69
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan ........................................................................... 43
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan negara tidak terlepas dari kemajuan pendidikan yang dicapai oleh bangsa itu sendiri. Pendidikan menjadi dasar utama dari perkembangan berbagai hal di dalam kehidupan manusia, karena pada dasarnya pendidikan dimaksudkan untuk menciptakan individu-individu berkualitas yang siap dan mampu menghadapi berbagai rintangan yang ada dalam kehidupan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Tahun 2003, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. 1 Sedangkan pada Bab II Pasal 3 “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha 1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, (Jakarta : DEPDIKNAS RI, 2003), h. 5
1
2
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 2 Dr. Samsul Nizar berpendapat bahwa Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik seoptimal mungkin, baik yang menyangkut aspek jasmaniah, rohaniah, akal dan akhlak. 3 Berdasarkan hal diatas terletak prinsip pendidikan seumur hidup atau lebih popular dengan sebutan “long life education“ untuk mengoptimalisasi pencapaian tujuan ini, maka pendidikan Islam harus mengaitkan tujuan yang diinginkan dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan institusi yang menyelenggarakan pendidikan itu. 4 Secara sederhana sekolah merupakan lembaga pendidikan tempat peserta didik melakukan interaksi proses belajar secara formal. 5 Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan, merupakan salah satu bagian penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperolehnya. Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari upaya peningkatan komponen-komponen yang terdapat di dalamnya, yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya dalam satu sistem yaitu guru, metode, kurikulum, siswa, sarana dan prasarana sekolah dan sebagainya. Dalam proses belajar mengajar di sekolah banyak siswa mengalami kesulitan dalam belajar diantaranya kesulitan dalam belajar Pendidikan Agama Islam. Materi Pendidikan Agama Islam dianggap membutuhkan daya ingat dan daya hafal yang cukup tinggi. Ketika mempelajari Pendidikan Agama Islam, akan ditemukan materimateri yang membutuhkan praktik, maka siswapun merasa butuh dengan
2
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UndangUndang Sisdiknas, h. 37 3 Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001), h. vii 4 Zakiah Daradjat,et.all., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), h. 30 5 Anton Moeliono, et.all., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), h. 892
3
materi yang membutuhkan praktek tersebut. Terkadang siswa menjadi jenuh, malas, dan kurang berminat terhadap materi yang disampaikan dan semakin bertambah parah jika metode guru dalam menyampaikan materi tersebut juga membosankan. Jika keadaan ini bertahan terus dalam jangka waktu yang panjang, tentu akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan juga akan memberi dampak yang buruk bagi pertumbuhan pendidikan nasional. Dari beberapa faktor yang menunjang keberhasilan di dalam proses belajar mengajar, keterampilan/cara penyampaian suatu materi pembelajaran, merupakan faktor yang penting. Hal ini dikarenakan cara penyampaian materi pembelajaran merupakan proses komunikasi maksudnya adalah penyampaian informasi melalui saluran tertentu kepada si penerima. Ketika seorang guru tidak menguasai cara penyampaian materi pembelajaran dengan baik, hal tersebut dapat menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam mengerti dan memahami materi pembelajaran yang pada akhirnya akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa dalam proses pembelajaran. Maka hal tersebut tentu tidak efektif dalam proses pembelajaran. Kita dapat mengatakan sesuatu itu efektif bila mencapai tujuan tertentu. 6 Dalam proses belajar mengajar yang ada baik di sekolah dasar maupun di sekolah menengah, sudah barang tentu mempunyai target bahan ajar yang harus dicapai oleh setiap guru, yang didasarkan pada kurikulum yang berlaku pada saat itu. Kurikulum yang sekarang ada sudah jelas berbeda dengan kurikulum zaman dulu, ini ditenggarai oleh sistem pendidikan dan kebutuhan akan pengetahuan mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan zaman. Bahan ajar yang banyak terangkum dalam kurikulum tentunya harus disesuaikan dengan waktu yang tersedia pada hari efektif yang ada pada tahun ajaran tersebut. Namun terkadang materi yang ada dikurikum lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Ini sangat ironis sekali dikarenakan semua mata
6
Ahmad Habibullah dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta : PT. Pena Citasatria, 2008 ), cet. 1, h. 7
4
pelajaran dituntut untuk bisa mencapai target tersebut. Untuk itu perlu adanya strategi efektivitas pembelajaran. 7 Soejanto mengatakan bahwa, belajar akan lebih berhasil bila bahan yang dipelajari menarik perhatian anak. Karena itu bahan harus dipilih yang sesuai dengan minat anak atau yang didalamnya nampak jelas adanya tujuan yang sesuai dengan tujuan melakukan aktifitas belajar. 8 Banyak hambatan yang ditemui siswa dalam mempelajari Pendidikan Agama Islam, terutama dalam memahami materi-materi yang membutuhkan media, sebagai contoh: materi tentang wudhu, shalat, haji dan umrah, dan lain sebagainya. Dari materi-materi tersebut seorang guru harus jeli dan mengerti bahwa materi tersebut selain teori juga membutuhkan media untuk lebih memahamkan para siswanya. Oleh karena itu diperlukan berbagai metode dan media di dalam mempelajari materi Pendidikan Agama Islam tersebut. Media merupakan sarana penyalur informasi di dalam proses belajar mengajar. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. 9 Oleh karena itu media dapat membantu siswa lebih mudah dalam menyerap materi-materi tersebut. Salah satu media pembelajaran tersebut ialah dengan menggunakan Media Presentasi. Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin. Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk membujuk untuk memberikan informasi atau untuk meyakinkan. Keahlian berbicara di hadapan hadirin merupakan hal yang sangat penting bagi siapa pun yang ingin maju. Banyak presiden, manajer, dan pengajar yang menjadi sukses dan terkenal lewat keahlian berpresentasi. 10
7
http://starawaji.wordpress.com/2009/03/01/efektivitas-pembelajaran/ Soejanto, Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), h. 36 9 Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), Ed.1, Cet. 4, h. 7 10 http://id.wikipedia.org/wiki/Presentasi 8
5
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang: Efektifitas Pemanfaatan Media Presentasi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di MAN 04 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan)
6
B. Masalah Penelitian 1. Identifikasi masalah a. Banyak siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar PAI, karena PAI membutuhkan daya ingat dan daya hafal yang cukup tinggi. b. Metode pembelajaran yang masih tradisional. c. Kurang efektifnya penyampaian materi. d. Perlunya penggunaan media presentasi dalam proses pembelajaran.
2. Pembatasan Masalah Berdasarkan Identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, maka untuk mempermudah dan mengarahkan penelitian ini, penulis membatasi masalah pada efektifitas pemanfaatan media presentasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Perumusan Masalah Masalah yang akan diteliti pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: ”Bagaimanakah efektifitas pemanfaatan media presentasi dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?”
C. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk lebih singkat dan lebih mudah untuk menguraikan pembahasan, maka dalam sistematika penyusunan, penulis membagi kepada :
Bab I
: Pendahuluan yang berisikan tentang pemilihan pokok masalah berupa latar belakang permasalahan dan identifikasi masalah, pembatasan, perumusan masalah yang akan dibahas, metode pembahasan dan sistematika penulisan.
Bab II
: Kerangka teori, kerangka berfikir yang membahas tentang aturan teoritis yang mencakup pengertian efektifitas pembelajaran, pembelajaran Pendidikan Agama Islam, media presentasi, kerangka berpikir.
7
Bab III
: Metodologi penelitian yang menjelaskan tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan tehnik analisis data.
Bab IV
: Hasil penelitian yang menggambarkan tentang deskriptif data serta analisis data dengan prosedur pengumpulan data dan pengolahannya.
Bab V
: Penutup yang terdiri dari kesimpulan hasil penelitian dan saran.
8
BAB II KERANGKA TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Deskripsi Teori 1. Efektifitas Pembelajaran 1.1. Pengertian Efektifitas Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektifitas berasal dari kata, efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesamaannya, manfaatnya, dapat membawa hasil, berhasil guna, mulai berlaku. 1 Dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektifitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan. Metode pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan instruksional khusus yang dicanangkan lebih banyak tercapai. 2 Menurut Streers yang dikutip oleh Ahmad Habibullah, efektifitas adalah konsistensi kerja yang tinggi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Adapun Stoner yang dikutip pula oleh Ahmad
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), h. 250 2 http://agungprudent.wordpress.com/2009/06/18/efektifitas-pembelajaran/
8
9
Habibullah dkk, memberikan definisi efektifitas sebagai kemampuan menentukan tercapainya tujuan. 3 Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa: “Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya”. 4 Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar, yaitu segala daya upaya guru untuk membentuk para siswa agar bisa belajar dengan baik. 5 Efektifitas pembelajaran agama Islam hendaknya diarahkan untuk mencapai kompetensi berupa perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt. Sehingga dalam prosesnya, guru tak hanya membutuhkan buku ajar. Diperlukan juga sarana pembelajaran yang memadahi, bervariasinya pendekatan, strategi dan metode pembelajaran,
suasana
pembelajaran
yang
kondusif
dan
menyenangkan. 6 Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pembelajaran, yaitu : 1. Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). 2. Rata-rata prilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa.
3
Ahmad Habibullah dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta : PT. Pena Citasatria, 2008 ), cet. 1, h. 6 4 http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/ 5 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ( Jakarta : Kencana, 2009), ed. 1, cet. 1, h. 20 6 http://www.uin-suka.ac.id/detail_kabar.php?id=144
10
3. Ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan. 4. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas yang mendukung. Guru yang efektif adalah guru yang menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dengan presentasi waktu belajar akademik yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif atau hukuman. Selain itu guru yang efektif adalah orang-orang yang dapat menjalin hubungan yang simpatik dengan para siswa, menciptakan lingkungan kelas yang mengasuh, penuh perhatian, memiliki suatu rasa cinta belajar, menguasai sepenuhnya bidang studi mereka dan dapat memotivasi siswa untuk bekerja tidak sekedar mencapai suatu prestasi namun juga menjadi anggota masyarakat yang pengasih. 7 Dengan
begitu,
upaya
untuk
melakukan
pengajaran,
pembiasaan, bimbingan, pengasuhan dan pengembangan potensi anak didik akan bisa dilakukan dengan sebaik-baiknya pula dan anak didik tidak hanya memperoleh pengetahuan kognitif tentang nilai-nilai agama, tetapi juga meresapi nilai-nilai agama dengan hati dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 8
1.2. Ciri-ciri Efektifitas Menurut
Harry
Firman
(1987)
keefektifan
program
pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
7
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), h. 20- 21 8 http://www.uin-suka.ac.id/detail_kabar.php?id=144
11
b. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional. c. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar. Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang digambarkan diatas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks. 9
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 2.1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Tahun 2003, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
9
http://agungprudent.wordpress.com/2009/06/18/efektifitas-pembelajaran/
12
masyarakat, bangsa dan negara”. 10 Pendidikan ialah mengembangkan dan mengantarkan maujud (makhluk) secara bertahap kepada kesempurnaan, dan mengubah potensi dirinya menjadi kemampuan nyata 11 . Pendidikan Agama berarti usaha – usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam. 12 Menurut Komisi Pembaharuan Pendidikan Manusia (KPPN) Agama mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia Pancasila, sebab agama mempunyai motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri yang amat penting. Oleh karena itu agam perlu diketahui, dipahami, dan diamalkan oleh manusia Indonesia agar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh. 13 Sedangkan pengertian tentang Pendidikan Agama Islam, banyak para tokoh pendidikan mendefinisikan pengertian Pendidikan Agama Islam antara lain sebagai berikut: Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi” menyatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannnya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kasatuan dan persatuan bangsa. 14
10
Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, h. 5 11 Ayatullah Ibrahim Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, (Jakarta : Al-Huda, 2006) Cet. 1, h. 9 12 Zuhairini, Abdul Ghafir dan Slamet As Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel – Malang, 1981), h. 27 13 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), ed. 1, cet. 3, h. 86-87 14 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 3, h. 130
13
Menurut Zakiah Daradjat yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayani, mendefinisikan pendidikan agama Islam sebagai suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha
sadar
generasi
tua
untuk
mengalihkan
pengalaman,
pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A.Tafsir pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. 15 Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup. 16 Sedangkan menurut Muhaimin menyatakan bahwa pendidikan agama Islam yaitu upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi ”way of life” (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Dalam pengertian ini mengandung arti: segenap kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membantu seorang atau sekelompok
peserta
menumbuhkembangkan
didik ajaran
dalam Islam
dan
menanamkan
atau
nilai-nilainya
untuk
dijadikan sebagai pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari, segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah tertanamnya atau tumbuhkembangnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak. 17
15
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h. 130 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, h. 86 17 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam:Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), ed. 1, h. 5-6 16
14
Dari pengertian tentang pendidikan agama Islam yang telah diuraikan diatas penulis lebih cenderung mengadopsi dari pemikiran Abdul Majid dan Dian Andayani yaitu upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan
untuk
menghormati
penganut
agama
lain
dalam
hubungannnya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kasatuan dan persatuan bangsa. Mengingat betapa pentingnya pendidikan agama Islam dalam mewujudkan harapan setiap orang tua, masyarakat dan membantu terwujudnya tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan agama Islam harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan sebaikbaiknya. 18
2.2. Fungsi Pendidikan Agama Islam Seperti diketahui bahwa pembinaan mental anak didik tidaklah dimulai dari sekolah, akan tetapi dimulai dari rumah (keluarga), sejak anak dilahirkan ke titik maksimal yang dapat sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan dunia, mulailah ia menerima didikan-didikan dan perlakuan-perlakuan. Mula-mula ibu bapaknya, kemudian dari anggota keluarga yang lain (saudara) dan kemudian dari lingkungan masyarakatnya. Hal demikian memberikan warna dan mempengaruhi dasardasar pembentukan kepribadiannya. Pembinaan, pertumbuhan mental dan kepribadiannya itu kemudian akan ditambah dan disempurnakan oleh sekolah. Orang tua seharusnya memberikan pendidikan agama pada anak-anaknya sejak kecil, bahkan sejak masih dalam kandungan, sebab disadari atau tidak, hal ini akan mempengaruhi proses
18
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h. 140
15
pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir terutama pada perkembangan dan pertumbuhan aspek kejiwaannya. Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya “Kesehatan Mental” mengemukakan tentang fungsi Pendidikan agama Islam, bahwa Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena pendidikan agama Islam mempunyai dua aspek terpenting, yaitu aspek pertama yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian anak, dan kedua, yang ditujukan kepada pikiran yakni pengajaran agama Islam itu sendiri. Fungsi pendidikan Agama Islam di sini dapat menjadi inspirasi dan pemberi kekuatan mental yang akan menjadi bentuk moral yang mengawasi segala tingkah laku dan petunjuk jalan hidupnya serta menjadi obat anti penyakit gangguan jiwa. 19 Selain itu fungsi pendidikan agama Islam sebagai media yaitu untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah Swt, serta sebagai wahana pengembangan sikap keagamaan dengan mengamalkan apa yang telah didapat dari proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 20 Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani, pendidikan Agama Islam berfungsi sebagai berikut : 1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. 2. Penanaman nilai, yaitu sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 3. Penyesuaian
mental,
yaitu
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
19
Abied, Tujuan Pendidikan Agama Islam, http://meetabied.wordpress.com/ 2009/10/30/tujuan-pendidikan-agama-islam/ 20 Eko susanto, http://de2azhar.blogspot.com/2010/01/pengertian-dasar-fungsi-ruanglingkup.html
16
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. 4. Perbaikan,
yaitu
untuk
memperbaiki
kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. 5. Pencegahan,
yaitu
untuk
menangkal
hal-hal
negatif
dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat menghambat perkembangan menuju manusia Indonesia seutuhnya. 6. Pengajaran, yaitu tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan fungsionalnya. 7. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dibidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara ptimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. 21 8. Pembiasaan, yaitu melatih siswa untuk mengamalkan ajaran Islam, menjalankan ibadah dan berbuat baik. Disamping fungsi-fungsi yang tersebut diatas, hal yang sangat perlu di ingatkan bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup bagi peserta didik untuk mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan di akhirat.22
2.3. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan adalah standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan yang lainnya. 23 Dalam Standar Kompetensi Lulusan
(SKL)
pendidikan
agama
Islam
bertujuan
untuk
21
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h. 133-
22
Eko Susanto, de2azhar.blogspot.com/.../pengertian-dasar-fungsi-ruang-lingkup.html,
135 2010
23
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h. 135
17
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 24 Sedangkan tujuan pendidikan agama Islam menurut Standar Kompetensi yaitu siswa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beakhlak mulia (budi pekerti luhur) yang tercermin dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya serta mampu menghormati agama lain dalam rangka kerukunan antar umat beragama
25
. Pendidikan agama Islam disekolah/madrasah bertujuan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya berbangsa dan negara serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 26 Muchtar Yahya merumuskan tujuan pendidikan Islam yaitu memberikan pemahaman ajaran–ajaran Islam pada peserta didik dan membentuk keluhuran budi pekerti sebagaimana misi Rasulullah Saw, sebagai pengemban perintah menyempurnakan akhlak manusia, untuk memenuhi kebutuhan kerja dalam rangka menempuh hidup bahagia dunia dan akhirat. 27 Secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 28
24
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 2007), Cet. 3, h. 90 25 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h. 154 26 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h. 135 27 Abdul Mujib, et all, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana 2006), ed. 1, cet 1 h. 83 28 Muhaimin, et. all., Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 3, h. 78
18
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang
ajaran
Islam,
keterampilan
mempraktekkannya,
dan
meningkatkan pengamalan ajaran Islam itu dalam kehidupan seharihari. Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilainilai dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkankebaikan di akhirat kelak. 29
2.4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Ruang lingkup pendidikan agama Islam juga identik dengan aspek-aspek pengajaran agama Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Sedangkan Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Al-Qur’an dan Hadits 2. Aqidah 3. Akhlak 4. Fiqih
29
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, h. 136
19
5. Tarikh dan Kebudayaan Islam 30 3. Media Presentasi 3.1. Pengertian Media Presentasi Revolusi
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi,
perubahan
masyarakat, pemahaman cara belajar anak, kemajuan media komunikasi dan informasi dan lain sebagainya memberi arti tersendiri bagi kegiatan pendidikan. Tantangan tersebut menjadi salah satu dasar pentingnya pendekatan teknologis dalam pengelolaan pendidikan dan pembelajaran. Pentingnya pendekatan teknologis dalam pengelolaan tersebut dimaksudkan agar dapat membantu proses pendidikan dalam pencapaian tujuan pendidikan, yaitu al-insan al-kamil. 31 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakan dalam mengajar. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pengajaran tersebut. 32 Kata media, berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
30
http://www.man4-jakarta.com/index.php?option=com_ content&view=article&id=56&Itemid=62 31 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran : Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2008), cet. 1, h. 1 32 Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000), Ed. 1. cet. 4, h. 2
20
pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. 33 Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat garfis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. 34 Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya. Apapun batasan yang diberikan, ada persamaan–persamaan diantaranya yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. 35
33
Arif S. Sadiman, Media Pendidikan Pengertian, pengembangan, dan Pemanfaatannya,
34
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, h. 3 Arif S. Sadiman, Media Pendidikan Pengertian, pengembangan, dan Pemanfaatannya,
h. 6 35
h. 6 - 7
21
Media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar. Yang ingin disampaikan di sini adalah bahwa proses kegiatan belajar/mengajar adalah suatu proses komunikasi. Dengan kata lain, kegiatan belajar melalui media terjadi bila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber lewat media tersebut. Media yang dirancang dengan baik dalam batas tertentu dapat merangsang timbulnya dialog internal dalam diri siswa yang belajar. Yaitu terjadinya komunikasi antara siswa dengan sumbernya pesan atau guru. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa proses kegiatan belajar terjadi. 36 Dalam hal ini komputer sangat berperan besar dalam proses belajar siswa. Penggunaan komputer secara langsung dengan siswa yaitu untuk menyampaikan isi pelajaran, memberikan latihan–latihan dan mengetes kemajuan belajar siswa. Karena keluwesan dan kemampuan suatu komputer untuk memberikan pembelajaran yang bervariasi, maka komputer dapat dianggap sebagai peranan seorang tutor yang sabar tanpa batas.37 Sedangkan presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin. 38 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata presentasi
diartikan
memberikan,
penyajian,
perkenalan,
pertunjukan. 39 Jadi media presentasi adalah media yang digunakan untuk menjelaskan suatu materi/pesan yang dikemas dalam sebuah program komputer dan disajikan melalui perangkat alat saji (proyektor). 36
Yusufhadi Miarso,dkk, Teknologi Komunikasi Pendidikan : Pengertian dan Penerapannya di Indonesia, (Jakarta : CV. Rajawali, 1986), cet. 2, h. 47 – 48 37 Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran, (Jakarta : Rajawali, 1987), ed. 1, cet. 1, h. 199 38 http://id.wikipedia.org/wiki/Presentasi 39 Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 700
22
Pemanfaatan
media
dalam
presentasi
ini
biasanya
menggunakan perangkat lunak yang paling tersohor, yaitu PowerPoint yang dikembangkan oleh Microsoft Inc. Pemanfaatan PowerPoint atau perangkat lunak lainnya dalam presentasi menyebabkan kegiatan presentasi menjadi sangat mudah, dinamis dan sangat menarik. 40 Kebutuhan ini dapat kita peroleh dari produk program Microsoft Powerpoint. Program ini menyediakan banyak fasilitas untuk membuat suatu presentasi. Dalam proses pembelajaran guru mempunyai tugas untuk memilih media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. 41
3.2. Prinsip – Prinsip Pemilihan Media Dalam penggunaan media pengajaran, hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip-prinsip tertentu agar penggunaan media dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip tersebut dikemukakan oleh Nana Sudjana (1991) sebagai berikut : 1. Menentukan jenis media dengan tepat. Artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang diajarkan. 2. Menetapkan atau mempertimbangkan subyek dengan tepat. Artinya perlu diperhitungkan apakah penggunaan media itu sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan anak didik. 3. Menyajikan media dengan tepat. Artinya teknik dan metode penggunaan media dalam pengajaran harus disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode, waktu dan sarana. 4. Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Artinya kapan dan dalam situasi mana pada
40
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran : Sebuah Pendekatan Baru, h. 150 M. Sobry. Sutikno, Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna, (Mataram : NTP Press, 2007), cet. 2, h. 172-173 41
23
waktu mengajar media digunakan. Tentu tidak setiap saat menggunakan media pengajaran, tanpa kepentingan yang lain. Dari keempat prinsip yang diuraikan di atas, hendaknya diperhatikan oleh guru pada waktu menggunakan media pengajaran. Yang perlu diperhatikan bahwa, media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat, media pembelajaran harus meningkatkan motivasi peserta didik, penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada peserta didik, selain itu media juga harus merangsang peserta didik mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan peserta didik dalam menberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong peserta didik untuk melaksanakan praktik-praktik dengan benar. 42 Kenthut menjelaskan bahwa saat ini pengembangan dan penggunaan program presentasi multimedia telah berkembang pesat. Banyak jenis perangkat lunak (software) yang dapat digunakan untuk membuat media presentasi. Jenis software aplikasi yang sifatnya open source misalnya: Program Impress yang ada pada Open Office. Selain itu, banyak pula jenis software aplikasi yang harus membeli (tidak gratis), misalnya: Program Visual Basic, Makromedia Flash, Direktor, Authorware, Dream Weaver, dan masih banyak lagi. Diantara sekian banyak jenis software tersebut, salah satunya yang biasa digunakan di kalangan pendidik (khususnya guru) adalah Microsoft Powerpoint yang dikeluarkan oleh perusahan software Microsoft. Program ini cukup populer karena sebagian besar komputer yang ada di sekolah sudah diinstal Microsoft Office (yang salah satunya memuat aplikasi PowerPoint) sehingga kita tinggal menggunakannya. 43
42
M. Sobry Sutikno, Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna, h. 176-177 Kenthut, Aristo Rahadi, Pelatihan Pemanfaatan TIK Untuk Pembelajaran Tingkat Nasional Tahun 2008 Pembuatan Media Presentasi, http://www.scribd.com/doc/3608157/Pembuatan-Media-Presentasi 43
24
Microsoft PowerPoint atau Microsoft Office PowerPoint adalah
sebuah
program
komputer
untuk
presentasi
yang
dikembangkan oleh Microsoft di dalam paket aplikasi kantoran mereka, Microsoft Office, selain Microsoft Word, Excel, Access dan beberapa program lainnya. 44 Sebenarnya, hampir semua jenis media pada dasarnya dibuat untuk
disajikan
atau
dipresentasikan
kepada
sasaran.
Yang
membedakan antara media presentasi dengan media pada umumnya adalah bahwa pada media presentasi pesan/materi yang akan disampaikan dikemas dalam sebuah program komputer dan disajikan melalui perangkat alat saji (proyektor). Pesan/ materi yang dikemas bisa berupa teks, gambar, animasi dan video yang dikombinasi dalam satu kesatuan yang utuh. Pada dasarnya media presentasi yang menggunakan program komputer ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari media transparansi yang disajikan melalui OHP. Berbeda dengan transparansi OHP tidak bisa menampilkan unsur audio visual, maka media presentasi dengan program komputer ini, kita bisa menampilkan unsur audiovisual dalam pembelajaran. Berkat keefektifannya dalam menyajikan pesan, maka saat ini media presentasi banyak diaplikasikan untuk keperluan pendidikan dan pembelajaran. Tentu saja ini bukan berarti bahwa media presentasi merupakan media yang paling cocok untuk semua materi dan topik pembelajaran. 45 Ada beberapa kelebihan dari multimedia presentasi ini, yaitu : 1. Mampu menampilkan obyek – obyek yang sebenarnya tidak ada secara fisik.
44
http://id.wikipedia.org/wiki/Microsoft_PowerPoint Kenthut, Aristo Rahadi, Pelatihan Pemanfaatan TIK Untuk Pembelajaran Tingkat Nasional Tahun 2008 Pembuatan Media Presentasi, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008. http://www.scribd.com/doc/3608157/Pembuatan-Media-Presentasi 45
25
2. Memiliki kemampuan dalam menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafuk dan sound menjadi satu kesatuan penyajian yang terintegrasi. 3. Memiliki kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai dengan modalitas belajarnya. 4. Mampu mengembangkan materi pembelajaran terutama membaca dan mendengarkan secara mudah. Pertama, pada pengembangan materi pembelajaran keterampilan membaca, program aplikasi presentasi dapat dibuat guru (presenter) dengan cara memasukkan teks dalam slide pertama, kemudian memasukkan latihan dalam slide kedua dan umpan balik latihan dalam slide berikutnya. Untuk memperindah tampilan teks–teks bacaan juga bisa dilengkapi dengan berbagai gambar. Kedua, pada pengembangan materi pembelajaran keterampilan mendengar, guru dapat membuat bahan pembelajaran dengan video atau audio. Seperti halnya pada membaca materi pembelajaran, latihan–latihan dan umpan balik dapat diberikan di slide–slide yang berbeda. Dalam sudut pandang proses pembelajaran, presentasi merupakan salah satu metode pembelajaran. Penggunaan metode ini menempatkan frekuensi yang paling tinggi daripada metode yang lain. Pemanfaatan multimedia berbasis komputer dalam presentasi ini telah memberikan pengaruh yang sangat besar, bukan hanya pada pengembangan
kegiatan
praktis
dalam
kegiatan
presentasi
pembelajaran, akan tetapi juga pada teori–teori yang mendasarinya. Perkembangan terakhir pada bidang presentasi dengan alat bantu komputer telah menyebabkan perubahan tuntutan penyelenggaraan pembelajaran. Diantaranya tuntutan terhadap peningkatan kemampuan dan
keterampilan
para
guru
dalam
mengolah
bahan–bahan
pembelajaran ke dalam media presentasi yang berbasis komputer. 46
46
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran : Sebuah Pendekatan Baru, h. 150 - 151
26
3.3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran.
Pengembangkan
Media
Presentasi
untuk
Pengembangan media presentasi harus dilakukan sesuai dengan
prinsip-prinsip
pengembangan
media
pembelajaran.
Beberapa prinsip berikut perlu Anda pertimbangkan ketika akan mengembangkan media presentasi antara lain: 1. Harus dikembangkan sesuai dengan prosedur pengembangan instruksional, karena pada dasarnya media presentasi adalah untuk keperluan pembelajaran. Jika kita tidak menerapkan prinsip ini, maka bahan presentasi yang kita hasilkan akan menjadi tidak efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Atau malah mirip seperti bahan presentasi untuk informasi pada umumnya. 2. Harus diingat bahwa media presentasi berfungsi sebagai alat bantu mengajar, bukan merupakan media pembelejaran yang akan dipelajari secara mandiri oleh sasaran. Media presentasi kurang cocok digunakan sebagai bahan belajar yang bersifat pengayaan. Ini berbeda dengan program multimedia interaktif. Oleh karena itu pesan - pesan yang disajikan dalam media presentasi sebaiknya dibuat secara garis besar dan tidak detail, sebab penjelasan secara detail akan disajikan oleh penyajinya atau guru. 3. Pengembang media presentasi seyogyanya mempertimbangkan atau menggunakan secara maksimal segala potensi dan karakteristik yang dimiliki oleh jenis media presentasi ini. Unsur-unsur yang perlu didayagunakan pada pembuatan media presentasi
ini
antara
lain
memiliki
kemampuan
untuk
menampilkan teks, gambar, animasi, dan unsur audio-visual. Sedapat mungkin unsur-unsur tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam pembuatan media poresentasi yang akan dibuat.
27
4. Prinsip kebenaran materi dan kemenarikan sajian. Materi yang disajikan harus benar substansinya dan disajikan secara menarik pula. 47
B. Kerangka Berpikir Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Ketika mempelajari Pendidikan Agama Islam, akan ditemukan materi-materi yang membutuhkan praktik, maka siswapun merasa butuh dengan materi yang membutuhkan praktek tersebut. Terkadang siswa menjadi jenuh, malas, dan kurang berminat terhadap materi yang disampaikan dan semakin bertambah parah jika metode guru dalam menyampaikan materi tersebut juga membosankan. Jika keadaan ini bertahan terus dalam jangka waktu yang panjang, tentu akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan juga akan memberi dampak yang buruk bagi pertumbuhan pendidikan nasional. Permasalahan tersebut memberikan tantangan tersendiri bagi guru yang secara rutin terlibat dalam proses pembelajaran untuk mencari penyelesaiannya. Upaya apa saja
yang dapat dilakukan agar dapat
membangkitkan minat dan perhatian serta memudahkan siswa dalam menerima dan memahami pembelajaran tersebut. Salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan perhatian dan minat siswa yaitu dengan menggunakan media yang berfungsi sebagai sarana dalam menyampaikan informasi didalam proses komunikasi kegiatan belajar mengajar. Media yang dimaksud adalah media prsentasi powerpoint. Melalui media presentasi tersebut, diharapkan siswa dapat dengan mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru disekolah. Diharapkan 47
Kenthut, Aristo Rahadi, Pelatihan Pemanfaatan TIK Untuk Pembelajaran Tingkat Nasional Tahun 2008 Pembuatan Media Presentasi, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2008. http://www.scribd.com/doc/3608157/Pembuatan-Media-Presentasi
28
pula dengan media tersebut dapat merangang kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, memotifasi serta menimbulkan minat siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam, sehingga akan tercipta proses belajar mengajar yang efektif, efisien serta menyenangkan dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi, dari penjelasan di atas diduga pemanfaatan media presentasi akan efektif jika digunakan pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pemanfaatan media presentasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MAN 04 Model yang berlokasi di daerah Pondok Pinang Jakarta Selatan. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah dari tanggal 13 sampai 29 April 2010.
Tabel. 3.1 Waktu dan Kegiatan Penelitian Bulan April No
Kegiatan
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu I
1.
II
III
Pembuatan surat observasi, wawancara dan
√
penelitian 2.
Permohonan Surat
√
Rekomendasi Penelitian
29
IV
V
30
dari Kanwil DKI Jakarta 3.
Observasi ke Sekolah
4.
Penyebaran angket dan wawancara
√ √
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian 1 . Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa kelas XI di MAN 04 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan yaitu 296 siswa. Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi, apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10 – 15%, atau 20 – 25% atau lebih 2 . Maka penulis mengambil sampel sebanyak 74 siswa dari jumlah populasi yang sebenarnya sebanyak 296 siswa. Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan cara purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan tujuan) pada cara ini siapa yang akan diambil sebagai anggota sampel diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang berdasarkan atas pertimbangannya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. 3 Alasan pengambilan sampel ini karena kelas XI merupakan madrasah bertaraf internasional di MAN 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan dan dalam proses belajar mengajarpun sudah menggunakan media presentasi (LCD). Alasan tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini.
1
1, h. 118
2
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997), cet.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ”Suatu Pendekatan Praktek”, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996), cet. 10, h. 120 3 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), Cet. III, h. 47
31
D. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah Mixed Method, yaitu penggabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif dalam satu penelitian. Mixed method (metode gabungan: kulitatif- kuantitatif) adalah metode dengan menggunakan gabungan pada prosedur penelitian, dimana salah satu metode lebih dominan terhadap metode yang lain. Metode yang kurang dominan hanya diposisikan sebagai metode pelengkap sebagai data tambahan. Adapun metode yang lebih dominan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan sebagai metode pelengkapnya adalah metode kuantitatif.
E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu peneliti datang langsung ke sekolah, mengadakan penelitian untuk mendapatkan data yang akurat (data yang diperlukan). Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis menempuh beberapa teknik, diantaranya : 1. Teknik Observasi Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian 4 . Pengamatan ini langsung terhadap obyek yang diteliti oleh peneliti untuk mengumpulkan data tentang keadaan guru, siswa, karyawan, serta sarana prasarana yang ada di sekolah. 2. Teknik Wawancara Wawancara yaitu mengumpulkan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula 5 . Dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada pihak yang
4 5
Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, h. 158 Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, h. 165
32
terkait dengan masalah yang diteliti, yaitu kepada guru bidang Studi Pendidikan Agama Islam, Kepala Sekolah dan Siswa-siswi. 3. Teknik Angket Angket yaitu mengumpulkan informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden 6 . Dalam hal ini penulis menyebarkan angket kepada 25% siswa-siswi MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan yang dijadikan sebagai sample dan responden hanya memilih salah satu jawaban yang dianggap paling tepat baginya.
F. Instrumen Penelitian Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berbentuk observasi, wawancara kepada Kepala Sekolah, guru bidang studi Pendidikan Agama Islam, siswa-siswi MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan dan angket penelitian untuk siswa-siswi.
Tabel, 3.2 Kisi – kisi Instrumen Kisi – kisi Instrumen Efektifitas Pemanfaatan Media Presentasi No 1
2.
6
Aspek
Indikator
Butir Soal + – 1, 3, 4, 2, 16 17, 22
Efektifitas a. Penggunaan media media presentasi presentasi dilihat dari segi proses b. Patisipasi 5 Efektifitas a. Pemahaman 12,13, media Materi 15, 24 presentasi dilihat dari segi b. Perhatian 9, 10 hasil c. Senang 8, 11, 21, mengikuti 23 pelajaran
Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, h. 167
Jumlah Soal 7
6 19, 20
2 6
7
3
14, 18, 25
7
33
PAI 17
Jumlah
8
∑ 25
G. Teknik Analisis Data Dalam pengolahan data, penulis menempuh cara sebagai berikut : 1. Editing/verifikasi Setelah angket diisi oleh responden dan dikembalikan kepada penulis, penulis segera meneliti kelengkapan dalam mengisi angket bila ada jawaban yang tidak dijawab, penulis menghubungi responden yang bersangkutan untuk disempurnakan jawabannya agar angket tersebut sah. 2. Tabulating Langkah kedua adalah pengolahan data dengan memindahkan jawaban yang terdapat dalam angket ke dalam tabulasi atau table. Kemudian setelah data diolah sehingga hasil angket dinyatakan sah, maka selanjutnya melakukan analisa data dengan teknik deskriptif dengan presentase. 3. Analiting Langkah ini adalah menganalisa data yang telah diolah secara verbal sehingga hasil penelitian mudah dipahami. 4. Concloding Langkah ini adalah memberikan kesimpulan dari hasil analisa dan interpretasi data. Berdasarkan data yang dikumpulkan, yaitu data kualitatif yang diubah menjadi data kuantitatif, maka digunakan data analisis deskriptif. Analisis ini digunakan untuk mengetahui basarnya presentase jawaban angket dari responden. Rumus yang digunakan adalah :
p=
F x100% N
34
P
: Angka Presentasi
F
: Frekuensi (Jumlah Jawaban responden)
N
: Number of Cases (Jumlah )
Untuk jawaban angket, penulis menggunakan kategori sebagai berikut: Tabel. 3.3 Skala Skor Kategori
Skor
Keteangan
Selalu
4
Sangat efektif
Sering
3
Efektif
Jarang
2
Kurang efektif
Tidak pernah
1
Tidak efektif
Untuk mengetahui nilai rata – rata tentang efektifitas pemanfaatan media presentasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, penulis menggunakan rumus 7 :
MX =
∑X N
Keterangan : Mx
= Mean (rata – rata)
X
= Jumlah Variabel x
N
= Number of cases
Setelah itu dirumuskan dengan menggunakan kategori efektifitas.
7
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005), cet. XV, hal. 43
35
Tabel. 3.4 Kategori Efektifitas No
Skor
Keterangan
1.
76 - 100
Sangat Efektif
2.
51 – 75
Efektif
3.
26 – 50
Cukup Efektif
4.
0 – 25
Kurang Efektif
36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan 1. Profil dan Sejarah Berdirinya MAN 4 : Nama Madrasah
: MAN 4 MODEL JAKARTA
Standar Madrasah
:A
No. Statistik
: 31.1.31.17.10.001
Tahun Didirikan
: 1992
SK Pendirian
: No. 42/1 992
Status Tanah
: Milik Kementerian Agama RI.
Luas Tanah
: 21,980 m2
Alamat Madrasah
: JI. Ciputat Raya
Kelurahan
: Pondok Pinang
Kecamatan
: Kebayoran Lama
Kotamadya
: Jakarta Selatan
Provinsi
: DKI Jakarta
No Teip
: 021-7690283
Fax
: 021-7695538
Website
: www.man4jkt.sch.id
E-mail
: man4jkt©yahoo.com
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Model Jakarta didirikan pada 29 April 1992. Dan pada tahun 1998 Madrasah Aliyah Negeri 4 atas berbagai prestasi yang 36
37
diraihnya ditetapkan sebagai MAN 4 Model untuk DKI Jakarta oleh Menteri Agama
RI,
sesuai
Surat
Keputusan
Dirjen
Binbaga
Islam
No.
E.IV/PP.00.6/Kep/17.a/1998 Tanggal 20 Februari 1998. Sebagai MAN Model satu-satunya di DKI Jakarta, MAN 4 berkomitmen untuk terus menerus dan berkesinambungan meningkatkan mutu dalam berbagai aspek, baik manajemen, kurikulum dan pembelajaran, kualitas siswa, sarana prasarana dan lain sebagainya. Bukti komitmen terhadap mutu ini, MAN 4 Model Jakarta pada November 2007 berhasil meraih sertifikat internasional dalam penerapan Sistem Manajeman Mutu ISO 9001 : 2000, dan telah ditetapkan oleh Dirjen Pendidikan pada Madrasah Depag RI. menjadi madrasah rintisan menuju Madrasah Bertaraf Internasional (MBI).
VISI : “PENGEMBANG PENDIDIKAN ISLAM UNGGUL DALAM PRESTASI” MISI: 1. Menjadikan agama islam sebagal ruh dan sumber nilai pengemabangan madarasah 2. Pengembangan PBM bernuansa Islam 3. Menjadikan orang tua murid dan masyarakat sebagai mitra dan modal kerja madrasah 4. Menjalin kerjasama dengan masyarakat dan instansi yang peduli pendidikan 5. menyiasati kurikulum secara cermat dan akurat 6. Menempatkan tugas guru secara cermat dan akurat 7. menambah an mengembangkan sarana pendukung pembelajaran 8. Mendorong semangat siswa, guru dan seluruh komponen madrasah lainnya untuk belajar dan kerja keras 9. Mendorong madarasah sebagai wahana pengembangan potensi siswa.
2. Kebijakan Mutu a. Menetapkan system manajemen mutu Iso 9001 :2000
38
b. Meningkatkan kepuasan siswa dan orang tua/wali siswa melalui peningkatan prestasi siswa dan pelayanan prima. c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan latihan. d. Pemanfaatan dan pemantapan segenap sumber daya (resources) yang tersedia.
3. Sasaran Mutu 1. Tercapainya kepuasan pelanggan (siswa dan orang tua/wali siswa) sebesar 80% 2. Peningkatan kemampuan tenaga pendidik dan kependidikan melalui pendidikan dan latihan sebesar 40% 3. Peningkatan kemampuan tenaga pendidik dalam bahasa Inggris: a. Tenaga pendidik bahasa Inggris mencapai TOEFL 500 b. Tenaga pendidikan nonbahasa Inggris mencapai TOEFL 450 sebanyak 20%, c. Tenaga kependidikan mencapai TOEFL 450 sebanyak 40%. 4. Tercapainya tingkat kelulusan Ujian Nasional 100% dengan klasifikasi A. 5. Tercapinya peningkatan nilai rata-rata nilai UN minimal 0,2 dari tahun sebelumnya 6. Tercapinya tingkat kelulusan SPMB sebesar 60% dan jumlah pendaftar pada perguruan tinggi terkemuka dan 95% pada seluruh perguruan tinggi negeri. 7. Tercapainya tingkat keterserapan lulusan di dunia kerja sebesar 85% dari seluruh siswa yang tidak melanjutkan ke pendidikan perguruan tinggi. 8. terwujudnya prestasi pelanggan (siswa dan orang tua/wali siswa) sebesar 80 % 9. Terwujudnya prestasi sebesar 75% pada setiap lomba nonakademik eksternal, minimal masuk 3 besar pada tingkat provinsi. 10. Terwujudnya promosi madrasah melalui lomba akademik atau nonakademik tingkat SLTP bermutu SeJabodetabek.
39
11. Terlaksananya sistem aplikasi keadministrasian sebanyak 5 fungsi (bagian) yaitu, sistem administrasian (sidma admin), sistem administrasi siswaan, sistem administrasi madrasah (untuk penilaian raport), simak BMN (Barang Milik Negara), dan sistem administrasi akuntansi. 12. Peningkatan kualitas SDM dalam bidang akademik, manajerial dan teknis melalui pelatihan sebesar 10%. 13. Peningkatan pelayanan kenaikan pangkat tepat waktu bagi tenaga pendidik dan kependidikan. 14. Tercapainya kelengkapan sarana dan prasarana sebesar 100% sesuai standar BSNP. 15. Terlaksanya pengembangan kurikulum sebesar 6 bidang studi. 16. Tercapainya pembelajaran bernuansa Islam sebesar 85%. 17. Terlaksananya MoU (Memorendum of Understanding), dengan lembaga lain bertaraf nasional minimal 2 lembaga sebagai wadah pengembangan potensi siswa. 18. Tercapainya kehadiran tepat waktu bagi siswa, guru dan karyawan sebesar 90%. 19. Terealisasinya sosialisasi pemeliharaan 6K sesuai jadwal-jadwal yang ditetapkan sebesar 90 %. 20. Tercapainya sosialisasi dokumentasi sistem manajemen mutu seluruh civitas akademika MAN 4 Model Jakarta dengan tingkat pemahaman sebesar 80%.
4. Pengembangan di MAN 4 Jakarta Sesuai dengan amanat UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 Pasal 50 (3): Pemerintah
dan/atau
Pemerintah
Daerah
menyelenggarakan
sekurang-
kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional (SBI). Karena itulah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan yang wawasan Nasional dan global, maka MAN 4 Model Jakarta pada tahun pelajaran 2009-2010 membuka kelas Internasional. Untuk menjamin mutu kelas
40
internasional ini MAN 4 Model Jakarta menjalin kerjasama dengan beberapa Perguruan Tinggi baik dalam negeri maupun luar negeri yang menjadi Quality Assurance Partners seperti: • Fakultas MIPA Universitas Indonesia • United Kingdom (Heriot Watt University, University of Wales, University of East London, London Metropolitas University, Oxford Brooks University, University of Northumbria) • Malaysia (LimKokWing University, Binary University College, Help University, Unity International College, International Islamic University, University of Malaya) Australia (University of Newcastle, Melbourne University, Queensland University of Technology, University of South Australia) • New Zealand (Victoria University of Wellington, Massey University). • Mesir (Kairo University). Struktur Kurikulum yang diterapkan pada Kelas Internasional yaitu kombinasi antara Kurikulum Nasional dengan Kurikulum International Foundation Programme (IFP). Dalam kegiatan pembelajaran pada kurikulum nasional, dilakukan team teaching dengan dosen MIPA UI, sedangkan kegiatan pembelajaran untuk kurikulum IFP tenaga pengajarnya ditangani langsung oleh Imperial Education Indonesia dengan menggunakan pengantar bahasa lnggris, serta didukung sarana pembelajaran yang representative.
5. Kurikulum dan PBM a. Menerapkan Sistem Administrasi Madrasah (SAM), dalam proses belajar mengajar (PBM), b. Menerapkan sistem matrikulasi bagi siswa baru kelas X untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan Pendidikan Agama, c. Meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris melalui program TOEFL, d. Menambah jam pada pelajaran tertentu (Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika dan lain-lain)
41
e.
Mengidentifikasi dan menganalisis materi esensial masing-masing mata pelajaran untuk dijadikan pendukung pengembangan proses belajar mengajar,
f. Menyusun CD interaktif pembelajaran sebagai instrumen PBM multimedia, g. Menempatkan siswa pada program jurusan berdasarkan minat dan kemampuan akademis yang dipadukan dengan hasil pysikotes Universitas Indonesia, h. Menerapkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan kurikulum PAI terpadu, i. Mendorong siswa untuk berprestasi melalui Bimbinga Belajar Intensif, j.
Menjalin
kerjasama
dengan
lembaga
keterampilan
kerja
untuk
mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja, k. Menjalin kerjasama dengan Jakarta International School (JIS) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa asing.
6. Fasilitas : Hotspot Area, Ruang belajar dilengkapi sound sistem dan LCD, AC, Laboratorium IPA (Fisika, Kimia dan Biologi), Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, Ruang Multimedia, Ruang Bimbingan Konseling (BK), Pusat Sumber Belajar Bersama (PSBB) yang dilengkapi dengan aula berkapasitas 300 orang, Masjid, Koperasi I Kantin Guru, karyawan dan Siswa, Lapangan OIah Raga (sepak Bola, Voli, Basket dan Futsal), Ruang Perpustakaan dengan Komputerisasi (Ber-AC), Internet dengan 30 Komputer, Kebun apotik hidup, Lapangan Parkir yang Luas dan Aman, Taman Cerdas.
7. Kegiatan Ekstrakurikuler Untuk mengembangkan potensi siswa diluar bidang akademik dibentuk organisasi ekstrakurikuler, yaitu : a. Kolaburasi Seni Musik Tradisional dan Modern (COLSTRA) b. English Club Conversation (ECC) c. Sport (Sepak Bola, Voli, Basket dan futsal);
42
d. Gerakan Pelajar Pencinta Alama (GEMPALA) e. Forur Muzakaroh & Kandungan Isi Al-Qur’an ( FMIK) f. Kajian Jurnaslistik Sekolah (KJS) g. Pramuka, PMR dan Paskibra; h. Kelompok llmiah remaja (KIR); I. Remaja Islam Prima (ROHIS PRIMA); j. Kaligrafi, Sholawat, Nasyid; k. Musik (Group band); I. Marawis; m. Kajian Jurnasilistik Sekolah (KJS). Menyadari akan pentingnya peranan manajemen dalam pengelolaan lembaga pendidikan yang bermutu, MAN 4 Model Jakarta menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 adalah sistem manajemen standar internasional telah disertifikasi oleh lebih dan 100 negara di dunia. kehebatan sistem manajemen mutu ini terletak pada sistem perencanaan yang matang, realistis dan terukur, dan pada tahap pelaksanaan sudah memiliki pola kerja yang mengacu kepada prosedur-prosedur terbaik yang dipilih oleh organisasi, sedangkan evaluasi dana pemantauan terhadap perbaikan berkelanjutan dilakukan pada setiap tahap dan setiap lini proses organisasi untuk menjamin mutu demi kepuasan pelanggan. Bagi lembaga atau organisasi yang mengadopsi sistem ini akan mendapat sertifikasi yang diakui dunia apabila dinyatakan lolos dalam audit yang diselenggarakan oleh lembaga khusus pensertifikasi ISO. MAN 4 Model Jakarta sejak awal Mei 2007 telah mulai mengembangkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 yang disesuaikan dengan sistem pendidikan nasional, dan pada Juli 2007 MAN 4 Model Jakarta resmi mengimplementasikan sistem manajemen mutu tersebut, pada 21 November 2007 MAN 4 Model Jakarta dinyatakan lolos dan telah memenuhi syarat dalam implementasi ISO 900 1:2000 setelah dilakukan audit oleh PT. Sucopindo International Certification Service, dengan demikian MAN 4 Model Jakarta berhak atas sertifikat Internasional ISO 9001:2000.
43
44
B. Pengolahan dan Analisis Data 1. Hasil Angket Data yang telah dikumpulkan dari hasil angket yang disebarkan kepada siswa kemudian diolah dalam bentuk tabel dengan menggunakan teknik deskripsi prosentase. Tujuan pengolahan tersebut agar data yang diperoleh dapat memberikan arti dan penjelasan. Untuk memudahkan menganalisis data hasil penelitian tersebut, maka setiap item pertanyaan dibuat suatu tabulasi yang disesuaikan dengan teknik analisis data, sehingga dapat ditarik kesimpulan dari masalah yang diteliti. Adapun hasil dari penyebaran angket kepada siswa dapat dilihat pada tabel 1 sampai tabel 25 sebagai berikut:
Tabel. 4.1 a. Guru Pendidikan Agama Islam menggunakan media presentasi No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
14
18,9 %
2
Sering
26
34,1 %
3
Jarang
33
44,6 %
4
Tidak pernah
1
1,4 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, menyatakan bahwa (44,6%) guru jarang menggunakan media presentasi, (34,1%) guru sering menggunakan media presentasi, (18,9%) guru selalu menggunakan media presentasi, (1,4) guru tidak pernah menggunakan media presentasi. Hal ini menyatakan bahwa dalam pembelajaran PAI penggunaan media presentasi oleh guru efektif, hal ini terlihat dari prosentase siswa menjawab antara selalu dan sering yang berjumlah 53 % dibandingkan dengan prosentase siswa yang menjawab jarang dan tidak pernah yang berjumlah 46 %.
45
Ini menyatakan bahwa guru dalam menggunakan media presentasi efektif dalam mengajar karena siswa yang lebih sering menggunakan media presentasi tersebut dan guru hanya menyuruh siswa saja dalam berpresentasi.
Tabel. 4.2 b. Pembelajaran dengan menggunakan media presentasi membuat bingung dan pusing No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
0
0%
2
Sering
11
14,8 %
3
Jarang
50
67,6 %
4
Tidak pernah
13
17,6 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, menyatakan bahwa sebagian besar (67,6%) responden dalam pembelajaran dengan menggunakan media presentasi tidak membuat bingung dan pusing siswa, (17,6%) menyatakan bahwa tidak pernah bingung dan pusing, (14,8%) menyatakan bahwa sering membuat bingung dan pusing. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media presentasi tersebut adalah efektif. Yaitu dengan jumlah prosentase 85,2% siswa menyatakan penggunaan media presentasi tidak membuat bingung dan pusing, sedangkan hanya 14,8% siswa yang menyatakan bahwa penggunaan media presentasi membuat bingung dan pusing. Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa dengan menggunakan media presentasi dalam proses belajar mengajar efektif, itu terbukti bahwa kebanyakan siswa proses pembelajarannya tidak merasa bingung dan pusing.
46
Tabel. 4.3 c. Pembelajaran dengan media presentasi menjadi lebih efektif No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Sangat efektif
17
23 %
2
Efektif
20
27 %
3
Kurang efektif
34
46 %
4
Tidak efektif
3
4%
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, menyatakan bahwa prosentase siswa menjawab hampir separuh (46%) responden menyatakan bahwa pembelajaran dengan media presentasi kurang efektif, sedangkan (27%) responden menyatakan efektif, (23%) menyatakan sangat efektif dan (4 %) menyatakan tidak pernah efektif. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media presentasi efektif, karena 50% siswa menjawab efektif dan 50% siswa lagi menjawab kurang efektif. Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa dengan media presentasi dalam proses belajar mengajar efektif, dikarenakan siswa aktif, paham dan peka untuk menerima materi yang jelas mereka tidak jenuh dalam menangkap materi pelajaran.
Tabel. 4.4 d. Kesiapan
guru
dalam
menyajikan
mata
pelajaran
menggunakan media presentasi baik No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
10
13,5 %
2
Sering
13
17,6 %
3
Jarang
41
55,4 %
4
Tidak pernah
10
13,5 %
Frekuensi
74
100 %
dengan
47
Melalui tabel di atas, menyatakan bahwa hampir separuh (55,4%) responden menyatakan bahwa kesiapan guru dalam menyajikan mata pelajaran dengan menggunakan media presentasi kurang baik, sedangkan (17,6%) responden menyatakan bahwa baik dalam menggunakan media presentasi, (13,5%) menyatakan selalu baik dalam penggunaan media presentasi dan (13,5 %) menyatakan tidak pernah baik dalam penggunaan media presentasi. Hal ini menunjukkan bahwa kesiapan guru dalam menyajikan mata pelajaran dengan menggunakan media presentasi kurang baik, itu terlihat dari hasil prosentase yaitu 68,9%. Dan hanya 31,1% yang menjawab baik. Hal ini dikarenakan guru jarang memakai media presentasi, dikarenakan siswa yang lebih aktif dalam menggunakan media presentasi tersebut.
Tabel. 4.5 e. Guru memperhatikan siswa pada saat berjalannya pelajaran No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
11
14,8 %
2
Sering
18
24,3 %
3
Jarang
36
48,7 %
4
Tidak pernah
9
12,2%
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, menyatakan bahwa hampir separuh (48,7%) responden menyatakan bahwa guru jarang memperhatikan siswa pada saat berjalannya pelajaran, sedangkan (24,3%) responden menyatakan bahwa guru itu sering memperhatikan siswa pada saat berjalannya pelajaran, (14,8%) menyatakan selalu memperhatikan siswa dan (12,2%) menyatakan tidak pernah memperhatikan siswa pada saat berjalannya pelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat pembelajaran guru kurang memperhatikan siswa pada saat berjalannya pelajaran, itu terlihat dari hasil prosentase 60,9% siswa menyatakan kurang memperhatikan, sedangkan
48
39,1% siswa menytakan bahwa guru memperhatikan siswa pada saat berjalannya pelajaran. Ini disebabkan guru hanya terfokus pada penjelasan materi
pada
media
presentasi
tersebut.
Jadi
guru
tidak
selalu
memperhatikan siswa tetapi guru jarang memperhatikan siswa pada saat berjalannya pelajaran.
Tabel. 4.6 f. Guru dalam mempersiapkan media presentasi kurang baik No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
1
1,4 %
2
Sering
23
31 %
3
Jarang
38
51,4 %
4
Tidak pernah
12
16,2 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar (51,4%) responden menyatakan bahwa guru dalam mempersiapkan
media
presentasi sudah baik, (31%) menyatakan guru dalam mempersiapkan media presentasi kurang baik, (16,2%) menyatakan bahwa guru dalam mempersiapkan media presentasi sangat baik, (1,4%) guru dalam mempersiapkan media presentasi tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam mempersiapkan media presentasi sudah baik, itu terlihat dari hasil prosentase 67,6% siswa menyatakan sudah baik, sedangkan 32,4% siswa menyatakan bahwa guru dalam mempersiapkan media presentasi kurang baik. Ini disebabkan guru dalam mengajar harus menggunakan media presentasi.
49
Tabel. 4.7 g. Mengobrol dengan teman selama berlangsungnya pembelajaran dengan media presentasi No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
3
4%
2
Sering
30
40,5 %
3
Jarang
39
52,8 %
4
Tidak pernah
2
2,7 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar (52,8%) responden menyatakan bahwa selama berlangsungnya pembelajaran dengan media presentasi siswa jarang mengobrol dengan teman, (40,5%) menyatakan bahwa selama berlangsungnya pembelajaran dengan media presentasi siswa sering mengobrol dengan teman, (4%) menyatakan bahwa selama berlangsungnya pembelajaran dengan media presentasi siswa selalu mengobrol dengan teman, (2,7%) selama berlangsungnya pembelajaran dengan media presentasi siswa tidak pernah mengobrol dengan teman. Hal
ini
menunjukkan
bahwa
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan media presentasi itu efektif, karena selama berlangsungnya pembelajaran dengan media presentasi siswa jarang mengobrol dengan teman yaitu terlihat dari hasil prosentase sebanyak 55,5%. Sedangkan 44,5%
siswa
menyatakan
bahwa
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan media presentasi itu tidak efektif, karena mereka sering ngobrol dengan teman di kelas.
50
Tabel. 4.8 h. Rasa puas dengan penyajian guru dalam pembelajaran dengan menggunakan media presentasi No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
6
8,1 %
2
Sering
16
21,6 %
3
Jarang
43
58,1 %
4
Tidak pernah
9
12,2 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (51,4%) responden menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan media presentasi siswa belum puas, (21,6%) responden menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan media presentasi siswa sering puas. (12,2%) responden menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan media presentasi siswa tidak pernah puas, (8,1%) responden menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan media presentasi siswa selalu puas. Hal
ini
menunjukkan
bahwa
dalam
pembelajaran
dengan
menggunakan media presentasi siswa kurang puas, yaitu terlihat dari hasil prosentase sebanyak 70,3%. Sedangkan hanya 29,7% siswa merasa puas dengan penyajian guru dalam menjelaskan materi menggunakan media presentasi. Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan media presentasi siswa merasa belum puas dalam penjelasan materi-materinya dikarenakan guru belum bisa menguasai betul materi tersebut, dan itu kurang efektif.
51
Tabel. 4.9 i. Mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan guru No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
7
9,4 %
2
Sering
23
31,1 %
3
Jarang
43
58,1 %
4
Tidak pernah
1
1,4 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (58,1%) responden menyatakan bahwa siswa jarang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, (31,1%) responden menyatakan bahwa siswa sering menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, (9,4%) responden menyatakan bahwa siswa selalu menjawab pertanyaan dari guru, (1,4%) responden menyatakan bahwa siswa tidak pernah menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Hal ini menunjukkan bahwa 59,5% siswa kurang aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Sedangkan 40,5% siswa aktif menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa siswa kurang bisa memahami materi-materi yang diajarkan oleh guru sehingga siswa tersebut kurang aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru tersebut.
Tabel. 4.10 j. Aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
6
8,1 %
2
Sering
43
58,1 %
3
Jarang
22
29,8 %
52
No 4
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
Tidak pernah
3
4%
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (58,1%) responden menyatakan bahwa siswa aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi, (29,8%) responden menyatakan bahwa siswa jarang aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi. (8,1%) responden menyatakan bahwa siswa selalu aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi, (4%) responden menyatakan bahwa siswa tidak pernah aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi. Itu dikarenakan dengan media presentasi tersebut sangat membantu siswa agar lebih paham lagi dalam menangkap materi yang sampaikan, yaitu terlihat dari jumlah prosentase sebanyak 66,2% siswa menyatakan aktif dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi. Sedangkan hanya 33,8% siswa kurang aktif. Sehingga dengan ini pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi efektif.
Tabel. 4.11 k. PAI tidak lagi hal yang membosankan setelah pelaksanaan pembelajarannya menggunakan media presentasi No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
8
10,8 %
2
Sering
19
25,7 %
3
Jarang
38
51,3 %
4
Tidak pernah
9
12,2 %
53
No
Kategori Frekuensi
Frekuensi
Prosentase %
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (51,3%) responden menyatakan bahwa PAI membosankan setelah pelaksanaan pembelajaran menggunakan media presentasi, (25,7%) responden menyatakan bahwa PAI menyenangkan setelah pelaksanaan pembelajaran menggunakan media presentasi, (12,2%) responden menyatakan bahwa PAI selalu membosankan setelah pelaksanaan pembelajaran menggunakan media presentasi,, (10,8%) responden menyatakan bahwa PAI sangatmenyenangkan setelah pelaksanaan pembelajarannya menggunakan media presentasi, Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih merasa bahwa PAI adalah hal yang membosankan setelah pelaksanaan pembelajaran menggunakan media presentasi, itu terlihat dari jumlah prosentase 63,5% siswa menjawab tidak menyenangkan. Sedangkan 36,5% siswa menjawab menyenangkan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi tidak efektif.
Tabel. 4.12 l. Pemahaman
menjadi
luas
setelah
pembelajaran
dengan
menggunakan media presentasi No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
15
20,3 %
2
Sering
21
28,3 %
3
Jarang
36
48,7 %
4
Tidak pernah
2
2,7 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa hampir separuh (48,7%) responden menyatakan bahwa pemahaman siswa setelah pembelajaran
54
dengan menggunakan media presentas pemahamannya jarang menjadi luas,
(28,3%)
pemahaman
siswa
setelah
pembelajaran
dengan
menggunakan media presentasi pemahamannya sering menjadi luas, (20,3%) pemahaman siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan media presentas pemahamannya selalu menjadi luas, (2,7%) responden menyatakan bahwa siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan media presentas pemahamannya tidak pernah menjadi luas. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa menjadi kurang luas setelah pembelajaran dengan menggunakan media presentasi. Ini terlihat dari hasil prosentase yaitu 51,4%. Sedangkan 48,6% siswa dalam pembelajaran denga menggunakan media presentasi pemahamannya menjadi luas. Dengan demikian sebagian siswa merasa belum memahami betul apa yang sudah dijelaskan pada materi tersebut dengan menggunakan media presentasi.
Tabel. 4.13 m. Nilai PAI tinggi setelah pembelajaran dengan menggunakan media presentasi No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
4
5,4 %
2
Sering
38
51,4 %
3
Jarang
25
33,8 %
4
Tidak pernah
7
9 ,4%
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (51,4%) responden menyatakan bahwa siswa sering mendapatkan nilai yang tinggi setelah pembelajarannya dengan menggunakan media presentasi, (33,8%) menyatakan bahwa siswa jarang mendapatkan nilai yang tinggi setelah pembelajarannya dengan menggunakan media presentasi, (9,4%) menyatakan bahwa siswa tidak pernah mendapatkan
55
nilai yang tinggi setelah pembelajarannya dengan menggunakan media presentasi, (5,4%) menyatakan bahwa siswa selalu mendapatkan nilai yang tinggi setelah pembelajarannya dengan menggunakan media presentasi. Hal ini menunjukkan bahwa nilai PAI siswa baik setelah pembelajaran dengan menggunakan media presentasi ini terlihat pada hasil prosentase 55,8%. Sedangkan 43,2% siswa menjawab kurang baik. Berarti proses belajar mengajar dengan menggunakan media presentasi berhasil. Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa hasil nilai PAI siswa baik setelah menggunakan media presentasi, itu dikarenakan dengan media presentasi dapat merangsang pemikiran siswa dalam berpikir kritis, dan itu efektif.
Tabel. 4.14 n. Penggunaan media presentasi adalah hal yang membosankan No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
3
4%
2
Sering
18
24,4 %
3
Jarang
43
58,1 %
4
Tidak pernah
10
13,5 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (58,1%) responden menyatakan bahwa siswa beranggapan bahwa penggunaan media presentasi bukanlah hal yang membosankan, (24,4%) responden menyatakan bahwa siswa sering beranggapan bahwa penggunaan media presentasi adalah hal yang membosankan, (13,5%) menyatakan bahwa siswa tidak pernah beranggapan bahwa penggunaan media presentasi adalah hal yang membosankan, (4%) menyatakan bahwa
56
siswa selalu beranggapan bahwa penggunaan media presentasi adalah hal yang membosankan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media presentasi adalah hal yang menyenangkan terlihat dari hasil prosentasenya yaitu 71,6%. Sedangkan hanya 28,4% siswa menjawab membosankan. Jadi dalam penggunaan media presentasi adalah hal yang sangat menyenangkan bagi siswa karena dengan media presentasi tersebut siswa merasa termotivasi dalam berpikir, lebih aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar.
Tabel. 4.15 o. Pembelajaran dengan menggunakan media presentasi hasilnya memuaskan No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
28
37,8 %
2
Sering
37
50 %
3
Jarang
8
10,8 %
4
Tidak pernah
1
1,4 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa separuh (50%) responden menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media presentasi hasilnya sering memuaskan, (37,8%) responden menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media presentasi hasilnya selalu memuaskan,
(10,8%)
menyatakan
bahwa
pembelajaran
dengan
menggunakan media presentasi hasilnya jarang memuaskan, (1,4%) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media presentasi hasilnya tidak pernah memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media presentasi hasilnya memuaskan itu terlihat dari hasil prosentase siswa menjaawab 87,8%. Sedangkan siswa yang menjawab kurang memuaskan hanya 12,2%. Hal ini membuktikan bahwa siswa merasa puas
57
dengan pembelajaran menggunakan media presentasi tersebut, karena dengan media tersebut siswa lebih aktif , lebih termotivasi, lebih maksimal dalam belajar.
Tabel. 4.16 p. Penggunaan media presentasi membuat siswa menjadi pasif dan bosan No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
3
4%
2
Sering
20
27 %
3
Jarang
42
56,8 %
4
Tidak pernah
9
12,2 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (56,8%) responden menyatakan bahwa siswa aktif dalam penggunaan media presentasi, (27%) responden menyatakan bahwa penggunaan media presentasi membuat siswa sering menjadi pasif dan bosan, (12,2%) menyatakan bahwa penggunaan media presentasi membuat siswa sangat aktif, (4%) menyatakan bahwa penggunaan media presentasi membuat siswa selalu menjadi pasif dan bosan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media presentasi membuat aktif dan dalam proses pembelajarannya siswa merasa senang, ini terlihat dari hasil prosentase sebanyak 69%. Sedangkan 31% siswa dalam penggunaan media presentasi membuat siswa pasif dan bosan. Jadi penggunaan media presentasi dalam proses pembelajarannya sudah efektif.
58
Tabel. 4.17 q. Belajar dengan media presentasi menjadi lebih nyata dan lebih mengena dengan materi yang dijelaskan No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
40
54,1 %
2
Sering
20
27 %
3
Jarang
11
14,9 %
4
Tidak pernah
3
4%
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (54,1%) responden menyatakan bahwa belajar dengan media presentasi selalu menjadi lebih nyata dan lebih mengena dengan materi yang dijelaskan, (27%) responden menyatakan bahwa belajar dengan media presentasi sering menjadi lebih nyata dan lebih mengena dengan materi yang dijelaskan, (14,9%) responden menyatakan bahwa belajar dengan media presentasi jarang menjadi lebih nyata dan lebih mengena dengan materi yang dijelaskan, (4%) responden menyatakan bahwa belajar dengan media presentasi tidak pernah menjadi lebih nyata dan lebih mengena dengan materi yang dijelaskan. Hal ini menunjukkan bahwa belajar dengan media presentasi selalu lebih nyata dan lebih mengena dengan materi yang dijelaskan, ini terlihat dari hasil prosentase sebanyak 81,1%. Sedangkan 18,9% siswa merasa belum paham dengan materi yang dijelaskan. Hal ini membuktikan bahwa dengan media presentasi tersebut materi-materi yang dipreserntasikan akan lebih mengena dan siswa lebih menyerap apa yang sudah dijelaskan pada materi tersebut. Sehingga siswa lebih paham dan jelas tentang apa yang disampaikan pada materi pelajaran tersebut.
59
Tabel. 4.18 r. Meskipun dengan media presentasi PAI adalah hal yang tidak menarik No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
0
0%
2
Sering
12
16,2 %
3
Jarang
41
55,4 %
4
Tidak pernah
21
28,4 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (55,4%) responden menyatakan bahwa dengan media presentasi PAI adalah hal yang menarik, (28,4%) responden menyatakan bahwa dengan media presentasi PAI adalah hal yang sangat menarik, (16,2%) dengan media presentasi PAI adalah hal yang sering tidak menarik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam belajar dengan media presentasi PAI adalah hal yang menarik, itu terlihat dari hasil prosentase siswa yaitu 83,8%. Sedangkan 16,2 % siswa menjawab belajar dengan media presentasi PAI adalah hal yang kurang menarik. Dari penjelasan diatas ini membuktikan bahwa siswa merasa pelajaran PAI itu sangat menyenangkan dan siswa merasa pelajaran PAI tidak hanya dipelajari akan tetapi diamalkan. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa pelajaran PAI itu harus dipelajari disamping diamalkan.
Tabel. 4.19 s. Kejenuhan melihat media membuat tidak fokus pada materi No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
0
0%
2
Sering
24
32,4 %
60
No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
3
Jarang
42
56,8 %
4
Tidak pernah
8
10,8 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (56,8%) responden menyatakan bahwa siswa dalam melihat media membuat fokus pada materi, (32,4%) responden menyatakan bahwa siswa sering tidak fokus pada materi, (10,8%) responden menyatakan bahwa siswa sangat fokus pada materi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tertarik melihat media sehingga fokus pada materi, terlihat dari prosentase sebanyak 67,6% siswa menjawab antara jarang dan tidak pernah. Sedangkan 32,2% siswa menjawab sering tidak fokus pada materi karena mereka sudah jenuh pada saat pembelajaran dimulai. Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa dengan media presentasi siswa dalam pembelajarannya terfokus pada materi yang diajarkan tersebut.
Tabel. 4.20 t. Dengan media presentasi hasil ujian kurang berhasil No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
0
0%
2
Sering
24
32,4 %
3
Jarang
37
50 %
4
Tidak pernah
13
17,6 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa separuh (50%) responden menyatakan bahwa dengan media presentasi hasil ujian berhasil, (32,4%) responden menyatakan bahwa dengan media presentasi
61
hasil ujian sering tidak berhasil, (17,6%) responden menyatakan bahwa dengan media presentasi hasil ujian sangat berhasil. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan media presentasi hasil ujian berhasil. Karena 67,6 % prosentase siswa menunjukkan bahwa dengan media presentasi itu sangat bagus dalam membantu siswa ataupun guru dalam proses belajar mengajar, akan tetapi 32,4% menunjukkan bahwa tidak semua siswa dapat memahami bagaimana belajar dengan media presentasi tersebut dengan baik. Itu semua tergantung pada diri siswa masing-masing.
Tabel. 4.21 u. Proses
pembelajaran
dengan
menggunakan
media
presentasi
menyenangkan No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
11
14,9%
2
Sering
40
54 %
3
Jarang
21
28,4 %
4
Tidak pernah
2
2,7 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (54%) responden menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan media presentasi sering menyenangkan, (28,4%) responden menyatakan bahwa
proses pembelajaran dengan menggunakan media presentasi
jarang
menyenangkan,
pembelajaran menyenangkan,
dengan (2,7%)
(14,9%)
responden
menyatakan
proses
presentasi
selalu
bahwa
proses
menggunakan
media
responden
menyatakan
pembelajaran dengan menggunakan media presentasi tidak pernah menyenangkan. Hal
ini
menunjukkan
bahwa
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan media presentasi menyenangkan, ini terlihat dari hasil
62
prosentase siswa sebanyak 68,9%. Sedangkan 30,7% siswa menjawab kurang
menyenangkan.
Sehingga
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan media presentasi efektif.
Tabel. 4.22 v. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media prsentasi sudah sangat baik No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
7
9,5 %
2
Sering
20
27 %
3
Jarang
37
50 %
4
Tidak pernah
10
13,5 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa separuh (50%) responden menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi kurang baik, (27%) responden menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi sering baik, (13,5%) responden menyatakan proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi tidak baik, (9,5%) responden menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan media presentasi selalu menyenangkan. Hal ini menunjukkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi kurang baik, ini terlihat dari hasil prosentase sebanyak 63,5%. Sedangkan 36,5% siswa menjawab dalam proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi sudah baik. Sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan media presentasi kurang efektif.
63
Tabel. 4.23 w. Menyukai guru yang menjelaskan pelajarannya menggunakan media presentasi No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
16
21,6 %
2
Sering
13
17,6 %
3
Jarang
38
51,4 %
4
Tidak pernah
7
9,4 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (51,4%) responden menyatakan bahwa jarang menyukai guru yang menjelaskan pelajarannya menggunakan media presentasi, (21,6%) responden menyatakan bahwa selalu menyukai guru yang menjelaskan pelajarannya
menggunakan
media
presentasi,
(17,6%)
responden
menyatakan sering menyukai guru yang menjelaskan pelajarannya menggunakan media presentasi, (9,4%) responden menyatakan bahwa tidak
pernah
menyukai
guru
yang
menjelaskan
pelajarannya
menggunakan media presentasi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang menyukai guru yang menjelaskan pelajarannya menggunakan media presentasi, itu terlihat dari hasil prosentasenya 60,8%. Sedangkan 39,2% siswa menjawab suka dengan guru dalam menjelaskan pelajarannya menggunakan media presentasi.
Disini guru hanya sebagai pemantau saja tidak terlibat
langsung dalam penggunaan media presentasi, tetapi siswa yang langsung terlibat dalam penggunaan media presentasi tersebut
64
Tabel. 4.24 x. Berpikir
kritis
setelah
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan media presentasi No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
7
9,4 %
2
Sering
25
33,9 %
3
Jarang
34
45,9 %
4
Tidak pernah
8
10,8 %
Frekuensi
74
100 %
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa (45,9%) responden menyatakan bahwa jarang berfikir kritis setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi, (33,9%) responden menyatakan bahwa sering berfikir kritis setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi, (10,8%) responden menyatakan tidak pernah
berfikir
kritis
setelah
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan media presentasi, (9,4%) responden menyatakan bahwa selalu
berfikir
kritis
setelah
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan media presentasi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang berpikir kritis setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi, itu terlihat dari hasil prosentase sebesar 56,7%. Sedangkan 43,3% siswa menjawab sering berpikir kritis setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi. Walaupun kurang berpikir kritis, dengan media presentasi tersebut siswa berusaha untuk meningkatkan kreatifitas untuk berpikir, sehingga siswa tidak pasif dalam proses belajar mengajar di kelas. Karena dengan media presentasi itu siswa dianjurkan/diharuskan untuk aktif dan kreatif dalam penggunaan media tersebut.
65
Tabel. 4.25 y. Penjelasan dengan menggunakan media presentasi tidak menarik perhatian No
Kategori
Frekuensi
Prosentase %
1
Selalu
6
8,1 %
2
Sering
12
16,2 %
3
Jarang
46
62,2 %
4
Tidak pernah
10
13,5 %
Frekuensi
74
100 %%
Melalui tabel di atas, dapat diketahui bahwa lebih dari separuh (62,2%) responden menyatakan bahwa dengan menggunakan media presentasi siswa tertarik, (16,2%) responden menyatakan bahwa dengan menggunakan media presentasi siswa kurang tertarik, (13,5%) responden menyatakan dengan menggunakan media presentasi siswa sangat tertarik, (8,1%) responden menyatakan bahwa dengan menggunakan media presentasi siswa tidak tertarik. Hal ini menunjukkan bahwa penjelasan dengan menggunakan media presentasi menarik perhatian, ini terlihat dari hasil prosentase sebesar 75,7%. Sedangkan 24,3% siswa menunjukkan bahwa penjelasan dengan menggunakan media presentasi kurang menarik perhatian siswa. Sehingga dengan penggunaan media presentasi siswa termotivasi untuk lebih kreatif lagi dalam penggunaan media presentasi tersebut.
Setelah penulis menghitung nilai angket dari tiap-tiap responden dan mengumpulkannya. Maka telah diperoleh hasil angket yang dapat dilihat pada tabel berikut:
66
Tabel. 4.26 Nilai Angket Responden Tentang Efektifitas Penggunaan Media Presentasi Pada Mata Pelajaran PAI No
Subjek
Nilai angket
1
A
80
2
B
61
3
C
53
4
D
84
5
E
44
6
F
64
7
G
67
8
H
59
9
I
58
10
J
62
11
K
74
12
L
59
13
M
65
14
N
64
15
O
66
16
P
62
17
Q
64
18
R
60
19
S
68
20
T
61
21
U
58
22
V
67
23
W
60
24
X
59
25
Y
62
26
Z
58
67
27
AA
73
28
AB
71
29
AC
67
30
AD
67
31
AE
65
32
AF
57
33
AG
58
34
AH
62
35
AI
65
36
AJ
57
37
AK
56
38
AL
62
39
AM
64
40
AN
67
41
AO
61
42
AP
50
43
AQ
69
44
AR
71
45
AS
52
46
AT
62
47
AU
78
48
AV
63
49
AW
64
50
AX
65
51
AY
58
52
AZ
75
53
BA
58
54
BB
62
55
BC
58
56
BD
57
68
57
BE
57
58
BF
52
59
BG
64
60
BH
61
61
BI
61
62
BJ
75
63
BK
67
64
BL
60
65
BM
57
66
BN
78
67
BO
75
68
BP
95
69
BQ
75
70
BR
69
71
BS
73
72
BT
86
73
BU
93
74
BV
96
Jumlah
4824
Untuk mengetahui nilai rata – rata tentang efektifitas pemanfaatan media presentasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:
MX =
∑X N
Keterangan : Mx
= Mean (rata – rata)
X
= Jumlah Variabel x
N
= Number of cases
69
MX =
4824 74
MX = 65,2
Tabel. 4.27 Kategori Efektifitas No
Skor
Keterangan
1.
76 - 100
Sangat Efektif
2.
51 – 75
Efektif
3.
26 – 50
Kurang Efektif
4.
0 – 25
Tidak Efektif
Menurut hasil perhitungan terhadap 25 butir soal yang berkaitan dengan efektifitas pemanfaatan media presentasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang penulis berikan kepada 74 siswa kelas XI MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan dalam efektifitas pemanfaatan media presentasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam termasuk dalam kategori “efektif”. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa dari nilai rata-rata angket 65,2 berada di kategori efektif. Hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan bapak M. Fadoli pada waktu wawancara, bahwa beliau mengatakan media presentasi itu efektif dalam proses belajar mengajar beliau juga mengatakan, dengan adanya media presentasi ini diharapkan akan lebih maksimal, kinerjanya bagus, proses dan hasil lebih maksimal juga dibanding hanya manual, ceramah, tanya jawab jadi akan mengarah kepada optimalisasi itu. Bagaimanapun anak ketika diajar dengan memakai media presentasi dengan anak yang diajar dengan tidak memakai media presentasi itu kelihatan sekali perbedaannya sebab hampir semua anak dituntut harus bisa menggunakan media presentasi tersebut 1 . Hal senada juga disampaikan oleh H. Nawawi beliau mengatakan penggunaan media presentasi yang jelas manfaatnya lebih banyak, keunggulannya 1
Kepala Sekolah MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan
70
cukup efektif, anak jelas lebih paham dalam menangkap materi yang kita sampaikan, lebih tanggap lebih peka untuk menerima materi, dan yang jelas mereka tidak jenuh. Kalau kita memakai metode ceramah terus mereka juga bosen, jenuh dan cenderung ngobrol sendiri 2 . Hal ini dapat disimpulkan bahwa efektifitas pemanfaatan media presentasi pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan sudah efektif dilaksanakan.
2
Guru PAI IPS XI MAN 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan
71
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari analisis data, dapat diketahui bahwa efektifitas pemanfaatan media presentasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di MAN 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan adalah efektif. Dalam proses belajar mengajar di MAN 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan sehari-harinya
dari
guru
ataupun
dari
siswanya
selalu
menggunakan media presentasi (powerpoint) tersebut. Karena dengan adanya media presentasi (powerpoint) tersebut siswa lebih aktif dalam belajar, lebih paham, lebih tanggap, lebih peka untuk menerima materi yang jelas mereka tidak jenuh, tidak bosan dengan media presentasi (powerpoint) tersebut dan tentunya lebih efektif dalam proses belajar mengajar. 2. MAN 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan sudah cukup baik dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media presentasi (powerpoint), itu terbukti bahwa guru-guru di MAN 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan dianjurkan untuk menggunakan laptop dan LCD proyektor sebagai sarana pembelajaran.
71
72
3. Dengan adanya media presentasi (powerpoint), tersebut nilai siswa meningkat. Dengan kata lain media presentasi ini efektif dalam proses belajar mengajar. b. Saran 1. Dalam setiap proses pembelajaran hendaknya menggunakan media presentasi (powerpoint) karena dengan itu siswa akan lebih aktif dalam belajar. Sehingga tidak ada siswa yang merasa jenuh, bosan dalam belajar di kelas. 2. Guru diharapkan bisa mengoperasikan LCD ataupun memperbaiki ketika LCD ada kerusakan, karena selama ini di MAN 4 Pondok Pinang Jakarta Selatan kalau ada kerusakan di tengah-tengah belajar, guru belum bisa memperbaiki atau mengoperasikannya. 3. Untuk Kepala Sekolah diharapkan untuk menambah adanya sarana prasarana penunjang seperti genset. Selama ini kalau ada lampu mati mendadak, aktifitas belajar di kelas juga tidak berjalan, itu dikarenakan semua kelas memakai media presentasi (LCD) tersebut, dan genset tersebut sangat diperlukan sekali dalam hal ini. 4. Peran guru dan Kepala Sekolah, keteladanan dan pembiasaan masih tetap diperlukan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk sikap dan perilaku siswa.
73
DAFTAR PUSTAKA
Abied, Tujuan Pendidikan Agama Islam, http://meetabied.wordpress.com/ 2009/10/30/tujuan-pendidikan-agama-islam/2009 Amini, Ayatullah Ibrahim, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, Jakarta : Al-Huda, 2006 Anderson, Ronald H., Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran, Jakarta : Rajawali, 1987 Arifin, Anwar, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UndangUndang Sisdiknas, Jakarta : Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian ”Suatu Pendekatan Praktek”, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996 Arsyad, Azhar, Media Pengajaran, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000 Daradjat,Zakiah, et.all., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1996 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1996 Habibullah, Ahmad dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT. Pena Citasatria, 2008 http://agungprudent.wordpress.com/2009/06/18/efektifitas-pembelajaran/ http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/ http://id.wikipedia.org/wiki/Presentasi http://id.wikipedia.org/wiki/Microsoft_PowerPoint http://starawaji.wordpress.com/2009/03/01/efektivitas-pembelajaran/ http://www.uin-suka.ac.id/detail_kabar.php?id=144 Kenthut, Aristo Rahadi, Pelatihan Pemanfaatan TIK Untuk Pembelajaran Tingkat Nasional Tahun 2008 Pembuatan Media Presentasi, http://www.scribd.com/doc/3608157/Pembuatan-Media-Presentasi
74
Majid, Abdul, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006 Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997 Miarso,Yusuf hadi, dkk, Teknologi Komunikasi Pendidikan : Pengertian dan Penerapannya di Indonesia, Jakarta : CV. Rajawali, 1986 Moeliono, Anton, et.all., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1990 Muhaimin, et. all., Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004 ___________, Nuansa Baru Pendidikan Islam:Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006 Mujib, Abdul, et all, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kencana 2006 Mulyasa, E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosydakarya, 2007 Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran : Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta : Gaung Persada Press, 2008 Nizar, Samsul, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001 Sadiman, Arief S. dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996 Soejanto, Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses, Jakarta : Rineka Cipta, 1992
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006 Susanto,
Eko, http://de2azhar.blogspot.com/2010/01/pengertian-dasar-fungsiruang-lingkup.html
Sutikno, M. Sobry, Menggagas Pembelajaran Efektif dan Bermakna, Mataram : NTP Press, 2007
75
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : Kencana, 2009 Zuhairini, Abdul Ghafir dan Slamet As Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel – Malang, 1981