EVALUASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI PEMERIKSAAN KLINIS DENGAN MELIBATKAN BIDAN, KOLABORASI YAYASAN YAPPIKA (YAYASAN PENGUATAN PARTISIPASI, INISIATIF, DAN KEMITRAAN MASYARAKAT INDONESIA) DAN YKPJ (YAYASAN KESEHATAN PAYUDARA JAKARTA) DI KEC. KOJA. JAKARTA UTARA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi sebagai syarat untuk meraih Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Fahminudin NIM. 103054028783
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI (FDK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./ 2008 M.
ABSTRAK Fahminudin Evaluasi Program Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan, Kolaborasi Yayasan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia) dan YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) Di Kec. Koja. Jakarta Utara. Istilah pengembangan masyarakat sering kali diimplimentasikan dalam bentuk program-program sosial yang meliputi berbagai pelayanan sosial yang berbasis masyarakat yang dilakukan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM). Salah satu LSM yang melaksanakan program-program sosial, yaitu: Yayasan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia) dan YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) yang bekerja sama atau berkolaborasi melaksanakan program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan. Program ini merupakan salah satu bentuk pelayanan publik di bidang kesehatan dalam rangka pemenuhan hak-hak dasar masyarakat terhadap akses pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara. Program ini terdiri dari langkah-langkah kegiatan program yang terdiri dari: 1) Pendidikan publik, berupa penyuluhan kesehatan mengenai penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara, dan penyuluhan mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yang disampaikan oleh praktisi kesehatan dan pekerja sosial melalui dialog langsung dengan masyarakat dan penyebaran brosur-brosur. 2) Pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) oleh para bidan secara manual melalui perabaan biasa, dimana masing-masing bidan memeriksa 50 perempuan. 3) Verifikasi hasil pemeriksaan oleh para bidan dengan menggunakan alat mammografi. 4) Mengembangkan sistem rujukan untuk menindak lanjuti hasil temuan kasus kelainan payudara guna diagnosa dan tindakan lanjut secara gratis di rumah sakit Dharmais. Dalam konteks ini, peserta program yang ditemukan menderita kelainan payudara, dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan kesehatan, seperti: Askeskin (asuransi kesehatan warga miskin), Sktm (surat keterangan tidak mampu), atau Gakin guna memperoleh pembebasan atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut. Rangkaian langkah-langkah kegiatan program di atas, tentunya memiliki tujuan tertentu. Untuk memperoleh tujuan tertentu, maka proses kegiatan-kegiatan program haruslah mengarah sesuai dengan rencana-rencana kegiatan yang sudah dirancang sebelumnya, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada keberhasilan suatu program (mencapai tujuan yang diinginkan). Bila suatu program yang dijalankan tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka yang ditinjau atau dianalisis ialah suatu proses kegiatan-kegiatan program yang telah direncanakan sebelumnya, apakah implimentasi sebenarnya dari program tersebut berbeda dari yang ada dalam rancangan (perencanaan), atau sekalipun suatu program dilaksanakan sesuai dengan rancangan, kemungkinan bisa saja program itu tidak mengarah ke kegiatan-kegiatan yang seharusnya menjadi sasaran. Analisis suatu proses kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, dapat dilakukan dengan suatu kegiatan evaluasi program pada Input dan Proses. Penelitian evaluasi input bertujuan untuk memperbaiki program, dengan cara mengecek persiapan-persiapan (perencanaan) yang ada. Sedangkan evaluasi proses bertujuan untuk melihat bagaimana rencana-rencana tersebut dilaksanakan dan memberikan informasi tentang deskripsi proses pelaksanaan program Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu, penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif, yaitu, penelitian yang berupaya menghimpun data, mengelolah data, dan menganalisis data secara kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif, bersifat deskriptif (menggunakan data-data kualitatif), yaitu, penelitian yang berusaha menerangkan atau menggambarkan peristiwa yang terjadi pada subyek penelitian pada masa sekarang, kemudian dijelaskan, dianalisa, dan disajikan sedemikian rupa untuk mendapatkan gambaran yang sistematis.
Untuk menganalisis evaluasi program ini, penulis menggunakan desain penelitian Pietrzak, dkk. Pieztrzak menjelaskan, pertama, evaluasi input memfokuskan penilaian atau evaluasi pada berbagai unsur (variable) yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Berbagai unsur tersebut meliputi: klien (sasaran penerima kegiatan program), staf pelaksana program, dan fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Pertayaan kunci yang ingin dijawab melalui evaluasi input ini adalah: a. Apakah karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana? b. Apakah para stap pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme kerjannya? c. Apakah berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan?. Kedua, evaluasi proses, memfokuskan diri pada penilaian perjalanan pengoperasian program dan kualitas layanan yang diberikan yang mencakup kegiatan-kegiatan program dan sistem pemberian layanan program, seperti: jenis layanan kegiatan program, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan program, serta mencakup interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf). Pertayaan kunci yang ingin dijawab dalam evaluasi ini ialah: 1). Kegiatan program apa saja yang dilakukan? 2). Apakah kegiatan-kegiatan program yang dilakukan dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh sasaran penerima kegiatan program?. Hasil analisa evaluasi input, penulis menyimpulkan, pertama, klien (sasaran penerima kegiatan program). Dari hasil observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan program dan hasil wawancara peneliti dalam bentuk kuesioner kepada sejumlah klien (sasaran penerima kegiatan program), bahwa karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) yang terdiri dari: warga perempuan kelurahan rawa badak utara (RBU), para bidan di lokasi setempat, para relawan, dan masyarakat umum, telah sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ). Kedua, para staf pelaksana program. Dari hasil wawancara peneliti kepada para staf mengenai latar belakang pendidikan para staf, pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti para staf, serta bidang kerja para staf, menunjukan bahwa para staf berasal dari latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mekanisme kerjanya. Begitupun dengan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh para staf dan bidang kerja para staf, telah sesuai dengan mekanisme kerjanya. Ketiga, sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Dari hasil pengamatan peneliti pada saat dilaksanakannya kegiatan dan hasil wawancara peneliti kepada peserta program, bahwa fasilitas yang digunakan telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program dan jumlahnya telah memadai sesuai dengan kapasitas pihak-pihak yang menggunakan fasilitas tersebut. Hasil analisa evaluasi proses, peneliti menyimpulkan, pertama, kegiatan-kegiatan program yang dilakukan, terdiri dari 4 tahap kegiatan, yaitu: a. Tahap persiapan program. b. Tahap uji coba program c. Tahap pelaksanaan program. d. Tahap evaluasi akhir keseluruhan program, analisis data-data, dan laporan. Kedua, dari hasil observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan program dan hasil wawancara peneliti kepada para klien (warga perempuan), bahwa kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan telah dapat mudah dan nyaman diterima oleh warga perempuan.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahim Segala puja dan puji bagi Allah Swt, Zat yang maha menggengam seluruh jagat alam semesta ini termasuk setiap hati manusia, zat yang maha besar, maha pengasih dan penyayang, tiada daya dan upaya kecuali hanya pada diri-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasullah Saw, sebagai teladan bagi kita semua. Al-lhamdullilahirrabil’alamin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah Swt atas rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Karena tampa rahmat dan pertolongan-Nya tidaklah mungkin skripsi ini dapat diselesaikan. Kemampuan mengevaluasi program atau menjadi seorang evaluator ini merupakan salah satu keterampilan khusus yang seharusnya dimiliki oleh seorang pengembangan masyarakat, dimana dengan kemampuan tersebut diharapkan program-program sosial yang dijalankan seorang pengembangan masyarakat dapat mencapai suatu keberhasilan. Dengan adanya pengevaluasian input dan proses akan selalu mendapatkan perbaikan-perbaikan program yang terus berjalan, mengembangkan dan memperkuat kembali sesudah stabil, menghasilkan umpan balik segera kepada pembuat program yang kemudian menggunakan informasi tersebut untuk merevisi bahan apabila diperlukan. Skripsi evaluasi program ini penulis sadari masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian mudah-mudah skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya untuk mahasiswa atau orang lain yang mungkin dapat berguna sebagai bahan tambahan bagi mereka yang berkonsentrasi pada bidang studi dalam dimensi pelayanan masyarakat dan evaluasi program-program sosial. Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan bila tampa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya dan dukungannya sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Penulis menghaturkan terima kasih sebesar besarnya kepada seluruh keluarga penulis, ayahanda dan ibunda tersayang Bapak Drs. Chaeruna. MM. dan Ibu Bai Nafiah, yang telah banyak memberikan motivasi dan saransarannya secara terus menerus, ketika penulis mengalami hambatan dalam penulisan skripsi ini. Mereka mengajarkan arti hidup sesungguhnya di dunia ini. Mereka telah rela banyak berkorban jiwa dan raga demi untuk kesuksesan putranya ini. Tentunya terima kasih yang penulis haturkan tidak pernah cukup untuk membalas semua kasih sayangnya kepada penulis dan semoga Allah selalu merahmatinya. Kepada kakanda Rasid Hamidi yang telah meminjemkan komputernya kepada penulis untuk dapat mengetik skripsi ini, dan rela mengorbankan waktunya sampai larut malam untuk dapat membetulkan komputer yang sering kali rusak. Kepada H. Haeriah. Lc dan H. Husein Lc yang telah memahami kesibukan penulis yang sedang menyusun
skripsi, sehingga enggan menyuruh-menyuruh penulis bila terdapat keperluan-keperluan yang harusnya penulis kerjakan, yang telah membantu mendukung terselesaikannya proses penulisan skripsi ini. Terima kasih yang tak terhingga penulis juga sampaikan kepada Bapak. Dr. Murodi, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Staf-stafnya. Penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd dan Ibu Wati Nilamsari, M.Si. selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingannya mengenai dunia akademis kepada penulis. Kepada Ibu Nurul Hidayati, M.Pd. sebagai dosen pembimbing penulisan skripsi ini. Penulis haturkan terima kasih banyak yang telah meluangkan banyak waktunya kepada penulis untuk dapat memberikan bimbingan setiap kali penulis mengalami kesulitan dan kebingungan dalam penulisan skripsi ini. Beliau dengan sabar dan tidak bosanbosannya menerima penulis untuk dapat berkonsultasi kapanpun waktunya, yang telah banyak memberikan motivasi untuk terus maju, bersabar dan berdoa kepada Allah, serta memberikan masukan-masukan yang sangat berarti kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Syamsir Salam, M.Si. Sebagai Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angakatan 2003. Serta para Bapak/Ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengarahkan, mendidik, membimbing, dan memberi ilmu yang sangat bermanfaat untuk hidup penulis. Terima yang tak terhingga juga, penulis sampaikan kepada Ibu Sri Indiyastusi selaku Maneger Humas dan Kampanye Publik Yappika beserta Staf-stafnya, atas kemurahan hatinya telah mengizinkan penulis melakukan riset di Yappika. Memberikan arahan-arahan terkait dengan riset yang dilakukan penulis, meluangkan waktunya untuk diwawancarai di tengah kesibukannya bekerja, serta banyak membantu penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada Elita Triandayani selaku Kordinator Lapangan dan Relawan Yappika yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data-data yang diperlukan penulis untuk penyusunan skripsi ini. Semoga Allah membalas atas semua bantuannya. Dan juga teman-teman para relawan Yappika (Yuliyanti, Achmad Romadhan, Leonardo) dan semuanya yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak mendukung dalam bantuannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk Ibu Dr. Kardinah, MD. selaku Ketua Penyelidik Program, penulis ucapkan banyak terima kasih atas kemurahan hatinya mengizinkan penulis melakukan riset di YKPJ. Atas kesediaanya memberikan data-data yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini. Kepada Nia selaku Staf Pendukung Sekertaris YKPJ yang telah banyak membantu memperoleh data-data yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini. Kepada Ibu Very selaku Maneger Administrasi YKPJ yang telah membantu mendukung terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Tidak lupa pula ucapan terima kasih untuk teman-teman seperjuangan dan sepermainan Siti Nurasiyah, Anwar, Nasro, Al-Hasanah, Cucun, Sri Yanah, Andi Hastono, Sopyan, Anang, Amri, Sueb, Ifdal, Azis, Edi, Hasan, Iwan, Sahroni, Uwes, yang telah banyak memberikan masukan dan dorongan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Mereka telah banyak menghibur penulis di tengah penulis kebingungan dan kesulitan dalam proses penulisan skripsi ini. Kepada Iskandar, Rizki, Roy, Kahfi, Bagus, Wawan, Apen, Datam, Ilham dan temanteman lainnya yang tidak penulis sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan kalian, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Sekali lagi terima kasih, jasa-jasamu tidak akan pernah penulis lupakan. Jazakumullah Khoirul Jaza. Jakarta, 15 September 2008
Penulis
DAFTAR ISI ABSTRAK..................................................................................................................i KATA PENGANTAR................................................................................................ii DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 01 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................... 09 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 10 D. Metodologi Penelitian ................................................................. 12 E. Sistematika Penulisan ................................................................. 22
BAB II
TINJAUAN TEORETIS A. Teori-Teori Evaluasi Program ..................................................... 25 1. Pengertian Evaluasi............................................................... 25 2. Model-Model Evaluasi ......................................................... 26 3. Desain Evaluasi .................................................................... 28 4. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi........................................... 33 B. Pelayanan Publik.......................................................................... 35 1. Definisi Pelayanan Publik .................................................... 35 2. Penyelenggara Pelayanan Publik.......................................... 35 3. Prinsip-Prinsip Pokok Pelayanan Publik .............................. 36 C. Bimbingan Penyuluhan Sosial .................................................... 38 1. Paradigma Bimbingan Penyuluhan Sosial dan Pengertian... 38 2. Metode Bimbingan Penyuluhan Sosial ................................ 39 D. Pendekatan Pelayanan Masyarakat ............................................. 40 1. Latar Belakang dan Pengertian ............................................ 40 2. Strategi dan Prinsip dalam Intervensi .................................. 43 E. Kanker Payudara ......................................................................... 47 1. Pengertian Kanker Payudara ................................................ 47 2. Penyebab Faktor Beresiko Kanker Payudara ..................... 47 3. Gejala-Gejala Kanker Payudara .......................................... 48 4. Stadium-Stadium pada Kanker Payudara ............................ 49 5. Tata Cara Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Payudara ...... 50 F. Kolaborasi .................................................................................... 55 1. Pengertian Kolaborasi........................................................... 55 2. Tujuan dan Jenis-Jenis Kolaborasi ....................................... 56
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN YAPPIKA DAN YKPJ SERTA PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI PEMERIKSAAN KLINIS DENGAN MELIBATKAN BIDAN
A. Profil Yayasan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif Indonesia) .................................................................................... 58 1. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri Yappika ...................... 58 2. Visi, Misi, dan Peran Yappika ............................................. 59 3. Pandangan dan Peranan Yappika Terhadap program .......... 60
dan Kemitraan Masyarakat
B. Profil YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) .................. 61 1. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri YKPJ .......................... 61 2. Visi, Misi, dan Tujuan YKPJ ............................................... 62 C. Program Deteksi Dini Kanker Payudara melalui Pemeriksaan Klinis dengan Melibatkan Bidan . ...................................................................................................... 62 1. Latar Belakang dan Sejarah Munculnya Program ............... 62 2. Sasaran dan Tujuan Program ............................................... 66 3. Struktur Personil Pelaksana Program ................................ 67 4. Mekanisme Kerja Pelaksanaan Program ............................. 68 5. Kerja Sama Program ............................................................ 75 6. Sarana atau Fasilitas Pelaksanaan Program ......................... 75 BAB IV
ANALISIS EVALUASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI PEMERIKSAAN KLINIS DENGAN MELIBATKAN BIDAN A. Evaluasi Input .............................................................................. 77 1. Klien (Sasaran penerima kegiatan program) ........................ 79 2. Staf Pelaksana Program ........................................................ 98 3. Sarana atau Fasilitas pelaksanaan program ....................... 107 B. Evaluasi Proses .......................................................................... 125 1. Kegiatan-Kegiatan Program ............................................... 125 2. Apakah kegiatan-kegiatan program dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh klien 130
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... 142 B. Saran-Saran ............................................................................... 149
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Kebijakan sosial merupakan seperangkat tindakan, kerangka kerja, petunjuk, rencana, peta atau strategi yang dirancang untuk menterjemahkan visi politik pemerintah atau lembaga pemerintah ke dalam program dan tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di bidang kesejahtraan sosial. Karena kesejahtraan sosial senantiasa menyangkut orang banyak, maka kebijakan sosial sering kali identik dengan kebijakan publik1. Kebijakan publik berorentasi kepada pencapaian tujuan sosial. Tujuan sosial mengandung dua pengertian yang saling terkait, yakni: memecahkan masalah sosial dan memenuhi kebutuhan sosial. Pemecahan masalah sosial mengandung arti mengusahakan atau mengadakan perbaikan karena ada suatu keadaan yang tidak diharapkan, misalnya, kemiskinan atau kejadian yang patalogis (misalnya kenakalan remaja). Sedangkan pemenuhan kebutuhan sosial, yaitu, menyediakan pelayanan sosial yang diperlukan, baik karena adanya masalah ataupun tidak ada masalah untuk pencegahan2. Instansi pemerintah yang memegang kewenangan untuk menyediakan pelayanan-pelayanan sosial yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat, haruslah benar-benar menentukan tipe, jenis, dan sistem pendekatan pemberian pelayanan sosial kepada kelompok sasaran. Hal ini diperlukan untuk menentukan, apakah penyediaan pelayanan sosial memiliki dampak positif atau negatif kepada masyarakat, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan, dan apakah penyediaan layanan sosial dapat merespon masalah-masalah sosial yang dirasakan masyarakat3. Meskipun penyediaan layanan-layanan sosial kepada masyarakat menjadi wewenangan dan tanggung jawab pemerintah, namun seiring dengan dinamika kehidupan sosial masyarakat yang dinamis di bidang politik
1
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h.107. 2 Ibid., h. 110. 3 Amoyepai, ”Peningkatan Kualitas Layanan Publik”, Artikel diakses pada 8 Maret 2008 dari WWW.Walhi.or.Id. At 02: 02.
dan menguatnya semangat demokrasi, terjadilah pergeseran peran pemerintah dalam ketatanegaraan dan kebijakan publik, yaitu dari pemerintah yang pada awalnya memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan publik dalam hal penyediaan layanan-layanan sosial, belakangan pemerintah dipandang bukan lagi mendominasi kekuasaan orang banyak, akan tetapi ke tatakelolahan pemerintah yang identik dengan istilah stakeholder atau pemangku kepentingan4. Para stakeholder ini, salah satunya, yaitu, Lembaga Swadaya masyarakat (LSM) yang berperan melakukan advokasi kebijakan dan pelayanan publik, mengkritisi, menganalisis, dan mengidentifikasi subtansi kebijakan dan pelayanan publik yang dapat memberikan jaminan hak-hak layanan publik secara adil dan berkualitas. Lembagalembaga swadaya masyarakat yang berpartisipasi melakukan advokasi perbaikan kebijakan dan pelayanan publik ini, dipengaruhi seiring dengan banyaknya muncul fenomena kebijakan dan pelayanan publik di negara Indonesia yang dianggapnya buruk dan tidak berpihak pada rakyat, khususnya masyarakat miskin. Rakyat selalu dibebani dengan kebijakan dan pelayanan yang tidak rasional demi untuk kepentingan sekelompok elit tertentu5. Buruknya pelayanan publik di berbagai bidang sosial, tercermin salah satunya pada bidang kesehatan, khususnya pada pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara. “Berdasarkan data dari Yayasan kesehatan payudara Jakarta (YKPJ) dan YAPPIKA, kanker payudara dapat menyerang siapa saja, terutama kaum perempuan. Di Asia insiden kanker payudara masih rendah: 20 kasus baru di antara 100.000 penduduk. Adapun di Amerika Serikat dan negara maju jauh lebih tinggi yaitu 100 kasus baru per 100.000 penduduk dan sekitar 40.000 akan meninggal akibat penyakit ini. Di Indonesia, penyakit kanker payudara belum secara luas dimengerti oleh masyarakat, begitupun kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker relatif rendah. Ini bisa dilihat dari banyaknya penderita yang baru datang ke rumah sakit ketika penyakitnya sudah pada stadium lanjut (III dan IV). Padahal, penyakit ini bisa dideteksi secara dini melalui pemeriksaan klinis dan mammografi, sehingga harapan untuk hiduppun bagi pasein yang belum sampai memasuki pada stadium lanjut lebih besar. Kardinah, radiologist Rumah Sakit Kanker Dharmais yang juga aktif di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ) mengatakan, “bahwa akhir-akhir ini penderita kanker payudara tidak lagi didominasi oleh perempuan usia 40 tahun ke atas, namun ada kecenderungan menyerang perempuan di usia lebih muda bahkan 20-an tahun”. Informasi ini tentu saja perlu menjadi perhatian berbagai pihak, khususnya kaum perempuan untuk mengenali dan berusaha mengantisipasi kemungkinan serangannya
4
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat., h. 108. Bambang Roestomo, “Wajah Buram Pelayanan Publik Kita”, Artikel diakses pada 8 Maret 2008 dari WWW. Pewarta-Kabar Indonesia.bogspot.com. 5
sedini mungkin, mengingat kanker payudara adalah penyakit yang berbahaya dan mematikan yang telah memakan korban yang tidak sedikit akibat keterlambatan penanganan yang tidak cepat dan tepat”1. Sarana atau fasilitas yang menunjang pelayanan yang disediakan pemerintah terhadap informasi dan upaya publikasi mengenai antisipasi dini serangan penyakit kanker payudara melalui efen-efen tertentu, seperti kampanye publik, penyiaran berita di media masa yang bisa diakses oleh seluruh masyarakat sangat minim. SDM kesehatan atau tenaga medis yang kompenten untuk dapat melakukan pemeriksaan secara dini kesehatan payudara, serta peralatan-peralatan medis yang digunakan sebagai verifikasi hasil pemeriksaan kesehatan payudara di setiap rumah sakit dan puskesmas juga kurang memadai. Hal ini menyebabkan banyak dari kalangan masyarakat tidak mengetahui dan mengerti bahaya penyakit kanker payudara yang mayoritas menyerang pada kaum perempuan, disamping itu kesadaran masyarakatpun relatif rendah untuk melakukan pencegahan dini melalui deteksi dini yang bisa dilakukan oleh sendiri, sebelum penyakit kanker payudara berlanjut pada tahap stadium yang lebih tinggi. Sistem rujukan penderita kanker payudara melalui Sktm (Surat keterangan tidak mampu) atau Askeskin (asuransi kesehatan warga miskin) mulai dari layanan kesehatan paling bawah sampai ke rumah sakit, khusus yang menangani kanker belum terkelola dengan baik. Kondisi ini cukup menyulitkan untuk penanganan secara cepat. Pemerintah melalui Menteri Kesehatan sejak tahun 2005 lalu telah mencanangkan, melalui kebijakannya, dimana setiap warga miskin memperoleh hak untuk mendapatkan pengobatan secara gratis di rumah-rumah sakit Pemerintah. Namun dalam realitanya masih banyak warga miskin yang mengalami kendala untuk memperoleh haknya tersebut. Beberapa kendala tersebut diantaranya, yaitu: pertama, selama ini informasi kebijakan pemerintah untuk menyediakan pelayanan kesehatan gratis bagi warga miskin telah disosialisasikan, akan tetapi banyak warga miskin yang tidak mengetahui prosedur pengurusan jaminan kesehatan tersebut. Mereka tidak tahu kepada siapa harus bertanya, ada rasa takut bertanya kepada petugas penyelenggara kesehatan, dan rasa was-was apakah biaya pengobatan benar-benar gratis atau tidak. Belum tersosialisasinya informasi secara mendetail mengenai langkahlangkah pengurusan surat-menyurat jaminan pelayanan kesehatan, menyebabkan warga miskin terkadang sulit untuk memperoleh haknya mendapatkan pengobatan gratis. 1
Lady Asher, “ Gratis Deteksi Kanker Payudara dari Yappika dan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta”, diakses pada 8 Maret 2008 dari Blog: http: //WWW.Pewarta-Kabarindonesia. blogspot.com, 15/06/2007, 15:59:24 Wib.
Kedua, pengurusan surat menyurat jaminan pelayanan kesehatan, seperti: Sktm (surat keterangan tidak mampu) atau Askeskin (asuransi kesehatan warga miskin) atau Gakin, prosedur administrasinya sangat rumit. Prosedurnya harus melalui jalur pengurusan yang panjang mulai dari Rt, Rw, Kelurahan, Puskesmas, menunggu verifikasi dari Puskesmas setempat, kembali lagi ke Puskesmas untuk mengambil surat hasil verifikasi dan rujukan ke rumah sakit, dan terakhir ke Dinas Kesehatan untuk mengajukan permohonan katastropik. Jika kelengkapan surat-menyurat masih kurang di salah satu atau beberapa langkah tersebut maka warga harus melengkapi terlebih dahulu dan kembali lagi2. Jalur pengurusan yang cukup panjang tersebut tentunya akan berdampak pada tingginya biaya transportasi yang harus dikeluarkan oleh warga miskin. Urusan prosedur administrasi pengurusan surat jaminan kesehatan bagi warga miskin (Sktm/ Gakin/ Askeskin), sangat penting, namun perlula dipikirkan efektivitas prosesnya, sehingga dapat memudahkan bagi warga miskin. Fenomena kejadian yang memprihatinkan, yaitu, buruknya penanganan pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara, sebagaimana disebutkan di atas, menyebabkan munculnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berperan melakukan advokasi perbaikan pelayanan publik di bidang kesehatan yang dapat memberikan jaminan terhadap hak-hak layanan kesehatan secara adil dan berkualitas. Salah satu LSM tersebut adalah YAPPIKA (Yayasan Penguatan, Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Indonesia) dan YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta). Mereka bekerja sama melaksanakan program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan. Target sasaran program ini ialah masyarakat kaum perempuan usia 40-55 tahun sejumlah 1500 orang kelompok menengah ke bawah lokasi Kecamatan Koja. Jakarta Utara, yang meliputi: Kelurahan Rawa Badak Selatan, Keluruhan Tugu Utara (di Kedua Kelurahan ini sudah terlaksana). Rencana selanjutnya di Kelurahan Rawa Badak Utara, Tugu Selatan, Kelurahan Lagoa, dan Kelurahan Koja. Dalam kaitannya dengan penulisan
7
Sri Indiyastuti, ”Liku-liku Pengurusan Jaminan Kesehatan Warga Miskin”. Diakses pada 20 Maret 2008 dari WWW.
[email protected], 08/11/2007.
skripsi ini, fokus penelitian pada program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan, ditentukan di satu lokasi, yaitu, di kelurahan Rawa Badak Utara. Jakarta Utara. Adapun langkah-langkah kegiatan pelaksanaan program ini terdiri dari: 1) Pendidikan publik, berupa penyuluhan kesehatan mengenai penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara, dan penyuluhan mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yang disampaikan oleh praktisi kesehatan dan pekerja sosial melalui dialog langsung dengan masyarakat dan penyebaran brosur-brosur. 2) Pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) oleh para bidan secara manual melalui perabaan biasa, dimana masing-masing bidan memeriksa 50 perempuan. 3) Verifikasi hasil pemeriksaan oleh para bidan dengan menggunakan alat mammografi. 4) Mengembangkan sistem rujukan untuk menindak lanjuti hasil temuan kasus kelainan payudara guna diagnosa dan tindakan lanjut secara gratis di rumah sakit Dharmais. Dalam konteks ini, peserta program yang ditemukan menderita kelainan payudara, dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan kesehatan, seperti: Askeskin (asuransi kesehatan warga miskin), Sktm (surat keterangan tidak mampu), atau Gakin guna memperoleh pembebasan atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut. Rangkaian langkah-langkah kegiatan program di atas, tentunya memiliki tujuan tertentu. Untuk memperoleh tujuan tertentu, maka proses kegiatan-kegiatan program haruslah mengarah sesuai dengan rencanarencana kegiatan yang sudah dirancang sebelumnya, karena hal ini akan sangat berpengaruh pada keberhasilan suatu program (mencapai tujuan yang diinginkan). Bila suatu program yang dijalankan tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka yang ditinjau atau dianalisis ialah suatu proses kegiatan-kegiatan program yang telah direncanakan sebelumnya, apakah implimentasi sebenarnya dari program tersebut berbeda dari yang ada dalam rancangan, atau sekalipun suatu program dilaksanakan sesuai dengan rancangan, kemungkinan bisa saja program itu tidak mengarah ke kegiatan-kegiatan yang seharusnya menjadi sasaran8. Menganalisa kembali suatu proses kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, dapat dilakukan dengan suatu kegiatan evaluasi program pada Input dan Proses, karena penelitian evaluasi Input bertujuan untuk
8
Primahendera, “Evaluasi Program”, 2002. h. 73.
memperbaiki program, dengan cara mengecek persiapan-persiapan yang ada. Sedangkan evaluasi proses bertujuan untuk melihat bagaimana rencana-rencana tersebut dilaksanakan9 serta mendeskripsikan proses pelaksanaan program10. Penelitian evaluasi program pada Input dan Proses penting, karena keputusan selama proses diperlukan untuk memperbaiki, mengembangkan, dan memperkuat kembali program11. Seperti: penyusunan dan pengaturan kembali jadwal dan semua hal baik moril maupun materil. Namun sayangnya pihak-pihak yang terkait dengan penelitian evaluasi, hanya melakukan penelitian evaluasi program pada output (hasil) atau dampak. Hal ini disesalkan karena hasil evaluasi program pada input dan proses akan memberikan umpan balik segera kepada pembuat program yang kemudian menggunakan informasi tersebut untuk merevisi bahan apabila diperlukan. Evaluasi program hanya pada Output saja, mungkin akan terlambat dan tidak dapat menolong untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses. Melihat persoalan buruknya pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara yang telah dipaparkan dan juga mengingat pentingnya suatu penelitian evaluasi program pada Input dan Proses, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut pada suatu penelitian ilmiah yang penulis tuangkan dalam skripsi berjudul: ”Evaluasi Program Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan,
Kolaborasi Yayasan YAPPIKA (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat Indonesia YKPJ (Yayasan kesehatan Payudara Jakarta ). di Kec. Koja . Jakarta Utara”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
9
Nurul Hidayati, Metode Penelitian Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h. 124. Hendera, “Evaluasi Program”, h. 72. 11 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h. 144. 10
Agar penelitian yang dilakukan dan dibahas pada penulisan skripsi ini lebih terarah dan tidak meluas, maka penulis membatasi penelitian pada pengevaluasian program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan di Kelurahan Rawa badak Utara. Jakarta Utara. Adapun pemilihan kreteria evaluasi, terkait tipe-tipe evaluasi yang memberikan penekanan atau fokus tertentu sesuai dengan ruang lingkup kegiatan yang dievaluasi, maka pada penelitian ini, penulis menggunakan tipe atau model evaluasi input dan evaluasi proses. 2. Perumusan Masalah Dalam merealisasikan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan permasalahannya untuk memudahkan pembahasan selanjutnya, adapun perumusan masalah tersebut, yaitu, sebagai berikut:
a. Evaluasi Input: 1) Apakah karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ)? 2) Apakah para staf pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme kerjanya? 3) Apakah berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program? b. Evaluasi Proses: 1) Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan program? 2) Apakah kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh sasaran penerima kegiatan program (Klien)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Dengan mengacu pada perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini, yaitu: a. Evaluasi Input: 1) Untuk mengetahui apakah karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana program (Yappika dan YKPJ). 2) Untuk mengetahui apakah para staf pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme kerjanya. 3) Untuk mengetahui apakah berbagi sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program. b. Evaluasi Proses: 1) Untuk memperoleh gambaran kegiatan apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan program. 2) Untuk mengetahui apakah kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh sasaran penerima kegiatan program (Klien). Sedangkan manfaat penelitian yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian, adalah sebagai berikut: 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi yang bisa dimanfaatkan bagi para pengelolah program yang terkait pada program-program sosial, khususnya bagi pengelolah program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan. Informasi ini berupa masukan umpan balik perencanaan program, untuk dapat membantu memperbaiki dan mengembangkan kegiatankegiatan program.
b. Penelitian ini hasilnya akan menyiapkan informasi tentang diskripsi proses aktivitas-aktivitas program pada pengelolah program yang terkait. 3. Manfaat Akademis a. Diharapkan dapat menambah kontribusi keilmuan yang dapat dijadikan dokumentasi Perguruan Tinggi UIN Syarif Hidayatulllah, untuk dijadikan sebagai rujukan bagi para Mahasiswa yang berkonsentrasi pada study sosial dalam dimensi Pelayanan Masyarakat dan Evaluasi Program-program Sosial. b. Menghasilkan karya Ilmiah yang diajukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar SI (strata satu) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian evaluasi merupakan salah satu tipe penelitian ilmu sosial terapan yang dilakukan untuk menilai suatu program, yang terdiri dari: evaluasi input, proses, dan output. Karena itu penelitian evaluasi mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam penelitian ilmu sosial12. Penelitian evaluasi yang mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam penelitian ilmu sosial, maka dalam penelitian evaluasi ini, jenis penelitian yang penulis gunakan, yaitu jenis penelitian lapangan. 2. Pendekatan Penelitian Dalam membahas masalah ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu, penelitian yang berupaya menghimpun data, mengelolah data, dan menganalisis data secara kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif ini, bersifat deskriptif (menggunakan data-data kualitatif)13 yaitu, penelitian yang berusaha menerangkan atau menggambarkan peristiwa yang terjadi pada subyek penelitian pada masa sekarang kemudian dijelaskan, dianalisa, dan disajikan sedemikian rupa untuk mendapatkan gambaran yang sistematis. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian
12 13
Hendra, ”Evaluasi Program“ h. 65. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineke Cipta, 1997), h. 245.
Lokasi penelitian ditentukan di dua tempat: Pertama, di Yayasan YAPPIKA dan YKPJ, sebagai lokasi lembaga yang bekerjasama melaksanakan program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan. Kedua, di Kelurahan Rawa Badak Utara, sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan program. Adapun waktu penelitian lapangan akan dilakukan mulai tanggal 6 juni 2008 sampai dengan tanggal 31 juli 2008. 4. Subyek dan Obyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini, yaitu, peneliti sendiri. Sedangkan obyek dalam penelitian ini ialah pihak pelaksana program, yaitu: yayasan YAPPIKA dan YKPJ. Dan pihak sasaran penerima kegiatan program, yaitu: warga perempuan Kelurahan rawa badak utara (RBU), bidan setempat, para relawan, dan masyarakat umum di lokasi kegiatan. Obyek penelitian dari YAPPIKA dan YKPJ, yaitu, pihak bagian mekanisme kerja dalam pelaksanaan kegiatan program. Masing-masing pihak bagian mekanisme kerja pelaksanaan program, diambil sejumlah 10 orang. Adapun penentuan jumlah obyek penelitian dari pihak sasaran penerima kegiatan program yang terdiri dari: pertama, warga perempuan kelurahan rawa badak utara, peneliti tentukan sejumlah 20 orang, diambil sesuai dengan yang ditemukan di lapangan. Kedua, para bidan setempat, peneliti tentukan sejumlah 3 orang, diambil sesuai dengan jumlah para bidan yang sering terlibat langsung sebagai tenaga medis lokal yang melakukan pemeriksaan kesehatan payudara melalui perabaan dengan tangan biasa (Sadari/periksa payudara sendiri). Ketiga, para relawan, peneliti tentukan sejumlah 5 orang, diambil sesuai dengan kebutuhan yang mewakili para relawan lainnya. Keempat, masyarakat umum, peneliti tentukan sesuai kebutuhan. Penentuan jumlah obyek penelitian pada pihak sasaran penerima program ini, tidak diambil dari keseluruhan populasi target sasaran penerima kegiatan program yang ditetapkan lembaga pelaksana, hal ini dilakukan dengan pertimbangan tertentu, antara lain: karena keterbatasan tenaga, waktu, dan dana.
5. Sumber Data Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber data, yaitu: a. Data Primer: yaitu, data-data yang diperoleh secara langsung dari pihak pelaksana program, yaitu, dari Yayasan YAPPIKA dan YKPJ. Dan dari sasaran penerima kegiatan program yang terdri dari: 1) Warga perempuan Kelurahan rawa badak utara. 2) Para bidan setempat. 3) Para relawan. 4) Masyarakat umum di lokasi kegiatan. b. Data sekunder: yaitu, data-data yang diperoleh dari catatan-catatan tertulis atau dokumen yang terkait dengan penelitian dari lembaga yang terkait, yaitu: dari YAPPIKA dan YKPJ. 6. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini, teknik mengumpulkan data yang penulis gunakan, sebagai berikut: a. Observasi Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap suatu kegiatan secara akurat, serta mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut14. Dalam observasi, peneliti melakukan pencatatan data yang dibutuhkan terkait dengan penelitian yang dilakukan, berdasarkan apa yang bisa dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan diraba oleh tangan, kemudian peneliti tuangkan dalam penulisan skripsi. Pencatatan data ini, penulis menggunakan catatan lapangan yang ditulis dengan bahasa apa adanya. Observasi dilakukan setiap kali pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, sebanyak 5 kali. b. Wawancara
14
E. Kristini Poerwandi, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: LPSP3-UI, 1998), h. 62.
Wawancara yaitu, metode pengumpulan data dengan mengadakan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara yang mengajukan pertayaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertayaan itu dengan maksud dan tujuan tertentu dalam penelitian15. Penulis melakukan wawancara dengan bertanya langsung kepada sejumlah responden yang dijadikan obyek dalam penelitian ini, yaitu, kepada pihak pelaksana program (Yappika dan YKPJ) dan pihak sasaran penerima kegiatan program (warga perempuan kelurahan RBU, para bidan di lokasi kegiatan, dan para relawan). Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan tipe recorder untuk merekam, kemudian hasil rekaman dari wawancara dicatat dalam bentuk transkip wawancara dengan bahasa apa adanya. c. Dokumentasi Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen. Dalam penelitian ini, dimana peneliti sendiri mengumpulkan, membaca, dan mempelajari berbagai macam bentuk bahan tertulis yang ada di lapangan serta data-data lain yang menunjang dalam penelitian yang dapat dijadikan bahan analisis untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam bentuk buku, majalah, arsip, artikel, makalah, dan webset dari lembaga yang terkait, baik itu dari YAPPIKA maupun YKPJ.
7. Analisis Data Dalam melakukan penelitian ini, data-data yang diperoleh dari lapangan akan diolah serta dianalisis oleh penulis. Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber-sumber pengumpulan data, yaitu: dari wawancara, observasi, dan dokumentasi.
15
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 247.
Keseluruhan data yang tersedia ditelaah dengan cara reduksi, reduksi yaitu, dengan jalan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman inti menjadi satuan-satuan, yang kemudian satuansatuan tersebut dikategorisasikan, sebagai upaya memilah-milah satuan ke dalam bagian yang memiliki kesamaan data. Kategori itu dibuat sambil melakukan koding, dan kemudian tahap terakhir mengadakan pemeriksaan keabsaan data16. 8. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data merupakan usaha meningkatkan derajat kepercayaan data, dimana peneliti berusaha bagaimana agar pesertanya (termasuk dirinya), bahwa temuan-temuan penelitiannya dipercaya, atau dapat dipertimbangkan. Dalam melakukan penelitian ini. Penulis menggunakan tiga pengecekan keabsahan data17, yaitu: a. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan data yang diperoleh. Triangulasi dalam penelitian ini, penulis melakukan pemeriksaan data yang diperoleh dengan sumber data lainya, dimana peneliti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini bisa dicapai dengan jalan: 1) Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. 2) Membandingkan keadaan dan perpektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini, peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh sasaran penerima kegiatan program yang satu dengan jawaban dari sasaran penerima kegiatan program lainya atau membandingkan jawaban yang diberikan oleh staf pelaksana program dari YAPPIKA yang terkait dengan jawaban yang diberikan oleh staf dari YKPJ.
16
Ibit., h. 247. Ibid., h. 329-335.
17
3) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diajukan. b. Ketekunan atau Keajegan Pengamatan. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam situasi yang sangat releven dengan persoalan atau isu yang sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dalam hal ini, peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian yang dilakukan. c. Pengecekan Anggota, yaitu, dengan melakukan pengecekan para anggota yang terlibat mewakili rekanrekan mereka dalam proses pengumpulan data dari wawancara dan observasi. Para anggota yang terlibat dalam penelitian dimanfaatkan untuk memberikan reaksi dari segi pandangan yang terkait dengan fokus penelitian, kemudian hasil pandangan anggota tersebut dibandingkan dengan pandangan dari rekan-rekan lainnya yang mewakili. 9. Buku Pedoman yang digunakan Karya-karya tulis yang dikaji dan digunakan dalam penelitian penulisan skripsi ini, baik dari buku, artikel, dan skripsi, yaitu: a. Buku pedoman evaluasi program: Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000. b. Artikel pedoman evaluasi program: Ferdy S.Nggao “Evaluasi Program, Bahan Presentasi untuk Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, 18 Januari 2006. c. Skripsi pedoman evaluasi program: Siti Nurasiyah, “Evaluasi Program Pemberdayaan Keterampilan Olahan Pangan dalam Pemberdayaan Wanita Susila di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Pasar Rebo. Jakarta Timur”. Skripsi S 1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. d.
Buku pedoman penelitian kualitatif: Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
e. Buku pedoman penulisan skripsi: Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi). Jakarta: Center For Quality Developmen and Assurance UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
10. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan (litelatur) yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang dilakukan pada penulisan skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan untuk penulisan skripsi ini, terkait dengan memilih metode penelitian, melaksanakan penelitian, dan menyusun argumentasi dalam pembahasan18. Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan litelatur berupa skripsi, yaitu: Siti Nurasiyah, “Evaluasi Program Pemberdayaan Keterampilan Olahan Pangan dalam Pemberdayaan Wanita Susila di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Pasar Rebo. Jakarta Timur”. Skripsi S 1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007). Skripsi ini membahas tentang evaluasi input pada program pemberdayaan keterampilan olahan pangan dalam pemberdayaan wanita susila di panti sosial karya wanita (pskw) pasar rebo. Jakarta timur. Analisa evaluasi program pada input tersebut, yaitu, berupa penilaian dengan mengkaji pada unsur-unsur atau variabel yang masuk di dalam pelaksanaan program, yang terdiri dari: 1. Karakteristik penerima layanan (Klien). 2. Kualifikasi para staf pemberi layanan. 3. Sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Meskipun pembahasan skripsi di atas, memiliki kesamaan dalam penelitian evaluasi program pada penulisan skripsi yang dilakukan penulis, yaitu, melakukan penelitian evaluasi program pada input. Akan tetapi terdapat perbedaan-perbedaan pada penulisan penelitian skripsi ini, diantaranya:
18
Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi), (Jakarta: Center For Quality Developmen and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 20.
a. Penelitian evaluasi program pada skripsi yang dijadikan sebagai kajian pustaka, mengunakan evaluasi program pada input. Sedangkan penelitian evaluasi program pada penulisan skripsi ini, menggunakan evaluasi program pada input dan proses. b. Alat ukur untuk melakukan penelitian evaluasi program pada skripsi yang dijadikan kajian pustaka, tidak menggunakan indikator yang digunakan sebagai alat ukur penilaian pada unsur-unsur yang masuk pada pelaksanaan program. Akan tetapi menggunakan pada perumusan masalah yang ditetapkan. Sedangkan pada penulisan skripsi ini, penulis, menggunakan indikator sebagai alat ukur untuk melakukan penilaian evaluasi program pada input dan proses. c. Terletak perbedaan pada obyek yang yang diteliti. Yayasan YAPPIKA dan YKPJ yang bekerja sama melaksanakan program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan, yang dijadikan sebagai obyek penelitian pada penulisan skripsi ini, sebelumnya, tidak ada dari salah satu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melakukan penelitian evaluasi program pada kedua lembaga dan program tersebut. Perbedaan-perbedaan yang disebutkan di atas, menjadikan dasar argumentasi, bahwa penelitian evaluasi program yang dilakukan pada penulisan skripsi ini bukanlah bersifat pelagiat. E. Sistematika Penulisan Dalam penyajian susunan penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi 5 bab yang terdiri dari sub-sub bab yang saling terkait, yaitu: BAB I
: Pendahuluan, bab ini memaparkan dan menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
: Tinjauan Teoritis, bab ini memaparkan dan menjelaskan tentang, 1. Teori-teori evaluasi program, terdiri dari: a. Pengertian evaluasi. b. Model-model evaluasi. c. Desain Evaluasi. d. Tujuan dan pentingnya evaluasi. 2. Pelayanan publik, terdiri dari: a. Definisi pelayanan publik. b.
Penyelenggara pelayanan publik. c. Prinsip-prinsip pokok pelayanan publik. 3. Bimbingan penyuluhan sosial, terdiri dari: a. Paradigma bimbingan penyuluhan sosial dan pengertiannya. b. Metode bimbingan penyuluhan sosial. 4. Pendekatan pelayanan masyarakat, yang terdiri dari: a. Latar belakang dan pengertian. b. Strategi dan prinsip dalam intervensi. 5. Kanker payudara, terdiri dari: a. Definisi kanker payudara. b. Penyebab faktor beresiko kanker payudara. c. Gejala-gejala dan tanda kanker payudara. d. Stadium-stadium pada kanker payudara. e. Tata cara pemeriksaan deteksi dini kanker payudara. 6. Kolaborasi, yang terdiri dari: a. Pengertian kolaborasi. b. Tujuan dan jenisjenis kolaborasi. BAB III
: Gambaran Umum Yayasan YAPPIKA dan YKPJ Serta Program Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan Bab ini memaparkan dan menjelaskan, A. Profil Yayasan YAPPIKA, terdiri dari: 1. Latar belakang dan sejarah berdiri Yappika.
2. Visi, misi, dan peran YAPPIKA. c. Pandangan dan peranan
YAPPIKA terhadap program. B. Profil YKPJ, terdiri dari: 1. Latar belakang dan sejarah berdiri YKPJ. 2. Visi, misi, dan tujuan YKPJ. C. Profil program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan, terdiri dari: 1. Latar belakang dan sejarah munculnya program. 2. Sasaran dan tujuan program. 3. Struktur personil pelaksanaan program. 4. Mekanisme kerja pelaksanaan program. 5. Kerja sama pelaksanaan program. 6. Sarana atau fasilitas pelaksanaan program. BAB IV
: Analisa Evaluasi Program Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan Bab ini memaparkan dan menjelaskan tentang: A. Analisa evaluasi input, berupa penilaian dengan mengkaji pada unsur-unsur atau variabel yang masuk di dalam pelaksanaan program, yang terdiri dari, yaitu: 1. Karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien). 2. Kualifikasi para staf pelaksana program. 3. Sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelasanaan kegiatan program. B.
Analisis evaluasi proses program deteksi kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan, berupa penilaian dengan mengkaji pada pengoperasian program dan kualitas program yang dilaksanakan, yang mencakup: 1. kegiatan-kegiatan program. 2. Apakah kegiatankegiatan program yang dilaksanakan dapat mudah dan nyaman diterima oleh klien (warga perempuan Kelurahan RBU). BAB V
: Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran. Daftar pustaka dan Lampiran.
BAB II TINJAUAN TEORETIS
A. TEORI-TEORI EVALUASI PROGRAM 1. Pengertian Evaluasi Banyak pengertian evaluasi dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, antara lain: Pius A. Partanto dan Al-Barry mengartikan bahwa evaluasi secara etimologi adalah penaksiran, perkiraan keadaan, dan penentuan nilai.1 Menurut Cesley dan Kumar evaluasi adalah suatu penilaian berkala terhadap relevansi, kinerja, efisiensi, dan dampak dari suatu proyek dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan3. Sedangkan menurut Fink dan Kosecof evaluasi merupakan serangkaian prosedur untuk menilai mutu sebuah program dan menyediakan informasi tentang tujuan, aktivitas, hasil, dampak, dan biaya program)4. Dalam pelaksanaanya, evaluasi merupakan sebuah kegiatan penelitian (evaluation research), sehingga evaluasi mengikuti kaidah yang berlaku dalam sebuah penelitian. Menurut ossi dan Freeman penelitian evaluasi adalah penerapan prosedur penelitian sosial yang sistematis dalam rangka menilai konseptualisasi, disain, implimentasi, dan kegunaan sebuah program intervensi sosial5. Berkaitan dengan ini, Piertzak dkk memandang evaluasi program merupakan salah satu tipe yang khusus dari penelitian ilmu sosial terapan. Sebagai sebuah penelitian, pelaksanaan evaluasi program mengikuti pola-pola aktivitas atau tugas-tugas yang standar. Aktivitas ini ada dalam setiap tipe evaluasi, yang meliputi input, proses dan output6. Dengan demikian, dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian evaluasi dipahami sebagai salah satu tipe penelitian ilmu sosial terapan yang dilakukan untuk menilai suatu program, yang meliputi: input, proses, dan output, karena itu, penelitian evaluasi mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam penelitian ilmu sosial7. 2. Model-model Evaluasi 1
Pius A. Partanto dan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 163 Ferdy S. Nggao, “Evaluasi Program, Bahan Presentasi Untuk Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatulla” Jakarta, 18 Januari 2006. h. 1. 4 Ibid., 5 Primahendera, Evaluasi Program, h. 66. 6 Ibid.,h.66. 7 Ibid., 3
Mengutip pada pendapat Nurul Hidayati dalam bukunya berjudul Metodologi penelitian Dakwah (dengan pendekatan kualitatif)8, bahwa ada banyak model-model atau jenis evaluasi program, namun hanya beberapa model evaluasi yang diuraikan dalam penulisan skripsi ini, yaitu, diantaranya: a. Pelaksanaan evaluasi menurut Pietrzak, Ramler, dan Gilbert dibagi menjadi tiga tipe jenis evaluasi yaitu evaluasi input, evaluasi proses, dan evaluasi hasil atau produk. Evaluasi input memfokuskan berbagai unsur yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Tiga unsur utama yang terkait: 1) Evaluasi input adalah klien, staf, dan program serta sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. 2) Evaluasi proses, menurut Pietrzak dkk, memfokuskan diri pada aktivitas program yang melibatkan interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf) yang merupakan pusat dari pencapaian tujuan (objektif) program. 3) Evaluasi hasil, yaitu diarahkan pada evaluasi keseluruhan dampak (overall impact) dari suatu program terhadap penerima layanan. Dalam konteks penulisan skripsi ini, penulis menggunakan model atau jenis evaluasi yang dikemukanan oleh Pietrzak, Ramler, Ford, dan Gilbert. b. Model evaluasi CIIP dikembangkan oleh Stuplebeam dan Shinkfield. CIIP merupakan singkatan dari kontek, input, proses, dan produk. Stufflebeam merumuskan evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi untuk menilai alternatif keputusan. Penjelasan CIPP dijelaskan sebagai berikut: 1) Contect evaluation to serve planning decision. Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program. 2) Input evaluation, structuring decision.
8
Nurul Hidayati, Metode Penelitian Dakwah, h. 142.
Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. 3) Process evaluation, to serve implementing decision. Evaluasi proses membantu mengimplimentasikan keputusan sampai sejauh mana rencana telah diterapkan?, apa yang harus direvisi?. Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat dimonitor, dikontrol, dan diperbaiki. 4) Product evaluation, to serve recyding decision. Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? apa yang dilakukan setelah program berjalan? c.
Model lain yang tidak hanya menggambarkan saja namun berusaha meyakinkan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan, dan menganalisis sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif. Model ini disebut UCLA. Alkin ahlinya, membagi model ini menjadi 5 bagian: 1) Sistem assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi sistem. 2) Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program. 3) Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang telah direncanakan? 4) Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja atau berjalan?, apakah menuju pencapaian tujuan. 5) Program certification, yang memberikan informasi tentang nilai atau guna program.
3. Desain Penelitian
Desain penelitian ialah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh jawaban dari pertayaan-pertayaan di dalam penelitian. Rencana ini merupakan suatu skema menyeluruh yang mencakup program-program penelitian, memaparkan mengenai hal-hal yang dilakukan, dan menetapkan kerangka bingkai bagi pengkajian relasi variabel-variabel yang diteliti9. Desain penelitian mempunyai maksud dan kegunaan untuk mengontrol atau mengendalikan varian, serta membantu mendapatkan jawaban atas pertayaan-pertayaan peneliti10. Adapun desain penelitian evaluasi pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan desain penelitian yang dikemukakan oleh Pietrzak, dkk11. Pieztrzak menjelaskan, pertama, evaluasi input memfokuskan penilaian atau evaluasi pada berbagai unsur (variable) yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Berbagai unsur tersebut meliputi: klien (sasaran penerima kegiatan program), staf pelaksana program, dan sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Variabel klien (sasaran penerima kegiatan program) meliputi karakteristik demografi klien yang ditetapkan lembaga pelaksana. Variabel staf pelaksana program meliputi aspek demografi dari staf, seperti: latar belakang pendidikan staf, bidang kerja staf, dan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh staf atau yang didapatkan. Sedangkan variabel sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program meliputi: efesiensi (tepat guna) dan kuantitas sarana yang digunakan. Pertayaan kunci yang ingin dijawab melalui evaluasi input ini adalah: a. Apakah karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana? b. Apakah para stap pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme kerjannya? c. Apakah berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan?. Kedua, evaluasi proses, memfokuskan diri pada penilaian perjalanan pengoperasian program dan kualitas layanan yang diberikan yang mencakup kegiatan-kegiatan program dan sistem pemberian layanan 9
Landung R. Simatupang, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Bandung: Gadjah Mada University Press (UGM), 1990), h. 483. Ibid., 484. 11 Hendera., Evaluasi Program, h. 66. 10
program. Seperti: jenis layanan kegiatan program, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan program, serta mencakup interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf). Pertayaan kunci yang ingin dijawab dalam evaluasi ini ialah: 1). Kegiatan program apa saja yang dilakukan? 2). Apakah kegiatan-kegiatan program yang dilakukan dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh sasaran penerima kegiatan program?. Untuk melakukan penilaian pada unsur-unsur yang dinilai pada penelitian evaluasi input dan proses, sebagaimana yang telah disebutkan di atas, penulis menggunakan indikator yang digunakan sebagai alat ukur untuk menilai pada unsur-unsur yang masuk dalam pelaksanaan program tersebut. Indikator ialah suatu alat ukur untuk menunjukan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian, misalnya, kecantikan dapat diukur oleh 3 indikator, yakni kecerdasan, prilaku, dan penampilan fisik12. Indikator yang digunakan tersebut terbagi menjadi dua indikator, yaitu indikator objek (suatu alat ukur yang sudah dirumuskan dan terdapat dalam program tersebut) dan indikator analisis (suatu alat ukur untuk menunjukan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian). Adapun Indiktor-indikator yang perlu dipertimbangkan, terkait dengan penelitian evaluasi input dan proses, terdapat 4 indikator yang digunakan untuk mengevaluasi suatu kegiatan, yaitu: (a). Indikator ketersediaan, (b). Indikator relevansi, (c). Indikator efesiensi, (d). Indikator keterjangkauan13. (1) Indikator ketersediaan, indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada, misal dalam suatu program pembangunan sosial yang menyatakan bahwa diperlukan suatu tenaga kader lokal yang terlatih untuk menangani 10 rumah tangga, maka perlu dicek (dilihat), apakah tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada. (2) Indikator Relevansi, indikator ini menujukan seberapa releven ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau layanan yang ditawarkan, misalnya pada suatu program pemberdayaan perempuaan pedesaan dimana diperkenalkan kompor teknologi yang biasa mereka gunakan. Berdasarkan keadaan tersebut maka 12 13
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h 126. Hendera., Evaluasi Program, h. 73.
teknologi yang lebih baru ini dapat dikatakan kurang untuk diperkenalkan, bila dibandingkan dengan kompor biasa mereka gunakan. (3) Indikator Efisiensi, indikator ini menunjukan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna (efisien), atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuaan, misalnya saja, suatu layanan yang dijalankan dengan baik dengan hanya memamfaatkan 4 tenaga lapangan, tidak perlu dipaksakan untuk memperkerjakan 10 tenaga lapangan dengan alasan untuk menghindari terjadinya pengangguran. Bila hal ini yang dilakukan, maka yang akan terjadi adalah underemployment (pengangguran terselubung). (4) Indikator keterjangkauan, indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan, misalnya saja apakah puskesmas yang didirikan untuk melayani suatu masyarakat desa berada pada posisi yang strategis, dimana sebagian warga desa mudah datang ke puskesmas. Untuk memudahkan gambaran desain evaluasi program pada evaluasi input dan proses, sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, penulis sajikan desain evaluasi program dalam bentuk skema kerangka bingkai, sebagai berikut:
Desain Penelitian Evaluasi Program Input dan Proses 1.
2. 3.
Evaluasi Input Karakteristik sasaran penerima kegiatan program (Klien) yang ditetapkan sesuai dengan sasaran dan tujuan program. Kualifikasi para staf pelaksana program. Sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program
1. 2.
Evaluasi Proses Kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan. Sistem pemberian layanan, seperti:jenis layanan kegiatan program, tempat dan waktu pelaksanaan, serta mencakup interaksi langsung antara klien dan staf terdepan
pelaksanaan
Yappika dan YKPJ YAPPIKA dan YKPJ 1. klien.(sasaran penerima kegiatan program) kegiatan program) 2. Staf.pelaksana program 3. Sarana atau fasilitas yang digunakan dalam program 4. kegiatan-kegiatan program
Indikator 1. 2. 3. 4.
Ketersediaan. Relevansi. Efisiensi. Keterjangkauan.
4. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi Secara umum tujuan evaluasi menurut Edi Suharto, dalam bukunya Membangun masyarakat memberdayakan rakyat adalah: a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan. b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran. c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin terjadi di luar rencana14. Evaluasi merupakan suatu yang penting dilakukan, dalam hal ini, Feurstein menyatakan 10 (sepuluh) alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan15: 1) Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai. 2) Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program.
14
Ibit., h. 119. Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Pengatar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h. 187-188. 15
3) Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manejemen yang lebih baik. 4) Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat program itu sendiri. 5) Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan apa yang telah terjadi setelah diterapkan suatu program. 6) Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal. 7) Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengelolah kegiatan program secara lebih baik. 8) Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik. 9) Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas. 10) Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.
B. Pelayanan Publik 1. Definisi Pelayanan Publik Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (Pasal 1 ayat 1)16. 2. Penyelenggara Pelayanan Publik Penyelenggara pelayanan publik adalah penyelenggara negara, penyelenggara ekonomi negara, dan korporasi penyelenggara pelayanan publik, serta lembaga independen yang dibentuk pemerintah (Pasal 1 ayat 2)17. 16
Masyarakat Peduli Pelayanan Publik (Mp3) ”Info Seputar RUU Pelayanan Publik ”. Brosur yang dibagikan oleh pelaksana program (Yappika dan YKPJ) kepada para peserta program pada saat kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya, pelayanan publik atau pelayanan umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi privat, semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh swasta, seperti: rumah sakit swasta, PTS, dan perusahaan pengangkutan milik swasta. b. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi publik, yang dapat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu: 1) Bersifat primer, semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah yang di dalamnya pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengguna atau klien. Mau tidak mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan penjara dan pelayanan perizinan. 2) Bersifat sekunder, segala bentuk penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi yang di dalamnya pengguna atau klien tidak harus mempergunakannya, karena adanya beberapa penyelenggara pelayanan18. 3. Prinsip-prinsip Pokok Pelayanan Publik Terdapat prinsip-prinsip pokok dalam menyelenggarakan pelayanan publik, beberapa prinsip pokok tersebut, yaitu: a. Kesederhanaan pelayanan. Prinsip kesederhanaan ini mengandung arti bahwa prosedur atau tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, lancar, cepat, tepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan. b. Kejelasan dan kepastian pelayanan.
17
Ibid., Indrasufian”Pengertian dan Ruang Lingkup Pelayanan Publik,”, Artikel diakses pada tanggal 19 Maret 2008 dari Blog.Com, 12/09/2007. 18
Prinsip ini mengandung arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai prosedur atau tata cara pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administrative. Unit kerja atau pejabat yang berwenang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan, rincian biaya atau tarif pelayanan, tata cara pembayarannya, dan jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
c. Keamanan dalam pelayanan. Prinsip ini mengandung arti proses serta hasil pelayanan dapat memberikan keamanan, kenyamanan, dan dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat. d. Keterbukaan dalam pelayanan. Prinsip ini mengandung arti bahwa prosedur atau tata cara persyaratan satuan kerja atau pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian biaya atau tariff, serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta. e. Efesinsi dalam pelayanan. Prinsip ini mengandung arti persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran layanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk layanan yang diberikan. f. Ekonomis dalam pelayanan. Prinsip ini mengandung arti pengenaan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan nilai barang dan atau jasa pelayanan masyarakat dan tidak menuntut biaya yang terlalu tinggi di luar kewajaran, kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
g. Keadilan yang merata dalam pelayanan.
Prinsip ini mengandung arti cakupan atau jangkauan pelayanan harus diusahakan seluas mungkin dengan disribusi yang merata dan diberlakukan secara adil bagi seluruh lapisan masyarakat. h. Ketepatan waktu dalam pelayanan. Prinsip ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang ditentukan19. Sedangkan prinsip-prinsip dasar pelayanan publik yang baik, yaitu: 1) Tangible (nyata atau berwujud): terukur secara fisik, berupa sarana perkantoran, ruang tunggu, tempat informasi, dsb. 2) Emphaty (empati): berusaha memahami masalah yang dihadapi masyarakat dan bertindak demi kepentingan masyarakat. 3) Realiability (realibitas): dapat dipercaya kemampuan dan keandalannya. 4) Responsiveness (daya tanggap): memberi pelayanan secara cepat, tepat, dan tanggap terhadap keinginan masyarakat. 5) Assurance (jaminan): keramah tamahan dan sopan santun dalam memberikan pelayanan20. C. Bimbingan Penyuluhan Sosial 1. Paradigma Bimbingan Penyuluhan Sosial Seringkali kita menganggap bimbingan penyuluhan sosial sama dengan bimbingan penyuluhan, padahal antara bimbingan penyuluhan sosial dan bimbingan penyuluhan sangat berbeda jauh baik dilihat dari paradigma, orientasi, maupun metode pelaksanaannya. Paradigma bimbingan penyuluhan sosial adalah menggunakan paradigma komunitas, artinya obyek utama yang dianggap sentral yang harus diintervensi adalah komunitas dan bukan individu. Hal ini tentu saja
19
. Ibid., h. 2. Masyarakat Peduli Pelayanan Publik (Mp3) ”Info Seputar RUU Pelayanan Publik”.
20
sangat berbeda dengan bimbingan penyuluhan biasa yang menjadikan individu atau personal sebagai obyek intervensi. Karena paradigma yang berbeda tersebut, maka metode yang digunakan oleh bimbingan penyuluhan sosial juga sangat berbeda dengan bimbingan penyuluhan. Bimbingan penyuluhan sosial menggunakan metode intervensi makro dimana pengembangan dan pemberdayaan masyarakatlah yang menjadi sasaran kajian. Metode ini bertujuan untuk menciptakan kemandirian dalam masyarakat. Berbeda dengan bimbingan penyuluhan social, bimbingan penyuluhan biasa menggunakan intervensi mikro yang menjadikan individu sebagai obyek utama yang harus diselesaikan masalah-masalahnya21. 2. Metode Bimbingan penyuluhan Sosial Bimbingan penyuluhan sosial memakai pendekatan intervensi makro atau disebut juga intervensi komunitas. Intervensi makro merupakan bentuk intervensi langsung yang dirancang dalam rangka melakukan perubahan secara terencana pada tingkat organisasi dan komunitas. Sedangkan metode intervensi yang lebih memfokuskan sasarannya pada tingkat individu, keluarga, dan kelompok lebih dikenal dengan sebutan intervensi mikro. Intervensi makro mencakup berbagai metode pendekatan profesional yang digunakan untuk mengubah sistem sasaran yang lebih besar dari individu, kelompok, dan keluarga, yaitu: organisasi, komunitas baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional secara utuh. Praktek makro berhubungan dengan aspek pelayanan masyarakat yang pada dasarnya bukan hal yang bersivat klinis, tetapi lebih memfokuskan pada pendekatan sosial yang lebih luas dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik di masyarakat22.
D. Pendekatan Pelayanan Masyarakat 1. Latar belakang dan Pengertian Pendekatan Pelayanan Masyarakat. Pendekatan pelayanan masyarakat merupakan salah satu model intervensi makro dalam ilmu kesejahteraan sosial, dan juga merupakan pendekatan intervensi makro dalam metode bimbingan penyuluhan 21 22
Arif “Bimbingan Penyuluhan Sosial” artikel diakses pada 12 mei 2008 dari http// elearning.unej.ac.id. Ibid.,h.2.
sosial. Sebagai salah satu bentuk intervensi terhadap masyarakat, Glen menyatakan bahwa pendekatan ini sekurang kurangnya mempunyai tiga perhatian utama23, yaitu: a. Mengembangkan layanan dan organisasi yang responsipf terhadap kebutuhan masyarakat. Organisasi yang sangat responsif dan responsif secara menyeluruh dicirikan dengan komitmen lembaga secara utuh terhadap kebutuhan dan kepuasan masyarakat penerima layanan. Hal ini berarti organisasi menempatkan kebutuhan dan kepuasan komunitas sasaran sebagai proritas lembaga. Organisasi yang sangat responsif pada umumnya akan berusaha menghilangkan semampu mungkin batas kami-mereka yang menyelimuti relasi antara lembaga dan masyarakat penerima layanan. Glen melihat bahwa organisasi seperti ini akan berupaya menghilangkan hambatan komunikasi antara klien dan lembaga melalui upaya penjangkauan, pengembangan berbagai saluran informasi dengan klien, dan pengembangan skema advokasi diri yang memungkinkan para penerima layanan untuk menjangkau berbagai jenis layanan secara lebih merata dan bebas24. b.
Memaksimalkan kesempatan masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan organisasi. Dalam kaitan dengan keterlibatan dengan masyarakat, Glen menyetujui pendapat Broady dan Hedley yang melihat bahwa dalam upaya meningkatkan keterlibatan suatu organisasi harus mendorong berkembangannya provisi dari komunitas (community provision), konsultasi dari komunitas (community consultations), kerja sama komunitas (community cooption), kemandirian dalam menejemen lembaga-swa kelolah (self management), dan kontrol masyarakat (community control)25. Glen menyatakan community provision, dicirikan dengan pelibatan otoritas lokal yang formal, seperti, pejabat dan petugas
di tingkat kelurahan maupun kecamatan). Atau tokoh-tokoh informal
sebagai penyedia layanan langsung terhadap masyarakat serta berbagai pengelolah fasilitas umum dan sosial untuk masyarakat. Sedangkan community consultations di dalamnya mencakup upaya untuk mengkaji opini masyarakat terhadap suatu proposal rencana pembangunan masyarakat di tingkat lokal. 23
Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, h. 165-173. Ibid., h.170. 25 Ibid., 24
Dalam kaitannya dengan community cooption, Glen melihat tergambar dalam kaitan dengan kelompok swadaya masyarakat yang berupaya memobilisasi tenaga relawan untuk aktif terlibat dalam berbagai bentuk usaha kesejahteraan sosial (layanan sosial) di tingkat lokal. Sedangkan untuk community control dan self management, menurut Glen merupakan salah satu pengejawatahan kekuasaan komunitas untuk mengelolah dan mengawasi sumber daya yang mereka miliki yang merupakan salah satu inti masyarakat madani. c. Mendukung terciptanya kolaborasi antar beberapa organisasi guna memenuhi minat masyarakat. Dalam kaitannya dengan kerja sama antar lembaga, petugas pelayanan masyarakat diharapkan dapat membantu terciptanya jalinan hubungan antar organisasi dimana ia bernaung dengan berbagai organisasi yang mempunyai minat dan kajian yang sama. Jalinan kerjasama antar lembaga ini nantinya diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masing-masing staf, terutama dalam kaitan dengan isu tertentu, seperti: bagaimana cara yang terbaik untuk menangani masalah-masalah tertentu, bagaimana menciptakan
suatu
program
yang
dapat
memaksimalkan
keterlibatan
masyarakat,
bagaimana
mengembangkan suatu bentuk layanan masyarakat yang lebih baik, dan bagaimana cara mengelolah sumber daya yang sangat terbatas dengan baik. Dalam kaitannya dalam hal ini, Glen menyatakan bahwa kerjasama antar lembaga ini sangat penting, terutama dalam upaya mempromosikan suatu perencanaan sosial dan koordinasi antar lembaga26.
2. Strategi dan Prisip dalam Intervensi Pendekatan Pelayanan Masyarakat Strategi pendekatan pelayanan masyarakat pada umumnya dilandasi pada upaya pengoptimalan fungsi manajemen. Dari berbagai fungsi manajemen yang ada, terdapat dua fungsi manajemem yang sangat berperan dalam upaya meningkatkan kinerja lembaga27. Kedua fungsi manajemen tersebut, yaitu: a. Fungsi Perencanaan.
26 27
Ibid., h.173. Ibid., h. 174-187.
Dalam dunia pekerjaan sosial dan ilmu kesejahteraan saat ini, perencanaan dikenal sebagai salah satu unsur yang penting dalam pengembangan pemberian layanan yang efektif terhadap klien ataupun kelompok sasaran. Skidmore, mendefinisikan 7 tahapan dalam proses perencanaan28. Tahap-tahap ini tidak berjalan secara garis lurus, kadangkala terjadi suatu lompatan baik ke depan maupun ke belakang dalam suatu proses perencanaan. Ketujuh tahapan yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 1) Tentukan objektif. Objektif merupakan hal yang relatif dan sangat tergantung dengan sasaran dan tujuan umum dari organisasi. Pada dasarya, Skidmore melihat ada dua macam objektif: Pertama, objektif yang menyeluruh dan berjangka panjang. Kedua, adalah yang bersifat khusus dan berjangka pendek. Tujuan jangka panjang terkait dengan pertayaan mengapa suatu lembaga didirikan, apa maksud keberadaannya?. Sedangkan objektif jangka pendek lebih membahas pada operasionalisasi dari keseluruhan tujuan jangka panjang dengan mempertimbangkan keadaan masa kini dan esok hari. Dengan pertimbangan bahwa perencanaan adalah suatu proses antisipasi, maka akan sangat baik bila target sasaran dikembangkan secara spesifik, sederhana, dan dapat terwujud. 2) Pertimbangan sumber daya lembaga. Skidmore, beragumentasi bahwa langkah kedua dalam suatu proses perencanaan adalah mempertimbangkan sumber daya fisik dan ekonomis dari lembaga, termasuk juga mempertimbangkan ketersediaan staf dan para pengurus lembaga29. Suatu hal yang penting bagi lembaga untuk mengaitkan antara sasaran yang akan dicapai dengan fasilitas, staf, dan dana yang tersedia, dan juga aspek dukungan masyarakat. 3) Penghitungan berbagai alternatif. Skidmore percaya bahwa seorang administrator yang kurang cakap akan langsung memilih suatu cara yang ia lihat sebagai jalan untuk memecahkan permasalahan yang ada. Akan tetapi, seorang administrator lembaga yang baik akan selalu berusaha untuk mengembangkan
28 29
Ibid., h. 177. Ibid., h.179
beberapa alternatif pemecahan masalah terlebih dahulu sebelum ia memilih jalan mana yang akan ia lalui30. 4) Antisipasi Hasil dari masing-masing Alternatif. Sebagai suatu proses antisipasi, perencanaan harus mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan
di
masa
datang
agar
dapat
memilih
dan
memperkirakan apa yang akan terjadi bila suatu langkah tertentu akan dilakukan 5) Pilih rencana yang terbaik. Setelah mempertimbangkan berbagai alternatif yang ada dengan seksama, Skidmore melihat bahwa dalam kaitan dengan perkembangan di masa yang akan datang, data dan pemikiran harus dikumpulkan dalam rangka membandingkan dan mengkontraskan berbagai jalan untuk mengatasi suatu masalah. Setelah itu barulah diputuskan jalan yang akan dipilih berdasarkan jalan yang paling logis dan paling mungkin untuk dilakukan31. 6) Rencana suatu program aksi yang lebih rinci. Setelah memutuskan yang mana rencana yang terbaik, sang manager harus memformalisasikan rencana tersebut menjadi suatu program yang akan dijalankan. Skidmore menyatakan, bahwa tahapan ini merupakan tahap pembuatan cetak biru, dimana kegiatan dijabarkan tahap-demi tahap, karena itu fungsi kerangka waktu untuk mencapai tujuan program memerankan peranan penting dalam tahapan ini, terutama agar semua tahapan dapat diarahkan pada upaya untuk mencapai tujuan32. 7) Bersikap terbuka terhadap perubahan. Skidmore percaya bahwa keluwesan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses perencanaan. Rencana awal memang harus selalu diikuti, kecuali bila fakta-fakta yang ada telah berubah atau telah ditemukan prosedur-prosedur yang lebih baik dari apa yang telah dikembangkan sebelumnya. b. Fungsi Pengawasan. Fungsi pengawasan pada suatu organisasi, umumnya terkait dengan proses pemantauan dan evaluasi. Istilah pemantauan dikenal juga dengan nama evaluasi proses. Sedangkan untuk istilah evaluasi 30
Ibid., h. 179. Ibid., h. 180. 32 Ibid., h.182. 31
mempunyai dua makna yang berbeda. Bila istilah evaluasi muncul bersama dengan pemantauan maka evaluasi yang dimaksud di sini adalah evaluasi hasil. Pengertian yang kedua dari kata evaluasi jika ia berdiri sendiri tampa diikuti kata pemantauan, maka evaluasi di sini dapat berarti evaluasi masukan (Input evaluation), evaluasi proses (Proses evaluation), dan evaluasi hasil (Outcome evaluation).
E. Kanker Payudara. 1. Definisi Kanker Payudara. Ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali, inilah yang disebut kanker payudara. Sel-sel tersebut dapat menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke seluruh tubuh. Kumpulan besar dari jaringan yang tidak terkontrol ini disebut tumor atau benjolan. Akan tetapi, tidak semua tumor merupakan kanker, karena sifatnya yang tidak menyebar atau mengancam nyawa. Tumor ini disebut tumor jinak. Tumor yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau menyerang jaringan sekitar disebut kanker atau tumor ganas. Teorinya, setiap jenis jaringan pada payudara dapat membentuk kanker, biasanya timbul pada saluran atau kelenjar susu33. 2. Penyebab-penyebab Kanker Payudara. Penyebabnya tidak diketahui, masih dalam penelitian.
Tetapi ada beberapa faktor risiko yang
menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin terkena kanker payudara. Faktor beresiko adalah hal yang memungkinkan terkena kanker. Tapi bukan berarti bahwa mempunyai faktor resiko akan terkena kanker, akan tetapi harus lebih waspada dibandingkan dengan wanita yang tidak mempunyai faktor resiko tersebut. Beberapa faktor beresiko tersebut, yaitu: a. Haid pertama < 12 tahun. b. Wanita tidak menikah atau melahirkan (tidak mempunyai anak). c. Melahirkan anak pertama pada usia >35 tahun. d. Tidak menyusui
33
Tentang Kanker Payudara, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.pitapink.com/id./ kajian.
e. Menopause usia > 50 tahun. f. Pernah operasi tumor jinak payudara. g. Riwayat kanker payudara dalam keluarga. h. Stress berat i. Usia. Sekitar 60 % kanker payudara terjadi pada usia 60 tahun. Resiko besar ditemukan pada wanita usia di atas 75 tahun. j. Pernah menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena telah diangkat, maka resiko terjadi kanker pada payudara meningkat sebesar 0, 5 % pertahun. k. Pernah menderita payudara non kanker. l. Pemakaian pil Kb atau terapi sulih estrogen. m. Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas perhari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara34. 3. Gejala-gejala Kanker Payudara. Pada tahap awal kanker payudara, biasanya tidak merasakan sakit atau tidak ada tanda-tandanya sama sekali. Namun, ketika tumor semakin membesar, gejala-gejalanya mungkin muncul. Gejala-gejala yang menandakan adanya serangan kanker yang umum yang dapat dilihat dan dirasakan, yaitu: a. Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan. b. Bentuk ukuran atau berat salah satu payudara berubah. c. Timbul benjolan kecil di bawah ketiak. d. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu. e. Kulit payudara mengkerut, seperti kulit jeruk. f. Kulit, puting susu, dan areola melekuk kedalam. g. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertekan ke dalam35. 34
Kanker Payudara, Apa dan Bagaimana, diakses dari http://www.pitapink.com/id. h.7. buku yang dibagikan oleh pelaksana program (Yappika dan YKPJ) kepada para peserta program pada saat kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
4. Stadium-stadium pada Kanker Payudara. Kanker payudara dibagi dalam 5 stadium. Penentuan stadium dilakukan sebelum pengoperasian dan sesudah prosedur operasi pengangkatan kelenjar getah bening supaya dapat diteliti, apakah terdapat tandatanda kanker. Berikut ini stadium-stadium pada kanker payudara: a. Stadium 0 (disebut carcinoma in situ) Locabular carcino in situ (LCIS) adalah sel-sel yang abnormal yang terdapat pada kelenjar di payudara yang mempunyai resiko berkembang menjadi kanker payudara. Ductal carcinoma in situ (DCIS) adalah sel-sel yang abnormal pada saluran duktus. Perempuan dengan DCIS memiliki risiko tinggi penyebaran kanker di payudaranya. b. Stadium I Stadium awal kanker payudara, ukuran tumor dari 2 cm dan belum menyebar di luar payudara.
c. Stadium II Stadium awal kanker payudara, ukuran tumor kurang dari 2 cm dan telah menyebar sampai ke kelenjar getah bening di bawah lengan atau ukuran tumor antara 2 dan 5 cm (dengan atau tanpa penyebaran di kelenjar getah bening di bawah lengan) atau tumor berukuran lebih dari 5 cm dan belum menyebar dari payudara. d. Stadium III Stadium lanjut kanker payudara, ukuran tumor lebih dari 5 cm dan telah menyebar sampai ke kelenjar getah bening di bawah lengan, atau kanker berada pada kelenjar getah bening di bawah lengan, atau kanker telah menyebar di dekat tulang payudara, atau jaringan lain di sekitar payudara. e. Stadium IV
35
Ibit., h.6.
Kanker payudara dimana telah terjadi penyebaran di luar payudara ke organ tubuh lainnya. Berdasarkan stadium kanker, dokter mungkin akan melakukan tes tambahan untuk mengetahui penyebaran kanker. Jika sudah pada stadium III, mungkin harus melakukan foto toraks, USG abdomen, dan bone scan untuk melihat penyebaran. Pengobatan untuk setiap orang berbeda. Dokter akan memutuskan apa yang perlu dilakukan berdasarkan stadium kanker36. 5. Tata Cara Pemeriksaan Deteksi Dini kanker payudara. Terdapat tiga cara pemeriksaan deteksi dini kanker payudara,
ke tiga cara tersebut, yaitu:
a. SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri). Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) merupakan salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada payudara (deteksi dini kanker payudara). Pemeriksaan ini dilakukan sendiri oleh pasein di rumah setiap bulan. Bagi wanita yang masih haid, pemeriksaan dilakukan setelah selesai haid. Bila sudah manopause, sadari dilakukan setiap tanggal tertentu yang mudah diingat, misalnya, setiap tanggal 1 atau setiap tanggal kelahiran. Pemeriksaan sadari sebaiknya dilakukan pada usia remaja mulai awal usia 20 tahun. Pada saat melakukan sadari, yang harus menjadi perhatian adalah keadaan-keadaan, seperti: teraba benjolan, penebalan kulit, perubahan ukuran dan bentuk payudara, pengerutan kulit, keluar cairan dari puting susu, nyeri, pembengkakan lengan atas, dan teraba benjolan di ketiak atau leher. Jika ditemukan kelainan-kelainan seperti yang telah disebutkan di atas atau terasa ada perubahan dibandingkan dengan keadaan pada bulan sebelumnya, maka segera periksa diri
ke dokter untuk periksa lebih lanjut. Cara
melakukan SADARI, yaitu: 1) Perhatikan dengan teliti payudara di muka cermin. Dengan kedua lengan lurus ke bawah, perhatikan bila ada benjolan atau perubahan bentuk dan ukuran pada payudara (payudara kanan dan kiri secara normal tidak persis sama).
36
Tentang Kanker Payudara, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.pitapink.com/id./ kajian.
2) Kemudian angkat kedua tangan ke atas sampai kedua tangan berada di belakang kepala dan tekan ke depan. 3) Tekanlah kedua tangan kuat-kuat pada pinggul dan gerakan kedua lengan dan siku ke depan sambil mengangkat bahu. Cara ini akan menegangkan otot-otot dada dan perubahan, seperti: cekungan (dekok) dan benjolan akan lebih terlihat. 4) Angkat lengan dan rabalah payudara kanan dan kiri bergantian dengan tiga ujung jari tengah lengan kanan yang didapatkan. Perabaan dapat dilakukan dengan cara: a) Gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap,
di mulai dari pinggir atas (posisi jam
12), dengan mengikuti arah jarum jam, bergerak ke tengah ke arah puting susu. b) Gerakan dari atas ke bawah dan sebaliknya. c) Gerakan dari bagian tengah ke arah luar. d) Pencet pelan-pelan daerah di sekitar puting kedua payudara dan amatilah, apakah keluar cairan yang tidak normal (tidak biasa). Perhatikanlah secara khusus pemeriksaan payudara sendiri (sadari), pada bagian atas dekat ketiak kanan dan kiri, sebab di daerah tersebut banyak ditemukan tumor payudara. Teknik SADARI cukup mudah dan sederhana, tidak memerlukan alat bantu khusus dan 80% benjolan yang ada
di payudara dapat diketahui serta membantu, setidaknya, mendorong kaum
perempuan untuk segera berobat bila menemukan benjolan pada payudaranya. Tetapi, teknik ini ada kelemahannya. SADARI sangat tergantung pada ketelitian, kepekaan, dan tingkat intelegensi wanita. Karena itu, semua kembali pada kesadaran si perempuan. Bila merasa ada kelainan atau perubahan pada payudara setelah melakukan teknik SADARI segera hubungi dokter37. b. Pemeriksaan payudara oleh tenaga medis (Dokter, bidan, dan perawat yang terlatih).
37
Periksa Payudara Sendiri (Sadari), diakses dari www.dharmais.co.id. Brosur yang dibagikan oleh pelaksana program (Yappika dan YKPJ) kepada para peserta program pada saat kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
Selain sadari, deteksi dini untuk kanker payudara yang perlu dilakukan ialah dengan pemeriksaan payudara oleh tenaga medis. Pemeriksaan payudara oleh tenaga medis dianjurkan pada saat usia 20-30 minimal 3 tahun sekali. Dengan pemeriksaan payudara oleh tenaga medis, hasilnya akan lebih teliti dan akurat bila dibandingkan dengan pemeriksaan deteksi dini untuk kanker payudara secara SADARI dan juga kelainan atau perubahan pada payudara yang ditemukan dari hasil pemeriksaan tersebut, dapat diketahui, apakah kemungkinan kelainan tersebut mengarah ke ganas (berbahaya) atau tidak, akan tetapi hasil pemeriksaan deteksi dini payudara yang dilakukan oleh tenaga medis belum bisa mendiagnosa pasti, apakah kelainan atau perubahan yang ditemukan pada payudara dari hasil pemeriksaan tersebut merupakan kanker atau tidak. Meskipun demikian,
tenaga medis akan segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan
pemeriksaan Mammografi dan USG payudara38.
c. Pemeriksaan dengan alat Mammografi dan USG payudara. Mammografi adalah pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar X. Pada saat pemeriksaan ini, payudara ditekan oleh 2 alat yang berbentuk piringan selama beberapa detik dengan tujuan mendapatkan gambaran yang jelas dari kondisi payudara. Kadang-kadang timbul rasa tidak nyaman akibat prosedur pemeriksaan ini. Untuk itu, mammografi sebaiknya dilakukan setelah masa menstruasi selesai. Saat itu payudara sedikit melunak. Penelitian menunjukkan sebaiknya tidak menggunakan deodoran, krim, atau bedak di ketiak ketika melakukan mammografi, karena hal itu dapat mempengaruhi hasil mammografi. Dari hasil mamogram, dokter dapat melihat adanya ketidak normalan pada payudara dan juga mengetahui perubahan yang terjadi bila dibandingkan dengan hasil mamogram yang terdahulu. Jika
38
Tentang Kanker Payudara, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.pitapink.com/id./ kajian.
ditemukan sesuatu yang mencurigakan, dokter akan menyarankan untuk melakukan biopsi atau pengambilan sedikit jaringan di wilayah yang dicurigai untuk diteliti, apakah terdapat kanker atau tidak. Pemeriksaan Mammografi sendiri sangat bermanfaat untuk menemukan dan dapat memperlihatkan kelainan pada payudara dalam bentuk lesi berukuran sangat kecil, sampai 2 mm, yang tidak teraba dalam pemeriksaan klinis oleh tenaga medis (biasanya berukuran di bawah 1 cm). Mammografi juga berguna menemukan benjolan pada payudara, tetapi mammografi tidak dapat menemukan, apakah benjolan itu kanker atau bukan. Adapun USG payudara adalah pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara. Dengan pemeriksaan melalui USG benjolan yang ditemukan pada payudara dapat diketahui dan dapat dibedakan, apakah benjolan tersebut berupa tumor padat atau hanya kista. Kista adalah benjolan yang berisi cairan. Atau apakah benjolan tersebut kemungkinan mengarah ke kanker atau tidak39. F. Kolaborasi. 1. Pengertian Kolaborasi Pada kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), kolaborasi secara etimologi, yaitu, perbuatan kerjasama.40 Kerjasama (kolaborasi) adalah sebuah bentuk kelompok yang melakukan kegiatan secara bersamaan yang beranggotaan lebih dari 5 orang. Kegiataan ini dilakukan oleh semua kelompok secara bersamaan agar pekerjaan itu ringan41. Menurut pendapat yang lain, kerjasama (kolaborasi) yaitu kepada team work, artinya kerja sama-sama sebagai suatu kesatuan. Berarti juga mengalokasikan sumber daya yang ada ke dalam tugas-tugas tertentu, sehingga semua lingkup pekerjaan yang akan dihadapi diatasi dengan baik. Tergantung kepada kejelasan pembagian tugas dan kemampuan dari setiap anggota. Kerjasama (kolaborasi) bisa menjadikan sebuah tugas
39
Kanker Payudara, Apa dan Bagaimana, diakses dari http://www.pitapink.com/id. h.12 Pusat bahasa Indonesia “Kamus Besar Bahasa Indonesia,” diakses pada 10 Oktober http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/. 41 Arny baheis”Pengertian Kolaborasi,” artikel diakses pada 10 Oktober 2008 dari http://id.answers.yahoo.com/ 40
2008
dari
menjadi lebih baik atau bahkan sebaliknya42. Sedangkan kerjasama (kolaborasi) organisasi adalah kesepakatan yg dilakukan oleh 2 organisasi atau lebih yg bertujuan untuk menjalin hubungan kemitraan antar organisasi yg bersifat saling menguntungkan43. 2. Tujuan dan Jenis-jenis Kolaborasi Ada banyak tujuan dan jenis-jenis kolaborasi (kerjasama) yang dikemukakan oleh ahlinya masingmasing, tetapi secara umum, tujuan kolaborasi (kerjasama)44, yaitu: a. Kemitraan terfokus: kolaborasi (kerjasama) antara dua pemakai yang saling membutuhkan untuk menyelesaikan tugas. b. Proses kerja terstruktur: orang yang peranannya berbeda bekerjasama (berkolaborasi) dalam tugas yang berhubungan. c. Konferensi: komunikasi kelompok dengan tempat dan waktu yang berbeda. d. Kuliah atau demo: seseorang membagikan informasi kepada banyak pemakai di tempat lain. Waktunya dijadwalkan. Adapun jenis-jenis kolaborasi (kerjasama), secara umum45, yaitu: 1) Kolaborasi (kerjasama) yang saling mendekat yang disebut kooperasi, dimana kedua belah pihak saling memberi. Untuk kolaborasi (kerjasama) yang bersifat kooperasi, maka lakukanlah kerjasama dengan baik dan kepercayaan yang telah dibina jangan sampai disalahgunakan, karena untuk menumbuhkan suatu kepercayaan sangatlah tidak mudah dan membutuhkan waktu yang cukup lama. 2) Kolaborasi (kerjasama) yang didasarkan atas konflik, tetapi kekuatan yang dimiliki kedua belah pihak (bargaining position) sama besarnya. Kolaborasi (kerjasama) ini disebut kerjasama koalisi. Jika kerjasama yang dilakukan berdasarkan koalisi, kekuatan yang dimiliki kedua belah pihak harus tetap seimbang, sehingga tidak ada peluang bagi salah satu pihak untuk memaksakan kepentingannya. Dan biasanya 42 43 44 45
Triwinarni ”Pengertian Kolaborasi,” artikel diakses pada 10 Oktober 2008 dari http://id.answers.yahoo.com/ Nuryadi Asmawi ”Pengertian Kolaborasi,” artikel diakses pada 10 Oktober 2008 dari http://id.answers.yahoo.com/ Hafsah Himatif “Tujuan Kolaborasi (kerjasama),” artikel diakses pada 10 Oktober 2008 dari hafsah.himatif.or.id. Ari Januar “Jenis-jenis kolaborasi (kerjasama),” artikel diakses pada 10 Oktober 2008 dari http://www.gkps.or.id
kerjasama ini dilakukan kedua belah pihak untuk menghadapi musuh bersama mereka, sehingga kerjasama perlu mereka lakukan untuk menambah kekuatan. 3) Kolaborasi (kerjasama) terpaksa yang didasarkan atas konflik, tetapi satu pihak lebih kuat dari pada pihak kedua. Jika kelompok yang kuat tidak mengajak pihak yang lemah untuk bekerjasama, maka pihak yang lemah dapat merongrong pihak yang kuat. Kerjasama ini disebut dengan kerjasama kooptasi. Disamping itu, rongrongan pihak yang lemah akan bertambah jika mereka mengetahui kelemahan atau rahasia pihak yang lebih kuat dari mereka. Untuk kerjasama yang bersifat kooptasi, pihak yang lebih kuat harus mampu memberikan kedudukan ataupun kesempatan kepada pihak yang lemah, tetapi tentu saja dengan kekuasaan yang sangat terbatas, dengan demikian pihak yang lemah akan merasa bahwa mereka masih dianggap eksis.
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN YAPPIKA DAN YKPJ SERTA PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI PEMERIKSAAN KLINIS DENGAN MELIBATKAN BIDAN
A. Profil Yayasan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia. 1. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri Yappika Cikal bakal Yappika berawal sejak tahun 1991 dengan terbentuknya Yayasan Persahabatan Indonesia Kanada (YAPIKA) atau forum Indonesia-Kanada (the Indonesia-Canada Forum/ICF). Fungsi Yapika saat itu adalah sebagai lembaga yang menyalurkan dana untuk LSM-lsm di Indonesia, dengan kepengurusan kolektif antara organisasi-organisasi non profit Indonesia dan Kanada. Dalam perkembangannya, tepatnya pada tahun 1997, Yapika mengalami perubahan menjadi sebuah lembaga Indonesia, masuk dalam barisan Ornop Indonesia, dan menambah peran-perannya di bidang peningkatan kapasitas lembaga-lembaga non profit, sekaligus mulai aktif dalam kancah advokasi nasional untuk isu-isu tertentu yang menjadi fokus perhatiannya. Singkatan nama Yappika pun berubah menjadi Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia. Seiring dengan pergantian pemerintahan pasca reformasi, Yappika makin intensif meningkatkan kapasitas organisasi untuk dapat mengawal proses transisi demokrasi di Indonesia. Pada tahun 2000, Yappika mengukuhkan diri sebagai Aliansi Masyarakat Sipil Indonesia untuk Demokrasi. Sejak saat itu, nama Yappika bukan lagi sebuah akronim, tetapi menjadi sebuah nama organisasi1. 2. Visi, Misi, dan Peran Yappika Visi Terwujudnya masyarakat sipil yang demokratis dan mandiri untuk memperjuangkan hak-haknya. 1
Tentang kami> sejarah Yappika, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.yappika.or.id.
Misi a. Mengembangkan Yappika sebagai wahana pembelajaran demokrasi berdasarkan pengalaman nyata lapangan secara terus menerus. b. Melakukan penguatan kapasitas dan kapabilitas organisasi masyarakat sipil dalam rangka membangun kemandiriannya serta mempengaruhi kebijakan-kebijakan publik di berbagai tingkatan. c. Melakukan advokasi kebijakan dalam rangka pemenuhan hak-hak dasar rakyat, termasuk kebijakankebijakan yang mendorong pengembangan organisasi masyarakat sipil yang sehat. d. Mendorong terbangunnya sinergi antar organisasi masyarakat sipil dalam rangka memperjuangkan demokrasi dan hak-hak dasar rakyat2. Peran Yappika Yappika merupakan bagian dari sistem pendukung gerakan masyarakat sipil, dengan peran utama sebagai berikut: 1) Meningkatkan kapasitas dan memberikan bantuan teknis kepada organisasi masyarakat sipil (OMS). 2) Membangun sinergi antar organisasi masyarakat sipil (OMS). 3) Melakukan pendidikan publik. 4) Melakukan advokasi isu-isu nasional. 5) Menyambungkan isu advokasi lokal untuk jaringan advokasi nasional3. 3. Pandangan dan Peranan Yappika terhadap Program Bagi Yappika, program ini merupakan media untuk melakukan kampanye mengenai hak masyarakat terhadap akses pelayanan publik di bidang kesehatan. Oleh karenanya, peran Yappika yang di dalamnya melibatkan relawan adalah: a. Pengorganisasian masyarakat untuk terlibat dalam program sebagai peserta penyuluhan dan pemeriksaan.
2 3
Tentang kami> visi misi Yappika, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.yappika.or.id. Tentang kami> peran Yappika, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.yappika.or.id.
b. Mendorong kesukarelawanan dari unsur organisasi lokal (Kelurahan, RT, RW, PKK, IKK dan Karang Taruna) maupun warga secara perseorangan guna mendukung pelaksanaan kegiatan. c. Melakukan sosialisasi mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, khususnya prosedur pengurusan jaminan pelayanan kesehatan bagi warga miskin (Sktm/Askeskin/Gakin). Sosialisasi dilakukan melalui pendistribusian informasi dalam bentuk brosur bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan ataupun membantu pasien temuan kasus kanker/tumor dari kegiatan ini. Pendampingan kepada pasien dan keluarga sifatnya pemberdayaan dan bukan mengambil alih semua proses pengurusan jaminan kesehatan4. B. Propil YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) 1. Latar Belakang dan Sejarah Berdiri YKPJ Yayasan Kesehatan Kanker Payudara Jakarta (YKPJ) berdiri sejak tahun 2003 sebagai realisasi dari keprihatinan para pendirinya akan bahaya kanker payudara bagi kaum wanita. YKPJ adalah organisasi non profit yang merupakan mitra pemerintah, yang bergerak dalam kampanye deteksi dini kanker payudara guna menurunkan faktor resiko serangan kanker, khususnya bagi kaum perempuan. Yayasan yang berada di bawah RS Dharmais ini didukung oleh sebuah unit mobil mammografi yang dapat secara langsung mengunjungi komunitas masyarakat di Jabodetabek untuk mendukung kampanye deteksi dini. Kanker payudara merupakan penyebab kematian nomor 2 untuk perempuan di Indonesia, padahal, kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang dapat dideteksi dini. Namun, tingkat kesadaran masyarakat yang rendah menyebabkan tingginya tingkat stadium pasien kanker payudara di Indonesia. Bentuk kepedulian YKPJ terhadap masalah ini dibuktikan dengan menjalankan program-program yang berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat pada umumnya dan perempuan khususnya, tentang kanker payudara. Program-program seperti penyuluhan kanker payudara, mobil mammografi, dan website pitapink diharapkan dapat meningkatkan awareness masyarakat terhadap kanker payudara. 4
Bahan materi pembekalan dan pelatihan para relawan “Diskripsi Tugas Relawan Untuk Kegiatan Penyuluhan dan Pemeriksaan Kesehatan Payudara”, h. 2.
2. Visi, Misi, dan Tujuan YKPJ Visi YKPJ
Jakarta bebas kanker payudara stadium lanjut pada tahun 2020. Misi YKPJ a. Deteksi dini kanker payudara menjadi bagian general check up. b. Pelayanan deteksi kanker dapat dilakukan oleh semua rumah sakit. c. Penyuluhan kepada masyarakat tentang kanker payudara dilakukan oleh tenaga kesehatan dan relawan terlatih. d. Penderita pasca pelayanan kanker payudara dapat tetap eksis di bidangnya masing-masing. Tujuan YKPJ a) Menurunkan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut. b) Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap kanker payudara payudara. c) Menemukan kanker payudara dini5. C. Profil Program Deteksi Dini Kanker Melalui Pemeriksaan Klinis Dengan Melibatkan Bidan. 1. Latar Belakang dan Sejarah Munculnya Program. Awal mula tahun 2006, Yappika mengajukan untuk bekerjasama dengan YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta), melaksanakan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kanker payudara secara gratis di 5 lokasi yang menjadi basis simpul-simpul relawan Yappika di Jakarta, yang sebelumnya kegiatan ini belum menjadi suatu program yang sekarang. Kegiatan yang dilaksanakan di 5 lokasi yang menjadi basis simpul-simpul relawan Yappika, yaitu: 1.Di kantor Yappika dengan melibatkan masyarakat sekitar. 2. Di simpul pasar minggu. 3. Di simpul pangkalan jati. 4. Di simpul pondok gede. Dan terakhir 5. Di simpul Jakarta utara. Kegiatan yang dilaksanakan di 5
5
Tentang profil YKPJ, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.pitapink.com/id/ sejarah-visi-misi-tujuan.php.
lokasi simpul tersebut merupakan salah satu upaya Yappika yang berperan mengkomunikasikan kepada masyarakat mengenai hak pelayanan publik, dalam hal ini hak atas pelayanan kesehatan, khususnya tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara yang secara luas belum banyak diketahui dan dimengerti oleh masyarakat, apalagi telah banyak korban yang menderita kanker payudara. Begitupun dengan upaya informasi dan publikasi mengenai penyakit tersebut, masih minim keberadaannya di puskesmas-puskesmas.
Berawal dari kegiatan yang diinspirasi di 5 lokasi inilah, sebagaimana yang dijelaskan di atas, kemudian YKPJ melihat, bahwa kegiatan ini sangat baik dan strategis untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi suatu proyek program secara struktural, dan sebagai proses penelitian untuk memperoleh data kecenderungan penyakit kanker payudara yang menyerang kaum perempuaan, serta untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara. YKPJ memandang kegiatan ini, sebagai upaya memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya penyakit kanker payudara dan pentingnya melakukan deteksi dini kanker payudara, guna meningkatkan kesadaran mereka terkait dengan bahaya penyakit tersebut. Oleh karenanya, untuk mengembangkan kegiatan ini dan juga mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, YKPJ memandang perlunya pelibatan bidan lokal dalam kegitan program lebih lanjut, dimana bidan-bidan lokal akan diberikan pelatihan dan pengetahuan khusus tentang penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara secara klinis (perabaan), guna menyiapkan tenaga medis lokal yang terampil menangani secara cepat temuan penyakit kanker payudara pada stadium dini. Lalu YKPJ menawarkan kerja sama dengan Yappika membuat proyek program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan untuk diajukan ke The Breast Health Global Initiative (BHGI), satu organisasi kesehatan kanker payudara di Amerika Serikat (AS), yang membuka kesempatan untuk kegiatan penelitian mengenai penyakit kanker payudara dan akan mendanai program yang akan dilaksanakan tersebut dari segi medisnya.
Yappika mendiskusikan, ketika bekerja sama dengan Yappika, Yappika tidak bisa mengakomodir kegiatan-kegiatan program dari segi medisnya, karena Yappika bukan lembaga medis. Kemudian ditemukan jalan keluar, dalam pelaksanaan program ini, Yappika akan bertanggung jawab dalam melaksanakan perannya pada program ini, pada hal: 1. Mengorganisir pelaksanaan kegiatan dan melakukan pengorganisasian masyarakat serta mengkampanyekan hak pelayanan publik secara integral dalam kegiatan program tersebut, dengan cara: mengkomunikasikan kepada masyarakat, apa itu pelayanan publik, 2. Melakukan sosialisasi pada saat pelaksanaan kegiatan-kegiatan program mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, khususnya prosedur jaminan pelayanan kesehatan bagi warga miskin (Sktm/ Gakin/ Askeskin). 3. Melakukan advokasi berupa pendampingan kepada warga yang terjangkit kanker payudara dari hasil pemeriksaan payudara secara medis, dimana warga tersebut harus melakukan tindak lanjut medis, namun warga tersebut tidak mempunyai biaya cukup, maka peran Yappika mendampingi warga tersebut mengurusi proses jaminan kesehatan (Sktm/Gakin/Askeskin). Dari pihak YKPJ akan bertanggung jawab melaksanakan perannya pada program ini, yaitu dari segi medisnya, berupa: 1. Melakukan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) secara manual (perabaan), dengan melibatkan bidan setempat, dimana sebelumnya bidan tersebut mendapatkan pelatihan khusus dari dokter ahli kanker payudara RS Dharmais. 2. Verifikasi hasil pemeriksaan para bidan dengan menggunakan alat mammografi. 3. Menindak lanjuti hasil temuan-temuan kelainan pada payudara secara medis. 4. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara. Pada akhirnya sama-sama disepakati dan disetujui oleh BHGI, kemudian dilaksanakanlah program ini yang berlokasi di Jakarta Utara Kecamatan Koja, dengan kreteria daerah dimana sebagaian besar penduduknya masuk dalam kategori kurang mampu, tidak mampu atau miskin, yang umumnya di kalangan masyarakat tersebut, informasi mengenai bahaya penyakit kanker payudara, faktor-faktor beresiko kanker
payudara, deteksi dini kanker payudara, serta informasi mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik di bidang kesehatan masih sangat minim diketahui dan dimengerti6. 2. Sasaran dan Tujuan Program. Sasaran kegiatan program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan, yaitu: a. Bidan yang berada di lokasi setempat sejumlah 30 orang. b. Perempuan usia 40 sampai 55 tahun dengan total yang diperiksa menggunakan perabaan maupun mammografi sejumlah 1500 orang. Ada toleransi untuk perempuan usia 35 sampai 40 tahun, boleh mengikuti pemeriksaan. c. Relawan untuk membantu pengorganisasian kegiatan sejumlah 25 sampai 30 orang. d. Masyarakat umum di lokasi kegiatan tanpa batas umur dan jenis kelamin untuk mengikuti kegiatan penyuluhan46. Program yang dimulai bulan Mei 2007 sampai dengan Agustus 2008 ini secara umum bertujuan untuk: 1) Melatih skill para bidan dalam melakukan deteksi dini kanker payudara melalui perabaan dengan tangan biasa (SADARI/ periksa payudara sendiri). 2) Mendorong dan mengelola sistem rujukan penanganan temuan kasus kanker payudara secara mudah dan tanpa ada penundaan. Sedangkan secara khusus hasil yang diharapkan dari program ini adalah: a) Bidan mampu melakukan pemeriksaan dengan perabaan pada payudara dan mampu menemukan kelainan yang ada pada payudara. b) Bidan mengetahui bagaimana menindaklanjuti hasil temuan kelainan pada payudara. c) Tersedianya akses untuk check up kesehatan payudara, khususnya untuk deteksi dini kanker payudara melalui bidan. 6
Wawancara pribadi dengan Sri Indiyastuti (Staf Maneger Kampaye Publik Yappika), Jakarta, 18 Juni 2008. Bahan Materi Pembekalan dan Pelatihan Para Relawan. h. 1.
46
d) Meningkatkan kesadaran perempuan tentang kesehatan payudara dan pentingnya deteksi dini di kalangan perempuan, penyediaan layanan kesehatan dan relawan yang terlibat dalam program47. 3. Struktur Personil Pelaksanaan Program Ketua penyelidik/Penanggung jawab
: Kardinah. MD
Wakil ketua penyelidik 1
: Sri Indiyastuti (kordinator kampanye publik)
Wakil Ketua Penyelidik 2
: Djarwani Soejoko
Kordinator relawan
: Elita Triandayani (kordinator relawan)
Maneger administrasi
: Very
Kordinator alat mammografi
: Sri Susilowati
Maneger data
: Novida Ulya
Kordinator riset
: Evlina Suzanna
Kualitas jaminan mammografi
: Yulfiatry Prasetyo
Pelatih komunikasi
: Maria Witjaksono
Pelatih ahli teknologi
: Arif Jauhari
Penasehatan ahli onkologi pembedahan
: Sutjipto
Penasehat Ahli epitimologi
: Ahmad Syafiq
Staf pendukung sekertaris
: Nia
Eo (Relawan Yappika)
47
Ibid., h. 1.
: Abdul Hamid
Sofa Silfia
Yuliyanti
Zaimi Warsika
Siska Ariani
Prayit S.A
Leonardo
Ali Pahlefi
Amanda Putri R
Sary ningsih
Althea Maria R
Erna Ambaran
Halyza Fauziyah Achmad Romadhan48 4. Mekanisme Kerja Pelaksanaan Program a. Penanggung jawab program/Ketua penyelidik program: 1) Mengkoordinasi kegiatan-kegiatan diantara NGO (Yappika dan YKPJ, Institut-institut kesehatan masyarakat, ilmu alam fisika medis, ahli teknologi radiografi dan menteri kesehatan/Departemen kesehatan di tingkat provinsi dan direktorat). 2) Mengkoordinasi bacaan hasil Mammografi dengan teknik bacaan ganda. 3) Mengevaluasi setiap langkah kegiatan-kegiatan. 4) Membuat laporan untuk direktur pusat kanker nasional dan menteri kesehatan. b. Wakil ketua penyelidik 1/Kordinator kampanye pelayanan publik: 1) Mengkoordinasi para relawan dan mengawasi kegiatan lapangan di wilayah sasaran program. 2) Mengatur komunikasi yang stategis dengan masyarakat dan media massa. 3) Mengawasi alokasi dana dan penggunaanya menurut anggaran49. 4) Memberikan pembekalan dan pelatihan kepada para relawan untuk persiapan pelaksanaan kegiatankegiatan program. 5) Pendampingan peserta (warga) program yang ditemukan dari hasil pemeriksaan kesehatan payudara secara medis, terjangkit kelainan atau kanker payudra, dalam konteks ini, warga dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan kesehatan (Sktm/ Gakin/ Askeskin) guna memperoleh pembebasan atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut. Dengan catatan jika relawan yang melakukan pendampingan warga tersebut, selama proses pengurusan jaminan pelayanan kesehatan mengalami hambatan50.
48
Proposal program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan. h. 8 dan 12-14. dan Wawancara pribadi dengan Elita Triandayani (Kordinator Relawan Yappika), Jakarta 10 Mei 2008. 49 Ibid., h. 12-14. 50 Pengamatan (Observasi) Peneliti pada saat ikut serta terlibat dalam pelatihan dan pembekalan para relawan.
c. Wakil ketua penyelidik 2: 1) Pengkoordinasian ahli ilmu fisika medis untuk pelaksanaan kualitas jaminan dalam mammografi dan program penelitian untuk mendirikan standarisasi nasional dalam pemeriksaan mammografi 2) Pengukuran dari arti dosis yang berhubungan dengan kelenjar dengan TLD yang akan diberikan selama proyek ini51. d. Kordinator relawan dan para relawan: 1) Berkoordinasi dengan para pengurus relawan Yappika lainnya mengorganisir dan mengatur persiapan-persiapan kegiatan program di lintas kelurahan, untuk melakukan sosialisasi rencana pelaksanaan kegiatan program di wilayah yang telah ditunjuk. Sosialisasi terdiri dari: a) Pemberitahuan rencana kegiatan ke puskesmas setempat, Kepala desa, Rt, Rw, Karang taruna, PKK, dan IKK. Pemberitahuan dilengkapi dengan surat yang ditanda tangani oleh YKPJ dan Yappika, khususnya kepada kelurahan, Rt, dan puskesmas. b) Sosialisasi rencana pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelaksanaan kepada warga di lokasi yang telah ditentukan kepada lurah dan aparat setempat, lalu turun kelapangan mengunjungi kader aparat setempat, seperti: RT, Rw, Karang taruna, PKK, IKK, dan Ibu-ibu pengajian untuk membantu mempertemukan dengan masyarakat yang dituju serta membagikan poster dan leaflet terkait dengan pelaksanaan kegiatan. c) Pendaftaran Ibu-ibu yang bersedia diperiksa dengan menggunakan sistem kupon dengan mencatat alamat dan nomor telepon masing-masing. 2) Berkoordinasi dengan para pengurus relawan Yappika lainnya untuk mengorganisir pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, dengan cara:
51
Proposal Program Deteksi Dini Kanker Payudara melalui Pemeriksaan Klinis dengan Melibatkan Bidan. h. 14.
a) Berkoordinasi dengan aparat desa setempat untuk memilih lokasi kegiatan dengan kreteria mencukupi untuk parkir 2 mobil (Yappika Life dan mobil Mammografi YKPJ) serta ruang pemeriksaan diantara 2 mobil tersebut dan ruang untuk penyuluhan. b) Meminta kontribusi dari aparat desa setempat untuk menyediakan meja dan kursi untuk kegiatan penyuluhan. c) Berkoordinasi dengan crew Yappika Life dan mobil Mammografi mengenai perlengkapan yang harus disediakan. d) Berkoordinasi dengan pengurus relawan Yappika jika diperlukan tambahan relawan pada waktu pengorganisasian pelaksanaan hari H. e) Membuat daftar hadir peserta, baik yang mengikuti penyuluhan maupun pemeriksaan. f) Mengorganisir pengisian kuesioner untuk peserta yang diperiksa52. g) Membagikan nomor kopun kepada peserta yang ikut serta dalam kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, serta mencatat alamat dan nomor telepon masing-masing pada saat pendaftaran warga. h) Mengatur jadwal pemanggilan peserta (warga) untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan payudara oleh bidan maupun dengan Mammografi. i) Membuat dan mencatat daftar hadir relawan yang terlibat sebagai panitia pelaksana kegiatan program. j) Pembawa acara (MC) pada saat kegiatan penyuluhan tentang penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara, serta penyuluhan tentang isu pelayanan publik di bidang kesehatan. k) Menjaga stand pendaftaran warga yang ikut serta sebagai peserta program penyuluhan dan pemeriksaan kanker payudara.
52
Bahan Materi Pembekalan dan Pelatihan Para Relawan. h. 2-3.
l) Membuat dokumentasi (Fhoto dan Video) setiap kali pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara. m) Pendampingan peserta program yang ditemukan dari hasil pemeriksaan kesehatan payudara secara medis, terjangkit kelainan atau kanker payudra. Dalam konteks ini, warga dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan kesehatan (Sktm/Gakin/Askeskin) guna memperoleh pembebasan atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut53. e. Maneger administrasi: 1) Mengatur jadwal dan biaya yang diperlukan dalam kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara. f. Dokter umum: 1) Memberikan penyuluhan tentang penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang bahayanya penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, dan faktor resiko kanker payudara kepada ibu-ibu yang hadir. g. Dokter radiology: 1) Membaca hasil pemeriksaan kesehatan payudara peserta program dengan alat mammografi. h. Radiografer:
1) Membantu memeriksa kesehatan payudara para peserta program dengan alat mammografi, setelah peserta program di CBE oleh bidan54. i.
Staf pendukung sekertaris YKPJ:
1) Mengorganisir persiapan perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan untuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
53
Hasil pengamatan (observasi) peneliti ketika ikut serta membantu relawan mengorganisir kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara di lokasi kegiatan. 54 Wawancara pribadi dengan Nia (Staf pendukung sekertaris YKPJ), Jakarta, 16 Juni 2008.
2) Mengorganisir persiapan kuesioner wawancara dengan warga terkait dengan lembar kesedian cacatan medik faktor resiko kanker hasil pemeriksaan payudara dengan bidan, serta kuesioner pelayanan kesehatan dan tentang kanker payudara serta deteksi dini kanker payudara. 3) Mengorganisir peserta program yang akan dilakukan pemeriksaan payudara lebih lanjut melalui USG di Rumah sakit Dharmais. 4) Mengorganisir jadwal daftar hadir peserta program setiap kali kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara dilakukan. 5) Mengatur shidul time Dokter umum, untuk memberikan penyuluhan tentang penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara. 6) Mengatur shidul time para bidan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan payudara secara manual (perabaan dengan tangan sendiri)55.
5. Kerjasama Pelaksanaan Program Kegiatan program ini dilaksanakan atas kerja sama antara kelurahan rawa badak utara, kader PKK, karang taruna, dan puskesmas (medis) setempat dalam ikut serta mendukung dan terlibat mensosialisasikan pelaksanaan program kepada warga setempat56. 6. Sarana atau Fasilitas Pelaksanaan Program Sarana atau fasilitas yang digunakan pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara), antara lain: a. Dua mobil yang dikontruksikan khusus setiap pelaksanaan kegiatan program, yaitu mobil Mammografi yang memuat alat medis pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) dan mobil Yappika Life yang memuat alat komunikasi pada saat kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan 55
Hasil pengamatan (Observasi) peneliti ketika ikut serta membantu relawan mengorganisir kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara dilokasi kegiatan. 56 Wawancara pribadi dengan Elita Triandayani (Kordinator Relawan), Jakarta, 18 Juni 2008.
payudara, baik dalan bentuk presentasi power point, filem dokumenter mengenai kesehatan payudara, dan informasi mengenai isu pelayanan publik, musik, dan perpustakaan. b. Brosur mengenai pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) secara SADARI (periksa payudara sendiri) dan brosur tentang pelayanan publik, serta book flet, yaitu buku yang berisikan tentang penyakit kanker payudara. c. Kuesioner wawancara mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, serta tentang pelayanan publik di bidang kesehatan. d. Kuesioner lembar kesediaan pemeriksaan kesehatan payudara peserta program yang berisikan data dan riwayat peserta program terkait dengan faktor resiko kanker payudara. e. Catatan medik pemeriksaan kesehatan payudara peserta program dari hasil pemeriksaan kesehatan payudara oleh bidan dan hasil pemeriksaan dengan mammografi. f. Lembaran hasil pemeriksaan kesehatan payudara peserta program dengan alat mammografi. g. Panthom payudara, yaitu patung karet wanita telanjang setengah dada. h. Baju pasien (peserta program), bantal, servai, dan henbody. i. Alat ukur timbangan berat badan dan ukuran tinggi badan. j. Ruang CBE dan ruang penyuluhan. k. Bangku-bangku dan meja. l. Lembaran daftar hadir peserta program. m. Nomor kopun peserta program. n. Spanduk kegiatan program. o. Fhoto dan video (Dokumentasi)57.
57
Wawancara pribadi dengan Elita Triandayani (Kordinator Relawan) dan Nia (Staf Pendukungan sekertaris) serta hasil pengamatan (observasi) peneliti ketika ikut serta membantu relawan mengorganisir kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara dilokasi kegiatan.
BAB IV ANALISIS EVALUASI PROGRAM DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA MELALUI PEMERIKSAAN KLINIS DENGAN MELIBATKAN BIDAN
A. Evaluasi Input Metode analisis evaluasi program yang penulis gunakan yaitu, pendapat yang dikemukakan oleh Pietztrazak dkk. Pietztrazak menjelaskan, evaluasi input memfokuskan penilaian atau evaluasi pada berbagai unsur (variabel) yang masuk dalam pelaksanaan suatu program58. Berbagai unsur tersebut meliputi: klien (sasaran penerima kegiatan program), staf pelaksana program, dan sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Variabel klien (sasaran penerima kegiatan program), meliputi karakteristik demografi dari klien yang ditetapkan lembaga pelaksana. Variabel staf pelaksana program meliputi aspek demografi dari staf, seperti: latar belakang pendidikan staf, bidang kerja staf, dan pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh staf. Sedangkan variabel sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program meliputi: kuantitas dan kualitas atau tepat guna sarana yang digunakan tersebut. Pertanyaan yang ingin dijawab dari evaluasi input pada klien (sasaran kegiatan penerima program) yaitu: apakah karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ)?. Sedangkan pertanyaan yang ingin dijawab pada staf pelaksana program, yaitu: apakah para staf pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme kerjanya?. Dan pertanyaan yang ingin dijawab pada fasilitas atau sarana yang digunakan dalam pelasanaan program, yaitu: apakah sarana atau fasilias yang digunakan dalam pelaksanaan program memadai dan sesuai dengan yang dibutuhan?. Untuk menilai (mengevaluasi) pada unsur-unsur yang masuk dalam pelaksanaan program yang meliputi: klien (sasaran penerima kegiatan program), staf pelaksana program, dan sarana atau fasilitas yang
58
Primahendera, Evaluasi Program, h. 66.
digunakan dalam pelaksanaan program, penulis menggunakan indikator sebagai alat ukur untuk menilai pada unsur-unsur yang masuk dalam pelaksanaan program tersebut. Indikator ialah suatu alat ukur untuk menunjukan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian, misalnya, kecantikan dapat diukur oleh 3 indikator, yakni: kecerdasan, prilaku, dan penampilan fisik Indikator yang digunakan tersebut terbagi menjadi dua indikator, yaitu: indikator objek (suatu alat ukur yang dirumuskan dalam program tersebut) dan indikator analisis (suatu alat ukur untuk menunjukan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian). Terdapat 4 indikator analisis yang digunakan untuk menilai berbagai unsur yang masuk dalam pelaksanaan program, keempat indikator tersebut, yaitu: indikator ketersediaan, keterjangkauan, efesiensi, dan Indikator relevansi 59.
1. Klien (sasaran penerima kegiatan program). Sasaran penerima kegiatan program, terdiri dari: a. Perempuan usia 40 sampai 55 tahun dengan total yang diperiksa menggunakan perabaan maupun mammografi sejumlah 1500 orang. Ada toleransi untuk perempuan usia 35 sampai 40 tahun boleh mengikuti pemeriksaan. b. Bidan yang berada di lokasi setempat sejumlah 30 orang. c. Relawan untuk membantu pengorganisasian kegiatan sejumlah 25 sampai 30 orang. d. Masyarakat umum di lokasi kegiatan tampa batas umur dan jenis kelamin untuk mengikuti kegiatan penyuluhan60. Adapun lokasi sasaran penerima kegiatan program di Jakarta Utara dengan kreteria daerah dimana sebagian besar penduduknya masuk dalam kategori kurang mampu, tidak mampu atau miskin.
59
Ibid., h. 65. Bahan materi pembekalan dan pelatihan para relawan “Diskripsi Tugas Relawan untuk Kegiatan Penyuluhan dan Pemeriksaan Kesehatan Payudara”. h. 1. 60
Sebagaimana pertanyaan yang ingin dijawab pada unsur klien, yaitu: apakah karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) benar-benar sesuai dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana program (Yappika dan YKPJ)?. Untuk dapat menjawab pertanyaan ada tidaknya kesesuaian antara karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ), peneliti akan uraikan satu persatu karakteristik sasaran penerima kegiatan program yang ditetapkan lembaga pelaksana dan peneliti uraikan tujuan program yang ditetapkan dari karakteristik sasaran penerima kegiatan program. Adapun Indikator yang digunakan untuk menilai (evaluasi) pada unsur klien (sasaran penerima program), peneliti menggunakan indikator objek, yaitu, karakteristik sasaran penerima kegiatan program yang ditetapkan lembaga pelaksana dan Indikator ketersedian (indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada, misal dalam suatu program pembangunan sosial yang menyatakan bahwa diperlukan suatu tenaga kader lokal yang terlatih untuk menangani 10 rumah tangga, maka perlu dicek (dilihat), apakah tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada). karakteristik sasaran penerima kegiatan program yang pertama, yaitu: 1. Warga perempuan (peserta program) usia 40 sampai 55 tahun dengan total yang diperiksa menggunakan perabaan maupun mammografi sejumlah 1500 orang. Ada toleransi untuk perempuan usia 35 sampai 40 tahun boleh mengikuti pemeriksaan. Sedangkan tujuan yang diharapkan dari sasaran penerima kegiatan program (warga perempuan kelurahan RBU), yaitu: a. Meningkatkan kesadaran perempuan tentang kesehatan payudara dan pentingnya deteksi dini dikalangan perempuan, penyediaan layanan kesehatan dan relawan yang terlibat dalam program.61
61
Ibid. h. 1.
Untuk mempermudah pengkajian karakteristik sasaran penerima kegiatan program (warga perempuan kelurahan RBU), sengaja penulis sajikan dalam bentuk tabel-tabel. Latar belakang karakteristik sasaran penerima kegiatan program (Klien) Peserta program (warga perempuan kelurahan rawa badak utara (RBU) No
Nama Klien
Alamat
Usia
Pekerjaan
1
Juriyah
51
2
Suci Ati
3
Karsih
Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Idem
4
Umi Kulsum
5
Ani
Jln. B. 4.No. 35 Gg. G. 1Rt. 08/05 Jln. B. 4. No. 31 Gg. G. 1. Rt. 08/05 Jln. B. 4. No. 1 Gg. G. 1. Rt. 08/05 Jln. B. 4. No. 24 Gg. G. 1. Rt. 08/05 Jln. B. 3. No. 22. Rt. 05/05
6
Anna
54
Idem
7
Siti Fatimah
Jln. B. 3. No. 23. Rt. 05/05 Jln. B. 2. Rt. 07/05
46
Idem
8
Turini
Jln. B. 4. No. 31 Gg. G.1. Rt. 08/05
58
Idem
9
Supriyanti
42
Idem
10
Umaroh
36
Idem
11
Suliharti
34
Idem
12
Onah
Jln. Rawa binangun 3. No. 12 Rt. 07/08 Jln. Rawa binangun 3. No.12 Rt. 07/08 Jln. Rawa binangun 3. No. 10. Rt. 07/08 Jln. Gg. M. No. 13 Rt. 06/09
60
Idem
13
Surtini
55
Idem
14
Cucu
54
Idem
15
Sukaisih
49
Idem
16
Sumeri
32
Karyawati
17
Tanimah
47
18
Sariyah
47
Ibu rumah tangga Idem
19
Sarwi
Jln. Gg. B. No. 36 Rt. 05/09 Jln F. Gg. G. No. 19 Rt. 08/04 Jln Rawa binangun 2. No. 20 Rt. 07/08 Jln B Rawa badak Rt. 02/09 Jln I E 1 No. 37 Rt. 09/05 Jln Rawa binangun Rt. 08/08 Jln Cibateng 1. No. 42 Rt. 07/02
42
Idem
39 37 45 57
Wiraswasta (dagang) Ibu rumah tangga
Penghasilan perbulan (gaji) /penghasilan suami 500 Ribu (buruh kuli) 1 Juta (buruh kuli) 40 Ribu/hari (buruh kuli) 1 Juta (suami meninggal) Tidak tentu, dikasih anak (suami pengangguran) Idem 1 Juta (suami Wiraswasta) Tidak tentu, dikasih anak (suami meninggal) 1 Juta (Buruh pabrik) 1.5 Juta (Wiraswasta) 1 Juta (swasta buruh) Tidak tentu, dikasih anak(Suami meninggal) Dari Anak (pegawai swasta) 1 Juta (ustad) 7 Ratus (dagang bakso) 1.5 Juta Tidak tentu (serabutan) Tidak tentu (kuli borongan) 500 ribu Wiraswasta(daga
ng bakso keliling) 20
Kurniati
Jln sawah baru. No. 50 Idem 1 juta 8 Rt .2/11 (Wirasawasta) Sumber: Wawancara pribadi dengan peserta program (warga perempuan RBU), tanggal dilakukan wawancara kepada setiap klien berbeda: 14 Juni-5 Juli 2008.
Dari tabel di atas, dilihat dari usia keseluruhan peserta program (warga perempuan kelurahan RBU), terdapat 15 orang pada usia 40-55 dan 5 orang pada usia 30-39, berarti bila dipersentasekan usia 40-55 tahun mencapai 75 % dan pada usia 30-39 tahun mencapai 25%. Persentase ini menunjukan bahwa karakteristik penerima kegiatan program telah sesuai dengan sasaran penerima kegiatan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ) yaitu: perempuan usia 40 sampai 55 tahun dengan total yang diperiksa menggunakan perabaan maupun mammografi sejumlah 1500 orang. Ada toleransi untuk perempuan usia 35 sampai 40 tahun boleh mengikuti pemeriksaan. Dari sisi indikator ketersediaan jumlah para peserta program sejumlah 1500 perempuaan usia 40-55 tahun dengan total yang diperiksa menggunakan perabaan maupun mammografi. realitanya di lapangan, peneliti tidak bisa menilai (mengevaluasi), apakah realitanya di lapangan dalam pelaksanaan program, ketersediaan jumlah peserta program (warga perempuan) telah sesuai atau tidak dengan jumlah sasaran penerima kegiatan program (warga perempuan). Hal ini karena, selama proses penelitian yang dilakukan peneliti, pelaksanaan program masih berjalan dan belum selesai dilaksanakan. Dilihat dari pekerjaan dan penghasilan perbulan (gaji) pada tabel di atas, peserta program mayoritas bekerja sebagai Ibu rumah tangga, hanya 2 orang yang bekerja sebagai karyawati dan wiraswasta yang berpenghasilan 1 juta-1,5 juta perbulannya serta penghasilan suami peserta program yang rata-rata keseluruhan 500 ribu sampai 1.5 juta perbulannya, hal ini menunjukan bahwa para peserta program berada pada masyarakat menengah ke bawah atau kurang mampu, tidak mampu (miskin). Kemiskinan secara umum didefinisikan dari segi pendapatan dalam bentuk sejumlah uang yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori perorang
per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos, 2002:4)62. Hasil observasi peneliti ke rumah-rumah warga perempuan (sasaran penerima kegiatan program) pada saat melakukan wawancara, letak demografi wilayah sasaran penerima kegiatan program sangat padat, ruas untuk jalan di depan rumah warga selebar 2 meter yang hanya bisa dilalui oleh kendaraan 2 motor, kondisi rumah wargapun sangat sederhana. Berdasarkan data pekerjaan dan penghasilan suami peserta program perbulannya dan juga hasil observasi peneliti ke tempat wilayah penduduk sasaran penerima kegiatan program, sebagaimana yang telah disebutkan di atas, menunjukan bahwa karakteristik peserta program (warga perempuan) telah sesuai dengan sasaran penerima kegiatan program yang ditetapkan lembaga pelaksana, yaitu: Daerah dimana sebagian besar penduduknya masuk dalam kategori kurang mampu, tidak mampu, atau miskin. Adapun untuk mengetahui dan menjawab pertayaan ada tidaknya kesesuaian karakterisrtik sasaran penerima kegiatan program (warga perempuan kelurahan RBU) dengan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ), peneliti melakukan wawancara dalam bentuk kuesioner kepada para peserta program (warga perempuan kelurahan RBU) tentang pengetahuannya mengenai penyakit kanker payudara yang bisa dikenali secara dini dan pengetahuan cara deteksi dini kanker payudara dengan cara SADARI (periksa payudara sendiri). Berikut wawancara kuesioner peneliti kepada para peserta program: 1. Apakah sebelum mengikuti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, Ibu mengetahui bahwa kanker payudara bisa dikenali secara dini? a. Ya
b. Tidak
2. Apakah sebelum mengikuti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, Ibu mengetahui cara periksa payudara sendiri (SADARI)?
62
Edi Suharto, “Pendampingan Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin: Konsepsi dan Strategi,” 23 Maret 2007, h. 2-3.
a. Ya
b. Tidak (lanjutan pertanyaan 4)
3. Bila ya, bisa Ibu sebutkan bagaimana cara periksa payudara sendiri (SADARI)? 4. Apakah sebelum mengikuti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, Ibu mengetahui kapan sebaiknya dilakukan SADARI? a. Ya
b. Tidak
Kolom jawaban pertayaan kuesioner peserta program (warga perempuan kelurahan RBU) a. Nama: Juriyah No. 1 No. 2 b. tidak b.tidak a. Nama: Suci Ati No. 1 No. 2 b. tidak b.tidak b. Nama: Karsih No. 1 No. 2 b. tidak b. tidak
No. 3 -
No. 3 -
No. 3 -
c. Nama: Umi Kulsum No. 1 No. 2 No. 3 b. tidak b.tidak d. Nama: Ani No. 1 No. 2 b. tidak b.tidak e. Nama: Anna No. 1 No. 2 b. tidak b.tidak f. Nama: Siti Fatimah No. 1 No. 2 b. tidak b.tidak g. Nama: Turini No. 1 No. 2 b. tidak b.tidak h. Nama: Umaroh No. 1 No. 2 b. tidak b.tidak
No. 3 -
No. 3 -
No. 3 -
No. 4 b. tidak
No. 4 b. tidak
No. 4 b. tidak
No. 4 b. tidak
No. 4 b. tidak
No. 4 b. tidak
No. 4 b. tidak
No. 3 -
No. 4 b. tidak
No. 3 -
No. 4 b. tidak
i. Nama: Surtini No. 1 No. 2 b. tidak b.tidak
No. 3 -
No. 4 b. tidak
j. Nama: Cucu No. 1 No. 2 b. tidak b.tidak
No. 3 -
No. 4 b. tidak
k. Nama: Sumeri No. 1 No. 2 b. tidak b. tidak
No. 3 -
No. 4 b. tidak
l. Nama: Tanimah No. 1 No. 2 b. tidak b.tidak
No. 3 -
No. 4 b. tidak
m. Nama: Sariyah No. 1 No. 2 b. tidak b.tidak
No. 3 -
No. 4 b. tidak
n. Nama: Sarwi No. 1 No. 2 b. tidak b.tidak
No. 3 -
No. 4 b. tidak
q. Nama: Meli No. 1 No. 2 b. tidak b.tidak
No. 3 -
No. 4 b. tidak
r. Nama: Rochti No. 1 No. 2 b. tidak b.tidak
No. 3 -
No. 4 b. tidak
s. Nama: Siti Oni No. 1 No. 2 a. ya a. ya
No. 3 Payudara diraba, dicari ada benjolan ga
t. Nama: Onah No. 1 No. 2 b. tidak b.tidak
No. 3 -
No. 4 b. tidak
u. Nama: Supriyani No. 1 No. 2 b. tidak b.tidak
No. 3 -
No. 4 b. tidak
No. 4 b. tidak
Dari kolom jawaban pertayaan kuesioner para peserta program (warga kelurahan RBU) di atas, peserta program sejumlah 19 orang yang diwawancari oleh peneliti menjawab tidak mengetahui penyakit kanker payudara bisa dikenali secara dini. Begitupun cara deteksi dini kanker payudara dengan cara periksa payudara sendiri (SADARI), mayoritas peserta program menjawab tidak tahu, hanya 1 orang, yaitu Ibu Oni yang mengetahui cara deteksi dini kanker payudara dengan cara SADARI, namun pengetahuan Ibu oni tentang cara deteksi dini kanker payudara dengan cara SADARI tidak sesuai dengan cara pemeriksaan payudara yang benar, sebagaimana petunjuk cara pemeriksaan payudara dengan cara SADARI. Berdasarkan data jawaban kuesioner para peserta program di atas, menunjukan bahwa terdapat kesesuaian antara karakteristik sasaran penerima kegiatan program (warga perempuan kelurahan RBU) dengan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ), yaitu: Meningkatkan kesadaran perempuan tentang kesehatan payudara dan pentingnya deteksi dini di kalangan perempuan, penyediaan layanan kesehatan dan relawan yang terlibat dalam program. Bila para peserta program mengetahui tentang penyakit kanker payudara yang bisa dikenali sejak dini dan dapat melakukan deteksi dini kanker payudara dengan cara SADARI, hal ini menunjukan secara logika bahwa para peserta program kemungkinan besar telah sadar tentang kesehatan payudaranya dan dapat melakukan deteksi dini kanker payudara dengan cara SADARI. Berarti untuk apa dilakukan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara kepada para warga yang telah mengetahui dan sadar tentang kesehatan payudara serta dapat melakukan deteksi dini kanker payudara, jika tetap dilakukan kepada para warga tersebut, maka kegiatan program yang dilaksanakan tidak tepat sasaran dan tujuan kegiatan program yang di inginkan untuk meningkatkan kesadaran perempuan tentang kesehatan payudara tidak tepat. Namun, jika para peserta program tidak mengetahui tentang penyakit kanker payudara yang bisa dikenali sejak dini dan tidak tahu cara deteksi dini kanker payudara dengan cara SADARI, hal ini menunjukan secara logika bahwa para peserta program belum sadar tentang kesehatan payudaranya dan tidak mengetahui deteksi dini kanker payudara dengan cara SADARI. Jadi kegiatan program yang dilakukan
untuk para peserta program tersebut telah tepat sasaran atau sesuai dengan tujuan kegiatan program yang telah ditetapkan oleh lembaga pelaksana. Sasaran penerima kegiatan program yang kedua, yaitu: 1. Para bidan yang berada di lokasi setempat sejumlah 30 orang. Adapun tujuan yang diharapkan dari sasaran penerima kegiatan program (para bidan lokal), yaitu, secara umum: a. Melatih skill para bidan melakukan deteksi dini kanker payudara melalui perabaan dengan tangan biasa (SADARI/periksa payudara sendiri). Secara khusus yang diharapkan dari sasaran penerima kegiatan program (para bidan lokal), yaitu: 1) Bidan mampu melakukan pemeriksaan dengan perabaan pada payudara dan mampu menemukan kelainan yang ada pada payudara. 2) Bidan mengetahui bagaimana menindaklanjuti hasil temuan kelainan pada payudara. 3) Tersedianya akses untuk check up kesehatan payudara khususnya untuk deteksi dini kanker payudara melalui bidan 63. Untuk dapat mengevaluasi (menilai) ada tidaknya kesesuaian antara karakteristik penerima kegiatan program (para bidan lokal) dengan sasaran dan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ), peneliti melakukan wawancara kepada para bidan dan observasi lapangan di tempat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara. Wawancara yang dilakukan kepada para bidan terkait dengan latar belakang biografi para bidan, yang terdiri dari: nama, pendidikan terakhir, asal pendidikan terakhir dan pekerjaan. Untuk mempermudah pengkajian karakteristik penerima program (para bidan), penulis sajikan dalam bentuk tabel-tabel. Tentang latar belakang biografi bidan 63
Bahan Materi Pembekalan dan Pelatihan Para Relawan. h. 1.
N o 1
Nama
2
Ellyne Agustina Elisabet. S.Am. keb Yogiana. M
3
Usdah
Pendidikan terakhir D3
Asal pendidikan terakhir Medan, Akbid Senior
Bidan Study pendidikan Kesehatan
Pekerjaan
Sekolah Umum perawan bidan D1
Rs Perang Medan
Perawat bidan
Bidan
Bidan
Rs Budi Kebidanan Bidan Kemuliaan Jak-Pus Sumber: Wawancara pribadi dengan para bidan, tanggal dilakukan wawancara berbeda: 21-28 Juni 2008.
Dari tabel di atas, latar belakang pendidikan dan pekerjaan, para bidan berasal dari latar belakang pendidikan kebidanan, begitupun dengan profesi pekerjaannya, mereka bekerja sebagai bidan. Hal ini menunjukan bahwa terdapat kesesuaian antara karakteristik penerima kegiatan program dengan sasaran penerima kegiatan program yang ditetapkan lembaga pelaksana, yaitu para bidan yang berada di lokasi setempat sejumlah 30 orang. Dari sisi indikator ketersediaan jumlah para bidan yang ditetapkan lembaga pelaksana program di lokasi setempat sejumlah 30 orang, berdasarkan data dokumentasi yang peneliti dapatkan dari YKPJ, bahwa jumlah para bidan yang dilibatkan dalam kegiatan pelaksanaan program sejumlah 25 orang64. Namun dikarenakan saat peneliti melakukan penelitian mengenai jumlah data para bidan, dimana program ini masih berjalan dan belum selesai, maka dari sisi indikator ketersedian para bidan yang terlibat dalam kegiatan program ini, peneliti tidak bisa untuk menentukan, apakah ketersediaan jumlah para bidan di lapangan sesuai dengan jumlah para bidan yang ditetapkan lembaga pelaksana. Adapun untuk mengetahui dan menjawab pertayaan ada tidaknya kesesuaian karakterisrtik para bidan dengan tujuan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ), peneliti melakukan wawancara dalam bentuk kuesioner kepada para bidan tentang pengalaman para para bidan dalam menangani penyakit kanker payudara dan pengetahuannya tentang cara melakukan pemeriksaan kesehatan payudara melalui perabaan dengan tangan biasa (SADARI/periksa payudara sendiri). Berikut wawancara kuesioner peneliti kepada para bidan: 64
Dharmais.
Data daftar hadir para Bidan yang ikut serta dalam pelatihan dan pembekalan yang diberikan oleh pihak YKPJ di rumah sakit
1. Apakah sebelum mendapatkan pembekalan dan pelatihan yang diberikan oleh pihak pelaksana program (YKPJ), Ibu mempunyai pengalaman dalam menangani penyakit kanker payudara dan mengetahui cara pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara)? a. Ya
b. Tidak (langsung kepertayaan No 3)
2. Kapan dan dimana Ibu mempuyai pengalaman dalam menangani penyakit kanker payudara dan pengetahuan cara pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) melalui perabaan dengan SADARI (periksa payudara sendiri)? a. Pendidikan kebidanan
b. Lainya: sebutkan
3. Apakah sebelum mendapatkan pelatihan yang diberikan oleh pihak pelaksana program (YKPJ), Ibu memiliki keahlian cara melakukan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) melalui perabaan dengan SADARI (periksa payudara sendiri),? a. Ya
b. Tidak
Kolom jawaban para bidan lokal. a. Nama: Ellyne Agustina Elisabet. S, Am. Keb No. 1 No. 2 No. 3 b. Tidak b. tidak b. Nama: Bd. Yogianna. M No. 1 No. 2 No. 3 b. Tidak b. tidak c. Nama: Bd. Usdah No. 1 No. 2 b. Tidak -
No. 3 b. tidak
Jawaban para bidan pada tabel di atas, sebelum mendapatkan pembekalan dan pelatihan yang diberikan oleh lembaga pelaksana (YKPJ), para bidan tidak mempunyai pengalaman dalam penanganan penyakit kanker payudara dan tidak mempunyai keahlian dalam melakukan deteksi dini kanker payudara melalui perabaan dengan tangan biasa (SADARI).
Dari data tersebut di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat kesesuaian antara karakteristik sasaran penerima kegiatan program (para bidan) dengan tujuan yang tetapkan oleh lembaga pelaksana program kepada para bidan, yaitu: a) Melatih skill para bidan dalam melakukan deteksi dini kanker payudara melalui perabaan dengan tangan biasa (SADARI/periksa payudara sendiri). b) Bidan mampu melakukan pemeriksaan dengan perabaan pada payudara dan mampu menemukan kelainan yang ada pada payudara. c) Bidan mengetahui bagaimana menindaklanjuti hasil temuan kelainan pada payudara. d) Tersedianya akses untuk check up kesehatan payudara khususnya untuk deteksi dini kanker payudara melalui bidan 65. Bila para bidan mempunyai pengalaman dalam menangani penyakit kanker payudara serta dapat melakukan pemeriksaan kesehatan payudara melalui perabaan dengan cara SADARI, menunjukan secara logika bahwa para bidan memiliki skill dalam penanganan penyakit kanker payudara dan mampu melakukan pemeriksaan dengan perabaan pada payudara serta mengetahui bagaimana menindak lanjuti hasil temuan kelainan pada payudara. Berarti untuk apa dilakukan kegiatan pembekalan dan pelatihan mengenai pengetahuan penyakit kanker payudara dan pelatihan cara deteksi dini kanker payudara secara manual dengan tangan biasa kepada para bidan yang telah mengetahui dan dapat melakukan pemeriksaan kesehatan payuadara. Jika kegiatan pembekalan dan pelatihan tetap diberikan kepada para bidan tersebut, berarti tujuan kegiatan program untuk para bidan yang telah dirumuskan tidak sesuai. Namun, jika para bidan tidak mempunyai pengalaman dalam penanganan penyakit kanker payudara dan tidak mengetahui cara pemeriksaan kesehatan payudara melalui perabaan dengan cara SADARI. Hal ini menunjukan secara logika bahwa para bidan tidak memiliki skill dan kemampuan untuk melakukan pemeriksaan dengan
65
Bahan Materi Pembekalan dan Pelatihan Para Relawan. h. 1.
perabaan pada payudara serta mengetahui bagaimana menindak lanjuti hasil temuan kelainan pada payudara. Berarti tujuan kegiatan program untuk para bidan telah sesuai. Sasaran penerima kegiatan program yang ke tiga yaitu: 1. Para relawan untuk membantu pengorganisasian kegiatan sejumlah 25 sampai 30 orang. Para relawan muda dari kalangan mahasiswa atau organisasi remaja akan direkrut oleh lembaga pelaksana program (Yappika dan YKPJ), untuk dapat terlibat dan berperan sebagai staf pelaksana kegiatan program (efen organisir). Para relawan berperan melakukan: pengorganisasian masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan program sebagai peserta penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, melakukan sosialisasi rencana pelaksanaan kegiatan di wilayah pelaksanaan program serta mengorganisir pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara di lokasi pelaksanaan kegiatan program. Para relawan yang telah direkrut, diberikan pembekalan dan pelatihan oleh lembaga pelaksana program (Yappika dan YKPJ), terkait dengan diskripsi tugas relawan untuk kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, prosedur jaminan pelayanan kesehatan bagi warga miskin (Sktm/Gakin/Askeskin), dan pengetahuan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara66. Untuk dapat mengevaluasi (menilai) ada tidaknya kesesuaian antara karakteristik penerima kegiatan program untuk para relawan dengan sasaran penerima kegiatan program yang ditetapkan lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ), peneliti melakukan wawancara kepada para relawan dan observasi lapangan di tempat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara. Wawancara yang dilakukan kepada para relawan terkait dengan latar belakang biografi para relawan, yang terdiri dari: Nama, pendidikan terakhir, pendidikan yang ditempuh saat ini, bidang studi pendidikan dan pengalaman organisasi.
66
Observasi peneliti pada saat ikut serta dalam pelatihan dan pembekalan para relawan yang diberikan oleh pihak lembaga pelaksana (Yappika dan YKPJ).
Untuk mempermudah pengkajian karakteristik penerima program (relawan), penulis sajikan dalam bentuk tabel-tabel. Latar belakang karakteristik relawan, program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan N o
Nama
Pendidikan terakhir
Pendidikan yang ditempuh saat ini
Bidang study pendidikan
Pengalaman organisasi
1
Elita Triandayani (kordinator relawan dan lapangan)
SMA
S 1(Stara 1) Universitas Negri Jakarta (UNJ)
Pendidikan Luar sekolah
Bendahara Dept Hubungan Sosial Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan
2
Zaimy Warsika
SMA
S 1(Stara 1) Universitas Alazhar Indonesia
Teknik Industri
Peneliti LP3S (kordinator pemantau pemilu)
3
Sofa Silfia
SMA
S 1(Stara 1) Universitas Negri Jakarta (UNJ)
Sastra Arab
BEMJ (sekertaris)
4
Ahmad Romadhan
SMA
S 1 (Stara 1) Universitas Indra Prasta PGRI Tanjung barat
Ekonomi
Karang taruna Tubagus dan Pormas AL-Ijtihad.
5
Yuliyanti
MA
S 1(Stara 1) Universitas Negri Jakarta (UNJ)
Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab
LP3S, LSI, dan Scoppindo
Sumber: wawancara pribadi dengan para relawan, tanggal dilakukannya wawancara berbeda: 18-28 Juni 2008.
Pada tabel di atas, para relawan berasal dari latar belakang pendidikan universitas (mahasiswa). Berdasarkan data tersebut menujukan bahwa terdapat kesesuaian antara karakteristik sasaran penerima kegiatan program dengan sasaran penerima kegiatan program, yaitu para relawan muda dari kalangan mahasiswa atau organisasi remaja sejumlah 25-30 orang. Ketersediaan jumlah para relawan yang ditetapkan lembaga pelaksana program sejumlah 25-30 orang, berdasarkan data dokumentasi yang peneliti dapatkan dari YKPJ, bahwa ketersediaan jumlah para relawan sejumlah 18 orang67. Namun dikarenakan saat peneliti melakukan penelitian mengenai jumlah
67
Yappika).
Data daftar hadir para relawan yang ikut serta dalam pelatihan dan pembekalan yang diberikan oleh lembaga pelaksana (YKPJ dan
data para relawan, dimana program ini masih berjalan dan belum selesai, maka dari sisi indikator ketersedian para relawan yang terlibat dalam kegiatan program ini, peneliti tidak bisa untuk menentukan, apakah ketersediaan jumlah para bidan di lapangan sesuai dengan jumlah para bidan yang ditetapkan lembaga pelaksana.
Sasaran penerima kegiatan program yang ke empat yaitu: 1. Masyarakat umum di lokasi kegiatan tampa batas umur dan jenis kelamin untuk mengikuti kegiatan penyuluhan. Dari sisi indikator ketersediaan masyarakat umum di lokasi kegiatan tampa batas umur dan jenis kelamin, berdasarkan observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara di lokasi kelurahan RBU, tidak terdapat masyarakat umum (laki-laki) yang mengikuti kegiatan penyuluhan, sekalipun ada, mereka hanya mengantarkan dan menunggu Ibunya yang ikut dalam kegiatan program. Namun ketersediaan masyarakat umum dari jenis kelamin perempuan ada yang hanya mengikuti kegiatan penyuluhannya, tampa mengikuti pemeriksaan kesehatan payudaranya. Data observasi peneliti di atas, diperkuat dengan data berdasarkan wawancara peneliti kepada Ibu Siti Ida Najidah (Kader PKK Kelurahan rawa badak Utara). Beliau menuturkan”Bahwa terdapat juga dari masyarakat umum (perempuan) tampa batas umur yang hanya ikut kegiatan penyuluhan kanker payudara saja, sebatas ingin mengetahui, akan tetapi tidak ikut pemeriksaan kesehatan payudara. Sedangkan masyrakat umum (laki-laki) sepertinya tidak ada yang mengikuti kegiatan penyuluhan68”. Dari data hasil observasi dan wawancara peneliti di atas, menujukan bahwa tidak terdapat kesesuaian antara karakteristik penerima program dengan sasaran kegiatan program yang ditetapkan lembaga pelaksana program, yaitu masyarakat umum tampa batas umur dan jenis kelamin untuk
68
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Ida Najidah (Kader PKK Kelurahan RBU) yang dijadikan oleh peneliti sebagai pihak informan. Jakarta, 28 Juni 2008.
mengikuti kegiatan penyuluhan. Karena yang mengikuti kegiatan penyuluhan hanya dari kalangan perempuan. 2. Staf pelaksana program Para staf pelaksana program yang dievaluasi (dinilai) untuk diteliti dalam penulisan skripsi ini, yaitu para staf yang terlibat di lapangan pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara di lokasi yang menjadi sasaran dalam penelitian ini. Para staf tersebut, yaitu: a. Dokter radiologi. b. Praktisi kesehatan (Dokter umum). c. Radiografer. d. Maneger humas dan kampanye publik (pekerja sosial). e. Kordinator relawan dan lapangan f. Para relawan (Even organisasion). Sebagaimana pertanyaan yang ingin dijawab pada staf pelaksana program, yaitu, apakah para staf pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme kerjanya?. Untuk dapat menjawab pertayaan tersebut, penulis melakukan wawancara kepada para staf mengenai latar belakang pendidikan staf, pelatihan-pelatihan yang pernah diikutinya, bidang kerja para staf, serta jabatan dan perananya atau mekanisme kerjanya dalam program. Dari hasil wawancara tersebut, dapat diketahui, apakah para staf pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme kerjanya. Adapun latar belakang pendidikan, pelatihan-pelatihan, bidang kerja para staf, serta jabatan dan peranannya atau mekanisme kerjanya dalam program, sebagai berikut: a. Dokter radiologi 1) Nama
: Dr. Kardinah. Md
2) Pendidikan dan pelatihan: a) MD, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, 1985. b) Radiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, 1993. c) Penggambaran paru-paru dan payudara, Rumah sakit Dijgzig, Rotterdam, Belanda, 1999. d) Pemotretan payudara, Rumah sakit AZG dan Rumah Sakit Vrijei Belanda, 2003.
3) Bidang pekerjaan: Kepala departemen radiologi yang berhubungan dengan diagnosa, pusat kanker nasional RS. Dharmais. 4) Jabatan dalam program: (Ketua penyelidik/penanggung jawab) 5) Peranan dalam program: a) Mengkoordinasi kegiatan-kegiatan diantara NGO (Yappika dan YKPJ, Institut-institut kesehatan masyarakat, ilmu alam fisika medis, ahli teknologi radiografi dan menteri kesehatan di tingkat provinsi dan direktorat. b) Mengkoordinasi bacaan hasil Mammografi dengan teknik bacaan ganda. c) Mengevaluasi setiap langkah kegiatan-kegiatan. d) Membuat laporan untuk direktur pusat kanker nasional dan menteri kesehatan. b. Maneger humas dan kampanye publik (Pekerja sosial) 1) Nama: Sri Indiyastuti 2) Pendidikan terakhir: Ilmu Pengetahuan Biologi, Universitas Katolik Atmajaya Yogyakarta, 1998. 3) Bidang pekerjaan: Maneger humas dan Kampanye publik Yappika, 2003 sampai sekarang. 4) Jabatan dalam program: Wakil ketua penyelidik/maneger kampanye publik. 5) Peranan dalam program: a) Mengkoordinasi para relawan dan mengawasi kegiatan lapangan di wilayah sasaran program. b) Mengatur komunikasi dengan masyarakat dan media Massa. c) Mengawasi alokasi dana dan penggunaanya menurut anggaran. d) Memberikan pembekalan dan pelatihan kepada para relawan untuk mempersiapkan pelaksanaan kegiatan-kegiatan program.
c. Radiografer 1) Nama
: Zaitin
2) Pendidikan terakhir: Akademik penata rontgen radiodiagnostik, Arto Jakarta, 1984. 3) Bidang pekerjaan: Penata rontgen RS. Dharmais, 1984 sampai sekarang. 4) Pelatihan: Praktisi radiasi, Quality control, Quality asimance. 5) Peranan dalam program: Memeriksa kesehatan payudara para peserta program dengan alat mammografi atau sebagai radiographer.
1) Nama: Yerliza 2) Pendidikan terakhir: Akademik teknik rontgen, Arto Jakarta, 1990. 3) Bidang pekerjaan: Penata rontgen radiografer RS. Dharmais. 4) Pelatihan: Praktisi radiasi, Quality control, Quality asimance. 5) Peranan dalam program: Memeriksa kesehatan payudara para peserta program dengan alat mammografi atau sebagai radiographer. d. Praktisi kesehatan (Dokter umum) 1) Nama: Marta Roidah Manurung 2) Pendidikan terakhir: Profesi dokter, Fakultas Kedokteran, Unika Atmajaya. 3) Bidang pekerjaan: Staf medis fungsional RS. Dharmais, 2005 sampai sekarang. 4) Peranan dalam program: Memberikan penyuluhan tentang penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang bahaya penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara serta faktor resiko kanker payudara kepada ibu-ibu yang hadir. e. Kordinator relawan dan lapangan 1) Nama: Elita Triandayani 2) Pendidikan saat ini: Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Jakarta, 2003. 3) Pelatihan-pelatihan: Pengetahuan tentang diskripsi tugas relawan untuk kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, pengetahuan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker
payudara, dan pengetahuan tentang prosedur jaminan kesehatan bagi warga kurang mampu, tidak mampu atau miskin. 4) Jabatan dalam program: Kordinator relawan dan lapangan. 5) Peranan dalam program: a) Berkoordinasi dengan pengurus relawan Yappika, untuk mengorganisir dan mengatur persiapan-persiapan kegiatan program di lintas kelurahan. b) Berkoordinasi dengan para pengurus relawan Yappika, untuk mengorganisir pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara. c) Melakukan pendampingan kepada peserta program (warga) yang ditemukan dari hasil pemeriksaan kesehatan payudara secara medis, terjangkit kelainan atau kanker payudara. Dalam hal ini, warga dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan kesehatan (Sktm/Gakin/Askeskin) guna memperoleh pembebasan atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut. f. Para relawan (even organisasion) 1) Nama: Zaimi Warsika 2) Pendidikan saat ini: Teknik Industri, Universitas Al-azhar Indonesia, 2002. 3) Pelatihan: Pengetahuan tentang diskripsi tugas relawan untuk kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, pengetahuan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, dan pengetahuan tentang prosedur jaminan kesehatan bagi warga kurang mampu, tidak mampu atau miskin. 4) Jabatan dalam program: EO (Even Organising). 5) Peranan dalam program: a) Mengorganisir dan mengatur persiapan-persiapan kegiatan program di lokasi yang telah ditunjuk. b) Mengorganisir pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
1) Nama: Sofa Silvia 2) Pendidikan saat ini: Sastra Arab, Universitas Negeri Jakarta. 3) Pelatihan: Pengetahuan tentang diskripsi tugas relawan untuk kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, Pengetahuan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara dan pengetahuan tentang prosedur jaminan kesehatan bagi warga kurang mampu, tidak mampu atau miskin. 4) Jabatan dalam program: EO (Even Organising). 5) Peranan dalam program: a) Mengorganisir dan mengatur persiapan-persiapan kegiatan program di lokasi yang ditunjuk. b) Mengorganisir pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
1) Nama: Ahmad Romadhan 2) Pendidikan saat ini: Ekonomi, Universitas Indraprasta PGRI, Tanjung Barat. 3) Pelatihan: Pengetahuan tentang diskripsi tugas relawan untuk kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, pengetahuan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, dan pengetahuan tentang prosedur jaminan kesehatan bagi warga kurang mampu, tidak mampu atau miskin. 4) Jabatan dalam program: EO (Even Organising). 5) Peranan dalam program: a) Mengorganisir dan mengatur persiapan-persiapan kegiatan program di lokasi yang ditunjuk. b) Mengorganisir pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara.
1) Nama: Yuliyanti
2) Pendidikan saat ini: Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab, Universitas Negeri Jakarta. 3) Pelatihan: Pengetahuan tentang diskripsi tugas relawan untuk kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, pengetahuan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, dan pengetahuan tentang prosedur jaminan kesehatan bagi warga kurang mampu, tidak mampu atau miskin. 4) Jabatan dalam program: EO (Even Organising). 5) Peranan dalam program: a) Mengorganisir dan mengatur persiapan-persiapan kegiatan program. b) Mengorganisir pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara69. Data latar belakang pendidikan, bidang kerja, dan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti para staf di atas, mayoritas para staf berasal dari latar belakang pendidikan, bidang kerja, dan pelatihan yang sesuai dengan perananya atau mekanisme kerjanya dalam program. Hanya 2 staf pelaksana program, yaitu: wakil ketua penyelidik dan para relawan yang bukan berasal dari latar belakang pendidikan yang sesuai dengan peranannya atau mekanisme kerjanya dalam program. Akan tetapi, dilihat pada bidang kerja staf wakil ketua penyelidik yang 5 tahun dalam jabatan pekerjannya sebagai Maneger humas dan kampanye publik Yappika, menunjukan bahwa staf wakil ketua penyelidik memiliki skill yang sesuai dengan perananya atau mekanismenya dalam program. Karena bidang pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan waktu yang sudah lama, tentu seseorang tersebut akan mempunyai pengalaman dalam pekerjaan yang dilakukan. Dengan pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus dan dilakukan berulang-ulang akan mengembangkan kemampuan atau skill seseorang untuk dapat melakukan pekerjaan tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Harry Hikmat dalam bukunya yang berjudul ”Strategi Pemberdayaan Masyarakat” bahwa, skill adalah sebuah kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik. Karena itu skill seseorang akan berkembang jika dilakukan secara terus-menerus dan mengalami pengulangan70. 69 70
Proposal Program Deteksi Dini Kanker Payudara melalui Pemeriksaan Klinis dengan Melibatkan Bidan. h. 12. Harry hikmah, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Homaniora utama press, 2004), h. 29-30.
Para relawan, meskipun mereka bukan berasal dari latar belakang pendidikan yang sesuai dengan perananya dalam program, namun, melihat pelatihan-pelatihan yang diikutinya dan diberikan oleh lembaga pelaksana program, dan didukung dari latar belakang pendidikan para relawan yang berasal dari perguruan tinggi, hal ini menunjukan bahwa para relawan memiliki skill yang sesuai dalam menjalankan mekanisme kerjanya dalam program. Dengan demikian, dari data latar belakang pendidikan, bidang kerja dan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti para staf, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa para staf pelaksana program memiliki kualifikasi yang sesuai dalam menjalankan mekanisme kerjanya. 3. Sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program Sebagaimana pertayaan yang ingin dijawab pada sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program, yaitu: apakah berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan?. Untuk menjawab pertayaan tersebut, peneliti menilai berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program satu persatu. Penilaian berbagai sarana yang digunakan, dilihat dari segi tepat guna atau efesiensi sarana yang digunakan dan dari segi kuantitas sarana yang digunakan yang dikaitkan dengan kuantitas yang mengunakan sarana tersebut. Pada akhirnya, penulis menyimpulkan, apakah berbagai sarana atau fasilitas yang digunakan memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sarana atau fasilitas yang digunakan setiap kali dilaksanakan program71, meliputi, yaitu: a. Dua mobil yang dikontruksikan khusus setiap pelaksanaan kegiatan program, yaitu: mobil Mammografi yang memuat alat medis pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) dan mobil Yappika Life yang memuat alat komunikasi pada saat kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, baik dalan bentuk presentasi power point, filem dokumenter mengenai kesehatan payudara dan informasi mengenai isu-isu pelayanan publik, musik, dan perpustakaan. 71
Wawancara pribadi dengan Elita Triandayani (Kordinator relawan dan Lapangan Yappika) dan Nia (Staf pendukung sekertaris YKPJ) dan juga observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan program, Jakarta, 18 Juni 2008.
Dari segi kegunaan atau efesiensi alat medis mammografi yang digunakan sebagai alat pemeriksaan kesehatan payudara atau deteksi dini kanker payudara kepada para warga (peserta program), berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari yayasan kesehatan payudara Jakarta (YKPJ), bahwa mammografi menggunakan radiasi yang berdosis rendah. Tekanan pada payudara beberapa menit tidak akan menimbulkan efek merugikan pada payudara. Mammografi merupakan cara yang terbaik untuk mendeteksi dini kanker payudara, karena dapat mendekteksi benjolan yang sangat kecil sampai 2 mm, yang tidak teraba dan dirasakan oleh diri sendiri. Mobil mammografipun bisa menjangkau ke berbagai daerah, hal ini, dapat mempermudah penyediaan layanan pemeriksaan kesehatan payudara kepada masyarakat, dimana masyarakat yang ingin melakukan pemeriksaan kesehatan payudaranya untuk deteksi dini kanker payudara tidak kesulitan datang ke rumah sakit Dharmais, yang mungkin jaraknya terlalu jauh dan tidak mudah untuk dijangkau. Adapun kegunaan atau efesiensi alat komunikasi yang digunakan pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara baik dalam bentuk prestansi power poin, soun system, serta filem dokumenter terkait kesehatan payudara dan informasi mengenai isu pelayanan publik, musik dan perpustakaan. Berdasarkan observasi peneliti, presentasi power poin, digunakan sebagai alat komunikasi pada saat kegiatan penyuluhan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara kepada peserta program, dengan presentasi power poin dapat membantu mempermudah pemahaman peserta program (warga perempuan) tentang penjelasan yang disampaikan oleh praktisi kesehatan mengenai kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara secara lisan. Presentasi power poin gambarnya jelas untuk dapat dilihat dan ukurannya standar. Begitupun soun system, digunakan sebagai pengeras suara para staf untuk dapat memberikan penjelasanpenjelasan kepada peserta program terkait dengan kegiatan-kegiatan program. Soun system bisa
didengar dengan jelas di tengah ramainya suasana dan banyaknya jumlah peserta program. Mik yang digunakan tidak menggunakan listrik kabel, hal ini akan mempermudah para staf untuk dapat leluasa bergerak dan berbicara dengan mik tampa harus terbatas dengan kabel mik. Adapun dengan filem dokumenter, digunakan untuk menayangkan filem tentang kanker payudara, deteksi dini kanker payudara, dan informasi mengenai isu pelayanan publik. Filem dokumenter ditayangkan pada saat peserta program menunggu giliran disela-sela untuk diperika payudaranya dengan alat mammografi. Filem dokumenter gambarnya jelas untuk dapat dilihat, ukuranya standar. Kemudian perpustakaan serta musik, digunakan sebagai media pengetahuan kepada para peserta program, yang bisa dimanfaatkannya disela-sela menunggu giliranya untuk diperiksa dengan alat mammografi. Perpustakaan ruanganya cukup untuk 3-5 orang dewasa. Dari segi kuantitas, alat medis mammografi, berdasarkan observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan, berjumlah 1 unit. Sedangkan jumlah warga (peserta program) yang melakukan pemeriksaan kesehatan payudara dengan alat medis mammografi sebanyak 50 orang. Dari pantauan peneliti, pemeriksaan dengan alat mammografi tidak membutuhkan waktu yang sangat lama, sekitar 5-8 menit, sehingga para peserta program tidak akan menunggu terlalu lama. Selain itu pada saat peserta program menunggu giliran untuk diperiksa dengan mammografi, ditayangkan pemutaran filem tentang penyakit kanker payudara dan isu-isu pelayanan publik agar peserta program dapat menontonnya untuk memperluas pengetahuan para peserta program dan sebagai upaya agar para peserta program tidak merasa bosan dalam menungu giliranya untuk diperiksa. Adapun kuantitas alat komunikasi yang digunakan pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara baik dalam bentuk prestansi power poin, soun sistem serta filem dokumenter terkait kesehatan payudara dan informasi mengenai isu pelayanan publik, musik dan perpustakaan.
Berdasarkan observasi peneliti, presentasi power poin berjumlah 1 unit, sedangkan jumlah warga yang mengikuti kegiatan penyuluhan 30-50 orang. Adapun jumlah soun system 1 unit, sedangkan jumlah mik 2-3 unit. 1 mik digunakan oleh praktisi kesehatan pada saat memberikan penyuluhan atau oleh staf pelaksana program dan 1 mik digunakan oleh peserta program yang ingin berdialog atau bertanya lansung kepada praktisi kesehatan terkait dengan penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara dan 1 mik lagi digunakan sebagai cadangan bila mana salah satu dari mik yang digunakan tersebut batu baterenya habis. Dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa sarana atau fasilitas berupa alat medis mammografi pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) dan alat komunikasi baik dalan bentuk presentasi power point, soun system, musik, dan filem dokumenter, telah memadai sesuai dengan jumlah peserta program (warga perempuan) yang menggunakan sarana tersebut dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. b. Brosur mengenai cara pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) dengan SADARI (periksa payudara sendiri) dan brosur tentang isu-isu pelayanan publik serta Book flet, yang berisikan tentang penyakit kanker payudara yang diberikan kepada para peserta program pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara Dari sisi kegunaan brosur-brosur dan book plet ini, menurut peneliti sangat bermanfaat bagi para peserta program untuk dapat mengetahui cara pemeriksaan kesehatan payudara dengan SADARI, sehingga masyarakat (kaum perempuan) dapat sadar untuk melakukan deteksi dini kanker payudara. Dengan brosur inipun dapat membantu para peserta program untuk dapat memahami lebih jelas cara pemeriksaan kesehatan payudara yang telah mereka ketahui dan dapatkan dalam kegiatan penyuluhan tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara. Book flet yang berisikan tentang pengetahuan penyakit kanker payudara secara lebih luas dan rinci akan sangat bermanfaat untuk para peserta program agar mereka mengetahui dan sadar akan
bahaya penyakit kanker payudara dan pentingnya melakukan deteksi dini kanker payudara. Sedangkan brosur mengenai isu-isu pelayanan publik, akan sangat bermanfaat kepada para peserta program untuk mendapatkan informasi dan wawasan pengetahuan mengenai isu-isu pelayanan publik yang sedang terjadi dan memberikan pengetahuan mengenai hak-hak mereka terhadap pelayanan publik, khususnya di bidang kesehatan. Dengan bekal pengetahuan tersebut, akan mendorong sebuah pelayanan publik yang berkualitas khususnya di bidang kesehatan, karena untuk mendorong sebuah pelayanan publik yang berkualitas di bidang kesehatan, masyarakat harus memiliki banyak informasi dan aktif terlibat, sehingga mereka mampu melakukan pencegahan sejak dini dan berani mempertanyakan atau menegur ketika terjadi tindakan-tindakan yang merugikannya. Adapun kondisi brosur-brosur serta book flet ini, dari yang peneliti dapatkan, tulisannya jelas untuk dibaca, bahasanya singkat, sederhana dan mudah untuk dipahami. Dari sisi kuantitas brosur mengenai cara pemeriksaan kesehatan payudara sendiri (SADARI) dan brosur tentang pelayanan publik serta book flet, dari observasi peneliti, jumlah brosur-brosur dan book flet tersebut sangat banyak melebihi dari jumlah seluruh peserta program (warga perempuan), bahkan setiap kali selesainya pelaksanaan kegiatan ini, jumlah brosur-brosur dan book flet, masih tersisa. Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa sarana atau fasilitas yang digunakan untuk brosur mengenai cara pemeriksaan kesehatan payudara sendiri (SADARI) dan brosur tentang pelayanan publik serta buku tentang kanker payudara, telah memadai sesuai dengan jumlah peserta program yang mendapatkan fasilitas tersebut, dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program ini. c. Kuesioner wawancara mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara serta tentang pelayanan publik di bidang kesehatan. Dari sisi kegunaan sarana ini, menurut peneliti, telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program. Karena kuesioner wawancara ini, sangat berguna untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara serta bagaimana pendapat mereka terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya selama ini. Pertayaan-pertayaan kuesioner cukup sederhana dan sesuai dengan latar belakang pendidikan para peserta program yang mayoritas berlatar belakang pendidikan pada tingkat SD, dan sesuai dengan umur para peserta program yang mayoritasnya 30-40 tahunan. Dengan pertayaan-pertayaan yang sederhana dan disesuaikan dengan latar belakang pendidikan dan umur peserta program, dapat mempermudah peserta program untuk dapat menjawab pertayaan-pertayaan kuesioner tersebut. Dari sisi kuantitas sarana ini, jumlahnya telah memadai dengan jumlah para peserta program yang mengikuti kegiatan program tersebut, karena berdasarkan observasi peneliti, setiap pelaksanaan kegiatan ini, para peserta program, sebelum atau sesudah kegiatan penyuluhan tentang kanker payudara diwawancarai. d. Kuesioner lembar kesediaan pemeriksaan kesehatan payudara peserta program yang berisikan data dan riwayat peserta program terkait dengan faktor resiko kanker payudara pada dirinya. Kuesioner lembar kesediaan pemeriksaan kesehatan payudara peserta program, menurut peneliti, telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program. Karena lembar kuesioner kesediaan ini, digunakan sebagai bagian dari penelitian yang dilakukan oleh pelaksana program untuk dapat mengetahui kencenderungan faktor resiko kanker payudara yang menyerang kaum perempuan Indonesia. Kuesioner ini berisikan tentang pertayaan-pertayaan kepada para peserta program terkait dengan data-data riwayat faktor resiko kanker payudara pada dirinya. Dari hasil lembar kesediaan pemeriksaan kesehatan payudara, dapat diketahui, apakah peserta program terkena faktor resiko kanker payudara atau tidak. Selain itu, dengan kuesioner wawancara terkait dengan data riwayat faktor resiko kanker payudara pada peserta program, hal ini akan dapat memberikan pengetahuan kepada para peserta program tentang faktor-faktor yang berisiko menimbulkan penyakit kanker payudara pada dirinya.
Dari sisi kuantitas, sarana ini jumlahnya telah memadai dengan jumlah para peserta program yang mengikuti kegiatan program tersebut, karena berdasarkan observasi peneliti, setiap pelaksanaan kegiatan ini, para peserta program, sebelum atau sesudah kegiatan penyuluhan tentang kanker payudara diwawancarai. e. Alat ukur timbangan berat badan dan ukuran tinggi badan. Sarana ini digunakan untuk mengukur berat badan dan ukuran tinggi tinggi badan peserta program. Sarana ini, menurut peneliti, telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program, karena sarana ini digunakan untuk dapat mengisi kuesioner wawancara terkait data-data-data riwayat faktor resiko kanker payudara pada peserta program. Dari sisi kuantitas, sarana ini telah memadai sesuai dengan jumlah peserta program yang menggunakan sarana ini, karena meskipun jumlah sarana ini, sebanyak satu unit, sedangkan jumlah yang menggunakan sarana ini (peserta program), sebanyak 80-100 orang, namun dalam penggunaan, tidak sekaligus seluruh peserta program menggunakan sarana tersebut secara bersamaan dan dengan waktu yang sama, akan tetapi hanya 3-5 orang saja. f. Catatan medik pemeriksaan kesehatan payudara peserta program. Dari sisi kegunaan sarana ini, menurut peneliti, sarana ini dibutuhkan oleh para bidan sebagai laporan tertulis pemeriksaan kesehatan payudara para peserta program, yang hasil laporan pemeriksaan tertulis tersebut akan diverifikasi dengan menggunakan alat mammografi. Tampa terdapat laporan tertulis cacatan medik pemeriksaan kesehatan payudara para bidan, maka hasil pemeriksaan para bidan tidak dapat diverifikasi dengan alat mammografi. Dari sisi kuantitas catatan medik, sarana ini telah memadai sesuai dengan jumlah peserta program yang menggunakan sarana ini, karena berdasarkan observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan, jumlah catatan medik melebihi dari jumlah seluruh peserta program (warga perempuan),
bahkan setiap kali selesai pelaksanaan kegiatan ini, jumlah catatan medik pemeriksaan kesehatan payudara, masih tersisa banyak pada tempatnya. Dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas, penulis menyimpulkan bahwa sarana atau fasilitas yang digunakan berupa catatan medik pemeriksaan kesehatan payudara, telah memadai sesuai dengan jumlah peserta program yang menggunakan fasilitas tersebut, dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program ini. g. Lembaran hasil pemeriksaan kesehatan payudara peserta program dengan alat mammografi. Lembaran hasil mammografi ini, menurut peneliti, telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program, karena dari data yang penulis dapatkan dari YKPJ, bahwa hasil pemeriksaan kesehatan payudara dengan mammografi dalam bentuk lembaran secara tertulis, sangat diperlukan oleh peserta program, untuk mengetahui dengan mudah dan nyata secara tertulis, apakah dari hasil pemeriksaan kesehatan payudaranya dengan alat mammografi, terkena kanker payudara/kelainan payudara atau tidak. Selain itu, lembar hasil pemeriksaan payudara dengan mammografi, hasilnya akan dapat dibandingkan dengan hasil pemeriksaan mammografi yang baru, bila mana warga perempuan tersebut melakukan pemeriksaan payudara kembali dengan mammografi di lain waktu. Sehingga dengan lembar hasil pemeriksaan mammografi dapat diketahui jika ada perubahan sedikit saja pada jaringan payudara wanita tersebut. Dari segi kuantitas sarana ini, berdasarkan observasi peneliti kepada warga (peserta program) dan juga wawancara peneliti kepada Ibu Siti Ida, sebagai pihak yang mengkordinir dan membagikan hasil pemeriksaan mammografi kepada peserta program, sarana ini telah memadai sesuai dengan jumlah peserta program yang melakukan pemeriksaan dengan mammografi. h. Panthom payudara, yaitu patung karet wanita telanjang setengah dada.
Dari sisi kegunaan, menurut peneliti, panthom payudara sangat berguna sebagai alat peraga secara praktek yang digunakan pada saat kegiatan penyuluhan tentang penyakit kanker payudara dan cara pemeriksaan kesehatan payudara secara SADARI (periksa payudara sendiri). Dengan panthom payudara yang digunakan sebagai alat peraga secara praktek, dapat mempermudah pemahaman para peserta program untuk dapat mengetahui cara periksa payudara sendiri (SADARI) dan dapat melakukan deteksi dini kanker payudara dengan cara periksa payudara sendiri (SADARI). Dari segi kuantitas sarana ini, berdasarkan observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan, panthom payudara yang digunakan berjumlah satu unit, sedangkan jumlah peserta program yang ikut serta dalam kegiatan penyuluhan berjumlah 25-35 orang. Panhtom payudara yang di letakan di depan peserta program, dapat dilihat dengan jelas oleh para peserta program, karena besar bentuk pathom payudara standar dan dapat sesuai dengan pandangan mata para peserta program untuk dapat melihat secara praktek cara periksa payudara sendiri. Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa sarana yang digunakan berupa panthom payudara, telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program dan jumlahnya memadai sesuai dengan yang dibutuhkan. i. Baju pasien (peserta program), bantal, servai, dan henbody. Dari sisi kegunaan sarana ini, menurut peneliti, telah sesuai dengan yang dibutuhan dalam kegiatan program, karena berdasarkan wawancara peneliti kepada Ibu Nia, sebagai staf pendukung sekertaris, bahwa baju pasien, bantal, servai, dan hanbody, digunakan oleh peserta program program (warga perempuan) pada saat di CBE atau diperiksa payudaranya oleh bidan. Sarana ini sangat dibutuhkan oleh para peserta program untuk kenyamanannya pada saat dilakukan pemeriksaan payudaranya oleh para bidan. Baju pasien dikenakan oleh peserta program pada saat dilakukan pemeriksaan oleh bidan. Sedangkan bantal dan servai dipakai pada saat peserta program dilakukan pemeriksaan payudaranya
dengan posisi tidur terlentang. Dan hanbody dikenakan di payudara peserta program untuk dapat mempermudah pemeriksaan payudara. Dari kuantitas sarana ini, berdasarkan observasi peneliti, telah memadai sesuai dengan jumlah peserta program yang melakukan pemeriksaan. j. Ruang CBE atau ruang pemeriksaan kesehatan payudara oleh bidan dan ruang penyuluhan. Ruang CBE dan ruangan penyuluhan ini, berdasarkan observasi peneliti, fasilitas ruangan yang digunakan ini, telah sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan program dan jumlahnya memadai sesuai dengan jumlah peserta program yang ikut serta dalam kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, karena ruangan CBE digunakan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan payudara peserta kegiatan program. Sedangkan ruang penyuluhan, digunakan untuk memberikan penyuluhan tentang penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara kepada peserta program. Dengan adanya ruangan CBE dan ruang penyuluhan, dapat membuat peserta program merasa nyaman, tertib, rapih, dan kondusif mengikuti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaaan. Ruang CBE dan penyuluhan telah memadai sesuai jumlah peserta program yang ikut serta dalam kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan, karena luas dan lebar ruangan ini, sesuai dengan kapasitas jumlah peserta program yang ikut serta dalam kegiatan prgram, artinya peserta program tidak berdesak-desakan dan tidak sempit di ruangan tersebut. Selain itu, ruangan untuk pemeriksaan kesehatan payudara tertutup, hal ini membuat peserta program nyaman, tidak merasa risih, dan malu untuk dapat dilihat oleh orang lain, pada saat payudaranya diperiksa. k. Bangku-bangku dan meja. Fasilitas yang digunakan ini, berdasarkan observasi peneliti, dari segi kegunaan, telah sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan program, karena bangku-bangku dan meja-meja digunakan sebagai: 1.Tempat pendaftaran warga. 2) Wawancara peserta program. 3. Kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara. Dengan fasilitas ini, peserta program merasa nyaman, tidak cape, dan pegel
kakinya menunggu giliran diperiksa melalui bidan ataupun mammografi. begitupun pada saat dilakukan pemeriksaan, wawancara, dan pendaftaran. Dari segi kuantitas jumlah bangku-bangku dan meja-meja yang digunakan, telah memadai sesuai dengan kebutuhan jumlah para peserta program. Karena berdasarkan observasi peneliti pada saat peserta program menunggu giliran untuk dilakukan pemeriksaan, peserta program semuanya dapat duduk di kursi-kursi yang telah disediakan oleh panitia pelaksana program. Begitupun pada saat peserta program dilakukan wawancara dan diperiksa. l. Lembaran daftar hadir peserta program. Dari sisi kegunaan, menurut penulis, fasilitas ini telah memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program, karena lembaran daftar hadir peserta program digunakan untuk mencatat nama, alamat, nomor telepon, dan usia peserta progran. Dengan mencatat nama dan usia peserta program, dapat mempermudah panitia pelaksana program untuk memilah milih peserta program yang diperiksa melalui mammografi dan peserta program yang tidak dapat diperiksa melalui mammografi, hanya diperiksa oleh bidan. Peserta program yang diperiksa dengan mammografi ialah usia 40 sampai 50 ke atas, sedangkan untuk usia di bawah 40 tahun, hanya diperiksa oleh bidan. Selain itu dengan mencatat alamat dan nomor telepon peserta program, dapat mempermudah staf pelaksana menghubungi peserta program yang akan dilakukan pemeriksa lebih lanjut melalui USG di rumah sakit Dharmais, bila mana peserta program yang telah diperiksa dengan mammografi, hasilnya terdapat kelainan pada payudaranya. m. Nomor kupon untuk peserta program. Dari sisi kegunaan, berdasarkan observasi peneliti pada saat dilaksanakan kegiatan, nomor kupon untuk peserta program telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program, karena dengan adanya nomor kupon, para peserta program dapat dengan tertib melakukan pemeriksaan payudara, baik dengan mammografi maupun dengan bidan. Peserta program tidak saling berebutan dan
mendahului satu sama lainnya untuk mendapatkan pemeriksaan. Nomor urut kupon dibagikan kepada peserta program sesuai dengan pendaftarannya pada saat pertama kali datang untuk ikut sebagai peserta program. Dari sisi kuantitas jumlah nomor urut kupon, telah memadai sesuai dengan jumlah para peserta program yang ikut serta dalam kegiatan pemeriksaan. n. Spanduk pelaksanaan program kegiatan program. Dari sisi kegunaan sarana ini, menurut penulis, telah memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program, karena dengan adanya spanduk, masyarakat umum yang berlalulalang di depan kelurahan RBU, akan mengetahui diadakan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan deteksi dini kanker payudara secara gratis. Tampa adanya spanduk, mungkin hanya orang-orang tertentu yang mengetahui dan ikut serta dalam kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara. o. Kamera fhoto dan video. Dari sisi kegunaan sarana ini, menurut penulis, telah memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan pada kegiatan program, karena kamera fhoto dan video digunakan untuk membuat dokumentasi berlangsung kegiatan program. Dokumentasi ini penting, sebagai salah satu bukti yang mendukung dilaksanakan suatu kegiatan program. Tampa terdapat dokumentasi suatu kegiatan program yang telah dilaksanakan dalam bentuk photo ataupun video, mungkin tingkat kepercayaan seseorang diadakannya suatu kegiatan program, misalnya, kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, akan tidak sepercaya dan seyakin,
bila mana kegiatan tersebut diperlihatkan kepada
seseorang dalam bentuk dokumentasi berupa fhoto dan video. Dari penjelasan-penjelasan sarana atau fasilitas yang telah dipaparkan satu persatu di atas, penulis menyimpulkan, bahwa sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan program, telah memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kegiatan program.
B. Evaluasi Proses Metode analisis evaluasi proses yang penulis gunakan, yaitu, pendapat yang dikemukakan oleh Pietztrazak dkk. Pietztrazak menjelaskan, evaluasi proses, memfokuskan diri pada penilaian perjalanan pengoperasian program dan kualitas layanan kegiatan program yang diberikan yang mencakup kegiatankegiatan program dan kualitas sistem pemberian layanan program, seperti: jenis kegiatan-kegiatan program, waktu, dan tempat pelaksanaan kegiatan program, serta mencakup interaksi langsung antara klien dengan staf terdepan (line staf)72. Pertayaan yang ingin dijawab pada evaluasi proses ialah:
1. Kegiatan-kegiatan program apa
saja yang dilakukan? 2. Apakah kegiatan-kegiatan program yang dilakukan dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh sasaran kegiatan program (peserta program/warga perempuan)? 1. Kegiatan program apa saja yang dilakukan. Kegiatan-kegiatan program yang dilakukan, terdiri dari 4 tahapan kegiatan73, yaitu: a. Tahap persiapan program, meliputi: 1) Survei lokasi penempatan pelaksanaan program. Lokasi dimana sebagian besar penduduknya masuk dalam kategori kurang mampu, tidak mampu, atau miskin. 2) Memilih para bidan untuk telibat dalam kegiatan program di wilayah penempatan pelaksanaan program. 3) Memberikan pelatihan bagi para bidan di wilayah dilaksanakan program. Pelatihan yang diberikan meliputi: a) Pengetahuan tentang kanker payudara. b) Cara pemeriksaan payudara secara klinis (dengan perabaan). c) Pengetahuan tentang bagaimana menindak lanjuti hasil temuan kelainan payudara, dan bagaimana cara mengkomunikasikan kepada pasien dan keluarga pasien yang didiagnosa terjangkit kanker payudara. 4) Merekrut dan memberikan pelatihan khusus untuk para relawan. Para relawan direkrut dan diberikan pelatihan untuk melakukan persiapan pengorganisasian masyarakat agar terlibat dan mendukung 72 73
Primahendera, Evaluasi Program, h. 66. Proposal Program Deteksi Dini Kanker Payudara melalui Pemeriksaan Klinis dengan Melibatkan Bidan.h.4.
pelaksanaan kegiatan program. Pelatihan khusus untuk para relawan, terdiri dari: a) Pengetahuan umum mengenai kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara. b) Kunjungan dan pemantauan di rumah sakit Dharmais untuk melihat peralatan dan perlengkapan-perlengkapan medis, seperti: alat deteksi dini kanker payudara. 5) Membuat materi-materi mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, seperti: a) Brosur dan buku yang akan diberikan kepada peserta program, sebagai bekal pengetahuan mereka mengenai penyakit tersebut. b) Kuesioner wawancara kepada warga, terkait dengan pengetahuan warga mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, serta pandangan mereka mengenai kualitas layanan kesehatan yang diterimannya selama ini. 6) Sosialisasi rencana pelaksanaan program dan pengorganisasian masyarakat agar terlibat dalam program sebagai peserta penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara. b. Tahap uji coba program Tahapan ini dilakukan untuk mengantisipasi beragam masalah dan hambatan-hambatan yang akan muncul dalam pelaksanaan program yang sedang berlangsung serta melihat bagaimana sikap dan respon masyarakat terhadap program yang dilaksanakan, apakah sikap warga setempat dapat terbuka menerima, antusias, dan tanggap dengan pelaksanaan program tersebut. Selain itu tahap uji program, ingin mengetahui sejauh mana alat-alat komunikasi dan fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatankegiatan program dapat memadai dan sesuai dengan yang dibutuhkan di lapangan. Tahap uji coba program, awal mulanya akan dilaksanakan di 5 titik wilayah sasaran program, yaitu: di kelurahan rawa badak selatan kecamatan koja Jakarta utara, sebanyak 5 kali kegiatan program. Dilakukan dengan metode yang komprehensif yang meliputi: a) Sosialisasi rencana pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelaksanaan di lokasi yang telah ditentukan, dengan melibatkan aparat setempat dan organisasi-organisasi masyarakat setempat. b) Penyuluhan (seminar) mengenai kanker payudara, deteksi dini, hak-hak pelayanan publik di bidang kesehatan yang disampaikan oleh praktisi kesehatan dan pekerja
sosial melalui dialog langsung dengan masyarakat dan melalui penyebaran brosur. c) Pemeriksaan kesehatan payudara oleh para bidan secara manual (perabaan). d) Verifikasi hasil pemeriksaan para bidan dengan menggunakan mammografi dan diikuti diagnosa lebih lanjut pemeriksaan kesehatan payudara di rumah sakit Dharmais, jika ditemukan dari hasil pemeriksaan kesehatan payudara dengan mammografi kelainan-kelainan pada payudara. Setelah melaksanakan tahap uji coba program, akan dilakukan evaluasi-evaluasi kegiatan, untuk melihat kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan kegiatan program, guna melakukan perbaikanperbaikan langkah selanjutnya. Evaluasi kegiatanpun dilakukan untuk melihat hasil pemeriksaan awal payudara secara klinis oleh para bidan.
c. Tahap pelaksanaan program. Pelaksanaan program lanjutan akan dilaksanakan di 30 wilayah sasaran program yang tersebar di 5 kelurahan kecamatan koja Jakarta utara. Prosesnya dibagi pada dua tahap, 50% dilaksanakan di tahun pertama dan sisanya akan dilaksanakan pada tahun selanjutnya. Kedua tahapan tersebut, terdiri dari kegiatan-kegiatan program, yang meliputi: 1) Pendidikan publik, berupa penyuluhan kepada peserta program (warga) mengenai kanker payudara, penyuluhan tentang bahaya kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, dan penyuluhan mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang disampaikan oleh praktisi kesehatan dan pekerja sosial melalui dialog langsung dengan masyarakat. Selama berlangsungnya kegiatan ini, para bidan ikut serta memberikan pengetahuan pemeriksaan payudara secara klinis (perabaan). 2) Pemeriksaan kesehatan payudara secara manual (perabaan) oleh para bidan yang terlatih, yang didampingi oleh para dokter spesialis kanker. Masing-masing bidan akan memeriksa 50 perempuan.
3) Verifikasi hasil pemeriksaan para bidan dengan menggunakan mammografi dan diikuti diagnosa lebih lanjut pemeriksaan kesehatan payudara di rumah sakit Dharmais, jika ditemukan dari hasil pemeriksaan mammografi kelainan-kelainan payudara pada peserta program. 4) Pengisian kuesioner wawancara kepada peserta program (warga), terkait dengan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara dan pandangan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya selama ini, serta tentang data riwayat faktor-faktor beresiko kanker payudara pada dirinya. Pengisian kuesioner dilakukan sebelum atau sesudah kegiatan penyuluhan. 5) Mengembangkan sistem rujukan untuk menindak lanjuti hasil temuan kasus kanker payudara, guna diagnosa dan tidak lanjut secara gratis di rumah sakit Dhrmais. Dalam konteks ini, peserta (warga) yang ditemukan menderita kelainan pada payudara dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan kesehatan (Sktm/ Askeskin/Gakin) guna memperoleh pembebasan biaya pengobatan lebih lanjut. Setiap kali usai dilakukan kegiatan-kegiatan program, akan dilakukan evaluasi-evaluasi kegiatan, untuk melihat kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan kegiatan program, guna melakukan perbaikan-perbaikan langkah selanjutnya. d. Tahap evaluasi akhir keseluruhan program, analisis data-data, dan laporan. Setelah dilakukan pemeriksaan sejumlah 1500 peserta program. Dari seluruh data, akan dianalisa oleh ahli epitimologi dan dilakukan evaluasi akhir keseluruhan program. Seluruh hasil data yang dianalisa dan juga evaluasi akhir keseluruhan program akan diberikan dan dilaporkan ke BHGI. 2. Apakah kegiatan-kegiatan program yang dilakukan dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh sasaran kegiatan program (peserta program/warga perempuan). Untuk dapat menjawab pertayaan tersebut, penulis akan memaparkan dan menjelaskan satu persatu kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan serta waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan program. Adapun kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan, terdiri dari:
a. Pendidikan publik, berupa penyuluhan kesehatan mengenai penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara, dan penyuluhan mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yang disampaikan oleh praktisi kesehatan dan pekerja sosial melalui dialog langsung dengan masyarakat dan penyebaran brosur-brosur. Berdasarkan observasi peneliti pada saat kegiatan tersebut, kegiatan program ini telah mudah dan nyaman diterima oleh peserta program, hal-hal yang menunjukan bahwa kegiatan ini telah mudah dan nyaman diterima oleh peserta program, yaitu: pertama, kemudahan peserta program dalam memahami penjelasan penyuluhan kesehatan yang disampaikan oleh praktisi kesehatan. Dari tinjauan peneliti, metode-metode penjelasan yang digunakan oleh praktisi kesehatan, dapat membuat peserta program mudah untuk memahami penjelasan yang disampaikannya. Metode-metode penjelasan yang digunakan tersebut meliputi: 1. Metode praktek. Saat menjelaskan tentang cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), praktisi kesehatan menjelaskannya secara praktek langsung dengan menggunakan alat peraga patung karet wanita telanjang setengah dada, hal ini akan mempermudah pemahaman para peserta program untuk dapat melakukan deteksi dini kanker payudara dengan cara SADARI. 2. Metode presentasi power point dengan alat in fokus. Dengan metode tersebut dapat membantu memudahkan para peserta program untuk memahami penjelasan yang disampaikan secara lisan, tampa menggunakan layar tulis yang bergambar (in fokus). 3. Tanya jawab antara peserta program dengan praktisi kesehatan mengenai hal-hal yang belum jelas untuk dimengerti dari penjelasan yang telah disampaikannya dan hal-hal apapun yang terkait dengan kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara. 4. Metode kuis berhadiah bagi para peserta program yang bisa menjawab seputar pertayaan-pertayaan mengenai penjelasan yang telah disampaikan oleh praktisi kesehatan. Dengan metode tanya jawab dan kuis berhadiah tersebut, akan dapat mempermudah peserta program untuk memahami penjelasan yang telah diterimanya dari kegiatan penyuluhan.
Saat tanya jawab dan kuis seputar pertayaan yang telah disampaikan oleh praktisi kesehatan, banyak dari warga yang bisa menjawab dengan pertayaan yang diajukan oleh pembawa acara (Mc), bahkan pertayaan yang diajukan oleh peserta program kepada praktisi kesehatan, bisa dijawab oleh peserta lainnya. Hal ini, menunjukan bahwa peserta program dapat dengan mudah memahami penjelasan penyuluhan kesehatan yang disampaikan oleh praktisi kesehatan. Kemudahan peserta program dalam memahami penjelasan yang telah disampaikan oleh praktisi kesehatan pada kegiatan penyuluhan ini, sebagaimana penuturan peserta program, salah satu Ibu Meli pada saat peneliti mewawancarainya ”Saya paham apa yang telah dijelaskan oleh dokter tadi, cara SADARI dilakukan sebulan sekali, caranya dengan meraba bagian payudara, seperti searah jarum jam,. Dicari ada benjolan sebesar biji jagung atau tidak. Ya Terus..Saya ga hapal, tapi intinya saya ngertilah apa yang telah disampaikan tadi oleh dokter74”. Dan penuturan Ibu Ratu Sa’dah” Ya.. Paham, tapi tidak semuanya Saya hapal dengan yang telah disampaikan tadi. Dilakukan pemeriksaan kesehatan payudara dengan SADARI bagi yang menstrulasi, ya sebulan sekali, tapi saya kan sudah tidak menstrulasi lagi, jadi dilakukan SADARI pada pada tanggal-tanggal tertentu yang mudah diingat Saya, misalnya, setiap tanggal 175”. Kedua, kenyamanan tempat penyuluhan. hasil observasi peneliti pada saat kegiatan penyuluhan. Tempat kegiatan penyuluhan dilaksanakan di ruangan. Dengan adanya tempat ruangan penyuluhan, warga perempuan (peserta program) tidak kepanasan dan warga perempuan dapat kondusip mendengarkan
penjelasan
penyuluhan
yang
disampaikan
oleh
praktisi
kesehatan.
Ruangan
penyuluhanpun memadai untuk dapat menampung seluruh warga perempuan. Kemudian tempat ruangan penyuluhan keadaannya bersih, rapih, dan menggunakan karpet, hal ini dapat membuat peserta program merasa nyaman mengikuti kegiatan tersebut. Tempat ruang penyuluhan yang nyaman dirasakan oleh peserta program, sebagaimana yang dituturkan oleh peserta program, salah satunya Ibu Turini “Ya ruanganya nyaman, luas tidak sempit dan berdesak-desakan” dan penuturan Ibu Umaroh “Ruangnya lebar ya, jadi kita tidak kesempitan”76. Kedua, sarana yang digunakan pada saat kegiatan penyuluhan, memadai dan sesuai dengan yang butuhkan, hal ini membuat warga perempuan merasa nyaman mengikuti kegiatan tersebut. Ketiga, sikap praktisi kesehatan dan staf pelaksana program memberikan pelayanannya dengan sikap ramah dan 74
Wawancara pribadi dengan Ibu Meli (Warga/ Peserta program), Jakarta, 21 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Ibu Ratu Sa’adah (Warga/ Peserta program), Jakarta, 5 Juli 2008. 76 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatimah dan Ibu Umaroh (Warga/Peserta program), Jakarta, 28 Juni 2008. 75
kekeluargaan, hal ini membuat warga perempuan merasa nyaman mengikuti kegiatan penyuluhan, karena peserta program tidak merasa canggung untuk berdialog dan bertanya mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, dan hal-hal apapun yang terkait dengan kegiatan program. Keempat, kemudahan warga perempuan untuk dapat mengerti atau memahami penjelasan yang sampaikan oleh praktisi kesehatan mengenai penyuluhan kesehatan tentang kanker payudara. Sikap ramah dan sopannya para staf pelaksana program, seperti yang diungkapkan, salah satunya oleh Ibu Suci Ati pada saat peneliti mewancarainya “Para panitia ramah-ramah, pada ganteng-ganteng lagi”. Dan penuturan Ibu Umi Kulsum “Pelayanan baik, panitianya ramah-ramah77” .
b. Kegiatan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) oleh para bidan, secara klinis melalui perabaan dengan tangan. Berdasarkan observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan tersebut, kegiatan program ini, telah mudah dan nyaman diterima oleh para peserta progam (warga perempuan). Hal-hal yang menunjukan bahwa kegiatan program ini, telah mudah dan nyaman diterima oleh peserta program (warga perempuan), yaitu: pertama, tempat ruangan pemeriksaan kesehatan payudara oleh para bidan. Ruang pemeriksaan kesehatan payudara dilakukan di tempat tertutup, dengan ruangan yang tetutup, dapat nyaman diterima oleh peserta program, karena jika tempat ruangan pemeriksaan kesehatan payudara dilakukan di tempat yang terbuka, dalam artian bisa dilihat oleh orang lain yang berjalan, hal ini dapat membuat peserta program tidak nyaman, karena merasa risih dan malu dilihat oleh orang lain. Kedua, Tempat ruangan pemeriksaan memadai sesuai dengan jumlah peserta program yang mengikuti kegiatan pemeriksaan. Artinya ruangan pemeriksaan tersebut tidak sempit, sehingga peserta
77
Wawancara pribadi dengan Ibu Umi Kulsum dan Ibu Suci Ati (Warga/Peserta program), Jakarta, 28 Juni 2008.
program tidak saling berdesak-desakan dalam ruangan yang membuat dirinya tidak nyaman melakukan pemeriksaan. Tempat ruang pemeriksaan yang nyaman, sebagaimana yang dituturkan oleh peserta program, salah satunya Ibu Siti Oni “Ya ruanganya nyaman, luas tidak sempit” dan penuturan Ibu Rochti “Ruangnya nyaman, lebar ga sempit”78. Ketiga, pada saat dilakukan pemeriksaan kesehatan payudara, sarana yang digunakan dalam kegiatan pemeriksaan ini, memadai sesuai dengan yang dibutuhkan, seperti: baju pasien, bantal, dan hanbody. Baju pasien dikenakan oleh peserta program pada saat dilakukan pemeriksaan oleh bidan. Bantal dan servai dipakai pada saat peserta program (warga perempuan) dilakukan pemeriksaan payudaranya dengan posisi tidur terlentang, sedangkan hanbody dikenakan dipayudaranya untuk dapat mempermudah pemeriksaan payudara. Dengan sarana pemeriksaan yang memadai sesuai dengan yang butuhkan, membuat peserta program (warga perempuan) yang diperiksa merasa nyaman. Rasa nyaman pada saat dilakukan pemeriksan ini, sebagaimana penuturan peserta program, salah satunya ibu Sumeri “Saya diperiksa oleh Ibu Bidan nyaman, tidak merasa sakit, orang cuman diraba aja seputar payudara saya, putingnya dipencet-pencet,”. Dan penuturan Ibu Suliharti “Diperiksa oleh bidan nyaman, tidak sakit”79. Keempat, peserta program (warga perempuan) yang diperiksa, menggunakan sistem pemanggilan nomor urut kupon tiga orang-tiga orang secara bergantian, sesuai dengan pendaftarannya pada saat pertama kali datang. Dengan sistem nomor urut kupon ini, peserta program yang diperiksa akan tertib, teratur, dan tidak akan terjadi saling berebutan untuk mendahului satu sama lainnya. Sehingga peserta program akan merasa nyaman mengikuti kegiatan pemeriksaan ini. Rasa nyaman peserta program pada saat menunggu giliran untuk diperiksa oleh bidan, sebagaimana penuturan Ibu Sukaisih “Engga lama nunggu diperiksa”. Hal yang serupa dituturkan oleh Ibu Turini “Ya engga terlalu lama menunggu untuk diperiksa oleh bidan”80. c. Verifikasi hasil pemeriksaan para bidan dengan menggunakan alat mammografi
78
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Oni dan Ibu Rochi (Warga/Peserta program), Jakarta, 21 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Ibu Sumeri dan Ibu Suliharti (Warga/Peserta program), Jakarta, 21 Juni 2008. 80 Wawancara pribadi dengan Ibu Sukaisih dan Ibu Turini (Warga/Peserta program), Jakarta, 21 Juni 2008. 79
Berdasarkan observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan tersebut, kegiatan pemeriksaan payudara dengan alat mammografi telah mudah dan nyaman diterima oleh para peserta progam (warga perempuan), karena dari observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan ini, tempat ruangan pemeriksaan kesehatan payudara dengan alat mammografi yang dilakukan di dalam mobil, meskipun tempat ruangan ini cukup kecil, hanya bisa dilakukan pemeriksaan untuk 1 orang, tidak berarti bahwa ruangan ini tidak nyaman untuk dilakukan pemeriksaan, karena fasilitas yang digunakan dalam ruangan ini, telah memadai, sesuai dengan kebutuhan yang membuat peserta program merasa nyaman, seperti: di dalam ruangan ini dipasang AC, didesain sedemikian rupa untuk membuat peserta program merasa nyaman melakukan pemeriksaan. Pada saat di tengah-tengah peserta program menunggu giliran untuk diperiksa dengan mammografi, diadakan kegiatan-kegiatan, seperti: 1. Pemutaran filem tentang kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara serta isu-isu pelayanan publik di bidang kesehatan. 2. Penyediaan perpustakaan yang di dalamnya terdapat berbagai buku ilmu pengetahuan. 3. Dilakukan pengujian kepada para peserta program, dimana para peserta program dites untuk menggambarkan cara pemeriksaan kesehatan payudara dengan SADARI. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa paham dan mengerti peserta program tentang penjelasan kanker payudra yang telah disampaikan oleh praktisi kesehatan pada saat kegiatan penyuluhan. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut, diharapkan peserta program tidak merasa jenuh dan bosan menunggu giliranya untuk diperiksa. Dengan demikinan, peserta program akan merasa nyaman di tengahtengah menunggu giliranya untuk diperiksa. d. Mengembangkan sistem rujukan untuk menindak lanjuti hasil temuan kasus kelainan pada payudara, guna diagnosa dan tindakan lebih lanjut secara gratis di rumah sakit Dharmais. Kegiatan ini dilakukan, ketika dari hasil pemeriksaan payudara warga perempuan, ditemukan kelainan, maka peserta program tersebut akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit
Dharmais. Dari observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan program dan wawancara peneliti kepada peserta program (warga perempuan), kegiatan ini telah mudah dan nyaman diterima oleh peserta program, karena segala hal yang terkait dengan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit, akan ditangani dan ditanggung semua oleh lembaga pelaksana program, seperti: pertama, biaya transprot dan transportasi dari mulai berangkat ke rumah sakit dahmais sampai dengan pulangnya. Dengan biaya transport dan transportasi yang ditanggung oleh lembaga pelaksana, peserta program akan merasa mudah dan nyaman melakukan pemeriksaan lebih lanjut tersebut, karena warga tidak mengeluarkan atau mencari biaya untuk pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit Dharmais. Begitupun dengan difasilitasi kendaraan ke rumah sakit Dharmais untuk pergi dan pulang, mereka tidak kesulitan mencari kendaraan, naik dan turun kendaraan, kepanasan, kelelahan, dan sebagainya. Kedua, mengkordinir peserta program (warga perempuan) yang akan dirujuk ke rumah sakit dan memberikan khabar waktu dan tempat berkumpul untuk diperiksa lebih lanjut di rumah sakit Dharmais secara tatap muka ataupun telephon. Dengan sistem yang diterapkan seperti ini, peserta program akan mudah melakukan pemeriksaan lebih lanjut, karena peserta program tidak kebinguan, terkait dengan waktu dan tempat dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut. Selain itu, dengan sistem pengkordiniran, yang dilakukan secara bersamaan, peserta program yang akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, tidak merasa canggung dan takut diperiksa di rumah sakit Dharmais. Kemudahan dan kenyaman peserta program menerima kegiatan ini, sebagaimana penuturan Ibu Fatimah, pada saat peneliti mewawancarainya ”Ya Saya dikasih taunya lewat telephon, suruh kumpul di kelurahan hari sabtu kemarin, nanti berangkat ke rumah sakit Dharmais dari kelurahan pagi, kira-kira jam 9nan. Berangkat dan pulangnya tadi diantar naik mobil angkot engga bayar, bareng sama ibu-ibu yang lainya81”. Ketiga, setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit Dharmais, dan ternyata hasilnya, peserta program mengindap kanker payudara, maka peserta progra akan dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan kesehatan (Sktm/Gakin/Askeskin). guna memperoleh pembebasan atau
81
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Fatimah (Warga/Peserta program), Jakarta, 7 Juli 2008.
peringanan biaya pengobatan lebih lanjut. Peserta program yang dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan kesehatan, dengan catatan salah satu dari keluarga peserta program harus ikut mendampingi, hal ini dilakukan, sebagai pembelajaran bagi keluarga peserta program untuk mengetahui dan dapat melakukan pengurusan jaminan pelayanan kesehatan sampai pada tingkat pengobatan di rumah sakit. Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan satu-persatu tersebut di atas, peneliti menyimpulkan, bahwa kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan, dapat dengan mudah dan nyaman diterima oleh peserta program (warga perempuan). 3. Tempat dan waktu pelaksanaan program Lokasi pelaksanaan kegiatan program di wilayah kelurahan RBU, dilaksanakan sebanyak 5 kali kegiatan, setiap hari sabtu, mulai jam 08.00 sampai jam 12.00 Wib. Dari sisi indikator keterjangkauan tempat pelaksanaan kegiatan program. Berdasarkan wawancara peneliti kepada peserta program (warga perempuan), bahwa tempat atau lokasi pelaksanaan kegiatan program yang dilaksanakan di kelurahan RBU, dapat dijangkau oleh para peserta program (warga perempuan kelurahan RBU). Hal ini sebagaimana penuturan para peserta program (warga perempuan), pada saat peneliti mewawancarainya, salah satunya Ibu Juriyah “Jarak dari rumah Saya ke kelurahan, dekat kira-kira 3 kiloan, bisa dijangkau82”. Dan penuturan Ibu Sariyah”Tempat dilaksanakannya kegiatan ini sangat stategis, rumah saya dekat kira-kira 100 meteran dari sini, mau main ke rumah83!”. Hal yang samapun dituturkan oleh Ibu Siti Oni “Posisi kegiatan ini sangat strategis, bisa dijangkau dari rumah saya, jalan kaki aja84”. Selain itu, berdasarkan observasi peneliti pada saat melakukan wawancara kepada warga perempuan ke rumahnya masing-masing, bahwa jarak antara tempat pelaksanaan kegiatan program di kelurahan RBU dengan tempat rumah para warga, jaraknya tidak jauh. Dari hasil wawancara peneliti kepada para warga perempuan dan observasi peneliti ke tempat rumah para warga, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, penulis menyimpulkan bahwa program yang
82
Wawancara pribadi dengan Ibu Juriyah (Warga/Peserta program), Jakarta, 14 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Ibu Sariyah (Warga/Peserta program), Jakarta, 14 Juni 2008. 84 Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Oni (Warga/Peserta program), Jakarta, 14 Juni 2008. 83
dilaksanakan untuk variabel tempat pelaksanaan kegiatan program, dapat mudah diterima atau dijangkau oleh peserta program. Dari dari sisi indikator efesiensi (tepat waktu) dan relevansi untuk variabel waktu pelaksanaan kegiatan program, berdasarkan wawancara peneliti kepada para peserta program (warga prempuan), bahwa kegiatan program yang dilaksanakan hari sabtu, telah sesuai diterima oleh peserta program, karena mayoritas pekerjaan peserta program sebagai Ibu Rumah tangga, hanya 5 %, para peserta program yang bekerja sebagai karyawati. Sehingga tepat (efesien) dan releven jika pelaksanaan kegiatan program dilaksanakan pada hari sabtu.
BAB V PENUTUP
Pada pembahasan terakhir bab 5, penulis mengambil beberapa kesimpulan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan saran-saran terkait dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan program. A. Kesimpulan 1. Program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan, yang dilaksanakan atas kerja sama atau kolaborasi YKPJ dan YAPPIKA, merupakan salah satu bentuk pelayanan publik di bidang kesehatan, dalam rangka pemenuhan hak-hak masyarakat terhadap akses pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara. 2. Pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara yang diberikan kepada masyarakat ini, terdiri dari langkah-langkah kegiatan, yaitu: b. Pendidikan publik, berupa penyuluhan kesehatan mengenai penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara, dan penyuluhan mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yang disampaikan oleh praktisi kesehatan dan pekerja sosial melalui dialog langsung dengan masyarakat dan penyebaran brosur-brosur. c. Pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) oleh para bidan secara manual melalui perabaan biasa, dimana masing-masing bidan memeriksa 50 perempuan. d. Verifikasi hasil pemeriksaan oleh para bidan dengan menggunakan alat mammografi. e. Mengembangkan sistem rujukan untuk menindak lanjuti hasil temuan kasus kelainan payudara guna diagnosa dan tindakan lanjut secara gratis di rumah sakit Dharmais. Dalam konteks ini, peserta program yang ditemukan menderita kelainan payudara, dibantu dalam pengurusan jaminan pelayanan kesehatan,
seperti: Askeskin (asuransi kesehatan warga miskin), Sktm (surat keterangan tidak mampu), atau Gakin guna memperoleh pembebasan atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut. 3.
Hasil analisa evaluasi input, peneliti menyimpulkan, pertama: dari hasil observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan program dan hasil wawancara peneliti dalam bentuk kuesioner kepada sejumlah Klien (sasaran penerima kegiatan program), bahwa karakteristik sasaran penerima kegiatan program (klien) yang terdiri dari: warga perempuan kelurahan RBU, para bidan di lokasi setempat, para relawan, dan masyarakat umum, telah sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ditetapkan lembaga pelaksana. Kedua, para staf pelaksana program. Dari hasil wawancara peneliti kepada para staf mengenai latar belakang pendidikan para staf, pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti para staf terkait dengan mekanisme kerjanya dalam program, serta bidang kerja para staf, menunjukan para staf berasal dari latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mekanisme kerjanya. Begitupun dengan pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh para staf dan bidang kerja para staf, telah sesuai dengan mekanisme kerjanya. Ketiga, sarana atau fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan program. Dari hasil pengamatan peneliti pada saat dilaksanakannya kegiatan dan hasil wawancara peneliti kepada peserta program (warga perempuan), bahwa fasilitas yang digunakan telah sesuai dengan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program dan jumlahnya telah memadai sesuai dengan kapasitas pihak-pihak yang menggunakan fasilitas tersebut.
4. Hasil analisa evaluasi proses, peneliti menyimpulkan: pertama, kegiatan-kegiatan program yang dilaksanakan, terdiri dari 4 tahapan kegiatan, yaitu: a. Tahap persiapan program. e. Tahap uji coba program. f. Tahap pelaksanaan program. g. Tahap evaluasi akhir keseluruhan program, analisis data-data, dan laporan. Kedua, langkah-langkah kegiatan program yang terdiri dari:
1) Pendidikan publik, berupa kegiatan penyuluhan kesehatan tentang penyakit kanker payudara, penyuluhan tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara, dan penyuluhan mengenai hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik di bidang kesehatan, yang disampaikan oleh praktisi kesehatan dan pekerja sosial melalui dialog langsung dengan masyarakat dan penyebaran brosur-brosur. Hasil observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan dan hasil wawancara peneliti kepada warga perempuan (peserta program), penulis menyimpulkan, bahwa kegiatan program ini telah mudah dan nyaman diterima oleh warga perempuan (peserta program). Kemudahan dan keyamanan warga perempuan dalam menerima kegiatan ini, ditinjau dari 4 hal: pertama, di sediakannya tempat ruangan penyuluhan untuk warga perempuan yang mengikuti kegiatan tersebut. Dengan adanya tempat ruangan penyuluhan, warga perempuan tidak kepanasan dan warga perempuan dapat kondusip mendengarkan penjelasan penyuluhan yang disampaikan oleh praktisi kesehatan. Ruangan penyuluhanpun memadai untuk dapat menampung seluruh warga perempuan. Kedua, sarana yang digunakan pada saat kegiatan penyuluhan, memadai dan sesuai dengan yang butuhkan, hal ini membuat warga perempuan merasa nyaman mengikuti kegiatan tersebut. Ketiga, sikap praktisi kesehatan dan staf pelaksana program memberikan pelayanannya dengan sikap ramah dan kekeluargaan, hal ini membuat warga perempuan merasa nyaman mengikuti kegiatan penyuluhan, karena peserta program tidak merasa canggung untuk berdialog dan bertanya mengenai penyakit kanker payudara dan deteksi dini kanker payudara, dan hal-hal apapun yang terkait dengan kegiatan program. Keempat, kemudahan warga perempuan untuk dapat mengerti atau memahami penjelasan yang sampaikan oleh praktisi kesehatan mengenai penyuluhan kesehatan tentang kanker payudara. 2) Kegiatan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) oleh para bidan secara manual melalui perabaan dengan tangan. Dari hasil observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan dan wawancara peneliti kepada peserta program (warga perempuan), penulis menyimpulkan, bahwa kegiatan program ini telah mudah
dan nyaman diterima oleh warga perempuan. Hal-hal yang menunjukan bahwa kegiatan ini telah mudah dan nyaman diterima oleh peserta program, yaitu: pertama, tempat ruangan dilakukan pemeriksaan kesehatan payudara memadai sesuai dengan jumlah warga perempuan yang melakukan pemeriksaan dan tempat ruangan pemeriksaan yang tertutup, hal ini dapat membuat peserta program nyaman pada saat dilakukan pemeriksaan payudaranya. Kedua, sarana yang digunakan pada saat dilakukan pemeriksaan payudara memadai dan sesuai dengan yang butuhkan, hal ini membuat warga perempuan merasa nyaman pada saat dilakukan pemeriksaan payudaranya. Ketiga, sistem dilakukan pemeriksaan warga perempuan menggunakan nomor urut kopun, sehingga peserta program yang melakukan pemeriksaan terlihat tertib dan nyaman. 3) Verifikasi hasil pemeriksaan oleh para bidan dengan menggunakan alat mammografi Hasil observasi peneliti pada saat pelaksanaan kegiatan dan hasil wawancara peneliti kepada warga perempuan, penulis menyimpulkan, bahwa kegiatan program ini telah mudah dan nyaman diterima oleh warga perempuan. Kemudahan dan kenyaman peserta program dalam menerima kegiatan ini, ditinjau dari 3 hal: pertama, tempat ruangan pemeriksaan mammografi memadai sesuai dengan kebutuhan terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan, hal ini dapat membuat warga perempuan merasa nyaman melakukan pemeriksaan di ruangan tersebut. Kedua, fasilitas yang digunakan dalam ruangan pemeriksaan mammografi memadai dan sesuai dengan yang dibutuhan oleh peserta program, hal ini dapat membuat warga perempuan merasa nyaman mengikuti kegiatan pemeriksaan. Ketiga, mobil mammografi yang memuat alat medis pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) yang bisa menjangkau dan mendatangi tempat para warga masyarakat yang ingin melakukan pemeriksaan ini. Hal ini tentunya akan membuat peserta program mudah untuk melakukan pemeriksaan dengan mammografi, dimana para warga tidak harus datang dan mengeluarkan biaya ke rumah sakit untuk diperiksa dengan alat mammografi.
4) Mengembangkan sistem rujukan untuk menindak lanjuti hasil temuan kasus kelainan pada payudara guna diagnosa dan tindakan lebih lanjut secara gratis di rumah sakit Dharmais. Dari hasil observasi peneliti pada saat pelaksanaan dan wawancara peneliti kepada warga perempuan, penulis menyimpulkan, bahwa kegiatan program ini telah mudah dan nyaman diterima oleh warga perempuan, karena keperluan-keperluan yang terkait dengan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit Dharmais, ditangani semua oleh lembaga pelaksana program, seperti: biaya transpot dan transportasi dari mulai berangkat ke rumah sakit Dahmais sampai dengan pulang, mengkordinir warga perempuan yang akan dirujuk ke rumah sakit Dharmais, dan memberikan kabar waktu dan tempat berkumpul untuk diperiksa lebih lanjut di rumah sakit Dharmais secara tatap muka ataupun telephon kepada warga perempuan. 5. Dari sisi indikator keterjangkauan tempat pelaksanaan kegiatan, penulis menyimpulkan, bahwa tempat pelaksanaan kegiatan program dapat dijangkau oleh para peserta program (warga perempuan). Karena hasil wawancara peneliti kepada warga perempuan dan hasil observasi peneliti ke rumah-rumah warga pada saat melakukan wawancara, menunjukan jarak antara rumah warga ke tempat pelaksanaan program dapat dijangkau dan startegis. Dari sisi indikator efesiensi (tepat waktu) dan relevansi waktu pelaksanaan kegiatan, hasil wawancara peneliti kepada para peserta program (warga perempuan), bahwa kegiatan pelaksanaan program yang dilaksanakan telah sesuai waktunya. B. Saran-Saran Terdapat beberapa saran terkait dengan pelaksanan kegiatan program yang mungkin bisa bermanfaat sebagai masukan untuk pelaksaanaan kegiatan program selanjutnya. Beberapa saran tersebut meliputi: 1. Bagi peserta program (warga perempuan) yang terdeteksi kelainan payudaranya, sebaiknya peserta program tersebut diberikan pengarahan berupa sugesti, motivasi, dan lain-lainnya terkait dengan hal-hal yang membuat dirinya tidak takut untuk diperiksa lebih lanjut di rumah sakit Dharmais. Hal ini penting,
dikarenakan pada saat peneliti melakukan wawancara kepada peserta program, ada dari warga yang takut dan cemas untuk diperiksa lebih lanjut di rumah sakit Dharmais, sehingga mereka memilih untuk tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit dharmais. Padahal pemeriksaan lebih lanjut ini, ingin mengetahui lebih jelas dan menentukan hasil pemeriksaan dengan alat mammografi, apakah hasil temuan kelainan payudara dengan mammografi tersebut termasuk kanker atau bukan. Jika hasil pemeriksaan lebih lanjut, peserta program mengidap kanker payudara, peserta program tersebut akan dibantu oleh pihak Yappika terkait dengan pengurusan jaminan pelayanan kesehatan seperti: Sktm/Gakin/Askeskin guna memperoleh pembebasan atau peringanan biaya pengobatan lebih lanjut pada penyakit kanker payudaranya. 2.
Saat sosialisasi rencana pelaksanaan kegiatan ke masyarakat, misalnya: di pengajian-pengajian atau di tempat acara-acara yang banyak berkumpul para ibu-ibu, sebaiknya ada perwakilan dari stap pelaksana program (relawan), yang memberikan informasi dengan jelas mengenai pelaksanaan kegiatan program dan memberikan keyakinan kepada warga setempat mengenai pentingnya kegiatan ini, sehingga warga perempuan dapat ikut serta pada kegiatan ini. Perwakilan dari staf saat sosialisasi rencana pelaksanaan kegiatan ke masyarakat, penting agar tidak terjadi miss komunikasi informasi mengenai rencana pelaksanaan kegiatan program dan agar warga tidak merasa takut untuk diperiksa payudaranya. Karena dari hasil wawancara peneliti kepada peserta program, ada dari warga perempuan yang tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut, dikarenakan takut untuk diperiksa dan menganggap kegiatan ini tidak penting, dan hanya mencari penyakit pada diri sendiri. Selain itu ada dari warga, tidak mengikuti kegiatan penyuluhan, dikarenakan informasi mengenai dilaksanakan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara oleh pihak kader PKK setempat baru disampaikan kepada warga, setelah kegiatan itu berjalan. Hal ini berarti terjadi miss komunikasi informasi pada saat sosialisasi rencana pelaksanaan kegiatan program.
3. Saat dimulai kegiatan penyuluhan, sebaiknya panitia pelaksana program, menginformasikan kepada para peserta program mengenai tahapan-tahapan dalam kegiatan program yang harus diikuti oleh peserta program. Atau sebaiknya informasi mengenai tahapan-tahapan kegiatan program ditempel di tempat-tempat yang bisa dilihat oleh peserta program. Hal ini penting, dikarenakan dari pengamatan peneliti, ada dari peserta program yang tidak mengetahui tahapan-tahapan kegiatan program yang harus mereka ikuti, seperti, ada dari peserta program yang tidak mengetahui setelah dilakukan pemeriksaan payudara oleh bidan selanjutnya harus ke mana lagi. 4. Setiap kali pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, para staf pelaksana program, sebaiknya menggunakan tanda pengenal berupa kartu kepanitiaan yang ditempel dibaju. Tanda pengenal ini penting, ketika ada dari peserta program yang ingin bertanya langsung mengenai hal-hal yang belum diketahui oleh peserta program pada kegiatan tersebut. Selain itu dari pengamatan peneliti pada saat kegiatan program sedang berlangsung, ada beberapa peserta program terlihat bingun untuk bertanya kepada siapa, mengenai alur tahapan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara yang harus diikutinya. 5. Pelayanan masyarakat yang dilaksanakan dalam rangka pemenuhan hak-hak masyarakat terhadap akses pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan dalam penanganan penyakit kanker payudara ini, harus lebih menekankan pada aspek pemberdayaan masyarakat, dan bukan dalam bentuk charity dan proyek sementara, artinya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat harus mampu membuat masyarakat dapat mengembangkan kemandirian, membangkitkan kesadaran, dan mampu melakukan pembelaan terkait dengan hak-haknya terhadap pelayanan kesehatan yang harus diterimanya dengan mudah, murah, dan nyaman. Dengan demikian masyarakat tidak selalu harus pasrah diri dengan bentuk layanan yang diterimanya, tampa berpikir kritis dan melakukan pembelaan terhadap hak-haknya pada pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA Adi. Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Pengatar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003. Arikunto. Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineke Cipta, 1997. Arif. “Bimbingan Penyuluhan Sosial”. Artikel diakses pada 12 Mei 2008 dari http// elearning.unej.ac.id. Amoyepai. “Peningkatan Kualitas Layanan Publik”. Artikel diakses pada 8 Maret 2008 dari WWW.Walhi.or.Id. At 02: 02. Bahan proposal program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan. Jakarta, 2008. Bahan materi pembekalan dan pelatihan para relawan “Diskripsi Tugas Relawan Untuk Kegiatan Penyuluhan dan Pemeriksaan Kesehatan Payudara”. Jakarta 2008. Hidayati. Nurul, Metode Penelitian Dakwah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006. Hikmat, Harry, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Homaniora Utama Press, 2004. Indiyastuti, Sri. ”Liku-liku Pengurusan Jaminan Kesehatan Warga Miskin”. Artikel diakses pada 20 Maret 2008 dari WWW.
[email protected], 2007/11/08. Indrasufian.”Pengertian Pelayanan Publik”. Artikel diakses pada tanggal 19 Maret 2008 dari Blog.Com, 2007/09/12/. Kanker Payudara, Apa dan Bagaimana, Diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.pitapink.com/id/. Lady Asher. “Gratis Deteksi Kanker Payudara dari Yappika dan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta”. Artikel diakses pada 8 Maret 2008 dari Blog: http: //WWW.Pewarta-Kabarindonesia. blogspot.com, 2007/06/15, 15:59:24 Wib. Nasuhi. Hamid, Ropi. Ismatu. dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi). Jakarta: Center For Quality Developmen and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Nggao. Ferdy S, Evaluasi Program, Bahan Presentasi Untuk Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatulla”. Jakarta, 18 Januari 2006.
New Life Options. “Pelayanan Publik”. Artikel diakses pada 15 Maret 2008 dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. Com. Moleong. Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Masyarakat Peduli Pelayanan Publik (Mp3)” Info Seputar RUU Pelayanan Publik”. Jakarta, 2008. Poerwandi. E. Kristini, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: LPSP3-UI, 1998. Primahendera, Evaluasi Program. Jakarta, 2002. Partanto. Pius A dan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola, 1994. Periksa Payudara Sendiri (Sadari), diakses pada 12 Mei 2008 dari www.dharmais.co.id. Roestomo, Bambang. “Wajah Buram Pelayanan Publik Kita”. Artikel diakses pada 8 Maret 2008 dari WWW. Pewarta-Kabar Indonesia.bogspot.com. Suharto. Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama, 2005. Simatupang. Landung R., Asas-Asas Penelitian Behavioral. Bandung: Gadjah Mada University Press (UGM), 1990. Tayibnapis. Farida Yusuf, Evaluasi Program. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000. Tentang kami> Sejarah, Visi, Misi dan Peran Yappika, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.yappika.or.id. Tentang profil YKPJ, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.pitapink.com/id/ sejarah-visi-misi-tujuan.php. Tentang Kanker Payudara, diakses pada 12 Mei 2008 dari http://www.pitapink.com/id/ Kajian. Wawancara pribadi dengan Sri Indiyastuti (Staf Maneger Kampanye Publik Yappika). Jakarta, 18 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Nia (Staf Pendukung Sekertaris YKPJ). Jakarta, 16 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Elita Triandayani (Kordinator Relawan). Jakarta, 18 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan peserta program (warga perempuan kelurahan RBU). Jakarta, 14 Juni-5 Juli 2008. Wawancara pribadi dengan para bidan. Jakarta, 21 Juni- 5 Juli 2008. Wawancara pribadi dengan para relawan. Jakarta 14-28 Juni 2008. Wawancara pribadi dengan Ibu Ida (kader PKK). Jakarta 5 Juli 2008.
Wawancara dengan Warga Perempuan Kelurahan RBU (Klien/sasaran penerima kegiatan program) Nama
:
Tempat
: Rumah warga dan Kantor kelurahan RBU
Tanggal
: 14 Juni sampai 5 Juli 2008
A. Pertayaan-pertayaan 1. Tentang latar belakang karakteristik demografi dan biografi Warga perempuan Kelurahan RBU (Klien/sasaran penerima kegiatan program): a. Nama
:
b. Alamat
:
c. Usia
:
d. Pekerjaan
:
e. Penghasilan perbulan (gaji)/penghasilan suami : 2. Apakah sebelum mengikuti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, Ibu mengetahui bahwa kanker payudara dapat dikenali secara dini? a. Ya
b. Tidak
3. Apakah sebelum mengikuti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, Ibu mengetahui cara periksa payudara sendiri (SADARI)? a. Ya
b. Tidak (lanjutan pertanyaan No. 5)
4. Bila ya, bisa Ibu sebutkan bagaimana cara periksa payudara sendiri(SADARI)? 5. Apakah sebelum mengikuti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, Ibu mengetahui waktuwaktu dilakukan SADARI? a. Ya
b. Tidak
6. Apakah para panitia pelaksana kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara), bersikap ramah dan baik memberikan pelayanannya kepada Ibu? a. Tidak
b. Ramah dan baik
c. Cukup ramah dan baik
d. Sangat ramah dan baik
7. Menurut Ibu, posisi atau tempat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) ini, posisinya strategis dan dapat dijangkau tidak oleh Ibu? a. Ya
B. Kolom jawaban
b. Tidak
1. Latar belakang karakteristik demografi dan biografi Warga perempuan kelurahan RBU (Klien/sasaran penerima kegiatan program) No
Nama
Alamat
Usia
Pekerjaan
1
Juriyah
51
2
Suci Ati
3
Karsih
Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Idem
4
Umi Kulsum
5
Ani
Jln. B. 4. No. 35 Gg. G. 1. Rt. 08/05 Jln. B. 4. No. 31 Gg. G. 1. Rt. 08/05 Jln. B. 4. No. 1 Gg. G. 1. Rt.08/05 Jln. B. 4. No. 24 Gg. G. 1. Rt. 08/05 Jln. B. 3. No.22 Rt. 05/05
6
Anna
54
Idem
7
Siti Fatimah
Jln. B. 3. No. 23 Rt. 05/05 Jln. B. 2. Rt. 07/05
Tidak tentu, sedikasihnya anak (Suami pengangguran) Idem
46
Idem
1 Juta (Suami wiraswasta)
8
Turini
58
Idem
9
Supriyanti
42
Idem
Tidak tentu, sedikasihnya anak (Suami meninggal) 1 Juta (Buruh pabrik)
10
Umaroh
36
Idem
11
Suliharti
34
Idem
12
Onah
60
Idem
13
Surtini
55
Idem
14
Cucu
54
Idem
Tidak tentu, sedikasihnya anak(Suami meninggal) Dari anak (Pegawai swasta) 1 Juta (Ustad)
15
Sukaisih
49
Idem
7 Ratus (Dagang bakso)
16
Sumeri
32
Karyawati
1.5 Juta
17
Tanimah
47
Sariyah
47
Ibu rumah tangga Idem
Ga tentu (Serabutan)
18 19
Sarwi
Jln. B. 4. No. 31 Gg. G. 1. Rt. 08/05 Jln.Rawa binangun 3. No. 12. Rt. 07/08 Jln.Rawa binangun 3 No. 12. Rt. 07/08 Jln.Rawa binangun 3 No. 10. Rt. 07/08 Jln. Gg. M. No. 13 Rt. 06/09 Jln. Gg. B. No. 36 Rt. 05/09 Jln F. Gg. G. No. 19 Rt. 08/04 Jln Rawa binangun 2. No. 20. Rt. 07/08 Jln B Rawa badak Rt. 02/09 Jln E 1. No. 37. Rt. 09/05 Jln Rawa binangun Rt. 08/08 Jln Cibateng 1 No. 42. Rt. 07/02
42
Idem
500 ribu (Wiraswasta /dagang bakso keliling)
20
Kurniati
Jln sawah baru No. 8. Rt. 2/11
50
Idem
1 juta (Wirasawasta)
1.
Nama: Juriyah No. 2 No. 3 b.Tidak
b.Tidak
39 37 45 57
Penghasilan perbulan (gaji)/penghasilan suami 500 Ribu (Buruh kuli) 1 Juta (Buruh kuli) 40 Ribu/hari (Buruh kuli) 1 Juta(Suami meninggal)
Wiraswasta (dagang) Ibu rumah tangga
1.5 Juta (Wiraswasta/dagang) 1 Juta (Swasta buruh)
Ga tentu (Kuli borongan)
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
2.
Nama: Suci Ati No. 2 No. 3 b.Tidak
3.
Nama: Karsih No. 2 No. 3 b.Tidak
4.
b.Tidak
Nama: Turini No. 2 No. 3 b.Tidak
9.
b.Tidak
Nama: Siti Fatimah No. 2 No. 3 b.Tidak
8.
b.Tidak
Nama: Anna No. 2 No. 3 b.Tidak
7.
b.Tidak
Nama: Ani No. 2 No. 3 b.Tidak
6.
b.Tidak
Nama: Umi Kulsum No. 2 No. 3 b.Tidak
5.
b.Tidak
b.Tidak
Nama: Umaroh No. 2 No. 3 b.Tidak
b.Tidak
10. Nama: Surtini No. 2 No. 3 b.Tidak
b.Tidak
11. Nama: Cucu No. 2 No. 3 b.Tidak
b.Tidak
12. Nama: Sumeri
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 4
No. 5
No. 6
No.7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 2
No. 3
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
b.Tidak
b.Tidak
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 4
No. 5
No. 6
No.7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
13. Nama: Tanimah No. 2 No. 3 b.Tidak
b.Tidak
14. Nama: Sariyah No. 2 No. 3 b.Tidak
b.Tidak
15. Nama: Sarwi No. 2 No. 3 b.Tidak
b.Tidak
q. Nama: Meli No. 2 No. 3 b.Tidak
b.Tidak
r. Nama: Rochti No. 2 No. 3 b.Tidak
b.Tidak
s. Nama: Siti Oni No. 2 No. 3 b.Ya
b.Ya
t. Nama: Onah No. 2 No. 3 b.Tidak
b.Tidak
u. Nama: Kurniati No. 2 No. 3 b.Tidak
b.Tidak
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
Payudara dirabaraba,dicari ada benjolan atau tidak
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
No. 4
No. 5
No. 6
No. 7
-
b.Tidak
b.Ramah dan baik
a.Ya
Wawancara dengan Para Bidan lokal Nama Tanggal Tempat
: : 21 Juni sampai 5 Juli 2008 : Kantor kelurahan
Pertayaan-pertayaan 1. Tentang latar belakang biografi para bidan: a. b. c. d. e.
Nama Pendidikan terakhir Asal pendidikan terakhir Bidang study pendidikan Pekerjaan
: : : : :
2. Apakah sebelum mendapatkan pelatihan yang diberikan oleh pihak pelaksana program (YKPJ), Ibu mempunyai pengetahuan tentang penyakit kanker payudara dan cara pemeriksaan kesehatan payudara? a. Ya
b. Tidak
3. Dari mana Ibu mendapatkan pengetahuan tentang penyakit kanker payudara dan pelatihan cara pemeriksaan kesehatan payudara melalui perabaan dengan SADARI (periksa payudara sendiri)? a. Pendidikan kebidanan
b. Lainya: sebutkan
4. Apakah sebelum mendapatkan pelatihan yang diberikan oleh pihak pelaksana program (YKPJ), Ibu memiliki keahlian tentang cara melakukan pemeriksaan kesehatan payudara melalui perabaan dengan SADARI (periksa payudara sendiri)? a. Ya
b. Tidak
Kolom jawaban Tentang latar belakang biografi para bidan N o 1 2
Nama Ellyne Agustina Elisabet. S.Am. keb Yogiana. M
Pendidikan terakhir D3
Asal pendidikan terakhir Medan, Akbid Senior
Bidan Study pendidikan Kesehatan
Pekerjaan
Sekolah Umum perawan bidan
Rs Perang Medan
Perawat bidan
Bidan
Bidan
3
Usdah
D1
Rs Budi Kemuliaan Jak-Pus
Kebidanan
a. Nama: Ellyne Agustina Elisabet. S, Am. Keb No. 2 b. Tidak.
No. 3 -
No. 4 b. Tidak.
b. Nama: Bd. Yogianna. M No. 2 b. Tidak
No. 3 b. -
No. 4 b. Tidak
c. Nama: Bd. Usdah No. 2 b. Tidak
No. 3 -
No. 4 b. Tidak
Data-data Relawan Tgl. 29/5/07
09/10/2007
06/05/2008
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Fanti Yusnita Abdul Hamid Zainy Warsika Siska Apriani Mba Tuti Elita Triyandayani Solfa Silvia Yulianti Ali Pahlevi Sary Ningsih Amanda Putri R Erna Ambarini Halyza Fauziah Achmad Romadhan Prayit S.A Althea Maria R Leonardo Fahminudin
Hp/Telf
99985437 94888649 99098494 91353546 94826094 085695689180 085710481244 99996597 93234703
Bidan
Wawancara dengan Kordinator Relawan Yappika Nama
: Elita Triandayani
Tanggal
: 18 Juni 2008
Tempat
: Kantor Yappika
A. Pertayaan-pertayaan 1. Tentang latar belakang Biografi kordinator relawan Yappika a. Nama
:
b. Pendidikan terakhir
:
c. Pendidikan yang ditempuh saat ini
:
d. Pengalaman organisasi
:
2. Berapa jumlah relawan yang ditargetkan oleh YAPPIKA untuk mengikuti dan mendapatkan pelatihan dalam program? 3. Siapa saja yang terlibat dari Yappika dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) di kelurahan RBU? 4. Setiap kali pelaksanaan kegiatan di 1 kelurahan, berapa jumlah relawan yang terlibat? 5. Bagi Ibu sendiri, apa mekanisme kerja atau peran Ibu dalam kegiatan program? 6. Apakah Ibu mendapatkan pelatihan khusus mengenai mekanisme kerja Ibu pada kegiatan pelaksanaan program ini?. Jika ya, pelatihan apa saja yang Ibu dapatkan? 7. Persiapan dan perlengkapan apa saja (sarana atau fasilitas) yang digunakan pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) di kelurahan RBU? 8. Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara), siapa saja yang diajak untuk bekerja sama dalam pelaksanaan program? 9. Dalam pelaksanaan kegiatan ini di satu kelurahan, berapa kali diadakannya kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara hingga selesai kegiatan?
10. Dari jam berapa kegiatan penyuluhan dan pemeriksaaan kesehatan payudara (deteksi dini kanker payudara) dilaksanakan hingga selesai? 11. Setiap kali pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, berapa jumlah bidan setempat yang dilibatkan? 12. Setiap kali pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara, berapa jumlah warga yang diperiksa oleh bidan? 13. Bagaimana proses tahapan sosialisasi rencana pelaksanaan kegiatan program dan pengorganisasian masyarakat di lokasi target kegiatan? 14. Kepada siapa saja sosialisasi rencana kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara diinformasikan?
C. Jawaban 1. Tentang latar belakang Biografi kordinator Relawan Yappika a. Nama
: Elita Triandayani
b. Pendidikan Terakhir
: SMA
c. Pendidikan yang di tempuh saat ini
: Strata (S-1) Pendidikan Luar
Sekolah, Universitas Negeri
Jakarta d. Pengalaman Organisasi
: Bendahara Dept Hubungan Sosial Badana Eksekutif Mahasiswa Jurusan
2. 30 Volunter. 3. Manajer Humas Yappika dan Volunteer. 4. + 8 Volunter. 5. Mengatur persiapan kegiatan pemeriksaan dan penyuluhan di lintas kelurahan. 6. Ya….mendapat training tentang kanker payudara dan prosedur jaminan kesehatan serta informasi tentang pelayanan publik khususnya di bidang kesehatan. 7. Mobil mamograpi, ruang CBE, dan ruang penyuluhan. 8. Lurah, Kader PKK, Karang Taruna, dan Puskesmas. 9. 5 kali kegiatan. 10. Mulai pukul 09.00 sampai pukul 13.00 Wib. 11. Sekitar + 6 bidan. 12. 50 Warga.
13. Sosialisasikan tentang kegiatan pada Lurah dan Aparat setempat, lalu turun lapangan mengunjungi kader untuk membantu mempertemukan dengan masyarakat yang dituju dan membagikan poster dan leaflet terkait dengan pelaksanaan kegiatan. 14. Lurah, Kader PKK, Karang Taruna, dan Puskesmas.
Wawancara dengan Maneger Humas dan Kampanye Publik Yappika. Nama
: Sri Indriyastuti
Tanggal
: 18 juni 2008.
Tempat
: Kantor Yappika
A. Pertayaan-pertayaan 1. Tentang latar belakang biografi Maneger Humas dan Kampanye Publik Yappika b. Nama
:
c. Pendidikan terakhir
:
d. Asal pendidikan terakhir : e. Bidang study pendidikan : f. Bidang pekerjaan
:
g. Masa pekerjaan
:
2. Bagaimana awal mula sejarah munculnya program deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan klinis dengan melibatkan bidan. Dan apa yang melatar belakangi terbentuknya kerja sama untuk melaksanakan program dengan YKPJ? 3. Bagaimana rangkaian kegiatan tahapan-tahapan pelaksanaan program, dari mulai perencanaan hingga pada tahap evaluasi? 4. Bagaimana standar kerja yang baik pada mekanisme kerja relawan, pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan payudara? 5. Berapa jumlah relawan yang ditargetkan Yappika, untuk dapat terlibat dalam kegiatan-kegiatan program? 6. Bagaimana Yappika menindak lanjuti hasil temuan warga yang terjangkit penyakit kanker payudara?
B. Jawaban. 1. Tetang Tentang latar belakang biografi Maneger Humas dan Kampanye Publik a. Nama
: Sri Indiyastuti
b. Pendidikan terakhir
: S I (Starata 1)
Yappika
c. Asal pendidikan terakhir : Universitas Katolik Atmajaya, Yogyakarta d. Bidang study pendidikan : Biologi Lingkungan e. Bidang Pekerjaan
: Maneger Humas dan Kampanye Publik Yappika
f. Masa pekerjaan
: 2003 sampai sekarang
2. Awal mulanya, Yappika tahun 2006 lalu proaktif mengajukan kerjasama dengan YKPJ (Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta) untuk melakukan kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kanker payudara secara gratis, yang dilakukan di 5 lokasi yang menjadi basis simpul-simpul relawan Yappika di Jakarta, yang sebelumnya kegiatan ini belum menjadi program yang sekarang ini. Kegiatan yang dilakukan di 5 lokasi yang menjadi basis simpul-simpul relawan Yappika ini yaitu, di kantor Yappika dengan melibatkan masyarakat sekitar, kemudian di simpul pasar minggu, di simpul pangkalan jati, kemudian simpul pondok gede dan terakhir simpul Jakarta utara. Relawan Yappika yang berada di lokasi tersebutlah yang kemudian mengorganir pelaksanaan kegiatan. Kegiatan yang dilaksanakan di 5 lokasi simpul tersebut, peran Yappika tidak dari segi medisnya, karena Yappika bukan lembaga medis, tapi di lihat dari segi pelayanan publiknya, dalam hal ini masih sangat minim informasi tentang kanker payudara di puskesmas-puskesmas, dan juga untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat terkait dengan hak pelayanan publik, dalam hal ini hak atas pelayanan kesehatan, khususnya tentang kanker payudara masih sangat ekslusif di publik, dan itu merupakan resfentetasi dari salah satu hak pelayanan yang harus diterima oleh masyarakat, melihat kecenderungan penyakit kanker payudara semakin tinggi. Berawal dari situ, kemudian YKPJ melihat kegiatan ini cukup stategis untuk dikembangkan lebih jauh, dalam arti secara sturuktural untuk mendukung sebuah proses penelitian, untuk mengetahui sejauh mana sebenarnya kecenderungan penyakit kanker payudara menyerang kaum perempuan, kemudian ada semangat juga untuk mengkomunikasikan atau meningkatkan kesadaran masyarakat terkait dengan bahaya penyakit kanker payudara. Kemudian YKPJ menawarkan kepada Yappika untuk membuat program bersama-sama untuk diajukan ke The Brearst Health Global Inititive atau BHGI yang kebetulan membuka kesempatan untuk kegiatan penelitian terkait dengan kanker payudara. BHGI mendanai program ini dari segi medisnya, tapi kemudian kita mendiskusikan, ketika akan bekerja sama dengan Yappika, maka Yappika tidak bisa mengakomodir kegiatan program ini dari segi medisnya, karena Yappika bukan lembaga medis. Kemudian ditemukan titik temu, bahwa YKPJ akan bertanggung jawab dalam kegiatan program ini untuk mengkomunikasikan dari medisnya, melakukan pemeriksaan, dan menindak lanjuti temuan-temuan kanker secara medis, sementara Yappika berfungsi untuk mengkomunikasikan hak pelayanan publik secara terintergrasi dalam program ini. Caranya bagaimana, caranya adalah dengan mengkomunikasikan apa sih hak pelayanan publik. kemudian secara langsung melakukan advokasi di tingkat warga, artinya
melakukan pendampingan terhadap pasien (warga) yang yang terkena kanker payudara atau kelainan payudara yang memerlukan tindak lanjut medis, namun Dia tidak mempunyai biaya cukup untuk melakukan itu, karena dia tidak mampu. Disinilah peran Yappika sangat penting untuk melakukan advokasi bagaimana kemudian si pasien (warga) itu dapat tertangani secara dini penyakit yang ditemukan itu dengan menggunakan skema jaminan asuransi kesehatan yang sediakan oleh pemerintah melaui Gakin dan juga untuk warga yang tidak mempunyai Gakin dengan menggunakan mekanisme surat keterangan tidak mampu yang juga berfungsi sebagai Gakin. Kemudian sama-sama disepakati dan setelah proposal selesai disetujui. Selanjutnya dilaksanakanlah program yang sekarang ini di Jakarta Utara. 3. Secara keseluruhan program terdiri dari 4 tahapan: pertama, tahap persiapan. Kedua, tahap uji coba program. Pada tahapan ini untuk melihat bagaimana respon masyarakat terkait dengan program ini, dan kita ingin mengetahui dan melihat sejauh mana alat-alat komunikasi dan perlengkapan-perlengkapan yang digunakan dalam pelaksanaan program ini, pas sesuai dengan sasarannya. Tahap uji coba ini dilakukan di Rawa Badak Selatan, sebanyak 4 kali kegiatan. Setelah dilakukan tahap uji coba program, dilakukanlah evaluasi atas uji coba program tersebut, untuk melihat kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dan hasilnya terdapat beberapa rekomendasi perbaikan dan juga yang sudah bagus dipertahankan. Ketiga, tahap pelaksanaan program lanjutkan. Selanjutnya yang terakhir tahap evaluasi keseluruhan program dan pengelolohan data kuesioner yang telah di isi oleh warga, untuk melihat dari sisi medisnya maupun dari sisi pandangan masyarakat terkait dengan jaminan pelayanan kesehatan, yang bukan hanya menyangkut Askeskin, tapi juga kualitas pelayanan kesehatan yang diterimanya selama ini atau yang Dia ketahui. Kuesioner itu ada 2 hal. Pertama, pengetahuan masyarakat tentang kanker payudara. Kedua, pendapat dan pengetahuan masyarakat terhadap pelayanan publik di bidang kesehatan yang didalamnya termasuk kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas-puskesmas, kemudian jarak dari rumah warga ke puskesmas atau rumah sakit, dan juga jaminan asuransi kesehatan bagi warga miskin bisa Askeskin untuk konteks Jakarta disebut Gakin, kemudian untuk yang tidak mampu disebut SKTM untuk yang tidak yang mempunyai Gakin tapi dia termasuk golongan tidak mampu. 4. Standar kerja yang baik pada mekanisme kerja relawan, yang pertama relawan harus solid artinya relawan harus bisa bekerja sama dalam tim, karena tim yang harus ia bangun bukan hanya sesama relawan sendiri dan tim kaitan antara relawan Yappika dengan Staf-staf antara YKPJ, tapi juga karena tugas relawan juga salah satunya mengembangkan kesukarelawanan di tingkat lokal, untuk bagaimana bisa mengajak warga setempat bisa berkontribusi dalam kegiatan ini melalui, misalnya penyebaran informasi, maka dari itu relawan harus solid dalam mekanisme kerjanya.
Kedua, relawan harus mengikuti pelatihan dan pembekalan baik itu di Yappika maupun di YKPJ. Di Yappika akan di bekali terkait dengan hak pelayanan publiknya dan bagaimana mereka harus menjalankan mekanisme kerjanya secara teknis, sementara di YKPJ mereka akan di bekali terkait dengan medisnya. Jadi mereka ketika turun lapangan tidak ngambang begitu saja, tapi mereka mempunyai skill untuk dapat menjalankan mekanisme kerjanya dalam pelaksanaan program. 5. Jumlah Relawan yang ditergetkan untuk pelaksanaan kegiatan program sebanyak 25-30 Orang. 6. Tugas Yappika terhadap pasien (warga) yang ditemukan menderita penyakit kanker payudara atau kelainan pada payudara, Yappika akan melakukan pendampingan pada pasien tersebut dengan melibatkan keluarga. Pendampingan pasien tidak hanya dilakukan oleh relawan Yappika sendiri, tapi juga harus melibatkan keluarga. Jadi ketika melakukan pendampingan terhadap pasien yang memerlukan tindak lanjut jaminan pelayanan kesehatam harus melibatkan keluarga. Kenapa harus melibatkan keluarga, agar mereka tahu prosedur pengurusan Askeskin dari tingkat desa sampai tingkat ke rumah sakit dan supaya mereka mempunyai pengetahun dan pengalaman dalam mengurus Askeskin, dan juga mengetahui bagaimana caranya berargumentasi dengan petugas Askeskin atau Gakin di rumah sakit. Dengan pengetahuan dan pengalaman tersebut, diharapkan si pasien (warga) bisa menularkannya ke warga lainnya.
Data-data Bidan Lokal Tanggal Untuk Lokasi ######## Rawa Badak Selatan
######## Tugu Utara
24/1/08
Rawa Badak
No 1
Nama Bd. Nurdjaliah
Telephon 4300448
2
Aniek Sih Hadi Satrini, Am.Keb Bd. Kopsah Aminatun Bd. Soffiana Sembiring Bd. Magdalena Mandey Bd. Wiwin Bd. Helda Halim Bd. Helda Halim Bd. Anni Andries Devi Arsianti, Am.Keb Ade Irma Yunita, Am.Keb Bd. Yogianna. M Bd. Marlis Djamar
08161671716
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
08128586970 081584111063 98801237 4406364 08561060085 68785028 081368336668 081584246546 081310717036 4403555
Utara 14 15 16 17 #######
Lagoa
13/5/08
Rawa Badak Selatan
08151639666 08137735727 081315266192 081381262503
22
Bd. Delmawarni Bd. Pipit Intan Andreani Nelvida. Y, Am.Keb Ellyne Agustina Elisabet.S, Am.Keb Bd. Nuryanti Titin Atiti, Am.Keb Bd. Farrah Dila Yulia Titin Zakaria, Am.Keb.Sag Bd. Usdah
23 24 25
Bd. Rina Kurniasih Bd. Gustia Bd. Fenti
081315459265 08176832079 92849049
18 19 20 21
081382828341 4305314 98878581 081399845000 08567272477
CATATAN MEDIK PEMERIKSAAN PAYUDARA Identitas Klien Nama : ____________________
Umur: ____ tahun
No. Klien : __________
Alamat : ____________________________RT/RW: ________Kelurahan______________ Riwayat Perkawinan Perkawinan ke: Pasien: ________
Riwayat Reproduksi Usia pertama kali berhubungan seksual: ______ tahun Pasangan: ________
Paritas: _______
Abortus: _______ Menggunakan kontrasepsi: Ya
Tidak Jenis kontrasepsi:_________________ Sejak: _________
PEMERIKSAAN PAYUDARA Beri tanda pada gambar
:
● Keras ▒ Kenyal
○ Bergerak Payudara Kanan Kulit
Areola/Papilla
⌧ Tidak bergerak
Payudara Kiri
Normal Kulit jeruk
Penarikan Kulit
Abnormal Luka basah
Normal Retraksi
Luka basah
Abnormal Cairan putih susu / nipple discharge
Ya Bergerak
Benjolan pada Payudara :
Kenyal
Tidak Tdk bergerak Keras
Ukuran :
x
cm
PENATALAKSANAAN Hasil Pemeriksaan Payudara Normal Anjurkan SADARI tiap bulan Kelainan Payudara Jinak
(……………………)
Pemeriksaan mamografi pada usia > 40 thn
Rujuk
Dicurigai kelainan payudara ganas Pemeriksa,
Pemeriksaan Payudara 1 tahun sekali
Rujuk untuk pemeriksaan lanjutan