HUBUNGAN PENGAMALAN THARIQAH DENGAN KETAATAN BERIBADAH DAN KESALEHAN SOSIAL (STUDI KASUS PADA JAMAAH THARIQAH QADIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH DI DESA WATES KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I)
Disusun Oleh :
Sri Hartini Nim : 111 08 175
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
HUBUNGAN PENGAMALAN THARIQAH DENGAN KETAATAN BERIBADAH DAN KESALEHAN SOSIAL (STUDI KASUS PADA JAMAAH THARIQAH QADIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH DI DESA WATES KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I)
Disusun Oleh :
Sri Hartini Nim : 111 08 175
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
SKRIPSI HUBUNGAN PENGAMALAN THARIQAH DENGAN KETAATAN BERIBADAH DAN KESALEHAN SOSIAL (STUDI KASUS PADA JAMAAH THARIQAH QADIRIYAH WA NAQSYABADIYAH DI DESA WATES KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012)
DISUSUN OLEH SRI HARTINI NIM: 11108 175
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 4 September tahun 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan panitia penguji Ketua penguji Sekretaris penguji Penguji I Penguji II Penguji III
: : : : :
Drs. Mubasirun, M.Ag Abdul Azis NP, M.M Sidqon Maesur, LC. M.A Maslikhah, M.Si M.Gufron, M.Ag
Salatiga, 17 september 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1002
MOTTO
MOTTO:
أنظر إلى ما قال وال تنظر إلى من قال
(Lihatlah apa yang dikatakan jangan melihat siapa yang mengatakan )
PERSEMBAHAN Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Ayahanda L.Pramono dan ibunda tercinta Parti yang telah memberikan kasih sayang dan yang selalu mendo’akan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Adikku Dwi Aprilia Hasanah yang selalu mendukung penulis 3. Mas Prihanto Wahyu Daryatmo, S.Sos yang selalu memotivasi dan memberikan bantuan dalam segala langkah menuju perbaikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak M.Gufron, M.Ag. yang telah sabar dalam mengarahkan dan memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini. 5. Bapak Gito, yang telah memberikan sumbangan informasi dalam penyusunan skripsi ini. 6. Seluruh Mahasiswa STAIN Salatiga terutama PAI kelas E angkatan 2008 yang telah memberikan banyak kenangan terindah. 7. Teman-teman kos Bu Ratno (mbak Fatimah S.PdI, mbak shofiana S.PdI, mbak Mumbasithoh, mbak Siti Munadiroh, mbak Nur Hidayah, mbak Uswatu Khasanah) yang selalu memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
KATA PENGANTAR ميحرلا نمحرلا هللا
بسم
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah Hubungan pengamalan Thariqah dengan ketaatan beribadah dan kesalehan sosial (Studi kasus pada jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2012). Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah menyetujui pembahasan skripsi ini. 2. Bapak M.Gufron, M.Ag. selaku sebagai dosen pembimbing, berkat bimbingan dan pengarahan yang telah disampaikan kepada penulis akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. 3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu dan pelayanan hingga studi ini selesai. 5. Kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan kasih sayang serta tidak henti-hentinya mendo’akan penulis dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini. 6. Kepada Bapak Lurah Desa Wates yang telah memberikan ijin pada penulis untuk melakukan penelitian ini. 7. Kepada
segenap
pengurus
serta
jamaah
Thariqah
Qadiriyah
wa
Naqsyabandiyah Desa Wates, yang telah memberikan informasi-informasi dalam menyusun skripsi ini. 8. Saudara-saudaraku dan sahabat-sahabatku semua yang telah membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi dunia pendidikan, bagi agama, nusa dan bangsa, amin. Salatiga, 30 Juli 2012 Penulis
Sri Hartini Nim: 11108175
ABSTRAK Hartini, Sri. 2012. 11108175. Hubungan Pengamalan Thariqah Dengan Ketaatan Beribadah Dan Kesalehan Sasial (Studi Kasus Pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2012). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: M.Gufron, M.Ag.
Kata Kunci: Pengamalan Thariqah, Ketaatan Beribadah, Kesalehan Sosial, Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Adakah hubungan Antara Pengamalan Thariqah dengan Ketaatan Beribadah dan Kesalehan Sosial Pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2012. Subyek penelitian sebanyak 30 responden, menggunakan teknik populasi dan sampel. Pengumpulan data menggunakan instrumen angket, dokumentasi dan wawancara untuk menjaring data amalan Thariqah, ketaatan beribadah jamaah, kesalehan sosial jamaah, sejarah singkat berdirinya Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates dan gambaran umum Desa Wates Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan oleh peneliti adalah pendekatan korelasional kuantitatif. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik (pendahuluan dan lanjut). Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara pengamalan Thariqah dengan ketaatan beribadah dan kesalehan sosial pada jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan getasan, Kabupaten Semarang, tahun 2012. hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antara pengamalan Thariqah dengan ketaatan beribadah (rhitung ) sebesar 0,531 lebih besar dari rtabel yakni pada taraf signifikan 1% (0,463) dan taraf signifikansi 5% (0,361). Sedangkan dari nilai koefisien korelasi antara pengamalan Thariqah dengan kesalehan sosial (rhitung ) sebesar 0.527 lebih besar dari rtabel yakni pada taraf signifikan 1% (0,463) dan taraf signifikansi 5% (0,361) Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang positif antara pengamalan Thariqah dengan Ketaatan Beribadah dan Kesalehan Sosial Pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2012.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...........................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................
iv
MOTTO ..................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ..................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ............................................................................
vii
ABSTRAK ..............................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...........................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1 B. Rumusan Masalah .......................................................
6
C. Tujuan Penelitian ........................................................
7
D. Hipotesis Penelitian ....................................................
8
E. Kegunaan Penelitian ...................................................
8
F. Definisi Operasional ...................................................
9
G. Metode Penelitian .......................................................
14
H. Sistematika Penulisan .................................................
24
BAB II
LANDASAN TEORI A. Kajian Tentang Pengamalan Thariqah 1. Pengertian .............................................................
26
2. Rukun Thariqah ....................................................
30
3. Tujuan Thariqah ....................................................
31
4. Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ..............
32
5. Ajaran-ajaran Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ...................................................
34
6. Amalan Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah... 38 7. Ritual-ritual dalam Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ...................................................
40
B. Ketaatan Beribadah 1. Pengertian .............................................................
44
2. Macam-macam Beribadah ....................................
47
3. Tujuan Beribadah ..................................................
48
4. Keutamaan Beribadah ...........................................
49
5. Syarat Diterimanya Ibadah .................................... 52 6. Urgensi Ketaatan Beribadah .................................. 53
C. Kesalehan Sosial 1. Pengertian ............................................................
54
2. Ciri-Ciri Kesalehan Sosial ...................................
55
3. Adab Dalam Sehari-Hari ......................................
55
4. Macam-macam kesalehan sosial ..........................
59
5. Manifestasi kesalehan sosial .................................
60
D. Hubungan Pengamalan Thariqah dengan Ketaatan Beribadah ...................................................................
61
E. Hubungan Pengamalan Thariqah dengan Kesalehan Sosial ........................................................................... BAB II
62
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang 1. Keadaan geografis Desa ..................................
65
2. Monografis Desa ..............................................
65
3. Matapencaharian ..............................................
66
4. Kondisi Agama ...................................................
66
B. Profil Thariqah Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang 1. Sejarah Singkat ...................................................
67
2. Silsilah Ilmu ..........................................................
69
3. Susunan Pengurus Jamaah Thariqah ....................
69
4. Kegiatan Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates ...........................................................
70
5. Buku Pedoman .....................................................
71
C. Data Keadaan Responden ..........................................
72
D. Penyajian Data Peneliti
BAB IV
BAB V
1. Data Tentang Pengamalan Thariqah .....................
74
2. Data Tentang Ketaatan Beribadah ........................
76
3. Data tentang kesalehan sosial ...............................
77
ANALISIS DATA A. Analisis data ................................................................
80
B. Analisis data kedua .....................................................
99
C. Interprestasi data .........................................................
104
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................
107
B. Saran-Saran .................................................................
109
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel I
Jumlah Penduduk Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 ............................
Tabel II
65
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 ..............................................................
Tabel III
Kondisi Agama di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 ...........................
Tabel IV
66
67
Susunan Kepengurusan Jamaah Thariqah Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan GetasanKabupaten Semarang Tahun 2012 ..............
Tabel V
70
Daftar Nama Responden Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 .............
Tabel VI
73
Tabulasi Jawaban Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 Terhadap Angket Pengamalan Thariqah ..................................................
Tabel VII
75
Tabulasi Jawaban Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 Terhadap Angket Ketaatan Beribadah .....................................................
76
Tabel VIII
Tabulasi Jawaban Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 Terhadap Angket Kesalehan Sosial .........................................................
Tabel IX
78
Skor Angket Pengamalan Thariqah Pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates KecamatanGetasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 .................................................................................
Tabel X
81
Interval Pengamalan Thariqah Pada Jamaah Thariqah Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Desa WatesKecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 ...................... 83
Tabel XI
Nilai Nominasi Pengamalan Thariqah Pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 .............................................................
Tabel XII
84
Frekuensi Pengamalan Thariqah Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 ........................................................................
Tabel XIII
86
Skor Angket Ketaatan Beribadah Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 ......................................................................
87
Tabel XIV
Interval Ketaatan Beribadah Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 ......................................................................
Tabel XV
89
Nominasi Ketaatan Beribadah Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 .....................................................................
Tabel XVI
90
Frekuensi Ketaatan Beribadah Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 .....................................................................
Tabel XVII
92
Skor Angket Kesalehan Sosial Jamaah Thariqah Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Desa Wates KecamatanGetasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 ....................................................................
Tabel XVIII
93
Interval Kesalehan Sosial Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di DesaWates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 ....................................................................
Tabel XIX
Nilai Nominal Kesalehan Sosial Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates
95
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 ....................................................................... Tabel XX
96
Frekuensi Kesalehan Sosial Jamaah Thariqah Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di DesaWates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 ................................
Tabel XXI
98
Tabel Kerja Untuk Mencari Koefisiensi Antara Variabel Pengamalan Thariqah (X) Terhadap Ketaatan Beribadah (Y) ...............................................................
Tabel XXII
99
Tabel Kerja Untuk Mencari Koefisiensi Antara Variabel Pengamalan Thariqah (X) Terhadap kesalehan Sosial (Y) .......................................................................
102
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia dengan membawa jiwa imanitas dan humanitas yang tumbuh sebelum manusia lahir di dunia. Pangkal humanisme (insaniah) manusia terletak pada jiwa imanitasnya, sedangkan jiwa insaniah tumbuh sebagai pancaran dari jiwa imanitasnya, jiwa inilah yang menandakan subtansi kemanusiaan manusia yang berbeda dengan substansi mahluk lain. Manusia mungkin bisa menemukan dirinya karena dengan mengenal dirinya ia akan mengenal Tuhan (Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu = barang siapa mengenal dirinya pasti ia akan mengenal Tuhannya(. (Mustafa, 1976:121). Manusia yang sangat rindu kepada Allah merasa bahwa sesungguhnya Allah telah merentangkan jalan yang mudah dan lurus guna mencapai tingkat kerohanian yang tinggi, Jalan tersebut telah dijelaskan dalam surat-surat AlQur’an. Seperti firman Allah dalam surat Al-Fajr ayat 27-30 sebagai berikut :
Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku )Depag RI, 2002:594).
Persoalan-persoalan kehidupan yang terus berubah sudah barang tentu tidak dapat lepas dari perhatian para penyeru jalan Allah, dan kalau itu berkaitan
dengan
kepercayaan,
orang
kemudian
berusaha
mencari
pemecahnya. Dalam ajaran tasawuf diterangkan bahwa syariat itu hanya peraturan
belaka,
Thariqahlah
yang
merupakan
perbuatan
untuk
melaksanakan syari’at itu, apabila syari’at dan Thariqah sudah dapat dikuasai maka lahirlah hakekat
yang tidak lain dari pada perbaikan keadaan,
sedangkan tujuan yang terahir ialah ma’rifat yaitu mengenal dan mencintai Tuhan dengan sebaik-baiknya (Aceh, 1993:68). Pada mulanya, suatu Thariqah hanya berupa jalan atau metode yang ditempuh oleh seorang sufi secara induvidual. Kemudian para sufi mengajarkan pengalamannya kepada murid-muridnya, baik secara induvidual maupun kolektif. Dari sini terbentuklah suatu Thariqah, dalam pengertian “jalan menuju Tuhan di bawah bimbingan seoarang guru”. Setelah suatu Thariqah memiliki anggota yang cukup banyak maka Thariqah tersebut kemudian dilembagakan dan menjadi sebuah organisasi Thariqah. Pada tahap ini, Thariqah dimaknai sebagai “organisasi sejumlah orang yang berusaha mengikuti kehidupan tasawuf” ( Huda, 2008:63). Thariqah sebenarnya tidak hanya mempunyai potensi keagamaan, tetapi juga memiliki potensi sosial, ekonamis, dan kultural. Secara keagamaan Thariqah menjadi semacam wahana bagi penanaman dan transmisi nilai-nilai keagamaan di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini Thariqah merupakan transmiter bagi nilai etik dan spiritual. Sedangkan secara kelembagaan
Thariqah menjadi wahana artikulasi kepentingan-kepentingan sosial. Merujuk pada pengalaman sejarah Thariqah dalam dinamika sosial politik, Thariqah bisa menjadi jaringan bagi gerakan sosial keagamaan (Jamil, 2005:43). Macam Thariqah banyak sekali, ada Thariqah-thariqah yang merupakan induk, diciptakan oleh tokoh-tokoh tasawuf, dan ada Thariqahthariqah yang merupakan perpecahan dari pada Thariqah induk
yang
dipengaruhi oleh syeikh-syeikh Thariqah yang mengamalkan di belakangnya atau oleh keadaan bangsa yang menganut Thariqah-thariqah tersebut. Banyak di antara perpecahan Thariqah-thariqah diberi istilah-istilah yang sesuai dengan tempat perkembangannya. Thariqah naqsyabandiyah misalnya banyak ditulis dengan bahasa dan memakai istilah persi (Aceh,1996:303). Dilihat dari ortodoks Islam, ada Thariqah yang dipandang sah (mu’tabarah) dan ada pula Thariqah
yang dianggap tidak sah (ghairu
mu’tabarah). Suatu Thariqah dikatan sah jika memiliki mata rantai (silsilah) yang
mutawatir
sehingga
amalan
dalam
Thariqah
tersebut
dapat
dipertanggungjawabkan secara syari’at. Sebaliknya, jika suatu Thariqah tidak memiliki mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga ajaran Thariqah tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan secara syari’at maka ia dianggap tidak memiliki dasar keabsahan dan oleh karenanya disebut Thariqah yang tidak sah (Huda, 2008:63). Thariqah
yang
dianggap
mu’tabar
berdasarkan
keputusan
musyawarah yang disampaikan oleh KH. Muslich dihadapan sidang pleno pengurus besar Syuriah pada mu’tamar NU ke XXVI di Semarang, kemudian
disyahkan dan dinyatakan berdirinya jam’iyyah ahl al-Thariqah alMu’tabarah al- Nahdliyyah. Jam’iyyah ini menentukan daftar 45 Thariqah yang dianggap mu’tabar yaitu : Rumiyah, Rifa’iyah, Sa’diyah, Ba’riyah, Justiyah, Umariyah, Alawiyah, Abasiiyah, Zainiyah, Dasuqiyah, Akbariyah, Bayumiyah,
Malamiyah,
Ghaiyah,
Tijaniyah,
Uwaisiyah,
Idrisiyah,
Samaniyah, Buhuriyah, Usyaqiyah, Kubrowiyah, Maulawiyah, Jalwatiyah, Baerumiyah, Ghazaliyah, Hamzawiyah, Hadadiyah, Mabuliyah, Sumbuliyah, Idrusiyah, Usmaniyah, Syadziliyah, Sya’baniyah, Khalsyaniyah, Qadiriyah, Syatariyah, Khalwatiyah, Bakdasiyah, Syuhriyah, Ahmadiyah, ‘Isawiyah, Thuruqil Akbaril Auliya, Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, Khalidiyah wa Naqsyabandiyah, Ahli Mulazamatil Qur,An wa Sunnah wa Dalili Khairati Wata’limi Fathil Qaribi, Au Kifayati Awam (Jamil, 2005:110). Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang merupakan suatu kegiatan spiritual dengan tujuan
untuk membentuk jiwa islami dan perilaku positif bagi pengikut
jamaahnya yang sesuai dengan ajaran Al Qur’an Hadis. Mengingat masyarakat Desa Wates, Kecamatan Getasan, kabupaten Semarang adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari bermacam pengikut keyakinan tentunya menjadikan masyarakatnya kesulitan dalam mendalami ajaran agama akibat pengaruh dari masyarakat sekitar. Dengan melihat fenomena yang terjadi dalam masyarakat Desa Wates, Kecamatan Getasan, kabupaten Semarang tersebut menjadikan pemimpin agama Islam di daerah tersebut berinisiatif untuk mengajak umat islam yang
rata-rata masih Islam abangan untuk mengikuti jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dari seorang mursyid yang terpercaya di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Peranan mursyid dalam Thariqah mirip dengan peranaan seorang dokter. Mursyid adalah orang yang mendiaknosis penyakit hati dan menentukan pengobatannya, agar murid sanggup menyadari kehadiran tuhan dari dalam hidupnya. Seseorang tidak dibenarkan mengamalkan Thariqah tanpa bimbingan seorang mursyid yang terpercaya dan sudah diakui kewenangannya dalam mengajarkan Thariqah. Kewenangan (ijazah) untuk mengajarkan Thariqah bagi seorang mursyid diperoleh dari gurunya secara mutawatir sehingga membentuk mata rantai guru-guru Thariqah yang disebut silsilah Thariqah (Huda. 2008:62). Kemudian dengan melihat uraian di atas, maka peneliti terdorong untuk meneliti seberapa jauh pengaruh pengamalan Thariqah terhadap ketaatan beribadah dan prilaku sosial pada jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dengan melakukan penelitian di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang dengan mengambil judul Hubungan Pengamalan Thariqah Dengan Ketaatan Beribadah Dan Kesalehan sosial
(Studi
Kasus
Pada
Jamaah
Thariqah
Qadiriyah
wa
Naqsyabandiyah Di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2012)
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang peneliti kemukakan di atas, maka yang menjadi topik permasalahan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pengamalan Thariqah pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Desa Wates kecamatan Getasan kab. Semarang Tahun 2012? 2. Bagaimana tingkat ketaatan beribadah pada Jamaah Thariqah Qadariyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kab. Semarang Tahun 2012? 3. Bagaimana tingkat kesalehan sosial pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates kecamatan Getasan Kab. Semarang Tahun 2012? 4. Adakah hubungan antara pengamalan Thariqah dengan ketaatan beribadah pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates kecamatan Getasan Kab. Semarang Tahun 2012? 5. Adakah hubungan antara pengamalan Thariqah dengan kesalehan sosial pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates kecamatan Getasan Kab. Semarang Tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memiliki alasan dasar dalam membuat judul tersebut, yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat pengamalan Thariqah pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kab. Semarang Tahun 2012. 2. Untuk mengetahui tingkat ketaatan beribadah pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kab. Semarang Tahun 2012. 3. Untuk mengetahui tingkat kesalehan sosial pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kab. Semarang Tahun 2012. 4. Untuk mengetahui hubungan pengamalan Thariqah dengan ketaatan beribadah pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kab. Semarang Tahun 2012. 5. Untuk mengetahui hubungan pengamalan Thariqah dengan kesalehan sosial pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian yang harus diuji kebenarannya dengan jalan riset (Kartono, 1990:78). Dia akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkan (Hadi,1998:68). Dari asumsi tersebut, maka peneliti mengemukakan hipotesis pengamalan Thariqah berhubungan positif dengan ketaatan beribadah dan kesalehan sosial pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyyah di desa Wates, Kecamatan Getasan, Kab. Semarang tahun 2012.
E. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis Apabila ternyata ada pengaruh Penelitian ini dapat memberi sumbangan bagi pengembang dan pelaksana pendidikan Thariqah pada umumnya, dan khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan islam yang diperoleh dari penelitian lapangan. 2. Manfaat Teoritis Diharapkan
penelitian
ini
dapat
menjadi
masukan
dan
pertimbangan bagi keberlangsungan pendidikan keagamaan di masyarakat khususnya bagi jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
F. Definisi Oprasional Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama peneliti dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu penjelasan beberapa istilah pokok dalam yang menjadi variabel penelitian. Adapun istilah-istilah yang perlu peneliti jelaskan adalah sebagai berikut: 1. Hubungan Hubungan yaitu keadaan yang terhubung (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:409). Hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan pengamalan Thariqah dengan ketaatan beribadah dan kesalehan sosial pada jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah tahun 2012. 2. Pengamalan Pengamalan mengamalkan,
secara
bahasa
melaksanakan
adalah
(Departemen
proses,
cara,
perbuatan
Pendidikan
Nasional,
2005:34). Pengamalan yang dimaksud peneliti disini adalah pengamalan Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yang berbentuk ajaran-ajaran ahlak maupun dzikir baik dzikir sir (pelan) maupun jahr (keras). 3. Thariqah Kata Thariqah berasal dari bahasa arab, yang secara harfiah berarti jalan sebagai makna pokok. Kata tersebut semakna dengan kata syari’ah shirath, sabil, dan minhaj. (Huda, 2008:61).
Thariqah berarti jalan, petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabiin, turun temurun sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai berantai (Aceh, 1993:67). Thariqah
merupakan
bentuk
praktis
dari
tasawuf.
Pada
perkembangannya, kata Thariqah mengalami pergeseran makna. Jika pada mulanya Thariqah berarti jalan yang ditempuh oleh seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah maka pada tahap selanjutnya istilah Thariqah digunakan untuk menunjukan pada suatu metode psikologis yang dilakukan guru tasawuf (Mursyid) kepada muridnya untuk mengenal Tuhan secara mendalam. Melalui metode tersebut, murid dilatih mengamalkan syariat dan latihan-latihan keruhanian secara ketat sehingga ia
mencapai
penggetahuan
yang
sebenarnya
mengenai
Tuhan
(Huda,2008:62). Salah satu amalan yang utama dalam thariqah adalah zikir. Zikir itu dilaksanakan bisa dengan lisan, dengan qalbu dan sirr. Zikir berarti menyebut atau mengingat nama Allah dalam hati atau menyebut nama Allah dengan lisan berdasarkan perintah Allah dalam Al-Qur’an dan mengikuti contoh-contoh yang diberikan oleh Rasulullah. 4. Ketaatan Beribadah Ketaatan berasal dari kata taat yang artinya senantiasa tunduk (kepada
Tuhan,
pemerintah)
(Departemen
Pendidikan
Nasional,
2007:1042). Taat berarti juga patuh terhadap ajaran agama Islam, melaksanakan perintah-printah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Beribadah berasal dari kata ibadah adalah menunaikan segala kewajiban yang diperintahkan oleh agama dengan sungguh-sungguh (Poewardarminto, 1998:364). Beribadah dapat diartikan perubahan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah dan menjauhi larangannya. Ketaatan beribadah yang dimaksud peneliti disini adalah kepatuhan untuk melaksanakan ibadah shalat, mengerjakan puasa, membayar zakat, membaca Al- Qur’an dan menjauhi segala yang menjadi larangan Allah. Sesuai dengan Al-Qur’an surat Al Baiyinah ayat 5 sebagai berikut :
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (Depag RI, 2002:599) 5. Kesalehan Sosial Kesalehan berarti ketaatan (kepatuhan) dalam menjalankan ibadah; kesungguhan menunaikan ajaran agamanya tercermin pada sikap hidupnya (Depdiknas, 2007: 984) Sosial artinya berkenaan dengan masyarakat: perlu adanya komunikasi dalam usaha menunjang pembangunan; suka memperhatikan
kepentingan umum (suka menolong, menderma, dsb.) (Depdiknas, 2007:1085). Dengan, demikian menurut hemat peneliti, kasalehan sosial mengandung
pengertian,
perwujudan
sikap
kesungguhan
dalam
menjalankan ajaran agamanya yang tercermin pada sikap hidupnya, baik ibadah yang bersifat ritual (ubudiyah) maupun ibadah yang bersifat sosial (muamalah). Sesuai dengan Al-Qur’an surat Al-Ma’un ayat 1-7 sebagai berikut :
Artinya :Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna (Depag RI, 2002:604). 6. Qadiriyah wa Naqsyabandiyah Qadiriyah adalah sebuah thariqah yang didirikan oleh
Sayyid
Muhamad Muhyidin Abdul Qadir Jilani, yang wafat pada tahun 1266 M di usia 90 tahun (Valiudin, 1996:121). Sayyid Muhamad Muhyidin Abdul Qadir Jilani adalah seorang yang alim dan zahid, dulunya beliau adalah orang ahli fiqih yang terkenal dalam madzhab hambali (Aceh, 1996:308). Sedangkan Naqsyabandiyah adalah sebuah Thariqah yang didirikan oleh Khwaja Baha’udin Naqsyaband dari Bukhari. Beliau wafat pada
tahun 1390 M (Valiudin, 1996:121).
Dinamakan Naqsyabandi karena
diambil dari kata Naksyaband yang berarti lukisan, konon karena Muhammad bin baha’uddin ahli memberi lukisan kehidupan yang ghaibghaib (Aceh, 1996:319). Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah adalah perpaduan dari duabuah Thariqah
besar, yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah
Naqsyabandiyah. Pemaduan Thariqah dilakukan di Makah pada tahun 1857 M. Pendiri Thariqah baru ini adalah seorang Sufi Syaikh besar Masjid Al-Haram di Makkah al-Mukarramah bernama Syaikh Ahmad Khatib Ibn Abd.Ghaffar al-Sambasi al-Jawi (w.1878 M.). Beliau adalah seorang ulama besar dari Indonesia yang tinggal sampai akhir hayatnya di Makkah. Syaikh Ahmad Khatib adalah mursyid Thariqah Qadiriyah, di samping itu juga mursyid dalam Thariqah Naqsyabandiyah. Produk baru ini disempurnakan oleh Syaikh Ahmad al-khatib dengan pokok ajaran : kesempurnaan suluk, adab, ajaran tentang zikir, dan muraqabah (Huda,2008:6). Penggabungan
inti
ajaran
kedua
Thariqah
tersebut
karena
pertimbangan logis dan strategis, bahwa kedua Thariqah tersebut memiliki inti ajaran yang saling melengakapi, terutama jenis dzikir dan metodenya. Di samping keduanya memiliki kecenderungan yang sama, yaitu samasama menekankan pentingnya syari'at dan menentang faham Wihdatul Wujud. Thariqah Qadiriyah mengajarkan Dzikir Jahr Nafi Itsbat, sedangkan Thariqah Naqsabandiyah mengajarkan Dzikir Sirri Ism Dzat.
Dengan penggabungan kedua jenis tersebut diharapkan para muridnya akan mencapai derajat kesufian yang lebih tinggi, dengan cara yang lebih mudah atau lebih efektif dan efisien. Bruinessen (1995:217) telah mengutip dalam kitab Fath al-'Arifin bahwa tarekat ini tidak hanya merupakan penggabungan dari dua tarekat tersebut. Tetapi merupakan penggabungan dan modifikasi berdasarkan ajaran lima tarekat, yaitu Tarekat Qadiriyah, Tarekat Anfasiyah, Junaidiyah, diutamakan
dan
Tarekat
adalah
Muwafaqah
ajaran
Tarekat
(Samaniyah). Qadiriyah
Karena dan
yang
Thariqah
Naqsyabandiyah, maka Thariqah tersebut dinamai Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. G. Metode Penelitian Metode penelitian adalah ajaran mengenai metode-metode yang digunakan dalam proses penelitian (Kartono, 1990:20). Diantara cara agar peneliti memperoleh hasil yang maksimal dan tepat, maka salah satunya adalah dengan menggunakan metode yang tepat pula. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode yang akan peneliti jabarkan sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah field research, yaitu penelitian lapangan dimana peneliti hadir secara langsung di tempat penelitian, disebut juga dengan
penelitian
kuantitatif
karena
bersifat
objektif,
mencakup
pengumpulan dan analissis data kuantitatif serta menggunakan metode
pengujian statistik (Hermawan, 2004:14). Penelitian ini menggunakan pendekatan ek post fakto yaitu pendekatan dimana gejala muncul dengan sendirinya secara wajar tanpa rekayasa dari peneliti (Nazir, 1985:73). 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Desa Wates, Kecamatan Getasan, kabupaten Semarang. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung mulai tanggal 1 Mei 2012 sampai 1 Juli 2012. 3. Populasi Sampel a. Populasi Populasi adalah semua objek penelitian baik terdiri dari benda yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama (Sukandarumidi, 2002:47). Menurut peneliti, populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti yang merupakan suatu sumber data. Populasi yang dimaksud disini adalah seluruh pengikut Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang tahun 2012 yang beranggotakan 120 orang. b. Sampel Menurut Sutrisno Hadi, sampel adalah sebagian individu yang diselidiki. (Hermawan, 1993:31). Dalam hal ini peneliti menggunakan sampel random atau sampel acak karena dalam pengambilan sempelnya peneliti mencampur subyek-subyek dalam populasi sehingga semua subyek dianggap sama.
Besar kecilnya sampel tidak ditentukan, tapi semakin besar sampel yang diambil, maka kesimpulan yang diperoleh sama. Suharsini Arikunto mengatakan, untuk sekedar ancer-ancer bila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiaannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih sesuai dengan kemampuan (Arikunto, 2006:134). Dari uraian di atas, maka penelitian mengambil sampel dari jumlah populasi seluruh pengikut jama’ah Thairiqah Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang yang bejumlah 120 orang, peneliti mengambil 25% dari jamaah Thariqah yang berjumlah 120 orang. Sehingga besarnya sampel sebagai berikut: 120 x 25% = 30 orang 4. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data baik yang berkaitan dengan pengamalan Thariqah, ketaatan beribadah, kesalehan sosial Jamaah Thariqah, maupun hal-hal yang berkaitan dengan Thariqah dan lokasi penelitian maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai. Ada beberapa metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data tersebut, diataranya :
a. Metode Angket Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 1998:140). Bentuk angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket tertutup, sehingga responden hanya memilih jawaban yang sudah disediakan. Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan pemahaman dan aktivitas Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yang dilaksanakan di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kab. Semarang. Pengunaan metode ini juga digunakan untuk mengetahui sampai dimana tinggkat ketaatan beribadah dan kesalehan sosial pada Jama’ah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kab. Semarang setelah mengikuti kegiatan Thariqah. b. Metode Dokumentasi Metode dakumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. (Suharsini Arikunto, 1998:236). Data-data yang dijadikan sebagai dokumentasi pada penelitian ini seperti arsip tentang sejarah, lokasi dan berbagai hal tentang Thariqah Qadiriayah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, kab. Semarang.
Metode ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum lokasi penelitian dan data-data mengenai Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kab. Semarang. c. Metode Wawancara Wawancara adalah proses taya jawab lisan dalam mana dua orang atau lebih
berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat
melihat muka yang lain dan mendengarkan sendiri suaranya (hadi,1989:192). Dalam hal ini menguraikan sekilas tentang sejarah berdirinya Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. 5. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data (Arikunto, 1996:220). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa angket untuk mencari data tiga variabel yaitu pengamalan Thariqah (X), ketaatan beribadah (Y1), dan kesalehan sosial (Y2). 6. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang atau obyek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel yang peneliti tetapkan adalah sebagai berikut:
a. Variabel Bebas ( x ) Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (x) adalah pengaruh pengamalan thariqah, yaitu variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya sebab timbulnya variabel terikat. Adapun indikator dari pengamalan Thariqah adalah sebagai berikut: 1) Mengikuti Thariqah dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah 2) Sering mengikuti ritual-ritual dalam Thariqah 3) Memahami ajaran Thariqah 4) Mengerti tatacara mengerjakan ritual-ritual yang ada dalam Thariqah. 5) Mengerti tujuan dari mengerjakan ritual-ritual yang ada dalam Thariqah. 6) Menjalankan amalan ibadah dalam Thariqah. 7) Mengerjakan amalan Thariqah dalam keadaan apapun. 8) Menghayati dan merasakan manfaat amalan ibadah dalam Thariqah. 9) Tidak melalaikan amalan ibadah dalam Thariqah. 10) Menjalankan perintah mursyid dalam bimbingan rohani dan spiritual dengan rasa ihlas 11) Tidak mengabaikan perintah dari mursyid dalam amalan ibadah Thariqah. (Jamil, 2005:41)
b. Variabel Terikat Pertama (y1) Sebagai variabel terikat pertama (y1) adalah ketaatan beribadah, yaitu merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Adapun indikator dari variabel ketaatan beribadah adalah sebagai berikut: 1) Rajin melaksanakan shalat fardhu dan hafal bacaannya. 2) Rajin melaksanakan shalat dengan jamaah 3) Mengerjakan Shalat di awal waktu 4) Hafal doa sehari-hari 5) Rajin melaksanakan puasa
baik wajib maupun sunnah untuk
mendukung usaha agar tercapai. 6) Rajin membaca Al-qur’an. 7) Membayar kewajiban zakat 8) Patuh
terhadap
Allah
atas
perintah
dan
larangannya
(Aceh,1993:211-220). c. Variable Terikat (y2) Sebagai variabel terikat kedua (y2) adalah kesalehan sosial, yaitu merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Adapun indikator dari variabel kesalehan sosial adalah sebagai berikut: 1) Menunjukan sikap kesopanan yang tinggi, murah senyum, dan tidak terlalu merendahkan diri ketika berada dalam suatu majelis
dimana orang-orang yang berada dalam majelis berasal dari berbagai macam latar belakang sosial. 2) Berhati-hati dalam memberi keputusan terhadap suatu masalah ketika menjadi pemimpin dalam suatu majelis 3) Memberi nasehat kepada orang lain hanya ketika diminta memberi nasehat 4) Bersikap tetap hormat, tenang, dan tidak menunjukan sikap bermusuhan apabila ada orang yang tidak suka. 5) Membicarakan
dengan
seluruh
anggota
keluarga
untuk
menyelesaikan masalah apabila terdapat suatu masalah dalam keluarga. Dan menasihati dengan baik dengan menunjukan kesalahanya tanpa mengurangi rasa hormat orang yang melakukan kesalahan. 6) Dalam bersedekah, menyediakan sedekah tanpa diminta terlebih dahulu 7) Mengutamakan untuk memberi sedekah kepada orang yang terkena musibah dari pada digunakan untuk kepentingan pribadi. 8) Mengutamakan menolong orang lain yang membutuhkan bantuan dari pada menjalankan ibadah sunnah yang sifatnya pribadi. 9) Mendahulukan kepentingan umat dari pada kepentingan pribadi. 10) Menjalin silaturahmi dan bersikap dengan baik kemudian berusaha menjelaskan dengan baik tentang Thariqah yang anda ikuti dan
berusaha mengajak ketika ada orang yang tidak suka dengan Thariqah (Aceh, 1993:220-240). 7. Analisis Data a. Analisis pendahulun Analisis ini digunakan untuk menghitung skor masing-masing variabel secara terpisah, sehingga diketahui masing-masing penelitian. Untuk analisis ini peneliti menggunakan rumus presentase sebagai berikut:
Keterangan: P : Presentasi perolehan F : Frekuensi N : Jumlah responden b. Analisis Lanjutan Analisis ini digunakan untuk menggetahui adakah pengaruh pengamalan Thaiqah terhadap ketaatan beribadah dan kesalehan sosial pada Pengikut Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kaupaten Semarang tahun 2012. Dan sekaligus untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Pada analisis ini peneliti menggunakan rumus product moment sebagai berikut :
( x )( y )
rxy
rxy :
( x 2
( x)
N
2
y ) ( y N
2
2
N
)
Keterangan : rxy : koefisien korelasi antara X dan Y x
: Variabel Bebas (Pengamalan Thariqah)
y
: Variabel terikat (Ketatan beribadah dan kesalehan sosial)
x2
: Product dari x (Pengamalan Thariqah)
y2 : Product dari y (ketaatan beribadah dan kesalehan sosial jamaah) N
: Jumlah Responden
∑
: Sigma jumlah Kemudian langkah selanjutnya adalah menginterprestasikan
pengaruh Pengamalan Thariqah terhadap ketaatan beribadah dan kesalehan
sosial
pada
Jamaah
Thariqah
Qadiriyah
wa
Naqsyabandiyyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, kab. Semarang dengan membandingkan hasil koefisien korelasi yang ada pada tabel taraf signifikasi 5% dan 1%. Jika r hitung > r tabel, maka menunjukan bahwa ada pengaruh yang positif antara tiga variabel tersebut yang berarti hipotesis yang peneliti ajukan diterima. Akan tetapi apabila r hitung < r tabel, maka tidak terdapat pengaruh positif antara pengamalan dalam Thariqah terhadap ketaatan beribadah dan kesalehan
sosial
pada
jamaah
Thariqah
Qadiriyah
Wa
Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, kab. Semarang yang berarti hipotesis yang diajukan peneliti ditolak. H. Sistematika Penelitian Skripsi Skripsi ini disususn dalam 5 bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut : Bab I
Pendahuluan Berisi
Tentang
Latar
Belakang
Masalah,
Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Oprasional, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penelitian Skripsi. Bab II
Landasan Teori Berisi tentang teori-teori yang membahas pengamalan, ketaatan beribadah, prilaku sosial, pengaruh pengamalan Thariqah terhadap ketaatan beribadah dan pengaruh pengamalan Thariqah terhadap kesalehan sosial pada jamaah Thariqah Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kab. Semarang tahun 2012
Bab III
Laporan Hasil Penelitian Laporan hasil penelitian berisi tentang profil Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, profil dari jamaah Thariqah Qodiriyyah wa Naqsabandiyyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan Kab. Semarang, pemaparan data pengamalan
Thariqah, pemaparan data ketaatan beribadah dan pemaparan prilaku sosial jamaah Thariqah Bab IV
Analisis Hasil Penelitian Analisis hasil penelitian berisi tentang analisis data dan interprestasi hasil dari data penelitian
Bab V
Penutup Berisi tentang kesimpulan kritik dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengamalan Thariqah 1. Pengertian Thariqah Kata Thariqah berasal dari bahasa arab yang berarti al-khat fi alsyai’ (garis sesuatu), al-sirah (jalan), al-sabil (jalan). Kata ini juga bermakna al-hal (keadaan) seperti terdapat dalam kalimah huwa’ala thariqah hasanah wathariyah sayyi’ah (berada dalam keadaan jalan yang baik dan jalan yang buruk). Dalam literatur Barat, kata Thariqah menjadi tarika yang berarti road (jalan raya), way (cara, jalan) dan path (jalan tapak). Muhsin Jamil (2005:47) mengutib dari Gibb menyatakan Secara terminologi kata Thariqah telah mengalami pergeseran makna. Pada masa pasca abad ke-19 dan 20 Thariqah merupakan a method of moral psychology for the praktical guidance of individual who hed a mystic call.(sebuah metode moral sikologi sebagai petunjuk bagi seseorang yang mempunyai mistis). Pengertian di atas merupakan kristalisasi dari makna Thariqah beberapa abad sebelumnya, yakni periode abad 11. Pada abad ini Thariqah dipahami sebagai the whole system of rits sepiritual training laid down for communal life in the various muslim religius orfres which began to be founded at this time. (semua sistem dari amalan-amalan ritual yang
digunakan untuk kehidupan bersama pada macam-macam ritual muslim yang mana mulai ditemukan pada saat ini. Pada perkembangannya, kata Thariqah mengalami pergeseran makna. Jika pada mulanya Thariqah berarti jalan yang ditempuh oleh sorang sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah maka pada tahap selanjutnya istilah Thariqah digunakan untuk menunjukan pada suatu metode psikologis yang dilakukan oleh guru tasawuf (Mursyid) kepada muridnya untuk mengenal Tuhan secara mendalam, melalui metode psikologis tersebut, murid dilatih mengamalkan syari’at dan latihan-latihan keruhanian secara ketat sehingga ia mencapai pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan (Huda, 2008:62). Thariqah juga berarti jalan atau cara untuk mencapai tingkatantingkatan (maqamat) dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan. Melalui cara ini seorang sufi dapat mencapai tujuan peleburan diri dengan nyata (fana fi al-haq). Mengikuti suatu Thariqah berarti melakukan olah batin, latihan-latihan (riyadah), dan perjuangan yang sungguh-sungguh (mujahadah) di bidang kerohanian. Mengikuti Thariqah juga berarti membersihkan diri dari sifat mengagumi diri sendiri (ujub), sombong (takabur), ingin dipuji orang lain (riya’), cinta dunia dan sejenisnya. Thariqah harus ikhlas, rendah hati (tawadu’), berserah diri (tawakal) dan rela (ridha) (jamil, 2005:48). Seacara etimologis, kata Thariqah berarti jalan atau petunjuk dalam melaksanakan ibadah sesuai ajaran yang telah ditentukan dan dicontohkan
oleh Nabi Muhammad, dikerjkan oleh para sahabat dan para tabiin, dan kemudian secara sambung menyambung diteruskan oleh guru-guru Thariqah secara turun temurun (Aceh, 1985:67). Dalam konteks tasawuf, Thariqah adalah jalan yang ditempuh oleh para sufi dan digambarkan sesuai sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut syar, sedang anak jalan disebut thariq. Kata turunan ini menunjukan bahwa pada dasarnya, menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri atas hukum ilahi (syariat), tempat berpijak bagi setiap muslim (Schimmel, 1986:101). Definisi di atas mengisyaratkan bahwa antara Thariqah dan syariat ada keterkaitan yang erat. Syariat merupakan aturan atau hukum, sedang Thariqah merupakan cara untuk melaksanakan aturan dan hukum. Thariqah merupakan cara bagi orang-orang yang menjalankan laku mistis atau tasawuf untuk mencapai tujuan utamanya, yakni memperoleh cita makrifat pada alam gaib dan mendapatkan penghayatan langsung pada dzat Allah atau al-haq (Fathurahman, 1999:67). Pada mulanya Thariqah dilakukan oleh seorang sufi secara individual. Tetapi dalam perjalanannya kemudian Thariqah diajarkan kepada orang lain baik secara individu maupun kolektif. Pengajaran Thariqah kepada orang lain ini sudah dimulai sejak zaman Al-Hallaj (858922). Selanjutnya praktek-praktek pengajaran semacam itu dilakukan pula oleh sufi-sufi besar lain. Dengan demikian, timbulah dalam sejarah islam
kumpulan-kumpulan sufi yang mempunyai sufi tertentu sebagai syekhnya dengan Thariqah tertentu sebagai amalannya, juga pengikut-pengikut atau murid-murid (Jamil, 2005:49). Seorang syaikh besar biasanya mempunyai puluhan ribu murid yang tersebar secara luas. Jaringan syekh dengan wakil-wakil serta muridmurid mereka merupakan suatu organisasi informal yang kadangkala sangat berpengaruh. Dalam perjalanaanya Thariqah bukan hanya sebagai lembaga spiritual dimana di dalamnya anggota sebuah Thariqah melakukan latihan-latihan secara kolektif, tetapi juga menjadi jaringan sosial, bahkan organisasi sosial yang mempunyai fungsi-fungsi sosiologis (Jamil.2005:48). Martin Van Bruinessen menyatakan bahwa : “Sesungguhnya Thariqah tidak hanya mempunyai fungsi keagamaan, karena menurutnya, setiap Thariqah merupakan semacam keluarga besar yang semua anggotanya menganggap diri mereka bersaudara satu sama lain, fungsi keagamaan dan fungsi sosial semacam itu menjadikan dalam Thariqah terkandung kekuatan politik” ( Bruinessen, 1995:340) Di Indonesia terdapat banyak Thariqah , ada yang bersifat lokal dalam artian tidak berafiliasi kepada salah satu Thariqah populer di Negeri lain, seperti Thariqat wahidiyah dan Shidiqiyah di Jawa Timur, Thariqah Syahadatain di Jawa Tengah dan lain-lain. Ada pula di antaranya yang diterima menurut syariat berdasarkan pada Al-Qur’an dan sunnah, namun tidak sedikit yang keluar dari rel Islam walaupun mereka mengaku beragama dan berkomitmen terhadap Islam, tetapi ajaran dan prinsipprinsip serta praktik yang diajarkan syaikhnya sebagian bertentangan
dengan Islam, bahkan lebih dekat dengan kebatilan Syi’ah ketimbang Thariqah yang dikalangan tasawuf (Shihab, 2001:174). Dilihat dari ortodoks islam, ada Thariqah yang dipandang sah (mu’tabaroh) dan ada pula Thariqah yang dianggap tidak sah (ghairu mu’tabarah). Suatu Thariqah dikatan
sah jika memiliki mata rantai
(silsilah) yang mutawatir sehingga amalan dalam Thariqah tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara syari’at. Sebaliknya, jika suatu Thariqah tidak memiliki
mata rantai (silsilah) yang mutawatir sehingga ajaran
Thariqah tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara syari’at maka ia dianggap tidak memiliki dasar keabsahan dan oleh karenanya disebut Thariqah yang tidak sah ( Huda,2008:63). Dari kajian Asep Usman Ismail disebutkan bahwa di Indonesia terdapat Thariqah-thariqah besar yang mu’tabarah. Thariqah-thariqah tersebut
masuk
berkembangnya
ke
nusantara
bersamaan
agama
Islam.
Asep Usman
dengan Ismail
masuk
dan
lebih lanjut
menjelaskan bahwa standar penilaian yang digunakan untuk menentukan mu’tabarah atau tidak adalah Al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad SAW, serta amalan para sahabat (Usman Ismail, 2002:317). 2. Rukun Thariqah Rukun dalam Thariqah itu ada enam yaitu: ilmu, sabar, hilmu (adab), ihlas, ridha dan ahlak khasanah. Ilmu dalam Thariqah adalah mengetahui
guru
Thariqahnya,
silsilah
Thariqah,
dan
kewajiban
melaksanakan wirid dalam setiap waktu yang telah ditentukan (Abdulhadi, tanpa tahun.3) Rukun Thariqah wajib dikerjakan oleh semua pengikut Thariqah karena rukun Thariqah menjadi sarat sahnya seseorang mengikuti Thariqah. 3. Tujuan Thariqah Berbicara tentang ilmu pengetahuan sufi dan tasawuf, para sufi membagikan ilmu dan amal itu kedalam empat tingkat sesuai dengan fitrah dan perkembangan keyakinan manusia, yaitu : Syariat, Thariqah, Hakikat, dan Ma’rifat. Syeikh Najmudin Al-Kubro, sebagaimana Abubakar Aceh mengutip dalam kitab Jami’ul Auliya (Mesir, 1331M) mengatakan, Syariat itu merupakan uraian, Thariqah itu merupakan pelaksanaan, Hakikat merupakan keadaan, dan Ma’rifat adalah tujuan pokok, yakni mengenal Tuhan yang sebenar-benarnya. Beliau memberi teladan dengan bersuci / thaharah, pada syariat thaharah dengan memakai air atau tanah, pada thariqah bersih dari hawa nafsu, pada hakikat bersih hati dari selain Allah SWT, semua itu untuk mencapai ma’rifat kepada Allah. Oleh karena itu orang tidak dapat berhenti pada syariat saja, mengambil Thariqah atau hakikat saja. Beliau memperbandingkan syariat itu dengan sampan, Thariqah itu lautan,
hakikat itu mutiara, orang tidak dapat mencapai
mutiara itu dengan tidak melalui kapal dan laut (Aceh, 1993:71). Sebenarnya Thariqah itu tidak terbatas banyaknya, karena thariqah atau jalan kepada Allah itu sebanyak jiwa hamba Allah. Pokok ajaranya
tidak terhitung karena ada yang melalui jalan zikir, jalan muraqabah, jalan ketenangan hati, jalan melaksanakan segala ibadah (seperti sembahyang, puasa, haji, dan jihat), jalan melalui kekayaan(seperti mengeluarkan zakat, dan membiayai amal kebajikan), jalan membersihkan jiwa dari kesenangan dunia (seperti mengurangi tidur, mengurangi makan minum), semua itu tidak dapat dicapai dengan meninggalkan syariat dan sunnah Nabi. Dalam hal ini Junaidi memperingatkan :’semua Thariqah tidak berfaidah bagi hamba Allah jika tidak menurut sunnah Rasulnya’ (Aceh, 1993:72). Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Thariqah sebenarnya adalah jalan untuk menuju keridhaan Allah dengan cara mengamalkan syariat untuk kemudian mensucikan hati dengan mengikuti Thariqah sehingga akan menemukan hakikat sebenarnya dari ajaran islam, dan disinilah seorang hamba Allah akan mengerti tujuan hidup yaitu hanya pada Allah. 4. Thariqah Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah didirikan oleh Syaikh Ahmad Khatib berasal dari sambas kalimantan barat tetapi menetap di Makkah yang wafat sekitar tahun 1878. Pada pertengahan abad ke-19 beliau membaiat murid yang berasal dari asia tenggara menjadi pengikut Thariqahnya. kedudukannya sebagai pemimpin Thariqah kemudian digantikan oleh khalifahnya, Syaikh Abdul Karim Banten (yang juga bermukim di Mekah). Karisma Syaikh Abdul Karim
menyebabkan
Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah berkembang dengan sangat cepat,
terutama di daerah Banten dan juga di daerah-daerah lain dari sumatra selatan sampai Lombok. Selain Abdul Karim, Syaikh Ahmad Khatib juga telah memberikan ijazah kepada dua khalifah penting lainya, yaitu: Syaikh Tolhah di Cirebon dan Kiai Ahmad Hasbullah bin Muhammad dari Madura (menetap di Mekah) walaupun mereka lebih bersifat lokal, masing-masing melahirkan cabang Thariqah yang cukup luas pengaruhnya (Bruinessen, 1995:217). Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyyah adalah Thariqah yang baru dan berdiri sendiri, dalam Thariqah ini menggunakan beberapa tehnik yang dipilih dari Thariqah Naqsyabandiyah dikombinasi dengan tehnik lain yang berasal dari Thariqah Qadiriyah dan dijadikan sebagai Thariqah tunggal. Diantara tehniknya adalah bentuk meditasi tanpa suara yang biasanya merupakan bagian dari Thariqah Naqayabandiyah dan dzikir dengan suara keras
(membaca kalimat La ilaha illallah) (bruinessen,
1995:308) Menjelang
ahir
abad
ke-19,
Thariqah
Qadiriyah
wa
Naqsyabandiyah berperan dalam beberapa pemberontakan rakyat yang besar. Salah satu sebabnya adalah karena Thariqah ini meraih banyak penganut di kalangan bawah. Sekitar tahun 1970 terdapat empat pusat Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yang penting di pulau jawa, yaitu: Rejoso (Jombang) Dengan Kiai Musta’in Romly, Mranggen (Demak) Dengan Kiai Muslikh, Suryalaya ( Tasikmalaya) dengan Abah Anom, dan Pangentongan (Bogor) dengan Kiai Thohir Falak. (Bruinessen, 1995: 218)
5. Ajaran-ajaran Thariqah Qadiriyyah wa Naqsyabandiyah Untuk mengenal dekat dengan Tuhannya, menurut para sufi, manusia harus mengenal dirinya. Dengan mengenal dirinya itulah maka ia akan mengenal Tuhannya. Oleh karenanya, pengenalan akan sisi-sisi kehidupan manusiawi dalam dunia tasawuf merupakan salah satu jalan untuk memasuki pintu-pintu Ilahi. Tujuan utama mempelajari dan mengamalkan Thariqah adalah mengetahui perihal nafsu dan sifat-sifatnya, baik nafsu yang tercela (mazmumah) maupun nafsu yang terpuji (mahmudah). Sifat nafsu yang tercela harus dijauhi dan sifat yang terpuji setelah diketahui maka dilaksanakan (Jamil, 2005:59). Thariqah berupaya mengendalikan nafsu tercela dengan melatih nafsu terpuji. Untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah, namun demikian untuk mencapai kedekatan kepada Allah itu, para pelaku Thariqah harus menempuh perjalanan panjang. Rumusan mengenai tahapan-tahapan perjalanan rohani antara satu Thariqah memiliki persamaan dan perbedaan. Untuk satu Thariqah tertentu kadang juga merupakan
gabungan
dua
atau
lebih
ajaran
unsur
Thariqah
(Jamil,2005:61). Dalam pandangan sufi, manusia cenderung mengikuti hawa nafsu. Manusia dikendalikan oleh dorongan nafsu pribadi, bukan manusia yang mengendalikan hawa nafsunya. Nafsu manusia memang mempunyai kecenderungan untuk mendorong seseorang berbuat baik dan buruk. Untuk mencapai kedekatan kepada Allah SWT, para pelaku Thariqah harus
menempuh perjalanan panjang dengan melaksanakan pembinaan ahklaq dalam Thariqah. Para sufi berpendapat bahwa untuk merehabilitasi suatu mental yang baik diperlukan terapi yang tidak hanya dari aspek lahiriah saja, itulah sebabnya, pada tahap-tahap memasuki kehidupan tasawuf, seseorang diharuskan melakukan amalan dan riyadhah. Untuk itu, dalam tasawuf ahlaq secara garis besar perjalanan rohani dirumuskan dengan tiga tahap yaitu takhali, tahali, tajali (Huda, 20008:53). a. Takhali Takhali berarti sifat-sifat tercela. Sifat tercela ini adalah terjemahan dari bahasa arab sifatul mazmumah, artinya sifat-sifat yang tidak baik, yang membawa seseorang manusia kepada pekerjaanpekerjaan atau atau akibat-akibat yang membinasakan. Membicarakan sifat-sifat yang tercela dalam ilmu sufi lebih dipentingkan dan didahulukan,
karena
termasuk
usaha
mengosongkan
atau
membersihkan diri dan jiwa lebih didahulukan sebelum diisi dengan sifat-sifat terpuji (Aceh, 1993:183). Sifat-sifat yang tercela, yang berasal dari jiwa manusia diantaranya adalah hasad, kibir, ujub, bukhul, riya, hubbul jah, hubbul mal,
hubbur
riyasah,
tafakur,
ghadhab,
ghibah,
namimah,
kizb,syarhul kalam, syarbul tha’am, hubbud dunia (Aceh, 1993:184). Hasad diartikan membenci ni’mat Tuhan yang dianugrahkan kepada orang lain dengan keinginan agar ni’mat orang tersebut terhapus. Ghazali mengatakan : “ bahwa hasad itu haram hukumnya,
yaitu hasad yang mempunyai tujuan menghilangkan suatu ni’mat pada seseorang dan mengharapkan datang tersebut”.
Haqad
adalah
dengki
yang
celaka bagi orang sudah
membuahkan
permusuhan, kebencian, dan memutuskan silaturrahmi. Kibir dalam bahasa indonesia diartikan takabur, artinya membesarkan diri dihadap orang lain. Ujub adalah takabur yang tersimpan dalam hati seseorang, bahwa ia yang paling sempurna dalam ilmu dan amal dibandingkan dengan yang lain. Ghadhab adalah marah, yang menurut orang sufi disebabkan kepenuhan darah hati dan bertujuan untuk berbalas dendam. Riya artinya meminta agar dipuji oleh orang dan dikagumi ibadahnya. Buhul (kikir) dan hubbul mal ( cinta kekayaan) biasanya hampir seiring. Hubbu jar, hubbur riyasah adalah mencintai kemasyuran, pangkat dan derajat. Ghibah adalah mengumpat atau menceritakan segala sesuatu tentang diri orang lain dengan maksud mengejek atau menghina. Syarhul kalam atau kasratul kalam adalah banyak berbicara yang tidak berfaidah dan tidak mengenai persoalan agama (Aceh, 1993:185-192). Sebenarnya masih banyak sekali contoh-contoh sifat yang tercela, namun penulis hanya menyebutkan sebagian dari sifat-sifat tercela yang kiranya penulis anggap penting dan dapat mewakili. Takhali
sebagai
langkah awal
menuju manusia
yang
berkepribadian utuh dilengkapi dengan sikap terbuka. Artinya, orang yang bersangkutan menyadari betapa buruknya sifat-sifat yang ada
pada dirinya, kemudian timbul kesadaran untuk membrantas dan menghilangkan. Apabila ini bisa dilakukan, maka akan tampil pribadi yang bersih dari sifat madzmumah (Syukur, 2002:115). b. Tahalli Tahalli adalah sifat-sifat atau perilaku-perilaku terpuji. Abubakar Aceh mengutip dari Kitab Arba’in Fi Usulud Din karangan Ghazali ada sepuluh sifat yang terpuji yaitu : taubat, khauf, zuhud, sabar, syukur, ihlas, tawakal, mahabbah, ridho dan zikir maut (Aceh,1993 : 193). Tahalli adalah upaya mengisi atau menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sikap, perilaku dan akhlaq terpuji. Pada tahap tahalli, kaum sufi berusaha agar setiap gerak perilaku selalu berjalan di atas ketentuan agama, baik yang bersifat “luar” maupun yang bersikap “dalam”. Yang dimaksud aspek “luar” adalah kewajiban-kewajiban yang bersifat formal, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Adapun aspek “dalam” seperti iman, ketaatan, dan kecintaan kepada Allah SWT (Aceh, 1993:193). Al-Ghazali menerangkan bahwa bersikap baik atau berahlak terpuji berarti menghilangkan semua kebiasaan tercela, dan bersama dengan itu membiasakan diri dengan sifat-sifat yang baik, mencintai dan melakukannya (Huda, 2008:55).
c. Tajalli Tajalli berarti ma’siat dan ta’at. Ghazali menerangkan, bahwa ma’siat itu ada dua macam, pertama ma’siat lahir, kedua ma’siat batin. Begitu juga ia menerangkan bahwa tha’at itu ada dua, pertama tha’at lahir kedua tha’at batin. Bahwa maksud agama itu hanya ada dua, pertama meninggalkan yang dilarang, kedua kedua menyuruh mengerjakan yang diperintahkan. Pekerjaan menjauhkan diri dari larangan lebih sukar bagi manusia daripada mengerjakan sesuatu keta’atan, karena ta’at dapat dilakukan oleh setiap orang, tetapi meninggalkan sahwat tidak dapat dilakukan kecuali oleh mereka yang benar (Aceh, 1993:202). Dalam tasawuf tajalli yaitu sampainya Nur Ilahi dalam hati. Dalam keadaan demikian seseorang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang haq dan mana yang batil. Dan secara khusus tajalli berarti ma’rifatullah, melihat Tuhan dengan mata hati, dengan rasa. Ini adalah puncak kebahagiaan seseorang, sehingga berhasil mencapai thuma’ninatul qalb (Syukur, 2002:115). 6. Amalan Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah Ajaran utama Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, adalah zikir. Ajaran zikir menempati posisi sentral dalam keseluruhan doktrin Thariqah, yang sumbernya sangat jelas dikemukakan dalam berbagai ayatayat al-Qur’an. Di antaranya, Qur’an surat Al-Ahzab ayat 41 sebagai berikut :
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya (Depag, 2002:423). Juga dinyatakan, dengan berzikir membuat hati tenang atau jiwanya tenteram Qur’an Surat Thaha ayat 14 sebagai berikut :
Artinya: Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku (Depag, 2002:314). Zikir kepada Allah tidak mengenal waktu, selamanya dan di mana saja dianjurkan. Bila seorang mukmin lupa kepada Allah maka Allah akan membuat dirinya lupa. Sebaliknya, dengan senantiasa mengingat Allah maka manusia akan dapat menginsafi bahwa kehidupannya berasal dari Allah dan kelak akan kembali kepada-Nya. Zikir secara umum dapat diartikan sebagai upaya untuk selalu mengingat
Allah
SWT,
dengan
mengucapkan
kalimat
tayibah
(subhanallah, alhamdulillah, la ilaha alallah dan Allahu akbar). Dari segi teknisi pengucapan zikir biasa dibagi menjadi dua, yaitu zikir al-khaffi dan zikir bil al-jalalah. Zikir dalam Thariqah, dilakukan dalam waktu-waktu tertentu dan dengan tehnik tertentu pula. Zikir kaffi misalnya, didasarkan pada ritme nafas, penghembusan dan penghirupan (Jamil, 2005:67). Bruinessen mengutip dalam kitab Fath al Arifin amalan Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di jelaskan sebagai berikut: “Membaca istigfar sekurang-kurangnya dua kali atau dua puluh kali dengan mengucapkan astagfir Allah al-ghafur ar-rahim,
kemudian membaca shalawat Allahuma shali ‘ala sayyidina muhammad wa ‘ala alaihi wa sahbihi wa sallam, kemudian zikir la ilaha illa allah seratus enam puluh kali setiap selesai mengerjakan Shalat lima waktu. Setelah selesai zikir membaca shalawat Allahuma shalla ‘alasayyidina muhammad shalat tanajina biha min jami’al-ahwat wa al-afat, kemudian membaca alfatihah kepada sayyidina Rosullah SAW, sahabatnya, sekalian masyayikh ahl al-silsilah Al-qadariyah wa Naqsyabandiyah khususan Sayyidina Syaikh Abd-Qadir Al-Jailani wa sayyidina al syaikh junaidi al-baghdadi wa syaikh khatib sambaswa abna’ ina wa umahatina wa ikhwanina al-muslimin walmuslimat wa al mu’minina wa al mu’minat al-ihya minhum wa al-amwat wa alsalam (Bruinessen, 1995:216)
7. Ritual-ritual dalam Thariqah Ada beberapa bentuk upacara ritual dalam Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah sebagai sebuah jam’iyyah yaitu : pembai’atan, khataman, dan manaqiban. Ketiga bentuk upacara ritual dalam Thariqah
ini
dilaksanakan oleh semua kemursyidan yang ada di Indonesia, dengan prosesi kurang lebih sama. Tapi dalam istilah nama kegiatan tesebut kadang berbeda, Seperti dalam pembai’atan, ada kemursyidan mereka menyebutnya dengan penalqinan. Demikian pula khataman, ada yang menyebutnya dengan istilah tawajjuhan. Tetapi perbedaan itu sama sekali tidak membedakan isi dan makna kegiatan tersebut. a. Pembai’atan Pembai’atan adalah sebuah prosesi perjanjian, antara seorang murid terhadap seorang mursyid. Seorang murid menyerahkan dirinya untuk dibina dan dibimbing dalam rangka membersihkan jiwanya dan mendekatkan diri kepada Tuhannya. Dan selanjutnya seorang mursyid menerimannya dengan mengajarkan dzikr talqin al-dzikr kepadanya.
Upacara pembai’atan merupakan langkah awal yang harus dilalui oleh seorang salik, khususnya seorang yang memasuki jalan hidup kesufian melalui Thariqah. Menurut para ahli Thariqah “bai’at” merupakan syarat sahnya suatu perjalanan spiritual (suluk). Menurut ketetapan Jam’iyyah Ahli Thriqah al-Mu’tabarah alNahdiyyah, hukum dasar bai’at dzikr (Thariqah) adalah al-sunnah alNabawiyah. Akan tetapi bisa menjadi wajib, apabila seseorang tidak dapat membersihkan jiwanya kecuali dengan bai’at itu. Dan bagi yang telah berbai’at, hukum mengamalkannya adalah wajib, berdasarkan firman Allah dalam QS. al-Isra’ ayat 34 sebagai berikut :
Artinya: Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. (Depag, 2002:286) Prosesi
pembai’atan
dalam
Thariqah
Qadiriyah
wa
Naqsyabandiyah sebagai berikut: 1) Dalam keadaan suci, murid duduk menghadap mursyid dengan posisi duduk tawaruk, dengan penuh kekusukan, taubat dan menyerahkan diri kepada mursyid untuk dibimbing. 2) Selanjutnya mursyid membimbing murid untuk membaca kalimat Basmalah, Do’a yang artinya “Ya Allah bukakan untukku dengan
keterbukaan para arifin” tujuh kali,
hamdalah, sholawat, dan
istighfar tiga kali. 3) Kemudian syaikh atau mursyid mengajarkan dzikr, dan selanjutnya murid menirukan: Laa ilaha illaa Allaah, tiga kali dan ditutup dengan ucapan Sayyiduna Muhammadun Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 4) Kemudian keduanya membaca shalawat munjiat. 5) Kemudian mursyid menuntun murid untuk membaca ayat bai’at: Surat al-fath ayat 10, dengan diawali ta’awud dan basmalah, yang artinya; “Aku berlindung kepada Allah, dari setan yang terkutuk. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya, akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri, dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan memberinya pahala yang besar.” 6) Kemudian berhadiah fatihah kepada Rasulullah SAW. para masyayikh ahl silsila al-Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, khsusunya syekh Abd. Qadir al-Jailani dan Syekh Abu al-Qasim Junaidi alBagdadi satu kali. 7) Kemudian syekh atau mursyid berdo’a untuk muridnya sekedarnya. b. Manaqiban
Upacara ritual yang menjadi tradisi dalam Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah yang tidak kalah pentingnya adalah manaqiban. Selain memiliki aspek ceremonial manaqiban juga memiliki aspek mistikal. Sebenarnya kata manaqiban berasal dari kata manaqib (bahasa Arab), yang berarti biografi ditambah dengan akhiran: -an, menjadi manaqiban sebagai istilah yang berarti kegiatan pembacaan manaqib (biografi), syekh Abd. Qadir Al-Jailani, pendiri Thariqah Qadiriyah, dan seorang wali yang sangat legendaris di Indonesia. Isi kandungan kitab manaqib itu meliputi: silsila nasab syaikh Abd. Qadir Al-Jailani, sejarah hidupnya, akhlaq dan karamahkaramahnya, di samping adanya do’a-do’a bersajak (nadaman, bahr dan rajaz) yang bermuatan pujian dan tawassul melalui dirinya. Pengakuan akan kekuatan magis dan mistis dalam ritual manaqiban ini karena adanya keyakinan bahwa syekh Abd. Qadir alJailani adalah qutb al-auliya’ yang sangat istimewa, yang dapat mendatangkan berkah (pengaruh mistis dan spiritual) dalam kehidupan seseorang. c. Khataman Kegiatan
ini
merupakan
upacara
ritual
yang
biasanya
dilaksanakan secara rutin di semua cabang kemursyidan. Ada yang menyelenggarakan sebagai kegiatan mingguan, tetapi banyak juga yang menyelenggarakan selapanan (35 hari).
kegiatannya
sebagai
kegiatan
bulanan,
dan
Dari segi tujuannya, khataman merupakan kegiatan individual, yakni amalan tertentu yang harus dikerjakan oleh seorang murid yang telah mengkhatamkan tarbiyat Dzikr lathaif. Dan khataman sebagai suatu ritus (upacara sakral) dilakukan dalam rangka tasyakuran atas keberhasilan seorang murid dalam melaksanakan sejumlah beban dan kewajiban dalam semua tingkatan Dzikr lathaif (Jamil, 2005:64).
B. Ketaatan Beribadah 1. Pengertian ketaatan beribadah Ketaatan berasal dari kata taat yang artinya senantiasa menurut (kepada Tuhan, pemerintah, dan sebagainya) (Departemen pendidikan dan kebudayaan, 2005:1116). Beribadah berasal dari kata ibadah adalah menunaikan segala kewajiban yang diperintahkan oleh agama dengan sungguh-sunggguh. (Poerdarminto, 1998:364). Daradjat mengutip dari buku
Profesor TM
Hasbi Ashidiqi, dalam kitab kuliah ibadah membagi arti ibadah dalam dua arti, arti menurut bahasa dan arti menurut istilah. a. Ibadah dari segi bahasa berarti
tha’at, menurut, mengikuti dan
sebagainya. Juga ibadah digunakan dalam doa. Penggunaan kata ibadah dalam arti thaat dan sebagainya, tersebut dalam Al-Qur’an surat yasin ayat 60 berikut ini:
Artinya: Bukankah Aku Telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu (Depag, 2002:445).
Penggunaan ibadah dalam arti doa dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’min ayat 60 sebagai berikut :
Artinya: Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka (Depag, 2002:347). b. Menurut istilah ahli tauhid, ibadah itu berarti mengesakan Allah, mentakzimkannya dengan sepenuh takzim serta menghinakan diri kita dan menundukan jiwa kita kepadanya. Hal ini didasarkan pada firman Allah surat An-nisa’ ayat 36 sebagai berikut :
Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibubapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggabanggakan diri (Depag, 2002:85). Ibadah juga diartikan sebagai perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan untuk mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Juga diartikan segala usaha lahir dan batin sesuai dengan perintah Tuhan untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun terhadap alam semesta (Syarifuddin, 2003:17). Ibadah dalam Islam merupakan cara untuk mensucikan diri, dasar dari ibadah adalah pengakuan akan kenyataan bahwa, manusia mahluk Allah dan oleh sebab itu maka manusia berkewajiban untuk mengabdi kepada Allah. Ibadah adalah bagian yang tak terpisahkan dari seluruh agama-agama, bahkan termasuk para penyembah berhala. Hanya saja pada masing-masing agama lebih dimotivasi oleh berbagai tujuan, bentuk yang ragam, serta dilaksanakan dengan berbagai cara dan tatanan (Ahmad, 2002:49). Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ketaatan beribadah secara singkat dapat diartikan sebagai kepatuhan untuk mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan Allah SWT. 2. Macam-macam beribadah Ibadah itu banyak macamnya, yang mencakup semua macam ketaatan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil, membaca Al-Qur’an, shalat, zakat, puasa,
haji, jihad, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil. a. Macam-macam ibadah didasarkan pada umum dan khususnya 1) Ibadah khasah ialah ibadah yang ketentuanya telah ditetapkan oleh nash, seperti: shalat, zakat, puasa dan haji 2) Ibadah ‘aamah ialah semua pernyataan baik dan semata-mata karena Allah, seperti makan, minum, bekerja dan sebagainya dengan niat melaksanakan perbuatan itu untuk menjaga badan jasmaniyah agar dapat beribadah kepada Allah SWT. b. Pembagian ibadah dari segi hal-hal yang bertalian dan pelaksanaanya dibagi menjadi tiga. 1) Ibadah jasmaniyah, seperti : shalat dan puasa 2) Ibadah ruhaniyah dan amaliyah, seperti : zakat 3) Ibadah jasmaniah ruhaniyah dan amaliyah, seperti : mengerjakan haji c. Pembagian ibadah dari segi kepentingan perseorangan atau masyarakat, dibagi menjadi dua. 1) Ibadah fardu, seperti : shalat dan puasa 2) Ibadah ijtima’i seperti zakat dan haji d. Pembagian ibadah dari segi bentuk dan sifatnya 1) Ibadah yang berarti perkataan atau ucapan lidah seperti : membaca doa, membaca Al-Qur’an, dan membaca tahmid
2) Ibadah yang berupa pekerjaan yang tertentu bentuknya meliputi perkataan dan perbuatan, seperti: shalat, zakat, puasa, dan haji. 3) Ibadah yang tidak ditentukan bentuknya seperti: menolong orang dan berjihad 4) Ibadah yang pelaksanaanya menahan diri, seperti: ihram, puasa, dan i’tikaf. 5) Ibadah yang bersifat menggugurkan hak, seperti : membebaskan hutang, memaafkan orang yang bersalah (Daradjat, 1995:3). 3. Tujuan Beribadah Manusia diciptakan oleh Allah bukan untuk sekedar hidup di dunia ini kemudian mati tanpa pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah SWT hidup di dunia untuk beribadah. Sebagai mana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Adz-Adzariyaat ayat 56 :
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Depag, 2002:524). Manusia diwajibkan beribadah karena Allah SWT mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar tejaga hidupnya dan tetap bertaqwa manusia diperintahkan untuk beribadah (Daradjat, 1995:6). Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 21 sebagai berikut:
Artinya: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu
dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa (Depag, 2002:5). Tujuan Islam mengumumkan bahwa seluruh aktivitas kehidupan agama merupakan ibadah adalah untuk mendorong para pemeluknya untuk selalu bersikap agamis dalam menjalankan perananya dalam kehidupan sehari-hari (Ahmad, 2002:58). Dengan adanya keyakinan tersebut, diharapkan para pemeluk agama islam akan menjadi lebih sabar dan tabah dalam menghadapi kesukaran hidup, serta selalu berkeinginan untuk berbuat kebaikan dan menjauhi larangan. 4. Keutamaan beribadah Keutamaan sekaligus pembeda ibadah menurut ajaran islam dapat dinyatakan sebagai berikut: a. Bebas dari segala perantara Islam telah melepaskan ibadah dari ikatan perantara yang menghubungkan
manusia
dengan
sang
maha
pencipta.
Islam
meyogyakan adanya hubungan langsung antara manusia dengan Tuhannnya, sehingga perantara tidak diperlukan lagi. Para ulama bukan perantara yang menghubungkan manusia dengan Tuhan, mereka juga tidak mempunyai hak untuk memiliki ataupun menolak peribadahan yang ditunjukan kepada Tuhan. Tuhan memendang para ulama sebagai manusia yang memiliki tugas tambahan untuk menuntun mereka yang tidak berpengetahuan agar umat manusia
selalu berada dijalan yang benar. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Gasyiyah ayat 21-22 sebagai berikut:
Artinya: Maka berilah peringatan, Karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan; Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka (Depag, 2002:593). Rasulullah SAW juga selalu menasehati putrinya (Fatimah) dengan kata-kata sebagai berikut yang melukiskan bahwa umat manusia selalu dalam keadaan yang sama di hadapan Allah. “wahai Fatimah, putra Muhamad, aku tidak dapat menolongmu di hadapan Allah (kelak). b. Tidak ditunjukan untuk wilayah tertentu Islam tidak hanya saja membebaskan peribadatan manusia dari belenggu keperantaraan, tetapi juga membebaskan dari keterikatan tempat tertentu. Islam memandang seluruh tempat, bahkan dipunggung hewan tunggangan sekalipun, ataupun digladak kapal nun di tengah samudera luas, dan tentu saja masjid yang sengaja untuk mencari keridhaan Allah, maka hal tersebut merupakan ibadah dan untuk itu ia akan mendapat ganjaran dari Allah SWT. c. Melingkupi segala Islam melihat lingkup ibadah dalam sekala yang luas. Ibadah dalam islam tidak hanya terpaku pada bentuk doa-doa atau pujian tertentu yang harus diucapkan atau dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu saja.
Islam berpandangan bahwa, segala perbuatan baik yang dilakukan dengan tulus, serta kesadaran bahwa segalanya dilaksanakan untuk melaksanakan perintah Tuhan serta untuk mendapatkan keridhaanNya, maka hal tersebut dihitung ibadah dan akan mendapatkan ganjaran dariNya. Islam tidak berpandangan, bahwa pembebasan manusia dari keinginan-keinginan
manusiawi
sebagai
suatu
keutamaan
dan
kebajikan. Islam menginginkan agar para pemeluknya dapat menikmati kenikmatan dan kebaikan hidup dengan cara yang baik, tidak melangar hak-hak orang lain, serta bukan dengan cara-cara yang akan merendahkan moralnya. Sehingga apabila manusia mengetahui bahwa ketika ia tengah merenguk kenikmatan dan hiburan, asal dilandasi oleh niat dan tujuan yang suci dapat menjadi ibadah yang dapat mendekatkan dirinya dengan sang maha pencipta. Sehingga akan mudah bagi setiap manusia untuk selalu memusatkan ketaatan dan perhatian hanya kepada Allah, karena mereka mengetahui bahwa untuk mengabdi kepada Tuhan tidak berarti harus meniadakan kenikmatan dunia ( Ahmad, 2002:51). 5. Syarat diterimanya ibadah Agar ibadah seorang hamba diterima oleh sang maha pencipta maka harus dengan menjalankan beberapa syarat, diantaranya yaitu :
a. Ikhlas adalah melaksanakan semua amal ibadah semata-mata karena mengharap keridhaan Allah bukan karena selainNya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 11-12 sebagai berikut :
Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya Aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama; Dan Aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri" (Depag, 2002:459). b. Sah adalah melaksanakan semua amal ibadah sesuai dengan hukum syara’. Menurut rumusan fuqoha, sah ialah lawan batal. Perbuatan dihukumi sah apabila memenuhi hukum dan syarat-syaratnya (Daradjat, 1995:5). c. Meninggalkan ria adalah melaksanakan ibadah karena malu kepada manusia atau supaya diihat orang. d. Bermuroqabah adalah
melaksanakan ibadah dengan sungguh-
sungguh karena yakin bahwa Allah SWT maha melihat, dan ada di samping kita. e. Jangan keluar dari waktu adalah berarti melaksanakan ibadah dalam waktu tertentu, sedapat mungkin dikerjakan di awal waktu (Abidin, 1998:15).
6. Urgensi ketaatan beribadah Taat dan tunduk kepada Allah SWT artinya, merasa berkewajiban melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangan Allah SWT. Oleh karena itu, belum termasuk beribadah apabila
tidak mau
tunduk kepada perintah-perintahNya dan tidak mau taat pada aturanaturanNya, meskipun ia mengakui adanya Allah SWT yang menciptakan langit dan bumi serta yang memberi rezeki kepadanya (Tono dkk, 1998:3). Terdapat banyak ayat Al-Qur’an yang mengaitkan perintah ibadah kepada Tuhan dengan tujuan memperoleh takwa. Takwa dalam ajaran Islam merupakan satu-satunya ukuran nilai kemuliaan manusia di hadapan Allah SWT. Bagi manusia ibadah merupakan kodrat pembawaan jiwa manusia yang rindu kemuliaan. Kemuliaan manusia di hadapan Allah SWT diukur dengan kuat lemahnya takwa kepada Allah SWT, sedangkan takwa dapat diperoleh dan diperkuat dengan melaksanakan ibadah (Tono dkk, 1998:16). Orang yang takwa, niscaya akan diberikan sifat ”furqon dan nur”, yakni diberikan pemahaman untuk membedakan antara yang haq dengan yang batil, dan diberi kemampuan (taufiq) serta cahaya yang menerangi dalam hatinya, sehingga orang tersebut akan berjalan disyariat Allah SWT. Dimana ia akan selalu memberikan manfaat kepada orang lain.
C. Kesalehan Sosial 1. Pengertian Kesalehan berarti ketaatan (kepatuhan) dalam menjalankan ibadah; kesungguhan menunaikan ajaran agama tercermin pada sikap hidupnya (Depdiknas, 2007:984). Sosial artinya berkenaan dengan masyarakat; perlu adanya komunikasi
dalam
usaha
menunjang
dalam
pembangunan;
suka
memperhatikan kepentingan umum (suka menolong, menderma, dsb) (Depdiknas, 2007:1085). Kesalehan sosial atau mengutamakan orang lain, dalam bahasa agama disebut itsaar. Menurut Abdul Al Wahhab Al Sya’roni, guru sufi abad ke 10 H, kesalihan sosial adalah tradisi mulia para sufi dan dan suatu sikap yang disayang Allah SWT. 2. Ciri-ciri Kesalehan Sosial Islam yang sesungguhnya adalah agama yang hendak menegaskan bahwa Islam agama pembebasan dalam pengertian yang sebenar-benarnya sejak kelahirannya, Islam datang untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, terlemahkan dan dizalimi oleh sistem sosial yang tidak adal. Islam adalah agama pembebasan, dalam arti bahwa keseluruhan ajaran yang dimuatnya ditetapkan untuk melahirkan suatu pembebasan, oleh dan untuk pribadi-pribadi yang memeluknya (Badruzaman, 2005:7).
Untuk melihat dimensi-dimensi ketaqwaan seseorang, khususnya dalam kaitannya dengan ukuran-ukuran kesalehan individu dan sosial, firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 2-4 yang berbunyi:
Artinya: Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa; (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka; Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat (Depag, 2002:3). Menunjukan sekurang-kurangnya lima ciri penting manusia yang saleh secara sosial. Pertama, memiliki semangat spiritualitas yang diwujudkan dalam sistem kepercayaan kepada sesuatu yang ghaib, serta berketuhanan atau menganut suatu kepercayaan agam. Masyarakat yang memiliki kualitas kesalehan sosial itu adalah masyarakat beragama, masyarakat yang percaya pada hal-hal ghaib. Kedua, terikat pada norma, hukum, dan etika seperti tercermin dalam ajaran shalat. Shalat juga mengajarkan kepada para pelakunya untuk terbiasa disiplin. Disiplin dalam hidup sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Artinya, masyarakat yang mempunyai kesalehan sosial
adalah masyarakat yang konsisten menegakan hukum dan hukum menjadi aturan main. Ketiga, memiliki kepedulian sosial yang salah satu perwujudanya ditandai dengan kesanggupan berbagi terhadap golongan yang lemah. Keempat, memiliki sikap toleransi sebagai salah satu sifat perwujudan dari keimanan terhadap adanya pengikut kitab-kitab suci selain kitab sucinya sendiri. Kelima berorientasi kedepan sebagai salah satu perwujudan dari keimanan terhadap hari ahir, sehingga akan selalu mementingkan kerjakeras untuk membangun hari esok yang lebih baik (Ash-Shidiqi, 2000:33). Pengertin lain diberikan oleh Muhamad Shobary (2007: 130-142) dalam penelitiaannya terhadap masyarakat Desa Suralaya Kecamatan Sukabumi Kabupaten Tangerang pada tahun 1987. Meskipun secara lugas tidak disebutkan makna dari kesalehan sosial, namun dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa agama sebagai sistem sosial menyediakan diri sebagai legitimasi bagi terimplementasikannya amalamal sosial dari kemanusiaan. Kedekatan hubungan dengan Tuhan tidak hanya dibangun di atas ritus-ritus ibadah yang rutin dan ketat (syariat atau ibadah), tetapi juga bisa dicapai melalui usaha, kerja, solidaritas sosial, pembelaan terhadap ketidak adilan ataupun pengentasan sesama manusia dari keterbelakangan. Kesalehan sosial merupakan semua jenis kebajikan yang ditunjukan kepada semua manusia.
3. Adab Dalam Kehidupan Sehari-Hari a. Pergaulan di masyarakat 1) Apabila berada dalam suatu majelis hendaknya memberi salam terlebih dahulu, memilih tempat duduk yang terdekat, tidak melangkahi orang lain, berjabat tangan dengan orang-orang disekitarnya. Jika kebetulan duduk dengan orang yang sedang berbicara hendaknya tidak mencampurinya. 2) Adab dalam memberi nasihat harus dipastikan bahwa orang tersebut memang mengharapkan dan akan menerima nasihat kita, jangan sampai nasehat tersebut dianggap suatu penghinaan. 3) Adab terhadap sahabat hendaklah selalu tersenyum bersikap ramah menyongsong ia datang, mengantarkan bila ia hendak pulang, mendengarkan penuh perhatian bila ia bercerita, memanggil dengan nama panggilan yang disenangi. 4) Adap terhadap tetangga di antaranya: bersikap baik, menjenguk bila sakit, menghibur bila ditimpa ujian, turut menyatakan senang apabila tetangga mendapatkan kebahagiaan, bersikap baik terhadap anak-anaknya, menerima segala kekurangan dan ikut menjaga kehormatannya. b. Adab dalam beramal 1) Adab orang yang bersedekah dianjurkan agar sedekahnya disediakan dahulu sebelum diminta, menyembunyikan pekerjaannya pada waktu memberi sedekah, ramah terhadap orang yang diberi
sedekah, mengabulkan permintaan dari orang yang meminta sedekah dan apabila tidak dapat mengabulkan hendaknya menolak menggunakan kata-kata yang sopan. 2) Adap orang yang meminta hendaknya menyatakan kebutuhanya dengan jujur, mengajukan permintaan dengan sopan, menerima apa yang diberi dengan ucapan trimakasih dan berdoa untuk keselamatan orang yang memberi, apabila permintaannya ditolak maka menerima dengan baik dan tidak terus-menerus meminta lagi. 3) Adab orang yang kaya misalnya, tidak angkuh, sombong, tinggi hati, namun terus menyatakan rasa syukur yang diwujudkan dengan perbuatan
baik,
ramah
terhadap
fakir
miskin,
bersedia
menolongnya, dan melakukan kewajiban-kewajiban sosial terkait dengan statusnya sebagai orang kaya. 4) Adab orang miskin misalnya, selalu bersyukur dan merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, berusaha menyembunyikan segala kebutuhannya, menjaga kehormatan dengan menunjukan sikap kecukupan, tidak terlalu mengharap belas kasihan orang lain, tidak rendah diri apabila berhadapan dengan orang yang lebih kaya, dan tetap menjaga aturan-aturan agama (Aceh, 1993:326).
4. Macam-macam kesalehan sosial a. Saleh terhadap orang tua Setiap anak berkewajiban melaksanakan birul walidain atau berbuat baik kepada orang tua, bahkan Allah meletakan kewajiban berbuat baik kepada orang tua setelah kewajiban berbuat baik kepadaNya (Wirawan, 1976:94). Berbuat baik di sini mengandung arti yang luas meliputi pekerjaan apa saja yang dianggap baik, yang berupa perkataan dan berbuatan (Humaidi, 1980:96). b. Saleh terhadap teman Dalam bergaul dan berinteraksi dengan sesama di majelis Thariqah atau dalam lingkungan masyarakat hendaknya diperlukan sikap sosial untuk menjaga hubungan pertemanan agar selalu berjalan baik, sikap sosial tersebut antara lain: bersikap ramah, pemaaf dan suka menolong. Adap atau sopan santun terhadap sesama umat manusia merupakan ajaran islam yang telah diajarkan nabi muhammad Saw terhadap umat islam dengan bersikap ramah, sopan santun, lemah lembut dan sebagainya (Salamillah, 2008:98). c. Saleh terhadap guru Ada beberapa etika atau sopan santun dalam bergaul dengan guru dapat dilakukan dengan menghormati dan memuliakan guru dan tawadhu terhadap guru.
Menghormati dan memuliakan guru merupakan kewajiban seorang murid, karena guru adalah orang yang berjasa dalam membimbing, mendidik, dan mengajarkan segala ilmu pengetahuan, yang semula tidak tau menjadi tau tentang segala sesuatu. Guru adalah orang yang wajib digugu dan ditiru (dipatuhi dan diteladani). Seorang guru dapat dikategorikan kelompok utama sehingga mereka mewarisi apa yang telah diajarkan oleh Nabi, sehingga tawadhu atau taat kepada guru dapat diidentikkan tawadhu dan taat kepada Rasul (Samana, 1994:25). 5. Manifestasi Kesalehan Sosial Kepekaaan terhadap persoalan yang menimpa sesama manusia dan kemudian berusaha untuk memberikan pertolongan sesuai dengan kemampuanya inilah yang menjadi inti dari manifestasi kesalehan sosial. Adapun kesalehan sosial yang bisa dilihat secara praktis adalah dari segi semangat, kesungguhan dan ketulusan mereka untuk membantu sesama. Hanya saja ini bukan dalam pengertian sebagai gerakan sosial yang sangat berpengaruh, tetapi lebih merupakan komitmen-komitmen yang tumbuh yang ada pada masing-masing individu. Bentuk-bentuk lain dari kesalehan sosial yang dikemukakan oleh muhammad shobary dalam penelitiannya pada masyarakat desa suralaya, kecamatan suka bumi, kabupaten tengerang diantaranya ajaran solidaritas, etos dalam bekerja, toleransi, kepekaan sosial dalam membantu fakir miskin, menjaga dan melindungi keluarga dari keterjerumusan perilaku
yang menyimpang dari ajaran agam, berusaha mengangkat harkat dan derajat kaum miskin, peduli kegiatan sosial di masyarakat baik yang berupa ritual-ritual keagamaan (misalnya slametan, peringatan hari besar agama, mengirim doa untuk para leluhur, dan lain sebagainya), maupun kegiatan sosial lain (Shobari, 2007:251) D. Pengaruh Pengamalan Thariqah Terhadap Ketaatan Beribadah Setelah mempelajari arti tasawuf menurut bahasa dan mengikuti definisi-definisi yang ditetapkan oleh para ahli dalam bidang ini dapat disimpulkan bahwa: baik menurut bahasa maupun istilah pengertian tasawuf adalah usaha untuk membersihkan rohani guna untuk mendekatkan diri kepada Allah. Tasawuf adalah salah satu jalan yang bersumber dari AlQur’an dan sunnah Rasul dan merupakan jiwa islam dan tujuan dari tasawuf adalah untuk mempertebal iman dan tauhid serta mempertinggi ahlak. Secara keagamaan, Thariqah menjadi semacam wahana bagi penanaman dan transmisi nilai-nilai keagamaan di tengah-tengah masyarakat. Di sini Thariqah dapat meberi sumbangan etik dan spiritual di tengah wacana kebangsaan yang diwarnai dengan berbagai problem sosial. Thariqah sedemikian menarik karena ia mendakwahkan dirinya bisa menuntun pengikut-pengikutnya menuju pertemuan langsung dengan Tuhannya (Jamil,2008:54 ). Inti daripada Thariqah adalah berzikir kepada Allah dan ibadahibadah lainya dengan mengikut sertakan unsur rohaniah arwahul maqadasah rasulullah SAW. Unsur rahaniah Rasulullah adalah channel, saluran yang
hanya satu-satunya unsur yang mempunyaai frekuensi yang tak terhingga yang mampu langsung menuju kehadirat Allah SWT yang dimensinya tak terhingga. Dengan melihat tujuan Thariqah yang seperti di atas tentunya Thariqah mewajibkan bagi jamaahnya untuk selalu Taat kepada Allah karena semua amalan ibadah Thariqah menyangkut hubungan dengan Tuhan. Jika seseorang mau mengamalkan amalan Thariqah maka dia harus melaksanakan tata cara dalam mengamalkan Thariqah yang biasanya amalan-amalan tesebut dilaksanakan setelah menjalankan ibadah fardhu. E. Pengaruh Pengamalan Thariqah Terhadap Kesalehan Sosial Tasawuf adalah usaha untuk membersihkan rohani guna mendekatkan diri kepada Allah dengan meningkatkan amal saleh, beralak dan beribadah sesuai dengan tuntunan Rosulullah SAW. Sedang Thariqah adalah jalan yang ditempuh semata-mata untuk menuju keridhaan Allah, dengan kata lain Thariqah merupakan saluran-saluran atau pelaksanaan dari tasawuf. Secara prinsip aliran-aliran Thariqah berpegang teguh kepada ahlusunnah baik secara aqidah maupun syariah. Ciri Thariqah yang tidak boleh diabaikan adalah bahwa amalan Thariqat dapat menjadikan pengikutnya bersifat sosial. Amalan Thariqah bisa saja dilakukan secara perorangan, tetapi biasanya murid yang dibai’at akan tetap menjaga hubungan khusus dengan gurunya dan juga dengan sesama murid. Kalau tempat tinggal guru tidak terlalu jauh, para murid secara teratur ikut zikir bersama dan juga cenderung bergaul lebih banyak dengan sesama pengikut jamaah Thariqah
dari pada dengan yang lain, hal tersebut tentunya melatih jamaahnya untuk bisa hidup membaur dengan masyarakat umum dan melaksanakan ajaranajaran ahlak yang telah diajarkan oleh gurunya (Bruinnesen, 1995:340). Ajaran tasawuf ternyata tak hanya berisikan ritual-ritual ibadah (syariat) semata, melainkan bagaimana niat yang benar, ahlaq, maupun kesopanan dalam menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangannya. Apabila ajaran tasawuf sudah meresap kepada seseorang maka dia akan terus menerus memperbaiki kualitas hidup maupun ibadahnya dengan benar dan dengan sebaik-baiknya untuk mengharap ridhaNya. Akhlaq merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik
antara
hamba
dengan
Allah
(hablumminAllah)
dan
sesama
(habluminanas). Ahlaq yang mulia tidak lahir begitu saja atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses panjang serta manifestasi seumur hidup melalui pembelajaran ahlaq yang sistematis. Ajaran Thariqah yang mendalam tentang masalah hati sangat bagus untuk memperbaiki moral, pola pikir dan perbuatan seseorang. Dikarenakan ajaran ini menitik beratkan bagaimana cara mongontrol perbuatan serta pola pikir dan perbuatan seseorang yang sadar akan tugas dan posisinya dimata Tuhan. Hal ini akan sangat berpengaruh sekali kepada kesehatan mental seseorang dikarenakan pikiran dan hatinya rela dengan segala ketentuan Allah tanpa terbebani rasa jengkel dan tidak rela yang mana akan menimbulkan penyakit mental.
Para pengikut Thariqah selain menjalankan ajaran Thariqah yang diterima dari guru, mereka juga terlibat dalam kiprah sosial dalam menjaga hubungan dengan masyarakat. Karenanya dalam pandangan masyarakat, pengikut Thariqah tidak ekslusif tetapi terbuka dalam pergaulan dengan masyarakat luas.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang 1. Keadaan geografis Desa Wates Desa wates merupakan salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Jawa Tengah, dengan luas wilayah 227,05 Ha yang terdiri dari sembilan dusun yakni Dusun Wates, Kedayon, Banaran, Sranti, Deplongan, Jurug, Ngagrong, Gedad dan Kali Sari. 2. Monografis Desa Wates Jumlah penduduk Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun 2012 secara keseluruhan adalah 3055 jiwa, dengan rincian 1490 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 1565 jiwa berjenis kelamin perempuan. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 1 Tabel Jumlah Penduduk Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 No
Nama Dusun
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Wates
284
304
588
2
Kedayon
184
194
378
3
Banaran
196
186
382
4
Sranti
194
195
389
5
Deplongan
283
278
561
6
Jurug
48
81
129
7
Ngagrong
65
61
126
8
Gedad
205
214
419
9
Kali sari
31
52
83
1490
1565
3055
Jumlah
Sumber data : Sekertaris Desa Wates 3. Matapencaharian Matapencaharian penduduk Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun 2012 kebanyakan adalah petani, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Matapencaharian Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 No
Matapencaharian
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
PNS
11
12
22
2
TNI
3
-
3
3
POLRI
1
-
1
4
Pegawai Swasta
15
21
37
5
Pensiunan
12
10
22
6
Penguasaha
2
-
2
7
Buruh bangunan
107
-
107
8
Buruh indusri
3
-
3
9
Petani
959
770
1729
10
Buruh tani
246
178
424
11
Peternak
3
-
3
12
Pedagang
56
102
158
12
Nelayan
-
-
1418
1093
Jumlah
2511
Sumber Data : Sekertaris Desa wates 4. Kondisi Agama Desa Wates Penduduk Desa wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang terdiri dari beragam penganut agama. Pada tahun 2012 moyoritas penduduk Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang beragama Islam, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 3 Kondisi Agama Di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 No
Agama
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Islam
1105
1197
2302
2
Budha
314
299
613
3
Kristen
51
42
93
4
Khatolik
20
27
47
5
Hindu
-
-
-
6
Khonghucu Jumlah
-
-
-
1490
1565
3055
Sumber Data : Sekertaris Desa Wates
B. Profil Thariqah Qadiriyyah wa Naqsabandiyah Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2012 1. Sejarah Singkat Thariqah Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah masuk di desa wates, kecamatan getasan, kabupaten semarang mulai masuk tahun 1993. Yang pertama kali mengajarkan bapak Gito, beliau dibaiat oleh Syaikh Hasim. Prosesi pembaiatan di rumah Syaikh Hasim tepatnya di Desa Keditan Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Setalah selesai baiat, bapak Gito tidak langsung diangkat menjadi badal, karena syarat menjadi badal harus mencari 11 orang pengikut baru Jamaah Tariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Karena tuntutan pekerjaan beliau belum bisa mengajarkan Thariqah di desanya, beliau ditugaskan kerja di luar daerah yang jauh dari tempat tinggalnya yang mengharuskan beliau dan keluarga untuk pindah ke tempat tersebut. Setelah tugas selesai beliau kembali ke kampung halamanya dan melanjutkan misinya yaitu menyebarkan ajaran Thariqah. Pada tahun 2005 beliau baru diangkat menjadi badal karena telah memenuhi syarat, prosesi pembaiatan yang sakral tersebut dilaksanakan selama 15 hari di rumah Syaikh Hasim tanpa boleh pulang ke rumah.
Kemudian beliau merintis dan mengajarkan Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Beliau mengembangkan kajian tentang Thariqah atas ijin dari gurunya meskipun beliau sudah menjadi badal beliau juga masih melakukan tawajuhan atau kajian rutin di tempat gurunya untuk memperdalam tentang ilmu thariqahnya yang diajarkan kepada masyarakat di desa tempat beliau tinggal. Di masjid, beliau mengadakan pengajian rutin tentang Thariqah kepada jamaahnya, yang dilaksanakan setiap malam senin dan satu bulan sekali pada malam 11 tanggal jawa. Setelah melakukan perjuangan lama ternyata banyak umat Islam yang tertarik dengan Thariqahnya. (wawancara dengan bapak Gito)
2. Silsilah ilmu Di sini peneliti akan meyampaikan silsilah Thariqah Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang : Gito- Syaikh hasim - Syaikh Yarkasi Berjan – Syaikh Abdul Karim Banten – Syaikh Ahmad Katib Sambas – Syaikh Samsudin – Syaikh Ahmad Murodi – Syaikh Abdul Fatah – Syaikh Usman – Syaikh Abdur Rahim – Syaikh Abi Bakrin – Syaikh Yahya –Syaikh Hisamudin – Syaikh Wali Udin
– Syaikh Nurudin – Syaikh Sarfidin – Syaikh Muhammad Alhatak – Syaikh Abdul Azis – Sulthonul Awliya’ Al Qatibi Al Autsi - Syaikh Abdul Qadir Jailani – Syaikh Abi Saidi Al Mubarok Al Mahzumi – Syaikh Abi Hasan Ali Al Qarosi Al Hakari – Syaikh Abi Al Gharaji Attartusi – Syaikh Abdul Wahid Atamimi – Syaikh Abi Bakri Dzilfi Ibni Hijdari As Sibili – Syaikh Abi Kosim Junaidi Al Bagdadi – Syaikh Siruddin As Siqtii – Syaikh Abi Mahfudz Alma’rufil Al Karim – Syaikh Abi Al Khusain Alirridho – Syaikh Muhammad Al Al Baqir – Syaikh Zainul Abidin – Syaikh Husain Al Syahid – Syaikh Syayidina Ali Bin Abi Thalib – Rosulullah SAW – Malaikat Jibril As – Allah SWT. (Abdul Hadi:84) 3. Susunan Kepengurusan Jamaah Thariqah Adapun susunan kepengurusan Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun 2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 4 Susunan Kepengurusaan Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyahdi Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 No 1
Nama K.H. Ahmad Jauhari
Jabatan Ustad
2
K.H. Zaenal arifin
Ustad
3
Gito
Badal
4
Sarbini
Ketua
5
Daryadi
Sekertaris
6
Parti
Bendahara
Sumber data : Sekertaris Jamaah Thariqah Desa Wates 4. Kegiatan Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Di sini penulis akan memaparkan kegiatan-kegiatan Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun 2012 baik kegiatan rutin harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Kegiatan harian Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah adalah membaca dzikir sir yaitu menyebut nama Allah sebanyak 9.000x yang dilaksanakan sehari sekali sehabis melaksanakan shalat fardhu dan membaca dzikir jahr yaitu kalimat tahlil sebanyak 166x yang dilaksanakan setiap selesai mengerjakan shalat fardhu. Kegiatan harian ini dilaksanakan secara pribadi oleh pengikut Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Kegiatan mingguan dilaksanakan pada setiap malam senin sehabis shalat magrib, kegiatan mingguan ini disebut khataman atau tawajjuhan. Amalan yang dilaksanakan pada kegiatan mingguan adalah dzikir yang diamalkan secara harian dengan ditambah doa-doa tertentu, kegiatan ini dilaksanakan secara berjamaah dan bertempat di masjid.
Kegiatan bulanan atau sebelasan dilaksanakan pada malam sebelas tanggal jawa dilaksanakan secara berjamaah bertempat di masjid, amalan yang di baca adalah membaca manaqib yang berisi sejarah hidup Syaikh Abdul Qadir Jailani. Dan yang terahir adalah kegiatan tahunan atau khaul, khaul dilaksanakan dirumah badal yang kemudian diteruskan ke tempat mursyid dan ziarah ke makam para mursyid terdahulu. Biasanya khaul diisi dengan kajian ahlaq. 5. Buku yang dipakai sebagai pedoman Thariqah Adapun buku yang digunakan sebagai panduan dalam Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten semarang adalah Risalatul Awam dan Nurul Burhan. Risalatul Awam berisi tentang rukun Thariqah, silsilah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dan ajaran-ajaran yang berkaitan dengan Thariqah, sedangkan Nurul Burhan berisi tentang Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani dan tatacara melaksanakanya. C. Data Keadaan Responden Sebelum peneliti meloporkan hasil penelitian dan nama-nama responden, akan dijelaskan bahwa untuk mengumpulkan data ini peneliti menggunakan tehnik angket dan cara untuk menyebarkan angket guna mendapatkan jawaban responden sebagai berikut : Pembagian angket dengan cara mendatangi langsung kepada calon responden yang sedang mengadakan tawajuhan dan menjelaskan maksud
diadakan penelitian dan juga tatacara mengisi angket untuk menghindari dari segala kekeliruan yang bisa menghambat penelitian. Pengumpulan angket yang telah disebarkan dengan cara mengambil kepada pimpinan atau Badal Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang yang sebelumnya sudah dimintai kerjasama oleh peneliti. Menentukan penilaian pada jawaban responden, nilai pada setiap item jawaban adalah: 1. Jawaban A diberi nilai 3 2. Jawaban B diberi nilai 2 3. Jawaban C diberi nilai 1 Untuk selanjutnya akan peneliti paparkan nama-nama responden. Adapun nama-nama responden berjumlah 30 orang yang peneliti ambil dari jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5 Daftar Nama Responden Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun 2012 No
Nama
Umur
Alamat
1
Budiyono
48 tahun
Banaran, Wates
2
Daryadi
40 tahun
Banaran, Wates
3
Gito
46 tahun
Banaran, Wates
4
Lungguh pramono
47 tahun
Banaran, Wates
5
Marni
43 tahun
Banaran, Wates
6
Marsudi
38 tahun
Sranti, Wates
7
Mukinem
63 tahun
Banaran, Wates
8
Ngatini
51 tahun
Banaran, Wates
9
Parno
60 tahun
Sranti, Wates
10
Paisah
70 tahun
Banaran, Wates
11
Purwo
60 tahun
Banaran, Wates
12
Partiyem
41 tahun
Banaran, Wates
13
Parmin
44 tahun
Sranti , Wates
14
Rumidi
47 tahun
Banaran, Wates
15
Rukini
41 tahun
Banaran, Wates
16
Rajiyem
43 tahun
Banaran, Wates
17
Suminem
50 tahun
Banaran, Wates
18
Sinem
61 tahun
Banaran, wates
19
Suramin
47 tahun
Banaran, Wates
20
Siti asiyah
40 tahun
Banaran, Wates
21
Sami
58 tahun
Banaran, Wates
22
Sarbini
40 tahun
Banaran, Wates
23
Subadi
42 tahun
Banaran, Wates
24
Triyoso
55 tahun
Banaran, Wates
25
Tukini
60 tahun
Banaran, Wates
26
Tumini
56 tahun
Sranti, Wates
27
Tuminem
50 tahun
Banaran, Wates
28
Hartono Untung
65 tahun
Banaran, Wates
29
Waridi
56 tahun
Banaran, Wates
30
Yanto
38 tahun
Banaran, Wates
D. Penyajian Data Peneliti Selama kurang lebih dua bulan, peneliti mengadakan penelitian pada jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang guna untuk memperoleh data yang diperlukan. Dengan cara menyebar angket kepada responden sebanyak 30 eksemplar yang disebarkan pada jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dengan perincian sebagai berikut : 1. Data Tentang Pengamalan Thariqah Daftar pertanyaan yang berkaitan dengan pengamalan thariqah terdiri dari 15 item soal, bersifat tertutup dengan 3 alternatif jawaban. masingmasing setiap option untuk menemukan jawaban pada responden, peneliti memberikan nilai pada setiap jawaban sebagai berikut : a. Jawaban A diberi nilai 3 b. Jawaban B diberi nilai 2 c. Jawaban C diberi nilai 1
Adapun hasil penyebaran angket pengamalan Thariqah dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 6 Tabulasi jawaban jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqayabandiyah di Desa Wates terhadap angket pengamalan Thariqah No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
2
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
3
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
4
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
5
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
6
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
7
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
8
A
A
B
B
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
9
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
10
A
A
B
B
B
B
C
B
B
A
A
B
B
A
B
11
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
12
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
13
C
A
B
A
A
B
C
A
A
A
A
A
A
A
B
14
B
B
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
B
15
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
16
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
B
A
B
17
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
18
A
A
B
B
B
A
A
A
A
B
A
A
B
B
B
19
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
B
A
A
B
20
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
21
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
22
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
23
A
B
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
24
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
25
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
26
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
27
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
B
A
B
B
28
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
29
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
30
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
Berdasarkan pengamatan peneliti dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengamalan Thariqah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang tahun 2012 meskipun hasilnya sudah memuaskan, tetap masih perlu pemupukan dan peningkatan agar lebih memuaskan lagi. 2. Data Tentang Ketaatan Beribadah Daftar pertanyaan yang berkaitan dengan ketaatan beribadah terdiri dari 10 item soal, bersifat tertutup dengan 3 alternatif jawaban. masing-
A
masing setiap option untuk menemukan jawaban pada responden, peneliti memberikan nilai pada setiap jawaban sebagai berikut : a. jawaban A diberi nilai 3 b. jawaban B diberi nilai 2 c. jawaban C diberi nilai 1 Adapun hasil penyebaran angket ketaatan beribadah pada jamaah dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 7 Tabulasi Jawaban Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Nasyabandiyah di Desa Wates Terhadap Angket Ketaatan Beribadah No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
2
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
3
A
A
A
A
C
A
A
A
A
A
4
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
5
A
A
A
A
C
A
A
A
A
A
6
A
A
A
A
C
A
A
A
A
A
7
A
A
B
A
B
A
A
A
A
A
8
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
9
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
10
A
A
A
A
C
A
A
A
A
B
11
A
A
A
A
C
A
A
A
A
A
12
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
13
A
A
B
A
B
A
A
A
A
A
14
A
A
A
A
C
B
A
A
A
A
15
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
16
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
17
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
18
B
C
A
A
B
B
A
A
B
C
19
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
20
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
21
A
A
B
A
B
A
A
A
A
A
22
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
23
A
A
B
A
B
A
A
A
A
A
24
A
A
B
A
C
A
A
A
A
A
25
A
A
B
A
B
A
A
A
A
A
26
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
27
A
A
A
A
B
A
B
A
A
A
28
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
29
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
30
A
A
B
A
B
A
A
A
A
A
Ketaatan beribadah Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang tahun 2012 yang cukup tinggi, sebagaimana pengamatan peneliti telah mencerminkan bahwa kegiatan Thariqah memberi pengaruh yang besar bagi pengikutnya
khususnya dalam ketaatan beribadah para jamaah, karena kebanyakan amalan Thariqah diamalkan setelah mengerjakan Shalat fardhu. 3. Data Tentang Kesalehan Sosial Daftar pertanyaan yang berkaitan dengan kesalehan sosial terdiri dari 15 item soal, juga bersifat tertutup dengan 3 alternatif jawaban. masingmasing setiap option untuk menemukan jawaban pada responden, peneliti memberikan nilai pada setiap jawaban sebagai berikut : a. jawaban A diberi nilai 3 b. jawaban B diberi nilai 2 c. jawaban C diberi nilai 1 Adapun hasil penyebaran angket ketaatan beribadah pada jamaah dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 8 Tabulasi Jawaban Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Terhadap Angket Kesalehan Sosial No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
A
A
B
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
2
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
3
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
4
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
5
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
6
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
7
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
8
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
9
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
10
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
11
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
12
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
13
A
A
B
C
A
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
14
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
15
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
16
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
17
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
18
A
B
C
A
A
B
A
A
A
C
A
A
A
A
A
19
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
20
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
21
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
22
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
23
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
B
A
A
24
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
25
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
26
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
27
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
B
28
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
29
A
B
B
B
A
A
B
A
C
A
A
A
A
B
B
30
A
A
B
B
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
Kesalehan sosial jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Seamarang tahun 2012 berdasarkan pengamatan peneliti cukup tinggi akan tetapi perlu ditingkatkan lagi agar jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang semakin bertambah pengikutnya.
BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul, sehingga diketahui ada dan tidaknya hubungan antara pengamalan Thariqah dengan ketaatan beribadah dan kesalehan sosial. Analisis ini diperlukan untuk tujuan penelitian. A. Analisis Data Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pengamalan Thariqah dengan ketaatan beribadah dan kesalehan sosial, maka data yang diperoleh akan dianalisis dengan statistik. Adapun dalam menganalisis data tersebut penulis menggunakan korelasi product moment dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
rxy
rxy :
( x 2
( x) N
( x )( y )
2
N
y ) ( y N
2
2
)
Keterangan : rxy : koefisien korelasi antara X dan Y x
: Variabel Bebas (Pengamalan Thariqah)
y
: Variabel terikat (Ketatan beribadah dan kesalehan sosial)
x2
: Product dari x (Pengamalan Thariqah)
y2
: Product dari y (ketaatan beribadah dan kesalehan sosial jamaah)
N
: Jumlah Responden Langkah selanjutnya adalah menyiapkan tabel pengamalan Thariqah,
ketaatan beribadah dan kesalehan sosial jamaah Thariqah dan tabel kerja untuk mencari koefisien hubungan antara variabel pengamalan Thariqah dengan ketaatan beribadah dan pengamalan Thariqah terhadap kesalehan sosial. 1. Data tentang pengamalan Thariqah pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah Data tentang pengamalan Thariqah pada jamaah diperoleh dari angket yang terdiri dari 15 pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan tiga alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut: a. Alternatif jawaban A memiliki nilai 3 b. Alternatif jawaban B memiliki nilai 2 c. Alternatif jawaban C memiliki nilai 1 Tabel 9 Skor Angket Pengamalan Thariqah Pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15 Jumlah
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
5
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
6
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
7
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
8
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
41
9
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
10
3
3
2
2
2
2
1
2
2
3
3
2
2
3
2
34
11
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
12
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
13
1
3
2
3
3
2
1
3
3
3
3
3
3
3
2
38
14
2
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
41
15
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
16
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
42
17
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
18
3
3
2
2
2
3
3
3
3
2
3
3
2
2
2
38
19
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
2
42
20
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
21
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
44
22
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
23
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
43
24
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
25
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
26
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
27
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
39
28
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
29
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
30
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
44
Setelah sekor pengamalan Thariqah diketahui, maka langkah selanjutnya adalah menentukan interval melalui perhitungan dengan rumus skor dengan pedoman rumus sebagai berikut:
Keterangan : i
: Interval item
Xt
: Nilai tertinggi
Xr
: Nilai terendah
Ki
: Kelas interval Untuk mengetahui pengaruh pengamalan Thariqah pada jamaah
dengan jumlah 15 item diketahui nilai tertinggi 45 dan nilai terendah 34, maka berdasarkan rumus interval sebagai berikut :
Kemudian dimasukan dalam tabel untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat pengamalan Thariqah jamaah dengan nominasi baik, sedang dan kurang seperti tabel di bawah ini : Tabel 10 Interval Pengamalan Thariqah Pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates No
Nilai interval
Jumlah jamaah
Nilai nominal
1
42-45
24
A
2
38-41
5
B
3
34-37
1
C
Dengan demikian dapat diketahui : a. Untuk pengamalan Thariqah pada jamaah yang mendapat nilai baik dengan nilai interval 42-45 sebanyak 24 orang b. Untuk pengamala Thariqah pada pada jamaah yang mendapat nilai sedang dengan nilai interval 38-41 sebanyak 5 orang c. Untuk pengamalan Thariqah pada jamaah yang mendapat nilai kurang dengan nilai interval 34-37 sebanyak 1 orang
Tabel 11 Nilai Nominasi Pengamalan Thariqah Pada Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates No responden
Skor
Nilai naminal
1
45
A
2
45
A
3
45
A
4
45
A
5
45
A
6
45
A
7
45
A
8
41
B
9
45
A
10
34
C
11
45
A
12
45
A
13
38
B
14
41
B
15
45
A
16
42
A
17
45
A
18
38
B
19
42
A
20
45
A
21
44
A
22
45
A
23
43
A
24
45
A
25
45
A
26
45
A
27
39
B
28
45
A
29
45
A
30
44
A
Setelah diketahui berapa banyak jamaah yang memperoleh nilai pengamalan Thariqah dengan kategori baik, sedang, maupun kurang, kemudian masing-masing variabel diprosentasikan dengan rumus :
Keterangan: P
: Presentasi perolehan
F
: Frekuensi
N
: Jumlah responden Adapun gambaran tentang prosentase dari masing-masing kategori
adalah sebagai berikut:
a. Tingkat pengamalan Thariqah pada jamaah yang mendapat nilai baik dengan nominasi A sebanyak 24 orang, maka dapat dinyatakan dalam prosentase seperti di bawah ini :
b. Untuk tingkat pengamalan Thariqah pada pada jamaah yang mendapat nilai sedang dengan nominasi B
sebanyak 5 orang, maka dapat
dinyatakan dalam prosentase seperti di bawah ini :
P = 16,66 %, dibulatkan menjadi 17 % c. Untuk tingkat pengamalan Thariqah pada jamaah yang mendapat nilai kurang dengan nominasi C sebanyak 1 orang, maka dapat dinyatakan dalam prosentase sebagai berikut :
P = 3,33 %, dibulatkan menjadi 3 % Tabel 12 Frekuensi Pengamalan Thariqah Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates No
Nilai pengamalan Thariqah
Interval
Frekuensi
Prosentase
1
Baik (A)
42-45
24
80 %
2
Sedang (B)
38-41
5
17 %
3
Cukup (C)
34-37
1
3%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa : a. Jamaah yang mendapat nilai A pada tingkat pengamalan Thariqah sebanyak 24 jamaah dengan prosentase 80 %. b. Jamaah yang mendapat nilai B pada tingkat pengamalan Thariqah sebanyak 5 jamaah dengan prosentase 17 %. c. Jamaah yang mendapat nilai C pada tingkat pengamalan Thariqah sebanyak 1 jamaah dengan prosentase 3 %. 2. Data tentang ketaatan beribadah Data tentang ketaatan beribadah diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 10 pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut : a. Alternatif jawaban A dengan nilai 3 b. Alternatif jawaban B dengan nilai 2 c. Alternatif jawaban C dengan nilai 1
Tabel 13 Skor Angket Ketaatan Beribadah Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates tahun 2012 No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
1
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
3
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
28
4
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
5
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
28
6
3
3
3
3
1
3
3
3
3
3
28
7
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
28
8
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
9
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
10
3
3
3
3
1
3
3
3
3
2
27
11
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
12
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
13
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
28
14
3
3
3
3
1
2
3
3
3
3
27
15
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
16
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
17
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
18
2
1
3
3
2
2
3
3
2
1
22
19
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
20
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
21
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
28
22
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
23
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
28
24
3
3
2
3
1
3
3
3
3
3
27
25
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
28
26
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
27
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
28
28
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
29
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
29
30
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
28
Setelah perhitungan skor ketaatan beribadah jamaah Thariqah diketahui, maka langkah selanjutnya adalah menentukan interval melalui perhitungan dengan rumus skor maksimum sebagai berikut :
Keterangan : i
: Interval item
Xt
: Nilai tertinggi
Xr
: Nilai terendah
Ki
: Kelas interval
dengan pedoman rumus
Selanjutnya guna mengetahui pengaruh terhadap ketaatan beribadah dengan jumlah 10 item diketahui nilai tertinggi 30 dan nilai terendah 22, maka berdasarkan rumus interval sebagai berikut :
Kemudian dimasukan dalam tabel untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat
ketaatan beribadah jamaah dengan kategori baik, sedang dan
kurang seperti tabel di bawah ini :
Tabel 14 Interval Ketaatan Beribadah Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates tahun 2012 No
Nilai interval
Jumlah jamaah
Nilai nominal
1
28-30
26
A
2
25-27
3
B
3
22-24
1
C
Dengan demikian dapat diketahui : a. Untuk tingkat ketaatan beribadah jamaah yang mendapat nilai baik dengan nilai interval 28-30 sebanyak 26 jamaah. b. Untuk tingkat ketaatan beribadah jamaah yang mendapat nilai sedang dengan nilai interval 25-27 sebanyak 3 jamaah. c. Untuk tingkat ketaatan beribadah jamaah yang mendapat nilai kurang dengan nilai interval 22-24 sebanyak 1 jamaah. Yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 15 Nominasi Ketaatan Beribadah Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates No Responden
Skor
Nilai nominasi
1
29
A
2
29
A
3
28
A
4
29
A
5
28
A
6
28
A
7
28
A
8
29
A
9
29
A
10
27
B
11
29
A
12
29
A
13
28
A
14
27
B
14
29
A
16
29
A
17
29
A
18
22
C
19
29
A
20
30
A
21
28
A
22
29
A
23
28
A
24
27
B
25
28
A
26
29
A
27
28
A
28
30
A
29
29
A
30
28
A
Setelah diketahui berapa banyak jamaah yang memperoleh nilai ketaatan beribadah dengan kategori baik, sedang, maupun kurang, kemudian masing-masing variabel diprosentasekan dengan menggunakan rumus :
Keterangan: P : Presentasi perolehan F : Frekuensi N : Jumlah responden Adapun gambaran tentang prosentase dari masing-masing kategori adalah sebagai berikut: a. Tingkat ketaatan beribadah jamaah yang mendapat nilai baik dengan nominasi A sebanyak 26 jamaah, maka dapat dinyatakan dalam prosentase sebagai berikut :
P = 86,66% dibulatkan menjadi 87 % b. Untuk tingkat ketatan beribadah jamaah yang mendapat nilai sedang dengan nominasi B sebanyak 3 jamaah, maka dapat dinyatakan dalam prosentase sebagai berikut :
P = 10 %, c. Untuk tingkat ketaatan beribadah jamaah yang mendapat nilai kurang dengan nominasi C sebanyak 1 jamaah, maka dapat dinyatakan dalam prosentase sebagai berikut :
P = 3,33 %, dibulatkan menjadi 3 % Tabel 16 Frekuensi Ketaatan Beribadah Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates No
Nilai Ketaatan Beribadah
interval Frekuensi Prosentase
1
Baik (A)
28-30
26
87 %
2
Sedang (B)
25-27
3
10 %
3
Cukup (C)
22-24
1
3%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa : a. Jamaah yang mendapat nilai A pada tingkat ketaatan beribadah sebanyak 26 jamaah dengan prosentase 87 %
b. Jamaah yang mendapat nilai B pada tingkat ketaatan beribadah sebanyak 3 jamaah dengan prosentase 10 % c. Jamaah yang mendapat nilai C pada tingkat ketaatan beribadah sebanyak 1 jamaah dengan prosentase 3 % 3. Data tentang kesalehan sosial Data tentang kesalehan sosial diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 15 pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan tiga alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut : d. Alternatif jawaban A dengan nilai 3 e. Alternatif jawaban B dengan nilai 2 f. Alternatif jawaban C dengan nilai 1
Tabel 17 Skor Angket Kesalehan Sosial Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates No 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 Jumlah
1
3
3
2
3
2
3
3
3
2
3
3
3
2
2
3
40
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
42
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
5
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
6
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
42
7
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
8
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
44
9
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
10
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
43
11
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
42
12
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
43
13
3
3
2
1
3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
40
14
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
44
15
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
43
16
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
42
17
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
43
18
3
2
1
3
3
2
3
3
3
1
3
3
3
3
3
39
19
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
20
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
43
21
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
42
22
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
43
23
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
43
24
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
25
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
44
26
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
45
27
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
42
28
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
43
29
3
2
2
2
3
3
2
3
1
3
3
3
3
2
2
37
30
3
3
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
42
Setelah perhitungan skor kesalehan sosial jamaah Thariqah diketahui, maka langkah selanjutnya adalah menentukan interval melalui perhitungan dengan rumus skor maksimum dengan pedoman rumus sebagai berikut :
Keterangan : i
: Interval item
Xt
: Nilai tertinggi
Xr
: Nilai terendah
Ki
: Kelas interval Selanjutnya guna mengetahui pengaruh terhadap kesalehan sosial
dengan jumlah 15 item diketahui nilai tertinggi 45 dan nilai terendah 37, maka berdasarkan rumus interval sebagai berikut :
Kemudian dimasukan dalam tabel untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kesalehan sosial jamaah dengan kategori baik, sedang dan kurang seperti tabel di bawah ini : Tabel 18 Interval Kesalehan Sosial jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates No
Nilai interval
Jumlah jamaah
Nilai nominal
1
43-45
19
A
2
40-42
9
B
3
37-39
2
C
Dengan demikian dapat iketahui : a. Untuk tingkat kesalehan sosial jamaah yang mendapat nilai baik dengan nilai interval 43-45 sebanyak 19 jamaah. b. Untuk tingkat kesalehan sosial jamaah yang mendapat nilai sedang dengan nilai interval 40-42 sebanyak 9 jamaah. c. Untuk tingkat kesalehan sosial jamaah yang mendapat nilai kurang dengan nilai interval 37-39 sebanyak 2 jamaah. Yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 19 Nilai Nominasi Kesalehan Sosial Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates No Responden
Skor
Nilai Nominasi
1
40
B
2
44
A
3
42
B
4
43
A
5
43
A
6
42
B
7
45
A
8
44
A
9
43
A
10
43
A
11
42
B
12
43
A
13
40
B
14
44
A
15
43
A
16
42
B
17
43
A
18
39
C
19
43
A
20
43
A
21
42
B
22
43
A
23
43
A
24
44
A
25
43
A
26
44
A
27
42
B
28
43
A
28
37
C
30
42
B
Setelah diketahui berapa banyak jamaah yang memperoleh nilai Kesalehan sosial dengan kategori baik, sedang, maupun kurang, kemudian masing-masing variabel diprosentasekan dengan menggunakan rumus :
Keterangan: P : Presentasi perolehan F : Frekuensi N : Jumlah responden Adapun gambaran tentang prosentase dari masing-masing kategori adalah sebagai berikut:
a. Tingkat kesalehan sosial jamaah yang mendapat nilai baik dengan nominasi A sebanyak
19
jamaah, maka dapat dinyatakan dalam
prosentase sebagai berikut:
P = 63, 33% dibulatkan menjadi 63 % b. Untuk tingkat kesalehan sosial jamaah yang mendapat nilai sedang dengan nominasi B sebanyak 9 jamaah, maka dapat dinyatakan dalam prosentase sebagai berikut :
P = 30 % c. Untuk tingkat kesalehan sosial jamaah yang mendapat nilai kurang dengan nominasi C sebanyak 2 jamaah, maka dapat dinyatakan dalam prosentase sebagai berikut :
P = 6, 66 %, dibulatkan menjadi 7 % Tabel 20 Frekuensi Kesalehan Sosial Jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates No
Nilai kesalehan sosial
interval Frekuensi prosentase
1
Baik (A)
43-45
19
63 %
2
Sedang (B)
40-42
9
30 %
3
Cukup (C)
37-39
2
7%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa : a. Jamaah yang mendapat nilai A pada tingkat kesalehan sosial sebanyak 19 jamaah dengan prosentase 63 % b. Jamaah yang mendapat nilai B pada tingkat kesalehan sosial sebanyak 9 jamaah dengan prosentase 30 % c. Jamaah yang mendapat nilai C pada tingkat kesalehan sosial sebanyak 2 jamaah dengan prosentase 7 %
B. Analisis Data Kedua 1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengamalan Thariqah dengan ketaatan beribadah, maka langkah pertama adalah menyusun tabel kerja seperti di bawah ini : Tabel 21 Tabel kerja untuk mencari koefisien antara variabel pengamalan Thariqah (x) terhadap ketaatan beribadah (y)
No Responden
X
Y
X2
Y2
XY
1
45
29
2025
841
1305
2
45
29
2025
841
1305
3
45
28
2025
784
1260
4
45
29
2025
841
1305
5
45
28
2025
784
1260
6
45
28
2025
784
1260
7
45
28
2025
784
1260
8
41
29
1681
841
1189
9
45
29
2025
841
1305
10
34
27
1156
729
918
11
45
29
2025
841
1305
12
45
29
2025
841
1305
13
38
28
1444
784
1064
14
41
27
1681
729
1107
15
45
29
2025
841
1305
16
42
29
1764
841
1218
17
45
29
2025
841
1305
18
38
22
1444
484
835
19
42
29
1764
841
1218
20
45
30
2025
900
1350
21
44
28
1936
784
1232
22
45
29
2025
841
1305
23
43
28
1849
784
1204
24
45
27
2025
729
1215
25
45
28
2025
784
1260
26
45
29
2025
841
1305
27
39
28
1521
784
1092
28
45
30
2025
900
1350
29
45
29
2025
841
1305
30
44
28
1936
784
1232
∑: 13O1
∑: 849
∑: 56651
∑: 24085
∑ : 36880
Diketahui : ∑X
: 1301
∑Y
: 849
∑X2
: 56651
∑Y2
: 24085
∑XY
: 36880 Kemudian dimasukan ke dalam rumus product moment, yaitu sebagai
berikut :
rxy
rxy :
( x 2
Keterangan :
( x) N
( x )( y )
2
N
y ) ( y N
2
2
)
rxy : koefisien korelasi antara X dan Y x
: Variabel Bebas (Pengamalan Thariqah)
y
: Variabel terikat (Ketatan beribadah)
x2
: Product dari x (Pengamalan Thariqah)
y2
: Product dari y (ketaatan beribadah)
N
: Jumlah Responden
∑
: Sigma jumlah
2. Dan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pengamalan Thariqah dengan kesalehan sosial
jamaah maka langkah pertama juga dengan
menyusun tabel kerja, seperti tabel di bawah ini : Tabel 22 Tabel Kerja Untuk Mencari Koefisien Antara Variabel Pengamalan Thariqah (X) Terhadap Kesalehan Sosial (Y) No Responden
X
Y
X2
Y2
XY
1
45
40
2025
1600
1800
2
45
45
2025
2025
2025
3
45
42
2025
1764
1980
4
45
45
2025
2025
2025
5
45
45
2025
2025
2025
6
45
42
2025
1764
1980
7
45
45
2025
2025
2025
8
41
44
1681
1936
1804
9
45
45
2025
2025
2025
10
34
43
1156
1849
1462
11
45
42
2025
1764
1890
12
45
44
2025
1849
1980
13
38
40
1444
1600
1520
14
41
45
1681
1936
1804
15
45
43
2025
1849
1935
16
42
42
1764
1764
1764
17
45
43
2025
1849
1935
18
38
39
1444
1521
1482
19
42
45
1764
2025
1890
20
45
43
2025
1849
1935
21
44
42
1936
1764
1848
22
45
43
2025
1849
1935
23
43
43
1849
1849
1849
24
45
45
2025
2025
2025
25
45
44
2025
1936
1980
26
45
45
2025
2025
2025
27
39
42
1521
1764
1638
28
45
43
2025
1849
1935
29
45
37
2025
1369
1665
30
44
42
1936
1764
1848
∑: 13O1
∑: 1286
∑: 56651
∑: 55238
∑: 55854
Diketahui : ∑X
: 1301
∑Y
: 1286
∑X2
: 56651
∑Y2
: 55238
∑XY : 55854
Kemudian dimasukan ke dalam rumus product momen, yaitu sebagai berikut :
rxy
rxy :
( x 2
( x)( y )
( x ) 2 N
N
y ) ) ( y N 2
2
Keterangan : rxy : koefisien korelasi antara X dan Y x
: Variabel Bebas (Pengamalan Thariqah)
y
: Variabel terikat (Kesalehan sosial)
x2
: Product dari x (Pengamalan Thariqah)
y2
: Product dari y (Kesalehan sosial jama’ah)
N
: Jumlah Responden
∑
: Sigma jumlah
C. Interprestasi Data 1. Interpertasi data pengamalan Thariqah dengan ketaatan beribadah jamaah Setelah data dianalisis dengan menggunakan tehnik korelasi product moment, kemudian dikonsultasikan dengan tabel r, diperoleh nilai rxy = 0,532 kaidah uji yang digunakan adalah : a. Bila nilai rxy > r tabel pada taraf signifikan 1 %, maka hasinya dinyatakan sangat signifikan.
b. Bila nilai rxy > r tabel pada taraf signifikan 5 %, maka hasilnya signifikan. c. Bila nilai rxy < r tabel, maka hasilnya dinyatakan tidak signifikan Dari hasil analisis, diperoleh nilai rxy = 0,532 kemudian dikonsultasikan dengan r product moment dengan N = 30 pada taraf signifikan 5 % diperoleh nilai 0,361 dengan demikian nilai rxy = 0,532 > r tabel = 0,361. Dan pada taraf signifikan 1% diperoleh nilai 0, 463 dengan demikian nilai rxy = 0,532 > r tabel = 0,463. 2. Interprestasi Data pengamalan Thariqah dengan kesalehan sosial jamaah Setelah data dianalisis dengan menggunakan tehnik korelasi product moment, kemudian dikonsultasikan dengan tabel r, diperoleh nilai rxy = 0, 527 kaidah uji yang digunakan adalah : a. Bila nilai rxy > r tabel pada taraf signifikan 1 %, maka hasinya dinyatakan sangat signifikan. b. Bila nilai rxy > r tabel pada taraf signifikan 5 %, maka hasilnya signifikan. c. Bila nilai rxy < r tabel, maka hasilnya dinyatakan tidak signifikan Dari hasil analisis, diperoleh nilai rxy = 0,527 kemudian dikonsultasikan dengan r product moment dengan N = 30 pada taraf signifikan 5 % diperoleh nilai 0,361 dengan demikian nilai rxy = 0,527 > r tabel = 0,361. Dan pada taraf signifikan 1% diperoleh nilai 0, 463 dengan demikian nilai rxy = 0,527 > r tabel = 0,463.
Dari hasil-hasil kaidah uji di atas maka, dapat dinyatakan bahwa hasilnya sangat signifikan. Jadi ada hubungan positif antara pengamalan Thariqah dengan ketaatan beribadah dan kesalehan sosial, sehingga hipotesis
yang
penulis
kemukakan
bahwa
pengamalan
Thariqah
berhubungan positif dengan ketaatan beribadah dan kesalehan sosial diterima.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari penelitian yang penulis lakukan dalam penulisan skripsi, baik dari penelitian lapangan maupun dari pembahasan teori-teori yang ada kaitannya dengan judul yaitu: pengaruh pengamalan thariqah terhadap ketaatan beribadah
dan
kesalehan
sosial
jamaah
Thariqah
Qadiriyah
wa
Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Variasi tingkat pengamalan Thariqah jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang tahun 2012, dapat diketahui: tingkat pengamalan Thariqah kategori tinggi sebanyak 80% atau 24 jamaah, tingkat pengamalan Thariqah kategori sedang sebanyak 17% atau 5 jamaah, dan tingkat pengamalan Thariqah kategori kurang sebanyak 3% atau 1 jamaah 2. Variasi tingkat ketaatan beribadah
jamaah Thariqah Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang tahun 2012, dapat diketahui: tingkat ketaatan beribadah kategori tinggi sebanyak 87 % atau 26 jamaah, tingkat ketaatan beribadah kategori sedang sebanyak 10 % atau 3 jamaah dan tingkat ketaatan beribadah kategori kurang sebanyak 3% atau 1 jamaah
3. Variasi tingkat kesalehan sosial jamaah Thariqah Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Desa Wates Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang tahun 2012, dapat diketahui: tingkat kesalehan sosial
kategori tinggi
sebanyak 63 % atau 19 jamaah, tingkat kesalehan sosial kategori sedang sebanyak 30 % atau 9 jamaah dan tingkat kesalehan sosial kategori kurang sebanyak 7 % atau 2 jamaah. 4. rxy ada pengaruh yang positif antara pengamalan Thariqah dengan ketaatan beribadah pada jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates tahun 2012. Hal ini dapat dibuktikan pada perhitungan rxy : 0,531 penulis konsultasikan dengan harga kritik pada tabel product moment dengan N: 30 taraf signifikan 5% dan 1% diperoleh r tabel pada signifikan 5% : 0,361, sedang pada taraf signifikan 1% : 0,463 5. rxy ada pengaruh yang positif antara pengamalan Thariqah dengan kesalehan sosial pada jamaah Thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Desa Wates tahun 2012. Hal ini dapat dibuktikan pada perhitungan rxy : 0,527 penulis konsultasikan dengan harga kritik pada tabel product moment dengan N: 30 taraf signifikan 5% dan 1% diperoleh r tabel pada signifikan 5% : 0,361, sedang pada taraf signifikan 1% : 0,463
B. Saran Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Kepada ulama’ yang membina Thariqah agar senantiasa meningkatkan dan mengingatkan jamaah untuk selalu mengamalkan Thariqah agar dapat meningkatkan ketaatan beribadah dan kesalehan sosial jamaahnya sehingga dapat menjadi salah satu pintu masuk bagi pengembangan kemaslahatan umat. 2. Kepada jamaah Thariqah khususnya dan masyarakat pada umumnya agar meningkatkan amal ibadah dan mengikuti Thariqah sehingga dapat menjaga hubungan sosial di masyarakat karena Thariqah mengajarkan hablum mina Allah dan hablum minannas.
DAFTAR PUSTAKA
Abd Djalil, Maman (Ed). 1998. Fiqih Ibadah. Bandung: CV. Pustaka Setia. Abdul, Hadi Ashuri. Tanpa tahun. Risalul Awam. Magelang. Aceh, Abubakar. 1993. Pengantar Ilmu Tarekat, Solo: Ramadani. Ahmad, Khursid. 2002. Islam: Sifat, Prinsip Dasar, dan Jalan Menuju Kebenaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi Tengku. 2000. Tafsir Al-Qur’an Majid AnNuur. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Bruinessen, Martin Van.1995. Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat. Bandung: Mizan. Badruzaman, Abad. 2005. Kiri Islam Hasan Hanafi Menggugat Kemampuan Agama Dan Politik. Yogyakarta: PT. Tiara Warna.
Daradjat, Zakiah. 1995. Ilmu Fiqih I. Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf. Damono, Sapardi Djoko (Ed). 1986. Dimensi Mistik Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus
Departemen Agama RI. 2002. Al-Qur’an dan Terjemahan Al Kamil. Jakarta: CV. Darusunnah.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka.
Hadi, Sutrisno. 1989. Metodologi Research Jilid II, Yogyakarta: PT. Andi Ofset. Hermawan, Asep. 2004. Kiat Praktis Menulis Sekripsi, Tesis, Disertasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Hermawan, Warsito. 1993. Pengantar Metodologi Penelitian Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Huda, Sokhi. 2008. Tasawuf Kultural Fenomena Wahidatul Wujuh. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta. Humaidi. 1980. Ahlak yang mulia. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Jamil, Muhsin. 2008. Tarekat Dan Dinamika Sosial Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fathurrahman,Oman. 1999. Menyoal Wahdatul Wujud. Jakarta: Mizan. Nazir, Muh. 1991. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Salamullah, M alaika. 2008. Ahlak Hubungan Harisontal. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani. Samana. 1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: kanisius. Shihab, Alwi. 2001. Islam Sufistik: Islam Pertama Dan Pengaruhnya Hingga Kini Di Indonesia. Bandung: Mizan
Sobary, Muhammad. 2007. Kesalehan Sosial. Yogyakarta: LKIS Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukandarumidi. 2002. Metode Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: UGM.
Suryabrata, Sumardi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Syukur, Amin. 2002. Menggugat Tasawuf. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Valuddin, Mir. 1996. Zikir Dan Kontemplasi Dalam Tasawuf. Bandung: Pustaka Hidayah.
Wirawan, Sarlinta. 1976. Pengantar Pesikologi Umum. Jakarta: Bulan Bintang. Zahri, Mustafa. 1976. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu.
DAFTAR NILAI SKK Nama
: Sri Hartini
NIM
: 111 08 175
Jurusan
: Tarbiyah
Progdi
: Pendidikan Agama Islam
No 1. 2.
3.
4. 5.
6.
Nama Kegiatan OPSPEK (Orientas Program Studi dan Pengenalan Kampus) STAIN Salatiga Bedah film “ Laskar Pelangi & Penggalangan Dana Untuk Situ Gintung”. DEMA STAIN Salatiga. “Perkemahan Pramuka Santri Daerah Tingkat Jawa Tengah Ke I”. Di Bantir Sumowono Kabupaten Semarang. “Konferensi cabang IV”. IPNU & IPPNU Kota Salatiga. “Perkemahan Pramuka Santri Nusantara”di Buper Letjen (Purn) DR. (HC) H.Mashudi, Sumedang, Jawa Barat. Depag RI
Parade Sampore Dengan Peserta Terbanyak Yang Tercatat MURI, di Jatinangor, Sumedang Jawa Barat. 7. Pelatihan Ustadz-Ustadzah TPQ & MADIN Di Getasan Kabupaten Semarang. FKMD Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang 8. Ustadzah TPQ Baitussholihin Bancaan Barat Salatiga. 9. Praktikum kepramukaan.Tarbiyah STAIN Salatiga 10. Bimbingan Baca Tulis Al Qur’an.
Pelaksanaan 25-27 Agustus 2010 04 April 2009
Keterangan Peserta
Nilai 3
Peserta
2
18-20 Mei 2009
Peserta
4
07 Juni 2009
Peserta
3
15-20 Juni 2009
Peserta
4
18 Juni 2009
Peserta
3
13 September 2009
Peserta
3
ustadzah
12
Peserta
3
Peserta
2
01 Januari 2010 sampai sekarang 15-17 Pebruari 2010 20 Maret 2010
11. 12.
13.
14.
15. 16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
STAIN Salatiga Achievement motivatsion training (AMT) BIRO TASKIA Salatiga Seminar Regional “ Peranan Pendidikan Islam Dalam Membentuk Jati Diri Mahasiswa” HMJ Tarbiyah STAIN Salatiga LKI “ Mewujudkan Mahasiswa Islam Yang Ideal Demi Terwujudnya Kader Yang Militan” HMI Cabang Salatiga Praktikum Telaah Kurikulum Pendidikan Agama Islam. STAIN Salatiga Praktikum Metodologi Pendidikan Agama Islam. STAIN Salatiga Seminar Politik “ Pilwakot Yang Ideal Untuk Masa Depan Salatiga Yang Lebih Baik” DEMA STAIN Salatiga Seminar Keperempuanan “ Menumbuhkan Kembali Jiwa Kekartinian Dalam Ranah Kampus” SEMA STAIN Salatiga Sarasehan Keagamaan “ Membedah Pemikiran Dan Gerakan di Indonesia” DEMA STAIN Salatiga Seminar Nasional Pendidikan “ Realisasi Pendidikan Karakter Bangsa Dalam Kurikulum Pendidikan Nasional” HMJ Tarbiyah STAIN Salatiga Seminar Regional “ Reorientasi Peran Jurnalistik Dalam Perspektif Sosial & Budaya Pada Era Post Modern” LPM DINAMIKA STAIN Salatiga Seminar Regional “ Meningkatkan Nasionalisme Ditengah Goncangan Disintegrasi & Pengikisan Ideologi Nasional” MENWA STAIN Salatiga Pelatihan Ustadz Ustadzah TPA/TPQ/MADIN. Cebongan
24 Apri 2010
Peserta
3
17 Mei 2010
Peserta
4
22-24 Oktober 2010
Peserta
3
25 November 2010
Peserta
3
01 Desember 2010 26 Januari 2011
Peserta
3
Peserta
3
17 Mei 2011
Peserta
3
06 Juni 2011
Peserta
3
18 Juni 2011
Peserta
6
06 Oktober 2011
Peserta
4
26 Oktober 2011
Peserta
4
17 maret 2012
Panitia
3
23.
24.
25.
26.
Argomulyo Comparasion Of English Adn Arabic “ Aktualisasi Nilai Pendidikan Bahasa Arab & Inggris Sebagai Upaya Memahami Khasanah Keilmuan Muktahir di Era Globalisasi” CEC & ITTAQO STAIN Salatiga Seminar Nasional Entrepreneurship “ Tren Bisnis Berbasis Multimedia Teknologi Informatika Sebagai Wujud Pasar Modern” KOPMA FATAWA STAIN Salatiga Seminar Nasional Kristologi & Tablig Akbar “ Membangun Pemahaman Agama Menuju Khoiru Umamah” MUI Salatiga Pelatihan Kewirausahaan ( Enterpreneurship ) CAHAYU Total
13 April 2012
Peserta
3
21 April 2012
Peserta
6
20 mei 2012
Peserta
6
Peserta
2
-
98
Salatiga, 31 Juli 2012 Mengetahui, Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan
H Agus Waluyo M.Ag NIP: 19750211 200003 1 001
ANGKET PENGARUH PENGAMALAN THARIQAH TERHADAP KETAATAN BERIBADAH DAN KESALEHAN SOSIAL
Nama Responden : ................................. Alamat Responden : ................................ Petunjuk pengisian lembar kerja! 1. Jawablah pertanyaan yang anda anggap paling sesuai menurut anda 2. Berilah tanda silang pada jawaban yang anda pilih 3. Jawaban tidak ada yang benar dan salah
A. Angket pengamalan Thariqah 1. Apakah tujan anda mengikuti Thariqah? a. Ingin mendekatkkan diri pada allah b. Belajar agama islam dengan baik c. Mengikuti ajakan orang 2. Apakah anda sering mengikuti ritual-ritual dalam Thariqah? a. Ya, saya sering mengikuti ritual-ritual dalam Thariqah b. Kadang-kadang saya mengikuti ritual-ritual dalam Thariqah c. Jarang sekali saya mengikuti ritual-ritual dalam Thariqah 3. Apakah anda sudah benar-benar memahami Thariqah? a. Sudah paham b. Belum sepenuhnya paham c. Belum paham sama sekali, hanya sekedar mengikuti Thariqah 4. Apakah anda sudah mengerti tatacara mengerjakan ritual-ritual yang ada dalam Thariqah? a. Ya, sudah mengerti b. Belum sepenuhnya mengerti c. Belum mengerti sama sekali 5. Apakah anda sudah mengerti tujuan dari mengerjakan ritual-ritual yang ada dalam thariqah? a. Ya, sudah mengerti
b. Belum mengerti sepenuhnya c. Belum mengerti sama skali 6. Apakah anda sudah menjalankan semua amalan ibadah dalam Thariqah? a. Ya, sudah menjalankan semua b. Baru menjalankan sebagian c. Belum menjalankan semua 7. Kapan anda mengerjakan amalan ibadah Thariqah ketika dirumah? a. Saya mengerjakan amalan Thariqah pada setiap kesempatan b. Saya mengerjakan amalan Thariqah hanya ketika waktu luang c. Saya mengerjakan amalan Thariqah kadang-kadang saja 8. Apakah anda bisa mengatasi halangan-halangan ketika mau menjalankan amalan ibadah Thariqah? a. Ya, bisa mengatatasi halangan tersebut. b. Kadang bisa mengatasi. c. Tidak bisa sama sekali. 9. Apakah anda sudah bisa menghayati dan merasakan manfaat amalan ibadah dalam Thariqah yang anda ikuti? a. Ya, sudah menghayati dan merasakan b. Belum bisa menghayati dan merasakan c. Belum bisa sama sekali 10. Bagaimana anda memandang pentingnya Thariqah dalam kehidupan sehari-sehari di masyarakat? a. Sangat berguna untuk memperbaiki ahlak b. Memberi semangat untuk berbuat baik c. Sebagai latihan dalam beribadah 11. Adakah pengaruh mengikuti thariqah terhadap perbaikan perilaku anda dalam hidup dimasyarakat? a. Ya, sangat berpengaruh b. Kurang berpengaruh dalam kehidupan saya c. Tidak berpengaruh sama sekali 12. Apakah anda pernah melalaikan amalan ibadah Thariqah? a. Saya tidak melalaikan amalan ibadah dalam Thariqah
b. Saya kadang-kadang melalaikan amalan ibadah Thariqah c. Saya masih sering lupa mengamalkan amalan ibadah Thariqah 13. Apakah anda ,memahami nilai-nilai pendidikan ahlak yang disampaikan oleh mursyid atau guru ketika tawajuhan? a. Ya, saya memahami b. Belum memahami sepenuhnya c. Belum paham sama sekali 14. Bagaimana anda menjalankan perintah guru atau mursyid berkaitan dengan bimbingan rohani atau spiritual? a. Melaksanakan dengan keihlasan hati b. Mengikuti apapun perintah dari guru atau mursyid c. Menjalankan ketika hati merasa baik 15. Apakah anda pernah mengabaikan perintah dari guru atau mursyid dalam amalan ibadah Thariqah? a. Saya belum pernah mengabaikan perintah dari guru atau mursyid b. Saya kadang lupa dengan perintah dari guru atau mursyid c. Saya sering mengabaikan terhadap perintah dari guru atau mursyid B. Angket ketaatan beribadah 1. Apakah saudara mengerjakan shlat wajib lima waktu? a. Ya, saya melaksanakan sholat lima waktu b. Saya jarang melaksanakan sholat lima waktu dengan sempurna c. Saya tidak pernah mengerjakan sholat lima waktu 2. Jama’ah shalat apa yang paling berat dilakukan anda? a. Shalat subuh b. Shalat isya’ c. Saya jarang shalat jama’ah 3. Pukul berapa anda melaksanakan shalat subuh? a. Sebelum pukul 5 pagi b. Antara pukul 05.00-05.30 c. Antara pukul 05.30-06.00 4. Apakah anda berdoa setelah menjalankan shalat? a. Ya, setiap habis shalat
b. Kadang-kadang berdoa c. Saya tidak pernah berdoa 5. Kapan saudara meluangkan waktu untuk membaca Alqur’an? a. Setiap ba’da magrib b. Setiap ada jamaah pengajian c. Sesempatnya / kadang baca kadang tidak 6. Apakah sudara melaksanakan ibadah puasa baik fardhu maupun sunnah? a. Melaksanakan wajib dan sunnah b. Melaksanakan wajib saja c. Tidak pernah melaksanakan puasa 7. Bagaimana perasaan anda setelah melaksanakan puasa? a. Merasakan kedamaian dan bertambah rasa sosialnya terhadap sesama b. Merasa senang karena dapat menjalankan perintahnya c. Biasa saja 8. Apakah yang saudara laksanakan apabila ada anjuran untuk membayar zakat? a. Membayarnya karena itu kewajiban b. Kadang membayar kalau saya disuruh c. Tidak membayarnya karena saya tidak punya uang 9. Apa yang anda lakukan ketika mempunyai rezeki yang lebih? a. Mengeluarkan untuk shadaqah dan infak b. Disimpan saja c. Untuk berfoya-foya 10. Dalam menjalankan perintah agama, anda termasuk orang yang bagaimana? a. Melaksanakan perintahnya dengan senang hati meskipun kadang berat b. Kalau merasa berat menjalankan perintahnya saya tinggalkan c. Kalau saya sempat, saya menjalankan perintahnya
C. Angket kesalehan sosial.
1. Bagaimana sikap anda ketika berada dalam suatu majelis dimana orang-orang yang berada di dalam majelis tersebut berasal dari berbagai macam latar belakang sosial? a. Menunjukan sikap kesopanan yang tinggi, murah senyum dan tidak merendahkan diri b. Memperlihatkan sikap yang menunjukan pengetahuan dan pengalaman anda c. Hanya memilih berinteraksi dengan orang yang sesuai dengan kepribadian anda 2. Bagaimana anda memilih orang untuk bersosialisasi dalam suatu pergaulan di masyarakat. a. Berhati-hati memilih orang dalam pergaulan tersebut sesuai dengan karakter dan tingkat intelektual b. Memilih bergaul dengan memperhatikan latar belakang sosial c. Memilih sesuai dengan latar belakang yang sama dengan anda 3. Bagaimana sikap anda ketika menjadi pemimpin dalam suatu majelis? a. Berhati-hati dalam memberi keputusan terhadap suatu masalah b. Memberi kesempatan berbicara kepada yang lain c. Mengambil sikap dalam memutuskan masalah berdasarkan suara mayoritas 4. Bagaimana cara anda memberi nasihat kepada orang lain? a. Memberi nasihat hanya ketika diminta bantuan b. Memberikan nasihat dengan baik meskipun tanpa diminta c. Memberi nasihat seperlunya saja 5. Bagaimana sikap anda jika ada orang yang tidak suka dengan prilaku anda dalam kehidupan sehari-hari? a. Bersikap tetap hormat dan tidak menunjukan sikap bermusuhan b. Mendokan orang tersebut agar diberi hidayah oleh Allah c. Membiarkan orang tersebut bertindak semaunya 6. Apabila terdapat suatu masalah dalam keluarga,bagaimana sikap anda? a. Membicarakan dengan seluruh anggota keluarga untuk menyelesaikan masalah b. Hanya memutuskan masalah dengan anggota keluarga yang dianggap penting c. Berusaha menyelesaikan sendiri
7. Bagaimana siakap anda apabila ada anggota keluarga yang lebih tua melakukan kesalahan dan melanggar norma-norma syariat islam? a. Memperingatkan dan menunjukan kesalahan tersebut dengan penuh perasaan hormat b. Menasehati agar tidak mengulang lagi c. Membiarkan karna takut menyingung perasaannya dan tidak sopan 8. Apa yang anda lakukan apabila anda mengetahui bahwa anak anda sering melakukan kesalahan terhadap teman-temannya? a. Menasehati dengan menjelaskan bahwa hal tesebut salah b. Membelanya karena anak adalah titipan dan anugrah dari Allah yang harus dijaga c. Membiarkannya karna suatu saat dia akan mengerti telah melakukan kesalahan 9. Ketika ada orang meminta bantuan, sedang anda tidak mampu memenuhinya, bagaimana sikap anda? a. Memberitau dengan sikap yang baik bahwa anda tidak mampu b. Berusaha memenuhinya meskipun dengan susah payah c. Langsung menolak permintaan tesebut 10. Bagaimana sikap anda dalam bersedekah? a. Menyediakan sedekah terlebih dahulu sebelum diminta b. Memberi sedekah ketika diminta c. Memberi sedekah hanya sekedarnya 11. Ketika anda memerlukan bantuan orang lain, bagaimana anda meminta bantuan tersebut? a. Mengajukan permintaan dengan kata-kata yang baik dan menerimanya dengan penuh rasa syukur kemudian mendoakan orang yang memberi bantuan b. Meminta bantuan sesuai dengan kebutuhan anda c. Sangat mengharap dengan memaksa agar diberi bantuan 12. Jika anda mendapati tetangga yang terkena musibah dan sangat membutuhkan bantuan berupa materi, disisi lain anda sangat membutuhkan uang untuk perjalanan silahturahim kepada salah satu keluarga anda, bagaimana sikap anda?
a. Lebih mengutamakan memberikan bantuan terhadap tetangga tersebut b. Mengutamakan silaturahim karena merupakan sunnah nabi muhammad c. Memberi bantuan sekedarnya 13. Saat anda beribadah sholat sunah dan wirid yang diajarkan dalam Thariqah,namun ada orang yang sakit keras dan belum ada orang lain yang memberi pertolongan, bagaimana sikap anda? a. Membatalkan shalat anda dan segera memberikan pertolongan b. Menyelesaikan shalat anda kemudian baru memberikan pertolongan c. Menyelesaikan shalat dengan anda kemudian diteruskan dengan wirid, dengan anngapan bahwa shalat sunsh dan wirid lebih utama dikerjakan lebih dahulu 14. Ketika anda mempunyai agenda akan mendatangi pengajian atau tawajuhan yang diselenggarakan oleh Jama’ah Thariqah, namun dalam waktu yang bersamaan ada musyawarah penting dikomunitas masyarakat, apakah yang anda lakukan? a. Mendahulukan musyawarah, kalau sudah selesai dan masih ada waktu baru mengikuti pengajian atau tawajuhan b. Mengikuti pengajian atau pengajian terlebih dahulu, kalau sudah selesai kemudian ikut musyawarah c. Tetap mengikuti pengajian atau tawajuhan sampai selesai karena lebih penting 15. Bagaimana sikap anda apabila ada orang yang tidak suka dengan aktifitas anda mengikuti Thariqah? a. Tetap menjalankan silahtirahmi dan bersikap dengan baik kemudian berusaha menjelaskan dengan baik tentang Thariqah yang anda ikuti dan berusaha mengajak b. Membiarkan karena mungkin orang tersebut belum mengerti c. Berusaha menghindari bertemu secara langsung agar tidak mengganggu anda dalam menjalankan Thariqah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Sri Hartini
Tempat Tanggal Lahir
: Semarang, 27 Juni 1990
Warga Negara
: Indonesi
Agama
: Islam
Alamat
: Banaran, Wates, Getasan, Semarang.
RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SD Wates I lulus tahun 2002 2. MTs N Ngablak, Magelang lulus tahun 2005 3. SMK Pancasila Salatiga lulus tahun 2008 4. STAIN Salatiga lulus tahun 2012 Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat sebenar-benarnya.dengan Salatiga, 30 Juli 2012 Penulis
Sri Hartini Nim: 111 08 175