HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DENGAN BIRRUL WALIDAIN SISWA KELAS VIII MTS MANBA’US SA’DIYAH DUSUN KALIWINONG DESA BANYUKUNING KECAMATAN BANDUNGAN TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh : MUFTAHIDUL ANWAR 111 09 045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
1
2
3
4
5
MOTTO
رضاﷲ في رضا ا لو الد ين وسخط ﷲ في سخط الو الدين “Jangan berhenti berupaya ketika menemui kegagalan. Karena kegagalan adalah cara tuhan mengajari kita tentang arti kesungguhan”
“KEPERCAYAAN itu seperti KEPERAWANAN, jangan berikan kepada sembarang orang. Sekali kita kehilangan, dia tidak bakal balik lagi. Hati-hati memberikan kepercayaan kepada orang lain”
(https://birrulsyah.wordpress.com/sejuta-kata/kata-kata-mutiara/)
6
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap mempunyai peran penting dalam hidupku
1. Bapak/ibu Muhsinin dan Kusdiah senantiasa memberikan do’a restu kepada penulis. 2. Saudara-saudaraku yang selalu memberikan semangat kepada penulis. 3. Teman-teman yang selalu memberikan kritik dan saran kepada penulis. 4. Para dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis. Semoga mereka selalu diberikan limpahan rizki dari Allah SWT. Amin
7
KATA PENGANTAR
بسم هللا رحمن ا رحمن م Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini adalah Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Kajur PAI IAIN Salatiga 4. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik.
8
9
ABSTRAK
Muftahidul Anwar (111 09 045).” Hubungan Antara Bimbingan Keagamaan Orang Tua Dengan Birrul Walidain Siswa Kelas VIII MTs Manba’us Sa’diyah Dusun Kaliwinong Desa banyukuning Kecamatan Bandungan Tahun 2015”. Skripsi. Salatiga: Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga 2015.
Kata kunci : Bimbingan Keagamaan dan Birrul Walidain
Penulis memilih judul ini dengan alasan bimbingan keagamaan orang tua berpengaruh terhadap birrul walidain siswa kelas VIII MTs Manba’us Sa’diyah Dusun Kaliwinong Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Tahun 2015. Tujuan yang menjadi penelitian ini yaitu: 1) Mengetahui bimbingan keagamaan orang tua pada siswa kelas VIII MTs Manba’us Sa’diyah Dusun Kaliwinong Desa banyukuning Kecamatan Bandungan Tahun 2015. 2) Mengetahui birrul walidain siswa kelas VIII MTs Manba’us Sa’diyah Dusun Kaliwinong Desa banyukuning Kecamatan Bandungan Tahun 2015. 3) Mengetahui hubungan antara keagamaan orang tua dengan birrul walidain siswa kelas VIII MTs Manba’us Sa’diyah Dusun Kaliwinong Desa banyukuning Kecamatan Bandungan Tahun 2015. Penelitian ini adalah kuantitatif jenis korelasi di mana penulis ingin mengetahui hubungan antara bimbingan keagamaan orang tua dengan birrul walidain siswa kelas VIII MTs Manba’us Sa’diyah Dusun Kaliwinong Desa banyukuning Kecamatan Bandungan Tahun 2015. Data diperoleh dari hasil angket yang penulis berikan dan hasil observasi langsung yang penulis lakukan pada responden yang berjumlah 33 anak. Data yang telah diperoleh lalu dianalisis dengan analisis statistik dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Setelah hasil r (koefisien korelasi) diketahui, maka untuk mengetahui dapat dan tidaknya hipotesis diterima lalu dikonsultasikan dengan nilai r yang terdapat dalam tabel nilai r product moment sehingga dapat diketahui bahwa nilai rxy dengan r tabel signifikan atau tidak. Hasil penelitian menunjukan: 1) Nilai bimbingan keagamaan orang tua siswa kelas VIII Manba’us Sa’diyah dengan nilai rata-rata 51.88. Hal ini menunjukan bahwa bimbingan keagamaan orang tua siswa kelas VIII MTs Manba’us Sa’diyah termasuk sedang. 2) Nilai birrul walidain siswa kelas VIII Manba’us Sa’diyah, dengan nilai ratarata 50.36. Hal ini menunjukan bahwa birrul walidain siswa kelas VIII Manba’us Sa’diyah termasuk kategori sedang. 3) Sesuai hasil perhitungan menggunakan rumus korelasi product moment diperoleh nilai rxy sebesar 0.363 lalu dikonsultasikan dengan nilai r yang terdapat dalam nilai r product moment dengan responden sebanyak 33 anak pada taraf signifikan 5% adalah 0.349 sedangkan nilai rxy yang diperoleh (ro) adalah 0.363 maka dengan demikian ro > rt berarti signifikan. Maka hipotesis kerja yang berbunyi “ ada hubungan yang positif antara bimbingan keagamaan orang tua dengan birrul walidain siswa dapat diterima kebenaranya.
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN BERLOGO ....................................................................................
ii
HALAMAN DEKLARASI ................................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..........................................................
iv
HALAMAN NOTA PEMBIMBING..................................................................
v
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................
vi
MOTTO ..............................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ...............................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................
ix
ABSTRAK ..........................................................................................................
xii
DAFTAR ISI.......................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL...............................................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ................................................................
5
E. Hipotesis Penelitian ..............................................................
5
F. Penegasan Istilah ..................................................................
6
G. Metodologi Penelitian ..........................................................
9
H. Sistematika Penulisan Skripsi...............................................
14
11
BAB II
KAJIAN PUSAKA A. Bimbingan Keagamaan Orang Tua .....................................
15
1.
Pengertian Bimbingan Keagamaan Orang Tua ............
15
2.
Dasar Bimbingan keagamaan…………… ...................
17
3.
Peranan Orang Tua dalam Mendidik Anak ..................
18
4.
Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua .......................
20
5.
Pentingnya Bimbingan Keagamaan Orang Tua kepada Anak…………………………… ..................................
21
B. Birrul walidain .....................................................................
26
1.
Pengertian Birrul walidain............................................
26
2.
Pentingnya Birrul Walidain ..........................................
27
3.
Ciri-ciri birrul walidain.................................................
31
C. Hubungan Antara Bimbingan Orang Tua dengan Birrul Walidain Siswa .................................................................... BAB III
BAB IV
BAB V
40
LAPORAN HASIL PENELITIAAN A. Gambara Umum MTs Manba’us Sa’diyah ..........................
42
B. Penyajian Data .....................................................................
46
ANALISIS DATA A. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................
48
B. Analisis Hasil Penelitian ......................................................
53
C. Pembahasan ..........................................................................
56
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................
57
PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................
58
B. Saran.....................................................................................
59
C. Penutup.................................................................................
60
Daftar Pustaka …………………………………………………………... ......... 61
12
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Daftar Responden ........................................................................
10
Tabel 3.2
Daftar Infentaris ...........................................................................
45
Tabel 3.3
Daftar Nilai Pertanyaan Tentang BImbingan Keagamaan Orang Tua ..............................................................................................
48
Tabel 3.4
Kategori Bimbingan Orang Tua...................................................
50
Tabel 3.5
Daftar nilai Birrul Walidain Siswa .............................................
51
Tabel 3.6
Kategori Birrul Walidain .............................................................
52
Tabel 3.7
Koefisien Hubungan Antara Bimbingan Orang Tua dengan Birrul Walidain ...........................................................................
13
53
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seorang anak ketika pertama kali lahir ke dunia dan melihat apa yang ada di dalam rumah dan sekelilingnya, tergambar dalam benaknya sosok awal dari sebuah gambaran kehidupan. Bagaimana awalnya dia harus bisa melangkah dalam hidupnya didunia ini. Jiwanya yang masih suci dan bersih akan menerima segala bentuk apa saja yang datang mempengaruhinya. Anak merupakan amanat di tangan kedua orang tuanya dan kalbunya yang masihbersih merupakan permata yang sangat berharga. Jika ia dibiasakan melakukan kebaikan, niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya jika ia dibiasakan dengan keburukan serta diterlantarkan, niscaya ia akan menjadi orang yang celaka dan binasa (Jamal, 2005 : 5). Orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar atas terselenggaranya pendidikan anak. Bahkan di tangan orang tualah pendidikan anak ini dapat terselenggara (Abu Ahmadi, 1997 : 245). Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat At-Tahrim ayat 6.
14
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Para ahli didik umumnya menyatakan bahwa keluarga atau
merupakan
pendidik pertama dan utama bagi anak – anaknya. Hal ini dikarenakan di tempat inilah anak mendapat pendidikan untuk pertama kalinya. Dikatakan pendidik utama karena keluarga mempunyai pengaruh yang kuat bagi kehidupan anak dikemudian hari. Keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan pusat pendidikan. Namun, keluargalah yang memberikan pengaruh pertama kali. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang paling berpengaruh dibandingkan yang lain, karena seorang anak masuk Islam sejak awal kehidupannya dan dalam keluargalah ditanamkan benih – benih pendidikan. Demikian pula waktu yang dihabiskan seorang anak di rumah lebih banyak dibandingkan waktu yang ia habiskan di tempat lain, dan kedua orang tua merupakan figur yang paling berpengaruh terhadap anak (Khatib Ahmad Santut, 1998: 16). Dalam Islam, keluarga dikenal dengan istilah usrah, nasl, ‘ali, dan nasb (Abdul Mujib, 2008: 226). Lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama mendapatkan pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarganya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia ini anak akan lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikannya
15
(orang tua dan anggota yang lainnya). Salah satu dampak yang bisa dilihat dalam peranan keluarga dalam memberikan bimbingan keagamaan pada anak adalah kepatuhan anak terhadap kedua orang tuanya, hal ini karena birrul walidain menjadi salah satu titik pokok perintah Allah sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 23 :
ۡ َ ُ َ َ َ َ ُّ َ َ ا َ ۡ ُ ُ ٓ ْ ا ٓ ا َ ۡ َِندك ۡ َ س ًنا ۚ إ اما َي ۡبلُ َغ ان ع َ َ ٰ ٰ ۞وق ٰ َض ربك أَّل تعبدوا إَِّل إِياه وب ِٱلو ِِلي ِن إِح ِ ۡ ََ َ َ ُ ُ َ ٓ َۡ َ ُ َ ََ َُ اُ َ ٓ ُ ََ ََۡ ۡ ُ َ َ ُ اُ َ َۡا ٱلكِب أحدهما أو ِلِكهما فَل تقل لهما أ ّٖف وَّل تنهرهما وقل لهما قوَّل َكر ا ٢٣ يما ِ
Artinya: “…dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Keduaduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia(mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu).
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Manba’us Sa’diyah merupakan sebuah sekolah yang mengacu pada kurikulum dari Kementrian Agama dan Dinas Pendidikan Nasional. Dalam kegiatan pembelajaran di MTs Manba’us Sa’diyah sama dengan SMP pada umumnya, namun masih ditambah dengan mata pelajaran agama
yang lebih lengkap,
dengan
tujuan
para
peserta
didik terbiasa
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari – hari baik saat di sekolah, dirumah, maupun di masyarakat. Dengan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Bimbingan Keagamaan
16
Orang Tua Dengan Birrul Walidain Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Manba’us Sa’diyah Dusun Kaliwinong Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Tahun 2015 “.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka fokus masalah dalam penelitian iniadalah:
1. Bagaimana bimbingan keagamaan orang tua pada siswa kelas VIII MTs Manba’us Sa’diyah Dusun Kaliwinong Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Tahun 2015 ? 2. Bagaimana tingkat birrul walidain pada siswa kelas VIII MTs Manba’us Sa’diyah Dusun Kaliwinong Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Tahun 2015 ? 3. Adakah hubungan antara bimbingan keagamaan orang tertua terhadap sikap birrul walidain pada siswa kelas VIII MTs Manba’us Sa’diyah Dusun Kaliwinong Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan tahun 2015 ? C. Tujuan Penelitian Sesuatu yang dilaksanakan dengan sadar pasti mempunyai tujuan. Berdasarkan pokok masalah dalam penelitian ini, maka tujuan penulis adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana bimbingan keagaamaan orang tua pada siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Manba’us Sa’diyah Dusun Kaliwinong Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Tahun 2015.
17
2. Untuk mengetahui bagaimana birrul walidain siswa di madrasah pada siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Manba’us Sa’diyah Dusun Kaliwinong Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Tahun 2015. 3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara bimbingan keagaamaan orang tua dengan birrul walidain siswa di madrasah pada siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Manba’us Sa’diyah Dusun Kaliwinong Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Tahun 2015. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini yang dihadapkan, adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, wawasan, pemikiran dan pengetahuan dalam bidang pendidikan Islam bagi penulis khususnya dan bagi dunia Islam pada umumnya. 2. Penelitian ini diharapkan dapan memberikan pemahaman kepada masyarakat pada umumnya dan bagi orang tua pada khususnya tentang pentingnya bimbingan keagamaan orang tua terhadap birrul walidain siswa. 3. Penelitian ini sebagai bagian dari usaha untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di Fakultas Tarbiyah pada umumnya dan PAI pada khususnya. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis juga bisa dipandang sebagai konklusi, suatu konklusi yang sifatnya sangat sementara. Sebagai konklusi, sudah tentu hipotesis tidak dapat dibuat semena-mena, melainkan atas dasar pengetahuan-pengetahuan tertentu (Hadi, 1981:63).
18
Menurut Soeharto (1989:135), hipotesis adalah :
1. Sesuatu yang masih kurang dari sebuah kesimpulan. 2. Sebuah kesimpulan yang belum final karena masih harus dibuktikan kebenarannya. 3. Jawaban dugaan yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi benar. Relevan dengan judul penelitian "Hubungan Antara Bimbingan Keagamaan Orang Tua Dengan Birrul Walidain Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Manba’us Sa’diyah Tahun 2015”. Maka dapat penulis ajukan rumusan hipotesis, sebagai berikut:” ada hubungan positif antara bimbingan keagamaan orang tua dengan perilaku birrul walidain siswa MTs Manba’us Sa’diyah Kelas VIII ”.
F. Penegasan Istilah Untuk menghindari salah tafsir dalam memahami judul di atas, maka perlu adanya pembatasan dan penjelasan istilah terlebih dahulu dengan judul tersebut. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut:
1. Bimbingan Keagamaan Orang tua Yang dimaksud bimbingan keagamaan orang tua pada penelitian ini adalah usaha yang dilakukan orang tua dalam mengarahkan anak agar menjadi anak yang selalu taat kepada orang tua yang diajarkan agama. Tentang peranan penting keterlibatan orang tua terhadap keberagamaan, juga perilaku seorang anak. Rasullah SAW telah bersabda dalam salah satu hadistnya, yaitu:
19
ْ لى ْرح ِف ص َمر ِن ِه أ َ ْو ِّ ِ َ فَأ َ َب َورهُ يُ َه ِّ ِودَر ِن ِه أ َ ْو يُن،ط َم ِة َ ُ َما ِم ْا َم ُوحُو ٍد ِإالَّ ي ُْوحَد َ ع عا َء؟ َ َك َ ا ت ُ ْن ِت ُج ْرح َب ِه ْ َ ةُ َب ِه ْ َ ةً َج ْ َعا َء ه َْل ت ُ ِحسُّونَ ِف ْ َها ِم ْا َج ْد،سا ِن ِه َ يُ َ ِ ِّج Artinya : “Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?”
Adapun yang menjadi indikator bimbingan keagamaan orang tua dalam keluarga ialah : a. Membimbing dalam belajar agama Islam: 1. Membimbing anak untuk melaksanakan sholat 2. Membimbing anak untuk membaca Al-Qur’an 3. Membimbing anak tentang akhlak yaitu dengan : -
Memberikan keteladan..
-
Membimbing perilaku yang baik.
4. Membimbing anak untuk melaksanakan puasa wajib dan sunah. b. Memberi pujian atau hadiah pada anak apabila:
1. Rajin dalam mengerjakan ibadah sholat, puasa dan rajin membaca Al-Qur’an 2. Mengerjakan hal-hal yang positif, yang baik. 3. Memberi hukuman secara bertahap apabila anak melakukan
kesalahan. 4. Menyediakan
fasilitas,
yaitu
dengan
memenuhi
kebutuhan anak yang berkaitan dengan keagamaan.
20
kebutuhan-
2. Birrul Walidain Birrul walidain, terdiri dari kata birru dan al-walidain. Birru atau al-birru artinya kebajikan.Al-walidain artinya dua orang tua atau ibu bapak (Ilyas, 1999: 147). Dari pengertian dua suku kata birru dan al-walidain diatas, bisa disimpulakan bahwa birull walidain memiliki arti perbuatan kebajikan seorang anak kepada kedua orang tuanya. Adapun indikator birrul walidain siswa sebagai penulis maksudkan adalah sebagaimana diungkapkan oleh
Muhammad Jamil Zainu (2000: 100-101) sebagai
berikut: a. Berbicara kepada kedua orang tua dengan sopan santun, tidak mengucapkan ‘ah’ kepada mereka, tidak menghardik mereka dan berkata dengan ucapan yang baik. b. Mentaati kedua orang tua selama tidak dalam maksiat, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk yang bermaksiat kepada Allah. c. Berlemah lembut kepada kedua orang tua, tidak bermuka masam di depannya dan tidak memelototi mereka dengan marah. d. Menjaga nama baik, kehormatan dan harta benda kedua orang tua. e. Tidak mengambil sesuatu apapun tanpa seizin keduanya. f. Melakukan hal-hal yang meringankan keduanya meskipun tanpa perintah seperti berkhidmat, membelikan beberapa keperluan dan bersungguh-sungguh alam mencari ilmu. g. Musyawarahkan segala pekerjaan dengan orang tua dan meminta ma’af kepada mereka jika terpaksa berselisih pendapat dengan orang tua.
21
h. Segera memenuhi panggilan orang tua dengan wajah yang tersenyum. i. Menghormati kawan dan sanak kerabat orang tua ketika mereka masih hidup dan sesudah mati. j. Tidak membantah dan tiak menyalahkan orang tua tetapi berusaha menjelaskan yang benar dengan sopan. Berdasarkan pendapat di atas, indikator birrul walidain meliputi perilaku terhadap orang tua baik perkataan maupun perbuatan. G. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan oleh peneliti adalah pendekatan korelasional kuantitatif. Yang dimaksud pendekatan korelasional adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 1995:326). Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasivariasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain pada koefisien korelasi (Suryabrata, 2009:82). Sedangkan penelitian kuantitatif pada hakikatnya adalah sebuah penelitian yang pengumpulan
datanya
dinyatakan
dalam
bentuk
nilai
absolut
populasi
adalah
(Sukandarrumidi, 2004:65). 2. Populasi dan Sampel a. Populasi Menurut
Sukandarrumidi
(2004:47),
keseluruhan obyek penelitian baik terdiri dari benda yang nyata,
22
abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua siswa MTS Manbaus Sa’diyah kelas VIII yang berjumlah 33 siswa-siswi. b. Sampel Menurut Sukandarrumidi (2004:50), sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari objek yang merupakan sumber data. Tidak ada ketentuan yang pasti untuk menentukan berapa jumlah sampel yang harus diambil, jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100 sampai 150 orang, dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan angket, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya (Arikunto, 1995:125). Untuk itu penulis memilih semua populasi untuk dijadikan sampel, sehingga penelitian ini dinamakan penelitian populasi (Arikunto, 1995:209). Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTS Manbaus Sa’diyah Dusun kaliwinong Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Tahun 2015. TABEL 3.1 DAFTAR RESPONDEN No 1
Nama Responden
Jenis Kelamin
Aeni
P
2
Alfin Fitriyan
L
3
Dwi Listriyanto
L
23
4
Erwin Novianto
L
5
Fara Afsari
P
6
Fitrianingsih
P
7
Hamdani
L
8
Indra Widiyanto
L
9
Khoerul Umam
L
10
Muhammad Surur
L
11
Musrifah
P
12
Naelil Muna
P
13
Novera Aprina
P
14
Nur Afifah Mahmudah
P
15
Nurul Hidayah
P
16
Nurul Muttoharoh
P
17
Putri Alida Yahya
P
18
Putri Mahyum Sulastri
P
19
Rafiq Mustofa
L
20
Ridho Miftakhul Huda
L
21
Rina Budiyani
P
22
Rof'ul Fadhli
L
23
Silfi Ristiyanti
P
24
Siti Fadhilah
P
25
Siti Nur Hatikah
P
26
Slamet Wahyu Suranto
L
27
Tiyas Ayutri Handayani
P
28
Ziana Fauzia Rohmah
P
29
Singgih Prabowo
L
30 31
Rully herdian Anton wijaya
L L
24
32 33
Linda pramesti Anita Vela Rosita
P P
3. Metode Pengumpulan Data a. Interview Menurut Kartono (1990:187) metode interview yaitu metode yang digunakan dengan cara bertanya langsung kepada responden untuk mendapatkan informasi. b. Angket Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis (Arikunto, 1995:135). Model angket yang digunakan penulis adalah angket tertutup, yaitu angket yang dibentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (v) pada kolom atau tempat yang sesuai (Arikunto, 1995:137). Angket disebarkan kepada responden untuk mendapatkan informasi atau jawaban yang berkenaan dengan keagamaan orang tuadan perilaku birrul walidain. b. Metode Observasi Metode observasi disebut juga pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. (Arikunto,2002).
25
c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis(Arikunto,2002:133). Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui gambaran umum sekolah, guru, sarana dan prasarana MTs Manba’us sa’diyah. 4. Teknik Analisis Data Sesuai dengan jenis data penelitian, maka sebagai tindak lanjut dari data yang telah dikumpulkan dari kedua variabel, yaitu bimbingan keagamaan orang tua (variabel x) dan perilaku birrul walidain (variabel y), peneliti menggunakan rumus korelasi product moment, dengan angka kasar (Arikunto, 1995:425-426).
rxy = Keterangan: rxy : nilai koefisien korelasi antara x dan y xy : perkalian antara variabel x dan y x
: nilai variabel 1
y
: nilai variabel 2
N : banyaknya subjek pemilik nilai ∑ : sigma (Ritonga, 1987 : 120)
H. Sistematika Penulisan Skripsi Dalam penelitian ini penulis membagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut:
26
1. Bagian awal yang meliputi : sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, moto pembahasan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, halaman judul, nota pembimbing, halaman pengesahan. 2. Bagian inti memuat: BAB I : Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian, teknik analisis data dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : Kajian Pustaka Bab ini berisi tentang keagamaan orang tua meliputi: pengertian, bimbingan keagamaan orang tua, dan perilaku orang tua dirumah. Perilaku birrul walidain meliputi: pengertian,ciri-ciri birrul walidain, dan perilaku birrul walidain di rumah. BAB III : Laporan Hasil Penelitian Bab ini berisi tentang gambaran umum tentang keagamaan orang tua dengan birrul walidain pada siswa di Madrasah Tsanawiyah Manba’us sa’diyah (letak geografis, sejarah berdirinya, visi misi,susunan organisasi, dan data populasi) serta data tentang hubungan antara keagamaan orang tua terhadap perilaku birrul walidain yang terdiri dari data tentang jawaban angket keagamaan orang tua dan data tentang jawaban angket perilaku birrul walidain. BAB IV : Analisis Data Bab ini meliputi adanya pengelolaan data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan untuk menguji
27
hipotesis yang diajukan dengan statistik melalui analisis pendahuluan dan analisis lanjut. BAB V :
Penutup Berisi tentang penutup, kesimpulan, saran dan
lampiran
28
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Bimbingan Keagamaan Orang Tua 1. Pengertian Bimbingan Keagamaan Orang Tua Secara etimologis kata bimbingan merupakan tejemahan dari kata “guidance “ berasal dari kata kerja “to guide “ yang berarti menunjukkan, membimbing,
menuntun
atau
membantu.
Sedangkan
pengertian
bimbingan secara terminologi, sebagai berikut : a. Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan (Muh. Surya, 1988: 12). b. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agara mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri (Prayitno, 1983: 2 dan 1987:35). c. “Guidance is a process of helping individual thorough their own effort to discover and develop their potentialities both for personal happiness and social usefulness” atau bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usaha sendiri untuk menemukan dan mengembangkan
29
kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial (Hallen A, 2002:3). Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa “Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang dibewrikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan
di
dalam
kehidupannya,
agar
individu
atau
sekumpulan individ-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya” (Bimo Walgito, 1995:4). Keagamaan berasal dari kata agama yang jika dalam bahasa Inggris disebut religion atau religi. Menurut A.S. Homby and E.C. Parnwell agama adalah : a.
Kepercayaan kepada Tuhan Sebagai pencipta dan pengawas dalam semesta.
b.
Sistem kepecayaan dan penyembahan didasarkan atas keyakinan tertentu. (Nasruddin Razak, 1989:60). Keagaamaan berasal dari kata "agama" yang berarti prinsip
kepercayaan kepada Tuhan dengan aturan-aturan syariat tertentu. Sedangkan keagamaan berarti hal yang berkaitan dengan agama (Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, 2009:23). Pengertian bimbingan keagamaan sebagaimana dikemukakan oleh H.M. Arifin, M. Ed
yaitu usaha pemberian bantuan terhadap seseorang
yang mengalsmi kesulitan baik lahiriah maupun batiniah, yang menyangkut kehidupan di masa kini dan mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan spiritual, dengan maksud agar 30
orang yang bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dari kekuatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (M. Arifin, tth: 2). Orang tua adalah orang yang sudah tua, dalam artian ayah dan ibu yang diharuskan untuk mendidik anak yang mereka asuh dengan disertai penuhtanggung jawab. Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa bimbingan keagamaan orang tua adalah usaha orang tua dalam memberikan bimbingan atau pembinaan keagamaan kepada anaknya agar terbiasa hidup sesuai dengan ajaran Islam. 2. Dasar Bimbingan Keagamaan Al Qur’an dan hadits adalah landasan ideal dan konseptual bimbingan konseling Islam. Dari kedua sumber tersebut gagasan, tujuan dan konsep-konsep bimbingan konseling Islam bersumber. Dasar yang menjadi isyarat kepada manusia untuk memberi petunjuk atau bimbingan kepada orang lain ( keluarga ) yaitu antara lain : a. Firman Allah dalam Q. S. At Tahrim ayat 6 :
ۡ َ ُ ُ ۡ َ ا َُ ُ َ ا ۡ َ َ ۡ ُ َ ُ َ ْ ٓ ُ ْ ُ َ َ َ َ َٰٓ َ ُّ َ ا ُارة َ ٱۡل َِج يأيها ٱَّلِين ءامنوا قوا أنفسكم وأهلِيكم نارا وقودها ٱنلاس و َ ُ َ ۡ ُ َ َ ُ َ ۡ َ َ ۡ ُ َ َ َ ٓ َ َ ا َ ۡ ُ َ اٞ َ ٞ َ ٌ َ َٰٓ َ َ َ ۡ َ َ عليها ملئِكة غَِلظ ِشداد َّل يعصون ٱّلل ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون ٦
31
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak menghargai Allah terhadap apa yang diperinthkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Departemen Agama RI, 2005:561) b. Sabda Nabi Muhammad SAW
سورر ِّ يعني رح شكمي – ندثنا رس اع ل عا-ندثنا مؤمل با هشام سورر با درود أبو ن زة رح زني ِّ وهو: أبي ن زة قال ربو درود قال رسول: عا جده قال, عا ع مو با شع ب عا رب ه, ي ِّ رحص مفـ س ْب َع َّ ُم ُم ْور أ َ ْوالَدَ ُك ْم بِا ح: هللا صلي هللا عل ه وسلم َ صالَ ةِ َو ُه ْم أ َ ْبنَا ُء َوفَ ِ ِّم قُ ْور َب ْ َن ُه ْم فِي, َع ْش ِم ِس ِن ْا َ ع َل ْ َها َو ُه ْم أ َ ْبنَا ُء َ ِسنِ ْاَ َورض ِْمب ُْو ُه ْم .ِضا ِجع َ َ ْرح Artinya:
“Perintahkanlah kepada anak-anak kalian untuk mengerjakan Shalat ketika mereka ber usia tujuh tahun dan pukulah mereka apabilaa meninggalkan shalat ketika mereka berusia sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidurnya di antara mereka”. (H.R.Abu Daud-Abi Daud Sulaiman Bin Al Asy’ats Al Sajstani, tth:127)
3. Peranan Orang Tua dalam Mendidik Anak Di dalam keluarga, mula-mula anak menerima pendidikan secara langsung
dari
orang
tuanya.
Karena
pendidikan
anak
dalam
keluargabersifat kodrat maka dalam hal ini menjadi fundamen bagi pendidikan yang diterima di luar rumah. Dengan demikian pendidikan keluarga harus menjadi dasar bagi pendidikan anak. Jadi orang tua berkewajiban mengasuh, mendidik serta mengarahkan agar nantinya anak menjadi pribadi yang shalih atau shalihah serta berakhlak mulia. Sabda Nabi SAW
32
َّ ي ع ْنهُ كان يحدث قال رحنبي صلى هللا عل ه ما َ ِم ْا َ ُرَّلل ِ عا ربي ُه َمي َْمة َ َر َ ض ْ علَى ْرح ِف سا ِن ِه َك َ ا ِ ط َم ِة فَا َ َب َورهُ يُ َه ِّ ِودَر ِن ِه ر َ ْو يُن َ ُ َم ْوحُ ْو ٍد رِالَّ ي ُْوحَد َ َص َمر ِن ِه ر َ ْو يُ َ ِج َ عا َء ث ُ َّم َيقُ ْو ُل رَب ُْو ُه َمي َْمة ُّ ت ُ ْنت َ ُج رح َب ِه ْ َ ةُ َب ِه ْ َ ةً َج ْ َعا َء ه َْل ت ُ ِح َ س ْونَ ِف ْ َها ِم ْا َج ْد ْ ِع ْنهُ (ف َ ط َمة َ هللاِ رحَّتِي َف علَ ْ َها) (رخمجه رحبخاري في َ اس َ ُي هللا ِ َر َ َّط َمرحن َ ض )كتاب رحجنائز Artinya: “Diceritakan dari abu hurairah ra, nabi Muhammad saw bersabda tidak ada satupun bayi yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah maka kedua orang tua lah yang menjadikan dia yahudi, nasrani ataupun majusi sebagaimana seekor binatang yang dilahirkan oleh induknya dalam keadaan sempurna. Apakah kalian melihat binatang itu dalam keadaan cacat?kemudian abu hurairah berkata:” Allah yang dengan kekuasaannya membersihkan manusia dari kecacatan”(H.R Imam Bukhori-Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al Bukhori, tth:235).
Seorang ayah menjadi kepala keluarga mempunyai peranan penting
untuk
memimpin,
memberikan
bimbingan
pendidikan,
perlindungan serta memberikan nafkah kepada keluarganya. Dalam bidang pendidikan seorang ayah harus mampu bertindak sebagai guru dan pemimpin bagi istri dan anak-anaknya. Untuk itulah orang tua harus memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap amanat Allah yang dititipkan kepadanya, maka orang tualah yang menjadi sentral figur bagi anak serta yang akan tampil paling depan sebagai panutan anak dimana orang tua yang pertama mereka kenal sebelum memasuki bangku sekolah ataupun pondok pesantren. Jadi jelas bahwa peran orang tua yang sangat dibutuhkan oleh anak. Jika ayah dan ibunya membiasakan anak berlatih, bertindak, bersikap sopan dan menghormati orang lain, mengajari tentang tata cara
33
melaksanakan ibadah sholat, membiasakan untuk berdo'a dan membaca Al-Qur'an dan mengajarinya bershadaqah untuk menumbuhkan ketaatan anak dalam beribadah. 4. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua Orang tua sebagai manusia yang lebih dewasa adalah merupakan pendidik utama dan pertama bagi anaknya.Dari orang tuanyalah anak menerima pendidikan pertama baik langsung maupun tidak langsung. Di samping itu pendidikan tersebut memepunyai pengaruh terhadap kehidupan anak di kemudian hari. Pada tahun-tahun pertama, orang tua memegang peranan utama dalam memikul tanggung jawab pendidikan anak. Pada saat ini pemaliharaan dan pembiasaan sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 1997:237). Orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat besar dalam membimbing dan mendidik anaknya dengan kebaikan dasardasar agama. Di sini akan diuraikan mengenai tugas dan tanggung jawab orang tua. a. Orang tua sebagai pelindung dan pemelihara Orang tua berkewajiban untuk melindungi dan memelihara keselamatan keluarga. Anak terlahir dengan membawa bakat-bakat sebagai karunia Allah, maka kewajiban orang tua adalah memelihara, membimbing dan mengarahkan kepada hal- hal yang positif. b. Orang tua sebagai pendidik
34
Mendidik adalah kewajiban orang tua. Sejak kecil anak harus sudah dididik kea rah kebaikan agar kelak menjadi anak yang sholeh dan bertanggung jawab dalam kehidupannya.Tugas orang tua dalam mendidik anak adalah untuk memupuk perkembangan dan melatih mental serta potensi yang tersimpan dalam diri anak. Di samping itu orang tua harus membekali anak dengan pendidikan dan bimbingan keagamaan sebagai dasar kepribadian mereka.
Pendidikan
agama
bukanlah
sekedar
menyampaikan
pengetahuan agama dan melatih keterampilan dalam melaksanakan ibadah. Akan tetapi pendidikan jauh lebih luas dari pada itu ia pertama-tama bertujuan untuk membentuk kepribadian anak sesuai dengan ajaran agama. Pembunaan sikap mental dan akhlak jauh lebih penting dari pada pandai menghafal dalil-dalil dan hukum-hukum agama yang tidak diresapi dan dihayatinya dalam hidup (Daradjat, 1991:107). c. Orang tua sebagai pemimpin Orang tua selain sebagai pelindung dan pendidik, juga sebagai pemimpin bagi anak-anaknya. Memimpin merupakan kegiatan pengarahan dan pengandalian orang lain kearah tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu sebagai orang tua berkewajiban mempengaruhi, mengarahkan dan mengendalikan anak agar mereka melaksanakan ajaran-ajaran sesuai dengan syari’at Islam.
35
5. Pentingnya Bimbingan Keagamaan Orang Tua kepada Anak Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilakukan pada masa kecilnya dulu. Anak yang waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada masa dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Sebaliknya, jika orang yang waktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama, misalnya bapak-ibunya adalah orang-orang yang tahu agama, lingkungan sosial dan kawankawannya juga hidup menjalankan agama, ditambah pula pendidikan agama secara sengaja di rumah, sekolah dan masyarakat. Maka orang itu akan dengan sendirinya cenderung hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa
menjalankan
ibadah,
takut
melakukan
larangan-larangan
agama,serta dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama (Daradjat, 1991:35). Setiap orang tua dan semua guru ingin membina anak agar menjadi orang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan taat beribadah serta berakhlak terpuji. Semua itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik yang formal (di sekolah) maupun yang informal/di rumah oleh orang tua (Daradjat, 1991:56). Di sini akan diuraikan beberapa metode yang efektif untuk membimbing anak supaya terbentuk pribadi yang shalih atau shalihah. a. Bimbingan dengan keteladanan
36
Orang tua sebagai pembimbing dan pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak. Segala tingkah laku dan perbuatannya akan terrekam dan ditiru, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya baik dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Keteladanan mengandung konsekuensi apa yang disampaikan ke anak-anak bukan sekedar kata-kata saja, namun harus ditopang oleh perbuatan atau sikap nyata. Nasihat-nasihat dari orang tua akan. Cepat hilang, sedangkan teladan akan tertancap kuat di benak sang anak (Abi M. F. Yaqin, tth:30). Firman Allah Q. S. As Shaaf ayat 2
َ ُ َ ۡ َ َ َ َ ُ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َٰٓ َ ُّ َ ا ٢ يأيها ٱَّلِين ءامنوا ل ِم تقولون ما َّل تفعلون Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ?” (Departemen Agama RI, 2005:552) b. Bimbingan dengan cerita Salah satu ciri khas Al Qur’an dalam menyampaikan nilai-nilai pendidikan adalah dengan bercerita. Kita dapat menjumpai berbagai cerita
umat
terdahulu
serta
kisah
para
Nabi
Allah
dalam
mendakwahkan agamaNya. Kisah semacam ini terasa efektif sekali karena selain untuk memaparkan sejarah umat terdahulu juga untuk menyampaikan nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan cermin dalam kehidupan kita. Firman Allah Q. S. Huud ayat 120:
37
َٓ َ َ َ َُ َ ُ َ ُ ُّ ٓ َ َ ۡ َ ۡ َ َ ُّ ُ َ ُ ا ا َ َ ُ َ ٰ ِ وُك نقص عليك مِن أۢنباءِ ٱلرس ِل ما نثبِت بِهِۦ فؤادكۚ وجاءك ِِف ه ِذه ۡ ُ ۡ ٰ َ ۡ َ ٞ َ ۡ َ َ ُّ َ ۡ َ ١٢٠ ٱۡلق وموعِظة وذِكرى ل ِلمؤ ِمنِني Artinya: “Dan semua kisah dari rasul- rasul yang Kami ceritakan kepadamu ialah kisah- kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebe naran serta pengajaran dan peringatan bagi orang- orang yang beriman”. (Departemen Agama RI, 2005:236)
c. Bimbingan dengan imbalan dan sanksi yang tepat Merujuk pada sikap Al qur’an yang memberikan imbalan dan sanksi yang berimbang, maka orang tuapun harus memberikan imbalan dan sanksi dalam porsi yang adil. Hukuman yamg diberikan usahakan tidak berupa hukuman fisik, cacian, atau kritikan. Prinsip dasar pemberian hukuman itu harus memberikan manfaat pada anak. (Abi M. F. Yaqin, tth:43) Menurut Al Ghazali pemberian imbalan mempengaruhi hasil belajar. Beliau adalah salah seorang ulama yang juga memahami bahwa hukuman haruslah mendidik. Hukuman untuk anak haruslah memiliki karakteristik tersendiri yang didasarkan pada tujuan kemaslahatan,
bukan
untuk
menghancurkan
perasaan
anak,
menyepelekan harga dirinya, atau menghinakan martabatnya. (Abi M. F. Yaqin, tth:51) d. Bimbingan dengan adat kebiasaan
38
Orang tua membimbing anak tidak cukup hanya melalui suruhan, tetapi orang tua dituntut untuk menjadi contoh bagi anakanaknya. Mengajarkan kepada mereka akhlakul karimah kepada sesama manusia dan makhluk yang lain serta mengerjakan ibadah kepada Allah. Orang tua membiasakan mengajak anak-anaknya untuk shalat berjamaah, dibiasakan berdo'a dan membaca Al-Qur'an, berbicara yang baik, menghormati orang tua dan bersikap sopan kepada orang lain. Para orang tua hendaknya mengajarkan kepada anak-anak mereka tetang hukum-hukum halal dan haram (Daradjat, 1991:62). Disini orang tua dituntut melatih anak-anaknya mengerjakan perintahperintah Allah dan menjauhi semua larangan-larangan-Nya. Jika orang tua (pendidik) mendapat anaknya berbuat dosa atas kemungkaran seperti mencuri, berbicara kotor, maka orang tua harus mengingatkan bahwa yang dilakukan itu adalah perbuatan makruh, bahwa perbuatan itu haram. Dan jika orang tua (pendidik) mendapati anaknya berbuat baik atau positif, seperti mengeluarkan shadaqah atau menolong orang lain, maka orang tua juga harus mendorong supaya lebih rajin lagi dan mengatakan bahwa hal yang dilakukan itu perbuatan baik dan halal. e. Bimbingan dengan nasihat Diantara metode dan cara-cara mendidik yang efektif didalam upaya membentuk keimanan anak, mempersiapkannya secara moral, psikis, dan sosial adalah mendidiknya dengan memberi nasihat. Sebab,
39
nasihat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakekat, menghiasinya dengan moral mulia, dan mengajarinya tentang prinsip Islam (Abi M. F. Yaqin, tth:65-66). Seorang ayah dan ibu diharapkan memiliki waktu luang untuk berkumpul bersama anak-anaknya dan diisi dengan bercerita tentang kisah-kisah dan hikmah yang berintikan nasihat, dengan cara yang tidak membosankan, dan variatif sehingga tujuan membentuk rohani, jiwa, dan akhlak mereka akan tercapai. Dalam menyampaikan nasihat hendaknya orang tua menggunakan bahasa yang baik dan lemah lembut. B.
Birrul Walidain 1. Pengertian birrul walidain Menurut Ilyas (1999:147), birrul walidain terdiri dari kata birru dan alwalidain. Birru atau al-birru artinya kebajikan. Al-walidain artinya dua orang tua atau ibu bapak. Jadi birrul walidain adalah berbuat kebajikan kepada kedua orang tua. Adapun menurut kyai Masruhan dalam kitab Mar’ah Sholikhah birrul walidain adalah berbakti kepada kedua orang tua. Selaras dengan hal tersebut, menurut Isa (1988:13), birrul walidain adalah berbakti dan berbuat baik kepada orang tua, mengasihi, menyayangi, mendoakan, taat dan patuh kepada apa yang mereka perintahkan, melakukan hal-hal yang mereka sukai dan meninggalkan sesuatu yang tidak mereka sukai adalah kewajiban yang harus dilaksanakan anak. Hampir sama dengan pendapat Ilyas akan tetapi pendapat Isa lebih dijelaskan bukan hanya sekedar kebajikan.
40
Semakna dengan birrul walidain, dalam Al-Qur’an menggunakan istilah ihsan, seperti yang terdapat dalam surat An-Nisa’ ayat 36:
ۡ ُۡ ََ ََ ۡ ُ ُ ْ ا ٰ َ ۡش ُكوا ْ بِهِۦ َش ۡياو َوب ِٱلۡ َو ٰ ِ َِليۡن إ ِ ۡح ٰ َ س انا َوب ِ ِذي ٱل ُق ۡر ب ِ ۞وٱعبدوا ٱّلل وَّل ت ِ ۡ ۡ ۡ َ َ ۡ ُۡ ۡ َ َ َۡ َ ٰ َ ََٰۡ َ ا ُ َ َ َ َ ُ ٰ ٰ ۢنب ِ ب وٱلصا ِ وٱۡلتم وٱلمسك ِ ب ب ِٱۡل ِ ح ِ ِني وٱۡلارِ ذِي ٱلقرب وٱۡلارِ ٱۡلن ۡ ُ َ َ َ ُّ ُ َ َ َ َ َ َ َ ۡ َ ۡ َ ٰ ُ ُ ۡ ا ا َوٱبۡن ا ًُم َت ااَّل فَ ُخورا يل وما ملكت أيمنكم إِن ٱّلل َّل ُيِب من َكن ب ٱلس ِ ِ ِ ٣٦
Artinya: “sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karibkerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh (Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim), dan teman sejawat, Ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya) dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.
Dari pendapat-pendapat di atas bisa diambil kesimpulan bahwa birrul walidain bermakna luas yaitu berbuat baik, berbakti, mempunyai etika, mengasihi, menyayangi, dan berusaha untuk membuat kedua orang tua senang.
2. Pentingnya birrul walidain Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
َُ ا ۡا ُ ۡ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َ َ َ َ َ َٰ ُ ََ َ َك َن إ َۡلۡهاو حدة ّٖ وجعل مِنها زوجها ل ِيس ِ ۞هو ٱَّلِي خلقكم مِن نف ّٖس و ِ
41
ۡ َ َ ا َ َ ا َٰ َ َ َ ۡ َ ۡ ً َ ا َ َ ا َ ت بهِۦ فَلَ اما ٓ َأ ۡث َقلَت اد َع َوا ا َٱّلل َر اب ُهما فلما تغشىها َحلت َحَل خفِيفا فمر ِ و َ ۡ َ َََۡ َ ٰ ا اَ ُ َ ا َ ا َ ٱلشكِر ٰ ١٨٩ ين لئِن ءاتيتنا صلِحا نلكونن مِن ِ Artinya: Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar Dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah Dia merasa ringan (Beberapa waktu). kemudian tatkala Dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi Kami anak yang saleh, tentulah Kami terraasuk orang-orang yang bersyukur". (QS. Al-A’raf:189).
Ayat di atas adalah salah satu ayat yang menunjukkan betapa pentingnya berbuat baik kepada orang tua. Banyak ayat
Al-Qur’an yang
mengaitkan antara perintah untuk beribadah kepada Allah dengan perintah untuk berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua dengan cara memperlakukan mereka dengan perlakuan yang baik dan sempurna. Hal itu disebabkan kedudukan mereka berdua di bawah kedudukan Allah. Orang tua
merupakan
sebab
zhahiri (yang
Nampak)
dari
keberadaan anak-anak sedangkan sebab hakiki (yang sesungguhnya) adalah Allah, di mana orang tua akan mendidik anak-anak mereka dalam suasana yang penuh dengan cinta, kelembutan, kasih sayang, dan sikap mengutamakan anak daripada diri mereka berdua. Oleh karena itu, di antara sikap yang menunjukkan
kesetiaan
dan
muru’ah
seorang
anak adalah membalas
kebaikan orang tua, baik dengan cara memperlihatkan perlakuan
yang
baik dan akhlaq yang disenangi maupun dengan memberikan bantuan berupa materi jika orang tua membutuhkannya dan jika sang anak memang
42
mampu melakukan hal tersebut. Tidak diragukan lagi bahwa mendidik anak merupakan sebuah tanggung jawab yang sangat berat dan pekerjaan yang sangat melelahkan. Tanggung jawab ini dimulai
dari
masa
kehamilan,
melewati
masa
menyusui dan diakhiri dengan masa pembentukan kepribadian dan pemberian perhatian kepada anak. Itu semua merupakan sebuah tugas yang bersifat moril dan materiil. Berapa banyak ibu yang merasakan tubuhnya lemah, uratnya letih, dan bebannya terasa berat akibat proses kehamilan. Dan apabila tiba waktu sang anak yang ada di dalam kandungan untuk keluar melihat dunia sang ibu akan mempertaruhkan nyawanya dan sang ayah tidak henti-hentinya berdoa untuk kelancaran proses persalinan serta keselamatan ibu dan anak. Pada hakikatnya syukur kepada orang tua merupakan bagian dari perlakuan baik seorang hamba kepada Allah, pelaksanaan terhadap perintah Allah dan pemenuhan terhadap seruan Allah (Al-Fahham, 2006:137). Birrul walidain sangat penting dalam ajaran Islam. Ada beberapa alasan yang membuktikan hal tersebut (Ilyas, 1999:148). a. Perintah ihsan kepada ibu bapak diletakkan oleh Allah SWT di dalam AlQur’an langsung sesudah perintah beribadah hanya kepada Allah sematamata atau sesudah larangan mempersekutukan Allah. b. Allah SWT mewasiatkan kepada umat manusia untuk berbuat ihsan kepada ibu bapak.
c. Allah SWT meletakkan perintah berterima kasih kepada ibu bapak langsung sesudah perintah berterima kasih kepada Allah d. Rasulullah saw meletakkan birrul walidain sebagai amalan nomor dua
43
terbaik sesudah shalat tepat pada waktunya. e. Rasulullah saw meletakkan uququl walidain (durhaka kepada orang tua) sebagai dosa besar nomor dua sesudah syirik f.
Rasulullah mengaitkan keridhaan dan kemarahan Allah SWT dengan keridhaan dan kemarahan orang tua. Alasan-alasan tersebut membuktikan bahwa birrul walidain menempati
kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, tidak ada unsur kedhaliman sedikitpun terhadap anak-anak bila mereka dibebani kewajiban berbakti kepada orang tua, sebab pada hakikatnya tidak ada kesamaan antara orang tua dan anak-anak. Sungguh terdapat perbedaan yang sangat jauh antara sosok orang tua dengan anaknya. Meskipun seorang anak termasuk anak yang baik sehingga sang anak akan berbakti dan tidak durhaka kepada kedua orang tua. Sang anak hanya menganggap bahwa masalah birrul walidain merupakan suatu kewajiban. Maksudnya, jika tuntutan birrul walidain dikategorikan sebagai tuntutan yang boleh dilakukan dan boleh ditinggalkan, pastilah sang anak tidak akan melaksanakan tuntutan tersebut dengan sempurna, lalu sang anak akan mencari berbagai macam alasan untuk sikap yang diambilnya dan akan menjadikan alasan-alasan tersebut untuk melalaikan hak kedua orang tuanya. Selain penting birrul walidain juga mempunyai manfaat bagi seorang anak yang mau melakukannya. Menurut Al-Fahham (2006:158) ada 10 manfaat berbakti kepada orang tua yaitu: a. Berbakti kepada kedua orang tua termasuk amal perbuatan yang paling dicintai Allah. b. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menghilangkan berbagai kesusahan. c. Berbakti kepada kedua orang tua dapat memperpanjang umur dan menjamin
44
husnul khatimah. d. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan sarana untuk bisa bermainmain di taman surga dunia, sebelum bermain-main di taman surga akhirat. e. Berbakti kepada kedua orang tua merupakan sebab bertambahnya rizki. f.
Berbakti kepada kedua orang tua dapat menjamin terlahirnya anak-anak yang shalih
g. Berbakti kepada kedua orang tua dapat mendatangkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah. h. Berbakti kepada kedua orang tua dapat menghapus dosa-dosa besar. i.
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan sebab diperolehnya ampunan secara umum.
j.
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan sebab terkabulnya doa dan tercapainya kebahagiaan di dunia dan akhirat.
3. Ciri-ciri perilaku birrul walidain Dalam bukunya Salamulloh (2008:67) menguraikan bahwa terdapat beberapa tuntunan akhlak yang perlu dipahami oleh setiap anak dalam berinteraksi dengan orang tuanya, sebagai berikut:
a. Mencukupi kebutuhan orang tua Akhlak ini berlaku kepada anak yang sudah mandiri dan memiliki penghasilan sendiri. b. Melayani orang tua ketika diperlukan Melayani orang tua memiliki bobot ibadah kepada Allah, terutama ketika orang tua sangat membutuhkan. Sudah semestiya sang anak selalu siaga untuk melayani orang tuanya, meski tidak dibutuhkan. Kadang, orang tua malu atau segan meminta bantuan kepada anaknya. Karena itu, dalam
45
hal ini, seorang anak dituntut memiliki kepekaan yang tinggi.
c. Memenuhi panggilan orang tua Ketika orang tua memanggil sang anak, biasanya mereka memerlukan sesuatu. Karena itu, anak wajib menjawab dan memenuhi panggilan mereka. Tegasnya, setiap panggilan orang tua harus segera diindahkan. Ketika panggilan orang tua diabaikan, tentu mereka akan kecewa. Dengan demikian, sang anak tidak boleh menunda atau mengabaikan pemenuhan panggilan orang tua. Sebab yang demikian dapat memicu kemarahan orang tua. Kita tahu bahwa kemarahan orang tua adalah kemarahan Allah juga. d. Patuh menjalankan perintah orang tua Sepanjang perintah orang tua mengadung unsur kebaikan, wajib hukumnya bagi sang anak mematuhinya. Semisal, orang tua menyuruhnya bersekolah, mengaji, dan membantu pekerjaan mereka. Akan tetapi, bila perintah tersebut menjurus kepada kemaksiatan, maka anak tidak wajib taat. Atau, orang tua melarang anak mengerjakan kewajiban agama, anak juga tidak perlu mematuhinya. Hanya saja, kendatipun sikap orang tua menyimpang atau orang tua musyrik sekalipun, anak masih berkewajiban menyayangi dan menyantuni mereka. e. Berbicara kepada orang tua dengan bahasa yang sopan dan lemah lembut Salah satu wujud peghormatan anak kepada orang tua adalah bertutur kata yang baik bahkan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’:23 juga dijelaskan :
46
ۡ َ ُ َ َ َ َ ُّ َ َ ا َ ۡ ُ ُ ٓ ْ ا ٓ ا َ ۡ َِندك ۡ َ س ًنا ۚ إ اما َي ۡبلُ َغ ان ع َ َ ٰ ٰ ۞وق ٰ َض ربك أَّل تعبدوا إَِّل إِياه وب ِٱلو ِِلي ِن إِح ِ ۡ ََ َ َ ُ ُ َ ٓ َۡ َ ُ َ ََ َُ اُ َ ٓ ُ ََ ََۡ ۡ ُ َ َ ُ اُ َ َۡا ٱلكِب أحدهما أو ِلِكهما فَل تقل لهما أ ّٖف وَّل تنهرهما وقل لهما قوَّل َكر ا ٢٣ يما ِ Artinya: “dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia (mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu).
Ketika anak berbicara dengan orang tuanya, hendaknya tidak ada sepatah kata pun yang menyakiti hati mereka. f.
Merendahkan tubuh di hadapan orang tua dan berjalan di belakangnya. Ketika sang anak berada di hadapan orang tua, hendaknya ia merendahkan tubuhnya. Ketika dia berjalan bersama mereka, hendaknya langkah dan posisinya diatur sedemikian rupa. Dia tidak boleh mendahului langkah mereka.
g. Mendoakan orang tua Mendoakan orang tua adalah kewajiban seorang anak, baik ketika orang tua mereka masih hidup atau sudah meninggal dunia, dan berdoalah yang khusyuk karena mudah dikabulkan oleh Allah.
47
h. Meminta izin kepada orang tua ketika hendak melakukan apa pun. Dalam melakukan apa pun, semestinya sang anak meminta restu kepada orang tua. Ketika dia ingin pergi ke suatu tempat, menentukan suatu pilihan, atau urusan penting lainnya, hendaknya ia meminta izin dan restu orang tua terlebih dahulu. i.
Menyambut kedatangan orang tua dengan penuh hormat Menyambut kedatangan orang tua dengan berdiri merupakan salah satu akhlak anak kepada orang tua. Dengan berdiri, anak menunjukkan penghormatan yang tinggi kepada orang tuanya. Dan perlu juga dibiasakan mencium tangan orang tua ketika menyambut kedatangan mereka atau ketika sang anak berangkat dan pulang dari bepergian.
j.
Bakti anak kepada orang tua yang sudah meninggal 1) Mengirimkan doa kepada mereka Salah satu cara bakti anak kepada orang tua yang sudah meninggal yaitu dengan menziarahi kubur mereka lebih baik jika dilakukan setiap hari Jumat. Menziarahi kubur orang tua, selain bermanfaat bagi mereka, juga bermanfaat bagi sang anak sendiri. Manfaatnya, sang anak diampuni dosanya sekaligus tercatat sebagai orang yang berbakti kepada orang tua. 2) Menyambung tali silaturrahim dengan sanak kerabat dan sahabat dekat orang tuanya semasa hidup. Dalam hal ini, Al-Fahham (2006:211) memaparkan sejumlah etika yang
harus dipelihara dalam berinteraksi dengan kedua orang tua, diantaranya yaitu: a. Taat kepada ibu dan bapak dalam setiap hal yang mereka perintahkan
48
kepada anaknya, kecuali jika perintah itu berkaitan dengan perbuatan maksiat (kepada Allah). b. Berbicara kepada keduanya dengan lembut dan santun. c. Berdiri untuk menghormati kedua orang tua saat keduanya menemui sang anak. d. Mencium tangan keduanya pagi dan sore hari atau pada momen-momen tertentu. e. Memuliakan keduanya dan memberikan apa yang diminta oleh keduanya. f.
Bermusyawarah
dengan
keduanya
dalam
setiap
pekerjaan
atau
permasalahan. g. Melakukan hal-hal yang dapat membahagiakan keduanya tanpa harus diperintah terlebih dahulu. h. Tidak mengeraskan suara di hadapan keduanya. i.
Tidak mengganggu keduanya jika mereka sedang tidur.
j.
Tidak mementingkan istri dan anak daripada keduanya.
k. Tidak mencela keduanya bila mereka berdua mengerjakan pekerjaan yang tidak menyenangkan. l.
Tidak tidur atau berbaring ketika kedunya sedang duduk, kecuali bila keduanya mengizinkan.
m. Tidak masuk lebih dulu daripada kedunya atau berjalan di hadapan keduanya. n. Mememenuhi panggilan keduanya dengan segera. o. Menghormati teman-teman kedunya, baik ketika kedunya masih hidup maupun setelah meninggal. p. Tidak memanggil keduanya dengan namanya.
49
q. Mendoakan keduanya terlebih setelah keduanya meninggal. r.
Melaksanakan wasiat keduanya setelah mereka meninggal dunia.
s. Membina silaturrahim dan berbuat baik kepada teman-teman keduanya, terlebih setelah mereka berdua meninggal dunia. Hal selaras tentang bentuk mewujudkan birrul walidain juga dipaparkan Ilyas (1999:152-156) sebagai berikut: a. Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh maupun masalah lainnya. Dengan catatan penting: selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam. Namun demikian perlu dicatat, bahwa orang tua yang bijaksana tidak akan begitu saja memaksakan keinginannya kepada anaknya, di sinilah diperlukan dialog dan keterbukaan. b. Menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan penuh rasa terima kasih dan kasih sayang atas jasa-jasa keduanya yang tidak mungkin bisa dinilai dengan apapun. c. Membantu ibu bapak secara fisik dan materiil. d. Mendoakan ibu bapak semoga diberi oleh Allah SWT keampunan, rahmat, dan lain sebagainya. e. Setelah orang tua meniggal dunia, birrul walidain masih bisa diteruskan dengan cara antara lain: 1) Menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya 2) Melunasi hutang-hutangnya 3) Melaksanakan wasiatnya 4) Menerusakan silaturrahim yang dibinannya di waktu hidup 5) Memuliakan sahabat-sahabatnya 6) Mendoakannya Setelah penulis membahas tentang cirri-ciri perilaku birrul walidain penulis juga akan sedikit membahas tentang uququl walidain (durhaka kepada
50
orang tua). Sudah dijelaskan di atas bahwa birrul walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam sedangkan uququl walidain oleh Allah SWT dianggap sebagai dosa besar. Uququl walidain artinya mendurhakai kedua orang tua (Ilyas, 1999:157). Uququl walidain menurut Al-Fahham (2006:255) adalah kata al‘uquuq
(durhaka)
berasal
dari
kata
al-‘aqq
yang
berarti
asy-
syaq(mematahkan) dan al-qoth’u (memotong). Yang dimaksud dengan al‘uquq (durhaka) adalah mematahkan “tongkat” ketaatan dan memotong (memutus) tali hubungan antara seorang anak dengan orang tuanya. Jadi, yang dimaksud dengan perbuatan durhaka kepada kedua orang tua adalah mematahkan “tongkat” ketaatan kepada orang tua, memutuskan tali hubungan yang terjalin antara orang tua dengan anaknya, meninggalkan sesuatu yang disukai orang tua, dan tidak menaati apa yang diperintahkan atau diminta oleh orang tua. Selaras dengan pendapat di atas, uququl walidain adalah lawan dari Birrul
walidain,
yang
berarti
tidak
patuh,
mengabaikan,
menyakiti,
mengucapkan kata-kata yang tidak menyenangkan, meremehkan, memandang dengan pandangan hina, dan lain-lain, singkatnya orang yang melakukan hal-hal seperti ini terhadap kedua orang tua disebut: durhaka! (Asyur, 1988:45). Adapun bentuk perbuatan durhaka kepada kedua orang tua menurut AlFahham (2006:270), sebagai berikut: a. Pertama, tidak memberikan hak nafkah kepada kedua orang tua bila mereka membutuhkannya. b. Kedua, tidak melayani mereka dan berpaling darinya. c. Ketiga, mengumpat kedua orang tuanya di sejumlah majelis (tempat) dan
51
menyebut-nyebut kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kedua orang tua. d. Keempat,mencaci dan melaknat kedua orang tua. e. Kelima, menajamkan tatapan mata kepada kedua orang tua ketika marah atau kesal kepada mereka berdua karena adanya suatu hal,meskipun hal tidak disukai atau disenangi oleh sang anak, atau hal itu telah menyimpang dari ajaran-ajaran agama. f.
Keenam, membuat kedua orang tua bersedih dengan melakukan suatu hal meskipun sang anak berhak untuk melakukannya.
g. Ketujuh, apabila seorang anak telah tertipu oleh kedudukan atau kekuasaan materi yang diperolehnya, sementara orang tuanya masih berada dalam keadaan miskin sehingga hal itu menyebabkan sang anak merasa malu dan merasa enggan untuk dikenal sebagai keturunannya di tengah masyarakat. h. Kedelapan, enggan berdiri untuk menghormati orang tua dan mencium tangannya. i.
Kesembilan, seorang anak memimpin suatu majelis yang melibatkan orang tuanya, namun sang anak tidak menaruh kepeduliaan terhadap mereka.
j.
Kesepuluh, mengatakan “ah” kepada orang tua, membuat mereka gelisah, dan mengeraskan suara di hadapan mereka saat terjadi perselisihan atau silang pendapat dengan mereka.
Kesepuluh bentuk perbuatan durhaka kepada orang tua hanyalah baru sebagian dari perbuatan-perbuatan durhaka lainnya, intinya adalah melakukan perbutan yang tidak disenangi orang tua dan membuat orang tua sedih dan kecewa adalah durhaka kepada orang tua.
52
C. Hubungan Antara Bimbingan Keagamaan Orang Tua dengan Birrul Walidain Siswa Allah SWT sangat besar perhatian-Nya terhadap hak kedua orang tua, sehingga Dia mengkaitkan bakti dan berbuat baik kepada keduanya dengan ibadah dan tauhid kepada-Nya (Asyur, 1988:13). Begitu besar perhatian Allah terhadap persoalan birrul walidain dengan banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan atau menjelaskan tentang persoalan tersebut, diantaranya lagi dalam Al-Qur’an surat Al-Ahqaf ayat 15 yaitu:
ۡ َ َ َ َ ا ۡ َ ۡ َ ٰ َ َ ٰ َ ۡ ۡ َ ٰ ًاو َ َ َ ۡ ُ ُ ُّ ُ ُ ۡ ا َ َ َ َ ۡ ُ ُ ۡ ا او َُحلُهۥ ٱۡلنسن بِو ِِليهِ إِحسن َحلته أمهۥ كرها ووضعته كره و ِ ووصينا َ َ َ َ ٰ ُ ُ َ َٰ ُ َ َ ۡ ً َ ا َ َ َ َ َ ُ ا ُ َ َ َ َ َ ۡ َ َ َ َ ا َ َٰٓ وف ِصلهۥ ثلثون شهراۚ ح ب ِ َّت إِذا بلغ أشدهۥ وبلغ أرب ِعني سنة قال ر َو ٰ ِ َِل اي َوأ َ ۡن أَ ۡع َم َل َصٰلحاا ِ
َ َ َ َ ۡ ۡ َ ۡ َ ۡ ُ َ ۡ َ َ َ ا َ ۡ َ ۡ َ َ َا ٰلَع ٓ ِ ِن أن أشكر ن ِعمتك ٱل ٓ ِ أوزِع َّت أنعمت لَع و
ََ ُ َ َۡ ۡ َ ُ َ َۡ ُ ُۡ ۡ َ ۡ ا ۡ ُ ٓ ١٥ ترضىٰه وأصلِح ِِل ِِف ذرِي َِّتۖٓ إ ِ ِّن تبت إِۡلك ِإَو ِّن مِن ٱلمسل ِ ِمني Artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri".
53
Ayat di atas menjadi pengingat buat semua anak agar berbakti kepada orang tua karena dengan berbakti maka orang tua akan senang dan sebaliknya anak yang durhaka maka akan membuat orang tua kecewa. Untuk mendidik anak supaya menjadi anak yang shalih dan berbakti memang tidak mudah karena orang tua harus mengajarkannya sejak dini. Orang tua yang mengajarkan kebaikan kepada anaknya akan diingat selalu oleh anak yang shalih dan bisa dijadikan motivasi dan contoh oleh anak tersebut, serta sang anak akan selalu melakukan hal-hal yang diridhoi oleh orang tua dan Allah SWT. Orang tua pastilah sangat senang melihat anaknya rajin beribadah, bisa bersosialisasi dengan masyarakat di sekitarnya dan patuh kepada orang tua. Sebaliknya orang tua akan sangat sedih apabila anaknya tidak pernah beribadah, berkumpul di tempat maksiat dan selalu membantah apabila dinasihati oleh orang tua.
54
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum MTs Manba’us Sa’diyah 1.
Profil Sekolah
MTs Manba’us Sa’diyah terletak di Jalan Kalipawon Kilometer 1,5 Banyukuning – Jambu Dusun Kaliwinong Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. MTs Manbaus Sa’diyah Bandungan adalah salah satu sekolah menengah pertama di Bandungan. Data tentang sekolah ini adalah sebagai berikut : 1. Nama Sekolah
: MTs PSA Manbaus Sa’diyah
2. No. Statistik Sekolah
: 121233220038
3. Akreditasi
: B ( 11 November 2012 )
4. Alamat Sekolah
: Jalan Kalipawon 1,5 Banyukuning – Jambu : (Kecamatan) Bandungan : ( Kabupaten) Semarang
: ( Provinsi) Jawa Tengah 5. Telepon/HP
: 085640279484
6. Email & Wibsite
:
[email protected]
7. Status Sekolah
: Swasta ( di bawah naungan yayasan )
MTs PSA Manbaus Sa’diyah adalah sebuah sekolah
menengah
pertama yang menyertakan pendidikan tentang ke-Islaman ke dalam proses pembelajarannya. Madrasah ini adalah sekolah satu atap yang menerapkan 55
46
pembelajaran berbasis pesantren dalam kegiatan belajar mengajar. Sekolah ini baru memiliki 3 ruangan belajar untuk kelas Tujuh, Delapan dan Sembilan. Masing – masing tingkatan hanya memiliki satu ruangan belajar. Sekolah ini didirikan sejak tanggal 1 Juni 2009 di bawah naungan kepengurusan Yayasan Manba’us Sa’diyah. Sekolah ini berdiri atas kerjasama
dengan AIBEP
(Australia Indonesia Basic Education Partner) dan tokoh – tokoh masyarakat di sekitarnya. Lingkungan di sekitar sekolah ini merupakan masyarakat yang religius, maka sekolah ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pengetahuan agama Islam. Sekolah ini menerapkan pembelajaran berbasis pesantren dengan dibantu tokoh masyarakat sekitar dalam proses pembelajaran. 2.
Visi, Misi dan Tujuan a. Visi Madrasah Tsanawiyah PSA Manbaus Sa’diyah Banyukuning Bandungan Kabupaten Semarang Jawa Tengah sebagai Lembaga Pendidikan menegah berciri khas Islam perlu mempertimbangkan harapan murid, orang tua, lembaga pengguna madrasah dan masyarakat dalam merumuskan visinya. MTs PSA Manbaus Sa’diyah juga diharapkan merespon perkembangan dan tantangan masa depan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Era informasi dan globalisasi yang sangat cepat. MTs PSA manbaus Sa’diyah ingin mewujudkan
56
harapan dan respon ke dalam visi berikut : “ Membangun Manusia Mandiri Yang berImtaq dan Iptek serta berAkhlakul Karimah “. b. Misi Adapun misi dari MTs Manba’us Sa’diyah yaitu : a) Menumbuhkan Penghayatan dan Pengamalan Agama. b) Menumbuhkan Keunggulan Budaya. c) Menciptakan Generasi Bangsa yang Disiplin dan berakhlakul karimah. Penjabaran misi di atas, meliputi :
a) Menyelenggarakan Pendidikan yang berkwalitas dalam pencapaian prestasi akademik dan non akademik. b) Melaksanakan pembelajaran dalam bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki. c) Melaksanakan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajarai Al-Quran dan menjalankan Ilmu Agama. d) Menumbuhkan dan mendorong keungguln dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. e) Mewujudkan
pembentukana
karakter
Islmai
yang
mampu
profesionalisme
tenaga
menaktualisasikan diri dalam masyarakat. f) Meningkatkan
pengetahuan
dan
kependidikan dengan perkembangan dunia pendidikan. c. Tujuan
57
Secara umum, tujuan pendidikan Madrasah Tsanawiyah PSA Manbaus Sa’diyah adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Bertolak dari tujuan umum pendidikan dasar tersebut, Madrasah Tsanawiyah PSA Manbaus Sa’diyah Banyukuning kec. Bandungan Kab. Semarang Prop. Jawa tengah mempunyai tujuan sebagai berikut : a) Menciptakan madrasah yang Islami b) Membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah c) Pelopor pembelajaran yang agamis d) Menyiapakan sumber daya manusia yang handal Secara
khusus
bertujuan,
profil
lulusan
Madrasah
Tsanawiyah PSA Manbaus Sa’diyah memiliki kompetensi sebagai berikut: “Mempersiapkan Generasi Islam Yang Berkualitas Dalam Iman, Ilmu Dan Akhlak Mulia ” 3. Keadaan Sarana dan Prasarana Dalam kegiatan pembelajarannya, madrasah ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar siswa dan guru. a. Gedung Keadaan gedung permanen milik sendiri 3 gedung dan semi permanen 3 gedung. b. Daftar Inventaris Madrasah Tahun Pelajaran 2015
58
Tabel 3.2 Daftar Inventaris MTs. PSA Manbaus Sa’diyah No
B.
Nama Barang
Jumlah
1
Papan nama
5
2
Mesin ketik
1
3
Meja untuk anak
54
4
Kursi untuk anak
100
5
Meja guru
6
6
Kursi guru
13
7
Almari guru
1
8
Papan tulis
6
9
Papan statistik
7
10
Meja kursi tamu
1
11
Unit alat peraga
4
12
Unit alat kesenian
1
13
Unit alat olahraga
4
14
Almari/rak perpustakaan
3
15
Radio / tape recorder / sound sistem
1
16
Komputer
1
17
Papan data guru
1
Penyajian Data 1. Populasi dan Sampel Penelitian
59
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa-siswi MTs. PSA Manbaus Sa’diyah Banyukuning Kec. Bandungan Kab. Semarang Prop. Jawa Tengah. Dengan jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa (jumlah keseluruhan). Sedangkan yang menjadi sampel adalah 33 siswa.
2. Pengumpulan data Semua data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis kumpulkan dari beberapa teknik. Yakni dokumentasi, interview, angket dan observasi. Observasi yang dalam hal ini berupa pengisian daftar rating scale tentang bimbingan keagamaan orang tua sedangkan angket mengenai birrul walidain yang penulis gunakan sebagai metode pokok dalam pengumpulan data. Sedangkan yang lainnya sebagai metode bantu dalam rangkaian pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Dari data rating scale yang telah diisi oleh beberapa siswa dan jawaban dari 33 responden yang penulis gunakan dalam menganalisa data untuk mengetahui sejauh mana bimbingan keagamaan orang tua dan birrul walidain MTs.. PSA Manbaus Sa’diyah Banyukuning Kec. Bandungan Kab. Semarang Prop. Jawa Tengah
60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Bimbingan Keagamaan Orang Tua Data tentang bimbingan keagamaan orang tua yang merupakan variabel pengaruh (independen) dalam penelitian ini diperoleh dari hasil yang penulis berikan kepada seluruh siswa kelas VIII MTs Man’baus Sa’diyah Dusun Kaliwinong Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan yang berjumlah 33 anak dengan perincian siswa laki-laki 15 anak dan siswa perempuan 18 anak. Dari hasil tertulis yang penulis berikan kepada responden dengan jumlah soal sebanyak 15 item, dapat diketahui tingkat bimbingan keagamaan orang tua siswa kelas VIII MTs Manbaus Sadiyah dalam table berikut :
Tabel 3.3
DAFTAR NILAI PERTANYAAN TENTANG BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA
No
Nama Responden
Frekuensi
Nilai
A
B
C
D
e
a
b
c
d
e
Total Nilai
1
Aeni
4
1
3
2
5
20
4
9
4
5
42
2
Alfin F
2
5
3
2
3
10
20
9
4
3
46
3
Dwi L
5
4
3
3
0
25
16
9
6
0
56
4
Erwin N
7
3
1
2
2
35
12
3
4
2
56
5
Fara Afsari
6
3
1
3
2
30
12
3
6
2
53
61
Frekuensi
Nilai
Nama Responden
A
B
C
D
e
a
b
c
d
e
Total Nilai
6
Fitrianingsih
4
3
4
4
1
20
12
12
8
1
53
7
Hamdani
4
2
4
1
4
20
8
12
2
4
46
8
Indra W
8
5
0
2
0
40
20
0
4
0
64
9
Khoerul U
5
3
2
4
4
25
12
6
8
4
55
10
M.Surur
7
3
1
3
1
35
12
3
6
1
57
11
Musrifah
2
7
5
1
0
10
28
15
2
0
55
12
Naelil Muna
6
2
2
5
0
30
8
6
10
0
54
13
Novera A
6
2
3
2
2
30
8
9
4
2
53
14
Nur Afifah
4
1
8
0
3
20
4
24
0
3
51
15
Nurul H
5
4
3
0
3
20
16
9
0
3
48
16
Nurul M
7
2
3
1
2
35
8
9
2
2
56
17
Putri Alida
6
4
3
0
2
30
16
9
0
2
57
18
Putri M
5
5
3
1
1
25
20
9
2
1
57
19
Rafiq M
2
4
0
2
7
10
16
0
4
7
37
20
Ridho M. H
4
7
3
2
0
20
28
9
4
0
61
21
Rina B
4
4
4
1
2
20
16
8
2
2
48
22
Rof'ul F
4
7
3
0
1
20
28
9
0
1
58
23
Silfi R
5
3
6
3
0
25
12
18
6
2
63
24
Siti F
5
3
4
2
1
25
12
12
2
1
52
25
Siti Nur H
6
3
2
0
4
30
12
6
0
4
52
26
Slamet W
4
8
2
0
1
20
32
4
0
1
57
No
62
Frekuensi
Nilai
Nama Responden
A
B
C
D
e
a
b
c
d
e
Total Nilai
27
Tiyas Ayutri
4
4
4
3
0
20
16
12
9
0
57
28
Ziana F
5
6
4
0
0
25
24
12
0
0
61
29
Singgih
3
4
3
2
3
15
16
12
4
3
50
30
Rully
7
3
5
0
0
35
12
15
0
0
62
31
Anton W
5
4
4
2
0
20
16
12
4
0
52
32
Linda P
5
5
3
2
0
25
20
9
4
0
58
33
Anita Vela
0
3
5
7
0
0
12
15
14
0
41
No
Jumlah
1.712
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai bimbingan keagamaan orang tua terendah 37, nilai tertinggi 64 dan nilai rata-rata 51,88. Hal ini menunjukkan bahwa bimbingan keagamaan orang tua siswa kelas VIII MTs Man’baus Sa’diyah dusun kaliwinong desa Banyukuning kecamatan bandungan Tahun 2015 termasuk kategori sedang. Hal ini berdasarkan interval nilai dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.4 KATEGORI BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA No.
Interval Nilai
Katergori
1
37-42
Tidak pernah
2
43-48
Kurang
3
49-54
Sedang
63
4
55-60
Baik
5
61-66
Sangat Baik
2. Birrul Walidain Siswa Data tentang Birrul Walidain siswa yang merupakan variabel terpengaruh ( dependen ) dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi yang penulis lakukan kepada seluruh siswa kelas VIII MTs Manbaus Sadiyah Banyukuning yang berjumlah 33 anak dengan perincian siswa lakilaki 13 anak dan siswa perempuan 11 anak. Dari hasil observasi yang penulis lakukan, dapat diketahui tingkat birrul walidain siswa kelas VIII MTs Man’baus Sa’diyah dusun kaliwinong desa Banyukuning kecamatan bandungan Tahun 2015 dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.5
DAFTAR NILAI BIRRUL WALIDAIN SISWA
No
Frekuensi
Nama
Total
Nilai
Nilai
Responden A
B
C
d
e
a
b
C
d
e
1
Aeni
5
1
3
2
4
20
4
9
4
4
41
2
Alfin F
2
5
3
2
3
10
20
9
4
3
46
3
Dwi L
2
4
6
3
0
10
16
18
6
0
50
4
Erwin N
4
3
4
2
2
20
12
12
4
2
50
5
Fara Afsari
6
4
0
3
2
30
16
0
6
2
54
6
Fitrianingsih
4
3
4
4
1
20
12
12
8
1
53
7
Hamdani
8
2
4
1
0
40
8
12
2
0
62
64
No
Frekuensi
Nama
Total
Nilai
Nilai
Responden A
B
C
d
e
a
b
C
d
e
8
Indra W
8
5
0
2
0
40
20
0
4
0
64
9
Khoerul U
4
5
2
0
4
20
20
6
0
4
50
10
M.Surur
7
3
1
3
1
35
12
3
6
1
57
11
Musrifah
2
7
5
1
0
10
28
15
2
0
55
12
Naelil Muna
9
2
2
2
0
45
8
6
8
0
67
13
Novera A
6
2
3
2
2
30
8
9
4
2
53
14
Nur Afifah
0
1
8
0
6
0
4
24
0
6
34
15
Nurul H
5
4
3
0
3
20
16
9
0
3
48
16
Nurul M
7
2
3
1
2
35
8
9
2
2
56
17
Putri Alida
6
4
3
0
2
30
16
9
0
2
57
18
Putri M
5
5
3
1
1
25
20
9
2
1
57
19
Rafiq M
3
3
0
2
7
15
12
0
4
7
38
20
Ridho M. H
4
7
3
2
0
20
28
9
4
0
61
21
Rina B
3
5
4
1
2
15
20
8
2
2
47
22
Rof'ul F
4
7
3
0
1
20
28
9
0
1
58
23
Silfi R
0
3
6
3
3
0
12
18
6
3
39
24
Siti F
5
0
4
2
4
25
0
12
2
4
33
25
Siti Nur H
0
3
2
6
4
0
12
6
12
4
34
26
Slamet W
0
8
2
4
1
0
32
6
8
1
47
27
Tiyas Ayutri
4
4
4
3
0
20
16
12
9
0
57
65
Frekuensi
Nama
No
Total
Nilai
Nilai
Responden A
B
C
d
e
a
b
C
d
e
28
Ziana F
5
1
4
0
5
25
4
12
0
5
46
29
Singgih
3
4
3
2
3
15
16
12
4
3
50
30
Rully
7
3
5
0
0
35
12
15
0
0
62
31
Anton W
0
4
4
2
5
0
16
12
4
5
37
32
Linda P
5
5
3
2
0
25
20
9
4
0
58
33
Anita Vela
0
3
5
7
0
0
12
15
14
0
41
Jumlah
1.662
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai ketaatan shalat dhuhur anak di sekolah terendah 33, nilai tertinggi 67 dan nilai rata-rata 50, 36. Hal ini menunjukkan bahwa birrul walidain siswa kelas VIII MTs Man’baus Sa’diyah dusun kaliwinong desa Banyukuning kecamatan bandungan Tahun 2015 termasuk kategori sedang, sebagaimana berdasarkan interval nilai dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.6 KATEGORI BIRRUL WALIDAIN No.
Interval Nilai
Katergori
1
33-39
Tidak Baik
2
40-46
Kurang Baik
3
47-53
Sedang
4
54-60
Baik
66
5
61-68
Sangat Baik
B. Analisis Hasil Penelitian Analisis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi atau hubungan antara bimbingan keagamaan orang tua dengan birrul walidain siswa. Analisis ini didasarkan pada data khusus yaitu keagamaan orang tua (x) dan data birrul walidain siswa (y). Dalam menganalisa data-data tersebut penulis menggunakan analisis statistik korelasi dengan rumus product moment. Langkah awal dari teknik analisis ini adalah membuat tabel kerja lalu memasukkan angka-angka tersebut dalam tabel. Di bawah ini disajikan tabel kerja sebagai berikut :
Tabel 3.7 KOEFISIEN HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DENGAN BIRRUL WALIDAIN
No
X
Y
X2
Y2
XY
1
42
41
1.764
1.681
1722
2
46
46
3.600
3.600
3600
3
56
50
3.136
2.500
2.800
4
56
50
3.136
2.500
2.800
5
53
54
2.809
2.916
2862
6
53
53
2.809
2.809
2.809
7
46
62
3.600
3.844
2.852
8
64
64
4.096
4.096
4.096
9
55
50
3.025
2.500
2.750
10
57
57
3.249
3.249
3.249
67
No
X
Y
X2
Y2
XY
11
55
55
3.025
3.025
3.025
12
54
67
2.916
4.489
3.618
13
53
53
2.809
2.809
2.809
14
51
34
2.601
1.156
1.734
15
48
48
2.304
2.304
2.304
16
56
56
3.136
3.136
3.136
17
57
57
3.249
3.249
3.249
18
57
57
3.249
3.249
3.249
19
37
38
1.369
1.444
1.406
20
61
61
3.721
3.721
3.721
21
48
47
2.304
2.209
2.256
22
58
58
3.364
3.364
3.364
23
63
39
3.939
1.521
2.457
24
52
33
2.704
1.089
1.716
25
52
34
2.704
1.156
1.768
26
57
47
3.249
2.209
2.679
27
57
57
3.249
3.249
3.249
28
61
46
3.721
2.116
2.806
29
50
50
2.500
2.500
2.500
30
62
62
3.844
3.844
3.844
31
52
37
2.704
1.369
1.924
68
No
X
Y
X2
Y2
XY
32
58
58
3.364
3.364
3.364
33
41
41
1.681
1.681
1.681
1.712
1662
98.930
87.948
88.599
Langkah selanjutnya adalah memasukkan hasil yang telah diperoleh dari tabulasi data (variabel x dan y) ke dalam rumus statistik korelasi product moment.
rxy =
{NSx
NSxy - (Sx )(Sy ) 2
- (Sx )
2
}{NSy
2
- (Sy )
2
}
2
}
Diketahui : ∑X = 1.712 ∑y = 1.662 ∑X2 = 98.930 ∑y2 = 87.948 ∑Xy = 88.599
rxy =
{NSx
NSxy - (Sx )(Sy ) 2
- (Sx )
2
}{NSy
69
2
- (Sy )
rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
33 x 88.599 - (1.712 )(1662 )
{33 x 98.930 - (1.712 ) }{33 x 87.948 - (1662 ) } 2
2
2.923 .767 - 2.845 .344
{3.264.690 - 2.930.944}{2.902.284 - 2.762.244} 78.423
{333.746}{140.040} 78.423 46.737 .789 .840 78.423 216 .189,245
rxy = 0.363
Setelah r (koefisien korelasi) dari kedua variabel x dan y di ketahui, maka untuk mengetahui dapat dan tidaknya hipotesis diterima atau tidak harus dikonsultasikan nilai rxy hasil dari perhitungan dengan nilai r yang terdapat dalam tabel nilai r product moment sehingga dapat diketahui bahwa r hitung dengan r tabel signifikan atau tidak. Hal ini dikarenakan jika r hitung sama dengan atau lebih besar dari r tabel, maka r hitung dapat dikatakan signifikan dan sebaliknya jika r hitung sama lebih kecil dari r tabel, maka r hitung dapat dikatakan tidak signifikan Sesuai dengan responden sebanyak 33 anak maka dapat dilihat dalam tabel nilai r product moment pada taraf signifikan 5 % adalah 0.349 sedangkan nilai rxy yang diperoleh ( ro ) adalah 0.363 maka dengan demikian ro > rt berarti signifikan. Dari analisis data di atas maka hipotesis kerja
yang berbunyi "ada
hubungan yang positif antara bimbingan keagamaan orang tua dengan birrul walidain" dapat diterima kebenarannya. C. Pembahasan Hasil Penelitian
70
Dalam penelitian ini, data tentang bimbingan keagamaan orang tua diperoleh melalui angket, sedangkan data tentang birrul walidain juga sama pada responden yang berjumlah 33 anak. Setelah data terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan analisis korelasi menggunakan rumus product moment. Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh rxy sebesar 0.363 dan selanjutnya dikonsultasikan dengan nilai r tabel untuk N = 33 pada taraf 5 % adalah sebesar 0.349. Dengan demikian rxy > rt artinya signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara bimbingan keagamaan orang tua dengan birrul walidain siswa Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima kebenarannya. Setelah diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif antara bimbingan keagamaan orang tua dengan birrul walidain siswa, maka selanjutnya dapat diambil pengertian bahwa semakin baik bimbingan keagamaan orang tua maka akan semakin baik pula birrul walidain pada siswa.
D. Keterbatasan Penelitian Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini terjadi banyak kendala dan hambatan. Hal tersebut bukan karena faktor kesengajaan tetapi adanya keterbatasan dalam melakukan penelitian, di antaranya : 1. Keterbatasan waktu penelitian, karena dilaksanakan hanya dalam waktu 30 hari yaitu antara bulan Agustus. 2. Keterbatasan dalam penggeneralisasian. Hal ini disebabkan jumlah responden hanya 33 anak.
71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dalam rangka pembahasan skripsi yang berjudul : “ hubungan antara bimbingan keagamaan orang tua dengan birrul walidain siswa kelas VIII MTs Manba’us Sa’diyah dusun kaliwinong desa banyukuning kecamatan bandungan tahun 2015. “ dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Bimbingan keagamaan orang tua pada siswa kelas VIII MTs Manba’us Sa’diyah dusun kaliwinong desa banyukuning kecamatan bandungan tahun 2015 termasuk dalam kategori sedang. Hal ini dibuktikan berdasarkan pada analisa nilai angket yang diberikan kepada responden berjumlah 33 anak dengan nilai terendah 37 dan nilai tertinggi 64, nilai rata-rata 51.88. 2. Birrul walidain siswa kelas VIII MTs Manba’us Sa’diyah dusun kaliwinong desa banyukuning kecamatan bandungan tahun 2015 termasuk sedang. Hal ini dibuktikan pula berdasarkan pada analisa nilai observasi langsung yang dilakukan oleh penulis terhadap responden yang berjumlah 15 anak dengan nilai terendah 33, nilai tertinggi 67, dan nilai rata-rata 50.36. 3. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan rumus korelasi product moment diperoleh rxy sebesar 0,96 yang selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikan 5 % untuk N = 15 adalah 0,514. Dengan demikian rxy > rt berarti signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara bimbingan keagamaan orang tua dengan birrul
72
walidain siswa kelas VIII MTs Manba’us Sa’diyah dusun kaliwinong desa banyukuning kecamatan bandungan tahun 2015 . Maka dengan demikian hipotesis yang diajukan diterima kebenarannya.
B. Saran 1. Bagi orang tua
a. Orang tua hendaknya memberikan bimbingan keagamaan pada anak sejak usia dini.Hal ini mengingat bahwa bimbingan yang diberikan orang tua akan membekas dalam diri anak dan menjadi bekal saat ia telah dewasa. b. Bimbingan yang diberikan tidak hanya berupa nasihat, tetapi dapat juga melalui keteladanan, pembiasaan, pemberian motivasi dan lainnya. 2. Bagi siswa Hendaknya siswa dapat menghindari dan membentengi diri dari pengaruh-pengaruh pergaulan yang kurang baik serta memperbanyak ilmu pengetahuan agama. Dengan demikian siswa akan terbiasa menjauhkan diri dari hal yang negatif dan cenderung melakukan hal yang positif, yang pada akhirnya dapat tertanam dalam diri dan terbentuk kepribadian yang baik.
73
3. Bagi lembaga pendidikan Hendaknya pihak sekolah menyediakan sarana pendukung yang dapat meningkatkan ketaatan ibadah anak dan selalu menciptakan situasi dan kondisi yang agamis sehingga anak akan terbiasa dengan lingkungan yang agamis.
C. Penutup Dengan selesainya penelitian skripsi ini, penulis mengucapkan rasa syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi susunan bahasa maupun bobot ilmiahnya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan penulis demi perbaikan karya mendatang.
74
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Slamet, Moh. Suyototis, Fiqh Ibadah untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Pustaka Setia, 1999. Ahmadi, Abu. 2005. Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta).
Al Khaibawi, Usman, Durrotun Nasihin, Al Munawar, Semarang, 1979. Al Khuly, M. Abdul Aziz, Akhlak Rasulullah, CV. Wicaksana, Semarang, 1989. Aladip, Moh. Machfuddin, Terjemah Bulughul Maram, PT. Thoha Putra, Semarang, 1981. An-Nahlawi, Abdurrahman. 1992. Prinsip-prinsip dan Pendidikan Islam dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, terj. Sihabuddin (Bandung: Diponegoro). AR, Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga. 2004. Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada). Ardani, Moh. 2005. Akhlak Tasawuf ( PT. Mitra Cahaya Utama). Arikunto, Suharsimi. 1995. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta)
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta:edisi revisi IV, Jakarta, 1999. Awwad, Jaudah Muhammad. 1999. Mendidik Anak Secara Islami, (Jakarta: Gema Insani Press).
Badawi, Ali. 2002. Imbalan dan Hukuman Pengaruhnya bagi Pendidikan Anak (Jakarta: Gema Insani Press). Dahlan, Aisyah, Membina Rumah Tangga Bahagia dan Peranan Agama dalam Rumah Tangga, Jamumu, Jakarta, 1969. Daradjat, Zakiah. 1976. Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang). ______________. Ilmu Fiqih Jilid I, Dana Bakti Wakaf, Yogyakarta, 1995. _____________ Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Rohama, Jakarta, 1995. _____________. 2006. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Bumi Aksara).
75
Depag RI. 1983. Ensiklopedia Islam Di Indonesia (Jakarta: Depag RI).
Gazalba, Sidi, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, Pustaka Antara, Jakarta, 1975. Goleman, Daniel, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research II, Fakultas Psikologi : UGM, Yogyakarta, 1987. Hidayah, Taufiq, Fiqih, Toha Putra, Semarang, 2004. Junus, Mahmud, Terjemahan Al-Qur'an, PT. Al-Ma'arif, Bandung, 1990. Kamus Besar Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2001. Mudjahit, Fiqih II, Dirjen Binbaga Islam, Jakarta, 2000. Nastution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Universitas Indonesia, Jakarta, 1985. Rasyid, Sulaiman, Fiqih Islam, Attahiriyyah, Jakarta, 1954. Razak, Nasrudin, Dinul Islam, PT. Al. Ma'arif, Bandung, 1989.
76