HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGI GURU WIYATA BAKTI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTs. YAKTI TEGALREJO KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah
Disusun Oleh : MERI HERAWATI 111 06 143
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
ii
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
DEKLARASI
ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢﺑﺴﻢ ﺍ Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 8 September 2014 Penulis,
Meri Herawati NIM. 111 06 143
iii
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini: Nama
: MERI HERAWATI
NIM
: 111 06 143
Jurusan
: TARBIYAH
Program Studi
: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip ataui dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 20 Maret 2014 Yang Menyatakan,
Meri Herawati NIM. 111 06 143
iv
v
vi
MOTTO
”Hargailah cita-cita dan impianmu karena dua hal ini adalah anak jiwamu, dan cetak diri prestasi puncakmu karena itu bekal buatmu, usaha seseorang bukanlah apa yang mereka dapatkan dari usahanya tetapi perubahan diri akibat usaha itu, karena dunia masa depan adalah milik orang yang memiliki visi di hari ini”
“Konsep diri yang positif menumbuhkan rasa percaya diri sebagai kunci untuk menggapai cita-cita yang diharapkan; saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang”
vii
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap mempunyai peran penting dalam hidupnya 1. Bapak Endang Sutrisna dan Ibu Suliyah dengan segala perjuangan, air mata, do’a, keringat pengorbanan, kesabaran dan cinta kasih yang membentuk kemampuan untuk menghirup nafas pahit manis hidupku. 2. Mertua Bapak R. Hasan dan Ibu R. Djuwariyah, memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 3. Suami R. Abu Hanifah (Kak Anip) dan ananda Bayu Abdul Basith, yang tiada henti mengucurkan kesabaran, kesetian dan ketulusan nya untuk menemaniku dalam suka dan duka membuat hidupku ini seindah pelangi dengan cintanya. 4. Adik-adikku Komala Sari, Hesti Ambarwati, Rinawati Dewi dan Siti Wardah Kadikhan yang tiada henti memberiku semangat, dorongan, materi, do’a dan arti sebuah persaudaraan.
viii
KATA PENGANTAR
ﺍﻟﺮﲪﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢﺑﺴﻢ ﺍ Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,
hidayah
dan
taufiqnya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini adalah “HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGI GURU WIYATA BAKTI
DENGAN
PRESTASI
BELAJAR
SISWA
DI
MTs.
YAKTI
TEGALREJO KECAMATAN TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013”. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua STAIN 2. Bapak Suwardi, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. 3. Bapak Rasimin. S.PdI, M.Pd. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga.
ix
4. Ibu Maslikhah, S.Ag., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah PAI STAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai. 6. Ayahanda dan Ibunda tercinta serta mertua yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita. 7. Bapak Rochmat Almashari, S.Pd.I selaku Kepala MTs. Yakti Tegalrejo Magelang yang telah memberikan izin, masukan dan bantuan untuk melakukan penelitian. 8. Bapak Drs. H. Nuryahman selaku ketua Yayasan Amal Kesejahteraan Tarbiyah Islam yang telah meluangkan waktunya dan melancarkan terselesaikannya skripsi ini. 9. Guru-guru di MTs. Yakti Tegalrejo Magelang yang telah meluangkan waktu dan membantu pencarian data dalam penyusunan skripsi ini. 10. Suami, anak, adik dan saudara-saudara serta sahabat-sahabat semua yang telah membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
x
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal ‘alamien.
Magelang, 12 Maret 2014 Penulis,
Meri Herawati 111 06 143
xi
ABSTRAK HERAWATI, MERI. 111 06 143. Hubungan Antara Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti Dengan Prestasi Belajar Siswa di MTs. Yakti tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013. Skripsi Jurusan Tarbiyah, Program Studi PAI STAIN Salatiga. Pembimbing: Ibu Maslikhah, S.Ag., M.Si. Kata kunci : Kompetensi Pedagogi dan Prestasi Belajar Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa di MTs Yakti Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode angket, dokumentasi dan metode analisis data. Subyek penelitian sebanyak 45 responden, menggunakan teknik populasi dan dilakukan secara acak (random sampling). Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaring data X dan data Y. Data penelitian yang terkumpul di analisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan Ada hubungan signifikan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa.. Hal ini dapat dilihat dengan hasil angket yang memperoleh kategori rendah sebesar 42,2 % dari 45 responden yang memandang bahwa kompetensi pedagogi guru wiyata bakti, yaitu berada pada interval 64-80. Sedangkan untuk prestasi belajar siswa yang memperoleh kategori sedang mencapai nilai 55,5%, berada pada interval 76-83. Setelah data berhasil, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan rtabel. Dengan jumlah subyek 45 siswa dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh pada tabel N taraf signifikansi 5% = 0,294, dan apabila ditunjukkan dengan hasil hitung koefisien korelasi ro = 0,296 > 0,497. Maka hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi "ada hubungan yang signifikan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa" atau dengan kata lain hubungan kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa di MTs. Yakti Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang Tahun 2013" hipotesis yang penulis ajukan diterima. Sedangkan Pada taraf 1 % = 0,380 diperoleh perbandingan berdasarkan tabel nilai yang diperoleh ialah : 0,294 < 0,380 maka hipotesis nol (Ho) yang berbunyi : "Tidak ada hubungan positif antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa di MTs. Yakti Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang Tahun 2013", sehingga Ho ditolak. .
xii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................
i
HALAMAN BERLOGO ..........................................................................
ii
HALAMAN DEKLARASI.......................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................
iv
HALAMAN NOTA PEMBIMBING........................................................
v
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................
vi
MOTTO ....................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN .....................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
ix
ABSTRAK ................................................................................................
xii
DAFTAR ISI.............................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL.....................................................................................
xvi
DAFTAR BAGAN ...................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
xviii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................
14
C. Tujuan Penelitian ..........................................................
15
D. Manfaat Penelitian ........................................................
15
E. Penegasan Istilah...........................................................
16
F. Hipotesis Penelitian.......................................................
18
G. Metode Penelitian .........................................................
18
H. Sistematika Penulisan ...................................................
21
xiii
BAB II
LANDASAN TEORI A. Kompetensi Pedagogi Guru ..........................................
22
1. Guru ........................................................................
22
a. Pengertian .........................................................
22
b. Persyaratan Menjadi Guru ................................
23
c. Fungsi dan Tugas Guru.....................................
26
2. Kompetensi Guru....................................................
29
a. Pengertian .........................................................
29
b. Standar Kompetensi..........................................
30
3. Kompetensi Guru Wiyata Bhakti............................
45
a. Pengertian .........................................................
45
b. Tujuan Guru Wiyata Bhakti .............................
47
B. Prestasi Belajar..............................................................
49
1. Pengertian ...............................................................
49
a. Prestasi..............................................................
49
b. Belajar...............................................................
50
c. Prestasi Belajar .................................................
55
2. Faktor-faktor
Yang
Mempengaruhi
Prestasi
Belajar.....................................................................
55
C. Hubungan Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti dan Prestasi Belajar ....................................................... BAB III
61
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..............................
69
1. Identitas Madrasah ..................................................
69
2. Keadaan Siswa dan Guru........................................
70
xiv
3. Letak Geografis.......................................................
70
4. Sumber Dana Operasional dan Perawatan..............
71
5. Susunan
Pengurus
YAKTI
(Yayasan
Amal
Kesejahteraan Tarbiyah Islam ................................ 6. Struktur
BAB IV
Organisasi
MTs.
Yakti
72
Tegalrejo
Magelang ................................................................
73
7. Sarana dan Prasarana ..............................................
77
B. Pelaksanaan Pendidikan di MTs. Yakti Tegalrejo ........
79
C. Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan .................................
81
D. Penyajian Data ..............................................................
83
ANALISI DATA A. Variasi Tingkat Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata
BAB V
Bakti ..............................................................................
88
B. Variasi Tingkat Prestasi Belajar Siswa .........................
92
C. Analisis Uji Hipotesis ...................................................
95
D. Analisis Korelasi Product Moment ...............................
98
PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................
100
B. Saran..............................................................................
101
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
102
LAMPIRAN..............................................................................................
104
xv
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Daftar Siswa MTs. Yakti Tegalrejo .......................................
69
Tabel 3.2 Daftar Guru dan Karyawan MTs. Yakti Tegalrejo.................
70
Tabel 3.3 Batas Bangunan MTs. Yakti Tegalrejo ..................................
70
Tabel 3.4 Susunan
Kepengurusan
Yakti
(Yayasan
Amal
Kesejahteraan Tarbiyah Islam)...............................................
71
Tabel 3.5 Kondisi MTs. Yakti Tegalrejo................................................
72
Tabel 3.6 Daftar Nama Siswa MTs. Yakti Tegalrejo Tahun 2013.........
77
Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Angket Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti...........................................................................
83
Tabel 3.8 Data Prestasi Belajar Siswa MTs. Yakti Tegalrejo Tahun 2013 ........................................................................................
84
Tabel 4.1 Daftar Distribusi Frekuensi Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti MTs. Yakti Tegalrejo .......................................
89
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti MTs. Yakti Tegalrejo ....................................... Tabel 4.3 Daftar
Distribusi
Frekuensi
Prestasi
Belajar
91
Siswa
MTs. Yakti Tegalrejo .............................................................
92
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa MTs. Yakti Tegalrejo.................................................................................
94
Tabel 4.5 Daftar Nilai Variabel X dan Variabel Y.................................
96
Tabel 4.6 Persiapan
Untuk
Mencari
Korelasi
Antara
Nilai
Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti dan Prestasi Belajar Siswa..........................................................................
xvi
97
DAFTAR BAGAN Bagan I
Struktur Organisasi MTs. Yakti Tegalrejo Magelang Tahun 2012/2013...............................................................................
xvii
73
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup .........................................................
104
Lampiran 2 Nota Pembimbingan ............................................................
105
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian .............................................................
106
Lampiran 4 Surat Keterangan telah melaksanakan penelitian dari MTs. Yakti Tegalrejo ..........................................................
107
Lampiran 5 Jurnal Konsultasi Skripsi.....................................................
108
Lampiran 6 SKK.....................................................................................
111
Lampiran 6 Angket Penelitian Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti ....................................................................................
112
Lampiran 7 Distribusi Frekuensi Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti MTs. Yakti Tegalrejo, Magelang ..............................
114
Lampiran 8 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa MTs. Yakti Tegalrejo, Magelang............................................................
116
Lampiran 9 Dokumentasi........................................................................
117
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru yang bermutu memungkinkan siswanya untuk tidak hanya dapat mencapai standar akademik secara nasional, tetapi juga mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang penting untuk belajar selama hidup mereka”. Demikian sebuah pernyataan Elaine B. Johnson dalam Ngainun Naim (2009:15) yang menggambarkan betapa seorang guru akan membawa pengaruh yang sangat hebat kepada anak didiknya. Pengaruh tersebut tentu saja dibawa oleh guru-guru yang berkompeten sehingga mampu menciptakan atmosfer pendidikan yang berkualitas. Berdasarkan observasi peneliti, banyak guru yang cenderung kurang memahami peserta didiknya. Secara terus-terus menerus guru melaksanakan proses belajar mengajar yang sama menggunakan metode belajar yang kurang memaksimalkan potensi peserta didiknya seperti ceramah dan latihan soal saja. Padahal dalam pelaksanaannya, kompetensi pedagogi ini menghendaki agar guru dapat melaksanakan pembelajaran yang properubahan (aktif, kreatif, inovatif, eksperimentatif, efektif dan menyenangkan). Keberadaan guru tetap atau PNS dengan guru tidak tetap atau wiyata bakti dirasa mempunyai perbedaan dari segi kemampuan dalam pelaksanaan kompetensi pedagogi ini. Kemampuan dasar sebagai pembawaan dari tingkat pendidikan, lulusan dan karakteristik setiap orang yang berbeda tentunya akan membawa perbedaan pula pada tingkat profesionalismenya.
1
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan kepribadian manusia, menurut ukuran normatif. Pendidikan, baik formal maupun nonformal adalah sarana untuk pewarisan kebudayaan. Untuk mewujudkan tercapainya keberhasilan pendidikan di sekolah, banyak faktor yang mempengaruhi seperti kompetensi pedagogi guru dan peran sekolah dalam menyediakan fasilitas belajar siswa sehingga dapat meningkatkan proses belajar siswa yang pada akhirnya dapat mendukung hasil belajar/prestasi siswa. Di samping orang tua, pelaku utama pendidikan adalah guru, sehingga seringkali guru dalam paradigma lama berlaku sebagai sumber utama ilmu pengetahuan dan menjadi segalagalanya dalam pengajaran. Guru pada era sekarang bukan satu-satunya sumber pengetahuan karena begitu luas dan cepat akses informasi yang menerpa kita, sehingga tidak mungkin seseorang dapat menguasai begitu luas dan dalamnya ilmu pengetahuan serta perkembangannya. Akan lebih tepat jika guru berlaku sebagai fasilitator bagi para siswanya sehingga siswa memiliki kepandaian dalam memperoleh informasi, belajar memecahkan permasalahan. Dalam sebuah proses pendidikan, guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting, selain komponen lainnya seperti tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, lingkungan, dan evaluasi. Dianggap sebagai komponen yang paling penting karena yang mampu memahami, mendalami, melaksanakan dan akhirnya mencapai tujuan pendidikan adalah guru. Jika guru gagal dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, maka gagalah juga proses pembentukan sumber daya manusia yang berkompeten. Akibatnya
2
seperti apa yang saat ini sedang negara kita rasakan yaitu adanya krisis multidimensional yang oleh sebagian besar pengamat pendidikan mengatakan bahwa gurulah yang paling bertanggung jawab dalam gagalnya pendidikan nasional yang ternyata hanya mampu menghasilkan alumni yang kurang berkualitas. Untuk mewujudkan suatu sistem pendidikan yang berkualitas dibutuhkan guru-guru yang sesungguhnya. Dalam hal ini adalah guru yang berkompeten dalam bidangnya, yang mampu menghasilkan bibit-bibit penerus bangsa yang unggul, yang mampu mengikuti perkembangan jaman dan situasi sosial
seperti
sekarang
serta
mampu
membangun
manusiamanusia
berpendidikan untuk membangun bidang kehidupan lain seperti kesehatan, industri, pertanian dan kebudayaan. Dengan demikian pembangunan di segala bidang akan lebih baik karena ditopang oleh pilar pendidikan yang kuat. Dalam kaitannya dengan masalah rendahnya pembangunan manusia (Human Development Index) atau HDI di Indonesia, aspek mutu pendidikan disebut sebagai salah satu penyebabnya, selain aspek kesehatan dan ekonomi. Sementara itu, rendahnya mutu pendidikan banyak dipengaruhi oleh mutu gurunya. Disparitas mutu guru dewasa ini memang belum dapat dipetakan dengan jelas, berapa orang guru yang telah dapat disebut sebagai guru yang kompeten dalam bidangnya dan berapa orang guru yang dikatakan belum kompeten, demikian sebuah pernyataan yang dikutip dari Suparlan (2005:7). Salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi pedagogi. Dalam kompetensi ini guru dituntut untuk mempunyai
3
kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didiknya sehingga nantinya dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik. Mengingat sangat pentingnya peran guru dalam pendidikan seperti yang telah dijelaskan di atas, sangatlah pantas jika pengakuan dan penghargaan terhadap profesi guru semakin jelas terasa. Hal ini ditandai dengan adanya Undang-undang tentang Guru dan Dosen. Secara legal, guru sebagai seorang pendidik dituntut utuk memiliki sejumlah kompetensi. Dalam Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Pasal 10 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru dinyatakan dengan jelas bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogi, profesional, kepribadian dan sosial. Melihat kondisi saat ini di mana sudah begitu banyak lembaga pendidikan yang menyediakan program keahlian untuk mendidik seseorang menjadi seorang guru, diharapkan mampu menghasilkan lulusan calon guru yang profesional. Pola yang sama juga diterapkan pada sistem pengangkatan guru dimana terdapat serangkaian tes dengan ribuan pelamar yang juga diharapkan dapat mengemban tugas sebagai guru berkompeten. Faktor tersebut memungkinkan adanya figur guru yang profesional karena merupakan lulusan dari lembaga pendidikan khusus dan melalui uji kelayakan yang sistematis. Guru yang secara legal diangkat menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil, tentunya diwajibkan mempunyai kompetensi yang sudah selayaknya
4
dimiliki oleh sosok seorang guru. Terlepas dari apakah dia benar-benar lulusan dari lembaga pendidikan khusus guru atau bukan, seseorang yang sudah menyandang predikat sebagai seorang guru sepantasnya mempunyai jiwa profesionalisme. Tidak berbeda dengan guru-guru yang masih honorer atau wiyata bakti, sosoknya yang sudah dianggap menjadi seorang guru juga sewajarnya mempunyai tingkat profesionalisme sebagai seorang guru karena dia terlibat langsung dalam dunia pendidikan yang menuntut suatu profesionalisme kerja. Sebagai seorang sosok pendidik, guru mempunyai serangkaian tugas yang wajib dilaksanakan dalam usaha menghasilkan lulusan yang produktif. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Jadi jelaslah bahwa tugas yang diemban guru tidaklah mudah karena pendidikan sangat berpusat pada proses bukan semata-mata membuat siswa menjadi pintar dan pandai. Menurut pendapat Peters (1989), yang dikutip dari Isjoni (2006:16) menyatakan bahwa ada tiga tugas guru dan tanggung jawab, yakni guru sebagai pengajar, guru sebagai pembimbing, dan guru sebagai administrator kelas. Dalam kaitan ini guru dituntut memiliki kemampuan seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan. Guru sebagai pembimbing memberikan
5
penekanan
kepada
tugasnya
memberikan
bantuan
dan
solusi
atas
permasalahan yang dihadapi anak didik, sehingga tugas ini lebih popular mendidik. Sedangkan guru sebagai administrator kelas pada hakikatnya merupakan jalinan antara ketatalak-sanaan bidang pelajaran. Untuk menjadi guru yang profesional tentunya mempunyai beberapa kualifikasi yang sudah diatur sesuai standar yang seharusnya. Berdasarkan UU No. 14 tahun 2005 Pasal 8 menyatakan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kemudian Pasal 9 menyatakan kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. Dari standarisasi kualifikasi guru tersebut jelaslah bahwa orang-orang yang memenuhi syarat sebagai guru profesional adalah yang berkompeten melalui pendidikan yang semestinya. Uraian di atas menunjukkan antara peran dan kompetensi sebagai akumulasi kesemuanya bagi seorang guru yang menunjukkan persoalan yang tak habisnya untuk dikemukakan dalam dunia pendidikan. Menurut laporan "Comission on education for the twenty First century” kepada UNESCO tahun 1966 (Surya, 1977) menyatakan bahwa pendidikan yang berkualitas ialah yang ditopang oleh empat pilar, yaitu "Learning to know, learning to do, learning to live together and learning to be (1) Learning to know yang juga berarti learning to learn yaitu, belajar untuk memperoleh pengetahuan dan untuk melakukan pembelajaran selanjutnya, (2) Learning to do, yaitu belajar
6
untuk memiliki kompetensi dasar yang berhubungan dengan situasi dan tim kerja yang berbeda-beda, (3) Learning to live together, yaitu belajar untuk mampu mengapresiasikan dan mengamalkan kondisi saling ketergantungan, keaneka ragaman, saling memahami, dan perdamaian intern dan antar bangsa, (4) Learning to be, yaitu belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki tanggung jawab pribadi, termasuk belajar menyadari dan mewujudkan diri sebagai hamba Allah SWT dengan segala konsekwensinya. Sedangkan tanggung jawab tersebut salah satunya ditentukan oleh proses pendidikan guru yang telah diperolehnya, karena itu untuk meningkatkan kualitas pendidikan, maka hal utama yang perlu mendapat perhatian adalah gurunya. Keberhasilan mengoptimalisasikan potensi yang ada dalam diri manusia apabila pendidikan diusahakan dalam suatu keadaan dan suasana yang mendukung, sarana dan prasarana proses pendidikan berlangsung, subjek pendidikan dan pendamping (murid dan guru) yang bertanggung jawab dan fasilitas
yang
memadai.
menghiraukan salah
Penyelenggaraan
satu komponen
pendidikan
yang
tersebut, dimungkinkan
tidak tingkat
keberhasilannya tidak akan dapat tercapai. Guru adalah penanggung jawab dalam kegiatan proses belajar mengajar di dalam kelas. Seorang guru mempunyai tugas memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik yang mengemban tugas dan tanggung jawab yang berat. Selain itu, gurulah yang secara langsung memberikan kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar yang efektif.
7
Untuk menunjang keberhasilan seorang siswa juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor guru. Maka seorang guru sebagai pendidik formal haruslah mempunyai berbagai macam kemampuan dasar. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pengajaran yaitu kompetensi pedagogi, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial (Hamalik, 1991: 38). Kompetensi pedagogi seorang guru meliputi, antara lain menguasai bahan yang akan disampaikan, karena kalau terjadi ketidakmampuan seorang guru dalam memahami bahan yang akan diajarkan, maka akan berakibat tidak mempunyai seorang guru dalam mendidik dan memberikan informasi, maka untuk menghindari hal yang tidak diinginkan tersebut seperti di atas, seorang guru harus benar-benar menguasai bahan pelajaran. Seorang guru harus terampil dalam mengajar, yang secara umum meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Seandainya dalam evaluasi ternyata kurang baik hasilnya, maka harus dicari penyebabnya apakah dari pihak guru maupun dari pihak siswa. Di samping itu kemampuan guru bukanlah satu-satunya yang mendukung belajar siswa tetapi masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Jadi jelasnya bahwa kompetensi guru dan kompetensi siswa sama-sama mempunyai peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar mengajar. Keberhasilan belajar adalah penguasaan ketrampilan atau pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Umumnya ditunjukkan dengan nilai-nilai test atau angka yang
8
diberikan oleh guru dengan berealisasi pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Guru harus menyadari bahwa yang dinggap baik dan benar saat ini belum tentu baik dan benar di masa datang. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk meningkatkan kemampuan profesinya. Berdasarkan hasil lokakarya pembinaan kurikulum pendidikan keguruan IKIP Bandung, kemampuan profesi seorang guru itu meliputi fisik, mental atau kepribadian, keilmiahan atau pengetahuan dan keterampilan (Hamalik, 1991: 40). Kemampuan seorang untuk merencanakan, mengelola proses belajar mengajar, menilai kemajuan proses belajar mengajar dan menguasai bahan pelajaran merupakan kemampuan yang harus dikuasai seorang guru profesional. Dalam kompetensi sosial, seorang guru dituntut untuk dapat menunjukkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sebagai tanggung jawab profesinya guru harus dapat membina hubungan baik dalam masyarakat. Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat positif sehingga seseorang dapat menuju ke kedewasaan. Perubahan positif tersebut menunjukkan adanya hasil belajar. Prestasi belajar inilah yang menjadi inti dari proses pembelajaran, dimana guru sebagai fasilitatornya. Guru merupakan faktor yang dominan dan penting dalam pendidikan karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri.
9
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak lepas dari rencana pembelajaran yang dibuat. Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru dituntut menyusun perencanaan pembelajaran yang akan dilakukan dalam proses belajar, agar tujuan pembelajaran yang diharapkan guru dapat tercapai. Selain itu, guru dituntut untuk memanfaatkan pengetahuan dan teknologi yang bisa menunjang pembelajaran. Sehingga pada akhirnya guru dapat melaksanakan evaluasi (penilaian) terhadap hasil belajar siswa. Fakta di lapangan, sedikit banyak ditemukan adanya guru-guru yang tidak memiliki interaksi kondusif dan menyenangkan dengan siswa sehingga berdampak pada semakin menjauhnya siswa dari guru tersebut. Persoalan ini menjadi pemicu lahirnya sikap antipati siswa terhadap guru dan menurunnya motivasi siswa dalam belajar khususnya pada mata pelajaran tertentu yang tingkat hubungannya kurang harmonis antara guru dengan siswa. Proses belajar mengajar bertujuan mengembangkan potensi siswa secara optimal, yang memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan bertanggung jawab bagi anggota masyarakat. Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan banyak faktor yang harus dipenuhi serta diperhatikan oleh seorang guru baik secara langsung maupun tidak secara langsung, di antaranya bagaimana menjadi seorang guru yang berdisiplin di dalam mendidik siswa supaya menjadi anak yang baik, bertanggung jawab sekaligus berprestasi. Keberadaan siswa di sekolah tidak pernah lepas dari interaksi guru dengan siswa, bahkan siswa menganggap guru adalah orang tua kedua setelah
10
keluarganya di rumah. Interaksi ini diharapkan merupakan proses motivasi. Maksudnya, pihak pengajar mampu memberikan dan mengembangkan motivasi kepada siswa dalam belajar, sehingga hasilnya mampu membawa perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap dalam arti anak didik yang berprestasi. Untuk mencapai prestasi belajar yang baik diperlukan banyak faktor terutama kemampuan dasar yang dimiliki tiaptiap siswa serta teknik atau metode yang baik. Di samping faktor kemampuan siswa juga terdapat faktor lain yaitu faktor dari seorang guru di antaranya faktor kemampuan guru di dalam membentuk jiwa dan watak anak didik. Salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan pribadi guru itu sendiri. Sehubungan dengan hasil-hasil penelitian, sedikitnya terdapat tujuh indikator yang menunjukkan lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar (teaching), yaitu : (a) Rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, (b) Kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, (c) Rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kelas, (d) Rendahnya motivasi berprestasi, (e) Kurang disiplin, (f) Rendahnya komitmen profesi, (g) Serta rendahnya kemampuan manajemen waktu (Mulyasa, 2007: 9). Kompetensi pedagogi guru merupakan tanggung jawab kepala sekolah dalam hal mikro dan lembaga pendidikan secara makro, termasuk keberhasilan program inservis training, karena tugas ini semestinya dikelola oleh lembaga yang berkompeten dan bertanggung jawab. Guru mempunyai peranan yang sangat strategis dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan
11
nasional, khususnya dalam bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai tenaga profesi yang bermartabat dan profesional. Akan tetapi harus disadari bahwa dalam setiap satuan lembaga pendidikan ada pimpinan sekolah yang kita kenal dengan kepala sekolah, bagaimanapun keberadaan kepala sekolah sebagai educator (pendidik), manager (manajer), administrator, supervisor, leader (pemimpin), invator dan inosivator akan banyak memberi warna dalam sebuah lembaga pendidikan. Hasil yang kurang memuaskan dari setiap evaluasi belajar memungkinkan adanya penurunan motivasi kinerja guru, sehingga akan berpengaruh pada pencapaian visi dan misi sekolah serta fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional yang tertuang dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Mulyasa, 2007: 10). Setiap guru baik itu berstatus pegawai negeri sipil/PNS, wiyata bakti maupun kontrak harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam arti mampu membuat pilihan dan keputusan atas dasar nilai-nilai dan norma-norma tertentu, baik yang bersumber dari dirinya maupun lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai kemampuan bertindak sesuai keputusan moral. Menurut Hamalik (1991:43), guru bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi muda sehingga akan terjadi proses konservasi nilai, bahkan melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru yang mana dalam konteks ini pendidikan berfungsi mencipta, memodifikasi dan mengkonstruksi.
12
Guru harus memiliki komitmen yang kuat untuk mengantarkan siswa pada prestasi belajar yang optimal. Profesi guru baik itu berstatus PNS maupun swasta yang terstatus wiyata bakti maupun kontral dipandang oleh masyarakat merupakan pekerjaan mulia, dalam tataran praktisnya sering memunculkan dilema. Pada satu sisi, seorang guru dihargai secara sosial dengan sebutan pahlawan tanpa tanda jasa yang mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan generasi yang cerdas dan berkualitas, namun pada sisi yang lain pada dirinya memikul beban berat menghidupi diri dan keluarganya. Ditinjau dari segi kesejahteraan guru wiyata bakti gaji yang diterima, terkadang lebih rendah dari hasil yang didapatkan seorang pengamen. Kondisi yang lebih memprihatinkan, apabila mencermati dan mengamati secara seksama pada sosok guru yang bekerja di sekolahsekolah swasta yang belum mampu memberikan kesejahteraan sebagaimana seorang PNS. Berkaitan dengan tanggung jawab, tidak ada perbedaan antara guru negeri dengan guru swasta. Hasil observasi awal dapat dilihat bahwa seorang guru wiyata bakti bekerja sekadar menyampaikan materi pelajaran sampai jam pembelajaran habis. Guru wiyata bakti tidak mempunyai inisiatif mengembangkan diri dalam upaya meningkatkan pencapaian hasil pendidikan. Dalam menyampaikan materi, terkesan monoton dan tidak mempunyai persiapan mengajar yang memadai. Akibatnya, nasib anak didik yang mengharap bantuan dari guru untuk mengembangkan potensi dirinya tidak akan tercapai, prestasi yang diraihpun tidak maksimal. Meskipun demikian, masih ada guru wiyata bakti yang memiliki tanggungjawab lebih
13
dibandingkan guru PNS. Guru wiyata bakti memiliki kompetensi yang memadai. Dalam pasal 3 ayat 4 PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, dinyatakan bahwa kompetensi pedagogi merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik ditandai dengan pemahaman wawasan atau
landasan
pengembangan
kependidikan, kurikulum
pemahaman
terhadap
silabus,
perancangan
atau
peserta
didik,
pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya dan kemampuan masing-masing. Kompetensi pedagogi guru wiyata bakti diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti akan melakukan penelitian tentang pemanfaatan teknologi pembelajaran dengan judul: HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGI GURU WIYATA BAKTI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MTs. YAKTI TEGALREJO, KECAMATAN TEGALREJO, KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013. B. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah secara definitif masalah yang penulis teliti dapat dirumuskan, sebagai berikut : 1. Bagaimana variasi tingkat kompetensi pedagogi guru wiyata bakti di MTs Yakti Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013? 2. Bagaimana variasi tingkat prestasi belajar di MTs Yakti Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013? 14
3. Apakah ada hubungan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa di MTs Yakti Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013? C. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan atau aktifitas pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai untuk memberi arah pada penelitian supaya dapat berjalan lancar. Tujuan penelitian merupakan target yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian. Sesuai dengan pokok permasalahan tersebut, maka peneliti ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui variasi kompetensi pedagogi guru wiyata bakti di MTs Yakti Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013. 2. Mengetahui variasi prestasi belajar di MTs Yakti Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013 3. Mengetahui hubungan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa di MTs Yakti Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013. D. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang ada tidaknya pengaruh konsistensi wiyata bakti guru terhadap kualitas pembelajaran siswa. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun secara teoritik, yaitu : 1. Secara Praktis, Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan dan peningkatan kualitas pengajaran pada umumnya yang diperoleh dari penelitian.
15
2. Secara Teoritik a. Bagi Siswa Diharapkan dapat menjadi acuan dan dorongan kepada siswa dalam meningkatkan prestasi belajar di dalam kegiatan belajar mengajar b. Guru Wiyata Bakti Untuk meningkatkan kompetensi pedagogi sebagai kompetensi yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. c. Bagi Lembaga Dapat
memperoleh
pemahaman
tentang
arti
pentingnya
kompetensi pedagogi guru wiyata bakti untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. E. Penegasan Istilah Menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian. Istilah yang perlu penjelasan sebagai berikut : 1. Kompetensi Pedagogi Menurut Pasal 3 ayat 4 PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
16
Ruang lingkup/indikator dari variabel di atas peneliti batasi pada hal-hal, sebagai berikut : (http://www.google.com/kompetensi pedagogi/html/040414/09.45) a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan b. Pemahaman terhadap peserta didik c. Pengembangan kurikulum atau silabus d. Perancangan pembelajaran e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran g. Evaluasi hasil belajar h. Pengembangan peserta didik untuk dimilikinya berbagai potensi yang mengaktualisasikan 2. Prestasi Belajar Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai dalam arti dilakukan, dikerjakan dan sebagainya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002:895). Prestasi berarti hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan (Poerwadarminta, 1991:778). Sedangkan pengertian prestasi belajar sebagaimana yang tercantum dam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002: 895). Berdasarkan
17
definisi tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah keterampilan dan pengusaan mata pelajaran yang di nilai (secara formatif maupun sumatif) dengan angka (raport) sebagai perwujudan yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar. F. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Jadi hipotesis merupakan pendapat yang masih lemah dan perlu dibuktikan kebenarannya. Hipotesis berasal dari penggalan dua kalimat hype artinya "di bawah" dan tesa yang artinya "kebenaran" (Arikunto, 1991: 62). Maka di sini merumuskan hipotesa, sebagai berikut : “Ada hubungan positif dan signifikan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa di MTs. Yakti Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2013”. G. Metode Penelitian Untuk mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas dari proses penelitian ini, maka penulis kemukakan terlebih dahulu subjek yang hendak digunakan. 1. Populasi dan Sampel Populasi
adalah
keseluruhan
subjek
penelitian
(Arikunto,
1991:102). Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti (Arikunto, 1991:104). Arikunto (1991:107) mengatakan bahwa untuk mengambil sampel yang apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua
18
dan apabila subjeknya lebih besar dapat diambil antara 10% - 15 % atau 20 % - 25 %. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas VII, VIII dan IX tahun pelajaran 2013 yang berjumlah 448. Melalui penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 10% dari populasi yaitu 45 siswa. Adapun pengambilan sampelnya dilakukan secara acak (random sampling). 2. Metode pengumpulan data a. Metode Angket Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1991:124). Metode ini peneliti gunakan untuk mengetahui kompetensi pedagogi guru wiyata bakti, angket diberikan kepada siswa yang mewakili dari jumlah keseluruhan. Menurut teori iikert, angket yang digunakan dengan alternatif pilihan jawaban selalu (S), sering (SR), kadang-kadang (K), tidak pernah (TP) dan skor dari masing-masing jawaban 4, 3, 2, 1. b. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan yang dapat dilihat secara langsung yang meliputi catatan, prasasti, notlen serta agenda (Hadi, 1995: 236). Metode dokumentasi dalam penelitian ini untuk memperoleh data-data tentang sekolah, meliputi daftar guru dan siswa, nilai raport siswa, kompetensi dari masing-masing guru pada setiap mata pelajaran, dan lain-lain.
19
3. Analisis Data Dari data yang masih bersifat kualitatif, maka penelitian menggunakan analisis data statistik
dengan langkah-langkah sebagai
berikut : a. Analisis pendahuluan Analisis ini digunakan tabel-tabel distribusi frekuensi untuk setiap variabel. Dengan menggunakan rumus : P=
F × 100 % N
Keterangan P = persentase F = Frekuensi N = Jumlah responden (Sudijono, 2000:40) b. Analisis uji hipotensi Analisis ini untuk menguji hipotesis dengan menggunakan cara mengadaan perhitungan lebih lanjut melalui tabel-tabel distribusi dari analisis pendahuluan dengan menggunakan rumus product moment (Arikunto, 1991:236).
rxy =
{NΣx
NΣxy − (Σx )(Σy ) 2
− (Σx )
2
}{NΣy
2
− (Σy )
2
}
Keterangan : rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y xy = Produk dari variabel x dan y x = Kompetensi pedagogi guru wiyata bakti y = Nilai raport N = Jumlah sampel yang diteliti
Σ = Jumlah/sigma
20
c. Analisis lanjutan Analisis ini merupakan jawaban di terima ataupun tidaknya hipotesis yang diajukan.
H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, penegasan istilah, hipotesis penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Kajian pustaka disini menguraikan kajian tentang kompetensi pedagogi guru, guru berstatus wiyata bakti, prestasi belajar.
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN Laporan hasil penelitian menguraikan tentang gambaran umum objek penelitian, pelaksanaan pendidikan agama Islam di MTs. Yakti Tegalrejo, pelaksanaan evaluasi pendidikan dan penyajian data.
BAB IV
ANALISA DATA Analisa data berisi mengenai analisis pendahuluan, analisis uji hipotesis dan analisis lanjutan berdasarkan data hasil penelitian berdasarkan tujuan penelitian
BAB V
PENUTUP Dalam
bab
ini
penulis
menyampaikan
kesimpulan dan beberapa saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN
21
tentang
beberapa
BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Paedagodik Guru 1. Guru a. Pengertian Pada pasal 1 angka 1 UU RI No. 14 Tahun 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Kementerian Pendidikan Nasional, 2005:1). Berikut ini dikemukakan pendapat para ahli mengenai pengertian guru, sebagai berikut: 1) Menurut Sardiman Guru adalah tenaga profesional di bidang pendidikan yang memiliki tugas mengajar, mendidik dan membimbing anak agar menjadi manusia yang berpribadi (Sardiman, 1998: 148). 2) Abbudin Nata Guru
adalah
orang
yang
kerjanya
mengajar
atau
memberikan pelajaran di sekolah / kelas. Lebih luas lagi ia mengatakan guru berarti orang yang bekerja di bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing (Nata, 1997: 62).
22
Berdasarkan para pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa guru adalah seseorang yang bertugas mendidik, mengarahkan mendidik, bertanggung jawab dan berusaha mengarahkan kemampuan yang dimiliki anak serta potensi yang dimilikinya, sehingga tercipta manusia yang berkualitas dan berakhlak mulia. Jadi yang dimaksud dengan kompetensi guru adalah kecakapan, kemampuan, pengalaman dan ketrampilan yang dimiliki seseorang yang bertugas mendidik, membimbing
dan mengarahkan
anak didik agar mempunyai
kepribadian agung dan berakhlak mulia. Sedangkan menurut penulis yang dimaksud dengan guru wiyata bakti adalah tenaga honorer yang berprofesi sebagai pengajar baik dalam sekolah negeri maupun swasta.
b. Persyaratan Menjadi Guru Tugas guru (sebagai pendidik karena jabatan) adalah berat, maka sebagai pendidik karena jabatan ini harus melakukan persiapanpersiapan yang cukup, harus diperiksa apakah sungguh-sungguh berkaitan atau tidak. Keadaan jasmani harus sehat pula, harus pandai menggunakan bahasa yang sopan, harus mempunyai kepribadian yang baik dan kuat. Sebagai pendidik harus disenangi dan disegani oleh anak didiknya. Jangan sampai anak didik menjadi takut kepadanya atau terlalu berani, emosinya harus stabil, sebab nanti akan menghadapi berbagai macam anak didik. Menurut pendapat Surahmad (1984:63), kriteria guru yang baik adalah bersifat ramah dan bersedia memahami setiap orang, bersifat sabar dan suka membantu, memberi perasaan tenang, adil dan
23
tidak memihak, cerdas dan mempunyai minat yang berbagai ragam, memiliki rasa humor dan kesegaran pergaulan, memperlihatkan tingkah laku dan lahiriah yang menarik. Guru sebagai jabatan profesional memerlukan keahlian khusus, karena sebagai profesi, guru harus memiliki syarat-syarat profesional. syarat profesional itu memiliki fisik, mental, psikis, intelaktual dan moral. Adapun persyaratan fisik, maksudnya seorang guru harus sehat jasmaninya (sempurna fisiknya), tidak mempunyai penyakit yang menular lainnya seperti lemah tangan kanannya, (tidak dapat berfungsi sebagaimana mesetinya), kaki pincang, mata buta dan menderita penyakit kusta. Persyaratan mental, seorang guru harus memiliki sikap mental yang baik dan positif terhadap profesinya pribadi, mencintai, mengabdi serta memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap tugas kewajiban serta jabatannya. Seorang guru harus menjadikan profesinya sebagai war of life sehingga mampu mendahulukan tugas daripada kepentingan pribadinya. Persyaratan psikis, artinya guru harus sehat jiwa (rohaninya). Artinya seorang guru tidak mengidap penyakit jiwa/gangguan jiwa/penyakit syaraf lainnya, sehingga ia tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik. Persyaratan intelektual, maksudnya seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, ketrampilan yang tinggi, pengalaman dan wawasan yang memadai, baik yang diperoleh dari lembaga pendidikan di mana ia sekolah atau di mana ia mengajar. Persyaratan moral, seorang guru harus susila tingkah lakunya, harus jujur dan adil. Segala sesuatu yang dilakukan 24
guru akan sangat berkesan kepada siswanya. Oleh karena itu kepribadiannya harus mencerminkan dan mengamalkan akhlak mulia, budi pekerti yang luhur, perkataan dapat dipercaya, sehingga segala tingkah lakunya dapat dijadikan sebagai teladan bagi siswanya. Persyaratan tersebut harus dimiliki seorang guru dalam pergaulan dengan siswa, sesama guru dan masyarakat di mana ia berada, guna mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Di samping persyaratan di atas, guru dituntut untuk memenuhi syarat lain, seperti apa yang dikemukakan oleh Sardiman, yaitu: Persyaratan administratif, antara lain meliputi : soal kewarganegaraan (warga negara Indonesia), umur (sekurangkurangnya 18 tahun), berkelakuan baik dan mengajukan permohonan. 2) Persyaratan teknis, meliputi : berijazah pendidikan guru, menguasai cara dan teknik mengajar, trampil mendesain program pelajaran serta memiliki motivasi dan cita-cita untuk memajukan pendidikan. 3) Persyaratan psikis, meliputi ; sehat rohani, dewasa dalam berfikir, dan bertindak, mampu mengendalikan diri, sabar, ramah dan sopan, mempunyai jiwa kepeimpinan, konsekuen, berani berkorban dan memiliki jiwa pengabdian demi mendidik anak. 4) Persyaratan fisik, mencakup ; berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh yang mengganggu pekerjaannya, tidak memiliki gejalagejala penyakit menular, rapi, bersih, termasuk bagaimana berpakaian (Sardiman, 1998: 124-125).
1)
Berdasarkan pendapat tersebut di atas tentang persyaratan menjadi guru menunjukkan bahwa betapa guru memiliki sifat yang khusus dibandingkan dengan tugas atau pekerjaan yang lain. Lebihlebih bila dikaitkan dengan profesi keguruannya. Pada hakekatnya persyaratan tersebut dapat dikelompokkan kepada spektrum yang lebih luas keilmuannya sebagai guru. Kedua harus memiliki intelektual yang tinggi. Ketiga bermoral baik dan beriman. Keempat, 25
mempunyai sifat edukasi dan sosial yang luas. Baik fungsinya sebagai guru di sekolah mampu sebagai pendidik di masyarakat. Salah satu sisi yang harus diperhatikan guru dalam rangka peningkatan kualitas mengajar, di samping memenuhi persyaratan tersebut di atas ialah menciptakan suasana lingkungan belajar yang menyenangkan. Mengajar yang berwawasan lingkungan sangat penting dalam usaha meningkatkan mutu belajar mengajar. Guru bukan hanya semata-mata seorang yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan atau mata pelajaran di sekolah saja akan tetapi lebih dari itu. Ia adalah orang yang dapat mengetahui bagaimana tepatnya memberikan pelajaran kepada anak didik sesuai dengan tempo perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan jiwa kepribadiannya.
c. Fungsi dan Tugas Guru Dalam hal ini fungsi dan tugas guru entah itu berstatus PNS atau wiyata bakti tidak dibedakan. Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan fungsi dan tugas dari guru. Adapan tugas guru dapat diklasifikasikan, sebagai berikut: 1) Guru sebagai Fasilitator (Mulyasa, 2008: 55-56) Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan bernai mengemukakan pendapat secara terbuka merupakan modal
26
dasar bagi peserta didik untuk tumbuh danberkembang menjadi manusia
yang
siap
beradaptasi,
menghadapi
berbagai
kemungkinan dan memasuki era globalisasi yang penuh berbagai tantangan. Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki 7 (tujuh) sikap seperti yang diidentifikasikan Rogers (dalam bahasa Indonesia oleh Knowles, 1984), sebagai berikut: a) Tidak
berlebihan
mempertahankan
pendapat
dan
keyakinannya, atau kurang terbuka. b) Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang apresiasi dan perasannya. c) Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan yang sulit sekalipun. d) Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya dalam bahan pembelajaran. e) Dapat menerima balikan (fead back), baik yang sifatnya positif atau negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya. f) Toleransi terhadap peserta didik selama dalam proses pembelajaran. g) Menghargai prestasi peserta didik, meskipun mereka sudah mengetahui prestasi yang dicapainya.
27
2) Guru sebagai Motivator (Mulyasa, 2008: 57) Sebagai motivator, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar, dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : a) Peserta didik akan bekerja keras kalau memiliki minat dan perhatian terhadap pekerjannya. b) Memberikan tugas yang jelas dan dapat dimengerti. c) Memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi peserta didik. d) Menggunakan hadiah dan hukum secara efektif dan tepat guna. e) Memberikan penilaian dengan adil dan transparan. 3) Guru sebagai Pemacu (Mulyasa, 2008: 63) Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik agar dapat mengebangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus
kreatif,
profesional,
dan
menyenangkan
dengan
memposisikan diri sebagai berikut : a) Orang tua penuh kasih sayang kepada peserta didiknya. b) Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik. c) Fasilitator yang selalu siap memberi kemudahan dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
28
d) Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya. e) Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab. f) Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (bersilaturrahmi). g) Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya. h) Mengembangkan kreatifitas. i) Menjadi pembantu ketika diperlukan. 4) Guru sebagai Pemberi Inspirasi (Mulyasa, 2008: 67) Sebagai pemberi inspirasi belajar, guru harus mampu memerankan diri dan memberikan inspirasi bagi peserta didik, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan dan ide-ide baru. Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar mengajar. Sebaliknya, iklim belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan.
2. Kompetensi Guru a. Pengertian Pengertian kompetensi secara bahasa adalah kecakapan, kemampuan atau wewenang (Echols dan Shadly, 1987: 1322). Atau kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu 29
(Poerwadarminta, 1991: 965). Pengertian kompetensi secara istilah ialah sesuatu yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kualitatif maupun kuantitatif (Usman, 1990: 1). Berdasarkan hal diatas, pengertian kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan, kecakapan, pengalaman dan ketrampilan seseorang dengan tugas, jabatan dan profesinya. Dalam pasal 1 angka 10 UU RI No. 14 Tahun 2005 dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
b. Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah proses pencapaian tingkat minimal kompetensi standar yang dipersyaratkan oleh suatu profesi. Standar kompetensi lebih menekankan pada pemberian kompetensi minimal yang dipersyaratkan untuk melakukan unjuk kerja yang efektif di tempat tugas kependidikan (Mulyasa, 2008: 32). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 tentang guru, dinyatakan bahwasanya kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung. Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
30
(UUSPN) dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), mewajibkan guru memiliki kualifikasi akademik, kompetesi, dan sertifikat pendidik. Kualifikasi akademik
guru
pada
semua
jenis
dan
jenjang
pendidikan
diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat (S1/D-IV). Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam UUGD Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan baik kualifikasi akademik maupun kompetensi. Kompetensi itu bersifat kognitif, maupun performance (perbuatan). Yang pertama berupa pengertian dan pengetahuan. Yang kedua berupa sikap dan nilai, sedang yang ketiga berupa perubahanperubahan yang mencerminkan pemahaman, ketrampilan dan sikap. Kompetensi yang harus dikuasai oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional antara lain: (Direktorat Profesi Pendidik Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 5-9) 1) Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik, meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar
serta
pengembangan
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, sebagai berikut: (Mulyasa, 2008: 75)
31
a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan yang diakreditasi pemerintah. b) Pemahaman terhadap peserta didik. Guru
memiliki
pemahaman
akan
psikologi
perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat. Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogi yang harus dimiliki guru. Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu :
32
1) Tingkat Kecerdasan Ada 3 tingkatan kecerdasan bagi peserta didik, antara lain: (a) Tingkat terendah adalah mereka yang memiliki IQ antara 0-50, mereka tergolong tak dapat dididik atau dilatih. (b) Tingkat menengah adalah mereka yang memiliki IQ antara 50-70 dan dikenal dengan golongan moron, yaitu keterbatasan atau keterlambatan mental. (c) Tingkat atas adalah mereka yang memiliki IQ
antara
90-110, mereka biasa belajar secara normal, cepat mengerti, dan superior. 2) Kreativitas Kreatifitas dikembangkan dengan penciptaan proses pembelajaran
yang
memungkinkan
peserta
didik
mengembangkan kreativitasnya. Secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi yang baik, yang memungkinkan setiap peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya, antara lain dengan
teknik
mensponsori
kerja
kelompok
pelaksanaan
kecil,
proyek.
penugasan
Kreativitas
dan dapat
dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri dan pengawasan yang tidak terlalu ketat. 3) Kondisi Fisik Berkaitan
dengan
penglihatan,
pendengaran,
kemampuan berbicara, pincang, dan lumpuh karena kerusakan
33
otak. Terhadap peserta didik yang memiliki kelainan fisik diperlukan sikap dan layanan yang berbeda dalam rangka membantu perkembangan pribadi mereka. Omstein dan Levine dalam Mulyasa (2006) membuat pernyataan sebagai berikut: (a) Orang
yang
kebebasan
mengalami
dan
hambatan,
pendidikan
yang
harus
diberikan
cocok
sehingga
penilaiannya harus adil dan menyeluruh. (b) Orang tua/wali mereka harus adil dan boleh memprotes keputusan yang dibuat Kepala Sekolah. (c) Rencana pendidikan individual, meliputi : pendidikan jangka panjang dan jangka pendek harus diberikan, meninjau kembali tujuan dan metode yang dipilih layanan pendidikan. (d) Pertumbuhan dan perkembangan kognitif Pertumbuhan dan perkembangan diklasifikasikan atas kognitif, psikologis dan fisik. c) Pengembangan Kurikulum/silabus. Guru
memiliki
kemampuan
mengembangkan
kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi
spesifik
lingkunngan
sekolah.
Langkah-langkah
pengembangan kurikulum sangat dipengaruhi oleh empat langkah Tyler. Keempat langkah tersebut adalah : (a) Merumuskan tujuan pendidikan (b) Menyusun pengalaman belajar (c) Mengelola pengalaman belajar 34
(d) Menilai pembelajaran (Yulaelawati, 2004: 27). Silabus merupakan produk utama dari pengembangan kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang harus memiliki keterkaitan dengan produk pengembangan kurikulum lainnya, yaitu proses pembelajaran. Silabus merupakan kurikulum ideal (ideal/potential curriculum), sedangkan proses pembelajaran merupakan kurikulum aktual (actual/real curriculum). Silabus merupakan istilah lain dari Pola Dasar Kegiatan Belajar Mengajar
(PDKBM)
atau
Garis-garis
Besar
Program
Pembelajaran (GBPP). Dalam silabus tersebut termuat komponen-komponen minimal dari kurikulum secara tertulis. Pengembangan silabus diharapkan dapat memenuhi prinsipprinsip sebagai berikut. (a) Ilmiah, dalam arti bahwa penetapan isi silabus harus memenuhi kebenaran ilmiah dan teruji kesahihannya jika memungkinkan perlu melibatkan ahli mata pelajaran. (b) Memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa dalam penetapan cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian isi/materi dalam silabus. (c) Sistematis, dalam arti bahwa komponen-komponen yang terdapat dalam silabus merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan. (d) Konsisten, misalnya antara kompetensi yang diharapkan dicapai dengan penetapan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa.
35
(e) Adekuat, dalam arti bahwa cakupan/ruang lingkup materi yang dipelajari siswa cukup memadai untuk menunjang tercapainya penguasaan suatu kompetensi (Anitah, 2008: 12.9 -12.10). d) Perancangan Pembelajaran. Guru dapat merencanakan sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada. Semua keaktifan pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara
strategis,
termasuk
antisipasi
masalah
yang
kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan. Rencana pembelajaran adalah satuan atau unit program pembelajaran terkecil untuk jangka waktu mingguan atau harian yang berisi rencana penyampaian suatu pokok atau satuan bahasan tertentu dalam satu mata pelajaran. Isi dan alokasi waktu untuk setiap rencana pembelajaran tergantung kepada luas dan sempitnya pokok/satuan bahasan yang dicakupnya. Komponen-komponen rencana/satuan pembelajaran ini lebih terperinci dan lebih spesifik dibandingkan dengan komponen-komponen
dalam
silabus.
Bentuk
rencana
pembelajaran yang dikembangkan pada berbagai daerah atau sekolah mungkin berbeda-beda, tetapi isi dan prinsipnya harus sama.
Unsur-unsur
pokok
yang
terkandung
rencana/satuan pembelajaran meliputi berikut ini .
36
dalam
(a) Identitas mata pelajaran (Nama mata pelajaran, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan). (b) Kompetensi dasar dan indikator-indikator yang hendak dicapai. (c) Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator. (d) Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinterksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator). (e) Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. (f) Penilaian dan tindak lanjut/prosedur dan instrument yang akan digunakan menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian(Anitah, 2008:12). e) Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis. Guru dapat menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi
anak
untuk
dapat
mengeksplor
potensi
dan
kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat membantu dalam
37
melaksanakan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, yaitu : (a) Belajar Kolaboratif (collaborative learning) Belajar kolaboratif melainkan sekedar bekerja sama antarsiswa dalam suatu kelompok biasa, tidak suatu kegiatan belajar dikatakan kolaboratif apabila dua orang atau lebih bekerja sama, memecahkan masalah bersama untuk mencapai tujuan tertentu. (b) Belajar Kuantum (quantum learning) Model belajar ini muncul untuk menanggulangi masalah yang paling sukar di sekolah, yaitu “kebosanan”. Istilah Kuantum secara harfiah berarti “kualitas sesuatu”, mekanis (yang berkenaan dengan gerak). Kuantum mekanis merupakan suatu studi tentang gerakan-gerakan partikelpartikel subatomic (Shelton, 1999). Quantum Learning merupakan seperangkat metode dan falsafah belajar. Quantum Learning berakar dari upaya Lozanov dengan eksperimennya tentang suggestopedia (penalaran dengan memberikan gambaran nyata). Prinsipnya bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif, antara lain: medudukkan siswa secara nyaman, memasang musik latar didalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster untuk memberikan kesan 38
besar sambil menunjukkan informasi, menyediakan guruguru yang terlatih dalam seni pembelajaran sugesti. (c) Belajar Kooperatif (Cooperative Learning) Belajar
kooperatif
adalah
pembelajaran
yang
menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain. Idenya sangat sederhana, anggota kelas diorganisasikan ke dalam kelompokkelompok kecil setelah menerima pembelajaran dari guru. Kemudian para siswa itu mengerjakan tugas sampai semua anggota kelompok berhasil memahaminya. (d) Belajar Tematik Belajar tematik didefinisikan sebagai suatu kegiatan belajar yang dirancang sekitar ide pokok (tema), dan melibatkan beberapa bidang studi (mata pelajaran) yang berkaitan dengan tema. Pendekatan ini dilakukan oleh guru dalam usahanya untuk menciptakan konteks dalam berbagai jenis pengembangan yang terjadi sehingga apa yang dipelajari atau dibahas disajikan secara utuh dan menyeluruh, bukan bagian-bagian dari satu konsep yang utuh. Pappas (1995) mengatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang digunakan guru untuk
mendorong
partisipasi
aktif
pebelajar
dalam
kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada suatu topik yang
39
disukai pebelajar dan dipilih untuk belajar (Sri Anitah, 2008: 3.5 -3.10). (e) Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
dan
Penggunaan
teknologi
pembelajaran
(e-learning)
dalam
pendidikan
dimaksudkan
untuk
memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Disamping itu, guru juga dituntut luntuk memiliki kemampuan menggunakan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem yaitu jaringan komputer. Fasilitas pendidikan pada umumnya mencakup sumber belajar, sarana dan pra sarana penunjang lainnya sehingga peningkatan fasilitas pendidikan harus ditekankan pada peningkatan perkembangan teknologi pendidikan. Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru harus bisa menggunakan teknologi sebagai media sebagai pendukung bahan belajar dan mengadministrasikan sebagai teknologi informasi. Selain itu, penggunaan teknologi akan melatih atau membiasakan peserta didik berinteraksi dengan menggunakan teknologi. (f) Evaluasi hasil belajar. Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan
40
penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat. Evaluasi merupakan bagian integral dari proses pendidikan, karena dalam proses pendidikan guru perlu mengetahui
seberapa
jauh
proses
pendidikan
telah
mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Evaluasi merupakan proses pengumpulan informasi dan memanfaatkannya sebagai penimbang dalam pengambilan keputusan. Evaluasi menurut tujuannya dapat dibedakan menjadi evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif bertujuan mengetahui hasil belajar siswa dalam rangka mencari balikan untuk perbaikan proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi sumatif bertujuan mengetahui hasil belajar siswa dalam rangka menentukan perkembangan hasil belajar selama proses pembelajaran tertentu. Hasil evaluasi yang demikian itu dapat difungsikan untuk seleksi, kenaikan kelas, penempatan dan diagnostic/pengembangan. Sasaran evaluasi hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif, psikomotor (Darsono, 2000: 105-110). (g) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali 41
potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki, seperti kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Mulyasa (2006), secara pedagogik kompetensi guru-guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini penting karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh sebagian masyarakat, dinilai kering dari aspek pedagodik, dan sekolah nampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil karena tidak mempunyai dunianya sendiri (http://dewigusti..blogspot.com/2007/10). Guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai dalam mengelola pembelajaran. Secara operasional kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, sebagai berikut: a) Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, dan kompetensi, serta
memperkirakan
cara
pencapaiannya.
Perencanaan
merupakan fungsi sentral dari manajemen pembelajaran dan harus berorientasi kemasa depan. Guru sebagai manajer pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola berbagai sumber. b) Pelaksanaan adalah proses yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan. c) Pengendalian atau evaluasi bertujuan untuk menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan. Guru diharapkan membimbing dan mengarahkan
42
pengembangan kurikulum dan pembelajaran secara efektif, serta
memerlukan
pengawasan
dalam
pelaksanaannya.
(http://dewigusti..blogspot.com/2007/10). Guru merupakan seorang manajer dalam pembelajaran, yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian perubahan atau perbaikan program pembelajaran. Menurut Pasal 28 PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud pendidik adalah “agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, salah satu kemampuan tersebut adalah kemampuan pedagogik. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya”. 2) Kompetensi Personal (Kepribadian) Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci sub kompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : a) Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial. b) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial. c) Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial.
43
d) Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial. e) Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial. Adapun macam-macam kompetensi personal ini menurut Wijaya (1990: 12-30), antara lain: peka terhadap perubahan dan pembaharuan; berpikir alternatif; kemantapan dan integritas; adil, jujur dan objektif; disiplin dalam melaksanakan tugas; ulet dan tekun bekerja; berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaikbaiknya; simpatik, menarik, luwes dan bijaksana; bersifat terbuka; kreatif dan berwibawa. 3) Kompetensi Profesional Kompetensi
profesional
adalah
kemampuan
dalam
penguasaan akademik atau mata pelajaran yang diajurkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarkan sekaligus, sehingga guru itu memiliki wibawa akademis (Sahertian dan Ida Alaida Sahertian, 1990: 6). Ruang lingkup kompetensi profesional, antara lain: a) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial. b) Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian serta kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi. 4) Kompetensi Sosial Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
44
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki sub kompetensi, sebagai berikut : a) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial yakni berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. b) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. c) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Pengembangan keempat standar kompetensi guru didasarkan pada : (1) Landasan konseptual, landasan teoritik, dan peraturan perundangan yang berlaku; (2) Landasan empirik dan fenomena pendidikan yang ada, kondisi, strategi, dan hasil di lapangan serta stake holder; (3) Jabaran tugas dan fungsi guru : merancang, melaksanakan, dan menilai pembelajaran serta mengembangkan pribadi peserta didik; (4) Jabaran indikator kompetensi : rumpun kompetensi, butir kompetensi, dan indikator kompetensi dan (5) Pengalaman belajar dan asesmen sebagai tagihan konkret yang dapat diukur dan diamati untuk setiap indikator kompetensi (Mulyasa, 2007: 26).
3. Kompetensi Guru Wiyata Bhakti a. Pengertian Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke dan Stone (1995) mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai...
45
descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to be entirely... yang artinya kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Sementara Charles (1994) mengemukakan competency as rational performance which satisfactorily meets the objective for a desired condition, maksudnya kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan (Mulyasa, 2008: 25). Berdasarkan uraian di atas nampak kompetensi mengacu pada kemampuan
melaksanakan
sesuatu
yang
diperoleh
melalui
pendidikan, kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Kompetensi guru lebih bersifat personal dan komplek serta merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, ketrampilan sikap dan nilai yang dimiliki seorang guru yang terkait dengan profesinya. Guru Wiyata Bakti Guru wiyata bakti atau dengan kata lain biasa disebut sebagai guru tidak tetap merupakan salah satu tenaga pendidik di suatu sekolah. Menurut Suyanto dan MS. Abbas (2004: 128) menyatakan bahwa guru tidak tetap adalah guru yang diangkat 46
untuk mencukupi kebutuhan guru baik di sekolah negeri maupun swasta. Jadi guru tidak tetap diangkat atas kewenangan pihak sekolah karena kurangnya kebutuhan tenaga pendidik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tugas guru tidak tetap atau wiyata bakti tidak jauh berbeda dengan guru berstatus lain yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menyusun administrasi. Guru wiyata bakti atau GTT (Guru Tidak Tetap) merupakan tenaga pendidik yang diangkat oleh pihak sekolah untuk guru yang: 1) Diangkat berdasarkan kebutuhan pada satuan pendidikan (sekolah) dengan disetujui kepala sekolah. 2) Kewenangan bertumpu
kepada
kepala
sekolah,
baik
pengangkatan
juga
pemberhentian. 3) Menandatangani kontak kerja selama jangka waktu tertentu, setahun atau lebih sesuai dengan kebutuhan sekolah.
b. Tujuan Guru Wiyata Bakti Menjadi tenaga pendidik, seseorang harus benar-benar mempunyai kualitas keilmuan pendidikan dan keguruan yang memadai guna menunjang tugas profesinya. Di samping itu seorang guru haruslah mempunyai kepribadian yang benar-benar mantap, yang fungsinya
membina
kepribadian
dan
intelektual
anak
didik.
Sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya surat Al-Azhab ayat 21 : (Yunus,1989: 379)
ٌﺔﻨﺴ ﺣﺓﻮﻮﻝِ ﺍﻟﻠﱠﻪِﺃُﺳﺳﻓِﻲ ﺭﻟَﻜُﻢﻛَﺎﻥﻟَﻘَﺪ Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.
47
Adapun yang menjadi tujuan kompetensi guru adalah sebagai berikut: 1) Guru harus memiliki kemampuan pribadi, maksudnya guru diharapkan mempunyai pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan sikap sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif. 2) Guru harus menjadi inofator, yaitu sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. 3) Guru mampu menjadi developer, yaitu guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya (Sardiman, 1998:133-134). Manfaat kompetensi guru antara lain: 1) Kompetesi guru dalam hubungannya dengan kegiatan dan hasil belajar siswa. Proses belajar dan hasil belajar siswa, bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru dalam mengajar dan membimbing mereka (Hamalik, 1991: 40). 2) Kepribadian guru yang baik akan menentukan dirinya menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, sebaliknya akan menjadi penghancur atau perusak bagi anak didiknya, terutama bagi anak didik yang masih kecil dan mereka yang sedang mengalami stress.
48
3) Kompetensi penting dalam hubungannya dengan masyarakat. Hubungan baik guru dan masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran di sekolah. 4) Seorang guru dapat mengisi bahan yang akan disampaikan karena kalau seorang guru tidak dapat menguasai bahan yang akan disampaikan, maka tidak akan mungkin dapat dan mendidik dengan hasil yang baik. Apabila kita cermati guru wiyata bakti tidak ada tuntutan dalam penguasaan secara tertulis (kompetensi yang wajib dimiliki), sehingga tingkat profesionalitas termasuk dalam cadet teacher dan special teacher. Sedangkan tugas keguruannya berdasarkan kebutuhan sekolah, tidak ada aturan yang mengikat tentang hak dan kewajiban.
B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar.
a. Prestasi Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002: 895). Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha (Arifin, 2001:2-3).
49
b. Belajar Batasan belajar adalah bermacam-macam sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Poerwadarminta (1984:108) "Belajar yaitu berusaha atau berlatih dan sebagainya supaya mendapatkan suatu kepandaian". Pengertian belajar menurut Morgan (1961:12) adalah "Learning is any relatively permanent change in behaviour which occurs is a result of practive or experience". Menurut Sumadi Suryabrata (1969:8), belajar merupakan suatu perubahan yang dikarenakan adanya suatu kecakapan baru dan dilakukan dengan usaha yang disengaja. Sedangkan menurut Slameto (2003: 2), pengertian belajar dapat didefinisikan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari pendapat-pendapat para ahli di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pengertian belajar adalah suatu usaha dengan sengaja, kontinyu dan sadar serta aktif dilakukan oleh individu yang berupa jasmani maupun rohani sehingga mendapat pengetahuan, ketrampilan, kecakapan atau tingkah laku yang baru. Prinsip belajar dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individu. Adapun prinsipprinsip belajar itu sebagai berikut: (Roestiyah, 1986:159-160) 1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
50
2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. 3) Belajar harus tidak menimbulkan reinforcement dan inovasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. 4) Belajar itu prose kontinu, maka ia harus tahap demi tahap menurut perkembangannya. 5) Belajar adalah proses intruksional yang harus dicapai 6) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga anak dapat belajar dengan tenang 7) Belajar perlu lingkungan yang matang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya dan belajar dengan efektif 8) Belajar perlu ada interaksi anak dengan lingkungan 9) Belajar adalah kontinuitas 10) Repitisi dalam proses belajar mengajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian itu mendalam pada anak. Sedangkan menurut Nasution (1982:48-49), bahwa prinsipprinsip belajar sebagai berikut: 1) Agar seseorang benar-benar belajar ia harus mempunyai satu tujuan. 2) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan butuhan hidupnya dan bukan karena paksaan orang lain. 3) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya. 4) Seorang belajar sebagai keseluruhan 5) Dalam belajar seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain 6) Untuk belajar diperlukan insight. 7) Belajar sering berhasil apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan 8) Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar. Crow and Alice (1984:382-389) mengemukakan 10 macam cara-cara yang diperlukan untuk persiapan belajar yang baik, seperti berikut: 1) Adanya tugas-tugas yang jelas Siswa yang pada umumnya dapat mencapai sikap mental yang baik bagi pelajar jika mereka mengerti apa tujuan mereka
51
belajar dan bahan-bahan atau buku-buku sumber apa yang perlu dipelajari. Makin jelas tugas yang diberikan oleh guru, baik tujuan maupun
batas-batasnya,
makin
besar
pula
perhatian
dan
kemampuan siswa untuk mengerjakan dan mempelajarinya. 2) Belajarlah membaca dengan baik Kepandaian
membaca
sangat
diperlukan
untuk
memperoleh pengetahuan dan mengerti benar-benar apa yang dibacanya. Bahan-bahan buku-buku hanya untuk dimengerti kata demi kata atau kalimat demi kalimat, melainkan harus diusahakan untuk mengetahui apa isi buku tersebut, bahkan lebih lanjut lagi jika membaca dapat mengerti bahan apa dan bagaimana pandangan pengarang dengan tulisan itu. Dalam hal-hal tertentu, pembaca sering pula harus mempergunakan kamus untuk mencari pengertian kata-kata sulit yang mungkin dapat menimbulkan salah tafsir atau salah pengertian. Untuk dapat membaca cepat dan efektif diperlukan latihan yang terus menerus, apalagi untuk membaca buku-buku berbahasa asing. 3) Gunakan metode keseluruhan dan metode bagian dimana diperlukan Kedua cara itu sama-sama diperlukan menurut tingkat kelulasan dan kesulitan bahan yang dipelajari. Akan tetapi untuk mempelajari bab demi bab digunakan metode keseluruhan itu. Untuk mempelajari sebuah bab tidak baik jika digunakan metode bagian karena pengertian yang diperoleh menjadi terpecah-pecah,
52
tidak merupakan suatu kebulatan. Baru bab demi bab kita kuasai, kita gabungkan lagi menjadi keseluruhan isi buku tersebut. 4) Pelajari dan kuasailah bagian-bagian yang sukar dari bahan yang dipelajarai Pada tiap pelajaran biasanya terdapat bagian-bagian yang sukar dan memerlukan perhatian dan pengerjaan yang lebih teliti. Untuk itu, pembuatan ringkasan dalam belajar itu sangat diperlukan. Dalam hal ini guru perlu pula memberikan petunjuk atau pengarahan agar siswa mengetahui bagian-bagian mana yang penting dan perlu mendapat perhatian khusus didalam belarar. 5) Buatlah out line dan catatan-catatan tentang meteri bacaan atau materi pelajaran sangat membantu siswa itu sendiri. Out line dan catatan-catatan yang tersusun itu akan dapat membantu siswa pada waktu mereka akan mengulangi pelajaran itu ketika akan menghadapi ujian. Mereka tidak perlu lagi membaca seluruh buku yang akan memerlukan waktu lebih luas. 6) Buatlah rangkuman dan review Bagaimana cara menyusun atau membuat rangkuman yang baik dan jelas serta mudah dipahami sangat bergantung pada cara belajar siswa masing-masing. Di samping itu cara guru mengajarpun menentukan pula cara murid belajar. Makin pandai siswa membuat rangkuman, makin mudah baginya untuk mengadakan review atau mengulang kembali pelajaran yang telah diterima. Setelah mengemukakan cara-cara belajar yang baik seperti yang sudah disebut di atas, berikut Crow and Alice (1984 : 397-398)
53
menyampaikan
pendapatnya
tentang
saran-sarannya
untuk
membiasakan belajar agar mencapai prestasi belajar yang lebih efesien itu, sebagai berikut: 1) Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti 2) Usahakan adanya tempat belajar yang memadai 3) Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu konsentrasi dan keaktifan mental 4) Rencanakan dan ikutilah jadwal waktu untuk belajar 5) Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi 6) Biasakanlah membuat rangkuman dan kesimpulan 7) Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas-tugas belajar 8) Telitilah pendapat beberapa pengarang 9) Belajarlah menggunakan kamus dengan sebaik-baiknya 10) Analisalah kebiasaan belajar yang diragukan, dan cobalah untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya. Di samping prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas, tentu saja masih banyak cara yang harus ditempuh dalam belajar, sehingga belajar akan benar-benar berhasil, misalnya: 1) Membaca kemudian merangkum bahan pelajaran 2) Melaksanakan diskusi atau musyawarah sebagaimana diisyaratkan oleh Allah SWT, dalam surat Ali Imran ayat 159 : (Yunus, 1989: 64)
...ِﺮﻓِﻲﺍﻟْﺄَﻣﻢﻫﺎﻭِﺭﺷﻭ.... Artinya: "…dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu…" Dari
ayat
tersebut
dapat
diambil
pelajaran
agar
mau
bermusyawarah dalam duniawi untuk mencapai suatu manfaat. 3) Mengatur waktu belajar Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al'Ashr 1-3 : (Yunus, 1989: 540)
54
ـــﻮﺍﻨﺍﻣ ﺀﺇِﻟﱠـــﺎﺍﻟﱠــﺬِﻳﻦ.ٍﺮــﺴﻟَﻔِـــﻲ ﺧﺎﻥﺍﻟْﺈِ�ْــﺴﺇِﻥ.ِﺮــﺼﺍﻟْﻌﻭ ِﺮﺒﺍﺑِﺎﻟﺼﻮﺍﺻﺗَﻮ ﻭﻖﺍﺑِﺎﻟْﺤﻮﺍﺻﺗَﻮﺎﺕِ ﻭﺎﻟِﺤﻤِﻠُﻮﺍ ﺍﻟﺼﻋﻭ Artinya : Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Ayat di atas mengisyaratkan agar dapat mengatur waktu dengan sebaik-baiknya, agar tidak sia-sia dalam setiap kegiatan. Dan juga di dalam belajar hendaklah penuh dengan kesabaran. Dengan cara-cara yang demikian nantinya diharapkan akan dapat belajar dengan mendapat prestasi atau hasil yang baik.
c. Prestasi Belajar Prestasi
belajar
adalah
penguasaan
pengetahuan
atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2002: 895). Prestasi belajar dapat bersifat tetap dalam serjarah kehidupan manusia karena sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku. Sampai dimana
55
perubahan itu dapat dicapai atau dengan kata lain berhasil baik atau tidaknya dalam belajar ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Para
ahli
berbeda
pendapat
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya belajar, antara lain: a. Menurut Sujana (1989:39), faktor-fakor yang mempengaruhi belajar adalah "faktor motivasi belajar, minat, perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. b. Menurut Purwanto (1985:106), adalah ; 2) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri, yang kita sebut faktor individual. 3) Faktor yang di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk dalam faktor individu antara lain: fakor kematangan/pertumbuhan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan faktor sosial yang mempengaruhinya antara lain faktor keluarga/keadaan keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar. c. Menurut Sumadi Suryabrata, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern dengan perincian sebagai berikut: (Syah, 1995: 132) 1) Faktor ekstern, terdiri dari: b) Faktor-faktor non sosial c) Faktor-faktor sosial 2) Faktor intern, terdiri dari: a) Faktor psikologis b) Faktor biologis. Serangkaian beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor yang datangnya dari dalam diri individu itu sendiri yang disebut faktor intern dan faktor
56
yang datangnya dari luar individu yang disebut faktor ekstern. Kedua faktor itu sangat mempengaruhi terhadap berhasil tidaknya belajar. Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap siswa, karena melalui belajar mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang dihadapinya. Dengan demikian belajar berhubungan dengan perubahan dalam diri individu sebagai hsil pengalamannya di lingkungan. Secara global, faktorfaktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi dua macam: a. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa, meliputi dua aspek yakni: 1) Aspek Fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendisendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak membekas. 2) Aspek Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualits perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu, sebagai berikut: 3) Tingkat Kecerdasan atau Intelegensi Siswa Intelegensi
pada
57
umumnya
dapat
diartikan
sebagai
kemampuan
psiko-fisik
untuk
mereaksi
rangsangan
atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungan dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan menara pengontrol hampir seluruh aktifitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa mak semakin besar peluangnya untuk memperoleh sukses. 4) Sikap Siswa. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negative (Syah, 1999: 135). Sikap merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Dalam hal ini sikap yang akn menunjang belajar seseorang ialah sikap poitif (menerima) terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti: kondisi kelas, temantemannya, sarana pengajaran dan sebagainya (Sabri, 1996: 84).
58
5) Bakat Siswa. Secara umum adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang mempunyai bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar bisa (very superior) disebut juga sebagai gifted, yakni anak berbakat intelektual. 6) Minat siswa Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualits pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu (Syah, 1999: 136). b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental: 1) Faktor-faktor Lingkungan Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan
59
representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. 2) Faktor-faktor Instrumental. Ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran,
media
pengajaran,
guru
dan
kurikulum/materi
pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa (Syah, 1999: 59-60). Dari semua faktor di atas, dalam penelitian kali ini akan diarahkan pada faktor instrumental yang di dalamnya guru profesional itu akan ditunjukan. Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi satu sama lain. Misalnya: Seorang siswa yang conserving terhadap ilmu pengetahuan biasanya cenderung mengambil pendekatan yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya seorang siswa yang memiliki kemampun intelegensi yang tinggi (faktor Iternal) dan mendapat dorongan positif dari orang tua atau gurunya (faktor eksternal) akan lebih memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Akibat pengaruh faktor-faktor tersebut di atas muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi, rendah atau gagal sama sekali. Seorang guru yang memiliki kompetensi yang baik dan profesional diharapkan
mampu
mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan
munculnya siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor-faktor yang menjadi penghambat proses belajar siswa.
60
Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara: a. Penilaian formatif. Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajarmengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan. b. Penilaian Sumatif. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu (Purwanto, 2001: 26).
C. Hubungan Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti dan Prestasi Belajar Siswa Guru dapat menciptakan suasana dalam belajar menjadi nyaman dan optimal sehingga menumbuhkan persepsi siswa yang positif. Dengan persepsi yang positif tersebut akan menumbuhkan motivasi siswa dalam belajarnya sehinga dapat mempengaruhi tidakan siswa dalam mencapai tujuannya, yaitu prestasi belajar yang memuaskan. Kompetensi pedagogi Sub-Kompetensi yaitu 1. Berkontriibusi dalam pengembangan KTSP (Kompetensi Tingkat Satuan Pendidikan) yang terkait dengan matapelajaran yang diajarkan. 2. Mengembangkan silabus mata pelajaran berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan Kontribusi Dasar (KD).
61
3. Merencanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus yang telah dikembangkan terdiri dari standar kompetensi berkaitan dengan kemampuan menguasai karakter peserta didik, dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, hingga intelektual. Kompetensi guru diisyaratkan menguasai teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik. Pengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang yang diampunya, guru juga harus mampu menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik dan memanfaatkan teknologi informasi, komunikasi dan media untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik. Adapun kompetensi pribadi dapat dilihat dari kemampuan bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional. Selain itu mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Guru dituntut bisa menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, bangga menjadi guru dan rasa percaya diri, sekaligus menjunjung tinggi kode etik profesi. Di lembaga pendidikan formal seperti sekolah, guru berperan sebagai pemimpin kegiatan kerja yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar
dimana
ia
harus
merencanakan,
melaksanakan,
mengorganisasi dan mengawasi kegiatan proses belajar mengajar, guru harus dapat memiliki menetapkan metode mengajar yang tepat sesuai dengan lingkungan dan kondisi yang ada pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Bantuan dan bimbingan guru baik secara individual maupun kelompok kepada siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
62
merupakan bagian terpenting tugas guru sebagai pemimpin. Hal demikian karena pada hakikatnya mengajar adalah membimbing kegiatan siswa yang sesuai dengan pernyataan “teaching is guidance of learning activities“. Dalam pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, disebutkan bahwa pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak
mulia,
kompetensi
sosial
adalah
kemampuan
pendidik
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat, kompetensi professional adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan. Sebagai organisasi formal yang bukan sekedar kumpulan orang dan bukan pula hanya sekedar pembagian kerja, didalamnya terdapat keterikatan individu yang saling mempengaruhi dalam bentuk kerjasama antara kepala sekolah, guru, pegawai, siswa dan orang-orang yang ada di instansi yang terkait erat dengan proses pendidikan. Semua unsur tersebut secara bersama-
63
sama ingin mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Artinya walaupun dalam kegiatannya setiap personil melakukan pekerjaan sesuai dengan fungsi masing-masing tetapi secara keseluruhan pekerjaan mereka disahkan pada pencapaian tujuan pendidikan secara luas. Untuk mencapai tujuan dimaksud diperlukan pola mengajar guru yang memungkinkan semua komponen dapat berinteraksi dan bekerjasama dengan optimal. Guru merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, kegiatan supervisi dipandang perlu untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran dan sebagai sumber daya manusia yang memiliki peran sangat strategis yang dapat menentukan keberhasilan program pendidikan. Guru merupakan unsur penting yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam pelaksanaan pendidikan dan interaksi sehari-hari di sekolah. Sebagai profesi, kemampuan menjadi guru membutuhkan kriteria khusus seperti penguasaan ilmu, seni dan keterampilan. Ilmu pengetahuan tentang dasar-dasar keguruan dan materi bidang studi sangat perlu dikuasai oleh guru agar ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dengan demikian ia akan menjadi guru yang professional. Salah satu upaya peningkatan profesional guru adalah melalui supervisi pengajaran. Pelaksanaan supervisi pengajaran perlu dilakukan secara sistematis oleh kepala sekolah dan
64
pengawas sekolah bertujuan memberikan pembinaan kepada guru-guru agar
dapat
melaksanakan
tugasnya
secara
efektif
dan
efisien.
Dalam pelaksanaannya, baik kepala sekolah dan pengawas menggunakan lembar
pengamatan
yang
berisi
aspek-aspek
yang
perlu
mengelola proses diperhatikan dalam peningkatan kinerja guru dan kinerja sekolah. Melakukan supervisi guru, digunakan lembar observasi yang berupa alat penilaian kemampuan guru (APKG), sedangkan untuk mensupervisi kinerja sekolah dilakukan dengan mencermati bidang akademik, kesiswaan, personalia, keuangan, sarana dan prasarana, serta hubungan masyarakat. Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga profesional kependidikan. Pertama adalah tingkatan Capable Personal, maksudnya
guru
diharapkan
memiliki
pengetahuan
kecakapan
dan
keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu belajar-mengajar secara efektif. Tingkat kedua adalah guru sebagai inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Tingkat ketiga adalah guru sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas prospektifnya. Kunci keberhasilan pendidikan dari sekian banyak faktor antara lain adalah guru dan siswa sebagai pelakunya. Dari sisi guru, artinya kemampuan dan profesionalitas sangat dibutuhkan guna mentransfer pengetahuan, sedangkan dari sisi siswa adalah dibutuhkan kemauan dan kegigihan dalam melakukan aktivitas belajar karena sesunguhnya kelebihan pada manusia itu ialah diberi daya akal dan daya kehidupan dalam arti peradaban, sehingga 65
manusia mampu menciptakan dunia kehidupannya sendiri dan menetapkan nilai-nilai luhur yang ingin dicapai lengkap dengan pilihan strategi guna mencapai cita-cita hidupnya. Kemampuan yang demikian itu tidak dimiliki oleh binatang, apalagi tumbuh-tumbuhan dan benda mati. Bagi binatang dan makhluk hidup lain di dunia ini, hidup dan kehidupan adalah sama, keduanya berada dalam kekuasaan hukum alam, yang berjalan secara pasti, tidak dapat diubah dan tidak mengenal perubahan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan pertama dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak ditentukan oleh bagaimana proses belajar yang dialami peserta didik. Belajar merupakan proses perubahan dalam tingkah laku seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Kegiatan belajar terjadi jika pengalaman mengakibatkan perubahan yang relatif permanen pada tingkah laku serta pengetahuan seseorang. Seseorang dinyatakan telah memiliki pengalaman belajar apabila perubahan tingkah laku tersebut sebagai akibat dari proses pembelajaran. Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat positif sehingga seseorang dapat menuju ke kedewasaan. Perubahan positif tersebut menunjukkan adanya hasil belajar. Prestasi belajar inilah yang menjadi inti dari proses pembelajaran, dengan pernyataan lain prestasi belajar merupakan tingkat hasil belajar yang ditunjukkan seseorang setelah mendapatkan bimbingan dan latihan yang dibimbing oleh guru sebagai fasilitatornya. Guru merupakan faktor yang 66
dominan dan penting dalam pendidikan karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Selain itu seorang guru tidak hanya dituntut mampu menguasai materi bidang studi melainkan guru mampu dan menguasai berbagai strategi serta teknik belajar dan pembelajaran untuk setiap bidang studi agar siswa dapat mengembangkan potensinya dan diharapkan memahami apa yang menjadi tujuan pembelajaran, dan apa yang menjadi harapan guru dari siswanya. Kualitas siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh kompetensi guru. Kompetensi guru didapat dari Perguruan Tinggi Keguruan, karena Perguruan Tinggi Keguruanlah yang mengajarkan mengenai kompetensi guru. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak lepas dari rencana pembelajaran yang dibuat. Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru dituntut menyusun perencanaan pembelajaran yang akan dilakukan dalam proses belajar, agar tujuan pembelajaran yang diharapkan guru dapat tercapai. Selain itu, guru dituntut untuk memanfaatkan pengetahuan dan teknologi yang bisa menunjang pembelajaran. Sehingga pada akhirnya guru dapat melaksanakan evaluasi (penilaian) terhadap hasil belajar siswa. Fakta di lapangan, sedikit banyak ditemukan adanya guru-guru yang tidak memiliki interaksi kondusif dan menyenangkan dengan siswa sehingga berdampak pada semakin menjauhnya siswa dari guru tersebut. Persoalan ini menjadi pemicu lahirnya sikap antipati siswa terhadap guru dan menurunnya motivasi siswa dalam belajar khususnya pada mata pelajaran tertentu yang tingkat hubungannya kurang harmonis antara guru dengan siswa.
67
Tinggi rendahnya pergerakan profesi guru salah satunya diantaranya diukur dari tingkat pendidikan yang ditempuhnya dalam mempersiapkan jembatan tersebut. Guru sebagai figur sentral dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar, sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak didiknya, misalnya dalam penyajian materi pelajaran, bila guru kurang menguasai materi, akibatnya guru tidak mampu memberi bimbingan dengan baik dan menimbulkan kesalahan-kesalahan dasar mengenai fakta. Disamping itu anak juga akan memperoleh prestasi belajar yang kurang baik.
68
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Identitas Madrasah Tabel 3.1 Daftar Identitas Masdrasah a. Nama Sekolah
:
Mts. Yakti Tegalrejo
b. NSM/NPSN
:
121.2.33.08.0030 / 20331541
c. Terakreditasi
:
B
d. Tahun / Nomor Akreditasi
:
2008 / Dp.008786
e. Alamat
:
Jalan Pahlawan 102
Desa
:
Tegalrejo
Kecamatan
:
Tegalrejo
Kabupaten
:
Magelang
Propinsi
:
Jawa Tengah
Kode Pos
:
56192
f. No. Telepon
:
(0293) 3148919
g. E-mail
:
[email protected]
h. Tahun Berdiri
:
1975
i. Status Tanah
:
Hak Milik Wakaf
1) Surat Keterangan Tanah
:
Sertifikat / Nomor : 1118
2) Luas Tanah
:
4600 m2
:
Milik Sendiri
1) Surat Ijin Bangunan
:
No. 188.4/201/Kep/3/2001
2) Luas Bangunan
:
3300 m2
:
Yayasan Amal Kesejahteraan
j. Status Bangunan
k. Penyelenggara Madrasah
Tarbiyah Islam (YAKTI) l. Akte
:
Nomor 14 Tanggal 22 Januari 1972
Sumber: profil madrasah yang termuat dalam akte pendidirian No. 14 Tanggal 22 Januari 1972
69
2. Keadaan Siswa dan Guru a. Data siswa tahun 2012/2013.
Tabel 3.2 Daftar Siswa MTs. Yakti Tegalrejo Kelas
Rombongan
Jumlah Siswa
Jumlah
Belajar
L
P
VII
4
80
78
158
VIII
4
68
67
135
IX
4
68
87
155
Total
12
216
232
448
Sumber: laporan akreditasi madrasah tahun 2012/2013 yang ditandatangani oleh kepala sekolah
b. Data Guru dan Karyawan.
Tabel 3.3 Daftar Guru dan Karyawan MTs. Yakti Tegalrejo No
Klasifikasi Guru dan Karyawan
Jumlah
1
Guru PNS DEPAG
6 orang
2
Guru Tetap Yayasan
19 orang
3
Pegawai Tetap Yayasan
4 orang
4
Penjaga
1 orang
5
Guru Wiyata Bakti
6 orang
Sumber: laporan akreditasi madrasah tahun 2012/2013 yang ditandatangani oleh kepala sekolah
3. Letak Geografis MTs. Yakti Tegalrejo Magelang beralamat Jl. Pahlawan No. 102, Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, 56192. Jadi secara geografis Madrasah Tsanawiyah ini cukup strategis. Karena mudah dijangkau dari
70
berbagai arah dan berada di lingkungan Kecamatan. Di samping itu, di dukung dengan sarana transportasi yang mudah .
Tabel 3.4 Batas Bangunan MTs Yakti Tegalrejo No
Arah
Posisi
1
Sebelah utara
Tanah H. Ismail
2
Sebelah timur
Tanah Kardoso dan Sulaeman
3
Sebelah barat
Trotoar, tanah Negara dan jalan dari Tegalrejo-Pakis
4
Sebelah selatan
Jalan
Sumber: buku tanah Hak Milik Wakaf No. 1118 yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Magelang tertanggal 18 Juni 1992
Secara sosio kultural, daerah ini penduduknya mayoritas beragama Islam dan mereka dapat dikatakan masyarakat yang aktif dalam menjalankan kegiatan keagamaan, dan kegiatan lainnya sehingga dalam hal ini sangat mendukung akan keberadaan Madrasah Tsanawiyah ini. Baik dalam kegiatan belajar maupun kegiatan yang ada kaitannya dengan masyarakat sekitarnya. Seperti dalam peringatan hari besar Islam.
4. Sumber Dana Operasional dan Perawatan Adapun sumber dana operasional dan perawatan MTs. Yakti Tegalrejo, berupa: BOS (bantuan operasional sekolah), IPM (Infaq Pengembangan Madrasah) dan bantuan lain.
71
5. Susunan Pengurus YAKTI (Yayasan Amal Kesejahteraan Tarbiyah Islam) Susunan pengurus YAKTI (Yayasan Amal Kesejahteraan Tarbiyah Islam, dapat ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.5 Susunan Kepengurusan YAKTI (Yayasan Amal Kesejahteraan Tarbiyah Islam) No 1
Jabatan Penasehat
Keterangan KH. Abdurrohman Chudlori KH. Thoyib Ahmadi
2
Pembina
H. Dzulkarnen H. Sumarmo, BA
3
Ketua
Drs. H. Nuryahman
4
Wakil Ketua
Ahmad Halim
5
Sekretaris
Drs. Hanafi
6
Wakil Sekretaris
H. Usman Sudirin
7
Bendahara
H. Muh Tahsis
8
Wakil Bendahara
H. Zarkoni
9
Seksi SD/MI
Rosjidin Aziz Susanto, S.Pd.I. Drs. H. Tahsin Anwar
10
Seksi SMP/MTs
Drs. Khumedi Miftahul Huda, S.Ag
11
Seksi SMU/SMK/MA
Badawi, S.Pd.I Hidayatul Hadi, S.Ag
Sumber: susunan kepengurusan yakti (Yayasan Amal Kesejahteraan Tarbiyah Islam, Tegalrejo Magelang) yang ditanda-tangani oleh ketua yayasan Drs. H. Nuryahman pada Agustus 2010.
72
6. Struktur Organisasi MTs. Yakti Tegalrejo Magelang Struktur organisasi di MTs Yakti Tegalrejo Magelang dapat ditampilkan dengan bagan berikut: YAYASAN YAKTI
KOMITE MADRASAH
KEPALA MADRASAH ROCHMAT ALMASHARI, S.Pd.I
KA. TU A. NASIR, S.Ag. WAKA KURIKULUM MAS’UDI, BA
WAKA KESISWAAN FAHRUR, S.Pd
WAKA SARPRAS
WAKA HUMAS
M. HUDA, S.Ag
M. SUBHAN, S.Ag.
KOOR. PERPUS
KOOR. EKSTRA
KOOR. BP
KOOR. PRAMUKA
IMAM R., S.Ag
MAKRUF AZ, S.Ag
Hj. FATMAWATI, S.Pd
S. SUNARDI, S.Pd.
A. HIDAYATUL H. S.Ag. B. DUROTUN N. S.Kom. C. FATHAYATI, S.Pd. D. IMAM ROZIQI, S.Ag
WALI KELAS IX
WALI KELAS VIII
WALI KELAS VII A. B. C. D.
MAKRUF AZ, S.Ag. MUN ARIFAH, S.Ag. ATI AZIMAH ZAKIYAH, S.Ag. SLAMET SUNARDI, S.Pd.
A. B. C. D.
HARYATI, S.Pd. SUTONJO, S.Pd. Dra. YUNIASIH AL BAROROH INDRIYATI WULANDARU, S.Pd.
GURU
SISWA
: Garis Komando : Garis Kordinasi
Bagan I Struktur Organisasi Mts. Yakti Tegalrejo Magelang Tahun 2012/2013 Sumber: laporan personalia organisasi Madrasah Tsanawiyah Yakti Tegalrejo tahun pelajaran 2012/2013 tertanggal 8 Juli 2012 yang ditanda-tangani oleh kepala madrasah.
73
Berdasarkan bagan diatas, dapat dideskripsikan tentang tugas dan tanggungjawab masing-masing jabatan: a. Kepala Madrasah Tugas pokok kepala madrasah adalah memimpin, mengatur pelaksanaan administrasi madrasah dan seluruh kegiatan pendidikan serta pengajaran. Uraian
tugas
kepala
madrasah,
meliputi:
mengatur
penyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di madrasah, mengatur penyelenggaraan urusan tata usaha, mengatur penyelenggaraan urusan kepegawaian, madrasah
dan
mengatur
penyelenggaraan
mengatur
urusan
penyelenggaraan
keuangan
urusan
sarana
di dan
perlengkapan di madrasah. b. Wakil Kepala Madrasah Tugas pokok wakil kepala madrasah adalah membantu tugas sehari-hari kepala madrasah. Adapun uraian tugas wakil kepala madrasah,
meliputi:
menyusun
program
pembinaan/kegiatan
kesiswaan/OSIS, membimbing dan mengarahkan dan mengendalikan kegiatan
siswa /OSIS dalam rangka meningkatkan disiplin tata tertib,
membimbing
mengarahkan
pengurus-pengurus
OSIS,
mengendalikan
persiapan
menyelenggarakan
pemilihan
latihan
dasar
kepemimpinan madrasah (LDK), mengkoordinir membina dan mengawasi kegiatan upacara bendera. c. Wakil Kepala Madrasah Urusan Kurikulum Tugas pokok wakil kepala madrasah urusan kurikulum adalah membantu tugas sehari-hari kepala madrasah. Adapun uraian tugas wakil kepala madrasah urusan kurikulum, meliputi: menyusun program pengajaran, menyusun pembagian dan tugas guru, menyusun
74
jadwal
pelajaran,
menyusun
penjabaran
kalender
pendidikan,
menyusun dan mengelola evaluasi belajar. d. Wakil Kepala Madrasah Urusan Humas Tugas pokok wakil kepala madrasah urusan humas adalah membantu tugas sehari-hari kepala madrasah. Adapun uraian tugasnya, meliputi:
mengusahakan
kesejahteraan
guru
dan
karyawan,
mengadakan kosultasi atau home visit dengan wali siswa, mengadakan konsultasi dengan pengurus BP-3, menyusun rencana fisik bersama dengan pengurus BP-3, mengadakan konsultasi dengan tokoh masyarakat. e. Wakil Kepala Madrasah Urusan Sarana dan Prasarana Tugas pokok wakil kepala madrasah urusan sarana dan prasarana adalah membantu tugas sehari-hari kepala madrasah. Adapun uraian tugas wakil kepala madrasah urusan sarana dan prasarana, meliputi: menyusun program pengadaan pemeliharan dan pengamanan barang inventaris khususnya yang berkaitan dengan KBM, mendayagunakan sarana dan prasarana KBM, merencanakan kegiatan pendayagunaan sarana dan prasarana, merencanakan teknik pemeliharaan sarana prasarana. f. Tugas BP/BK Tugas pokok BP/BK adalah mengelola pelaksanaan program bimbingan dan penyusunan serta bimbingan karier kepada siswa. Adapun uraian tugas BP/BK, meliputi: menyusun rencana dan program kerja BP/BK, mengumpulkan data pribadi siswa, mengamati siswa
75
sehari-hari, mengadakan konsultasi dengan wali kelas, guru dan orang tua siswa, menelusuri latar belakang siswa. g. Tugas Kepala Tata Usaha Tugas pokok kepala tata usaha adalah mengatur pelaksanaan tata tertib usaha dan rumah tangga madrasah termasuk perpustakaan, laboratorium serta tugas lain yang bersifat pelayanan pendidikan. Adapun uraian tugas kepala tata usaha, meliputi: menerima mencatat dan meneruskan surat masuk dan keluar, melakukan pengetikan dan penggandaan, mengoreksi surat-surat yang telah selesai diketik, mengatur memelihara dan mengamankan arsip, menghimpun peraturan perundang-undangan surat keputusan instruktur dan edaran. h. Tugas Wali Kelas Tugas pokok wali kelas adalah mengelola kelas menjadi tanggung jawabnya, pengisian daftar nilai siswa, membuat catatan khusus tentang siswa, pencatatan mutasi siswa dan pengisian buku laporan pendidikan. i. Tugas Guru Tugas pokok guru adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran di madrasah. Adapun uraian tugas guru, meliputi: membuat program semester, melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan jadwal pelajaran, menciptakan situasi belajar yang aktif, mengevaluasi
proses
belajar
mengajar
secara
terus
menerus,
mengadakan remidial / perbaikan nilai, pengayaan dan tindak lanjut.
76
7. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana adalah sesuatu yang sangat penting dalam pendidikan atau proses belajar mengajar. Karena sarana dan prasaran banyak
membantu
dan
memperlancar
jalannya
pendidikan
serta
meningkatkan mutu atau fasilitas madrasah yang bersangkutan, jika digunakan sesuai dengan keadaan dan situasi sekolah yang bersangkutan. Adapun sebagai perincian dari sarana dan prasarana MTs Yakti Tegalrejo Magelang, sebagai berikut:
Tabel 3.6 Kondisi MTs. Yakti Tegalrejo No 1
2
Nama
Keterangan
Tanah a. Berstatus
Hak Milik Wakaf
b. Luas
4.600 m2
Bangunan a. Status
Milik Sendiri
b. Luas
3300 m2
c. Keadaan Gedung
Permanen
d. Keadaan Ruang Belajar 1) Ruang Belajar
12 Ruang
2) Ruang Kantor
1 Ruang
3) Ruang Kepsek
1 Ruang
4) Ruang Tamu
1 Ruang
5) Ruang Tu
1 Ruang
6) Ruang BP
1 Ruang
7) Ruang Koperasi
1 Ruang
8) Ruang Perpustakaan
1 Ruang
9) Ruang OSIS/UKS
1 Ruang
10) Ruang Dapur
1 Ruang
11) Ruang WC Guru
1 Ruang
12) Ruang WC Siswa
4 Ruang
bersambung...... 77
sambungan.....
No 3
Nama
Keterangan
Peralatan Madrasah a. Almari
2 Buah
b. Meja Kursi Tamu
2 Set
c. Meja Guru
8 Buah
d. Kursi Siswa
25 Buah
e. Meja TU
224 Buah
f. Kursi TU
448 Buah
g. Papan Tulis
4
12 Buah
h. Papan Pengumuman
2 Buah
i. Papan Program
2 Buah
j. Papan Rekap Guru
1 Buah
k. Papan Jadwal
1 Buah
l. Papan Rekap Siswa
1 Buah
m. Papan Kegiatan
2 Buah
n. Jam Dinding
12 Buah
Peralatan Lain-lain a. Peralatan Olah Raga 1) Bola Kaki
2 Buah
2) Bola Volly
2 Buah
3) Bola Basket
2 Buah
4) Bola Pingpong
12 Buah
5) Net Volley
2 Buah
6) Net Pimpong
2 Buah
7) Bad Pimpong
12 Buah
8) Net Badminton
2 Buah
9) Raket Badminton
8 Buah
b. Peralatan Pramuka 1) Tenda
4 Buah
2) Bendera Tunas Kelapa
8 Buah
3) dan lain sebagainya Sumber: laporan akreditasi madrasah tahun 2012/2013 yang ditanda-tangani oleh kepala sekolah
78
B. Pelaksanaan Pendidikan di MTs Yakti Tegalrejo 1. Sistem Pengajaran Teknik menyampaikan materi pelajaran, guru bidang studi masingmasing mengurutkan alokasi waktu yang disediakan sesuai dengan ketaatan yang ada di MTs Yakti Tegalrejo sesuai jadwal masing-masing dari tiap bidang studi. Sedangkan teknik penyampaian materi guru menggunakan metode yang sesuai dengan bidang studi tersebut, serta sesuai dengan materi, alat, tujuan, situasi, dan kondisi serta perkembangan anak. Dengan kata lain guru dalam mengajar berpedoman dengan kurikulum bidang studi masing-masing. Metode yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran, sebagai berikut : a. Metode Ceramah Metode ceramah yaitu metode yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran bidang studi yang bersifat teoritis dan pengetahuan. b. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab yaitu metode yang digunakan dalam menyampaikan pelajaran sebagai pre-test dan diakhiri pelajaran sebagai post-test. Metode ini akan berguna memberikan motivasi anak agar selalu aktif belajar dan memperhatikan pelajaran yang disampaikan. c. Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas yaitu memberi tugas siswa untuk dikerjakan di rumah. 79
d. Metode Diskusi Metode
diskusi
yaitu
metode
yang
digunakan
dalam
menyampaikan masalah agar siswa dapat memecahkan masalah. Metode ini digunakan untuk melatih siswa dalam berpikir untuk menghadapi mutu masalah. e. Metode Sosiodrama Metode sosiodrama yaitu metode yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran bidang studi yang ada hubungannya dengan kisah-kisah keteladanan para sahabat dan para pahlawan atau orang-orang yang dapat menjadi panutan dengan cara anak disuruh menerangkan contoh keteladanan tokoh agama, para penemu ilmu pengetahuan dan lain-lain. f. Metode Drill Metode drill yaitu metode yang digunakan untuk memberikan materi pelajaran yang berhubungan dengan hal praktek bidang studi yang memperlukan latihan-latihan. Praktek harus sering dilakukan agar siswa dapat mengerjakan dengan baik dan benar. Di samping metode-metode di atas, guru juga memberikan contoh keteladanan yang baik kepada siswa dan juga berusaha menambah pengetahuan, membimbing dan mengarahkan siswa dan memberi motivasi kepada siswa agar selalu aktif dalam mengikuti suatu bidang studi. Guru BP dan semua guru yang ada ikut andil dalam usaha meningkatkan mutu dan membentuk siswa menjadi baik dan berhasil di sekolah dan di masyarakat.
Guru
harus
memberi
meningkatkan prestasi belajarnya. 80
dorongan
dan
nasehat
untuk
2. Materi Pelajaran MTs. Yakti Tegalrejo sebagai lembaga pendidikan ganda yaitu mengajarkan pelajaran umum sekaligus pelajaran agama. Maka dalam kurikulum materinya adalah menyeluruh yang mencakup semua bidang studi.
C. Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Adapun pelaksanaan evaluasi di MTs Yakti Tegalrejo sangat berguna untuk mengetahui keberhasilan dari pelaksanaan proses belajar mengajar. Pelaksanaan ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Evaluasi Belajar (MID Semester Gasal) MID Semester yaitu evaluasi yang memberikan umpan balik kepada guru, sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan juga untuk dasar mengadakan remidasi pada murid. Evaluasi ini diberikan setelah selesai guru mengadakan proses belajar mengajar, dengan waktu yang telah ditentukan yaitu awal atau di akhir pelajaran. 2. Evaluasi Sub Sumatif Semester Gasal Evaluasi ini dilaksanakan pada pertengahan cawu dengan maksud untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam menempuh pelajaran selama setengah cawu. Adapun kegunaannya adalah untuk mendorong semangat siswa agar lebih aktif dalam belajar, kemudian siswa yang mempunyai nilai kurang diharapkan siswa akan lebih aktif dan rajin belajar guna mengejar ketinggalannya. 3. Evaluasi Tes Semester Gasal Evaluasi ini dilakukan pada akhir cawu guna mengetahui hasil belajar siswa selama satu semester. Hasil belajar ini dikomulatifkan
81
dengan nilai kokurikuler dan sub sumatif yang kemudian juga harus dilaksanakan oleh guru untuk memberikan dorongan dan motivasi belajar anak. 4. Evaluasi Belajar Tahap Akhir Evaluasi ini dilakasanakan bila siswa telah menduduki kelas III dalam catur wulan sembilan. Pelaksanaan UAS (ujian akhir sekolah) berada di bawah departemen agama, khususnya MTs Yakti Tegalrejo dilaksanakan tiga tahap, yaitu: a. Evaluasi Belajar Tahap Akhir. Diselenggarakan oleh KEMENAG (Kementerian Agama) dan diujikan bidang studi yang sama dengan UAN (Ujian Akhir Nasional) dengan ditambah tiga bidang studi, yaitu Al-Qur'an, bahasa Arab, dan fiqh. Nilai ini dimasukkan dengan tes sumatif semester. Nilai dimasukkan ke dalam STTB (Surat Tanda Tamat Belajar). b. Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS). EBTANAS yang dimaksud oleh pemerintah secara nasional, sedang hasilnya ditulis dalam daftar UAN (Ujian Akhir Nasional) murni atau DANEM (Daftar Nilai Evaluasi Belajar Murni). c. Evaluasi Belajar Tahap Akhir Berkala (UAM) UAS berkala ini juga diselenggarakan oleh Kementerian Agama, dengan bidang studi yang diujikan tujuh bidang studi yaitu: Aqidah Akhlak, Fiqh, Bahasa Arab, SKI, Kertangkes, PKn dan IPA. Nilai yang tertera dalam STTB MTs Yakti Tegalrejo 21 bidang studi, yang terdiri dari 3 bidang studi UAN, 13 bidang studi UAS berkala dan 3 bidang studi lainnya, yaitu: ketrampilan, kesenian, bahasa daerah. 82
Nilai 3 bidang studi tersebut diambilkan dari hasil tes sumatif pada semester VI.
D. Penyajian Data Untuk memperoleh beberapa hal yang berhubungan dengan tujuan penelitian, maka pada tanggal 30 Oktober 2013, peneliti membagikan sejumlah angket kepada siswa dengan ijin kepala sekolah. Kemudian untuk memperoleh data penulis deteksi dengan menggunakan sejumlah pertanyaan, selanjutnya penulis laporkan hasil angket yang telah penulis sebarkan. 1. Daftar Nama Responden Dalam daftar responden berisi nama-nama siswa yang mewakili dari jumlah keseluruhan siswa dan dijadikan objek penelitian. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 3.7 Daftar Nama Siswa (Responden) MTs. Yakti Tegalrejo Tahun 2013 No.
Kelas VII
No.
Kelas VIII
No.
Kelas IX
1
A. Habbi Lathof
16
Fadhul Anam
31
Hari Suryanto
2
Afham Khabiba R
17
Eka Wahyu Aprilia
32
Joko Nur Faizin
18
Desi Puji Astuti
33
Ahmad
3
Mauhibur
Alfeni Rafiyanti 4
19 A. Mushofan
Tri
34
Laksono
Fahrur Lisdiantoro 5
Agung
20
Andri Joko P.
M.
Aji
Panuntun 35
Bayu
Aji
Khasnafi 6
21 A. Mauliya
7
Linasari
36 Devi Nadlirotul M.
22
Indah Prasetyawati
Azimatul Azizah
37
Khusnul Khotimah
8
Agus Setiawan P
23
Aris Eka P.
38
Fatra Aqil
bersambung..... 83
Achmad
sambung..... No.
Kelas VII
No.
Kelas VIII
No.
Kelas IX
9
Eko Saputro
24
Avi Laelasari
39
A. Munji Sabily
10
Faridhatul A.
25
Hesti F. Astuti
40
Fakhri Husaini
11
Ahmad Buchari
26
Erik Afrian C.
41
Fatna Suryani
12
Akhmad Mudlofar
27
Aida Hidayatul F.
42
Adi Setiawan
13
Fina Lativah
28
Fatwa Faridza
43
Afni Nurohmah
14
Chumedi
29
Ani Wulan R.
44
Bagas
D.
Siswanto 15
Deny Putra S.
Budi Ananto
30
45
Jumlah Total Responden
Eka Larasati 45 Siswa
Sumber: daftar siswa-siswi MTs. Yakti Tegalrejo Tahun Pelajaran 2012/2013
2. Data Angket tentang Kompetensi Paedagogik Guru Wiyata Bakti Adapun kisi-kisi instrumen angket tentang kompetensi paedagogik guru wiyata bakti, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Angket Kompetensi Paedagogik Guru Wiyata Bakti Konsep Dasar PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru
Komponen
Indikator
Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
Pemahaman terhadap peserta didik
bersambung..... 84
No. Item 1 3 4 6
- Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual. - Guru seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina - Guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas - Guru memiliki pemahaman 2 akan psikologi 9 perkembangan anak - Guru memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak
sambungan.....
Konsep Dasar
Komponen
Indikator
- Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak Pengembangan Guru memiliki kemampuan kurikulum atau mengembangkan kurikulum silabus pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah Perancangan Guru memiliki merencanakan pembelajaran sistem pembelajaran yang memamfaatkan sumber daya yang ada Guru menciptakan situasi Pelaksanaan belajar bagi anak yang kreatif, pembelajaran yang mendidik aktif dan menyenangkan dan dialogis Pemanfaatan Guru menggunakan teknologi teknologi sebagai media pembelajaran Evaluasi shasil Guru memiliki kemampuan belajar untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan Pengembangan Guru memiliki kemampuan peserta didik untuk membimbing anak, untuk menciptakan wadah bagi anak mengaktualisasi untuk mengenali potensinya kan berbagai dan melatih untuk potensi yang mengaktualisasikan potensi dimilikinya yang dimiliki
No. Item
7
5 8 10 11 12 13 14 15 16 17 18
19 20
3. Data tentang Prestasi Belajar Siswa MTs Yakti Tegalrejo Tahun 2013 Data diambil dari jumlah rata-rata nilai raport beberapa siswa yang mewakili dari keseluruhan jumlah siswa mulai dari kelas VII sampai dengan kelas IX, untuk lebih jelasnya berikut ini penulis sajikan data tersebut dalam bentuk tabel berikut ini:
85
Tabel 3.9 Data Prestasi Belajar Siswa MTs. Yakti Tegalrejo Tahun 2013 No
Nama
Nilai Rata-rata Raport
1
A. Habbi Lathof
72
2
Afham Khabiba R
82
3
Alfeni Rafiyanti
79
4
Fahrur Lisdiantoro
80
5
A. Mushofan
68
6
A. Mauliya
78
7
Linasari
87
8
Agus Setiawan P
73
9
Eko Saputro
77
10
Faridhatul A.
80
11
Ahmad Buchari
72
12
Akhmad Mudlofar
77
13
Fina Lativah
79
14
Chumedi
83
15
Deny Putra S.
70
16
Fadhul Anam
73
17
Eka Wahyu Aprilia
78
18
Desi Puji Astuti
79
19
Agung Tri Laksono
71
20
Andri Joko P.
73
21
Devi Nadlirotul M.
79
22
Indah Prasetyawati
80
23
Aris Eka P.
72
24
Avi Laelasari
75
25
Hesti F. Astuti
79
26
Erik Afrian C.
73
27
Aida Hidayatul F.
76
28
Fatwa Faridza
81
29
Ani Wulan R.
82
30
Budi Ananto
72
bersambung..... 86
sambungan.....
No
Nama
Nilai Rata-rata Raport
31
Hari Suryanto
74
32
Joko Nur Faizin
78
33
Ahmad Mauhibur
80
34
M. Aji Panuntun
75
35
Bayu Aji Khasnafi
77
36
Azimatul Azizah
82
37
Khusnul Khotimah
84
38
Fatra Achmad Aqil
75
39
A. Munji Sabily
78
40
Fakhri Husaini
85
41
Fatna Suryani
86
42
Adi Setiawan
77
43
Afni Nurohmah
79
44
Bagas Dhamar Siswanto
81
45
Eka Larasati
85
87
BAB IV ANALISIS DATA A. Variasi Tingkat Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti Langkah-langkah yang diambil untuk menemukan tentang hubungan kompetensi pedagogi guru wiyata bakti, sebagai berikut : 1. Membuat tabel daftar nilai dan nominasi hasil observasi dalam daftar rating scale pada variabel hubungan kompetensi pedagogi guru wiyata bakti. 2. Membuat tabel distribusi frekuensi jawaban dari angket dan 3. Memprosentasikan jawaban 4. Menginterprestasikan hasil persentase jawaban responden Untuk menganalisis poin pertama digunakan persentase dengan rumus :
P=
F × 100% N
Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi N = Jumlah responden (Sudijono, 2000:40)
88
Tabel 4.1 Daftar Distribusi Frekuensi Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti MTs. Yakti Tegalrejo No. Urut
No. Responden
Skor Jawaban Angket
No. Urut
No. Responden
Skor Jawaban Angket
1
001
69
24
024
88
2
002
64
25
025
91
3
003
67
26
026
86
4
004
70
27
027
91
5
005
71
28
028
88
6
006
72
29
029
87
7
007
71
30
030
86
8
008
72
31
031
87
9
009
77
32
032
92
10
010
74
33
033
97
11
011
71
34
034
104
12
012
80
35
035
105
13
013
79
36
036
106
14
014
84
37
037
101
15
015
75
38
038
102
16
016
82
39
039
105
17
017
85
40
040
102
18
018
90
41
041
105
19
019
89
42
042
106
20
020
86
43
043
107
21
021
87
44
044
110
22
022
84
45
045
109
23
023
89
Dari data di atas dapat di cari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus :
89
i=
Xt − Xr + 1 Ki
Keterangan : i
: Interval
Xt
: Nilai tertinggi
Xr
: Nilai terendah
Ki
: Kelas interval (tinggi, sedang, rendah). (Sudijono, 2000)
Dari data hasil angket kompetensi pedagogi guru wiyata baktis, diperoleh nilai tertinggi adalah 110, dan nilai terendah adalah 64. Dengan menggolongkan data tersebut ke dalam 3 kelas maka dapat diketahui inteval kelasnya, yaitu: i=
110 − 64 + 1 47 = = 15,6 = 16 (dibulatkan) 3 3
Jadi jelas bahwa variabel ini dapat dikategorikan variasi tinggi, sedang, rendah sebagai berikut : 1. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 98 – 114 2. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 81 – 97 3. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 64 – 80 Kemudian dicari prosentasi tentang kompetensi pedagogi guru wiyata bakti MTs Yakti Tegalrejo Magelang. Hal ini menggunakan rumus Persentase, sebagai berikut : P=
F X 100% N
1. Untuk kategori tinggi tentang kompetensi pedagogi guru wiyata ada 12 responden : 12 × 100% = 26,7 % 45
90
2. Untuk kategori sedang tentang kompetensi pedagogi guru wiyata ada 14 responden : 14 × 100% = 31,1 % 45
3. Untuk kategori rendah tentang kompetensi pedagogi guru wiyata ada 19 responden : 19 × 100% = 42,2 % 45
Untuk lebih jelas sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kompetensi pedagogi guru wiyata bakti MTs Yakti Tegalrejo Magelang. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti MTs Yakti Tegalrejo Magelang No
Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti
Interval
Frekuensi
Persentase
1
Tinggi
98 – 114
12
26,7 %
2
Sedang
81 – 97
14
31,1 %
3
Rendah
64 – 80
19
42,2 %
45
100 %
Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogi guru wiyata bakti tinggi adalah 26,7 % dengan jumlah 12 siswa, kompetensi pedagogi guru wiyata bakti sedang sebanyak 14 siswa dengan persentase 31,1 %, kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan kategori rendah 42,2 % dengan jumlah 19 siswa. Dengan demikian kompetensi pedagogi guru wiyata bakti adalah rendah.
91
B. Variasi Tingkat Prestasi Belajar Siswa
Dalam menganalisis data prestasi belajar siswa yang diambil dari observasi tidak langsung (mengambil nilai rata-rata raport). Untuk mengetahui tentang prestasi belajar siswa. Adapun langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut : 1. Membuat tabel daftar nilai raport dalam daftar rating scale tentang prestasi belajar siswa. 2. Membuat tabel distribusi frekuensi tentang prestasi belajar siswa. 3. Memprosentasikan prestasi belajar siswa. 4. Menginterprestasikan hasil persentase prestasi belajar responden. Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa MTs. Yakti Tegalrejo Semester I Tahun Pelajaran 2012-2013 No. Urut
No. Responden
Nilai Raport
No. Urut
No. Responden
Nilai Raport
1
001
72
16
016
73
2
002
82
17
017
78
3
003
79
18
018
79
4
004
80
19
019
71
5
005
68
20
020
73
6
006
78
21
021
79
7
007
87
22
022
80
8
008
73
23
023
72
9
009
77
24
024
75
10
010
80
25
025
79
11
011
72
26
026
73
12
012
77
27
027
76
13
013
79
28
028
81
14
014
83
29
029
82
15
015
70
30
030
72
92
No. Urut
No. Responden
Nilai Raport
No. Urut
No. Responden
Nilai Raport
31
031
74
39
039
78
32
032
78
40
040
85
33
033
80
41
041
86
34
034
75
42
042
77
35
035
77
43
043
79
36
036
82
44
044
81
37
037
84
45
045
85
38
038
75
Dari data di atas dapat di cari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus :
i=
Xt − Xr + 1 Ki
Keterangan : i
: Interval
xt
: Nilai tertinggi
xr
: Nilai terendah
ki
: Kelas interval (tinggi, sedang, rendah). (Sudijono, 2000)
Dari data prestasi belajar siswa, diperoleh nilai tertinggi adalah 87, dan nilai terendah adalah 68. Dengan menggolongkan data tersebut ke dalam 3 kelas maka dapat diketahui inteval kelasnya, yaitu: i=
87 − 68 + 1 3
i=
20 = 6,66 ⇒ 3
dibulatkan : 7
Jadi jelas bahwa pada variabel ini dapat dikategorikan variasi tinggi, sedang, rendah sebagai berikut : 1. Untuk kategori tinggi dengan jawaban A mendapat nilai 84 – 91
93
2. Untuk kategori sedang dengan jawaban B mendapat nilai 76 – 83 3. Untuk kategori rendah dengan jawaban C mendapat nilai 65 – 75 Kemudian dicari prosentasi frekuensi prestasi belajar siswa. Hal ini menggunakan rumus Persentase sebagai berikut : P=
F X 100% N
1. Untuk kategori tinggi tentang prestasi belajar siswa antara ada 5 responden: P=
5 X 100% = 11,1 % 45
2. Untuk kategori sedang tentang prestasi belajar siswa ada 25 responden: P=
25 X 100% = 55,5 % 45
3. Untuk kategori rendah tentang prestasi belajar siswa ada 15 responden: P=
15 X 100% = 33,3 % 45
Untuk lebih jelas peneliti sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tentang prestasi belajar siswa. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa MTs. Yakti Tegalrejo Semester I Tahun Pelajaran 2012-2013 No
Prestasi Belajar Siswa
Interval Frekuensi
Persentase
1
Tinggi
84 – 91
5
11,1
2
Sedang
76 – 83
25
55,5
3
Rendah
68 – 75
15
33,3
45
100 %
94
Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa tinggi adalah 11,1% dengan jumlah 5 siswa, prestasi belajar siswa sedang sebanyak 25 siswa dengan persentase 55,5%, prestasi belajar siswa dengan kategori rendah 33,3% dengan jumlah 15 siswa. Dengan demikian hubungan kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa adalah sedang. C. Analisis Uji Hipotesis
Dalam analisis ini bertujuan untuk embuktikan apakah hipotesis yang telah diajukan dapat diterima atau ditolak. Adapun hipotesis yang akan dibuktikan adalah “Adakah hubungan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa, semakin baik kompetensi guru wiyata bakti yang dimilikinya, maka akan semakin baik pula prestasi belajar siswa MTs Yakti Tegalrejo Magelang”. Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti menggunakan rumus korelasi product moment angka kasar. Selanjutnya untuk lebih memudahkan penganalisaan peneliti membuat tabel persiapan sebagai berikut :
95
Tabel 4.5 Daftar Nilai Variabel X dan Variabel Y No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Responden 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 015 016 017 018 019 020 021 022 023 024 025 026 027 028 029 030 031 032 033 034 035 036 037 038 039 040 041 042 043 044 045
x 69 64 67 70 71 72 71 72 77 74 71 80 79 84 75 82 85 90 89 86 87 84 89 88 91 86 91 88 87 86 87 92 97 104 105 106 101 102 105 102 105 106 107 110 109
96
y 72 82 79 80 68 78 87 73 77 80 72 77 79 83 70 73 78 79 71 73 79 80 72 75 79 73 76 81 82 72 74 78 80 75 77 82 84 75 78 85 86 77 79 81 85
Σ 141 146 146 150 139 150 158 145 154 154 143 157 158 167 145 155 163 169 160 159 166 164 161 163 170 159 167 169 169 158 161 170 177 179 182 188 185 177 183 187 191 183 186 191 194
Tabel 4.6 Persiapan Untuk Mencari Korelasi Antara Nilai Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti dan Prestasi Belajar Siswa No. Resp X y x2 y2 xy 1 69 72 4761 5184 4968 2 64 82 4096 6724 5248 3 67 79 4489 6241 5293 4 70 80 4900 6400 5600 5 71 68 5041 4624 4828 6 72 78 5184 6084 5616 7 71 87 5041 7569 6177 8 72 73 5184 5329 5256 9 77 77 5929 5929 5929 10 74 80 5476 6400 5920 11 71 72 5041 5184 5112 12 80 77 6400 5929 6160 13 79 79 6241 6241 6241 14 84 83 7056 6889 6972 15 75 70 5625 4900 5250 16 82 73 6724 5329 5986 17 85 78 7225 6084 6630 18 90 79 8100 6241 7110 19 89 71 7921 5041 6319 20 86 73 7396 5329 6278 21 87 79 7569 6241 6873 22 84 80 7056 6400 6720 23 89 72 7921 5184 6408 24 88 75 7744 5625 6600 25 91 79 8281 6241 7189 26 86 73 7396 5329 6278 27 91 76 8281 5776 6916 28 88 81 7744 6561 7128 29 87 82 7569 6724 7134 30 86 72 7396 5184 6192 31 87 74 7569 5476 6438 32 92 78 8464 6084 7176 33 97 80 9409 6400 7760 34 104 75 10816 5625 7800 35 105 77 11025 5929 8085 36 106 82 11236 6724 8692 37 101 84 10201 7056 8484 38 102 75 10404 5625 7650 39 105 78 11025 6084 8190 40 102 85 10404 7225 8670 41 105 86 11025 7396 9030 42 106 77 11236 5929 8162 43 107 79 11449 6241 8453 44 110 81 12100 6561 8910 45 109 85 11881 7225 9265 Σ 3943 3496 353031 272496 307096
97
x y x2 y2 xy
= 3943 = 3496 = 353031 = 272496 = 307096
rxy =
{NΣx −(Σx) }{NΣy −(Σy) }
rxy = rxy = rxy = rxy = rxy =
NΣxy−(Σx)(Σy) 2
2
2
2
45 × 307096 − (3943)(3496)
{45 × 353031 − (3943) }{45 × 272496 − (3496) } 2
2
13819320 − 13784728
{15886395 − 15547249}{12262320 − 12222016} 34592
(339146)(40304) 34592 13668940384 34592 = 0,2958 ⇒ dibulatkan 0,296 116914,24
D. Analisis Korelasi Product Moment Setelah r (koefisien korelasi) dari kedua variabel x dan y diketahui, maka untuk mengetahui dapat dan tidaknya hipotesis diterima atau tidak harus dikonsultasikan nilai rxy hasil dari perhitungan dengan nilai r yang terdapat dalam tabel nilai r product moment sehingga dapat diketahui bahwa rhitung dengan rtabel signifikan atau tidak. Hal ini dikarenakan bila rhitung sama dengan atau lebih besar dari rtabel, maka rhitung dapat dikatakan signifikan. Sesuai dengan data responden sebanyak 45 orang maka dapat dilihat dalam tabel nilai-nilai r product moment adalah pada taraf 5 % = 0,294. Sehingga diperoleh perbandingan berdasar tabel nilai yang diperoleh ialah : 0,296 > 0,294 pada taraf signifikan 5 % (dikarenakan bila rhitung sama dengan atau lebih kecil dari rtabel sesuai dengan data responden sebanyak 45 orang). Dari analisis data tersebut maka hipotesis
98
kerja (Ha) yang berbunyi "ada hubungan positif dan signifikan antara hubungan kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa di MTs. Yakti Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang Tahun 2013”,
diterima. Pada taraf 1 % = 0,380 diperoleh perbandingan berdasarkan tabel nilai yang diperoleh ialah : 0,294 < 0,380 maka hipotesis nol (Ho) yang berbunyi : "Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa di MTs. Yakti Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang Tahun 2013", sehingga Ho ditolak. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa Ha ada hubungan positif dan signifikan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa di MTs. Yakti Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang Tahun 2013", dan Ho tidak ada hubungan positif dan signifikan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa di MTs. Yakti Tegalrejo, Kec. Tegalrejo, Kab. Magelang Tahun 2013. Jadi semakin tinggi kompetensi pedagogi guru maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa dan sebaliknya.
99
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Variasi tingkat kompetensi pedagogi guru wiyata bakti di MTs. Yakti Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2012/2013 adalah kategori tinggi sebesar 26,7 %; kategori sedang sebesar 31,1 %; kategori rendah sebesar 42,2 %. 2. Variasi tingkat prestasi belajar siswa di MTs. Yakti Tegalrejo, Kabupaten Magelang Tahun 2012/2013 adalah kategori tinggi sebesar 11,1 %; kategori sedang sebesar 55,5 %; kategori rendah sebesar 33,3 %. 3. Ada hubungan yang signifikan antara kompetensi pedagogi guru wiyata bakti dengan prestasi belajar siswa. Hal ini berdasarkan hasil data perhitungan statistika bila rhitung sama dengan atau lebih besar dari r
tabel
maka r hitung dapat dikatakan signifikan, dengan tingkat kepercayaan sesuai dengan data responden sebanyak 45 orang maka dapat di lihat dalam tabel nilai-nilai r product moment adalah pada taraf 5 % = 0,294 dan pada taraf 1 % = 0,380. Sehingga diperoleh perbandingan berdasar tabel nilai yang diperoleh ialah 0,296 > 0,294 pada taraf signifikan 5 % sdan 0,380 < 0,294 pasda taraf 1 %. Hal ini berarti, semakin tinggi variasi kompetensi pedagogi guru wiyata bakti ada hubungannya secara signifikan dengan prestasi belajar siswa.
B. Saran 1. Guru Hendaklah para guru baik yang berstatus wiyata bakti maupun PNS perlu meningkatkan lagi kompetensi pedagogi dalam pengelolaan
100
pembelajaran lebih baik, berusaha meningkatkan segala kemampuan dengan selalu menambah ilmu pengetahuan serta berwawasan yang luas agar dapat melayani siswa untuk meraih prestasi belajar dengan nilai yang baik. 2. Siswa Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas hendaknya para siswa dapat berperan aktif dan terkontrol senantiasa tekun dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga prestasi belajar memperoleh nilai yang baik. 3. Sekolah a. Untuk meningkatkan kualitas peserta didik, hendaknya pihak sekolah, guru/pendidik harus mampu meningkatkan dan menanamkan sikap, mental yang baik kepada anak didik (standar kompetensi). Di samping itu pihak sekolah harus mampu memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan peserta didik untuk lebih meningkatkan semangat belajarnya.
101
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktis, Jakarta : Bina Aksara Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Crow, Lester D. and Alice. 1985. Educational Psichology and Teaching. New York : Departement of Educational Brooklyn College. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Direktorat Profesi Pendidik Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan. 2007. Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru (Sertifikasi Guru). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Djohar ed. Istianingsih. 2006. Guru, Pendidikan dan Pembinannya ( Penerapannya dalam Pendidkan dan UU Guru ). Yogyakarta: Grafita Indah. Echols, John M. dan Hasan Shadly. 1987. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta : Gramedia. Hadi, Sutrisno. 1995. Metodologi Research I. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. _________________. Metodologi Research II. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Hamalik, Oemar. 1991. Pendidikan Guru Konsep dan Strategi. Bandung: Mandar Maju. Morgan, Cliford T. 1961. Intreduciton to Psycology, New York : Mc. Graw Hill Book Company Inc. Mulyasa, Enco. 2007. Standar Kompetensi dan Sertisikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Nasution, S. 1982. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung : Jemmars. Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam I. Jakarta : Logos Wacana Ilmu. Poerwadarminto, WJS. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
102
Purwanto, M. Ngalim. 1985. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Karya. Roestiyah. 1986. Masalah-masalah Ilmu Keguruan. Jakarta : Bina Aksara. Sabri, Alisuf. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Sahertian, Piet A. dan Ida Alaida Sahertian. 1990. Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Program inservice Education. Jakarta : Rifa Cipta. Sardiman. 1998. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru. Jakarta : Rajawali. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sudijono, Anas. 2000. Pengantar Statistik. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sujana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru. Sujanto, Agus. 2004. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara. Surahmad, Winarno. 1984. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito. Surya, Muhammad. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Suryabrata, Sumardi. 1969. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Usman, Muh. User 1990. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.. Wijaya, Cece dan A Tabrani Rusyan. 1991. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Yunus, Mahmud. 1989. Terjemah Al-Qur'an. Bandung : Al Ma'arif. http://www.google.com/guru/wiyatabakti.html : konsistensi guru wiyata bakti http://mahmuddin.wordpress.com/2008/03/19/kompetensi-pedagogik-guruindonesia/ http://dewigusti.blogspot.com/
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
Lampiran 7
ANGKET PENELITIAN KOMPETENSI PEDAGOGI GURU WIYATA BAKTI Nama Kelas
: …………………… : ……………………
No. Responden : …………. Jenis Kelamin : (P/L)
Petunjuk Pengisian: Bacalah pernyataan di bawah ini dan berilah tanda centang (√) pada kolom jawaban sesuai dengan pendapat saudara. Alternatif jawaban yang disediakan adalah: Sangat Tinggi (ST) : 4 Rendah (R) :2 Tinggi (T) :3 Sangat Rendah (SR) : 1 No. Penyataan ST T R SR 1
Guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar menguasai materi yang diajarkan.
2
Guru memberikan perlakuan kepada siswa sesuai dengan usia perkembangan siswa.
3
Guru
dalam
menyampaikan
materi
pelajaran
disesuaikan dengan konteks kekinian. 4
Guru memiliki pengalaman dalam menerapkan metode pembelajaran aktif di kelas.
5
Guru
memiliki
rencana
pembelajaran
yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. 6
Guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan.
7
Guru membuat alat evaluasi sesuai dengan materi yang sudah dikembangkan sdalam proses belajar mengajar.
8
Guru menginformasikan tentang materi yang akan disampaikan pada setiap pertemuan.
9
Guru
memperhatikan
keperbedaan
tingkat
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. 10
Guru menginformasikan kalender akademik yang akan dilewati satu semester.
11
Guru menginformasikan waktu pelaksanaan ujian
115
No.
Penyataan
ST
yang dilaksanakan oleh sekolah. 12
Guru
memberikan
kesempatan
seluas-luasnya
kepada peserta didik untuk bertanya tentang materi pelajaran. 13
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan tentang kesulitan-kesulitan belajar.
14
Guru menggunakan multi media dalam proses belajar mengajar.
15
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan media elektronik yang disediakan oleh sekolah.
16
Guru menyusun alat evaluasi sesuai dengan materi yang disampaikan pada saat proses belajar mengajar di kelas.
17
Guru memberikan penilaian hasil belajar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
18
Guru menyampaikan laporan hasil belajar kepada peserta didik.
19
Guru
memberikan
kesempatan
untuk
mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa. 20
Guru memberikan apresiasi bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa.
116
T
R
SR
Lampiran 8
Distribusi Frekuensi Kompetensi Pedagogi Guru Wiyata Bakti MTs. Yakti Tegalrejo
No
No. Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Score Total
Nominasi
Jawaban Angket
1
001
4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4
69
C
2
002
4 2 2 2 3 3 4 3 4 4 4 2 2 2 3 3 4 3 4 4
64
C
3
003
4 2 2 3 4 3 2 4 4 4 4 2 2 3 4 3 2 4 4 4
67
C
4
004
4 3 2 3 4 2 3 4 4 4 4 3 2 3 4 2 3 4 4 4
70
C
5
005
4 3 2 3 4 2 3 4 4 4 4 3 2 3 4 2 3 4 4 4
71
C
6
006
4 2 2 3 4 3 3 4 4 4 4 2 2 3 4 3 3 4 4 4
72
C
7
007
4 2 3 4 4 2 3 3 3 4 4 2 3 4 4 2 3 3 3 4
71
C
8
008
4 2 3 4 3 2 4 2 4 4 4 2 3 4 3 2 4 2 4 4
72
C
9
009
4 3 3 4 4 3 3 4 2 4 4 3 3 4 4 3 3 4 2 4
77
C
10
010
4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4
74
C
11
011
4 2 2 4 4 2 3 3 3 3 4 2 2 4 4 2 3 3 3 3
71
C
12
012
4 3 2 4 4 3 4 3 4 3 4 3 2 4 4 3 4 3 4 3
80
C
13
013
4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3
79
C
14
014
4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4
84
B
15
015
4 3 2 3 3 3 3 4 3 2 4 3 2 3 3 3 3 4 3 2
75
C
16
016
4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3
82
B
17
017
4 4 2 4 3 4 3 4 3 3 4 4 2 4 3 4 3 4 3 3
85
B
18
018
3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4
90
B
19
019
4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3
89
B
20
020
4 4 2 4 3 4 3 4 3 2 4 4 2 4 3 4 3 4 3 2
86
B
21
021
4 4 1 3 3 3 3 4 4 4 4 4 1 3 3 3 3 4 4 4
87
B
22
022
4 1 2 3 4 4 3 4 3 3 4 1 2 3 4 4 3 4 3 3
84
B
23
023
4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4
89
B
24
024
4 3 3 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 2 3 4 3 3 3 4
88
B
25
025
4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4
91
B
26
026
4 2 2 3 3 4 3 3 2 4 4 2 2 3 3 4 3 3 2 4
86
B
27
027
4 4 3 3 3 4 3 2 2 4 4 4 3 3 3 4 3 2 2 4
91
B
28
028
4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3
88
B
117
No
No. Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Score Total
Nominasi
Jawaban Angket
29
029
4 2 3 3 2 3 3 2 3 4 4 2 3 3 2 3 3 2 3 4
87
B
30
030
4 3 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3
86
B
31
031
4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3
87
B
32
032
4 3 4 2 3 2 3 3 4 2 4 3 4 2 3 2 3 3 4 2
92
B
33
033
4 2 2 3 4 2 3 4 4 4 4 2 2 3 4 2 3 4 4 4
97
B
34
034
4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4
104
A
35
035
4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4
105
A
36
036
4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4
106
A
37
037
4 3 2 3 4 4 3 4 2 3 4 3 2 3 4 4 3 4 2 3
101
A
38
038
4 4 2 3 4 3 3 4 2 3 4 4 2 3 4 3 3 4 2 3
102
A
39
039
4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3
105
A
40
040
4 3 2 2 4 3 3 3 3 4 4 3 2 2 4 3 3 3 3 4
102
A
41
041
4 3 2 2 4 4 3 4 3 3 4 3 2 2 4 4 3 4 3 3
105
A
42
042
4 3 3 3 4 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3
106
A
43
043
4 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 4
107
A
44
044
4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3
110
A
45
045
4 3 2 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 4 4 3 3 3 3
109
A
118
Lampiran 9 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa MTs. Yakti Tegalrejo, Magelang No No. Resonden Nilai Nominasi 1 001 72 C 2 002 82 B 3 003 79 B 4 004 80 B 5 005 68 C 6 006 78 B 7 007 87 A 8 008 73 C 9 009 77 B 10 010 80 B 11 011 72 C 12 012 77 B 13 013 79 B 14 014 83 B 15 015 70 C 16 016 73 C 17 017 78 B 18 018 79 B 19 019 71 C 20 020 73 C 21 021 79 B 22 022 80 B 23 023 72 C 24 024 75 C 25 025 79 B 26 026 73 C 27 027 76 B 28 028 81 B 29 029 82 B 30 030 72 C 31 031 74 C 32 032 78 B 33 033 80 B 34 034 75 C 35 035 77 B 36 036 82 B 37 037 84 A 38 038 75 C 39 039 78 B 40 040 85 A 41 041 86 A 42 042 77 B 43 043 79 B 44 044 81 B 45 045 85 A
119
Tabel Nilai-nilai r Product Moment
1 2 3 4 5
Taraf Signif 5% 1% … … … … 0.997 0.999 0.950 0.990 0.878 0.959
26 27 28 29 30
Taraf Signif 5% 1% 0.388 0.496 0.381 0.487 0.374 0.478 0.367 0.470 0.361 0.463
55 60 65 70 75
Taraf Signif 5% 1% 0.266 0.345 0.254 0.330 0.244 0.317 0.235 0.306 0.227 0.296
6 7 8 9 10
0.811 0.754 0.707 0.666 0.632
0.917 0.874 0.834 0.798 0.765
31 32 33 34 35
0.355 0.349 0.344 0.339 0.334
0.456 0.449 0.442 0.436 0.430
80 85 90 95 100
0.220 0.213 0.207 0.202 0.195
0.286 0.278 0.270 0.263 0.256
11 12 13 14 15
0.602 0.576 0.553 0.532 0.514
0.735 0.708 0.684 0.661 0.641
36 37 38 39 40
0.329 0.325 0.320 0.316 0.312
0.424 0.418 0.413 0.408 0.403
125 150 175 200 300
0.176 0.159 0.148 0.138 0.113
0.230 0.210 0.194 0.181 0.148
16 17 18 19 20
0.497 0.482 0.468 0.456 0.444
0.623 0.606 0.590 0.575 0.561
41 42 43 44 45
0.308 0.304 0.301 0.297 0.294
0.398 0.393 0.389 0.384 0.380
400 500 600 700 800
0.098 0.088 0.080 0.074 0.070
0.128 0.115 0.105 0.097 0.091
21 22 23 24 25
0.443 0.423 0.413 0.404 0.396
0.579 0.537 0.526 0.515 0.505
46 47 48 49 50
0.291 0.288 0.284 0.281 0.279
0.376 0.372 0.368 0.364 0.361
900 1000
0.065 0.062
0.086 0.081
N
N
120
N