HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK DENGAN SIKAP TAWADHU’ KEPADA ORANG TUA SISWA KELAS V MI MEDAYU 02, DESA MEDAYU, KECAMATAN SURUH, KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S.Pd.I) Dalam Ilmu Tarbiyah
Disusun Oleh : NOVA MAULYDIA 114 08 077
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
i
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
TRI WAHYU HIDAYATI, M.Ag. DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp : 3 eksemplar Hal
: Naskah skripsi Saudari NOVA MAULYDIA Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu'alaikum. Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari : Nama
: NOVA MAULYDIA
NIM
: 114 08 077
Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam (PAI) Judul
: HUBUNGAN
ANTARA
PRESTASI
BELAJAR
AQIDAH AKHLAK DENGAN SIKAP TAWADHU’ KEPADA ORANG TUA SISWA KELAS V MI MEDAYU 02, DESA MEDAYU, KECAMATAN SURUH,
KABUPATEN
SEMARANG
TAHUN
PELAJARAN 2010 Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu'alaikum, Wr, Wb. Salatiga, 12 Agustus 2010 Pembimbing
Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. NIP. 19741123 200003 2 002
ii
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PENGESAHAN Skripsi Saudari : Nova Maulydia dengan Nomor Induk Mahasiswa : 114 08 077 yang berjudul : "HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK DENGAN SIKAP TAWADHU’ KEPADA ORANG TUA SISWA KELAS V MI MEDAYU 02, DESA MEDAYU, KECAMATAN SURUH, KABUPATEN
SEMARANG
TAHUN
PELAJARAN
2010".
Telah
dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Sabtu, 28 Agustus 2010 M yang bertepatan dengan tanggal 18 Ramadhan 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah. 28 Agustus 2010 M Salatiga, 18 Ramadhan 1431 H Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd NIP. 19670112 199203 1 005
Penguji I
Penguji II
Prof. Dr. Muh. Zuhri, MA NIP. 19530326 197803 1 001
H. Agus Waluyo, M.Ag. NIP. 19750211 200003 1 001 Pembimbing
Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. NIP. 19741123 200003 2 002
iii
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
DEKLARASI
بسم اهلل الرحمن الرحيم Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain
di
luar
referensi
yang
peneliti
cantumkan,
maka
peneliti
sanggup
mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 12 Agustus 2010 Penulis,
Nova Maulydia NIM. 114 08 077
iv
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini: Nama
: NOVA MAULYDIA
NIM
: 114 08 077
Jurusan
: TARBIYAH
Program Studi
: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip ataui dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 12 Agustus 2010 Yang Menyatakan,
Nova Maulydia NIM. 114 08 077
v
MOTTO
Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan) (Q.S Al-Insyiqaaq : 19)
ْصب َ غتَ فَا ْن ْ َفَإِذَا فَر Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguhsungguh (urusan) yang lain (Q.S Al-Insyirah : 7)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk : Yang tercinta kekasihku ……… Setiap inci peluh juga teluhmu telah melumpuhkan egoku, disini untuk yang kesekian kalinya aku merasa bahwa langkah yang kita bangun adalah Sabda jiwa atas kehendak cinta. Our love don’t ever end so save our love forever. My son …. Julyoes Novian Aulya … kamu adalah indah inspirasiku so don’t fail me in my hour of need. My Parent, untuk kemegahan cinta, do’a, dan kasih sayangnya Teman-teman mahasiswa dan almamater
vii
ABSTRAK MAULYDIA, NOVA. 114 08 077. HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK DENGAN SIKAP TAWADHU’ KEPADA ORANG TUA SISWA KELAS V MI MEDAYU 02, DESA MEDAYU, KECAMATAN SURUH, KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010. Skripsi Jurusan Tarbiyah, Program Studi PAI STAIN Salatiga. Pembimbing: Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. Kata kunci : Aqidah Akhlak dan Sikap Tawadhu’ Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: adakah pengaruh hubungan antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa kelas V MI Medayu 02, Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2010. Penelitian ini menggunakan metode angket, observasi, wawancara, dokumentasi dan metode analisis data. Subyek penelitian sebanyak 16 responden, menggunakan teknik populasi dan sampel. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaring data X dan data Y. Data penelitian yang terkumpul di analisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Berdasarkan analisis data dengan rumus Chi Square, hasil perhitungan koefisien kontingensi 0,159. Setelah dikonsultasikan dengan product moment terlebih dahulu mencari df-nya. df = N – nr yakni 16 – 2 = 14 diperoleh harga tabel dengan batas signifikansi 1% yang menunjukkan angka 0.623 dengan kaidah uji bila r hasil < rtabel pada taraf signifikansi 1% maka hasil dinyatakan tidak signifikan, berarti hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa “tidak ada hubungan yang sangat signifikan antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa”. Sehingga hipotesis yang ditawarkan ditolak kebenarannya dengan demikian hipotesis skripsi ini dikatakan makin kecil prestasi belajar aqidah akhlak makin rendah sikap tawadhu’ kepada orang tua. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa prestasi belajar aqidah akhlak siswa kelas V MI Medayu 02 Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tidak berpengaruh pada sikap tawadhu’ kepada orang tua.
viii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini adalah "HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK DENGAN SIKAP TAWADHU’ KEPADA ORANG TUA SISWA KELAS V MI MEDAYU 02, DESA MEDAYU, KECAMATAN SURUH, KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010”. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN 2. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah PAI STAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai. 4. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita. 5. Kepala MI Medayu 02 beserta para guru yang telah membantu penulis selama mengadakan penelitian di sekolah tersebut. 6. Suami tercinta yang selalu membantu penulis dalam segala hal.
ix
7. Anakku sebagai indah inspirasiku 8. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat semua yang telah membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal „alamien.
Suruh, 12 Agustus 2010 Penulis,
NOVA MAULYDIA 114 08 077
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .....................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................
iii
HALAMAN DEKLARASI ....................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...............................................
v
MOTTO.................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ..................................................................................
vii
ABSTRAK ............................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ...........................................................................
ix
DAFTAR ISI .........................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .................................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..............................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................
5
C. Tujuan Penelitian ........................................................
5
D. Manfaat Penelitian ......................................................
6
E. Hipotesis .....................................................................
7
F. Penegasan Istilah .......................................................
7
G. Variabel Penelitian ......................................................
8
H. Metode Penelitian ......................................................
10
I. Sistematika Penulisan Skripsi......................................
14
xi
BAB II
LANDASAN TEORI A. Aqidah Akhlak ...........................................................
16
1. Pengertian dasar ...................................................
16
2. Fungsi dan Tujuan ...............................................
17
3. Karakteristik Mata Pelajaran Aqidah dan Akhlak ..
18
4. Ruang Lingkup ....................................................
20
5. Standar Kompetensi Bahan Kajian .......................
21
6. Standar Kompetensi Pelajaran Aqidah dan Akhlak
21
7. Tujuan Belajar Aqidah Akhlak .............................
28
8. Faktor-faktor Belajar Aqidah Akhlak ...................
30
B. Sikap Tawadhu’ Kepada Orang Tua ...........................
38
1. Pengertian Dasar ..................................................
36
2. Bentuk-bentuk Sikap Tawadhu’ Kepada Orang Tua ............................................................
37
3. Faktor-faktor Yang Membentuk sikap Tawadhu’ ............................................................
40
C. Hubungan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak terhadap Sikap Tawadhu’ ......................................................... BAB III
41
LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum tentang MI Medayu 02 Suruh ........
44
1. Sejarah singkat Berdirinya ...................................
44
2. Letak Geografis ....................................................
45
3. Struktur Organisasi ..............................................
45
4. Keadaan Guru dan Siswa ......................................
46
B. Penyajian Data Hasil Penelitian ..................................
49
xii
BAB IV
BAB V
ANALISIS DATA A. Analisis Pertama ........................................................
54
B. Analisis Kedua ...........................................................
58
C. Analisis Ketiga ..........................................................
63
PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................
71
B. Saran-Saran ................................................................
72
C. Penutup ......................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I
Daftar Guru MI Medayu 02 Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2010 ............
47
Tabel II
Daftar Siswa MI Medayu 02 Suruh Tahun Pelajaran 2010 ...
48
Tabel III
Daftar Nama Responden Siswa Kelas V MI Medayu 02 Suruh Tahun Pelajaran 2010 ................................................
49
Tabel IV
Daftar Nilai Tes Prestasi Belajar Aqidah Akhlak ..................
50
Tabel V
Daftar Jawaban Angket Tentang Sikap Tawadhu’ Kepada Orang Tua ............................................................................
51
Daftar Nilai Hasil Tes Prestasi Belajar Aqidah Akhlak .........
54
Tabel VII Nilai Tingkat Prestasi Belajar Aqidah Akhlak .....................
55
Tabel VIII Komposisi Frekuensi Prestasi Belajar Aqidah Akhlak ..........
57
Tabel IX
Hasil Angket Sikap Tawadhu’ Kepada Orang Tua ..............
58
Tabel X
Hasil Perhitungan Angket Sikap Tawadhu’ Kepada Orang
Tabel VI
Tua ......................................................................................
59
Nilai Tingkat Sikap Tawadhu’ Kepada Orang Tua ..............
61
Tabel XII Komposisi Frekuensi Sikap Tawadhu’ Kepada Orang Tua ..
62
Tabel XI
Tabel XIII Persiapan Tingkat Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Dengan Sikap Tawadhu’ Kepada Orang Tua .....................................
64
Tabel XIV Frekuensi Yang Diperoleh (fO) .............................................
65
Tabel XV Tabel Frekuensi Yang Diharapkan (fh).................................
67
Tabel XVI Harga Chi Kuadrat ...............................................................
68
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal dan informal di sekolah dan di luar sekolah. Maka dari itu peranan guru sangatlah penting karena dengan belajar pendidikan agama di sekolah Madrasah Ibtidaiyah siswa dapat bertingkah laku dengan baik agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa suatu pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan NasionalIndonesia dan tanggap terhadap tuntutan zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa pelajaran aqidah akhlak merupakan bagian integral dari sistem pendidikan Nasional. Kegiatan belajar aqidah akhlak merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan dan diterapkan kepada siswa, agar siswa tersebut tidak terpengaruh oleh dunia bebas dan pergaulan bebas, berperilaku sopan kepada menghormati orang tua. Dengan demikian manfaat belajar pelajaran aqidah akhlak sangatlah penting dan sangat diperlukan untuk membimbing dan 1
2
membina siswa agar memahami dan mengetahui manfaat belajar aqidah akhlak. Manfaat belajar pelajaran aqidah akhlak di madrasah merupakan bagian tersendiri dari pendidikan. Agama merupakan faktor yang menentukan prilaku/watak/sikap dan kepribadian siswa sehingga siswa dapat memotivasi untuk mempraktekkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (aqidah) dan akhlakul karimah (akhlak) dalam kehidupan sehari-hari, agar anak mempunyai perilaku yang baik. Anak didik diharapkan dapat memperhatikan manfaat pendidikan pelajaran aqidah akhlak sebagai kontrol dalam kehidupan sehari-hari. Islam sangat menganjurkan tawadhu’. Ia adalah sifat terpuji dan mata kesejukan yang tercermin dalam sikap hidup shari-hari. Dengan sikap tawadhu’, rasa sombong dan angkuh akan sirna, sehingga lahirlah segala kebaikan dan kemuliaan, bahkan dengan tawadhu’, rendah hati, sikap lemah lembut, seorang aktivis dakwah akan mampu membuka mata hati objek dakwah dan meraih keridhaan Illahi. Tawadhu’ adalah akhlak mulia yang menggambarkan keagungan jiwa, ketinggian derajat, dan keberhasilan hati pemiliknya. Dalam dunia pendidikan sikap tawadhu’ wajib dimiliki oleh siswa kepada orang tua, karena orang tua wajib dihormati dan dihargai agar semua yang disampaikan dapat diterima oleh anak dengan mudah. Salah satu tujuan pendidikan adalah pembentukan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan demikian keberadaan pelajaran aqidah akhlak sangat penting dan dapat disejajarkan dengan pendidikan umum lainnya
3
sebagai satu kebutuhan dalam pencapaian tujuan pembelajaran siswa secara menyeluruh. Selain itu pelajaran aqidah akhlak bertujuan untuk membimbing anak agar menjadi muslim yang sejati, beriman, teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia serta berguna bagi masyarakat dan bangsa. Pada masa sekarang ini sikap tawadhu’ siswa terhadap orang tua sangatlah minim, kebanyakan dari mereka tidak lagi mempunyai sikap hormat atau tawadhu’ kepada orang tua. Mereka beranggapan bahwa sikap tawadhu’ pada orang tua tidak penting dan tidak berpengaruh terhadap pelajaran aqidah akhlak dari sekolahan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 23 :
Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (Departemen Agama RI, 1989:81) Berdasarkan pada ayat diatas maka orang tua mempunyai peranan yang sangat penting terhadap anak-anaknya. Dengan demikian orang tua dituntut sadar untuk membekali dan membentengi anak-anaknya karena anak adalah generasi masa depan, merekalah yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Pendidikan Islam telah menanamkan kesadaran dalam diri
4
manusia terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah, dan kesadaran selaku anggota masyarakat yang harus harus memiliki rasa tanggungjawab sosial terhadap pembinaan masyarakatnya serta menanamkan kemampuan manusia untuk mengelola, memanfaatkan alam sekitar ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan manusia dan kegiatan ibadahnya. Dalam proses pendidikan yang dikehendaki oleh Islam, untuk mencapai sasaran dan tujuan akhir, nilai-nilai Islam akan mendasari dan membentuk corak kepribadian anak. Ajaran-ajaran agama Islam sangat baik, namun sebaik apapun ajaran agama Islam jika tidak diketahui, dipahami, dihayati dan diamalkan tidak akan berpengaruh apa-apa dalam kehidupan manusia. Cara terpenting untuk mengetahui dan memahami ajaran agama adalah melalui pendidikan. Untuk itu optimalisasi pengajaran dan pelajaran aqidah akhlak sangat diperlukan di tingkat sekolah dimana anak-anak menuntut ilmu. Dari anggapan di atas, peneliti melihat minimnya sikap tawadhu’ Siswa Kelas V MI Medayu 02 Suruh. Tetapi dalam hal ini, pelajaran aqidah akhlak atau lebih khususnya lagi para pengampu mata pelajaran agama Islam berupaya untuk menumbuhkan sikap tawadhu’ siswa kepada orang tua. Dengan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang:
“HUBUNGAN
ANTARA
PRESTASI
BELAJAR
AQIDAH AKHLAK DENGAN SIKAP TAWADHU’ KEPADA ORANG TUA
SISWA
KECAMATAN
KELAS
V
SURUH,
PELAJARAN 2010”.
MI
MEDAYU
KABUPATEN
02,
DESA
SEMARANG
MEDAYU, TAHUN
5
B. Perumusan Masalah Pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana prestasi belajar aqidah akhlak siswa kelas V MI Medayu 02, Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010? 2. Bagaimanakah sikap tawadhu’ kepada orang tua pada siswa kelas V MI Medayu 02, Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010? 3. Adakah hubungan antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua pada siswa
kelas V MI Medayu 02,
Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010?
C. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan atau aktifitas pasti mempunyai tujuan yang hendak dicapai untuk memberi arah pada penelitian supaya dapat berjalan lancar. Tujuan penelitian merupakan target yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian. Sesuai dengan pokok permasalahan tersebut, maka peneliti ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui prestasi belajar aqidah akhlak siswa kelas V MI Medayu 02, Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010.
6
2. Untuk mengetahui sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa kelas V MI Medayu 02, Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010. 3. Untuk mengetahui adakah hubungan antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa kelas V MI Medayu 02, Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang ada tidaknya hubungan antara prestasi pelajaran aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua. Bersumber dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun teoritik yaitu : 1. Secara praktis, apabila ada hubungan berarti hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang prestasi belajar aqidah akhlak ternyata mempunyai pengaruh positif dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua dari pemahaman tersebut orang tua dapat senantiasa memberikan bimbingan pelajaran aqidah akhlak yang akan berdampak positif dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua. 2. Secara
teoritik,
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan
bagi
pengembangan pendidikan pada umumnya dan khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitian lapangan.
7
E. Hipotesis Peneliti punya asumsi bahwa minat dan tidaknya anak dalam sikap tawadhu’ kepada orang tua dipengaruhi oleh tingkat prestasi belajar aqidah akhlak. Oleh karena itu, penulis mengajukan hipotesis penelitian yaitu : “Ada pengaruh positif antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa kelas V MI Medayu 02, Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010”. Hipotesis
merupakan
jawaban
sementara
yang
harus
diuji
kebenarannya melalui kegiatan penelitian. Menurut Suharsini Arikunto hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara dengan permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsini Arikunto, 1996:67). Dengan demikian harus diuji validitasnya dengan pembuktian empiris melalui penelitian. Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan atau kesimpulan sementara dengan suatu permasalahan penelitian yang mungkin benar atau mungkin salah hipotesis ini akan diterima jika fakta membuktikan benar dan ditolaknya jika fakta membuktikan salah.
F. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan pemahaman dengan maksud dari judul, maka berikut akan dijelaskan maksud judul sebagai berikut : 1. Prestasi belajar aqidah akhlak Prestasi
adalah
suatu
hasil
yang
telah
dicapai
(WJS. Poerwadarminta, 1976:118). Jadi yang dimaksud prestasi belajar
8
aqidah akhlaq adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT, dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pendidikan itu juga diarahkan pada peneguhan aqidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa (KH. Edham Syafi’i dan Rafi’udin, 2003:21). 2. Sikap Tawadhu’ Pengertian sikap menurut bahasa berarti cara berdiri yakni tegak, teratur atau dipersiapkan untuk bertindak (WJS. Poerwadarminta, 1976:944). Sedangkan tawadhu’ adalah sikap rendah hati, merendahkan diri, patuh, taat (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, t.t.h:908). Jadi sikap tawadhu' merupakan sikap merendah hati dan lemah lembut dengan sesama manusia. Sedangkan sikap tawadhu' pada guru adalah sikap berbuat baik dengan gurunya dan berbuat baik di dalam proses belajar. Dengan kata lain, sikap tawadhu’ dengan orang tua adalah sikap hormat dan berbuat baik kepada orang tua.
G. Variabel Penelitian Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi yang keliru dan untuk membatasi ruang lingkup pembahasan judul penelitian ini, maka penulis
9
perlu memperjelas cakupan keluasan makna yang terkandung dalam judul penelitian ini. Dalam judul penelitian ini mencakup dua variabel, yaitu Hubungan antara prestasi belajar aqidah akhlak sebagai variabel pertama, sedangkan sikap tawadhu’ dalam penelitian ini merupakan variabel yang kedua. Adapun indikator prestasi belajar aqidah akhlak meliputi : 1. Aspek Aqidah a). Keimanan kepada sifat Wajib, Mustahil dan Jaiz Allah. b). Keimanan kepada kitab Allah. c). Keimanan kepada Rasul Allah. d). Keimanan kepada sifat-sifat dan Mu’jizat-Nya. e). Keimanan kepada Hari Akhir. 2. Aspek Akhlak a). Akhlak terpuji Khauf, taubat, tawadhu’, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat, ta’aruf, ta’awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji dan bermusyawarah. b). Akhlak tercela Kufur, syirik, munafik, namimah dan ghibah. Adapun indikator sikap tawadhu’ : 1. Bersikap hormat pada orang tua 2. Berlaku sopan santun 3. Taat dan patuh 4. Berbicara lemah lembut
10 5. Mendo’akan kedua orang tua 6. Minta maaf bila melakukan salah 7. Menyayangi kedua orang tua H. Metode Penelitian Metode yang akan digunakan penelitian ini adalah : 1. Metode Penentuan Subyek a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsini Arikunto, 1996:115). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswasiswa kelas V MI Medayu 02 Suruh. b. Sampel Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki (Suharsini Arikunto, 1996:117). Menurut Suharsimi Arikunto sampel digunakan untuk sekedar perkiraan apabila obyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitian tersebut merupakan penelitian populasi. Sedangkan Apabila obyeknya lebih besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih (Suharsimi Arikunto, 1998:120). Adapun sampel yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Medayu 02 Suruh yang berjumlah 16 siswa. c. Teknik sampling Teori sampling mempunyai dua tugas penting:
11
1) Mengadakan estimilasi (menaksir) keadaan paramental dari statistik seperti yang baru dibicarakan. 2) Mengadakan penyelidikan apakah perbedaan-perbedaan yang di observasi antara dua sampel (atau lebih) merupakan perbedaan yang meyakinkan ataukah hanya faktor kebetulan (Sutrisno Hadi, 1981:303). 2. Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang penulis terapkan adalah : a. Metode Angket / Kuisioner Kuisioner adalah sebuah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsini Arikunto, 1996:139). Metode kuisioner ini penulis gunakan sebagai alat mengumpulkan data mengenai prestasi pelajaran aqidah akhlak dan sikap tawadhu’. Teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data dalam bentuk pertanyaan tentang suatu hal yang akan dijawab oleh responden, sering teknik angket ini disebut interview tak langsung. Teknik ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua, dengan responden siswa kelas V MI Medayu 02 Suruh. b. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap fenomene-fenomena yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 1981:151).
12
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang situasi umum di MI Medayu 02 Suruh seperti letak geografis, sarana dan prasaranan, keadaan siswa, diamati dan dicatat secara seksama dan sistematis. c. Interview Metode ini dilakukan secara langsung kepada sumber data untuk memperoleh sebagian data mengenai prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua yang pernah diwujudkan. Wawancara harus dilaksanakan dengan efektif artinya dalam kurun waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh informasi sebanyak-banyaknya. Bahasa harus jelas, terarah, suasana harus tetap rileks agar data yang diperoleh data yang objektif dan dapat di percaya (Suharsini Arikunto, 1996:145). d. Metode Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barangbarang tertulis (Suharsimin Arikunto, 1998:149). Digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan anak secara umum. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, edisi revisi 1992:149). e. Metode Analisis Data Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengalisis data yang telah diperoleh sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu:
13
1) Untuk mencapai tujuan nomor satu dan nomor dua dengan menggunakan rumus: (Anas Sudijono, 2000:40) P
F 100% N
Keterangan : P
= Prosentase
F
= Frekuensi
N
= Jumlah responden
2) Untuk mengetahui kadar hubungan antara penghasilan orang tua dengan
minat
melanjutkan
sekolah
siswa,
maka
penulis
menggunakan rumus chi square: Rumus chi kuadrat
X
2
2 fo fh
fh
Keterangan :
X2
= Chi kuadrat
fo
= Frekuensi yang diperoleh
fh
= Frekuensi yang diharapkan (Sutrisno Hadi, 1973:354)
3) Dari hasil tersebut dikembangkan dengan rumus kontigensi X2 KK 2 X N
Keterangan: KK = Koefisien kontingensi
X 2 = Harga chi kuadrat yang diharapkan
14
I. Sistematika Penulisan Skripsi Skripsi ini terdiri dari lima bab yang secara global sistematikanya, sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Pendahuluan ini terdiri dari sub bab latar belakang masalah, penegasan istilah, variabel penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II
KERANGKA TEORITIS Dalam bab ini akan penulis kemukakan tentang sub bab aqidah akhlak meliputi pengertian dasar dan tujuan belajar aqidah akhlak, fungsi dan tujuan pelajaran aqidah akhlak. Sikap tawadhu’ kepada orang tua meliputi pengertian, bentuk-bentuk sikap tawadhu’ kepada orang tua, faktor-faktor yang membentuk sikap tawadhu’.
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN Laporan hasil penelitian ini penulis kemukakan tentang Gambaran Umum MI Medayu 02, Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang: Sejarah Berdirinya MI Medayu 02 Suruh, Letak Geografis, Struktur Organisasi, Sarana dan Prasarana, Keadaan Guru dan Siswa serta Penyajian Data
BAB IV
ANALISIS DATA Yang mencakup persiapan penelitian, analisis pertama, analisis kedua, analisis ketiga, dan menguji hipotesis untuk mengetahui
15
hubungan antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa kelas V MI Medayu 02, Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010. BAB V
PENUTUP Pada bagian penutup berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP PENULIS LAMPIRAN
BAB II LANDASAN TEORI
A. Aqidah Akhlak 1. Pengertian Dasar Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi yang sangat luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, ketrampilan dan perasaan sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Para ahli pendidikan dan agama serta para pemikir memberikan pengertian yang berbeda tentang pengertian belajar aqidah akhlak. Sebagian di antaranya adalah menurut Muhaimin, yang menyatakan bahwa belajar aqidah akhlak adalah usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai (Muhaimin., 2000:76). Apabila dihubungkan dengan belajar aqidah akhlak dengan pelatihan dan pengajaran dan bimbingan yang diberikan tentunya tentang nilai nilai agama Islam. Sebagaimana ditekankan oleh Achmadi, yang menyatakan bahwa belajar aqidah akhlak adalah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam (Achmadi, 1992:20). Kegiatan ini tentunya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan dengan menghargai tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
16
17
Belajar aqidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT, dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari pengajaran,
latihan,
penggunaan
melalui
kegiatan bimbingan,
pengalaman,
keteladanan
dan
pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pendidikan itu juga diarahkan pada peneguhan aqidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa (KH. Edham Syafi‟i dan Rafi‟udin, 2003:21). 2. Fungsi dan Tujuan a. Fungsi Belajar aqidah akhlak di Madrasah berfungsi untuk : (a) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat ; (b) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta Akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga ; (c) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui aqidah akhlak ; (d) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan seharihari ; (e) Pencegahan peserta didik dari hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-
18
hari ; (f) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan Akhlak, serta sistem dan fungsionalnya ; (g) Penyaluran peserta didik untuk mendalami aqidah akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. b. Tujuan Mata pelajaran aqidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya
yang
terpuji,
melalui
pemberian
dan
pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengamalan peserta didik tentang aqidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yan terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 3. Karakteristik Mata Pelajaran Aqidah dan Akhlak Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang dapat membedakannya dengan mata pelajaran lain. Adapun karakteristik mata pelajaran aqidah dan akhlak adalah sebagai berikut: a. Pendidikan Aqidah dan Akhlak merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Untuk kepentingan pendidikan, dikembangkan materi aqidah dan akhlak pada tingkat yang lebih rinci sesuai tingkat dan jenjang pendidikan.
19
b. Prinsip-prinsip dasar 1) Aqidah adalah keimanan atau keyakinan yang tersimpul dan terhujam kuat di dalam lubuk jiwa atau hati manusia yang diperkuat dengan dalil-dalil naqli, aqli, dan wijdani atau perasaan halus dalam meyakini dan mewujudkan rukun iman yang enam yaitu, iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada takdir. 2) Akhlak adalah pembentukan sikap dan kepribadian seseorang agar berakhlak mulia atau Akhlak Al-Mahmudah dan mengeliminasi akhlak tercela atau akhlak Al-Madzmumah sebagai manifestasi akidahnya dalam perilaku hidup seseorang dalam berakhlak kepada Allah dan Rasul-Nya, kepada diri sendiri, kepada sesama manusia, dan kepada alam serta makhluk lain. 3) Mata pelajaran Aqidah dan Akhlak merupakan salah satu rumpun mata pelajaran pendidikan agama di madrasah (Al-Qur‟an Hadits, Aqidah Akhlak, Syari‟ah/Fiqih Ibadah Muamalah dan Sejarah Kebudayaan Islam) yang secara integratif menjadi sumber nilai dan landasan moral spiritual yang kokoh dalam pengembangan keilmuan dan kajian keislaman, termasuk kajian aqidah dan akhlak yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan budaya. 4) Mata pelajaran aqidah dan akhlak tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang aqidah dan akhlak dalam ajaran Islam, melainkan yang
20
terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan aqidah dan akhlak itu dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Aqidah dan Akhlak menekankan keutuhan dan keterpaduan antara pengetahuan,
sikap,
dan perilaku atau
lebih
menekankan
pembentukan ranah efektif dan psikomotorik yang dilandasi oleh ranah kognitif. 5) Tujuan mata pelajaran Aqidah dan Akhlak adalah untuk membentuk peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta memiliki Akhlak mulia. Tujuan inilah yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW, untuk memperbaiki akhlak manusia. Dengan demikian, pendidikan Aqidah dan Akhlak merupakan jiwa belajar aqidah akhlak. Mengembangkan dan membangun akhlak yang mulia merupakan tujuan sebenarnya dalam setiap pelaksanaan pendidikan. Sejalan dengan tujuan itu maka semua mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah memuat pendidikan akhlak dan oleh karena itu setiap guru mengemban tugas menjadikan dirinya dan peserta didiknya berakhlak mulia. 4. Ruang Lingkup Cakupan kurikulum Belajar Aqidah Akhlak di MI Medayu 02 Suruh, meliputi: a. Aspek aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat Wajib, Mustahil dan Jaiz Allah, keimanan kepada kitab Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan Mu‟jizat-Nya dan Hari Akhir.
21
b. Aspek Akhlak terpuji yang terdiri atas khauf, taubat, tawadhu’, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat, ta’aruf, ta’awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji dan bermusyawarah. c. Aspek Akhlak tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah dan ghibah. 5. Standar Kompetensi Bahan Kajian Dengan landasan Al Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, peserta didik beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia/berbudi pekerti luhur yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan alam sekitar ; mampu menjaga kemurnian aqidah Islam ; memiliki keimanan yang kokoh yang dilandasi dengan dalil-dalil naqli (Al Qur‟an dan Hadist), dalil aqli, maupun dalil wijdani (perasaan halus), serta menjadi pelaku ajaran Islam yang loyal, komitmen dan penuh dedikatif baik untuk keluarga, masyarakat maupun bangsanya, dengan tetap menjaga terciptanya kerukunan hidup beragama yang dinamis. 6. Standar Kompetensi Pelajaran Aqidah dan Akhlak Kompetensi mata Belajar Aqidah Akhlak berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah. Kompetensi ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat aqidah serta meningkatkan kualitas akhlak
22
sesuai dengan ajaran Islam. Kompetensi mata belajar aqidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah adalah sebagai berikut: a. Meyakini sifat-sifat wajib dan mustahil Allah yang nafsiyah dan salbiyah, berakhlak terpuji kepada Allah dan menghindari akhlak tercela kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari. b. Meyakini dan mengamalkan sifat-sifat wajib dan mustahil Allah yang Ma’ani/Ma’nawiyah serta sifat Jaiz bagi Allah, berakhlak terpuji kepada diri sendiri, menghindari akhlak tercela kepada diri sendiri. Serta meneladani perilaku kehidupan Rasul/Sahabat/Ulama dalam kehidupan sehari-hari. c. Meyakini kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul serta mempedomani dan mengamalkan Al Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari. d. Meyakini Nabi dan Rasul Allah beserta sifat-sifat dan Mu’jizat-Nya dan meneladani Akhlak Nabi Muhammad dalam kehidupan seharihari e. Meyakini adanya hari akhir dan alam ghoib dalam kehidupan seharihari, berakhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela terhadap lingkungan sosial/sesama manusia dalam masyarakat. f. Berakhlak terpuji terhadap flora dan fauna serta menghindari akhlak tercela terhadap flora dan fauna serta meneladani akhlak para Rasul/Sahabat atau ulul Amri dalam kehidupan sehari-hari.
23
Setiap manusia yang dilahirkan di dunia ini selalu mempunyai kebutuhan baik jasmani maupun rohani. Hal ini sudah menjadi kebenaran dhoruri yang dimengerti oleh setiap orang.
Hal ini tidak lepas dari
pengertian bahwa manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang mempunyai nilai nilai dan etika. Hal itu juga yang membedakaan antara manusia dengan makhluk Tuhan lain. Sebab tanpa etika tersebut manusia tidak lebih dari hewan bahkan lebih rendah lagi. Sebagaimana tertera dalam Al-Qur‟an Surat Al-A'raf ayat 179 :
Artinya : “Mereka itu sebagai binatang ternak, bahan mereka lebih sesat lagi…” (Depag RI, 1989:251). Apabila kita tinjau dari fisik manusia dan hewan tidak ada bedanya sama sekali. Hal ini karena nampak persamaan antara manusia dan hewan yang lain. Apabila kita lihat satu persatu terdapat pesan, antara lain: -
Mempunyai tingkah laku negatif
-
Melakukan pengendaraan dengan alat indra
-
Mempunyai peranan dan kemauan
-
Punya naluri makan dan minum
-
Mempunyai naluri mempertahankan diri
-
Punya naluri keturunan (Nazaruddin Razak, 1989:13). Mungkin hanya masalah pikiran yang membedakan keduanya. Di
sini terlihat satu-satunya perbedaan adalah manusia mempunyai kebutuhan terhadap etika atau norma. Dan satu satunya yang paling benar tentang pengaturan norma hanya diberikan oleh ajaran agama. Di sinilah kita
24
dihadapkan suatu kebenaran bahwa sebenarnya manusia sangatlah butuh agama untuk mempertahankan nilai kemanusiaanya (Nazaruddin Razak, 1989:15). Dari
kebutuhan
tersebut
maka
secara
otomatis
manusia
memerlukan pemahaman yang benar dan mempunyai pengertian tentang agama secara baik untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Dan cara paling efektif untuk mengerti dan memahami sesuatu adalah melalui pendidikan dan pengajaran. Sehingga manusia secara otomatis juga memerlukan pendidikan agama termasuk didalamnya manusia yang memilih Islam sebagai agamanya memerlukan belajar aqidah akhlak sebagai kebutuhan dasarnya. Secara historis, filosofis maupun konstitusional status belajar aqidah akhlak di Indonesia sangat mapan sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional sesuai dengan nomencultural adalah satu sistem. Yang tentunya terdiri atas sejumlah subsistem yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem pendidikan nasional. Meskipun kedudukan belajar aqidah akhlak mengenai aqidah akhlak dalam sistem pendidikan nasional sangat kuat sebagai salah satu sub sistemnya, tetapi dalam pelaksanaannya masih dijumpai banyak masalah didalamnya antara lain: -
Kurangnya jumlah jam pelajaran.
-
Metodologi pendidikan yang kurang tepat.
-
Adanya dikotomi antara pendidian agama dan pendidikan umum.
-
Heterogensitas pengetahuan dan penghayatan agama peserta
25
Dari beberapa definisi tentang belajar aqidah akhlak tersebut di atas dapat penulis simpulkan bahwa belajar aqidah akhlak adalah usaha manusia secara sistematis dengan bimbingan dan asuhan terhadap anak didik baik jasmani maupun rohani, agar mereka memahami, manghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pedoman hidup sehingga terbentukalah kepribadian muslim serta mendatangkan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Namun demikian pengertian belajar aqidah akhlak sangatlah luas dan sangat sulit untuk dita’rif (dibatasi). Hal ini juga mengingat pengertian pendidikan secara umum adalah seluruh aspek pengalaman manusia (Ahmad Tafsir, 1990:5). Dalam melaksanakan usaha tersebut tentulah didasarkan kepada dasar-dasar yang baku dan dapat dipertanggung jawabkan khususnya dihadapan Allah SWT. Begitu juga dalam melaksanakan pendidikan tersebut. Adapun dasar ideal dari Belajar Aqidah Akhlak tentulah Al-Qur‟an. Mengingat Al-Qur‟an merupakan sumber dari segala sumber hukum bagi umat Islam. Adapun ayat yang dimaksud diantaranya adalah : (QS. An Nahl : 78)
Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut Ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun. Dan (namun) Dia telah memberi (potensi) untuk (belajar) pendengaran, pengliharan dan hati (akal budi) agar kamu dapat bersyukur (dengan mengembangkannya).” (Depag RI, 1989:413)
26
Adapun dasar dilaksanakannya belajar aqidah akhlak di sekolah dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu: a. Aspek Normatif yaitu sumber dasar ajaran Islam yang orisinil, sebagaimana disebutkan di atas yaitu berdasarkan Al-Qur‟an yang menganjurkan
dan mewajibkan umat Islam untuk mendidik anak
mereka masing-masing yang tersirat dalam ayat: QS : At Taubah : 122
Artinya : “ Tidak sepantasnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semua (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiaptiap golongan diantara kamu untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka talah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Depag RI, 1989:301) b. Aspek Psikologis Agama merupakan fenomena kehidupan manusia, sebagaimana ayat yang telah disebutkan di atas tentang fitrah manusia. Berdasarkan tinjauan ilmu
jiwa
yang terdahulu telah dijelaskan penulis,
membuktikan bahwa pada hakekatnya manusia membutuhkan agama baik sebagai pembebasan diri dari konflik internal pencarian nilai-nilai luhur transedental, maupun mencari arti hidup yang sebenarnya. Islam sebagai agama fitrah memenuhi dorongan- dorongan jiwa yang
27
kompleks yang pada puncaknya dapat memberikan arti hidup dan kehidupan bagi setiap umat, khususnya pemeluknya. c. Aspek Historis Pendidikan Islam di Indonesia tumbuh berkembang bersamaan dengan datangnya agama Islam di Indonesia. Hal ini bermula dari adannya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seperti kerajaan Pasai di Sumatera. Pendidikan Islam saat itu berkembang karena disponsori oleh penguasa. Hal ini juga yang memperlancar proses Islamisasi di Indonesia pada awal-awal masuknya Islam di Indonesia. Begitu juga di Jawa dengan adanya kerajaan Demak yang mampu mengendalikan pesisir tanah Jawa serta pedalaman dengan dukungan para wali juga mendorong adanya belajar aqidah akhlak. Hal tersebut berjalan terus menerus selama berabad-abad. Maka kemudian terbentuklah satu setting nilai budaya yang religius Islami dengan bukti mayoritas penduduk beragama Islam. Untuk memenuhi kebutuhan komunitas muslim itulah lalu muncullah lembaga Belajar Aqidah Akhlak dan masuknya belajar aqidah akhlak di lembaga pendidikan formal. d. Aspek Yuridis Secara yuridis/hukum maka keberadaan belajar aqidah akhlak di lembaga pendidikan baik formal maupun non formal dilandasi oleh berbagai macam payung hukum. Dari UUD 45, Undang Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Peraturan pendukung lainnya. Hal ini tidak perlu penulis jabarkan secara penjang lebar mengingat sudah menjadi kemakluman (Achmadi, 1992:32).
28
7. Tujuan Belajar Aqidah Akhlak Menurut Athiyah Al Abrosyi tujuan belajar aqidah akhlak adalah sebagai berikut: a. Membantu pembentukkan akhlak yang mulia b. Mempersiapkan untuk kehidupan dunia dan akhirat c. Persiapan untuk mencari rizqi dan pemeliharaan segi manfaat. d. Menumbuhkan semangat ilmiyah para pelajar dan memuaskan keingintahuan (curosity), serta memungkinkan mereka mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. e. Mempersiapkan pelajar
dari
segi
profesional,
tekhnikal
dan
ketrampilan sehingga kelak dapat memenuhi kebutuhan materi selain kebutuhan rohani dan agama (Muhammad Athiyah Al Abrosyi, t.th.:1-4). Menurut Arifin, menyatakan bahwa membicarakan pendidikan Islam berarti membicarakan tentang nilai-nilai ideal yang becorak Islami. Hal ini mengandung pengertian bahwa tujuan belajar aqidah akhlak adalah merealisasikan idealitas Islami (Arifin, 1996:119). Sedangkan menurut pendapat lain Ahmad Tafsir menyatakan tujuan dari belajar aqidah akhlak adalah terciptanya muslim yang sempurna, manusia yang taqwa, atau manusia yang beriman atau manusia yang beribadah kepada Allah (Ahmad Tafsir, 1991:51). Secara umum tujuan belajar aqidah akhlak adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan
29
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Belajar aqidah akhlak di sekolah umum bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berAkhlak mulia dalam kehidupan pribadi serta untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang ebih tinggi (Masaruddin Siregar, 1998:179). Adapun secara teknis tujuan pembelajaran aqidah akhlak kepada anak didik adalah: a. Membina keimanan murid b. Memperkenalkan hukum agama c. Mengembangkan pengetahuan agama d. Membina siswa mempunyai sifat dan kebiasaan berakhlakul karimah (Muhammad Abdul Qodir Ahmad, 1985:20). Dari beberapa uraian di atas maka dapat penulis rumuskan bahwa tujuan belajar aqidah akhlak adalah terbentuknya kepribadian muslim yang muttaqin dan sikap menghadapi segala problem hidup serta selamat dunia dan akhirat dan mendapat ridlo dari Allah SWT. Adapun ciri-ciri muslim yang sejati yang berhasil dalam pendidikan agamanya adalah sebagai berikut: a. Memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketrampilan b. Memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam menyelesaikan masalah secara cepat, ilmiah dan filosofis serta memiliki pengembangan sains dan filsafat.
30
c. Memiliki hati yang bertaqwa sehingga secara sukarela melaksanakan perintah Allah dan menjahui larangan-Nya (Ahmad Tafsir, 1991:51). Secara khusus pelajaran aqidah akhlak ini harus sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup yang telah digariskan di dalam Al-Qur‟an yang paling tidak mempunyai dua tujuan yaitu: a. Tujuan keagamaan. Maksudnya ialah beramal untuk akhirat, sehingga ia menemui Tuhannya dan telah menunaikan hak-hak Allah yang diwajibkan kepadanya. b. Tujuan Ilmiah. Maksudnya ialah apa yang diungkapkan oleh pendidikan modern dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan unruk hidup (Departemen Agama RI, 2001:3). Dari pengertian dan tujuan pendidikan yang diuraikan secara panjang lebar maka sampaikan kita pada kesimpulan bahwa keberhasilan proses pendidikan adalah adanya perubahan (Departemen Agama RI, 2001:26), termasuk belajar aqidah akhlak adalah adanya perubahan pada anak didik dalam sikap keberagamaannya dalam kehidupan sehari hari. 8. Faktor-Faktor Belajar Aqidah Akhlak Dalam melihat prestasi yang akan dicapai oleh siswa didik dalam mengikuti belajar aqidah akhlak kita harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar aqidah akhlak tersebut. Kita tidak membebankan keberhasilan suatu proses pendidikan termasuk Pendidikan Agama Islam kepada satu pihak saja misalnya anak didik saja, atau guru saja atau orang tua. Semua pihak yang mempengaruhi hasil pendidikan harus berperan secara baik untuk menghasilkan out put yang baik.
31
Para ahli mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang cukup beragam. Tapi pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu faktor dari dalam diri pelajar dan faktor yang datang dari luar diri pelajar (Departemen Agama RI, 2001:64). Adapun hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar aqidah akhlak adalah sebagai berikut: a. Anak didik Siswa
merupakan bagian yang sangat
penting dalam
pendidikan, khususnya menyangkut kemampuan yang dimilikinya. Namun sebelumnya harus kita sadari bahwa aktivitas siswa untuk memproses apa yang dipelajarinya pada hakekatnya mempunyai perbedaan-perbedaan. Oemar Muhammad atau Taumi As Syaebani memberikan istilah Al Faruq Al Fardliyah. Sepintas lalu terdapat persamaan diantara para siswa sehingga secara tradisional mereka disamaratakan. Padahal sekalipun mereka memiliki persamaan karena alasan geografis dan kebudayaan sesungguhnya para siswa memiliki banyak perbedaan, baik sifat pembawaan maupun perolehan dari lingkungan (Isfandi Muhtar, 1998:147). b. Guru Sebagaimana telah dimaklumi guru adalah siapa saja yang bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam pendidikan Islam guru mendapat posisi yang sangat mulia. Bahkan dalam buku “Asma Hasan Fahmi” disebutkan:
32
1) Tinta ulama lebih berharga dari darah syuhada
Artinya : Besok di hari Kiamat ditimbanglah tinta para ulama dengan darah orang yang mati syahid, maka darah ulama lebih berat dari darah orang yang mati syahid (Al- Imam Al Hafid, Khodimsanah, Waqaomi Albadiayh, Jalaluddin Abdulrohman bin Abi Bakar Suyuti, 911 H:206). 2) Orang berpengetahuan melebihi orang yang sedang beribadah, berpuasa,
yang
menghabiskan
waktu
malamnya
untuk
mengerjakan sholat bahkan melebihi kedudukan orang yang berperang di jalan Allah
Artinya : Keutamaan orang alim dibanding dengan ahli ibadah selisihnya 70 derajat setiap diantara dua derajat bagaikan antara langit dan bumi (Al- Imam Al Hafid, Khodimsanah, Waqaomi Albadiayh, Jalaluddin Abdulrohman bin Abi Bakar Suyuti, 911 H:75). 3) Apabila meninggal seorang alim maka terjadi kekosongan dalam yang tidak dapat di isi kecuali oleh orang alim yang lain (Ahmad Tafsir, 1991:76). Cukup beralasan apabila guru dijadikan sebagai pihak yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan. Hal ini karena guru adalah sutradara sekaligus aktor yang sangat penting dalam proses pengajaran sekaligus juga sebagai manager yang mengatur
33
pelaksanaan pengajaran. Kompetensi profesional yang dimiliki seorang guru sangat dominan mempengaruhi kwalitas pengajaran. Kompetensi yang dimaksud adalah kemampuan dasar seperti penguasaan bahan, bidang sikap seperti mencintai profesinya dan dibidang perilaku seperti ketrampilan mengajar, menilai hasil pengajaran dan lain-lain. c. Alat/ Media Pendidikan Alat pendidikan juga sering disebut media pendidikan. Secara umum media pendidikan adalah alat bantu yang diterapkan dalam proses pendidikan untuk meningkatkan pencapaian tujuan secara optimal. Kata media secara harfiyah berasal dari kata medium (latin) yang berarti perantara atau pengantar. Istilah media bisa diartikan sebagai bentuk-bentuk komunikasi cetak atau audio visual serta teknologi komunikasi lainnya (Raharjo, 1998:266). Dalam pengertian yang lebih luas peralatan pendidikan adalah semua yang digunakan guru dan murid dalam proses pendidikan. Ini menyangkut perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras seperti laboratorium, gedung sekolah, perpustakaan, dan sebagainya. Sedangkan perangkat lunak seperti kurikulum, methode, administrasi pendidikan dan sebagainya. d. Lingkungan Manusia sebagaimana telah kita pahami bersama-sama adalah makhluk sosial yang mengharuskan dirinya berperan aktif dalam
34
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, apabila prinsip kehidupan itu diterangkan untuk kegiatan belajar maka proses belajar mengajar harus memanfaatkan proses aktivitas. Aktivas anak di luar jam sekolah inilah yang kemudian lazim disebut lingkungan. Lingkungan secara umum ada tiga macam yaitu : 1) Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manuisa termasuk anak anak. Keluarga merupakan tempat belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial didalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Pengalaman pengalaman dalam interaksi sosial dalam keluarga turut pula menentukan cara-cara tingkah lakunya (WA Gerungan, 1996:181). Tentu saja termasuk perilaku beragamanya. 2) Lingkungan Masyarakat Sebagian besar kehidupan anak-anak sehari-hari berada diluar rumah dan sekolah. Hal ini tentulah sangat berdampak langsung terhadap perkembangan anak-anak. Sehingga peranan lingkungan dalam membentuk kepribadian anak sangatlah dominan bahkan mungkin paling dominan. Untuk
itu
lingkungan
yang
kondusif
terhadap
perkembangan keagamaan anak sangat diperlukan dan menjadi penentu terhadap sikap keberagamaan anak. Untuk itu penulis akan memberikan penjelasan panjang lebar tentang lingkungan
35
desa
Suruh
untuk
dapat
dipahami
situasi
dan
kondisi
lingkungannya. Adapun penjelasan rinci tentang hal tersebut ada pada bab berikutnya. 3) Lingkungan Sekolah Sekolah mempunyai peranan penting dalam menentukan atau membentuk perilaku seseorang termasuk anak-anak. Dalam hal ini tentu termasuk perilaku keberagamaannya. Dari beberapa hasil penelitian pada siswa MI Medayu 02 yang berada di desa Suruh mengenai pengaruh sekolah terhadap perkembangan perilaku menunjukkan bahwa pada umumnya pendidikan di sekolah mempunyai peran mempertinggi taraf konsistensi orangorang. Hal tersebut sebenarnya telah dapat diduga terlebih dahulu. Akibat pendidikan di sekolah seperti yang dibuktikan berbagai penelitian pada MI Medayu 02 yang berada di desa Suruh dapat kita mengerti bahwa pendidikan di sekolah bukan hanya untuk mempertajam konsistensi saja namun lebih luas dari itu. Didalamnya berlangsung pendidikan pada umumnya, yaitu pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang wajar, perangsang dari potensi anak, perkembangan dari kecakapankecakapannya pada umumnya, belajar kerjasama dengan kawan sekelompok, melaksanakan tuntunan-tuntanan dan contoh-contoh yang baik, belajar menahan diri demi kepentingan orang lain, memperoleh pengajaran, menghadapi saingan dan sebagainya (WA Gerungan, 1996:194).
36 B. Sikap Tawadhu’ Kepada Orang Tua 1. Pengertian Dasar Menurut Sarlinto Wirawan sikap adalah kesediaan dan kesiapan seseorang untuk berbuat secara tertentu (Sarlinto Wirawan, 1996:94). Sedangkan menurut Nancy Simanjutak mengemukakan bahwa sikap (aptitude) adalah seperangakat minat tujuan menyangkut harapan dan suatu jenis pengalaman tertentu dan kesediaan akan sesuatu reaksi yang wajar (Sarlinto Wirawan, 1996:94). Syaih Abu Usamah Salim bin „Id Al Hilali mengatakan tawadhu' secara bahasa adalah merendahkan diri atau tunduk, sedangkan tawadhu’ secara istilah adalah kerelaan manusia terhadap kedudukan yang lebih rendah, atau rendah hati terhadap orang yang beriman atau mau menerima kebenaran apapun bentuknya dan dari siapapun asalnya (Mukhlis Abu Dzar, Berhias Diri Dengan Tawadhu’, Al Furqon, vol.2-II, No 2). Tawadhu’ adalah lawan kata dari kesombongan yang berasal dari kata adlDla’al. Tawadhu’ adalah sikap rendah hati dan lemah lemb ut terhadap sesama manusia. Jadi yang dimaksud sikap tawadhu’ kepada orang tua adalah kesediaan dan kesiapan seorang anak untuk berbuat baik kepada orang tuanya. Setiap berkewajiban tawadhu’ dan berbuat baik kepada kedua orang tuanya karena tawadhu’ itu sendiri adalah salah satu bentuk berbakti kepada orang tua bahkan Allah SWT meletakkan kewajiban tersebut sebagaimana firmanNya dalam surat An-Nisa‟ ayat : 36
37
حسَبنًب وَبِذِي ْ ِوَاعْبُدُوا الّلَهَ وَال ُتشْرِكُوا ِبهِ شَيْئًب وَبِبلْوَالِدَيْنِ إ الْقُرْبَى
Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibubapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggabanggakan diri ((Depag RI, 1989:352). Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang muslim dan yang bukan muslim. Ibnu sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya. Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa berbuat baik pada kedua orang tua adalah perintah Allah SWT dan merupakan pekerjaan yang disukai Allah SWT. 2. Bentuk-Bentuk sikap Tawadhu’ Kepada Orang Tua Tawadhu’ kepada ibu bapak adalah merupakan cermin akhlak seorang anak kepada kedua orang tuanya. Adapun bentuk-bentuk sikap tawadhu’ seoarang anak kepada kedua orang tuanya adalah sebagai berikut: a. Menunjukkan sikap hormat dan lemah lembut kepada kedua orang tuanya.
38
Seorang anak tidak boleh menunjukkan sikap marah, bosan dan bermuka masam dihadapan orang tua, sebab perbuatan yang demikian itu
akan
menyinggung
perasaan
mereka.
Sedangkan
Islam
mengajarkan bahwa sebagai anak hendaklah lemah lembut kepada keduanya. Firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an Surat Al-Isra‟ ayat 23 adalah :
Artinya: "Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (Bahtiyar Surin, 1978:595). Mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu. b. Berkomunikasi dengan bahasa yang sopan Sebagai seorang anak hendaknya dapat bersikap sopan kepada yang lebih tua, demikian juga dalam berkomunikasi hendaknya menggunakan bahasa yang sopan dan tutur kata yang halus. c. Mohon maaf bila bersalah Salah dan khilaf tidak lepas dari kehidupan manusia sebagai ihsan yang lemah, namun kadang manusia malu untuk mengakui
39
kesalahannya maupun kekhilafannya dihadapan orang lain. Akan tetapi, lain halnya dengan anak yang sholeh ia dengan sepenuh hati jujur mau mengakui kesalahannya apalagi terhadap kedua orang tuanya, ia akan segera minta maaf atas kesalahannya. Selain itu, akan merendahkan diri terhadap ibu bapaknya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra‟ ayat 24 :
Artinya: " Dan orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.” (Bahtiar Surin, 1978: 598). d. Mendo‟akan Kedua Orang Tua Salah satu bentuk sikap tawadhu’ pada kedua orang tua adalah mendo‟akannya agar mendapat limpahan rahmat dari Allah SWT. Sebagaimana keduanya dulu telah mengasuh dengan penuh kasih sayang. Dengan mengingat kasih sayang keduanya, kesusahan dalam merawata, mengasuh, mendidik, dan mencukupi keperluan. Maka hendaklah seorang anak menyadari kewajibannya sehingga akan selalu berbakti dan mendo‟akan dengan penuh kesadaran tulis dari hatinya. Sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya : “Ya Allah ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan kasihinilah keduanya sebagaimana mereka mengasihi aku sewaktu masih kecil”. (Uzt. Labib MZ kumpulan doa-doa, t.th:16)
40 3. Faktor-Faktor Yang Membentuk Sikap Tawadhu’ Tawadhu’ adalah satu bentuk budi pekerti yang baik, hal itu bisa diperoleh bila ada keseimbangan I’tidal antara kekuatan akal dan nafsu. Faktor-faktor pembentukannya adalah : a. Berkat anugerah Tuhan atas manusia dan kesempurnaan fitrah manusia sendiri. Manusia diciptakan oleh Tuhan, dilengkapi dengan akal, ghodob atau nafsu amarah. Semua anugerah Tuhan itu berjalan sesuai dengan hajat hidup manusia, maka diperlukan adanya keseimbangan sebagaimana ditentukan oleh agama dan syara’. b. Diperoleh melalui mujahadah, kesungguhan dan melatih batin. Artinya membiasakan diri kepada pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan budi yang dituntut itu. Misalnya orang yang bermaksud menjadikan dirinya seorang yang tawadhu’, maka jalannya adalah membiasakan beribadah dan bersikap tawadhu’. Membiasakan diri untuk bersikap rendah diri, sopan dan bicara lemah lembut sehingga akhirnya menjadi tabiat yang baik. Hal ini memudahkan diri untuk mengerjakan segala aktivitas dan tidak merasa berat. Orang tawadhu’ adalah orang yang merasa lezat merasakan rendah diri dan mengakui kekurangannya di hadapan Allah SWT. Teori Al-Ghazali dalam upaya menundukkan nafsu adalah dengan kelautan dan latihan. Telah diakui oleh ilmu psikologi modern bahwa yang dinamakan oleh ilmu jiwa, yaitu “oto Sugesti”( Hamka, 1992:12).
41
C. Hubungan Antara Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Dengan Sikap Tawadhu’ Kepada Orang Tua Sebagai orang tua pasti menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang soleh dan sholehah, menjunjung tinggi nilai moral, maka tidaklah mengherankan apabila memasukkan anak kesebuah sekolah yang seimbang antara pengetahuan umum dan pengetahuan agama. Unsur-unsur yang terpenting yang diukur dalam prestasi belajar aqidah akhlak terhadap sikap keberagamaan anak adalah akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia dan ibadah. Untuk mata pelajaran aqidah dan akhlak selain dikaji masalah yang bersangkutan dengan aspek pengetahuan, aspek fungsional diutamakan pada aspek sikap, sehingga kelak peserta didik mampu bersikap sebagai seorang muslim yang berakhlak mulia. Dan untuk mencapai tujuan tersebut, perlu didukung oleh keteladanan yang ditunjukkan oleh guru dan seluruh komponen Madrasah Ibtidaiyah lainnya. Pola pembinaan pendidikan aqidah dan akhlak dikembangkan dengan menggunakan tiga pola keterpaduan, yaitu : 1. Keterpaduan Pembinaan, yakni menekankan keterpaduan antara tiga lingkungan pendidikan yaitu : lingkungan keluarga, madrasah dan masyarakat. Untuk itu guru aqidah dan akhlak perlu mendorong dan memantau kegiatan pendidikan agama Islam yang dialami oleh peserta didik di dua lingkungan lainnya (keluarga/sikap tawadhu’ kepada orang tua dan masyarakat), sehingga terwujud keselarasan dan kesesuaian sikap serta perilaku dalam pembinaannya.
42
2. Keterpaduan Isi dam Kompetensi, yakni menekankan keterpaduan keterkaitan aqidah dan akhlak dan keteladanan. Pencapaian kompetensi pada setiap level/kelas di rancang dapat mengaitkan keterkaitan dua unsur yaitu ; (a) pendidikan aqidah dan akhlak dan (b) unsur keteladanan dan keterpaduan aspek pengetahuan, sikap dan pengamalan. 3. Keterpaduan Lintas Kurikulum, menekankan keterpaduan tanggung jawab lembaga, kepala madrasah dan guru mata pelajaran lain dalam pembinaan keimanan dan ketaqwaan peserta didik. Untuk
mengetahui
kompetensi
peserta
didik
sebagai
hasil
pembelajaran aqidah akhlak, perlu dilakukan penilaian dengan rambu-rambu sebagai berikut: 1. Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian kemajuan belajar dan penilaian hasil belajar peserta didik yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan perilaku mereka. 2. Penilaian kemajuan belajar merupakan pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemmpuan dasar yang dicapai peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kurun waktu, unit satuan, atau jenjang tertentu. 3. Penilaian hasil belajar aqidah akhlak adalah upaya pengumpulan informasi untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap suatu kompetensi meliputi : pengetahuan, sikap dan nilai. Penilaian hasil belajar ini dilakukan sepenuhnya oleh Madrasah yang bersangkutan. Hasil penilaian dijadikan sebagai pertimbangan utama dalam memasuki pendidikan jenjang berikutnya.
43
4. Penilaian hasil belajar aqidah akhlak secara nasional dilakukan dengan mengacu kepada kompetensi dasar, hasil belajar, materi standar dan indikator yang telah ditetapkan di dalam Kurikulum Nasional. Penilaian tingkat nasional berfungsi untuk memperoleh informasi dan data tentang mutu hasil penyelenggaraan belajar aqidah akhlak. 5. Teknik dan instrumen penilaian yang digunakan adalah yang dapat mengukur dengan tepat kemampuan dan usaha belajar peserta didik. 6. Penilaian dilakukan melalui tes dan non tes. 7. Pengukuran terhadap ranah afektif dapat dilakukan dengan menggunakan cara non tes, seperti skala penilaian, observasi dan wawancara. 8. Penilaian terhadap ranah psikomotorik dengan tes perbuatan dengan menggunakan lembar pengamatan atau instrumen lainnya. Secara umum penilaian dalam pembelajaran aqidah dan akhlak dapat di lihat pada buku Pedoman Khusus Aqidah dan Akhlak. Pengorganisasian materi pada hakekatnya adalah kegiatan mensiasati proses pembelajaran dengan perancangan/rekayasa terhadap unsur-unsur instrumental melalui upaya pengorganisasian isi materi yang rasional, menyeluruh dan berkelanjutan. Pengorganisasian materi perlu memperhatikan keutuhan ruang lingkup (scope), urut-urutan (sequence), dan keterkaitan (synthesizing) isi materi. Pengembangan materi bisa menggunakan model hirarkis, prosedural, webbed atau tematik sesuai dengan karateristik materi. Proses perancangan dan pelaksanaan penyampaian isi materi hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip anatara lain : (1) dari mudah ke sulit ; (2) dari sederhana ke komplek ; (3) dari konkret ke abstrak.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum tentang MI Medayu 02 Suruh 1. Sejarah singkat berdirinya MI Medayu 02 berdiri tahun 1965, pertama-tama Madrasah Ibtidaiyah ini bertempat berpindah-pindah dari rumah ke rumah tokohtokoh agama di Desa Medayu. Akan tetapi karena masyarakat sangat menghendaki berdirinya Madrasah Ibtidaiyah tersebut maka dengan swadaya masyarakat dan peran aktif dari tokoh-tokoh agama di Desa Medayu, diantaranya : Bpk. M. Sururi, Bpk. Turmudzi, Bpk. Syaifudin dan Bpk. Tahrir tepat pada tahun 1975 MI Medayu 02 Suruh ini bisa mempunyai gedung sendiri. Adapun gedung tersebut didirikan di atas tanah wakaf dari Bpk. M. Sururi, setelah mempunyai gedung sendiri MI ini semakin bertambah peminatnya. MI Medayu 02 merupakan cabang dari yayasan perguruan Al-Islam Surakarta. MI ini pertama dikepalai oleh Bpk. Sutidjan, A.Ma sampai dengan tahun 2008. Kemudian dilanjutkan oleh Bpk. Awabin, S.Ag. sampai tahun 2009, mulai tahun 2009 sampai sekarang dikepalai oleh Ibu. Nova Maulydia, A.Ma. MI Medayu 02 Suruh mengalami perkembangan dari tahun ke tahun baik dari segi kualitas guru, sarana dan prasarana serta prestasi lulusan yang semakin meningkat nilainya.
44
45
2. Letak geografis Madrasah Ibtidaiyah Medayu 02 berlokasi di Desa Medayu, Kecamatan Kabupaten Semarang. Letak geografis MI Medayu 02 sangat strategis karena dekat jalan raya sehingga mudah dijangkau oleh guru maupun siswa. Secara geografis letak sekolah tersebut dibatasi oleh : a. Sebelah barat
: Kebun milik Pak Ihsanudin
b. Sebelah selatan
: Kebun milik Pak Djurumi
c. Sebelah timur
: SMP Al-Islam Medayu Suruh
d. Sebelah utara
: Jalan Raya Suruh-Karanggede
Dengan letak geografis seperti tersebut di atas, maka madrasah tersebut berada ditengah perumahan penduduk, mudah dijangkau dengan berjalan kaki sehingga tidak menyulitkan bagi guru maupun murid. 3. Struktur organisasi MI Medayu 02 Suruh merupakan lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terhimpun berbagai komponen yang membentuk sebuah organisasi. Adapun struktur organisasi MI Medayu 02 Suruh adalah sebagai berikut :
46
Ketua Yayasan Luqman Sulistiyono
Kepala Sekolah Nova Maulydia
Bendahara Daman Huru, S.PdI.
Sekretaris Kurniari, S.PdI.
Seksi-Seksi
Pendidikan Rini Widyastuti, S. Ag.
Kesiswaan Yulia Wahyuningsih, S.Ag.
Humas dan Perpustakaan Kiswati
Pramuka
UKS
Rini Widyastuti, S. Ag
Rohyatiningsih
4. Keadaan guru dan siswa a. Keadaan guru Salah satu komponen dalam proses belajar di lingkungan sekolah adalah guru. Masing-masing guru tersebut memegang keahlian dari bidang masing-masing yang di pimpin oleh seorang kepala sekolah. Para guru tersebut di samping bertugas secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, juga diberi tugas untuk membina dan membimbing serta bertanggungjawab terhadap program kegiatan di sekolah, seperti sebagai pembina upacara, pembimbing ekstra kurikuler dan juga kegiatan sekolah lainnya.
47
Adapun jumlah guru di MI Medayu 02 adalah 7 orang yang terdiri dari 1 guru putra dan 6 guru putri. Adapun data-data guru MI Medayu 02 dapat dilihat dalam tabel berikut : TABEL I DAFTAR GURU MI MEDAYU 02 DESA MEDAYU, KECAMATAN SURUH, KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010 No
Nama Guru
Pendidikan
Bidang Studi Guru kelas III
1
Nova Maulydia, A.Ma.
D II Tarbiyah PAI dan Kepala Sekolah
2
Rini Widyastuti, S.Ag Yulia
S1 Tarbiyah PAI
Guru kelas VI
S1 Dakwah
Guru Bidang Studi
Wahyuningsih,
3 S.Ag 4
Daman Huri, S.Pd.I
S1 Tarbiyah PAI
Guru kelas IV
5
Kurniati, S.Pd.I
S1 Tarbiyah PAI
Guru kelas V
6
Kiswati
PGAN
Guru kelas I
7
Rohyatiningsih
PGAN
Guru kelas II
b. Keadaan siswa Berdasarkan penelitian yang penulis peroleh dari MI Medayu 02 Suruh tersebut diperoleh keterangan bahwa jumlah siswa pada tahun pelajaran 2010 keseluruhannya adalah sejumlah 83 siswa. Adapun mengenai perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut :
48
TABEL II DAFTAR SISWA MI MEDAYU 02 SURUH TAHUN PELAJARAN 2010 No
Kelas
1
Jenis Kelamin
Jumlah
L
P
I
8
7
15
2
II
6
8
14
3
III
4
6
10
4
IV
10
4
14
5
V
10
6
16
6
VI
7
7
14
Jumlah
45
38
83
c. Keadaan sarana dan prasarana Dalam dunia pendidikan diperlukan berbagai macam saran dan prasarana sebagai jalan untuk tujuan pendidikan. Adapun yang menjadi sarana dan prasarana di MI Medayu 02 Suruh, adalah sebagai berikut : 1) Luas seluruh bangunan
: + 1080 m2
2) Jumlah ruang kelas
:6
3) Ruang kantor
:1
4) Ruang perpus + UKS
:1
5) Ruang Kepala
:1
6) Ruang Komputer
:1
7) WC
:3
8) Musholla
: Kerja sama dengan masyarakat sekitar.
9) Halaman 10) Kebun
49
B. Penyajian Data Hasil Penelitian Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai Prestasi Belajar Aqidah Akhlak dengan Sikap Tawadhu’ Kepada Orang Tua Siswa Kelas V MI Medayu 02, Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2010. Untuk itu penulis mendistribusikan 15 soal yang pernyataan tentang variabel satu sedangkan 10 soal untuk variabel dua kepada responden, lebih jelasnya 15 item soal berisi pertanyaan tentang pelajaran aqidah akhlak, dan 10 item berisi pertanyaan tentang sikap tawadhu’ kepada orang tua. 1. Daftar Nama Responden Dalam daftar responden berikut berisi nama-nama siwa yang dijadikan objek penelitian. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : TABEL III DAFTAR NAMA RESPONDEN SISWA KELAS V MI MEDAYU 02 SURUH TAHUN PELAJARAN 2010 Jenis No
Nama
Kelamin L
P
1 Aldi Refian
√
-
2 Ahmad Sholehuddin
√
-
3 Aftar Kurniawan
√
-
4 Bayu Dwi Siswanto
√
-
5 Dwi Prayogo
√
-
6 Erwin Setiawan
√
-
50
Jenis No
Kelamin
Nama
L
P
7 Eka Sri Wahyuni
-
√
8 Hendriansyah
√
-
9 Nike Febriyani
-
√
10 Putra Adi Nugraha
√
-
11 Siti Romlah
-
√
12 Sri Hartini
-
√
13 Sutrisno
√
-
14 Wahyudi
√
-
15 Lilis Afiyanti
-
√
16 Ismi Fajar Hidayati
-
√
2. Data tentang Jawaban Angket Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Adapun hasil penyebaran angket tentang prestasi belajar aqidah akhlak, dapat dilihat dari tabel berikut: TABEL IV DAFTAR NILAI TES PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK No 1
No Responden
Total 24
2
Aldi Refian Ahmad Sholehuddin
3 4 5 6 7 8 9 10
Aftar Kurniawan Bayu Dwi Siswanto Dwi Prayogo Erwin Setiawan Eka Sri Wahyuni Hendriansyah Nike Febriyani Putra Adi Nugraha
30 30 24 28 22 25 30 25
30
51
No
No Responden
11 12 13 14 15 16
Siti Romlah Sri Hartini Sutrisno Wahyudi Lilis Afiyanti Ismi Fajar Hidayati
Total 25 30 28 25 27 25
3. Data tentang Jawaban Angket Sikap Tawadhu’ Kepada Orang Tua Adapun hasil penyebaran angket tentang sikap tawadhu’ kepada orang tua dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL V DAFTAR JAWABAN ANGKET TENTANG SIKAP TAWADHU’ KEPADA ORANG TUA No
Nomor Item 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
A
A
B
A
B
A
A
A
A
B
2
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
3
B
A
B
A
A
A
A
A
A
A
4
A
A
B
B
A
A
A
A
A
A
5
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
6
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
7
A
B
B
B
C
A
A
A
A
A
8
A
B
B
B
B
A
A
A
A
B
9
B
A
B
A
A
A
A
A
A
A
10
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
12
B A
B A
A B
B A
C A
A A
B A
A A
B A
B A
13
A
A
C
A
A
A
A
A
C
A
11
52
No
Nomor Item 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
14
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
15
A
A
B
B
B
A
A
A
A
A
16
A
A
C
A
A
C
A
A
A
A
BAB IV ANALISA DATA
Seluruh data dari hasil penelitian dari penyebaran angket dapat terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data tersebut sesuai dengan proporsinya masing-masing yang mengacu pada tujuan penelitian, yaitu sebagaimana tercatat di bawah ini : 1. Bagaimana prestasi belajar aqidah akhlak siswa kelas V MI Medayu 02, Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010? 2. Bagaimana sikap tawadhu’ kepada orang tua pada siswa kelas V MI Medayu 02, Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010? 3. Adakah korelasi antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua pada siswa
kelas V MI Medayu 02, Desa Medayu,
Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2010? Berdasarkan dari ketiga tujuan penelitian di atas maka penulis menganalisis dari tujuan pertama dan kedua menggunakan rumus prosentase sebagai berikut : P
F X 100% N
Keterangan : P : Prosentase F : Frekuensi N : Jumlah responden
53
54
Sedangkan
untuk
mengetahui
dari
tujuan
yang
ketiga,
penulis
menggunakan rumus chi square, yaitu :
X2
fo fh2 fh
Keterangan :
X 2 = Chi kuadrat fo
= Frekuensi yang diperoleh
fh
= Frekuensi yang diharapkan
A. Analisis Pertama Adapun langkah-langkah yang diambil adalah sebagai berikut : 1. Mencari skor dari masing-masing jawaban responden yakni memberi nilai 3 untuk jawaban setiap item yang berkode A memberi nilai 2 untuk jawaban setiap item yang berkode B memberi nilai 1 untuk jawaban setiap item yang berkode C sehingga dapat di sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: TABEL VI DAFTAR NILAI HASIL TES PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK No
No Responden
Total
1
Aldi Refian
24
2
Ahmad Sholehuddin
30
3
Aftar Kurniawan
30
4
Bayu Dwi Siswanto
30
5
Dwi Prayogo
24
6
Erwin Setiawan
28
55
No
No Responden
Total
7
Eka Sri Wahyuni
22
8
Hendriansyah
25
9
Nike Febriyani
30
10
Putra Adi Nugraha
25
11
Siti Romlah
25
12
Sri Hartini
30
13
Sutrisno
28
14
Wahyudi
25
15
Lilis Afiyanti
27
16
Ismi Fajar Hidayati
25
2. Menentukan lebar interval dengan ketentuan, sebagai berikut : a. Mencari Xt ( nilai batas tertinggi ), yaitu 30 b. Mencari Xr ( nilai batas terendah ), yaitu 22 c. Setelah diketahui Xt dan Xr maka digunakan sebagi berikut:
i
Xt Xr 1 Ki
Keterangan : i
: Interval
xt : Nilai tertinggi xr : Nilai terrendah ki : Kelas interval (tinggi, sedang, rendah) I=
(30 22) 1 3
=
8 1 9 = =3 3 3
Dengan demikian lebar interval pada prestasi belajar aqidah akhlak 3
56
3. Menetapkan klasifikasi tingkat prestasi belajar aqidah akhlak dengan berpedoman pada lebar interval di atas sehingga diketahui sebagai berikut: a. 22 – 24 adalah nilai dalam kategori rendah (C) b. 25 – 27 adalah nilai dalam kategori sedang (B) c. 28 – 30 adalah nilai dalam kategori tinggi (A) Berikut ini penulis sajikan dalam bentuk tabel di bawah ini. TABEL VII NILAI TINGKAT PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK Nilai Prestasi No
Responden
Belajar Aqidah
Nominasi
Kategori
Akhlak 1
Aldi Refian
24
Rendah
C
2
Ahmad Sholehuddin
30
Tinggi
A
3
Aftar Kurniawan
30
Tinggi
A
4
Bayu Dwi Siswanto
30
Tinggi
A
5
Dwi Prayogo
24
Rendah
C
6
Erwin Setiawan
28
Tinggi
A
7
Eka Sri Wahyuni
22
Rendah
C
8
Hendriansyah
25
Sedang
B
9
Nike Febriyani
30
Tinggi
A
10
Putra Adi Nugraha
25
Sedang
B
11
Siti Romlah
25
Sedang
B
12
Sri Hartini
30
Tinggi
A
13
Sutrisno
28
Tinggi
A
14
Wahyudi
25
Sedang
B
15
Lilis Afiyanti
27
Sedang
B
16
Ismi Fajar Hidayati
25
Sedang
B
57
4. Mencari banyaknya responden dalam tingkatan kategori yaitu: yang tergolong tinggi, sedang, dan rendah, sehingga dapat disajikan dalam tabel di bawah ini TABEL VIII KOMPOSISI FREKUENSI PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK Nilai tingkat belajar
No
aqidah akhlak
Interval nilai
F
%
1
Rendah
22 – 24
7
43,75
2
Sedang
25 – 27
6
37,5
3
Tinggi
28 – 30
3
18,75
16
100
Jumlah
Dalam rangka untuk mengetahui tabel tersebut di atas yang menunjukkan komposisi frekuensi penghasilan, menggunakan rumus presentase sebagai berikut: P
F 100% N
Keterangan : P = Persentase perolehan F = Frekuensi N = Jumlah total responden Dari tabel komposisi frekuensi prestasi belajar aqidah akhlak tersebut, maka penulis dapat menggunakan interprestasi tentang tingkat prestasi belajar aqidah akhlah adalah sebagai berikut: a. 3 dari 16 responden adalah prestasi belajar aqidah akhlak yang tergolong tinggi dan apabila dipresentasikan akan diperoleh 18,75 %.
58
b. 6 dari 16 responden adalah prestasi belajar aqidah akhlak yang tergolong tinggi dan apabila dipresentasikan akan diperoleh 37,5 %. c. 7 dari 16 responden adalah prestasi belajar aqidah akhlak yang tergolong tinggi dan apabila dipresentasikan akan diperoleh 43,75 %.
B. Analisis Kedua Analisis pada bagian ini dimaksudkan untuk mencari jawaban terhadap tujuan penelitian kedua, untuk mengetahui sikap tawadhu’ kepada orang tua. Prosedur yang penulis gunakan untuk mengetahui sikap tawadhu’ kepada orang tua, sebagai berikut : 1. Mencari skor dari masing-masing jawaban responden yakni memberi nilai 3 untuk jawaban setiap item yang berkode A memberi nilai 2 untuk jawaban setiap item yang berkode B dan memberi nilai 1 untuk jawaban setiap item yang berkode C sehingga dapat di sajikan dalam bentuk tabel, sebagai berikut : TABEL IX HASIL ANGKET SIKAP TAWADHU’ KEPADA ORANG TUA No 1
No Responden
5
Aldi Refian Ahmad Sholehuddin Aftar Kurniawan Bayu Dwi Siswanto Dwi Prayogo
6
Erwin Setiawan
2 3 4
No. Item 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
59
No
No. Item
No Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
7
Eka Sri Wahyuni
3
2
2
2
1
3
3
3
3
3
8
Hendriansyah
3
2
2
2
2
3
3
3
3
2
9
Nike Febriyani
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
10
Putra Adi Nugraha
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
11
Siti Romlah
2
2
3
2
1
3
2
3
2
2
12
Sri Hartini
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
13
Sutrisno
3
3
1
3
3
3
3
3
1
3
14
Wahyudi
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
15
Lilis Afiyanti
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
16
Ismi Fajar Hidayati
3
3
1
3
3
1
3
3
3
3
TABEL X HASIL PERHITUNGAN ANGKET SIKAP TAWADHU’ KEPADA ORANG TUA No
No Responden
1
Aldi Refian Ahmad Sholehuddin Aftar Kurniawan Bayu Dwi Siswanto Dwi Prayogo Erwin Setiawan Eka Sri Wahyuni Hendriansyah Nike Febriyani Putra Adi Nugraha Siti Romlah Sri Hartini Sutrisno
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jawaban A B C
3
Nilai 2
7
3
9
Total 1
0
21
6
0
27
1
0
27
2
0
29
8
2
0
24
4
0
28
8 9 9
2 1 1
0 0 0
24 27 27
4 2 2
0 0 0
28 29 29
6 5 8
3 5 2
1 0 0
18 15 24
6 10 4
1 0 0
25 25 28
9 3 9 8
1 6 1 0
0 1 0 2
27 9 27 24
2 12 2 0
0 1 0 2
29 22 29 26
60
No
No Responden
14 15
Wahyudi Lilis Afiyanti Ismi Fajar Hidayati
16
Jawaban A B C
3
Nilai 2
9 7
1 3
8
0
Total 1
0 0
27 21
2 6
0 0
29 27
2
24
0
2
26
2. Menentukan lebar interval dengan ketentuan, sebagai berikut : a. Mencari Xt ( nilai batas tertinggi ), yaitu 29 b. Mencari Xr ( nilai batas terendah ), yaitu 22 c. Setelah diketahui Xt dan Xr maka digunakan rumus, sebagai berikut: i
Xt Xr 1 Ki
Keterangan : i
: Interval
xt : Nilai tertinggi xr : Nilai terrendah ki : Kelas interval (tinggi, sedang, rendah) 29 22 1 3 8 = 2,67 dibulatkan 3 3 Dengan demikian lebar interval pada prestasi belajar aqidah akhlak 3
i
3. Menetapkan klasifikasi tingkat prestasi belajar aqidah akhlak dengan berpedoman pada lebar interval di atas sehingga diketahui sebagai berikut: a. 22 – 24 adalah nilai dalam kategori rendah (C) b. 25 – 27 adalah nilai dalam kategori sedang (B) c. 28 – 30 adalah nilai dalam kategori tinggi (A) Berikut ini penulis sajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.
61
TABEL XI NILAI TINGKAT SIKAP TAWADHU’ KEPADA ORANG TUA Nilai No
Responden
sikap
tawadhu’
Nominasi
Kategori
27
Sedang
B
29
Tinggi
A
kepada orang tua
1 2
Aldi Refian Ahmad Sholehuddin
3
Aftar Kurniawan
28
Tinggi
A
4
Bayu Dwi Siswanto
28
Tinggi
A
5
Dwi Prayogo
29
Tinggi
A
6
Erwin Setiawan
29
Tinggi
A
7
Eka Sri Wahyuni
25
Sedang
B
8
Hendriansyah
25
Sedang
B
9
Nike Febriyani
28
Tinggi
A
10
Putra Adi Nugraha
29
Tinggi
A
11
Siti Romlah
22
Rendah
C
12
Sri Hartini
29
Tinggi
A
13
Sutrisno
26
Sedang
B
14
Wahyudi
29
Tinggi
A
15
Lilis Afiyanti
27
Sedang
B
16
Ismi Fajar Hidayati
26
Sedang
B
4. Mencari banyaknya responden dalam tingkatan kategori yaitu: yang tergolong tinggi, sedang, dan rendah, sehingga dapat disajikan dalam tabel di bawah ini
62
TABEL XII KOMPOSISI FREKUENSI SIKAP TAWADHU’ KEPADA ORANG TUA Nilai tingkat sikap tawadhu’ kepada
No
Interval nilai
F
%
orang tua 1
Rendah
22 – 24
1
6,25
2
Sedang
25 – 27
6
37,5
3
Tinggi
28 – 30
9
56,25
16
100
Jumlah
Dalam rangka untuk mengetahui tabel tersebut di atas yang menunjukkan komposisi frekuensi penghasilan, menggunakan rumus presentase sebagai berikut: P
F 100% N
Keterangan : P = Persentase perolehan F = Frekuensi N = Jumlah total responden Dari tabel komposisi frekuensi sikap tawadhu’ kepada orang tua tersebut, maka penulis dapat menggunakan interprestasi tentang tingkat sikap tawadhu’ kepada orang tua, sebagai berikut: a. 9 dari 16 responden adalah sikap tawadhu’ kepada orang tua yang tergolong tinggi dan apabila dipresentasikan akan diperoleh 56,25 %. b. 6 dari 16 responden adalah p sikap tawadhu’ kepada orang tua yang tergolong tinggi dan apabila dipresentasikan akan diperoleh 37,5 %.
63
c. 1 dari 16 responden adalah sikap tawadhu’ kepada orang tua yang tergolong tinggi dan apabila dipresentasikan akan diperoleh 6,25 %.
C. Analisis Ketiga Dalam analisis berikut penulis bermaksud untuk membuktikan tujuan penelitian yang ketiga yakni untuk mengetahui prestasi belajar aqidah akhlak pengaruhnya terhadap sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa kelas V MI Medayu 02, Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang tahun ajaran 2010. Adapun untuk membuktikan hal tersebut penulis mengambil langkah sebagai berikut : 1. Hubungan prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua Untuk mengetahui hubungan kedua variabel tersebut maka penulis mencari harga chi kuadrat kemudian di lanjutkan pada rumus Koefisien Kontingensi (KK). Dengan rumus sebagai berikut :
X2
fo fh2 fh
Keterangan :
X 2 = Chi kiuadrat fo
= Frekuensi yang diperoleh
fh
= Frekuensi yang diharapkan Kemudian dari hasil tersebut dikembangkan dengan rumus
Koefisien Kontingensi (KK) dengan rumus sebagai berikut :
64
KK
X2 X2 N
Keterangan: KK = Koefisien kontingensi
X 2 = Harga chi kuadrat yang diharapkan Adapun untuk mencari chi kuadrat langkah-langkah yang diambil adalah : a. Membuat tabel persiapan untuk mengetahui hubungan tingkat prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua TABEL XIII PERSIAPAN TINGKAT PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK DENGAN SIKAP TAWADHU’ KEPADA ORANG TUA
No
1
Responden
5
Aldi Refian Ahmad Sholehuddin Aftar Kurniawan Bayu Dwi Siswanto Dwi Prayogo
6
2 3 4
Nilai
Nominasi
Nilai Sikap Nominasi
Prestasi
Prestasi
Tawadhu’
Sikap
Belajar
Belajar
Kepada
Tawadhu’
Aqidah
Aqidah
Orang Tua
Kepada
Akhlak
Akhlak
Orang Tua
24
Rendah
27
Sedang
30
Tinggi
29
Tinggi
30
Tinggi
28
Tinggi
28
Tinggi
30
Tinggi
24
Rendah
29
Tinggi
Erwin Setiawan
28
Tinggi
29
Tinggi
7
Eka Sri Wahyuni
22
Rendah
25
Sedang
8
Hendriansyah
25
Sedang
25
Sedang
9
Nike Febriyani
30
Tinggi
28
Tinggi
10
Putra Adi Nugraha
25
Sedang
29
Tinggi
65
No
Responden
Nilai
Nominasi
Nilai Sikap Nominasi
Prestasi
Prestasi
Tawadhu’
Sikap
Belajar
Belajar
Kepada
Tawadhu’
Aqidah
Aqidah
Orang Tua
Kepada
Akhlak
Akhlak
Orang Tua
11
Siti Romlah
25
Sedang
22
Rendah
12
Sri Hartini
30
Tinggi
29
Tinggi
13
Sutrisno
28
Tinggi
26
Sedang
14
Wahyudi
25
Sedang
29
Tinggi
15
Lilis Afiyanti
27
Sedang
27
Sedang
16
Ismi Fajar Hidayati
25
Sedang
26
Sedang
b. Membuat tabel perhitungan frekuensi yang diperoleh (fo) setelah diketahui nilai tingkat dari kedua variabel prestasi belajar aqidah akhlak dan sikap tawadhu’ kepada orang tua dari tabel hubungan pada tabel tersebut, maka dilanjutkan untuk mencari frekuensi yang diharapkan (fo). fo ini dicari untuk mecari frekuensi yang diharapkan (fh) oleh karena itu di bawah ini penulis mencari frekuensi yang diperoleh (fo) TABEL XIV FREKUENSI YANG DIPEROLEH (fO)
NO
Tingkat Prestasi
Tingkat Sikap Tawadhu’
Belajar Aqidah
Kepada Orang Tua
Akhlak
Tinggi Sedang
Rendah
Total
1
Tinggi
2
1
0
3
2
Sedang
2
3
1
6
3
Rendah
5
2
0
7
9
6
1
16
Jumlah
66
Dari tabel frekuensi yang diperoleh (fo) dapat dijelaskan sebagai berikut : Responden dengan tingkat prestasi belajar aqidah akhlak tinggi ternyata memberi pengaruh pada sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa tinggi, responden dengan prestasi belajar aqidah akhlak sedang berpengaruh pada sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa sedang, adapun dengan tingkat prestasi belajar aqidah akhlak rendah ternyata tidak memberi pengaruh pada sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa. c. Membuat tabel perhitungan yang diharapkan Setelah diketahui frekuensi yang diperoleh (fo) maka bisa mencari frekuensi yang diharapkan (fh). fh ini dicari untuk mencari nilai chi kuadrat, oleh karena itu penulis membuat tabel tersebut dengan menggunakan dengan rumus : fh
(nk )(ng ) N
Keterangan : fh = Frekuensi yang di harapkan nk = Jumlah kolom ng = Jumlah golongan N = Total Dengan demikian dapat dilihat dalam tabel di bawah ini
67
TABEL XV TABEL FREKUENSI YANG DIHARAPKAN (fh)
NO
Tingkat Prestasi
Tingkat Sikap Tawadhu’
Belajar Aqidah
Kepada Orang Tua
Akhlak
Total Tinggi Sedang
Rendah
1
Tinggi
2
1
0
3
2
Sedang
2
3
1
6
3
Rendah
5
2
0
7
9
6
1
16
Jumlah
No
Tingkat Prestasi
Tingkat Sikap Tawadhu’
Belajar Aqidah
Kepada Orang Tua
Total
Akhlak
Tinggi
Sedang
Rendah
1
Tinggi
1,69
1,12
0,19
3
2
Sedang
3,37
2,25
0,37
5,99
3
Rendah
3,94
2,62
0,44
7
9
5,99
1
15,99
Jumlah
Dari tabel frekuensi yang diharapkan tersebut dapat diketahui: tingkat prestasi belajar aqidah akhlak tinggi dan tingkat sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa tinggi adalah 1,69. Tingkat prestasi belajar aqidah akhlak sedang dan sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa sedang adalah 2,25. Tingkat prestasi belajar aqidah akhlak rendah dan tingkat sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa rendah adalah 0,44. Frekuensi yang diperoleh besar yaitu : tingkat prestasi belajar aqidah akhlak tinggi dan tingkat sikap tawadhu’ kepada orang tua
68
siswa tinggi adalah 2. Tingkat prestasi belajar aqidah akhlak sedang dan sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa sedang adalah 3. Tingkat prestasi belajar aqidah akhlak rendah dan sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa rendah adalah 0. Ini berarti tingkat prestasi belajar aqidah akhlak tinggi maka t sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa sedang. Tingkat prestasi belajar aqidah akhlak sedang maka sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa tinggi. Tingkat prestasi belajar aqidah akhlak rendah maka sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa rendah pula. d. Membuat tabel hubungan chi kuadrat X2 setelah frekuensi yang diperoleh (fo) dan frekuensi yang diharapkan (fh) diketahui maka langkah selanjutnya mencari nilai chi kuadrat. Guna mengetahui perbandingan fo dan fh prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua, penulis mencari chi kuadrat. TABEL XVI HARGA CHI KUADRAT Tingkat Prestasi No
Belajar Aqidah Akhlak
1
2
Tinggi
Sedang
Tingkat Sikap Tawadhu’ Kepada Orang
fo
fh
(fo-fh)
(fo-fh)2
X
2
2 fo fh
fh
Tua Tinggi
2
1,69
0,31
0,10
0,057
Sedang
1
1,22
-0,22
0,05
0,040
Rendah
0
0,19
-0,19
0,04
0,19
Jumlah
3
3,1
-0,1
0,19
0,287
Tinggi
2
3,37
-1,37
1,88
0,557
Sedang
3
2,25
0,75
0,56
0,25
69
Tingkat
Tingkat Sikap
Prestasi No
Tawadhu’
Belajar
Kepada Orang
Aqidah
fh
(fo-fh)
(fo-fh)2
X
2
Rendah
1
0,37
0,63
0,40
1,073
Jumlah
6
5,99
0,01
2,84
1,88
Tinggi
5
3,94
1,06
1,12
0,285
Sedang
2
2,62
-0,62
0,38
0,147
Rendah
0
0,44
-0,44
0,19
0,44
Jumlah
7
7
0,0
1,69
0,872
32
32,18
-0,18
9,44
3,039
2. Tes signifikansi Setelah diperoleh harga chi kuadrat selanjutnya mencari tes signifikansi dengan menggunakan tabel chi kuadrat dengan masingmasing kolom sebagai berikut : Perbandingan fo dan fh prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua maka diperoleh dengan rumus :
X
fh
Rendah
Total
2
2 fo fh
Tua
Akhlak
3
fo
2 fo fh
fh
= 0,287 +1,88+ 0,872
X 2 = 3,039 Dari hasil perhitungan chi kuadrat adalah 3,039 sebelum dikonsultasikan dengan taraf signifikansi 1% terlebih dahulu mencari df = (k-1) (b-1) df = (3-1). (3-1) = 4 dimana df sebesar 4 diperoleh harga tabel
70
dengan batas signifikansi 1% menunjukkan angka 32,00 dan pada 5% menunjukkan angka 26,30 berarti hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa tidak signifikan. 3. Mencari koefisen kontigensi Setelah harga chi kuadrat diketahui maka selanjutnya penulis mensubtitusikan kedalam rumus Koefisien Kontigensi (KK) KK
X2 X2 N
3,039 3,039 16
3,039 = 0,159 19 ,039
Tabel = 0.623 Dari
hasil
tidak signifikan perhitungan
koefisien
kontingensi
0,159.
Setelah
dikonsultasikan dengan product moment terlebih dahulum mencari df-nya. df = N – nr yakni 16 – 2 = 14 diperoleh harga tabel dengan batas signifikansi 1% yang menunjukkan angka 0.623 dengan kaidah uji bila rhasil < rtabel pada taraf signifikansi 1% maka hasil dinyatakan tidak signifikan, berarti hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang sangat signifikan antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa. Sehingga hipotesis yang ditawarkan ditolak kebenarannya dengan demikian hipotesis skripsi ini dikatakan makin kecil prestasi belajar aqidah akhlak makin rendah sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan dan analisis data yang terkumpul tentang adakah pengaruh yang signifikan antara Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Dengan Sikap Tawadhu’ Kepada Orang Tua Siswa Kelas V MI Medayu 02, Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2010, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak a. Untuk kategori tinggi prestasi belajar aqidah akhlak dinyatakan oleh 3 responden atau 18,75% dari 16 responden. b. Untuk kategori sedang prestasi belajar aqidah akhlak dinyatakan oleh 6 responden atau 37,5% dari 16 responden. c. Untuk kategori rendah prestasi belajar aqidah akhlak dinyatakan oleh 7 responden atau 43,75% dari 16 responden. 2. Sikap Tawadhu’ Kepada Orang Tua a. Untuk kategori tinggi tentang sikap tawadhu’ kepada orang tua dinyatakan oleh 9 responden atau 56,25% dari 16 responden. b. Untuk kategori sedang tentang sikap tawadhu’ kepada orang tua dinyatakan oleh 6 responden atau 37,5% dari 16 responden. c. Untuk kategori rendah tentang sikap tawadhu’ kepada orang tua dinyatakan oleh 1 responden atau 6,25 % dari 16 responden. 3. Berdasarkan analisis data dengan rumus Chi Square, hasil perhitungan koefisien kontingensi 0,159. Setelah dikonsultasikan dengan product
71
72 moment terlebih dahulum mencari df-nya. df = N – nr yakni 16 – 2 = 14 diperoleh harga tabel dengan batas signifikansi 1% yang menunjukkan angka 0.623 dengan kaidah uji bila rhasil < rtabel pada taraf signifikansi 1% maka hasil dinyatakan tidak signifikan, berarti hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang sangat signifikan antara prestasi belajar aqidah akhlak dengan sikap tawadhu’ kepada orang tua siswa. Sehingga hipotesis yang ditawarkan ditolak kebenarannya dengan demikian hipotesis skripsi ini dikatakan makin kecil prestasi belajar aqidah akhlak makin rendah sikap tawadhu’ kepada orang tua. B. Saran 1. Kepada Guru Pelajaran Aqidah Akhlak Pendidik harus dapat memberikan teladan dan pembinaan secara berkelanjutan bagi subjek didiknya. Pendidik memberikan penjelasan tentang makna agama yang harus dipraktekkan dalam kehidupan seharihari. Selain itu, pendidik juga harus profesional, berakhlak mulia, memahami perbedaan karakter yang dimiliki oleh setiap peserta didik dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya. 2. Bagi Peserta Didik Agar pelaksanaan proses pelajaran aqidah akhlak dapat mencapai tujuan yang diinginkannya, maka setiap peserta didik hendaknya menyadari tugas dan kewajibannya sebagai peserta didik yaitu membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu, menghormati pendidik dan orang tuanya, kreatif, aktif dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
73
3. Bagi lembaga pendidikan Agar
lebih
meningkatkan
kualitas
pendidikannya
dengan
cara
menanamkan perilaku yang berbudi pekerti dan berakhlak mulia, mengembangkan kemampuan siswa, menggali potensi yang dimiliki oleh siswa agar menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, keterampilan dan pengetahuan yang memadai untuk mengembangkan potensinya secara optimal. 4. Bagi Orang Tua Hendaknya orang tua memperhatikan perkembangan belajar anak dari mulai anak masuk Sekolah Dasar/Madrasah, agar supaya anak dapat termotivasi dan anak dapat belajar dengan sungguh-sungguh sehingga kelak anak dapat meraih cita-citanya sesuai dengan keinginan pribadi anak dan keluarga serta setelah masa studi selesai anak dapat mumpuni atau dapat berperan di masyarakat ketika anak hidup dalam masyarakat sosial nanti. C. Penutup Dengan rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas terselesainya penulisan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan bahwa terdapat kesalahan dan kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis. Penulis mengharap kritik yang konstruktif dan saran dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA Abu Dzar, Mukhlis. Berhias Diri Dengan Tawadhu’, Al Furqon, vol.2-II, No 2 Achmadi. 1992. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Semarang: Aditya Media. Ahmad, Muhammad Abdul Qodir. 1985. Methodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Perguruan Tingga / IAIN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosda Karya, Bandung 1991 Ahtiyar Surin, Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an, Fa. Sumatra, Bandung, 1978 Al-Abrosyi. Muhammad Athiyah. t.th Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang (cet. VII). Al- Imam Al Hafid, Khodimsanah, Waqaomi Albadiayh, Jalaluddin Abdulrohman bin Abi Bakar Suyuti, Jamius Shoghir, Zilfikar, 911 H. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arifin. 1996. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Agama RI. 2001. Kendali Mutu Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Departemen Agama RI. 2001. Methodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan kelembagaan Agama Islam. Departemen Agama Republik Indonesia. 1989. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: CV. Toha Putra. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. t.th. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research 2, Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Fak. Psikologi UGM. Gerungan, WA. 1996. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco. Hamka. 1992. Akhlakul Karimah, Jakarta: Pustaka Panjimas. Isa Selamat, Muhammad. 2001. Penawar Jiwa dan Pikiran. Jakarta: Kalam Mulia.
Isfandi Muhtar. 1998. Metodologi Pengajaran Agama, Dalam PBM PAI di Sekolah, Fak Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang, KH. Edham Syafi’i dan Rafi’udin. 2003. Konsep Alquran Tentang Pendidikan Aqidah dalam Menghadapi Tantangan Zaman. Jakarta: Aprindo. Muhtar, Isfandi. 1998. Metodologi Pengajaran Agama, Dalam PBM PAI di Sekolah, Semarang: Fak Tarbiyah IAIN Walisongo. Muhaimin. 2000. Paradikma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Nur Abdul Hafidz, Muhammad. 1999. Mendidik Anak Bersama Rasulullah. Al Bayan. Poerwadarminta, WJS. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Raharjo. 1998. Media Pendidikan dalam PBM PAI di Sekolah. Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo. Razak, Nazaruddin. 1989. Dienul Islam. Bandung: PT. Antara Lain Ma’arif. Simanjutak, Nancy. 1986. Kamus Psikologi, Jakarta: Bina Aksara. Siregar, Masaruddin. 1998. Pengelolaan Pengajaran (Suatu Dinamika Profesi Keguruan) dalam PBM PAI di Sekolah, Semarang: Fak Tarbiyah IAIN Walisongo. Sudijono, Anas. 2000. Pengantar Statistik. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Surin, Bahtiyar. 1978. Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an, Bandung: Fa. Sumatera. Tafsir, Ahmad. 1990. Methodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Tafsir, Ahmad. 1991. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Wirawan, Sarlinto. 1996. Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Bulan Bintang.