EFEKTIFITAS TEKNIK SELF-INSTRUCTION DALAM MEREDUKSI STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI MA YAROBI KEC. GROBOGAN, KAB. GROBOGAN TAHUN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun oleh ENGGAR SAYEKTI 111 11 132
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017
i
EFEKTIFITAS TEKNIK SELF-INSTRUCTION DALAM MEREDUKSI STRESS AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI MA YAROBI KEC. GROBOGAN, KAB. GROBOGAN TAHUN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun oleh ENGGAR SAYEKTI 111 11 132
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017
ii
iii
iv
v
MOTTO
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Raad ayat 28)
Hidup itu adalah permainan, jika engkau tidak bisa maka mencobalah, jika engkau gagal ulangilah, jika engkau berhasil satu tingkat naiklah ketingkat berikutnya, jika engkau berhasil menyelesaikannya beralihlah ke permainan yang lain, namun jika engkau telah melakukan semuanya dan masih gagal, bersabarlah karena itu adalah takdir. (Penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap mempunyai peran penting dalam hidup-Ku 1. Bp. Ibu. yang selalu memberikan motivasi, do’a dan bantuan material kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaiakan. 2. Adek Suryo Prayogo, Kakak Nur Endah Setyowati dan Imam Afan Mustofa, Ponakan Gafar Arifudin dan M. Rijal Faras yang selalu mendampingi serta mengobati lelah penulis. 3. Teman Nur Asyiyah, Faizin, Tegar, Lutvi, Saci, yang memberikan dorongan dan menghibur penulis di setiap kejenuhan. 4. Almamater Ku tercinta IAIN Salatiga sebagai tempat menuntut ilmu.
vii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرمحن الرحيم Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini adalah “Efektifitas Teknik Self-Instruction dalam Mereduksi Stress Akademik pada Siswa Kelas XI MA YAROBI Kec. Grobogan, Kab. Grobogan Tahun 2016/2017”. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga 4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
viii
ix
ABSTRAK Sayekti, Enggar. 2017. Efektifitas Teknik Self-Instruction dalam Mereduksi Stress Akademik pada Siswa Kelas XI MA YAROBI Kec. Grobogan, Kab. Grobogan Tahun 2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. Kata Kunci: self instruction dan stress akademik. Fenomena stress akademik yang terjadi di MA Yarobi Kec. Grobogan, Kab. Grobogan itu sendiri adalah banyaknya siswa yang bolos pada saat jam pelajaran berlangsung, banyak juga siswa yang mengaku jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, menggerutu ketika guru memberikan tugas serta tidak merasakan kepuasan terhadap penjelasan guru di depan kelas. Selain itu, prestasi belajar yang diperoleh siswa menurun tidak memenuhi KKM baik dalam mata pelajaran maupun KKM yang telah ditentukan sekolah. Hal tersebut dapat dijadikan salah satu dasar untuk melakukan penelitian ini secara lebih mendalam. Adapun rumusan permasalahan yang penulis teliti, sebagai berikut: (1) Bagaimana pelaksanaan teknik self-instruction pada siswa? (2) Bagaimana tingkat stres akademik siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan bimbingan dengan teknik self instruction? (3) Apakah teknik self-instruction efektif untuk mereduksi stres akademik siswa? Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif mendekatkan analisis data numerik (angka) yang dianalisis dengan metode statistik, teknik pengumpulan data menggunakan angket, interview dan observasi. Analisa data dengan penelitian jenis One-Group Pretest-Posttest Design (hasil perlakuan akan dibandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan teknik self-instruction efektif dalam mereduksi stress akademik pada siswa kelas XI MA YAROBI, Kec. Grobogan, Kab. Grobogan tahun 2016/2017. 1) Pelaksanaan teknik self-instruction guru bertindak sebagai model: (a) bertanya, (b) menjawab pertanyaan, (c) membimbing diri dan memfokuskan perhatian, (d) mengevaluasi diri dan mengoreksi kesalahan, (e) self-reinforcement. Kegiatan bimbingan dilaksanakan dalam 3 sesi, yakni: sesi pertama sebagai perkenalan dan untuk mengetahui tingkat stress akademik yang dialami siswa (siswa mengerjakan angket sebagai pre-test). Sesi kedua, pemberian perlakuan teknik self instruction (evaluasi siswa terhadap guru dalam menyampaikan materi, guru dan peneliti menilai siswa dilihat dari aspek perilaku, pikiran dan emosi). Sesi ketiga, merupakan evaluasi yakni siswa mengerjakan angket yang sama untuk menilai stress akademik setelah dilakukan tindakan sebagai post-test; 2) Berdasarkan tabel perbandingan pre-test dan post-test, menunjukkan terdapat 20 siswa pada variabel sesudah mengalami peningkatan dari pada variabel sebelum. Rata-rata rangking (mean rank) = 10,50 merupakan pengurangan nilai rata-rata post-test sebesar 67,65 dengan nilai pretest sebesar 56,60; 3) Berdasarkan tabel paired samples test nilai thitung sebesar -16,102 dengan sig 0.000.
x
Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% dengan derajat kebebasan (df) n-1 atau 20-1 = 19. Hasil perhitungan yang didapat dari nilai signifikansi 0,05 > 0,000 dan t hitung (-16.015) < t tabel (2.093).
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO ......................................................................................
i
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ....................................................................
iii
PERNYATAAN PENGESAHAN ........................................................................
iv
HALAMAN KEASLIAN TULISAN ...................................................................
v
MOTTO ................................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN .................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
viii
ABSTRAK ............................................................................................................
ix
DAFTAR ISI .........................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................
xiv
DAFTAR BAGAN ...............................................................................................
xv
DAFTAR DIAGRAM ...........................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................
xvii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
9
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
9
E. Definisi Operasional .................................................................
10
F. Hipotesis....................................................................................
14
xii
BAB II
G. Metode Penelitian .....................................................................
14
H. Sistematika Pembahasan ...........................................................
20
KAJIAN PUSTAKA A. Self Instruction ..........................................................................
23
B. Stress Akademik .......................................................................
28
C. Efektifitas Teknik Self Instruction dalam Mereduksi Stress Akademik .................................................................................. BAB III
BAB IV
38
LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Objek Penelitian ......................................................
43
B. Pelaksanaan Penelitian..............................................................
52
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Analisis Diskriptif Penerapan Teknik Self Instruction .......
67
2. Analisis Tingkat Stress Akademik Siswa Sebelum dan
BAB V
Sesudah Pelaksanaan Teknik Self Instruction ....................
72
3. Analisi Uji Hipotesis ...........................................................
76
B. Pembahasan ..............................................................................
77
PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
83
B. Saran .........................................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Keadaan Guru MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2013/2017 ............................................
Tabel 3.2
45
Keadaan Sarana Prasarana MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2013/2017 ..........................
50
Tabel 3.3
Daftar Responden ............................................................................
51
Tabel 3.4
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Pada Siswa Kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 ........................................................................................
53
Tabel 3.5
Desain Penelitian One-Group Pretest--Posttest Design ...................
54
Tabel 3.6
Kisi-kisi Angket Stress Akademik ...................................................
55
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Instrumen Stress Akademik Siswa ...................
56
Tabel 3.8
Kriteria Reliabilitas Pernyataan Angket ..........................................
58
Tabel 3.9
Hasil Uji Reliabilitas Stress Akademik Siswa .................................
59
Tabel 3.10
Skor Jawaban Pre-Test.....................................................................
60
Tabel 3.11
Lembar Evaluasi Guru .....................................................................
64
Tabel 3.12
Evaluasi Penerapan Teknik Self Instruction Siswa .........................
64
Tabel 3.13
Hasil Jawaban Post-Test ..................................................................
65
Tabel 4.1
Kriteria Penggolongan Skala Pre-Test .............................................
68
Tabel 4.2
Analisis Hasil Pre-Test ...................................................................
70
Tabel 4.3
Kriteria Penggolongan Skala Post-Test ...........................................
71
Tabel 4.4
Analisis Hasil Post-Test ...................................................................
72
Tabel 4.5
Perbandingan Hasil Jawaban Pre-Test dan Post-Test ......................
73
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Pre-Test dan Post-Test ...................................
74
Tabel 4.7
Hasil Analisis Uji Hipotesis .............................................................
77
xiv
DAFTAR BAGAN Bagan I
Struktur Organisasi MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 ..........................................
xv
47
DAFTAR DIAGRAM Diagram 4.1 Perbedaan Hasil Jawaban Pre-Test dengan Post-Test ...................
73
Diagram 4.2 Grafik Uji Normalitas Skor Pre-Test ............................................
75
Diagram 4.3 Grafik Uji Normalitas Skor Post-Test ...........................................
75
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2
Surat Izin Penelitian
Lampiran 3
Surat Balasan Penelitian
Lampiran 4
Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 5
Daftar Nilai SKK
Lampiran 6
Angket Stress Akademik (Pre-Test dan Post-Test)
Lampiran 7
Jawaban Hasil Penelitian Sesi I (Pre Test) “Angket Stress Akademik Siswa Kelas XI MA Yarobi Tahun 2016/2017”
Lampiran 8
Jawaban Hasil Penelitian Sesi I (Post Test) “Angket Stress Akademik Siswa Kelas XI MA Yarobi Tahun 2016/2017”
Lampiran 9
Hasil Analisis Data Menggunakan SSPS
Lampiran 10
Evaluasi Kegiatan
Lampiran 11
Dokumentasi Penelitian
Lampiran 12
Pernyataan Publikasi Skripsi
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dunia ini mengalami fase perkembangan dalam hidupnya, tak terkecuali remaja. Erickson dalam Sobur (2003:136) menyatakan bahwa remaja merupakan individu yang berada dalam rentang usia 12-18 tahun. Pada masa ini individu mengalami transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini, individu mulai merasakan terjadinya perubahan dalam dirinya baik secara fisik, psikis, sosial serta intelektualnya. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkan mereka untuk mencapai intergrasi dalam hubungan sosial dengan orang dewasa. Harapan yang tinggi tersebut dapat membuat remaja mengalami konflik dan rentan stres. Zaleski dalam Wilks (2008:107) menemukan bahwa jumlah peristiwa dalam kehidupan yang penuh stres mengalami peningkatan pada saat seseorang berstatus sebagai pelajar. Sebagian besar usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja. Remaja yang tidak mampu menghadapi tuntutan pendidikan menunjukkan ketidaksenangan dengan menjadi
orang
yang
berprestasi rendah, bekerja dibawah kemampuan dalam setiap mata pelajaran atau dalam mata pelajaran yang tidak disukai. Stres akademik merupakan produk kombinasi dari tuntutan terkait dengan bidang akademik yang melebihi kemampuan yang dimiliki individu. Jika siswa tidak dapat mengatasi stres
1
2
akademik dengan efektif, maka kemungkinan akan menimbulkan konsekuensi kesehatan psiko-sosial-emosional. Goodman & Leroy dalam Mc Kean & Misra (2000: 41) menyatakan bahwa sumber stres siswa dikategorisasikan menjadi: akademik, keuangan, yang berkaitan dengan waktu dan kesehatan dan self-imposed. Para siswa juga mengemukakan mengalami stres akademik pada setiap semester dengan sumber stres akademik yang tinggi akibat dari belajar sebelum ujian, kompetisi nilai, dan dari begitu banyak materi yang harus dikuasai dalam waktu yang singkat. Senada dengan hal tersebut, Desmita (2011:297) menyatakan bahwa stresor akademik
merupakan
sumber
stres
yang
berasal
dari
proses
belajar
mengajar atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar, yang meliputi tekanan untuk naik kelas, lama belajar, mencontek, banyak tugas, mendapat nilai ulangan, birokrasi, mendapatkan beasiswa, keputusan menentukan jurusan dan karir, serta kecemasan ujian dan manajemen waktu. Greenberger dalam Rafidah (2009:16) menyatakan bahwa masalah akademik merupakan sumber stres utama bagi pelajar. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tingkat stres akademik siswa tergolong dalam kategori tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurakhman (2009:66) di SMA Pasundan 2 Bandung menunjukkan terdapat 48,3% siswa dengan tingkat
stres sangat tinggi, 45% siswa berada pada kategori tinggi, 6,67%
kategori sedang dan tidak ada seorangpun siswa (0%) yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah.
3
Perubahan tuntutan belajar dari masa sebelumnya juga menyebabkan munculnya gejala stress. Kondisi ini, disebabkan oleh tuntutan yang tinggi terhadap prestasi siswa dari tahun ke tahun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan standar kelulusan yang selalu meningkat serta pemerintah daerah kabupaten dan kota juga menuntut dan menekan pihak sekolah agar mencapai prestasi yang tinggi serta tingkat kelulusan siswa yang harus mendekati 100 %. Tuntutan yang tinggi, seringkali menjadi pemicu munculnya stres pada peserta didik khususnya pada mereka yang tidak memiliki kesiapan dan kedisiplinan dalam belajar. Menurut Baldwin (dalam Desmita, 2009) dalam menghadapi beban pelajaran di rasa cukup berat di sekolah akan dapat menimbulkan stress pada remaja, terutama bagi remaja midle school, mengingat pada masa ini remaja pada umumnya mengalami tekanan dari pihak sekolah dan kadangkala dari orang tua untuk memperoleh nilai yang tinggi agar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah favorit. Lebih lanjut Rainham (dalam Desmita, 2009) menyatakan bahwa pada masa-masa sekolah menengah pertama di satu sisi merupakan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang sangat berharga bagi remaja, tetapi di sisi lain mereka dihadapkan dengan banyaknya tuntutan dan perubahan yang cepat yang pada akhirnya dapat membuat mereka mengalami masa-masa yang penuh dengan stress. Stress di bidang akademik pada anak muncul ketika harapan untuk meraih prestasi akademik meningkat, baik dari orang tua, guru ataupun teman sebaya. Harapan tersebut seringkali tidak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki (Shahmohammadi, 2011).
4
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nurmalasari (2011:290) mengenai tingkat stres akademik siswa SMP I Lembang menunjukkan bahwa 22,07% siswa mengalami stres akademik pada area fisik; 19,03% pada area perilaku; 28,44%
pada area pikiran dan 30,05% pada area emosi.
Thoresen
and
Eagleston (Roberson, 1985:5) menyatakan bahwa anak atau remaja yang menghadapi seperangkat tuntutan tanpa kemampuan yang memadai akan meresponnya dengan cara yang berbahaya atau maladaptif. Sehingga dapat menimbulkan respon perilaku, seperti: menarik diri, penyalahgunaan alkohol dan
obat-obatan
serta
perilaku
membolos.
Dalam
area
kognitif,
ketidakseimbangan antara tuntutan dengan kemampuan ini dapat mengakibatkan perasaan rendah diri dan selalu merasa gagal. Berdasarkan berbagai penelitian (Nurdini, 2009: 6), siswa yang mengalami stres akademik menunjukan perilaku seperti bolos sekolah, cemas menghadapi ulangan atau ujian, mencontek, tidak peduli terhadap materi, tidak menguasai kompetensi, tidak betah di sekolah, takut menghadapi guru, tidak dapat berkonsentrasi di kelas, ingin pindah kelas, cemas terhadap materi yang sulit, jenuh kalau ada pelajaran tambahan, takut terhadap pelajaran tertentu, panik menghadapi tugas yang menumpuk atau sulit, tidak percaya
diri
ketika
mengisi
jawaban
soal-soal,
dan
lelah
mengikuti
ekstrakurikuler. Stres akademik pada siswa dapat memberi dampak pada siswa antara lain motivasi belajar rendah, tidak berhasil menguasai materi-materi
5
pelajaran, gagal dalam mencapai standar kelulusan yang ditetapkan, dan lebih jauh berkonsekuensi pada keberhasilan siswa dalam proses pengembangan diri. Stres akademik yang terjadi pada siswa maka diperlukan suatu pemberian layanan bantuan. Kartadinata (Yusuf dan Nurihsan, 2006:7) menjelaskan bahwa bimbingan merupakan upaya
yang diberikan untuk
membantu
individu untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Layanan bimbingan dan konseling yang membantu siswa dalam permasalahan akademik atau belajar adalah bimbingan akademik. Bimbingan akademik adalah bimbingan yang diarahkan untuk membantu siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akdemik. Bimbingan akademik diberikan agar siswa dapat menghadapi
tuntutan
yang datang dari
sekolah sehinga
siswa
dapat
melakukan penyesuaian diri secara baik dan optimal di sekolah (Yusuf dan Nurihsan, 2006: 10). Siswa yang mengalami stres akademik memerlukan upaya bantuan bimbingan akademik yang bersifat responsif. Layanan responsif merupakan layanan bantuan bagi para siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan segera (Yusuf dan Nurihsan, 2006:28). Strategi yang digunakan adalah dengan teknik konseling yang dapat dilakukan secara individual ataupun kelompok. Menurut Sarafino (1990:87) salah satu faktor eksternal stres adalah faktor komunitas dan masyarakat. Contohnya yaitu pengalaman stres anak-anak di sekolah dan di beberapa kejadian kompetitif. Pada penelitian Armacort (dalam Rice, 1993:274) tentang stressor pada 1301 pelajar di daerah pinggir kota di
6
Wisconsin. Dia menemukan bahwa stres yang dialami oleh pelajar disana adalah karena merasa takut, aktivitas sekolah, tekanan teman sebaya, dan kecocokan dengan lingkungan sekolah. Sumber utama stres di sekolah adalah adanya harapan agar siswa sukses di bidang akademik, kompetisi antar siswa yang terlihat lebih cerdas. Banyaknya kasus-kasus yang terjadi dan semakin banyak stresor yang timbul, semakin meningkat pula tingkat stres pada remaja. Oleh karenanya penelitian ini dilakukan merupakan langkah awal untuk mendeskripsi tingkat stress akademik yang terjadi di siswa kelas XI MA Yarobi Kec. Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017. Sehingga dapat menjadi data awal untuk menentukan langkah lanjut bagi terentasnya permasalahan stress di kalangan siswa. Hollon and Beck (Lazarus & Folkman, 1984: 336) memaparkan beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menangani stres yang dialami individu yaitu behavioral
affective yang digunakan untuk
menangani
kecemasan yang menghambat perilaku berpotensi, pendekatan dinamis yang dapat digunakan untuk mengatasi kemarahan serta pendekatan cognitive yang digunakan untuk menangani pemikiran maladaptif serta penyimpangan pemrosesan informasi. Selain itu, pendekatan lain yang dapat digunakan dalam mereduksi stres akademik siswa adalah dengan self instruction training. Bush (2003) mengungkapkan bahwa self instruction training digunakan untuk melakukan
intervensi
pada
masalah-masalah
emosional
dan
perilaku.
Meichenbaum (Dobson, 2010:15) menyatakan bahwa perubahan kognitif
7
individu dapat dilakukan dengan menggunakan verbalisasi diri. Teknik yang dapat digunakan dalam verbalisasi diri tersebut adalah self-instruction training. Menurut Bryant dan Budd (1982:259) self-instruction training merupakan teknik yang cocok digunakan dalam mengatasi masalah emosional dan perilaku. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik self-instruction dapat digunakan dalam menangani masalah emosi dan perilaku. Bryant dan Budd (1982:266) menyatakan bahwa teknik self-instruction efektif untuk meningkatkan kemandirian dalam mengerjakan tugas-tugas. Begitu juga Baker dan Butler (1984) yang menemukan keefektivan self-instruction dalam menurunkan kecemasan siswa. Berdasarkan pendapat tersebut, teknik self-instruction dapat digunakan sebagai salah satu intervensi untuk mereduksi stres akademik yang dialami siswa. Manusia dilahirkan dengan segenap potensi dan seperangkat kemampuan dari Tuhan untuk dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan. Perilaku merupakan salah satu perantara manusia untuk mencapai tujuan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Perilaku dalam psikologi, dipandang sebagai sesuatu yang dapat diubah dan dapat dipelajari. Sebagaimana dalam firman Allah QS. Al-Baqarah ayat 286, berbunyi:
8
Artinya:
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."
Hasil pra penelitian fenomena stress akademik yang terjadi di MA Yarobi Kec. Grobogan, Kab. Grobogan itu sendiri adalah banyaknya siswa yang bolos pada saat jam pelajaran berlangsung, banyak juga siswa yang mengaku jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, menggerutu ketika guru memberikan tugas serta tidak merasakan kepuasan terhadap penjelasan guru di depan kelas. Selain itu, prestasi belajar yang diperoleh siswa menurun tidak memenuhi KKM baik dalam mata pelajaran maupun KKM yang telah ditentukan sekolah. Hal tersebut dapat dijadikan salah satu dasar untuk melakukan penelitian ini secara lebih mendalam. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih dalam tentang hal tersebut. Sehingga penulis mengambil judul skripsi: “Efektifitas Teknik Self-Instruction dalam Mereduksi Stress Akademik pada Siswa Kelas XI MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017”. B. Rumusan Masalah Dalam rangka mengetahui jawaban penelitian perlu merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang penulis teliti, sebagai berikut :
9
1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dengan menggunakan teknik selfinstruction pada siswa kelas XI
MA
Yarobi Kecamatan Grobogan,
Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017? 2. Bagaimana tingkat stres akademik yang dialami siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 sebelum dan sesudah pelaksanaan bimbingan dengan teknik self instruction? 3. Apakah teknik self-instruction efektif untuk mereduksi stres akademik siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017? C. Tujuan Penelitian Untuk mencapai hasil yang baik, maka peneliti menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitian, sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan dengan menggunakan teknik selfinstruction pada siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017. 2. Untuk mengetahui tingkat stres akademik yang dialami siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 sebelum dan sesudah pelaksanaan bimbingan dengan teknik self instruction. 3. Untuk mengetahui efektifitas penggunaan teknik self-instruction dalam menangani stres akademik siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017. D. Kegunaan Penelitian Setelah adanya data dan informasi yang diperoleh dari penelitian tentang efektifitas teknik self-instruction dalam mereduksi stress akademik pada siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun
10
2016/2017, maka harapan peneliti dari penelitian ini dapat memberikan manfaat secara praktis maupun teoritis, yaitu: 1. Manfaat teoritis a. Menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu
yang
telah
diperoleh selama kuliah, sehingga penelitian ini merupakan wahana untuk mengembangkan ilmu yang dimiliki penulis. b. Penelitian ini digunakan sebagai referensi atau bahan kajian di bidang ilmu pengetahuan. c. Dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan pengetahuan tentang teknik self instruction dalam mengurangi stress akademik pada siswa. 2. Manfaat praktis a. Bagi guru, dapat membantu menangani stres akademik yang dialami siswa dengan menerapkan teknik self-instruction. b. Bagi siswa, diharapkan dapat memiliki keterampilan bantuan diri melalui teknik self-instruction dalam mereduksi stres akademik. c. Bagi sekolah, penerapan teknik self-instruction untuk menurunkan tingkat stres akademik bukan hanya berimplikasi pada pemahaman seorang konselor terhadap pendekatan teknik self-instruction, tetapi juga menuntun konselor untuk memiliki kepribadian yang mampu menjadi model (sabar, empati, respek kepada orang lain). E. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam penulisan skripsi ini, perlu penulis jelaskan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul di atas. Istilah-istilah tersebut adalah :
11
1. Teknik Self Instruction Self instruction, merupakan sebuah metode yang diadaptasi dari modifikasi
konseling
kognitif
perilaku
yang
dikembangkan
oleh
Meichenbaum pada tahun 1977. Meichenbaum menduga bahwa beberapa perilaku maladaptif dipengaruhi oleh pikiran irasional yang menyebabkan verbalisasi diri yang tidak tepat (Baker & Butler, 1984). Dengan kata lain, merupakan sebuah latihan untuk meningkatkan kontrol diri dengan menggunakan verbalisasi diri sebagai rangsangan dan penguatan selama menjalani treatment (Blackwood, et al., dalam Tang, 2006:76 ). Self instruction adalah suatu teknik untuk membantu klien terhadap apa yang konseli katakan kepada dirinya dan menggantikan pernyataan diri yang lebih adaptif (Ilfiandra, 2008). Hal ini berdasarkan pada asumsi Meichenbaum (Baker & Butler, 1984) yang menyatakan bahwa individu yang mengalami perilaku salah dikarenakan pikiran irasional yang diakibatkan kesalahan dalam melakukan verbalisasi diri. Berdasarkan beberapa pengertian diatas yang dimaksud teknik self instruction adalah suatu cara mengubah perilaku sesuai tujuan yang hendak dicapai dengan mengganti verbalisasi diri yang kurang tepat menjadi verbalisasi yang lebih dapat diterima. Adapun indikator teknik self instruction, sebagai berikut: a. Aspek keberartian (significance), adanya kepedulian, perhatian dan afeksi yang diterima oleh individu dari lingkungan.
12
b. Aspek kekuatan (power), kemampuan individu untuk bisa mengatur perilaku sendiri dan mempengaruhi perilaku orang lain. c. Aspek kemampuan (competence), ditandai dengan perfomansi individu dalam mengerjakan bermacam-macam tugas dengan baik sesuai dengan tingkat usia dan tugas perkembangannya. d. Aspek kebajikan (virtue), ditandai dengan ketaatan individu terhadap standar moral, etika dan prinsip-prinsip religius. 2. Stress akademik Stress akademik merupakan stress yang disebabkan oleh academic stressor. Academic stressor yaitu stress siswa yang bersumber dari proses belajar mengajar atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar yang meliputi: tekanan untuk naik kelas, lama belajar, mencontek, banyak tugas, mendapat nilai ulangan, birokrasi, mendapatkan beasiswa, keputusan menentukan jurusan dan karir serta kecemasan ujian dan manajemen waktu (Desmita, 2011: 297). Penelitian
Wilks
(2008:106-125)
menunjukkan
bahwa
masa
menempuh pendidikan di sekolah menengah merupakan suatu pengalaman yang
berharga
bagi
remaja, tetapi
disisi lain
banyak
siswa
berpendapat bahwa menempuh pendidikan yang lebih tinggi merupakan masa transisi yang ditandai dengan seperangkat tuntutan yang berkaitan dengan pengaturan. Stress akademik merupakan produk kombinasi dari tuntutan
13
terkait dengan bidang akademik yang melebihi kemampuan yang dimiliki individu. Menurut peneliti stress di bidang akademik adalah respon individu akibat kesenjangan antara tuntutan lingkungan terhadap prestasi akademik dengan
kemampuan
untuk
mencapainya
sehingga
situasi
tersebut
mengakibatkan perubahan respon dalam diri individu tersebut, baik secara fisik maupun psikologis. Adapun indikator-indikator dalam stress akademik, sebagai berikut: a. Indikator fisik (objektif dalam bentuk keluhan fisik, seperti: muka memerah, pucat, lemah dan merasa tidak sehat, jantung berdebar-debar, gemetar, sakit perut, pusing, badan kaku dan berkeringat dingin). b. Indikator perilaku (tampak dari perilaku-perilaku menyimpang, seperti: munculnya rasa cemas, sensitif, sedih, kemarahan, frustasi). c. Indikator pikiran (tampak dalam gejala sulit berkonsentrasi, mudah lupa dan sulit mengambil keputusan, seperti: kesulitan memusatkan perhatian dalam belajar, sulit mengingat pelajaran atau mudah lupa, sulit memahami bahan pelajaran, berpikir negatif pada diri dan lingkungan). d. Indikator psikologis (lebih dikaitkan pada aspek emosi, seperti: mudah marah, sedih dan tersinggung merusak, menghindar, membantah, berkata kotor, menghina, menunda-nunda penyelesaian tugas sekolah, malas sekolah dan terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan secara berlebihlebihan dan beresiko).
14
F. Hipotesis Hipotesis diartikan suatu jawaban yang sementara terhadap suatu permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan paparan diatas maka hipotesis penelitian dirumuskan, sebagai berikut: “penerapan teknik self-instruction efektif dalam menangani stres akademik siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017”. G. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut : 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang mendekatkan analisis pada data numerik (angka) yang dianalisis dengan metode statistik. Menurut Creswell, pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan, dan datanya dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain (Hasa, 2004:13). Pada dasarnya pendekatan kuantitatif melaksanakan penelitian dengan cara sistematis, terkontrol, empirik, dan bisa menengahi hipótesis yang diasumsikan menengahi fenomena alam (Hasa, 2004:2). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan korelasional yang ingin mengukur hubungan variabel bebas dan variabel
15
terikat. Menurut Sumadi, tujuan penelitian dengan pendekatan korelasional ini adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan faktor dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdsarkan pada koefisien korelasi (Suryabrata, 1990:82). 2. Instrumen pengukuran Penelitian ini status peneliti diketahui oleh informan atau responden. Peneliti bersifat terbuka dan menampakkan bahwa dirinya adalah seorang peneliti yang sedang melakukan penelitian serta mengharap ada respon dari responden. Adapun cara yang digunakan untuk mengungkap pelaksanaan teknik self instruction menggunakan wawancara dan observasi secara langsung, sedangkan untuk stress akademik menggunakan angket/quesioner scoring menggunakan skala yang ditetapkan alat ukur DASS (depression anxiety stress scale) yaitu selalu (3), sering (2), kadang-kadang (1) dan tidak pernah (0). 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017. Sedangkan waktu penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai dengan selesai. 4. Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
16
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah jumlah siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017. Sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 1991:104). Tehnik sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel (Suharsimi Arikunto, 1991:106). Dalam hal ini Sutrisno Hadi (1995:73), berpendapat bahwa tidak ada ketentuan yang mutlak berapa sampel yang harus diambil dari populasi. Ketidakpastian ini menimbulkan keraguan dalam penyelidikan. Adapun teknik sampling yang penulis gunakan adalah teknik purposive random sampling. Adapun dalam penelitian mengambil sampel secara acak yakni 20 responden/siswa dari keseluruhan jumlah siswa kelas XI A dan XI B dengan mendasarkan pada prestasi akademik siswa dan saran dari guru MA Yarobi Grobogan. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data secara holistik integrative relevan dengan fokus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi : a. Metode Angket Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis, 2002:67). Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk
17
mengetahui tingkat stress akademik pada siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017. b. Metode Interview Interview atau wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan
yang
sistematis
kepada
para
responden.
Wawancara bermakna tahapan cara interview (pewawancara) dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan (Hadi, 2000:196). Metode ini ditujukan kepada guru dan siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan menggunakan teknik self instruction. c. Metode Observasi Observasi sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena yang diselidiki (Hadi, 2000:136). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan teknik self instruction siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017. 6. Teknik Analisis Data Analisa data pada penelitian merupakan penelitian eksperimen jenis One-Group Pretest-Posttest Design. Dalam penelitian ini hasil perlakuan akan dibandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Adapun desain penelitian ini, sebagai berikut:
18
Sebelum O1
Perlakuan X
Sesudah O2
Sumber: Sugiyono(2010: 111)
Keterangan : O1 = nilai pretest (sebelum diberikan perlakuan) O2 = nilai posttest (sesudah diberikan perlakuan) X
= perlakuan yang diberikan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan, sebagai berikut:
a. Uji Validitas Validitas merupakan tingkat dimana suatu alat pengukur mengukur apa yang akan diukur. Data penelitian tidak akan berguna apabila instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tidak memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Teknik korelasi yang digunakan adalah. (Sudjana, 2002: 369)
Keterangan : r
; koefisien korelasi antara item (X) dengan skor total (Y)
X ; skor setiap item Y ; skor total N ; jumlah responden
19
b. Uji Reliabilitas Realibilitas
adalah
untuk
mengetahui
sejauh
mana
hasil
pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula (Siregar, 2010: 173). Dalam setiap penelitian adanya kesalahan pengukuran ini cukup besar. Karena itu untuk mengetahui hasil penelitian pengukuran yang sebenarnya, kesalahan pengukuran itu sangat diperhitungkan. c. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram serta melihat nilai signifikan dari uji Kolmogrov-Smirnov. d. Uji Partial (t-test) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Signifikan berarti pengaruh yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan). Dimana t
tabel
>t
hitung,
H0 diterima. Jika ttabel <
20
thitung, maka H1 diterima, begitupun jika sig > α (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak dan jika sig < α (0,05), maka Ho ditolak H1 diterima. 7. Alat Analisis Penelitian kali ini adalah merupakan data kuantitatif dimana data dapat dinyatakan dalam bentuk angka, maka akan mudah untuk diaplikasikan ke dalam olah data SPSS 16 for windows. SPSS merupakan sebuah program komputer statistik yang berfungsi untuk membantu dalam memproses datadata statistik secara tepat dan cepat, serta menghasilkan berbagai output yang dikehendaki oleh para pengambil keputusan. Statistik dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data, meringkas atau menyajikan data kemudian menganalisis data dengan menggunakan metode tertentu, dan menginterpretasikan hasil dari analisis tersebut. Dalam penghitungan statistik, alat yang sering digunakan adalah olah data SPSS. Program olah data SPSS ini sangat membantu dalam proses pengolahan data, sehingga hasil olah data yang dicapai juga dapat dipertanggungjawabkan dan terpercaya. H. Sistematika Pembahasan Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahsan tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya, sebagai berikut :
21
BAB I
: PENDAHULUAN. Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara lain : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA. Pada bab II ini penulis akan mengemukakan tinjauan teoritis tentang: Pertama, teknik self instruction. Kedua, stress akademik. Ketiga, efektifitas tehnik self instruction dalam mereduksi stress akademik. BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN Bab ini berisi tentang gambaran umum MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017; tinjauan historis; letak geografis, sarana dan pra sarana sekolah, struktur organisasi dan data hasil uji coba/try out angket: uji validitas dan uji reliabilitas, hasil penskoran angket. BAB IV : ANALISIS DATA Dalam bab ini berisi tentang analisis data yang terkumpul sehingga diketahui tentang efektifitas teknik self instruction dalam mereduksi
22
stress akademik pada siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017. BAB V : PENUTUP Meliputi tentang kesimpulan dan saran-saran yang menjadi akhir dari penulisan skripsi ini.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Self Instruction 1. Definisi Self Instruction Metode self-instruction merupakan salah satu metode dari pendekatan cognitive-behavior,
yang
melibatkan
identifikasi
keyakinan-keyakinan
disfungsional yang dimiliki seseorang dan mengubahnya menjadi lebih realistis serta melibatkan teknik-teknik modifikasi perilaku. Pada metode self-instruction ini, terdapat strategi-strategi kognitif yang bisa digunakan, seperti self-verbalization atau self-talk yang bertujuan untuk
menuntun
seseorang mengatasi masalah yang dihadapinya. Sementara itu, teknik self-instruction sendiri merupakan suatu teknik modifikasi perilaku yang memiliki dua kegunaan, yaitu untuk mengganti pemikiran negatif terhadap diri sendiri menjadi pemikiran yang positif serta dapat digunakan untuk mengarahkan perilaku. 2. Kegunaan Self Instruction Kegunaan metode self-instruction untuk mengganti pemikiran negatif menjadi positif, didasari oleh pemikiran bahwa pandangan seseorang mengenai dirinya dapat diarahkan. Sementara itu, keguanaan teknik ini untuk mengarahkan perilaku didasari oleh pemikiran bahwa pemberian instruksi merupakan bagian penting pada perkembangan manusia dalam mengarahkan perilaku (dalam Rock, 1977). Sejak kecil, manusia menggunakan instruksi 23
24
untuk mengarahkan perilakunya. Pada masa anak-anak awal, anak-anak mengarahkan perilakunya berdasarkan instruksi yang diberikan orang tua, kemudian anak mulai mengembangkan instruksi lisan secara overt untuk mengarahkan
perilakunya. Semakin besar, anak mulai belajar mengatur
perilaku menggunakan covert speech. Intervensi menggunakan self-instruction ini bisa melibatkan berbagai strategi seperti; modeling, rehearsal, verbal cueing, visual cueing, roleplaying dan sub-vocalization. Salah satu strategi lain pada teknik selfinstruction adalah thought stopping. Langkah ini dilakukan untuk membantu individu untuk menghentikan pemikiran self-defeating yang dilakukan secara berlebihan. Misalnya, seseorang yang sedang diliputi pemikiran negatif tentang dirinya, perlu diajarkan untuk mengatakan stop kepada dirinya untuk menghentikan pikiran negatif, lalu mengarahkan pemikiran yang lebih produktif. 3. Tahap-tahap Self-instruction Melalui
metode
self-instruction,
pandangan
negatif
seseorang
mengenai dirinya dapat diarahkan menjadi lebih positif sehingga dapat meningkatkan self-esteem. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pernyataan positif tentang diri sendiri (positive self-statement) dapat meningkatkan self-esteem. Teori ini didukung oleh beberapa penelitian yang menggunakan metode self-instruction dalam meningkatkan remaja dengan self-esteem yang rendah. Metode self-instruction berhasil meningkatkan selfesteem pada remaja dengan cara meminta para partisipan yang merupakan
25
remaja dengan self-esteem rendah untuk membaca berulang kali positive self-statement mengenai diri mereka sebanyak dua kali sehari selama tiga minggu. Selain itu, penelitian
juga menunjukkan keberhasilan dalam
menggunakan positive self-talk untuk meningkatkan self-esteem remaja. Hingga saat ini, metode self-instruction masih terus berkembang. Langkah-langkah serta jumlah sesi yang digunakan dalam intervensi menggunakan metode self-instruction pada dasarnya dapat disesuaikan sesuai dengan tujuan dan permasalahan yang dihadapi. Teknik selfinstruction yang pernah dilakukan oleh Meichenbaum dan Goodman terdiri dari lima sesi dengan masing-masing sesi berdurasi satu setengah jam. Langkah-langkah
intervensi
yang
dilakukan
oleh
Meichenbaum
menggunakan teknik self-instruction adalah: a. Identifikasi keyakinan diri yang negatif Pengalaman negatif seseorang di masa lalu berkaitan erat dengan cara seseorang mengatasi situasi tersebut dengan melibatkan pikiran,
perasaan,
dan
perilakunya. Ketika
pikiran
negatif
mendominasi dalam menghadapi sebuah situasi maka akan muncul perasaan yang tidak menyenangkan dan perilaku yang tidak tepat. Akibat dari interaksi semacam itu adalah kegagalan dalam mengatasi sebuah situasi yang berujung pada menguatnya evaluasi negatif diri individu, seperti aku tidak menarik atau aku tidak mampu.
26
Dalam pendekatan cognitive-behavioral, identifikasi keyakinan diri dapat membantu individu untuk memahami mengapa ia selalu memiliki cara berpikir yang sama dan terjebak dalam perangkap negatifnya sendiri dan mengapa masalah yang sama terus terjadi. Meichenbaum (dalam Martin dan Pear, 2003) menambahkan bahwa keyakinan diri negatif ini kerap dipicu oleh pernyataan-pernyataan negatif (negative self-statement) diri yang
kerap digunakan individu untuk
menggambarkan dirinya. Oleh karena itu, untuk memperbaiki evaluasi negatif diri, perlu dilakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap keyakinan diri yang dimiliki oleh individu. b. Pembelajaran positive self-talk untuk melawan negative self-statement Salah satu cara untuk mengontrol pikiran-pikiran negatif atau kesalahan berpikir yang sering dilakukan oleh individu adalah dengan mengajarkan strategi kognitif berupa positive self-talk. Positive self-talk membantu individu untuk menemukan dan mengenali kualitas-kualitas positif yang ia miliki dan bukan memfokuskan diri pada apa yang telah gagal ia raih. Daripada mencari apa yang belum berhasil dicapai, subjek didorong untuk mencari dan memuji keberhasilannya. Dengan demikian, evaluasi diri individu akan berkembang lebih positif sehingga mampu berdampak pada self-esteemnya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang membuktikan bahwa positive self-talk berhasil dalam meningkatkan self-esteem remaja.
27
c. Pembelajaran teknik self-instruction untuk melakukan langkah-langkah perilaku yang akan dilakukan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketika pikiran negatif mendominasi dalam menghadapi sebuah situasi maka akan muncul perasaan yang tidak menyenangkan dan perilaku yang tidak tepat (Stallard, 2002). Perilaku yang kurang tepat dapat mendatangkan respon dari lingkungan yang kurang positif sehingga memperkuat pikiran negatif yang dimiliki subjek. Oleh karena itu, selain memperbaiki keyakinan negatif, perubahan perilaku menjadi lebih efektif juga diperlukan dalam usaha untuk membentuk keyakinan positif yang baru. Salah satu teknik yang dapat dilakukan dalam mengarahkan perilaku adalah self-instruction. Teknik self-instruction digunakan oleh individu sepanjang perkembangan hidupnya untuk mengarahkan perilaku. Dengan demikian, penggunaan self-instruction ini menjadi penting bagi individu dalam mengarahkan perilakunya, terutama dalam mempraktekkan perilaku baru yang hendak dipelajari. d. Menentukan self-reinforcement apabila berhasil mengatasi situasi. Self-reinfoncement perlu dilakukan begitu individu berhasil mengatasi situasi yang dihadapinya dengan mengarahkan perilakunya (Meichenbaum dalam Martin & Pear, 2003).
28
B. Stress Akademik a. Pengertian Stress Akademik Stress merupakan suatu fenomena yang pernah atau akan dialami oleh seseorang dalam kehidupannya dan tidak seorang pun dapat terhindar dari padanya. Berdasarkan terminologinya, istilah stress berasal dari bahasa Latin “singere” yang berarti keras atau sempit (strictus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise, stresst, stressce, dan stresss (Yosep, 2007). Menurut Santrock (2005), stress merupakan respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stress (stressor) yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping). Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari, disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat, 1998). Sarafino (1990) mendefinisikan stress sebagai kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungannya yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya dari sistemsistem biologis, psikologis dan sosial seseorang. Sekolah adalah pengalaman yang penuh dengan stress atau tekanan. Stress akademik muncul ketika harapan untuk pencapaian prestasi akademik meningkat, baik dari orang tua, guru ataupun teman sebaya dan stresss ini meningkat setiap tahunnya seiring dengan tuntutan terhadap anak yang berbakat dan berprestasi yang tidak pernah berhenti. Baumel dalam Wulandari (2011) menyatakan bahwa stress akademik merupakan stress yang disebabkan
29
oleh stressor akademik, yaitu yang bersumber dari proses belajar mengajar atau yang berhubungan dengan kegiatan belajar yang meliputi lama belajar, banyak tugas, birokrasi, mendapatkan beasiswa, keputusan menentukan jurusan, dan karir serta kecemasan ujian dan manajemen waktu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stress di bidang akademik adalah respon individu akibat kesenjangan antara tuntutan lingkungan
terhadap
prestasi
akademik
dengan
kemampuan
untuk
mencapainya sehingga situasi tersebut mengakibatkan perubahan respon dalam diri individu tersebut, baik secara fisik maupun psikologis. b. Faktor-faktor Penyebab Stress Penyebab stress atau stressor adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang tersebut terpaksa mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang timbul (Yosep, 2007). Menurut Yosep (2007), pada umumnya penyebab stress dapat digolongkan, sebagai berikut: 1) Masalah orang tua, yaitu permasalahan yang dihadapi orang tua, misalnya kebanyakan anak, kenakalan anak, anak yang sakit dan kondisi pertengkaran dengan mertua, besan dan ipar yang tidak baik. 2) Hubungan interpersonal, berupa gangguan yang timbul dari hubungan dengan orang terdekat seperti teman dekat, konflik dengan kekasih, konflik antara bawahan dan atasan.
30
3) Lingkungan hidup, berupa gangguan yang dialami di daerah tempat tinggal, misalnya: disebabkan oleh hidup dalam lingkungan yang tingkat kriminalitas tinggi, penggusuran dan pindah tempat tinggal. 4) Perkembangan, yaitu gangguan yang timbul akibat perkembangan fisik dan mental seseorang yang tidak baik sehingga menimbulkan kondisi stress, bahkan jatuh dalam kondisi cemas dan depresi. 5) Penyakit fisik atau cedera, misalnya: akibat penyakit, kecelakaan, operasi, aborsi, dan lain sebagainya. 6) Faktor keluarga, yaitu faktor penyebab stress yang dialami oleh anak dan remaja yang disebabkan hubungan keluarga yang tidak baik, misalnya komunikasi orang tua dan anak yang tidak baik, kedua orang tua jarang di rumah, orang tua kurang sabar dalam mendidik anak, dan lain sebagainya. 7) Faktor penyebab stress lainnya, seperti: bencana alam, kebakaran, dan lain sebagainya. c. Faktor-faktor Penyebab Stress Akademik Stressor adalah situasi atau keadaan yang menimbulkan stress atau memicu terjadinya stress (Santrock, 2005). Wilks dalam Calaguas (2011), menyatakan bahwa banyak faktor yang berkontribusi terhadap pengalaman stress siswa, tetapi secara khusus stress akademik yang dialami berkaitan dengan manajemen waktu, masalah keuangan, interaksi dengan guru, tujuan pribadi, kegiatan sosial, penyesuaian dengan lingkungan sekolah dan kurangnya dukungan. Berdasarkan penelitian Ross dkk (1999), terdapat empat kategori sumber stress, yaitu: 1) masalah interpersonal berupa pertengkaran dengan
31
teman atau masalah dengan orang tua; 2) masalah intrapersonal misalnya perubahan pola makan dan waktu tidur; 3) masalah akademik yang berupa aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan beban tugas siswa yang harus dikerjakan, pindah sekolah, ketinggalan pelajaran dan perselisihan dengan guru; dan 4) lingkungan, misalnya kendaraan yang mogok, komputer yang rusak, dan masalah keuangan. Kohn & Frazer (1986) mendeskripsikan pengalaman penyebab stress menjadi tiga bagian, yaitu: 1) physical stressors berupa suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan; 2) psychological stressor berupa belajar untuk menghadapi ujian, tugas yang berlebihan, lupa mengerjakan tugas; 3) psychosocial stressor yang terjadi akibat interaksi interpersonal. Berdasarkan penelitian Calaguas (2011), faktor penyebab stress yang sering dialami oleh siswa di Philipina ada delapan kategori, yaitu: 1) Stressor yang berkaitan dengan pendaftaran dan penerimaan siswa, yaitu mengikuti
prosedur
pendaftaran,
mengambil/menambahkan
mata
pelajaran, dan validasi mata pelajaran. 2) Stressor yang berkaitan dengan mata pelajaran, yaitu mempersiapkan ujian, melewati ujian tertulis, melewati ujian lisan, lulus dalam ujian praktek, berpartisipasi dalam diskusi kelas, memahami diskusi kelas, melakukan penelitian, menyelesaikan karya tulis, mencari bahan referensi, menyelesaikan tugas, berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan. 3) Stressor yang berkaitan dengan guru, yaitu menghadapi guru pengajar yang perfectionist, metode pengajaran guru, penyesuaian dengan guru
32
yang memperlakukan mahasiswa dengan tidak adil, permasalahan dengan guru. 4) Stressor yang berkaitan dengan teman sekelas, yaitu berdebat dengan teman sekelas, tidak menyukai teman sekelas, persaingan dengan teman sekelas, teman sekelas yang suka mengganggu, tingkah laku teman sekelas. 5) Stressor yang berkaitan dengan jadwal kuliah, yaitu kehadiran mengikuti pelajaran, waktu kosong yang terlalu banyak, waktu kosong yang terlalu sedikit, partisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler, menghadiri pertemuan organisasi dan menghadiri kegiatan kampus. 6) Stressor yang berkaitan dengan ruang kelas, yaitu kelas yang sangat penuh, ventilasi kelas yang buruk, pencahayaan kelas yang buruk, kelas yang kotor, kelas yang bising, kelas dengan tempat yang terbatas, dan gangguan dari dalam dan luar kelas. 7) Stressor yang berkaitan dengan keuangan, yaitu penganggaran keuangan, pengeluaran yang tidak terduga, dan penghematan uang untuk rencanarencana. 8) Stressor yang berkaitan dengan harapan, yaitu khawatir terhadap masa depan dan mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah, harapan dari orang tua, harapan kerabat, harapan guru, dan menangani harapan diri. d. Tahapan Stress Gejala-gejala stress pada seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stress berjalan secara lambat dan baru dirasakan saat
33
tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari. Amberg dalam Hawari (2001) membagi tahapan-tahapan stress sebagai berikut: 1) Stress tahap I Merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan semangat bekerja besar, penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya tanpa menyadari cadangan energi dihabiskan, disertai rasa gugup yang berlebihan, merasa senang dengan pekerjaan tersebut dan semakin bertambah semangat tetapi tanpa disadari cadangan energi semakin menipis. 2) Stress tahap II Pada tahap ini dampak stress yang semula “menyenangkan” mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena kurang istirahat. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan adalah merasa letih ketika bangun pagi, merasa mudah lelah sesudah makan siang, lekas merasa capai menjelang sore hari, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar), otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak bisa santai. 3) Stress tahap III Merupakan keadaan yang akan terjadi apabila seseorang tetap memaksakan dirinya dalam pekerjaan tanpa menghiraukan keluhankeluhan pada stress tahap II. Keluhan-keluhan pada tahap ini seperti
34
gangguan usus dan lambung yang semakin nyata, ketegangan otot-otot, perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional yang semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia), koordinasi tubuh terganggu. Pada tahapan ini, seseorang harus berkonsultasi pada dokter atau terapis, beban stress hendaknya dikurangi dan tubuh beristirahat. 4) Stress tahap IV Tidak jarang seseorang yang memeriksakan diri ke dokter karena keluhan-keluhan yang dialami pada stress tahap III, dinyatakan tidak sakit oleh dokter dikarenakan tidak adanya kelainan fisik yang ditemukan pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan orang tersebut tetap memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stress tahap IV akan muncul. Gejalanya adalah bosan terhadap aktivitas kerja yang semula terasa menyenangkan, kehilangan kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate), ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari, gangguan pola tidur disertai mimpi-mimpi yang menegangkan, seringkali menolak ajakan (negativism) karena tidak ada semangat dan kegairahan, daya konsentrasi dan daya ingat menurun dan timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. 5) Stress tahap V Keadaan lanjutan yang ditandai dengan keadaan kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological exhaustion), ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan semakin berat
35
(gastro-intestinal disorder) dan timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat serta mudah bingung dan panik. 6) Stress tahap VI Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang akan mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Stress pada tahap ini ditandai dengan gejala debaran jantung teramat keras, susah bernapas (sesak dan megap-megap), sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran, ketiadaan tenaga untuk melakukan hal-hal yang ringan, pingsan atau kolaps (collapse). e. Reaksi Stress Menurut Helmi dalam Safaria & Saputra (2009), ada empat macam reaksi stress, yaitu reaksi psikologis, fisiologis, proses berpikir dan tingkah laku. Keempat reaksi ini dapat berwujud negatif maupun positif. Reaksi yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut: 1) Reaksi psikologis, biasanya lebih dikaitkan pada aspek emosi, seperti mudah marah, sedih dan tersinggung. 2) Reaksi fisiologis, biasanya muncul dalam bentuk keluhan fisik, seperti pusing, nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di kulit dan rambut rontok. 3) Reaksi proses berpikir (kognitif), biasanya tampak dalam gejala sulit berkonsentrasi, mudah lupa, dan sulit megambil keputusan. 4) Reaksi perilaku, biasanya tampak dari perilaku-perilaku menyimpang seperti
minum-minuman
beralkohol,
mengkonsumsi
obat-obatan,
frekuensi merokok meningkat, dan menghindari bertemunya teman.
36
f. Dampak Stressor Menurut Kozier dan Erb dalam Keliat (1998), dampak stressor dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: 1) Sifat stressor Jika
seseorang
mempersepsikan
stressor
sebagai
keadaan
yang
mengancam kehidupannya dan berakibat buruk baginya, maka tingkat stress yang dialami akan terasa berat. Namun, bila stressor yang sama dipersepsikan dengan baik, maka tingkat stress yang dialami akan lebih ringan. 2) Jumlah stressor yang dihadapi dalam waktu bersamaan Apabila terdapat banyak stressor sedang dialami oleh seseorang, maka penambahan stressor kecil dapat menjadi pencetus yang mengakibatkan reaksi yang berlebihan. 3) Lamanya pemaparan terhadap stressor Pemaparan yang intensif terhadap stressor dapat menyebabkan kelelahan dan ketidakmampuan menghadapi stressor. 4) Pengalaman masa lalu Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi seseorang menghadapi stressor yang sama. Misalnya, seseorang yang dirawat di rumah sakit satu tahun yang lalu dengan pengalaman negatif terhadap perawat, maka akan merasa lebih cemas lagi ketika harus di rawat di rumah sakit yang sama untuk kedua kalinya.
37
5) Tingkat perkembangan Pada tingkat perkembangan tertentu, terdapat jumlah dan intensitas stressor yang berbeda sehingga resiko terjadinya stress pada tiap tingkat perkembangan berbeda-beda. g. Pandangan Islam terhadap Stress Perubahan-perubahan dalam kehidupan manusia, baik menyenangkan atau menyusahkan, selalu memerlukan penyesuaian kembali. Ada orang yang kesulitan melakukan penyesuaian terhadap perubahan itu, sehingga muncul stres berkepanjangan. Dalam sebuah studi ditemukan bahwa perubahan mendadak karena kehilangan seorang yang sangat dicintai menjadi pemicupaling tinggi bagi kemunculan stress berat. Stress dapat merusak struktur fisik “high stress is capable of damaging or destroying a physical structure”. Itu sebabnya Al-Qur`an mengingatkan manusia agar selalu bersabar (menyesuaikan diri secara baik terhadap sesuatu yang terjadi dalam kehidupan). Pemicu stress memang bermacam-macam, sebagaimana pesan dalam QS. Al-Baqarah 286, sebagai berikut:
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah
38
Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir". Ayat ini jelas menunjukkan bahwa segala tekanan dan dugaan dalam kehidupan seperti kesempitan hidup. Permasalahan yang melanda, misalnya: merupakan karunia Allah kepada manusia berdasarkan kemampuan manusia itu sendiri. Stress juga dikategorikan sebagai ujian hidup. Boleh jadi disebabkan kesempitan hidup mengundang stress dan tekanan yang negatif. Namun, hanya diri kita sendiri yang dapat menjadikan tekanan tersebut mendatangkan kesan yang baik atau sebaliknya. Penulis
berpendapat
seseorang
manusia
yang
tidak
mampu
menjalankan kehidupan sebagai seorang manusia mengalami tekanan atau stress. Penyebab stress adalah disebabkan ketidak-sempurnaan ketiga-tiga komponen ini berfungsi dengan baik. Maka, untuk mengembalikan kefungsiaan manusia agar dapat menjalani kehidupan harian dengan baik serta mampu mengurus stress dan tekanan, Islam melihat arti pentingnya ketiga faktor tersebut. Hal ini dikemukakan oleh Al Ghazali mengambil bahwa manusia itu terdiri daripada 3 komponen utama yaitu roh, jasad dan akal (Al- Ghazali, 1996:342). C. Efektifitas Teknik Self Instruction dalam Mereduksi Stress Akademik Self-Instruction merupakan sebuah metodologi yang diadaptasi dari modifikasi konseling kognitif perilaku yang dikembangkan oleh Meichenbaum
39
pada tahun 1977. Meichenbaum menduga bahwa beberapa perilaku maladaptif dipengaruhi oleh pikiran irasional yang menyebabkan verbalisasi diri yang tidak tepat (Baker & Butler, 1984). Pendekatan self-instruction ini merupakan sebuah latihan untuk meningkatkan kontrol diri dengan menggunakan verbalisasi diri sebagai rangsangan dan penguatan selama menjalani treatment (Blackwood, et al., dalam Tang, 2006:76). Self instruction training adalah suatu teknik untuk membantu klien terhadap apa yang konseli katakan kepada dirinya dan menggantikan pernyataan diri yang lebih adaptif (Ilfiandra, 2008). Hal ini berdasarkan pada asumsi Meichenbaum (Baker & Butler, 1984) yang menyatakan bahwa individu yang mengalami perilaku salah sesuai dikarenakan pikiran irasional yang diakibatkan kesalahan dalam melakukan verbalisasi diri. Oleh karena itu, teknik self- instruction berperan untuk mengganti verbalisasi diri yang kurang tepat dengan verbalisasi yang lebih dapat diterima. Safaria (2004:75) menjelaskan ada tiga cara dalam menerapkan teknik self-instruction, yaitu : 1. Metode non direktif yaitu dengan memberikan instruksi kepada konseli, kemudian konseli mencobanya secara berulang-ulang melalui aktivitas dan verbalisasi. 2. Metode interaktif yang dipasangkan dengan teknik kontrol diri, seperti: monitoring diri, evaluasi diri dan penguatan diri. 3. Metode penerapan modeling, imitasi dan eksekusi yakni terapis pertama-tama mencontohkan, kemudian konseli menirukannya bersama terapis, setelah konseli mampu maka konseli diinstruksikan untuk mengerjakannya sendiri. Dalam menangani masalah stresss akademik, teknik self-instruction yang digunakan adalah model Meichenbaum & Goodman (Rokke & Rehm dalam
40
Sugara, 2011:36) yang menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan yang digunakan dalam teknik ini yaitu : 1. Tahapan pertama yaitu pengumpulan informasi yang berkaitan dengan konseptualisasi masalah yang dihadapi. Dalam tahapan ini konseli diharapkan ebih sensitif terhadap pikiran, perasaan, perbuatan, reaksi fisiologis dan pola reaksi terhadap orang lain dan lingkungan belajar. 2. Tahapan kedua yaitu melakukan konseptualisasi terhadap masalah. Pada tahapan ini konselor merencanakan intervensi dalam konteks melakukan observasi terhadap masalah. Konselor mengidentifikasi pikiran dan perasaan yang irasional yang menyebabkan terjadinya masalah. 3. Tahapan ketiga yaitu melakukan perubahan langsung. Tahapan ini merupakan tahapan perubahan perilaku dengan menggunakan ungkapan diri. Modifikasi perilaku dengan teknik self instruction yang digunakan dalam mereduksi stress akademik, bertujuan untuk melakukan restrukturisasi sistem berpikir melalui perubahan verbalisasi diri yang positif sehingga melahirkan perilaku yang lebih adaptif. Adapun prosedur dalam melakukan teknik selfinstruction untuk mereduksi stress akademik yang disebutkan, sebagai berikut : 1. Konselor menjadi model dengan memverbalisasikan langkah-langkah dalam self-instruction dengan suara keras. 2. Konseli melakukan verbalisasi, seperti: yang dicontohkan oleh konselor dengan suara keras. 3. Konseli mengungkapkan verbalisasi diri dengan suara yang keras, seperti: apa yang konselor bisikkan kepadanya.
41
4. Konseli mengungkapkan verbalisasi diri dengan suara berbisik dengan melihat gerak bibir konselor yang memberikan isyarat kepadanya. 5. Konseli melakukan tugasnya dengan hanya menggerakkan bibir dan tanpa suara. 6. Konseli diminta untuk mengucapkan kata-kata untuk dirinya sendiri saat melakukan teknik ini. Verbalisasi dalam self-instruction yang diajarkan disini mencakup lima tipe, yaitu: a) berhenti dan lihat; b) bertanya mengenai tugas yang diberikan (misalnya “Apa yang guru inginkan dari saya”); c) menjawab pertanyaan mengenai tugas yang diberikan (misalnya: “Benar, saya harus bisa memenuhi harapan mereka); d) self-instruction untuk membimbing konseli melalui tugas (misalnya, “yang ini terlihat sama dengan yang itu, jadi saya memilih yang berbeda dari keduanya); dan e) pengakuan diri bahwa tugas telah terselesaikan (misalnya, “saya telah melakukan pekerjaan ini dengan sangat baik”) (Bryant & Budd, 1982: 265). Self-instruction training dimaksudkan sebagai strategi pemecahan masalah modifikasi perilaku yang dialami oleh anak. Sesuai dengan pendapat Meichenbaum dan Asarnow bahwa seharusnya mengajarkan anak untuk tidak berpikir “apa” melainkan “bagaimana” dalam melakukan sesuatu, serta untuk memfasilitasi prosedur mediasi kognitif dalam memecahkan permasalahan anak (Bryant & Budd, 1982: 260). Self-instruction training telah terbukti efektif dalam meningkatkan performa anak-anak dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah (Douglas, Parry, Marton, & Garson, 1976; Kendall & Finch, 1978; Meichenbaum & Goodman, 1971; Palkes, Stewart & Freedman, 1972; Palkes, Stewart & Kahana, 1968; Robin, Armel & O'Leary, 1975 dalam Bryant & Budd,
42
1982: 260). Hasil penelitian tersebut senada dengan hasil peneletian Gueveremont et al., (1988) yang menyatakan bahwa self-instruction training yang diterapkan pada beberapa anak usia pra sekolah dapat mengubah cara anak tersebut dalam merespon tugas akademik (Vintere et al., 2004:306). Mischel (Safaria, 2004:75) mengemukakan hasil studi bahwa anak dapat menunda keinginan dan mengatasi godaan melalui penggunaan strategi coping verbal seperti self-talk, selfinstruction, self-sugestion. Sedangkan menurut Rusch& Kostewicz (O’Donohue & Fisher, 2009:235) self-instruction training dapat meningkatkan tanggung jawab siswa untuk memberi tanggapan secara tegas berdasarkan situasi yang mereka hadapi untuk mencari solusi atas permasalahannya secara mandiri. Menurut peneliti pelaksanaan teknik ini sangat efektif karena didalamnya berisi tentang perubahan sikap/kebiasaan buruk siswa menjadi lebih baik. Sebagaimana dalam firman Allah SWT QS. Yusuf ayat 18:
Artinya: “mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku, dalam hal ini Ya'qub memilih kesabaran yang baik, setelah mendengar cerita yang menyedihkan itu). dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan". Ayat ini mengandung makna bahwa baik/buruknya persepsi terhadap sesuatu hal tergantung pada diri sendiri yang memaknai dimana juga diimbangi dengan kesabaran
dalam menyikapi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan memasuki dalam jajaran yang terakreditasi “C” dengan fasilitas penunjang yang cukup memadai seperti: ruang kelas; perpustakaan; ruang pimpinan; ruang guru; ruang tata usaha; tempat ibadah; jamban dan sarana penunjangan lainnya. Sebuah prestasi yang menggembirakan dan hal ini karena perjuangan dari yayasan, kepala sekolah, dewan guru MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan serta dukungan masyarakat sekitarnya. Selanjutnya berdasarkan keputusan Departemen Pendidikan Agama tentang persetujuan pendirian sekolah swasta memutuskan menyetujui pendirian sekolah swasta yang memiliki identitas: Nama
: MA YAROBI.
Alamat
: Jl. P. Puger Gg. Kauman No. 10 Km 06 Grobogan.
Yayasan
: Roudlotu Baitil Izzah
Daerah
: Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan.
Status
: MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan dengan jenjang terakreditasi “C”.
43
44
Berkat kegigihan dan doa semua pihak baik dari yayasan, lembaga pendidikan dan masyarakat, sehingga sekolah ini berstatus diakui dan semakin banyak peminatnya. 2. Keadaan Geografis MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan a. Letak Geografis Yayasan Roudlotu Baitil Izzah MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan terletak di Jl. P. Puger Gg. Kauman No. 10 Km. 06 Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah. Mayoritas penduduk sekitar beragama Islam dengan kondisi yang asri syarat akan tercipta suasana belajar mengajar yang kondusif, nyaman, aman serta Islami. b. Dukungan Masyarakat Dukungan dan kepercayaan masyarakat terhadap Lembaga kami cukup tinggi, hal ini terbukti dengan animo masyarakat dalam menyekolahkan putra-putrinya di lembaga kami. Bahkan banyak masyarakat yang mentasyarufkan sebagian hartanya untuk dikelola sebagai modal membangun Lembaga Pendidikan Islam yang professional. Selain daripada itu, kerjasama dalam hal pendidikan khususnya life skill juga dilakukan. c. Keadaan Guru MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan
45
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru pemegang peranan utama, karena guru adalah faktor yang menentukan bagi keberhasilan pengajaran karena tanpa guru proses belajar mengajar tidak akan langsung sehingga tujuan pendidikan akan tercapai. Saat ini guru di MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan terdapat 14 guru yaitu berstatus sebagai guru tetap yayasan, dari 14 guru yang ada di MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan ini tentunya memegang masing-masing mata pelajaran yang diajarkan di Madrasah. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat tabel berikut: Tabel 3.1 Keadaan Guru MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2013/2014 No
Nama Guru
1.
Achmad Nurrofiq, M. Pd. M. AL Qowi, S.Pd.I
2.
Pendidikan Terakhir S.1 S.1
3.
Apriyani, S. Pd
S.1
4.
H. Ali Anwar, A. Ma
D3
5.
Lu’luul Makmunah, S.Pd.I
S.1
Bidang studi
Jabatan
Matematika
Kepala Madrasah Wakil Kepala Kurikulum Wakil Kepala Kesiswaan Wakil Kepala Sarana dan Prasarana Bendara
1. Fiqih 2. SKI 3. BTA Biologi
1. Bahasa Arab 2. Aqidah Akhlaq 3. BTA
46
Pendidikan Bidang studi Terakhir Setyawan, S.1 Bahasa Inggris
No
Nama Guru
Jabatan
6.
Ria S.Pd. Sutiyono, S.Pd.
Wali Kelas XIA Wali Kelas XIB
7.
S.1
8.
Galuh Novita A, S.Kom
S.1
9.
Ishan Ulufinnuwa, S.Pd
S.1
10. Ahmad S.Pd.I
Mujib,
S.1
1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1.
Kimia Matematika BTA Fisika TIK BTA Sejarah Pkn Bahasa Jawa BTA Al-Qur’an Hadist 2. BTA Aqidah Akhlaq
11. H. SM. Anshori, S.I S.Pd.I 12. Ali Mahfud, S.I TIK S.Pd.I 13. Evi S.1 Bahasa Indonesia Yulianawati, S.Pd. 14. M. Syaeful S.I. Penjasorkes Anam, S.Pd. Sumber : Dokumentasi MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Grobogan, tanggal 18 Juli 2016
Wali Kelas XA Wali Kelas XB
Wali Kelas XIIB GTY GTY GTY
GTY Kabupaten
3. Struktur Organisasi MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Organisasi sekolah merupakan wadah kesatuan kerja dan tanggung jawab sebagai pelaksanaan administrasi yang masing-masing komponen berusaha menerapkan fungsinya berdasarkan garis-garis struktur yang membawahinya. Demi kelancaran mekanisme kerja di suatu lembaga pendidikan maka perlu adanya suatu pembagian kerja, karena pembagian
47
struktur yang tegas pada masing-masing bidang bisa memudahkan ruang kerja berdasarkan jabatan masing-masing. Berikut ini adalah struktur organisasi MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017. KEPALA SEKOLAH
Dewan / Komite
Wakil Kepala Sekolah
Unit Perpustakaan
Urusan Kurikulum
Tata Usaha
Urusan Humas
Urusan Sarana Prasarana
Urusan Kesiswaan JABATAN
Wali Kelas
Wali Kelas
Wali Kelas
Wali Kelas
Wali Kelas
Wali Kelas
GURU
Guru Agama
Guru PKn
Guru Bahasa Indonesia
Guru Bahasa Inggris
Guru Matematika
Guru IPA
Guru Biologi
Guru Kimia
Guru Fisika
Guru Muatan Lokal
Guru Fiqih
Guru SKI
Guru Qur’an Hadist
Guru Akidah Akhlaq
Guru Bahasa Arab
Guru
Guru BTA
Guru TIK
Penjasorker
SISWA PENJAGA MASYARAKAT
: Garis Komando : Garis Kordinasi Bagan I Struktur Organisasi MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017
48
4. Visi, Misi, Tujuan dan Target MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan. a. Visi Visi MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 adalah unggul dalam prestasi berdasarkan iman dan taqwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi. b. Misi Misi dari MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017, sebagai berikut : 1) Membimbing siswa menjadi manusia yang mampu menjawab tantangan globalisasi yang mempunyai pijakan yang kuat pada akhlakul karimah, mengoptimalkan potensi positif sumber daya siswa dalam berkarya, berkarsa untuk agama, nusa dan bangsa. 2) Mengintegrasikan ilmu teori dan praktek, Iman-Ilmu-Amal, Rohani dan Jasmani dalam lingkungan pendidikan yang aman, nyaman dan Islami 3) Menghasilkan lulusan yang beraqidah kuat, beribadah secara benar, berakhlak mulia, berfikir ilmiah, berkeperibadian sehat, kuat dan terampil. 4) Mengembangkan School Based Management (Menejemen berbasis Sekolah) dengan pelibatan para stakeholder, termasuk didalamnya anggota masyarakat.
49
c. Tujuan Tujuan MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 dapat dibedakan menjadi dua tujuan umum dan khusus dengan perincian, sebagai berikut: 1) Tujuan Umum Ikhtiar mencetak generasi muda yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berwawasan kebangsaan, berakhlak mulia, berkepribadian mandiri, jujur, tangguh, ikhlas, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, memiliki integritas dan etos kerja, responsibilitas yang tinggi, sehat jasmani dan rohani serta berorientasi masa depan. 2) Tujuan Khusus Menghasilkan lulusan yang memilki : a) Keimanan dan ketaqwaan b) Akhlak yang mulia c) Wawasan IPTEK serta kebangsaan yang mendalam dan luas d) Motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi di bidang akademik dan ekstra-kulikuler e) Kepekaan social dan kepemimpinan f) Disiplin tinggi yang ditunjukkan oleh kondisi fisik yang prima g) Kecintaan dank kepatuhan terhadap orang tua, guru dan mencintai almamater d. Strategi Strategi yang dimiliki MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017, sebagai berikut: 1) Memberdayakan semua potensi yang ada di lingkungan sekolah
50
2) Melakukan tugas tepat waktu dengan perangkatt yang lengkap dan memadai 3) Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif dan nyaman 4) Mengembangkan bakat dan minat serta potensi tenaga pendidik 5) Menanamkan kepercayaan masyarakat 6) Menyediakan sarana dan prasarana peribadatan 5. Keadaan Sarana dan Prasarana di MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar perlu di tunjang oleh adanya sarana dan prasarana yang memadai. Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana yang diperlukan, maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan mudah dan lancar. Adapun sarana dan prasarana MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan yang ada saat ini, sebagai berikut: Tabel 3.2 Keadaan Sarana Prasarana MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 No.
Jenis
Kondisi Baik
Rusak
Jumlah
1.
Ruang Kelas
6
-
6
2.
Perpustakaan
1
-
1
3.
Ruang Pimpinan
1
-
1
4.
Ruang Guru
1
-
1
51
No.
Kondisi
Jenis
Baik
Rusak
Jumlah
5.
Ruang Tata Usaha
1
-
1
6.
Tempat Ibadah
1
-
1
7.
Jamban
2
-
2
6. Daftar Responden Objek dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas XI MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 berjumlah 20 orang, sebagai berikut: Tabel 3.3 Daftar Responden No
Nama Siswa
Kelas
1.
Siti Ratna Diyana
XI A
2.
Dewi Nur P
XI A
3.
Ayu Dwi Ningsih
XI A
4.
A. Marianto
XI A
5.
Tri Kartika Sari
XI A
6.
Anggi Widiastuti
XI A
7.
Sania Prihatina
XI A
8.
Haqiqi
XI A
9.
Deni Setyawan
XI A
10. Dwi Prasanti
XI A
11. Annisa’aul Fatikah
XI B
12. Hesti Herintanti
XI B
13. M. Ismi Aziz
XI B
14. Dwi Sugiyarto
XI B
52
No
Nama Siswa
Kelas
15. Andriyan F
XI B
16. Hanifah Assabilla
XI B
17. Fitri Widiyaningsih
XI B
18. Arjuna Jiwa P
XI B
19. Dimas Aji W.P.
XI B
20. Anis Fitriyani
XI B
B. Pelaksanaan Penelitian Diagraman pelaksanaan penelitian, dilakukan pada kelompok eksperimen yang diteliti untuk mengetahui keefektifan teknik self-instruction untuk mereduksi stress akademik siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 dengan tujuan supaya guru dapat memahami dan berlatih menggunakan teknik self-instruction yang akan digunakan penelitian dalam mereduksi stress akademik siswa. Hal ini bertujuan agar dalam proses penelitian yang sebenarnya dapat memahami teknik yang digunakan. Pelaksanaan penelitian pada siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 dilakukan dengan 3 sesi. Jadwal kegiatan yang dilaksanakan, sebagai berikut: Tabel 3.4 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Pada Siswa Kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017
53
No Hari / Tanggal 1. Senin, 27 Januari 2017
2.
Rabu, 15 Februari 2017 Rabu, 22 Februari 2017
3.
Sabtu, 25 Februari 2017
Uraian Kegiatan Sesi I merupakan tahap assesment dan menetapkan inti masalah yaitu siswa mengerjakan angket stress akademik (pre-test) bertujuan untuk mengetahui kondisi awal stress akademik siswa. Sesi II merupakan pelaksanaan teknik self instruction guna mereduksi stress akademik yang dialami siswa, yakni: a. Mengelompokkan siswa yang akan dikenai tindakan. b. Memberikan pemahaman dan pengarahan bimbingan dengan teknik self instruction. c. Guru BK menyediakan tempat yang nyaman untuk siswa agar bisa mengutarakan segala keluhan yang dihadapi. d. Guru BK memberi pemahaman bahwa perilaku dan pikiran yang ada pada siswa tidak benar, seperti: tidak mengerjakan tugas yang diberikan salah satu guru mata pelajaran tertentu dikarenakan tidak suka dengan guru bersangkutan. e. Guru BK memotivasi siswa dalam segala hal dari aspek perilaku, pikiran dan emosi. f. Guru BK memberikan contoh cara pemahaman suatu materi pelajaran tertentu dengan penjelasan secara sistematis dan suara keras. g. Guru BK memberikan beberapa tugas/pekerjaan rumah bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu materi yang telah diajarkan. Sesi III merupakan evaluasi dan terminasi pelaksanaan teknik selfinstruction, yakni: a. Siswa di minta mengisi instrumen stress akademik.
54
No
Hari / Tanggal
Uraian Kegiatan b. Mengamati perilaku siswa/siswa di sekolah dan di kelas dengan bantuan guru kelas c. Guru BK dapat memberikan layanan bimbingan belajar terhadap siswa yang mengalami stress karena ketidak-percayaan diri dalam mencapai tuntutan hasil yang dipersyaratkan salah satu pelajaran dalam sekolah.
Berdasarkan jadwal penelitian tersebut, proses pembelajaran di sekolah berjalan sebagaimana telah dijadwalkan. Pelaksanaan keefektifan teknik selfinstruction untuk mereduksi stress akademik siswa kelas XI MA Yarobi Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017 hasilnya lebih efektif walaupun dalam penerapan belum sepenuhnya menggikuti sintak teknik self instruction untuk memperjelas data mengenai keterlaksanaannya. Desain penelitian, merupakan penelitian eksperimen jenis One-Group Pretest-Posttest Design. Dalam penelitian ini hasil perlakuan akan dibandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Adapun desain penelitian ini, sebagai berikut: Tabel `3.5 Desain Penelitian One-Group Pretest--Posttest Design Sebelum O1 Sumber: Sugiyono (2010: 111)
Perlakuan
Sesudah
X
O2
Keterangan : O1 = nilai pretest (sebelum diberikan perlakuan) O2 = nilai posttest (sesudah diberikan perlakuan) X = perlakuan yang diberikan.
55
Model eksperimen ini melalui tiga langkah yaitu : memberikan pre-test untuk mengukur variabel terikat sebelum treatment atau perlakuan dilakukan; memberikan perlakuan kepada subjek penelitian yaitu menggunakan teknik self instruction dalam bimbingan siswa; memberikan post-test untuk mengukur variabel terikat setelah treatment atau perlakuan dilakukan. Adapun instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket untuk mengetahui tingkat stress akademik yang dialami siswa dan lembar observasi serta wawancara yang digunakan untuk efektifitas teknik self instruction dalam bimbingan siswa. Kisi-kisi pre-test dan post-test untuk mengukur tingkat stress akademik siswa kelas XI MA YAROBI Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan Tahun 2016/2017. Kisi-kisi angket stress akademik, sebagai berikut: Tabel 3.6 Kisi-kisi Angket Stress Akademik No. 1
Indikator Fisik
2
Perilaku
3
Pikiran
a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. f. a. b. c. d. e.
Aspek yang diamati Denyut jantung meningkat Sakit kepala Berkeringat dingin Kelelahan fisik Tubuh tidak mampu istirahat dengan maksimal Menggerutu Gugup Membolos atau mabal Tidak mampu menolong diri sendiri Mengambil jalan pintas Sulit mendisiplinkan diri Mudah lupa Tidak bisa menentukan prioritas hidup Merasa kebingungan atau sulit berkonsentrasi Berpikir menghadapi jalan buntu Prestasi menurun
56
No.
Indikator
Aspek yang diamati f. Berpikir negatif
4
Psikologis
a. b. c. d. e. f.
Gelisah Mudah marah Takut Mudah tersinggung Cemas Mudah panik
Sebelum pelaksanaan penelitian instrumen tes yang akan digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji validitas terlebih dahulu untuk mengetahui kelayakan soal yang dibuat. Arikunto dalam Ridwan (2011:97) menyatakan bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur”. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010: 173). Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat. Mengukur validitas digunakan program komputer SPSS 16 for windows dengan menggunakan Coreected Item-Total Correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item (nilai r hitung) dibandingkan dengan nilai r tabel. Kriteria soal dikatakan valid, jika nilai r hitung > 0,3 (Sugiyono, 2010: 178). Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Stress Akademik Siswa Item Pernyataan
r hitung
r kritis
Keterangan
Pernyataan 1
.450
0,30
Valid
Pernyataan 2
.485
0,30
Valid
57
Item Pernyataan
r hitung
r kritis
Keterangan
Pernyataan 3
.428
0,30
Valid
Pernyataan 4
.489
0,30
Valid
Pernyataan 5
.449
0,30
Valid
Pernyataan 6
.430
0,30
Valid
Pernyataan 7
.542
0,30
Valid
Pernyataan 8
.452
0,30
Valid
Pernyataan 9
.469
0,30
Valid
Pernyataan 10
.375
0,30
Valid
Pernyataan 11
.396
0,30
Valid
Pernyataan 12
.438
0,30
Valid
Pernyataan 13
.390
0,30
Valid
Pernyataan 14
.506
0,30
Valid
Pernyataan 15
.436
0,30
Valid
Pernyataan 16
.361
0,30
Valid
Pernyataan 17
.439
0,30
Valid
Pernyataan 18
.366
0,30
Valid
Pernyataan 19
.482
0,30
Valid
Pernyataan 20
.361
0,30
Valid
Pernyataan 21
.517
0,30
Valid
Pernyataan 22
.410
0,30
Valid
Pernyataan 23
.538
0,30
Valid
Pernyataan 24
.341
0,30
Valid
Pernyataan 25
.321
0,30
Valid
Pernyataan 26
.361
0,30
Valid
Pernyataan 27
.450
0,30
Valid
Sumber:berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
Tabel 3.7 menunjukkan hasil uji validitas instrumen variabel
“stress
akademik siswa” yang dilakukan oleh peneliti pada 20 responden, pada tanggal 27 Januari 2017 pukul 08.00 WIB. Instrumen angket berjumlah 27 pernyataan
58
dengan jawaban yang telah disediakan peneliti. Setelah dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16 for windows dengan menggunakan Coreected Item-Total Correlation dan dibandingkan dengan r kritis, diketahui 27 pernyataan dalam angket penelitian dinyatakan valid. Setelah uji validitas langkah selanjutnya diperlukan pengujian reliabilitas. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas berarti suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dianggap baik (Ridwan, 2009:348). Pengujian reliabilitas menggunakan program komputer SPSS 16 for windows dengan menggunakan Gutman Split Half Coefficien. Tingkat reliabilitas instrumen menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002: 155) sebagai berikut : Tabel 3.8 Kriteria Reliabilitas Pernyataan Angket Besarnya nilai r
Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00
Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800
Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600
Agak Rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400
Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200
Sangat rendah (tidak berkorelasi)
Sumber:Suharsimi Arikunto.
59
Hasil uji reliabilitas item pernyataan angket dengan bantuan SPSS 16 for windows dapat dilihat pada tabel, sebagai berikut: Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Stress Akademik Siswa Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .448 27 Sumber: berdasarkan data yang telah diolah (terlampir)
Tabel 3.9 menunjukkan jumlah item pernyataan angket adalah 27, dengan nilai Alhpa 0,448. Berdasarkan kriteria reliabilitas soal pada tabel 3.8, maka nilai Alpha 0,448 dikategorikan reliabilitas agak rendah sehingga instrumen angket ini dapat digunakan untuk penelitian berikutnya. 1. Pelaksanaan Sesi I Langkah-langkah yang hendak dilakukan pada sesi ini, sebagai berikut: a. Memberikan penjelasan maksud dan tujuan dari pelaksanaan penelitian sesi I. b. Mengumpulkan data melalui wawancara dan observasi. c. Kemudian dari 20 siswa diberikan angket untuk dijawab. d. Hasil Jawaban Angket Untuk mengetahui tingkat stress akademik siswa diperoleh dengan cara menilai masing-masing jawaban dari tiap item pernyataan kemudian menjumlahnya sehingga diperoleh total nilai jawaban dari masing-masing responden. Untuk point jawaban alternatif dapat dijelaskan, sebagai berikut: 1) Pernyataan positif, point nilai jawaban Selalu = 4, Sering = 3, Kadang-kadang = 2 dan Tidak pernah = 1
60
2) Pernyataan negatif, point jawaban Selalu = 1, Sering = 2, Kadangkadang = 3 dan Tidak pernah = 4 Adapun hasil jawaban angket, dapat dikemukakan sebagai berikut: Tabel 3.10 Skor Jawaban Pre-Test No
Nama Responden
Skor
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Siti Ratna Diyana Dewi Nur P Ayu Dwi Ningsih A. Marianto Tri Kartika Sari Anggi Widiastuti Sania Prihatina Haqiqi Deni Setyawan Dwi Prasanti Annisa’aul Fatikah Hesti Herintanti M. Ismi Aziz Dwi Sugiyarto Andriyan F Hanifah Assabilla Fitri Widiyaningsih Arjuna Jiwa P Dimas Aji W.P. Anis Fitriyani
64 56 57 62 62 59 57 52 51 54 55 60 53 52 53 60 51 53 64 57
Dari paparan hasil penelitian sesi I diperoleh nilai total tertinggi 64 dan nilai total terendah nilai 51. Untuk perhitungan jawaban angket angka kasar (terlampir). 2. Pelaksanaan Sesi II Stress akademik yang dialami siswa kelas XI MA Yarobi dipengaruhi beberapa faktor, umumnya terkait dengan prestasi akademik dan mereka merasa tidak percaya pada kemampuan yang dimiliki. Selain itu, juga
61
disebabkan oleh adanya masalah dalam pergaulan dan hubungan dengan orang lain. Siswa yang mengalami masalah stress akademik, mewujudkannya dalam perilaku misalnya: observasi dari siswa dan pengerjaan angket. Temuan penelitian menunjukkan bahwa permasalahan stress akademik di sekolah ini masih belum ditangani secara optimal. Pendekatan cognitivebehavior merupakan suatu bentuk pendekatan psikoterapi yang terstruktur. Pendekatan ini dinamakan “terapi kognitif” karena teknik-teknik yang dipakai pada pendekatan ini bertujuan merubah kesalahan (error) atau penyimpangan (bias) dalam pikiran siswa teknik self-instruction memiliki keunggulan, yaitu selain dapat mengganti pandangan negatif siswa menjadi positif, metode ini juga dapat mengarahkan siswa untuk mengubah kondisi dirinya agar memperoleh konsekuensi yang efektif dari lingkungan. Siswa tidak hanya diajak untuk mengubah pandangannya, tetapi juga diarahkan untuk mengubah perilaku yang lebih efektif. Berkaitan dengan usaha untuk menurunkan tingkat stress akademik siswa, teknik self-instruction ini memiliki keunggulan yang dapat dilihat dari beberapa pernyataan para tokoh serta penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Pernyataan diri (self-statement) akan mempengaruhi tingkah laku seseorang, sebagaimana pernyataan yang diberikan oleh orang lain. Proses tahapan teknik self-instruction ke dalam 2 tahapan, sebagai berikut:
62
a. Tahapan pertama (15 Februari 2017) Guru memberikan assesment kepada siswa dan melakukan wawancara untuk mengetahui hal-hal yang dapat memicu stress akademik. Adapun langkah-langkah yang dilakukan, sebagai berikut: 1) Siswa di minta untuk mengenali diri mereka dan karakteristik pernyataan negatif yang ada. Proses ini melibatkan kegiatan meningkatkan sensitivitas terhadap pikiran, perasaan, perbuatan, reaksi fisiologis dan pola reaksi terhadap orang lain. 2) Setelah siswa belajar untuk mengenali tingkah laku maladaptifnya, mereka mulai mencari kesempatan untuk mengembangkan alternatif tingkah laku adaptif dengan cara merubah dialog internal dalam diri mereka. Dialog internal yang baru diharapkan dapat menghasilkan tingkah laku baru, yang sebaliknya akan memberikan dampak terhadap struktur kognisi siswa. 3) Siswa kemudian belajar teknik mengatasi masalah yang secara praktis dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat yang sama, siswa diharapkan untuk tetap memusatkan perhatian kepada tugas membuat pernyataan baru dan mengamati perbedaan hasilnya (pembagian angket) b. Tahapan kedua (16 Februari 2017) Pemberian treatment pada siswa, langkah-langkah yang dilakukan dalam sesi ini, sebagai berikut: 1) Data yang sudah terkumpul dalam sesi I digunakan untuk menentukan subjek yang teridentifikasi mempunyai stress akademik.
63
2) Memberikan perlakuan pada subyek penelitian dengan salah satu teknik dari Cognitive Behavior Therapy yaitu teknik self instruction. 3) Guru menjelaskan prosedur tindakan dan manfaatnya, 4) Guru bertindak sebagai model, memberikan contoh verbalisasi selfstatement yang positif dengan suara lantang/keras kepada siswa, 5) Siswa kemudian mengikuti apa yang sudah dicontohkan konselor, memverbalisasikan self-statement yang positif secara lantang/keras (overt), 6) Siswa diintruksikan untuk mengulang kembali memverbalisasikan self-statement yang positif secara lantang/keras (overt), 7) Siswa diinstruksikan untuk memverbalisasikan self-statement yang positif dengan cara berbisik, 8) Terakhir, siswa menginstruksikan pada dirinya sendiri yaitu dengan memverbalisasikan self-statement yang positif hanya dalam hatinya saja (covert), 9) Homework and follow up. Berdasarkan kriteria penggolongan siswa yang mengalami stress akademik terdapat 20 siswa yang akan dilakukan bimbingan dengan teknik self instruction dan melihat pada prestasi akademik diperoleh siswa. Guru memberikan pemahaman tentang teknik self instruction, menyediakan tempat dan melaksanakan penerapan bimbingan. Hasil pelaksanaan sesi II tentang evaluasi guru dapat peneliti paparkan, sebagai berikut:
64
Tabel 3.11 Lembar Evaluasi Guru No 1
Aspek Materi yang disampaikan
2
Metode yang digunakan
3
Waktu pelaksanaan
4
Tempat pelaksanaan
Penilaian 20 responden/siswa memberikan penilaian guru dalam menyampaikan materi kurang begitu jelas 12 responden/siswa memberikan penilaian metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi terlalu rumit, sedang 8 responden/siswa metode yang digunakan mudah diterapkan dan efisien 20 responden/siswa dalam hal waktu sangat kurang efektif dan terbatas 20 responden/siswa memberi penilaian kurang kondusif karena keterbatasan tempat Tabel 3.12
Evaluasi Penerapan Teknik Self Instruction Siswa No 1
2
3
Aspek
Hasil
Aspek perilaku, meliputi: Siswa menjadi mulai menggerutu saat menerima tugas senang/tidak menggerutu saat menerima tugas dan mengerjakan dengan baik Aspek pikiran, meliputi: sulit Siswa menjadi mudah konsentrasi sehingga prestasi berkonsentrasi hasilnya prestasi menurun mulai meningkat. Aspek emosi, meliputi: merasa Siswa menjadi merasa berani takut dan percaya diri untuk berinteraksi
Berdasarkan tabel 3.12, dapat peneliti paparkan bahwa hasil dari pelaksanaan teknik self instruction menitik-beratkan pada ketiga aspek yaitu perilaku,
65
pikiran dan emosi perilaku dari para responden (20 siswa) mengalami perubahan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di rumah. 3. Pelaksanaan Sesi III Pelaksaan sesi ini bertujuan untuk melihat perubahan perilaku, pikiran dan emosi siswa/konseli setelah diberikan perlakuan. Guru memberikan penugasan yaitu melakukan pengisian kembali instrumen post test, instrumen disini sama dengan instrumen pada pre test; mengamati perilaku siswa/konseli di sekolah dan di kelas dengan bantuan guru kelas. Adapun hasil pelaksanaan sesi ini dapat peneliti paparkan, sebagai berikut: Tabel 3.13 Hasil Jawaban Post-Test No
Nama Responden
Skor
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Siti Ratna Diyana Dewi Nur P Ayu Dwi Ningsih A. Marianto Tri Kartika Sari Anggi Widiastuti Sania Prihatina Haqiqi Deni Setyawan Dwi Prasanti Annisa’aul Fatikah Hesti Herintanti M. Ismi Aziz Dwi Sugiyarto Andriyan F Hanifah Assabilla Fitri Widiyaningsih Arjuna Jiwa P Dimas Aji W.P. Anis Fitriyani
78 66 67 72 69 65 69 67 64 66 64 70 67 61 62 71 66 71 71 67
66
Dari paparan hasil penelitian sesi I diperoleh nilai total tertinggi 78 dan nilai total terendah nilai 61. Untuk perhitungan jawaban angket angka kasar (terlampir).
BAB IV NALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Analisis Diskriptif Penerapan Teknik Self-Instruction Stress akademik dalam diri setiap peserta bimbingan diawali dengan adanya kesadaran bahwa mereka tidak ingin mengalami stress akademik yang sangat menghambat dan merugikan diri mereka untuk dapat lebih meningkatkan prestasi belajar. Setelah adanya kesadaran itu, maka mereka mulai memotivasi diri untuk keluar dari stress akademik dengan menggunakan verbalisasi diri. Hasilnya, stress akademik mereka mengalami penurunan yang diukur dengan skala stress akademik melalui pre-test dan post-test. Penelitian ini melibatkan satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode self-instruction. Sementara variabel terikat yang ingin ditingkatkan dalam penelitian ini adalah stress akademik. Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu: (1) bahan perlakuan (stimulus material); dan (2) instrumen pengumpulan data berupa skala stress akademik dan telah teruji validitas dan reliabilitas-nya. Validitas butir antara 0,321 sampai 0,542 dan reliabilitas kuesioner sebesar 0,448, yang berarti bahwa skala stress akademik layak digunakan dalam penelitian.
67
68
Mendasarkan pada total nilai jawaban pre-test masing-masing responden dicari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus :
i
Xt Xr 1 Ki
Keterangan : i
: Interval
xt
: Nilai tertinggi
xr
: Nilai terendah
ki
: Kelas interval (sangat tinggi, tinggi, rendah, sangat rendah)
Dari data hasil angket pre-test, diperoleh nilai tertinggi adalah 64 dan nilai terendah adalah 51. Dengan menggolongkan data tersebut ke dalam 4 kelas maka dapat diketahui inteval kelasnya, yaitu:
dibulatkan menjadi 3 Tabel 4.1 Kriteria Penggolongan Skala Pre-Test No 1 2 3 4
Interval 61-64 58-60 55-57 51-54
Kriteria Sangat Tinggi (ST) Tinggi (T) Rendah(S) Sangat Rendah (R)
69
Kemudian
dicari
prosentasi
jawaban
soal
pre-test.
Hal
ini
menggunakan rumus prosentase sebagai berikut :
P
F X 100% N
a. Untuk kategori sangat tinggi, ada 4 responden :
= 20 % b. Untuk kategori tinggi, ada 3 responden :
= 15 % c. Untuk kategori rendah, ada 6 responden :
= 25 % d. Untuk kategori sangat rendah, ada 8 responden :
= 40 % Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa stress akademik siswa sebelum tindakan adalah 20 % dengan jumlah 4 responden dalam kategori sangat tinggi, 15 % dengan jumlah 3 responden dalam kategori tinggi, 25 % dengan jumlah 6 responden dalam kategori rendah dan
70
40 % dengan jumlah 8 responden. Dengan demikian, tingkat stress akademik siswa sebelum tindakan dalam kategori sangat rendah. Tabel 4.2 Analisis Hasil Pre-Test Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
Statistic Statistic Stress Akademik Siswa Sebelum Tindakan (pre-test)
20
Valid N (listwise)
20
51.00
Statistic
Mean
Std. Deviation
Statistic Std. Error
Statistic
64.00 56.6000
.96081
4.29688
Sumber: berdasarkan data yang telah diolah (terlampir) Mendasarkan pada total nilai jawaban post-test masing-masing responden dicari skor tertinggi dan terendah kemudian dicari intervalnya dengan menggunakan rumus :
i
Xt Xr 1 Ki
Keterangan : i
: Interval
xt
: Nilai tertinggi
xr
: Nilai terendah
ki
: Kelas interval (tinggi, sedang, rendah)
Dari data hasil angket post-test, diperoleh nilai tertinggi adalah 78 dan nilai terendah adalah 61. Dengan menggolongkan data tersebut ke dalam 4 kelas maka dapat diketahui inteval kelasnya, yaitu:
71
dibulatkan menjadi 4 Tabel 4.3 Kriteria Penggolongan Skala Post-Test No 1 2 3 4
Interval 75-78 71-74 66-70 61-65
Kriteria Sangat Tinggi (ST) Tinggi (T) Rendah(SR) Sangat Rendah (R)
Kemudian dicari prosentasi jawaban soal post-test. Hal ini menggunakan rumus prosentase sebagai berikut :
P
F X 100% N
a. Untuk kategori sangat tinggi, ada 1 responden :
=5% b. Untuk kategori tinggi, ada 4 responden :
= 20 % c. Untuk kategori rendah, ada 10 responden :
= 50 %
72
d. Untuk kategori sangat rendah, ada 5 responden :
= 25 % Dari perhitungan persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa stress akademik siswa sesudah tindakan adalah 5 % dengan jumlah 1 responden dalam kategori sangat tinggi, 20 % dengan jumlah 4 responden dalam kategori tinggi, 50 % dengan jumlah 10 responden dalam kategori rendah dan 25 % dengan jumlah 5 responden. Dengan demikian, tingkat stress akademik siswa sebelum tindakan dalam kategori rendah. Tabel 4.4 Analisis Hasil Post-Test Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
Statistic Statistic Stress Akademik Siswa Sesudah Tindakan (post test)
20
Valid N (listwise)
20
61.00
Statistic
Mean
Std. Deviation
Statistic Std. Error
Statistic
78.00 67.6500
.87140
3.89703
Sumber: berdasarkan data yang telah diolah (terlampir) 2. Analisis Tingkat Stress Akademik Siswa Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Teknik Self-Instruction Rekapitulasi hasil analisis deskriptif antara pretest dan posttest disajikan pada:
73
Tabel 4.5 Perbandingan Hasil Jawaban Pre-Test dan Post-Test Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
Statistic Statistic
Statistic
Mean
Std. Deviation
Statistic Std. Error
Statistic
Stress Akademik Siswa Sebelum (pre-test)
20
51.00
64.00 56.6000
.96081
4.29688
Stress Akademik Siswa Sesudah (post test)
20
61.00
78.00 67.6500
.87140
3.89703
20
Sumber: berdasarkan data yang telah diolah (terlampir) Tingkat stress akademik siswa menunjukkan bahwa kenaikan pada skor ratarata stress akademik siswa sebelum diberikan kegiatan bimbingan dengan teknik
self-instruction
sebesar
56,6
mengalami
peningkatan
setelah
mendapatkan kegiatan bimbingan dengan teknik self-instruction menjadi 67,6. Perbandingan pre-test dan post-test dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dengan teknik self-instruction dapat dilihat pada diagram berikut: 160 140 120 100 80
Post Test Pre Test
60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920
Diagram 4.1 Perbedaan Hasil Jawaban Pre-Test dengan Post-Test
74
Sebelum dilaksanakan analisis uji t-test, agar data tidak menyimpang maka harus dilakukan uji normalitas dahulu. Dengan uji normalitas dapat dilihat data dalam penelitian normal atau tidak. Syarat data yang digunakan dalam penelitian harus normal. Uji normalitas dengan menggunakan bantuan SPSS 16,0 for windows. Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Pre-Test dan Post-Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PRE-TEST N Normal Parametersa
POST-TEST
20
20
Mean
56.6000
67.6500
Std. Deviation
4.29688
3.89703
Most Extreme
Absolute
.149
.166
Differences
Positive
.149
.166
Negative
-.096
-.086
Kolmogorov-Smirnov Z
.666
.743
Asymp. Sig. (2-tailed)
.767
.638
a. Test distribution is Normal. Tabel 4.6 menunjukkan hasil uji normalitas data pretest dan posttest dari Kolmogorof Smirnof. Data pretest sebesar 0,666 dengan tingkat signifikansi 0,767. Data post test sebesar 0,743 dengan tingkat signifikansi 0,638. Singnifikansi data pre test dan post test semuanya > 0,05, oleh karena itu hasil pengukuran data pre test dan post test berdistribusi normal.
75
Diagram 4.2 Grafik Uji Normalitas Skor Pre-Test Pada Diagram 4.2 grafik hubungan variabel menunjukkan arah positif. Garis diagonal mengDiagramkan keadaan ideal dari data yang mengikuti distribusi normal. Titik-titik di sekitar garis adalah keadaan data yang diuji. Jika titik-titik berada sangat dekat dengan garis atau bahkan menempel pada garis maka dapat disimpulkan bahwa data mengikuti distribusi normal.
Diagram 4.3 Grafik Uji Normalitas Skor Post Test Pada Diagram 4.3 grafik variabel menunjukkan arah positif. Garis diagonal menggambarkan keadaan ideal dari data yang mengikuti distribusi normal. Titik-titik di sekitar garis adalah keadaan data yang diuji. Jika titik-
76
titik berada sangat dekat dengan garis atau bahkan menempel pada garis maka dapat disimpulkan bahwa data mengikuti distribusi normal. 3. Analisis Uji Hipotesis Berdasarkan hasil kegiatan yang dilakukan setelah treatment, nilai tes untuk pre test dan post test tersebut dianalisis menggunakan t-test. Sebelum melakukan uji t-test (Independent Sample T-Test) sebelumnya dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F-test (Levenes Test), artinya jika varian sama, maka uji t menggunakan Egual Variances Assumsed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan Egual Variances Not Assumsed (diasumsikan varian berbeda). Kriteria berdasarkan signifikansi adalah jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan
jika
signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hipotesisnya sebagai berikut: Ho : µ1
=
µ2
Ha : µ1
≠
µ2
Ho : Teknik self-instruction tidak efektif dalam mereduksi stress akademik pada siswa kelas XI MA YAROBI Kec. Grobogan, Kab. Grobogan tahun 2016/2017 Ha : Teknik self-instruction efektif dalam mereduksi stress akademik pada siswa kelas XI MA YAROBI Kec. Grobogan, Kab. Grobogan tahun 2016/2017
77
Tabel 4.7
Mean Pair 1 Pre Test – -11.05000 Post Test
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Difference Std. Error Deviation Mean Lower Upper
Sig. (2-tailed)
Hasil Analisis Uji Hipotesis
T
df
3.06894 .68624 -12.48631 -9.61369 -16.102 19 .000
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi α = 5% atau 0,05. Berdasarkan tabel paired samples test nilai t
hitung
adalah
sebesar -16,102 dengan sig 0.000. Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% dengan derajat kebebasan (df) n-1 atau 20-1 = 19. Maka diterima, artinya pelaksanaan teknik self instruction lebih efektif untuk mereduksi stress akademik siswa kelas XI MA Yarobi Grobogan. B. Pembahasan Pelaksanaan teknik self-instruction dikembangkan oleh peneliti dengan bantuan guru di MA Yarobi dengan mengadaptasi tahap-tahap metode selfinstruction dari Cormier (2003). Dalam proses teknik ini, guru bertindak sebagai model. Ketika bertindak sebagai model, guru berpedoman pada lima langkah, yaitu: (1) bertanya, dalam tahap ini guru memberikan contoh kepada siswa untuk bertanya kepada dirinya terkait dengan stress akademik, (2) menjawab pertanyaan dengan sebuah rencana, dalam tahap ini guru mencontohkan dan mendorong
78
siswa untuk merencanakan hal-hal yang bisa digunakan untuk mengatasi masalahnya dan menggali munculnya harapan-harapan positif pada siswa, (3) membimbing diri dan memfokuskan perhatian, dalam tahap ini guru mencontohkan kepada siswa untuk memusatkan perhatian dan konsentrasi pada rencana dan harapan positif yang telah dirancang, (4) mengevaluasi diri dan mengoreksi kesalahan, dalam tahap ini guru mencontohkan kepada siswa dan mendorong siswa agar mampu mengidentifikasi dan menganalisis pikiran-pikiran yang menyebabkan dialog internal negatif terkait dengan stress akademik yang dialami, sehingga siswa mampu mengolah pikiran (kognitif) dan perasaan (afektif) untuk menggagas dialog internal baru yang positif, (5) selfreinforcement, dalam tahap ini guru mencontohkan kepada siswa untuk memberikan reward kepada diri sendiri dengan menggunakan pujian atau katakata motivasi. Penerapan teknik self instruction dalam mereduksi stress akademik siswa merupakan upaya ada usaha dalam mengatasi stress yang dialami siswa, sebagaimana dalam QS. Ar-Raad ayat 28 ditegaskan:
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Ayat ini menegaskan bahwa dengan mengingat dan mengembalikan segalanya dari dan untuk Allah, maka stres akan dapat diatasi sesuai Al-Quran,
79
“TATHMAINN AL-QULUB “ (Mengingat Allah, hati akan tenang). Mengatasi stres sesuai Al-Quran disamping mencari solusi berupa pengobatan lahir, juga diperlukan pengobatan batin, yaitu meyakini kesempurnaan Tuhan, dan meyakini kekurangan manusia, serta kaifiatnya, banyak bersabar, salat, istigfar dan zikir. Pelaksanaan kegiatan bimbingan ini dilakukan dalam 3 sesi, yakni: sesi pertama sebagai perkenalan dan untuk mengetahui tingkat stress akademik yang dialami siswa. Pada sesi ini responden dalam hal ini siswa kelas XI yang terkategori mengalami stress akademik di minta mengerjakan angket sebagai pretest. Sesi kedua, setelah diketahui skala stress akademik siswa kemudian diberikan perlakuan dengan teknik self instruction. Pada sesi ini siswa dapat menilai guru dalam menyampaikan materi, selain itu guru dan peneliti bisa menilai siswa dilihat dari aspek perilaku, pikiran dan emosi. Sesi ketiga, merupakan evaluasi yakni siswa di minta mengerjakan angket yang sama untuk menilai stress akademik setelah dilakukan tindakan sebagai post-test. Tujuannya pada sesi ketiga untuk mengetahui keefektifan teknik self instruction untuk mereduksi stress akademik yang dialami siswa kelas XI MA Yarobi. Berdasarkan tabel 4.5, tingkat stress akademik siswa menunjukkan bahwa kenaikan pada skor rata-rata stress akademik siswa sebelum diberikan kegiatan bimbingan dengan teknik self-instruction sebesar 56,6 mengalami peningkatan setelah mendapatkan kegiatan bimbingan dengan teknik self-instruction menjadi 67,6. Siswa yang ikut kegiatan bimbingan merasakan manfaat dari pelaksanaan teknik self instruction ini yaitu (1) melalui teknik metode self-instruction ini,
80
siswa menjadi lebih bebas mengekspresikan dirinya dengan selalu memerintah dirinya dalam hati untuk melakukan hal-hal positif yang bagus untuk perkembangannya, (2) melalui teknik metode self-instruction ini, siswa menjadi lebih berani berbicara dengan menghilangkan pandangan yang negatif tentang dirinya menjadi hal yang positif, (3) melalui teknik metode self-instruction ini, guru dan siswa saling memberikan dukungan dan motivasi untuk keluar dari masalah stress akademik, (4) melalui teknik metode self-instruction ini, dapat memerintah diri melakukan hal-hal yang positif kapanpun dan di manapun sesuai dengan kebutuhan. Adapun indikitor keefektifan pelaksanaan teknik self instruction maka siswa yang ikut kegiatan bimbingan merasakan beberapa manfaat, yaitu: (1) siswa menjadi lebih bebas mengekspresikan dirinya dengan selalu memerintah dirinya dalam hati untuk melakukan hal-hal positif yang bagus untuk perkembangannya,
(2)
siswa
menjadi
lebih
berani
berbicara
dengan
menghilangkan pandangan yang negatif tentang dirinya menjadi hal yang positif, (3) guru dan siswa saling memberikan dukungan dan motivasi untuk keluar dari masalah stress akademik, (4) dapat memerintah diri melakukan hal-hal yang positif kapanpun dan di manapun sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan indikator keberhasilan pelaksanaan teknik ini dapat peneliti kemukakan berdasarkan tabel 3.12, ditinjau dari aspek perilaku yaitu menggerutu pada saat diberikan tugas, dari ke 20 siswa mengalami perubahan yaitu mulai senang dan tidak menggerutu ketika diberikan tugas serta mengerjakannya secara
81
baik; aspek pikiran yaitu sulit konsentrasi sehingga prestasi menurun, ke 20 siswa mudah berkonsentrasi dalam menerima penjelasan materi hal ini dilihat dari adanya peningkatan prestasi hasil belajar; aspek emosi yaitu merasa takut dalam hal ini siswa mulai berani dan percaya diri untuk berinteraksi maupun menyampaikan ide/pendapat maupun bertanya ketika belum jelas tentang materi yang disampaikan kepada guru maupun teman sebaya yang di anggap menguasai materi tersebut. Berdasarkan tabel perbandingan pre-test dan post-test, menunjukkan terdapat 20 siswa pada variabel sesudah yang lebih dari observasi pada variabel sebelum dengan rata-rata rangking (mean rank) = 10,50 dan tidak terdapat subjek yang nilai post-testnya kurang dari nilai pretest. Sedangkan hasil analisis data, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan stress akademik siswa sebelum mengikuti kegiatan bimbingan dengan teknik self-instruction dengan stress akademik siswa setelah mengikuti kegiatan bimbingan dengan teknik self-instruction. Skor rata-rata stress akademik siswa setelah mengikuti kegiatan bimbingan dengan teknik self-instruction lebih tinggi daripada skor ratarata sebelum mengikuti kegiatan bimbingan dengan teknik self-instruction. Berkenaan dengan hasil penelitian, maka penerapan teknik self instruction efektif dapat mereduksi stress akademik yang dialami siswa dan diharapkan dapat diterapkan dan dikembangkan khususnya oleh guru di sekolah dalam rangka mereduksi stress akademik siswa.
82
Pada bagian ini dikemukakan hasil pembahasan dari hasil penelitian. Hasil perhitungan yang didapat dari nilai signifikansi 0,05 > 0,000 dan t (-16.015) < t
tabel
hitung
(2.093). Dengan demikian, penggunaan teknik self-instruction
efektif dalam mereduksi stress akademik pada siswa kelas XI MA YAROBI, Kec. Grobogan, Kab. Grobogan tahun 2016/2017. Teknik ini mengajarkan siswa untuk saling
membantu,
dapat
memberikan
penjelasan
kepada
teman
yang
membutuhkan, saling menghargai dan peduli antara siswa yang satu dengan siswa lain. Selain itu, juga mendorong siswa untuk belajar secara aktif memiliki semangat
kerjasama,
memiliki
tanggung
jawab
individual,
mampu
berekspresi/mengeluarkan pendapat, memiliki jiwa kompetisi yang sehat dan terlibat total dalam pembelajaran. Dengan adanya keterlibatan siswa dalam kelompok, tentunya akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka peneliti menarik kesimpulan, bahwa: 1. Pelaksanaan
teknik
self-instruction
guru
bertindak
sebagai
model.
Ketika bertindak sebagai model, guru berpedoman pada lima langkah, yaitu: (1)
bertanya,
(2)
menjawab
pertanyaan
dengan
sebuah
rencana,
(3) membimbing diri dan memfokuskan perhatian, (4) mengevaluasi diri dan mengoreksi
kesalahan,
(5)
self-reinforcement.
Pelaksanaan
kegiatan
bimbingan ini dilakukan dalam 3 sesi, yakni: sesi pertama sebagai perkenalan dan untuk mengetahui tingkat stress akademik yang dialami siswa. Responden mengerjakan angket sebagai pre-test. Sesi kedua, setelah diketahui skala stress akademik siswa kemudian diberikan perlakuan dengan teknik self instruction. Sesi ketiga, merupakan evaluasi yakni siswa di minta mengerjakan angket yang sama untuk menilai stress akademik setelah dilakukan tindakan sebagai post-test. 2. Berdasarkan tabel perbandingan pre-test dan post-test, menunjukkan terdapat 20 siswa pada variabel sesudah mengalami peningkatan dari pada variabel sebelum. Rata-rata rangking (mean rank) = 10,50 merupakan pengurangan nilai rata-rata post-test sebesar 67,65 dengan nilai pretest sebesar 56,60.
83
84
3. Sedangkan hasil analisis data, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan yang signifikan stress akademik siswa sebelum mengikuti kegiatan bimbingan dengan teknik self-instruction dengan stress akademik siswa setelah mengikuti kegiatan bimbingan dengan teknik self-instruction. Hasil perhitungan uji-t (paired samples test) di dapat nilai signifikansi 0,05 > 0,000 dan t
(-16.015) < t
hitung
tabel
(2.093). Dengan demikian, penggunaan teknik
self-instruction efektif dalam mereduksi stress akademik pada siswa kelas XI MA YAROBI, Kec. Grobogan, Kab. Grobogan tahun 2016/2017. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan baru untuk meningkatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya untuk membantu siswa yang mengalami stress akademik dengan teknik self-instruction. 2. Bagi Siswa Diharapkan tetap mempraktekkan pelatihan yang diberikan dengan cara menjalankan sedikit demi sedikit dalam kehidupan sehari-hari untuk memperlancar interaksi dengan orang lain, mampu mengoptimalkan potensi dengan
baik,
mampu
memahami
orang
lain
dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA Baker, Stanley B. & James N. Butler. 1984. Effect of Preventife Cognitive SelfInstruction Training on Adolescent Attitudes, Experiences and State Anxiety. Journal of Premary Prevention. Vol. 5(1), 17-25. Bryant, Lorrie E & Karren S. Budd. 1982. Self Instructional Training to Increase Independent Work Performance in Pre School. Journal of Applied Behaviour Analysis. Vol. 15(2), 56-67. Bush,
J.W.
2003. Cognitive Behaviour Therapy: The Basics. (Online). tersedia:www.cognitivetherapy.com/basic.html. diunduh pada 22 September 2016.
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik Panduan bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP dan SMA (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya). Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Yogyakarta). Hasa, Asmadi. 2004. Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar). Ilfiandra. 2008. Model Konseling Kelompok Berbasis Pendekatan Kognitif Perilaku untuk Mengurangi Gejala Prokrastinasi Akademik-Disertasi (Bandung: SPS UPI). Mardalis. 2002. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara) Martin, G. Joseph, P. 2003. Behavior Modification: What It Is and How to Do It. Seventh Edition (New Jersey: Prentice Hall. Inc). Mc Kean, Michelle. dan Misra, Ranjita. 2000. College And Its Relation To Their Anxiety, Time Management, And Leisure Satisfaction. American Journal Of Health Studies: 16(1). Nurakhman, Arif. 2009. Program Bimbingan untuk Mengelola Stress Siswa (Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan). Nurdini, Khamisah. 2009. Efektivitas Konseling Kognitif Perilaku untuk Mengelola Stres Akademik Siswa SMK (Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan).
Nurmalasari, Yuli. 2011. Efektivitas Rekonstruksi Kognitif dalam Menangani Stres Akademik (Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan). Safaria, T & Saputra, N. 2009. Manajemen Emosi (Jakarta : Bumi Aksara). Sarafino. E.P. 2012. Applied Behavior Analysis: principles and procedures for modifying behavior (Hoboken: Wiley & Son). Shahmohammadi. 2011. Students` coping with stress at hight school level particulary at 11th & 12th grade. Jurnal social and behavioral sciences. 30, 395401. Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 16 (Bandung: PT. Raja Grafindo Persada). Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia). Stallard, P. 2002. Think Good and Feel Good : A Cognitive Behavior Therapy Workbook for Children and Young People (Great Britain : John Wiley and Sons, Ltd). Sudjana. 2002. Metode Statistik (Bandung: Tarsito). Sugara, Gian Sugiana. 2011. Efektivitas Teknik Self-Instruction dalam Menangani Kejenuhan Belajar (Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidakditerbitkan). Suryabrata, Sumadi. 1990. Metode Penelitian (Jakarta: CV. Rajawali). Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya). Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka). Yusuf, Syamsu dan Nurihsan. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: Rosdakarya). http://wawasanbk.blogspot.com/2012/10/penggunaan-teknik-self-instruction.html
ANGKET STRESS AKADEMIK (Pre-Test dan Post-Test)
Petunjuk Pengisian: Berikut ini terdapat beberapa pernyataan. Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda sebenarnya dengan cara memberi tanda checklist (√) pada salah satu dari lima pilihan yang tersedia. Pastikan tidak ada nomor yang terlewat.
No
Pernyataan
1
Saya mudah marah dengan hal-hal sepele Mulut saya kering saat proses pembelajaran Saya sullit berpikir positif di setiap aspek Saya sesak nafas saat diberi pertanyaan guru Saya sulit memulai melakukan sesuatu Saya bereaksi lebih ketika situasi tidak sesuai harapan Saya merasa ragu saat presentasi di kelas Saya sulit untuk bersantai Saya lega setelah mengerjakan tugas Saya mudah marah di banding temanteman saya Saya berpikir maksimal dalam mengerjakan tugas sekolah Saya tertekan dengan suasana kelas Saya tidak sabar terhadap sesuatu yang ditunda-tunda Saya mudah tersinggung sindiran Saya kehilangan motivasi melakukan sesuatu dalam segala hal Saya takut ketika menjawab pertanyaan
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Selalu Sering
Kadang- Tidak kadang pernah
No 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Pernyataan teman atau guru di kelas Saya ceroboh melakukan sesuatu Saya tidak dapat melakukan sesuatu di luar kemampuan Tindakan yang dilakukan berpengaruh pada kondisi fisik Saya tidak antusias pada materi mata pelajaran tertentu Saya takut jika nilai tidak sesuai dengan KKM sekolah Saya sulit berkonsentrasi dalam belajar Saya suka melakukan hal-hal yang baru Saya tidak terburu dalam mengerjakan tugas sekolah Saya fokus mendengarkan materi di kelas meskipun bosan Saya merasa sulit beradaptasi dengan teman sekelas Saya dapat memahami materi pelajaran yang diberikan guru
Selalu Sering
Kadang- Tidak kadang pernah
Jawaban Hasil Penelitian Sesi I (Pre Test)
No
“Angket Stress Akademik Siswa Kelas XI MA Yarobi Tahun 2016/2017” Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2
2 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2
3 2 2 1 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 2 1 3 1 1 1 2
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1
5 2 2 2 1 2 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2
6 2 2 1 2 2 4 3 1 2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2
7 1 2 1 3 2 2 2 4 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2
8 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2
9 10 11 12 4 4 3 1 4 2 3 1 4 2 4 1 4 1 4 1 4 3 3 1 4 2 3 1 4 2 3 2 4 1 3 1 4 2 2 2 4 2 3 1 4 2 3 2 4 2 3 2 4 1 1 1 4 1 2 1 4 2 2 1 4 2 2 2 4 1 3 1 3 2 2 0 3 2 3 2 4 1 3 1
Item Pernyataan Jumlah 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Total 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 4 3 3 64 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 56 3 2 1 3 2 2 2 1 3 2 3 3 4 1 3 57 4 1 1 3 3 2 2 3 3 1 4 2 4 3 3 62 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 1 2 2 3 62 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 59 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 57 1 3 1 2 2 2 1 2 2 3 3 3 2 1 2 52 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 51 2 2 1 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 3 54 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 55 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 2 2 2 60 1 1 1 2 4 2 1 4 2 3 3 3 2 1 2 53 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 1 2 52 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 53 3 2 1 2 3 2 2 3 2 1 4 3 2 2 2 60 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 51 4 4 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 53 4 2 2 4 2 2 2 2 4 2 3 2 4 2 4 64 3 2 2 3 2 2 1 1 3 2 2 3 3 1 3 57
*) Penentuan responden menurut saran dari wali kelas dan guru BP MA Yarobi Kabupaten Grobogan 2016/2017, mendasarkan pada tingkat kemampuan/prestasi siswa dalam mengikuti pelajaran *) Jawaban telah diberikan skor, sebagai berikut: point alternatif jawaban Selalu = 4, Sering = 3, Kadang-Kadang = 2, Tidak Pernah = 1.
No
Jawaban Hasil Penelitian Sesi I (Post Test) “Angket Stress Akademik Siswa Kelas XI MA Yarobi Tahun 2016/2017” Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 4 3 2 4 3 2 4 3 2 4 3 2 4 3 4 3 4 3 2 2
2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3
3 4 3 2 2 3 2 3 4 4 3 2 3 3 2 2 3 4 4 2 3
4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4
5 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3
6 4 3 2 2 3 4 4 3 2 2 3 4 4 3 2 2 3 4 3 3
7 4 4 3 3 2 4 4 3 3 2 4 4 3 3 2 4 4 3 3 2
8 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2
9 10 11 12 4 4 3 1 4 2 3 1 4 2 4 1 4 1 4 1 4 3 3 1 4 2 3 1 4 2 3 2 4 1 3 1 4 2 2 2 4 2 3 1 4 2 3 2 4 2 3 2 4 1 1 1 4 1 2 1 4 2 2 1 4 2 2 2 4 1 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 4 1 3 1
Item Pernyataan Jumlah 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Total 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 4 3 3 78 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 66 3 2 2 3 2 3 2 1 3 2 3 3 4 1 3 67 4 1 3 3 3 2 2 3 3 1 4 2 4 3 3 72 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 1 2 2 3 69 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 65 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 69 1 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 1 2 67 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 1 2 64 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 1 3 66 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 64 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 3 2 2 2 70 1 2 2 2 4 3 3 4 2 3 3 3 2 1 2 67 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 1 2 61 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 62 3 2 3 2 3 3 2 3 2 1 4 3 2 2 2 71 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 1 2 66 4 4 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 71 4 2 2 4 2 2 3 2 4 2 3 2 4 2 4 71 3 2 2 3 2 3 3 1 3 2 2 3 3 1 3 67
*) Penentuan responden menurut saran dari wali kelas dan guru BP MA Yarobi Kabupaten Grobogan 2016/2017, mendasarkan pada tingkat kemampuan/prestasi siswa dalam mengikuti pelajaran *) Jawaban telah diberikan skor, sebagai berikut: point alternatif jawaban Selalu = 4, Sering = 3, Kadang-Kadang = 2, Tidak Pernah = 1.
ANALISIS DATA MENGGUNAKAN SPSS
Uji Reliabilitas Angket Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
.448
.364
N of Items 27
Uji Validitas Angket Item-Total Statistics Cronbach's Alpha if Keterangan Item Deleted PRE-TEST
.450
Valid
POST-TEST
.485
Valid
VAR00003
.428
Valid
VAR00004
.489
Valid
VAR00005
.449
Valid
VAR00006
.430
Valid
VAR00007
.542
Valid
VAR00008
.452
Valid
VAR00009
.469
Valid
VAR00010
.375
Valid
VAR00011
.396
Valid
VAR00012
.438
Valid
VAR00013
.390
Valid
VAR00014
.506
Valid
VAR00015
.436
Valid
VAR00016
.361
Valid
VAR00017
.439
Valid
VAR00019
.366
Valid
VAR00020
.482
Valid
VAR00021
.361
Valid
VAR00022
.517
Valid
VAR00023
.410
Valid
VAR00024
.538
Valid
VAR00025
.341
Valid
VAR00026
.321
Valid
VAR00027
.361
Valid
Descriptive Statistics N Statistic Total Item Pre-Test
20
Valid N (listwise)
20
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
51.00
Mean Statistic
64.00
Std. Deviation
Std. Error
56.6000
.96081
Statistic 4.29688
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
Total Item Post-Test
20
Valid N (listwise)
20
61.00
78.00
Mean Statistic 67.6500
Std. Deviation
Std. Error .87140
Statistic 3.89703
Analisis No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Total Nilai Pre-Test 64 56 57 62 62 59 57 52 51 54 55 60 53 52 53 60 51 53 64 57
Total Nilai Post Test 78 66 67 72 69 65 69 67 64 66 64 70 67 61 62 71 66 71 71 67
Pre-Test Nilai Terendah Nilai Tertinggi
: 51 : 64
Post-Test Nilai Terendah Nilai Tertinggi
: 61 : 78
Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test VAR00001 N a Normal Parameters
20 56.6000 4.29688 .149 .149 -.096 .666 .767
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences
VAR00002
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
20 67.6500 3.89703 .166 .166 -.086 .743 .638
a. Test distribution is Normal.
Uji T (Paired Samples Statistics) Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
VAR00001
56.6000
20
4.29688
.96081
VAR00002
67.6500
20
3.89703
.87140
Paired Samples Correlations N Pair 1
VAR00001 & VAR00002
Correlation 20
Sig.
.724
.000
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1 VAR00001 VAR00002
-11.05000
Std. Deviation 3.06894
Std. Error Mean .68624
Lower
Upper
t
-12.48631
-9.61369 -16.102
df 19
Sig. (2-tailed) .000
EVALUASI KEGIATAN No.
Aspek
1
Guru datang 5 menit sebelum waktu kegiatan bimbingan dilaksanakan, kemudian mengawali dengan berdoa. Guru sebelum kegiatan dimulai, menjelaskan maksud dan tujuan yang hendak dilaksanakan Guru mampu memotivasi siswa pada saat membuka dan mengawali dengan mengaitkan materi sebelumnya. Guru menggunakan metode yang menunjang kreatifitas siswa dan menyesuaikan dengan karakteristik siswa. Guru memberikan kesimpulan materi di setiap akhir kemudian menginformasikan materi kegiatan selanjutnya. Guru menyajikan materi sesuai dengan langkah proses dan memberikan contoh-contoh nyata dalam menjelaskan kegiatan. Guru menentukan metode sesuai dengan tujuan dan karakteristik siswa di kelas. Guru memilih media sesuai metode yang digunakan dan merumuskan instrumen penilaian sesuai dengan tujuan
2 3
4
5
6
7 8
*) A = Selalu, B = Kadang-kadang, C = Tidak Pernah
A
Jawaban B C
DOKUMENTASI PENELITIAN