IMPLEMENTASI AJARAN TAREKAT QODARIYAH WA NAKSABANDIYAH TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL JAMAAH STUDI KASUS DESA DOPLANG KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh: LUKMAN NIM 111 09 146 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013 1
2
3
MOTTO
”seorang pemuda adalah yang memiliki iktikat yang tinggi dan seorang tidak punya keinginan tinggi tidak akan bermanfaat”
PERSEMBAHAN Untuk Bapak dan Ibu yang selalu menjadi motivasiku Untuk seluruh keluargaku kakak-kakakku, ponaan dan saudara-saudaraku Untuk bapak ibu guruku yang selalu menolong dan membimbingku Untuk teman-teman di MIN Doplang dan PAI 2009 yang luar biasa Untuk seluruh temen-temen semuanya
4
KATA PENGANTAR
ميحرلا نمحرلا هللا
بسم
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Rahman dan Rahim yang dengan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya skripsi dengan judul Implementasi Ajaran Tarekat Qodariyah Wa Naksabandiyah Terhadap Perubahan Perilaku Sosial Jamaah Studi Kasus Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun 2013 bisa diselesaikan. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Sang Teladan Utama, Nabi Muhammad shalallahu‟alaihi wassalam, juga kepada para shahabat, keluarga dan orang yang istiqomah mengikuti petunjuk Beliau. Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait. Sungguh menjadi kebahagiaan yang tiada tara penulis rasakan setelah skripsi ini selesai. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih setulusnya kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Siti Asdiqoh, M. Si., selaku Ketua Prodi PAI. 3. Drs. Juz‟an, M. Hum selaku Pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini. 4. Drs. Bahrudin, M.Ag selaku dosen pembimbing akademik penulis yang membantu penulis selama menuntut ilmu di STAIN Salatiga.
5
5. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis. 6. Bapak, Ibu dan seluruh keluargaku yang telah memberikan dukungan, moril, materiil, dan spiritual kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 7. Para guru-guruku Ibu Umi Basiroh, Ibu Endang, Bapak Yusuf Khumaini, dan Mas Imam terimakasih atas segala bantuan yang diberikan dalam segala hal 8. Teman-teman di MIN Doplang yang selalu mendukung perjuanganku 9. Teman-teman senasib seperjuangan PAI 2009, Terima kasih atas dukungan dan bantuannya. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan dan dorongannya. Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Aamiin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun metodologi. Untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna kebaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin. Salatiga, 26 Desember 2013
6
Penulis
7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………... i HALAMAN DEKLARASI……………………………………………………….ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING…………………………………………….iii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iv HALAMAN MOTTO……………………………………………………………..v HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………….v KATA PENGANTAR…………………………………………………………....vi DAFTAR ISI……………………………………………………………………viii ABSTRAK………………………………………………………………...……...xi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah….………………………………………… 4 C. Tujuan Penelitian…………………………………………….. 5 D. Fokus Penelitian ...…………………………………………… 5 E. Manfaat Penelitian…………………………………………… 6 F. Penegasan Istilah ……………………………………………. 6 G. Metode Penelitian…………………………………………… 8 H. Sistematika Penulisan Skripsi……………………………….. 16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Tarekat …………………………………………... 18 B. Tujuan Tarekat……………………………………………….. 24 C. Ajaran Tarekat ………………………………………………. 26 1.
Baiat ………………………………………………........ 28
2.
Dzikir…………………………………………………… 30
8
D. Kompoen Tarekat 1. Guru Tarekat……………………………………………. 31 2.
Murid atau Salik Tarekat……………………………….. 32
3.
Amalan dan Wirid Tarekat……………………………... 33
4.
Zawiyah Tarekat………………………………….…….. 34
5.
Adab atau Etika Salik dengan Syaikh Tarikot…………. 34
E. Dasar Tarikat………………………………………………... 35 F. Macam – Macam Tarekat dan ajarannya ………………….... 37
G. H. I. J. BAB III
1.
Tarekat Qodariyah …………………………………….. 37
2.
Tarekat Naksabandiyah………………………………... 39
3.
Tarekat Rifa‟yah……………………………………….. 41
4.
Tarekat Samaniyah…………………………………….. 42
5.
Tarekat Syaziliyah……………………………………... 44
Pengertian Perilaku Sosial …………………………………. 46 Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Sosial……………………. 47 Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial ……………………………. 48 Kencendrungan perilaku dalam hubungan sosial …………….49
PEMAPARAN DATA A. Letak Geografis…………………………………………….
50
B. Kondisi Monografi…………………………………………
50
C. Sejarah Singkat…………………………………………….. 53 D. Diskripsi Lokasi…………………………………………..... 57 E. Perkembangan Tarekat……………………………………... 61 F. Susunan Silsilah Tarekat Qodariyah Wa Naksabandiyah….
65
G. Pendanaan Kegiatan Tarekat……………………………….. 67 H. Bakdal tarekat di Desa Doplang……………………………. 68 I.
Tujuan Utama Tarekat Qodariyah Wa Naksabandiyah……… 70
J.
Syarat menjadi anggota Tarekat……………………………… 71
K. Ritual Tarekat…………………………………………............ 73 L. Pemahaman Tarekat Menurut Jamaah……………………….. 77 M. Implemenasi Ajaran Tarekat Terhadap Perilaku Jamaah…..... 80
9
BAB IV
PEMBAHASAN A. Latar Belakang Historis Munculnya Tarekat ……………….. 80 B. Ajaran Tarekat Qodariyah Wa Naksabandiyah ……………... 88 C. Pemahaman Tareat Menurut Jamaah Kegiatan Tarekat……... 90 D. Implementasi ajaran tarekat terhadap perilaku sehari-hari…... 92
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………… 96 B. Saran-Saran………………………………………………… 97 C. Penutup…………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
98
10
ABSTRAK
Lukman. 2013. Implementasi Ajaran Tarekat Qodariyah Wa Naksabandiyah terhadap Perubahan Perilaku Sosial Jamaah Studi Kasus Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun 2013. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Juz‟an, M.Hum.
Kata Kunci: Implementasi, tarekat, qodariyah wa naksabandiyah, perilaku sosial.
Tarekat adalah sebuah jalan sebagai sarana mendekatkan diri kepada sang pencipta Allah SWT untuk mencapai sebuah makrifatullah jalan yang menuju ke Allah. Sebuah sarana yang dilakukan melalui dzikir-dzikir agar hati menjadi tenang dan khusuk hanya menginat sang pencipta. Pertanyaan utama yang akan dijawab peneliti adalah (1) Latar belakang historis munculnya tarekat di Desa Doplang Kecamatan Bawen (2) Perkembangan tarekat di Desa Doplang Kecamatan Bawen (3) Pemahaman tarekat menurut jamaah (4) Implementasi tarekat terhadap perubahan perilaku sosial jamaah
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti mendapatkan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tahap-tahap penelitian meliputi pra lapangan, pekerjaan lapangan, dan analisis data.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Latar belakang historis munculnya tarekat di Desa Doplang Kecamatan Bawen pada awalnya adalah dari pengalaman Bapak Dul Sahid yang mengikuti kegiatan tarekat di Sempu Payaman Magelang. Karena di Desa Doplang belum ada kegiatan tarekat Bah Dul Sahid dari guru mursid payaman mengutus Bapak Dul Sahid pada tahun 1947 untuk mendirikan tarekat dengan beliau sebagai guru mursyid di Desa Doplang. Pengikutnya pada awalnya hanya sedikit hanya sekitar 25 jamaah, selang puluhan tahun setelah pergantian pengurus jumlah jamaah meningkat dengan pesat menjadi 100 anggota.
Ajaran tarekat Qodariyah wa Naksabandiyah di Desa Doplang Kecamatan Bawen berupa amalan dzikir-dzikir, tawajuhan, khotaman, sewelasan dan khol yang dikhususkan kepada arwah-arwah.Dan pertemuan rutin di malam ahad, malam selasa dan malam jumat yang didalamnya mengajarkan hal-hal tarekat dan hokum-hukum syariat lainnya.
11
Pemahaman tarekat menurut jamaah masih banyak yang belum paham akan pengertian tarikat yang mereka anut. Banyak dari mereka para jamaah yang mengikuti tarekat hanya menurut dari apa yang dikatakan badal yang mengajarinya bahkan ikutikutan saja. Implementasi tarekat terhadap perubahan perilaku sosial jamaah adalah banyak jamaah tarekat yang sudah mengalami perubahan dalam hal ibadah kepada Allah tetapi tidak untuk sikap atau perilakunya kepada sesama. Pengikut jamaah masih bersikap seperti masyarakat pada umumnya tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah jamaah mengikuti kegiyatan tarekat ini dari segi hubungan sosial dengan masyarakat.
12
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini didasari oleh pengalaman yang dialami peneliti ketika melihat banyak sekali aliran-aliran tarekat yang berkembang dimasyarakat Desa Doplang. Awal mulanya peneliti penasaran sebenarnya apakah tarekat itu. Dari pertanyaan yang timbul dari hati peneliti, kemudian peneliti mencaricari pengertian tarekat dan bertanya-tanya kepada para guru-guru yang peneliti anggap paham dengan tarekat, kemudian diceritakan panjang lebar tentang pengertian tarekat tersebut. Tetapi dari pemaparan para guru yang peneliti tanya itu ternyata banyak perbedaan dengan kenyataan yang dilihat dilingkungan peneliti. Tidak hanya para guru yang peneliti tanya beberapa pemuka tarekat itu sendiri pun pernah berkata kepada peneliti. Banyak ungkapan ungkapan yang muncul dari perkataan mereka, tetapi jawaban yang sedikit mennyengangkan adalah seiring banyaknya aliran tarekat yang muncul tarekat ini membenarkan bahwa aliran jalan tarekatnya yang paling sempurna dan yang paling benar. Dari pemaparan tersebut menambah ketertarikan peneliti untuk meneliti lebih dalam tentang kegiatan-kegiatan yang ada dalam kegiatan tarekat tersebut, mengapa bisa kuatnya kenyakinan mereka bahwa tarekatnya yang paling benar dan bisa membawanya masuk surga. Tetapi kenyataan yang dirasakan peneliti apabila dilihat dari kasat mata yang peneliti rasakan ada
13
kejanggalan di dalamnya, kenapa orang–orang yang sudah masuk tarekat sikapnya masih seperti semula ketika belum mengenal tarekat. Dan apakah perkataan perkataan tersebut hanya untuk mencari simpatisan dan untuk mengkrekrut masyarakat sebanyak-banyaknya untuk menjadi anggota jamaah tarekat. Tidak itu saja banyak dari kalangan jamaah tarekat ini masih memburu kehidupan yang bersifat keduniyaan, menggunjing orang lain, meremehkan orang lain, mengejek orang lain dan kegiatan lainnya anehnya hal-hal semacam ini bukan saja dilakukan oleh para jamaah tetapi halhal tersebut juga dilakukan oleh beberapa badal yang menjadi pemimpin tarekat mereka. Kondisi semacam ini bertolak belakang dengan apa yang menjadi makna arti dari sebuah tarekat yaitu jalan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pada umumnya jamaah tarekat masuk menjadi anggota tarekat itu sendiri karena kemauannya diri sendiri dan karena dorongan hati tanpa ada yang mengajaknya masuk jamaah tarekat tersebut, karena ia sudah siap dengan apa yang mau dijalani, tetapi berbeda dengan tarekat yang hendak diteliti oleh peneliti. Tarekat ini masuk menjadi onggota karena ajakan para badal-badal tersebut, membujuk masyarakat khususnya kaum tua-tua untuk masuk menjadi anggota tarekat tersebut. Ada pula yang memaksa agar masyarakat masuk menjadi anggota tarekat, alhasil banyak masyarakat yang masuk menjadi anggota tarekat. Peneliti terkadang merasakan tarekat yang ada saat ini di lingkungan peneliti pada khususnya sudah tidak sesuai dengan tarekat yang tertulis dalam
14
ajaran. Tarekat saat ini hanya mementingkan mencari massa dan dukungan dari semua masyarakat yang ada. Kegiatan-kegiatannya pun sudah tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya dilakukan seorang yang telah mengenal tarekat. Seharusnya orang-orang yang mengenal tarekat sudah pasrah hanya mengabdi kepada Allah SWT, dengan istilah jawanya “semeleh kepada Allah SWT”, tetapi kenyataannya banyak para pengikut bahkan pemimpin tarekat itu sendiri masih memburu hal-hal yang bersifat kedunianan sehingga tarekat yang dianut seolah–olah sudah tidak menjadi panutan tetapi sebaliknya hanya sebuah embel-embel kegiatan tarekat untuk mencari masa sebanyak-banyaknya kemudian direkrut menjadi anggota tarekat. Seiring berkembangnya waktu banyak para pengikut jamaah tarekat yang tidak tahu sebenarnya tarekat itu sebenarnya kegiatan apa. Banyak dari mereka yang masuk menjadi anggota tarekat sebenarnya orang-orang awam yang belum tahu dan paham dengan ajaran agama. Orang–orang awam biasanya menyebut ritual tarekat dengan sebutan ngaji yang akan mengajarkan pendidikan keagamaan bagi orang-orang yang baru mengenal agama. Jamaah tarekat ini dalam satu minggu ada 3 kali pertemuan dan isi kajian itu adalah sebuah kultum yang dilakukan para bakdal secara bergantian yang isinya sebuah kajian tentang keislaman. Kegiatan tarekat ini dilakukan di aula yang dibangun dengan dana suwadaya anggotanya. Hal ini juga menurut pandangan peneliti juga kurang sesuai dengan kondisi jamaah. Para pengikut jamaah ini umumnya para lansia yang notabennya sudah tidak bekerja. Dalam kondisi seperti itu ketika sudah masuk menjadi anggota ternyata banyak sekali
15
pemimpin tarekat tersebut menarik uang kepada para jamaah untuk kegiatan kegiatan yang bersifat keduniaan misalnya kegiatan pembangunan aula untuk tempat tarekat yang memerlukan biaya yang luar biasa. Disini banyak sekali para jamaah yang mengeluh dengan keadaan seperti itu. Padahal banyak masjid-masjid di Desa Doplang sendiri yang sepi dengan jamaah. Hal ini bukan malah menjadikan memakmurkan masjid tetapi malah mendirikan bangunan aula untuk kegiatan tarekat. Dengan adanya fenomena tersebut peneliti hendak bermaksud melakukan penelitian yang berkaitan dengan kegiatan tarekat tersebut dengan judul
IMPELEMENTASI
AJARAN
TAREKAT
QODARIYAH
WA
NAKSABANDIYAH TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL JAMAAH studi kasus Desa Doplang Kecamatan Bawen tahun 2013. Hal ini digunakan untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang kegiyatankegiyatan tarekat tersebut. B. Rumusan Masalah Untuk menganalisis permasalahan tentang implementasi kegiatan tarekat terhadap perubahan perilaku sosial jamaah studi kasus di Desa Doplang Kecamatan Bawen, maka penulis akan mengemukakan pokok pembahasan dengan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah latar belakang historis munculnya tarekat di Desa Doplang Kecamatan Bawen ? 2. Bagaimana ajaran tarekat di Desa Doplang Kecamatan Bawen? 3. Bagaimana pemahaman tarekat menurut jamaah?
16
4. Bagaimana implementasi tarekat terhadap perubahan perilaku jamaah? C. Tujuan penelitian Untuk memberikan gambaran secara konkrit serta arah yang jelas berdasarkan pokok permasalahan tersebut, dalam pelakasanaan penelitian ini maka peneliti perlu merumuskan tujuan yang ingin dicapai, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui latar belakang historis munculnya tarekat di Desa Doplang Kecamatan Bawen 2. Untuk mengetahui ajaran tarekat Qodariyah wa Naksabandiyah di Desa Doplang Kecamatan Bawen 3. Untuk mengetahui pemahaman tarekat menurut jamaah 4. Untuk mengetahui implementasi tarekat terhadap perubahan perilaku sosial jamaah. D. Fokus penelitian Dalam bukunya Moh Kasiran (2010:197) fokus penelitian yaitu pusat perhatian yang harus dapat dicapai dalam penelitian yang dicapai. Berdasarkan penelitian awal maka peneliti memfokuskan penelitian pada berbagai aktifitas yang berlangsung dalam kegiatan tarekat, apa saja hal-hal yang dilakukan jamaah tarekat dalam kegiatan sehari-hari terhadap masyarakat yang selama ini mengikuti kegiatan pengajian. Hal ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan tarekat terhadap perilaku jamaah. Selain itu juga untuk mendapatkan hal-hal yang menjadi kebiasaan jamaah yang selama ini mengikuti kegiatan tarekat.
17
E. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang bermanfaat bagi banyak kalangan baik secara teoritis maupun secara praktis, Adapun manfaat itu adalah sebagai berikut: 1. Teoritis Diharapkan penelitian ini mampu memberikan tambahan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan agama terutama tentang akhlak dalam masyarakat. Kemudian untuk menggali hal-hal yang bersifat positif yang mampu meningkatkan akhlak masyarakat yang selama ini dirasa tidak ada perubahan. 2. Praktis a. Bagi peneliti 1) Dapat mengetahui seberapa besarkah pengaruh tarekat terhadap perubahan perilaku jamaah di Dusun Jatisari Desa Doplang 2) Dapat mengetahui hal-hal yang terkait tentang pemahaman masyarakat terhadap ekstensi tarekat. b. Bagi masyarakat Membuka pemahaman masyarakat tentang esensi tarekat yang sebenarnya, kemudian mampu meningkatkaan kerukunan kenyamanan dan ketentraman dilingkungan masyarakat. F. Penegasan Istilah Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan supaya terhindar dari timbulnya kesalah pahaman terhadap apa yang terkandung dalam judul skripsi
18
ini, maka perlu kiranya diperjelas dan dibatasi pengertian yang terkandung dalam variabel penelitian sebagai berikut : 1. Implementasi Ajaran Tareket Implementasi
merupakan
kata
asing
yang
telah
dibahasa
Indonesiakan yang dalam bahasa Indonesia beranonim dengan kata penerapan, begitupun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 427), implementasi berarti “pelaksanaan atau penerapan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia ( 2007:15) kata Ajaran memiliki arti “segala sesuatu yang diajarkan; nasihat, petuah, petunjuk” Sedangkan kata tarekat menurut Sokhil Huda (2008:61) kata tarekat berasal dari bahasa arab, yakni thariqoh, yang secara harafiah berarti jalan sebagai makna pokok. Kata tersebut semakna dengan kata syari’ah, shirath, sabil,dan minhaj. Adapun secara istilah, tarekat mengandung arti ”jalan menuju Allah guna mendapatkan ridho-Nya dengan cara mentaati ajaranNya.” 2. Perubahan Perilaku Sosial Jamaah Kata perubahan (KBBI, 2007:1116) berasal dari kata dasar ubah yang mendapat imbuhan kata depan pe dan akhiran an yang yang jika digabungkan menjadi kata perubahan yang
memili arti “hal keadaan
berubah: peralihan pertukaran” sedangkan perilaku masih dalam kamus yang sama (2007:553) kata perilaku berasal dari kata laku yang memiliki makna “perbuatan, kelakuan, cara menjalakan atau berbuat “. Dan kata
19
jamaah sama dengan kata jemaah yang dalam KBBI (2007:412) kata jamaah memiliki makna “kumpulan orang banyak, kumpulan orang beribadat.” Sosial berkenaan dengan masyarakat perilaku/ pe·ri·la·ku/ n tanggapan atau reaksi individu terhada rangsangan atau lingkungan KBBI ( http. Kamus Bahasa Indonesia). Jadi perilaku sosial adalah kegiatan saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya yang berkaitan dengan hubungan antar manusia. G. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, karena peneliti hendak mengetahui lebih dalam tentang fenomena yang diteliti dan menjaga keaslian hasil penelitian. Sugiyono (2011:9) mendefinisikan penelitian kualitatif yaitu “Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”. Dengan bahasa lain yang mudah dipahami menurut Moleong (2008: 6) “penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik
20
dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah.” Jadi pendekatan kualitatif adalah penelitian yang didasarkan oleh suatu kajian objek tertentu guna mengungkapkan masalah secara gamblang terhadap fenomena keadaan yang diteliti tanpa mempengaruhi objek kajian penelitian. Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan peranan pengajian terhadap perubahan perilaku akhlak masyarakat. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu pendapat para anggota pengajian dalam masyarakat dalam perubahan akhlak di lingkungan masyarakat. Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen utama, karena peneliti yang merencanakan, melaksanakan, mengumpulkan dan membuat laporan penelitian. Penelitian ini termasuk penelitian studi multi kasus multi case study yang menurut Robert K Yin (2004: 55) merupakan lawan dari kasus tungal (studi kasus) namun keduanya berada pada kerangka kerja metodologis yang sama yaitu di bawah strategi studi kasus. Sedangkan studi kasus adalah “pengujian intensif menggunakan berbagai sumber bukti (yang bisa jadi kuantitatif, kualitatif atau keduanya) terhadap suatu entitas tunggal yang dibatasi oleh ruang dan waktu (Daymon, 2008: 162). Jadi pada dasarnya di dalam penelitian banyak kasus adalah penelitian studi kasus yang sangat luas. Sedangkan kasus yang terjadi di desa ini adalah tentang akhlak masyarakat yang tidak mengalami perubahan
21
seiring benyaknya masyarakat yang mengikuti jamaah tarekat. Data hasil penelitian yang diperoleh selanjutnya dipaparkan sesuai dengan kejadian yang ditemukan di lapangan dan dianalisis secara induktif. 2.
Kehadiran Peneliti Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara dan observasi. Sebagai tahap penelitian awal, peneliti melakukan penelitian observasi langsung ke pemimpin/ badal tarekat sekitar yang menjadi bersangkutan. Peran peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat penuh, dimana
peneliti
melakukan
pengamatan
terhadap
masyarakat
dan
lingkungan sekitarnya serta mengikuti berbagai kegiatan yang berlangsung. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara kepada informan. Dengan demikian kehadiran peneliti atas sepengetahuan subjek penelitian. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Dusun Djatisari Desa Doplang Kecamatan Bawen. Peneliti memilih daerah ini karena masyarakat di wilayah ini cocok untuk dijadikan penelitian. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan setelah judul skripsi ini diajukan. 4. Sumber Data Menurut Lofland yang dikutip oleh Moleong “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, yang selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dll.” (Moleong, 2008: 157). Atau dalam penelitian dikenal istilah data primer dan data sekunder.
22
“Data primer atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Sedangkan data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya” (Azwar, 2007: 5)
Data utama atau sumber data primer adalah para tokoh masyarakat setempat yang berhubungan langsung dengan jamaah tarekat Qodariyah Wa Naqsabandiyah dan yang menjadi pemimpin jamaah tarekat di lingkungan setempat. Sedangkan untuk pengecekan keabsahan data peneliti juga mengkonfirmasikan kepada beberapa aliran tarekat di daerah lain. Tidak semua anggota tarekat peneliti wawancarai hanya diambil beberapa sebagai responden yang peneliti anggap memiliki pengalaman dan wawasan yang luas tentang tarekat yang mereka anut. Data pembantu atau data sekunder peneliti untuk memperoleh data tentang profil tarekat serta dokumendokumen lain yang terkait seperti foto-foto kegiatan dan lain-lain. 5. Prosedur Pengumpulan Data a. Metode Wawancara Wawancara adalah kegiatan pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara menanyakan secara langsung pada sumber informasi (Sabari Hadi, 2010:350). Menurut Moleong (2008:186) Metode wawancara atau intervew adalah “percakapan dengan maksud tertentu” kemudian dijelaskan lebin lanjut “percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara interviewee
23
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data yang berupa infomasi tentang pendapat dan pengalaman informan dalam sejarah historis dan pendapat jamaah tentang pengertian tarekat. Wawancara ini peneliti ajukan kepada pihak-pihak yang peneliti anggap memiliki pengaruh dalam jamaah tarikat, yang menjadi badal-badal dalam jamaah tarekat. Kemudian informan Q yang dianggap peneliti memiliki informasi mendalam, orang-orang yang memiliki banyak sumber data dan menguasai berbagai masalah tentang objek penelitian. b. Metode Observasi Metode observasi merupakan salah satu metode utama dalam penelitian naturalistik (kualitatif) (Suprayogo, 2003: 167). Masih menurut Suprayogo (2003:167) “Metode observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis”. Metode ini peneliti gunakan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang objek penelitian serta berbagai kegiatan yang berlangsung. Hal yang dapat diamati adalah berbagai kegiatan, aktifitas dan berbagai kejadian yang ada dalam masyarakat.
24
c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu “mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebaginya” (Arikunto, 2006: 231). Metode dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi berbagai keterangan dan hasil observasi yang telah dilakukan baik dari segi aktivitas/kegiatan pengajaran tarekat, foto-foto atau hal-hal lain yang terdokumentasikan. 6. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. a. Pengumpulan Data Mengumpulkan data adalah mengamati variabel yang akan diteliti dengan metode intervieu, terobservasi, kuesioner dan sebagainya (Arikunto, 2006: 232). Dalam pengumpulan data dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai instrument utama. Kredibilitas penelitian
tergantung
pada
kemampuan
mengumpulkan data yang diperlukan.
peneliti
dalam
25
b. Reduksi Data Mereduksi data berarti menerangkan, memilih, hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. (Sugiyono, 2011: 247). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran dengan jelas dan mempermudah untuk mengumpulkan data selanjutnya. c. Penyajian Data Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowechart dan sejenisnya (Sugiyono, 2011: 249). Dalam penelitian kualitatif penyajian data lebih banyak menggunakan teks yang bersifat naratif. d. Penarikan Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa diskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2011: 253). 7. Pengecekan Keabsahan Data Untuk
memperoleh
data
yang
kredibel
maka
diperlukan
pengecekan data. Tehnik yang dipakai dalam pengecekan keabsahan temuan tersebut adalah tehnik triangulasi. Tehnik
triangulasi adalah
26
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiyono, 2011: 273). 8. Tahap-tahap Penelitian Adapun tahap-tahap penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Administratif, meliputi: 1) Pengajuan permohonan izin oprasional untuk melakukan penelitian dari ketua STAIN Salatiga ke pengurus tarekat di Desa Doplang 2) Mengkonfirmasi permohonan izin penelitian dengan menemui ketua tarekat
untuk
mengetahui tindak lanjut
dari surat
permohonan izin tersebut. b. Kegiatan Lapangan, meliputi : 1) Survai awal untuk mengetahui gambaran kegiatan tarekat dan menemui warga yang mengikuti kegiatan tarekat rutinan yang ada di dalam masyarakat. 2) Melakukan observasi ke lapangan dengan mengamati secara langsung dan mengikuti kegiatan yang ada. Selain itu melakukan wawancara
kepada
informan
dan
para
responden
untuk
mengumpulkan data dan menganalisis data. 3) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan untuk memudahkan dalam melakukan pemaknaan. 4) Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan-kesimpulan sebagai deskriptif temuan penelitian
27
5) Menyusun laporan akhir H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam memahami penelitian ini maka laporan penelitian ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut: BAB I: Penulisan penelitian ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Istilah, Metode Penelitian, Analisis Data, serta Sistematika Penulisan Penelitian BAB II Kajian Pustaka dalam penulisan penelitiani ini mencakup tentang teori-teori mengenai pengertian, tujuan tarekat, ajaran tarekat, komponen dalam tarekat, dasar tarekat, serta macam-macam tarekat dan ajarannya. Bab III Paparan data dan temuan penelitian yang berisi tentang deskripsi lokasi, sejarah munculnya tarekat, kondisi tarekat saat ini, ajaran yang disampaikan, pemahaman jamaah tentang tarekat, implementasi ajaran tarekat terhadap perilaku sehari-hari. Bab IV Merupakan pembahasan dari data yang dipaparkan pada bab sebelumnya dan berisi analisis dari temuan penelitian yang meliputi hal-hal yang ada dalam masyarakat. Bab V Merupakan bab akhir sebagai penutup dalam penulisan penelitiani ini. Adapun isi dalam bab V adalah penyampaian kesimpulan dan saransaran bagi pihak-pihak terkait.
28
Daftar pustaka Daftar riwayat hidup Lampiran-lampiran
29
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Tarekat Pengertian tarekat menurut Sihab (2001:171) menyatakan kata tarekat berasal dari bahasa arab al thoriq yang berarti jalan yang ditempuh dengan jalan kaki. Dari pengertian ini kemudian kata tersebut digunakan dalam konotasi makna cara seseorang melakukan suatu pekerjaan, baik terpuji maupun tercela. Diterangkan lebih lanjut Menurut istilah tasawuf, tarekat ialah perjalaanan khusus bagi para sufi yang menempuh jalan menuju Allah SWT perjalanan yang mengikuti jalur yang ada melalui tahap dan seluk beluknya. Dalam bukunya Jamil (2005:47) menyebutkan kata tarekat berasal dari bahasa arab Thariqah yang berarti al-khat fi al-syai’ (garis sesuatu), Al-Sirah (jalan), Al-Sabil (jalan). Kata ini juga bermakna al-hal ( keadaan ) seperti terdapat dalam kalimat ( huwa’ala thariqah hasanah watariyah sayyiah ) berada dalam keadaan jalan yang baik dan jalan yang buruk. Dalam literatur barat, kata Thariqoh menjadi Tarika yang berarti Road ( jalan raya), way (cara, jalan) dan path ( jalan setapak ). Secara terminologis, kata tarekat menurut Gibb, telah mengalami pergeseran makna, pada masa pasca abad ke 19 dan 20. Tarekat merupakan a method of moral psychology for the practical guidance of individual who had a mystic call. Pengertian di atas merupakan kristalisasi dari makna tarekat
30
beberapa abad sebelumnya, yakni priode abad 11. Pada masa ini tareqot dipahami sebagai The whole system of rits spiritual training laid dowen for communal life in the varius muslim religious or fers which began to be founded at this time. Diperjelas lagi oleh Huda ( 2008:61 ) yang menerangkan istilah tarekat (thariqoh) dalam tasawuf sering dihubungkan dengan dua istilah lain, yakni syari’ah (syariat) dan haqiqah (hakikat). Kedua istilah tersebut dipakai untuk menggambarkan peringkat penghayatan keagamaan seorang muslim. Penghayatan
keagamaan peringkat awal disebut syariat,
peringkat kedua disebut tariqot, sementara peringkat yang tertinggi adalah hakikat. Syariat merupakan jenis penghayatan keagamaan eksoterik. Adapun hakikat secara harafiah berarti ”kebenaran”, namun yang dimaksud dengan hakikat disini ialah pengetahuan yang hakiki tentang Tuhan yang diawali dengan pengamalan syari‟at dan tarekat secara seimbang. Mengerjakan syariat itu diartikan mengerjakan amal badaniyah dari pada segala hukum–hukum sembahyang, puasa, zakat dan haji. Sebagai alasan disebutkan dalam Al Qur‟an surat Al Maidah: 48 yang menerangkan bahwa Allah menjadikan syariat untuk tiap-tiap umat dan jalan melaksanakannya.
31
Artinya: Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu KitabKitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukanNya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.
Jalan ini diartikan tarekat. Alasan yang lain didasarkan kepada Qur‟an Surat An-Nahal: 125
32
Arttinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Yang maksudnya, bahwa Allah menyuruh Nabi Muhamad SAW. menyerukan semua manusia kepada jalan Tuhannya dengan pengajaran dan nasihat yang baik. Perkataan jalan dalam ayat ini diartikan tarekat. Ada pula yang menggunakan firman Tuhan di dalam al Quran, Surat Al Jiin ayat 16 yang berbunyi:
Artinya: Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).
Maksudnya: “Jikalau tetap mereka itu berjalan di atas jalan itu, sesungguhnya Allah akan menuangi air yang berlimpah limpah” Acap kali ayat ini oleh para ahli tarekat
diartikan: kalau mereka itu tetap
33
mengamalkan tarekat, sungguh Tuhan akan menuangi untuknya tuangan air yang amat banyak, dengan maksud, bahwa Allah Ta‟ala menjanjikan akan menempuh rahmat kepada orang yang berkekalan mengerjakan tarekat Aceh (1996:151 ). Dalam tulisannya Jamil (2005:41) menyatakan secara harafiah tarekat berarti “jalan”, yaitu jalan menuju Tuhan. Secara khusus, tarekat diartikan sebagai metode praktis untuk membimbing seseorang dengan jalan berfikir, merasa dan bertindak melalui tahap-tahap kesinambungan ke arah tertinggi yaitu hakikat. Dalam tarekat terdapat seorang guru yang disebut mursyid yang berfungsi sebagai pembimbing, pemimpin sekaligus menjadi tokoh sentral bagi para pengikutnya yang disebut murid. Para mursyid itu memiliki kedudukan bertingkat-tingkat
dalam suatu susunan hirarkhis
piramidal. Sholikul (2008:62) menambahkan disamping pengertian tersebut, tarekat juga sering dinamakan sebagai “cara” atau “metode” yakni cara atau metode untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. melalui amalan yang telah ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi Muhamad SAW., dikerjakan oleh para sahabat dan tabiin, dan kemudian secara sambung menyambung diteruskan oleh guru-guru tarekat. Transmisi ruhaniah dari seorang guru tarekat kepada guru tarekat berikutnya diistilahkan dengan silsilah tarekat. Guru tarekat itu sendiri bisa dipanggil mursyid (pembimbing sepiritual). Dilanjutkan dengan penjelassan berikutnya masih dalam buku yang sama Sholikul (2008:62) mengatakan pada perkembangannya, kata tarekat
34
mengalami pergeseran makna. Jika pada mulanya tarekat berarti jalan yang ditempuh oleh seorang sufi dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. maka pada tahap selanjutnya istilah tarekat digunakan untuk menunjuk pada suatu metode suatu psikologis yang dilakukan oleh guru tasawauf (mursyid) kepada muridnya untuk mengenal Tuhan secara mendalam melalui metode psikologis tersebut, murid dilatih mengamalkan syariat dan latihan-latihan keruhanian secara ketat sehingga ia mencapai pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan. Tarekat juga berarti jalan atau cara untuk mencapai tingkatantingkatan (maqomat) dalam rangka mendekatkan diri kepad Tuhan. Melalui cara ini seorang sufi dapat mencapai tujuan peleburan diri dengan yang nyata (fana fi al-haq). Mengikuti suatu tarekat berarti melakukan olah batin, latihan-latihan (mujahadah)
(riyadah), dibidang
dan
perjuangan
kerohanian.
yang
Mengikuti
sungguh–sungguh
tarekat
juga
berarti
membersihkan diri dari sifat mengagumi diri sendiri (ujub), sombong (takabur), ingin dipuji orang lain (riya), cinta dunia dan sejenisnya. Tarekat harus ikhlas, rendah hati (tawadhu), berserah diri (tawakal) dan rela (ridho) Jamil (2005:48). Menurut Tamrin (2010:47) adapun tarekat dalam terminologis (pengertian) ulama shufi, sebagaimana pandangan Shaikh Muhammad Amin al-Kurdi al-Irbili al-Syafi‟I al-Naqshabandi dalam kitab Tanwir alQulub adalah;
35
“Tarekat adalah beramal dengan syariat dengan mengambil / memilih yang azimah (berat) dari pada yang rukhsah (ringan); menjauhkan diri dari semua larangan syariat lahir dan batin; melaksanakan semua printah Allah SWT. semampunya; meninggalkan semua larangan-Nya baik yang haram,makruh atau mubah yang sia-sia; melaksanakan semua ibadah fardu dan sunah; yang semuanya ini dibawah arahan, naungan dan bimbingan seorang guru/ sheikh/ mursyid yang arif dan telah mencapai maqomnya (layak menjadi seorang Shaykh/ Murshid). B. Tujuan Tarekat Tarekat bertujuan untuk mensucikan diri dengan melalui maqommaqom dan akhwal menuju pengalaman tentang realitas Ilahi. Pengalaman realitas Ilahi itu sendiri dirumuskan oleh para sufi dalam beberapa terma seperti makrifat, fana’ fi Allah, baqa fi Allah, khulul, Ittiha dan sebagainya Jamil (2005:64). Masih dalam buku yang sama Jamil (2005:59) dilanjutkan lebih lanjut bahkan salah satu tujuan utama mempelajari dan mengamalkan tarekat adalah mengetahui perihal nafsu dan sifat-sifatnya, baik nafsu yang tercela (mazmumah) maupun nafsu yang terpuji (mahmudah). Sifat nafsu yang tercela harus dijauhi, dan yang terpuji setelah diketahui dilaksanakan. Dalam bukunya Abu Bakar Aceh (1996:71) menyatakan Syeikh Najmuddin Al Kubra, sebagai tersebut dalam kitab ‟Jami‟ul Auliya (Mesir: 1331 M), mengatakan syariat itu merupakan uraian, tarekat itu merupakan pelaksanaan, hakikat itu merupakan keadaan, dan makrifat itu merupakan keadaan, dan makrifat itu merupakan tujuan pokok, yakni pengenalan Tuhan yang sebenar-benarnya. Diberikanya teladan seperti
36
bersuci thoharoh, pada syariat dengan air atau tanah, pada hakikat bersih dari hawa nafsu. Pada hakikat bersih dari diri selain Allah SWT., semua itu untuk mencapai makrifat terhadap Allah. Oleh karena itu orang tidak boleh berhenti pada syariat saja, mengambil tarikat atau hakikat saja. Ia membandingkan syariat itu dengan sampan dan tarekat itu lautan, hakikat itu mutiara, orang tidak dapat mencapai mutiara itu dengan dengan tidak melalui kapal dan laut Abu Bakar Aceh (1996:71). Dikutip dari Sihab (2001:172) mengatakan tarekat betapapun bervariasi namanya, tetap satu tujuan, yaitu suatu tujuan moral yang mulia. Tidak ada perbedaan prinsipil antara satu tarekat dengan yang lainnya. Perbedaan yang ada hanya pada jenis wirid dan dzikir serta tata cara pelaksanaannya. Atau meminjam ungkapan Taufiq Althawil, wirid yang menentukan karakteristik setiap tarekat. Tarekat sebagaimana yang lazim dikerjakan oleh para jama‟ah mempunyai tujuan yang sangat mulia didalam kehidupan. Baik dunia maupun akhirat antara lain (http://muharjid. blogspot. com) : 1. Dengan mengamalkan tarekat berarti mengadakan latihan jiwa (riadhoh)
dan
berjuang
melarang
hawa
nafsu
(mujahadah)
membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan diisi dengan sifat-sifat yang terfuji dengan melalui perbaikan budi pekerti dalam berbagai seginya. 2. Dengan bertarekat dapat mewujudkan rasa ingat kepada Allah Zat Yang Maha Besar dan Maha Kuasa atas segalanya dengan melalui jalan
37
mengamalkan wirid dan dzikiran dan dibarengi dengan tafakkur yang secara teras-menerus. 3. Dengan bertarikat akan tirnbul perasaan takut kepada Allah sehingga timbul pula dalam diri seseorang itu suatu usaha utuk menghindarkan diri dari segala macam pengaruh duniawi yang dapat menyebabkan lupa kepada Allah. 4. Jika tarekat dapat dilakukan dengan penuh ikhlas dan ketaatan kepada Allah, maka akan tidak mustahil dapat dicapai suatu tingkat alam ma'rifat, sehingga dapat diketahui pula segala rahasia di balik tabir cahaya Allah dan Rasulnya secara terang benderang. C. Ajaran Tarekat Dikutip dari Jamil (2005:41) mengatakan hampir seluruh tarekat memiliki pranata dalam bentuk ajaran seperti baiat, tawajuh, khalawat dan zikir, Pranata dan ajaran tarekat itu kemudian membentuk suatu orde keagamaan yang membentuk struktur kehidupan komunitas penganut tarekat yang ketat, kuat, dan tertutup. Dalam kelompok yang dilandasi suatu ajaran agama, keyakinan keagamaan anggota-anggota kelompok itu menjadi amat kuat dan mantap. Kelompok tarekat adalah kelompok yang keyakinan para penganutnya dilandasi ajaran keagamaan
yang sangat
kuat, sehingga tidak mudah digoyah oleh gangguan dari luar. Di dalam bukunya Sihab (2001:172) menyatakan proses perjalanan yang terjadi di dalam tarekat dimulai dengan pengambilan “Sumpah” baiat dari murid dihadapan syaikh setelah sang murid melakukan tobat
38
dari segala maksiat. Setelah itu murid menjalankan tarekat hingga mencapai kesempurnaan dan dia mendapatkan ijazah lalu menjadi khalifah syaikh atau mendirikan tarekat lain jika diizinkan. Oleh karena itu dalam tasawuf disepakati bahwa tarekat
mempunyai tiga ciri utama syaikh,
murid dan baiat. Huda (2008:63) menyebutkan peranan mursyid di dalam tarekat mirip dengan peranan dengan seorang dokter. Mursyid adalah yang mendiaknosis penyakit hati dan menentukan pengobatannya, agar murid sanggup menyadari Tuhan dalam hidupnya. Tarekat sebagai dimensi esoterik ajaran islam mempunyai segi-segi ekslusif yang mennyangkut halhal yang bersifat “rahasia”. Bobot keruhaniannya yang amat dalam tentu tidak semuanya dapat dimengerti oleh orang yang hanya menekuni dimensi esksoterik ajaran islam. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi salah pengertian dari kalangan awam yang melihatnya. Seorang tidak dibenarkan mengamalkan tarekat tanpa bimbingan seorang mursyid yang terpercaya dan yang sudah diakui kewenangannya dalam mengajarkan tarekat. Kewenangan ijazah
untuk mengajarkan tarekat bagi seorang
mursyid diperoleh dari gurunya secara mutawatir sehingga membentuk mata rantai guru-guru tarekat yang disebut “silsilah tarekat.” Menurut Jamil (2005:42) menyatakan keberadaan guru tarekat yang disebut syaikh atau mursyid dalam sebuah tarekat sangat penting bahkan sangat mutlak. Keberadaan guru tarekat dihadpan par saliknya atau murid tarekat bagaikan Nabi Muhamad SAW. dalam masa hidupnya
39
mengajarkan tarekat dan syariat sehubungan dengan Nabi sendiri diutus dengan membawa syariat dan hakikat. Syekh Yusuf Makasar mengatakan bahwa seorang muslim yang mau menjadi salik dalam sebuah tarekat, maka ia harus mencari seorang syaikh. Masih dikemukakan Jamil (2005:42) menyatakan hubungan antara syekh dan para saliknya dalam sebuah tarekat bagaikan hubungan antara Nabi Muhamad SAW dengan sahabatnya. Adab salik terhadap syekh dalam sebuah tarekat digambarkan seperti mayat dan yang memandikanya. Salik di depan gurunya agar bersikap bagaikan mayat yang berada ditangan orang yang
sedang memandikannya. Salik tidak boleh
menyisakan suatu prasangka buruk atau keraguan terhadap gurunya itu apabila ia melihatnya gurunya berbuat sesuatu yang bersifat berlawanan dengan syariah. Hal ini menggambarkan kepada Tuhan seseorang anggota tarekat terhadap gurunya tanpa reserve. Dijelaskan lebih lanjut Jamil (2005:64-66) menegaskan adapun beberapa ritual dan seremonial yang harus dilakukan sseseorang apabila ingin memasuki tarekat. Dalam tarekat langkah–langkah itu merupakan bagian dari disiplin dalam olah rohani. 1. Baiat Tahap-tahap (maqom dan hal) yang dilalui oleh para salik merupakan suatu perjalanan yang tidak mudah. Pada tahap permulaan seseorang yang ingin memasuki dunia tarekat harus melakukan baiat yang tidak lain adalah sumpah atau pernyataan kesetiaan yang
40
diucapkan oleh seorang murid oleh seorang guru mursyid sebnagai simbol penyucian serta keabsahaan seseorang mengamalkan ilmu tarekat. Jadi baiat menjadi semacam upacara sakral yang harus dilakukan oleh setiap orang yang ingin mengamalkan tarekat. Oleh karenya, dalam baiat ini selain diucapkan sumpah juga diajarkan kewajiban searang murid untuk mentaati guru yang telah membaiatnya. Dengan berbaiat, maka seorang memperoleh status keanggotaan secara formal, membangun ikatan spiritual, dengan mursyidnya, dan membangun persaudaraan mistis dengan anggota yang kuat. Dalam upacara baiat juga diajurkan zikir yang harus dilakukan oleh seorang murid dalam sehari semalam. Zikir yang dilakukan oleh penganut tarekat tidak lain dimaksudkan untuk mengendalikan nafsu tercela (madzmumah) dan menumbuh kembangkan nafsu terpuji (mahmudah). Ada tiga jenis zikir yang dilakukan oleh pengamal tarekat. Pertama zikir naïf isbat, yang dilakukan dengan mengucapkan kalimat “la ilaha illalah”. Kedua zikir ismu zat dengan mengucapkan “Allah”. Ketiga zikir hifz al-anfus yang dilakukan dengan mengucapkan kalimat ”hu allah”. Pelaksanaan zikir itu masing-masing tarekat berfariasi baik dari segi jumlah maupun urutan zikirnya. 2. Dzikir Tarekat merealisasikan dirinya dalam dzikir yang praktek legulernya mengantarkan sang arif yang ditakdirkan menuju keadaan
41
ketenggelaman (istighraq) dalam Tuhan. Oleh sebab itu, dzikir membentuk kerangka tarekat . Walaupun terdapat rumusan zikir yang beraneka ragam, dzikir secara umum dapat diartikan sebagai upaya untuk selalu mengingat Allah SWT. dengan mengucapkan kalimat tayibah (subhanallah, Alhamdulilah, la ilaha illallah dan Allah hu Akbar). Dari segi teknisi pengucapannya dzikir bisa dibagi dua, yaitu zikir al khaffi dan dzikir bi al-jalalah. Dzikir ini dilakukan secara personal setiap hari yang biasanya disebut juga dengan zikir al-awqat maupun bersama-sama atau biasa disebut dzikir al hadarah. Dzikir dalam tarikat dilakukan dalam waktu-waktu tertentu dan dengan teknik tertentu pula, dzikir kafi misalnya dilakukan dengan ritme nafas,penghembusan, dan penghirupan. Dan bibir tertutup, mempergunakan kalimat tahlil dasar (la ila halilallah), orang berzikir (dzakir) menghembuskan napas, berkonsentrasi pada la ilaha, untuk menyingkirkan gangguan gangguan eksternal, selanjutnya waktu menarik nafas berkonsentrasi pada illalah. D. Komponen Tarekat Dalam sebuah organisasi tarekat terdapat sejumlah komponen yang meliputi Aceh (1996: 64-67): a. Guru Tarekat Dalam sebuah tarekat sufi, seorang guru tarekat, atau bisa juga disebut syaikh, murad, pir atau mursyid, memiliki peranang dan bahan
42
mutlak. Jika para ulama sebagai pewaris nabi mengajarkan ilmu lahir maka para mursyid tarekat menjadi pewaris nabi dalam hal mengajarkan penghayatan keagamaan yang bersifat batin. Oleh Karena itu, dalam setiap silsilah tarekat, terlihat posisi nabi berada pada puncaknya setelah Allah SWT. dan Jibril. Seorang syaih atau mursyid harus menguasai ilmu syariat dan ilmu hakikat secara mendalam dan lengkap. Pemikiran perkataan dan perilakunya harus mencerminkan akhlak terpuji. Dalam membimbing penyembuhan murid-muridnya, seorang mursyid dibantu oleh beberapa wakil yang disebut kholifah atau bakdal, tradisi tarekat
Qodariah-
Naqsabandiyah, para wakil mursyid bisa disebut wakil talkin. Ini dikaitkan dengan fungsi utama mursyid tarekat, yakni memberikan talkin kepada calon murid yang akan mengikuti latihan kehidupan tarekat. Hubungan antara syekh dan para saliknya dalam sebuah tarekat bagaikan hubungan antara Nabi Muhamad SAW. dengan sahabatnya. Adab salik terhadap syekh dalam sebuah tarekat digambarkan seperti mayat dan yang memandikannya. Salik di depan gurunya agar bersikap bagaikan
mayat
yang
berada
ditangan
orang
yang
sedang
memandikannya. Salik tidak boleh menyisakan suatu prasangka buruk atau keraguan terhadap gurunya
itu apabila ia melihatnya gurunya
berbuat sesuatu yang bersifat berlawanan dengan syariah. Hal ini
43
menggambarkan kepada Tuhan seseorang anggota tarekat terhadap gurunya tanpa reserve Jamil ( 2005:42). b. Murid atau Salik Tarekat Seorang kandidat salik disyaratkan harus berjanji setia kepada dirinya dihadapan mursyid bahwa ia akan mengamalkan segala bentuk amalan dan wirid yang telah dianjurkan guru kepadanya sdengan sungguh-sungguh, janji setia itu dikenal dengan istilah baiat (bay‟ah). Dalam istilah tarekat dikenal dua istilah baiat, yakni: bay‟ah shuwariyah dan 2 bayah ma‟nawiyah. Baiat pertama adalah baiat kandidat salik dalam mengakui bahwa mursyid yang membaiat nya itu adalah gurunya tempat ia berkonsultasi tentang berbagai masalah keruhanian, dan sang guru juga mengakui bahwa orang tersebut adalah muridnya. Kandidat salik semacam ini tidak perlu meninggalkan keluarganya untuk menetap kedalam zawiyah tarekat guna bersuluk atau berzikir bersama sang guru. Ia boleh tinggal di rumah dan melakukan pekerjaan sehari-hari sesuia dengan profesinya. Ia cukup mengamalkan wirid dan berbagai amalan pada waktu-waktu tertentu sesuai denagan apa yang telah diajarkan mursyid. Adapun baiat yang kedua adalah baiat kandidat salik dalam mengakui bahwa ia bersedia dididik dan dilatih menjadi sufi yang arif bi Allah. Salik yang menyatakan baiat demikian harus meningalkan keluarga dan tugas keduniawiyan. Ia berkhalawat dalam zawiyah tarekat untuk beberapa tahun sesuai dengan bimbingan sang mursyid.
44
c. Amalan dan Wirid Tarekat Salah satu amalan utama yang menjadi inti wirid tarekat ialah zikir. Semua kelompok tarekat mengjarkan zikir. Dalam hal ini para ulama sepakat bahwa zikir adalah menyebut asma (nama-kalimat) Allah SWT. dengan ungkapan–ungkapan kalimat yang baik (kalimaah toyibah), yang telah ditentukan oleh sajaran islam, seperti membaca tasbih (Subhana Allah-maha suci Allah), tahmid (Alhamdulillah-Segala puji bagi Allah), takbir (Allahhu Akbar-Allah Mahabesar), dan menbaca tahlil (La ilahaillawah) Selain membaca kalimat-kalimat di atas, membaca Al Qur‟an dan doa-doa yang bersumber dari kitab suci juga termasuk dalam pengertian zikir. d. Zawiyah Tarekat Zawiyah adalah majelis tempat para salik mengamalkan suluk, zikir, dan berbagai wirid tarekat yang lain, seperti membaca manakib syekh Abdul Qodir Al-Jailani dan membaca ratib syaikh Muhamad Saman. Latar belakang munculnya zawiyah tidak lepas dari kebiasaan kaum sufi dalam mengembara dari satu tempat ketempat yang lain. Mereka berwatak kosmopolitan dalam mencari pembimbing ruhani, tanpa terikat oleh batas-batas territorial suatu Negara. Dari kebiasaan
45
tersebut, terbentuklah pusat-pusat kegiatan kaum sufi diberbagai kawasan dunia Islam. e. Adab atau Etika Salik Dengan Syeikh Tarekat Seorang salik di hadapan gurunya hendaklah bersikap bagaikan mayat yang berada ditangan orang yang memandikannya. Dari sini kemudian muncul sederet etika salik terhadap gurunya, yang meliputi Jamil (2005:43) sebagai berikut: 1. Salik tidak boleh berprasangka buruk atau ragu terhadap gurunya 2. Saik tidak boleh duduk pada tempat yang biasa diduduki oleh gurunya 3. Salik tidak boleh memakai barang yang bisa dipakai oleh gurunya 4. Apabila sang guru menyuruh salik mengerjakan suatu maka hendaklah ia segera mengerjakannya 5. Salik tidak boleh mengajukan usul apapun jika ia tidak atau belum memahami jenis pekerjaan itu 6. Jika salik melihat gurunya berjalan kesuatu arah, ia tidak boleh bertanya kemana gurunya pergi 7. Salik tidak boleh menikahi janda gurunya telah bercerai atau meninggal dunia 8. Murid yang berani melawan gurunya dalam sebuah tarekat dipandang telah melawan Allah karena syaikh tarekat itu bersama– sama dengan Allah dan ia berposisi sebagai mazhariyah (penampakan diri) Allah
46
E. Dasar Tarekat Dalam bukunya Aceh (1996:72) menegaskan maka oleh karena itu tiap-tiap tarekat yang diakui sah oleh ulama harus mempunyai lima dasar, pertama menuntut ilmu untuk dilaksanakan sebagai printah Tuhan, kedua mendampingi guru dan teman setarekat untuk meneladani, ketiga meninggalkan ruksah dengan takwil untuk kessungguhan, keempat mengisi semua waktu dengan doa dan wirid dan kelima mengengkangi hawa nafsu dari pada berniat salah dan untuk keselamatan. Dalam bukunya Schimmel (2000:124) tarekat adalah “jalan” yang ditempuh para sufi, dan digambarkan sebagai jalan yag berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut syar’ sedangkan anak jalan disebut tariq. Kata turunan ini menunjukkan bahwa menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama tempat ia berpangkal; pengalaman mistik tak mungkin didapat bila printah syariat yang mengikat itu tidak ditaati terlebih dahulu dengan seksama. Akan tetapi tariq atau jalan itu lebih sempit dan lebih sulit dijalanni serta membawa santri disebut salik, atau pengembara-dalam suluk atau pengembaraanya melalui berbagai pengembaraannya melalui berbagai persinggahan (maqom), sampai
47
mungkin cepat atau lambat akhirnya ia mencapai tujuannya, yaitu tauhid sempurna, pengangkuan berdasarkan pengalaman bahwa Tuhan adalah satu. Dijelaskan lebih lanjut jalan tri tunggal kepada Tuhan dijelaskan dalam suatu hadis Rasulullah Saw, ”Syariat adalah perkataanku (aqwali), tarekat adalah perbuatanku (a’mali), dan hakikat adalah keadaan batinku (ahwali).” “Mencium ambang pintu syariat” merupakan kewajiban pertama seseorang yang mau menempuh perjalanan mistik. Para sufi mengungkapkan dengan bahasa yang mengharukan tentang ketiga taraf dengan berbagai seginya (kadang-kadang hakikat, ‟kebenaran‟ diganti dengan makrifat, ‟pengetahuan‟). Dalam tarekat, seorang sufi hendaknya menjalankan i‟tbar yaitu mengutamakan orang lain ketimbang dirinya, tetapi dalam taraf pengertian, perbedaan antara punyaku dan punya mu tercakup dalam kesatuan ilahi. Setelah para ahli sufi mengenali tiga bagian utama dalam kehidupan religious ini (syariat, tarekat, makrifat) mereka mulai menganalisis berbagai taraf dan persinggahan yang harus dilalui sang pengembara dalam menempuh jalannya. Mereka membedakan antara maqam „persinggahan‟ dan hal „keadaan‟: “keadaan adalah sesuaatu yang yang turun dari Tuhan kedalam hati manusia, tanpa dapat ditolak
48
kedatangngannya atau dicegah kepergiannya, dengan usahanya sendiri”.
F. Macam-macam Thorikoh dan Ajarannya 1. Thariqot Qadariyah Pemuka sekaligus
pendiri tarekat ini adalah Sayyid
Muhamadin „Abdul-Qadir Jilani dari Baghdat, yang wafat pada tahun 1266 M di usia sembilan puluh tahun tahun Valiudin (1997:121). Syaikh Abdul Khodir al Jailani adalah seorang alim dan zahid, dianggap qutubul’aqtab, mula pertama seorang ahli fikih yang terkenal dengan mazhab hambali, kemudian sesudah beralih kegemaranya dalam ilmu tarekat dan hakikat menunjukan keramat dan tanda-tanda yang berlainnan dengan kebiasaan sehari-hari. Orang dapat membaca sejarah hidup dan keaneh-keanehannya dalam kitab yang disebut manakib syaikh Abdul Qodir al Jailani, asli tertulis dalam bahasa arab, dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia tersiar luas di Negeri kita, yang dibaca rakyat pada waktu-waktu tertentu, konon untuk mendapatkan berkahnya Aceh ( 1996:308) Dalam bukunya Ansyary (2004:3) Qadariyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendirinya, yaitu syeihk Abdul alQadir Jilani, yang terkenal dengan sebutan syaikh al-Qadir Jilani
49
al-Ghawsts Quthb Al-Awliya‟. Tarekat ini menempati posisi yang amat penting dalam sejarah spritualitas Islam karena tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal munculnya berbagai cabang tarekat di dunia Islam. Kaum sufi dalam tarekat Qodariyah menitik beratkan pengosongan “sirr” dari segala jenis pikiran selain Allah dan penyujian jiwa dari segala macam sifat tercela, hewani, dan syaithani. Mereka berpandangan bahwa ruh manusia berasal dari “Alam perintah” (alam al-amr) dan mampu memantulkan cahaya Ilahi. Namun, karena berbagai kotoran yang ada dalam jiwa, ia tidak bisa berbuat demikian Valiudin (1997:38) Dalam tarekat ini, dzikir dilakukan dengan keras (bersuara) tetapi tidak terlalu keras sehingga bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa Asy‟ari: Pokok–pokok tarekat Qodariyah, yaitu lima, pertama tinggi cita-cita, kedua menjaga segala yang haram, ketiga memperbaiki khidmat terhadap Tuhan, keempatmelaksanakan tujuan yang baik, kelima
memperbesarkan
arti
kurnia
nikmat
Tuhan
Aceh
(1997:312). 2. Tarekat Naqsyabandiyah Dalam
bukunya
Said
(1996:23)
Pendiri
Tarekat
Naqsyabandiyah ialah Muhammad bin Baha‟uddin Al-Huwaisi Al Bukhari (717-791 H). Ulama sufi yang lahir di Desa Hinduwan
50
kemudian terkenal dengan Arifan, beberapa kilometer dari Bukhara. Pendiri Tarekat Naqsyabandiyah ini juga dikenal dengan nama Naqsyabandi yang berarti lukisan, karena ia ahli dalam memberikan gambaran kehidupan yang ghaib-ghaib. Kata „Uwais‟ ada pada namanya, karena ia ada hubungan nenek dengan Uwais Al-Qarni, lalu mendapat pendidikan kerohanian dari wali besar abdul khalik al-khujdawani yang juga murid uwais dan menimba ilmu tasawuf kepada ulama ternama kala itu Muhammad Baba AlSammasi terekat naqsabandiyah mengerjakan zikir-zikir yang sangat sederhana, namun lebi mengutaman zikir dalam hati dari pada zikir dangan lisan. Kaum sufi dalam tarekat Naksabandiyah sangat menitik beratkan pentingnya “kontempelasi”. Mereka berpandangan bahwa ruh manusia sesungguhnya tidak memiliki bentuk. Namun, jika anda mengisinya dengan sebuah bentuk, maka tidak bakal ada lagi tempat bagi bentuk lainnya Valiudin (1997:39). Ada enam dasar yang dipakai peganggan untuk mencapai tujuan dalam tarekat ini, yaitu: a. Tobat. b. Uzla
(mangasingkan
diri
dari
masyarakat
ramai
yang
dianggapnya telah mengingakari ajaran-ajaran Allah dan beragam kemaksiyatan, sebab ia tidak mampu meperbaikinya). c. Zuhud (mempaatkan dunia untuk keperlu hidup seperlunya saja)
51
d. Takwa e. Qanaah (menerima dengan senang hati segala sesuatu yang dianugrahkan oleh Allah SWT.) f. Taslim (kepadaTuhan batiniyah akan keyakinan qalbu hanya pada Allah). Hukum
yang
dijadikan
pegangan
dalam
terekat
Naqsabandiyah ini juga ada enam, yaitu: a. Zikir. b. Meninggalkan hawa nafsu. c. Meninggalkan kesenangan duniawi. d. Melaksanakan segenap ajaran agama dengan sunguh-sunguh. e. Senintiasa berbuat baik (lisan) kepada makhlik allah SWT.. f. Mengerjakan amal kebaikan. Untuk tarekat Naksabandiyah dapat kita ringkaskan atas dua hal,pertama mengenai dasar,ialah memegang teguh kepada I‟tiqad
ahlussunah,meninggalkan
kesungguhan
,senantiasa
kala
ruksah
membiasakan
muroqobah,meninggalkan
kebimbangan dunia dari selain Allah,hudur terhadap Tuhan ,mengisi diri (tahalli)dengan segala sifat sifat yang berfaedah dan ilmu agama,mengikhlaskan zikir,menghindarkan kealpaan terhadap Tuhan, dan berakhlak Nabi Muhamad SAW., sedang kedua mengenai syarat-syaratnya, diatur sebagai berikut: I‟tiqad yang sah, taubat yang benar, menunaikan hak orang lain, memperbaiki
52
kezaliman, mengalah dalam perselisihan, teliti dalam adab dan sunah, memilih amal berdasarkan syariat yang sah, menjauhkan diri dari pada segala sesuatu yang mungkar
dan bid‟ah, dari pada
pengaruh hawa nafsu dan dari pada perbuatan yang tercela, Aceh (1996:73). 3. Tarekat Rifa‟yah Pendirinya Tarekat Rifaiyah adalah Abul Abbas Ahmad bin Ali Ar-Rifai. Ia lahir di Qaryah Hasan, dekat Basrah pada tahun 500 H (1106 M), sedangkan sumber lain mengatakan ia lahir pada tahun 512 H (1118 M). Sewaktu Ahmad berusia tujuh tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia lalu diasuh pamannya, Mansur AlBatha‟ihi, seorang syeikh Trarekat. Selain menuntut ilmu pada pamannya tersebut ia juga berguru pada pamannya yang lain, Abu Al-Fadl Ali Al Wasiti, terutama tentang Mazhab Fiqh Imam Syafi‟i. Ciri khas Tarekat Rifaiyah ini adalah pelaksanaan zikirnya yang dilakukan bersama-sama diiringi oleh suara gendang yang bertalu-talu. Zikir tersebut dilakukannya sampai mencapai suatu keadaan dimana mereka dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang menakjubkan, antara lain berguling-guling dalam bara api, namun tidak terbakar sedikit pun dan tidak mempan oleh senjata tajam. 4. Tarekat Sammaniyah
53
Tarekat sammaniyah adalah tarekat pertama yang mendapat pengikut massal di Nusantara, hal yang menarik dari tarekat Sammaniyah, yang mungkin menjadi cirri khasnya adalah corak wahdat al-wujud yang dianut dan syahadat yang tercap olehnya tidak bertentangan dengan sya‟riat. Tarekat Sammaniyah didirikan oleh Muhammad Abd AlKarim Al-Madani Al-Syafi‟i Al-Samman (1130-1189/1718-1775 M). Ia lahir di Madinah dari kuluarga kuraisy. Dikalangan murid dan pengikutnya , ia lebih dikenal dengan nama Al-Sammani atau Muhammad Samman (dalam tulisan ini akan disebutkan dengan Syaikh Samman). Sambil mengajar di Sanjariyah, tampaknya syaikh banyak menghabiskan hidupnya di Madinah dan tinggal di rumah bersejarah milik Abu Bakar As-Shiddiq. Kemunculan Tarekat Sammaniyah bermula dari kegiatan Syeikh
Muhammad
Saman,
seorang
guru
masyhur
yang
mengajarkan Tarekat di Madinah. Banyak orang Indonesia terutama dari Aceh yang pergi ke sana mengikuti pengajarannya. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika Tarekat ini tersebar luas di Aceh dan terkenal dengan nama Tarekat Sammaniyah. Sebagaimana guru-guru besar Tasawuf, Syeikh Muhammad Saman terkenal akan kesalehan, kezuhudan dan kekeramatannya. Salah satu keramatnya adalah ketika Abdullah Al-Basri karena melakukan kesalahan dipenjarakan di Mekkah dengan kaki dan
54
leher di rantai. Dalam keadaan yang tersiksa, Al-Basri menyebut nama Syeikh Muhammad Saman tiga kali, seketika terlepaslah rantai yang melilitnya. Kepada seorang murid Syeikh Muhammad Saman yang melihat kejadian tersebut, Al-Basri menceritakan, “kulihat Syeikh Muhammad Saman berdiri di depanku dan marah. Ketika kupandang wajahnya, tersungkurlah aku pingsan. Setelah siuman, kulihat rantai yang melilitku telah terputus.” Tarekat Sammaniyah juga mewiridkan bacaan zikir yang biasanya dilakukan secara bersama-sama pada Malam Jum‟at di masjid-masjid atau mushalla sampai jauh tengah malam. Selain itu ibadah yang diamalkan oleh Syeikh Muhammad Saman yang diikuti oleh murid-muridnya sebagai Tarekat antara lain adalah shalat sunnah Asyraq dua raka‟at, shalat sunnah Dhuha dua belas raka‟at, memperbanyak riadhah (melatih diri lahir batin untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.) dan menjauhkan diri dari kesenangan duniawi Aceh (1996:354). 5. Tarekat Syaziliyah Dalam bukunya Aceh (1996:305) menyatakan pendiri tarekat Syaziliyah adalah Abdul Hasan Ali Asy-Syazili, seorang ulama dan sufi besar. Menurut silsilahnya, ia masih keturunan Hasan, putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah binti Rasulullah SAW. Ia dilahirkan pada 573 H di suatu desa kecil di kawasan Maghribi. Tentang arti kata “Syazili” pada namanya yang banyak
55
dipertanyakan orang kepadanya, konon ia pernah menanyakannya kepada Tuhan dan Tuhan pun memberikan jawaban, “Ya Ali, Aku tidak memberimu nama Syazili, melainkan Syazz yang berarti jarang karena keistimewaanmu dalam berkhidmat kepada-Ku. Ali Syazili terkenal sangat saleh dan alim, tutur katanya enak didengar dan mengandung kedalaman makna. Bahkan bentuk tubuh dan wajahnya, menurut orang-orang yang mengenalnya, konon mencerminkan keimanan dan keikhlasan. Sifat-sifat salehnya telah tampak sejak ia masih kecil. Apalagi setelah ia berguru pada dua ulama besar Abu Abdullah bin Harazima dan Abdullah Abdussalam ibn Masjisy yang sangat meneladani khalifah Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib. Dalam jajaran sufi, Ali Syazili dianggap seorang wali yang keramat. Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa ia pernah mendatangi seorang guru untuk mempelajari suatu ilmu. Tanpa basa-basi sang guru mengatakan kepadanya, “Engkau mendapatkan ilmu dan petunjuk beramal dariku? Ketahuilah, sesungguhnya engkau adalah salah seorang guru ilmu-ilmu tentang dunia dan ilmu-ilmu tentang akhirat yang terbesar.” Kemudian pada suatu waktu, ketika ingin menanyakan tentang Ismul A‟zam kepada gurunya, seketika ada seorang anak kecil datang kepadanya, “Mengapa engkau ingin menanyakan tentang Ismul A‟zam kepada
56
gurumu? Bukankah engkau tahu bahwa Ismul A‟zam itu adalah engkau sendiri?” Tarekat Syaziliyah merupakan Tarekat yang paling mudah pengamalannya. Dengan kata lain tidak membebani syaratsyarat yang berat kepada Syeikh Tarekat. Kepada mereka diharuskan Aceh (1996:308): 1. Meninggalkan segala perbuatan maksiat. 2. Memelihara segala ibadah wajib, seperti shalat lima waktu, puasa Ramadhan dan lain-lain. 3. Menunaikan ibadah-ibadah sunnah semampunya. 4. Zikir kepada Allah SWT. sebanyak mungkin atau minimal seribu kali dalam sehari semalam dan beristighfar sebanyak seratus kali sehari-semalam dan zikir-zikir yang lain. 5. Membaca shalawat minimal seratus kali sehari-semalam dan zikir-zikir yang lain. G.
Pengertian Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia Ibrahim (2001). Sebagai bukti bahwa manusia dalam memnuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Ada ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam
57
kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat. Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim (2001), perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antara orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991 dalam Rusli Ibrahim, 2001). Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada orang yang melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada orang yang bermalas-malasan, tidak sabaran dan hanya ingin mencari untung sendiri. H.
Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Sosial Baron dan Byrne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu : 1.
Perilaku dan karakteristik orang lain Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang berkarakter santun
58
dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu. Pada aspek ini guru memegang peranan penting sebagai sosok yang akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena ia akan emberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan siswa untuk melakukan sesuatu perbuatan. 2. Proses kognitif Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir agar kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi atletnya dan orang lain akan terus berupaya dan berproses mengembangkan dan memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya. Contoh lain misalnya seorang siswa karena selalu memperoleh tantangan dan pengalaman sukses dalam pembelajaran penjas maka ia memiliki sikap positif terhadap aktivitas jasmani yang ditunjukkan oleh perilaku sosialnya yang akan mendukung teman-temannya untuk beraktivitas jasmani dengan benar. 3. Faktor lingkungan Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku
59
sosialnya seolah
keras pula, ketika berada di lingkungan
masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalambertutur kata. I.
Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat pula ditunjukkan oleh sikap sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari (2004:161) adalah “suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Sedangkan sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial yang menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap salah satu obyek sosial (W.A. Gerungan, 1978:151-152). Berbagai bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika
seseorang berinteraksi dengan orang lain. Seperti dalam
kehidupan berkelompok, kecenderungan perilaku sosial seseorang yang menjadi anggota kelompok akanakan terlihat jelas diantara anggota kelompok yang lainnya. J. Kecenderungan perilaku dalam hubungan sosial a. Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan tulus menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang ditolak biasanya suak mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain.
60
b. Suka bergaul dan tidak suka bergaul Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan sosial yang baik, senang bersama dengan yang lain dan senang bepergian. Sedangkan orang yang tidak suak bergaul menunjukkan sifat dan perilaku yang sebaliknya. c. Sifat ramah dan tidak ramah Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang,dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung bersifat sebaliknya. d. Simpatik atau tidak simpatik Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas.Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkna sifat-sifat yang sebaliknya.
61
BAB III PEMAPARAN DATA
A. Letak Geografis Desa Doplang adalah sebuah desa yang memiliki luas 372,2 Ha, yang terbagi menjadi 7 Dusun 7 RW dan 34 RT dengan jarak tempuh ke Ibu Kota Kecamatan 4 km dari Desa Doplang. Desa ini sendiri terletak di lereng gunung Kendalisodo yang bersebelahan dengan gunung Ungaran Kabupaten Semarang. Wilayah ini adalah wilayah yang strategis karena terlaetak diantara wilayah pusat keramaian dengan batas desa sebagai berikut : Utara
: Kelurahan Harjosari
Barat
: Desa Baran dan Mlilir Kecamatan Bandungan
Selatan
: Ambarawa
Timur
: Bawen
B. Kondisi Monografi Jumlah penduduk di Desa Doplang ini sendiri pada tahun 2012 sebanyak 4.494 jiwa, yang terbagi menjadi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.273 orang dan penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 2.221 orang. Dari keseluruhan penduduk Desa Doplang tersebut 98 % penduduknya beragama muslim, dengan kondisi masyarakat religious. Data terakhir kelurahan Doplang tahun 2012 menyebutkan: Jumlah Penduduk Menurut Usia
62
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
KELOMPOK UMUR (TAHUN) 0<1 1>5 6 -10 11 -15 16-20 21-25 26-30 31-40 41-50 51-60 60 Keatas Jumlah
LAKI – LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
107 146 159 221 148 168 171 322 346 309 140 2273
83 137 137 206 187 173 178 322 319 323 156 2221
190 283 296 427 371 341 349 644 665 632 296 4494
Jumlah Penduduk Menurut Agama NO 1 2 3 4 5 6
KELOMPOK AGAMA Islam Khatolik Kristen Hindu Budha Khonghucu Jumlah
LAKI – LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
2265 6 2 2273
2211 7 3 2221
4476 13 5 0 0 0 4494
LAKI – LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
254 321 209 736 485 227
239 317 204 735 487 218
493 638 413 1471 972 445
22
15
37
12 2266
13 2228
25 4494
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan NO 1 2 3 4 5 6 7 8
JENIS PENDIDIKAN Tidak Sekolah Belum Tamat SD Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/ Diploma Sarjana JUMLAH
63
Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Pekerjaan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
JENIS PEKERJAAN PNS TNI Polisi Swasta Pensiunan Pengusaha Buruh Bangunan Buru Industri Buruh Tani Petani Peternak Nelayan Lain – Lain Jumlah
LAKI-LAKI 12 1 1 87 8 1 296 139 623 631 106 279 2184
PEREMPUAN 14 53 16 3 21 249 262 305 53 135 1114
JUMLAH 26 1 1 140 24 4 317 388 885 936 159 0 417 3298
Jumlah Tempat Ibadah No 1 2 3
Nama Tempat Ibadah Masjid Mushola Gereja
4 5
Wihara Pura
Jumlah 8 8 -
Pekerjaan masyarakat di Desa Doplang sebagian besar adalah sebagai petani dan buruh dengan tingkat penghasilan ekonomi digolongkan ke dalam kondisi menengah ke bawah. Untuk usia di atas 35 tahun mayoritas berprofesi sebagai petani dan serabutan dan di bawah usia 35 tahun mayoritas sebagai buruh kontrak kariyawan pabrik. Dalam segi Pendidikan formal masyarakat di Desa Doplang masih digolongkan kedalam kelompok sangat rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan minimnya minat orangtua untuk menyekolahkan anaknya ke
64
jenjang pendidikan menengah keatas apalagi sampai menyekolahkan anaknya ke jenjang universitas bisa di hitung dengan hitungan jari. Pengikut kegiatan tarekat Qodariyah Wa Nasakbandinyah ini sendiri mayoritas tidak lulus SD. Adapun usia yang telah mengikuti kegiatan tarekat ini mulai dari usia 40 tahun ke atas.
C. Sejarah Singkat Pemaparan sejarah ini peneliti dapatkan dari Q informan yang diperoleh dari dua tokoh sesepuh tarekat. Informasi ini didapatkan dengan cara wawancara langsung kepada kedua tokoh yang merintis berdirinya tarekat di Desa Doplang berikut ini kutipan wawancara yang dilakukan peneliti kepada kedua tokoh tersebut. Awal mula tarekat ini masuk di Desa Doplang pada tahun 1948 berawal dari seorang ustad yang bernama Dul Syahid yang masyarakat setempat memanggilnya dengan sebutan akrab Bah Dul Syahid. Tarekat tersebut dibawanya dari seorang guru mursyid yang bernama simbah Kyai Muhamad Ali yang berasal dari Sempu Payaman Magelang. Semua berawal ketika beliau belajar ilmu agama selama lima tahun di Desa Sempu Payaman Magelang. Selama lima tahun inilah beliau sedikit demi sedikit belajar ilmu tarekat. Ketika ilmunya dirasa cukup oleh bapak Kyai Muhamad Ali, belaiau pun diangkat menjadi seorang mursyid yang nantinya menjadi seorang wakil dan diperbolehkan mendirikan jamaah tarekat di Desa Doplang. Sepulangnya dari sempu tidak lantas beliau berhenti belajar
65
begitu saja akan tetapi beliu tetap menjalin hubungan dengan bapak kyai Sempu Payaman. Kemudian oleh beliau Desa Sempu ini dijadikan pusat acuan tarekat di Desa Doplang, bukan hanya Desa Sempu saja tempat menuntut ilmu tarekat tetapi juga Desa Berjan Purworejo yang juga sebagai pusat pembelajaran tarekat. Oleh Bapak Kyai Muhamad Ali disarankan untuk menuntut ilmu tarekat kepada guru mursyid Kyai Nawawi Berjan Purworejo. Untuk mempererat jalinan silaturahmi tarekat antara Sempu dan Doplang yang erat kemudian Bah Dul Syahid
bersama bapak kyai
Muhamad Ali melakukan perjodohan kepada kedua anaknya, Bah Dul Sahid sendiri memiliki seorang putri anak angkat beliau yang kemudian dijodohkan oleh tokoh tarekat di Desa Payaman kyai Muhamad Ali Sempu yang juga memiliki anak angkat yang bernana Bapak Yasin. Kemudian terjadilah perjodohan antara kedua tokoh tersebut dan ajaran tarekatpun mulai berjalan di Desa Doplang yang terdapat jalinan antara desa tersebut. Bah Dul Sahid tidak sendiri dalam menjalankan tarekat ini beliau dibantu oleh Bah Dul Hamid yang kemudian mereka berdua sendiri adalah orang-orang pertama kalinya yang merintis awal mula pendirian perkumpulan tarekat di Desa Doplang yang menginduk kepada seorang mursyid tarekat yang berasal dari Sempu Payaman Magelang yang disebut dengan nama tarekat Qodariyah Wa Nasabandiyah. Bah Dul Sahid diangkat menjadi seorang mursyid di Desa Doplang dengan cara dibaiat oleh Bapak Kiyai Muhamad Ali, begitu juga Bapak Dul Hamid, tetapi Bah
66
Dul Hamid tidak menjadi mursyid melainkan menjadi seorang badal yang bertugas membantu Bah Dul Syahid dalam mengajarkan tarekat di Desa Doplang kedua tokoh ini sendiri walaupun usianya dikala itu sudah sangat tua tetapi beliau tetap gigih mengajarkan tarekat ini kepada para pengikut tarekat di Desa Doplang. Kemudian lama sekali jamah tarekat ini berjalan tetapi hanya sekitar 25 jamaah yang mengikuti kegiatan tarekat ini, itu pun gabungan dari dua desa yaitu Desa Mlilir dan Desa Doplang. Bah Dul Sahit sendiri lantas tidak putus asa menghadapi kondisi semacam ini dengan di bantu oleh Bah Dul Khamid yang juga seorang warga Doplang beliau tetap gigih pantang menyerah mengajarkan ajaran tarekat. Beliau berdua selalu bersama mengajarkan dan mengamalkan ilmu tarekat. Walaupun dengan ondisi demikian susah senang beliau jalani bersama selama bertahuntahun. yang selalu bersama Bah Dul Sahid dalam mengajarkan ilmu tarekat. Bertahun-tahun kedua orang ini mengajarkan ajaran tarekat di Desa Doplang. Kemudia karena usianya memang sudah cukup tua Mbah Dul Sahid pun wafat. Ajaran tarekat ini diteruskan oleh Bah Dul Hamid, tetapi karena beliau juga sudah sangat tua selang beberapa tahun beliaupun juga menyusul Bah Dul Syahid wafat. Setelah wafatnya beliau berdua ajaran tarekat ini tidak lantas berhenti karena Bah Dul Syahid dan Bah Dul Hamid telan menyiapkan kader-kader penerunya yaitu para anak-anak beliau ketika kelak beliau berdua wafat.
Pengganti
atau penerusnya
67
tersebut adalah Bapak Muh Toyib anak Bapak Dul Khamid dan anak menantu dari Bah Dul Sahid yang bernama Bapak Yasin, yang juga diangkat menjadi seorang badal oleh guru mursid yang sudah ganti pengurus karena bapak kyai Muhamad Ali telah wafat kemudian digantikan oleh putranya yang bernama bapak kyai Ismail yang juga berasal dari Sempu Payaman kemudian beberapa bulan kemudian disusul pengangkatan badal baru yaitu bapak Muh Taslim. Kegiatan tarekat ini kemudian diajaran oleh beliau bertiga. Beliau ini yang kemudikan meneruskan perkembangan tarekat di Desa Doplang hingga sekarang. Tarekat ini diajarkan disebuah rumah yang sangat sederhana yang terbuat dari papan, alasnya pun masih berupa tanah, ketika para jamaah datang pemilik rumahpun harus memberi tikar pada alasnya. Lokasi kegiatan jamaah tarekat ini terletak di dusun krajan letaknya memang agak tersembunyi dan jauh dari keramaiaan, rumah ini menghadap ke utara yang ubinnya masih beralaskan tanah. Sehingga ketika melakukan kegiatan tarekat harus menggelar tikar terlebih dahulu. Tetepi walaupun tempatnya tersembunyi, tempat ini strategis karena lokasi ini merupakan titik tengah dari Desa Doplang itu sendiri. Sehingga warga masyarakat yang belajar tarekat disini bisa terakses semuanya. Bertahun-tahun ajaran tarekat ini diajarkan dan mengalami berbagai macam rintanagn tetapi kondisi semacam ini tidak lantas membuat beliau bertiga menjadi menyerah dan putus asa berbagai strategi dan metode mereka lakukan untuk menghadapi segala kondisi dan situasi
68
yang tidak mendukung. Seiring waktu berjalan lantas ajaran ini pun berjalan dan mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga sekarang. Perkumpulan tarekat telah telah memiliki berbagai fasilitas yang ada terutama tempat yang mereka gunakan untuk kegiatan ritual kegiatan tarekat yang para jamaahnya memanggil tempat tersebut dengan sebutan aula.
D. Diskripsi Lokasi Tempat kegiatan penelitian ini sendiri tepatnya di Dusun Jatisari RT 01 RW
IV Desa Doplang Kec. Bawen Kab. Semarang. Lokasi
tersebut adalah tempat yang menjadi pusat kegiatan jamaah tarekat Qodariyah Wa Naqsabandiyah melakukan ibadah ritual rutin sebagai perkumpulan tarekat di Desa Doplang. Jamaah tarekat ini telah memiliki gedung atau aula yang berukuran 6 x 12 m yang mampu menampung kurang lebih 150 orang anggota jamaah. Lokasi ini terletak diantara tengah-tengah perkampungan warga yang sangat padat penduduk. Walaupun tempatnya tersembunyi karena dikanan kirinya sudah terdapat rumah-rumah milik penduduk tetapi jika malam-malam tertentu seperti malam Ahad, malam Selasa, dan malam Jum‟at tempat aula tersebut sangat ramai karena digunakan sebagai kegiatan jamaah tarekat berkumpul (Observasi, 9 Juli 2013 jam 18.30 WIB). Sepintas tidak ada bedanya bangunan tersebut dengan bangunan rumah penduduk lainnya. Jika dilihat dari luar bangunanan ini seperti
69
rumah hunian milik warga karena bentuk bangunannya seprerti rumah warga yang ada disamping kanan kirinya pada umumnya, tetapi apabila didekati dan masuk ke dalam, di dalamnya mirip seperti bangunan mushola pada umumnya. Ada sebuah mimbar dan mihrob tempat imam melakukan sholat seperti halnya bentuk tata ruang mushola. Di lantainya terdapat karpetkarpet untuk menutupi lantainya sehingga menambah kesan bahwa ruangan tersebut adalah sebuah mushola ( Observasi, 10 Juli 2013 ). Teras bangunan ini sendiri menghadap ke timur jika dilihat dari sebelah selatan tampak seperti rumah panggung yang terdapat ditengahtengah gang perumahan warga. Tetapi jika dilihat dari sebelah utara aula ini tampak seperti rumah yang mungil karena memang lokasi tersebut berada di lereng dan medannnya yang berundak-undak. Terdapat sebuah lambang organisasi yang ditempelkan di dinding. Dindingnya sendiri masih berupa batu bata (Observasi, 10 Juli 2013). Dibagian teras aula juga terdapat pagar yang tingginya sekitar 0,5 m yang terbuat dari batu bata sehingga dapat digunakan untuk tempat duduk bagi jamaah yang merebahkan tubuhnya setelah jalan dari rumah ke tempat ini untuk menjalankan ibadah tarekat. Walaupun teras ini tidak begitu lebar hanya sekita 1 meter, tetapi menambah kesan ruangan itu menjadi lebih indah. Disebelah timur juga ada beberapa anak tangga yang membujur keselatan yang memperlihatkan tempat seperti rumah panggung. Gedung ini memiliki dua pintu yang ada di dua sisi yaitu
70
sebelah utara dan disebelah timur yang digunakan untuk pintu masuk jamaah. Dibagian sebelah utara gedung tarekat ini terdapat jalan betonisasi yang dibangun baru-baru ini yang belum ada sekitar satu tahun dengan dana pembangunan secara swadaya oleh jamaah tarekat dengan ukuran panjang kurang lebih 10 meter dari jalan umum, dan memiliki lebar 1,5 meter. Sehingga ada dua jalan akses menuju aula ini yaitu dibagian utara dan bagian selatan. Ketika kita berjalan melalui sebelah utara Aula ini kita akan disambut dengan papan berukuran kecil yang sekaligus lambang tarekat di desa tersebut dan juga menerangkan tempat tersebut sebagai tempat kegitan tarekat untuk melakukan kegiatan ibadah, seperti layaknya tempat-tmpat umum yang menerangkan tempat organisasi. Tempat ini sangat cocok digunakan unuk kegiatan tarekat kerena memang lokasi ini terisolasi karena ditengah-tengah perkampungan yang tidak terganggu dari keramaian baik sepeda motor atau pun gangguanganguan lain. Ruangan aula tersebt juga digunakan untuk kegiatan sholat ketika jamaah tersebut datang menuntut ilmu tarekat, setiap hari malam selasa, malam sabtu dan malam kamis. Para jamaah banyak yang datang sebelum magrib dimulai mereka berangkat bersama-sama dengan membawa tas bagi jamaah perempuan untuk membawa mukna dari rumah ada pula yang sambil membawa senter sebagai alat penerangan ketika pulang dari kegiatan tarekat. Tetapi ada juga yang berangkat sesudah salat maghrib
71
tidak mengikuti sholat jamaah di aula. Tetapi hal itu pun tidak menjadi sebuah kendala karena memang kegiatan tarekat ini dimulai sesudah bakda Maghrib (Obsevasi, Selasa 9 Juli 2013). Pada bagian sebelah utara terdapat tempat berwudhu para jamaah yang belum berwudhu yang letaknya terperish dari aula. Tempt wudhu ini terletak di belakang rumah penduduk yang sekaligus juga pengikut jamaah tarekat yaitu kediaman bapak Sami‟in. Baru-baru ini pada bulan oktober aula tempat kegiatan ritual tarekat melakukan renovasi aula yang sebelumnya bangunan itu belum di haluskan bagian luarnya sekarang sudah di haluskan sehingga jika kemarin masih terlihat batu batanya sekarang sudah tidak tampak (Observasi tanggal 20 Oktober 2013). E. Perkembangan Tarekat Setelah peneliti memaparkan sejarah berdirinya tarekat di Desa Doplang, peneliti mendapatkan hal-hal yang terkait dengan perkembangan tarekat dari awal berdiri hinga sekarang. Awal mula tarekat Qodariyah Wa Naqsabandiyah didirikan
di
Desa Doplang sendiri reaksi masyarakat terhadap ajaran tarekat ini diam tidak ada respon dari masyarakat hanya orang-orang tertentu yang mau mengamalkan ajaran tarekat ini (Wawancara Bapak Muh Taslim hari Minggu, tanggal 7 Juli 2013 jam 14.00 WIB). Ilmu tarekat ini diajarkan hanya berjulah 25 orang pada beberapa tahun awal. Sampai sekitar tahun 1957 tarekat tidak ada penambahan
72
jumlah jamaahnya. Jumlah 25 jamaah pun gabunan dari beberapa wilayah Doplang, Klotok, Prampelan. walaupun hanya memiliki pengikut yang berjumlah dua puluh lima tetapi ajaran tarekat ini tetap terus berjalan (Wawancara Bapak Muh Toyib tanggal 14 Juli 2013 jam 09.00 WIB). Untuk
mempertahankan
ajaran
tarekat
Qodariyah
Wa
Naqsabandiyah sampai saat ini tidaklah mudah kami membutuhkan usaha yang keras bahkan pada tahun 1957 M terdapat konggres yang dilakukan di kota berjan purworejo kami pun datang mengikuti kongkres tersebut demi perkembangan tarekat ini. Ketika itu belum banyak kendaraan seperti pada saat ini, ketika itu saya masih muda dan diajak dengan mengngendarai grobag yang ditarik oleh sapi walaupun jaraknya jauh kami bertiga saya (Pak Muh Toyib), Bah Dul Sahid, dan Bah Dul Hamid datang ke Desa Berjan Purworejo tersebut untuk mengikuti kongres selama 7 hari 7 malam. Konggres itu membahas tentang ajaran-ajaran tarekat Qodariyah Wa Naqsambandiyah yang hasil kongres itu pun digunakan sebagai bahan pengajaran tarekat sampai saat ini dalam bentuk ajaran yang diberikan kepada murid-muridnya yang berupa amalan-amalan misalnya dzikirdzikir. Tarekat ini pada awal mulanya didirikan ajaran ini lakukan di rumah badal-badal yang setiap minggunya melakukan pertemuan selama dua kali dalam seminggu semasa zaman Bah Dul Syahid dan Bah Dul Hamid, yaitu malam Selasa dan malam Jum‟at. Ketika malam Jum‟at
73
dilakukan di rumah Bah Dul Sahid dan malam selasa di rumah Bah Dul Hamid. Tetapi berubah menjadi tiga kali dalam satu minggu setelah Bapak Muh Taslim juga diangkat menjadi seorang badal di tempatkan pada malam Ahad. Walaupun tarekat ini tidak mengalami perkembangan secara siknifikan tetapi para pengikut ajaran tarekat ini tidak putus asa walaupun reaksi masyarakat diam kala itu hanya orang-orang tertentu yang mau mengamalkanya mereka tidak lantas putus asa dan terus mengamalkan ajaran tarekat yang telah mereka anut. Setelah selang beberapa tahun pendiri tarekat ini wafat sekitar 10 tahun, karena pengikut tarekat ini sudah tua-tua dan sudah banyak yang meninggal, salah satunya Bah Dul Sahid sendiri sebagai pendiri kemudian disusul oleh pendiri kedua Bah Dul Hamid. Kemudian tarekat ini di teruskan oleh anak-anaknya, Bah Dul Sahid sendiri digantikan menantunya Bapak Yasin dan Bah Dul Hamid pun diteruskan oleh putranya Bapak Muh Toyib yang kala itu juga diajak ke Desa Berjan Purwokerto untuk mengikuti kongres. Beliau berdua akhirnya juga dijadikan badal dan yang pengangkattannya pun sudah bukan Bapak kyai Muhamad Ali Sempu karena beliau juga sudah wafat ketika itu, melainkan putranya Kyai Ismail. Setelah para pendirinya wafat beliau berdualah yang menggantikan pengajaran tarekat ini yaitu Bapak Yasin dan Bapak Muh Toyib.
74
Setelah pergantian kepemimpinan Badal, tarekat ini mengalami sedikit mengalami kemajuaan. Pengikut yang dahulu sudah banyak yang meninggal karena usianya yang sudah sangat tua, tetapi akhirnya disusul juga pengikut-pengikut baru yang masuk mnjadi anggota tarekat. Karean mereka berdua juga kualahan dalam mengajarkan tarekat akhirnya tidak lama kemudian setelah beberapa tahun berjalan tarekat ini mengangkat badal baru yang bernama Bapak Muh Taslim. Seiring waktu berjalan tarekat ini sedikit demi sedikit mengalami perkembangan yang sangat pesat apalagi setelah bapak mustaslim masuk menjadi badal tarekat. Hal ini dikarenakan kepiayaweannya beliau Bapak Muh Taslim sendiri dalam berkomunikasi kepada siapa saja yang awal mulanya berbincang-bincang dimana-mana akhirnya orang-orang itu atas kemauannya sendiri dan juga tidak lupa dengan pelantaranya Bapak Muh Taslim sendiri banyak orang yang tertarik masuk dan mau dibaiat menjadi anggota jamaah tarekat. Awal kalinya yang tarekat ini diajarkan di tempat badal dua orang akhirnya digantikan menjadi tiga orang yaitu ditambah rumahnya Bapak Muh Taslim. Kemudian juga yang awal kalinya tarekat ini hanya dua kali dalam seminggu kemudian ditambah satu kali dalam seminggu yaitu menjadi malam Akhad, malam Selasa, dan malam Jumat. Ajaran tarekat ini sedikit demi sedikit mulai berkembang dengan istilah lain sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, berkat kegigihan dan keuletan para pemimpin tarekat di Desa Doplang. Setelah pengikutnya
75
bertambah banya merka para badal sangat kualahan untuk mengajarkan tarekat kepada pengikutnya mereka bertiga pun mengusulkan adanya badal-badal baru kepada Bapak Kyai Ismail yang diharapkan akan membantu mereka mengajarkan tarekat. Pada sekitar tanun 2000 para pengikut ini melakukan sebuah kesepakatan ingin mendirikan sebuah Mushola, dengan tanah atas wakaf dari salah seorang badal yaitu miliknya Bapak Muh Taslim dengan ukuran kurang lebih 12 x 7 m. Tetapi dalam pendiriannya ini sempat terbengkalai dalam setahun itu hanya berupa wacana dan rencana, walaupun tanahnya sudah ada tetpi segi pendanaannya yang menjadi kendala. Selang 10 tahun kemudian baru rencana itu terrelokasi. Segi pendanaanya dibebankan kepada para jamaah tarekat melalui kesepakatan bersama. Disamping itu juga banya yang menyumbangkan tenaga dan juga harta untuk mendirikan bangunan ini misalnya kayu sebagai kusen. Awal mula rencana bangunan ini ingin dijadikan mushola tetapi berhubung dalam jangka waktu tersebut sudah terdapat Mushola akhirnya bangunan itu bukan dinamakan Mushola melaikan aula yang hanya digunakan sebagai kegiatan tarekat. Bangunan itu resmi dan digunakan sekitar tahun 2009 tetapi juga belum dalam bentuk yang sempurna Karen masalah kendala pembiayaan kemudian bertahap mengalami perbaikan. Jumlah jamaah sampai sekakarang ini berjumlah 100 orang lebih, dengan 12 badal dengan pengajar yang berbeda-beda. F. Susunan Silsilah Tarekat Qodariyah Wa Naqsabandiya
76
Tarekat Qodariyah Wa Naqsabandiyah ini memiliki susunan silsilah yang sudah jelas dan tidak terputus dari awal sampai akhir berikut ini adalah susunan silsilah tarekat tersebut : 1. Allah Robul Alamin 2. Jibril Alaihi Syalam 3. Syaiduna Muhamad Habibullah 4. Babul Ilmi Sayduna Ali Bin Abi Tholib 5. Syahidu Syaidunal Khusen 6. Syeikhulimam Zaenal Abiding 7. Syeikhu Muhamad Bakir 8. Syaikhu Imam Jakfar Shodiq 9. Syekhu Musal Khadim 10. Syekhu Abi Khasan Aliyubnu Musa Ridho 11. Syekhu Abi Mah Fudhul Makruful Kharokhi 12. Syeikhu Syairidinu Syaqothi 13. Assyaidul Thoifatul Arifussyaikhul Junaidhiyul Bakhdadi 14. Syeikhu Abi Bakaru Syibli 15. Syeikhu Abi Fatdhli Ngabdul Wakhidhul Timaymy 16. Syeikhu Abi Faroqi Turtusi 17. Syeikhul Abi Khasan Aliyubnu Abi Yusuf Hakari 18. Syeikh Ibnu Syaidul Mubaroq Ibnu Ali Lakhzumi 19. Syultonu Auliyak Qutbi Gausi Syeikhu Abdul Qodhir Jailani 20. Syeiku Abdul Aziz
77
21. Syeikh Muhamad Hatak 22. Syeikhu Syamsudin 23. Syaikhu Syarifudin 24. Syeikhu Nurudin 25. Syeikhu Waliyudin 26. Syeiku Khisamudin 27. Syaikhu Yahya 28. Syaiku Abi Bakar 29. Syaiku Abdurrokhim 30. Syaiku Usman 31. Syaiku Abdul Fatah 32. Syaiku Muhamad Murodhi 33. Syaikhu Syamsyudin 34. Syaikhu Khotibu Syambas 35. Khodimul Ngilmi Filmasjidil Kharom Syaikh Abdul Karim Mukimi Fisuki Laili Karim 36. Syaikhu Zarkasi Berjan 37. Syaikhu Umar Payaman 38. Syaikh Ali Sempu 39. Syaikhu Ismail Ali Sempu Sedangkan yang masih menjadi mursyid penerus yang masih aktif mengajarkan ajaran tarekat kepada jamaahnya adalah Bapak Ismail Sempu. Beliau sampai ditahun ini masih menjabat sebagai guru mursyid yang
78
membawahi jamaah tarekoh qodariyah wanaqsabandiyah hingga sekarang. Dan yang dijadikan guru pula oleh jamaah tarekat Qodariyah Wa Naqsabandiyah di Desa Doplang. G. Pendanaan Kegiatan Tarekat Untuk kegiatan tarekat ini juga ada pendanaan tertentu. Untuk penerikan kegiatan kas tarekat tidak pasti berapa jamaah yang harus di bayar. Untuk kegiatan oprsiyonal sehari-hari diambilkan dari uang infak yang terkumpul pada setiap kegiatan ritual tarekt berlangsung 3 kali dalam satu minggu. Setiap ada kegiatan tarekat baru pengurus memintakan iuran kepada para jamaah untuk besarannya tergantung jenis kegiatan misalnya untuk kegiatan perbaikan gedung tahun ini para jamaah dibebankan iuran sebesar Rp 300.000,00 dan kegiatan Khol para jamaah dibebankan membayar 50.000,00 dengan beras sebesar 5 kg. Untuk kegiatan-kegiatan silaturahmi misalnya ke rumah guru Mursyid di Payaman Sempu jamaah di suruh membayar sendiri dan memberi uang saku atau bingkisan untuk di berikan kepada guru Mursid yang besarnya tidak disebutkan nominalnya atau seikhlasnya dan semampuny jamaah. Untuk pembiyayaan lain anggota yang mendapat musibah mendapat santunan dari jamaah tarekat yang besarnya Rp 300.000,00 yang diambilkan dari uang kas jamaah. H. Badal Tarekat di Desa Doplang Badal sendiri adalah guru pembantu mursyid yang bertugas mengajarkan ajaran tarekat di daerah tersebut. Karena memang di Desa
79
Doplang setelah bah Dul Syahid wafat sekitar tahun 1959 M tidak atau belum ada lagi mursyid baru yang ditunjuk oleh bapak kyai ismail selaku mursid jamaah tarekat Qodariyah Wa Naksabandiah untuk menaungi jamaah tarekat di Desa Doplang untuk menjadi seorang mursyid pengganti dari Bah Dul Syahid setelah wafat. Di desa ini hanya ada bakdal yang tugasnya adalah membantu mursyid mengajarkan ajaran tarekat. Jumlah badal di Desa Doplang sendiri berjumlah 12 orang, yang terbagi menjadi 9 orang laki-laki, dan 3 orang perempuan diantaranya badal-badal tersebut adalah sebagai tersebut : No
Nama
Alamat
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
1
Bapak Yasin
Doplang Krajan
75
SD
Petani
2
Bapak Muh Toyib
Doplang Jatisari
76
SD
Pensiun PNS
3
Bapak Muh Taslim
Doplang Jatisari
69
SD
Pensiun PNS
4
Bapak Muh Amin
Doplang Jatisari
56
SD
Modin
5
Bapak Karsono
Doplang Jatisari
50
SD
Petani
6
Bapak Jasman
Doplang Jurangsari
52
SD
Petani
7
Bapak Suwarno
Doplang Sekopek
52
SMA
Petani
8
Bapak Saeri
Doplang Jatisari
63
SD
Petani
9
Bapak Jamroji
Doplang Kalijamak
71
SD
Petani
10
Ibu Jumirah
Doplang Krajan
56
SD
Pensiun PNS
11
Ibu Suliyati
Doplang Jatisari
57
SD
Petani
12
Ibu Kusminah
Doplang Jatisari
68
SD
Petani
80
Tarekat Qodariyah Wa Naqsabandiyah di Desa Doplang ini sendiri juga memiliki susunan pengurus khusus yang menaungi wilayah di Desa Doplang. Walaupun sebenarnya sudah terdapat susunan pengurus di wilayah pusat yaitu Sempu Payaman Magelang. Adapun susunan pengurus dalam tarekat tersebut adalah : Ketua
: Bapak Karsono
Sekertaris
: Bapak Muh Amin alias Muhsinin
Keuangan
: Ibu Jumirah
Seksi
: Bersifat tidak tetap berubah-ubah sesuai kegiatan yang dilakukan/ pembentukan dilakukan ketika melakukan suatu kegiatan misalnya terdapat kegiatan khol dari acara tersebut baru dibentuk seksi-seksi kemudian seksi-seksi ini bubar setelah acara selesai begitu seterusnya dan akan dibentuk lagi ketika acara kegiatan berikutnya.
I. Tujuan Utama Tarekat Qodariyah Wa Naksabandiyah Karena tarekat tersebut juga sebuah perkumpulan maka tarekat tersebut juga memiliki sebuah tujuan utama. Adapun tujuan utama tarekat Qodariyah Wa Naqsabandiyah di Desa Doplang adalah sebagai berikut: Menurut pemaparan dari sesepuh ajaran tarekat ini tarekat Qodariyah Wa Naksabandiyah memiliki tujuan yaitu “ Mendekatkan diri
81
kepada Allah SWT “ dikutip dari bapak Muh Taslim obserfasi pada tanggal 8 Juli 2013 dikediaman beliau Doplang Jatisari. Tidak jauh berbeda pengertian tersebut dengan pemaparannya bapak Muh Toyib
yang juga sesepuh tarekat Qodariyah Wa
Naksabandiyah yang juga seorang badal tareka tersebut menyebutkan dengan makna yang sama tetapi berbeda penyampaiaan bahasanya yaitu “Hanya untuk makrifatullah” (wawancara tanggal
14 Juli 2013
dikediaman beliau Bapak Muh Toyib Desa Tulung Bawen). J. Syarat Menjadi Anggoa Tarekat Untuk menjadi sebuah anggota jamaah tarekat Qodariyah Wa Naksabandiyah di Desa Doplang harus mengikuti sebuah persyaratan terlebih dahulu. Sebelum melakukan persyarat itu walaupun telah mengikuti kegiatan tarekat bertahun-tahun
tetap belum diakui sebagai
anggota jamaah tarekat. Karena syarat awal untuk menjadi anggota jamaah tarekat tersebut adalah menjalankan prosesi baiat kepada guru mursid itu pun harus menghadap secara langsung kepada seorang guru mursid itu berada jikalau mursid itu berada di Desa Doplang bisa baiat di Desa Doplang tetapi jika guru mursid tidak berkunjung ke Desa Doplang maka harus melakukan baiat di Payaman Sempu. Maka tempat pembaiatan bias dilakukan di Payaman maupun di Desa Doplang tergantung guru mursyid berada.
82
Syarat masuk tarekat ini adalah baiat di sempu, waktu baiat harus melewati guru mursyid dan bias juga dilakukan di Desa Doplang jika bapak ismail datang ke desadoplang. Baiat itu berisi janji yang berupa tauhid amalannya ada bukunya sendiri dari Sempu ( Bapak Muh Toyib, 18 Juli 2013 pukul 09.00 WIB). Baiat adalah janji dari guru untuk amalan-amala tarekat. Cara baiat ini sendiri murid menghadap ke timur dengan guru menghadap ke barat (Bapak Muh Taslim tanggal, 8 Juli 2013). Kegiatan tarekat dilakukan 3 kali dalam satu minggu yaitu malam Minggu, malam Selasa, malam Jumat isi dari kajian pada hari-hari tersebut diantaranya: 1. Malam Minggu Isi kajian pada malam minggu adalah sebuah materi yang membahas tentang bab - bab bagian tentang syariat karena diharapkan pengikut tarekat tidak hanya menguasai dzikir, cerita pintar membaca dan mnulis tetapi juga paham dengan syariat agama karena syariat ini juga sangat penting untuk kehidupan mencapai makrifatullah adapun materi syariat tersebut adalah materi-materi sepele tetapi sangatlah penting materi itu diantaranya adalah bab syahadat, sholat, puasa, wudhu dan masih banyak lagi yang tidak bisa dijelaskan secara panjang lebar ( Wawancara Bapak Muh Taslim tanggal, 8 Juli 2013). 2. Malam Selasa
83
Pada malam selasa kegiatan tarekat adalah khotaman dan tawajuhan. Khotaman sendiri mengamalkan amalan-amalan yang sudah diberikan kepada guru mursyid sedangkan kegiatan tawajuhan adalah mendapat bimbingan dari para badal atau istilah lain adalah pembelajaran dari para guru yang diberikan kepada murid (Bapak Muh Toyib, 14 Juli 2013 pukul 09.00 WIB). 3. Malam Jumat Pada pertemuan malam jumat ini juga berisi kegiatan-kegiatan khotaman dan tawajuhan tetapi juga menambahkan bacaan-bacaan tahliluntuk mengirim doa kepada para arwah. K. Ritual Tarekat Dalam tarekat Qodariyah Wa Naksabandiyah memiliki ritual yang isi dari ritual itu adalah amalan-amalan yang diberikan dari guru mursyid melalui badal adapun amalannya itu adalah sebagai berikut ( wawancara Bapak Muh Taslim tanggal, 8 Juli 2013 ): 1. Dzikir jahar dan sir. Dzikir jaher yaitu bacaan tahlil, kalimat toyibah yang dibaca sebanyak 165 kali dalam sehari sedangkan dzikir Dzikir siri yang dimasukkan dalam latifah tuju yaitu juga bacaan allah allah sebanyak 7000 kali dalam sehari semalam bisa dikatakan
Bentuk
dzikirnya ada 2 yaitu: a. Dzikkir Ism Al-Dzat (Allah) Dzikir yang wajib diamalkan oleh jamaah pengikut tarekat Qadiriyah wa Naqssabandiyyah dengan tujuan utamanya untuk
84
mengingat nama yang haqiqi serta mengingat keesaan Allah SWT. Cara melakukannya dengan sir sedangkan sir merupakan dzikir yang dilakukan di dalam hati, yang diawali dengan mengucapkan nama Allah berulang-ulang sampai 7000 ribuan kali (dihitung dengan butiran tasbih), dengan hanya mengingat kepada Allah semata. b. Dzikir Binafiy Wa Isbat Dzikir ini dilaksanakan dengan cara lisan disertai dengan menggunakan hati. Dzikir ini sangat disarankan untuk mengikut sertakan gerakan anggota tubuh dalam berdzikir. Adapun dzikir yang diucapkan adalah kalimat toyyibah La illaha illalloh dengan disertai dengan pengaturan napas, dan membayangkan seperti jalan (garis). Aturan dalam mengucapkan dzikir dalam ajaran tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyyah yakni : Bunyi la diucapkan dengan permulaan dari daerah pusar terus ke atas sampai ke ubun-ubun. Bunyi illaha turun ke kanan dan berhenti diujung bahu kanan kemudian, kata illa dimulai dan turun melewati bidang dada, sampai ke jantung, dan kearah jantung inilah kata terakhir Allah dengan dihujamkan sekuat tenaga. Dzikir ini merupakan ritual pokok yang harus diamalkan oleh para jama‟ah tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyyah. Setiap selesai melaksanakan ibadah shalat fardu baik diamalkan dengan berjama‟ah ataupun personal. Dalam membaca dzikir tersebut, jamaah tetap dalam posisi duduk serta diikuti dengan menggerakan kepala sesuai dengan aturan dalam dzikir ini.
85
2. Tawajahan Adalah amalan dari ijazah guru berupa dzikir. Diterangkan sebuah pelajaran yang membahas sebuah amalan dengan buku khusus yang diberikan dari smpu. Penyampaiaannya
seperti pelajaran antara
guru dengan murid seperti halnya yang dilakukan dalam sekolah umum pada umumnya. Disini
adalah tugas para
badal-badal
untuk
menerangkan dan mengajari para murid-murid pengikut ajaran tarekat. Adapun proses penerimaan materinya ada yang lamban dan ada juga yang sangat cepat. Sebelum melaksanakan tawajuhan maka dimulai dengan tawasul membaca surat Al-Fatikhah ditunjukan untuk Nabi Muhammad SAW, Orang tua Nabi dan sahabatnya, para mujtahid, serta Mursidnya dan ahli silsilah tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyyah, dan muslimin, muslimat pada umumnya. Adapun kalimat dzikir yang dibaca saat tawajuan yaitu: a.
Membaca sholawat Nabi.
b. Membaca surat alam nasroh. c.
Surat Ikhlas.
d. Allahumma Ya Qadiyal. e. Allahumma Ya Arhamarrakhimin sebnyak seratus kali. f. Ya Latif sebnyak seribu kali.
86
Kemudian melaksanakan dzikir sir dalam hati sebanyak seratus enampuluh kali kali.
3. Khataman Khotaman mulai pembacaan amalan ini dibaca dari surat Alamnsroh sampai surat An Nas dan Al Fatihah sebagai penutup. Dalam pelaksanaanya dibaca secara berjama‟ah setelah shalat maghrib dan dzikir wajib. Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada setiap malam Akhad, malam Selasa dan malam Kamis dipimpin oleh badal-badal yang sudah ditunjuk. Khataman biasanya dimulai dengan membaca alFatikhah yang dikhususkan kepada para mursyid sampai kepada Rosulullah, dan diteruskan dengan membaca do‟a-do‟a yang telah ditetapkan dan diakhiri dengan Do‟a 4. Sewelasan/ Manaqib Sewelasan dilakukan setiap 1 bulan sekali berisi pengabdian kepada allah,juga pembacaan kitab Manakib yang dipimpin oleh bapak Karsono. Dalam tradisi ritual Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyyah, selain amalan harian (dzikir jahr dan dzikir sir) terdapat juga amalan bulanan (Manaqib). Manaqib dapat diartikan biografi, riwayat hidup seorang tokoh yang dianggap shaleh, alim, dan mempunyai karamah. Dalam Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyyah, Manaqib yang dibaca pada tiap tanggal 11 bulan hijriyah adalah Manaqib Abdul Qadir alJailani, tokoh pendiri Tarekat Qadiriyah.
87
5. Khol kanjeng Nabi Muhamad SAW, Syekh Abdul Qodir al Jailani ra, dan para guru-guru semua, dan bagi mukmin muslim sedunia yang dilakukan c.
Pemahaman Tarekat Menurut Jamaah Wawancara awal peniliti ditujukan kepada para sesepuh badal jamaah tarekat yang berpuluh-puluh tahun mengajarkan dan mengamalkan ilmu tarekat di Desa Doplang peneliti hanya mengambil sempel yang bisa dipahamai menurut jamaah tarekat tersebut karena memang kebanyakan jamaah ketika ditanya para jamaah mengatan ingin mengaji dan sebagian tidak tahu tentang makna tarekat dan bingung ketika ditanya tentang tarekat bahkan banyak jamaah tarekat jika ditanya mereka menjawab saya mengikuti bakdal saya pokoknya ” madep ngarep dengan guru tarekat”. Seperti diungkapkan oleh Bapak Sami‟in ketika saya mewawancarai beliau pada tanggal 10 Agustus 2013 yang mengatakan: “Pokoknya saya manut badal dan para guru tarekat wes ngono wae ra aneh aneh.”
Kemudian ketika peneliti tanya lebih dalam tentang Pengertian yang didapatkan dari para responden adalah sebagai berikut. Tarekat adalah jalan (Wawancara Bapak Sami‟in tanggal 10 Agustus 2010). Hanya itu saja yang mampu dijawab Bapak Sami‟in walaupun memang bisa dibenarkan bahwa tarekat adalah jalan. Dan ketika saya tanya hal-hal yang lain tentang pengertian menurut bahasa beliau tidak
88
bias menjelaskan lebih lanjut dengan wajah kebingungan. Tidak jauh berbeda pendapatnya Ibu Sarimah hanya beliau menambahkan kata di belakang pengertian tarekat Tarekat adalah jalan kelak kalau kita meninggal ( Wawancara ibu Sarimah tanggal 10 Agustus 2013).
Sedikit berbeda pendapatnya yang dikemukakan oleh Ibu Minah ketik peneliti wawancarai. Dengan jawaban yang agak ngotot sambil memakai mukna dan bertasbih membaca dzikir menghadap kiblat beliau menerangkan Tarekat adalah Qodariyah Wa Naksabandiyah dengan guru mursyid ( Wawancara Ibu Minah tanggal 10 Agustus 2013). Ketika peneliti tanyakan kembali kepada ibu Minah tentang pengertian tarekat beliau menegaskan kembali Bahwa tarekat kita adalah Qodariyah Wa Naksabandiyah. Hanya itu yang mampu dijawab oleh Ibu Minah. Karena memang para jamaah banyak yang tidak mengetahui apa arti dari kata tarekat tersebut maka peneliti menanyakan arti kata tarekat dari para sesepuh sekaligus badal-badal tarekat Qodariyah Wa Naksabandiyah yang ada di Desa Doplang adapun kutipan jawaban dari para badal tersebut adalah sebagai berikut Tarekat adalah jalan untuk Makrifatullah (Wawancara Bapak Muh Toyib tanggal 14 Juli 2013).
89
Begitu juga pendapat yang peneliti dapatkan
dari hasil
wawancara yang dilakukan oleh Bapak Muhtaslim beliau mengatakan Tarekat Qodariyah Wa Naqsabandiyah adalah ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah lewat guru mursyid yang silsilahnya sudah jelas dari guru mursid yang membaiat sampai Allah SWT ( Wawancara Bapak Muh Taslim tanggal 8 Juli 2013). Berbeda halnya ketika peneliti tanykan kepada pemimpin tarekat di Desa Doplang Bapak Karsono beliau malah enggan menerangkan lebih dalam tentang arti kata tarekat dengan dalih bingung ingin menjelaskannya jika di gunakan untuk tugas sekolah dan jika di jelaskan kata Bapak Karsono tidak akan selesai dalam waktu satu hari, hasil yang diperoleh dari wawancara tantang pengertian tarekat yang di tujukan oleh Bapak Karsono Karsono tanggal 12 Agustus 2013 ) adalah sebagai berikut: Tarekat adalah saya dak bias menerangkan secara detail tentang tarekat kalau saya terangkan tidak selesai ( Wawancara Bapak Karsono, 14 Agustus 2013). Walaupun tida banyak jamaah tarekat yang tau akan arti dari kata tarekat tersebut tetapi ada beberapa jamaah yang tahu akan arti dari kata tarekat walaupun tidak begitu jelas dalam menjelaskan pengertian tarekat. d.
Implementasi Ajaran Tarekat Terhadap Prilaku Sosial Jamaah Terdapat dua hal yang dapat di ambil dari temuan peneliti tentang kaitannya implementasi ajaran tarekat terhadap prilaku jamaah yaitu dalam
90
hal kaitanya dengan ibadah kepada Allah dan dengan hubungan dengan sesama manusia. Dalam kaitanya hubunganya dengan Allah terutama dalam hal mahdoh peneliti mendapatkan hal-hal sebagai berikut 1. Dalam Menjalan Sholat Para jamaah lebih rajin menjalankan sholat di bandingkan sebelum mengikuti jamaah tarkat seperti yang didapatkan peneliti yang diperoleh dari hasil temuan peneliti dilapangan adalah sebagai berikut: Ketika itu saya tidak sengaja saya mampir ke rumah beliau Bapak Tukiran. Di sebuah ruangan yang berukuran 3 X 2 m ruangan yang kecil dan bersih. Di ruangan tersebut terdapat berbagai alat peribadatan seperti sarung yang berjumlah empat buah, sajadah, tasbih, dan peci. Bapak Tukiran adalah seorang muslim yang sebelum masuk ajaran tarekat beliau tidak mengenal akan yang namanya ibadah bahkan jauh dengan kata halal. kegiatan sehari-hari hanya dilakukan kerja dan bekerja siang dan malam hanya untuk mengejar kehidupan dunia. Beliau jarang pulang kerumah dan kesehariannya hanya dihabiskan ke sawah. Terjadi perubahan secara pesat ketika beliau masuk mengikuti ajaran tarekat. Yang sebelumnya beliau tidak pernah sholat sekarang beliau rajin menjalankan ibadah, baik sholat dan puasa, mengikuti berbagai pengajian yang ada. Yang dahulu beliau sehari-hari hanya menghabiskan waktu di sawah sekarang sudah berubah beliau pulang dikala siang dan sore dan sudah tidak pernah tidur disawah. Bahkan di sebuah gubuk tempat istirahatnya disawah pun terdapat peralatan ibadah dan tempat untuk mandi dan wudhu disediakan khusus untuk beribadah bahkan untuk mum pula (Observasi tanggal 9 Agustus 2013). Wawancara yang ditujukan kepada Bapak Siyo juga dapat dikatakan mengalami perubahan dalam hal sholat beliau mengatakan:
91
Kalau diri saya ikut tarekat cara sholat bisa lebih rajin karena telah memiliki guru ngaji sholatnya bisa rajin dan bisa dilakukan sebenarnya bisa dilakukan (Wawancara kepada Bapak Siyo tanggal 10 Agustus 2013). Begitu pula temuan observasi yang dilakukan peneliti yang dilakukan oleh bapak sukir yang dilakukan beberapa kali kesimpulan temuan itu adalah Bapak Sukir banyak perubahan setelah mengikuti kegiatan tarekat ini, dulu awalnya beliau yang tidak mengenal halal haram sekarang beliau juga mengenal halal dan haram, kemudian sebelumnya beliau tidak pernah solat akhirnya sekarang rajin sholat setelah mengikuti tarekat. Cara menjalankan rukun sholat pun sudah betul di banding awal-awal kalinya ketika masuk tarekat. Tetapi disisi lain banyak dari jamaah tarekat yang tertidur ketika di minta membacakan Tahlil di lingkungan tetangga sekitar. Beliau sebagian besar adalah kaum bapak-bapak. Padahal bacaan bacaan yang diamalkan pun banyak kesamaan dari ajaran tarekat tersebut. ( Observasi tgl 20 Agustus 20013, jam 19.30 WIB) 2. Menjaga Tertib Sholat Temuan yang dilakukan oleh peneliti tentang bagaimana jamaah menjaga tertib sholat baik dalam segi waktu, pakaian yang peneliti dapatkan dari hasil observasi beberapa anggota tarekat yang rutin jamaah ke masjid raudhotul jannah yang dilakukan dalam waktu 1 minggu a. Dalam Segi Waktu Masih banyak jamaah yang menjalankan sholat tidak tepat pada waktunya walaupun semua jamaah telah menjalankan sholat. Hal tersebut dikarenakan waktu adzan digunakan sebagai waktu
92
penanda berhenti bekerja tetapi tidak untuk sholat maghrib, isyak dan subuh para jamaah menjalankan sholat tersebut tepat pada waktunya. b. Dalam Segi Pakaian Para jamaah umumnya berganti pakaian ketika ingin menjalankan sholat hal ini dikarenakan kebiasaan warga sendiri dalam berpakaian karena mayoritas pengikut tarekat ini adalah sebagai petani dan mengunakan pakaiaan bekas yang sudah jelek ketika digunakan kesawah kemudian ketika ingin mengerjakan shoat pakaian itu diganti dengan pakaian yang bagus setelah mandi. Baru menjalankan ibadah solat karena itu sudah menjadi tradisi masyarakat Desa Doplang.
3. Akhlak Kepada Tetangga Tetapi berbeda kaitannya dengan kehidupan bermasyarakat sangat berbeda dengan hasil yang ditemukan dilapaangan jikalau bab ibadah para jamaah mengalami perubahan tetapi lain halnya dengan cara bersosial dengan sesama tetangga. Seperti halnya pengakuan yang diutarakan oleh bapak Diyon beliau mengatakan Kalo masalah hubungan dengan manusia memang sangat sulit ya kami belum bias untuk menghilangkan hal-hal seperti menggunjing, memfitnah karena gimana ya itu masih bersifat manusiawi lah sebenarnya ajaran tarekat ini tidak memperbolehkan hal-hal seperti tadi menggunjing memfitnah dan lain sebagainya tetapi hal-hal tersebut kembali kepada diri kita pribadi tapi ya saya sudah berusaha unuk menghilangkan sifat-sifat yang bersifat menggunjing, dan lainnya tadi tetapi yang namanya manisia ya
93
pelan-pelan kalo saya la wong namanya kita juga kumpul dengan sesame masyarakat. Ya sebernarnya piye yo…. Tapi nek itu ki masalah pribadi kok lek lukman, tapi yo nek kenal tarekat karo urung yo ada bedanya yang kemaren kemaren misalnya ngerembug tanggane kip eng satos sedino dadi setelah ikut tarekat berkurang menjadi lima puluh kali wong kita juga hati kita juga di iseni nggo dikir ngeleng-ngeleng gusti allah merasa kalo kita diaawasi ngono lek Lukman ( Wawancara dengan Bapak Diyon tanggal 10 Agustus 2013 ). Begitu pula pengakuan yang diungkapkan oleh Bapak Siyo beliau mengungkapkan Kalo masalah menggunjing orang dak bisa dihindari. Soalnya orang yang bukan tarekat tetapi membicarakan orang tidak mau ya ada tapi kadang-kadang orang yang ikut tarekat membicarakan orang ya masih banyak soalnya kalo masalah seperti itu ya kaya gitu jadi tidak bisa di yakinkan saya ikut tarekat itu saya sudah tidak membicarakan orang itu tidak biasa masih semua orang yang ikut tarekat masih membicarakan orang lain ( Wawancara Bapak Siyo tanggal 11 Agustus 2013 ). 4. Masalah Keduniyaan Kaitannya degan masalah keduniyaan para pengikut tarekat ini memiliki pengakuan yang hampir sama seperti pengakuan yang peneliti dapatkan dari Bapak Siyo, Ibu Minah Dan Bapak Karsono Ditambahkannya juga oleh bapak Siyo beliau mengatakan “Memburu duninya itu ya masih, masih banyak masih semua orang seperti itu. Klo namanya membicarakan orang itu kalo namanya orang awam masih sama saja dimana2 sama saja tergantung lisannya masing-masing mengucapkan”. Tidak saja Bapak Siyo pengakuan Ibu Minah juga memberikan pengkuan senada Kalo urippe manusia nek dunia masih sama ya urip dok donyo yo buru dunyo ( Wawancara dengan Ibu Minah tanggal 11 Agustus 2013).
94
Pak karsono ketua jamaah torikot mengatakan hal yang sama, ada bedanya orang yang sudah mengikuti kegiatan tarekat dengan sebelum mengngikuti kegiatan tarekat Ya ada bedanya menurut saya orang yang sudah masuk tarekat tapi kan itu…. mau menerangkan yo piye yo kalo kanggo sekolahki. Ya istilahe ada tasbeh kalo biasanya kata anak kecilnya hanya buat kalung leher kesana kemari sekarang tahu tasbeh itu untuk ngubengke dzikir. Jatanya ngrundeli juda seng bien akeh ya rado berkurang (Wawancara Bapak Karsono tanggal 14 Agustus 2013 ). Ada perbedaannya orang yang awalnya belum mengikuti tarekat dengan setelah mengikuti kegiatan tarekat tersebut.
95
BAB IV PEMBAHASAN Untuk dapat menjalankan ajaran tarekat seperti yang telah dicontohkan oleh syaikh Abdul Qodir Jailani itu memang tidaklah mudah. Apalagi mengamalkan ajaran tarkat dalam kehidupan sehari hari memang tidak mudah seperti apa yang sudah ada dalam teori teori yang ada. Apalagi bagi orang awam seperti masyarakat pada umumnya Harus memiliki tekat dan jiwa yang sangat kuat. Walaupun banyak jamaah yang mengikuti kegiatan tarekat ini tetapi hanya beberapa yang mampu menjalankan tarekat ini dengan baik itupun kadang juga masih banyak sekali kekurangan. kesulitan ini juga diakui oleh bapak Samingin yang sudah mengikuti ajaran tarekat ini bertahun-tahun tidak mungkin orang bias menyamai tarekat yang dilakukan oleh syekh Abdul Qodir Jailani apalagi kanjeng Nabi Muhamad SAW. sangatlah mustahil dan tidak akan bias. Tarekat Qodariyah Wa Naqsabandiyah ibarat sebuah pepatah bahwa sedekit demi sedikit lama-lama menjadi bukit yang penulis kutip dari bapak Muh Toyib. Walaupun perkembagannya sempat tertatih-tatih dan hanya bebeapa pengikut yang mengikuti ajaran tarekat ini tetapi tokoh tokoh pendiri awal ajaran tarekat ini yaitu bah dul sahid dan bah dul khamid tetap gigih mempertahankan ajaran tarakat ini hingga sampai saat ini masih berdiri dan berkembang hal ini dapat dibuktikan dengan telah
96
memiliki pengikut yang berjumlah seratus lima belas orang yang awalnya hanya berjumlah dua puluh lima orang. Dari segala jeripayah yang dibangun dengan berbagai kendala yang dihadapi akhirnya perkembangan ajaran tarekat ini berkembang dengan pesat dan telah memiliki jamaah empat kalilipat dari sebelumnya ketika awalkalinya berdiri. Itu semua berkat perjuangan yang disertai doa yang luar biasa pula oleh para pendiri dan penerus kegiatan tarekat. Adapun hal yang sudah didapatkan peneliti untuk membahas bab sebelumnya yang dapat di tangkap oleh peneliti dari beberapa hal dari temuan-temuan peneliti yang di dapatkan dari wawancara ataupun observasi yang dilakukan di lapangan yang sesuai dengan rumusan masalah yang ditemukan diantaranya: 1. Latar Belakang Historis Munculnya Tarekat di Desa Doplang Kecamatan Bawen Awal mula tarekat ini masuk di Desa Doplang pada tahun 1948 berawal dari seorang ustad yang bernama Dul Syahid yang masyarakat setempat memanggilnya dengan sebutan akrab Bah Dul Syahid. Yang merasakan tarekat mampu memberikan ketenangan batin bagi mereka yang sudah berusia tua. Karena merek ingin berbagi pengalaman yang mereka dapatkan akhirnya mereka merintis lahirnya jamaah tarekat di Desa Doplang yang diberi nama jamaah tarekat Qodariyah Wa Naksabandiyah.
97
Tarekat tersebut dibawanya dari seorang guru mursyid yang bernama simbah Kyai Muhamad Ali yang berasal dari Sempu Payaman Magelang. Awal mulanya ketika beliau belajar ilmu agama selama lima tahun di Desa Sempu Payaman Magelang. Belaiau pun diangkat menjadi seorang mursyid diperbolehkan mendirikan jamaah tarekat di Desa Doplang. Sepulangnya dari sempu tidak lantas beliau berhenti belajar begitu saja akan tetapi beliu tetap menjalin hubungan dengan bapak kyai Sempu Payaman. Bah Dul Sahid tidak sendiri dalam menjalankan tarekat ini beliau dibantu oleh Bah Dul Hamid yang kemudian mereka berdua sendiri adalah orang-orang pertama kalinya yang merintis awalmula pendirian perkumpulan tarekat di Desa Doplang yang menginduk kepada seorang mursyid tarekat yang berasal dari Sempu Payaman Magelang yang disebut dengan nama tarekat Qodariyah Wa Nasabandiyah. Puluhan tahun jamah tarekat ini berjalan tetapi hanya sekitar 25 jamaah yang mengikuti kegiatan tarekat ini, itu pun gabungan dari dua desa yaitu Desa Mlilir dan Desa Doplang. Mereka tetap gigih pantang menyerah mengajarkan ajaran tarekat. Beliau berdua selalu bersama mengajarkan dan mengamalkan ilmu tarekat. Walaupun dengan kondisi demikian susah senang beliau jalani bersama selama bertahun-tahun. yang selalu bersama Bah Dul Sahid dalam mengajarkan ilmu tarekat.
98
Bertahun-tahun kedua orang ini mengajarkan ajaran tarekat di Desa Doplang. Kemudia karena usianya memang sudah cukup tua Mbah Dul Sahid pun wafat. Ajaran tarekat ini diteruskan oleh Bah Dul Hamid, tetapi karena beliau juga sudah sangat tua selang beberapa tahun beliaupun juga menyusul Bah Dul Syahid wafat. Setelah wafatnya beliau berdua ajaran tarekat ini diteruskan oleh anak-anak beliau. Penggantinya tersebut adalah Bapak Muh Toyib anak Bapak Dul Khamid dan anak menantu dari Bah Dul Sahid yang bernama Bapak Yasin, kemudian beberapa bulan kemudian disusul pengangkatan badal baru yaitu bapak Muh Taslim. Kegiatan tarekat ini kemudian diajaran oleh beliau bertiga. Beliau ini yang kemudikan meneruskan perkembangan tarekat di Desa Doplang hingga berkembang sampai sekarang yang menjadi maju dan memiliki banyak jamaah sekitar 100 orang. 2. Ajaran tarekat Qodariyah wa Naksabandiyah di Desa Doplang Kecamatan Bawen Dalam tarekat Qodariyah Wa Naksabandiyah memiliki ritual yang isi dari ritual itu adalah amalan-amalan yang diberikan dari guru mursyid melalui badal adapun amalannya itu adalah sebagai berikut: e. Dzikir jahar dan sir yaitu bacaan tahlil, kalimat toyibah yang dibaca sebanyak 165 kali dalam sehari. Amalan ini harus di baca setiap hari dan boleh di baca di waktu kapan saja. Sedangkan dzikir siri yang dimasukkan dalam latifah tuju yaitu juga bacaan Allah Allah
99
sebanyak 7000 kali dalam sehari semalam. Dzikkir ini dibdakan menjadi dua yaitu dzikir Ism Al-Dzat adalah dzikir yang wajib dibaca oleh para jamaah tujuannya adalah untuk mengingat Allah SWT. secara haqiqi dan mengingat keesaan Allah. Dzikir ini dilakukan dengan sir didalam hati. Selanjutnya yaitu dzikir Binafiy Wa Isbat yaitu dzikir yang dilakukan secara lisaan disertai gerakan gerakan tubuh misalnya menggelengkan kepala tujuannya adalah lebih mengkhusukan dzikir. f. Tawajahan adalah amalan dari ijazah guru berupa dzikir. Diterangkan sebuah pelajaran yang membahas sebuah amalan dengan buku khusus yang diberikan dari Sempu. Penyampaiaannya seperti pelajaran antara guru dengan murid seperti halnya yang dilakukan dalam sekolah umum pada umumnya. Disini adalah tugas para bakdal-bakdal untuk menerangkan dan mengajari para murid-murid pengikut ajaran tarekat. Adapun proses penerimaan materinya ada yang lamban dan ada juga yang sangat cepat g. Khotaman merupakan pengucapan sekaligus penyelesaian dari dzikir yang diijazahkahkan dari guru kepengikut jamah mulai pembacaan amalan ini dibaca dari surat Alamnsroh sampai surat An Nas dan Al Fatihah sebagai penutup h. Sewelasan dilakukan setiap 1 bulan sekali berisi pengabdian kepada allah, juga pembacaan kitab Manakib yang dipimpin oleh
100
bapak Karsono. Nama sewlasan ini diambil dari kata sebelas karena kegiatan ini dilakukan setiap tanggal sebelas. i. Khol kanjeng Nabi Muhamad SAW, Syekh Abdul Qodir al Jailani ra, dan para guru-guru semua, dan bagi mukmin muslim sedunia di harapkan kegiatan ini untuk selalu mengenang jasa-jesa pemerkarsa sjaran tarekat dari awal hingga sampai para guru-guru yang mengajarkan kepada mereka. 3.
Pemahaman Tarekat Menurut Jamaah Kegiatan Tarekat. Masih banyak para pengikut jamaah tarekat yang belum paham akan pengertian dari kata tarekat walaupun ada beberapa orang yang tahu akan pengertian dari kata tarekat tetapi hanya sebatas arti dalam arti menurut bahasa yaitu jalan begitu saja pemahamanya. Seperti wawancara yang dilakukan kepada babak sami‟in, Bapak Diun dan Bapak Karsono yang beliau tahu akan arti dari kata tarekat yaitu jalan. Memang keika peneliti telisik lebih dalam kepada para jamaah mereka belum pernah dijelaskan mengenai pengertian tarekat tersebut sehingga para jamaah tidak tahu dan tidak paham akan pengertian tarekat. Itu pun diakui aleh sesepuh badal tarekat bapak Muh Taslim yang mengatakan belum pernah sama sekali kami menerangkan apa itu tarekat kepada para jamaah. Sehingga bisa dimaklumi para jamaah tidak semua tahu akan makna dari tarekat itu sendiri. Padahal menurut peneliti pengertian ini mutlak diketahui para jamaah untuk peros perubahan kedepan ibarat orang melihat bis dan menaiki sebuah bus
101
tersebut kalau tidak tau fungsi bus untuk apa dan tujuannya kemana alhasil menjadi kebingungan orang-orang yang ingin mengendarainya. Para jamaah yang masuk anggota ini mayoritas orangorang awam yang belum sepenuhnya tahu tentang ajaran Islam. Mereka mengikuti tarekat ini krena mereka ingin menimbah ilmu agama yang dirasa para jamaah selama ini belum mendaptkan ilmu agama dari masa kecilnya maka dari itu dengan dalih karena sudah tua dan untuk menutupi kekurangannya dari minimnya ilmu agama maka mereka memutuskan ikut jamaah tarekat sehingga setahu mereka khususnya yang tua-tua kegiatan tarekat adalah kegiatan untuk menambah ilmu agama. Dilihat dari sini tidak heran jika para pengikut jamaah tarekat mengatakan pengertian tarekat sendiri adalah kegiatan mengaji. Padahal sangatlah penting seseorang itu masuk sebuah anggota jamaah tarekat mengetahui arti dari apa yang mereka anut, karena pengertian itu sebagai pijakan awal keinginan yang ingin di capai sehingga mereka tidak keliru dalam menjalankan tarekat. Tidak seperti apa yang terjadi di lingkungan peneliti banyak anggota jamaah tarekat yang tidak paham akan pengertian tarekat. Para jamaah hanya mengambil kata yang mudah diucapkan dengan pengertian kegiatan tarekat adaalah kegiatan mengaji. Padahal ekstensi dari kegiatan tarekat bukan mengaji tetapi adalah jalan menuju makrifatullah agar lebih dekat dengan Allah.
102
4. Implementasi ajaran tarekat
terhadap perubahan prilaku sosial
jamaah. Implementasi Ajaran Tarekat Terhadap Perubahan Prilaku Sosial jamaah Tujuan utama mempelajari dan mengamalkan tarekat adalah mengetahui perihal nafsu dan sifat-sifatnya, baik nafsu yang tercela maupun nafsu yang terpuji. Sifat nafsu yang tercela harus dijauhi dan yang trpuji setelah diketahui harus di laksanakan. Para pengikut ajaran tarekat ini mengalami dua hal terkait keikut sertaannya mengikuti kegiatan tarekat Qodariyah Wa Naksabandiyah yaitu dalam hal ibadah kepada Allah dan perihal hubungannya dengan sesama manusia. Banyak para pengikut ajaran tarekat Qodariyah Wa Nasabandiyah yang sesudah mengikuti jamaah tarekat ini mengalami perubahan dalam hal ibadah kepada Allah. Hal itu dapat dilihat dari kegiatan kegiatan ibadah para jamaah, yang sebelumnya tidak pernah sholat akhirnya dapat menjalankan sholat, sholat yang dilakukan lebih rajin seperti yang dialami bapak Tukiran, bapak Narto, bapak Diyon dan rata rata orang yang menjadi responden peneliti mengalami perubahan dalam hal ibadah kepada Allah. Menjalankan tarekat memang tidaklah semudah dengan apa yang dibayangkan, banyak dari pengikut ajaran tarekat ini yang mampu mengamalkan amalan-amalan yang telah ditugaskan dari
103
guru Mursyid tetapi disisi lain belum bisa menghayati apa yang telah diajarkan dari sang guru. Alhasil apa yang di sampaikan sang Guru hanya sebatas beribadah kepada Allah tidak dibarengi dengan perubahan prilaku dimasyarakat dan bias dikatakan masih belum mampu dibedakan antara orang yang mengikuti jamaah tarekat dengan yang tidak mengikuti kegiatan tarekat. Apa yang ada dalam ajara tarekat ini yang semula untuk mendekatkan diri kepada Allah belum mampu menjaga dirinya terhadap pergaulan kepada sesama manusia sehingga masih banyak dari jamaah yang menggujing orang, memfitnah, memburu keduniaan, membicarakan keburukan orang dan melukai perasaan orang lain. Hal tersebut juga disebutkan oleh bapak Siyo yang mengatakan masih semua jamaah tarekat melekukan kegiatan-kegiatan tersebut. Beliau mengatakan masih semua. Senada dengan Bapak Siyo, Bapak Diyon, bahkan sesepuh tarekat pun mengatakan hal yang sama. Begitu juga ibu Aminah dan Sarimah banyak dari seluruh responden yang peneliti wawancarai mengatakan masih melakukan kegiatan kegiatan menggunjing orang lain memburu dunia dengan alasan karena masih orang awam tidak bisa menjalankan tarekat apa yang semestinya yang dilakukan misalnya berbuat maksiat, menggunjing dan memfitnah. Selain itu juga tidak pernah di ingatkan pula kegiatankegiatan yang dilakukan kepada sesama misalnya perbuatanperbuatan yang mencakup kehidupan sosial kemasyarakatan
104
misalnya tidak dingatkannya bahwa menggunjing itu adalah perbuatan yang tidak baik. Dalih yang dikemukakan pemimpin tarekat bapak karsono dengan perkataan semua orang ya sudah tau kalo perbuatan seperti itu ya tidak baik. Apabila didasarkan alasan seperti itu peneliti memiliki pemikiran memang saya yakin orang itu walaupun tidak pernah bersekolah bias mengatakan bahwa mencuri itu perbuatan tidak baik tetapi jikaalau di ingatkan setiap hari setiap kali pasti akan memberikan dampak yang berbeda karena diri seseorang bisa selalu ingat perkataan-perkataan yang diingatkan sang guru setiap hari dan pasti ada rasa yang ganjal jika melakukan perbuatan seperti demikian berbeda jika tidak pernah di ingatkan. Dan disisi lain sesame teman pun bias saling mengingatkan jikalau pembiasaan ketika ikut tarekat tidak boleh melakukan kegiatankegiatan seperti demikian. Kajian yang dilakukan dalam tarekat ini hanya menerapkan hukum-hukum syariat dan mengamalkan amalanamalan tarekat yang berupa ijazah dari guru sehingga tidak mengambil sisi dalam segi kemasyarakatan atau sosial. Disisi
lain
kegiatan
kegiatan
dalam
segi
sosial
kemasyarakatan belum ditekankan secara maksimal oleh badal-badal tersebut.
Mereka
hanya
mengajarkan hal-hal
yang bersifat
makrifattullah dan menyampingkan kehidupan sesama walaupun disisi lain ada sebuah dana donatur yang diberikan khusus bagi anggota jamaah yang sedang mengalami musibah yang besar
105
nominalnya adalah Rp 300.000,00 itu saja hanya berlaku untuk anggota tidak untuk selain anggota.
106
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan
peneliti
dan
dengan
pembahasan mengenai implementasi ajaran tareat terhadap perubahan prilaku jamaah maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: 5. Latar belakang historis munculnya tarekat di Desa Doplang Kecamatan Bawen pada awalnya adalah dari pengalaman Bapak Dul Sahid yang mengikuti kegiatan tarekat di Sempu Payaman Magelang. Karena di Desa Doplang belum ada kegiatan tarekat Bah Dul Sahid dari guru mursyid payaman mengutus Bapak Dul Sahid pada tahun 1947 untuk mendirikan tarekat dengan beliau sebagai guru mursyid di Desa Doplang. Pengikutnya pada awalnya hanya sedikit hanya sekitar 25 jamaah, selang berpuluh-puluhtahun setelah pergantian pengurus
jumlah jamaah
meningkat dengan pesat menjadi 100 anggota. 6. Ajaran tarekat Qodariyah wa Naksabandiyah di Desa Doplang Kecamatan Bawen berupa amalan dzikir-dzikir, tawajuhan, khotaman, sewelasan dan khol yang dikhususkan kepada arwah-arwah. 7. Pemahaman tarekat menurut jamaah masih banyak yang belum paham akan pengertian tarikat yang mereka anut. Banyak dari mereka para jamahah yang mengikuti tarekat hanya menurut dari apa yang dikatakan badal yang mengajarinya bahkan ikut-ikutan saja.
107
8. Implementasi tarekat terhadap perubahan prilaku sosial jamaah. Banyak jamaah tarekat yang sudah mengalami perubahan dalam hal ibadah kepada Allah tetapi tidak untuk sikap atau prilakunya kepada sesama. Pengikut jamaah masih bersikap seperti masyarakat pada umumnya tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah jamaah mengikuti kegiayan ini dari segi hubungan dengan masyarakat. B. Saran Berdasarkan perolehan data dan pembahasannya, maka peneliti menyampaikan sumbang saran sebagai berikut: 1. Diharapkan semua para jamaah tarekat ini juga mengetahui akan sejarah awal tarekat sehingga para pengikutnya juga menjadikan paham akan sejarah perkembangannya . 2. Ajaran ini sudah bagus untuk diajarkan karena mampu menjadikan pengikutnya tidak pernah beribadah menjadi mau beribadah. 3. Agar para bakdal menerangkan akan arti tarekat sesungguhnya agar para jamaah tidak hanya ikut-ikutan dalam masuk sebagai ajaran tarekat 4. Menerangkan eksitensi dari ajaran tarekat sesungguhnya dan hal-hal yang harus dikerjkan dan harus dihindari dalam kehidupan sehari-hari
C.
Penutup Dalam mengakhiri penyusunan skripsi ini, penulis bersyukur dan mengucapkan puji yang setulus-tulusnya kepada Allah SWT, sumber dan tempat kembali segalanya yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya
108
selama penulis mengadakan penelitian dan penulisan skripsi ini, sekalipun dalam bentuk yang sangat sederhana dan jauh dari sempurna. Akhirnya dengan segala kesalahan dan kekurangan yang ada semoga Allah yang Maha Agung member ampunan kepada penulis. Sehingga karya ilmiah ini dinilai sebagai salah satu amal bakti seorang hamba yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
109
DAFTAR PUSTAKA
Abi Abdillah bin Ismail, Al Imam.. 1992. Shahih Bukhori, Juz V. Beirut. Libanon : Darul Kitab Ilmiah. Abu Al Qurota Al Ghanimi Al Taftazami. 1985. Sufi dari Zaman ke Zaman. Bandung: Pustaka Bandung. Aceh, Abu Bakar. 1993. Pengantar Ilmu Tarekat Kajian Historis tentang Mistik. Solo: Ramdani. Al Ghozali, Imam. T.Th. Ihya’ Ulum al-Din, Jilid 1. Mesir: Maktabah Dar asSya‟bah.
110
Anonim, 1996. Manaqib Syaikh al-Waliy al-Syair Muhammad Samman Radiyallah’ Anhu, Jakarta: Syirkah Maktabah al-Madinah. Ansyari, Fuad. 1995. Islam Kaffah Tantangan Sosial dan Implikasinya di Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press. Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Agama RI. 1989. Al-Qur’an dan Terjamahnya. Bandung: Lubuk Agung. Echols, John. M. and Hasan Sadily. 1983. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. H. A. Fuad Said. 1996. Hakikat Tarekat Naqsabandiyah, Jakarta: Al-Husna Zikra. Ilyas, Yunahar. 2002. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. M. Hilman Ansyahry, (ed). 2004. Resonansi Spritual Wali Quthub Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Jakarta: Kalam Mulia. Mahali, A.Mudjab. 1984. Pembinaan Moral di Mata Al Ghozali. Yogyakarta: BPFE. Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya . Naquib Al Attas, Syed Muhammad. 1984. Konsep Pendidikan dalam Islam Bandung: Mizan.
111
Poerwadarminta. 1983. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Purwadarminto WJS. 1976. Kamus Bessar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Schimme, Annemarie. 2003. Dimensi mistik dalam Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus. Solihin, M. 2005. Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara. Jakarta: Rajawali Perss Sugiono. 2011. Metode Penelitian kulitatif dan kuantitatif R & D. Yogyakarta: Alfabeta Umar, Husain. 2008. Metode Penelitian Untuk Sekripsi Dan Tesis Bisnis edisi ke II. Jakarta: Rajagrafind Valaudin, Mir. 1997. Zikir dan Kontemplasi dalam Tawawuf. Bandung: Hidayah Press Wasito, Wojo. 1980. Kamus Lengkap. Bandung: Hasta. Yunus, Hadi Sabari. 2010, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
112
1. Nama
: Lukman
2. Tempat dan Tanggal Lahir
: Kab. Semarang, 19 Januari 1989
3. Jenis Kelamin
: Laki-laki
4. Agama
: Islam
5. Alamat
: Dsn Djatisari Rt 01 Rw 04 Doplang Kec. Bawen
6. Riwayat Pendidikan
: a. MIN Doplang Lulus Tahun 2003 b. SMPN 5 Ambarawa Lulus Tahun 2006 c. SMA Islam Sudirman Ambarawa Lulus Tahun 2009
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 30 Desember 2013 Penulis
Lukman 111 09 146