UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE RESITASI PADA MATERI POKOK ZAT ADITIF DALAM MAKANAN PADA SISWA KELAS VIII MTs MANSAUL HUDA REMBANG TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Prodi Tadris Kimia
Oleh: HAIDLOROH FAIQOTUN NI’MAH NIM : 053711380
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Ngaliyan Telp/Fax (024) 7601295, 7615387 PENGESAHAN
ii
KEMENTRIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Ngaliyan Telp/Fax (024) 7601295, 7615387
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal
Atik Rahmawati, M. Si NIP. 19750516200604202 Pembimbing I
Tanda Tangan
__________________
__________________
Nasirudin, M. Ag __________________ NIP. 196912101996031002 Pembimbing II
__________________
iii
MOTTO
Artinya : ”Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.” (Surat ’Abasa : 24) *
*
Depag Islam, Wakaf, Da’wah dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Saudi Arabia: Mujamma’ Al Malik Fahd li Thiba’at Al Mush-haf Asy Syarif, 1421 H). hlm.
iv
PERSEMBAHAN Karya tulis skripsi ini saya dedikasikan kepada orang-orang yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberi makna pada setiap jengkal langkahku dalam proses menjadi manusia yang selalu terus ingin belajar. Untuk orang-orang yang selalu ada bersama setiap limpahan kasih sayang-Nya, khususnya kepada: 1. Kedua orang tuaku (Bapak Fatchur Rohman alm & Ibu Chuzaimah) yang telah memberikan perhatian dan kasih sayang, yang tidak mungkin dapat tergantikan oleh apapun. 2. Para dosen yang selalu memberikan pencerahan, menyalakan pelita, serta menggoreskan tinta kebijaksanaan sebagai bekal hidup. 3. Semua keluarga, adik-adikku (Yusuf, Ria & Izza), serta saudara-saudaraku yang senantiasa menghadiahkan doa demi keberhasilan dan kesuksesanku. 4. Teman-teman seperjuangan, semua anak tadris kimia 2005. 5. Semua warga kos 24, 6. Seluruh insan pendidikan yang terus mengisi kehidupannya untuk selalu belajar agar menjadi yang terbaik bagi diri, keluarga, bangsa dan Negara. Akhirnya dari lubuk hati yang terdalam, kupersembahkan karya sederhana ini, jazakumullah khairon katsira. Semoga seluruh jasa pengorbanan, mendapat limpahan rahman dan rahim-Nya. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
v
DEKLARASI
Penulis menyatakan dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiranpikiran orang lain, kecuali informasi dalam referensi yang penulis jadikan bahan rujukan.
Semarang, 23 Juni 2010
Deklarator,
Haidloroh Faiqotun Ni’mah
vi
ABSTRAK Haidloroh Faiqotun Ni’mah (NIM: 053711380). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Resitasi Pada Materi Pokok Zat Aditif Dalam Makanan Pada Siswa Kelas VIII MTs Mansaul Huda Rembang Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode resitasi dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi pokok Zat Aditif Dalam Makanan Pada Siswa KelasVIII MTs Mansaul Huda Rembang Tahun 2009/2010. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) pada peserta didik kelas VIII MTs Mansaul Huda Rembang. Dari hasil observasi secara langsung di kelas VIII dapat diketahui metode pembelajaran yang digunakan oleh guru mata pelajaran IPA khususnya kimia belum secara penuh mengedepankan pembelajaran aktif dan cenderung terjadi komunikasi satu arah, artinya peserta didik cenderung pasif dalam pembelajaran, peserta didik hanya mendengarkan penjelasan guru, menulis dari apa yang dijelaskan kemudian mengerjakan soal yang diberikan. Hal ini juga tampak dengan adanya hasil belajar yang belum maksimal. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu kelas untuk menerapkan metode resitasi kelas VIII MTs Mansaul Huda yang jumlahnya ada 27 peserta didik. Pada saat dilaksanakan metode resitasi, suasana pembelajaran di kelas VIII menjadi lebih hidup, peserta didik menjadi lebih aktif dan hasil belajar menjadi maksimal. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, tahap pertama adalah kegiatan prasiklus, yaitu mencari data hasil belajar siswa VIII tahun sebelumnya untuk materi zat aditif dalam makanan. Hal ini penting untuk dijadikan dasar nilai awal. Tahap kedua adalah pelaksanaan siklus I dan siklus II, sedangkan tahap ketiga yaitu penyempurnaan data dan penyusunan laporan. Pada kondisi awal sebelum diterapkan metode resitasi, hasil belajar peserta didik yaitu rata-rata hasil belajar 61,36 dengan ketuntasan belajar 40%. Setelah dilaksanakan metode resitasi hasil belajar peserta didik meningkat. Pada siklus I, prosentase rata-rata hasil belajar peserta didik 65,7 dan ketuntasan belajar 44,44%. Pada siklus II, prosentase rata-rata hasil belajar peserta didik 77,85 dan ketuntasan belajar 85,19%. Dari data tersebut, jelas bahwa ada peningkatan hasil belajar dari sebelum diterapkannya metode resitasi dengan setelah metode tersebut diterapkan. Namun dari penelitian ini masih terdapat peserta didik yang dari siklus pertama dan kedua mempunyai nilai dibawah indikator keberhasilan. Hal ini disebabkan oleh karena daya ingat siswa yang lemah. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, bahwa atas taufiq dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Resitasi Pada Materi Pokok Zat Aditif Dalam Makanan Pada Siswa Kelas VIII MTs Mansaul Huda Rembang Tahun Ajaran 2009/2010” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulids ucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat : 1.
Prof. Dr. H. Abdul Djamil, M.A., rektor IAIN Walisongo Semarang.
2.
Prof. Dr. H. Ibnu Hajar, M.Ed dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik, selama masa study.
3.
Drs. Abdul Wahid, M.Ag, ketua jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
4.
Ibu Atik Rahmawati, M.Si dan Bapak Nasirudin, M.Ag, dosen pembimbing, disela-sela jadwalnya yang super padat telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam skripsi ini.
5.
Ibu Hj. Nur Khasanah, M.Kes, wali studi yang telah membimbing selama masa perkuliahan.
6.
Bapak dan Ibu di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan ilmunya sehingga mengilhami penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
7.
Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo yang telah berkenan melayani penulis selama studi hingga skripsi ini selesai.
viii
8.
Bapak Nur Chakim, S.Ag, kepala sekolah MTs Mansaul Huda Rembang yang telah memberikan izin penelitian dan fasilitas yang diperlukan selama penelitian.
9.
Bapak Khoirul Atshar, S.Pd, guru mata pelajaran kimia kelas VIII yang bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta bersedia menjadi guru mitra dalam penelitian ini.
10. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mencurahkan cinta dan kasih sayang serta doanya. 11. Adik-adikku tercinta. 12. Sahabat-sahabatku senasib seperjuangan (tadris kimia’05). Kepada mereka semua, penulis tidak dapat memberikan apa-apa selain untaian rasa terima kasih yang tulus dan diiringi doa semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan sebaik-baik balasan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti seluruhnya. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
Semarang, 23 Juni 2010 Penulis
Haidloroh Faiqotun Ni’mah NIM : 053711380
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN DEKLARASI ............................................................................ iv HALAMAN ABSTRAK.................................................................................
v
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………......... xiii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… ..... xiv BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................
3
C. Tujuan Penelitian ............................................................
3
D. Manfaat Penelitian ..........................................................
4
E. Penegasan Istilah ............................................................
4
: LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HEPOTESIS A. Landasan Teori 1. Belajar dan Hasil Belajar .............................................
7
a. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar.......................
7
b. Aspek-Aspek Hasil Belajar......................................
10
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar..... 11 d. Alat-Alat Untuk Mengukur Hasil Belajar................. 17 2. Tinjauan tentang metode resitasi.................................. 18 a. Pengertian Resitasi................................................. 18 x
b. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Tugas Atau Resitasi.......................................................... 19 c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi .......... 19 d. Macam-macam Variasi Penggunaan
Metode
Resitasi .................................................................
20
3. Tinjauan Tentang Materi Zat Aditif dalam Makanan ... 21 a. Pengertian Zat Aditif ............................................. .. 21 b. Macam-Macam Zat Aditif....................................... 21 c. Batas Penggunaan Zat Aditif ................................... 42 d. Dampak Penggunaan Bahan Kimia Buatan ............. 43 4. Meningkatkan Hasil Belajar Kimia melalui Resitasi pada Materi Pokok Zat Aditif dalam Makanan ........... 45 B. Kajian Penelitian yang Relevan......................................... 46 C. Hipotesis Penelitian ............................................................ 48 BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek dan Lokasi Penelitian ........................................... 49 B. Waktu Penelitian............................................................... 49 C. Desain penelitian............................................................... 49 D. Metode Pengumpulan Data ............................................. 53 E. Metode Analisis Data........................................................ 54 F. Indikator Keberhasilan ....................................................... 54
BAB IV
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Awal ................................................................... 55 B. Persiapan penelitian Penelitian ......................................... 56 C. Hasil penelitian dan Pembahasan ....................................... 58
xi
BAB V
: SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Keimpulan ........................................................................ 66 B. Saran ................................................................................. 66 C. Penutup ............................................................................. 67
DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia............................
30
Tabel 2. Bahan Pemanis Sintetis yang Diizinkan di Indonesia......................... ...
31
Tabel 3. Bahan Pengawet Sintetis yang Diizinkan di Indonesia ..........................
38
Tabel.4. Batas Maksimum Penggunaan Penyedap Rasa Sesuai Acceptable Daily Intake (ADI) ...................................................................................
41
Tabel 5. Perbandingan Tes Akhir Siswa ..................................................... ..... ..
64
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Silabus Pembelajaran
Lampiran 2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 3.
Soal Resitasi Siklus I
Lampiran 4.
Soal Individu Siklus I
Lampiran 5.
Kunci Jawaban Soal Individu Siklus I
Lampiran 6.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 7.
Soal Resitasi Siklus II
Lampiran 8.
Soal Individu Siklus II
Lampiran 9. Kunci Jawaban Soal Individu Siklus II Lampiran 10. Tabel Perhitungan Rata-Rata dan Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Menggunakan Metode Resitasi Lampiran 11. Tabel Nama Siswa Lampiran 12. Tabel Perhitungan Rata-Rata dan Ketuntasan Belajar Siswa Setelah Menggunakan Metode Resitasi Lampiran 13. Daftar Nama Kelompok Lampiran 14. Tabel Nilai Kelompok dengan Pembelajaran Resitasi Lampiran 15. Tabel Perhitungan Rata-rata Tiap Siklus dengan Pembelajaran Resitasi
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) telah berkembang pesat. Hal ini erat kaitannya
dengan
perkembangan
teknologi
sebagai
wahana
yang
memungkinkan IPA berkembang pesat. Perkembangan IPA yang begitu pesat menggugah pendidik untuk merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep IPA, yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Untuk dapat menyesuaikan perkembangan IPA kreativitas sumber daya manusia merupakan syarat yang mutlak untuk ditingkatkan. Jalur yang tepat untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan.2 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 3 Selain itu pendidikan juga mempunyai arti usaha untuk penumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Pendidikan memegang peranan penting dalam era globalisasi karena misi pendidikan sekarang lebih ditekankan pada pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut peningkatan mutu pendidikan agar siswa sebagai objek dapat mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Cara pandang yang dikehendaki dalam pendidikan kimia adalah kimia dipandang sebagai produk (pengetahuan) dan proses (kegiatan) antara lain
2
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 227. 3 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Beserta Penjelasannya, (Bandung: Citra Umbara, 2003), h.3.
1
melakukan percobaan, menafsirkan, membangkitkan, menggeneralisasikan, mengambil keputusan dan mengkomunikasikan. Dalam proses belajar mengajar, metode mengajar memainkan peranan yang sangat penting dan merupakan salah satu penunjang utama keberhasilan seorang guru dalam mengajar. Metode mengajar yang dipakai oleh guru akan berpengaruh pula terhadap cara belajar siswa. Proses mengajar dilakukan oleh pengajar, sedangkan proses belajar dilakukan oleh siswa sebagai anak didik, agar hasil proses belajar dan mengajar dapat berhasil dengan baik, perlu adanya metode dan teknik yang tepat dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru. Akan tetapi kenyataan yang terlihat di lapangan tidak sama dengan apa yang diharapkan tersebut. proses pembelajaran yang digunakan oleh kebanyakan guru masih berkutat pada metode ceramah, dan latihan soal, yang belum dapat membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil interview dengan guru IPA di MTs. Mansaul Huda (tanggal 18 januari 2010). Proses pembelajaran IPA di MTs tersebut khususnya pada materi pokok zat aditif dalam makanan masih berkutat dengan metode ceramah dan belum pernah menggunakan variasi metode pembelajaran yang lain. Pembelajaran masih terpusat pada satu arah, dan guru merupakan sumber belajar satu-satunya. Akibatnya, siswa kurang antusias dalam pembelajaran, sehingga potensi siswa belum dapat tergali secara maksimal dan dampak buruknya adalah belum tercapainya hasil belajar secara maksimal (memuaskan). Untuk mengatasi masalah tersebut, maka guru harus mampu menciptakan variasi metode pembelajaran yang dapat membuat peserta didik bersemangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat membuat peserta didik lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran adalah dengan menerapkan metode resitasi. Metode resitasi merupakan salah satu metode yang tidak hanya mengajak peserta didik untuk belajar di bangku sekolah saja. Dalam pelaksanaan metode resitasi, peserta didik juga diajak belajar dari lingkungan
2
sekitar, sehingga metode ini dapat membuat siswa lebih aktif dan dapat menumbuhkan sifat kreatif dalam belajar. Materi pokok zat aditif dalam makanan dipilih oleh peneliti karena penyampaian materi tersebut di MTs. Mansaul Huda Rembang masih menggunakan metode ceramah, padahal materi pokok zat aditif merupakan materi yang sebenarnya dapat dipelajari tidak hanya dari buku saja, akan tetapi siswa dapat menggali informasi dari lingkungan sekitar. Dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar berinteraksi dengan lingkungan akan membuat siswa antusias dalam belajar dan dapat lebih mengembangkan potensi siswa. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis mengadakan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Resitasi Pada Materi Pokok Zat Aditif Dalam Makanan Pada Siswa Kelas VIII MTs. Mansaul Huda Tahun Ajaran 2009/2010”.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana penerapan metode resitasi pada materi pokok zat aditif dalam makanan pada siswa kelas VIII MTs. Mansaul Huda tahun ajaran 2009/2010? 2. Apakah metode resitasi dapat meningkatkan hasil belajar kimia materi pokok zat aditif dalam makanan pada siswa kelas VIII MTs. Mansaul Huda tahun ajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode resitasi pada materi pokok zat aditif dalam makanan pada siswa kelas VIII MTs. Mansaul Huda tahun ajaran 2009/2010.
3
2. Untuk mengetahui apakah metode resitasi dapat meningkatkan hasil belajar kimia materi pokok zat aditif dalam makanan pada siswa kelas VIII MTs. Mansaul Huda tahun ajaran 2009/2010.
D. Manfaat penelitian 1. Manfaat bagi siswa a. Meningkatkan minat dan motivasi siswa b. Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran c. Meningkatkan hasil belajar siswa 2. Manfaat bagi guru a.
Dapat memiliki beberapa alternatif model pembelajaran dan metode yang digunakan untuk meningkatkan pola berfikir yang aktif dan kreatif
b.
Mendapatkan pengalaman langsung dalam melakukan praktek tindakan kelas (PTK) untuk mendapatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan pengembangan profesi guru
3. Manfaat bagi sekolah Hasil peneliian ini dapat dijadikan pedoman kebijakan intern sekolah dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat digunakan sebagai masukan positif pada program pengajaran untuk meningkatkan pola berfikir yang aktif dan kreatif.
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap judul skripsi ini, maka penulis perlu membatasi pengertian dan batasan istilahistilah yang digunakan dalam judul skripsi ini.
4
1. Upaya Upaya adalah usaha (syarat) untuk meyampaikan suatu maksud, akal, ikhtiar.4 Ikhtiar yang dimaksud disini adalah usaha yang dilakukan pendidik untuk meningkatkan hasil belajar zat aditif dalm makanan. 2. Meningkatkan Kata meningkatkan berasal dari kata tingkat yang berarti lapis dari sesuatu yang bersusun atau berlenggak-lenggok. Meningkatkan
adalah
usaha
menaikkan
(derajad,
taraf),
mempertinggi, memperhebat (produksi), mengangkat diri, memegahkan diri.5 Penulis mengartikan meningkatkan sebagai proses perubahan menuju ke arah yang lebih tinggi dalam hal yang positif (baik). Meningkatkan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar IPA terpadu khususnya kimia menuju ke arah yang lebih baik, yaitu siswa dapat menerapkan ilmu yang diterimanya dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam penggunaan produk-produk yang beredar dipasaran. 3. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. 6 Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.7 Sehingga hasil belajar merupakan
suatu
kapabilitas
(kemampuan)
berupa
ketrampilan,
pengetahuan, sikap dan nilai seseorang setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Sebagai wujud tercapainya ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
4
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 3512. 5 Ibid., hlm. 1132. 6 Mulyono Abdurahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 37. 7 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 28.
5
4. Metode Resitasi Metode artinya cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam pengetahuan, dsb), cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.8 Resitasi berasal dari kata recite, dalam kamus bahasa inggris recite artinya membawakan, mendeklamasikan, menceritakan. Metode resitasi adalah metode belajar mengajar berupa pemberian tugas kepada siswa, tidak sekedar dilaksanakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di perpustakaan, dan di laboratorium dan hasilnya harus di pertanggung jawabkan.9 5. Materi Pokok Zat Aditif Dalam Makanan Zat aditif atau zat tambahan makanan merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam makanan, baik pada saat memproses, mengolah, mengemas atau menyimpan makanan.
8
W.J.S. Poerwadarminta, op.cit., hlm. 580. 9 http://amriawan-blogspot..com/2008/12/penerapan-metode-resitasi-terhadap.html.
6
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori 1. Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.10 Belajar adalah aktivitas yang dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Menurut beberapa tokoh ahli pendidikan mengartikan belajar sebagai berikut: a) Cronbach, mengatakan: learning is a change in behavior as a result of experience, belajar adalah terlihatnya perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman sebelumnya.11 b) Sadirman mengemukakan bahwa dalam pengertian luas, belajar dapat
diartikan
sebagai
kegiatan
psiko-fisik
menuju
ke
perkembangan pribadi seutuhnya.12 c) Charles E. Skinner: “learning is a process of progressive behavior adaptation”.13 Belajar adalah suatu proses menuju perubahan tingkah laku sebagai bentuk adaptasi/penyesuaian diri. Belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, 10
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2000), h. 28. 11 Sadirman A.M., Interaksi & Motivasi Belajar mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 20. 12 Ibid. 13 Charles E. Skinner, Essential of Educational Psicology, (New York: Englewood Cliffs,1958), h.199.
7
sikap, pengertian, minat, watak dan penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut organisme dan tingkah laku pribadi seseorang.14 Sedangkan Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid dalam kitab al-Tarbiyah wa Turuqu tadris mengemukakan:
“Belajar adalah perubahan dalam diri siswa berdasarkan pengalaman masa lalu, sehingga tercipta perubahan yang baru.” Dari pendapat-pendapat di atas, belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Konsep
pembelajaran
merujuk
pada
upaya
penataan
lingkungan (fisik, sosial, kultural dan psikologis atau spiritual) yang memberi suasana bagi tumbuh dan berkembangnya proses belajar. Jadi, bila dilihat dari individu yang belajar (pembelajar) proses belajar bersifat internal dan unik (unique), sedang proses pembelajaran bersifat eksternal (datang dari luar diri) yang sengaja dirancang (designed/planned)
dan
karena
itu
bersifat
rekayasa
atau
“engineering”.16 Pengertian pembelajaran menurut E. Mulyasa adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perilaku ke arah yang lebih baik.17 Dalam UndangUndang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 14
Ibid, h. 21 Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, al Tarbiyah wa Turuqu Tadris, (Mesir: Darul Ma’arif), h. 159. 16 Udin S. Winataputra, dkk., Strategi Belajar Mengajar IPA, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), h. 2. 17 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 100. 15
8
1 disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.18 Jadi pengertian pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar sehingga terjadi perilaku ke arah yang lebih baik. Belajar mengacu pada hasil apa yang ingin dicapai sedang pembelajaran adalah proses dari belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.19 Berikut ini adalah beberapa definisi tentang hasil belajar menurut beberapa tokoh, antara lain: a) Menurut Mulyono Abdurrahman “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.”20 b) Oemar hamalik dalam bukunya “Proses Belajar Mengajar” mengemukakan bahwa “tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek
diantaranya
pengetahuan,
pengertian,
kebiasaan,
ketrampilan, apresiasi, emosional, sikap dan lain-lain. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan aspek-aspek tersebut.21 Dalam sistem pendidikan nasional, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah menjadi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.22
18
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Beserta Penjelasannya, (Bandung: Citra Umbara, 2003), h.5. 19 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2009), Cet.13, h. 22. 20 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Aanak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 37. 21 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara. 2007), h.30. 22 Nana Sudjana, op.cit.
9
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.23 Bagi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Bagi peserta didik, hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Jadi, hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang telah dimiliki oleh seseorang. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan tingkah laku kognitif, afektif dan psikomotorik.24 Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang setelah ia menerima pengalaman belajar.
b. Aspek-Aspek Hasil Belajar Dalam
Sistem
Pendidikan
Nasional
tujuan
rumusan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: 1) Ranah Kognitif, adalah ranah yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.25 2) Ranah Afektif Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai terdiri dari lima aspek, yakni: a) Receiving/attending, yaitu semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. 23
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h.3. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.179. 25 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Loc. Cit. 24
10
c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.26 3) Ranah Psikomotorik, adalah ranah yang berkaitan dengan hasil belajar keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak. Terdiri dari enam aspek yakni: a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar. c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, dan motoris. d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan. e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks. f) Gerakan ekspresif dan interpretatif. 27
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern yang berasal dari siswa tersebut, dan faktor ekstern yang berasal dari luar diri siswa tersebut.28 1) Faktor-faktor internal Faktor ini berasal dari dalam peserta didik, yakni faktor psikologis yang berhubungan dengan jiwa peserta didik dan
26
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, op. cit, h. 53-54. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, op. cit, h. 23. 28 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, op. cit, h. 39-40. 27
11
keinginan yang meliputi iintelegensi, minat dan perhatian, bakat, motif serta kematangan siswa. a. Intelegensi Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. 29 b. Minat dan perhatian Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.30 Perhatian bisa dipupuk dengan memberikan stimulus yang baru, beraneka ragam atau berorientasi tinggi.31 Dengan demikian, jika seorang peserta didik mempunyai minat dan perhatian
terhadap
pelajaran
yang
diterimanya
akan
memberikan hasil yang positif terhadap hasil atau prestasi belajarnya. c. Bakat Bakat atau aptitude kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.32 Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai
29
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007),hlm. 20-21. 30 Ibid, hlm.24. 31 S.Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), hlm.180. 32 Slameto. 1991. belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, hlm. 2.
12
kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan laebih mudah menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimiliki.33 d. Motif Motif adalah dorongan yang membuat seseorang berbuat sesuatu.34 Motif selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini motif yang kuat akan mempunyai pengaruh terhadap seberapa besar usaha dan kegiatan untuk mencapai tujuan belajar. e. Kematangan Kematangan
adalah
suatu
tingkat/fase
dalam
pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.35 Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berfikir abstrak, dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan anak yang sudah siap (matang) maka belajarnya akan lebih berhasil, dan juga kemajuan baru untuk memiliki kecakapan tergantung dari kematangan dan belajar. 2) Faktor-faktor eksternal Faktor-faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang timbul dari luar diri siswa, yakni faktor yang mendukung hasil belajar pada diri peserta didik, diantaranya faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, pengertian orang tua, relasi antar anggota keluarga. Faktor sekolah yang meliputi kurikulum, metode mengajar, dosen. Serta faktor lingkungan masyarakat yang 33 34 35
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, op. Cit, hlm. 26. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bamdung Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 60. Slameto, Op. Cit, hlm. 57.
13
meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat, media massa, teman bergaul serta bentuk kehidupan masyarakat. a. Faktor keluarga 1. Cara orang tua mendidik Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap
belajar anaknya. Orang tua
yang
kurang
memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak tekun,
akhirnya
kesukaran-kesukaran
terjadi
dalam
belajarnya, sehingga hasil yang didapatkan atau prestasinya tidak memuaskan, bahkan mungkin gagal dalam studinya. Disinilah bimbingan orang tua sangat memegang peranan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak. 2. Pengertian orang tua Terkadang anak mengalami lemah semangat, maka orang tua wajib memberi pengertian dan dorongan. Sehingga sedapat mungkin membantu kesulitan yang dialami anak di sekolah. Jika perlu, orang tua menghubungi gurunya untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah. 3. Relasi antar anggota keluarga Demi kelancaran serta keberhasilan anak perlu diusahakan relasi di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan baik adalah yang penuh pengertian dan kasih sayang disertai dengan bimbingan dan perlu hukumanhukuman untuk mensukseskan belajar anak.
14
b. Faktor sekolah 1. Kurikulum Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan.36 Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi yang harus guru sampaikan harus sesuai dengan kurikulum yang ada. Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas frekuensi peserta didik. 2. Metode mengajar Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode guru yang kurang tepat akan mempengaruhi tingkat pemahaman siswa dan juga belajar siswa. Seorang guru perlu menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu materi pokok tertentu. Dengan variasi beberapa metode, penyajian pengajaran akan menjadi lebih hidup. Misalnya pada awal pengajaran guru memberikan suatu
uraian dengan
metode ceramah,
kemudian menggunakan contoh-contoh melalui peragaan dan diakhiri dengan diskusi atau tanya jawab, sehingga bukan hanya guru saja yang aktif berbicara, melainkan siswa pun terdorong untuk berpartisipasi.37 3. Pendidik (Guru) Peranan guru dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi hasil belajar atau prestasi peserta didik, karena hampir seluruh aktifitas yang dilakukan oleh peserta didik sangat bergantung pada pendidik, dalam hal ini efektifitas pengelolaan faktor bahan, lingkungan dan lum
36
Khaerudin, dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Konsep dan Implementasinya di Madrasah, (Jogjakarta: Pilar Media, 2007), hlm. 23. 37 http://www.pbs-psma.org/content/blog/strategi-metode-mengajar
15
instrument sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar. Proses pembelajaran tidak berlangsung secara satu arah (one why system) melainkan terjadi secara timbal balik (interactive, two ways traffic system). Kedua pihak berperan secara aktif dalam kerangka kerja (frame work), serta dengan menggunakan cara dan kerangka berpikir (frame of reference)38 c. Faktor lingkungan masyarakat 1. Kegiatan Peserta Didik Dalam Masyarakat Kegiatan peserta didik dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. 2. Media massa Media massa yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa, dan juga berpengaruh terhadap belajarnya. Sebaliknya, media massa yang buruk juga berpengaruh buruk terhadap peserta didik jika tidak ada kontrol dan pembinaan orang tua. 3. Teman bergaul Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul peserta didik lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri peserta didik, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang buruk pasti dapat memberi pengaruh yang bersifat negatif juga. 4. Bentuk kehidupan masyarakat Lingkungan
kehidupan
masyarakat
sangat
mempengaruhi pola belajar dan juga kepribadian anak. Seorang anak yang terlahir ditengah-tengah lingkungan yang tenang, kepribadian dan pola belajarnya akan berbeda 38
Mulyasa, loc.Cit., hlm 191.
16
dengan anak yang terlahir dari keluarga yang berada di tengah-tengah lingkungan yang penuh dengan kebisingan.
d. Alat-alat untuk Mengukur Hasil Belajar Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.39 Penilaian hasil belajar merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan efektif. Keefektifan pembelajaran tampak pada kemampuan peserta didik mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari segi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan gambaran mengenai keefektifan mengajarnya, apakah model dan media yang digunakan mampu membantu peserta didik mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Guru dalam melakukan penilaian, terlebih dahulu harus menetapkan apa yang menjadi sasaran atau objek penilaian, yaitu dari segi kognitif, afektif atau psikomotorik. Ketiga sasaran pokok tersebut harus dievaluasi secara menyeluruh. Dengan menetapkan sasaransasaran tersebut, maka seorang guru akan mudah menentukan alat evaluasinya. Alat penilaian atau alat evaluasi pada umumnya dibedakan menjadi dua jenis, yakni: tes dan non tes. Tes dapat diberikan secara lisan, tertulis, ataupun tindakan. Soal tes dapat disusun dalam bentuk obyektif ataupun dalam bentuk esai dan uraian. Sedangkan yang termasuk non tes, dapat berupa observasi, kuesioner, wawancara, studi kasus dan inventory.40
39 40
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, op. cit, h. 3. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, op. cit, h. 113-115.
17
2. Tinjauan Tentang Metode Resitasi a. Pengertian Resitasi Pencapaian hasil belajar yang maksimal dipengaruhi oleh metode yang digunakan. Metode adalah cara mengerjakan atau menyajikan sesuatu mata pelajaran. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar adalah resitasi. Resitasi merupakan suatu metode yang pelaksanaannya bukan hanya berkutat pada pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas atau resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu tugas dapat diberikan secara individual atau dapat pula secara kelompok.41 Imansjah Alipandie dalam bukunya yang berjudul Didaktif Metodik Pendidikan Umum mengemukakan bahwa “Metode resitasi adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu diluar jam pelajaran. Pelaksanaannya bisa di rumah, di perpustakaan, di laboratorium, dan hasilnya dipertanggungjawabkan”. Sedangkan Slameto
mengemukakan bahwa
“metode resitasi adalah cara
penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan diluar jadwal sekolah dalam rentangan waktu tertentu dan hasilnya harus dipertanggungjawabkan”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode resitasi adalah pemberian tugas kepada siswa di luar sekolah atau di luar jadwal pelajaran yang pada akhirnya dipertanggungjawabkan kepada guru yang bersangkutan”.42
41 42
Ibid. hlm. 81. http://amriawan-blogspot..com/2008/12/penerapan-metode-resitasi-terhadap.html
18
b. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Tugas Atau Resitasi Penggunaan metode resitasi meliputi tiga fase, yaitu: 1. Fase pemberian tugas Tugas
yang
diberikan
kepada
siswa
hendaknya
mempertimbangkan: a) Tujuan yang akan dicapai b) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut c) Sesuai dengan kemampuan siswa d) Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa e) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. 2. Fase pelaksanaan tugas a) Diberikan bimbingan pengawasan oleh guru b) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja c) Diusahakan/dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain d) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik. 3. Fase mempertanggungjawabkan tugas a) Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya b) Ada Tanya jawab atau diskusi kelas c) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun non tes atau cara lainnya. Fase mempertanggungjawabkan tugas inilah yang disebut resitasi. 43 c. Kelebihan dan kekurangan metode resitasi Kelebihan metode resitasi, antara lain: 1. Memberi kesempatan pada siswa untuk belajar lebih banyak. 2. Memupuk rasa tanggung jawab. 43
Nana Sudjana, Op. Cit, hlm. 81-82.
19
3. Memperkuat motivasi belajar. 4. Menjalin hubungan antar sekolah dan keluarga. 5. Mengembangkan keberanian berinisiatif. Kelemahan metode resitasi, antara lain: 1. Sukar menetapkan apakah tugas dikerjakan oleh siswa sendiri atau atas bantuan orang lain. 2. Banyak kecenderungan untuk saling mencontoh dengan temanteman. 3. Agak sulit diselesaikan oleh siswa yang tinggal bersama keluarga yang kurang teratur. 4. Dapat menimbulkan frustasi bila gagal menyelesaikan tugas44 Tanpa adanya resitasi, siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar. Karena mereka hanya akan belajar di dalam kelas dan cenderung menunda waktu untuk membuka kembali pelajaran yang telah mereka dapat di sekolah. Namun tidak selamanya metode ini bisa dikerjakan
dimanapun
tempatnya
terkadang
siswa
hanya
mengandalkan pekerjaan temannya. Tidak jarang mereka cukup menyalin hasil pekerjaan orang lain tanpa berupaya untuk mengerjakan tugasnya sendiri. Oleh karena itu, guru harus benar-benar memperhatikan potensi siswa. Perlu adanya suatu feed back dalam memberikan tugas. Jadi, siswa tidak hanya akan mengerjakan tugas yang diberikan namun juga melakukan pengecekan terhadap siswa dengan meminta siswa untuk mengerjakannya di kelas. Sehingga jika terdapat siswa yang belum memahami materi yang diajarkan, dapat membantu siswa tersebut untuk kembali menelaah dan mencermati materi tersebut. d. Macam-Macam Variasi Penggunaan Metode Resitasi Pemberian tugas dengan resitasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh
44
http://pakguruonline.pendidikan.net/buku tua pakguru dasar kpdd b 12,html
20
lebih luas dari itu. Resitasi dapat dilakukan di sekolah, di rumah, perpustakaan, laboratorium atau di luar sekolah. Pemberian tugas dengan resitasi dilakukan dengan berbagai variasi, sehingga tidak membosankan siswa, pemberian tugas resitasi ini dapat dilakukan dengan cara kelompok, perorangan atau klasikal, yang disesuaikan dengan karakteristik materi dan tujuan yang hendak dicapai.
3. Tinjauan Tentang Materi Zat Aditif Dalam Makanan a.
Pengertian Zat Aditif Zat aditif atau zat tambahan makanan merupakan bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu makanan.45 Pemberian zat aditif pada makanan secara garis besar bertujuan: 1) Untuk mempertahankan nilai gizi makanan 2) Agar makanan lebih menarik 3) Agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga 4) Agar makanan lebih tahan lama disimpan
b.
Macam-macam zat aditif Berdasarkan sumbernya, zat aditif dibedakan menjadi dua macam, yaitu zat aditif alami dan zat aditif sintetis atau buatan. 1) Zat Aditif Alami Zat aditif alami merupakan zat tambahan makanan yang diperoleh dari alam, tanpa disintetis atau dibuat terlebih dahulu. Berikut ini adalah beberapa contoh zat aditif alami dan kegunaannya. a)
Pewarna Pada dasarnya, bahan-bahan pokok untuk membuat suatu makanan atau minuman telah mengandung zat warna
45
F.G. Winarno, kimia pangan dan gizi, (jakarta: 1992), hlm.214.
21
sendiri. Akan tetapi, pada kenyataannya warna-warna alami yang terdapat pada bahan makanan tersebut kurang bisa digunakan untuk menciptakan variasi-variasi yang lebih menarik dari suatu makanan atau minuman. Di alam ini banyak terdapat bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami dan sebagian besar diantaranya diperoleh dari jenis tumbuhan. Berikut ini uraian tentang beberapa bahan alami yang digunakan sebagai pewarna makanan atau minuman. (1) Wortel Wortel merupakan salah satu tanaman umbi-umbian yang banyak digunakan sebagai sayuran dan sebagai pewarna makanan alami. Hal ini karena wortel dapat menghasilkan warna jingga. Warna jingga wortel diperoleh dari kandungan zat yang disebut dengan beta karoten. Oleh karena itu, wortel dapat digunakan sebagai zat pemberi warna jingga pada makanan terutama pada pembuatan selai nanas. Selain sebagai pemberi warna jingga atau oranye wortel juga baik dimakan langsung atau diperas airnya dan diminum karena terdapat provitamin A. Gambar 1. Strukur beakaroten46
(2) Kunyit Kunyit merupakan jenis tanaman yang tergolong ke dalam kelompok jahe-jahenan (zingiberaceae). Kunyit terdapat diasia, khususnya Asia Tenggara, dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia atau bangsa Asia
46
Ibid, hlm. 195.
22
pada umumnya sebagai bumbu masakan dan obat tradisional atau jamu. Kunyit mempunyai kandungan zat warna kuning yang disebut kurkumin. Oleh karena itu, kunyit sering digunakan untuk memberi warna kuning pada makanan atau masakan seperti nasi, gulai, daging, ikan dll. Gambar 2. Struktur kurkumin.47
(3) Daun Pandan Air dan Daun Suji Daun pandan air dan daun suji dapat digunakan sebagai penghasil warna hijau pada makanan. Hal ini karena kedua jenis tanaman tersebut mengandung klorofil yang aman bagi manusia. Daun pandan air dan daun suji banyak digunakan untuk memberikan warna hijau pada makanan-makanan tradisional dan pewarna pada minuman. Sebagai contoh, makanan yang menggunakan daun suji atau pandan air sebagai pewarna adalah dadar gulung, poci dan bolu pandan. b) Pemanis (1) Gula tebu atau gula pasir Selain sebagai pemanis, gula pasir juga digunakan sebagai pengawet, karena gula dapat menyerap kandungan air (bersifat higroskopis). Higroskopis adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul air dari lingkungannya. Gula pasir dapat dijadikan sebagai bahan pengawet karena gula
pasir
dapat
47
membunuh
bakteri
dan
mampu
Di unduh dari, http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/8932/2/2006cme.pdf tanggal 1 Juli 2010.
23
menghambat tumbuhnya mikroorganisme pada makanan seperti jamur, dan bakteri tidak dapat bertahan hidup dalam kadar gula yang sangat tinggi sehingga gula selain sebagai pemanis juga dapat dijadikan sebagai pengawet. (2) Gula aren Gula aren diperoleh dari hasil olahan air sadapan aren. Pada dasarnya, proses pembuatan gula aren ini relative sama dengan proses pembuatan gula kelapa, tetapi dari hasil gula yang dihasilkannya berbeda. Gula aren mempunyai warna yang sedikit lebih tua dibandingkan dengan kelapa. Selain itu gula aren juga sedikit lebih manis dibandingkan dengan gula kelapa. Kegunaannya hampir sama dengan gula jawa, yang sering digunakan pada pembuatan jenang dan dodol. (3) Gula jawa (gula kelapa) Gula kelapa atau lebih dikenal dengan istilah gula jawa merupakan gula yang diperoleh dari air sadapan kelapa yang diolah lebih lanjut, sehingga dihasilkan gula yang berwarna coklat dengan bentuk-bentuk tertentu. Gula kelapa sering digunakan sebagai pemanis minuman. (4) Gula Bit Selain dapat digunakan untuk menghasilkan zat pewarna alami, umbi tanaman bit juga dapat digunakan untuk membuat gula. Hal ini karena dalam bit terkandung kira-kira 17% gula (sukrosa) dari keseluruhan beratnya. Meskipun demikian, kandungan gula dalam bit bergantung pada jenis atau varietasnya. Untuk mendapatkan gula bit dapat dilakukan melalui beberapa tahapan proses sebagai berikut:
24
-
Ekstraksi, yaitu proses pembuatan bubur bit yang terdiri dari
tahapan-tahapan
pemotongan,
pembersihan,
penghancuran dan pengadukan bubur bit. -
Pengempaan atau pengepresan, yaitu proses untuk memeras bubur bit dalam rangka memperoleh sarinya.
-
Karbonisasi, yaitu proses untuk membersihkan sari bit dari kotoran.
-
Pendidihan dan kristalisasi, yaitu proses akhir untuk memperoleh gula bit dalam bentuk padatan atau kristal.
c)
Pengawet Bahan pengawet digunakan dalam makanan agar makanan tersebut dapat bertahan lama. Dalam hal ini, garam merupakan salah satu contoh pengawet alami yang digunakan untuk mengawetkan makanan seperti ikan, daging dan sayur-sayuran. Makanan yang diawetkan dengan garam biasa disebut asinan. Selain garam, terdapat bahan alami lainnya yang biasa digunakan untuk mengawetkan makanan , yaitu gula. Gula dapat mengikat
air
secara efesien, sehingga
penambahan gula ke dalam makanan akan mengawetkan makanan tersebut. Hal ini karena tidak lagi tersedia untuk pertumbuhan organisme pembusuk (bakteri). Di samping garam dan gula, bahan pengawet alami yang digunakan adalah es dan rempah-rempah seperti asam jawa, kayu manis dan cengkeh. Es memungkinkan bakteri tidak berada pada suhu ideal untuk beraktivitas, sehingga menjaga makanan bertahan lebih lama. Sementara rempahrempah
mengandung
senyawa
asam
benzoat
menghambat proses pembusukan makanan.48
48
www. Herbsarespecial.com au
25
yang
d) Penyedap (1) Garam dapur Garam dapur merupakan salah satu penyedap makanan alami yang diperoleh dari pengolahan air laut. Penggunaan
garam
sebagai
penyedap
atau
bumbu
disebabkan karena garam dapat meningkatkan rasa makanan, sehingga makanan menjadi gurih dan lezat. Rasa asin dalam garam dapur berasal dari Natrium Klorida (NaCl). (2) Bawang putih Selain sebagai pengawet, bawang putih juga digunakan sebagai bahan penyedap. Selain mengandung allicin bawang putih juga mengandung sulfur dan iodin yang tinggi karena selain aromanya yang khas penggunaan bawang pada masakan dapat meningkatkan kualitas rasanya. (3) Cabai merah Untuk menciptakan masakan pedas yang sesuai selera, biasanya pada masakan digunakan bumbu-bumbu yang terdiri dari merica, cabai dan pala. Cabai merah digunakan sebagai penyedap rasa sekaligus perangsang selera makanan. Selain itu, cabai merah juga mempunyai kandungan vitamin C dan A. Sedangkan cabai hijau mengandung kedua vitamin tersebut tapi dalam jumlah yang relatif kecil. 49 e)
Pemberi aroma (1) Daun jeruk Daun jeruk merupakan tumbuhan perdu (pohon kecil) yang dimanfaatkan buah dan daunnya sebagai bumbu pengharum masakan. Karakteristik minyak daunnya
49
John M deMan, Kimia Makanan, (bandung: ITB, 1997), Hlm 315-324
26
terutama didominasi oleh minyak atsiri (80%), sisanya adalah sitronelol (10%), nerol dan lemonena. Daun jeruk purut banyak dipakai pada bumbu pecel, gado-gado dll untuk
memberikan
aroma
yang
khas,
segar
dan
menbangkitkan selera makan. 50 Gambar 3. Struktur sitronelol51
(2) Vanili Vanili adalah tanaman penghasil bubuk vanili yang biasa dijadikan pengharum makanan. Bubuknya dihasilkan dari buahnya yang berbentuk polong. Tanaman ini dikenal pertama kali orang India di Mexico. Nama daerah vanili adalah panili atau perneli. 52 Vanili memberikan rasa dan aroma yang harum. Vanili banyak digunakan pada pembuatan roti atau pada pembuatan kolak. (3) Serai Khasiat serai telah diketahui sejak zaman dahulu, serai sering digunakan didalam masakan atau minuman,
50
Di unduh dari http://idi.org/wiki/jeruk_purut, tgl 12 April 2010. Di unduh dari http://commons.wikimedia.org/wiki/File:%28R%29-Citronellol.svg, tgl 20 maret 2010. 52 Di unduh dari http://idi.org/wiki/vanili. tgl 1Juli 2010. 51
27
perawatan herbal, kosmetik dll. Diantara khasiat aroma serai adalah melegakan stress, meningkatkan system imunisasi, membuang angin dalam badan, melancarkan peredaran darah, membuang toksin dalam tubuh, dll. Di dalam masakan atau minuman, serai digunakan sebagai penambah aroma pada pembuatan minuman penghangat tubuh dan untuk menambah aroma segar pada makanan bersantan.53 (4) Daun Pandan Selain digunakan sebagai pewarna makanan, daun pandan juga digunakan sebagai bumbu pada beberapa jenis masakan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan aroma dan rasa masakan tertentu, terutama pada beberapa jenis kue atau makanan ringan. Daun pandan biasanya juga dapat ditambahkan pada saat menanak nasi agar nasi bderbau harum dan tidak cepat basi. 54 2) Zat aditif buatan atau sintetis Sintetis adalah Sesuatu yang berkaitan dengan atau yang dihasilkan melalui pembuatan proses kimia.55 Zat aditif sintetis merupakan zat aditif atau zat tambahan makanan yang diperoleh melalui sintetis (pembuatan), baik di laboratorium maupun industri dari bahan – bahan kimia yang sifatnya hampir sama dengan bahan alami yang sejenis. Berikut contoh zat aditif sintetis dan kegunaannya. a)
Pewarna Pada umumnya, jenis makanan atau masakan yang diberi bahan pewarna buatan akan tampak lebih menarik. Hal ini karena pewarna buatan dapat menghasilkan pewarnaan yang
53
Di unduh dari http://www.soppy.com.my/aroma-serai.html, tanggal 12 februari. Wisnu Cahyadi, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm 95-97. 55 Mulyono, kamus kimia (Jakarta: bumi aksara, 2006), cet. 1, hlm. 385. 54
28
lebih baik dibandingkan dengan pewarna alami. Selain itu, pewarna buatan dapat menghasilkan variasi-variasi warna tertentu yang hampir tidak mungkin dapat dibuat dengan bahan pewarna alami. Bahan-bahan kimia buatan yang biasa digunakan sebagai pewarna makanan antara lain adalah tartazine, carmosine, quinoline, yellow poncean 4R, sunset yellow, patent blue V, dan brilliant blue FCF. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui
SK
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
722/Menkes/per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Tabel 1 berikut ini adalah bahan pewarna sintetis yang diizinkan di Indonesia:
29
Tabel 1. Bahan Pewarna Sintetis yang Diizinkan di Indonesia56 Pewarna
Amaran
Amaranth: CI
Nomor Indeks Warna (C.I No.) 16185
Secukupnya
42090
Secukupnya
Batas Maksimum Penggunaan
Food Red 9 Biru Berlian
Brilliant Blue FCF: CI
Eritrosin
Food Red 2
45430
Secukupnya
Erithrosin: CI Hijau FCF
Food Red 14
42053
Secukupnya
Fast Green FCF : CI Hijau S
Food Green 3
44090
Secukupnya
73015
Secukupnya
16255
Secukupnya
Green S: CI. Food Indigotin
Green 4 Indigotin : CI Food
Ponceau 4R
Blue I ponceau 4R : CI
Secukupnya
Kuning
Food red 7
74005
Kuinelin
Quineline
15980
Secukupnya
yellow CI. Food yellow 13 Kuning FCF
Sunset yellow
-
Secukupnya
19140
Secukupnya
FCF CI. Food yellow 3
56
Riboflavina
Riboflavina
tartrazine
tartazine
Ibid,. hlm.55.
30
b) Pemanis Pemanis sintetis adalah pemanis pengganti gula pasir atau gula tebu atau sukrosa. Pemanis sintetis yang sering digunakan di antaranya: sakarin, aspartam, asesulfam, siklamat, sorbitol. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pemanis diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 208/Menkes/per/IV/85 mengenai bahan tambahan pangan. Berikut ini adalah bahan pemanis sintetis yang diizinkan di Indonesia dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor:HK.00.05.5.1.4547. Tabel 2. Bahan Pemanis Sintetis yang Diizinkan di Indonesia57 Nama Pemanis Sintetis
Aspartam Sakarin (serta garam natrium)
57
ADI Jenis Bahan Makanan (perkiraa n jumlah maksimu m yang diserap tubuh, mg/hari/ kapita) 0-40 mg 0-2,5 mg Makanan berkalori rendah: a. Permen karet
Batas Maksimum Penggunaan
50 mg/kg (sakarin)
b. Permen
100 mg/kg (Na-Sakarin)
c. Saos
300 mg/kg (Na-Sakarin)
d. Es lilin
300 mg/kg (Na-Sakarin)
e. Jelli
200mg/kg (Na-Sakarin)
Ibid,. hlm.72.
31
Siklamat (serta garam natrium dan garam kalium)
f. Minuman ringan
300mg/kg (Na-Sakarin)
g. Minuman yogurt
300mg/kg (Na-Sakarin)
h. Es krim
200mg/kg (Na-Sakarin)
i. Minuman ringan terfermentasi
50mg/kg (sakarin)
Makanan berkalori rendah: a. Permen karet
500mg/kg dihitung sebagai asam
b. Permen
siklamat 1gr/kg dihitung sebagai asam
c. Saos
siklamat 3gr/kg dihitung sebagai asam siklamat
d. Es krim
e. Es lilin
2gr/kg dihitung sebagai asam siklamat 1gr/kg dihitung sebagai asam siklamat
f. Jelli
1gr/kg dihitung sebagai asam
32
siklamat g. Minuman ringan
1gr/kg dihitung sebagai asam siklamat
h. Minuman yogurt
1gr/kg dihitung sebagai asam siklamat
i. Minuman ringan terfermentasi
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor:HK.00.05.5.1.4547 Tanggal
: 21 Oktober 2004
tentang penggunaan pemanis buatan yang diizinkan di Indonesia berdasarkan kategori pangan: 1. Sakarin (garam natrium, kalium, kalsium) Nilai kalori
: 0 kkal/g atau setara dengan 0 KJ/g
ADI
: 5mg/kg berat badan
No. Kat.
Kategori Pangan
Batas
Pangan
Penggunaan Maksimum (mg/kg)
01.1.2
Minuman
berbasis
susu,
beraroma, dan atau terfermentasi (misalnya: susu, coklat, kakao, yogurt
minuman,
minuman
berbasis whey). 01.2.1
Susu fermentasi, dan produk susu 200 hasil
hidrolisa
(tawar)
33
enzim
rennin
400
01.2.2
Susu yang digumpalkan dengan CPPB enzim rennin
01.6.1
Keju tanpa pemeraman (mentah)
01.7
Makanan penutup atau pencuci 200 mulut
berbahan
dasar
100
susu
(misalnya : es susu, puding, buah atau yogurt beraroma) 02.4
Makanan
penutupatau
pencuci 100
mulut berbasis lemak, termasuk produk siap santap dan produk mix (campuran kering) 03.0
Es, termasuk sherbet dan sorbet
300
04.1.2.3
Buah dalam cuka, minyak dan 160 larutan garam
04.1.2.4
Buah yang dipasteurisasi dalam 200 kaleng atau buah dalam botol
04.1.2.5
Jem, jeli dan marmalad
04.1.2.6
Produk oles berbasis buah-buahan 200 (misalnya:
chutney)
200
tidak
termasuk produk pada kategori 04.1.2.5 04.1.2.7
Buah bergula
04.1.2.8
Bahan
baku
500 berbasis
buah- 200
buahan, meliputi bubur buah, puree, toping buah dan santan kelapa 04.1.2.9
Makanan mulut
penutupatau berbasis
pencuci 100
buah-buahan,
termasuk pencuci mulut berbasis air beraroma buah
34
04.2.2.1
Sayuran, kacang-kacangan dan 500 biji-bijian beku
04.2.2.2
Sayuran, rumput laut kacang- 500 kacangan dan biji-bijian kering
2. Siklamat (asam siklamat dan garam natrium, kalium,) Nilai kalori ADI
: 0kkal/g atau setara dengan 0 KJ/g : 0-11 mg/kg berat badan
No.
Kategori Pangan
Batas
Kat.
penggunaan
Pangan
maksimum (mg/kg)
01.1.2
Minuman berbasis susu, beraroma,
400
dan/ atau terfermentasi (misalnya: susu,coklat,kakao,yogurt minuman, berba minuman whey) 01.2
Susu fermentasi dan produk susu
CPPB
hasil hidrolisa enzim rennin (tawar) 01.7
Makanan penutup atau pencuci mulut
berbahan
dasar
250
susu
(misalnya : es susu, puding, buah atau yogurt beraroma) 02.4
Makanan
penutupatau
pencuci
250
mulut berbasis lemak, termasuk produk siap santap dan produk mix (campuran kering) 03.0
Es, termasuk sherbet dan sorbet
04.1.2.4 Buah yang dipasteurisasi dalam
250 1000
kaleng atau buah dalam botol 04.1.2.5 Jem, jeli dan marmalad
35
1000
04.1.2.6 Produk oles berbasis buah-buahan
1000
(misalnya: chutney) tidak termasuk produk pada kategori 04.1.2.5 04.1.2.7 Buah bergula
500
04.1.2.8 Bahan baku berbasis buah-buahan,
250
meliputi bubur buah, puree, toping buah dan santan kelapa 04.1.2.9 Makanan mulut
penutupatau berbasis
pencuci
250
buah-buahan,
termasuk pencuci mulut berbasis air beraroma buah 04.2.2.4 Sayuran dalam kaleng, botol atau
100
dalam retort pouch 04.2.2.6 Bahan baku dan bubur (pulp)
250
sayuran, kacang-kacangan dan bijibijian (misalnya: makanan penutup dan saus sayuran, sayuran bergula) selain produk kategori 04.2.2.5 05.1
Produk kakao dan produk coklat
500
imitasi dan coklat pengganti
3. Asesulfam-K Nilai kalori : 0 kkal/g atau setara dengan 0 KJ/g ADI No.
: 15mg/kg berat badan Kategori Pangan
Batas
Kat.
penggunaan
Pangan
maksimum (mg/kg)
01.1.2
Minuman berbasis susu, beraroma, dan/ atau terfermentasi (misalnya:
36
500
susu,coklat,kakao,yogurt minuman, berba minuman whey) 01.2
Susu fermentasi, dan produk susu
500
hasil hidrolisa enzim rennin (tawar) 01.3.1
Susu kental (tawar)
500
01.3.2
Krimmer minuman
CPPB
01.4
Krim (tawar)
CPPB
01.5.1
Susu
bubuk
dan krim
bubuk
CPPB
(tawar) 01.6.1
Keju tanpa peneraman
CPPB
01.7
Makanan penutup atau pencuci
1000
mulut
berbahan
dasar
susu
(misalnya : es susu, puding, buah atau yogurt beraroma) 02.3
Emulsi lemak termasuk produk
CPPB
mix atau produk beraroma berbasis emulsi lemak 02.4
Makanan
penutupatau
pencuci
1000
mulut berbasis lemak, termasuk produk siap santap dan produk mix (campuran kering) 03.0
Es, termasuk sherbet dan sorbet
800
04.1.2.1 Buah beku
500
04.1.2.2 Buah kering
500
04.1.2.3 Buah dalam cuka, minyak dan
200
larutan garam 04.1.2.4 Buah yang dipasteurisasi dalam
500
kaleng atau buah dalam botol 04.1.2.5 Jem, jeli dan marmalad
1000
04.1.2.6 Bahan baku dan bubur (pulp)
1000
37
sayuran, kacang-kacangan dan bijibijian (misalnya: makanan penutup dan saus sayuran, sayuran bergula) selain produk kategori 04.2.2.5 04.1.2.7 Buah bergula
500
04.1.2.8 Bahan baku berbasis buah-buahan,
1000
meliputi bubur buah, puree, toping buah dan santan kelapa c)
Pengawet Pengawet digunakan agar makanan lebih tahan lama dan tidak cepat busuk bila disimpan. Pengawet sintetis yang sering digunakan diantaranya: Natrium benzoat, Natrium nitrit, Asam propionat, Asam sorbat. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pengawet yang diizinkan untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/per/IX/88 mengenai bahan tambahan pangan. Table 2 berikut ini adalah bahan pengawet sintetis yang diizinkan di Indonesia: Tabel 3. Bahan Pengawet Sintetis yang Diizinkan di Indonesia58
No
Nama BTP
1
Belerang
Acar ketimun dalam
dioksida
botol
Jenis Bahan Pangan
Badan Maksimum Penggunaan
50 mg/kg
Jam dan jelli;marmalad
100 mg/kg
Pekatan sari buah; pasta
350 mg/kg
tomat Gula bubuk (untuk hiasan kue); dekstrosa bubuk Gula pasir 58
Ibid,. hlm.11-12
38
20 mg/kg 70 mg/kg 70 mg/kg
Vinegar
70 mg/kg
Sirup
70 mg/kg
Bir; minuman ringan
200 mg/kg
Anggur
450 mg/kg
Sossis Ekstrak kopi kering Gelatin
150 mg/kg 1 gr/kg 500 mg/kg
2
Kalium
Potongan kentang
50 mg/kg, tunggal
bisulfit
goreng beku
atau campuran dengan senyawa sulfit lainnya.
Udang beku
100 mg/kg bahan mentah; 30 mg/kg produk yang telah dimasak, tunggal atau campuran dengan senyawa sulfit lainnya.
Pekatan sari nanas
500 mg/kg, tunggal atau campuran dengan senyawa sulfit, atau dengan asam benzoat, asam sorbat, dan garamnya.
3
Kalium
Daging olahan ;
500 mg/kg, tunggal
nitrat
daging awetan
atau campuran dengan Na-nitrat dihitung sebagai Na-nitrat.
39
Keju
50 mg/kg, tunggal atau campuran dengan Na-nitrat
4
Kalium
Daging olahan; daging 125 mg/kg, tunggal
nitrit
awetan
atau campuran dengan Na-nitrit, dihitung sebagai Na-nitrit.
Kornet kalengan
50 mg/kg, tunggal atau campuran dengan Na-nitrit, dihitung sebagai Na-nitrit.
5
Natrium
Daging olahan; daging 500 mg/kg, tunggal
nitrat
awetan
atau campuran dengan K-nitrat.
Keju
50 mg/kg, tunggal atau campuran dengan K-nitrat.
d) Penyedap Bahan penyedap buatan yang sering digunakan adalah MSG (Monosodium Glutamat). Penyedap buatan MSG ini lebih dikenal dengan vetsin. MSG atau vetsin ini dibuat dari air tebu
yang
difermentasi
dengan
bakteri
micrococcus
glutamicius Kegunaannya dapat menambah rasa sedap pada masakan dan menimbulkan selera makan. Penggunaan MSG pada makanan dapat meningkatkan atau menciptakan rasa gurih atau sedap pada makanan. Biasanyan makanan yang menggunakan MSG ini merupakan
40
makanan yang bercita rasa asin, asam dan pedas seperti bakso, soto, opor, gulai dan rendang. Tabel.4. Batas Maksimum Penggunaan Penyedap Rasa sesuai Acceptable Daily Intake (ADI)59 Kode
Nama Bahan
Dosis Maksimum/Kg Berat Badan
e)
620
L- Asam Glutamat
0-120 mg
621
Mono Sodium Glutamat
0-120 mg
622
Mono Potasium Glutamat
-
623
Kalsium Dihidrogen Di-L-Glutamat 0-120 mg
627
Sodium guanilat
Tidak ditentukan
631
Sodium 5’ – Inosinat
Tidak ditentukan
635
Sodium 5’ –Ribonukleotida
Tidak ditentukan
636
Maltol
0-1 mg
637
Ethyil Maltol
0-2 mg
Antioksidan Antioksidan
merupakan
senyawa
yang
dapat
memperlambat oksidasi didalam bahan. Antioksidan terutama penting dalam melindungi lemak, bahan pangan yang dapat dibuat dengan lemak sabun, produk karet, produk protelium, plastik, kosmetik dan obat-obatan. Meskipun kerusakan mikrobiologis merupakan faktor utama yang perlu diperhatikan dalam pengawetan bagian karbohidrat dan protein suatu produk pangan, namun oksidasi adalah faktor utama yang memengaruhi kualitas lemak, minyak, dan bagian lemak dari pangan.
59
Ibid,. hlm.94
41
Kegunaannya melindungi makanan yang mengandung lemak atau minyak dari ketengikan. Ketengikan terjadi karena minyak atau lemak yang terkandung dalam makanan rusak oleh proses oksidasi. 60 c.
Batas Penggunaan Zat Aditif Penggunaan bahan makanan pangan tersebut di Indonesia telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan Undang-undang, Peraturan Menteri Kesehatan dan lain-lain disertai dengan batasan maksimum penggunaannya. Di samping itu UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan Pasal 10 ayat 1 dan 2 beserta penjelasannya erat kaitannya dengan bahan tambahan makanan yang pada intinya adalah untuk melindungi konsumen agar penggunaan bahan tambahan makanan tersebut
benar-benar
aman
untuk
dikonsumsi
dan
tidak
membahayakan. Informasi mengenai batas maksimal penggunaan harian (BMP) sangat penting diketahui oleh para masyarakat. BMP merupakan batasan yang tidak menimbulkan resiko jika dikonsumsi oleh manusia dengan perhitungan per kg berat badan. Namun demikian penggunaan bahan tambahan makanan tersebut yang melebihi ambang batas yang ditentukan ke dalam makanan atau produk-produk makanan dapat menimbulkan efek sampingan yang tidak dikehendaki dan merusak bahan makanan itu sendiri, bahkan berbahaya untuk dikonsumsi manusia. Semua bahan kimia jika digunakan secara berlebih pada umumnya bersifat racun bagi manusia. Tubuh manusia mempunyai batasan maksimum dalam mentolerir seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan yang disebut ADI atau Acceptable Daily Intake. ADI menentukan seberapa banyak konsumsi bahan tambahan makanan setiap hari yang dapat diterima dan dicerna sepanjang hayat tanpa mengalami resiko kesehatan. 60
Ibid, hlm.73-121
42
d.
Dampak Penggunaan Bahan Kimia Buatan Secara umum, penggunaan bahan-bahan kimia tambahan pada makanan, baik bahan alami maupun buatan, dapat memberikan manfaat keuntungan bagi kita. Akan tetapi, penggunaan bahan kimia buatan yang berlebihan pada makanan juga dapat menimbulkan dampak negatif atau kerugian bagi kita. 1. Manfaat Bahan Kimia Tambahan Pada Makanan Penggunaan bahan tambahan pada makanan atau minuman dapat memberikan beberapa manfaat atau keuntungan sebagai berikut. a. Dapat mempertahankan dan meningkatkan nilai gizi suatu makanan atau minuman. b. Dapat meningkatkan nilai ekonomis suatu produk makanan atau minuman. c. Dapat mengawetkan makanan atau minuman, sehingga dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama. d. Membuat makanan atau minuman menjadi lebih menarik dan menggugah selera. e. Menambah cita rasa pada makanan atau minuman. 2. Kerugian Penggunaan Bahan Kimia Buatan. Disamping memberikan manfaat, penggunaan bahan-bahan tambahan pada makanan juga menimbulkan beberapa kerugian, diantaranya adalah dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia, terutama untuk bahan-bahan tambahan buatan. Bahan kimia buatan yang merugikan bagi kesehatan diantaranya adalah: a. Asam borat Merupakan senyawa bor yang dikenal juga dengan nama borax. Digunakan atau ditambahkan ke dalam pangan/bahan pangan sebagai pengenyal atau pengawet. Pemakaian
43
berulang
atau
absorpsi
dapat
mengakibatkan
toksik
(keracunan). b. Dulsin Dulsin atau dulcin juga dikenal dengan nama perdagangan sucrol atau valsin. Dulsin dalam bahan pangan digunakan sebagai pengganti sukrosa bagi orang yang perlu diet (nonnutritive sweetening agent) karena dulsin tersebut tidak mempunyai nilai gizi. c. Formalin Formalin merupakan bahan kimia yang efisien, tetapi dilarang ditambahkanpada bahan pangan (makanan), tetapi ada kemungkinan formalin digunakan dalam pengawetan susu, tahu, mie, ikan basah dan produk pangan lainnya. 3. Mengatasi Masalah Penggunaan Bahan Kimia Buatan. Adapun cara-cara untuk mengatasi masalah penggunaan bahan kimia buatan antara lain sebagai berikut. a. Periksa kemasan makanan agar kita bisa memastikan bahwa makanan telah terkemas dengan rapi dan tertutup rapat sehingga terhindar dari reaksi dengan udara dan terhindar dari bakteri atau kuman-kuman penyakit. b. Periksa tanggal kadaluwarsa yang tertera pada kemasan makanan. c. Lihat komposisi bahan, pastikan bahan-bahan tambahan yang terdapat dalam makanan merupakan bahan-bahan yang aman dan jumlah bahan tersebut tidak menempati porsi terbesar dalam makanan. d. Periksa bahwa makanan tersebut telah terdaftar di Departemen Kesehatan RI dan memperoleh lisensi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
44
4. Meningkatkan Hasil Belajar kimia Melalui Resitasi pada Materi Pokok Zat Aditif dalam Makanan Proses belajar mengajar merupakan suatu proses pendidikan yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah harus melalui pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran tercapai, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan memperhatikan efektifitas dan efisiensi dari kegiatan belajar mengajar yang telah di rencanakan. Oleh sebab itu, guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat untuk siswa. Metode pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. 61 Penerapan suatu model pembelajaran, pendekatan, metode dan atau teknik pembelajaran beserta alat/bahan pendukung sudah pasti disesuaikan dengan tujuan/indikator yang akan dicapai, disesuaikan dengan materi dan juga disesuaikan dengan kebutuhan/kondisi peserta didik. Suatu metode pembelajaran dipilih dan dilaksanakan agar pembelajaran efektif dan efisien. Peneliti memilih metode pembelajaran resitasi agar siswa lebih aktif dan lebih antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Metode resitasi dapat meningkatkan proses kerjasama antar siswa dan dapat menggali potensi peserta didik dalam mengerjakan tugas yang diberikan, sehingga siswa benar-benar belajar tidak hanya secara individu, tetapi juga secara kooperatif agar semua anggota kelompoknya mampu memahami materi pelajaran. Hasilnya, siswa saling memberi pemahaman pada sesama teman, sehingga materi pelajaran dapat dipahami oleh siswa secara menyeluruh. Metode resitasi memungkinkan terjadinya partisipasi aktif dari siswa untuk belajar sehingga dapat 61
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 1.
45
memperlancar proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa pada materi pokok zat aditif dalam makanan dapat meningkat.
B. Kajian pustaka yang relevan 1. Skripsi yang disusun oleh Muh Sulaiman Siddiq Amin (3505068), tahun 2007, Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah dengan judul “Pengaruh Persepsi tentang Pemberian Tugas Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V dan VI Pada Materi Pelajaran SKI di MI Imam Puro Lubangindangan Purworejo Th 2006/2007”. Dari penelitian ini diperoleh data bahwa persepsi tentang pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran SKI di di MI Imam Puro Lubangindangan Purworejo Th 2006/2007.62 2. Skripsi yang disusun oleh Achmad Sifronul Wildan (3105051), tahun 2009, Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah dengan judul “Pengaruh Sikap Peserta Didik Dalam Metode Resitasi Terhadap Hasil Belajar Biologi Materi Hormon Kelas XI MA Bawu Jepara”. Dari penelitian ini diperoleh data bahwa Sikap Peserta Didik Dalam Metode Resitasi Terhadap Hasil Belajar Biologi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di MA Bawu Jepara.63 3. Skripsi yang disusun oleh Khoiril Waro (3101294), tahun 2007, Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah dengan judul “Pengaruh Metode Resitasi dan Bimbingan Belajar Orangt Tua Terhadap Kreatifitas Belajar Peserta Didik MA Rohmaniyah Mranggen Demak”. Dari penelitian ini diperoleh data bahwa dengan penggunaan metode
62
Muh Sulaiman Siddiq Amin, “Pengaruh Persepsi tentang Pemberian Tugas Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V dan VI Pada Materi Pelajaran SKI di MI Imam Puro Lubangindangan Purworejo Th 2006/2007”, Skripsi IAIN Walisongo, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2007). 63 Achmad Sifronul Wildan, “Pengaruh Sikap Peserta Didik Dalam Metode Resitasi Terhadap Hasil Belajar Biologi Materi Hormon Kelas XI MA Bawu Jepara”, Skripsi IAIN Walisongo, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2009).
46
resitasi dan bimbingan belajar orang tua dapat meningkatkan kreatifitas belajar siswa.64 4. Skripsi yang disusun oleh Ainun Nihayah
(3105237), tahun 2009,
Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) pada Materi Pokok Virus di Kelas X MA Negeri 02 Pati”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penggunaan metode resitasi dan bimbingan belajar orang tua dapat meningkatkan kreatifitas belajar siswa. 65 Dari kajian pustaka di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian yang sudah ada tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Muh Sulaiman Siddiq Amin lebih fokus pada Pengaruh Persepsi tentang Pemberian Tugas Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V dan VI Pada Materi Pelajaran SKI, Achmad Sifronul Wildan lebih fokus pada Pengaruh Sikap Peserta Didik Dalam Metode Resitasi Terhadap Hasil Belajar Biologi Materi Hormon, Khoiril Waro lebih fokus Pengaruh Metode Resitasi dan Bimbingan Belajar Orangt Tua Terhadap Kreatifitas Belajar Peserta Didik Penelitian yang dilakukan oleh Ainun Nihayah lebih fokus pada Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) pada Materi Pokok Virus. Sedangkan pada penelitian ini lebih fokus pada upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode resitasi pada materi pokok zat aditif dalam makanan.
64
Khoiril Waro “Pengaruh Metode Resitasi dan Bimbingan Belajar Orangt Tua Terhadap Kreatifitas Belajar Peserta Didik MA Rohmaniyah Mranggen Demak”, Skripsi IAIN Walisongo, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2007). 65 Ainun Nihayah “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) pada Materi Pokok Virus di Kelas X MA Negeri 02 Pati”, Skripsi IAIN Walisongo, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2009).
47
C. Hipotesis Tindakan Dengan uraian di atas, maka hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah metode resitasi mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa di kelas VIII MTs. Mansaul Huda Tahun 2009/2010 materi pokok Zat Aditif dalam Makanan dengan hasil yang sesuai dengan indikator keberhasilan. .
48
BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini dilaksanakan di MTs. Mansaul Huda Rembang. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs. Mansaul Huda Rembang Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa sebanyak 27 siswa.
B. Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini sudah dilaksanakan pada awal semester genap kelas VIII MTs. Mansaul Huda Rembang Tahun Ajaran 2009/2010 yang disesuaikan dengan jadwal di madrasah.
C. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran kimia. Peneliti bertindak sebagai mitra (kolaboratif), sedangkan guru mata pelajaran kimia tersebut sebagai penyaji (yang melakukan). Setiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahap yang meliputi : 1) tahap perencanaan, 2) implementasi tindakan, 3) observasi dan 4) analisis dan refleksi. Berikut ini akan digambarkan tahap-tahap dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
49 49
Siklus I Permasalahan .
Perencanaan
Analisis dan Refleksi
Implementasi tindakan
Observasi
Siklus II Penyempurnaan siklus I
Perencanaan
Implementasi tindakan
Analisis dan Refleksi
Observasi
Hasil
Gambar 4. Bagan Tahap-Tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas Keterangan : a. Siklus I 1. Tahap Perencanaan Peneliti dan guru menyiapkan bahan ajar dan instrumen yang meliputi: -
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada materi yang telah direncanakan, kemudian diserahkan kepada guru.
-
Soal resitasi siklus I.
-
Soal individu siklus I dan kunci jawabannya.
-
Pembentukan kelompok secara heterogen yang didasarkan pada nilai ulangan materi sebelumnya.
-
Lembar skor kelompok dan individu siklus I
50
2. Tahap Implementasi Tindakan Guru melaksanakan semua tahapan yang ada di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I. 3. Tahap Observasi Peneliti melakukan pengamatan selama proses pembelajaran pada siklus I berlangsung . 4. Tahap Analisis dan Refleksi 1. Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan pengajaran siklus I. 2. Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan kegiatan penelitian siklus II. b. Siklus II Pada prinsipnya, semua kegiatan siklus II sama dengan kegiatan pada siklus I. Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I, terutama didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I. a. Tahapannya tetap Perencanaan, Implementasi Tindakan, Observasi dan Analisis-Refleksi. b. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada materi yang telah direncanakan, kemudian diserahkan kepada guru. c. Diharapkan penerapan metode pembelajaran
resitasi dapat
terlaksana lebih lancar dan hasil belajar siswa semakin tinggi . Jika sampai pada siklus II tidak terjadi peningkatan hasil belajar siswa, maka siklus pembelajaran akan berlanjut sampai tercapai peningkatan hasil belajar sesuai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa, oleh sebab itu dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran kimia, seorang guru dapat menerapkan metode resitasi dengan langkahlangkah yang benar.
51
Langkah-langkah pembelajaran metode resitasi dalam penelitian ini adalah : a) Persiapan 1. Pembentukan kelompok Dalam penelitian ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5-6 anggota dengan kemampuan heterogen.
Setelah
kelompok
berhasil
dibentuk,
guru
menjelaskan pada siswa aturan main dari pembelajaran yang akan mereka lalui selama belajar materi Zat Aditif Dalam Makanan dengan metode pembelajaran resitasi. 2. Menentukan skor awal Skor awal merupakan skor rata-rata siswa dari nilai ulangan materi-materi zat aditif dalam makanan tahun sebelumnya. 3. Membuat RPP sesuai dengan materi yang akan dibahas. 4. Membuat soal untuk dicari penyelesaiannya, melalui metode pembelajaran resitasi. 5. Membuat soal individu b) Tahap Pembelajaran 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran seperti terdapat dalam rencana pembelajaran. Selain itu guru juga memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar. 2. Guru meminta siswa bergabung sesuai dengan pembagian kelompok yang telah diberitahukan sebelumnya. 3. Guru memberikan soal resitasi pada masing-masing kelompok. 4. Masing-masing kelompok mengerjakan soal, dan memastikan seluruh anggota mereka mengetahui dan memahami jawaban tersebut, sesuai waktu yang telah ditentukan. 5. Guru bersama dengan siswa membahas jawaban siswa dan mendiskusikannya.. 6. Guru memberikan ulasan dan penekanan terhadap materi yang baru dibahas bersama.
52
7. Guru meminta siswa untuk kembali ketempat duduk masingmasing dan membimbing siswa untuk membuat rangkuman dari materi yang dibahas. 8. Guru memberikan reward atau penghargaan kepada kelompok yang dinilai paling aktif, berdasarkan kesepakatan kelas 9. Guru memberikan soal individu untuk dikerjakan secara individu oleh siswa.
D. Metode Pengumpulan Data. a. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan sebagainya.66 Ada bermacam-macam dokumen yang dapat digunakan dalam penelitian. dalam penelitan ini, instrument yang penulis gunakan adalah hasil dokumentasi dari pelaksanaan pembelajaran di MTs. Mansaul Huda Rembang dengan menggunakan metode resitasi.. Teknik
pengumpulan
data
dengan
dokumentasi
ialah
pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen penelitian.67 Metode ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama siswa yang termasuk dalam subjek penelitian, data-data yang berkaitan dengan madrasah, mulai dari struktur organisasi, daftar nama siswa yang menjadi subjek, pengambilan gambar dan lain-lain. b. Metode Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.68 Tes yang digunakan adalah ulangan dengan bentuk soal essay dengan jumlah
66
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hlm. 206. 67 Rochiati wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, (Bandung; Remaja Rosda Karya Offset,2008), hlm.121. 68 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm.150.
53
soalnya 10 butir yang diberikan setiap akhir siklus. Test ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi. Cara pengumpulan datanya yaitu, data hasil belajar diambil dari hasil evaluasi berupa tes yang diberikan siswa pada akhir siklus.
E. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan merupakan analisis yang mampu mendukung tercapainya tujuan dari kegiatan penelitian, berdasarkan tujuan dasar yang ingin dicapai yaitu menambah keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, kinerja guru meningkat, dan hasil belajar siswa dalam materi zat aditif dalam makanan. Meningkatnya hasil belajar siswa ditandai dengan rata-rata hasil belajar siswa adalah 65, dengan ketuntasan belajar ≥ 75% dari jumlah seluruh siswa. Rata-rata hasil belajar dalam setiap siklus dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif , yaitu:
Rata-rata
Jumlah nilai soal seluruh siswa = Jumlah seluruh siswa
Sedangkan ketuntasan belajar dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif prosentase, yaitu:
Ketuntasan Belajar =
Jumlah siswa yang memperoleh nilai Jumlah seluruh siswa
≥ 65
F. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu, Meningkatnya hasil belajar siswa kelas VIII MTs. Mansaul Huda Rembang tahun 2009/2010 pada materi pokok Zat Aditif Dalam Makanan yang ditandai dangan rata-rata hasil belajar
≥ 65, dengan ketuntasan belajar ≥ 20 siswa.
54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Awal Kondisi awal subjek penelitian diperoleh setelah peneliti melakukan kunjungan ke sekolah, peneliti melihat proses pembelajaran di dalam kelas, didapati siswanya kurang antusias mengikuti proses pembelajaran. Menurut salah seorang siswa, selama ini kegiatan di dalam kelas hanya menggunakan metode ceramah dan kurangnya kesiapan siswa. Hal ini diperkuat pernyataan dari Bapak Khoirul Ashar (guru IPA kelas VIII) diwaktu yang sama pada tanggal 20 januari di MTs Mansaul Huda. Selama ini proses belajar menggunakan metode ceramah. Alasannya sangat sederhana, karena sangat sulit mengajak peran aktif siswa.69 Nilai yang diperoleh siswa kelas VIII MTs Mansaul Huda Rembang, belum mencapai hasil belajar yang memuaskan. Hal ini didasarkan, hasil ulangan harian IPA tahun yang lalu (tahun 2008-2009) khususnya kimia masih rendah, dan belum mencapai standar ketuntasan, yaitu dengan rata-rata kelas 62,36 dan siswa yang tuntas 18 siswa dari 44 siswa.70 Kegiatan pembelajaran kimia di kelas VIII MTs Mansaul Huda Rembang sebelum tindakan menunjukkan bahwa guru lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagai pemberi pengetahuan dengan penggunaan ceramah sebagai metode pembelajaran utama. Akibatnya, siswa memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan sendiri, sehingga siswa akan lebih cepat lupa dengan materi yang disampaikan dan potensi siswa belum tergali secara optimal. Dengan proses belajar-mengajar yang seperti itu, banyak siswa merasa kesulitan memahami dan menghafal konsep kimia serta kurang antusias dan kurang siap ketika belajar kimia dan menjadikan siswa cenderung pasif. Siswa juga menyatakan bahwa belajar kimia yang selama ini dilakukan 69
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Khoirul Atshar guru IPA kelas VIII MTs Mansaul Huda Rembang, Rembang: 20 januari 2010. 70 Arsip nilai tiap semester (genap) MTs Mansaul Huda Rembang tahun 2009.
55
dengan menggunakan ceramah cenderung monoton dan tidak menyenangkan, konsep kimia yang diajarkan di kelas kurang terkait dengan kehidupan seharihari.71 Mencermati masalah di atas, maka diperlukan suatu pembelajaran yang beda dan menarik minat siswa untuk secara aktif mengikuti pelajaran kimia. Berdasarkan kondisi awal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan tindakan guna membantu siswa memahami materi. Langkah yang diambil peneliti adalah dengan menerapkan pembelajaran metode resitasi untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi kimia, sehingga siswa lebih aktif dalam belajar kimia. B. Persiapan Penelitian Sebelum melakukan tindakan kelas, peneliti bersama guru mitra melakukan persiapan-persiapan sebagai berikut: 1. Menyiapkan bahan ajar Sebelum pelaksanaan pembelajaran metode resitasi dilaksanakan di kelas, peneliti bersama guru mitra mempersiapkan bahan ajar yang diperlukan yaitu: a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I, dan II (terlampir). b. Soal resitasi siklus I dan II (terlampir). c. Soal individu siklus I, dan II untuk siswa beserta kunci jawabannya. 2. Menentukan skor awal Skor awal merupakan skor rata-rata dari ulangan bab zat aditif dalam makanan siswa kelas VIII tahun sebelumnya (tahun ajaran 2008). 3. Membagi siswa kedalam kelompok yang heterogen Setelah diperoleh data siswa, peneliti dan guru mitra bersama–sama menyiapkan pembagian kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen (terlampir).
71
Berdasarkan hasil wawancara dengan Anis dkk, siswa kelas VIII MTs Mansaul Huda Rembang, Rembang: 20 januari 2010.
56
4. Menyiapkan waktu pembelajaran Penelitian
yang
dilakukan
diusahakan
tidak
mengubah
kondisi
pembelajaran di sekolah. Untuk itu peneliti dan guru mitra menyusun jadwal pembelajaran tanpa mengubah jadwal yang ada. Diperoleh jadwal pembelajaran di kelas yaitu: No
Rencana kegiatan 2
2 2
3
Observasi awal (pra siklus) Persiapan a. Menyusun konsep pelaksanaan pembelajaran b. Menyusun instrumen penelitian c. Menyepakati tugas dan jadwal penelitian d. Diskusi konsep pelaksanaan penelitian Pelaksanaan a. Mempersiapka n bahan pembelajaran b. Pelaksanaan siklus I c. Melakukan refleksi tindakan siklus I d. Pelaksanaan siklus II e. Melakukan refleksi tindakan siklus II
Waktu (minggu ke-) Februari 4 2 2 3 4
Januari 2 3 X
X
X
X
X
X
X
X X
X X
57
2
Maret 2 3
4
4
Pembuatan laporan Menyusun konsep laporan penelitian Penyelesaian laporan
X
X
X
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Siklus I Pelaksanaan pembelajaran kimia siklus I di kelas VIII dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 13 Februari 2010, dengan metode pembelajaran resitasi pada materi pokok zat aditif dalam makanan, sub bab pengertian zat aditif, fungsi dan macam-macam zat aditif yaitu zat aditif alami dan zat aditif sintesis atau buatan sesuai dengan langkah-langkah dalam skenario pembelajaran (terlampir). Siklus I dibagi dalam beberapa tahap: a. Tahap Perencanaan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Kegiatan yang dilakukan antara lain: 1) Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan indikator siswa mampu mengidentifikasikan contoh bahan-bahan zat
aditif yang
terdapat
dalam
makanan
dan
minuman,
mengelompokkan zat aditif dalam kehidupan sehari-hari dan menyebutkan beberapa dampak negatif atau efek samping dari penggunaan zat aditif. (Lampiran 2). 2) Guru membuat soal-soal resitasi (soal kelompok) untuk dikerjakan bersama oleh siswa yang terdiri dari 4 soal (Lampiran 3) 3) Guru membuat soal individu yang terdiri dari 20 buah soal beserta kuncinya (Lampiran 4&5) 4) Guru membagi kelompok secara heterogen. Satu kelas dibagi menjadi 5 kelompok. Nama anggota setiap kelompok di lampiran 13.
58
5) Guru mempersiapkan alat dokumentasi. b. Tahap Implementasi Tindakan Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan skenario
pembelajaran
yang
telah
direncanakan
dalam
RPP
sebelumnya (Lampiran 2). Namun dalam pelaksanaan RPP tersebut ada beberapa tahap yang belum dapat terlaksana. Ketika guru menginstruksikan agar tiap kelompok mengidentifikasi produk yang telah mereka bawa, kelas menjadi gaduh dan masing-masing kelompok saling berhamburan ke kelompok-kelompok yang lain. Hal ini membuat alokasi waktu yang dibutuhkan bertambah. Begitu pula ketika guru meminta tiap kelompok mempertanggungjawabkan hasil dari tugas resitasi mereka. Sebagian kelompok terlihat masih belum dapat bekerja sama dengan baik. Siswa yang telah ditunjuk untuk mewakili kelompoknya dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka belum dapat berjalan lancar. Beberapa kelompok belum dapat mempresentasikan hasil kerja mereka karena waktu yang terbatas. Guru memilih menggunakan waktu yang tersisa untuk memberikan penjelasan, penguatan dan penekanan pada poin-poin tertentu dari materi yang diajarkan, kemudian memberikan soal individu. c. Tahap Observasi Tahap ini merupakan pelaksanaan resitasi atau tugas oleh siswa dalam
memecahkan
soal
yang
diberikan
oleh
guru
secara
berkelompok. Dari pengamatan oleh guru partner/guru mitra, selama proses pembelajaran pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Rencana pembelajaran belum dapat terlaksana secara utuh sehingga ada tahapan-tahapan yang tidak dilakukan 2) Guru kurang dapat memberikan motivasi kepada peserta didik.. 3) Siswa belum dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya. 4) Guru belum dapat mengelola waktu dengan baik
59
d. Tahap Analisis dan Refleksi Hasil pelaksanaan metode resitasi pada siklus pertama belum dapat dikatakan maksimal. Perlu adanya spesifikasi tugas
yang
diberikan pada kelompok sehingga tidak terjadi banyak kesamaan pada tiap kelompok dalam membawa bahan yang diresitasikan. Siswa dalam mengidentifikasi produk-produk yang diresitasikan belum dapat maksimal.
Materi
belum
dapat
tersampaikan
melalui
proses
identifikasi bahan, menjawab soal dan presentasi dari masing-masing kelompok, sehingga penjelasan guru pada siklus 1 ini masih sangat mendominasi pemahaman mereka. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode resitasi pada siklus 1 ini masih dirasa membingungkan bagi siswa, karena siswa belum bisa sepenuhnya menangkap penjelasan dari tugas yang disampaikan oleh guru tersebut. Oleh karena itu perlu adanya penjelasan ulang dari guru pada siswa tentang bagaimana pelaksanaan metode resitasi ini. Berdasarkan hasil penelitian, setelah diterapkan metode resitasi diperoleh data siklus I rata–rata kelas mencapai 65,7 dengan siswa yang tuntas 12 siswa (Lampiran 16). Rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh sudah lebih baik bila dibandingkan dengan kondisi awal sebelum pelaksanaan tindakan, namun masih belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu rata-rata hasil belajar ≥ 65 dengan siswa yang tuntas ≥ 20 siswa. Belum tercapainya indikator keberhasilan hasil belajar siswa pada siklus I ini dikarenakan siswa yang kurang siap untuk belajar dengan metode yang berbeda dari yang biasanya mereka terima. Hal ini menyebabkan adanya kebingungan terhadap konsep pembelajaran yang ditambah kurangnya keberanian siswa untuk bertanya. Kerjasama siswa dalam kelompok masih rendah, terbukti dengan skor kelompok yang rata-rata masih rendah. Kendala-kendala yang dialami pada siklus I diantaranya adalah siswa masih terbiasa dengan pola pembelajaran sebelumnya, yaitu guru
60
sebagai sumber utama, sehingga guru kesulitan dalam mengelola kelas. Siswa gaduh, kurang memperhatikan petunjuk atau penjelasan dari guru dan waktu pembelajaran melebihi alokasi yang ditentukan. Selain itu perpustakaan sekolah belum dapat diandalkan untuk menjadi sumber belajar yang kompeten, dan Lembar Kerja Siswa yang digunakan masih sangat minim dalam menjelaskan materi, sehingga siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan soal kelompok, dan hanya siswa pandai yang mendominasi. Hal ini terbukti dari nilai kelompok dan individu siswa pada siklus I yang masih rendah. . Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka dihasilkan langkahlangkah sebagai usaha mengatasi kendala-kendala tersebut, agar tidak kembali muncul pada siklus II, tindakan-tindakan tersebut diantaranya adalah: 1) Memberikan penjelasan ulang pada siswa tentang aturan main dan tujuan dari metode resitasi diluar jam pembelajaran yang telah disepakati waktunya antara guru dengan siswa. Dengan tujuan, siswa dapat memahami aturan main pembelajaran metode resitasi tanpa mengganggu waktu belajar mereka. 2) Guru harus lebih aktif dalam memotivasi dan membimbing siswa untuk
melakukan
interaksi
dalam
kelompoknya
dalam
menyelesaikan soal. Sehingga siswa dapat saling memberi pemahaman pada sesama teman kelompoknya. 3) Guru harus mampu meningkatkan pengelolaan waktu dalam kegiatan pembelajaran. 4) Untuk mengatasi minimnya materi yang ada pada LKS, maupun di perpustakaan sekolah, maka guru harus memberikan tugas pada siswa untuk dicari informasinya di luar jam pelajaran melalui media-media atau sumber-sumber yang dijelaskan oleh guru sebelumnya, terkait materi yang akan diajarkan minggu depan, agar siswa memperoleh pemahaman tentang materi tersebut. Guru
61
dapat pula memberikan ringkasan kecil sebagai bahan ajar untuk siswa. 5) Guru harus menggunakan media pendukung dalam pembelajaran, agar siswa mampu memahami penjelasan guru dengan lebih baik. 2. Siklus II Pelaksanaan pembelajaran kimia siklus II
di kelas VIII
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 20 Februari 2010, dengan metode resitasi pada materi pokok zat aditif dalam makanan, sub bab batas penggunaan zat aditif, dampak penggunaan bahan kimia buatan dan manfaat serta kerugian penggunaan bahan kimia buatan. Sesuai dengan langkah-langkah dalam skenario pembelajaran. Tahap yang dilakukan dalam siklus II ini adalah: a. Tahap Perencanaan Perencanaan pada siklus kedua ini dibuat berdasarkan hasil refleksi pada siklus I sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan antara lain: 1) Guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran 2) Guru memberikan beberapa bahan ajar terkait dengan materi, dari berbagai sumber. 3) Guru membuat soal resitasi siklus dan soal individu untuk siswa beserta jawabannya (terlampir). Jumlah soal sama dengan siklus I (Lampiran 8&9) 4) Guru mempersiapkan alat dokumentasi. b. Tahap Implementasi Tindakan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan sesuai yang telah direncanakan pada rencana pembelajaran siklus kedua (Lampiran 6). Pembelajaran berlangsung cukup lancar karena resitasi yang diberikan pada siklus II ini lebih spesifik. Tahap-tahap yang ada dalam RPP berjalan sesuai rencana, siswa mempresentasikan produk yang mereka bawa dan menunjukkan bahan-bahan aditif yang digunakan, siswa menanyakan hal-hal yang belum difahami, guru memberikan
62
penjelasan dan penguatan pada hal-hal tertentu, kemudian siswa diminta mengerjakan soal individu. c. Tahap Observasi Pada siklus II, diperoleh data guru dalam melaksanakan penerapan pembelajaran metode resitasi sudah membaik. Semua tahapan dalam rancangan pembelajaran terlaksana dengan baik dan pengelolaan waktu tidak mengalami hambatan yang berarti. Aktivitas dan kerjasama siswa pun sudah membaik. d. Tahap Analisis dan Refleksi Hasil pelaksanaan metode resitasi pada siklus II sudah dapat dikatakan maksimal. Spesifikasi tugas yang diberikan pada kelompok membuat tidak adanya kesamaan pada tiap kelompok dalam membawa bahan yang diresitasikan. Siswa dalam mengidentifikasi produkproduk yang diresitasikan telah dapat maksimal. Materi cukup dapat tersampaikan melalui proses identifikasi bahan, menjawab soal dan presentasi dari masing-masing kelompok, sehingga penjelasan guru pada siklus II ini lebih bersifat memperkaya pemahaman mereka. Pada siklus II ini, diperoleh data rata-rata hasil belajar siswa mencapai 77,85 dengan siswa yang tuntas 24 siswa (Lampiran 16). Data ini menunjukkan bahwa metode resitasi telah berhasil meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas VIII MTs Mansaul Huda Rembang Th.2009/2010 pada materi pokok zat aditif dalam makanan. Karena telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa di tiap siklusnya, serta sudah mencapai lebih dari indikator yang ditentukan yaitu rata-rata hasil belajar ≥ 65, dengan ketuntasan belajar ≥ 20 siswa Peningkatan hasil belajar siswa dengan ketuntasan belajar dalam pembelajaran dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
63
Tabel 1. Perbandingan Hasil Tes Akhir Siswa
Hasil Belajar Ketuntasan Belajar
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
61,36
65,7
77,85
18 siswa
12 siswa
24 siswa
Dari data di atas, penelitian telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Keberhasilan pembelajaran dari siklus I dan siklus II dapat dilihat pada histogram dibawah ini:
Data ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar kimia melalui metode resitasi pada materi pokok zat aditif dalam makanan di MTs Mansaul Huda Rembang Th.2009/2010, dapat dikatakan berhasil karena telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa di tiap siklusnya, dan sudah mencapai indikator yang ditentukan yaitu rata-rata hasil belajar ≥ 65, dengan siswa yang tuntas ≥ 20 siswa. Selanjutnya pada siklus II ini, proses pembelajaran dapat berlangsung sangat baik, tanpa ada kendala-kendala yang berarti. Siswa dan guru sudah dapat memahami posisi masing-masing, Pembelajaran berlangsung secara luwes dan menyenangkan, sehingga hasil belajar yang dicapai pun sesuai dengan harapan. Siswa mampu bekerjasama dengan baik dengan kelompoknya, sehingga proses saling memberikan pemahaman dalam kelompok terjadi dengan baik.
64
Hasil refleksi pada siklus II adalah sebagai berikut : 1) Guru mempersiapkan perangkat pembelajaran dengan lebih baik, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan lancar. 2) Guru mampu
memberikan motivasi kepada siswa dalam
pembelajaran sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. 3) Guru telah mampu mengelola kelas dan waktu dengan baik. 4) Siswa dapat bekerjasama dengan sesama temannya dengan lebih baik 5) Siswa sudah memahami pelaksanaan pembelajaran, sehingga siswa melaksanakan pembelajaran metode resitasi dengan baik dan banyak bertanya kepada teman maupun guru. 6) Siswa secara individual dapat mengerjakan soal dengan baik. 7) Hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan dan mencapai lebih dari indikator yang ditentukan.
65
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan judul skripsi : “Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode resitasi pada ,materi pokok zat aditif dalam makanan pada siswa kelas VIII MTs Mansaul huda rembang tahun ajaran 2009/2010”, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan metode resitasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa di MTs mansaul huda rembang th. 2009/2010 pada materi pokok zat aditif dalam makanan dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, implementasi tindakan, observasi dan refleksi. Pada siklus 1 siswa diberikan tugas resitasi berupa kemasan makanan atau minuman sedangkan pada siklus 2 siswa diberi tugas resitasi berupa produk makanan atau minuman. 2. Penerapan metode resitasi,dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII MTs Mansaul Huda Rembang pada materi pokok zat aditif dalam makanan meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh data sebelum diterapkan metode resitasi rata–rata hasil belajar hanya 61,36 dengan siswa yang tuntas 18 dari 44 siswa. Setelah diterapkan metode resitasi, nilai rata–rata hasil belajar siswa pada siklus I meningkat menjadi 65,7 dengan siswa yang tuntas 12 siswa dari 27 siswa. Pada siklus II nilai rata–rata hasil belajar siswa mencapai 77,85 dengan siswa yang tuntas 24 siswa dari 27 siswa.
B. Saran Berdasarkan pengamatan peneliti selama melaksanakan penelitian tindakan kelas pada kelas VIII Semester 2 di MTs Mansaul Huda Rembang, peneliti menyajikan saran sebagai berikut:
66
1. Bagi Guru Hendaknya
pembelajaran
dirancang
sedemikian
rupa
dan
memperkaya variasi mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan yang dialami oleh peserta didik. Dan selalu memantau perkembangannya dari pemikiran dan pemahaman terhadap materi yang diajarkan dan dalam pemberian tugas harus secara tepat dan proposional sehingga tidak membebankan siswa. Selain itu saat metode resitasi atau yang lainnya, seyogyanya guru betul-betul paham mengenai prosedur penerapannya, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. 2. Bagi Siswa Siswa hendaknya paham dan mengerti cara pelaksanan metode resitasi yang diberikan dalam pembelajaran IPA. Dengan ini diharapkan peserta didik dapat terus melaksanakan kewajibannya untuk belajar, mematuhi peraturan-peraturan sekolah dan mampu meningkatkan hasil belajarnya dengan maksimal. 3. Pihak Sekolah a. Hendaknya pihak sekolah mendukung pembelajaran inovatif dalam kegiatan belajar mengajar. b. Memfasilitasi proses pembelajaran dengan melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pendidik. c. Kepada semua pihak sekolah terutama para pendidik, sudah seharusnya meningkatkan kompetensi termasuk kompetensi profesional serta membekali diri dengan pengetahuan yang luas.
C. Penutup Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kekuatan, hidayah dan taufiq-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan. Hal itu semata-mata merupakan keterbatasan ilmu
67
dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran, kritik yang konstruktif dari berbagai pihak demi perbaikan untuk mencapai kesempurnaan. Akhirnya penulis hanya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.
68
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2003. A.M, Sadirman, Interaksi & Motivasi Belajar mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007. Amin, Muh Sulaiman Siddiq, , “Pengaruh Persepsi tentang Pemberian Tugas Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V dan VI Pada Materi Pelajaran SKI di MI Imam Puro Lubangindangan Purworejo Th 2006/2007”, Skripsi IAIN Walisongo, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2007 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007. Cahyadi, Wisnu, Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006. Hakim, Thursan, Belajar Secara Efektif, Jakarta: Puspa Suara, 2000. Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. 2007. Khaerudin, dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Konsep dan Implementasinya di Madrasah, Jogjakarta: Pilar Media, 2007. Mulyono HAM, Kamus Kimia Jakart: Bumi Aksara, 2006. Mulyasa, E, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004. Muslich, Masnur, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
69
Nasution, S, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 2000. Nihayah, Ainun, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) pada Materi Pokok Virus di Kelas Poerwanto, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, al Tarbiyah wa Turuqu Tadris, Mesir: Darul Ma’arif, 1958. Skinner, Charles E, Essential of Educational Psicology, New York: Englewood Cliffs, 1958.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2009. , Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Sinar Baru Algensindo, 2000. Sukmadinata, Nana Syaodih, , Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. Sunardi, IPA KIMIA BILINGUAL, Bandung: Yrama, Widya, 2008. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosadakarya, 2006. Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Beserta Penjelasannya, Bandung: Citra Umbara, 2003.
70
Wahib, Abdul, “Menumbuhkan Bakat Dan Minat Anak”, dalam Khabib Thoha dan Abdul Mu’thi, PBM-PAI di sekolah, eksistensi dan proses belajar mengajar pendidikan agama islam, Yogyakarta :pustaka pelajar, 1998. Waro, Khoiril, “Pengaruh Metode Resitasi dan Bimbingan Belajar Orangt Tua Terhadap Kreatifitas Belajar Peserta Didik MA Rohmaniyah Mranggen Demak”, Skripsi IAIN Walisongo, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2007. Wildan, Achmad Sifronul, “Pengaruh Sikap Peserta Didik Dalam Metode Resitasi Terhadap Hasil Belajar Biologi Materi Hormon Kelas XI MA Bawu Jepara”, Skripsi IAIN Walisongo, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 2009. Winarno, F.G, Kimia Pangan Dan Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992. Winataputra, Udin S. Dkk., Strategi Belajar Mengajar IPA, Jakarta: Universitas Terbuka, 2001. Wiriatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, Bandung; Remaja Rosda Karya Offset,2008. http://amriawan-blogspot..com/2008/12/penerapan-metode-resitasi-terhadap.html http://www.pbs-psma.org/content/blog/strategi-metode-mengajar
http://amriawan-blogspot..com/2008/12/penerapan-metode-resitasiterhadap.html1. http://pakguruonline.pendidikan.net/buku tua pakguru dasar kpdd b 12,html
71
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Haidloroh Faiqotun Ni’mah
Tempat /Tanggal Lahir
: Rembang, 31 Agustus 1986
Alamat
: Sarang Rembang
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Jenjang Pendidikan Formal 1. SD Negeri Sendang Mulyo I
Lulus Tahun 1998
2. SMP Negeri 1 Sarang
Lulus Tahun 2001
3. MA Negeri Rembang
Lulus Tahun 2004
4. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang angkatan Tahun 2005
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 25 Juni 2010 Penulis
Haidloroh Faiqotun Ni’mah
72
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah
: MTs. Mansaul Huda
Mata Pelajaran
: IPA Terpadu
Materi Pokok
: Zat aditif dalam makanan
Kelas/Semester
: VIII/II
Pertemuan
:I
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
A. Standar Kompetensi Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan. B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan bahan kimia alami dan bahan kimia buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan. C. Indikator 1) Mengidentifukasi contoh bahan-bahan zat aditif yang terdapat dalam makanan dan minuman. 2) Mengelompokkan zat aditif dalam kehidupan sehari-hari. 3) Menyebutkan beberapa dampak negatif atau efek samping dari penggunaan zat aditif dan pencegahannya. D. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat menyebutkan macam-macam zat aditif yang dapat di manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Peserta didik dapat mengetahui fungsi dan tujuan pembelajaran zat aditif dalam makanan. 3. Peserta didik dapat menjelaskan efek samping zat aditif yang terdapat dalam produk kebutuhan sehari-hari. E. Metode Pembelajaran Resitasi dan Diskusi
73
F. Langkah-Langkah Pembelajaran 1. Kegiatan Awal Apersepsi a. Guru menanyakan kepada peserta didik sebagai motivasi “ Apa yang kalian ketahui tentang pengertian dari zat aditif dalam makanan “? b. Guru menyampaikan pada peserta didik motivasi dan tujuan pembelajaran pada pertemuan hari ini. 2. Kegiatan Inti a.
Guru meminta peserta didik bergabung sesuai kelompok masingmasing yang dibentuk sebelumnya.
b.
Setiap kelompok diminta mengeluarkan 3 bungkus kemasan makanan atau minuman yang telah ditugaskan.
c.
Setiap kelompok diminta mengamati dan menulis zat aditif yang terdapat pada setiap kemasan makanan atau minuman yang telah mereka bawa.
d.
Guru menjelaskan pada peserta didik bahwa zat aditif tersebut dapat dilihat pada komposisi yang terdapat pada kemasan.
e.
Guru memimpin diskusi kecil untuk masing-masing kelompok mempresetasikan hasil pengamatan mereka.
f.
Guru memberikan penjelasan dan penguatan terhadap materi pembelajaran.
g.
Guru menanyakan pada siswa apakah ada yang ingin ditanyakan atau tidak.
h.
Guru menjawab pertanyaan jika ada.
i.
Guru memberikan bimbingan untuk menyimpulkan hasil belajar.
j.
guru membagikan soal individu pada peserta didik dan meminta mereka mengerjakannya dengan waktu yang telah ditentukan
3. Kegiatan Penutup a.
Guru memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk membuat produk makanan atau minuman yang telah ditentukan
74
sebelumnya dan siswa diminta mengidentifikasikan jenis zat aditif yang ada. b.
Guru meminta siswa untuk mencari informasi tentang zat-zat aditif dari internet, majalah, dan lainnya.
c.
Memberikan informasi ke siswa untuk mempersiapkan materi yang akan dibahas selanjutnya.
d.
Guru menjelaskan bahwa tugas-tugas tersebut ( produk makanan dan bahan atau materi dari berbagai media) akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
G. Penilaian 1. Teknik
: Tes Tertulis
2. Bentuk / instrument : Uraian 3. Soal / Instrumen
: Menglompokkan zat aditif dalam makanan dalam kehidupan sehari-hari.
H. Sumber Belajar 1. Buku IPA. 2. LKS IPA. 3. Lingkungan Sekitar. . Rembang, .…Februari 2010 Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Khoirul Ashar, S.Pd.
Haidloroh Faiqotun Ni’mah
Kepala MTs. Mansyaul Huda
Nur Chakim, S.Ag
75
Lampiran 3
SOAL RESITASI SIKLUS I 1. Kumpulkan berbagai jenis kemasan makanan atau kemasan minuman. 2. Amati labelnya, dan tulislah zat aditif yang ada pada setiap kemasan yang telah kalian bawa. 3. Apakah dari kemasan tersebut juga terdapat informasi tentang ADI-nya? 4. Diskusikan hasil yang kamu peroleh dengan teman satu kelompokmu.
76
Lampiran 4
SOAL INDIVIDU SIKLUS I 1. Jelaskan pengertian zat aditif! Berdasarkan sumbernya, ada berapa macam zat aditif? Sebutkan! 2. Jelaskan alasan orang menggunakan zat warna makanan ! 3. Sebutkan fungsi zat aditif ? 4. Ibu ingin membuat sirup berwarna hijau yang enak, berbau harum dan bebas dari bahan-bahan aditif buatan. Sebutkan bahan aditif alami apa saja yang dapat digunakan ibu untuk menghasilkan sirup yang diinginkan! Jelaskan fungsi bahan-bahan yang kamu sebutkan tersebut! 5. Mengapa kebanyakan orang menggunakan zat aditif buatan ? 6. Menurut pendapatmu, apakah dalam penggunaan bahan aditif alami perlu ada batasan-batasannya? Adakah bahaya bagi seseorang yang sering mengonsumsi makanan dengan bahan aditif alami? Jelaskan pendapatmu! 7. Sebutkan kegunaan atau manfaat zat aditif di bawah ini a. Gula jawa b. Garam dapur c. Natrium benzoate d. Asam sorbet e. Etil butirat 8. Apa tujuan dari pengawetan makanan? 9. Jelaskan perbedaan gula aren dengan gula kelapa! 10. Apa saja kegunaan daun pandan dalam proses membuat makanan? Jelaskan dan beri contoh makanan apasaja yang menggunakan daun pandan tersebut!
77
Lampiran 5
KUNCI JAWABAN DAN PENILAIAN SOAL INDIVIDU SIKLUS I
1
Zat aditif atau zat tambahan makanan merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam makanan, baik pada saat memproses, mengolah, mengemas atau menyimpan makanan.
2
a. Untuk mempertahankan nilai gizi pada makanan. b. Untuk memperbaiki tampilan makanan. c. Untuk meningkatkan cita rasa d. Untuk memperkaya kandungan gizi
3
Fungsi zat aditif antara lain sebagai pewarna, penyedap rasa dan aroma, anti oksidan, sukestran (zat pengikat logam), pemanis, pengasam, pengembang adonan dan pengawet.
4
Bahan-bahannya: a. Gula pasir Fungsinya, untuk memberikan rasa manis pada sirup tersebut b. Daun suji Fungsinya, untuk memberikan warna hijau pada sirup c. Daun pandan
5
Fungsinya, untuk member aroma haru pada sirup Karena bahan sintetik atau buatan itu dapat diproduksi dalam jumlah besar dan menjadikan makanan menjadi tahan lebih lama.
6
Dalam penggunaan zat aditif alami perlu ada batasannya, karena jika tidak ada batasannya (dalam pemakaian berkadar tinggi) dapat menyebabkan berbagai macam pennyakit eperti kegemukan dan diabetes, (pemakaian gula berlebih).
7
Gula jawa Kegunaannya dapat dijadikan sebagai pemanis minuman (seperti es dawet, es kelapa muda dll )
78
Garam dapur Digunakan sebagai pengawet makanan karena dapat menghambat dan membunuh bakteri dalam makanan. Natrium benzoat Digunakan sebagai pengawet minuman ringan, kecap, margarin, saus, manisan dan buah kalengan. Asam sorbat Digunakan dalam bentuk garam natrium atau kaalium dan digunakan untuk menghambat pertumbuhan kapang dan ragi. Etil butirat 8.
Digunakan untuk pemberi rasa buah nanas Tujuan dari pengawetan makanan adalah untuk menghambat reaksi suatu zat dengan oksigen dan akhirnyadapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk atau menghambat pertumbuhan jamur, sehingga mencegah terjadinya pembusukan atau bau tengik pada makanan.
9.
Gula aren diperoleh dari hasil olahan air sadahan aren. Pada dasarnya, proses pembuatan gula aren ini relatif sama dengan pembuatan gula kelapa, tetapi dari gula yang dihasilkannya sedikit berbeda, gula aren mempunyai warna yang sedikit lebih tua dibandingkan dengan gula kelapa, selain itu rasa gula aren juga edikit lebih manis dibandingkan dengan gula kelapa. Gula kelapa atau lebih dikenal dengan istilah gula jawa merupakan gula yang diperoleh air sadapan kelapa yang diolah lebih lanjut, sehingga dihasilkan gula yang berwarna coklat dengan bentuk-bentuk tertentu.
10.
Kegunaan daun pandan selain digunakan sebagi pewarna makanan daun pandan juga digunakan sebagai bumbu pada beberapa jenis makanan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan aroma dan rasa makanan tertentu. Contoh makanan yang menggunakan daun pandan yaitu, beberapa jenis kue, makanan ringan, es dawet, es cendol dll.
79
Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah
: MTs. Mansaul Huda
Mata Pelajaran
: IPA Terpadu
Materi Pokok
: Zat aditif dalam makanan
Kelas/Semester
: VIII/II
Pertemuan
:2
Alokasi Waktu
: 2 x 40menit
A. Standar Kompetensi Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan. B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan bahan kimia alami dan bahan kimia buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan. C. Indikator 1 Mengidentifikasi contoh bahan-bahan zat aditif yang terdapat dalam makanan dan minuman. 2 Mengelompokkan zat aditif dalam kehidupan sehari-hari. 3. Menyebutkan beberapa dampak negatif atau efek samping dari penggunaan zat aditif dan pencegahannya. D. Tujuan Pembelajaran a. Peserta didik dapat menyebutkan macam-macam zat aditif yang dapat di manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. b. Peserta didik dapat mengetahui fungsi dan tujuan pembelajaran zat aditif dalam makanan. c.
Peserta diduk dapat menjelaskan efek samping zat aditif yang terdapat dalam produk kebutuhan sehari-hari.
E. Metode Pembelajaran Resitasi
80
F. Strategi Pembelajaran 1. Kegiatan Awal a.
Apersepsi Guru menanyakan kepada peserta didik sebagai motivasi “Apakah dampak yang ditimbulkan dari penggunaan zat aditif secara berlebihan?”
b.
Guru menyampaikan materi zat aditif alami dan buatan dan tujuan pembelajaran hari ini.
2. Kegiatan Inti a.
Guru meminta peserta didik bergabung sesuai kelompok masingmasing yang dibentuk sebelumnya.
b.
Setiap kelompok diminta mengeluarkan produk makanan atau minuman yang telah ditentukan pada pertemuan sebelumnya. Kelompok I. membuat sirup.
Kelompok II. Manisan buah
Kelompok III. Nasi kuning.
Kelompok IV. Aneka kue
Kelompok V. agar-agar. c.
Guru meminta siswa mepresentasikan pada teman sekelas mereka hasil identifikasi zat aditif pada produk makanan atau minuman yang mereka buat.
d.
Guru memimpin diskusi kecil dalam persentasi tersebut.
e.
Guru memberikan penguatan dan penegasan terhadap materi pembelajaran.
f.
Guru menanyakan kepada setiap siswa apakah ada yang ingin ditanyakan atau tidak.
g.
Guru menjawab pertanyaan jika ada.
h.
Guru memberikan bimbingan untuk menyimpulkan hasil belajar.
i.
Guru membagikan soal individu pada peserta didik dan meminta mereka mengerjakannya dengan waktu yang telah ditentukan.
3. Kegiatan Akhir a.
Guru menjelaskan bahan materi zat aditif telah selesai dan materi untuk pertemuan berikutnya adalah zat aditif dan psikotropika.
81
b.
Guru menutup pertemuan.
G. Penilaian 1. Teknik
: Tes tertulis
2. Bentuk/instrumen
: Uraian
3. Soal/instrumen
: Mengelompokkan zat aditif dalam makanan dalam kehidupan sehari-hari.
H. Sumber Belajar 1. Buku IPA. 2. LKS IPA. 3. Lingkungan Sekitar
Rembang,…Februari 2010
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran
Peneliti
Khoirul Ashar S.Pd
Haidloroh Faiqotun Ni’mah
Kepala MTs. Mansyaul Huda
Nur Chakim,S.Ag
82
Lampiran 7
SOAL RESITASI SIKLUS II 1. Buatlah sebuah produk makanan atau minuman yang aman bagi kesehatan! 2. Tulislah zat aditif yang terdapat dalam produk yang kalian bawa! 3. Carilah kliping tentang zat aditif dalam makanan di internet, majalah dll!
83
Lampiran 8
SOAL INDIVIDU SIKLUS II 1. Menurut pendapatmu, mungkinkah kita bisa membuat semua bahan makanan lezat dengan menggunakan bahan yang bebas dari bahan aditif buatan? Jelaskan alasan kalian! 2. Apakah yang dimaksud dengan tanggal kadaluwarsa pada kemasan makanan? Jelaskan! 3. Sebutkan kegunaan / manfaat zat aditif di bawah ini: a. Wortel b. Kunyit c. Daun suji d. Asam cuka e. Gula aren f. Daun jeruk 4. Jelaskan beberapa kerugian dari penggunaan penyedap buatan! 5. Apa yang kamu ketahui tentang Chinese Restaurant Syndrom? 6. Jika berat badanmu 50 kg mengonsumsi makanan yang mengandung zat aditif dengan nilai ADI 5 mg/kg. Maka berapa batas maksimal harian zat aditif tersebut yang diperbolehkan untuk dimakan? 7. Sebutkan zat aditif baik yang alami maupun sintesis yang digunakan sebagai bahan pengawet serta jelaskan kegunaannya 8. Sebutkan macam-macam zat aditif yang penggunaannya sudah dilarang oleh DEPKES RI! 9. Coba perhatikan bahan-bahan pemanis berikut: gula jawa
gula bit
gula pasir
gula kurma
gula kelapa
gula surgam
Dari bahan-bahan pemanis diatas, mna yang menurut kalian lebih baik digunakan dalam pembuatan bahan makanan? Berikan alasan kalian! 10. Sebutkan keuntungan dan kerugian penggunaan zat aditif sintesis atau buatan.
84
Lampiran 9
KUNCI JAWABAN SOAL INDIVIDU SIKLUS II 1.
Bisa, yaitu dengan menggunakan bahan aditif alami yang dapat kita kombinasikan. Sebagai contoh dalam memasak kita dapat memasukkan gula kemudian garam supaya masakan tersebut menjadi gurih, penggunaan kaldu ayam asli, penggunaan ebi digoreng lalu ditumbuk bisa digunakan sebagai bahan penyedap. Jadi walaupun kita tidak menggunakan bahan aditif buatan dalam membuat maknan kita tetap akan mendapatkan masakan yang lezat dan menyehatkan bagi kesehatan.
2.
Tanggal kadaluwarsa ini merupakan tanggal pada kemasan produk makanan atau obat yang menunjukkan waktu setelah tanggal tersebut maka produk-produk tersebut sebaiknya tidak digunakan.
3. a.
Wortel Kegunaannya Adalah Sebagai Zat Pemberi Warna Oranye Pada Makanan.
b.
Kunyit Kegunaannya Adalah Memberi Warna Kuning Agak Gelap Pada Pembuatan Makanan. Biasanya Digunakan Pada Pembuatan Nasi Kuning.
c.
Daun Suji Kegunaannya Adalah Sebagai Pemberi Warna Hijau Pada Bahan Makanan. Daun Suji Bisa Juga Digunakan Sebagai Zat Warna Pada Minuman.
d.
Asam Cuka Kegunaannya adalah sebagai pengawet acar dan Sebagai Pengawet Roti Untuk Mencegah Pertumbuhan Kapang.
e.
Gula Aren Kegunaannya Untuk Pembuatan Jenang Dan Dodol
f.
Daun Jeruk
85
Kegunaannya Adalah Memberikan Aroma Yang Khas, Segar Dan 4.
Membangkitkan Selera Makan. Daun Jeruk Juga Dapat Menghilangkan Bau Amis Pada Ikan. Kerugian dari penggunaan penyedap buatan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia. Sebagai contoh, penggunaan bahan penyedap MSG secara berlebihan diduga dapat menimbulkan gejala yang dikenal dengan istilah Chinese
5.
restaurant syndrome, yaitu gejala-gejala seperti kesemutan, pusing-pusing, mual, jantung berdebar dan sakit kepala yang luar biasa. Chinese Restaurant Syndrome adalah suatu gangguan kesehatan dimana
6.
kepala terasa pusing dan berdenyut yang disebabkan karena penggunaan Monosodium Glutamat (MSG) secara berlebihan. Jika berat badan 50 kg mengonsumsi makanan yang mengandung zat aditif dengan nilai ADI 5 mg/kg. Maka batas maksimal zat aditif yang diperbolehkan untuk dimakan adalah : 50 x 5 = 250 mg
7.
Jadi, batas maksimal zat aditif yang diperbolehkan untuk dimakan adalah 250 mg. Bahan pengawet alami antara lain: 1) Garam dapur Digunakan sebagai pengawet makanan karena dapat menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri dalam makanan. 2) Bawang putih Digunakan sebagai bahan pengawet makanan karena bawang putih bila diiris akan mengeluarkan allicin, yaitu suatu zat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. 3) Gula (sukrosa) Digunakan untuk mengawetkan buah-buahan atau manisan. Bahan pengawet sintesis ‘ 4) Natrium benzoat dan asam benzoat Digunakan sebagai pengawet minuman ringan kecap, margarin, saus, manisan, dan buah kalengan
86
5) Natrium nitrit Digunakan sebagai pengawet untuk mempertahankan warna daging dan ikan. 6) Asam propionat Digunakan sebagai pengawet roti, keju, margarin, dan mentega. 7) Asam sorbat Digunakan dalam bentuk garam natrium atau kalium dan digunakan untuk menghambat pertumbuhan kapang dan ragi, serta
8.
mengawetkan keju, roti, sari buah, dan acar. Macam-macam zat aditif yang penggunaannya dilarang oleh DEPKES RI adalah: Ø Formalin (sebagai pengawet mie) Ø Borak (sebagai pengawet bakso) 9.
Ø Terusi (sebagai pengawet ayam potong) Ø Dulsin, karena pemanis ini dapat menjadi karsinogen (pemicu kanker)
10.
Diantara gula-gula tersebut yang paling bagus yaitu gula pasir, dimana gula pasir itu dibuat dari sari tebu asli dan dalam pembuatan makanan atau minuman gula pasir mudah larut dibandingkan dengan gula yang lain. Keuntungan penggunaan zat aditif sintesis atay buatan adalah dapat diproduksi dalam jumlah besar, lebih stabil, takaran penggunaannya lebih sedikit dan biasanya tahan lebih lama. Kerugian penggunaan zat aditif sintesis atau buatan adalah dapat menimbulkan risiko penyakit kanker atau ber sifat karsinogenik.
87
Lampiran 10
Tabel perhitungan rata-rata dan ketuntasan belajar siswa kelas VIII MTs Mansul Huda th. 2008-2009 (Sebelum Pembelajaran Metode Resitasi) NO
Nama
Nilai
Keterangan
1
Abit Juan Ma’ruf
60
Belum Tuntas
2
Agus Riawan
60
Belum Tuntas
3
Ahmad Zaenal Abidin
63
Belum Tuntas
4
Ali Mansur
60
Belum Tuntas
5
Andi Jauhar Ilmi
60
Belum Tuntas
6
Ariyatul Muarrifah
68
Tuntas
7
Ayu khoirunnisa
69
Tuntas
8
Ayuk Astuti Wahyuningtyas
69
Tuntas
9
Desi Eka Pratiwi
68
Tuntas
10
Dewi Surati
67
Tuntas
11
Dwi Setyo Rini
62
Belum Tuntas
12
Edi susanto
62
Belum Tuntas
13
Fatimatuzzahro
64
Belum Tuntas
14
Fitriyanto
63
Belum Tuntas
15
Galuh Wijayanti Rahayu
63
Belum Tuntas
16
Halida Agnes Soraya
68
Tuntas
17
Heri Stiawan
63
Belum Tuntas
18
Imam Kambali
63
Belum Tuntas
19
Khofifah
63
Belum Tuntas
20
Laila Zulfiyah
70
Tuntas
21
Lina Maesaroh
67
Tuntas
22
Linda Kurnia Wati
67
Tuntas
23
Lukman Mu’arif
63
Belum Tuntas
24
Luqmanul Hakim Sholeh
63
Belum Tuntas
88
25
Muhammad Laili Huda
62
Belum Tuntas
26
Muh. Irfan Fachrudin
60
Belum Tuntas
27
Muh. Mahbub Junaidi
60
Belum Tuntas
28
Muh. Rifa’i
60
Belum Tuntas
29
Mutiara Budi Asih
60
Belum Tuntas
30
Nailfatun Khoirun Nisa
66
Belum Tuntas
31
Nofia Fitriana
68
Tuntas
32
Praditta Nur Rokhim
64
Belum Tuntas
33
Rudiyanto
63
Belum Tuntas
34
Siti Aisah
63
Belum Tuntas
35
Sri Wahyuningsih
68
Tuntas
36
Srining Lestari
69
Tuntas
37
Suntari
67
Tuntas
38
Supriyanti
68
Tuntas
39
Susi Dwi Setyowati
65
Tuntas
40
Sutik Rahayu
65
Tuntas
41
Thiyas Tono Taufuq
69
Tuntas
42
Wahyuningsih
63
Belum Tuntas
43
Windi Anggraini
63
Belum Tuntas
44
Zumrotul Mufidah
63
Belum Tuntas
45
Khoirul Anwar
63
Belum Tuntas
Jumlah
2761
Tuntas= 18 BelumTuntas= 27
Rata-rata
2761 = 61.36 45
-
-
18 ×100% = 40% 45
Ketuntuntasan belajar
Khoirul Ashar, Spd.
89
Lampiran 11
Tabel Nama Siswa Kelas VIII MTs Mansaul Huda Rembang Tahun Pelajaran 2009-2010
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Ahmad Niam Ahmad Nur Khafid Ahmad Thoriquddin Ali Mahsun Anis Chasanah Darwati Haniin Nur Khasanah Komsatun M. Hidayatul Mustofa Masrikan Muhammad Mardi Muhammad Roni
90
No
Nama
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Sa’idatin Samsudin Siti A’isyah Siti Faizatul Khoir Siti Humairok Siti Khalifah Siti Khotimah Siti Nadhifah Siti Qilyatinnisak Subaidah Suhartini Suparti Umi Fadhila
Lampiran 12
Tabel Perhitungan Rata-Rata dan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VIII MTs Mansaul Huda th. 2009-2010 (setelah pembelajaran Resitasi) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama Ahmad Niam Ahmad Nur Kapid Ahmad Thotiquddin Ali Mahsun Anis Chasanah Darwati Haniin Nur Khasanah Komsatun M.Hidayatul Mustofa Masrikan Muhammad Mardi Muhammad Roni Sa’idatin samsudin Siti A’isyah Siti Faizatul Khoir Siti Humairok Siti Kholifah Siti Khotimah Siti Nadhifah Siti Qilyqtin Nisak Subaidah Suhartini Suparti Umi Fadhila Moh. Edy Susanto
Nilai 70
75 72 80 80 82 80 62 75 78 80 92 62 80 75 82 78 85 90 88 75 92 63 82 64 80 80 2102
Jumlah Rata-rata Ketuntasan belajar
77,85 -
91
Keterangan Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Blm Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Blm Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Blm Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Blm Tuntas Tuntas Blm Tuntas Tuntas Tuntas T=23 BT=4 85,19%
Lampiran 13
Daftar Nama Kelompok Soal resitasi Kelompok
1.
Nama Siswa
Kelompok
Nama Siswa
1. Ahmad Niam
1. Ahmad Nur Kapid
2. Anis
2. Komsatun
3. Chasanah
3. Samsudin
4. Masrikan
4
5. Siti A’isyah
4. Suhartini 5. Moh. Edy Susanto
6. Haniin Nur Khasanah
2.
1. Ali Mahsun
1. Muhammad Mardi
2. Darwati
2. Sa’idatin
3. Muhammad Roni
3. Siti Humairok
4. Siti Khotimah 5. Umi Fadhilah 6. Siti Qilyatin Nisak
1. Ahmad Thoriquddin 2. M. Hidayatul Mustofa 3.
3. Siti Faizatul Khoir 4. Siti Kholifah 5. Siti Nadhifah
92
5.
4. Subaidah 5. Suparti
Lampiran 14
TABEL NILAI KELOMPOK DENGAN PEMBELAJARAN METODE RESITASI NILAI KELOMPOK
SIKLUS 1
SIKLUS 2
1
75
80
2
65
75
3
75
75
4
65
75
5
75
75
93
Lampiran 15
Tabel Perhitungan Rata-Rata Kelas VIII MTs Mansau Huda Th.2009/2010 Tiap Siklus dengan Pembelajaran metode resitasi Siklus I Ket Blm Tuntas Tuntas Belum Tuntas Blm Tuntas Blm Tuntas Tuntas
No Nama
Nilai
Siklus II
75 72 80 80 82
Ket Tusntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Tuntas Blm Tuntas Blm Tuntas Tuntas
80 62 75 78
Tuntas Belum tuntas Tuntas Tuntas
60
Blm Tuntas
80
Tuntas
Muhammad Mardi Muhammad Roni Sa’idatin
80 40 72
Tuntas Blm Tuntas Tuntas
92 62 80
Tuntas Belum tuntas Tuntas
15
samsudin
60
Blm Tuntas
75
Tuntas
16 17 18
Siti A’isyah Siti Faizatul Khoir Siti Humairok
78 62 63
Tuntas Blm Tuntas Blm Tuntas
82 78 85
Tuntas Tuntas Tuntas
19 20 21
Siti Kholifah Siti Khotimah Siti Nadhifah
80 72 60
Tuntas Tuntas Blm Tuntas
90 88 75
Tuntas Tuntas Tuntas
22 23
Siti Qilyqtin Nisak Subaidah
82 40
Tuntas Blm Tuntas
92 63
Tuntas Blm Tuntas
24 25 26 27
Suhartini Suparti Umi Fadhila Moh. Edy Susanto Jumlah
75 42 72 63 1773
Tuntas Blm Tuntas Tuntas Blm Tuntas T=12, BT=15
82 64 80 80
Tuntas Blm Tuntas Tuntas Tuntas
2102
Rata-rata
65,7
-
77,85
Ketuntasan belajar
44,44%
-
85,19%
1 2 3 4 5 6
Ahmad Niam Ahmad Nur Kapid Ahmad Thoriquddin Ali Mahsun Anis Chasanah
78 53 62 63 70
7 8 9 10
Darwati Haniin Nur Khasanah Komsatun M.Hidayatul Mustofa
75 50 53 68
11
Masrikan
12 13 14
60
94
Nilai 70
95