HUBUNGAN SPIRITUAL QUOTIENT SISWA DENGAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI POKOK KESTABILAN UNSUR YANG TERINTEGRASI DENGAN NILAI-NILAI ISLAM DI KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Pendidikan Kimia
Oleh: FAJARWATI NIM: 3105156
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
ABSTRAK PENELITIAN
Fajarwati (NIM: 3105156). Hubungan Spiritual Quotient Siswa dengan Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Kestabilan Unsur yang Terintegrasi dengan Nilai-nilai Islam di SMA Muhammadiyah 2 Semarang. Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Tadris Ilmu Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010. Latar belakang penelitian ini ialah banyaknya siswa yang tergolong susuah memahami materi pelajaran tentang materi kimia, sehingga penulis berusaha member solusi agar bagi siswa tertentu yang memiliki tingkat spiritual quotient tinggi dengan mengintegrasikan materi-materi umum dengan nilai-nilai Islam. Dengan demikian pelajaran umum tidak lagi menjadi masalah bagi ke;ompok siswa tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan Spiritual Quotient siswa (X) dengan hasil belajar Kimia materi pokok Kestabilan Unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam (Y). Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik analisis korelasional. Penelitian ini merupakan penelitian populasi dengan subyek penelitian sebanyak 28 responden. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode angket untuk variabel spiritual quotient (X), dan metode test untuk menggali data variabel hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam (Y). Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment untuk menguji hipotesis. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara spiritual quotient siswa dengan hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam, ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y (rxy = 0,540) baik dengan taraf signifikansi 5% = 0,374, maupun taraf signifikansi 1% = 0,478. Jadi analisis tersebut menyebutkan r0 lebih besar dari pada rt sehingga hipotesis diterima dan signifikan. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan menjadi bahan informasi dan masukan bagi SMA Muhammadiyah 2 Semarang, khususnya bagi kepala sekolah, guru, atau tenaga pengajar dan siswanya agar selalu meningkatkan potensi spiritual quotient siswa.
ii
PERNYATAAN Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Semarang,
Juni 2010
Deklarator
Fajarwati NIM 3105156
iii
iv
v
MOTTO
ãN åk÷J¡ ¨B (Nä3 Î=ö6s% ` ÏB (#öqn=yz tûïÏ%©!$#ã@ sW¨B Nä3 Ï?ù'tƒ $£J s9ur sp¨Yyf ø9$#(#qè=äz ô‰ s? b r&óO çFö6Å¡ ym Pr& Iw r&3«! $#çŽóÇ nS4ÓtLtB ¼çmyètB (#qãZtB#uä tûïÏ%©!$#ur ãA qß™ §9$#tA qà)tƒ 4Ó®Lym (#qä9Ì“ø9ã—ur âä!#§ŽœØ 9$#ur âä!$y™ ù't7ø9$# Ò= ƒÌs% «! $#uŽóÇ nS¨b Î) Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (al Quran Surat al Baqarah: 214)
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karyaku ini buat : 1.
Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mendo’akan, membimbing dalam kehidupanku dengan curahan kasih sayangnya yang tulus.
2.
Anak dan Suamiku tercinta
3.
Kakak-kakakku beserta seluruh keponakanku yang senantiasa mendo’akan dan memberi semangat kepadaku
4.
Seluruh sahabatku di jalan Allah SWT. Semoga dalam perjalanan hidup mereka selalu mendapat ridlo Allah SWT.
vii
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb. Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Hubungan Spiritual Quotient Siswa dengan Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Kestabilan Unsur yang Terintegrasi dengan Nilainilai Islam di SMA Muhammadiyah 2 Semarang” ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Penulis yakin bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik berupa nasehat, saran, arahan, semangat dan lain sebagainya. Selanjutnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada yang terhormat. 1.
Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA., Rektor IAIN Walisongo Semarang
2.
DR. H. Ibnu Hajar, M.Pd., Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
3.
Drs. Ikhrom, M.Ag, Dosen wali studi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama masa studi.
4.
Atik Rahmawati, M.Si, dan Drs. H. Mat Shalikhin, M.Ag., Dosen pembimbing I dan II yang senantiasa membimbing penulis selama penyusunan skripsi.
5.
Para dosen dan karyawan di lingkungan IAIN Walisongo Semarang khususnya di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongi Semarang.
6.
Bapak, Ibu dan kakak-kakakku beserta keponakan-keponakanku tercinta yang dengan segalanya telah membantu kesuksesan dalam penyusuan skripsi ini.
7.
Rekan dan rekanita di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang selalu member dukungan serta berjuang bersama selama masa studi. viii
8.
Anakku Yaquth HS. Dan Suamiku Mas Fahmi yang selalu menemani “ngetik” skripsi Dengan kerendahan hati, penulis memohon kehadirat Allah SWT semoga
orang-orang yang telah berjasa memberikan bantuan kepada penulis, senantiasa mendapat limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah dari Allah SWT, serta mendapat pahala yang berlipat ganda. Amin. Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu tegur sapa, saran kritik selalu penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususya dan pembaca pada umumnya Amin Ya Rabbal Alamin Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Semarang,
Juni 2010
Penulis
Fajarwati NIM. 3101031
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……...........................................................................
i
ABSTRAK PENELITIAN ..........................................................................
ii
DEKLARASI ..............................................................................................
iii
NOTA PEMBIMBING ...............................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN …................................................................
v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
vii
KATA PENGANTAR .................................................................................
viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... . x DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………................................................................ xiv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................
3
C. Tujuan Penelitian …………………………………………....
3
D. Manfaat Penelitian ..................................................................
3
E. Penegasan Istilah …………………………………….……… 4
BAB II : LANDASAN TEORI A. Spiritual Quotient ……………………………………….…..
6
1. Pengertian dan Strategi Pengembangan Spiritual Quotient
6
2. Spiritual Quotient dalam Al-Quran ……………………… 15 3. Spiritual Quotient dalam Hadits …………………………. 20 4. Spiritual Quotient dalam Pandangan Tokoh Muslim ……. 25 B. Hasil Belajar …….…………………………………………… 28 1. Pengertian belajar ………………………………………… 28 2. Hasil belajar ………………………………………………. 29 C. Materi Kimia Pokok Pembahasan Kestabilan Unsur ………..... 32 x
1. Golongan gas mulia ……………………………………… 33 2. Teori Oktet dan Duplet …………………………………... 35 3. Rumus Lewis …………………………………………….. 36 D. Hubungan Spiritual Quotient Siswa dengan Hasil Belajar Materi Kimia Pokok Pembahasan Kestabilan Unsur yang Terintegrasi dengan Nilai-nilai Islam ……………………….
38
E. Kajian Penelitian yang Relevan …………………………........ 39 F. Hipotesis ………………………………………………….…. 41 BAB III : METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ……………………………………………. 42 B. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………. 42 C. Variabel Penelitian ………………………………………….. 42 D. Metodologi Peneitian ………………………………………... 43 E. Populasi ……………………………………………………… 43 F. Teknik Pengumpulan Data ………………………………….. 44 G. Teknik Analisis Data ………………………………………... 50 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ……………………………… 55 a. Sejarah berdirinya SMA Muhammadiyah 2 Semarang …... 55 b. Visi dan Misi SMA Muhammadiyah 2 Semarang ………... 55 c.
Sarana dan Prasarana Sekolah ………………………….... 56
B. Deskripsi Data Hubungan Antara Spiritual Quotient Siswa dengan Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Kestabilan Unsur yang Terintegrasi dengan Nilai-Nilai Islam di SMA Muhammadiyah 2 Semarang ………………………………………… 58 C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ……………………… 64 1. Analisis Pendahuluan …………………………………….. 65 2. Analisis Uji Hipotesis ……………………………………. 66 3. Analisis Lanjut …………………………………………… 69 D. Keterbatasan Penelitian ……………………………………... 70 xi
BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan ……....................................................................
71
B. Saran-saran ……………….………………………………...
71
C. Penutup ……………………………………………………..
72
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..
73
LAMPIRAN ………………………………………………………………
76
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1. : beberapa sifat gas mulia ………………………………..
33
2. Tabel 2.2. : Tabel struktur Lewis …………………………………… 37 3. Tabel 3.1. : Nilai koefisien korelasi dari guiford empirical rulesi ….
52
4. Tabel 4.1. : Hasil perhitungan validitas butir angket ……………….. 58 5. Tabel 4.2. : Hasil perhitungan validitas butir soal ………………….. 59 6. Tabel 4.3. : Hasil perhitungan indeks kesukaran butir soal ………… 60 7. Tabel 4.4. : Hasil perhitungan daya pembeda butir soal ……………. 61 8. Tabel 4.5. : Jawaban angket tentang spiritual quetient siswa kelas x jurusan IPA SMA Muhammadiyah 2 Semarang ……………………. 61 9. Tabel 4.5.1 : Distribusi jawaban angket tentang spiritual quotient siswa indikator mengenal diri ……………………………………….. 62 10. Tabel 4.5.2 : Distribusi jawaban angket tentang spiritual quotient siswa indikator mengenal dan kedekatan dengan Tuhan ……………. 63 11. Tabel 4.5.3 : Distribusi jawaban angket tentang spiritual quotient siswa indikator kepedulian terhadap makhluk Tuhan ………………. 63 12. Tabel 4.6. : Rekapitulasi hasil belajar tentang materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai islam ……………….…… 64 13. Tabel 4.7. : Hasil angket tentang tingkat spiritual quotient (x) dan hasil belajar kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam (y) ………………………………………….. 65 14. Tabel 4.8. : Kerja koefisien korelasi antara variabel (x) dan (y) ……. 67
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Silabus …………………………………………………… 76 Lampiran 2 : RPP ………………………………………………………
77
Lampiran 3 : Daftar nama siswa kelas x jurusan IPA ………………….
82
Lampiran 4 : Indikator Spiritual Quotient ……………………………..
83
Lampiran 5 : Kisi-kisi lembaran indikator instrument angket SQ ……..
84
Lampiran 6 : Angket tingkat spiritual quotient siswa ………………….
85
Lampiran 7 : soal tes hasil belajar kimia ……………………………….
88
Lampiran 8 : uji angket (validitas dan realibilitas) …………………….
94
Lampiran 9 : uji soal hasil belajar kimia (validitas, realibilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal) ………………………….
98
Lampiran 10 : Uji SPSS …………………………………………………. 108 Lampiran 11 : Surat penunjukkan pembimbing …………………………
110
Lampiran 12 : Surat izin riset ……………………………………………
111
Lampiran 13 : Surat keterangan riset dari sekolah terkait ……………….
112
Lampiran 14 : Surat keterangan uji angket dan soal …………………….
113
Lampiran 15 : ko kurikuler ……………………………………………… 114 Lampiran 16 : transkrip ko kurikuler ……………………………………
115
Lampiran 17 : Piagam PASSKA IAIN Walsongo ………………………
116
Lampiran 18 : Piagam PASSKA Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo ….
117
Lampiran 19 : Piagam KKN …………………………………………….. 118
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk Allah yang membutuhkan pendidikan, pendidikan agama, pendidikan siasah, pendidikan ekonomi, pendidikan sosial, dan pendidikan yang lain yang berkaitan dengan misi hidupnya. Setiap pendidikan bertujuan mencerdaskan peserta didiknya. Terkait dengan hal tersebut di atas maka yang perlu menjadi pembahasan khusus adalah masalah personal skill (kecakapan individu). Setiap individu peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda dalam merespons pendidikan yang diterima. Perhatian terhadap kecakapan individu inilah menjadi satu keharusan dalam proses pembelajaran. Dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) telah dijelaskan bahwa personal skill sebagai salah satu prinsip yang harus dipenuhi dalam kegiatan pengembangan kurikulum di sekolah. Salah satu pilat dari Personal Skill adalah Spiritual Quotient yang lebih mengkhususkan pada kecakapan seseorang dalam keberagamaan. Oleh karena itu penulis berupaya untuk meneliti hubungan Spiritual Quetion dengan pembelajaran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Salah satu kecerdasan yang menjadikan hati sebagai pusat kecerdasan adalah kecerdasan spiritual. Ada beberapa pendapat tentang pengertian kecerdasan spiritual. Menurut Marsha Sinetar, Kecerdasan Spiritual merupakan ketajaman pemikiran atau kecerdasan yang terilhami yang sering menghasilkan intuisi, petunjuk moral yang kokoh, kekuasaan atau otoritas batin sehingga timbul kemampuan membedakan mana yang salah dan mana yang benar serta kebijaksanaan.1 Menurut Ary Ginanjar Agustian, Kecerdasan Spiritual merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan 1
Marsha Sinetar, Spiritual Intelligensi, Kecerdasan Spiritual, terj. Soesanto Boedi darmo, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2001), hlm. X.
1
2
melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran yang integralistik (tauhidi) serta berprinsip hanya karena Allah.2 Merujuk beberapa pendapat tentang SQ di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk memberikan makna atas sesuatu serta untuk mengintegrasikan antara akal, pikiran (IQ) dan emosi (EQ) dengan memandang segala sesuatu secara melingkar (dari berbagai sudut) serta menjadikan hati sebagai pusat kecerdasan sehingga diharapkan dapat menjadi manusia yang seutuhnya dengan pemikiran yang integral. Dari sudut pandang seorang muslim, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berpusatkan pada cinta yang mendalam kepada Allah dan seluruh ciptaan-Nya. SQ akan selalu aktual jika manusia hidup didasarkan visi dasar dan misi keutamaannya, yakni sebagai ‘abid (hamba) dan sekaligus khalifah Allah di bumi.3 Dihadapan Allah, manusia hanyalah seorang hamba ('abdullah), sedangkan dihadapan manusia, menampilkan sosok sebagai khalifah fil ardhi dengan menunjukkan sikap keteladanannya yang memberikan pengaruh dan inspirasinya serta ide-ide kreatif bagi sesama. Salah satu indikator kecerdasan spiritual bagi orang Islam adalah terlihat pada sisi religiusitasnya. Sedangkan religiusitas manusia dapat dilihat dari aktifitas dan ritualitas dalam beragama. Bagi orang yang beragama Islam akhlak baik merupakan bagian dari kewajibannya dalam bersosial, hal itu didasari atas kesadaran seseorang atas hak-hak dirinya dan orang lain, selain itu juga merasa diawasi oleh Allah sehingga semakin hati-hati dalam berperilaku. Proses kejadian tersebut merupakan proses spiritualitas sehingga dapat dilihat tinggi rendahnya spiritualitas seseorang. Siswa satu kelas di sebuah sekolah memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang berbeda-beda walaupun beragama sama. Apakah kondisi seperti ini
2
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ: Emotional Spiritual Quotions Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), hlm. 57. 3 Toto Tasmara, Kecerdasan Spiritual (Transcendental Intelligence) Membentuk Kepribadian yang Bertanggung jawab, Profesional dan Berakhlak, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. XV.
3
berhubungan dan mempengaruhi hasil belajar suatu pelajaran yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam. Bertolak dari latar belakang di atas, perlu adanya penelitian tentang hubungan spiritual quotient dengan hasil belajar atau prestasi siswa pada mata pelajaran yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. Dengan demikian akan dapat diketahui hasilnya seberapa signifikankah hubungan keduannya.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dijadikan fokus penelitian ini ialah “Adakah hubungan Spiritual Quotient siswa dengan hasil belajar Kimia materi pokok Kestabilan Unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam di SMA Muhammadiyah 2 Semarang kelas X ?”
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan Spiritual Quotient siswa dengan hasil belajar Kimia materi pokok Kestabilan Unsur yang terintegrasi dengan nilainilai Islam di SMA Muhammadiyah 2 Semarang kelas X.
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain: 1. Diharapkan dapat memahami tentang peran Spiritual Quotient.
2. Diharapkan dapat memahami hubungan Spiritual Quotient siswa dengan pembelajaran Kimia materi pokok Kestabilan Unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. 3. Diharapkan pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dapat menerapkan hasil penelitian dalam proses belajar-mengajar, baik siswa, guru, maupun pihak sekolah yang lain.
4
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari salah persepsi tentang arah judul yang dimaksud, maka penulis akan menegaskan maksud istilah-istilah dari judul tersebut, yaitu: 1. Spiritual Quotient (SQ)
SQ berasal dari kata spiritual dan quotient. Spiritual berarti bathin, keagamaan,4 sedangkan quotient
rohani,
atau kecerdasan
berarti
sempurnanya perkembangan akal budi, seperti akal budi, kepandaian, ketajaman pikiran.5 SQ merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran yang integralistik.6
2. Materi Pokok Kestabilan Unsur Materi Kestabilan Unsur merupakan materi pokok pelajaran kimia kelas X semester genap yang membahas tentang konfigurasi elektron gas mulia, teori Oktet dan Duplet serta setruktur Lewis. 3. Integrasi Integrasi merupakan upaya penyatuan menjadi satu kesatuan yang utuh atau penggabungan dari beberapa komponen menjadi satu kesatuan.7 Demikian pula menurut WJS. Poerwadarminta Integrasi yaitu penyatuan supaya menjadi suatu kebulatan yang utuh.8 4. Nilai-nilai Islam Nilai (values) di dalam kamus pendidikan diartikan sebagai sesuatu yang berharga dalam kehidupan manusia.9 Sedangkan dalam Kamus Besar
4
Jhon, M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), Cet. XXIII, hlm. 546. 5 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm. 164. 6 Ary Ginanjar Agustian, Lok. Cit 7 Achmad Maulana, dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Jogjakarta, Absolut , 2004), hlm. 173 8 Wjs. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hlm. 384. 9 St. Vembriarto, Kamus Pendidikan, (Grasindo, 1994), hlm. 42.
5
Bahasa Indonesia, nilai adalah isi atau sesuatu yang termuat dalam suatu pandangan yang berguna bagi kemanusiaan.10 Islam merupakan agama yang dibawa nabi Muhammad SAW dan diajarkan kepada manusia untuk menyempurnakan ajaran nabi-nabi sebelumnya.
Ajaran Islam
bersumber
pada
wahyu
Allah
yang
disampaikan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang sekarang tertuang dalam kitab suci al-Quran. Sumber ajaran yang kedua adalah diambil dari perkataan, perbuatan dan ketetapan nabi yang biasa disebut dengan al-Hadits. Nilai-nilai Islam yang dimaksud penulis adalah sesuatu yang berharga yang melekat pada ajaran Islam yang bersumber dari al-Quran dan hadits. Nilai-nilai Islam tersebut bisa bersifat implisit maupun eksplisit yang mengikuti penjelasan sumber ajarannya. Sebagai contoh adalah potongan hadits di bawah ini yang mendasari salah satu nilai dalam Islam yaitu kejujuran:
ْﻋَﻠَﯿْﻜُﻢْ ﺑِﺎﻟﺼِّﺪْقِ ﻓَﺈِنَّ اﻟﺼِّﺪْقَ ﯾَﮭْﺪِي إِﻟﻰَ اﻟﺒِﺮِّ وَإِنَّ اﻟﺒﺮَّ ﯾَﮭْﺪِي ١١ . إِﻟﻰَ اﻟﺠَﻨَّﺔِ رواه ﻣﺴﻠﻢ Orang Islam dituntut untuk selalu jujur dalam segala hal, baik tentang ritual keagamaan maupun aktifitas keseharian yang tidak terkait dengan ritual keagamaan. Nilai-nilai Islam dapat mendasari pendidikan Islam dalam rangka mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya.12 Dengan demikian kejujuran merupakan salah satu nilai Islam tetap tertanam dalam individu yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi.
10
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994),
hlm. 690. 11
Imam Muslim, Shohih Muslim, hadits ke-6586 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. 1, hlm. 14. 12
BAB II LANDASAN TEORI A. Spiritual Quotient 1. Pengertian dan Strategi Pengembangan Spiritual Quotient a. Pengertian dan Pentingnya SQ Pada awal abad ke-20, kecerdasan intelektual atau IQ pernah menjadi isu besar. IQ merupakan kecerdasan yang digunakan memecahkan masalah logika maupun strategis. Para psikolog menyusun berbagai tes untuk mengukurnya dan tes-tes ini menjadi alat memilah manusia ke berbagai tingkatan kecerdasan. Pada pertengahan 1990-an, Daniel Goleman mempopulerkan penelitian dari banyak neurolog dan psikolog yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional/EQ sama pentingnya dengan kecerdasan intelektual. EQ memberikan kesadaran mengenai perasaan milik diri sendiri dan juga perasaan orang lain. EQ memberikan rasa empati, cinta, motivasi dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat. EQ merupakan persyaratan dasar untuk menggunakan IQ secara efektif.13 Saat ini, serangkaian data ilmiah terbaru, yang sampai dewasa ini belum banyak dibahas, menunjukkan adanya kecerdasan jenis ketiga yaitu kecerdasan spiritual. Spiritual dalam bahasa Inggris berasal dari kata “spirit” yang berarti bathin, ruhani, dan keagamaan.14 Sedangkan dalam kamus psikologi, spiritual diartikan “sebagai sesuatu mengenai nilai-nilai transcendental”.15 Makna spiritual sendiri berhubungan erat dengan eksistensi manusia dan spiritual itu sendiri pada dasarnya mengacu pada bentuk-bentuk ragam 13
Taufiq Pasiak, Revolusi IQ / EQ /SQ Antara Neurosains dan Al-Quran, (Bandung: Mizan Pustaka, 2002), hlm. 40. 14 John M. Echols & Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1992), Cet. XX, hlm. 546. 15 M. Hafi Anshori, Kamus Psikologi, (Surabaya : Usaha Kanisius, 1995), hlm. 653.
6
7
seseorang yang dibangun dari pengalaman dan spiritual arti hidup, Allah dan pandangan-pandangan hidup. Danah Zohar dan Ian Marshall berpendapat, bahwa kecerdasan spiritual (SQ) sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup seseorang dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ berupa landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.16 SQ secara harfiah untuk menumbuhkan otak manusia. Menggunakan SQ manusia dapat menggali potensi yang dimilikinya untuk tumbuh dan mengubah evolusi potensi yang dimiliki.
Manusia
menggunakan
SQ
untuk
menjadi
kreatif,
berhadapan dengan masalah eksistensial, yaitu saat seseorang secara pribadi merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan masalah masa lalunya akibat penyakit dan kesedihan. SQ menjadikan manusia sadar bahwa ia mempunyai masalah eksistensial dan membuatnya mampu mengatasi masalah tersebut. SQ memungkinkan seseorang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat
intrapersonal
dan
interpersonal,
serta
menjembatani
kesenjangan antara diri dan orang lain. Daniel Goleman telah menulis tentang
emosi intrapersonal
diri
seseorang
yang
digunakan
berhubungan dengan orang lain. Namun EQ semata-mata tidak dapat membantu seseorang memahami siapa dirinya, dan apa makna segala sesuatu baginya. Seseorang pada akhirnya dapat menggunakan SQ-nya untuk berhadapan dengan masalah baik dan jahat, hidup dan mati, dan asal-usul sejati dari penderitaan dan keputusasaan manusia. Adapun menurut Taufiq Pasiak, bahwa secara harfiah SQ
16
Taufiq Pasiak, op.cit., hlm. 156.
8
beroperasi dari pusat otak yaitu dari fungsi dan penyatu otak. Lebih lanjut dikatakan: “SQ mengintegrasikan semua kecerdasan seseorang dan menjadikannya benar-benar dan utuh secara intelektual, emosional dan spiritual. Idealnya, ketiga kecerdasan dasar seseorang tersebut bekerja sama dan saling mendukung. Otak dirancang agar mampu melakukan hal itu. Meskipun demikian, mereka masing-masing IQ, EQ dan SQ memiliki wilayah kekuatan tersendiri dan bisa berfungsi secara terpisah.” “Kebutuhan ber-Tuhan atau memiliki spiritualitas merupakan kebutuhan tak terelakkan pada manusia. Ada kaitan langsung dan tegas antara kebutuhan itu dan tersedianya potensi ke-Tuhanan dalam otak manusia. Para peneliti otak antara lain Universitas California San Diego menemukan daerah temporal sebagai lokasi yang berperan penting dalam perasaan dan spiritual dan mistis. Dengan pantauan EEG (alat perekam gelombang otak) tampak jelas gelombang yang khas ketika seseorang mengalami perasaan mistis dan spiritual tersebut.”17 Berdasarkan uraian Taufiq Pasiak di atas, penulis sepakat bahwa SQ beroperasi dari pusat otak, berfungsi mengintegrasikan semua kecerdasan seseorang, baik IQ, EQ, maupun SQ masingmasing memiliki wilayah tersendiri dan berfungsi secara terpisah. Idealnya, ketiga kecerdasan dasar manusia tersebut bekerja sama dan saling mendukung. Berbagai
penelitian
menunjukkan
adanya
potensi
spiritualitas dalam otak manusia yaitu : 1) Osilasi 40 Hz Otak manusia tidak sekedar massa sel saraf material, karena seperti sel-sel jantung yang mengandung muatan listrik. Sel-sel otak juga bermuatan listrik. Kenaikan antar sel saraf elalui ujung-ujung selnya terjadi karena ada pelepasan muatan
17
Taufiq Pasiak, Revolusi IQ / EQ /SQ Antara Neurosains dan Al-Quran, (Bandung: Mizan Pustaka, 2002), hlm. 275.
9
listrik. Getaran sel saraf karena tersentuh muatan listrik dari ujung sel saraf itu dapat direkam. Ada dua jenis kegiatan yang berlangsung pada tingkat 40 Hz dan 200 Hz. Gelombang atau osilasi Hz terjadi ketika otak tanpa pengaruh rangsangan indrawi sama sekali bereaksi secara seragam. Reaksi itu dapat terjadi karena ada hubungan langsung antara talamus dan kulit otak yang dipicu oleh rangsangan indra. Talamus adalah bagian yang paling awal berkembang dari otak depan yang berurusan dengan emosi dan gerakan yang berfungsi meneruskan sinyal dari rangsang indrawi luar ke korteks, untuk kemudian diproses seri atau pararel.18
Artinya
hubungan
talamus
dan
kulit
otak
berlangsung secara intrinsik di antara mereka sendiri, rangkaian itu dapat terjadi tanpa informasi dan empiris. Hubungan intrinsik ini menurut Zohar adalah basis dari kesadaran manusia. Rodolfo Linas yang meneliti osilasi ini menemukan bukti bahwa osilasi itu tetap ada walaupun seseorang sedang tidur atau bermimpi dan menghilang ketika mengalami koma / pembiusan. Pada saat melamun, kesadaran intrinsik ini pun masih tetap terdeteksi. Gejala ini dapat menerangkan pengaruh imajinasi terhadap pekerjaan otak manusia.19 Menurut Danah Zohar yang dikutip oleh Taufik Pasiak bahwa, “protokesadaran” itu tersimpan dalam sel-sel saraf otak. Tatkala otak berisolasi pada ambang 40 Hz, proto kesadaran yang masih kontak itu bergabung dan membentuk kesadaran. Dengan kata lain, osilasi 40 Hz itu berfungsi seperti seseorang konduktor dalam pagelaran orkestra. Konduktor ini menyatukan semua ragam instrumen menjadi sebuah koor yang indah, dan karena
18 19
Ibid, hlm. 276-279. Ibid.
10
osilasi 40 Hz ini menghilang ketika seseorang dibius / koma, maka pada diri mereka, kesadaran itu tidak akan muncul. Jadi kesadaran itu lahir karena adanya kepaduan dan keutuhan dalam otak manusia.20
Jadi
dapat
disimpulkan
bahwa
osilasi
40
Hz
merupakan argumen ilmu saraf tentang keberadaan Spiritual Quotient (SQ). Osilasi tersebut merupakan basis kesadaran manusia, proto kesadaran terletak pada sel-sel saraf otak manusia, tatkala otak berisolasi pada ambang 40 HZz, proto kesadaran yang masih kontak itu bergabung dan membentuk kesadaran. SQ ini merupakan kecerdasan jenis ketiga yang menempatkan tindakan dan pengalaman seseorang dalam konteks makna dan nilai yang lebih besar.
2) Bawah Sadar Kognitif Kesadaran intrinsik otak (yang menjadi dasar bagi kecerdasan spiritual) bukanlah satu-satunya produk talamus. Komponen ini juga memegang peranan kunci dari kegiatan emosional manusia. Ahli saraf Joseph de Loux menemukan bahwa informasi indrawi yang masuk ke otak lebih menuju talamus yang berfungsi menilai setiap informasi indrawi yang masuk. Talamus kemudian meneruskannya ke dua arah yaitu ke kulit otak dan amigdala. Sinyal ke amigdala bereaksi sangat cepat sehingga mendahului reaksi yang dilakukan oleh kulit otak. Hasilnya reaksi emosional yang berlangsung sekian detik sebelum analisis kulit otak datang. Kerja sistem limbik lebih cepat 80.000 kali dari kerja kulit otak yang sadar. Jika pikiran sadar hanya sanggup memproses 126 bit informasi perdetik dan 40 bit informasi lisan, maka perasaan dapat
20
Ibid.
11
menerima reaksi emosional dapat berlangsung tanpa pengaruh pikiran rasional. Ini adalah bawah sadar kognitif manusia.21 Daniel Goleman menyatakan bahwa alam bawah sadar itu, tempat ingatan-ingatan emosional yang direkam dan disimpan menjadi suara hati bagi manusia. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa suara hati bersumber dari perasaan terdalam manusia dan pusat manusia berada. Suara hati bersumber dari kekuatan yang paling kuat dari diri manusia, yaitu hati. Hati menjadi elemen penting dalam kecerdasan spiritual, bahkan pekik kecerdasan spiritual justru terletak pada suara hati nurani. Kebenaran sejati, sebenarnya lebih terletak pada suara hati nurani yang menjadi pekik sejati SQ, karenanya SQ menyingkap kebenaran sejati yang lebih seiring tersembunyi di tengah hidup yang serba palsu.22 Ketika seseorang menjalani kehidupan ini dengan ingenius, palsu dan suka menipu, maka mereka pun menjadi diri yang palsu. Kecerdasan spiritual mengajak dan bahkan membimbing seseorang menjadi diri yang geniune, yang asli dan autentik yang karenanya selalu mengalami harmoni ilahi kehadirat Rabbi. Pengalaman harmoni spiritual kehadirat Tuhan dicapai dan sekaligus dirasakan dengan menggunakan apa yang dalam mistik spiritual disebut sebagai mata hati.23 SQ menyelami semua itu sebagai mata hati, karena mata hati dapat menyingkap kebenaran hakiki yang tak tampak oleh mata.
3) God Spot God Spot membuktikan banyak fenomena. Salah satunya kuantitas gelombang yang sama antara fakta skizoid, 21
Taufiq Pasiak, op.cit., hlm. 277. Sukidi, op.cit., hlm. 26. 23 Ibid. 22
12
depresi,
kegiatan,
penderitaan
dengan
kesalahan
atau
religiusitas. Sehingga sulit memisahkan antara aspek kegilaan dan kebahagiaan kecuali melalui pendekatan kualitatif yang subjektif. Aspek-aspek di atas inilah yang mempengaruhi kesimpulan Danah Zohar dan Ian Marshall tentang SQ bahwasanya tidak berkaitan dengan agama dan hanya mengakui amalan-amalan agama yang dapat meningkatkan kualitas SQ seseorang. Simpulan ini menunjukkan pentingnya pendidikan agama bagi seseorang untuk meningkatkan rasa beragamanya.24 Konsep God Spot menurut Danah Zohar tersebut sebenarnya merupakan kritik bagi umat beragama, khususnya Islam. Sebab, banyak manusia beragama namun tidak bisa menemukan kebahagiaan dan ketenangan hidup. Mereka hanya menganggap agama sebagai identitas belaka (status KTP), tanpa mengamalkan ajaran yang ada di dalamnya. Sehingga tujuan ideal agama menuju kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat tidak dapat tercapai tanpa mengamalkan ajaran-ajarannya. Konsep spiritualitas Islam menampakkan bentuknya pada pengakuan akan keimanan, syahadat menjadi syarat
utama diakuinya kedudukan seseorang muslim,
sehingga apabila secara ilmiah ditetapkan adanya hard ward dari spiritualitas adalah god spot, maka spiritualitas Islam merupakan muatan dari god spot tersebut. Cahaya keiilahian menjadi tujuan dan motivasi utama dalam setiap amalan umat Islam. Menurut hemat penulis, umat Islam seharusnya mengamalkan ajaran Islam tersebut dengan sungguh-sungguh. Jika rukun iman dan rukun Islam benar-benar diamalkan,
24
Ibid., hlm. 81-82.
13
maka tercapailah tujuan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.
b. Strategi Pengembangan Kecerdasan Spiritual (SQ) Strategi pengembangan SQ dapat dilakukan melalui beberapa jalan dengan melihat definisi dan mainstream yang diikuti. Mainstream-mainstream tersebut dipengaruhi oleh motivasi dan tujuan yang ingin dicapainya. Tentu saja akan sangat berbeda antara strategi pengembangan SQ yang dilakukan oleh seseorang sains dengan strategi yang dilakukan agamawan atau para filosof dengan golongan spesifik, salah satunya dengan ESQ (Emotional Spiritual Quotient). Konsep Zohar & Ian Marshall mengenai SQ masih menyisakan pertanyaan lanjutan yang belum bisa dijawab. SQ adalah sesuatu yang mempunyai makna dan nilai, maka makna dan nilai yang bagaimana bentuknya? Agama seperti apa yang mampu meningkatkan kualitas SQ? Ary Ginanjar menawarkan jawaban tentang pertanyaanpertanyaan di atas, bahwa ESQ sebagai model pengembangan karakter dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai rukun iman dan rukun Islam. Tentu
saja
sebagai
salah
satu
upaya
menginternalisasi kekayaan ruhiyah dan
mengeksplorasi
dan
jasadiyah pada diri
seseorang.25 Ary Ginanjar memandang bahwa rukun Iman dan rukun Islam disamping sebagai petunjuk ritual bagi umat Islam ternyata pokok pikiran dalam keduanya juga memberikan bimbingan untuk mengenal dan memaknai perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain. Dalam pandangannya rukun Islam disamping berfungsi sebagai tatanan ritual dalam beragama, juga merupakan metode pengasahan atau pelatihan 25
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta : Arga Wijaya Persada, 2001), hlm . xxi.
14
ESQ yang telah dipahami dalam rukun Iman, mulai dari Syahadat yang berfungsi sebagai mission statement, shalat yang berfungsi character building, puasa sebagai self controlling, serta zakat dan haji yang berfungsi untuk meningkatkan sosial intelligence (kecerdasan sosial).26 Konsep rukun Iman dan rukun Islam membaca EQ yang telah ada dalam diri seseorang bisa dilatih dan dipertajam lagi melalui aplikasi syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Pada kondisi ini, rukun Islam merupakan transformasi dari rukun iman yang dilakukan secara berulang dan terus menerus sehingga mampu menjawab persoalan kegagalan beberapa metode training yang telah dilakukan. Ary Ginanjar melihat tata urutan dalam rukun iman hingga rukun Islam disusun berdasarkan suatu tingkatan anak tangga yang sangat teratur dan sistematis, serta memiliki keterkaitan erat dan kuat dalam satu kesatuan yang ada dimulai dari pembangunan prinsip landasan ke prinsip kepercayaan, prinsip kepemimpinan, prinsip pembelajaran. Prinsip masa depan hingga prinsip keteraturan. Setelah mental terbentuk, maka dilanjutkan dengan langkah mission statement atau syahadat kemudian pembangunan karakter dan pengendalian diri. Ketiga hal ini akan membangun sebuah pribadi tangguh setelah memiliki ketangguhan pribadi dilanjutkan dengan pengembangan kecerdasan sosial melalui zakat dan haji. Kesemuanya menghasilkan ketangguhan sosial.27 Ketangguhan pribadi dan ketangguhan sosial mempunyai kunci utama yang dikatakan berupa asmaul husna dan menjadi barometer suara hati, untuk menetralisir suara hati, langkah pertama dengan melakukan reinforcement atau langkah penguatan hati melalui metode repetitive magic power berupa dzikir. Keseluruhan konsep kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosi yang ditawarkan Ary Ginanjar 26 27
Ibid., hlm. 286-287 Ibid., hlm 46
15
berkiblat pada prinsip Laa Ilaha Illallah yang memandang hubungan kepentingan dunia dan kepentingan akhirat menjadi sebuah jalur lurus yang saling berkelanjutan dengan kendaraan utamanya prinsip rahmatan lil ‘alamin. Menurut penulis, strategi peningkatan SQ yang efektif yakni dengan mengamalkan segala ajaran (perintah) Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Selanjutnya, ajaran berupa ibadah mahdhah maupun muamalah harus difahami, diresapi dan diamalkan untuk menjalin hubungan baik kepada Allah maupun sesama manusia dan makhluk ciptaan Allah lainnya. Apabila strategi tersebut dapat dilakukan, maka tidak mustahil akan tercipta kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Mampu menyelesaikan permasalahan hidup di dunia dan meraih keselamatan di akhirat kelak.
2. Spiritual Quotient dalam Al-Quran Kecerdasan intelektual (IQ) dapat dihubungkan dengan kecerdasan akal pikiran (‘aql), sementara kecerdasan emosional (EQ) lebih dihubungkan dengan emosi diri (nafs), dan kecerdasan spiritual mengacu pada kecerdasan hati, jiwa atau disebut dengan qalb sebagaimana firman Allah dalam QS. Ar- Rad ayat 27-28:
ﻦﻀِﻞﱡ ﻣ ﻳﺑِّﻪِ ۗ ﻗﹸﻞﹾ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻪﺔﹲ ﻣِّﻦ ﺭﻪِ ﺁﻳﻠﹶﻴﻟﹶﺎ ﺃﹸﻧﺰِﻝﹶ ﻋﻭﺍ ﻟﹶﻮ ﻛﹶﻔﹶﺮﻘﹸﻮﻝﹸ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦﻳﻭ ِﻢ ﺑِﺬِﻛﹾﺮﻬ ﻗﹸﻠﹸﻮﺑﺌِﻦﻄﹾﻤﺗﻮﺍ ﻭﻨ ﺁﻣ﴾ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ٢٧﴿ ﺎﺏ ﺃﹶﻧﻦﻪِ ﻣﺪِﻱ ﺇِﻟﹶﻴﻬﻳﺎﺀُ ﻭﺸﻳ ﴾٢٨﴿ ﺍﻟﹾﻘﹸﻠﹸﻮﺏﺌِﻦﻄﹾﻤﺍﻟﻠﱠﻪِ ۗ ﺃﹶﻟﹶﺎ ﺑِﺬِﻛﹾﺮِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺗ Katakanlah: “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki dan menunjukkan kepada orang yang kembali kepadaNya (taat kepada Allah). (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar Ra’d: 2728).28
28
YPPA, Al-Quran & Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2003), hlm. 373.
16
Qalbu harus berani bertanggung jawab untuk menampilkan wajahnya yang suci dan selalu berupaya untuk berpihak kepada Allah, menghidupkan getaran jiwa melalui kesadaran yang hakiki. Kesadaran ini pula yang dituntut dari proses zikir, karena zikir yang menghasilkan getaran jiwa, getaran kesadaran, “Aku di hadapan Tuhanku,” dapat menjadikan seseorang mencapai puncak keimanan.29 Sebagaimana firman Allah sebagai berikut:
ﻪﺎﺗ ﺁﻳﻬِﻢﻠﹶﻴ ﻋﺖﻠِﻴﺇِﺫﹶﺍ ﺗ ﻭﻢﻬ ﻗﹸﻠﹸﻮﺑﺟِﻠﹶﺖ ﻭ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺇِﺫﹶﺍ ﺫﹸﻛِﺮﻮﻥﹶ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦﻣِﻨﺆﺎ ﺍﻟﹾﻤﻤﺇِﻧ ﴾٢﴿ ﻛﱠﻠﹸﻮﻥﹶﻮﺘ ﻳﺑِّﻬِﻢﻠﹶﻰٰ ﺭﻋﺎ ﻭﺎﻧ ﺇِﳝﻢﻬﺗﺍﺩﺯ “Sesungguhnya, orang yang benar-benar beriman itu adalah apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal.” (Al-Anfal: 2).30 Kesadaran atau dzikrullah sebagai salah satu pintu hati, merupakan cahaya yang memberikan jalan terang, membuka kasyaf ‘tabir’ antara manusia dan Allah. Orang yang sadar atau melakukan dzikrullah tersebut membuat tipu muslihat setan tidak berdaya, sebagaimana firman Allah sebagai berikut:
ﻭﻥﹶﺼِﺮﺒﻢ ﻣﻭﺍ ﹶﻓﺈِﺫﹶﺍ ﻫﺬﹶﻛﱠﺮﻄﹶﺎﻥِ ﺗﻴ ﺍﻟﺸ ﻣِّﻦ ﻃﹶﺎﺋِﻒﻢﻬﺴﺍ ﺇِﺫﹶﺍ ﻣﻘﹶﻮ ﺍﺗﺇِﻥﱠ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ ﴾٢٠١﴿ “Sesungguhnya, orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa waswas (diajak maksiat) oleh kelompok setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahankesalahannya.” (Al-A’raaf: 201).31 Akan tetapi, kesadaran apakah yang dapat menyebabkan kesadaran kasyaf? Tarekat seperti apa yang harus dilakukan agar manusia mempunyai kemampuan untuk bisa melihat setan dan malaikat, jahat dan 29
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniyah : Transendental Intelligence, (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), hlm. 54. 30 YPPA, op.cit., hlm. 141 31 Ibid., 140
17
buruk? Tentunya dibutuhkan pembebasan diri dari segala belenggu nafsu yang selalu ingin menyimpangkan qalbu dari cahaya Ilahi. Dibutuhkan perjuangan dan kewaspadaan yang sangat tinggi agar qalbu menampakkan wajah Ilahi yang sebenarnya. Kata kuncinya berada pada kerinduan dan kecenderungan kita untuk selalu mengarah kepada Ilahi (al-hanif).32 Manusia sejak lahir telah memiliki jiwa spiritual atau naluri keagamaan untuk mengenal Tuhan. Fitrah manusia yang dibawa sejak lahir ini berupa fitrah ketauhidan. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-A’raaf ayat 172:
ﻠﹶ ٰﻰ ﻋﻢﻫﺪﻬﺃﹶﺷ ﻭﻢﻬﺘ ﺫﹸﺭِّﻳﻮﺭِﻫِﻢ ﻣِﻦ ﻇﹸﻬﻡﻨِﻲ ﺁﺩ ﻣِﻦ ﺑﻚﺑﺬﹶ ﺭﺇِﺫﹾ ﺃﹶﺧﻭ ﺎﺎ ﻛﹸﻨﺔِ ﺇِﻧﺎﻣ ﺍﻟﹾﻘِﻴﻡﻮﻘﹸﻮﻟﹸﻮﺍ ﻳﺎ ﺃﹶﻥ ﺗﻧﻬِﺪﻠﹶﻰٰ ﺷ ۖ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﺑﺑِّﻜﹸﻢ ﺑِﺮﺖ ﺃﹶﻟﹶﺴﺃﹶﻧﻔﹸﺴِﻬِﻢ ﴾١٧٢﴿ ـٰﺬﹶﺍ ﻏﹶﺎﻓِﻠِﲔ ﻫﻦﻋ “Dan (ingatlah tatkala Allah mengambil perjanjian kesucian pada manusia secara keseluruhan) ketika Allah mengeluarkan keturunan Adam dari Sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap diri mereka (seraya berfirman) bukankah Aku ini Rabbmu? (pencipta, pemelihara, pengatur dan pendidikmu) mereka menjawab: benar, Engkaulah Rabb kami (pencipta, pemelihara, pengatur dan pendidik kami), kami menjadi saksi (kami lakukan yang demikian itu agar disadari hari kiamat), kami tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah).” (QS. Al-A’raf: 172)33 Ayat di atas dapat dijelaskan bahwa manusia mempunyai kecenderungan dekat dengan Tuhan. Manusia sadar akan kehadiran Tuhan jauh di dasar hati sanubari mereka. Adapun segala keraguan dan keingkaran kepada Tuhan sesungguhnya muncul ketika manusia menyimpang dari jati diri mereka sendiri. Menurut pandangan Islam, konsepsi tentang manusia yang dirumuskan dalam Al-Quran terdiri dari materi (jasad) dan immateri (ruh, jiwa, akal dan qalb) dalam bentuk berbeda manusia dalam penciptaannya memiliki struktur nafsani yang terdiri dari tiga komponen yakni qalb, akal 32 33
Toto Tasmara, op.cit., hlm. 54. YPPA, op.cit., hlm. 137
18
dan nafsu.34 Kalbu menjadi penguasa di dalam kerajaan bathin manusia, untuk itu kalbu dituntut mampu mengendalikan syahwat dan ghadhab yang memiliki sifat negatif menjadi sifat yang positif. Kalbu mampu mengantarkan manusia pada tingkatan intuitif, moralitas, spiritualitas, keagamaan atau ke-Tuhanan. Manusia dengan potensi kalbunya mampu menerima dan membenarkan wahyu ilham dan firasat dari Allah. Adapun terminologi dari kecerdasan qalb dapat dilihat dalam AlQuran surat al-Hajj ayat 46:
ﻮﻥﹶﻌﻤﺴ ﺁﺫﹶﺍﻥﹲ ﻳﺎ ﹶﺃﻭﻘِﻠﹸﻮﻥﹶ ﺑِﻬﻌ ﻳ ﻗﹸﻠﹸﻮﺏﻢﻜﹸﻮﻥﹶ ﻟﹶﻬﺽِ ﻓﹶﺘﻭﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟﹾﺄﹶﺭﺴِﲑ ﻳﺃﹶﻓﹶﻠﹶﻢ ِﻭﺭﺪ ﺍﻟﱠﺘِﻲ ﻓِﻲ ﺍﻟﺼﻰ ﺍﻟﹾﻘﹸﻠﹸﻮﺏﻤﻌﻟﹶـٰﻜِﻦ ﺗ ﻭﺎﺭﺼﻰ ﺍﻟﹾﺄﹶﺑﻤﻌﺎ ﻟﹶﺎ ﺗﻬﺎ ۖ ﻓﹶﺈِﻧﺑِﻬ ﴾٤٦﴿ Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah pengelihatan itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj: 46).35 Ayat tersebut di atas menunjukkan kecerdasan qalb, juga menunjukkan adanya potensi qalbiyah yang mampu melihat yang tidak dapat dilihat oleh mata, sebab di dalamnya terdapat mata bathin. Mata bathin ini mampu menembus dunia moral, spiritual dan agama yang memuat rahasia dan kejadian alam semesta. Spiritual
intelligence
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang meng-Ilahi dalam cara dirinya mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, berempati dan beradaptasi. Untuk itu kecerdasan spiritual sangat ditentukan oleh upaya untuk membersihkan dan memberikan pencerahan qalbu sehingga mampu memberikan nasihat dan arah tindakan serta caranya mengambil keputusan. Qalbu harus senantiasa berada pada posisi
34
Yusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa & Psikologi Islami, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 325. 35 YPPA, op.cit., hlm. 270.
19
menerima curahan cahaya nur yang bemuatan kebenaran dan kecintaan kepada Ilahi.36 Rasa ruhiyah merupakan rasa yang paling fitrah. Sebuah potensi secara hakiki ditiupkan ke dalam tubuh manusia ruh kebenaran yang selalu mengajak kepada kebenaran. Pada ruh tersebut terdapat potensi bertuhan, nilai kehidupan yang hakiki tidak lain berada dalam nilai yang sangat luhur tersebut. Apakah seseorang tetap setia pada hati nuraninya untuk mendengarkan kebenaran yang melangit ataukah dia tersingkir menjadi orang yang hina karena seluruh potensinya telah terkubur dalam kegelapan?37 Al-Quran surat as-Sajdah ayat 9 menyatakan bahwa manusia terlahir dengan dibekali kecerdasan.
ۚ ﺓﹶﺍﻟﹾﺄﹶﻓﹾﺌِﺪ ﻭﺎﺭﺼﺍﻟﹾﺄﹶﺑ ﻭﻊﻤ ﺍﻟﺴﻞﹶ ﻟﹶﻜﹸﻢﻌﺟﻭﺣِﻪِ ۖ ﻭ ﻓِﻴﻪِ ﻣِﻦ ﺭﻔﹶﺦﻧ ﻭﺍﻩﻮ ﺳﺛﹸﻢ ﴾٩﴿ ﻭﻥﹶﻜﹸﺮﺸﺎ ﺗﻗﹶﻠِﻴﻠﹰﺎ ﻣ “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan perasaan; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (As-Sajdah: 9).38 Menurut Toto Tasmara, ayat di atas memberikan isyarat bahwa manusia terlahir dengan dibekali kecerdasan yang terdiri dari lima bagian utama kecerdasan yang salah satunya adalah kecerdasan ruhaniah (spiritual intelligence) yaitu kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya, baik buruk dan rasa moral dalam caranya menempatkan diri dalam pergaulan.39 Seluruh kecerdasan yang dimiliki manusia harus berdiri di atas kecerdasan ruhaniah, sehingga potensi yang dimilikinya menghantarkan diri kepada kemuliaan akhlak, empat kecerdasan yang dikendalikan oleh hati nurani akan memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan dan perdamaian manusia. 36
Toto Tasmara, op.cit., hlm. 47 Ibid., hlm. 48 38 YPPA, op.cit., hlm. 661. 39 Toto Tasmara, op.cit., hlm. 49 37
20
Pada qalbu manusia, selain memilih fungsi indrawi, di dalamnya ada ruhani yaitu moral dan nilai-nilai etika, artinya dialah yang menentukan tentang rasa bersalah, baik buruk serta mengambil keputusan berdasarkan tanggung jawab moralnya tersebut. Itulah sebabnya penilaian akhir dari sebuah perbuatan sangat ditentukan oleh fungsi qalbu. Kecerdasan ruhaniah tidak hanya mampu mengetahui nilai-nilai, tata susila, dan adat istiadat saja, melainkan kesetiannya pada suatu hati yang paling sejati dari lubuk hatinya sendiri.40 Kecerdasan ruhaniah adalah kecerdasan yang paling sejati tentang kearifan dan kebenaran serta pengetahuan Ilahi. Kecerdasan ini membuahkan rasa yang sangat mendalam terhadap kebenaran, sehingga seluruh tindakannya akan dibimbing oleh ilmu Ilahiah yang mengantarkan kepada ma’rifatullah.41 Jadi, SQ menurut Al-Quran lebih berpusat pada qalb (hati). Kesadaran atau dzikrullah sebagai salah satu pintu hati, merupakan cahaya yang memberikan jalan terang, membuka kasyaf ‘tabir’ antara manusia dan Allah. Jika manusia telah berbuat salah kepada Allah, maka ia harus segera bertaubat dan memohon ampunan-Nya dengan istighfar. Begitu halnya, jika manusia berbuat salah kepada sesama manusia, maka ia harus memohon maaf, bertaubat, dan selalu berdzikir untuk mengingat Allah, supaya selalu ingat bahwa manusia merupakan makhluk yang lemah, tidak ada yang paling kaya, kuat, dan berkuasa, melainkan hanya Allah semata.
3. Spiritual Quotient dalam Hadits Pikiran adalah tindakan mental, sehat pikiran berarti sehat pula mental seseorang. Secara umum para psikolog mendefinisikan kesehatan jiwa sebagai kematangan emosional dan sosial. Menurut mereka kesehatan jiwa amat tergantung pada kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, mampu mengemban tanggung jawab 40 41
Ibid. Ibid., hlm. 50
21
kehidupan dan menghadapi semua permasalahan hidup secara realistis. Kemampuan
inilah
yang
menentukan
tingkat
kebahagiaan
dan
kebermaknaan hidup.42 Terwujudnya keseimbangan antara fisik dan ruh pada manusia merupakan syarat penting untuk mencapai kepribadian harmonis yang menikmati kesehatan jiwa. Untuk mendidik mental sahabatnya, Rasulullah SAW senantiasa memperhatikan keseimbangan antara kesehatan mental dan fisik dengan menggunakan metode sebagai berikut: a. Mencerdaskan ruhani dengan cara Rasulullah 1) Dengan iman Tidak pelak lagi bahwa iman dapat memperkuat sisi ruhaniah manusia. Kekuatan memberikan energi ruhani yang mencengangkan dan bahkan dapat terpengaruh kekuatan fisik. Iman adalah sumber keterangan bathin dan keselamatan kehidupan. Iman itu ada dalam hati.
ِﻦﺎﻥِ ﺑﻤﻌ ﺍﻟﻨﺖِﻌ ﲰ: ﺎﻣِﺮٍ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﻋﻦﺛﹶﻨﺎﹶ ﺫﹶﻛﹶﺮِﻳﺎﱠﺀ ﻋ ﺣﺪ:ﻌِﻴﻢِ ﻗﹶﺎﻝﹶﻮﻧﺛﹶﻨﺎ َﺍﹶﺑﺣﺪ
…ﺍﹶﻟﹶﺎ.. : ﻳﻘﹸﻮﻝﹸﻠﱠﻢﺳﻪِ ﻭﻠﹶﻴﻠﱠﻰ ﺍﷲُﻋﻝﹶ ﺍﷲِ ﺻﻮﺳ ﺭﺖﻤِﻌ ﺳ: ﻝﹸﻘﹸﻮﺸِﲑٍ ﻳﺑ ﺕﺪﺇِﺫﹶﺍ ﻓﹶﺴ ﻭ ﻛﹸُﻠﹼﻪﺪﺴ ﺍﻟﹾﺠﻠﹸﺢ ﺻﺖﻠﹸﺤﺔﹰ ﺍِﺫﹶﺍ ﺻﻐﻀﺪِ ﻣﺴﺍِﻥﱠ ﻓِﻰ ﺍﻟﹾﺠﻭ
(٤٣ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ ﻭﻣﺴﻠﻢ ﺍﹾﻟﹶﻘﹶﻠﹾﺐﻫِﻰَﺍﹶﻟﹶﺎ ﻭ. ﻛﹸﻠﱡﻪﺪﺴ ﺍﻟﹾﺠﺪﻓﹶﺴ Abu Naim menceritakan kepada kami, ia berkata: Zakariya telah menceritakan pada kami dari Amir, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: …”Ketahuilah bahwa sesungguhnya di dalam tubuh itu terdapat segumpal darah. Apabila ia baik maka baiklah seluruh jasadnya, apabila ia jelek maka jeleklah seluruh jasadnya. Ketahuilah ia itu adalah hati.” (HR. Bukhari & Muslim).
42
M. Utsman Najati, Belajar EQ & SQ Dari Sunnah Nabi, (Jakarta : Hikmah, 2002), hlm.
1. 43
Al-Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn Bardizabat, Al-Bukhari Al-Ja’fiyi, Shahih Al-Bukhari Juz I, (Semarang: Toha Putra, tth.), hlm. 23.
22
Iman, tauhid dan ibadah kepada Allah menimbulkan sikap istiqomah dalam perilaku. Di dalamnya terdapat pencegahan & terapi penyembuhan terhadap penyimpangan, penyelewengan & penyakit. Substansi dari beriman adalah sikap ikhlas dan mendefinisikan semua kebaikan sebagai ibadah sebagai bukti iman selalu bergantung padanya, dan ridha terhadap qadha dan qadar Allah.44
2) Dengan shalat Shalat
memiliki pengaruh besar dan efektif dalam
menyembuhkan manusia dari duka cita dan gelisah. Sikap berdiri pada waktu shalat di hadapan Tuhannya dalam keadaan khusuk, berserah
diri
dan
pengosongan
diri
dari
kesibukan
dan
permasalahan hidup dapat mengatasi kegelisahan dan ketegangan yang ditimbulkan oleh tekanan-tekanan jiwa dan masalah kehidupan. Ibnu Qayyim berpendapat bahwa shalat memiliki peranan besar dalam menyenangkan, menguatkan, melapangkan dan memuaskan hati. Melalui shalat orang dapat merasakan hubungan dan kedekatan dengan Tuhan dan merasakan kenikmatan berdzikir kepada-Nya, merasa senang bermunajahat kepada-Nya, berdiri kokoh di hadapan-Nya serta menggunakan seluruh anggota badan dan
potensinya
dalam
menyembah-Nya,
sesuatu
yang
menyenangkan dan nutrisi yang hanya sesuai dengan hati yang sehat. Untuk itu shalat menjadi penolong terbesar dalam mencapai kemaslahatan dunia dan akhirat serta menolak kerusakan di dunia dan di akhirat.45 Selain itu, orang yang mendirikan shalat dijanjikan oleh Allah akan dimasukkan ke dalam surga. Sebagaimana Sabda Nabi Saw., sebagai berikut: 44 45
M. Utsman Najati, op.cit., hlm. 100. Ibid., hlm. 101.
23
ﻠﻴﻪِ ﻭّﻠﻰ ﺍﷲُ ﻋ ﺻﺒِﻲﻰ ﺍﻟﻨﺍﺑِﻴﺎﱠ ﺃﹶﺗﺮ ﺃﹶﻥﱠ ﺃﹶﻋﻪﻨ ﺍﷲُ ﻋﺿِﻲﺓﹶ ﺭﺮﻳﺮ َﺃﺑِﻰ ﻫﻦﻋ ﻟﹶﺎ ﺍﷲَ ﻭﺪﺒﻌﺔﹶ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺗﻨ ﺍﻟﹾﺠﻠﹾﺖﺧ ﺩﻪﻠﹾﺘﻤﻞٍ ﺇِﺫﹶﺍ ﻋﻤﻠﹶﻰ ﻋﻟﹾﻨِﻲ ﻋ ﻓﹶﻘﹶﺎﻝﹶ ﺩﺳﻠﱠﻢ ﺔﹶﺿﻭﻔﹾﺮﻛﹶﺎﺓﹶ ﺍﻟﹾﻤﻯ ﺍﻟﺰﺩﺆﺗﺔﹶ ﻭﺑﻮﻼﹶﺓﹶ ﺍﹾﳌﹶﻜﹾﺘ ﺍﻟﺼﻢﻘِﻴﺗﺌﺎﹶ ﻭﻴ ﺑِﻪِ ﺷﺮِﻙﺸﺗ ٤٦
(ﺎﻥﹶ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯﻀﻣ ﺭﻡﻮﺼﺗﻭ
Dari Abu Hurairah ra. bahwa seorang kebangsaan Arab datang kepada Nabi Saw. dan berkata: Tunjukkan kepadaku amalan apa yang apabila aku lakukan bisa menjadikan masuk ke surga, Nabi Saw. bersabda: “Sembahlah Allah dan jangan mensekutukan-Nya dengan sesuatupun, dirikanlah shalat fardhu, tunaikanlah zakat (yang telah ditentukan), dan berpuasalah pada bulan Ramadhan .” (HR. Bukhari). 3) Dengan puasa Manfaat utama puasa adalah menumbuhkan kemampuan mengontrol syahwat dan hawa nafsu pada diri manusia. Puasa merupakan latihan bagi manusia dalam menanggung kondisi prihatin dan berupaya bersabar atasnya. Dengan puasa, ia bersiap diri menangung beragam kondisi prihatin yang mungkin terjadi dalam kehidupannya. Kondisi kondisi prihatin yang dirasakan membuatnya dapat berempati terhadap penderitaan orang-orang fakir dan miskin, mendorongnya untuk mengasihi mereka menyalurkan bantuan dan berbuat baik kepada mereka serta membantu orang-orang yang membutuhkan. Hubungannya dengan manusia semakin kuat dan rasa solidaritas sosialnya semakin bertambah. Puasa merupakan cara yang efektif dalam mengatasi kegelisahan melalui janji surga sebagai balasan bagi mereka yang berpuasa. Rasulullah saw bersabda:
46
Al-Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn Bardizabat, Al-Bukhari Al-Ja’fiyi, op.cit., hlm. 109.
24
ﺎﻡ ﺻﻦ ﻣ:ﻠﻴﻪِ ﻭ ﺳﻠﱠﻢﻝﹸ ﺍﷲِ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﷲ ﻋﻮﺳ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺭ: ﺓﹶ ﻗﹶﺎﻝﹶﺮﻳﺮ َﺍﺑِﻰ ﻫَﻦﻋ ﺒِﻪِ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ َﺫﹶﻧ ﻣِﻦﻡﻘﹶﺪﺎﺗ ﻣ ﻟﹶﻪﺎﺑﺎﹰ ﻏﹸﻔِﺮﺘِﺴﺍﺣﺎﻧﺎﹰ ﻭﻤﺎﻥﹶ ﺍِﻳﻀﻣﺭ ٤٧
(ﻭﻣﺴﻠﻢ
Dari Abi Hurairah ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan dengan iman dan penuh harap, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari dan Muslim). 4) Melalui Haji Haji mengajarkan manusia untuk mampu menanggung kesulitan dan melatihnya berjihad melawan nafsu dan mengontrol syahwatnya. Karena orang yang haji tidak boleh berhubungan seks, tidak bermusuhan, tidak mencari, menyakiti dan tidak melakukan hal yang dibenci Allah. Haji juga menyembuhkan penyakit takabur, ujub dan tinggi hati. Dalam situasi yang sarat dengan nilai-nilai spiritual ini hubungan manusia dengan Tuhannya menjadi bertambah kokoh. Manusia merasakan kejernihan hati ketenangan jiwa. Curahan kondisi emosional dan limpahan ruhaniah yang sarat dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Sebagaimana hadits Nabi Saw sebagai berikut:
ﻠﱠﻢ ﺳﻠﻴﻪِ ﻭّﻠﻰ ﺍﷲُ ﻋ ﺻﺒِﻲ ﺍﻟﻨﺖﻤِﻌ ﻗﹶﺎﻝﹶ ﺳﻪﻨﺿِﻲ ﺍﷲُ ﻋﺓﹶ ﺭﺮﻳﺮ ﺃﹶﺑِﻲ ﻫﻦﻋ
)ﺭﻭﺍﻩﻪ ﺃﹸﻣﻪﺗﹶﻟﺪﻡِ ﻭﻮ ﻛﹶﻴﻊﺟ ﺭﻖﻔﹾﺴﱂﹶ ْﻳﻓﹸﺚﹾ ﻭﺮ ﻳ ﷲِ ﻓﹶﻠﹶﻢﺞ ﺣﻦﻝﹸ ﻣﻘﹸﻮﻳ ٤٨
(ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Saya mendengar Nabi Saw bersabda: “Barangsiapa melaksanakan haji karena Allah, sedangkan ia tidak rafats (menggauli isteri atau berkata keji), tidak fasiq (melanggar batas-batas syara’) maka ketika ia pulang seperti baru dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari). 47
Ibid., hlm. 67. Al-Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn Bardizabat, Al-Bukhari Al-Ja’fiyi, op.cit., hlm. 141. 48
25
b. Mencerdaskan ruhani dengan dzikir dan doa 1) Melalui dzikir Rasulullah menyatakan bahwa dengan mengingat Allah (dzikrullah), maka dapat memberikan kedamaian dan ketenangan jiwa. Dzikrullah dan bertasbih meningkatkan derajat hamba di sisi Allah. Di antara bentuk dzikir yang paling utama adalah Al-Quran karena dalam hal itu terdapat keutamaan yang besar dalam membersihkan hati, menyembuhkan dan menerangkan jiwa. 2) Melalui doa Doa merupakan dzikir dan ibadah. Ia memilih keutamaan yang sama seperti dzikir dan ibadah. Sesungguhnya dalam doa terdapat kelapangan bagi jiwa dan penyembuh kesulitan, duka cita dan gelisah karena orang dengan berdoa selalu mengharap doanya dikabulkan oleh Allah SWT dapat meringankan beban kesulitan dan duka cita orang beriman. Doa akan lebih terkabul jika dilakukan pada malam hari. Doa merupakan dzikir dan ibadah. Ia memilih keutamaan yang sama seperti dzikir dan ibadah. Sesungguhnya dalam doa terdapat kelapangan bagi jiwa dan penyembuh kesulitan, duka cita dan gelisah karena orang dengan berdoa selalu mengharap doanya dikabulkan oleh Allah SWT dapat meringankan beban kesulitan dan duka cita orang beriman. Doa akan lebih terkabul jika dilakukan pada malam hari.49
4. Spiritual Quotient dalam Pandangan Tokoh Muslim Al-Ghazali mendefinisikan hati dalam dua makna, pertama, bentuk lahir, hati yaitu sepotong daging yang terletak di bagian kiri dada, di dalamnya terdapat rongga berisi darah hitam. Kedua, hati adalah sebuah lathifah (sesuatu yang amat halus dan lembut, tidak kasat mata, tak berupa
49
Ibid., hlm. 145.
26
dan tak dapat diraba) bersifat bersifat rabbani ruhani dan merupakan inti manusia.50 Dalam teks Islam, kata hati mencakup makna locus. Eksistensi hati menjadi tempat pengetahuan disamping hati merupakan sesuatu yang mendapat balasan dalam kaitannya dengan perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Hati pula yang menjadi arena transformasi seorang hamba dengan Tuhannya. Ahmad Sirhindi menganalisa hati dengan melihat bahwa manusia memiliki sepuluh dasar. Lima materi dan lima nonmateri. Bagian paling rendah dari materi adalah jiwa yang rendah (nafs) dan tiga element (api, bumi, air). Sedangkan bagian yang paling tinggi meliputi qalb, ruh, misteri khafi dan akhafa. Memahami kecerdasan spiritual dalam bingkai seperti ini membuat seseorang dengan mudah menemukan nilai-nilai dan makna dari setiap aktivitas yang dilakukannya salah satu ciri SQ berupa kemampuan manusia untuk mengenali potensi, fitrah dalam dirinya. Fitrah sebagai akar ilahiah yang Allah berikan sejak ditiupkan-Nya ruh ke dalam rahim ibu. SQ merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali dan mendekatkan diri kepada Allah SWT yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Apabila seseorang mengenal Allah niscaya akan mengalami sukses hidup bukan hanya di dunia saja tetapi juga di akhirat. Ary Ginanjar misalnya, mengatakan bahwa ketangguhan pribadi dan ketangguhan sosial mempunyai kunci utama yang dikatakan berupa asmaul husna dan menjadi barometer suara hati, untuk menetralisir suara hati, langkah pertama dengan melakukan reinforcement atau langkah penguatan hati melalui metode repetitive magic power berupa dzikir. Keseluruhan konsep kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosi yang ditawarkan Ary Ginanjar berkiblat pada prinsip Laa Ilaha Illallah yang memandang hubungan kepentingan dunia dan kepentingan akhirat menjadi sebuah jalur lurus yang saling berkelanjutan dengan kendaraan utamanya prinsip rahmatan lil ‘alamin. 50
Al-Ghozali, Ihya Ulmu Al-Din, (Dar Al-Fikr, ttp., tth), juz III, hlm. 3.
27
Danah Zohar menjelaskan tentang tanda-tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik di bawah ini, tentu tidak bertentangan dengan konsep SQ dalam pandangan tokoh muslim, pendapat Zohar tersebut mencakup hal-hal berikut:
a. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif) b. Tingkat kesadaran diri yang tinggi c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu g. Kecenderungan
untuk
melihat
keterkaitan
antara
berbagai
hal
(berpandangan “holistik”)
h. Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa” ? atau “bagaimana”? untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar.
i. Menjadi apa yang disebut oleh para spikolog sebagai “bidang mandiri” – yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.51 Adapun menurut Toto Tasmara, bahwa orang yang memiliki kecerdasan ruhaniah adalah mereka orang yang bertakwa. Adapun takwa sebagai indikator kecerdasan ruhaniah meliputi: a. Mereka memiliki visi b. Mereka merasakan kehadiran Allah c. Mereka berzikir dan berdoa d. Mereka memiliki kualitas sabar e. Mereka cenderung pada kebaikan f. Mereka empati g. Mereka berjiwa besar h. Bahagia melayani.52 Berdasarkan pendapat kedua tokoh mengenai indikator SQ di atas, sebenarnya memiliki kesamaan, hanya saja terdapat sedikit perbedaan pada landasan, tujuan, dan visinya. Kalau menurut Zohar hanya kesadaran diri 51
Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2002), Cet.V, hlm. 14. 52 Toto Tasmara, op.cit., hlm. 1-38.
28
dalam memahami adanya kesadaran diri dan kemampuan menyelesaikan permasalahan hidup di dunia tanpa harus disandarkan kepada Tuhan, sedangkan Toto Tasmara sebaliknya. Kecerdasan spiritual adalah bagaimana kita mengatur permasalahan dunia yang dilandasi dengan nilai ilahiyah (Keagamaan) menuju kebahagian dunia maupun akhirat kelak. Idealnya, konsep spiritual adalah kemampuan kita memahami kesadaran diri melalui hati (qolb) dengan termotivasi untuk mencari kebenaran yang hakiki (ruh ilahiyah) dan mengamalkan apa yang diajarkan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari supaya kita dapat mencapai kebahagian baik di dunia maupun akhirat.
B. Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungan dan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman.53 Sedangkan menurut Edward L Thondike (1983) Trial and Error, Inti belajar adalah membentuk asosiasi-asosiasi antara perangsang (stimulus) yang mengenai organisme melalui sistem syaraf dan reaksi (respon) yang diberikan oleh organisme itu, tehadap rangsang tadi.54 Menurut Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid dalam bukunya At-Tarbiyah wa Thuruqud Tadris, mendefinisikan belajar adalah :
ﺎﻬﺙﹸ ﻓِﻴﺪﺤﺎﺑِﻘﹶﺔٍ ﻓﹶﻴﺓٍ ﺳﺮﺒﻠﹶﻰ ﺧﺃﹸ ﻋﻄﹾﺮﻠﱢﻢِ ﻳﻌﺘﻦِ ﺍﻟﹾﻤ ﻓِﻰ ﺫﹶﻫﺮﻴِﻴﻐ ﺗﻮ ﻫﻢﻠِﻴﻌﺇِﻥﱠ ﺍﻟﺘ ٥٥ ﺍﺪﺪِﻳﺍ ﺟﺮﻴِﻴﻐﺗ Artinya: “Belajar adalah perubahan pada hati (jiwa) si pelajar berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki menuju perubahan baru”
53
WS. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : PT. Gramedia, 1993), cet. I, hlm. 13. 54 Ibid., hlm. 1. 55 Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, Al-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris, Juz. I, (Mesir: Darul Ma’arif, t.th), hlm. 169.
29
Menurut Laster D Crow dan Lice Crow mendefinisikan belajar adalah sebagai berikut : “The term learining can be interpreted as : 1) the process by which changing are made or :2) the changes themselves that result from engaging in the learning process. 56 Artinya : “Pengertian belajar dapat dinterprestasikan sebagai : 1) suatu perubahan yang terjadi secara sengaja, atau 2) suatu perubahan yang terjadi dengan sendirinya sebagai akibat dari bentuk proses belajar.” Menurut Clifford T. Morgan belajar adalah “Learning is any relatives permanent change in behavior which occurs as a result of experience”. Artinya setiap perubahan yang relatif dalam tingkah laku yang terjadi dari hasil test atau pengalaman.
2. Hasil Belajar a. Pengertian hasil belajar melalui proses belajar. Pengertian yang lain hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.57 Atau hasil belajar adalah suatu aktifitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan yang relatif konstan dan berbekas.58 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan sasaran/tujuan dari adanya proses interaksi belajar mengajar atau pengalaman belajar siswa. Dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar yang telah ditetapkan dalam interaksi / proses belajar mengajar diperlukan penilaian/evaluasi. Wayan Nur Kancana dan PPN Sunartana membedakan tes hasil belajar dari beberapa sudut pandang, yaitu; 1). Jumlah peserta/
56
Laster D Crow dan Alice Crow, General Psykhology, (New York : t.th), hlm 188 Nana Sudjana, Penelitian Hasil Belajar Mengajar (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 22 58 Suprayekti, Interaksi Belajar Mengajar, (Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjendikdasmen Depdiknas, 2003), hlm 4. 57
30
pengikut tes, 2). Penyusunannya, 3). Jawaban atau bentuk respon, 4). Bentuk pertanyaan yang diberikan59 Dengan kriteria sebagaimana tersebut di atas, seorang guru dapat memilih/ menentukan hasil belajar apa yang akan dinilai. Dengan demikian guru dapat menentukan teknik apa yang akan digunakan dalam menilai hasil belajar tersebut. b. Macam-Macam Hasil Belajar Hasil belajar sebagai salah satu sasaran penilaian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah menerima
materi
yang
telah
diajarkan
oleh
guru,
ada
bermacammacam. Menurut R.J Mazano dkk. Sebagaimana dikutip Safari, membagi hasil belajar menjadi delapan, yaitu : 1) Ketrampilan memuat (focusing skills), seperti mendefinisikan, merumuskan tujuan. 2) Keterampilan mengumpulkan informasi, seperti: mengamati, merumuskan pertanyaan. 3) Keterampilan mengingat, seperti : merekam, mengingat. 4) Keterampilan
mengorganisasi,
seperti:
membandingkan,
mengelompokkan, menata/mengurutkan dan menyajikan. 5) Keterampilan menganalisis seperti: menganalisis sifat dari komponen hubungan dan pola, ide pokok, kesalahan. 6) Keterampilan
menghasilkan
keterampilan
baru,
seperti:
menyimpulkan, memprediksi, mengupas atau menguasai. 7) Keterampilan memadu (integrating skills), seperti: meringkas, menyusun kembali. 8) Keterampilan menilai, seperti menetapkan kriteria membenarkan pembuktian.60 59
Wayan Nur Kancana dan PPN Sunartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1986), hlm. 25-27 60 Safari, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Didakmen Depdiknas, 2003), hlm.13-14
31
Dari berbagai ahli pendidikan di atas, yang paling populer dan dikembangkan di dunia pendidikan Indonesia adalah klasifikasi hasil belajar Benyamin S. Bloom yang lebih dikenal “Taxonomi Bloom”. Beliau membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. : a. Ranah kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental atau otak. Menurut Bloom, segala upaya yang menyngkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksud adalah; Hafalan/ pengetahuan/ ingatan (knowledge),
pemahaman
(komprehension),
penerapan
(aplication), analisis, sintesis dan penilaian (evaluation). b. Ranah afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran agama di sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang diterimanya, penghargaan atau rasa hormatnya guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.61 Ranah afektif berkenaan dengan tujuan-tujuan pendidikan yang berkaitan dengan minat (interest), sikap (attitude),
penghargaan
(appreciation),
dan
penyesuaian
(adjustment). c. Ranah Psikomotorik Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ada enam 61
Ibid., hlm. 54
32
tingkat keterampilan dalam ranah psikomotorik, yaitu; gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan fisual, membedakan ouditif, motorik, dan lain-lain. Ranah psikomotorik berkenan dengan tujuan-tujuan pendidikan yaitu berkaitan dengan gerak fisik yang manipulatif.62 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Belajar dan mengajar sebagai suatu proses tiga unsur yang dapat dibedakan yakni tujuan pengajaran (intruksional) pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar.63 Guru sebagai institusi pendidikan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sudah pasti mengharapkan keberhasilan dalam setiap interaksi belajarnya. Namun kenyataannya harapan tersebut tidaklah seratus persen dapat tercapai , karena terdapat banyak faktor
yang
turut
mempengaruhinya.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar adalah faktor guru, faktor siswa, faktor kurikulum, faktor lingkungan,64 Dari uraian yang penulis paparkan di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar itu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat kompleks, dan bisa dikatakan sistemik. Artinya kita tidak boleh menganggap sepele salah satu faktor tersebut, karena antara satu faktor dengan yang lainnya saling berhubungan. Dengan demikian maka kita harus dapat menciptakan suasana yang paling kondusif agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal.
62
Shodiq Abdullah, Evaluasi Pembelajaran, (Semarang : FAI UNWAHAS, t.th), hlm. 17-
26 63
Nana Sudjana, op.cit., hlm.2 Baca: I.G.K.A. Wardana, Teori Belajar, Motivasi dan Keterampilan Mengajar, (Jakarta :Dirjen Dikti Depdiknas, 1996), hlm.78-79, Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2002), hlm.132, Suprayekti, op.cit., hlm.11-19 64
33
C. Materi Kimia Pokok Pembahasan Kestabilan Unsur Pada umumnya unsur-unsur tidak dalam keadaan stabil. Untuk mencapai titik stabil maka unsur tersebut harus berikatan dengan unsur lainnya. Yang dimaksud berikatan dengan lainnya adalah dengan melakukan langkah melepas atau menangkap elektron yang dimiliki oleh unsur lain. Berdasarkan hasil pengamatan ilmuwan Amerika Serikat, Gilbert N. Lewis, suatu unsur akan bersifat stabil jika kulit terluarnya terisi penuh elektron. Jadi kestabilan suatu atom bergantung kepada elektron valensinya.65 Atom-atom gas mulia bersifat stabil karena kulit terluarnya terisi penuh oleh elektron. Materi ini bertujuan agar siswa dapat membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk. Sedangkan ruang lingkup materi ini antara lain: a. Golongan gas mulia Gas mulia merupakan unsur yang stabil. Kestabilan ini disebabkan karena elektron valensinya telah penuh, sehingga energi ionisasinya sangat tinggi. Di udara perbandingan gas mulia dalam bagian perjuta volumenya (ppm) adalah He : Ne : Ar : Kr : Xe : Rn = 5,24 : 18,2 : 9340 : 1,14 : 0,08 : 6x10-14.66 Orang pertama yang menduga adanya gas mulia adalah Lord Rayleigh dari Inggris. Pada tahun 1892 Rayleigh melakukan penelitian terhadap gas nitrogen yang ada di udara dengan gas nitrogen yang diperoleh dari penguraian amoniak. Ternyata kerapatan gas nitrogen yang berasal dari udara selalu lebih beras dari pada gas nitrogen dari penguraian amoniak. Ini berarti di udara selain terdapat nitrogen, oksigen, CO2, dan uap air masih terdapat gas lain yang mempunyai kerapatan lebih besar daripada nitrogen. Di bawah ini tabel 2.1. beberapa sifat gas mulia. 65
Crys Fajar Partana, dkk, Kimia Dasar 2, (Jagjakarta: Jurusan Kimia F. MIPA UNY), hlm. 100., Lihat juga Sudjadi, Penentuan Struktur Senyawa Organik, (Jogjakarta: Ghalia Indonesia, tt), hlm. 32-35. 66 Crys Fajar Partana, dkk, lok.cit.
34
Tabel 2.1. Beberapa sifat gas mulia67 Nomor atom
Helium
Neon
2
10 6
Xenon
18
36
54
1s
2s 2p
3s 3p
4s2 4p
5s2 5p6
Massa atom relatif
4,0026
20,179
39,948
83,80
131,30
Titik lelah (K)
0,9
24
84
116
161
Entalpi peleburan (kJ/mol
0,01
0,32
1,1
1,5
2,1
Titik didih (K)
4
27
87
120
166
Entalpi penguapan (kJ/mol)
0,08
1,8
6,3
5,5
13,6
Energi ionisasi I (kJ/mol)
2639
2079
1519
1349
1169
93
112
154
169
190
Jari-jari atom (x 10 m)
2
Kripton
Konfigurasi elektron terluar
-12
2
Argon 2
6
6
Golongan gas mulia pada sistem periodik terdiri dari unsur-unsur yang stabil dan tidak reaktif. Gas mulia mempunyai elektron pada kulit terluar dua untuk He dan delapan untuk Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn. 2He
=2
ev = 2
10Ne
=2.8
ev = 8
18Ar
=2.8.8
ev = 8
36Kr
= 2 . 8 . 18 . 8
ev = 8
54Xe
= 2 . 8 . 18 . 18 . 8
ev = 8
86Rn
= 2 . 8 . 18 . 32 . 18 . 8
ev = 8
a. Pembuatan gas mulia Gas mulia diperoleh dengan cara destilasi bertingkat terhadap udara cair, yaitu mula-mula udara dicairkan melalui pendinginan sampai di bawah titik didihnya dengan tekanan yang besar. Setelah itu suhu dinaikkan perlahan-lahan maka gas akan terdestilasi pada titik didihnya. Dengan cara demikian gas-gas yang ada di udara dapat dipisahkan satu per satu.68
67 68
Ibid. Ibid.
35
b. Kegunaan gas mulia 1) Gas mulia digunakan sebagai pengisi lampu tabung yang memberikan warna beraneka ragam. Pada bolam biasanya diisikan gas argon agar kawat filamen tidak mudah rusak. 2) Pada penyepuhan logam atau pembuatan kristal silikon dan garmanium, gas helium atau argon digunakan untuk membentuk atmosfer inert guna mencegah peristiwa oksidasi. 3) Gas helium digunakan untuk mengisi balon udara sebagai pengganti hidrogen yang mudah meledak. 4) Gas helium atau neon cair digunakan untuk pendingin dalam reaktor nuklir. 5) Campuran gas helium dan oksigen digunakan untuk pernafasan bagi penyelam dan para penderita asma. 6) Gas radon bersifat radioaktif, digunakan untuk terapi radiasi kanker. 7) Dalam teknologi nuklir, inti helium digunakan sebagai peluru atomer untuk transmutasi inti (inti helium = sinar a ).69 c. Persenyawaan gas mulia Telah dikenal clatherate gas mulia dengan atom gas mulia yang terperangkap dengan gaya van der Waals dalam rongga kristal senyawa. Misalnya: Kr(H2O)6 dan Xe(H2O)6. pada tahun 1962, Neil Barlett dan Lohman berhasil mereaksikan PtF6 dengan molekul O2 dalam perbandingan yang sama menghasilkan zat padat berwarna merah jingga. Dari sifat magnetik dan struktur kristalnya diketahui bahwa rumus zat padat tersebut adalah O2+PtF6. oleh karena energi ionisasi pertama O2 dan Xe hampir sama, Barlett menduga bahwa Xe juga dapat direaksikan dengan PtF6. dugaan tersebut ternyata benar, Barlett berhasil mensintesis senyawa XePtF6 yang berupa padatan
69
Ibid., hlm. 101.
36
berwarna kuning. Tidak lama kemudian senyawa XeF2, XeF4, dan XeF6 disintesis langsung dari unsur-unsurnya.70 b. Teori Oktet dan Duplet Atom-atom dikelompokkan menjadi atom logam, nonlogam, semilogam, dan gas mulia. Pada tahun 1916, Walter Konsel dan Gilbert N. Lewis menemukan adanya hubungan antara kestabilan gas mulia dengan cara atom-atom saling berkaitan. Kedua ilmuwan itu mengemukakan bahwa jumlah elektron pada kulit terluar dari dua atom yang berkaitan akan berubah sedemikian rupa sehingga konfigurasi elektron kedua atom sama dengan konfigurasi elektron gas mulia (8 elektron pada kulit terluarnya) yang disebut aturan Oktet. Sedangkan yang membentuk konfigurasi elektron stabil dengan 2 elektron pada kulit terluarnya disebut aturan Duplet.71 Contoh:
Na ® Na + + e -
( 2.8.1)
( 2.8 )
Cl + e - ® Cl -
( 2.8.7 )
( 2.8.8 )
Pengecualian teori Oktet adalah sebagai berikut:72 a. Senyawa atom yang atom pusatnya mempunyai elektron kurang dari 4, sehingga tidak mencapai teori Oktet. Contoh: BeCl2, BCl3, dan AlBr3. b. Senyawa dengan jumlah elektron valensi ganjil Contoh: NO2 (jumlah elektron valensi = 5 + 6 + 6 = 17). c. Senyawa yang melampaui teori Oktet, dimana unsur periode 3 atau lebih dapat menampung lebih dari 8 elektron pada kulit terluarnya (kulit M maksimum 18 elektron). Contoh: PCl5, SF6, ClF3, dan SbCl5. Ketiga pengecualian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
70
Ibid., hlm. 101-102. Sukmariah Maun, dkk, Dasar- dasar Kimia Organik, terj. (Tangerang: Binarupa Aksara, 2010), hlm. 29 72 Ibid., hlm., 28-29 71
37
c. Rumus Lewis Rumus Lewis merupakan rumus yang memperlihatkan elektron valensi saja dan mengabaikan elektron di kulit bagian dalamnya. Elektron valensi merupakan elektron yang berada pada kulit terluar dari sebuah atom yang dipakai untuk membentuk ikatan. Rumus ini dikembangkan oleh G.N.Lewis (1875-1946), Profesor pada University of California, Berkeley.73 Struktur Lewis berguna untuk memahami penggunaan elektron bersama pada ikatan. Struktur ini merupakan lambang atom yang dikelilingi sejumlah elektron valensinya yang digambarkan dengan lingkaran kecil. Tabel 2.2. di bawah ini adalah tabel struktur Lewis untuk beberapa atom. Tabel. 2.2. Tabel struktur Lewis Golongan Periode 2
IA
IIA
Li .
Be .
.
. .
Ne .
3
IIIA
IVA
VA
VIA
VIIA
VIIIA
.
.
.
.
.
..
B.
.C. . . . Si . .
.N:
.O: .. . .S: ..
:F: .. . : Cl : ..
: Ne : .. .. : Ar : ..
Mg .
Al .
.
.
. .P:
Pada tahun 1916 G.N. Lewis dan peneliti lain mengatakan bahwa atom mempunyai kecenderungan untuk kehilangan, mengambil, atau memakai bersama elektron untuk mencapai konfigurasi elektron gas mulia. Misalnya, apabila hidrogen dan litium membentuk ikatan kovalen dengan unsur-unsur 73
Ibid., hlm. 27.
lain,
mereka
membentuk
konfigurasi elektron
yang
38
mengandung dua elektron valensi, sama seperti helium. Hampir semua unsur, mencapai konfigurasi elektron yang stabil apabila kulit terluarnya pempunyai delapan elektron konfigurasi yang sama dengan neon atau argon. Secara konsekuen, rumus Lewis sering disebut hukum oktet dan dapat dirumuskan sebagaimana gambar di bawah ini.
Gambar 2.1. ikatan HCL Karbon mempunyai elektronegativitas pertengahan dan perbedaan elektronegativitas antara karbon dan unsur-unsur lain yang umum ada dalam
senyawa
organik
relatif
kecil.
Misalnya
perbedaan
elektronegativitas antara C dan H hanya 0,4, dan antara C dan O 0,1. perbedaan elektronegativitas yang besar diperlukan untuk terjadinya perpisahan elektron yang sempurna dan pembentukan ikatan ion tetapi hampir selalu membentuk ikatan kovalen. Sebuah atom karbon mempunyai empat elektron valensi dan untuk menjadi oktet harus memakai bersama empat elektron tambahan dengan atom-atom lain. Karbon membentuk empat ikatan kovalen sebagaimana gambar di bawah ini.74
Gambar 2.2. ikatan kovalen
74
Ibid., hlm. 29-30
39
D. Hubungan Spiritual Quotient Siswa dengan Hasil Belajar Materi Kimia Pokok Pembahasan Kestabilan Unsur yang Terintegrasi dengan Nilainilai Islam Spiritual Quotient merupakan kesadaran setiap orang atas titik sentral sebagai titik tujua dalam berfikir. Titik sentral tersebut merupakan titik pengendali alam semesta yang semua berpusat kepadanya. Bagi manusia yang beragama, titik sentral tersebut ialah Tuhan. Tuhanlah yang mengendalikan alam semesta dan berkehendak tanpa ada instruksi dari manapun dan siapapun. Bagi umat muslim Tuhan Maha Esa sebagaimana dalam al-Quran Surat al-Ikhlas ayat pertama :
ٌﻗُﻞْ ھُﻮَ اﷲ ُ أﺣَﺪ Katakanlah bahwa Dia (Allah) itu Esa.75 Ke-Esaan Allah benar-benar menjadi teosentris yang merupakan titik pusat pada alam fikiran manusia. Dengan demikian semua permasalahan yang dihadapi manusia akan berkaitan dengan titik pusat tersebut. Semua ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia berasal dari ilmu Allah yang tersebar di alam manusia. Keyakinan tersebut akan berpengaruh pada sikap manusia terhadap semua ilmu pengetahuan manusia, dan sikap inilah yang mempengaruhi tingkat spiritual quotient masing-masing manusia. Spiritual quotient seorang muslim akan selalu bersentuhan dengan nilai-nilai keberagamaan yaitu Islam. Apapun yang ada hubungannya dengan Islam maka maka selalu berorientasi pada Allah swt sebagai Tuhan (God Oriented). Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semua ilmu pengetahuan yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam maka akan berhungungan dengan tingkat spiritual quotient masing-masing siswa dalam memahaminya, tidak terkcuali mata pelajaran kimia pokok pembahasan kestabilan unsur. Jika kedua hal tersebut sudah saling berhubungan maka akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa tentang materi tersebut. Semakin tinggi 75
YPPA, op.cit., hlm. 2341
40
tingkat spiritual quotient siswa maka relatif semakin cepat pemahamannya terhadap
materi
kimia
pokok
pembahasan
kestabilan
unsur
yang
terintegrasikan dengan nilai-nilai Islam.
E. Kajian Penelitian yang Relevan Berkaitan dengan topik permasalahan tersebut, peneliti hendak mengkaji dan meneliti tentang hubungan spiritual quotient dengan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 2 Semarang materi Kimia pokok pembahasan kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. Akan tetapi sangat disadari bahwa penulisan yang dilakukan bukan sesuatu yang baru, melainkan telah ada sebelumnya penelitian dalam tentang spiritual quotient. Beberapa penelitian tentang spiritual quotient sebelumnya berbeda dengan penelitian yang akan lakukan, baik dari segi, kajian,perspektif, metodologi, maupun tujuan penelitian. Namun beberapa penelitian terdahulu dijadikan sebagai bahan pertmbangan dan perbandingan. Beberpa penelitian yang dimaksud antara lain: Pertama Skripsi yang ditulis oleh Mukhroyi yang berjudul “Konsep Spiritual Quotient dan Implementasinya Pada Pendidikan Islam”.76 Penelitian ini mengangkat tema besar Spiritual Quotient, dengan demikian sangat berkaitan dan sebagai pendukung penelitian yang akan dilakukan. Dikatakan dalam skripsi tersebut bahwa Kecerdasan spiritual (SQ) berarti kemampuan seseorang untuk dapat mengenal dan memahami dirinya sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. Dengan memiliki kecerdasan spiritual berarti seseorang dapat memahami makna dan hakekat kehidupan yang dijalaninya serta ke manakah dia akan memilih jalan hidupnya. Kedua Skripsi yang ditulis oleh Uli Hidayati yang berjudul “Konsep Pendidikan Anak dengan Spiritual Quotient Menurut Suharsono dalam 76
Mukhroyi, “Konsep Spiritual Quotient dan Implementasinya Pada Pendidikan Islam”, skripsi, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2006), t.d.
41
Perspektif Pendidikan Islam”.77 Pada penelitian ini sudah mengarah kepada pendekatan Spiritual Quotient dalam pendidikan anak sehingga sangat relevan dan mendukung penulis untuk melakukan penelitian. Disamping anak memiliki IQ dan EQ yang tinggi, juga harus menjalani kehidupan spiritual yang dimulai dari kesiapan orang tua dalam mendidik anak dari pemilihan jodoh, masa ibu mengandung dan proses setelah anak lahir dan pemilihan lingkungan tempat tinggal serta menjalani metode pendidikan anak yaitu: Ta’limul ayat (kauniyah), Ta’limul kitab wal hikmah, dan Tazkiyatun nafs (penyucian diri).
F. Hipotesis Secara definisi hipotesis menurut Winarno Surachmad adalah dugaan sementara yang harus dibuktikan kebenarannya.45 Adapun hipotesis yang penulis ajukan adalah “terdapat atau ada hubungan yang erat antara spiritual quotient siswa dengan hasil belajar materi Kimia pokok pembahasan Kestabilan Unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam”.
77
Uli Hidayati, “Konsep Pendidikan Anak dengan Spiritual Quotient Menurut Suharsono dalam Perspektif Pendidikan Islam”, skripsi, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2006), t.d.
BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam penelitian yang berjudul: “Hubungan spiritual quatient siswa (variabel X), dengan hasil belajar kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam (variabel Y) di SMA Muhammadiyah 2 Semarang” ialah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kedua variabel di atas.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang penulis gunakan dalam penelitian yang berjudul Hubungan spiritual quotient siswa dengan hasil belajar kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam adalah di SMA Muhammadiyah 2 Semarang. Adapun waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 1 Maret 2010 s/d 31 Maret 2010.
C. Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian.78 Dalam
penelitian ini ada dua variabel pokok
yang
menjadi objek penelitian, yaitu : 1. Spiritual quotient (X) sebagai variabel yang akan dikorelasikan dengan satu variabel lain. 2. Hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam (Y) sebagai variabel partner dalam proses korelasi dari variabel (X).
78
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, (Rineka Cipta, 2002) hal 94.
42
43
D. Metodologi Peneitian Metode adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian adalah usaha untuk mencari sesuatu yang dilakukan dengan metode tertentu, secara hati-hati, sistematis dan sempurna terhadap suatu permasalahan sehingga dapat terjawab. Jadi metode penelitian adalah cara untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap permasalahan.79 Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik analisis korelasi. Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner atau angket sebagai alat pengumpulan data yang pokok.80 Sedangkan teknik analisiskorelasi merupakan analisis yang memunculkan indeks korelasi.
Teknik analisis korelasi ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai ada dan tidaknya hubungan yang terjadi antara variabel X dengan variabel Y, dan tingkat keeratan hubungan serta signifikansinya.81 Variabel X adalah spiritual quotient siswa sedangkan variabel Y adalah hasil belajar kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam di SMA Muhammadiyah 2 Semarang
E. Populasi Menurut Suharsimi Arikunto : “Apabila subjeknya kurang dari 100 maka lebih baiknya diambil semua untuk sampel, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi dan jika subjeknya besar dapat diambil 1015% atau 20-25% atau lebih.82 Oleh karena jumlah siswa yang diteliti hanya berjumlah 28 siswa, maka penelitian ini tidak menggunakan sampel melainkan penelitian populasi. Yang menjadi populasi adalah siswa kelas X jurusan IPA SMA Muhammadiyah 2 Semarang. 79
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 12. 80 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (ed.), Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 3 81
Sambas Ali Muhidin, Maman Abdurahman, Analisis Korelasi,Regresi, dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), hlm.105 82 Ibid., hlm. 107.
44
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penulisan penelitian ini yaitu: 1. Teknik Pengumpulan Data a. Metode Observasi Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.83 Sutrisno Hadi menerangkan bahwa observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap obyek secara langsung maupun tidak langsung.84 Metode ini digunakan untuk pengamatan terhadap obyek penelitian yaitu SMA Muhammadiyah 2 Semarang. b. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu pencarian data atau transkip, buku, surat kabar, majalah, presensi notulen, rapat, agenda dan sebagainya.85 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tertulis yang meliputi daftar demografi serta gambaran umum obyek penelitian dan data nilai asli siswa. c. Metode Test Tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.86 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data nilai hasil belajar kogintif peserta didik. Tes pada materipokok kestabilan unsur merupakan tes akhir yang diadakan secara terpisah terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam bentuk tes yang sama. Data hasil tes ini digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.
83
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1990), hlm. 100. 84 Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hlm. 136. 85 Ibid., hlm. 51 86 Ibid., hlm. 170.
45
d. Metode Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui.87 Sutrisno Hadi menjelaskan bahwa angket digunakan untuk mengetahui tentang diri sendiri subyek.88 Maka dapat disimpulkan bahwa angket adalah suatu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada responden secara tertulis untuk dijawab secara tertulis pula berdasarkan keadaan diri responden atau hal-hal lain yang dia ketahui. Angket yang digunakan adalah langsung, karena angket diberikan langsung kepada orang yang ingin dimintai pendapat, keyakinannya atau diminta menceritakan tentang keadaan diri sendiri.89 Orang
yang
dimintai
pendapat,
keyakinannya,
atau
diminta
menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri dalam penelitian ini adalah siswa.
2. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat tes dari mata pelajaran yang disajikan. Perangkat tes inilah yang digunakan untuk mengungkapkan hasil belajar yang dicapai peserta didik pada pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan tes adalah sebagai berikut: a. Tahap persiapan, yaitu tahap pembuatan tes. Bentuk tes pada penelitian ini adalah tes obyektif pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban dan satu jawaban yang benar. Langkahlangkah penyusunan tes obyektif menurut Suharsimi Arikunto adalah sebagai berikut: 87
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 136. Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1980), hlm. 137. 89 Ibid.,hlm. 158. 88
46
1) Mengadakan pembatasan terhadap materi yang akan diteskan Materi yang diajarkan dalam penelitian ini yaitu materi pokok kestabilan unsur. 2) Menentukan jumlah waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes Dalam
penelitian
ini
waktu
yang
disediakan
untuk
mengerjakan soal adalah 90 menit. 3) Menentukan jumlah butir soal 4) Butir soal disusun sesuai dengan kisi-kisi. Soal yang dibuat sebanyak 40 butir. 5) Menentukan tipe tes Dalam penelitian ini tipe soal yang digunakan adalah obyektif dengan 5 pilihan jawaban pilihan soal obyektif ini dengan pertimbangan sebagai berikut: - Dapat mewakili isi dan keluasan materi. - Dapat dinilai secara obyektif oleh siapapun. - Kunci jawaban telah tersisa secara pasti sehingga mudah dikoreksi. 6) Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal.90 Kisi-kisi soal disusun berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan sesuai dengan standar kompetensi, yang meliputi jenjang ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), aplikasi (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).
b. Tahap uji coba Setelah
perangkat
disusun,
langkah
selanjutnya
adalah
mengujicobakan pada siswa di luar sampel. Pada penelitian ini uji coba dilakukan pada siswa kelas X jurusan IPA, sebanyak 30 siswa dengan alasan bahwa kelas ini telah mendapatkan materi kestabilan unsur. Perangkat angket yang diujicobakan sebanyak 30 pertanyaan dan tes yang diujicobakan sebanyak 50 soal. Hasil uji coba dianalisis untuk 90
Ibid, 153-154.
47
mengetahui
apakah
instrumen
layak
digunakan
sebagai
alat
pengambilan data atau tidak.
3. Teknik Analisis Instrumen Sebelum diujikan kepada sampel,
maka instrumen harus
memenuhi kriteria validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal. a. Validitas Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengetahui validitas butir soal digunakan rumus korelasi biseral91, sebagai berikut: rpbis =
M p -Mt St
p q
Keterangan: gpbi = Koefisien korelasi biseral Mp = Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya Mp = Rerata skor total St
= Standar deviasi dari skor total
P
= Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
q
= Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal Mencari signifikansi koefisien dengan menggunakan uji t :
t=
r N -2 1-r 2
Keterangan : t
: Harga signifikansi
rpbi : Koefisien korelasi biserial
91
hlm. 79.
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara, 2001),
48
Dengan taraf signifikan 5%, apabila dari hasil perhitungan didapat rhitung £ rtabel maka dikatakan butir soal nomor itu telah signifikan atau telah valid. b. Reliabilitas Soal Reliabilitas soal adalah ketepatan alat evaluasi dalam mengukur. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.92 Reliabilitas instrumen adalah ketepatan instrumen dalam mengukur. Sebuah tes mungkin reabil tapi tidak valid, sebaliknya tes yang valid biasanya reabil. Untuk menghitung reabilitas soal menggunakan rumus K-R. 2193. sebagai berikut:
M (n - M ) ö æ n öæ ÷ r11 = ç 1÷ç ç ÷ kS t2 èn - 1 øè ø
Keterangan: r11 = Reabilitas n
= Banyak butir soal
M
= Rata-rata skor total.
St2
= Varians total Rumus varian (S2): 94
(å Y ) 2
S2 =
åY
2
N N
Klasifikasi reliabilitas soal adalah sebagai berikut: r11 £ 0,20
= Sangat rendah
0,20 < r11£ 0,40 = Rendah 0,40 < r11£ 0,60 = Sedang 0,60 < r11£ 0,80 = Tinggi 92
Ibid., hlm. 86. Ibid., hlm. 103 94 Ibid., hlm. 110. 93
49
0,80 < r11£ 1
= Sangat tinggi c. Tingkat Kesukaran Soal
Rumus yang digunakan untuk mengetahui kesukaran soal95 adalah: P=
B JS
Keterangan: P = Indeks kesukaran B = Banyak peserta didik yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes Klasifikasi tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut: IK = 0.00
: Butir soal terlalu sukar
0,00 < IK £ 0,30 : Butir soal ssukar 0,30 < IK £ 0,70 : Butir soal sedang 0,70 < IK £ 1
: Butir soal mudah
IK = 1
: Butir soal terlalu mudah d. Daya Pembeda Soal Dalam penelitian ini untuk mencari daya pembeda digunakan
metode split half yaitu membagi kelompok yang dites menjadi dua bagian, kelompok pandai atau kelompok atas dan kelompok kurang pandai atau kelompok bawah. Angka yang menunjukkan daya pembeda disebut indeks diskriminasi96, menggunakan rumus:
D=
B A BB JA JB
Keterangan: D = Daya beda soal BA = Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar 95
Ibid., hlm.208. id., hlm.213.
96 Ib
50
JA = Jumlah kelompok atas JB = Jumlah kelompok bawah Klasifikasi indeks daya beda soal adalah sebagai berIkut: D = 0.00 - 0,20
: Daya beda jelek
D = 0,02 - 0,40
: Daya beda cukup
D = 0,40 - 0,70
: Daya beda baik
D = 0,70 - 1,00
: Daya beda baik sekali
D = negatif, semuanya tidak baik.
G. Teknik Analisis Data Setelah data penelitian terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data, yaitu dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan teknik analisis statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk melakukan perhitungan terhadap harga rata-rata hitung, dan standar deviasi dari setiap variabel penelitian. Sedangkan analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis dan kepentingan generalisasi penelitian. Statistik deskriptif berfungsi menggambarkan tentang suatu keadaan sedangkan statistik inferensial berfungsi untuk membuat kesimpulan tentang keadaan populasi berdasarkan penelitian terhadap sampel.97 Dalam menganalisis data yang telah terkumpul, maka digunakan beberapa tahapan analisis yaitu: 1. Analisis Pendahuluan Pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Dan untuk menganalisis data yang terkumpul dari hasil angket yang masih berupa data kualitatif untuk dijadikan data kuantitatif, yakni dilakukan langkah-langkah yaitu uji normalitas dan linieritas pertanyaan-pertanyaan pada angket, serta memberi nilai setiap
97
180.
Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1993), hlm.
51
item jawaban pada masing-masing pertanyaan untuk responden dengan kriteria sebagai berikut: Pernyataan yang bersifat positif 7) Untuk jawaban a dengan skor 4 8) Untuk jawaban b dengan skor 3 9) Untuk jawaban c dengan skor 2 10) Untuk jawaban d dengan skor 1 Langkah tersebut di atas bertujuan untuk mengukur variabel X (spiritual quotient) dengan alat ukur Likert Attitudinal Items yang memberikan nilai numerik dalam skala ordinal kepada populasi responden. 2. Analisis Uji Hipotesis Analisis uji hipotesis ini dimaksudkan untuk mencari korelasi antasa spiritual quotient dengan hasil belajar Kimia materi pokok kstabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam dengan menggunakan rumis korelasi product moment.
(å X )(å Y )
rxy = [å X
2
å XY (å X ) N
N 2 2
][å Y -
(å Y ) 2 N
]
Keterangan : Rxy
: Koefisien korelasi X dengan Y
XY
: Perkalian X dan Y
X
: tingkat spiritual quotient siswa
Y
: hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam
N
: Jumlah sampel yang digunakan
3. Taraf Keeratan dan Signifikansi korelasi a. Taraf keeratan korelasi Analisis taraf keeratan dimaksudkan untuk menentukan kuat lemahnya hubungan antara variabel X dan variabel Y, secara sederhana
52
dapat ditentukan berdasarkan tabel nilai koefisien korelasi dari Guiford Empirical Rulesi seperti pada tabel 3.2. berikut:98 Tabel 3.1. Nilai koefisien korelasi dari guiford empirical rulesi Nilai Korelasi 0,00 - < 0,20 > 0,20 - < 0,40 > 0,40 - < 0,70 > 0,70 - < 0,90 > 0,90 - < 1,00
Keterangan Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap tidak ada) Hubungan rendah Hubungan sedang / cukup Hubungan kuat / tinggi Hubungan sangat kuat / tinggi
Dari tabel di atas maka dapat dilihat seberapa kuat hubungan antara variabel X dan variabel Y. b. Signifikansi/Keberartian Besar kecilnya koefisien serta kuat lemahnya tingkat keeratan hubungan antara variabel X dan variabel Y, tidak memiliki arti apapun apabila belum dilakukan pengujian terhadap hasil penghitungan koefisien korelasi. Dengan demikian pengujian koefisien korelasi dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi hubungan antara dua variabel yang diteliti hubungannya.99 Pengujian
koefisien
korelasi
dapat
dilakukan
dengan
memperhatikan langkah-langkah pengujian hipotesis sebagai berikut: 1) Menentukan rumusan hipotesis statistik H 0 : r = 0 , artinya tidak ada hubungan antara spiritual quotient siswa dengan hasil belajar materi Kimia pokok pembahasan Kestabilan Unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. H a : r ¹ 0 , artinya ada hubungan antara spiritual quotient siswa dengan hasil belajar materi Kimia pokok pembahasan 98
Sambas Ali Muhidin, Maman Abdurahman, Analisis Korelasi,Regresi, dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), hlm.127-128 99 Sambas Ali Muhidin, Maman Abdurahman, Analisis Korelasi,Regresi, dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007), hlm. 128
53
Kestabilan Unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. 2) Menentukan taraf kemaknaan/nyata a
(level significance a )
dengan menggunakan tabel distribusi t dan menentukan a =5%. Penentuan a ini digunakan sebagai pedoman untuk menentukan/ mencari nilai tabel yang sesuai dengan uji statistik yang digunakan. 3) Menentukan dan menhitung nilai uji statistik dengan rumus: t=r
N -2 1- r 2
4) Menentukan nilai kritis dan daerah kritis dengan derajat kebebasan = n – 2. 5) Membandingkan nilai uji t terhadap nilai tabel t dengan kriteria pengujian: jika nilai uji t lebih besar atau sama dengan (=) nilai tabel t, maka hipotesis nol (H 0 ) ditolak. 6) Membuat kesimpulan 4. Analisis Lanjut Analisis ini digunakan untuk menginterpretasikan hasil analisis uji hipotesis guna menjawab permasalahan pokok penelitian ini. Dalam menginterpretasikan hasil analisis uji hipotesis ini terdapat beberapa langkah; pertama, perlu diketahui terlebih dahulu hasil korelasi antara X dan Y, yaitu besarnya nilai rxy. Kemudian nilai rxy tersebut dikonsultasikan pada tabel r (product moment) baik pada taraf signifikansi 5% atau 1%. Apabila nilai rxy sama ataupun lebih besar dari nilai r dalam tabel r, maka hipotesis yang penulis ajukan bahwa terdapat hubungan (korelasi) antara spiritual quotient siswa dengan hasil belajar kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam diterima. Tetapi bila hasilnya sebaliknya (rhit < rtabel) maka hipotesis tidak diterima atau ditolak. Kedua, mengetahui nilai hasil uji signifikansi (nilai thit). Kemudian nilai t tersebut dikonsultasikan pada tabel t baik taraf signifikansi 5% atau 1%. Apabila nilai t0 sama ataupun lebih besar dari nilai t dalam tabel t,
54
maka hasilnya signifikan, yang berarti menerima hipotesis yang penulis ajukan. Tetapi bila hasilnya sebaliknya (thit lebih kecil dari ttabel) maka hipotesis tidak diterima atau ditolak.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Gambaran Umum SMA Muhammadiyah 2 Semarang a. Sejarah berdirinya SMA Muhammadiyah 2 Semarang Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Semarang yang berada dalam naungan Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, didirikan sebagai suatu upaya untuk mengatasi jumlah lulusan SMP yang berada di wilayah kec. Mijen yang setiap tahunnya semakin bertambah sementara Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada baru satu, itupun daya tampungnya terbatas. Menyikapi
kondisi
tersebut
di
atas
Pimpinan
Cabang
Muhammadiyah bermaksud melayani dan menyediakan kebutuhan masyarakat untuk mendirikan lembaga pendidikan formal setingkat SMA. Dengan demikian pada tahun 1987 dibangun sebuah gedung yang berhadapan dengan gedung SMP Muhammadiyah 8 Semarang. Sejak saat itu berdirilah Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah 2 Semarang berlokasi di Desa Jatisari Kec. Mijen Kota Semarang, Jl. Raya Lemah mendak Mijen No. 33 dengan menerima murid satu kelas dibawah bimbingan dan tanggungjawab Majelis Dikdasmen Kota Semarang yang berkantor di Jl. Singosari Raya no. 33 Semarang.
b. Visi dan Misi SMA Muhammadiyah 2 Semarang Dengan mengacu kepada tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan menengah maka pendidikan pada SMA Muhammadiyah 2 Semarang mempunyai visi besar “ikut berperan serta memberikan pendidikan kepada generasi muda yang islami dengan berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni” Visi diatas diterjemahkan melalui beberapa misi pendidikan antara lain: 55
56
1) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi, 2) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian yang dijiwai ajaran agama Islam. 3) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dalam lingkungan sosial budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran agama Islam 4) Mencetak siswa yang berakhlakul karimah. 5) Mendidik siswa – siswi agar dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang sesungguhnya. Tujuan inilah yang diharapkan dapat dicapai setelah peserta didik berhasil menyelesaikan pendidikanya dari SMA Muhammadiyah 2 Semarang, tidak hanya mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi melainkan juga pencapaian pada bidang nilai nilai keagamaan, etika dan moral. Sehingga dapat mengarah kepada terbentuknya peserta didik yang memiliki ilmu pengetahuan, ketrampilan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam, sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
c. Sarana dan Prasarana Sekolah Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang kesuksesan pendidikan. Apabila sarana tidak terpenuhi atau kurang lengkap, maka proses belajar mengajar akan terhambat. Demikian pula prasarana juga membantu memudahkan proses pendidikan. Oleh karena itu Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Semarang meskipun sebagai sekolah swasta telah dilengkapi dengan sarana-sarana yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar dan perlu adanya perawatan serta pengaturan. 1) Sekolah menengah Atas Muhammadiyah 2 Semarang terdiri dari dua unit gedung yang terletak di Desa Jatisari Kecamatan Mijen. Gedung pertama terdiri dari tiga ruang dipakai sebagai sarana belajar atau
57
kelas. Sedangkan yang kedua, terdiri dari dua lantai. Lantai I digunakan sebagai kantor yang didalamnya terdiri dari: ruang Kepala Sekolah dan wakilnya, Ruang guru, Ruang tamu, Perpustakaan, Ruang TU, Koperasi, dan Ruang BK. Adapun lantai II digunakan sebagai Masjid yang digunakan secara bersama dengan pihak SMP Muhammadiyah 8 Semarang, dan SD Muhammadiyah Unggulan. Gedung berlantai dua inilah yang sekaligus menjadi gedung utama. 2) Demi terwujudnya lingkungan yang bersih, nyaman dan sehat perlu adanya kedisiplinan bersama disamping sekolah juga mengangkat karyawan yang bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan. Setiap siswa masuk dalam jadual piket kebersihan harian yang dipantau oleh wai kelas masing-masing. 3) Lapangan di antara gedung SMA Muhammadiyah 2 dan SD Muhammadiyah terdapat halaman luas yang sekaligus dimanfaatkan sebagai lapangan basket, voly, bulu tangkis, dll. Lapangan tersebut secara rutin juga digunakan sebagai arena upacara mingguan atau peringatan hari hari besar kebangsaan. 4) Pengaturan ruang kerja diperhatikan sedemikian rupa agar suasana kerja tetap nyaman dan tidak membosankan karena tugas guru yang kadang menumpuk. Demikian yang terjadi di SMA Muhammadiyah 2 Semarang, dari ruang Kepala Sekolah, ruang TU, Perpustakaan, laboratorium,
serta
ruang
guru
menjadi
satu
gedung
untuk
mempermudah koordinasi dan dilengkapi ruang meeting sederhana. 5) Sarana prasarana terdiri dari: a)
Perpustakaan
b)
Laboratorium
c)
Masjid
58
B. Deskripsi Data Hubungan Antara Spiritual Quotient Siswa dengan Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Kestabilan Unsur yang Terintegrasi dengan Nilai-nilai Islam di SMA Muhammadiyah 2 Semarang Untuk mengetahui hubungan spiritual quotient siswa dengan hasil belajar kimia yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam, maka penulis melakukan analisa data secara kuantitatif. Instrumen yang dijadikan evaluasi atau hasil belajar dalam penelitian ini adalah instrument tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban, tetapi hanya satu pilihan yang tepat dan benar. 1. Uji instrumen a. Hasil analisis uji coba instrumen angket Jumlah pertanyaan yang diuji cobakan sebanyak 30 soal, kemudian hasilnya dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket. 1) Analisis validitas angket Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya itemitem angket. Angket yang tidak valid akan dibuang dan tidak digunakan. Item angket yang valid berarti item angket tersebut dapat digunakan dalam mengukur tingkat spiritual qoutient siswa pada populasi penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir angket, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil perhitungan validitas butir angket Kriteria
Nomor Angket
Jumlah
Prosentase
Valid
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13,
24
80%
6
20%
14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28 Tidak Valid
1, 11, 15, 25, 29, 30
Perhitungan validitas butir soal selengkapnya dapat dilihat di lampiran 3.
59
2) Analisis realibilitas angket Setelah uji validitas dilakukan, selanjutnya uji reliabilitas pada instrumen tersebut. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban instrumen. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien reliabilitas butir angket diperoleh pada α = 5% dengan k = 50 diperoleh rtabel = 0,279. Karena r 11 > rtabel, maka dapt disimpulkan bahwa instrument (angket) tersebut reliabel. Perhitungan reabilitas tes selengkapnya dapat dilihat di lampiran 3. b. Hasil analisis uji coba instrumen tes Jumlah soal yang diuji cobakan sebanyak 50 soal, kemudian hasilnya dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. 1) Analisis validitas tes Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya itemitem soal. Soal yang tidak valid akan dibuang dan tidak digunakan. Item soal yang valid berarti item soal tersebut dapat digunakan dalam mengukur hasil belajar kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi
dengan
nilai-nilai
Islam
pada
populasi
penelitian.
Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir soal, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.2. Hasil perhitungan validitas butir soal Kriteria
Nomor Angket
Jumlah
Prosentase
Valid
1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
44
88%
6
12%
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 39, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 48, 50 Tidak Valid
4, 13, 38, 40, 44, 49
60
Perhitungan validitas butir soal selengkapnya dapat dilihat di lampiran 4. 2) Analisis reabilitas angket Setelah uji validitas dilakukan, selanjutnya uji reliabilitas pada instrumen tersebut. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat konsistensi jawaban instrumen. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien reliabilitas butir soal diperoleh r11 = 0,986, pada α = 5% dengan k = 50 diperoleh rtabel = 0,279. Karena r11 > rtabel, maka dapt disimpulkan bahwa instrument (angket) tersebut reliabel. Perhitungan reabilitas tes selengkapnya dapat dilihat di lampiran 4. 3) Indeks kesukaran Uji indeks kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal itu apakah sukar, sedang atau mudah. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien indeks kesukaran butir soal, data dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut. Tabel 4.3 Hasil perhitungan indeks kesukaran butir soal Kriteria
Nomor Soal
Sangat sukar
Jumlah
Prosentase
0
0%
Sukar
7, 13, 15, 31, 38,
5
10%
Sedang
1, 3, 5, 8, 10, 14, 17, 18, 19,
30
60%
15
30%
23, 24, 25, 27, 28, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 50, Mudah
2, 4, 6, 9, 11, 12, 16, 20, 21, 22, 26, 29, 37, 40, 49
Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal selengkapnya dapat dilihat dilampiran 4.
61
4) Analisis Daya Pembeda Soal Berdasarkan hasil perhitungan daya beda butir soal, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut. Tabel 4.4. Hasil perhitungan daya pembeda butir soal Kriteria
Nomor Soal
Jumlah
Prosentase
Sangat Jelek
13, 38, 49
3
6%
Jelek
4, 20, 29, 40
4
8%
Cukup
1, 2, 5, 6, 9, 11, 12, 15, 16,
22
44%
13
26%
8
16%
21, 22, 26, 30, 32, 34, 35, 36, 37, 41, 42, 44, 45 Baik
7, 10, 17, 24, 25, 27, 31, 39, 43, 46, 47, 48, 50
Baik Sekali
3, 8, 14, 18, 19, 23, 28, 33,
Perhitungan daya pembeda butir soal selengkapnya dapat dilihat di lampiran 4.
2. Data Tentang Tingkat Spiritual Quotient Siswa Dalam penelitian ini spiritual quotient merupakan variabel bebas (X) dengan indikator; mengenal diri sendiri, mengenal Tuhannya, dan peduli terhadap makhluk Tuhan lainnya. Sedangkan hasil belajar Kimia materi Kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam adalah variabel terikat (Y). Untuk mengetahui data variabel (X) tentang tingkat spiritual quotient siswa, penulis tampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 4.5. Jawaban angket tentang spiritual quotient siswa kelas x jurusan IPA SMA Muhammadiyah 2 Semarang No. Hasil Nilai Jumlah Res A b c d a=4 b=3 c=2 d=1 1. 13 4 2 1 52 12 4 1 69 2. 15 3 2 60 12 4 79 3. 15 1 2 2 60 3 4 2 69
62
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
14 9 16 17 12 14 12 15 14 14 13 16 15 13 14 15 16 15 15 12 15 16 15 16 13
3 5 2 3 4 5 5 2 4 3 3 3 5 5 4 5 4 3 3 4 4 3 2 2 5
3 5 1 2 1 3 2 2 3 4 1 2 2 1 2 4 1 1 2 2 2
1 1 2 1 1 1 -
36 36 64 68 48 56 48 60 56 56 52 64 60 52 56 60 64 60 60 48 60 64 60 64 52
9 15 6 9 12 15 15 6 12 9 9 9 15 15 12 15 12 9 9 12 12 9 6 6 15
6 10 2 4 2 6 4 4 6 8 2 4 4 2 4 8 2 2 4 4 4
1 1 2 1 1 1 -
71 62 73 77 66 73 69 71 72 71 69 75 75 71 72 75 76 72 73 68 74 75 71 74 71
Dari hasil angket tersebut diperoleh data tentang tingkat spiritual quotient siswa yang tertera di atas, selanjutnya untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana distribusi tiap item pertanyaan dari angket spiritual quotient siswa maka dapat dilihat pada Tabel 4.2.1. sebagai berikut: a. Indikator mengenal diri Tabel 4.5.1. Distribusi jawaban angket tentang indikator mengenal diri Distribusi Jawaban No. a b C Item F % F % F % 01 27 96 1 4 0 02 22 79 5 18 1 3 03 21 75 5 18 2 7 04 9 32 5 18 12 43 05 27 96 0 1 4 06 27 96 1 4 0 07 26 93 2 7 0
spiritual quotient siswa Jumlah d F 2 -
% 0 0 0 7 0 0 0
f 28 28 28 28 28 28 28
% 100 100 100 100 100 100 100
63
Jumlah 159 567 23 81 Mean
19 3
69 10
16 2
57 8
2
7 1
196 700 28 100
Pada tabel 4.5.1. di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengenalan diri masing-masing siswa tergolong baik mengingat dari tujuh item yang disajikan kepada 28 responden paling banyak memilih jawaban “a” terakumulasi 159 jawaban atau 81% dari keseluruhan jawaban. b. Indikator mengenal dan kedekatan dengan Tuhan Tabel 4.5.2. Distribusi jawaban angket tentang spiritual quotient siswa indikator mengenal dan kedekatan dengan Tuhan Distribusi Jawaban Jumlah No. a b C d Item F % F % F % F % F % 08 7 25 13 47 4 14 4 14 28 100 09 1 4 17 60 9 32 1 4 28 100 10 3 11 18 64 7 25 0 28 100 11 17 60 8 29 3 11 0 28 100 12 11 39 12 43 4 14 1 4 28 100 13 25 89 2 7 1 4 0 28 100 14 28 100 0 0 0 28 100 22 196 700 Jumlah 92 328 70 250 28 100 6 4 14 1 3 28 100 Mean 13 47 10 36 Pada tabel 4.5.2. di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengenalan siswa terhadap Tuhan dan kedekatan kepadaNya tergolong baik mengingat dari tujuh item yang disajikan kepada 28 responden paling banyak memilih jawaban “a” terakumulasi 92 jawaban atau 47% dari keseluruhan jawaban. c. Indikator kepedulian terhadap makhluk Tuhan Tabel 4.5.3. Distribusi jawaban angket tentang indikator kepedulian terhadap makhluk Tuhan Distribusi Jawaban No. a b c Item F % F % F % 15 28 100 0 0 16 22 79 4 14 2 7 17 24 86 2 6 1 4
spiritual quotient siswa Jumlah d F 1
% 0 0 4
f 28 28 28
% 100 100 100
64
18 11 39 19 22 79 20 25 88 Jumlah 132 471 22 78 Mean
8 2 1 17 3
29 6 4 59 10
6 3 1 13 2
21 11 4 47 8
3 1 1 6 1
11 4 4 23 4
28 28 28 168 28
100 100 100 600 100
Pada tabel 4.5.3. di atas dapat diketahui bahwa tingkat kepedulian siswa terhadap makhluk Tuhan tergolong baik mengingat dari tujuh item yang disajikan kepada 28 responden paling banyak memilih jawaban “a” terakumulasi 132 jawaban atau 78% dari keseluruhan jawaban. Pada variabel terikat
(Y) yaitu hasil belajar Kimia materi
Kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam dengan responden sama dengan variabel bebas (X) dengan jumlah 28 responden. Di bawah ini adalah hasil skor dari test materi kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam kelas X jurusan IPA SMA Muhammadiyah 2 Semarang. Tabel 4.6. Rekapitulasi hasil belajar tentang materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai islam No. No. Nilai Nilai Res Res 1. 70 15. 85 2. 75 16. 80 3. 70 17. 65 4. 70 18. 75 5. 60 19. 80 6. 70 20. 85 7. 80 21. 75 8. 75 22. 70 9. 80 23. 70 10. 65 24. 65 11. 65 25. 85 12. 65 26. 55 13. 60 27. 80 14. 75 28. 55
65
C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui sejauh mana hubungan spiritual quotient siswa dengan hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terinterasi dengan nilai-nilai Islam pada siswa kelas X jurusan IPA SMA Muhammadiyah 2 Semarang, maka akan diadakan analisis data dengan menggunakan analisis kuantitatif, yaitu analisis korelasi product moment. Agar analisis tersebut lebih mudah maka penulis menggunakan pembagian langkah analisis, yaitu: pertama; Analisis pendahuluan, kedua; Analisis uji hipotesis, ketiga; Analisis lanjutan. 1. Analisis Pendahuluan Dalam analisis pendahuluan ini, peneliti akan menentukan koefisien korelasi antara variabel X “spiritual quotient” sebagai variabel pengaruh, sedangkan variabel Y “hasil belajar” sebagai variabel terpengaruh. Kemudian dikuantitatifkan dengan cara memberi skor atau nilai jawaban responden bagi variabel X, dan nilai murni hasil test untuk variabel Y. Dari data kuantitatif tersebut dapat dilihat peran spiritual quotient siswa dengan hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. Berikut tabel hasil angket variabel X dan hasil test variabel Y. Tabel 4.7. Hasil angket tentang tingkat spiritual quotient (x) dan hasil belajar kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilainilai Islam (y). No. No. X Y X Y Res Res 1. 69 70 15. 75 85 2. 79 75 16. 75 80 3. 69 70 17. 71 65 4. 71 70 18. 72 75 5. 62 60 19. 75 80 6. 73 70 20. 76 85 7. 77 80 21. 72 75 8. 66 75 22. 73 70 9. 73 80 23. 68 70 10. 69 65 24. 74 65
66
11. 12. 13. 14.
71 72 71 69
65 65 60 75
25. 26. 27. 28.
75 71 74 71
85 55 80 55
Dari tabel 4.7. di atas tentang peran spiritual quotient yang berpengaruh terhadap hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Adapun yang digunakan dalam pengolahan data tersebut adalah dengan rumus korelasi product moment, dengan alasan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara tingkat spiritual quotient dengan hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. Salah satu cara analisis dengan menggunakan korelasi product moment yang bertujuan menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, signifikan serta berarti tidakkah hubungan tersebut. Untuk lebih jelasnya bagaimana rumus korelasi product moment dan penghitungannya maka selanjutnya akan dijelaskan pada bagian analisis uji hipotesis.
2. Analisis Uji Hipotesis Analisis uji hipotesis ini dimaksudkan untuk mencari korelasi antara spiritual quotient siswa dengan hasil belajar kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam dengan menggunakan rumus korelasi product moment, yaitu:
(å X )(å Y )
rxy = [å X 2
å XY (å X ) N
N 2
][å Y 2 -
(å Y ) 2 N
]
67
Keterangan : rxy
: Koefisien korelasi X dengan Y
XY
: Perkalian X dan Y
X
: tingkat spiritual quotient siswa
Y
: hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam
N
: Jumlah sampel yang digunakan
Berikut ini adalah tabel kerja koefisien korelasi antara spiritual quotient dengan (X) hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam (Y), yaitu:
Tabel 4.8. Kerja koefisien korelasi antara variabel (x) dan (y) No. 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
X 2 69 79 69 71 62 73 77 66 73 69 71 72 71 69 75 75 71 72 75 76 72 73 68 74 75
Y 3 70 75 70 70 60 70 80 75 80 65 65 65 60 75 85 80 65 75 80 85 75 70 70 65 85
X2 4 4761 6241 4761 5041 3844 5329 5929 4356 5329 4761 5041 5184 5041 4761 5625 5625 5041 5184 5625 5776 5184 5329 4624 5476 5625
Y2 5 4900 5625 4900 4900 3600 4900 6400 5625 6400 4225 4225 4225 3600 5625 7225 6400 4225 5625 6400 7225 5625 4900 4900 4225 7225
XY 6 4830 5925 4830 4970 3720 5110 6160 4950 5840 4485 4615 4680 4260 5175 6375 6000 4615 5400 6000 6460 5400 5110 4760 4810 6375
68
26. 27. 28.
71 74 71 ∑X=2013
55 80 55
5041 3025 3905 5476 6400 5920 5041 3025 3905 2 2 ∑Y=2005 ∑X =145051 ∑Y =145575 ∑XY=144585
Dari tabel 4.8. di atas maka diketahui jumlah sigma dari masingmasing mulai di bawah ini: ∑X
: 2013
∑Y
: 2005
∑X2
: 145051
2
: 145575
∑Y
∑XY : 144585 N
: 28 Langkah selanjutnya, hasil tabel tersebut dimasukkan ke dalam
rumus korelasi product moment, sebagai berikut:
(å X )(å Y )
rxy = [å X
2
å XY (å X ) -
N 2
N
2
][å Y -
(å Y ) 2 N
]
(2013)(2005) 28 = 2 (2013) (2005) 2 [145051 ][145575 ] 28 28 144585 -
=
144585 - 144145,179 (145051 - 144720,321)(145575 - 143572,3214)
=
439,821 (330,679)(2002,6786)
=
439,821 813,783687
= 0,54046426 (0,540)
Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh spiritual quotient terhadap hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang
69
terintegrasi dengan nilai-nilai Islam, maka dikonsultasikan dengan tabel korelasi product moment dengan N=28, sedang pengujiannya adalah sebagai berikut: - Untuk taraf signifikansi 5 % adalah: rt
= 0,374
r0
= 0,540
- Untuk taraf signifikansi 1 % adalah: rt
= 0,478
r0
= 0,540 Dari perbandingan rxy dengan rt tersebut, maka untuk menguji taraf
signifikansi r yang diperoleh (r0) disarankan sebagai berikut: a. Bila nilai r yang diperoleh (r0) ≥ r yang ada pada tabel (rt) baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%, maka nilai yang diperoleh adalah signifikan. Hal ini berarti hipotesis kerja diterima. b. Sebaliknya, bila nilai r yang diperoleh (r0) lebih < r yang ada pada tabel (rt) baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%, maka nilai yang diperoleh adalah non signifikan dan ini berarti bahwa hipotesis ditolak. Dengan melihat perhitungan di atas, nilai r0 (0,540) lebih besar dari pada rt pada taraf signifikansi 1% (0,478) dan r0 (0,540) lebih besar dari pada rt pada taraf signifikansi 5%(0,374). Dengan demikian rxy lebih besar daripada rt apada taraf signifikansi 1% maupun 5% sehingga korelasi tersebut menunjukkan korelasi positif dengan tingkat sedang.
3. Analisis Lanjut Setelah mengetahui bahwa data dari hasil penelitian tersebut adalah signifikan, maka bahasan selanjutnya adalah menganalisis bagaimana hubungan spiritual quotient siswa dengan hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam di SMA Muhammadiyah 2 Semarang. Berikut ini adalah sebab-sebab yang menjadikan kesignifikansian hal tersebut, yaitu;
70
- Spiritual quotient yang masing-masing individu akan mengolah jiwa untuk berkomunikasi dengan titik God Spot atau teosentris keberadaan Tuhan. Dengan demikian akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku religius dan meningkatkan pengetahuan tentang ke-Tuhanan. - Spiritual quotient juga mendorong siswa untuk meningkatkan motivasi belajar yang muncul dari dirinya karena kesadaran dan tanggung jawab terhadap diri dan Tuhan atas karuaniaNya. - Spiritual
quotient
sangat
berpotensi
meningkatkan
aktifitas
religiusitasnya sehingga dapat meningkatkan nilai keberagamaan. Nilai keberagamaan bukan hanya kepada Tuhan akan tetapi juga kebaikannya kepada sesama makhluk.
D. Keterbatasan Penelitian Meskipun penelitian ini sudah dikatakan seoptimal mungkin, akan tetapi penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas adanya kesalahan dan kekurangan, yang mana hal itu karena keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain: 1. Keterbatasan waktu Penelitian yang dilakukan oleh penulis terpancang oleh waktu, karena waktu yang digunakan sangat terbatas. Maka penulis hanya memiliki sesuai keperluan yang berhubungan dengan penelitian saja. Walaupun waktu yang peneliti gunakan cukup singkat akan tetapi bisa memenuhi syarat-syarat dalam penelitian ilmiah. 2. Keterbatasan Kemampuan Penelitian tidak bisa lepas dari teori, oleh karena itu penulis menyadari keterbatasan kemampuan khususnya pengetahuan ilmiah. Tetapi penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan penelitian sesuai dengan kemampuan keilmuan serta bimbingan dari dosen pembimbing.
71
3. Keterbatasan Tempat Lokasi penelitian adalah SMA Muhammadiyah 2 Semarang. Maka penulis hanya membatasi populasi kelas X jurusan IPA. Namun populasi yang diambil dalam penelitian ini sudah memenuhi prosedur penelitian.
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya maka akan penulis simpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara spiritual quotient siswa dengan hasil belajar kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam. Hal ini dapat dibuktikan dengan r0 = 0,540 lebih besar dari pada rt baik dalam taraf signifikansi 1% = 0, 478 maupun 5% = 0, 374.
B. Saran-saran Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, dengan mendasarkan penelitian yang dilakukan tentang ”Hubungan spiritual quotien siswa dengan hasil belajar Kimia materi pokok kestabilan unsur yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam di SMA Muhammadiyah 2 Semarang, maka peneliti ingin memberikan beberapa saran kepada pihak-pihak tertentu yang barkaitan dengan hasil penelitian ini, antara lain sebagai berikut: a. Kepada para siswa, agar menyadari peran spiritual quotient dapat mengendalikan individu untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dunia dan kebutuhan akhirat. Intellectual Quotient (IQ) seseorang dapat dipompa dengan dengan mengasah spiritual quotient (SQ), emosional quotient (EQ) dapat dilatih dengan mengerahkan kekuatan SQ yang dapat menimbulkan kesadaran terhadap sesama makhluk Tuhan. b. Kepada para guru kususnya guru kimia agar menyadari tentang kekuatan
spiritual quotient yang dimiliki para siswa dapat memberikan motivasi ekstra untuk semangat menuntut ilmu. Di samping itu spiritual quotient juga mampu mengendalikan mereka berkaitan dengan aktifitas riligius.
72
73
c. Pihak Sekolah, hendanya memelihara dan menjaga suasana sekolah yang
nyaman, aman, tenang, sehingga dapat membuat para siswa dan guru untuk memfungsikan peran spiritual quotient dengan lebih dominan sehingga suasana belajar lebih mendukung dan siswa lebih siap menerima materi pelajaran yang disampaikan guru.
C. Penutup Dengan penuh kesadaran penulis menyatakan bahwa tidak ada satupun yang dapat menandingi kebesaran dan kekuasaan Allah swt. Rasa syukur penulis sampaikan kepada Allah swt yang telah mengizinkan penulis menyelesaikan penelitiannya dan mudah-mudahan meridhaiNya. Kritik dan saran pembaca sangat diharapkan sebagai upaya memfungsikan spiritual quotient penulis agar dapat meraih sesuatu yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid, Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz, Al-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris, Juz. I, (Mesir: Darul Ma’arif, t.th). Abdullah, Shodiq, Evaluasi Pembelajaran, (Semarang : FAI UNWAHAS, t.th). Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ: Emotional Spiritual Quotions Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001). Al-Bukhari Al-Ja’fiyi, Al-Imam Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah ibn Bardizabat, Shahih Al-Bukhari Juz I, (Semarang: Toha Putra, tth.). Al-Ghozali, Ihya Ulmu Al-Din, (Dar Al-Fikr, ttp., tth), juz III. Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1993), hlm. 180. Anshori, M. Hafi, Kamus Psikologi, (Surabaya : Usaha Kanisius, 1995). Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006). _______, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000). Crow, Laster D, dan Alice Crow, General Psykhology, (New York : t.th) Departemen Agama RI, Al-Quran & Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2003). Echols, John M. & Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1992), Cet. XX. Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004). _______, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1980). _______, Metodologi Research, Jilid II, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989). Hidayati, Uli, “Konsep Pendidikan Anak dengan Spiritual Quotient Menurut Suharsono dalam Perspektif Pendidikan Islam”, skripsi, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2006), t.d.
Jhon, M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), Cet. XXIII. Kancana, Wayan Nur, dan PPN Sunartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1986). Maulana, Achmad, dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Jogjakarta, Absolut , 2004). Maun, Sukmariah, dkk, Dasar- dasar Kimia Organik, terj. (Tangerang: Binarupa Aksara, 2010). Mudzakir, Yusuf, Nuansa-Nuansa & Psikologi Islami, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001). Muhidin, Sambas Ali, Maman Abdurahman, Analisis Korelasi,Regresi, dan Jalur dalam Penelitian, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2007). Mukhroyi, “Konsep Spiritual Quotient dan Implementasinya Pada Pendidikan Islam”, skripsi, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2006), t.d. Najati, M. Utsman, Belajar EQ & SQ Dari Sunnah Nabi, (Jakarta : Hikmah, 2002). Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1990). Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. 1. Partana, Crys Fajar, dkk, Kimia Dasar 2, (Jagjakarta: Jurusan Kimia F. MIPA UNY), hlm. 100., Lihat juga Sudjadi, Penentuan Struktur Senyawa Organik, (Jogjakarta: Ghalia Indonesia, tt). Pasiak, Taufiq, Revolusi IQ / EQ /SQ Antara Neurosains dan Al-Quran, (Bandung: Mizan Pustaka, 2002). Prijosaksosno, Ari Bowo, dan Arianti Erningpraja, Enerich Your Life Everyday;Renungan dan Kebiasaan menuju Kecerdasan Spiritual, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,2003). S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), cet.2. Safari, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Didakmen Depdiknas, 2003).
Sinetar, Marshal, Spiritual Intelligensi, Kecerdasan Spiritual, terj. Soesanto Boedi darmo, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2001). Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi (ed.), Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989). Sudiyono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. I. Sudjadi, Penentuan Struktur Senyawa Organik, (Jogjakarta: Ghalia Indonesia, tt). Sudjana, Nana, Penelitian Hasil Belajar Mengajar (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002) Suprayekti, Interaksi Belajar Mengajar, (Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjendikdasmen Depdiknas, 2003). Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Edisi Revisi, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2002). Tasmara, Toto, Kecerdasan Spiritual (Transcendental Intelligence) Membentuk Kepribadian yang Bertanggung jawab, Profesional dan Berakhlak, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001). Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995). Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994). Vembriarto, St., Kamus Pendidikan, (Grasindo, 1994). Wardana, I.G.K.A., Teori Belajar, Motivasi dan Keterampilan Mengajar, (Jakarta :Dirjen Dikti Depdiknas, 1996). Winarsunu, Tulus, Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan pendidikan , (Malang: UMM press, 2007) , Cet. 4. Winkel, WS., Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : PT. Gramedia, 1993), cet. I. Wjs. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976). Zohar, Danah dan Ian Marshall, SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung: Mizan, 2002), Cet.V.
Lampiran 2 RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Indikator Alokasi Waktu
: : : :
SMA Muhammadiyah 2 Semarang Kimia X / Genap Memahami Struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia. : Membandingkan proses pembentukanikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk. : Menjelaskan kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya. : 3 x 45 menit
A. Tujuan pembelajaran Setelah pelajaran ini selesai, siswa diharapkan dapat menjelaskan secara singkat kecenderungan suatu unsur untuk menjadi stabil. B. Materi pembelajaran - Konfigurasi elektron gas mulia - Teori Octet dan Duplet - Struktur Lewis C. Kegiatan belajar mengajar 1. Metode Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan diskusi. 2. Sumber belajar - Buku Kimia kelas X - LKS - Ringkasan materi
D. Skenario Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Kegiatan awal
Alokasi Waktu
Siswa menjawab salam
10 menit
· Guru mengucapkan salam kepada siswa · Guru menggali potensi pengetahuan awal siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang materi kestabilan unsur yang telah ditugaskan sebelumnya untuk dibaca terlebih dahulu di rumah. 1. Bagaimanakah suatu unsur bisa dikatakan stabil? 2. Bagaimanakah atom-atom yang tidak stabil bias mencapai kestabilan? · Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu: setelah pelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat mengetahui sifatsifat unsur serta memahami bahwa Allah menciptakan sesuatu dari yang kecil hingga yang besar itu sesuai dengan fitrahnya. · Guru menjelaskan proses belajar yang akan dilaksanakan yaitu dengan model pembelajaran ceramah.
Siswa menyimak dan menjawab pertanyaan guru.
Siswa memperhatikan
Siswa memperhatikan
Kegiatan Inti · Guru menerangkan tentang Siswa memperhatikan konfigurasi elektron gas mulia. Pada dasarnya Allah menciptakan sesuatu sesuai dengan fitrahnya sebagaimana penciptaan manusia menurut hadits nabi.
ﻋﻦ اﺑﻰ ھﺮﯾﺮة اﻧﮫ ﻛﺎن ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ: ﯾﻘﻮل ﻻ ﯾﻮﻟﺪ ّ ﻣﺎ ﻣﻦ ﻣﻮﻟﻮد ا: ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﻄﺮة ﻓﺎﺑﻮاه ﯾﮭﻮّداﻧﮫ وﯾﻨﺼّﺮاﻧﮫ وﯾﻤﺠّﺴﺎﻧﮫ )رواه
20 menit
73
١٠٠
(ﻣﺴﻠﻢ
“Dari Abu Hurairah, sesungguhnya dia telah berkata: Rasululah Saw bersabda: Tidaklah seorang anak itu dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Muslim). Jika ditarik makna yang lebih luas, hadits ini menerangkan tidak hanya terbatas pada manuisa, namun alam semestapun dicipta sesuai dengan fitrah dan keseimbangannya masing-masing. Dari sekian banyak manusia yang diciptaNya di muka bumi ini hanya beberapa yang menjadi manusia pilihan yang mempunyai keimanan stabil di sisi Allah. Begitu juga Allah menciptakan kurang lebih 116 unsur namun hanya 6 unsur saja yang memiliki kestabilan, yang kemudian 6 unsur tesebut tergolong sebagai gas mulia. Gas mulia ini stabil karena memiliki elektron pada kulit terluarnya 2 untuk He dan 8 untuk yang lain. Contoh: =2 ev = 2 2He ev = 8 10Ne = 2.8 Ar = 2.8.8 ev = 8 18 ev = 8 36Kr = 2.8.18.8 Xe = 2.8.18.18.8 ev = 8 54 86Rn = 2.8.18.32.18.8 ev = 8 · Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan pelajaran yang belum jelas. · Guru memberikan beberapa contoh untuk pengisian konfigurasi elektron pada unsur yang lain. Misalnya: = 2.8.4 14Si
Siswa bertanya apabila belum jelas Siswa menjawab bersama-sama contoh soal pengisisan konfigurasi elektron.
74
ev = 4 7N ev = 5
=
37Rb
2.5
= ev = 1
2.8.18.8.1
Siswa memperhatikan
· Guru melanjutkan menerangkan tentang teori Oklet dan Duplet. - Teori Oklet: jumlah elektron pada kulit terluar dari dua atom yang berikatan akan berubah sedemikian rupa hingga konfigurasi elektron kedua atom sama dengan konfigurasi elektron gas mulia (8 elektron pada kulit terluarnya) - Sedangkan teori Duplet konfigurasi elektron stabil dengan 2 elektron pada kulit terluarnya. Pada umumnya elektron terluar dari suatu atom kurang dari 8. Atom-atom tersebut membentuk konfigurasi elektron yang stabil dengan melepaskan atau menangkap elektron dari atom lain atau menggunakan elektron bersama-sama. Contoh: Na → Na+ + e(2.8.1)
(2.8)
Cl + e- → Cl(2.8.7)
(2.8.8)
Hal di atas juga terjadi pada manusia yang tidak terlepas dari fitrah manusia yang keimanannya naik turun dan tidak stabil,sehingga individu satu membutuhkan individu yang lain agar saling mengingatkan dalam beraktivitas sehingga keimanan menjadi stabil. Siswa mendengarkan
10 menit
75
· Guru memotivasi siswa bahwa dengan memahami materi kestabilan unsur kita dapat belajar bahwa keimanan kita dapat stabil apabila kita memiliki keinginan yang keras untuk menuju kestabilan. · Guru menerangkan Struktur Lewis dengan bantuan gambar yang sudah disiapkan sebelumnya. Hal ini bertujuan agar siswa lebih memahami dalam penggunaan elektron bersama pada ikatan. · Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan yang belum jelas. · Guru memberi tugas kepada siswa sebagai evaluasi belajar.
Siswa memperhatikan
25 menit
Siswa bertanya jika belum jelas Siswa mengerjakan tugas
Siswa memperhatikan Penutup · Guru mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah dibahas dan memotivasi Siswa mejawab salam mereka untuk belajar di rumah. · Guru menutup pelajaran dengan salam. E. Sumber Belajar 1. Buku Kimia kelas X 2. Ringkasan materi & gambar 3. LKS F. Penilaian - Tugas individu evaluasi akhir pembelajaran (materi)
5 menit
Lampiran 3
Daftar Nama Siswa Kelas X Jurusan IPA No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Nama Siswa Ade Nurhalimah Agus Purwanto Agus Sucipto Alfian Ayu Karlina Diana Rahmawati Dini Shomatunnisa Fazri Ubaidillah Lin Indrayani Jumarih Irawan Khasan Nadi Kusnita Sari Kusyanto Lia Sudiarti
JK P L L L P P P L P L L P L P
No 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
Nama Siswa Lidia Wati Lubis Santoso Milofi Rizkiyah Momon Romansyah Narima Utami Nilla Ayu Safitri Nunung Nurhayati Rinah Santi Ramadhani Sarifudin Siti Fajriyah Wira Fadly Setiadi Yani Lestari Zainal Arifin
JK P L P L P P P P P L P L P L
Lampiran 4. INDIKATOR SPIRITUAL QUOTIENT Variabel Spiritual Quotient
Dimensi
Indikator
1. Memahami kesadaran 1. Memahami tugas dan kewajiban diri
2. Tidak sombong dan rendah hati 3. Merasa bagian dari alam semesta 4. Penyesalan atas hal-hal dosa 5. Kesadaran menjadi makhluk spiritual
2. Pendekatan
kepada
Allah swt.
1. Dzikir dan tafakur 2. Ibadah sunnah (Shalat tahajud, Puasa, dll) 3. Disiplin dan jujur 4. Tidak mengambil hak orang lain
3. Hubungan makhluk
sesama
1. Suka menolong 2. Ikhlas 3. bersyukur jika mendapat kemudahan 4. tabah dalam musibah
Lampiran 5.
KISI-KISI LEMBARAN INDIKATOR ISNTRUMEN ANGKET SPIRITUAL QUOTIENT
No 1.
Pertanyaan No Dimensi No 1,2 1. Memahami kesadaran diri
2.
3, 4
“
3.
5
“
4.
6
“
5.
7
“
6.
8, 9
7.
10, 11
8. 9.
12, 13 14
10.
15, 16, 17
11. 12.
18 19
13.
20
2. Pendekatan kepada Allah swt. “
“ “ 3. Hubungan sesama makhluk “ “
“
Indikator Memahami tugas dan kewajiban Tidak sombong dan rendah hati Merasa bagian dari alam semesta Penyesalan atas hal-hal dosa Kesadaran menjadi makhluk spiritual Dzikir dan tafakur Ibadah sunnah (Shalat tahajud, Puasa, dll) Disiplin dan jujur Tidak mengambil hak orang lain Suka menolong Ikhlas bersyukur jika mendapat kemudahan tabah dalam musibah
Lampiran 6.
ANGKET SPIRITUAL QUOTIENT SISWA JURUSAN IPA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 2 SEMARANG
IDENTITAS SISWA Nama : ………………………………….. No. Induk : ………………………………….. Kelas : ………………………………….. Alamat : ………………………………….. PETUNJUK PENGISIAN ANGKET 1. Pilihlah salah satu alternative jawaban dengan memberitanda silang ( X ) pada pilihan jawaban a, b, c, atau d sesuai keadaan Saudara. 2. Mengingat pentingnya informasi dari Saudara, maka peneliti mohon kesediaannya untuk menjawab secara jujur dan sesungguhnya. 3. Jawaban Anda akan dijamin kerahasiaannya dan tidak akan berpengaruh terhadap nilai atau prestasi Anda. Pertanyaan: 1. Anda memahami tugas dan kewajiban Anda sebagai pelajar. a. sangat faham c. kurang faham b. faham d. tidak faham 2. Anda berdoa jika mau memulai pelajaran dan mengakhirinya. a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah 3. Anda pernah merasa paling pandai di sekolah. a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah 4. Jika teman Anda sedang marah terhadap Anda padahal Anda tidak bersalah, apakah Anda dapat menjaga emosi? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah 5. Anda berusaha memelihara hubungan baik dengan sesama murid dan guru? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
6. Apakah Anda menyesali kesalahan-kesalahan yang pernah Anda lakukan dahulu? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah 7. Apakah Anda melakukan salat 5 waktu secara lengkap? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah 8. Apakah Anda melakukan dzikir di sela-sela waktu kosong dan setelah shalat? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah 9. Jika Anda melihat kejadian-kejadian alam, apakah Anda berfikir bagaimana penciptaannya dan untuk apa tujuannya? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah 10. Apakah pad malam hari Anda melakukan shalat Tahajud? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah 11. Apakah Anda melakukan puasa sunnah (Senin-Kamis atau yang lain)? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah 12. Jika Anda mendengar Adzan Anda akan bergegas menuju tempat sholat. a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah 13. Apakah Anda jujur ketika ujian (tidak mencontek)? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah 14. Apakah Anda merasa enggan untuk mengambil hak orang lain? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah 15. Jika ada teman meminjam sesuatu milik Anda, apakah Anda langsung meminjamkan? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah 16. Jika Anda melihat orang lain membutuhkan sesuatu yang Anda miliki, apakah Anda bergegas untuk memberi?
a. selalu b. kadang-kadang
c. jarang d. tidak pernah
17. Jika Anda melihat teman Anda yang lambat dalam memahami pelajaran, Apakah Anda membantu memahamkannya? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah 18. Jika Anda memberi sesuatu kepada teman Anda namun di lain waktu teman Anda tersebut tidak mau berbagi sesuatu kepada Anda apakah Anda merasa tidak suka kepadanya? a. tidak pernah c. kadang-kadang b. jarang d. selalu 19. Jika Anda mempunyai uang saku lebih apakah Anda berfikir untuk berbagi dengan teman Anda? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah 20. Apakah Anda pernah mengadu kepada Allah jika sedang tertimpa masalah besar? a. selalu c. jarang b. kadang-kadang d. tidak pernah
Lampiran 7. LEMBAR SOAL KIMIA MATERI POKOK KESTABILAN UNSUR YANG TERINTEGRASI DENGAN NILAI-NILAI ISLAM Nama Kelas Nomor
: : :
1. Allah menciptakan banyak manusia akan tetapi hanya manusia pilihan saja yang keimanannya stabil, begitu juga dengan unsur-unsur di dunia ini ada yang stabil dan ada yang tidak. Berapakah jumlah unsur yang bersifat stabil? a. 4 c. 6 e. 8 b. 5 d. 7 2. Salah satu gas mulia (unsur yang stabil) yaitu Ar, bagaimanakah konfigurasi dari Ar? a. 18Ar = 2.2.8.6 b. 18Ar = 2.8.6.2 c. 18Ar = 2.6.2.8 d. 18Ar = 2. 8.2.6 e. 18Ar = 2.8.8 3. Untuk menjaga kestabilan keimanan manusia membutuhkan orang lain untuk saling mengingatkan dan saling menasehati. Bagi unsur jika diketahui konfigurasi elektron 2.8.2, bagaimanakah caranya untuk menjadi stabil dalam ikatannya? b. Melepas 1 elektron sehingga bermuatan +1 c. Melepas 2 elektron sehingga bermuatan +2 d. Menyerap 1 elektron sehingga bermuatan -1 e. Menyerap 2 elektron sehingga bermuatan -1 f. Menyerap 6 elektron sehingga bermuatan -6 4. Unsur N mempunyai nomor atom 7, maka struktur Lewis yang paling tepat untuk molekul N2 adalah… a. c. e. b.
d.
5. Kestabilan keimanan manusia dijaga dengan cara berinteraksi dengan yang lain dengan saling mengingatkan dan menasehati, lalu bagaimanakah cara atom-atom yang tidak stabil mencapai kestabilan? a. Melepas elektron b. Menangkap elektron
c. Memakai elektron bersama-sama d. a, b, c benar semua e. a, b, c salah semua. 6. Dari kelima unsur di bawah ini, manakah yang dipilih Allah menjadi unsur yang paling stabil ? a. 11V c. 18X e. 35Z b. 25W d. 53Y 7. Perhatikan konfigurasi elektron berikut! P : 2.8.18.8 R: 2.8.18.8.2 Q : 2.8.18.5 S : 2.8.8.6 Atom yang cenderung untuk melepas elektron untuk menuju kestabilan unsur adalah…. a. R c. P e. Q dan S b. Q d. S 8. Pada soal No.7, atom manakah yang cenderung untuk menangkap elektron? a. P dan Q c. Q dan R e. P dan R b. Q dan S d. S dan P 9. Unsur-unsur di bawah ini yang memiliki elektron valensi terbanyak adalah….. a. 5B c. 13AI e. 9F b. 20Ca d. 19K 10. Rasululah Saw bersabda: Tidaklah seorang anak itu dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah. Potongan hadits tersebut tidak hanya berlaku pada penciptaan manusia melainkan penciptaan alam seisinya juga penuh dengan keseimbangan atau kestabilan termasuk Allah menciptakan atom dapat beraktifitas sesuai dengan fitrah atau kestabilannya. Atom-atom memiliki cara untuk mencapai kestabilan dengan cara melepas atau menangkap elektron. Sedangkan atom-atom yang melepas elektron akan berubah menjadi apa? a. Anion c. Elektron bebas e. Semua benar b. Ion d. Kation 11. Kulit terluar konfigurasi elektron gas mulia yang tidak memenuhi aturan Oklet adalah ….. a. Rn c Ar e. Ne b. Xe d. He 12. Unsur X mempunyai konfigurasi elektron 2.8.2 dan unsur Y mempunyai konfigurasi elektron 2.8.7. Jika unsur X dan Y saling berkaitan maka rumus Kimia dan jenis ikatannya adalah ….. a. XY, ikatan ion c. XY2, ikatan ion e. X2Y, ikatan kovalen b. X2Y, ikatan ion d. XY, ikatan kovalen
13. Allah menciptakan para malaikat dengan kadar kaimanan yang stabil, karena keimanan malaikat tidak mengalami penurunan dan peningkatan. Berkaitan dengan hal di atas Allah juga menciptakan unsur yang stabil. Di antara unsurunsur berikut yang bersifat stabil adalah ………. a. 13Al c. 20Ca e. 18Ar b. 16S d. 35Br Tabel digunakan untuk menjawab nomor 14 s/d 17 Atom Konfigurasi Elektron 2 2He C 24 6 26 8O Ne 28 10 281 11Na Al 283 13 286 16S 287 17Cl Ar 288 18 2881 19K 14. Dalam tabel di atas kelompok unsur yang cenderung melepaskan elektron adalah ……. a. He, Al dan O c. He, Ne dan Ar e. Ne, Na dan K b. Na, Al dan K d. C, O dan Cl 15. .
Dari tabel di atas unsur manakah yang terletak satu golongan dengan unsur yang mempunyai struktur elektron seperti gambar di atas adalah …. a. Al c. O e. K b. He d. S 16. Dari sekian banyak manusia, Allah memilih beberapa manusia pilihan yang selalu dijagaNya dari kemaksiatan sehingga keimanannya cenderung stabil. Pada tabel di atas, unsur mana sajakah yang tergolong unsur gas mulia? a. He, Cl dan k c. C, O dan Cl e. Ne, Na dan K b. He, Al dan O d. He, Ne dan Ar 17. Kelompok unsur manakah yang diciptakan Allah untuk cenderung menangkap elektron? a. Ne, Cl dan k c. O, Cl dan S e. Na, Al dan K b. He, S dan Cl d. Ar, K dan He
18. Penggambaran symbol Lewis yang tepat untuk unsur 12Mg adalah …. a. c. e. b.
d.
19. Manusia memiliki keimanan yang bersifat fluktuatif, kadang mengalami penurunan kadang juga mengalami kenaikan kadar keimanan. Untuk meningkatkan dan menyetabilkan kadar keimanan manusia dengan cara mendekatkan diri kepada Allah dan saling bergaul dengan manusia yang baik yang selalu mengingatkan dan saling menasehati. Sama halnya dengan unsur, jika suatu unsur mempunyai nomor atom 7, maka unsur tersebut mencapai kestabilan dengan cara ….. a. Melepas 1 elektron b. Melepas 2 elektronik c. melepas 3 elektron d. menangkap 1 elektron e. menangkap 2 elektron 20. Untuk mencapai kestabilannya, suatu unsur melepaskan 2 elektron. Unsur tersebut bersifat …………… dan mempunyai nomor atom ………. a. logam, 12 c. logam, 8 e. non logam, 14 b. non logam, 6 d. non logam, 10 21. AtomX mempunyai konfigurasi elektron 2.8.2. Senyawa yang mungkin dibentuk oleh atom X adalah …. a. HX2 c. X2(PO4)3 e. XCl2 b. X2SO4 d. CaX 22. Unsur X mempunyai nomor atom 13 dan unsur Y mempunyai nomor atom 9, senyawa yang dapat dibentuk antara unsur X dan Y adalah ….. a. XY2 c. XY3 e. X2Y b. XY d. X3Y2 23. Muatan yang dimiliki oleh Proton, Elektron dan Neutron berturut-turut adalah ….. a. -1, 0, +1 c.0, +1, -1 e. +1, -1, 0 b. -1, +1, 0 d. +1, 0, -1 24. Pasangan partikel atom di bawah ini yang mempunyai masa hampir sama adalah …. a. elektron dan positron b. proton dan neutron c. elektron dan proton d. elektron dan neutron e. proton dan positron
25. Jumlah proton, elektron dan neutron yang dimiliki atom 1632 S secara berturutturut adalah…. a. 16, 32, 16 c. 16, 16, 15 e. 16, 16, 32 b. 16, 15, 15 d. 16, 16, 16 26. Banyaknya elektron yang dimikiki oleh ion 2040 Ca 2+ adalah …… a. 19 c. 40 e. 22 b. 20 d. 18 27. Jika unsur diketahui konfigurasi elektron 2.8.7, bagaimanakah caranya untuk menjadi stabil dalam ikatannya? a. Melepas 1 elektron sehingga bermuatan +1 b. Melepas 2 elektron sehingga bermuatan +2 c. Menyerap 1 elektron sehingga bermuatan -1 d. Menyerap 2 elektron sehingga bermuatan -1 e. Menyerap 6 elektron sehingga bermuatan -6 28. AtomX mempunyai jumlah Elektron 13 dan jumlah Neutron 14. Nomor atom dan nomor massa atom tersebut adalah….. 27 a. 1313 X c. 13 X e. 1427 X b.
14 14
X
d.
13 14
X
29. Unsur-unsur berikut yang merupakan pasangan unsur Isoton adalah ….. 40 a. 61221 Mg dan 2040 Ca c. 214 e. 2040 Ca dan 1939 K 84 Pb dan 20 Ca b.
214 82
Pb dan
214 84
Pb d.
214 84
Pb dan
214 83
Bi
30. Unsur Isobar terdapat pada pasangan unsur ……. a. 136C dan 146 C c. 2040 Ca dan 1939 K e. b.
35 17
Cl dan
37 17
Cl
d.
24 11
Na dan
24 12
31 15
P dan
32 16
S
Mg
31. Jika atom A mempunyai nomor atom 8 dan nomor masa18, maka jumlah elektron, proton, dan neutron untuk ion A2- berturut-turut adalah ……. a. 10, 8, 8 c. 8, 8, 8 e. 8, 8, 18 b. 10, 8, 10 d. 8, 8, 10 32. Allah menciptakan unsur Xe termasuk salah satu dari gas mulia, bagaimanakah konfigurasinya? a. 54Xe = 2.8.18.18.8 d. 54Xe = 2.8.32 b. 54Xe = 2.8.8.18.18 e. 54Xe = 2.32.8 c. 54Xe = 2.18.18.8.8 33. Untuk menjaga keimanan agar tetap stabil, manusia membutuhkan orang lain untuk saling menasehati dan mengingatkan. Bagi unsur, jika diketahui konfigurasi elektron 2.8.7, bagaimanakah caranya agar menjadi stabil dalam ikatannya?
a. b. c. d. e.
melepas 5 elektron sehingga bermuatan +5 melepas 1 elektron sehingga bermuatan +1 melepas 5 elektron sehingga bermuatan -5 menangkap 5 elektron sehingga bermuatan -5 menangkap 1 elektron sehingga bermuatan -1
34. Perhatikan konfigurasi elektron berikut: A: 2.8.18.3 C: 2.8.8.1 B: 2.8.18.5 D: 2.8.86 Dalam kehidupan manusia setelah menjalin hubungan dengan Allah, maka manusia juga menjalin hubungan dengan manusia, ada yang memberi dan ada yang menerima agar tercipta keharmonisan dalam bermasyarakat. Begitu juga pada aktivitas atom. Manakah atom yang cenderung untuk melepas elektron untuk menuju kestabilan unsur? a. A dan B c. A dan D e. B dan D b. A dan C d. B dan C 35. Pada soal no 34 atom manakah yang cenderung untuk menangkap elektron untuk menuju kestabilan unsur? a. A dan B c. A dan D e. B dan D b. A dan C d. B dan C 36. kelima unsur di bawah ini, manakah yang cenderung untuk melepas elektron? a. 25P c. 11R e. 15T b. 18Q d. 12S 37. Di bawah ini unsur yang di ciptakan Allah memiliki elektron valensi terbanyak adalah …. a. 11Na c. 18Ar e. 15P b. 25Mn d. 42Mo 38. Penggambaran simbol Lewis yang tepat untuk unsur 17Cl adalah …. a. c. e. b.
d.
39. Banyaknya elektron yang dimiliki oleh ion a. 214 c. 86 b. 130 d. 84
214 84
Pb -2 adalah ….. e. 82
40. Jumlah proton, elektron dan neutron yang dimiliki atom 136C +2 adalah …. a. 6, 6, 6 c. 6, 8, 7 e. 4, 6, 7 b. 7, 8, 6 d. 6, 4, 7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Fajarwati
Tempat/ Tanggal Lahir
: Semarang, 24 Mei 1984
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Warganegara
: Indonesia
Alamat
: Jl. Rorojonggran Selatan I/20 Semarang
Ayah
: Trikoyo
Ibu
: Sugiyarti
Suami
: Rizki Fahmi Sofwan
Anak pertama
: Yaquth Harikahauly Sofwan
Riwayat Pendidikan
:
1. SD. Negeri Panjangan Semarang
lulus tahun : 1997
2. SLTP Muhammadiyah 4 Semarang
lulus tahun : 2000
3. SMA Kesatrian Semarang
lulus tahun : 2003
4. IAIN Walisongo Fakultas Tarbiyah angkatan tahun 2005
Semarang, Juni 2010 Penulis
Fajarwati NIM 3105156