UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK MELALUI METODE INFORMATION SEARCH PADA SISWA KELAS IX MTs MA’ARIF NU 1 KARANGLEWAS KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh: Alfiatul Hasanah Rosyid 073111481
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
ABSTRAK Alfiatul Hasanah Rosyid (NIM. 073111481). Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Melalui Metode Information Search Pada Siswa Kelas IX MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2011. Banyaknya siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran disebabkan salah satunya karena proses pembelajaran selama ini belum melibatkan siswa secara aktif oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak melalui metode information search pada siswa kelas IX MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus dan melibatkan empat komponen yakni: Planning (rencana), Action (tindakan), Observation (pengamatan), Reflection (refleksi). Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas yang berjumlah 34 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa metode information search dalam pembelajaran Aqidah Akhlak mampu meningkatkan aktivitas belajar Aqidah Akhlak siswa kelas IX MTs Ma’arif NU I Karanglewas Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2010/2011. Pada siklus I prosentase keaktifan siswa sebesar 70% dengan kategori baik, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 80% dengan kategori baik sekali. Disamping itu, prestasi belajar Aqidah Akhlak siswa juga mengalami peningkatan setelah diterapkannya metode information search. Hal ini terlihat dari prosentase ketuntasan belajar secara klasikal yaitu pada siklus I sebesar 79,41%, dan pada siklus II sebesar 94,12%.Berdasarkan hasil penelitian ini maka pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan hasil belajar Físika pada Materi Pokok Cahaya siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gubug semester II tahun pelajaran 2007/2008. Hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi guru untuk meningkatkan aktifitas belajar peserta didik.
ii
Semarang,
NOTA DINAS
Maret 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum wr. wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Melalui Metode Information Search Pada Siswa Kelas IX MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2010/2011 Nama : Alfiatul Hasanah Rosyid NIM : 073111481 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosah. Wassalamu’alaikum wr. wb.
Pembimbing,
Ahmad Ismail, M.Ag. NIP. 19670208 199703 1 001
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax. 7615387
PENGESAHAN SKRIPSI Naskah skripsi dengan: Judul : Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Melalui Metode Information Search Pada Siswa Kelas IX MTs Ma’arif NU I Karanglewas Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2010/2011 Nama : Alfiatul Hasanah Rosyid NIM : 073111481 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam telah diujikan dalam sidang munaqasah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam.
iv
v
MOTTO
(١٢ :
)
“Dan Dia menundukkan untukmu malam dan siang, matahari dan bulan, bintang-bintang di langit itu tunduk di bawah perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang menggunakan akal”. (QS. An-Nahl: 12) 1
1
Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 405
vi
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya ini untuk : Bapak H. Sowidi Rosyid dan ibu Hj. Aisyah, Suamiku Machfud Abdullah Anak-anakku Laila Fauqi Baroroh dan Muhammad Dafa’ Wisnu Galih Keluarga besarku
vii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Swt yang telah memberikan rahmat, hidayat, taufiq dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Pada akhirnya bisa digunakan sebagai salah satu syarat guna memperoleh nilai akhir munaqosah sebagai salah satu syarat kelulusan. Demikian juga shalawat serta salam semoga terabadikan bagi baginda Rasul Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Dengan senantiasa memanjatkan rasa syukur atas segala rahmat yang telah diberikan, serta bantuan, arahan sekaligus bimbingan dari berbagai pihak sehingga dapat terselesaikannya penelitian ini, maka penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat : 1. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Ahmad Ismail, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan pengarahan selama masa bimbingan hingga selesainya penulisan skripsi ini. 3. Kepala MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas yang telah memberikan izin untuk peneliti melaksanakan penelitian. 4. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan bekal berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis selama di bangku perkuliahan. 5. Bapak Kepala Perpustakaan IAIN Walisongo yang telah mempermudah dalam mendapatkan buku-buku kepustakaan. 6. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini. Semoga amal baik mereka di atas mendapatkan balasan dan yang lebih dari Allah Swt. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan penelitian ini, masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi dan penulisan. Oleh karena itu,
viii
penulis akan sangat berbahagia apabila pembaca senantiasa memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya mudah-mudahan karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis, dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya.
Semarang,
Maret 2011
Penulis
Alfiatul Hasanah Rosyid NIM. 073111481
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i ABSTRAK ...................................................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................. iv DEKLARASI .................................................................................................. v MOTTO .......................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................. 3 C. Penegasan Istilah ................................................................... 4 D. Rumusan Masalah.................................................................. 5 E. Tujuan Penelitian ................................................................... 5 F. Manfaat Penelitian ................................................................ 5 G. Hipotesis .............................................................................. 6
BAB II
: KEAKTIFAN
PESERTA
DIDIK
DALAM
PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DAN METODE INFORMATION SEARCH A. Keaktifan Belajar.................................................................. 7 1. Pengertian Keaktifan Belajar ........................................ 7 2. Bentuk-bentuk Keaktifan Belajar .................................. 7 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar .. 11 B. Pembelajaran Aqidah Akhlak............................................... 16 1. Pengertian Pelajaran Aqidah Akhlak ................................ 16 2. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs .................................................................. 17
x
C. Metode Information Search ................................................ 18 1. Pengertian Metode Information Search ........................ 18 2. Implementasi Metode Information Search ..................... 21 D. Kerangka Berpikir ................................................................ 22 BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .................................................................... 24 B. Setting dan Subyek Penelitian ............................................. 24 C. Variabel Penelitian .............................................................. 25 D. Desain Penelitian ................................................................. 26 E. Metode Pengumpulan Data ................................................. 30 F. Teknik Analisis Data ........................................................... 31 G. Indikator Keberhasilan ........................................................ 30 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Observasi Awal .......................................................... 33 B. Hasil Penelitian ................................................................... 34 C. Pembahasan ......................................................................... 44 BAB V :
PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................... 51 B. Saran-saran........................................................................... 52 C. Penutup................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas belajar bagi setiap individu selamanya berlangsung secara wajar kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang sedang dipelajari, kadang-kadang terasa sulit untuk memahami dalam hal semangat kadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Kenyataan yang demikian sering kita jumpai pada setiap anak didik, dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan keterampilan. Di antaranya adalah keterampilan membelajarkan dan keterampilan mengajar.1 Namun dalam menciptakan pembelajaran yang baik ini tentunya disesuaikan dengan budaya dan sumber-sumber yang dimilikinya, dengan sedikit inovasi dari pendidik untuk menjadikannya sebagai metode pembelajaran yang berdayaguna, termasuk dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. Mengingat pembelajaran Aqidah Akhlak ini sangat penting bagi petunjuk hidup dan kehidupan peserta didik maka guru berupaya untuk memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode-metode pembelajaran yang memungkinkan dapat memungkinkan dapat membantu kemudahan, kecepatan, kebiasaan dan kesenangan peserta didik untuk mempelajari Aqidah Akhlak ini di sesuaikan dengan kebutuhan dari peserta didik, sehingga dapat menarik minat peserta didik untuk mempelajarinya. Selama ini sering kita jumpai metode ceramah masih dominan digunakan para pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran, juga adanya ketidakaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran terutama mata pelajaran 1
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 69
1
2
Aqidah Akhlak. Siswa sekedar mengikuti pelajaran yang diajarkan guru di dalam kelas, yaitu dengan hanya mendengar ceramah dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru tanpa adanya respon, kritik dan pertanyaan siswa kepada guru sebagai feed back atau umpan balik. Demikian juga guru hanya mengejar waktu mengingat harus mengajarkan materi yang cukup banyak tetapi dengan jam pengajaran yang disediakan cukup singkat, tanpa mempedulikan siswanya paham atau tidak, Sehingga hal ini menjadikan siswa kurang tertarik mengikuti mata pelajaran Aqidah Akhlak. Jika permasalahan tersebut masih berlangsung terus menerus maka akan mengakibatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar terhambat. Siswa akan beranggapan bahwa belajar Aqidah Akhlak bukanlah kebutuhan, hanya tuntutan kurikulum saja, karena siswa tidak mendapat makna dari belajar Aqidah Akhlak yang dipelajari. Padahal pendidikan Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah (MTs) adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan dan mengimani Allah SWT, dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan, dan pembiasaan. Oleh karena itu siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Di samping itu dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pendidikan itu juga diarahkan pada peneguhan Aqidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.2 Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses belajar mengajar dan prestasi belajar Aqidah Akhlak di MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas kelas IX tahun ajaran 2009/2010, ditemukan beberapa permasalahan, diantaranya: 1) Model pembelajarannya masih satu arah (ceramah) belum bervariasi sehingga pelajaran yang seharusnya dikuasai dengan baik oleh peserta didik hasilnya kurang optimal hal ini dapat diketahui dari nilai ulangan 2
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Khusus Madrasah Tsanawiyah (MTs), (Jakarta: PT Binatama Raya. 2007), hlm. 4
3
harian hanya 39% dari jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 6.5. sebagai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan. 2) Aktivitas belajar siswa juga masih rendah yaitu sebagian besar siswa pasif, hal ini disebabkan karena siswa tidak merasa dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mengatasi permasalahan di atas dibutuhkan proses pembelajaran yang tepat. Salah satu kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran adalah disebabkan penggunaan model atau metode pembelajaran yang kurang mendapat perhatian anak didik, mungkin karena terlalu monoton, kaku, terkesan memaksa, bahkan tersedianya perangkat pembelajaran yang kurang atau ada tetapi belum difungsikan. Salah satu metode yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran Aqidah Akhlak adalah metode Information Search. Metode ini memberikan peluang kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Information search bisa dipahami sebagai metode pembelajaran dengan cara siswa mencari informasi secara mandiri. Jadi untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, maka mereka harus aktif mencari informasi yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas penulis merasa perlu untuk mengkajinya lebih mendalam kedalam skripsi yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN
AQIDAH
AKHLAK
MELALUI
METODE
INFORMATION SEARCH PADA SISWA KELAS IX MTs MA’ARIF NU 1 KARANGLEWAS KABUPATEN BANYUMAS TAHUN PELAJARAN 2010/2011”. B. Identifikasi Masalah Siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak selama ini cenderung pasif. Aktifitas pembelajaran berlangsung satu arah, hanya berpusat pada guru, sedangkan siswa kurang begitu aktif selama proses pembelajaran sedang berlangsung. Disamping itu metode yang dipakai guru juga tidak mampu mendorong meningkatkan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran.
4
Akhirnya nilai pelajaran Aqidah Akhlak peserta didik cenderung menurun. Oleh karena itu, aktifitas pembelajaran Aqidah Akhlak peserta didik dapat ditingkatkan salah satunya dengan menggunakan metode information search. C. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan judul skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan istilah kunci sebagai berikut: . 1. Keaktifan siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak Yang dimaksud aktivitas siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak adalah kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Indikator aktifitas siswa dalam pembelajaran dapat diketahui dari keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran,
misalnya
aktifitas
bertanya,
menjawab
pertanyaan,
presentasi dan lain sebagainya. 2. Metode Information Search Secara bahasa information berarti ”keterangan”3 dan search yang berarti ”pencarian atau penelusuran”.4 Jadi metode information search adalah metode pembelajaran dengan cara mengoptimalkan aktifitas siswa dalam mencari informasi atau keterangan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Esensi dari metode ini adalah kemandirian siswa dalam mencari materi pelajaran tambahan untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Dari definisi-definisi di atas dapat dipahami bahwa maksud dari penelitian skripsi ini adalah upaya yang dilakukan guru dalam rangka meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dengan cara mengimplementasikan metode information search secara maksimal dan komprehensif pada siswa kelas IX MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2010/2011.
3
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1992), hlm. 321. 4 Ibid., hlm. 507.
5
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana keaktifan siswa dalam pembelajaran Aqidah Akhlaq pada siswa kelas IX MTs Ma’arif NU I Karanglewas, Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2010/2011? 2. Bagaimanakah
langkah-langkah
pelaksanaan
pembelajaran
metode
Information Search pada kelas tersebut? 3. Apakah metode Information Search dapat meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran Aqidah Akhlaq pada kelas IX MTs Ma’arif NU I Karanglewas tersebut? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui adakah meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak melalui metode information search pada siswa kelas IX MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2010/2011. F. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh komponen akademik sebagai berikut: 1. Bagi Siswa Membantu siswa dalam rangka peningkatan aktifitas belajar Aqidah Akhlak sehingga siswa tidak dapat merasa bosan dan bersifat aktif dalam menerima pelajaran. 2. Bagi Guru Membantu guru dalam rangka pencarian strategi dan metode pengajaran yang tepat dan sesuai dengan keadaan siswa agar dapat memberikan kesan kepada siswa bahwa mata pelajaran Aqidah Akhlak
6
adalah mata pelajaran yang sangat penting untuk kehidupan, dengan demikian aktifitas pembelajaran siswa akan tinggi. 3. Bagi Sekolah Membantu pihak sekolah dalam rangka mencerdaskan siswa dengan meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa maka akan meningkat pula prestasi yang diraih anak didik dan akan membawa nama baik sekolah. G. Hipotesis Hipotesis berasal dari kata “hypo” yang berarti “dibawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”.,5 atau bisa dipahami sebagai suatu pernyataan yang masih membutuhkan pembenaran melalui suatu penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto hipotesis adalah “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.6 Dengan kata lain hipotesis adalah kesimpulan sementara yang mungkin salah atau benar dan masih diperlukan uji kebenarannya. Kemudian yang dimaksud hipotesis tindakan adalah suatu perkiraan tentang tindakan yang diduga dapat mengatasi permasalahan pembelajaran. Tindakan dilakukan dengan cara mengintervensi kegiatan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran. Artinya mengubah kegiatan atau tindakan yang biasa dilakukan dengan tindakan yang diduga dapat memperbaiki proses dan hasil belajar.7 Sedangkan
hipotesis
penelitian
tindakan
ini
adalah
bahwa
pembelajaran Aqidah Akhlak melalui metode information search dapat meningkatkan keaktifan pada siswa kelas IX MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2010/2011.
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 64. 6 Ibid. 7 I.G.A.K. Wardani, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004), hlm. 319.
BAB II KEAKTIFAN PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DAN METODE INFORMATION SEARCH
A. Keaktifan Belajar 1. Pengertian Keaktifan Belajar Kata keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti ”giat, gigih, mampu beraksi dan bereaksi.”1 Belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan ilmu pengetahuan, ketrampilan.2 Jadi yang dimaksud keaktifan belajar disini adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik untuk selalu merubah dirinya menjadi lebih positif. Baik dalam hal tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Keaktifan ini bisa dilihat dari aktifnya atau giatnya peserta didik dalam mendengar, memperhatikan, mencatat, membaca, meniru, berlatih dan menyelesaikan tugas, membuat ikhtisar, memecahkan masalah, yang kesemuanya itu bersangkutan dengan pelajaran khususnya dalam pelajaran Aqidah Akhlak.
2. Bentuk-bentuk Keaktifan Belajar a. Keaktifan Psikis Menurut teori kognitif adalah belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima. Tidak sekedar
menyimpannya
saja
tanpa
mengadakan
transformasi.
Keaktifan Psikis meliputi :
1
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya, 2009), hlm. 24. 2 Mulyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 49.
7
8
1) Keaktifan indera. Di dalam kelas atau dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar hendaknya berusaha mendayagunakan alat indera dengan sebaik-baiknya seperti, penglihatan, dan pendengaran 2) Keaktifan akal. Dalam melakukan kegiatan belajar, akal harus selalu aktif, atau diaktifkan untuk memecahkan masalah seperti, menimbangnimbang, menyusun pendapat dan mengambil suatu kesimpulan. 3) Keaktifan Ingatan Pada waktu belajar, peserta didik harus aktif dalam menerima bahan pelajaran yang disampaikan guru dan berusaha menyimpannya dalam otak, kemudian mampu mengutarakannya kembali. 4) Keaktifan Emosi Bagi
seorang
peserta
didik
hendaknya
senantiasa
mencintai apa yang akan dan telah dipelajari.3 b. Keaktifan Fisik Menurut teori Thorndike mengemukakan keaktifan peserta didik dalam belajar dengan hukum “Law of Exercise” nya yang mengatakan bahwa belajar memerlukan latihan-latihan. Mc Kachix berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu.4 Keaktifan fisik meliputi : 1) Mencatat. Membuat catatan akan berpengaruh dalam membaca. Catatan yang kurang jelas antara materi satu dengan lainnya akan menimbulkan keengganan dalam membaca. Didalam membuat catatan
hlm. 75
sebaiknya
diambil
intisarinya.
Mencatat
yang
3
Sriyono dkk, Tehnik Belajar Mengajar Dalam CBSA, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992),
4
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm.45
9
dimaksudkan dalam belajar yaitu; dalam memcatat seseorang menyadari akan kebutuhannya.5 Dengan demikian. Catatan tidak hanya sekedar fakta melainkan juga merupakan materi yang dibutuhkan untuk dipahami dan dimanfaatkan sebagai informasi bagi perkembangan wawasan otak dalam berfikir. 2) Membaca. Membaca merupakan alat belajar mendominasi dalam kegiatan belajar. Salah satu metode membaca yang baik dan banyak dipakai dalam belajar adalah metode “SORA” atau survey (meninjau), question (mengajuakan pertanyaan), Read (membaca), Recite (menghafal), Write (menulis) dan Refiew (mengulang kembali).6 agar peserta didik dalam membaca efisien, perlu adanya cara atau kebiasaan yang baik. Menurut The Liang Gie, kebiasaan membaca yang baik yaitu dengan memperhatikan kesehatan membaca,
terjadwal,
membuat
catatan,
memanfaatkan
perpustakaan, membaca sampai menguasai bahan dan didukung adanya konsentrasi penuh.7 3) Mendengarkan Untuk menanamkan semangat
peserta didik
dalam
mengikuti pelajaran pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu ditimbulkan
minat
sehingga
terangsang
dalam
mengikuti
pelajaran. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang berbagai kegiatan.8 Kegiatan yang diminati seseorang akan memperhatikan secara kontinu disertai rasa senang. Oleh karena itu minat besar pengaruhnya terhadap
5 6 7
hlm. 94.
8
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 127 Ibid., hlm. 85-86 The Liang Gie, Cara Belajar Yang Efisien, (Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi, t.th.),
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Menpengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 69
10
belajar. Apabila bahan pelajaran tidak menarik peserta didik maka dalam belajar tidak terdapat usaha yang maksimal. 4) Bertanya Pada Guru. Dalam belajar membutuhkan reaksi yang melibatkan ketangkasan mental, kewaspadaan, perhitungan dan ketekunan untuk menangkap fakta dan ide-ide yang disampaikan guru.9 Jadi Kecepatan jiwa seseorang dalam memberikan respon pada suatu pelajaran merupakan faktor penting dalam proses kegiatan belajar. 5) Latihan atau praktik. Seorang yang melaksanakan kegiatan dengan berlatih tentu mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan suatu aspek dalam dirinya. Dalam berlatih akan terjadi interaksi antara subyek dengan lingkungan.10 Dan hasil dari praktik tersebut dapat berupa pengalaman yang dapat mengubah diri seseoarang yang melakukan aktifitas belajar dengan latihan dan lingkungan yang mendukung. Dari penjelasan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud aktifitas belajar adalah aktifitas yang bersifat psikis maupun fisik. Dalam kegiatan belajar kedua aktifitas itu harus terkait. Sebagai contoh seseorang sedang belajar dengan membaca. Secara fisik kelihatan bahwa orang tadi membaca menghadapi suatu buku, tetapi mungkin pikiran sikap mentalnya tidak tertuju pada buku yang dibaca. Ini menunjukkan tidak keserasian antara aktifitas psikis dengan fisik. Kalau demikian maka belajar itu tidak akan optimal. Dengan demikian jelas bahwa aktifitas belajar itu menyangkut dua hal yaitu aktifitas yang bersifat psikis dan aktifitas yang bersifat fisik. Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktifitas belajar yang optimal.
9
Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 41 10 Abu Ahmadi, op.cit, hlm. 130
11
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar Dalam
aktivitas
belajar,
banyak
sekali
faktor
yang
mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar, Soemanto menggolongkannya menjadi tiga macam, yaitu “faktor stimulasi belajar, faktor metode belajar, dan faktor individual”.11 Ketiganya diuraikan sebagai berikut: a. Faktor Stimuli Belajar Yang dimaksud dengan stimuli belajar adalah “segala hal di luar individu yang merangsang individu”.12 Ada beberapa hal yang berhubungan dengan faktor stimuli belajar, antara lain: 1) Panjangnya bahan pelajaran Bahan pelajaran yang terlalu panjang atau terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan individu dalam belajar. Namun demikian, kesulitan belajar individu tidak semata-mata karena panjangnya waktu untuk belajar, melainkan lebih berhubungan dengan faktor kelelahan dan kejenuhan peserta didik dalam menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak itu. 2) Kesulitan bahan pelajaran Tiap-tiap bahan pelajaran mengandung tingkat kesulitan yang berbeda. Tingkat bahan pelajaran mempengaruhi kecepatan belajar peserta didik. makin sulit suatu bahan pelajaran akan lambatlah peserta didik mempelajarinya dan bahan pelajaran yang sulit memerlukan aktivitas belajar yang lebih intensif.13 3) Berartinya bahan Pelajaran Modal pengalaman yang diperoleh dari belajar pada waktu sebelumnya sangat diperlukan dalam belajar. Modal pengalaman itu dapat berupa penguasaan bahasa, pengetahuan dan prinsip-prinsip. 11
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: Gramedia, 1990), hlm. 107 12 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm. 787 13 Wasty Soemanto, op.cit., hlm. 109
12
Modal pengalaman itulah yang dapat menentukan berartinya bahan pelajaran yang dipelajari pada waktu sekarang. “Bahan pelajaran yang berarti memungkinkan individu untuk belajar, karena individu dapat mengenalnya”.14 4) Suasana lingkungan eksternal Seperti yang dikatakan oleh Ahmadi dan Supriyono, bahwa suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal, antara lain: cuaca, kondisi tempat, penerangan dan sebagainya. Faktor-faktor ini mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajarnya, sebab
individu
yang
belajar
adalah
interaksi
dengan
lingkungannya.15 b. Faktor Metode Belajar Dalam proses belajar mengajar, metode yang digunakan guru akan mempengaruhi belajar peserta didik. adapun faktor yang menyangkut metode belajar adalah: 1) Kegiatan berlatih atau praktek Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi kelupaan, mengingat kembali, atau memantapkan reaksi terhadap belajar. Kegiatan ini perlu diselingi dengan istirahat supaya tidak menimbulkan kesan membosankan. Soemanto mengatakan bahwa “latihan yang dilakukan secara maraton dapat melelahkan dan membosankan, sedangkan latihan yang terdistribusi menjadi terpeliharanya stamina dan kegairahan dalam belajar”.16 2) Pengenalan hasil belajar Dalam proses belajar, individu sering mengabaikan perkembangan hasil belajar selama dalam belajarnya. Pengenalan seseorang dalam hasil belajarnya atau prestasi belajar adalah
hlm. 132
14
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta 1991),
15
Ibid., hlm. 133 Wasty Soemanto, op.cit., hlm. 110
16
13
penting bagi peserta didik, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai, seseorang akan lebih berusaha meningkatkan hasil selanjutnya.17 3) Penggunaan modalitet indera Modalitet indera yang dipakai oleh setiap individu adalah tidak
sama,
tergantung
dari
masing-masing
pribadi
yang
bersangkutan. Ada yang menekankan pada oral modalitet, ada yang menggunakan visual modalitet, ada yang lebih menekankan pada kinestetik.
Tetapi
alangkah
baiknya
bila
peserta
didik
menggunakan secara bersamaan atau tidak saling terpisah. Di samping itu ada pula yang belajar dengan menggunakan kombinasi impresi indera. 4) Bimbingan dalam belajar Bimbingan dalam belajar ini diperlukan untuk memberikan motivasi belajar serta pemberian modal kecakapan peserta didik sehingga dapat melakukan aktivitas belajar dengan baik.18 c. Faktor individual Faktor individual peserta didik juga sangat berpengaruh dalam aktivitas belajar peserta didik. Adapun faktor-faktor individual ini menyangkut hal-hal sebagai berikut: 1) Kematangan Kematangan dicapai oleh individu dari proses pertumbuhan fisiologinya. Kematangan terjadi akibat adanya perubahan kuantitatif di dalam struktur jasmani, dibarengi dengan perubahan kualitatif terhadap struktur tersebut. Sebab kematangan memberi kondisi fungsi fisiologis termasuk fungsi otak saraf berkembang. 19
17
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, op.cit., hlm. 135 Ibid. 19 Ibid., hlm. 137 18
14
2) Pengalaman sebelumnya Pengalaman yang diperoleh sebelumnya dari lingkungan akan turut serta mempengaruhi perkembangan individu dalam memahami dan mempelajari pelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmadi dan Supriyono, “pengalaman belajar yang diperoleh
individu
itu
mempengaruhi
hasil
belajar
yang
bersangkutan”.20 3) Kondisi kesehatan Individu yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Seorang peserta didik yang badannya sakit akibat penyakitpenyakit tertentu serta kesalahan tidak akan dapat belajar dengan efektif.21 Arden N. Frandsen dalam Suryabrata mengatakan bahwa hal-hal yang mendorong seseorang untuk belajar itu adalah sebagai berikut: 1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. 2. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. 3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman. 4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru. 5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. 6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.22 Menurut Mulyasa ada beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk meningkatkan aktivitas peserta didik diantaranya sebagai berikut: 1) Peserta didik akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik, dan berguna bagi dirinya. 2) Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada peserta didik sehingga mereka 20
Ibid., hlm. 138) Wasty Soemanto, op.cit., hlm. 115 22 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hlm. 21
253
15
3) 4) 5) 6) 7)
mengetahui tujuan belajar. Peserta didik juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan Peserta didik harus selalu diberitahu tentang kompetensi, dan hasil belajarnya. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan Manfaatkan sikap, cita-cita, rasa ingin tahu, dan ambisi peserta didik Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual peserta didik, misalnya perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subjek tertentu. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan jalan memperhatikan kondisi fisik, memberi rasa aman, menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.23
Aktivitas belajar peserta didik tidaklah terpisah satu dengan yang lain. Dalam setiap aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai dengan perasaan tertentu, dan seterusnya. Setiap pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan. Prinsip aktivitas yang diuraikan di atas didasarkan pada pandangan psikologis bahwa, segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan (mendengar, melihat dan sebagainya) sendiri dan pengalaman sendiri. Jiwa itu dinamis, memiliki energi sendiri dan dapat menjadi aktif sebab didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Guru hanyalah merangsang keaktivan peserta didik dengan jalan menyajikan bahan pelajaran, yang mengolah dan mencerna adalah peserta didik itu sendiri sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah suatu proses di mana peserta didik harus aktif.
23
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 7, hlm. 176-77
16
B. Pembelajaran Aqidah Akhlak 1. Pengertian Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk memahami pengertian pelajaran Aqidah Akhlak, perlu kiranya diurai terlebih dulu definisi Aqidah dan Akhlak. Aqidah bisa dipahami sebagai tauhid atau keimanan. Aqidah atau tauhid ini merupakan ajaran terpenting dalam Islam. Secara syara’ Aqidah yaitu iman kepada Allah, para malaikatnya, kitab-kitabnya, para rasulnya dan kepada hari akhir serta kepada Qadar yang baik maupun yang buruk.24 Hal ini juga disebut sebagai rukun iman. Sedangkan kata akhlak adalah jama dari kata khilqun atau khulqun yang berarti perangai, kelakukan, tabiat, watak dasar.25 Kata akhlak dijumpai dalam al-Qur’an di antaranya dalam surat alQolam ayat 4.
(٤ : ) Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS. Al-Qolam: 4)26 Dari definisi di atas diketahui bahwa pelajaran Aqidah Akhlak adalah salah satu sub dari pendidikan Agama Islam yang diajarkan di madrasah yang berisi tentang materi keimanan dan perilaku manusia yang baik dan buruk. Dalam panduan kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus untuk Madrasah Tsanawiyah dijelaskan bahwa pendidikan Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT, dan merelasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui 24
kegiatan
bimbingan,
pengajaran,
latihan,
penggunaan
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. hlm. 30 25 Lihat Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 2 26 Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 634
17
pengalaman, keteladanan, dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pendidikan itu juga diarahkan pada peneguhan Aqidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.27 Mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah memiliki karakter di antaranya adalah: aspek aqidah menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan atau keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna. Aspek akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.28 2. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs a. Fungsi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTs berfungsi untuk:
1) Menumbuhkembangkan
Aqidah
melalui
pemberian,
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. 2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai Aqidah Islam.29 27
Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Khusus Madrasah Tsanawiyah (MTs), (Jakarta: PT Binatama Raya, 2007), hlm. 4 28 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 49. 29 Ibid., hlm. 50
18
b. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Ruang lingkup mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah meliputi: 1) Aspek Aqidah terdiri atas dasar dan tujuan Aqidah Islam, sifat-sifat Allah, al-asma' al-husna, iman kepada Allah, Kitab-Kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari Akhir serta Qada Qadar. 2) Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhiid, ikhlaas, ta’at, khauf, taubat, tawakkal, ikhtiyaar, shabar, syukur, qanaa’ah, tawaadu', husnuzh-zhan, tasaamuh dan ta’aawun, berilmu, kreatif, produktif, dan pergaulan remaja. 3) Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq,
anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah, dan namiimah.30 C. Metode Information Search 1. Pengertian Metode Information Search Secara bahasa information berarti keterangan,31 dan search berarti pencarian atau penelusuran.32 Jadi metode Information Search adalah metode pembelajaran aktif yang menekankan peserta didik untuk mencari informasi tentang pelajaran secara mandiri. Tujuan dari penerapan strategi ini adalah memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan suatu ilmu pengetahuan dengan proses
30
Ibid., hlm. 53. John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 1992), hlm. 321 32 Ibid., hlm. 507. 31
19
mencari sendiri.33 Dalam strategi ini peserta didik harus aktif dalam pembelajaran, khususnya dalam menggali berbagai informasi tentang materi yang sedang diajarkan. Belajar aktif tidak akan pernah terjadi tanpa adanya partisipasi peserta didik. Ada berbagai cara untuk melakukan proses pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik dan mengasah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses pembelajaran aktif dalam memperoleh informasi, ketrampilan, dan sikap serta perilaku positif dan terpuji akan terjadi melalui suatu proses pencarian dari diri peserta didik. Hal ini akan terwujud bila peserta didik dikondisikan sedemikian rupa sehingga berbagai tugas dan kegiatan yang dilaksanakan sangat memotivasi mereka untuk berpikir, bekerja dan merasa. Dalam proses belajar peserta didik tidak semestinya diperlakukan seperti bejana kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang ilmu pengetahuan atau informasi, karena itu dalam proses pembelajaran guru dituntut mampu menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik secara aktif menemukan, memproses dan mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan baru.34 Belajar bukanlah merupakan satu peristiwa pendek tetapi secara bergelombang.
Ini
memerlukan
beberapa
ekspose
materi
untuk
mencernanya dan memahaminya. Lebih penting lagi adalah cara bagaimana ekspose itu terjadi. Jika hal ini terjadi pada peserta didik, maka akan terdapat tantangan mental bagi mereka. Ketika belajar secara pasif, peserta didik mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa daya tarik pada hasil. Ketika belajar secara aktif, pelajar mencari sesuatu. Dia ingin menjawab pertanyaan, memerlukan informasi untuk menyelesaikan masalah, atau 33
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), (Semarang: RaSAIL, 2009), hlm. 78. 34 Ibid., hlm. 46
20
menyelidiki cara untuk melakukan pekerjaan.35 Pendidik hendaknya menyadari bahwa peserta didik memiliki berbagai cara belajar yang berbeda-beda. Melalui metode Information Search peserta didik tidak hanya mencari bahan-bahan pelajaran yang digunakan sebagai sumber belajar, namun juga harus memahami informasi yang ditemukan. Jika peserta didik diminta untuk mengerti dan bukan sekedar mengingat informasi yang ditemukannya di dalam buku pelajaran, bahan rujukan, surat kabar dan sebagainya, maka mereka harus aktif mengumpulkan informasi.36 Pemahaman tentang informasi
ini
menjadi
faktor
penting bagi
keberhasilan pembelajaran, karena tanpa dipahami secara baik maka informasi tersebut kurang berfungsi secara maksimal. Pemahaman informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber belajar dapat ditingkatkan jika peserta didik bekerja dalam kelompok dan setiap anggota kelompok diberi sumber belajar yang berbeda untuk digunakan dalam mencari jawaban atas pertanyaan yang sama. Dengan demikian, peserta didik harus membandingkan dan mendiskusikan jawaban-jawaban yang sudah mereka tuliskan, sehingga sebagai hasilnya, peserta didik akan mampu memberi jawaban yang memuaskan. 37 Jadi informasi yang diperoleh peserta didik menjadi lebih lengkap saat dilakukan secara kooperatif dan variatif, karena validitas informasi didapat dari berbagai sumber. Sehingga akhirnya peserta didik mendapat informasti yang komprehensi tentang pelajaran yang sedang diajarkan.
35
Mel Silberman, Active Learning: 101 Strategi To Teach Any Subject, terj. Sadjuli, dkk, (Yogyakarta: YAPPENDIS, 1996), hlm. 5-6 36 Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas: Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran, (Jakarta: GP Press, 2009), hlm. 183 37 Ibid., hlm. 184.
21
2. Implementasi Metode Information Search Metode Information Search ini akan menjadi maksimal saat diimplementasikan dengan benar. Oleh karena itu, guru harus mampu mengelola pembelajaran dengan baik, termasuk memonitor aktifitas peserta didik dalam mencari informasi. Jangan sampai waktu yang tersedia tidak dipergunakan peserta didik dengan baik untuk mencari informasi bahan pelajaran. Implementasi metode Information Search tersebut adalah sebagai berikut: a. Guru terlebih dahulu menyiapkan referensi yang terkait dengan topik pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar atau Indikator. b. Guru menyusun kompetensi dari topik tersebut. c. Guru membuat pertanyaan untuk memperoleh kompetensi tersebut. d. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 2-3 orang. e. Setiap peserta kelompok ditugasi mencari bahan pelajaran yang terkait dengan pertanyaan guru tersebut di perpustakaan/warnet yang sudah diketahui oleh guru bahwa bahan tersebut benar-benar ada. Setiap kelompok diusahakan untuk mencari informasi yang berbeda dan memperbanyak referensi yang didapat sebanyak jumlah kelompok. f. Setelah peserta didik mencari dan kembali ke kelas, guru membantu dengan cara membagikan referensi kepada tiap-tiap kelompok. g. Peserta didik diminta mencari jawaban dalam referensi tersebut yang dibatasi oleh waktu (misalnya 10 menit) oleh guru. h. Hasilnya didiskusikan bersama seluruh kelas. i. Guru menjelaskan materi pelajaran terkait dengan topik tersebut. j. Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi dan tindak lanjut.38 38
Ismail SM, op.cit., hlm. 78.
22
Metode Information Search ini mampu meningkatkan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran. Namun, metode ini juga memiliki kelemahan di antaranya dibutuhkan waktu yang cukup untuk mencari informasi yang berkaitan dengan pelajaran. Oleh karena itu, peserta didik harus disiplin dan menggunakan waktu yang ada untuk mencari informasi pelajaran.
D. Kerangka Berfikir Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran adalah strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran. Pada prinsipnya penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan, karena setiap strategi mempunyai kekhasan sendiri-sendiri. Oleh karena itu guru harus mampu memilih strategi yang tepat dan cocok dengan keadaan
dan
memahami
prinsip-prinsip
umum
penggunaan
strategi
pembelajaran yaitu berorientasi pada tujuan, aktivitas, individualitas, dan integritas. Strategi information search sebagai sebuah strategi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Karena strategi ini efektif untuk membantu peserta didik untuk menemukan suatu ilmu pengetahuan dengan proses mencari sendiri. Sehingga pengetahuan peserta didik
terbangun
dengan baik dan memiliki banyak informasi yang
bermanfaat bagi proses belajar mengajar. Orientasinya peserta didik mampu meningkatkan aktifitas dan prestasi belajarnya. Apabila tujuan pembelajaran dapat
dicapai
secara
optimal
atau
prestasi
belajar
peserta
didik
dikategorikan memuaskan, berarti guru telah berhasil dalam kegiatan belajar mengajar. Strategi pembelajaran dipersiapkan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Strategi pembelajaran itulah yang menentukan seluruh
23
proses pembelajaran. Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh setiap peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diakhiri oleh suatu penilaian. Dengan demikian jika strategi information search efektif berarti prestasi belajar peserta didik pun akan meningkat.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan studi yang akan penulis lakukan, bahwa penelitian ini akan dilakukan dengan menekankan pada jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi nyata yang ada sekarang kearah kondisi yang diharapkan. Penelitian ini merupakan salah satu bentuk penelitian tindakan kelas yang berupaya membantu memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran dan untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam bidang pembelajaran di kelas. Menurut Ebbutt seperti dikutip Wiriaatmaja, penelitian tindakan yaitu ”kajian sistematika dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.”1 Jadi, penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan sesuatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu. B. Setting dan Subyek Penelitian 1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas pada kelas IX. MTs Ma’arif NU I Karanglewas adalah sebuah madrasah yang terletak di Jln. Desa Babakan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas, dibawah lembaga pendidikan Ma’arif NU Cabang Banyumas. Madrasah yang berdiri pada tanggal 5 Januari 1970 dan diatas tanah wakaf seluas 6.335 m2 memiliki 315 siswa pada tahun pelajaran 2010/2011 yang terbagi dalam 9 rombongan belajar. Yaitu terdiri 1
hlm. 12
Wiriaatmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005),
24
25
dari kelas VII, kelas VIII dan IX masing-masing terdiri dari 3 rombongan belajar. MTs Ma’arif NU I Karanglewas berada di daerah pedesaan yang sekitar 285 orangtua/wali muridnya adalah termasuk kategori miskin karena pekerjaannya adalah buruh tani dan sebagian kecil tani dan dagang. Tentunya hal ini berpengaruh terhadap pola pikir siswa dalam mentransfer pelajaran di madrasah. Namun demikian corak berpikir keagamaan masih tergolong lumayan sehingga tidak menjadikan hal yang sangat berarti, karena sebagian besar mengikuti kegiatan pengajian dalam lingkungannya. Sedangkan waktu yang dibutuhkan dalam penelitian tindakan kelas ini sekitar dua bulan, yaitu pada tanggal 2 Agustus sampai dengan 2 Oktober 2010. Berikut ini merupakan jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan di MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas. No
Rencana Kegiatan
1. 2.
Observasi Awal Persiapan Menyusun konsep pelaksanaan Menyepakati jadwal dan tugas Menyusun Instrumen Diskusi konsep pelaksanaan Pelaksanaan Menyiapkan kelas dan alat Pelaksanaan pra siklus Pelaksanaan siklus I Pelaksanaan siklus II Koordinasi akhir Pembuatan Laporan Menyusun konsep laporan Penyelesaian Laporan
3.
4.
1 √
Waktu (minggu) ke2 3 4 5 6 7 8
9
√ √ √ √ √
√
√
√
√
√
√ √
√
2. Subyek Penelitian Subjek penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu subjek penerima tindakan dan subjek yang membantu dalam penelitian. Yang menjadi subjek penerima tindakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX MTs Ma’arif
26
NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas yang berjumlah 34 siswa. Data siswa terlampir. Sedangkan subjek yang membantu dalam penelitian tindakan ini adalah guru Aqidah Akhlak yang sekaligus sebagai mitra (kolaborator peneliti). Adapun 315 siswa ini diasuh oleh19 dewan guru, terdiri dari 5 guru PNS/DPK dan 14 guru tetap yayasan. Sedangkan guru mata pelajaran Akidah Akhlak yang menjadi bidang penelitian penulis ini diajar oleh bapak Soderi, S.Ag. Beliau selain mengampu pelajaran Akidah Akhlak juga memiliki tugas tambahan sebagai Wakil Kepala bagian Kesiswaan. Guru yang selesai melaksanakan studinya di tahun 1995 di IAIN Walisongo Fakultas Tarbiyah Purwokerto ini berkelahiran 7 Juli 1969 merupakan asli orang Purwokerto. Data guru terlampir. C. Variabel Penelitian Variabel adalah ”obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.2 Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen, sedangkan variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas.3 Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel independen yaitu penerapan metode information search. 2. Variabel dependen yaitu keaktifan peserta didik dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. D. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian bersifat kolaboratif yang didasarkan pada permasalahan yang muncul dalam 2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 96 3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2006), Cet. II, hlm. 61
27
rendahnya aktifitas pembelajaran peserta didik. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan pada siklus sebelumnya. Dimana setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Desain tindakan dalam penelitian tindakan ini dapat digambarkan sebagai berikut: 4 Perencanaan Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan ? Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga siklus secara rinci. Prosedur penelitian ini sebagai berikut: 1. Pra Siklus Tahap pra siklus ini peneliti akan melihat pembelajaran Aqidah Akhlak secara langsung di kelas IX MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas. Dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas IX tersebut belum menggunakan metode information search secara aktif dan masih menggunakan metode ceramah. Peserta didik masih belum banyak ikut aktif dalam proses pembelajaran dan cenderung terjadi komunikasi yang pasif. Artinya seolah-olah guru
4
hlm. 108.
yang bicara dan
peserta didik hanya
Suharsimi Arikunto, et.al., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
28
mendengarkan dan keberanian untuk bertanya terhadap suatu masalah yang belum jelas yang ada dibenak mereka belum dapat diungkapkan secara maksimal. Di akhir pembelajaran dilakukan tes formatif untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan pelajaran Aqidah Akhlak. Apakah kompetensi yang diharapkan sudah dapat tercapai dengan menggunakan metode ceramah? Apakah peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajarannya? Apakah hasil belajar peserta didik sudah diatas ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas? 2. Siklus I Langkah-langkah besar dalam Siklus I dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang akan dijelaskan sebagai berikut: a. Perencanaan 1) Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang telah disiapkan. Penekanan perencanaan disini adalah menyiapkan peserta didik benar-benar berada pada suasana penyadaran diri untuk tetap semangat belajar dengan menekankan pada keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dan berada pada konsentrasi terhadap materi pengajaran Aqidah Akhlak yang sedang dibahas atau dipelajari. 2) Menyiapkan
Rencana
Pembelajaran
sesuai
dengan
metode
information search. Di dalam menyiapkan rencana pembelajaran ini ditekankan pada hasil pengamatan pada pra siklus yang menekankan pada keaktifan peserta didik melalui pembelajaran dengan metode information search. 3) Bersama dengan guru Aqidah Akhlak peneliti: a) Merencanakana pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM. b) Menentukan pokok bahasan. c) Mengembangkan skenario pembelajaran.
29
d) Menyiapkan sumber belajar. e) Mengembangkan format evaluasi. f) Mengembangkan format observasi pembelajaran 4) Menyiapkan lembar soal yang digunakan untuk akhir pembelajaran sebagai tes formatif dan soal yang dikerjakan di rumah yang berusaha mengaitkan materi yang didapat oleh peserta didik dengan kehidupan nyata. b. Pelaksanaan Peneliti di dampingi guru kolaborator melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disiapkan. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode information search dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak pada Siklus I ini secara garis besar sebagai berikut: 1) Peneliti di dampingi guru kolaborator menyediakan referensi terkait materi iman kepada hari akhir dan alam gaib. 2) Peneliti di dampingi guru kolaborator menyusun kompetensi dari materi tersebut 3) Peneliti di dampingi guru kolaborator membuat pertanyaan untuk memperoleh kompetensi tersebut 4) Peneliti di dampingi guru kolaborator mencari ayat dan hadis terkait 5) Bagi kelas dalam kelompok kecil (maksimal 3 orang) 6) Peserta didik ditugasi mencari bahan di perpustakaan yang sudah diketahui oleh guru bahwa bahan tersebut benar-benar ada 7) Setelah peserta mencari dan kembali ke kelas, guru membantu dengan cara membagi referensi kepada mereka 8) Peserta diminta mencari jawaban dalam referensi tersebut yang dibatasi oleh waktu (sekitar 10 menit) oleh guru 9) Hasilnya didiskusikan bersama seluruh kelas 10) Peneliti di dampingi guru kolaborator menjelaskan materi pelajaran terkait dengan topik tersebut 11) Peneliti di dampingi guru kolaborator melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak lanjut.
30
12) Peneliti di dampingi guru kolaborator melaksanakan tes formatif secara individual. c. Pengamatan 1) Peneliti di dampingi guru kolaborator mengamati semangat belajar peserta didik pada Siklus I 2) Peneliti di dampingi guru kolaborator mengamati pada setiap kegiatan yang dilakukan peserta didik. Dimulai dari permasalahan yang muncul pada awal pelajaran hingga akhir pelajaran. Berikan penilaian tenteng indiktor keaktifan dan ketrampilan proses yang telah disiapkan. 3) Peneliti di dampingi guru kolaborator mengamati hasil tes formatif, apakah sudah mencapai ketuntasan belajar? 4) Peneliti mengamati keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan harapan penelitian. d. Refleksi 1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan 2) Secara kolaboratif guru mitra dan peneliti menganalisis dan mendiskusikan hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi, apakah ada yang perlu dipertahankan dan diperbaiki? 3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk tindakan berikutnya 4) Membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan Siklus I 3. Siklus II Untuk pelaksanaan Siklus II yang dilaksanakan di kelas IX adalah sebagai tindak lanjut evaluasi dari pelaksanaan Siklus I. Langkah-langkah yang dilakukan dalam Siklus II dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi .
31
E. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Observasi Pengamatan adalah ”catatan secara sistematik tentang fenomenafenomena yang diselidiki.”5 Metode observasi ini memuat tiga fase esensial yaitu pertemuan perencanaan, observasi di dalam kelas dan diskusi balikan. Objek yang diobservasi dalam penelitian ini adalah aktifitas pembelajaran peserta didik, yang di antaranya: a. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru ketika menyampaikan materi b. Peserta didik aktif menulis materi pelajaran c. Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru maupun dari teman d. Peserta didik bertanya kepada guru e. Tingkat kerjasama peserta didik dalam pembelajaran f. Peserta didik mengerjakan tugas dari guru dengan baik Untuk mengetahui sejauh mana aktifitas peserta didik selama pembelajaran sedang berlangsung, peneliti membuat lembar observasi peserta didik yang memuat indikator aktifitas belajar peserta didik. Kriteria penilaian tiap indikatornya adalah sebagai berikut: skor 1 (kurang), 2 (cukup), 3 (baik), 4 (sangat baik). Sedangkan klasifikasi aktifitas peserta didik di kelas dinilai menurut prosentase keaktifannya. 2. Metode Dokumentasi Dokumen merupakan ”kumpulan data variable yang berbentuk lisan maupun artifact, foto dan sebagainya.”6 Sumber dokumentasi pada dasarnya adalah segala bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen baik resmi maupun yang tidak resmi.7 Metode dokumentasi ini digunakan peneliti untuk mendapatkan data atau dokumen yang berkaitan dengan pembelajaran di kelas seperti nama peserta didik, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan foto pembelajaran. 5 6
129
7
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm. 136. Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1991), hlm Muhammad Ali, Strategi Penelitian Statistik, (Bandung: Bumi Aksara, 1993), hlm. 41
32
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Menurut Sugiyono analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu statistik hasil penelitian, tetapi tidak untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (generalisasi/inferensi).8 Analisis statistik deskriptif ini digunakan untuk mengolah karakteristik data yang berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari prosentase serta menyajikan data yang menarik, mudah dibaca, dan diikuti alur berpikirnya misalnya bentuk grafik dan tabel.9 Misalnya untuk mencari persentase aktivitas pembelajaran digunakan rumus:10 P
F x100% N
Keterangan: P = Prosentase jawaban F = Frekuensi jawaban N = Jumlah responden G. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian ini diukur dari hal-hal sebagai berikut: 1. Ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal mencapai ≥ 85 % dan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik secara klasikal mencapai ≥ 65. 2. Prosentase aktifitas belajar peserta didik di kelas > 75 %. Hasil prosentase dapat diketahui dari lembar observasi peserta didik yang disusun oleh peneliti dan kolaboran (guru).
8
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung; Alfabeta, 2005), hlm. 21 Suharsimi Arikunto, dkk., op.cit., hlm. 131-132 10 Muslim, Aplikasi Statistik, (Semarang: IAIN Walisongo, 1996), hlm. 18. 9
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Observasi Awal Sebelum melakukan tindakan pada siklus I, peneliti melakukan observasi awal di kelas IX MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas. Pada saat observasi awal ini guru Aqidah Akhlak melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan diselingi dengan tanya jawab. Hasil observasi awal ini nantinya digunakan sebagai bahan komparasi terhadap peningkatan hasil belajar siswa, aktifitas belajar siswa dan aktifitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan hasil observasi awal peneliti terhadap proses pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas IX MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas diketahui bahwa selama ini guru lebih sering menggunakan metode konvensional yaitu ceramah dan diselingi dengan tanya jawab. Guru lebih mendominasi jalannya proses pembelajaran sedangkan siswa lebih banyak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru. Kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat masih kecil, sehingga pengajaran terkesan monoton dan tidak menggairahkan. Siswa hanya menulis dan mendengar apa yang dijelaskan gurunya, sangat jarang terangsang untuk berpikir, tetapi lebih banyak terangsang untuk mengingat dan menghafal materi pelajaran. Berikut ini digambarkan data hasil belajar siswa pada observasi awal atau sebelum diadakannya tindakan, terangkum dalam berikut. Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Belajar Siswa Pada Pra Siklus No Keterangan Perolehan 1 Nilai terendah 47 2 Nilai tertinggi 73 3 Nilai rata-rata kelas 65 4 Jumlah siswa yang belum tuntas belajar 14 5 Jumlah siswa yang tuntas belajar 20 6 Prosentase ketuntasan klasikal 58,82% 33
34
Dari tabel di atas diketahui bahwa prestasi belajar siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan dengan indikator; nilai rata-rata siswa hanya 65 dan jumlah siswa yang tuntas hanya 20 siswa atau ketuntasan klasikalnya 58,82% masih di bawah standar ketuntasan klasikal yaitu 85%. Sedangkan hasil observasi terhadap aktifitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Pra Siklus No
Aspek Pengamatan
1 2 3
Tingkat kerjasama siswa dalam pembelajaran Keaktifan siswa dalam mencari informasi Siswa menjawab pertanyaan dari guru atau teman sekelas Siswa mengerjakan tugas dari guru Siswa memperhatikan penjelasan guru Jumlah skor Prosentase aktifitas siswa secara klasikal
4 5
Skor rata-rata 2 2 2 2 2 10 50%
Keterangan: Skor tertinggi tiap aspek = 4, skor terendah = 1, Skor total maksimal = 20 Klasifikasi Aktivitas 0% - 39% = Sangat Kurang 40% - 55% = Kurang 56% - 65% = Cukup 66% - 79% = Baik 80% - 100% = Sangat Baik Hasil di atas menunjukkan bahwa prosentase aktifitas belajar siswa adalah 50% dengan kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum begitu aktif dalam pembelajaran. Begitu juga dengan aktifitas guru yang tergolong masih rendah. Hasil observasi terhadap aktifitas guru selama proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut.
35
Tabel 3 Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Tahap Pra Siklus No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Aspek yang Dinilai Kemampuan guru dalam mengelola kelas Kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran Kemampuan berkomunikasi dan menciptakan komunikasi timbal balik Kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran Kemampuan guru dalam memberikan motivasi kepada siswa Kemampun guru dalam menjawab pertanyaan siswa Jumlah Rata-rata
Nilai 1 2 1 3 1 2 10 2
Keterangan: skor terendah = 1, skor tertinggi = 4, skor total maksimal = 20 Kriteria Penilaian 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik Dari hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap aktifitas guru selama proses pembelajaran diketahui bahwa nilai rata-rata aktifitas aktifitas guru adalah 2 dengan kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum maksimal. Guru belum mampu mengelola kelas dengan baik, belum mampu menciptakan komunikasi dua arah, dan belum mampu memberikan motivasi kepada siswa. Melihat hasil observasi awal ini, maka dapat diketahui beberapa permasalahan pembelajaran Aqidah Akhlak di kelas IX MTs Ma’arif NU 1 Karanglewas Kabupaten Banyumas ini, yakni: 1. Hasil/prestasi belajar siswa masih rendah 2. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah
36
3. Metode pembelajaran yang digunakan guru tidak mengacu pada metode mengajar siswa aktif. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Observasi awal ini dijadikan bahan pertimbangan untuk pemberian tindakan berikutnya dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. Untuk mengatasi berbagai masalah dan kelemahan pembelajaran Aqidah Akhlak tersebut maka dilakukan tindakan berupa penerapan metode information search dalam pembelajaran. B. Hasil Penelitian 1. Siklus I a. Perencanaan Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi pada saat observasi awal maka telah direncanakan metode pembelajaran pada siklus I ini adalah metode information search dengan teknik kerja kelompok dan diskusi kelas. Perencanaan pengajaran pada siklus I ini dituangkan dalam bentuk RPP. Pada tahap perencanaan ini, peneliti dan guru kolaboran meninjau kembali rancangan pembelajaran yang telah disiapkan. Penekanan perencanaan disini adalah menyiapkan peserta didik benarbenar berada pada suasana penyadaran diri untuk tetap semangat belajar dengan menekankan pada keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dan berada pada konsentrasi terhadap materi pengajaran Aqidah Akhlak yang sedang dibahas atau dipelajari. Guru menyiapkan referensi yang terkait dengan topik pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Disamping itu, peneliti dan guru kolaboran juga menyiapkan lembar soal yang digunakan sebagai evaluasi pada akhir pembelajaran, lembar observasi siswa dan lembar observasi guru. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2010. Materi yang diajarkan tentang Akhlak terpuji pada diri
37
sendiri (berilmu, kerja keras, kreatif dan produktif), dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan prosedur yang direncanakan yang tertuang dalam RPP. Guru mengawali pembelajaran dengan melakukan apersepsi dan absensi. Setelah itu guru menjelaskan secara singkat jalannya pembelajaran yang dilaksanakan pada pertemuan kali ini, serta menjelaskan materi yang akan bahas. Kemudian guru memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 orang. Setiap peserta kelompok ditugasi mencari bahan pelajaran yang terkait dengan pertanyaan guru tersebut di perpustakaan yang sudah diketahui oleh guru bahwa bahan tersebut benar-benar ada. Setiap kelompok diusahakan untuk mencari informasi yang berbeda dan memperbanyak referensi yang didapat sebanyak jumlah kelompok. Setelah peserta didik mencari dan kembali ke kelas, guru membantu dengan cara membagikan referensi kepada tiap-tiap kelompok. Peserta didik diminta mencari jawaban dalam referensi tersebut. Hasil jawaban siswa tersebut didiskusikan bersama seluruh kelas. Setelah diskusi selesai, guru menjelaskan materi pelajaran terkait dengan topik tersebut. Pada akhir siklus I dilakukan tes akhir yang berfungsi untuk mengukur hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Belajar Siswa Siklus I No 1 2 3 4 5 6
Keterangan
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata kelas Jumlah siswa yang belum tuntas belajar Jumlah siswa yang tuntas belajar Prosentase ketuntasan klasikal
Perolehan 53 80 71 7 27 79,41%
38
Berdasarkan temuan yang tercantum dalam di atas diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar yakni 27 orang dan siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan individu ada 7 orang, atau prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah 79,41%. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal adalah 71. Deskripsi data tersebut memperlihatkan bahwa pada siklus I ini terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rara-rata kelas pada observasi awal 65 naik menjadi 71 pada siklus I dan ketuntasan klasikal 58,82% pada observasi awal naik menjadi 79,41% pada siklus I. Walaupun rata-rata kelas sudah mengalami peningkatan tetapi indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal sebesar 85% masih belum tercapai maka perlu diadakan perbaikan pada siklus II. c. Observasi Selama pembelajaran berlangsung aktivitas guru maupun siswa diamati. Adapun hasil observasi pada siklus I mengenai aktivitas siswa ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I No
Aspek Pengamatan
1 2 3
Tingkat kerjasama siswa dalam pembelajaran Keaktifan siswa dalam mencari informasi Siswa menjawab pertanyaan dari guru atau teman sekelas Siswa mengerjakan tugas dari guru Siswa memperhatikan penjelasan guru Jumlah skor Prosentase aktifitas siswa secara klasikal
4 5
Skor rata-rata 3 3 3 3 2 14 70%
Keterangan: Skor tertinggi tiap aspek = 4, skor terendah = 1, Skor total maksimal = 20 Klasifikasi Aktivitas 0% - 39% = Sangat Kurang 40% - 55% = Kurang
39
56% - 65% 66% - 79% 80% - 100%
= Cukup = Baik = Sangat Baik
Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa aktivitas siswa pada siklus I meningkat menjadi 70% dan berada pada kategori baik. Meskipun aktifitas siswa mengalami peningkatan, namun masih perlu ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya karena belum memenuhi target minimal yang diharapkan yaitu 75%. Data aktivitas siswa ini dijadikan pertimbangan untuk tindakan siklus II, yakni perlu adanya upaya peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran. Sedangkan hasil observasi mengenai pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Tahap Siklus I No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Aspek yang Dinilai Kemampuan guru dalam mengelola kelas Kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran Kemampuan berkomunikasi dan menciptakan komunikasi timbal balik Kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran Kemampuan guru dalam memberikan motivasi kepada siswa Kemampun guru dalam menjawab pertanyaan siswa Jumlah Rata-rata
Nilai 3 3 3 3 2 3 17 3
Keterangan: skor terendah = 1, skor tertinggi = 4, skor total maksimal = 20 Kriteria Penilaian 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik
40
Selain melihat hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam pembelajaran, perlu juga mempertimbangkan faktor lain yang mendukung pembelajaran yaitu pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru seperti pada di atas. Tampak pada tersebut bahwa pengelolaan pembelajaran yang dilakukan peneliti skor rata-rata yang diperoleh tergolong pada kategori baik yaitu pada skor 3. Hal ini menunjukkan guru sudah cukup baik dalam melakukan pengelolaan pembelajaran. Namun pengelolaan pembelajaran juga harus lebih ditingkatkan pada siklus berikutnya agar lebih baik lagi, karena bermula dari pengelolaan pembelajaran inilah akan melahirkan tingkat aktivitas siswa yang lebih tinggi serta peningkatan hasil belajar yang lebih baik. d. Refleksi Berdasarkan hasil belajar siswa dan observasi terhadap aktivitas siswa serta pengelolaan pengajaran yang dilakukan guru pada siklus I, maka produk refleksi pada siklus I dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Sudah ada peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rara-rata siswa secara klasikal, yaitu pada observasi awal 65 naik menjadi 71 pada siklus I dan ketuntasan klasikal 58,82% pada observasi awal naik menjadi 79,41% pada siklus I tetapi indikator keberhasilan ketuntasan klasikal sebesar 85% masih belum tercapai. 2. Aktivitas siswa pada siklus I berada dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mulai aktif dalam pembelajaran. Prosentase aktifitas siswa secara klasikal adalah 70%. Berarti belum mencapai indikator keberhasilan yaitu minimal 80%. 3. Pengelolaan pengajaran yang dilakukan oleh guru sudah berada pada tingkat baik. Namun aktifitas guru masih perlu ditingkatkan sehingga bisa maksimal.
41
Melihat hasil refleksi ini maka perlu adanya perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran pada siklus berikutnya, seperti upaya meningkatkan lagi aktivitas belajar siswa dan pengelolaan pengajaran guru, sehingga hasil belajar siswa bisa maksimal. 2. Siklus II a. Perencanaan Pada siklus II ini peneliti merencanakan pembelajaran dengan metode yang hampir sama pada siklus I hanya saja mengalami beberapa perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Perencanaan tindakan pada siklus II tertuang dalam RPP. Guru menyiapkan referensi yang terkait dengan materi yang akan dibahas pada pertemuan kali ini. Guru juga menyiapkan lembar soal yang digunakan sebagai evaluasi pada akhir pembelajaran, lembar observasi siswa dan lembar observasi guru. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2010. Pokok bahasan yang diajarkan pada siklus II ini adalah nilai-nilai positif dari berilmu, kerja keras, kreatif dan produktif Pelaksanaan
pembelajarannya
mengacu
pada
RPP
yang
telah
dipersiapkan oleh guru. Prinsip pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini hampir sama dengan siklus I, tetapi peneliti lebih menekankan pada pemberian motivasi agar aktivitas siswa lebih meningkat dari siklus I. Pada akhir siklus II juga dilakukan tes akhir yang berfungsi untuk mengukur hasil belajar siswa. Hasil tes akhir pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Belajar Siswa Siklus II No Keterangan Perolehan 1 Nilai terendah 60 2 Nilai tertinggi 93 3 Nilai rata-rata kelas 82
42
4 5 6
Jumlah siswa yang belum tuntas belajar Jumlah siswa yang tuntas belajar Prosentase ketuntasan klasikal
2 32 94,12%
Berdasarkan temuan yang tercantum dalam tabel di atas diketahui bahwa siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar secara klasikal ada 32 orang dan yang tidak mencapai ketuntasan individu ada 2 orang atau dilihat dari prosentase ketuntasannya adalah 94,12%. Sedangkan rata-rata kelas hasil belajar siswa adalah 82. Data tersebut memperlihatkan bahwa pada siklus II ini terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat nilai rata-rata kelas pada siklus I 71 naik menjadi 82 pada siklus II dan ketuntasan klasikal 79,41% pada siklus I naik menjadi 94,12% pada siklus II. Ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil tes pembelajaran siklus II ini telah memenuhi persyaratan yang digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan pembelajaran, karena ketuntasan klasikal telah melebihi indikator keberhasilan yaitu 85%. Dengan kata lain, hasil belajar yang dilihat dari hasil post test pada siklus II sudah tuntas. c. Observasi Selama pembelajaran aktivitas peneliti maupun siswa tetap diamati. Observasi terhadap aktivitas siswa dan guru dilakukan oleh peneliti. Hasil observasi mengenai aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II Skor No Aspek Pengamatan rata-rata 1 Tingkat kerjasama siswa dalam pembelajaran 4 2 Keaktifan siswa dalam mencari informasi 3 3 Siswa menjawab pertanyaan dari guru atau teman 3 sekelas 4 Siswa mengerjakan tugas dari guru 3 5 Siswa memperhatikan penjelasan guru 3 Jumlah skor 16 Prosentase aktifitas siswa secara klasikal 80%
43
Keterangan: Skor tertinggi tiap aspek = 4, skor terendah = 1, Skor total maksimal = 20 Klasifikasi Aktivitas 0% - 39% = 40% - 55% = 56% - 65% = 66% - 79% = 80% - 100% =
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Tabel di atas memperlihatkan bahwa aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari aktivitas belajar siswa siklus I yang hanya 70% menjadi 80% pada siklus II. Pada siklus II ini aktivitas belajar siswa berada dalam kategori sangat baik dan sudah melampaui batas minimal aktivitas belajar siswa yang diharapkan yaitu 75%. Ini berarti aktivitas belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan tindakan. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti mengenai pengelolaan pembelajaran oleh guru dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Tahap Siklus II No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Aspek yang Dinilai Kemampuan guru dalam mengelola kelas Kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran Kemampuan berkomunikasi dan menciptakan komunikasi timbal balik Kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran Kemampuan guru dalam memberikan motivasi kepada siswa Kemampun guru dalam menjawab pertanyaan siswa Jumlah Rata-rata
Nilai 4 4 3 4 3 4 22 4
Keterangan: skor terendah = 1, skor tertinggi = 4, skor total maksimal = 20
44
Kriteria Penilaian 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik 4 = Sangat Baik Tampak pada tabel di atas bahwa pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru mendapatkan skor rata-rata yaitu pada skor 4 dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan guru sudah sangat baik dalam melakukan pengelolaan pembelajaran. d. Refleksi Berdasarkan data-data yang telah terkumpul pada siklus II, maka produk refleksi pada siklus II dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Hasil belajarnya sudah lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Hal ini dapat dilihat nilai rara-rata kelas pada siklus I 71 naik menjadi 82 pada siklus II dan ketuntasan klasikal 79,41% pada siklus I naik menjadi 94,125% pada siklus II. Hal ini berarti ketuntasan klasikal telah melebihi indikator keberhasilan yaitu 85%. Jadi hasil belajar yang dilihat dari hasil post test pada siklus II sudah tuntas. 2. Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I yaitu dari 70% menjadi 80% pada siklus II. Ini berarti batas minimal aktivitas siswa yang diharapkan sebesar 75% sudah terpenuhi. 3. Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan sudah tergolong baik, dan mengalami peningkatan dari siklus I. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian ini pada siklus II. C. Pembahasan 1. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai tes akhir baik pada siklus I maupun siklus II. Optimalisasi hasil belajar siswa berupa hasil tes akhir diukur dari ketercapaian ketuntasan belajar secara klasikal dan nilai rata-rata kelas yang didapat oleh siswa. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
45
belajar siklus I, sebagai gambaran ketuntasan klasikal, maka diketahui hasil tes akhir siklus I belum mencapai ketuntasan klasikal. Ketuntasan klasikal hasil tes akhir pada siklus I hanya sebesar 79,41% atau hanya 27 siswa yang mencapai ketuntasan individual. Hasil post test tersebut belum sesuai dengan indikator ketuntasan belajar secara klasikal yang ditetapkan yaitu ≥ 85%. Hasil tes akhir siklus I telah menunjukkan peningkatan dari hasil belajar observasi awal yaitu 79,41%. Kurang optimalnya hasil belajar siswa pada siklus I disebabkan juga guru belum dapat mengkondisikan kelas dengan baik yang ditunjukkan dengan masih banyaknya siswa yang ramai sendiri selama proses pembelajaran, dan terdapat siswa yang nampak bosan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil ini perlu ditindak lanjuti dengan mengoptimalkan pembelajaran Aqidah Akhlak menggunakan metode information search pada kegiatan pembelajaran siklus II untuk membiasakan siswa belajar dengan metode information search, dan lebih memotivasi siswa agar aktif dalam proses pembelajaran. Hasil belajar yang telah dicapai pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I dimana pada siklus I ketuntasan klasikal hanya 79,41%, sedangkan pada siklus II ketuntasan klasikal telah mencapai 94,12% dimana ada 32 siswa yang mencapai ketuntasan individual. Ini berarti hasil siklus II telah mencapai indikator keberhasilan tindakan yaitu ketuntasan klasikal sebesar 85%. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan siswa dalam mengikuti pola pembelajaran dengan menggunakan metode information search dengan baik, di samping itu kemampuan guru dalam mengelola kelas juga mendukung keberhasilan dalam pembelajaran. Guru harus mampu untuk menyusun kegiatan belajar yang mendorong siswa menjadi aktif, berorientasi pada tujuan dan juga proses serta sesuai dengan siklus belajar. Pembelajaran Aqidah
Akhlak
dengan menggunakan metode
information search dilakukan dalam kaidah mengajak siswa langsung untuk mencari informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran. Jadi pengetahuan
46
yang selama ini didapatkan hanya dari guru dapat diperoleh siswa secara langsung melalui pembelajaran semacam ini. Sebagai gambaran kuantitatif terhadap keberhasilan peningkatan hasil belajar atau prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan penerapan metode information search ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.10 Rangkuman Perkembangan Hasil Belajar Siswa No
Keterangan
1 2 3 4 5 6
Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata kelas Jumlah siswa yang belum tuntas Jumlah siswa yang sudah tuntas Prosentase ketuntasan klasikal
Perolehan Pra Siklus Siklus I Siklus II 43 53 60 73 80 93 65 71 82 14 7 2 20 27 32 58.82% 79.41% 94.12%
Peningkatan hasil belajar siswa dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik 100
94.12
80 60
65 58.82
71
79.41
82
40 20 0 Nilai rata-rata Prosentase Ketuntasan
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
65
71
82
58.82
79.41
94.12
Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa
47
2. Aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran Peneliti juga melakukan penilaian terhadap aktivitas belajar siswa. Keberhasilan aktivitas belajar siswa diukur berdasarkan aktivitas siswa secara klasikal. Peningkatan aktivitas siswa dikatakan berhasil apabila aktivitas belajar klasikalnya > 75%. Pada siklus I aktivitas siswa selama proses pembelajaran masih belum mencapai harapan yang ditargetkan yaitu aktivitas siswa secara klasikal sebesar 75%. Aktivitas siswa pada siklus I sebesar 70% masih dalam kategori baik, namun secara keseluruhan hasil belum menunjukkan peningkatan yang diinginkan. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan metode pembelajaran aktif yaitu metode information search. Pada siklus II aktivitas siswa mengalami peningkatan yang sangat berarti. Nilai aktivitas siswa secara klasikal telah mencapai 80%. Ini berarti indikator keberhasilan aktivitas siswa telah tercapai yaitu aktivitas siswa secara klasikal sebesar 75%. Keberhasilan ini didorong oleh pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang selalu memberikan dorongan kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran yang diterapkan memberikan peluang bagi siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Keberhasilan ini juga didorong oleh sikap siswa yang sudah menyenangi atau merespon secara positif terhadap metode yang digunakan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. Peningkatan aktivitas siswa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. 11 Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Per Siklus Keterangan
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
rata-rata
2
3
3
%
50
70
80
kriteria
Kurang
Baik
Sangat Baik
48
Peningkatan aktivitas belajar siswa dari pra siklus sampai siklus II dalam bentuk diagram dapat dilihat pada gambar berikut. Prosentase Aktifitas Peserta Didik 80 70 60 50 40
70
30
80
50
20 10 0 Series1
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
50
70
80
Gambar 4. 2 Diagram Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa 3. Pengelolaan Pembelajaran Pengelolaan pembelajaran selama siklus I ke siklus II terus mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-ratanya adalah 3 kategori cukup dan pada siklus II nilai rata-ratanya adalah 4 kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan pembelajaran yang baik akan melahirkan proses pembelajaran yang berkualitas, efektif, efisien, berlangsung dengan lancar, dan melahirkan aktivitas siswa yang tinggi untuk tercapainya tujuan yang diinginkan. Berdasarkan hasil observasi pengelolaan pembelajaran pada siklus I, kegiatan pembelajaran dengan metode information search yang telah dilaksanakan oleh guru nilai rata-ratanya 3 dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 4. Perkembangan pengelolaan pembelajaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
49
Tabel 4.12 Perkembangan Pengelolaan Pembelajaran Per Siklus Keterangan
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
rata-rata
2
3
4
kriteria
Kurang
Baik
Sangat Baik
Berdasarkan hasil observasi pengelolaan pembelajaran pada siklus I dan II, kegiatan inti dari pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh peneliti dan siswa mengalami beberapa kelemahan dan perbaikan oleh peneliti, diantaranya yaitu: a. Proses pencarian informasi Peneliti pada tahap ini telah berusaha membimbing siswa dalam mencari informasi secara mandiri. Siswa mencari sendiri masalah yang terkait dengan materi pembelajaran, namun siswa masih belum maksimal dalam pencarian informasi tersebut, meskipun guru telah memastikan bahwa referensi yang mereka cari tersedia di perpustakaan. Keadaan ini pada siklus II telah diperbaiki oleh guru dalam memotivasi siswa supaya lebih serius dalam mencari informasi yang berhubungan dengan materi pelajaran Guru juga memberikan bimbingan dan pengawasan secara langsung saat proses pencarian informasi sedang berlangsung. b. Mengorganisasi Siswa dalam Belajar Kegiatan selanjutnya adalah mengorganisasi siswa dalam belajar. Guru mengorganisir siswa dalam belajar dengan membentuk kelompok kecil yang heterogen pada siklus I dan begitu pula pada siklus II dalam hal ini telah terlaksana dengan baik. Interaksi siswa dalam kelompok terjadi dengan baik mereka dapat bertatap muka, melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga sesama siswa. Interaksi semacam itu sangat membantu siswa, khususnya bagi siswa yang tingkat pemahaman materinya rendah.
50
c. Membimbing menemukan jawaban dari informasi yang didapat. Kegiatan yang ketiga adalah membimbing menemukan jawaban dari informasi yang didapat baik secara individu maupun kelompok. Pada siklus I guru memberikan bimbingan dalam menemukan jawaban dari soal-soal yang diberikan guru secara intensif karena siswa tidak terbiasa dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode information search. Pada siklus II guru tetap melaksanakan bimbingan pada siswa untuk melakukan
diskusi
kelompok,
guru
mendorong
siswa
untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai lewat membaca buku-buku untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Sehingga mereka mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan lebih baik.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat peneliti kemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebelum dilaksanakan pembelajaran Aqidah Akhlak dengan menerapkan metode information search di kelas IX MTs Ma’arif NU I Karanglewas Kabupaten Banyumas, siswa terlihat pasif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dikarenakan metode yang digunakan guru masih bersifat konvensional dan belum mampu meningkatkan aktifitas siswa. Namun setelah pelaksanaan tindakan kelas dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dengan menerapkan metode information search, siswa terlihat lebih aktif dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan metode information search menuntut siswa untuk lebih aktif dalam mencari informasti atau sumber belajar secara mandiri. 2. Pelaksanaan proses pembelajaran Aqidah Akhlak dengan penerapan metode information search dinilai efektif karena ada beberapa faktor penyebab yaitu, siswa antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, siswa banyak diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan sendiri, mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan kreatif, menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan, sedangkan guru dapat memahami dan mengenal siswa secara perorangan. Dalam hal ini berarti siswa menampakkan kesenangan dan keseriusan mengikuti pelajaran Aqidah Akhlak yang sedang berlangsung. 3. Metode information search dalam pembelajaran Aqidah Akhlak mampu meningkatkan aktivitas belajar Aqidah Akhlak siswa kelas IX MTs Ma’arif NU I Karanglewas Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2010/2011. Pada siklus I prosentase keaktifan siswa sebesar 70% dengan kategori baik, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 80% dengan kategori baik sekali. Disamping itu, prestasi belajar Aqidah Akhlak siswa 51
52
juga mengalami peningkatan setelah diterapkannya metode information search. Hal ini terlihat dari prosentase ketuntasan belajar secara klasikal yaitu pada siklus I sebesar 79,41%, dan pada siklus II sebesar 94,12%. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian diatas, ada beberapa saran yang penulis tawarkan, di antaranya adalah: 1. Bagi Guru Untuk mencapai kualitas proses belajar mengajar dan kualitas hasil belajar yang baik dalam pembelajaran dengan metode information search diperlukan persiapan perangkat pembelajaran yang cukup memadai, misalnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, buku siswa, dan LKS yang harus dimiliki oleh setiap siswa, serta mempersiapkan instrumen penilaian. 2. Bagi Siswa Kepada siswa MTs Ma’arif NU I Karanglewas khususnya, dan siswa secara umum, agar dalam mempelajari Aqidah Akhlak selalu rajin, tekun dan sabar, jika ingin memperoleh nilai yang baik. Dengan pengalaman pembelajaran melalui metode information search, aktivitas dan prestasi belajar siswa dapat meningkat menjadi lebih baik. Oleh karena itu, tingkatkan praktek dan cara-cara keterampilan kooperatif dalam pembelajaran selanjutnya. 3. Bagi Peneliti Berikutnya Bagi pihak lain yang ingin menerapkan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan peneliti ini, sedapat mungkin terlebih dahulu dianalisis kembali untuk disesuaikan penerapannya, terutama dalam hal alokasi waktu, fasilitas pendukung termasuk media pembelajaran, dan karakteristik siswa yang ada pada sekolah tempat perangkat ini akan diterapkan.
53
4. Bagi Pihak Sekolah Bagi pihak sekolah khususnya kepala sekolah untuk sering memberikan pendidikan dan latihan (diklat) bagi guru-guru tentang wawasan
dunia
pendidikan
terutama
dalam
penerapan
metode
pembelajaran yang lebih inovatif, agar guru dapat memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan pelajaran yang diajarkannya sehingga tujuan belajar mudah dicapai. C. Penutup Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Betapapun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang ada untuk menyajikan karya tulis yang sebaik-baiknya tapi dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dan penulis terima dengan tangan terbuka. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya serta dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta 1991. Ahmadi, Abu, Psikologi Belajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995. Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Statistik, Bandung: Bumi Aksara, 1993. Arikunto, Suharsimi, et.al., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Badan Standar Nasional Pendidikan BNSP, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Khusus Madrasah Tsanawiyah MTs, Jakarta: PT Binatama Raya, 2007. Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Echols, John M. dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1992. Gie, The Liang, Cara Belajar Yang Efisien, Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi, t.th. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta: Andi Offset, 2000. Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Semarang: RaSAIL, 2009. Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1991. Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000. Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, cet. 7. Mulyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Muslim, Aplikasi Statistik, Semarang: IAIN Walisongo, 1996. Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1985.
Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah. Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000. Silberman, Mel, Active Learning: 101 Strategi To Teach Any Subject, terj. Sadjuli, dkk, Yogyakarta: YAPPENDIS, 1996. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Menpengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: Gramedia, 1990. Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: Toha Putra, 1989. Sriyono dkk, Tehnik Belajar Mengajar Dalam CBSA, Jakarta: Rineka Cipta, 1992. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2006, Cet. II. Suharso dan Ana Retnoningsih, Widya Karya, 2009.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang:
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996. Wardani, I.G.A.K., dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004. Wiriaatmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005. Yamin, Martinis dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas: Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran, Jakarta: GP Press, 2009.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Alfiatul Hasanah Rosyid
Tempat/Tanggal lahir : Banyumas, 22 Juni 1970 Alamat
: Karangkemiri RT 07/02 Pekuncen Banyumas
Agama
: Islam
Jenjang Pendidikan
:
1. SDN I Karangkemiri Pekuncen
Lulus Tahun 1983
2. SMP Muhammadiyah Purwokerto
Lulus Tahun 1986
3. SMA Muhammadiyah Purwokerto
Lulus Tahun 1989
4. IAIN Walisongo
Angkatan 2007
Demikian daftar riwayat hidup penulis yang dibuat dengan sesungguhnya, dan semoga dapat menjadi keterangan yang jelas.
Semarang,
Maret 2011
Penulis
Alfiatul Hasanah Rosyid