PENERAPAN METODE INQUIRY DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ALQURAN HADIS\\| PADA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYYAH NEGERI SUMURREJO TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
YAYUK SRI LESTARI HANDAYANI NIM. 093111283
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Yayuk Sri Lestari
NIM
: 093111283
Jurusan/Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 10 Juni 2011 Saya yang menyatakan,
Yayuk Sri Lestari Handayani NIM: 093111283
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 fax 7615387
PENGESAHAN Naskah skripsi dengan: Judul
: Penerapan Metode Inquiry Dalam Upaya meningkatkan Prestasi Belajar Alquran Hadis Pada Siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumurrejo Tahun Ajaran 2010/2011 Nama : Yayuk Sri Lestari Handayani NIM : 093111283 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ilmu pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Islam Semarang, 19 Juni 2011 DEWAN PENGUJI Ketua,
Sekretaris,
Dr. Ahwan Fanani, M.Ag. NIP : 1978 0930 200312 1001
Karnadi, Ph.D. NIP : 1968 0317 199403 1003
Penguji I,
Penguji II,
Drs. Ahmad Suja’i, M.Ag. NIP : 195110051976121001
Dr. Abdul Wahib, M.Ag. NIP : 1960 0615 199103 1004
Pembimbing
Dr. H. Syaifudin Zuhri, M.Ag. NIP : 1958 0815 198703 1002
iii
NOTA PEMBIMBING
Semarang, 9 Juni 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang Assalamu „alaikum Wr. Wb. Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: Penerapan Metode Inquiry dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Alquran Hadis\ pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumurrejo Tahun Ajaran 2010/2011.
Nama
: Yayuk Sri Lestari Handayani
NIM
: 093111283
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Dr. H Syaifudin Zuhri, M.Ag NIP. 195808151987031002
iv
ABSTRAK
Judul
: Penerapan Metode Inquiry Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Alquran Hadis\\| Pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurejo Tahun Ajaran 2010/2011 Penulis : Yayuk Sri Lestari Handayani NIM : 093111283 Skripsi ini membahas penerapan metode inquiry pada mata pelajaran Alquran Hadis\\. Kajian skripsi ini dilatarbelakangi oleh Alquran dan Hadis\\ merupakan dasar utama ajaran Islam, karena dari kedua dasar tersebut dapat dikembangkan berbagai studi Islam, seperti Tafsir, Hadis\\, Fiqh, Ilmu kalam, Akhlak dan lain sebagainya. Alquran dan Hadis\\, merupakan pedoman hidup umat Islam, penjamin keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Begitu pentingnya pendidikan mengenai Alquran Hadis\\, justru tidak seimbang dengan metode yang digunakan. Metode yang selama ini dipakai selain menimbulkan kebosanan siswa, juga tidak efektif memotivasi siswa untuk belajar Alquran Hadis\\. Sedangkan tujuan pendidikan sekarang tidak cukup hanya memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan, keimanan dan ketaqwaan saja, tetapi juga harus diupayakan melahirkan manusia kreatif, inovatif, mandiri dan produktif, mengingat dunia masa mendatang adalah dunia kompetitif. Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami, karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir, metode ini menempatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan nyata. Melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analisis, dan kritis. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) Apakah penerapan strategi pembelajaran dengan metode inquiry dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran Alquran Hadis\\? (2) Apakah penerapan strategi pembelajaran dengan metode inquiry dapat meningkatkan motivasi belajar siswa? (3) Apakah penerapan strategi pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar siswa? Permasalahan tersebut dibahas melalui Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurejo Tahun Ajaran 2010/2011. Sekolah tersebut menjadi sumber data untuk mendapatkan potret implementasi metode inquiry dalam pelajaran Alquran Hadis\\. Data diperoleh dengan observasi tindakan kelas. Semua data disajikan secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data kualitatif, berupa catatan lapangan dan tugas siswa. Sedangkan data kuantitatif adalah hasil tes siswa selama kegiatan belajar mengajar dan setelah selesai materi yang diajarkan (pre test – post test). Untuk data kualitatif, analisis yang digunakan adalah analisis non statistik, yaitu analisis deskriptif kualitatif, analisis data yang
v
diwujudkan bukan dalam bentuk angka-angka, melainkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif. Kajian ini menunjukkan bahwa: (1) Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Dalam kegiatan inquiry, siswa diarahkan untuk menemukan sendiri, pengetahuan yang mereka pelajari, dalam hal ini persoalan yang muncul dalam surat Al Lahab. Dengan demikian proses belajar mengajar Alquran Hadis\\ menjadi lebih efektif. (2) Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari metode inquiry adalah munculnya sikap keilmiahan siswa, misalnya sikap objektif, rasa ingin tahu yang tinggi, dan berpikir kritis. Dengan terbangkitkan dan terpacu rasa keingintahuan siswa, menyebabkan siswa menjadi lebih bersemangat untuk menggali lebih dalam pengetahuannya. Rasa ingin tahu siswa memberikan motivasi bagi siswa tersebut untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapinya; yang tidak lain adalah motivasi untuk belajar. Hubungan antara rasa ingin tahu akibat penerapan metode inquiry, searah dengan motivasi belajar. Artinya semakin besar rasa ingin tahu siswa, maka semakin besar pula motivasi belajar siswa. Dengan kata lain penerapan metode inquiry dapat membangkitakan motivasi belajar siswa. (3) Tingkat kondisi penerapan metode inquiry pada bidang studi Alquran Hadis\\ dapat dikategorikan berhasil. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh antara pre test dan post test, terlihat jelas bahwa mean post test 75,94 > mean pre test 53,31. Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode inquiry memberikan pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa bidang studi Alquran Hadis\ MIN Sumurrejo Kecamatan Gunung Pati Semarang.
vi
MOTTO
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(QS. Al „Alaq 1-5)*
*
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, Semarang: CV. Asy-Syifa, 1984, hlm. 1079.
vii
PERSEMBAHAN
Terimakasih penulis ucapkan dengan kerendahan hati, kupersembahkan karya tulis ini untuk orang yang berarti dalam hidupku: Ayah (Moenawar) dan Ibu (Mutiah) tercinta, terima kasih atas do’a restu serta pengorbanannya demi study anak terkasihmu. Suamiku ( Drs. M. Munif Sirojudin ) tersayang yang selalu menjadi spirit dalam hidupku. Kakak dan adikku tersayang yang selalu memberi semangat dan dukungan demi terselesaikannya skripsi ini Anakku (M. Fajrul Falah Hammun) tercinta Seluruh keluargaku tercinta yang senantiasa mendo’akanku. Seluruh teman-temanku yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu, terimakasih kalian selalu memberikan dorongan dan selalu menemaniku.....
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya. Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada : 1. Dr. H Sujai M,Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik, selama masa penelitian. 2. Dr. H Syaifudin Zuhri, M.Ag selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Segenap Civitas Akademika IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu. 4. Imron Rosyadi, S. Ag selaku Kepala MI Negeri Sumurrejo yang telah memberikan izin riset dalam penelitian ini. 5. Eni Susiati,
selaku guru kelas IV MI Negeri Sumurrejo, yang telah bersedia
memberi pengarahan. 6. Suamiku tercinta nan senantiasa mencurahkan segenap perhatian, dukungan, serta cinta kasih tulusnya, mampu membangkitkan segala usaha demi suksesnya istri tercinta dalam studi. 7. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. ix
Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga budi baiknya diterima oleh Allah SWT. Penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.
Semarang, 11 Juni 2011
Penulis : Yayuk Sri Lestari Handayani NIM: 093111283
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .………………………………………………………….
i
PERNYATAAN KEASLIAN ....………………………………………………
ii
PENGESAHAN …..………...…….…………………………………………...
iii
NOTA PEMBIMBING………………………………………………………...
iv
ABSTRAK ……………….……………………………………………………
v
MOTTO ……………..…………...…………………………………………… vii PERSEMBAHAN …………….…………………………………………….... viii KATA PENGANTAR ………………………………………………………..
ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
xi
: PENDAHULUAN………………………………………….
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………….
1
B. Penegasan Istilah ………………………………………
5
C. Rumusan Masalah ...……………………………………
7
D. Tujuan Penelitian ………………………………………
8
E. Manfaat Penelitian ..………………………...………….
8
BAB I
BAB II
: PEMBELAJARAN ALQURAN HADIS\\| DAN METODE INQUIRY……………………………………........................
9
A. Kajian Pustaka………………………………………….
9
B. Alquran Hadis\\ dan Metode Inquiry.……………………
10
1. Alquran Hadis\\………………………………………
10
a. Belajar Alquran Hadis\\………………………….
10
b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Alquran Hadis\\ …………………………………………...
15
2. Strategi Pembelajaran Inquiry………………………
17
a. Pengertian Inquiry……………………………… 19 b. Komponen Inquiry…………….……….……….. 21
xi
c. Strategi Inquiry dan Teknik Bertanya ………….. 22 d. Langkah-langkah Inquiry ……………………….. 28
BAB III
e. Keunggulan Metode Inquiry …………………..
31
C. Hipotesis………………………………………………..
31
: METODE PENELITIAN………………………...…………
33
A. Subyek Penelitian...……………………………………..
33
B. Bentuk Tindakan………………………………………... 33 C. Waktu Pelaksanaan ……………………………………... 34 D. Prosedur Penelitian……………………………………… 34 E. Kerangka Teoritik ……………………………………… 37
BAB IV
F. Indikator Keberhasilan………………………………….
38
G. Teknik Analisis Data……………………………………
38
: PENERAPAN
METODE
MENINGKATKAN HADIS\\|
PADA
INQUIRY
PRESTASI SISWA
DALAM
BELAJAR
KELAS
IV
UPAYA
ALQURAN MADRASAH
IBTIDAIYYAH NEGERI SUMURREJO TAHUN AJARAN 2010/2011 ……………………………………................….
41
A. Gambaran Umum MIN Sumurrejo...…………………...
41
1. Struktur Organisasi…………………………………
41
2. Keadaan guru……………………………………….
41
3. Keadaan siswa ……………………………………...
42
4. Fasilitas…………………...………………………...
42
5. Gambaran Umum GBPP Alquran Hadis\\ Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo………………………
43
B. Analisis Penerapan Metode Inquiry Pada Mata Pelajaran Alquran Hadis\\ di Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo …………………………………………………………
48
1. Siklus I …………..…...……….……...
48
a. Perencanaan .…………….…………………….
48
b. Pelaksanaan..…………………...………………
49
xii
c. Pengamatan.…………………………………….
52
1. Pertemuan I ………………………………...
52
2. Pertemuan II………………………………...
54
d. Refleksi ………………………………………… 56 2. Siklus II..…………………………………….……...
58
a. Perencanaan ……………......……………..……. 58 b. Pelaksanaan ..…………………...………….…… 59 c. Pengamatan …………………………………….. 60 1. Pertemuan I…………………………………... 60 2. Pertemuan II …………………………………. 61 d. Refleksi………...………………………………... 62 C. Pembahasan ……….……………………………………. 64 D. Keterbatasan Penelitian…………………………………. 67 BAB V
: KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP..…..................... 69 A. Kesimpulan……………………………………................ 69 B. Saran……...……………………………………............... 70 C. Penutup……………………………………...................... 71
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tentang membaca Alquran bertujuan untuk mengenalkan manusia pada peranannya di antara sesama makhluk dan tanggung jawabnya pribadi di dalam hidup ini, mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat, mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajak mereka mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam tersebut, serta mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah) dan memerintahkan beribadah kepada-Nya1. Alquran adalah mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Untuk disampaikan pada umatnya. Alquran merupakan kitab suci bagi umat Islam dan bagian dari rukun iman. Di dalam Alquran sendiri terdapat banyak pengetahuan baik secara duniawi maupun ukhrowi baik pengetahuan yang telah terungkap maupun belum terungkap. Mengembangkan suatu keterampilan membaca khususnya untuk Alquran, yang baik harus dimulai sedini mungkin2 yaitu pada masa anak-anak, dan keterampilan membaca harus pula diawali dari rumah (keluarga), sehingga anak akan terbiasa dan memiliki keterampilan dalam membaca Alquran. Pendidikan sebagai suatu sistem, apabila dikaitkan dengan prestasi belajar anak sebagai hasil pengajaran tidak hanya dipengaruhi oleh anak didik saja, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri anak maupun dari luar diri anak. Pembelajaran dapat berhasil dengan baik jika didukung oleh faktor keluarga dan lingkungan siswa tersebut tinggal; seperti kurangnya perhatian orang 1
Muhammad Fadhil Al-Jamaly, Filsafat Pendidikan Dalam Alquran, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1986), hlm. 3. 2
Tampubolon, Mengembangkan Minat Dan Kebiasaan Membaca Pada Anak, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 62-63.
2
tua dalam pendidikan, khususnya pendidikan agama dalam membaca dan menghafal Alquran dan Hadis\\, selain alokasi waktu pembelajaran mata pelajaran Alquran Hadis\\ di sekolah sangat kurang. Peranan keluarga sangat menentukan dalam pendidikan anak, terutama pada tingkat prasekolah dan SD khususnya dalam perkembangan bahasa, tulis dan membaca. Kemampuan keterampilan membaca Alquran, bagi kehidupan masyarakat khususnya umat Islam merupakan hal yang sangat penting dan utama. Mengembangkan keterampilan membaca yang dimulai sejak dini merupakan salah satu usaha menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca pada anak, dan sekaligus mempersiapkannya memasuki pendidikan dasar, sebab membaca sejak dini adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak pra sekolah. Permasalahan dalam pengajaran, khususnya pengajaran agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik, sehingga tercipta interaksi edukatif. Kurangnya perhatian guru agama terhadap variasi penggunaan metode mengajar, membuat siswa jemu, hasilnya upaya peningkatan mutu pengajaran tidak berjalan baik. Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu memberi sumbangan bermakna kepada ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian, serta pada kesejahteraan bangsa pada umumnya tanpa meninggalkan nilai-nilai keislaman. Sehubungan dengan itu pendidikan hendaknya tertuju pada pengembangan kreativitas peserta didik agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi, kebutuhan masyarakat dan negara. Metode memang salah satu penentu dalam proses pembelajaran. Metode pengajaran adalah suatu cara untuk menyajikan pesan pembelajaran, sehingga pencapaian hasil belajar dapat optimal. Tanpa metode, suatu pesan pembelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar ke arah yang dicapai. Strategi pengajaran yang tidak tepat akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar. Oleh karena itu metode yang ditetapkan seorang guru akan mendapat hasil yang optimal, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
3
Ada peserta didik yang lebih senang membaca, diskusi atau praktek langsung. Agar dapat membantu peserta didik belajar secara maksimal, kesenangan dalam belajar itu perlu diperhatikan. Salah satunya dengan menggunakan variasi metode pembelajaran yang beragam dengan melibatkan indera belajar yang banyak, karena siswa akan lebih cepat memahami pelajaran apabila siswa dilibatkan secara aktif baik mental maupun fisik. Kreativitas merupakan bakat potensial yang dimiliki oleh setiap orang, yang dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat3. Salah satu masalah yang kritis ialah bagaimana dapat menemukan dan mengenali potensi kreatif siswa dan bagaimana dapat mengembangkannya melalui pengalaman pendidikan dalam arti meningkatkan kemampuan membaca khususnya pada membaca Alquran. Kreativitas itu seperti halnya potensi lain, yaitu perlu diberi kesempatan dan rangsangan oleh lingkungan untuk berkembang. Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah harus merangsang kreativitas, memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang akan mendorong kreativitas. Ini harus dilakukan sedini mungkin sejak masa bayi hingga masa sekolah, dengan menjadikan kreativitas sebagai suatu pengalaman menyenangkan dan dihargai secara sosial.4 Bila ditinjau dari segi pendidikan kemampuan kreatif dapat ditingkatkan,5 sehubungan dengan seorang guru harus selalu menghormati ide-ide murid, meskipun remeh dan sederhana, agar sifat ingin tahu yang baru bersemi itu tidak mati sebelum tumbuh, karena salah satu syarat utama tingkah laku kreatif adalah kebebasan berkhayal, belajar dan bergerak bebas. Umat Islam diharapkan mengetahui dan mempelajari ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Alquran serta mengamalkannya, yang akan menambah
3
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT. Gramedia, 1992), hlm. 12. 4
Elizabeth B. Horlock, Child Development, (Tokyo: Mc. Graw-Hill Cogakusha, 1982), hlm.
11. 5
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT. Gramedia, 1992), hlm. 52.
4
keimanan dan ketakwaan sebagai seorang muslim. Diharapkan pula, generasi muda sebagai generasi tangguh dan dapat menjaga nilai-nilai ke Islaman. Guru yang piawai, senantiasa melakukan perbaikan terhadap pembelajaran yang dilakukannya. Jika hari ini guru kurang puas dengan proses pembelajaran, dia berusaha memperbaikinya untuk besok, begitu seterusnya. Ketidakpuasan guru dalam proses pembelajaran mencirikan adanya masalah. Masalah tersebut muncul dari lingkungan kelas. Hal itu dirasakan sendiri oleh guru untuk diperbaiki. Dengan kegiatan itu, pada hakikatnya, guru telah melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu usaha untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan. Metode inquiry merupakan metode baru, yang akhir-akhir ini mulai dipergunakan di semua mata pelajaran sekolah. Metode ini lebih bervariatif dibanding dengan model pembelajaran terdahulu. Dalam mengajar kebanyakan guru menggunakan metode ceramah saja, sehingga peserta didik tidak tertarik terhadap metode tersebut, akhirnya anak didik tidak faham terhadap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Metode pembelajaran inquiry bisa digunakan sebagai metode alternatif yang dirasa lebih bisa memahami karakteristik belajar peserta didik yang berbedabeda. Karena inquiry berarti keterampilan aktif untuk membangkitkan keingintahuan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin membuktikan kegunaan metode inquiry melalui penelitian tindakan kelas dengan mengambil judul: “PENERAPAN METODE INQUIRY DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ALQURAN HADIS\\| PADA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYYAH NEGERI SUMUREJO TAHUN AJARAN 2010/2011”
5
B. Penegasan Istilah 1. Penerapan Penerapan adalah proses, cara, perbuatan menerapkan, pemasangan, pemanfaatan; perihal mempraktikkan, perbuatan menggunakan sesuatu ke dalam obyek6. 2. Metode Inquiry Inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu Metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.7 3. Upaya Upaya diartikan sebagai usaha (syarat) untuk menyampaikan sesuatu maksud; akal; ikhtiar. 4. Peningkatan Proses, cara pembuatan meningkatkan usaha kegiatan dan sebagainya8. 5. Prestasi Belajar 6
Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm. 1180. 7
Joko Sutrisno, Pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry dalam Belajar Sains terhadap Motivasi Belajar Siswa, dalam http://www.infodiknas.com/metode-pembelajaran-inquiry, diakses 15 Maret 2011. 8
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hal. 1060.
6
Prestasi berasal dari bahasa Belanda prestatie kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha9. Menurut pendapat lain prestasi berarti hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu10. Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli: Elizabeth B. Harlock, learning is development that comes from exercise and effort11. belajar adalah suatu perkembangan setelah adanya proses (latihan) dan usaha (belajar). Maksudnya belajar di sini adalah usaha untuk mencapai aspek tingkah laku yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap. Jadi yang dimaksud dengan belajar dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau kesungguhan belajar yang dilakukan oleh peserta didik (siswa) dalam upaya memperoleh perubahan tingkah laku melalui prosedur latihan dan pengalaman yang dilakukan baik di sekolah maupun di rumah. 6. Alquran Hadis\\ Alquran Hadis\\ merupakan Bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Ibtidaiyah. Pendidikan agama Islam yaitu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam12. Alquran
Hadis\\
memberikan
motivasi,
membimbing,
mengarahkan,
pemahaman, mengembangkan kemampuan dasar dan menghayati isi yang terkandung dalam Alquran dan Hadis\\ yang diharapkan dapat diwujudkan dalam perilaku yang memancarkan iman dan takwa kepada allah swt sesuai dengan ketentuan Alquran dan Hadis\\.13 9
Zaenal Arifin, Evaluasi Instruksional; Prinsip-Teknik-Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 2. 10
Harimurti Kridalaksana, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 14. 11
Elizabeth B. Horlock, Child Development, (Tokyo: Mc. Graw-Hill Cogakusha, 1982), hlm
12
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1986),
28. hlm. 23. 13
Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Khusus Alquran Hadis\\, (Jakarta: 2003) hal.2.
7
7. Madrasah Ibtidaiyah Perkataan madrasah berasal dari bahasa Arab, artinya tempat belajar. Padanan kata madrasah dalam bahasa Indonesia adalah sekolah, lebih dikhususkan lagi sekolah-sekolah agama Islam. Menurut Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri tahun 1975, menjelaskan pengertian madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan sekurangkurangnya 30% di samping mata pelajaran umum14. Madrasah itu meliputi tiga tingkatan; Pertama, Madrasah Ibtidaiyah setingkat dengan sekolah dasar. Kedua, Madrasah Tsanawiyah setingkat dengan sekolah menengah pertama. Ketiga, Madrasah Aliyah setingkat dengan sekolah menengah atas15. Secara keseluruhan maksud dari judul ini adalah suatu penelitian yang menguraikan tentang bagaimana usaha guru dalam mengembangkan kemampuan dasar dan menghayati isi kandungan Alquran dan Hadis\\ yang diharapkan dapat diwujudkan dalam perilaku yang memancarkan iman dan takwa kepada Allah SWT sesuai dengan ketentuan Alquran dan Hadis\\ melalui prosedur latihan dan pengalaman, yang dilakukan baik di sekolah maupun di rumah, dengan menggunakan metode inquiry. C. Rumusan Masalah Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah penerapan strategi pembelajaran dengan metode inquiry dapat meningkatkan motivasi belajar siswa? 2. Apakah penerapan strategi pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?
14
Haidar Putra Daulay, Historis dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: PT. Tiara wacana, 2001), hlm. 63. 15
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), ed. 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 290.
8
D. Tujuan Secara umum, studi ini bertujuan untuk mencari data dan informasi yang kemudian dianalisis dan ditata secara sistematis dalam rangka menyajikan gambaran yang semaksimal mungkin tentang penerapan metode inquiry dalam upaya meningkatkan prestasi belajar Alquran Hadis\\ pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurejo tahun ajaran 2010/2011. Tujuan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa dengan metode inquiry pada mata pelajaran Alquran Hadis\\. 2. Untuk mengetahui prestasi siswa dalam pelajaran Alquran Hadis\\ dengan menggunakan metode inquiry. E. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dunia pendidikan umumnya dan secara teknis, teoritis maupun teknis, juga berguna bagi : 1. Bagi peneliti. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keintelektualan sehingga penelitian ini bisa digunakan sebagai wahana untuk mengkaji secara ilmiah tentang bagaimana mengupayakan penggunaan metode inquiry pada pembelajaran Alquran Hadis\\, dalam proses kegiatan belajar mengajar dan nantinya dapat diterapkan ketika berada di lapangan (sebagai tenaga pengajar) 2. Bagi lembaga yang terkait. Dari penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk menentukan dasar kebijaksanaan dalam upaya meningkatkan prestasi siswa, khususnya mata pelajaran Alquran Hadis\\. 3. Bagi institusi pendidikan.
Dari penelitian ini mudah-mudahan dapat memberikan sumbangan pengetahuan untuk memperkaya khususnya dalam bidang pengajaran. 4. Bagi guru. Sebagai masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan penggunaan metode inquiry dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran Alquran Hadis\\.
BAB II PEMBELAJARAN ALQURAN HADIS|\ DAN METODE INQUIRY
A. Kajian Pustaka Sebelum membahas lebih lanjut tentang penerapan metode inquiry dalam upaya meningkatkan prestasi belajar Alquran Hadis\\ pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurejo tahun ajaran 2010/2011, maka menelaah buku-buku atau penelitian yang pernah dilakukan mutlak dilakukan, demi menjaga orisinalitas penelitian. Penelitian tentang mata pelajaran Alquran Hadis\\ bukan pertama kalinya dilakukan. Banyak penelitian lain yang membahas, terutama Kurikulum PAI, meskipun pisau analisa sangat berbeda. Dari sini nantinya akan penulis gunakan sebagai sebagai komparasi dalam mengupas berbagai masalah dalam penelitian ini, di antaranya sebagai berikut: 1. Skripsi Saudara Fatmawati, NIM. 3100071. Berjudul “Pengembangan Keterampilan Membaca Al-Qur’an Sebagai Upaya Peningkatan Kreativitas Anak Didik Di SD Islam Al-Azhar 25 Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Upaya apa dalam mengembangkan dan meningkatkan kreativitas anak terhadap keterampilan membaca Alquran di SD Islam AlAzhar. Dan langkah-langkah yang ditempuh para guru SD Islam Al-Azhar 25 Semarang dalam mengatasi kesulitan-kesulitan membaca Alquran pada anak didik, dan belum menyentuh aspek makna dan pemahaman ayat Alquran. Juga tanpa spesifikasi bahasan metode yang dipakai. 2. Skripsi Saudara Imam Effendi, NIM. 4195060. Skripsi tersebut berjudul “Studi Korelasi Antara Bimbingan Belajar dengan Motivasi Belajar PAI pada Siswa Kelas I Cawu I SMU 02 Semarang Th. Ajaran 2000/2001”. Dalam skripsi tersebut membahas tentang bimbingan belajar yang ditujukan pada motivasi belajar anak. Bimbingan di sini khususnya diperoleh dari guru dan motivasinya datang dari anak itu sendiri maupun dari luar, yaitu orang tua, guru, teman, dan
10
fasilitas belajar. Sedangkan skripsi yang penulis bahas adalah metode inquiry yang ditujukan kepada prestasi belajar. 3. Skripsi Saudari Siti Muti Amroh, NIM. 3198017. Skripsi tersebut berjudul “Peranan Bimbingan Belajar Guru dan Orang Tua dalam Meningkatkan Akhlaqul Karimah Siswa di MTs Sunan Kalijaga Kec. Bawang Kab. Batang”. Skripsi tersebut membahas mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan bimbingan keteladanan dari guru dan orang tua, fungsinya membentuk perilaku yang terpuji pada anak. Sedangkan skripsi yang penulis bahas adalah sebuah penelitian tindakan kelas dengan sebuah metode baru dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar Alquran Hadis\\. Demikianlah, beberapa kajian pustaka yang penulis temukan berkaitan. Dari masing-masing judul skripsi tersebut, menunjukkan adanya perbedaan dalam segi pembahasan dengan skripsi ini. Oleh sebab itu penelitian Penerapan Metode inquiry Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Alqur‟an Hadis\\ Pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurejo Tahun Ajaran 2010/2011, layak untuk dilakukan. B. Alquran Hadis\\ dan Metode inquiry 1. Alquran Hadis\\ a. Belajar Alquran Hadis\\ Belajar merupakan satu-satunya cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Sedemikian pentingnya ilmu pengetahuan, sampai-sampai dinyatakan dalam Alquran, bahwa dengan ilmu pengetahuan derajat manusia akan ditinggikan oleh Allah. Hal ini dinyatakan dalam surat Alquran:
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan Orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”. (Q.S. Al-Mujadilah: 11).1 1
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya. (Semarang: CV. Asy-Syifa, 1984). hlm.910-911.
11
Dari ayat di atas dapat diambil pengertian bahwa siapa saja yang memiliki ilmu pengetahuan tinggi disertai dengan iman, maka orang tersebut akan memperoleh derajat (kemuliaan) lebih tinggi dibanding orang yang pengetahuannya rendah, baik di mata manusia maupun di sisi Allah SWT. Beranjak dari nilai tersebut, maka Rasulullah mewajibkan kepada orang Islam untuk menuntut ilmu. Sabda Rasulullah SAW:
“Menuntut ilmu itu wajib bagi tiap-tiap muslim”.2 Sebagai muslim, sudah tentu pembekalan ilmu pengetahuan dengan iman merupakan sebuah keniscayaan. Tanpa iman, setinggi dan sebanyak apapun ilmu pengetahuan, hanya mengakibatkan kesombongan belaka. Pokok ajaran dan sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan serta keimanan adalah Alquran dan Hadis\\. Oleh sebab itu maka pembelajaran Alquran Hadis\\ kepada anak harus ditanamkan sejak dini. Muhibbin Syah berpendapat: “belajar adalah key term (istilah kunci) paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu. Karena demikian pentingnya arti belajar, sebagian terbesar upaya riset dan eksperimen pendidikan pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai satu proses perubahan manusia”.3 Menurut Sholeh Abdul Aziz: “Sesungguhnya belajar itu adalah perubahan di dalam hati (pikiran) 2
Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As Suyuthi, al Jami’ al Shagir (Indonesia: Dar AlIhya Al-Kutub Al-„Arabiyah, tt.), hlm. 194. 3
Muhibbin Syah, Muhbbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 88-89.
12
seorang pelajar yang datang atas pengetahuan lama, maka timbullah di dalamnya perubahan yang baru”.4 Lester Crow and Alice Crow, dalam bukunya Development and Learning, mengatakan: “Learning is a modification of behavior accompanying growth processes that are brought about through adjustment to tensions initiated through sensory stimulation”.5 “Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, disertai (bersamaan) dengan proses-proses pertumbuhan yang kesemuanya disebabkan oleh penyesuaian terhadap keadaan, yang diawali lewat rangsangan panca indera”. Dari beberapa definisi belajar di atas, dapat ditarik benang merah bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh perubahan pada diri, baik dengan pengalaman ataupun latihan. Alquran dan Hadis\\ merupakan dasar utama ajaran Islam, karena dari kedua dasar tersebut dapat dikembangkan berbagai studi Islam, seperti Tafsir, Hadis\\, Fiqh, Ilmu kalam, Akhlak dan lain sebagainya. Alquran dan Hadis\\, merupakan pedoman hidup umat Islam, penjamin keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Alquran ialah wahyu yang dibukukan, diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, sebagai suatu mukjizat, membacanya dianggap ibadat, dan merupakan sumber utama ajaran Islam, adapun ruang lingkup pengajaran Alquran ini lebih banyak berisi pengajaran ketrampilan khusus yang memerlukan banyak latihan dan pembiasaan.6 Secara harfiah Alquran berarti bacaan atau yang dibaca. Pengertian ini sejalan dengan maksud diturunkannya Alquran agar dibaca, untuk dipahami dan diamalkan kandungannya. Sedangkan secara terminologi, 4
Sholeh Abdul Azis, Abdul Majid, At-Thuruqut Tadris, Jilid I (Mesir: Darul ma‟arif, 1968), hlm. 168. 5
Lester Crow and Alice Crow, Human Development and Learning, (New York: American Book Company, 1956), hlm. 215. 6
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 89.
13
Alquran adalah firman Allah yang diturunkan melalui Ruhul Amin (Jibril as) dengan lafal berbahasa Arab dan maknanya benar, agar ia menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi undangundang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Alquran itu terhimpun dalam mushaf, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Naas, disampaikan kepada kita secara mutawatir dari satu generasi ke generasi berikutnya secara tulisan maupun lisan, dan terpelihara dari perubahan dan pergantian. 7 Adapun Hadis\\ secara harfiah berarti baru, kabar atau berita. Sedangkan dalam pengertian yang lazim digunakan, Hadis\\ sama dengan assunnah yaitu segala sesuatu yang didapat dari Nabi Muhammad SAW, baik berupa ucapan, perbuatan maupun ketetapan. Dilihat dari segi periwayatannya, Hadis\\ terbagi dua, yaitu Hadis\\ Mutawatir dan Hadis\\ Ahad. Hadis\\ mutawatir adalah Hadis\\ yang benar-benar dari Nabi Muhammad SAW, diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang mustahil berbuat dusta melalui panca indera. Sedang Hadis\\ ahad setelah dilakukan penelitian dapat dikategorikan sebagai Hadis\\ Shahih, Hadis\\ Hasan dan
Hadis\\ Dhaif.8 Alquran dan Hadis\\ dilihat dari segi sisinya berkaitan dengan dua masalah besar yakni masalah dunia dan masalah akhirat. Masalah dunia termasuk bidang ekonomi, sosial keluarga, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, pertahanan keamanan, hubungan antara umat, moralitas dan lain sebagainya. Sedangkan masalah keakhiratan berkaitan dengan keimanan terhadap kehidupan akhirat, pahala dan dosa, ganjaran dan siksaan, serta berbagai masalah kehidupan di akhirat. Perlu ditegaskan di sini, bahwa sungguhpun Alquran berisi petunjuk
7
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media), 2003, hlm. 291. 8
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media), 2003, hlm. 292-293.
14
yang lengkap mengenai kehidupan keduniaan dan keakhiratan, namun Alquran “bukanlah, kitab siap pakai”. Hal ini dapat dipahami karena untuk menghubungkan suatu peristiwa dengan Alquran, mau tidak mau memerlukan ketertiban penalaran atau ijtihad, sebagaimana dilakukan oleh para ulama mujtahid. Alquran memerlukan penjabaran Hadis\\ dan pendapat akal pikiran. 9 Dalam rangka memahami Alquran dan Hadis\\ tersebut diperlukan seperangkat pengetahuan dasar sebagai berikut: 10 1) Mengetahui sejarah diturunkannya Alquran (Ashab al-Nuzul), atau sejarah datangnya Hadis\\ (Ashab al-Wurud) sehingga akan diperoleh ketepatan dalam memahami Alquran sesuai dengan konteksnya. 2) Mengetahui sifat dari dalalah ayat-ayat Alquran dan Hadis\\, yaitu ada ayat dan Hadis\\ yang qath’i dan ada ayat dan Hadis\\ yang dzanni. Ayat dan Hadis\\ dzanni inilah yang dapat menimbulkan perbedaan pendapat. 3) Mengetahui pula sifat ayat Alquran yang tegas (muhkam), mujmal, mutlak dan musytarak. Untuk menjelaskan sifat-sifat ayat Alquran tersebut diperlukan Hadis\\. 4) Mengetahui derajat Hadis\\, yakni mutawatir, ahad dan berbagai variasinya. 5) Mengetahui bahasa Arab dengan berbagai cabangnya seperti Ilmu Nahwu, Sharaf, Balaghah, dan Ma‟ani, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memahaminya. 6) Mengetahui ilmu Istimbath hukum, yaitu ilmu tentang cara mengeluarkan dalil dari Alquran, sebagaimana diatur dalam Ilmu Ushul Fiqh. 7) Mengetahui mana-mana saja ayat yang sudah dimansukh (dihapus maksudnya) dan mana-mana saja ayat yang mansukh (menghapus),
9
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media), 2003, hlm. 293. 10
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media), 2003, hlm. 295.
15
sebagaimana dijumpai dalam ilmu nasikh mansukh. 8) Mengetahui cara-cara menafsirkan Alquran. Seperti dengan cara ijmali, tafsili atau maudlu’i; serta mengetahui ilmu-ilmu bantu lainnya, seperti ilmu biologi, ilmu sejarah, ilmu sosial, ilmu ekonomi dan lain sebagainya. 9) Disertai kejujuran dan tanggung jawab baik terhadap Allah maupun terhadap umat manusia. Demi kesempurnaan manusia yang tidak akan terwujud, kecuali dengan menserasikan antara agama dan ilmu pengetahuan, maka penanaman baik tekstual maupun kontekstual Alquran Hadis\\t, idealnya dilakukan semenjak usia dini. Pembelajaran tanpa harus memilah-milah jenis disiplin ilmu; di mana ilmu agama menjadi terpisah dari ilmu duniawi, yang lazim disebut ilmu pengetahuan dan teknologi.11 b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Alquran Hadis\\ Sebagai khalifah atau wakil Allah SWT di muka bumi, manusia harus mencerminkan sifat-sifat Illahiyah dalam kehidupan dunia di muka bumi
ini,
dan
untuk
dapat
memerankannya
manusia
harus
mengembangkan potensinya baik dari segi intelektualnya, moralnya maupun profesionalnya. Pengembangan ini tidak lain melalui proses pendidikan.12 Setiap proses pembelajaran menginginkan capaian, menghasilkan anak didik cerdas dan terampil dalam hidup. Proses pembelajaran dapat dinilai berhasil, apabila dari materi yang disampaikan dalam pembelajaran mampu mempengaruhi jiwa anak didik. Adapun fungsi Pengajaran Alquran Hadis\\ sebagai bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut: 1) Pengembangan; yaitu meningkatkan keimanan dan ketaatan kepada
11 12
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia: 1997, Bandung, hlm. 192.
Chabib Thoha dan Abdul Mu‟ti (penyunting), PBM-PAI di Sekolah, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1998), hlm. 199.
16
Allah SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. 2) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus di bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain. 3) Perbaikan;
yaitu
untuk
memperbaiki
kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan seharihari. 4) Pencegahan; yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan peserta didik atau dari budaya lain, yang dapat membahayakan dan menghambat perkembangan dirinya menuju manusia indonesia seutuhnya. 5) Penyesuaian; yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam. 6) Sumber nilai; yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 7) Pengajaran; yaitu untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan fungsional.13 Tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi seseorang ke arah perkembangan sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti, pendidikan juga harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.14 Tujuan pendidikan sekarang tidak cukup hanya memberikan bekal
13
Marasuddin Siregar, Pengelolaan Pengajaran, Dalam Chabib Thoha (ed), PBM-PAI di Sekolah, op.cit., hlm. 181-182. 14
51.
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta; Raja Grafindo Persada,1997), hlm.
17
pengetahuan, ketrampilan, keimanan dan ketaqwaan saja, tetapi juga harus diupayakan melahirkan manusia kreatif, inovatif, mandiri dan produktif, mengingat dunia masa mendatang adalah dunia kompetitif.15 2. Strategi Pembelajaran Inquiry Munculnya berbagai perubahan yang sangat cepat di hampir semua lini kehidupan, telah menggeser paradigma lama menjadi paradigma baru. Seiring dengan itu, pendidikan mencoba merespon setiap perubahan. Dengan maksud agar kualitas pendidikan tidak lagi dinilai kadaluwarsa dan tidak peka terhadap perkembangan zaman. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal, kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa, sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.16 Untuk memperoleh hasil itu, perlu adanya beberapa perubahan dalam strategi pengajaran. Pendidikan melakukan perubahan-perubahan diantaranya dengan mengembangkan kurikulum, metode dan model pendidikan terbaru, diantaranya menerapkan Active Learning. Kurikulum dan metode tersebut berbeda jauh dari model lama. Model baru ini lebih menekankan pada peran dan aktivitas peserta didik ketimbang dominasi guru di dalam kelas. Di samping itu model baru ini lebih membawa peserta didik pada kenyataan di sekelilingnya, ketimbang menjejali mereka dengan teori yang “mengawang”.17 Semua materi pelajaran di sekolah atau madrasah, merupakan salah satu 15
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta; Raja Grafindo, 2001), hlm.
16
Nurhadi, Pendekatan Kontekstual, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2002), hlm. 2.
17
Syamsul Ma‟arif, Selamatkan Pendidikan Dasar Kita, (Semarang: Need‟s Press), 2009, hlm.
67.
151-152.
18
mata pelajaran yang harus mengikuti standar kurikulum baru tersebut. Dalam rangka mencapai standar isi, artinya bahwa materi pelajaran diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami dan menghayati peristiwa dalam kehidupan, yang kemudian bisa menjadi inspirasi bagi dasar pandangan hidupnya. Melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, pembiasaan dan keteladanan.18 Ada hal mendasar terkait dengan pengajaran materi di Sekolah Dasar, yaitu kemampuan guru dalam menggali nilai, makna, aksioma, hikmah, dalil dan teori dari fakta-fakta yang ada. Materi yang disampaikan guru hendaknya tidak berhenti pada transfer of knowledge, tetapi juga merupakan pendidikan nilai. Materi dari guru harus menawarkan pengalaman belajar dan memiliki kecakapan dalam hidup. Sehingga dalam proses belajar mengajar, diharapkan mampu mengurai ibrah yang terkandung dalam sebuah peristiwa kehidupan. Pengalaman belajar yang ditawarkan guru di dalam pembelajaran diperlukan melalui berbagai kegiatan dan tugas yang menarik, menyenangkan serta menantang. Kegiatan-kegiatan tersebut akan melibatkan peserta didik aktif diskusi, presentasi, wawancara, dialog, penelitian, menjelajah internet, berkunjung ke perpustakaan dan sebagainya. Dengan melakukan kegiatan seperti itu, peserta didik akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sekaligus pengalaman belajar. Dari sini potensi peserta didik akan terasah, kegemaran membaca serta melakukan analisis, penelitian juga akan terarah. Adapun untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, guru dapat menggunakan Pendekatan terbaru yakni metode inquiry. Strategi tersebut menuntut aktifitas penuh peserta didik, dan guru bertindak sebagai fasilitator.19
18
Syamsul Ma‟arif, Selamatkan Pendidikan Dasar Kita, (Semarang: Need‟s Press), 2009, hlm.
19
Syamsul Ma‟arif, Selamatkan Pendidikan Dasar Kita, (Semarang: Need‟s Press), 2009, hal,
152. 154.
19
a. Pengertian inquiry Inquiry berasal dari bahasa Inggris, yang berarti pertanyaan, pemeriksaan, penyelidikan20. Strategi ini berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Menemukan, merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis inquiry. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa, diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Adapun siklus inquiry, antara lain: observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data (pola gathering), penyimpulan (conclusion), sedangkan langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiry) adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun). 2) Mengamati atau melakukan observasi. 3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya. 4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien lain.21 Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami, karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir, metode ini menempatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan
12.
20
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT. Grasindo: Jakarta, 2005, hlm. 84.
21
Nurhadi, Pendekatan Kontekstual, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2002), hlm.
20
nyata. Dengan demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif, analisis, dan kritis.22 Sebagaimana Mel Silberman menyatakan beberapa pernyataan yang perlu direnungkan yaitu antara lain: 1) Apa yang saya dengar, saya lupa. 2) Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. 3) Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai faham. 4) Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. 5) Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.23 Inquiry ini dapat melatih siswa untuk belajar mandiri, sehingga akan menghasilkan pengetahuan dan ketrampilan yang lebih bermakna bagi mereka daripada mengingat seperangkat fakta-fakta yang diberikan oleh guru. Sebagai metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasardasar berfikir ilmiah pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan, dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.
22
E. Mulyasa, E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003), hlm. 235. 23
Mel Silberman, Active Learning, (Singapore: Allyn and Bacon, 1996), hlm. 2.
21
b. Komponen inquiry Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen umum24 yaitu: a. Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini, siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi. b. Student Engangement. Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi. c. Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua 24
2011.
http://gurupkn.wordpress.com/2008/08/16/metode-pembelajaran- inquiry. Diakses 15 Maret
22
jawaban benar. d. Performance Evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi. e. Variety of Resources. Siswa dapat
menggunakan bermacam-macam
sumber belajar,
misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya. c. Strategi inquiry dan Teknik Bertanya Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini adalah:25
Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.
Keterarahan kegiatan logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.
Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self-belief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inquiry. Untuk menyusun strategi yang terarah pada sasaran tersebut perlu
diperhatikan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa dapat ber inquiry secara maksimal. Kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inquiry bagi siswa. Kondisi tersebut ialah26: a. Aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi. Hal ini menuntut adanya suasana bebas (permisif) di dalam kelas, di mana setiap siswa tidak merasakan adanya tekanan atau hambatan untuk mengemukakan pendapatnya. Adanya rasa takut, atau rasa rendah diri, atau rasa malu dan sebagainya, baik terhadap 25
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT. Grasindo: Jakarta, 2005, hlm. 85.
26
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT. Grasindo: Jakarta, 2005, hlm. 85-86.
23
teman, siswa, maupun terhadap guru adalah faktor-faktor yang menghambat terciptanya suasana bebas di kelas. Kebebasan berbicara dan penghargaan terhadap pendapat yang berbeda sekalipun pendapat itu tidak relevan perlu selalu dipelihara dalam batas-batas disiplin yang ada. b.
Inquiry berfokus pada hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif. Tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak. Kebenarannya selalu bersifat sementara. Sikap terhadap pengetahuan yang demikian perlu dikembangkan. Dengan demikian, maka penyelesaian hipotesis merupakan fokus strategi inquiry. Apabila pengetahuan dipandang sebagai hipotesis dengan pengajuan berbagai informasi yang relevan. Sehubungan adanya berbagai sudut pandang yang berbeda di antara siswa, maka sedapat mungkin dimungkinkan adanya variasi penyelesaian masalah sehingga inquiry bersifat open ended. Inquiry bersifat open ended jika berbagai kesimpulan yang berbeda dari siswa masing-masing dengan argumen yang benar. Di samping inquiry terbuka dikenal pula inquiry tertutup, yaitu jika hanya ada satu-satunya kesimpulan yang benar sebagai hasil proses inquiry.
c. Penggunaan fakta sebagai evidensi. Di dalam kelas dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis dan pada umumnya. Untuk menciptakan kondisi seperti itu, maka peranan guru sangat menentukan. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, sekalipun hal itu sangat diperlukan. Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inquiry adalah sebagai berikut27: 1. Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berfikir.
27
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT. Grasindo: Jakarta, 2005, hlm. 86-87.
24
2. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa. 3. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri. 4. Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas. 5. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan. 6. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. 7. Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa. Supaya guru dapat melakukan peranannya secara efektif maka pengenalan
kemampuan
siswa
sangat
diperlukan,
terutama
cara
berpikirnya, cara mereka menanggapi, dan sebagainya. Strategi belajar-mengajar inquiry dapat dilaksanakan dengan berbagai metode mengajar, seperti metode tanya-jawab, diskusi, problem solving, studi kasus, penelitian mandiri, dan sebagainya. Suatu metode perlu didukung oleh seperangkat teknik tertentu supaya metode tersebut dapat berjalan dengan baik. Salah satu teknik yang banyak dipakai dalam berbagai metode mengajar ialah teknik bertanya. Karena teknik ini digunakan secara luas, maka perlu dibicarakan secara khusus penggunaan teknik bertanya itu dalam hubungannya dengan strategi tertentu. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut28: guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik.
28
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT. Grasindo: Jakarta, 2005, hlm. 97.
25
Akhirnya hasil kerja kelompok dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi. Dari sidang pleno-lah kesimpulan dirumuskan, sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan; hal itu perlu diperhatikan. Guru menggunakan teknik ini sewaktu mengajar memiliki tujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Diharapkan juga siswa mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan. Juga diharapkan dapat berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan
dan
menganalisa
data,
menarik
kesimpulan.
Menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa sedang melakukan inquiry. Teknik ini dapat juga berjalan sebagai berikut: guru menunjukkan sesuatu benda/barang/buku yang masih asing kepada siswa di kelas. Semua siswa disuruh untuk mengamati, meraba, melihat dengan seluruh alat inderanya. Kemudian guru memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa yang sudah siap dengan jawaban, maka ia akan mendapat giliran mengemukakan pendapatnya. Jawaban, yang sudah dikemukakan oleh temannya terdahulu, tidak boleh diulang. Jadi masalah itu berkembang seperti harapan; tidak menyeleweng pada baris pelajaran yang telah direncanakan. Murid menemukan banyak masukan (bahan-bahan) yang berarti. Hal itu bisa terjadi, bila proses interaksi belajar mengajar ada arah perubahan dari “teacher centered” kepada “student centered”. Dalam proses belajar siswa memerlukan waktu untuk menggunakan daya otaknya untuk berpikir dan memperolah pengertian tentang konsep, prinsip dan teknik menyelidiki masalah.
26
Untuk meningkatkan teknik inquiry dapat ditimbulkan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut29: 1) Membimbing kegiatan laboratorium. 2) Modifikasi inquiry. 3) Kebebasan inquiry. 4) Inquiry pendekatan peranan. 5) Mengundang ke dalam inquiry. 6) Teka-teki bergambar. 7) Synectics lesson. 8) Kejelasan nilai-nilai. Maksudnya yang pertama. Guru menyediakan petunjuk yang cukup luas kepada siswa, dan sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru. Di mana siswa melakukan kegiatan percobaan/penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan guru. Kedua. Dalam hal ini guru hanya menyediakan masalah-masalah dan menyediakan bahan/alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara perseorangan maupun kelompok. Bantuan yang bisa diberikan harus berupa pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan siswa dapat berpikir menemukan cara-cara penelitian yang tepat. Ketiga. Setelah siswa mempelajari dan mengerti tentang bagaimana memecahkan suatu problema dan memperoleh pengetahuan cukup tentang mata pelajaran tertentu; serta telah melakukan “modifikasi inquiry”, maka siswa telah siap untuk melakukan kegiatan kebebasan inquiry. Dimana guru dapat mengundang siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan “kebebasan inquiry”, dari siswa dapat mengidentifikasi dan merumuskan macam-macam masalah yang akan dipelajari. Keempat. Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah, yang cara-caranya serupa dengan cara-cara yang biasanya diikuti oleh para 29
Rostiyah NK, Strategi Belajar Mengajar: Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar, PT. Rineka Cipta: Jakarta, 2008, hlm. 77.
27 “ilmiawan”. Suatu undangan memberikan suatu masalah kepada siswa dan dengan pertanyaan yang telah direncanakan dengan teliti mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan seperti: merancang eksperimen, merumuskan hipotesa, menetapkan pengawasan dan seterusnya. Kelima. Merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri dari 4 anggota untuk memecahkan masalah, masing-masing anggota diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda seperti: koordinator tim, penasihat teknis, merekam data, proses penilaian. Anggota tim menggambarkan peranan-peranan di atas, bekerjasama untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari. Keenam. Adalah salah satu teknik untuk mengembangkan motivasi dan perhatian siswa di dalam diskusi kelompok kecil/besar. Gambar, peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa. Ketujuh. Pendekatan ini untuk menstimulir bakat-bakat kreatif siswa. Misalnya science dan ilmu-ilmu sastra lebih lanjut dikatakan bahwa emosi,
efektif,
dan
komponen-komponen
rasional
kreatif
pada
permulaannya adalah lebih penting dibandingkan dengan pikiran-pikiran rasional. Pada dasarnya “synectics” memusatkan pada keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan agar dapat membuka inteligensinya dan mengembangkan daya kreativitasnya. Hal itu dapat dilaksanakan karena “kiasan” dapat membantu dalam melepaskan “ikatan struktural mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu masalah sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif. Kedelapan. Perlu diadakan evaluasi lebih lanjut tentang keuntungankeuntungan pendekatan ini, terutama yang menyangkut sikap, nilai-nilai dan pembentukan “self-concept” siswa. Ternyata dengan teknik inquiry siswa melakukan tugas-tugas kognitif lebih baik. Agar teknik ini dapat dilaksanakan dengan baik memerlukan kondisi-kondisi sebagai berikut:
28
1. Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi. 2. Kondisi lingkungan yang responsif. 3. Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian. 4. Kondisi yang bebas dari tekanan. Dalam teknik inquiry guru berperanan untuk: 1. Menstimulir dan menantang siswa untuk berpikir. 2. Memberikan fleksibilitas atau kebebasan untuk berinisiatif dan bertindak. 3. Memberikan dukungan untuk “ inquiry”. 4. Menentukan diagnosa kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya. 5. Mengidentifikasi dan menggunakan “teachable moment”. Hal-hal yang perlu distimulir dalam proses belajar melalui “inquiry”. 1. Otonomi siswa. 2. Kebebasan dan dukungan pada siswa. 3. Sikap keterbukaan. 4. Percaya pada diri sendiri dan kesadaran akan harga diri. 5. Self-concept. 6. Pengalaman inquiry, terlibat dalam masalah-masalah. d. Langkah-langkah inquiry Pada strategi inquiry, kegiatan belajar-mengajar diawali dengan menghadapkan siswa pada masalah yang merangsang. Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan presentasi verbal atau pengalaman nyata, atau bisa dirancang sendiri oleh guru. Jika siswa menunjukkan reaksinya maka guru berusaha menarik perhatian mereka terhadap hal yang berbedabeda
sudut
pandang,
cara
penerimaan
mereka,
cara
mereka
mengorganisasi stimulus itu, dan perasaan mereka. Jika siswa sudah menunjukkan perhatian dan minatnya dengan cara yang dinyatakan oleh reaksi mereka yang berbeda-beda, guru mengarahkan mereka untuk merumuskan dan menyusun masalah.
29
Munculnya reaksi mereka sangat tergantung pada bahan stimulasi yang dipresentasikan oleh guru. Bahan tersebut sebagai pendahuluan dari bahan pengajaran harus terkait dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Bahan ini disebut advanced organizer. Selanjutnya siswa diarahkan pada usaha supaya mereka mampu menganalisis, mengorganisasikan kelompok mereka, bekerja, dan melaporkan
hasilnya.
Akhirnya,
siswa
mengevaluasi
sendiri
penyelesaiannya dalam hubungannya dengan tujuan semula. Lingkaran ini berulang dengan sendirinya, walaupun dalam situasi lain atau dalam menghadapi masalah baru di luar penyelidikan mereka. Langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar seperti itu dapat disusun sebagai berikut30:
Tahap Pertama Menghadapi stimulus (terencana atau tidak terencana)
Tahap Kedua Menjajaki reaksi terhadap situasi yang merangsang
Tahap Ketiga Merumuskan tugas yang dipelajari dan mengorganisasikan kelas (Merumuskan masalah, tugas kelas, peranan, dan sebagainya)
Tahap Keempat Belajar menyelesaikan masalah secara independen atau kelompok
Tahap Kelima Menganalisis proses dan kemajuan kegiatan belajar
Tahap Keenam Evaluasi dapat juga dirinci dengan model belajar kelompok sebagai berikut:
30
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT. Grasindo: Jakarta, 2005, hlm. 98.
30
Pengajaran Inquiry Dengan Model Kerja Kelompok KEGIATAN SISWA
1.1. Mengerjakan pre-tes 1.2. Menunjukkan kebutuhan masalah dan minta informasi
2.
Mendengar, mempertanyakan, mengusulkan
3.
Masuk ke dalam kelompok
4.
Merumuskan, mengklarifikasikan tujuan urutan tugas
5.
Membaca, bertanya, mengamati, membuat catatan, meneliti, mengorganisasi data Analisis data, kesimpulan individual
6.
7.
8.
9.
Sharing penemuan, kritik, mengambil catatan, kesimpulan pendahuluan Menulis laporan kelompok antar Siswa Menanggapi dan bertanya
10. Tanya-jawab, catat
SINTAKS ALIRAN KEGIATAN Menentukan tujuan pengajaran
Pengantar singkat tentang konten dan prosedur
Membentuk kelompok Klarifikasi tujuan
Kerja individual
Laporan pada kelompok
Diskusi kelompok Laporan kelompok Diskusi kelas Rangkuman
11. Memberi saran Tindak lanjut
KEGIATAN GURU
KETERANGAN
1.1 Menentukan entry behaviour 1.2 Menjelaskan tujuan pengajaran
1. Guru mempersiapkan handouts tentang materi dan yang berhubungan dengan konten 2. Menentukan batas waktu
2.1 Memberi penjelasan singkat dan menyeluruh tentang konten dan prosedur kerja 3.1 Mengorganisasi fasilitas dan kelompok 4.1 Mengamati, membantu, mengarahkan
3. Menjajaki cara pembentukan kelompok
5.1 Menganjurkan memberi fasilitas dan bimbingan 6.1 Menganjurkan memberi fasilitas dan bimbingan 7.1 Menganjurkan memberi fasilitas dan bimbingan 8.1 Memberi bantuan
5. Saling membantu antar siswa
9.1 Memantau, membantu mengelola kelas 10.1 Sintesis, menyimpulkan 11.1 Menentukan tindak lanjut berdasarkan hasil diskusi
9. Memimpin diskusi
6. Saling membantu antar siswa
7. Saling membantu antar siswa
8. Saling membantu
10. Memimpin diskusi 11. Memimpin diskusi
31
e. Keunggulan Metode inquiry Adapun teknik inquiry ini memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut31: 1) Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. 3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. 4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri. 5) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. 6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. 9) Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional. 10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. C. Hipotesis Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih diuji secara empiris.32 Hipotesis ini juga diartikan sebagai suatu gambaran yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.33
31
Rostiyah NK, Strategi Belajar Mengajar: Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar, PT. Rineka Cipta: Jakarta, 2008, hlm. 76-77. 32 33
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm.69
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hlm.67
32
Jadi dari dua definisi mengenai hipotesa tersebut dapat ditarik sebuah pemaknaan, bahwa hipotesa adalah kesimpulan yang belum final dan harus dibuktikan kebenarannya. Sesuai dengan judul, hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan metode inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar Alquran Hadis\\ pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurejo Tahun Ajaran 2010/2011.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian Subyek yang akan dikenai tindakan ini adalah siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumurejo, Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang Tahun Ajaran 2010/2011.
B. Bentuk Tindakan Materi Pokok/Waktu
Siklus I
Rencana Tindakan Awal
Pertengahan
Akhir
Question
Student Engangement
Performance Evaluation
Materi: Menjelaskan isi kandungan surat al-Lahab secara sederhana
Siswa diberi motivasi agar siswa bebas Waktu: Senin 08.10-08.45 berekpresi WIB dan Rabu 08.45-09.15 WIB, 14 dan 16 Maret 2011 Siklus II Materi: Menarik benang merah antara surat al Lahab dengan silaturrahmi Waktu: Senin 08.10-08.45 WIB dan Rabu 08.45-09.15 WIB, 21 dan 23 Maret 2011
Siswa diberi Siswa diminta bahan belajar mempresentasikan tanpa kesan pengetahuannya memerintah
Cooperative Interaction
Variety Resources
of Performance Evaluation
Diskusi kelompok
Siswa diajak Merumuskan ide belajar dengan dalam bentuk berbagai gambar macam sumber ilmu. (alam sekitar)
34
C. Waktu pelaksanaan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 1 Maret sampai dengan 1 April 2011, di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumurejo, Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang Tahun Ajaran 2010/2011. Jadwal pelaksanaan Penelitian ini sebagai berikut: Jadwal Pelaksanaan Penelitian Waktu (minggu) ke No.
Rencana Kegiatan 1
1.
Observasi awal
2.
Persiapan
2
3
4
Menetapkan metode Membuat rencana pengajaran Simulasi Evaluasi 3.
Pelaksanaan Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
4.
Penyusunan Laporan
D. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas. a. Observasi awal merupakan langkah pertama untuk mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembelajaran. Tahap ini dilakukan oleh peneliti bersama-sama dengan guru model b. Perencanaan Kegiatan ini meliputi:
35
1) Peneliti menetapkan alternatif peningkatan efektifitas pembelajaran Alquran Hadis\\. 2) Pembuatan rencana pengajaran. 3) Simulasi pembelajaran Alquran Hadis\\ dengan metode yang dipilih. 4) Membuat lembar evaluasi. 5) Mendesain alat evaluasi. c. Pelaksanaan tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana telah direncanakan dalam perencanaan penelitian. d. Observasi Dalam tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar evaluasi yang telah disiapkan. Selain observasi oleh peneliti, peneliti juga meminta rekan guru untuk mengobservasi selama peneliti terlibat dalam pembelajaran. Hal ini selain karena peneliti tidak memungkinkan melakukannya sendiri, juga untuk menjaga obyektifitas. e. Refleksi Refleksi atau Evaluasi adalah tolok ukur tercapainya tujuan pembelajaran yang di rencanakan dalam perencanaan pengajaran. Seperti halnya yang dilakukan oleh guru, dalam pembelajaran Alquran Hadis\\ diadakan pre test dan post tes, sebagai evaluasi. Bahan pre test sesuai dengan post test. Dengan membandingkan pre test ini maka dapat diketahui perkembangan program yang diberikan dalam mencapai tujuan yang kita inginkan. Bila hasil post test sama dengan pre test berarti proses pelaksanaan belajar mengajar belum berhasil. Bila hasil post test jauh lebih rendah dari hasil pre test, berarti proses belajar mengajar belum berhasil. Bila hasil post test lebih tinggi dari hasil pre test berarti kegiatan belajar mengajar sudah berhasil. Pengolahan hasil test sebagaimana kurikulum yang berlaku, memakai sistem dari Depdiknas: 1. Hasil tes setelah dikoreksi perlu diberi nilai (skor) 1 – 100.
36
2. Cara menghitung nilai tes dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Pilihan Ganda, setiap soal diberi skor 1 b. Menjodohkan, setiap soal diberi skor 1 c. Isian, setiap soal diberi skor 2 d. Uraian, setiap soal diberi skor sesuai bobot soal. (pada test kali ini, skor soal uraian ditetapkan 3) Bentuk Penilaian Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 No Bentuk Soal Jumlah Soal Skor Skor Maksimal Skor Perolehan Ket. 1 Pilihan Ganda 2 Menjodohkan 3 Isian 4 Uraian Jumlah Nilai test dihitung dengan rumus:
Skor Perolehan x 100 Skor Maksimal Jadi nilai pre test dan post test didapatkan dengan rumus tersebut.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dapat merefleksi diri tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Dengan demikian peneliti (guru) akan dapat mengetahui efektifitas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasar hasil refleksi ini akan diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.
37
E. Kerangka Teoritik Kemampuan Yang Dikembangkan Dalam Proses Inquiry1 Tahap Inkuiri 1. Merumuskan masalah
2. Merumuskan jawaban sementara (hipotesis)
Kemampuan yang dituntut 1. 2. 3. 1. 2.
3. Menguji jawaban tentatif
3. 1.
2.
3.
4. Menarik kesimpulan
1. 2.
Kesadaran terhadap masalah Melihat pentingnya masalah Merumuskan masalah Menguji dan menggolongkan jenis data yang dapat diperoleh Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis Merumuskan hipotesis Merakit peristiwa a. Mengidentifikasikan peristiwa yang dibutuhkan b. Mengumpulkan data c. Mengevaluasi data Menyusun data a. Mentranslasikan data b. Menginterpretasikan data c. Mengklasifikasikan Analisis data a. Melihat hubungan b. Mencatat persamaan dan perbedaan c. Mengidentifikasikan tren, sekuensi dan keteraturan Mencari pola dan makna hubungan Merumuskan kesimpulan
5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi
1
W.Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Grasindo: Jakarta, 2005, hlm. 95.
38
Kondisi
Tindakan
Kondisi
Guru: Pembelajaran secara Konvensional
menerapkan pembelajaran dengan metode inquiry
Siswa: Nilai Alquran Hadis\\ rendah
Siklus I: Penggunaan inquiry secara secara individu Siklus II: Penggunaan inquiry kelompok
Diduga melalui model pembelajaran inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar Alquran Hadis\\
F. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah siswa mampu memahami hikmah yang terkandung dalam surat al Lahab. G. Teknik Analisis Data Secara umum, studi ini bertujuan untuk mencari data dan informasi yang kemudian dianalisis dan ditata secara sistematis dalam rangka menyajikan gambaran yang semaksimal mungkin tentang penerapan metode inquiry dalam upaya meningkatkan prestasi belajar Alquran Hadis\\ pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo tahun ajaran 2010/2011. Langkah akhir dari kegiatan penelitian ini adalah mendiskripsikan manajemen kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurejo tahun ajaran 2010/2011, untuk dianalisis bagaimana pola pengembangan kreatifitas anak, metode dan sarana penunjang yang mendukung tercapainya tujuan, disamping itu
39
juga akan dianalisis kendala dan hambatan yang dihadapi oleh guru sebagai manajer kelas untuk dicarikan solusi pemecahannya. Data disajikan secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data kualitatif, berupa catatan lapangan dan tugas siswa. Sedangkan data kuantitatif adalah hasil tes siswa selama kegiatan belajar mengajar dan setelah selesai materi yang diajarkan (pre test – post test). Untuk data kualitatif, analisis yang digunakan adalah analisis non statistik, yaitu analisis deskriptif kualitatif, analisis data yang diwujudkan bukan dalam bentuk angka-angka, melainkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif.2 Analisis ini menggunakan analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan prestasi mata pelajaran Alquran Hadis\\ Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurejo tahun ajaran 2010/2011. Dalam teknik ini data yang diperoleh secara sistematis dan obyektif melalui tes akan diolah dan dianalisis sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif yaitu secara induktif, suatu pengambilan keputusan dengan menggunakan pola pikir yang berangkat dari fakta-fakta yang sifatnya khusus, kemudian digeneralisasikan kepada hal-hal yang bersifat umum.3 Analisa data untuk tujuan tindakan dilakukan dengan membandingkan isi catatan yang dilakukan kolaborator (guru pengampu) dan peneliti dengan harapan unsur subyektifitas dapat dikurangi. Sedang data kuantitatif, analisisnya menggunakan statistik deskriptif dengan penyimpulan lebih mendasarkan pada nilai rata-rata (mean). Mean dicari dengan menggunakan rumus:4 Mx
fx N
Di mana :
Mx 2
= Mean yang kita cari
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989),
hlm. 5. 3
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1990), hlm. 39. 4
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2009), hlm. 82-83.
40
x
= Nilai / skor tes
f
= Frekuensi
fx = Jumlah dari hasil perkalian antara nilai dengan frekuensinya
BAB IV PENERAPAN METODE IQUIRY DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ALQURAN HADIS\|\ PADA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI SUMURREJO TAHUN AJARAN 2010/2011
A. Gambaran Umum MIN Sumurrejo 1. Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al-Islam Kelurahan Sumurrejo Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang berdiri pada tahun 1966, dinegerikan oleh Departemen Agama RI dengan SK Menteri Agama No: 107 Tahun 1997. MIN Sumurrejo memiliki luas tanah kurang lebih 2.600 m2 terletak di jalan Moedal Nomor 3 Sumurrejo Gunung Pati, Semarang ini mempunyai struktur organisasi sebagai berikut: Tabel 1 Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 No Nama Jabatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Imron Rosyadi, S.Ag Drs. Syamsuddin Moh Turhamun, S.Pd.I Drs. Arif Sumari Yunia Iriani Sugiharti Sunarto
Kepala Madrasah Komite Sekolah Waka Sarana Prasarana Kepala TU Koordinator BP/BK Bendahara Penjaga Sekolah
2. Keadaan Guru Tenaga pendidik atau guru di Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 berjumlah 9 orang yang dapat diuraikan sebagai berikut:
42
Tabel 2 Guru-Guru Bidang Studi Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 No Nama Bidang studi NIP 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Siti Daimah, S.Pd.I Muyasaroh A. Hadi Sulkhan, A.Ma Eni Susiati, A.Ma Fitriyah W, S.Pd.I Yayuk Sri Lestari H, A.Ma Sri Marginingsih, S.Pd.I M. Dony Arifin, S.H.I Muliyanto, S.Si
Guru Kelas I Guru Kelas II Guru Kelas III Guru Kelas IV Guru Kelas V Guru Kelas VI Bahasa Inggris Bahasa Arab Olahraga
196810082005012001 19780122200901004 19740428200511002 196605102006042001 198107242002122001 197111292007102001
3. Keadaan Siswa Jumlah siswa MIN Sumurrejo Tahun Ajaran 2010-2011, yang terbagi menjadi 6 rombongan belajar adalah sebagai berikut: Tabel 3 Jumlah Siswa MIN Sumurrejo Tahun Ajaran 2010-2011 No.
Kelas
Jumlah
1.
I
21 Siswa
2.
II
39 Siswa
3.
III
22 Siswa
4.
IV
32 Siswa
5.
V
37 Siswa
6.
VI
27 Siswa
Jumlah
168 Siswa
4. Fasilitas Sarana dan prasarana merupakan faktor terpenting dalam menunjang kesuksesan dan kelancaran dalam proses belajar mengajar. Keadaan sarana dan prasarana yang ada adalah:
Ruang belajar 6 lokal
Ruang kepala sekolah 1 lokal
Ruang guru 1 lokal
43
Ruang TU 1 lokal
Perpustakaan 1 lokal
4 kamar mandi siswa
1 kamar mandi Kepala Sekolah
1 kamar mandi guru
Laboratorium komputer
5. Gambaran Umum GBPP Alquran Hadis\ Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo Sebagaimana Madrasah Ibtidaiyyah yang lain, MIN Sumurrejo Semarang juga berusaha menciptakan budaya agamis dalam pelaksanaan kurikulum sekolah. Banyak kegiatan-kegiatan yang bersifat KeIslaman, dimeriahkan dan didukung oleh dewan guru dan kepala sekolah. Seperti halnya Tilawatil Quran, walaupun sifatnya ekstra kurikuler akan tetapi kegiatan ini adalah termasuk muatan khusus yang diwajibkan bagi siswa. Melihat moral remaja (terutama siswa MIN Sumurrejo Semarang) yang semakin sulit untuk diatur. Dengan jalan diselenggarakan Ekstra Tilawatil Quran ini, supaya siswa mau mempelajari pedomannya Alquran. Dengan belajar maka dengan sendirinya, sedikit demi sedikit mereka akan mengetahui kandungan Alquran, yang di dalamnya banyak sekali ilmuilmu pengetahuan, karena Alquran adalah sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan. Mata pelajaran Alquran Hadis\\ di Madrasah Ibtidaiyah adalah mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis Alquran dan Hadis\\ dengan benar, serta hafalan terhadap surat-surat pendek dalam Alquran, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat tersebut dan Hadis\\-Hadis\\ tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam pendidikan dasar adalah untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui keteladanan dan pembiasaan.
44 Hal ini sejalan dengan pendidikan dasar adalah untuk: 1 1) Pengembangan potensi dan kapasitas peserta didik, yang menyangkut: rasa ingin tahu, percaya diri, keterampilan berkomunikasi dan kesadaran diri; 2) Pengembangan kemampuan baca, hitung dan bernalar, ketrampilan hidup, dasar-dasar keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME; 3) Pondasi
bagi
pendidikan
mempertimbangkan
berikutnya.
perkembangan
Di
samping
psikologis
anak,
itu,
juga bahwa
perkembangan intelektual anak ada pada usia 6–11 tahun. Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar juga merupakan masa social imitation (usia 6-9 tahun) atau masa mencontoh, sehingga diperlukan figur yang dapat memberi contoh dan teladan yang baik dari orang-orang sekitarnya (keluarga, guru dan teman-teman sepermainan), usia 9-12 tahun sebagai masa second star of individualization atau masa individualisasi, dan usia 12-15 tahun merupakan masa social adjustment atau penyesuaian diri secara sosial. Secara substansial mata pelajaran Alquran Hadis\\ memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mencintai kitab sucinya, mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran Hadis\\ sebagai sumber utama ajaran Islam dan sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan seharihari. Mata pelajaran Alquran Hadis\\ di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk: a. Memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam membaca, menulis, membiasakan, dan menggemari membaca Alquran dan Hadis\\; b. Memberikan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayatayat Alquran Hadis\\ melalui keteladanan dan pembiasaan; c. Membina dan membimbing perilaku peserta didik dengan berpedoman pada isi kandungan ayat Alquran dan Hadis\\. 1
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah.
45 Ruang lingkup mata pelajaran Alquran Hadis\\ di Madrasah Ibtidaiyah meliputi: 2 a. Pengetahuan dasar membaca dan menulis Alquran yang benar dengan kaidah ilmu tajwid. b. Hafalan surat-surat pendek dalam Alquran dan pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungannya serta pengamalannya mengambil keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. c. Pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembacaan mengenai Hadis\\-Hadis\\
yang berkaitan dengan kebersihan, niat,
menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahmi, takwa, menyayangi anak yatim, berjamaah, ciri-ciri orang munafik, dan amal salih. Tabel 4 Standar Kompetensi Kelas IV Semester 1 Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo STANDAR KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI 1. Menghafal surat-surat pendek secara benar dan fasih
1.1 Membaca surat al-‘Adiyat dan surat alInsyiraah secara benar dan fasih 1.2 Menghafalkan surat al-‘Adiyat secara benar dan fasih
2. Memahami arti suratsurat pendek
2.1 Mengartikan surat an-Nashr dan surat alKausar 2.2 Memahami isi kandungan surat an-Nashr dan al-Kausar secara sederhana
3. Memahami kaidah ilmu 3.1 Memahami hukum bacaan idhar dan ikhfa’ tajwid
2
3.2 Menerapkan hukum bacaan idhar dan ikhfa’
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah.
46
Tabel 5 Standar Kompetensi Kelas IV Semester 2 Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo STANDAR KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI 4. Memahami arti surat pendek dan Hadis\\
4.1 Mengartikan surat al-Lahab 4.2 Menjelaskan isi kandungan surat al-Lahab secara sederhana
tentang niat dan
4.3 Menerjemahkan isi kandungan Hadis\\
silaturahmi
tentang niat dan silaturahmi 4.4 Menjelaskan isi kandungan Hadis\\ tentang niat dan silaturahmi secara sederhana 5. Menerapkan kaidah-
5.1 Memahami hukum bacaan idqham
kaidah ilmu tajwid
bighunnah, idgham bilaghunnah, dan iqlab 5.2 Menerapkan hukum bacaan idqham bighunnah, idgham bilaghunnah, dan iqlab
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)3 Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu
: Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumurrejo : Alquran Hadis\ : IV (Empat) / 2 (Genap) : 6 x 35 menit
A. Standar Kompetensi Memahami arti surat pendek. B. Kompetensi Dasar Menjelaskan isi kandungan surat Al-Lahab secara sederhana C. Indikator
3
Menceritakan kisah Abu Lahab dan istrinya.
Menjelaskan isi kandungan surat Al-Lahab secara sederhana.
Hasil observasi terhadap guru mata pelajaran Alquran Hadis kelas IV MIN Sumurrejo (Ibu Eni Susiati).
47
Menunjukkan contoh perilaku yang sama dengan perilaku Abu Lahab dan istrinya.
Menyebutkan akibat orang yang berperilaku seperti perilaku Abu Lahab dan istrinya.
D. Materi Pelajaran Terjemahan surat Al-Lahab E. Metode Pembelajaran - Permodelan - Penugasan F. Langkah-Langkah Pembelajaran NO 1.
2.
3.
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PENDAHULUAN - Salam pembuka dengan cara menyapa siswa tentang keadaan kesehatan dan kesiapan dalam menerima pelajaran hari ini. - Memeberikan motivasi dan penjelasan awal tentang target yang harus dikuasai siswa setelah belajar. - Mengadakan appersepsi melafalkan surat-surat pendek (drill) - Membentuk kelompok kecil maksimal 2 orang anak. - Mendesain kelas dalam bentuk melingkar besar (lesehan di musola) KEGIATAN INTI - Siswa menyimak penjelasan guru tentang surat AlLahab mulai dari identitas surat, pengertian surat, nama surat, serta tempat diturunkannya surat. - Guru memberi contoh pelafalan surat Al-lahab dengan benar dan fasih. - Siswa menirukan pelafalan surat Al-Lahab dengan benar dan fasih. - Siswa mengulang pelafalan yang dicontohkan oleh guru tentang surat Al-Lahab - Secara berkelompok siswa membaca arti kata surat Al-Lahab. - Bermain game mencocokkan arti kata dengan penggalan kata. - Secara berkelompok siswa mengartikan surat AlLahab dari arti kata (lafdhiyah) di kertas yang disediakan. - Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. - Bermain adu cepat menyusun ayat dan artinya. - Hafalan surat Al-Lahab dan artinya dengan benar dan fasih. PENUTUP - Secara klasikal guru mengulang kembali pelafalan
MEDIA/ SUMBER
WAKTU 10 menit
Teknik pembagian kelompok
45 menit Guru, Slide, Tape recorder, Instrumen kuis
5 menit Inetrumen
48
surat An-Nashr dan Surat Al-Kaustar dan diikuti oleh siswa. - Menyampaikan tugas untuk mengulang pelafalan dan menghafalkan surat Al-lahab dengan benar dan fasih dalam salat fardu. - Memberikan penghargaan kepada siswa yang telah mendapat penilaian maksimal
tugas individu
G. MEDIA /SUMBER Kartu ayat dan tafsir Al-Qur’an H. PENILAIAN -
Tes tertulis
-
Tes lisan
B. Analisis Penerapan Metode Inquiry Pada Mata Pelajaran Alquran Hadis\\ di Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan rasa penasaran siswa adalah inquiry teaching. Dalam metode ini, siswa lebih banyak ditanya daripada diberikan jawaban. Dengan mengajukan pertanyaan, bukan hanya pernyataanpernyataan, rasa penasaran siswa akan meningkat karena siswa mengalami ketidakpastian terhadap jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut.4 Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources.5 5 komponen ini dibagi dalam dua siklus. Berdasarkan observasi selama 4 kali pertemuan yaitu, hari Senin, 14 dan 21 Maret 2011; Rabu, 16 dan 23 Maret 2011, menghasilkan beberapa data sebagai berikut: 1. Siklus I a. Perencanaan Sebelum pelaksanaan Pembelajaran, guru mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan proses belajar mengajar. Sudah barang 4
Gagne, Ellen, D., 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Little, Brown and Company 5 Garton, Janetta., 2005. Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District, Technology Integration Academy, hal. 54.
49
tentu tujuannya adalah agar proses pelaksanaannya dapat mencapai tujuan yang optimal. Persiapan mengajar ini tentunya dibuat sebelum pengajaran.
Setiap
guru
merencanakan
pengajarannya
satu
kali
pertemuan. Persiapan-persiapan tersebut di tuangkan dalam satuan pelajaran (satpel). Standar kompetensi dalam siklus I ini adalah ”Memahami arti surat pendek dan Hadis\\ tentang niat dan silaturahmi”, dengan Kompetensi Dasar ”Mengartikan surat al-Lahab, Menjelaskan isi kandungan surat alLahab secara sederhana, yang dituangkan dalam Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP). Sebagai Peneliti Tindakan Kelas, maka peneliti mengikuti kurikulum yang dipakai oleh MIN Sumurrejo. Hasil observasi menunjukkan bahwa proses belajar mengajar Alquran Hadis\\ kelas IV MIN Sumurrejo tengah membahas surat al Lahab dan Hadis\\ tentang niat. Oleh sebab itu tindakan inquiry langsung diterapkan pada kompetensi dasar tersebut. Bahan-bahan diambil dari buku-buku yang berkaitan dengan pembelajaran Alquran Hadis\\. Selain itu guru juga menyiapkan kitab Alquran serta Hadis\\. b. Pelaksanaan Dalam siklus I guru dan peneliti merencanakan 2 pertemuan. Masing-masing
pertemuan
2
x
35
menit.
Pertemuan
pertama
diselenggarakan hari Senin 14 Maret 2011, jam ketiga yaitu pukul 08.10 WIB. Pertemuan kedua diselenggarakan hari Rabu 16 Maret 2011 jam keempat pukul 08.45 WIB. Pada siklus pertama ini metode inquiry yang diterapkan adalah Question, Student Engagement dan Performace Evaluation. a. Question. Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman
50
siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini, siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi. Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari metode inquiry adalah munculnya sikap keilmiahan siswa, misalnya sikap objektif, rasa ingin tahu yang tinggi, dan berpikir kritis, Jika metode inquiry dapat mempengaruhi sikap keilmiahan siswa, maka muncul pertanyaan apakah metode ini juga dapat mempengaruhi motivasi belajar dalam diri siswa? Rasa ingin tahu siswa akan memberikan motivasi bagi siswa tersebut untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapinya; yang tidak lain adalah motivasi untuk belajar. Dengan sikap keilmiahan, konsep-konsep lebih mudah dipahami oleh siswa. Begitu juga, dengan motivasi belajar yang tinggi, kegiatan pembelajaran juga menjadi lebih mudah mencapai tujuannya. Jadi, tampaknya ada hubungan yang kuat antara motivasi belajar dengan sikap keilmiahan yang terbentuk sebagai akibat dari penerapan metode inquiry. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dapat diartikan sebagai rangsangan atau dorongan. Adanya rangsangan dan dorongan ini menyebabkan siswa termotivasi untuk meresponnya melalui kegiatan ilmiah, yaitu mencari jawaban dari pertanyaan. Kegiatan ilmiah yang dilakukan, tidak lain adalah upaya untuk mengurangi dorongan rasa ingin tahu.
51
Dalam memberikan pertanyaan kepada siswa ada rangsangan optimal untuk suatu aktivitas tertentu. Sebab, jika rangsangan yang diberikan terlalu tinggi, maka motivasi siswa justru dapat turun kembali. Harus juga dipertimbangkan “jarak” antara pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dengan jawaban yang diharapkan tidak terlalu jauh, supaya motivasi untuk menjawab pertanyaan tersebut besar karena jarak psikologis tersebut berbanding terbalik dengan motivasi. Pertanyaan-pertanyaan
yang
disyaratkan
dalam
metode
pembelajaran Inquiry, yang oleh Garton disebut sebagai pertanyaan essential, antara lain harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut: 6 1) Dapat ditanyakan berulang-ulang 2) Menunjukkan kepada siswa hubungan antara beberapa konsep dalam sebuah subjek 3) Muncul dari usaha untuk belajar lebih jauh mengenai kehidupan, berupa pertanyaan umum dan membuka pertanyaan-pertanyaan lebih jauh 4) Menuntun pada konsep utama subjek tertentu, untuk menjawab pertanyaan bagaimana kita mengetahuinya atau mengapa 5) Memberikan
stimulus
dan
menumbuhkan
minat
untuk
menyelidiki; melibatkan siswa dan menimbulkan curiosity 6) Melibatkan level berpikir yang lebih tinggi 7) Tidak dapat langsung dijawab 8) Tidak dapat dijawab hanya dengan satu kalimat Untuk menjawab pertanyaan essential tersebut. diperlukan pertanyaan unit. Ciri pertanyaan unit antara lain: menanyakan konsepkonsep apa saja yang terdapat dalam subjek pertanyaan essential membantu siswa menjawab pertanyaan essential secara lebih spesifik. Pertanyaan Essential dalam penelitian ini adalah: 6
Garton, Janetta., 2005. Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District, Technology Integration Academy, hal. 60.
52 “Enak dong nampang di Alquran seperti Abu Lahab?” Sedangkan pertanyaan unitnya adalah: 1) Siapakah Abu Lahab? 2) Apa kesalahannya? 3) Apa siksa yang bakal diterimanya? 4) Bagaimana sikap Rasulullah terhadap Abu Lahab? 5) Bolehkah kita meniru Abu Lahab? 6) Bagaimana seharusnya berlaku kepada orang lain? 7) Hikmah apa yang dapat kita ambil dari surat al Lahab? 8) Hafalkah kalian surat al Lahab beserta artinya? Pada pertemuan pertama ini pertanyaan yang akan dilemparkan adalah pertanyaan 1, 2 dan 3. b. Student Engangement Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi. c. Performance Evaluation Dalam menjawab permasalahan, siswa diminta untuk membuat sebuah
produk
yang
dapat
menggambarkan
pengetahuannya
mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi. c. Pengamatan 1. Pertemuan I Setelah semua perangkat persiapan dibuat, maka langkah selanjutnya
adalah
melaksanakan
yang
telah
direncanakan
sebelumnya. Dalam hal ini adalah tahap pelaksanaan kegiatan
53 pembelajaran Alquran Hadis\\. Dalam proses ini kemampuan yang dituntut
adalah
kemampuan
guru
dalam
menciptakan
dan
menumbuhkan proses pembelajaran sesuai metode yang telah disusun sebelumnya. Peneliti memasuki kelas, tepatnya hari Senin14 Maret 2011 pukul 08.10 WIB, setelah pergantian jam pelajaran. Setelah mengucap salam guru mulai menyapa siswa. Pada tahap perdana ini, peneliti membagikan lembar pre test, untuk dijawab satu persatu. Hal ini dilakukan agar tujuan pembelajaran mengena terhadap siswa. Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Petanyaan essential pun dilontarkan: “Enak ya jadi Abu Lahab, bisa nampang di Alquran?” Setelah pertanyaan essential dilemparkan, siswa pun berebutan untuk menjawab. Sehingga guru harus mengkondisikan kelas agar siswa menjawab, melalui selembar kertas, yang akan dibaca dan ditulis di papan tulis. Dari 32 siswa, 16 siswa menjawab enak, 10 siswa menjawab tidak enak, 3 siswa menjawab Abu Lahab sakti, 2 siswa menjawab lebih enak jadi artis, 1 siswa menjawab kok tidak masuk you tube ya?. Sebagaimana rumus inquiry, guru adalah fasilitator, maka peneliti mencoba mengarahkan siswa dengan pertanyaan unit. Sebagai langkah kedua, siswa dibagi menjadi 4 kelompok, dan tiap kelompok diminta memecahkan pertanyaan 1-3. 1. Siapakah Abu Lahab? 2. Apa kesalahannya? 3. Apa siksa yang bakal diterimanya? Hasil diskusi kelompok masih belum sesuai dengan fakta sejarah. 75 % siswa belum mengetahui siapa Abu Lahab, apa salah
54
dan dosanya, serta siksa apa yang bakal diterimanya. Akhirnya pertemuan selesai dengan persoalan “Abu Lahab” yang belum terungkap. Kemudian peneliti mencoba memberi bahan dengan pertanyaan. “Kalo tidak salah Ibu dulu pernah lihat kisah Abu Lahab di perpustakaan. Kayaknya di buku Asbabun Nuzul, atau dalam sejarah Rasul ya? Ibu lupa coba nanti ibu ke perpustakaan lagi? “Kira-kira orang tua kita tahu tidak ya siapa Abu Lahab? Kemudian pelajaran pun ditutup dengan salam dan peneliti berpamitan kepada siswa. 2. Pertemuan II Pada pertemuan kedua, sebelum ditanya, para siswa langsung menunjukkan jari ingin menjawab persoalan Abu Lahab yang masih berkecamuk dalam benak mereka. Mereka
pun
diberi
kesempatan
untuk
mengemukakan
pendapatnya. Kesempatan pertama diberikan kepada siswa yang bernama, Bintang Anif. Meski sedikit gugup, Bintang mampu menjelaskan bahwa Abu Lahab adalah tokoh jahat yang menjerat leher Rasulullah dengan seutas tali. Dan kelak di neraka lehernya bakal dijerat oleh Allah dengan tali dari api neraka. Kemudian peneliti memunculkan konflik pertanyaan “benarkah Abu Lahab adalah paman Nabi?” Kesempatan kedua siswa untuk mencermati kisah Abu Lahab, diberikan kepada Ilham Wahyu. Ilham menjawab singkat: “Abu Lahab adalah paman Nabi, Abu Lahab adalah adik dari Abu Thalib”. Peneliti
mencoba membangkitkan diskusi
kelas dengan
memutari kelas dan mendekati bangku belakang, kemudian mencoba
55 mengetes pengetahuan Ulul Absor. “Ulul kayaknya pengen bercerita nih mengenai surat al Lahab? Ulul pun menyambut dengan mengatakan, “Setahu saya Abu Lahab itu orang kafir koncone (temannya) Raja Firaun, yang kejam dan dilaknat Allah”. Mahdum siswa mungil dan lucu ini menambahkan: “Kemarin saya ke perpustakaan, mencari buku tentang Abu Lahab, kata penjaga perpustakaan saya disuruh baca kitab Asbabun Nuzul. Dan bukunya tidak boleh dipinjam. Yo wis tak catet wae (ya udah saya catat saja)”. Setelah diizinkan membaca catatannya, mahdum pun membaca catatannya. “Ketika rasulullah pertama kali dakwah secara terbuka di bukit Shafa, dengan mengumpulkan pemuka Quraisy, dan mulai mengajak untuk menyembah Allah, semua kaum kafir terdiam, kecuali Abu Lahab yang mengucap “Celakalah Kau hai Muhammad, hanya untuk ngomong begitu saja kami kau kumpulkan?” “Nabi Muhammad tak dapat bicara. Tetapi kemudian turunlah surat Al Lahab menjawab ucapan Abu Lahab tersebut”. Satu siswa lagi ditugaskan untuk menyampaikan pendapat tentang bagaimana sepak terjang Abu Lahab. Sofia Nur Maula Siswa perempuan ini menyampaikan: “Abu Lahab menyatakan tantangan keras, sehingga melebihi kafir yang lain”. "Jangan kalian dengarkan Muhammad. Dia telah khianat kepada agama nenek-moyangnya, dia adalah seorang pendusta!", ucap sofia menirukan sosok Abu Lahab. “Ke mana Nabi Muhammad pergi, dia selalu mengikuti. Gangguan-gangguan, hinaan dan kata-kata kotor harus diterima ke mana saja Nabi pergi”. Peneliti kembali melemparkan pertanyaan, “Sekejam itukah Abu Lahab kepada keponakannya sendiri?”
56
Titis Norma mengangkat tangannya, siswa perempuan ini pun diberi kesempatan. Dia menyampaikan: “Menurut cerita Ibu saya, pada waktu kelahiran Nabi, Abu Lahab sangat gembira, hingga dia menyembelih sepuluh ekor unta untuk syukuran”. Tapi ketika nabi Muhammad mulai berdakwah, Abu Lahab marah banget. Bahkan ada wanita yang disiksa sampai mati karena ia tidak mau meninggalkan Islam kembali”. “Kaum Muslimin, dijotosi (dipukuli) dan dinyek (dihina). Tetapi kaum Muslimin tak peduli, ikhlas mereka menerima siksaan itu, demi mempertahankan akidah dan iman mereka”. “Intine (intinya), kejahatan Abu Lahab tidak dapat merintangi tersebarnya Islam”. Pada akhir pertemuan kedua peneliti menyatakan bahwa pendapat dari siswa tentang Abu Lahab semuanya benar. Kemudian pelajaran ditutup dengan salam. d. Refleksi Sebagai refleksi awal dalam siklus pertama ini, dilakukan pre test untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa. Tabel 6 Daftar Nilai Pre Test Siswa Kelas IV MIN Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 No.
Nama
Pre test
No.
Nama
Pre test
1. A. Falasifa al Haq
40
17. M. Mawahib
67
2. Anis Mardiyani
52
18. M. Miftahul Huda
61
3. A. Ulul Absor
54
19. M. Inu Vemby
49
4. Arsad al-Marzuki
71
20. Panca Mulyani
57
5. Bintang Anif P
22
21. R. Fendi Prianto
55
6. C. Laely S
63
22. Safiq A. Hakim
58
7. Dewi Zulfin
56
23. Sofia Nur Maula
63
8. Desty Amris K.H.
55
24. Sinta Maisaroh
61
57
9. Fina Khoiriyah
63
25. S. Mahdum
55
10. Hamed K. Bayu
65
26. Sahilatul Masiroh
44
11. Hibatul Afifah
45
27. Titis Norma H.
39
12. Ilham Wahyu S
35
28. Widyan Arkan
29
13. Lu’luatu N. Zulfa
66
29. W. P. Septiani
47
14. M. Saeful M
65
30. W. P. Septiana
58
15. Misbahul Munir
51
31. Muhammad Arif
55
16. M. Zaky Irsyada
60
32. M. Gilang Ramadhan
45
Tabel 7 Nilai (X)
Frekuensi (f)
fX
71 67 66 65 63 61 60 58 57 56 55 54 52 51 49 47 45 44 40 39 35 29 22 Total
1 1 1 2 3 2 1 2 1 1 4 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 32=N
71 67 66 130 189 122 60 116 57 56 220 54 52 51 49 47 90 44 40 39 35 29 22 1706
Dari tabel 7 telah berhasil kita peroleh: E fX= 1706, sedangkan N telah kita ketahui = 32. Dengan demikian Mean dapat kita peroleh dengan menggunakan rumus:
58
Maka Mx
fx N
1706 32 = 53,31
Mx
Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan siswa tentang Surat Al Lahab masih rendah atau di bawah rata-rata.7 Hasil pengamatan peneliti dengan kolaborator, pada pertemuan pertama di mana pengetahuan siswa memang belum mengetahui tentang surat Al Lahab, menunjukkan bahwa motivasi siswa muncul. Terbukti, sebagian besar dari mereka bersemangat dalam menjawab pertanyaan essential yang diajukan. Selanjutnya pada pertemuan kedua pengetahuan mereka mengenai Abu Lahab sudah lebih baik, tanpa harus diceramahi oleh guru. Pancingan pertanyaan yang dipakai mampu menimbulkan gairah mereka untuk bertanya pada orang tuanya, maupun membaca buku. Hasil diskusi antara peneliti dan kolaborator, merekomendasikan bahwa siklus II layak untuk dilanjutkan, yakni Cooperative Interaction, Variety of resources dan Performace Evaluation. 2. Siklus II a. Perencanaan Sebelum pelaksanaan Pembelajaran, guru mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan proses belajar mengajar. Sudah barang tentu tujuannya adalah agar proses pelaksanaannya dapat mencapai tujuan yang optimal. Persiapan mengajar ini tentunya dibuat sebelum pengajaran.
Setiap
guru
merencanakan
pengajarannya
satu
kali
pertemuan. Persiapan-persiapan tersebut di tuangkan dalam satuan pelajaran (satpel).
7
Hasil Rapat Dinas MIN Sumurrejo pada 5 Juli 2010, memutuskan bahwa nilai rata-rata kelulusan siswa pada mata pelajaran Alquran Hadis| adalah 65.00.
59 Standar kompetensi dalam siklus II ini adalah ”Memahami arti surat pendek dan Hadis\\ tentang niat dan silaturahmi”, dengan Kompetensi Dasar ”Mengartikan surat al-Lahab, Menarik benang merah antara surat al Lahab dengan silaturrahmi, yang dituangkan dalam Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP). Sebagai Peneliti Tindakan Kelas, maka peneliti mengikuti kurikulum yang dipakai oleh MIN Sumurrejo. Hasil observasi menunjukkan bahwa proses belajar mengajar Alquran Hadis\\ kelas IV MIN Sumurrejo tengah membahas surat al Lahab dan Hadis\\ tentang silaturahmi. Oleh sebab itu tindakan inquiry langsung diterapkan pada kompetensi dasar tersebut. Bahan-bahan diambil dari buku-buku yang berkaitan dengan pembelajaran Alquran Hadis\\. Selain itu guru juga menyiapkan kitab Alquran serta Hadis\\. b. Pelaksanaan Dalam siklus II guru dan peneliti merencanakan 2 pertemuan. Masing-masing
pertemuan
2
x
35
menit.
Pertemuan
pertama
diselenggarakan hari Senin 21 Maret 2011, jam ketiga yaitu pukul 08.10 WIB. Pertemuan kedua diselenggarakan hari Rabu 23 Maret 2011 jam keempat pukul 08.45 WIB. Pada siklus kedua ini. metode inquiry yang diterapkan adalah Cooperative
Interaction,
Variety
of
resources
dan
Performace
Evaluation. 1. Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar. Sebagai bahan diskusi akan dilemparkan pertanyaan 4- 8
60
2. Variety of Resources Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, sumber belajar berupa orang tua, buku, dan alam sekitar. 3. Performance Evaluation Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi. Pada akhirnya siswa diminta menggambarkan pengetahuan mereka dalam bentuk gambar. Sebagai aktualisasi diri secara bebas. c. Pengamatan 1. Pertemuan I Setelah semua perangkat persiapan dibuat, maka langkah selanjutnya
adalah
melaksanakan
yang
telah
direncanakan
sebelumnya. Dalam hal ini adalah tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran Alquran Hadis\\. Dalam proses ini kemampuan yang dituntut
adalah
kemampuan
guru
dalam
menciptakan
dan
menumbuhkan proses pembelajaran sesuai metode yang telah disusun sebelumnya. Peneliti memasuki kelas, tepatnya hari Senin 21Maret 2011 pukul 08.10 WIB, setelah pergantian jam pelajaran. Setelah mengucap salam guru mulai menyapa siswa. Pada tahap ini, peneliti membuat kelompok diskusi dan mengajak siswa berdiskusi luar kelas, yakni di halaman belakang sekolah. Hal ini dilakukan agar tujuan pembelajaran mengena terhadap siswa.
61
Setelah semua siswa berada di halaman belakang sekolah dan semua sudah mendapat kelompok diskusi, pertanyaan 4 dan 5 dilontarkan. 1. Bagaimana sikap Rasulullah terhadap Abu Lahab? 2. Bolehkah kita meniru Abu Lahab? Di halaman belakang siswa diminta untuk mendiskusikan pertanyaan tersebut secara kelompok. Dalam waktu 20 menit, dan sisa waktu digunakan untuk presentasi, dan menunjuk ketua kelas untuk memimpin diskusi. Hasil diskusi tidak disimpulkan, dibiarkan diskusi yang memanas itu berakhir tanpa konklusi, dengan alasan jam pelajaran habis. Kemudian siswa kembali ke kelas untuk mengikuti mata pelajaran lainnya. 2. Pertemuan II Dalam pertemuan ini, setelah salam siswa nampak antusias ingin mengemukakan hasil diskusi kemarin. Sebelum membahas hasil diskusi kemarin, peneliti kembali mencecar siswa dengan pertanyaan nomor 6 dan 7. 1. Bagaimana seharusnya berlaku kepada orang lain? 2. Hikmah apa yang dapat kita ambil dari surat al Lahab? Kali ini apa peneliti meminta apa yang ada di benak mereka, dirumuskan dalam gambar. Bagaimana gambar yang tepat untuk menjawab bagaimana seharusnya kita berlaku pada orang lain? Hasil gambar yang dikumpulkan tanpa diberi nama ini sangat beragam. Di antaranya ada yang mengekspresikan dirinya dengan pohon kelapa, pohon ketela timbangan, obor, lilin, harimau serta sungai. Pada pertemuan terakhir ini, barulah dimunculkan pertanyaan hafalkah kalian surat al Lahab beserta artinya? Ternyata mereka sudah
62
hafal, meskipun tanpa pernah diminta menghafal. Terakhir mereka diminta untuk menjawab pos test. d. Refleksi Evaluasi
dari
salah
satu
komponen
dari
metode
inquiry
Performance Evaluation dilakukan dengan menilai pengetahuan siswa melalui produk gambar mereka. Hasilnya adalah: Tabel 8 Rekapitulasi Hasil Penggambaran Diri siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 No
Gambar
1. Pohon kelapa
Jumlah
Makna
12
Bermanfaat semua bagiannya, mulai dari akar hingga daunnya.
2. Pohon ketela
9
Bermanfaat bagi manusia Buahnya
bisa
menjadi
beraneka
makanan
Murah
Mudah ditanam
3. Timbangan
5
Adil dan jujur
4. Obor
2
Menjadi penerang umat
5. Lilin
2
Rela berkorban
6. Harimau
1
Pemberani dan jantan
7. Sungai
1
Diam-diam menghanyutkan
Sebagai refleksi akhir, dilakukan post test. Dan hasilnya sebagai berikut:
63
Tabel 9 Daftar nilai post test siswa kelas IV MIN Sumurrejo, Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 No.
Nama
Post test
No.
Nama
Post test
1. A. Falasifa al Haq
75
17. M. Mawahib
80
2. Anis Mardiyani
80
18. M. Miftahul Huda
75
3. A. Ulul Absor
75
19. M. Inu Vemby
80
4. Arsad al-Marzuki
95
20. Panca Mulyani
75
5. Bintang Anif P
60
21. R. Fendi Prianto
75
6. C. Laely S
80
22. Safiq A. Hakim
75
7. Dewi Zulfin
75
23. Sofia Nur Maula
70
8. Desty Amris K.H.
65
24. Sinta Maisaroh
65
9. Fina Khoiriyah
75
25. S. Mahdum
60
10. Hamed K. Bayu
75
26. Sahilatul Masiroh
75
11. Hibatul Afifah
75
27. Titis Norma H.
70
12. Ilham Wahyu S
75
28. Widyan Arkan
80
13. Lu’luatu N. Zulfa
90
29. W. P. Septiani
75
14. M. Saeful M
95
30. W. P. Septiana
80
15. Misbahul Munir
80
31. Muhammad Arif
75
16. M. Zaky Irsyada
70
32. M. Gilang Ramadhan
80
Tabel 10 Perhitungan Untuk Mencari Mean nilai hasil post test Mata Pelajaran Alquran Hadis\ yang diikuti oleh 32 siswa kelas IV MIN Sumurrejo Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 Nilai (X) Frekuensi (f) fX 95 90 80 75 70 65 60
2 1 8 14 3 2 2
190 90 640 1050 210 130 120
Total
32=N
2430
64
Dari tabel 10 telah berhasil kita peroleh: E fX= 2430, sedangkan N telah kita ketahui = 32. Dengan demikian Mean dapat kita peroleh dengan menggunakan rumus: Mx
Mx
fx N
2430 32
= 75,94 Refleksi yang penulis lakukan dengan kolaborator mengatakan bahwa siswa sudah mampu memahami bagaimana berlaku kepada makhluk lain. Selanjutnya adalah pengembangan dari pengetahuan mereka agar tidak tercemar oleh berbagai macam persoalan kehidupan. C. Pembahasan Sistem pembelajaran yang ada di Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo yaitu sistem pembelajaran terpadu atau terintegrasi dengan mata pelajaran yang lain. Penggunaan lingkungan alam sekitar tidak hanya sebagai obyek observasi saja, tetapi juga digunakan sebagai sarana dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat membuat proses belajar lebih berkesan dan berarti bagi siswa, karena mereka akan merasa akrab dengan lingkungan sekitarnya. Dengan menggunakan sarana kejadian sehari-hari dapat menunjukkan pula adanya Allah yang Maha Esa. Oleh sebab itu, hendaklah guru mengambil kesempatan dari kejadian sehari-hari yang dapat menimbulkan perasaan keimanan dalam hati anak-anak. Misalnya orang dapat mati tiba-tiba tanpa sakit sedikitpun, orang kaya yang melanggar perintah Allah seperti berjudi, maka ia menjadi miskin dan lain-lain. Menggunakan berbagai media yang tepat yang dapat memudahkan pemahaman siswa. Dengan metode belajar yang integral memungkinkan siswa memahami proses belajar yang lebih efektif, sistematis, integral dalam menyerap materi pelajaran yang disampaikan. Namun dalam metode belajar yang integral dibutuhkan alokasi waktu yang cukup dalam proses belajar mengajar. Hal ini
65
sangat bagus diterapkan karena siswa dapat mengaitkan pelajaran yang satu dengan yang lain dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu ingatan mereka akan semakin kuat karena segala sesuatu saling terkait. Mengacu pada tujuan pendidikan Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo yaitu mensinergikan kecerdasan intelektual, emosi, spiritual secara optimal menuju generasi khoiru ummah. seluruh potensi yang ada pada peserta didik harus dikembangkan secara komprehensif agar dalam perkembangannya diharapkan mereka akan menjadi manusia dalam pengertian manusia seutuhnya. Berdasarkan hal tersebut, Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo telah mengembangkan berbagai potensi atau kecerdasan yang ada dalam diri anak didik. Hal ini merupakan terobosan yang bagus untuk dikembangkan, karena menilai seseorang cerdas tidak hanya dari IQ tetapi meliputi pengendalian emosi, spiritual, dan sebagainya. Tantangannya sekarang tinggal bagaimana Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo mengembangkan bermacam-macam kecerdasan tersebut dengan tidak hanya menjadikannya sebagai sebuah program atau teori, melainkan lebih diarahkan kepada praktek atau penerapannya. Berbagai aktifitas yang dilakukan guru dan siswa merupakan sarana untuk mengaktifkan siswa dan meningkatkan kualitas guru. Dengan menggunakan metode belajar aktif di mana guru betul-betul berfungsi sebagai fasilitator sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang akan menumbuhkan kreativitas dan kapabilitas dengan lebih optimal (student centris). Dengan demikian para guru dapat menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dalam diri anak sesuai dengan taraf pemikirannya. Dalam kegiatan inquiry, siswa diarahkan untuk menemukan sendiri pengetahuan yang mereka pelajari. Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada
66
kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi. 8 Selain itu dapat merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya fikir, termasuk daya ingatan dan lain-lain. Guru di sini betul-betul berfungsi sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan barunya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan lebih berkesan bagi siswa, karena mereka yang menemukan sendiri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, bahwa apa yang dialami siswa akan mudah diingat.9 Dalam pembelajaran dengan metode inquiry, ketika siswa merasa dilibatkan oleh guru (lingkungan) dalam proses menjawab pertanyaan-pertanyaan dan melakukan interaksi dengan sesama siswa melalui kerja kelompok, maka perilaku dan kepribadiannya berubah ke arah yang lebih baik, yaitu ikut aktif terlibat dalam kegiatan dan mau bekerjasama. Supaya keterlibatan dan kerjasamanya dapat diterima oleh lingkungan, maka ia harus menyiapkan diri sebaik mungkin, misalnya dengan membaca banyak buku teks. Artinya, motivasi belajar siswa meningkat. Manusia memiliki kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri. Kesempatan siswa untuk terlibat dan bekerjasama dalam sebuah pembelajaran dengan metode inquiry dapat dikatakan sebagai kesempatan untuk memenuhi dua kebutuhan – penghargaan dan aktualisasi diri – tersebut. Dengan demikian, metode inquiry memberikan ruang bagi siswa untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga siswa pun akan memiliki motivasi yang tinggi, tentu saja motivasi dalam belajar.
8
Sagala, Syaiful., 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung, Penerbit Alfabeta, hal
9
Abu Ahmadi dan Widodo Suproyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet I,
71. hlm. 27.
67
Keterlibatan dan interaksi kerjasama dalam pembelajaran dengan metode inquiry juga dapat ditinjau berdasarkan teori Social Cognition, yang menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat terjadi antara lain melalui attention dan motivation. Attention,
artinya
siswa
memperhatikan
lingkungan
melalui
keterlibatannya. Motivation, artinya lingkungan memberikan konsekuensi yang mengubah kemungkinan perilaku. Contoh konsekuensi adalah dianggap tidak aktif terlibat dan tidak dapat bekerjasama. Untuk menghindari konsekuensi ini, siswa termotivasi untuk belajar sehingga konsekuensi yang diperoleh adalah konsekuensi yang positif. Dalam pengajuan hipotesis akan dilihat nilai rata-rata (mean) pre test dan post test, sehingga efektif atau tidaknya pembelajaran Alquran Hadis\\ dengan metode inquiry pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumurrejo Tahun Ajaran 2010/2011 bisa terlihat. Dari tabel 7 terlihat bahwa Mean Nilai Hasil pre test Mata Pelajaran Alquran Hadis\ yang diikuti oleh 32 siswa kelas IV MIN Sumurrejo adalah 53,31. Dan dari tabel 10 diperoleh Mean Nilai Hasil post test Mata Pelajaran Alquran Hadis\ yang diikuti oleh 32 siswa kelas IV MIN Sumurrejo adalah 75,94. Dari nilai rata-rata yang diperoleh antara pre test dan post test, terlihat jelas bahwa mean post test 75,94 > pre test 53,31. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang peneliti ajukan penerapan metode inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar Alquran Hadis\\ pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo tahun ajaran 2010/2011, “diterima”. Artinya melalui metode inquiry siswa terpacu rasa keingintahuannya. Kondisi tersebut menyebabkan siswa terpacu semangat untuk menggali lebih dalam pengetahuannya. Pada akhirnya prestasi belajar pun ikut terangkat naik. D. Keterbatasan Penelitian Hasil apapun yang telah dilakukan secara optimal oleh peneliti, perlu disadari bahwa ada beberapa keterbatasan. Walaupun demikian hasil penelitian
68
yang diperoleh tersebut tetap dapat dijadikan awal acuan bagi penelitian selanjutnya. Dalam hal ini perlu menjelaskan beberapa keterbatasan penelitian yang dimaksudkan, antara lain: Pertama, sebagai manusia biasa tentunya penulis mempunyai kekurangan-kekurangan yakni keterbatasan kemampuan intelektual. Penelitian tidak bisa lepas dari teori. Oleh karena itu peneliti menyadari keterbatasan kemampuan khususnya pengetahuan ilmiah. Tetapi peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan peneliti dengan kemampuan keilmuan serta bimbingan dari dosen pembimbing. Kedua, keterbatasan waktu. Waktu yang digunakan peneliti sangat terbatas maka peneliti hanya memiliki sesuai keperluan yang berhubungan dengan peneliti saja. Walaupun waktu yang penulis gunakan cukup singkat akan tetapi bisa memenuhi syarat-syarat dalam penelitian ilmiah. Ketiga, hal terpenting yang menjadi faktor penunjang suatu kegiatan adalah biaya. Peneliti menyadari bahwa dengan biaya yang dikeluarkan yang dapat disajikan walaupun penelitian ini dikatakan layak akan tetapi masih banyak kekurangan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan biaya penelitian. Terakhir, berhubungan dengan proses penggeneralisasian. Hal ini dikarenakan populasi yang dipilih tidak bisa secara persis mencerminkan penerapan metode inquiry sebagai upaya peningkat prestasi belajar Alquran Hadis\\ \pada siswa Madrasah Ibtidaiyyah secara menyeluruh. Oleh karena itu, hasil penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan untuk semua siswa di Indonesia, hanya bisa digeneralisasikan untuk penelitian saja. Ketiga, penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan bahwa setiap hasil belajar Alquran Hadis\\ dipengaruhi oleh metode inquiry, karena walaupun hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan status keilmuannya, semua yang dihasilkan tetaplah bersifat kasuistik. Kasuistik tersebut muncul karena keberhasilan Alquran Hadis\\ tidak hanya dipengaruhi oleh metode semata, melainkan ada pengaruh oleh faktor lain misalnya bimbingan belajar orang tua, seperti perhatian, pola asuh, kasih sayang.
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan Metode
inquiry
merupakan
metode
pembelajaran
yang
berupaya
menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Dalam kegiatan inquiry, siswa diarahkan untuk menemukan sendiri, pengetahuan yang mereka pelajari, dalam hal ini persoalan yang muncul dalam surat Al Lahab. Dengan demikian proses belajar mengajar Alquran Hadis\ menjadi lebih efektif. Berdasarkan uraian-uraian, hasil penelitian dan analisis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan metode inquiry mampu membangkitkan motivasi belajar Alquran Hadis\ siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo, khususnya pada kompetensi dasar Surat Al Lahab. Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari metode inquiry adalah munculnya sikap keilmiahan siswa, misalnya sikap objektif, rasa ingin tahu yang tinggi, dan berpikir kritis. Dengan terbangkitkan dan terpacu rasa keingintahuan siswa, menyebabkan siswa menjadi lebih bersemangat untuk menggali lebih dalam pengetahuannya. Rasa ingin tahu siswa memberikan motivasi bagi siswa tersebut untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul seputar surat al Lahab; yang tidak lain adalah motivasi untuk belajar. Hubungan antara rasa ingin tahu akibat penerapan metode inquiry, searah dengan motivasi belajar. Artinya semakin besar rasa ingin tahu siswa, maka semakin besar pula motivasi belajar siswa. Dengan kata lain penerapan metode inquiry dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Terbukti siswa mampu dan mau mencari tahu tentang problem
70
yang dimunculkan di dalam kelas, dengan berbagai macam cara. Ada yang bertanya pada orang tua, guru, saudara, maupun membaca buku. 2. Tingkat kondisi penerapan metode inquiry pada bidang studi Alquran Hadis\ dapat dikategorikan berhasil. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh antara pre test dan post test, terlihat jelas bahwa mean post test 75,94 > mean pre test 53,31.
Dari hasil tersebut di atas, menunjukkan bahwa metode inquiry memberikan pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa bidang studi Alquran Hadis\ MIN Sumurrejo Kecamatan Gunung pati semarang. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang peneliti ajukan, yaitu penerapan metode inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar Alquran Hadis\\ pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo Tahun Ajaran 2010/2011, “dapat diterima”. Penerapan Metode inquiry pada mata pelajaran Alquran Hadis terbukti mampu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo.
B. Saran Hasil dari teori dan hasil penelitian di lapangan yang penulis sampaikan di atas, kiranya penulis dapat menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terutama dalam menerapkan/ menggunakan metode inquiry berhasil dengan maksimal, maka pengajar harus benar-benar kreatif mengelola kelas. 2. Dukungan dari pihak orang tua dan lingkungan masyarakat harus lebih optimal guna membantu terwujudnya motivasi belajar pada peserta didik. 3. Agar motivasi belajar peserta didik meningkat, alangkah baiknya jika metode inquiry ini bisa diefektifkan dengan mempertimbangkan dasar-dasar penggunaannya.
71
C. Penutup Dengan mengucap syukur alhamdulillah ke hadirat Allah SWT., sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, mudah-mudahan uraian tersebut dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya, serta pembaca pada umumnya. Namun, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu bila ada kebenarannya itu semata-mata datangnya dari Allah SWT. dan apabila ada yang salah itulah batas kemampuan penulis. Untuk itu penulis berharap atas saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca yang budiman. Akhirnya, penulis berdo’a semoga Allah SWT. senantiasa meridloi dan menunjukkan jalan yang lurus kepada kita semua. Amin ya robbal alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Suproyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet I. Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media), 2003. Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta; Raja Grafindo, 2001). Al-Jamaly, Muhammad Fadhil, Filsafat Pendidikan Dalam Al-Qur’an, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1986. Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2009). Arifin, M., Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), ed. 2, Jakarta: Bumi Aksara, 2000. Arifin, Zaenal, Evaluasi Instruksional; Prinsip-Teknik-Prosedur, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991. Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti (penyunting), PBM-PAI di Sekolah, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1998). Conny Semiawan dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, (Jakarta: PT Gramedia Widya Sarana Indonesia, 1992). Daulay, Haidar Putra, Historis dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah, Yogyakarta: PT. Tiara wacana, 2001. Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya. (Semarang: CV. Asy-Syifa, 1984). Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997. Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Khusus Alquran Hadis, Jakarta: 2003. E. Mulyasa, E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003). Gagne, Ellen, D., 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Little, Brown and Company Garton, Janetta., 2005. Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District, Technology Integration Academy. Horlock, Elizabeth B., Child Development, Tokyo: Mc. Graw-Hill Cogakusha, 1982.
http://gurupkn.wordpress.com/2008/08/16/metode-pembelajaran-inquiry. Diakses 15 Maret 2011. Isfandi Mukhtar, Metodologi Pengajaran Agama, dalam Chabib Thoha. (ed). Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As Suyuthi, al Jami’ al Shagir (Indonesia: Dar Al-Ihya Al-Kutub Al-‘Arabiyah, tt.). Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001). Kridalaksana, Harimurti, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997. Lester Crow and Alice Crow, Human Development and Learning, (New York: American Book Company, 1956). Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989). Marasuddin Siregar, Pengelolaan Pengajaran, Dalam Chabib Thoha (ed), PBM-PAI di Sekolah. Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. AlMa’arif, 1986. Mel Silberman, Active Learning, (Singapore: Allyn and Bacon, 1996). Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta; Raja Grafindo Persada,1997). Muhibbin Syah, Muhbbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995). Munandar, Utami, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah,Jakarta : PT. Gramedia, 1992. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia: 1997, Bandung. Nurhadi, Pendekatan Kontekstual, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah. Sagala, Syaiful., 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung, Penerbit Alfabeta.
Sholeh Abdul Azis, Abdul Majid, At-Thuruqut Tadris, Jilid I (Mesir: Darul ma’arif, 1968). Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1996. Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995. Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1990). Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001). Syamsul Ma’arif, Selamatkan Pendidikan Dasar Kita, (Semarang: Need’s Press), 2009. Syamsul Ma’arif, Selamatkan Pendidikan Dasar Kita, (Semarang: Need’s Press), 2009. Tampubolon, Mengembangkan Minat Dan Kebiasaan Membaca Pada Anak, Bandung: Angkasa, 1993. Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Yayuk Sri Lestari Handayani
Tempat/tanggal lahir
: Semarang, 29 November 1971
Alamat
: Jl. Ciliwung Raya No. 3 Pengkol RT 01/01 Kel. Mangunsari Kec. Gunungpati Semarang
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Jenjang pendidikan
:
1. SD Plalangan 1
Tahun lulus 1984
2. SMPN 24 Semarang
Tahun lulus 1987
3. SMAN 12 Semarang
Tahun lulus 1990
4. D2 IAIN Walisongo Semarang
Tahun lulus 2001
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, Mei 2011 Penulis,
Yayuk Sri Lestari Handayani NIM 073111283