STUDI KOMPARATIF PERILAKU BIRRUL WALIDAIN ANTARA SISWA YANG BERLATAR BELAKANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (SD) DENGAN SISWA YANG BERLATAR BELAKANG PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) DI MTs FATHUL ULUM, PANDAN HARUM KEC GABUS KAB GROBOGAN TAHUN 2007/ 2008 SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh :
ACHMAD NURHUDA NIM : 3104068
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2009
i
ABSTRAK Achmad Nurhuda ( Nim : 3104068 ). Studi Komparatif Perilaku Birrul Walidain Antara Siswa Yang Berlatar Belakang Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Dengan Siswa Yang Berlatar Belakang Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Di MTs Fathul Ulum, Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan Tahun 2007/2008, Skripsi, Semarang : Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo. 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) Perilaku Birrul Walidain siswa yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditunjukan dengan (y) , (2) Perilaku Birrul Walidain siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) ditunjukan dengan (x), (3) Ada perbedaan Perilaku Birrul Walidain Antara Siswa Yang Berlatar Belakang Pendidikan Sekolah Dasar (SD) (y) dengan Siswa Yang Berlatar Belakang Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) (x) di MTs Fathul Ulum, Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan Tahun 2007/ 2008. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan tehnik komparatif. Pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik random sampling yang digunakan untuk menjaring 127 sampel (65 siswa kelas VII-IX MTs yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan 62 siswa kelas VII-IX MTs yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD)). Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan : (1) Angket, untuk menjaring data tentang perilaku Birrul Walidain siswa, (2) Dokumentasi, untuk menjaring data tentang profil yang berupa catatan, agenda dan lain sebagainya, (3) Observasi, untuk menjaring data tentang kegiatan yang dilakukan siswa dan benda yang menjadi objek penelitian seperti keadaan sekolah dan lain-lain, (4) Interview, digunakan untuk menjaring data tentang keadaan, siswa, guru, karyawan, perkembangan Madrasah, latar belakang Madrasah didirikan dan lain-lain. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan tehnik analisis komparasi yaitu menggunakan rumus t-score (t-test). Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa : ”Ada perbedaan perilaku Birrul Walidain antara siswa yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dengan siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di MTs Fathul Ulum Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan”, hal ini terbukti dalam tes dengan hasil to(t hasil hitung) : 3,27 lebih besar dari tt (t tabel) dalam taraf signifikansi 1% (2,62) dan tt dalam taraf signifikansi 5% (1,98). Dengan demikian Ho ditolak, artinya: rata-rata (mean) populasi birrul walidain antara siswa yang berasal dari MI dan SD adalah tidak identik atau berbeda secara nyata. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi Pendidik dan pengelola Madrasah Tsanawiyah Fathul Ulum Pandan Harum Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan agar senantiasa meningkatkan Perilaku Birrul Walidain siswanya.
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal
Drs. H. Soediyono, M.Pd.
11 Juli 2008
Pembimbing I
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd.
11 Juli 2008
Pembimbing II
iii
Tanda Tangan
PENGESAHAN PENGUJI
Tanggal
Ikrom, M. Ag. Ketua
Nur Asiyah, M. Ag. Sekretaris
Drs. Karnadi Hasan, M. Pd. Anggota I
Drs. Ruswan, MA. Anggota II
iv
Tanda Tangan
MOTTO
: ﻢ ﺳ ﱠﻠ ﻭ ﻴ ِﻪ ﻋ ﹶﻠ ﷲ ُ ﺻ ﱠﻠﻰ ﺍ ﷲ ِ ﺳﻮ ﹸﻝ ﺍ ﺭ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ: ﻪ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ ﻨ ﻋ ﷲ ُ ﻲ ﺍ ﺿ ِ ﺭ ﺟﺎِﺑ ٍﺮ ﻦ ﻋ 1
ﻢ ﺅ ﹸﻛ ﻨﺎﺑﻢ ﹶﺃ ﺮ ﹸﻛ ﺗِﺒ ﻢ ﺑﺎ َﺀ ﹸﻛﻭﺍ ﺁ ﺮ ِﺑ
Dari Jabir ra, Rasulullah SAW bersabda: “Berbuat baiklah kalian semua kepada orangtua kalian niscaya anak-anak kalian akan berbuat baik kepada kalian” (HR. Hakim)
1
Al-Hakim, Al-mustadrok Ala al-Shahihain, juz 17, hal 99. (dalam Maktabah Syamilah : Hadis no. 7368).
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Ayahanda Suparmo dan Ibunda Sumarni tercinta yang selalu berdo’a dan memberikan restunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Kedua adikku yang kusayangi (Nurul Aini dan Nuriyatus Syamsiyah). Kepada keluarga besar Romo KH. Siradj Khudlori dan KH. Ahmad Izzudin, M.Ag, selaku pengasuh Pondok Pesantren Daarun Najaah, Jrakah, Tugu, Semarang.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. penulis panjatkan atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Studi Komparatif Perilaku Birrul Walidain Antara Siswa Yang Berlatar Belakang Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Dengan Siswa Yang Berlatar Belakang Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Di MTs Fathul Ulum, Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan Tahun 2007/ 2008”, dengan baik tanpa banyak menemui kendala yang berarti. Shalawat dan Salam Allah SWT semoga selalu terlimpahkan dan senantiasa penulis sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa dan mengembangkan Islam hingga seperti sekarang ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukan semata hasil dari “jerih payah” penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu terwujud berkat usaha dan bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis tidak akan lupa untuk menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada : 1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan Pembantu-Pembantu Dekan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menulis skripsi tersebut dan memberikan fasilitas untuk belajar dari awal hingga akhir. 2. Drs. H. Soediyono, M. Pd selaku Pembimbing I dan Dra. Hj. Nur Uhbiyati, M. Pd selaku Pembimbing II sekaligus sebagai dosen wali studi, terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan dengan penuh kesabaran. 3. Kedua orangtua dan kedua adik penulis yang tercinta, terima kasih atas segala do’a, perhatian, dukungan, kelembutan dan kasih sayang yang tidak dapat penulis ungkapkan dalam untaian kata-kata.
vii
4. Kepala MTs Fathul Ulum Pandan Harum Grobogan yaitu bapak Drs. Asad Rohman yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian di lembaga tersebut serta Bapak/Ibu karyawan yang telah memberikan data-data yang penulis butuhkan. 5. Teman-teman
Pon-Pes
Daarun
Najaah
(Ust.
Habib
Baihaqi,
Temen2’2004’: Saipul, Macros, Asmuni, Gusdur, Arif BM, Dedy, Wildan), Gus Labib, Mas Fadholi, Mas Mail, Mbah Beki, Mas Prapto, Mas Fuad, Mas Toha dan semua adik-adikku di Pon-Pes Putri (khususnya Eni, Ipeh, Asna, Yuyun dan Anis) serta temen-temen yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, kalian adalah teman seperjuangan dalam suka maupun duka. Mari kita berjuang untuk menjadi yang terbaik (Sholeh, Sukses dan Slamet). 6. Teman-temanku KKN Walisongo 2008 di Desa Karangwuni Kec Pringsurat Kab. Temanggung (Vivi, Nia, Aneng, Mbah Geng, Nanas, Jeki, Lukman, Wi2n, Anas, Lukman, Kusmiati) dan tak lupa Pak Lurah lan Bu Lurahe, Pak Huri lan Ibune, lan perangkate serta anak-anak di Karangwuni, aku tidak akan melupakan kalian semua. 7. Teman-temanku di kampus PAI ’04 Paket A, (Fauzi beserta keluarga, Umi M, Nobita, Sundari, Vivi, Mas yusuf) dan Temen-temen lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, terima kasih atas bantuanya.
Harapan dan do’a penulis semoga semua amal kebaikan dan jasa-jasa dari semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini diterima Allah SWT, serta mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat nyata bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Semarang, 21 Januari 2009 Penulis
Achmad Nurhuda
viii
DAFTAR ISI Halaman Judul ...................................................................................................i Abstrak Penelitian ..............................................................................................ii Nota Pembimbing ..............................................................................................iii Halaman Pengesahan .........................................................................................iv Halaman Motto ..................................................................................................v Halaman Persembahan .......................................................................................vi Kata Pengantar ...................................................................................................vii Daftar Isi ............................................................................................................viii Daftar Tabel .......................................................................................................ix Daftar Gambar....................................................................................................x Halaman Deklarasi .............................................................................................xi BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................1 B. Penegasan Istilah .........................................................................5 C. Pembatasan Masalah ...................................................................6 D. Perumusan Permasalahan ............................................................7 E. Manfaat Penelitian.......................................................................8 BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Perilaku .......................................................................................9 1. Pengertian Perilaku ................................................................9 2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku ....................................11 3. Tujuan yang Mendorong Munculnya Perilaku ......................13 4. Prosedur Pembentukan Perilaku ............................................13 B. Birrul Walidain (Berbakti Kepada Kedua Orangtua) ............... 14
ix
1.Pengertian Birrul Walidain .....................................................14 2.Konsep Birrul Walidain dalam Islam .....................................15 3.Bentuk Birrul Walidain...........................................................20 4.Faedah Birrul Walidain...........................................................30 5.Sanksi Durhaka Kepada Kedua Orangtua ..............................32 C. Latar Belakang Pendidikan Siswa di SD dan MI .......................35 1. Tujuan Institusional Kurikulum Pendidikan di SD dan MI .35 a. Pengertian Kurikulum ......................................................35 b.Tujuan Institusional Kurikulum Pendidikan di SD dan MI....................................................................36 2. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SD dan MI............41 a. Pengertian PAI.... .............................................................41 b.Tujuan PAI........... .............................................................42 c. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SD dan MI.........44 3. Hubungan Antara PAI dan Perilaku Siswa ..........................47 D. Kajian Pustaka .............................................................................51 E. Kerangka Berfikir ........................................................................53 F. Rumusan Hipotesis ......................................................................56 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian.........................................................................57 B. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................57 C. Variabel dan Indikator Penelitian ................................................58 D. Metode Penelitian ........................................................................59 E. Populasi, Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel ...................60 F. Tehnik Pengumulan Data ............................................................62 G. Tehnik Analisis Data ...................................................................64 BAB IV: LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Fathul Ulum...........................................66 1. Tinjaun Historis ...................................................................66 2. Letak Geografis....................................................................68
x
3. Keadaan Sarana dan Prasarana.............................................68 4. Struktur Organisasi ..............................................................69 5. Keadaan Guru, Karyawan serta Siswa ................................70 B. Deskripsi Hasil Penelitian Perilaku Birrul Walidain Siswa ........71 1. Perilaku Birrul Walidain siswa yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah (MI). ..........................................71 2. Perilaku Birrul Walidain siswa yang berasal dari Sekolah Dasar (SD). .....................................................75 C. Analisis Perbedaan Hasil Penelitian Perilaku Birrul Walidain ...79 1. Analisis Pendahuluan ..........................................................81 2. Analisis Uji Hipotesis ..........................................................86 3. Analisis Lanjut .....................................................................90 D. Keterbatasan Penelitian ................................................................91 BAB V : SIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Simpulan ................................................................................... 93 B. Saran-saran ............................................................................... 94 C. Penutup ...................................................................................... 94 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
: Struktur Kurikulum SD........................................................ 45
Tabel 2
: Struktur Kurikulum MI ...................................................... .47
Tabel 3
: Data Tentang Perkembangan Kelulusan UAS dan UAN di MTs Fathul Ulum .................................................... 67
Tabel 4
: Data Kelas VII sampai Kelas VIII di MTs Fathul Ulum ...... 71
Tabel 5
: Data Prosentase Jawaban Angket Birrul Walidain Siswa MTs Fathul Ulum Pandan Harum yang Berasal dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) ............................................ .72
Tabel 6
: Data Prosentase Jawaban Angket Birrul Walidain Siswa MTs Fathul Ulum Pandan Harum yang Berasal dari Sekolah Dasar (SD)....................................................... 76
Tabel 7
: Nilai Hasil Angket tentang Perilaku Birrul Walidain antara Siswa yang Berasal dari SD di MTs Fathul Ulum Pandan Harum...................................................................... .81
Tabel 8
: Nilai Hasil Angket tentang Perilaku Birrul Walidain antara Siswa yang Berasal dari MI di MTs Fathul Ulum Pandan Harum ...................................................................... 83
Tabel 9
: Distribusi Nilai Perilaku Birrul Walidain antara Siswa MTs Fathul Ulum Pandan Harum ......................................... 86
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
: Gambar Skema Teori Tindakan Beralasan Icek Ajzen dan Martin Fishbein, Dikutip dari Saifuddin Azwar. ........... 54
Gambar 2
: Gambar Skema Hubungan dan Perilaku Didasarkan pada Teori Tindakan Beralasan Icek Ajzen dan Martin Fishbein, Dikutip dari Saifuddin Azwar .............................. 55
xiii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah dan pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 21 Januari 2009 Deklarator,
Achmad Nurhuda Nim. 3104068
xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Achmad Nurhuda
Nim
: 3104068
Fakultas
: Tarbiyah
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Grobogan, 26 Oktober 1986 Agama
: Islam
Alamat Asal
: Dusun Kedungwaru RT 06 / RW II Desa Karangrejo Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan 58183
Alamat Sekarang
: Pondok Pesantren Daarun Najaah. Jl. Stasiun Jrakah No. 275 Jrakah Tugu Semarang, email:
[email protected]
Pendidikan Formal
: -
SDN II Karangrejo Kec. Gabus Kab. Grobogan Lulus tahun 1998
-
MTs Nurul Ikhsan Banjarejo Kec. Gabus lulus tahun 2001
-
MA Fathul Ulum Pandan Harum Kec. Gabus lulus tahun 2004
-
IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI Semester IX
Pendidikan Non Formal : -
Pondok Pesantren Al-Ma’mur Putra Tahun 20012004
-
Pondok Pesantren Daarun Najaah 2004-2009
xv
93
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah disebutkan di muka, dapat diambil suatu simpulan sebagai berikut: 1. Perilaku Birrul Walidain Siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di MTs Fathul Ulum dalam kategori baik, hal ini terbukti dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan disertai dengan bukti tertulis dalam nilai tes dengan jumlah rata-rata 73,50. 2. Perilaku Birrul Walidain Siswa yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) di MTs Fathul Ulum dalam kategori cukup, hal ini terbukti dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan disertai dengan bukti tertulis dalam nilai tes dengan jumlah rata-rata 69,90. 3. Adapun perbedaan yang signifikan antara perilaku Birrul Walidain Antara Siswa Yang Berlatar Belakang Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Dengan Siswa Yang Berlatar Belakang Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Di MTs Fathul Ulum, Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan Tahun 2007/ 2008, terbukti dalam tes dengan hasil To(t hasil hitung dalam penelitian): 3,27 lebih besar dari Tt (t yang diambil dari tabel) yaitu dalam taraf signifikansi 1% (2,62) dan Tt dalam taraf signifikansi 5% (1,98). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan perilaku Birrul Walidain Antara Siswa Yang Berlatar Belakang Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Dengan Siswa Yang Berlatar Belakang Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Di MTs Fathul Ulum, Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan Tahun 2007/ 2008, artinya perilaku Birrul Walidain siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Di MTs Fathul Ulum lebih positif dibandingkan dengan perilaku Birrul Walidain siswa yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD).
93
94
B. Saran 1. Untuk memperoleh perilaku Birrul Walidain yang lebih baik khusus di Sekolah Dasar (SD), maka perlu adanya penambahan alokasi waktu untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Untuk Madrasah Ibtidaiyah, meskipun perilaku Birrul Walidain siswa yang berlatar belakang pendidikan dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) sudah menunjukkan hasil yang lebih positif, tetapi perlu meningkatkan kualitas pendidikan Agama Islam. 3. Perlu ditingkatkan lagi perilaku Birrul Walidain di MTs Fathul Ulum, Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan.
C. Penutup Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah Taufiq, Hidayat, dan Rahmat-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, meskipun masih sangat sederhana. Hal ini tidak lain karena dangkalnya pengetahuan dan sempitnya pegalaman yang penulis miliki. Meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat menjadi bahan rujukan bagi siapa saja yang akan melakukan penelitian dan pembahasan lebih lanjut. Penulis juga berharap semoga skripsi yang penulis susun ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan membacanya, serta dapat memberikan sumbangan yang positif bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amiin.
66
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Mts Fathul Ulum Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan 1. Tinjauan Historis Madrasah Tsanawiyah Fathul Ulum Pandan Harum adalah bagian dari lembaga pendidikan yang dikelola oleh yayasan “Lembaga Pendidikan Ma’arif” Kec Gabus Kab Grobogan, yang beralamat di jalan Sulursari No. 20 Desa Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan. MTs Fathul Ulum didirikan pada tanggal 14 juli 1984 dengan SK NO. 0/59/PW.MRF/MTs/88 tertanggal 01 januari 1989. Adapun badan penyelenggara MTs ini adalah Yayasan LP. Ma’arif yang berakta notaris No. 103 tertanggal 15 januari 1986.1 Madrasah Tsanawiyah Fathul Ulum Pandan Harum didirikan karena dilatarbelakangi pada kebutuhan yayasan itu untuk memiliki lembaga pendidikan umum tingkat pertama yang ingin menjadi bagian dari masyarakat dalam rangka ikut serta mendidik generasi mudanya sehingga menjadi generasi muda yang berpengetahuan, sehat jasmani dan rohani, serta intelektual dalam IMTAK dan IPTEK, taat beragama serta berakhlak mulia berdasarkan Ahlussunah Waljama’ah (ASWAJA) serta ikut mensukseskan program pemerintah dalam memberantas kebodohan, serta membantu usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.2 Adapun Kepala MTs Fathul Ulum yang pertama dijabat oleh Bpk. K. Kurdi sampai 3(tiga) periode atau selama 9 Tahun, setelah itu jabatan Kepala Madrasah dijabat oleh Bpk. Drs. Muhari selama 2 periode (enam
1
Wawancara dengan Drs Asad Rohman (Kepala MTs Fathul Ulum), Senin 12 Mei 2008 Pukul 10.00. 2 Wawancara dengan Bpk. K. Kurdi (Salah satu tokoh pendiri sekaligus mantan Kepala Madrasah yang pertama MTs Fathul Ulum), Ahad 11 Mei 2008 Pukul 18.30.
66
67
tahun), baru tahun 2007 jabatan kepala Madrasah dijabat oleh Drs. Asad Rohman sampai sekarang 2008. Perkembangan dari tahun ke tahun, MTs Fathul Ulum mengalami kemajuan yang cukup pesat baik secara kualitas maupun kuantitas. Dengan kemajuan yang telah dicapai ini, maka MTs Fathul Ulum mendapatkan pengakuan terakreditasi B di bawah naungan Departemen Agama dengan Nomor: KW.11.4/4/PP.03.2/624.15.18/2005 tertanggal 30 september 2005. Dengan adanya pengakuan dari Departemen Agama, MTs Fathul Ulum semakin memantapkan diri dengan jajaran MTs lainya, baik yang Negeri maupun Swasta di kabupaten Grobogan khususnya.3 Mengenai perkembangan kelulusan di MTs Fathul Ulum, UAS dan UAN yang pernah diselenggarakan dari tahun ketahun dapat dikatakan peningkatan, bahkan kadang mengalami penurunan prosentase. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada table berikut: TABEL III DATA TENTANG PERKEMBANGAN KELULUSAN UAS DAN UAN DI MTs FATHUL ULUM Peserta Ujian NO
Tahun Ajaran
Jumlah
Lulus
Tidak Lulus
Prosentase %
1
2000/2001
55
55
100%
2
2001/2002
71
70
98%
3
2002/2003
98
97
98%
4
2003/2004
86
86
100%
5
2004/2005
63
62
98%
6
2005/2006
94
91
3
97%
7
2006/2007
55
54
1
98%
8
2007/2008
60
-
-
-
3
Asad. op. cit.
68
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa, ujian yang diadakan oleh MTs Fathul Ulum mengalami peningkatan dan terkadang mengalami penurunan dalam prosentase.4 2. Letak Geografis Madrasah Tsanawiyah Fathul Ulum Pandan Harum terletak di lokasi di desa Pandan Harum tepatnya di jalan Sulursari no. 20 Pandan Harum Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan. Dilihat dari lokasi Madrasah tersebut, suasana, dan kondisi Madrasah itu sangat strategis mengingat lokasinya dekat dengan jalan raya sehingga mempermudah untuk mengakses informasi. Adapun lokasi Madrasah dapat dijangkau dengan jalan kaki ± 100 M. Adapun batas-batas letak Madrasah adalah sebagai berikut: I. Sebelah Timur
: Pondok Pesantren.
II. Sebelah Barat
: Persawahan.
III. Sebelah Utara
: Jalan Raya.
IV. Sebelah Selatan
: Berupa Persawahan.5
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam peta. 3. Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah Fathul Ulum Pandan Harum. a. Keadaan Gedung 1. Status Gedung : Hibah (Waqaf) 2. Sifat Gedung : Permanen. b. Keadaan Ruang
4 5
1. Ruang Kelas
: 5 Ruang
2. Ruang Kep. Sekolah
: 1 Ruang
3. Ruang Tata Usaha
: 1 Ruang
4. Ruang Guru
: 1 Ruang
5. Ruang Perpustakaan
: 1 Ruang
6. Ruang BP/BK
: 1 Ruang
Observasi, tanggal 10 Mei 2008. Ibid.
69
7. Ruang UKS
: 1 Ruang
8. Ruang Komputer
: 1 Ruang
9. Ruang Ibadah
: 1 Ruang
10. Ruang WC dan Kamar Mandi: 2 Ruang c. Keadaan Buku 1. Buku Teks
: 1000 Buku
2. Buku Penunjang
: 200 Buku
3. Buku Bacaan
: 30 Buku
4. Buku Pegangan Guru
: Ada
d. Keadaan Peralatan Madrasah 1. Alat Peraga Mate-matika
: Ada
2. Alat Peraga Ketrampilan
: Ada
3. Alat Olah Raga
: Ada
4. Alat Kepramukaan
: Ada
e. Alat Perlengkapan lain 1. Tempat Wudlu
: Ada
2. Sumur
: Ada
3. Listrik
: Ada
4. Telephone
: Ada
5. Tempat Parkir
: Ada
6. Meja Guru dan Siswa: Ada 7. Meja Kantor
: Ada
8. Papan Tulis
: Ada
9. Almari
: Ada
4. Struktur Organisasi Madrasah Untuk menciptakan mekanisme kerja yang baik, tentu saja diperlukan adanya pembagian kerja (Job Discription) yang baik pula sehingga roda organisasi dapat berjalan degan lancar dan sukses. Demikian halnya dengan MTs Fathul Ulum ini, dalam menjalankan roda organisasinya juga telah ditata dengan rapi dan dibagi job-jobnya
70
sedemikian rupa, sehingga dapat berjalan denan baik dan lancar. Hal ini dapat kita lihat dalam pembagian kerja yang terdiri dari : a. Kepala Madrasah dijabat oleh Drs. Asad Rohman, bertugas sebagai penanggug jawab secara umum dalam melaksanakan dan mengambil kebijaksanaan Madrasah, di mana dalam melaksanakan tugasnya dibantu para wakilnya masing-masing. b. Wakil Kepala Madrasah urusan kesiswaan dijabat oleh Moh. Yusuf, Spd. c. Wakil Kepala Madrasah urusan Kurikulum dijabat oleh Wakhid Tabrani, S. Ag. d. Wakil Kepala Madrasah urusan Sarana dan Prasarana dijabat oleh KH. Mujahid B. e. Wakil Kepala Madrasah urusan Kerjasama dengan Masyarakat dijabat oleh K. Khoerun. Selain itu juga dibantu oleh para dewan guru dan karyawan serta para siswa yang duduk dalam kepengurusan. Untuk mengetahui lebih lanjut lihatlah Struktur Organisasi MTs Fathul Ulum. 5. Keadaan Guru, Karyawan serta Siswa MTs Fathul Ulum a. Keadaan Guru dan Karyawan MTs Fathul Ulum Dalam pelaksanaan pendidikan yang berlangsung di MTs Fathul Ulum, yayasan memilih tenaga pengajar dan karyawan yang betul-betul
mempunyai
loyalitas
terhadap
Madrasah
dan
berkompeten dalam bidangnya, hal ini dilakukan guna meningkatkan kualitas dan kuantitas mutu pendidikan di MTs Fathul Ulum. Walaupun prosentase guru yang mengajar sesuai bidangnya dengan yang tidak sesuai mencapai 60% banding 40%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel. b. Keadaan Siswa MTs Fathul Ulum Mengenai keadaan siswa MTs Fathul Ulum pada tahun ajaran 2007/2008 sewaktu penulis mengadakan penelitian adalah 190 siswa yaitu:
71
TABEL IV DATA KELAS VII SAMPAI KELAS VIII DI MTs FATHUL ULUM No
Kelas
Jumlah
1
VII
62
2
VIII
68
3
IX
60
Jumlah
190 siswa
Untuk lebih jelasnya tentang keadaan siswa MTs Fathul Ulum dapat dilihat dalam tabel.
B. Deskripsi Hasil Penelitian Perilaku Birrul Walidain Antara Siswa Yang Berlatar Belakang Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Dengan Siswa Yang Berlatar Belakang Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Di Mts Fathul Ulum, Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan Tahun 2007/ 2008. Perilaku adalah perbuatan yang timbul yang disebabkan oleh adanya rangsangan untuk berbuat sesuatu, baik rangsangan itu datang dari anak itu sendiri maupun datang dari luar. Perilaku Birrul Walidain siswa MTs Fathul Ulum Pandan Harum berlainan, hal ini disebabkan oleh latar belakang pendidikan yang berbeda. Yaitu antara siswa yang berasal dari SD yang hanya mendapatkan porsi pendidikan Agama Islam hanya 2-3 jam setiap satu minggunya tentunya akan berbeda dengan Siswa yang berasal dari MI yang mendapatkan porsi Pendidikan Agama Islam lebih banyak dan lebih terperinci. Untuk mengetahui tentang Perilaku Birrul Walidain siswa MTs Fathul Ulum pandan harum dapat dilihat pada keterangan sebagai berikut : 1. Perilaku Birrul Walidain siswa MTs Fathul Ulum Pandan Harum yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah (MI).
72
Berdasarkan hasil angket yang penulis ujikan kepada para siswa di MTs Fathul Ulum Pandan Harum yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, di mana angket tersebut untuk mengetahui Perilaku Birrul Walidain siswa MTs Fathul Ulum Pandan Harum yang berasal dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), adapun hasil angket tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: TABEL V DATA PROSENTASE JAWABAN ANGKET BIRRUL WALIDAIN SISWA MTs FATHUL ULUM PANDAN HARUM YANG BERASAL DARI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI). NO
Jumlah
Jawaban A
Jawaban B
Jawaban C
Jawaban D
Responden
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
1
65
17
85%
0
0%
1
5%
2
85%
2
65
10
50%
7
35%
1
5%
2
85%
3
65
17
85%
0
0%
0
0%
3
85%
4
65
15
75%
2
10%
0
0%
3
85%
5
65
14
70%
3
15%
2
10%
1
85%
6
65
17
85%
0
0%
0
0%
3
85%
7
65
12
60%
5
25%
0
0%
3
85%
8
65
13
65%
5
25%
0
0%
2
85%
9
65
17
85%
1
5%
0
0%
3
85%
10
65
9
45%
8
40%
0
0%
3
85%
11
65
12
60%
5
25%
0
0%
3
85%
12
65
10
50%
8
40%
0
0%
2
85%
13
65
17
85%
0
0%
0
0%
3
85%
14
65
14
70%
3
15%
2
10%
1
85%
15
65
16
80%
1
5%
0
0%
3
85%
16
65
17
85%
0
0%
1
5%
2
85%
17
65
15
75%
1
5%
2
10%
2
85%
18
65
15
75%
1
5%
2
10%
2
85%
73
19
65
17
85%
0
0%
1
5%
2
10%
20
65
17
85%
0
0%
0
0%
3
15%
21
65
17
85%
0
0%
1
5%
2
10%
22
65
16
80%
0
0%
2
10%
2
10%
23
65
5
25%
9
45%
3
15%
3
15%
24
65
17
85%
0
0%
1
5%
2
10%
25
65
11
55%
5
25%
2
10%
2
10%
26
65
16
80%
0
0%
2
10%
2
10%
27
65
7
35%
10
50%
1
5%
2
10%
28
65
13
65%
5
25%
0
0%
2
10%
29
65
8
40%
4
20%
2
10%
6
30%
30
65
17
85%
0
0%
0
0%
3
15%
31
65
12
60%
6
30%
0
0%
2
10%
32
65
11
55%
6
30%
0
0%
3
15%
33
65
16
80%
3
15%
0
0%
1
5%
34
65
16
80%
0
0%
1
5%
3
15%
35
65
13
65%
4
20%
0
0%
3
15%
36
65
6
30%
7
35%
3
15%
4
20%
37
65
12
60%
5
25%
1
5%
2
10%
38
65
11
55%
5
25%
1
5%
3
15%
39
65
5
25%
8
40%
4
20%
3
15%
40
65
6
30%
12
60%
1
5%
1
5%
41
65
17
85%
0
0%
0
0%
3
15%
42
65
9
85%
6
30%
2
10%
3
15%
43
65
9
45%
9
45%
1
5%
1
5%
44
65
16
80%
1
5%
2
10%
1
5%
45
65
10
50%
5
25%
3
15%
2
10%
46
65
15
75%
1
5%
3
15%
1
5%
47
65
16
80%
1
5%
3
15%
0
0%
48
65
8
40%
9
45%
0
0%
3
15%
74
49
65
13
65%
7
35%
0
0%
0
0%
50
65
16
80%
1
5%
0
0%
3
15%
51
65
15
75%
0
0%
1
5%
4
20%
52
65
14
70%
0
0%
5
25%
1
5%
53
65
17
85%
0
0%
0
0%
3
15%
54
65
6
30%
9
45%
3
15%
2
10%
55
65
8
40%
9
45%
0
0%
3
15%
56
65
15
75%
1
5%
3
15%
1
5%
57
65
9
45%
8
40%
0
0%
3
15%
58
65
16
80%
0
0%
3
15%
1
5%
59
65
17
85%
0
0%
0
0%
3
15%
60
65
15
75%
0
0%
4
20%
1
5%
61
65
6
30%
5
25%
4
20%
5
25%
62
65
17
85%
0
0%
0
0%
3
15%
63
65
15
75%
1
5%
3
15%
1
5%
64
65
5
25%
6
30%
4
20%
5
25%
65
65
17
85%
0
0%
1
5%
2
10%
Jumlah
847
4235%
215
1075%
82
410%
156
780%
Keterangan : 1. Pada angket yang positif, nilai tertinggi terletak pada jawaban yang positif, dengan rincian sebagai berikut : Pertanyaan yang positif terletak pada item selain no. 3, 6 dan 11. a. Option “a” menunjukkan siswa mempunyai nilai perilaku yang sangat positif. b. Option “b” menunjukkan siswa mempunyai nilai perilaku yang positif. c. Option “c” menunjukkan siswa mempunyai nilai perilaku yang kurang positif.
75
d. Option “d” menunjukkan siswa mempunyai nilai perilaku yang negatif. 2. Pada angket yang negatif, nilai tertinggi terletak pada jawaban yang negatif, dengan rincian sebagai berikut : Pertanyaan yang negative terletak pada no.3, 6 dan 11. a. Option “d” menunjukkan siswa mempunyai nilai perilaku yang sangat positif. b. Option “c” menunjukkan siswa mempunyai nilai perilaku yang positif. c. Option “b” menunjukkan siswa mempunyai nilai perilaku yang kurang positif. d. Option “a” menunjukkan siswa mempunyai nilai perilaku yang negatif. Dari tabel tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa perilaku siswa yang berlatar belakang dari MI di MTs Fathul Ulum sebagai berikut: 1. Yang memilih jawaban “a” = (4235 ÷ 65) × 100% = 65,15%
2. Yang memilih jawaban “b” = (1075 ÷ 65) × 100% =16,54% 3. Yang memilih jawaban “c” = (410 ÷ 65) × 100% = 6,31% 4. Yang memilih jawaban “d” = (750 ÷ 65) × 100% = 12% Jadi setelah dijabarkan dengan memprosentasekan jumlah option jawaban, maka dapat diperoleh jawaban bahwa Perilaku Birrul Walidain siswa MTs Fathul Ulum Pandan Harum yang berasal
dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) mempunyai perilaku yang positif, hal ini dapat dibuktikan dengan penelitian yang hasilnya positif dengan nilai prosentase 65,15% untuk responden yang memilih jawaban A dan 12% untuk responden yang memilih jawaban D. 2. Perilaku Birrul Walidain siswa MTs Fathul Ulum Pandan Harum yang berasal dari Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan hasil angket yang penulis ujikan kepada para siswa di MTs Fathul Ulum Pandan Harum yang dijadikan sampel dalam
76
penelitian ini, di mana angket tersebut untuk mengetahui Perilaku Birrul Walidain siswa MTs Fathul Ulum Pandan Harum yang berasal dari
Sekolah Dasar (SD), adapun hasil angket tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: TABEL VI DATA PROSENTASE JAWABAN ANGKET BIRRUL WALIDAIN SISWA MTs FATHUL ULUM PANDAN HARUM YANG BERASAL DARI SEKOLAH DASAR (SD). NO
Jumlah
Jawaban A
Jawaban B
Jawaban C
Jawaban D
Responden
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Jml
%
1
62
16
80%
0
0%
1
5%
3
15%
2
62
17
85%
0
0%
0
0%
3
15%
3
62
9
45%
8
40%
0
0%
3
15%
4
62
12
60%
2
10%
2
10%
4
20%
5
62
12
60%
5
25%
2
10%
1
5%
6
62
16
80%
1
5%
2
10%
1
5%
7
62
17
85%
0
0%
0
0%
0
0%
8
62
16
80%
3
15%
1
5%
0
0%
9
62
12
60%
4
20%
3
15%
1
5%
10
62
15
75%
2
10%
1
5%
2
10%
11
62
10
50%
7
35%
1
5%
2
10%
12
62
6
30%
9
45%
3
15%
2
10%
13
62
14
70%
2
10%
2
10%
2
10%
14
62
9
45%
4
20%
4
20%
3
15%
15
62
14
70%
3
15%
1
5%
2
10%
16
62
7
35%
10
10%
3
15%
0
0%
17
62
12
60%
3
15%
4
20%
1
5%
18
62
10
50%
7
35%
0
0%
3
15%
19
62
8
40%
11
55%
1
5%
0
0%
20
62
10
50%
3
15%
5
25%
2
10%
77
21
62
17
85%
0
0%
0
0%
3
15%
22
62
9
45%
8
40%
3
15%
0
0%
23
62
13
65%
2
10%
3
15%
2
10%
24
62
0
0%
17
85%
3
15%
0
0%
25
62
17
85%
3
15%
0
0%
0
0%
26
62
14
70%
3
15%
0
0%
3
15%
27
62
9
45%
8
40%
3
15%
0
0%
28
62
17
85%
2
10%
1
5%
0
0%
29
62
9
45%
6
30%
4
20%
1
5%
30
62
13
65%
4
20%
0
0%
3
15%
31
62
9
45%
8
40%
3
15%
0
0%
32
62
17
85%
0
0%
0
0%
3
15%
33
62
9
45%
2
10%
7
35%
2
20%
34
62
5
25%
11
55%
3
15%
1
5%
35
62
14
70%
3
15%
0
0%
3
15%
36
62
8
40%
4
20%
5
25%
3
15%
37
62
9
45%
6
30%
2
10%
3
15%
38
62
16
80%
3
15%
0
0%
1
5%
39
62
17
85%
1
5%
0
0%
2
10%
40
62
17
85%
0
0%
0
0%
3
15%
41
62
8
40%
11
55%
1
5%
0
0%
42
62
10
50%
9
45%
1
5%
0
0%
43
62
12
60%
3
15%
2
10%
3
15%
44
62
12
60%
4
20%
4
20%
0
0%
45
62
15
75%
1
5%
4
20%
0
0%
46
62
16
80%
1
5%
1
5%
2
10%
47
62
7
35%
12
60%
1
5%
0
0%
48
62
12
60%
3
15%
2
10%
3
15%
49
62
13
65%
1
5%
3
15%
3
15%
50
62
11
55%
7
35%
0
0%
2
10%
78
51
62
17
85%
0
0%
1
5%
2
10%
52
62
11
55%
4
20%
5
25%
0
0%
53
62
14
75%
1
5%
1
5%
4
20%
54
62
14
75%
3
15%
1
5%
2
10%
55
62
8
40%
11
55%
1
5%
0
0%
56
62
11
55%
8
40%
0
0%
1
5%
57
62
17
85%
0
0%
1
5%
2
10%
58
62
9
40%
4
20%
4
20%
3
15%
59
62
11
55%
0
0%
6
30%
3
15%
60
62
13
65%
4
20%
1
5%
2
10%
61
62
12
60%
4
20%
4
20%
0
0%
62
62
15
75%
0
0%
0
0%
5
25%
Jumlah
749
3745%
266
1330%
117
585%
105
525%
Keterangan : 1. Pada angket yang positif, nilai tertinggi terletak pada jawaban yang positif, dengan rincian sebagai berikut : Pertanyaan yang positif terletak pada item selain no. 3, 6 dan 11. a. Option “a” menunjukkan siswa mempunyai nilai perilaku yang sangat positif. b. Option “b” menunjukkan siswa mempunyai nilai perilaku yang positif. c. Option “c” menunjukkan siswa mempunyai nilai perilaku yang kurang positif. d. Option “d” menunjukkan siswa mempunyai nilai perilaku yang negatif. 2. Pada angket yang negatif, nilai tertinggi terletak pada jawaban yang negatif, dengan rincian sebagai berikut : Pertanyaan yang negative terletak pada no.3, 6 dan 11. a. Option “d” menunjukkan siswa mempunyai nilai perilaku yang sangat positif.
79
b. Option “c” menunjukkan siswa mempunyai nilai perilaku yang positif. c. Option “b” menunjukkan siswa mempunyai nilai perilaku yang kurang positif. d. Option “a” menunjukkan siswa mempunyai nilai perilaku yang negatif. Dari tabel tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa perilaku siswa yang berlatar belakang dari SD di MTs Fathul Ulum sebagai berikut: 1. Yang memilih jawaban “a” = (3745 ÷ 62) × 100% = 60,40% 2.
Yang memilih jawaban “b” = (1330 ÷ 62) × 100% =21,45%
3. Yang memilih jawaban “c” = (585 ÷ 62) × 100% = 9,44% 4. Yang memilih jawaban “d” = (525 ÷ 62) × 100% = 8,47% Jadi setelah dijabarkan dengan memprosentasekan jumlah option jawaban, maka dapat diperoleh jawaban bahwa Perilaku Birrul Walidain siswa MTs Fathul Ulum Pandan Harum yang berasal
dari Sekolah Dasar (SD) mempunyai perilaku yang kurang positif, hal ini dapat dibuktikan dengan penelitian yang hasilnya kurang positif dengan nilai prosentase 60,40% untuk responden yang memilih jawaban A dan 8,47% untuk responden yang memilih jawaban D.
C. Analisis Tentang Perbedaan Hasil Penelitian Perilaku Birrul Walidain Antara Siswa Yang Berlatar Belakang Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Dengan Siswa Yang Berlatar Belakang Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Di Mts Fathul Ulum, Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan Tahun 2007/ 2008.
Sebagaimana penulis telah kemukakan pada bab pendahuluan, bahwa untuk memperoleh data tentang perbedaan perilaku Birrul Walidain siswa antara yang berlatar belakang pendidikan SD dan MI, penulis membuat angket
80
(daftar pertanyaan) yang berjumlah 20 item soal dan penyebarannya disampaikan kepada 127 siswa, yang terdiri dari siswa putra dan putri. Hasil penyebaran angket tersebut untuk membuktikan hipotesa yang penulis ajukan yaitu, ”ada perbedaan perilaku birrul walidain antara siswa yang berasal dari SD dengan yang berasal dari MI di MTs Fathul Ulum Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan tahun 2007/2008”. Untuk mengetahui benar tidaknya hipotesa kerja yang penulis ajukan ini dalam menganalisis data menggunakan analisis data statistika. Adapun yang dimaksud dengan data statistika di sini, yaitu dengan jalan memberi score/nilai pada setiap option. Pedoman dari pemberian nilai pada setiap option tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pada angket yang positif, nilai tertinggi terletak pada jawaban yang positif, dengan rincian sebagai berikut : Pertanyaan yang positif terletak pada item selain no. 3, 6 dan 11. a. Option “a” dengan nilai 4. b. Option “b” dengan nilai 3. c. Option “c” dengan nilai 2. d. Option “d” dengan nilai 1. 2. Pada angket yang negatif, nilai tertinggi terletak pada jawaban yang negatif, dengan rincian sebagai berikut : Pertanyaan yang negative terletak pada no.3, 6 dan 11. a. Option “d” dengan nilai 4. b. Option “c” dengan nilai 3. c. Option “b” dengan nilai 2. d. Option “a” dengan nilai 1. Setelah tiap-tiap option tersebut diberi nilai, maka penulis akan bisa memberikan nilai kepada responden tentang perilaku Birrul Walidain antara siswa yang berasal dari SD dengan yang berasal dari MI di MTs Fathul Ulum Pandan Harum.
81
Selanjutnya untuk menganalisis data-data yang telah masuk, maka akan dianalisis dengan analisis pendahuluan, kemudian dilanjutkan dengan analisis uji hipotesa dan yang terakhir adalah analisis lanjut.
1. Analisis Pendahuluan Tahap pendahuluan tentang perbedaan perilaku birrul walidain antara siswa yang berasal dari SD dengan yang berasal dari MI di MTs Fathul Ulum Pandan Harum, akan disajikan dengan hasil yang telah diperoleh dari penyebaran angket, adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : TABEL VII NILAI HASIL ANGKET TENTANG PERILAKU BIRRUL WALIDAIN ANTARA SISWA YANG BERASAL DARI SD DI MTs FATHUL ULUM PANDAN HARUM No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Abdullah Rosaka Rini Gimala Sari Maryanto Agus Setiawan Fatakul Alim Ahmad Sodiqin Su'aidi Qusyaeri Zaenal Fitri Maryani Ali Hamidun Suprapto Rosidi
Jawab
Jawab
Jawab
Jawab
”A”
”B”
”C”
”D”
16
0
1
3
78
17
0
0
3
80
9
8
0
3
72
12
2
2
4
71
12
5
2
1
69
16
1
2
1
77
17
0
0
0
71
16
3
1
0
74
12
4
3
1
70
15
2
1
2
78
10
7
1
2
72
6
9
3
2
66
14
2
2
2
76
9
4
4
3
68
Nilai
82
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Anis Fahmi Fathurokhman Arif Mahmudi Utomo Saputra Arwani Badrul Muniroh Bambang Kurniawan Darsono Muallimin Dede Ardiyanto Supratno Dwi sundari Irawan Restu Marlena Fitra Depi ahyono Fitri Nur Azizah Giyanto Hartoyo Wahyu Kurniawan Puspitasari Islamiati Munafiah Jumilah Ulfa Sholikhah Khoniaatur Rosita Sa’adatul Fitriyah Lailatul Musarofah Farida Sulistyorini
14
3
1
2
77
7
10
3
0
67
12
3
4
1
63
10
7
0
3
73
8
11
1
0
64
10
3
5
2
58
17
0
0
3
80
9
8
3
0
60
13
2
3
2
76
0
17
3
0
60
17
3
0
0
74
14
3
0
3
77
9
8
3
0
59
17
2
1
0
75
9
6
4
1
56
13
4
0
3
78
9
8
3
0
57
17
0
0
3
80
9
2
7
2
55
5
11
3
1
59
14
3
0
3
77
8
4
5
3
54
9
6
2
3
60
16
3
0
1
75
17
1
0
2
79
17
0
0
3
80
8
11
1
0
64
10
9
1
0
66
12
3
2
3
74
12
4
4
0
63
83
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
Ikro'ul Agustin Jamaludin Tohar M. Saiful Amin Ma'ruf Sholichatin Prastiyo Suci Rahayu Misbahul Munir Abdul Haris Badrut Taman Mochamad Multazam Diky Laksono Tahrir Fauzi Ansorulloh Rahmawati Solikul Hadi Mufid Abdulloh
15
1
4
0
66
16
1
1
2
78
7
12
1
0
63
12
3
2
3
69
13
1
3
3
70
11
7
0
2
67
17
0
1
2
79
11
4
5
0
62
14
1
1
4
72
14
3
1
2
76
8
11
1
0
64
11
8
0
1
60
17
0
1
2
79
9
4
4
3
65
11
0
6
3
68
13
4
1
2
75
12
4
4
0
61
15
0
0
5
78
TABEL VIII NILAI HASIL ANGKET TENTANG PERILAKU BIRRUL WALIDAIN ANTARA SISWA YANG BERASAL DARI MI DI MTs FATHUL ULUM PANDAN HARUM No 1 2 3 4 5
Nama Sakirun Ni'am Jaelani Nur Yanto Sukron Makmun Iriyanto
Jawab
Jawab
Jawab
Jawab
”A”
”B”
”C”
”D”
17
0
1
2
79
10
7
1
2
72
17
0
0
3
80
15
2
0
3
78
14
3
2
1
75
Nilai
84
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Mohammat Toha Ulinnuha Yulianto Zaenal Ma’arif Muflikatun Nikmah Muhamad Akbar Ali Muttakin Khairul Umam Arif Budiman Agus Sukron Zamroni Muhtadi Anifah Naimatul Mufidah Umi Hanik Niken Pamularsih Latifah Anissah Nur Eni Robi’ah Nurul Huda Muyassaroh Yuyun istiqomah Fatimah Nurul Inayah Pujiwati Uswatun Khasanah Aisyah Rina Lestari Nisa’ul Fitri
17
0
0
3
80
12
5
0
3
69
13
5
0
2
74
17
1
0
3
79
9
8
0
3
72
12
5
0
3
75
10
8
0
2
71
17
0
0
3
78
14
3
2
1
75
16
1
0
3
79
17
0
1
2
79
15
1
2
2
76
15
1
2
2
76
17
0
1
2
78
17
0
0
3
80
17
0
1
2
79
16
0
2
2
76
5
9
3
3
59
17
0
1
2
79
11
5
2
2
68
16
0
2
2
77
7
10
1
2
73
13
5
0
2
74
8
4
2
6
59
17
0
0
3
80
12
6
0
2
74
11
6
0
3
74
16
3
0
1
73
16
0
1
3
78
13
4
0
3
75
85
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64
Robiatul Adawiyah Muhammad Anas Darwati Latifatul Khoiriyah Khoridatul Janah Siti Ma'rifatul Ula Masrifatun Musyarofah Siti Sofiati Ayu Setyaning Puji Ahmad Fadholi Supriyanto Nailul Muna Syafa'atun Sholihah Ghozali muhtar Muarrofah Jauharul Alim Taufik Tri Cahyono Ida Farida Suci Rima Aksari Uswatun Aini Vivi Kurniasih Indah Budi Rahayu Nanang Prayogo Yasriyati Purwanto Fatimah Nurul Faizah
6
7
3
4
60
12
5
1
2
74
11
5
1
3
67
5
8
4
3
56
6
12
1
1
60
17
0
0
3
80
9
6
2
3
70
9
9
1
1
67
16
1
2
1
77
10
5
3
2
70
15
1
3
1
76
16
1
3
0
78
8
9
0
3
71
13
7
0
0
68
16
1
0
3
79
15
0
1
4
76
14
0
5
1
75
17
0
0
3
80
6
9
3
2
66
8
9
0
3
71
15
1
3
1
76
9
8
0
3
72
16
0
3
1
77
17
0
0
3
80
15
0
4
1
75
6
5
4
5
64
17
0
0
3
80
15
1
3
1
76
5
6
4
5
60
86
65
17
Roni Muttaqin
0
1
2
79
Langkah selanjutnya adalah nilai hasil angket seperti terrtera dalam tabel tersebut dimasukkan ke dalam distribusi frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam table berikut ini: TABEL IX DISTRIBUSI NILAI PERILAKU BIRRUL WALIDAIN ANTARA SISWA MTs FATHUL ULUM PANDAN HARUM Distribusi dari MI
Distribusi dari SD
Interval
f
x¹
fx¹
fx²
Interval
f
y¹
fy¹
fy²
78-80
21
4
84
336
78-80
12
4
48
192
75-77
16
3
48
144
75-77
11
3
33
99
72-74
10
2
20
40
72-74
7
2
14
28
69-71
6
1
6
6
69-71
6
1
6
6
66-68
5
0
0
0
66-68
7
0
0
0
63-65
1
-1
-1
1
63-65
7
-1
-7
7
60-62
3
-2
-6
12
60-62
5
-2
-10
20
57-59
2
-3
-6
18
57-59
4
-3
-12
36
54-56
1
-4
-4
16
54-56
3
-4
-12
48
∑f =
∑f ¹= ∑f ²=
∑y=
65
141
62
573
∑y¹= ∑y²= 60
436
2. Analisis Uji Hipotesa Dari data-data nilai frekuensi tersebut penulis dapat menganalisis dengan menggunakan rumus statistika, yaitu dengan menggunakan rumus t-test (T-Score). Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai
berikut: a. Data dari hasil penelitian disusun menjadi tabel kerja. b. Memberi kode x untuk nilai siswa yang berasal dari MI dan kode
y untuk nilai siswa yang dari SD.
87
c. Mencari mean (nilai rata-rata) dengan rumus terkaan. d. Mencari SD (standar deviasi). e. Mencari SDm (standar deviasi mean). 2
f. Mencari SDm (kuadrat standar deviasi mean). g. Mencari SDbm (standar deviasi beda mean). h. Mencari t-score ( t =
Mx −My SDbm
).
Dari langkah-langkah tersebut dapat di uraikan dan dijelaskan dengan penerapan rumus sebagai berikut:
Menghitung data dari MI = M x = MT
⎡ fx¹ ⎤ +i. ⎢ ⎥ ⎣N⎦
⎡141⎤ = 67+3. ⎢ ⎣ 65 ⎥⎦ =67+3. [2,169231] =67+6, 507693 =73, 507693 SD x = i.
=3.
fx² ⎡ fx¹ ⎤ N ⎢⎣ N ⎥⎦
2
573 ⎡141⎤ − 65 ⎢⎣ 65 ⎥⎦
2
=3. 8,815385 − 2,169231
2
=3. 8,815385 − 4,705563 =3. 4,109822
=3× 2,027269 SD x = 6,081807 SDmx =
SD N −1
88
= = =
6,081807 65 − 1 6,081807 64 6,081807 8
=0,760226 2
SDmx = SDmx × SDmx
=0,760226 × 0,760226 =0,577944
Menghitung data dari SD= ⎡ fy1 ⎤ M y = MT +i. ⎢ ⎥ ⎣N⎦ ⎡ 60 ⎤ =67+3. ⎢ ⎥ ⎣ 62 ⎦ =67+3. [0,967742] =67+2,903226 =69,903226
SD y = i.
=3.
fy² ⎡ fy¹ ⎤ N ⎢⎣ N ⎥⎦
2
436 ⎡ 60 ⎤ −⎢ ⎥ 62 ⎣ 62 ⎦
2
=3. 7,032258 − 0,967742 =3. 7,032258 − 0,936525 =3. 6,095733 =3× 2,468954
SD y = 7,406862
2
89
SD
SDmy =
N −1
=
7 , 406862 62 − 1
=
7 , 406862 61
=
7,406862 7,810249
=0,948352 2
SDmy = SDmy × SDmy
=0,948352×0,948352 =0,899372
2
SDbm = SDbmx + SDbm y
2
= 0,577944 + 0,899372 = 1,477316 =1,215449
t= =
Mx −My SDbm 73, 507693 − 69,903226 1,215449
=
3,604467 1,215449
=
4 1,22
t =3,27
90
Setelah t-score diketahui, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan interpretasi dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1).
Mencari db/df sampel yang diselidiki dengan rumus : Nx + Ny − 2
2).
Melihat tabel nilai “t” sesuai dengan db/df nya untuk taraf signifikansi 1% dan 5%
3. Analisis Lanjut Setelah melihat nilai ”t” diketahui yaitu 3,27, maka selanjutnya diinterpretasikan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mencari db/df dengan rumus N x + N y − 2 Jadi db/df : 65+62-2=125 b. Melihat dalam tabel nilai “t” sesuai dengan db/df, karena diketahui db/df 125, maka: -untuk db/df taraf signifikansi 1% =2,62 -untuk db/df taraf signifikansi 5% =1,98 c. Menyimpulkan dengan cara membandingkan antara to (“t” yang diperoleh dalam penghitungan dalam penelitian) dengan tt (“t” yang diambil dari tabel) yaitu: -untuk taraf signifikansi 1% diperoleh hasil, bahwa: 3,27>2,62 jadi to lebih besar dari pada tt berarti untuk taraf signifikansi 1% signifikan. -untuk taraf signifikansi 5% diperoleh hasil, bahwa: 3,27>1,98 jadi to lebih besar dari pada tt berarti untuk taraf signifikansi 5% signifikan. -jadi t hitung = 3,27> t tabel (0,01) = 2,62, sedangkan t hitung = 3,27> t tabel (0,05) = 1,98.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan taraf signifikansi 1% dan 5% diperoleh hasil bahwa to>tt. Jadi, hipotesis yang penulis ajukan yang berbunyi “Ada perbedaan perilaku Birrul Walidain
91
antara siswa yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dengan siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Di Mts Fathul Ulum, Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan Tahun 2007/ 2008”, dapat diterima secara signifikan. Kebenaran kerja tersebut dibuktikan lewat hasil penellitian di mana data yang diperoleh dari siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian, kemudian setelah dianalisis menunjukkan ada perbedaan yaitu siswa yang berlatar belakang Madrasah Ibtidaiyah (MI) mempunyai perilaku yang positif, sedangkan siswa yang
berasal dari Sekolah Dasar (SD) mempunyai perilaku yang kurang positif.
D. Keterbatasan Penelitian
Salah satu keterbatasan utama dari penelitian ini berhubungan dengan proses penggeneralisasian. Hal ini dikarenakan oleh sampel yang dipilih tidak bisa secara persis mencerminkan seluruh siswa yang ada. Oleh karena itu, hasil penelitian ini tidak bisa ditafsirkan sebagai pencerminan secara tepat perilaku Birrul Walidain siswa MTs Fathul Ulum di Grobogan apalagi di seluruh Indonesia. Hal yang membatasi penelitian ini adalah tidak bisa digeneralisasi bahwa perilaku Birrul Walidain siswa lebih banyak dipengaruhi oleh satu faktor saja seperti latar
belakang pendidikan siswa, karena walaupun penelitian yang telah dilakukan ini mengarah pada kesimpulan bahwa perilaku birrul walidain siswa dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan siswa, dan hasil penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan status keilmiahannya, temuan tersebut tetaplah bersifat kasuistik. Artinya, hasil penelitian tersebut dapat saja berubah bila dilakukan penelitian serupa di tempat lain dengan mengambil populasi dan sampel yang lain pula. Sebenarnya kasuistik tersebut muncul karena perilaku Birrul Walidain siswa tidak hanya dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan siswa semata, akan tetapi dalam penelitian literatur lebih lanjut ditemukan bahwa perilaku (dalam hal ini termasuk perilaku Birrul Walidain siswa) ternyata dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang
92
lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, pengaruh media massa, pengaruh lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan pengaruh faktor emosional.6 Karena itulah, sekali lagi penelitian ini tidak bisa digeneralisasi untuk seluruh siswa di seluruh Grobogan, apalagi di seluruh Jawa Tengah atau bahkan seluruh Indonesia, karena sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa mungkin saja penelitian bisa berubah jika dilakukan penelitian serupa dengan tempat dan sampel yang berbeda. Artinya, bisa saja perilaku Birrul Walidain siswa lebih banyak dipengaruhi oleh faktorfaktor yang lain, sehingga latar belakang pendidikan siswa tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku birrul walidain siswa. Ini menandakan bahwa hasil penelitian yang telah penulis lakukan ini hanya bisa digeneralisasi untuk lingkup daerah penelitian saja, yaitu di lingkup Madrasah Tsanawiyah Fathul Ulum Pandan Harum Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan.
6Saefuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm. 30.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengadakan penelitian dengan judul “STUDI KOMPARATIF PERILAKU BIRRUL WALIDAIN ANTARA SISWA YANG BERLATAR BELAKANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (SD) DENGAN SISWA YANG BERLATAR BELAKANG PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) DI MTs FATHUL ULUM, PANDAN HARUM KEC GABUS KAB GROBOGAN TAHUN 2007/ 2008”, dengan tujuan: 1. Untuk mendiskripsikan dan menganalisa tentang bagaimana perilaku birrul walidain siswa, antara siswa yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di MTs Fathul Ulum Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan. 2. Untuk mendiskripsikan dan menganalisa tentang perbedaan perilaku birrul walidain siswa, antara siswa yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di MTs Fathul Ulum Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan. 3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku birrul walidain siswa, antara siswa yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di MTs Fathul Ulum Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa tempat penelitian ini adalah di MTs Fathul Ulum Pandan Harum Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan. Adapun waktu yang penulis lakukan pada penelitian ini adalah 57
58
pada tahun 2007/2008 tepatnya semester genap tepatnya pada tanggal 1 sampai 20 Mei 2008.
C. Variabel dan Indikator Penelitian Yang menjadi komponen-komponen dasar dalam penelitian ini meliputi dua variabel, yaitu perilaku Birrul Walidain dan latar belakang pendidikan siswa. Oleh karena itu variabel dapat dikatakan sebagai “Segala sesuatu yang akan menjadi objek dalam penelitian”.1 Adapun variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Perilaku Birrul Walidain siswa yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Jenjang pendidikan di sekolah dasar baik negeri maupun swasta yang berada dalam naungan Departemen Pendidikan Nasional. 2. Perilaku Birrul Walidain siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jenjang pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah baik yang negeri maupun swasta adalah lembaga pendidikan formal setingkat dengan SD yang berada dalam naungan Departemen Agama dengan mengikuti kurikulum Nasional dan kurikulum Agama. Adapun Indikator perilaku Birrul Walidain sebagaimana yang disebutkan oleh Menurut Drs. Heri Jauhari Muhtar dalam buku Fiqh pendidikan ada 10 bentuk berbakti kepada kedua orangtua (Birrul walidain) yaitu: a. Mentaati perintah kedua orangtua. b. Menghormati dan berbuat baik kepada keduanya. c. Mendahulukan dan memenuhi kebutuhan keduanya. d. Minta izin dan do’a restu orangtua. e. Membantu tugas dan pekerjaan orangtua. f. Menjaga nama baik kedua orangtua. g. Mendo’akan orangtua. h. Mengurus orangtua Sampai meninggal. 1
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. 9, hlm. 72.
59
i. Memenuhi janji dan kewajiban orangtua. j. Meneruskan silaturrahim dengan saudara dan teman-teman serta sahabat orangtua.2 Sebenarnya ada banyak macam Birrul Walidain tetapi meninjau dari sisi siswa itu masih sekolah tentunya ada beberapa perilaku yang paling banyak dominan dikerjakan yang mana perilaku-perilaku tersebut mencakup beberapa item di atas. walaupun tidak menutup kemungkinan perilakuperilaku lain juga dilaksanakan. Adapun yang penulis ambil sebagai indikator antara lain: a. Mentaati perintah orangtua. b. Menghormati dan berbuat baik kepada kedua orangtua. c. Meminta izin dan do’a restu dari kedua orangtua. d. Membantu tugas dan pekerjaan orangtua. e. Menjaga nama baik orangtua. f. Mendo’akan orangtua.
D. Metode Penelitian Metode adalah suatu cara atau tekhnik yang dilakukan dengan metode tertentu. Sedangkan penelitian adalah usaha untuk mencari sesuatu yang dilakukan dengan metode tertentu, secara hati-hati, sistematis dan sempurna terhadap suatu permasalahan sehingga dapat terjawab. Jadi metode penelitian adalah cara untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap suatu permasalahan.3 Menurut Prof. Dr. Sugiyono metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.4 Metode penelitian juga
2
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 1, hlm. 110. 3 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm.12. 4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm.6.
60
mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian.5 Dalam hal ini, metode penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kuantitatif dengan tehnik analisis komparasi. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu. Tehnik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random (acak). Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.6 Sedangkan yang dimaksud tehnik analisis komparasi yaitu salah satu tehnik analisis kuantitatif atau salah satu tehnik analisis statistik yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis mengenai ada tidaknya perbedaan antar variabel yang diteliti.7 Jika perbedaan itu memang ada, apakah perbadaan itu merupakan perbedaan yang signifikan ataukah bahwa perbedaan itu hanyalah secara kebetulan saja (by change).
E. Populasi Sampel dan Tekhnik Pengambilan Sampel 1. Populasi Adapun yang menjadi populasi8 dalam penelitian ini adalah meliputi seluruh siswa kelas satu sampai kelas tiga di MTs Fathul Ulum Pandan Harum kec Gabus, baik siswa yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) maupun siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI).
5
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1989), hlm.
13. 6
Sugiyono, op.cit., hlm. 14 Anas Sudiyono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 275 8 Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama. Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 133. Dalam definisi lain, populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), Cet. 12, hlm. 108. 7
61
2. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.9 Adapun teknik pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut: 1) Menentukan tingkat kepercayaan sampel Dalam menentukan tingkat kepercayaan menurut Kricjie dalam melakukan penghitungan ukuran sampel di dasarkan atas kesalahan 5% jadisampel yang diperoleh itu mempunyai tingkat kepercayaan 95% terhadap populasi. Sedangkan menurut Harry King menghitung sampel tidak hanya di dasarkan atas kesalahan 5%, tetapi bervariasi sampai 15%, tetapi jumlah populasi yang paling tinggi hanya 2000.10 dalam hal ini penulis menggunakan tingkat kepercayaan sampel terhadap populasi 95% atau tingkat kesalahan 5%. 2) Menentukan besarnya sampel Jumlah populasi yang akan diteliti adalah 190. dengan menggunakan tingkat kepercayaan sampel terhadap populasi 95% atau tingkat kesalahan 5%, diambil melalui Tabel Kricjie, maka jumlah sampel yang akan diambil adalah 127 Orang.11 3) Menentukan ukuran sampel Dengan populasi yang akan diteliti adalah 190. bila tingkat tingkat kepercayaan sampel terhadap populasi 95% atau kesalahan 5%, maka jumlah sampelnya adalah 127 Orang. Karena populasi heterogen maka sampelnya juga harus dibedakan sesuai dengan latar belakang pendidikan dengan jumlah siswa yang dari SD 93 dan dari MI 97. Jadi jumlah sampel untuk:
9
Sugiyono, op.cit., hlm. 56. Ibid., hlm. 62. 11 Ibid., hlm. 63. 10
62
SD:
93 × 127 = 62.16 = 62 190
MI:
97 × 127 = 64.84 = 65 190
Jadi jumlah sampelnya adalah 62+65= 127.12 3. Teknik sampling Adapun teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Maksudnya, setiap individu dalam populasi baik secara
sendiri maupun bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel tanpa membeda-bedakan.13
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pancatatan secara sistematik terhadap masalah yang tampak pada obyek penelitian.14 Data yang diperoleh dari observasi adalah data tentang situasi umum obyek penelitian atau untuk mencari data yang berhubungan dengan penelitian tentang Birrul Walidain. 2. Metode Wawancara (Interview) Interview
adalah
alat
pengumpul
informasi
dengan
cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab dengan lisan pula. Ciri utama dari interview adalah adanya kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (interviewer) dan sumber informasi (interviewee).15 Menurut Suharsini Arikunto, metode interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi terwawancara (interviewee).16
12
Ibid., hlm. 65. Suharsini Arikunto, op.cit., hlm. 111. 14 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm.. 13
158. 15 16
Ibid., hlm. 165. Suharsini Arikunto, op.cit., hlm. 132.
63
Dalam metode interview ini, penulis mengadakan wawancara dengan sebagian orangtua dan guru untuk mendapatkan informasi sehubungan dengan penelitian Birrul Walidain. 3. Metode Angket (Quesioner) Quesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.17 William J. Goode dan Paul K. Hatt mengatakan bahwa “questionaire refers to a defice for securing answer to question by using a form which the responden fills in him self.18 Koesioner menunjuk pada
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperileh informasi dari respondendalam arti laporan pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang perilaku birrul walidain antara siswa yang berlatar belakang pendidikan sekolah
dasar dengan siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah.
Angket tersebut disajikan dengan model tertutup yaitu pertanyaanpertanyaan yang diajukan telah ditentukan jawabannya, sehingga responden tinggal memilih mana jawaban yang sesuai menurut responden. 4. Metode Dokumentasi Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturanperaturan, notulen rapat, catatan harian dan lain sebagainya.19 Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan umum MTs. Fathul Ulum, Pandan Harum Kec. Gabus, baik mengenai keadaan guru, sarana prasarana, struktur organisasi, pegawai, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian Birrul Walidain. 17
Ibid., hlm. 128. William J. Goode and Paul K. Hatt, Methods in Social Research, (New York: McGraw Hill Book Company, 1952),hlm. 133. 19 Suharsini Arikunto, op.cit., hlm. 135. 18
64
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan perhitungan hasil penelitian dengan t-test. t=
Mx − My
20
SDbm
Keterangan : t : T tes Mx : Mean yang ada pada kelompok X My : Mean yang ada pada kelompok Y SDbm : Standar beda mean. Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis di sini adalah: 1. Analisis pendahuluan: Pada analisis pendahuluan ini penulis menyajikan data perilaku Birrul Walidain antara siswa yang berlatar belakang pendidikan Sekolah
Dasar (SD) dengan siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI).
2. Analisis Uji Hipotesis Pada tahap ini penulis melakukan penghitungan dari data hasil penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan mean dari masing-masing kelompok tersebut. 2) Menentukan nilai standar deviasi dari kedua kelompok tersebut. 3) Melakukan penghitungan uji hipotesis dengan rumus t-test. 3. Analisis Lanjut Setelah penghitungan analisis uji hipotesis selesai, penulis menginterpretasikan nilai-nilai akhir, dan akhirnya sampailah pada menentukan jawaban dari hipotesis yang diajukan, yaitu: 1) Hipotesis Nihil (Ho) Artinya tidak ada perbedaan perilaku Birrul Walidain antara siswa yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dengan siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI). 20
268.
Sutrisno Hadi, Statistik, Jilid 2, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1981), Cet. 7, hlm.
65
2) Hipotesis Kerja (Hk) Artinya terdapat perbedaan yang signifikan perilaku Birrul Walidain antara siswa yang berlatar belakang pendidikan Sekolah
Dasar (SD) dengan
siswa yang berlatar belakang pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah (MI).
9
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Perilaku 1. Pengertian Perilaku Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. pada khususnya dan pada berbagai hewan pada umumnya memeng terdapat bentuk-bentuk perilaku instintif (spesies-spesies behavior) yang didasari oleh kodrat untuk mempertaruhkan kehidupan. Sepanjang menyangkut pembahasan mengenai hubungan sikap dan perilaku bentuk-bentuk instintif tersebut tidak dibicarakan. Demikian pula dengan beberapa bentuk perilaku abnormal yang ditunjukkan oleh para penderita abnormalitas jiwa ataupun oleh orang-orang yang sedang berada dalam ketidak sadaran akibat pengaruh obat-obatan, minuman beralkohol, situasi hipnotik, serta situasi-situasi emosional yang sangat menekan. Akan tetapi sikap yang dikaitkan dengan perilaku yang kita bahas berikut ini adalah perilaku yang berada dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus lingkungan sosial.1 Dalam kamus besar bahasa Indonesia perilaku didefinisikan sebagai tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan atau sikap, tidak saja badan tetapi juga dalam bentuk ucapan.2 Untuk mengetahui lebih apa sebenarnya yang dimaksud perilaku, berikut ini penulis kemukakan beberapa pengertian perilaku yang didefinisikan oleh para ahli psikologi dalam aliran Behaviorisme, yaitu: J.B. Watson (1878-1958) sebenarnya mula-mula ia belajar filsafat, tetapi kemudian ia pindah kelapangan psikologi. Sejak tahun 1912 Watson telah menjadi terkenal karena penyelidikannya mengenai proses belajar pada hewan. Mengenai perilaku Watson berpendapat bahwa perilaku 1 Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet.1, hlm. 9. 2 Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm. 671.
9
10
adalah “reaksi organisme sebagai keseluruhan terhadap rangsangan dari luar”.3 Bagian-bagian dari teori Watson yang terpenting diantaranya adalah teori Sarbon (Stimulus Response Bond Theory). Tingkah laku berperilaku baginya merupakan suatu hal yang kompleks yang dapat dianalisis menjadi rangkaian “unit” perangsang dan reaksi (Stimulus and Response) yang disebut refleks.4 Salah satu ahli psikologi yang terkenal lagi pada aliran ini adalah B. F. Skinner (1904-…) sebagaimana Watson, Skinner juga memikirkan perilaku sebagai hubungan antara perangsang (stimulus) dan reaksi (respon). Hanya perbedaanya Skinner membuat perincian yang lebih jauh, yaitu Skinner membedakan adanya 2 macam respon, yaitu: a. Respondent Response (Reflexive Response) Yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu, misalnya keluarnya air liur setelah melihat makananmakanan tertentu. Pada umumnya perangsang yang demikian itu mendahului respon yang ditimbulkannya. b. Operant Response (Instrumental Response) Yaitu respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu, misalnya seorang anak yang belajar (telah melakukan perbuatan) lalu mendapatkan hadiah, maka ia pun akan lebih giat lagi untuk belajar.5 Di dalam kenyataanya, respon jenis pertama (Reflexive Response) sangat terbatas pada manusia. Sebaliknya Operant Response merupakan bagian terbesar dari tingkah laku manusia dan kemungkinan untuk dimodifikasi hampir tidak terbatas.
3
J.B. Watson dalam Sumardi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2002), Cet. 2, hlm. 266. 4 Ibid., hlm. 267. 5 B. F. Skinner dalam Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), Cet. 11, hlm. 95.
11
Karena itulah, mengenai pengertian dan definisi perilaku penulis lebih condong pada pendapat yang dilontarkan oleh Skinner, bahwa perilaku merupakan reaksi dari perangsang (stimulus) yang datang. Hanya saja respon yang penulis maksud di sini adalah respon yang tidak hanya respon refleks yang relative saja tetapi juga respon yang bisa ditimbulkan, dikembangkan, dan dimodifikasi melalui stimulus-stimulus (perangsang) yang diciptakan oleh lingkungan pendidikan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Perilaku sebagai hal yang kompleks, tidak mungkin terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, menurut Juhana Wijaya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, yaitu: Pertama, faktor sebelum yang merupakan pegalaman sebagai hasil proses belajar. Kedua, faktor situasi yang memantapkan tingkah laku tersebut. Ketiga, faktor-faktor tujuan yang mendorong munculnya tingkah laku tersebut.6 Lain lagi dengan Saefuddin Azwar, ia menyatakan bahwa ada banyak lagi faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang, yaitu: pengalaman pribadi, orang lain yang ia anggap penting, kebudayaan, pengaruh media massa, pengaruh institusi/lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan serta faktor emosi dalam diri individu.7 Untuk tidak sekedar
memahami,
tetapi juga
agar dapat
memprediksi perilaku Icek Ajzen dan Martin fishbein mengemukakan teori tindakan beralasan (Theory of reasoned action) dengan mencoba melihat antecedent penyebab perilaku volisional (perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri). Teori ini di dasarkan atas asumsi, yaitu a). Bahwa manusia pada dasarnya dan pada umumnya melakukan sesuatu dengan cara yang masuk akal.,b). Bahwa manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada.,c). Bahwa secara eksplisit maupun implicit manusia mempertimbangkan implikasi atau konskuensi tindakan mereka.8 6
Juhana Wijaya, Psikologi Bimbingan, (Bandung: Eresco, 1988), hlm. 23. Saifuddin Azwar, op.cit., hlm. 30. 8 Icek Ajzen dan Martin fishbein dalam Saifudin Azwar, Ibid., hlm. 11. 7
12
Teori tindakan beralasan ini mengatur bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal, pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik terhadap perilaku.,kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif (Subjective norm) yaitu, keyakinan kita mengenai apa yang orang lain ingin kita perbuat. Ketiga., sikap terhadap suatu bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi (niat) untuk berperilaku tertentu.9 Menurut penulis sendiri, dari beberapa pendapat di atas dapat dicari titik temu persamaanya, yaitu bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor sebelum/ pengalaman pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami
akan ikut dalam
membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya perilaku, untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan yang akhirnya akan membentuk perilaku, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Kemudian apakah penghayatan dan tanggapan itu akan membentuk perilaku positif ataukah negatif, tergantung pada berbagai faktor lain. Untuk dapat menjadi pembentukan perilaku, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu perilaku akan mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi itu terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan dan tanggapan akan lebih mendalam dan lebih lama membekas, sehingga perilakupun akan mudah untuk terbentuk. b. Faktor situasi yang lebih memantapkan perilaku tersebut
9
Ibid.
13
Di antara faktor yang ikut mempengaruhi terbentuknya perilaku yaitu, kebudayaan, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh media massa, lembaga pendidikan agama dan lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai
pengaruh
dalam
pembentukan
perilaku.
Dikarenakan keduanya meletakkan dasar, pengertian dan konsep moral dalam individu. Pemahaman akan hal baik dan buruk, garis pemisah antara yang boleh dan yang tidak boleh dilaksanakan, diperoleh dari pendidikan dan pusat-pusat keagamaan serta ajaran-ajaranya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama yang diperoleh dari lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan diri dalam diri seseorang, maka tidaklah mengherankan kalau pada giliranya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan perilaku dan sikap individu tersebut terhadap sesuatu stimulus sosial. 3. Tujuan yang mendorong munculnya perilaku Tingkah laku (perilaku) pada dasarnya didasari oleh motivasi, baik instrinsik maupun ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah dorongan dari dalam, sedangkan Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang datang dari luar (lingkungan). Secara lebih sederhana Skinner mengelompokan faktor yang mempengaruhi perilaku menjadi dua kategori, yaitu, antecedent dan consequence.10 Antecedent merupakan hal-hal yang mendahului situasi seperti pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, sedangkan consequence merupakan konskuensi yang menguatkan perilaku yang diperoleh dari hasil transaksi dengan lingkungan. 4. Prosedur Pembentukan Perilaku Skinner memberikan petunjuk bahwa dalam rangka membentuk perilaku manusia, haruslah mengikuti prosedur-prosedur sebagai berikut:
10
Dimyati Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Yogjakarta: Pustaka pelajar, 1990), hlm. 123.
14
a. Melakukan identifikasi mengenai hal apa yang merupakan reinforcemen (penguatan) seperti hadiah bagi tingkah laku yang akan dibentuk. b. Menganalisis selanjutnya mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud. c. Berdasarkan urutan komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcemen (penguatan) untuk masing-masing komponen itu. d. Melakukan pembentukan tingkah laku dengan menggunakan urutan-urutan komponen yang telah tersusun itu.11
B. Birrul Walidain (Berbakti Kepada Kedua Orangtua) 1. Pengertian Birrul Walidain Kata “Birrul Walidain” berasal dari paduan kata berbuat baik, berbakti dan kata dari kata
ﻭﺍﻟﺪ
ﻭﺍﻟﺪﻳﻦ
ﺑﺮ
yang berarti
yang merupakan bentuk tasniyah
yang artinya kedua orangtua.12 Sedangkan Birrul Walidain
menurut Mushtafa Al-Maraghi adalah
ﻭﺍﻥ ﲢﺴﻨﻮﺍ ﺍﱃ ﺍﻟﻮﺍ ﻟﺪﻳﻦ
yaitu “berbakti kepada kedua orangtua dan berbuat baik kepadanya”.13 Adapun pengertian “Birrul Walidain” secara istilah menurut KH. Mujab Mahalli adalah melaksanakan hak-hak kedua orangtua serta memuliakan keduanya dengan cara menuruti perintah keduanya, menjalankan semua perbuatan yang bisa membuat keridhoan hati keduanya serta menjauhi perkara yang bisa membuat marah dan kecewa orangtua. Dan perlu digaris bawahi bahwa kewajiban ta’at kepada kedua orangtua di sini sebatas pada perbuatan baik tidak kepada perbuatan
11
Skinner dalam Sumardi Surya Brata, op.cit., hlm. 272. Ahmad Warson Al munawir, Kamus Besar Bahasa Arab Indonesia, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1987), hlm. 80 dan 1688. 13 Ahmad Musthafa Almaraghi, Tafsir Al Maraghi, Juz 13, (Beirut: Dar al Fikr, t.th), hlm. 33. 12
15
maksiat.14 Sedangkan pengertian “Birrul Walidain” menurut DR. Abdullah Nashih Ulwan adalah berbakti, taat, berbuat ikhsan, memelihara keduanya, memelihara dimasa tua, tidak boleh bersuara keras apalagi sampai menghardik mereka, mendo’akan keduanya lebih-lebih setelah mereka wafat, dan sebagainya, termasuk sopan-santun yang semestinya terhadap kedua orangtua.15 Dalam keluasan konotasi prinsipilnya, istilah “Al-barr” meliputi aspek keharmonisan dan pertanggungjawaban ibadah kepada Allah SWT. Dalam jalur hubungan kemanusiaan, dalam tata hubungan hidup keluarga dan kemasyarakatan wajib dipahami bahwa kedua orangtua, yaitu Ayah dan Ibu menduduki posisi yang paling utama. Walaupun demikian kewajiban beribadah kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya tetap berada diatas hubungan horizontal kemanusiaan. Yang mempunyai arti bahwa, dalam tata tertib kewajiban berbakti, mengabdi, dan menghormati kedua orangtua (Ayah dan Ibu) menjadi giliran berikutnya setelah beribadah kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya.16 Jadi dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa “Birrul Walidain” merupakan perilaku berbakti dan berbuat baik yang harus dilakukan oleh seorang anak kepada kedua orangtuanya. perilaku berbakti dan berbuat baik kepada kedua orangtua dapat ditunjukkan dengan perilaku-perilaku berikut ini : a. Mentaati perintah orangtua. b. Menghormati dan berbuat baik kepada kedua orangtua. c. Meminta izin dan do’a restu dari keduanya. d. Membantu tugas dan pekerjaan keduanya. e. Menjaga nama baik keduanya. f. Mendo’akan keduanya. 14
KH. Mujab Mahalli, Risalah Akhlak Birrul Walidain (Surabaya: Maktabah Al Miftah, t. th), hlm. 11. 15 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam (Pendidikan Sosial Anak), (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990), hlm. 33. 16 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta : PT. Bina Aksara, 1989), Cet. 1, hlm. 13.
16
2. Konsep Birrul Walidain dalam Islam Dalam etika Islam, dorongan dan kehendak berbuat baik kepada kedua orangtua (birrul walidain) telah menjadi salah satu dari akhlak yang mulia (Mahmudah). Dorongan dan kehendak tersebut harus tertanam sedemikian rupa, sebab pada hakikatnya hanya Ibu dan Bapaklah yang paling besar jasanya kepada setiap anak-anaknya. Dapat difahami bahwa di
dalam
memelihara
hubungan
horizontal
kemanusiaan
atau
kemasyarakatan, Ayah dan Ibu sudah sepatutnya mendapat prioritas pertama dan paling utama. Dalam pemahaman dan kesadaran Akhlakul Karimah sangat keliru apabila seorang anak hanya memelihara hubungan baik dengan orang lain, sedangkan hubungan etis keislaman dengan Ayah Ibunya diabaikan, apalagi sampai mendurhakai keduanya. Yang secara langsung diperintahkan dan harus dengan rasa ikhlas yang sungguhsungguh “Birrul Walidain” patut dilaksanakan oleh seorang anak terhadap kedua orangtuanya.17 Ayah adalah penanggungjawab dan pelindung anak-anaknya dalam segala hal, baik dari segi ekonomi, keamanan, kesehatan, dan pendidikan. Pada prinsipilnya seorang Ayah menjadi sumber kehidupan dan yang menghidupkan masa depan anaknya. Sedangkan Ibu tidak kalah besar pegorbanannya dari pada Ayah, Ibulah yang mengandung anak dengan susah payah, kemudian melahirkanya dengan penderitaan yang tiada tara dan taruhanya adalah nyawa, lalu membesarkan dengan penuh rasa kasih sayang. Dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga, Ibu adalah kawan setia Ayah sebagai pendidik anak-anaknya, memelihara keluarganya dengan menciptakan ketentraman, kasih sayang, keamanan dan kedamaian rumah tangga. Tidak ada yang paling dekat dengan kehidupan seseorang selain kedua orangtuanya. Keduanya adalah orang yang berjasa besar dalam membesarkan dan menjaga seseorang sehingga tumbuh menjadi dewasa. Kepayahan dan kegundahan orangtua lenyap sudah ketika melihat anak17
Ibid., hlm. 14
17
anak mereka bahagia dan bergembira.18 Ustadz Umar Bardja’ dalam kitab
ﺍﻷﺧﻼﻕ ﻟﻠﺒﻨﲔ
mengatakan:
ﻭﻣﺎ ﻗﺎﻡ ﺑﻪ ﰲ, ﻟﻘﺪ ﻋﺮﻓﺖ ﻗﺪﺭ ﳏﺒﺔ ﻭﺍﻟﺪﻳﻚ ﻟﻚ:ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﺍﶈﺒﻮﺏ ﻭﺃﻥ, ﻓﻴﺠﺐ ﻋﻠﻴﻚ ﺃﻥ ﺗﻘﺎﺑﻞ ﻫﺬﺍ ﺍﻹﺣﺴﺎﻥ ﺑﺎﻹﺣﺴﺎﻥ,ﺳﺒﻴﻞ ﺗﺮﺑﻴﺘﻚ , ﻭﻣﻊ ﺫﻟﻚ ﺗﺸﻬﺪ ﺍﻟﻔﻀﻞ ﻭﺍﳌﻨﺔ ﳍﻤﺎ,ﺗﻘﻮﻡ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﺗﺴﺘﻄﻴﻊ ﰲ ﺑﺮﳘﺎ 19 .ﻭﺗﻌﺮﻑ ﺃﻧﻚ ﻣﺎ ﻗﻤﺖ ﲤﺎﻣﺎ ﲝﻘﻮﻗﻬﻤﺎ “Wahai Anak yang dicintai: Sesungguhnya kamu telah mengetahui betapa besar kecintaan kedua orangtua kepadamu, dan betapa susah payahnya mereka dalam mendidikmu, maka wajib bagimu membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan. Pula berbuat bakti/taat kepada mereka dengan segenap kemampuanmu, dan beserta itu kamu mengetahui keutamaan dan anugrah keduanya, juga kamu mengetahui bahwa kamu belum melaksanakan hak-hak kedua orangtua dengan sempurna”. Anjuran berbakti kepada orangtua dalam ajaran Islam, menegaskan bahwa orangtua memegang peranan penting dalam perjalanan hidup anakanaknya. Jasa-jasa dan pengorbanan orangtua tidak bisa dibalas dengan apapun. Kebaikan yang dilakukan oleh seorang anak tidaklah sebanding dengan pengorbanan yang dilakukan oleh kedua orangtua. Ajaran Islam memerintahkan untuk berbakti kepada orangtua (Birrul walidain). Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat Al Isra’ ayat 23:
ﺮ ﺒﻙ ﺍﹾﻟ ِﻜ ﺪ ﻦ ﻋِﻨ ﻐ ﺒﻠﹸﻳ ﺎﺎﻧﹰﺎ ِﺇﻣﺣﺴ ﻳ ِﻦ ِﺇﺪ ﺍِﻟﻭﺑِﺎﹾﻟﻮ ﻩ ﺎﻭﹾﺍ ِﺇﻻﱠ ِﺇﻳﺒﺪﻌ ﺗ ﻚ ﹶﺃﻻﱠ ﺑﺭ ﻰﻭﹶﻗﻀ ﻮ ﹰﻻ ﹶﻛﺮِﳝﹰﺎ ﺎ ﹶﻗﻬﻤ ﻭﻗﹸﻞ ﱠﻟ ﺎﻫﻤ ﺮ ﻬ ﻨﺗ ﻭ ﹶﻻ ﺎ ﹸﺃﻑﻬﻤ ﺗﻘﹸﻞ ﱠﻟ ﻼ ﺎ ﹶﻓ ﹶﻫﻤ ﻼ ﻭ ِﻛ ﹶ ﺎ ﹶﺃﻫﻤ ﺪ ﺣ ﹶﺃ “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak 18
Arif Supriyono, Seratus Cerita Tentang Akhlak, (Jakarta: Republika, 2006), hlm. 79 Umar bin Ahmad Bardja’, Akhlak lil Banain, Juz. 2, (Surabaya: Maktabah Muhammad bin Nabhan Waauladihi, t.th), hlm. 16. 19
18
mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”(QS. Al-Isra’: 23)20 Ayat di atas menjelaskan bahwa selain beribadah kepada Allah (Hubungan secara Vertikal) hal utama yang harus dilakukan setelah beribah kepada Allah dan taat kepada Rasulnya adalah berbakti kepada orangtua (Hubungan Horizontal). Perwujudan perilaku Birrul walidain juga dapat dilihat dalam kitab suci al-Qur’an, sebagaimana diterangkan dalam surat al-Luqman ayat 14-15:
ﻴ ِﻦ ﹶﺃ ِﻥﻣ ﺎﻪ ﻓِﻲ ﻋ ﺎﹸﻟﻭِﻓﺼ ﻫ ٍﻦ ﻭ ﻋﻠﹶﻰ ﻨﹰﺎﻭﻫ ﻪ ﹸﺃﻣﺘﻪﻤﹶﻠ ﺣ ﻳ ِﻪﺪ ﺍِﻟﺎ ﹶﻥ ِﺑﻮﺎ ﺍﹾﻟﺈِﻧﺴﻴﻨﺻ ﻭ ﻭ ﺎﻙ ﺑِﻲ ﻣ ﺸ ِﺮ ﻠﻰ ﺃﹶﻥ ﺗﻙ ﻋ ﺍﻫﺪ ﺎﻭﺇِﻥ ﺟ {14} ﺼﲑ ِ ﻤ ﻲ ﺍﹾﻟ ﻚ ِﺇﹶﻟ ﻳﺪ ﺍِﻟﻭِﻟﻮ ﺮ ﻟِﻲ ﺷ ﹸﻜ ﺍ ﻦ ﻣ ﺳﺒِﻴ ﹶﻞ ﻊ ﺗِﺒﺍﻭﻓﹰﺎ ﻭﻌﺮ ﻣ ﺎﻧﻴﺪ ﻤﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟ ﺒﻬﺎ ِﺣﻭﺻ ﺎﻬﻤ ﻌ ﺗ ِﻄ ﻢ ﹶﻓﻠﹶﺎ ﻚ ِﺑ ِﻪ ِﻋ ﹾﻠ ﺲ ﹶﻟ ﻴﹶﻟ {15}ﻤﻠﹸﻮﻥ ﻌ ﺗ ﻢ ﺘﺎ ﻛﹸﻨﺒﹸﺌﻜﹸﻢ ِﺑﻤﻧﻢ ﹶﻓﺄﹸ ﻜﹸﺮ ِﺟﻌ ﻣ ﻲ ِﺇﹶﻟﻲ ﹸﺛﻢ ﺏ ِﺇﹶﻟ ﺎﹶﺃﻧ “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”(QS. al-Luqman: 14-15).21 Di dalam surat al-Luqman tersebut di jelaskan tentang betapa pentingnya Birrul walidain harus dilakukan oleh anak kepada kedua orangtuanya. Hal itu harus dilakukan mengingat kedua orangtuanya telah bersusah payah dalam mendidik dan membesarkan mereka. Manusia tidak mampu menghitung atau menaksir hak orangtua yang wajib terhadap anak-anaknya. Hal tersebut merupakan perkara yang 20 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit J-Art, 2005), Cet. 1, hlm. 285. 21 Ibid., hlm. 413.
19
jauh untuk disifati atau dihitung, terlebih hak Ibu, karena Ibu mengandung kepedihan-kepedihan yang sangat banyak, Ibu mengandung selama 9 bulan dalam kondisi susah payah yang bertambah-tambah, Ibu mengandung
janin
dalam
keterpaksaan,
melahirkanpun
dalam
keterpaksaan, pertumbuhan manusia dalam perut sang Ibu tidak memberinya sesuatupun melainkan bertambahnya beban dan rasa payah. Ketika dia melahirkan kematian berada di depan matanya, tetapi ketika dia telah melihat sang anak yang di kandungnya berada di sisinya maka dengan cepat melupakan kepedihan-kepedihanya.22 Untuk itulah sudah menjadi kewajiban anak untuk berbakti kepada orangtuanya, mengingat betapa susah payah orangtua dalam mendidik dan membesarkan anak-anak mereka. Bahkan apabila orangtua anak kafir sekalipun, anak masih wajib menghormatinya, selama hubungan tersebut tidak melanggar syari’at Islam. Rasullullah bersabda :
ﺏ ﻗﹶﺎﻟﹶﺎ ٍ ﺮ ﺣ ﻦ ﺑ ﻴﺮﻫ ﻭﺯ ﻲ ﻒ ﺍﻟﺜﱠ ﹶﻘ ِﻔ ٍ ﺑ ِﻦ ﹶﻃﺮِﻳ ﺟﻤِﻴ ِﻞ ﺑ ِﻦ ﺳﻌِﻴ ِﺪ ﻦ ﺑ ﺒﺔﹸﻴﺘﺎ ﻗﹸﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﺎ َﺀﺮ ﹶﺓ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺟ ﻳﺮ ﻦ ﹶﺃﺑِﻲ ﻫ ﻋ ﻋ ﹶﺔ ﺭ ﻦ ﹶﺃﺑِﻲ ﺯ ﻋ ﻉ ِ ﻌﻘﹶﺎ ﺑ ِﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﺭ ﹶﺓ ﺎﻋﻤ ﻦ ﻋ ﺮ ﺟﺮِﻳ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﺴ ِﻦ ﺱ ِﺑﺤ ِ ﺎﻖ ﺍﻟﻨ ﺣ ﻦ ﹶﺃ ﻣ ﻢ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠ ﻮ ِﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪﺭﺳ ﺟ ﹲﻞ ِﺇﻟﹶﻰ ﺭ ﻣ ﺃﹸﻦ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﺛﻢ ﻣ ﻚ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﺛﻢ ﻣ ﺑﺘِﻲ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺃﹸﺎﺻﺤ ﻚ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﺛﻢ ﻣ ﺃﹸﻦ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﺛﻢ ﻣ ﻚ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﺛﻢ 23 ( ﺍﳌﺴﻠﻢ: ﻙ )ﺭﻭﺍﻩ ﻮ ﹶﺃﺑﻦ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﺛﻢ ﻣ “Abu Hurairah berkata: Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah, lalu bertanya: “Siapakah yang paling berhak aku pergauli?” Rasulullah menjawab, “Ibumu”. “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Ibumu”. “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Ibumu”. “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Bapakmu”. (HR. Muslim).
22
KH. A. Yasin Asymuni, Berbakti Kepada Orang tua (Birrul Walidain), (Kediri: PP. Hidayatullah, 2006), hlm. 7. 23 Imam Abil Husain Muslim Bin Al Hajaj Al Khusaeri An Naqsabury, Shahih Muslim, Juz. 8, (Beirut: Dar Al Kitab, t.th), hlm. 483.
20
Di dalam hadist di atas penyebutan Ibu sebanyak tiga kali24sebagai penguatan, alasanya Ibu lebih menderita dengan dibebani rasa sakit saat hamil, melahirkan dan mendidik anak. Dalam hadist lain disebutkan bahwa:
ﻴ ﹶﺔﹶﻠﻦ ﻋ ﺑﻤﻌِﻴ ﹸﻞ ﺍ ﺳ ﺎ ِﺇﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﺎِﻗﺪﻤ ٍﺪ ﺍﻟﻨ ﺤ ﺑ ِﻦ ﻣ ﻴ ِﺮ ﹶﻜﺑ ِﻦ ﺑ ﻤ ِﺪ ﺤ ﻦ ﻣ ﺑ ﻭﻤﺮ ﻋ ﺪﹶﺛﻨِﻲ ﺣ ﺪ ﻨﺎ ِﻋﻦ ﹶﺃﺑِﻴ ِﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﻛﻨ ﻋ ﺮ ﹶﺓ ﺑ ﹾﻜ ﻦ ﹶﺃﺑِﻲ ﺑ ﻤ ِﻦ ﺣ ﺮ ﺍﻟﺒﺪﻋ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﻱ ﻳ ِﺮﺮ ﺳﻌِﻴ ٍﺪ ﺍﹾﻟﺠ ﻦ ﻋ ﻙ ﺍﺷﺮ ﺎِﺋ ِﺮ ﹶﺛﻠﹶﺎﺛﹰﺎ ﺍﹾﻟِﺈﺒ ِﺮ ﺍﹾﻟ ﹶﻜﺒﻢ ِﺑﹶﺄ ﹾﻛ ﹸﺌ ﹸﻜﻧﺒﻢ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃﻟﹶﺎ ﹸﺃ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠ ﻮ ِﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪﺭﺳ ﺻﻠﱠﻰ ﻮ ﹸﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪﺭﺳ ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻭ ِﺭﻮﻝﹸ ﺍﻟﺰ ﻭ ﹶﻗ ﻭ ِﺭ ﹶﺃﺩﺓﹸ ﺍﻟﺰ ﺎﺷﻬ ﻭ ﻳ ِﻦﺪ ﺍِﻟﻕ ﺍﹾﻟﻮ ﻋﻘﹸﻮ ﻭ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ : ﺖ )ﺭﻭﺍﻩ ﺳ ﹶﻜ ﺘﻪﻴﺎ ﹶﻟﻰ ﹸﻗ ﹾﻠﻨﺣﺘ ﺎﺭﻫ ﺮ ﻳ ﹶﻜ ﺍ ﹶﻝﺎ ﺯﺲ ﹶﻓﻤ ﺠﹶﻠ ﺘ ِﻜﺌﹰﺎ ﹶﻓﻣ ﻢ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﻪ ﺍﻟﱠﻠ 25 (ﺍﳌﺴﻠﻢ “Rasulullah bersabda: Apakah kalian tidak mau ku beri tahu tentang dosa yang terbesar? (ada 3) yaitu musyrik kepada Allah, durhaka kepada kedua orangtua, kesaksian palsu (sumpah palsu), ketika Rasullullah bersabda beliau sambil bersandar lalu ia duduk, dan mengulanginya sampai beberapa kali, Rasulullah masih mengatakannya sampai kita berkata, “kalaulah dia terdiam”.(HR. Muslim). Hadist di atas menerangkan bahwa yang termasuk salah satu dosa besar adalah durhaka kepada kedua orangtua. Jadi jelaslah bahwa Birrul walidain di dalam Islam sangat diharuskan (wajib), hal itu bisa kita lihat banyaknya ayat dari al-Qur’an dan Hadist yang menyebutkan tentang keutamaan Birrul walidain dan dilarangnya Uququl Walidain (durhaka kepada kedua orangtua). 3. Bentuk Birrul Walidain Setiap anak memiliki kewajiban untuk mengabdikan diri (berbakti) kepada kedua orangtuanya. Yang demikian adalah bagian dari bentuk 24 Ulama’ berbeda pendapat mengenai apakah Ibu lebih utama dari pada Bapak dalam kedudukanya, Imam Malik berkata bahwa Ibu dan Bapak sama saja dalam hal kebaikan, sedangkan Al Laysi berkata Um (Ibu) lebih tinggi derajatnya dari pada Ab (Bapak). Al Muhasabi berkata: megutamakan Ibu disepakati Ulama’. (Imam Abil Husain Muslim Bin Al Hajaj Al Khusaeri An Naqsabury, Sharah Shahih Muslim, Juz. 8, Ibid, ) 25 Al Imam Yahya Bin Syaraf An Nawawi Addimasqi Assyafi’i, Sarhul Muslim Lin Nawawi , Juz. 1, (Beirut: Dar Al Kitab,1995), hlm. 81
21
Birrul walidain. Di antara cara-cara mengabdikan diri kepada kedua orangtua menurut pendapat para tokoh-tokoh agama dan pendidikan adalah: a. Menurut Drs. Heri Jauhari Muhtar dalam buku Fikih Pendidikan ada 10 bentuk berbakti kepada kedua orangtua (Birrul walidain) yaitu: 1). Mentaati perintah kedua orangtua. 2). Menghormati dan berbuat baik kepada keduanya. 3). Mendahulukan dan memenuhi kebutuhan keduanya. 4). Minta izin dan do’a restu orangtua. 5). Membantu tugas dan pekerjaan orangtua. 6). Menjaga nama baik kedua orangtua. 7). Mendo’akan orangtua. 8). Mengurus orangtua Sampai meninggal. 9). Memenuhi janji dan kewajiban orangtua. 10). Meneruskan silaturrahim dengan saudara dan teman-teman serta sahabat orangtua.26 b. Menurut DR. Abdullah Nashih Ulwan ada 26 bentuk berbakti kepada kedua orangtua, yaitu: 1). Mematuhi Ibu dan Bapak dalam setiap perilakunya kecuali jika anak diperintah untuk berbuat maksiat anak tidak perlu menuruti. 2). Berbicara dengan orangtua dengan lembut dan sopan. 3). Berdiri untuk menghormati keduanya ketika keduanya hendak masuk menemuinya. 4). Anak harus mencium tangan kedua orangtua pagi, sore dan dalam setiap kesempatan. 5). Memelihara nama baik, kemuliaan dan harta benda kedua orangtua. 6). Menghormati dan memberi segala yang nereka minta.
26
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 1, hlm. 110.
22
7). Mengajak mereka musyawarah dalam setiap pekerjaan dan urusan. 8). Banyak berdo’a dan memintakan ampun bagi mereka berdua. 9). Jika mereka sedang kedatangan tamu hendaknya sang anak duduk didekat pintu dan menanti perintah keduanya. 10). Berbuat hal yang bisa menggembirakan mereka tanpa diperintah terlebih dahulu. 11). Tidak boleh bersuara keras di depan mereka. 12). Tidak boleh memotong pembicaraan mereka. 13). Tidak boleh keluar rumah jika orangtua tidak mengizinkan. 14). Tidak boleh mengutamakan istri dan anak dari pada mereka. 15). Tidak boleh mencela bila orangtua berbuat sesuatu yang tidak cocok dengan anak. 16). Tidak boleh ketawa di depan mereka bila mereka tengah berduka cita. 17). Tidak boleh mengganggu bila kedua orangtua sedang tidur. 18). Tidak boleh mengambil makanan yang sedang atau mau dimakan keduanya. 19). Tidak boleh mengambil makanan sebelum mereka. 20). Tidak boleh tidur atau berbaring jika mereka sedang duduk, kecuali bila mereka mengizinkan. 21). Tidak boleh menjulurkan kedua kaki di depan mereka. 22). Tidak boleh masuk sebelum mereka atau berjalan di depan mereka. 23). Segera
mengindahkan
panggilan
mereka,
bila
mereka
memanggil. 24). Menghormati teman-teman keduanya baik selama mereka masih hidup atau sudah meninggal. 25). Tidak boleh bergaul dengan orang yang tidak berbakti kepada orangtuanya.
23
26). Mendo’akan kedua orangtua baik sebelum ataupun sesudah mereka wafat.27 c. Menurut Syaikh Muhammad Al-fahham ada 32 bentuk Birrul walidain, yaitu: 1). Taat kepada Ibu dan Bapak dalam setiap hal yang mereka perintahkan kepada anaknya, selagi hal itu tidak bertentangan dengan syari’at Islam. 2). Berbicara dengan keduanya dengan lemah dan santun. 3). Berdiri kepada orangtua pada saat keduanya menemui anak. 4). Mencium tangan keduanya pagi dan sore pada momen-momen tertentu. 5). Memuliakan keduanya dengan memberikan apa yang diminta oleh keduanya. 6). Memelihara kehormatan, kemuliaan dan hak-hak keduanya. 7). Bermusyawarah dengan keduanya dalam setiap pekerjaan atau masalah. 8). Memperbanyak do’a dan memintakan ampunan (kepada Allah) untuk keduanya. 9). Jika keduanya sedang menerima tamu, hendaknya sang anak duduk didekat pintu dan selalu memandang kearah keduanya, karena barangkali keduanya akan memerintahkan sesuatu kepadanya. 10). Melakukan hal-hal yang dapat membahagiakan keduanya tanpa harus diperintah terlebih dahulu. 11). Tidak mengeraskan suara di depan kedua orangtuanya. 12). Tidak memotong perkataan keduanya. 13). Tidak keluar rumah, jika keduanya belum mengizinkan. 14). Tidak mengganggu keduanya jika keduanya sedang tidur. 15). Tidak mementingkan anak dan istrinya, jika keduanya sedang sakit. 27
Abdullah Nashih Ulwan, op.cit., hlm. 49-50.
24
16). Tidak mencela keduanya jika keduanya melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan. 17). Tidak tertawa di depan keduanya jika tidak ada yang mendorong untuk tertawa. 18). Tidak memakan makanan yang berada persis di depan orangtuanya. 19). Tidak mengambil makanan jika keduanya belum mengambil. 20). Tidak memakan makanan yang sedang dilihat keduanya. 21). Tidak tidur atau berbaring ketika keduanya sedang duduk, kecuali bila keduanya mengizinkan. 22). Tidak menjulurkan kaki di hadapan keduanya. 23). Tidak masuk terlebih dahulu daripada keduanya atau berjalan di hadapan keduanya. 24). Memenuhi panggilan keduanya dengan segera. 25). Menghormati teman-teman keduanya baik ketika keduanya masih hidup maupun setelah meninggal. 26). Tidak bersahabat dengan seseorang yang tidak berbakti kepada kedua orangtuanya. 27). Tidak memanggil orangtua dengan namanya, melainkan dengan mengatakan “Wahai Ayahku dan Wahai Ibuku” atau dengan bentuk lain yang mengandung unsur penghormatan. 28). Tidak merasa jemu terhadap nasihat yang diberikan keduanya. 29). Tidak menaiki tempat yang lebih tinggi daripada tempat keduanya. 30). Mendo’akan keduanya, terutama setelah mereka meninggal. 31). Melaksanakan wasiat keduanya ketika mereka sudah meninggal. 32). Membina Silaturrahim dan berbuat baik kepada teman-teman keduanya, terlebih setelah keduanya wafat.28
28
Muhammad Al Fahham, Berbakti Kepada Orang Tua Kunci Kesuksesan Dan Kebahagiaan Anak, terj. Ahmad Khotib Lc, (Bandung: Irsyad Baitussalam, 2006), hlm. 211.
25
Berpijak dari pendapat para tokoh-tokoh di atas, penulis dapat menyimpulkan, bahwa setidaknya ada 6 (enam) bentuk perilaku Birrul walidain, hal ini mengingat usia anak sekolah yang rata-rata masih berusia belasan tahun. Adapun perilaku tersebut yaitu: a. Mentaati perintah kedua orangtua. b. Menghormati dan berbuat baik kepada kedua orangtua. c. Meminta izin dan do’a restu kedua orangtua. d. Membantu tugas dan pekerjaan orangtua. e. Menjaga nama baik orangtua. f. Mendo’akan orangtua. Adapun penjelasan dari perilaku-perilaku Birrul Walidain di atas adalah sebagai berikut: a. Mentaati perintah orangtua Mentaati perintah orangtua yang dimaksud di sini adalah apabila orangtua memberikan perintah, maka sang anak harus berusaha dengan semampunya untuk melaksanakan perintah tersebut dengan sebaik mungkin, dan apabila tidak mampu melaksanakannya maka bicarakanlah serta jelaskanlah dengan cara yang baik. Kita tidak boleh berkata kasar kepada orangtua, jangankan berkata kasar di dalam ajaran Islam berkata “Ah” pun kepada orangtua dilarang. Hanya ada satu perintah yang tidak boleh dilaksanakan bahkan wajib ditolak yaitu perintah yang bertentangan dengan ajaran Islam, misalnya: orangtua memerintahkan untuk menyembah selain Allah, berbuat maksiat dan berbuat dosa. Kesemua perintah tersebut boleh ditolak tetapi dengan cara yang baik.29 Dalam komunikasi bahasa perintah dan keinginan orangtua diikuti secara sungguh-sungguh sepanjang keinginan itu berda dalam lingkup kebaikan, bahkan kalaupun orangtua memerintahkan kepada
29
Heri Jauhari Muchtar, op.cit., hlm. 111.
26
perkara yang dilarang Allah, anak diwajibkan untuk tetap berperilaku baik. Kendatipun perintah orangtua tidak diikuti.30 Adapun perwujudan dari perilaku mentaati perintah orangtua di antaranya: 1. Apabila orangtua memerintahkan sesuatu, seperti orangtua menyuruh membeli barang belanjaan, anak tidak boleh menunda-nunda
perintah
tersebut
apalagi
sampai
menolaknya. 2. Pada waktu orangtua memerintahkan untuk melakukan sesuatu, tetapi sang anak tidak bisa melaksanakannya, maka bicaralah dan jelaskan dengan cara yang baik serta jangan sampai berbicara yang bisa menyakiti hati keduanya. b. Menghormati dan berbuat baik kepada kedua orangtua. Penghormatan terhadap orangtua ditampilkan anak dalam komunikasi yang baik yang dilahirkan pada seluruh sikap dan perilakunya. Komunikasi dan interaksi dengan orangtua tidak hanya dibatasi dalam kata sapaan yang sopan, melainkan penampilan yang mencerminkan kesungguhan untuk menempatkan orangtua pada tempat tertinggi dan terhormat. Penampilan merupakan akumulasi dari perasaan dan kata hati di mana kasih sayang dan ketulusan akan memancar dalam penampilan dan raut wajah, sehingga dalam komunikasi fisik dengan orangtua, ketulusan itu dapat ditangkap maknanya dan sekaligus menjauhkan dari kepura-puraan.31 Firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Ankabut ayat 8:
ﺎﺴﻨ ﺣ ﻳ ِﻪﺪ ﺍِﻟﺎ ﹶﻥ ِﺑﻮﻧﺴﺎ ﺍﹾﻟِﺈﻴﻨﺻ ﻭ ﻭ “Dan kami mewajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada orangtua (Ibu Bapaknya)” (QS. Al-Ankabut: 8).32 30
KH. Muslim Nurdin, et. al.,, Moral Kognisi Islam (Bandung: CV. Alfabeta, 1993), hlm.
260. 31
Ibid., hlm. 259. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Madinah: Komplek percetakan al-Qur’an Khodim al-Haramain asy-Syarifain Raja Fahd, 1990), hlm. 629. 32
27
Yang dimaksud dengan berbuat baik kepada orangtua dalam ayat ini sangat luas, maka di sini penulis batasi dengan beberapa contoh perilaku berbuat baik kepada orangtua, di antaranya yaitu: 1. Berkata dan bertutur kata sopan, lemah lembut, serta menyenangkan hati kedua orangtua. Jangan sampai bertutur kata dan berbicara kasar kepada kedua orangtua, apalagi sampai membuat hati mereka sakit. 2. Merendahkan hati bila berhadapan dengan kedua orangtua, dan jangan sampai menatap mata kedua orangtua dengan tatapan tajam, apabila orangtua sedang duduk di bawah, anak tidak boleh berdiri apalagi duduk di kursi. 3. Berterima kasih dan bersyukur atas kebaikan orangtua yang rela berkorban dengan harta dan bendanya untuk mendidik dan membesarkan kita.33 c. Meminta izin dan do’a restu dari kedua orangtua Sehubungan dengan hal ini Rasulullah bersabda:
ﺒﺔﹸﻌ ﺎ ﺷﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﺙ ِ ﺎ ِﺭﻦ ﺍﹾﻟﺤ ﺑ ﺎِﻟﺪﺎ ﺧﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﻲ ﻋِﻠ ﻦ ﺑ ﻤﺮ ﺺ ﻋ ٍ ﺣ ﹾﻔ ﻮﺎ ﹶﺃﺑﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠ ﻲ ﻨِﺒﻦ ﺍﻟ ﻋ ﻤﺮٍﻭ ﻋ ﺑ ِﻦ ﺒ ِﺪ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪﻋ ﻦ ﻋ ﻦ ﹶﺃﺑِﻴ ِﻪ ﻋ ﻋﻄﹶﺎ ٍﺀ ﺑ ِﻦ ﻌﻠﹶﻰ ﻳ ﻦ ﻋ ﻂ ِﺨ ﺳ ﺏ ﻓِﻲ ﺮ ﺨﻂﹸ ﺍﻟ ﺳ ﻭ ﺍِﻟ ِﺪﻰ ﺍﹾﻟﻮﺏ ﻓِﻲ ِﺭﺿ ﺮ ﻰ ﺍﻟﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ِﺭﺿ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ 34 ( ﻭﺻﺤﺤﻪ ﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻭﺍﳊﺎﻛﻢ,ﺍِﻟ ِﺪ )ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱﺍﹾﻟﻮ “Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash RA.dari Nabi SAW bersabda: Ridlo Allah di dalam (bersama dengan) keridloan orangtua dan murka Allah bersama dengan murka orangtua” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim). Melalui perjalanan panjang kisah hidup manusia sudah banyak terbukti seorang anak bisa hidup bahagia karena orangtuanya senang dan ridlo kepadanya. Begitu juga sudah banyak terbukti
33
Heri Jauhari Muchtar, op.cit., hlm. 112. Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asyqalani, Bulughul Maram, (Semarang: Pustaka AlAlawiyah, t.th), hlm. 299. 34
28
seorang anak hidupnya celaka dan sengsara karena orangtuanya murka serta melaknatinya. Sehubungan dengan hal ini ada beberapa upaya yang bisa dilakukan seorang anak terhadap orangtuanya: 1. Bila ada suatu keperluan, biasakanlah meminta izin kepada kedua
orangtua,
apabila
mereka
mengizinkan,
maka
laksanakanlah, tetapi apabila mereka tidak mengizinkan, maka tundalah dulu keperluan itu atau batalkan saja. 2. Apabila ada tugas, berangkat sekolah atau ada les tambahan, maka biasakanlah meminta izin dan do’a restu orangtua, serta ciumlah tangan keduanya, karena hal itu bisa membawa keberuntungan dan keberkahan. 3. Perilaku kita ketika meminta izin harus lemah lembut, sopan dan bijaksana, supaya orangtua memberi izin kepada anak dengan rasa senang hati dan ikhlas.35 d. Membantu tugas dan pekerjaan orangtua Orangtua (Ibu dan Bapak) mempunyai tanggung jawab yang sangat besar, karena itu pekerjaan meraka pun sangat banyak, bapak sibuk membanting tulang untuk mencari nafkah dan membiayai kehidupan keluarga. Demikian juga Ibu yang selalu disibukkan mulai dari pagi hari, menyiapkan sarapan, makan siang, makan malam, mencuci, dan menyetrika pakaian, membersihkan dan merapikan rumah, bahkan sebagian ada yang merangkap bekerja di luar rumah. Melihat kesibukan orangtua yang sedemikian padatnya, tentu sangat senang hati dan bangga bagi orangtua jika putra putrinya mau membantu melaksanakan pekerjaan-pekerjaan rumah. Anak haruslah
selalu
berupaya
agar
selalu
bisa
membantu
dan
meringankan tugas serta kewajiban orangtua, bukan malah menambah susah dan berat mereka. Adapun contoh perwujudan dari perilaku di atas antara lain sebagai berikut: 35
Heri Jauhari Muchtar, op.cit., hlm. 113.
29
1. Membantu Ayah membereskan atau memperbaiki rumah yang rusak, berkebun, memperbaiki peralatan rumah tangga dan lain sebagainya. 2. Membantu Ibu menyapu, mengepel, mencuci, memasak, dan lain-lain. 3. Membantu orangtua dengan rasa senang hati dan ikhlas agar tidak menjadi beban ketika mengerjakannya dan mendapatkan pahala. e. Menjaga nama baik kedua orangtua Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW bersabda:
ﺑ ِﻦ ﻴ ِﺪﻤ ﻦ ﺣ ﻋ ﻦ ﹶﺃِﺑﻴ ِﻪ ﻋ ﻌ ٍﺪ ﺳ ﻦ ﺑ ﺍﻫِﻴﻢﺑﺮﺎ ِﺇﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﺲ ﻮﻧﻦ ﻳ ﺑ ﻤﺪ ﺣ ﺎ ﹶﺃﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﻮ ﹸﻝﺭﺳ ﺎ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻗﹶﺎ ﹶﻝﻬﻤ ﻨﻋ ﻪ ﻲ ﺍﻟﱠﻠ ﺿ ِ ﺭ ﻤﺮٍﻭ ﻋ ﺑ ِﻦ ﺒ ِﺪ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪﻋ ﻦ ﻋ ﻤ ِﻦ ﺣ ﺮ ﺒ ِﺪ ﺍﻟﻋ ﻳ ِﻪﺪ ﺍِﻟﺟ ﹸﻞ ﻭ ﻦ ﺍﻟﺮ ﻌ ﻳ ﹾﻠ ﺎِﺋ ِﺮ ﹶﺃ ﹾﻥﺒ ِﺮ ﺍﹾﻟ ﹶﻜﺒﻦ ﹶﺃ ﹾﻛ ﻢ ِﺇﻥﱠ ِﻣ ﺳﻠﱠ ﻭ ﻴ ِﻪﻋﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﱠﻠ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﺎﺟ ﹸﻞ ﹶﺃﺑ ﺍﻟﺮﺴﺐ ﻳ ﻳ ِﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝﺪ ﺍِﻟﺟ ﹸﻞ ﻭ ﺍﻟﺮﻌﻦ ﻳ ﹾﻠ ﻒ ﻴﻭ ﹶﻛ ﻮ ﹶﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪﺭﺳ ﺎﻗِﻴ ﹶﻞ ﻳ 36 (ﻪ )ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ ﺐ ﹸﺃﻣ ﻳﺴﻭ ﻩ ﺎﺐ ﹶﺃﺑ ﻴﺴ ِﻞ ﹶﻓﺮﺟ ﺍﻟ “Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya sebesar-besarnya dosa besar adalah memaki ayah ibunya sendiri” ada yang bertanya kepada beliau, “Bagaimanakah seseorang memaki ayah ibunya?” Rasulullah SAW menjawab, “(yaitu dengan) memaki ayah orang lain lalu dibalas (oleh orang lain itu) memaki Ayah atau Ibunya.” (HR. Muttafaq A’laih). Hadist di atas menjelaskan kepada kita pentingnya menjaga nama baik kedua orangtua. Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh seorang anak dalam hal ini, antara lain yaitu: 1. Panggillah orangtua dengan sebutan “Ayah dan Ibu” atau yang semakna dengan itu. Jangan sampai memanggil orangtua dengan nama aslinya, karena hal itu dilarang. 2. Jangan memaki nama dan perilaku orangtua orang lain, karena dikawatirkan ia akan membalas dengan memaki orangtua kita.
36
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asyqalani, op.cit., hlm. 299.
30
3. Jagalah perilaku dan ucapan kita, karena baik atau tidaknya perilaku kita di luar membawa nama orangtua kita. f. Mendo’akan kedua orangtua Mendo’akan orangtua adalah kewajiban bagi setiap anak. Berdo’a untuk mereka bukan hanya setelah mereka meninggal saja, akan tetapi orangtua yang masih hiduppun harus dido’akan. Adapun waktu mendo’akan orangtua lebih utama adalah selesai shalat fardlu. Tujuan untuk mendo’akan orangtua adalah supaya Allah SWT selalu memberikan rahmat kepada keduanya, dengan membacakan do’a, maka cinta kepada orangtua akan tetap tumbuh di dalam hati seorang anak.37 Adapun contoh do’a kepada orang tua adalah sebagai berikut: 38
ﺮﺍ ﻴﺻ ِﻐ ﻲ ﻴﺎِﻧﺑﺭ ﻤﺎ ﻤﺎ ﹶﻛ ﻬ ﻤ ﺣ ﺭ ﻭﺍ ﻱ ﺪ ﻮﺍِﻟ ﻭِﻟ ﻲ ﺮِﻟ ﺏ ﺍ ﹾﻏ ِﻔ ﺭ
Artinya: “Wahai Tuhan ku Ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtua ku dan kasihanilah mereka berdua seperti halnya mereka berdua menjagaku waktu kecil” 4. Faedah Birrul Walidain Berbakti kepada kedua orangtua (Birrul Walidain) mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia, baik kehidupan duniawi maupun kehidupan ukhrawi. Oleh karena itu Rasulullah SAW menggariskan rambu-rambu berbakti kepada orangtua dan menjelaskan betapa besar pengaruhnya dalam kehidupan individu muslim. Jika hal ini bisa dilakukan dengan baik, maka hal itu akan membawa kebaikan bagi masyarakat secara umum.39 Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat Arrahman, Ayat: 60:
ﺎ ﹸﻥﺣﺴ ﺎ ِﻥ ِﺇﻟﱠﺎ ﺍﹾﻟِﺈﺣﺴ ﺍ ُﺀ ﺍﹾﻟِﺈﺟﺰ ﻫ ﹾﻞ 37
Ust. Labib Mz, Etika Mendidik Anak Menjadi Shaleh, (Surabaya: Putra Jaya, 2007),
hlm. 63. 38
KH. Mujab Mahalli, op. cit., hlm. 55. Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi SAW, terj. Salafuddin Sayyid, (Solo: Pustaka Arafah, 2004), Cet. 2, hlm. 396. 39
31
“Adakah balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”. (QS. Arrahman : 60).40 Ayat di atas menjelaskan tentang perbuatan baik yang dilakukan seseorang maka akan mendapatkan balasan kebaikan juga. Hal itu sesuai dengan peribahasa jawa “Ngundoh Opo Nandure”, jadi kalau kita menanamkan kebaikan kepada kedua orangtua dengan berbakti dan berbuat baik kepada mereka, niscaya anak-anak kitapun akan melakukan hal yang sama kepada kita. Sesungguhnya
berbakti
kepada
orangtua
(Birul
Walidain)
mempuyai keutamaan dan faedah yang sangat besar, dan sangat banyak. Diantara beberapa faedahnya yaitu: a. Menurut Suad Muhammad Faraj dalam bukunya berbakti kepada Ibu dan Bapak ada 3 faedah berbakti kepada orangtua, yaitu: 1. Orang yang berbakti kepada orangtua akan diterima amal soleh dan terhapusnya dosa-dosa. 2. Dikabulkannya do’a. 3. Melapangkan hati dan membuat hidup menjadi bahagia.41 b. Menurut Muhammad Suwaid dalam bukunya ada 4 faedah berbakti kepada orangtua yang dapat membahagiakan hidup anak bahagia di dunia dan akhirat, yaitu: 1. Berbakti kepada kedua orangtua bisa menambah dan melancarkan rizki. 2. Berbakti kepada kedua orangtua dapat memanjangkan umur. 3. Berbakti kepada kedua orangtua dapat menghapus dosa. 4. Dapat menjadikan masuk surga. c. Sedangkan menurut Muhammad Al Fahham lebih terperinci lagi, dia mengatakan
bahwa
berbakti
kepada
orangtua
dapat
diambil
manfaatnya baik di dunia maupun besok di akhirat. Beberapa faedah tersebut yaitu: 40
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, op.cit., hlm. 889. Suad Muhammad Faraj, Berbakti kepada Ibu dan Bapak, terj. H. Achmad Sunarto, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004), hlm. 119. 41
32
1. Berbakti kepada kedua orangtua termasuk amal yang dicintai oleh Allah. 2. Memperpanjang umur dan menjamin khusnul khatimah. 3. Berbakti kepada kedua orangtua dapat menghilangkan berbagai kesusahan. 4. Berbakti kepada kedua orangtua merupakan sarana untuk bisa bermain-main di surga akhirat. 5. Berbakti kepada kedua orangtua merupakan sebab bertambahnya rizki. 6. Berbakti kepada kedua orangtua dapat menjamin terlahirnya keturunan-keturunan yang shaleh dan shalihah. 7. Berbakti kepada kedua orangtua dapat mendatangkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah. 8. Berbakti kepada kedua orangtua dapat menghapus dosa-dosa besar. 9. Berbakti kepada kedua orangtua menjadi sebab diperolehnya ampunan secara umum. 10. Berbakti kepada kedua orangtua merupakan sebab terkabulnya do’a dan tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat.42 Jadi dari beberapa faedah di atas jelaslah sudah bahwa banyak sekali faedah-faedah yang dapat kita peroleh dari perilaku berbakti kepada kedua orangtua. Yang mana faedah-faedah tersebut dapat kita rasakan manfaatnya baik di dunia sekarang ini ataupun besok di akhirat. 5. Sanksi Durhaka Kepada Kedua Orangtua Berbakti kepada kedua orangtua disebut dengan istilah “Birrul Walidain” sedangkan lawannya yaitu durhaka kepada kedua orangtua disebut denga istilah “Uququl Walidain”. durhaka kepada kedua orangtua itu bisa berupa tidak mematuhi perintahnya, mengabaikan, menyakiti,
42
Muhammad Al Fahham, op. cit., hlm. 158.
33
meremehkan, memandang dengan pandangan hina, mengucapkan katakata kotor, dan lain sebagainya yang bisa membuat hati orangtua sakit.43 Yang dimaksud dengan durhaka (Uququl Walidain) adalah mematahkan tongkat ketaatan dan memotong (memutus) tali hubungan antara seorang anak dengan orangtuanya. Jadi yang dimaksud dengan perbuatan durhaka adalah mematahkan “tongkat” ketaatan kepada keduanya, memutuskan tali yang telah terjalin antara orangtua dengan anaknya, meninggalkan yang disukai keduanya dan tidak mentaati apa yang diperintahkan atau diminta oleh mereka berdua.44 Sebagai seorang anak dilarang mendurhakai kedua orangtuanya. Dalam ajaran Islam, jangankan mendurhakai kedua orangtua berkata “Ah” saja kepada kedua orangtua dilarang. Firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 23:
ﻮ ﹰﻻ ﹶﻛﺮِﳝﹰﺎ ﺎ ﹶﻗﻬﻤ ﻭﻗﹸﻞ ﱠﻟ ﺎﻫﻤ ﺮ ﻬ ﻨﺗ ﻭ ﹶﻻ ﺎ ﹸﺃﻑﻬﻤ ﺗﻘﹸﻞ ﱠﻟ ﻼ ﹶﻓ ﹶ “…Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "Ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia” (QS. al-Isra’ :23)45 Islam sangat melarang perbuatan atau perilaku durhaka kepada kedua orangtua, sehingga Allah mengancam kepada anak yang durhaka dengan siksaan yang memilukan. Dalam hal perilaku durhaka kepada kedua orangtua Muhammad Syakir dalam kitab ﻟﻸﺑﻨﺎﺀ
ﻭﺻﺎﻳﺎ ﺍﻵﺑﺎﺀmengatakan :
ﺇﻥ ﻏﻀﺐ ﺍﷲ. ﺍﺣﺬﺭ ﻛﻞ ﺍﳊﺬﺭ ﺃﻥ ﺗﻐﻀﺐ ﺃﺑﺎﻙ ﺃﻭ ﺗﻐﻀﺐ ﺃﻣﻚ,ﻳﺎ ﺑﲏ 46 .ﻣﻘﺮﻭﻥ ﺑﻐﻀﺐ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﻣﻦ ﻏﻀﺐ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻘﺪ ﺧﺴﺮ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﺍﻵﺧﺮﺓ 43
Ust. Labib Mz, op. cit., hlm. 96. Muhammad Al Fahham, op. cit., hlm. 256. 45 Depag RI, op. cit., hlm. 227. 46 Muhammad Syakir Al Iskandary, Kitab Wasoya Al-Aba’ Lil Abna’ (Surabaya: Toko Kitab Dzi’ Ali, t.th), hlm. 11. 44
34
“Wahai anakku, janganlah engkau membuat marah Bapakmu atau membuat marah Ibumu, karena sesungguhnya murka Allah bersama dengan murka orangtua, dan barang siapa yang dimurkai oleh Allah, maka dia akan rugi di dunia dan akhirat”. Pada wasiat di atas dijelaskan bahwa membuat marah kedua orangtua adalah perkara yang tidak disukai oleh Allah. Dan apabila sang anak mendurhakai orangtuanya, maka dia akan merugi di dunia dan akhirat. a. Sanksi durhaka kepada kedua orangtua menurut Muhammad Suwaid ada 3 (Tiga) yaitu: 1. Orang yang durhaka kepada kedua orang tidak akan dilihat Allah di hari kiamat. 2. Tidak akan diampuni dosa-dosanya. 3. Akan ditimpa bencana.47 b. Sedangkan menurut Suad Muhammad Faraj ada ada 3 macam Sanksi durhaka, yaitu: 1. Orang yang durhaka kepada kedua orang tidak akan diterima amal-amalnya di hari kiamat. 2. Di dunia akan mendapat musibah atau bencana. 3. Tidak akan dikabulkan do’anya oleh Allah SWT.48 c. Sedang menurut Muhammad Al Fahham sanksi durhaka kepada kedua orangtua ada 6 (enam), yaitu: 1. Orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya akan dimasukkan neraka oleh Allah Swt. 2. Tidak akan masuk surga. 3. Tidak diridhai oleh Allah SWT. 4. Termasuk salah satu dosa besar. 5. Tidak akan dilihat oleh Allah. 6. Akan mendapat balasan di dunia.49 47
Muhammad Suwaid, op.cit., hlm. 410. Suad Muhammad Faraj, op.cit., hlm. 119. 49 Muhammad Al Fahham, op.cit., hlm. 260. 48
35
Dengan demikian sanksi durhaka kepada orangtua adalah sangat berat, baik di dunia dan di akhirat. Untuk itu sebagai seorang anak hindarilah jauh-jauh perilaku durhaka kepada kepada kedua orangtua, karena jika hal itu dilakukan akan fatal akibatnya.
C. Latar Belakang Pendidikan Siswa di SD dan MI 1. Tujuan Institusional Kurikulum Pendidikan di SD dan MI a. Pengertian kurikulum Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa yunani yang mula-mula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currere yang berarti jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai dari start sampai dengan finish. Jarak dari start sampai dengan finish itulah yang disebut currere. Atas dasar tersebut pengertian kurikulum diterapkan dalam pendidikan.50Sedangkan pengertian kurikulum secara terminologi banyak dikemukakan oleh para tokoh-tokoh pendidikan, di antaranya: Peter F. Oliva mengatakan: “ Apparent that curriculum can be concerved in a narrow way (as subject taught) or in abroad way (as all experiences of learners both in school and directed by the school)”.51 Dijelaskan bahwa kurikulum dapat dipelihara dengan cara sempit (sebagai pokok pelajaran) atau dengan cara yang luas (sebagai seluruh pengalaman pelajar/siswa baik di dalam sekolah ataupun di luar sekolah yang diarahkan oleh sekolah itu. Ronald C. Doll seperti yang dikutip oleh Peter F. Oliva mengatakan “…The formal and informal content process by which learners gain knowledge and understanding, develop skill, and alter attitude, appreciations, and values the us pices of that school.52…yang
50
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. 1, hlm. 1. 51 Peter F. Oliva, Develoving The Curriculum, (Canada: Boston Toronto Little, Brown Company, 1982), hlm. 6. 52 Ibid., hlm.7.
36
formal dan informal dan suatu proses di mana (siswa) bisa memperoleh
pengalaman
dan
pengetahuan,
mengembangkan
ketrampilan dan mengubah sikap, penghargaan dan menghargai dan nilai di bawah naungan (lindungan) sekolah itu. David Pratt mendefinisikn kurikulum “A curriculum is an organized set of formal educational and or training intentions”.53 Kurikulum diartikan sebagai seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat-pusat latihan. Sedangkan pengertian kurikulum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 pasal I ayat 19 yaitu: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran unuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.54 Pengertian kurikulum secara lebih luas kemudian diberikan oleh para pendidik, yaitu: segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, di dalam kelas, halaman sekolah, maupun di luarnya, atau segala kegiatan yang ada di bawah tanggung jawab sekolah yang mempengaruhi anak dalam pendidikanya. Berdasarkan beberapa definisi di atas, menunjukan bahwa kurikulum tidak dapat diartikan secara sempit atau terbatas pada mata pelajaran saja, melainkan difahami bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. b. Tujuan institusional kurikulum pendidikan di SD dan MI Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, misalnya SD, SMP, atau SMA. Artinya, apa yang seharusnya dimiliki anak didik setelah tamat dari lembaga 53 David Pratt, Curriculum Design And Development (NewYork: Harcourt Brace Javanovich, t.th), hlm. 4. 54 UU Sisdiknas no. 20 Tahun 2003 (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. 1. hlm.6.
37
pendidikan tersebut. Oleh sebab itu tujuan Institusional adalah kemampuan yang diharapkan dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan program studinya dalam lembaga pendidikan yang ditempuh.55 Perlu diketahui tujuan Institusional adalah tujuan yang bersifat kelembagaan.56 Tujuan Institusional yang dimaksud disini adalah tujuan Institusional pada lembaga tingkat pendiddikan dasar yaitu di SD dan di MI. Dasar tujuan Institusional di Lembaga Sekolah Dasar dan di Madrasah Ibtidaiyah adalah UU Nomor 20 tahun 2003 dan Permen sebagai pelaksananya yang mengatur Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan pengelolaan pendidikan secara terdesentralisasi. Globalisasi menuntut penyelenggara pendidikan yang demokratis dan akuntabel
(bertanggungjawab)
untuk
meningkatkan
kualitas
pendidikan nasional sehingga dapat bersaing dengan hasil pendidikan Negara-negara maju. Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan cita-cita di atas dilakukan dengan menetapkan standar-standar nasional pendidikan. Standar Nasional Pendidikan diantaranya standar isi dan standar kompetensi yang dapat dijadikan acuan bagi sekolah untuk menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan.57 Berdasar pada definisi kurikulum yaitu merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan ajar serta cara yang
digunakan
sebagai
pedoman
penyelenggara
kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum yang berlaku di sekolah dasar perlu disempurnakan secara terus menerus
sejalan
dengan
dinamika
perkembangan
masyarakat,
kemajuan IPTEK, seni dan budaya. 55
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung : Sinar Baru Ofset, 1991), Cet. 2, hlm. 23 56 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al-bary, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 262. 57 Depdiknas, Pedoman Penyusunan KTSP Sekolah Dasar, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah, 2006), hlm. 1.
38
Berkaitan dengan implementasi Standar Nasional Pendidikan, sekolah diberi kewenangan untuk menyusun kurikulum lengkap dengan silabusnya, namun tetap mengacu pada standar isi (SI) dan standar kompetensi lulusan (SKL) yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan yang perlu didesentralisasikan dalam pengembangannya perlu mempertimbangkan beberapa hal antara lain: tuntutan kebutuhan siswa, keadaan dan kondisi sekolah, serta daerah. Dengan demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar dan menilai keberhasilan sebagai proses belajar mengajar (PBM). Namun sekolah dan komite sekolah tetap perlu berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan kabupaten atau kota.58 1. Tujuan Institusional Kurikulum Pada Sekolah Dasar Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar yang berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi mendorong terjadinya perubahan dan pembaharuan pada beberapa aspek pendidikan, termasuk kurikulum. Adapun visi, misi dan tujuan kurikulum pada sekolah dasar yaitu : a. Visi: Membina akhlak, meraih prestasi, berwawasan global yang dilandasi nilai-nilai budaya luhur dengan ajaran agama. b. Misi: Menanamkan
keyakinan/akidah
melalui
pengamalan ajaran agama, mengoptimalkan pembelajaran dan bimbingan, mengembangkan IPTEK, bahasa, olahraga, dan seni budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi siswa. Serta menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan lingkungan sekolah. 58
Ibid.
39
c. Tujuan: Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan
untuk
hidup
mandiri
dan
mengikuti
pendidikan lebih lanjut. Merujuk pada tujuan pendidikan dasar tersebut, maka tujuan sekolah dasar adalah sebagai berikut : 1). Dapat mengamalkan pelajaran agama hasil proses pembelajaran dan kegiatan pembiasaan. 2). Meraih prestasi akademik maupun non akademik minimal tingkat kabupaten atau kota. 3). Menguasai dasar-dasar IPTEK sebagai bekal untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. 4). Menjadi sekolah pelopor dan penggerak di lingkungan masyarakat sekitar. 5). Menjadi sekolah yang diminati masyarakat.59 2. Tujuan Institusional Kurikulum Pada Madrasah Ibtidaiyah ( MI) Sesuai dengan UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas serta peraturan pemerintah sebagai pelaksananya, Madrasah merupakan bagian integral dari Sisdiknas dan salah satu bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan
menengah. Madrasah Ibtidaiyah
merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar yang berada dibawah naungan Departemen Agama yang setingkat dengan SD. Madrasah lembaga
Ibtidaiyah
pendidikan
dasar
“Ikhlas berciri
Beramal” khas
Islam
sebagai perlu
mempertimbangkan harapan peserta didik, orangtua peserta didik, lembaga pengguna lulusan madrasah dan masyarakat dalam merumuskan visinya. Madrasah Ibtidaiyah diharapkan 59
Ibid., hlm. 32.
40
juga merespon perkembangan dan tantangan masa depan IPTEK, era informasi dan globalisasi yang sangat cepat60. Adapun visi, misi dan tujuannya adalah sebagai berikut: a. Visi : Terwujudnya peserta didik yang unggul dalam Iman dan Takwa serta unggul dalam Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi. Adapun indikatornya : 1). Terwujudnya peserta didik yang mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar (tartil). 2). Terwujudnya
peserta
didik
yang
tekun
melaksanakan ibadah wajib dan sunah. 3). Terwujudnya peserta didik yang santun dalam bertutur kata dan perilaku. 4). Terwujudnya peserta didik yang unggul dalam prestasi akademik dan non akademik sebagai bekal untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau hidup mandiri. b. Misi : Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari al-Qur’an dan menjelaskan ajaran agama Islam,
membentuk
karakter
Islami
diri
dalam
mengaktualisasikan
yang
mampu
masyarakat,
menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian
prestasi
akademik,
meningkatkan
pengetahuan dan profesionalisme tenaga pendidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan, dan menyelenggaraka tata kelola madrasah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. c. Tujuan: Tujuan kurikulum Madrasah Ibtidaiyah secara umum adalah: meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup 60
Khoiruddin, et. al., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Konsep Implementasinya di Madrasah, (Yogyakarta : Nuansa Aksara, 2007), Cet. 1, hlm. 174.
dan
41
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Bertolak dari tujuan umum pendidikan tersebut, Madrasah Ibtidaiyah mempunyai tujuan sebagai berikut : 1) Mengoptimalkan
proses
pembelajaran
dengan
menggunakan model pendekatan pembelajaran aktif seperti: Pakem (Pendekatan aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan), CTL dan lain-lain. 2) Mengembangkan potensi akademik, minat dan bakat siswa melalui layanan bimbingan dan konseling serta kegiatan ekstra kurikuler. 3) Membiasakan perilaku Islami baik di lingkungan Madrasah maupun di luar Madrasah. 4) Meningkatkan prestasi akademik siswa dengan nilai rata-rata 7,5. 5) Meningkatkan prestasi akademik siswa di bidang seni dan olah raga lewat kejuaraan dan kompetisi.61 2. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SD dan MI a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan.62 Untuk memperjelas tentang pengertian pendidikan agama Islam, berikut ini penulis kutipkan beberapa pendapat antara lain: Menurut Zakiah Daradjat yang dikutip oleh Abdul Majid, yaitu “Pendidikan Agama Islam adalah salah satu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam
61
Ibid., hlm. 175. Depag RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam dan Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, 2004), hlm. 2. 62
42
secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.63 Menurut A. Zuhairini, dkk yaitu “Pendidikan Agama adalah usaha untuk membimbing ke arah pertumbuhan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran agama Islam, sehingga terjalin kebahagiaan di dunia dan akhirat”.64 Menurut Abd. Rahman Saleh yang dikutip oleh Zuhairini yaitu “Pendidikan Agama adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai the way of life (jalan kehidupan)”.65 Dari beberapa uraian tentang pengertian di atas dapat diambil suatu pengertian umum yaitu, bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha manusia secara sadar dan bertanggung jawab untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian dan kemampuan anak didiknya, baik secara jasmani maupun rohani berdasarkan hukumhukum Islam, agar mereka dalam hidupnya dapat mengamalkan ajaran-ajaran Islam, sehingga tercapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. b. Tujuan Pendidikan Agama Islam Sebelum membahas tujuan Pendidikan Agama Islam, kiranya perlu diketahui tujuan pendidikan nasional di Indonesia terlebih dahulu, sebagai pertimbangan adalah Pendidikan Agama Islam merupakan sub sistem dari pendidikan nasional, sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan.
63
Zakiah Daradjat dalam Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 130. 64 Zuhairini, dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), Cet. 1, hlm. 10. 65 Ibid.
43
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional” yaitu pada bab dua pasal tiga memuat tujuan pendidikan, yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.66 Firman Allah dalam al-Qur’an Surat al-Dzariyat ayat 56:
ﻭ ِﻥﺒﺪﻌ ﻴﺲ ِﺇﻟﱠﺎ ِﻟ ﻧﺍﹾﻟِﺈﻦ ﻭ ﺠ ِ ﺍﹾﻟﺧﹶﻠ ﹾﻘﺖ ﺎﻭﻣ “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepadaku”67 (QS. al-Dzariyat ayat. 56). Selanjutnya tentang tujuan pendidikan agama Islam menurut pendapat yang dikemukakan beberapa ahli sebagai berikut: Menurut Zakiah Daradjat dalam buku Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, yaitu “Membina manusia beragama berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan perilaku dalam sebuah kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagian dan kejayaan hidup di dunia dan di akhirat”.68 Menurut Muhammad Atiya Al Ibrashi, yaitu “The first and highest goal of Islamic education is moral refinement and spiritual training”.69 Tujuan pertama dan paling tinggi (utama) dalam pendidikan Islam adalah kehalusan moral dan latihan spiritual.
66
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, op.cit. hlm. 8. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha Putra, 1989), hlm. 862. 68 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. 1, hlm. 172. 69 Muhammad Atiya Al Ibrashi, Education in Islam, (Cairo: Council For Islamic Affaire, 1963), hlm. 11. 67
44
Menurut
Drs.
Abdurrahman,
M.Ag.
dalam
bukunya
Meaningfull Learning, “Tujuan pendidikan Islam tidak lepas dengan kaitannya dengan eksistensi kehidupan manusia yaitu sebagai wakil Tuhan (Khalifah Allah) di bumi”.70 Jadi, dari beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa terhadap ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara lebih khusus pendidikan agama Islam di masing-masing sekolah tingkat dasar bertujuan sebagai berikut: a. Supaya murid bergairah beribadah b. Murid mampu membaca al-Qur’an c. Penanaman rasa keagamaan kepada murid d. Menanamkan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya e. Memperkenalkan ajaran Islam yang bersifat global seperti rukun Islam, Iman, dan lain sebagainya. f. Membiasakan anak berakhlak mulia dan melatih anak-anak untuk mempraktekkan ibadah yang bersifat praktis seperti solat, puasa, dan lain-lain. g. Membiasakan contoh teladan yang baik.71 c. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SD dan MI Sebagaimana diketahui kurikulum adalah susunan rencana pembelajaran, di mana pelaksanaan pendidikan agama Islam di SD dan MI mempunyai jam pelajaran yang berbeda dengan bahasan berbeda pula, hal ini disebabkan oleh kurikulum yang dijadikan pegangan untuk menyampaikan pelajaran berbeda pula. Adapun kurikulumkurikulum yang dimaksud adalah sebagai berikut: 70 Abdurrahman, Meaningfull Learning (Menyegarkan Kebermaknaan dalam Pendidikan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 58. 71 Pedoman PAI pada sekolah umum, op.cit., hlm. 7.
45
a. Ruang lingkup pendidikan agama di sekolah dasar. -
Mengenal Islam dan berperilaku sesuai dengan ajarannya.
-
Mengenali dan menjalankan hak dan kewajiban diri, beretos kerja dan peduli terhadap lingkungan.
-
Berfikir secara logis, kritis dan kreatif serta berkomunikasi melalui berbagai media.
-
Menyenangi keindahan.
-
Membiasakan hidup bersih, bugar dan sehat.
-
Memiliki rasa cinta dan bangga terhadap tanah air.72
b. Alokasi waktu Pendidikan Agama Islam di SD Pelaksanaan pendidikan Agama Islam di SD dalam satu minggu mempunyai dua sampai tiga jam pelajaran mulai kelas satu sampai kelas 6. Adapun banyaknya waktu untuk satu jam pelajaran adalah 35 menit. Pendidikan Agama Islam di SD yang hanya mempunyai dua sampai tiga jam pelajaran setiap minggu, penulis merasa tentunya hal ini sangat kurang bila siswa diharapkan mengusai pelajaran secar mendalam. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dalam struktur kurikulum SD berikut ini: TABEL I STRUKTUR KURIKULUM SD Kelas dan Alokasi Waktu Komponen I
II
III
IV, V dan VI
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama Islam
2
Kelas
satu
3
2. Pend. Kewarganegaraan
2
dua dan tiga
2
3. Bhs. Indonesia
2
mnggunakan
5
4. Matematika
4
pendekatan
5
72
Zuhairini, dkk, op.cit., hlm. 30.
46
tematik
4
5. Ilmu Pengetahuan Alam
4
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
3
3
7. Seni budaya dan Ketrampilan.
3
4
8. Pend. Jasmani Olahraga dan 3
4
Kesehatan.
4
4
2
2
dan 2
2
B. Mulok* 1. Bahasa Inggris 2. Bahasa Jawa 3. Teknologi
Informasi
Komunikasi. C. Pengembangan diri
2)*
2)*
Jumlah
30
31
32
36
Keterangan: *1 (sesuai keperluan, misal Bahasa Inggris, Bhs. Jawa dan lainlain). *2 (Ekuivalen 2 jam pelajaran). 1. Satu jam pelajaran alokasi waktunya adalah 35 menit. 2. Kelas satu dua dan tiga menggunakan pendekatan tematik. 3. Kelas IV, V dan VI menggunakan pendekatan format mata pelajaran.73 c. Alokasi waktu Pendidikan Agama Isalm di MI Pelaksanaan pendidikan Agama Islam di MI tidak sama dengan alokasi pendidikan Agama Islam di SD, karena di MI mendapatkan porsi yang lebih banyak dan lebih rinci. Tetapi pada dasarnya pendidikan Agama Islam di MI mempunyai kesamaan dengan di SD karena sama-sama tingkat dasar dalam ruang lingkupnya, tetapi beda dalam pelaksanaanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini: 73
Pedoman Penyusunan KTSP, op.cit., hlm. 34.
47
TABEL II STRUKTUR KURIKULUM MI Kelas dan Alokasi Waktu Komponen
I
II
III
IV, V dan VI
A. Mata Pelajaran Kelas
1. Pendidikan Agama Islam
satu
a. Qur’an Hadist
2
dua dan tiga
2
b. Aqidah Akhlak
2
mnggunakan
2
c. Fiqh
2
pendekatan
2
0
tematik
2
d. SKI
2. Pend. Kwarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Bahasa Arab 5. Matematika 6. Ilmu Pengetahuan Alam 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 8. Seni budaya dan Ketrampilan. 9. Pend. Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
2
2
4
5
0
2
4
5
3
4
3
3
3
4
4
4
2
2
2)*
2)*
B. Mulok* Bahasa Inggris
1.
2. Bahasa Jawa 3.
Teknologi
Informasi
Komunikasi.
dan
C. Pengembangan diri Jumlah
31
31
33
39
Keterangan: *1 (sesuai keperluan, semisal Bahasa Inggris, Bhs. Jawa dan lain-lain.) *2 (Ekuivalen 2 jam pelajaran).
48
1. Satu jam pelajaran alokasi waktunya adalah 35 menit. 2. Kelas satu dua dan tiga menggunakan pendekatan tematik. 3. Kelas IV, V dan VI menggunakan pendekatan format mata pelajaran.74 3. Hubungan Antara Pendidikan Agama Islam Dengan Perilaku Siswa. Dengan melihat arti, tujuan pendidikan Agama Islam dan ruang lingkupnya, jelaslah bahwa dengan pendidikan Islam kita berusaha membentuk siswa yang berkepribadian yang kuat dan baik (berakhlakul karimah) berdasarkan pada ajaran agama Islam. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam sangat penting sebab dengan pendidikan agama Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin dan mendidik anak di arahkan kepada perkembangan jasmani dan rohani sehingga mampu membentuk kepribadian yang utama sesuai dengan ajaran agama Islam.75 Sebagaimana menurut pendapat Zakiah Daradjat yang dikutip oleh Abdul Majid, bahwa “pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan yang dilaluinya sejak kecil”.76 Jadi perkembangan agama seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman hidup sejak kecil, baik dalam keluarga, sekolah, maupun dalam lingkungan masyarakat terutama pada masa pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam bahasa sindiran al-Qur’an menanyakan antara kesamaan dan perbedaan orang yang berpengetahuan dengan orang yang tidak berpengetahuan. Firman Allah dalam al-Qur’an surat az-Zumar ayat 9 :
ﺏ ِ ﺎ ﺃﹸﻭﻟﹸﻮ ﺍﹾﻟﹶﺄﹾﻟﺒﺘ ﹶﺬﻛﱠﺮﻳ ﺎﻧﻤﻮ ﹶﻥ ِﺇﻌﹶﻠﻤ ﻳ ﻦ ﻟﹶﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻮ ﹶﻥ ﻭﻌﹶﻠﻤ ﻳ ﻦ ﺘﻮِﻱ ﺍﱠﻟﺬِﻳﺴ ﻳ ﻫ ﹾﻞ ﹸﻗ ﹾﻞ
74
Khoiruddin, et. al., op.cit, hlm. 178. Abdul Majid dan Dian Andayani, op.cit, hlm. 139. 76 Ibid. 75
49
“Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. az-Zumar: 9)77 Ayat ini mengisyaratkan bahwa orang yang berpengetahuan dengan orang yang tidak berpengetahuan berbeda. Perbedaan ini menyangkut berbagai hal di antaranya meliputi bahasa, akhlak, perilaku siswa, dan perilaku ibadah. Pengetahuan sebagai objek akan menimbulkan reaksi
terhadap
seseorang,
bahkan
secara
reflek
menimbulkan
kecenderungan tertentu, terutama yang bersumber dari wahyu di dalam membentuk perilaku seseorang. Rasulullah sebagai pembawa ajaran Islam oleh Allah dinyatakan sebagai sosok insan yang mempunyai kepribadian dan berakhlak terpuji, yang pantas dan harus diteladani oleh setiap manusia. Firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 21:
ﻨ ﹲﺔﺴ ﺣ ﻮ ﹲﺓ ﺳ ﻮ ِﻝ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﹸﺃﺭﺳ ﻢ ﻓِﻲ ﺪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻟ ﹸﻜ ﹶﻟ ﹶﻘ “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu”(QS. Al-ahzab: 21)78 Ayat di atas menunujukkan bahwa wahyu sebagai sumber pengetahuan agama beliau (Nabi Muhammad SAW) dijadikan oleh Allah sebagai suri tauladan yang baik. Beliau adalah seorang pendidik, seseorang yang memberi petunjuk kepada manusia dengan tingkah lakunya sendiri terlebih dahulu sebelum dengan kata-kata yang baik. Dalam al-Qur’an banyak dijelaskan sebagaimana menjadi seorang muslim yang baik, antara lain: Islam melarang mengikuti suatu apapun tanpa dilandasi dengan pengetahuan. Firman Allah dalam surat al-Isra’ ayat 36:
ﻢ ﻚ ِﺑ ِﻪ ِﻋ ﹾﻠ ﺲ ﹶﻟ ﻴﺎ ﹶﻟ ﻣﺗ ﹾﻘﻒ ﻭﻟﹶﺎ 77 Ahmad Musthafa Al Maraghi, Terjemah Tafsir Al Maraghi,Terj. Abu Bakar, LC, Juz. 23, (Semarang: CV. Toha Putra, 1992), hlm. 259. 78 Ibid., Juz.21, hlm. 277.
50
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (QS. al-Isra’: 36)79 Dan masih banyak ayat-ayat yang lain yang menunjukan tentang bagaimana menjadi orang muslim yang baik. Kebaikan ini dilambangkan dengan ketetapan yang akan menjadi standar nilai kemanusiaan yang mulia di sisi Allah. Firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13:
ﻢ ﺗﻘﹶﺎ ﹸﻛﺪ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﹶﺃ ﻨﻢ ِﻋ ﻣﻜﹸ ﺮ ِﺇﻥﱠ ﹶﺃ ﹾﻛ “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.” ”(QS. alHujurat: 13)80 Uraian tersebut menunujukkan betapa jelas dan konkritnya gambaran bahwa orang yang beragama diharapkan akan menjadi manusia terpuji. Dan ini dapat dicapai bila di dasari dengan pengetahuan tentang agama yang cukup. Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa antara pendidikan Agama Islam dengan perilaku keagamaan siswa mempunyai hubungan yang erat. Pendidikan Agama menjadi salah satu faktor yang penting dalam rangka membentuk perilaku keagamaan siswa. Begitu juga perilaku keagamaan merupakan kesiapan atau kecenderungan bertingkah laku yang Islami yaitu dengan Akhlak terpuji. Hal ini tergantung pada sejauh mana pengetahuan seseorang terhadap ajaran agamanya. Kendatipun mungkin saja perilaku keagamaan seseorang itu baik dengan tanpa di dasari oleh pengetahuan agama yang memadai, bila hal itu terjadi maka barangkali hanya suatu hal yang kebetulan saja.
79 80
Ibid., Juz.15, hlm. 82. Ibid., Juz.26, hlm. 237.
51
D. Kajian Pustaka Pada dasarnya urgensi dari adanya Kajian pustaka adalah sebagai bahan otokritik terhadap penelitian yang ada, baik mengenai kelebihan maupun kekurangannya, sekaligus sebagai bahan komparatif terhadap kajian yang terdahulu. Disamping itu Kajian pustaka juga mempunyai andil besar dalam rangka memperoleh informasi secukupnya tentang teori-teori yang ada kaitannya dalam judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah. 1. Pertama, buku “ sikap manusia teori dan pengukurannya” oleh Drs. Saefudin Azwar, MA. Yang menjelaskan teori perilaku “tindakan beralasan”dari
Icek
Azjen
dan
Martin
fishbein,
bahwa
sikap
mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan. Secara sederhana teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu perbuatan apabila dia memandang perbuatan itu positif dan bila dia percaya bahwa orang lain ingin agar dia melakukannya. Kemudian teori ini dimodifikasi oleh Ajzer dengan nama teori perilaku terencana yang mana menjelaskan bahwa keyakinankeyakinan berpengaruh pada sikap perilaku tertentu, pada norma-norma subyektif, dan pada kontrol perilaku yang dihayati, ketiga komponen ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi intensi yang pada gilirannya akan menetukan apakah perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak.81 2. Skripsi yang ditulis oleh Masruroh (3100216) lulus tahun 2005. skripsinya berjudul "Studi Perbedaan Tingkat Berbakti Kepada Orangtua Antara Remaja Yang Berpendidikan MA Dan SMU Di Desa Wonorejo Kec Karanganyar Kab Demak". Skripsi tersebut menjelaskan tentang tingkat berbakti kepada orangtua antara remaja yang berpendidikan MA Dan SMU Di Desa Wonorejo Kec Karanganyar Kab Demak. Dan hasilnya menunjukkan adanya perbedaan antara keduanya.
81
Saifudin Azwar, op.cit., hlm.12.
52
3. Skripsi Saudari Mundaroh tentang “Studi Komparasi Antara Sikap Siswa Yang Berasal Dari MI Dengan Siswa Yang Berasal Dari SD Terhadap Pendidikan Agama Islam Di MTs Nahdlatussibyan Wonoketingal Karanganyar Demak”, NIM. 3197122. Dalam penelitiannya yang menjadi permasalahan adalah perbandingan sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam antara siswa yang berasal dari MI dengan siswa yang berasal dari SD terhadap pendidikan agama Islam di MTs Nahdlatussibyan Wonoketingal Karanganyar Demak. 4. Firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Isra’: 23:
ﻙ ﺪ ﻦ ﻋِﻨ ﻐ ﺒﻠﹸﻳ ﺎﺎﻧﹰﺎ ِﺇﻣﺣﺴ ﻳ ِﻦ ِﺇﺪ ﺍِﻟﻭﺑِﺎﹾﻟﻮ ﻩ ﺎﻭﹾﺍ ِﺇﻻﱠ ِﺇﻳﺒﺪﻌ ﺗ ﻚ ﹶﺃﻻﱠ ﺑﺭ ﻰﻭﹶﻗﻀ ﻮ ﹰﻻ ﺎ ﹶﻗﻬﻤ ﻭﻗﹸﻞ ﱠﻟ ﺎﻤﺮﻫ ﻬ ﻨﺗﻻ ﻭﺎ ﹸﺃﻑﻬﻤ ﺗﻘﹸﻞ ﱠﻟ ﻼ ﺎ ﹶﻓ ﹶﻫﻤ ﻼ ﻭ ِﻛ ﹶ ﺎ ﹶﺃﻫﻤ ﺪ ﺣ ﺮ ﹶﺃ ﺒﺍﹾﻟ ِﻜ ﹶﻛﺮِﳝﹰﺎ “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia” ”(QS. al-Isra’: 23) .82 Berdasarkan ayat di atas, maka seorang anak harus selalu bersikap birrul walidain atau berbuat baik kepada ibu bapaknya dan juga wajib bersyukur dengan sepenuh hati terhadap orangtuanya. Karena sebagai orangtua telah banyak berbuat baik kepada anak-anaknya, baik dalam hal pemeliharaan, kasih sayang maupun pendidikannya. Semua itu dilakukan sejak dari kandungan hingga anak itu lahir bahkan sampai tumbuh menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Melihat realita bahwa begitu besarnya tanggung jawab orangtua dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya, maka sebagai rasa syukur seorang anak terhadap orangtuanya 82
harus
senantiasa
membahagiakannya,
yakni
dengan
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2001), Cet. 1, hlm. 227.
53
mencerminkan perilaku birrul walidain dalam kehidupan sehari-hari, yakni anak harus bersikap tunduk, patuh dan hormat kepada orangtuanya. Karena dalam hidup dan kehidupan ini banyak perbedaan-perbedaan yang ada, maka bentuk dari birrul walidain itupun juga berbeda-beda antara manusia satu dengan yang lainnya. Semua itu dapat dipengaruhi oleh pendidikan yang diperolehnya, lingkungan keluarga dan kemampuan masing-masing
individu
dalam
menyerap
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan
skripsi
yang
akan
penulis
bahas
adalah
membandingkan perilaku Birrul Walidain siswa antara siswa yang berlatar belakang pendidikan sekolah dasar (SD) dan siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di MTs. Fathul Ulum, Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan. Dari kajian pustaka yang telah dilakukan, penulis ingin mengemukakan bahwa penelitian ini (yang akan di laksanakan) berbeda dengan penelitian yang telah disebut di atas, yang membedakan adalah fokus kajian dalam penelitian ini serta tujuan dari penelitian ini. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa penelitian ini layak untuk diangkat.
E. Kerangka Berfikir Berdasarkan
pada
teori
tentang
terbentuknya
perilaku
pada
pembahasan sebelumnya maka kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Sebagaimana yang telah dikemukakan pada pembahasan teori Skinner pada pembahasan yang telah lalu, bahwa perilaku manusia ditentukan oleh antecedent dan consequence, maka penulis beranggapan bahwa sebenarnya perilaku merupakan fungsi dri karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif pengetahuan, nilai-nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lainya kemudian berinteraksi juga dengan lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan juga memiliki kekuatan dalam
54
menentukan perilaku, baik kadang-kadang lebih besar daripada karakteristik individu. Hal inilah yang menjadikan prediksi perilaku lebih kompleks. Untuk tidak sekedar memahami, tetapi juga agar dapat memprediksi perilaku Icek Ajzen dan Martin fishbein mengemukakan teori tindakan beralasan (Theory of reasoned action) dengan mencoba dengan mencoba melihat antecedent penyebab perilaku volisional (perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri). Teori ini di dasarkan atas asumsi, yaitu a). Bahwa manusia pada dasarnya dan pada umumnya melakukan sesuatu dengan cara yang masuk akal.,b). Bahwa manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada.,c). Bahwa secara eksplisit maupun implicit manusia mempertimbangkan implikasi atau konskuensi tindakan mereka.83 Teori tindakan beralasan ini mengatur bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal, pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik terhadap perilaku.,kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif (Subjective norm) yaitu, keyakinan kita mengenai apa yang orang lain ingin kita perbuat. Ketiga., sikap terhadap suatu bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi (niat) untuk berperilaku tertentu. Gambar berikut ini akan menjelaskan mengenai hubungan antara ketiganya : Sikap terhadap perilaku Intensi untuk berperilaku
Perilaku
Norma-norma subjektif Gb. I. (Skema Teori Tindakan Beralasan Icek Ajzen dan Martin Fishbein, dikutip dari Saifuddin Azwar, hlm. 12.) 83
Icek Ajzen dan Martin fishbein dalam Saifudin Azwar, op.cit., hlm. 11.
55
Dari gambar tersebut di atas nampak bahwa intensi merupakan fungsi dua determinan dasar, yaitu: Pertama, sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan Kedua, adalah persepsi individu terhadap tekanan social untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang bersangkutan disebut norma subjektif. Jadi secara sederhana teori ini dapat disimpulkan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan apabila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukanya. Menurut penulis sikap terhadap perlaku dan norma-norma subjektif yang bisa juga disebut dengan persepsi tidak akan muncul dengan begitu saja, melainkan dua hal ini akan dimunculkan oleh beberapa faktor lain, termasuk pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar, sehingga diperoleh gambar baru sebagai berikut : Sikap terhadap perilaku *Lembaga pendidikan *Lembaga Agama *Lingkungan lain
Intensi untuk berperilaku Kepada orang tua
Berperilaku kepada orang tua
Norma-norma subjektif Gb. II. (Skema Hubungan dan perilaku di dasarkan pada Teori Tindakan Beralasan Icek Ajzen dan Martin Fishbein, dikutip dari Saifuddin Azwar, hlm. 12.) Dari gambar no. II di atas dapat dilihat bahwa secara tidak langsung pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap perilaku seseorang, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan seseorang yang diperoleh dari hasil belajar dari lembaga pendidikan (sekolah formal), lembaga Agama maupun dari lingkungan lain akan menghasilkan sikap dan persepsi terhadap perilaku. Sikap dan persepsi terhadap perilaku tersebut keduanya akan diolah sehingga menghasilkan niat atau intensi untuk berperilaku, dan akhirnya terbentuklah perilaku seperti yang diharapkan.
56
Setiap orang mempunyai perilaku yang berbeda-beda terhadap sesuatu. Hal ini disebabkan oleh beberapa oleh beberapa faktor yang ada pada individu masing-masing seperti adanya perbedaan pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan, dan juga aituasi lingkungan. Oleh karena itu peran pendidikan sangatlah penting dalam upaya pembentukan sikap dan perilaku peserta didik. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku anak antara lain pengaruh keluarga, lingkungan sosial, sekolah, guru, kurikulum sekolah dan cara guru mengajar.84 Dari teori di atas, perilaku yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah perilaku Birrul Walidain siswa di MTs Fathul Ulum yang mana diduga dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dari siswa yang berbeda yaitu antara siswa yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dengan siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI).
F. Rumusan Hipotesis Hipotesa merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian yang harus diuji kebenarannya dengan jalan riset. Oleh karena itu hipotesa adalah dugaan sementara, yang mungkin benar atau bisa juga mungkin salah, sehingga kedudukannya akan dianggap benar jika fakta membuktikannya, sebaliknya jika fakta dan data yang ada tidak bisa membuktikannya maka hipotesis ditolak.85 Hipotesa mempunyai peranan penting untuk memberikan tujuan yang jelas bagi peneliti dan menghindari yang tidak terarah. Berangkat dari asumsi tersebut maka jawaban semantara dari penelitian ini hipotesis kerjanya (Hk) adalah “Ada perbedaan perilaku Birrul Walidain siswa, antara siswa yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dengan siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di MTs Fathul Ulum Pandan Harum Kec Gabus Kab Grobogan”.
84 85
hlm. 78.
Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 142. Kartini Kartono, Penelitian dan Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1990),
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sebagai seorang anak sudah sepatutnya untuk berbakti dan berbuat baik kepada kedua orangtua, karena kedua orangtua telah berkorban dan mencurahkan kasih sayang yang sangat besar lagi tulus kepada anak-anaknya dan kasih sayang mereka tidak dapat diukur dengan sesuatu apapun. Kedua orangtua merupakan sebab wujudnya kita. Maka sudah sepantasnya kita menghormati, menjunjung tinggi dan meneruskan kebaikan-kebaikan mereka. Istilah orang Jawa mengatakan “Mikul duwur mendem jero”. Untuk itulah birrul walidain (berbuat baik kepada orangtua) merupakan suatu hal yang wajib dilakukan oleh anak. Di dalam kehidupan sehari-hari, orangtua merupakan cerminan masa depan anak-anaknya. Apabila di dalam rumah tangga tercipta hubungan yang harmonis antar anggota keluarga yang satu dengan yang lain, artinya saling memenuhi hak masing-masing serta saling menghormati, maka sudah barang tentu anak-anak pun pada masa yang akan datang akan selalu menjunjung tinggi perintah orangtuanya, memelihara dan menjaganya ketika lanjut usia1 Dalam etika Islam, dorongan dan kehendak berbuat baik kepada kedua orangtua (Birrul walidain) telah menjadi salah satu dari akhlak yang mulia (Mahmudah). Dorongan dan kehendak tersebut harus tertanam sedemikian rupa, sebab pada hakikatnya hanya Ibu dan Bapaklah yang paling besar jasanya kepada setiap anak-anaknya. Dapat difahami bahwa didalam memelihara hubungan horizontal kemanusiaan atau kemasyarakatan, Ayah dan Ibu sudah sepatutnya mendapat prioritas pertama dan paling utama. Dalam pemahaman dan kesadaran Akhlakul Karimah sangat keliru apabila anak hanya memelihara hubungan baik dengan orang lain, sedangkan hubungan etis keislaman dengan Ayah Ibunya diabaikan, apalagi sampai 1
Ust. Labib Mz, Etika Mendidik Anak Menjadi Sholeh, (Surabaya: Putra Jaya, 2007), hlm.
49.
1
2
mendurhakai keduanya. Yang secara langsung diperintahkan dan harus dengan rasa ikhlas yang sungguh-sungguh “Birrul walidain” patut dilaksanakan oleh seorang anak terhadap kedua orangtuanya.2 Sesungguhnya masyarakat kita sekarang ini sedang menghadapi suatu persoalan yang cukup mencemaskan. Kalau tidak kita perhatikan dengan sungguh-sungguh, yaitu masalah akhlak atau moral orang dalam masyarakat. Ketentraman batin telah banyak terganggu, kecemasan dan kegelisahan orang telah banyak terasa, apalagi mereka yang mempunyai anak dan siswa, yang mulai menampakkan gejala kenakalan dan kekurangacuhan terhadap nilai moral yang dianut dan dipakai oleh orangtua mereka. Di samping itu, kita pun melihat kegelisahan dan kegoncangan dalam banyak keluarga, antara lain kehilangan keharmonisan dan kasih sayang. Berapa banyak dari mereka enggan tinggal di rumah, senang berkeliaran di jalan, tidak ada semangat belajar, bahkan tidak sedikit dari mereka yang sudah tersesat jalan hidupnya.3 Supaya terjadi keseimbangan dan keharmonisan dalam keluarga, maka bukan hanya orangtua yang harus memperhatikan anak, sebagai seorang anakpun juga harus memperhatikan orangtuanya. Sehubungan dengan hal itu, anak pun mempunyai kewajiban yaitu berbuat baik kepada kedua orangtuanya.4 Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia oleh karena itu mutlak diperlukan. Anak yang baru lahirpun memerlukan pendidikan, bahkan sejak ia dalam kandungan ibunya. Pada umumnya sikap dan kepribadian anak ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihanlatihan yang dilalui sejak masa kecil. Pendidikan merupakan kebutuhan hidup dan tuntunan kejiwaan.5
2
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta : PT. Bina Aksara, 1989), Cet. 1, hlm. 14 3 Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet. 3, hlm. 118. 4 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 1, hlm. 110. 5 Bahri Jamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 23.
3
Faktor lingkungan pendidikan sangat berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan keluarga adalah yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah adalah tempat mendidik, sedangkan di masyarakat tempat anak bergaul dan bermain sehari-hari. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya tegantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri, serta jasmani dan rohaninya.6 Adapun penjelasan dari ketiga lingkungan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Lingkungan Keluarga Keluarga, yang menghadirkan anak ke dunia ini, secara kodrat bertugas mendidik sang anak. Sejak kecil, sang anak menjalani hidup, tumbuh dan berkembang di dalam keluarga itu. Seluruh isi keluarga itu yang mula-mula mengisi pribadi anak itu, orangtua secara tidak direncanakan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang diwarisi dari nenek moyang dan pengaruh-pengaruh lain yang diterimanya dari masyarakat. Sang anak menerima dengan daya peniruannya, dengan senang hati, sekalipun kadang-kadang ia tidak menyadari benar apa maksud dan tujuan yang ingin dicapai dengan pendidikan itu. Kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang diinginkan untuk dapat dilakukan anak, ditanamkan benar-benar sehingga seakan-akan hal tersebut wajib dilakukan oleh seorang anak. Dengan demikian anak itu akan membawa kemanapun pengaruh keluarga, sekalipun ia mulai berfikir lebih jauh lagi.7 2. Lingkungan Sekolah Pendidikan di sekolah bagi siswa merupakan suatu hal yang penting, karena sekolah merupakan lembaga sosial dimana mereka hidup, berkembang dan menjadi matang, selain itu sekolah juga sebagai lembaga yang memberikan pendidikan secara langsung dan formil. Di sekolah mereka mendapatkan pengalaman, kebiasaan-kebiasaan ketrampilan, berbagai sikap dan bermacam-macam ilmu pengetahuan. Selanjutnya 6 Abu Ahmadi dan Munawar Soleh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), Cet. 2, hlm. 55. 7 Sujanto, et. al., Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), Cet. 10, hlm. 9.
4
sekolah adalah masyarakat para siswanya, di mana mereka menghabiskan sebagian besar waktunya, di sana mereka berkumpul dalam rata-rata usia yang relatif sama dengan sikap kebersamaan. Oleh karena itu, seorang siswa akan dapat menyatakan dirinya dan mendapat tempat dalam masyarakat sekolah dan ditengah teman-temannya. Di samping itu, sekolah merupakan lembaga sosial yang membekali para siswanya dengan berbagai pengalaman sosial, dan juga melatih mereka dengan adat, normanorma sosial dan nilai-nilai moral.8 3. Lingkungan Masyarakat Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak, selain itu mereka juga termasuk teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orangorang desa atau kota tempat tinggalnya juga turut mempengaruhi perkembangan jiwa anak. anak yang dibesarkan di kota berbeda pola pikir dan perilakunya dibanding dengan anak yang dibesarkan di desa. Yang mana pada umumnya anak kota lebih bersikap dinamis dan aktif bila dibandingkan dengan anak desa yang bersikap statis dan lamban. Semua perbedaan pola pikir dan sikap tersebut diakibatkan adanya pengaruh lingkungan masyarakat yang berbeda, yaitu antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan.9 Posisi pendidikan di sini adalah sebagai dasar atau basic sikap dari perilaku serta norma-norma yang subyektif terhadap niat yang nantinya akan melahirkan perilaku manusia. Dari pendidikan yang berbeda struktur kurikulum dan manajemennya akan menghasilkan out put manusia yang berbeda pula dalam perilakunya. Inti dari pendidikan ini adalah tentang pendidikan kaitannya terhadap perilaku berbakti kepada orangtua yang ditunjukkan melalui tindakan-tindakan atau perilaku. Di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Fathul Ulum Pandan harum, siswanya berasal dari sekolah yang berbeda yaitu sebagian berasal dari MI (Madrasah Ibtidaiyah) dan sebagian lagi berasal dari SD (Sekolah Dasar), 8 Zakiyah Daradjat, Problematika Remaja di Indonesia, (Jakarta: CV Bulan Bintang, 1979), Cet. 1, hlm. 96. 9 Sujanto, op.cit., hlm.56.
5
yang mana dari keduanya mempunyai struktur kurikulum yang berbeda terutama di bidang keagamaan, yaitu di MI mendapatkan alokasi waktu yang lebih banyak dengan memperinci mata pelajaran agamanya dibandingkan dengan SD yang mendapat pendidikan agama hanya mendapat alokasi waktu yang relatif sedikit yaitu 2-3 jam pelajaran atau cuma 1 (satu) sampai 2 (dua) kali pertemuan perminggu. Tentunya akan menghasilkan out put (lulusan) yang diduga berbeda pula. Inti dari pendidikan ini adalah tentang pendidikan kaitannya terhadap perilaku berbakti (Birrul Walidain) kepada orangtua yang ditunjukkan melalui tindakan-tindakan atau perilaku. Dengan berbagai alasan di atas, maka penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul “STUDI KOMPARATIF PERILAKU BIRRUL
WALIDAIN
ANTARA
SISWA
YANG
BERLATAR
BELAKANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (SD) DENGAN SISWA YANG
BERLATAR
BELAKANG
PENDIDIKAN
MADRASAH
IBTIDAIYAH (MI) DI MTs FATHUL ULUM, PANDAN HARUM KEC GABUS KAB GROBOGAN TAHUN 2007/ 2008”.
B. Penegasan Istilah Untuk
menghindari
kesalahpahaman
dalam
memahami
dan
menafsirkan judul di atas, maka akan penulis batasi pengertiannya. 1. Studi Komparatif a. Studi adalah pendidik, pelajaran, penyelidikan.10 b. Komparatif berasal dari bahasa Inggris “comparative” artinya perbandingan atau membandingkan.11 Jadi Studi komparatif adalah kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk membandingkan/mencari perbandingan terhadap masalah yang ada. 2. Perilaku Birrul Walidain 10
Dius A Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,1994), hlm. 728. 11 John M. Echols dan Hasan Syadily, Kamus Ingggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), Cet. 23, hlm. 131.
6
a. Perilaku berasal dari bahasa Inggris “behavior” yang artiya setiap tindakan manusia atau hewan yang dapat dilihat.12 b. Birrul Walidain berasal dari bahasa Arab yang artinya berbuat baik (berbakti) kepada kedua orangtua (Ibu dan Bapak).13 Jadi, perilaku birrul walidain adalah kesadaran anak untuk berbuat baik kepada kedua orangtuanya (Ibu dan Bapak). 3. Sekolah Dasar Yang
dimaksud dengan sekolah dasar di sini adalah suatu lembaga
pendidikan tingkat dasar yang berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. Jenjang pendidikan di sekolah dasar baik negeri maupun swasta yang berada dalam naungan Departemen Pendidikan Nasional. 4. Madrasah Ibtidaiyah Yang dimaksud dengan Madrasah Ibtidaiyah adalah suatu lembaga pendidikan setingkat dengan SD yang berada dalam naungan Departemen Agama. Jenjang pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah baik yang negeri maupun swasta adalah lembaga pendidikan formal setingkat dengan SD yang berada dalam naungan Departemen Agama dengan mengikuti kurikulum Nasional dan kurikulum Agama.
C. Pembatasan Masalah Peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti supaya permasalahan tidak melebar dan memfokuskan hanya pada pokok masalah yang akan diteliti saja. Karena permasalahan yang akan diteliti adalah latar belakang pendidikan Islam dan perilaku berbakti kepada kedua orangtua, maka peneliti membatasi bahwa pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan siswa. Adapun yang dijadikan sebagai subjek penelitian yaitu seluruh siswa yang masih sekolah di MTs Fathul Ulum Pandan Harum, baik siswa yang berasal dari SD maupun siswa yang berasal dari MI. 12
Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: CV. Pionir Jaya, 1987),
hlm.45. 13
Hasbi Ash-Shiddieqy, Al-Islam, Jilid 1, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 364.
7
Interaksi antara anak dengan orangtua agar tercipta hubungan yang harmonis itu terpengaruhi oleh beberapa faktor, dan salah satu faktornya adalah pendidikan. Jadi siswa di MTs dengan perbedaan latar belakang pendidikan akan menentukan perilaku kepada orangtua yang bervariasi juga. Dalam Islam hubungan yang harmonis atau bebas konflik antara orangtua dengan anak merupakan hal terpenting dan dinamakan dengan istilah birrul walidain. Konsep birrul walidain dalam Islam ini diterangkan dalam alQur’an surat al-Isra’ ayat 23 – 24. Dalam surat tersebut diterangkan bahwa yang disebut birrul walidain adalah melakukan hal-hal di antaranya sebagai berikut: berbuat baik kepada orangtua, tidak berkata kasar yang menyakitkan hati, merawat ketika lanjut usia, dan mendoakan kepada Allah serta memintakan ampunan. Jadi permasalahan yang diteliti adalah bagaimana perilaku keseharian siswa kepada orangtua atau terfokus kepada hubungan intenal siswa dalam keluarga. Permasalahan siswa di luar hubungan keluarga, seperti perilaku sosial siswa di lingkungan hidupnya tidak dijadikan objek penelitian. Sedangkan batasan siswa di sini adalah siswa kelas 1-3 yang berasal dari SD dan MI yang masih sekolah di MTs Fathul Ulum Pandan Harum Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan tahun 2007/2008.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis kemukakan pokok masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimanakah perilaku birrul walidain siswa antara siswa yang berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dengan siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di MTs. Fathul Ulum, Pandan Harum Kec. Gabus Kab. Grobogan. 2. Apakah ada perbedaan perilaku birrul walidain siswa antara siswa yang berlatar belakang pendidikan sekolah dasar (SD) dengan siswa yang berlatar belakang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di MTs. Fathul Ulum, Pandan Harum Kec. Gabus Kab. Grobogan.
8
3. Berapakah tingkat signifikansi perbedaan antara to (“t” yamg diperoleh dari hasil penelitian) dengan tt (“t” yang diambil dari tabel). E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada: 1. Para orangtua agar lebih waspada dalam mendidik anak-anaknya, apalagi ketika mereka memasuki usia-usia sekolah. 2. Kepada para guru yang memberikan pendidikan dan pengajaran mempunyai tujuan utama, yaitu membentuk pribadi anak yang berakhlakul karimah. 3. Untuk penelitian sendiri sebagai bahan evaluasi dan pihak-pihak yang dapat mengambil manfaat dari penelitian ini.
DAFTAR ANGKET PENELITIAN PERILAKU BIRRUL WALIDAIN ANTARA SISWA YANG BERLATAR BELAKANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (SD) DENGAN SISWA YANG BERLATAR BELAKANG PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) DI MTs FATHUL ULUM PANDAN HARUM. Identitas Responden. Nama
:……………….
Umur
:………………
Latar belakang pendidikan
: …………….. SD / MI
Petunjuk: a) Tulislah nama, umur dan pendidikan. b) Berilah tanda silang pada huruf pada huruf a, b, c atau d yang anda anggap sesuai dengan keadaan anda. c) Kejujuran Anda sangat diharapkan demi kebenaran penelitian ini. Susunan angket: 1) Saya melaksanakan perintah Orang tua (Ayah dan Ibu) dengan senang hati. a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah. 2) Jika
Orang
tua
memerintahkan
membeli
sesuatu
melaksanakannya. a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah. 3) Saya menolak permintaan Orang tua dengan kata-kata kasar. a. Selalu. b. Sering.
1
Saya
cepat
c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah 4) Saya berbicara kepada Orang tua menggunakan Krama Inggil (Boso). a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah 5) Saya mendengarkan nasehat Orang tua. a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah 6) Saya merasa jengkel (marah) ketika Orang tua tidak menuruti permintaan Saya. a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah 7) Saya tidak duduk di atas ketika Ayah dan Ibu duduk di bawah. a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah 8) Saya pamit (meminta izin) kepada Orang tua ketika berangkat sekolah. a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah. 9) Saya mencium tangan Ayah dan Ibu ketika berangkat dan pulang sekolah. a. Selalu. b. Sering.
2
c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah
10) Saya langsung meminta maaf kepada Ayah dan Ibu ketika berbuat salah. a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah 11) Saya tidak pamit (meminta Izin) kepada Orang tua ketika pergi dari rumah. a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah. 12) Pada hari libur Saya membantu pekerjaan Orang tua. a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah 13) Saya membantu pekerjaan Orang tua walaupun tanpa diperintah. a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah 14) Saya menggosok punggung (ngeriki) Orang tua Saya ketika masuk angin . a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah 15) Saya memanggil Orang tua dengan Ayah dan Ibu atau semacamnya (tidak dengan nama aslinya).
3
a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah 16) Saya tidak memaki Orang tua teman Saya, ketika teman saya memaki Orang tua Saya. a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah. 17) Saya berperilaku baik ketika berada di luar rumah ( tidak berada dalam pengawasan Orang tua). a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah 18) Saya membela Orang tua Saya ketika mereka dihina orang lain. a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah 19) Saya mendoakan kedua orang tua tanpa diperintah terlebih dahulu. a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah 20) Setiap usai Shalat lima waktu, Saya berdo’a untuk kedua Orang tua. a. Selalu. b. Sering. c. Kadang-kadang. d. Tidak pernah
4
LABORATORIUM KOMPUTER TADRIS MATEMATIKA FAKUTAS TARBIYAH
IAIN WALISONGO SEMARANG
Alamat : Jln. Prof. Dr. Hamka Kampus II Telp. 7601295 Fax. 7615387 Semarang 50185 PENELITI
: ACHMAD NURHUDA
NIM
: 3104068
JURUSAN
: PAI
JUDUL
: STUDI KOMPARATIF PERILAKU BIRRUL WALIDAIN ANTARA SISWA YANG BERLATAR BELAKANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (SD) DENGAN SISWA YANG BERLATAR BELAKANG PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) DI MTs FATHUL ULUM, PANDAN HARUM KEC GABUS KAB GROBOGAN TAHUN 2007/ 2008
HIPOTESIS : a. Hipotesis Varians : Ho : Varians populasi perilaku Birrul Walidain yang diperoleh siswa yang
berasal dari MI
dan SD adalah identik Hi : Varians populasi perilaku Birrul Walidain yang diperoleh siswa yang berasal dari MI dan SD adalah tidak identik
b. Hipotesis Rata-rata : Ho : Rata-rata populasi perilaku Birrul Walidain yang diperoleh siswa yang berasal dari MI dan SD adalah identik. Hi : Rata-rata populasi perilaku Birrul Walidain yang diperoleh siswa yang berasal dari MI dan SD adalah tidak identik. DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN : Ho DITERIMA, jika nilai sig. > 0.05 Ho DITOLAK, jika nilai sig.< 0.05
HASIL DAN ANALISIS DATA : a. Dari table Group Statistics
Group Statistics
Perilaku Birrul Walidain
Asal Sekolah Siswa mi sd
N 65 62
Mean 73.58 69.58
•
Jumlah data (N) nilai siswa yang berasal dari MI = 65
•
Jumlah data (N) nilai siswa yang berasal dari SD = 62
•
Nilai rata-rata (mean) siswa yang berasal dari MI = 73.58
•
Nilai rata-rata (mean) siswa yang berasal dari SD = 69.58
•
Standard deviasi nilai siswa yang berasal dari MI = 6.14
•
Standard deviasi nilai siswa yang berasal dari SD = 7.61
Std. Deviation 6.14 7.61
Std. Error Mean .76 .97
b. Dari table Independent Samples Test Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Perilaku Birrul Wali Equal variance 7.707 assumed Equal variance not assumed
•
Sig. .006
t-test for Equality of Means
t 3.270
df
95% Confidence Interval of the Difference Mean Std. Error Sig. (2-tailed)Difference Difference Lower Upper
125
.001
4.00
1.22
1.58
6.43
3.254 117.173
.001
4.00
1.23
1.57
6.44
Pada kolom levene’s Test for Equality of Variances, diperoleh nilai sig. = 0.006. Karena sig. = 0.006 < 0.05, maka Ho DITOLAK, artinya kedua varians populasi perilaku Birrul Walidain siswa yang berasal dari MI dan SD adalah Tidak identik atau berbeda secara nyata.
•
Karena tidak identiknya varians populasi perilaku Birrul Walidain siswa yang berasal dari MI dan SD, maka untuk membandingkan rata-rata (mean) antara perilaku Birrul Walidain siswa yang berasal dari MI dan SD dengan menggunakan t-test adalah menggunakan dasar sig.(2-tailed) pada baris kedua (Equal variances not assumed), yaitu sig. = 0.001.
•
Berdasarkan nilai sig. (2-tailed) sig. = 0.001 < 0.05, hal ini berarti Ho DITOLAK, artinya : Rata-rata (mean) populasi perilaku Birrul Walidain antara siswa yang berasal dari MI dan SD adalah tidak identik atau berbeda secara nyata.
Semarang, 22 Juli 2008 a/n Kepala Lab. Pendidikan Pengelola Lab. Komputer
Ir. Agung Handayanto, M. Kom NIP. 132 089 690
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
HASIL ANGKET PERILAKU BIRRUL WALIDAIN SISWA YANG BERLATAR BELAKANG DARI SEKOLAH DASAR (SD) di MTs FATHUL ULUM No Item Nama Responden Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Abdullah A A D A A D A C A A D A A A A A A A A A 78 Rosaka Rini A A D A A D A A A A D A A A A A A A A A 80 Gimala Sari 72 B A D B B D A A B B D A B A A A A A B B Maryanto 71 B A D A A D A A A A D A C D C A A B A A Agus Setiawan A A B A A C C A A A D B A B A B A A A B 69 Fatakul Alim A B C A A C A A A A D A A A A A A A A A 77 Ahmad Sodiqin A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A 71 Su'aidi A A B A A B A A A A C A B A A A A A A A 74 Qusyaeri A A C A A C C A A A D A B A B A B A A B 70 Zaenal Fitri 78 B B D A A D A A A A C A A A A A A A A A Maryani A A D A A D B B B B C A B A A B B A A A 72 Ali Hamidun A A D B B C B B A A D C C B B A B A B B 66 Suprapto A C C B B D A A A A D A A A A A A A A A 76 Rosidi 68 C C D A A D B B A A D A A B A A B A C C Anis Fahmi A B C B B D A A A A D A A A A A A A A A 77 Fathurokhman 67 B B C B B C B B B B C A A A A A A A B B Arif Mahmudi 63 B A D B B A A A A A A A C C A A C C A A Utomo Saputra A A D A A D B B B B D B A B A A B A A A 73 Arwani A B C B B B A B B A A B A B A A A B B B 64 Badrul Muniroh A B C A B D C C D A C A B C A A A A A A 58 Bambang A A D A A D A A A A D A A A A A A A A A 80 Kurniawan 60 B A A C B A A A A B B A B B B A C A C B Darsono A C C B B D A A A A D A A A A A A C A A 76 Muallimin B B C B B C B B B B C B B B B B B B B B 60 Dede Ardiyanto A A B A A B A A A A B A A A A A A A A A 74 Supratno A A D A A D A A A B D B A A A A A A A B 77 Dwi sundari A B A B C A A A A B B B A B B A C C A B 59 Irawan A A C A A B A A A A B A A A A A A A A A 75 Restu Marlena A A A B B B A C D C A A B B A A C C A B 56 Fitra Depi Rahyono A A D B A D A A A B D B A A B A A A A A 78 Fitri Nur Azizah A B A B A B A A A A B B B C C C B A B A 57 Giyanto A A D A A D A A A A D A A A A A A A A A 80 Hartoyo 55 C C C A B D C C D A C A B C A A A A A A Wahyu Kurniawan 59 B D C C A C B B B A A A A B B B B B B B Puspitasari 77 B A D A A D A A A A D A B A A B A A A A Islamiati A B C D B B B D C A A D A C C C A A A A 54 Munafiah 60 B B D A A D A A C C D A B B B A A B A A Jumilah A A D A A B A A A A B A A A A A A A B A 75 Ulfa Sholikhah A A D A A D A A A A A A A B A A A A A A 79 Khoniaatur Rosita A A D A A D A A A A D A A A A A A A A A 80 Sa’adatul Fitriyah A B C B B B A B B A A B B A A A A B B B 64 Lailatul Musarofah 66 B B C A B B A B A B A B B A A A A B A A Farida A B C A D D A B A A D A A A A A A A C B 74 Sulistyorini 63 B A B B B A A A A A A A A A C C A A C C Ikro'ul Agustin A A B A A A A A A A A A A A C C C C A A 66 Jamaludin Tohar A A C A A D A A A A D A A A A A A A A B 78 M. Saiful Amin 63 B B C B B B A B A B A B A B A A A B B B Ma'ruf 69 D C B C A D A A C A D A A A A B A A A B Sholichatin 70 C D B C A D A C A A D A A A B A A A A A Prastiyo A B D A A D A B A B A B A B B B B A A A 67 Suci Rahayu A A C A A D A A A A D A A A A A A A A A 79 Misbahul Munir 62 B A C B B B A A A A A A C C A A A A C C Abdul Haris A A D A A D A A A A D A C D C A A B A A 72 Badrut Taman 76 B B C A A D A A A A D A A A A A A A A B Mochamad Multazam A B C B B B A B A B A B A B A A B B B A 64
56 57 58 59 60 61 62
Diky Laksono Tahrir Fauzi Ansorulloh Rahmawati Solikul Hadi Mufid Abdulloh
A A C A B B A
B A C A A A A
D D D D C B D
A A D A B B A
A A A A B B A
A D D D D A D
A A B A A A D
B A B A A A B
A A A A A A A
B A A C A A A
A C A D D A D
B A C C A A A
B A C A A C A
A A A A A C A
A A A C A A D
A A A C A A A
B A B A A C A
A A B C A C A
B A A A A A A
B A A C B A A
60 79 65 68 75 61 78
Denah lokasi MTs Fathul Ulum
Prosentase Angket Tingkat Birrul Walidain (Berbakti Kepada Kedua Orangtua) NO INDIKATOR 1.
Menaati perintah
NO. ITEM
JUMLAH
PROSENTASE
1, 2, 3
3
15%
4, 5, 6, 7
4
20%
8, 9, 10, 11,
4
20%
12, 13, 14,
3
15%
15, 16, 17,
4
20%
19, 20
2
10%
20
20
100%
orangtua 2.
Menghormati dan berbuat baik kepada orangtua
3.
Meminta izin dan do’a restu orangtua
4.
Membantu tugas da pekerjaan orangtua
5.
Menjaga nama baik orangtua
6.
Mendo’akan orangtua JUMLAH
18,
1
PERAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK PERILAKU BIRRUL WALIDAIN SISWA A. Pendahuluan Anak merupakan amanat dari Allah swt bagi kedua orangtuanya. Oleh karena itu, orangtua wajib menjaga amanat tersebut. Penjagaan tersebut sangat utama misalnya dengan menanamkan akhlak yang terpuji (Mahmudah). Seorang anak dilahirkan telah membawa potensi keagamaan, oleh karena itu harus dibimbing perkembanganya, terutama ditekankan karena orangtua sebagai pendidik yang yang pertama dan yang utama. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama dan tempat pertama kalinya anak mendapatkan (menerima) pendidikan dari orangtua atau anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak pada usia yang masih muda, karena pada usia tersebut anak lebih peka terhadap pendidikan yang diajarkan oleh orangtua dan anggota keluarga lainnya. Nabi bersabda:
ﺻ ﱠﻠﻰ ﷲ ِ ﺳﻮ ﹸﻝ ﺍ ﺭ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ:ﻮ ﹸﻝ ﻳ ﹸﻘ ﻪ ﹶﻛﺎ ﹶﻥ ﻧﻪ ﹶﺃ ﻨ ﻋ ﷲ ُ ﻲ ﺍ ﺿ ِ ﺭ ﺮ ﹶﺓ ﻳﺮ ﻫ ﻦ ﹶﺃِﺑﻲ ﻋ ُﺍ ﻭ ﺩﺍِﻧ ِﻪ ﹶﺃ ﻮ ﻬ ﻳ ﻩ ﻮﺍ ﺑﺮ ِﺓ ﹶﻓﹶﺄ ﻋ ﹶﻠﻰ ﺍﻟ ِﻔ ﹾﻄ ﺪ ﻮﹶﻟ ﻳ ﻮ ٍﺩ ِﺇ ﱠﻻ ﻮﹸﻟ ﻣ ﻦ ﻣﺎ ِﻣ ﻢ ﺳ ﱠﻠ ﻭ ﻴ ِﻪ ﻋ ﹶﻠ ﷲ 1
(ﺴﺎِﻧ ِﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﺠ ﻤ ﻳ ﻭ ﺮﺍِﻧ ِﻪ ﹶﺃ ﺼ ﻨﻳ
“Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya dia berkata: Rasullullah bersabda “Tidaklah anak dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama yahudi, nasrani dan majusi. (HR. muslim). dari hadist di atas menjelaskan betapa besar peran orangtua dalam mendidik da menanamkan dasar-dasar pendidikan dan akhlak bagi anak. Anak merupakan karunia Allah swt yang sangat besar nilai dan fungsinya bagi kehidupan keluarga. Maka setiap orang tua senantiasa selalu bersyukur apabila 1
Imam Abil Husain Muslim Bin Al Hajaj Al Khusaeri An Naqsabury, Shahih Muslim, Juz. 4, (Beirut: Dar Al Kitab, t.th), hlm. 2047.
1
2
telah dikaruniai anak dan menyadari bahwa anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya. Karena itu, orang tua harus menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima. Karena manusia adalah milik Allah SWT, mereka harus mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah SWT. Bagi orangtua, anak merupakan buah hati, belahan jiwa dan harapan hidupnya. Penerus dan penyambung keturunanya, bagaikan bau wangi yang mengharumkan orangtuanya (jika saleh), bahkan di akhirat mereka akan menjadi penolong jika mereka meninggal ketika kecilnya. Jika mereka tampil shalihin dan shalehah, maka para orang tua akan mendapatkan pahala sebesar pahala anak-anaknya.2 Mendidik anak, keluarga dan orang-orang yang dalam pengawasan kita, ialah memberikan pelajaran dan pengajaran kepada mereka, serta memimpin dan mengasuh mereka agar mereka menjadi orang yang utama dan terpeliharalah mereka dari kesengsaraan hidup di dunia dan kesengsaraan akhirat, hal itu dilakukan supaya mereka menjadi orang yang berbakti dan berharga. Islam menuntut supaya orangtua sebagai unsur yang penting dalam keluarga mendidik anak-anaknya dengan pendidikan keagamaan, akhlak serta ketrampilan berupa ilmu pengetahuan.3 Firman Allah dalam al-Qur’an:
….. ﺍﺎﺭﻢ ﻧ ﻫﻠِﻴ ﹸﻜ ﻭﹶﺃ ﻢ ﺴﻜﹸ ﻧﻔﹸﻮﺍ ﻗﹸﻮﺍ ﹶﺃﻣﻨ ﻦ َﺁ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﺎ ﹶﺃﻳ “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.(QS. Attahrim: 6) Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa keluarga mempunyai tugas yaitu menjaga keluarganya dari api neraka. Selain memimpin dan mengasuh mereka agar mereka menjadi orang yang utama dan terpeliharalah mereka dari kesengsaraan hidup di dunia dan kesengsaraan akhirat, hal itu dilakukan supaya mereka menjadi orang yang berbakti dan berharga. 2
Hassan Ayyub, Etika Islam; As Sulukiul ijtima’i fil Islam, terj. Tarmana Ahmad Qosim, (Bandung: Trigendi Karya, 1994), hlm. 300. 3 Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy, Al-Islam 2, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putera, 2001), cet. 2, hlm. 310.
3
Keluarga, yang menghadirkan anak ke dunia ini, secara kodrati bertugas mendidik sang anak. Sejak kecil, sang anak menjalani hidup, tumbuh dan berkembang di dalam keluarga itu. Seluruh isi keluarga itu yang mulamula mengisi pribadi anak itu, orangtua secara tidak direncanakan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang diwarisi dari nenek moyang dan pengaruh-pengaruh lain yang diterimanya dari masyarakat. Sang anak menerima dengan daya peniruannya, dengan senang hati, sekalipun kadangkadang ia tidak menyadari benar apa maksud dan tujuan yang ingin dicapai dengan pendidikan itu. Kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang diinginkan untuk dapat dilakukan anak, ditanamkan benar-benar sehingga seakan-akan hal tersebut wajib dilakukan oleh seorang anak. Dengan demikian anak itu akan membawa kemanapun pengaruh keluarga, sekalipun ia mulai berfikir lebih jauh lagi.4 Keluarga merupakan mikro sosial yang didalamnya terdapat interaksi
antara individu yang satu dengan yang lain, lebih-lebih interaksi orang tua dengan anak-anaknya, dimana mereka secara langsung ada garis keturunan secara biologis mereka saling mengasihi, menyayangi, membantu dan ada ikatan batin yang dalam. Di dalam keluarga orang tua merupakan orang pertama yang bertanggung jawab terhadap proses hubungan dalam keluarga, antara lain sebagai teladan bagi anak-anaknya. Anak sebagai dambaan orang tua disatu sisi sebagai anugerah Allah SWT, tetapi disisi lain sebagai amanah. Orang tua akan dimintai pertanggung jawabannya, apakah anak-anaknya mampu mengemban peran petugas dan tujuan hidup. Apakah orang tua dapat menghadirkan manusia yang berkualitas dengan ciri iman dan taqwa, berbudi luhur dan seterusnya. Di dalam kehidupan sehari-hari, orangtua merupakan cerminan masa depan anak-anaknya. Apabila di dalam rumah tangga tercipta hubungan yang harmonis antar anggota keluarga yang satu dengan yang lain, saling memenuhi hak masing-masing serta saling menghormati, maka sudah barang tentu anak4
9.
Sujanto, et. al., Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), Cet. 10, hlm.
4
anak pun pada masa yang akan datang akan selalu menjunjung tinggi perintah orangtuanya, memelihara dan menjaganya ketika lanjut usia.5 Dalam etika Islam, dorongan dan kehendak berbuat baik kepada kedua orangtua (Birrul walidain) telah menjadi salah satu dari akhlak yang mulia (Mahmudah). Dorongan dan kehendak tersebut harus tertanam sedemikian rupa, sebab pada hakikatnya hanya ibu dan bapaklah yang paling besar jasanya kepada setiap anak-anaknya. Dapat difahami bahwa di dalam memelihara hubungan horizontal kemanusiaan atau kemasyarakatan, ayah dan ibu sudah sepatutnya mendapat prioritas pertama dan paling utama. Dalam pemahaman dan kesadaran Akhlakul Karimah sangat keliru apabila seorang anak hanya memelihara hubungan baik dengan orang lain, sedangkan hubungan etis keislaman dengan ayah ibunya diabaikan, apalagi sampai mendurhakai keduanya. Yang secara langsung diperintahkan dan harus dengan rasa ikhlas yang sungguh-sungguh “Birrul walidain” patut dilaksanakan oleh seorang anak terhadap kedua orangtuanya.6 Sesungguhnya masyarakat kita sekarang ini sedang menghadapi suatu persoalan yang cukup mencemaskan. Kalau tidak kita perhatikan dengan sungguh-sungguh, yaitu masalah akhlak atau moral orang dalam masyarakat. Ketentraman batin telah banyak terganggu, kecemasan dan kegelisahan orang telah banyak terasa, apalagi mereka yang mempunyai anak dan siswa, yang mulai menampakkan gejala kenakalan dan kekurangacuhan terhadap nilai moral yang dianut dan dipakai oleh orangtua mereka. Di samping itu, kita pun melihat kegelisahan dan kegoncangan dalam banyak keluarga, karena antara lain kehilangan keharmonisan dan kasih sayang. Berapa banyak dari mereka enggan tinggal di rumah, senang berkeliaran di jalan, tidak ada semangat belajar, bahkan tidak sedikit yang sudah tersesat jalan hidupnya.7
5
Ust. Labib Mz, Etika Mendidik Anak Menjadi Sholeh, (Surabaya: Putra Jaya, 2007), hlm.
49. 6
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta : PT. Bina Aksara, 1989), Cet. 1, hlm. 14 7 Zakiyah Daradjat, Membina Nilai-Nilai Moral, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet. 3, hlm. 118.
5
Supaya terjadi keseimbangan dan keharmonisan dalam keluarga, maka bukan hanya orangtua yang harus memperhatikan terhadap anak, sebagai seorang
anakpun
juga
harus
memperhatikan
terhadap
orangtuanya.
Sehubungan dengan hal itu, anak pun mempunyai kewajiban yaitu berbuat baik kepada kedua orangtuanya.8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang dalam pendahuluan di atas, maka penulis mencoba mengangkat satu permasalahan yaitu: Bagaimana peran keluarga dalam membentuk perilaku birrul walidain siswa ?
C. Pembahasan 1. Peran Keluarga a. Pengertian Keluarga Kata keluarga berasal dari bahasa arab
ﺮﺓﹲ ﺳ ﺍ ُﻷjama’nya ﺳ ٌﺮ ﹸﺃyang
artinya keluarga, sanak saudara.9 Sedangkan pengertian keluarga menurut Ki Hajar dewantara seperti yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati adalah sebagai berikut: “bagi bangsa Indonesia Perkataan “keluarga” kita kenal dengan rangkaian perkataan-perkataan ”kawula” dan ”warga”. Seperti yang kita ketahui, maka ”kawula” itu tidak lain artinya dari pada "abdi” atau hamba sedangkan ”warga” berarti ”anggota”. Sebagai abdi di dalam keluarga wajiblah bagi seseorang di situ menyerahkan kepentingan-kepentingan kepada keluarganya. Sebaliknya sebagai warga ia berhak sepenuhnya pula untuk ikut mengurus segala kepentingan di dalam keluarganya tadi.10
8
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 1, hlm. 110. 9 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), hlm. 23. 10 Ki Hajar Dewantara dalam Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), cet. 2, hlm. 176.
6
Sedangkan pengertian keluarga menurut istilah adalah bentuk masyakat kecil yang terdiri dari beberapa individu yang saling terikat suatu keturunan, yakni kesatuan antara ayah dan ibu serta anak yang merupakan kesatuan kecil dari betuk-bentuk kesatuan masyarakat.11 Jadi, pengertian keluarga adalah bentuk masyarakat yang terkecil (Micro Social) yang terdiri dari beberapa individu yang saling terikat keturunan, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya yang merupakan kesatuan kecil dari bentuk-bentuk kesatuan mayarakat (Macro Social). b. Peran dan Kedudukan Keluarga Keluarga merupakan sumber kepribadian seseorang. Di dalam keluarga dapat ditemukan berbagai elemen dasar yang membentuk kepribadian seseorang. Aspek genetika yang diperoleh seseorang dari dalam keluarga, demikian pula aspek bawaan dan belajar dipengaruhi oleh proses yang berlangsung dan sistem yang berlaku di dalam keluarga. Kondisi ibu pada saat mengandung akan mempengaruhi janin selanjutnya akan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian seorang anak. Sistem pembagian peran dan tugas di dalam keluarga juga akan memberi dampak besar pada proses perkembangan kepribadian seorang anak.12 Adapun peran keluarga di sini adalah sebagai berikut: 1. Keluarga sebagai Lembaga Pendidikan (Institusi Pendidikan) Istilah lembaga biasa diartikan sebagai badan atau organisasi yang bertujuan melakukan usaha tertentu, maka yang dimaksud dengan keluarga sebagi lembaga pendidikan adalah badan atau organisasi termasuk organisasi yang paling kecil sekalipun,
11
Ibid, hlm. 177. Monty P. Satiadarma, Persepsi Orang tua Membentuk Perilaku Anak, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2001), hlm. 121. 12
7
organisasi rumah tangga yang bertujuan mengadakan pendidikan bagi anak-anak.13 Tidak dapat disangkal lagi bahwa keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar berinteraksi sosial. Melalui keluargalah anak belajar merespon terhadap masyarakat dan beradaptasi di tengah kehidupan masyarakatnya yang lebih luas kelak. Melalui proses berinteraksi di dalam keluarga, seorang anak secara
bertahap
mengembangkan
kemampuan
nalar
serta
imajinasinya. Hal ini selanjutnya akan mempengaruhi kemampuan kognitif
anak
perkembangan
dalam
menghadapi
berikutnya.
Melalui
kehidupan
ditahapan
pemahaman
nilai-nilai
kehidupan yang ditanamkan oleh anggota keluarga, kemampuan persepsi seorang anak akan di arahkan secara khusus ke dalam bidang-bidang tertentu. Perhatian mereka terhadap hal-hal yang ada di sekelilingnya banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai yang mereka anut, dan keluargalah yang menanamkan nilai-nilai tersebut.14 Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab IV pasal 7 ayat 2 menyebutkan:“Orangtua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya”.15 Jadi, keluarga mempunyai peran yang vital dalam memberikan pendidikan dasar bagi anak guna melangkah ke lingkungan pendidikan selanjutnya. Di samping wajib memberikan pendidikan yang benar pada anaknya orangtua sebagai pimpinan dari keluarga juga harus menjaga moralitas, tata kerama dan perilaku anak-anak mereka. Penyimpangan yang dilakukan oleh anak-anak seperti tidak
13
M. Nipon Abdul halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), cet. 3, hlm. 84. 14 Monty P. Satiadarma, op. cit., hlm. 121. 15 UU RI No. 20 Th. 2003 tentang SISDIKNAS, (Jakarta: Depdiknas, 2003), cet. 1, hlm. 13.
8
menghormati orangtua, suka mengucap kata-kata yang kasar, dan sebagainya, merupakan akibat dari tidak adanya ketegasan orangtua kepada mereka. Hal itu juga sering disebabkan karena mereka
sering
ditinggalkan
orangtua
mereka,
diabaikan
orangtuanya, dan tidak pernah memperoleh peringatan dari setiap perkataan salah yang keluar dari mulutnya.16 Bentuk dan isi, serta cara-cara mendidik dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Akhlak pada hakekatnya merupakan suatu kondisi atau sikap yang telah meresap ke dalam jiwa dan menjadi kepribadian, sehigga dari situ timbul berbagai macam perbuatan. Untuk itu wajib bagi orangtua untuk menjaga anak dari perbuatan dosa, mendidik serta mengajar berakhlak yang baik, yakni akhlak al-kharimah. Untuk itulah orangtua perlu mengajarkan perilaku-perilaku yang baik kepada anaknya termasuk berbakti kepada orangtua (Birrul Walidain) agar dikemudian hari anak menjadi anak yang saleh yang mau berbakti kepada bapak ibunya. 2. Keterkaitan antara Lingkungan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat Lingkungan keluarga bukan satu-satunya lembaga pendidikan yang mempengaruhi perilaku siswa, masih ada dua lingkungan pendidikan lagi yang saling berkaitan yaitu sekolah sebagai lingkungan kedua setelah keluarga, selanjutnya masyarakat sebagai lingkungan yang ketiga setelah sekolah. Adapun penjelasan dari kedua lingkungan tersebut adalah sebagai berikut: 1) Sekolah Dari lingkungan keluarga yang sempit, anak sekarang memasuki
lingkungan
sekolah
yang
lebih
luas,
yang
mempunyai kondisi dan situasi yang berbeda sekali dengan 16
Abd al-Husain Dastaghib, Pernikahan Surgawi; al Zawaj al Islam, terj. Moh. Khoiron Durori, (Bandung: Mizan Pustaka, 2004), hlm. 167.
9
keluarga. Di sekolah inilah hasil-hasil kebudayaan bangsa dan zamanya akan ditransformasikan atau ditransmisikan pada anak, dengan pengoperan hasil budaya tadi, diharapkan agar anak bisa mempelajari produk-produk kultural bangsanya, untuk kemudian mampu bertingkah laku sesuai dengan normanorma etis dan norma sosial lingkungan sekolah.17 Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Maka selain keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolahpun mempunyai fungsi yang sama sebagai pusat pendidikan untuk membentuk pribadi anak. Dengan sekolah pemerintah mendidik warganya menjadi seorang yang ahli yang sesuai dengan bidang dan bakat peserta didik yang berguna bagi dirinya serta berguna bagi nusa dan bangsanya.18 Pemerintah Negara Republik Indonesia yang berfalsafah pancasila dan berundang-undang dasar 1945 dengan sekolahsekolah yang ada di dalamnya tidak hanya mengharapkan agar anak didiknya penuh dengan ilmu saja tetapi juga sangt penting membentuk akhlak (moral) anak.19 2) Masyarakat Masyarakat sebagai lembaga pendidikan yang ketiga setelah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial seta jenis-jenis budayanya.20 Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak, selain itu mereka juga termasuk teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang desa atau kota tempat tinggalnya juga turut mempengaruhi perkembangan jiwa anak. anak yang 17
Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung: Bandar Maju, 1995), hlm. 135. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, op. cit.,hlm. 180. 19 Ibid., hlm. 182. 20 Ibid., hlm. 184. 18
10
dibesarkan di kota berbeda pola pikir dan perilakunya dibanding dengan anak yang dibesarkan di desa. Yang mana pada umumnya anak kota lebih bersikap dinamis dan aktif bila dibandingkan dengan anak desa yang bersikap statis dan lamban. Semua perbedaan pola pikir dan sikap tersebut diakibatkan adanya pengaruh lingkungan masyarakat yang berbeda, yaitu antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan.21 Setiap masyarakat dimanapun berbeda, tentu mempunyai karakteristik tersendiri sebagai norma khas di bidang sosial budaya yang berbeda dengan karakteristik yang lain. Namun yang
mempunyai norma-norma
yang universal dengan
masyarakat pada umumnya. Di masyarakat terdapat normanorma sosial budaya yang harus diikuti oleh warganya dan norma-norma itu berpengaruh dalam pembentukan pribadi warganya dalam bertindak dan bersikap.22 Norma-norma masyarakat yang berpengaruh tersebut sudah merupakan aturan-aturan yang ditularkan oleh generasi tua kepada generasi mudanya. Penularan yang dilakukan secara sadar dan bertujuan ini sudah merupakan proses pendidikan masyarakat.
2. Perilaku a. Pengertian Perilaku Perilaku berasal dari bahasa Inggris “behavior” yang artiya setiap tindakan manusia atau hewan yang dapat dilihat.23 Dalam kamus besar bahasa Indonesia perilaku didefinisikan sebagai tanggapan atau reaksi
21
Sujanto, op.cit., hlm.56. op. cit, hlm. 184 23 Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, (Bandung: CV. Pionir Jaya, 1987), 22
hlm.45.
11
individu yang terwujud dalam gerakan atau sikap, tidak saja badan tetapi juga dalam bentuk ucapan.24 Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. pada khususnya dan pada berbagai hewan pada umumnya memeng terdapat bentuk-bentuk perilaku instintif (spesies-spesies behavior) yang didasari oleh kodrat untuk mempertaruhkan kehidupan. Sepanjang menyangkut pembahasan mengenai hubungan sikap dan perilaku bentuk-bentuk instintif tersebut tidak dibicarakan. Demikian pula dengan beberapa bentuk perilaku abnormal yang ditunjukkan oleh para penderita abnormalitas jiwa ataupun oleh orang-orang yang sedang berada dalam ketidak sadaran akibat pengaruh obat-obatan, minuman beralkohol, situasi hipnotik, serta situasi-situasi emosional yang sangat menekan. Akan tetapi sikap yang dikaitkan dengan perilaku yang kita bahas berikut ini adalah perilaku yang berada dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus lingkungan sosial.25 Untuk mengetahui lebih apa sebenarnya yang dimaksud perilaku, berikut ini penulis kemukakan beberapa pengertian perilaku yang didefinisikan oleh para ahli psikologi dalam aliran Behaviorisme, yaitu: J.B. Watson (1878-1958) sebenarnya mula-mula ia belajar filsafat, tetapi kemudian ia pindah kelapangan psikologi. Sejak tahun 1912 Watson telah menjadi terkenal karena penyelidikannya mengenai proses belajar pada hewan. Mengenai perilaku Watson berpendapat bahwa perilaku adalah “reaksi organisme sebagai keseluruhan terhadap rangsangan dari luar”.26 Bagian-bagian dari teori Watson yang terpenting diantaranya adalah teori Sarbon (Stimulus Response Bond Theory). Tingkah laku 24
Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm.
671. 25
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet.1, hlm. 9. 26 J.B. Watson dalam Sumardi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2002), Cet. 2, hlm. 266.
12
berperilaku baginya merupakan suatu hal yang kompleks yang dapat dianalisis menjadi rangkaian “unit” perangsang dan reaksi (Stimulus and Response) yang disebut refleks.27 Salah satu ahli psikologi yang terkenal lagi pada aliran ini adalah B. F. Skinner (1904-…) sebagaimana Watson, Skinner juga memikirkan perilaku sebagai hubungan antara perangsang (stimulus) dan reaksi (respon). Hanya perbedaanya Skinner membuat perincian yang lebih jauh, yaitu Skinner membedakan adanya 2 macam respon, yaitu: a. Respondent Response (Reflexive Response) Yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu, misalnya keluarnya air liur setelah melihat makanan-makanan tertentu. Pada umumnya perangsang yang demikian itu mendahului respon yang ditimbulkannya. b. Operant Response (Instrumental Response) Yaitu respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu, misalnya seorang anak yang belajar (telah melakukan perbuatan) lalu mendapatkan hadiah, maka ia pun akan lebih giat lagi untuk belajar.28 Di dalam kenyataanya, respon jenis pertama (Reflexive Response) sangat terbatas pada manusia. Sebaliknya Operant Response merupakan
bagian
terbesar
dari
tingkah
laku
manusia
dan
kemungkinan untuk dimodifikasi hampir tidak terbatas. Karena itulah, mengenai pengertian dan definisi perilaku penulis lebih condong pada pendapat yang dilontarkan oleh Skinner, bahwa perilaku merupakan reaksi dari perangsang (stimulus) yang datang. Hanya saja respon yang penulis maksud di sini adalah respon yang tidak hanya respon refleks yang relative saja tetapi juga respon yang bisa ditimbulkan, dikembangkan, dan dimodifikasi melalui
27
Ibid., hlm. 267. B. F. Skinner dalam Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), Cet. 11, hlm. 95. 28
13
stimulus-stimulus (perangsang) yang diciptakan oleh lingkungan pendidikan. b. faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Perilaku sebagai hal yang kompleks, tidak mungkin terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, menurut Juhana Wijaya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, yaitu: Pertama, faktor sebelum yang merupakan pegalaman sebagai hasil proses belajar. Kedua, faktor situasi yang memantapkan tingkah laku tersebut. Ketiga, faktor-faktor tujuan yang mendorong munculnya tingkah laku tersebut.29 Lain lagi dengan Saefuddin Azwar, ia menyatakan bahwa ada banyak lagi faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku seseorang, yaitu: pengalaman pribadi, orang lain yang ia anggap penting, kebudayaan, pengaruh media massa, pengaruh institusi/lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan serta faktor emosi dalam diri individu.30 Untuk tidak sekedar
memahami,
tetapi juga
agar dapat
memprediksi perilaku Icek Ajzen dan Martin fishbein mengemukakan teori tindakan beralasan (Theory of reasoned action) dengan mencoba dengan mencoba melihat antecedent penyebab perilaku volisional (perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri). Teori ini di dasarkan atas asumsi, yaitu a). Bahwa manusia pada dasarnya dan pada umumnya melakukan sesuatu dengan cara yang masuk akal.,b). Bahwa manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada.,c). Bahwa secara eksplisit maupun implicit manusia mempertimbangkan implikasi atau konskuensi tindakan mereka.31 Teori tindakan beralasan ini mengatur bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal, pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik 29
Juhana Wijaya, Psikologi Bimbingan, (Bandung: Eresco, 1988), hlm. 23. Saifuddin Azwar, op.cit., hlm. 30. 31 Icek Ajzen dan Martin fishbein dalam Saifudin Azwar, Ibid., hlm. 11. 30
14
terhadap perilaku.,kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif (Subjective norm) yaitu, keyakinan kita mengenai apa yang orang lain ingin kita perbuat. Ketiga., sikap terhadap suatu bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi (niat) untuk berperilaku tertentu.32 Menurut penulis sendiri, dari beberapa pendapat di atas dapat dicari titik temu persamaanya, yaitu bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor sebelum/ pengalaman pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami
akan ikut dalam
membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya perilaku, untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan yang akhirnya akan membentuk perilaku, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Kemudian apakah penghayatan dan tanggapan itu akan membentuk perilaku positif ataukah negatif, tergantung pada berbagai faktor lain. Untuk dapat menjadi pembentukan perilaku, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu perilaku akan mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi itu terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan dan tanggapan akan lebih mendalam dan lebih lama membekas, sehingga perilakupun akan mudah untuk terbentuk. b. Faktor situasi yang lebih memantapkan perilaku tersebut Di antara faktor yang ikut mempengaruhi terbentuknya perilaku yaitu, kebudayaan, pengaruh orang lain yang dianggap penting, keluarga, pengaruh media massa, lembaga keagamaan dan lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan/institusi
serta lembaga agama
sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan 32
Ibid.
15
perilaku. Dikarenakan keduanya meletakkan dasar, pengertian dan konsep moral dalam individu. Pemahaman akan hal baik dan buruk, garis pemisah antara yang boleh dan yang tidak boleh dilaksanakan, diperoleh dari pendidikan dan pusat-pusat keagamaan serta ajaranajaranya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama yang diperoleh dari lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan diri dalam diri seseorang, maka tidaklah mengherankan kalau pada giliranya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan perilaku dan sikap individu tersebut terhadap sesuatu stimulus sosial.
3. Birrul Walidain a. Pengertian Birrul Walidain Kata “Birrul Walidain” berasal dari paduan kata berbuat baik, berbakti dan kata dari kata
ﻭﺍﻟﺪ
ﻭﺍﻟﺪﻳﻦ
ﺑﺮ
yang berarti
yang merupakan bentuk tasniyah
yang artinya kedua orangtua.33 Sedangkan Birrul Walidain
menurut Mushtafa Al-Maraghi adalah
ﻭﺍﻥ ﲢﺴﻨﻮﺍ ﺍﱃ ﺍﻟﻮﺍ ﻟﺪﻳﻦ
yaitu “berbuat baik kepada kedua orangtua dan berbuat baik kepadanya”.34 Adapun pengertian “Birrul Walidain” secara istilah menurut KH. Mujab Mahalli adalah melaksanakan hak-hak kedua orangtua serta memuiakan
keduanya
dengan
cara
menuruti
perintah
keduanya,
menjalankan semua perbuatan yang bisa membuat keridhoan hati keduanya serta menjauhi perkara yang bisa membuat marah dan kecewa orangtua. Dan perlu digaris bawahi bahwa kewajiban ta’at kepada kedua orangtua di sini sebatas pada perbuatan baik tidak kepada perbuatan
33 34
33.
Ahmad Warson Munawwir, op. ci., hlm. 80 dan 1688. Ahmad Musthafa Almaraghi, Tafsir Al Maraghi, Juz 13, (Beirut: Dar al Fikr, t.th), hlm.
16
maksiat.35 Sedangkan pengertian “Birrul Walidain” menurut DR. Abdullah Nashih Ulwan adalah berbakti, taat, berbuat ikhsan, memelihara keduanya, memelihara dimasa tua, tidak boleh bersuara keras apalagi sampai menghardik mereka, mendo’akan keduanya lebih-lebih setelah mereka wafat, dan sebagainya, termasuk sopan-santun yang semestinya terhadap kedua orangtua.36 Dalam keluasan konotasi prinsipilnya, istilah “Al-barr” meliputi aspek keharmonisan dan pertanggungjawaban ibadah kepada Allah SWT. Dalam jalur hubungan kemanusiaan, dalam tata hubungan hidup keluarga dan kemasyarakatan wajib dipahami bahwa kedua orangtua, yaitu Ayah dan Ibu menduduki posisi yang paling utama. Walaupun demikian kewajiban beribadah kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya tetap berada diatas hubungan horizontal kemanusiaan. Yang mempunyai arti bahwa, dalam tata tertib kewajiban berbakti, mengabdi, dan menghormati kedua orangtua (ayah dan ibu) menjadi giliran berikutnya setelah beribadah kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya.37 Jadi dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa “Birrul Walidain” merupakan perilaku berbakti dan berbuat baik yang harus dilakukan oleh seorang anak kepada kedua orangtuanya. b. Konsep Birrul Walidain Dalam Islam Dalam etika Islam, dorongan dan kehendak berbuat baik kepada kedua orangtua (birrul walidain) telah menjadi salah satu dari akhlak yang mulia (Mahmudah). Dorongan dan kehendak tersebut harus tertanam sedemikian rupa, sebab pada hakikatnya hanya Ibu dan Bapaklah yang paling besar jasanya kepada setiap anak-anaknya. Dapat difahami bahwa di
dalam
memelihara
hubungan
horizontal
kemanusiaan
atau
kemasyarakatan, Ayah dan Ibu sudah sepatutnya mendapat prioritas
35
KH. Mujab Mahalli, Risalah Akhlak Birrul Walidain (Surabaya: Maktabah Al Miftah, t. th), hlm. 11. 36 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam (Pendidikan Sosial Anak), (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990), hlm. 33. 37 Sudarsono, op. cit., hlm. 13.
17
pertama dan paling utama. Dalam pemahaman dan kesadaran Akhlakul Karimah sangat keliru apabila seorang anak hanya memelihara hubungan baik dengan orang lain, sedangkan hubungan etis keislaman dengan ayah ibunya diabaikan, apalagi sampai mendurhakai keduanya. Yang secara langsung diperintahkan dan harus dengan rasa ikhlas yang sungguhsungguh “Birrul Walidain” patut dilaksanakan oleh seorang anak terhadap kedua orangtuanya.38 Ayah adalah penanggungjawab dan pelindung anak-anaknya dalam segala hal, baik dari segi ekonomi, keamanan, kesehatan, dan pendidikan. Pada prinsipilnya seorang Ayah menjadi sumber kehidupan dan yang menghidupkan masa depan anaknya. Sedangkan Ibu tidak kalah besar pegorbanannya dari pada Ayah, Ibulah yang mengandung anak dengan susah payah, kemudian melahirkanya dengan penderitaan yang tiada tara dan taruhanya adalah nyawa, lalu membesarkan dengan penuh rasa kasih sayang. Dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga, Ibu adalah kawan setia Ayah sebagai pendidik anak-anaknya, memelihara keluarganya dengan menciptakan ketentraman, kasih sayang, keamanan dan kedamaian rumah tangga. Tidak ada yang paling dekat dengan kehidupan seseorang selain kedua orangtuanya. Keduanya adalah orang yang berjasa besar dalam membesarkan dan menjaga seseorang sehingga tumbuh menjadi dewasa. Kepayahan dan kegundahan orangtua lenyap sudah ketika melihat anakanak mereka bahagia dan bergembira.39 Ustadz Umar Bardja’ dalam kitab
ﺍﻷﺧﻼﻕ ﻟﻠﺒﻨﲔ
mengatakan:
ﻡ ِﺑ ِﻪ ﻣﺎ ﹶﻗﺎ ﻭ ,ﻚ ﻚ ﹶﻟ ﻳﺪ ﻭﺍِﻟ ﺒ ِﺔﺤ ﻣ ﺭ ﺪ ﺖ ﹶﻗ ﺮ ﹾﻓ ﻋ ﺪ ﹶﻟ ﹶﻘ:ﺏ ﻮ ﺒﺤ ﻤ ﺪ ﺍﹾﻟ ﻮﹶﻟ ﻬﺎ ﺍﻟ ﻳﹶﺃ ﺣ ﺴﺎ ﹶﻥ ِﺑﺎ ِﻹ ﺣ ﻫ ﹶﺬﺍ ﺍ ِﻹ ﺗ ﹶﻘﺎِﺑ ﹶﻞ ﻚ ﹶﺃ ﹾﻥ ﻴ ﻋ ﹶﻠ ﺐ ﺠ ﻴ ﹶﻓ,ﻚ ﺘ ﻴﺮِﺑ ﺗ ﻴ ِﻞ ﺳِﺒ ِﻓﻲ ,ﺴﺎ ِﻥ
38 39
Ibid., hlm. 14 Arif Supriyono, Seratus Cerita Tentang Akhlak, (Jakarta: Republika, 2006), hlm. 79
18
ﻨ ﹶﺔﻭﺍﹾﻟ ِﻤ ﻀ ﹶﻞ ﺪ ﺍﻟ ﹶﻔ ﻬ ﺸ ﺗ ﻚ ﻊ ﹶﺫِﻟ ﻣ ﻭ ,ﻤﺎ ﺮ ِﻫ ﻊ ِﻓﻲ ِﺑ ﻴ ﺘ ِﻄﺴ ﺗ ﻣﺎ ﻡ ِﺑ ﹸﻜ ﱢﻞ ﻮ ﺗ ﹸﻘ ﻭﹶﺃ ﹾﻥ 40
.ﻤﺎ ﺤ ﹸﻘﻮ ِﻗ ِﻬ ﻣﺎ ِﺑ ﻤﺎ ﺗ ﺖ ﻤ ﻣﺎ ﹸﻗ ﻚ ﻧﻑ ﹶﺃ ﻌ ِﺮ ﺗﻭ ,ﻤﺎ ﻬ ﹶﻟ
“Wahai Anak yang dicintai: Sesungguhnya kamu telah mengetahui betapa besar kecintaan kedua orangtua kepadamu, dan betapa susah payahnya mereka dalam mendidikmu, maka wajib bagimu membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan. Pula berbuat bakti/taat kepada mereka dengan segenap kemampuanmu, dan beserta itu kamu mengetahui keutamaan dan anugrah keduanya, juga kamu mengetahui bahwa kamu belum melaksanakan hak-hak kedua orangtua dengan sempurna”. Anjuran berbakti kepada orangtua dalam ajaran Islam, menegaskan bahwa orangtua memegang peranan penting dalam perjalanan hidup anakanaknya. Jasa-jasa dan pengorbanan orangtua tidak bisa dibalas dengan apapun. Kebaikan yang dilakukan oleh seorang anak tidaklah sebanding dengan pengorbanan yang dilakukan oleh kedua orangtua. Ajaran Islam memerintahkan untuk berbakti kepada orangtua (Birrul walidain). Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat Al Isra’ ayat 23:
ﺮ ﺒﻙ ﺍﹾﻟ ِﻜ ﺪ ﻦ ﻋِﻨ ﻐ ﺒﻠﹸ ﻳ ﺎﺎﻧﹰﺎ ِﺇﻣﺣﺴ ﻳ ِﻦ ِﺇﺪ ﺍِﻟﻭﺑِﺎﹾﻟﻮ ﻩ ﺎﻭﹾﺍ ِﺇ ﱠﻻ ِﺇﻳﺒﺪﻌ ﺗ ﻚ ﹶﺃ ﱠﻻ ﺑﺭ ﻰﻭ ﹶﻗﻀ
ﻮ ﹰﻻ ﹶﻛﺮِﳝﹰﺎ ﺎ ﹶﻗﻬﻤ ﻭﻗﹸﻞ ﱠﻟ ﺎﻫﻤ ﺮ ﻬ ﻨ ﺗ ﻭ ﹶﻻ ﻑ ﺎ ﹸﺃﻬﻤ ﺗﻘﹸﻞ ﱠﻟ ﻼ ﺎ ﹶﻓ ﹶﻫﻤ ﻼ ﻭ ِﻛ ﹶ ﺎ ﹶﺃﻫﻤ ﺪ ﺣ ﹶﺃ “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”(QS. Al-Isra’: 23)41 Ayat di atas menjelaskan bahwa selain beribadah kepada Allah
(Hubungan secara Vertikal) hal utama yang harus dilakukan setelah beribah kepada Allah dan taat kepada Rasulnya adalah berbakti kepada 40
Umar bin Ahmad Bardja’, Akhlak lil Banain, Juz. 2, (Surabaya: Maktabah Muhammad bin Nabhan Waauladihi, t.th), hlm. 16. 41 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit J-Art, 2005), Cet. 1, hlm. 285.
19
orangtua (Hubungan Horizontal). Perwujudan perilaku Birrul walidain juga dapat dilihat dalam kitab suci al-Qur’an, sebagaimana diterangkan dalam surat al-Luqman ayat 14-15:
ﻴ ِﻦ ﻟِﻲ ﻣ ﺎﻪ ﻓِﻲ ﻋ ﺎﹸﻟﻭ ِﻓﺼ ﻫ ٍﻦ ﻭ ﻋﻠﹶﻰ ﻨﹰﺎﻭﻫ ﻪ ﻣ ﹸﺃﺘﻪ ﻤ ﹶﻠ ﺣ ﻳ ِﻪﺪ ﺍِﻟﺎ ﹶﻥ ِﺑﻮﺎ ﺍﹾﻟﺈِﻧﺴﻴﻨ ﺻ ﻭ ﻭ ﺎﻙ ﺑِﻲ ﻣ ﺸ ِﺮ ﻠﻰ ﺃﹶﻥ ﺗﻙ ﻋ ﺍﻫﺪ ﺎﻭﺇِﻥ ﺟ {14} ﺼﲑ ِ ﻤ ﻲ ﺍﹾﻟ ﺮ ِﺇﹶﻟ ﺷ ﹸﻜ ﻚ ﹶﺃ ِﻥ ﺍ ﻳﺪ ﺍِﻟﻭِﻟﻮ
ﻦ ﻣ ﺳﺒِﻴ ﹶﻞ ﻊ ﺗِﺒﺍﻭﻓﹰﺎ ﻭﻌﺮ ﻣ ﺎﻧﻴﺪ ﻤﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟ ﺒﻬ ﺎ ِﺣﻭﺻ ﺎﻬﻤ ﻌ ﺗ ِﻄ ﹶﻓﻠﹶﺎﻚ ِﺑ ِﻪ ِﻋ ﹾﻠﻢ ﺲ ﹶﻟ ﻴ ﹶﻟ {15}ﻤﻠﹸﻮﻥ ﻌ ﺗ ﻢ ﺘﺎ ﻛﹸﻨﺒﹸﺌﻜﹸﻢ ِﺑﻤﻧﻢ ﹶﻓﹸﺄ ﻜﹸﺮ ِﺟﻌ ﻣ ﻲ ﻢ ِﺇﹶﻟ ﻲ ﹸﺛ ﺏ ِﺇﹶﻟ ﺎﹶﺃﻧ “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”(QS. al-Luqman: 14-15).42 Di dalam surat al-Luqman tersebut di jelaskan tentang betapa pentingnya Birrul walidain harus dilakukan oleh anak kepada kedua orangtuanya. Hal itu harus dilakukan mengingat kedua orangtuanya telah bersusah payah dalam mendidik dan membesarkan mereka. Manusia tidak mampu menghitung atau menaksir hak orangtua yang wajib terhadap anak-anaknya. Hal tersebut merupakan perkara yang jauh untuk disifati atau dihitung, terlebih hak Ibu, karena Ibu mengandung kepedihan-kepedihan yang sangat banyak, Ibu mengandung selama 9 bulan dalam kondisi susah payah yang bertambah-tambah, Ibu mengandung
manusia
dalam
keterpaksaan,
melahirkanpun
dalam
keterpaksaan, pertumbuhan manusia dalam perut sang Ibu tidak memberinya sesuatupun melainkan bertambahnya beban dan rasa payah.
42
Ibid., hlm. 413.
20
Ketika dia melahirkan kematian berada di depan matanya, tetapi ketika dia telah melihat sang anak yang di kandungnya berada di sisinya maka dengan cepat melupakan kepedihan-kepedihanya.43 Untuk itulah sudah menjadi kewajiban anak untuk berbakti kepada orangtuanya, mengingat betapa susah payah orangtua dalam mendidik dan membesarkan anak-anak mereka. Bahkan apabila orangtua anak kafir sekalipun, anak masih wajib menghormatinya, selama hubungan tersebut tidak melanggar syari’at Islam. Rasullullah bersabda :
ﺏ ﻗﹶﺎﻟﹶﺎ ٍ ﺮ ﺣ ﻦ ﺑ ﻴﺮ ﻫ ﻭﺯ ﻲ ﻒ ﺍﻟﱠﺜ ﹶﻘ ِﻔ ٍ ﺑ ِﻦ ﹶﻃﺮِﻳ ﺟﻤِﻴ ِﻞ ﺑ ِﻦ ﺳﻌِﻴ ِﺪ ﻦ ﺑ ﺒﺔﹸﻴ ﺘﺎ ﻗﹸﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﺎ َﺀﺮ ﹶﺓ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺟ ﻳﺮ ﻦ ﹶﺃﺑِﻲ ﻫ ﻋ ﻋ ﹶﺔ ﺭ ﻦ ﹶﺃﺑِﻲ ﺯ ﻋ ﻉ ِ ﻌﻘﹶﺎ ﺑ ِﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﺭ ﹶﺓ ﺎﻋﻤ ﻦ ﻋ ﺟﺮِﻳﺮ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ
ﺴ ِﻦ ﺱ ِﺑﺤ ِ ﺎﻖ ﺍﻟﻨ ﺣ ﻦ ﹶﺃ ﻣ ﻢ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﺳ ﱠﻠ ﻭ ﻴ ِﻪ ﻋ ﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟ ﱠﻠ ﻮ ِﻝ ﺍﻟ ﱠﻠ ِﻪﺭﺳ ﺟﻞﹲ ِﺇﻟﹶﻰ ﺭ ﻣ ﻢ ﺃﹸ ﻦ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﺛ ﻣ ﻢ ﻚ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﺛ ﻣ ﺑﺘِﻲ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺃﹸﺎﺻﺤ ﻢ ﻚ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﺛ ﻣ ﻢ ﺃﹸ ﻦ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﺛ ﻣ ﻢ ﻚ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﺛ 44
( ﺍﳌﺴﻠﻢ: ﻙ)ﺭﻭﺍﻩ ﻮﻢ ﹶﺃﺑ ﻦ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﺛ ﻣ
“Abu Hurairah berkata: Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah, lalu bertanya: “Siapakah yang paling berhak aku pergauli?” Rasulullah menjawab, “Ibumu”. “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Ibumu”. “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Ibumu”. “Kemudian siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Bapakmu”. (HR. Muslim). Di dalam hadist di atas penyebutan Ibu sebanyak tiga kali45sebagai penguatan, alasanya Ibu lebih menderita dengan dibebani rasa sakit saat hamil, melahirkan dan mendidik anak. Dalam hadist lain disebutkan bahwa:
43
KH. A. Yasin Asymuni, Berbakti Kepada Orang tua (Birrul Walidain), (Kediri: PP. Hidayatullah, 2006), hlm. 7. 44 Imam Abil Husain Muslim Bin Al Hajaj Al Khusaeri An Naqsabury, op. Cit., Juz. 8, hlm. 483. 45 Ulama’ berbeda pendapat mengenai apakah Ibu lebih utama dari pada Bapak dalam kedudukanya, Imam Malik berkata bahwa Ibu dan Bapak sama saja dalam hal kebaikan, sedangkan Al Laysi berkata Um (Ibu) lebih tinggi derajatnya dari pada Ab (Bapak). Al Muhasabi berkata: megutamakan Ibu disepakati Ulama’. (Imam Abil Husain Muslim Bin Al Hajaj Al Khusaeri An Naqsabury, Sharah Shahih Muslim, Juz. 8, Ibid, )
21
ﻴ ﹶﺔ ﹶﻠﻦ ﻋ ﺑﻤﻌِﻴ ﹸﻞ ﺍ ﺳ ﺎ ِﺇﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﺎ ِﻗﺪﻤ ٍﺪ ﺍﻟﻨ ﺤ ﺑ ِﻦ ﻣ ﻴ ِﺮ ﹶﻜﺑ ِﻦ ﺑ ﻤ ِﺪ ﺤ ﻦ ﻣ ﺑ ﻭﻤﺮ ﻋ ﺪﹶﺛﻨِﻲ ﺣ ﺪ ﻨ ﺎ ِﻋﻦ ﹶﺃﺑِﻴ ِﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﹸﻛﻨ ﻋ ﺮ ﹶﺓ ﺑ ﹾﻜ ﻦ ﹶﺃﺑِﻲ ﺑ ﻤ ِﻦ ﺣ ﺮ ﺍﻟﺒﺪ ﻋ ﺎﺪﹶﺛﻨ ﺣ ﻱ ﻳ ِﺮﺮ ﺳﻌِﻴ ٍﺪ ﺍﹾﻟﺠ ﻦ ﻋ ﺎِﺋ ِﺮ ﹶﺛﻠﹶﺎﺛﹰﺎﺒ ِﺮ ﺍﹾﻟ ﹶﻜﺒﻢ ِﺑﹶﺄ ﹾﻛ ﺒﺌﹸﻜﹸﻧﻢ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﹶﺃﻟﹶﺎ ﺃﹸ ﺳ ﱠﻠ ﻭ ﻴ ِﻪ ﻋ ﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟ ﱠﻠ ﻮ ِﻝ ﺍﻟ ﱠﻠ ِﻪﺭﺳ
ﻮ ﹸﻝﺭﺳ ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﻭ ِﺭﻮﻝﹸ ﺍﻟﺰ ﻭ ﹶﻗ ﻭ ِﺭ ﹶﺃﺩﺓﹸ ﺍﻟﺰ ﺎﺷﻬ ﻭ ﻳ ِﻦﺪ ﺍِﻟﻕ ﺍﹾﻟﻮ ﻋﻘﹸﻮ ﻭ ﻙ ﺑِﺎﻟ ﱠﻠ ِﻪ ﺍﺷﺮ ﺍﹾﻟِﺈ
ﺘﻪﻴ ﺎ ﹶﻟﻰ ﹸﻗ ﹾﻠﻨﺣﺘ ﺎﺭﻫ ﺮ ﻳ ﹶﻜ ﺍ ﹶﻝﺎ ﺯﺲ ﹶﻓﻤ ﺠ ﹶﻠ ﺘ ِﻜﺌﹰﺎ ﹶﻓﻣ ﻢ ﺳ ﱠﻠ ﻭ ﻴ ِﻪ ﻋ ﹶﻠ ﻪ ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟ ﱠﻠ ﺍﻟ ﱠﻠ ِﻪ 46
( ﺍﳌﺴﻠﻢ: ﺖ )ﺭﻭﺍﻩ ﺳ ﹶﻜ
“Rasulullah bersabda: Apakah kalian tidak mau ku beri tahu tentang dosa yang terbesar? (ada 3) yaitu musyrik kepada Allah, durhaka kepada kedua orangtua, kesaksian palsu (sumpah palsu), ketika Rasullullah bersabda beliau sambil bersandar lalu ia duduk, dan mengulanginya sampai beberapa kali, Rasulullah masih mengatakannya sampai kita berkata, “kalaulah dia terdiam”.(HR. Muslim). Hadist di atas menerangkan bahwa yang termasuk salah satu dosa besar adalah durhaka kepada kedua orangtua. Jadi jelaslah bahwa Birrul walidain di dalam Islam sangat diharuskan (wajib), hal itu bisa kita lihat banyaknya ayat dari al-Qur’an dan Hadist yang menyebutkan tentang keutamaan Birrul walidain dan dilarangnya Uququl Walidain (durhaka kepada kedua orangtua).
4. Peran Keluarga Dalam Membentuk Perilaku Birrul Walidain Siswa Keluarga merupakan tempat pertama dan yang utama bagi pendidikan anak, tetapi keluarga bukan satu-satunya lingkungan pendidikan yang mempengaruhi perilaku anak, karena masih ada 2 lingkungan lagi yaitu sekolah sebagai lingkungan pendidikan kedua dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan selanjutnya, dan semua lingkungan tersebut mempunyai peranan yang sama-sama penting.
46
Al Imam Yahya Bin Syaraf An Nawawi Addimasqi Assyafi’i, Sarhul Muslim Lin Nawawi , Juz. 1, (Beirut: Dar Al Kitab,1995), hlm. 81
22
Faktor
lingkungan
pendidikan
sangat
berperan
dalam
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan keluarga adalah yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah adalah tempat mendidik, sedangkan di masyarakat tempat anak bergaul dan bermain sehari-hari. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya tergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri, serta jasmani dan rohaninya.47 Hubungan antara ketiga lingkungan penidikan tersebut ibarat segitiga sama sisi jika salah satu sisi ihilangkan maka sudah tidak bisa dinamakan segitiga lagi, seperti gambar di bawah ini:
Di sini keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka memberikan pendidikan dasar untuk selanjutnya diteruskan oleh sekolah dan masyarakat. adapun tentang perilaku, Sebagaimana yang telah dikemukakan pada pembahasan teori Skinner pada pembahasan yang telah lalu, bahwa perilaku manusia ditentukan oleh antecedent dan consequence, maka penulis beranggapan bahwa sebenarnya perilaku merupakan fungsi dri karakteristik individu dan lingkungan. Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif pengetahuan, nilai-nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lainya kemudian berinteraksi juga dengan lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan juga memiliki kekuatan dalam menentukan perilaku, baik kadang-kadang lebih 47
Abu Ahmadi dan Munawar Soleh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), Cet. 2, hlm. 55.
23
besar daripada karakteristik individu. Hal inilah yang menjadikan prediksi perilaku lebih kompleks. Untuk tidak sekedar
memahami,
tetapi juga
agar dapat
memprediksi perilaku Icek Ajzen dan Martin fishbein mengemukakan teori tindakan beralasan (Theory of reasoned action) dengan mencoba dengan mencoba melihat antecedent penyebab perilaku volisional (perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri). Teori ini di dasarkan atas asumsi, yaitu a). Bahwa manusia pada dasarnya dan pada umumnya melakukan sesuatu dengan cara yang masuk akal.,b). Bahwa manusia mempertimbangkan semua informasi yang ada.,c). Bahwa secara eksplisit maupun implicit manusia mempertimbangkan implikasi atau konskuensi tindakan mereka.48 Teori tindakan beralasan ini mengatur bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal, pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik terhadap perilaku.,kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif (Subjective norm) yaitu, keyakinan kita mengenai apa yang orang lain ingin kita perbuat. Ketiga., sikap terhadap suatu bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi (niat) untuk berperilaku tertentu. Gambar berikut ini akan menjelaskan mengenai hubungan antara ketiganya : Sikap terhadap perilaku Intensi untuk berperilaku Norma-norma subjektif
48
Icek Ajzen dan Martin fishbein dalam Saifudin Azwar, op.cit., hlm. 11.
Perilaku
24
Gb. I. (Skema Teori Tindakan Beralasan Icek Ajzen dan Martin Fishbein, dikutip dari Saifuddin Azwar, hlm. 12.)
Dari gambar tersebut di atas nampak bahwa intensi merupakan fungsi dua determinan dasar, yaitu: Pertama, sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan Kedua, adalah persepsi individu terhadap tekanan social untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang bersangkutan disebut norma subjektif. Jadi secara sederhana teori ini dapat disimpulkan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan apabila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukanya. Menurut penulis sikap terhadap perlaku dan norma-norma subjektif yang bisa juga disebut dengan persepsi tidak akan muncul dengan begitu saja, melainkan dua hal ini akan dimunculkan oleh beberapa faktor lain, termasuk pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar, sehingga diperoleh gambar baru sebagai berikut : Sikap terhadap perilaku *Lembaga pendidikan *Lembaga Agama *Lingkungan lain
Intensi untuk berperilaku Kepada orang tua
Berperilaku kepada orang tua
Norma-norma subjektif Gb. II. (Skema
Hubungan dan perilaku di dasarkan pada Teori Tindakan Beralasan Icek Ajzen dan Martin Fishbein, dikutip dari Saifuddin Azwar, hlm. 12.)
Dari gambar no. II di atas dapat dilihat bahwa secara tidak langsung pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap perilaku seseorang, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan seseorang yang diperoleh dari hasil belajar dari lembaga pendidikan (sekolah formal), lembaga Agama maupun dari lingkungan lain seperti keluarga, sekolah dan
25
masyarakat, akan menghasilkan sikap dan persepsi terhadap perilaku. Sikap dan persepsi terhadap perilaku tersebut keduanya akan diolah sehingga menghasilkan niat atau intensi untuk berperilaku, dan akhirnya terbentuklah perilaku seperti yang diharapkan. Setiap orang mempunyai perilaku yang berbeda-beda terhadap sesuatu. Hal ini disebabkan oleh beberapa oleh beberapa faktor yang ada pada individu masing-masing seperti adanya perbedaan pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan, dan juga aituasi lingkungan. Oleh karena itu peran pendidikan sangatlah penting dalam upaya pembentukan sikap dan perilaku peserta didik. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku anak antara lain pengaruh keluarga, lingkungan sosial, sekolah, guru, kurikulum sekolah dan cara guru mengajar.49 Jadi perilaku birrul walidain bisa terbentuk, jika keluarga menjalankan perannya dalam menanamkan pendidikan dasar berupa pengetahuan dan akhlakul karimah (perilaku yang baik) kepada anaknya sejak kecil, lalu didukung dengan pendidikan anak di sekolah, setelah itu baru masyarakat yang bertugas mendidik dan membimbing perilaku sosial kemasyarakatan bagi anak. Jadi di sini akan tercipta hubungan yang harmonis antara keluarga, sekolah dan masyarakat, hal itu dikarenakan harapan orangtua yang menginginkan anaknya berakhlakul karimah sesuai dengan cita-cita sekolah yang mengharapkan out putnya berilmu dan berakhlak, dan tuntutan mayarakatpun terpenuhi yaitu mempunyai anggota masyarakat yang baik budi pekertinya.
D. Kesimpulan Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa: Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka membentuk perilaku birrul walidain siswa, hal itu dikarenakan keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama yang dikenal oleh anak, selain itu keluarga juga sebagai pendidik dan yang menanamkan pendidikan 49
Ngalim Purwanto, op.cit., hlm. 142.
26
dasar maupun pendidikan akhlak kepada anak. Tetapi tidak lepas dari keluarga, sekolahpun mempunyai andil dalam pembentukan perilaku anak karena setelah anak mendapat pendidikan dari keluarga anak mendapatkan pendidikan dan pergaulan dari sekolah, setelah itu masyarakat menjadi faktor ketiga yang mempengaruhi perilaku tersebut, hal itu disebabkan setelah anak keluar dari sekolah, anak langsung bergaul dengan masyarakat dari pergaulan itulah anak mendapatkan pendidikan tentang perilaku. Jadi perilaku birrul walidain bisa terbentuk, jika keluarga menjalankan perannya dalam menanamkan pendidikan dasar berupa pengetahuan dan akhlakul karimah (perilaku yang baik) kepada anaknya sejak kecil, lalu didukung dengan pendidikan anak di sekolah, setelah itu baru masyarakat yang bertugas mendidik dan membimbing perilaku sosial kemasyarakatan bagi anak. Jadi, dari situ akan tercipta suatu hubungan yang harmonis antara ketiga lingkungn tersebut yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat, hal itu dikarenakan harapan orangtua yang menginginkan anaknya berakhlakul karimah sesuai dengan cita-cita sekolah yang mengharapkan out putnya berilmu dan berakhlak, dan tuntutan mayarakatpun terpenuhi yaitu mempunyai anggota masyarakat yang baik budi pekertinya.
E. Penutup Demikian makalah ini penulis susun sebagai hasil pemikiran untuk mengembangkan keilmuan bidang pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Penulis menyadari makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca sangat penulis harapkan, demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan membacanya, serta dapat memberikan sumbangan yang positif bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amiin.
27
Daftar Pustaka Ahmadi, Abu dan Soleh, Munawar, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), Cet. 2. Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001). Al Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al Maraghi, Juz 13, (Beirut: Dar al Fikr, t.th) An Naqsabury, Imam Abil Husain Muslim Bin Al Hajaj Al Khusaeri, Shahih Muslim, Juz. 4, (Beirut: Dar Al Kitab, t.th) Ash-Shiddieqy, Teungku M. Hasbi, Al-Islam 2, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putera, 2001), cet. 2. Assyafi’i, Al Imam Yahya Bin Syaraf An Nawawi Addimasqi, Sarhul Muslim Lin Nawawi , Juz. 1, (Beirut: Dar Al Kitab,1995) Asymuni, KH. A. Yasin, Berbakti Kepada Orang tua (Birrul Walidain), (Kediri: PP. Hidayatullah, 2006) Ayyub, Hassan, Etika Islam; As Sulukiul ijtima’i fil Islam, terj. Tarmana Ahmad Qosim, (Bandung: Trigendi Karya, 1994) Azwar, Saifuddin, Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1995) Bardja’, Umar bin Ahmad, Akhlak lil Banain, Juz. 2, (Surabaya: Maktabah Muhammad bin Nabhan Waauladihi, t.th) Brata, Sumardi Surya, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2002), Cet. 2. Daradjat, Zakiyah, Membina Nilai-Nilai Moral, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet. 3. Dastaghib, Abd al-Husain, Pernikahan Surgawi; al Zawaj al Islam, terj. Moh. Khoiron Durori, (Bandung: Mizan Pustaka, 2004) Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit JArt, 2005) Halim, M. Nipon Abdul, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), cet. 3.
28
Kartono, Kartini dan Gulo, Dali, Kamus Psikologi, (Bandung: CV. Pionir Jaya, 1987) --------------------, Psikologi Anak, (Bandung: Bandar Maju, 1995) Mahalli, KH. Mujab, Risalah Akhlak Birrul Walidain (Surabaya: Maktabah Al Miftah, t. th) Muchtar, Heri Jauhari, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005) Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002) Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), cet. 11. Satiadarma, Monty P., Persepsi Orang tua Membentuk Perilaku Anak, (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2001) Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta : PT. Bina Aksara, 1989), Cet. 1. Sujanto, et. al., Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), Cet. 10. Supriyono, Arif, Seratus Cerita Tentang Akhlak, (Jakarta: Republika, 2006) Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995) Ulwan, Abdullah Nashih, Pendidikan Anak Menurut Islam (Pendidikan Sosial Anak), (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990) Ust. Labib Mz, Etika Mendidik Anak Menjadi Sholeh, (Surabaya: Putra Jaya, 2007) UU RI No. 20 Th. 2003 tentang SISDIKNAS, (Jakarta: Depdiknas, 2003) Wijaya, Juhana, Psikologi Bimbingan, (Bandung: Eresco, 1988)
Gambar Struktur Organisasi MTs Fathul Ulum Pandan Harum Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan
Kepala Sekolah Drs. Asad Rohman, Tata Usaha Moh Yusuf, Spd
Staf TU Bag. KU Sri Hartini
Waka Sas Pran KH. Mujahid B.
Waka Humas K. Khaerun.
Waka Kesiswaan Moh Yusuf, Spd
Waka Kurikulum Wakhid Tabrani,S.Ag
Koordinator BP K. Kurdi
GURU
SISWA
Data Guru dan Karyawan MTs Fathul Ulum Pandan Harum No 1 2
Nama Guru Drs.Asad Rohman Wachid Tabrani,S.Ag
Pendidikan S.I S.I
Bidang Studi Bhs. Inggris SKI
Siswoyo K. Kurdi
Jabatan Kep. Madrasah Waka. Kurikulum G.T.T BP
3 4
D.I PGA
5 6 7
KH. Mujahid. B K. Choerun Sughaib, Am
Waka Saspran Waka Humas G.T.T
MA MA PGA
8 9 10
Sri Hartini Iryanto M. Yusuf, Spd
PGA D2 S.I
11 12
Zulfa Mahdluroh, Amg Khofid Taftayani, SH.I
D2 S.I
-
13 14 15 16 17 18 19 20
Khoirul Inayah, SPd. I Warsito Syakirun Niam, SPd. I Siswanto Naning Setyorini, SPd Diah Purwaningsih, SPd Wiwik Haryanto, SPd Drs. Mashud
Tu. Kabag. Ku G.T.T Waka Kesiswaan Pustakawati Tu. Kabag. Administrasi G.T.T G.T.T G.T.T Penjaga Guru Tetap G.T.T G.T.T G.T.T
IPA Aqidah Akhlak Bhs. Arab Fiqh Bhs. Indonesia KTK IPS PPKN
S.I MA S.I MA S.I S.I S.I S.I
Bhs. Inggris Olah Raga Bhs. Arab Mate-matika IPS TIK Bhs. Inggris
Data Siswa MTs Fathul Ulum No
Kelas
Jenis Kelamin Putra Putri 24 38
Jumlah
1
VII
2
VIII
38
30
68
3
IX
25 87
35 103
60 190
Jumlah
62
Susunan Pendiri sekaligus pengurus pada masa awal berdirinya Lembaga Pendidikan Ma’arif Kec Gabus dan MTs Fathul Ulum Pandan Harum didirikan Dewan Penasehat KH. Ridwan (Kepala Desa)
Ketua KH. Husein Mastur (Alm.)
Wakil ketua KH. Samlawi
Sekretaris Abd. Hamid
Bendahara Abd. Latief
Wakil Sekretaris K. Syamsul Huda (Alm.) SEKSI
Seksi Pembangunan K. Khoerun
Seksi Pendidikan KH. Mujahid
Anggota-Anggota - Drs. Mashud - Bpk. Siswoyo - Bpk. Sughaib Abd. Majid - Bpk. Muttaki *Kepala MTs yang pertama adalah Bp. K. Kurdi dan wakilnya Bp. D Asrori.
PEDOMAN WAWANCARA Yang pertama wawancara ditujukan kepada Bapak Drs. Asad Rohman selaku kepala MTs Fathul Ulum Pandan Harum
1. Kapan MTs Fathul Ulum didirikan dan siapa yang mengelola? 2. Siapa kepala MTs Fathul Ulum yang pertama dan berapa masa jabatannya? 3. Bagaimana perkembangan MTs Fathul Ulum dari awal didirikan sampai sekarang? 4. Bagaimana struktur kurikulum dan perkembangannya? Pertanyaan ditujukan kepada Bapak Kiai Kurdi, salah satu tokoh pendiri MTs Fathul Ulum 1. Apa yang melatarbelakangi MTs Fathul Ulum didirikan? 2. Siapa tokoh-tokoh pendirinya?
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
HASIL ANGKET PERILAKU BIRRUL WALIDAIN SISWA YANG BERLATAR BELAKANG D MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) di MTs FATHUL ULUM No Item Nama Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Sakirun Ni'am A A D A A D A A A A C A A A A A A A A A Jaelani A A D B A C B B B B D A A B A B A A A A Nur Yanto A A D A A D A A A A D A A A A A A A A A Sukron Makmun A A D A A D A A B A D A A A A A A B A A Iriyanto A A C A A C A A A A D A A A A B A A B B Mohammat Toha A A D A A D A A A A D A A A A A A A A A Ulinnuha A B D D A A A A B B D A A A A B B A A A Yulianto A A D B A A D A A A A B A B A A A B B A Zaenal Ma’arif B A D A A D A A A A D A A A A A A A A A Muflikatun Nikmah A B D A B D A B B A D A A A A A B B B B Muhamad Akbar A A D A A D A B B A D B A A A A B A B A Ali Muttakin B B B A A D A B B A D A A A A A A B B B Khairul Umam A A D A A D A A A A D A A A A A A A A A Arif Budiman A A C A A C A A A A D A B A A B A A A B Agus Sukron A A D A A D A A A A D A A B A A A A A A Zamroni A A D A A D A A A A C A A A A A A A A A Muhtadi A A C A A D A A A A D A A A B A C A A A Anifah B A C A A D A A A A D A A A A A C A A A Naimatul Mufidah A A D A A D A A A A C A A A A A A A A A Umi Hanik A A D A A D A A A A D A A A A A A A A A Niken Pamularsih A A C A A D A A A A D A A A A A A A A A Latifah A A C A A D A A A A D A A A A A A C A A Anissah D A D C B A B B B C D A B C A A B B B B Nur Eni A A D A A D A A A A C A A A A A A A A A Robi’ah A A D A A A A B B B D A C C B A A A A B Nurul Huda A A C A C D A A A A D A A A A A A A A A Muyassaroh D C D B A B B B B B B A A A A B B B A A Yuyun istiqomah B A D A A D A A A A B A B A A A B A A B Fatimah D D D B B D A A A A B C D D A A A A B C Nurul Inayah A A D A A D A A A A D A A A A A A A A A Pujiwati B B B B B D A A A A D A A A A A A A A A Uswatun Khasanah B A D A A D B A B A D A B A A A B A A B Aisyah A A A A B B B A A A D A A A A A A A A A Rina Lestari A A D A C D A A A A D A A A A A A A A A Nisa’ul Fitri B A D A A D B A B A D A B A A A A A A A Robiatul Adawiyah A B B C C D B A A B D B C D D A B B A A Muhammad Anas A A C A A D B A B A D A B A A A B A A B Darwati D A A B C D B B A A D A A A A A A A B B Latifatul Khoiriyah D B C B A D B C C D A C B B A B A B A B Khoridatul Janah B B B A B C D B B B A B B A B A A A B B Siti Ma'rifatul Ula A A D A A D A A A A D A A A A A A A A A Masrifatun A A D B B D B A A A D B B C C A A B A A Musyarofah B C B B A B A A A B D B A A A B B B A A Siti Sofiati A B C A A C A A A A D A A A A A A A A A Ayu Setyaning Puji A C C A B D B A A A D B B A C A A B A A Ahmad Fadholi A A C A A C A A A A D B C A A A A A A A Supriyanto A A C B A C A A A A C A A A A A A A A A Nailul Muna B A D A B D A A A B D B B B B A A B A B Syafa'atun Sholihah A A B B A A A A B B B A A A A A A B B A Ghozali muhtar A A D A A D A A A A D A A A A A A A A B Muarrofah A A D A A D A A A A C A D A A A D A A A Jauharul Alim A C D A A C A A A A C A A A A A C A C A Taufik A A D A A D A A A A D A A A A A A A A A Tri Cahyono B B D A B C C A A A D A A B B B B B B C Ida Farida B A D A B D A B B D A A A B B B A A B B
56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
Suci Rima Aksari Uswatun Aini Vivi Kurniasih Indah Budi Rahayu Nanang Prayogo Yasriyati Purwanto Fatimah Nurul Faizah Roni Muttaqin
B B A A A C A A D A
A A A A A A A A C A
C D C D D D D C D C
A A C A A C A A A A
C B A A A D A A A A
C D C D C D D D D D
A A A A A A A A B A
A B A A A B A A B A
A B A A A B A A C A
A D A A A B A A B A
D A D D C D D C D D
A A A A A C A A C A
A A A A A C A A A A
A B A A C D A A B A
A A A A A A A A D A
A B A A C A A A A A
A A A A A A A B A A
A A A A A A A A B A
A B A A A B A A C A
A B A A A B A C B A
DARI Jumlah 79 72 80 78 75 80 69 74 79 72 75 71 78 75 79 79 76 76 78 80 79 76 59 79 68 77 73 74 59 80 74 74 73 78 75 60 74 67 56 60 80 70 67 77 70 76 78 71 68 79 76 75 80 66 71
76 72 77 80 75 64 80 76 60 79
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Achmad Nurhuda
Nim
: 3104068
Fakultas
: Tarbiyah
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Grobogan, 26 Oktober 1986 Agama
: Islam
Alamat Asal
: Dusun Kedungwaru RT 06 / RW II Desa Karangrejo Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan 58183
Alamat Kos
: Pondok Pesantren Daarun Najaah, Jl. Stasiun Jrakah no. 275 Jrakah Tugu Semarang
Pendidikan Formal
: - SDN II Karangrejo Kec. Gabus Kab. Grobogan Lulus tahun 1998 - MTs Nurul Ikhsan Banjarejo Kec. Gabus lulus tahun 2001 - MA Fathul Ulum Pandan Harum Kec. Gabus lulus tahun 2004 - IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI Semester IX
Pendidikan Non Formal : - Pondok Pesantren Al-Ma’mur Putra Tahun 2001-2004 - Pondok Pesantren Daarun Najaah 2004-2009
DAFTAR RESPONDEN SISWA YANG DARI SD No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Nama Abdullah Rosaka Rini Gimala Sari Maryanto Agus Setiawan Fatakul Alim Ahmad Sodiqin Su'aidi Qusyaeri Zaenal Fitri Maryani Ali Hamidun Suprapto Rosidi Anis Fahmi Fathurokhman Arif Mahmudi Utomo Saputra Arwani Badrul Muniroh Bambang Kurniawan Darsono Muallimin Dede Ardiyanto Supratno
Umur
Alamat
15
Pandan harum, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
14
Gabus, Grobogan
15
Pandan harum, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
13
Gabus, Grobogan
15
Pandan harum, Grobogan
14
Banjar Banggi, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
14
Kawu, Grobogan
14
Juron, Grobogan
14
Kolutan, Grobogan
14
Banjar banggi, Grobogan
13
Mekuwon Lor, Blora
13
Kradenan, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
15
Sadang, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
13
Banjarejo, Grobogan
15
Banjar Banggi, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
15
Taman sari, Grobogan
15
Banjar Banggi, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Dwi sundari Irawan Restu Marlena Fitra Depi ahyono Fitri Nur Azizah Giyanto Hartoyo Wahyu Kurniawan Puspitasari Islamiati Munafiah Jumilah Ulfa Sholikhah Khoniaatur Rosita Sa’adatul Fitriyah Lailatul Musarofah Farida Sulistyorini Ikro'ul Agustin Jamaludin Tohar M. Saiful Amin Ma'ruf Sholichatin Prastiyo Suci Rahayu Misbahul Munir Abdul Haris Badrut Taman
13
Doplang, Blora
13
Pandan harum, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
14
Bungas, Grobogan
14
Sulursari, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
13
Banjar Banggi, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
13
Karang rejo, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
14
Bendo harjo, Grobogan
14
Gabus, Grobogan
13
Harjo Winangun, Grobogan
13
Banjar Banggi, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
13
Banjar Banggi, Grobogan
13
Pelem, Grobogan
12
Pandan harum, Grobogan
14
Gabus, Grobogan
14
Sengon Wetan, Grobogan
13
Gundi, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
13
Kradenan, Grobogan
14
Kalipang, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
55 56 57 58 59 60 61 62
Mochamad Multazam Diky Laksono Tahrir Fauzi Ansorulloh Rahmawati Solikul Hadi Mufid Abdulloh
14
Banjar Banggi, Grobogan
13
Banjar banggi, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
14
Banjarejo, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
15
Ngrunut, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
DAFTAR RESPONDEN SISWA YANG DARI MI
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama Sakirun Ni'am Jaelani Nur Yanto Sukron Makmun Iriyanto Mohammat Toha Ulinnuha Yulianto Zaenal Ma’arif Muflikatun Nikmah Muhamad Akbar Ali Muttakin Khairul Umam Arif Budiman Agus Sukron Zamroni Muhtadi Anifah Naimatul Mufidah Umi Hanik Niken Pamularsih Latifah Anissah Nur Eni Robi’ah
Umur
Alamat
13
Pandan harum, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
15
Pandan harum, Grobogan
15
Banjar Banggi, Grobogan
15
Gabus, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
13
Banjar Banggi, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
13
Banjar Banggi, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
14
Banjar Banggi, Grobogan
14
Banjar Banggi, Grobogan
15
Banjar Banggi, Grobogan
15
Pandan harum, Grobogan
14
Banjar Banggi, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
15
Banjar Banggi, Grobogan
14
Sulur sari, Grobogan
13
Banjar Banggi, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
14
Banjar Banggi, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
13
Banjar Banggi, Grobogan
14
Banjar Banggi, Grobogan
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53
Nurul Huda Muyassaroh Yuyun istiqomah Fatimah Nurul Inayah Pujiwati Uswatun Khasanah Aisyah Rina Lestari Nisa’ul Fitri Robiatul Adawiyah Muhammad Anas Darwati Latifatul Khoiriyah Khoridatul Janah Siti Ma'rifatul Ula Masrifatun Musyarofah Siti Sofiati Ayu Setyaning Puji Ahmad Fadholi Supriyanto Nailul Muna Syafa'atun Sholihah Ghozali muhtar Muarrofah Jauharul Alim Taufik
14
Banjar Banggi, Grobogan
13
Banjar Banggi, Grobogan
14
Banjar Banggi, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
14
Banjar Banggi, Grobogan
15
Pandan harum, Grobogan
14
Banjar Banggi, Grobogan
14
Banjar Banggi, Grobogan
15
Pandan harum, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
14
Banjar Banggi, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
14
Banjar Banggi, Grobogan
14
Pandan harum, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
15
Pandan harum, Grobogan
15
Banjar Banggi, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
15
Banjar Banggi, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
15
Pandan harum, Grobogan
15
Pandan harum, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
15
Pandan harum, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
15
Pandan harum, Grobogan
15
Pandan harum, Grobogan
54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
Tri Cahyono Ida Farida Suci Rima Aksari Uswatun Aini Vivi Kurniasih Indah Budi Rahayu Nanang Prayogo Yasriyati Purwanto Fatimah Nurul Faizah Roni Muttaqin
13
Banjar Banggi, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
14
Banjar Banggi, Grobogan
13
Pandan harum, Grobogan
14
Banjar Banggi, Grobogan
15
Pandan harum, Grobogan
14
Banjar Banggi, Grobogan
13
Banjar Banggi, Grobogan
15
Banjar Banggi, Grobogan
15
Banjar Banggi, Grobogan
15
Banjar Banggi, Grobogan
14
Banjar Banggi, Grobogan
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Meaningfull Learning (Menyegarkan Kebermaknaan dalam Pendidikan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). Ahmadi, Abu dan Soleh, Munawar, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), Cet. 2. Al-Fahham, Muhammad, Berbakti Kepada Orang Tua Kunci Kesuksesan Dan Kebahagiaan Anak, terj. Ahmad Khotib Lc, (Bandung: Irsyad Baitussalam, 2006). Al-Ibrashi, Muhammad Atiya, Education in Islam, (Cairo: Council For Islamic Affaire, 1963). Al-Iskandary, Muhammad Syakir, Kitab Wasoya Al-Aba’ Lil Abna’ (Surabaya: Toko Kitab Dzi’ Ali, t.th). Al Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al Maraghi, Juz 13, (Beirut: Dar al Fikr, t.th). ________________, Terjemah Tafsir Al Maraghi, terj. Abu Bakar, Lc, Juz. 23, (Semarang: CV. Toha Putra, 1992). Al-Munawir, Ahmad Warson, Kamus Besar Bahasa Arab Indonesia, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1987). Al-Asyqalani, Al-Hafidz Ibnu Hajar, Bulughul Maram, (Semarang: Pustaka alAlawiyah, t.th). An Naqsabury, Imam Abil Husain Muslim Bin Al Hajaj Al Khusaeri, Shahih Muslim, Juz. 8, (Beirut: Dar Al Kitab, t.th). Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. 12. Ash-Shiddieqy, Hasbi, Al-Islam, Jilid 1, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977).
Assyafi’i, Al Imam Yahya Bin Syaraf An Nawawi Addimasqi, Sarhul Muslim Lin Nawawi , Juz. 1, (Beirut: Dar Al Kitab,1995). Asymuni, KH. A. Yasin, Berbakti Kepada Orangtua: Birrul Walidain, (Kediri: PP. Hidayatullah, 2006). Azwar, Saifuddin, Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet.1. Bardja’, Umar bin Ahmad, Akhlak lil Banain, Juz. 2, (Surabaya: Maktabah Muhammad bin Nabhan Wa’auladihi, t.th). Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995). __________, Membina Nilai-Nilai Moral, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet. 3. __________, Problematika Remaja di Indonesia, (Jakarta: CV Bulan Bintang, 1979). Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha Putra, 1989). _________, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2001). __________, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit J-Art, 2005). __________, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Madinah: Komplek percetakan alQur’an Khodim al-Haramain asy-Syarifain Raja Fahd, 1990). __________, Pedoman Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam dan Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, 2004). Depdiknas, Pedoman Penyusunan KTSP Sekolah Dasar, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah, 2006). Echols, John M. dan Syadily, Hasan, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), Cet. 23.
Faraj, Suad Muhammad, Berbakti kepada Ibu dan Bapak, terj. Achmad Sunarto, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004). Goode, William J, and Hatt, Paul K, Methods in Social Research, (New York: McGraw Hill Book Company, 1952). Hadi, Sutrisno, Statistik, Jilid 2, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1981), Cet. 7. Hajar, Ibnu, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996). Jamarah, Bahri, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000). Kartono, Kartini, Penelitian dan Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1990). ____________dan Gulo, Dali, Kamus Psikologi, (Bandung: CV. Pionir Jaya, 1987). Khoiruddin, et. all., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Konsep dan Implementasinya di Madrasah, (Yogyakarta : Nuansa Aksara, 2007). Mahalli, KH. Mujab, Risalah Akhlak Birrul Walidain (Surabaya: Maktabah alMiftah, T. th). Mahmud, Dimyati, Psikologi Pendidikan, (Yogjakarta: Pustaka pelajar, 1990). Majid, Abdul dan Andayani, Dian, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004). Muchtar, Heri Jauhari, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 1. Muhadjir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1989). Nurdin, KH. Muslim, et., all, Moral Kognisi Islam (Bandung: CV. Alfabeta, 1993).
Oliva, Peter F, Develoving The Curriculum, (Canada: Boston Toronto Little, Brown Company, 1982). Partanto, Dius A, dan Al-Barry, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,1994). Pratt, David, Curriculum Design And Development (NewYork: Harcourt Brace Javanovich, t.th). Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996), Cet. 11. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997). Subagyo, Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991). Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993). Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta : PT. Bina Aksara, 1989). Sudiyono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005). Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung : Sinar Baru Ofset, 1991), Cet. 2. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006). Sujanto, et. all., Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), Cet. 10. Supriyono, Arif, Seratus Cerita Tentang Akhlak (Jakarta: Republika, 2006). Suryabrata, Sumardi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. 9.
_______________, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2002), cet. 2. Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafidz, Mendidik Anak Bersama Nabi SAW, terj. Salafuddin Sayyid, (Solo: Pustaka Arafah, 2004), Cet. 2. Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995). Ulwan, Abdullah Nashih, Pendidikan Anak Menurut Islam (Pendidikan Sosial Anak), (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990). Ust. Labib Mz, Etika Mendidik Anak Menjadi Sholeh, (Surabaya: Putra Jaya, 2007). UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2005). Wawancara dengan Bpk. K. Kurdi (Salah satu tokoh pendiri sekaligus mantan Kepala Madrasah yang pertama MTs Fathul Ulum), Ahad 11 Mei 2008 Pukul 18.30. Wawancara dengan Drs Asad Rohman (Kepala MTs Fathul Ulum), Senin 12 Mei 2008 Pukul 10.00. Wijaya, Juhana, Psikologi Bimbingan, (Bandung: Eresco, 1988). Zuhairini, dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993).
PERAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK PERILAKU BIRRUL WALIDAIN SISWA
MAKALAH KOMPREHENSIF Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Munaqosah
Oleh:
Ahmad Nurhuda Nim: 3104068
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008