PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS, DAN PROFITABILITAS TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN DALAM LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013)
Rian Rahman Maulana (113403164) E-mail:
[email protected] Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
ABSTRACT
This study aims to find out and to get a description of the factors affecting the completeness of disclosure, namely, company size, liquidity, and profitability as an independent variable and completeness of disclosure as the dependent variable. either partially or simultaneously on Completeness of Financial Statements Food and Beverages Company listed on the Disclosure. The method used is descriptive method survey. Techniques of data collection is done through secondary data is data obtained indirectly from a research subject that is obtained from the official website of IDX. The results showed that: (1) The size of the company not significant effect on Completeness of Financial Statements Food and Beverages Company listed on the Disclosure (2) Liquidity not significant effect on Completeness of Financial Statements Food and Beverages Company listed on the Disclosure (3) Profitability Completeness not significant effect on the Company's Financial Statements Food and Beverages listed on the Disclosure (4) Company Size, Liquidity and Profitability simultaneously not significant effect on Completeness of Financial Statements Food and Beverages Company listed on the Disclosure. Keywords: Company Size, Financial Statements Completeness Food and Beverages Company listed on the Disclosure, Liquidity, Profitability
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk memperoleh gambaran mengenai factor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan yaitu, ukuran perusahaan, likuiditas, dan profitabilitas sebagai variabel independen dan kelengkapan pengungkapan sebagai variabel dependen. baik secara parsial atau simultan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan survey. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak langsung dari subjek penelitian yaitu diperoleh dari situs resmi IDX. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI (2) Likuiditas berpengaruh tidak signifikan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI (3) Profitabilitas berpengaruh tidak signifikan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI (4) Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Profitabilitas secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI. Kata kunci : Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI, Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan
PENDAHULUAN Setiap tahun perusahaan yang telah go public menerbitkan laporan keuangannya sebagai pertanggungjawabannya kepada pemilik modal dan pemerintah. Laporan yang berisi informasi keuangan dan non keuangan akan digunakan oleh investor, kreditor, dan pengguna lainnya dalam menganalisis kondisi ekonomi. Kondisi ekonomi yang terus mengalami perubahan meningkatkan persaingan dalam dunia usaha.Untuk dapat bersaing perusahaan harus lebih transparan mengungkapkan informasi keuangannya. Krisiss keuangan global pada tahun 2008 mengakibatkan banyak
perusahaan bangkrut. Hal ini mempengaruhi investor dalam melakukan investasi pada suatu perusahaan untuk mengatisipasi resiko yang mungkin akan terjadi. Sebelum investor melakukan investasi mereka terlebih dahulu menelaah kelangsungan hidup perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Kelangsungan hidup perusahaan merupakan kemampuan untuk mempertahankan aktivitas dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek yang diukur dari kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dan melunasi kewajibannya. Pengungkapan yang memadai akan
membantu investor menganalisis informasi dalam laporan keuangan. Secara umum laporan keuangan menggambarkan kejadian pengaruh dari kejadian masa lalu. Laporan keuangan digunakan investor sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi dan sebagai sarana pertanggungjawaban manajemen perusahaan mengenai sumber daya yang dipercayakan kepadanya (SAK,2007). Menurut Djarwanto (2004) laporan keuangan akan bermanfaat bagi para pemakainya jika memenuhi tujuan kualitatif yaitu: relevan, dapat dimengerti, dapat diuji kebenarannya, netral, tepat waktu, dapat diperbandingkan dan lengkap. Namun demikian, perlu disadari bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Keterbatasan laporan keuangan mengakibatkan perusahaan harus lebih transparan dalam mengungkapkan laporan keuangannya karena informasi yang di dapat dari laporan keuangan tergantung pada tingkat pengungkapan dari laporan keuangan yang bersangkutan. Menurut Hendriksen (2002) ada tiga konsep pengungkapan laporan keuangan yaitu: adequate, fair dan full disclosure. Konsep yang paling sering di praktikkan adalah adequate disclousure (pengungkapan yang cukup) yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh pperaturan yang berlaku. Konsep fair disclousure (pengungkapan wajar) mengandung sasaran etis informasi yang layak bagi investor sedangkan full disclousure (pengungkapan
penuh) merupakan tas semua informasi yang relevan. Pengungkapan laporan keuangan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standard atau regulasi suatu negara dapat di kelompokkan mmenjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang ddiharuskan pperaturan yang berlaku. Pengungkapan sukarela merupakan merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk pembuatan keputusan oleh para pemakai laporan tahunannya. Di Indonesia yang mmenjadi otoritas pengungkapan wajib adalah Bapepam-LK. Setiap perusahaan publik di wajibkan membuat laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik sebagai sarana pertanggungjawaban terutama kepada pemilik modal. Bapepam-LK melalui Surat Edaran Ketua Bapepam-LK No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan mensyaratkan elemenelemen yang seharusnya diungkapkan dalam laporan keuangan. Keluarnya pperaturan tersebut ternyata belum signifikan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur. Dalam peneltian ini, digunakan rasio profitabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Kedua, kesulitan keuangan yang meliputi kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya dan penjualan sebagian besar aktiva. Kegagalan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban utangnya diukur dengan rasio likuditas sedangkan penjualan sebagian besar aktiva diukur dengan ukuran perusahaan. Ketiga, masalah internal meliputi pemogokan kerja. Keempat, masalah eksternal meliputi gugatan hukum dan bencana alam. Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Luciana Spica dan Ikka Retrinasari dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ”. Berdasarkan hasil bahwa variabel yang memperngaruhi kelengkapan pengungkapan wajib yaitu variabel rasio likuiditas, rasio leverage, ukuran perusahaan dan status perusahaan. Kelengkapan sukarela tidak dipengaruhi oleh semua variabel-variabel bebas tersebut. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan (wajib dan sukarela) adalah variabel rasio likuiditas, ukuran perusahaan, dan status perusahaan yang berpengaruh signifikan. Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Resty Putri Utammy (2013), dalam jurnalnya mengenai “Pengaruh ukuran perusahaan, leverage, likuiditas, profitabilitas, dan status perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEJ” bahwa secara parsial yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan adalah net profit margin, akan tetapi secara simultan yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan adalah ukuran perusahaan,
leverage, likuiditas, profitabilitas, dan status perusahaan. Dalam penelitian ini terjadi perbedaan pendapat dan hasil yang diperoleh oleh sebagian peneliti yang terdahulu dan hal ini membuat peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian ini. Untuk itu, penelitian ini direplikasi oleh beberapa peneliti salah satunya adalah Resty (2013) yang meneliti mengenai variabel yang dikaitkan dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan rentang mengganti rentang waktu tahun 2013 sehingga penelitian ini memberikan kontribusi untuk menguji apakah terjadi penguatan konsistensi terhadap teori maupun penelitian yang ada selama ini atau sebaliknya. Pengungkapan laporan keuangan merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha pencapaian efisiensi pasar modal dan sarana akuntabilitas publik. Setiap perusahaan wajib membuat laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik sebagai pertanggungjawaban kepadamanajemen dan pemilik perusahaan. Laporan keuangan harus diberipengungkapan yang lengkap serta tidak menyimpang dari aturan yang merupakan sumber informasi yang bersifat umum agar dapat dimengerti dandipahami oleh penggunanya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhiterhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tersebut antara lain adalah ukuran perusahaan, likuiditas, dan profitabilitas. Menurut Cooke dalam Fitriani (2001:143) perusahaan besar mungkin memiliki biaya produksi
informasi dan biaya competitive disadvantage akibat pengungkapan yang lebih rendah dari pada perusahaan kecil. Kemudian Jensen dan Meckling dalam Subiyantoro (1996:10) mengatakan bahwa arah hubungan antara ukuran perusahaan dengan tingkat pengungkapan tersebut bisa positif tetapi tidak menutup kemungkinanberarah negatif. Di lain pihak secara teoritis, perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melaksanakan social responsibility (tanggung jawab sosial), menghadapi regulasi yang lebih ketat seperti tentang pengawasan harga, tingginya pajak perusahaan dan ancaman akan adanya program nasionalisasi (threat nationalization). Buzby dalam Subiyantoro (1996:11) menduga bahwa perusahaan kecil mungkin tidak memiliki sumber daya untuk mengumpulkan dan menampilkan informasi yang luas pada laporan tahunan mereka sebab banyak aktivitas banyak pula biaya yang dikeluarkan. Singhvi dan Desai Subiyantoro (1996:11) menambahkan bahwa manajemen perusahaan kecil mungkin percaya bahwa pengungkapan yang terperinci akan membahayakan posisi kompetitifnya. Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya. Perusahaan yang berukuran besar cenderung lebih banyak mengungkapkan butir-butir laporan keuangannya karena mereka memiliki lebih banyak informasi yang dapat diungkapkan. Perusahaan yang berukuran besar juga diduga mempunyai karyawan ahli berkualitas yang lebih memahami
tentang pengungkapan laporan keuangan. Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa perusahaan dengan ukuran besar akan lebih banyak melakukan pengungkapan laporan keuangan. Likuiditas dapat dipakai sebagai ukuran kesehatan suatu perusahaan. Perusahaan dengan rasio likuiditas yang tinggi cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan tersebut kredibel. Tetapi di pihak lain, likuiditas juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan (Cooke, 1989 dalam Nugraheni dkk, 2002:78). Hal ini berbeda dengan pendapat Wallace dkk (1994) dalam Nugraheni dkk (2002:75), yang menyatakan bahwa perusahaan dengan likuiditas rendah justru cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen. Berbagai penelitian yang dilakukan Suripto (1999), Marwata (2001), Fitriani (2001), Nugraheni dkk (2002), Hadi dan Sabeni (2002), Simanjuntak dan Widiastuti (2004) dan Yunita Gunawan (2000) indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas adalah rasio lancar (Current ratio). Rasio lancar ini menunjukkan sejauh mana kewajiban lancar dapat dipenuhi dengan aktiva lancar sehingga rasio ini yang paling lazim digunakan. Oleh karena itu, indikator yang digunakan untuk mengukur likuiditas dalam penelitian ini adalah rasio lancar (Current ratio) sehingga dari uraian diatas dapat dipahami bahwa tinggi
rendahnya rasio likuiditas perusahaan secara positif dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangannya. Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis besar, laba yang dihasilkan oleh perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan (Sudarmadji,2007:54). Semakin tingginya rasio profitabilitas perusahaan, menunjukkan semakin tingginya kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan semakin baik kinerja perusahaannya. Dengan laba yang tinggi perusahaan memiliki cukup dana untuk mengumpulkan, mengelompokkan dan mengolah informasi menjadi lebih bermanfaat serta dapat menyajikan pengungkapan yang lebih komprehensif, oleh karena itu perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan lebih berani mengungkapkan laporan. Dengan demikian semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka akan semakin tinggi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Ukuran Perusah aan (X1) Likuiditas (X2)
Kelengkapan Pengungkap an Laporan Keuangan (Y)
Profitabil itas (X3)
3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, ukuran
perusahaan, likuiditas dan profitabilitas perusahaan pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian dirancang melalui langkah-langkah penelitian dari mulai variabel, operasional variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan diakhiri dengan metode analisis data dan uji hipotesis. Dalam melakukan penelitian perlu adanya suatu metode atau cara sebagai langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti dalam memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai tujuan tertentu. (Desy,2011). Menurut Sugiyono (2008:2) yang dimaksud dengan metode penelitian adalah suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Metode penelitian yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis asosiatif dengan penelitian survey terhadap data sekunder. Metode analisis deskriptif menurut Sugiyono (2012:11) adalah metode untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandinga, atau menghubungkan dengan variabel lain. Metode analisis Asosiatif menurut Sugiyono (2012:11) adalah metode yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
3.3 Pengujian Hipotesis 3.3.1 Rancangan Analisis Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis regresi berganda untuk dapat memperoleh gambaran menyeluruh mengenai hubungan menyeluruh antara variabel satu dengan lainnya. Dalam hal ini variabel independennya adalah ukuran perusahaan, likuiditas, dan profitabilitas, sedangkan variabel dependennya adalah kelengkapan perusahaan. a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistic yang berfungsi untuk mendeskriptifkan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. b. Regresi Linier Berganda Model ini digunakan untuk mengetahui variabel bebas terhadapa variabel terikat c. Uji Asumsi Klasik Untuk memenuhi asumsiasumsi di atas, maka diperlukan uji asumsi klasik yang terdiri dari serangkaian uji asumsi yaitu, sebagai berikut :
Uji Normalitas Sebelum melakukan uji statistic regresi dan korelasi perlu dilakukan pengujian normalitas data, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas digunakan juga untuk menentukan teknik statistic yang akan digunakan. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov-Smirmov Test yang nantinya akan diolah menggunakan SPSS ver. 21 for windows, kemudian alat uji statistic parametric dapat digunakan bila asumsi data sampel berdistrubusi normal terpenuhi. Apabila data sampel tidak berditribusi normal, akibatnya uji t dan uji F menjadi tidak valid. Karena uji t dan uji F diturunkan dari asumsi bahwa data Y berditribusi normal. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada korelasi anatara variabel independen. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dalam penelitian ini dengan melihat besarnya Value Inflation Faktor (VIF). Dengan nilai VIF di bawah 10 dan tolerance value di atas 0.1 maka
tidak terjadi multikolinearitas. d. Analisis Korelasi Analisis korelasi membahas tentang derajat hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan sedangkan ukuran yang dipakai untuk mengetahui seberapa besar derajat hubungan yang terjadi antara variabelvariabel tersebut dinamakan koefisien korelasi. Perhitungan korelasi dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi pearson. (Sugiyono, 2000:16). Uji Simultan (Uji FStatistik) Untuk menguji kebenaran hipotesis pertama digunakan uji statistik F, yaitu untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadapa variabel dependen. Pengujian hiotesis dirumuskan sebagai berikut : Uji statistic F, yaitu dengan membandingkan F tabel dengan menggunakan rumus : 𝐹 𝑅2 𝑘 = 2 (1 − 𝑅 ) (𝑛 − 𝑘 − 1) F hasil perhitungan ini dibandingkan dengan F tabel yang diperoleh
dengan menggunakan tingkat resiko atau signifikan level 5% atau degree freedom = n-k-1 dengan kriteria sebagai berikut : H0 ditolak jika F hitung > F tabel H0 diterima jika F hitung < F tabel.
Uji Parsial (Uji tStatistik) Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel mempunyai pengatuh yang signifikan terhadap variabel terikat. Pengujian hipotesis dirumuskan sebagai berikut : 𝑟 𝑛−2 𝑡= 1 − 𝑟2 Keterangan : t = nilai uji t r = koenfisien korelasi r2 = koenfisien determinasi n = ukuran sampel. t hasil perhitungan ini selanjutnya dibandingkan dengan t tabel dengan menggunakan tingkat kesalahan 0.05 uji satu pihak dan deegre of freedom df=n-k, kriteria sebagai berikut: H0 diterima jika –t tabel < t hitung < t tabel H0 ditolak jika t hitung > t tabel atau –t hitung < -t tabel
Uji Koefisien Determinasi Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen, digunakan koefisien determinasi yang merupakan bentuk kuadrat korelasi (r2) yang besarnya dinyatakan dalam bentuk presentase. Jadi dengan koefisien
determinasi ini dapat diketahui besarnya pengaruh variabel independen (Y) terhadap variabel dependen (X). Rumus dari koefisien determinasi adalah : 𝐾𝐷 = 𝑟 2 x 100% Keterangan : KD = koefisien determinasi r = koefisien regresi
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Ukuran Perusahaan Pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI tahun 2013 Ukuran perusahaan merupakan tolak ukur bagi suatu perusahaan untuk menentukan jenis kapasitas perusahaan yang dimilikinya, apakah termasuk perusahaan besar atau kecil. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan melihat keseluruhan total aktiva yang dimiliki perusahaan tersebut. Menurut Mahfoedz (1994) dalam Asuhan Rembulan (2008) mengenai ukuran perusahaan adalah sebagai berikut : “Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain : total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya, ukuran perusahaan hanya terbagi tiga kategori, yaitu : perusahaan besar, perusahaan menengah, dan perusahaan kecil. Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan pada total asset perusahaan.” Menurut Budiasih (2008), ukuran perusahaan dihitung dengan logaritma natural dari total aktiva yang dirumuskan sebagai berikut : 𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑎𝑎𝑛 = 𝐿𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 Dimana : Ln : Logaritma natural Lim : Limit n : Rata-rata total aktiva Dalam Tabel 4.1, menunjukkan ukuran perusahaan pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI tahun 2013 yaitu, sebagai berikut :
Tabel 4.1 Ukuran Perusahaan pada Perusahaan Food and Beverages Periode 2013 NO
PERUSAHAAN
KODE
1
PT. Akasha Wira Internastional Tbk.
ADES
441,106,400
19.90
2
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
AISA
5,020,824,000
22.34
3
PT. Tri Banyan Tirta Tbk.
ALTO
1,502,519,389,759
28.04
4
PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
CEKA
1,069,627,299,747
27.70
5
PT. Delta Djakarta Tbk.
DLTA
867,040,802
20.58
6
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
ICBP
21,267,470,000
23.78
7
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
INDF
78,092,789,000
25.08
8
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
MLBI
1,782,148,000
21.30
9
PT. Mayora Indah Tbk.
MYOR
9,710,223,454,000
29.90
10
PT. Prasidha Niaga Tbk.
PSDN
681,832,333,141
27.25
Aneka
TOTAL AKTIVA
UKURAN PERUSAHAAN
11
PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk.
ROTI
1,882,689,047,108
28.26
12
PT. Sekar Bumi Tbk.
SKBM
497,652,557,672
26.93
13
PT. Sekar Laut Tbk.
SKLT
301,989,488,699
26.43
14
PT. Siantar Top Tbk.
STTP
1,470,059,394,892
28.02
15
PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk.
ULTJ
2,811,620,982,142
28.66
Rata-rata
25.61
Sumber: Data BEI yang diolah Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa mean atau nilai rata-rata ukuran perusahaan sebesar 25,61. Perusahaan yang memiliki nilai ukuran perusahaaan di bawah rata-rata kurang dari 25,61 ada 6 perusahaan sedangkan perusahaan yang memiliki nilai rasio ukuran perusahaan atas rata-rata atau lebih tinggi dari 25,61 ada 9 perusahaan. Hasil perhitungan rata-rata ukuran perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI tahun 2013 telah menunjukkan hasil yang berbeda dari 15 perusahaan. Dilihat dari Tabel 4.1, perusahaan PT. Mayora Indah Tbk memiliki nilai rasio tertinggi yaitu 29,90 sedangkan PT. Akasha Wira Internasional Tbk memiliki nilai rasio terendah yakni 19,90. 4.1.2 Rasio Likuiditas Pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI tahun 2013 Menurut Munawir (2007:31), pengertian likuiditas adalah : “Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaanuntuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih.” Dari beberapa rasio dalam pengukuran likuiditas yang ada, rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah bertumpu pada likuiditas yang diwakili Current Ratio. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancer yang dimiliki.
Menurut Van Horne dalam Dewi Fitrisari (2005:234) mengenai current ratio merupakan rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (Sumber: Hery, 2015) Dalam Tabel 4.2, menunjukkan rasio likuiditas pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI tahun 2013 yaitu, sebagai berikut : Tabel 4.2 Rasio Likuiditas pada Perusahaan Food and Beverages Periode 2013 NO
PERUSAHAAN
KODE
1
PT. Akasha Wira Internastional Tbk.
ADES
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
AISA
PT. Tri Banyan Tirta Tbk.
ALTO
PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
CEKA
PT. Delta Djakarta Tbk.
DLTA
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
ICBP
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
INDF
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
MLBI
PT. Mayora Tbk.
MYOR
2
3
4
5
6
7
8
9
Indah
AKTIVA LANCAR
HUTANG LANCAR
CR
196,755,000
108,730,000
1.81
2,445,504,000
1,387,224,000
1.76
1,056,508,696,939
575,436,437,982
1.84
847,045,774,616
518,961,631,842
1.63
748,111,033
158,990,741
4.71
11,321,715,000
4,696,583,000
2.41
32,464,497,000
19,471,309,000
1.67
706,252,000
722,542,000
0.98
6,430,065,428,871
2,676,892,373,682
2.40
10
PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk.
PSDN
PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk.
ROTI
12
PT. Sekar Bumi Tbk.
13
381,085,626,721
227,421,742,800
1.68
363,881,019,917
320,197,405,822
1.14
SKBM
338,468,880,290
271,139,784,806
1.25
PT. Sekar Laut Tbk.
SKLT
155,108,112,066
125,712,112,019
1.23
14
PT. Siantar Top Tbk.
STTP
684,263,795,106
598,988,885,897
1.14
15
PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk.
ULTJ 1,565,510,655,138
633,794,053,008
2.47
11
Rata-rata Sumber: Data BEI yang diolah Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui bahwa mean dari current ratio perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI pada tahun 2013 sebesar 1,,87. Perusahaan yang memiliki nilai terendah dari rata-rata ada 11. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai atas rata-rata atau lebih tinggi dari 1,87 ada 4. Hasil perhitungan rata-rata current ratio pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI pada tahun 2013 telah menunjukkan hasil yang berbeda dari 15 perusahaan. Dilihat dari Tabel 4.2, perusahaan yang memiliki nilai current ratio tertinggi yaitu PT. Delta Djakarta Tbk sebesar 4,71 dan perusahaan yang memiliki ni current ratio terendah yaitu PT. Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 0,98. 4.1.3 Rasio Profitabilitas Pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI tahun 2013 Menurut Mamduh M. Hanafi (2009:83) dalam Desy (2011), perngertian profitabilitas menyatakan : “Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.” Dari beberapa rasio dalam pengukuran profitabilitas yang ada, rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah bertumpu pada net profit margin. Rasio ini juga merupakan indicator profitabilitas yang penting dan umum digunakan oleh perusahaan, karena net profit margin dapat mengukur keberhasilan manajemen dalam melakukan tugasnya dengan baik serta dengan pertimbangan bahwa rasio ini banyak digunakan oleh peneliti terdahulu. Menurut Mamduh H. Hanafi (2009:83), mengenai Profit Margin adalah sebagai berikut : ”Profit Margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinteroretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) diperusahaan pada periode tertentu.”
1.87
Profit Margin dapat dihitung dengan rumus : 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = x 100% 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 Sumber: Hery, 2015 Dalam Tabel 4.3, menunjukkan rasio profitabilitas pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI tahun 2013 yaitu, pada Tabel 4.3. Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui mean dari profit margin sebesar 0,09. Perusahaan yang memiliki nilai profit magin kurang dari rata-rata terdapat 7, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai profit margin atas rata-rata atau lebih terdapat 8 perusahaan. Hasil perhitungan rata-rata rasio profit margin pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI pada tahun 2013 menunjukkan hasil yang berbeda dari 15 perusahaan. Dilihat dari Tabel 4.3 perusahaan yang memiliki nilai rata-rata profit marginyang tertinggi adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 0,33, sedangkan yang terendah adalah PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk dan PT. Sekar Laut Tbk sebesar 0,02. Tabel 4.3
NO
Rasio Profitabilitas pada Perusahaan Food and Beverages Periode 2013 PERUSAHAAN KODE LABA BERSIH PENJUALAN
(1)
(2)
(3)
1
PT. Akasha Wira Internastional Tbk.
ADES
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
AISA
PT. Tri Banyan Tirta Tbk.
ALTO
PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
CEKA
PT. Delta Djakarta Tbk.
DLTA
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
ICBP
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
INDF
2
3
4
5
6
7
PROFIT
(4)
(5)
(6)
55,656,000
502,524,000
0.11
346,728,000
4,056,735,000
0.09
1,013,558,238,779
12,017,837,133,337
0.08
65,068,958,558
2,531,881,182,546
0.03
270,498,062
2,001,358,536
0.14
2,235,040,000
25,094,681,000
0.09
3,416,635,000
57,731,998,000
0.06
8
9
10
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
MLBI
PT. Mayora Tbk.
MYOR
Indah
1,192,419,000
3,561,989,000
0.33
1,013,558,238,779
12,017,837,133,337
0.08
21,322,248,834
1,279,553,071,584
0.02
158,015,270,921
1,505,519,937,691
0.10
PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk.
PSDN
PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk.
ROTI
12
PT. Sekar Bumi Tbk.
SKBM
58,266,986,268
1,296,618,257,503
0.04
13
PT. Sekar Laut Tbk.
SKLT
11,440,014,188
567,048,547,543
0.02
14
PT. Siantar Top Tbk.
STTP
114,437,068,803
1,694,935,468,814
0.07
15
PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk.
ULTJ 325,127,420,664
3,460,231,249,075
0.09
11
Rata-rata
0.09
Sumber: Data BEI yang diolah
4.1.4 Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Keuangan Pada Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI tahun 2013 Pengunkuran indeks pengungkapan dalam item kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan mengacu pada 68 item sesuai pada surat edaran ketua BAPEPAM No.SE-02/PM/2002 tanggal 27 desember 2002. Pengukuran variabel ini, selanjutnya ditulis IP (Indeks Pengungkapan) dengan membandingkan jumlah item pengungkapan yang dipenuhi dengan jumlah item pengungkapan yang mungkin dipenuhi. Kelengkapan pengungkapan merupakan data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan laporan keuangan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Indeks pengungkapan merupakan instrumen untuk mengukur kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. (Almilia dan Retrinasari :2007). Menurut Imhoff (1992) dalam Ainun Na’im dan Fuad Rakhman (2000) perhitungan indeks pengungkapan ini dirumuskan sebagai berikut : 𝒏 𝑰𝒏𝒅𝒆𝒌𝒔 𝑷𝒆𝒏𝒈𝒖𝒏𝒈𝒌𝒂𝒑𝒂𝒏 = 𝑲 Keterangan: n : Jumlah item pengungkapan yang dipenuhi (item pengungkapan yang berada dalam laporan perusahaan)
K : Jumlah semua item pengungkapan keseluruhan (item pengungkapan sesuai dengan surat edaran ketua Bapepam tahun 2002) Untuk mengukur kelengkapan pengungkapan dapat dinyatakan dalam bentuk Indeks Kelengkapan Pengungkapan, dimana perhitungan Indeks Kelengkapan Pengungkapan dilakukan sebagai berikut: 1. Memberikan skor untuk setiap item pengungkapan secara dikotomi, dimana jika suatu item diungkapkan diberi nilai 1 (satu) dan jika tidak diungakapkan akan diberi nilao 0 (nol). 2. Skor yang diperoleh setiap perusahaan dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total. 3. Menghitung indeks kelengkapan pengungkapan dengan cara membagi total skor yang diperoleh dengan total skor yang diharapkan dapat diperoleh oleh perusahaan. Pada tabel 4.4, akan digambarkan mengenai kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan food and beverages. Berdasarkan Tabel 4..4, diketahui bahwa mean atau nilai kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sebesar 0,63. Perusahaan yang memiliki nilai pengungkapan kurang dari 0,63 terdapat 8 perusahaan, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai atas rata-rata atau lebih terdapat 7 perusahaan. Hasil perhitungan rata-rata kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI pada tahun 2013 menunjukkan hasil dari 15 perusahaan. Dilihat dari Tabel 4.4, perusahaan yang memiliki nilai rasio tertinggi yakni PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk sebesar 0,78, sedangkan yang terendah yakni PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk sebesar 0,49.
Tabel 4.4 Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
NO
pada Perusahaan Food and Beverages Periode 2013 PERUSAHAAN KODE N
K
IP
1
PT. Akasha Wira Internastional Tbk.
ADES
43
68
0.63
2
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
AISA
53
68
0.78
3
PT. Tri Banyan Tirta Tbk.
ALTO
39
68
0.57
4
PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
CEKA
44
68
0.65
5
PT. Delta Djakarta Tbk.
DLTA
42
68
0.62
6
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
ICBP 33
68
0.49
7
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
INDF
48
68
0.71
8
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
MLBI
50
68
0.74
9
PT. Mayora Indah Tbk.
MYOR
48
68
0.71
10
PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk.
PSDN
40
68
0.59
11
PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk.
ROTI
38
68
0.56
12
PT. Sekar Bumi Tbk.
SKBM
39
68
0.57
13
PT. Sekar Laut Tbk.
SKLT
44
68
0.65
14
PT. Siantar Top Tbk.
STTP
42
68
0.62
15
PT. Ultra Jaya Milk Industry Tbk.
ULTJ
44
68
0.65
Rata-rata
0.63
Sumber: Data BEI yang diolah 4.1.5 Analisis Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Sebelum dilakukan uji statistik, perlu diketahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini bersal dari distribusi normal atau tidak. Nilai statistiknya dapat diketahui dengan menggunakan kolmogorov-smirnov test. Uji normalitas ini diolah dengan menggunakan SPSS versi 21. Menurut Singgih Santoso (2003:400) pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymptotic significance) yaitu: “Jika probabilitas > 0.05 (tingkat signifikasi yang digunakan) maka distribusi populasinya normal. Jika probabilitas < 0.05 (tingkat signifikan yang digunakan) maka distribusi populasinya tidak normal.” Hasil perhitungan untuk model yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.5. Hasil perhitungan nilai Kolmogorov untuk ukuran perusahaan, likuiditas (current ratio), protabilitas (profit margin), dan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan masing-masing sebesar 0.587, 0.313, 0.258, 0.834. Nilai probabilitas uji kolmogorov dari 3 variabel yang diuji, semua memiliki nilai probabilitas uji kolmogorov lebih besar dari tingkat kekeliruan0.05, maka
dapat disimpulkan bahwa nilai residual dari model regresi berdistribusi normal. Untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak dapat dlihat melalui grafik normal p plot of regression statistic. Kondisi normalitas terpenuhi bila titik-titik menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1. dari grafik normal P-Plot terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal. Sehingga dalam penelitian tidak terjadi ganguan normalitas, yang berarti data berdistribusi normal. Uji Multikolineritas Uji Multikolineritas digunakan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara variabel independen. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolineritas dalam penelitian ini dengan melihat besarnya value inflation factor (VIF) dengan nilai VIF dibawah 10 dan tolerance value di atas 0.1 maka tidak multikolineritas. Hasil perhitungan untuk model yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.6 Dari Tabel 4.6 dapat dilihat nilai tolerance lebih besar dari 0.10 dan nilai variance inflation factor (VIF) lebih kecil dari 10, maka tidak terjadi multikolineritas di antara variabel independen. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Analisis Ukuran Perusahaan pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI Berdasarkan pada Tabel 4.1 variabel ukuran perusahaan dengan indikator logaritma dari total aktiva dengan menggunakan software SPSS v21, ditunjukkan dalam Tabel 4.7. Secara umum komposisi ukuran perusahaan diperoleh dari logaritma total aktiva perusahaan. Nilai terendah aktiva perusahaan sebesar 19.90. sedangkan nilai terbesar aktiva perusahaan sebesar 29.90. Nilai rata-rata ukuran perusahaan sebesar 25.61 artinya ukuran perusahaan bersifat cukup besar. Untuk menentukan kriterianya sebagai berikut : (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 max − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛) 𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = 5 (29.90 − 19.90) 𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = =2 5 Tabel 4.8 Kriteria Ukuran Perusahaan Interval Kriteria Kecil 19.90 - 21.90 Sedang 21.91 – 23.91 23.92 – 25.92 Cukup Besar Besar 25.93 – 27.93 Sangat Besar 27.94 – 29.94
35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 Ultra Jaya Nippon Siantar Top Sekar Laut Sekar Bumi Prasidha Mayora Indah Multi Bintang Indofood Sukses Indofood CBP Delta Wilmar Tri Banyan Tiga Pilar Akasha
Series1
Gambar 4.2 Rasio Ukuran Perusahaan pada Perusahaan Food and Beverages di BEI yang terdaftar tahun 2013 4.2.2 Analisis Likuiditas pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI Dari beberapa rasio dalam pengukuran likuiditas, maka rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalam bertumpu pada likuiditas yang diwakili current ratio. Rasio ini juga digunakan untuk member gambaran mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancer yang dimiliki. Berdasarkan hasil analisis deskriptif variabel likuiditas dengan indicator rasio current ratio dengan menggunakan SPSS v21 yang dijabarkan dalam Tabel 4.9 Berkaitan dengan variabel likuiditas dengan indicator current ratio dengan demikian untuk nilai terendah dalam rasio ini sebesar 0.98 dan untuk nilai tertinggi sebesar 4.71. Nilai rata-rata current ratio sebesar 1.87 artinya current ratio bersifat rendah, untuk menentukan kriterianya sebagai berikut pada Tabel 4.10. (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 max − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛) 𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = 5 (4.71 − 0.98) 𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = = 0.75 5 Tabel 4.10 Kriteria Likuiditas Interval Kriteria Sangat Rendah 0.98 – 1.73 1.74 – 2.49 Rendah Cukup 2.50 – 3.25 Tinggi 3.26 – 4.01 Sangat Tinggi 4.02 – 4. 77
5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 Ultra Jaya
Siantar Top
Sekar Laut
Sekar Bumi
Nippon
Prasidha
Mayora Indah
Multi Bintang
Indofood Sukses
Indofood CBP
Delta
Wilmar
Tri Banyan
Tiga Pilar
Akasha
Series1
Gambar 4.3 Rasio Likuiditas pada Perusahaan Food and Beverages di BEI yang terdaftar tahun 2013
4.2.3 Anaslisis Profitabilitas pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI Dari beberapa rasio dalam pengukuran profitabilitas, maka rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalam bertumpu pada profit margin. Rasio ini juga digunakan untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bias diinterpresentasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya diperusahaan pada periode tertentu. Berdasarkan hasil analisis statistic deskriptif profitabilitas dengan indikator profit margin dengan menggunakan SPSS v21 yang dijabarkan pada Tabel 4.11. Berkaitan dengan variabel profitabilitas dengan indikator profit margin dengan demikian nilai terendah sebesar 0.02 dan nilai tertinggi sebesar 0.33. Nilai rata-rata profit margin sebesar 0.09 artinya profit margin bersifat rendah., untuk menentukan kriterianya sebagai berikut pada Tabel 4.12. (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 max − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛) 𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = 5 (0.33 − 0.02) 𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = = 0.062 5 Tabel 4.12 Kriteria Profitabilitas Interval Kriteria Sangat Rendah 0.02 – 0.082 0.083 – 0.145 Rendah Cukup 0.146 – 0.208 Tinggi 0.209 – 0,271 Sangat Tinggi 0.271 – 0.334
0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Ultra Jaya
Siantar Top
Sekar Laut
Sekar Bumi
Nippon
Prasidha
Mayora Indah
Multi Bintang
Indofood Sukses
Indofood CBP
Delta
Wilmar
Tri Banyan
Tiga Pilar
Akasha
Series1
Gambar 4.4 Rasio Profitabilitas pada Perusahaan Food and Beverages di BEI yang terdaftar tahun 2013 4.2.4 Analisis Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI Pengukuran indeks pengungkapan dalam item kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan mengacu pada 68 item dengan mengacu pada surat edaran ketua Bapepam No.SE-02/PM/2002 Desember 2002. Pengukuran variabel ini selanjutnya ditulis IP (Indeks Pengungkapan) dengan membandingkan jumlah item pengungkapan yang dipenuhi dengan jumlah semua item yang mungkin dipenuhi. Kelengkapan pengungkapan merupakan data yang diungkap oleh perusahaan berkaitan dengan laporan keuangan neraca, laporan laba rugi, laporan pengembalian modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif kelengkapan pengungkapan dengan menggunakan SPSS v21 yang dijabarkan pada Tabel 4.13. Berkaitan dengan variabel kelengkapan pengungkapan dengan indikator jumlah indeks pengungkapan yang dipenuhi dibagi dengan jumlah semua item yang mungkin dipenuhi dengan demikian untuk nilai terendah sebesar 0.49 dan nilai tertinggi sebesar 0.78. Nilai rata-rata kelengkapan pengungkapan sebesar 0.63 artinya kelengkapan pengungkapan rendah, untuk menentukan kriterianya sebagai berikut : (𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 max − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛) 𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = 5 (0.78 − 0.49) 𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = = 0.06 5
Tabel 4.14 Kriteria Kelengkapan Pengungkapan L/K Interval Kriteria Sangat Rendah 0.49 – 0.55 0.56 – 0.62 Rendah Cukup 0.63 – 0.69 Tinggi 0.70 – 0.76 Sangat Tinggi 0.77 – 0.83 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Ultra Jaya
Siantar Top
Sekar Laut
Sekar Bumi
Nippon
Prasidha
Mayora Indah
Multi Bintang
Indofood Sukses
Indofood CBP
Delta
Wilmar
Tri Banyan
Tiga Pilar
Akasha
Series1
Gambar 4.5 Rasio Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Food and Beverages di BEI yang terdaftar tahun 2013 4.2.5 Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Profitabilitas terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Secara Parsial pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI Tahun 2013 a. Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Secara Parsial pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI Tahun 2013 Langkah pengujian statistic ini dilakukan sebagai berikut: 1. Analisis Korelasi Sederhana Analisis korelasi sederhana digunakan untuk membahas derajat hubungan antara variabel x dengan variabel y atau untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan antara variabel x dan variabel y. pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien sederhana antara variabel ukuran perusahaan (x1) dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan (y). Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari analisis korelasi sederhana disajikan pada Tabel 4.15. Untuk mengetahui seberapa kuat ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, dapat digunakan tabel interpretasi nilai koefisien (r) sebagai berikut:
Tabel 4.16 Kriteria Pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi Interval Kriteria Sangat Rendah 0.00 – 0.199 Rendah 0.20 – 0.399 Sedang 0.40 – 0.599 Kuat 0.60 – 0.799 Sangat Kuat 0.80 – 1.000 Dari perhitungan diatas maka diketahui nilai koefisien korelasinya yaitu r= 0.213 artinya bahwa tingkat hubungan ukuran perusahaan dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan bersifat rendah. Karena interprestasinya berada diantara interval 0.20 – 0.399. 2. Analisis Regresi Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS v21, maka hasil regresi akan disajikan pada Tabel 4.17. Dari perhitungan yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan regresi linier sebagai berikut : Y = 0.765 + 0.005X1 Dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa konstan a sebesar 0.765 artinya pada saat ukuran perusahaan sama dengan 0 satuan maka kelengkapan pengungkapan adalah 0.765 satuan, dan nilai b sebesar 0.005 artinya setiap kenaikan 1% pada ukuran perusahaan akan menaikkan kelengkapan pengungkapan sebesar 0.005 rupiah. 3. Pengujian Hipotesis Secara Parsial Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan H0 dan Ha adalah sebagai berikut: H01 : r = 0 : terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan L/K. Ha1 : r ≠ 0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan L/K. Hasil uji dengan bantuan SPSS v21 for windows dapat dilihat pada Tabel 4.18. Untuk menguji hipotesis yang digunakan adalah kriteria untuk uji t dimana penetapan signifikan dengan df = n-k =15-3 = 12, sig 0.05 maka diperoleh dari ttabel sebesar 1.782. Kriteria penolakan hipotesis H0 ditolak jika : thitung ≥ ttabel (1-α / 2;n-2) karena thitung untuk ukuran perusahaan 0.788 < ttabel 1.782. maka Ha diterima dan H0 ditolak, yang berarti tidak signifikan dan dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan L/K.
4. Analisis Koefisien Determinasi Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan dengan kelengkapan pengungkapan L/K. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari koefisien determinasi akan disajikan pada Tabel 4.19. Dari hasil perhitungan dapat diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0.048 atau sebesar 4.8% dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan L/K sebesar 4.8%. Sedangkan sisanya 95.2% merupakan pengaruh faktor- faktor lain yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan L/K yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti saham public, umur perusahaan dll. (Binsar H. Simanjuntak dan Lusy Widiastuti, 2004). b. Analisis Pengaruh Likuiditas Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Secara Parsial pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI Tahun 2013 Langkah pengujian statistic ini dilakukan sebagai berikut: 1. Analisis Korelasi Sederhana Analisis korelasi sederhana digunakan untuk membahas derajat hubungan antara variabel x dengan variabel y atau untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan antara variabel x dan variabel y. pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien sederhana antara variabel current ratio (x2) dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan (y). Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari analisis korelasi sederhana disajikan pada Tabel 4.20 Untuk mengetahui seberapa kuat current ratio terhadap kelengkapan pengungkapan L/K, dapat digunakan tabel interperensi nilai koefisien (r) berdasarkan Tabel 4.16 maka diketahui korelasinya yaitu r = 0.095, artinya bahwa tingkat hubungan current ratio dengan kelengkapan pengungkapan L/K bersifat sangat rendah, karena interprestasinya berada diantara interval 0.00 – 0.199. 2. Analisis Regresi Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS v21, maka hasil regresi akan disajikan pada Tabel 4.21. Dari hasil perhitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan regresi linier sebagai berikut : Y = 0.651 + 0.008X2 Dari persamaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa konstanta a sebesar 0.651 artinya pada saat ukuran perusahaan sama dengan 0 satuan maka kelengkapan pengungkapan L/K adalah 0.651 satuan, dan nilai b lebih besar 0.008 artinya setiap kenaikan 1% pada current ratio akan menaikkan kelengkapan pengungkapan L/K sebesar 0.008 rupiah.
3. Pengujian Hipotesis Secara Parsial Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara likuiditas dengan H0 dan Ha adalah sebagai berikut : H02 : r = 0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara current ratio terhadap kelengkapan pengungkapan L/K. Ha2 : r ≠ 0 : terdapat pengaruh yang signifikan antara current ratio terhadap kelengkapan pengungkapan L/K. Hasil uji dengan bantuan SPSS v21 dapat dilihat pada Tabel 4.22. Untuk menguji hipotesis yang digunakan adalah kriteria untuk uji t dimana penetapan signifikan dengan df = n-k = 15-3 = 12, sig 0.05 maka diperoleh nilai dari ttabel sebesar 1.782. Kriteria penolakan hiotesis Ha ditolak jika : thitung ≥ ttabel (1-α / 2;n-2) karena thitung untuk current ratio 0.095 < ttabel 1.782 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak signifikan dan dapat disimpulkan bahwa current ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan L/K. Hal ini dikarenakan bahwa secara parsial variabel current ratio tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kelengkapan laporan keuangan. 4. Analisis Koefisien Determinasi Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh current ratio dengan kelengkapan pengungkapan L/K. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari koefisien determinasi akan disajikan pada Tabel 4.23. Dari hasil perhitungan tersebut diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0.009 atau sebesar 0.9% dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh current ratio terhadap kelengkapan pengungkapan L/K sebesar 0.9% sedangkan sisanya 99.1% pengaruh dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan L/K yang tidak diteliti dalam penelitian ini. c. Analisis Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Secara Parsial pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI Tahun 2013 Langkah pengujian statistic ini dilakukan sebagai berikut: 1. Analisis Korelasi Sederhana Analisis korelasi sederhana digunakan untuk membahas derajat hubungan anatara variabel X dengan variabel Y atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel X dan variabel Y. Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi sederhana antara net profit margin (X3) dengan Kelengkapan Pengungkapan L/K (Y). Berdasarkan pengolahan data telah dilakukan, maka hasil dari analisis korelasi sederhana disajikan pada Tabel 4.24. Untuk mengetahui seberapa kuat net profit margin terhadap kelengkapan pengungkapan L/K, maka digunakan tabel interprestasi nilai koefisien (r) berdasarkan Tabel 4.16 maka diketahui koefisien korelasinya yaitu r = 0.326
artinya bahwa tingkat hubungan net profit margin dengan kelengkapan pengungkapan L/K bersifat sedang, karena interprestasinyanya berada di anatara interval 0.20 – 0.399. 2. Analisis Regresi Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS v21, maka hasil regresi akan disajikan pada Tabel 4.25. Dari perhitungan tersebut maka diperoleh bentuk persamaan regresi linear sebagai berikut : Y = 0.606 + 0.333X3 Dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa konstanta a sebesar 0.606 artinya pada saat ukuran perusahaan sama dengan 0 satuan maka kelengkapan pengungkapan L/K adalah 0.606 satuan, dan nilai b sebesar 0.333 artinya setiap kenaikan 1% pada net profit margin akan menaikkan kelengkapan pengungkapan L/K sebesar 0.333 rupiah. 3. Pengujian Hipotesis Secara Parsial Pengujian hipotesis dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan anatara profitabilitas dengan H0 dan Ha adalah sebagai berikut: H02 : r = 0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara net profit margin terhadap kelengkapan pengungkapan L/K. Ha2 : r ≠ 0 : terdapat pengaruh yang signifikan antara net profit margin terhadap kelengkapan pengungkapan L/K. Hasil uji dengan bantuan SPSS v21 dapat dilihat di Tabel 4.26. Untuk menguji hipotesis yang digunakan adalah kriteria untuk uji t dimana penetapan signifikan dengan df = n-k = 15-3 = 12, sig. 0.05 maka diperoleh dari ttabel sebesar 1.782. Kriteria penolakan hipotersi Ha ditolak jika : thitung ≥ ttabel (1-α / 2;n-2) karena thitung untuk net profit margin 0.326 < ttabel 1.782 maka H0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti tidak signifikan dan dapat disimpulkan bahawa current ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan L/K. 4. Analisis Koefisien Determinasi Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh net profit margin (X4) dengan Kelengkapan pengungkapan L/K (Y). Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari koefisien determinasi disajikan pada Tabel 4.27. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0.106 atau sebesar 10.6% dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa net profit margin terhadapa kelengkapan pengungkapan L/K sebesar 10.6% sedangkan sisanya 89.4% merupakan faktor lain yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan L/K yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.2.6 Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, dan Profitabilitas terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Secara Simultan pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di BEI Tahun 2013 Untuk mengetahui bagaimana pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, dan profitabilitas terhadap kelengkapan pengungkapan L/K secara simultan pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI. Maka langkah-langkah pengujian statistik ini dilakukan sebagai berikut : a. Analisis Korelasi Berganda Analisis korelasi digunakan untuk membahas derajat hubungan antara seluruh variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel independen (X) dan variabel (Y). berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari korelasi disajikan pada Tabel 4.28. Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel interpretasi nilai koefisien (r) sebagai berikut: Tabel 4.29 Kriteria Pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi Interval Kriteria Sangat Rendah 0.00 – 0.199 0.20 – 0.399 Rendah Sedang 0.40 – 0.599 Kuat 0.60 – 0.799 Sangat Kuat 0.80 – 1.000 Dari perhitungan di atas maka diketahui korelasi ukura perusahaan, likuiditas, dan profitabilitas terhadap kelengkapan pengungkapan L/K bersifat rendah, karena interprestasinya berada diantara interval 0.20 - 0.399 yaitu sebesar 0.354. Artinya setiap kenaikan pada ukuran perusahaan, current ratio, net profit margin akan disertai dengan kenaikan pada kelengkapan pengungkapan L/K. b. Analisis Regresi Berganda Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS v21, maka hasil regresi akan di sajikan pada Tabel 4.30. Dari Perhitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan regresi sederhana sebagai berikut : Y = 0.696 + 0.002X1 + 0.011X2 + 0.280X3 Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa konstanta a sebesar 0.696 menyatakan jika variabel dianggap konstan, maka indeks pengungkapan sebesar 0.696. Koefisien DER mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan L/K dengan koefisien regresi sebesar 0.002 menyatakan bahwa setiap pertambahan Rp 1 DER akan meningkat indeks kelengkapan pengungkapan sebesar Rp 200,- dengan anggapan variabel lain
konstan, maka akan diikuti kenaikan skor indeks kelengkapan pengungkapan L/K sebesar 0.002. Koefisien current ratio mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan L/K dengan koefisien regresi sebesar 0.011. Koefisien regresi 0.011 menyatakan bahwa setiap pertambahan Rp 1 current ratio akan meningkat indeks kelengkapan pengungkapan sebesar Rp 1.100,- dengan anggapan variabel lain konstan, maka akan diikuti kenaikan skor indeks kelengkapan pengungkapan L/K sebesar 0.011. Koefisien net profit margin mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan L/K dengan koefisien regresi sebesar 0.280. Koefisien regresi 0.280 menyatakan bahwa setiap pertambahan Rp 1 net profit margin akan meningkat indeks kelengkapan pengungkapan sebesar Rp 28.000,- dengan anggapan variabel lain konstan, maka akan diikuti kenaikan skor indeks kelengkapan pengungkapan L/K sebesar 0.280. c. Pengujian Hipotesis Secara Simultan Uji F digunakan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan, current ratio, dan net profit margin terhadap kelengkapan pengungkapan L/K. Adapun hipotesis adalah sebagai berikut : H0 : ρ yx1x2x3 = 0 Variabel Ukuran perusahaan, Likuiditas, dan Profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh terhadapa kelengkapan pengungkapan. Ha : ρ yx1x2x3 ≠ 0 Variabel Ukuran perusahaan, Likuiditas, dan Profitabilitas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadapa kelengkapan pengungkapan. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari uji F disajikan pada Tabel 4.30. Kriteria yang digunakan untuk uji F dimana penetapan signifikan dengan df=n-k-1 ; 15-3-1 = 11, sig 0.05, maka diperoleh nilai dari Ftabel sebear 3.59 dan diketahui nilai dari perolehan Fhitung sebesar 0.524. Karena Fhitung 0.524 < Ftabel 3.59 maka Ha diterima dan H0 ditolak sehingga ukuran perusahaan, likuiditas, dan profitabilitas secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan L/K. d.
Koefisien Determinasi Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, dan profitabilitas (X) dengan kelengkapan pengungkapan L/K (Y). Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari koefisien determinasi akan disajikan pada Tabel 4.31 Berdasarkan hasil perhitunga Tabel 4.31, maka diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0.125 atau sebesar 12.5% sedangkan sisanya 87.5% merupakan faktor lain yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan L/K seperti saham publik dll.
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, dan profitabilitas terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI tahun 2013 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Ukuran perusahaan pada 15 sampel perusahaan food and beverages pada tahun 2013 diperoleh dengan nilai ratarata yang dikelompokkan dalam kategori cukup besar. Untuk ukuran tertinggi dalam perusahaan food and beverages yaitu perusahaan PT. Mayota Indah Tbk. Dan untuk nilai terendah yaitu PT. Akasha Wira Internasional Tbk. Nilai current ratio dalam perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI pada tahun 2013 dikelompokkan dalam kategori rendah. Untuk nilai current ratio tertinggi dalam perusahaan food and beverages yaitu PT. Delta Djakarta Tbk. Sedangkan nilai terendah yaitu PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. Untuk nilai profit margin dala perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI pada tahun 2013 dikelompokkan dalam kategori rendah. Untuk nilai profit margin tertinggi yaitu PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. Sedangkan nilai terendah yaitu PT. Prasidha
Aneka Niaga Tbk dan PT. Sekar Laut Tbk. 2. Dalam kelengkapan pengungkapan L/K pada perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI tahun 2013 dikelompokkan dalam kategori rendah. perusahaan yang memiliki nilai rasio tertinggi yakni PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk sedangkan yang terendah yakni PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk. 3. Ukuran perusahaan memiliki hubungan yang rendah dengan kelengkapan pengungkapan L/K. Setiap kenaikan pada ukuran perusahaan akan disertai dengan kenaikan kelengkapan pengungkapan L/K. Ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Likuiditas (current ratio) memiliki hubungan yang sangat rendah dengan kelengkapan pengungkapan L/K. Setiap kenaikan pada current ratio akan disertai dengan kenaikan kelengkapan pengungkapan L/K. Current ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Profitabilitas (net profit margin) memiliki hubungan yang sedang dengan kelengkapan pengungkapan
L/K. Setiap kenaikan pada net profit margin akan disertai dengan kenaikan kelengkapan pengungkapan L/K. Net profit margin secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. 4. Ukuran perusahaan, likuiditas, dan profitabilitas terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan bersifat rendah. Ukuran perusahaan, likuiditas, dan profitabilitas bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukaan diatas, penulis memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi pihak perusahaanperusahaan yang masih kurang dalam mengungkapkan item-item dari kelengkapan pengungkapan laporan keuangan yang sesuai dengan acuan surat edaran ketua bapepam No.SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 mengenai 68 item-item yang harus di ungkapkan dalam laporan keuangan alangkah baiknya jika semua item diungkapkan untuk menghindari kesalahpahaman antara pihak manajemen perusahaan, investor, kreditor, dan pihak-pihak lainnya yang menggunakan laporan ini
sebagai dasar pengambilan keputusan agar tidak keliru. 2. Bagi pihak investor yang akan berinvestasi dalam perusahaan food and beverages yang mengungkapkan item-item kelengkapan pengungkapan yang tingkat transparansi pengungkapannya baik, disarankan untuk memperhatikan secara detail dan cermat mengenai item-item kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan yang dilaporkan atau disajikan agar dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan yang baik. Dengan adanya ini investor dapat mempertimbangkan kebijakan dalam kelengkapan pengungkapan laporan keuangan 3. Bagi penelitian selanjutnya: a. Pada penelitian ini variabel independen yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan L/K adalan ukuran perusahaan, likuiditas, dan profitabilitas. Untuk itu, bagi peneliti selanjutnya diharapkan meneliti variabelvariabel independen lainnya seperti leverage, status perusahaan, saham publik, umur perusahaan, ukuran kantor akuntan publik (auditor) dan skope bisnis perusahaan. b. Bagi peneliti yang ingin mengkaji kembali ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas lebih mendalam, agar dapat menambah objek yang akan diteliti dan memperhatikan jenis perusahaan yang akan diteliti
sehingga hasilnya semakin baik.
akan
