SALINAN P U T U S A N Nomor 45/Pdt.G/2010/PTA.Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten dalam persidangan majelis untuk mengadili perkara-perkara dalam tingkat banding, telah menjatuhkan putusan, dalam perkara antara : PEMBANDING, agama Islam, pekerjaan Ibu rumah tangga, tempat tinggal di JAKARTA UTARA, dalam hal ini memberikan kuasa kepada TEGUH SANTOSA, S.H. dan SARI LUSIAWATI,S.H. Advokat dan Konsultan Hukum dari Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pancasila, berdasarkan surat kuasa khusus, tanggal 29 April 2010 beralamat di Jl. Raya Bogor Km 21, No.10 Kramatjati, Jakarta Timur, semula Tergugat I sekarang Pembanding; MELAWAN TERBANDING, agama Islam, pekerjaan Ibu rumah tangga, tempat tinggal di JAKARTA TIMUR, dalam hal ini memberi kuasa kepada YONES M, SITOMPUL, S.H. dan NIKOLAS DAVID HUTABARAT,S.H. Advokat-advokat, berdasarkan surat kuasa Khusus, tanggal 31 Mei 2010, beralamat di Jl. Bujana Tirta VI No. 35, Jakarta Timur 13230, semula Penggugat sekarang Terbanding; Kantor Urusan Agama (KUA) Cileles, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten, beralamat di Jl. Raya Cileles Gunung Kencana, Km 05 Kampung Sajir, Desa Cikareo, Kecamatan Cileles, Kabupaten Lebak, Banten semula Tergugat II sekarang Turut Terbanding; Pengadilan Tinggi Agama tersebut; Telah membaca berkas perkara dan semua surat-surat yang berkaitan dengan perkara yang dimohonkan banding; TENTANG DUDUK PERKARANYA Mengutip uraian sebagaimana termuat dalam putusan
yang dijatuhkan oleh
Pengadilan Agama Rangkasbitung tanggal 21 April 2010 M. bertepatan dengan tanggal 6 Jumadil Awal 1431
H. Nomor 280/Pdt.G/2009/PA.Rks, yang amarnya berbunyi sebagai
berikut : 1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;
2. Membatalkan perkawinan antara Tergugat I (PEMBANDING) dengan SUAMI (alm) yang dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 1992 di Kecamatan Cileles, Kabupaten Lebak; 3. Menyatakan Akta Nikah Nomor: 137/20/VIII/1992, tanggal 20 Agustus 1992 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Cileles, Kabupaten Lebak, tidak mempunyai kekuatan hukum; 4. Memerintahkan
kepada
Panitera
Pengadilan
Agama
Rangkasbitung
untuk
mengirimkan Salinan Putusan ini kepada Pegawai Pencatat Nikah yang wilayahnya meliputi tempat tinggal Tergugat I dan atau kepada Pegawai Pencatat Nikah dimana dilangsungkan perkawinan antara Tergugat I dengan SUAMI untuk dicatat dan didaftar dalam daftar yang disediakan untuk itu; 5. Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara
sebesar
Rp.816.000,- (delapan ratus enam belas ribu rupiah); Membaca Akta Permohonan Banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Agama Rangkasbitung, Nomor 280/Pdt.G/2009/PA.Rks, yang menyatakan bahwa
pada hari
Jum’at tanggal 30 April 2010, telah datang menghadap seorang bernama TEGUH SANTOSA, SH, Advokat dan Konsultan Hukum Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pancasila, beralamat di Jl. Raya Bogor Km.21 No.10 Kramat Jati, Jakarta Timur sebagai Kuasa Pembanding dari PEMBANDING, pekerjaan Ibu rumah tangga, alamat JAKARTA UTARA, telah mengajukan permohonan banding terhadap putusan Pengadilan Agama Rangkasbitung tersebut dan permohonan banding Tergugat I tersebut telah diberitahukan secara seksama kepada kuasa Terbanding pada hari Rabu tanggal 12 Mei 2010, dan turut Terbanding pada hari Kamis tanggal 20 Mei 2010; Membaca
dan
memperhatikan
memori
banding
yang
diajukan
oleh
Pembanding/Tergugat I yang diserahkan ke Pengadilan Agama Rangkasbitung pada hari Jum’at tanggal 14 Mei 2010 yang mana memori banding tersebut telah diberitahukan secara seksama kepada Kuasa Terbanding pada hari Kamis tanggal 27 Mei 2010, dan turut Terbanding pada hari Kamis tangal 20 Mei 2010; Membaca dan memperhatikan Kontra memori banding yang diajukan oleh Kuasa Terbanding yang diserahkan kepada Pengadilan Agama Rangkasbitung pada hari Jum’at tanggal 8 Juni 2010, dan Kontra memori banding tersebut telah diberitahukan secara seksama kepada kuasa Pembanding pada hari Kamis tanggal 17 Juni 2010; Membaca dan memperhatikan Relaas pemberitahuan memeriksa berkas perkara (Inzage) pada hari Senin tanggal 26 Juli 2010 yang disampaikan kepada KuasaTergugat I/Pembanding dan kepada Kuasa Penggugat/Terbanding pada hari Kamis tanggal I5 Juli 2010, dan kepada turut Terbanding pada hari kamis tangal 1 Juli 2010;
Telah pula membaca dan memperhatikan Surat keterangan Panitera Pengadilan Agama Rangkasbitung Nomor W 27-A4/1011/HK.05/VII/2010, tanggal 31 Juli2010 yang menerangkan bahwa Kuasa Hukum Pembanding dan Kuasa Hukum Terbanding serta turut Terbanding tidak melaksanakan Pemeriksaan terhadap berkas perkara banding (Inzage); TENTANG HUKUMNYA Menimbang,bahwa oleh karena permohonan banding Pembanding di ajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara-cara serta memenuhi syarat-syarat menurut ketentuan perundang-undangan, maka permohonan banding Pembanding tersebut dinyatakan dapat diterima; Menimbang,bahwa
setelah majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten
meneliti secara seksama berkas perkara serta surat-surat yang berkaitan dengan perkara a quo, selanjutnya memberikan pertimbangan sebagai berikut: Menimbang, bahwa pada pokoknya gugatan Penggugat mengajukan pembatalan nikah/perkawinan antara Pembanding/Tergugat I PEMBANDING dengan almarhum SUAMI, gugatan mana telah diputus oleh Pengadilan Agama Rangkasbitung dengan amar sebagaimana tersebut di atas, dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan-alasan sebagaimana dalam Putusan Pengadilan Agama tersebut; Menimbang, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten tidak sependapat dengan putusan
Pengadilan Agama tersebut dengan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut: Menimbang, bahwa Pembanding/Tergugat I dengan almarhum SUAMI, menikah pada tahun 1992 yang hingga saat ini berarti telah berjalan
17 tahun
berumah
tangga/hidup bersama sebagai suami isteri dan dikaruniai anak 5 orang, tidak pernah ada keributan dan tidak ada orang lain yang menggugat perkawinan Pembanding/Tergugat I dengan almarhum SUAMI, termasuk Terbanding/Penggugat sebagai isteri alamarhum SUAMI tidak pernah mempermasalahkannya, dan menurut keterangan saksi II Penggugat yang disampaikan dalam persidangan menyatakan rumah tangga Penggugat dan almarhum SUAMI tetap harmonis,tidak ada perselisihan. Namun setelah SUAMI meninggal dunia baru Terbanding/Penggugat mengajukan pembatalan nikah; Menimbang, bahwa Pembanding/Tergugat I selama berumah tangga dengan almarhum SUAMI, telah menjadi isteri yang baik pada suaminya (SUAMI) selama 17 tahun dan juga
dengan isteri almarhum
SUAMI yang lain dan bahkan
Terbanding/Penggugat telah menyerahkan kepada Pembanding/Tergugat I untuk merawat almarhum SUAMI selaku suami ketika sakit selama 8 bulan lamanya di rumah Pembanding/Tergugat I dan dirawat di Rumah Sakit selama 5 hari, sebagaimana jawaban Pembanding/Tergugat
I
yang
tidak
dibantah
secara
tegas
oleh
Terbanding/Penggugat,artinya Pembanding/Tergugat I telah beriktikad baik untuk berbakti
kepada suaminya (almarhum SUAMI). Selama sakit 8 bulan lamanya dirumah Pembanding /Tergugat I dan dirawat 5 hari di Rumah Sakit Terbanding/Penggugat tidak pernah menengok apalagi merawatnya, yang menengok adalah isteri ke IV almarhum SUAMI yang bernama ISTERI IV dengan anak-anaknya, dan anak Terbanding/Penggugat dengan almarhum SUAMI yang bernama ANAK SUAMI DENGAN TERBANDING I dan ANAK SUAMI DENGAN TERBANDING II, dan baru setelah almarhum SUAMI meninggal dunia di Rumah Sakit Terbanding/Penggugat mengambil Jenazahnya di Rumah Sakit untuk di bawa pulang kerumah Terbanding/Penggugat di Ramawangun, Jakarta Timur; Menimbang,
bahwa
pengajuan
gugatan
pembatalan
perkawinan
Pembanding/Tergugat I dengan almarhum SUAMI setelah SUAMI meninggal dunia, secara hukum tentang perkawinannya sudah tidak ada ikatan, karena kalau suami atau isteri meninggal dunia dengan sendirinya perkawinannya telah berakhir/putus, karena salah satu telah meninggal dunia berarti secara hukum sudah cerai mati dan tidak usah di batalkan, dengan adanya pembatalan perkawinan terhadap SUAMI dengan Pembanding/Tergugat I, berarti sama dengan memutus ikatan perkawinan yang sudah putus; Menimbang, bahwa yang dijadikan dalil dalam replik Terbanding/Penggugat, yaitu yurisprudensi Mahkamah Agung putusan Nomor: 411/AG/1998, tanggal 17 Pebruari 2000 dan Putusan Nomor: 02 K/AG/2001,Tanggal 29 Agustus 2002, kasusnya berbeda dengan perkara a quo, kedua perkara tersebut dalam pengajuan pembatalan nikah, suaminya masih ada (hidup) dan di jadikan Tergugat asli (Tergugat I), dan isterinya dijadikan Tergugat II, dalam rumah tangganya Tergugat asal (Tergugat I) dengan isterinya (Penggugat) rumah tangganya tidak harmonis sering terjadi keributan karena
ada isteri yang lain dan
perkawinannya belum terlalu lama; Menimbang, bahwa Pasal 22, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 berbunyi ”Perkawinan dapat dibatalkan, apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan”, menurut penjelasan atas Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, tentang maksud Pasal 22 tersebut, pengertian ”dapat” pada Pasal ini di artikan bisa batal atau bisa tidak batal , bilamana ketentuan hukum agamanya masingmasing tidak menentukan lain; Menimbang, bahwa majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten, memahami bahwa penjelasan Pasal tersebut, dimana kata ”dapat” berarti dapat dibatalkan atau juga tidak dibatalkan, tergantung pada kasus-perkasus atau tentang pertimbangan-pertimbangan hakim dalam memutus perkara; Menimbang, bahwa Terbanding/Penggugat sudah sangat mengenal dengan Pembanding/Tergugat
I,
karena
semasa
almarhum
Pembanding/Tergugat I telah diperkenalkan sebagai isteri kepada Terbanding/Penggugat, dan setiap
SUAMI
masih
hidup,
ketiga almarhum SUAMI
lebaran almarhum SUAMI mengumpulkan
anak-anak dari isteri-isterinya dirumah kediaman Terbanding/Penggugat; walaupun hal tersebut telah dibantahTerbanding/Penggugat, bahwa Terbanding/Penggugat tidak pernah mengetahui secara pasti tentang status hubungan hukum antara Pembanding/Tergugat I dengan almarhum SUAMI; Menimbang, bahwa namun keterangan Pembanding/Tergugat I didukung /diperkuat oleh keterangan saksi-saksi dari Pembanding/Tergugat I yaitu saksi pertama bernama, SAKSI PEMBANDING I, umur 59 tahun, agama Islam, pekerjaan Karyawan, alamat tinggal di JAKARTA UTARA; Saksi Kedua, bernama SAKSI PEMBANDING II, umur 26 tahun,agama Islam, pekerjaan Karyawati, tempat tinggal di KOTA INDRAMAYU, JAWA BARAT. Masing-masing dibawah sumpahnya menurut tata cara agama Islam, telah memberikan keterangan didalam persidangan di hadapan Majelis Hakim, yang pada pokoknya dapat disimpulkan sebagai berikut: -
Bahwa saksi-saksi kenal dengan Pembanding/Tergugat I, dan suaminya yang bernama SUAMI (Saksi I kenal sejak tahun 1999 dan saksi II kenal sejak tahun 2001), karena saksi I bekerja di PERUSAHAAN sejak tahun 1994 dan saksi II bekerja
di
PERUSAHAAN sejak tahun 2001; PERUSAHAAN dulunya perusahaan bus angkutan umum, kemudian tempat pool busnya dijadikan tempat kontrakan milik SUAMI suami Pembanding/Tergugat
I,
dengan
nama
kontrakan
PERUSAHAAN,
bahwa
Pembanding/Tergugat I, diperkenalkan kepada Saksi oleh SUAMI sebagai isterinya; -
Bahwa
Saksi
I
tinggal
dipool
bus
tersebut
sejak
tahun
1999
dimana
Pembanding/Tergugat I dengan SUAMI juga tinggal di tempat tersebut; -
Bahwa saksi-saksi mengetahui dan kenal dengan anak-anak Pembanding/Tergugat I, dengan SUAMI yang semuanya ada 5 orang dan semuanya belum menikah;
-
Bahwa saksi-saksi tahu bahwa SUAMI selain mempunyai isteri Pembanding /Tergugat I juga ada isteri-isteri yang lainnya; yaitu ISTERI I, sebagai isteri pertama sebagai Terbanding/Penggugat,
ISTERI
II
(almarhumah)
sebagai
isteri
kedua,
Pembanding/Tergugat I sebagai isteri ketiga, dan ISTERI IV sebagai isteri keempat; dan pada waktu SUAMI meningal dunia ketiga isterinya bekumpul; -
Bahwa
saksi
I
mengatakan,
Terbanding/Penggugat
mengetahui
bahwa
Pembanding/Tergugat I isteri SUAMI, karena Terbanding/Penggugat diberitahu oleh SUAMI pada waktu pernikahan anak SUAMI dengan isteri keduanya yang bernama ANAK SUAMI dengan ISTERI II, Terbanding/Penggugat dikenalkan dengan Pembanding/Tergugat I pada tahun 2000 di Jl. Pegangsaan dua tempat Kos-kosan SUAMI juga tempat dimana dilangsungkan pernikahan tersebut; Pada waktu itu sikap Terbanding/Penggugat biasa-biasa saja, berarti tidak marah dan tidak berubah sikap;
-
Bahwa para saksi mengetahui bahwa pada waktu SUAMI sakit selama 8 bulan yang merawat adalah Pembanding/Tergugat I dan Terbanding/Penggugat tidak pernah menengok, yang menengok, isteri keempat yang bernama ISTERI IV dan anakanaknya, dan anak-anak Terbanding/Penggugat yang bernama ANAK I SUAMI dengan ISTERI IV dan ANAK II SUAMI dengan ISTERI IV; dan setelah SUAMI meninggal di rumah sakit Terbanding/Penggugat menjemput Jenazahnya dibawa pulang ke rumah Terbanding/Penggugat di Rawamangun;
-
Bahwa, saksi kedua menerangkan keadaan rumah tangga Pembanding/Tergugat I dengan SUAMI, harmonis dan telah dikaruniai 5 orang anak, bahkan dengan anak-anak Terbanding/Penggugat, yang bernama ANAK I SUAMI dengan ISTERI IV dan ANAK II SUAMI dengan ISTERI IV, Pembanding/Tergugat I rukun harmonis, tidak ada ketegangan, komunikasinya juga lancar-lancar saja, tetapi setelah SUAMI meninggal dunia ada ketegangan diantara mereka; Menimbang, bahwa pengakuan Pembanding/Tergugat I di dalam memori
bandingnya Pembanding/Tergugat I baru mengetahui identitas SUAMI telah punya isteri, setelah Pembanding/Tergugat I melahirkan anak yang pertama, dalam kondisi Pembanding/Tergugat I tidak punya pekerjaan dan penghasilan sendiri, sehingga Pembanding/Tergugat I dalam ketergantungan dengan SUAMI dan tidak ada keberanian untuk minta cerai; Menimbang, bahwa sangat dimungkinkan perasaan Terbanding/Penggugat sama pada waktu itu, kalau Terbanding/Penggugt mengajukan pembatalan pernikahan SUAMI dengan Pembanding/Tergugat I ketika SUAMI masih hidup ada rasa takut pada SUAMI suaminya; Menimbang, bahwa seharusnya gugatan pembatalan nikah, Pembanding/Tergugat I dengan SUAMI diajukan setidaknya pada waktu SUAMI masih hidup, karena sebenarnya pembatalan nikah ditujukan kepada almarhum SUAMI ( sebagai Tergugat asli), bukan hanya pada Pembanding/Tergugat I saja (seperti pada putusan Mahkamah Agung Nomor 411 K/AG/1998 dan Nomor 02 K/AG/2001) dimana suami masih hidup, Menimbang, bahwa perkawinan Pembanding/Tergugat I dengan SUAMI yang dilaksanakan dihadapan Pagawai Pencatat Nikah dari Kontor Urusan Agama Cileles, dengan wali nikah ayah kandung, dengan mendapatkan bukti Akta Nikah, adalah merupakan bukti terpenuhinya syarat-syrat dan rukun nikah, berarti Pembanding/Tergugat I dalam perkawinannya dengan SUAMI tersebut dilaksanakan dengan beriktikad baik dan karena itu harus dilindungi hak-haknya; Menimbang, bahwa dengan diajukan gugatan pembatalan nikah setelah SUAMI selaku suami meninggal dunia jelas ada motif lain, bukan hanya sekedar perkawinannya yang dibatalkan, tetapi ada motif lain tentang penguasaan harta almarhum SUAMI. Adapun
masalah harta peninggalan SUAMI dapat diselesaikan di Pengadilan Agama, secara arif, adil dan proporsional; Menimbang, bahwa dengan dibatalkannya perkawinan Pembanding/Tergugat I dengan SUAMI (setelah SUAMI meninggal dunia), jelas-jelas akan menimbulkan madlarat/kesulitan dan dampak yang tidak baik bagi Pembanding/Tergugat I dan anakanaknya yang masih membutuhkan biaya kelangsungan hidup dan masa depan bagi anakanaknya; Menimbang, bahwa fakta yang diperoleh dalam persidangan SUAMI cukup adil terhadap isteri-isterinya, mereka masing-masing telah dibuatkan rumah tinggal dan diberi nafkah secara cukup serta pendidikan bagi anak-anaknya; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten merasa tidak sesuai dengan rasa keadilan kalau pembatalan nikah di ajukan setelah SUAMI meninggal dunia, seharusnya pengajuan gugatan pembatalan nikah di ajukan pada waktu SUAMI masih hidup; Menimbang, bahwa hukum diciptakan baik hukum Syar’i maupun hukum publik untuk mewujudkan dan memelihara kemaslahatan/keadilan umat manusia dan melindungi keadilan pada sesama manusia, serta untuk mewujudkan kebaikan-kebaikan dan sekaligus menghindarkan keburukan-keburukan. Hukum dicanangkan demi kebahagiaan bagi manusia secara lahir dan batin, duniawi dan ukhrowi, sepenuhnya mencerminkan keadilan terhadap kepentingan rakyat dan keadilan sosial bagi masyarakat; Menimbang, bahwa Undang-undang atau hukum tidak selalu harus dimaknai secara bunyi tektual (legal formal), tetapi juga perlu dipahami apakah substansialnya, tidak
hanya dipahami secara bunyi ketentuan
legal formalnya saja tanpa
mempertimbangkan rasa keadilan; Hakim juga harus menyadari dan memahami bahwa patokan legal formal dan tekstual tersebut dan juga harus memahami tentang subtansialnya dan bagaimana caranya untuk diaktualisasikan dalam kehidupan nyata, bahwa hukum itu harus diaktualisasikan dengan kehidupan manusia/masyarakat yang dinamis oleh karenanya juga harus disesuaikan dengan ruang dan waktu yang terus bergerak; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Agama Banten berpendapat, putusan Majelis Hakim Pengadilan Agama Rangkasbitung tidak dapat dipertahankan dan harus dibatalkan dan oleh karenanya dinyatakan tidak dapat diterima dengan mengadili sendiri, yang bunyi amarnya sebagaimana akan disebutkan dibawah ini; Menimbang, bahwa oleh karena perkara ini adalah menyangkut bidang perkawinan, maka sesuai Pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan terakhir dengan Undang-
undang Nomor 50 Tahun 2009 maka biaya perkara pada tingkat banding dibebankan kepada Pembanding/Tergugat I; Mengingat segala ketentuan peraturan perundang-undangan dan dalil syar’i yang berkaitan dengan perkara ini; MENGADILI -
Menyatakan, bahwa permohonan banding yang diajukan oleh Pembanding/Tergugat I dapat diterima;
-
Membatalkan
Putusan
Pengadilan
Agama
Rangkasbitung
Nomor
280/Pdt.G/2009/PA.Rks, tanggal 21 April 2010 Masehi, bertepatan dengan tanggal 6 Jumadil awal 1431 Hijriyah, MENGADILI SENDIRI: -
Menyatakan, gugatan Penggugat tidak dapat diterima;
-
Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini pada tingkat pertama sebesar Rp.816.000,- (delapan ratus enam belas ribu rupiah );
-
Membebankan biaya perkara ini pada tingkat banding kepada Pembanding yang hinga kini dihitung sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah); Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan majelis hakim pada hari
Jum’at tanggal 8 Oktober 2010 Masehi bertepatan dengan tanggal 29 Syawal 1431 Hijriyah, yang dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Drs. H. AH. Chairuddin Ridwan,S.H.,M.H. sebagai Ketua Majelis, dihadiri oleh Drs H.U. Syihabuddin, S.H, M.H. dan Drs. H. Mafrudin Maliki, S.H., masing-masing sebagai hakim anggota, didampingi oleh Drs. Asmawi H. Rawi, Panitera Pengganti tanpa dihadiri oleh Pembanding, Terbanding dan turut Terbanding;
Hakim Ketua, Ttd. Drs. H.AH.Chairuddin Ridwan,S.H.,M.H.
Hakim Anggota, Ttd. Drs. H.U. Syihabuddin, S.H.,M.H.
Hakim Anggota, Ttd. Drs. H. Mafrudin Maliki, S.H.
Panitera Pengganti, Ttd. Drs. Asmawi H. Rawi Rincian biaya perkara : 1. Biaya Proses ........................................... Rp 139.000,2. Biaya Redaksi ........................................ Rp 5 000-. 3. Biaya Materai ........................................ Rp 6.000,----------------------------------------------------------------------------J u m l a h .............................................. Rp 150.000,-
Untuk salinan yang sah sesuai aslinya oleh : Panitera, Ttd. Dra. Hj. Siti Maryam