PROBLEMATIKA AKADEMIK MAHASISWA STAIN SALATIGA YANG SUDAH MENIKAH
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : Aula Nuriswati NIM 11108003
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
i
ii
PROBLEMATIKA AKADEMIK MAHASISWA STAIN SALATIGA YANG SUDAH MENIKAH
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : Aula Nuriswati NIM 11108003
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp : 4 Eksemplar Hal
: Pengajuan Skripsi Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum. Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini
kami kirimkan naskah skripsi mahasiswi:
Nama
: Aula Nuriswati
NIM
: 11108003
Jrusan/Progdi
: Tarbiyah/ PAI
Judul
: PROBLEMATIKA AKADEMIK MAHASISWA STAIN SALAIGA YANG SUDAH MENIKAH
Untuk diajukan dalam sidang munaqasyah. Demikian untuk menjadi periksa. Wassalamu’alaikum.Wr. Wb. Salatiga, 12 September 2012 Pembimbing
Achmad Maimun, M.Ag. NIP. 19700510 199803 1003
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website :www.stainsalatiga.ac.idE-mail :
[email protected]
SKRIPSI PROBLEMATIKA AKADEMIK MAHASISWA STAIN SALATIGA YANG SUDAH MENIKAH
DISUSUN OLEH AULA NURISWATI 11108003
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 28 September 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Drs. H. Miftahuddin, M.Ag.
Sekretaris Penguji
: Dra. Siti Asdiqoh, M. Si.
Penguji I
: Dr. H. M. Zulfa M, M.Ag.
Penguji II
: Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag.
Penguji III
: Achmad Maimun, M.Ag.
Salatiga, 28 September 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
v
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang betanda tangan dibawah ini: Nama
: Aula Nuriswati
NIM
: 11108003
Jurusan
: Tarbiyah
Progam studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 14 Oktober 2012 Penulis
Aula Nuriswati NIM.11108003
vi
MOTTO
ﺔﹰ ﺍِﻥﱠ ﻓِﻲﻤﺣﺭﺓﹶ ﻭﺩﻮ ﻣﻜﹸﻢﻨﻴﻞﹶ ﺑﻌﺟﺎ ﻭﻬﺍ ﺍِﻟﹶﻴﻮﻜﹸﻨﺴﺎ ﻟِﺘﺍﺟﻭ ﺍﹶﺯﻔﹸﺴِﻜﹸﻢ ﺍﹶﻧﻦ ﻣ ﻟﹶﻜﹸﻢﻠﹶﻖﺎﺗِﻪِ ﺍﹶﻥﹾ ﺧ ﺍﻳ ﻣِﻦﻭ ۞ ﻥﹶﻭﻔﹶﻜﱠﺮﺘﻡٍ ﻳﺎﺕٍ ﻟﱢﻘﹶﻮ ﻟﹶﺄﹶﻳﺫﹶﻟِﻚ dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaumyang berpikir (QS. Ar-Rum (30): 21).
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada : 1. Bapak saya Imron Khaerudin dan Ibu saya Mudaikisatun yang telah mengasuh dan membimbingku dengan penuh kesabaran. 2. Bapak Drs. K.H.Nasafi, M.Pd.I dan Ibu Asfiyah selaku Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan Salatiga. 3. Bapak Achmad Maimun, M.Ag selaku pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini. 4. Adik-adikku Salma Haris Marzuki, Luthfiya Salsabila dan Faris Akmaludin yang selama ini selalu memberiku semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Teman-teman seperjuangan di kelas PAI A angkatan 2008. 6. Teman-teman di Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan Salatiga. 7. Teman-teman PPL di SMP Islam Sudirman Tengaran. 8. Teman-teman KKN di desa Dayaan Kecamatan Tingkir. 9. Semua pihak yang selalu memberi semangat dan dukungan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 10. Pembaca yang budiman.
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah skripsi yang berjudul “Problematika Akademik Mahasiswa STAIN Salatiga yang Sudah Menikah” dapat penulis selesaikan dengan baik. Salawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyusun skripsi dengan sebaik-baiknya, namun mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan agar skripsi ini benar-benar dapat menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat, terutama bagi mahasiswa yang belum menikah dan mahasiswa yang sudah menikah. Kemudian penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang membantu terselesainya skripsi ini, terutama kepada yang terhormat : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi M.Pd, selaku ketua jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. 3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku ketua progdi Pendidikan Agama Islam 4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag selaku pembimbing yang telah mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini. 5. Segenap dosen dan karyawan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga yang telah memberikan bekal pengetahuan, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.
ix
6. Rekan-rekan mahasiswa STAIN Salatiga yang telah membantu penelitian penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Akhirnya penulis berdo’a semoga amal dan jasa baik semua pihak mendapat balasan dari Allah SWT yang setimpal, amin.
Salatiga,14 September 2012
Aula Nuriswati
x
ABSTRAK
Nuriswati, Aula. 2012. Problematika Akademik Mahasiswa STAIN Salatiga Yang Sudah Menikah. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Drs. Achmad Maemun. M.Ag. Kata kunci: Problematika Akademik, Pernikahan Mahasiswa yang melakukan pernikahan pada masa studi bukanlah merupakan suatu hal yang tabu, pernikahan pada masa studi di latar belakangi untuk menghindari perbuatan kemaksiatan,. Mahasiswa yang melakukan pernikahan pada masa studi pasti memiliki tanggung jawab ganda sebagai seorang istri atau suami dan sebagai mahasiswa. Berdasarka latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang prestasi akademik mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah?. Problematika akademik mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah?. Aspek positif dan negative mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah?. Setelah dilakukanya penelitian secara mendalam diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang prestasi akademik mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah, problematika akademik mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah, aspek positif dan negatif mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah. Metode yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan mulai bulan Juni 2012 di Kampus STAIN Salatiga. Responden adalah mahasiswa yang sudah menikah dan masih aktif mengikuti perkuliahan yang terdiri dari 1 mahasiswa laki-laki dan 10 mahasiswa perempuan dan berjumlah 11 mahasiswa. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Data dikumpulkan berdasarkan catatan lapangan dan observasi, kemudian data di transkrip menjadi data yang lengkap. Hasil penelitian menunjukkan prestasi akademik mahasiswa ada yang mengalami peningkatan, masih ada yang tidak mengalami perubahan dalam arti masih tetap, namun ada pula yang mengalami penurunan. Problematika akademik mahasiswa yang sudah menikah antara lain berupa faktor psikologis, managemen waktu, motivasi, dan ekonomi. Aspek positif mahasiswa yang sudah menikah berupa meningkatnya prestasi akademik, meningkatnya kecerdasan financial, kematangan kepribadian, sedang aspek negatif adalah menurunya prestasi akademik, disebabkan karena kurangnya dorongan dari diri sendiri dan pasanganya.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………..
I
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………….
iv
PENGESAHAN KELULUSAN ……………………………....
v
DEKLARASI…………………………………………………..
vi
MOTTO………………………………………………………...
vii
PERSEMBAHAN……………………………………………...
viii
KATA PENGANTAR …………………………………………
ix
ABSTRAK ..................………………………………………….
xi
DAFTAR ISI……………………………………………………
xii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II
A.
Latar Belakang……………………………....
1
B.
Rumusan Masalah…………………………....
7
C.
Tujuan Penelitian………………………........
8
D.
Kegunaan Penelitian ……………………......
8
E.
Penegasan Istilah………………………........
9
F.
Metode Penelitian……………………………
9
G.
Sistematika Penulisan……………………......
19
TINJAUAN PUSTAKA A.
Problematika Akademik Mahasiswa 1.
Problematika………………………......
xii
23
B.
C.
2.
Akademik………………………..........
24
3.
Mahasiswa……………………….........
24
Tinjauan Konsep Belajar 1.
Definisi Belajar……………………….
26
2.
Teori Pembelajaran………………… ...
28
3.
Arti Penting Belajar ……………….. ...
29
4.
Kesulitan-kesulitan Belajar……………
30
Mahasiswa dan Problematikanya 1.
Pengertian Mahasiswa………………...
42
2.
Tugas Pokok Mahasiswa………………
42
3.
Peran Mahasiswa………………………
43
4.
Problem Mahasiswa yang sudah menikah.......................................
BAB III
45
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A.
Paparan data 1.
Sejarah STAIN Salatiga…………….
54
2.
Visi dan Misi STAIN Salatiga ………
58
3.
Kondisi Obyektif Mahasiswa STAIN Salatiga…...............................
B.
59
Temuan Penelitian 1. Jumlah Mahasiswa yang Sudah Menikah a. Program Studi PBA 2008…….............
61
b. Program Studi PAI 2008…….............
61
xiii
c. Program Studi TBI 2008…………….
61
d. Program Studi PGMI 2008….............
61
e. Program Studi PAI 2009…………….
62
2. Latar Belakang Pernikahan …………….
63
3. Pola Pernikahan………..........……............
68
4. Tempat Tinggal Setelah Menikah….........
72
5. Mengetahui Prestasi Akademik Mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah...... ..
75
6. Mengetahui Problematika Akademik yang Dihadapi Mahasiswa STAIN Salatiga yang Sudah Menikah………...............................
80
7. Mengetahui Aspek Positif dan Negatif Mahasiswa STAIN Salatiga yang Sudah Menikah……………………................... BAB IV
85
PEMBAHASAN A. Prestasi Akademik Mahasiswa STAIN Salatiga Yang Sudah Menikah………………..........................
91
B. Problematika Akademik yang Dihadapi Mahasiswa STAIN Salatiga yang Sudah Menikah……............…
93
C. Mengetahui Aspek Positif dan Negatif Mahasiswa STAIN Salatiga yang Sudah Menikah …………........
xiv
96
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………............
99
B. Saran………………………………......................
100
C. Penutup……………………………….................
100
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Seseorang yang sudah melewati bangku sekolah menengah dan melanjutkan studinya dapat dikatan sebagai mahasiswa. Sebagai seorang mahasiswa pada umumnya dapat bebas melakukan aktivitas. Termasuk bebas mengatur studi mereka, mereka tidak perlu lagi memakai seragam seperti waktu di sekolah menengah. Dan pada kenyataannya fenomena saat ini telah menunjukkan bahwa pergaulan yang ada di lingkungan mahasiswa juga sudah semakin bebas. Mereka menganggap tidak ada batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Padahal, seperti yang telah diketahui bahwa dalam hukum Islam terdapat batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Dengan adanya pandangan yang salah semacam itu, maka dapat menjerumuskan pada pergaulan bebas. Untuk mengatasi hal ini, maka diperlukan adanya solusi dari mahasiswa, yakni dengan cara pernikahan. Walaupun kenyataannya mereka masih sama-sama duduk di bangku kuliah. Berdasarkan riset Strategi Nasional Kesehatan Remaja di Jakarta yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 2005 menyebutkan ada beberapa persen pelajar SMA di Jakarta pernah berhubungn seks. Belum lagi pressure dari temannya, misalnya pendapat yang mengatakan kalau masih perawan berarti kuno. Survei yang dilakukan BKKBN tahun 2008 menyebut 63 persen remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan seks pranikah. Dari hasil survei yang dilakukan Annisa Foundation tahun 2006 ditemukan 42,3 persen remaja SMP dan SMA di Cianjur, Jawa Barat, pernah berhubungan seks. Makin terbukanya akses informasi ditambah tekanan dari lingkungan 1
diyakini menjadi penyebab banyaknya remaja yang melakukan seks pranikah. Perilaku seks bebas atau pranikah dikalangan remaja dan pelajar di Indonesia, akhir-akhir ini menunjukkan kecenderungan peningkatan. Bahkan, pelaku beberapa diantaranya adalah pelajar SMP dan SMA. Mereka tidak segan-segan mempublikasikan aksi tidak senonoh mereka melalui telepon seluler dan internet. Banyak contoh perilaku seks bebas yang dilakukan remaja remaja dan pelajar Indonesia yang tersiar melalui sejumlah media masa. Bahkan beberapa pelajar tidak malu-malu lagi untuk mempublikasikan seks pranikah melalui telepon genggamnya. Seperti yang banyak diketahui peredaran video mesum yang dilakukan salah satu pelajar di Gorontalo, beberapa waktu silam. Video tersebut dengan jelas menunjukkan adegan yang sangat tidak senonoh. Video mesum Gorontalo, merupakan salah satu contoh dari sekian banyak kasus seks pra-nikah di kalangan remaja dan pelajar (http://nasional.kompas.com/read/2010/01/18/16461662/www.kompas.com, diakses tanggal 1 mei 2012). Tidak hanya didasari untuk sekedar senang-senang atau pelampiasan nafsu birahi, tak jarang, maraknya seks pranikah di kalangan pelajar dan remaja menjadi salah satu motif untuk mencari uang. Masih hangat di ingatan peneliti, pada akhir November 2008 lalu, masyarakat Jakarta dikejutkan dengan pemberitaan mengenai 18 orang siswa SMP Negeri 159 Jakarta, yang melakukan seks di luar pernikahan. Selain itu, akibat dari pergaulan bebas dan hubungan seks bebas adalah penyebaran penyakit. Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, adalah salah satu akibat pergaulan bebas. Hasil penelitian
di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan
2
beberapa remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seks di luar nikah (www.pergaulan bebas.co.id, diakses pada tanggal 1 Mei 2012). Penyakit yang saat ini paling menakutkan adalah penyakit kurangnya daya tahan tubuh terhadap serangan HIV Aids dan Herpes Simplex. Jika mereka merasa aman memakai kondom, berarti mereka salah karena sekarang telah berkembang penyakit yang walaupun mereka memakai kondom akan tetap tertular penyakit Kanker Mulut Rahim yang menjadi pembunuh no.1 di negara berkembang seperti Indonesia. Selain itu juga menyebabkan semakin maraknya aborsi di kalangan remaja akibat pergaulan bebas. Dengan demikian, tak heran jika angka aborsi terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini jelas bertentangan dengan hati nurani manusia. Orang lain pun dilibatkan, misalnya dokter atau bidan yang membuat mereka melawan hati nuraninya dan juga melanggar kode etik kedokteran maupun sumpah jabatan. Kesalahan dua orang mengakibatkan orang-orang professional menjadi pembunuh bayaran. Belum lagi, dengan bayi-bayi yang dibuang karena kelahiran yang tidak diinginkan. Hal ini tentu membuat siapapun terenyuh dan prihatin, betapa tidak berharganya nyawa manusia di mata orang-orang yang menyalahgunakan hubungan seks. Kelahiran yang tidak diinginkan telah membuat seorang ibu menjadi pembunuh darah dagingnya sendiri. Di sisi lain aborsi dengan alasan non medis dilarang dengan keras di Indonesia tapi di sisi lainnya aborsi ilegal meningkatkan resiko kematian akibat kurangnya fasilitas dan prasarana medis, bahkan aborsi ilegal sebagian besarnya dilakukan dengan cara tradisonal yang semakin meningkatkan resiko tersebut. Angka kematian akibat aborsi mencapai sekitar 11 % dari angka kematian ibu hamil dan melahirkan, yang di Indonesia mencapai 390 per 100.000 kelahiran hidup, sebuah angka yang cukup tinggi bahkan untuk ukuran Asia maupun
3
dunia. Tapi ada satu hal yang perlu di garis bawahi mengenai hal ini. Angka kematian akibat aborsi itu adalah angka resmi dari pemerintah, sementara aborsi yang dilakukan remaja karena sebagian besarnya adalah aborsi ilegal. Praktek aborsi yang dilakukan remaja sebagaimana dilaporkan oleh sebuah media terbitan tanah air diperkirakan mencapai 5 juta kasus per tahun, sebuah jumlah yang sangat fantastis bahkan untuk ukuran dunia sekalipun. Dan karena ilegal aborsi yang dilakukan remaja ini sangat beresiko berakhir dengan kematian (www.aborsi.co.id, diakses pada tanggal 1 Mei 2012). Betapa fitrahnya agama Islam yang menginginkan terpeliharanya kesucian dan kehormatan wanita. Hal ini tentu didambakan oleh setiap orang, sekalipun bagi mereka yang pernah terjebak dalam pergaulan bebas. Mereka tetap pada fitrah semula, menginginkan pasangan yang bersih lahir dan batin. Menurut fitrahnya, manusia dilengkapi Tuhan dengan kecenderungan seks (libido seksualitas). Oleh karena itu, Tuhan menyediakan wadah yang legal untuk terselenggaranya penyaluran tersebut yang sesuai dengan derajat kemanusiaan. Allah SWT telah melengkapi manusia dengan nafsu dan syahwat, yakni kebutuhan untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya. Kebutuhan manusia dalam bentuk nafsu syahwat ini memang telah menjadi fitrah manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, perlu disalurkan pada proporsi yang tepat dan sah sesuai derajat kemanusiaan. Mulai zaman dahulu bahkan pertama kalinya manusia di atas bumi ini, secara fitrah manusia cenderung untuk berhubungan antara laki-laki dan perempuan yang kemudian dikenal dengan pernikahan (Hakim, 2000:34).
4
Dalam suatu hadis dijelaskan bahwa pernikahan itu dilakukan untuk menghindari kemaksiatan:
َﻣَﻦْ ﺗَﺰَوﱠجَ ﻟِﻠﮫِ ﻛُﻔِﻰَ وَوُﻗِﻲ Artinya: “Barang siapa menikah karena (mencari ridla) Allah, niscaya ia akan dicukupi dan dipelihara (dari maksiat) (Muhammad, 1417H:4). Allah SWT tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya, yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betina secara tidak ada aturan. Akan tetapi, untuk menjaga kehormatan dan martabat manusia, maka Allah SWT mengadakan hukum sesuai dengan martabat tersebut. Dengan demikian, hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat berdasarkan kerelaan dalam suatu ikatan pernikahan. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk berkembang biak demi kelestarian hidupnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hujurat ayat 13:
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q. S. Al-Hujurat: 13) (Al-Quran dan Terjemahnya departemen Agama RI: 1041).
5
Di STAIN Salatiga sendiri, boleh dikatakan banyak terjadi pernikahan yang dilakukan oleh mahasiswa dan mahasiswi ketika mereka masih duduk di bangku kuliah. Menikah saat kuliah tampak menjadi hal sulit untuk dilakukan. Kekhawatiran yang kerap dirasakan adalah kuliah menjadi terbengkalai. Memang bukan perkara yang gampang untuk bisa menjalani tanggung jawab besar. Seperti bunyi salah satu teori feminisme liberal yang mengatakan, “Pekerjaan ganda akan menuntut tanggung jawab ganda.” Itulah kemungkinan yang akan terjadi jika menikah saat masih kuliah. Tetapi benarkan sesulit yang dibayangkan?. Keputusan untuk menikah saat kuliah bukanlah hal yang salah. Bahkan, dari sudut pandang agama Islam pernikahan justru menyelamatkan diri dari perbuatan zina. Tetapi memang membutuhkan komitmen yang kuat sehingga tidak menggagu kuliah, lulus tepat waktu dan mencetak Index Prestasi (IP) yang cemerlang. Namun, tidak semua bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Dari pernikahan tersebut akan muncul beberapa problem yang mungkin bisa mengganggu perkuliahan. Karena selain mempunyai tanggung jawab sebagai suami atau istri, mereka juga mempunyai tanggung jawab sebagai mahasiswa. Untuk mengetahui problematika mahasiswa yang sudah menikah perlu diadakan penelitian yang cukup mendalam mengenai hal tersebut. Seperti halnya bagaimana prestasi akademik, problematika yang dihadapi dan aspek positif dan negatif yang muncul dari mahasiswa yang sudah menikah tersebut. Individu sebagai mahasiswa bertanggungjawab atas masa depannya, mencurahkan segenap perhatiannya tidak hanya sekedar pergi kuliah saja. Namun kesanggupan menyelesaikan tugas-tugas seperti membuat laporan, paper atau skripsi harus dilakukan. Rutinitas seperti ini secara bertahap akan mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan
6
kondisi individu, misalnya saja hubungan interpersonal dengan teman kuliah mulai berkurang dan berubah, yang dulunya sehabis kuliah individu mempunyai waktu lebih banyak berkumpul dan ngobrol dengan teman-teman yang mulai jarang dilakukan, topik obrolannya juga tidak lagi berfokus pada model baju yang lagi trend dan film apa yang sekarang ditonton. Disadari atau tidak perubahan ini akan membawa individu pada penyesuaian kehidupan baru yang diarunginya. Dua tanggung jawab tersebut harus berjalan beriringan dan seimbang. Selain itu, di sela-sela kesibukan kuliah pasangan suami istri mahasiswa ini juga masih dibebani tugas rumah tangga yang menyita waktu dan tenaga. Misalnya seorang istri yang harus mengurus keluarganya. Pagi-pagi harus bangun untuk membersihkan rumah, mencuci dan menyediakan masakan yang akan dipersiapkan pada jam makan dan masih banyak lagi, setelah sekiranya tugas ini selesai, mereka harus bergegas untuk pergi kuliah. Dari beberapa hal tersebut tentunya akan mempengaruhi prestasi akademik dari mahasiswa tersebut. Oleh karena itu, dengan banyaknya fenomena pernikahan di antara kalangan mahasiswa STAIN Salatiga dan banyaknya masalah-masalah yang ini kiranya cukup menarik perhatian untuk diadakan penelitian yang bersifat ilmiah. Berdasarkan alasan tersebut
peneliti
merasa
terpanggil
untuk
menyumbangkan
pemikiran
dan
mengembangkan dalam bentuk skripsi dengan judul : “PROBLEMATIKA AKADEMIK MAHASISWA STAIN SALATIGA YANG SUDAH MENIKAH”. B. Rumusan Masalah Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana prestasi akademik mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah?
7
2. Bagaimana problematika akademik yang dihadapi mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah? 3. Bagaimana aspek positif dan negatif dari mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui prestasi akademik mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah. 2. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah. 3. Untuk mengetahui aspek positif dan negatif dari mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah. D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teorotis Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya tentang problematika akademik mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah , menambah ilmu Bimbingan dan Konseling Perkawinan dan mengenai ilmu Psikologi Belajar. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pokok permasalahan akademik yang dihadapi mahasiswa STAIN Salatiga yang berstatus sudah menikah. a. Mahasiswa yang sudah menikah Dengan diadakan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi tentang sisi positif dan negatif mahasiswa yang sudah menikah. Serta
8
memberikan solusi-solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh mahasiswa yang sudah menikah. b. Mahasiswa yang belum menikah Melalui hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang pernikahan pada saat kuliah bagi mahasiswa yang akan menikah pada saat masa studi. c. Menambah hasanah informasi yang akan bermanfaat bagi peneliti dan pihak yang berkepentingan. E. Penegasan Istilah Sebelum diuraikan lebih panjang tentang penelitian ini terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan-penjelasan terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam skripsi ini, dengan maksud agar nantinya tidak salah pengertian di kalangan pembaca dalam memahami skripsi ini. Adapun istilah-istilah yang dimaksud adalah: 1. Problematika Problematika berasal dari bahasa Inggris : problem. Dalam bahasa latin problema, dari Yunani : problema yang berarti masalah. Yang dimaksudkan problematika dalam penelitian ini adalah masalah-masalah yang dihadapi mahasiswa yang sudah menikah. 2. Akademik Akademis bersifat ilmiah; bersifat ilmu pengetahuan; bersifat teori; tanpa arti praktis yang langsung (Kamus Besar bahasa Indonesia, 2007:18). Definisi akademik dalam penelitian ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan masalah akademik seorang mahasiswa.
9
3. Mahasiswa Mahasiswa berasal dari dua kata yaitu maha yang artinya besar; amat; yang teramat (Sastrapradja, 1978:1978). Siswa adalah murid (terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah); pelajar (Departemen pendidikan Nasional, 2007:1077) Yang dimaksud mahasiswa dalam penelitian ini adalah seorang mahasiswa yang masih aktif studi dan telah berstatus menikah. 4. Nikah Nikah adalah sebuah ikatan antara seorang wanita dan seorang laki-laki dengan ucapan-ucapan tertentu (ijab dan qobul) yang memenuhi rukun dan syarat-syaratnya. (Suryadi, 2004:17). Jadi yang peneliti maksudkan problemtika akademik mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah adalah masalah-masalah akademik yang dihadapi mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah dalam masa perkuliahan. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Lexy J.Moleong menjelaskan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku , persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 1988:6).
10
Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah para mahasiswa STAIN Salatiga yang berstatus sudah menikah. Dari status pernikahan tersebut akan banyak sekali problematika akademik yang muncul. Penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hipotesis testing. Sehingga teori yang dihasilkan bukan teori subtantif dan teori-teori yang diangkat dari dasar. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti hanya mencari gambaran dan data yang bersifat diskriptif yang berada di lingkungan STAIN Salatiga. 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian namun berfungsi sebagai instrument pendukung, oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya disini mutlak diperlukan. 3. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di kampus STAIN Salatiga Jl.Tentara Pelajar 02 Salatiga Kec. Sidomukti Kab. Semarang Provinsi Jawa Tengah, adapun letak geografisnya adalah bersebelahan dengan Masjid Agung Darul Amal kota Salatiga.
11
Adapun peneliti memilih STAIN Salatiga sebagai tempat penelitian adalah karena melihat realita yang ada yaitu banyaknya mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah pada masa studi. 4. Sumber Data Data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari sumber mahasiswa dan mahasiswi STAIN Salatiga yang sudah menikah dari berbagai angkatan. Teknik pengambilan sampel sumber data dalam penelitian ini bersifat sowball yang dapat digambarkan sebagai berikut.
B
A
G
D C
I
E
H
J
F
Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan dalam penelitian ini, peneliti telah merencanakan A sebagai orang pertama sebagai sumber data. Informan awal ini sebaiknya dipilih orang yang bisa “membuka pintu” untuk mengenali keseluruhan medan secara luas (mereka yang tergolong gatekeepers/penjaga gawang dan knowledgeable informant/informan yang cerdas). Selanjutnya oleh A disarankan ke B dan C. Dari C dan B belum memperoleh data yang lengkap, maka peneliti ke F dan G. Dari F dan G belum memperoleh data yang akurat, maka peneliti pergi ke E, selanjutnya ke H, ke g, ke I dan terakhir ke J. setelah sampai J data sudah jenuh, sehingga sampel sumber data sudah mencukupi dan tidak perlu menambah sampel yang baru (Sugiyono, 2008:220).
12
5. Prosedur Pengumpulan Data a. Observasi Pengertian observasi menurut Kartono (1986:257) adalah studi yang sengaja dan sistematis tentang fenomena social dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Sedangkan menurut Imam Suprayogo observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial-keagamaan (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda, dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis. Black dan Champion mengelompokkan observasi dalam dua kelompok besar yaitu observasi nonpartisipan dan observasi partisipan. Observasi yang sesuai dengan penelitian ini adalah observasi nonpartisipan dimana peneliti tidak banyak dituntut peranan tingkah laku atau keterlibatannya terhadap kegiatan atau fenomena dari subjek yang dilteliti. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang diteliti. Dan observasi ini bersifat terbuka karena diketahui oleh subjek yang diteliti (Suprayogo, 2003:167). Pedoman observasi pengumpulan data dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1) Kondisi obyektif mahasiswa STAIN Salatiga Dalam hal ini, peneliti mengamati langsung kondisi obyektif mahasiswa STAIN Salatiga dengan cara melakukan wawancara kepada masing-masing mahasiswa. 13
2) Problematika akademik mahasiswa STAIN Salatiga Peneliti melakukan wawancara kepada masing-masing mahasiswa yang berstatus sudah menikah dengan menggunakan pedoman wawancara. a. Metode Wawancara Yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,2008:186). Sedangkan menurut Kartono metode wawancara adalah suatu percakapan tanya jawab lesan antara dua orang tau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu. Menurut Guba dan Lincoln, macam-macam wawancara terbagi menjadi 4. Yaitu wawancara oleh tim atau panel, wawancara tertutup dan wawancara terbuka (covert and overt interview), wawancara riwayat secara lisan, dan wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur. Kemudian wawancara yang sesuai dengan penelitian ini adalah wawancara terbuka dimana para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu. Selain itu, penelitian ini juga termasuk kedalam jenis wawancara terstruktur dimana dalam suatu kegiatan wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Untuk itu pertanyaan-pertanyaan disusun dengan rapid dan ketat. (Moleong, 2008:188) . Wawancara akan dilakukan dengan beberapa mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah baik itu mahasiswa perempuan atau mahasiswa laki-laki.
14
Metode ini digunakan untuk mencari informasi mengenai problematika mahasiswa STAIN Salatiga yang berstatus sudah menikah. b. Metode Dokumentasi Suharsimi Arikunto (2006:231) menjelaskan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, buku dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengetahui data-data tentang mahasiswa mahasiswi yang sudah menikah. Pedoman dokumentasi dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Sejarah STAIN Salatiga 2) Visi dan Misi STAIN Salatiga 3) Sejarah Indeks Prestasi dari masing-masing informan 6. Teknik analisis Data Menurut (Bogden & Biklen :1982) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 1989: 247). Maka dalam hal ini peneliti menggunakan analisis data kualitatif, dimana data dianalisa dengan metode diskriptif analisis non statistik yang meliputi cara berfikir induktif yaitu peneliti berangkat dari pengethuan yang bersifat khusus untuk menilai suatu kejadian umum.
15
1. Pengecekan Keabsahan Temuan a. Kriteria Keabsahan Data Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu: kepercayaan (creadibility), keteralihan
(transferability),
ketergantungan
(dependebility),
kepastian
(konfermability). (Moleong, 2008 : 324) Pengecekan keabsahan temuan ini dilakukan dengan cara terjun langsung untuk wawancara sehingga mendapatkan data yang langsung dari mahasiswa tersebut dengan demikian data tersebut akurat dan dapat dipercaya. Kriteria yang peneliti gunakan sebagai pemeriksaan keabsahan temuan yaitu derajat kepercayaan (credibility), kriteria ini berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Keteralihan (transferability), kriteria ini digunakan peneliti untuk memastikan usaha memverifikasi dengan melakukan penelitian kecil. Kebergantungan (dependability), kriteria ini digunakan untuk mengadakan replikasi studi secara berulang-ulang untuk mendapatkan hasil yang secara esensian sama dan sekaligus untuk mendapatkan kepercayaan pada instrumen penelitian. Kriteria yang ke empat yaitu, kepastian (confirmability), kriteria ini dikatakan sebagai sesuatu yang objektif, berarti dapat dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Untuk membuktikan penelitian ini dianggap sebagai hal yang faktual, dapat dipercaya maka, penelitian melakukan wawancara langsung kepada subjek
16
yang berhubungan: (1). Mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah (2). Mahasiswa yang masih aktif kuliah di STAIN Salatiga. Setelah menggunakan kriteria diatas kemudian data tersebut tentu akan peneliti simpulkan dan akan di cocokkan dengan problematika akademik mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah. b. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330). Triangulasi terbagi menjadi tiga yaitu sumber, metode dan teori. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber dan metode. Triangulasi sumber adalah menggali kebenaran informan tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data (http://mudjiarahardjo.com/component/content.html, diakses 11 September 2012). Misalnya dengan bertanya kepada orang terdekat dari informan untuk memperkaya pengetahuan peneliti. Pada Triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987:329), terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2005:331). Misalnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepecayaan data dengan cara melakukan pengecekan dokumen yang dimiliki oleh informan.
17
2. Tahap-tahap penelitian Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu : tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penelitian laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Tahap sebelum ke lapangan Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan problematika akademik mahasiswa dan mahasiswi STAIN Salatiga yang sudah menikah. c. Tahap Analisis Data Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam tentang problematika akademik mahasiswa yang sudah menikah. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
18
d. Tahap Penelitian Laporan Tahap ini meliputi : kegiatan
penyusunan hasil penelitian dari semua
rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan peneliti skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi. G. Sistematika Penelitian Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang skripsi ini, maka dibuat sistematika penelitian skripsi. Adapun wujud dari sistematika yang dimasud adalah: Bab I
: PENDAHULUAN Meliputi: Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Sistematika Penelitian.
Bab II : KAJIAN PUSTAKA A. Problematika akademik mahasiswa 1. Definisi problematika 2. Definisi akademik 3. Definisi Mahasiswa B. Tinjauan Konsep Belajar 1. Definisi belajar 2. Teori Pembelajaran 3. Arti penting belajar 4. Kesulitan-kesulitan belajar
19
C. Mahasiswa dan Problematikanya 1. Pengertian mahasiswa 2. Tugas pokok mahasiswa 3. Peran Mahasiswa 4. Problem mahasiswa yang sudah menikah Bab III : PAPARAN DATA dan TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data: 1. Sejarah kampus STAIN Salatiga 2. Visi dan Misi STAIN Salatiga 3. Kondisi obyektif mahasiswa STAIN Salatiga B. Temuan penelitian: 1. Mengetahui jumlah mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah. a.
Program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) angkatan 2008
b.
Program studi Tadris Bahasa Inggris (TBI) angkatan 2008
c.
Program studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) angkatan 2008
d.
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) angkatan 2008
e.
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) angkatan 2009
2. Mengetahui latar belakang pernikahan mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah 3. Mengetahui pola pernikahan mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah 4. Mengetahui tempat tinggal setelah pernikahan
20
5. Mengetehui prestasi akademik mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah 6. Mengetahui problematika yang dihadapi mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah. a.
Faktor psikologis
b.
Faktor manajemen waktu
c.
Faktor motivasi
d.
Faktor ekonomi
7. Mengetahui aspek positif dan negatif dari mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah. Bab IV : PEMBAHASAN Meliputi: 1. Prestasi akademik mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah. 2. Problematika yang dihadapi mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah. 3. Mengetahui aspek positif dan negatif dari mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah. Bab V : PENUTUP 1. Kesimpulan 2. Saran 3. Penutup
21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Problematika Akademik Mahasiswa 1. Problematika a. Pengertian Problematika Problematika (masalah) adalah adanya kesenjangan antara das sollen/teori dengan das sein/fakta empiris; antara yang ditetapkan sebagai kebijakan dengan implementasi kebijakan. Berikut merupakan pengertian masalah menurut beberapa ahli: 1) Menurut James Stoner, suatu situasi menghambat organisasi untuk mencapai satu atau lebih tujuan. 2) Menurut Prajudi Atmosudirjo, sesuatu yang menyimpang dari apa yang diharapkan, direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan. 3) Menurut Roger Kaufman, suatu kesenjangan yang perlu ditutup antara hasil yang dicapai pada saat ini dan hasil yang diharapkan. 4) Menurut Dorothy Craig, situasi atau kondisi yang akan datang dan tidak diinginkan. b. Berikut adalah jenis-jenis masalah: 1) Masalah sederhana (simple problem) Masalah sederhana berciri-ciri berskala kecil, berdiri sendiri (kurang memiliki sangkut paut dengan masalah lain), tidak langsung konsekuensi yang 22
besar, serta pemecahannya tidak memerlukan pemikiran luas dan mendalam. Biasanya merupakan pemecahan masalah yang dilakukan secara individual. Dalam memecahkan masalah sederhana teknik yang digunakan dilakukan atas dasar intuisi, pengalaman, kebiasaan dan wewenang yang melekat pada jabatannya. 2) Masalah rumit (complex problem) Masalah rumit berciri-ciri berskala besar, tidak berdiri sendiri (memiliki kaitan erat dengan masalah lain), mengandung konsekuensi yang besar, serta pemecahannya memerlukan pemikiran yang tajam dan analitis. Biasanya pemecahan masalahnya dilakukan secara kelompok yang melibatkan pimpinan dan seluruh staf pembantunya.Dalam memecahkan masalah sederhana teknik yang digunakan dilakukan atas dasar intuisi, pengalaman, kebiasaan dan wewenang yang melekat pada jabatannya. Dalam masalah rumit (complex problem) terdapat dua jenis masalah, yakni masalah terstruktur dan masalah yang tidak terstruktur. Masalah yang terstruktur adalah masalah yang jelas faktor penyebabnya, bersifat rutin dan biasanya timbul berulangkali sehingga pemecahannya dapat dilakukan dengan teknik pengambilan keputusan yang bersifat rutin, repetitif
dan dibakukan. Masalah yang tidak terstruktur
adalah penyimpangan dari masalah organisasi yang bersifat umum, tidak rutin, tidak jelas faktor penyebab dan konsekuensinya, serta tidak repetitif kasusnya (http://yayatsahut.blogspot.com/2011/04/pengertian-dan-jenis-masalah.html. diakses tanggal 06 September 2012).
23
2. Akademik Akademik adalah bentuk kata benda dari akademis yang berarti hal-hal yang berhubungan (bersifat) dengan pelajaran, biasanya dipergunakan di perguruan tinggi (Djaka, 2000:9). Akademik sangat erat kaitanya dengan siswa maupun mahasiswa karena melalui akademik akan dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas tentang pengetahuan yang lain. Berdasarkan pengertian dari problematika dan akademik di atas maka dapat disimpulkan
bahawa
pengertian
problematika
akademik
adalah
sesuatu
yang
menyimpang dari apa yang diharapkan, terutama dalam bidang akademik yang sangat erat kaitanya dengan keberhasilan siswa maupun mahasiswa. Atau dapat dikatakan bahwa problematika akademik adalah masalah-masalah tentang keakademisan atau pelajaran yang dihadapai oleh seorang mahasiswa. 3. Mahasiswa a. Pengertian Mahasiswa Pengertian Mahasiswa menurut beberapa ahli: 1) Menurut Ahmad Barizi (2011:95) mahasiswa adalah sekelompok manusia yang berpikir ke depan, memiliki akses intelektual dan moral “tak terbtas” untuk diekspresikan. 2) Menurut Yusuf (1999:1) pengertian mahasiswa adalah pelajar tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA), yang sekurang-kurangnya telah mencapai umur 17-18 tahun Hingga 4-5 tahun berikutnya mahasiswa ini masih disebut sebagai masa akhir remaja (masa adolesen), dimana seorang mahasiswa masih menuju kedewasaan dan kematangannya. Usia mahasiswa ditinjau dari sisi perkembangan
24
jasmani, pertumbuhan mereka telah matang dan telah dapat menjalankan fungsinya seperti dari segi seks, mereka telah mampu berketurunan dimana dorongan seksual pada masa ini akan dapat mempengaruhi dorongan berbagai emosi. 3) Malik Fajar memberi arti mahasiswa sebagai anak usia muda yang miskin pengalaman. Namun pada suatu ketika beliau juga memberi pengertian dan menggolongkan mahasiswa sebagai“The Best Human Material” (Fajar, 1991:18). Pengertian mahasiswa di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah seorang pelajar tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang setelah melalui proses akan memiliki pengetahuan akademik maupun non akademik. Pada masa ini, mahasiswa sudah mampu menangkap sesuatu yang abstrak dan mampu pula mengambil kesimpulan yang abstrak itu dari kenyataan yang dilihatnya. Kemampuan ini akan menuntut penjelasan yang masuk akal terhadap semua aturan yang ada. Akan tetapi apabila dilihat dari segi lain, mereka sebenarnya belum matang karena pertumbuhan pribadinya masih belum selesai, segi emosi dan sosial masih memerlukan waktu untuk berkembang menjadi dewasa,
kecerdasannya sedang mengalami
pertumbuhan, mereka ingin berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi mereka belum dapat memisahkan diri untuk hidup berpenghasilan sendiri. Ia ingin dihargai dan diperhatikan pendapatnya akan tetapi belum dapat bertanggung jawab dari segi ekonomi dan sosial (Anshari, 1989:75). Mahasiswa pada dasarnya belum mampu berdiri sendiri terutama dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena jiwa mereka masih dalam
25
kegoncangan dan ketidakpastian. Pertumbuhan sosial mereka masih berjalan dan mereka sangat mendambakan pengakuan diri dan penghargaan dari orang lain. Mahasiswa termasuk golongan pemuda yang menurut literatur psikologi, masih dianggap sebagai kelompok yang terbuang dari kawanan manusia normal dengan suatu struktural tersendiri, yang ditandai dengan berbagai perubahan menuju ke arah tercapainya kematangan dalam berbagai aspek, seperti intelek, emosional, sikap, nilai, biologis (Munandar, 1992:105). B. Tinjauan Konsep Belajar 1. Definisi Belajar Definisi belajar menurut beberapa ahli (Syah, 2010:63): 1) Menurut Skinner, seperti dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology: The teaching-Leaching Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah “… a process of progressive behavior adaptation”. 2) Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychologi membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi: “…acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience” (Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman). Rumusan keduanya adalah process of acquiring responses as a result of special practice (Belajar ialah proses memperoleh responrespon sebagai akibata adanya latihan khusus).
26
3) Menurut Wittig (1981) dalam bukunya Psychologi of Learning mendefinisikan belajar sebagai: any relstively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience (Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman). Dari uraian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. 2. Teori Belajar a. Definisi Teori Belajar Popper (dalam Hergenhahn & Olson, 1997) menyatakan bahwa teori adalah usulan pemecahan masalah. Syah (2003) menyimpulkan, belajar adalah tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melipatkan proses kognitif (2009:23). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, teori belajar adalah usulan pemecahan masalah berupa tahapan perubahan tingkah laku individu sebagai hasil pengalaman dengan lingkungan. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks. Oleh sebab itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses belajar dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
27
Menurut Suryabrata (2004), keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Masing-masing faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (Sriyanti, 2009:32): 1) Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat diluar diri individu. Dalam proses belajar di sekolah, faktor eksternal berarti faktor-faktor yang berada di luar diri siswa. Faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor nonsosial dan faktor sosial. 2) Faktor Internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri faktor fisiologis dan faktor psikologi. 3. Arti Penting Belajar a. Arti Penting Belajar Belajar adalah key term, ‘istilah kunci’ yang paling vital dalam usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi pendidikan dan psikologi belajar. Karena demikian pentingnya arti belajar, maka bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajar pun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses perubahan manusia (Syah, 2010: 59). 1) Arti Penting Belajar bagi Perkembangan Manusia Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan berubah karena
28
belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh dari makhluk-makhluk lainnya, sehingga ia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah Tuhan di muka buumi. Boleh jadi, karena kemampuan berkembang melalui belajar itu pula manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusankeputusan penting untuk kehidupannya. 2) Arti Penting Belajar bagi Kehidupan Manusia Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut, kenyataan tragis terjadi karena belajar. Contoh, tidak sedikit orang yang menggunakan kepintarannya untuk membuat orang lain terpuruk atau bahkan menghancurkan kehidupan orang tersebut. Meskipun ada dampak negatif dari hasil belajar sekelompok manusia tertentu, kegiatan belajar tetap memiliki arti penting. Alasannya, seperti yang telah dikemukakan di atas, belajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Dalam perspektif agama Islam, belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan mereka. Hal ini dinyatakan dalam surat Mujidalah ayat 11 yang berbunyi:
ٍ ﯾَﺮْﻓَﻊِ اﷲُ اﻟﱠﺬِﯾْﻦَ آﻣَﻨُﻮْا ﻣِﻨْﻜُﻢْ وَاﻟﱠﺬِﯾْﻦَ أُوﺗُﻮا اﻟْﻌِﻠْﻢَ دَرَﺟَﺎت. . . Artinya: …niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang beriman dan berilmu” (Q.S Mujadilah:11) (Al-Quran Al-Karim dan Terjemahnya Departemen Agama RI: 1112). 29
Ilmu dalam hal ini tentu saja tidak hanya berupa pengetahuan agama, tetapi juga berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan kemajuan zaman. 4. Kesulitan-kesulitan Belajar a. Pengertian Kesulitan Belajar Kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatanhambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Aktivitas belajar bagi setiap
individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian kenyataan yang sering dijumpai pada mahasiswa yang sudah menikah kaitannya dengan aktivitas belajar. Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi. Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab kesulitan belajar (Ahmadi & Supriyono, 2004:77). Faktor-faktor kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu antara lain: 1) Faktor Intern a) Sebab yang bersifat jasmani (1) Karena Sakit Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat ditruskan ke otak. Apalagi jika sakitnya lama,
30
sarafnya akan bertambah lema, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal jauh dalam pelajarannya. (2) Karena Kurang Sehat Anak yang kurang sehat akan mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan respons pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya. Perintah dari otak yang langsung kepada kepada saraf motorik yang berupa ucapan, tulisan, hasil pemikiran/lukisan menjadi lemah. (3) Sebab Karena Cacat Tubuh Cacat tubuh dibedakan atas: (a) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, gangguan psikomotor. (b) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangannya dan kakinya. b) Sebab-sebab Kesulitan Belajar Karena Rohani Belajar memerlukan kesiapan rohani, ketenangan dengan baik. Jika hal-hal di atas ada pada diri anak maka belajar sulit dapat masuk. Faktor rohani meliputi meliputi antara lain sebagai berikut:
31
(1) Intelegensi Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Anak yang normal (90-110) dapat menamatkan program pendidikan tepat pada waktunya. Mereka yang memiliki IQ 110-140 dapat digolongkan cerdas, 140 ke atas tergolong genius. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Jadi semakin tinggi IQ seseorang akan semakin cerdas pula. Mereka yang mempunyai IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental (mentally defective). Golongan inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar. Kemudian mereka digolongkan lagi atas debil, embisil, dan ediot. (a) Golongan debil walaupun umurnya telah 25 tahun, kecerdasan mereka setingkat dengan anak normal umur 12 tahun. (b) Golongan embisil hanya mampu mencapai tingkat anak normal umur 7 tahun. (c) Golongan ediot kecakapannya menyamai anak normal umur 3 tahun. Anak yang tergolong lemah mental inisangat terbatas kecakapannya. Apabila mereka harus menyelesaikan persoalan yang melebihi potensinya jelas ia tidak mampu dan banyak mengalami kesulitan. (2) Bakat Bakat dalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang yang berbakat musik mungkin dibidang lain ketinggalan. Seorang yang berbakat dibidang teknik tetapi dibidang olah raga lemah.
32
Jadi seseorang akan mudah mempelajari yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seorang anak harus mempelajari bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, mudah putus asa, tidak senang. (3) Minat Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan
kecakapan,
tidak
sesuai
dengan
tipe-tipe
khusus
anak
menimbulkan banyak menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memperhatikan garis miring tidaknya dalam pelajaran itu. (4) Motivasi Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. (5) Faktor Kesehatan Mental Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbale balik. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian
33
juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya kesehatan mental. Individu di dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhankebutuhan dan dorongan-dorongan, seperti memperoleh penghargaan, dapat kepercayaan, dan rasa aman. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan
membawa
masalah-masalah
emosional
dan
bentuk-bentuk
maladjustment. Maladjusment sebagai menifestasi dari rasa emosional mental yang kurang sehat dapat merugikan belajarnya. Misalnya, anak yang sedih akan kacau pikirannya, kecewa akan sulit mengadakan konsentrasi. Keadaan seperti ini akan menimbulkan kesulitan belajar, sebab dirasa tidak mendatangkan kebahagiaan. (6) Tipe-tipe Khusus Seorang Pelajar Tipe-tipe belajar seorang anak ada 3 yang antara lain: a.
Seorang yang bertipe visual, akan cepat mempelajari bahan-bahan
yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik, gambar. Sebaliknya merasa sulit belajar apabila dihadapkan bahan-bahan dalam bentuk suara, atau gerakan. b.
Anak yang bertipe auditif, mudah mempelajari bahan yang
disajikan dalam bentuk suara (ceramah). Pelajaran yang disajikan dalam bentuk tulisan, perabaan, gerakan-gerakan akan mengalami kesulitan.
34
c.
Individu yang bertipe motorik, mudah mempelajari bahan yang
berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan, dan sulit mempelajari bahan yang berupa suara dan penglihatan. 2) Faktor Ekstern a) Faktor Keluarga Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk faktor ini antara lain adalah sebagai berikut : (1) Faktor Orang Tua (a) Cara Mendidik Anak Orang tua yang tidak/kurang memperhatikan pendidikan anakanaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajarnya. Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini akan berakibat anak tidak dapat tenteram, tidak senang di rumah, ia pergi mencari teman sebayanya, hingga lupa belajar. Sebenarnya orang tua mengharapkan anaknya pandai, baik, cepat berhasil, tetapi malah menjadi takut. Orang tua yang lemah, suka memanjakan anak, sehingga anak malas berusaha, hingga prestsinya turun. Kedua sikap itu pada umumnya orang tua tidak memberikan dorongan kepada anaknya, hingga anak menyukai belajar, bahkan karena sikap orang tuanya yang salah, anak bisa benci belajar.
35
(b) Hubungan Orang Tua dan Anak Yang dimaksud dengan hubungan adalah kasih saying penuh pengertian, atau kebencian, sikap keras, acuh tak acuh dan memanjakan. Kasih sayang dari orang tua, perhatian atau penghargaan kepada anak menimbulkan mental yang sehat bagi anak. kurangnya kasih sayang akan menimbulkan emosional insecurity. Demikian juga sikap keras, kejam, acuh tak acuh akan menyebabkan hal yang serupa. Kasih sayang dari orang tua dapat berupa: -
Apakah orang tua sering meluangkan waktunya untuk omong-omong bergurau dengan anak-anaknya.
-
Biasakan orang tua membicarakan kebutuhan keluarga dengan anakanaknya.
-
Seorang anak akan mengalami kesulitan belajar karena faktor-faktor tersebut.
(c) Contoh/Bimbingan dari Orang Tua Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya. Segala yang diperbuat orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh anak-anaknya. Demikian juga belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar, tumuh pada diri anak. Orang tua yang terlalu sibuk bekerja berarti anak tidak mendapatkan pengawasan/bimbingan dari orang tua, hingga kemungkinan akan banyak mengalami kesulitan belajar.
36
(2) Suasana Rumah/Keluarga Suasana keluarga yang sangat ramai/gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya, sehingga sukar untuk belajar. (3) Keadaan Ekonomi Keluarga Keadaan ekonomi digolongkan dalam: (a) Ekonomi yang kurang/miskin Keadaan ini akan menimbulkan: 1) Kurangnya alat-alat belajar 2) Kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua 3) Tidak mempunyai tempat belajar yang baik Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya. Keluarga yang miskin tidak dapat menyediakan tempat untuk belajar yang memadai, di mana tempat belajar itu merupakan salah satu sarana terlaksananya belajar secara efisien dan efektif. (b) Ekonomi yang Berlebihan Keadaan ekonomi ini kebalikan dari keadaan ekonomi miskin, di mana ekonomi keluarga berlimpah ruah. Hal tersebut mengakibatkan anak akan menjadi segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang. Keadaan ini akan dapat menghambat kemajuan belajar. b) Faktor Sekolah Yang dimaksud sekolah, antara lain adalah:
37
(1) Guru Guru dapat menjadi sebab kesulitan belajar, apabila: (a) Guru tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa terjadi, karena vak yang dipegangnya kurang sesuai, hingga kurang menguasai, sehingga cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh murid-murid. (b) Hubungan guru dengan murid kurang baik. Hal ini bermula pada pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya, seperti: -
Kasar, suka marah suka mengejek dan tidak membantu anak.
-
Tidak pandai menerangkan, sinis, sombong.
-
Menjengkelkan, tinggi hati, pelit dalam meberi angka.
Sikap-sikap guru yang seperti itu dapat menghambat perkembangan anak dan mengakibatkan hubungan guru dan murid tidak baik. (c) Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. (d) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar. Misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan anak-anak, dan sebagainya. (e) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar, antara lain: 1) Metode mengajar yang mendasarkan diri pada latihan mekanis tidak didasarkan pada pengertian. 2) Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga yang memungkinkan semua alat indranya berfungsi.
38
3) Metode mengajar yang menyebabkan murid pasif, sehingga anak tidak ada aktivitas. 4) Metode mengajar tidak menarik, kemungkinan materinya tinggi, atau tidak meguasai bahan. 5) Guru hanya meggunanakan satu metode saja dan tidak bervariasi. (2) Faktor Alat Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Kemajuan teknologi membawa perkembangan pada alat-alat pelajaran/pendidikan, sebab yang dulu tidak ada sekarang menjadi ada. Misalnya, mikroskop, gelas ukuran, teleskop, everhed proyektor, slide. Tiadanya alat-alat itu cenderung menggunakan metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi anak, sehingga tidak mustahil timbul kesulitan belajar. (3) Kondisi Gedung Terutama ditunjukkan pada ruang kelas/ruangan tempat belajar anak. Ruangan harus memenuhi syarat kesehatan seperti: 1) Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan, sinar dapat menerangi ruangan. 2) Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor. 3) Lantai tidak becek, licin atau kotor. 4) Keadaan gedung yang jauh dari tempat keramaian sehingga anak mudah konsentrasi dalam belajarnya.
39
Apabila hal tersebut tidak terpenuhi, maka situasi belajar akan kurang baik. (4) Kurikulum Kurikulum yang kurang baik, misalnya: 1) Bahan-bahannya terlalu tinggi. 2) Pembagian bahan tidak seimbang (kelas I banyak pelajaran dan kelas di atasnya sedikit pelajaran). 3) Adanya pendataan materi. Hal-hal itu akan membawa kesulitan belajar bagi murid-murid. Sebaliknya, kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak, akan membawa kesuksesan dalam belajar. (5) Waktu Sekolah dan Dsiplin Kurang Apabila sekolah masuk sore, siang, malam, maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran. Sebab energy sudah berkurang, di samping udara yang relative panas di waktu siang, dapat mempercepat proses kelelahan. Waktu dalam kondisi fisik sudah minta istirahat, karena itu maka waktu yang baik untuk belajar adalah pagi hari. Di samping itu pelaksanaan disiplin yang kurang, misalnya muridmurid liar, sering terlambat datang, tugas yang diberikan tidak dilaksanakan, sekolah berjalan tanpa kendali. Lebih-lebih lagi gurunya kurang disiplin akan banyak mengalami hambatan dalam pelajaran.
40
c) Faktor Mass Media dan Lingkungan Sosial (1) Faktor mass media meliputi: bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik. Hal-hal itu akan menghambat belajar apabila anak terlalu bnayak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa akan tugasnya belajar. (2) Lingkungan Sosial (a) Teman Bergaul. Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. kewajiban orang tua adalah mengawasi mereka serta mencegahnya agar mengurangi pergaulan dengan teman-teman yang sekiranya dapat merusak prestasi anak. (b) Lingkungan tetangga. Corak kehidupan tetangga, misalnya suka main judi, minum arak, pedagang, tidak suka belajar, akan mempengaruhi anak-anak yang bersekolah. Sebaliknya, jika tetangga terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter, insinyur, dosen, akan mendorong semangat belajar anak. (c) Aktivitas dalam masyarakat. Terlalu banyak berorganisasi, kursus ini itu, akan menyebabkan belajar anak semakin terbengkalai. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab kesulitan belajar itu karena: a. Sebab-sebab individual, artinya tidak ada dua orang yang mengalami kesulitan belajar itu sama persis penyebabnya, walaupun jenis kesulitannya sama. b. Sebab-sebab yang kompleks, artinya seorang mengalami kesulitan belajar karena sebabnya bermacam-macam.
41
C. Mahasiswa dan Problematikanya a. Pengertian mahasiswa Menurut Ahmad Barizi adalah (2011:95) mahasiswa adalah sekelompok manusia yang berpikir ke depan, memiliki akses intelektual dan moral “tak terbtas” untuk diekspresikan. b. Tugas pokok mahasiswa Menurut Prof. Dr. Soleh Solahuddi tugas pokok mahasiswa adalah belajar, dengan belajar mahasiswa mempunyai keahlian yang bisa digunakan yang bisa digunakan untuk berkarya. Tetapi mahasiswa juga mempunyai misi sebagai kader bangsa, mahasiswa harus tetap peka terhadap lingkungan. Karena kritis adalah salah satu ciri kaum intelektual. Jiwa kritis inilah yang diperlukan bagi negara berkembang seperti Indonesia untuk menuju tatanan yang mapan. Keberadaan kampus tak ubahnya sebagai ‘kawah candradimuka’ yang menggodok jiwa, mental, serta akal calon penerus bangsa. Di sinilah dberikan nilainilai ideal kehidupan yang perlu dipraktekan dalam kehidupan nyata. Dengan begitu kampus tidak hanya tempat belajar dan meraih gelar elit semata, melainkan memainkan peranan, yang menurut Arbi Sanit, sebagai pembawa dan perangsang perbaikan kondisi masyarakat. (http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/02/mahasiswa-dan-idealisme-kebenaran. Diakses tanggal 06 September 2012).
42
c. Peran Mahasiswa 1) Peran mahasiswa dalam mewujudkan perubahan bangsa. Mahasiswa merupakan sebuah miniatur masyarakat intelektual yang memilki corak keberagaman pemikiran, gagasan dan ide-ide yang penuh dengan kreatifitas dalam rangka mewujudkan TRI DARMA PERGURUAN TINGGI Yakni; Pendidikan dan pengajaran, Penelitian, Pengabdian pada masyarakat.Sungguh menarik memang jika kita kembali memperbincangkan persoalan kampus dan dinamikannya yang sangat dinamis. Kampus merupakan tempat pengembangan diri yang memberikan perubahan pikiran, sikap, dan pencerahan, tempat mahasiswa lahir menjadi kaum pemikir bebas yang tercerah. Dengan sifat keintelektual dan idealismenya mahasiswa lahir dan tumbuh menjadi entitas (model) yang memiliki paradigma ilmiah dalam memandang persoalan kebangsaan dan kemasyarakatan. Ciri dan gaya mahasiswa terletak pada ide atau gagasan yang luhur dalam menawarkan solusi atas persoalanpersoalan yang ada. Pijakan ini menjadi sangat relevan dengan nuansa kampus yang mengutamakan ilmu dalam memahami substansi dan pokok persoalan apapun. Dengan kata lain, kampus merupakan laboratorium besar tempat melahirkan beragam ide, pemikiran, pengembangan wawasan yang kemudian diwujudkan dalam bentuk peranan sosial individu mahasiswa tersebut dalam kehidupan kemasyarakatan sebagai bentuk pengabdian masyarakat. Menjadi
43
agen bagi perubahan sosial, budaya, paradigma, ekonomi dan politik masyarakat secara luas. Dengan demikian, kepentingan masyarakat menjadi barometer utama bagi keberhasilan suatu perubahan sosial yang dilakukan oleh mahasiswa. Mahasiswa dituntut tidak hanya berhasil membawa ijazah, tetapi juga diharuskan membawa perubahan dari ilmu dan pengalamannya selama
berada
dalam
laboratorium
kampus
(http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/08/pentingnya-peran-mahasiswadalam-mewujudkan-perubahan-bangsa. diakses tanggal 06 September 2012). 2) Peran mahasiswa dalam memajukan bangsa.
Mahasiswa merupakan eleman masyarakat yang sangat sentral dalam memajukan sebuah peradaban. Bila berbicara mengenai mahasiswa identik dengan pemuda. Pemuda yang memiliki gejolak semangat perubahan yang progresif. Mahasiswa juga identik dengan kaum intelektual yang dengan ideide dan gagasan-gagasan cemerlangnya mampu membuat arus perubahan yang signifikan bagi kemajuan suatu bangsa. Mahasiswa sangat berperan dalam memajukan kehidupan bangsa. Identitas dan ideologis mahasiswa sebagai kaum intelektual memberikan semangat baru bagi pendidikan. Apalagi bagi mahasiswa yang berasal dari universitas atau perguruan tinggi yang berorientasi atau berlatar belakang pendidikan
dan
mencetak
(http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/10/menengok-kembali-peranmahasiswa. diakses tanggal 06 September 2012).
44
guru.
d.
Problematikan Mahasiswa yang sudah menikah 1)
Faktor Psikologik Faktor psikologik erat kaitannya dengan faktor umur seseorang. Dilihat dari segi psikologi perkembangan, dengan makin bertambah umur seseorang, diharapkan akan lebih masak lagi psikologisnya. Banyak hal-hal yang tidak diharapkan terjadi dalam keluarga disebabkan karena faktor ini. Karena itulah dalam membicarakan tentang persyaratan yang diminta dalam perkawinan salah satu syarat adalah faktor psikologik. Agar perkawinan dapat bertahan secara baik, diharapkan agar dapat memperhatikan segi psikologi pasangan yang telah matang. Salah satu ciri kedewasaan seseorang dapat dilihat dari segi psikologik ialah bila seseorang telah dapat mengendalikan emosinya, dengan demikian seseorang dapat berfikir secara baik, dapat menempatkan persoalan sesuai dengan keadaan yang seobyektif-obyektifnya.
a) Kematangan Emosi Kematangan emosi dan fikiran akan saling kait mengait. Bila seseorang telah matang emosinya, telah dapat mengendalikan emosinya, maka individu akan dapat berfikir secara matang, berfikir secara matang, brfikir secara baik, berfikir secara obyektif. Dalam kaitannya dengan perkawinan, jelas hal ini dituntut dituntut agar suami-isteri dapat melihat permasalahan yang ada dalam keluarga dengan secara baik, secara obyektif. Kemasakan atau kematangan emosi berkaita erat dengan umur seseorang. Makin bertambah umur seseorang, diharapkan emosinya akan lebih matang, dan
45
individu akan dapat lebihmenguasai atau mengendalikan emosinya. Namun ini tidak berarti bahwa bila seseorang telah bertambah umurnya akan dengan sendirinya dapat mengendalikan emosinya secara otomatik. Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda kematangan emosi: a.
Bahwa orang yang telah matang emosinya dapat menerima baik keadaan dirinya maupun keadaan orang lain seperti apa adanya, sesuai dengan keadaan obyektifnya. Hal ini disebabkan bahwa orang yang telah matang emosinya dapat berfikir secara baik, dapat berfikir secara obyektif.
b.
Orang yang telah matang emosinya pada umumnya tidak bersifat impulsif. Ia akan merespons stimulus dengan cara berfikir baik, dapat mengatur fikirannya, untuk memberikan tanggapan terhadap terhadap stimulus yang mengenainya. Orang yang bersifat impulsif, yang segera bertindak belum difikirkan dengan dengan baik, suatu pertanda bahwa emosinya belum matang.
c.
Orang yang telah matang emosinya adalah yang dapat mengontrol emosinya dengan secara baik, dapat mengontrol ekspresi emosinya.
d.
Karena orang yang telah matang emosinya dapat berfikir secara obyektif, maka orang yang telah matang emosinya akan bersifat sabar, penuh pengertian, dan pada umumnya cukup mempunyai toleransi yang baik.
e.
Orang yang telah matang emosinya akan mempunyai tanggung jawab yang baik, dapat berdiri sendiri, tidak mudah mengalami frustasi, dan akan menghadapi masalah dengan penuh pengertian.
46
Dengan uraian tersebut di atas maka seseorang akan dapat menilai sejauh mana kematangan emosi yang ada pada dirinya. Karena dalam perkawinan akan selalu trjadi interaksi antara suami dan isteri, maka agar interaksi berlangsung dengan baik dituntut adanya kematangan emosi tersebut. b) Sikap Toleransi Dengan kematangan emosi, dan kematangan cara berfikir, maka diharapkan seseorang akan mempunyai sikap toleransi yang baik, toleransi antara suami dan isteri. Dengan adanya sikap bertoleransi ini berarti antara antara suami dan isteri adanya sikap saling menerima dan memberi, saling tolong menolong, tidak hanya suami saja yang memberi dan isteri yang menerima atau sebaliknya. Sikap bertoleransi ini perlu ditimbulkan dan dipupuk demi untuk kebaikan keluarga, dari hal-hal yang kecil sampai ke hal-hal yang besar. Karena mempersatukan dua pribadi menjadi satu kesatuan perlu adanya toleransi. Dengan sikap toleransi masing-masing harus siap dan sedia berkorban untuk kepentingan keluarga yang dibinanya. Dengan adanya sikap toleransi dalam keluarga maka akan tumbuh perasaan atau sikap saling hormat-menghormati. c) Sikap Saling Antara Suami dan Isteri Manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan yang dasarnya menghendaki pemenuhan. Dalam keluargapun hal ini perlu mendapatkan perhatian dan pemikiran. Bila kembali pada pendapat Maslow, dengan adanya berbagai macam kebutuhan yang antara lain kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta, kebutuhan akan aktualisasi diri, kesemuanya pada dasarnya ingin mendapatkan pemenuhan, tidak terkecuali dalam kehidupan keluarga.
47
Hal
tersebut akan dapat dicapai bila dalam keluarga dihidupkan sikap saling antara suami dan isteri. Dengan adanya sikap saling antara suami dan isteri, maka kebutuhankebtuhan psikologik akan dapat dipenuhi. Sikap saling inipun telah dikemukakan pula dalam Undang-Undang Perkawinan, diantaranya: “Suami isteri wajib saling mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lshir bstin yang satu kepada yang lain”.
2)
Faktor Manajemen Waktu Menurut James A.F.Stoner Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpianan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut definisi manajemen tersebut, dapat disimpulkan manajemen waktu adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian waktu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen waktu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran seseorang. Apabila seorang mahasiswa dapat mengatur waktu dengan baik maka seorang mahasiswa tersebut dapat meyelesaikan apa yang menjadi tugas dan kewajibannya dengan tepat dan baik pula. Tugas belajar seorang mahasiswa tidak hanya dilakukan di kampus saja, namun bisa dilakukan di mana saja termasuk belajar dirumah. Sementara itu, untuk belajar dirumah ditentukan dari kondisi masing-masing. Penggunaan waktu belajar secara efisien dapat meningkatkan keberhasilan belajar seseorang. Oleh karena itu, setiap siswa 48
sebaiknya dapat mengatur waktu belajarnya secara efisien. Berikut ini adalah petunjuk menyusun waktu belajar secara efisien: a. Menyusun daftar kegiatan belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Kegiatan tersebut mencakup kegiatan sekolah pada hari tersebut terutama tugas-tugas yang harus diselesaikan di rumah dan kegiatan belajar lainnya. Jenis kegiatan belajar dirumah mencakup kegiatan mengerjakan tugas sekolah dan kegiatan belajar di rumah (mempelajari buku pelajaran, mengerjakan tugas, memindah catatan). b. Menetapkan waktu belajar. Masing-masing individu memiliki kebiasaan belajar yang berbeda. Ada individu yang biasa belajar dengan baik pada sore hari, ada yang malam hari dan ada yang pagi hari. Dengan menetapkan waktu belajar tertentu sesuai dengan kondisi masing-masing individu, akan terbentuk kebiasaan belajar yang baik. c. Bertanya kepada diri sendiri tentang pelajaran yang sukar dan mudah. Masing-masing orang berbeda dalam menentukan pelajaran yang mudah. Ada yang menganggap pelajaran Matematika lebih sukar dari pelajaran Bahasa Inggris. Pelajari terlebih dahulu yang dianggap sukar dan pelajari sampai benar-benar menguasai. d. Beri waktu yang cukup untuk setiap pelajaran.
49
e. Membuat satuan belajar selama satu jam. Dapat melakukan selingan makan-makan kecil, mendengarkan musik atau melakukan gerakan kecil untuk meluruskan kaki sehingga badan tetap segar dan tidak lelah. f. Mengulangi pelajaran yang baru diberikan dikelas. Membaca kembali pelajaran tersebut sebelum menghadapi pelajaran berikutnya. g. Jangan menyia-nyiakan waktu luang. Misalnya ada guru yang berhalangan hadir, atau pelajaran selesai sebelum waktunya. Gunakan waktu luang itu untuk belajar diskusi atau membaca. h.
Mengganti waktu belajar yang hilang. Mengganti waktu belajar yang hilang karena melakukan kegiatan lain. Hal ini dilakukan agar seseorang tetap belajar meskipun juga nelakukan kegiatan lain.
i.
Menyusun Waktu Belajar
j.
Mencatat semua pelajaran yang sudah pasti. Kegiatan ini meliputi kegiatan rutin diluar belajar, seperti diniyah, makan, mandi, kegiatan belajar di sekolah, kegiatan keagamaan, kegiatan mengembangkan bakat, kegiatan les tambahan dan istirahat.
50
k. Menentukan waktu untuk tidur Usahakan menyediakan waktu antara enam sampai delapan jam untuk tidur. Jika tidak ada kegiatan pada siang hari, bisa digunakan untuk tidur selama satu jam. l.
Menentukan waktu makan, mandi, berpakaian, berhiasan dan kegiatan yang lain.
m. Menentukan waktu belajar kurang lebih dua jam. n. Menentukan waktu untuk kegiatan lain seperti menonton televisi, mengembangkan hobi, rekreasi kurang lebih dua jam. o. Gunakan hari Jumat atau hari libur untuk kegiatan selain belajar. (http://masathoku.blogspot.com/2012/03/cara-mengatur-waktu-belajarsecara.html, diakses pada tanggal 12 Agustus 2012). 3)
Faktor Motivasi
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 1994:73). Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting yang diantaranya adalah: a)
Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energy di dalam system ”neurophysiological” yang ada pada organism manusia. Karena menyangkut perubahan energy manusia 51
(walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. b)
Motivasi
ditandai
dengan
munculnya,
rasa/”feeling”,afeksi
seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan. Afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia. c)
Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suati aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang komples. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Senua ini didorong karena adanya tujaun, kebutuhan atau keinginan.
4)
Faktor Ekonomi Faktor ekonomi sangat mempengaruhi keberhasilan akademik mahasiswa maupun kalangan pelajar. Dalam kehidupan mahasiswa yang sudah menikah pastilah memiliki tanggungjawab ganda, selain menjadi seorang istri maupun seorang suami, mahasiswa juga memiliki tanggungan untuk menyelesaikan tugas perkuliahan yang masih membutuhkan dana. Bagi mahasiswa yang tidak bisa
52
mengatur keuangan antara kebutuhan pribadi dan kebutuhan pendidikan pasti hal ini akan menjadi suatu dampak yang buruk bagi mahasiswa (Syah, 2010:123).
53
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data 1. Sejarah Kampus STAIN Salatiga a. Pendirian Sejak berdirinya sampai saat ini, STAIN Salatiga telah melewati sejarah yang cukup panjang, dan mengalami beberapa kali perubahan kelembagaan. Pendirian lembaga ini bermula dari cita-cita masyarakat islam salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu didirikan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) “Nahdlatul Ulama” di Salatiga. Lembaga ini menempati gedung milik Yayasan Pesantren Luhur, yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga, yang berdiri berkat dukungan dari berbagai pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul ulama Jawa Tengah. Dalam rentang waktu kurang dari setahun, lembaga ini berubah nama semula FIK IKIP menjadi fakultas Tarbiyah. Maksud perubahan tersebut adalah agar lembaga ini dapat dinegerikan bersamaan dengan persiapan berdirinya IAIN Walisongo Jawa tengah di Semarang. Guna memenuhi persyaratan formal, maka dibentuk panitia pendirian yang diketuai oleh ulama kharismatis K.H. Zubair dan sekaligus diangkat sebagai dekannya. Dalam waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN Walisongo jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga diusulkan untuk
54
dinegerikan sebagai
cabang IAIN Sunan Kalijaga, akhirnya pembinaan dan
pengawasan Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan kepada IAIN Walisongo Semarang. Keputusan ini didasarkan pada Surat Menteri Agama c.q. Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 31 November 1969. Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri, Fakultas Tarbiyah Salatiga mendapatkan status negeri, dan menjadi cabang IAIN Walisongo. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 30 tahun 1970 tanggal 16 April 1970. b. Bergabung dengan IAIN Walisongo Meskipun telah berstatus negeri dan menjadi cabang IAIN Walisongo sebagai Fakultas Tarbiyah, namun kondisinya tidak berubah dalam waktu singkat untuk bisa sejajar dengan Perguruan Tinggi Negeri yang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: -
Sarana dan prasarana yang belum memadai, terutama belum tersedianya gedung milik sendiri.
-
Jumlah tenaga profesional edukatif maupun administrasi yang masih kurang, dan
-
Animo mahasiswa yang masih sedikit.
-
Masyarakat Jawa Tengah banyak yang belum tahu bahwa di Salatiga ada sebuah Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri.
55
Keadaan tersebut berlangsung dalam waku yang lama, sehingga kondisi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Salatiga dapat dikatakan kurang layak untuk disebut sebagai perguruan tinggi negeri, terutama dari segi sarana dan prasarana yang dimilikinya. Oleh karena itu pernah berkembang isu bahwa lembaga ini akan ditutup. Mengingat kendala pengembangan lembaga ini, maka para pengelola fakultas mencurahkan perhatian dan usahanya untuk menjawab berbagai tantangan yang ada. Jalan satu-satunya yang mesti ditempuh adalah membeli areal tanah kampus, mengingat untuk mengharapkan wakaf dari masyarakat dan meminta kepada pemerintah daerah belum memungkinkan. Dalam perkembangan selanjutnya, ada seorang warga Muhammadiyah Salatiga (H.Asrori Arif) yang menaruh perhatian terhadap keberadaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga. Beliau menawarkan tanah pekarangannya seluas 0,75 ha, yang berlokasi di Jl.Caranggito (sekarang Jl.Tentara Pelajar) lengkap
dengan
bangunannya
yang
letaknya
cukup
strategis
untuk
menyelenggarakan pendidikan. Dalam rangka menangkap tawaran tanah dan rencana pengembangan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga, maka bapak Drs. Achmadi mengajukan surat permohonan kepada Menteri Agama RI (bapak H. Alamsyah ratu Prawiranegara). Surat tersebut bernomor 031/A-a/FT-WS/I/1979, tanggal 24 januari 1979. Bapak Drs. Achmadi memohon dukungan pula kepada bapak Moh. Natsir (Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) untuk pengembangan Fakultas
56
Tarbiyah IAIN Walisongo salatiga tersebut. Bapak Moh. Natsir memberikan respon positif dengan cara mengkomunikasikan rencana bapak Drs. Achmadi kepada Menteri Agama. Dukungan bapak Moh. Natsir pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo salatiga sangat terasa bila dibaca dalam surat-suratnya kepada bapak Drs. Achmadi. Misalnya dalam surat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Indonesia Nomor 274/B/DDII/79 perihal balasan surat tertanggal 29 Rab. Awwal 1399 H/ 26 Februari 1979 dan surat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Nomor 349/B/DDI/79 perihal Rencana Pembelian tanah 20 Ra. Tsani 1399 H/ 19 Maret 1979. Atas perhatian Menteri Agama RI, maka Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga dapat membeli tanah yang ditawarkan oleh bapak (H. Ansori Arif). Gedung pun dibangun dengan menggunakan dana DIP Pusat (tahun anggaran 1980/ 1981 dan 1981/1982). Di antara dasar pengembangannya adalah Surat Dirgen Bimbaga Islam Nomor E/Dag/BI/2828 tertanggal 10 Agustus 1982. Tercatat mulai tahun 1982 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga hijrah dari kampus lama ke kampus baru milik sendiri, tepatnya di jalan Caranggito 2 (sekarang berubah menjadi Tentara Pelajar 2). Kampus baru dinilai sebagai jawaban tepat yang bersifat fisik atas tantangan rencana rasionalisasi yang digelindingkan oleh pemerintah pada waktu itu. c. Alih Status Menjadi STAIN Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1997, maka secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih status menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
57
(STAIN) Salatiga. Sesuai dengan keputusan itu, STAIN tetap didudukkan sebagai perguruan tinggi dibawah naungan Departemen Agama Republik Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam disiplin ilmu pengetahuan agama Islam. Sebagai salah satu bentuk satuan Pendidikan Tinggi, STAIN Salatiga masih tetap pula memiliki kedudukan dan fungsi yang sama dengan institute maupun universitas negeri lainnya. 2. Visi dan Misi STAIN Salatiga Visi lembaga STAIN Salatiga adalah: “Menjadi perguruan tinggi yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual”. Dengan Visi tersebut, maka misi yang diemban lembaga dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemantapan aqidah, kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan layanan kepada civitas akademika dan masyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 3. Mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat melalui kinerja intelektual dan eksternal. 4. Mengembangkan college based management dengan melibatkan stake holder dan masyarakat. 5. Mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai-nilai Islam dan budaya bangsa.
58
3. Kondisi Obyektif Mahasiswa STAIN Salatiga Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga merupakan salah satu perguruan tinggi negeri yang berada di bawah naungan Departemen Agama Republik Indonesia dan Departemen Pendidikan Nasional. Sebagai salah satu perguruan tinggi agama Islam, maka STAIN Salatiga menyelenggarakan beberapa program pendidikan untuk sarjana Strata Satu (S-1), sarjana Strata Dua (S-2) dan Diploma Tiga (D.III) yang bercorak keislaman. Untuk program Strata Satu (S-1) tersebut adalah jurusan Tarbiyah, jurusan Syari’ah dan jurusan program Khusus Kelas Internasional. Program Strata Dua (S-2) adalah jurusan tarbiyah Pendidikan Agama Islam. Program Diploma III adalah program studi Perbankan Syari’ah (PS). Program Khusus Kelas Internasional. Mayoritas mahasiswa STAIN Salatiga datang dari daerah-daerah sekitar kota Salatiga, namun ada juga yang datang dari luar propinsi dan luar Jawa. Mereka datang dengan berbagai latar belakang pendidikan dan ekonomi yang berbeda. Namun demikian kebanyakan dari mereka adalah lulusan pesantren dan dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang berasal dari kampung atau dusun-dusun terpencil. a. Keberadaan STAIN Salatiga mempunyai fungsi: 1.)Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan program. 2.)Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan agama Islam dan teknologi serta seni yang bernafaskan Islam. 3.)Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu keislaman dan teknologi serta seni yang bernafaskan Islam. 59
4.)Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. 5.)Melaksanakan pembinaan kemahasiswaan. 6.)Melaksanakan kegiatan civitas akademika dan hubungan dengan lingkungannya. 7.)Melaksanakan kerja dengan Perguruan Tinggi dan/atau lembagalembaga lain. 8.)Melaksanakan pengendalian dan pengawasan kegiatan. 9.)Melaksanakan penilaian prestasi dan proses penyelenggaraan kegiatan serta penyusunan laporan. b. Adapun tujuan penyelenggaraan pendidikan STAIN Salatiga adalah: 1.) Menyiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau professional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau
menciptakan
ilmu-ilmu
keislaman dan teknologi serta seni yang bernafaskan Islam. 2.) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu-ilmu keislaman dan/atau
teknologi
serta
seni
yang
bernafaskan
Islam
dan
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. B. Temuan Penelitian Setelah melaksanakan waawancara dengan beberapa informan, maka peneliti memperoleh data sebagai berikut:
60
1. Jumlah Mahasiswa yang Sudah Menikah a. Program Studi Pendidikan Bahasa Arab angkatan 2008. Jumlah keseluruhan mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Bahasa Arab angkatan 2008 berjumlah 24 orang. Mahasiswa yang sudah menikah ada 2 orang, yaitu informan NF yang menjadi sumber informasi bagi peneliti dan informan KA. Dalam penelitian yang dilakukan pada program studi Pendidikan Bahasa Arab ini peneliti tidak dapat meneliti informan
KA dikarenakan
informan
KA sedang
sibuk dengan
pekerjaannya. Saat ini informan sedang menempuh masa studi di STAIN Salatiga dan sedang menyelesaikan skripsi. Jadi dalam penelitian pada program studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) angkatan 2008 ada 1 (satu) orang informan yang dapat diwawancarai oleh peneliti. b. Program Studi Pendidikan Agama Islam angkatan 2008. Jumlah keseluruhan mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Pendidikan Agama Islam angkatan 2008 berjumlah 147 orang. Mahasiswa yang menjadi informan dalam penelitian ini ada 7 orang yaitu informan SNS, SZ, DN, NQS , NS, MI,dan MU. Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya dapat meneliti 5 orang informan yaitu SNS, SZ, DN, NQS dan NS. Hal tersebut dikarenakan jarak rumah informan MI dan MU yang terlalu jauh. Jadi, dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) angkatan 2008 terdapat 5 (lima) orang dapat diwawancarai.
61
c. Program Studi Tadris Bahasa Inggris angkatan 2008. Jumlah keseluruhan mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Tadris Bahasa Inggris (TBI) angkatan 2008 berjumlah 170 orang. Yang menjadi informan dalam penelitian ini ada 2 orang yaitu informan RN dan ALS. d. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2008 Jumlah keseluruhan mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2008 berjumlah 60 orang. Menurut data yang diperoleh oleh peneliti didapat informasi bahwa ada 2 mahasiswa yang sudah menikah yaitu informan SM dan RCK. Dalam penelitian ini peneliti tidak dapat menjangkau wawancara dengan informan SM dikarenakan informan SM tidak mempunyai waktu luang. Jadi, mahasiswa yang dapat dijadikan informan dan dapat diwawancarai oleh peneliti pada program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah ada 1 (satu) orang. e. Program Studi Pendidikan Agama Islam angkatan 2009 Jumlah keseluruhan mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi Pendidikan Agama Islam berjumlah 150 orang. Menurut informasi yang didapat oleh peneliti mahasiswa yang menikah ada 4 orang yaitu informan ZK, MFR, NA dan SA. Peneliti hanya dapat menjangkau 2 orang informan yaitu ZK dan MFR. Hal tersebut dikarenakan informan NA dan SA sedang sibuk praktek perkuliahan. Jadi, pada program studi
62
Pendidikan Agama Islam (PAI) angkatan 2009 terdapat 2 (dua) orang yang dapat diwawancarai oleh peneliti. 2. Latar Belakang Pernikahan a. Menikah yang dilatarbelakangi karena dijodohkan Ada 5 mahasiswa yang pernikahannya dilatarbelakangi karena dijodohkan oleh kedua orang tua atau kerabat dekatnya. Berikut ini adalah beberapa hasil wawancara dengan para informan: 1) Informan SNS (23 tahun) “saya dulu kenal dengan suami saya itu karena dikenalan oleh orang tua saya mbak. Awalnya orang tua saya tidak mengatakan kalau suami saya itu akan jadi suami saya. Tapi setelah lama kelamaan orang tua saya bertanya kepada saya, mau tidak kalau suami saya itu melamar saya. Setelah saya fikir-fikir kalau menikah muda itu tidak ada salahnya akhirnya saya mau menikah dengan suami saya” (wawancara SNS halaman 2). Menurut informasi yang didapat peneliti dari teman informan sewaktu MA yaitu informan SIF, informan SNS memang sudah dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Hal tersebut memperkuat hasil wawancara yang mengatakan informan SNS dijodohkan oleh kedua orang taunya. 2) Informan ZK (21 tahun) “saya dulu tidak mengenal pacaran. Begitu tahu kalau suami saya berniat baik untuk melamar saya, saya menerima lamaran tersebut. Karena didalam kelurga saya tidak mengenal yang namanya pacara” (wawancara ZK halaman 7). Setelah
peneliti
mewawancarai
ZK,
peneliti
mewawancarai teman satu kelas ZK dan teman satu kamar di
63
kost-kostan ZK yaitu informan HJP. Hasil yang didapat adalah benar pernikahan ZK dengan suaminya dilatarbelakangi karena dijodohkan oleh orang tuanya. 3) Informan SZ (22 tahun) “awalnya memang saya sering pacaran, namun karena saya berfikir kalau pacaran itu tidak ada manfaatnya jadi saya lebih memilih langsung menikah setelah kenal dengan suami saya yang tak lain adalah anak dari teman orang tua saya. Selain itu menikah kan juga sunah Rasul” (wawancara SZ halaman 10). Setelah peneliti melakukan wawancara dengan SZ, kemudian peneliti menemui dan mewawancarai teman satu kelas SZ untuk memperkuat keabsahan data yang diperoleh peneliti. Menurut keterangan dari teman terdekat SZ yaitu informan ME, SZ memang dijodohkan oleh kedua orang tuanya dan tidak pacaran. 4) Informan DN (23 tahun) “sebenarnya saya kenal dengan suami saya itu sudah lama, karena beliau adalah guru MAN saya dulu. Namun, saya tidak pernah pacaran karena orang tua saya yang mejodohkan saya dengan suami saya” (wawancara DN halaman 23). Menurut informasi yang diperoleh dari teman KKN informan yang juga teman dekat informan DN yaitu informan IST, didapat informasi bahwa informan menikah karena dijodohkan oleh orang tuanya. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
diungkapkan
DN
pada
wawancara langsung dengan DN.
64
saat
peneliti
melakukan
5) Informan MFR (21 tahun) “saya kenal dengan suami saya dari budhe saya, suami saya bekerja sebagai TNI AD yang kebetulan kenal dan rekan kerja dari pakdhe saya” (wawancara MFR halaman 27). Peneliti melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mewawancarai teman satu kamar MFR di Pondok Pesantren Nurul Asnan yaitu inforan IM. Teman MFR mengungkapkan bahwa MFR dijodohkan oleh budhe-nya. Hal tersebut memperkuat informasi yang didapat oleh peneliti bahwa MFR memang dijodohkan. b. Menikah yang dilatarbelakangi karena pacaran terlebih dahulu. Sebelum masuk pada tahap pernikahan ada 6 informan mahasiswa yang melalui tahap pacaran terlebih dahulu sebelum melangsungkan pernikahan. Yang diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Informan NF (22 tahun) “saya kenal dengan suami saya sejak MA di Boyolali dulu karena merupakan teman se-angkatan saya. Namun, sebelum lulus MA saya belum ada hubungan apapun dengan suami. Baru setelah lulus MA dan masuk kuliah semester 3 saya pacaran dengan suami saya dan menikah pada semester 6” (wawancara dengan NF halaman 13). Peneliti melakukan wawancara dengan teman satu kelas NF yang juga teman satu Pondok Pesantren dengan peneliti. yaitu informan AKH. Setelah dilakukan wawancara, peneliti mendapat informasi bahwa memang NF melakukan pacaran dengan suaminya yang tak lain adalah teman pada saat Madrasah Aliyah dulu. 65
2) Informan RN (23 tahun) “sebelum menikah saya pacaran dulu. Karena suami saya itu dululu kakak kelas saya waktu di MAN, kenlanya sudah sejak di MAN, namun pacarannya setelah masuk kuliah” (wawancara RN halaman 19). Selain peneliti melakukan wawancara dengan RN, informan juga mewawancarai teman satu kelas RN yaitu informan NK. Teman informan mengatakan bahwa sebelum menikah informan terlebih dahulu melakukan tahap pacaran dengan suaminya sekarang. Hal tersebut memperkuat informasi yang didapat oleh peneliti pada saat peneliti melakukan wawancara langsung dengan informan. 3) Informan NQS (28 tahun) “saya kenal istri saya dulu karena istri saya itu adalah kakak senior saya di kampus, kami pernah satu kelas dalam mata kuliah yang sama. Dari situlah saya mengenal istri saya, pacaran dan akhirnya saya memutuskan untuk melamar dia” (wawancara NQS halaman 30). Untuk mengetahui keabsahan data yang diperoleh oleh peneliti, peneliti melakukan wawancara dengan teman satu kelas NQS yang juga teman satu Pondok Pesantren peneliti yaitu informan SNH. Teman NQS mengungkapkan bahwa benar NQS melakukan pacaran dengan kakak senior di kampus sebelum menikah yang sekarang menjadi istri NQS. 4) Informan ALS (24 tahun) “dulu sebelum menikah saya sempat pacaran dulu sebelum menikah. Walaupun tidak lama tapi itu sudah cukup untuk dijadikan jalan perkenalan saya dan suami saya untuk 66
mengetahui sifat dan karakter (wawancara ALS halaman 34).
dari
masing-masing”
Peneliti tidak hanya mewawancarai informan ALS, namun juga mewawancarai teman ALS yang dulu pernah satu sekolah di Madrasah Aliyah. Setelah peneliti melakukan wawancara dengan teman ALS yaitu informan AH. Dari wawancara dengan teman ALS, didapat informasi bahwa ALS melakukan pacaran dahulu sebelum menikah. 5) Informan NS (37 tahun) “saya dulu sempat pacaran selama 3 bulan, saya kenal dengan istri saya waktu saya sedang tugas di Aceh. Istilahnya cinta pada pandangan pertama mungkin. Kemudian setelah saya tahu kalau latar belakang istri saya baik saya langsung melamar dia” (wawancara NS halaman 37). Setelah melakukan wawancara dengan NS, peneliti melakukan wawancara dengan teman NS yang merupakan teman satu kelas dengan NS yaitu informan RSN untuk mendukung informasi yang disampaikan oleh informan NS. Informasi yang didapat dari wawancara tersebut adalah benar bahwa NS melakukan pacaran selaman 3 bulan sebelum melangsungkan pernikahan. 6) Informan RCK (22 tahun) “saya kenal dengan suami saya di kampus, dan sebelum menikah saya sempat pacaran terlebih dahulu” (wawancara RCK, halaman 41). Untuk mengetahui kebenaran yang didampaikan oleh informan RCK, maka peneliti melakukan wawancara kembali 67
terhadap teman 1 kelas RCK yaitu informan AMA. Dari informan AMA peneliti mendapatkan informasi bahwa benar sebelum informan RCK melakukan pernikahan terlebih dahulu melakukan pacaran. 3. Pola Pernikahan Pola pernikahan informan yang diteliti adalah semua sama. Yaitu semua pernikahan yang dijalani adalah secara resmi tidak ada yang nikah siri.Semua informannya berjumlah 11 orang. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara berikut ini: 1) Informan SNS (23 tahun) “akad nikah pernikahan saya dilakukan pada tanggal 21 November 2012, dan resepsi pun juga dilakukan pada hari yang sama” (wawancara SNS halaman 2). Untuk mengecek keabsahan data yang disampaikan oleh SNS, peneliti melakukan wawancara dengan teman satu kelas SNS yang juga teman satu Pondok Pesantren dengan peneliti yakni informan SNH. Dari wawancara tersebut, teman SNS mengatakan bahwa dia menghadiri akad nikah dan pesta pernikahan yang dilakukan oleh SNS di Purwodadi. 2) Informan ZK (21 tahun) “saya menikah tanggal 14 Mei 2012 di Batang, tidak ada nikah siri karena semuanya berlangsung pada hari yang sama” (wawancara ZK halaman 10). Peneliti melakukan wawancara kembali denganteman satu kost yang juga teman satu kelas informan yaitu informan
68
HPS. Dari wawancara tersebut didapat informasi bahwa ZK melakukan
pernikahan
secara
resmi
yang
pesta
pernikahannya dilakukan di Batang. 3) Informan SZ (22 tahun) “saya menikah tanggal 3 Oktober 2011, dan melangsungkan resepsi pada hari itu juga” (wawancara SZ halaman 10). Untuk mendukung keabsahan data, peneliti melakukan pengecekan dengan cara melakukan wawancara kembali dengan teman PPL SZ yang juga teman PPl penelit yaitu informan IST. Dari wawancara tersebut didapat informasi bahwa SZ melakukan akad nikah secara resmi dan pesta pernikahan pada hari yang sama di Desa Candi Kecamatan Tingkir.
Hal
tersebut
menguatkan
informasi
yang
disampaikan oleh SZ. 4) Informan NF (22 tahun) “pernikahan saya dilakukan tanggal 6 April 2011, begitu juga dengan akad nikahnya” (wawancara NF halaman 14). Setelah penilti melakukan wawancara dengan NF, peneliti kembali melakukan wawancara dengan teman satu kelas yang menghadiri akad nikah dan pesta pernikahan NF yaitu informan AKH. Hasil wawancara tersebut sudah cukup untuk membuktikan keabsahan data yang disampaikan oleh NF.
69
5) Informan RN (23 tahun) “pernikahan saya tidak ada siri-sirian. Semuanya langsung tercatat secara sipil” (wawancara RN halaman 18). Untuk mengetahui keabsahan data yang diperoleh, peneliti melakukan wawancara kepada teman satu kelas informan yaitu informan NK. Dari data tersebut didapat informasi bahwa RN melakukan pernikahan secara resmi di Salatiga. 6) Informan DN (23 tahun) “pesta pernikahan saya berlangsung pada tanggal 14 Desember 2009, dan akad nikah juga dilakukan pada hari tersebut” (wawancara DN halaman 23). Peneliti melakukan wawancara kepada teman KKN informan DN yang juga teman satu kelas peneliti yaitu IST. Dari wawancara tersebut didapat informasi bahwa DN melakukan pernikahan secara resmi. 7) Informan MFR (21 tahun) “akad nikah dan pernikahan saya langsung tercatat resmi pada hari yang sama” (wawancara MFR halaman 27). Untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh peneliti, peneliti melakukan wawancara dengan teman satu kelas MFR yaitu informan DW. Dari wawancara tersebut didapat informasi bahwa MFR melakukan pernikahan secara resmi.
70
8) Informan NQS (28 tahun) “ saya menikah langsung resmi dimata agama dan Negara” (wawancara NQS halaman 30). Untuk mengetahui keabsahan data yang disampaikan oleh informan NQS, maka peneliti melakukan wawancara dengan teman se-kelas NQS yaitu informan SNH. Dari wawancara tersebut menguatkan apa yang disampaikan informan NQS bahwa memang melakukan pernikahan secara resmi. 9) Informan ALS (24 tahun) “pernikahan saya langsung resmi, katena menurut saya itu lebih baik supaya semua orang tau tentang kabar bahagia pernikahan saya” (wawancara ALS halaman 35). Setelah melakukan wawancara dengan ALS, peneliti kembali melakukan wawancara untuk mengecek keabsahan data yaitu dengan mewawancarai teman satu kelas ALS yaitu NK. Informasi yang didapat dari wawancara tersebut adalah bahwa ALS benar-benar melakukan pernikahan secara resmi da tidak siri. 10) Informan NS (37 tahun) “tidak ada nikah siri mbak dalam pernikahan saya. Karena tidak ada manfaatnya” (wawancara NS halaman 38). Peneliti melakukan wawancara dengan teman NS untuk mengetahui keabsahan data yaitu informan RS. Dari
71
wawancara
tersebut
didapat
informasi
bahwa
NS
melakukakan pernikahan langsung secara resmi. 11) Informan RCK (22 tahun) “saya menikah langsung resmi, dan tidak nikah siri” (wawancara RCK halaman 41). Setelah peneliti melakukan wawancara dengan RCK, peneliti melakukan wawancara kembali dengan teman satu kelas RCK untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh yaitu AMA. Dari wawancara dengan teman RCK dapat disimpulkan bahwa informan melakukan pernikahan secara resmi. 4. Tempat tinggal setelah menikah Setelah melakukan pernikahan, ada 2 mahasiswa yang sudah mempunyai rumah sendiri dan 9 mahasiswa yang masih tinggal bersama dengan orangtua ataupun mertua. Berikut ini adalah hasil wawancara dari masing-masing informan: a.
Punya rumah sendiri 1) Informan DN (23 tahun) Informan DN sudah mempunyai rumah sendiri yang jaraknya tidak jauh dari rumah orang tua informan. Walaupun informan sudah mempunyai rumah sendiri namun informan masih membutuhkan bantuan orang tua informan untuk mengasuh anak informan. Hal tersebut sesuai dengan hasilmwawancara berikut ini: 72
“saya sudah punya rumah sendiri, walaupun rumahnya saya tidak terlalu bagus tapi itu cukup untuk saya dan keluarga” (wawancara DN halaman 23). 2) Informan NS (37 tahun) Informan NS sejak awal menikah sudah mempunyai rumah sendiri. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan informan: “Saya sudah punya rumah sendiri di Banyubiru, sejak awal menikah saya sudah punya rumah sendiri” (wawancara NS halaman 37). b.
Belum punya rumah sendiri : 1) Informan SNS (23 tahun) SNS belum mempunyai rumah sendiri, dan masih tinggal bersama dengan mertua SNS. Berikut ini adalah
hasil
wawancara dengan SNS: “saya masih tinggal dengan orang tua saya, karena saya dan suami belum memunyai cukup uang untuk beli rumah sendiri” (wawancara SNS halaman 2). 2) Informan ZK (21 tahun) Informan ZK mengatakan bahwa belum mempunyai rumah sendiri dan masih tinggal bersama dengan orang tua atau mertua. Seperti yang diungkapkan oleh ZK berikut ini: “kadang saya masih tinggal dengan orang tua atau mertua saya karena saya belum punya rumah sendiri” (wawancara ZK halaman 7). 3) Informan SZ (22 tahun) SZ belum mempunyai rumah sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh SZ berikut ini:
73
“saya belum punya rumah sendiri dan masih tinggal dengan orang tua saya, kadang juga di rumah mertua saya” (wawancara SZ halaman 11). 4) Informan NF (22 tahun) Informan NF masih tinggal bersama dengan orang tuanya. Hal tersebut agar memudahkan NF dalam mengasuh anak dan untuk mempermudah NF ke kampus. Seperti yang diuangkapkan nF berikut ini: “saya masih tinggal dengan orang tua saya, karena anak saya kan masih kecil dan saya belum terlalu lihai dalam mengasuh anak. jadi, kehadiran orang tua saya sangat membantu saya dalammengurus anak (wawancara NF halaman 15). 5) Informan RN (23 tahun) RN mengatakan belum mempunyai rumah sendiri dan masih tinggal bersama dengan orang tua informan. Seperti yang diungkapkan RN berikut ini: “saya masih tinggal bersama dengan orang tua saya karena saya masih membutuhkan banyak bimbingan dari orang tua saya dalam mengasuh anak” (wawancara RN halaman 19). 6) Informan MFR (21 tahun) MFR belum mempunyai rumah sendiri. Seperti yang telah diungkapkan MFR berikut ini: “saya belum mempunyai rumah sendiri, hal itu dikarenakan saya jarang bertemu dengan suami saya. Jadi mempunyai rumah sendiri belum terlalu penting bagi kami” (wawancara MFR halaman 28).
74
7) Informan NQS (28 tahun) Informan NQS belum mempunyai rumah sendiri dan masih tinggal bersama dengan mertua.hal tersebut dikarenakan NQS belum mempunyai cukup uang untuk membeli rumah. Seperti yang diungkapkan oleh NQS berikut ini: “saya dan istri belum mempunya rumah sendiri dan masih tinggal bersama dengan mertua saya. Dan saya juga merasa bertanggung jawab akan hal tersebut karena saya adalah seorang kepala keluarga yang mempunyai kewajiban memenuhi seluruh kebutuhan keluarga termasuk mempunyai rumah sendiri” (wawancara NQS halaman 31). 8) Informan ALS (24 tahun) ALS masih tinggal bersama dengan orang tuanya. Hal tersebut dikarenakan ALS masih membutuhkan bimbingan untuk mengasuh anak dari orang tuanya. Seperti ungkapan ALS berikut ini: “saya masih tinggal dengan orang tua saya. Karena saya masih membutuhkan banyak bimbingan dari orang tua saya untuk mengasuh anak” (wawancara ALS halaman 35). 9) Informan RCK (22 tahun) Informan RCK belum mempunyai rumah sendiri dan sekarang tinggal bersama dengan mertua informan. Seperti yang diungkapkan RCK berikut ini: “setelah menikah saya tinggal bersama dengan mertua saya, dengan begitu saya banyak belajar tentang rumah tangga dari mertua saya” (wawancara RCK halaman 41). 5. Prestasi akademik seorang mahasiswa yang sudah menikah. Hasil penelitian terhadap mahasiswa yang sudah menikah menunjukkan 5 orang mengalami peningkatan prestasi akademik, 4 orang tidak mengalami 75
perubahan prestasi akademik dan 2 orang mengalami penurunan prestasi akademik (halaman 43). a. Meningkatnya Prestasi Akademik 1)
SNS (23 tahun) Prestasi akademik yang di alami oleh SNS semakin lama semakin baik, seperti yang telah di ungkapkan oleh SNS di bawah ini: “prestasi akademik saya setelah saya menikah semakin lama semakin baik, suami saya yang telah melatih saya tentang banyak hal seperti harus rajin belajar, dapat membagi waktu untuk bersama keluarga, tapi menikah saat kuliah menyenangkan juga, karena selain memperoleh ilmu juga mendapat dorongan dari suami untuk tetap semangat” (wawancara SNS halaman 5). Untuk mengetahui kebenaran informasi yang disampaikan oleh informan, peneliti melakukan pengecekan dengan cara melihat sejarah Indeks Prestasi melalui anjungan mandiri STAIN Salatiga.
2)
ZK (21 tahun) Prestasi akademik yang dialami oleh ZK adalah mengalami peningkatan. Peningkatan yang dialami oleh ZK tidak terlalu signifikan. Seperti yang telah diungkapkan ZK dibawah ini: “Alhamdulillah IP saya meningkat mbak, ya walaupun meningkatnya tidak banyak tapi saya rasa itu cukup untuk membuktikan bahwa pernikahan yang saya jalani ini tidak mengganggu perkuliahan saya. Suami saya selalu memantau belajar dan kegiatan kuliah saya, selain itu suami saya juga sering menasehati dan memotivasi saya”(wawancara ZK halaman 8).
3)
NF (22 tahun) Prestasi Akademik yang dialami oleh NF adalah melonjak naik. Walaupun NF mengalami kesulitan dalam mengatur waktu tapi
76
itu tidak menjadi alasan untuk tidak belajar. Seperti yang diungkapkan oleh NF dibawah ini: “setelah menikah prestasi akademik saya mengalami kelonjakan. Walaupun saya memang mengalami kesulitan untuk mengatur waktu, namun itu dapat disiati dengan pinter-piternya kita mengatur waktu. Karena pada kenyataannya banyak wanita karir yang sukses dengan karir tanpa mengabaikan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga” (wawancara NF halaman 16). 4)
DN (23 tahun) Prestasi akademik yang dialami oleh DN adalah mengalami kenaikan Indeks Prestasi. Yang tadinya sebelum menikah sekitar 3,00 setelah menikah menjadi rata-rata sekitar 3,25. Seperti yang disampaikan oleh DN berikut ini: “Alhamdulillah setelah menikah IP saya jadi meningkat. Dan kebetulan suami saya seorang guru, jadi ya suami saya selalu membantu saya dalam belajar dan berbagai tugas kuliah”(wawancara DN halaman 23).
5)
ALS (24 tahun) Prestasi akademik yang dialami oleh ALS adalah mengalami kenaikan Indeks Prestasi. Yang tadinya sebelum menikah sekitar 3,25 setelah menikah menjadi rata-rata sekitar 3,70. Seperti yang disampaikan oleh ALS berikut ini: “Alhamdulillah setelah menikah IP saya meningkat, yang tadinya sekitar 3,25 sekarang jadi 3,70. Hal itu berkat dukungan penuh dari suami saya” (wawancara ALS halaman 33).
b. Prestasi Akademik Tetap 1)
RN (22 tahun)
77
Prestasi akademik yang dialami oleh SR adalah tidak jauh berbeda dibandingkan dengan sebelum menikah. Artinya tidak ada perbedaan prestasi antara sebelum dan sesudah menikah. Seperti yang diungkapkan oleh SR dibawah ini: “tidak terlalu berpengaruh, intinya saya menikah dan tidak menikah itu sama saja. Karena waktu untuk belajar ya masih tetap ada dan untuk prestasi demik saya tidak ada perubahan yang signifikan” (wawancara RN halaman 11). 2)
NS (37 tahun) Informan NS tidak mengalami perubahan Indeks Prestasi yang signifikan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara berikut ini: “saya kuliah dalam keadaan sudah menikah. Prestasi saya tidak jauh berbeda dengan semester-semester yang lalu. Kenaikan atau penurunan IP mungkin hanya beberapa angka di belakang koma saja” (wawancara NS halaman 37).
3)
NQS (28 tahun) Informan NQS tidak mengalami perubahan Indeks Prestasi yang signifikan. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara berikut ini: “IP saya tidak jauh berbeda antara sebelum dan sesudah menikah. Karena mungkin tugas saya dirumah tidak seberat kalau jadi ibu rumah tangga” (wawancara NQS halaman 30).
4)
RCK (22 tahun) Informan RCK tidak mengalami perubahan Indeks Prestasi. Kalaupun mengalami perubahan itupun tidak terlalu signifikan, seperti yang diungkapkan RCK berikut ini:
78
“IP saya sama saja antara sebelum dan sesudah menikah, kalaupun berubah itu tidak terlalu kelihatan perbedaannya” (wawancara RCK halaman 39). c. Prestasi Akademik Menurun Selain ada mahasiswa yang mengalami peningkatan prestasi akademik, ada pula yang mengalami penurunan Indeks Prestasi yang disebabkan karena berbagai hal. Seperti yang dingkapkan oleh SZ berikut ini: 1) SZ (22 tahun) Prestasi akademik yang dialami oleh SZ mengalami penurunan Indeks Prestasi. Informan juga sering mengalami kemalasan untuk ke kampus karena sulitnya mengatur waktu yang disebabkan tidak tinggal 1 rumah dengan suami. Seperti yang diungkapkan oleh SZ dibawah ini: “nilai IP saya sebelum menikah itu sekitar 3,50 dan setelah menikah turun menjadi sekitar 3,25. Karena ada suami yang senantiasa mendukung dan memotivasi saya untuk terus belajar. Saya juga mengalami kesulitan mengatur waktu karena 1 minggu inggal di Salatiga dan 1 minggu tinggal di Semarang bersama suami” (wawancara SZ halaman 20). 2) MFR (21 tahun) Prestasi akademik yang dialami oleh MFR mengalami penurunan Indeks Prestasi. Hal itu disebabkan karena informan tidak tinggal 1 rumah dengan suami karena suami ditugaskan di Bogor. Seperti yang diungkapkan oleh SZ dibawah ini: “setelah menikah IP saya malah justru menurun, hal itu disebabkan karena saya kurang konsentrasi belajar yang disebabkan karena terlalu lelah” (wawancara MFR halaman 26). 79
Untuk mengetahui keabsahan data yang disampaikan informan, peneliti melakukan pengecekan dengan cara melihat sejarah Indeks Prestasi melalui siakad On Line Anjungan Mandiri STAIN Salatiga dari
masing-masing
informan.
Setelah
mendapatkan
hasil
pengamatan, informasi yang didapat oleh peneliti dari informan dan dari metode lain hasilnya adalah sesuai dengan yang disampaikan informan. 6. Problematika Akademik a. SNS (23 tahun) SNS mengaku tidak mengalami problematika akademik, sejauh ini tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai mahasiswa dapat berjalan dengan baik. Walaupun kadang mengalami kesulitan waktu untuk belajar karena sudah mempunyai anak. Seperti yang diungkapkan oleh SNS dibawah ini: “Alhamdulillah tidak ada problem yang menggangu perkuliahan saya. Mungkin sedikit kesulitan mengatur waktu belajar karena saya sudah punya anak dan apabila mau belajar harus menunggu anak saya tidur dulu. Dan saya juga sering dibantu ibu mertua saya untuk mengasuh anak saya” (wawancara SNS halaman 3). Untuk mengecek keabsahan data yang disampaikan oleh SNS, peneliti melakukan wawancara dengan teman satu kelas SNS yang juga teman satu Pondok Pesantren dengan peneliti. Dari wawancara tersebut, teman SNS mengatakan bahwa setelah menikah SNS jadi sering terlambat masuk kuliah dan sering tidak ikut membuat tugas kuliah. Hal tersebut
80
mungkin disebabkan karena SNS yang terlalu sibuk dengan urusan rumah tangganya. b. ZK (21 tahun) Setelah menikah, problematika akademik yang dialami ZK adalah sering bolos kuliah dan mengalami kesulitan belajar karena terlalu capek dan kurang konsentrasi. Seperti yang diungkapkan oleh ZK dibawah ini: “saya jadi sering bolos kuliah mbak karena saya harus bolak-balik Batang-Salatiga karena saya tinggal di Batang. Selain itu saya juga mengalami kecapekan yang akhirnya mengganggu konsentrasi belajar saya. Ya intinya susah mengatur waktu” (wawancara ZK halaman 7). Peneliti melakukan wawancara kembali denganteman satu kost yang juga teman satu kelas informan. Dari wawancara tersebut didapat informasi bahwa ZK setelah menikah sering tidak berangkat kuliah karena pulang ke rumah (Batang). b. RN (23 tahun) RN tidak mengalami problematika akademik, RN hanya merasa kasihan dan tidak tega meninggalkan anakanya bersama dengan ibunya ketika hendak ditinggal untuk kuliah. Namun hal tersebut tidak mengganggu aktifitas belajar dan kuliah dari RN. Seperti yang diungkapkan oleh RN dibawah ini: “Alhamdulillah tidak ada masalah belajar, paling paling cuma mau berangkat ke kampus itu kadang tidak tega meninggalkan anak saya bersama dengan ibu saya” (wawancara RN halaman 11). Untuk mengetahui keabsahan data yang diperoleh, peneliti melakukan wawancara kepada teman satu kelas informan. Dari data
81
tersebut didapat informasi bahwa setelah menikah RN menjadi sering terlambat masuk kuliah. c. NF (22 tahun) Problematika akademik yang dialami oleh NF adalah masalah kesulitan belajar, karena saat ini NF baru saja melahirkan seorang anak perempuan yang baru berumur sekitar 2 bulan yang membuat NF harus fokus untuk merawat sang anak.
Seperti yang diungkapkan oleh NF
dibawah ini: “saya mengalami kesulitan belajar karena baru saja melahirkan anak yang usianya baru 2 bulan. Namun saya tidak ambil pusing, karena apabila semua ity dijalani dengan enjoy pasti dapat terlampai dengan baik” (wawancara NF halaman 13). Untuk mengetahui keabsahan data, peneliti mewawancarai teman NF. Dari
wawancara tersebut didapat bahwa NF sering mengeluh
kecapekan karena terlalu banyak kegiatan yang dia hadapi. d. SZ (22 tahun) Informan SZ mengaku mengalami kesulitan membagi waktu. Suami SZ bekerja di kota Semarang, hal itu yang menyebabkan SZ kesulitan membagi waktu karena harus bolak-balik dari Semarang-Salatiga. SZ mensiasati hal tersebut yaitu dengan cara tinggal di Semarang selama 1 minggu dan tinggal di Salatiga selama 1 minggu. Seperti yang diungkapkan oleh SZ dibawah ini: “saya mengalami kesulitan membagi waktu antara di tinggal di Semarang dan tinggal di Salatiga. Apalagi pas bertepatan dengan KKN yang berlangsung beberapa waktu yang mengakibatkan saya sama sekali tidak dapat berkunjung ke Semarang yang akhirnya suami saya yang mengunjungi saya di Salatiga” (wawancara SZ halaman 18). 82
Untuk mengetahui keabsahan data, peneliti mewawancarai teman SZ. Dari wawancara tersebut didapat informasi bahwa SZ sering tidak berangkat kuliah karena harus bolak-balik Semarang-Salatiga. e. DN (23 tahun) DN mengalami problematika akademik pada saat akan belajar, karena untuk belajar DN harus menunggu anaknya tidur terlebih dahulu. Seperti yang diungkapkan DN dibawah ini: “saya cuma mengalam kesulitan untuk belajar, karena harus menunggu anak tertidur dulu. Apalagi kalau sedang ujian, saya belajarnya pasti sampai larut malam karena anak saya tidurnya sering tidurnya sampai larut malam, apalagi dulu saat saya masih menyusui, saya harus menyempatkan pulang ke rumah saat pergantian jam kuliah untuk menyusui anak saya. Karena bagi saya, menyusui anak itu sangat penting” (wawancara DN halaman 22). f. MFR (22 tahun) MFR mengaku mengalami kesulitan belajar yang disebabkan susah konsentrasi belajar karena sering bolak-balik Salatiga-Temanggung-Bogor. Seperti yang disampaikan MFR berikut ini: “setelah menikah saya jadi sering bolak-balik Salatiga-Bogor. Mungkin hal itu yang menjadikan IP saya turun. Karena terlalu capek dan sering bolos kuliah” (wawancara MFR halaman 26). Untuk mengetahui keabsahan data yang diperoleh, peneliti melakukan wawancara kepada teman satu kamar informan di Pondok Pesantren. Dari data tersebut didapat informasi bahwa setelah menikah RN menjadi sering tidak masuk kuliah yang mengakibatkan nilai-nilainya menurun.
83
g. NQS (28 tahun) NQS adalah satu informan yang merangkap jabatan selain sebagai mahasiswa, informan juga berperan sebagai kepala rumah tangga dan ayah. NQS memaparkan problematika yang dihadapinya yang dapat diketahui dari hasil wawancara berikut ini: “selain sebagai mahasiswa, saya juga sebagai kepala rumah tangga dan sebagai ayah karena saya sudah mempunyai seorang anak. Karena terlalu banyak kegiatan mengakibatkan skripsi saya molor” (wawancara NQS halaman 29). Setelah melakukan wawancara dengan NQS, peneliti kembali melakukan waancara kembali kepada teman satu kelas NQS untuk mengetahui keabsahan data yang diperoleh. Dari wawancara dengan teman NQS dapat disimpulkan bahwa setelah mneikah NQS jadi jarang ke kampus dan skrispi yang sedang dikerjakan sekarang molor. h. ALS (24 tahun) Karena ALS sudah bekerja, hal itu mengakibatkan kuliah ALS sedikit tertinggal dan mengharuskan ALS cuti 1 semester. Seperti yang diungkapkan oleh ALS berikut ini: “kegiatan saya terlalu banyak, hal itu menjadikan kuliah dan skripsi saya tertinggal” (wawancara ALS halaman 24). Dari wawancara dengan teman ALS dapat ditarik kesimpulan bahwa ALS mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara urusan keluarga, pekerjaan dan kuliah.
84
i.
NS (37 tahun) NS tidak mengalami masalah yang terlalu berat yang dapat menggangu perkuliahannya. NS diharuskan absen kuliah ketika pekerjaannya mengharuskan informan ditugaskan di luar daerah. Seperti yang diungkapkan NS berikut ini: “kalau problem sehari-hari saya rasa tidak ada. Hanya saja menjadi masalah ketika setiap bulan saya harus absen karena ditugaskan di luar kota karena tuntutan pekerjaan saya” (wawancara NS halaman 36). Untuk mengetahui keabsahan data yang diperoleh, peneliti melakukan wawancara dengan teman satu kelas NS. Informasi yang didapat dari wawancara tersebut adalah bahwa kuliah yang dijalani bersamaan dengan pernikahannya tidak mempengaruhi satu sama lain.
j.
RCK (22 tahun) Informan RCK mengalami kendala atau masalah dalam pernikahan yang dapat mengganggu studi kuliahnya. Yaitu mengenai masalah emosional dengan suami. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh RCK berikut ini: “terkadang, kalau saya dan suami saya sedang ada masalah kami berdua agak susah untuk mengalah. Mungkin hal tersebut disebabkan karena umur saya dan suami yang hanya terpaut 2 tahun. Jadi sifat egois kami masih terlalu tinggi” (wawancara RCK halaman 39). Untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh, peneliti melakukan wawancara dengan teman satu kelas RCK. Informasi yang didapat dari wawancara tersebut adalah RCK tidak mengalami kendala yang berarti yang dapat mengganggu perkuliahannya.
85
7. Aspek Positif dan Negatif Mahasiswa yang Menikah Saat Kuliah a. SNS (23 tahun) Aspek positif yang dirasakan oleh SNM ketika menikah diantaranya adalah SNS merasa semakin dewasa karena masalah-masalah yang timbul dalam rumah tangga menjadikan cara berfikir SNS semakin dewasa. Selain itu, SNS juga mengalami kenaikan Indeks Prestasi dibandingkan pada saat sebelum menikah. Sedangkan aspek negatif dari menikah saat kuliah adalah SNS mengaku sama sekali tidak merasakannya. Berikut ini adalah ungkapan dari SNS: “setelah saya menikah saya merasa semakin dewasa, selain itu juga nilai Indeks Prestasi saya naik karena semangat belajar semakin tinggi yang disebabkan mendapat dukungan penuh dari suami untuk masalah perkuliahan. Dan sisi negatifnya Alhamdulillah tidak ada” (wawancara SNS halaman 5). b. ZK (21 tahun) Aspek positif yang dialami oleh ZK adalah ZK mempunyai sosok suami yang selalu menjadi penyemangat kuliah. Sisi negatifnya tidak ada. Seperti yang diungkapkan oleh ZK dibawah ini: “aspek positif dari pernikahan yang saya jalani diantara itu saya jadi punya penyemangat saat saya sedang malas kuliah, nah pada saat itulah suami saya memberi motivasi untuk jangan malas. Suami saya juga sering mengingatkan apa saja pesan dari orang tua. Karena bagaimanapun kuliah harus tetap selesai. Selama ini tidak ada sisi negatifnya” (wawancara ZK halaman 8). c. RN (23 tahun) Aspek positif menikah saat kuliah yang dialami oleh RN adalah RN merasa hidupnya lebih tenang dan terarah karena mempunyai sosok suami yang selalu ada untuk diajak berbagi suka dan duka. Aspek negatifnya 86
adalah masalah psikologis, karena RN dengan suaminya umurnya hampir sebaya jadi kadang masing-masing sulit untuk mengalah karena tingginya ego dari masing-masing pihak. Berikut ini adalah ungkapan dari RN: “sisi positif dari pernikahan yang saya jalani adalah hidup saya menjadi lebih anyem dan mapan, selain itu juga hidup saya juga semakin terarah. Kalau sisi negatifnya masih sama-sama sulit untuk mengalah antara saya dengan suami pada saat ada masalah, hal tersebut karena ego dari masing-masing itu masih tinggi” (wawancara RN halaman 12). d. NF (22 tahun) Sisi positif yang dialami NF dalam pernikahannya adalah NF semakin dewasa dalam menghadapi persoalan hidup, selain itu NF jadi mempunyai teman untuk menjalani hidup. Berikut ini adalah ungkapan dari NF: “saya menjadi ada teman untuk menghadapi kehidupan ini, suatu pernikahan itu kan merupakan suatu kehidupan yang baru. Dan dari situlah kedewasaan seseorang menjadi lebih matang. Kalau sisi negatifnya Insya Allah tidak ada yang negatif” (wawancara NF halaman 15). e. SZ (22 tahun) Menurut penuturan SZ sisi positif dari pernikahan yang dijalani ialah dapat menghindari pacaran, menjadi lebih dewasa dan sabar. Sisi negatifnya adalah saat ada masalah keluarga sering terbawa ke perkuliahan. Berikut ini adalah ungkapan dari SZ: “Sisi positifnya saya menjadi semakin dewasa, karena pada dasarnya sifat saya masih terlalu kenakak-kanakan. Selain itu juga saya menjadi lebih menjadi seorang yang penyabar. Kalau sisi negatifnya mungkin kalau saya sedang ada masalah dengan keluarga kadang terbawa ke perkuliahan dan itu membuat mood kuliah saya sedikit menurun” (wawancara SZ halaman 19).
87
f. DN (23 tahun) Sisi positif yang dialami oleh DN adalah semakin semangat dalam kuliah karena ada suami yang selalu membimbing dalam hal belajar dan perkuliahan. Sisi negatifnya tidak ada. Seperti yang diungkapkan DN dibawah ini: “sisi positifnya nilai saya jadi meningkat karena suami saya selalu memantau belajar saya. Selain itu suami saya selalu memberi motifasimotifasi agar saya senantiasa untuk selalu semangat dalam kuliah. Saya juga semakin dewasa karena saya rasa kedewasaan itu muncul seiring dengan berjalannya waktu dalam pernikahan saya” (wawancara DN halaman 23). g.
MFR (21 tahun) Setelah menikah, MFR mengalami perubahan-perubahan pada dirinya yang antara lain adalah menjadi semakin dewasa, cara bicara lebih dijaga dan lebih penyabar. Seperti yang diungkapkan MFR berikut ini: “setelah menikah saya jauh lebih dewasa, cara bicara saya juga lebih dijaga dan tidak terlalu banyak guyon dengan sembarang laki-laki. Mungkin hal tersebut disebabkan karena tanggung jawab saya yang semakin besar yaitu sebagai istri yang senantiasa harus menjaga kehormatan saya sendiri dan suami” (wawancara MFR halaman 26).
h. NQS (28 tahun) NQS mengalami beberapa perubahan setelah menikah yang diantaranya adalah menjadi lebih hemat atau bisa disebut dengan meningkatnya kecerdasan financial, lebih sabar dan tanggung jawab. Seperti yang diungkapkan NQS berikut ini: “setelah menikah saya lebih bisa mengendalikan pengeluaran uang saya dan lebih bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Hal tersebut disebabkan karena saya sudah mempunyai tanggung jawab sebagai suami atas keluarga” (wawancara NQS halaman 30).
88
i.
ALS (24 tahun) Sama seperti informan yang lainnya, ALS juga merasakan sisi positif setelah pernikahannya. Yaitu antara lain meningkatnya prestasi akademik, lebih bisa menghargai uang dan lebih dewasa. Berikut ini adalah ungkapan dari ALS: “sebelum menikah mungkin saya kurang bisa menghargai uang dan waktu. Namun setelah menikah semua itu berubah karena tanggung jawab saya sebagai ibu rumah tangga yang harus bisa mengatur keuangan keluarga. Selain itu nila IP saya semakin eningkat dibandingkan dengan sebelum menikah” (wawancara 33). j. NS (37 tahun) NS semakin semangat untuk belajar karena ada istri yang selalu memberi dorongan dan motivasi bagi NS. Seperti yang diungkapkan NS berikut ini: “istri saya selalu mendukung kuliah saya, itu yang membuat saya semakin semangat untuk belajar” (wawancara NS halaman 36).
k.
RCK (22 tahun) Beberapa sisi positif yang didapat RCK setelah menikah adalah menjadi semakin dewasa dan semakin termotivasi dalam berbagai hal. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh RCK berikut ini: “saya semakin termotivasi untuk melakukan berbagai hal, selain itu saya menjadi lebih dewasa karena saya sudah tidak bergantung dengan orang tua saya, melainkan sudah harus hidup mandiri” (wawancara RCK halaman 39).
Dari ke 11 responden, sisi positif yang mereka dapatkan dari pernikahan yang mereka jalani adalalah meningkatnya prestasi akademik yang dapat dilihat dari naiknya Indeks Prestasi (IP), semakin menjadi orang yang penyabar, dan 89
semakin dewasa dalam menghadapi berbagai masalah. Selain itu meningkat pula kecerdasan financial yang tentunya sangat penting dalam suatu keluarga. Sisi negatifnya adalah ada yang mengalami penurunan Indeks Prestasi (IP), kemalasan untuk kuliah dan masih adanya sifat egois.
90
BAB IV ANALISIS DATA
A. Prestasi Akademik Mahasiswa STAIN Salatiga yang Sudah Menikah Prestasi akademik seorang mahasiswa dapat dilihat dari hasil belajar yaitu nilai Indeks Prestasi (IP) yang dicapai pada tiap semesternya. Sesuai dengan hasil penelitian ini prestasi akademik mahasiswa ada yang mengalami peningkatan prestasi akademik, ada yang tetap dan ada yang mengalami penurunan prestasi akademik. Hasil belajar juga dipengaruhi dari proses belajar yang dilakukan. Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks. Oleh sebab itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses belajar dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Suryabrata (2004), keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum, keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal yang dapat diuraikan sebagai berikut (Sriyanti dkk, 2009:32): 1.
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu. Dalam proses belajar di sekolah, faktor eksternal berarti faktor-faktor yang berada di luar diri siswa.
2.
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Prestasi akademik mahasiswa yang sudah menikah memiliki prestasi yang berbeda
seperti ada yang mengalami peningkatan, tidak mengalami perubahan, mengalami penurunan.
91
a.
Prestasi akademik meningkat Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dan orang terdekat dengan informan
diperoleh informasi bahwa prestasi akademik yang meningkat dapat
disebabkan dari berbagai hal. Bisa dikarenakan suasana lingkungan yang mendukung, dan bisa juga karena kemauan dalam diri sendiri. Suasana lingkungan yang nyaman dan tenang dapat mendukung proses belajar seseorang sehingga apa yang dipelajari dapat dengan mudah untuk dipahami. (wawancara DN halaman 12). b.
Prestasi akademik tetap Setelah melakukan pernikahan, ada informan yang tidak mengalami perubahan Indeks Prestasi (IP). Informan merasa tidak ada perbedaan cara belajar antara sebelum dan setelah menikah. Yang pada saat sebelum menikah waktu belajarnya setiap malam hal tersebut tetap dilakukan setelah menikah karena informan dapat mengatur waktu dengan baik (wawancara RN halaman 10).
c.
Menurunnya Prestasi Akademik Ada beberapa mahasiswa yang sudah menikah yang mengalami penurunan prestasi akademik. Hal itu dikarenakan mahasiswa mengalami kesulitan membagi waktu dan konsentrasi belajar (wawancara MFR halaman 24 dan wawancara SZ halaman 18). Dengan melihat dari teori dan hasil temuan di lapangan yang dikemukakan di atas,
dapat diketahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seorang mahasiswa yang sudah menikah. Seorang mahasiswa yang prestasinya meningkat bisa disebabkan karena mempunyai semangat belajar yang makin tinggi berkat dorongan dari
92
orang sekitar. Seseorang yang prestasinya tetap atau tidak mengalami perubahan disebabkan karena merasa tidak mengalami perubahan cara belajar. Seseorang yang prestasinya menurun bisa disebabkan kaena kondisi dan situasi lingkungan keluarga yang kurang mendukung untuk belajar. B.
Problematika Akademik Mahasiswa yang Sudah Menikah Problematika akademik mahasiswa yang sudah menikah adalah: a.
Faktor kesulitan belajar Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004:77) mengenai kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi seperti suasana rumah/keluarga. Suasana keluarga yang sangat ramai/gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya, sehingga sukar untuk belajar. Salah satu faktor kesulitan belajar adalah karena kondisi keluarga dan lingkungan yang mendukung untuk belajar. Situasi rumah yang gaduh dan banyaknya tugas rumah tangga membuat konsentrasi belajar sedikit berkurang (wawancara SNS halaman 3). Hubungan antara teori dan temuan penelitian adalah bahwa setiap kesulitan belajar tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi yang salah satunya adalah kondisi rumah yang kurang nyaman digunakan untuk belajar. Seperti seorang mahasiswa yang sudah mempunyai seorang anak, kemudian anak itu selalu menangis karena sedang sakit dan lagi ditambah dengan kondisi rumah yang kotor.
93
Hal tersebut menjadikan ketidak nyamanan seseorang untuk belajar. Sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seorang mahasiswa yang sudah menikah. b.
Faktor Psikologik Masih tingginya sifat egoistik karena menikah saat berusia sama-sama masih muda merupakan salah satu problematika akademik yang dihadapi mahasiswa yang sudah menikah. Ketika mereka sedang bermasalah dengan pasangan dan tidak ada yang mau mengalah maka hal itu akan mempengaruhi mood mereka untuk belajar. Faktor psikologik erat kaitannya dengan faktor umur seseorang. Dilihat dari segi psikologi perkembangan, dengan makin bertambah umur seseorang, diharapkan akan lebih masak lagi psikologisnya. Agar perkawinan dapat bertahan secara baik, diharapkan agar dapat memperhatikan segi psikologi pasangan yang telah matang. Salah satu ciri kedewasaan seseorang dapat dilihat dari segi psikologik ialah bila seseorang telah dapat mengendalikan emosinya, dengan demikian seseorang dapat berfikir secara baik, dapat menempatkan persoalan sesuai dengan keadaan yang seobyektif-obyektifnya (Walgito, 1984:41). Salah satu masalah yang terjadi dalam suatu rumah tangga adalah masih tingginya sifat egois antara suami istri. Karena pada saat ada masalah kemudian keduanya sama-sama egois hal itu akan menjadikan semangat untuk belajar sedikit berkurang (wawancara RN halaman 10). Berdasarkan hasil penelitian dan kajian teori, maka apabila dalam suatu ikatan pernikahan yang kedunya (suami/istri) masih sama-sama memiliki sifat egoistik yang tinggi akan memicu munculnya konflik. Pada saat seseorang sedang
94
mengalami konflik maka konsentrasi belajar akan berkurang dan akan menjadi masalah bagi prestasi akademiknya. c.
Faktor Managemen Waktu Para informan banyak mengalami kesulitan dalam masalah managemen waktu. Mereka harus bisa membagi waktu antara mengurus keluarga dan tugas perkuliahan. Menurut James A.F.Stoner Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpianan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah
ditetapkan
(http://masathoku.blogspot.com/2012/03/cara-mengatur-
waktu-belajar-secara.html, diakses pada tanggal 12 Agustus 2012). Menurut definisi manajemen tersebut, dapat disimpulkan manajemen waktu adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian waktu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setelah menikah informan NF merasa kusulitan dalam me-manage waktu karena informan selain sebagai mahasiswa juga sebagai ibu rumah tangga juga sudah bekerja di salah satu sekolah dasar (wawancara NF halaman 14). Dengan melihat teori dan hasil temuan penelitian di lapangan maka managemen waktu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran seseorang. Apabila seorang mahasiswa dapat mengatur waktu dengan baik maka seorang mahasiswa tersebut dapat meyelesaikan apa yang menjadi tugas dan kewajibannya dengan tepat dan baik pula. Tugas belajar seorang mahasiswa tidak hanya dilakukan di kampus saja, namun bisa dilakukan di mana saja termasuk belajar dirumah. Sementara itu, untuk belajar dirumah ditentukan dari kondisi
95
masing-masing. Penggunaan waktu belajar secara efisien dapat meningkatkan keberhasilan belajar seseorang. Oleh karena itu, setiap siswa sebaiknya dapat mengatur waktu belajarnya secara efisien. d.
Faktor Motivasi Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 1994:73). Dalam proses pembelajaran motivasi sangat dibutuhkan agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi dapat muncul dari dalam diri sendiri maupun dari dorongan orang lain (wawancara dengan SNS halaman 4 dan wawancara dengan DN 21 halaman ). Dengan melihat dari teori dan hasil temuan di lapangan yang dikemukakan di atas, dapat diketahui faktor motivasi sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Karena apabila seorang mahasiswa memiliki motivasi yang kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
C.
Aspek Positif dan Negatif dari Mahasiswa yang Sudah Menikah 1.
Sisi positif dari mahasiswa yang menikah saat kuliah Suryadi (2004:32) menuliskan, ada beberapa manfaat yang didapat ketika melakukan pernikahan pada masa studi yang diantaranya adalah: a. Masa kuliah (usia 18-25 tahun) adalah masa produktif/subur b.
Banyaknya kemudahan dalam persiapan dan pelaksanaan menikah
c. Mematangkan kepribadian dan kedewasaan d.
Adanya ketenangan dalam jiwa
96
e. Memiliki teman setia sebagai motivator dan pembimbing f. Adanya keringanan beban hidup g.
Aktifitas dan kegiatan akan terfokus dan terkonsentrasi
h.
Meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual
i. Meningkatkan kecerdasan finansial j. Lebih mudah meraih kesuksesan Saat informan sedang mengalami kemalasan belajar, saat itulah peran suami/istri sangat dibutuhkan dalam memberikan motivasi dan semangat bagi informan. Hal tersebut menjadikan informan menjadi lebih semangat belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar (wawancara DN halaman 21). Sebelum menikah sering berbuat semaunya sendiri, setelah menikah jadi lebih tanggung jawab terhadap apa yang dilakukan. Dan lebih bisa menyikapi masalah dengan lebih dewasa dan sabar (wawancara ALS halaman Sebagaimana yang telah ada dalam teori bahwa sisi positif menikah pada saat studi adalah dapat meningkatkan prestasi belajar seorang mahasiswa. Hal itu dikarenakan seorang mahasiswa yang telah menikah mendapat dorongan motivasi dari suami/istri. Selain itu setelah menikah seseorang cenderung lebih bersikap dewasa karena sudah mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya. 2.
Sisi negatif dari mahasiswa yang menikah saat kuliah Sisi negatif yang dirasakan oleh informan adalah ada yang mengalami penurunan nilai Indeks Prestasi (IP). Hal itu disebabkan karena terlalu lelah dalam menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga. Sehingga merasa malas untuk belajar, selain merasa malas belajar informan SZ juga malas untuk pergi ke kampus. Dari kemalasan tersebut dapat menimbulkan dampak pada prestasi akademik informan
97
yaitu penurunan Indeks Prestasi. Setelah menikah informan MFR menjadi sering tidak berangkat kuliah, hal tersebut dapat mengakibatkan informan tidak dapat mengikuti perkuliahan seperti biasa sehingga dapat menurunkan prestasi akademik karena ketinggalan materi yang diajarkan oleh dosen. (wawancara SZ halaman 19 dan wawancara MFR halaman 24). Dengan melihat hasil penelitian tersebut menikah saat kuliah selain mempunyai sisi positif juga mempunyai sisi negatif. Yaitu menurunnya nilai Indeks Prestasi yang disebabkan karena tidak dapat mengatur waktu dan tidak dapat konsentrasi belajar secara maksimal karena terlalu lelah dengan urusan rumah tangga.
98
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan observasi di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil penelitian tentang problematika akademik mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah adalah sebagai berikut: 1. Prestasi akademik mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah. Prestasi akademik seorang mahasiswa dapat diketahui melalui Indeks Prestasi yang dicapai pada setiap semesternya. Prestasi akademik mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah adalah bervariatif, ada yang mengalami kenaikan nilai Indeks Prestasi (IP), ada yang tidak mengalami perubahan nilai Indeks Prestasi (IP) dan ada yang mengalami penurunan nilai Indeks Prestasi (IP). 2. Problematika Akademik yang dihadapi mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah. Sebagian besar problem yang dihadapi mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah adalah mengenai faktor managemen waktu. Jabatan ganda sebagai mahasiswa dan sebagai ibu rumah tangga/kepala rumah tangga menjadikan tanggung jawab ganda bagi para mahasiswa tersebut. Apabila para mahasiswa tersebut pintar dalam me-manage waktu maka akan menjadikan terselesaikannya semua tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Namun, apabila kurang pintar dalam me-manage waktu maka akan ada masalah dalam menyelesaikan semua tugas-tugasnya.
99
3. Aspek positif dan negatif dari mahasiswa STAIN Salatiga yang sudah menikah. Aspek positif dari pernikahan pada masa studi adalah dapat meningkatkan prestasi
akademik,
meningkatkan
kecerdasan
financial,
dan
mematangkan
kepribadian dan kedewasaan. Di samping Aspek positif tersebut juga terdapat aspek negatif mahasiswa yang sudah menikah pada masa studi berupa menurunnya prestasi akademik belajar, yaitu bagi mahasiswa yang tidak dapat membagi waktu antara kepentingan studi dan kepentingan rumah tangga. B. Saran Mahasiswa yang setelah menikah memiliki Indeks Prestasi (IP) meningkat diharapkan untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan lagi prestasi yang telah dicapai agar prestasinya tidak menurun. Sedangkan untuk mahasiswa yang setelah menikah memiliki Indeks Prestasi yang tidak mengalami perubahan diharapkan untuk bisa membagi waktu untuk belajar agar Indeks Prestasinya (IP) mengalami peningkatan. Terutama untuk mahasiswa yang setelah menikah mengalami penurunan Indeks Prestasi (IP) diharapkan dapat meluangkan waktu untuk belajar agar prestasinya tidak semakin menurun. C. Penutup Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan rasa syukur. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian skripsi belum mencapai tahap kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, demi kesempurnaan skripsi ini peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari para 100
pembaca, semoga dengan kritik dan saran yang pembaca berikan dapat membangun skripsi ini untuk mendekati tahap kesempurnaan. Peneliti juga ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak atas segala bimbingan, motivasinya dan sumbangsihnya dalam proses penyelesaikan penelitian skripsi ini sehingga mencapai tahap selesai. Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan para pembaca pada umumnya. Amin.
101
1
CATATAN WAWANCARA Informan
: SNS
Hari, tanggal
: Senin, 18 Juni 2012
Jam
: 10.00 WIB
Fokus
: Problematika akademik mahasiswa yang sudah menikah Mahasiswi bernama SNS asal Desa Tengaran Kabupaten Semarang ini menikah pada
tanggal 21 November 2010 yang bertepatan dengan pertengahan semester 5. Saat ini informan sedang menempuh masa kuliah di jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam. Informan melakukan pernikahan dengan Miftahul Faizin yang berusia 2 tahun diatas informan. Suami informan bekerja sebagai pegawai TU di PAUD & TK Amanah di Kabupaten Semarang. Dalam usia pernikahannya yang sudah mencapai 1 tahun 7 bulan informan sudah dikaruniai 1 orang anak laki-laki yang berusia 3 bulan. Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak masuk pertama kali menjadi mahasiswa STAIN Salatiga. Karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan, maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian terhadap informan dilakukan pada hari senin tanggal 18 Juni 2012 pada pagi hari sekitar pukul 10.00 WIB. Peneliti bertemu dengan Informan di depan Perpustakaan STAIN Salatiga yang kebetulan sudah membuat janji antara peneliti dengan informan yang sebelumnya menyesuaikan waktu luang yang dimiliki informan. Secara fisik mahasiswi asal desa Tengaran ini mempunyai ciri-ciri berbadan agak kecil, berkulit sawo matang, tinggi badan 150 cm. informan mempunyai sifat yang ramah, kalem, dan baik hati. Problematika Akademik Mahasiswa STAIN Salatiga yang Suda Menikah. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara
:
2
Peneliti
: Kapan mbak menikah?
Informan
: Tanggal 21 November 2010.
Peneliti
: Apakah akad nikahnya juga hari itu mbak?
Informan
: Iya mbak, akad nikah dan resepsi dilakukan pada hari itu.
Peneliti
: Dulu pacaran dulu gak mbak?
Informan
: Saya gak pacaran mbak, saya kenal dengan suami saya itu dikenalkan oleh orangtua saya.
Peneliti
: Suami mbak SNS bekerja di mana?
Informan
: Suami saya bekerja sebagai pegawai Tata Usaha di PAUD & TK Amanah di Semarang.
Peneliti Informan
: Berarti mbak SNS tidak tinggal 1 rumah dengan suaminya mbak? : Enggak mbak, saya bertemu suami saya hanya 1 minggu sekali. Setiap akhir pekan suami saya pulang. Saya tinggalnya masuh dengan mertua saya belum punya rumahn sendiri.
Peneliti
: Kok belum punya rumah sendiri kenapa mbak? Apa tidak pekewuh tinggal dengan mertua itu?
Informan
: Ya karena belum ada biaya untuk beli rumah sendiri mbak. Sebenarnya saya juga kurang nyaman tinggal dengan mertua saya, karena saya itu kok merasa semua pekerjaan rumah dibebankan kepada saya. Padahal tugas saya sendiri kan sudah banyak mbak.
Peneliti
: Apa mbak SNS sedikit bermasalah dengan mertua mbak SNS?
Informan
: Tidak sih mbak, cuma ya itu tadi. Kurang nyaman aja kalau tinggal dengan orang tua. Karena saya pengen punya rumah sendiri tapi saya dan suami belum mempunyai cukup uang untuk beli.
3
Peneliti
: Kalau boleh tau mbak, dulu mbak SNS kenal dengan suami mbak dari mana? Dulu teman sekolah atau gimana?
Informan
: Saya dikenalkan orang tua saya mbak, sebelumnya ya belum pernah kenal dengan suami saya.
Peneliti Informan
: Sebelum menikah kenalannya berapa lama mbak? Hehe : Berapa ya mbak? Ya kira-kira mungkin sekitar 1 bulanan lah. Baru setelah saya banyak tau dan kenal dengan mas MT dia melamar saya.
Peneliti
: Waktu mbak SNS dilamar apakah langsung menerima lamaran suami mbak?
Informan Peneliti
: Iya mbak, hehe : Apakah sebelum menikah itu mbak SNS tidak takut membayangkan betapa repotnya kuliah sambil nikah?
Informan
: Ya fikiran kayak gitu sih ada mbak, tapi selagi kita enjoy menjalaninya pasti lancar lah.
Peneliti
: Setelah menikah apakah orang tua mbak SNS masih nyangoni mbak SNS seperti sebelum menikah?
Informan
: Masih mbak. Saya sih kurang tahu alasannya kenapa karena kebetulan orang tua saya kan tinggal di Sumatera, jadi orang tua setiap bulan kirim uang untuk saya.
Peneliti
: Tapi dengan adanya kiriman uang dari orang tua mbak itu cukup membantu mbak atau tidak?
Informan
: Ow kalau itu pasti mbak, karena ya kebetuan suami saya kan masih pegawai TU biasa dan belum PNS jadi ya gajinya pas-pasan mbak.
Peneliti
: Setelah menikah apakah mbak SNS mengambil cuti atau masih aktif kuliah?
4
Informan
: Saya masih aktif kuliah mbak, karena saya fikir tidak ada salahnya menikah sambil kuliah.
Peneliti
: Apakah tidak mengalami kesulitan mengatur waktunya mbak antara mengurus rumah tangga dan kuliah?
Informan
: Dulu sebelum punya anak masalah mengatur waktu masih gampang mbak, tapi setelah saya punya anak sedikit mengalami kesulitan. Apalagi naka saya masih balita, jadi kan masih rewel-rewelnya. Tapi Alhamdulillah di rumah ada ibu mertua saya yang bisa sedikit membantu tugas rumah tangga saya.
Peneliti
: Setiap hari apakah mbak SNS juga selalu memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya untuk keluarga mbak SNS?
Informan
: Iya mbak, selama saya bisa mengerjakan pasti saya kerjakan.
Peneliti
: Kalau pas mengerjakan tugas rumah tangga anaknya mbak SNS dibawa siapa?
Informan
: Dibawa ibu mertua saya mbak,
Peneliti
: Mbak SNS sudah punya anak berapa?
Informan
: Alhamdulillah saya sudah dikaruniai 1 orang anak laki-laki yang sekarang berumur 3 bulan.
Peneliti
: Kemudian, bagaimana cara mbak SNS mengatur waktu antara mengurus rumah dan menjalankan
Informan
aktifitas perkuliahan?
: Kalau saya berangkat kuliah anak saya diasuh oleh mertua saya karena kebetulan saya tinggal bersama dengan mertua saya. Kemudian setelah saya pulang kuliah baru anak saya saya urus kembali.
Peneliti
: Kalau masalah belajar apakah mbak SNS mengalami kesulitan?
Informan
: Iya mbak, apalagi kalau waktu ujian. Saya belajarnya harus nunggu anak saya tidur dulu karena saya tidak tinggal dengan suami saya. Padahal kalau malam 5
saya itu sudah lelah mbak, jadi ya kadang konsentrasi belajar saya sedikit berkurang. Peneliti
: Jadi bagaimana solusi mbak SNS untuk menghadapi masalah tersebut?
Informan
: Solusinya saya berusaha mengatur waktu sebaik mungkin mbak, walapun kenyataanya sulit tapi harus tetap dicoba. Karena bagaimanapun ini kan resiko dari pernikahan yang saya jalani.
Peneliti
: Kalau tidak 1 rumah dengan suami apakah mengalami masalah komunikasi mbak?
Informan
: Kadang juga terjadi misscomunication mbak, maklum lah kan tidak tinggal 1 rumah.
Peneliti
: Lalu solusinya apa mbak?
Informan
: Berusaha dibicarakan dari setiap masalah yang ada, karena menurut saya solusi dari setiap masalah itu ya harus dibicarakan berdua dengan suami.
Peneliti
: Setelah menikah manfaat apa saja yang mbak rasakan?
Informan
: Banyak mbak, saya jadi semakin dewasa dalam menghadapi segala hal. Selain itu juga IP saya juga naik dibandingkan dengan sebelumnya.
Peneliti
: Mbak SNS tadi bilang mengalami kesulitan belajar dan IPnya naik. Itu kok bisa bagaimana?
Informan
: Itu dia mbak, walaupun saya mengalami kesulitan belajar tapi suami saya senantiasa mendukung saya dalam masalah perkuliahan. Jadi itu yang membuat saya semakin semangat untuk belajar dan mendapatkan nilai yang lebih baik.
Peneliti
: Kalau boleh tau IP mbak SNS sebelu menikah sekitar berapa?
Informan
: Dulu sekitar dibawah 3,00 mbak.
Peneliti
: Kemudian setelah menikah?
6
Informan
: Alhamdulillah naik menjadi sekitar 3,20 mbak
Peneliti
: Perbedaan apa saja yang mbak rasakan pada saat sebelum dan sesudah menikah?
Informan
: Saya jadi semakin dewasa mbak, dan juga semakin tenang hidupnya.
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dari pernikahan pada masa perkuliahan yang dilakukan oleh informan mengalami kendala atau problem yang dapat mengganggu aktifitas perkuliahan dari informan itu sendiri. Yaitu mengenai kesulitan untuk membagi waktu belajar dan tugas rumah tangga. Iinforman mengalami peningkatan Indeks Prestasi (IP) akademik.
CATATAN WAWANCARA Informan
: ZK
Hari, tanggal
: Senin, 18 Juni 2012
Jam
: 11.00 WIB
Fokus
: Problematika akademik mahasiswa yang sudah menikah Mahasiswi bernama ZK asal kota Batang ini menikah pada tanggal 14 Mei 2012 yang
bertepatan dengan semester 6. Saat ini informan sedang menempuh masa kuliah di jurusan Tarbiyan Pendidikan Agama Islam. Informan melakukan pernikahan dengan M.Saifudin yang berusia 5 tahun diatas informan. Suami informan bekerja sebagai pegawai swasta, yaitu mempunyai usaha toko bangunan. Dalam usia pernikahannya yang baru mencapai 3 bulan ini informan belum dikarunia seorang anak. Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak awal informan masuk di STAIN karena pernah mengikuti kegiatan kampus yang sama. Karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan, maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. 7
Penelitian terhadap informan dilakukan pada hari senin tanggal 18 Juni 2012 pada siang hari sekitar pukul 11.00 WIB. Peneliti bertemu dengan Informan di lantai 3 Perpustakaan STAIN Salatiga yang kebetulan sudah membuat janji antara peneliti dengan informan yang sebelumnya menyesuaikan waktu luang yang dimiliki informan. Secara fisik mahasiswi yang tinggal di kost yang beralamat di Jl.Perkutut Rt.01 Rw.5 no.16 ini mempunyai ciri-ciri berbadan agak kecil, berkulit kuning langsat, tinggi badan 155 cm. informan mempunyai sifat yang ramah, kalem, sedikit manja dan baik hati. Problematika Akademik Mahasiswa STAIN Salatiga yang Suda Menikah. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara
:
Peneliti
: Kapan dik ZK menikah?
Informan
: Senin tanggal 14 Mei 2012
Peneliti
: Kalau boleh tau nikahnya langsung tercatat atau siri dulu dik?
Informan
: walaah, saya langsung resmi mbak.
Peneliti
: Sampean kenal dengan suami sampean dimana atau lewat siapa dik?
Informan
: Kebetulan mas SF itu tetangga saya mbak, jadi kenal ya karena dia tetangga saya. Hehe
Peneliti
: Sebelum menikah apakah sampean sempat pacaran dulu dik?
Informan
: Enggak mbak, itu alasan saya menikah muda ya karena ingin menghindari yang namanya pacaran. Karena tau sendiri lah mbak, yang namanya pacaran kan identik dengan berdua-duaan. Kurang enak aja kalau dilihat tetangga-tetangga. Dan kebetulan juga dalam keluarga saya enggak ada yang pavaran mbak.
Peneliti
: Sudah punya rumah sendiri apa belum dik?
Informan
: Belum mbak, untuk saat ini saya masih bola-bali tinggal dengan orang tua dan mertua saya. Lagian kalau seandainya sekarang punya rumah sendiri malah kasian sama suami saya. Kalau sekarang kan pas saya di Salatiga suami saya ya tingggal dengan mertua saya.
Peneliti
: Suami dik ZK bekerja sebagai apa?
Informan
: Suami punya usaha toko bangunan di batang sana mbak.
Peneliti
: Setelah menikah apakah masih mendapat uang saku dari orang tua?
8
Informan
: Kadang iya kadang tidak mbak. Kadang orang tua masih mau ngasih uang saku tapi sering saya kembalikan lagi karena uang dari suami saya sudah lebih dari cukup.
Peneliti
: Kalau suami dik ZK bekerja di Batang berarti tidak tinggal 1 rumah dong?
Informan
: Tidak mbak, tapi setiap seminggu sekali saya selalu pulang ke Batang jadi ya ketemunya kalau pada waktu itu. Bisa sekaligus ketemu suami dan orang tua karena kebetulan rumah kami berdekatan.
Peneliti
: Berarti setiap seminggu sekali dik ZK selalu bolak-balik Salatiga-Batang? Apa enggak capek dik?
Informan
: Iya mbak, kadang merasa capek juga sih. Kadang karena sering bolak-balik itu saya jadi sering bolos kuliah mbak. Hehe
Peneliti
: Dalam rencana dekat ini dik ZK punya rencana untuk mempunyai anak secepatnya atau menunda dulu?
Informan
: Kalau saya ingin menunda dulu mbak, itu sudah kesepakatan saya dan suami. Karena ditakutkan kalau saya sudah punya anak saya malah tidak bisa mengatur dan membagi waktu kuliah dan mengurus anak. Nanti kalau lulus kuliahnya molor-molor kan malah jadi eman-eman mbak.
Peneliti
: Terus kuliahnya gimana dik?
Informan
: Kuliah tetep jalan dong mbak, apalagi sekarang saya malah makin tambah semangat karena suami saya selalu menyemangati belajar saya dan senantiasa memotivasi saya untuk cepat menyelesaikan kuliah saya.
Peneliti
: Lalu wujud bakti sampean apa dik dengan suami? Padahal kan ketemunya seminggu sekali?
Informan
: Ya pada saat ketemu itu mbak, paling saya buatin makanan untuk suami saya. Ya walaupun saya belum pinter masak sih mbak, tapi suami saya pengertian kok. Hehe
Peneliti
: Sisi positif dari pernikahan yang dik ZK jalani apa?
Informan
: Ow banyak mbak, seperti yang saya bilang tadi. Saya jadi semakin semangat belajar, saya yang dulunya agak manja sekarang jadi tambah dewasa. Intinya hidup itu lebih indah mbak. Hahaha
Peneliti
: Bagaimana dengan prestasi akademiknya dik? Apakah naik apa turun? 9
Informan
: Naik mbak dibandingkan dengan dulu sebelum menikah, mungkin itu karena semakin semangat belajar kali ya...
Peneliti
: Perbedaan yang sampean pada saat sebelum dan setelah menikah apa dik?
Informan
: ya itu tadi mbak, kuliahnya makin semangat, nilai IP saya naik yang tadinya sekitar 3,00 sekarang jadi sekitar hampir 3,50. Jadi makin mandiri karena tanggung jawab saya sebagai istri, jadi makin dewasa juga sih kata temen-temen saya.
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dari pernikahan pada masa perkuliahan yang dilakukan oleh informan
mengalami kendala atau problem yang dapat mengganggu
aktifitas perkuliahan dari informan itu sendiri. Setelah menikah, informan jadi sering bolak-balik Salatiga-Batang karena harus bertemu dengan suaminya yang mengakibatkan lelah dan susah konsentrasi belajar. Iinforman mengalami peningkatan Indeks Prestasi (IP) akademik.
CATATAN WAWANCARA Informan
: SZ
Hari, tanggal
: Rabu, 20 Juni 2012
Jam
: 10.04 WIB
Fokus
: Problematika akademik mahasiswa yang sudah menikah Mahasiswi bernama SZ asal desa Canden kelurahan Kutowinangun kecamatan Tingkir
Kabupaten Semarang ini menikah pada tanggal 3 Oktober 2011 yang bertepatan pada saat semester 6 pada saat masa perkuliahan. Saat ini informan sedang menempuh masa kuliah di Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam. Informan menikah dengan Sigit Hermawan yang berusia 8 tahun diatas informan. Suami informan bekerja sebagai pegawai swasta di kota Semarang. Dalam usia pernikahannya yang hampir mencapai 1 tahun informan belum dikarunia seorang anak. Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak masuk pertama kali menjadi mahasiswa STAIN Salatiga. Karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan, 10
maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian terhadap informan dilakukan pada hari Rabu tanggal 20 Juni 2012 pada pagi hari sekitar pukul 10.00 WIB. Peneliti bertemu dengan Informan di depan Perpustakaan STAIN Salatiga yang kebetulan sudah membuat janji antara peneliti dengan informan yang sebelumnya menyesuaikan waktu luang yang dimiliki informan. Secara fisik mahasiswi asal desa Candirejo ini mempunyai ciri-ciri berbadan agak besar, berkulit sawo matang, tinggi badan 160 cm. informan mempunyai sifat yang ramah, sedikit cerewet, dan baik hati. Problematika Akademik Mahasiswa STAIN Salatiga yang Sudah Menikah. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara
:
Peneliti
: Kapan mbak SZ menikah?
Informan
: Kapan ya? Tak ling-eling sek Ul. Hehe.. Tanggal 3 Oktober 2011.
Peneliti
: Dulu sebelum menikah mbak SZ sempet pacaran dulu atau tidak?
Informan
: boro-boro pacaran Ul, lhawong saya itu dikenalkan orang tua saya terus langsung nikah.
Peneliti
: Kok bisa gitu mbak?
Informan
: Iya, karena kebetulan orang tua saya itu dulunya berteman dengan orang tua suami saya.
Peneliti
: Nikahnya langsung resmi kan mbak?
Informan
: Ya iya tho, wong kamu juga datang ke acaranya kan.. haha
Peneliti
: Apakah setelah menikah mbak SZ masih tinggal bersama dengan orang tua mbak SZ?
11
Informan
: Mmm, begini ya mbak. Suami saya itu kan bekerja di Semarang. Sedangkan saya juga masih kuliah di Salatiga. Jadi kadang-kadang saya tinggal di Semarang bersama mertua saya dan kadang-kadang tinggal di Salatiga bersama dengan orang tua saya karena saya dan suami belum punya rumah sendiri.
Peneliti
: Waktu mbak SZ tinggal di Salatiga apakah suami mbak SZ mengikuti mbak untuk tinggal di Salatiga?
Informan
: Enggak mbak. Jadi ya kalau saya sedang di Salatiga suami saya tetap di Semarang.
Peneliti
: Dengan adanya jarak seperti itu apakah menjadi masalah bagi mbak SZ dan suami?
Informan
: Hehe… sedikit sih mbak. Kadang saya ada rasa gak percaya sama suami. Ya maklum lah mbak, mungkin karena masih pengantin baru kali ya… hahaaa…
Peneliti
: Oalaah… haha… Lalu solusi dari masalah itu apa mbak?
Informan
: Solusinya ya setiap hari harus ada komunikasi dalam bentuk apapun. Karena menurut saya dalam suatu hubungan rumah tangga komunikasi itu sangat penting.
Peneliti
: Apakah mbak SZ sudah punya anak?
Informan
: Untuk saat ini belum mbak. Itu sesuai dengan rencana saya dan suami untuk menunda kehamilan dulu karena mau menyelesaikan kuliah saya.
Peneliti
: Kenapa kok ditunda mbak?
Informan
: Karena takut nantinya kalau saya tidak dapat membagi waktu antara mengurus anak dan kuliah malah bubrah semua mbak. Nanti malah kasian anaknya kalau gak ke-urus. Apalagi saya tinggalnya masih bolak-balik Salatiga-Semarang.
Peneliti
: Setelah menikah apakah mbak SZ mengalami masalah kesulitan belajar?
Informan
: Alhamdulillah tidak mbak. Justru setelah menikah malah ada yang nyimak kalau hafalan yaitu suami saya. Jadi sedikit terbantu lah. 12
Peneliti
: Kalau mengenai mengatur waktu ada masalah gak?
Informan
: Pastinya ada, karena saya dan suami kan tidak setiap hari bertemu. Jadi ya harus benar-benar bisa membagi waktu antara belajar dan keluarga.
Peneliti
: Kenapa mbak SZ memilih menikah pada saat semester akhir kok bukan diawal masa perkuliahan?
Informan
: Gini, kalau itu ya kita itu sudah konsekuen kuliah sambil nikah. Dan sebelum nikah saya itu juga sudah mikir-mikir kalau kuliahnya diawal awal seperti semester 1 atau 2 pasti keteteran. Tapi kalau sudah semester 6 beban pikirannya sudah berkurang karena kuliahnya tinggal sedikit.
Peneliti
: Sisi positif dari pernikahan yang saudara jalani?
Informan
: Positifnya itu banyak ya, saya itu kan orangnya kekanak-kanakan jadi sekarang itu saya lebih dewasa, lebih sabar, kemudian intinya itu menghindari dari pacaran.
Peneliti
: Sisi negatif dari pernikahan yang mbak jalani?
Informan
: Paling ya kalau ada masalah sama keluarga atau sama mertua. Jadi tergantung bagaimana kita menghadapi aja.
Peneliti
: Sering mengalami bertengkar dengan suami tidak?
Informan
: Pernah tapi tidak sering. Karena suami saya jauh lebih dewasa dibandingkan dengan saya. Jadi kalau sedang ada masalah atau bertengkar pasti suami bersikap jauh lebih dewasa dibandingkan dengan saya yang masih agak ke kanak-kanakan.
Peneliti
: Sikap dewasanya seperti apa mbak?
Informan
: Ya seperti jauh lebih penyabar dan cara bicara serta cara berfikirnya yang jauh lebih dewasa dan bijak dibandingkan dengan saya.
Peneliti
: Bagaimana pegaruh pernikahan terhadap prestasi akademik?
Informan
: Prestasi saya jadi sedikit menurun mbak
13
Peneliti
: Adakah perbedaan Indeks Prestasi pada saat sebelum dan sesudah menikah?
Informan
: Ada mbak, setelah menikah IP saya malah justru turun. Mungkin karena setelah saya menikah malah justru agak males ke kampus. Yang tadinya sekitar 3,50 sekarang kurang dari 3,25. Ya itu kan karena mungkin saya kurang cermat dalam membagi waktunya.
Peneliti
: Perbedaan apa saja yang mbak rasakan pada saat sebelum dan sesudah menikah?
Informan
: Jujur kalau saya males mbak, karena jarang ke kampus. Otomatis kita itu jadi males untuk kuliah lagi, kan temen-temen sudah pada engga kuliah tapi saya masih ada kuliah.
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dari pernikahan pada masa perkuliahan yang dilakukan oleh informan
mengalami kendala atau problem yang dapat mengganggu
aktifitas perkuliahan dari informan itu sendiri. Iinforman mengalami penurunan Indeks Prestasi (IP) akademik.
CATATAN WAWANCARA Informan
: NF
Hari, tanggal : Kamis, 21 Juni 2012 Jam
: 08.30
Fokus
: Problematika akademik mahasiswa yang sudah menikah Mahasiswi bernama NF ini beralamat di Lingkungan Tegalrejo RT.06 RW.08 Bawen
Kabupaten Semarang. Informan menikah pada tanggal 6 April 2011 yang bertepatan dengan semester 7 pada saat masa perkuliahan. Saat ini informan sedang menempuh masa kuliah di Jurusan Tarbiyah Pendidikan Bahasa Arab STAIN Salatiga. Informan melakukan pernikahan
14
dengan EAL. Suami informan sebagai pegawai swasta di Bawen. Saat ini informan sudah dikaruniai 1 orang anak perempuan yang berusia 3 bulan. Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak masuk pertama kali menjadi mahasiswa STAIN Salatiga yaitu sama-sama menjadi santri di Pondok Pesantren NF Asna. Karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan, maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian terhadap informan dilakukan pada hari Kamis tanggal 21 Juni 2012 pada pukul 09.00 WIB. Peneliti bertemu dengan Informan di lantai 1 Perpustakaan STAIN Salatiga yang kebetulan sudah membuat janji antara peneliti dengan informan yang sebelumnya menyesuaikan waktu luang yang dimiliki informan. Problematika Akademik Mahasiswa STAIN Salatiga yang Suda Menikah. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara
:
Peneliti
: Kapan mbak NF menikah?
Informan
: Tanggal 6 April 2011
Peneliti
: Dulu nikah siri dulu apa langsung resmi mbak?
Informan
: Langsung resmi dong Ul, ngapain juga siri-sirian segala..
Peneliti
: Pacaran dulu gak mbak?
Informan
: Iya Ul, saya dulu pacarannya justru setelah lulus dari MA.
Peneliti
: Setelah menikah apakah mbak NF tinggal bersama satu rumah dengan suami mbak NF?
Informan
: Ya iya lah Ul, kebetulan suamiku kan tempat kerjanya gak jauh dari rumah.
Peneliti
: Tinggalnya di mana mbak? Sama orang tua mbak NF sendiri atau gimana?
15
Informan
: Saya tetep di rumah saya yang lama sama orang tua saya. Ya walaupun suami saya sebenarnya tidak mau karena takut dianggap nunut di rumah mertua. Tapi saya berusaha memberikan pengertian kalau saya ingin tinggal dengan ibu saya itu karena biar ada yang membantu merawat anak saya dan juga jarak untuk ke kampus itu lebih dekat dari pada dari Boyolali (asal suami).
Peneliiti
: Berarti tidak mengalami masalah komunikasi dengan suami dong?
Informan
: Karena setiap hari ketemu jadi kalau masalah komunikasi gak ada masalah Ul. Tapi aku orangnya sedikit punya rasa cemburu yang berlebih, ya mungkin karena umurku dan suami yang sama-sama masih muda atau bagaimana saya juga gak tau. Sampai-sampai saya pernah dimarahin temen-emen saya karena sering ijolan Hp dengan suami saya.
Peneliti
: Lalu solusi dari masalah itu apa mbak?
Informan
: Alhamdulillah suami saya orangnya penyabar Ul, jadi kalau saya sedang emosi suami selalu menenangkan saya. Intinya, setiap saya punya masalah apapun dengan suami itu pasti kami bicarakan. Karena solusi dari setiap masalah itu adalah dibicarakan bersama. Dan dari awal saya juga sudah tau yang namanya pernikahan itu pasti banyak batu kerikil yang nantinya akan menguji kuatnya bangunan rumah tangga saya dengan suami. Yang penting saling introspeksi aja Ul..
Peneliti
: Apakah mbak NF sudah punya anak?
Informan
: Sudah Ul, kebetulan saya melahirkan bertepatan dengan ujian kompre bulan Mei.
Peneliti
: Bearti sekarang sudah sekitar 1 bulan ya mbak umurnya. Lalu apakah mbak NF tetap mengikuti ujian kompre?
Informan
: Karena saya masih kuat untuk ikut jadi ya saya ikut Ul, karena suami saya selalu mendukung setiap kegiatan kampus yang saya ikuti. Apalagi waktu mau
16
ujian kompre itu, suami selalu siap mengantar saya ke rumah teman-teman saya untuk mencari materi untuk ujian kompre. Peneliti
: Berarti sosok suami itu sangat membantu untuk keberhasilan kuliahnya mbak NF?
Informan
: Itu pasti Ul, karena suami saya itu adalah sosok suami yang selalu menyemangati dan memotivasi saya untuk terus bersemangat menyelesaikan kuliah saya.
Peneliti
: Mbak NF tadi bilang kalau sudah punya anak, lalu bagaimana dengan anak mbak NF bila ditinggal kuliah atau kegiatan lain? Padahal suami mbak kan kerja?
Informan
: Di rumah ada ibu saya, jadi ketika ada keperluan ke kampus atau saya mengajar anakku saya titipkan ke ibuku.
Peneliti
: Mbak NF kan punya tanggung jawab ganda antara mengurus rumah tangga dan kampus. Bagaimana cara mengatur waktunya mbak?
Informan
: Mungkin bagi mereka yang belum merasakan atau cuma melihat sekilas pasti kemrungsung, tapi setelah dijalani nyatanya semua berjalan lancar. Walaupun ada kesulitan mengatur waktu. Pinter-pinternya ngatur waktu aja sih Ul. Seperti tadi yang sudak saya katakana kalau saya kuliah anak saya diasuh ibu saya, setelah saya kembali ke rumah ya saya bawa kembali.
Peneliti
: Terus kalau belajar gimana mbak?
Informan
: Kalau belajar saya nyolong-nyolong waktu, seperti nunggu anak saya tidur dulu atau di-mong bapake dulu. Kalau gak gitu mana mungkin bisa belajar.
Peneliti
: Sisi positif dari pernikahan yang saudara jalani?
Informan
: Ya kita ada teman dalam mengahadapi kehidupan ini. Ya suatu pernikahan itu kan kehuidupan yang baru. Jadi kita bisa bersikap lebih dewasa. Biasanya dulu
17
sebelum nikah kan biasanya lebih cenderung egois, kalau kita sudah menikah kita kan bersikap lebih dewasa. Peneliti
: Sisi negatif dari pernikahan yang saudara jalani?
Informan
: Kalau buat saya Insya Allah itu tidak ada yang negatif.
Peneliti
: Bagaimana pegaruh pernikahan terhadap prestasi akademik?
Informan
: Alhamdulillah nilai nilai saya agak melonjak naik ya walaupun tidak seberapa.
Peneliti
: Adakah perbedaan Indeks Prestasi pada saat sebelum dan sesudah menikah?
Informan
: Ya lumayan, dulu sebelum menikah paling 3,00 sekarang setelah menikah 3,30
Peneliti
: Perbedaan apa saja yang mbak rasakan pada saat sebelum dan sesudah menikah?
Informan
: Banyak, sebbelum menikah kita sering bergaul dengan temen temen, sering dolan-dolan. Setelah menikah kita lebih elegan, lebih agak berfikir pada rumah tangga. Jadi berpikirnya sudah tidak seperti anak muda tapi sudah seperti orang tua.
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dari pernikahan pada masa perkuliahan yang dilakukan oleh informan
mengalami kendala atau problem yang dapat mengganggu
aktifitas perkuliahan dari informan itu sendiri. Problem yang di hadapi diantaranya seperti kesulitan mengatur waktu untuk belajar. Iinforman mengalami peningkatan Indeks Prestasi (IP) akademik.
CATATAN WAWANCARA Informan
: RN
Hari, tanggal
: Kamis, 21 Juni 2012
18
Jam
: 10.00 WIB
Fokus
: Problematika akademik mahasiswa yang sudah menikah Mahasiswi bernama RN ini adalah mahasiswi jurusan Tadris Bahasa Inggris di STAIN
Salatiga. Mahasiswi ini bertempat tinggal di Jalan Jambe ALS No.38 Karang Pete, Kutowinangun, Kecamatan Tingkir Salatiga. Informan menikah pada saat semester 3 tanggal 14 Agustus 2009 yang saat ini sudah dikaruniai 1 orang anak berusia 2 tahun. Informan melakukan pernikahan dengan Ahmad Sutimin yang berusia 2 tahun diatas informan. Suami informan bekerja sebagai pegawai swasta di Salatiga. Sebelum peneliti melakukan wawancara dengan informan sama sekali peneliti tidak kenal dengan informan. Namun dengan bantuan informan lain maka peneliti dapat berkenalan dengan informan dan dapat mengadakan janji bertemu untuk melakukan wawancara penelitian. Penelitian terhadap informan dilakukan pada hari kamis tanggal 21 Juni 2012 jam 10.00 WIB bertempat di depan Perpustakaan STAIN Salatiga. Secara fisik informan yang memiliki tinggi badan 155 cm ini memiliki kulit kuning langsat, berbadan ramping dan mempunyai logat bicara yang halus. Problematika Akademik Mahasiswa STAIN Salatiga yang Suda Menikah. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara
:
Peneliti
: Kapan mbak menikah?
Informan
: Aku semester 3 dik,
Peneliti
: Tanggalnya tanggal berapa mbak?
Informan
: Tanggal 20, eh 14 ding dik. Bulan Okt.. eh Agustus. Iya, tanggal 14 Agustus 2009.
Peneliti
: Langsung resmi atau siri dulu mbak?
Informan
: Nggak ada siri-sirian dik, semuanya resmi tercatat sipil.
19
Peneliti
: Mbak RN sedah punya rumah sendiri atau masih tinggal dengan orang tua?
Informan
: Saya tinggal dengan orang tua saya dik, jadi ya masih tetep dirumah saya yang dulu waktu sebelum menikah.
Peneliti
: Berarti belum punya rumah sendiri ya mbak?
Informan
: Belum dik, karena menurut kami untuk saat ini punya rumah sendiri belum menjadi prioritas utama. Ya walaupun sudah mulai abung sedikit demi sedikit.
Peneliti
: Sebelum menikah kalau boleh tahu mbak RN kenal dengan suami mbak dari mana?
Informan
: Kebetulan suami saya itu kakak kelas saya dulu di MAN dik, jadi ya kenalnya udah lama.
Peneliti
: Dulu sempat pacaran enggak mbak sebelum menikah?
Informan
: Hehe... iya dulu sebelum menikah saya pacaran dulu dik. Tapi pacarannya malah justru setelah saya sudah lulus dari MAN. Baru setelah sekitar 1 tahun pacaran suami saya melamar saya.
Peneliti
: Kalau boleh tau apa yang menjadi pertimbangan mbak RN untuk menikah muda apalagi saat kuliah?
Informan
: Saya fikir tidak ada salahnya dik menikah muda apalagi bareng-bareng dengan kuliah. Justru malah jadi asik dari pada kelamaan pacaran yang enggak ada manfaatnya.
Peneliti
: Suami mbak RN bekerja dimana?
Informan
: Di Salatiga saja kok dik
Peneliti
: Apakah mbak RN tinggal 1 rumah dengan suami mbak?
Informan
: Alhamdulillah dik, karena suamiku kerjanya di Salatiga jadi ya bisa tinggal 1 rumah dengan suami. 20
Peneliti
: Apakah mbak RN sudah punya anak?
Informan
: Sudah dik, sekarang umurnya sudah 2 tahun.
Peneliti
: Kalau mbak RN sedang kuliah siapa yang menjaga anak mbak?
Informan
: Kebetulan aku kan tinggal sama ibuku dik, jadi kalau aku kuliah dan suami kerja ada ibu yang menjaga anakku. Tapi kadang ya sering nggak tega juga sih dik kalau ninggalin anak gitu, ya walaupun sudah sama neneknya tapi yang namanya naluri ibu sering merasa ora tegel gitu.
Peneliti
: Dengan adanya anak mbak RN itu mengganggu waktu belajar mbak tidak?
Informan
: Mungkin sedikit mengalami masalah mengatur waktu ya dik, sama dulu kalau pas hamil itu dik kalau ke kampus sering di guyoni lah. Tapi itu tidak terlalu berpengaruh kok dik.
Peneliti
: Terus kalau mbak RN mau belajar atau mengerjakan tugas kampus lain bagaimana dengan anaknya mbak?
Informan
: Kalau aku belajar biasane dibawa bapakke dik, terus kalau masalah tugas kuliah biasane aku lebih sering mengerjakan dikampus atau diperpustakaan.
Peneliti
: Kalau masalah konsentrasi belajar gimana mbak?
Informan
: Kalau aku sih nggak ada bedanya ya dik antara sebelum dan sesudah menikah. Kalau belajar ya belajar aja dik, konsentrasi tetep bisa kok. Cuma kalau sedang sedikit ada masalah dengan suami itu yang membuat saya jadi susah konsentrasi dan males untuk belajar.
Peneliti
: Adakah problem yang mbak hadapi dengan suami?
Informan
: Ya banyak, kalau pernikahan ngga ada problem ngga nikah namanya dik. Karena itu kan 2 karakter yang berbeda jadi satu. Tapi yo, sepanjang ini slow slow wae.
Peneliti
: Kalau boleh tau problem konkritnya seperti apa mbak? 21
Informan
: Ya… karena aku dan suami umurnya hanya terpaut 2 tahun jadi kalau ada masalah kadang masih gedekke ego masing-masing dan kadang susah untuk mengalah.
Peneliti
: Solusi dari masalah itu apa mbak?
Informan
: Solusinya ya saling tahu diri dan pengertian, dan Alhamdulillah masalah yang kami hadapi bukan masalah yang besar. Intinya saling introspeksi aja lah dik.
Peneliti
: Sisi positif dari pernikahan yang saudara jalani?
Informan
: Mungkin lebih ayem saja dik, lebih mapan. Ya lebih tenanglah istilahnya dan lebih terarah hidupnya.
Peneliti
: Sisi negatif dari pernikahan yang saudara jalani?
Informan
: Apa ya? Mungkin kalau aku itu dari psikologisnya. Jadi saya sama suami itu kan agak sak pantaran dik, kacek 2 tahun jadi kalau pas ada masalah itu sok masih ada egonya. Jadi ngalahnya itu susah, tapi akhirnya juga selesai kok dik.
Peneliti
: Bagaimana pegaruh pernikahan terhadap prestasi akademik?
Informan
: Ngga terlalu berpengaruh dik, intinya nikah sama ngga nikah itu ya sama aja. Belajar tetep belajar, nilai ya tetep stabil lah gitu. Ngga ada pengaruh yang signifikan.
Peneliti
: Adakah perbedaan Indeks Prestasi pada saat sebelum dan sesudah menikah?
Informan
: Standar aja dik, ngga beda jauh dengan sebelum menikah. Sekitar 3,20 gitu
Peneliti
: Perbedaan apa saja yang mbak rasakan pada saat sebelum dan sesudah menikah?
Informan
: Enggak, biasa dik. Paling pas hamil itu, hamil sampai 9 bulan itu kan saya masih kuliah jadi enggak ambil cuti. Paling ya kalau pas hamil itu dilihat orang, katanya “kok hamil” gitu. Tapi habis itu ya biasa. 22
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dari pernikahan pada masa perkuliahan yang dilakukan oleh informan mengalami kendala atau problem yang dapat mengganggu aktifitas perkuliahan dari informan itu sendiri. Kendala-kendala itu berupa kesulitan membagi waktu dan masalah psikologis dengan suami. Iinforman mengalami peningkatan Indeks Prestasi (IP) akademik.
CATATAN WAWANCARA Informan
: DN
Hari, tanggal
: Jumat, 20 Juli 2012
Jam
: 11.30 WIB
Fokus
: Problematika akademik mahasiswa yang sudah menikah Mahasiswi bernama DN asal Desa Tingkir Salatiga Kabupaten Semarang ini menikah
pada tanggal 14 Desember 2009 yang bertepatan dengan semester 4 pada masa perkuliahan. Saat ini informan sedang menempuh masa kuliah di jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam. Informan melakukan pernikahan dengan Hanafi yang berprofesi sebagai tenaga pengajar di Jaritmatika Pusat kota Salatiga. Dalam usia pernikahannya yang sudah mencapai hampir 3 tahun informan sudah dikarunia 1 orang anak laki-laki yang berumur 2 tahun. Sebelum peneliti melakukan wawancara dengan informan sama sekali peneliti tidak kenal dengan informan. Namun dengan bantuan informan lain maka peneliti dapat berkenalan dengan informan dan dapat mengadakan janji bertemu untuk melakukan wawancara penelitian. Penelitian terhadap informan dilakukan pada hari senin tanggal 20 Juli 2012 pada siang hari sekitar pukul 11.30 WIB. Peneliti bertemu dengan Informan di rumah informan yang beralamat di Tingkir Tengah RT.03 RW.07 Kec.Tingkir Salatiga Kabupaten Semarang yang kebetulan sudah membuat janji antara peneliti dengan informan yang sebelumnya menyesuaikan waktu luang yang dimiliki informan. Secara fisik mahasiswi asal desa Tengaran ini mempunyai 23
ciri-ciri berbadan agak kecil, berkulit sawo matang, tinggi badan 147 cm. Informan mempunyai sifat yang ramah, humoris, dan baik hati. Problematika Akademik Mahasiswa STAIN Salatiga yang Sudah Menikah. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara
:
Peneliti
: Kapan mbak DN menikah?
Informan
: Tanggal 14 Desember 2009.
Peneliti
: Kalau akadnya tanggal berapa mbak?
Informan
: Ya sama, pada hari itu juga.
Peneliti
: Mbak DN sudah punya rumah sendiri ya?
Informan
: Alhamdulullah sudah, baru sekitar 1 tahunan ini. Ya walaupun gak bagus tapi sudah cukup nyaman untuk di tempati suami, anak dan saya.
Peneliti
: Hasil jerih payah sendiri atau dibelikan sama orang tua mbak?
Informan
: Kebetulan kalau tanahnya dikasih orang tua, kalau mbangunnya hasil jeri payah saya dan suami saya.
Peneliti
: Boleh tau gak mbak dulu mbak DN kenal dengan suaminya mbak itu awalnya gimana?
Informan
: Saya dulu pernah jadi muridnya suami saya mbak , jadi ya awalnya saya kenal dengan suami saya itu sebagai guru saya namun sekarang malah jadi suami saya. Hehe
Peneliti
: Pacaran dulu gak mbak sebelum menikah?
Informan
: Tidak mbak, kebetulan saya dijodohkan oleh orang tua saya.
Peneliti
: Mbak DN kok langsung mau mbak dijodohkan?
24
Informan
: Karena saya yakin mbak, pilihan orang tua saya itu pasti yang terbaik untuk saya. Nyatanya sampai sekarang saya dan suami saya baik-baik saja. hehe
Peneliti
: Setelah menikah apakah mbak DN mengambil cuti atau masih aktif kuliah?
Informan
: Saya masih aktif kuliah ya mbak, karena suami saya sangat mendukung perkuliahan saya.
Peneliti
: Apakah mbak DN sudah punya anak?
Informan
: Sudah, lha itu tadi yang playon di depan rumah pakai seragam itu lho…
Peneliti
: Ow iya. Lalu, dengan adanya anak apakah mbak DN mengalami kesulitan dalam mengatur waktu?
Informan
: Sulit sih pasti iya mbak. Apalagi waktu saya masih menyusui anak saya. Setiap pergantian jam kuliah saya harus pulang bolak-balik kampus rumah untuk menyusui anak saya. Karena menurut saya ASI itu sangat penting untuk pertumbuhan anak saya.
Peneliti
: Bagaimana cara mbak DN mengatur waktu antara tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga dan mahasiswa?
Informan
: Setiap saya ke kampus anak saya dititipkan ke ibu saya karena kebetulan rumah ibu saya dekat dengan rumah saya dan suami. Setelah pulang dari kampus baru saya jemput ke rumah ibu saya karena suami saya sibuk mengajar sampai siang. Kalau masalah tugas rumah tangga saya dan suami daya saling gotong royong lah untuk menyelesaikannya.
Peneliti
: Kemudian mengalami masalah dalam belajar atau tidak?
Informan
: Pasti lah mbak, karena kebetulan kan saya masih punya anak yang masih kecil jadi sedikit repot. Dan saya belajarnya harus menunggu anak saya tidur dulu mbak baru bisa belajar. Tapi Alhamdulillah suami saya itu selalu mendukung
25
kuliah saya, apalagi kalau saya sedang ada tugas kuliah suami saya sering membantu. Peneliti
: Sisi positif dari pernikahan yang mbak jalani apa?
Informan
: Menurut saya banyak sekali mbak, pertama kuliah saya jadi makin semangat karena suami senantiasa memotivasi saya. Yang kedua, hidup itu rasanya lebih ayem karena ada sosok suami yang selalu meniringi langkah hidup kita. Kemudian yang pasti cara berfikir itu jauh lebih dewasa dibandingkan dengan sebelum menikah dan juga tanggung jawab semakin besar tenntunya.
Peneliti
: Kalau sisi negatifnya apa mbak?
Informan
: Sisi negatifnya apa ya… mungkin saya jadi sedikit males kalau bertemu atau dolan dengan teman-teman saya karena saya fikir itu tidak ada manfaatnya.
Peneliti
: Setelah menikah ada pengaruhnya gak terhadap prestasi akademiknya mbak?
Informan
: Ada mbak,
Peneliti
: Bagaimanan dengan Indeks Prestasinya mbak DN? Setelah menikah jadi naik atau turun?
Informan
: Alhamdulillah naik. Yang tadinya sekitar 3,00 sekarang jadi 3,25 keatas.
Peneliti
: Perbedaannya apa saja antara sebelum dan sesudah menikah?
Informan
: Ya itu tadi mbak, banyak sekali manfaatnya yang salah satunya hidup itu rasanya lebih tertata lah istilahnya.
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dari pernikahan pada masa perkuliahan yang dilakukan oleh informan
mengalami kendala atau problem yang dapat mengganggu
aktifitas perkuliahan dari informan itu sendiri. Iinforman mengalami peningkatan Indeks Prestasi (IP) akademik.
26
CATATAN WAWANCARA Informan
: MFR
Hari, tanggal
:Rabu, 29 Agustus 2012
Jam
: 16.30 WIB
Fokus
: Problematika akademik mahasiswa yang sudah menikah Informan bernama MFR asal Tegalrejo Temanggung ini menikah pada tanggal 24 Juni
2012 yang bertepatan dengan semester 6 pada masa perkuliahan. Saat ini informan sedang menempuh masa kuliah di jurusan Pendidikan Agama Islam. Informan menikah dengan Joko Susilo yang bekerja sebagai TNI AD di Kota Bogor. Dalam usia pernikahannya yang sudah mencapai 3 bulan ini informan belum dikarunia seorang anak, informan mempunyai program untuk menunda kehamilannya terlebih dahulu karena ingin berkonsentrasi dengan kuliahnya terlebih dahulu. Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak informan masuk pertama kali menjadi mahasiswa STAIN Salatiga dan tinggal di Pondok Pesantren NF Asna Karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan, maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian terhadap informan dilakukan pada hari Rabu tanggal 29 Agustus 2012 pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB. Peneliti bertemu dengan Informan di kamar No.10 Pondok Pesantren NF Asna yang beralamat di desa Pulutan Kecamatan Sidorejo Rt.01 Rw.03 Salatiga Kabupaten Semarang. Kebetulan antara peneliti dengan informan sudah membuat janji yang sebelumnya menyesuaikan waktu luang yang dimiliki informan. Secara fisik mahasiswi asal kota Temanggug ini mempunyai ciri-ciri berbadan agak besar, berkulit sawo matang, tinggi badan 155 cm. Informan mempunyai sifat yang ramah, humoris, dan baik hati. Problematika Akademik Mahasiswa STAIN Salatiga yang Sudah Menikah. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara
: 27
Peneliti
: Kapan dik MFR menikah?
Informan
: Tanggal 24 Juni 2012
Peneliti
: Langsung resmi gak dik?
Informan
: Maksudnya resmi gimana mbak?
Peneliti
: Maksudnya nikah siri dulu atau langsung resmi tercatat Negara?
Informan
: Resmi mbak, buat apa siri itu kan gak ada gunanya juga.
Peneliti
: Dik MFR sempet pacaran sama suami dulu gak sebelum menikah?
Informan
: Enggak mbak, kebetulan saya itu kenal dengan suami saya dikenalkan oleh budhe saya. Kemudian tanpa berlama-lama mas Joko melamar saya. Hehe
Peneliti
: Padahal sampean kan masih kuliah dik, lok langsung mau diajak nikah?
Informan
: Gimana ya mbak? Saya itu sdah capek pacaran dengan pacar saya yang duludulu tapi nggak ada yang serius. Dan sekarang karena ada yang mengajak serius dan berniat baik why not? Hehe
Peneliti
: Suami dik MFR bekerja sebagai apa?
Informan
: Suami saya bekerja di TNI AD Bogor mbak.
Peneliti
: Wah jauh sekali ya dik. Terus ketemunya gimana?
Informan
: Ketemu sebukan sekali mbak. Sebulan sekali saya ke Bogor untuk mengikuti kegiatan rutin kumpulan PERSIT.
Peneliti
: Persit itu apa dik?
Informan
: Persatuan Istri Tentara mbak,
Peneliti
: Sudah punya rumah sendiri apa belum dik?
28
Informan
: Belum mbak, paling saya tinggalnya kalau gak di sini (Pondok Pesantren NF Asna) ya pulang ke rumah, kadang juga ke mertua saya di Ungaran atau kalau nggak ya nyusul suami ke Bogor. Hehe
Peneliti
: Pengen punya rumah sendiri gak dik?
Informan
: Ya pengen tho mbak, tapi untuk saat ini belum terlalu penting. Mungkin nanti setelah saya lulus kuliah baru beli rumah. hehe
Peneliti
: Selama ini mengganggu waktu kuliah sampean gak?
Informan
: Sedikit mbak, karena saya setiap sebulan sekali kan harus bolak-balik SalatigaBogor. Jadi ya sedikit capek, kalau sudah capek kan jadi males belajar. Apalagi saya jadi sering bolos kuliah.
Peneliti
: Bagaimana dengan Ipnya dik MFR setelah menikah? Apakah naik atau malah turun.
Informan
: IP saya turun mbak,
Peneliti
: Yang tadinya berapa jadi berapa dik?
Informan
: Yang tadinya sekitar 3,50 sekarang malah jadi 3,25
Peneliti
: itu disebabkan karena apa dik?
Informan
: Ya itu tadi mbak, mungkin karena saya kecapekan terus konsentrasi belajar jadi berkurang. Karena setelah menikah pikiran saya kan jadi terbagi-bagi mbak.
Peneliti
: Menurut sampean solusi untuk mengatasi masalah sampean itu apa?
Informan
: Mungkin saya harus lebih semangat lagi belajarnya ya mbak, karena menurut saya itu juga tergantung individunya juga sih.
Peneliti
: Setelah menikah perubahan apa saja yang dik MFRoh rasakan?
Informan
: Perubahan yang seperti apa maksudnya mbak?
Peneliti
: Ya perubahan sifat atau apa saja lah.. 29
Informan
: Kalau itu mungkin sekarang saya jadi punya hobi masak mbak, maklum lah sudah jadi ibu rumah tangga jadi ya harus bisa masak. Kemudian lebih penyabar juga dan hidup itu rasanya lebih tentram lah istilahnya karena sudah mempunyai pendamping hidup. Selain itu pergaulan saya juga lebih saya batasi karena sebagai istri saya kan juga harus menjaga kehormatan suami saya mbak.
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dari pernikahan pada masa perkuliahan yang dilakukan oleh informan
mengalami kendala atau problem yang dapat mengganggu
aktifitas perkuliahan dari informan itu sendiri. Iinforman mengalami penurunan Indeks Prestasi (IP) akademik.
CATATAN WAWANCARA Informan
: NQS
Hari, tanggal
: Jumat, 31 Agustus 2012
Jam
: 15.00 WIB
Fokus
: Problematika akademik mahasiswa yang sudah menikah Informan bernama NQS ini asli mahasiswa asal Salatiga. Informan menikah pada tanggal
20 Maret 2011. Saat ini informan sedang menempuh masa kuliah semester akhir di jurusan Pendidikan Agama Islam dan bekerja sebagai tenaga pengajar (guru) di SD IP Subandi Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Informan menikah dengan Anisful Mahrozah yang bekerja sebagai guru di Ambarawa. Usia informan dengan istri terpaut 3 tahun lebih tua dari istri. Dalam usia pernikahannya yang sudah mencapai 1 tahun 6 bulan ini informan sudah dikaruniai seorang anak perempuan yang berumur 5 bulan. Sebelumnya antara peneliti dengan informan belum kenal sama sekali. Peneliti mengetahui bahwa informan sudah menikah karena mendapat informasi dari informan NF. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
30
Penelitian terhadap informan dilakukan pada hari Jumat tanggal 30 Agustus 2012 pada sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Peneliti bertemu dengan Informan di lantai 3 Perpustakaan STAIN Salatiga yang kebetulan sudah membuat janji antara peneliti dengan informan yang sebelumnya menyesuaikan waktu luang yang dimiliki informan. Secara fisik mahasiswa asal Salatiga ini mempunyai ciri-ciri berbadan tinggi, berkulit sawo matang, tinggi badan sekitar 170 cm. Informan mempunyai sifat yang ramah, humoris, dan baik hati. Problematika Akademik Mahasiswa STAIN Salatiga yang Sudah Menikah. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara
:
Peneliti
: Kapan Pak NQS menikah?
Informan
: Seingat saya tanggal 20 Maret 2011,
Peneliti
: Langsung resmi pak?
Informan
: Iya mbak, resmi dan sah dimata agama dan Negara. Hehe
Peneliti
: Dulu pacaran dulu gak pak?
Informan
: Iya mbak, kan dulu satu kampus dengan istri saya.
Peneliti
: Apakah jenengan sudah punya anak Pak?
Informan
: Sudah mbak, sekarang umurnya sudah 5 bulan. Sedang lucu-lucunya mbak. Hehe
Peneliti
: Apakah jenengan sudah bekerja sudah Pak?
Informan
: Alhamdulillah sudah mbak, saya bekerja di SD Islam Plus Subandi kurang lebih sudah sekitar 2 bulanan.
Peneliti
: Berati dulu sebelum jenengan menikah jenengan belum bekerja dong?
Informan
: Belum mbak, justru saya bekerja itu malah setelah menikah.
Peneliti
: Kenapa jenengan kok berani mengambil keputusan untuk menikah sebelum bekerja? Padahal kuliah jenengan juga belum selesai kan? 31
Informan
: Itu begini mbak, saya menikah itu memang sedang dalam kondisi belum bekerja dan belum lulus kuliah. Namun saya percaya bahwa rezeki itu datangnya dari Allah yang tidak perlu dikhawatirkan. Memang kelihatannya ekstrim, tapi pada kenyataannya sampai sekarang pernikahan saya tetap aman dan tidak ada masalah.
Peneliti
: Berarti jenengan dan istri jenengan masih minta uang dong dengan masing-masing orang tua dari jenengan?
Informan
: Masih mbak, tapi saya merasa mengatur uang sebelum dan sesudah menikah itu justru mudah setelah menikah. Dulu sebelum menikah punya uang berapapun pasti habis karena terlalu banyak keinginan yang ingin dibeli. Berbeda dengan setelah menikah, walaupun uang yang kita miliki itu sedikit pasti cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari. Ya mungkin itu karena setelah menikah saya mempunyai tanggung jawab yang lebih besar, jadi tidak ingin sembarangan dalam membelanjakan uang. Dan tempat tinggalnya saya juga masih dengan mertua saya.
Peneliti
: Apakah orang tua jenengan dan orang tua istri jenengan langsung setuju kalau jenengan menikah padahal jenengan kan belum bekerja?
Informan
: Saya menikah itu justru disuruh orang tua saya mbak, katanya dari pada kelamaan pacaran mending menikah saja. Ya saya nurut saja wong menurut saya itu juga baik dan orang tua saya mau membiayai semuanya.
Peneliti
: Berarti dulu sempat pacaran ya Pak? Kenalannya di mana pak?
Informan
: Istri saya itu kan dulu kakak senior saya di kampus, jadi kenalnya ya di kampus. Hehe
Peneliti
: Apakah istri jenengan juga bekerja?
Informan
: Iya mbak, istri saya bekerja jadi guru juga di Ambarawa.
Peneliti
: Jenengan kan bekerja, istri jenengan juga bekerja. Lalu yang menjaga anak jenengan siapa? 32
Informan
: Saya tinggal dengan mertua saya mbak, jadi kalau saya dan istri saya sedang bekerja anak saya dibawa neneknya.
Peneliti
: Pengen punya rumah sendiri gak Pak?
Informan
: Ya jelas pingin tho mbak, apalagi saya sebagai suami yang paling bertanggung jawab tentang hal itu. Tapi karena uangnya belum cukup ya di pending dulu. hehe
Peneliti
: Lalu bagaimana dengan kuliah jenengan?
Informan
: Untuk saat ini skripsi saya memang sedikit molor karena tidak bisa ikut yang bulan Oktober karena padatnya kegiatan di sekolah tempat saya bekerja. Karena disekolah tempat saya bekerja itu kan berangkat pagi trus pulangnya sekitar jam 3 sore. Jadi ya kalau sudah selesai mengajar saya pasti capek dan kadang males untuk ke perpustakaan untuk menyelesaikan skripsi saya. Kalau masalah perkuliahan karena saya bekerja setelah kuliah saya selesai jadi ya tidak ada masalah.
Peneliti
: Mengalami kesulitan membagi tidak?
Informan
: Itu pasti mbak, apalagi waktu saya masih kuliah dulu. Terlebih waktu saya KKN, ya saya merasa kasian aja mbak sama istri saya karena waktu itu kan masih hamil tua.
Peneliti
: Setelah menikah hal apa saja yang jenengan rasakan?
Informan
: Banyak sekali mbak. Yang tadinya boros dan tidak bisa mengatur uang sekarang jadi lebih irit dan hemat. Yang tadinya pemarah sekarang lebih sloow. Lebih tanggung jawab karena sudah mempunyai tanggungan sebagai kepala rumah tangga. Kemudian yang tadinya kesepian sekarang jadi ada teman untuk berbagi segala suka duka yang kita alami. Pokoknya nikah itu asik mbak. Hehe
Peneliti
: Ada sisi-sisi negatifnya gak pak kalau menikah saat kuliah?
Informan
: Kalau menurut saya itu sih tergantung orangnya. Kalau orangnya kurang bisa mengatur waktu pasti merasa kesulitan untuk menyelesaikan tugas sebagai 33
mahasiswa dan sebagai suami/istri. Tapi kalau orangnya bisa mengatur waktu pasti semuanya lancar mbak. Peneliti
: Bagaimana dengan IP jenengan setelah menikah? Naik apa turun Pak?
Informan
: IP saya alhamdulillah naik mbak. Maklum lah, dapat dorongan penuh dari istri yang tak lain adalah kakak senior saya dulu di kampus. Hehe
Peneliti
: IPnya tadinya berapa jadi berapa Pak?
Informan
: Ya kira-kira yang tadinya 2,75 sekarang jadi 3,25 ke atas mbak.
Peneliti
: Kok bisa naik segitu banyaknya Pak?
Informan
: Itu tadi mbak, berkat dorongan dan pantauan dari istri saya. hehe
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dari pernikahan pada masa perkuliahan yang dilakukan oleh informan
mengalami kendala atau problem yang dapat mengganggu
aktifitas perkuliahan dari informan itu sendiri. Seperti diantaranya adalah problem manajemen waktu karena informan terlalu banyak tugas dan tanggung jawab yaitu sebagai mahasiswa, suami dan sebagai tenaga pengajar. Iinforman mengalami peningkatan Indeks Prestasi (IP) akademik.
CATATAN WAWANCARA Informan
: ALS
Hari, tanggal
: Jumat, 31 Agustus 2012
Jam
: 15.00 WIB
Fokus
: Problematika akademik mahasiswa yang sudah menikah Informan bernama lengkap ALS asal desa Bringin Kab.Semarang ini menikah pada
tanggal 9 Oktober 2009. Saat ini informan sedang menempuh masa kuliah semester akhir di jurusan Tadris Bahasa Inggris dan bekerja sebagai tenaga pengajar di Salatiga. Informan 34
menikah dengan Rahmat Hidayat yang juga bekerja sebagai guru di MA Al-Manar Kabupaten Semarang. Usia informan dengan suami terpaut 6 tahun lebih tua dari informan. Dalam usia pernikahannya yang sudah hampir mencapai 3 tahun ini informan sudah dikaruniai seorang anak perempuan yang berumur 2 tahun. Sebelumnya antara peneliti dengan informan belum kenal sama sekali. Peneliti mengetahui bahwa informan sudah menikah karena mendapat informasi dari informan SNS yang dulu pernah tinggal bersama di Pondok Pesantern Al-Manar Tengaran Kab. Semarang. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian terhadap informan dilakukan pada hari Jumat tanggal 30 Agustus 2012 pada sore hari sekitar pukul 15.30 WIB. Peneliti bertemu dengan Informan di lantai 3 Perpustakaan STAIN Salatiga yang kebetulan sudah membuat janji antara peneliti dengan informan yang sebelumnya menyesuaikan waktu luang yang dimiliki informan. Secara fisik mahasiswi asal Salatiga ini mempunyai ciri-ciri berbadan sedang, berkulit sawo matang, tinggi badan sekitar 150 cm. Informan mempunyai sifat yang ramah, humoris, dan baik hati. Problematika Akademik Mahasiswa STAIN Salatiga yang Sudah Menikah. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara
:
Peneliti
: Kapan mbak ALS menikah?
Informan
: Tanggal 9 Oktober 2009
Peneliti
: Sebelumnya dulu kenal suami dari mana mbak?
Informan
: Suami saya itu dulu ustadz di Pondok Al-Manar mbak, dan saya muridnya. Jadi kenalnya ya di Al-Manar.
Peneliti
: Pacaran dulu gak mbak?
Informan
: Iya mbak, hehe. Saya pacaran sekitar 5 bulanan. Baru setelah itu suami saya melamar saya. Dan saya menerima menerima langsung lamaran beliau.
Peneliti
: Proses pernikahannya gimana mbak? 35
Informan
: Maksudnya proses yang gimana mbak?
Peneliti
: Maksudnya dulu mbak ALS nikahnya lanngsung resmi atau gimana dulu?
Informan
: Ow, saya langsung resmi mbak.
Peneliti
: Mbak ALS sudah punya anak?
Informan
: Sudah mbak, anak saya sekarang sudah berumur 2 tahun.
Peneliti
: Kalau mbak ALS sedang kuliah siapa yang mengasuh anak mbak ALS?
Informan
: Kebetulan saya dan suami saya sudah bekerja mbak, jadi ya kalau saya dan suami sedang ada keperluan ada orang tua saya yang mengasuh.
Peneliti
: Jadi belum punya rumah sendiri ya mbak?
Informan
: Belum mbak, untuk saat ini saya masih membutuhkan banyak bimbingan dari orang tua saya. Jadi ya, kalau punya rumah sendiri masih bingung kalau mengurus anak saya.
Peneliti
: Mbak ALS dan suami mbak SNS bekerja sebagai apa?
Informan
: Saya dan suami saya sama-sama bekerja sebagai guru.
Peneliti
: Sistem belajarnya mbak ALS seperti apa mbak?
Informan
: Saya belajarnya nunggu waktu luang mbak. Seperti misalnya nunggu anak saya tidur dulu, nunggu saya pulang ngajar dan nunggu pekerjaan rumah saya selesai. Tapi kadang kalau memang lagi banyak pekerjaan ya pekerjaan rumah tak tinggal dulu.
Peneliti
: Mbak ALS dan suami mbaknya bekerja dari jam berapa sampai jam berapa?
Informan
: Kalau saya dari jam 8nan sampai jam 10 mbak karena saya kan ngajar TK. Tapi kalau suami saya dari jam 7 pagi sampai sore sekitar jam 4 mbak.
Peneliti
: Bagaimana dengan IPnya mbak ALS? 36
Informan
: IP saya sedikit mengalami peningkatan mbak, yang tadinya sekitar 3,25 setelah menikah jadi 3,50 ke atas. Itu semua karena saya dapat dorongan dari suami saya mbak. Karena semangat dari suami saya itu saya jadi semakin semangat belajar dan pengen cepet-cepet menyelesaikan kuliah.
Peneliti
: Ada perbedaan antara sebelum dan setelah menikah gak mbak?
Informan
: Ow banyak sekali mbak, setelah menikah itu saya jadi semakin penyabar, lebih dewasa, lebih bisa menghargai waktu dan uang karena tanggung jawab dan peran saya sebagai ibu rumah tangga kan harus bisa mengatur uang. Selain itu karena saya mendapat dukungan dari suami saya semangat belajar saya semakin tinggi mbak.
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dari pernikahan pada masa perkuliahan yang dilakukan oleh informan
mengalami kendala atau problem yang dapat mengganggu
aktifitas perkuliahan dari informan itu sendiri. Iinforman mengalami peningkatan Indeks Prestasi (IP) akademik.
CATATAN WAWANCARA Informan
: NS
Hari, tanggal
: 4 September 2012
Jam
: 12.15 WIB
Fokus
: Problematika akademik mahasiswa yang sudah menikah Informan bernama lengkap NS asal desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten
semarang ini menikah pada tanggal 20 Oktober 2000. Saat ini informan sedang menempuh masa kuliah semester akhir di jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam dan bekerja sebagai TNI AD Sersan II di Kodim 1714 Salatiga. Informan menikah dengan Selasi yang sekarang menjadi ibu rumah tangga. Usia informan dengan istri terpaut 5 tahun lebih muda dari informan. Dalam usia
37
pernikahannya yang sudah hampir mencapai 12 tahun ini informan sudah dikaruniai seorang anak perempuan yang berumur 10 tahun. Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak masuk pertama kali menjadi mahasiswa STAIN Salatiga. Karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan, maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian terhadap informan dilakukan pada hari Selasa tanggal 4 September 2012 pada siang hari sekitar pukul 12.15 WIB. Peneliti bertemu dengan Informan di lantai 1 ruang ta’mir masjid Raya Darul Amal Salatiga yang kebetulan sudah membuat janji antara peneliti dengan informan yang sebelumnya menyesuaikan waktu luang yang dimiliki informan. Secara fisik mahasiswa asal Banyubiru ini mempunyai ciri-ciri berbadan sedang, berkulit sawo matang, tinggi badan sekitar 170 cm. Informan mempunyai sifat yang ramah, humoris, tegas dan baik hati. Problematika Akademik Mahasiswa STAIN Salatiga yang Sudah Menikah. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara
:
Peneliti
: Jenengan menikahnya tanggal pinten pak?
Informan
: Tanggal 20 Oktober 2000 di Banyubiru sini.
Peneliti
: Dulu kenalnya dengan istri di mana Pak?
Informan
: Awalnya saya dulu kan ditugaskan di Aceh, lah dari situlah saya kenal dengan istri. Kemudian saya pacaran hanya 3 bulan terus saya lamar.
Peneliti
: Berarti istri jenengean asli dari Aceh ya Pak? Memangnya pekerjaan bapak itu apa?
Informan
: Iya, tapi tidak setiap tahun saya pulkam mbak. Maklum lah, selain jauh biayanya juga kan ga sedikit.
Peneliti
: Dulu nikahnya langsung resmi atau ada acara siri-sirian pak? 38
Informan
: Langsung resmi tho ya…
Peneliti
: Pekerjaan bapak itu apa?
Informan
: Saya sebagai TNI AD, jabatan saya sersan II. Tempatnya di Kodim 0714 Salatiga.
Peneliti
: Sudah punya rumah sendiri Pak?
Informan
:Alhamdulillah sudah mbak, saya sudah punya rumah sendiri di Banyubiru.
Peneliti
: Jenengan sudah punya punya anak berapa Pak?
Informan
: Baru satu mbak, perempuan dan usianya sudah 10 tahun. Rencananya sih mau nambah lagi mbak. Hehe…
Peneliti
: Bapak kan sudah bekerja sebagai TNI AD, kenapa masih tertarik untuk kuliah lagi dan mengambil PAI pak?
Informan
: Karena cita-cita saya dulu itu jadi guru PAI mbak. Hehe Jadi setelah saya ada kesempatan untuk kuliah, saya langsung memanfaatkannya.
Peneliti
: Memangnya boleh tho Pak, jenengan di TNI AD kemudian nyambi kuliah?
Informan
: Boleh mbak, sebelumnya saya minta izin sama atasan saya dulu. Baru setelah mendapat izin saya berani daftar di STAIN ini.
Peneliti
: Lalu kalau ada kuliah bagaimana dengan pekerjaan jenengan Pak?
Informan
: Karena sudah mendapat izin, jadi ya saya bisa mengikuti perkuliahan seperti temen-temen yang lain mbak. Karena saya kan ngambilnya yang regular biasa. Tapi susahnya kalau saya sedang ditugaskan di luar daerah terpaksa bolos kuliah.
Peneliti
: Biasanya ditugaskan dimana Pak? Luar Jawa atau gimana? Terus berapa bulan sekali?
Informan
: Ditugaskannya cuma di luar kota mbak, dan itu satu bulan sekali selama 2 minggu. Jadi itu yang membuat saya terpaksa bolos kuliah. 39
Peneliti
: Lalu bagaimana cara bapak mengatur waktu belajar?
Informan
: Kalau saya sih kondisional mbak, gak setiap hari belajar. Paling kalau sedang ada ujian baru belajar. Hehe
Peneliti
: Cara mengaturnya seperti apa Pak? Padahal jenengan kan harus ke kantor, ke kampus, dan mengurus keluarga.
Informan
: Biasa aja mbak, tanggung jawab saya sebagai kepala rumah tangga tetap saya jalankan. Kalau pagi nganter anak sekolah ya tetep saya lakukan, pokoknya semua berjalan lancar lah.
Peneliti
: Bagaimana dengan istri jenengan Pak? Mendukung kuliahe jenengan atau gak?
Informan
: Kalau istri ya mendukung mbak, malah benar-benar nyemangati saya untuk belajar dan cepat menyelesaikan kuliah saya. Tapi ya kadang ada cemburucemburu sedikit. Maklum lah, temen-temen kuliah saya kan masih muda-muda mbak. hehe
Peneliti
: Kira-kira dengan jenengan kuliah itu mengganggu pernikahan jenengan mboten pak?
Informan
: Kalau mengganggu sih gak mbak, tapi ya uang gaji kan sedikit terbagi. Yang tadinya cuma untuk keluarga tai sekarang sedikit menyisihkan untuk kuliah juga.
Peneliti
: Ipnya jenengan pripun Pak?
Informan
: Alhamdulillah IP saya gak pernah di bawah 3,00 mbak.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa studi kuliah yang dilakukan informan sedikit mengganggu pernikahannya. Selain itu pekerjaan informan juga memberi masalah pada perkuliahan informan. Namun hal tersebut tidak mempengaruhi Indeks Prestasi informan.
40
CATATAN WAWANCARA Informan
: RCK
Hari, tanggal
: Kamis, 13 September 2012
Jam
: 08.00 WIB
Fokus
: Problematika akademik mahasiswa yang sudah menikah Mahasiswi bernama lengkap RCK asal desa Karanggede Kabupaten Boyolali ini menikah
pada tanggal 11 November 2011. Saat ini informan sedang menempuh masa kuliah semester akhir di jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di STAIN Salatiga. Informan menikah dengan Muhamad Fuad Riza yang sama-sama menjadi mahasiswa di STAIN Salatiga. Usia informan dengan suami terpaut 2 tahun lebih tua dari informan. Dalam usia pernikahannya yang sudah hampir mencapai 1 tahun ini informan belum dikaruniai seorang anak. Sebelumnya antara peneliti dengan informan sudah kenal sejak masuk pertama kali menjadi mahasiswa STAIN Salatiga dan sama-sama menjadi anggota salah satu organisasi di kampus. Karena kondisi peneliti yang sudah kenal dengan informan, maka memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap informan. Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan juga cukup membantu terhadap proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian terhadap informan dilakukan pada hari Selasa tanggal 12 September 2012 pada siang hari sekitar pukul 08.00 WIB. Peneliti bertemu dengan Informan di gedung perkuliahan lantai 1 ruang A1 kampus STAIN Salatiga yang kebetulan sudah membuat janji antara peneliti dengan informan yang sebelumnya menyesuaikan waktu luang yang dimiliki informan. Secara fisik mahasiswi asal Boyolali ini mempunyai ciri-ciri berbadan sedang, berkulit sawo matang, tinggi badan sekitar 170 cm. Informan mempunyai sifat yang ramah, humoris, tegas dan baik hati. Problematika Akademik Mahasiswa STAIN Salatiga yang Sudah Menikah. Berikut adalah proses wawancara dengan informan. Proses Wawancara
:
41
Peneliti
: Mbak RCK menikah tanggal berapa?
Informan
: Saya menikah tanggal 11 November 2011
Peneliti
: Pacaran dulu ga mbak?
Informan
: Iya mbak, kebetulan kan satu kampus.
Peneliti
: Langsung resmi gak Mbak? Maksudnya nikah siri atau gak?
Informan
: Resmi dong mbak, kalau siri ya pasti gak dibolehin sama ortu saya.
Peneliti
: Kalau suami mbak RCK sudah bekerja sebagai apa?
Informan
: Suami saya belum bekerja mbak. Saya dan suami saya itu masih sama-sama kuliah di sini (STAIN Salatiga).
Peneliti
: Kenapa mbak RCK dan suami mbak kok berani menikah, padahal kan belum bekerja?
Informan
: Karena menikah itu kan sunah Rasul mbak, lagian salah satu alasannya karena saya juga disuruh orang tua saya dan gak mau pacaran lama-lama. Kalau masalah bekerja dan rizki gak perlu dikhawatirkan mbak, karena semua itu sudah diatur sama yang diatas.
Peneliti
: Dulu kenalnya dengan suami dimana mbak? Pacaran dulu atau tidak?
Informan
: Ya kan sama-sama mahasiswa di kampus II, jadi ya kenalnya di kampus. Jurusan saya PGMI dan jurusan suami saya AHS. Iya, pacaran dulu mbak.
Peneliti
: Kalau biaya hidupnya berarti masih minta sama ortu dong mbak?
Informan
: Masih mbak, kedua orang tua saya dan suami saya masih memberi uang bulanan untuk saya dan suami saya.
Peneliti
: Kemudian setelah menikah tinggalnya di mana mbak?
Informan
: Saya tinggal dengan mertua saya di Tuntang, selain belum punya uang untuk beli rumah sendiri tinggal di rumah mertua juga dekat jaraknya dengan kampus. 42
Peneliti
: Bagaimana cara mbak RCK mengatur waktu antara mengurus kegiatan rumah tangga dan perkuliahan?
Informan
: Kalau saya sama aja sih mbak, kebetulan kan dulu sebelum menikah saya sudah terbiasa dengan kegiatan dan tugas rumah tangga. Jadi ya gak ada masalah. Kalau pagi saya ngurus dapur dan bersi-bersih rumah dulu. Baru setelah selesai saya berangkat ke kampus.
Peneliti
: Ada perbedaan cara belajar antara sebelum dan sesudah menikah mbak?
Informan
: Kalau masalah belajar saya sama aja sih mbak, belajar ya belajar aja. Cuma, kalau saya sedang ada masalah dengan suami saya jadi males belajar karena gak ada yang nyemangati untu belajar.
Peneliti
: Kalau IPnya gimana mbak? Mengalami perubahan tidak?
Informan
: Sama saja mbak, kalaupun naik atau turun ya tidak terlalu signifikan. Paling yang tadinya 3,25 terus jadi 3,20. Pokoknya tidak terlalu berpengaruh lah ya..
Peneliti
: Mengalami perbedaan tidak mbak antara sebelum dan sesudah menikah?
Informan
: Banyak sekali mbak, antara lain itu saya sekarang jauh lebih dewasa dan lebih termotivasi dalam segala hal. Apalagi sekarang saya harus lebih mandiri karena sudah tidak tinggal serumah lagi dengan orang tua saya.
Peneliti
: Sisi positif dari pernikahan mbak RCK apa?
Informan
: Ya itu tadi mbak, semakin dewasa dan hidup saya itu jadi semakin termotivasi. Dan juga sekarang jauh lebih ayem karena ada suami yang selalu menemani kemanapun saya mau pergi. Hehe..
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pernikahan pada masa studi yang dilakukan oleh informan sama sekali tidak menggangu perkuliahan informan. Indeks Prestasi informan tetap karena cara belajar informan masih sama antara sebelum dan sesudah menikah.
43
TABEL SEJARAH INDEKS PRESTASI No. 1.
Nama Informan SNS
I 2.56
II 2.96
III 2.98
Semester IV V VI 3.16 3.39 3.40
2.
ZK
3.30
3.25
3.24
3.20
3.27 3.28
3.
SZ
3.20
3.25
3.23
3.50
3.25 3.40
3.20
3.15
MENURUN
4.
NF
3.10
3.20
3.15
3.21
3.20 3.25
3.28
3.30
MENINGKAT
5.
RN
3.22
3.23
3.25
3.25
3.27 3.28
3.24
3.25
TETAP
6.
DN
3.20
3.22
3.25
3.25
3.27 3.30
3.23
3.35
MENINGKAT
7.
MFR
3.20
3.25
3.26
3.24
3.25 3.10
8.
NQS
3.00
3.00
3.10
3.15
3.14 3.15
3.16
3.14
TETAP
9.
ALS
3.10
3.12
3.15
3.20
3.22 3.23
3.24
3.27
MENINGKAT
10.
NS
3.23
3.22
3.24
3.25
3.20 3.27
3.25
3.27
TETAP
11.
RCK
3.19
3.18
3.20
3.18
3.17 3.20
3.21
3.22
TETAP
44
Kesimpulan VII 3.50
VIII 3.67
MENINGKAT MENINGKAT
MENURUN