HUBUNGAN ANTARA KADAR RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL (Studi Pada Mahasiswa Program Studi PAI Semester 6 STAIN Salatiga Tahun 2013) SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH: NINA WIDIANA NIM. 11109091
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2013
1
2
3
4
5
MOTTO
. ,
karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
6
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan ridho Allah SWT, karya skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Ayahku dan Ibuku tersayang yang selalu mendo’akan, memberikan banyak kasih sayang dan banyak berkorban untukku hingga aku seperti sekarang. 2. Kakak dan Adikku, semua saudara dan seluruh keluarga yang telah mendukungku. 3. Semua teman-temanku PAI C yang telah melukis begitu banyak kenangan, serta semua teman-teman angkatan 2009. 4. Para dosen yang telah memberikan begitu banyak ilmu kepadaku.
7
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb. Alhamdulillah dengan rendah hati penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “HUBUNGAN ANTARA KADAR
RELIGIUSITAS
DENGAN
KESEHATAN
MENTAL
MAHASISWA PROGRAM STUDI PAI DI STAIN SALATIGA TAHUN 2012/2013". Skripsi ini telah disusun dengan sebaik-baiknya berdasarkan teori yang diperoleh selama masa kuliah maupun literatur-literatur yang mendukung. Walaupun demikian, penulis tidak akan menutup diri atas munculnya kritik dan saran yang membangun terhadap
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd , selaku Ketua Program Studi Tarbiyah 3. Ibu Dra. Asdiqoh, M. Si, selaku Ketua Program Studi PAI 4. Ibu Dra. Djami'atul Islamiyah, M. Ag, selaku dosen pembimbing yang penuh perhatian, semangat dan kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8
5. Mahasiswa PAI semester 6 STAIN Salatiga, atas bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 6. Seluruh staf pengajar dan administrasi, khususnya jurusan Tarbiyah, program studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga yang turut memperlancar penulisan skripsi ini. 7. Orang tuaku, keluargaku dan sahabat-sahabatku yang telah mendukung dan memperlancar penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak tersebut diatas besar kemungkinan tidak akan terwujud skripsi ini. Dan tidak lupa penulis ucapkan do’a kepada Allah SWT semoga amal beliau diterima Allah SWT dan mendapat balasan sesuai amalnya. Akhirnya penulis memohon kepada Allah SWT, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman, Amin… Wassalamu’alaikum wr. wb. Salatiga, 21 Agustus 2013
Penulis
9
ABSTRAK Widiana, Nina. 11109091. 2013. Hubungan Antara Kadar Religiusitas dengan Kesehatan Mental (Studi Pada Mahasiswa Program Studi PAI Semester 6 STAIN Salatiga Tahun 2013). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Pembimbing: Dra. Djami'atul Islamiyah, M. Ag. Kata Kunci: Kadar Religiusitas, Kesehatan Mental Mahasiswa Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui kadar religiusitas, kesehatan mental mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013. Maka pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana kadar religiusitas mahasiswa pogram studi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013? (2) Bagaimana kesehatan mental mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013? (3) Adakah hubungan antara kadar religiusitas dengan kesehatan mental mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun jumlah respondennya 45 mahasiswa PAI semester 6. Adapun penelitiannya dilaksanakan pada bulan Juli 2013. Berdasarkan rumusan masalah, yaitu (1) kadar religiusitas mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga Tahun 2013 dalam kategori baik sebesar 53,3% (2) kesehatan mental mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga Tahun 2013 berada dalam kategori baik sebesar 71,1% (3) ada hubungan yang signifikan antara kadar religiusitas dengan kesehatan mental mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga Tahun 2013, dengan kriteria r hitung > r tabel pada signifikasi taraf kepercayaan 5% maka hipotesis kerja diterima. Namun sebaliknya apabila r hitung < rtabel maka hipotesis ditolak. Dalam penelitian ini dibuktikan dengan hasil perhitungan korelasi yaitu diperoleh nilai 0,653, kemudian dibandingkan dengan rtabel dengan jumlah N = 45 dan taraf signifikasi kepercayaan 5% yaitu 0,294 terbukti hasil r hitung lebih besar daripada rtabel, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini signifikan, dalam arti hipotesis yang menyatakan “ Terdapat hubungan yang positif antara kadar religiusitas dengan kesehatan mental mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga Tahun 2013” “diterima”. Dengan demikian ada hubungan yang signifikan antara kadar religiusitas dengan kesehatan mental mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013.
10
DAFTAR ISI
JUDUL…...………………………………………………………..............i LEMBAR BERLOGO…………………………………………................ii PENGESAHAN KELULUSAN………………………………….. .........iii PERSETUJUAN PEMBIMBING……….………………………..............iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.…………………………............v MOTTO ........................................……….……………………….............vi PERSEMBAHAN ............................................................................ .........vii KATA PENGANTAR…………………….……………………..…........viii ABSTRAK………………………..………...……………………..............x DAFTAR ISI……………………..………………………………….........xi DAFTAR TABEL………………..…………………………………........xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………...…………............1 B. Rumusan Masalah……………………………...……….............6 C. Tujuan Penelitian………………………………...………...........6 D. Manfaat Penelitian………………………………...……............7 E. Definisi Operasional.………………………………..…..............7 F. Hipotesis Penelitian...………………………………….............10 G. Jenis Penelitian…...…………………………………................10 H. Metode Penelitian…….……………………………..................11 I. Sistematika Penulisan.................................................................17
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kadar Religiusitas Mahasiswa…………………………...........18 1. Pengertian kadar religiusitas………………………............18 2. Dimensi keberagamaan (religiusitas)..…………….............20 3. Fungsi religiusitas……………............................................21 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas....................23 B. Kesehatan Mental Mahasiswa...……………………….............25 1. Pengertian kesehatan mental..….……….............................25 2. Ciri-ciri kesehatan mental……………................................26 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental..........30 C. Hubungan Antara Kadar Religiusitas dengan Kesehatan Mental Mahasiswa.…………………………............................34 BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum STAIN Salatiga…………….........................37 1. Letak geografis STAIN Salatiga..........................................37 2. Sejarah Berdirinya STAIN Salatiga.....................................37 3. Visi dan Misi STAIN Salatiga..................…….……….......45 4. Etika Mahasiswa STAIN Salatiga.......................................46 5. Keadaan Pendidikan Agama Islam......................................47 B. Penyajian Data…………………………………………….......49 1. Daftar nama responden………………………………........49 2. Data tentang jawaban angket kadar religiusitas mahasiswa……………………………………………........52
12
3. Data tentang jawaban angket kesehatan mental mahasiswa …………………………..……….. ………......58 BAB IV ANALISIS DATA 1. Analisis Deskriptif………………………………………….....66 1. Analisis data kadar religiusitas mahasiswa….………….....66 2. Analisis data kesehatan mental mahasiswa………….…....70 2. Pengujian Hipotesis………………………………………........74 3. Pembahasan………………………………………………........78 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………........79 B. Saran……………………………………………………….......80 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
13
DAFTAR TABEL 1.1 Daftar Populasi Penelitian..........................................................................12 1.2 Daftar Sampel Penelitian............................................................................14 3.1 Daftar Nama Responden.............................................................................50 3.2 Jawaban Angket Kadar Religiusitas Mahasiswa.........................................52 3.3 Skor Jawaban Responden Variabel Kadar Religiusitas Mahasiswa..................................................................................................54 3.4 Kriteria Nilai Variabel Kadar Religiusitas Mahasiswa................................56 3.5 Jawaban Angket Kesehatan Mental Mahasiswa..........................................58 3.6 Skor Jawaban Responden Variabel Kesehatan Mental Mahasiswa…..............................................................................................60 3.7 Kriteria Nilai Variabel Kesehatan Mental Mahasiswa................................64 4.1 Prosentase Jawaban Responden tentang Kadar Religiusitas Mahasiswa Berdasarkan Angket...............................................67 4.2 Prosentase Jawaban Responden tentang Kadar Religiusitas Mahasiswa..................................................................................................70 4.3 Prosentase Jawaban Responden Tentang Kesehatan Mental Mahasiswa BerdasarkanAngket.................................................................71 4.4 Prosentase Jawaban Responden Tentang Kesehatan Mental Mahasiswa..............................................................................................73 4.5 Koefisien Hubungan Antara Kadar Religiusitas dengan Kesehatan Mental Mahasiswa Program Studi PAI Semester 6 di STAIN Salatiga Tahun 2013...................................................................................................75
14
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kesehatan mental merupakan salah satu kajian yang menarik untuk dibahas. Hal ini bukan saja karena konsep itu penting bagi hidup secara individual maupun kommunal, namun yang amat penting jika dikaitkan dengan konteks kekinian yang serba global. Agama berfungsi sebagai terapi bagi jiwa yang gelisah dan terganggu, berperan sebagai alat pencegah terhadap kemungkinan gangguan kejiwaan dan merupakan faktor pembinaan bagi kesehatan mental pada umumnya (Daradjat, 1975: 80). Agama dianggap sebagai sebuah aturan-aturan yang mutlak yang kental dengan sebuah pegangan hidup guna mencapai kebahagiaan hidup, dimana religiusitas yang akan mereka tonjolkan dalam kehidupan sehari-hari akan bisa dinilai dari aktifitas mereka dalam beragama. Keberagamaan ini muncul akibat kepercayaan seseorang terhadap agama, dimana agama berfungsi sebagai pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku. Adapun fungsi paling mendasar dan universal dari semua agama adalah bahwa agama memberikan orientasi dan motivasi serta membantu manusia mengenal sesuatu yang bersifat sakral. Ada beberapa dimensi yang perlu diperhatikan dalam beragama, dimana antara satu dimensi dengan dimensi lain saling berpadu secara
15
sinergis. Secara akademik Glozck dan Stark dalam konsepnya mengenai religiusitas, membagi keberagamaan menjadi 5 dimensi yaitu: dimensi keyakinan (ideologis), dimensi praktek agama (ritualistik), dimensi pengalaman (eksperiensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual), dimensi pengamalan (konsekuensial) (Suroso, 2005:76). Dalam kedewasaan seseorang akan lebih memahami dan tidak akan melepaskan pada sebuah jalur maupun norma yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat, agama misalnya telah memberikan sebuah pegangan yang kuat yang akan bisa mengendalikan tingkah laku manusia. Permasalahan-permasalahan yang berkembang saat ini adalah banyak orang yang mencoba untuk tidak mau lagi memahami dirinya tentang kecerdasan emosi dirinya untuk lebih mendekatkan pada sikap religiusitas mereka. (Khamidi, 2004: 4) Kondisi mental memang sangat menentukan dalam hidup ini. Hanya orang yang sehat mentalnya sajalah yang dapat merasa bahagia, mampu, berguna
dan
sanggup
menghadapi
kesukaran-kesukaran
atau
rintangan-rintangan dalam hidup. Apabila kesehatan mental terganggu, akan tampaklah gejalanya dalam segala aspek kehidupan, misalnya perasaan, pikiran, kelakuan dan kesehatan. Untuk membina kesehatan mental, baik pembinaan yang berjalan teratur sejak kecil, ataupun pembinaan yang dilakukan setelah dewasa, agama sangatlah penting. Seyogyanya agama menjadi unsur-unsur yang menentukan dalam konstruksi pribadi sejak kecil. Akan tetapi, apabila seseorang menjadi
16
remaja atau dewasa tanpa mengenal agama, maka kegoncangan jiwa remaja akan mendorongnya ke arah kelakuan-kelakuan kurang baik (Daradjat, 1975: 78) Dalam Islam ada beberapa aspek yang menjadi inti dari sebuah ajaran Islam, diantaranya adalah aqidah, ibadah, rukun Islam dan rukun Iman, muamalah. Dari beberapa aspek tersebut ibadah menjadi utama dalam setiap tatanan kehidupan manusia, sebagai interaksi langsung antara manusia dengan Tuhannya yang dilakukan atas dasar keimanan. Dalam hal ini kadar beribadah shalat dan membaca Al-Qur'an merupakan hal yang memungkinkan untuk mengukur tingkat religiusitas mahasiswa yang dijadikan realisasi dari sikap taatnya kepada Allah SWT. Pada jenjang pendidikan universitas, dengan rata-rata mahasiswa mahasiswi muda, yang masih dalam pertumbuhan, yaitu mereka yang berada pada pembinaan terakhir antara umur 18-24 tahun. Mereka bukan lagi anak-anak yang dapat dinasehati, dididik dan diajar dengan mudah dan bukan pula orang dewasa yang dapat dilepaskan untuk bertanggung jawab sendiri atas pembinaan pribadinya, tapi mereka adalah orang yang sedang berjuang. Keadaan jiwa pemuda-pemudi dalam kampus yang unik dan khas seperti itu, perlu diperhatikan dalam membawa mereka kepada penghayatan agama, yang akan menjadi bekal hidup bagi mereka (Daradjat, 1970: 128). STAIN Salatiga merupakan lembaga pendidikan yang berbasis Islami. Banyak mahasiswanya bukan hanya lulusan dari MAN saja, tetapi banyak dari mereka yang berasal dari SMA atau SMK. Bahkan sebagian dari mereka ada
17
yang berasal dari pesantren yang memiliki ijazah sederajat dengan SMA. Tempat tinggal mereka berbeda-beda, sebagian dari mereka tinggal di kost, di pesantren, di masjid, namun sebagian dari mereka juga banyak yang "nglaju" dari rumah mereka masing-masing. Di samping itu, latar belakang ekonomi juga berbeda-beda, dari menengah kebawah sampai menengah keatas dengan variasi profesi yang berbeda pula. Dari paparan tersebut diatas nampak jelas bahwa mahasiswa STAIN Salatiga berasal dari komunitas yang beragama. Keberagaman ini di asumsikan akan memiliki implikasi yang beragam pula terhadap kadar religiusitas mereka dan kadar pengaruhnya terhadap kesehatan mental pula. Tentu saja kadar religiusitas mahasiswa sebagaimana dikatakan Thouless dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor sosial (Thouless, 1971: 11). Dalam hal ini faktor sosial yang dimaksud adalah keluarga, lingkungan dan masyarakat. Secara normatif agama memiliki implikasi positif terhadap kondisi psikologis seseorang. Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam Q.S. Ar- Ra'du:28
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Ayat tersebut menjelaskan bahwa kedekatan seseorang secara vertikal dengan Tuhan, dapat menjadikan seseorang senantiasa nyaman dan tenang
18
hatinya. Ayat ini dikuatkan lagi dengan firman Allah SWT yang lain dalam Q.S Quraisy: 4
Artinya: “yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Tuhan merupakan sentral dari ajaran agama (Islam) menjamin akan memberi rasa aman (melalui ajaran agama) dari rasa takut yang biasa dimiliki manusia. Dari uraian diatas nampak jelas bahwa ada korelasi positif antara variabel religiusitas dengan kesehatan jiwa atau mental. Secara etimologi kesehatan mental berasal dari kata kesehatan dan mental. Kata sehat merujuk pada pengertian keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya sedangkan mental mempunyai arti hal-hal yang mengenai batin (Soekirno,1991:59). Jadi, kesehatan mental ialah suatu keadaan yang menyatukan bahwa kondisi batin seseorang dalam keadaan baik atau terbebas dari sakit. Zakiyah Daradjat mengemukakan kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta dengan lingkungan hidup (Daradjat, 1990: 11). Berdasarkan uraian tersebut di atas peneliti ingin mencermati "Hubungan Antara Kadar Religiusitas dengan Kesehatan Mental (Studi Pada Mahasiswa Program Studi PAI Semester 6 STAIN Salatiga Tahun 2013)".
19
B. Rumusan Masalah Berdasarkan judul di atas maka dapat diambil beberapa masalah pokok yang sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut, diantaranya: 1. Bagaimana kadar religiusitas mahasiswa progdi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013? 2. Bagaimana kesehatan mental mahasiswa progdi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013? 3. Apakah ada hubungan antara kadar religiusitas dengan kesehatan mental mahasiswa progdi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013?
C. Tujuan Penelitian Dengan adanya uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah: 1. Untuk mengetahui kadar religiusitas mahasiswa progdi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013. 2. Untuk mengetahui kesehatan mental mahasiswa progdi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013. 3. Untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara kadar religiusitas dengan kesehatan mental mahasiswa progdi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013.
20
D. Manfaat Hasil Penelitian Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun secara teoritik yaitu : 1. Secara praktis Bagi peneliti: penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan. Bagi STAIN Salatiga: dapat menjadikan pembelajaran yang berharga dalam rangka meningkatkan kadar religiusitas dan kesehatan mental mahasiswa khususnya mahasiswa PAI semester 6 sebagai anak didik untuk menuju masa depan. 2. Secara teoritik Diharapkan memperoleh temuan baru di bidang peningkatan kadar religiusitas dengan kesehatan mental mahasiswa, khususnya pada mahasiswa PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013.
E. Definisi Operasional Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (independen variabel) dan variabel terikat (dependen variabel) yang termasuk variabel bebas adalah kadar religiusitas, sedangkan variabel terikat adalah kesehatan mental mahasiswa. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:38).
21
Berdasarkan pendapat dari Sugiyono diatas maka dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian itu harus bisa diukur dan spesifik, serta bisa dipahami oleh orang lain. Adapun definisi operasional adalah sebagai berikut: 1. Kadar Religiusitas Religiusitas dalam hal ini penulis maksudkan sebagai intensitas keberagamaan.
Intensitas
adalah keadaan tingkat,
ukuran
(Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996: 383). Sedangkan keagamaan adalah berasal dari kata dasar agama yang mendapat konfiks ke-an. Agama sendiri mempunyai arti pengertian yaitu suatu kepercayaan yang dianut manusia dalam usaha mencari hakekat dalam hidupnya dan mengajarkan kepadanya tentang hakekat dan maksud dari segala sesuatu (Ilmiyati, 2002: 3). Sehingga kadar religiusitas dapat diartikan sebagai ukuran ketaatan manusia dalam bertakwa kepada Tuhannya, baik dalam bentuk pemahaman, penghayatan maupun pengamalan ajaran agama sebagai refleksi dari keberagamaan seseorang. Mengacu pada pendapat Glock dan Stark dimana konsep religiusitas memiliki 5 dimensi yaitu: dimensi keyakinan (Ideology), dimensi praktik keagamaan (Religious practice), dimensi pengalaman (Religious feeling) dan dimensi pengetahuan agama (Religious knowledge) serta dimensi konsekuensi (Religious efect) (Ancok dan Suroso, 1994: 77), maka penelitian mengenai religiusitas ini dibatasi pada dimensi ritual (praktik agama) yang terwujud dalam intensitas beribadah shalat 5 waktu dan
22
shalat sunnah serta intensitas baca Al-Qur'an dengan indikator sebagai berikut: a. Intensitas shalat: 1)
Kedisiplinan waktu dalam menjalankan shalat wajib
2)
Frekuensi dalam shalat wajib
3)
Tempat pelaksanaan shalat
4)
Pelaksanaan shalat (berjama'ah/ tidak)
5)
Membiasakan shalat sunnah (dhuha, tahajud, rawatib)
b. Intensitas membaca Al qur'an: 1) Hafalan surat Al qur'an 2) Frekuensi baca Al qur'an (waktu dan jumlah ayat) Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah mahasiswa semester 6 yang diambil secara acak. 2. Kesehatan mental Kesehatan
adalah
keadaan
baik
segenap
badan
serta
bagian-bagiannya (bebas dari sakit). Sedangkan mental mempunyai arti hal-hal yang mengenai batin (Soekirno, 1991: 59). Zakiyah Daradjat (1985:11)
mengemukakan
kesehatan
mental
adalah
terhindarnya
orang-orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose). Adapun yang menjadi indikator dalam penelitian ini sebagai berikut: a.
Memiliki rasa aman yang tepat.
b.
Memiliki penilaian baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
23
c.
Memiliki kemampuan belajar dari pengalaman hidup.
d.
Memiliki kontrol yang kuat terhadap diri sendiri.
e.
Kesesuaian tingkah laku sendiri dengan tingkah laku sosial.
f.
Adanya kesanggupan melaksanakan tugas-tugas hidup dan tanggung jawab sosial (Kartono, 2000: 8-11).
F. Hipotesis Hipotesis berasal dari kata "hypo" yang berati "dibawah" dan "thesa" yang artinya "kebenaran". Pengertian hipotesis menurut Sugiyono adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih terus diuji secara empiris (Sugiyono, 2011: 64). Adapun hipotesis yang akan penulis ajukan pada penelitian ini sebagai berikut: Adanya hubungan antara kadar religiusitas dengan kesehatan mental mahasiswa progdi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013.
G. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Dengan metode
24
kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antara variabel yang diteliti (Sugiyono, 2011: 8).
H. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan studi korelasional. Dipilihnya kuantitatif ini dengan alasan untuk menguji keterkaitan variabel kadar religiusitas dengan kesehatan mental. Penulis mencari tahu apakah ada hubungan antara kadar religiusitas dengan kesehatan mental mahasiswa progdi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada mahasiswa PAI semester 6 STAIN Salatiga. Sedangkan waktu penelitian dimulai pada tanggal 22 Juli 2013 sampai selesai. 3. Populasi dan Sampel a.
Populasi Populasi menurut Sugiyono (2011: 80) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013.
25
Jumlah keseluruhan mahasiswa PAI semester 6 adalah 179 mahasiswa yang terbagi dalam 5 kelas. Oleh karena itu populasi dalam penelitian ini adalah 179 mahasiswa. Berikut ini adalah sebaran populasi pada setiap kelas: Tabel 1.1 Daftar Populasi Penelitian No
Kelas
Jumlah Mahasiswa Tiap Kelas
1
PAI A
37
2
PAI B
40
3
PAI C
34
4
PAI D
33
5
PAI E
35
Jumlah
5
179
b. Sampel Sampel Menurut Sugiyono (2011: 81) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam hal ini sampel hanya dibatasi mahasiswa semester 6. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:174) sampel adalah jika kita akan meneliti sebagian dari populasi, maka disebut penelitian
26
sampel dan sampel adalah bagian wakil dari populasi yang diteliti. Adapun untuk menentukan jumlah sampel perkelas digunakan rumus sebagai berikut: Sampel perkelas = X ∑ sampel Suharsimi Arikunto berpendapat, bahwa apabila subjeknya kurang dari seratus orang lebih baik diambil semua, sedangkan apabila lebih dari seratus orang, maka diambil sampel antara 10-25% atau 20-25% atau lebih (Suharsimi, 2006:134). Merujuk dari pendapat Suharsimi Arikunto di atas, dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sejumlah25% dari 179 mahasiswa PAI semester 6 STAIN Salatiga (populasi). Adapun penyebaran sampel-sampel tersebut berdasarkan teknik proportional random sampling adalah rumus sampel 25% dari keseluruhan mahasiswa adalah 25% X 179 = 44,75 = 45 PAI A =
37 x 45 9,3 9 mahasiswa 179
PAI B =
40 x 45 10,05 10 mahasiswa 179
PAI C =
34 x 45 8,54 9 mahasiswa 179
PAI D =
33 x 45 8,29 8 mahasiswa 179
PAI E =
35 x 45 8,79 9 mahasiswa 179
Berdasarkan penghitungan awal seharusnya sampel 25% dari 179 mahasiswa didapatkan 45 responden. Adapun data tentang sampel sebagai berikut:
27
Tabel 1.2 Data Sampel Penelitian No
Kelas
Sampel Tiap Kelas
1
PAI A
9
2
PAI B
10
3
PAI C
9
4
PAI D
8
5
PAI E
9
Jumlah
5
45
4. Metode pengumpulan data Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu: a. Metode Kuesioner (Angket) Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya (Sugiyono, 2011: 142). Metode ini penulis gunakan sebagai metode pokok untuk mencari data tentang kadar religiusitas juga tentang kesehatan mental mahasiswa progdi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013.
28
b.
Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Suharsimi, 2010:201). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang dokumen-dokumen akademik yang berkaitan dengan mahasiswa PAI semester 6 di STAIN Salatiga dan lain-lain.
5. Instrumen penelitian Dalam
instrumen
penelitian
ini
menggunakan
metode
pengumpulan data, maka peneliti menggunakan lembar angket untuk memperoleh jawaban. Angket terdiri dari dua variabel yaitu mengenai kadar religiusitas dan tentang kesehatan mental. 6. Analisis data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode analisis kuantitatif yaitu untuk mengetahui adakah hubungan antara kadar religiusitas dengan kesehatan mental mahasiswa. a. Analisis pendahuluan Dalam analisis pendahuluan ini penulis mengadakan perhitungan awal dari data yang terkumpul dengan menggunakan teknik presentase dengan rumus sebagai berikut: P
F X 100% N
29
Keterangan: P :
Presentase angka yang dicari
F :
Frekuensi jawaban yang dipilih
N :
Jumlah responden
b. Analisis Uji Hipotesis Untuk mengetahui ada atau tidaknya Hubungan Antara Kadar Religiusitas dengan Kesehatan Mental Mahasiswa Progdi PAI Semester 6 STAIN Salatiga Tahun 2013, penulis menggunakan rumus product moment sebagai berikut:
N xy x y } N x x N y y
rxy
2
2
2
2
Keterangan: rxy
: Koefisien antara variabel x dan y
∑ xy : jumlah product dari x dan y x²
: jumlah kuadrat x
y²
: jumlah kuadrat y
N
: Jumlah sampel yang dimiliki Jika telah diketahui rxy maka dilakukan analisis uji
hipotesis, sehingga hipotesis yang dikemukakan dapat diterima atau ditolak.
30
I.
Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan serta memberikan gambaran selintas kepada para pembaca, maka penulisan skripsi ini dibuat sistematika sebagai berikut: BAB I
: Pendahuluan Pendahuluan ini berisi beberapa masalah meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis
penelitian,
manfaat
penelitian,
definisi
operasional, metode penelitian, sistematika penulisan. BAB II
: Kajian Pustaka Pada bab ini akan dibahas teori-teori yang berhubungan dengan kadar religiusitas dan kesehatan mental.
BAB III
: Laporan hasil penelitian Pada bab ini berisi tentang Profil STAIN Salatiga, dokumentasi serta laporan hasil angket yang telah diisi responden (penelitian di lapangan) dalam bentuk tulisan.
BAB IV
: Analisis data Meliputi analisis data mengenai kadar religiusitas, analisis data mengenai kesehatan mental mahasiswa yang berasal dari lapangan untuk diteliti lebih lanjut sehingga dapat diketahui hasil dari perhitungan kedua data tersebut.
BAB V
: Penutup Berisi kesimpulan dan saran.
31
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kadar Religiusitas 1. Pengertian Religiusitas "Harun Nasution mengemukakan Agama berasal dari kata al-din, religi (relegere, religare) dan agama. Al-din berati undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, balasan dan kebiasaan. Agama dianggap membawa peraturan-peraturan hukum yang harus dipatuhi. Agama menguasai diri seseorang yang mampu membuatnya tunduk dan patuh terhadap ajaran agamanya, serta menumbuhkan paham mengenai pembalasan bahwa barang siapa yang menjalankan perintah Allah SWT maka ia akan mendapatkan balasan sesuai apa yang ia kerjakan" (Nasution, 1986: 9). Harun Nasution memberikan definisi bahwa kata religi atau relegere berarti mengumpulkan atau membaca. Dapat diartikan bahwa agama merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca, dipelajari dan diamalkan. Kemudian kata religare berarti mengikat. Agama bersifat mengikat antara manusia dengan Tuhan. Ikatan yang dimaksud berasal dari salah suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan ghaib yang tidak dapat ditangkap dengan pancaindera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari (Jalaluddin, 2000: 12). Dari beberapa konsep tentang pengertian agama tersebut maka muncul istilah religiusitas. Religiusitas adalah penghayatan nilai-nilai agama
32
seseorang yang diyakini dalam bentuk ketaatan dan pemahaman agama secara benar serta diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan akhir. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat oleh mata, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak yang terjadi dalam hati seseorang (Ancok dan Suroso, 1994: 76). R.H. Thouless (1992: 19) juga memberikan definisi agama yaitu proses hubungan praktis yang dirasakan dengan apa yang dipercayai sebagai makhluk atau wujud yang lebih tinggi daripada manusia. Adapun William James mendefinisikan agama sebagai perasaan dan pengalaman Bani Insan secara individual yang menganggap bahwa mereka berhubungan dengan apa yang dipandangnya sebagai Tuhan (Daradjat, 1970: 18). Jadi, religiusitas adalah tingkat penerimaan atas aturan dari makhluk atau wujud yang lebih tinggi dari manusia itu sendiri. Sedangkan Glock & Stark (1966) memberikan definisi tentang agama sebagai sebuah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem perilaku
yang
terlembagakan,
yang
semuanya
itu
berpusat
pada
persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning) (Ancok dan Suroso, 1994: 76).
33
2. Dimensi Keberagamaan Menurut Glock & Stark ada lima macam dimensi keberagamaan yang tebagi dalam tingkat tertentu dan mempunyai kesesuaian dengan Islam, antara lain: a. Dimensi Keyakinan (Aqidah Islam) Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap
kebenaran
ajaran-ajaran
agamanya,
terutama
terhadap
ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatis. Di dalam keberislaman, isi dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi atau Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka serta qadha dan qadar. b. Dimensi Peribadatan (Praktek Agama) Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh agamanya. Dalam islam, dimensi peribadatan menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur'an, do'a, dzikir, ibadah qurban, i'tikaf di masjid di bulan puasa. c. Dimensi Pengamalan atau Akhlak Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Dalam islam, dimensi ini meliputi perilaku suka menolong, bekerjaasama, berderma, menegakkan
34
keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan , menjaga lingkungan hidup. d. Dimensi Pengetahuan atau Ilmu Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya, sebagaimana termuat dalam kitab sucinya. Dalam Islam, dimensi ini menyangkut tentang isi Al-Qur'an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Islam dan rukun Iman), hukum-hukum Islam dan sejarah Islam. e. Dimensi Pengalaman atau Penghayatan Dimensi ini menunjuk pada seberapa jauh tingkat muslim dalam merasakan dan mengalami pengalaman-pengalaman religius. Dalam Islam, dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat dengan Allah, perasaan do'a-do'anya
sering
terkabul,
perasaan
tenteram
bahagia
karena
menuhankan Allah, perasaan bertawakkal kepada Allah, perasaan khusyuk ketika melaksanakan shalat atau berdo'a, perasaan bersyukur kepada Allah (Ancok dan Suroso, 1994: 82). 3. Fungsi Religiusitas Fungsi religiusitas bagi manusia erat kaitannya dengan fungsi agama karena agama merupakan kebutuhan emosional manusia dan merupakan kebutuhan alamiah yang terjadi dalam batin manusia. Menurut Jalaluddin (1995:233-236) fungsi agama bagi manusia meliputi:
35
a. Berfungsi Sebagai Edukatif Dalam agama terdapat ajaran-ajaran agama yang harus dipatuhi oleh penganutnya. Ajaran tersebut mengandung unsur suruhan dan larangan mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-masing. b. Berfungsi Sebagai Penyelamat Agama mengajarkan kepada manusia untuk menyembah Tuhannya. Hal tersebut dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk sesuai ajaran agama masing-masing seperti abadah. Dan Tuhan akan memberikan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat, bagi siapa saja yang mematuhi perintahNya. c. Berfungsi Sebagai Pendamaian Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila seseorang pelanggar telah menebus dosanya melalui taubat, pensucian ataupun penebusan dosa. d. Berfungsi Sebagai Social Control Para penganut agama sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya terikat batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik secara pribadi maupun secara kelompok. Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma,
36
sehingga agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok. e. Fungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan, yaitu iman dan kepercayaan. Rasa ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. f. Fungsi Transformatif Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu kadang mampu mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu (Jalaluddin, 2000: 233-236). 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas Thouless membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan menjadi empat macam, yaitu: a. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial (faktor sosial) ini mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keagamaan itu, termasuk pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial, tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu.
37
b. Berbagai pengalaman yang dialami oleh seseorang dalam membentuk sikap keagamaan terutama pengalaman-pengalaman seperti: keindahan, keselarasan dan kebaikan di dunia lain (faktor alamiah) seperti menjalin hubungan yang baik pada sesama dengan saling menolong, adanya konflik moral (faktor moral) seperti mendapatkan tekanan-tekanan dari lingkungan dan pengalaman emosional keagamaan (faktor efektif) seperti perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Tuhan. c. Faktor-faktor
yang
seluruhnya
atau
sebagian
timbul
dari
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi terutama kebutuhan terhadap keagamaan, cinta kasih, harga diri dan ancaman kematian. d. Berbagai proses pemikiran verbal atau proses intelektual dimana faktor ini juga dapat mempengaruhi religiusitas individu. Manusia adalah makhluk yang dapat berpikir, sehingga manusia akan memikirkan tentang keyakinan-keyakinan dan agama yang dianutnya. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat religiusitas seseorang yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternel meliputi pendidikan formal, pendidikan agama dalam keluarga, tradisi sosial yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, tekanan-tekanan lingkungan sosial dalam kehidupan seseorang. Faktor internal meliputi pengalaman-pengalaman emosional keagamaan, kebutuhan seseorang yang mendesak untuk dipenuhi seperti kebutuhan akan rasa aman, harga diri dan cinta kasih.
38
B. Kesehatan Mental 1. Pengertian Kesehatan Mental Menurut Kartini Kartono mental Hygiene atau ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental atau jiwa, bertujuan mencegah timbulnya gangguan atau penyakit mental dan gangguan emosi dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental serta memajukan kesehatan jiwa rakyat (Kartono,1989: 3) Sedangkan Zakiah Daradjat mendefinisikan kesehatan mental, antara lain: a. Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose). b. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup. c. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa. d. Kesehatan
mental
sungguh-sungguh
adalah
antara
terwujudnya
fungsi-fungsi
39
jiwa,
keharmonisan serta
yang
mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Dari beberapa pengertian kesehatan mental di atas dapat disimpulkan bahwa
kesehatan
mental
adalah
terhindarnya
seseorang
dari
gangguan-gangguan dan gejala-gejala penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup. 2. Ciri-ciri Kesehatan Mental Deskripsi tentang pribadi normal dengan mental yang sehat diuraikan dalam satu daftar kriteria oleh Maslow dan Mittelmann dalam bukunya "Principles of Abnormal psychology", yang dikutip oleh Dr. Kartini Kartono sebagai berikut: a. Memiliki rasa aman (sense of secirity) yang tepat, mampu berkontak dengan orang lain dalam bidang kerja, di tengah pergaulan (medan sosial) dan dalam lingkungan keluarga. b. Memiliki penilaian diri (self evaluation) dan wawasan diri yang rasional, dengan rasa harga diri yang sedang, cukup, tidak berlebihan. Memiliki rasa sehat secara moril dan tidak dihinggapi rasa-rasa berdosa atau bersalah. Bisa menilai perilaku orang lain yang asosial dan non manusiawi sebagai gejala masyarakat yang menyimpang.
40
c. Punya spontanitas dan emosionalitas yang tepat. Dia mampu menjalin relasi yang erat kuat dan lama, seperti persahabatan, komunikasi sosial dan relasi cinta. Jarang kehilangan kontrol terhadap diri sendiri. Penuh tenggang rasa terhadap pengalaman orang lain. Dia bisa tertawa dan bergembira secara bebas dan mampu menghayati penderitaan dan kedukaan tanpa lupa diri. d. Mempunyai kontak dengan realitas secara efisien, tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan. Pandangan hidupnya realistis dan cukup luas. Dengan besar hati dia sanggup menerima segala cobaan hidup, kejutan-kejutan mental serta nasib buruk lainnya. Dia memiliki kontak yang riil dan efisien dengan diri sendiri (internal world) dan mudah melakukan adaptasi atau mengasimilasikan diri jika lingkungan sosial atau dunia luar memang tidak bisa menjalin "cooperation with the inevitable", yaitu bersifat kooperatif terhadap keadaan yang tidak bisa ditolaknya. e. Memiliki dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniah yang sehat dan mampu memuaskannya dengan cara yang sehat, namun dia tetap tidak bisa diperbudak oleh nafsunya sendiri. Dia mampu menikmati kesenangan hidup (makan, minum, rekreasi) dan bisa merasa cepat pulih dari kelelahan. Nafsu seksnya cukup sehat, bisa memenuhi kebutuhan seks dengan wajar, tanpa dibebani rasa takut dan berdosa. Dia bergairah untuk bekerja dan dengan tabah menghadapi segala kegagalan. f. Mempunyai pengetahuan diri yang cukup dengan motif-motif hidup yang sehat dan kesadaran tinggi. Dia cukup realistis, karena bisa membatasi
41
ambisi-ambisi
dalam
bataskenormalan.
Juga
patuh
terhadap
pantangan-pantangan pribadi dan yang sosial. Dia bisa melakukan kompensasi yang positif, mampu menghindari mekanisme penbelaan diri (defence mechanism) yang negatif sejauh mungkin dan bisa menyalurkan rasa-rasa inferiornya. g. Memiliki tujuan hidup yang tepat yang bisa dicapai dengan kemampuan sendiri, sebab sifatnya wajar dan realistis. Ditambah dengan keuletan mengejarnya, demi kemanfaatan bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya. h. Memiliki kemampuan belajar dari pengalaman hidupnya, yaitu mengolah dan menerima pengalamannya dengan sikap yang luwes. Dia bisa menilai batas kekuatan sendiri dan situasi yang dihadapi guna meraih sukses. Akan dihindari semua teknik pembenaran diri dan pelarian diri yang tidak sehat dan ia sanggup memperbaiki metide kerjanya agar lebih efisien dan lebih produktif. i. Ada
kesanggupan
untuk
memuaskan
kebutuhan-kebutuhan
dari
kelompoknya, sebab dia konform dengan yang lain (tidak terlalu berbeda dan tidak menyimpang). Dia bisa mengikuti adat, tatacara dan norma-norma kelompok sendiri. Dia akan tetap ajeg memperlihatkan rasa persahabatan, tanggung jawab, loyalitas dan melakukan aktivitas rekreasi yang sehat dengan anggota lainnya.
42
j. Ada sikap emansipasi yang sehat terhadap kelompoknya dan terhadap kebudayaan, namun dia tetap memiliki originalitas dan individualitas yang khas, sebab dia mampu membedakan yang baik dari yang buruk. Dia menyadari adanya kebebasan yang terbatas dalam kelompoknya tanpa memiliki kesombongan, kemunafikan dan usaha mencari muka dan tanpa ada hasrat menonjolkan diri terlalau ke depan. Lagi pula dia memiliki derajat apresiasi dan toleransi yang cukup besar terhadap kebudayaan bangsanya dan terhadap perubahan-perubahan sosial. k. Ada integritas dalam kepribadiannya, yaitu kebulatan unsur jasmaniah dan rokhaniahnya. Dia mudah mengadakan asimilasi dan adaptasi terhadap perubahan yang serba cepat dan punya minat pada macam-macam aktivitas. Dia juga punya moralitas dan kesadaran yang tidak kaku, namun dia tetap memiliki daya konsentrasi terhadap satu usaha yang diminati. Juga tidak ada konflik-konflik serius dalam dirinya dan tanpa diganggu oleh diasosiasi terhadap lingkungan sosialnya (Kartono,1989: 10). Kriteria yang dikemukakan oleh Maslow dan Mittelman di atas merupakan ukuran ideal atau standar yang relatif tinggi. Seorang yang normal pun tidak akan bisa diharapkan memenuhi secara mutlak kriteria tadi. Oleh karena itu menurut Kartini Kartono normalitas atau kesehatan mental ditandai oleh: a. Integrasi kejiwaan. b. Kesesuaian tingkah laku sendiri dengan tingkah laku sosial.
43
c. Adanya kesanggupan melaksanakan tugas-tugas hidup dan tanggung jawab sosial. d. Efisien dalam menenggapi realitas hidup (Kartono, 2000: 8-11). 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu: a. Faktor biologis Para ahli telah banyak melakukan studi tentang hubungan antara dimensi biologis dengan kesehatan mental. Berbagai penelitian itu telah memberi kontribusi sangat besar bagi kesehatan mental. Karena itu, kesehatan mental tentunya tidak terlepas dari dimensi biologis ini. Faktor biologis yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental antara lain: 1) Otak Otak merupakan bagian yang memerintah aktivitas manusia. Fungsi otak yang baik akan menimbulkan kesehatan mental bagi kita, sebaliknya jika fungsinya terganggu berakibat gangguan bagi kesehatan mental. Kesehatan pada otak sangat ditentukan oleh stimulus saat masa kanak-kanak dan perlindungan dari berbagai gangguan. 2) Genetik
44
Genetik merupakan unsur biologis manusia yang mempengaruhi kesehatan. Genetik yang sehat dapat menghasilkan perileku yang sehat, sementara gangguan genetis dapat memunculkan gangguan mental tertentu. 3) Sensori Sensori merupakan alat yang menangkap segenap stimulus dari luar. Sensori termasuk pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan dan penciuman. Orang yang terlahir dengan gangguan pendengaran, demikian juga orang yang menderita gengguan sensori penglihatan, juga mengalami gangguan dalam pembentukan kepribadiannya secara wajar, diantara
keterbatasan
dalam
mengenal
figurnya
sebagai
pusat
identifikasi (Latipun, 2002: 85). b. Faktor Lingkungan Lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan manusia yang senantiasa berkembang. Lingkungan secara nyata juga mempengaruhi kesehatan mental. Adapun faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan mental seseorang yaitu: 1) Keluarga Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak menerima pendidikan dan bimbingan orang tua atau anggota keluarga lainnya. Dalam lingkungan ini diletakkan dasar-dasar
45
pengalaman melalui kasih sayang dan pembentukan pribadi anak (Daradjat,1996: 66). Sehubungan dengan hal di atas, Zakiah Daradjat mengatakan: "Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh"( Daradjat, 1996: 56). 2) Sekolah Sekolah merupakan lingkungan kedua tempat anak-anak berlatih dan menumbuhkan kepribadiannya. Sekolah bukanlah sekedar tempat untuk menuangkan ilmu ilmu pengetahuan ke otak murid, tetapi sekolah juga harus dapat mendidik dan membina kepribadian si anak, di samping memberikan pengetahuan kepadanya. Karena itu adalah menjadi kewajiban sekolah pula untuk ikut membimbing si anak dalam menyelesaikan dan menghadapi kesukaran-kesukaran dalam hidup (Daradjat, 1996: 71). 3) Masyarakat Masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga setelah keluarga dan masyarakat. Banyak hal yang diterima anak dalam interaksinya dengan masyarakat, diantaranya pembentukan kebiasaan, pengetahuan, sikap, kesusilaan dan keagamaan. Masyarakat yang acuh tak acuh terhadap kondisi kejiwaan anak akan mengganggu mental anak tersebut.
46
c. Faktor Psikologis Faktor psikologis merupakan salah satu dimensi yang turut mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Kondisi psikologis yang kurang baik akan berakibat jelek bagi kesehatan mental, sementara kondisi psikologis yang baik akan memperkuat kesehatan mentalnya (Latipun, 2002: 110). Faktor-faktor psikologis itu antara lain: 1) Pengalaman Awal Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang terjadi pada individu terutama yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman awal ini, dipandang oleh para ahli sebagai bagian penting dan bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu di kemudian hari (Latipun, 2002: 91). 2) Proses pembelajaran Perilaku manusia sebagian besar adalah hasil belajar, yatu hasil pelatihan atau pengalaman. Dia belajar berlangsung sejak masa bayi terhadap lingkungannya. Karena itu faktor lingkungan anak sangat menentukan mentalitas individu. Interaksi individu dengan lingkungan sangat penting bagi pembentukan perilaku tertentu (Latipun, 2002: 104). 3) Kebutuhan Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental seseorang. Orang yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi, yaitu
47
orang yang mengeksploitasi dan mewujudkan segenap kemampuan, bakat dan keterampilannya sepenuhnya, akan mencapai pada tingkatan apa. Yang disebut dengan tingkatan pengalaman puncak peack experience menurut Maslow pemenuhan kebutuhan merupakan faktor penting bagi kesehatan mental seseorang yang salah satu cirinya adalah persepsinya yang realistik terhadap semesta. C. Hubungan Kadar Religiusitas dengan Kesehatan Mental Agama memang membawa peraturan-peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi oleh seseorang. Agama dapat menguasai diri seseorang dan membuat ia menjadi tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran-ajaran agama. Ajaran-ajaran agama mempunyai sifat mengikat antara roh manusia dengan Tuhan serta mengikat manusia manusia dengan Tuhan (Nasution, 1985: 9). Kesehatan mental itu seharusnya dibina sejak kecil, agar .pertumbuhan berjalan wajar dan tidak ada gangguan. Tapi kadang-kadang orang tidak bernasib baik untuk lahir dan dibesarkan oleh orang tua yang mengerti dan dapat memberi kesempatan untuk bertumbuh ke arah mental yang sehat. Pembinaan mental dapat terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua. Yang mulai dengan pembiasaan hidup sesuai dengan nilai-nilai moral yang ditirunya dari orang tua. Dalam membina mental, agama mempunyai peranan yang penting, karena nilai-nilai moral yang datang dari agama tetap, tidak berubah-ubah oleh waktu dan tempat. Demikian pula dengan agama, ia akan menjadi pengendali
48
moral apabila dimengerti, dirasakan dan dibiasakan. Untuk membina kesehatan mental, baik pembinaan yang berjalan teratur sejak kecil, ataupun pembinaan yang dilakukan setelah dewasa agama sangat penting. Seharusnya agama masuk menjadi unsur-unsur yang menentukan dalam konstruksi pribadi sejak kecil. Akan tetapi, apabila seseorang menjadi remaja atau dewasa tanpa mengenal agama, maka kegoncangan jiwa remaja akan mendorongnya ke arah kelakuan-kelakuan yang kurang baik (Daradjat, 1975:78). Agama dapat memberikan berbagai pedoman dan petunjuk agar ketentraman jiwa tercapai, seperti dalam Q.S. Ar-Ra'du ayat 28 dan 29:
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik”. Ayat tersebut menjelaskan bahwa kedekatan seseorang secara vertikal dengan Tuhan, dapat menjadikan seseorang senantiasa nyaman dan tenang hatinya. Apabila ketentraman batin terganggu, orang mungkin akan menjadi lesu, malas bekerja dan bahkan akan sering marasa sakit. Bagi seorang yang beriman dan mampu menggunakan keyakinannya kepada Tuhan, maka dalam menghadapi segala persoalan hidup ia tidak akan patah semangat dan malas. Karena ia yakin bahwa dibalik kesukaran itu ada kelapangan yang tersembunyi.
49
Kesukaran atau problema itu tidak tetap atau kekal. Seperti dalam Firman Tuhan dalam Q. S. Al-Insyiroh ayat 5-8:
Artinya: ”Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”. Ayat tersebut menjelaskan bahwa kegagalan, kekecewaan dan kesulitan apapun akan dapat dihadapinya dengan tenang, sehingga tidak membawanya kepada gejala-gejala mental yang tidak sehat. Agama dapat memberikan penyelesaian terhadap kesukaran-kesukaran dan memberikan pedoman dan bimbingan hidup di segala bidang. Jalaluddin mengemukakan bahwa hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah akan memberi sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif seperti bahagia, rasa senang, sukses, puas, merasa dicintai atau rasa aman. Sikap yang demikian itu merupakan bagian dari kebutuhan asasi manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan. Maka dalam kondisi yang serupa itu, manusia berada dalam keadaan tenang dan normal. Dengan kata lain, kondisi yang demikian menjadikan manusia pada kondisi kodratinya sesuai dengan fitrah kejadiannya, yaitu sehat jasmani dan rohani (Jalaluddin, 2000: 142-143).
50
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum STAIN Salatiga 1. Letak Geografis STAIN Salatiga Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga terletak di jalan tentara pelajar No. 02 Salatiga. Lokasi STAIN Salatiga terletak di jantung kota Salatiga dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah utara : Jalan Kridanggo dan Pemukiman warga (Kalicacing) Sebelah timur : Polres Salatiga dan Lapanga Pancasila Sebelah selatan: Jalan Tentara Pelajar Sebelah barat : SMK Kristen Salatiga Dengan lokasi seperti di atas, yakni berada di tengah kota Salatiga, STAIN Salatiga menjadi lembaga pendidikan yang letaknya strategis, sehingga mudah dijangkau oleh mahasiswa maupun dosennya, baik yang dari dalam maupun luar kota Salatiga. 2. Sejarah Berdirinya STAIN Salatiga Dalam bab III ini, penulis akan paparkan keadaan lokasi diadakannya penelitian ini. a. Pendirian Sejak berdirinya sampai saat ini, STAIN Salatiga telah melewati sejarah yang cukup panjang dan mengalami beberapa kali
51
perubahan kelembagaan. Pendirian lembaga ini, bermula dari cita-cita masyarakat Islam Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu didirikanlah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) "Nahdlatul Ulama" di salatiga. Lembaga ini menempati gedung milik Yayasan "Pesantren Luhur" yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga. Lembaga ini berdiriberkat dukungan dari berbagai pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Tengah (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2012:2). Dalam rentang waktu kurang dari setahun, lembaga ini diubah dari FIP IKIP menjadi Fakultas Tarbiyah. Maksud perubahan tersebut adalah agar lembaga ini dapat dinegerikan bersamaan dengan persiapan berdirinya IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang. Guna memenuhi persyaratan formal, maka dibentuklah panitia pendiri yang diketuai oleh K.H. Zubair dan sekaligus diangkat sebagai Dekannya. Dalam waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga diusulkan untuk dinegerikan sebagai cabang IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setelah dilakukan peninjauan oleh Tim Peninjau yang dibentuk IAIN Sunan Kalijaga, akhirnya pembinaan dan pengawasan Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan padanya. Keputusan ini didasarkan pada Surat Menteri Agama c.q. Direktorat Pembinaan
52
Perguruan Tinggi Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 13 November 1969. Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri, Fakultas Tarbiyah salatiga mendapatkan status negeri dan menjadi cabang IAIN Walisongo. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo tersebut berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 1970 tanggal 16 April 1970 (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2012:2-3). b. Bergabung menjadi IAIN Walisongo Meskipun telah berstatus negeri dan menjadi IAIN Walisongo Fakultas Tarbiyah, namun kondisinya tidak berubah dalam waktu yang singkat, sehingga sejajar dengan Perguruan Tinggi Negeri yang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor: 1) Sarana dan prasarana yang jauh dari memadai, utamanya belum tersedia gedung milik sendiri. 2) Tenaga profesional baik edukatif maupun administrasi yang masih kurang. 3) Animo mahasiswa yang masih relatif kecil. Keadaan tersebut berlangsung dalam waktu yang relatif lama, sehingga kondisi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Salatiga dapat dikatakan kurang layak untuk disebut sebagai perguruan tinggi, terutama dilihat dari sarana dan fasilitas yang dimiliki. Oleh karena itu pernah berkembang isu untuk menutup lembaga ini (Sekolah
53
Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2012:3-4). Mengingat kendala utama bagi pengembangan lembaga tersebut belum tersedianya kampus milik sendiri, maka para pengelola fakultas mencurahkan perhatian dan usahanya untuk menjawab tantangan tersebut. Jalan satu-satunya yang mesti ditempuh adalah membeli areal tanah kampus, sebab mengharapkan tanah wakaf dari masyarakat dan meminta kepada pemerintah daerah tidak memungkinkan. Dalam perkembangan selanjutnya, ada seorang warga Muhammadiyah yaitu H. Asrori Arif yang menaruh perhatian terhadap keberadaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga. Beliau menawarkan tanah pekarangannya seluas 0,75 ha lengkap dengan bangunannya yang letaknya cukup strategis untuk dibeli guna penyelenggaraan pendidikan Islam. Berkat perhatian Menteri Agama (H. Alamsyah Ratu Prawiranegara) terhadap Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga Nomor 031/A-a/FT-WS/I/1979 tanggal 24 Januari 1979, tentang maksud pembelian tanah tersebut (pada waktu itu Dekan dijabat oleh Drs. Achmadi). Berdasarkan
pada
Dirjen
Binbaga
Islam
Nomor
E/Dag/BI/2828 tanggal 10 Agustus 1982, maka dibelilah tanah sebagaimana ditawarkan di atas dengan menggunakan DIP Pusat (Tahun Anggaran 1980/1981 dan 1981/1982). Hal penting yang perlu
54
dicatat adalah bahwa pembelian tanah tersebut tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, terutama Bapak Muhammad Natsir (selaku Ketua Dakwah Islamiyah Indonesia) yang juga telah lama menaruh perhatian terhadap kehidupan umat Islam Salatiga. Tercatat mulai tahun 1982 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga hijrah dari kampus lama ke kampus baru milik sendiri, tepatnya di jalan Caranggito (sekarang berubah menjadi jalan Tentara Pelajar No. 2). Kampus baru dinilai sebagai jawaban tepat yang bersifat fisik atas tantangan rencana rasionalisasi. Bahkan kampus baru tersebut dirasakan mampu membangkitkan kembali optimisme dan antusiasme seluruh civitas akademikanya (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2012:5). Sedikit demi sedikit sarana dan prasarana pendidikan bertambah, antara lain gedung kuliah, perpustakaan dan kantor. Pemerintah Daerah pun juga tidak mau ketinggalan untuk memberikan bantuan tambahan tanah kampus seluas 3000 m² yang waktunya bersamaan dengan pembangunan masjid kampus bantuan Yayasan
Amal
Bhakti
Muslim
Pancasila.
Memang
secara
administratif masjid tersebut milik Pemerintah Daerah, tetapi secara fungsional menjadi tanggung jawab Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga. Seiring dengan semakin bertambahnya fasilitas akademik, bertambah pula tenaga kependidikan khususnya tenaga edukatif dan
55
mahasiswanya. Jika pada masa dekade pertama Fakultas Tarbiyah hanya memiliki 7 (tujuh) orang dosen tetap, pada dekade kedua menjadi 30 (tiga puluh) orang. Fenomena yang hampir sama terjadi pula pada perkembangan jumlah mahasiswa. Pada tahun 1987 tercatat 940 mahasiswa. Jika dibandingkan mahasiswa tahun 1983, maka peningkatannya sudah lebih dari 300%. Dilihat dari sisi akademis, eksistensi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga juga semakin mantap, sebab mulai tahun akademik 1983/1984 sudah diberi kewenangan menyelenggarakan Program Pendidikan Strata Satu (S1) dengan SKS. Sebelumnya perguruan tinggi ini hanya berhak menyelenggarakan Program Pendidikan Sarjana Muda. Di samping itu secara yuridis juga semakin kokoh dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1985 tentang Struktur Organisasi dimana Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga termasuk di dalamnya. Tahun 1987 tampaknya relevan untuk dipahami sebagai awal pengembangan kinerja bagi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga. Serangkaian peristiwa bersejarah terjadi mengiringi perjalanan waktu ini. Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 1987 tentang IAIN atau Fakultas merupakan justifikasi yuridis yang amat mengokohkan eksistensi lembaga pendidikan Islam ini. Pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga sendiri sebenarnya tengah terjadi pula proses
56
penguatan institusional, baik berupa sarana fisik maupun sumber daya tenaga kependidikannya. Di atas tanah bantuan PEMDA didirikan gedung kuliah, laboratorium bahasa, ruang micro teaching dan sarana komputer. Pada tahun 1991 dibangun pula sebuah gedung auditorium yang amat bermakna bagi proses pendidikan. Perkembangan selanjutnya dibangun sarana kegiatan mahasiswa seperti POSKO MENWA, Sekretariat RACANA, Sekretariat Teater dan Kantor Koperasi Mahasiswa yang menyatu dengan gedung pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) yang diresmikan pada tahun 1995. Di tengah perkembangan sarana fisik tersebut ada kenyataan historis yang perlu diberi catatan khusus, yaitu peran Badan Koordinasi Orang Tua dan Alumni (BAKAOMI) yang dibentuk pada tahun 1988. Pada tahun 1992 diaktanotariskan dengan nama Yayasan Kerjasama Orang Tua dan Alumni (YAKAOMI) yang dipimpin oleh bapak Jumadi, B.A. Yayasan ini sejak tahun 2010 berubah menjadi Persatuan Orang Tua Mahasiswa (POM). Adapun peningkatan sumber daya insani tampak pada upaya serius lembaga ini dalam mendorong tenaga edukatif dan administrasi untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Pada awal tahun 1997 Fakultas Tarbiyah telah memiliki 44 orang dosen tetap. Dari jumlah itu 1 orang telah bergelar Doktor, 22 orang bergelar Magister dan 10 orang sedang menyelesaikan program S2 dalam
57
berbagai bidang keilmuan baik di dalam maupun di luar negeri. Di antara tenaga administrasi ada 2 orang yang sedang menyelesaikan studi program S1. c. Alih Status Menjadi STAIN Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1997, maka secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih status menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Sesuai dengan keputusan itu, STAIN tetap didudukkan sebagai perguruan tinggi di bawah naungan Departemen Agama Republik Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau profesional dalam disiplin ilmu pengetahuan Agama Islam. Sebagai salah satu bentuk satuan Pendidikan Tinggi, STAIN Salatiga masih tetap pula memiliki kedudukan dan fungsi yang sama dengan institut maupun universitas negeri lainnya. Beralihnya status Fakultas Tarbiyah menjadi STAIN Salatiga telah membawa berbagai peningkatan, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Peningkatan fisik meliputi penambahan tanah dan gedung sekretariat. Pada tahun 1997 STAIN Salatiga telah menambah tanah seluas 15.500 meter persegi yang terletak tidak jauh dari kampus sekarang. Kemudian pada tahun 2001, STAIN Salatiga telah membangun gedung sekretariat berlantai tiga dengan luas bangunan seluruhnya 900 meter persegi yang dibangun di atas tanah bekas
58
KUA seluas 871 meter persegi. Sedangkan peningkatan non fisik meliputi peningkatan jumlah dan pendidikan bagi dosen dan pegawai tetap STAIN Salatiga. Hingga tahun 2013, jumlah dosen tetap STAIN Salatiga sebanyak 114 orang. Dari jumlah tersebut 4 bergelar Professor (guru besar), 8 orang bergelar Doktor, 96 bergelar Magister, 5 orang bergelar Sarjana yang sedang menempuh dan diupayakan studi lanjut S2, 12 dosen bergelar Magister sedang menyelesaikan studi S3. Dari 54 tenaga administrasi, di antara mereka 6 orang bergelar Magister, 36 orang bergelar Sarjana, 4 orang Ahli Madya, 5 orang Ahli Muda dan sebagian kecil lainnya berpendidikan SLTA (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, 2012: 9-11). 3. Visi dan Misi STAIN Salatiga Visi lembaga sebagai berikut: "Menjadi perguruan tinggi yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual". Dengan visi di atas, maka misi yang diemban lembaga adalah sebagai berikut: a. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemantapan aqidah, kedalaman spiritual, keluhuran akhlak dan keluasan ilmu pengetahuan. b. Memberikan layanan kepada civitas akademika dan masyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. c. Mengembangkan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat
59
melalui kinerja internal dan eksternal. d. Mengembangkan college base management dengan perlibatan stake holder dan masyarakat. e. Mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai-nilai Islam dan budaya bangsa. 4. Etika Mahasiswa STAIN Salatiga Etika mahasiswa merupakan rambu-rambu normatif yang bersifat umum dipakai sebagai acuan bersama dalam menjaga keharmonisan tata pergaulan Mahasiswa STAIN Salatiga. Sebagaimana dalam buku pedoman penyelenggaraan pendidikan, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (2012: 129-130), etika Mahasiswa secara umum terdiri dari tiga hal, yaitu: a. Etika Akademik Untuk menumbuhkan kultur akademik yang menjunjung tinggi semangat cinta ilmu, menghormati orang yang berilmu, rajin belajar, mematuhi etika ilmiah serta menghindari ketidak jujuran ilmiah seperti menyontek. b. Etika Religius Semangat mahasiswa menuntut ilmu di STAIN Salatiga, seperti
ke
dalam
aqidah,
kerajinan
beribadah,
bersemangat
memperdalam wawasan keislaman, serta menjunjung tinggi akhlakul karimah. c. Etika pergaulan
60
Menjalin tata hubungan yang harmonis mahasiswa dengan sesama mahasiswa maupun dengan civitas akademika yang lain. Dengan kata lain juga dibangun semangat kebersamaan, saling menghormati,
menjunjung
tinggi
nilai-nilai
silaturahmi
dan
persaudaraan. 5. Keadaan Pendidikan Agama Islam Pendidikan
adalah
suatu
proses
penerangan
yang
memungkinkan tersentuhnya pengembangan daya untuk mengetahui yang kemudian membentuk sikap tanggung jawab kepada diri sendiri, lingkungan, masyarakat dan pencipta yang selanjutnya melahirkan kemampuan untuk melakukan sesuatu dalam rangka memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dirinya sendiri dan masyarakatnya untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan, proses belajar merupakan alat vital yang tidak dapat ditinggalkan. Peningkatan kualitas pendidikan yang diawali dari proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama di kampus. Untuk itu, pengelola pendidikan dituntut lebih kreatif dalam meningkatkan kualitas pendidikan tidak sekedar mengajari peserta didik seperti yang dilakukan pada masa-masa sebelumnya. Pendidikan memiliki tugas untuk mengembangkan kesadaran atas tanggung jawab setiap manusia demi kelangsungan hidupnya. Peningkatan terhadap rasa tanggung jawab ini memerlukan informasi
61
yang cepat dan tepat serta kecerdasan yang memadai. Tingkat kecerdasan suatu bangsa yang rendah akan berimplikasi terhadap perbaikan kehidupannya sendiri apalagi kehidupan global. Oleh karena itu, dituntut adanya pendidikan yang berkualitas. Pendidikan
Agama
Islam
akan
berfungsi
membentuk
kepribadian siswa dan diharapkan menjadi filter terhadap kemungkinan tumbuhnya dampak negatif akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang
berkembang
dengan
pesat.
Dengan
demikian,
Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu menjadikan anak didik sebagai pelaku pendidikan sehingga mampu membentuk pribadi yang unggul, pribadi utuh, serta memiliki ketangguhan dan kesiapan dalam menghadapi era persaingan global dan nilai-nilai daya saing yang tinggi dan kritis terhadap berbagai permasalahan. Adapun tujuan utama pengajaran Agama Islam bagi mahasiswa adalah
untuk
menciptakan
perubahan
positif
dalam
sikap
psiko-spiritualnya dan membekalinya dengan konsep-konsep Islam yang umum dan komprehensif. Jadi tidak hanya mengisi kepala mereka dengan menghafalkan materi keagamaan secara abstrak. Selama ini yang menjadi perhatian dalam pendidikan hanya pada aspek fisik, emosional dan intelektual (Haryu, 2007: 99-101).
B. Penyajian Data Dalam pengumpulan data hubungan antara kadar religiusitas dengan
62
kesehatan mental mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013 penulis menggunakan teknik angket. Jumlah pertanyaan dalam angket yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari 25 pertanyaan. Data tentang kadar religiusitas dan kesehatan mental mahasiswa diperoleh dari angket yang penulis bagikan kepada responden. Angket tentang kadar religiusitas terdiri dari 15 soal, sedangkan untuk angket kesehatan mental terdiri dari 10 soal. pertanyaan disediakan 3 opsi alternatif jawaban untuk menghindari kecenderungan memilih yang tengah, dengan bobot nilai sebagai berikut: 1. Alternatif jawaban A mempunyai bobot nilai 3 2. Alternatif jawaban B mempunyai bobot nilai 2 3. Alternatif jawaban C mempunyai bobot nilai 1 Untuk lebih jelasnya penulis akan menyajikan data mentah sebagai berikut: 1. Daftar Nama Responden Dalam daftar responden yang dijadikan objek penelitian adalah mahasiswa PAI STAIN Salatiga semester 6. Untuk jelasnya penulis sajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3.1 Daftar Nama Responden No
Nama
Kelas
1.
Nikmatul Khoeriyah
PAI A
2.
M. Firdaus Fatchur R.
PAI A
3.
M. Arifin
PAI A
63
4.
Dwi Cahyo N
PAI A
5.
Maharani Dyah N
PAI A
6.
Rika Sefiyanti
PAI A
7.
Basyiroh
PAI A
8.
Dwi Vita Mandiri
PAI A
9.
Arief Yulianto
PAI A
10.
Dian Adi Permana
PAI B
11.
Desi Cahya Wulandari
PAI B
12.
Muhammad Helmi
PAI B
13.
Ulfah Nuryani
PAI B
14.
M. Taufiqur R
PAI B
15.
Luluk Nurrohmah
PAI B
16.
Nurul Hasanah
PAI B
17.
Mochammad Mangsur
PAI B
18.
Linna Indrasari
PAI B
19.
Nur Wulan Maslachah
PAI B
20.
Tri Utami
PAI C
21.
Daryanto
PAI C
22.
Fadhulil Jannah
PAI C
23.
Yusuf Faizal
PAI C
24.
Sri Wuryani
PAI C
25.
M. Agus Wachid
PAI C
26.
M. Baqi M
PAI C
27.
Yusuf Arifin
PAI C
28.
Isti Nur Latifa
PAI C
29.
Aris Sofyan
PAI D
30.
M. Alif Khakim
PAI D
31.
Siti Amanatus S
PAI D
32.
Ahmad Khotibul U
PAI D
33.
Farihul Fadli
PAI D
64
34.
Fatkhul Manan Jazuli
PAI D
35.
Nurul Kholifah
PAI D
36.
Dina Khusniah
PAI D
37.
Maziidatun Ni'mah
PAI E
38.
Atik Ta'lina
PAI E
39.
Khoiri Azizi
PAI E
40.
Siti Muslimah
PAI E
41.
Roro Risalatul M
PAI E
42.
Erma Nahdliyatul F
PAI E
43.
Hanik Asih Izzati
PAI E
44.
Salis Umudiyah
PAI E
45.
Siti Lazimatun N
PAI E
2. Data tentang Jawaban Angket Kadar Religiusitas Adapun hasil penyebaran angket kadar religiusitas dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3.2 Jawaban Angket Kadar Religiusitas No
Pilihan Jawaban
Jumlah
Res
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15
A
B
C
1.
A
A
A
A
A
A
B
B
B
A
B
B
A
A
B
9
6
-
2.
B
A
B
A
B
C
B
A
B
A
C
B
B
B
B
4
9
2
3.
A
A
A
A
C
B
B
A
B
A
A
A
A
A
B
10
4
1
4.
A
A
A
B
A
B
B
B
B
B
B
B
A
A
B
6
9
-
5.
A
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
C
A
B
2
12
1
6.
A
A
A
A
C
C
B
A
B
B
B
B
A
B
C
6
6
3
7.
A
A
A
A
C
B
B
A
A
B
A
A
B
A
B
9
5
1
8.
A
A
A
B
A
A
B
C
B
B
B
B
B
B
C
5
8
2
65
9.
A
A
A
A
A
A
C
C
A
B
A
B
A
A
B
10
3
2
10.
A
A
A
B
A
A
B
B
B
B
B
B
C
B
C
5
8
2
11.
A
A
B
A
A
A
C
B
B
B
C
B
B
A
A
7
6
2
12.
A
A
A
A
A
A
B
B
B
B
B
A
A
A
C
9
5
1
13.
A
A
A
C
A
A
C
B
B
B
A
B
B
A
B
7
6
2
14.
A
A
A
A
A
A
B
B
B
B
A
A
A
A
B
10
5
-
15.
B
A
B
A
A
B
B
B
B
B
B
B
A
A
A
6
9
-
16.
B
A
B
C
B
A
C
C
B
B
B
B
B
B
B
2
10
3
17.
A
A
A
A
C
C
B
C
B
C
B
B
B
C
B
4
6
5
18.
A
A
B
A
C
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
3
11
1
19.
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
B
13
2
-
20.
A
A
A
A
A
A
B
A
B
A
B
B
A
A
B
10
5
-
21.
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
B
A
A
A
13
2
-
22.
A
A
A
A
A
B
B
C
B
A
A
B
A
A
A
10
4
1
23.
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
C
B
12
2
1
24.
A
A
A
A
C
A
B
A
A
A
A
A
A
A
B
12
2
1
25.
A
B
A
A
A
A
B
A
B
B
A
B
B
A
B
8
7
-
26.
A
A
A
A
A
A
B
A
B
B
B
B
B
A
C
8
6
1
27.
B
B
C
B
C
C
B
C
C
C
C
C
C
C
C
-
4
11
28.
A
A
A
B
A
A
B
B
B
B
C
B
A
A
B
7
7
1
29.
B
A
B
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
11
4
-
30.
A
B
B
A
A
B
B
B
B
A
A
B
B
A
A
7
8
-
31.
A
A
A
B
C
A
B
B
B
A
A
B
A
A
B
8
6
1
32.
A
A
A
B
C
A
B
A
B
A
A
B
A
A
B
9
5
1
33.
B
A
B
A
B
B
B
A
B
A
A
A
A
B
B
7
8
-
34.
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
B
B
B
A
11
4
-
35.
C
A
A
B
B
B
B
B
B
B
A
B
A
A
A
6
8
1
36.
A
A
A
B
A
A
B
C
B
B
B
B
B
B
A
6
8
1
37.
A
A
A
B
A
A
C
C
B
B
A
C
A
A
B
8
4
3
38.
A
A
A
B
A
A
B
C
A
B
A
B
A
A
B
9
5
1
66
39.
A
A
B
A
C
A
B
B
B
B
C
B
C
A
B
5
7
3
40.
A
A
A
B
C
A
C
C
A
B
A
B
A
A
B
8
4
3
41.
A
A
A
A
C
A
B
A
B
A
A
B
A
A
B
10
4
1
42.
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
B
A
B
B
11
4
-
43.
A
C
A
A
A
A
B
C
A
A
C
C
C
A
C
8
1
6
44.
A
A
A
A
A
A
B
C
A
A
A
A
B
A
C
11
2
2
45.
A
A
A
A
A
A
B
A
B
B
A
B
A
B
B
9
6
-
Dalam perhitungan skor jawaban responden penulis memiliki langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif dari jawaban responden
dengan ketentuan, yaitu jawaban A bernilai 3, jawaban B
bernilai 2 dan
jawaban C bernilai 1. Tabel 3.3
Skor Jawaban Responden Variabel Kadar Religiusitas No
Nomor Item
Res 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Jml
1.
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
2
2
3
3
2
39
2.
2
3
2
3
2
1
2
3
2
3
1
2
2
2
2
32
3.
3
3
3
3
1
2
2
3
2
3
3
3
3
3
2
39
4.
3
3
3
2
3
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
36
5.
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
3
2
31
6.
3
3
3
3
1
1
2
3
2
2
2
2
3
2
1
33
7.
3
3
3
3
1
2
2
3
3
2
3
3
2
3
2
38
8.
3
3
3
2
3
3
2
1
2
2
2
2
2
2
1
33
9.
3
3
3
3
3
3
1
1
3
2
3
2
3
3
2
38
10.
3
3
3
2
3
3
2
2
2
2
2
2
1
2
1
33
11.
3
3
2
3
3
3
1
2
2
2
1
2
2
3
3
35
67
12.
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
1
3
3
1
36
13.
3
3
3
1
3
3
1
2
2
2
3
2
2
3
2
35
14.
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
3
3
3
3
2
40
15.
2
3
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
36
16.
2
3
2
1
2
3
1
1
2
2
2
2
2
2
2
29
17.
3
3
3
3
1
1
2
1
2
1
2
2
2
1
2
29
18.
3
3
2
3
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
32
19.
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
43
20.
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
3
3
2
38
21.
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
43
22.
3
3
3
3
3
2
2
1
2
3
3
2
3
3
3
39
23.
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
1
2
41
24.
3
3
3
3
1
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
41
25.
3
2
3
3
3
3
2
3
2
2
3
2
2
3
2
38
26.
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
2
2
2
3
1
37
27.
2
2
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
19
28.
3
3
3
2
3
3
2
2
2
2
1
2
3
3
2
36
29.
2
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
41
30.
3
2
2
3
3
2
2
2
2
3
3
2
2
3
3
37
31.
3
3
3
2
1
3
2
2
2
3
3
2
3
3
2
37
32.
3
3
3
2
1
3
2
3
2
3
3
2
3
3
2
38
33.
2
3
2
3
2
2
2
3
2
3
3
3
3
2
2
37
34.
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
2
2
3
41
35.
1
3
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
3
3
3
35
36.
3
3
3
2
3
3
2
1
2
2
2
2
2
2
3
35
37.
3
3
3
2
3
3
1
1
2
2
3
1
3
3
2
35
38.
3
3
3
2
3
3
2
1
3
2
3
2
3
3
2
38
39.
3
3
2
3
1
3
2
2
2
2
1
2
1
3
2
32
40.
3
3
3
2
1
3
1
1
3
2
3
2
3
3
2
35
41.
3
3
3
3
1
3
2
3
2
3
3
2
2
3
2
38
68
42.
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
2
2
41
43.
3
1
3
3
3
3
2
1
3
3
1
1
1
3
1
32
44.
3
3
3
3
3
3
2
1
3
3
3
3
2
3
1
39
45.
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
3
2
3
2
2
39
b. Mencari Lebar Interval Untuk mengetahui kriteria penilaian dari variabel kadar religiusitas ke dalam kriteria baik, cukup dan sedang, maka kita perlu mengetahui jarak pengukuran terlebih dahulu dengan menggunakan rumus sebagai berikut: R=H-L Keterangan: R = Range (Jarak Pengukuran) H = Skor Tertinggi L = Skor Terendah Dilihat dari tabel di atas jadi, R = 45-15 R = 30 Setelah R diketahui dan jumlah interval kelas sudah ditentukan, sehingga bisa dicari lebar interval (i) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: i= R/3 i = 30/3 i = 10
69
Maka kriteria nilai yang diperoleh adalah sebagai berikut: 37-47 = Baik (A) 26-36 = Cukup (B) 15-25 = Kurang (C) Tabel 3.4 Kriteria Nilai dari Variabel Kadar Religiusitas No
No. Responden
Jumlah Skor
Kriteria Nilai
1
01
39
A
2
02
32
B
3
03
39
A
4
04
36
B
5
05
31
B
6
06
33
B
7
07
38
A
8
08
33
B
9
09
38
A
10
10
33
B
11
11
35
B
12
12
36
B
13
13
35
B
14
14
40
A
15
15
36
B
16
16
29
B
17
17
29
B
18
18
32
B
19
19
43
A
20
20
38
A
21
21
43
A
70
22
22
39
A
23
23
41
A
24
24
41
A
25
25
38
A
26
26
37
A
27
27
19
C
28
28
36
B
29
29
41
A
30
30
37
A
31
31
37
A
32
32
38
A
33
33
37
A
34
34
41
A
35
35
35
B
36
36
35
B
37
37
35
B
38
38
38
A
39
39
32
B
40
40
35
B
41
41
38
A
42
42
41
A
43
43
32
B
44
44
39
A
45
45
39
A
3. Data tentang Jawaban Angket Kesehatan Mental Adapun hasil penyebaran angket kesehatan mental dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
71
Tabel 3.5 Jawaban Angket Kesehatan Mental No
Pilihan Jawaban
Jumlah
Res
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
B
C
1
B
B
A
A
A
A
A
A
B
A
7
3
-
2
A
B
A
A
A
A
A
B
A
A
8
2
-
3
B
B
A
A
A
A
A
A
A
A
8
2
-
4
A
B
A
B
A
A
B
B
B
B
4
6
-
5
A
B
C
B
B
A
B
B
B
A
3
6
1
6
B
B
C
A
A
A
A
A
A
A
7
2
1
7
A
B
A
B
A
A
A
A
A
A
8
2
-
8
B
B
C
A
B
A
A
B
B
A
4
5
1
9
B
B
A
B
A
A
B
A
A
A
6
4
-
10
B
B
C
B
A
A
B
A
B
A
4
5
1
11
A
A
A
B
A
A
A
A
B
A
8
2
-
12
C
A
C
B
A
A
B
A
B
A
5
3
2
13
A
A
A
B
B
A
B
B
A
A
6
4
-
14
A
B
C
B
A
A
A
A
B
A
6
3
1
15
A
A
C
C
A
A
A
A
A
A
8
-
2
16
A
B
A
B
A
A
A
A
B
A
7
3
-
17
B
B
C
B
B
A
A
A
B
A
4
5
1
18
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
9
1
-
19
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
10
-
-
20
A
A
C
B
A
A
A
A
A
A
8
1
1
21
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
9
1
-
22
A
B
C
B
A
A
A
A
B
A
6
3
1
23
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
9
1
-
24
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
9
1
-
25
B
B
C
B
A
A
A
B
A
A
5
4
1
72
26
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
10
-
-
27
C
C
C
C
B
B
C
B
C
A
1
3
6
28
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
10
-
-
29
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
10
-
-
30
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
10
-
-
31
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
9
1
-
32
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
8
2
-
33
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
8
2
-
34
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
9
1
-
35
A
C
C
A
A
A
A
A
B
A
9
1
-
36
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
8
2
-
37
A
B
C
B
B
A
A
B
B
B
3
6
1
38
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
8
2
-
39
A
A
A
B
A
A
A
B
A
A
8
2
-
40
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
9
1
-
41
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
8
2
-
42
A
A
A
C
A
A
A
A
A
A
9
-
1
43
A
B
A
B
B
A
B
B
B
A
4
6
-
44
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
10
-
-
45
A
A
C
A
A
A
A
A
B
A
8
1
1
Dalam perhitungan skor jawaban responden penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif dari jawaban responden dengan ketentuan, yaitu jawaban A bernilai 3, jawaban B bernilai 2 dan jawaban C bernilai 1. Untuk lebih jelasnya penulis akan menyajikan data melalui tabel rekapitulasi jawaban responden untuk Variabel kesehatan mental, yaitu
73
sebagai berikut:
Tabel 3.6 Skor Jawaban Responden Variabel Kesehatan Mental No
Nomor Item
Res
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jml
1
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
27
2
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
28
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
28
4
3
2
3
2
3
3
2
2
2
2
24
5
3
2
1
2
2
3
2
2
2
3
22
6
2
2
1
3
3
3
3
3
3
3
26
7
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
28
8
2
2
1
3
2
3
3
2
2
3
23
9
2
2
3
2
3
3
2
3
3
3
26
10
2
2
1
2
3
3
2
3
2
3
23
11
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
28
12
1
3
1
2
3
3
2
3
2
3
23
13
3
3
3
2
2
3
2
2
3
3
26
14
3
2
1
2
3
3
3
3
2
3
25
15
3
3
1
1
3
3
3
3
3
3
26
16
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
27
17
2
2
1
2
2
3
3
3
2
3
23
18
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
29
19
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
20
3
3
1
2
3
3
3
3
3
3
27
21
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
29
22
3
2
1
2
3
3
3
3
2
3
25
23
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
29
74
24
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
29
25
2
2
1
2
3
3
3
2
3
3
24
26
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
27
1
1
1
1
2
2
1
2
1
3
15
28
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
29
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
30
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
31
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
29
32
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
28
33
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
28
34
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
28
35
3
1
1
3
3
3
3
3
2
3
24
36
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
28
37
3
2
1
2
2
3
3
2
2
2
22
38
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
28
39
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
28
40
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
29
41
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
28
42
3
3
3
1
3
3
3
3
3
3
28
43
3
2
3
2
2
3
2
2
2
3
24
44
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
45
3
3
1
3
3
3
3
3
2
3
27
75
b. Mencari Lebar Interval Setelah jawaban responden diketahui, untuk mengetahui kriteria penilaian dari Variabel kesehatan mental ke dalam kriteria baik, cukup dan kurang, maka perlu mencari jarak pengukuran terlebih dahulu dengan menggunakan rumus sebagai berikut: R=H-L Keterangan: R = Range (Jarak Pengukuran) H = Skor Tertinggi L = Skor Terendah Dilihat dari tabel diatas jadi, R = 30-10 R = 20 Setelah R diketahui dan jumlah interval kelas sudah ditentukan, sehingga bisa dicari lebar interval (i) dengan menggunakan rumus sebagai berikut: i= R/3 i = 20/3 i = 6,6 = 7 Maka kriteria nilai yang diperoleh adalah sebagai berikut: 26-33 = Baik (A) 18-25 = Cukup (B) 10-17 = Kurang (C)
76
Tabel 3.7 Kriteria Nilai dari Variabel Kesehatan Mental No
No. Responden
Jumlah Skor
Kriteria Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
27 28 28 24 22 26 28 23 26 23 28 23 26 25 26 27 23 29 30 27 29 25 29 29 24 30 15 30 30 30 29 28
A A A B B A A B A B A B A B A A B A A A A B A A B A C A A A A A
77
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
28 28 24 28 22 28 28 29 28 28 24 30 27
78
A A B A B A A A A A B A A
BAB IV ANALISIS DATA
Untuk mengolah data yang telah terkumpul dan untuk mengambil kesimpulan penelitian, maka perlu adanya analisis data. Analisis data dilakukan dalam rangka untuk pengujian hipotesis yang telah dirumuskan untuk memperoleh simpulan berdasarkan data tersebut. Rumusan hipotesis dapat diterima apabila kebenaran dalam analisis data telah terbukti. A. Analisis Deskriptif 1.
Analisis Kadar Religiusitas Analisis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kadar religiusitas mahasiswa PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013. Analisis mengenai kadar religiusitas ini menggunakan sistem prosentase dari setiap jawaban responden yang diklarifikasikan dalam kriteria nilai penilaian berdasarkan jawaban yang diperoleh, kemudian diprosentasikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P
F X 100% N
Keterangan: P = Proporsi Individu dalam golongan F = Frekuensi N = Jumlah Subyek dalam golongan Adapun langkah-langkah dalam analisis ini adalah dengan menentukan jumlah responden yang tergolong memperoleh nilai A (baik),
79
B (cukup) dan C (kurang) dalam variabel kadar religiusitas. Tabel 4.1 Prosentase Jawaban Responden tentang Kadar Religiusitas Berdasarkan Angket No
1.
Item Soal
Jawaban
Presentase (%)
A
B
C
A
B
C
Sebagai seorang Muslim, 38
6
1
84,4
13,3
2,2%
%
%
88,8
8,8% 2,2%
apakah
Anda
rutin
mengerjakan 5 shalat wajib?
2.
Shalat wajib yang biasa 40
4
1
Anda kerjakan tepat pada
%
awal waktu: 3.
Dalam sehari, berapa kali 34
10
1
Anda biasa meninggalkan
75,5
22,2
2,2%
%
%
66,6
28,8
%
%
60%
13,3
26,6
%
%
shalat wajib?
4.
Dari 5 shalat wajib (subuh, 30 dzuhur,
ashar,
13
2
maghrib,
4,4%
isya') berapa shalat yang biasa Anda kerjakan tepat waktu?
5.
Shalat yang biasa Anda 27 kerjakan
"dalam
6
waktu
shalat"(masih diperbolehkan
80
12
untuk shalat):
6.
Shalat yang biasanya Anda 31
10
4
kerjakan "di luar waktu
68,8
22,2
8,8%
%
%
4,4
82,2
13,3
%
%
%
40%
33,3
26,6
%
%
28,8
68,8
2,2%
%
%
40%
55,5
shalat":
7.
Dimana
Anda
biasa 2
37
6
melakukan shalat wajib?
8.
Shalat wajib yang biasa 18 Anda
kerjakan
15
12
secara
berjamaah: 9.
Apakah
Anda
melaksanakan
biasa 13
31
1
shalat
sunnah?
10.
Berapa jumlah rakaat shalat 18
25
2
sunnah yang biasa Anda
4,4%
%
kerjakan dalam sehari?
11.
Dalam kali
seminggu, Anda
berapa 25
14
6
biasa
55,5
31,1
13,3
%
%
%
22,2
71,1
6,6%
%
%
mengerjakan shalat dluha?
12.
Apakah mengerjakan
Anda
biasa 10
32
shalat
tahajjud?
81
3
13.
Dalam kali
seminggu,
Anda
berapa 26
membaca
14
5
Al
57,7
31,1
11,1
%
%
%
68,8
24,4
6,6%
%
%
17,7
64,4
17,7
%
%
%
Qur'an? 14.
Berapa surat pendek dalam 31
11
3
Al Qur'an yang sudah Anda hafal?
15.
Berapa
lama
Anda 8
29
meluangkan waktu untuk
8
membaca Al Qur'an?
Dari tabel kriteria nilai untuk variabel kadar religiusitas dengan jumlah responden sebanyak 45 mahasiswa dapat diketahui jumlah responden yang memperoleh kriteria nilai: a.
Kategori baik (A) sebanyak 24 mahasiswa
b.
Kategori cukup (B) sebanyak 20 mahasiswa
c.
Kategori kurang (C) sebanyak 1 mahasiswa
Dengan menggunakan rumus di atas, maka dapat diperoleh hasil sebagaimana tabel berikut:
82
Tabel 4.2 Prosentase Jawaban Responden tentang Kadar Religiusitas Mahasiswa No
Kategori
Lambang
Frekuensi
Prosentase
1
Baik
A
24
53,3 %
2
Cukup
B
20
44,5%
3
Kurang
C
1
2,2%
45
100%
Jumlah
2.
Analisis Kesehatan Mental Analisis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kesehatan mental mahasiswa PAI semester 6 STAIN Salatiga Tahun 2013. Analisis mengenai kesehatan mental mahasiswa ini menggunakan sistem prosentase dari setiap jawaban responden yang diklarifikasikan dalam kriteria nilai penilaian berdasarkan jawaban yang diperoleh, kemudian di prosentasikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P
F X 100% N
Keterangan: P = Proporsi Individu dalam golongan F = Frekuensi N = Jumlah Subyek dalam golongan
83
Adapun langkah-langkah dalam analisis ini adalah dengan menentukan jumlah responden yang tergolong memperoleh nilai A (baik), B (cukup) dan C (kurang) dalam variabel kesehatan mental mahasiswa. Tabel 4.3 Prosentase Jawaban Responden tentang Kesehatan Mental Mahasiswa Berdasarkan Angket No
1.
Item Soal
Jawaban
Presentase (%)
A
B
C
A
B
C
Jika ada teman Anda yang 35
8
2
77,7
17,7
4,4%
%
%
53,3
42,2
%
%
66,6
-
melakukan kesalahan dan banyak di
antara teman
Anda yang buruk sangka terhadapnya,
bagaimana
sikap Anda? 2.
Ketika mahasiswa cemas 24 saat
menghadapi
19
2
ujian,
4,4%
bagaimana dengan Anda? 3.
Jika pada suatu ketika hasil 30
-
15
ujian Anda jauh dari yang
%
33,3 %
Anda harapkan, bagaimana sikap Anda? 4.
Jika Anda melihat teman 23 Anda
sedang
19
3
melakukan
51,1
42,2
%
%
84,4
15,5
%
%
6,6%
kecurangan saat ujian, apa yang Anda lakukan? 5.
Ketika Anda menginginkan 38
7
sesuatu dan tidak tercapai, bagaimana sikap Anda?
84
-
-
6.
Bagaimana sikap Anda jika 44 ada
teman
menawarkan ketika
1
-
yang
97,7
2,2% -
%
pendapatnya
Anda
mempunyai
masalah? 7.
Secara psikologis kejujuran 37 akan
membuat
7
1
hati
82,2
15,5
2,2%
%
%
66,6
33,3
%
%
46,6
51,1
%
%
95,5
4,4% -
seseorang menjadi tenang, apakah Anda merasakan hal itu? 8.
Setiap individu mempunyai 30 pengalaman
hidup
15
-
yang
-
berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Pengalaman itu bisa berupa pengalaman yang
menyenangkan
maupun
menyedihkan.
Menurut
Anda,
pengalaman Anda
apakah
hidup
yang
miliki
dapat
mempengaruhi kemampuan belajar Anda? 9.
Apakah
Anda
keberatan
merasa 21
jika
23
1
diajak
2,2%
menjadi panitia peringatan hari besar mi'raj
seperti di
isra'
masyarakat,
bagaimana sikap Anda? 10.
Menjadi waktu
sarjana yang
tepat
dalam 43
2
dan
-
%
85
dengan
prestasi
maksimal
yang
adalah
merupakan
tugas
dan
kewajiban
setiap
mahasiswa, setujukah Anda?
Dari tabel kriteria nilai untuk variabel kesehatan mental mahasiswa dengan jumlah responden sebanyak 45 mahasiswa dapat diketahui jumlah responden yang memperoleh kriteria nilai: a. Kategori baik (A) sebanyak 32 mahasiswa b. Kategori cukup (B) sebanyak 12 mahasiswa c. Kategori kurang (C) sebanyak 1 mahasiswa Dengan menggunakan rumus di atas, maka dapat diperoleh hasil sebagaimana tabel berikut:
Tabel 4.4 Prosentase Jawaban Responden entang Kesehatan Mental Mahasiswa No
Kategori
Lambang
Frekuensi
Prosentase
1
Baik
A
32
71,1%
2
Sedang
B
12
26,7%
3
Cukup
C
1
2,2%
45
100%
Jumlah
86
B. Pengujian Hipotesis Pada bab I penulis sebelumnya telah merumuskan hipotesis “Terdapat hubungan yang positif antara kadar religiusitas dengan kesehatan mental mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013”. Untuk menguji kebenarannya, penulis mengadakan penelitian pada mahasiswa semester 6 STAIN Salatiga yang menunjukkan kadar religiusitas dengan kesehatan mental mahasiswa. Sedangkan untuk menguji kevalidan data, maka data yang telah diperoleh terlebih dahulu dilakukan penghitungan statistik. Alasan digunakan analisis data statistik adalah: 1. Data yang diperoleh merupakan data kualitatif yang sudah diubah menjadi data kuantitatif dalam bentuk angka. 2. Penulis akan lebih mudah menentukan apakah hipotesis yang akan diuji dapat diterima atau ditolak. 3. Akan diperoleh kesimpulan yang objektif. Dalam analisis statistik ini, penulis menggunakan rumus product moment yaitu untuk mencari besarnya angka korelasi antara kadar religiusitas dengan kesehatan mental.
rxy
N xy x y } N x x N y y 2
2
2
2
Keterangan: r xy
= koefisien korelasi antara gejala X dan gejalaY
∑ xy
= jumlah product dari X dan Y
87
x2
= jumlah kuadrat X
y2
= jumlah kuadrat Y Apabila r hitung telah diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan rtabel
koefisien korelasi product moment, dengan kriteria r hitung > r tabel pada signifikasi taraf kepercayaan 5% maka hipotesis kerja diterima. Namun sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka hipotesis ditolak. Untuk lebih mudahnya dalam perhitungan korelasi, penulis akan sajikan tabel koefisien korelasi sebagai berikut: Tabel 4.5 Koefisien Hubungan Antara Kadar Religiusitas dengan Kesehatan Mental Mahasiswa Program Studi PAI Semester 6 STAIN Salatiga Tahun 2013 No Resp
X
Y
X²
Y²
XY
1
39
27
1521
729
1053
2
32
27
1024
729
864
3
39
28
1521
784
1092
4
36
24
1296
576
864
5
31
22
961
484
682
6
33
26
1089
676
858
7
38
28
1444
784
1064
8
33
23
1089
529
759
9
38
26
1444
676
988
10
33
23
1089
529
759
11
35
28
1225
784
980
12
36
23
1296
529
828
13
35
26
1225
676
910
14
40
25
1600
625
1000
15
36
26
1296
676
936
16
29
27
841
729
783
88
17
29
23
841
529
667
18
32
29
1024
841
928
19
43
30
1849
900
1290
20
38
27
1444
729
1026
21
43
29
1849
841
1247
22
39
25
1521
625
975
23
41
29
1681
841
1189
24
41
29
1681
841
1189
25
38
24
1444
576
912
26
37
30
1369
900
1110
27
19
15
361
225
285
28
36
30
1296
900
1080
29
41
30
1681
900
1230
30
37
30
1369
900
1110
31
37
29
1369
841
1073
32
38
28
1444
784
1064
33
37
28
1369
784
1036
34
41
28
1681
784
1148
35
35
24
1225
576
840
36
35
28
1225
784
980
37
35
22
1225
484
770
38
38
28
1444
784
1064
39
32
28
1024
784
896
40
35
29
1225
841
1015
41
38
28
1444
784
1064
42
41
28
1681
784
1148
43
32
24
1024
576
768
44
39
30
1521
900
1170
45
39
27
1521
729
1053
Jumlah
1629
1199
59793
32282
43747
89
Dari tabel di atas diketahui ∑ X = 1629 ∑ Y = 1199 ∑ X² = 59793 ∑ Y² = 32282 ∑ XY = 43747 N = 45 Kemudian masukkan rumus:
rxy
N xy x y } N x x N y y 2
2
rxy
rxy
rxy
rxy
rxy
2
2
45 .43747 1629 .1199 45 .59793 1629 2 45 .32282 1199 2 1968615 1953171
2690685 2653641 1452690 1437601 15444 37044 .15089
15444 558956916 15444 23642 ,269
rxy 0,65323677 rxy 0,653
90
C. Pembahasan Nilai koefisien korelasi (r) hasil perhitungan kemudian dikorelasikan dengan r tabel. Nilai r tabel untuk sampel 45 dan signifikan pada taraf 5% adalah 0,294. Jika r hitung > r tabel, berarti ada pengaruh positif antara variabel X dan Y. Jika r hitung = 0, maka dikatakan bahwa antara variabel X dan Y tidak ada pengaruh sama sekali. Jika r hitung < r tabel, maka hipotesis ditolak. Adapun variabel X dalam penelitian ini adalah kadar religiusitas mahasiswa, sedangkan variabel Y adalah kesehatan mental mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013. Dari hasil perhitungan korelasi product moment tersebut menghasilkan rhitung sebesar 0,653. Langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan rhitung dengan rtabel. Harga rtabel untuk jumlah responden 45 dan signifikan pada taraf kepercayaan 5% adalah 0,294. Dari uraian di atas terlihat bahwa harga rxy hitung lebih besar dari rxy tabel
signifikan pada taraf kepercayaan 5%. Berdasarkan analisis tersebut,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kadar religiusitas dengan kesehatan mental mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “ada hubungan antara kadar religiusitas dengan kesehatan mental mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga Tahun 2013” dapat diterima.
91
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang ada pada bab IV, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kadar religiusitas mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013 berada pada beberapa tingkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis pada tabel 4.2, bahwa kategori baik 53,3%, kategori cukup yaitu 44,5% dan kategori kurang sebesar 2,2%. 2. Kesehatan mental mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013 berada pada beberapa tingkatan. Hal ini bisa dilihat pada hasil analisis tabel 4.4, bahwa kategori baik sebesar 71,1 %, kategori cukup 26,7% dan kategori kurang sebesar 2,2%. 3. Adanya hubungan positif antara kadar religiusitas dengan kesehatan mental mahasiswa program studi PAI semester 6 STAIN Salatiga tahun 2013. Hal itu bisa dilihat dari koefisien korelasi antara kadar religiusitas dengan kesehatan mental mahasiswa yaitu sebesar 0,653. Nilai r ini dikonsultasikan dengan nilai r tabel product moment dengan N= 45 dan taraf signifikansi kepercayaan 5% yaitu 0,294, sehingga terbukti r hitung > r tabel sehingga hipotesis yang diajukan “diterima”.
92
B. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Kepada lembaga STAIN Salatiga, dengan adanya Biro Konsultasi Tazkia menurut penulis sudah menempuh langkah positif bagi kehidupan seluruh mahasiswa dalam proses pembelajaran di STAIN Salatiga. Ke depan mudah-mudahan langkah yang sudah ada itu lebih ditingkatkan intensitasnya maupun sosialisasinya. 2. Kepada para mahasiswa, hendaknya terus meningkatkan kehidupan keagamaan, sehingga selalu dapat menjaga keselarasan antara kebutuhan rasionalitas dan spiritualitas.
93
DAFTAR PUSTAKA
Ancok Djamaluddin dan Suroso, Fuat Nashori. 1994. Psikologi Islami.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Praktik. Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta.
Daradjat, Zakiah. 1985. Kesehatan Mental. Jakarta: PT Gunung Agung.
Daradjat, Zakiah. 1990. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Daradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Haryu. 2007. Tadris Jurnal Pendidikan Agama Islam (Pendidikan Agama Islam Berbasis Transpersonal). Pamekasan: STAIN.
Jalaluddin. 2000. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kartono, Kartini. 2000. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam. Bandung: Mandar Maju.
Latipun dan Notosoedirdjo, Moeljono. 2002. Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan. Malang: UMM.
94
Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press).
Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Agama: Sebuah Pengantar. Bandung: Mizan Pustaka
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Thouless, Robert H. 1992. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: CV Rajawali.
95
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: Nina Widiana
Tempat/Tgl Lahir
: Grobogan, 02 Oktober 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Kebangsaan
: Indonesia
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Alamat
: Dusun Kedung, Ds Kenteng Sari, Kec. Kedung Jati, Kab.Grobogan
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 1 Kenteng Sari lulus tahun 2003 2. SMPN 2 Kedung Jati lulus tahun 2006 3. MAN 1 Salatiga lulus tahun 2009 4. STAIN Salatiga
96
ANGKET PENELITIAN
NAMA
:
KELAS
:
Pilihlah 1 jawaban dari beberapa pilihan di bawah ini yang paling sesuai dengan keadaan Anda!
A. Kadar Religiusitas 1. Sebagai seorang Muslim, apakah Anda rutin mengerjakan 5 shalat wajib? a. Ya, saya rutin mengerjakan 5 shalat wajib b. 3-4 shalat wajib saja yang rutin saya kerjakan c. 2 shalat wajib yang rutin saya kerjakan secara rutin 2. Shalat yang biasa Anda kerjakan tepat pada awal waktu: a. Lebih dari 2 shalat wajib b. 2 shalat wajib c. Tidak ada yang tepat awal waktu 3. Dalam sehari, berapa kali Anda biasa meninggalkan shalat wajib? a. Tidak pernah meninggalkan shalat wajib b. 1 shalat wajib c. 2 shalat wajib/ lebih 4. Dari 5 shalat wajib (subuh, dzuhur, ashar, maghrib, isya') berapa shalat yang biasa Anda kerjakan tepat waktu? a. Lebih dari 2 shalat wajib b. 2 shalat wajib c. Tidak ada yang tepat waktu 5. Shalat yang biasa Anda kerjakan "dalam waktu shalat" (masih diperbolehkan untuk shalat): a. Semua shalat wajib
97
b. 2-4 shalat wajib c. 1 shalat wajib 6. Shalat yang biasanya Anda kerjakan "di luar waktu shalat": a. Tidak ada b. 1 shalat wajib c. 2 shalat wajib atau lebih 7. Dimana Anda biasa melakukan shalat wajib? a. Lebih sering di masjid b. Kadang di rumah dan kadang di masjid c. Seluruhnya di rumah 8. Shalat wajib yang biasa Anda kerjakan secara berjamaah: a. Lebih dari 3 shalat wajib b. 2 shalat wajib c. 1 shalat wajib 9. Apakah Anda biasa melaksanakan shalat sunnah? a. Ya, saya sering mengerjakan shalat sunnah b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 10. Berapa jumlah rakaat shalat sunnah yang biasa Anda kerjakan dalam sehari? a. 4 rakaat/ lebih b. 2 rakaat c. Tidak pernah 11. Dalam seminggu, berapa kali Anda biasa mengerjakan shalat dluha? a. Lebih dari 3 kali b. Kurang dari 3 kali c. Tidak pernah 12. Apakah Anda biasa mengerjakan shalat tahajjud? a. Ya, saya sering shalat tahajjud b. Kadang-kadang bila sedang tidak malas c. Tidak pernah
98
13. Dalam seminggu, berapa kali Anda membaca Al Qur'an? a. Hampir setiap hari b. 2-3 kali dalam seminggu c. 1 kali dalam seminggu 14. Berapa surat pendek dalam Al Qur'an yang sudah Anda hafal? a. Lebih dari 15 surat b. 10-15 surat c. Kurang dari 10 surat 15. Berapa lama Anda meluangkan waktu untuk membaca Al Qur'an? a. Lebih dari 30 menit b. 15-30 menit c. Kurang dari 15 menit
B. Kesehatan Mental 1. Jika ada teman Anda yang melakukan kesalahan dan banyak di antara teman Anda yang buruk sangka terhadapnya, bagaimana sikap Anda? a. Saya berusaha untuk khusnudhan terhadap dia meskipun telah melakukan kesalahan b. Saya akan lihat dulu siapa teman itu c. Sulit bagi saya untuk tidak su'udhan dengan dia 2. Ketika mahasiswa cemas saat menghadapi ujian, bagaimana dengan Anda? a. Saya merasa aman saja, saya percaya pada pertolongan Allah SWT b. Kadang-kadang saya cemas c. Saya selalu cemas 3. Jika pada suatu ketika hasil ujian Anda jauh dari yang Anda harapkan, bagaimana sikap Anda? a. Saya yakin semua pasti ada hikmahnya b. Biasa saja, karena sudah terbiasa gagal c. Saya sangat sedih 4. Jika Anda melihat teman Anda sedang melakukan kecurangan saat ujian,
99
apa yang Anda lakukan? a. Saya tidak suka melihat kecurangan b. Saya tenang saja c. Saya ikut melakukan kecurangan 5. Ketika Anda menginginkan sesuatu dan tidak tercapai, bagaimana sikap Anda? a. Menerimanya dengan ikhlas dan tetap optimis b. Kecewa c. Putus asa 6. Bagaimana sikap Anda jika ada teman yang menawarkan pendapatnya ketika Anda mempunyai masalah? a. Menerimanya meskipun berbeda b. Acuh saja c. Menolak dengan tegas 7. Secara psikologis kejujuran akan membuat hati seseorang menjadi tenang, apakah Anda merasakan hal itu? a. Ya, saya sangat merasakan hal tersebut b. Kadang-kadang saja saya merasakan c. Saya kurang merasakan hal tersebut 8. Setiap individu mempunyai pengalaman hidup yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Pengalaman itu bisa berupa pengalaman yang menyenangkan
maupun
menyedihkan.
Menurut
Anda,
apakah
pengalaman hidup yang Anda miliki dapat mempengaruhi kemampuan belajar Anda? a. Sangat mempengaruhi b. Kadang-kadang mempengaruhi c. Tidak mempengaruhi sama sekali 9. Apakah Anda merasa keberatan jika diajak menjadi panitia peringatan hari besar seperti isra' mi'raj di masyarakat, bagaimana sikap Anda? a. Saya akan menerima itu b. Saya akan menerima jika tidak sibuk
100
c. Saya kurang tertarik 10. Menjadi sarjana dalam waktu yang tepat dan dengan prestasi yang maksimal adalah merupakan tugas dan kewajiban setiap mahasiswa, setujukah Anda? a. Saya sangat setuju b. Saya setuju jika mampu c. Saya kurang setuju
101
DAFTAR NILAI SKK
No 1.
2. 3. 4.
5.
6. 7. 8.
9.
NAMA
: Nina Widiana
PROGDI
: PAI
NIM
: 11109091
Dosen PA
: Ahmad Maemun, M. Ag
Nama Kegiatan
Pelaksanaan
Keterangan
Nilai
OPAK " Sentralisasi Paradigma Gerak Menuju Mahasiswa Ideal dalam Menghadapi Situasi Global" STAIN Salatiga Sertifikat "Pelatihan ESIQ" STAIN Salatiga Sertifikat "User Education" UPT Perpustakaan STAIN Salatiga Seminar Kebangsaan "Memperkokoh Kepeloporan Mahasiswa dalam Pembangunan Menuju Kejayaan Indonesia di Pentas Global" DEMA STAIN Salatiga Seminar Regional "Modernisasi Pendidikan Islam Berbasis IPTEK" HMJ Tarbiyah STAIN Salatiga Bedah Buku " Jalan Cinta Para Pejuang" LDK STAIN Salatiga Surat Keterangan Lulus Baca Tulis Al-Qur'an oleh STAIN Salatiga Surat Keterangan Praktikum Etika Profesi Keguruan oleh STAIN Salatiga Bedah Buku "Ijinkan Aku Menikah Tanpa Pacaran" LDK STAIN Salatiga
18-20 Agustus 2009
Peserta
3
21 Agustus 2009
Peserta
3
25-29 Agustus 2009
Peserta
3
2 Desember 2009
Peserta
3
16 Desember 2009
Peserta
4
24 April 2010
Peserta
2
2 November 2010
Peserta
2
25 November 2010
Peserta
3
14 Mei 2011
Peserta
2
102
10. 11.
12. 13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20. 21.
22.
23.
Seminar "Berani Kaya Berani Taqwa" LDK STAIN Salatiga Sarasehan Keagamaan "Membedah Pemikiran dan Gerakan di Indonesia" DEMA STAIN Salatiga Sertifikat Praktikum Kepramukaan STAIN Salatiga Surat Keterangan Praktikum Metodologi Pendidikan Agama Islam oleh STAIN Salatiga Surat Keterangan Praktikum Telaah Kurikulum Pendidikan Agama Islam oleh STAIN Salatiga Seminar Nasional Enterpreneurship "Tren Bisnis Berbasis Multimedia dan Teknologi Informatika sebagai Wujud Pasar Modern" KOPMA STAIN Salatiga Seminar Regional "Urgensi Media dalam Mencerahkan Umat" LDK STAIN Salatiga Seminar Regional "Peran Mahasiswa dalam Mengawal BLSM (BLT) Tepat Sasaran" DEMA STAIN Salatiga Seminar Nasional Kristologi & tabligh Akbar "Membangun Pemahaman Agama Menuju Khoirul Ummah" oleh MUI Kota Salatiga Seminar Nasional Pendidikan "Pendidikan Multikultural sebagai Pilar Karakter Bangsa" HMJ Tarbiyah STAIN Salatiga Seminar Regional "Indonesia Satu" MENWA STAIN Salatiga Dauroh Mar'atus Sholihah II "Muslimah Sejati, Tetap Gaul Tapi Syar'i" LDK STAIN Salatiga Bedah Buku "24 Cara Mendongkrak IPK" UPT Perpustakaan STAIN Salatiga Seminar Nasional " Kepemimpinan dan Masa Depan Bangsa" HMI
103
21 Mei 2011
Peserta
3
6 Juni 2011
Peserta
3
22-27 Juli 2011
Peserta
3
23 September 2011
Peserta
3
11 Februari 2012
Peserta
3
21 April 2012
Peserta
6
30 April 2012
Peserta
4
3 Mei 2012
Peserta
4
20 Mei 2012
Peserta
6
6 Juni 2012
Peserta
6
29 Oktober 2012
Peserta
4
1 Desember 2012
Peserta
3
5 Desember 2012
Peserta
2
23 Februari 2013
Peserta
6
Cabang Salatiga 24.
Seminar Nasional "Ahlussunnah Waljama'ah dalam Perspektif Islam Indonesia" DEMA STAIN Salatiga Jumlah
26 Maret 2013
Peserta
87 Salatiga, 30 Juli 2013 Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan
H. Agus Waluyo, M. Ag NIP. 197502112000031001
104
6