perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Skripsi
Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Pendidikan Strata I Psikologi
oleh: Noor Fitriana Annisa Putri G 0107068
Pembimbing: 1. Dra. Sri Wiyanti, M. Si. 2. Aditya Nanda Priyatama, S. Psi., M. Si.
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan ini, maka saya bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut.
Surakarta, Juli 2012
Noor Fitriana Annisa Putri
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : Hubungan antara Self-efficacy dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Nama Peneliti
: Noor Fitriana Annisa Putri
NIM
: G 0107068
Tahun
: 2012
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Pembimbing dan Penguji Skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada: Hari
: ..... ........................
Tanggal
: .............................
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Sri Wiyanti, M.Si.
Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M. Si.
NIP. 195208141984032001
NIP. 197810222005011002
Koordinator Skripsi
Rin Widya Agustin, M.Psi. NIP. 197608172005012002 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul: Hubungan antara Self-efficacy dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Noor Fitriana Annisa Putri, G 0107068, Tahun 2012 Telah diuji dan disahkan oleh Pembimbing dan Penguji Skripsi Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada: Hari
:
Tanggal
:
1. Ketua Sidang Dra. Sri Wiyanti, M.Si. NIP. 195208141984032001
(
)
2. Sekretaris Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M. Si. NIP. 197810222005011002
(
)
3. Anggota I Drs. Thulus Hidayat, SU., MA. NIP. 130250480
(
)
4. Anggota II Dra. Tuti Hardjajani, M.Si. NIP. 195012161979032001
(
)
Surakarta, Ketua Program Studi Psikologi,
Koordinator Skripsi,
Drs. Hardjono, M.Si. Rin Widya Agustin, M.Psi. commit to user NIP.197608172005012002 NIP. 195901191989031002
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangat berharga. Memiliki waktu tidak menjadikan seseorang kaya, tetapi menggunakannya dengan baik adalah sumber dari semua kekayaan. Mario Teguh
Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu. William Feather
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Persembahan Karya ini dipersembahkan kepada: Orangtuaku yang selalu mendoakan dan melakukan yang terbaik untukku. Kakakku, dan keluarga besar yang selalu mendukungku. Seluruh guru dan pembimbing yang telah memberikan ilmunya. Sahabat-sahabatku yang memberi warna dalam hidupku. Almamaterku tercinta
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan antara Self-efficacy dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta” dengan baik dan lancar. Satu hal yang penulis sadari, bahwa karya ini dapat terselesaikan juga karena bantuan dari berbagai pihak. Rasa terima kasih sudah sepantasnya disampaikan dengan hati yang tulus kepada segenap pihak atas segala partisipasinya dalam pelaksanaan dan penyelesaian karya ini. Untuk itu dengan kerendahan hati, diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang memberikan kebijakan kepada penulis untuk menyelesaikan studi. 2. Bapak Drs. H. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian skripsi. 3. Ibu Dra. Sri Wiyanti, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan masukan yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini, serta terimakasih untuk semangat dan motivasi yang telah ibu berikan selama proses penyusunan skripsi. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Bapak Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M. Si., selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu dengan sabar memberikan bimbingan, bantuan, masukan, dan ilmu yang bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Drs. Thulus Hidayat, SU., MA. yang telah berkenan menjadi dosen penguji I dan memberikan kritik dan saran bagi penyelesaian skripsi ini. 6. Ibu Dra. Tuti Hardjajani, M.Si. yang telah berkenan menjadi dosen penguji II dan memberi masukan yang bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini. 7. Ibu Rin Widya Agustin, M.Psi. selaku Koordinator Skripsi yang telah memberikan bantuan dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Bapak Arista Adi Nugroho, S.Psi., M.M. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan motivasi selama penulis menempuh studi. 9. Seluruh staf pengajar di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala ilmu yang sangat berharga selama penulis menempuh studi. 10. Staf tata usaha (Mas Dhimas dan Mas Rian), staf perpustakaan (Mbak Ana), dan seluruh pegawai (Bu Jan, Pak dan Buk No, Mas Aan.) di Program Studi Psikologi atas segala dukungan dan bantuannya selama ini. 11. Orang tuaku tercinta, Bapak Joko Slameto dan Almh Ibu Siti Farida, atas segala cinta kasih, doa, dukungan, motivasi dan pengorbanan yang tiada hentinya sehingga membuatku bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ini bisa membuat Bapak dan Ibu bangga. commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12. Kakakku tersayang Muhammad Arief Bonis Saputra yang telah memberikan motivasi, dukungan, dan semangat dalam penyusunan skripsi ini. 13. Seluruh mahasiswa Program Studi Psikologi angkatan 2008, 2009, dan 2010 atas bantuan, kesediaan, dan kerjasamanya untuk membantu penulis dalam penelitian. 14. Sahabat-sahabatku tersayang, Retno Dewi Utami, Rifa Kurnia, Nurwidya Rahmawati, Nurul Azizah, Ayu Yulita, Jessica Sebayang, Aan Nurfitriana dan Paulus Herry atas segala tawa, tangis, canda, bantuan, dukungan, dan semangatnya selama ini. Semoga persahabatan kita kekal selamanya. Aku sayang kalian semua. 15. Sesha, Sandi, Icha, Pipit, Tegar, Hertin, Yunita, Rarat, Yuli, Yashinta, Himma, Apip dan semua teman-teman Psikologi 2007, terima kasih untuk dukungan, bantuan, suka, duka, canda dan kebersamaan selama ini. Aku bahagia mengenal kalian semua. Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini berguna bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Noor Fitriana Annisa Putri Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Mahasiswa sebagai bagian dari institusi pendidikan dituntut untuk mampu berprestasi dengan optimal, dan selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang bersifat akademik maupun non akademik. Tugas yang banyak, deadline, perkuliahan, dan kegiatan non akademik yang semuanya memerlukan kerja keras untuk memenuhi target waktu yang telah ditetapkan. Kondisi ini membuat mahasiswa rentan melakukan prokrastinasi akademik yang ditandai dengan kelambanan, keterlambatan menghadiri kuliah, terlambat dalam menyelesaikan tugas hingga menunda belajar untuk ujian. Individu yang memiliki self-efficacy rendah dapat meningkatkan perilaku prokrastinasi akademik individu tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sampel diambil dengan kriteria mahasiswa angkatan 2008, 2009 dan 2010 yang masih aktif kuliah. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan skala self-efficacy dan skala prokrastinasi akademik. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi product moment. Hasil analisis menggunakan teknik korelasi product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,488 serta taraf sigifikansi 0,000 < 0,05. Hasil analisis tersebut, dapat dikemukakan ada hubungan negatif antara self-efficacy dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sumbangan self-efficacy terhadap prokrastinasi akademik sebesar 23,8%.
Kata kunci: self-efficacy, prokrastinasi akademik
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT CORRELATION BETWEEN SELF-EFFICACY AND ACADEMIC PROCRASTINATION ON THE STUDENTS OF PSYCHOLOGY DEPARTMENT SEBELAS MARET UNIVERSITY SURAKARTA Noor Fitriana Annisa Putri Sebelas Maret University, Medical Faculty, Psychology Department Students as an a part of the education institutions demanded to be able achievement optimally, and always faced with an academic tasks and non academic. Many tasks, deadlines, classes and non-academic activities, which all require work hard to meet the deadlines has been set. These conditions make students vulnerable to academic procrastination which characterized by slow in action, late attending the lecture, late in completing the task until delay the studying for exams. Individuals who have a low self-efficacy can improve the behavior of the individual academic procrastination. The purpose of this study was to determine the relationship between self-efficacy to academic procrastination on the students of Psychology Department in UNS Surakarta. The population of this research is all students of Psychology Department in UNS Surakarta. The samples were taken with the criteria of the student of class 2008, 2009,and 2010 which still active in college. Purposive sampling used as sampling technique. The data collection uses self-efficacy acale and academic procrastination scale. Data analysis technique used in this research is product moment. The analysis result using the technique obtained product moment correlations coefficient value correlation (r) of -0.488 and significance level 0.000 <0.05. The results of such an analysis, it can be stated existing a negative relationship between self-efficacy with academic procrastination on the students of Psychology Department in UNS Surakarta. Contribution of self-efficacy toward academic procrastination of 23.8%.
Key Word : self-efficacy, academic procrastination.
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv HALAMAN MOTTO ................................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi KATA PENGANTAR ................................................................................. vii ABSTRAK................................................................................................... x ABSTRACT ................................................................................................ xi DAFTAR ISI ............................................................................................... xii DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv DAFTAR BAGAN ...................................................................................... vxi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii BAB I.
PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 12 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 12 D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 12 BAB II.
LANDASAN TEORI ................................................................ 14
A. Prokrastinasi Akademik ......................................................................... 14 1.
Pengertian Prokrastinasi Akademik ................................................. 14
2.
commit to Akademik user Teori Perkembangan Prokrastinasi ................................. 21
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.
Aspek-aspek Prokrastinasi Akademik .............................................. 23
4.
Jenis-jenis Tugas Prokrastinasi Akademik ....................................... 27
5.
Penyebab Terjadinya Prokrastinasi Akademik ................................. 28
6.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik ............ 30
7.
Cara Mengatasi Prokrastinasi .......................................................... 37
B. Self-efficacy ........................................................................................... 39 1.
Pengertian Self-efficacy ................................................................... 39
2.
Sumber Self-efficacy ........................................................................ 43
3.
Aspek-aspek Self-efficacy ................................................................ 48
4.
Proses Self-efficacy.......................................................................... 52
C. Hubungan Antara Self-efficacy dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa ..................................................................................... 56 D. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 60 E. Hipotesis ................................................................................................ 62 BAB III.
METODE PENELITIAN ......................................................... 63
A. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. 63 B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................ 63 C. Populasi, Sampel, dan Sampling ............................................................. 65 D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 66 E. Validitas dan Reliabilitas........................................................................ 71 F. Teknik Analisis Data .............................................................................. 72 BAB IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 74
A. Persiapan Penelitian ............................................................................... 74 commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Orientasi Kancah Penelitian............................................................... 74 2. Persiapan Alat Ukur .......................................................................... 77 3. Pelaksanaan Uji Coba ........................................................................ 78 4. Analisis Daya Beda Aitem dan Reliabilitas ........................................ 79 5. Penyusunan Alat Ukur untuk Penelitian dengan Nomor Urut Baru .............................................................................. 83 B. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 84 1. Penentuan Responden........................................................................ 84 2. Pengumpulan Data ............................................................................ 85 3. Pelaksanaan Skoring.......................................................................... 85 C. Analisis Data.......................................................................................... 86 1. Uji Asumsi ........................................................................................ 86 2. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................ 88 3. Sumbangan Self-efficacy terhadap Prokrastinasi Akademik ............... 90 4. Hasil Analisis Deskriptif ................................................................... 91 D. Pembahasan ........................................................................................... 93 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 98 A. Kesimpulan ............................................................................................ 98 B. Saran…….. ............................................................................................ 99 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 100 LAMPIRAN
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Distribusi Skor Skala ............................................................ 67 Tabel 2. Blue-print Skala Prokrastinasi Akademik ....................................... 69 Tabel 3. Blue-print Skala Self-efficacy ......................................................... 70 Tabel 4. Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Prokrastinasi Akademik Setelah Uji Coba ............................................................ 80 Tabel 5. Hasil Analisis Reliabilitas Skala Prokrastinasi Akademik ............... 81 Tabel 6. Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Self-efficacy Setelah Uji Coba ......................................................... 82 Tabel 7. Hasil Analisis Reliabilitas Skala Self-efficacy ................................. 82 Tabel 8. Distribusi Butir Aitem Skala Prokrastinasi Akademik dengan Nomor Urut Baru ................................................................ 83 Tabel 9. Distribusi Butir Aitem Skala Self-efficacy dengan Nomor Urut Baru ................................................................ 84 Tabel 10. Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 87 Tabel 11. Hasil Uji Linieritas ....................................................................... 88 Tabel 12. Hasil Analisis Korelasi Bivariate Pearson ..................................... 89 Tabel 13. Sumbangan Self-efficacy terhadap Prokrastinasi Akademik .......... 91 Tabel 14. Hasil Analisis Deskriptif Statistik ................................................. 91 Tabel 15. Kategorisasi Subjek Berdasar Skor Skala Penelitian ..................... 92
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN Bagan 1
Kerangka Pemikiran ………………………………………………..62
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Skala Uji Coba ....................................................................... 110 Lampiran B. Distribusi Nilai Uji Coba Skala ............................................... 119 Lampiran C. Validitas dan Reliabilitas Skala ............................................... 126 Lampiran D. Skala Penelitian ...................................................................... 131 Lampiran E. Distribusi Nilai Skala Penelitian ............................................. 140 Lampiran F. Analisis Data ........................................................................... 150 Lampiran G. Surat Penelitian ...................................................................... 153 Lampiran H. Jadwal Kegiatan Penyusunan Skripsi ...................................... 155
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi dan globalisasi banyak tantangan dan persaingan yang harus dihadapi oleh setiap manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Menghadapi kondisi tersebut, seseorang dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi sehingga mendorong setiap orang untuk selalu dapat meningkatkan kemampuan dan keahliannya agar dapat bersaing dan menyesuaikan diri dalam dunia global. Kualitas sumber daya manusia (SDM) memegang peranan penting dalam kondisi persaingan global yang penuh dengan tekanan dan kompetisi. Kaitannya dengan manusia yang berkualitas, mahasiswa adalah aset nasional yang diharapkan mampu menguasai suatu bidang sehingga keahliannya menjadi siap bersaing di pasaran kerja untuk mempertahankan eksistensi bangsa dan aktualisasi diri sesuai dengan bidang keahliannya. Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar dalam perguruan tinggi. Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun (Monks, dkk., 2002). Remaja akhir dan dewasa awal merupakan tahap perkembangan yang sulit dan kritis. Tugas perkembangan pada masa tersebut menuntut perubahan besar dalam bersikap dan berperilaku sehingga mampu mengarahkan diri dan mengambil keputusan untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Hurlock, 2002). Mahasiswa dituntut belajar meninggalkan pola commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
perilaku anak-anak dan mempelajari perilaku dewasa untuk mengadakan persiapan memasuki masa dewasa. Status (tingkat) pendidikan yang lebih tinggi atau bahkan tertinggi diantara siswa-siswa lainnya yang masih duduk di bangku sekolah baik SD, SMP maupun SMU, mahasiswa diharapkan menjadi tulang punggung atau penerus guna menjadi tenaga profesional yang berkualitas sehingga mampu menerapkan keahliannya di tengah-tengah masyarakat yang semakin ketat dalam persaingan kerja. Disiplin, kreatif, dan memiliki etos kerja yang tinggi adalah indikator sumber daya manusia yang berkualitas (Ghufron, 2004). Mahasiswa dikatakan sebagai sumber daya manusia yang berkualitas tinggi jika dirinya dapat menunjukkan perilaku yang mencerminkan adanya kedisiplinan, kreativitas maupun etos kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugasnya. Menurut Pascale, dkk. (dalam Rumiani, 2006) daya saing yang dimiliki oleh seseorang tergantung pada perilaku yang berorientasi pada kesempatan, tidak statis dan tidak membuang waktu dengan percuma. Hal tersebut berarti mahasiswa dituntut mampu menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi bermanfaat, namun sampai sekarang masih dijumpai ketidaksiapan dalam memenuhi tuntutan tersebut. Banyak mahasiswa yang mengulur waktu dan melakukan penundaan terhadap tugas dan kewajiban sebagai salah satu bentuk ketidakdisiplinan yang dapat menghambat terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Perilaku yang tidak disiplin dalam penggunaan waktu dalam suasana ilmiah psikologi dikenal dengan istilah prokrastinasi. Prokrastinasi adalah suatu commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kecenderungan menunda pekerjaan untuk melakukan tindakan yang tidak berguna,
sehingga
tidak
menyelesaikan
tugas
tepat
waktu
karena
ketidaknyamanan yang dirasakan (Solomon dan Rothblum, 1984). Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang mahasiswa yang mengalami prokrastinasi cenderung melakukan kegiatan yang tidak terarah dan tidak terprogram, sehingga tugas akan terbengkalai tidak selesai tepat waktu. Senecal, dkk. (1995) mengemukakan bahwa prokrastinasi adalah saat seseorang seharusnya melakukan suatu kegiatan dan bahkan mungkin ingin melakukannya, namun gagal memotivasi diri untuk melakukan aktivitas tersebut dalam jangka waktu yang diinginkan atau diharapkan. Kegagalan dalam memotivasi diri tersebut dapat mengakibatkan seseorang banyak kehilangan waktu untuk mengerjakan pekerjaannya dan banyak waktu yang sebenarnya bermanfaat menjadi terbuang percuma. Pendapat para ahli di atas dapat dipahami bahwa mahasiswa yang mengalami prokrastinasi sulit memotivasi diri sehingga pekerjaan yang seharusnya mudah menjadi sulit, tugas yang seharusnya dapat diselesaikan dengan cepat
menjadi mengalami
keterlambatan. Prokrastinasi umum terjadi di lingkungan akademik (Senecal, dkk., 1995). Anak-anak usia sekolah, dari SD hingga SMA, cenderung lebih banyak mengisi waktunya dengan melakukan aktivitas lain yang menurutnya menyenangkan seperti bermain video game, komputer dan menonton televisi daripada mengerjakan tugas akademiknya. Hal tersebut juga terjadi pada mahasiswa yang menghabiskan sebagian waktunya untuk aktivitas lain yang tidak bersifat akademik. Solomon dan Rothblum (1984) melakukan penelitian di salah satu commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Universitas di Amerika Serikat dengan jumlah subjek sebanyak 342 orang. Hasil penelitian menunjukkan presentasi yang tinggi dari masalah prokrastinasi pada beberapa tugas-tugas akademik tertentu. Data prokrastinasi tugas akademik terungkap bahwa 46% subjek penelitian melakukan prokrastinasi dalam menulis makalah, 27,6% menunda belajar untuk ujian, 30,1% menunda membaca tugas mingguan, 10,6% menunda untuk tugas mata pelajaran yang lebih mudah, 23% menunda tugas untuk pertemuan berikutnya. Ellis dan Knaus (dalam Senecal, dkk., 1995) memperkirakan bahwa 95% dari mahasiswa Amerika melakukan prokrastinasi dan 20 orang adalah orang yang suka menunda- nunda kronis. Penelitian yang dilakukan Edwin dan Sia (2007) menemukan dari 295 mahasiswa sebanyak 30,9% mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya tergolong sebagai high sampai dengan very high prokrastinator yaitu kelompok responden yang memiliki kerentanan tinggi terhadap penundaan pengerjaan tugas akademik. Penelitian tentang prokrastinasi telah banyak dipaparkan dari berbagai sudut pandang yang berbeda, hal tersebut menunjukkan
pentingnya
untuk
melakukan
penelitian
dalam
masalah
prokrastinasi. Penelusuran awal dilakukan peneliti pada bagian administrasi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret berdasarkan wisuda maret 2011, yang memperlihatkan lamanya masa studi atau keterlambatan menyelesaikan studi. Tercatat pada mahasiswa angkatan 2004 yang telah lulus adalah sebanyak 39 mahasiswa dari 54 mahasiswa, artinya sekitar 28% mahasiswa lainnya terlambat lulus. Pada angkatan 2005 yaitu dari 40 mahasiswa, 24 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
mahasiswa telah lulus dan sekitar 40% terlambat lulus. Angkatan 2006 mahasiswa yang telah lulus sebanyak 22 mahasiswa dari 70 mahasiswa, jadi sekitar 69% mahasiswa lainnya masih dalam proses pengerjaan skripsi. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan kurikulum Pendidikan tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa bab III pasal 5 ayat 1 menyatakan bahwa Sistem Kredit Semester untuk jenjang pendidikan S-1 dijadwalkan untuk delapan semester yang dapat ditempuh dalam waktu kurang dari delapan semester atau selama delapan semester (Hayyinah, 2004). Artinya secara normal mahasiswa hanya membutuhkan waktu selama delapan semester untuk dapat menyelesaikan kuliahnya dan pada dasarnya setiap mahasiswa mampu menyelesaikan kuliahnya dalam jangka waktu delapan semester atau empat tahun. Berdasarkan data wisuda maret 2011, dapat dilihat bahwa sebagian mahasiswa Program Studi Psikologi membutuhkan waktu yang melebihi batas normal untuk menyelesaikan studinya. Proses belajar di Program Studi Psikologi banyak d iberi tugas pada tiap-tiap mata kuliah, yang menuntut mahasiswa untuk lebih mandiri dan disiplin dalam mengatur waktu. Apalagi beberapa mata kuliah memberikan jenis tugas yang bersifat praktikum dan penelitian lapangan yang membutuhkan banyak waktu. Sebagian besar mata kuliah di Program Studi Psiko logi beberapa tugasnya berupa menulis makalah seperti laporan penelitian, laporan praktikum maupun tinjauan literature dan telah ditetapkan batas waktu pengumpulan laporan oleh dosen pengajar. Misalnya pada mata kuliah kesehatan mental yang memberikan tugas kerja lapangan yang berupa penyuluhan tentang kesehatan mental di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
masyarakat dan membuat laporan dari hasil penyuluhan tersebut. Selain itu, pada mata kuliah teknik konseling, memberikan tugas praktek konseling dan mahasiswa juga harus membuat laporan hasil praktek konseling. Mata kuliah eksperimen memberikan praktek berupa praktikum dan penelitian eksperimen yang juga membuat laporan penelitian. Padahal menurut penelitian Solomon dan Rothblum (1984) menunjukkan bahwa tugas menulis makalah adalah tugas ya ng cenderung paling sering ditunda oleh mahasiswa dan cukup menjadi masalah bagi mahasiswa. Pada umumnya mahasiswa melakukan penundaan dengan mengerjakan tugas pada akhir batas pengumpulan tugas yang telah ditetapkan. Hal tersebut sesuai dengan wawancara tidak terstuktur yang dilakukan peneliti pada beberapa mahasiswa Program Studi Psikologi. Hasil wawancara menggambarkan bahwa sebagian mahasiswa Program Studi Psikologi melakukan prokrastinasi akademik yang terwujud dengan tertundanya pengerjaan tugas yang seharusnya bisa dikerjakan langsung setelah dosen memberikannya tetapi baru dikerjakan menjelang batas waktu pengumpulan. Hasil survey yang dilakukan peneliti juga menunjukkan dari 30 mahasiswa sekitar 26,7% mengerjakan tugas saat mendekati waktu pengumpulan dan 36,7% memilih untuk tidak mengerjakan dan menyelesaikan tugas segera setelah dosen memberikannya dengan alasan malas, lebih suka mengerjakan saat tertekan dan merasa lebih mudah berpikir ketika mendekati batas waktu. Selain itu, kebanyakan mahasiswa belajar bila sudah mendekati waktu ujian atau ketika ada kuis saja. Ditunjukkan juga oleh hasil survey sekitar 73,3% mahasiswa tidak setuju mempersiapkan diri jauh hari untuk commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belajar menghadapi ujian semester dan 46,7% biasa begadang untuk belajar ketika keesokan harinya ada ujian dengan alasan masih ingin bermain, malas, menyukai belajar dengan “Sistem Kebut Semalam”, dan lebih mudah menghafal saat tertekan. Mahasiswa banyak menghabiskan waktunya untuk aktivitas lain yang tidak mengarah pada proses akademik. Sekitar 66,7% mahasiswa lebih mementingkan kegiatan yang menyenangkan daripada belajar dan mengerjakan tugas dengan alasan untuk refreshing sebelum mengerjakan tugas, malas, dan karena belajar membosankan. Steel (dalam Sia, 2006) menyatakan sekalipun prokrastinasi terkadang tidak merugikan, namun prokrastinasi tidak pernah menguntungkan. Apabila ada dampak positif dari prokrastinasi pada jangka pendek misalnya mengurangi kecemasan seperti dapat mengatasi stres dan bad mood, namun berkurangnya kecemasan tersebut hanya sementara waktu, hal tersebut tidaklah sebanding dengan dampak negatif yang harus dibayar pada jangka panjang. Dampak negatif tersebut seperti banyaknya waktu yang terbuang sia-sia, tugas-tugas menjadi terbengkalai, bahkan bila diselesaikan hasilnya tidak optimal. Pernyataan Steel didukung pula dengan hasil penelitian dari Tice dan Baumeister (1997) yang menemukan
bahwa
prokrastinasi
memang
memiliki keuntungan
dalam
mengurangi stres akibat tuntutan tugas, akan tetapi seiring berjalannya waktu dan mendekatnya batas penyelesaian tugas ternyata tingkat stres pada prokrastinator meningkat dan bahkan bertambah. Berdasarkan penelitian Sia (2006) prokrastinasi berkorelasi negatif dengan prestasi akademik. Semakin tinggi tingkat prokrastinasi individu, semakin rendah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
prestasi akademik yang diperoleh. Secara teoretis, hasil ini dapat dijelaskan berdasarkan gangguan fungsi psikologis individu. Individu yang berprokrastinasi umumnya tidak memberikan perhatian penuh pada tugas yang dihadapi. Gangguan konsentrasi tersebut umumnya akan disertai pula dengan emosi negatif berupa rasa frustrasi, marah dan rasa bersalah, khususnya ketika tenggang waktu sudah semakin mendekat (Sia, 2006). Hal tersebut menunjukkan individu yang melakukan prokrastinasi cenderung memiliki prestasi akademik yang rendah seperti penurunan nilai dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas akademik serta menimbulkan efek-efek negatif bagi kesehatan fisik ataupun psikis. Semb dkk (dalam Solomon dan Rothblum, 1984) mengatakan bahwa prokrastinasi akademik cenderung meningkat dengan semakin lama masa studi mahasiswa di perguruan tinggi karena kebiasaan menunda waktu yang tidak disadari oleh mahasiswa sesungguhnya telah memperpanjang masa studi. Mahasiswa yang dari awal sudah sering menunda pekerjaan ataupun tugas-tugas, selanjutnya mahasiswa akan cenderung mengulur-ulur waktu sehingga dalam melakukan dan menyelesaikan pekerjaan atau tugas-tugasnya tidak bisa tepat waktu. Jika mahasiswa sudah sering melakukan prokrastinasi akademik yang demikian, maka akan berdampak juga pada lamanya masa studi yang harus ditempuh oleh mahasiswa, apabila berkelanjutan bisa mengakibatkan Drop Out (DO) bagi mahasiswa. Dengan demikian, prokrastinasi akademik menjadi suatu masalah yang perlu mendapat perhatian secara serius. Solomon dan Rothblum (1984) menyatakan ada dua hal utama yang menyebabkan terjadinya prokrastinasi akademik yaitu ketakutan kegagalan dan commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keengganan terhadap tugas. Ketakutan akan kegagalan dan keengganan dalam mengerjakan tugas menjadi hambatan bagi mahasiswa yang mengalami prokrastinasi untuk menyelesaikan tugasnya secepat mungkin. Beban tugas yang dirasakan berat bahkan jika menurutnya melampaui batas kemampuan juga seringkali menjadi hambatan lain bagi mahasiswa. Mahasiswa akan mengerjakan tugas-tugasnya dalam tekanan dan perasaan malas untuk menyelesaikan tugas akan sering sekali dirasakan oleh mahasiswa. Pada akhirnya mahasiswa akan terbiasa menunda pekerjaannya. Menghadapi penyebab prokrastinasi akademik tersebut diperlukan keyakinan mahasiswa akan kemampuannya untuk menghadapi permasalahan dan melakukan tindakan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki oleh Bandura disebut self-efficacy. Bandura (1977) mendefinisikan self-efficacy sebagai suatu keyakinan individu bahwa dirinya dapat berhasil melaksanakan perilaku untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Self-efficacy merupakan keyakinan individu mengenai kemampuannya untuk
mengatur atau menjalankan suatu kegiatan yang
dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan. Keyakinan yang dimiliki individu mempengaruhi emosi, pikiran dan tingkah laku individu seperti memilih keputusan-keputusan yang akan diambil serta usaha-usaha dan keteguhannya pada saat menghadapi hambatan (Bandura, 1993). Pengaruh self-efficacy pada cara berfikir individu akan mampu mengarahkan motivasi dan tindakannya untuk mencapai suatu hasil yang bersifat positif bagi individu. Oleh karena itu, keyakinan mahasiswa terhadap kemampuannya untuk mengerjakan tugas commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seringkali mempengaruhi perilaku yang dihasilkan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Bandura
(1993)
mengemukakan
bahwa
individu
yang
memiliki
self-efficacy yang rendah akan menghindari semua tugas dan menyerah dengan mudah ketika masalah muncul. Individu menganggap kegagalan sebagai kurangnya kemampuan yang ada, selain itu individu mempunyai anggapan bahwa sesuatu lebih sulit dari yang sebenarnya sehingga individu menjadi tertekan, depresi, dan memiliki pandangan sempit dalam memecahkan suatu masalah. Sebaliknya individu yang memiliki self-efficacy tinggi dapat beradaptasi secara cepat pada permasalahan yang dihadapinya dan tidak menjadi cemas atau panik saat menghadapi permasalahan tersebut (Wade dan Tavris, 2007). Self-efficacy dapat mempengaruhi usaha yang dikeluarkan dan daya tahan individu dalam menghadapi hambatan atau rintangan (Liebert dan Priegler dalam Hadi, 2004). Semakin kuat persepsi self-efficacy semakin giat dan tekun usaha-usahanya untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Orang yang memiliki self-efficacy yang tinggi diyakini sebagai orang yang mampu berperilaku tertentu untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan atau target yang ditetapkan. Friedman dan Schustack (2008) menyatakan bahwa tanpa self-efficacy, individu bahkan enggan mencoba melakukan suatu perilaku. Individu yang tidak yakin dapat memproduksi hasil sesuai keinginannya, individu tersebut akan memiliki sedikit motivasi untuk bertindak. Self-efficacy mahasiswa sangat menentukan usaha yang dikeluarkan dan daya tahan mahasiswa untuk bertahan dalam menghadapi rintangan dan hambatan commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tugas-tugas perkuliahan. Mahasiswa yang memiliki self-efficacy tinggi akan menuangkan seluruh kemampuan yang dimiliki untuk dapat mencapai sesuatu yang diinginkan. Ketika menghadapi kesulitan-kesulitan dalam setiap tugas perkuliahan, mahasiswa akan berusaha mencari cara-cara yang efektif dan efisien dengan mengatur kemampuan dan waktu yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas tersebut. Sedangkan mahasiswa yang memiliki self-efficacy rendah akan menghindari semua tugas, usaha yang dilakukan menurun dan menyerah dengan mudah ketika masalah muncul. Kurangnya usaha dan kegigihan yang dimiliki dapat menyebabkan kegagalan mahasiswa untuk mengatasi rintangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan. Hal tersebut menunjukkan pentingnya self-efficacy pada mahasiswa. Self-efficacy dapat membuat mahasiswa lebih yakin akan kemampuan dirinya untuk menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sebagai mahasiswa, tidak membuang waktu dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dan segera menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Fenomena di atas membuat peneliti ingin melakukan penelitian pada mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan prokrastinasi akademik dan merumuskannya pada penelitian yang berjudul “Hubungan antara Self-efficacy dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta”.
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian diatas maka rumusan masalah yang akan diungkapkan adalah: “Apakah terdapat hubungan antara self-efficacy dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan untuk mendapat beberapa manfaat, antara lain: 1.
Manfaat teoritis a.
Memberi informasi kepada mahasiswa tentang prokrastinasi yang terjadi pada mahasiswa.
b.
Memberi informasi kepada mahasiswa dampak prokrastinasi yang dapat memperpanjang masa studi.
c.
Memberi informasi kepada mahasiswa tentang pentingnya self-efficacy yang tinggi untuk mencegah terjadinya prokrastinasi akademik.
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Manfaat praktis a.
Bagi
mahasiswa,
memberi
masukan
kepada
mahasiswa
untuk
meningkatkan self-efficacy sebagai upaya memperlancar keberhasilan akademik serta memberi gambaran pada mahasiswa bahwa prokrastinasi akan membuahkan penyesalan dalam penyelesaian studi di perguruan tinggi b.
Bagi instansi terkait, sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak terkait di perguruan tinggi utamanya dosen, agar dapat memberikan motivasi kepada mahasiswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan sehingga tidak terjadi prokrastinasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Prokrastinasi Akademik 1.
Pengertian Prokrastinasi Akademik Waktu adalah sumber daya yang sangat berharga. Banyak individu tidak menyadari telah melewatkan waktunya dengan tidak efisien untuk halhal yang tidak berguna. Salah satu perilaku yang tidak efisien dalam penggunaan waktu adalah prokrastinasi. Prokrastinasi adalah kebiasaan yang dapat mengganggu produktivitas setiap orang baik dilihat dari tingkat ekonomi, pekerjaan, usia, atau kategori lainnya (Knaus, 2010). Setiap individu baik tua maupun muda, kaya atau miskin, pengangguran ataupun profesional yang sukses dapat melakukan prokrastinasi. Lay, dkk. (dalam Wolters, 2003) menyebutkan bahwa prokrastinasi merupakan akibat dari satu atau lebih sifat kepribadian yang menetap yang menyebabkan individu melakukan prokrastinasi dalam konsep atau situasi yang berbeda-beda. Bangsa Mesir Kuno mengartikan prokrastinasi dengan dua arti. Pengertian yang pertama menunjukkan suatu kebiasaan yang bermanfaat untuk menghindari kerja yang tidak penting dan usaha yang impulsif sehingga menghemat tenaga, sedangkan arti yang lain menunjukkan kebiasaan yang berbahaya akibat dari kemalasan dalam menyelesaikan suatu tugas yang penting untuk penghidupan, seperti mengerjakan ladang ketika waktu menanam tiba (Burka dan Yuen, 2008). Hal tersebut berarti commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
prokrastinasi memiliki makna yang positif bila penundaan dimaksudkan sebagai usaha yang membangun untuk menghindari keputusan yang impulsif dan tanpa pemikiran yang matang, serta bermakna negatif apabila penundaan dilakukan karena kemalasan atau tanpa tujuan yang pasti. Boice (1996) menambahkan bahwa prokrastinasi mempunyai dua karakteristik. Pertama, prokrastinasi dapat berarti menunda sebuah tugas yang penting dan sulit daripada tugas yang lebih mudah, lebih cepat diselesaikan, dan menimbulkan lebih sedikit kecemasan. Kedua, prokrastinasi dapat berarti juga menunggu waktu yang tepat untuk bertindak agar hasil lebih maksimal dan resiko minimal dibandingkan apabila dilakukan atau diselesaikan seperti biasa pada waktu yang telah ditetapkan. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin “procrastinare” dengan awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus” yang berarti keputusan hari esok dan jika digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya (Desimone dalam Ferrari, dkk., 1995). Ferrari, dkk. (1995) menyatakan bahwa kombinasi istilah tersebut digunakan berkali-kali dalam naskah Latin dalam pengertian yang lebih positif, yaitu memutuskan untuk menunggu musuh keluar dan menunjukkan kesabaran dalam konflik politik. Bagi para nenek moyang, prokrastinasi mengandung pengambilan keputusan yang rumit tentang saat yang tepat untuk tidak bertindak, sebagai lawan kata dari impulsivitas dan bertindak tanpa pertimbangan matang. Prokrastinasi baru diartikan negatif sejak industrialisasi (revolusi industri) commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada pertengahan abad ke-18. Sejak itu istilah tenggat waktu menjadi semakin dikenal dan prokrastinasi juga semakin sering dimunculkan. Berdasarkan Webster New Collegiate Dictionary (dalam Ferrari, dkk., 1995), kata kerja “procrastinate” berarti menangguhkan dengan sengaja dan pada umumnya mempunyai arti negatif karena dilakukan terhadap sesuatu yang seharusnya diselesaikan. Menurut definisi tersebut menunjukkan bahwa prokrastinasi merupakan perilaku yang bersifat tidak menguntungkan dan merugikan diri sendiri. Pertama kali istilah prokrastinasi digunakan oleh Brown dan Holtzman untuk menggambarkan sesuatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan (Hayyinah, 2004). Silver (dalam Ferrari, dkk., 1995) menyatakan bahwa seseorang yang melakukan prokrastinasi tidak bermaksud untuk menghindari atau tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapi, akan tetapi individu hanya menunda-nunda untuk mengerjakannya
sehingga
menyita
waktu
yang
dibutuhkan
untuk
menyelesaikan tugas. Secara umum prokrastinasi didefinisikan sebagai kecenderungan perilaku untuk memulai sesuatu dengan lambat dan membawa konsekuensi yang buruk bagi seseorang yang melakukannya (Dewitte dan Schouwenberg dalam Deyling, 2008). Steel (2007) menambahkan bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda-nunda secara sukarela terhadap pekerjaan yang sudah terjadwal dan penting untuk dilakukan walaupun mengetahui bahwa penundaanya dapat menghasilkan dampak yang buruk. commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Boice
(1996)
menyatakan
bahwa
individu
yang
melakukan
prokrastinasi cenderung untuk menunggu keajaiban, berharap munculnya inspirasi yang hebat tanpa melakukan sesuatu. Individu yang menunda senang untuk
memulai pekerjaan
tanpa
pikir panjang dan
tanpa tujuan,
mengharapkan keberhasilan datang secara spontan dan tanpa direncanakan. Ainslie (dalam Ferrari, dkk, 1995) mengemukakan bahwa ada kecenderungan yang kuat pada manusia untuk memilih hasil (reward) jangka pendek daripada tujuan jangka panjang, karena tujuan jangka pendek menyediakan kesenangan dengan segera. Silver dan Sabini (dalam Lavoie, 2000) menambahkan bahwa seseorang lebih memilih aktivitas yang memberikan kesenangan daripada mengerjakan tugas. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa tugas bisa menunggu beberapa menit untuk dikerjakan dan individu akan mendapatkan kesenangan jangka pendek tanpa menyadari akibat jangka panjang yang dialami dari penundaan tersebut yang pada akhirnya akan berujung pada kemalasan. Ellis dan Knaus (dalam Ferrari, dkk., 1995) menyebutkan adanya keyakinan irasional yang dimiliki oleh seorang prokrastinator. Individu menunda memulai tugas karena adanya ketakutan akan gagal dan berpandangan bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan benar, sehingga merasa lebih aman untuk tidak melakukannya dengan segera karena akan menghasilkan sesuatu yang tidak optimal. Hal tersebut berarti bahwa individu menunda untuk mendapatkan waktu tambahan agar menghasilkan sesuatu pekerjaan yang terbaik. Standar penyelesaian tugas yang tinggi dan keyakinan commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rasional dalam menghadapi tugas diperkirakan tugas tidak mungkin diselesaikan secara tepat waktu. Hal tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang melakukan prokrastinasi sadar akan kebutuhannya terhadap suatu tugas tetapi karena adanya keyakinan irasional seseorang tersebut gagal untuk melakukan tugas dalam jangka waktu yang diharapkan atau diharuskan sehingga mengganggu performa seseorang terhadap tugas tersebut. Vestervelt (dalam Sia Tjundjing, 2006) berpendapat bahwa secara umum selain meliputi komponen perilaku, prokrastinasi juga meliputi komponen
afektif
dan
kognitif.
Komponen
perilaku
prokrastinasi
diindikasikan dengan kecenderungan kronis atau kebiasaan menunda dan bermalas- malasan sehingga baru memulai mengerjakan dan menyelesaikan tugas
mendekati
waktu.
Terkait
komponen
kognitif,
prokrastinasi
didefinisikan sebagai suatu yang sangat kurang sesuai antara intensi, prioritas atau penentuan tujuan berhubungan dengan pengerjaan tugas-tugas yang telah ditetapkan. Prokrastinasi juga disertai afeksi negatif, misalnya merasa tertekan atau tidak nyaman. Burka dan Yuen (2008) juga
menyebutkan bahwa seorang
prokrastinator akan mengalami “the cycle of procrastination (lingkaran prokrastinasi)”, yang berarti bahwa seseorang dapat melakukan prokrastinasi secara berulang- ulang pada suatu tugas dan tugas-tugas lainnya. Pengertian tersebut berarti seorang prokrastinator sadar dirinya menghadapi tugas-tugas yang bermanfaat dan penting bagi dirinya (prioritas utama), akan tetapi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
dengan sengaja menunda secara berulang-ulang, hingga berakibat munculnya perasaan tidak nyaman, cemas, dan merasa bersalah dalam dirinya. Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa prokrastinasi adalah suatu tindakan menunda yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang memulai atau menyelesaikan kinerja dengan melakukan aktivitas lain yang tidak penting sehingga menghambat kinerja dalam rentang waktu yang terbatas dan akhirnya menimbulkan ketidaknyamanan emosi pada dirinya. Prokrastinasi dapat dilakukan pada setiap area atau jenis pekerjaan. Seseorang dapat melakukan prokrastinasi pada hal- hal tertentu saja atau pada semua hal. Jenis-jenis tugas yang sering ditunda oleh prokrastinator yaitu tugas-tugas rumah tangga, pekerjaan kantor, aktivitas akademik, masalah kesehatan, hubungan sosial dan masalah keuangan (Burka dan Yuen, 2008). Prokrastinasi pada area atau bidang akademik yang pada umumnya dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa disebut prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik dan non-akademik menjadi istilah yang digunakan oleh para ahli untuk membagi jenis-jenis tugas yang cenderung sering ditunda oleh prokrastinator. Prokrastinasi non-akademik adalah penundaan yang dilakukan pada jenis tugas nonformal atau tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari- hari, misalnya tugas rumah tangga, tugas sosial, maupun tugas kantor (Ferrari, dkk., 1995). Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau kinerja akademik (Aitken dalam Ferrari, dkk., 1995). Tugas akademik tersebut meliputi mengetik makalah, membaca buku pelajaran, membayar SPP, mengikuti perkuliahan, mengerjakan tugas sekolah atau tugas kursus, belajar untuk ujian, mengembalikan buku perpustakaan, maupun membuat karya ilmiah. Rothblum dkk (1986) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai kecenderungan untuk selalu menunda-nunda tugas akademik dan selalu mengalami masalah yang berkaitan dengan tindakan menunda atau meninggalkan tugas tersebut. Jeremy Hsieh (dalam Hayyinah, 2004) menganggap prokrastinasi akademik sebagai suatu kecenderungan sifat yang dimiliki oleh pelajar yang sering menghadapi tugas-tugas yang mempunyai batas waktu. Noran (dalam Akinsola dkk, 2007) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai bentuk penghindaran dalam mengerjakan tugas yang seharusnya diselesaikan individu. Individu yang melakukan prokrastinasi lebih memilih menghabiskan waktu dengan teman atau pekerjaan lain yang sebenarnya tidak begitu penting daripada mengerjakan tugas yang harus diselesaikan dengan cepat. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa prokrastinasi akademik adalah suatu tindakan menunda yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang memulai atau menyelesaikan suatu tugas akademik, dan menggantinya dengan aktivitas lain yang lebih menyenangkan dirinya dan tidak begitu penting sehingga menghambat kinerja akademik individu maupun orang lain.
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Teori Perke mbangan Prokrastinasi akademik Pada dasarnya setiap
individu pada
masa perkembangannya
mengalami hambatan-hambatan tertentu. Hambatan tersebut dapat menjadi suatu masalah jika individu tersebut tidak dapat menyelesaikannya, Ferrari, dkk. (1995) mengemukakan tentang teori perkembangan yang menyangkut perilaku prokrastinasi akademik, yaitu: a.
Teori Psikoanalisis dan Psikodinamik Penganut psikodinamik beranggapan bahwa pengalaman masa kanak-kanak akan membentuk proses kognitif seseorang ketika dewasa, terutama trauma masa kanak-kanak. Seseorang yang pernah mengalami trauma akan suatu tugas tertentu, misalnya gaga l menyelesaikan tugas akan cenderung melakukan prokrastinasi ketika seseorang tersebut dihadapkan lagi pada suatu tugas yang sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa seseorang akan teringat pada pengalaman kegagalan dan perasaan tidak menyenangkan yang pernah dirasakannya di masa lalu sehingga seseorang menunda mengerjakan tugasnya yang dipersepsikannya akan mendatangkan perasaan seperti masa lalu. Berkaitan konsep tentang penghindaran dalam tugas, Freud (dalam Ferrari, dkk., 1995) menyatakan bahwa seseorang yang dihadapkan pada tugas yang mengancam ego maka dalam alam bawah sadar akan timbul ketakutan dan kecemasan. Perilaku prokrastinasi merupakan akibat dari penghindaran tugas dan sebagai mekanisme pertahanan diri. Hal tersebut berarti seseorang melakukan penundaan commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai
pertahanan
diri
untuk
menghindari
tugas
dan
tidak
menyelesaikan tugas yang dirasakan mengancam keberadaan egonya. b.
Teori Behavioristik Penganut behavioristik beranggapan bahwa perilaku prokrastinasi akademik muncul akibat proses pembelajaran. Seseorang melakukan perilaku prokrastinasi karena pernah mendapatkan punishment atas perilaku tersebut. Seseorang yang pernah merasakan sukses dalam melakukan tugas sekolah dengan melakukan prokrastinasi maka cenderung akan mengulangi lagi perbuatannya. Sukses yang pernah dirasakannya akan dijadikan reward untuk mengulangi perilaku yang sama di masa yang akan datang (Bijou, dkk. dalam Ferrari, dkk., 1995). Selain itu, adanya kegiatan lain yang memberikan reward lebih menyenangkan
daripada
kegiatan
yang
diprokrastinasi
dapat
memunculkan perilaku prokrastinasi akademik. Seseorang cenderung melakukan kegiatan yang dipandang lebih menyenangkan seperti bermain game daripada belajar atau mengerjakan tugas sekolah. c.
Teori Kognitif dan Behavioral-Kognitif Prokrastinasi akademik dari sudut pandang behavioral-kognitif terjadi karena adanya keyakinan irasional yang dimiliki oleh seseorang. Keyakinan irasional tersebut disebabkan oleh suatu kesalahan dalam mempersepsikan suatu tugas. Seseorang memandang tugas sebagai sesuatu yang berat dan tidak menyenangkan dan menunda untuk menyelesaikannya karena merasa tidak mampu untuk menyelesaikan commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tugasnya secara memadai. Selain itu, seseorang melakukan prokrastinasi karena ketakutan yang berlebihan pada kegagalan. Hal tersebut membuat individu
menunda
mengerjakan
tugas karena takut
jika
gagal
menyelesaikannya akan mendatangkan penilaian yang negatif akan kemampuannya.
3.
Aspek-aspek Prokrastinasi Akademik Millgram (dalam Ferrari, dkk., 1995) memandang prokrastinasi dari segi yang lebih luas dan sistematik, yang menekankan empat aspek dari prokrastinasi, yaitu: a.
Serangkaian perilaku penundaan Suatu penundaan dapat dikategorikan sebagai prokrastinasi apabila penundaan tersebut dilakukan berulang- ulang oleh individu. Penundaan ini akan terlihat sebagai serangkaian perilaku yang memiliki pola dan tahapan-tahapan tertentu. Penundaan ini meliputi penundaan untuk mulai mengerjakan tugas dan penundaan untuk menyelesaikan tugas sampai tuntas apabila tugas telah mulai dikerjakan.
b.
Menghasilkan perilaku di bawah standar Prokrastinasi akan memaksa individu untuk menyelesaikan tugas di saat terakhir yang akan menyebabkannya tergesa-gesa sehingga hasilnya tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan orang lain maupun standar individu sendiri. Silver (dalam Ferrari, dkk., 1995) menyatakan bahwa individu yang melakukan prokrastinasi kehilangan commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesempatan untuk menyelesaikan tugas secara optimal dan sukses. Keterlambatan dan kegagalan dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan standar merupakan hal yang seringkali dialami oleh individu yang melakukan prokrastinasi. c.
Melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan penting untuk dilakukan oleh individu Prokrastinasi dilakukan pada tugas-tugas yang menurut individu penting untuk dilakukan atau bisa disebut sebagai tugas primer. Tugas primer memiliki batas waktu pengerjaan yang seharusnya dilakukan dan lebih diprioritaskan dibandingkan dengan tugas-tugas yang lain. Individu yang melakukan prokrastinasi cenderung tidak segera menyelesaikan tugas primer tersebut dan bahkan mengerjakan tugas lain yang tidak penting.
d.
Menghasilkan keadaan emosi yang tidak menyenangkan Individu yang melakukan prokrastinasi mengalami kecemasan ketika memikirkan tugas-tugas yang dihadapi, mempersiapkan rencana untuk menyelesaikan tugas dan ketika menghadapi tugas tersebut secara nyata. Kecemasan akan menyebabkan ketidaknyamanan pada diri individu yang melakukan prokrastinasi. Ketidaknyamanan tersebut akan terus dialami individu selama perilaku prokrastinasi berlangsung.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tokoh lain yang juga mengemukakan mengenai aspek prokrastinasi adalah Schouwenburg (dalam Ferrari, dkk., 1995) yang lebih khusus dalam penerapan prokrastinasi akademik, yaitu: a.
Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang dihadapi Individu yang melakukan prokrastinasi mengetahui bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna bagi dirinya, akan
tetapi
individu
tersebut
menunda-nunda
untuk
mulai
mengerjakannya atau menunda- nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas apabila dirinya sudah mulai mengerjakan sebelumnya. b.
Kelambanan dan keterlambatan dalam mengerjakan tugas Seorang prokrastinator memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan suatu tugas.
Prokrastinator tersebut
menghabiskan
waktu
yang
dimilikinya untuk mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Tindakan tersebut
yang
kadang
mengakibatkan
seseorang
tidak
berhasil
menyelesaikan tugasnya secara memadai. c.
Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual Seseorang yang melakukan prokrastinasi mempunyai kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang prokrastinator sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi tenggat waktu yang telah ditentukan, commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
baik oleh orang lain maupun rencana yang telah ditentukannya sendiri. Waktu pengerjaan tugas yang telah direncanakan tidak sesua i dengan kinerja yang dilakukan sehingga menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian tugas. d.
Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan Seseorang yang melakukan prokrastinasi dengan sengaja tidak segera melakukan tugasnya, akan tetapi menggunakan waktu yang dimilikinya untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan, seperti
membaca (koran, majalah, atau buku cerita
lainnya), menonton televisi, bermain video game, dan mengobrol dengan teman, sehingga menyita waktu yang dimilikinya untuk mengerjakan tugas yang seharusnya diselesaikan. Solomon dan Rothblum (1984) menambahkan bahwa seseorang melakukan prokrastinasi akademik pada tugas-tugas yang tidak menyenangkan atau membosankan. Berdasarkan uraian diatas, aspek-aspek prokrastinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek-aspek prokrastinasi dari Schouwenberg, yaitu penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan tugas yang dihadapi, kelambanan dan keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang seharusnya dikerjakan. Pemilihan aspek
tersebut dengan pertimbangan bahwa aspek-aspek commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
prokrastinasi yang dikemukakan oleh Schouwenberg lebih mengacu pada bidang akademik dan tepat digunakan pada area prokrastinasi akademik.
4. Jenis-jenis Tugas Prokrastinasi Akademik Solomon dan Rothblum (1984) mengemukakan bahwa prokrastinasi akademik biasa terjadi pada enam area akademik, yaitu: a.
Tugas menulis (mengarang) Tugas menulis atau mengarang meliputi penundaan melaksanakan kewajiban atau tugas-tugas menulis, antara lain menulis makalah, laporan, maupun tugas observasi lapangan.
b.
Belajar menghadapi ujian Tugas belajar mencakup penundaan belajar untuk menghadapi ujian misalnya ujian tengah semester, akhir semester atau ulangan mingguan.
c.
Tugas membaca Tugas membaca meliputi adanya penundaan untuk membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan tugas akademik yang diwajibkan.
d.
Kinerja tugas administratif Kinerja tugas administratif seperti menyalin catatan, mendaftarkan diri dalam presensi kehadiran, dan mengembalikan buku ke perpustakaan.
e.
Menghadiri pertemuan akademik Menghadiri pertemuan antara lain penundaan maupun keterlambatan dalam menghadiri pelajaran atau kuliah, menghadiri seminar. commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f.
Kinerja akademik secara keseluruhan Penundaan kinerja akademik keseluruhan yaitu menunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik secara keseluruhan.
5. Penyebab Te rjadinya Prokrastinasi Steel (2007) menjabarkan penyebab terjadinya prokrastinasi, yaitu: a) Aversion to the task (Keengganan pada tugas) Beberapa prokrastinasi akademik berhubungan dengan penghindaran dir i teerhadap tugas yang tidak menyenangkan. Mahasiswa bisa saja memiliki kemampuan untuk mengerjakan, namun tidak berkeinginan untuk segera memulai atau menyelesaikan tugas akademik tersebut. Hal tersebut karena mahasiswa tersebut menyadari akan adanya anca man dari tugas tersebut antara lain seperti akan menyita waktu, pikiran, tenaga dan mengeluarkan biaya yang besar untuk mencari data. b) Worry about failure (Cemas tentang kegagalan) Beberapa mahasiswa merasa cemas dengan hasil yang akan diperoleh setelah mengerjakan tugas akademik. Mahasiswa ingin mendapatkan nilai yang sempurna dan tidak menginginkan adanya kecacatan dari tugas yang
dikerjakan.
Pada
akhirnya
mahasiswa
menunda
untuk
menyelesaikan karena selalu muncul kekhawatiran akan kesempurnaan tugasnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
c) Depression or mood related (Depresi atau berhubungan dengan mood) Faktor ini berhubungan dengan mood, atau dalam beberapa kasus berkaitan dengan depresi yang dialami pelaku prokrastinasi. Kaitannya dengan mood, individu akan menunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas jika moodnya belum positif. Jadi selama moodnya negatif, individu akan melakukan prokrastinasi. d) Rebellion (Perlawanan) Merupakan perlawanan atau respon terhadap suatu tugas. Perlawanan tersebut karena tugas dirasa tidak adil dalam proporsi, tidak penting dan terlalu banyak diberikan di satu wakktu. Hal tersebut membuat individu akan melakukan prokrastinasi sebagai bentuk perlawanan terhadap tugas yang diterimanya. e) Impulsiveness (Impulsif) Individu yang impulsif akan mudah sekali teralihkan konsentrasinya, perhatian individu mudah beralih pada sesuatu yang dilihatnya daripada tugas yang harus dikerjakan. Individu akan sulit untuk memfokuskan diri, yang pada akhirnya berimbas pada tidak selesainya tugas yang dikerjakan. f) Time management issue (Masalah manajemen waktu) Faktor ini sangat sesuai pada konteks akademik. Misalnya, seorang mahasiswa yang baru saja memulai aktivitas akademik setelah liburan panjang. Mahasiswa akan terbiasa dengan aturan waktu yang lebih longgar (tidak ada deadline tugas) sehingga mempersepsikan waktu commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan santai. Masalah muncul ketika mahasiswa mendapat suatu tugas akademik, mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas tersebut (menunda menyelesaikan) karena konteks waktu yang dimiliki mahasiswa lebih longgar, sedangkan tugas tersebut memiliki batas waktu untuk dikumpulkan. g) Environmental (Lingkungan) Individu yang berada pada suatu lingkungan tertentu akan mempengaruhi kecenderungan prokrastinasinya. Misalnya, ketika berada di dalam perpustakaan beberapa individu cenderung tidak fokus dengan tugasnya (mencari teori), namun justru tertarik dengan buku-buku lain yang tidak berkaitan dengan tugasnya tersebut. h) Enjoy working under pressure (Menikmati bekerja di bawah tekanan) Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat individu yang merasa senang dan tertantang ketika bekerja dalam tekanan, dalam hal ini adalah bekerja menjelang batas akhir pengumpulan tugas. Individu merasa mendapatkan ide- ide kreatif jika berada dalam tekanan (Tice dan Baumeister, 1997).
6.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik Burka dan Yuen (2008) menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi prokrastinasi antara lain:
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Faktor internal Burka dan Yuen menyatakan bahwa kondisi emosional yang ada pada individu akan menyebabkannya melakukan prokrastinasi. Kondisi emosional tersebut antara lain perasaan, ketakutan, harapan, impian, keraguan dan tekanan. Prokrastinasi digunakan sebagai strategi untuk melindungi diri dari ketakutan-ketakutan yang mengancam individu. Apapun jenis ketakutan yang dimiliki individu akan membuatnya merasa aman dengan menunda hal- hal tertentu. Berikut ini uraian mengenai lima ketakutan tersebut, yaitu: 1) Takut gagal Takut gagal dapat diartikan sebagai adanya kekhawatiran yang berlebihan terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan. Faktor ini melibatkan adanya faktor kognitif seperti berpikir bahwa tidak melakukan sesuatu adalah lebih baik daripada melakukannya dan gagal, adanya harapan yang terlalu tinggi pada d irinya sehingga khawatir akan kemungkinan tidak dapat memenuhi harapan tersebut. Individu
merasa
lebih
baik
tidak
melakukannya
daripada
membiarkan orang lain tahu akan kekurangan dirinya. 2) Takut sukses Takut sukses adalah ketakutan akan konsekuensi yang mungkin didapat dari keberhasilan yang dicapai. Faktor ini melibatkan
hal-hal
seperti
khawatir
bahwa
sukses
akan
mendatangkan tuntutan dan tanggung jawab yang lebih besar commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga individu takut akan selalu hidup di bawah tekanan dan tidak punya waktu luang untuk bersenang-bersenang. Selain itu, individu khawatir akan dijauhi teman-teman karena perasaan iri atas keberhasilan yang didapatkan atau akan menyakiti orang lain karena khawatir keberhasilan yang didapat menjadi berita buruk bagi orang lain dan menggunakan penundaan untuk menahan diri sehingga individu tidak akan hidup dengan perasaan bersalah. 3) Takut kehilangan kontol Takut kehilangan kontrol dapat diartikan sebagai adanya suatu kekhawatiran yang berlebihan akan kehilangan kontrol terhadap dirinya. Hal- hal yang ditentukan oleh orang lain seperti batas waktu atau aturan-aturan akan dilihat individu sebagai sesuatu yang dapat menghilangkan kontrol pada dirinya. 4) Takut terpisah Takut terpisah adalah pada saat seorang individu merasa tidak aman dan terlalu khawatir akan menjadi sendirian. Individu mempunyai sifat ketergantungan pada orang lain sehingga kesulitan dalam membuat keputusan. Prokrastinasi memberikan indikasi pada orang lain bahwa individu tersebut membutuhkan bantuan. Individu menjadi melakukan prokrastinasi saat dirinya tidak yakin pada dirinya sendiri bisa berhasil menghadapi suatu hal.
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Takut keintiman Takut keintiman menunjukkan adanya kekhawatiran terlalu dekat atau intim dengan orang lain. Individu takut menjadi terbatasi apabila membiarkan orang lain menjalin hubungan yang dekat dengannya. Individu takut apabila orang lain akan menuntut lebih dan lebih melebihi yang diinginkannya. Prokrastinasi dapat berarti individu tersebut melarikan diri. b.
Faktor ekstenal Faktor-faktor yang berasal dari luar mempunyai pengaruh terhadap persepsi dan reaksi seseorang, termasuk mengenai prokrastinasi. Faktor lingkungan yang mempengaruhi individu melakukan prokrastinasi antara lain: 1) Pemberontakan terhadap kontrol dari figur otoritas Figur orang yang mempunyai otoritas misalnya orang tua dapat meninggalkan akibat yang berkelanjutan pada kemampuan individu dalam melakukan sesuatu. Prokrastinasi bisa menjadi sebuah cara untuk memberontak terhadap kontrol dari orang tua dan mengembalikan kontrol pada dirinya dengan terlambat mengerjakan tugas atau bahkan tidak mengerjakannya sama sekali. Sikap, pemikiran dan aturan-aturan yang dipelajari di dalam keluarga berkontribusi pada timbulnya prokrastinasi.
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Model kesuksesan dan kegagalan Orang tua, guru, tetangga, saudara, dan orang-orang di sekitar individu yang biasa melakukan penundaan terhadap pekerjaan merupakan model bagi individu untuk melakukan prokrastinasi. Ferrari, dkk. (1995) juga mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik, yaitu: a.
Faktor internal Faktor internal yaitu faktor- faktor yang terdapat di dalam diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut meliputi: 1) Kondisi fisik Faktor dari dalam diri individu yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik adalah berupa keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu, misalnya kelelahan. Seseorang yang mengalami kelelahan, misalnya karena kuliah dan banyaknya kegiatan akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi. Seseorang yang berada dalam kondisi yang tidak sehat maka cenderung menunda beraktivitas dan menjadikan kondisi kesehatannya tersebut sebagai alasan untuk menunda-nunda kegiatan. 2) Kondisi psikologis Kondisi psikologis meliputi karakteristik kepribadian, faktor kognitif,
kepercayaan
Karakteristik
diri
dan
kepribadian yang commit to user
motivasi dimiliki
(Wolters, individu
2003). yang
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan prokrastinasi, antara lain conscientiousness (ketekunan), pusat kendali, harga diri, konsep diri, dan regulasi diri yang kurang baik (Wolters, 2003). Selain itu, prokrastinasi sering dihubungkan dengan persepsi individu terhadap tugas,
menyenangkan atau tidak
menyenangkan, perfeksionisme dan ketakukan akan kegagalan (Burka dan Yuen, 2008). b.
Faktor eksternal Faktor eksternal yaitu faktor- faktor yang terdapat di luar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor- faktor tersebut antara lain: 1) Gaya pengasuhan orangtua Pengasuhan anak yang tidak tepat dan tidak memandirikan dapat mengakibatkan kelak menjadi orang dewasa yang suka menunda-nunda pekerjaan. Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete (dalam Ferrari, dkk., 1995) menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subjek penelitian anak perempuan. Berdasarkan hasil penelitian Ghufron (2004) ditemukan bahwa persepsi anak terhadap penerapan disiplin orangtua berpengaruh pada tingkat prokrastinasi akademik remaja. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hubungan negatif antara persepsi anak terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua dengan tingkat prokrastinasi commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akademik.
Artinya,
semakin positif persepsi anak
terhadap
penerapan disiplin otoriter orangtua, maka semakin rendah tingkat prokrastinasi akademik anak. Sebaliknya, hubungan antara persepsi anak
terhadap
penerapan
disiplin
permisif
dengan
tingkat
prokrastinasi adalah searah atau positif, yang artinya semakin positif persepsi anak terhadap penerapan disiplin permisif orangtua, maka semakin tinggi tingkat prokrastinasi anak. 2) Tingkat sekolah Tingkat sekolah juga akan mempengaruhi prokrastinasi (Rosario
dkk,
2009).
Kecenderungan
mahasiswa
melakukan
prokrastinasi meningkat seiring dengan semakin lamanya mahasiswa tersebut kuliah di perguruan tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hill dkk (dalam Ferrari, dkk., 1995) menemukan bahwa ada peningkatan sekitar 50% perilaku penundaan pada perubahan dari mahasiswa baru ke mahasiswa tingkat empat selama lebih dari tiga tahun masa perkuliahan. 3) Reward dan punishment Adanya objek menyenangkan
lain
daripada
yang
objek
memberikan yang
reward
diprokrastinasi
lebih dapat
memunculkan perilaku prokrastinasi akademik. Selain reward yang diperoleh, prokrastinasi akademik juga cenderung dilakukan pada jenis tugas sekolah yang mempunyai punishment atau konsekuensi commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam jangka waktu yang lebih lama daripada tugas yang memiliki konsekuensi jangka pendek. 4) Tugas yang terlalu banyak Prokrastinasi dapat terjadi karena tugas yang terlalu banyak dan menuntut penyelesaian pada waktu yang hampir bersamaan. 5) Kondisi lingkungan Perilaku prokrastinasi akademik juga dapat disebabkan kondisi lingkungan tertentu. Kondisi yang menimbulkan stimulus tertentu dapat menjadi reinforcement atau penguatan bagi munculnya perilaku
prokrastinasi.
Kondisi
lingkungan
yang
tingkat
pengawasannya rendah atau kurang akan menyebabkan timbulnya kecenderungan prokrastinasi dibandingkan dengan lingkungan yang penuh pengawasan. Pengawasan yang kurang akan mendorong seseorang untuk berperilaku tidak tepat waktu.
7.
Cara Mengatasi Prokrastinasi Saltz (Van Wyk, 2004) mengemukakan tentang cara-cara mengatasi perilaku prokrastinasi, cara-cara tersebut antara lain: a) Menentukan prioritas Mendisiplinkan diri untuk menggunakan waktu dengan bijaksana dan membuat daftar yang berguna. Melakukan hal penting terlebih dahulu. Melihat masing- masing tugas, tidak melihat secara keseluruhan. Hal commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut akan membantu individu untuk menghindari perasaan yang terlalu berlebih. b) Mengenal motif yang mengalahkan diri Mengenal kualitas diri-sendiri tentang sesuatu yang menyebabkan prokrastinasi, seperti takut akan kegagalan, keraguan, dan manajemen waktu yang buruk. c) Merubah kesempurnaan tujuan Mencoba untuk dapat menyelesaikan tugas tanpa ingin sempurna. Lihat tugas dikerjakan untuk kepentingan diri sendiri. Tujuannya adalah memungkinkan mengerjakan tugas dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan. d) Mendisiplinkan diri Menggunakan waktu secara baik dan jangan membuat hal- hal yang tidak penting. Jika memutuskan untuk istirahat dari tugas selama lima menit, jangan mengikuti hal- hal yang mengalihkan yang dapat membuat individu tidak melanjutkan mengerjakan tugasnya. e) Merubah perilaku lama setahap demi setahap Sangatlah mungkin untuk berubah, tetapi merubah perilaku lama memang cukup sulit. Lakukanlah tahap demi tahap secara perlahan jadi individu dapat memulai untuk menciptakan perilaku-perilaku yang sehat.
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Self-Efficacy 1.
Pengertian Self-Efficacy Keyakinan diri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Keyakinan yang dimiliki seseorang dalam melakukan sesuatu atau kemampuan menghadapi kendala pada umumnya disebut self-efficacy. Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengorganisasikan dan melaksanakan serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Keyakinan tersebut merupakan rasa percaya terhadap kemampuan diri yang mendorong seseorang untuk meraih segala sesuatu yang diinginkannya. Hal tersebut tidak tergantung pada jenis keterampilan atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang, tetapi lebih berhubungan dengan keyakinan tentang sesuatu yang dapat dilakukannya dengan berbekal keterampilan atau keahlian yang dimilikinya. Oleh karena itu berbeda orang dengan keahlian yang sama, akan terjadi perbedaan pula dalam mencapai hasil yang diinginkan. Salah satu faktor yang menentukan tersebut adalah self-efficacy seseorang. Alwisol (2009) menyatakan bahwa self-efficacy sebagai persepsi diri sendiri mengenai keberfungsian dirinya dalam situasi tertentu. Self-efficacy berhubungan dengan keyakinan bahwa seseorang memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. Baron dan Byrne (1991) menjelaskan bahwa self-efficacy merupakan bagian dari self-concept yaitu keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk menangani tugas secara efektif dan melakukan tindakan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
diperlukan. Individu dengan keyakinan yang tinggi mengenai kemampuannya memandang tugas yang sulit sebagai tantangan dan mengerjakannya dengan optimis daripada menghindari tugas tersebut. Hal serupa diungkapkan oleh Myers (2002) bahwa dalam kehidupan sehari- hari, self-efficacy mengarahkan individu untuk menghadapi tujuan yang menantang dan untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan. Kreitner dan Kinicki (1998) menyatakan bahwa self-efficacy adalah keyakinan seseorang tentang dimilikinya peluang untuk berhasil menyelesaikan suatu tugas tertentu. Seseorang yang yakin dapat melakukan suatu tugas lebih memiliki peluang untuk berhasil menyelesaikan tugas dengan lancar daripada orang-orang yang tidak yakin mampu menangani suatu tugas dengan baik. Bandura (dalam Friedman dan Schustack, 2008) menambahkan bahwa self-efficacy memiliki dampak yang penting bahkan menjadi motivator utama terhadap keberhasilan seseorang. Seseorang dengan self-efficacy yang tinggi ketika awalnya tidak berhasil, orang tersebut akan mencoba cara yang baru dan bekerja lebih keras. Konsep self-efficacy berhubungan dengan penilaian seseorang mengenai kemampuannya untuk bertindak dalam suatu tugas atau situasi tertentu (Pervin dan Jhon, 1997). Penilaian self-efficacy mempengaruhi kemampuan seseorang merasa, berpikir, memotivasi diri dan berperilaku. Perasaan dan pikiran individu terhadap self-efficacy menentukan besarnya usaha yang dikeluarkan dan lamanya individu untuk bertahan dalam menghadapi hambatan dan pengalaman yang tidak menyenangkan. Tingginya self-efficacy yang dipersepsikan akan memotivasi sesorang secara kognitif commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk bertindak lebih tepat dan terarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Hal serupa juga dikemukakan oleh Bandura (dalam Baron dan Byrne, 2003) bahwa self-efficacy merupakan evaluasi seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk
melakukan tugas,
mengatasi
hambatan dan mencapai tujuan. Hal tersebut menggambarkan bahwa seseorang menetapkan tujuan dan membuat penilaian tentang kemampuannya untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tersebut. Orang cenderung menetapkan tujuan yang lebih tinggi untuk dirinya sendiri ketika memiliki self-efficacy yang tinggi dalam bidang tertentu (Ormrod, 2009). Myers (2002) menjelaskan bahwa self-efficacy merupakan perasaan yang dimiliki oleh individu yang merasa dirinya adalah orang yang mampu melakukan tindakan dengan tepat. Seseorang dengan self-efficacy yang kuat tetap tenang dalam menghadapi masalah dan mencari solusi, bukan memikirkan
kekurangan
dari
dirinya.
Sebaliknya
individu
dengan
self-efficacy rendah akan bersikap setengah hati dan mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan. Selain itu, self-efficacy juga mempengaruhi seseorang mengatasi kekecewaan dan stres dalam mengejar tujuan hid up (Pervin dan Jhon, 1997). Anak-anak maupun orang dewasa yang memiliki perasaan self-efficacy yang kuat, pada umumnya lebih tekun, tidak cemas, dan tidak tertekan sehingga hidupnya jauh lebih sehat dan secara akademik lebih sukses. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
Wade dan Travis (2007) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu meraih hasil yang diinginkan, seperti penguasaan suatu keterampilan baru atau mencapai tujuan. Santrock (2009) menambahkan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan menciptakan hasil yang positif. Jadi seseorang yang memiliki keyakinan yang kuat, untuk menguasai suatu keterampilan atau melaksanakan tugas akan lebih siap, bekerja lebih keras, lebih tekun dalam menghadapi kesulitan dan mencapai hasil sesuai tujuan yang diharapkan. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat Wood dan Bandura (dalam Cloninger, 2009) yang menjelaskan bahwa perasaan self-efficacy mengarah pada ketekunan dalam menghadapi rintangan. Ketekunan yang dimiliki seseorang dalam berperilaku pada akhirnya mengarah pada kesuksesan yang lebih besar. Elliot dkk (2000) menyebutkan bahwa self-efficacy mengacu pada keyakinan individu akan kemampuannya dalam mengontrol perilaku dan tuntutan lingkungannya sehingga mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Hasil yang diharapkan berarti bahwa individu percaya dirinya dapat melakukan perilaku yang diperlukan untuk mendapatkan hasil tertentu. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa individu yang yakin bahwa dirinya tidak berhasil dalam menghadapi tuntutan lingkungan cenderung fokus pada ketidakefisienan dan hanya memperhatikan kesulitan saja. Rasa keberhasilan saat berkinerja dapat menyebabkan individu mengeluarkan usaha dan bertahan menghadapi permasalahan. Individu yang mengalami kesulitan commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ketika memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu berhasil, individu akan dapat
mengesampingkan
efek
negatif
dari
kesulitan
tersebut
dan
menghasilkan motivasi sehingga dapat berkinerja dengan baik. Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa self-efficacy adalah
keyakinan
diri
individu
terhadap
kemampuannya
untuk
mengorganisasikan, mengontrol dan melaksanakan serangkaian tindakan dengan menggunakan keterampilan yang dimiliki untuk melaksanakan tugas secara efektif, sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan. Self-efficacy memiliki dampak yang penting bahkan menjadi motivator utama terhadap keberhasilan seseorang.
2.
Sumber Self-Efficacy Bandura (1997) menyatakan bahwa self-efficacy dapat diperoleh, dipelajari dan dikembangkan dari empat sumber informasi. Pada dasarnya keempat hal tersebut adalah stimulasi atau kejadian yang dapat memberikan inspirasi atau pembangkit positif untuk berusaha menyelesaikan tugas atau masalah yang dihadapi. Bandura (1997) mengemukakan empat sumber penting yang digunakan individu dalam membentuk self-efficacy, yaitu: a.
Enactive mastery experience (Pengalaman keberhasilan) Pengalaman keberhasilan sebelumnya adalah sumber yang paling penting mempengaruhi self-efficacy seseorang, karena memberikan bukti yang paling akurat berkenaan dengan kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa hasil yang commit to user