Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PERSEPSI DAN EKSPEKTASI SIVITAS AKADEMIKA STAIN SALATIGA TENTANG KAMPUS RELIGIUS (Studi pada Sivitas Akademika STAIN Salatiga Tahun 2009)
SKRIPSI Diajukan UntukMemperoleh Gelar Sarjana Pendididkan Islam
Oleh: SUTRIYANA Nim: 121 07 012
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2009
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama
: Sutriyana
NIM
: 12107012
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: PERSEPSI DAN EKSPEKTASI SIVITAS AKADEMIKA STAIN SALATIGA TENTANG KAMPUS RELIGIUS (STUDI KASUS PADA SIVITAS AKADEMIKA STAIN SALATIGA TAHUN 2009).
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 2 Januari 2010 Pembimbing
Drs. Bahroni, M.Pd. NIP. 19640818 199403 1 004
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp.(0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 http://www.stainsalatiga.ac.id Email :
[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi saudari SUTRIYANA dengan Nomor Induk Mahasiswa 12107012 yang berjudul PERSEPSI DAN EKSPEKTASI SIVITAS AKADEMIKA STAIN SALATIGA TENTANG KAMPUS RELIGIUS (STUDI PADA SIVITAS AKADEMIKA STAIN SALATIGA TAHUN 2009) telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Sabtu, 13 Maret 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Salatiga, 1 April 2010 M 27 Rabiul Awal1431 H Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M. Ag. NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. Muh. Saerozi, M. Ag. NIP. 19660215 199103 1 001
Penguji I
Penguji II
Prof. Dr. Mansur, M.Ag. NIP. 19680613 199403 1 004
Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si. NIP. 19660814 199103 2 003 Pembimbing
Drs. Bahroni, M. Pd. NIP. 19640818 199403 1 004
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Sutriyana
NIM
: 12107012
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 2 Januari 2010 Yang Menyatakan,
Sutriyana
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
MOTTO
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) dan hanya kepada Tuhan-mulah engkau berharap. (Q.S. Al-Insyiroh 5-8)
“Laisal fataa, man yaquul kaana abiy Walakinal fataa, man yaquul haa ana dza artinya, “Pemuda bukanlah mereka yang bangga dengan karya bapak moyangnya Pemuda adalah mereka yang tampil menunjukkan, memperlihatkan usaha dan karya”
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan: 1. Untuk Bapak/Ibu yang pertama kali mengajarkan saya ilmu, atas kasih sayang pengorbanan dan doa tulus yang selalu tercurah. 2. Kakakku tercinta yang telah memberi motifasi dalam penulisan ini. 3. Keluarga besar Pesma Walisongo : Pesma Safira (Ana Mufidah, Ana Latifah, Imami, Aprilia, Narsi, Faizah, Faiqotun, Lala, Prince, Titik, Khofif, Nur, Ana Zaid) dan Pesma Zamrud (Nila, Umi, Sani, Niswa, Resti) yang telah menemani perjuangan selama ini 4. Teman-teman LQ (Riza, Etik, Tari, Asri, Sani, Sari, Umi, Narsi, Dispan) yang memotivasi selama ini. 5. Teman-teman Tutor di LAZiS cabang Salatiga (Aliyah dan Tofa). 6. Ustadz/ustadzah TPQ “Darul Amal” (Aniq, Bilal, Fayi’, Nur, Ana) 7. Teman sejawat PAI-Transfer Angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Sang Penguasa alam Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Tak henti-hentinya sholawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, yang membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh barokah. Berkat anugerah dari Allah SWT, penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana dalam Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Juga tak lupa penulis sampaikan ucapan jazakumulloh khoiran katsiron serta penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1.
Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga
2.
Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah
3.
Drs. Bahroni, M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang dengan tulus meluangkan waktu dan sabar untuk membimbing dan mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.
4.
Seluruh Bapak dan Ibu Dosen STAIN Salatiga
5.
Seluruh Sivitas Akademika STAIN Salatiga
6.
Bapak dan Ibu yang senantiasa mendoakan langkah perjuangan selama ini
7.
Ibu Titik Anggraeni yang telah membina dalam tarbiyah selama ini
8.
Keluarga besar Pesantren Mahasiswa Walisongo khususnya Pesma Safira yang telah menemani perjuangan selama ini.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
9.
Teman-teman seperjuangan di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) “ Darul Amal” dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) yang memotivasi perjuangan dijalan dakwah selama ini.
10.
Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu penulisan skripsi ini. Semoga amal serta kebaikan yang telah dicurahkan pada penulis diterima
oleh Allah SWT sebagai amal ibadah yang mendapat balasan pahala yang berlipat ganda. Semoga skripsi yang sederhana ini bisa memberikan manfaat, dan sebagai manusia biasa penulis menyadari akan banyaknya kekurangan, maka kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, In tanshurullaha yanshurkum wa yutsabbit aqdamakum. Fastabiqul khoirat. Salatiga, 2 Januari 2010 Penulis
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ABSTRAK Sutriyana. 2009. Persepsi dan Ekspektasi Sivitas Akademika STAIN Salatiga tentang Kampus Religius (Studi pada Sivitas Akademika STAIN Salatiga tahun 2009). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni M. Pd Kata kunci: Persepsi, Ekspektasi, Religius Kampus adalah tempat berkumpulnya para pemuda untuk mengkaji ilmu dalam waktu yang cukup lama. Kampus terdiri dari sivitas akademika yang meliputi Dosen, Karyawan, dan Mahasiswa. Sesuai dengan visi STAIN Salatiga yaitu mewujudkan kampus yang religius, peran sivitas akademika sangat diperlukan. Tetapi pada kenyataannya, dari sivitas akademika ada yang belum paham akan visi dan misi STAIN Salatiga khususnya dalam perwujudan kampus yang religius. Seperti masih banyak kegiatan kampus yang belum bernilai Islam. Harapan untuk mewujudkan kampus yang religius butuh sebuah proses. Kampus religius adalah kampus yang didalamnya banyak diadakan kajian rutin untuk mengkaji nilai-nilai Al-Qur’an, banyak kegiatan dakwah, dan pemahaman sivitas akademika tentang peraturan yang ada di STAIN Salatiga dalam perwujudan kampus religius. STAIN Salatiga harus mampu menonjolkan nilai-nilai keislamannya yang menjadi ciri khas kampus religius. Dalam penelitian tersebut dilakukan wawancara dengan sivitas akademika, pengumpulan data serta observasi langsung di STAIN Salatiga. Setelah data terkumpul dapat disimpulkan bahwa menurut responden STAIN Salatiga sudah bisa dikatakan sebagai kampus religius. Tetapi ada juga sebagian responden yang mengatakan belum bisa disebut sebagai kampus religius dikarenakan masih banyak yang harus dievaluasi dan ditingkatkan lagi.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................................................
iv
HALAMAN MOTTO...................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................
vi
KATA PENGANTAR .................................................................................
vii
ABSTRAK ..................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................
1
B. Fokus Penelitian ................................................................
6
C. Tujuan Penelitian...............................................................
6
D. Kegunaan Penelitian..........................................................
7
E. Penegasan Istilah ...............................................................
7
F. Metode Penelitian ..............................................................
9
G. Sistematika Penulisan ........................................................
13
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB II
BAB III
KAJIAN PUSTAKA A. Kampus............................................................................
15
1. Pengertian Kampus ....................................................
15
2. Sistem Pendidikan dan Pengajaran di Kampus............
17
3. Budaya Kampus .........................................................
19
B. Religius............................................................................
21
1. Pengertian Religius ....................................................
21
2. Karakteristik Religius.................................................
23
C. Kampus Religius ..............................................................
24
1. Pengertian Kampus Religius.......................................
24
2. Karakteristik Kampus Religius ...................................
25
3. Citra Ideal Kampus Religius.......................................
27
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum STAIN Salatiga ...................................
31
1. Sejarah Berdirinya......................................................
31
2. Letak Geografis..........................................................
34
3. Kurikulum dan Pembelajaran .....................................
35
4. Fasilitas Sarana dan Prasarana ...................................
37
B. Keadaan Sivitas Akademika .............................................
39
1. Jumlah Sivitas Akademika .........................................
39
2. Latar Belakang Sivitas Akademika .............................
40
C. Persepsi Sivitas Akademika Tentang Kampus Religius.....
41
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
D. Ekspektasi Sivitas Akademika Tentang Kampus Religius.
43
E. Upaya Sivitas Akademika dalam Perwujudan Kampus yang Religius ..................................................................
BAB IV
49
PEMBAHASAN A. Persepsi Sivitas Akademika Tentang Kampus Religius ....
53
B. Ekspektasi Sivitas Akademika Tentang Kampus Religius.
56
C. Upaya Sivitas Akademika dalam Perwujudan Kampus yang Religius ................................................................... BAB V
59
PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................
62
B. Saran................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR TABEL
Tabel I
Data Mahasiswa Tahun Akademik 2009/2010...............................
40
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kampus 1 STAIN Salatiga........................................................
35
Gambar 3.2 Kampus 2 STAIN Salatiga........................................................
35
Gambar 3.3 Perpustakaan STAIN Salatiga ....................................................
38
Gambar 3.4 Ruang Internet ...........................................................................
38
Gambar 3.5 Kegiatan Pengembangan Bakat..................................................
39
Gambar 3.6 Kegiatan UKM Racana ..............................................................
39
Gambar 3.7 Kegiatan KISMIS ......................................................................
45
Gambar 3.8 Kegiatan KARIMAH .................................................................
45
Gambar 3.9 Kegiatan Mentoring ...................................................................
48
Gambar 3.10 Pelaksanaan Jama’ah Tahtimul Qur’an.....................................
49
Gambar 3.11 Kegiatan Emotional Spiritual Inteligent Quotient (ESIQ) .........
50
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Data Registrasi Mahasiswa STAIN Salatiga Semester Ganjil Tahun Akademik 2009/2010
Lampiran II
Daftar Dosen STAIN Salatitga
Lampiran III Daftar Nama Karyawan STAIN Salatiga Lampiran IV Pedoman Wawancara Lampiran V
Hasil Wawancara
Lampiran VI Foto-foto Kegiatan di Kampus STAIN Salatiga
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) adalah lembaga pendidikan Islam yang sejak awal kelahirannya telah mengkhususkan diri untuk menjadi lembaga pendidikan tinggi yang mengembangkan ilmu-ilmu ke Islaman. Kehadiran lembaga pendidikan tinggi tersebut adalah salah satu jawaban terhadap kebutuhan masyarakat untuk merealisasikan kehidupan beragama di tanah air ini. Sesuai dengan sila pertama dari pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa yang mendudukkan betapa urgennya kedudukan agama. Lembaga pendidikan tinggi tidak hanya mencetak manusia yang unggul dalam pengetahuan dan ketrampilan tetapi mempunyai peran strategis, yaitu membangun dan mengembangkan karakter pribadi yang baik. Karena kenyataan di lapangan banyak pendidikan tinggi hanya mengejar kuantitas mahasiswa tidak melihat kualitasnya. Saat ini sudah waktunya STAIN menjadi sebuah institusi yang bisa mencerahkan bangsa yang sedang terpuruk dalam budaya materi dan hanya melahirkan sikap serakah, hedonistik, dan permisif (Anwar, 2008: 72). Dalam hal ini, Anwar (2008: 73) menyatakan bahwa STAIN harus yakin bisa melakukan perubahan. Orang tidak bisa melangkah dengan benar kecuali dengan keyakinan yang benar, dan tidak boleh ragu sedikit pun akan pertolongan Allah SWT selama
1
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
kita mengikuti petunjuk-Nya. Dengan keyakinan yang kuat dan visi yang jelas perubahan akan mudah dilakukan. Dituliskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 38 :
Artinya: Kami berfirman: ” Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu. Maka barang siapa yang menikuti petunjukKu, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. Sesuai dengan visi STAIN Salatiga yaitu menjadi perguruan tinggi yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual (Buku Pedoman, 2009: 9). Dengan visi tersebut, maka misi yang diemban lembaga diuraikan sebagai berikut : 1.
Mengantarkan mahasisiwa memiliki kemantapan aqidah, kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan ilmu pengetahuan.
2.
Memberikan layanan kepada sivitas akademika dan masyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
3.
Mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat melalui kinerja internal dan eksternal
4.
Mengembangkan college based management dengan melibatkan stake holder dan masyarakat.
2
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
5.
Mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai-nilai Islam dan budaya bangsa. Salah satu tantangan yang akan dihadapi oleh perguruan tinggi di
masa depan adalah bagaimana perguruan tinggi tersebut dapat menjawab berbagai problema yang muncul di masyarakat akibat kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain tantangan persaingan global, tantangan relevansi pendidikan tinggi dengan kemajuan zaman, serta penanaman nilai-nilai moral atau akhlak mulia. Bertolak dari tantangan-tantangan tersebut, salah satu yang harus dilakukan oleh STAIN Salatiga adalah berani melakukan perubahan untuk menegakkan nilai-nilai Islam di kampus. Kampus merupakan tempat para pemimpin masa depan yaitu mahasiswa. Menurut Kusumah (2007:18) mahasiswa memiliki peran sebagai berikut: 1.
Intelektual akademisi Mahasiswa adalah intelektual-intelektual muda yang merupakan aset bangsa yang paling berharga. Mereka beraktifitas dalam sebuah kampus yang merupakan simbol keilmuan.
2.
Cadangan masa depan (iron stock) Mahasiswa adalah calon-calon pemimpin di masa yang akan datang. Baik buruknya sebuah bangsa tergantung kepada baik buruknya pemuda dan mahasiswa saat ini.
3
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3.
Agen perubah (agent of change) Mahasiswa seringkali menjadi pemicu dan pemacu perubahanperubahan dalam masyarakat. Perubahan-perubahan yang di lakukan oleh mahasiswa terjadi dalam bentuk teoritis maupun praktis. Kampus
bukan
masyarakat
sesungguhnya
(real
society),
melainkan ia merupakan masyarakat semu (virtual society) dengan segala kemiripan kompleksitas permasalahan serta struktur sosial dengan masyarakat sebenarnya. Oleh karena itu, mahasiswa bisa menjadikan kampus sebagai tempat simulasi yang akan menjadi bekal sebenarnya ketika mereka betul-betul terlibat dan terjun ke masyarakat yang sesungguhnya. Melihat kenyataan yang terjadi di kampus saat ini bertolak belakang dengan apa yang diharapkan dari visi dan misi STAIN Salatiga. Misalnya masih banyak di kalangan sivitas akademika yang merokok, tidak segera melaksanakan ibadah salat ketika tiba waktunya, dan berbusana tidak sesuai dengan ketentuan Islam. Menurut Direktur Jendral Pendidikan Islam (No.DJ.I/255/2007) BAB IV Pasal 5 ayat 1 bahwa Mahasiswa PTAI di larang memakai kaos oblong, celana/baju,yang sobek, sarung dan sandal, topi, rambut panjang dan/atau bercat, anting-anting, kalung, gelang dan tato dalam mengikuti kegiatan akademik, layanan administrasi, dan kegiatan kampus. Khusus bagi mahasiswa di larang memakai baju dan/atau celana ketat, tembus pandang, dan tanpa berjilbab dalam mengikuti kegiatan di kampus.
4
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Kampus adalah tempat berbagai macam karakter mahasiswa yang sama-sama sedang mencari jatidiri mereka. Ada beberapa mahasiswa yang tidak bisa menemukan jawaban apa yang dicari, sehingga mereka terjerumus pada narkoba, kenakalan remaja atau pergaulan bebas (Agustian, 2001 :v) STAIN Salatiga harus mempertahankan ciri khas perguruan tinggi Islam dan berperan lebih luas dalam pembangunan bangsa yaitu mengembangkan diri dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan yang akan dilakukan oleh STAIN Salatiga merupakan sebuah cita-cita besar yang menjadi sebuah harapan bagi kemajuan STAIN Salatiga sendiri. Dalam mewujudkan sebuah cita-cita dengan tetap mempetahankan ciri khasnya yaitu kampus religius maka harus diketahui bagaiman keadaan kampus STAIN Salatiga baik dari sivitas akademika maupun lingkungannya. Salah satu cara untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan penelitian langsung di kampus STAIN Salatiga. Yaitu mengetahui bagaimana persepsi dan ekspektasi sivitas akademika tentang kampus religius serta upaya mereka dalam perwujudan kampus religius. Berdasarkan latar belakang itulah, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul ”PERSEPSI DAN EKSPEKTASI SIVITAS AKADEMIKA STAIN SALATIGA TENTANG KAMPUS RELIGIUS (Studi pada Sivitas Akademika STAIN Salatiga Tahun 2009)”.
5
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
B.
Fokus Penelitian Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas dapat dikemukakan beberapa fokus penelitian yang akan diteliti yaitu: 1.
Bagaimanakah persepsi sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius tahun 2009 ?
2.
Bagaimanakah ekspektasi sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius tahun 2009 ?
3.
Bagaimana
upaya
sivitas
akademika
STAIN
Salatiga
dalam
mewujudkan kampus religius tahun 2009 ?
C.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui persepsi sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius. 2. Mengetahui ekspektasi sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius. 3. Mengetahui
upaya
sivitas
akademika
mewujudkan kampus religius.
6
STAIN
Salatiga
dalam
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
D.
Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan
pendidikan
pada
umumnya.
Khususnya
dapat
memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam, yaitu pendidikan akhlak/budi pekerti yang diperoleh dari penelitian lapangan. 2. Manfaat praktis penelitian ini adalah: a.
Memberikan
pemahaman
untuk
mengembangkan lagi ilmu-ilmu
lembaga,
agar
lebih
keislaman, membentuk dan
menciptakan guru lebih khusus lagi guru agama Islam. b.
Untuk lebih mengembangkan kemampuan sivitas akademika dalam mewujudkan
kepribadian
yang
Islami,
sehingga
langsung
berpengaruh dalam upaya mewujudkan lingkungan kampus yang religius seperti adanya musholla dalam kampus (masjid kampus), peringatan-peringatan hari besar Islam, peraturan dalam pergaulan dan berpakaian, larangan merokok, dan adanya salat berjamaah.
E.
Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap pengertian katakata dalam judul skripsi ini, maka perlu ditegaskan sebagai berikut: 1.
Persepsi Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu (Suharso, 2005: 376). Yang dimaksud disini adalah tanggapan para sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius.
7
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2.
Ekspektasi Ekspektasi artinya harapan. Harapan adalah mohon, minta, hendaklah, keinginan supaya sesuatu terjadi (Suharso, 2005: 165). Yang dimaksud disini adalah harapan para sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius.
3.
Sivitas Akademika Sivitas akademika adalah keseluruhan orang yang terlibat dalam kegiatan kampus. Baik itu dari dosen, karyawan, maupun mahasiswa.
4.
Kampus Religius Kampus adalah daerah lingkungan bangunan utama perguruan tinggi tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan administrasi berlangsung (Suharso, 2005: 218). Religius adalah bersifat religi atau keagamaan (Suharso, 2005: 418). Yang dimaksud kampus religius adalah sebuah lingkungan dimana keadaan atau kondisi kampus bernuansa Islam (religi) dan sivitas akademikanya memiliki budi pekerti yang baik, sopan santun, dan berakhlak mulia dalam bertingkah laku. Dengan demikian diharapkan lingkungan kampus sebagai permulaan
kehidupan beragama akan berkembang sesuai dengan citra sebagai perguruan tinggi Islam.
8
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi dan ekspektasi sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius adalah pendapat dan harapan dari masyarakat kampus tentang kampus yang bernuansa Islam.
F.
Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan atau metode deskriptif. Metode deskriptif adalah sebuah penelitian suatu kelompok manusia atau suatu objek, set, kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu kelas istimewa pada masa sekarang (Nazir, 1985: 27) Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematik, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 1985: 27). Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif mengungkapkan gejala secara menyeluruh melalui pengumpulan data. 2. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Peran peneliti dalam penelitian ini sebagai partisipan penuh, yaitu peneliti
secara
langsung
dapat
mengumpulkan
informasi
dan
mencatatnya. Dalam pengamatan langsung dapat memperoleh data dari
9
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
subjek baik yang dapat berkomunikasi secara verbal maupun tidak dapat berkomunikasi secara verbal (Nazir, 1988: 213). Menurut Nazir kehadiran peneliti dalam penelitian diketahui statusnya oleh subjek atau informan. Karena akan mempertinggi kemungkinan
memperoleh
keterangan
yang
diinginkan
(Nazir,
1988:219). 3.
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di kampus 1 jalan Tentara Pelajar Nomor 2 Salatiga 50721 Jawa tengah dan kampus 2 Jalan Nakula Sadewa 5 Nomor 9 Rt 3/5 Kembang Arum Dukuh Salatiga Alasan peneliti memilih lokasi ini karena peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi dan ekspektasi para sivitas akademika tentang kampus religius serta upaya yang telah dilakukan dalam perwujudan kampus yang religius sesuai dengan visi dan misi STAIN Salatiga.
4.
Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah sivitas akademika yang terdiri dari dosen, karyawan, dan mahasiswa. Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa hasil-hasil observasi pada tempat penelitian, hasil wawancara (interview) terhadap responden, dan dokumen yang terkait dengan tempat penelitian.
10
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
5.
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data dikumpulkan terutama oleh peneliti sendiri secara pribadi dengan memasuki lapangan (Nasution, 2003: 54). Dalam hal ini penulis menggunakan observasi partisipatif yaitu peneliti ikut ambil bagian lapangan yang diteliti, untuk memperoleh data yang diperoleh secara langsung dengan pengamat langsung (Arikunto, 2002: 128). Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara : a.
Wawancara (interview) Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara yang dilakukan berupa pertanyaan-pertanyaan tentang persepsi dan ekspektasi sivitas akademika tentang kampus religius dan upaya-upaya yang dilakukan sivitas akademika untuk mewujudkan kampus yang religius.
b.
Observasi Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan dan observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan (Arikunto, 2002: 132).
11
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah mengamati dan mencatat kegiatan-kegiatan yang dilakukan sivitas akademika di lingkungan kampus kemudian diambil kesimpulan. c.
Dokumentasi Dokumen yang diperoleh berupa dokumen resmi dan fotofoto. Dokumen resmi yang diperoleh adalah data mahasiswa, karyawan, dan dosen tahun akademik 2009/2010. Sedangkan fotofoto
yang diperoleh adalah foto kegiatan-kegiatan sivitas
akademika di kampus. 6.
Analisis Data Secara umum, penelitian dengan metode kualitatif merupakan penelitian non hipotesis. Sehingga tidak perlu merumuskan hipotesis. Maka proses analisis datanya seperti yang dikemukakan Moleong (2002: 103) adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan susunan uraian dasar. Sehingga dapat menemukan hipotesis kerja yang disarankan oleh data. Secara prosedural data yang diperoleh dengan mengoptimalkan metode penelitian yang digunakan, direduksi, disajikan, disimpulkan, dan diverifikasi. Hasil reduksi data tersebut kemudian diverbalkan dan dipilah-pilah menurut kategori datanya. Sebelumnya dipersiapkan antisipasi terhadap kemungkinan reduksi data serta merumuskan konsep.
12
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
7.
Pengecekan Keabsahan Data Dalam mengecek keabsahan temuan ini penulis langsung mengamati di tempat penelitian dengan bertindak sebagai pengamat partisipan.
Data
yang
diperoleh
dari
beberapa
sumber
dan
menggunakan beberapa penelitian. 8.
Tahap-tahap Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai dari mengamati dan ikut sebagai partisipan dalam lapangan, kemudian mencatat hasil yang diperoleh. Untuk mempermudah memperoleh data peneliti menggunakan beberapa metode yang sudah direncanakan sebelumnya. Setelah data-data sudah terkumpul kemudian dilakukan penulisan laporan.
G.
SISTEMATIKA PENULISAN Untuk lebih mempermudah dalam mengkaji penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan ini yaitu: BAB I: Dalam bab ini berisi tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian yang meliput: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian, dan sistematika penulisan
13
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB II: Dalam bab ini diuraikan tentang kajian pustaka yang terdiri: pertama, Kampus meliputi: pengertian kampus, sistem pendidikan dan pengajaran dikampus, dan budaya kampus. Kedua, Religius meliputi: pengertian religius dan karakteristik religius. Ketiga, Kampus religius meliputi: pengertian kampus religius, karakteristik kampus religius, dan citra ideal kampus religius. BAB III: Dalam bab ini membahas tentang paparan data dan temuan penelitian, yang terdiri pertama, Gambaran umum STAIN Salatiga, yang berisi tentang: Sejarah berdirinya, letak geografis, kurikulum dan pembelajaran, dan fasilitas sarana prasarana. Kedua, Keadaan sivitas akademika yang berisikan tentang: jumlah sivitas akademika, dan latar belakang sivitas akademika. Ketiga, Persepsi sivitas akademika tentang kampus religius. Keempat, Ekspektasi sivitas akademika tentang kampus religius. Kelima, Upaya sivitas akademika dalam perwujudan kampus religius. BAB IV: Dalam bab ini berisi tentang pembahasan yang terdiri tentang persepsi sivitas akademika tentang kampus religius, Ekspektasi ivitas akademika tentang kampus religius serta upaya yang dilakukan dalam perwujudan kampus religius. BAB V: Dalam bab ini berisi tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
14
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kampus 1. Pengetian Kampus Kampus menurut Suharso dan Ana Retnoningsih (2005:218) adalah lingkungan perguruan tinggi (universitas, akademika) tempat semua kegiatan belajar mengajar dan administrasi berlangsung. Kampus merupakan tempat mahasiswa menuntut ilmu misalnya di STAIN Salatiga, yaitu belajar tentang pemahaman aqidah, ketaatan beribadah, dan memperdalam wawasan ke Islaman serta menjunjung tinggi akhlakul karimah (Buku Pedoman, 2008:95) Menurut Thahan (2002:65) kampus adalah tempat berkumpulnya para pemuda untuk waktu yang cukup lama baik didalam maupun di luar ruang kuliah dimana mereka saling berdiskusi/berdialog, berinteraksi, dan tukar pengalaman. Kampus adalah lingkungan yang terbuka, tempat mahasiswa mempelajari nilai-nilai dan melatih diri seperti menghargai pendapat orang lain dan rasa tanggung jawab. Mahasiswa sebagai generasi muda memiliki peran strategis dalam merencanakan dan menentukan perkembangan masa depan. Peran strategis tersebut tidak hanya terjadi di masa-masa sekarang saja, tetapi sudah menjadi ketentuan Allah dalam menjaga keberlangsungan syari’at Nya.
15
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Menurut Wiyarno (2003:10-11) sejak dulu hingga sekarang pemuda selalu menjadi ciri dan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan pemuda merupakan kekuatannya, dan dalam setiap fikrah pemuda adalah pengibar panji-panjinya. Para pemuda itu adalah mahasiswa, mereka merupakan harapan masa depan serta pengemban harapan ummat di masa depan. Mahasiswa adalah generasi masa depan, maka jika perhatian, pendidikan, dan pembentukan kepribadian mereka berlangsung dengan baik pasti akan terbentuk generasi yang sholih dan membawa masa depan ummat kepada kemuliaan (Thahan, 2002:65-66). Kemuliaan tidak mudah diwujudkan
diperlukan
sebuah
perjuangan,
salah
satu
faktor
pendukungnya adalah dilakukan dakwah di kalangan kampus. Menurut Sandhiyudha (2006:xvii-xviii) secara kauniyah ada beberapa hal kenapa dakwah perlu diadakan di wilayah kampus: a. Pemuda yang menjadi mayoritas dari warga kampus merupakan potensi kebaikan yang luar biasa. b. Pemuda dan ilmu sebagai dua unsur utama kampus. c. Mahasiswa merupakan stake holder yang berperan penting dalam memainkan fungsi kontrol terhadap roda pemerintahan. d. Kampus sebagai basis utama supplier SDM untuk mengisi pos kepemimpinan masa depan. e. Kampus adalah wilayah semu di mana sebagian besar warganya hanya hinggap dalam waktu yang relatif pendek.
16
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Dakwah di kampus tidak mudah dilakukan, dibutuhkan sebuah sarana
untuk mendukungnya.
Dalam
hal
ini
wiyarno
(2003:9)
mengedepankan sebuah gagasan tentang penyatuan kampus dan masjid. Fungsi masjid kampus sebagai pusat kajian dan informasi Islam menurut Ibawi (1986:20) diharapkan dapat membina masyarakat kampus dalam penciptaan lingkungan kampus yang religius. Menurut Thahan (2002:167) masjid adalah lembaga keagamaan pertama di masyarakat yang memberikan kontribusi nilai keagamaan paling besar kepada masyarakat, mendekatkan sivitas akademika dengan akhlak mulia dan menjauhkan mereka dari akhlak tercela. 2. Sistem Pendidikan dan Pengajaran di Kampus Pengertian sistem biasa diberikan terhadap sesuatu perangkat atau mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian dimana satu sama lain saling berhubungan dan saling memperkuat (Harun, 2006:38). Dengan demikian sistem adalah suatu sarana untuk mencapai tujuan (Arifin, 1991:157). Dalam suatu kampus atau pergguruan tinggi tentunya memiliki sistem-sistem tersendiri dalam menyelenggarakan suatu pendidikan dan pengajaran. Sistem pendidikan dan pengajaran di kampus STAIN adalah salah satu cara untuk menyampaikan ilmu kepada para mahasiswanya yang nantinya akan menjadi bekal dalam kehidupan masyarakat. Dalam sistem pengajaran di STAIN akan mengalami perubahan baik dari kurikulum, metode maupun dalam penempatan alokasi waktu. Pendidikan yang diajarkan tidak hanya pendidikan Islam saja tetapi
17
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
pendidikan umum juga. Pendidikan Islam yang diajarkan tidak berupa materi semata, namun apabila kita ketahui lebih jauh pendidikan Islam akan mengeseimbangkan antara dunia dan akhirat. Disamping itu tidak hanya berperan meneruskan intelektual semata, melainkan akhlakul karimah menjadi tolak ukur keberhasilan dalam suatu pendidikan. Menurut keputusan Direktur jenderal Pendidikan Islam Nomor: Dj.I/255/2007 Bab III tentang kewajiban dan hak mahasiswa pasal 4 ayat 1 yang berbunyi bahwa setiap mahasiswa perguruan tinggi agama Islam berhak memperoleh pendidikan, pengajaran, bimbingan, dan pengarahan dari pimpinan dan dosen dalam pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan sesuai dengan kaidah keilmuan, keislaman, etika, susila, tata tertib, dan ketentuan lain yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan dan pengajaran dalam Islam adalah mewujudkan seluruh manusia sebagai abdi atau hamba Allah SWT (Harun, 2006:40). Dalam hal ini, Arief (2002:16) menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman, dan bertakwa
kepada Tuhan serta mampu
mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi yang berdasarkan kepada ajaran Al Qur’an dan sunnah. Dengan demikian, tujuan Pendidikan Islam berarti terciptanya insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.
18
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Sistem pengajaran yang dilakukan di STAIN Salatiga mengikuti Sistem Kredit Semester (SKS). SKS adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan di mana beban studi mahasiswa, beban kerja dosen, dan beban penyelenggaraan lembaga pendidikan dinyatakan dalam satuan kredit semester (Buku Pedoman, 2009:590). Metode-metode yang digunakan dalam pengajaran adalah metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan resitasi. 3. Budaya Kampus Budaya menurut Suharso dan Ana Retnoningsih (2005:94) adalah pikiran dan akal budi. Sedangkan kampus adalah lingkungan perguruan tinggi (universitas, akademika) tempat semua kegiatan belajar mengajar dan administrasi berlangsung. Budaya yang diciptakan di kampus akan sangat berpegaruh pada kehidupan sivitas akademika. Kehidupan kampus yang terkesan indah dan nyaman di kalangan sivitas akademika membuat mereka betah di kampus. Bahkan bagi mahasiswa yang aktif di organisasi kemahasiswaan, kampus bisa dijadikan tempat tinggal keduanya. Setiap anggota bergabung ke dalam organisasi dengan tujuan untuk mencari ajang aktualisasi diri, ajang penyaluran minat atau bakat, tetapi kenyataannya tidak sedikit mahasiswa yang mengikuti organisasi hanya untuk mengisi waktu luang, iseng, atau hanya ikut-ikutan (Arkan, 2009). Perguruan tinggi saat ini dituntut tidak hanya harus bisa mencetak
19
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
ilmuwan-ilmuwan baru tetapi mampu membekali dengan ketrampilan atau pengalaman yang dibutuhkan ketika nanti paska lulus. Sesuai dengan keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia Nomor: Dj.I/253/2007 Bab II tujuan organisasi pasal 3 ayat 1 yang berbunyi mendorong mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian yang bernuansa Islami. Mahasiswa mempunyai potensi lebih dalam kepemimpinan dan intelektual. Menurut Mahfudz Siddiq dalam Sandhiyudha (2006:53) unsurunsur kekuatan mahasiswa yaitu idealisme, kecerdasan, sikap kritis, kepekaan sosial, keberaniaan, dan pengorbanan. Dengan unsur-unsur kekuatan tersebut diharapkan mahasiswa akan menjadi calon pemimpin masa depan. Dalam aktivitasnya di kampus, wiyarno (2003:36) mengungkapkan mahasiswa memiliki kecenderungan orientasi yang beragam yaitu mahasiswa aktivis, mahasiswa jenis study oriented, dan mahasiswa jenis pragmatis. Mahasiswa kategori aktivis berpandangan bahwa kuliah hanyalah salah satu pengembangan pendidikan, sedangkan pengetahuanpengetahuan
non
akademik
(ekstrakurikuler)
merupakan
bentuk
pengembangan interaksi dan kepedulian terhadap lingkungan yang sesungguhnya tidak diperoleh dibangku kuliah.
20
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Sedang mahasiswa tipe study oriented menjadikan pandangannya bahwa studilah yang akan menjamin kehidupan masa depannya, sesuai dengan bidang atau jurusannya. Sehingga menuntut mereka bahwa studi mutlak
sebagai
bekal
hidup.
Sedangkan
mahasiswa
pragmatisme/hedonisme adalah mahasiswa yang berpandangan bahwa masa muda adalah masa yang harus dimanfaatkan untuk mencari kesenangan.
B. Religius 1. Pengertian Religius Religius menurut Suharso dan Ana Retnoningsih (2005:419) adalah bersifat religi yang bersangkut-paut dengan keagamaan. Religius dapat diwujudkan dalam bebagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku beribadah, tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain. Menurut Glock dan Strak (1966) dalam Muhaimin (2001:293) menjelaskan bahwa agama adalah sistem simbol, keyakinan, nilai, dan perilaku yang terpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Keberagaman
atau
religiusitas,
menurut
Islam
adalah
melaksanakan ajaran agama atau ber-Islam secara menyeluruh terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 208:
21
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” Karena itu, setiap muslim baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, diperintahkan untuk ber-Islam. Dalam kaitannya upaya penciptaan suasana religius dimulai dengan mengadakan berbagai kegiatan keagamaan yang pelaksanaannya ditempatkan di lingkungan kampus sendiri. Dalam penciptaan lingkungan religius dimulai dengan kegiatankegiatan yang dilaksanakan secara terprogram dan bernapaskan Islam. Masjid dijadikan sebagai salah satu faktor pendukung dalam menciptakan suasana yang religius. Agama Islam mengajarkan bahwa setiap umat Islam wajib mendakwahkan dan mendidikkan ajaran agama Islam kepada yang lain. Sebagaimana dipahami dari firman Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah pengajaranyang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa mendapat petunjuk.”
22
dan yang yang yang
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2. Karakteristik Religius Karakteristik adalah ciri-ciri khusus, mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu (Harun, 2006:57). Religius menurut Suharso dan Ana Retnoningsih (2005:419) adalah bersifaat religi yang bersangkut paut dengan keagamaan. Karakteristik religius adalah kondisi lingkungan kampus yang agamis. Dilingkungan tersebut bernuansa Islam baik dalam kehidupan sehari-hari ketika melakukan ibadah atau yang lainnya. Dalam mengemban dakwah Islam diperlukan adanya kelangsungan aktivitas yang senantiasa berlandaskan pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dengan kebulatan tekad, mengokohkan barisan, menyatukan gerak langkah, dan mengikuti tuntunan-Nya Mahasiswa adalah bagian integral dari masyarakat yang diharapkan menjadi ujung tombak perjuangan Islam. Mahasiswa sebagai “Agent Of Social Change” diharapkan memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap lingkungan sosial masyarakat terkhusus dalam komunitas masyarakat kampus. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan memiliki peran yang maksimal dalam proses transformasi menuju tatanan masyarakat Islam dengan menjadikan Islam ideologi sebagai asas pergerakannya. Aplikasi perubahan yang diharapkan adalah terwujudnya suatu perubahan paradigmatik pola berfikir, perasaan, dan sistem ke arah Islami dibawah ridha Allah SWT.
23
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
C. Kampus Religius 1. Pengertian Kampus Religius Kampus religius adalah sebuah lingkungan dimana keadaan atau kondisi disana bernuansa Islam (religi) dan sivitas akademiknya memiliki budi pekerti yang baik, sopan santun, dan berakhlak mulia dalam bertingkah laku. Dalam lingkunan kampus yang Islami adalah adanya masyarakat muslim. Menurut Abdillah (2009:45) masyarakat muslim yang kita kehendaki adalah masyarakat yang menyambut seruan-seruan kebaikan,
berserah diri kepada Allah, memerangi kemungkaran,
berkarakter Islam, dan berakhlak Rabbani. Manusia muslim yang shalih diharapkan mampu mendistribusikan keshalihannya kepada yang lain. Agar keshalihan individu bergerak secara kolektif berkembang menjadi keshalihan sosial.. Maka harus dipastikan bahwa manusia muslim tersebut terus berkontribusi optimal dalam dakwah. Harus dipahami bahwa yang menjadi objek dalam dakwah kampus bukan hanya mahasiswa semata, tetapi seluruh sivitas akademika dan bahkan masyarakat luas yang ikut terlibat. Menurut Imam Suprayogo (2009) untuk menuju ke masyarakat yang Islami, kampus harus memformat sedemikian rupa agar melahirkan kekuatan yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat kampus itu sendiri. Seluruh masyarakat kampus (sivitas akademika) STAIN Salatiga harus menjadi uswatun hasanah bagi kehidupan masyarakat luar kampus agar nuansa Islam terasa jelas.
24
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Sebagai kampus Islami yang mempunyai gedung, masjid, ma’had, dosen, karyawan, mahasiswa serta segala penataan prasarana dan sarana pendidikannya harus bersih, rapi, dan indah. Lingkungan kampus harus mencerminkan nilai-nilai Islami, yaitu dapat dilihat dari sivitas akademikanya yang beriman, berakhlakul karimah, dan suka beramal. 2. Karakteristik Kampus Religius Karakter menurut Suharso dan Ana Retnoningsih (2005) adalah ciri-ciri khusus, mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Dalam hal ini, Ardiabrata (2009) menyatakan bahwa kampus ketika ingin menuju kampus religius harus mempunyai ciri-ciri meliputi: 1. Religius (Religious) Artinya dimudahkannya akses peningkatan pemahaman akan beragama dalam kampus tersebut. Kemudahan memperoleh wawasan peningkatan ruhiyah melalui forum-forum kajian, konsultasi, dan taujih bisa diperoleh dengan mudah dan menyeluruh terhadap sivitas akademika di sebuah kampus. Suasana religius bukan hanya tugas dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kerohanian saja, namun semua warga kampus menyadari atas urgensi kerohanian mereka sehinga terlaksana sebuah nuansa religious dalam sebuah kampus. Misalnya ketika waktu shalat tiba berbondongbondonglah dosen, mahasiswa, dan karyawan kampus ke musholamushola terdekat untuk melaksanakan shalat berjama’ah.
25
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2. Institusional (Institutional) Dalam sebuah kampus diperlukan sebuah institusi-institusi kredibel (proaktif, empatik, jujur, dan dialogis) dan profesional seebagai penopang gerak dinamika kampus itu sendiri. Institusi-institusi ini bisa berwujud institusi kemahasiswaan seperti Senat Mahasiswa (SEMA), Dewan Mahasiswa (DEMA), dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). 3. Konstitusional (Constitutional) Kampus religius memiliki warga kampus yang memiliki aturan yang lengkap yang disepakati oleh seluruh komponennya. Aturan masyarakat dalam kampus religius lebih dikedepankan dibandingkan pilihan-pilihan pribadi dan kelompok. Semua peraturan bersumber dan terinspirasi dengan nilai-nilai Islam, dan Ijtihad yang dipilih menjadi pilihan bersama. 4. Terdidik (Intellectual) Kampus religius memiliki warga kampus yang bersemangat tinggi (himmatul
‘aliyah)
dalam
menunutut
ilmu
(thalabul
‘ilmi),
mengamalkan amal (‘amal), dan menyebarluaskannya (dakwah) menjadi warna dan cita rasa masyarakat kebanyakan. 5. Cinta Damai (Peaceful Oriented) Kampus religius memiliki warga yang mencintai keharmonisan antarkomponen. Ketika memasuki kampus, baik itu masyarakat lama ataupun pendatang akan merasakan suasana aman dan nyamannya.
26
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
6. Egaliter (Egalitarian) Kampus religius memiliki warga yang tidak membedakan warganya atas simbol-simbol duniawi. Merdeka dari feodalisme dan senioritas serta budaya lain yang dibangun atas pembedaan kasta, usia, jabatan, atau pekerjaan. 7. Berkeadilan (Justice) Kampus religius memiliki warga yang memiliki kesamaan etika dalam menjaga hak agama, harta, akal, jiwa, dan keturunan. 8. Berorientasi pada teknologi (Technology Oriented) Kampus religius adalah masyarakat yang berlayar diatas kemajuan zaman. Warga kampusnya menguasai teknologi dan mengerahkan segala kemampuan dan sarananya untuk dakwah Islam. Untuk mewujudkan kampus religius adalah tidak sulit bagi para pemuda dengan semangat intelektualnya. Dimulai dari diri sendiri, dari hal-hal terkecil, dan mulai dari sekarang juga. 3. Citra Ideal Kampus Religius Citra menurut Harun (2006:58) adalah rupa, wujud, gambaran yang demikian pribadi setiap orang, harg diri. Sedangkan Ideal adalah sesuatu yang diangan-angan, sesuatu dengan apa yang diinginkan dan dicitacitakan. Dalam wawasan almamater dinyatakan bahwa kampus harus benar-benar nerupakan masyarakat ilmiah. Tentunya masyarakat ilmiah di sini tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional yang digariskan dalam
27
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang antara lain tegas menekankan untuk meningkatkan ketakwaan pada Tuhan. Oleh sebab itu kampus haruslah menggambarkan ciri kemasyarakatan yang lebih maju dalam ketakwaan ini mengingat disana hidup suatu kelompok masyarakat yang relatif tinggi tingkat intelektualitasnya yang lebih memahami banyak aspek sunatullah. Tetapi, aspek ketakwaan ini sering tertinggal dalam upaya-upaya meningkatkan kualitas kampus sehingga perlu lebih ditekankan dengan predikat tambahan, yakni kampus religius. Suatu kampus religius tidak bisa terlepas dari adanya masjid kampus yang berperan mendorong sivitas akademika untuk senantiasa berorientasi pada tuntunan Allah swt, sebagai perwujudan masyarakat yang takwa. Disaat Rasulullah berhijrah ke Madinah untuk membangun Negara Madinah yang Islami, yang pertama dilakukan adalah membentuk dan mengembangkan masjid sebagai lembaga kemasyarakatan yang membentuk dan mengarahkan jiwa Islami dalam masyarakat. Masjid sebagaimana yang dicontohkan pada zaman Rasulullah berfungsi sebagai pusat kegiatan ritual, pusat pengembangan mayarakat, dan pusat pemerintahan. Dengan perkatan lain, kegiatan-kegiatan yang menyangkut masalah ritual, pengembangan, dan pemerintahan banyak dilakukan di masjid. Fungsi masjid kampus dalam pengembangan sebagai pusat interaksi konsep-konsep teoritis ilmu empiris dengan konsep-konsep normatif agama Islam, dalam wujudnya sebagai apa yang disebut ”pusat
28
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
kajian dan informasi Islam” dimana diharapkan akan sangat besar artinya untuk terbinanya masyarakat kampus yang tidak hanya bercitra ilmiah tetapi juga religius (Husni, 1986) Kampus diharapkan bisa membentuk masyarakat ilmiah yang berperan positif dalam pengembangan negara dan bangsa yang sedang giat membangun. Dengan citra kampus religius diharapkan akan ditumbuhkan muslim intelek Islami yang mampu berperan aktif positif dalam pengembangan nusa dan bangsanya.
Masjid kampus amat diperlukan
untuk membentuk masyarakat ilmiah yang mempunyai kualitas positif konstruktif. Pembangunan suatu masyarakat pada hakikatnya adalah upaya untuk mencapai kesejahteraan. Upaya tersebut perlu dilakukan secara sistematis dan konsepsional. Suatu konsep yang dipakai perlu senantiasa dimonitor pengaruhnya terhadap cita-cita akhir yakni kesejahteraan yang utuh, jasmaniah-rohaniah, jiwa-raga, material-spiritual. Ciri konsep Islami adalah konsep yang digali dari dua sumber pokok, yakni sumber wahyu (Al-Qur’an dan Hadis) dan sumber sains. Seorang yang bertauhid akan senantiasa
menimbang-nimbang
kedua
sumber
tersebut
sebelum
menggariskan suatu konsepsi pembangunan di bidang apapun, karena menyadari kedua sumber itu pada hakikatnya adalah pemberian Allah SWT kepada manusia untuk keberuntungan masyarakatnya. Konsep-konsep Islami akan berbeda dengan konsep non Islami, dan bila diaplikasikan maka akan pula memberi dampak yang berbeda
29
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
dalam kehidupan bermasyarakatnya. Citra kampus religius berarti beorientasi pada tumbuhnya cendekiawan muslim sejati, intelek muslim yang islami, yang menggali konsep-konsepnya dari acuan standar Islam (Husni, 1986:133-137).
30
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum STAIN Salatiga 1. Sejarah Berdirinya Berdirinya STAIN Salatiga bermula dari cita-cita masyarakat Islam Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu didirikanlah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) “Nahdlatul Ulama” di Salatiga. Lembaga ini menempati gedung milik yayasan “Pesantren Luhur”, yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga, lembaga ini berdiri berkat dukungan dari berbagai pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Tengah. Dalam rentang waktu kurang dari setahun, lembaga ini diubah yang semula FIP IKIP menjadi Fakultas Tarbiyah. Maksud perubahan tersebut adalah agar lembaga ini dapat dinegerikan bersamaan dengan persiapan berdirinya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Jawa Tengah di Semarang. Guna memenuhi persyaratan formal, maka dibentuklah panitia pendiri yang diketuai oleh K.H. Zubair dan sekaligus diangkat sebagai dekannya. Dalam waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga diusulkan untuk dinegerikan sebagai cabang IAIN Sunan Kalijaga
31
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Yogyakarta. Setelah dilakukan peninjauan oleh Tim Peninjau yang dibentuk IAIN Sunan Kalijaga, akhirnya pembinaan dan pengawasan Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan padanya, keputusan ini didasarkan pada Surat Menteri Agama c.q. Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 31 November 1969. Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri, Fakultas Tarbiyah Salatiga mendapatkan status negeri, dan menjadi cabang IAIN Walisongo. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 30 tahun 1970 tanggal 16 April 1970. Meskipun telah berstatus negeri dan menjadi cabang IAIN Walisongo sebagai Fakultas Tarbiyah, namun kondisinya tidak berubah dalam waktu singkat sehingga sejajar dengan Perguruan Tinggi Negeri yang lain. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain: a. Sarana dan prasarana yang belum memadai, utamanya belum tersedianya gedung milik sendiri. b. Tenaga profesional edukatif maupun administrasi yang masih kurang. c. Animo mahasiswa yang masih sedikit. Keadaan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga kondisi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dapat dikatakan kurang layak untuk disebut sebagai perguruan tinggi, terutama dilihat dari sarana dan lembaga tersebut, maka para pengelola fakultas mencurahkan perhatian dan usahanya untuk menjawab tantangan tersebut. Jalan satu-satunya yang
32
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
mesti ditempuh adalah membeli area tanah kampus, sebab mengharapkan wakaf dari masyarakat dan meminta kepada pemerintah daerah tidak memungkinkan. Suatu kebetulan ada seorang warga Muhammadiyah Salatiga (H. Asrori Arif) yang menaruh perhatian terhadap keberadaan Fakultas Tarbiyah
IAIN
Walisongo
Salatiga.
Beliau
menawarkan
tanah
pekarangannya seluas 0,75 ha, lengkap dengan bangunannya yang letaknya cukup strategis untuk penyelenggaraan pendidikan. Berkat Perhatian Menteri Agama (H. Alamsyah Ratu Prawiranegara) terhadap perkembangan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga, maka beliau berkenan mengabulkan usulan Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga Nomor 031/A-a/FT-WS/I/1979, tanggal 24 Januari 1979, tentang maksud pembelian tanah tersebut (pada waktu itu dekan dijabat oleh Drs. Achmadi). Berdasarkan Surat Dirjen Bimbaga Islam Nomor E/Dag/BI/2828. Tanggal 10 Agustus 1982 maka dibelilah tanah sebagaimana ditawarkan di atas dengan menggunakan Daftar Isian Proyek (DIP) Pusat (tahun anggaran 1980/1981 dan 1981/1982). Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa pembelian tanah tersebut tidak lepas dari bantuan berbagai pihak terutama Bapak Muhammad Natsir (selaku Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) yang juga telah lama menaruh perhatian terhadap kehidupan umat Islam di Salatiga.
33
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tercatat mulai tahun 1982 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga hijrah dari kampus lama ke kampus baru milik sendiri, tepatnya dijalan Caranggito 2 (sekarang berubah menjadi Tentara Pelajar 2). Kampus baru dinilai sebagai jawaban tepat yang bersifat fisik atas tantangan rencana rasionalisasi. Bahkan kampus baru tersebut dirasakan mampu membangkitkan kembali optimisme dan antusiasme seluruh sivitas akademikanya. Sedikit demi sedikit sarana dan prasarana pendidikan bertambah. Antara lain gedung kuliah, perpustakaan, dan kantor. Pemerintah Daerah pun juga tidak mau ketinggalan untuk memberikan bantuan tambahan tanah kampus seluas 3000 m2 dengan cara tukar guling yang waktunya bersamaan dengan pembangunan masjid kampus bantuan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila. Secara administrative masjid tersebut milik PEMDA, tetapi secara fungsional menjadi tanggungjawab STAIN Salatiga. 2. Letak Geografis Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga terdiri dari 2 kampus, kampus 1 berlokasi di Jalan Tentara Pelajar Nomor 2 Salatiga sebelah alun-alun pancasila dan berada di pusat keramaian sedangkan kampus 2 berlokasi di Jalan Nakula Sadewa 5 Nomor 9 Rt 3/5 Kembang Arum Dukuh Salatiga yang berada disekitar perumahan.
34
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Gambar 3.1 Kampus 1 STAIN Salatiga
Gambar 3.2 Kampus 2 STAIN Salatiga 3. Kurikulum dan Pembelajaran Jurusan yang dikembangkan oleh STAIN Salatiga pada Tahun akademik 2008/2009 meliputi: Jurusan Tarbiyah berfungsi untuk menyelenggarakan pendidikan akademik dan professional. Tujuannya adalah untuk membentuk Sarjana Pendidikan dan Pengajaran Islam dengan keahlian khusus dalam bidang studi pendidikan Agama Islam,
35
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Guru Madrasah Ibtidaiyah serta berkewenangan menjadi guru atau mengajar dalam bidang studinya. Jurusan Tarbiyah memiliki empat program studi yaitu: a. Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) b. Progaram Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) c. Progaram Studi Tadris Bahasa Inggris (TBI) d. Progaram Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Jurusan Syariah berfungsi untuk menyelenggarakan Pendidikan Akademik dan Profesional, yang bertujuan untuk membentuk Sarjana Hukum Islam yang memiliki keahlian dalam bidang hukum Islam maupun hukum positif dengan keahlian khusus dalam bidang Ahwal al-Syakh Shiyyah (Peradilan Agama). Jurusan syariah memiliki dua program studi, yaitu: a. Program S-1, Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyyah (Peradilan Agama) b. Program D3, Program Studi Perbankan Syari’ah (PS) Beban Studi Program S1 antara 144 sks sampai dengan 160 sks dengan masa studi sebanyak-banyaknya 14 semester. Sedangkan beban studi D3 antara 110 sks sampai dengan 120 sks dengan masa studi sebanyak-banyaknya 8 semester (Buku Pedoman, 2009:23). Kurikulum STAIN Salatiga pada tahun ajaran 2009/2010 meliputi: a. Mata kuliah pengembangan keislaman dan kepribadian, yaitu mata kuliah yang diberikan kepada semua jurusan dan program studi.
36
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
b. Mata kuliah pengembangan akademik dan keprofesian, yaitu diberikan pada jurusan yang bersangkutan. c. Mata kuliah pendukung adalah mata kuliah yang ditawarkan pada program studi untuk meningkatkan mutu akademis mahasiswa, jadi tidak semua program studi memberikan penawaran yang sama. Untuk mendukung program pendidikan bagi mahasiswa STAIN Salatiga pada tahun akademik 2009/2010 dibuat ketentuan sebagai berikut (Buku pedoman, 200949): a. Membuka Ma’had di kampus 2 (kembang arum), untuk pembelajaran ketrampilan berbahasa. b. Sesuai dengan kapasitas, diberlakukan kepada para mahasiswa (lakilaki dan perempuan) semester 1 program S-1. Dengan dibangunnya ma’had di kembang arum maka hal ini sebagai bagian dari perwujudan tanggung jawab lembaga dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan terwujudnya program pendukung ini, diharapkan alumni STAIN Salatiga memiliki kemampuan bahasa yang dapat dihandalkan baik bahasa Arab maupun bahasa Inggris. 4. Fasilitas Sarana dan Prasarana a. Asrama mahasiswa gratis selama satu tahun , untuk menjamin intensitas pembelajaran agama dan bahasa asing (Arab dan Inggris) yang diampu oleh Native Speaker (penutur asli). b. Studi Intensif Bahasa Asing (SIBA) selama dua semester. c. Perpustakaan yang berlantai tiga dan terkoneksi dengan jasapusperti.
37
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
d. Ruang kuliah multimedia. e. Laboratorium: Lab. IPA, Lab. Falak, Lab. Bahasa, Lab. Peradilan, Lab. Microteaching, Lab. Perbankan dan Akuntasi, Lab. Komputer, dan jaringan internet terpadu, hotspot area. f. Fasilitas olahraga dan pengembangan bakat/minat lainnya.
Gambar 3.3 Perpustakaan STAIN Salatiga
Gambar 3.4 Ruang Internet
38
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Gambar 3.5 Kegiatan Pengembangan Bakat
Gambar 3.6 Kegiatan UKM Racana
B. Keadaan Sivitas Akademika 1. Jumlah Sivitas Akademika Sivitas akademika terdiri dari Dosen, Mahasiswa, dan Karyawan jumlah keseluruhan Sivitas Akademika kurang lebih 2.472 orang yang terdiri dari 103 dosen, 51 karyawan, 2.301 mahasiswa, dan 17 satpam. Dari kesemuanya sivitas akademika mempunyai tujuan dan tanggung jawab masing-masing. 39
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Tabel I Data Mahasiswa Tahun Akademik 2009/2010 Jurusan
Jumlah Mahasiswa
PAI
703
PBA
138
TBI
554
PGMI
223
AS
140
D3
112
PAI-Eks
431
JML
2301
2. Latar Belakang Sivitas Akademika STAIN Salatiga terdiri dari 5 guru besar, 17 lektor kepala, 65 lektor, 6 asisten ahli, dan 10 calon dosen. Sedangkan karyawan terdiri dari 51 orang yang mempunyai tugas dibidangnya masing-masing. Latar belakang mahasiswanya ada yang berasal dari SMA, MA, SMK, dan MAK. Dari berbagai macam latar belakang yang berbeda membuat keragaman di STAIN Salatiga. Tetapi dengan keragaman ini, mempunyai satu visi yaitu menciptakan lingkungan kampus STAIN Salatiga yang Islami.
40
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
C. Persepsi Sivitas Akademika tentang Kampus Religius Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu (Suharso, 2005: 376). Yang dimaksud dengan persepsi di sini adalah tanggapan para sivitas akademika terhadap kampus STAIN Salatiga dikatakan sebagai kampus religius. Sekitar tahun 1994 jurusan yang ada di STAIN Salatiga hanya tarbiyah. Kebanyakan mereka berasal dari pondok/pesantren, sehingga keadaan pada tahun itu masih mudah dikondisikan baik dari tingkah laku maupun cara berpakaiannya (Wawancara IV, Bu Asdiqoh). “ Keadaan STAIN Salatiga dulu masih biasa belum banyak terpengaruh dengan budaya-budaya modern dan jurusan yang ada hanya tarbiyah. Kebanyakan dari mahasiswa STAIN Salatiga berasal dari pondok pesantren, Sikap dan kehidupan mereka sudah terbiasa tertata sehingga suasana religius sudah terbawa sendiri. Jadi akhlak moral yang dimiliki mahasiswa mudah terkontrol, sedangkan sekarang jauh berbeda karena dengan banyaknya jurusan dan terdiri dari berbagai macam karakter”. Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya jurusan yaitu syariah terjadi banyak perubahan dan terpengaruh perkembangan budaya modern. Sangat sedikit mahasiswa yang berminat untuk tinggal dipondok/pesantren dan lebih memilih tinggal di tempat kost yang bisa dengan bebas bergaul dengan siapa saja. Menurut wawancara IX dengan pak bahroni, bahwa pada tahun 1994 kampus STAIN Salatiga masih kecil dengan kondisi karyawan, dosen, dan mahasiswa yang sedikit, sarana dan prasarana yang ada masih terbatas, dan kondisi dari mahasiswanya lebih mudah tertata. Walaupun
dengan
jumlah
sivitas
akademika
yang
banyak,
perkembangan STAIN Salatiga sekarang lebih bagus dan maju. Salah satunya 41
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
yaitu mempunyai jaringan keluar yang luas, sehingga mempermudah STAIN Salatiga untuk melakukan kerjasama. Sivitas akademika STAIN Salatiga semua beragama Islam, menurut ana wawancara III bahwa kampus STAIN Salatiga adalah kampus Islami tetapi masih banyak dari mahasiswanya yang belum menerapkan sikap keislamannya. Sedangkan menurut nafis (wawancara VI) kebanyakan sivitas akademikma khususnya mahasiswa aqidahnya sudah tertanam tetapi akhlaknya belum semua tertanam nilai-nilai Islam. Menurut sebagian responden dari hasil wawancara bahwa kampus STAIN Salatiga sudah bisa dikatakan sebagai kampus religius. Tetapi belum bisa dipastikan prosentasinya (wawancara VIII, Pak Maemun) dan masih perlu perbaikan agar lebih religius (Wawancara XXII dan XXIV, Alya dan Anis) serta butuh proses untuk mewujudkannya (Wawancara X, Pak Imam). Sedangkan menurut sebagian responden yang lain bahwa STAIN Salatiga belum menjadi kampus yang religius. Karena dilihat dari sivitas akademikanya yang belum memakai pakaian yang sesuai syar’i didalam mengikuti perkuliahan. Bahkan menurut iin (Wawancara XII) banyak dari mahasiswinya yang tidak berjilbab ketika keluar rumah dan masih banyak mahasiswi yang berbusana ketat. Kampus STAIN Salatiga belum bisa diukur berapa presentasinya sebagai kampus religius dan belum ada instrument untuk mengukurnya. Sehingga masih banyak yang harus diperbaiki baik dari segi akademik maupun sivitas akademikanya (Wawancara VII, Pak Miftah).
42
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
“ Kampus ini bila dipresentasi sebagai kampus religius belum ada instrument untuk mengukurnya. Sekitar 2400 mahasiswa relatif Islami, tetapi ada beberapa yang perlu ditingkatkan lagi. Seperti cara berpakaian mahasiswa ketika mengikuti perkuliahan belum sesuai dengan yang diharapkan”. Menurut hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam perwujudan kampus yang religius perlu kerjasama dari seluruh sivitas akademik. Menurut wawancara IV dengan Ibu Asdiqoh bahwa saat ini sivitas akademika sedang mengalami krisis moral sehingga terjadi penurunan terhadap etika. Menurut beliau bahwa prestasi akademik bisa dipelajari tetapi moral harus tertanam dalam diri setiap sivitas akademika. Nilai moral dijadikan sebagai tolok ukur tindakan dan perilaku manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Sumber etika dan nilai-nilai yang paling shahih adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw (Al Munawar, 2005: 3-4).
D. Ekspektasi Sivitas Akademika Tentang Kampus Religius Ekspektasi artinya harapan. Harapan adalah mohon, minta, hendaklah, keinginan supaya sesuatu terjadi (Suharso, 2005: 163). Yang dimaksud ekspektasi di sini adalah harapan para sivitas akademika terhadap kampus STAIN Salatiga dikatakan sebagai kampus religius. Harapan sebagian responden terhadap kampus STAIN Salatiga adalah lebih ditingkatkan suasana religiusnya yaitu sivitas akademikanya mampu berakhlak dan berfikir secara Islami (Wawancara XXII, Anas). Sehingga nilainilai Islam bisa lebih terasa. Menurut isni dan nafis (wawancara V dan VI) bahwa mahasiswi STAIN Salatiga sudah memperoleh mata kuliah tentang 43
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
keislaman sehingga diharapkan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Harapan sivitas akademika menurut april dalam wawancara II yaitu STAIN Salatiga memperluas wawasan dan memajukan mutu pendidikannya. Sedangkan menurut Ana wawancara III harapannya terhadap kampus STAIN Salatiga adalah banyak diadakan kajian-kajian Islami dan diwajibkan bagi seluruh sivitas akademika. Salah satu kajian yang sering dilakukan di kampus yaitu Kajian Intensif Mahasiswa (KISMIS), Kajian antar kost (KAOST), dan Kajian Rutin Muslimah (KARIMAH) yang diselenggarakan oleh salah satu UKM yaitu Lembaga Dakwah Kampus (LDK) ”Darul Amal”. KISMIS mengkaji tentang kontemporer dan ruhiyah yang diisi oleh para ustadz/dosen dan boleh diikuti oleh semua mahasiswa, KARIMAH mengkaji tentang keakhwatan dan dikhususkan bagi perempuan. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari jum’at ketika laki-laki sedang melaksanakan shalat jum’at. Sedangkan tujuan dari KAOST adalah untuk mempererat tali ukhuwah antar kost para mahasiswa STAIN Salatiga.
44
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Gambar 3.7 Kegiatan KISMIS
Gambar 3.8 Kegiatan KARIMAH Mahasiswa adalah sosok seorang guru yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. ”Sesuai dengan jurusan yang diambil di STAIN Salatiga yaitu jurusan tarbiyah yaitu menjadi sosok seorang guru. Sosok seorang guru adalah orang yang yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa”. Dari keterangan alya (Wawancara XXIII) dapat disimpulkan bahwa mahasiswa harus paham perannya sebagai calon pendidik. Sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk calon anak didiknya. Sedangkan harapan pak 45
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
maemun (Wawancara VIII) terhadap mahasiswa kampus STAIN Salatiga adalah dalam berpenampilan dan berbusana jangan terlalu berlebihan. Karena mahasiswa STAIN Salatiga adalah calon guru agama dan ahli agama. Diberlakukannya sangsi terhadap mahasiswi yang keluar rumah tidak memakai jilbab. Harapan untuk menjadi perguruan tinggi yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual (Buku Pedoman, 2009: 9) merupakan visi STAIN Salatiga. Dengan terwujudnya visi STAIN Salatiga maka kampus ini akan lebih bernuansa Islam (Wawancara XVIII, Ulfa) dan bisa menjadi sebuah universitas (Wawancara XIX, Bilal). Menurut pak miftah (Wawancara VII) bahwa STAIN Salatiga bisa dijadikan sebagai pusat unggulan peradaban Islam di Kota Salatiga khususnya dan memunculkan para ilmuwan-ilmuwan agama Islam yang berakhlak mulia dan nantinya bisa dijadikan sebagi teladan dilingkungannya. “Kampus STAIN Salatiga menjadi lebih religius sehingga menjadi pusat unggulan peradaban Islam dan memunculkan para ilmuwanilmuwan agama sehingga STAIN Salatiga harus menyiapkannya mulai dari sekarang yaitu salah satunya dengan penegasan tentang berpakaian dan dalam bertingkah laku”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa STAIN Salatiga harus lebih mempertegas peraturan. Seperti yang disampaikan pak bahroni (Wawancara IX) bahwa STAIN Salatiga harus mempertegas peraturan, yaitu dijadikan seperti pesantren dengan penataan keilmuan yang jelas terutama nilai-nilai agama Islamnya. Jangan terlalu bebas dan butuh seorang keteladanan. Menurut ayuk (wawancara XI) harapan terhadap STAIN 46
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Salatiga adalah tidak hanya peraturan saja yang dipertegas tetapi pelayanan administrasinya juga harus dibenahi sehingga menjadi lebih baik dari sekarang (Wawancara XX, Rukan). Dalam perwujudan menuju kampus religius, STAIN Salatiga harus mempunyai sikap yang tegas dengan aturan-aturan yang jelas dalam menyikapi mahasiswa yang kurang tertib baik dalam tingkah laku maupun cara berpakaiannya (Wawancara XXI, Agus). Sehingga diharapkan ciri Religius yang selama ini melekat pada kampus STAIN Salatiga bisa terlihat dengan jelas (Wawancara XVII, Bashor). Harapan dari ibu asdiqoh (Wawancara IV) terhadap STAIN Salatiga adalah : 1. Mempunyai masjid sendiri 2. Dosen lebih disiplin dengan pengisian form evaluasi 3. Adanya laboratorium micro theacing 4. STAIN Salatiga lebih luas dengan jejaring diluar kampus 5. Kerjasama antar mahasiswa dalam membantu mewujudkan kampus yang religius, karena mahasiswa adalah cerminan utama. 6. UKM LDK bisa lebih mensyiarkan nilai-nilai Islam di lingkungan kampus 7. Dikampus prestasi akademik bisa dipelajari sedangkan moral harus ditanamkan pada setiap sivitas akademika khususnya mahasiswa. Sedangkan harapan dari pak imam sutomo (Wawancara X) adalah : 1. UKM adalah simbol dari mahasiswa 2. Suasana religius tidak hanya di LDK tetapi di UKM yang lainnya juga
47
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
3. Pencintraan Religius tidak hanya dilihat dari aspek ibadah saja tetapi bersih, indah, nyaman di lingkungan sehingga butuh kerjasama dari mahasiswa. 4. UKM tidak kotor 5. Dilarang merokok 6. Saling kerjasama antar sivitas akademika STAIN Salatiga 7. Diadakannya kerjabakti untuk kebersihan lingkungan STAIN Salatiga. Harapan dari Anis (Wawancara XXIV) tentang kampus religius adalah diadakannya mentoring. Mentoring adalah kegiatan yang dilakukan sepekan sekali yang diikuti oleh beberapa orang dan secara berkesinambungan. Didalam mentoring ini tidak hanya fokus bagaimana orang memberi nasihat tetapi bagaimana orang mau mendengarkan nasihat. Yang dibahas dalam mentoring adalah materi keislaman yang kadang tidak diperoleh dibangku kuliah. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menguatkan ruhiyah sivitas akademika dalam perwujudan kampus religius.
Gambar 3.9 Kegiatan Mentoring
48
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
E. Upaya Sivitas Akademika Dalam Perwujudan Kampus Yang Religius. Dalam perwujudan kampus religius dibutuhkan kerjasama dari semua pihak baik itu dari dosen, karyawan maupun mahasiswa. Salah satu upaya yang dilakukan menurut responden (wawancara tanggal 28 oktober 2009) adalah banyak diadakan kajian-kajian Islami untuk seluruh sivitas akademika. Salah satu kajian yang sudah dilakukan secara rutin adalah Jama’ah Tahtimul Qur’an (JTQ) yang dilaksanakan setiap selapan hari sekali atau 40 hari sekali. “Keharusan untuk shalat berjamaah, pengajian selapanan yaitu kegiatan JTQ, lebih diarahkan untuk lebih dekat dengan Al-Qur’an, adanya rancangan etika kampus dan dosen yang harus selalu menekankan kepada mahasiswa ketika perkuliahan berlangsung”. Kegiatan JTQ dilaksanakan di kampus 1 dan kampus 2, dimulai dari shalat maghrib berjamaah dilanjutkan dengah kajian Islami yang diisi oleh ustadz/dosen dan diakhiri dengan shalat isya’ berjamaah.
Gambar 3.10 Pelaksanaan Jama’ah Tahtimul Qur’an Tujuan dari acara ini menurut bapak imam sutomo selaku Ketua STAIN Salatiga adalah sebagai pengingat memori kolektif para dosen dan
49
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
agar merasakan kebersamaan antara sivitas akademika di kampus. Tujuan yang lain menurut pak miftah selaku Pembantu Ketua (PUKET) III adalah: 1. Sebagai sarana silaturahim sivitas akademika agar persaudaraan tetap erat. 2. Upaya peningkatan dan pendekatan spiritual yaitu dengan membaca AlQur’an secara bersama-sama. 3. Harapannya acara ini dapat dilaksanakan secara rutin dengan jumlah peserta 200 orang. Selain JTQ menurut pak imam wawancara X yaitu diadakan kegiatan Emotional Spiritual Inteligent Quotient (ESIQ) yang tujuanya untuk memperbaiki moral para sivitas akademika khususnya mahasiswa.
Gambar 3.11 Kegiatan Emotional Spiritual Inteligent Quotient (ESIQ) Sebagian dari responden hasil wawancara menyatakan bahwa salah satu upaya untuk mewujudkan kampus religius adalah introspeksi diri dengan dilandasi nilai-nilai Islam dan dimulai dari diri sendiri. Misalnya bagi mahasiswa tetap memakai jilbab dimanapun berada, belajar dengan sungguh-sungguh, bertingkah laku yang baik, dan mentaati peraturan.
50
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Bahkan menurut sari wawancara XVI yaitu dengan menjadi teladan yang baik dan mengajak teman-teman yang lain. Salah satu upaya yang dapat dilakukan menurut anis (wawancara XXIV) adalah lebih ditekankan tentang tata tertib dan pemahaman visi dan misi STAIN Salatiga terhadap seluruh sivitas akademika. Upaya yang dapat dilakukan menurut bu asdiqoh (wawancara IV) adalah dengan dosen menyampaikan nilai-nilai moral ketika perkuliahan. Sedangkan menurut pak miftah (wawancara VII) adalah : 1. Diadakan jama’ah dhuhur yang diwajibkan untuk seluruh sivitas akademika 2. Kegiatan jama’ah tahtimul Qur’an (JTQ) setiap selapan sekali 3. Pengajian periodik yang diikuti oleh dosen dan karyawan 4. Peringatan hari-hari besar 5. Membiasakan berkomunikasi secara Islami 6. Himbauan kepada mahasiswa untuk mengikuti kegiatan-kegiatan Islami. Kegiatan yang pernah dilakukan oleh karyawan STAIN Salatiga dalam upaya perwujudan kampus yang religius adalah diadakannya outbond dengan tujuan untuk meningkatkan rasa kekeluargaan dan kepedulian dilingkungan kampus (Wawancara VIII, Pak Maemun). Sedangkan dari pihak akademik adalah dibentuknya dewan etik yang beranggotakan para dosen. Yaitu berupa pemberian sangsi, sangsi ringan berupa teguran, sangsi sedang berupa teguran secara tertulis, sedangkan
51
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
sangsi berat dengan diangkat/diserahkan kepada dewan etik. Kalau belum berhasil maka akan dilakukan home visit. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah diadakan training yang diikuti oleh sivitas akademika (Wawancara II, April) dan banyak diadakan kegiatan dakwah dilingkungan kampus (Wawancara XX dan XXIII, Rukan dan Alya). Menurut hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa salah satu upaya mereka dalam mendukung perwujudan kampus religius adalah aktif di salah satu UKM yaitu Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang mempunyai visi sama dengan STAIN Salatiga. Menurut Al Munawar (2005: 3-4) upaya yang bisa dilakukan dalam perbaikan moral adalah dilakukan pendidikan Islam. Pendidikan Islam dapat dijadikan sebagai pilihan utama yaitu dengan pencerdasan qalbu dan pencerdasan akal sehingga diharapkan dapat menjadi generasi yang cerdas intelektualnya dan cerdas qalbunya.
52
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB IV PEMBAHASAN
A. Persepsi Sivitas Akademika tentang Kampus Religius Sebuah kampus bisa dikatakan sebagai kampus religius jika dilihat dari lingkungannya sudah tersebar nilai-nilai agama Islam. Pada diri sivitas akademika tertanam nilai-nilai kebaikan yang merupakan akhlak yang mulia. Sehingga tercipta individu yang muslim yang dapat mewujudkan kampus yang Islami. Sebagai individu yang Islami Al-Qur’an dijadikan dasar hidupnya dan merupakan kewajiban untuk menyebarkan nilai-nilai Al-Qur’an dimanapun berada. Karena tanpa aktualisasi kitab suci ini, umat Islam akan menghadapi kendala dalam internalisasi nilai-nilai Al-Qur’an sebagai upaya pembentukan pribadi umat yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, maju, dan mandiri. Dengan nilai-nilai Al-Qur’an ini maka kampus religius dapat diwujudkan dengan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam menyebarkan nilai-nilai Al-Qur’an harus tertanam individu seorang muslim. Menurut Abdillah (2008: 43-44) individu seorang muslim yang diharapkan adalah individu yang memiliki karakter sebagai berikut: 1. Selamat aqidahnya 2. Benar ibadahnya 3. Mulia akhlaknya 4. Kuat fisiknya
53
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
5. Luas pemikirannya 6. Giat berusaha 7. Pejuang sejati 8. Disiplin membagi waktu 9. Teratur dalam berusaha 10. Senantiasa bermanfaat untuk orang lain, menjaga tata krama, mampu membimbing anggota keluarga dan masyarakat disekitarnya kepada Islam. Selain itu juga individu yang mau menyebarkan dan membimbing masyarakat kepada jalan kebenaran, yang siap memerangi salah satu bentuk kemungkaran, mendukung segala bentuk kebaikan dan amar ma’ruf nahi mungkar, bersegera melakukan amal kebaikan, berusaha membangun opini umum yang mendukung Islam, dan berusaha untuk mewujudkan kampus yang Islami. Didalam kampus yang Islami merupakan suatu kewajiban bagi mahasiswi untuk memakai jilbab. Kewajiban memakai jilbab ini terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 59:
Artinya: “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak wanitamu dan isteriisteri orang-orang beriman : “ Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.”Yang demmikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
54
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Agama Islam melarang kaum wanita mengenakan pakaian tipis yang tembus pandang, atau tidak tembus pandang tapi kelihatan lekuk-lekuk tubuhnya. Untuk itu setiap muslimah hendaklah mengenakan busana muslimah yang longgar, agar tidak mengundang fitnah. Dengan mahasiswinya memakai pakaian yang sesuai ketentuan Islam maka citra STAIN Salatiga sebagai kampus yang Islami akan menjadi lebih baik. Krisis moral yang terjadi saat ini adalah salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh STAIN Salatiga. Karena terjadi krisis moral maka akhlakpun akan terpengaruh. Secara umum penyebab timbulnya krisis akhlak adalah: 1. Longgarnya pegangan agama yang menyebabkan hilangnya pengontrol diri dari dalam (self control) 2. Pembinaan moral yang dilakukan orang tua, sekolah, dan masyarakat kurang efektif. 3. Derasnya arus budaya hidup materialistik, hedonistik dan sekuleristik. 4. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari Lembaga. Dengan terjadinya krisis moral pembinaan akhlak mulia merupakan keharusan mutlak, dan tuntutan yang tidak bisa ditawar lagi. Keharusan mutlak ini harus menjadi kepedulian semua pihak, sebab akhlak mulia menjadi pilar tumbuh dan berkembangnya peradaban suatu bangsa. Kemampuan suatu bangsa untuk terus hidup dan berkembang (survive) ditentukan oleh kualitas akhlaknya (Al Munawar, 2005: 35-37).
55
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
B. Ekspektasi Sivitas Akademika tentang Kampus Religius Pada era globalisasi di bidang pendidikan Islam dibutuhkan sebuah pendidikan unggulan dalam menyikapi arus perkembangan zaman tersebut. Menyikapi hal itu STAIN Salatiga sebagai lembaga pendidikan lanjutan dari jenjang lembaga pendidikan Islam. Madrasah, dan pesantren dipandang perlu mewujudkan cita-cita itu. STAIN Salatiga sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam merupakan salah satu institusi pendidikan nasional yang memiliki ciri khas keislaman, yang membedakannya dari perguruan tinggi umum lain. Ciri keislamannya tidak hanya menjadikan Islam sebagai obyek kajian ilmiah, melainkan lebih dari itu, diharapkan sivitas akademikanya juga mencerminkan kualitas akhlak dan perilaku Islami. Sebagaimana diketahui bahwa STAIN tumbuh dan dibesarkan dari lingkunga masyarakat santri, dirancang sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan melahirkan sarjana muslim. Namun untuk selanjutnya STAIN berkembang sebagaimana perguruan tinggi pada umumnya, dan kajiannya di fokuskan pada ilmu keislaman (Al-Munawar, 2005: 57-58). Sebagai institusi pendidikan tinggi agama, keberadaan Sekolah Tinggi Agama Islam mempunyai peran yang sangat strategis dalam pengembangan kajian keislaman khususnya di Salatiga. Karena itu STAIN Salatiga harus berbenah diri untuk mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin dahsyat. Bagi masyarakat Islam Salatiga, STAIN Salatiga merupakan tempat untuk kajian memperoleh ilmu keagamaan dan
56
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
sekaligus dimaknai sebagai lembaga dakwah Islam yang bertanggung jawab terhadap syiar agama di masyarakat (Al- Munawar, 2005: 91). STAIN perlu mengembangkan visi dan pemikiran yang berwawasan kebangsaan berdasarkan nilai-nilai sosio religius. Hal ini disebabkan karena kecenderungan ilmu sosial di Indonesia akan semakin memerlukan kajian keislaman. Dalam hal ini, STAIN diharapkan mampu melahirkan pemikirpemikir agama tetapi juga dalam bidang ilmu lainya (Al-Munawar, 2005: 231). Mahasiswa sebagai calon pendidik harus bisa dijadikan anutan dalam kata dan perilaku. Menyadari bahwa sosok pribadinya menjadi pusat pandang bagi anak maupun peserta didik, hingga tidak pantas kalau pendidik memerintahkan berbuat kebajikan sedangkan dia sendiri tidak melakukannya. Sikap seperti itu telah ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an Surat As-Shaf ayat 2-3:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allahbahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat.” Ayat di atas mengingatkan kepada seorang pendidik agar senantiasa mampu memberikan keteladanan kepada lingkungan di mana dia berada. Seorang guru juga harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
57
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Sebuah harapan besar dalam upaya perwujudan kampus yang religius adalah STAIN Salatiga mempunyai masjid sendiri sebagai sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga dimasjid tersebut bisa dijadikan selain tempat ibadah, bisa dijadikan sebagai tempat penyebaran nilai-nilaiIslami. Salah satunya yaitu kegiatan mentoring yang kebanyakan kegiatan ini dilakukan oleh anak-anak LDK dengan tujuan agar ruhiyahnya tetap selalu terjaga dalam mengemban amanah dakwah di kampus STAIN Salatiga. Selain itu dapat juga digunakan sebagai tempat berkumpulnya para pembelajar dalam mengkaji ilmu Allah. Sebagai kader dakwah Lembaga Dakwah Kampus
harus mampu mensyiarkan nilai-nilai Islam disemua
kalangan tidak hanya dikalangan sendiri, tetapi mampu masuk ke UKM-UKM yang lain sehingga suasana religius yang diharapkan mampu muncul disemua UKM tidak hanya LDK sendiri. Karena UKM merupakan simbol dari mahasiswa itu sendiri. Seorang mahasiswa diharapkan tidak hanya cerdas intelektualnya saja tetapi spiritualnya pun harus kuat. Salah satu cara menjaga manusia agar tetap dalam nuansa spiritual adalah dengan memperhatikan ibadah-ibadah harian yaitu membaca Al-Qur’an, zikir setiap pagi dan petang. Harapan untuk menjadi kampus yag religius adalah sangat besar maka diperlukan sebuah peraturan yang tegas untuk mendukungnya. Salah satunya adalah peraturan dalam berbusana ketika mengikuti perkuliahan dan tingkah lakunya dalam lingkungan kampus. Bahkan ada yang berharap lingkungan kampus dijadikan seperti pesantren sehingga mahasiswa tidak seenaknya
58
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
dalam bertingkah laku di kampus. Terkait dengan keilmuan yang diberikan oleh mahasiswa pun harus tertanam nilai-nilai agama Islam. C. Upaya yang Dilakukan dalam Perwujudan Kampus Religius Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam perwujudan kampus yang religius adalah banyak dilakukan kegiatan dakwah di kampus. Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, da’a-yad’u-da’watan, yang berarti ajakan atau seruan. Secara terminologis, dakwah adalah mengajak atau menyeru, baik kepada diri sendiri, keluarga, maupun orang lain, untuk menjalankan semua perintah dan meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya (Najamuddin, 2008:1-2). Sebagai seorang kader dakwah dalam membantu perwujudan kampus yang religius ada tiga kunci pokok yang harus dimiliki dalam melakukan mobilitas vertikal maupun horizontal. Ketiga kunci itu adalah kredibilitas moral, kredibilitas sosial, dan kredibilitas professional. Jika kapasitas ini dimiliki oleh kader dakwah maka insya Allah dakwah akan diterima dimanapun dan kapanpun kita berada. Untuk mencapai kredibilitas moral menurut
Abdillah (2008:70)
seorang aktifis dakwah harus memenuhi muwashofat kader dakwah yaitu: salimul aqidah (akidah yang lurus), shahihul ibadah (ibadah yang benar), matinul khuluq (akhlak yang kokoh), qawiyyul jism (tubuh yang kuat), mutsaqqaful fikri (berwawasan luas), munazhamun fi syu’unihi (tertata dalam segala urusannya), qadirun‘ala khasbi (mampu menghidupi dirinya),
59
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
mujahidun linafsihi (bersungguh-sungguh atas dirinya), nafi’un lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain). Tujuan dari dakwah kampus adalah membentuk Sivitas akademika yang bercirikan intelektualitas dan profesionalitas, memiliki komitmen yang kokoh terhadap Islam, dan mengoptimalkan peran kampus dalam upaya mencapai kebangkitan Islam (Kamal, 2004: 25). Melalui dakwah kampus diharapkan lahir intelektual-intelektual muda yang profesional dalam bidang yang digelutinya dan tetap memiliki ikatan dan keberpihakan yang tinggi terhadap Islam. Merekalah pembaharu-pembaharu yang dapat melakukan perubahan-perubahan kondisi masyarakat menuju kehidupan Islami hingga akhirnya terwujud cita-cita kebangkitan Islam. Salah satu sasaran adanya da’wah kampus adalah meningkatkan islah (perbaikan) dan terkikisnya kebiasaan, kegiatan dan pemikiran yang tidak Islami di lingkungan kampus (jurusan) serta memenangkan ide dan kebiasaan yang Islami, sehingga akan terbentuk lingkungan kampus yang kondusif bagi kehidupan Islami. Banyak mahasiswa yang masuk kedalam Lembaga Dakwah Kampus (LDK) sebagai tempat untuk berdakwah sehingga dapat membantu STAIN Salatiga dalam mewujudkan kampus yang religius. Sebagai kader dakwah penguatan moral merupakan benteng yang harus selalu dikuatkan oleh para aktivis dakwah kampus. Karena masyarakat memandang bahwa kekuatan mahasiswa adalah kekuatan moral.
60
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Berkaitan dengan kekuatan moral ini, ada dua hal yang perlu dijaga dan dipegang teguh agar benteng moral aktivis tidak hilang yaitu yang pertama penjagaan terhadap tarbiyah Islamiyah. Jangan sampai terlewatkan satu pertemuan pun dari tarbiyah yang kita lakukan. Jaga jangan sampai terjadi hadrur ruh “kekeringan jiwa”. Yang kedua adalah biasakan hidup berjama’ah. Ketika kita berjama’ah dengan orang saleh, maka paling tidak ketika kita melakukan kesalahan akan ada yang mengingatkan dan kita termotivasi kembali untuk senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan (Budi wiyarno, 2003:10). Dalam memberikan masukan-masukan untuk mahasiswa, dosen bisa memasukkan nilai-nilai moral ketika perkuliahan berlangsung dan dapat disampaikan pesan-pesan yang religius. Dalam perwujudan kampus yang religius ini diperlukan komitmen yang sama antar sivitas akademika baik di dalam perkuliahan maupun dilingkungan kampus sendiri. Upaya STAIN Salatiga dalam perwujudan kampus religius adalah banyak diadakan kajian-kajian yang Islami, shalat berjama’ah, trainingtraining yang dapat menumbuhkan wawasan bagi mahasiswa, kegiatan ESIQ yang tujuannya adalah untuk memperbaiki moral dan diharapkan dapat terbentuk tim ESIQ sendiri yang mampu menebarkan nilai-nilai Islam dan memperbaiki moral di lingkungan kampus STAIN Salatiga. Sedangkan dari kalangan Dosen ataupun karyawan pernah diadakan kegiatan outbond untuk menumbuhkan kembali semangat yang kadang melemah.
61
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dengan judul skripsi “PERSEPSI
DAN
EKSPEKTASI
SIVITAS
AKADEMIKA
STAIN
SALATIGA TENTANG KAMPUS RELIGIUS” (Studi pada Kampus STAIN Salatiga Tahun 2009), maka penulis dapat menyimpulkan bahwa: 1. Persepsi sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius yaitu ada sebagian yang mengatakan kampus STAIN Salatiga sudah bisa dikatakan sebagai kampus religius tetapi ada sebagian yang mengatakan sudah menjadi kampus religius. 2. Ekspektasi sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius adalah: a. Peraturan lebih dipertegas lagi b. Mempunyai masjid sendiri c. Dosen lebih disiplin dalam pengisian form evaluasi d. STAIN Salatiga lebih luas dengan jejaring diluar kampus e. Kerjasama antar mahasiswa dalam membantu mewujudkan kampus yang religius, karena mahasiswa adalah cerminan utama f. UKM LDK dan UKM-UKM yang lain bisa lebih mensyiarkan nilainilai Islam di lingkungan kampus
62
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
g. STAIN Salatiga bisa dijadikan sebagai pusat unggulan peradaban Islam di Kota Salatiga 3. Upaya sivitas akademika STAIN Salatiga dalam mewujudkan kampus religius yaitu a.
Banyak dilakukan kajian-kajian keislaman yang wajib diikuti oleh sivitas akademika
b.
Diadakan jama’ah dhuhur yang diwajibkan untuk seluruh sivitas akademika
c.
Kegiatan jama’ah tahtimul Qur’an (JTQ) setiap selapan sekali
d.
Pengajian periodik yang diikuti oleh dosen dan karyawan
e.
Peringatan hari-hari besar
f.
Membiasakan berkomunikasi secara Islami
g.
Himbauan kepada mahasiswa untuk mengikuti kegiatan-kegiatan Islami.
B. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, hal-hal yang sebaiknya dilakukan adalah: 1. Bagi Akademik a. Lebih dipahamkan tentang visi dan misi STAIN Salatiga kepada sivitas akademika b. Peraturan lebih dipertegas c. Lebih banyak diadakan kajian-kajian untuk sivitas akademika
63
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
2. Bagi karyawan a. Pelayanan lebih diperbaiki dan ditingkatkan b. Ramah tehadap para tam 3. Bagi Mahasiswa a. Lebih mentaati peraturan yang ada b. Lebih aktif di kegiatan UKM
64
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR PUSTAKA Abdillah, Ari. 2009. Paradigma Baru Dakwah Kampus Strategi Sukses Mengelola Dakwah Kampus. Yogyakarta: Cinta Media. Agustian, Ari Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient The ESQ Way 166 1 Ihsan, 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Argo Publishing. Al-Munawar, Said Agil Husin. 2005. Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani dalam Setiap Pendidikan Islam.Ciputat: Ciputat Press. Anwar, Mohammad Rofiq. Nopember. 2008. Saatnya Pendidikan Indonesia di Revolusi. Hidayatullah. Ardiabara. Kampus Madani: Jalan Cinta Para Pejuang. Blog.unsri.ac.id/Ardiabara/renungan/kampus-madani/.../474, diakses 18 oktober 2009). Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers. Arifin, Muhammad. 1991. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arkan, Muh Fauzi. 2009. Dinamika ornawa perguruan tinggi. Makalah disampaikan dalam workshopLegal Drafting SENAT Mahasiswa STAIN Salatiga 30 Maret 2009. Buku pedoman Penyelenggaraan pendidikan Tahun Akademik 2008/2009. 2008. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Harun. 2006. SANTRI MAHASISWA (Studi Analisis Peran dan Aktivitas Santri Mahasiswa di Pondok Pesantren Darul Quddusis Salam Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang). Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Husni, Amin. 1986. Citra Kampus Religius. Surabaya: Pt. Bina Ilmu. Ibawi, Mahfudz. 1986. Modus Dialog di Perguruan Tinggi Islam. Dalam Dr. Amin Husni (Ed) Citra Kampus Religius Urgensi Dialog Konsep TeoritikEmpirik dengan Konsep Normatif Agama (Hlm. 20). Surabaya: Bina Ilmu.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
Kamal, Mustafa. 2004. Risalah Manajemen Dakwah Kampus ” Panduan Praktis Pengelolaan Dakwah Kampus” (Standarisasi Pelatihan Manajemen Nasional). Depok: Studia Pustaka. Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosdakarya. Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Najamuddin. 2008. Metode Dakwah Menurut Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Insan. Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik kualitatif. Bandung: Tarsito. Nazir, Moh. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. R.I, Depag. 2000. Al-Qur’an dan Terjemahan. Bandung: Diponegoro Sandhiyudha, Arya. 2006. Renovasi Dakwah Kampus. Jakarta: KAF Suharso dan Ana Retnoningsih. 2005. Kamus Besar Indonesia. Semarang: CV. Widya Karya. Suprayogo, Imam. 2009. Official Website (version 2.0) Prof. DR. H. IMAM SUPRAYOGO. (imamsuprayogo.com/viewd_artikel.php?pg=381, diakses 18 oktober 2009). Thahan, Mustafa Muhammad. 2002. Risalah Pergerakan Pemuda Islam Panduan Amal Bagi Aktivis Dakwah Kampus dan Sekolah. Jakarta: visi. Wiyarno, Budi. 2003. Dakwah Kampus Potensi, Peran dan Sistem Kaderisasi Dakwah Kampus. Jogjakarta: Talenta.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama
: Sutriyana
2. Tempat dan tanggal lahir
: Temanggung, 10 Oktober 1987
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Warga Negara
: Indonesia
5. Agama
: Islam
6. Alamat
: Dsn. Kejawan RT 04/05 Ds. Gondang
Winangun, Kec. Ngadirejo, Kab. Temanggung. 7. Alamat Kost
: Jln. Suropati Gang 2 No. 510 Togaten
Salatiga 8. Riwayat Pendidikan
:
TK Pertiwi Gondang Winangun lulus 1993 SDN 1 Gondang Winangun lulus tahun 1999 SLTP N 2 Ngadirejo lulus tahun 2002 MAN Temanggung lulus tahun 2005 DII STAIN Salatiga lulus tahun 2007 8.
Pengalaman Organisasi: Sekretaris Bidang NISA’ LDK “Darul Amal” Tahun 2006/2007 Bendum LDK “Darul Amal” Tahun 2007/2008 Biro Danus LDK “Darul Amal” Tahun 2008/2009 Staff Kaderisasi KAMMI Tahun 2008/2009 Tim Tutor LAZiS Cabang Salatiga Tahun 2009/2010 Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga,29 Maret 2010 Hormat Saya
Sutriyana