Un
iver sity
INFO MURIA e tur Cul
Media Komunikasi Antar Sivitas Akademika UMK
ISSN: 9772088292004
Cerdas dan Santun
www.umk.ac.id
UMK Populerkan KKN Posdaya
Sebagai tindaklanjut KKN Posdaya UMK 2011, LPM UMK menyelenggaran pelatihan bagi kader Posdaya dari beberapa desa. (Dok. Info Muria)
UMK– Tiga tugas yang diemban Perguruan Tinggi (PT); Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, tidaklah ringan. Agar pengabdian maksimal, maka Universitas Muria Kudus (UMK) membentuk Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM). Kepala LPM UMK, Drs. Masturi, MM. menjelaskan, LPM bertugas mengordinir program dan kegiatan, sehingga pengabdian kepada masyarakat akan lebih tertata dan terarah. “Dalam pelaksanaannya, LPM membidangi dua bagian penting, yakni mengordinir pengabdian dari dosen dan mahasiswa,” katanya. Ia mengatakan, pengabdian dosen kepada masyarakat ada yang internal dan eksternal. “Internal, jika sumber dananya dari UMK, dan eksternal jika sumber dananya dari luar,” jelasnya. UMK, jelas Masturi, setiap tahun mengalokasikan anggarannya untuk pengabdian masyarakat. “Pengalokasian anggaran ini merupakan wujud dukungan perguruan tinggi bagi pengabdian dosennya kepada masyarakat,” tambahnya. Pengabdian yang dibiayai dari luar (eksternal), kata Masturi, juga harus melalui LPM. “Setiap pengumuman dan pengajuan proposal eksternal harus melalui dan mendapatkan rekomendasi dari LPM,” tambahnya. Untuk pengabdian masyarakat oleh mahasiswa, menurut Masturi, dilakukan melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN). “LPM juga yang bertanggung jawab untuk menangani,” tegasnya. LPM dipilih untuk mengordinir KKN, kata Masturi, karena keberadaan KKN merupakan interdisiplin. Maksudnya, KKN tidak hanya diikuti oleh satu Program Pendidikan (Progdi) saja, tetapi semua Progdi di UMK. “Kalau KKL dan PPL kan hanya satu disiplin (satu Progdi, red.) saja, jadi kita tidak menanganinya seperti KKN,” terangnya. Kembangkan KKN Posdaya Masturi menambahkan, selama tiga tahun ini, UMK telah
mengembangkan KKN Pos Pemberdayaan Keluarga (KKN Posdaya). KKN ini bertujuan membantu pemerintah dalam rangka mengurangi angka kemiskinan. “KKN Posdaya sejalan dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) yang bertujuan untuk menciptakan kemandirian masyarakat,” tutur Masturi. KKN Posdaya memiliki empat pilar penting, yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Tahun 2011 ini, KKN Posdaya UMK membina sebanyak 27 desa di Kabupaten Kudus dan Pati. “KKN diikuti oleh 416 mahasiswa yang berasal dari 11 Progdi di UMK,” katanya. Pilar Pendidikan KKN Posdaya, kata Masturi, menitikberatkan pada bimbingan belajar, taman baca dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pada 2011 KKN Posdaya UMK merintis berdirinya PAUD di Slungkep Kayen Pati, perpustakaan di Boloagung Kayen Pati, serta bimbingan belajar di Kesambi Mejobo Kudus. Sementara pada pilar Ekonomi, KKN Posdaya mengarahkan mahasiswa untuk memberikan beberapa ilmu yang dapat diterapkan di keluarga. Kegiatannya seperti pelatihan pembuatan susu kedelai, kue, es krim, serta optimalisasi koperasi desa. “Kami berharap terjadi kemajuan ekonomi mandiri keluarga sehingga secara tidak langsung akan mengurangi angka kemiskinan,” terangnya. Masturi mengatakan, kesehatan balita, lansia dan remaja menjadi pilar yang ketiga dalam pelaksanaan KKN Posdaya. Dalam setiap kegiatannya KKN Posdaya selalu memberikan berbagai macam kegiatan kesehatan. Di Slungkep Kayen Pati, KKN Posdaya mengadakan donor darah dan posyandu. Begitu pula di 26 desa lainnya pada KKN Posdaya 2011. “Kesehatan merupakan salah satu penggerak untuk menyejahterakan keluarga sehingga secara tidak langsung juga akan mengurangi angka kemiskinan,” terangnya. Pilar KKN Posdaya terakhir adalah kebersihan lingkungan. Mahasiswa KKN Posdaya dituntut untuk bisa memberikan penyadaran kepada masyarakat atas kebersihan lingkungan. Dalam hal ini, KKN Posdaya UMK memberikan pelatihan pembuatan kompos untuk memanfaatkan sampah. Selain itu, KKN Posdaya UMK juga menganjurkan penanaman Tanaman Obat Keluarga (Toga) untuk kesehatan. Masturi berharap, agar KKN Posdaya UMK bisa memberikan ilmu sehingga masyarakat dapat beranjak dari kemiskinan. Di sisi lain, LPM berharap terjadi perubahan paradigma KKN. Dahulu, KKN dipandang sebagai program material, seperti papanisasi, pengecatan dan lain sebagainya. “KKN harus mampu memberikan ilmu, bukan materi.” pungkasnya. (Harun/Info Muria)
Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 2011
Fokus
Dua Dosen UMK Raih Biaya Pengabdian dari DP2M UMK– Gencarnya kegiatan pengabdian masyarakat oleh civitas akademika Universitas Muria Kudus (UMK) merupakan bagian dari wujud jati diri untuk mengimplementasikan tri dharma perguruan tinggi. Hubungan antara institusi pendidikan dengan masyarakat terjalin, hingga mendatangkan kemanfaatan bagi keduanya. Institusi pendidikan tidak hanya bertugas menyelenggarakan pendidikan, namun juga dituntut melaksanakan tugas mengabdi kepada masyarakat. Bahkan tidak semata memenuhi tugas pengabdian, tetapi secara ideal diharapkan mampu menjawab permasalahan yang dihadapi masyarakat sesuai dengan bidang keilmuannya. Malangnya, terkadang pengabdian terkendala oleh dana yang terbatas. Dua proposal pengabdian rancangan staf pengajar UMK, Febra Robiyanto dan Sugeng Slamet, bersama 38 judul proposal pengabdian dari 23 perguruan
Tinggi Swasta (PTS) di Jawa Tengah mendapatkan dana hibah program pengabdian kepada masyarakat multi dan mono dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) Ditjen Dikti tahun 2010. Staf pengajar di Fakultas Ekonomi UMK, Febra Robiyanto mengaku memiliki cara tersendiri dalam melaksanakan kegiatan pengbdian, yaitu dengan modal ikhlas dan semangat. Baginya, pengabdian tidak harus dinilai dengan materi, tapi bagaimana orang bersangkutan loyal membantu orang lain. “Rasa puasnya lain, bila orang yang kita bantu menjadi berhasil,” ujar Febra. Maksud baik Febra diberi jalan. Pada pertengahan bulan lalu (15/03) proposal Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tentang Ipteks bagi Masyarakat (IbM) pada kelompok usaha sepatu dan sandal yang dirancangnya lolos seleksi. Kegiatan
pengabdian masyarakat itu mendapat bantuan dana sebesar 49.000.000,- dari Kopertis Wilayah Vl. Pengalaman dalam melaksanakan pengabdian, menurut Febra, perlu adanya pengabdian yang keberlanjutan, sehingga kualitas hasil pengabdian akan lebih terasa bagi kelompok-kelompok usaha binaannya. “Jadi bukan sekedar memenuhi formalitas, tetapi memberikan manfaat dan nilai lebih pada masyarakat,” jelas Febra. Selain Febra, Staf pengajar dari Fakultas Teknik, Sugeng Slamet meraih prestasi yang sama. Proposal Ipteks bagi Masyarakat (IbM) berjudul Industri Menengah Kecil (lMK) pembuatan Box Speaker dari papan partikel buatannya, juga berhasil menarik perhatian Kopertis Wilayah Vl. Dana senilai 50.000.000,dipercayakan pada Sugeng. (Kholidin & Anik/Info Muria)
Mengapa Harus Mengabdi kepada Masyarakat ?
P
engabdian Kepada Masyarakat oleh perguruan tinggi (PT) dapat berwujud pembuatan teknologi tepat guna untuk membantu masyarakat dan memberikan ruang konsultasi tentang teknologi, serta memberdayakan masyarakat. Upaya mengenalkan teknologi tepat guna (TTG) akan membuat kerja masyarakat menjadi lebih ringan dan hasil produknya lebih bermutu. Bagi pelakunya, pengembangan keilmuannya akan bertambah. Ilmunya juga memberi manfaat. Pemberdayaan masyarakat terutama di bidang teknis Ir. Masruki Kabib, MT akan membuat masyarakat mampu bersaing di pasar Dosen F. Teknik global. Dampaknya, universitas dikenal dan dipercaya oleh masyarakat banyak.
P
engalaman pengabdian masyarakat menjadi kepuasan batin tersendiri bagi dosen bersangkutan. Caranya beragam. Misalnya, membina pengrajin kecil yang tidak punya harga saing hingga memiliki pangsa pasar. Pengabdian bisa dimulai dengan mendampingi mereka hingga bagaimana memiliki pasar untuk menjual produknya. Selain itu, juga bisa lewat memberi konsultasi bisnis kepada mereka. Pengabdian masyakat perlu melibatkan mahasiswa, sehingga di lapangan, calon sarjana memiliki pengalaman dan jiwa wirausaha terpupuk. Dalam pengabdian Febra Rubiyanto, SE, M.Si Akt masyarakat, kita harus mencobanya terlebih Dosen F. Ekonomi dahulu. Jangan berfikir tentang enaknya mengabdi kalau belum pernah mencoba.
P
engabdian merupakan kewajiban akademik sebagai wujud tanggung jawab atas Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tujuannya adalah; pertama, secara kelembagaan, masyarakat akan melihat UMK sebagai institusi pendidikan yang memiliki kepedulian dalam memberdayakan masyarakat dengan keilmuan yang dimiliki. Kedua, secara akademik, pengabdian akan menumbuhkan kompetensi sosial sebagai bagian kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa calon guru Bahasa Inggris, serta menjadi bekalnya sebelum terjun ke masyarakat. Harapan ke depan, si- Agung D. Nurcahyo, SS, M.Pd vitas akademika UMK tidak menomorduakan Dosen FKIP-BI pengabdian masyarakat karena masyarakat harus merasakan keberadaan dan keilmuan kita.
P
engabdian masyarakat memberikan kemampuan, pikiran dan tenaga melalui kegiatan-kegiatan yang dipersembahkan agar memberi nilai positif bagi masyarakat. Alangkah baiknya, pengabdian dosen memiliki orientasi jelas dalam rangka memberikan wawasan atau keahlian terhadap masyarakat. Pelaksanaannya harus berkelanjutan, bukan sekadar memenuhi formalitas berupa pengabdian insidental, melainkan bagaimana bisa memberi nilai lebih, berupa peningkatan kapasitas masyarakat. Sehingga, kualitas pemikiran dosen di masyara- Trubus Raharjo, S.Psi, M.Si kat pun akan terus berkembang dan semakin Dosen F. Psikologi mengerti kebutuhan masyarakat.
Susunan Redaksi Info Muria; Penanggung Jawab: Rektor UMK, Pengarah: Pembantu Rektor I, Pembantu Rektor II, Pembantu Rektor III, Pimpinan Redaksi: Zamhuri, Redaktur Pelaksana: M Widjanarko, Sekretaris Redaksi: Noor Athiyah, Staf Redaksi: Farih Lidinnillah, Much Harun. Diterbitkan oleh Humas Universitas Muria Kudus. Alamat: Gondangmanis PO. Box 53 Bae Kudus 59352 (0291) 438229. Redaksi Menerima artikel, foto dan tulisan lainnya dilampiri kartu identitas melalui email:
[email protected]. Info Muria bisa diunduh di www.umk.ac.id
Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 2011
Fokus
Pengabdian, Bukan Sekedar Peduli Pengabdian kepada masyarakat oleh perguruan tinggi melalui dosen dan mahasiswanya harus beranjak dari sekedar peduli. Masyarakat perlu didekati dengan empati.
P
engabdian merupakan aktivitas pengajar dan mahasiswa itu, hasil pengabdian tersebut juga bisa dipublikasikan dalam yang tidak bisa ditinggalkan, bahkan menjadi bagian seminar, diskusi atau jurnal menjadi bahan masukan bagi penting bagi intitusi pendidikan (baca; perguruan semua pihak atau publik, baik masyarakat secara keseluruhan, tinggi) untuk bertindak memberikan persembahan kepada instansi terkait dan pemerintah, swasta maupun perusahaan. masyarakat. Sudah saatnya, pengabdian kepada masyarakat tidak hanya dimaknai sebagai pelaksanaan tugas perguruan Alternatif Sumber Dana tinggi (institusi pendidikan). Pengabdian dapat dijalankan melalui berbagai jalan. Di Kepedulian tidak lagi menjadi salah satu instrumen Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Muria utama dalam pengabdian masyarakat. Sudah seharusnya, Kudus (UMK), misalnya. Lembaga ini menyediakan dana untuk kita beranjak menunju proses empati pada masyarakat. mendukungnya. Kegiatan pengabdian dapat dilakukan secara Adanya aktivitas pengabdian untuk selalu berbuat pada mandiri, berkelompok, kompetitif, bahkan multidisiplin. masyarakat akan membuat seorang pengajar dan mahasiswa Kampus dalam penyediaan anggaran untuk pengabdian memiliki ’energi’ besar untuk melakukan yang terbaik bagi masyarakat tentunya terbatas. Sehingga tidak semua jenis masyarakat. kegiatan program pengabdian dapat didanai oleh kampus. Beragam aktivitas pengabdian yang bisa dilakukan oleh Oleh karenanya, agar tidak terkendala oleh keterbatasan dosen dan mahasiswa, baik secara mandiri maupun kelompok. anggaran kampus, dosen perlu mencari akses di luar kampus. Misalnya meliputi; menjadi pembicara di kelompok diskusi Berikut ini beberapa alternatif sumber dana beberapa instansi remaja, ibu-ibu PKK, guru-guru SD-SMA, kelompok tani X yang dapat membantu dalam rangka mewujudkan pengabdian atau menjadi fasilitator di kelompok usaha Z, mengadakan masyarakat. donor darah, bakti sosial di Desa B, diskusi tentang, atau Pertama, Ditjen Dikti- Direktorat Penelitian dan Pengabdian bahkan menjadi tim penanggulangan bencana serta aktivitas kepada Masyarakat (DP2M). Pemerintah melalui Direktorat pengabdian yang lain. Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Aktivitas pengabdian dapat memperkaya proses pengaja- Pendidikan Nasional di bagian Direktorat Pengabdian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) ran dan penelitian. Dalam kohesivitas setiap tahun memfasilitasi hibah pengabdian. tri dharma perguruan tinggi, semuanya Tidak semua jenis kegiatan Di antaranya meliputi Ipteks bagi Masyarakat saling melengkapi. Pasalnya, setelah pengabdian dapat didanai (IbM), Ipteks bagi Kewirausahaan (IbK), diteliti bisa jadi pada lokasi penelitian oleh kampus. Oleh karenanya, Program Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE), bersangkutan perlu ditindaklanjuti agar tidak terkendala oleh dengan pemberdayaan, dalam bahasa keterbatasan anggaran kampus, Program Ipteks bagi Bisnis Kampus (IbIKK) dan Program Ipteks bagi Wilayah (IbW). ilmiahnya disebut pengabdian. Setelah dosen perlu mencari akses di luar Lebih lengkap dapat diakses di http://dikti. individu melaksanakan penelitian kampus. kemdiknas.go.id/. dan pengabdian, maka pengalaman selama proses tersebut akan menamKedua, Tifa Foundation. Tifa Foundabah khasanah bahan ajar. Bagaimana seorang pengajar akan tion merupakan sebuah lembaga nirlaba yang melakukan proses pengajaran secara benar dan aplikatif, jika memperjuangkan masyarakat terbuka di Indonesia, tidak pernah melakukan pengabdian? Akhirnya, yang diajar- yang menghormati keragaman serta menjunjung kan hanya teori mentah dan belum dialami. Rasanya aneh dan tinggi penegakan hukum, keadilan dan persamaan. naif sekali. Ibaratnya, orang baru boleh berkata es itu dingin Unuk lebih lengkap, akses dapat dilakukan melalui alamat di jika sudah pernah memegang dan merasakannya. www.tifafoundation.org. Pengabdian baik dilakukan secara implementatif. Apalagi, Akhirnya, banyak jalan yang dapat ditempuh untuk jika memenuhi kaidah yang membumi. Jadi, tidak hanya mendapatkan dana pengabdian. Hal ini tentunya dapat menjasekedar menjadi bahan kenaikan pangkat saja tetapi juga akan dikan termotivasinya dosen dan mahasiswa untuk mengabdilebih bermakna untuk menyebarkan wawasan pengetahuan, kan diri pada masyarakat, sesuai dengan keminatan dan kommemperbarui bahan-bahan ajaran, serta menjadikan petensinya. (Mochamad Widjanarko/Info Muria) masyarakat lebih kritis dalam memahami persoalannya. Selain Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 2011
Pakar Mengabdi, Why Not? Oleh Rismiyanto Tulisan naratif ini akan penulis sajikan sebagai otokritik. Sebab, sebuah otokritik mendewasakan yang diwasiatkan, baik untuk diri sendiri maupun kolega satu profesi. Ada narasi sederhana. Seorang doktor, tutor pelatihan penulisan naskah ilmiah Dikti, menekankan pentingnya bagi dosen mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Menurutnya, ruh dosen terletak pada tiga dharma tersebut. “Jangan jadi dosen yang hanya bisa mengajar, tetapi sangat jarang beraktivitas di luar untuk pengabdian,” ucapnya sambil terkekeh. Berikutnya, dalam sebuah seminar. Seorang dosen berpendapat bahwa dirinya tidak setuju apabila dosen mengajar terlalu banyak, karena akan mematikan produktivitas. “Dengan banyak berdiri di kelas, seorang dosen terlalu banyak menyia-nyiakan umurnya,” katanya. Dua ilustrasi di atas mewakili pendapat, dosen adalah sekaligus ilmuwan yang produktif menghasilkan karya ilmiah. Dosen juga harus kontributif bagi pengembangan kualitas hidup masyarakat di sekitarnya melalui serangkaian pengabdian masyarakat. Jadi, mengajar adalah tugas minimal dosen. Masalahnya, seringkali masyarakat akademika tidak dapat membedakan antara pengabdian masyarakat dengan tugas pribadi. Masalah semakin rumit, jika tidak ada surat penunjukan dari atasan. Mispersepsi ini berdampak pada “kecemburuan sosial”. Sementara dosen A berasumsi membawa nama kampus, di lain sisi dosen B justru mengatakan bahwa si A membawa misi kepentingan profit pribadi. Padahal, jelas sekali bahwa tugas pengabdian membawa misi pengabdian kampus bagi masyarakat dan pemerintahan, juga dalam rangka membesarkan kiprah kampus. Bagi sebagian sivitas akademika, pengabdian masyarakat hanya dilihat lewat apakah sebuah pekerjaan dilakukan dengan imbalan atau tidak. Jika tidak memberikan keuntungan bagi yang menjalankan, maka pekerjaan itu dapat disebut sebagai
bagian dari pengabdian, tetapi tidak, jika itu mendatangkan keuntungan finansial secara pribadi. Pasalnya, ada kata “abdi”, sehingga tidak perlu perdebatan soal fulus. Sederhananya, konsekuensi kerja adalah imbalan. Repotnya, jika ada mereka yang tidak bekerja, tetapi menebarkan bibit “kecemburuan sosial”. Kemudian, bagaimana jika seorang dosen dicap banyak proyek di luar dan mengabaikan pekerjaan utamanya di kampus? Penulis menawarkan sebuah re-check baru, yaitu menguji kualitas pekerjaan dosen bersangkutan di kampus. Keliru, jika mengabaikan tugas kampusnya secara massif. Disebut dosen adalah jika mengerjakan tugas utamanya; mengajar. Sekprodi, Kaprodi, Pudek, Sekfak, Dekan, Purek, Rektor, Ketua, Wakil Ketua, dan jabatan struktural lainnya adalah jabatan tambahan yang diberikan kepadanya sebagai dosen. Pada diri dosen secara otomatis melekat tugas tri dharma PT. Jika dosen super sibuk mengerjakan aktivitas luar dan sesekali terpaksa merubah jadual perkuliahan sebab benturan agenda, menurut penulis, ini masih manusiawi. Toh, seseorang meninggalkan tugas mengajar tidak semata karena alasan aktivitas luar, tapi juga keperluan pribadi. Manusiawi karena sebagai makhluk Tuhan, hal ini dapat terjadi pada setiap orang. Dosen juga manusia. Ada kejadian lucu, seorang aktivis mahasiswa menghadap dosen yang kebetulan adalah decision maker. Mahasiswa itu berkeluh kesah soal aktivitas kemahasiswaan yang dinilai tidak produktif seraya membandingkan dengan kampus lain yang mahasiswanya sibuk untuk menjadi “agen perubahan”. Jawabnya enteng, “Mengkene lho, kuwi dudu gaweane awake dhewe. Tugase awake dhewe ning kampus yo sinau, ra sah mikir angel-angel,”. Kesimpulan penulis, dosen demikian hanya lebih pantas sebagai guru sekolah yang mengajar siswa untuk tetap patuh pada peraturan normatif. Tidak cocok bagi mahasiswa yang khittah-nya adalah memfungsikan diri sebagai artikulator pembangunan bangsa. Jujur, penulis shock. Seharusnya dosen
Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 2011
menawarkan alternatif kegiatan atau mengajak mahasiswanya berpikir bersamasama mengenai agenda yang patut dijadikan mata kegiatan. Kampus adalah arena persemaian bagi para agen perubahan. Mahasiswa seharusnya digodok secara memadai agar dapat mengumpulkan modal sosial yang cukup untuk terjun ke dunia praksis. Bagi lembaga pendidikan keilmuan berkelas sarjana, idealisasi jauh lebih penting ketimbang persoalan teknis. Pendekatan akademiknya berbeda dengan pendekatan dunia akademi diploma. Pasalnya, untuk program sarjana, mahasiswa didaulat untuk menyiapkan koper das sein (seharusnya), bukan koper das sollen (senyatanya). Jadi, mahasiswa merupakan agen unik yang harus senantiasa peka dalam kesehariannya. Oleh sebab itu, tugas pengabdian masyarakat tidak hanya berada di pundak dosen, tetapi juga mahasiswa. Mengapa mahasiswa diwisuda menggunakan toga kebesaran ala tim hakim, jaksa, dan pengacara? Ini lantaran di kemudian waktu, mahasiswa kelak menjadi penentu gelindingan bola keadilan. Bak perangkat pengadilan, mahasiswa yang diwisuda harus menjadi penegak keadilan di masyarakat kelak. Itulah sebabnya, sejak masih kuliah, mahasiswa perlu dilatih menjadi abdi masyarakat. Lantas, jika dosennya hanya terbiasa mengajar dan jarang melakukan tugas pengabdian? Jangan-jangan dosen bersangkutan tidak faham dengan filosofi tri dharma PT. Atau justru, dosen bersangkutan ketika mahasiswa adalah bagian dari mereka yang pasif? Jika demikian, jangan berharap mahasiswanya akan produktif jika diasuh oleh dosen tidak produktif. Sungguh sedih rasanya, melihat sosok pendidik tidak pernah menyadari kekeliruan berkala yang dibuat, dan justru menanamkan aset kebencian dan “rese” tingkat tinggi pada mereka yang terus belajar berbenah untuk memperbaiki diri. Rismiyanto, SS, M.Pd, Dosen FKIP-Bahasa Inggris Universitas Muria Kudus
Rembug
Memaksimalkan Pengabdian Masyarakat Oleh Masruki Kabib
W
ujud tanggung jawab menuntut terlalu banyak di dosen dalam melakluar kemampuan tim pelaksanakan tri dharma sana, sehingga alokasi dana perguruan tinggi salah satunya tidak mencukupi. Oleh karemelaksanakan pengabdian kenanya, perlu kesepahaman pada masyarakat. Kegiatan ini antara tim pelaksana dan midimaksudkan untuk meningtra, serta pihak ketiga yang katkan peran dan kepedulian terlibat dalam kegiatan penginsan perguruan tinggi (PT) abdian kepada masyarakat. terhadap pemberdayaan maPada tahap selanjutnya, syarakat di sekitarnya. Selain butuh pembahasan secara deitu, pengabdian juga bermantil tentang rencana kegiatan faat mendorong transformasi sehingga mitra tidak merasa sosial guna meningkatkan terbebani atau mengganggu taraf hidup masyarakat dan aktivitasnya. Dalam pelaksamembangun citra PT. naan kegiatan setiap personil Dalam merancang kedalam tim pelaksana sebaigiatan pengabdian, perlu mengenali knya memberikan konstribusi maksimal, terlebih dahulu problem dan potensi ma- Setelah kegiatan pengabdian masyarakat agar kegiatan dapat berjalan dengan syarakat di sekitarnya. Daerah pantura lancar. selesai dilaksanakan, sebaiknya bagian timur Jawa Tengah, memiliki po- dilakukan monitoring terhadap aktivitas Dalam pelaksanaan kegiatan yang tensi sumber daya alam dan usaha kecil perlu diantisipasi adalah, pertama, paryang dikerjakan oleh mitra. Hal ini yang cukup banyak. tisipasi mitra atau khalayak sasaran dimaksudkan untuk menjaga hubungan yang kurang, oleh karena itu diperlukan Kabupaten Kudus memiliki potensi areal pertanian tanaman padi, tebu, baik dan memaksimalkan pemanfaatan koordinasi dan penjadwalan yang seskopi, kencur, laos, potensi wisata religi, hasil-hasil kegiatan pengabdian kepada uai. kedua, dukungan anggota tim tidak potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menenmaksimal, sehingga perlu komitmen dan masyarakat. gah (UMKM) bordir, konveksi pakaian, koordinasi sebaik mungkin. Dan ketiga, batik, kerajinan logam, makanan ringan, dukungan institusi tidak optimal, oleh Melalui identifikasi wilayah dan po- karenanya perlu komitmen dan kepemimptas, sandal, gula tumbu, potensi kerajinan tensinya, perlu dilakukan pemilihan calon inan yang baik dalam institusi bersangkukayu ukir gebyok Kudus. Kabupaten Jepara memiliki potensi mitra atau khalayak sasaran kegiatan peng- tan. kerajinan ukiran kayu, kain songket troso, abdian kepada masyarakat. Pemilihan ini Tahap pelaksanaan merupakan penenkerajinan monel, konveksi pakaian anak, didasarkan pada pentingnya pemberdaya- tu keberhasilan kegiatan pengabdian mapotensi sumberdaya laut meliputi peri- an kelompok sasaran tersebut dan kesesu- syarakat tersebut. Masyarakat akan menilai kanan dan wisata bahari, potensi pertanian aian keilmuan atau teknologi yang telah secara langsung, manfaat yang diperoleh dikembangkan. Setelah itu dilakukan survei dari kegiatan itu. Pelaksanaan yang kurang padi dan kopi. lapangan dan komunikasi yang intensif unKabupaten Pati memiliki potensi per- tuk mengidentifikasi masalah dan alternatif baik akan memberikan kesan tidak baik tanian tanaman padi, ketela pohon, kopi, solusi yang dibutuhkan oleh mitra. Selan- pula. Seyogyanya, tim pelaksana kegiatan tebu, kapuk randu, potensi UMKM keraji- jutnya perlu dirancang teknologi, sistem, pengabdian kepada masyarakat mempunnan logam, makanan ringan, tepung tapi- metode atau model yang tepat untuk mem- yai modal berusaha tanpa pamrih. oka, potensi kelautan meliputi perikanan, ecahkan masalah tersebut. Ketika bertemu Setelah kegiatan pengabdian masyaraindustri maritim dan wisata bahari. kat selesai dilaksanakan, sebaiknya dilakudengan mitra, biasanya akan mendapatkan kan monitoring terhadap aktivitas yang Kabupaten Rembang memiliki potensi kendala sebagai berikut. dikerjakan oleh mitra. Hal ini dimaksudkan kelautan yang luas perikanan, garam, wiPertama, mitra tidak menyampaikan untuk menjaga hubungan baik dan memaksata bahari, dan industri maritim, UMKM masalah yang sesungguhnya, sehingga batik, makanan ringan, hasil tambang pasir dapat menyebabkan solusi yang diberi- simalkan pemanfaatan hasil-hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Selamat silika, batu kapur dan batu bintang. kan tidak tepat. Kedua, teknologi yang di- mencoba. Sementara Kabupaten Demak, memi- inginkan hanya keingingan orang tertentu, Ir. Masruki Kabib, MT, Dosen Progdi Teknik Mesin liki potensi area pertanian luas, perikanan sehingga nantinya tidak disebarluaskan Fakultas Teknik Univeritas Muria Kudus, saat ini menjadan wisata bahari. ke khalayak sasaran lainnya. Ketiga, mitra bat sebagai Kepala Badan Penjaminan Mutu
Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 2011
Kampus
UMK Raih PHKI B tahun 2011 UMK- Universitas Muria Kudus (UMK) memenangkan Program Hibah Kompetisi Institusi (PHKI) B dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2011. Hal itu merujuk Surat Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Nomor 368/E/T/2011, berisi hasil evaluasi akhir dalam bentuk kunjungan Dirjen Dikti terhadap usulan Program PHKI Tahun Anggaran 2011. Di mana dari sebanyak 78 proposal perguruan tinggi negeri/swasta (PTN/S) yang lengkap, UMK bersama 28 PTS dan tujuh PTN dinyatakan sebagai pemenang. Humas UMK, Zamhuri mengatakan, Program PHKI B dimaksudkan sebagai upaya peningkatan akses, mutu, dan relevansi lulusan. Program studi yang terlibat pada kegiatan tersebut adalah Manajemen S1, Agroteknologi S1, Bimbingan dan Konseling S1, Ilmu Hukum S1, dan Sistem Informasi S1. Program PHKI B ini, menurut Zamhuri, antara lain diusulkan untuk pembiayaan program; pertama, Peningkatan kualitas dan akses mahasiswa baru, kedua, optimalisasi program pembelajaran berbasis kompetensi, dan ketiga, peningkatan daya saing lulusan. “Kita akan terus memacu kualitas UMK agar lebih baik dan berdaya saing,” tegasnya. Dana hibah sebesar Rp. 8.989.444.000,- yang
diusulkan untuk kegiatan tahun 2011, 2012, dan 2013. Ini adalah kali kedua, UMK memperolah pendanaan dari Dikti program PHKI Perguruan Tinggi (PT) Negeri maupun Swasta seIndonesia. Sebelumnya, jelas Zamhuri, UMK pernah mendapatkan program pembiayaan PHKI A selama 3 tahun pada 2008. “Program berjalan hingga tahun 2010 kemarin,” katanya. Program PHKI A PHKI yang diperoleh UMK dipergunakan untuk membiayai tiga program antara lain; 1) Program pengembangan sistem pengelolaan sumber daya dan tata kelola PT, 2) Peningkatan kinerja dan kapasitas sistem informasi universitas yang terintegrasi, 3) Peningkatan kinerja dan kapasitas sistem penjaminan mutu. Wakil Ketua task force PHKI B UMK, Ir. Masruki Kabib, MT., mengatakan, salah satu program yang menarik pada PHKI B adalah peningkatan kualitas dan akses mahasiswa baru. Melalui pembiayaan tersebut, akses masyarakat, terutama yang kurang mampu tetapi prestasi akademiknya bagus, dapat dibiayai dari program ini. “Makin banyak masyarakat yang kurang beruntung tetapi berprestasi akan memperoleh beasiswa dari UMK,” jelas Kabib. (Farih/Info Muria)
Progdi BK UMK Dapat Akreditasi B UMK- Program Studi Bimbingan Konseling (Progdi BK) Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) mendapat peringkat akreditasi B, dan berlaku sejak 2011 hingga 2015. Hal itu merujuk hasil akreditasi terbaru oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang dilakukan sejak akhir 2010. Keputusan itu tertuang dalam Surat Keputusan (SK) BAN-PT Nomor 044/BAN-PT/Ak-XIII/S1/II/2011, tertanggal 4 Februari 2011. “Keputusan berlaku hingga lima tahun ke depan. Jadi, sejak tangal 4 Februari 2011 hingga 4 Februari 2015 Progdi BK mendapat peringkat B”, kata Kepala Prodi BK, Drs. H. Sucipto, M. Pd. Kons., Senin (29/03) di Kudus. Menurut Sucipto, peringkat tersebut menjadi modal Progdi BK untuk mewujudkan rencana mendirikan program profesi konselor atau program pendidikan guru profesi guru BK. Selaku kepala Progdi, Sucipto mengatakan, lega atas hasil akreditasi tersebut. Progdi BK memiliki ambisi untuk meningkat program yang diusulkan oleh asesor sehingga dapat meraih predikat yang lebih tinggi. “Untuk meningkatkan predikat, Kami akan melaksanakan tiga program yang paling mendesak,” katanya. Ketiga program tersebut, papar Sucipto, adalah studi lanjut ke jenjang strata tiga (S3) bagi dosen, melengkapi fasilitas pengem-
Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 2011
bangan laboratorium, serta pengembangan proses belajar mengajar (PBM) dengan melakukan update kurikulum terbaru. Pada masa akreditasi BAN-PT sebelumnya, Progdi BK FKIP telah menyandang menyandang peringkat B. (Farih/Info Muria)
Kampus
Posdaya Tunggu Peran Perusahaan dan Pemda
Salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh peserta KKN Posdaya UMK di Desa Bumiayu Wedarijaksa Pati, pada Janurari-Februari 2011.(Dok. Info Muria)
UMK- Pengelola Posdaya menanti perusahaan dan Pemerintah Daerah (Pemda) untuk ikut serta mendukung program-programnya. Hal ini terungkap pada Pelatihan Kader Posdaya yang diselenggarakan LPM UMK di ruang seminar Gedung rektorat, pada Selasa (22/3). Narasumber dalam pelatihan kader tersebut di antaranya, Prof Dr Haryono Suyono (Ketua Yayasan Damandiri), Muchtar (Kabid Pemerintahan dan Sosial Budaya Bappeda Kabupaten Pati), Abdul Hamid (Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi dan UMKM Kudus), Juraemi (Kabid PNFI Disdik Pati). Kader Posdaya Pesagi, Kecamatan Kayen Kabupaten Pati, Syamsiyah mengatakan, Posdayanya mengelola lembaga pendidikan RA (Raudhalut Atfal). “Karena sifatnya yang suka rela, kami kekurangan SDM (sumber daya manusia/red.) yang kompeten,” akunya. Selain itu, tambah Syamsiyah, lembaga pendidikannya juga mengalami masalah
terkait tempat belajar sehingga harus bergantian dengan Madrasah Ibtidaiyyah (MI). Kader Posdaya berbasis Masjid, Kayen Pati, Endang berharap ada pihak yang dapat membantu memberikan alat permainan edukatif di Posdayanya. “Pemerintah daerah juga harus berperan, sehingga kami tidak sendiri dan merasa terlindungi,” katanya. Endang dan Syamsiyah juga berharap CSR (corporate social responsibility) dari PT Djarum melebarkan sayap hingga Kabupaten Pati untuk ikut serta dengan menyelenggaran pelatihan, misalnya pelatihan guru madrasah. Ketua Posdaya Desa Temulus, Kecamatan Mejobo Kudus, Muslimin mengatakan, Posdaya Temulus mengelola Kampung Bahasa Inggris dan Sentra Pemuda Usaha Mandiri. Ia menjelaskan, tenaga pengajar yang ada masih belum mencukupi. “Mahasiswa KKN Posdaya kemarin, membantu kami
Agenda UMK Pada 27 April 2011, Senat Universitas Muria Kudus (UMK) akan menyelenggarakan rapat senat terbuka dengan agenda tunggal wisuda diploma, sarjana, dan pascasarjana ke-46.
***
UMK akan menggelar seminar motivasi bertema “Membangun Kepribadian Mahasiswa Hebat, Bermartabat, Kreatif, Komunikatif, dan Mulia,“ pada awal Mei 2011.
Suara UMK
mendidik bahasa inggris anak-anak. Tapi mereka sudah selesai” katanya. Ia berharap CSR PT Djarum dapat membantu menambahkan tanaga pengajar. Sementara untuk Usaha Mandiri, Dia mengatakan, Posdaya telah menggerakkan pemuda untuk memanfaatkan “bathok kelapa” (sampah sisa produksi jenang) untuk dijadikan bahan ketrampilan jenis handycraft. “Kami berharap Dinas yang membidangi soal ini bersedia untuk membimbing, ” pungkasnya. Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono mengatakan, pemerintah daerah harus mendukung agar terbentuknya Posdaya desa hingga dukuh. Posdaya, lanjutnya, merupakan forum gotong royong untuk memperkuat keluarga guna mengentaskan kemiskinan. “Bukan hanya disokong pemerintah, perusahaan melalui CSR (Corporate Social Responsibility) juga harus terlibat,” katanya. Perusahaan-perusahaan di Kudus, lanjutnya, harus mampu berperan seperti PT. Holcim di Cilacap yang ambil bagian dalam beberapa kegiatan Posdaya. Handoyo Setyo, selaku narasumber dari Manager Public Affair PT Djarum mengatakan, perusahaan akan mencoba ikut andil dalam memaksimalkan kegiatan Posdaya. Perusahaan hanya dapat andil dalam kegiatan yang terkait dengan program CSR perusahaan. “Yang paling mungkin adalah soal konservasi lingkungan,” jelasnya. Kabid Pemerintahan dan Sosial Budaya Bappeda Kabupaten Pati, Muchtar mengatakan, pemerintah daerah berkomitmen untuk membentuk Posdaya agar bersinergi dengan program pemerintah. “Posdaya memang belum memasyarakat di Pati,” katanya. (Farih/Info Muria)
Sivitas Akademika yang ingin menyampaikan saran atau usul, dapat mengirim pesan ke 081325401722 atau
[email protected],
[email protected].
(-) Dosen harus sportif dalam memberikan nilai, jangan seenaknya. (081225039XXX) (-) Tolong mahasiswa UMK lebih bisa untuk ikut menjaga sarana prasarana kampus agar tidak cepat rusak. (08522698xxx) (-) Mahasiswa kalau kuliah jangan pakai kaos atau bersandal, kan sudah ada aturannya, berkerah atau jaket. Kesannya seperti mau ke mall aja. (08562708xxx) Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 2011
Info Muria / Edisi IV/ Februari-April 2011