Un
iver sity
INFO MURIA e tur Cul
Media Komunikasi Antar Sivitas Akademika UMK
www.umk.ac.id
Cerdas dan Santun
ISSN: 2088-2920
Membangun Mahasiswa Nasionalis
U
MK- Pola pengembangan kemahasiswaan (Polmawa) Universitas Muria Kudus (UMK) tahun 2011 akan mengarah agar mahasiswa cerdas secara komprehensif. “Artinya, mahasiswa UMK harus cerdas secara intelektual, spiritual, emosional/sosial dan kinestetik,” jelas Pembantu Rektor (PR) III UMK, RM. Hendy Hendro, M. Si. Untuk mencapai itu, menurut Hendy, mahasiswa harus bisa mengembangkan kapasitas Kegiatan diskusi menjadi salah satu modal mahasiswa untuk memetakan langkah intelektual dengan dilandasi dan masa depan. Persoalan kebangsaan juga tak luput menjadi tema pembicaraan. keimanan, ketaqwaan dan moral (Dok. Info Muria) yang baik. Terlebih, mahasiswa harus memiliki nasionalisme dan kebanggaan sebagai bangsa kegiatan mahasiswa. “Tidak malah melarang dan mempersulit dan warga negara Indonesia. “Kalau cerdas saja banyak, tapi mahasiswa,” pesan Hendy. yang cerdas secara komprehensif itu masih sedikit,” ujarnya. Pengembangan kegiatan mahasiswa, bagi Hendy, tidak Polmawa ini, lanjutnya, merupakan cerminan dari undang- mutlak urusan pimpinan perguruan tinggi bidang kemahaundang pendidikan dari Kemendiknas. Selain itu, juga sebagai siswaan. Namun, dosen juga mempunyai peran vital. aplikasi dari visi Culture University, UMK. Keterlibatan mahasiswa UMK dalam mengikuti kegiatan Pengaruh Globalisasi Globalisasi memberi dampak besar pada nilai nasionalisme. organisasi kemahasiswaan (ormawa) dan kegiatan pengembangan penalaran, minat-bakat, kesejahteraan dan kepedu- Mahasiswa sudah terkontimasi budaya barat. Terutama terkait lian sosial dinilai masih minim. “Hanya 5 % dari sekitar 6.000 pengunaan produk-porduk barat. Menurut Hendy, globalisasi mempunyai empat aspek mahasiswa UMK yang mau ikut dalam ormawa,” tanbahnya. Mayoritas mahasiswa juga hanya berkutat pada nilai dasar. Pertama, sumber daya manusia (SDM). Kedua, sumber akademis. Semestinya, bidang akademik dan non-akademik daya alam (SDA). Ketiga, Jumlah penduduk. Semua melimpah, merupakan kesatuan yang integral. Padahal, menurut Hendy, kecuali yang Keempat, nasionalisme. Menurut Hendy, dewasa ini, nasionalisme telah mengalami pergeseran. Padahal, zaman non-akademik penting bagi pengembangan diri mahasiswa. Mahasiswa merupakan kekuatan moral atau ujung tom- orde lama, nasionalisme sangat urgen. Kekalahan Indonesia bak bagi perguruan tinggi. “Bayangkan kalau mahasiswa UMK di era globalisasi disebabkan kurangnya rasa nasionalisme. Oleh karena itu, UMK membangun mahasiswanya untuk tidak hanya mencari akademik saja! Mahasiswa tidak akan sumemiliki nilai nasionalisme yang tinggi. Pasalnya, berawal lit beradaptasi dengan masyarakat,” tegasnya. Polmawa di UMK berorientasi pada peningkatan kualitas dari nasionalismelah negera dapat mencapai kemajuan. dan prestasi mahasiswa. Hendy selalu memberikan arahan Jepang dan Cina membuktikannya. “Setiap buku yang agar mahasiswa terus berkarya melalui Program Kreatifitas masuk ke kedua negara tersebut diterjemahkan ke bahasa Mahasiswa (PKM) dan program pemberian beasiswa bagi ma- negara. Tidak seperti Indonesia yang malah menggunakan bahasa asing sebagai bahasa yang di anggap bagus,” ujarnya hasiswa berprestasi. Dosen, menurutnya, juga harus berperan aktif mendukung membandingkan. (Harun/Info Muria) Info Muria / Edisi V/ Mei-Juli 2011
Fokus
Fakultas Pertanian Ajarkan Kemandirian UMK- Kenyataan tidak selalu sesuai dengan teori. Kenyataannya, kadangkala sangat berbeda dengan yang diajarkan di perkuliahan. Hal ini diungkapkan Pembantu Dekan III Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus (FP UMK), Ir. Supari, M. Si saat ditemui Info Muria di kantornya. Supari memiliki program kemandirian bagi Mahasiswa. Para mahasiswa diajak untuk menjadi mahasiswa siap kerja. Oleh sebab itu, ketika belajar, mahasiswa langsung diterjun kan ke lapangan untuk melihat bagaimana realita pertanian. Pihaknya sedang mengembangkan budidaya tanaman padi organik pada sembilan petak tanah di kawasan Hadipolo Jekulo Kudus. Mahasiswa diharapkan dapat berperan aktif dalam proses pertanian yang dikelolanya. Untuk menunjang, pada tanggal 21-22 Maret kemarin, mahasiswa dikirim belajar di OISCA (Organization for Industrial and Culture) Cabang Karanganyar Surakarta. Oisca merupakan organisasi pelatihan yang berpusat di Jepang. Selama di OISCA, mahasiswa belajar bagaimana membuat hibridasi (membuat bibit berkualitas hasil perkawinan dua
tanaman) yang benar. Menurutnya, OISCA telah mengekspor bibit ke berbagai negara termasuk ke Thailand.
Agrobisnis Menurut Supari, prospek bisnis pertanian sangat besar. Mahasiswa perlu belajar memanfaatkan yang telah ada. “Ilmu dari UMK cukup untuk bekal beragrobisnis,” ujarnya. Mahasiswa juga harus terus berinovasi varietas bibit baru agar dapat sukses pada bisnis pertanian. “Seperti yang kami lakukan, padi ditanam di Hadipolo merupakan padi wangi yang harganya bisa mencapai 9.000/kg,” tambah Supari. Proses penanaman padi tersebut menggunakan liquid smoke (asap cair) dari asap sekam yang disuling. Likuid smoke sebagai ganti penggunaan pestisida bagi tanaman. Supari berharap pasca lulus mahasiswa Fakultas Pertanian UMK akan mandiri melalui bermacam ilmu, teori maupun praktik selama masa kuliah. “Harapannya, mahasiswa menciptakan lapangan kerja bukan mencarinya,” ujarnya. (Harun/nfo Muria)
Mengapa Mahasiswa Harus Aktif?
S
ebagai ujung tombak kemajuan, mahasiswa sangat dibutuhkan masyarakat. Sebab itu, ia harus aktif. Mahasiswa belum dikatakan aktifis jika hanya aktif secara akademika saja. Melainkan juga berorganisasi, baik di kampus maupun masyarakat. Aktivitas kurikuler dan ekstrakurikuler pun harus berjalan seimbang dan maksimum. Tidak ada yang dikorbankan. Sebagai agen perubahan, ia diharapkan bermanfaat tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga membaur dan bermanfaat Dian Wismar’aen Pembina UKM Racana bagi masyarakat. “Jangan egois dengan berfikir kita yang memberi, tetapi bagaimana kegiatan itu bermanfaat secara pribadi dan orang lain juga merasakannya”, tutur dosen Fakultas Ekonomi ini.
S
ebenarnya banyak peran bisa jalankan oleh mahasiswa. Kita dapat aktif di organisasiorganisasi kemahasiswaan, baik tingkat fakultas, univertas, maupun ektra kampus, sesuai minatbakat masing-masing. Banyak pengetahuan didapat ketimbang mahasiswa yang berritual kuliah semata. Di komunitas teater misalnya, minimal akan memperoleh kemampuan komunikasi dan adaptasi pada lingkungan. Melalui olah rasa di dunia kecilnya (teater), mereka akan lebih cepat “dewasa” sehingga mampu menghargai orang lain. Predikat
Hery Setiawan Aktivis Teater
aktivis tidak pantas diberikan kepada bagi mereka yang berperilaku seenaknya (semau gue) dalam berorganisasi. Mahasiswa harus aktif dalam kuliah dan berorganisasi, sehingga mampu berfikir akan jati dirinya sebagai agent of chage. Mampukah perubahan terjadi pada seseorang yang pasif?
M
ahasiswa aktif tentunya punya nilai plus. Ia bisa membuka pikiran secara seimbang oleh yang ia peroleh dari bangku kuliah, dan menerapkannya di organisasi. Kesempatan mengembangkan soft skill dan hard skill pada mahasiswa aktif juga lebih banyak, sehingga banyak pengalaman sebagai bekal di kemudian hari. Akan tetapi, porsi kuliah harus diutamakan dan lebih besar dibandingkan berkegiatan. Ingat, tujuan awal masuk perguruan tinggi adalah Endang Dewi Murrinie untuk belajar. Organisasi sebagai pelengkapnya lebih baik sesuai minat dan bakat- Pembina UKM Paduan Suara nya. Kegiatan kadang berbenturan dengan jadwal perkuliahan, maka perlu ditentukan batasan-batasan dan koordinasi dari bidang kurikulum dan bidang kemahasiswaan. Mahasiswa juga harus pandai mengatur waktu agar tetap berkegiatan yang positif dan tidak mengganggu kuliahnya, sehingga kuliah cepat lulus berikut berjuta pengalaman. Terkadang mahasiswa perlu didorong berorganisasi. (Kholidin dan Anik/Info Muria)
Susunan Redaksi Info Muria Penanggung Jawab: Rektor UMK, Pengarah: Pembantu Rektor I, Pembantu Rektor II, Pembantu Rektor III, Pimpinan Redaksi: Zamhuri, Redaktur Pelaksana: M Widjanarko, Sekretaris Redaksi: Noor Athiyah, Staf Redaksi: Farih Lidinnillah, Much Harun. Diterbitkan oleh Humas Universitas Muria Kudus. Alamat: Gondangmanis PO. Box 53 Bae Kudus 59352 (0291) 438229. Redaksi Menerima artikel, foto dan tulisan lainnya dilampiri kartu identitas melalui email:
[email protected]. Info Muria bisa diunduh di www.umk.ac.id
Info Muria / Edisi V/ Mei-Juli 2011
Fokus
Mahasiswa, Pendobrak Kebekuan Kampus
S
ejarah pergerakan Indonesia membuktikan mahasiswa kedokteran Sekolah Dokter Jawa, School Taf Opleiding Van Indische Arsten (Stovia) membentuk Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, dan merupakan salah satu cikal bakal alat perjuangan merebut kemerdekaan dengan cara pengorganisasian secara modern. Lahirnya Boedi Oetomo kita peringati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
memahami kehidupan di luar dunianya dan merupakan bekal untuk meniti langkah lanjut setelah lulus, menjadi alumni yang tidak canggung bekerja, percaya diri dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, kritis serta memiliki kepedulian di sekelilingnya.
Untuk mahasiswa, Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) setiap tahun memfasilitasi Sang Proklamator kita, Sukarno juga seorang mahasiswa dengan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang yang tangguh, cerdas dan ulet (baca: pledoinya ”Indonesia merupakan salah satu bentuk upaya yang ditempuh oleh menggugat” setelah keluar dari penjara Sukamiskin Ditjen Dikti dalam meningkatkan kualitas peserta Sebatas dalam usia 20 tahun). Mahasiswa memiliki peran didik atau mahasiswa di perguruan tinggi agar manakah peran penting sebagai motor penggerak jatuhnya kelak dapat menjadi anggota masyarakat mahasiswa UMK? Hanya orde lama, kemudian dikenal dengan nama yang memiliki kemampuan akademis atau sekedar datang ke kampus, Angkatan 1966 dan meninggalkan tokoh profesional yang dapat menerapkan, fenomenal: Soe Hok Gie yang menulis mengembangkan dan meyebarluaskan kuliah, berhot-spot ceria, buku ”Catatan Seorang Demonstran”, copy paste dalam mengerjakan ilmu pengetahuan, teknologi dan yang menjadi bacaan wajib bagi tugas dan pulang setelah merasa kesenian serta memperkaya budaya aktivitis tahun 1980 - 1990-an. Bola nasional. PKM dilaksanakan pertama melakukan sesuatu yang sangat kali pada tahun 2001, yaitu setelah panas gerakan mahasiswa membawa korban lagi dengan jatuhnya Orde Baru, autis yaitu merasa modern telah dilaksanakannya program restrukturisasi berjejaring sosial, ketemu Mei 1998 yang melahirkan reformasi. di lingkungan Ditjen Dikti.
teman dimana-mana ?
Peran mahasiswa dalam berkehidupan Kegiatan pendidikan, penelitian dan Atau tetap fight. kemasyarakatan, sudah menjadi hal umum pengabdian kepada masyarakat yang selama dan jamak dilakukan, memulai dengan mengkritisi ini sarat dengan partisipasi aktif mahasiswa, hal-hal yang biasa di hadapi mahasiswa seperti buruknya diintegrasikan ke dalam satu wahana yang diberi nama fasilitas umum, perilaku sosial yang menyimpang marak di Program Kreativitas Mahasiswa. PKM dikembangkan untuk masyarakat dan hal-hal yang dikonsumsi oleh masyarakat mengantarkan mahasiswa mencapai taraf pencerahan seperti kenaikan bahan-bahan pokok kebutuhan masyarakat, kreativitas dan inovasi berlandaskan penguasaan sains keboborokan wakil rakyat sampai pada ”lemah”nya dan teknologi serta keimanan yang baik. Dalam rangka pemerintah dalam penegakan hukum menjadi pemicu agenda mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang cendekiawan, diskusi keseharian mahasiswa, disamping mengerjakan tugas wirausahawan, mandiri dan arif. Mahasiswa diberi peluang kuliah. untuk mengimplementasikan kemampuan, keahlian, sikap tanggungjawab, membangun kerjasama tim maupun Sebatas manakah peran mahasiswa UMK? Hanya sekedar mengembangkan kemandirian melalui kegiatan yang kreatif datang ke kampus, kuliah, menggunakan alat elektronik baru dalam bidang ilmu yang ditekuni. (baca: laptop) berhot-spot ceria, copy paste dalam mengerjakan tugas dan pulang setelah merasa melakukan sesuatu yang Ada lima jenis kegiatan ditawarkan dalam Program sangat autis yaitu merasa modern telah berjejaring sosial, Kreativitas Mahasiswa, yaitu empat jenis PKM yang merupakan ketemu teman dimana-mana ? Atau tetap fight dengan ide- program kegiatan fisik yang diusulkan untuk dibiayai dan satu ide yang kritis melakukan telaah dalam aktivitas kegiatan jenis PKM merupakan program kegiatan penulisan ilmiah dalam mahasiswa di dalam kampus atau di luar kampus tetapi tetap bentuk pengajuan artikel ilmiah hasil karya mahasiswa yang tidak konsisten dengan dirinya, yaitu tidak pernah kuliah, diusulkan untuk mendapatkan hadiah atau insentif. Keempat selalu ikut semester pendek dan selalu menjadi donor tetap jenis PKM pertama meliputi PKM Penelitian (PKMP), PKM kampus dengan semester yang tinggi? Penerapan Teknologi (PKMT), PKM Kewirausahaan (PKMK), dan PKM Pengabdian Masyarakat (Panduan Pengelolaan Sebagai bagian dari akademisi, mahasiswa tidak hanya Program Hibah DP2M Ditjen Dikti, Edisi VII, 2006). “jeng-jeng” menikmati hidup rutinnitas akut dengan manafikkan persoalan-persoalan di masyarakat. Berevolusi Banyak jalan yang bisa dilakukan oleh mahasiswa untuk menjadi aktivis merupakan langkah awal untuk “belajar” menggali minat dan kompetensinya. (Widjanarko/Info Muria) Info Muria / Edisi V/ Mei-Juli 2011
Pakar Gerakan Mahasiswa; Gajah di Pelupuk Mata Tak Nampak Oleh Fajar Kartika Apalah arti sebuah nama? Jika mawar tetaplah mawar walau ia berwarna hitam Dan mawar tetaplah seharumnya walau kita menyebutnya dengan nama lain.
(W. Shakespeare) Sejarah Indonesia mencatat, dua perubahan besar sukses digawangi mahasiswa, yakni gerakan mahasiswa 1966 dan 1998. Kini, tiga belas tahun era reformasi, gerakan mahasiswa tidur lelap. Peristiwa sosial gamang direspon mahasiswa. Mulai persoalan Bank Century hingga gedung baru DPR RI. Pada tataran lokal, pembangunan Hypermart, isu buruh, hingga rencana menghidupkan kembali jalur kereta api Semarang–Kudus–Rembang mestinya direspon mahasiswa UMK. Tulisan ini mengupas kisah apa yang ‘mengganggu’ laju gerakan mahasiswa Indonesia. Pemaparan diulas berdasar teori Cultural Studies Mahzab Frankfurt. Gerakan mahasiswa diawali pergolakan Argentina tahun 1918. Gerakan protes itu disebut Manifesto Cordoba. Salah satu dari lima tuntutannya adalah pembangunan otonomi kampus. Artinya, prinsip kebebasan berpikir dan berbicara secara akademik kampus ditegakkan. Ini mengilhami kebebasan akademik kampus di penjuru dunia. Setiap mahasiswa bertugas sebagai agen perubahan. Sejak itu kampus dikenal sebagai markas para pemikir dan gudangnya orator, terutama terkait kondisi sosial-politik sekitar. Di Indonesia, tahun 1966, ‘penderitaan rakyat’ akibat inflasi 60% menjadi isu gerakan mahasiswa, mulai diskusi hingga turun ke jalan menuntut perubahan. Pun tahun 1998, gerakannya berhasil menurunkan kepemimpinan Soeharto. Kunci sukses dua peristiwa besar tersebut adalah adanya kesatuan visi dan misi gerakan. Berkat itu terbentuklah jaringan komunikasi antarkelompok.
Kampus kemudian melahirkan kelompok-kelompok diskusi dan gerakan. Kelompok berkembang membentuk landasan berpikir (ideologi) untuk mengkaji fenomena sosial. Keberhasilan dan kegagalan gerakan terletak pada ideologisnya. Ideologi wajib dimiliki setiap gerakan. Jika tidak, maka akan lahir penyakit organisasi; macetnya diskusi, ketidakdisiplinan anggota serta disorientasi gerakan. Ideologi berfungsi ganda, sebagai alat analisa perjuangan dan identitas kelompok. Disorientasi gerakan dan ketidakdisiplinan bukan bermula dari individu melainkan sistemnya. Organisasi cenderung mengandalkan figure ketimbang membangun sistem yang baik hingga mampu mengubah individu lemah menjadi kuat. Salah, jika organisasi sakit, pengurusnya menyalahkan individu. Akhirnya, penyakit semakin tidak mungkin terobati. Sebagaimana Cultural Studies ala Mahzab Frankfurt, situasi lokal (mikro) selalu dipengaruhi situasi global (makro). Daya kritis mahasiswa adalah mikro, sementara situasi kampus adalah makronya. Sistem yang berlaku cenderung membuat mahasiswa mati suri dari sekadar menyalahkan individu mahasiswa Indonesia. Sejak 2004, dunia pendidikan menerapkan sistem kurikulum baru, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Peserta didik tidak lagi sebagai objek, namun subjek yang membangun sendiri pengetahuannya. Artinya, ia dibuat sibuk terus memikirkan pemahaman pelajarannya. Keberhasilnya diukur oleh proses hingga menjadi terampil. Sistem KBK tidak mentolelir kesalahan proses. Pasalnya, slogan KBK adalah “ketuntasan belajar”, di mana peserta didik harus mencapai standar yang ditetapkan. Harapannya, lulusan mengerti, ahli dan terampil sesuai bidangnya. Di lain sisi, mahasiswa memiliki problem terbatasnya lapangan kerja
Info Muria / Edisi V/ Mei-Juli 2011
dan rendahnya kadar kewirausahaan. Sistem KBK mencoba menjawabnya melalui peningkatan kualitas mahasiswa. Namun, tak disangka, KBK menjadi bahaya laten bagi keberlangsungan gerakan mahasiswa. Jika NKK/BKK adalah momok gerakan pada masa Orba, maka KBK sebagai pelemah internalnya. Akhirnya, mahasiswa tidak lagi tertarik pada isu di luar ranah ilmunya sebab terbatasnya waktu dan tenaga. Jika demikian, jalan buntukah di hadapan aktivis mahasiswa masa kini? Filsuf Jerman, Imanuel Kant pernah berujar, tiada perbedaan antara masa depan, masa kini dan masa lalu kecuali propertinya. Kapanpun, tantangan zaman selalu sama yakni perjuangan manusia menggapai kemakmurannya, yang beda hanya perlengkapannya. Ingat! semasa mahasiswa, Soekarno fokus pada studi teknik sipilnya. Ia pun lulus singkat, 4 tahun. Meski tantangan lapangan kerja kerja dan kesejahteraan ada, semangatnya mengkritisi pemerintah kolonial tidak kendur. Hemat penulis, mahasiswa harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan properti zaman, baik KBK atau lapangan kerja. Tugas utama nya bukan hanya mengkritisi situasi sosial di luar, namun juga meningkatkan kualitas diri. Jika terlena, akan terjebak pada dangkalnya analisis dan molornya masa studi. Mahasiswa harus ahli dan terampil di bidangnya. Ini bisa sukses jika gerakannya dilandasi ideologi. Ingat, organisasi tanpa ideologi bak zombie (mayat hidup); bergerak tanpa jiwa dan sangat mudah ditunggangi oleh pihak lain. Engkau sarjana muda resah mencari kerja Empat tahun lamanya, bergelut dengan buku
(Iwan Fals) Fajar Kartika, Staf Pengajar di FKIP-Bahasa Inggris, Pembantu Dekan III FKIP UMK
Rembug Mahasiswa dan Pengabdian pada Masyarakat Oleh Farida Yuliani
M
enjadi mahasiswa adalah analisis antara mahasiswa Cukupkah hanya mengandalkan ilmu dan indeks kesempatan emas. Ya, prestasi tinggi untuk melakukan pengabdian? Tidak. dengan masyarakat, saling dari sekian banyak lulusan hanya bersinergi. Ada elemen lain yang lebih penting. sebagian kecil yang mampu Ketiga, mampu memotimelanjutkan ke jenjang studi vatori agar masyarakat berperguruan tinggi. Ironisnya, di era pulang ke rumah, titik. sedia bergotong royong membangun sekarang, ketidakmampuan tidak sebab Cukupkah hanya mengandalkan wilayahnya. Selain terjun langsung, matiada kemauan bersekolah, tidak cerdas ilmu dan indeks prestasi tinggi hasiswa harus mampu menyatukan beratau berkepribadian buruk, tetapi untuk mengerjakan pengabdian? bagai elemen masyarakat yang berbeda ekonomilah yang memaksa. Meski Tidak. Ada elemen lain yang lebih ras, suku dan aliran agama. Tidak sepersangat pandai, tanpa uang jangan harap penting. Di antaranya; pertama, soft ti ketika KKN, sementara mahasiswa dapat kuliah. Pasalnya, pendidikan skill. Ini menyangkut kemampuan bekerja, masyarakat malah menonton. sudah diperdagangkan. Mahalnya berkomunikasi, bahasa, bekerja dalam Kemampuan melobi (soft skill) sangat biaya pendidikan menuntut mahasiswa tim, serta kemampuan memimpin dan diuji dalam kondisi ini. menyelesaikan studi tepat waktu. dipimpin. Kemampuan soft skill tidak Keempat, mampu mengaplikasikan Sehingga semua energi dikerahkan diajarkan lewat bangku kuliah. Tetapi, ilmu dan teknologi untuk kemudian untuk menggondol gelar sarjana/ dapat dipelajari sendiri melalui berdiskusi masyarakat setempat, diploma sesegera mungkin. Tak ayal, dengan segenap elemen masyarakat diadopsi “study oriented” mewabah di kalangan kampus. Kampus sebagai miniatur bahkan menjadikan embrio unit usaha masyarakat sehingga menyerap tenaga mahasiswa. masyarakat, di dalamnya terdapat kerja dan menambah penghasilan. Mahasiswa punya IP tinggi, masuk 3 warga yang cukup heterogen, baik dari Misalnya, membentuk koperasi simpan besar dalam suatu program studi, atau sisi latar belakang profesi orang tua, pinjam, menyulap enceng gondok juara lomba, memang prestasi. Kebang- agama, suku dan lainnya. Melaluinya, menjadi aneka kerajinan, mampu gaan bagi mahasiswa bersangkutan dan mahasiswa dalam berosialisasi dapat menyulap sampah rumah tangga menempatkan diri sesuai kapasitas yang universitas/Institutnya. menjadi pupuk organik. Prinsipnya, dihadapi. Sejatinya mahasiswa mempunyai tidak asal kegiatan berjalan, tanggung Selain itu, juga dapat dikembangkan tugas lebih berat daripada itu. jawab kelar. Namun, pastikan terjadi Sebagaimana Tri Dharma Perguruan lewat organisasi kemahasiswaan, mata keberlanjutan oleh masyarakat. Tinggi, Pengabdian kepada Masyarakat kuliah penyuluhan, praktek penyuluhan PkM sebagai ruh gerakan kemaha(PkM) salah satunya. Melalui PkM, ia atau sosialisasi, magang kerja di kampus siswaan, bukanlah event atau program seharusnya memberikan perubahan di atau di luar kampus (KKL). Juga turut semata. Tetapi seharusnya, ada nilai masyarakat, baik segi politik, ekonomi, serta pada penelitian dan pengabdian pada setiap kegiatan kemahasiswaan. sosial, maupun teknologi. Bukan sekadar dosen. Di sana, mahasiswa dapat Dengan dasar nilai pengabdian, kegiatberargumen politik dengan turun ke mengembangkan diri. an tidak semata terselenggara, tapi jalan. Masyarakat berharap besar oleh Kedua, mahasiswa diharapkan menimbulkan hasil nyata, terasa dan dharma baktinya. mampu berintegrasi, menganalisis bermanfaat bagi orang lain. serta Mahasiswa sebagai agent of social situasi, eksplorasi potensi Mahasiswa ideal, tidak hanya mampu dari wilayah yang change adalah perubah dan pelopor kebutuhan mengukir prestasi untuk kampusnya, ke arah perbaikan bangsa. Kendati akan dijadikan target pengabdian tapi juga merubah dan bermanfaat bagi demikian, paradigma ini belum menjadi (kemampuan berpikir kritis). Mahasiswa masyarakat. Jika mahasiswa mampu kesepakatan bersama antarmahasiswa. perlu menyatukan diri dengan melaksanakan PkM, ada jaminan baginya Sebab, sebagian mahasiswa masih masyarakat dan realitas kehidupan. untuk dapat mengarungi kehidupan apriori (cuek) terhadap eksistensi diri Kemampuan berfikir kritis diperlukan bermasyarakat setelah menyandang sebagai mahasiswa. Bahkan, tak mau untuk mengidentifikasi penyebab gelar Sarjana ataupun Diploma. Ayo! tahu-menahu keadaan masyarakat masalah untuk menemukan solusi dan Dra. Farida Yuliani, M.Si., sekitar. Bagi mereka, terpenting adalah menentukan pilihan untuk perubahan. Dosen Fakultas Pertanian UMK duduk di bangku kuliah lantas cepat Kegiatan dapat berjalan apabila Info Muria / Edisi V/ Mei-Juli 2011
Fikir Cerdas Intelektual Saja Tidak Cukup
Mahasiswa Harus Aktif Meneliti
Oleh Slamet Riyadi
Oleh Much Harun
K
etika menyebut nama mahasiswa sebagian besar orang diantara masyarakat kita akan berpikiran bahwa mahasiswa adalah orang-orang yang cerdas. Satu pendapat yang tidak dapat dipungkiri, sekaligus menjadi label positif yang melekat pada sosok mahasiswa di mata masyarakat. Label cerdas sesungguhnya merupakan amanat yang disampaikan secara tidak langsung oleh masyarakat kepada mahasiswa. Perlu diajukan dua pertanyaan bagi mahasiswa, apakah kita telah menjadi sosok mahasiswa cerdas dalam berkehidupan? Makna cerdas seperti apa yang sesungguhnya dibutuhkan mahasiswa? Jawaban atas pertanyaan pertama cukup dirasakan dalam benak mahasiswa, tetapi jawaban pertanyaan kedua ada sedikit gagasan yang penulis sampaikan bagi teman mahasiswa. Selama ini banyak orang menganggap bahwa cerdas hanya pada sebatas kemampuan intelektual, begitu juga pemahaman yang dimiliki mahasiswa. Memang mahasiswa cerdas secara akademis mampu memperoleh nilai mata kuliah dengan maksimal, mampu menunjukkan analisis tentang sebuah permasalahan, mengerjakan tugas dengan baik dan cepat, serta mampu berpikir logis dan rasional. Sebetulnya, ada satu bentuk kecerdasan yang tidak kalah penting, yang sering dilupakan oleh mahasiswa yakni cerdas emosi. Kecerdasan ini saling bersinergis dengan kecerdasan intelektual. Kecerdasan yang utuh pada individu akan mencapai pada ranah kesuksesan. Pada 1990 Peter Salovey menerangkan beberapa kualitas kecerdasan emosional. Seperti empati, mengungkapkan dan memahami perasaan dan sikap hormat (Shapiro, 2003). Perilaku sederhana yang dapat diwujudkan oleh mahasiswa untuk dapat berperilaku cerdas secara emosi, semisal sikap dan perilaku empati dapat ditunjukkan dengan jelas dan nyata terhadap anak-anak jalanan yang tidak bersekolah. Untuk itu mahasiswa dalam menjalankan kehidupan menjadi lebih baik dan bermanfaat tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga cerdas secara emosional. Hal ini akan memperkuat label yang ada pada masyarakat, bahwa kita memang layak dan pantas berpredikat cerdas, karena kita memang memiiki kapasitas seperti itu. Selamet Riyadi, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus dan Aktif di Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI) Jateng 2011-2012.
Tema rubrik Fikir edisi VI “Mahasiswa dan Masa Depan Kemerdekaan”
M
ahasiswa selalu disebut sebagai agen sosial. Kadang disebut juga agen perubahan. Namun apa yang sudah dilakukan mahasiswa untuk merubah hal tersebut. Lalu bagaimana mahasiswa melaksanakannya? Pada era reformasi mahasiswa berkutat pada demonstrasi dan pergerakan untuk menjatuhkan orde baru. Namun sekarang, arah pergerakan mahasiswa tidak jelas. Mahasiswa masih asyik dengan berbagai macam aktifitas yang tidak bermanfaat seperti pacaran dan shopping. Sekarang mahasiswa harus berubah. Mahasiswa harus lebih aktif dalam penelitian karena ini merupakan sesuatu yang bisa dimanfaatkan baik untuk sendiri maupun masyarakat. Penelitian menurut Kerlinger adalah investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari suatu proposisi hipotesis mengenai hubungan tertentu antarfenomena. Penelitian tidak harus dalam bidang teknologi, penelitian bisa sesuai dengan apa yang mahasiswa mampu lakukan. Setidaknya penelitan untuk mengarahkan masyarakat marjinal untuk bisa lebih baik dalam kehidupan mereka. Penelitian merupakan refleksi dari keinginan untuk mengetahui sesuatu berupa fakta-fakta atau fenomena alam. (Indriantoro & Supomo,1999: 16). Penduduk Indonesia pada tahun 2009 telah mencapai 299 juta jiwa. Sedangkan yang masuk dalam perguruan tinggi mencapai 4,8 juta. Meski baru sekitar 14 % dari jumlah penduduk. Indonesia akan bisa berubah manakalaa mereka para mahasiswa mau untuk melakukan penelitian. Penelitian mahasiswa harus benar-benar dilakukan sesuai dengan standard yang sudah ada. Jangan sampai penelitian ini hanya copy paste yang tidak mendidik. Melalui penelitiannya, mahasiswa akan bisa minimal membuat tugas akhir atau skipsi mereka menjadi berbobot. Karena hasil yang mereka keluarkan adalah hasil yang berkualitas dengan proses yang berkualitas pula. Maka kedepan Indonesia akan lebih maju karena setiap pemikirannya akan dilandasi oleh dasar yang kuat. Budaya penelitian akan menjadi budaya pemikir bagi setiap penduduk indonesia. Much Harun, Mahasiswa pendiidkan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus.. Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Jurnalistik.
Mahasiswa dapat mengirimkan opini melalui email
[email protected] dengan menyertakan fotocopy KTM yang masih berlaku dan foto close up. Panjang tulisan 2.500 karakter. Naskah diterima paling lambat 30 Juni 2011. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan bingkisan menarik.
Info Muria / Edisi V/ Mei-Juli 2011
Sosok Tajuk
Dari Wartawan Kampus Kini Wartawan Umum
Menanti Gerakan Baru Mahasiswa
M
ahasiswa Indonesia boleh berbangga hati. Berulang gerakan mahasiswa tidak pernah absen mengawal pergantian kepemimpinan nasional. Pergantian Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) hingga Era Reformasi, kepeloporan mahasiswa selalu hadir. Mei 1998 mahasiswa kembali menjadi pelopor gerakan reformasi. Namun, semangat reformasi menyisakan bertumpuk persoalan. Pasalnya, mahasiswa yang dahulu berada di garda depan gerakan reformasi, kini sepi aksi. Korupsi, kolusi, penyelewengan wewenang, mafia hukum dan pajak serta sederet daftar persoalan bangsa semakin subur. Padahal, Jika waktu ditarik mundur, pelaku atau pengelola pemerintahan kini adalah para mantan aktivis gerakan mahasiswa dari masa 1966 hingga 1998. Para mantan aktivis tersebut yang dahulu lantang menghendaki perubahan menuju pengelolaan pemerintahan yang baik dan bersih, kini setali tiga uang, sama saja. Rupanya, mahasiswa hanya baru mampu berperan sebagai agent of social change (agen perubahan sosial). Sementara, setelah perubahan terjadi aksi mahasiswa menjadi sunyi. Pelanggaran hukum yang makin marak tak mampu dikontrolnya. Peran mahasiswa yang selalu heroik, belum kunjung tiba. Akankah, bulan Mei akan muncul momentum gerakan mahasiswa kembali. Atau hanya berlalu menjadi seremoni tanpa arti. Sudah saatnya mahasiswa berevaluasi diri, menyusun rancangan agar ke depan mahasiswa benar-benar mampu berperan mengambil prakarsa meluruskan kembali spirit dan ruh reformasi. Kini, krisis yang dilanda bangsa, utamanya buka terletak hanya pada kepemimpinan. Terbukti, pasca bergantinya tampuk kepemimpinan, berbagai perilaku amoral dan pelanggaran hukum tetap tumbuh. Artinya, permasalahan KKN tidak cukup dijawab dengan demonstrasi untuk mengganti penguasa. Pun dibentuknya KPK. Ya, masalah utama terletak pada hilangnya nilai-nilai luhur yang pada masanya menjadi identitas bangsa. Krisis moral akut menggerogoti. Jika tidak cepat ditangani, ciri dan identitas bangsa hanya akan tinggal nama. Sehingga, waktunya bagi mahasiswa bergerak. Saatnya, fungsi peran mahasiswa sebagai agen kontrol sosial (agent of social control) diperkuat. Nilai-nilai luhur seperti tanggung jawab, rela berkorban, kejujuran, rendah diri dan sikap moral positif lain perlu kembali diuri-uri. Pendidikan karakter bangsa adalah jawabannya. Mahasiswa wajib ikut mengawalnya. Bukan sebaliknya. Redaksi n
M
ahasiswa tidak boleh manja saat mengikuti kegiatan kemahasiswaan, merupakan kunci bagi pria yang satu ini saat menjalani kuliah. Dengan loyalitas yang tinggi pada organisasi mengantarkan pria yang bernama Muhammad Ulin Nuha, SE ini beruntung dibandingkan dengan alumni lainnya, apalagi yang tidak mengikuti kegiatan kemahasiswaan sama sekali. Pasalnya, mahasiswa yang baru saja diwisuda pada bulan April tahun ini tanpa memerlukan waktu tunggu untuk mendapatkan perkejaan. Bukan secara kebetulan, rupanya pria yang hobi jalan-jalan dan olahraga ini sudah merintisnya sejak aktif di Unit Kegiatan Kemahasiswaan (UKM) Jurnalistik. “Dengan aktif berorganisasi, sangat bermanfaat bagi kita ketika lulus. Karena dapat mengasah keilmuan dan memdapatkan banyak jaringan,” ungkapnya. Selain itu, Ulin menambahkan, saat menjadi mahasiswa harus tahan banting (memiliki loyalitas tinggi pada organisasi). “Sekarang kualitas mahasiswa aktif di organisasi kemahasiswaan semakin menurun, karena banyak yang ‘manja’,” tandasnya. Ulin mulai November 2010 telah bekerja sebagai wartawan Radar Kudus (Jawa Pos Group). Selama mahasiswa, Ulin aktif sebagai Presiden BEM FE UMK periode 2008, Teater Koin FE UMK (2006-2011), Pemimpin Redaksi Majalah Pena Kampus (Peka), dan Pimpinan Umum Peka periode 2010-2011. “Mahasiswa aktif di organisasi jangan pernah berpikiran organisasi membutuhkan kita, tapi kita yang butuh organisasi itu. Hal itu bukan berarti kita memanfaatkan, tapi lebih pada loyalitasnya,” ujar Ulin, dengan muka tersenyum.
M Ulin Nuha
Lebih lanjut, menurut Ulin, perlu menyeimbangkan kemampuan soft skill dan hard skill yang dapat diperoleh dari organisasi kemahasiswaan dan bangku kuliah. “Kalau saya tidak aktif, mungkin sekarang saya belum dapat kerja,” terangnya. (Kholidin/Info Muria) Info Muria / Edisi V/ Mei-Juli 2011
Kampus
UMK Gelar Festival Pendidikan se-Jateng UMK- Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muria Kudus (UMK) menggelar Festival Pendidikan Jawa Tengah. Kegiatan yang akan berlangsung dari Senin (30/5) hingga Kamis (9/6) ini akan melibatkan sekolah-sekolah di Wilayah Jateng. Ketua Panitia, Raden Beni memperkirakan, tahun ini festival akan lebih meriah dibanding sebelumnya. Pasalnya, agar menarik, panitia menyusun rangkaian acara secara beragam. “Tidak hanya bazar pendidikan dan seminar, panitia juga menggelar perlombaan bagi pelajar pada tingkat Taman Kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi,” ujar Beni. Bazar Pendidikan, lanjut Beni, di antaranya akan disuguhkan pameran profil dan produk unggulan dari UMK, pameran buku dan teknologi, pameran foto, pementasan teater, wayang dangdut, tips dan trik cara cepat belajar, games pendidikan, nguri-uri batik, musik akustik, pameran tangan terampil mahasiswa, pembacaan puisi, pemutaran film dan karawitan. Panitia juga akan menghadirkan penemu pendekatan Bimbingan Konseling “Pancawaskita”, Prof. Dr. Prayitno, Phd. (Universitas Pendidikan Indonesia Bandung) pada acara seminar. Beragam perlombaan juga digelar. Di antaranya, lomba bimbingan kelompok, presentasi English Competition, cerdas cermat,
mendongeng, baca puisi, mewarnai, menggambar, poster, dan juga parade band. “Penunjung juga dapat memanfaatkan fasilitas free hotspot area 24 jam,” tuturnya. Festival Pendidikan, menurut Beni, merupakan bentuk persembahan sebagai wujud kepedulian mahasiswa untuk ikut andil dalam memajukan dunia pendidikan. Menurutnya Festival Pendidikan memiliki lima tujuan pokok. Pertama, berperan serta dalam meningkatkan mutu dan kualias pendidikan nasional. Kedua, meningkatkan motivasi serta konsentrasi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Ketiga, menyuguhkan informasi mengenai pendidikan kepada masyarakat umum. Keempat, memberikan gambaran solusi atas berbagai permasalahan pendidikan terkini. Terakhir, kelima, menunjukkan eksistensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sebagai pusat rujukan (central of excellent) masyarakat Jawa Tengah. Permasalahan peserta didik dan pendidik terkait pembelajaran di kelas, menurut Beni, juga dapat dicarikan solusi alternatif melalui peran aktifnya dalam kegiatan seperti ini. “Pasalnya, selama ini, proses belajar mengajar hanya mengejar target kurikulum. Tugas pendidik juga dirasa tuntas, meski hanya mengajarkan teori,” tambah Beni. (Harun/Info Muria)
Fakultas Pertanian Vitalkan Laboratorium UMK- Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus (UMK) merevitalisasi diri dengan melengkapi fasilitas laboratorium. Hal itu dilakukan setelah mendapatkan dana hibah kompetisi dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kemendiknas sebesar Rp 450 juta. Tahun ini, secara nasional, dari seluruh Fakultas Pertanian di Perguruan Tinggi Swasta, hanya Fakultas Pertanian UMK yang lolos memperoleh hibah ini. Dekan Fakultas Pertanian, Ir Hadi Supriyo MP mengatakan, sebagian besar dana hibah dimanfaatkan untuk penambahan alat– alat perlengkapan laboratorium. “Dana difokuskan untuk laboratorium. Hanya disisakan 12 juta dialokasikan untuk pelatihan,” tutur Hadi. Alasannya, menurut Hadi, adalah untuk menunjang model pembelajaran aktif sebagai tuntutan pelaksanaan kurikulum terbaru (KBK). Di mana Fakultas Pertanian dapat menggunakan KBK, apabila memiliki minimal tiga laboratorium, yakni Laboratorium Tanaman, Laboratorium Tanah, Laboratorium Hama dan Penyakit (proteksi). Pasalnya, keberadaan laboratorium adalah mendasar dan vital. Kini, Fakultas Pertanian UMK memiliki fasilitas laboratorium yang lengkap. Pasalnya, selain terdapat ketiga laboratorium di atas, juga ditambah Laboratorium Kultur Jaringan dan Laboratorium Bioteknologi. “Jadi, bisa dibilang plus, bahkan ditambah fasili-
Info Muria / Edisi V/ Mei-Juli 2011
tas penunjang berupa kebun dan Greenhouse,” jelas Hadi. Selain melengkapi perangkat teknologi pertanian, Fakultas Pertanian juga menyiapkan sumber daya manusia agar pemanfaatan teknologi maksimal. Menurut Hadi, keberadaan laboratorium pertanian dinilai telah memberikan sumbangan bagi masyarakat. Pasal-nya, ada bukti nyata produk. Misalnya pupuk organik curah dan teknologi pengolahan limbah air kelapa. Pihaknya juga berhasil membuat Mikro Organisme Lokal (Mol) sebagai bahan campuran pembuatan pupuk organik. Sebelumnya Mol hanya didapat dari toko. “Karena teknologi lebih lengkap, maka harus ada peningkatan kualitas produk, bahkan inovasi. Jika sementara ini hanya pupuk curah, ke depan dapat diolah lagi menjadi butiran pupuk (granole),” katanya. Ketua Pelaksana Hibah tersebut, Ir Zed Nahdi MSc, menambahkan pelaksanaan hibah ini bertujuan untuk memaksimalkan kualitas penelitian mahasiswa dan dosen serta memberikan kontribusi kepada masyarakat lebih besar. Harapannya ke depan Fakultas Pertanian bisa lebih optimal berperan aktif di masyarakat memberikan solusi bagi persoalan pertanian yang dihadapi. “Jadi tidak hanya tempat belajar mahasiswa saja, tapi juga petani sebagai wujud pengabdian dan pemberdayaan dari kampus,” tambah Zed Nahdi. (Farih/Info Muria)
Kampus Kesadaran Berinvestasi Masih Minim UMK- Kesadaran masyarakat untuk melakukan investasi dinilai masih minim. Selain kurang familiar, faktor keabsahan dari sisi hukum agama (Islam) belum secara jelas diketahui masyarakat. Hal itu diungkap dalam seminar bertema Perencanaan dan Strategi Investasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diselenggarakan pasca peresmian Pojok BEI Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus (UMK) pada Jum’at (27/5). Seminar menghadirkan Friderica Widyasari Dewi (Direktur Pengembangan BEI), Kannyi Hidayaht (DSN-MUI) dan Noviono Darmosusilo (Co-Head IPOT) sebagai pembicara. Dari jumlah data investor yang dimiliki BEI, kata Frideric, 67 persen investor adalah dari pihak asing. “Sisanya, baru dari investor domestik. Padahal, perkembangan dunia investasi
negara kita semakin membaik,” ujarnya. Untuk mengembangkan kelebihan dana, masyarakat lebih memilih bank sebab tidak memiliki pemahaman terkait investasi. Hal ini menurut Friderica berlainan dengan masyarakat luar negeri. Mereka lebih memilih investasi oleh karena keuntungannya yang menjanjikan. “Pastinya didukung pemahaman dan kejelian dalam menentukan pilihan investasi yang potensial,” katanya. Selain minimnya pengetahuan, gambling dan spekulasi yang menjadi kesan utama ketika berinvestasi di bursa juga menjadi penghambat. Pasalnya, mayoritas penduduk beragama Islam. Di mana sebagian mereka khawatir apabila transaksi perdagangan yang dilakukan pada bursa saham tidak sah secara Hukum Islam (syar’i).
“Fatwa keabsahan bursa saham secara syar’i sebenarnya sudah ada. Namun karena baru selesai, sosialisasi kepada masyarakat juga belum maksimal,” katanya. Pada 13 April 2011, BEI telah menerima fatwa keabsahan transaksi pada bursa saham dari Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI). “Di daftar bursa efek syari’ah juga sudah terdapat 224 perusahaan,” terangnya. Anggota DSN-MUI, Kani Hidayah mengatakan, keputusan terkait keabsahan transaksi di bursa efek diatur dalam Fatwa No.80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syari’ah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek. “Transaksi dan akad jual-beli saham tidak melanggar Hukum Islam,” ujarnya.(Farih/Info Muria)
Teknologi Divine Kretek Pacu Hasil Produksi Pertanian UMK- Akhir-akhir ini telah dikembangkan teknologi divine kretek untuk kepentingan pertanian. Melalui teknologi ini, hasil panen produk pertanian diperkirakan akan meningkat. Penelitian sudah dilakukan. Pengembang teknologi divine kretek untuk penyembuhan, dokter Gretha Zahar memberikan penjelasan tersebut di Universitas Muria Kudus (UMK) pada Selasa (24/5). Dalam acara bertajuk Pemaparan Pemanfaatan Teknologi DIvine Kretek ini, Gretha memaparkan hasil penelitian yang dikembangkannya
kepada peserta, yakni dosen-dosen Fakultas Pertanian UMK. Gretha telah melakukan eksperimen mengenai teknologi divine kretek/rokok dan teknologi nano sebagai solusi dalam produksi padi. Dalam makalah, Gretha memberikan penjelasan cara pemanfaatannya. Asap divine kretek dapat ditambahkan pada kompos untuk selanjutnya disemprotkan ke tanaman padi. Hasilnya, kata Gretha, tanaman padi yang disemprot dengan asap divine relatif tidak terserang hama. Sementara
Agenda UMK Fakultas Psikologi menyelenggarakan workshop “Menumbuhkembangkan Potensi Anak” pada Minggu (12/6). Hadir sebagai pembicara adalah Benyamin Agus (Master Trainer PAUD Jawa Tengah) dan Silviana Endang (Manajer PAUD Trilingual). Informasi lebih lanjut hubungi 081 329 288 331 (Latifa)
Suara UMK
yang tanpa asap divine, tikus dan belalang menyerangnya. “Hasil padi yang dirawat dengan asap divine berasnya lebih jernih, pulen dan berasa. Artinya, kualitas lebih baik,“ tegasnya. Divine kretek, oleh Gretha juga dimanfaatkan untuk penyembuhan kanker. Tentunya setelah diuji secara kesehatan. Dengan media rokok, melalui teknologi ini beragam penyakit dapat diobatinya. Ia pun membuka klinik dengan rokok sebagai media penyembuhnya. (Farih/Info Muria)
Sivitas Akademika yang ingin menyampaikan saran atau usul, dapat mengirim pesan ke 081325401722 atau
[email protected],
[email protected].
(-) Mahasiswa ngonline jangan di tangga yo. Masuk perpus aja. Oopsss perpusnya dah gak muat, ya??? (081235XXX) (-) Mahasiswa kok banyak yang ngekos di kampus to? (08562708xxx) (-) Demi keindahan kampus, mahasiswa harus menjaga kebersihan di lingkungan kampus. So, usahakan hidup bersih dalam kehidupan sejak dini. (085641841xxx)
Info Muria / Edisi V/ Mei-Juli 2011
Kudusan
Pisang Tanduk Khas Muria
D
esa Colo selain dikenal sebagai desa tujuan wisata, yang memiliki hawa sejuk, bumi perkemahan, air terjun montel dan pemandangan kawasan pegunungan Muria yang eksotik, serta dikenal juga sebagai tempat berziarah karena terdapat makam salah satu wali penyebar agama Islam di tanah Jawa yakni Raden Umar Said atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Muria. Tak hanya itu, Colo juga dikenal dengan hasil buminya yang melimpah ruah diantaranya Parijoto, Jeruk Pamelo, Talas, Jangklong (jawa; red), Alpukat, dan Pisang Byar. Pisang Byar memiliki keunikan tersindiri bagi wisatawan
K
sebagai oleh-oleh khas asal Muria. Para Kinanti (pedagang gendong) biasanya menjual dalam keadaan mentah secara tundunan, dan jika sudah direbus dijual secara gandeng (2 buah). “Segandeng pisang byar matang harganya dua ribu mbak, atau yang mentah ini segandeng cukup dua ribu,” pinta Mutiah, saat menawarkan dagangannya pada pengunjung. “Para wisatawan yang berkunjung ke Kudus hanya bisa mendapatkan pisang byar ini di kawasan Muria saja. Karena di daerah lain belum dapat dibudidayakan dengan baik,” ujar Ir. Supari, MSi, pakar pertanian UMK kepada Portal UMK. Menurut Supari pisang byar atau pisang tanduk ini mempunyai nilai khas yang berbeda dengan bentuk pisang lainnya, dari ukurannya yang besar dan panjangnya mencapai 25-30cm, juga mempunyai rasa manis keasaman dan kenyal jika disantap. “Pisang ini memiliki bentuk menarik dan biasanya pisang byar ini cocok untuk dibudidayakan di daerah pegunungan seperti halnya di Kawasan Muria, sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat muria,” terangnya. Dalam membudiyakan pisang byar masyarakat menganut culture teknis berdasarkan pada pola tanam secara turun temenurun. “Rasanya itu seperti ada madu di tengahnya,” kata Anis Fajriyah, pelanggan yang sering menyempatkan beli pisang byar saat berziarah ke makan Sunan Muria. Merutnya, hal itu telah menjadi tradisi keluarganya dalam membeli pisang byar, untuk dijadikan oleh-oleh khas asal Colo pada kerabat terdekat. (Kholidin & Anik/ Portal UMK)
Nikmatnya Lentong Tanjung
ios Lentog Tanjung Ibu Sapuan siang itu, masih melayani pelanggannya meski di sekitar kiosnya yang berderet dan khusus menjual Lentog itu sudah pada tutup. Kios-kios berwarna orange yang biasa buka dari setengah enam pagi hingga pukul 14 siang itu selalu ramai di kunjungi para pelanggannya, terlebih pada hari minggu dan hari libur nasional. “Yo, soko adoh mas, biasane ono seng teko Semarang,” kata pemilik warung yang memiliki nama asli Suriyah itu menjawab obrolan pelanggannya. Pada hari libur, Suriyah mampu mendapatkan keuntungan lebih hingga ratusan ribu karena banyaknya pembeli dari dalam maupun luar kota Kudus yang menyukai lontongnya. Tiga belas tahun sudah Suryani menjajakan lentog di kiosnya yang berada di Jl.Tanjung Gang 1 Ds. Tanjung Karang Kudus sehingga Suryani memiliki teknik tersendiri dalam menjajakan masakan khas Kudus yang satu ini. “Sak benere podo karo liyane mas, yo wonten lontonge, dudoh nongko dimasak lodeh, karo tahu kothoan. Resepe seng penting murah ntuk akeh regane cukup Rp 2500 sak porsi,” tuturnya sambil menyajikan sate telur, dan sate usus.
10 Info Muria / Edisi V/ Mei-Juli 2011
Agar mendapatkan lontong yang khas, Suryani membutuhkan waktu selama 3 jam dalam merebus beras yang terbungkus daun pisang itu. Untuk sayur nangkanya Suryani merebus nangka muda dengan bumbu yang telah dihaluskan yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, kemiri, sedikit garam, dan ditambah daun salam, serta lengkuas dibiarkan hingga nangka menjadi medok (matang benar). Sedangkan opor tahu, dimulai dengan menumis bumbu halus terlebih dahulu, lalu memasukkan satu batang serai yang telah dimemarkan, satu buah daun salam, satu batang lengkuas dengan panjang 2 cm, dan 2 lembar daun jeruk hingga tercium aroma harum, kemudian baru memasukkan tahu yang telah digoreng bersama santan. Nama Tanjung yang dipakai dalam Lentog tersebut memang belum ada keterangan secara jelas, namun banyak yang mengatakan karena pembuatnya orang Tanjung, sehingga disebut dengan sebutan Lentog Tanjung hingga sekarang. Bagi Anda yang belum pernah mencoba, tidak ada salahnya untuk mencicipi menu masakan yang lezat ini, dan anda akan dibuatnya ingin mencoba lagi dan lagi setelah mencobanya. (Kholidin/Info Muria)
Buku
Setengah Hati Melindungi Rokok
P
Judul : Hukum & Ancaman Keberlangsungan Industri Rokok Penyunting : Zamhuri Penerbit : Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Muria Kudus ( UMK) kerjasama dengan Lembaga Studi Sosial dan Budaya (LS2B) Sumur Tolak Kudus Cetakan: Pertama, I Februari 2011 Tebal : x + 145 halaman
emerintah bersikap ambivalen terhadap rokok. Lewat bidang kesehatan rokok diharamkan, sementara kebijakan dagang justru menjadikan rokok primadona. Industri rokok menjadi satu dari 10 industri prioritas nasional. Setiap tahun, target penerimaan cukai rokok dinaikkan. Pada sisi kesehatan, rokok dikategorikan mengandung zat adiktif sehingga keberadaanya terancam hilang, sebagaimana diatur Pasal 133 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Sarana promosi (iklan) dan pembatasan rokok juga dilakukan. Buku ini menyajikan pandangan tokoh yang menggeluti masalah rokok dari aspek ekonomi, hukum, dan kesehatan. Di mana ambivalensi pemerintah menyebabkan industri rokok terancam gulung tikar. Dampak sosial akan terjadi jika pembatasan industri rokok diperketet dengan mengesahkan RUU Tembakau. Pembatasan mengakibatkan menurunnya jumlah industri rokok. Akibatnya, menurunnya bahan baku dan tenaga kerja. Rakyat kecil, seperti
petani tembakau atau cengkeh, buruh perkebunan dan pabrik kena imbas. Sehingga pendapatan menurun. Maka, pembatasan industri rokok seperti pemiskinan struktural. Konsekuensi pemerintah dalam membatasi rokok juga belum jelas. Padahal, ia bertanggungjawab menyiapkan lahan ekonomi baru bagi rakyat yang bergantung pada sektor rokok. Pemilik pabrik tentu bukan orang yang sangat dirugikan, tetapi pekerjaan. Kebijakan hukum pemerintah seharusnya mengakomodir semua pihak. Sebab itu, menilai tembakau sebagai zat adiktif hendaknya ditinjau ulang. Rokok belum tentu mengandung zat adiktif seperti tuduhan selama ini. Bahan bersifat adiktif dari nikotin tidak hanya rokok. Nikotin justru juga ditemukan pada buah-buahan. Ternyata, manusia membutuhkan nikotin pada kadar tertentu. Nikotin pada rokok didapat dari akar rambut tanaman tembakau yang digunakan sebagai senjata pertahanan (defence agent) menghadapi serangan serangga terhadap daun tembakau. Wacananya, nikotin itu senyawa adiktif yang sangat kuat. Padahal, tingkat akseptabilitas nikotin lebih rendah dari alkohol dan hampir setara dengan kafein. Gambaran ini menyesatkan masyarakat. Produk hukum hendaknya tidak melulu memojokkan rokok. Tetapi mengkaji lebih komprehensif dampak pembatasan rokok. Regulasi mengenai rokok belum memberikan perlindungan maksimal bagi masyarakat. Regulasi rokok harusnya diperjelas dan diperkuat sesuai kondisi yang ada, sehingga industri rokok juga bisa eksis. (Zakki Amali)
Upaya Memahami Seseorang
P
emahaman individu diperlukan dalam bimbingan dan konseling. Tanpa menegenali individunya pertolongan yang tepat dan terarah tidak mungkin dilakukan. Oleh karenanya, buku ini perlu menjadi pegangan Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK). Selama ini, buku yang sesuai silabi ini sulit ditemukan. Karena itulah, penulis terdorong untuk menuliskan buku berjudul “Pemahaman Individu Teknik Non Tes” ini. Harapannya dapat menjadi pegangan mahasiswa. Kehadiran buku ini sangat membantu mahasiswa. Buku memaparkan secara rinci tentang bagaimana cara memahami individu dalam konteks bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik non tes. Dibandingkan buku-buku lain, buku ini relatif lengkap dan tesusun rapi berurutan. Setiap bab disajikan secara jelas disertai dengan contoh-contoh yang mudah dipahami. Juga disertai rangkuman dan evaluasi, sehingga dapat digunakan mahasiswa untuk belajar secara mandiri dan sebagai bahan diskusi. Bab III misalnya, Metode Observasi dijelaskan mulai dari tujuan umum, tujuan khusus, kata kunci, media pembelajaran, serta
Judul : Pemahaman Individu Teknik Non Tes Penulis : Susilo Rahardjo dan Gudnanto Penerbit : Nora Media Enterprise Cetakan : Pertama, Februari 2011 Tebal : xiv + 330 halaman
uraian materi. Dalam uraian materi terlihat dalam penyampainnya yang padat, tepat dan jelas dari pengertian observasi, bentukbentuk observasi, menyusun panduan observasi, alat-alat bantu observasi, analisis hasil observasi, sampai pada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan observasi, sehingga memudahkan mahasiswa untuk memahami materi tersebut. Pada bagian akhir disertai pula glosari dan lampiran yang berisi Keputusan Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (PB ABKIN) nomor 010 tahun 2006 tentang Penetapan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling ABKIN yang perlu diketahui oleh banyak pihak. (Anik Nur Khaninah/Info Muria)
Info Muria / Edisi V/ Mei-Juli 2011 11
12 Info Muria / Edisi V/ Mei-Juli 2011