PENGALAMAN SPIRITUAL MAHASISWA SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF PADA MAHASISWA PROGDI PAI STAIN SALATIGA ANGKATAN 2012 SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : AFIF KURNIA ROHMAN NIM : 11110007
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014 i
PENGALAMAN SPIRITUAL MAHASISWA SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF PADA MAHASISWA PROGDI PAI STAIN SALATIGA ANGKATAN 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : AFIF KURNIA ROHMAN NIM : 11110007
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014 i
ii
PENGALAMAN SPIRITUAL MAHASISWA SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF PADA MAHASISWA PROGDI PAI STAIN SALATIGA ANGKATAN 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : AFIF KURNIA ROHMAN NIM : 11110007
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014 iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama
: Afif Kurnia Rohman
NIM
: 11110007
Jurusan Tarbiyah
: Pendidikan Agama Islam
Judul : Pengalaman Spiritual Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Mengikuti Mata Kuliah Akhlak Tasawuf pada Mahasiswa Progdi PAI STAIN Salatiga Angkatan 2012 telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 15 Juli 2014 Pembimbing
Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd. NIP. 19681104 199803 1 003
iv
SKRIPSI PENGALAMAN SPIRITUAL MAHASISWA SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF PADA MAHASISWA PROGDI PAI STAIN SALATIGA ANGKATAN 2012
DISUSUN OLEH AFIF KURNIA ROHMAN NIM: 111 10 007 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi AgamaIslam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 20 September 2014 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Penguji Ketua Penguji
Dr. H. Agus Waluyo, M. Ag.
______________________
Sekretaris Penguji
Dra. Maryatin, M.Pd.
______________________
Penguji I
Drs. Juz‟an, M. Hum.
______________________
Penguji II
Mufiq, S. Ag., M. Phil.
______________________
Penguji III
Drs. Ahmad Sultoni, M. Pd.
______________________
Salatiga, 25 September 2014 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. NIP. 19670112 199203 1 005
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Afif Kurnia Rohman
NIM
: 11110007
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 15 Juli 2014 Yang menyatakan,
Afif Kurnia Rohman
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Agama bukanlah sekedar pengetahuan, melainkan pengalaman spiritual. Maka, jadilah orang beragama yang yakin, dekat, dan cinta kepada Tuhan.
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada: Kedua orang tuaku yang selalu mendidik dan membimbingku dalam kebaikan, sehingga aku menjadi pribadi yang pantang menyerah dan terus meningkatkan potensi kebaikan. Inspiratorku Bapak Ahmad Sultoni dan Bapak Yusuf Khumaini yang selalu membimbingku dalam menemukan pengalaman spiritual dan ilmu langit yang sangat menakjubkan dalam hidupku dan Motivatorku Pak Walyono yang rutin setiap minggu selalu memberikan pencerahan spiritual kepadaku. Tim COSMo Trainer (Community of Spiritual Motivation) yang selalu menemaniku untuk berjuang menebar kebaikan di setiap training dan Tim Bimbel RADHWA yang selalu memberikan ruang untuk terus meningkatkan potensi akademikku. Sahabat-sahabatku mahasiswa STAIN Salatiga angkatan 2010 dan teman-teman klien yang selalu memberikan inspirasi baru di setiap konseling dan konsultasi.
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, serta para pengikutnya. Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya di hari akhir. Aamiin. Sebagai insan yang dhoif, penulis sadar bahwa skripsi ini bukanlah tugas yang ringan, yang tidak akan terselesaikan tanpa bantuan pihak yang berkompeten, yang penulis tidak mampu menyebutkan satu persatu. Oleh karena itu
dengan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan,
bimbingan, motivasi dan iktikad baik kepada: 1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Suwardi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tarbiyah. 3. Rasimin, S.Pd.I., M.Pd., selaku Ketua Program Studi PAI. 4. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si., selaku Pembimbing Akademik. 5. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd., selaku pembimbing yang telah mencurahkan waktu, pikiran dan tenaganya , hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Sahabat-sahabatkuku tercinta yang telah memberikan bekal baik materiil maupun spirituil.
viii
7. Teman-teman mahasiswa progdi PAI angkatan 2012 yang telah bersedia meluangkan waktunya membantu penulis dalam pengambilan data skripsi ini. Akhirnya penulis hanya bisa berdo‟a semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan kebaikan yang berlipat ganda kepada mereka. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kajian yang akan datang yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, Aamiin.
Salatiga, 15 Juli 2014 Penulis
Afif Kurnia Rohman NIM.11110007
ix
ABSTRAK Rohman, Afif Kurnia. 2014. Pengalaman Spiritual Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Mengikuti Mata Kuliah Akhlak Tasawuf pada Mahasiswa Progdi PAI STAIN Salatiga Angkatan 2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Pembimbing: Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd . Kata Kunci: Pengalaman Spiritual Mahasiswa, Mata Kuliah Akhlak Tasawuf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman spiritual mahasiswa progdi PAI STAIN Salatiga angkatan 2012 yang telah mengambil mata kuliah akhlak tasawuf. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Dilaksanakan di Kampus I STAIN Salatiga dari tanggal 5-17 April 2013 dan 19 Nopember 2013-25 Februari 2014. Responden dalam penelitian ini ada 100 mahasiswa (3 kelas mata kuliah akhlak tasawuf) dari 232 mahasiswa dan Informan ada 10 mahasiswa PAI angkatan 2012. Metode pengumpulan data dengan metode angket, wawancara dan dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah analisis deduktif secara deskriptif. Kesimpulan penelitian: (1) Perubahan sikap mahasiswa diantaranya: Kepribadian; Mahasiswa yang sebelumnya tidak tahu mengenai pribadinya sendiri menjadi lebih mengenali dirinya sendiri, Mahasiswa yang sebelumnya sering mengeluh menjadi menikmati indahnya bersyukur, Mahasiswa yang sebelumnya ragu dan bimbang menjadi percaya akan keajaiban dan kekuasaan Tuhan, Perilaku Sosial; Mahasiswa yang sebelumnya membantah perintah orangtua menjadi semakin patuh kepada orangtuanya, Mahasiswa yang sebelumnya tidak mempunyai rasa peduli dengan sesamanya menjadi bersimpati kepada orang lain, Mahasiswa yang sebelumnya tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya menjadi perhatian terhadap kelestarian lingkungan sekitar, Keaktifan Beribadah; Mahasiswa yang sebelumnya jarang sholat menjadi rajin dan rutin melaksanakan sholat, Mahasiswa yang sebelumnya malas-malasan berpuasa menjadi rajin melaksanakan puasa sunnah, Mahasiswa yang sebelumnya jarang menyentuh alQur‟an menjadi rajin membaca al-Qur‟an dan memahami maknanya. (2) Pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan: mereka mendapatkan kenikmatan dalam melakukan berbagai aktifitas dengan ridho orangtua dan merasakan bahwa karomah orangtua benar-benar ada, mereka merasakan kenikmatan tersendiri ketika bisa bersedekah dan mendapatkan kesenangan batin diluar prediksi serta mendapatkan kenikmatan diluar batas kemampuan, serta mahasiswa mendapatkan balasan secara cepat dan tidak terduga setelah berdoa dengan keyakinan dan kepasrahan kepada Allah SWT. (3) Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual adalah dengan memahami ilmu dan wawasan tentang: Sholat Berjamaah, Berdoa, Sedekah, Puasa Sunnah, Sholat Tahajud, Sholat Dhuha, Membaca Al-Qur‟an, dan Membaca Sholawat, secara sungguhsungguh dan konsisten sehingga mereka yakin bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu.
x
DAFTAR ISI SAMPUL ............................................................................................................. i LEMBAR BERLOGO ....................................................................................... ii HALAMAN JUDUL .......................................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .................................................. v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................... vi HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii ABSTRAK .......................................................................................................... x DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Definisi Operasional ................................................................................. 5 C. Rumusan Masalah .................................................................................... 7 D. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7 E. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 8 F. Metode Penelitian ..................................................................................... 9 G. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................................. 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengalaman Spiritual 1. Pengantar ...................................................................................... 17 2. Pengertian ..................................................................................... 20 3. Karakteristik ................................................................................. 23 4. Tujuan .......................................................................................... 26 5. Contoh-contoh .............................................................................. 27 xi
B. Akhlak Tasawuf 1. Pengertian ..................................................................................... 29 2. Tujuan dan Ruang Lingkup........................................................... 33 3. Metode Pembelajaran ................................................................... 36 4. Tema Pokok ................................................................................. 38 C. Pengalaman spiritual dalam akhlak tasawuf ............................................ 47
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. PAPARAN DATA 1. Sejarah Kampus STAIN Salatiga ................................................. 49 2. Visi dan Misi STAIN Salatiga ..................................................... 53 3. Kondisi Objektif Mahasiswa STAIN Salatiga ............................ 54 B. TEMUAN PENELITIAN 1. Data Hasil Angket Terbuka .......................................................... 56 2. Data Hasil Wawancara ................................................................. 58
BAB IV ANALISIS A. Perubahan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti kuliah akhlak tasawuf ............................................................. 75 B. Pengalaman spiritual yang mahasiswa ..................................................... 79 C. Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual ............................... 81
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................. 90 B. Saran ......................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL TABEL I
Data Perubahan Sikap Mahasiswa Sebelum dan Sesudah mengikuti Mata Kuliah Akhlak Tasawuf ..................................... 56
TABEL II
Data Pengaruh Akhlak Tasawuf terhadap Kepribadian, Perilaku Sosial dan Keaktifan Beribadah ..................................... 57
TABEL III
Data Informan Wawancara .......................................................... 58
TABEL IV
Data Perubahan Sikap Para Informan ........................................... 59
xiii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar Riwayat Hidup 2. Angket Penelitian 3. Lembar Wawancara 4. Verbatim Hasil Wawancara 5. Nota Pembimbing 6. Daftar SKK 7. Lembar Konsultasi Skripsi
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah salah satu makhluk yang paling mulia yang diciptakan sebagai khalifah di bumi ini. Manusia tidak bisa hidup dengan tentram dan damai jika tidak berkomunikasi dengan Tuhan. Relasi manusia dengan Tuhannya akan berakhir bahwa Tuhanlah satu-satunya referensi yang pokok dan dasar dari segala yang ada. Ma‟rifat Allah merupakan perbendaharaan dan kemuliaan bagi manusia yang memiliki kalbu, arti rohani sering disebut akal, nafsu dan ruh (Simuh, 1999:33). Dengan hati dan akal inilah manusia diharapkan mampu membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk. Tasawuf berasal dari kata “Shofa-un” yang artinya bersih atau murni. Kata inti yang menjadi motivasi dan laku sufi (orang yang melakukan ajaran tasawuf) adalah pembersihan batin atau hati. Kesucian hati sangat dibutuhkan bahkan menjadi prasyarat tercapainya penglihatan atau ma‟rifat Tuhan. Adapun tujuan dari tasawuf yang hakiki adalah pembinaan akhlak secara pribadi dan berhubungan dengan makhluk lain, yang semua itu dilakukan untuk memperoleh kerelaan Tuhan. Kesadaran diri akan kehadiran Tuhan dengan segala kesempurnaan sifat-Nya. Proses untuk membersihkan diri dan mengendalikan nafsu yang muncul dari dalam diri manusia akibat pengaruh lingkungan duniawi inilah hakekat
1
dari tasawuf. Untuk dapat mengetahui dan membaca situasi dan kondisi dimana manusia berada membutuhkan keadaan diri yang suci dan bersih. Hal ini merupakan tuntunan dari syariat dan untuk menuju pada hakekat agama islam. Sinergi antara pencarian ilmu dan penyucian diri seperti tersebut dalam Al-Quran Surat Al-„Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
Artinya:
“Bacalah
dengan
(menyebut)
nama
Tuhanmu
yang
Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Ayat di atas memerintahkan manusia untuk membaca dalam arti membaca kondisi masyarakat yang membutuhkan perubahan ke arah yang lebih baik. Tentu ini menjadi dakwah yang paling logis ketika dimulai dengan membersihkan diri dengan mengagungkan Asma Allah sebagai landasan untuk beramal baik dengan disertai niat yang suci karena tasawuf pada dasarnya menekankan pada keadaan batiniah dan jiwa serta lahiriyah dalam beribadah yaitu penyerahan diri secara total kepada Allah SWT.
2
Akhlak tasawuf merupakan salah satu ilmu yang mengembangkan sistem pendidikan yang khas dimana persoalan batiniah menjadi persoalan yang paling dominan dalam memberikan pengalaman spiritual dan mempengaruhi watak serta kepribadian seseorang. Akhlak tasawuf secara esensial menjadi sebuah pembelajaran yang praktis dan implementatif untuk mendidik, membimbing serta membina seseorang mengikuti suatu cara berfikir, merasa dan bertindak sesuatu. Akhlak tasawuf merupakan kolaborasi antara ilmu akidah dan ilmu akhlak dimana seseorang yang mempunyai akidah yang baik bisa dipastikan mempunyai akhlak, tindakan serta pengalaman spiritual yang baik pula. Kita sadar bahwa manusia mempunyai naluri ber-Tuhan. Naluri ber-Tuhan yang terdapat menurut kejadian diri setiap orang mungkin akan lenyap apabila tidak dipupuk dan dipelihara. Apalagi kalau disengaja untuk dihilangkan atau dimatikan dengan jalan melepaskan diri kepada pengaruh kerohanian dan rasa ke-Tuhanan. Allah SWT menciptakan manusia dengan membawa jiwa imanitas dan humanitas yang tumbuh sebelum manusia lahir di dunia. Yang dimaksud imanitas adalah manusia dilahirkan di dunia ini pada hakekatnya adalah dalam keadaan iman dan bahwasanya sebelum dilahirkan manusia meyakini Allah yang menciptakan manusia tersebut karena setiap bayi yang dilahirkan di dunia ini adalah dalam keadaan suci. Sedangkan yang dimaksud dengan humanitas adalah di mana manusia sebagai salah satu khalifah ataupun individu yang diberi kelebihan oleh Allah SWT yang memiliki kehendak untuk mengendalikan, mengarahkan dan mengembangkan segenap potensi-
3
potensi positif yang ada dalam jiwa manusia, jiwa inilah yang menandakan substansi manusia yang berbeda dengan substansi makhluk lain. Manusia mungkin bisa menemukan dirinya karena dengan mengenal dirinya ia akan mengenal Tuhan, seperti yang tertera dalam QS. Al-Hasyr: 19 yang berbunyi
Artinya: “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.” Mayoritas mahasiswa yang mengimplementasikan akhlak tasawuf dalam kehidupan pribadinya, mengalami hal-hal ajaib yang mengindikasikan bahwa mereka telah mendapatkan pengalaman spiritual yang baik meskipun ada juga mahasiswa yang belum berhasil mendapatkan pengalaman spiritual karena rendahnya tingkat keyakinannya kepada Allah. Moralitas yang menjadi inti dari ajaran tasawuf dapat mendorong mahasiswa untuk memelihara dirinya dari
menelantarkan
kebutuhan-kebutuhan
spiritualitasnya.
Sebab,
menelantarkan kebutuhan spiritualitas sangat bertentangan dengan tindakan yang dikehendaki Allah. Di samping itu, hubungan perasaan mistis dan berbagai pengalaman spiritual yang dirasakan oleh mahasiswa juga dapat menjadi pengobat, penyegar, dan pembersih jiwa yang ada dalam diri manusia. Ada alasan berbeda dalam mensikapi eksistensi akhlak tasawuf. Ada yang menolak karena Akhlak Tasawuf dipandang sebagai ilmu yang
4
mengajarkan kemustahilan dan tidak sesuai dengan logika, anggapan itu muncul dari beberapa mahasiswa yang masih menganut paham humanism, dimana ukuran kebenaran adalah otak dan logikanya. Kebanggaan dirinya atas kuasa otak menutup hatinya untuk menerima kekuatan yang lebih besar dari apa yang ia miliki (Sultoni, 2007:2). Fakta tersebut yang mengakibatkan mahasiswa yang satu dengan mahasiswa lainnya mempunyai kuantitas dan kualitas
pengalaman
spiritual
yang berbeda-beda.
Mahasiswa
yang
melaksanakan ajaran Akhlak Tasawuf dengan keyakinan yang benar secara signifikan akan mendapatkan pengalaman spiritual yang ajaib, serta kualitas akidah dan akhlaknya semakin meningkat. Bertolak dari latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Pengalaman Spiritual Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Mengikuti Mata Kuliah Akhlak Tasawuf pada Mahasiswa Progdi PAI STAIN Salatiga Angkatan 2012.
B. Definisi Operasional Untuk memberikan batasan-batasan yang jelas dalam skripsi ini, penulis perlu menegaskan istilah-istilah dalam judul di atas. 1. Pengalaman Spiritual Pengalaman adalah hasil persentuhan alam dengan panca indra manusia. Spiritual adalah kata sifat yang berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin), dimensi supra natural, berbeda dengan dimensi
5
fisik,
sesuatu
yang
suci,
keagamaan,
dan
lain-lain.
(http://www.id.wikipedia.org/wiki) Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengalaman spiritual mahasiswa yang sifatnya positif seperti merasakan kenikmatan bisa melakukan ibadah, mendapatkan ketenangan batin atas berbagai masalah yang dihadapi, mendapatkan kesenangan diluar dugaan serta mendapatkan kenikmatan di luar batas kemampuan mahasiswa setelah mahasiswa mengenal Allah SWT, sehingga mahasiswa lebih yakin, lebih dekat dan lebih cinta kepada Allah SWT.
Artinya: “…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya…” (QS. Ath-Thalaq: 2-3) 2. Akhlak Tasawuf Akhlak tasawuf adalah ilmu yang mengajarkan kepada manusia untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah. Urgensi tasawuf adalah upaya positif untuk sadar dan mengenal pada eksistensi Tuhannya (Sultoni, 2007:20). Akhlak tasawuf yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mata kuliah akhlak tasawuf yang diajarkan kepada mahasiswa STAIN Salatiga, dimana tema pokoknya adalah The Power of Praying (kekuatan berdoa) dan The Power of Giving (kekuatan sedekah). Keduanya sejalan dengan
6
tujuan mata kuliah akhlak tasawuf yang diajarkan di STAIN Salatiga yaitu pada akhir semester mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini diharapkan akandapat memahami upaya manusia dalam merealisasikan kesempurnaan
akhlak,
pemahaman
tentang
hakekat
realitas
dan
kebahagiaan rohani dalam wujud komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Allah serta mahasiswa mampu mengaplikasikan konsepkonsep Tasawuf dalam mensikapi problema kehidupan.
C. Rumusan Masalah 1. Apa perubahan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf? 2. Apa pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan ketika mereka mengaplikasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata kuliah akhlak tasawuf? 3. Bagaimana cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual sehingga mereka yakin bahwa Tuhan benar-benar ada, Maha Kuasa dan Cinta kepada hambaNya?
D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apa perubahan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf.
7
2. Untuk mengetahui apa pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan ketika mereka mengaplikasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata kuliah akhlak tasawuf. 3. Untuk mengetahui bagaimana cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual sehingga mereka yakin bahwa Tuhan benar-benar ada, Maha Kuasa dan Cinta kepada hambaNya.
E. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat praktis a. Bagi Dosen Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para dosen dalam mendidik dan membimbing mahasiwa agar mau meningkatkan kualitas amal shalih sehingga menemukan pengalaman spiritual dengan Tuhannya. b. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi mahasiswa, agar mereka senantiasa mengaplikasikan apa yang telah diajarkan dalam mata kuliah akhlak tasawuf sehingga menemukan pengalaman spiritual yang positif. 2. Manfaat teoritis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi keberlangsungan pendidikan keagamaan terutama Akhlak Tasawuf di
8
kalangan mahasiswa STAIN Salatiga serta memperkaya ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan islam.
F. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif. Sugiyono (2012: 9) mengatakan bahwa: “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data yang dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.”
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala perubahan sikap mahasiswa ke arah yang lebih baik setelah mengikuti perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf. 2. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:215).
9
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa PAI angkatan 2012 yang telah mengikuti mahasiswa mata kuliah akhlak tasawuf berjumlah 232 orang. b. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi (Sugiyono, 2012:215). Pengambilan sampel yang subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan populasi. Selanjutnya jumlah subjek yang lebih dari 100 maka diambil salah satunya antara 10-15% atau 2025% atau lebih (Arikunto, 1998:20). Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel 43% dari 232 orang sehingga besarnya sampel berjumlah 100 orang untuk dijadikan responden untuk mengisi angket terbuka. Sedangkan dari 100 orang responden di atas, peneliti mengambil 10 informan untuk diwawancarai berkaitan dengan pengalaman spiritual para informan. 3. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki obyek penelitian. Selain itu dalam memandang realitas, penelitian kualitatif berasumsi bahwa realitas itu bersifat holistik (menyeluruh), dinamis, tidak
10
dapat dipisah-pisahkan ke dalam variabel-variabel penelitian. Kalaupun dapat dipisah-pisahkan, variabelnya akan banyak sekali. Dengan demikian dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan instrumen penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif ini adalah the researcher is the key instrument. Jadi peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. (Sugiyono: 2012:223) 4. Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kampus I Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dengan unit analisisnya adalah mahasiswa program studi pendidikan agama islam. Selain letaknya yang strategis, alasan lain pemilihan tempat penelitian adalah berkaitan dengan upaya meningkatkan kesadaran mahasiswa STAIN Salatiga tentang pentingnya pengalaman spiritual yang terkandung dalam ajaran mata kuliah akhlak tasawuf khususnya saat berada di kampus, maupun di masyarakat nantinya. 5. Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan langsung dari tangan pertama, yaitu kata-kata dan tindakan subyek serta gambaran dan pemahaman dari subyek yang diteliti sebagai
11
dasar utama melakukan interpretasi data. Data tersebut diperoleh secara langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data yang diperlukan. Pada penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah mahasiswa STAIN Salatiga progdi PAI angkatan 2012 yang telah mengikuti mata kuliah akhlak tasawuf. Dalam hal ini yang menjadi informan kunci adalah dosen mata kuliah akhlak tasawuf STAIN Salatiga. Dari informasi informan kunci tersebut akan dilakukan penelusuran lebih lanjut kepada pihak-pihak terkait. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang mengandung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah mahasiswa STAIN Salatiga program studi selain PAI. 6. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang relevan dengan fokus penelitian, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi: a. Metode Angket Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada
responden
untuk
dijawabnya
(Sugiyono,
2012:142). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket terbuka. Metode ini penulis terapkan untuk mengetahui apa
12
perubahan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf. b. Metode Wawancara Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. (Sugiyono, 2012:231) Wawancara
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
apa
pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan ketika mereka mengaplikasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata kuliah
akhlak
tasawuf
dan
bagaimana
cara
mahasiswa
mendapatkan pengalaman spiritual sehingga mereka yakin bahwa Tuhan benar-benar ada, Maha Kuasa dan Cinta kepada hambaNya. c. Metode Dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karyakarya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012:240). Dokumentasi yang penulis gunakan adalah rekaman hasil wawancara. Rekaman wawancara digunakan untuk menelaah lebih detail informasi-informasi yang disampaikan oleh narasumber.
13
7. Teknik Analisis Data Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data. Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah. Untuk menganalisis data, penulis menggunakan metode analisis data secara deduktif, yaitu suatu metode berfikir yang bertolak dari fenomena yang umum, konkrit kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. 8. Pengecekan Keabsahan Data Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka perlu dilakukan pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini peneliti memanfaatkan teknik triangulasi dengan sumber dan triangulasi dengan metode. Triangulasi
teknik,
berarti
peneliti
menggunakan
teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari
14
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. (Sugiyono, 2012:241)
G. Sistematika Penulisan Skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab, di masing-masing bab saling berkaitan, dengan penjelasan sebagai berikut : BAB I: PENDAHULUAN, yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Definisi Operasional, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Skripsi. BAB II: KAJIAN PUSTAKA, menjelaskan tentang : Studi tentang pengalaman spiritual meliputi: pengantar, pengertian, karakteristik, tujuan dan contoh-contoh pengalaman spiritual, Studi tentang akhlak tasawuf meliputi: pengertian, tujuan, metode pembelajaran, tema pokok akhlak tasawuf, dan Studi tentang pengalaman spiritual dalam akhlak tasawuf. BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, yang tentang: Sejarah Kampus STAIN Salatiga, Visi dan Misi STAIN Salatiga, Kondisi Objektif Mahasiswa STAIN Salatiga; Data Hasil Angket Terbuka meliputi Data tentang Perubahan sikap yang dilakukan mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti kuliah akhlak tasawuf. Data Hasil Wawancara meliputi: Data Tentang Pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan, Data Tentang Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual.
15
BAB IV: ANALISIS, yang berisi tentang: Perubahan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti kuliah akhlak tasawuf, Pengalaman spiritual yang mahasiswa, dan Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual. BAB V: PENUTUP, yang merupakan bab terakhir dan kesimpulan dari hasil penelitian dengan melihat permasalahan serta saran.
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Studi tentang Pengalaman Spiritual 1. Pengantar pentingnya pengalaman spiritual Masyarakat Indonesia mayoritas menganut Agama Islam. Menurut hasil sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, tercatat sebanyak 207.176.162 penduduk Indonesia memeluk Agama Islam. Sementara itu jika dihitung prosentasenya jumlah 207.176.162 tersebut setara dengan 87,18% dari total penduduk Indonesia. Setiap muslim mempunyai tingkat pengetahuan pemahaman yang berbeda-beda dalam melaksanakan ibadah. Pemahaman yang berbeda itu pun menjadikan setiap muslim mempunyai pengalaman spiritual yang berbedabeda juga. (http://dokumenpemudatqn.com/2013/07/persentase-jumlahumat-islam-berbagai.html, diakses tanggal 9 November 2013) Jaya (1994) mengemukakan pendapatnya bahwa “ilmu pengetahuan sekarang mulai menyelidiki gejala alamiah perkembangan spiritual sebagai aspek esensial dari kehidupan manusia. Manusia sering kali melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan perintah Allah yang membuat dirinya berada pada tahap perkembangan spiritual yang paling bawah. Allah menurunkan keimanan ke dalam hati manusia agar mereka dapat berkembang kembali pada tingkat spiritual yang lebih tinggi. Dengan demikian, Islam mengajarkan adanya perbedaan tingkat spiritualitas.
17
Tingkat spiritualits manusia dapat berubah dari satu waktu ke waktu lain. Jadi manusia mengalami perkembangan spiritual dalam hidupnya”. Muslim yang mempunyai pengalaman spiritual akan mengutamakan kualitas dalam melaksanakan ibadahnya kepada Tuhan. Ibadah adalah segala kegiatan manusia beriman yang dilakukan dengan ikhlas dan bertujuan untuk mencapai ridlo Allah, sehingga terdapat korelasi yang erat dengan tujuan penciptaan manusia agar segala ektivitas hidupnya berorientasi pengabdian kepada Allah semata (Kaelang, 2000:100). Tujuan ibadahnya tidak lagi karena merupakan sebuah kewajiban, namun lebih pada kebutuhan untuk terus mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan kapada dirinya. Pengalaman spiritual merupakan perjalanan ruhani seorang hamba untuk menuju dan bertemu dengan Tuhannya. Dalam kondisi itulah, seorang hamba akan merasa nyaman berada dalam suasana keakraban bersama Tuhan yang didambakannya sehingga akan mempengaruhi sikapnya kearah yang lebih baik. Untuk menumbuhkembangkan sikap yang baik, adalah berpadunya emosi, rasionalitas dan spiritualitas secara seimbang, untuk menumbuhkan emosi dan rasionalitas, seorang harus dididik dengan ilmu dan moralitas (Syukur, 2006:203). Orientasi hidupnya hanya untuk berbakti dan meningkatkan kualitas amal shalih sebagai wujud cinta dan syukur kepada Tuhan, sehingga harta dan materi yang ia punya semata-mata untuk mendukung ibadah menuju ridho Tuhan. Hidupnya dipenuhi dengan keberkahan dan energi spiritual
18
yang mengantarkan ia menjadi pribadi yang unggul, bermartabat serta menjadi pandangan terindah bagi Tuhannya. Hidupnya serba mudah, serba cukup dan relatif tidak mempunyai masalah karena semua permasalahan hidup disandarkan kepada TuhanYang Maha Memberi Solusi bagi setiap permasalahan yang muncul. Bertolak belakang dari uraian di atas, muslim yang tidak mempunyai pengalaman spiritual hanya akan melakukan ibadah dalam skala kuantitas. Ibadah hanya merupakan kewajiban dan sekedar ritual-ritual tidak mempunyai makna yang mendalam untuk mempengaruhi kehidupannya. Ibadah hanya sebagai formalitas keagamaan yang dianutnya. Muslim seperti ini memaknai kata iman sekedar dalam hati dan lisan semata, tanpa melibatkan tindakan nyata sebagai wujud iman yang sebenarnya. Karena bagaimanapun juga, iman merupakan gabungan tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yakni: meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan, serta mengaplikasikan dalam tindakan seharihari. Meski tingkat kuantitas ibadahnya tinggi, muslim yang tidak mempunyai pengalaman spiritual hidupnya akan serba sulit, serba kurang dan banyak masalah. Ini dikarenakan menjalani hidup tanpa melibatkan Tuhan dalam perilakunya. Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ternyata agama bukan sekedar pengetahuan dan ritual ibadah, namun agama adalah pengalaman spiritual untuk terus fokus menuju Tuhan dalam setiap tindakan yang dilakukan sehingga akan menjadikan orang mempunyai
19
kepribadian. Al Musawa (2008:76) menyatakan bahwa, “manusia yang berkepribadian akan memiliki sifat konsisten. Sikap konsisten bagi seorang muslim juga mencakup kesamaan antara perkataan dan perbuatan. Allah melarang keras seorang muslim yang kontradiktif antara perkataan dan perbuatannya.” 2. Pengertian Pengalaman Spiritual a. Pengalaman Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, Poerwadarminta (1982:963) mengatakan bahwa pengalaman ialah barang apa yang telah dirasai (diketahui, dikerjakan, dan sebagainya). Pengalaman memungkinkan seseorang menjadi tahu dan hasil tahu ini kemudian disebut pengetahuan. Pengalaman merupakan suatu aktivitas maupun tindakan nyata yang dikerjakan untuk tujuan tertentu. b. Spiritual Spiritual berasal dari kata “spirit” yang berarti semangat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah “spiritual” dapat didefinisikan sebagai pengalaman manusia secara umum dari suatu pengertian akan makna, tujuan dan moralitas (Poerwadarminta, 1982:963). Kata “spirit” juga berasal dari kata benda bahasa latin “spiritus” yang berarti napas dan kata kerja “spirare” yang berarti untuk bernapas. Melihat asal katanya, untuk hidup adalah untuk bernapas, dan memiliki napas artinya memiliki spirit. Menjadi spiritual berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan
20
dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material. Spiritualitas merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai tujuan dan makna hidup. Spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Hasan (2008:289) mengatakan bahwa
spiritualitas
merupakan
ekspresi
dari
kehidupan
yang
dipersepsikan lebih tinggi, lebih kompleks atau lebih terintegrasi dalam pandangan hidup seseorang, dan lebih daripada
hal yang bersifat
indrawi. Salah satu aspek dari menjadi spiritual adalah memilki arah tujuan, yang secara terus-menerus meningkatkan kebijaksanaan dan kekuatan berkehendak dari seseorang, mencapai hubungan yang lebih dekat dengan ketuhanan dan alam semesta, dan menghilangkan ilusi dari gagasan salah yang berasal dari alat indra, perasaan, dan pikiran. Menurutnya, spiritualitas memiliki dua proses. Pertama, proses ke atas, yang merupakan tumbuhnya kekuatan internal yang mengubah hubungan seseorang dengan Tuhan. Kedua, proses ke bawah yang ditandai dengan peningkatan realitas fisik seseorang akibat perubahan internal. Konotasi lain, perubahan akan timbul pada diri seseorang dengan meningkatnya kesadaran diri, dimananilai-nilai ketuhanan di dalam akan termanifestasi ke luar melalui pengalaman dan kemajuan diri. Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek: 1) Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan, 2) Menemukan arti dan tujuan hidup, 3) Menyadari
21
kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam dirisendiri, 4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan
yang
maha
tinggi.
(http://id.scribd.com/doc/58789726/Pengertian-Spiritual,
diakses
tanggal 9 November 2013) c. Pengalaman Spiritual Menurut Dister (1988:31), Intisari perbuatan beragama bukanlah suatu esensi yang stabil. Oleh karena hakikat pengalaman religius yaitu kepekaan terhadap yang suci, timbul dalam pergaulan dengan dunia, maka pengalaman religius harus dikatakan bukan hanya natural tetapi juga kultural sifatnya. Sedangkan Sudiarja (1994:49) berpendapat bahwa pengalaman religius akan didapatkan seseorang dengan mengawali usahanya dengan sesuatu yang nyata, yang bersungguhsungguh, tanpa pamrih untuk memahami dari dalam kepercayaan, dunia, arketipe-arketipe, kebudayaan, latar belakang mistis dan konseptual,
serta
hubungan-hubungan
emosional
dan
historis
sesamanya. Sehingga dia harus mengusahakan dengan serius suatu inkarnasi eksistensial dirinya ke dalam dunia lain yang tentu melibatkan kehidupan doa, inisiasi, pengetahuan dan peribadatannya. Pengalaman spiritual adalah aktivitas ataupun tindakan yang akan mengantarkan seseorang pada semangat untuk menuju dan menemukan Tuhan. Secara sederhana pengalaman spiritual adalah pengalamanpengalaman yang bisa didapat oleh objek-objek yang melakukan ritual-
22
ritual keagamaan. Akan tetapi jika pengalaman-pengalaman ini dikonotasikan sebagai pengalaman yang akan diperoleh oleh objekobjek yang melakukan ritual keagamaan, hal ini akan sangat membatasi. Jika memang tidak terbatas, maka hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa pengalaman spiritual adalah pengalaman yang bisa diperoleh oleh orang atau objek-objek yang memiliki kesehatan psikologis yang optimal. Kesadaran spiritual roh/rasa/jiwa berlawanan dengan hawa nafsu (kecenderungan
sesuatu
yang
buruk/jahat).
Karena
kesadaran
intelektual bersifat netral, maka kesadaran ini mengikuti dan mengeksekusi sesuatu yang akan menjadi kebaikan/keburukan, bergantung pada kombinasi kesadaran spiritual dan kesadaran emosional (Kurnia, 2008:188). 3. Karakteristik Pengalaman Spiritual Kedekatan kepada Allah, yang merupakan tuntutan dan puncak kesempurnaan manusia, memiliki sejumlah tingkatan. Sekecil apapun suatu perbuatan ikhtiari, asalkan memenuhi persyaratan, pada tingkatan tertentu dapat mendekatkan manusia kepada Tuhannya…keimanan sempurna dan tauhid murni senantiasa meniscayakan tercapainya puncak derajat kepada Tuhan. (Rajabi, 2006:257) Abraham Maslow (Seorang Psikolog pencetus aliran Humanistik dalam psikologi) dalam teorinya menggunakan istilah pengalaman puncak. Ia menggambarkan pengalaman puncak sebagai saat-saat diliputi perasaan
23
khidmat, kebahagiaan yang mendalam, kegembiraan, ketentraman, dan ekstase. Orang-orang yang mengalami pengalaman puncak merasa lebih terintegrasi, lebih bersatu dengan dunia, lebih menjadi raja atas diri mereka sendiri, lebih spontan, kurang menyadari ruang dan waktu, lebih cepat dan mudah mencerap sesuatu, dan memiliki persepsi yang murni terhadap realitas. Pengalaman ini memiliki beberapa karakteristik berikut: a. Emosi yang amat kuat dan mendalam hampir sama dengan ektase. b. Merasakan kedamaian atau ketenangan yang mendalam. c. Merasa selaras, harmonis, atau menyatu dengan alam semesta. d. Merasa memiliki pemahaman yang mendalam. e. Merasa peristiwa tersebut sebagai peristiwa yang yang istimewa dan mustahil untuk diceritakan. Pengalaman Spiritual adalah pengalaman di saat kebermaknaan atas pengetahuan-pengetahuan yang kita miliki sebelumnya. Pengalamanpengalaman tersebut tidak bisa diungkap secara langsung dalam konteks rasional. Seseorang yang mampu mendapatkan kebermaknaan itu adalah seseorang yang mampu mengarahkan hidupnya pada pikiran-pikiran yang sehat optimal. Dalam dunia Islam Pengalaman-pengalaman spiritual terbahasa luas dalam kajian sufisme, dalam dunia tasawuf dikenal seorang ahli sufi yaitu Al-Ghazali. Al-Ghazali adalah seorang filosof Islam dari Persia. Secara global, tujuan para sufi adalah Allah SWT, segala sesuatu terputuskan kecuali mengarahakan hati pada Allah SWT. Al-Ghazali dikenal dengan konsep zuhud dan ma‟rifahnya. Praktik para sufi adalah
24
dzikrullah, mengingat Allah SWT secara total. Konsep ma‟rifah yang dijadikan sebagai tujuan akhir dalam pangalaman bertasawufnya bermakna tersingkapnya sesuatu dengan jelas, sehingga tidak ada lagi ruang untuk ragu-ragu, tak mungkin salah atau keliru. Disisi lain ia menyebutkan “ma‟rifah ialah mengetahui rahasia Allah dan peraturan-peraturanNya tentang segala yang ada”. Keistimewaan khusus milik para sufi tidak mungkin
tercapai
hanya
dengan
belajar,
tetapi
harus
dengan
ketersingkapan batin, keadaan rohani serta rehabilitasi tabiat-tabiat yang tercela. Selain itu, secara umum seperti yang telah dituliskan di atas jika pengalaman ini bisa diperoleh dengan media agama akan terlalu sempit dan terbatas. Pada kenyataannya, pengalaman spiritual itu bisa diperoleh salah satunya dengan Meditasi. Meski dalam islam meditasi diusung secara
khusyu‟
dalam
sholat.
(http://chantiksekali.blogspot.com/2011/12/pengalaman-spiritual.html, diakses tanggal 9 November 2013) Menurut Anis Matta (2007:137), Salah satu cara menjaga nuansa spiritual adalah dengan memperhatikan ibadah harian…setiap gerak, keinginan, cara berfikir, dan sikap anda akan mudah terpengaruh dengan nuansa spiritual anda. Metodologi dan pelatihan hanya dapat efektif jika emosi dan akal bekerja dengan baik. Sedangkan Hardjana (2002) berpendapat bahwa orang beriman bukan hanya ditandai oleh perilaku hidup etikal dan moral yang bercirikan agama yang dianutnya. Inti hidup orang beriman adalah berkata “ya” secara total kepada Tuhan. Orang
25
beriman adalah orang yang terlibat dan setia kepada Tuhan secara nyata dalam hidupnya. 4. Tujuan Pengalaman Spiritual Menurut Jaya (1994:64), secara umum tujuan spiritualisasi islam yaitu pembentukan keharmonisan hubungan jiwa manusia dengan Allah SWT, dengan sesama manusia dan makhluk-Nya, dan dengan dirinya sendiri. Adapun tujuan khususnya dari komponen ibadah adalah pembentukan jiwa manusia yang alim, mukmin, abid, muqarrib, mau beramal, berdoa, berdzikir, sadar akan keterbatasab umurnya, mau menjadikan Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup, dan berkemampuan dalam menjadikan seluruh aktivitas hidupnya bernilai ibadah kepada Allah. Tujuan spiritualisasi islam tampak muluk sehingga tersa sulit untuk mencapainya. Sesungguhnya tujuan tersebut bukanlah sesuatu yang mustahiluntuk
dicapai.
Kalau
orang
mau
bermujahadah
dalam
mendapatkannya, pasti ia mendapatkan, karena ia berarti beradapada jalan Allah. Orang yang berjihad di jalan Allah, maka Allah akan menunjukinya. Firman allah dalam QS. Al-Ankabut: 69, berbunyi:
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
26
Ada empat tingkatan manusia taat yang ingin dibentuk Al-Ghazali dengan tujuan spiritualisasi islamnya. Pertama, tingkatan ketaatan orang awam atau sederhana. Kedua, tingkat ketaatan orang shalih. Ketiga, tingkat ketaqwaan orang taqwa atau muqarrib. Keempat, tingkat ketaatan orang yang benar lagi arif, yaitu tingkatan yang dekat dengan nabi dan rasul. Jadi tujuan pengalaman spiritual adalah agar seorang hamba menemukan hikmah dari segala bentuk aktivitas yang dijalani dalam ibadahnya kepada Tuhan. Menurut Mahmudin (2006), hikmah ialah ilmu tentang hakikat sesuatu, tentang faedah dan manfaatyang terkandung didalamnya, yang membangkitkan orang untuk berusaha mengerjakannya. Ia juga berarti falsafah praktis, seperti ilmu jiwa, ilmu akhlak, ilmu tentang rahasia-rahasia makhluk dan hokum-hukum kemasyarakatan. Sedangkan Khalafallah (2008:181) mengatakan bahwa hikmah adalah ilmu sahih yang memobilisasi kehendak untuk melakukan amal yang bermanfaat. Perangkat hikmah adalah akal sehat yang mana memiliki daya untuk memilah pelbagai problem pengetahuan. 5. Contoh Pengalaman Spiritual Pengalaman merupakan kata yang netral, sehingga aka nada kemungkinan pengalaman baik maupun pengalaman yang kurang baik. Pengalaman baik/buruk nantinya juga akan mengarahkan seorang hamba untuk bertemu dan menuju Tuhannya. Testimoni tentang pengalaman spiritual akan banyak kita dapatkan dari orang-orang disekitar kita. Namun
27
disini penulis hanya akan mengambil dua contoh pengalaman spiritual, diantaranya. a. Contoh pengalaman spiritual yang positif Seorang mahasiswa sedang membutuhkan sepeda motor untuk mempermudah langkahnya dalam perjalanan untuk menuntut ilmu di kampus, namun dia tidak mempunyai uang yang cukup. Ia lalu berikhtiar dan beribadah secara sungguh-sungguh kepada Allah, serta memohon agar segera mempunyai sepeda motor. Ia rajin belajar, tahajud, dhuha, baca al-qur‟an, dan sering sedekah kepada anak yatim untuk mempercepat terkabulnya doa. Orang tua yang memperhatikan kesungguhan anaknya itu lalu tergerak hatinya untuk membelikan sepeda motor walaupun anaknya tidak memintanya secara langsung. Sejak kejadian itu, mahasiswa tersebut semakin menghormati dan menyayangi orang tuanya, serta bertambah rajin ibadahnya kepada Allah. b. Contoh pengalaman spiritual yang negatif Seorang mahasiswa berkeinginan menjenguk temannya yang sedang dirawat di salah satu RSU, saat itu cuaca sedang dalam keadaan hujan deras. Ibu mahasiswa tadi melarangnya mengendarai sepeda motor dan menyuruhnya untuk naik bus. Si mahasiswa tetap bersikeras mengendarai sepeda motor dengan alasan untuk menghindari macet. Sepuluh meter sebelum memasuki pintu masuk RSU, mahasiswa tadi mengalami kecelakaan dan kakinya patah. Ia menangis di pinggir jalan
28
setelah jatuh, namun ia menangis bukan karena rasa sakit yang sedang dideritanya. Ia menangis karena menyesal tidak menghiraukan nasehat ibunya. Ia pulang ke rumah dan meminta maaf kepada ibunya. Setelah kejadian itu, ia selalu menaati nasehat dan saran dari orang tuanya, terutama kepada ibunya. Pengalaman bisa ditinjau dari sudut pandang dhohiriyah maupun batiniyah. Yang dimaksud pengalaman positif maupun pengalaman negatif di atas adalah pengalaman spiritual yang ditinjau dari dhohiriyahnya saja. Kalau dilihat dari sudut pandang batiniyah, pengalaman spiritual hanya bersifat positif karena bagaimanapun pengalaman spiritualnya, ianya bisa mengantarkan pelakunya menuju kedekatan terhadap Allah.
B. Akhlak Tasawuf 1. Pengertian Akhlak Tasawuf a. Akhlak Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), akhlak adalah budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabi‟at ((Poerwadarminta, 1982:25). Secara istilah, akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam di dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan atau tindakan baik,yang disebut akhlak yang mulia/terpuji, atau perbuatan buruk, yang disebut sebagai akhlak yang
29
tercela (Asmaran, 2002:1). Sebagaimana tercantum dalam Firman Allah:
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4) Tabiat atau watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulangulang sehingga menjadi biasa. Kata akhlak dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan istilah kesusilaan, sopan santun; moral, ethnic dalarn bahasa Inggris, dan ethos, ethios dalam bahasa Yunani. Akhlak diartikan sebagai ilmu tata krama yaitu ilmu yang berusaha mengenalkan tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai kepada perbuatan baik atau buruk. Dari segi istilah (terminologi), Imam alGhazali (2000) mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan petimbangan terlebih dahulu. Menurut Al-Ghazali , empat kriteria yang harus dipenuhi untuk suatu kriteria: akhlak yang baik dan buruk, yaitu: Kekuatan ilmu atau hikmah; kekuatan marah yang terkontrol oleh akal yang akan menimbulkan sifat syaja'ah; kekuatan nafsu syahwat, dan kekuatan keseimbangan (keadilan). Keempat komponen itu merupakan syarat pokok untuk mencapai derajat akhlak yang baik secara mutlak. Semua ini dimiliki secara sempuma oleh Rasulullah SAW. Maka tiap-tiap orang yang
30
dekat dengan empat sifat tersebut, maka ia dekat dengan Rasulullah SAW, yang berarti ia juga dekat dengan Allah SWT. Ciri perbuatan akhlak biasanya ditandai dengan tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya, dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran, dan timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar, dilakukan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. Sedangkan ruang lingkup kajian ilmu akhlak meliputi perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran baik dan buruk, objeknya adalah norma atau penilaian terhadap perbuatan tersebut. Jadi berdasarkan sudut pandang kebahasaan, esensi akhlak dalam pengertian sehari-hari disamakan dengan budi pekerti, kesusilaan, sopan santun, tata krama (versi bahasa Indonesia), sedangkan dalam bahasa Inggrisnya disamakan dengan moral atau etika. b. Tasawuf Secara etimologis, Tasawuf berarti ajaran atau kepercayaan bahwa pengetahuan kepada kebenaran dan Allah yang dapat dicapai dengan
jalan
penglihatan
batin,
renungan,
dan
sebagainya
((Poerwadarminta, 1982:1023). Tasawuf adalah bagian dari syari‟ah islamiyah, yakni wujud dari ihsan, salah satu dari kerangka ajaran islam yang lain, yakni iman dan islam. Tasawuf sebagai manifestasi dari ihsan tadi, merupakan penghayatan seseorang terhadap agamanya, dan berpotensi besar untuk menawarkan pembebasan spiritual, sehingga ia
31
mengajak manusia mengenal dirinya sendiri, dan akhirnya mengenal Tuhannya (Syukur, 2003:13). Sedangkan menurut Alwi Shihab (2001:33), tasawuf pada dasarnya adalah rasa dan pengalaman, sedangkan jiwa universal. Oleh karena itu, bisa saja suatu pengalaman ditemukan sama meski tidak ada kontak satu sama lain. Kenyataan ini membuktikan
kesatuan
pengalaman
spiritual
walaupun
dengan
penafsiran dan ekspresi yang berbeda sesuai dengan kebudayaan yang bersangkutan. Dari segi linguistik (kebahasaan) dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap mulia. Tasawuf juga bisa dimaknai sebagai suatu bidang ilmu keislaman dengan berbagai pembagian di dalamnya yaitu tasawuf akhlaqi, amali, dan falsafi : 1) Tasawuf akhlaqi yaitu berupa ajaran mengenai moral/akhlak yang hendaknya diterapkan sehari-hari guna memperoleh kebahagiaan. Tasawuf ahklaqi dibagi menjadi 3, yakni: Takhalli, Tahalli, dan Tajalli. 2) Tasawuf amali yaitu tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. 3) Tasawuf falsafi yaitu paduan visi intuitif tasawuf dan visi rasional filsafat.
(http://radentegarghozali.blogspot.com/2012/12/makalah-
32
implementasi-tasawuf.html, diakses pada hari senin 16 september 2013) Dari pembahasan di atas, tasawuf bisa diartikan sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah Swt atau kegiatan yang terkait dengan pembangunan mental ruhaniah agar selalu dekat dengan Tuhan. c. Akhlak Tasawuf Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak dan tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawuf mengatur
jalinan
komunikasi
vertikal
antara
manusia
dengan
Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak. Jadi akhlak tasawuf yand dimaksud disini adalah akhlak yang berdasarkan ajaran yang ada di dalam mata kuliah akhlak tasawuf yang merupakan budi pekerti/perilaku seorang hamba kepada sesamanya maupun kepada Tuhannya. 2. Tujuan dan Ruang Lingkup Akhlak Tasawuf Adalah agar seorang hamba mampu mengenal atau ma‟rifat kepada Allah, sehingga akan membentuk orang-orang yang berakhlak baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam bertingkah
33
laku dan perangai, bersifat
bijaksana, sempurna, sopan dan beradab,
ikhlas, jujur dan suci. Secara umum,tujuan terpenting dari tasawuf adalah agar mendekatkan diri dengan Allah SWT. Rivay Siregar (2000:5) mengatakan bahwa sasaran tasawuf ada 3, diantaranya: a. Untuk pembinaan aspek moral; meliputi mewujudkan kestabilan jiwa yang berkeseimbangan, penguasaan dan pegendalian hawa nafsu sehingga manusia konsisten dan komitmen hanya kepada keluhuran moral. b. Untuk ma‟rifatullah melalui penyingkapan langsung, sehingga sudah bersifat
teoritis
dengan
seperangkat
ketentuan
khusus
yang
diformulasikan secara sistimatis analitis. c. Untuk membahas bagaimana sistim pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah secara mistis filosofis, pengkajian garis hubungan antara Tuhan dengan makhluk, terutama hubungan manusia dengan Tuhan. Adapun tujuan tasawuf menurut Mustafa Zahri (tt:64) adalah “fanaa”, untuk mencapai ma‟rifatullah yaitu leburnya pribadi pada kebaqaan Allah dalam keadaan “Hulul” dimana perasaan keinsanan lenyap dan semua rahasia yang membatasi diri dengan Allah tersingkap. Menurut Abdullah (2007:10), tujuan akhlak tasawuf adalah mencapai ketinggian akhlak, yang diartikan sebagai meletakkan kebahagiaan pada pemuasan nafsu makan, minum, dan syahwat dengan cara yang halal, sehingga ketinnguan akhlak diletakkan pada kedudukan (prestise) dan tindakan kea rah pemikiran atau
34
kebijaksanaan (wisdom) atau hikmah. Sedangkan Tamrin (2010:26) mengatakan bahwa sasaran tasawuf adalah menekankan pembinaan aspek moralitas yang tinggi sebagaimana yang dikehendaki Rasul SAW: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” Untuk mencapai pengalaman spiritual diperlukan ketekunan usaha pribadi maupun dukungan positif dari lingkungan, bahkan juga bantuan dari Tuhan sendiri. Sebagai manusia yang lemah, kita akan seringkali gagal bersikap batin maupun bertindak baik. Dalam keadaan seperti itu bantuan
dari Tuhan dan sesama akan amat berarti, karena akan
membangkitkan semangat kita untuk berusaha lagi. Karena kegagalan itu sering terjadi, perlulah pertaubatan terus-menerus, koreksi berulangkali, bahkan juga teguran yang tegas. Tujuan terakhir dari akhlak tasawuf ialah mendapatkan pengalaman spiritual
dalam
arti
sebenarnya,
sehingga
pelaku
tasawuf
akan
mendapatkan keakraban di dalam zona Allah. Pengalaman spiritual akan diperoleh ketika pelaku tasawuf mampu mengenal dan bertemu dengan Tuhannya. Media yang paling efektif untuk mengenal dan bertemu dengan Allah adalah dengan doa. Adapun tujuan dari mata kuliah akhlak tasawuf adalah Pada akhir semester mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini diharapkan akandapat memahami upaya manusia dalam merealisasikan kesempurnaan
akhlak,
pemahaman
tentang
hakekat
realitas
dan
kebahagiaan rohani dalam wujud komunikasi dan dialog antara roh
35
manusia dengan Allah serta mahasiswa mampu mengaplikasikan konsepkonsep Tasawuf dalam mensikapi problema kehidupan. Sedangkan ruang lingkup yang dibahas dalam mata kuliah akhlak tasawuf sesuai dengan silabusnya, yakni materi tentang: a. Urgensi Akhlak Tasawuf dalam kehidupan modern b. Pengertian, ruang lingkup dan tujuan Ahlak Tasawuf c. Pengertian tasawuf secara etimologi dan terminologi d. Manajemen Hati sebagi inti Pendidikan Akhlak e. Manajemen hati sebagai inti pendidikan akhlak f. Sejarah dan sumber hukum ajaran tasawuf g. Taubat h. Sabar i. Zuhud j. Kekuatan Sedekah k. Khouf wa Raja‟ l. Hubb m. Kekuatan Doa n. Fana 3. Metode Pembelajaran Akhlak Tasawuf Pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas tidak akan berjalan dengan baik tanpa menggunakan media dan metode yang baik. Penggunaan metode belajar yang salah akan mengakibatkan isi pembelajaran yang disampaikan menjadi tidak tersampaikan secara utuh.
36
Dalam perkuliahan akhlak tasawuf di STAIN Salatiga, dosen pengampu menggunakan metode pembelajaran yang unik, sehingga berbeda dengan metode pembelajaran dalam mata kuliah lainnya. Mahasiswa diharuskan mempraktekkan
ajaran-ajaran
akhlak
tasawuf
apabila
ia
ingin
mendapatkan pengalaman spiritual. Metode praktik ini didasarkan pada trial and learning karena metode ini untuk membuktikan kebenaran yang ada dalam firman Allah SWT di dalam kitab suci Al-Qur‟an maupun AlHadis Nabi Muhammad SAW, misalnya: untuk membuktikan kebenaran janji Tuhan yang tertera dalam QS. Al-An‟am: 160 dibawah ini:
Artinya: “Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” Mahasiswa harus mempraktekkan sedekah dulu, apabila disertai dengan keyakinan maka mahasiswa pasti mendapatkan balasan sepuluh kali lipatnya atau lebih, juga sebaliknya jika mahasiswa meragukan kebenaran janji Allah SWT maka ia akan mendapatkan balasan sesuai persangkaannya kepada Allah SWT.
37
4. Tema Pokok Akhlak Tasawuf Dalam studi mata kuliah akhlak tasawuf di kampus STAIN Salatiga yang juga merupakan tempat penulis melakukan penelitian, tema pokok yang dibicarakan dan dibahas dalam perkuliahan akhlak tasawuf ada 2 tema besar, yakni The Power of Praying (Kekuatan Doa) dan The Power of Giving (Kekuatan Sedekah) sebagai wujud nyata dari berdoa itu sendiri. Kedua tema di atas akan dibahas berdasarkan buku yang menjadi pedoman dalam mata kuliah akhlak tasawuf yaitu buku “Sang Maha-Segalanya Mencintai Sang Maha-Siswa” dimana penulisnya adalah dosen mata kuliah akhlak tasawuf di STAIN Salatiga yaitu Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd.. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a. The Power of Praying (Kekuatan Doa) Dari segi etimologi (kebahasaan), do‟a berasal dari bahasa Arab yaitu dari akar kata دعا- يدعى – دعىة-دعا, artinya seruan, panggilan, permintaan
dan
permohonan.
meminta/permohonan
sesuatu
Jadi,
berdo‟a
kepada
Allah.
bisa Allah
diartikan sudah
memerintahkan hamba-Nya dalam QS. Al Mu‟min: 60.
38
Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina.” Syarat agar doa lebih capat dikabulkan Allah adalah: Menyebut jelas
permintaannya,
sungguh-sungguh
ketika
minta,
sanggup
berkurban untuk mendapatkan yang diminta, sangat yakin dengan Allah, bahkan tidak percaya kalau Allah tidak bisa memenuhi yang diminta. Penghalang terkabulnya doa, di antaranya: Tidak yakin pada Allah, tidak merasa kalau sudah dikabulkan, tidak fokus, tidak selaras antara ucapan lesan dan kata hati, tergesa-gesa dalam meminta, ada yang haram di dalam perut, berburuk sangka kepada Allah, ada dosa yang belum terampuni, dam tidak siap menerima. Quanta Doa adalah pemahaman tentang Doa yang dijelaskan melalui sifat quanta. Doa bukan yang diucapkan oleh seseorang melalui lesannya. Doa adalah apa yang tersirat dalam pikiran dan perasaannya. Inilah yang akan diwujudkan dalam kenyataan. Banyak kajian tentang langkah-langkah orang berdoa. Ucapan Rasulullah bahwa dalam diri manusia ada segumpal darah, yang disebut dengan hati, jika baik hati itu, maka baik seluruh tubuh, jika buruk kondisi hati itu, maka buruk seluruh tubuh. Manusia dituntut untuk tidak sekedar Positive Thinking namun juga Positive Feeling.
39
Setelah memahami penjelasan tersebut, maka upaya dasar yang harus dilakukan oleh seseorang yang menginginkan doanya terkabul, harus mampu menjaga dhon, atau menjaga hati.
Lima langkah di
bawah ini bisa menjadi sebuah metode alternatif untuk menjaga hati. Menjaga pikiran dan perasaan agar tetap positif, sejalan dengan ucapan lesan doa seseorang. Namun
ada
satu
langkah
efektif
yang
powerfull
untuk
menyempurnakan aktivitas doa seseorang. Metode yang kami maksud adalah sedekah. Pemahaman sedekah akan dijelaskan berdasarkan Law of Giving. Dan dalam sekian waktu eksperimen yang dilakukan dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf, mahasiswa menjadi saksi dan bukti hidup bagaimana berdayanya saat The Power Of Praying (berbasis Law of Praying) bergabung dengan The Power of Giving. Perpaduan Doa dan Sedekah mengantarkan kita pada berbagai pengalaman ajaib. Pengalaman ajaib bukan pengalaman yang tidak selaras dengan pikiran dan perasaan kita, namun pikiran dan perasaan kita-lah yang belum selaras dengan pengalaman itu. Menurut Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd. selaku dosen mata kuliah akhlak tasawuf, langkah-langkah quanta doa di antaranya: 1) Mensyukuri nikmat Mensyukuri nikmat adalah dasar dari berlakunya hukum Law Of Attraction.
Dalam
etika
doa,
Islam
mengajarkan
ucapan
Alhamdulillah sebagai ungkapan rasa syukur sebagai pembuka pintu
40
langit. Dalam pemahaman terbalik, jika doa seseorang itu di bawa para malaikat ke langit, ia tidak akan bisa menembus pintu langit jika ia tidak membaca Alhamdulillah. Doanya mengambang antara bumi dan langit. Dalam pemahaman Law of Attraction, rasa syukur memiliki daya yang luar biasa berkaitan dengan terkabulnya permintaan seseorang. Langkah bersyukur ini sebagai usaha untuk menjadi seseorang yang merasa kaya dengan semua pemberian dari Allah. Mulailah doa dengan kondisi yang penuh rasa syukur dan berterima kasih kepada Allah. Munculkan rasa bahagia telah memiliki Allah yang mencukupi semua yang kita butuhkan. Dengan perasaan ini, kita akan menyadari sepenuhnya bahwa doa yang kita lantunkan pasti akan dikabulkan. 2) Memberi Pemberian ini bisa berupa doa maupun sedekah. Sebelum kita meminta, doakan terlebih dahulu Rasul kita, orang tua kita, keluarga/ saudara-saudara kita, guru kita, teman-teman, dan orang-orang yang kita cintai. Alangkah mulianya, ketika kita juga sanggup mengucap doa kebaikan untuk orang yang memusuhi kita. Memberi yang lebih nyata adalah dengan sedekah. Yang paling dianjurkan adalah kepada dua orang tua kita, kemudian saudara-saudara kandung, tetangga dekat, anak yatim, fakir miskin, ibnu sabil dan sebagainya sesuai QS. Al-Baqarah: 215 yang berbunyi:
41
Artinya: “Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.” Setelah rasa syukur, kita wujudkan dengan berbagi nikmat kepada orang lain. Hal ini untuk lebih menguatkan rasa berkecukupan kita yang kita peroleh dari langkah pertama (bersyukur). Langkah „Memberi‟ dapat diwujudkan dengan dua cara, yakni: mendoakan sesama dan bersedekah. 3) Meminta Langkah meminta mempunyai beberapa teknis: Mintalah sesuatu dengan jelas dan terukur. Ketika meminta, tuliskan secara rinci/ detail kriteria yang diminta. Saat meminta, sesuatu itu terbayang jelas dalam dipikiran kita. Yang kita minta adalah adalah 42
benar-benar yang kita inginkan. Kalau kita masih sulit menyebutkan apa yang kita inginkan, maka mulailah dengan hal-hal yang tidak kita inginkan. Permintaan yang jelas akan membuat pikiran dan perasaan kita menjadi mudah untuk fokus terhadap apa yang diminta. Permintaan yang jelas juga membuat pikiran bisa membayangkan apa yang diminta. 4) Yakin Untuk mendapatkan keyakinan hati, maka perlu dilakukan halhal sebagai berikut: Tuliskan semua hal yang menyebabkan Anda merasa tidak yakin bahwa doa Anda akan terkabul. Kemudian keragu-raguan itu langsung kita bantah sendiri. Tuliskan dosa-dosa yang Anda rasakan mengganggu (membayang-bayangi pikiran) sehingga tidak yakin doa akan terkabul. Dosa-dosa tersebut Anda akui dihadapan Allah dan mohon ampun serta yakinlah Allah mengampuni. Tuliskan dengan huruf besar bahwa Anda layak menerima apa yang Anda minta dalam doa. Buktikan keyakinan bahwa doa Anda akan dikabulkan Allah dengan tetap melangkah berbekal sabar, tahan terhadap ujian dan pantang menyerah. Sadari sepenuhnya bahwa Anda dapat berdoa, karena Anda diijinkan Allah untuk berdoa. Anda dapat menyebutkan permintaan Anda, itu karena sesungguhnya Allah telah menyediakan apa yang Anda minta itu, dan sebagai bentuk formalitasnya, Anda digerakkan Allah untuk berdoa.
43
5) Menerima Teknis dalam langkah kelima ini adalah: Apa yang Anda minta, sekarang Anda visualkan dalam pikiran Anda, sampai Anda benarbenar melihat bentuk, warna dan ukurannya, Anda mencium baunya, mengecap rasanya, menyentuh wujudnya, membelai seratnya...dalam pikiran Anda dengan sepenuh perasaan. Anda merasakan bahwa sesuatu yang Anda minta itu sudah diterima. Sesuatu itu sudah di tangan Anda, sudah Anda pegang, sudah Anda genggam. Anda melihatnya bahwa di sana (bayangan benda dalam pikiran) tertera nama dan alamat Anda. Tujuannya agar otak Anda menangkap dengan jelas apa yang Anda minta, dan alam bawah sadar Anda mengetahui dengan jelas, apa yang sekarang sedang dipikirkan dan segera diproses agar menjelma menjadi nyata. 6) Mengikhlaskan Ketika berdoa/ meminta sesuatu kepada Allah, maka ucapkan atau tuliskan dengan ketulusan hati, kalimat yang menyatakan: “Ya Allah Yang Maha Rahman, aku ikhlaskan hasilnya pada Kehendakmu. Biarlah permintaan ini akan wujud sesuai yang aku harapkan atau menjadi lebih baik sesuai Kehendak-mu ya Allah”. Tujuannya untuk mempersiapkan diri dalam menerima doa. Kita bersungguhsungguh dalam meminta dan ihlas dalam menerima hasil. Apapun pemberian Allah, itulah yang terbaik, karena tidak ada sedikitpun maksud tidak baik didalam kehendak Allah.
44
b. The Power of Giving (Kekuatan Sedekah) Kata Sedekah berasal dari bahasa Arab Sadaqa, yang artinya benar. Benar dalam artian sejalannya perbuatan dan ucapan serta keyakinan. Banyak kata Sedekah dalam berbicara berarti benar. Tasaddaqa dalam hal kekayaan berati dizakatkan atau disedekahkan, dan bentuk kata Ashdaqa kepada perempuan, berarti membayar mahar. Perubahan Ta‟rif itu dimaksudkan untuk menunjukkan arti tertentu setiap kasus, dan diungkapkannya semua dengan akar kata Sadaqa, dimaksudkan untuk menunjukkan perbuatan menyedekahkan itu. Sedekah dari sudut pandang tasawuf merupakan aktifitas doa yang dilakukan seorang hamba dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Sedekah menjadi media untuk membuktikan janji dan kebenaran ayatayat Tuhan. Dalam perkuliahan akhlak tasawuf, mahasiswa diajarkan untuk melakukan sedekah sebagai media untuk menjemput proyek yang ingin dicapainya. Sedekah yang dianjurkan dalam mata kuliah ini adalah sedekah kepada ibu dan sedekah kepada anak yatim. 1) Sedekah kepada Ibu Sedekah dapat menjadi pendamping dan percepatan sebuah doa. Bahkan sedekah itu sendiri adalah bentuk aktivitas doa. Sedekah dalam metode ini kami utamakan sedekah kepada Ibu. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa doa anak yang sholeh akan dikabulkan oleh Allah. Salah satu bentuk kesholihan anak adalah dengan membahagiakan orang tua. Tidaklah cukup bentuk amal anak sholeh
45
hanya membaca doa: Allahumaghfirli waliwalidaiya warhamhuma kama rabbayani shoghira. Keshalihan dengan membaca doa, adalah keshalihan anak kecil. Tepatnya latihan jadi anak shalih. Untuk yang sudah gedhe, kesholihannya diwujudkan dengan menyayangi Ibu dengan sesuatu yang nyata (tidak hanya ucapan doa). Gusti Allah mengajarkan bahwa sedekah terbaik adalah kepada kedua orang tua sesuai QS Al Baqoroh: 215 di atas. Selanjutnya mendasarkan hadis Rasul SAW yang menyebut Ibu tiga kali di banding ayah, maka untuk bakti ke orang tua, sedekah diutamakan ke ibu terlebih dahulu. Jika Ibu sudah tidak ada baru ke ayah dan kepada yang lainnya. Begitulah Rasulullah SAW menyebut tiga kali Ibu baru bapak. Metode ini ingin merasakan ‟keajaiban‟ karomah ibu. Dan sepanjang pengalaman bereksperimen dengan para mahasiswa. Sedekah ke ibu memiliki keajaiban yang sangat ajaib. 2) Sedekah kepada Yatim Anak yatim merupakan kekasih Rasulullah, sehingga orang yang menyayanginya maka Allah akan mengabulkan hajatnya. Rasulullah bersabda: "Adakah kamu suka hatimu menjadi lembut, dan kamu memperolehi hajat keperluanmu? Kasihanilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah dia daripada makananmu, niscaya lembutlah hatimu dan kamu akan memperolehi hajatmu." (HR. Thorani)
46
Berdasar hadis Nabi itulah mahasiswa berlomba-lomba untuk memberikan sedekah yang terbaik kepada anak yatim untuk mengakselerasi doanya agar lebih cepat dikabulkan Allah.
C. Pengalaman Spiritual dalam Akhlak Tasawuf Setiap mahasiswa yang mengikuti mata kuliah akhlak tasawuf di STAIN Salatiga selalu diberi tugas untuk membuat proyek hidup. Proyek disini diartikan sebagai harapan, keinginan, cita-cita, serta hajat yang ingin dicapai maupun fasilitas-fasilitas hidup yang sedang dibutuhkan mahasiswa. Fasilitas yang dibutuhkan mahasiswa di kampus umumnya berwujud material, seperti: Handphone, laptop, sepeda motor dan lain sebagainya. Proyek tersebut bisa dicapai dengan cara mengimplementasikan serta mengaplikasikan ajaranajaran yang terkandung dalam akhlak tasawuf seseuai tema besarnya yaitu tentang kekuatan doa dan kekuatan sedekah. Mahasiswa ada yang konsisten mempraktekkan ajaran akhlak tasawuf selama masa perkuliahan maupun setelah perkuliahan selesai, namun ada juga yang tidak konsisten melaksanakan ajaran akhlak tasawuf ini. Tingkat konsistensi mahasiswa itulah yang menyebabkan antara mahasiswa yang satu dan mahasiswa yang lainnya mempunyai pengalaman spiritual yang berbedabeda dalam merasakan kenikmatan batin dalam mendapatkan proyeknya. Ada yang selalu berhasil, namun ada juga yang belum pernah mendapatkan proyek yang diinginkannya. Semua itu disebabkan oleh keistiqomahan mahasiswa dalam membuktikan kekuatan doa dan sedekah, serta ditentukan oleh tingkat
47
keyakinannya kepada Tuhan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa dan Cinta kepada hambanya,termasuk mahasiswa yang konsisten berikhtiat dan beribadah kepada-Nya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman spiritual dalam akhlak tasawuf yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pengalamanpengalaman ajaib dan positif yang diperoleh mahasiswa ketika mahasiswa benar-benar konsisten melaksanakan ajaran-ajaran dalam akhlak tasawuf (doa dan sedekah) serta yakin kepada ke-Maha Kuasaan dan Ke-MahaCintaan Allah SWT, sehingga mahasiswa mendapatkan proyek yang didambakannya sebagai balasan atas wujud ikhtiar dan ibadahnya kepada Tuhan di dunia ini.
48
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data 1. Sejarah Kampus STAIN Salatiga a. Pendirian Sejak berdirinya sampai saat ini, STAIN Salatiga telah melewati sejarah yang cukup panjang, dan mengalami beberapa kali perubahan kelembagaan. Pendirian lembaga ini bermula dari cita-cita masayarakat Islam Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu didirikan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) “Nahdlatul Ulama” di Salatiga. Lembaga ini menempati gedung milik Yayasan Pesantren Luhur, yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga, yang berdiri berkat dukungan dari berbagai pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Tengah. Dalam rentang waktu kurang dari setahun, lembaga ini berubah nama semula FIK IKIP menjadi fakultas Tarbiyah. Maksud perubahan tersebut adalah agar lembaga ini dapat dinegerikan bersamaan dengan persiapan berdirinya IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang. Guna memenuhi persyaratan formal, maka dibentuk panitia pendirian yang diketuai oleh ulama kharismatik K.H. Zubair dan sekaligus diangkat sebagai dekannya.
49
Dalam waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga diusulkan untuk dinegerikan sebagai cabang IAIN Sunan Kalijaga, akhirnya pembinaan dan pengawasan Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan kepada IAIN Walisongo Semarang. Keputusan ini didasarkan pada Surat Menteri Agama c.q. Direktorat Pembinaan Perguruan Tingggi Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 31 November 1969. Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri, Fakultas Tarbiyah Salatiga mndapatkan status negeri, dan menjadi cabang IAIN Walisongo. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 30 tahun 1970 tanggal 16 April 1970. b. Bergabung dengan IAIN Walisongo Meskipun telah berstatus negeri dan menjadi cabang IAIN Walisongo sebagai Fakultas Tarbiyah, namun kondisinya tidak berubah dalam waktu singkat untuk bisa sejajar dengan Perguruan Tinggi yag lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1) Sarana dan prasarana yang belum memadai, terutama belum tersedianya gedung milik sendiri. 2) Jumlah tenaga profesional edukatif maupun administrasi yang masih kurang, dan 3) Animo mahasiswa yang masih sedikit
50
4) Masyarakat Jawa Tengah banyak yang belum tahu bahwa di Salatiga ada Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri. Keadaan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga kondisi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Salatiga dapat dikatakan kurang layak untuk disebut sebagai Perguruan Tinggi Negeri, terutama dari segi sarana dan prasarana yang dimilikinya. Oleh karena itu pernah berkembang isu bahwa lembaga ini akan ditutup. Mengingat kendala pengembangan lembaga ini, maka para pengelola fakultas mencurahkan perhatian dan usahanya untuk menjawab berbagai tantangan yang ada. Jalan satu-satunya yang mesti ditempuh adalah membeli areal tanah kampus, mengingat untuk mengharapkan wakaf dari masyarakat dan meminta kepada pemerintah daerah belum memungkinkan. Dalam
perkembangan
selanjutnya,
ada
seorang
warga
Muhammadiyah salatiga (H. Asrori Asif) yang menaruh perhatian terhadap keberadaan Fakultas Tarbiyah IAINN Walisongo Salatiga. Beliau menawarkan tanah pekarangannya seluas 0, 75 ha, yang berlokasi di Jl. Caranggito (sekarang Jl. Tentara Pelajar) lengkap dengan
bangunnya
yang
letaknya
cukup
strategis
untuk
menyelenggarakan pendidikan. Dalam
rangka
menangkap
tawaran
tanah
dan
rencana
pengembangan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga, maka bapak Drs. Achmadi mengajukan surat permohonan kepada Menteri
51
Agama RI (bapak H. Alamsyahratu Prawiranegara). Surat tersebut bernomor 031/A-a/FT-WS/I/1979, tanggal 24 Januarai 1979. Bapak Drs. Achmadi memohon dukungan pula kepada bapak Moh. Natsir (Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) untuk pengembangan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga tersebut. Bapak
Moh.
Natsir
memberikan
respon
positif dengan
cara
mengkomunikasikan rencana Bapak Drs. Achmadi kepada Menteri Agama. Dukungan Bapak Moh. Natsir pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga sangat terasa bila dibaca dalam surat-suratnya kepada Bapak Drs. Achmadi. Misalnya dalam surat Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Nomor 274/B/DDII/79 perihal balasan surat tertanggal 29 Rab. Awwal 1339 H/ 26 Februari 1979 dan surat Dewan Dakwah Islamiyah Indinesia Nomor 349/B/DDI/79 perihal Rencana Pembelian tanah Ra. Tsani 1339 H/ 19 Maret 1979. Atas perhatian Menteri Agama RI, maka Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga dapat membeli tanah yang ditawarkan oleh bapak (H. Ansori Arif). Gedung pun dibangun dengan menggunakan dana DIP Pusat (tahun anggaran 1980/ 1981 dan 1981/ 1982). Di antara dasar pengembangannya adalah Surat Dirgen Bimbaga Islam Nomor E/Dag/BI/2828 tertanggal 10 Agustus 1982. Tercatat mulai tahun 1982 fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga hijrah dari kampus lama ke kampus baru milik sendiri, tepatnya di jalan Caranggito 2 (sekarang berubah menjadi Tentara Pelajar 2). Kampus baru dinilai sebagai
52
jawaban tepat yang bersifat fisik atas tantangan rasionalisasi yang digelindingkan oleh pemerintah pada waktu itu. c. Alih Status Menjadi STAIN Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1997, maka secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih status menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Sesuai dengan keputusan itu, STAIN tetap didudukkan sebagai Perguruan tinggi di bawah naungan Departemen Agama Islam Republik Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/ atau profesional dalam disiplin ilmu pengetahuan agama Islam. Sebagai salah satu bentuk satuan Pendidikan Tinggi. STAIN Salatiga masih tetap pula memiliki kedudukan dan fungsi yang sama dengan institute maupun universitas negeri lainnya. 2. Visi dan Misi STAIN Salatiga Visi lembaga STAIN Salatiga adalah: “Menjadi Perguruan Tinggi yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual”. Dengan Visi tersebut, maka misi yang diemban lembaga dapat diuraikan sebagai berikut: a. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemantapan aqidah, kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan ilmu pengetahuan.
53
b. Memberikan layanan kepada civitas akademika dan masyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. c. Mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat melalui kinerja intelektual dan eksternal. d. Mengembangkan college based management dengan melibatkan stake holder dan masyarakat. e. Mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai-nilai Islam dan budaya bangsa. 3. Kondisi Objektif Mahasiswa STAIN Salatiga Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri yang berada di bawah naungan Departemen Agama Republik Indonesia dan Departemen Pendidikan Nasional. Sebagai salah satu Perguruan Tinggi Agama Islam, maka STAIN Salatiga menyelenggarakan beberapa program pendidikan untuk sarjana Strata Satu (S-1), sarjana Strata Dua (S-2) dan Diploma Tiga (D.III) yang brcorak keislaman. Untuk program Strata Satu (S-1) tersebut adalah jurusan Tarbiyah, jurusan Syari‟ah dan jurusan program Khusus Kelas Internasional. Program Diploma III adalah program Studi Perbankan Syari‟ah (PS). Mayoritas mahasiswa STAIN Salatiga datang dari daerah-daerah sekitar kota Salatiga, namun ada juga yang datang dari luar propinsi dan luar jawa. Mereka datang dengan berbagai latar belakang pendidikan dan ekonomi yang berbeda. Namun demikian kebanyakan dari mereka adalah
54
lulusan pesantren dan dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang berasal dari kampung atau dusun-dusun terpencil. a. Keberadaan STAIN Salatiga mempunyai fungsi: 1) Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan program 2) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan agama Islam dan teknologi serta seni yang bernafaskan Islam. 3) Melaksanakan penelitian dalam rangka pengmbangan ilmu-ilmu keislaman dan teknologi serta seni yang bernafaskan Islam. 4) Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. 5) Melaksanakan pembinaan kemahasiswaan. 6) Melaksanakan kegiatan civitas akademika dan hubungan dengan lingkungannya. 7) Melaksanakan kerja dengan Perguruan Tinggi dan / atau lembagalembaga lain. 8) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan kegiatan. 9) Melaksanakan penilaian prestasi dan proses penyelengaraan kegiatan serta penyusunan laporan. b. Adapun tujuan penyelenggaraan pendidikan STAIN Salatiga adalah: 1) Menyiapkan mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/ atau profesional yang dapat menerapkan,
55
megembangkan, dan/ atau menciptakan ilmu-ilmu keislaman dan teknologi serta seni yang bernafaskan Islam. 2) Mengembangkan
dan
menyebarluaskan
ilmu-ilmu
keislaman
dan/atau teknologi serta seni yang bernafaskan Islam dan mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
B. Temuan Penelitian 1. Data Hasil Angket Terbuka Angket terbuka ini diberikan kepada 100 responden ( 3 kelas) sebagai sampelnya, yakni mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah akhlak tasawuf,
lebih dari 80% menjawab seperti yang telah penulis
rangkum dibawah ini, yaitu: a. Perubahan sikap yang dilakukan mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti mata kuliah akhlak tasawuf Tabel 1
Sebelum mengikuti kuliah Merasa rendah diri menghadapi hidup Menyalahkan takdir saat tertimpa musibah dan kecelakaan Merasa ragu dengan janji Allah Bermalas-malasan dalam ibadah Selalu berfikir tidak logis terhadap keajaiban Allah Bosan dan jenuh belajar ilmu agama Sering mengeluh/ galau
56
Sesudah mengikuti kuliah Merasa percaya diri meraih masa depan Berprasangka baik terhadap kehendak Allah Sangat yakin dengan janji Allah Selalu bersemangat dan rajin dalam beribadah Semuanya menjadi serba mungkin bagi Allah Semakin giat mendalami ilmu agama islam Selalu bersyukur disaat suka maupun duka
Sulit menemukan solusi saat bermasalah Merasa berat melaksanakan sholat Tidak peduli terhadap teman Tidak bisa menjaga perkataan Bingung terhadap tujuan hidup Membantah nasehat orang tua Perasaan kacau dan gundah Mudah marah Sering hura-hura dengan teman Pelit dalam berbagi rejeki kepada orang yang membutuhkan
Mudah menemukan solusi dengan curhat kepada Allah Ibadah menjadi sangat ringan dilakukan Berempati dan lebih peduli kepada teman Lebih hati-hati menjaga lisan Mengetahui identitas diri dan tujuan hidup Menghormati dan menghargai nasehat orang tua Hati merasa nyaman dan tenang Lebih penyabar Membuat skala prioritas dalam beraktivitas Dermawan terhadap orang lain yang membutuhkan bantuan
b. Pengaruh akhlak tasawuf terhadap kepribadian, perilaku sosial, dan keaktifan beribadah Tabel 2
Kepribadian Mengenal diri sendiri
Perilaku Sosial Menghargai orang lain
Percaya pada keajaiban Allah
Bersyukur dalam suka maupun duka
Mengerti makna hidup
Lebih sering bersedekah kepada fakir miskin Peduli terhadap orang yang membutuhkan bantuan Peduli dan menghargai kebersihan lingkungan sekitar Mengasihi anakanak yatim dan pengemis
Bijaksana dan lebih dewasa
Pandangan hidup ke depan lebih cerah
Semakin meningkatkan kualitas keimanan
57
Keaktifan Beribadah Berdoa dengan penuh keyakinan akan dikabulkan Sedekah tanpa perhitungan lagi (sedekah brutal) Rajin sholat malam dan sholat dhuha Tepat waktu menjalankan sholat fardhu Mempunyai jadwal meeting dengan Allah
Rajin puasa sunah senin dan kamis
Bisa memotivasi diri sendiri Bisa menghargai waktu Mengambil semua peluang kebaikan
Dekat dengan orang tua, terutama Ibu Sering menolong teman Santun terhadap orang tua
Mengistiqomahkan sholat sunah rawatib Sholat menjadi lebih khusyuk Rajin membaca alQur‟an, terutama QS. AlWaqi‟ah
2. Data Hasil Wawancara a. Data Informan Berdasarkan jumlah beberapa informan yang diteliti oleh peneliti yang berada di kampus STAIN Salatiga. Masing-masing informan terdiri dari mahasiswa progdi PAI angkatan 2012 dan dosen pembimbing mahasiswa yang bersangkutan. Dalam melakukan penelitian, penulis berhasil mendapatkan informasi dari 10 mahasiswa sebagai informan dari 100 responden, yang telah penulis wawancarai mengenai pengalaman spiritual paling mengesankan yang mereka dapatkan dalam perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf. Wawancara dilakukan secara bergantian kepada seluruh informan pada tanggal 19 Nopember 2013 di Ruang Konsultasi 2, Biro Konsultasi Psikologi Tazkia STAIN Salatiga pukul 08.45 sampai pukul 13.25 WIB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat data informan dari tabel berikut ini: Tabel 3
No 1 2 3
Inisial Informan SA NN NK
NIM 11112146 11112097 11112093
58
Progdi PAI 2012 PAI 2012 PAI 2012
Alamat Susukan Susukan Temanggung
4 5 6 7 8 9 10
WR DP MN FR NR CW NW
11112085 11112084 11112068 11112049 11112167 11112108 11112189
PAI 2012 PAI 2012 PAI 2012 PAI 2012 PAI 2012 PAI 2012 PAI 2012
Banyubiru Karang Tengah Tuntang Boyolali Magelang Banyubiru Magelang
Adapun perubahan sikap yang dialami 10 informan yang telah penulis wawancarai adalah sebagai berikut: Tabel 4
Informan 1
2
3
4
5
6
Perubahan Sikap “Setelah mengikuti kuliah ini, saya menjadi pribadi yang lebih sabar, mudah nrimo dan legowo ketika ada ujian dan cobaan yang menghampiri” “Akhlak tasawuf membuat hidup saya yang dulu biasabiasa aja sekarang jadi luar biasa. Keyakinan saya kepada Allah semakin bertambah kuat dan percaya akan keajaiban Allah” “Setelah mengikuti kuliahnya pak sultoni (akhlak tasawuf), saya jadi tidak berani menunda-nunda sholat, lebih sering berbagi rejeki ke teman-teman, dan bisa menghormati orang yang lebih tua dengan bahasa jawa krama alus.” “Saya yang dulunya jarang sedekah sekarang jadi rutin dan tidak peritungan lagi, lebih bisa menghargai orang lain dan tentunya lebih dekat dengan orang tua terutama ibu. Dulu saya kalau curhat dengan teman mesti ceplasceplos menceritakan hal yang bersifat privasi juga, tapi sekarang jadi sadar dan lebih hati-hati dalam berbicara dan bisa introspeksi diri.” “Kata-kata pak sultoni menjadikan saya lebih sabar menghadapi permasalahan, lebih mengerti dan memahami karakter orang, jadi tambah rajin ibadah seperti puasa sunnah dan membaca Al-Qur‟an, dan rajin sedekah ke adik-adik SD yang kurang mampu.” “Sebelum bertemu ilmu akhlak tasawuf, saya kalau berdoa masih ada keragu-raguan dan kurang yakin apakah Allah benar-benar akan mengabulkan atau tidak, Alhamdulillah sekarang sudah tahu caranya berdoa sehingga saya lebih yakin dan tenang. Dulu saya cuek banget sama teman dan sekarang sudah sering membantu, perhatian dan peduli sama teman-teman sekitar.”
59
7
8
9
10
“Ketika ayah meninggal, saya merasa tidak terima dan selalu menyalahkan Allah, tetapi akhlak tasawuf telah mengajarkanku tentang takdir dan arti keikhlasan sehingga perlahan-lahan saya bisa nrimo dan ikhlas atas meninggalnya ayah saya, ternyata cobaan dan ujian itu terasa indah jika kita bisa sabar dan bersyukur.” “Dulu saya orangnya acuh tak acuh sama teman, cuek dan tidak peduli serta sering berpikiran negatif. Alhamdulillah setelah ikut kuliah akhlak tasawuf, saya bisa mengoreksi diri, lebih pemaaf, dan lebih penyabar.” “Dulunya saya dikenal teman-teman sebagai orang yang pelit, mudah minder dan sering menyalahkan Allah jika mengalami musibah. Alhamdulillah sekarang jadi lebih dermawan selalu mensyukuri apapun yang terjadi, dan tidak mudah putus asa” “Dulunya ketika bertemu pengemis atau anak jalanan, saya merasa iba dan sedih tanpa memberi uang, Alhamdulillah sekarang juga masih iba tetapi dengan memberikan sedekah kepada mereka karena bertambah yakin bahwa Allah pasti membalas kebaikan kita.”
b. Pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan saat dan setelah mengikuti perkuliahan akhlak tasawuf. Sebagaimana tercantum pada pembahasan yang sudah ditulis pada bab II mengenai pengalaman spiritual dalam akhlak tasawuf, maka teori tersebut sangat relevan apabila diaplikasikan dengan kondisi mahasiswa agar bisa diketahui hal-hal apa saja pengalaman spiritual yang dialami oleh mahasiswa, baik pengalaman positif maupun negatif. Setelah peneliti menggali data dengan wawancara dan observasi. Maka dapat digambarkan sebagai berikut. Diungkapkan oleh beberapa mahasiswa PAI angkatan 2012, kepada peneliti beberapa waktu yang lalu.
60
Berikut jawaban dari beberapa pertanyaan yang diberikan peneliti kepada para informan. Jawaban dari informan seputar pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan saat dan setelah mengikuti perkuiahan akhlak tasawuf. 1) Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan orang tua, terutama ibu. Seperti yang telah dijelaskan pada bab II dimana ibu menempati posisi yang penting, sampai Allah berkata lewat RasulNya bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu. Dalam melakukan
penelitian
ini,
beberapa
informan
mempunyai
pengalaman spiritual yang unik dan ajaib yang mana berhubungan dengan nasehat seorang ibu. Karena pengalaman sifatnya masih netral, maka dapat peneliti bedakan dan ketahui bahwasanya pengalaman spiritual pun ada yang positif, dan ada pula pengalaman yang negatif. Peneliti mengetahui informasi pengalaman spiritual negative yang dialami beberapa informan. NN menceritakan peristiwa kecelakaan yang membuatnya tidak lagi berani menantang perintah ibunya: “Saya pernah hampir tertabrak mobil karena tidak patuh pada nasehat Ibu. Waktu itu, saya akan berangkat kuliah tetapi ibu saya melarang karena saya sedang dalam kondisi sakit, saya tetap berangkat karena ada kuliah yang mengharuskan saya untuk presentasi makalah. Waktu di jalan dekat kampus, saya tersrempet mobil dan tidak jadi mengikuti kuliah, saya menangis dan mengingat ibu, sampai ke rumah saya langsung memeluk ibu dan
61
meminta maaf. Karena hal itulah saya sekarang menjadi taat dan tidak berani melawan Ibu.” Hampir sama dengan yang dialami NN, pengalaman yang dialami DP membuatnya semakin patuh dengan apa yang dinasehatkan ibu kepadanya: “Saya pernah diingatkan Ibu untuk berangkat kuliah 15 menit sebelum jam 7 tetapi saya justru berangkat jam 7 kurang 5 menit, saya tergesa-gesa dan mengebut walaupun rumah saya dekat dengan kampus. Hampir sampai kampus, saya tersrempet motor dan akhirnya jatuh. Saya menjadi tidak berani lagi menantang nasehat Ibu.”
NW juga mengalami hal yang sama, dia mengatakan: “Biasanya, saat berangkat kuliah saya pamitan dahulu kepada orang tua, suatu ketika saya tidak pamitan karena terburu-buru. Dampaknya saya mengalami kesulitan: angkotnya mogok, telat masuk kuliah dan tidak konsentrasi saat mengikuti kuliah. Saya menyesal sekali hari itu.”
CW juga menambahkan pengalaman yang tidak berbeda yang semakin menguatkan data peneliti bahwa nasehat ibu memang harus dilakukan oleh anaknya, CW mengungkapkan: “Saya pernah ingins ekali pergi ke bandungan untuk menghadiri suatu acara tetapi ibu melarang saya naik angkot karena akan diantar bapak, saya tetap pergi sendiri menuju jalan raya. Hampir satu jam saya menunggu tetapi tidak ada angkot yang lewat. saya pulang kembali untuk minta diantar bapak. Setelah sampai jalan raya banyak sekali angkot yang lewat.”
Pengalaman yang dialami NR juga semakin menguatkan data peneliti, NR mengatakan: “Saya tinggal di Asrama milik saudara yang aturannya sangat ketat, salah satunya tidak memperbolehkan menggunakan HP. Suatu
62
ketika ibu melarangku membawa HP saat akan kembali ke asrama tetapi saya tetap ngoto membawa HP, akibatnya 2 hari kemudian HP saya hilang”
Selain pengalaman negatif, informan juga mempunyai pengalaman positif yang membuat mereka semakin percaya bahwa ridho Tuhan ada pada ridho kedua orang tuanya, terutama ridho seorang ibu. WR menceritakan: “Awalnya saya tidak menginginkan kuliah di STAIN karena saya telah diterima di UNS di jurusan matematika tanpa ijin orang tua dulu. Orang tua tidak setuju dan terpaksa saya masuk STAIN Salatiga. Setelah dijalani, saya sangat bersyukur karena kampus ini lebih mendukung saya untuk lebih dekat dengan Allah, saya menjadi lebih tahu ajaran agama sehingga menguubah sikap saya ke arah yang lebih baik tentunya. Saya diterima di kampus ini dengan mendapatkan beasiswa BIDIKMISI besarnya 3.600.00 per semester, Alhamdulillah bisa mengurangi beban biaya orang tua. Ini semua karena doa dan ridho orang tua saya.”
Hal yang ajaib lainnya juga dialami WR, dia mengatakan demikian: “Saya disuruh orang tua untuk menjadi panitia pengajian sampai larut malam, padahal paginya saya ada ujian tengah semester dan saya tidak sempat belajar, tetapi ajaibnya tanpa belajar pun saya bisa menjawab soal tes dengan lancar dan benar, mungkin karena ridho orang tua juga.”
NK juga menambahkan cerita pengalamannya kepada peneliti, NK memberitahukan: “Saya diajak teman pergi ke jogja dan ibu mengijinkan. Awalnya saya tidak ada kemauan karena sedang dalam kondisi lelah. Saya tetap pergi. Di jogja, saya senang sekali bisa merasakan liburan dan hati saya yang awalnya ragu untuk pergi, sekarang menjadi lega karena ridho Ibu juga.”
63
Beberapa pengalaman yang dialami informan semakin meyakinkan peneliti bahwa pengalaman positif maupun negatif, muaranya selalu menuju ke Allah. Informan yang mempunyai pengalaman negatif dengan ibunya, mereka menjadi lebih patuh kepada ibunya. Juga informan yang mempunyai pengalaman positif dengan ridho ibu, mereka semakin yakin bahwa orang tua, terutama ibu mempunyai karomah unik yang tidak dimiliki oleh orang lain dalam kehidupannya. 2) Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan sedekah Setiap orang mempunyai keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Cara-cara yang ditempuh setiap orang agar memperoleh keinginannya pun berbeda-beda. Salah satu cara yang dilakukan informan yang telah diwawancarai yaitu dengan berdoa. Dalam kajian pusaka di bab II telah dijelaskan bahwa aktifitas doa yang bisa dibuktikan kebenarannya secara langsung adalah dengan sedekah. Pengalaman spiritual yang dialami informan juga tidah jauh dari aktifitas sedekah seperti yang diungkapkan oleh NK: “Saya mengajar les 5-10 anak SD dan mengajar TPQ di rumah secara gratis karena niat saya memang untuk mengajari mereka. Saya mempunyai uang Rp 50.000, uang Rp 35.000 saya berikan kepada tetangga yang kurang mampu yang tidak bisa membayar listrik karena tidak mempunyai uang, sisanya Rp 15.000 saya belikan jajanan untuk anak-anak les. Tanpa saya duga, saya dibelikan HP baru oleh Bulik seharga Rp 440.000. mungkin itu balasan dari Allah.”
64
Tidak jauh beda dengan NK, WR yang juga teman kuliah NK menuturkan pengalamannya: “Saya sedekah ke anak yatim minimal Rp 5.000 setiap hari. Alhamdulillah saya mempunyai proyek bisa terkabul. Sekarang saya sudah mempunyai laptop walaupun masih second, sepeda motor, HP yang lama sudah berganti dengan HP yang lebih lengkap fiturnya”
Pengalaman sedekah yang unik juga dialami oleh CW yang sampai sekarang masih takjub dengan cara kerja sedekah. CW menceritakan: “Saya pergi ke kampus dengan uang saku Rp 10.000. Saat berada di dekat jalan raya, datanglah seorang bapak pengemis lalu saya memberikan semua uang saku saya. Tanpa saya duga sebelumnya, ada teman yang menawarkan boncengan, pada waktu akan pulang kuliah secara kebetulan ada kakak bahkan ditraktir makan siang, padahal saya sudah was-was karena tidak mempunyai uang saku, tetapi saya yakin dengan balasan Allah.”
Itulah pengalaman spiritual dengan cara sedekah yang dialami informan, mereka hanya bersedekah dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan memberikan balasan yang berlimpah melalui jalan yang tidakterduga dan tidak pernag disangka-sangka. 3) Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan doa. Doa adalah permohonan yang dilakukan seorang hamba kepada Tuhannya. Mahasiswa berdoa kepada Allah karena mempunyai beberapa keinginan yang mahasiswa butuhkan. Salah satu informan mendapatkan apa yang butuhkannya dengan berdoa kepada Allah. FR mempunyai pengalaman berdoa yang bisa
65
dikatakan sangat ajaib yang pernah dialaminya, FR menuturkan dengan penuh kekaguman bahwa: “Saya berangkat kuliah lajo dari rumah dengan uang saku Rp 10.000. Sepulang kuliah uang saya tinggal Rp 2.000 untuk naik angkot. Di jalan ada pengemis yang minta-minta, saya memberikan uang terakhir saya yang harusnya untuk naik angkot sambil berdoa agar dimudahkan perjalanan pulang menuju rumah. Setelah berjalan 5 meter, ada tetangga yang menawari boncengan, Alhamdulillah saya diantar sampai rumah padahal dari jalan raya jaraknya sekitar 4 km. Anehnya lagi disaat matahari yang terik panasnya menyengat kulit, saya merasa ada awan yang melindungi saya ketika membonceng tetangga saya tadi. Saya juga pernah sedekah Rp 50.000 ke Ibu dengan niat sebagai DP (Down Payment) dan berdoa agar selama liburan mendapatkan tambahan pemasukan karena memang saya sedang membutuhkan uang Rp 600.000 untuk membayar SPP semesteran. Selama liburan kuliah, saya ditawari pekerjaan oleh bulik di Bekasi, saya di gaji Rp 1.600.000 selama 2 bulan, lalu mendapat uang bonus Rp 500.000 dan THR dari distributor Rp 100.000 yang akhirnya saya pulang kerumah membawa uang lebih dari Rp 2.000.000.”
Allah akan mengabulkan permintaan dan permohonan hambaNya yang bersungguh-sungguh mengerjakan amal shalih serta meyakini bahwa Allah benar-benar akan mengabulkan doanya. Pengalaman yang dialami FR mengindikasikan bahwa pengalaman spiritual dalam berdoa dapat dialami siapa pun yang meyakini kebesaran dan kekuasaan Allah. c. Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual Pengalaman spiritual yang dialami oleh informan memang ajaib. Hal itu terjadi karena informan mengaplikasikan beberapa cara yang diajarkan dalam mata kuliah akhlak tasawuf. Cara NR mendapatkan
66
pengalaman spiritualnya dengan merutinkan sholat malam, membaca al-Qur‟an serta dengan bersedekah: “Saya merutinkan sholat malam, membaca al-Qur‟an antara juz 1-10 karena saya sedang dalam tahap hafalan, saya juga sering sedekah ke anak-anak didik dengan memberikan alat tulis dan makanan. Mungkin semua itu yang membuat saya mempunyai pengalaman spiritual yang unik.”
FR juga menambahkan bahwa selain sholat malam, ia juga merutinkan pusa sunah dan sholat dhuha seperti penuturannya sebagai berikut: “Saya rutin melakukan sholat malam (8 rakaat sholat tahajud, 2 rakaat sholat taubat, 3 rakaat sholat witir), puasa senin kamis, sholat dhuha 4 rakaat, membaca al-Qur‟an usai sholat magrib minimal satu surat panjang.” Lain lagi dengan NK, selain cara yang disebutkan di atas, ia juga mendawamkan sholat wajib berjama‟ah dan membaca surat waqiah seperti yang dikatakannya: “Saya rutin puasa senin kamis, sholat jama‟ah, sholat dhuha dan sedekah serta mendawamkan surat waqi‟ah usai sholat shubuh dan sholat magrib.”
CW juga menambahkan cara-cara yang pernah diajarkan Nabi Saw, salah satunya dengan memperbanyak bacaan sholawat dan kalimat hasbiyallah: “Saya merutinkan sholat dhuha, membaca sholawat nabi dan kalimat hasbiyallah, serta sedekah tentunya.”
Dari pengamatan di atas, peneliti setuju dengan cara-cara yang dilakukan oleh informan karena semuanya merupakan perintah dalam
67
al-Qur‟an dan hadis Nabi SAW, yakni: sholat wajib berjama‟ah, sholat malam (tahajud, witir, taubat, dan lainnya), membaca al-Qur‟an, puasa sunah senin kamis, sholat dhuha, sedekah, berdoa, membaca sholawat dan kalimat hasbiyallah. Itulah yang berperan sebagai perantara dari informan untuk mendapatkan pengalaman spiritual dalam menjemput apa yang diinginkannya dan segala kebutuhan yang diperlukannya, yang muaranya menuju ke Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Kaya. Para informan yang berhasil mendapatkan pengalaman spiritual yang positif adalah mereka yang melaksanakan amalan-amalan wajib maupun sunnah secara sungguh-sungguh dan sadar memaknai kebersamaan
dengan
yang
mereka
sembah,
serta
konsisten
melaksanakan amalan itu dengan hati yang yakin dan pasrah akan kehendak Allah SWT. Itu sesuai firman Allah dalam QS. Fushshilat: 30 yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah
68
kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” d. Balasan Allah ketika mahasiswa mempraktekkan tugas-tugas perkuliahan akhlak tasawuf Pada saat perkuliahan berlangsung di dalam kelas akhlak tasawuf, dosen selalu memberikan tugas-tugas kepada mahasiswanya untuk membuktikan bahwa Allah itu Maha Kuasa dan Cinta kepada hambaNya. Mahasiswa diharapkan tidak hanya sekedar membaca ayat (mengagumi testimoni orang lain), tetapi juga diharapkan mampu menjadi ayat yang dibaca oleh orang lain. Tugas yang diberikan dosen adalah tugas dengan cara praktik secara langsung untuk membuktikan bahwa Allah Maha Kaya, sehingga mahasiswa yang melaksanakan tugas dengan konsisten menerapkan ajaran-ajaran akhlak tasawuf akan mendapatkan pengalaman spiritual yang sebelumnya tidak pernah mahasiswa dapatkan seperti dalam mata kuliah lainnya. Adapun tugastugas yang telah diberikan dosen kepada mahasiswa adalah sebagai berikut: 1) Visualisasi uang Rp. 50.000 Tugas pertama yang diberikan dosen ketika awal masuk kuliah akhlak tasawuf adalah visualisasi uang Rp. 50.000. Mahasiswa dibimbing dalam kondisi rileks (duduk tegak dengan memejamkan mata) untuk mendengarkan musik terapi dan memasuki alam bawah sadarnya, serta dosen memberikan sugesti agar mahasiswa
69
memvisualisasikan uang Rp. 50.000 sebanyak beberapa lembar sesuai keinginan mahasiswa sendiri, yang seakan-akan telah diterimanya dari Allah. Berikut pengalaman spiritual yang dialami mahasiswa
setelah
mempraktekkan
tugas
pertamanya.
SA
mengungkapkan bahwa: “Saya mempraktekkan visualisasi uang Rp 50.000 sebanyak 10 lembar, Alhamdulillah teman saya melunasi hutang-hutangnya ke saya sebanyak Rp 500.000 tanpa saya menagihnya, padahal sudah 3 bulan dia tidak pernah memberikan kabar kepada saya.”
Selanjutnya pengalaman unik dari NN, dia menceritakan bahwa: “Saya pernah visualisasi uang Rp 50.000. Setelah itu, saya browshing di internet dan mencetak gambar uang Rp 50.000 serta menempelkannya di dinding kamar dengan maksud saya bisa melihatnya setiap hari karena saya ingin membeli Al-Qur‟an terjemah. Secara tiba-tiba, Bapak datang menghampiri saya dengan memberikan uang Rp 50.000 meskipun saya tidak pernah meminta kepada beliau. Alhamdulillah saya bisa membeli Al-Qur‟an terjemah dengan uang pemberian Bapak itu.”
FR juga mengalami keajaiban setelah mempraktekkan tugas pertamanya dengan memvisualisasikan uang Rp. 50.000 sebanyak 20 lembar, berikut penuturannya: “Pada saat visualisasi, saya membayangkan uang Rp 50.000 sebanyak 20 lembar.Pada waktu kakak sakit, tiba-tiba Budhe menelpon dan memberitahu bahwa beliau telah mentransfer uang Rp 1.000.000 padahal sudah hampir 5 bulan lost-contact dengan Budhe.”
Hal tidak terduga juga dialami NR yang mendapatkan kiriman uang secara mengejutkan dari kakaknya.
70
“Saat visualisasi, saya membayangkan uang Rp 50.000 sebanyak 5 lembar. Setelah perkuliahan selesai, saya ditelpon kakak bahwa dia baru saja mendapatkan rejeki dan mentranfer uang Rp 250.000 ke rekening saya untuk keperluaan kuliah.”
Lain halnya dengan pengalaman informan sebelumnya, NW mendapatkan uang Rp 5.000.000 setelah ia minta uang kepada Allah melalui visualisasi: “Saat berlangsungnya proses visualisasi, saya membayangkan uang Rp 50.000 sebanyak 100 lembar saya kantongi, seminggu kemudian saya ditranfer uang oleh orang tua sebanyak Rp 5.000.000 untuk membeli laptop padahal saya tidak pernah meminta sebelumnya.”
Pengalaman dia atas bukan merupakan halyang mustahil karena memang Allah akan mengabulkan permintaan hambaNya sesuai dengan apa yang diprasangkakan hamba terhadapNya. Hanya orangorang yang yakin dengan kuasa Allah yang akan mendapatkan berbagai kejaiban dan pengalaman spiritual yang menakjubkan. 2) Proyek sedekah Ibu Pada kajian pustaka bab II telah dijelasakan bahwa Gusti Allah mengajarkan bahwa sedekah terbaik adalah kepada kedua orang tua (QS. Al-Baqoroh: 215). Selanjutnya mendasarkan hadis Rasul SAW yang menyebut Ibu tiga kali di banding ayah, maka untuk bakti ke orang tua, sedekah diutamakan ke ibu terlebih dahulu. Jika beliau sudah tidak ada baru ke ayah dan kepada yang lainnya. Tugas kedua ini juga deberikan dosen kepada mahasiswa dengan maksud agar mahasiswa bisa merasakan karomah dan kejaiban yang ada dalam
71
orang utanya, terutama ibunya. Dalam hadis, Nabi SAW mebgatakan bahwa surge berada di bawah telapak kaki ibu, juga ridho Allah ada pada ridho orang tua, yang dalam hal ini adalah ridho ibu. Berikut pengalaman mahasiswa yang telah mempraktekkan tugas kedua, yaitu sedekah ke ibu. Pengalaman yang dialami oleh NK membuat ia yakin dengan karomah seorang ibu, NK mengungkapkan: “Saya setiap hari menyisihkan uang saku Rp 5.000 selama 2 minggu. Setelah uang terkumpul, saya membelikan longdress untuk Ibu seharga Rp 85.000, beliau tersenyum bahagia dan terharu. Esok harinya, saya dibelikan dua longdrees oleh Pakdhe seharga masingmasing Rp 148.000 sama seperti yang saya inginkan tanpa saya minta.”
WR
yang
juga
seorang
penulis
juga
menceritakan
pengalamannya ketika bersedekah kepada ibunya: “Saya setiap bulan menyisihkan uang untuk sedekah ke Ibu dalam bentuk bumbu dapur, alat mandi serta keperluan rumah lainnya. Dengan doa ibu, tulisan saya sering dimuat di majalah dan sudah sering mengikuti lomba menulis.”
Lain halnya dengan NK dan WR, apa yang dialami CW membuatnya semakin yakin dengan keajaiban sedekah kepada ibu: “Saya pernah membelikan rujak untuk Ibu seharga Rp 3.000 karena sebelumnya Ibu pernah mengatakan bahwa beliau ingin makan rujak.
72
Setelah sampai di rumah, saya memberikan rujak ke Ibu. Tanpa saya sangka, saya diberi uang oleh kakak sebanyak Rp 100.000.” Pengalaman di atas bukan merupakan sesuatu yang mustahil terjadi, karena Allah memang berjanji siapa yang bersedekah, maka Allah akan melipatgandakan apa yang telah disedekahkannya. Balasan Allah bisa berwujud, uang dan barang, namun juga bisa berwujud ketenangan dan ketentraman hati yang bisa dirasakan oleh pelaku sedekah. e. Kendala mahasiswa dalam mendapatkan pengalaman spiritual Pengalaman spiritual yang dialami mahasiswa pasti berbeda-beda. Perbedaan itu disebabkan karena beberapa alasan yang merupakan kendala
mahasiswa
dalam
mendapatkan
pengalaman
spiritualnya.kendala yang sering dialami mahasiswa adalah mahasiswa kurang konsisten melaksanakan ajaran-ajaran yang terkandung dalam akhlak tasawuf, seperti yang diungkapkan oleh DP: “Saya ingin mempunyai motor baru tetapi sampai sekarang belum terkabul, mungkin karena saya kurang konsisten melaksanakan ajaran tasawufnya Pak Sultoni.”
Tidak jauh berbeda dengan DP, MN juga mengakui hal yang demikian: “Sampai saat ini, proyek pribadi saya belum terealisasikarena saya masih bermalas-malasan dan tidak konsisten menerapkan ajaran tasawuf yang diajarkan Pak Sultoni.”
73
Peneliti paham dengan kendala yang dialami mahasiswa karena memang akhlak tasawuf adalah perpaduan ilmu akhlak (dalam hal ini adalah sedekah, doa, dan amalan fiqih seprti: sholat, puasa, membaca al-Qur‟an, dan lainnya) dan ilmu tauhid yang mengharuskan mahasiswa secara konsisten menerapkan keduanya. Amalan yang dilakukan tanpa keyakinan kepda Kuasa Tuhan tidak akan pernah menghasilkan pengalaman spiritual yang maksimal. Begitu juga keyakinan yang besar terhadap Kuasa dan Cinta Tuhan yang tidak disertai dengan amalan yang yang konsisten juga tidakakan pernah mendapatkan pengalaman spiritual yang menakjubkan. Jadi, pengalaman spiritual dalam akhlak tasawuf akan bisa didapatkan mahasiswa ketika mahasiswa konsisten menerapkan perpaduan ilmu akhlak dan ilmu tauhid itu dalam kehidupan sehari-harinya.
74
BAB IV ANALISIS
A. Perubahan sikap yang dilakukan mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf. Berdasarkan hasil data yang diperoleh, peneliti menganalisis data mengenai perubahan sikap yang dilakukan mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf. Hal yang pertama peneliti analisis berkaitan mengenai perubahan dalam hal kepribadian, perilaku sosial, dan keaktifan beribadah. 1. Perubahan sikap dalam kepribadian Berdasarkan hasil angket terbuka yang peneliti berikan kepada para responden, perubahan kepribadian yang dialami sebagian besar responden bermacam-macam. Beberapa perubahan sikap dalam hal kepribadian yang mahasiswa lakukan setelah melaksanakan ajaran-ajaran tasawuf secara konsisten adalah sebagai berikut: a. Mahasiswa lebih mengenali dirinya sendiri. Krisis identitas memang wajar melanda kaum muda, terutama masa-masa remaja yang memang masih dalam tahap pencarian identitas dirinya. Cara yang terbukti kebenarannya untuk lebih mengenal diri sendiri Tuhan, karena memang dasar dari ilmu tasawuf adalah orang yang mengenal Tuhan pasti akan mengenal dirinya, juga berlaku sebaliknya. Dengan bekal pengenalan diri, mahasiswa bisa memaknai hakikat hidup ini dengan
75
hati yang optimis agar bisa melihat masa depan lebih gemilang karena segala perilaku hidupnya selalu didampingi kuasa dan cinta Tuhan. b. Rasa syukurnya bertambah. Mahasiswa yang sudah mengenali Tuhan dan mengenali dirinya akan mengerti bahwa Tuhan sebenarnya Maha Kaya, Maha Kuasa dan Maha Cinta terhadap dirinya. Oleh sebab itulah, mahasiswa yang mengerti dan paham akan tujuan pembelajaran akhlak tasawuf akan mempunyai kualitas rasa syukur yang berlebih. Ia akan selalu mensyukuri apapun yang terjadi dengan dirinya karena yakin bahwa Tuhan Maha Baik dan hanya akan memberikan yang terbaik bagi hambaNya, sehingga hatinya akan selalu ikhlas menerima segala ujian dan cobaan yang diberikan oleh Tuhan terhadap dirinya, baik itu suka maupun duka. c. Percaya akan keajaiban Tuhan. Akhlak tasawuf di STAIN Salatiga memang mengharuskan mahasiswa untuk membuktikan langsung tentang keajaiban Tuhan, yaitu dengan doa dan sedekah. Mahasiswa yang berhasil mendapatkan proyek-proyeknya (keinginan, kebutuhan, impian) akan bertambah keyakinannya kepada keajaiban Tuhan karena ia tidak hanya membaca ayat, tetapi sudah menjadi ayat yang dibaca oleh mahasiswa lainnya. Keyakinannya terhadap Tuhan semakin kuat akan kejaiban Tuhan yang seringkali datang tanpa diduga dan disangka-sangka olehnya.
76
2. Perubahan sikap dalam perilaku sosial Perilaku sosial dalam masyarakat sangatlah penting dimilki oleh mahasiswa karena mahasiswa seringkali disebut sebagai agen perubahan (agent of change), sehingga diharapkan mampu bersosialisasi dalam lingkungan masyarakat luas, khususnya di lingkungan tempat tinggalnya. Akhlak tasawuf mempunyai peranan penting untuk mengubah sikap mahasiswa dalam hal perilaku sosial mahasiswa. Mahasiswa mengakui bahwa setelah mengambil mata kuliah akhlak tasawuf, ia merasa ada yang berubah dalam perilaku sosialnya, di antaranya adalah: a. Patuh
terhadap
orangtua.
Beberapa
mahasiswa
yang
telah
mendapatkan pengalaman spiritual negative menjadi berubah perilaku sosialnya.
Mahasiswa
yang
dahulu
selalu
mengabaikan perintah orang tua (terutama ibu)
membantah
dan
menjadi patuh
terhadap segala nasehat ibunya. Mahasiswa yang mendapatkan pengalaman spiritual setelah melakukan doa dan sedekah kepada ibu, merasakan keajaiban doa ibu sehingga mahasiswa laebih menghargai, menghormati dan patuh terhadap segala nasehat orang tuanya. b. Simpati terhadap orang lain. Mahasiswa mengakui akhlak tasawuf menjadikan dirinya lebih simpai dan peduli terhadap orang lain, terutama orang-orang yang membutuhkan bantuannya, misalnya teman, sahabat, fakir miskin, pengemis, dan yang lainnya. c. Peduli terhadap kelestarian lingkungan sekitar. Mahasiswa yang mengerti dan paham bahwa Tuhan akan membalas sekecil apapun
77
peluang kebaikan yang dilakukannya, maka akan menjadi pribadi yang peduli terhadap kebersihan lingkungan di sekitarnya. Tidak peduli apakah ada teman atau orang lain yang memperhatikannya, mahasiswa pelaku akhlak tasawuf akan dengan hati yang ikhlas untuk mengambil peluang kebaikan yang ada di depannya. 3. Perubahan sikap dalam keaktifan beribadah Mahasiswa yang paham akan kandungan ajaran-ajaran akhlak tasawuf tidak akan ragu untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas keaktifan beribadahnya kepada Tuhan, diantara perubahan sikap mahasiswa dalam keaktifan beribadah setelah mahasiswa melaksanakan ajaran akhlak tasawuf adalah: a. Rajin dan rutin melaksanakan sholat. Mahasiswa menjadi giat melakukan sholat baik sholat wajib maupun sholat sunnah. Mahasiswa merasa hatinya gelisah kalau belum melaksanakan sholat. Selain melaksanakan sholat wajib lima waktu, mahasiswa menjadi terbiasa melaksanakan sholat sunnah seperti sholat dhuha, sholat tahajud dan sholat sunnah rawatib. b. Rajin melaksanakan puasa sunnah. Puasa menjadi sarana mahasiswa untuk belajar menahan diri dari nafsu yang bergejolak dalam hati dan sarana belajar mengatur emosinya. Mahasiswa pelaku tasawuf yang mengetahui hikmah puasa berdasarkan sudut pandang tasawuf, menjadi lebih konsisten melaksanakan puasa sunnah,seperti puasa sunnah senin dan kamis.
78
c. Rajin membaca al-Qur‟an dan memahami maknanya. Mahasiswa yang mengerti tentang hakikat doa sebagai komunikasi, akan lebih sering berkomunikasi langsung kepada Tuhan. Salah satu bentuk komunikasi langsung kepada Tuhan adalah dengan membaca firman-Nya, memahami maknanya, dan mentafakkuri apa yang terkandung didalamnya. Mahasiswa merasa hatinya nyaman dan tentram ketika melantunkan ayat-ayatNya. Semakin merdu lantunan ayat Tuhan yang dibacanya, maka hatinya semakin yakin bahwa Tuhan sedang berada didekatnya dan berkomunikasi langsung kepadanya. Dari situlah mahasiswa menjadi terbiasa membaca al-Qur‟an dengan hati yang yakin akan keberadaan Tuhhan disampingnya.
B. Pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan ketika mereka mengaplikasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata kuliah akhlak tasawuf. Setelah melakukan wawancara terhadap 10 informan, peneliti bisa menganalisis pengalaman-pengalaman yang mahasiswa dapatkan ketikan mahasiswa secara konsisten melaksanakan ajaran yang terkandung dalam mata kuliah akhlak tasawuf. Tema pokok dalam ajaran akhlak tasawuf di STAIN Salatiga adalah doa dan sedekah. Oleh karena itu, peneliti membagi pengalaman spiritual yang dialami 10 informan menjadi dua, yaitu:
79
1. Pengalaman
spiritual
yang
berkaitan
dengan
doa
orang
tua
(positif/negatif). Mahasiswa yang ingin mendekatkan diri kepada Tuhan harus bisa mendekatkan diri terhadap makhluk yang telah dipilih Tuhan untuk dipatuhi, yaitu Rasulullah Muhammad SAW dan kedua orangtua. Kedua makhluk itulah yang harus kita utamakan untuk dipatuhi agar mahasiswa bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Karena Rasul Muhammad SAW sudah wafat, maka cara mematuhi beliau adalah dengan melaksanakan sunnahnnya, sedangkan cara untuk mematuhi kedua orantua adalah dengan menghormati dan menghargai nasehat-nasehatnya selama nasehat itu tidak bertentangan dengan hukum syar‟i. Beberapa mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual negatif setelah mereka tidak menghiraukan nasehat orangtuanya, misalnya hati mereka menjadi resah melawan perintah orangtua dan menerima ketidaksenangan atas akibat yang diperolehnya. Disisi lain, mahasiswa mendapatkan pengalaman positif selama mereka patuh terhadap nasehat kedua orangtuanya, misalnya mereka mendapatkan kenikmatan dalam melakukan berbagai aktifitas dengan ridho orangtua dan merasakan bahwa karomah orangtua benar-benar ada. Itu menjadi bukti yang tidak terbantahkan bahwa apabila seseorang berkeinginan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, ia harus mematuhi perintah Rasul Muhammad SAW dan mematuhi nasehat kedua orangtuanya. 2. Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan sedekah dan berdoa.
80
Sedekah merupakan aktifitas doa yang secara langsung bisa dibuktikan kebenarannya oleh mahasiswa. Dalam perkuliahan akhlak tasawuf, mahasiswa dianjurkan untuk membuktikan langsung keajaiban sedekah. Terbukti semua informan yang telah bersedekah mendapatkan pengalaman
spiritual
yang
menakjubkan.
Tuhan
tidak
pernah
mengingkari janjinya. Siapa saja yang bersyukur akan ditambah nikmatnya. Siapa saja yang bersedekah akan dilipatgandakan rejekinya. Setelah melakukan sedekah, mereka merasakan bahwa janji Tuhan adalah benar ketika mereka yakin akan Kuasa dan Cinta Tuhan. Sedekah membuat
mereka
mendapatkan
pengalaman
spiritual
yang
membahagiakan, yaitu: mereka merasakan kenikmatan tersendiri ketika bisa berdoa secara langsung kepada Tuhannya, mendapatkan kesenangan batin diluar prediksi serta mendapatkan kenikmatan diluar batas kemampuan mereka.
C. Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual. Pengalaman spiritual yang dialami oleh informan memang ajaib dan magis. Para informan yang berhasil mendapatkan pengalaman spiritual yang positif adalah mereka yang melaksanakan amalan-amalan wajib maupun sunnah secara sungguh-sungguh dan sadar memaknai kebersamaan dengan yang mereka sembah, serta konsisten melaksanakan amalan itu dengan hati yang yakin dan pasrah akan kehendak Allah SWT. Beberapa cara yang dilakukan mahasiswa di antaranya adalah:
81
1. Sholat Berjamaah Sholat berjama‟ah adalah sholat yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW sebagai wujud rasa persaudaraan sesama muslim dan solidaritas terhadap orang Islam, serta sebagai syiar kepada masyarakat luas bahwa orang muslim mempunyai kekuatan yang besar dalam lingkungan sosial kemasyarakatan. Orang yang melaksanakan sholat berjama‟ah diberi pahala 27 kali lipat daripada sholat sendirian (Munfarid). Mahasiswa bisa mengingat dan merasakan kepasrahan yang total ketika bermunajat dengan Tuhan dengan hati yang yakin akan kebesaran-Nya.
…
Artinya: ”Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka…” ( QS. An Nisa‟: 102)
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.” (QS. Al-Baqarah: 43) 2. Berdoa Berdoa sangat dianjurkan oleh Allah sebagai wujud rasa syukur dan permohonan seorang hamba kepada Tuhan-Nya. Allah menyuruh orang
82
yang sedang mempunyai keinginan dan kebutuhan untuk berdoa kepadaNya.
Mahasiswa
yang
berdoa
merasa
lemah
sehingga
membutuhkan Dzat yang lebih tinggi dan merasa bersyukur telah diberikan kesempatan untuk meminta permohonan, serta merasa yakin bahwa Tuhan selalu mengabulkan apa yang diminta oleh hamba-Nya.
Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186) 3. Sedekah Sedekah banyak sekali manfaat yang terkandung di dalamnya. Orang yang terbiasa bersedekah akan dimudahkan dalam memperoleh rejeki yang selalu bertambah. Allah juga akan mempercepat terkabulnya doa dan hajat orang yang senang bersedekah. Sedekah bisa mendatangkan rejeki sepuluh kali lipat, 700 kali lipat bahkan sampai tidak terhingga bagi mereka yang dikehendaki.
83
Artinya: “Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS.Al-An‟am: 160)
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan
84
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. AlBaqarah: 261) 4. Puasa sunnah Senin dan Kamis Orang yang melaksanakan puasa secara konsisten akan diberi kesehatan yang prima karena secara medis, para pakar kesehatan telah meneliti manfaat puasa. Puasa yang dilakukan di hari Senin dan Kamis membuat pelakunya akan dicintai Allah dan RasulNya karena doa orang yang sedang dalam melakukan puasa sangat mustajab. Mahasiswa yang melakukan puasa senin kamis secara konsisten mendapatkan rejeki yang tidak terprediksi, sesuai janji Allah bahwa Dia akan memberikan pahala yang tanpa batas kepada orang yang bersabar dalam menjalankan puasa. Allah berfirman dalam QS. Az-Zumar: 10.
Artinya:
“Katakanlah:
„Hai
hamba-hamba-Ku
yang
beriman.
bertakwalah kepada Tuhanmu‟. orang-orang yang berbuat baik di dunia ini
memperoleh
kebaikan.
dan
bumi
Allah
itu
adalah
luas.
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah (dalam berpuasa) yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.
85
5. Sholat Tahajud Sholat tahajud merupakan ibadah tambahan yang dicintai oleh Allah, sehingga Allah akan mengangakat ke tempat yang terpuji bagi pelakunya dan mengabulkan apa yang menjadi hajat dan keinginannya.
Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.” (QS. Al Isro‟: 79) 6. Sholat Dhuha Seseorang melakukan sholat dhuha karena termotivasi oleh manfaat dan keutamaan yang terkandung di dalamnya yaitu bahwa sholat dhuha dapat mendatangkan ampunan Allah SWTdan mendatangkan rejeki serta menolak kefakiran seperti sabda Nabi berikut ini. Hadits Abu Dzarr Al Ghifari r.a., bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
يصبح على كل سالمى مه أحدكم صدقت فكل تسبيحت صدقت وكل تحميدة صدقت وكل تهليلت صدقت وكل تكبيرة صدقت وأمر بالمعروف صدقت ووهي عه المىكر صدقت ويجزئ مه ذلك ركعتان يركعهما مه الضحى “Setiap tulang salah seorang dari kalian wajib ditunaikan sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyeru kepada kebaikan
86
adalah sedekah, dan melarang dari kemungkaran adalah sedekah. Dan cukup sebagai pengganti itu semua dua rakaat yang dilakukan ketika waktu dhuha.” (HR. Muslim) 7. Membaca Al-Qur‟an Membaca al-Qur‟an memang banyak manfaat dan keutamaannya, salah satunya adalah bahwa Allah akan memberikan perniagaan yang tidak akan pernah merugi sesuai QS. Faatir: 29-30 yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terangterangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”
87
8. Membaca Sholawat Allah
bersholawat
kepada
Rasulullah
SAW
dengan
cara
mencurahkan rahmat dan kasih sayang kepada beliau, maka orang yang bersholawat untuk Rasulullah akan diberikan kasih sayang oleh Allah, serta akan mendapatkan syafa‟at dari beliau di hari Kiamat kelak. Orang yang bersholawat akan mendapatkan balasan kebaikan yang berlipat-lipat jumlahnya karena Allah dan para MalaikatNya juga bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab: 56). Dari beberapa penjelasan di atas, amalan wajib maupun sunnah yang dilakukan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman spiritual semuanya adalah berdasarkan syari‟at yang telah ditetapkan dalam alQur‟an dan Hadis, padahal akhlak tasawuf berkaitan dengan hal yang bersifat hakikat. Hal itu wajar karena langkah dalam mengenal Tuhan adalah beribadah karena Allah sesuai jalan syari‟at, selanjutnya akan
88
menemukan kenyamanan beribadah bersama Allah, dan akhirnya hakikat/ tujuan utama beribadah adalah untuk menuju Allah.
89
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilakukan pembahasan dan analisis, ada beberapa hal yang menjadi titik tekan sebagai simpulan dalam skripsi ini, sebagai berikut. 1. Perubahan sikap mahasiswa sebelum dan sesudah mengikuti perkuliahan mata kuliah akhlak tasawuf adalah sebagai berikut: Kepribadian; Mahasiswa yang sebelumnya tidak tahu mengenai pribadinya sendiri menjadi lebih mengenali dirinya sendiri, Mahasiswa yang sebelumnya sering mengeluh menjadi menikmati indahnya bersyukur, Mahasiswa yang sebelumnya ragu dan bimbang menjadi percaya akan keajaiban dan kekuasaan Tuhan, Perilaku Sosial; Mahasiswa yang sebelumnya membantah perintah orangtua menjadi semakin patuh kepada orangtuanya, Mahasiswa yang sebelumnya tidak mempunyai rasa peduli dengan sesamanya menjadi bersimpati kepada orang lain, Mahasiswa yang sebelumnya tidak peduli dengan lingkungan
sekitarnya
menjadi
perhatian
terhadap
kelestarian
lingkungan sekitar, Keaktifan Beribadah; Mahasiswa yang sebelumnya jarang sholat menjadi rajin dan rutin melaksanakan sholat, Mahasiswa yang sebelumnya malas-malasan berpuasa menjadi rajin melaksanakan puasa sunnah, Mahasiswa yang sebelumnya jarang menyentuh alQur‟an menjadi rajin membaca al-Qur‟an dan memahami maknanya.
90
2. Pengalaman spiritual yang mahasiswa dapatkan ketika mereka mengaplikasikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata kuliah akhlak tasawuf, di antaranya: Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan doa orang tua: mereka mendapatkan kenikmatan dalam melakukan berbagai aktifitas dengan ridho orangtua dan merasakan bahwa karomah orangtua benar-benar ada, Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan sedekah: mereka merasakan kenikmatan tersendiri ketika bisa bersedekah dan mendapatkan kesenangan batin diluar prediksi serta mendapatkan kenikmatan diluar batas kemampuan, serta Pengalaman spiritual yang berkaitan dengan doa: mahasiswa mendapatkan balasan secara cepat dan tidak terduga setelah berdoa dengan keyakinan dan kepasrahan kepada Allah SWT. 3. Cara mahasiswa mendapatkan pengalaman spiritual adalah dengan: Sholat Berjamaah, Berdoa, Sedekah, Puasa Sunnah, Sholat Tahajud, Sholat Dhuha, Membaca Al-Qur‟an, dan Membaca Sholawat, secara sungguh-sungguh dan konsisten sehingga mereka benar-benar yakin bahwa Tuhan Maha Kuasa dan Cinta kepada hambaNya.
B. Saran Berdasarkan permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini yaitu mengenai pengalaman spiritual dalam akhlak tasawuf, maka peneliti hendak menyampaikan saran sebagai berikut:
91
1. Bagi mahasiswa Mahasiswa yang telah mengikuti dan menerapkan ajaran-ajaran yang terkandung dalam akhlak tasawuf diharapkan tetap mempertahankan sikap dan akhlak mahmudahnya, serta konsisten agar terus menemukan pengalaman-pengalaman spiritual yang akan membuatnya lebih dekat dan yakin akan kebesaran Tuhan yang Maha Kuasa , Maha Kaya dan maha Cinta kepada hamba-Nya.
2. Bagi dosen Para dosen akhlak tasawuf diharapkan tetap memberikan dorongan dan pendidikan akhlak kepada mahasiswa untuk konsisten dan bersungguhsungguh dalam menjalankan ajaran-ajaran yang terkandung dalam mata kuliah akhlak tasawuf. Selain itu, para dosen juga diharapkan mampu membantu menumbuhkembangkan sifat yakin dan motivasi dalam diri mahasiswa agar lebih mengenal Tuhan sehingga hidupnya selalu berada dalam kasih sayang dan cinta Tuhan.
92
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Quran. Jakarta: Amzah. Al-Ghazali. 2000. Ihya Ulumuddin. Qairo, Mesir: Daaral-Taqwa. Al-Musawa, Nabiel F. 2008. The Islam Way: 25 Solusi Islam untuk permasalahan Masyarakat Modern. Bandung: Arkan Publishing. Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Putra. Asmaran. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Ed. Revisi. Cet. 3. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Dister, Nico Syukur. 1988. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Edisi Kedua. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Endang, Saifudidin Anshari. 1987. Ilmu Filsafat dan Agama. Jakarta: PT Bina Ilmu. Hardjana. 2002. Penghayatan Agama: Yang Otentik dan Tidak Otentik. Cetakan VII. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hasan, Aliah B. Purwakania. 2008. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. http://chantiksekali.blogspot.com/2011/12/pengalaman-spiritual.html http://dokumenpemudatqn.com/2013/07/persentase-jumlah-umat-islamberbagai.html http://id.scribd.com/doc/58789726/Pengertian-Spiritual http://id.wikipedia.org/wiki http://radentegarghozali.blogspot.com/2012/12/makalah-implementasitasawuf.html http:/stainsalatiga.ac.id
Jalaluddin. 2001. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada. Jaya,
yahya. 1994. Spiritualisasi Islam: Dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian & Kesehatan Mental. Jakarta: CV RUHAMA.
Kaelang. 2000. Islam & Aspek-aspek Kemasyarakatan. Edisi 2 Cetakan I. Jakarta: PT Bumi Aksara. Khalafallah, Muhammad Ahmad. 2008. Masyarakat Muslim Ideal. Yogyakarta: Insan Madani. Kurnia, Jusuf. 2008. Quantum Ibadah: Mengelola Diri dengan Mengenali Perjalanan Hidup. Cetakan I. Solo: Tiga Serangkai. Mahmudin. 2006. Menemukan Kebenaran Islam. Cetakan I. Yogyakarta: Gava Media. Matta, Anis. 2007. Model Manusia Muslim Abad ke-21. Cetakan III. Bandung: Syaamil Cipta Media. Sunarto, Ahmad. 2005. Himpunan Hadits Al Jami’ush Shahih. Jakarta: ANNUR PRESS Sudiarja, Raimundo. 1994. Dialog Intrareligius. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Poerwadarminta, W.J.S. 1982. Kamus Umum Bahasa Indonesia: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Cetakan V. Jakarta: Balai Pustaka. Rajabi, Mahmoud. 2006. Horison Manusia. Jakarta: Al-Huda. Shihab, Alwi. 2001. Islam Sufistik: “Islam Pertama” dan pengaruhnya hingga kini di Indonesia. Cetakan I. Bandung: Penerbit MIZAN. Siregar, Rivay. 2000. Tasawuf: Dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme. Edisi I Cetakan 2. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Simuh. 1999. Sufisme Jawa, Transformasi Tasawuf Islam ke Mistik Jawa. Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya. Sultoni, Ahmad. 2007. Sang Maha-Segalanya Mencintai Sang Maha-Siswa. Salatiga: STAIN SALATIGA PRESS. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan 16. Bandung: ALFABETA. Syukur, Amin. 2003. Tasawuf Sosial. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syukur, Amin. 2006. Tasawuf bagi orang awam: Menjawab Problem Kehidupan. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tamrin, Dahlan. 2010. Tasawuf Irfani: Tutup Nasut Buka Lahut. Cetakan I. Malang: UIN-MALIKI PRESS.
Zahri, Mustafa.____. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: PT BINA ILMU.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Afif Kurnia Rohman
Tempat, tanggal lahir : Kab. Semarang, 10 November 1991 Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Baran Jurang RT 03 RW 06 Kec. Ambarawa, Kab. Semarang
Pendidikan No.
Tingkatan
Nama Sekolah
Tahun Lulus
1.
SD/MI
MI Baran
2003
2.
SLTP/MTs
SMP Negeri 1 Ambarawa
2006
3.
SMA/MAN
SMA Negeri 1 Ambarawa
2009
4
Strata 1
S1 Tarbiyah STAIN Salatiga
2014
Organisasi No.
Organisasi
Jabatan
Periode
1.
Remas “RIMA” Baran Jurang, Ambarawa
Ketua Umum
2009-2013
2.
Tim Majlis Doa Mawar Allah STAIN Salatiga
Sie Humas
2012-sekarang
3.
Biro Konsultasi Psikologi Peer Counselor,Tester TAZKIA STAIN Psikotes, Ice Breaker Salatiga
2011-sekarang
ANGKET PENELITIAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF NAMA
:______________________________
No. HP
:______________________________
1. Apa saja perubahan sikap yang anda rasakan setelah mengikuti perkuliahan akhlak tasawuf? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 2. Apakah perkuliahan akhlak tasawuf ini mempengaruhi kepribadian, perilaku sosial dan keaktifan beribadah anda? Mengapa? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
LEMBAR WAWANCARA Pengalaman Spiritual dalam Akhlak Tasawuf Nama Lengkap
: _______________________________________________
NIM
: _______________________________________________
1. Pengalaman Spiritual apa saja yang anda dapatkan saat dan setelah mengikuti perkuiahan akhlak tasawuf? Negatif: ______________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________ Positif: ______________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________ 2. Bagaimana cara anda mendapatkan pengalaman spiritual tersebut? ______________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________ ____________________________________ 3. Apa balasan dari Allah? dan bagaimana perasaan anda ketika mempraktekkan tugas-tugas perkuliahan akhlak tasawuf, yakni: Visualisasi uang 50 ribu ______________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________ Proyek sedekah Ibu ______________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________ Proyek SMS Tuhan ______________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________ Proyek pribadi ______________________________________________________ ______________________________________________________ ______________________________________________________
VERBATIM HASIL WAWANCARA Pengalaman Spiritual dalam Akhlak Tasawuf Wawancara dilakukan secara bergantian kepada seluruh informan pada tanggal 19 Nopember 2013 di Ruang Konsultasi 2, Biro Konsultasi Psikologi Tazkia STAIN Salatiga pukul 08.45 sampai pukul 13.25 WIB. Informan 1: “Setelah mengikuti kuliah ini, saya menjadi pribadi yang lebih sabar, mudah nrimo dan legowo ketika ada ujian dan cobaan yang menghampiri. Saya membutuhkan uang untuk membayar kuliah dan beberapa keperluan pribadi, Alhamdulillah saya mendapatkan informasi dari teman bahwa STAIN mengadakan seleksi beasiswa DIPA, dan saya mendapatkan beasiswa dua juta rupiah, bahkan saya tidak menyangka sebelumnya. Saya mempraktekkan visualisasi uang 50 ribu sebanyak 10 lembar, Alhamdulillah teman saya melunasi hutang-hutangnya ke saya tanpa saya menagihnya, padahal sudah 3 bulan dia tidak pernah memberikan kabar kepada saya. Saya juga sering sedekah ke ibu yang membuat rejeki saya lancar bahkan sering diberi uang saku oleh keluarga dekat walaupun saya tidak pernah meminta.Ketika saya mendapatkan masalah dan hati saya gelisah, saya berdoa kepada Allah dan Alhamdulillah Allah memberikan jawaban sehingga saya bisa mudah menemukan solusi dalam setiap permasalahan dan merasa ada dorongan yang kuat untuk terus melakukan ibadah..Subhanallah. saya selalu sholat tahajud pada pukul 3 pagi dan tak henti-hentinya berdoa sampai Allah benar-benar memberikan jawaban dari doa saya” Informan 2: “akhlak tasawuf membuat hidup saya yang dulu biasa-biasa saja sekarang jadi luar biasa, saya mendapatkan banyak pengalaman. Saya pernah kesrempet mobil gara-gara tidak patuh pada nasehat ibu. Waktu itu saya mau berangkat kuliah tapi ibu saya melarang karena saya lagi sakit, tapi saya tetap ngeyel karena memang ada kuliah yang mengharusakan saya untuk presentasi makalah. Waktu dijalan dekat kampus, saya kesrempet mobil dan tidak jadi kuliah, saya menangis dan ingat ibu, sampai ke rumah saya langsung memeluk ibu dan meminta maaf.karena hal itulah saya sekarang jadi taat dan tidak berani melawan ibu. Saya pernah visualisasi uang 50 ribu, setelah itu saya browsing di internet dan mencetak gambar uang 50 ribu serta menempelkannya di dinding kamar dengan maksud saya bisa melihatnya setiap hari karena memang saya pengen membeli Al-Qur‟an terjemah. Eh tibatiba saja Bapak dating menghampiri dengan memberikan uang 50 ribu meskipun saya tidak pernah minta beliau, sungguh ajaib..alhamdulillah saya bisa membeli Al-Qur‟an terjemah dengan uang pemberian Bapak itu. Sekarang saya masih rutin melakukan solat malam,
sholat dhuha, puasa senin kamis..akhlak tasawuf mengajarkan saya banyak keajaiban..Allah memang baik deh” Informan 3: “Setelah mengikuti kuliahnya pak sultoni (akhlak tasawuf), saya jadi tidak berani menundanunda sholat, lebih sering berbagi rejeki ke teman-teman, dan bisa menghormati orang yang lebih tua dengan bahasa jawa krama alus. Saya punya pengalaman spiritual negative, sabtu sore saya dilarang pergi menjenguk teman yang lagi sakit oleh ibu karena cuaca hujan, tapi saya tetap ngeyel..yah akhirnya kecelakaan di jalan tapi tidak apa-apa. Minggu pagi saya mengulanginya lagi, dan terjadi kecelakaan yang parah. Saat itulah saya mengerti bahwa saya memang harus taat sama nasehat ibu. Pengalaman spiritual positif saya juga masih tentang ibu, saya diajak teman pergi ke jogja dan ibu mengijinkan. Awalnya saya kurang sreg karena memang dalam kondisi capek badan sih. saya tetap pergi, eh di jogja saya senang sekali bisa merasakan liburan dan hati saya yang awalnya ragu untuk pergi, sekarang jadi lega dan plong. Ya mungkin karena ridho ibu juga. Saya juga ngelesi 5-10 anak SD dan ngajar TPQ dirumah secara gratis karena niat saya memang untuk mengajari mereka. Saya punya uang 50 ribu, yang 35 ribu saya kasihkan tetangga kurang mampu yang tidak bisa bayar listrik karena tidak punya uang, sisanya 15 ribu saya belikan jajanan buat anak-anak les. Eh nggak nyangka saya dibelikan HP baru oleh Bulek seharga 440.000. mungkin itu balsan dari Allah. Untuk sedekah ibu, saya setiap hari menyisihkan uang cuma 5 ribu selama 2 minggu, setelah uang ngumpul, saya belikan longdress seharga 85 ribu untuk ibu, beliau tersenyum bahagia dan terharu. esok harinya saya dibelikan dua longdrees oleh pakdhe seharga masing-masing 148.000 persis seperti yang saya dambakan. Padahal saya ndak minta lho. Yah sampai sekarang saya rutin puasa senin kamis, sholat jama‟ah, dhuha dan sedekah serta mendawamkan surat waqi‟ah usai shubuhan dan magriban.” Informan 4: “Ajaib pokoke..saya yang dulunya jarang sedekah sekarang jadi rutin dan ndak peritungan lagi, lebih bisa menghargai orang lain dan tentunya lebih deket dengan orang tua terutama ibu. Dulu saya kalo curhat sama temen mesti ceplas-ceplos menceritakan hal yang bersifat privasi juga, tapi sekarang jadi sadar dan lebih hati-hati dalam berbicara dan bisa introspeksi diri lah..awalnya saya tidak mau kuliah di STAIN karena memang saya telah diterima di UNS di jurusan matematika tanpa ngomong orang tua dulu..orang tua ndak setuju dan terpaksa saya masuk STAIN Salatiga. Eh setelah dijalani, saya jadi bersyukur karena kampus ini lebih mendukung untuk lenih dekat dengan Allah, saya jadi lebih tau ajaran agama sehingga merubah sikap saya ke arah yang lebih baik tentunya. Saya diterima di
kampus ini dengan mendapatkan beasiswa BIDIKMISI besarnya 3.600.00 per semester, Alhamdulillah bisa mengurangi beban biaya orang tua. Saat visualisasi saya nangis karena memang sedang butuh uang untuk membeli buku kuliah, setelah saya pulang kuliah langsung dikasih uang budhe 50 ribu. Ajaib tenan. Saya setiap bulan menyisihkan uang untuk sedekah ke ibu dalam bentuk bumbu dapur, alat mandi serta keperluan rumah lainnya..dengan doa ibu, tulisan saya sering dimuat di majalah dan udah sering ikut lomba nulis juga lho..tiap malam sebelum tidur dan bangun tidur saya selalu SMS Allah dan tak luapa saya juga rutin sholat malam dan puasa senin kamis dan sedekah anak yatim minimal ngluarin uang 5 ribu tiap hari.alhamdulillah saya punya proyek bisa terkabul..sekarang punya laptop walaupun masih second, sepeda motor juga, HP yang jadul sudah berganti yang lebih lengkap fiturnya” Informan 5: “Kata-kata pak sultoni menjadikan saya lebih sabar menghadapi permasalahan, lebih ngertiin orang, jadi tambah rajin ibadah dan rajin sedekah ke adik-adik SD yang kurang mampu. Saya pernah diingatkan ibu untuk berangkat kuliah 15 menit sebelum jam 7..eh saya ngeyel berangkat jam 7 kurang 5 menit, saya kesusu dan ngebut walaupun rumah saya deket dengan kampus..hampir nyampe kampus malah kesrempet motor dan jatuh. Saya jadi ndak berani lagi nantang dan ngeyel sama ibu.hehe.. Selesai visualisasi, 2 hari kemudian saya dikasih duit 50 ribu sama mbah. Nggak nyangka banget, mbah kan niasanya pelit. Minta saja gak dikasih eh sekarang gak minta malah di kasih. Ajaib. Saya juga sering curhat ke Allah lewat SMS untuk dipertemukan dengan cowok yang bisa menjaga an menjadi imam dunia akhirat..kemarin sudah ada sinyal-sinya ada pria yang menurut saya sholih mulai pengen mengenal saya lebih jauh lagi. Saya seneeeeeeeng sekali. Saya juaga punya proyek pengen dapat motor baru tapi sampai sekarang belum terkabul, mungkin karena saya kurang konsisten melaksanakan ajran tasawufnya pak sultoni. Saya masih rutin sholat malam minimal 3 kali dalam seminggu, sholat dhuha, yasinan setiap malam jum‟at dan membaca qur‟an setelah magriban.” Informan 6: “Sebelum ketemu ilmu akhlak tasawuf, saya kalo berdoa masih ada keragu-raguan dan kurang yakin apakah Allah benar-benar akan mengabulkan atau ndak, Alhamdulillah sekarang sudah tau caranya berdoa sehingga saya lebih yakin dan tenang. Dulu saya cuek banget sama temen dan sekarang sudah sering membantu, perhatian dan peduli sama tementemen sekitar. Saya punya pengalaman unik, saya disuruh ngajar ngaji sama tetangga. Walaupun awalnya terpaksa, saya tetap saja menjalaninya. Nah saat sudah mulai ngajar ngajiitulah, kakak saya sering ngasih uang jajan yang lebih kepada saya, padahal sebelumnya nggak pernah. Aneh tapi nyata. Visualisasi uang 50 ribu saat kuliah akhlak
tasawuf bener-bener keren, saya iseng-iseng membayangkan telah menerima uang 50 ribuan sebanyak 20 lembar. Eh saya malah dapat beasiswa 2 juta dari kampus. Padahal saya mengira bahwa beasiswa cuma 1,2 juta seperti tahun sebelumnya. Sampai saat ini proyek pribadi saya belum terealisasi, mungkin karena saya masih males-malesan dan nggak konsisten menerapkan ajaran tasawuf yang diajarkan pak sultoni.hehe Tapi Alhamdulillah sampai saat ini saya kadang masih mau sholat malam, puasa sunah, sholat jama‟ah di masjid, dan rutin membaca qur‟an selesai magriban.” Informan 7: “Ketika ayah meninggal, saya merasa tidakterima dan selalu menyalahkan Allah.tapi akhlak tasawuf telah mengajarkanku tentang takdir dan arti keikhlasan sehingga perlahan-lahan sya bisa nrimo dan ikhlas atas meninggalnya ayah saya, ternyata cobaan dan ujian itu tersa indah jika kita bisa sabar dan bersyukur. Saya punya beberapa pengalaman yang unik dan ajaib. Saya selalucium tangan ibu ketika mau berangkat kuliah. Nah saya pernah lupa tidak salaman karena buru-buru. Akibatnya saya sulit mendapatkan angkot sampai telat masuk kuliah 2 jam, eh sekali dapat angkot malah bannnya bocor alias kemps dan sesampainya dikampus uang saya hilang. Sejak itulah saya tidak pernah lupa lagi salaman ke ibu. Kapok rasanya.hehehe Saya berangkat kuliah nglaju dari rumah dengan uang saku 10 ribu. Pulang kuliah uang saya tinggal 2 ribu untuk ngangkot. Di jalan ada pengemis yang minta uang, saya berikan uang terakhir saya yang harusnya untuk ngangkot. Eh baru mau jalan 5 meter ada tetangga yang menawari tebengan, Alhamdulillah saya diantar sampai rumah padahal dari jalan raya jaraknya sekitar 4 km. Anehnya lagi disaat matahari yang terik panasnya menyengat kulit, saya merasa ada awan yang melindungi saya ketika membonceng tetangga saya tadi. Saya juga pernah sedekah 50 ribu ke ibu dengan niat sebagai DP karena memang saya butuh uang 600 ribu untuk membayar uang semesteran, setelah itu selama liburan kuliah saya ditawari pekerjaan oleh bulik di bekasi, saya di gaji 1,6 juta selama 2 bulan, terus dapat uang bonus 500 ribu dan THR dari distributor 100 ribu yang akhirnya saya pulang kerumah membawa uang lebih dari 2 juta. Subhanallah.. Pada saat visualisasi, saya membayangkan uang 50 ribu sebanyak 20 lembar, pada waktu kaka k sakit, tiba-tiba budhe telfon telah mentransfer uang 1 juta. Padahal sudah 5 bulan lost-contact. Sampai sekarang saya rutin sholat malam (8 rakaat sholat tahajud, 2 rakaat sholat taubat, 3 rakaat sholat witir), puasa senin kamis, sholat dhuha 4 rakaat, baca qur‟an habis magrib minimal satu surat panjang.” Informan 8: “Dulu saya orangnya tuh acuh tak acuh sama temen, cuek gitu lho..dan sering berpikiran negative. Alhamdulillah setelah ikut kuliah akhlak tasawuf, saya bisa mengoreksi diri, lebih
pemaaf, dan lebih penyabar. Saya tinggal di asrama milik saudara yang aturannya sangat ketat, salah satunya tidak memperbolehkan menggunakan HP. Suatu ketika ibuku melarang saya membawa HP saat mau ke asrama tapi saya tetap ngeyel, akibatnya 2 hari kemudian HP saya hilang. Saya pulang ke rumah tidak bilang apa-apa ke ibu mengenai peristiwa itu, bahkan saya malah berdoa kepada Allah untuk minta HP buat adek sayayang cuma seharga 200ribu. Seminggu kemudian saya melihat pengumuman beasiswa dikampus dan Alhamdulillah dapat 2 juta. Saya bisa membelikan HP adek juga beli HP sendiri tanpa sepengetahuan ibu. Hehehe Pas visualisasi saya membayangkan uang 50ribu sebanyak 5 lembar, setelah perkuliahan selesai saya ditelfon kakak bahwa dia baru dapat rejeki dan mentranfer 250ribu ke rekening saya untuk keperluaan kuliah. Senang rasanya. Sya juga mebelikan barang kesukaan ibu yaitu tas dan kerudung, alahmdulillah hati jadi tenang dan dilancarkan rejeki kerja di bimbel. Saya merutinkan sholat malam, baca qur‟an antara juz 1-10 karena memang saya sedang dalam tahap hafalan, saya juga sering sedekah ke anak-anak didik dengan memberikan alat tulis dan makanan. Mungkin semua itu yang membuat saya punya pengalaman spiritual yang unik.” Informan 9: “Dulunya saya dikenal temen-temen sebagai orang yang pelit, gampang minder dan sering nyaklahke Allah jika mengalami musibah. Alhamdulillah sekarang jadi lebih dermawan selalu mensyukuri apapun yang terjadi, dan nggak gampang putus asa. Saya pernah pengen pergi ke bandungan untuk menghadiri suatu acara tapi bi melarang saya ngangkot karena biar dianter bapak, saya tetep pergi sendiri menuju jalan raya eh hampir satu jam nunggu tapi nggak ada angkot lewat. Terus saya pulang lagi minta dianter bapak. Eh setelah nyampe jalan raya banyak sekali angkot yang lewat. Yah mungkin karena ridho ibu tadi kali ya. Say juga pernah mau ke kampus dengan uang saku 10 ribu, deket jalan raya datanglah seorang bapak pengemis terus saya kasih semua uang saku dengan yakinnya. Ajaibnya tiba-tiba ada teman yang menawarkan tebengan, pas pulang kuliah eh kebetulan ada kakak bahkan ditraktik makan siang.hehehe Terus uasai visualisasi 50ribu, sepulang kuliah saya dikadih uang 50ribu sama embah padahal nggak minta lho. Saya pernah beliin ibu rujak seharga 3 ribu karena sebelumnya ibu pernah bilang kalau pengen rujak, setelah sampai dirumah saya kasihkan rujak eh malah saya dikasih uang kakak 100 ribu. Saya masih merutinkan sholat dhuha, baca sholawat nabi dan kalimat hasbiyallah, serta sedekah tentunya.” Informan 10: “dulunya ketika bertemu pengemis atau anak jalanan, saya merasa iba dan sedih tanpa member uang, Alhamdulillah sekarang juga masih iba tapi dengan memberikan sedekah
kepada mereka karena bertambah yakin bahwa Allah pasti membalas kebaikan kita. Biasanya kalau berang kuliah saya pamitan dulu sama orang tua, suatu ketika saya nggak pamitan karena sedang buru-buru. Dampaknya saya mengalami kesulitan: angkotnya mogok, telat masuk kuliah dan nggak konsen mengikuti kuliah. Saya mengesal sekali hari itu. Pernah juga saya disuruh orang tua untuk ngurus jadi panitia pengajian sampai larut malam padahal paginya ujian tengan semester dan saya tidak sempat belajar, tapi ajaibnya tanpa belajarpun say bisa menjawab soal tes dengan lancar dan benar, yah mungkin karena ridho orang tua juga. Pas visualisasi saya membayangkan uang 50 ribu sebanyak 100 lembar saya kantongi, seminggu kemudian saya ditranfer uang oleh orang tua sebanyak 5 juta untuk membeli laptop padahal saya tidak pernah meminta sebelumnya. Ajaib banget, subhanallah. Sampe sekarang saya mendawamkan sholat malam, puasa senin kamis, baca qur‟an setiap hari, serta rutin sedekah ke orang tua dan anak yatim dengan penghasialn saya sendiri sebagai salah satu tentor di bimbel.”
Nota Pembimbing
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Afif Kurnia Rohman NIM
: 11110007
No. 1
Nama Kegiatan OPAK
2
User Education Perpustakaan STAIN Salatiga Pra-DM Bedah Film “Nothing Is Impossible in this wordl” Penerimaan Anggota Baru ITTAQO‟ Penerimaan Anggota Baru JQH Kajian Tafsir Tematik JQH “Indonesia Menangis Darah” National Workshop of Enterepreneurship and Basic Cooperation 2010 Seminar nasional Pendidikan “Realisasi Pendidikan Karakter Bangsa dalam Kurikulum Pendidikan Nasional” HMJ Tarbiyah Praktikum Baca Tulis AlQur‟an (BTA)
3
4 5 6
7
8
9
10
Jurusan : Tarbiyah PAI
Seminar Nasional “Pilarpilar penanggulangan Korupsi di Indonesia Perspektif Agama, Budaya, dan Negara”
Pelaksanaan 25-27 Agustus 2010
Keterangan Peserta
Nilai 3
20 – 25 September 2010
Peserta
3
4 Oktober 2010
Peserta
2
30 Oktober 2010
Peserta
3
13 Nopember 2010
Peserta
3
29 Nopember 2010
Peserta
3
19 desember 2010
Peserta
6
20 Juni 2011
Panitia
6
22 Juni 2011
Peserta
2
22Juni 2011
Peserta
6
11
12
13
14 15 16 17
18
19
20 21 22
23
Seminar Regional “Meningkatkan Nasionalisme di tengah Goncangan Disintegrasi dan Pengikisan Ideologi Nasional” Pelatihan Kewirausahaan “membangun Kejayaan Bangsa dengan Entrepreneurship” FIB UNDIP Lembaga Bimbingan Belajar COMPAC CAMP SEMARANG Pelatihan Sholat Khusyu‟ Biro TAZKIA Praktikum Etika Profesi Keguruan Praktikum Komputer Multimedia Seminar Nasional Entrepreneurship “Tren Bisnis Berbasis Multimedia dan Teknologi Informatika sebagai Wujud Pasar modern” Seminar Regional “Urgensi Media dalam Mencerahkan Umat” Workshop Parenting “Merajut Cinta Mengokohkan Dakwah” Bedah Buku”Dari Minder Jadi Super” Seminar International Bahasa Arab Seminar Nasional Pendidikan “Pendidikan Multikultural sebagai Pilar Karakter Bangsa” Pelatihan Mengatasi Kecemasan Tampil di Depan Umum
26 Oktober 2011
Peserta
4
2011
Peserta
3
2 Januari 2012
Tentor
3
29 Januari 2012
Peserta
3
10 Februari 2012
Peserta
2
14 – 15 Februari 2012
Peserta
2
21 April 2012
Peserta
6
30 April 2012
Peserta
4
6 Mei 2012
Peserta
3
17 Mei 2012
Peserta
2
2 Juni 2012
Peserta
3
6 Juni 2012
Peserta
6
9 Juni 2012
Peserta
3
24
25 26
27 28
29
30
31
32
33
Seminar Nasional “Mewaspadai gerakan Islam Garis Keras di Perguruan Tinggi” Pesantren Remaja Ahli Sorga (PARAS 19) Pengabdian Masyarakat pada kegiatan Traumatic Healing bagi Korban Kebakaran Pasar Projo Ambarawa, Kab. Semarang Praktikum Perawatan Jenazah MTQ Umum IV Mahasiswa, Pesantren, SMA Sederajat se-Salatiga dan sekitarnya Islamic Public Speaking Training (IPST) Pelatihan Manajemen dan Konselor Klinik Berhenti Merokok di Perguruan Tinggi FKM UNDIP Seminar Pencegahan Bahaya NAPZA,HIV/AIDS dan Launching PIK SAHAJASA STAIN Salatiga Seminar Nasioanal Entrepreneurship “Menumbuhkan Jiwa Entrepreneur Generasi Muda” Pelatihan Strategi Sukses Kuliah
23 Juni 2012
Peserta
6
22 Juli 2012
Pemateri
3
13 Agustus 2012
Volunter
3
17 September 2012
Peserta
2
3 Oktober 2012
Panitia
3
25 Oktober 2012
Peserta
3
30 – 31 Oktober 2012
Peserta
4
29 April 2013
Panitia
3
27 Mei 2013
Peserta
6
8 Juni 2013
Peserta
3
34
35
36
Seminar Nasional “Mengawal Pengendalian BBM Bersubsidi, Kebijakan BLSM yang Tepat Sasaran serta Pengendalian Inflasi Dalam Negeri sebagai Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi” Pesantren Remaja Ahli Sorga (PARAS 20) Workshop “Persiapan Karir & Kematangan Menikah”
8 Juli 2013
Peserta
6
11 Juli 2013
Pemateri
3
22 Oktober 2013
Peserta
3
Jumlah
129
Salatiga, 15 Juli 2014 Mengetahui Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama
Moh Khusen, M.Ag., M.A. NIP. 19741212 199903 1 003
Lembar Konsultasi