KORELASI ANTARA INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA DI RACANA STAIN SALATIGA
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: SLAMET NURHADI 12106018
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
i
ii
KORELASI ANTARA INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA DI RACANA STAIN SALATIGA
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: SLAMET NURHADI 12106018
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudari: Nama
: Slamet Nurhadi
NIM
: 12106018
Jurusan
: Tarbiyah
Program studi : Pendidikan Agama Islam Judul
: PENGARUH
INTENSITAS
MENGIKUTI
KEGIATAN
KEPRAMUKAAN
TERHADAP
PEMBENTUKAN
KECERDASAN
EMOSIONAL
MAHASISWA DI RACANA STAIN SALATIGA Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 22 Agustus 2011 Pembimbing,
Drs. Bahroni, M.Pd NIP.19640818 199403 1 004
iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
Saya yang bertanda tanda tangan dibawah ini: Nama
: Slamet Nurhadi
Nim
: 12106018
Jurusan
: Tarbiyyah
Program studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga,03 Agustus 2011 Yang menyatakan,
Slamet Nurhadi 12106018
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto Hidup adalah awal dari sebuah proses perjuangan Persembahan Skripsi ini kupersembahkan kepada: Kedua orang tuaku yang sangat aku cintai dank u ta’dhimi (bapak T.Abdul azis dan ibu Marpuatun) karena dengan bimbingan,arahan, dan do’a-do’a beliaulah aku bisa menjadi yang terbaik. Istri,anak,kakak dan adekku, serta iien juga saudara-saudaraku Yang telah memberikan do’a dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini. Bapak Drs.bahroni, M.Pd. yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan-masukan kepada penyusun dalam rangka penyelesaian skripsi ini. Seluruh dosen dan karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya kepadaku, memfasilitasiku, dan telah memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya sehingga menjadikanku seperti sekarang ini. Aku hanya bisa berucap jazakumullahu khoiral jaza’jaza’an katsiron . Tak lupa kepada seluruh teman-teman dan para aktifis KAMPUS STAIN Salatiga terimakasih atas semuanya dari awal sampai akhir. Juga aku persembahkan kepada pembaca yang budiman.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, yang telah memberikan hidayah dan kekuatan-Nya. Sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah SAW. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan islam. Adapun judul skripsi ini adalah: “KORELASI
ANTARA
INTENSITAS
MENGIKUTI
KEGIATAN
KEPRAMUKAAN DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA DI RACANA STAIN SALATIGA”. Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah memberikan dorongan serta dukungan moral dan materi. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga 2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Kaprodi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga 3. Drs. Bahroni, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan, serta saran sampai terwujudnya skripsi ini . 4. Segenap Bapak/ Ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga. 5. Kedua orang tua saya T. Abdul Azis dan Ibu Marpuatun yang selalu memberikan restu. 6. Segenap keluarga besar KOPMA “FATAWA” 7. Segenap keluarga besar RACANA
viii
8. Kakak dan adikku yang telah memberi dorongan sepenuhnya kepada penulis, selama menuntut ilmu di STAIN Salatiga. 9. Semua pihak yang telah membantu dan belum dapat penulis sebutkan satu per satu Penulis tidak dapat memberikan balasan yang sesuai, penulis hanya dapat memohon kepada Allah semoga senantiasa diberi pahala yang berlimpah dan mudahmudahan Allah selalu menambah rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dan mereka semua. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri. Salatiga, 03 Agustus 2011 Penulis
ix
SKRIPSI KORELASI ANTARA INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA DI RACANA STAIN SALATIGA DISUSUN OLEH SLAMET NURHADI NIM: 12106018 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 9 September 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam. Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Suwardi, M.Pd
Sekretaris Penguji
: Drs. DJoko Sutopo, M.Pd
Penguji I
: Dra.Hj Lilik Sriyanti, M.Si
Penguji II
: Dra. Nur Hasanah, M.Pd
Penguji III
: Drs. Bahroni, M.Pd Salatiga, 9 September 2011 Ketua STAIN Salatiga
x
ABSTRAK Nurhadi, Slamet. 2011. Korelasi antara Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan dengan Kecerdasan Emosional Mahasiswa di Racana STAIN Salatiga. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni, M.Pd. Kata kunci: intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan, kecerdasan emosional mahasiswa Penelitian ini merupakan pembuktian bahwa intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan merupakan hal yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap kecerdasan emosional mahasiswa, karena Pramuka merupakan kegiatan yang sangat penting dan dominan dalam pendidikan formal pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dengan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga. Berangkat dari hal tersebut, maka pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimanakah intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan mahasiswa di Racana STAIN Salatiga?, (2) bagaimana kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga?, (3) adakah korelasi antara intensitas dengan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga?. untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan studi korelasional. Adapun subjek penelitian sebanyak 105 responden. Pengambilan sampel dengan metode proporsional random sampling. Adapun penelitiannya dilakukan pada tanggal 3-9 Desember 2010. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan didapat beberapa temuan yaitu: ada korelasi yang signifikan antara intensitas mengikuti kegiatan kepramuaan dengan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga dibuktikan dengan hasil korelasi product moment yaitu rhitung sebesar 0,749 berada di atas koefisien korelasi (rtabel), baik taraf 5% yaitu 0,195. Dari penelitian ini terbukti signifikan korelasi antara intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dengan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga.
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masyarakat tengah mengalami suatu proses yang tidak dapat dielakkan dalam usaha menuju cita-cita suatu masyarakat yang adil makmur, yaitu proses modernisasi dan industrialisasi. Sebagai konsekuensinya terjadi korelasi sosial dengan serba cepat dan membentuk nilai kehidupan yang memasyarakat. Proses pengembangan sosialisasi masyarakat pun mengalami pergeseran dari masyarakat kolektif tradisional agraris menuju pada masyarakat modern industrialis yang menghasilkan imbas yang cukup mendalam pada sistem sosialisasi masyarakat. Seperti yang dikemukakan Kartini, bahwa masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk dari kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi memunculkan banyak permasalahan sosial (Kartini, 1992: 5). Masalah utama yang muncul dalam masyarakat adalah timbulnya desintegrasi dari masyarakat tradisional karena unsur-unsur di dalam masyarakat tersebut mengalami perubahan dengan kecepatan yang berbeda. Kebenaran-kebenaran abadi sebagaimana yang terkandung dalam ajaran-ajaran agama disisihkan karena dianggap kuno, sehingga orang hanya berpegang pada kebutuhan materi belaka. Seringkali orang hanya memikirkan tujuan yang ingin dicapainya tanpa menghiraukan permasalahan lain yang terjadi disekitarnya, sehingga perhatian pada lingkungan menjadi berkurang, dan tentu saja sangat berlawanan dengan hakikat manusia yang diciptakan
1
Tuhan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari lingkungan sosialnya. Kecenderungan inilah yang sekarang sedang terjadi di dalam masyarakat modern. Masyarakat modern sangat berpola dengan sistem insteraksi sosial yang hanya mementingkan keuntungan semata demi kepentingan dirinya sendiri. Keadaan ini akan menyebabkan individu akan menjadi musuh bagi orang lain sehingga yang terlihat hanyalah adanya gejala pemanfaatan manusia atas manusia lain, yang hanya mementingkan keuntungan bagi diri sendiri. Saraswati menyatakan bahwa banyak kasus yang memperlihatkan seseorang semakin cuek, acuh tak acuh, dan egois ketika melihat
orang
lain
mengalami
malapetaka
(Saraswati,
www.Kompas.com/Altruisme, di unduh 1 November 2010). Jika ada kecelakaan, bukan pertolongan yang segera diberikan melainkan melambatkan kendaraan untuk menonton. Menurut Kartini, kondisi diatas lebih banyak terjadi di daerah perkotaan
dan
daerah
perindustrian.
Khususnya
berpengaruh
pada
demoralisasi anak-anak remaja. Banyak anak muda yang menderita konflik batin disebabkan benturan nilai-nilai batin sendiri dengan tekanan eksternal, sehingga mereka terdorong pada pengembangan kebiasaan yang kriminal dan berkembang menjadi tingkah laku yang mengganggu dan menteror lingkungan (Kartini,1999: 160- 161).
2
Agar tercapai perubahan perilaku yang diharapkan, gerakan Pramuka mempunyai nilai-nilai yang harus dikembangkan oleh setiap pramuka, dimana nilai-nilai tersebut dilaksanakan dan menegakkan norma yang berlaku. Napitupulu (1999: 6), menjelaskan bahwa nilai-nilai tersebut adalah kode kehormatan yang disesuaikan dengan usia Pramuka (peserta didik) kode kehormatan tersebut dalam bentuk janji (Trisatya) dan dalam bentuk ketentuan moral (Dasadarma Pramuka). Kepramukaan
sebagai
sistem
pembinaan
dan
pengembangan
sumberdaya atau potensi kaum muda, telah mengalami perkembangan dan pembaharuan, selaras dengan tantangan zaman. Kepramukaan diterapkan dalam bentuk kegiatan yang mengarah pada pembentukan watak plus skill/ kecakapan, ketrampilan berkembang dengan IPTEK (kemampuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi) Keberadaan gerakan Pramuka di perguruan tinggi (PT) itu unik. Keunikannya paling tidak dapat dilihat dari beberapa segi, pertama, Pramuka adalah mahasiswa yang secara fisik, psikis dan intelektual sudah cukup matang. Dari segi usia pada umumnya Pramuka di perguruan tinggi (PT) berkisar antara umur 18-25 tahun. Jadi mereka sudah berada pada golongan penegak dan Pandega (Ruswan, 1998: 1). Kedua, Pramuka di perguruan tinggi adalah mahasiswa yang merupakan salah satu komponen bangsa. Ini artinya bahwa apa yang dialami atau menimpa bangsa ini juga dialami oleh Pramuka. Jadi Pramuka bukanlah
3
manusia- manusia steril dari perkembangan yang ada di masyarakat, karena mereka juga bagian tak terpisahkan dari masyarakat bangsa secara luas. Ketiga, kegiatan kepramukaan di perguruan tinggi itu salah satu dari sekian banyak jenis kegiatan kemahasiswaan yang ada di perguruan tinggi, sebagai contoh di STAIN unit kegiatan di tingkat Institut seperti: Pramuka, Koperasi Mahasiswa (Kopma), Stain Musik Club (SMC), Teater Getar, Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala), Stain Sport Club (SSC), dan masih banyak lagi. Wadah kegiatan mahasiswa yang beraneka ragam ini sangat baik karena memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan bakat dan
minat masing- masing. Disamping itu,
banyaknya wadah kegiatan itu memacu kompetisi, sehingga semua unit kegiatan ini berkembang. Kematangan psikhis dan ditunjang oleh kematangan intelektual Pramuka Pandega. Diarahkan sebagai wahana persemaian pembina yang cakap dan handal guna mengembangkan gerakan Pramuka dan membangun masyarakat, bangsa dan negara di masa yang akan datang. Di samping itu sebagai bagian dari civitas akademika atau masyarakat kampus akademis, Pramuka Pandega berkewajiban turut serta menyukseskan Tri Darma perguruan tinggi yaitu, Pendidikan dan Pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Jika dikombinasikan dengan pendidikan pembinaan bagi Pramuka Pandega, nilai pengabdian pada masyarakat (bakti) bagi Pramuka pasti merupakan kegiatan utama dan ideal.
4
Hidup di era sekarang hanya berbekal pada kemampuan Intellektual Quetion (IQ) saja tidak cukup, sebab kecerdasan Intellektual Quetion (IQ) hanyalah salah satu dimensi dari potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia agar dapat bersaing dalam kehidupannya yakni kecerdasan emotional Quetion (EQ) dan kecerdasan Spiritual Question (SQ). Kegiatan kepramukaan sesungguhnya melatih dan meningkatkan EQ (Emotional Quotient) sebuah paradigma pengukuran baru yang lain tidak mengacu lagi kepada IQ (Intellektual Quotient). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa peran EQ (Emosional Quetion) dalam menunjang keberhasilan adalah sebesar 27 - 45 % (Steven, 2003: 34). Sedangkan Mustaqim (2001: 152), menyatakan para ahli psikologi menyebutkan bahwa Intellektual quotient IQ hanya mempunyai peran sekitar 20% dan menentukan keberhasilan hidup. Sedangkan 80 % sisanya ditentukan oleh faktor- faktor lain. Diantara yang terpenting adalah kecerdasan emosi (emotional quotient). Golmen mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dari dan perasaan orang lain. Kemampuan mengenali perasaan diri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain (Golmen, 2000: 512). Sementara Cooper dan Sawaf (1998), menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan korelasi yang manusiawi (http=//www.w-psikologi.com/remaja/. Di unduh pada 13
5
November, 2010 pukul 19.00 WIB). Kecerdasan emosi menuntut pemilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerangkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam gerakan Pramuka kegiatan yang bersifat petualangan, seperti berkemah, mengembara, latihan turun tebing (repelling) dan yang lainnya diharapkan untuk memperoleh suatu pengalaman yang mengarah pada pengembangan kepribadian, dan pengembangan kepemimpinan, mereka akan belajar memimpin teman- temannya, bertoleransi manakala saat berdiskusi atau saat mengambil keputusan, dan yang paling penting dalam kepramukaan adalah penanaman nilai dan pembentukan watak. Oleh karena, itu penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut khususnya studi korelasi antara intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dengan pembentukan kecerdasan emosional mahasiswa. Penulis memilih objek penelitian para mahasiswa STAIN Salatiga yang menjadi anggota Racana, karena memandang Racana adalah wadah gerakan Pramuka yang ada di perguruan tinggi sehingga penulis akan mencoba membahas permasalahan tersebut.
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas, ada beberapa permasalahan yang hendak dijawab melalui penelitian ini. Adapun masalah tersebut adalah : 1. Bagaimana intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan mahasiswa di Racana STAIN Salatiga? 2. Bagaimana kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga? 3. Adakah korelasi antara intensitas kepramukaan dengan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan tersebut di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan mahasiswa di Racana STAIN Salatiga. 2. Untuk mengetahui kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga. 3. Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara intensitas kepramukaan dengan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga.
7
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin salah. Dengan kata lain, “hipotesis merupakan prediksi terhadap hasil penelitian yang diusulkan (Hadjar, 1996: 61)”. Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti yang dirumuskan atas dasar terkaan atau conjekture penelitian (Ali, 1993: 31). Sebagai dugaan awal berdasarkan teori yang ada, penulis mengajukan hipotesis “ada korelasi positif antara intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dengan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga”. E. Kegunaan Penelitian a. Manfaat teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah informasi dalam ilmu Tarbiyah khususnya bidang Pendidikan Agama Islam, dan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan sumber informasi bagi peneliti lain yang akan meneliti dan atau mengembangkan permasalahan kegiatan di gerakan Pramuka dan kecerdasan emosional pada mahasiswa. b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi STAIN Salatiga, serta unsur-unsur didalamnya antara lain, Ketua, Pembantu Ketua I, Pembantu Ketua II, Pembantu Ketua III, Ketua
8
Jurusan, Ketua Progdi, Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan, khususnya pembina Racana STAIN Salatiga. Penelitian ini dapat juga memberikan sumbangan pemikiran pada gerakan Pramuka, khususnya gerakan Pramuka gugus depan/ pangkalan STAIN
Salatiga,
khususnya
pembina
Pramuka
supaya
semakin
memahami, memperhatikan dan meningkatkan pembinaan kepada peserta didik. Gerakan Pramuka sebagai generasi muda dalam mengamalkan komponen- komponen kecerdasan emosional terhadap orang lain. Penelitian ini juga diharapkan dijadikan bahan introspeksi bagi para mahasiswa STAIN Salatiga, khususnya anggota Racana, supaya meningkatkan perilaku antara lain: menolong, empati dan lain sebagainya pada orang lain dalam kehidupan sehari- hari. F. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalah pahaman dan untuk memudahkan pengertian judul di atas, maka penulis memberikan penjelasan sebagai berikut: 1. Intensitas Intensitas yaitu berasal dari bahasa Inggris “intensity” yang artinya adalah “kehebatan” intensitas
juga berarti keadaan (tingkat, ukuran,
hebatnya, kuatnya, bergeloranya dan sebagainya). Jadi intensitas adalah kehebatan, kesungguhan atau kebulatan tekad dan tenaga yang dikerahkan untuk melakukan suatu usaha. Dalam hal ini yaitu mengikuti kegiatan atau aktivitas kepramukaan.
9
2. Kepramukaan Kepramukaan ialah proses intensitas di luar lingkungan sekolah dan di luar keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar
dan
metode
kepramukaan
yang sasaran akhirnya
pembentukan watak. 3. Emosional Kondisi perasaan yang berubah disertai perubahan-perubahan motor dan kelenjar karena rangsangan yang disebabkan emosi terutama perubahan yang menimbulkan suatu gambaran yang bersifat khusus dan dapat disaksikan dari luar. Emosi merujuk pada psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi dapat dikelompokkan sebagai suatu rasa amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu (Golmen, 1999: 412). Berdasarkan pembatasan dan penegasan istilah tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan studi korelasi antara intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dengan pembentukan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana adalah daya yang timbul dari kesungguhan atau kebulatan tenaga yang dihimpun untuk mengikuti kegiatan
kepramukaan dengan pembentukan kecerdasan
emosional mahasiswa yang ada di Racana STAIN Salatiga.
10
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan menggunakan rancangan penelitian studi korelasional. Hal ini disebabkan karena penelitian ini meneliti tentang korelasi atau hubungan antara variable yang satu dengan variable yang lain. Penelitian ini mempunyai dua variabel, korelasi kepramukaan sebagai variabel yang pertama dan pembentukan kecerdasan emosional mahasiswa sebagai variabel yang kedua. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Racana STAIN Salatiga dari tanggal 3- 9 Desember 2010. 3. Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh penduduk (objek) yang dimaksudkan untuk diselidiki. Populasi merupakan batas sejumlah objek atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat sama. Sedangkan sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsini, 1993: 117), populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Racana STAIN Salatiga dengan jumlah keseluruhan 341 anggota putra dan putri.
11
Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 120), jika populasi lebih dari 100 orang, maka sampel yang diambil adalah 10 % sampai 15 % atau 20 % sampai 25 % Jadi responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak 15 % dari 341 anggota putra dan putri, yaitu 34 anggota putra putri Racana STAIN Salatiga. Agar representatif dalam pengambilan sampel, digunakan teknik random sampling yaitu “pengambilan sampel secara random atau tanpa pandang bulu (Sutrisno,1980: 15)”. 4. Metode Pengumpulan Data a. Observasi “Adalah suatu bentuk penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno, 1989: 136).” Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang letak geografis gudep (Sanggar Racana). Keadaan pembina, dewan pengurus, anggota dan kegiatan-kegiatan lain yang ada relevansinya dengan penelitian. b. Interview Yaitu alat pengumpulan data berupa tanya jawab antara pihak pencari informasi dengan sumber informasi yang berlangsung secara lisan (Hadari, 1995: 45). Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai sejarah berdiri dan perkembangan Gudep Racana. Keadaan umum Gudep Racana yang dapat diperoleh dari hasil wawancara dengan pembinaan ketua Racana.
12
c. Angket Yaitu metode yang digunakan dengan cara mengajukan daftar secara langsung kepada orang yang ingin diminta pendapatnya (Sutrisno, 1989: 139). Dalam hal ini penulis mengedarkan pernyataan kepada anggota Racana yang dijadikan responden, oleh penulis ini dilakukan penulis untuk memperoleh data tentang intensitas kepramukaan dan pembentukan kecerdasan emosional mahasiswa. d. Dokumentasi Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dengan kecerdasn emosional mahasiswa (Koentjaraningrat, 1991: 46). 5. Instrumen Penelitian Yang menjadi komponen-komponen dasar penelitian ini meliputi dua variabel yaitu: intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dengan kecerdasan emosional sehingga dengan itu variabel dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Suryabrata, 1991: 79).
13
Untuk lebih jelasnya variabel yang akan menjadi acuan penelitian ini dirinci antara lain: 1. Variabel intensitas kepramukaan dengan indikator : a) Keaktifan mengikuti PBB b) Keaktifan menjadi panitia kegiatan kepramukaan c) Keaktifan dalam mengikuti diskusi tentang kemasyarakatan 2. Variabel kecerdasan emosional, indikatornya meliputi : a) Kesadaran diri b) Pengaturan diri c) Motivasi d) Empati e) Ketrampilan sosial 6. Analisis Data Dalam menganalisis data ini, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut a. Analisis Pendahuluan Analisis ini diawali dengan memberi skor pada jawaban subjek kemudian data yang terkumpul dimasukkan ke dalam tabel produk moment. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah perhitungan dan keterbacaan data yang ada dalam rangka pengolahan selanjutnya.
14
b. Analisis Uji Hipotesis Dalam analisis ini akan diperoleh data yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan rumus statistik korelasi produk moment (Sutrisno, 1989; 294), yaitu :
r xy
xy
x y N
2 x 2 2 y 2 x y N N
Keterangan : rxy
:
koefisien korelasi antara x dan y
x
:
variabel bebas (pendidikan kepramukaan)
y
:
variabel terikat (kecerdasan emosional)
N
:
jumlah sampel
:
sigma (jumlah)
H. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk dapat mempermudah dalam memahami skripsi ini dan mendapatkan gambaran secara umum, maka dikemukakan sistematika pembahasan yang berisikan tentang ikhtisar dari bab perbab secara keseluruhan. Bagian pertama terdapat halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi dan daftar tabel.
15
Selanjutnya bab demi bab secara garis besar sebagai berikut : BAB I
Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, penjelasan judul dan pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, metode penulisan skripsi, sistematika penulisan skripsi.
BAB II
Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Kecerdasan Emosional. Mengawali pembahasan skripsi ini akan penulis kemukakan tentang : A. Intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan yang meliputi tentang ; pengertian dan sejarah kepramukaan, sifat, fungsi, tujuan dan isi/ materi intensitas kepramukaan, bentuk-bentuk kegiatan Pramuka. B. Kecerdasan
Emosional;
yang
terdiri
dari
pengertian
kecerdasan emosional, faktor-faktor yang mengkorelasikan kecerdasan emosional, ciri-ciri kecerdasan emosional. BAB III
Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Kecerdasan Emosional di Racana STAIN Salatiga sebagai laporan hasil penelitian. A. Situasi umum di Racana STAIN Salatiga dari segi tujuan historis, keadaan geografis, dasar dan tujuan, struktur organisasi, pelaksanaan kegiatan kepramukaan, sarana dan prasarana.
16
B. Keadaan khusus atau data tentang intensitas kepramukaan dan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga. BAB IV
Analisis intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dengan kecerdasan emosional Mahasiswa di Racana STAIN Salatiga. Bab ini meliputi prosedur pengolahan data dan pembahasannya.
BAB V
Kesimpulan, Saran dan Penutup Bab kelima ini merupakan bagian akhir pembahasan skripsi ini.
17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan 1. Pengertian Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Sebelum menjelaskan tentang kepramukaan, terlebih dahulu dijelaskan tentang gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka yaitu gerakan kepanduan Praja Muda Karana (Rivai, 1999: 5). Gerakan pendidikan kaum muda yang didukung oleh orang dewasa. Gerakan Pramuka menyelenggarakan kepramukaan sebagai cara mendidik kaum muda oleh dan untuk kaum muda atas dukungan dan bimbingan orang dewasa (Rivai, 1999: 23). Salah satu wadah bagi mahasiswa untuk melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial antara lain mengikuti gerakan Pramuka, dimana hampir setiap perguruan tinggi menyelenggarakan sebagai kegiatan ekstra kurikuler. Gerakan Pramuka menerapkan sistem berkelompok dan sistem among, maksudnya anggota gerakan Pramuka dikelompokkan dalam satuan gerak yang merupakan wadah kerukunan di antara mereka (Rivai, 1999: 45). Kepramukaan merupakan proses kegiatan belajar sendiri yang progresif bagi kaum untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya baik fisik, intelektual, emosi, sosial dan spiritual sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat. Pendidikan dalam kepramukaan di artikan secara 18
luas
sebagai
suatu
proses
pembinaan
sepanjang
hayat
yang
berkesinambungan sumber daya manusia/ potensi mereka sebagai manusia mandiri, peduli, bertanggung jawab dan berpegang teguh pada nilai dan norma masyarakat (Rivai, 1999: 24- 25). Intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan adalah kesungguhan atau kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya baik fisik, intelektual, emosi, sosial dan spiritual sebagai individu dan anggota masyarakat. 2. Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan Prinsip Dasar Kepramukaan sebagai norma hidup seorang anggota gerakan Pramuka, ditanamkan dan ditumbuhkembangkan melalui proses penghayatan oleh dan untuk diri pribadinya, bagi peserta didik dibantu oleh pembina. Sehingga pelaksanaan dan pengamalannya dilakukan dengan penuh kesadaran, kemandirian, kepedulian, bertanggung jawab serta keterikatan moral, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat. Prinsip dasar kepramukaan tersebut adalah: a. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya. c. Peduli terhadap diri pribadinya. d. Taat kepada kode kehormatan Pramuka (Rivai, 1999: 31).
19
Metode kepramukaan merupakan cara belajar progresif melalui: a. Pengamatan kode kehormatan Pramuka Kode penghormatan Pramuka terdiri atas janji yang disebut Satya dan ketentuan moral yang disebut dengan Darma. Kode kehormatan Pramuka merupakan kode etik anggota gerakan Pramuka baik dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat sehari-hari yang diterimanya dengan suka rela serta di taati demi kehormatan dirinya. Kode kehormatan gerakan Pramuka bagi anggota gerakan Pramuka disesuaikan dengan golongan usia dan perkembangan rohani dan jasmaninya (Rivai, 1999: 10). Kode kehormatan bagi Pramuka Pandega terdiri atas: Janji yang disebut Trisatya, selengkapnya berbunyi: Trisatya Pramuka Pandega Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh- sungguh: 1) Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila 2) Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat. 3) Menepati Dasadarma (Napitupulu, 1999: 14). pertama, berlaku untuk semua anggota gerakan Pramuka, peserta didik dan anggota dewasa, sebagaimana sudah dikemukakan diatas, maka bagi gerakan Pramuka, proses pendidikan bukan hanya belajar untuk mengetahui, tetapi juga belajar untuk berbuat, disamping sandi- sandi yang dua lagi, yakni belajar hidup bersama, 20
hidup dengan orang-orang lain. dan belajar menjadi seseorang, seseorang anggota gerakan Pramuka sudah mempelajari kelima sila dalam Pancasila, maka ia tidak akan tinggal diam sebelum sila- sila itu diamalkan di dalam kehidupan sehari- hari. Tetapi ia akan selalu berusaha mengabdikan dirinya bagi sesama manusia, mengamalkan Pancasila di dalam kehidupan sehari- hari. Satya kedua, seorang Pramuka langsung berperan serta membangun masyarakat, karena hal itu sudah sesuai dengan usianya, demikian pula dengan kemampuan dan cita- citanya untuk terus menerus berperan di dalam pelaksanaan pembaharuan dan pembangunan negara maupun bangsa. Satya
ketiga,
menepati
Dasadarma,
disini
benar-benar
diungkapkan nilai-nilai etis, religius, nilai-nilai sosial budaya maupun nilai-nilai sosial ekonomi. Nilai-nilai ini dijadikan pedoman dan pengarah tingkah lakunya sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun di dalam pergaulan dengan sesama manusia, terlebih sesama manusia yang sama- sama anggota gerakan pramuka, dengan berbuat demikian mereka bersama-sama akan mampu menjadi penggerak-penggerak yang ampuh dan terandalkan untuk proses pembaharuan dan pembangunan masyarakat (Rivai, 1999: 14- 35).
21
Ketentuan moral yang disebut Dasadarma selengkapnya berbunyi: Dasadarma Pramuka itu: 1) Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia 3) Patriot yang sopan dan kesatria 4) Patuh dan suka bermusyawarah 5) Rela menolong dan tabah 6) Rajin, terampil dan gembira 7) Hemat, cermat, dan bersahaja 8) Disiplin, berani, dan setia 9) Bertanggung jawab, dan dapat dipercaya 10) Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan (Rivai, 55). Penjelasan dari masing-masing Dasadarma tersebut adalah: 1. Pramuka taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ia sadarkan akan kedudukannya sebagai makhluk yang lemah yang mengakui adanya Tuhan Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang pendeknya kekuatan dan kekuasaan yang membuat dirinya kecil dihadapan Allah dan ia akan berupaya dengan sungguh- sungguh untuk mematuhi dan melaksanakan semua ajaran-Nya, (Rivai, 18), seperti dalam firman Allah yang berbunyi:
22
ِ ِْ واتَّ ُقوا الَّ ِذي خلَ َق ُكم و )84 : َ (الشعراء َ اْلبِلَّةَ الََّول َْ َ َ Taqwa kepada Tuhan yang menciptakan kamu dan menciptakan ummat purbakala. (Q.S. Asy-Syu‟ara: 184) Taqwa artinya keinsyafan yang diikuti dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Anggota gerakan Pramuka harus berusaha dengan sungguh-sungguh dan terus menerus memelihara sifat diri agar tetap taat melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan segala laranganNya. Disebut berusaha dengan sungguh-sungguh, karena di dalam kehidupan ini manusia termasuk anggota gerakan Pramuka tidak luput dari berbagai cobaan dan pengaruh-pengaruh buruk yang terdapat di dalam masyarakat. 2. Pramuka cinta alam dan kasih sayang sesama manusia. Disini jelas, bahwa manusia walaupun penting namun hanyalah sebagian kecil dari alam sejagat yang sebagaimana dikemukakan diatas, dan untuk kemaslahatannya, manusia yang Pramuka itu mencintai alam semesta ini, baik benda mati apalagi benda hidup, seperti firman Allah:
23
ِ ِ ِ ِ َوَما ِم ْن َدابٍَّة ِِف ال َْر احْي ِو إِال ُ َُم ٌم ُ َْمََالُ ُك ْم َما َ َض َوال ََائ ٍر يَطريُ ِبَن ِ َفَ َّرَْنَا ِِف الْ ِكت )38: اب ِم ْن َش ْي ٍء ُُثَّ إِ ََل َرهِّبِ ْم ُُْي َش ُرو َن (االنعام Dan tiadalah binatang- binatang yang ada di bumi dan burungburung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat- umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Q.S. AlAn‟am: 38) Dasadarma kedua ini menegaskan, bahwa sesama manusia adalah juga bagian dari alam, dan Pramuka harus mencintai alam dan sesama manusia. Manusia disamping sebagai mahluk individu juga sebagai makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, hal ini tampak dalam kehidupan sehari-hari satu sama lain saling membutuhkan. Adanya pergaulan dan kerjasama dengan orang lain akan menyebabkan menemui keringanan dalam hidup, saling mempunyai, mengasihi untuk memperoleh kebahagiaan sejati, lebihlebih terhadap sesama muslim karena kita adalah saudara, Disini juga jelas, bahwa semua manusia sama tanpa membedakan suku, agama, ras dan sebagainya. Jika seseorang mencintai atau kasih sayang sesama manusia, maka pada hakekatnya juga mencintai diri sendiri, di dalam istilah sehari- hari dikatakan simpati, empati dan sebagainya. 24
3. Pramuka patriot yang sopan dan kesatria. Seorang Pramuka adalah pejuang yang cinta negara bangsanya dan mau berkorban untuk kejayaan dan kemakmuran negara bangsanya. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur‟an surat at-Taubah ayat 25-26 :
ِ ٍ ْ َاَن َكَِريةٍ ويَوَم ُحن َ إِ ْذ ُ َْع َجبَْت ُك ْم َكَْ َرتُ ُك ْم فَلَ ْم تُ ْغ ِن َعْن ُك ْم َ َلَ َق ْد ن ْ َ َ َ صَرُك ُم اللَّوُ ِِف َم َو ِ َّ ْ َض ِِبَا ر ُحب ُُثَّ َُنَْزَل اللَّوُ َس ِكينَتَوُ َعلَى. ين ْ َضاق َ َشْيئًا َو َ ت ُُثَّ َولْيتُ ْم ُم ْدب ِر َ ُ ت َعلَْي ُك ُم ْال َْر ِ ِ ِ َّ رسولِِو وعلَى الْمؤِمنَِ وَُنْزَل جنودا ََل تَروىا وع َّذ ين َ ين َك َف ُروا َو َذل َ َ َ َ َْ ْ ً ُُ َ َ َ ْ ُ َ َ ُ َ َ ك َجَزاءُ الْ َكاف ِر َ ب الذ )26-25 : (التوبة Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mu'minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa`at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orangorang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang- orang yang kafir. (Q.S at-Taubah : 25-26)
25
Seorang Pramuka adalah pembela tanah air yang tidak boleh menyombongkan diri, tetapi harus baik tingkah laku dan bahasanya. Seperti firman Allah Swt dalam surat An-nisa‟:86 yang berbunyi:
ِ ٍِ وىا إِ َّن اللَّوَ َكا َن َعلَى ُك هل َش ْي ٍء َ َح َس َن مْن َها ُ َْو ُرُّد ْ َوإِ َذا ُحيهيتُ ْم بِتَحيَّة فَ َحيُّوا بِأ )86 : َح ِسيبًا (النساء Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. (Q.S. An-nisa‟: 86) Patriot yang sopan dan kesatria diperlukan bukan hanya pada waktu negara bangsa mengalami kemelut atau krisis, baik krisis moneter, ekonomi, krisis nilai- nilai, termasuk krisis kepercayaan, namun diperlukan setiap hari, karena Pramuka menghadapi masalah di dalam kehidupan sehari-hari yang memerlukan orang- orang yang mau dan mampu memecahkannya demi kesejahteraan bersama. 4. Pramuka patuh dan suka bermusyawarah. Seorang Pramuka adalah manusia yang memperlakukan sesamanya seperti dirinya sebagaimana sudah dikemukakan di atas, ia menaati peraturan- peraturan di dalam berkomunikasi antar sesama manusia, seperti ditegaskan dalam surat al-Anfal ayat 1 :
26
ِ ُول فَاتَّ ُقوا اللَّو و ِ ِ ُ ك ع ِن الَنْ َف ِال قُ ِل الَنْ َف ِ الرس ات َ َ َيَ ْسأَلُون َ َلل ُحوا َذ ْ َ َ ُ َّ ال للَّو َو ِِ ِ ِ )1: َ (االنفال َ بَْين ُك ْم َوََُ ُيعوا اللَّوَ َوَر ُسولَوُ إِ ْن ُكْنتُ ْم ُم ْؤمن Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu, dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang- orang yang beriman".(QS. AlAnfal : 1) Terutama di dalam bermusyawarah untuk meraih mufakat dan ia menyukai
musyawarah,
karena
disanalah
setiap
orang
itu
dimanusiakan, dalam Q.S. Ali Imron 159 Allah berfirman:
ِ ِِ ٍِ ِ ْظ الْ َقل ك ُّ ب النْ َف َ ت فَظِّا َغلِي َ ُّوا ِم ْن َح ْول َ ت ََلُ ْم َولَْو ُكْن َ فَبِ َما َر ْْحَة م َن اللَّو لْن ِ فَاعف عْن هم و ت فَتَ َوَّك ْل َعلَى اللَّ ِو َ استَ ْغف ْر ََلُ ْم َو َشا ِوْرُى ْم ِِف الَ ْم ِر فَِذ َذا َعَزْم ْ َ ُْ َ ُ ْ ِ )159 : َ (ال عمران ُّ إِ َّن اللَّوَ ُُِي َ ب الْ ُمتَ َوهكل Oleh karena rahmat Allah, engkau bersikap lemah lembut kepada mereka, dan kalau kiranya engkau sebab itu maafkanlah kesalahan mereka, dan mohonkanlah ampun musyawarah. (Q.S. Ali Imran: 159) 27
untuk mereka, dan adakanlah
Di dalam bermusyawarah itulah diungkapkan sikap yang demokratis, yakni menghargai perbedaan pendapat, namun jika sudah diputuskan bersama dan keputusan itu milik bersama, maka tentu wajib dilaksanakan dan dipertanggung jawabkan bersama. 5. Pramuka rela menolong dan tabah secara sederhana, mengartikan perilaku menolong sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motifmotif si penolong (Peplan, 1994: 47). Kepada mereka yang benar- benar sangat memerlukan bantuan itu. Firman Allah Swt:
ِْ َوتَ َع َاونُوا َعلَى الِْ هِب َوالتَّ ْقوى َوال تَ َع َاونُوا َعلَى )2 : اْ ُِْث َوالْ ُع ْد َو ِان (اامائدة َ Dan tolong- menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong- menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (Q.S Al-Maidah: 2). Seorang Pramuka memang selalu berusaha menanam, memupuk dan mengembangkan di dalam dirinya „rasa cinta kasih‟ yang sudah dikemukakan diatas yang akan menjadi dasar bagi kesukarelaannya untuk berbuat sesuatu apapun. Terlebih untuk memberi pertolongan kepada mereka yang memerlukan pertolongan itu. Dalam hal ini dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 156 sebagai berikut:
28
ِ الَّ ِذين إِ َذا َُلابْتهم م )156 :صيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَِّو َوإِنَّا إِلَْي ِو َر ِاج ُعو َن (البقرة ُ ُْ ََ َ Yaitu orang- orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun (QS. AlBaqarah : 156) 6. Pramuka rajin terampil, dan gembira, seorang Pramuka suka belajar, berdoa dan bekerja giat sepanjang hayat, artinya ia bergiat dengan kesungguhan serta mengharapkan karunia dari Tuhan Yang Maha Kuasa (Napitupulu, 1999: 23 ). Pramuka juga berusaha menguasai ketrampilan yang relevan yang dapat dijadikan untuk mencari nafkah kelak, hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits sebagai berikut:
حد ثنا ابن وىب عن يونس عن ابن شهاب قال قال: حدشا سعيد بن عفري قال يقول من يرد اهلل.م.ْحيد بن عبد الرْحن مسعت معاويةخطيبا يقول مسعت النىب ص بو خريا يفقهو ِف الدين وامنا ُنا قاسم واهلل يعطى وان تزال ىذه اال مة قا ئمة على )امر اهلل ال يُّر ىم من خالفهم حىت يأتى امراهلل (رواه البحارى Telah bercerita kepada kita Said Bin „ufar berkata, bercerita kepada kita Ibnu Wahab dari Yunus dari Ibnu Syihab berkata: berkata Humaidi Bin Abdirrahman saya mendengar Muawiyah Khatib berkata saya mendengar Nabi SAW bersabda: Allah menghendaki kepada 29
seseorang kebaikan, karena trampil (profesi) dalam beragama dan sesungguhnya saya orang yang dijanjikan dan Allah memberikan-Nya, dan jika Allah menghendaki menurunkan umat ini berdiri sendiri (mandiri) atas perintah Allah yang tidak membahayakan mereka sehingga datang perintah Allah. (H.R. Bukhari). Pramuka selalu gembira di dalam pergaulannya dengan sesama manusia. Baik yang sudah anggota maupun yang belum serta masyarakat umum. (Q.S. Al-Insaan: 11) Allah telah berfirman.
ِ ِ )11:ورا(اال نسان ْ َاى ْم ن َ اى ُم اللَّوُ َشَّر َذل ُ ك الْيَ ْوم َولََّق ُ َفَ َوق ً َُّرًة َو ُس ُر Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. (Q.S. Al-Insaan: 11) 7. Pramuka hemat cermat dan bersahaja, kesederhanaan hidup itu lebih dititik beratkan kepada moral, akhlaq atau sikap mental seseorang untuk tidak menggunakan harta bendanya secara boros, secara berlebih- lebihan dan mubazir. Tetapi menggunakan kekayaan itu sesuai dengan fungsi sosialnya (Tijan, 1998: 63). Dalam al-Qur‟an surat Al-Isra‟ ayat 26 dan 27 Allah berfirman.
ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ َ وابْن ِ ين َ إ َّن الْ ُمبَ هذر.السب ِيل َوال تُبَ هذ ْر تَ ْبذ ًيرا َ َ َ َوءَات َذا الْ ُق ْرََب َح َّقوُ َوالْم ْسك )27 -26 :
ِ ِ ِ ِِ ورا (اال سراء ً َكانُوا إ ْخ َوا َن الشَّيَاََ َوَكا َن الشَّْيطَا ُن لَربهو َك ُف 30
Dan berikanlah kepada keluarga- keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur- hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros- pemboros itu adalah saudara- saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (Q.S. Al-Isra‟: 26-27) Pandangan hidup wajar itu tidak hanya dipandang dari segi kepentingan pribadi saja tetapi juga dari kondisi masyarakat dan lingkungan hidup agar tidak menimbulkan kepincangan dan keresahan dalam masyarakat. 8. Disiplin berani dan setia memang di dalam kehidupan manusia, disiplin memainkan peranan yang amat menentukan, artinya jika pramuka itu berbuat sesuatu dengan ketekunan dan sesuai aturan, maka biasanya ia akan selamat mengarungi hidup dengan segala likulikunya itu. Ajaran Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk menerapkan disiplin dalam berbagai aspek baik dalam beribadah, belajar dan kehidupan lainnya. Perintah untuk berlaku disiplin secara implisit termaktub dalam firman Allah Q.S. Surat An-Nisa‟: 103)
ِ ودا َو َعلَى ُجنُوبِ ُك ْم فَِذ َذا اَْ َمأْنَنْتُ ْم َّ ُّْيتُ ُم َ َفَِذ َذا ق ً ُالص ََل َة فَاذْ ُك ُروا اللَّوَ قيَ ًاما َوقُع ِ ِِ )103 :َ كِتَابًا َم ْوقُوتًا (النساء َّ الص ََل َة إِ َّن َّ يموا ْ َالص ََل َة َكان َ ت َعلَى الْ ُم ْؤمن ُ فَأَق 31
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (Q.S. An-Nisa‟: 103). Seorang Pramuka juga harus berani menghadapi dan mengambil resiko, dan di dalam usaha bersama umpamanya kesetiaan seorang Pramuka tidak boleh diragukan. 9. Pramuka bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Sebagaimana sudah diuraikan diatas maka seorang Pramuka mau dan mampu bertanggung jawab perbuatan dan memikul akibat dari petualangannya. Melebihi landasan
iman
kerjasama
yang
dibangun
akan
melahirkan
sepenanggungan sehingga persatuan dan kesatuan umat menjadi kokoh. Sebagai sabda nabi Muhammad:
مسعت النعمان بن,حد ثنا ابو نعيم حد ثنا زكريا عن عامر قال مسعتو يقول قال رسول اهلل للى اهلل عليو وسلم ترى اامؤمنَ ىف تراْحهم:بشري يقول وتوادىم وتعاَفهم كمَل اْلسد اذااشتكى عُّوا تداعى لو سائرجسده ) (رواه البخارى.بالسهرواحلمى 32
Telah bercerita kepada kita Abu Nu‟im bercerita kepada kita Zakaria dari Amir berkata, saya mendengar dari Nu‟man Bin Basyir berkata: Rasulullah Saw bersabda perumpamaan orang-orang mukmin itu dalam sayang menyayangi, santun menyantuninya dan kasih mengasihinya adalah bagian satu tubuh yang apabila mengeluh satu anggota dari tubuh itu, maka ikut menderita pula keseluruhan tubuh dengan tidak dapat tidur dan demam (H.R. Bukhari). 10. Pramuka suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Seorang Pramuka memahami benar, bahwa ia harus berupaya terus menerus sepanjang hayat untuk memperkecil jurang atau kesenjangan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dikehendaki dengan apa yang dikatakan dan dilakukannya. Seperti firman Allah yang berbunyi:
ٍ ) إِال َم ْن َُتَى اللََّو بَِقْل88() َيْوَم ال َيْنَف ُع َم ٌال وال َبنُو َن87(وال ُُتِِْزِن َيْوَم يُْب َعَُو َن ب َسلِي ٍم (الشعراء َ َ .)89-88: Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak- anak laki- laki tidak berguna, (yang beruntung) hanyalah orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih” (QS. Asy-Syu‟ara: 87-89). b. Belajar sambil melakukan Kegiatan dalam kepramukaan dilakukan sebanyak mungkin praktek secara praktis dan mengarahkan perhatian peserta didik untuk berbuat hal-hal nyata dan merangsangnya akan hal-hal baru dan 33
keinginan untuk berpartisipasi dalam segala kegiatan, daripada hanya menjadi penonton. c. Sistem berkelompok Kegiatan memperoleh
berkelompok kesempatan,
dilaksanakan belajar
agar
memimpin
peserta dan
didik
dipimpin,
berorganisasi, memikul tanggung jawab, mengatur diri, menempatkan diri, bekerja sama dalam kerukunan. Kelompok tersebut dipimpin oleh kaum muda sendiri. d. Kegiatan yang menantang Frederich (1954: 4), kegiatan dalam gerakan Pramuka bersifat kreatif, inovatif, dan rekreatif yang mengandung proses intensitas atau aktivitas yang berlangsung untuk menghasilkan korelasi ke dalam tingkah laku manusia. Dengan maksud supaya dapat mengkorelasikan dengan sikap dan perilaku, menambah pengetahuan dan pengalaman, serta meningkatkan ketrampilan dan kecakapan bagi setiap peserta didik. e. Kegiatan di alam terbuka Kegiatan di alam terbuka mengembangkan kemampuan diri mengatasi tantangan yang dihadapi, menyadari tidak ada sesuatu yang berlebihan di dalam dirinya, menemukan kembali cara hidup yang menyenangkan dalam kesederhanaan, membina kerjasama dan rasa memiliki. f. Sistem tanda kecakapan 34
Tanda kecakapan menunjukkan ketrampilan dan kecakapan tertentu yang memiliki seorang Pramuka, setiap Pramuka wajib berusaha memperoleh ketrampilan dan kecakapan yang berguna bagi kehidupan dan baktinya kepada masyarakat. g. Sitem satuan terpisah untuk putera dan untuk puteri Satuan Pramuka puteri dibina oleh pembina puteri satuan Pramuka putera dibina oleh pembina putera, kecuali perindukan siaga, sistem ini berlaku dalam kegiatan. h. Sistem among Intensitas kepramukaan ditinjau dari korelasi antara pembina dan peserta didik menggunakan sistem among. Pembina Pramuka berusaha secara bertahap menyerahkan pimpinan kegiatan sebanyak mungkin kepada peserta didik, sedangkan pembina Pramuka berada dibelakang memberi semangat, dorongan dan pengaruh yang baik (Rivai, 1999: 32). Disimpulkan bahwa Prinsip Dasar Kepramukaan adalah iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya, peduli terhadap diri pribadinya, dan taat kepada kode kehormatan Pramuka. Metode kepramukaan adalah pengamalan kode kehormatan Pramuka, belajar sambil melakukan sistem berkelompok, kegiatan yang menantang dan meningkatkan serta mengandung intensitas yang sesuai dengan perkembangan dan rohani dan jasmani peserta didik, kegiatan di alam
35
terbuka, sistem tanda kecakapan, sistem satuan terpisah untuk putera dan untuk puteri, dan sistem among. 3. Pembinaan Pramuka Pandega Pembinaan Pramuka penegak dan pandega merupakan proses dan pembinaan kepribadian, spiritual, watak, budi pekerti, emosional, intelektual, sosial, ketrampilan, ketangkasan, kesehatan, kesegaran jasmani dan kepemimpinan bagi para pramuka penegak pandega, sehingga dapat hidup mandiri, bertanggung jawab peduli dan teguh (Kwarnas, 1998: 10). Pembinaan ini diwujudkan dalam kegiatan yang dikelompokkan menjadi: a. Kegiatan Bina Diri (kepentingan pribadi) Intensitas Pramuka pandega merupakan kelanjutan dari proses yang telah dipersiapkan sejak dari masa siaga dan penggalang secara berkesinambungan, mendewasakan mental, spiritual, mengarahkan ketrampilan, pengarahan, dan pengembangan bakat menjadi profesi. Sehingga menemukan jalan ke arah mandiri dan mengembangkan kewiraswastaan. Kegiatan Bina diri, merupakan tahap pengabdian untuk memperdalam dedikasi dengan pemantapan kepemimpinan dalam praktek pembinaan. b. Kegiatan Bina Satuan (kepentingan gerakan Pramuka) Dalam rangka pengembangan kepemimpinan dibentuklah dewan kerja yang membantu kwartir, untuk itu diperlukan kemampuan 36
merencanakan, melaksanakan dan mengadakan evaluasi kegiatan yang sesuai dengan aspirasinya. Di samping itu Pramuka penegak dan pandega juga diberi kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan kepada Pramuka siaga, penggalang, penegak, melalui kegiatan sebagai instruktur yang membantu para pembina Pramuka dan pamong saka. Untuk itu metode mereka memperoleh kesempatan mengikuti regenerasi, bentuk kegiatan berupa kaderisasi perlu ditingkatkan dan dikembangkan sehingga terjadi kesinambungan kepemimpinan dalam usaha mencapai tujuan gerakan Pramuka. c. Kegiatan bina masyarakat Kegiatan
dalam
bentuk
pengabdian
masyarakat,
dengan
mengembangkan kepemimpinannya berperan dalam masyarakat sebagai peneliti, penyuluh, penggerak, pelopor dan pemimpin masyarakat meliputi segala bidang kehidupan manusia seperti bidang ekonomi, sosial, budaya, agama kesejahteraan hidup, keluarga berencana, lingkungan hidup, keamanan dan pertahanan dan lain-lain (Kwarnas, 1998: 9) Metode kegiatan Pramuka pandega antara lain: ceramah, diskusi, curah gagasan, pemecahan masalah, demonstrasi, bermain peran, kerja kelompok, penugasan pribadi, perkemahan, lomba dan sebagainya (Kwarnas, 1997: 5) Materi kegiatan Pramuka Pandega meliputi: Mental spiritual, patriotisme, idealisme, sosial, kewarganegaraan, seni budaya, cinta 37
alam, ketrampilan, ketangkasan, penanggulangan keadaan darurat, kependudukan dan transmigrasi lingkungan dan kelestarian alam, koperasi dan tabungan, keamanan dan ketertiban masyarakat, perayaan dan peringatan hari-hari bersejarah. Kampanye penerangan, palang merah pemberantasan buta huruf dan pendidikan kesejahteraan keluarga dan lain-lain (Kwarnas, 1998: 16) Peneliti menyimpulkan bahwa pembinaan Pramuka pandega diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan kepramukaan yang berdasarkan pada pengelompokan pembinaan, yaitu kegiatan bina diri, kegiatan bina kesatuan dan bina Masyarakat. 4. Bentuk-bentuk Kegiatan Kepramukaan Gerakan kepramukaan yang dicetuskan oleh Lord Baden Powell dari Inggris diterima oleh organisasi kebangsaan di Indonesia dengan di adaptasi sesuai dengan kepentingan bangsa, yaitu untuk menyiapkan kader-kader bangsa menuju Indonesia merdeka. Gerakan kepramukaan dengan nilai tambah tidak sama sebangun dengan aslinya, meskipun halhal yang universal tetap diterima, seperti prinsip dasar, metode dan persaudaraan sedunia. Setelah cita- cita kemerdekaan tercapai pada tahun 1945, maka kepentingan bangsa bertambah yaitu mengisi kemerdekaan, dengan kata singkat
membangun
dalam
semua
segi
kehidupan,
masyarakat menuju ketaraf kehidupan yang lebih baik.
38
membangun
Karena orientasi gerakan Pramuka- pun bergeser secara berangsurangsur dari yang konvensional ke arah aplikasi kepentingan dasar pembangunan masyarakat. Dengan tetap berpegang pada kepramukaan yang universal. Tugas gerakan Pramuka adalah imtensitas yang menitikberatkan pada segi pembentukan watak dan kader pembangunan bangsa. Hasil pendidikan tersebut diusahakan seoptimal mungkin mencapai peningkatan kecakapan umum tertinggi yang disebut Pramuka Garuda. Proses intensitas yang menitikberatkan pada pembentukan individu diterapkan pada latihan periodik/ berkala. Program kegiatan pembentukan kecerdasan emosinal dalam Pramuka yang bersifat pertemuan besar adalah: a. Pramuka Siaga Pesta siaga dan permainan besar siaga diadakan di tingkat Gugus ranting, jika mungkin di cabang. b. Pramuka Penggalang Adapun kegiatannya antara lain: 1) Jambore: Ditingkat ranting, cabang, daerah dan nasional sebagai pertemuan pesta Pramuka penggalang. 2) Lomba Tingkat (LT): Ditingkat gugus depan (LT-II), tingkat Ranting (LT-II), tingkat cabang (LT-III), tingkat daerah (LT IV) tingkat nasional (LT-V) sebagai sarana evaluasi prestasi regu.
39
3) Gladian Pemimpin Regu: Ditingkat gugus depan, ranting, cabang, sebagai sarana peningkatan mutu pemimpin regu. 4) Perkemahan Bakti Penggalang: Sebagai bakti pramuka penggalang pada masyarakat di lingkungannya. c. Pramuka Penegak/ Pandega Adapun kegiatannya antara lain: 1) Raimuna: Ditingkat ranting, cabang, daerah, nasional sebagai modal pertemuan untuk meningkatkan mutu kepramukaan penegak dan
pandega.
Kegiatan
Raimuna
sebelumnya
disebut
PERPPANITRA singkatan dari Pertemuan Pramuka PenegakPandega Putri- Putra. 2) Perkemahan Wirakarya (PW): Ditingkat ranting, cabang, daerah, nasional merupakan sarana bakti kepada masyarakat dan peningkatan ketrampilan pribadi. 3) Perkemahan Bakti Satuan Kerja (Perti Saka): Ditingkat nasional, daerah atau cabang adalah kegiatan pertemuan saka sejenis. 4) Gladian Pemimpin Satuan (Dianpinsa): Ditingkat Gugus depan dan ranting. 5) Latihan Pengembangan Kepemimpinan (LPK): Ditingkat ranting, cabang, daerah, nasional 6) Kursus Pengelola Dewan Kerja (KPDK): Ditingkat ranting, cabang, daerah, nasional.
40
7) Pertemuan Pramuka Luar Biasa (PLB): Diadakan pada tingkat cabang, daerah dan nasional (Katamsi, 2001: 58- 82). Anggota dewasa adalah anggota gerakan Pramuka baik secara langsung atau tidak langsung memberikan dukungan dan bimbingan dalam penyelenggaraan kepramukaan. Dalam meningkatkan mutu dan kemampuan anggota dewasa tersebut gerakan Pramuka telah mencoba menerapkan suatu program yang sistematis dalam pengelolaan anggota dewasa. Dalam program tersebut, keberadaan anggota dewasa dalam gerakan Pramuka ditata melalui rekrut, dihantar dalam suasana integrasi, diberi dukungan, pelatihan-pelatihan sesuai
dengan
fungsinya,
kemudian
dievaluasi
untuk
diukur
keberhasilannya dalam melaksanakan fungsinya. Program ini dilaksanakan bertahap karena menyadari bahwa perubahan tidak dapat dilaksanakan secara drastis. Saat ini intensitas dan latihan anggota dewasa dalam bentuk kursus adalah sebagai berikut : a. Kursus Pembina Pramuka Mahir b. Kursus Pelatih Pembina Pramuka c. Kursus Pembina Profesional d. Kursus Pamong Saka dan Instruktur Saka e. Kursus Pimpinan Saka f. Kursus Andalan g. Kursus Majelis Pembimbing h. Pelatihan Ketrampilan 41
Disamping kursus- kursus forum diadakan untuk saling bertukar dan menambah pengetahuan pengalaman yang disebut : a. Gelang ajar, merupakan forum untuk para pembina b. Karang pamitran, merupakan forum untuk para pembina c. Pitaran Pelatih, merupakan forum untuk pelatih d. Seminar dan lokakarya dan lain-lain (Katamsi, 2001: 58- 82). B. Pembentukan Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Akar kata emosi adalah kata lia motere yang artinya bergerak. Emosi membebaskan
dari
kelumpuhan
dan
motivasi
untuk
bertindak.
Kenyataannya, semakin bergairah terhadap sesuatu, semakin besar kemungkinan kita untuk mengambil tindakan (Segal, 2001: 13). Menurut Webster (1984: 428), International Dictionary emosi adalah “Any strong feeling, as of joy, sorrow, reverence, hate, or love, arising subjectively rather than through conscious mental effort”. Artinya: Berbagai macam perasaan yang kuat seperti bahagia, sedih, hormat, benci atau cinta, membangun kesubjektifan lebih dari sebuah usaha mental secara sadar yang menyeluruh Kecerdasan dalam bukunya Golmen mengatakan (1995: 35) “Emotional Intelligence: abilities such as being able to motivate oneself and persist in the face of frustrations; to control impulse and delay gratification; to regulate one’s moods and keep distress from swamping the ability to think; to empathizes and to hope”. Artinya: Kecerdasan 42
emosional kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir
berempati dan
berdoa. Solovey dan Mayer (Http//www.eqi.org/ definition and History of Emotional Intellegence, diunduh 20 Maret 2011), keduanya berpendapat bahwa emosional intelligensi adalah: “The ability to process emotional information, particularly as it involves the perception, assimilation, understanding and management of emotion.” Artinya: Emosional intelligence adalah kemampuan untuk memproses informasi yang berkorelasi dengan emosional terutama yang menyangkut persepsi, asimilasi, pemahaman dan pengaturan emosi. Selain itu Salovey dan Mayer juga menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual (Steven dan Howard, 2003: 30). Reuven Bar-On menyebutnya “serangkaian kemampuan, kompetensi dan kecakapan non kognitif, yang mengkorelasikan dengan kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.
43
Golmen (1999: 412), juga merumuskan bahwa emosi merujuk pada prikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi dapat dikelompokkan sebagai suatu rasa amarah, kesedihan, rasa akut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu. Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1996 oleh psikolog Peter Solovy dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hapshire, menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan hidup seseorang (Shapiro, 1997: 5). Solovy dan Mayer yang dikutip oleh Golmen (1999: 513), mendefinisikan
kecerdasan emosional
sebagai
kemampuan
memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain. Menurut Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir (2001: 317), yaitu pakar psikologi Islam mengatakan bahwa kecerdasan emosional; adalah kecerdasan kalbu seseorang untuk bertindak secara hati-hati, waspada, tenang, sabar, tabah ketika mendapat musibah dan berterima kasih ketika mendapat kenikmatan. Definisi
yang
tidak
jauh
berbeda
dengan
definisi
yang
dikemukakan Solovy dan Mayer di atas dikemukakan pula oleh Golmen (1999: 512), ”kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain”.
44
Adapun menurut Robert K. Cooper, Ph.D yang dikutip oleh Agustian, kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi, dan pengaruh manusiawi. Hati mengaktifkan nilai-nilai kita yang paling dalam. Mengubahnya dari sesuatu yang kita fakir menjadi sesuatu yang kita rasakan dan kita jalani. Hati adalah sumber keberanian, semangat, integritas dan komitmen. Hati adalah sumber energi tenaga dan perasaan yang menuntut kita belajar menciptakan, bekerjasama, memimpin dan menolong. Bukan orang-orang yang serba praktis dan adaptif. Kreatif bukan hasil final IQ semata. Namun juga dibentuk oleh EQ yang tinggi (Ginanjar, 2001: 44). Emosi dan pikiran adalah dua bagian dari satu keseluruhan. IQ dan EQ adalah sumber sinergis. Istilah yang baru-baru ini diciptakan untuk menggambarkan kecerdasan hati adalah EQ (Isna, 2001: 78). Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang berkaitan dengan kalbu (hati), kemampuan seseorang untuk memproses informasi yang berhubungan dengan emosional perasaan diri dan orang lain, empati, ketrampilan sosial, sehingga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan yang menunjukkan perkembangan emosi dan intelektual seseorang. 2. Komponen-komponen Kecerdasan Emosional
45
Kecerdasan emosional bukan merupakan lawan kecerdasan intelektual yang dikenal dengan IQ, namun keduanya berinteraksi secara dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat. Ada lima dasar kecakapan emosional dan sosial yakni, kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi empati dan ketrampilan sosial (Golmen, 1999: 514). a. Kesadaran Diri (Kemampuan Mengenali Emosi Diri) Kesadaran diri merupakan kesadaran seseorang bahwa ia sendiri berbeda dengan yang lain disekitarnya. Sedangkan Steven dan Howard (2003: 75), mendefinisikan kesadaran diri adalah kondisi tempat dibangunnya hampir semua unsur kecerdasan emosional, langkah awal yang penting untuk menjelajahi dan memahami diri dan untuk berubah. Golmen (1999: 83), ada tiga kecakapan utama kesadaran diri yaitu : 1) Kesadaran Emosi, mengenali emosi sendiri dan pengaruhnya. Orang dengan kecakapan ini akan: a) Tahu emosi mana yang sedang mereka rasakan dan mengapa. b) Menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan yang mereka pikirkan, perbuat dan katakan. 46
c) Mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi kinerja d) Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai dan sasaran-sasaran mereka. 2) Pengukuran diri yang aktual, mengetahui sumber daya batiniah, kemampuan dan keterbatasan diri orang dengan kecakapan ini akan: a) Sadar tentang kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya. b) Menyempatkan diri untuk merenung, belajar dari pengalaman. c) Terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima perspektif baru, mau terus belajar dan mengembangkan diri sendiri. d) Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri sendiri dengan perspektif yang luas. 3) Kepercayaan diri, kesadaran yang kuat tentang harga dan kemampuan diri sendiri. Orang dengan kecakapan ini akan : a) Berani tampil dengan keyakinan diri, berani menyatakan “keberadaannya”. b) Berani menyuarakan pandangan yang tidak populer dan bersedia berkorban demi kebenaran. c) Tegas mampu membuat keputusan yang baik kendati dalam keadaan tidak pasti dan tertekan.
b. Pengendalian Diri atau Pengaturan Diri
47
Pengendalian emosi oleh diri sendiri tidak hanya berarti meredam rasa tertekan atau menahan gejolak emosi. Ini juga bisa berarti dengan sengaja menghayati suatu emosi termasuk emosi yang tidak menyenangkan. Pandangan tentang kendali diri emosi tidak berarti harus menyangkal atau menekan perasaan yang sejati. Suasana hati yang “buruk” misalnya. Bukannya tidak mempunyai manfaat, marah dapat menjadi sumber motivasi yang sangat kuat, khususnya bila berpangkal dari keharusan membela ketidakadilan. Terdapat lima kecakapan emosi yang berhubungan dengan pengaturan diri yaitu: 1) Pengendalian diri, orang dengan kecakapan ini akan : a) Mengelola dengan baik perasaan-perasaan impulsif dan emosiemosi yang menekan mereka b) Tetap teguh, tetap positif dan tidak goyah bahkan dalam situasi yang paling berat. c) Berpikir dengan jernih dan tetap terfokus kendati dalam tekanan. 2) Sifat dapat dipercaya, orang dengan kecakapan ini akan : a) Bertindak menurut etika dan tidak pernah mempermalukan orang b) Membangun kepercayaan lewat keandalan diri dan otentisitas. c) Mengakui kesalahan sendiri dan berani menegur perbuatan tidak etis orang lain. d) Berpegang pada prinsip secara teguh bahkan baik akibatnya adalah menjadi tidak disukai. 48
3) Sifat bersungguh- sungguh a) Memenuhi komitmen dan mematuhi janji b) Bertanggung jawab sendiri untuk memperjuangkan tujuan mereka. c) Terorganisasi dan cermat dalam bekerja 4) Inovasi, orang dengan kecakapan ini akan : a) Selalu mencari gagasan baru dari berbagai sumber b) Mendahulukan solusi- solusi yang orisinil dalam pemecahan masalah c) Menciptakan gagasan- gagasan baru d) Berani mengubah wawasan dan mengambil resiko akibat pemikiran baru mereka. 5) Adaptasi a) Terampil
menangani
beragamnya
kebutuhan,
bergesernya
prioritas dan pesatnya perubahan b) Siap mengubah tanggapan dan taktik untuk menyesuaikan diri dengan keadaan c) Luwes dalam memandang situasi. Pengendalian diri ini terkait dengan kemampuan kita untuk tahan menghadapi cobaan, kemampuan untuk tetap tenang dan berkonsentrasi, tahan menghadapi kejadian yang gawat dan tetap tegar menghadapi konflik.
49
Istilah pengendalian diri sama juga dengan sabar, jika sabar telah tumbuh dalam diri seorang muslim maka ia dapat dijadikan sebagai sarana untuk mencapai keridloan Allah . Firman Allah:
ِ َّ ِ َّ الص ََلةِ إِ َّن اللَّ َو مع ا ين َّ الص ِِْب َو َّ ِاستَعِينُوا ب ْ ين ءَ َامنُوا ََ َ لصاب ِر َ يَاَُيُّ َها الذ
(البقراة
)351 : Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar ( Q.S. Al-Baqarah : 153) c. Motivasi Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan, dengan tujuan tertentu. Terdapat empat kecakapan emosi yang berhubungan dengan motivasi, yaitu: 1) Dorongan untuk berprestasi, orang dengan kecakapan ini akan: a) Berorientasi kepada hasil, dengan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standard. b) Menetapkan sasaran yang menantang dan berani mengambil resiko yang telah diperhitungkan.
50
c) Mencari informasi sebanyak- banyaknya guna mengurangi ketidakpastian dan mencari cara yang lebih baik. d) Terus belajar untuk meningkatkan kinerja mereka. 2) Komitmen, orang dengan kecakapan ini akan: a) Siap berkorban demi pemenuhan sasaran organisasi yang lebih penting b) Merasakan dorongan semangat dalam misi yang lebih besar c) Menggunakan
nilai-
nilai
kelompok dalam
pengambilan
keputusan dan penjabaran pilihan-pilihan. d) Aktif mencari peluang guna memenuhi misi kelompok. 3) Inisiatif, orang dengan kecakapan ini akan : a) Siap memanfaatkan peluang b) Mengejar sasaran lebih daripada yang dipersyaratkan atau diharapkan dari mereka. c) Berani melanggar- batas-batas yang tidak prinsip bila perlu agar tugas dapat dilaksanakan. d) Mengajak orang lain melakukan sesuatu yang tidak lazim dan bernuansa petualangan. 4) Optimisme, orang dengan kecakapan ini akan: a) Tekun dalam mengajar sasaran kendati banyak halangan dan kegagalan b) Bekerja dengan harapan untuk sukses bukannya takut gagal.
51
c) Memandang kegagalan atau kemunduran sebagai situasi yang dapat dikendalikan ketimbang sebagai kekurangan pribadi. d. Empati Empati menurut Steven dan Howard (2003: 139), “adalah menyelaraskan diri” (peka) terhadap apa, bagaimana, dan latar belakang peranan dan pikiran orang lain sebagaimana orang tersebut merasakan dan memikirkannya. Golmen (1999: 428), menyatakan bahwa selain memahami perasaan dan masalah orang lain, seseorang yang empatik akan mampu pula untuk berpikir dengan sudut pandang orang lain. Menurut
Daniel
Batson
dikutip
oleh
Saraswati
(Http//www.Kompas.com/Altruisme, diunduh 1 November 2010), empati yaitu pengalaman
menempatkan diri pada keadaan emosi
orang lain seolah-olah mengalaminya sendiri. Pendapat ini sejalan dengan pernyataan Segal (2000: 146), “bahwa empati sebagai kemampuan penyesuaian diri dengan perasaan, kebutuhan, keinginan dan hadapan orang lain sambil tetap sepenuhnya menyadari pengalaman emosional anda yang tak berkaitan”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa empati adalah keadaan afeksi seseorang untuk mengenal dan memahami pikiran, menyelami penasaran dan sikap orang lain, serta berfikir tentang sudut pandang orang lain, seolah-olah mengalami sendiri keadaan emosi yang dialami orang lain. 52
Ada 5 kecakapan utama empati yaitu : 1) Memahami orang lain, orang dengan kecakapan ini akan : a) Memperhatikan isyarat- isyarat emosi dan mendengarkannya dengan baik. b) Menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif orang lain. c) Membantu berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain. 2) Mengembangkan orang lain, orang dengan kecakapan ini akan : a) Mengakui
dan
menghargai
kekuatan,
keberhasilan,
dan
perkembangan orang lain. b) Menawarkan umpan balik yang bermanfaat dan mengidentifikasi kebutuhan orang lain untuk berkembang. c) Menjadi montir, memberikan pelatihan pada waktu yang tepat, dan penugasan- penugasan yang menantang serta memaksakan dikerahkannya ketrampilan seseorang. 3) Orientasi pelayanan, orang dengan kecakapan ini akan: a) Memahami kebutuhan- kebutuhan anggota dan menyesuaikan semua itu dengan pelayanan yang tersedia b) Mencari berbagai cara untuk meningkatkan kepuasan dan kesetiaan anggota. c) Dengan senang hati menawarkan bantuan yang sesuai
53
d) Menghayati perspektif anggota, bertindak sebagai penasehat yang dapat dipercaya. 4) Mendayagunakan keragaman a) Hormat dan mau bergaul dengan orang- orang dari bermacammacam latar belakang b) Memahami beragamnya pandangan dan peka terhadap perbedaan antar kelompok c) Memandang
keragaman
sebagai
peluang,
menciptakan
lingkungan yang memungkinkan semua orang sama-sama maju kendati berbeda- beda d) Berani menentang sikap membeda- bedakan dan intoleransi. 5) Kesadaran politik a) Membaca dengan cermat hubungan kekuasaan yang paling tinggi b) Mengenal dengan baik semua jaringan sosial yang penting c) Membaca dengan cermat realitas organisasi maupun realitas. e. Ketrampilan Sosial (Membina Hubungan dengan Orang Lain) Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan ketrampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki ketrampilan sosial. Mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Orang yang tidak memiliki ketrampilan semacam inilah yang menyebabkan seseorang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan (Mu‟tadiri, www.e psikologi.com./remaja/, diunduh 17 maret 2011). 54
Ketrampilan sosial, yang makna intinya adalah seni menangani emosi orang lain, merupakan dasar bagi beberapa kecakapan, yaitu antara lain: 1) Korelasi, orang dengan kecakapan ini a) Terampil dalam persuasi b) Menyesuaikan presentasi untuk menarik hati pendengar c) Menggunakan strategi yang muat seperti memberi pengaruh, tidak langsung untuk membangun konsensus dan dukungan 2) Komunikasi a) Efektif dalam memberi dan menerima menyertakan isyarat emosi dalam pesan-pesan mereka b) Menghadapi masalah-masalah sulit tanpa ditunda c) Mendengarkan dengan baik, berusaha saling memahami dan bersedia berbagi informasi secara utuh d) Menggalakkan komunikasi terbuka dan tetap bersedia menerima kabar buruk sebagaimana kabar baik 3) Manajemen konflik, orang dengan kecakapan ini a) Menangani orang-orang sulit dan situasi tegang dengan diplomasi dan taktik b) Mengidentifikasi hal-hal yang berpotensi menjadi konflik, menyelesaikan perbedaan pendapat membantu mendinginkan situasi
55
secara terbuka
dan
c) Menganjurkan debat dan diskusi secara terbuka d) Mengantar ke solusi menang-menang 4) Kepemimpinan a) Mengartikulasi dan membangkitkan semangat untuk meraih visi serta misi bersama b) Melangkah didepan untuk memimpin bila diperlukan, tidak peduli sedang dimana c) Memandu kinerja orang lain namun tetap memberikan tanggung jawab kepada mereka d) Memimpin lewat teladan 5) Katalisator perubahan, orang dengan kecakapan ini a) Menyadari perlunya perubahan dan dihilangkannya hambatan b) Menantang status quo untuk menyatakan perlunya perubahan c) Menjadi pelopor perubahan dan mengajak orang lain ke dalam perjuangan ini d) Membuat model perubahan seperti yang diharapkan oleh orang lain 3. Faktor-faktor korelasi kecerdasan emosional Kecerdasan emosional atau (EQ), bukan didasarkan pada kepintaran seorang anak, melainkan pada karakteristik pribadi atau karakter penelitian-penelitian sekarang menemukan bahwa ketrampilan sosial dan
56
emosional ini lebih penting bagi keberhasilan hidup ketimbang kemampuan intelektual (Shapiro, 1997: 4). Barangkali perbedaan yang paling penting antara IQ, EQ adalah EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan, sehingga membuka kesempatan bagi orang tua dan para pendidik untuk melanjutkan apa yang sudah disediakan oleh alam agar anak mempunyai peluang lebih besar untuk meraih keberhasilan (Shapiro, 1997: 10). Giottman (1999: 21), berpendapat bahwa salah satu tanggung jawab orang tua yang paling penting adalah mendengarkan anak- anaknya, bukan saja mendengarkan kata- kata mereka, melainkan juga perasaan- perasaan di balik kata- kata mereka itu. Ia juga menganjurkan bahwa komunikasi mengenai emosi dapat berfungsi sebagai sebuah sarana bagi orang tua untuk mengajarkan nilai- nilai kepada anak-anak mereka. Komunikasi antara orang tua dengan anak harus senantiasa menjaga harga diri kedua belah pihak, orang tua merasa berusaha berempati dengan anak- anak mereka, artinya merasakan apa yang dirasakan oleh anak mereka, begitu juga ajaran Giottman. Disamping keluarga, sekolah atau kegiatan intensitas lainnya seperti ekstra kurikuler Pramuka juga berkorelasi dengan perkembangan emosional anak. Proses yang di sekolah harus dikaitkan dengan proses yang ada di luar sekolah. Sebagaimana pendapat Golmen yang dikutip oleh Zamroni (2000: 156), menekankan betapa proses “learning” sangat
57
ditentukan oleh emosi yang dapat merangsang motivasi atau sebaliknya menekan motivasi untuk berprestasi menjadi rendah. Racana sebagai unit kegiatan mahasiswa mengajarkan berbagai materi intensitas yang kesemuanya terhimpun dalam satya dan darma Pramuka, semua materi harus dicerminkan dalam akhlak atau normanorma tingkah laku serta budi dalam pergaulan sosial ini dapat disimpulkan sebagai kecerdasan emosi yang diajarkan di Pramuka. Faktor yang mengkorelasikan dengan kecerdasan emosional adalah keluarga atau orang tua, sekolah dan kegiatan di luar keluarga atau sekolah seperti Pramuka. Keluarga sebagai intensitas pertama dan utama bagi anak sedangkan sekolah atau kegiatan Pramuka merupakan intensitas lanjutan dari apa yang telah anak peroleh dari keluarga. Ketiganya berkorelasi dengan emosi anak, dan keluargalah sesungguhnya juga mempunyai korelasi yang lebih kuat dibandingkan sekolah ataupun kegiatan lain. C. Korelasi antara intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dengan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga. Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi pergolakan emosi serta diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat, pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Pergolakan emosi ini terjadi pada remaja yang tidak terlepas dari bermacam korelasi, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman- teman sebaya serta aktivitas-aktivitas
58
yang dilakukannya dalam kehidupan sehari- hari (Mu‟tadiri, www.e Psikologi.com./remaja/, diunduh 20 maret 2011). Hurlock (1997: 225), mengungkapkan bahwa pada salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong dan diancam hukuman. Remaja diharapkan mengganti konsepkonsep moral yang berlaku khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. Menurut Kholberg tahap perkembangan moral ketiga, yaitu moralitas pasca konvensional harus dicapai selama masa remaja. Tahap ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan moral, apabila hal ini menguntungkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan. tahap kedua individu menyesuaikan diri dengan standar sosial dan ideal yang diinternalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada sensor sosial. Pada tahap ini moralitas didasarkan pada rasa hormat kepada orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi. Perkembangan moral di atas merupakan salah satu komponenkomponen kecerdasan emosional bagi remaja. Solovey dikutip oleh Golmen menyatakan bahwa kecerdasan emosional ini memiliki lima wilayah utama 59
yaitu, mengenali emosi diri, mengelola emosi, motivasi diri sendiri, mengenal emosi orang lain dan membina hubungan (Golmen, 1999: 58). Mengenal emosi diri, istilah ini menurut Mayer disebut kesadaran diri berarti waspada baik terhadap Suasana hati maupun pikiran kita tentang suasana hati (Golmen, 1999: 58), Steven dan Howard menambahkan bahwa ranah intra pribadi terkait dengan apa yang biasanya disebut sebagai inner – self (diri terdalam, batiniah). Dunia ini menentukan seberapa mendalamnya perasaan, puas terhadap diri sendiri dan prestasi dalam hidup, sukses dalam ranah mengandung arti bahwa seseorang bisa hidup dan mandiri, tegas dan memiliki rasa percaya diri dalam mengemukakan gagasan dan keyakinan kita. Orang yang naluri kesadaran dirinya kuat, bisa mengetahui saat merasa kurang bersemangat, mudah kesal, sedih ataupun bergairah dan menyadari bagaimana perasaan tersebut bisa mengubah perilaku mereka sehingga menyebabkan orang lain menjauhi mereka. Biasanya mereka juga bisa mengetahui kejadian yang memicu timbulnya perasaan tersebut. Kemampuan seseorang untuk mengenal perasaannya dan cara dia menyikapinya, membuatnya mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi membuat dirinya dijauhi orang lain (Golmen, 1999: 58). Mengelola emosi yaitu kemampuan untuk menghadapi badai emosional yang dibawa oleh sang nasib, dan bukannya menjadi “budak nafsu”, maksudnya adalah keseimbangan emosi, bukan menekankan emosi, setiap perasaan mempunyai nilai dan makna. Apabila emosi terlampau ditekan, 60
terciptalah kebosanan dan jarak bila emosi tak dikendalikan, terlampau ekstrem dan terus menerus, emosi akan menjadi sumber penyakit, seperti depresi berat, cemas berlebihan, amarah yang meluap- luap, gangguan emosional yang berlebihan (Golmen, 1999: 78). Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal- hal sebagai berikut : a. Cara mengendalikan dorongan hati; b. Derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; c. Kekuatan berfikir positif; d. Optimisme, dan; e. Keadaan flow (mengikuti aliran) yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dan menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya. (Http//www.Ensikologi.com/, diunduh 22 Maret 2011). Empati merupakan keadaan afeksi seseorang untuk mengenal dan memahami pikiran, menyelami perasaan dan sikap orang lain, serta berfikir tentang sudut pandang orang lain seolah-olah mengalami sendiri keadaan emosi yang dialami orang lain. Menurut Steven dan Howard (2003: 139), “individu yang mempunyai empati tinggi akan peduli pada orang lain dan memperlihatkan minat dan perhatiannya pada mereka”.
61
Pramuka mempunyai peranan dalam meningkatkan intelegensi, salah satu bentuk kecerdasan ini yaitu berkaitan dengan kepribadian kita sebagai seorang remaja. Intelegensi kepribadian ini sendiri dibagi menjadi 2 yaitu : knowledge of one self dan knowledge of others (Naila, 2007: 259). Pertama, knowledge of one self menekankan bagaimana kecerdasan seseorang itu dalam sosok yang mandiri, dari sini pasti sudah yakin bahwa kepramukaan mendidik seseorang menjadi remaja yang mandiri, seperti pada saat kita hidup di alam bebas, tanpa adanya fasilitas, kita bisa berlatih untuk mandiri. Kedua, knowledge of others yaitu kecerdasan seseorang untuk dapat memahami dan hidup bersama orang lain. Dalam hal ini kepramukaan pun amat berperan dalam menanamkan sikap peduli kita terhadap masyarakat sekitar bahkan tak hanya pada masyarakat dan teman tapi juga alam sekitar. Kode etik Pramuka sesuai yang tercantum dalam (AD/ART) gerakan Pramuka menyebutkan Dasadarma dan Trisatya. Dari sini sebenarnya secara tersurat maupun tersirat gerakan Pramuka Indonesia memang selayaknya mementingkan orientasi pembentukan kecerdasan emosional seperti bertaqwa, mencintai alam, suka bermusyawarah, rela menolong, rajin hemat, disiplin, bertanggung jawab, dapat dipercaya suci dalam pikiran, perbuatan dan perkataan, merupakan isi dari dasa darma, oleh karena itu pembinaan gerakan Pramuka mengutamakan
aspek pembentukan kecerdasan emosional pada
anggotanya.
62
Mahasiswa perguruan tinggi sebagai Pramuka pandega memiliki tuntutan dan kewajiban yang spesifik dalam kegiatan yang diikutinya selain kode etik yang harus diamalkan aktivis gerakan Pramuka. Pramuka juga mengalami sosialisasi dengan sesama Pramuka yang bernuansa persaudaraan dalam kegiatan kepramukaan maupun kehidupan sehari-hari dengan orang lain. Gerak dasar kegiatan bagi pencapaian sasaran pembinaan adalah membangkitkan, mendorong,
dan
mengarahkan
serta
mengatur
dan
mengembangkan keyakinan/ minat, semangat serta kemampuan Pramuka pendega, kegiatan Pramuka meliputi bina diri, bina satuan dan bina masyarakat. Kegiatan bina diri, kegiatan ini berkaitan dengan diri pribadi seorang pramuka, kegiatannya adalah
pelatihan- pelatihan untuk anggota
Pramuka seperti jurnalistik, komputer, tari, pantomim dan lain sebagainya. Bina satuan salah satu kegiatannya yaitu Gladian Pimpinan Pandega (GPP) disini anggota dilatih bagaimana seorang Pramuka belajar memimpin dan dipimpin sesama teman. Bagaimana seorang Pramuka diberi tanggung jawab mengemban racana supaya lebih baik. Bina masayarakat, anggota Racana diharuskan menjalankan kewajiban kaitannya dengan pengabdian masyarakat. kegiatan ini dipegang bidang sosial agama seperti yang dilaksanakan di desa binaan pabelan yaitu penyaluran hewan kurban, Amalan Ramadhan Racana (ARR), Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), mendirikan Taman Pendidikan AL- Qur an (TPA). Salah satu darma Pramuka ini menunjukkan bahwa setiap orang Pramuka diharuskan
mengembangkan perilaku menolong terhadap
orang lain dalam kehidupan sehari- hari, seperti pendidikan “SAR” yang ada 63
di Racana STAIN Salatiga ini, diusahakan untuk membantu korban baik korban bencana alam maupun kecelakaan Kode etik Pramuka dan nilai-nilai kepramukaan yang diajarkan di atas diwujudkan dalam kegiatan kepramukaan, dengan metode permainan, diskusi, demonstrasi, lomba, drama, dan bermain peran, kerja kelompok, penugasan pribadi, perkemahan, ceramah, dan kegiatan kepramukaan dilakukan dengan sistem kelompok. Keadaan ini akan menstimulasi adanya kerja sama, jujur, tanggung jawab, dan saling menolong. Keberhasilan seseorang dalam kehidupan ditentukan oleh kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional, tidak hanya oleh IQ. Tetapi justru kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional yang memegang peranan. Dengan berorganisasi akan berlatih tampil di depan umum, membangun kepercayaan, mengakui kesalahan sendiri, tanggung jawab, mempunyai komitmen tinggi, hormat dan mau bergaul, tolong menolong dan lain-lain. Penjelasan diatas menunjukkan bahwa semakin aktif dalam mengikuti kegiatan kepramukaan, maka mahasiswa akan semakin tinggi kecerdasan emosionalnya.
64
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Racana STAIN Salatiga 1. Sejarah Berdirinya Racana STAIN Salatiga Racana STAIN Salatiga berdiri pada tanggal 9 Maret 1988, dengan nama Racana IAIN Walisongo logo sama dengan Racana IAIN Walisongo akan tetapi bertuliskan Salatiga, dan Ketua Pertama Racana Putra oleh Kakak Drs. Abdul Syukur, M.Si untuk Ketua Racana Putri oleh Dra. Astuti Sakdiyah. Sanggar Bhakti Pramuka Racana STAIN Salatiga bertempat di komplek PKM II Lt I Kampus I Jl. Tentara pelajar No 2 Salatiga. 2. Struktur Organisasi Racana Organisasi tidak akan terkordinir secara baik dalam menjalankan roda kegiatannya, apabila organisasi tersebut tidak ada yang mengurus, maka dari itu untuk mengatur jalannya kegiatan yang lebih terarah setiap organisasi memiliki pengurus yang bertugas mengoptimalkan program kerjanya. Adapun struktur organisasi Dewan Racana STAIN Salatiga pada tahun 2010/ 2011 seperti yang tercantum pada l tabel I.
65
Tabel I STRUKTUR ORGANISASI RACANA STAIN SALATIGA PERIODE 2010/ 2011 PUTERA
JABATAN
PUTERI
Cholilurrohman
KETUA
Kaifiyyati Tasykurin. N
M Sofiul Hadi
SEKRETARIS
Umi solikhah
Miftakhuddin
BENDAHARA
Qumi Laila
Noor Sahid
PEMANGKU ADAT
Fitri Fauziyah
SEKSI BIDANG M Taufik
OPERASIONAL
Ana Puspita Sari
Solikhin
TEK.PRAM
Malikhah
Bayu S
LIT.BANG
Kusnul Khotimah
Widodo
Ke-RT-aN
Ida Khaizah
3. Sarana dan Prasarana Sebuah lembaga tidak lepas dari kebutuhan untuk menunjang jalannya kegiatan agar setiap kegiatan dapat berjalan sesuai harapan dan terpenuhi secara baik dan mudah, maka dari itu racana STAIN Salatiga membutuhkan
66
baik sarana maupun prasarana adapun sarana prasarana Racana STAIN Salatiga Periode 2010/ 2011 seperti tercantum pada tabel II. Tabel II SARANA dan PRASARANA RACANA STAIN SALATIGA PERIODE 2010/ 2011 No
Jenis Sarana
Jumlah
Keterangan
1 set
Baik
1
Computer
3
Almari
3
Baik
4
Etalase
1
Baik
5
Tv
1
Baik
6
Meja
3
Baik
7
Kotak P3K
1
Baik
8
Loker Seng
1
Baik
9
Papan Mading
1
Baik
10
Papan Withboard
2
Baik
11
Alat Mountenering
1 set
Baik
12
Tenda
5
Baik
13
Dispenser
1
Baik
14
Bendera Merah Putih
1
Baik
67
15
Bendera Racana
2
Baik
16
Tempat Bendera
1
Baik
17
Sajadah
5
Baik
18
Mukena
3
Baik
19
Sarung
2
Baik
B. Penyajian Data Responden yang diambil adalah mahasiswa angkatan, 2008, 2009 dan 2010 sebagai anggota Racana STAIN Salatiga seperti dalam tabel III. Tabel III DAFTAR NAMA RESPONDEN No
Nama Responden
Angkatan
1
M Abdul Munif
2008
2
Razif Hidayat
2008
3
Atika Imania
2008
4
Imam Dahliyani
2008
5
Heni Ariyani
2008
6
Eko Suhendro
2008
7
Farokhatusy Syukriyah
2008
8
Maliki
2008
9
Maryono
2008
68
10
Winda Iriani
2008
11
Khusnu Indrawati
2008
12
Daniyatul Afifah
2008
13
Khozin
2008
14
Paryono
2008
15
Farikhatul Walidah
2008
16
Maria Ulfah
2008
17
Moh Sofiyul Hadi
2008
18
Leni Rahmawati
2008
19
Nida Vitria Utami
2008
20
Fitri Nurmanila
2008
21
Mudrikah
2008
22
Didit Syaiful Anwar
2008
23
Septika Wahyu
2009
24
Evi Retnowati
2009
25
Ari Retno Satriyanti
2009
26
Irma Farida Arifin
2009
27
Nana Yunita Sari
2009
28
Sri Rahayu
2009
29
Nurrokhim
2009
30
Hadiatun
2009
31
Rahayu Puji Astuti
2009
32
M Fadhil
2009
69
33
M Arief Mufti Habibi
2009
34
Isti Nur Latifa
2009
35
Lina Rohaeni
2009
36
Ali Rasyadi
2009
37
Mim Kholifah
2009
38
Nalil Asna
2009
39
Amirul Bahri
2009
40
Siti Khotimatun
2009
41
M. Mahfud
2009
42
Nur Hidayah
2009
43
Aris Zulfa
2009
44
Aulia Ulfa Dewi
2009
45
M Syarifudin
2009
46
Anna Fista
2009
47
Khozin
2009
48
Siti Marfu’ah
2009
49
Siti Nur Tyas Moro
2009
50
M Dyiauddin
2009
51
A Alfyan Fakhroni
2009
52
M Nor Rifa’i
2009
53
Dewi Ermawati
2009
54
Wahib Kamal
2009
55
Ngaunu Rofiq
2009
70
56
Teguh Evendi Yusup
2009
57
Dhika Mustika Sari
2009
58
Irvina Zulfah
2009
59
Kharis Naja
2009
60
Yuliana Ari Susanti
2009
61
Maftikha Ari Yulianti
2009
62
Siti Eka Puspitasari
2009
63
Heri Sulistyo
2009
64
Samsul Ma’arif
2009
65
M Agus Imam
2009
66
Aniswatun Hidayah
2009
67
Durrotun Nafisah
2009
68
Nayla M
2009
69
Siti Choiriyah
2009
70
Muhammad Adnan
2010
71
M Faudhul Ma’ali
2010
72
Dhika Mustika
2010
73
Trioyono
2010
74
Uswah Fatmawati
2010
75
Fiska Erma Fanita
2010
76
Arina Maghfiroh
2010
77
Inayatus Solikhah
2010
78
Endang Hayati
2010
71
79
Siti Maskiyah
2010
80
M Taufik
2010
81
Heni Ariyani
2010
82
Maisyaroh Husna
2010
83
Sa’idah
2010
84
Dysa Martina
2010
85
Pratiwi Endah
2010
86
Heru Priyanto
2010
87
Ulul Azmi
2010
88
Mirza Faisol
2010
89
Siti Sa’adah
2010
90
Mahfudhoh
2010
91
Darmi
2010
92
Dewi Mufidah
2010
93
Andi Wibowo
2010
94
Miftahuddin
2010
95
Rofik Khusnun
2010
96
Isnaini Tursinia
2010
97
Abdul Ghoni
2010
98
Nur Khayati
2010
99
M Zainuddin
2010
100
Marhamah
2010
101
Siti Fitriyah
2010
72
102
Noor Aziz Kurniawan
2010
103
Basyiroh
2010
104
Mustakim
2010
105
Arif Budi Wibowo
2010
Dalam data tentang studi korelasi kepramukaan dengan pembentukan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga, penulis menyebarkan angket kepada anggota angkatan, 2008 jumlah, 2009 jumlah dan 2010 jumlah baik putra maupun putri, yang mana diambil dari mahasiswa yang masih aktif mengikuti kegiatan kepramukaan di Racana STAIN Salatiga. Penulis memberikan pertanyaan kepada responden sebanyak 40 pertanyaan, terdiri dari
20 Pertanyaan mengenai
intensitas mengikuti kegiatan
kepramukaan dan 20 Pertanyaan mengenai kecerdasan emosional terhadap mahasiswa. Adapun hasil dari angket yang diisi oleh responden akan diurai dalam tabel IV pada Bab IV.
73
BAB IV ANALISIS DATA
Pembahasan tentang hasil penelitian ini akan penulis sajikan dari penyebaran angket kepada mahasiswa (anggota racana) yang terpilih menjadi subjek penelitian, yaitu sejumlah 105 orang responden. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan untuk memudahkan jalannya analisis yaitu dengan melalui tiga tahapan : a. Deskripsi data hasil penelitian b. Pengujian hipotesis c. Pembahasan hasil penelitian A. Deskripsi data hasil penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diteliti di bawah ini akan disajikan data tentang intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dan pembentukan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga. 1) Data tentang Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan. Untuk mengetahui nilai dan data intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dengan jumlah skor jawaban angket dari responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
74
Tabel IV DATA HASIL ANGKET INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI RACANA STAIN SALATIGA
NO
X
NO
X
NO
X
NO
X
NO
X
1.
78
22.
72
43.
65
64.
77
85.
73
2.
62
23.
73
44.
71
65.
57
86.
65
3.
78
24.
65
45.
58
66.
48
87.
58
4.
68
25.
68
46.
60
67.
78
88.
68
5.
64
26.
69
47.
68
68.
58
89.
53
6.
67
27.
67
48.
75
69.
70
90.
60
7.
65
28.
67
49.
65
70.
71
91.
58
8.
71
29.
77
50.
73
71.
69
92.
72
9.
58
30.
57
51.
65
72.
78
93.
73
10.
60
31.
48
52.
58
73.
62
94.
65
11.
68
32.
78
53.
68
74.
78
95.
68
12.
75
33.
58
54.
53
75.
68
96.
69
13.
65
34.
70
55.
60
76.
64
97.
67
14.
73
35.
71
56.
58
77.
67
98.
67
15.
65
36.
69
57.
72
78.
65
99.
77
16.
58
37.
78
58.
73
79.
71
100. 57
17.
68
38.
62
59.
65
80.
58
101. 48
18.
53
39.
78
60.
68
81.
60
102. 78
75
19.
60
40.
68
61.
69
82.
68
103. 58
20.
58
41.
64
62.
67
83.
75
104. 70
21.
78
42.
67
63.
67
84.
65
105. 71
Setelah dilakukan penghitungan data di atas kemudian dapat dilakukan analisis, yaitu menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan cara menentukan range : R = H-L+1 Keterangan : R : range H : nilai tertinggi L : nilai terendah R
= 78-48+1 = 31 Sehingga dapat diketahui interval nilai:
i
Range Jumlah int erval
i
31 4
= 7.75
76
Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai seperti pada tabel di bawah ini : Tabel V INTERVAL NILAI (X)
No Interval Intensitas 1
48-55
Rendah
2
56-63
Cukup
3
64-71
Baik
4
72-79
Tinggi
Mencari nilai rata- rata (mean) dari intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan di Racana STAIN Salatiga (X) dengan menggunakan rumus mean, yaitu :
Mx
x N
Mx
6969 105
= 66.37 Dari analisis di atas diketahui bahwa intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan di Racana STAIN Salatiga termasuk kategori baik yaitu berada pada interval 66-71 dengan nilai rata-rata 66,37.
77
2) Data tentang Pembentukan Kecerdasan Emosional Mahasiswa Untuk mengetahui nilai dari data tentang pembentukan kecerdasan emosional mahasiswa dengan menjumlahkan skor jawaban angket dari responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel VI HASIL ANGKET PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA DI RACANA STAIN SALATIGA NO
Y
NO
Y
NO
Y
NO
Y
NO
Y
1.
63
22.
63
43.
58
64.
67
85.
61
2.
54
23.
64
44.
61
65.
59
86.
66
3.
61
24.
60
45.
56
66.
45
87.
52
4.
54
25.
65
46.
53
67.
70
88.
61
5.
59
26.
67
47.
55
68.
50
89.
46
6.
48
27.
60
48.
64
69.
65
90.
59
7.
58
28.
63
49.
50
70.
61
91.
45
8.
61
29.
67
50.
61
71.
64
92.
63
9.
56
30.
59
51.
66
72.
63
93.
64
10.
53
31.
45
52.
52
73.
54
94.
60
11.
55
32.
70
53.
61
74.
61
95.
65
12.
64
33.
50
54.
46
75.
54
96.
67
13.
50
34.
65
55.
59
76.
59
97.
60
14.
61
35.
61
56.
45
77.
48
98.
63
78
15.
66
36.
64
57.
63
78.
58
99.
67
16.
52
37.
63
58.
64
79.
61
100. 59
17.
61
38.
54
59.
60
80.
56
101. 45
18.
46
39.
61
60.
65
81.
53
102. 70
19.
59
40.
54
61.
67
82.
55
103. 50
20.
45
41.
59
62.
60
83.
64
104. 65
21.
63
42.
48
63.
63
84.
50
105. 61
Setelah dilakukan penghitungan data di atas kemudian dapat dilakukan analisis, yaitu menentukan kualifikasi dan interval nilai dengan cara menentukan range: R = H-L+1 R = 70-45+1 = 26 Sehingga dapat diketahui interval nilai :
i
Range Jumlah int erval
i
26 4
= 6.5
79
Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai seperti pada tabel di bawah ini: Tabel VII INTERVAL NILAI (Y) No Interval Keterangan 1
45-51
Rendah
2
52-58
Cukup
3
59-65
Baik
4
66-72
Tinggi
Mencari nilai rata- rata Mean, yaitu :
My
y N
My
6147 105
= 58,54285714 Dibulatkan menjadi = 58, 54 Dari analisis di atas diketahui bahwa pembentukan kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga termasuk dalam kategori cukup yaitu berada pada interval 52- 58 dengan nilai rata- rata 58,54.
80
B. Pengujian Hipotesis Hipotesis yang akan diuji kebenarannya adalah untuk menentukan korelasi antara variabel intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan (X) dengan pembentukan kecerdasan emosional mahasiswa (Y) Untuk memudahkan dalam analisis regresi dengan skor mentah ini maka perlu dibuat tabel kerja regresi intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dan pembentukan kecerdasan emosional mahasiswa sebagaimana dalam tabel di bawah ini: Tabel VIII TABEL KERJA INTENSITAS MENGIKUTI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DAN PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA DI RACANA STAIN SALATIGA. Variabel X Dan Variabel Y No
XY 2
2
X
Y
X
Y
1.
78
63
6084
3969
4914
2.
62
54
3844
2916
3348
3.
78
61
6084
3721
4758
4.
68
54
4624
2916
3672
5.
64
59
4096
3481
3776
6.
67
48
4489
2304
3216
7.
65
58
4225
3364
3770
8.
71
61
5041
3721
4331
81
9.
58
56
3364
3136
3248
10.
60
53
3600
2809
3180
11.
68
55
4624
3025
3740
12.
75
64
5625
4096
4800
13.
65
50
4225
2500
3250
14.
73
61
5329
3721
4453
15.
65
66
4225
4356
4290
16.
58
52
3364
2704
3016
17.
68
61
4624
3721
4148
18.
53
46
2809
2116
2438
19.
60
59
3600
3481
3540
20.
58
45
3364
2025
2610
21.
72
63
5184
3969
4536
22.
73
64
5329
4096
4672
23.
65
60
4225
3600
3900
24.
68
65
4624
4225
4420
25.
69
67
4761
4489
4623
26.
67
60
4489
3600
4020
27.
67
63
4489
3969
4221
28.
77
67
5929
4489
5159
29.
57
59
3249
3481
3363
30.
48
45
2304
2025
2160
82
31.
78
70
6084
4900
5460
32.
58
50
3364
2500
2900
33.
70
65
4900
4225
4550
34.
71
61
5041
3721
4331
35.
69
64
4761
4096
4416
36.
78
63
6084
3969
4914
37.
62
54
3844
2916
3348
38.
78
61
6084
3721
4758
39.
68
54
4624
2916
3672
40.
64
59
4096
3481
3776
41.
67
48
4489
2304
3216
42.
65
58
4225
3364
3770
43.
71
61
5041
3721
4331
44.
58
56
3364
3136
3248
45.
60
53
3600
2809
3180
46.
68
55
4624
3025
3740
47.
75
64
5625
4096
4800
48.
65
50
4225
2500
3250
49.
73
61
5329
3721
4453
50.
65
66
4225
4356
4290
51.
58
52
3364
2704
3016
52.
68
61
4624
3721
4148
83
53.
53
46
2809
2116
2438
54.
60
59
3600
3481
3540
55.
58
45
3364
2025
2610
56.
72
63
5184
3969
4536
57.
73
64
5329
4096
4672
58.
65
60
4225
3600
3900
59.
68
65
4624
4225
4420
60.
69
67
4761
4489
4623
61.
67
60
4489
3600
4020
62.
67
63
4489
3969
4221
63.
77
67
5929
4489
5159
64.
57
59
3249
3481
3363
65.
48
45
2304
2025
2160
66.
78
70
6084
4900
5460
67.
58
50
3364
2500
2900
68.
70
65
4900
4225
4550
69.
71
61
5041
3721
4331
70.
69
64
4761
4096
4416
71.
78
63
6084
3969
4914
72.
62
54
3844
2916
3348
73.
78
61
6084
3721
4758
74.
68
54
4624
2916
3672
84
75.
64
59
4096
3481
3776
76.
67
48
4489
2304
3216
77.
65
58
4225
3364
3770
78.
71
61
5041
3721
4331
79.
58
56
3364
3136
3248
80.
60
53
3600
2809
3180
81.
68
55
4624
3025
3740
82.
75
64
5625
4096
4800
83.
65
50
4225
2500
3250
84.
73
61
5329
3721
4453
85.
65
66
4225
4356
4290
86.
58
52
3364
2704
3016
87.
68
61
4624
3721
4148
88.
53
46
2809
2116
2438
89.
60
59
3600
3481
3540
90.
58
45
3364
2025
2610
91.
72
63
5184
3969
4536
92.
73
64
5329
4096
4672
93.
65
60
4225
3600
3900
94.
68
65
4624
4225
4420
95.
69
67
4761
4489
4623
96.
67
60
4489
3600
4020
85
97.
67
63
4489
3969
4221
98.
77
67
5929
4489
5159
99.
57
59
3249
3481
3363
100.
48
45
2304
2025
2160
101.
78
70
6084
4900
5460
102.
58
50
3364
2500
2900
103.
70
65
4900
4225
4550
104.
71
61
5041
3721
4331
105.
69
64
4761
4096
4416
6969
6147
467919
364401
411687
Dari tabel di atas dapat diketahui: N
= 105
x
= 6969
y
= 6147
x2 = 467919 y2 = 364401 xy = 411687
86
Uji Koefisien Korelasi antara variabel X dengan Y
N (xy ) (x)(y )
rxy
{N .x 2 (x) 2 }{N . y 2 (y) 2 } 105(411687) (6969)(6147)
{105.4679919 (6969) 2 }{105.364401 (6147) 2 } 43227135 42838443 {49131495 48566961}{38262105 37785609} 388692 {564534}{476496} 388692 2.689981929 388692 518650.357
= 0.749429735 Dibulatkan menjadi = 0.749 Jadi perhitungan yang telah penulis lakukan telah ditemukan rxy= 0.749, dapat dinilai bahwa nilai N = 105 dengan taraf signifikansi 5 % adalah: ro
= 0.749
rt
= 0.195
Berarti
= ro > rt
87
C. Pembahasan Hasil Penelitian Untuk menguji apakah studi korelasi antara intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dengan pembentukan kecerdasan emosional mahasiswa itu signifikan, maka harga rxy= 0.749 dapat di konsultasikan dengan table rteoretik dengan N= 105 atau derajat kebebasan db= 105- 2. Dari tabel rteoretik dengan N=105 (atau db=103) akan ditemukan harga r- teoretik pada taraf signifikan 5% atau rt 5%= 0,195. Karena harga rxy sebesar 0, 749 maka dinyatakan signifikan, dan dapat disimpulkan bahwa korelasi antara intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dengan kecerdasan emosional mahasiswa sangat signifikan. Dengan demikian berarti bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti yang berbunyi “Semakin Tinggi Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Maka Semakin Tinggi Kecerdasan Emosional Mahasiswa” dilihat pada taraf signifikansi 5 % ada korelasi yang positif antara intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan dengan kecerdasn emosional mahasiswa Di Racana STAIN Salatiga atau dengan
kata lain intensitas berpengaruh positif dengan
kecerdasan emosional.
88
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Intensitas mengikuti kegiatan kepramukaan merupakan kualitas dalam perbuatan yang dapat meningkatkan prestasi di Racana STAIN Salatiga. Termasuk kategori baik yaitu pada interval 66-71 dengan nilai rata-rata 66,37 2. Sedangkan Kecerdasan emosional mahasiswa di Racana STAIN Salatiga. Mahasiswa mengikuti berbagai macam kegiatan yang diselenggarakan oleh para Dewan Racana STAIN Salatiga seperti amalan romadhon racana, latihan rutin, latihan gabungan bersama Pramuka penegak, dan mengikuti kursus mahir maupun lanjutan itu merupakan wujud sarana yang dapat membangun mental untuk bekal yang akan datang, kategori ini cukup yaitu berada pada interval 52-58 dengan nilai rata-rata 58,54 3. Berdasarkan analisis data kuantitatif menunjukkan bahwa intensitas dengan kecerdasan emosional terdapat hubungan yang signifikan, dilihat pada taraf 5 % (0.195) sehingga ro> dari pada rt sehingga hipotesis yang penulis ajukan DITERIMA. B. Saran-saran Peneliti memberikan beberapa saran berkaitan dengan telah terujinya hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
89
1. Bagi Mahasiswa a. Mahasiswa perlu mempertahankan dan meningkatkan kecerdasan emosinya terhadap siapapun dalam kehidupan sehari-hari serta menghindari perilaku yang bertentangan dengan kecerdasan emosi, khususnya perkelahian, caci maki, perusakan dan sebagainya. b. Mahasiswa perlu mempertahankan dan meningkatkan kecerdasan emosional yang dimiliki dengan memelihara kualitas dan kuantitas sosialisasi dengan orang lain. c. Mahasiswa diharapkan mengikuti aktivitas-aktivitas di luar rumah dan kampus, khususnya gerakan Pramuka yang dapat mengembangkan potensi- potensi diri yang dimiliki. 2. Bagi STAIN Salatiga. a. STAIN Salatiga perlu meningkatkan keaktifan kegiatan-kegiatan positif yang berkaitan dengan kepedulian dan kepekaan mahasiswa terhadap orang lain dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Misalnya, dengan mendukung aktivitas-aktivitas intrakurikuler di kampus, seperti Gerakan Pramuka, Koperasi Mahasiswa, Stain Musik Club, Teater Getar, Mahasiswa Pencinta Alam, Stain Sport Club, dan intrakurikuler lain. b. STAIN Salatiga perlu mengaktifkan Gerakan Pramuka, sebagai upaya penyalur potensi mahasiswa dan membentuk kecerdasan emosional yang lebih baik, sehingga mahasiswa tidak berperilaku yang merugikan orang lain. 90
3. Bagi Kwartir Gerakan Pramuka a. Kwartir Gerakan Pramuka perlu mengadakan pembinaan lebih serius terhadap gugus depan di kampus. Memantau secara langsung, mengadakan kursus- kursus tentang teknik pembinaan kepada pembina secara intensif dan memberikan pedoman yang jelas dalam membina anak didik. b. Pembina Pramuka diharapkan menambah kualitas pembinaan terhadap anak didik dalam pembentukan perilaku yang lebih baik, dengan mengikuti kursus-kursus untuk pembina c. Mahasiswa sebagai peserta didik Gerakan Pramuka diharapkan dapat mengambil hikmah dalam melaksanakan aktivitas kepramukaan, tidak sekedar menjalankan aktivitas tersebut.
91
DAFTAR ISI
SAMPUL ..................................................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO ..............................................................................................
ii
JUDUL ......................................................................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................
iv
PENGESAHAN KELULUSAN ...............................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ...........................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
viii
ABSTRAK ................................................................................................................
x
DAFTAR ISI .............................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .....................................................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
7
D. Hipotesis Penelitian ......................................................................
8
E. Kegunaan Penelitian .....................................................................
8
F. Definisi Operasional .................................................................. ...
9
G. Metode Penelitian ………………………………………………..
11
H. Sistematika Penulisan …………………………………………...
15
xi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan ...............................
18
1. Pengertian Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan ......
18
2. Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan ........
19
3. Pembinaan Pramuka Pandega .................................................
36
4. Bentuk-bentuk Kegiatan Kepramukaan ..................................
38
B. Pembentukan Kecerdasan Emosional ...........................................
42
1. Pengertian Kecerdasan Emosional .........................................
42
2. Komponen-komponen Kecerdasan Emosional ......................
46
3. Faktor-faktor Korelasi Kecerdasan Emosional . .....................
56
C. Korelasi Antara Intensitas Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Kecerdasan Emosional Mahasiswa di Racana STAIN Salatiga .... BAB III
BAB IV
58
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Racana STAIN Salatiga ..................................
65
1. Sejarah Berdirinya Racana STAIN Salatiga .............................
65
2. Struktur Organisasi Racana ......................................................
65
3. Sarana dan Prasarana ................................................................
66
B. Penyajian Data ...............................................................................
68
ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ....................................................
74
B. Pengujian Hipotesis ......................................................................
81
C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................
88
xii
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................
89
B. Saran-Saran ...................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR PUSTAKA Abbas, M. Amin, dkk, Pedoman Lengkap Gerakan Pramuka, Surabaya : Beringin Jaya, 1994. Al Hajj, Muslim bin, Imam Abi Husain, juz 4, Shahih Muslim Beirut Libanon, Darul Al-Ulumiah, t.th. At-Tirmidzi, Abi Isa Muhammad bin Isa bin Surah, Sunan At-Tirmidzi, (darul fikri, Bairut, t.th Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, cet. II, 1998. Belajar di Pramuka, http=//www.geocities.com/Gudep 13007/tsn.ed.feb.htm (diakses pada 16 Maret 2010 pukul 10.00 WIB). Cooper, Robert K., dan Ayman Sawaf, Kecerdasan Emosional dalam Kepemmmpinan dan Organisasi, diterjemahkan oleh Alek Tri Kentjono Widodo, (Jakarta : Gramedia, 2000), hlm. 189 Djauhari, M., dkk, Pembinaan Latihan Penggalang, Klaten : CV Sahabat, 1995. Ginanjar, Ary, Agustian, ESQ, Jakarta : Arga, cet. IV, 2001 Goleman, Daniel, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, diterjemahkan oleh Alex Tri Kentjono Widodo, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1999. ______________, Emotional Intellegence, Mengapa EQ lebih penting daripada IQ, diterjemahkan oleh Hermaya, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, cet. XXII, 1999. ______________, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Alih Bahasa Alez Tri Kuntjoro Widodo, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2000. Gottman, Jhon, Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional, alih bahasa T. Hermaya, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Pustaka Utama, 1999. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta : Andi Offset, cet XXIV, 1980. , Metodologi Research, Jilid II, Yogyakarta : Andi Offset, Cet XX, 1989. , Statistik Jilid II, (Yogyakarta : Andi Ofset, 2002 , Analisis Regresi, (Yogyakarta : Andi Offset), Cet. VII
Hadjar, Ibnu, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Semarang : PT. Raja Grafindo Persada, 1996. Hajar, Imam Ahmad Bin Ali Bin, Juz 10, Fathul Bari, Al-Alhiyyah, Mesir, t.th
(Darul Ihya: Kitab
Harahap, Rivai, AD/ART Gerakan Pramuka, Jakarta : Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1999. , Pendidikan Nila Gerakan Pramuka, Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1999 Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta : Penerbit Erlangga, 1997. Http//www/eqi.org/definition and History of Emotional Intellegence Kartono, Kartini, Patologi Sosial, Jakarta: Rajawali Pers, 1992 , Patologi Sosial, Jilid I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999. Katamsi, Amaroso, dkk., 40 Tahun Gerakan Pramuka, Jakarta : Kwartir Nasional, 2001. Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1991. Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja, http=//www.w-psikologi.com / remaja / 131110. htm (diakses pada 13 November 2010 pukul 19.00 WIB) Moeliono, Anton M., dkk., Tim Penyusun Kamu Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1994. Mu’tadiri, Zainun, Mengenal Kecerdasan Psikologi.com./remaja/170311, htm.
Emosional
Remaja,
www.e
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : Fak Tarbiyah IAIN Walisongo, 2001. Napitupulu, Pendidikan Nilai Gerakan Pramuka, Jakarta: Kwarnas Gerakan Pramuka, 1999. Petunjuk Penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan Pramuka Penegak dan Pandega, Jakarta Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1997. Poerwodarminto, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1993.
Pola dan Mekanisme Pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega, Jakarta : Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1988. Saraswati, www.Kompas.com/Altruisme, Menolong Tanpa Pamrih …! 1 November 2010 Segal, Jeanne, Meningkatkan Kecerdasan Emosional, Pedoman Praktis Program untuk Memperkuat Naluri dan Emosi Anda, diterjemahkan oleh Dian Paramesti Bahar, Jakarta : Citra Aksara, 2001. Shapiro, Lawrence E., Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997. Soehartono, Irawan, Metodologi Penelitian Sosial, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2000. Soenarjo, dkk, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Depag RI, 1992. Sudarsono., Kamus Filsafat dan Psikologi, Jakarta : Rineka Cipta, 1993. Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Yogyakarta : Andi Offset, 1990. Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Rajawali Press, 1991. Tijan dan Hamonangan Sigalingging, Kepramukaan, Semarang : CV IKIP Semarang, 1998. Wawancara dengan Ketua Racana STAIN Salatiga periode 2010. Webster, Grolier Webster International Dictionary of The English Language, New York, Gronlier Incorporated, 1984.