KORELASI ANTARA KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DENGAN SIKAP KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : M. TAUFIK NIM. 12107051 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2011
i
ii
iii
MOTTO “Masa lalu yang pedih dan pahit bukan untuk kita lupakan, masa lalu yang bahagia dan manis bukan untuk kita kenang, tapi jadikanlah semua itu pelajaran yang berharga dalam hidup kita”.
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk: 1. Bapak (Slamet Sutrisno ) dan Ibu (Alfiyah) tercinta, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus untuk anak-anaknya. 2. Buat kakak-kakakku (Sumarni, Tukiman, Nur Wahyudi, Winayati, Suryadi) tercinta yang selalu memberikan motivasi. 3. Adikku (Halim Budiarto, Ari Kurniawan) tercinta yang membuatku termotivasi dan semangat. 4. Belahan hatiku Leni Rahmawati yang selalu memberikan motivasi serta kasih sayangnya baik suka maupun duka. 5. Sahabat seperjuangan (Cholilurrochman, S. Pd.I) yang telah membantu. 6. Kepada Keluarga Besar Beliau Bapak
Muhzidin yang selalu
memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik. 7. Keluarga besar Racana kususnya Racana Kusuma Dilaga -Woro Srikandhi, yang selalu menemaniku dalam menimba ilmu dan pengalaman selama masa studi.
v
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Korelasi Antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2011.” dapat terselesaikan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggitingginya kepada yang kami hormati: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah. 3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku Ketua Program studi PAI. 4. Bapak Drs. Abdul syukur, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Bapak Prof. Dr, H, Budihardjo M.Ag, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik 6. Dra. Astuti Sakdiyah, M. Pd dan pak Mukti Ali selaku pembina pramuka STAIN salatiga yang selalu memberikan masukan, bimbingan dan motivasi kepada anggota Racana Kusuma Dilaga - Woro Srikandhi.
vi
7. Bapak dan ibu dosen serta karyawan STAIN Salatiga, yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini. 8. Ayahku Slamet Sutrisno dan Ibuku Alfiyah serta keluargaku yang lainnya. Yang selalu memberikan kontribusi, dukungan dan dorongan sehingga dapat menyelsaikan masa studiku. 9. Kepada Keluarga Besar Beliau Bapak Muhzidin yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik. 10. Teman-teman di Racana Kusuma Dilaga-Woro Sri Kandhi serta semua kakak-kakak dewan dan anggota Racana yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang bersedia membantu dan membagi ingformasi serta memotivasi sehigga dapat menyelsaikan karya ini. 11. Semua pihak yang banyak memberikan bantuan, motivasi, dukungan serta do‟a yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 12 Desember 2011 Penulis
M. Taufik NIM:12107051
vii
ABSTRAK M.Taufik. 2012.Korelasi Antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2011. Skripsi. Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs Abdul Syukur, M.Si.
Kata kunci: keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan dan sikap kemandirian belajar mahasiswa. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui tingkat Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2011. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana keaktifan mahasiswa program studi PAI dalam mengikuti kegiatan kepramukaan (Racana) di STAIN Salatiga?. (2) Bagaimana hasil sikap kemandirian belajar yang dicapai mahasiswa Program Studi PAI yang mengikuti kegiatan kepramukaan di STAIN Salatiga tahun 2011?. (3) Apakah Ada Korelasi Antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Program Studi PAI STAIN Salatiga Tahun 2011?.Tekhnik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tekhnik angket, metode dokumentasi, dan metode observasi. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa yang mengikuti organisasi gerakan pramuka (Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi) di STAIN, sebanyak 30 mahasiswa dari tahun 2008-2011. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat keaktifan mahasiswa program studi PAI di kegiatan kepramukaan (Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi) di STAIN Salatiga Tahun 2011 sebanyak 63% (Sebanyak 19 mahasiswa). Sedangkan tingkat sikap kemandirian belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga sebagian besar tergolong dalam kategori tinggi yaitu 67% (Sebanyak 30 mahasiswa). Setelah dianalisis menggunakan korelasi product moment diperoleh nilai rxy sebesar 0,769. pada taraf signifikan 1% (0,463 ) antara keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan dengan sikap kemandirian belajar mahasiswa STAIN Salatiga Tahun 2011.
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................
iv
MOTTO ..............................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ..............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................
vii
ABSTRAK ISI ..................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 9 D. Hipotesis ................................................................................. 10 E. Manfaat Penelitian .................................................................. 10 F. Definisi Oprasional ................................................................. 11
ix
G. Metodologi Penelitian ............................................................. 14 H. Instrumen Penelitian ................................................................ 16 I. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 17 J. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................. 21 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Kepramukaan ................................................ 23 1. Pengertian ......................................................................... 23 2. Sejarah .............................................................................. 25 3. Sifat dan Fungsi Kepramukaan ......................................... 31 4. Dasar, Asas, Tujuan dan Sasaran Gerakan Pramuka ........ 34 5. Prinsip Dasar Pendidikan Kepramukaan .......................... 37 6. Pendidikan Kepramukaan Di Satuan Racana Pandega ..... 39 B. Sikap Kemandirian Belajar ..................................................... 41 1. Pengertian Sikap Kemandirian Belajar ............................. 41 2. Cara Belajar Yang Baik Dan Tujuan Belajar .................... 44 3. Perfektif Islam Tentang Kemandirian Belajar .................. 46 C. Urgensi Kegiatan Kepramukaan Terhadap sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Racana Tahun 2011 ................................. 48
x
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum lokasi dan subjek penelitian ..................... 52 1. Profil STAIN Salatiga ..................................................... 52 2. Profil Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandi Gudep 02.237-02.0238 kota Salatiga ......................................... 65 B. Data Responden .................................................................... 68 C. Penyajian Data Penelitian ..................................................... 71 1. Data Jawaban Angket Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Di Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandi tahun 2011....................................................................... 71 2. Data Jawaban Angket Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Racana .........................................................
BAB IV
74
ANALISIS DATA A. Analisis Pendahuluan ...........................................................
76
1. Analisis Data Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan di Racana STAIN Salatiga Tahun 2011.........................
76
2. Analisis Data Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Racana.............................................................................
82
B. Analisis Uji Hipotesis ...........................................................
87
C. Pembahasan ...........................................................................
90
xi
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................
93
B. Saran-saran .............................................................................
95
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL TABEL I
Daftar Nama Responden Anggota Racana STAIN Salatiga Tahun 2011...................................................................................... 69
TABEL II
Data Jawaban Angket Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan di Racana Tahun 2011.............................................. 71
TABEL III
Data Jawaban Angket Kemandirian Belajar ................................... 74
Tabel IV
Data Nilai dan Nominasi Tingkat Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan di Racana STAIN Salatiga Tahun 2011 ................. 78
TABEL V
Frekuensi Tingkat Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Di Racana STAIN Salatiga tahun 2011 ........................................... 81
TABEL VI
Data Nilai dan Nominasi Tingkat Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Racana STAIN Salatiga tahun 2011 .............................. 83
TABEL VII Frekuensi Tingkat Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Racana STAIN Salatiga Tahun 2011 ............................................. 86 TABEL VIII Tabel Kerja Product Moment Korelasi Antara keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa STAIN Salatiga Tahu 2011 .......................................... 87 TABEL IX
Nilai Product Moment ..................................................................... 91
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu pengembangan diri individu dan kepribadian seseorang yang akan dilakukan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Muri yusuf. 1988:25). Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Perubahan di bidang pendidikan merupakan langkah yang paling baik dalam pembinaan sumber daya manusia, oleh karena itu untuk mencapai hasil tersebut pemerintah harus lebih mengutamakan dan memberikan perhatian khusus dalam bidang pendidikan baik formal maupun nonformal. Pendidikan kepramukaan
termasuk dalam pendidikan formal yang sering
disebut dengan pendidikan dengan ekstrakurikuler ditingkat sekolah menengah. Sedangkan
pendidikan pramuka di STAIN Salatiga merupakan pendidikan
nonformal yang tersaji dilingkup unit kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan nama Racana Kusuma Dilaga- Woro Srikandhi STAIN Salatiga. Kepramukaan merupakan proses pendidikan luar lingkungan sekolah dan di luar keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah praktis yang dilakukan dialam terbuka dengan prinsip kepramukaan dan metode kepramukaan yang sarana akhirnya pembentukan watak (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. 1999:56) Pada hakikatnya
1
kegiatan kepramukaan merupakan suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan bagi anak atau remaja yang dilaksanakan diluar pendidikan keluarga dengan menggunakan prinsip dasar. Kepramukaan merupakan proses kegiatan belajar sendiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadinya secara utuh baik sosial, intelektual, fisik ketrampilan dan sebagainya sebagai individu dan anggota masyarakat. Menyadari betapa pentingnya peranan remaja bagi masa depan bangsa, maka perlu diadakan pembinaan remaja dan harus ada kerja sama antara orang tua, sekolah dan remaja yang bersangkutan. Oleh karena itu remaja ini harus mempersiapkan dirinya dengan bekal ilmu pengetahuan dan kecakapan serta ketrampilan yang memungkinkan masuk kedalam masyarakat orang dewasa dan sanggup berintregrasi dan serasi dengan mereka (Zakiyah Daradjat. 1971:37). Orang tua yang belum sadar dan faham tentang arti penting kegiatan pendidikan kepramukaan kadang masih melarang anaknya untuk aktif dalam kegiatan tersebut. Mereka memandang kegiatan tersebut hanya sekedar permainan, tidak ada manfaatnya bagi anak yang menghabiskan waktu, tenaga, biaya sehingga mereka ragu apakah pendidikan yang bersifat kemandirian, kedisiplinan ataupun yang lainnya bisa diterapkan melalui pendidikan kepramukaan, sedangkan kegiatannya hanya tepuk tangan. Kalau kita baca buku “BPS Out Look” didalamnya terdapat pendapat Lord Boden Powell, sebagai berikut: “Scouting is not a science to be solemnly studied, nor is it a collecting of doctrgine and texts. No!, it is a jolly game in the out of doors, where boy man and boy can go adventuring together asleader and younger brothers picking of health and happiness handicraff and help fulness”.
2
Artinya : “ Kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari secara tekun, bukan pula merupakan suatu kumpulan dari ajaran-ajaran dan naskah-naskah buku. Bukan!, kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka , tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan seperti kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, keterampilan dan kesediaan memberikan pertolongan (Gerakan Pramuka. 1983:26) Pendidikan
kepramukaan bukanlah
kegiatan hura-hura
dan bukan
merupakan pendidikan tepuk tangan, tetapi merupakan suatu proses belajar melatih diri guna mengerti dan memahami orang serta berlatih di masyarakat dan dapat belajar tentang pendidikan tentang alam dan teknologi. Dengan demikian pendidikan pramuka tersebut sangat luas lingkupnya, terhadap diri sendiri, masyarakat bahkan untuk kepentingan negara karena sifatnya yang sosial serta dapat mempelajari untuk mengenal alam. Selain itu kita juga dapat menggunakan pendidikan kepramukaan tersebut sebagai dasar pembentukan sikap kemandirian belajar mahasiswa. Karena hasil pendidikan itu merupakan pilar utama yang digunakan untuk hidup di masyarakat. Oleh karena itu kegiatan pendidikan yang dilakukan tidak sebatas dalam kegiatan formal akan tetapi membutuhkan kegiatan tambahan atau nonformal untuk melengkapi dan mengasah bakat mereka. Berbeda dengan sekolah umum, Perguruan Tinggi Islam di Salatiga khususnya di STAIN Salatiga, kegiatan nonformal bernama organisasi kemahasiswaan. Organisasi kemahasiswaan adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa kearah perluasan wawasan dan peningkatan kecerdasan intlektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual (STAIN Salatiga Press, 2007:85). Melihat dari definisi yang diutarakan diatas, beroganisasi merupakan salah satu cara untuk mengembangkan dan meningkatkan diri mahasiswa dalam dunia kampus. Sehingga organisasi menjadi faktor penting disamping pembelajaran di
3
perkuliahan. Dalam Al-quran surat As-Sshaf ayat 4 menerangkan tentang pentingnya organisasi, yaitu:
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berjuang di jalanNya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS Ash Shaff: 4) Kalimat “mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh” pada ayat ini mengisyaratkan kepada kaum muslimin agar mereka menjaga persatuan yang kuat dan kesatuan yang kokoh, memberi semangat yangg tinggi, suka berjuang dan berkorban di dalam kalangan kaum muslimin. Membentuk dan menjaga persatuan serta kesatuan di
kalangan kaum muslimin berarti
menyingkirkan segala sesuatu yang mungkin menimbulkan perpecahan. seperti perbedaan pendapat tentang sesuatu yang sepele dan tidak penting, sifat mementingkan diri sendiri, sifat membangga-banggakan suku dan keturunan, sifat mementingkan golongan, sifat yang tidak berprikemanusiaan dan sebagainya. Stephen P. Robbins menyatakan ,“Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan”. Dari definisi ahli diatas maka cara menyatukan berbagai perbedaan yang ada menjadi satu kesatuan yaitu dengan cara membentuk suatu organisasi sebagai wadah untuk menampung dan mencapai suatu tujuan bersama. Surat ini pada intinya menekankan pada kejamaahan dan kekokohan organisasi, terutama pada umat Islam. Karena dengan kokohnya organisasi maka umat islam semakin kuat dan kokoh.
4
Di STAIN Salatiga ada banyak organisasi baik dari organisasi yang bernotaben musik, olahraga, keagamaan, maupun organisasi yang bernotaben kepramukaan, dan lain-lain. Namun hanya sebagian kecil dari jumlah keseluruhan mahasiswa mengikuti organisasi. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar mahasiswa hanya mengikuti kuliah kemudian pulang. Jika penulis simpulkan berdasarkan orientasinya mahasiswa itu dibagi menjadi 3, yaitu mahasiswa akademis (mahasiswa yang berorientasi pada kuliah saja), mahasiswa organisatoris (mahasiswa yang beorientasi pada organisasi saja) dan mahasiswa akademis organisatoris (mahasiswa yang berorientasi pada kuliah dan berorganisasi). Untuk mahasiswa yang hanya aktif kuliah biasanya jumlahnya paling banyak. Untuk mahasiswa yang kuliah dan berorganisasi jumlahnya lebih sedikit, sedangkan mahasiswa yang hanya organisasi saja jumlahnya paling sedikit. Di STAIN Salatiga, organisasi gerakan pramuka menjadi salah satu organisasi yang paling banyak diminati oleh mahasiswa lain. Meskipun sebenarnya masih banyak organisasi intra kampus lain yang lebih sesuai dalam mewadahi minat dan bakat mereka. Hal ini bisa dibuktikan dari jumlah anggota yang aktif maupun dalam setiap pendaftaran anggota baru. Gerakan Pramuka merupakan organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan (UU RI No.12 2011: Bab I pasal 1) yang juga berfungsi sebagai organisasi pendidikan nonformal yang berada di luar kampus yang menampung aspirasi dalam kepramukaan. Untuk menjadikan kader yang aktif, kreatif dan cerdas maka gerakan pramuka perlu adanya upaya untuk mendidik dan melatih para anggota pramuka. Untuk istilah organisasi gerakan pramuka itu sendiri di STAIN Salatiga dinamakan Racana Kusuma Dilaga- Woro Srikandhi (Hasil Musawarah Racana ke XXII, 2011 bab I ayat 1)
5
Melihat dari keaktifan mahasiwa Program Studi Pendidikan Agama Islam dalam organisasi pramuka (Racana Kusuma dilaga-Woro Srikandhi) ini terkadang sering berbenturan waktu, baik antara aktif di organisasi dengan kuliah bahkan ada yang terhambat tugas akademiknya, artinya mahasiswa yang aktif di dalam suatu organisasi terkadang jarang sekali bisa hadir di bangku kuliah karena lebih mengutamakan tugas organisasinya atau dia lebih memilih salah satunya. Meskipun keaktifan mahasiswa program studi pendidikan agama islam (PAI) pada organisasi gerakan pramuka sebenarnya bukan prioritas utama dalam meraih gelar strata satu, namun itu menjadi suatu tantangan tersendiri bagi mahasiswa program studi
Pendidikan Agama Islam yang aktif diantara keduanya dengan prinsip
“kuliah cepat organisasi mantap”. Karena memang bentuk kegiatan dan pengalaman serta ilmu yang di dapat di organisasi gerakan pramuka (Racana) ini tidak bertentangan dengan ranah pendidikan itu sendiri. Berikut penulis utarakan alasan pemilihan judul: a. Banyaknya mahasiswa yang aktif kuliah namun mereka aktif di organisasi sebagai langkah untuk mengembangkan bakat serta menambah pengalaman dan ketrampilan. b. Racana sebagai organisasi gerakan pramuka intra kampus yang mewadahi mahasiswa baik dari semua jurusan apakah mampu memberikan implikasi positif terhadap sikap kemandirian belajar dari mahasiswa Program Studi PAI atau hanya dunia pendidikan secara umum.
6
Dari uraian latar belakang di atas penulis merasa sangat tertarik untuk meneliti apakah mahasiswa program studi PAI yang aktif dalam kegiatan kepramukaan dapat mempengaruhi sikap kemandirian belajar? Oleh karena itu penulis mengambil judul “KORELASI ANTARA KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN
KEPRAMUKAAN
DENGAN
SIKAP
KEMANDIRIAN
BELAJAR MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2011”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dapat diambil beberapa masalah pokok yang sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut, diantaranya: 1. Bagaimana keaktifan mahasiswa program studi PAI dalam mengikuti kegiatan kepramukaan (Racana) di STAIN Salatiga tahun 2011? 2. Bagaimana sikap kemandirian belajar yang dicapai oleh Mahasiswa Program Studi PAI yang mengikuti kegiatan kepramukaan di STAIN Salatiga Tahun 2011? 3. Apakah ada korelasi antara keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan dengan sikap kemandirian belajar Mahasiswa Program Studi PAI STAIN Salatiga 2011?
7
C. Tujuan Penelitian Dengan adanya uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah: 1. Mengetahui keaktifan mahasiswa program studi PAI dalam mengikuti kegiatan kepramukaan (Racana) di STAIN Salatiga tahun 2011 2. Mengetahui hasil sikap kemandirian belajar Mahasiswa yang dicapai oleh mahasiswa program studi PAI yang mengikuti kegiatan kepramukaan di STAIN Salatiga Tahun 2011. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara keaktifan Mahasiswa program studi PAI dalam mengikuti kegiatan kepramukaan (Racana) dengan sikap kemandirian belajar Mahasiswa di STAIN Salatiga Tahun 2011.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar yang mungkin salah, hipotesis yang benar nantinya akan dipakai dan hipotesis yang salah akan ditolak pemakaiannya, tetap dan tidaknya hipotesis tergantung dari data yang terkumpul (Sutrisno Hadi.1983:63). Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah: “Ada korelasi yang positif antara keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan dengan sikap kemandirian belajar mahasiswa Program Studi PAI STAIN Salatiga Tahun 2011”. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat kita ambil dari penelitian ini diantaranya adalah:
8
a. Secara teoritik, diharapkan penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran atau pengembangan ilmu dunia pendidikan khususnya pendidikan agama atau pun disiplin ilmu tarbiyah lainnnya. b. Secara praktis, bagi STAIN Salatiga kususnya pada Racana Kusuma DilagaWoro Srikandhi, untuk mengetahui korelasi antara keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan dengan sikap kemandirian belajar mahasiswa program studi PAI. F. Definisi Operasional 1. Keaktifan Kegiatan Kepramukaan. Keaktifan berasal dari kata ”Aktif” mendapat imbuan “Ke” dan “an” yang memiliki arti giat (Bekerja, berusaha). (W.J.S. Poerwadarmito 2006:20). Kegiatan berasal dari kata “Giat” dan mendapat imbuhan “Ke” dan “an” yang memiliki arti kekuatan dan ketangkasan (W.J.S. Poerwadarmito 2006:378). Kepramukaan berasal dari kata pramuka yang berarti praja muda karana, yaitu rakyat muda yang suka berkarya (W.J.S. Poerwadarmito 1976:230). Akar kata ini mendapat awalan ke- dan akhiran –an, sehingga menjadi kepramukaan yang artinya suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggung jawab orang dewasa (W.J.S. Poerwadarmito. 1976:649). Jadi yang penulis maksud untuk keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan yaitu aktifnya seorang mahasiswa Program Studi Agama Islam dalam mengikuti organisasi gerakan pramuka atau Racana Kusuma DilagaWoro Srikandhi Gudep 02.237-02.238 di STAIN Salatiga.
9
2. Sikap kemandirian belajar. Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Heri Purwanto, 1998:62). Kemandirian adalah usaha membantu siswa untuk mandiri berarti mendorong mereka agar bebas dari bantuan orang lain (Suharsimi Arikunto 1998:108).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan (Moh. Surya. 1981:32). Dengan demikian sikap kemandirian belajar adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan belajar yang bertumpu pada aktivitas dan tanggung jawab dengan didorong oleh motivasi dalam dirinya sendiri sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. Adapun indikator-indikator sikap kemandirian belajar oleh penulis dituliskan sebagai berikut yaitu:
1) Belajar tepat pada waktunya 2) Selalu mengerjakan pekerjaan rumah 3) Selalu menyalin pelajaran 4) Selalu mencatat pelajaran.
10
5) Tidak pernah gelisah apabila menghadapi ulangan/ujian. 6) Selalu bertanya pada hal yang belum di pahami 7) Tidak menyontek dalam mengerjaan tugas/soal. 8) Percaya diri dalam menyelesaikan tugas, sehingga tidak mudah meminta bantuan orang lain. 9) Dapat mengambil keputusan dalam memilih atau menentukan suatu pilihan. G. Metodologi Penelitian 1. Populasi dan Sempel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Prof. Dr. Sugiono. 2007: 61). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Prof. Dr. Sugiono. 2007: 61). Dalam hal ini penulis akan melakukan penelitian lapangan. Menurut Suharsimi arikunto jika jumlah sampel kurang dari 100 lebih baik diambil semua untuk di teliti akan tetapi jika subyeknya lebih besar maka diambil antara 10%−15% atau 20%−25%. Karena jumlah mahasiswa yang terdaftar sebagai anggota Racana ada 300 orang untuk semua jurusan, dari angkatan 2008-2011, maka penulis hanya mengambil mahasiswa yang termasuk Program Studi PAI sebanyak 30 orang dari angkatan 20082011. Jadi dalam hal ini penulis tidak menggunakan sampel, tetapi menggunakan populasi dengan jumlah total 30 0rang.
11
2. Lokasi dan Waktu Pengelitian Penulis melakukan penelitian ini di Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi Kampus 1 STAIN Salatiga tepatnya di Jl. Tentara Pelajar No. 2 STAIN Salatiga. Pelaksanaan penelitian yaitu pada bulan September tahun 2011 untuk mahasiswa program studi PAI tahun angkatan 2008-2011. Jadi penelitian ini kurang lebih memakan waktu 1 bulan. 3. Variabel Penelitian Variabel penelitian berdasarkan judul yang akan penulis teliti “Korelasi Antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Sikap Kemandirian belajar mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2011”, maka Variabel penelitian ini ada dua yaitu : b. Variabel independent yaitu variabel bebas yang mempengaruhi. Yang termasuk
variabel
ini
adalah
“Keaktifan
mengikuti
kegiatan
Kepramukaan (Racana)” dengan indikator: 1. Sering mengikuti kegiatan yang diadakan Racana 2. Membantu dalam setiap kegiatan organisasi Racana. 3. Melaksanakan tugas dan kewajiban yang diemban. 4. Mematuhi aturan organisasi gerakan pramuka yang ditetapkan (Adat Racana Kusuma dilaga-Woro Srikandhi). 5. Dapat bekerja sama dengan anggota lain
12
c. Variabel dependent yaitu variabel yang dipengaruhi. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam variabel ini adalah sikap kemandirian belajar. Adapun yang menjadi indikator adalah:
1. Belajar tepat pada waktunya 2. Selalu mengerjakan pekerjaan rumah 3. Selalu menyalin pelajaran 4. Selalu mencatat pelajaran. 5. Tidak pernah gelisah apabila menghadapi ulangan/ujian. 6. Selalu bertanya pada hal yang belum di pahami 7. Tidak menyontek dalam mengerjakan tugas/soal. 8. Percaya diri dalam menyelesaikan tugas, sehingga tidak mudah meminta bantuan orang lain. 9. Dapat mengambil keputusan dalam memilih atau menentukan suatu pilihan. H. Metode Pengumpuan Data Untuk mendapatkan semua data yang ada dilapangan, langkah yang Penulis tempuh terlebih dahulu adalah meminta izin di lokasi penelitian dan mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan dalam penelitian. Dalam melakukan penelitian ini Penulis mendapatkan data secara langsung dilapangan. Jadi Penulis disini sebagai pengamat independent dalam penelitian. .
13
I. Instrumen Penelitian Instrument adalah alat
yang
digunakan
untuk melakukan penelitian.
Dalam hal ini instrument yang penulis gunakan yaitu: a. Metode observasi Metode observasi adalah alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat sistematika gejala-gejala yang diselidiki (Achmadi, dkk. 1991:70) Data yang diperoleh adalah data tentang situasi umum STAIN salatiga dan pendidikan kepramukaan. b. Metode Angket Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang telah disiapkan secara sistematis dan digunakan untuk memproleh informasi yang dibutuhkan dari responden. Penyebaran angket ini hanya diperuntukkan bagi populasi utama yaitu kepada siswa untuk memperoleh data tentang keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan dan sikap kemandirian belajar siswa. c. Metode Wawancara Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri suaranya (Sutrino Hadi, 1989: 192) dalam hal ini menguraikan keaktifan mengikuti organisasi gerakan pramuka (Racana Kusuma dilaga-Worosrikandhi) di STAIN Salatiga.
14
Kemudian untuk keaktifan kegiatan kepramukaan, penulis bertanya kepada beberapa pengurus/dewan racana. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana keaktifan mahasiswa program studi PAI yang mengikuti organisasi gerakan pramuka atau Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi. d. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang diperoleh dengan bahan-bahan yang tersimpan (Sutrisno Hadi. 1983:2898). Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berupa surat-surat, sertifikat, bukubuku, dan lain-lain. Dapat juga digunakan untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian, materi pramuka, dokumen buku induk Racana dan dokumen lain yang berkenaan dengan penelitian ini. Langkah ini pun penulis gunakan bersamaan dengan melakukan observasi di lapangan. 2. Analisis Data a. Analisis Awal Yang penulis maksud analisa disini adalah cara untuk mengelolah data yang terkumpul sehingga data dapat dengan mudah dibaca dan ditafsirkan. Untuk menganalisa “Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dan Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2011”. Maka penulis akan menganalisis presentase, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P
F X 100% N
Keterangan: P = Prosentase angka yang dicari
15
F = Frekuensi jawaban yang dipilih N = Jumlah individu yang menjadi sampel 100% bilangan konstan. b. Analisis Lanjut Untuk mengetahui ada atau tidaknya Korelasi Antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2011, penulis menggunakan rumus product moment sebagai berikut:
rxy
N xy x y } N x x N y y 2
2
2
2
Keterangan: rxy : Koefisien antara variabel x dan y XY X Y
2
2
: Perkalian antara x dan y : Variabel Pengaruh : Variabel Terpengaruh
N
: Jumlah sampel yang dimiliki
: Sigma (jumlah) Jika telah diketahui rxy maka dilakukan analisa uji hipotesis, sehingga
hipotesis yang dikemukakan dapat diterima atau ditolak.
J. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan serta memberikan gambaran selintas kepada para pembaca, maka penulisan skripsi ini dibuat sistematika sebagai berikut:
16
BAB I
: Pendahuluan Pendahuluan ini berisi beberapa masalah meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, manfaat penelitian, definisi operasional dan metodologi penelitian.
BAB II
: Kajian Pustaka Pada bab ini membahas secara tuntas judul yang ada sesuai dengan teori yang mendukungnya. Yaitu keaktifan mengikuti organisasi gerakan pramuka (Racana) dengan sikap kemandirian belajar mahasiswa.
BAB III
: Laporan hasil penelitian Profil STAIN Salatiga dan profil Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi serta laporan hasil angket yang telah diisi responden (penelitian di lapangan) dalam bentuk tulisan.
BAB IV
: Analisis data Meliputi analisa data yang berasal dari lapangan untuk diteliti lebih lanjut baik dari variabel X maupun variabel Y sehingga dapat di ketahui hasil dari perhitungan kedua data tersebut.
BAB V
: Penutup Terdiri dari hasil analisis data atau kesimpulan dan saran.
17
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Tentang kepramukaan Mengkaji tentang suatu permasalahan tidak akan dilepaskan dari pemahaman terhadap permasalahan itu sendiri apalagi jika dikaitkan dengan fenomena yang lain. Sebuah kajian menjadi tidak bermakna, jika konsep dasarnya tidak dimengerti. Hal itu justru akan menimbulkan kerancauan dan tidak dapat dijadikan standar ilmu pengetahuan. Dengan demikian, permasalahan itu harus diketahui pengertiannya, sejarahnya, konsep dasar dan karakteristiknya. Berdasarkan
pengantar
diatas,
penulis
akan
menguraikan
tentang
kepramukaan secara komprehensip, sehingga akan dapat ditemukan maksud dari kajian ini. 1. Pengertian Kepramukaan Istilah kepramukaan berasal dari kata pramuka yang merupakan kepanjangan dari “praja muda karana”, berarti rakyat muda yang suka berkarya (W. J. S. Poerwodarminto. 1976:230). Akar kata ini mendapat awalan ke- dan akhiran –an, sehingga menjadi kata kepramukaan yang artinya suatu proses dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggung jawab orang dewasa (W. J. S. Poerwodarminto. 1976:649). Dalam buku BPS Out Look yang dikutip oleh Kwarnas. Lord Boden Powell menyatakan tentang kepramukaan sebagai berikut “Scouting is not a science to be solemnly studied, nor is it a collecting of doctrine and texts. No!, it is a jolly game in the out of doors, where boy man
18
and boy can go adventuring together asleader and younger brothers picking of health and happiness handicraff and help fulness”. Artinya : “ Kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari secara tekun, bukan pula merupakan suatu kumpulan dari ajaran-ajaran dan naskah-naskah buku. Bukan!, kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan seperti kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, keterampilan dan kesediaan memberikan pertolongan (Gerakan Pramuka. 1983:26). Sedangkan merujuk pengertian kepramukaan berdasarkan AD/ART gerakan pramuka BAB III Pasal 8 butir 2A Kepres RI Nomer 34/1999 disebutkan bahwa kepramukaan merupakan proses pendidikan luar lingkungan sekolah dan diluar keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak (Tim Pelatih Kwarda Jateng. 2003:7). Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka hakikat kepramukaan adalah: a. Suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan prinsip dasar yang menyenangkan bagi anak-anak dan pemuda dibawah tanggung jawab orang dewasa. b. Kepramukaan dilaksanakan diluar pendidikan lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. c. Pendidikan tersebut dengan menggunakan prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan yang bersifat universal. 2. Sejarah Kepramukaan a. Sejarah kepramukaan dunia Mengutip buku yang di susun oleh Tim Kwarda Jateng (Tim Pelatih Kwarda Jateng. 2003:14-15) sejarah kepramukaan Dunia disebutkan bahwa pada awal tahun 1908, Lord Boden Powell selalu menulis cerita pengalamannya sebagai bungkus acara latihan kepramukaan yang dirintisnya. Kumpulan dari tulisannya itu kemudian terbit sebagai buku
19
“Scouting Four Boys”. Buku ini cepat beredar di Inggris, bahkan ke negara-negara lainnya. Pada perkembangan selanjutnya di banyak negara berdiri organisasi kepramukaan, yang semula untuk anak laki-laki seusai penggalang
yang disebut Boy Scout kemudian disusul organisasi putri
yang diberi nama Girl Guides atas bantuan Agnes, adik perempuan Boden Powell dan diteruskan oleh Ny. Boden Powell. Tahum 1916 Gerakan Pramuka semakin berkembang. Hal ini dibuktikan dengan berdirinya kelompok
pramuka seusia siaga yang
disebut Cub (anak serigala) dengan buku The Jungle Book, berisi tentang Mowgli Anak didikan Rimba (anak yang dipelihara dihutan oleh induk serigala) karangan Rudyyard Kipling sebagai cerita pembungkus Cub. Pada tahun 1981 Boden Powel membentuk Rover Scout (pramuka usia penegak) untuk menampung mereka yang sudah lewat 17 tahun tetapi masih senang dan giat di bidang kepramukaan. Disusun 4 tahun kemudian, Boden Powel menerbitkan buku Rovering To Success (mengembara menuju kebahagiaan) yang berisi petunjuk bagi para pramuka penegak dalam menghadapi pantangan hidupnya untuk mencapai kebahagiaan. Pada tahun 1920 diselenggarakan jambore sedunia yang bertempat diarea olympia, London. Boden Powell mengundang pramuka dari 27 negara. Setelah kegiatan ini, Lord Boden Powel diangkat menjadi bapak Pandu Sedunia (Chief Scout of The World). Pada tahun yang sama, dibentuk Dewan Internasional dengan 9 orang anggota dan Biro Sekretariatnya yang berada di London.
20
Lord Boden powel yang telah mempelopori gerakan pramuka mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat dunia. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya pramuka di negara Belanda dengan sebutan Padvinder dan Padvinderij. Pemerintah Belanda yang ada di Indonesia juga mendirikan Padvinderij dan Padvinder, seperti NIPV (Netherland IndischenPadvinder
Vereniging/Persatuan Pandu-Pandu Belanda).
Sedangkan tokoh-tokoh pergerakan Nasional Indonesia mendirikan Gerakan Kepanduan yang jumplahnya sampai 100 organisasi Kepanduan, diantaranya: JPO (Javaanse Padvinders Organizatie), JJP (Jong Java Padvinderij), SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvinderij), NATIPI (Nasionale Islamitiche Padvinderij), dan HW (Hizbul Wathan). b. Sejarah Singkat Gerakan Pramuka Pendidikan Kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan nasional yang penting, merupakan bagian dari sejarah perjuangan
bangsa
Indonesia.
Melalui
uraian
sejarah
singkat
kepramukaan, diharapkan para pembaca dapat mengerti dan memahami hubungan erat antara organisasi kepramukaan dengan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia sampai masa sekarang, bahkan pada masa mendatang. Proses kelahiran Gerakan Kepramukaan di Indonesia di jiwai oleh sumpah pemuda yang dicetuskan dalam konggres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang saat itu lebih dikenal dengan sebutan Gerakan Kepanduan. Istilah kepanduan dikarenakan adanya larangan pemerintah Belanda kepada organisasi Kepanduan di luar NIVP untuk menggunakan istilah Padvinder dan Padvinderij, maka KH. Agus Salim menggunakan
21
istilah Pandu dan Kepanduan untuk menggunakan istilah asing Padvinder dan Padvinderij (Tim Pelatih Kwarda Jateng. 2003:16). Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran Nasional, timbul niat untuk menggerakan persatuan antar organisasi-organisasi Kepanduan pada tahun 1930, antara lain: INPO (Indonesische Padvinder Organizatie), PK (Panduan Kesultanan), PPS (Pandu pemuda Sumatera). Ketiga organisasi tersebut bergabung menjadi satu organisasi, yaitu KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Kemudian dalam perkembangannya, terbentuk suatu federasi yang dinamakan Persatuan antar Pandu-Pandu Indonesia (PAPI) pada tahun 1931 dan berubah lagi menjadi Badan Pusat Persatuan Kepanduan Indonesia (BPPKAI) tahun 1938. Pada saat pendudukan Jepang, organisasi Kepanduan di Indonesia dilarang keberadaanya. Banyak tokoh Pandu yang beralih ke organisasi yang bersifat perlawanan seperti Seinendan, Keibondan dan PETA. Sesudah proklamasi kemerdekaan dan perang kemerdekaan, dibentuklah organisasi Kepanduan yang berbentuk kesatuan, yaitu Pandu Rakyat Indonesia pada tanggal 28 Desember 1945 di Solo sebagai satu-satunya organisasi Kepanduan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Setelah pengakuan kedaulatan kemerdekaan Indonesia di dalam alam liberal, dibuka kesempatan kepada siapa saja untuk membentuk organisasi-organisasi Kepanduan atas dasar ingin kebebasan tersebut, berdiri kembali organisasi, seperti HW, SIAP, Pandu Islam Indonesia, Pandu Kristen, Pandu Katolik, Pandu Ansor, KBI dan lain-lain. Menjelang tahun 1961 Kepanduan Indonesia yang berjumplah lebih dari 100. Kondisi yang demikian itu, menjadikan Kepanduan di Indonesia
22
terpecah belah dan lemah, meskipun sebagian dari organisasi itu terhimpun dalan 3 federasi organisasi Kepanduan, yaitu 1 federasi Kepanduan
putra
(IPINDO)dan
2
federasi
organisasi-organisasi
Kepanduan putri (POPPINDO dan PKPI). Menyadari lemahnya Kepanduan Indonesia, 3 federasi tersebut melebur menjadi 1 federasi yang diberi nama PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia). Anggota dari organisasi ini hanya 60 buah saja dari 100 lebih organisasi Kepanduan. Namun demikian, sebagian dari 60 organisasi anggota PERKINDO terutama yang berda di bawah organisasi politik tetap saling berhadapan satu sama lain. Akibatnya, tetap terasa lemah Gerakan Kepanduan di Indonesia. Kelemahan Gerakan Kepanduan di Indonesia dimanfaatkan dan akan dipergunakan pihak Komunis sebagai alasan untuk memaksa Gerakan Kepanduan Indonesia menjadi Gerakan Pioner Muda sebagai mana yang berlaku di negara-nagara Komunis. Kondisi yang genting tersebut dapat tercium oleh kekuatan Pancasila yang berada di dalam PERKINDO sehingga terjadi Gerakan penentangan. Atas jasa Perdana Menteri Juanda, perjuangan kekuatan Pancasila menghasilkan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomer 238 tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang pada tanggal 20 Mei 1961 ditandatangani Ir. Juanda sebagai Pejabat Presiden RI. Berdasarkan keputusan Presiden tersebut ditetapkan: 1. Penyelenggaraan pendidikan Kepanduan kepada anak-anak dan Pemuda Indonesia ditugaskan kepada perkumpulan Gerakan Pramuka.
23
2. Diseluruh wilayah Republik Indonesia
perkumpulan Gerakan
Pramuka adalah satu-satunya badan yang diperbolehkan untuk menyelenggarakan Pendidikan Kepanduan. 3. Badan-badan lain yang sama sifatnya atau yang menyerupai perkumpulan gerakan pramuka dilarang adanya. 4.
Surat keputusan ini berlaku pada tanggal 20 Mei 1961. Berdasarkan keputusan Presiden RI di atas, Gerakan Pramuka
ternyata lebih kuat organisasinya dan memperoleh tanggapan positif dari masyarakat luas, sehingga dalam waktu yang relatif singkat telah berkembang dari kota-kota sampai kampung-kampung yang jumplahnya meningkat dengan pesat, Kemajuan itu juga adanya partisipasi aktif dari sistem Majlis Pembimbing yang di jalankan Gerakan Pramuka pada tiap tingkat, dari Nasional sampai dengan Gugus Depan. 3. Sifat Dan Fungsi Kepramukaan a. Sifat Kepramukaan Merujuk dari Resolusi konperensi Kepramukaan sedunia pada bulan Agustus 1942 di Kopenhagen, menyatakan bahwa Kepramukaan itu mempunyai 3 sifat/arti khas, yaitu: 1. Kepramukaan bersifat Nasional. Kepramukaan diselenggarakan di negara manapun hendaknya menyesuaikan pendidikannnya dengan keadaan dan perkembangan masyarakat, bangsa dan negara masing-masing. 2. Kepramukan bersifat Internasional. Organisasi Kepramukaan di negara manapun di Dunia ini harus
di
bina
dan mengembangkan rasa
24
persaudaraan dan
persahabatan untuk mencapai perdamain dunia tanpa membedakan sesuatu. 3. Kepramukaan bersifat universal. Kepramukaan itu dapat dilaksanakan dimana saja untuk mendidik anak dari suku dan bangsa apa saja yang dalam pelaksanaannya harus selalu menggunakan prinsip dasar pendidikan Kepramukaan (M. Soeparman. 1981:12). Menelaah dari landasan pikir di atas,
penulis memberikan
pemahaman, bahwa Kepramukaan mempunyai sifat dasar, yaitu Gerakan
yang
disesuailan
dengan
keadaan
lingkungan
dan
kepentingan masyarakat, membina dan mengembangkan persaudaraan untuk
tercapainya
perdamaian
abadi
dan
persamaan
harkat
kemanusiaan dan Gerakan Pramuka memegang prinsip dasar pendidikan. b. Fungsi Kepramukaan Anggaran dasar Kepramukaan pada bab II pasal 6 menegaskan tentang fungsi pramuka, yaitu sebagai lembaga pendidikan diluar sekolah dan diluar keluarga sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda, menerapkan prinsip dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan serta sistem among yang pelaksanaanya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia (Tim Pelatih Kwarda Jateng. 2003:10). Dari Landasan di atas, Kepramukaan berfungsi sebagai: 1. Kegiatan yang menarik bagi anak dan pemuda.
25
Kegiatan
menarik
(game)
dimaksudkan
kegiatan
yang
menyenangkan dan mengandung pendidikan, karena itu dapat diartikan suatu permainan yang mempunyai tujuan dan aturan permainan, bukan hanya sekedar main-main yang mengarah pada hiburan semata. 2. Pengabdian (Job) bagi orang dewasa. Bagi orang dewasa, Kepramukaan bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas yang memperlukan keikhlasan dan pengabdian. Orang dewasa
ini
mempunyai
kewajiban
untuk
secara
sukarela
membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan organisasi. 3. Alat (Means) bagi masyarakat dan organisasi. Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan alat bagi organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkala dalam satuan pramuka itu sekedar latihan saja dan bukan tujuan pendidikannya (Mashudi. 1983:21). Berdasarkan paparan diatas, disimpulkan bahwa kepramukaan
meliputi
kebutuhan
anak,
kebutuhan
fungsi
sekaligus
kewajiban orang dewasa dan kebutuhan masyarakat. Melalui kegitan yang menarik dan menyenangkan, maka anak dengan sendirinya akan mengikuti. Demikian pula dengan orang dewasa, pada dirinya akan tumbuh kesadaran untuk mengabdikan diri pada masyarakatnya sehingga ia menjadi generasi berguna. Disamping itu, bagi masyarakat secara umum dengan adanya kepramukaan akan terpenuhi salah satu kebutuhannya terutama dalam hal pendidikan anak-anaknya.
26
4. Dasar, Asas, Tujuan dan Sasaran Gerakan Pramuka Kegiatan Kepramukaan sebagai proses pendidikan, pengabdian dan merupakan alat masyarakat untuk mencapai sasaran dan tujuan yang menjadi cita-cita bangsa. Dalam pola umum gerakan pramuka disebutkan mengenai landasan sebagai berikut: a. Landasan Ideal 1. Pancasila 2. Undang-Undang Dasar 1945 b. Landasan Konstitusional dan Struktural 1. Undang-Undang Dasar 1945 2. Keputusan Presiden RI Nomer 238 tahun 1961 dan nomer 12 tahun 1971. 3. Undang-Undang lainnya c. Landasan Konsepsional 1. Hakikat Gerakan Pramuka 2. Tujuan Gerakan Pramuka 3. Keduduka dan Peran Majelis Pembimbing 4. Asas Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia 5. Asas Pembangunan Nasional d. Landasan operasioanl 1. Peraturan perundang-undangan tentang Pendidikan 2. Keputusan musyawarah Nasional Gerakan Pramuka 3. Keputusan Kwartir Nasional e. Landasan Mora, mental dan spiritual
27
1. Satya Pramuka 2. Darma Pramuka (Amin Abbas. 1990:42) Adapun asas dan tujuan kepramukaan diuraikan sebagai berikut: a. Asas setiap anggota Gerakan Pramuka adalah penghayatan dan pengamalan Pancasila yang diwujudkan dalam setiap sikap dan perilaku sehari-hari. b. Gerakan Pramuka bertujuan mendidik dan membina kaum muda Indonesia agar menjadi: 1. Manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur yang: a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental dan tinggi moral. b. Tinggi kecerdasan dan mutu ketrampilannya. c. Kuat dan sehat jasmaninya. 2. Warga Negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang baik dan berguna, dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan, baik lokal, Nasional maupun Internasioal (Tim Kwarda jateng.2003:24) Gerakan Pramuka mempunyai tugas pokok melaksanakan pendidikan bagi kaum muda melalui kepramukaan di lingkungan luar sekolah yang melengkapi pendidikan di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Adapun tujuannnya adalah:
28
a. Membentuk kader bangsa dan sekaligus kader pembangunan yang beriman dan bertakwa serta berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi. b. Membentuk sikap dan perilaku yang positif, menguasai ketrampilan dan kecakapan serta memeliki kecerdasan emosional sehingga dapat menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia, yang percaya pada kemampuan sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. c. Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan, Gerakan Pramuka selalu memperhatikan: keadaan, kemampuan, kebutuhan dan minat peserta didiknya. Keadaan, adat istiadat dan harapan masyarakat termasuk orang tua pramuka. d. Dalam pelaksanaan kegiatannya, Gerakan Pramuka menggunakan PDK dan MK, Sistem Among dan berbagai metode penyajian lainnya. Para pramuka mendapat pembinaan dalam satuan gerak sesuai dengan usia dan bidang kegiatannya, dengan mengikuti ketentuan pada SKU, SKK dan syarat Pramuka Garuda (Tim Kwarda Jateng. 2003:24). Adapun sasaran Kepramukaan adalah mempersiapkan kader bangsa yang: a. Memilki kepribadian dan kepemimpinan yang berjiwa pancasila. b. Berdisiplin yaitu: berpikir, bersikap dan bertingkah laku tertib. c. Sehat dan kuat mental, moral dan fisiknya. d. Memiliki jiwa patriot yang berwawasan luas dan dijiwai nilai-nilai perjuangan yang diwariskan oleh pejuang bangsa. e. Berkemampuan untuk berkarya dengan semangat kemandirian, berpikir kreatif, inovatif, dapat dipercaya, berani dan mampu menghadapi tugastugas (Tim Kwarda Jateng. 2003:90).
29
4. Prinsip dasar pendidikan Kepramukaan (PDPK) Prinsip Dasar Pendidikan Kepramukaan merupakan prinsip yang digunakan dalam pendidikan Kepramukaan yang membedakan dengan gerakan pendidikan lainnya. PDPK juga sebagai bukti bahwa kepramukaan itu bersifat universal, artinya merupakan syarat untuk mutlak untuk diterima menjadi anggota organisasi kepramukaan sedunia. Prinsip Dasar Pendidikan Kepramukaan di Indonesia dihasilkan pada seminar Kepramukaan di Tugu Jawa Barat 21-24 Januari 1957. Prinsip ini termuat dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka terdapat sembilan prinsip yaitu: a. Prinsip kesukarelaan. b. Prinsip kode kesukarelaan. c. Prinsip sistem beregu. d. Prinsip satuan terpisah. e. Prinsip sistem tanda kecakapan. f.
Prinsip kegiatan menarik yang mengandung pendidikan.
g. Prinsip penyesuaian dengan perkembangan rohani dan jasmani anak-anak dan pemuda. h. Prinsip keprasahajaan hidup. Dalam pencapaian tujuan, gerakan pramuka harus mengarah pada pengembangan dan pembinaan watak, mental, jasmani, rohani, bakat, pengetahuan, pengalaman dan kecakapan pramuka melalui kegiatan yang dilakukan dengan praktek secara praktis dengan menggunakan sistem among dan PDPK tersebut.
30
Adapun prinsip dasar pendidikan kepramukaan tersebut adalah: a. Bertaqwa kepada Tuhan. b. Berpusat pada anak/pemuda. c. Berpusat pada masyarakat. Berdasarkan urain di atas, penerapan PDPK mengantarkan anak pada pemuda pada proses pendidikan berbasis pada tiga dimensi. Yaitu hubungan anak dengan Tuhan, anak kepada anak sendiri, dan anak kepada masyarakat. Dengan demikian, tujuan membina manusia seutuhnya yang selaras, serasi dan seimbang akan dapat diwujudkan melalui prinsip dasar pendidikan kepramukaan 5. Pendidikan kepramukaan Disatuan Racana Pandega Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dan memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (materi komprehensif PAI). Dalam uraian singkat pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sendiri dalam menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan untuk berperan pada masa yang akan datang (Kwarda 11 Jateng:34). Sedangkan pendidikan dan kepramukaan merupakan suatu proses pembinaan dan pengembangan sepanjang hayat yang berkesinambungan atas kecakapan yang dimiliki peserta didik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam organisasi gerakan pramuka proses pendidikan pada peserta didik ditujukan pada pencapaian tujuan gerakan pramuka yang dilakukan dalam bentuk kegiatan yang dilaksanakan dari, oleh dan untuk peserta didik dalamg
31
lingkungannya sendiri di bawah bimbingan, pembinaan dan pengawasan orang dewasa. Proses pendidikan ini di atur melalui SKU (Syarat Kecakapan Umum), SKK (Syarat Kecakapan Khusus) dan SPG (Syarat Pramuka Garuda). Racana sebagai wadah bagi pramuka pandega dengan batasan usia 21-25 tahun hanya mampu menyelesaikan satu tingkat SKU (Syarat Kecakapan Umum) saja yaitu Pandega. Hal ini berbeda dengan pramuka penggalang yang ada tiga tingkatan penggalang yaitu: ramu, rakit dan terap dan penegak yaitu: Bantara dan Laksana. Adapun dalam SKK (Syarat Kecakapan Khusus) pandega dapat dicapai sesuai dengan keinginannya. Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi merupakan salah satu dari satuan pandega yang berdomisili di STAIN Salatiga. Racana disini memiliki proses pendidikan yang mana lebih diarahkan kearah tugas mahasiswa (tridarma perguruan tinggi). Oleh karena itu agar mampu menyelesaikan tugas dari kuliah dan berorganisasi, maka perlu adanya menejemen waktu yang dapat membagi jadwal untuk kuliah dan meluangkan waktu untuk berorganisasi di gerakan pramuka. Dengan begitu harapan untuk berprestasi dan berkiprah di organisasi benar-benar kita dapatkan
B. SIKAP KEMANDIRIAN BELAJAR. Memahami tentang sikap kemandirian belajar secara komprehensip, penulis terlebih dahulu akan menguraikan satu persatu maknanya. Hal ini sebagai cara untuk memudahkan gambaran dan maksud dari rumusan sikap kemandirian belajar.
32
1. Pengertian sikap kemandirian belajar mahasiswa Sikap adalah kesiapan seseorang yang bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu (Sarlito Wirawan. 1976:94). Sikap dapat bersifat positif dan dapat bersikap negatif. Dalam sikap positif, tindakannya cenderung mendekati, menyenangi, berharap objek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif cenderung menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu. Menurut Nurhadi Jamal, sikap adalah kecenderungan untuk berpikir atau bertindak yang terjadi pada orang atau persoalan-persoalan, sifatnya insidental tergantung pada situasi sesaat, disamping kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukannya (Noerhadi Jamal. 1985:74). Sedangkan menurut H. Abu Ahmadi, sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dan perbuatanperbuatan yang mungkin akan terjadi (H. Abu Ahmadi.1984:162). Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa sikap adalah tingkah laku seseorang yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif dalam tingkah laku sosial. Istilah kemandirian berasal dari kata mandiri yang mendapat awalan ke- dan akhiran –an yang berarti berdiri sendiri (W. J. S. Poerwodarminto. 1982:625). Dalam perpektif ilmu ekonomi, sikap kemandirian sseseorang merupakan bagian dari wiraswata. Manusia wiraswasta adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk berprestasi. Ia senantiasa memiliki motivasi yang besar untuk maju berprestasi. Dalam kondisi dan situasi yang bagaimanapun, manusia wiraswasta mampu menolong dirinya sendiri di dalam mengatasi segala permasalahan yang terjadi di dalam kehidupannya. Dengan kekuatan yang ada pada dirinya, manusia wiraswasta mampu berusaha mampu untuk memenuhi segala kebutuhannya.
33
Persoalan maju dan tidaknya kehidupan manusia tergantung pada manusia sendiri. Manusia wiraswasta selalu berusaha mmelengkapi diri dengan jiwa besar. Oleh karena itu, seseorang manusia wiraswasta berkepribadian kuat. Manusia yang berkepribadian kuat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Memiliki moral tinggi. b. Memiliki sikap mental mandiri. c. Memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan. d. Memiliki ketrampilan. Merangkai dua istilah sikap dan kemandirian, dapat dijadikan suatu rumusan pengertian, yakni sikap yang sudah mampu berdiri sendiri dalam mengatasi persoalan yang di hadapinya. Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan. Belajar merupakan dasar untuk merubah tingkah laku suatu perbuatan bagi setiap orang. Adapun definisi belajar sebagai berikut: a. S. Nasution Belajar
adalah
menambah
dan
mengumpulkan
sejumplah
pengetahuan. Disini yang dipentingkan mengenai pendidikan intelektual. Diberikan bermacam-macam atau pelajaran untuk menambah pengetahuan yang dimiliki (S. Nasution. 1982:71). b. Sardiman AM Belajar adalah sesuatu usaha yang senantiasa merupakan perubahan perilaku dengan serangkaian kegiatan, seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya (Sardiman AM:22)
34
c. Pasaribu Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan. Perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan (Dra. Pasaribu.1983:59). d. Oemar Hamalik. Belajar adalah suatu bentuk perubahan atau pertumbuhan dalam tingkah laku berkat pengalaman dan latihan (Umar Hamalik.1983:21). Berdasarkan berbagai pendapat diatas, penulis dapat memberikan batasan tentang pengertian belajar, yaitu usaha untuk mengubah tingkah laku seseorang melalui pengetahuan, pengalaman, latihan-latihan dan kegiatan yang berinteraksi langsung dengan lingkungan, sehingga mampu menghadapi masalah yang dihadapi dan bertanggung jawab serta dengan sendirinya dapat menumbuhkan sikap kemandirian belajar anak. 2. Cara Belajar yang baik dan Tujuan Belajar Cara belajar merupakan suatu hal yang penting dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Belajar yang tidak di ikuti dengan cara atau metode yang tepat, hasilnya tidak akan maksimal. Oleh karena itu, Belajar yang baik harus menggunakan metode supaya mendapatkan prestasi yang baik pula. Menurut Bimo Walgito, Cara belajar yang baik dengan memperhatikan lingkungan dan materi
yang
dipelajari
(Bimo
Walgito.1995:120).
Faktor
lingkungan
berhubungan dengan tempat, alat-alat untuk belajar, suasana, waktu dan pergaulan. Faktor bahan yang dipelajari menentukan metode belajar yang akan ditempuhnya. Hal ini dapat dicontohkan, mempelajari mata pelajaran eksakta
35
berbeda dengan mata pelajaran yang bersifat sosial. Meski demikian, pada halhal tertentu bisa mengguanakan metode yang sama. Keberhasilan belajar juga dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis. Pada faktor psikis, seorang peserta didik harus mempunyai kesiapan mental (mental set) untuk menghadapi tugas yang harus dipelajari. Mental set ini akan mempengaruhi di dalam soal motivasi, minat, perhatian, konsentrasi dan sebagainya. Pada faktor fisik, kondisinya harus dijaga betul agar selalu sehat. Jika badan sakit akan mempengaruhi di dalam belajar. Menurut Siti Partini Suardiman, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor intern dan faktor exteren. Faktor intern adalah suatu faktor
yang terdapat pada diri
seseorang peserta didik yang berupa kematangan. Keadaan fisik atau jasmani dan keadaan psikis (Siti Partini Suardiman.1986:53). Faktor ekstern adalah suatu yang terdapat diluar individu. Faktor ini dapat berupa: a. Adanya orang lain yang mempengaruhi belajarnya. Seseorang yang sedang belajar kemudian didatangi oleh temannya dan mengajak bermain, bercengkrama dan sebagainya. b. Letak sekolah Sekolah yang terletak di tengah keramaian akan menggangu peserta didik yang ada di dalamnya. c. Alat-alat Belajar. Semua alat yang dapat membantu terselenggaranya proses belajar, misalnya buku tulis atau pelajaran, alat peraga dan alat lainnya.
36
3. Perspektif Islam tentang Sikap Kemandirian Islam merupakan sebuah tatanan yang bersifat universal, melingkupi seluruh aspek kehidupan manusia. Islam tidak sekedar berbicara tentang ketuhanan semata, bahkan memberikan petunjuk kepada umat manusia mengenai hidupnya baik sebagai pribadi, maupun anggota masyarakat. Dengan demikian, dapat disebutkan, bahwa ajaran islam adalah tuntunan yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Berkaitan dengan masalah kepentingan manusia, islam memberikan dorongan agar manusia memaksimalkan potensi yang dimilikinya sehingga akan memperoleh kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Manusia tidak diperkenankan untuk berpangku tangan, menunggu sesuatu yang datangnya tanpa diusahakan. Manusia di haruskan mempunyai sikap pantang menyerah dan tidak bergantung pada orang lain. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah:
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakan. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)”. (Qs. An Najm:39-40). (Departemen Agama RI.1995:874). Ayat di atas memberikan pemahaman,bahwa setiap orang tidak akan memperoleh sesuatu yang di inginkan kecuali dirinya sendiri yang berusaha. Dalam hadis juga dijelaskan sebagai berikut:
عه عقبت به عا مر يقٌل سمعت رسٌل هللا صلى هللا عليو ًسلم ًىٌعلى المنبر ًاعدًاليم مااستطعتم مه قٌة اال ان القٌة الرمى اال ان القٌة الرمى اال: يقٌل
37
)ان القٌة الرمى (رًاه المسلم
Artinya: Dari „Ukbah Bin „Amir r.a katanya Dia mendengar Rosulullah saw bersabda di atas mimbar: “Siapkanlah untuk menghadapi (musuh) kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. Ketahuilah! Sesungguhnya kekuatan itu ialah keterampilan memanah. Ketahuilah! Sesungguhnya kekuatan itu ialah keterampilan memanah. Ketahuilah! Sesungguhnya kekuatan itu ialah keterampilan memanah. (HR. Muslim). (Terjemah Hadis” Shahih Muslim”. 1984: 56)
Dalam hadis ini dapat dimaknai, bahwa setiap pribadi manusia diharuskan mempunyai kemandirian dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Allah tidak akan memberi rezeki yang membawa keberkahan kepada orang yang hanya berpangku tangan, menunggu pemberian orang lain. Segala sesuatu yang di inginkan perlu adanya usaha keras tanpa kenal lelah. Penegasan untuk senantiasa hidup mandiri juga dijelaskan Allah sebagaimana firmannya berikut ini:
“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (Qs, Al Jumu‟ah;10) (Departemen Agama.1995:933),.
38
Sikap kemandirian seseorang dalam meraih sesuatu merupakan manifestasi dari keimanannya terhadap Allah. Ia telah meyakini bahwa apa yang dilakukan demi kebahagiaan hidupnya akan memperoleh pertolongan dari Allah. Ia tidak merasa khawatir, bahwa pemberian Allah yang ada dalam dirinya akan mempunyai nilai guna dan bukan sesuatu yang sia-sia. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, sikap kemandirian yang tertanam pada diri seseorang muslim pada dasarnya cerminan dari keyakinannya kepada Allah SWT. C. Urgensi Kegiatan Kepramukaan terhadap Sikap Kemandirian Kegiatan
kepramukaan
pada
dasarnya
merupakan
wahana
untuk
mengembangkan kreasi yang ada pada diri anak dan remaja. Segala perilaku negatif yang terjadi pada seorang anak dan remaja dapat dijembatani dengan mengajak mereka aktif dalam kepramukaan. Keberadaan seorang anak dan remaja yang sedang berupaya mencari jati diri akan dapat disalurkan dengan aneka macam kegiatan yang ada. Dengan demikian, prilaku negatif yang ditimbulkan pada diri seorang anak dan remaja akan terkurangi, bahkan bukan tidak mungkin akan menjadi pribadi yang baik dan bersahaja. Prinsip dasar kepramukaan akan memberikan wacana bagi anggota pramuka sebagai hamba Tuhan, mahkluk sosial maupun individu. Dengan dasar itu,anggota pramuka menyadari bahwa diri pribadinya haruz mentaati perintah Tuhan Yang Maha Esa dan beribadah sesuai dengan tata cara agamanya. Ia menyadari bahwa dirinya tidak akan dapat hidup sendiri, melainkan hidup bersama dengan mahkluk lain yang juga diciptakan oleh Tuhan khususnya sesama manusia yang telah diberi derajat yang lebih mulia dari mahkluk lainnya. Dengan fondamen itu, dalam pribadinya akan tumbuh sikap kemanusiaan yang adil dan beradab.
39
Kegiatan kepramukaan yang sering bersentuhan dengan alam, menjadikan anggota pramuka lebih mudah memahami makna kehidupan. Melalui pengamatan terhadap isi alam, separti gunung, tumbuhan dan hewan, maka akan tumbuh dalam pribadinya sikap santun terhadap lingkungan. Kerpibadiaan seorang anggota pramuka tidak mudah kerdil menghadapi sesusatu, bahkan dengan segala kemampuanya akan diselesaikan tanpa bantuan oarang lain, jika dalam ukuranya mampu selesaikan sendiri. Pembiasaan sikap kemandirian yang ada dalam pramuka akan membawa pengaruh besar pada anggota pramuka. Pada situasi dan kondisi dimana anggota pramuka berada, prinsip kemandirian akan selalu dipegang. Seorang anggota pramuka ketika beraktivitas disekolah akan menyadari sebagai seorang subyek didik. Hal ini dapat tercemin dengan jadual belajar yang efektif, selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh seorang guru dengan penuh tanggung jawab, menyalin pelajaran yang telah diberikan guru dirumah dan selalu mencatat pelajaran yang diberikan guru. Anggota pramuka di arahkan berkemampuan untuk berkarya dengan semangat kemandirian, berfikir kreatif, dipercaya, berani dan mampu menghadapi tugas – tugas yang diberikan. Apabila seseorang telah diinternalisasi nilai– nilai tersebut, tidak adan gelisah dengan apa yang dihadapi. Pada saat menghadapi ulangan atau ujian, ia akan tetap bersikap tenang dan mempersiapkan diri dengan belajar dengan sungguh – sungguh. Demikian pula ketika mengerjakan soal–soal, ia tidak merasa risau, sehingga praktek jalan pintas seperti menyontek atau bertanya pada temannya tidak dilakukan. Ia akan mampu mengukur tingkat keberhasilan dari belajarnya, sehingga tidak takut dengan hasil ulangan atau ujiannya.
40
Dalam kegiatan kepramukaan juga dikenalkan supaya berkomunikasi secara terbuka, artinya tidak ada pembatas antara anggota satu dengan lainnya. Sebuah persoalan akan dipecahkan bersama – sama apabila ada yang belum memahami diberi kesempatan seluas – luasnya untuk bertanya. Didasari suasana yang demikian, mengantarkan seseorang anggota pramuka pada waktu belajar di kelas akan aktif mengikuti pembelajaran, ia akan bertanya kepada guru yang memberikan materi pelajaran sekiranya belum memahami. Ia tidak akan bersikap acuh tak acuh terhadap keterangan guru, jika merasa belum terpuaskan. Mencermati paparan di atas, penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa kegiatan kepramukaan yang diikuti secara aktif oleh anggotanya akan membawa pengaruh positif terhadap kepribadian, khususnya berkaitan dengan sikap kemandiriannya. Seorang anggota pramuka akan dapat menyadari dirinya adalah hamba Tuhan, sebagai mahkluk pribadi sekaligus mahkluk sosial. Di samping itu, ia memiliki jiwa patriot yang berwawasan yang luas dan di jiwai nilai – nilai perjuangan. Ia juga mempuyai semangat kemandirian yang dapat diimplementasikan dalam hidupnya baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dengan mentalitas kemandirian, ia mampu mengatasi setiap persoalan, termasuk kegiatan dirinya sebagai subyek didik di sekolah
41
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Profil STAIN Salatiga a. Letak Geografis Secara geografis kampus 1 STAIN Salatiga menempati letak yang strategis yaitu terletak di tengah kota, tepatnya di jalan tentara pelajar No. 2 Kota Salatiga Kode Pos 50721 Telp. (0298) 323706 – Fax. (0298) 323433 Email :
[email protected], adapun batas geografisnya sebagai berikut: 1) Sebelah utara dibatasi oleh jalan Stadiun 2) Sebelah Selatan dibatasi jalan tentara pelajar 3) Sebelah Timur dibatasi oleh kantor polisi (Polres Salatiga) dan alun-alun lapangan pancasila 4) Sebelah barat dibatasi oleh lembaga pendidikan (SMK Kristen Salatiga) Sedangkan Kampus II STAIN Salatiga berada di sebelah selatan kampus I, kurang lebih 1 km dari kampus I dengan beralamat Jl. Nakula Sadewa V No. 9 Kota Salatiga 50722 Telp. (0298) 341900 b. Sejarah Pendirian STAIN Sejak berdirinya sampai saat ini, STAIN Salatiga telah melewati sejarah yang cukup panjang, dan mengalami beberapa kali
42
perubahan kelembagaan. Pendirian lembaga ini, bermula dari cita-cita masyarakat Islam Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu didirikanlah Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) "Nahdlatul Ulama" di Salatiga. Lembaga ini menempati gedung milik Yayasan "Pesantren Luhur", yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 64 Salatiga. Lembaga ini berdiri berkat dukungan dari berbagai pihak, khususnya para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama‟ Jawa Tengah. Dalam rentang waktu kgurang setahun, lembaga ini diubah dari FIP IKIP menjadi Fakultas Tarbiyah. Maksud perubahan tersebut adalah agar lembaga ini dapat dinegerikan bersamaan dengan persiapan berdirinya IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang. Guna memenuhi persyaratan formal, maka dibentuklah panitia pendiri yang diketuai oleh K.H. Zubair dan beliau sekaligus diangkat sebagai Dekannya. Dalam waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga diusulkan untuk dinegerikan sebagai cabang IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setelah dilakukan peninjauan oleh Tim Peninjau yang dibentuk IAIN Sunan Kalijaga, akhirnya pembinaan dan pengawasan Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan padanya. Keputusan ini didasarkan pada Surat Menteri Agama c.q. Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 13 November 1969. Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri, Fakultas Tarbiyah Salatiga mendapatkan status negeri, dan menjadi cabang IAIN Walisongo. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo tersebut
43
berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 30 Tahun 1970 tanggal 16 April 1970 Meskipun telah berstatus negeri dan menjadi IAIN Walisongo, Fakultas Tarbiyah namun kondisinya tidak berubah dalam waktu singkat, sehingga sejajar dengan Perguruan Tinggi Negeri yang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1) Sarana dan prasarana yang jauh dari memadai. Utamanya belum tersedia gedung milik sendiri 2) Tenaga profesional baik edukatif maupun administrasi yang masih kurang. 3) Animo mahasiswa yang relatif masih kecil. Keadaan tersebut berlangsung dalam waktu yang relatif lama, sehingga kondisi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Salatiga, dapat dikatakan kurang layak untuk disebut sebagai perguruan tinggi, terutama dilihat dari sarana dan fasilitas yang dimiliki. Selain daripada itu pernah berkembang isu untuk menutup lembaga ini. Mengingat kendala utama bagi pengembangan lembaga tersebut belum tersedianya kampus milik sendiri, maka para pengelola fakultas mencurahkan perhatian dan usahanya untuk menjawab tantangan tersebut. Jalan satu-satunya yang mesti ditempuh adalah membeli area tanah kampus, sebab mengharapkan wakaf dari masyarakat dan meminta kepada Pemgerintah Daerah tidak memungkinkan. Suatu kebetulan ada seorang warga Muhammadiyah (H. Asrori Arif) yang menaruh perhatian terhadap keberadaan Fakultas Tarbiyah IAIN
44
Walisongo Salatiga. Ia menawarkan tanah pekarangannya seluas 0,75 ha lengkap dengan bangunannya yang letaknya cukup strategis untuk penyelenggaraan pendidikan. Berkat perhatian Menteri Agama (H. Alamsyah Ratu Prawiranegara) terhadap perkembangan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga, maka beliau berkenan mengabulkan usulan Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga Nomor 031/A-a/FT-WS/I/1979, tanggal 24 Januari 1979, tentang maksud pembelian tanah tersebut (pada waktu itu Dekan dijabat oleh Drs. Achmadi). Berdasar pada surat Dirjen Binbaga Islam Nomor E/Dag/BI/2828. tanggal 10 Agustus 1982, maka dibelilah tanah sebagaimana ditawarkan di atas dengang menggunakan DIP Pusat (tahun anggaran 1980/1981 dan 1981/1982). Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa pembelian tanah tersebut tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, terutama Bapak Muhammad Natsir (selaku Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) yang juga telah lama menaruh perhatian terhadap kehidupan umat Islam di Salatiga. Disimak dari sisi akademis, eksistensi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga juga semakin mantap, sebab mulai tahun akademik 1983/1984
sudah
diberi
kewenangan
menyelenggarakan
Program
Pendidikan Strata Satu (S1) dengan sistem SKS. Sebelumnya Perguruan Tinggi ini hanya berhak menyelenggarakan Program Pendidikan Sarjana Muda. Disamping itu secara yuridis juga semakin kokoh dengan
45
diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1985 tentang Struktur Organisasi IAIN di mana Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga termasuk di dalamnya. Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 1987 tentang status IAIN/Fakultas merupakan justifikasi yuridis yang amat mengokohkan eksistensi lembaga pendidikan tinggi Islam ini. Pada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga sendiri sebenarnya tengah terjadi pula proses penguatan institusional, baik berupa sarana fisik maupun sumber daya tenaga kependidikannya. Di atas tanah bantuan PEMDA didirikan gedung kuliah, laboratorium bahasa, ruang micro teaching dan sarana komputer. Pada tahun 1991 dibangun pula sebuah gedung auditorium yang amat bermakna bagi proses pendidikan. Perkembangan selanjutnya dibangun sarana kegiatan mahasiswa seperti: Posko MENWA, Sekretariat RACANA, Sekretariat Teater dan kantor Koperasi Mahasiswa yang menyatu dengan gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) yang diresmikan pada tahun 1995. Di celah perkembangan sarana fisik tersebut ada kenyataan historis yang perlu diberi catatan khusus, yaitu peran Badan Koordinasi Orang Tua dan Alumni (BAKOAMI) yang dibentuk pada tahun 1988. Pada tahun 1992 diaktanotariskan dengan nama Yayasan Kerjasama Orang Tua dan Alumni (YAKOAMI) yang dipimpin oleh Bapak Jumadi, B.A. Adapun peningkatan sumber daya insani tampak pada upaya serius lembaga ini dalam mendorong tenaga edukatif dan administrasi untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Pada awal tahun 1997
46
Fakultas Tarbiyah telah memiliki 44 orang dosen tetap. Dari jumlah itu 1 orang telah bergelar Doktor, 22 orang bergelar Magister, dan 10 orang sedang menyelesaikan program S.2 dalam berbagai bidang keilmuan. Diantara tenaga administrasi ada 2 orang yang sedang menyelesaikan studi program S.1. Dengan mgenyimak pada proses perkembangan tersebut, maka Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga sebenarnya tampak semakin mapan secara akademik untuk memberdayakan mahasiswa yang berjumlah 1337 orang. Adapun para personel yang pernah memimpin Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga yang didirikan pada tahun 1970 hingga beralih status menjadi STAIN adalah sebagai berikut: Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Salatiga Drs. H. Machbub Masduqi Drs. Cholid Narbuko Drs. H. Achmadi Drs. Imam Buwaity Drs. H.M. Banany Drs. H.A. Noerhadi Djamal (1971-1973, dan 1973-1976) (1976-1979) (1979-1982, 1985-1988, dan 1988-1992) (19821983) (1983-1985) (1992-1995, dan 1995-1997) Pembantu Dekan Drs. Khomsun Taruno Drs. Imam Buwaity Drs. Achmadi Drs. H.A. Noerhadi Djamal Drs. Chudhori, MA. Drs. H. M. Banany Drs. H. Anwar Kusnan Riyanto Drs. M. Zulfa (1971-1973 dan 1973-1976) (1971-1973 dan 19731976) (1976-1979) (1985-1988 dan 1988-1992) (1985-1988) (1988-1992) (1985-1988) (1996-1997). Alih Status Menjadi STAIN Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1997, makag secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997 Fakultas
47
Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga beralih status menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Sesuai dengan keputusan itu, STAIN tetap didudukkan sebagai perguruan tinggi di bawah naungan Departemen Agama Republik Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau profesional dalam disiplin ilmu pengetahuan agama Islam. Sebagai salah satu bentuk satuan Pendidikan Tinggi, STAIN Salatiga masih tetap pula memiliki kedudukan dan fungsi yang sama dengan institut maupun universitas negeri lainnya. Kantor Sekretariat STAIN Beralihnya status Fakultas Tarbiyah menjadi STAIN Salatiga telah membawa berbagai peningkatan, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Peningkatan fisik meliputi penambahan tanah dan gedung sekretariat. Pada tahun 1997 STAIN Salatiga telah menambah tanah seluas 12.500 meter persegi yang terletak tidak jauh dari kampus sekarang. Kemudian pada tahun 2001, STAIN Salatiga telah membangun gedung sekretariat berlantai tiga dengan luas bangunan seluruhnya 900 meter persegi, yang dibangun di atas tanah bekas KUA seluas 871 meter persegi. Sedangkan peningkatan non fisik meliputi peningkatan jumlah dan pendidikan bagi dosen dan pegawai tetap STAIN Salatiga. Hingga tahun 2007, jumlah dosen tetap STAIN Salatiga sebanyak 94 orang. Dari jumlah tersebut 2 orang bergelar profesor, 5 orang bergelar Doktor, 70 orang bergelar Magister, dari 26 orang tersebut sedang studi S-3 sebanyak 10 orang, studi S.2 sebanyak 30 orang (termasuk calon dosen). Sedangkan jumlah pegawai tetap STAIN Salatiga hingga tahun 2007 mencapai 27
48
orangg, 2 orang di antaranya sudah menyelesaikan S-2. jumlah mahasiswa reguler 1991 mahasiswa Adapun personalia yang pernah menjabat pimpinan STAIN Salatiga adalah sebagai berikut: Periode 1997-1998 (peralihan). Ketua
: Drs. H.A. Noerhadi Djamal
Pembantu Ketua I
: Dr. Muh. Zuhri, MA
Pembantu Ketua II
: Drs. H. Komari Alwan
Pembantu Ketua III
: Drs. H.M. Zulfa Machasin
Periode 1998-2002 Ketua
: Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, MA
Pembantu Ketua I
: Drs. H.M. Zulfa Machasin , M.Ag
Pembantu Ketua II
: Drs. H. Sukari Tamsir, M.Pd
Pembantu Ketua III
: Drs. Badwan, M.Ag
Periode 2002-2006 Ketua
: Drs. Badwan, M.Ag.
Pembantu Ketua I
: Drs. Imam Sutomo, M.Ag
Pembantu Ketua II
: Drs. Imam Baihaqi
Pembantu Ketua III
: Drs. H. Nasafi
49
Periode 2006-2010 Ketua
: Drs. Imam Sutomo, M.Ag.
Pembantu Ketua I
: Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag.
Pembantu Ketua II
: Drs. Imam Baihaqi, M.Ag.
Pembantu Ketua III
: Drs. Miftahuddin, M.Ag.
Periode 2010-2014 Ketua
: Dr. Imam Sutomo, M.Ag.
Pembantu Ketua I
: Dr. Rahmad hariyadi, M.Ag.
Pembantu Ketua II
: Drs. Miftahuddin, M.Ag.
Pembantu Ketua III
: Drs. Agus Waluyo, M.Ag.
c. Asas Fungsi, Visi dan Misi STAIN Salatiga Dalam meyusun dan mengembangkan program, STAIN salatiga berasaskan pancasila. Sedangkan keberadaan STAIN salatiga mempuyai fungsi yaitu: 1)
Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan program.
2)
Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan agama islam dan teknologi serta seni yang bernafaskan islam.
50
3)
Melaksanakan
penelitian
dalam
rangka
pengembangan
ilmu
pengetahuan. Visi lembaga adalah sebagai berikut: “Menjadi Perguruan Tinggi Yang
Berkualitas
Dalam
Mewujudkan
Keseimbangan
Kecerdasan
Intelektual, Kecerdaan Emosional Dan Kecerdasan Spiritual”. Sedangkan Misi nya adalah: 1)
Mengantarkan mahasiswa memiliki aqidah, kedalaman spiritual, keluhuran ahlak dan keluasan ilmu pengetahuan.
2)
Memberikan layanan kepada civitas akademika dan masyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
3)
Mengembankan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat melalui kerja ekternal dan internal.
4)
Mengembankan college management dengan melibatan stake holder dan masyarakat.
5)
mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai-nilai islam dan budaya bangsa.
d. Jurusan dan Program studi Jurusan dan program studi yang di kembangkan oleh STAIN Salatiga pada tahun 2011/2012 meliputi: 1) Jurusan Tarbiyah. Jurusan tarbiyah berfungsi untuk membentuk sarjana pendidikan islam yang memiliki keahlian khusus dalam bidang studi pendidikan
51
agama islam (PAI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Tadris Bahasa Inggris(TBI) dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Semua program tersebut adalah strata satu dengan gelar S.Pd,I
2) Jurusan Syari‟ah Jurusan syariah berfungsi untuk menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional yang bertujuan untuk membentuk sarjana Hukum Islam yang memiliki keahlian dalam bidang hukum islam maupun hukum positif dengan keahlian khusus dalam bidang Ahwalus Syahsiah (peradilan agama) dan Perbankan Syari‟ah Sumber data : dokumen STAIN Salatiga. e. Unit Kegiatan Mahasiswa Terdiri dari 17 UKM/UKK/lembaga kusus yaitu: 1) Dewan Mahasiswa. 2) Senat mahasiswa. 3) Resimen
mahasiswa
mahadipa,
pendidikan
bela
Negara
dan
kepemimpinan. 4) Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi yang di dalamnya terdapat Brigade kusus (pasukan inti dari Racana yang mendalami tentang PBB, SAR, Mountenering dan Pertolongan Pertama) mendalami keparamukaan dan pengabdian masyarakat. 5) LPM dinamika, jurnalistik. 6) Koprasi mahasiswa fatawa, wirausahawan.
52
7) STAIN sport club, olahraga. 8) STAIN musik club, musik. 9) Teater Getar, teater dan seni. 10) Communicative English club, kebahasaan (Bahasa Inggris). 11) ITTAQO, kebahasaan (Bahasa Arab). 12) Mitapasa, pecinta alam, lingkungan dan SAR. 13) Lembaga Dakwah Kampus (LDK), dakwah, desa binaan dsb. 14) Jam‟iyatul Qurro‟ Wal Huffadz (JQH), seni baca tulis Al-quran 15) Himpunan Mahasiswa Jurusan tabiyah, jurusan ketarbiyahan. 16) Himpunan Mahasiswa Syariah, jurusan Syariah. Dari beberapa organisasi intra kampus diatas yang peneliti obyek penelitian adalah organisasi gerakan pramuka (Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi). Oleh karena itu berikut peneliti sampaikan data berkenaan dengan Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi. 2. Profil Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi gudep 02.207 – 02.238 kota salatiga. Unit Kegiatan Mahasiswa Racana adalah salah satu organisasi kemahasiswaan, sebagai wadah untuk mengembangkan bakat dan minat di bidang kemahasiswaan dalam kegiatan kepramukaan, yang memiliki struktur pembinaan sampai tingkat nasional, yaitu kwartir nasional. Racana Kusuma Dilaga - Woro Srikandhi Salatiga berdiri pada tanggal 9 maret 1988 dengan Gugus Depan XI-32 02.237-02.238 yang berpangkalan di STAIN Salatiga.
53
Gerakan Pramuka di STAIN Salatiga sebagai wadah untuk berlatih serta pengembangan diri, baik di bidang kepramukaan, mental, spiritual maupun di bidang lainya, yang dapat digunakan sebagai bekal dalam kehidupan masyarakat dan bangsa. Adapun aplikasinya menggunakan sistem bina diri, bina satuan, bina masyarakat. Visi Melahirkan kader-kader kepanduan yang profesional dan berintegritas tinggi”.
Misi 1.
Membentuk kepribadian mahasiswa yang berakhlakul karimah sesuai dengan trisatya dan dasa dharma.
2.
Melatih serta meningkatkan ketrampilan baik dalam keilmuan pramuka maupun keilmuan ilmiah lainnya.
3.
Membentuk kader yang militan, kreatif dan inovatif.
a. Sejarah Berdirinya Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi Berdiri tangal 9 Maret 1988, nomor Gudep 02. 237-02. 238 dengan Ketua Racana 02. 237 Kakak Drs. Abdul Syukur, M. Si sekarang Dosen STAIN Salatiga, Ketua Racana 02. 238 Dra. Astuti Sakdiyah. M.Pd sekarang Pembina 02. 238. Dengan nama Racana Walisongo, logo sama dengan Racana IAIN Walisongo tetapi bertuliskan SALATIGA. Pada tanggal 27 September 1996 diadakan rapat pembaharuan nama Racana muncul nama-nama seperti Damardjati-Sekar Arum, Sunan BayatNyi Sunan Bayat, Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi, Ki Ageng PandanaranNyi Ageng Pandanaran dan Kyai Damardjati-Rabi‟ah Al Adawiyah .
54
Rapat berikutnya disetujui nama Racana yang digunakan adalah Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi atas usulan Kakak Anshori, S. Ag, Kakak Hakim H, S. Ag, Kakak Hamim, S. Ag dengan referensi dari Ir. Sri Mulyono “Wayang dan Karakter Manusia” PT Gunung Agung, Jakarta, 1978 hlm 101-113 dan Amir Martosedono, SH “Sejarah Wayang” Dahara Prize, Semarang, 1993, hlm 64. b. Susunan Dewan Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Periode 2011-2012. Pembina 02.237
: Mukti Ali, M.Hum
Pembina 02.238
: Dra. Astuti Syakdiyah,M.Pd
KETUA 02.237
: Sriyanto
KETUA 02.238
: Umi Sholikhah
PEMANGKU ADAT 02.237
: M. Taufik
PEMANGKU ADAT 02.238
: Kaifiyyati Tasykurin N.
SEKRETARIS 02.237
: Nurrochim
SEKRETARIS 02.238
: Dewi Ermawati
BENDAHARA 02.237
: Ahmad Imam
BENDAHARA 02.238
: Khusnul khotimah
SEKSI BIDANG GIAT OPERASIONAL 02.237 : 1. M. Nur Rifa‟i 2. Aris Zulfa GIAT OPERASIONAL 02.238 : 1. Daniatul Avivah
55
2. Mim Cholifah TEK.PRAM 02.237
: 1. Budi Kaswari 2. M. Arief Mufti Habibi
TEK.PRAM 02.238
: 1. Atika Imania 2. Walidatul Ikromah
LIT.BANG 02.237
: 1. Widodo Ari Badi S 2.Ahmad Alfian Fahroni
B. Data Responden Responden
yang diambil adalah anggota Racana STAIN Salatiga Angkatan
2008-2011 Yang berjumlah 30 orang. Data nama-nama responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel I Daftar Nama Responden Anggota Racana STAIN Salatiga Angkatan 2008-2011
NO
NAMA
ANGKATAN
56
1
Imma Dahliani Munir
2008
2
Samsul Maarif
2008
3
Darmi
2008
4
Mudrikah
2009
5
Nida Vitria Utami
2009
6
Farikhatul Walidah
2009
7
Maryono
2009
8
Leni Rahmawati
2009
9
Muhammad Zainudin
2009
10
Nurrochim
2009
11
Khusnul khotimah
2009
12
Siti Nur Hasanah
2009
13
Abdul Rozak
2009
14
Hadiatun Nasihah
2009
15
Fitri Nurmanisa
2009
16
Maria Ulfa
2009
17
Juliono
2009
18
Diana Maulidina
2009
57
19
Aulia Ulfa Dewi
2010
20
Siti Fitriah
2010
21
Marhamah
2010
22
M. Fadhil
2010
23
M. Mukti Habibi
2010
24
Nailil Asna
2010
25
Isti Nur Latifah
2010
26
Iis S. H
2011
27
Misbakhul Munir
2011
28
Muhammad Anshori
2011
29
Aditya
2011
30
Nurul Arofah
2011
C. Penyajian Data Penelitian Dalam pengumpulan data tentang Korelasi Antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2011, penulis menyebarkan angket kepada AGGOTA Racana aktif mulai angkatan 2008-2011. Penulis memberikan pertanyaan kepada responden sebanyak 20 pertanyaan, terdiri dari 10 pertanyaan
58
mengenai kegiatan kepramukaan dan 10 pertanyaan tentang sikap kemandirian belajar siswa. Setiap pertanyaan terdiri dari 3 jawaban dengan skor yang berbeda. Penulis membuat standar skor sebagai berikut: a.
Jawaban a dengan skor 3
b.
Jawaban b dengan skor 2
c.
Jawaban c dengan skor 1.
1. Adapun hasil Jawaban dari angket yang di isi responden tentang keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan sebagai berikut: Tabel II Data Jawaban Angket Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan
NO
Nama responden
Jawaban
Skor
Jumlah
A
B
C
3
2
1
1
I DM
7
3
-
21
6
-
27
2
SM
6
4
-
18
8
-
26
3
Dm
6
2
2
18
4
2
24
4
Mdk
2
6
2
6
12
2
20
5
NVU
1
7
2
3
14
2
19
6
FW
9
1
-
27
2
-
29
7
Mr
10
-
-
30
-
-
30
8
LR
2
6
2
6
12
2
20
59
9
M. Z
3
5
2
9
10
2
21
10
Nc
6
3
1
18
6
1
25
11
Kk
3
5
2
9
10
2
21
12
SNH
4
6
-
12
12
-
24
13
AR
5
4
1
13
8
1
22
14
HN
5
3
2
15
6
2
23
15
FN
7
3
-
21
6
-
27
16
MU
4
3
3
12
6
3
21
17
Jl
7
3
-
21
6
-
27
18
DM
5
5
-
15
10
-
25
19
AUD
6
4
-
18
8
-
26
20
SF
1
2
7
3
4
7
14
21
Mh
2
2
6
6
4
6
16
22
M. F
7
2
1
21
4
1
26
23
MufH
5
5
-
15
10
-
25
24
NN
8
2
1
24
4
1
29
25
INL
9
1
-
27
2
-
29
26
ISH
5
5
-
15
10
-
25
60
27
MMr
4
6
-
12
12
-
24
28
M.An
5
5
-
15
10
-
25
29
Ady
6
4
-
18
8
-
22
30
Nafh
7
3
-
21
6
-
27
2. Adapun hasil Jawaban dari angket yang di isi responden tentang sikap kemandirian belajar sebagai berikut Tabel III Data Jawaban Angket Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Racana (Pramuka)
Jawaban
Nama
Skor Jumlah
NO Responden
A
B
C
3
2
1
1
IDM
7
2
1
21
4
1
26
2
SM
2
2
6
6
4
5
15
3
Dm
7
2
1
21
4
1
26
4
Mdk
3
7
-
9
14
-
23
5
NVU
3
6
1
9
12
1
22
6
FW
4
6
-
12
12
-
24
7
Mr
1
6
3
3
12
3
18
61
8
LR
5
4
1
15
8
1
24
9
M. Z
3
7
-
9
14
-
23
10
Nc
2
8
-
6
16
-
22
11
Kk
3
5
2
9
10
2
21
12
SNH
7
3
-
21
6
-
27
13
AR
3
7
-
9
14
-
23
14
HN
5
5
-
15
10
-
25
15
FN
5
4
1
15
8
1
24
16
MU
6
4
1
18
8
1
27
17
Jl
1
3
6
3
6
6
15
18
DM
2
2
6
6
4
6
16
19
AUD
5
5
-
15
10
-
25
20
SF
6
3
1
18
6
1
25
21
Mh
6
3
1
18
6
1
25
22
M. F
6
3
1
18
6
1
25
23
MufH
7
3
-
21
6
-
27
24
NN
7
3
-
21
6
-
27
25
INL
7
3
-
21
6
-
27
62
26
I SH
5
5
-
15
10
-
25
27
MMr
9
1
-
27
2
-
29
28
M.An
5
5
-
15
10
-
25
29
Ady
6
4
-
18
8
-
26
30
Nafh
7
3
-
21
6
-
27
63
BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul sehingga diketahui ada atau tidaknya Korelasi Antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2011. Analisis ini digunakan untuk mengetahui tujuan penelitian dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Adapun tahapantahapan analisis akan diuraikan sebagai berikut: A. Analisis Pendahuluan Pada analisis pendahuluan ini penulis bermaksud mencari jawaban dari tujuan yang pertama, adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah: a. Memberikan penilaian berjenjang pada tiap-tiap responden b. Mencari lebar interval c. Menentukan klasifikasi pada variabel pertama dan kedua d. Menentukan prosentase frekuensi dan interpretasi 1. Analisis Data Keaktifan Kegiatan Kepramukaan Mengawali analisis pendahuluan, penulis akan menyajikan analisis data untuk mengetahui kategori Keaktifan Kegiatan Kepramukaan STAIN Salatiga. Untuk angket Keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan, dengan jumlah pertanyaan 10 item maka akan diperoleh hasil nilai kemungkinan tertinggi dari jawaban yang diberikan oleh responden adalah 30, sedangkan hasil nilai kemungkinan terendah adalah 10 Rentangan data ini adalah 30 – 10 =
64
20, dan data ini dikelompokkan menjadi 3 kelas, jadi 20 : 3 = 6,67, meliputi semua bilangan (data dalam hal ini lebar kelas ditetapkan 7). Dari hasil perhitungan lebar interval maka hasil angket untuk tingkat Keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan dapat diketahui lebar interval sebagai berikut: 1) Kategori Tinggi
: 24 - 30 dengan nominasi A
2) Kategori Sedang
: 17 - 23 dengan nominasi B
3) Kategori Rendah
: 10 -16 dengan nominasi C
Untuk mengetahui lebih jelas tentang nilai dan nominasi responden, penulis menyajikan data tentang nilai dan nominasi tingkat Keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan di Racana STAIN Salatiga.
65
Tabel IV Data Nilai dan Nominasi Tingkat Keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan di Racana STAIN Salatiga No. Responden
Nilai
Kategori
1
27
Tinggi
2
26
Tinggi
3
24
Tinggi
4
20
Sedang
5
19
Sedang
6
29
Tinggi
7
30
Tinggi
8
20
Sedang
9
21
Sedang
10
25
Tinggi
11
21
Sedang
12
24
Tinggi
13
22
Sedang
14
23
Sedang
15
27
Tinggi
16
21
Rendah
66
17
27
Tinggi
18
25
Tinggi
19
26
Tinggi
20
14
Rendah
21
16
Rendah
22
26
Tinggi
23
25
Tinggi
24
29
Tinggi
25
29
Tinggi
27
25
Tinggi
28
24
Tinggi
29
25
Tinggi
30
22
Sedang
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui tentang tingkat Keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan di Racana STAIN Salatiga adalah, kategori tinggi (A) ada 19 orang, kategori sedang (B) ada 8 orang dan kategori rendah (C) ada 3 orang. Untuk mengetahui berapa persen kategori tinggi, sedang dan rendah, maka perhitungan persen menggunakan rumus prosentase sebagai berikut:
67
P
F x100% N
Keterangan:
P
: Frekuensi / presentase
F
: Jawaban responden
N
: Jumlah responden
1)
Keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan di Racana STAIN Salatiga yang berada pada kategori tinggi, sebanyak 19 orang :
P
F x100% N
P
19 x100% 30
P = 63% 2)
Keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan di Racana STAIN Salatiga yang berada pada kategori sedang, sebanyak 8 orang:
P
F x100% N
P
8 x100% 30
P = 27% 3)
Keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan di Racana STAIN Salatiga yang berada pada kategori rendah, sebanyak 3 orang :
P
F x100% N
68
P
3 x100% 30
P = 10% Oleh karena itu hasil kuantitatif prosentase variabel Penggunaan Keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan di Racana STAIN Salatiga tertera dalam tabel berikut: Tabel V Frekuensi Tingkat Keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan di Racana STAIN Salatiga No.
Kategori
Interval
Frekuensi
Prosentase
1.
Tinggi
24 – 30
19
63%
2.
Sedang
17 – 23
8
27%
3
Rendah
10 - 16
3
10%
30
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat Keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan di Racana STAIN Salatiga berada dalam kategori tinggi yaitu 63%, kategori sedang yaitu 27%, dan kategori rendah 10%. 2. Analisis Data Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa STAIN Salatiga Tahun 2011 Dalam hal analisis kedua, penulis akan menyajikan analisis data untuk mengetahui kategori Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Racana (Pramuka) STAIN Salatiga Tahun 2011
69
Untuk angket Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Racana (Pramuka) STAIN Salatiga Tahun 2011, dengan jumlah pertanyaan 10 item maka akan diperoleh hasil nilai kemungkinan tertinggi dari jawaban yang diberikan oleh responden adalah 30, sedangkan hasil nilai kemungkinan terendah adalah 10, Rentangan data ini adalah 30 - 10= 20, dan data ini dikelompokkan menjadi 3 kelas. Jadi, 20 : 3= 6,67, meliputi semua bilangan (data dalam hal ini lebar kelas ditetapkan 7 Dari hasil perhitungan lebar interval maka hasil angket untuk tingkat sikap kemandirian belajar mahasiswa Racana dapat diketahui lebar interval sebagai berikut: 1)
Kategori Tinggi
: 24-30 dengan nominasi A
2)
Kategori Sedang
: 17 - 23 dengan nominasi B
3)
Kategori Rendah
: 10 -16 dengan nominasi C
Untuk mengetahui lebih jelas tentang nilai dan nominasi responden, penulis menyajikan data tentang nilai dan nominasi tingkat Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Racana STAIN Salatiga tahun 2011. Tabel VI Data Nilai dan Nominasi Tingkat Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa STAIN Salatiga Tahun 2011 No. Nilai
Kategori
1
26
Tinggi
2
15
Rendah
Responden
70
3
26
Tinggi
4
23
Sedang
5
22
Sedang
6
24
Tinggi
7
18
Sedang
8
24
Tinggi
9
23
Sedang
10
22
Sedang
11
21
Sedang
12
27
Tinggi
13
23
Sedang
14
25
Tinggi
15
24
Tinggi
16
27
Tinggi
17
17
Rendah
18
15
Rendah
19
25
Tinggi
20
25
Tinggi
21
25
Tinggi
22
25
Tinggi
71
23
27
Tinggi
24
27
Tinggi
25
27
Tinggi
26
25
Tinggi
27
29
Tinggi
28
25
Tinggi
29
26
Tinggi
30
27
Tinggi
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui tentang tingkat Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa STAIN Salatiga Tahun 2011 adalah, kategori tinggi (A) ada 20 orang, kategori sedang (B) ada 7 orang dan kategori rendah (C) ada 3 orang. Untuk mengetahui berapa persen kategori tinggi, sedang dan rendah, maka perhitungan persen menggunakan rumus prosentase sebagai berikut:
P
F x100% N
Keterangan: P
: Frekuensi / presentase
F
: Jawaban responden
N
: Jumlah responden
1. Aspek Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa STAIN Salatiga Tahun 2011 yang berada pada kategori tinggi, sebanyak 20 orang
72
P
F x100% N
P
20 x100% 30
P = 67% 2. Aspek Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa STAIN Salatiga Tahun 2011 yang berada pada kategori sedang, sebanyak 7 orang
P
F x100% N
P
7 x100% 30
P = 23% 3. Aspek Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa STAIN Salatiga Tahun 2011 yang berada pada kategori rendah, sebanyak 3 orang
P
F x100% N
P
3 x100% 30
P = 10% Oleh karena itu hasil kuantitatif prosentase variabel tingkat Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa STAIN Salatiga Tahun 2011 tertera dalam tabel berikut:
Tabel VII Frekuensi Tingkat Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa STAIN Salatiga Tahun 2011
73
No.
Kategori
Interval
Frekuensi
Prosentase
1.
Tinggi
24 – 30
20
67%
2.
Sedang
17 – 23
7
23%
3
Rendah
10 – 16
3
10%
30
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa STAIN Salatiga Tahun 2011 berada dalam kategori tinggi yaitu 67%, kategori sedang yaitu 23%, dan kategori rendah10%.
B. Analisis Uji Hipotesis Untuk menghitung Korelasi Antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2011 dapat terurai sebagai berikut: Tabel IX Tabel Kerja Product Moment Korelasi Antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2011 No. Responden
X
Y
X²
Y²
XY
1
27
26
729
676
702
2
26
15
676
225
390
74
3
24
26
576
676
624
4
20
23
400
529
460
5
19
22
361
484
418
6
29
24
841
576
696
7
30
18
900
324
540
8
20
24
400
576
480
9
21
23
441
529
483
10
25
22
625
484
550
11
21
21
441
441
441
12
24
27
576
729
648
13
22
23
484
529
506
14
23
25
529
625
575
15
27
24
648
576
648
16
21
27
441
729
567
17
27
15
729
225
405
18
25
16
625
256
400
19
26
25
676
625
650
20
14
25
196
625
350
21
16
25
256
625
400
22
26
25
676
625
650
75
23
25
27
625
729
675
24
29
27
841
729
783
25
29
27
841
729
783
26
25
25
625
625
625
27
24
29
576
841
696
28
25
25
625
625
625
29
22
26
484
676
572
30
27
27
729
729
729
719
689
17572
17372
17071
Dari tabel di atas maka diketahui: = 719 = 689 = 17572 = 17372 = 17071 Sehingga perhitungan product moment dari Korelasi Antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2011adalah:
76
rxy
N XY X Y
N X X N Y Y 2
2
rxy
rxy
rxy
2
2
30 x17.071 719689
30x17.572 719 30x17372 689 2
2
512.130 495.391
527.160 516.961521.160 474.721 16 .739 10 .199 x 46439
rxy
16 .739 21 .763 ,07
rxy 0,769
C. Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan di atas, hasil r hitung adalah 0,769 berada di atas tabel product moment pada taraf signifikansi 1% = 0,463 dengan N = 30, dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa ada korelasi antara variabel x dan y yang sangat signifikan, berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan koefisien korelasi product moment dalam tabel, dapat diketahui bahwa r hitung = 0,769Perincian lebih lengkap sebagaimana dalam tabel berikut ini: Tabel X Nilai Product Moment N = 30 N
Taraf Signifikansi
77
30
5%
1%
0,361
0,463
Dengan demikian dapat diketahui bahwa taraf signifikansi 1% dengan perbandingan sebagai berikut: rt = 0,463 ro = 0,769 Hal ini diartikan bahwa ro > rt 1% Mencermati hasil di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa ada Korelasi Antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan Dengan Sikap Kemandirian Belajar Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2011. Sebagai penguat skripsi ini, penulis akan memaparkan sepuluh perbedaan yang ada antara skripsi yang penulis buat dengan skripsinya Saudara Cholilurrochman. Sepuluh perbedaan tadi terletak pada:
1. Variabel penelitian 2. Tahun penelitian 3. Latar belakang Permasalahan 4. Tujuan penelitian 5. Instrumen penelitian 6. Landasan teori 7. Sub Pembahasan 8. Analisa data
78
9. Rumus pengkorelasiannya 10. Hasil penelitian
79
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari uraian di atas maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Tingkat keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan STAIN Salatiga tahun 2011 yang berada dalam kategori tinggi adalah berjumlah 19 orang atau mencapai 63%, berada pada katagori sedang berjumlah 8 oarang atau mencapai 27%, dan pada kaegori rendah berjumlah 3 orang atau mencapai 10% dari 30 responden. 2. Tingkat kemandirian belajar mahasiswa anggota Racana (Pramuka) STAIN Salatiga tahun 2011 yang berada dalam kategori tinggi adalah berjumlah 20 orang atau mencapai 67%, berada pada katagori sedang berjumlah 7 orang atau mencapai 23%, dan pada kategori rendah berjumlah 3 orang atau mencapai 10% dari 30 responden. 3. Ada korelasi yang positif antara keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan dengan
sikap kemandirian belajar mahasiswa Program Studi PAI STAIN
Salatiga Tahun 2011. Hal ini diperoleh dari hasil perhitungan product moment yakni 0,769 lebih besar dari r tabel product moment pada taraf signifikansi 1% 0,463 dengan N= 30. Dengan demikian ro > rt yang diperoleh dari hasil 0,769 > 0,463 dengan N = 30. Dengan demikian, hipotesa yang penulis ajukan dapat diterima bahwa ada korelasi yang positif antara keaktifan mengikuti kegiatan kepramukaan dengan sikap kemandirian belajar mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2011, yang mana diperoleh dari perhitungan product moment yaitu 0,769
80
yang berada di atas tabel Product Moment pada taraf signifikansi 1% = 0,463 dengan N=30.
B.
Saran-saran Dari hasil penelitian yang penulis lakukan ada kiranya yang dapat penulis sampaikan untuk kemajuan organisasi Kepramukaan sebagai berikut: 1. Mahasiswa atau Anggota Racana Seorang mahasiswa hendaknya dalam mengikuti orgaisasi gerakan pramuka lebih cerdas, baik dalam membagi waktu kuliah dan berorganisasi serta baik dalam mengambil ilmu dari kuliah dan ilmu dari organisasi. Sehingga mampu menjadi mahasiswa memilki banyak pengalaman. 2. Dewan Racana Kusuma Dilaga - Woro Srikandhi Pengurus atau Dewan Racana merupakan pemegang kendali dalam organisasi gerakan pramuka. Oleh karena itu hendaknya selalu berkoordinasi dengan anggota atau dewan yang lain. Sehingga kegiatan apapun yang hendak di capai bersama mampu dan terlaksana dengan baik. Koordinasi dan kerja keras merupakan salah satu kunci sukses dalam mengelola organisasi. Serta ini juga sebagai bahan evaluasi untuk perkembangan Racana ke depan 3. STAIN Salatiga Kuliah dan berorganisasi berupakan pilar bagi mahasiswa untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman. Kiranya dalam preguruan tinggi ini lebih memperhatikan mahasiswa yang berkeinginan untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman itu dari aktif di kuliah dan di organisasi kepramukaan, bukan hanya memperhitungkan salah satu saja.
81
DAFTAR PUSTAKA Abbas, Amin, Pedoman Lengkap Gerakan Pramuka, Semarang, Beringin Jaya, 1990 Achmadi, Abu, Psikolagi Sosial,Jakarta, Reneka Cipta, 1988. Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta, adtya Media, 1992. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, Bina Aksara, 1987 Daradjat, Zakiyah, Problema Remaja Di Indonesia, Jakarta, Bulan Bintang, 1994. Departemen Agama RI,BF Al-Quran dan Terjemah, Semarang, Al-Wa’ah. 1995. Daud, Makmur, Terjemah Hadis Shahih Muslim, Jakarta, Fa. Widjaya, 1984. Djamal, Noerhadi, Ilmu Jiwa Pendidikan, Semarang, Fak, Tarbiyah IAIN Walisongo, 1985. Dokumentasi Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi Salatiga. Em Zul Fajri, Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Difa Publiser. Gerakan Pramuka, Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar, Jakarta, Kwarnas, 1983. Hadi, Sutrisno, Statistik II, Yogyakarta, Fak, Psikologi UGM, 1983. Hamalik, Oemar, Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, Bandung, Tarsito, 1983 M. Soeparman, Pedoman Kepramukaan, Jakarta, Kwarda, 1981. Pasaribu, Proses Belajar Mengajar, Bandung, Tarsito, 1983. Poerwodarminto,W .j .S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka. 1976
S. Naution, Asas-asa Kuriklum, Bandung, Jemmars, 1990. Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar, Jakarta, Rajawali. 1982. Soemanto, Wasti, Sekuncup Ide Prasional Pendidikan Wirasswasta, Jakarta, Bumi Aksara, 1995. Suardiman, Siti Partini, Psikologi Pandidikan, yogyakarta, Studing, 1986. Surakhmad, Dasar dan Tehnik Research, Bandung, Tarsito, 1997. Tim Pelatih Kwarda Jateng, Panduan KMD, Surakarta, PT. Pabelan, 2003. Wagito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta, Andi Offset, 1976. Wirawan , Sarlito, Sarwono, Pengantar Umun Psikologi. Jakarta, Bulan Bintang, 1976.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: M. Taufik
Tempat, Tanggal Lahir
: Kab. Semarang, 31 Maret 1988
Alamat
: Dsn. Krajan RT.09/RW.01, Desa Duren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Jurusan/Progdi
: Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan
: 1. SD Negeri Tuntang IV, Lulus Tahun 2001 2.
SMP Muhammadiyah Salatiga, Lulus Tahun 2004
3.
SMA Muhammadiyah Salatiga, Lulus Tahun 2007
4.
STAIN Salatiga Angkatan 2012
DAFTAR NILAI SKK
Nama : M. Taufik NIM
: 12107051
PA
: Prof. Dr. H. Budihardjo, M. Ag
Progdi : Tarbiyah / PAI
No
Jenis Kegiatan
Waktu Kegiatan
1
Orientasi Program Studi Dan 28-31 Agustus Pengenalan Kampus (OPSPEK) 2007
Status
Nilai
Peserta
3
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
3
STAIN Salatiga 2
Masta Dan Buka Bersama Ikatan 14 September Mahasiswa
Muhammadiyah 2007
(IMM) 3
Majlis Tabligh Dan Dakwah 1 Mei 2008 khusus
Pimpinan
Daerah
Muhammadiyah Kab. Semarang 4
Surat Tanda Tamat Pelatihan 27-29 Mei 2008 (STTP)
Peningkatan
Ketrampilan Petugas PAM di Lokasi Bencana (Propinsi Jawa Tengah)
5
SK
Pimpinan
Daerah 7 September 2008
Muhammadiyah Kota Salatiga Panitia
3
peserta
3
Peserta
2
Peserta
3
Peserta
2
Peserta
2
Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Sodakoh Muhammadiyah 6
Pendidikan Dan Latihan Calon 6-9 Nopember Pramuka
Pandega
(PLCPP)
Racana
Ke-18 2008 STAIN
Salatiga 7
Kuliah
Umum
Perkembangan ASEAN Jendral
Dan Kerja
Bersama Kerjasama
Dialog 10 Pebruari 2009 Sama
Direktorat ASEAN
Departemen Luar Negeri RI Di STAIN Salatiga 8
Sertifikat
Kursus
Pembina 9-14 Pebruari
Pramuka Mahir Tingkat Dasar 2009 (KMD) Kwartir Cabang Kota Salatiga 10
Bedah Film Laskar Pelangi Dan 4 April 2009 Penggalangan Dana Korban Situ Gintung
(DEMA
STAIN
SALATIGA) 11
Bedah Buku Deadline Your Live 14 April 2009
(LDK) STAIN Salatiga 12
Bedah Buku Metode Studi Islam 26 Mei 2009 Aplikasi Sosiologi Pengetahuan Peserta
2
Panitia
4
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
3
Panitia
4
Sebagai Cara Pandang (UPT Perpustakaan STAIN Salatiga) 13
Pendidikan Dan Latihan Calon 18-21 Oktober Pramuka
Pandega
(PLCPP)
Racana
Ke-19 2009 STAIN
Salatiga 14
Sertifikat Gladi Wira Brigsus ke 13-16 Nopember XVI
(GWB) Racana STAIN 2009
Salatiga 15
Seminar Kebangsaan (DEMA) 2 Desember 2009 STAIN Salatiga
16
Pembrivetan (VETTIK
Dan Ke-16)
Pelantikan 19-20 Desember Racana 2009
STAIN Salatiga 17
SK Pembrivetan Dan Pelantikan 22 Desember (VETTIK
Ke-16)
Racana
STAIN Salatiga 18
Kursus Pembina Pramuka Mahir 25-30 Januari Tingkat Lanjut (KML Ke-II) 2010 KWARCAB Kota Salatiga
19
Latihan Gabungan (LATGAB) 6-7 Pebruari 2010 dan
Apresiasi
Bangsa
Seni
Tingkat
Sekota
Budaya
Penggalang
Salatiga
Panitia
4
Oprasional
5
Juri
4
Juri
4
Peserta
3
Peserta
3
Panitia
3
Panitia
4
Dan
Sekabupaten Semarang 20
SK
Dewan
Racana
STAIN 29 Maret 2010
Salatiga 21
Temu Tegak Racana Ki / Nyi 30 April-2 Mei Ahmad
Dahlan
se-Eks 2010
Karisidenan Surakarta Di UMS 22
Temu Tegak Racana Ki / Nyi 8-9 Mei 2010 Ahmad
Dahlan
se-Eks
Karisidenan Surakarta Di UMS 23
SK
Praktikum
Pembelajaran
Metodologi 20 Agustus 2010 PAI
STAIN
Salatiga 24
SK Bimbingan Baca Tulis Al- 30 Agustus 2010 Quran STAIN Salatiga
25
Amalan
Ramadhan
Racana 30 Agustus -
(ARR ke-12) Racana STAIN 3September 2010 Salatiga 26
Pendidikan Dan Latihan Calon 8-11 Oktober Pramuka
Pandega
Ke-20 2010
(PLCPP)
Racana
STAIN
Salatiga 27
Latihan Gabungan PT/PTAI SE- 26-28 Pebruari Jawa Brigsus Naga Sandi Dan 2010 Panitia
4
Panitia
3
Panitia
3
Panitia
4
Peserta
3
Oprasional
3
Panitia
3
Brigsus Naga Sosro Sabuk Inten STAIN Salatiga 28
Gladi Wira Brigsus (GWB Ke- 26-29 Nopember 17) Naga Sandi STAIN Salatiga
29
2010
SK Pembrivetan Dan Pelantikan 28 Desember (VETTIK
Ke-17)
Racana 2010
STAIN Salatiga 30
Kursus Pembina Pramuka Mahir 25-30 Januari Tingkat Lanjut (KML Ke-3) Se- 2011 Jawa
Kwartir
Cabang
Kota
Salatiga 31
Sertifikat Praktikum Pelatihan 11-26 Pebruari Iktibat AL-Lughah Al-Arabiyah 2011 Ka-Lughah Aj nabiyah (ILAIK) STAIN SALATIGA
32
Piagam GIAT OPRASIONAL 28 Pebruari 2011 Racana 02.237 STAIN Salatiga
33
Amalan Ramadhan Racana Ke- 13-17 Agustus 13 (ARR) Racana STAIN 2011 Salatiga
PETUNJUK PENGISIAN ANGKET 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut ini. 2. Pilihlah satu dari tiga jawaban yang tersedia yang paling sesuai dengan diri anda dengan memberikan tanda (X) pada lembaran jawaban. 3. Pilihlah jawaban hendaknya berdasarkan pada perasaan, pemikiran, dan keadaan anda saat ini. Untuk itu, Kami berharap anda menjawab dengan sejujurnya, karena angket ini bukan merupakan tes. Di samping itu jawaban yang anda berikan tidak ada yang salah dan jawaban anda merupakan rahasia yang tidak akan dipublikasikan untuk umum. 4. Bila anda telah menyelesaikannya, periksa kembali apabila ada nomor yang terlewati.
SELAMAT MENGERJAKAN
ANGKET KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA (RACANA) 1. Saya sering mengikuti Latin (latihan rutin) mingguan yang diadakan Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi. a. ya (min 6 hari dua kali) b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 2. Saya sering mengikuti rapat yang diadakan Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi. a. Sering (min 1 minggu dua kali) b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 3. Saya sering mengikuti Donor darah yang diadakan Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi. a. sering (min 3 bulan satu kali) b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 4. Saya sering mengikuti PLCCP setiap tahun ajaran baru yang diadakan racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi. a. Sering (min 1 tahun satu kali) b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
5. Saya sering mengikuti ARR (Amalan Ramadhan Racana)yang diadakan Racana Kusuma Dilaga–Woro Srikandhi. a. Sering (min 1 tahun satu kali) b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 6. Saya sering mengikuti konservasi alam yang diadakan oleh Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi? a. Sering (min 1 tahun dua kali) b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 7. Saya sering mengikuti latihan gabungan Se-PTAIN Indonesia yang di selenggarakan oleh Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi. a. Sering (min 1 tahun satu kali ) b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 8. Saya sering mengikuti upacara hari jadi Pramuka setiap tanggal 14 Agustus di Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi? a. Sering (min 1 tahun satu kali) b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
9. Saya sering mendapatkan tugas di Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi. a. Sering (min 6 hari dua kali) b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 10. Saya selalu membantu dan ikut serta dalam mengatasi kesulitan atau masalah yang dihadapi Racana setiap dalam pelaksanaan Program kerja. a. ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
Nama lengkap : …………………. NIM
: ............................
PROGDI
: PAI LEMBAR JAWAB ANGKET KEAKTIFAN MENGIKUTI ORGANISASI GERAKAN PRAMUKA (RACANA) 1
A
B
C
2
A
B
C
3
A
B
C
4
A
B
C
5
A
B
C
6
A
B
C
7
A
B
C
8
A
B
C
9
A
B
C
10
A
B
C
Ini adalah lembar jawab angket yang saya jawab sendiri sebagai mahasiswa PAI sekaligus sebagai anggota gerakan pramuka (Racana Kusuma dilaga-Woro Srikandhi) yang menjadi objek penelitian
Ttd
............................
ANGKET KEMANDIRIAN BELAJAR ANGGOTA PRAMUKA (RACANA) 1.
Saya dirumah belajar sesuai dengan jadual. a. ya b. kadang-kadang c. tidak pernah
2. Saya menyelesaikan tugas dengan cara saya sendiri. a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 3. Saya mengerjakan/menyalin mata kuliah untuk pertemuan berikutnya. a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 4. Saya mencatat semua mata kuliah yang Dosen berikan. a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 5. Saya yakin dengan jawaban saya sendiri saat mengerjakan ulangan atau ujian. a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
6. Saya bertanya apabila saya kurang jelas dengan materi mata kuiah yang disampaikan oleh Dosen. a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 7. Saya menghadapi ulangan atau ujian dengan tenang. a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak Pernah 8. Saya merasa puas dengan hasil ulangan atau ujian yang saya saya kerjakan. a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 9. Saya mempunyai keyakinan bahwa saya mampu mengatasi masalah atau hambatan yang saya hadapi dengan belajar saya. a. Ya b.
Kadang-kadang
c. Tidak 10. Saya belajar dua jam setiap harinya. a. Ya b. kadang-kadang c. Tidak pernah
Nama lengkap : …………………. NIM
: ............................
PROGDI
: .............................
LEMBAR JAWAB ANGKET KEMANDIRIAN BELAJAR ANGGOTA PRAMUKA (RACANA) 1
A
B
C
2
A
B
C
3
A
B
C
4
A
B
C
5
A
B
C
6
A
B
C
7
A
B
C
8
A
B
C
9
A
B
C
10
A
B
C
Ini adalah lembar jawab angket yang saya jawab sendiri sebagai mahasiswa PAI sekaligus sebagai anggota gerakan pramuka (Racana Kusuma dilaga-Woro Srikandhi) yang menjadi objek penelitian
Ttd
........................
WAWANCARA
1. Apa yang mendorong anda mengikuti organisasi Racana? 2. Apakah sekarang anda merasa senang dengan mengikuti berbagai kegiatan yang ada di organisasi racana? Berikan alasan anda. 3. Apakah kamu sering mengikuti kegiatan yang diadakan Racana? Mengapa? 4. Apa yang kamu dapatkan dari mengikuti kegiatan organisasi gerakan pramuka atau Racana? Jelaskan? 5. Apakah dengan aktif di berbagai kegiatan Racana anda mendapatkan pengalaman/atau pengetahuan yang menunjang kemandirian belajar anda? Jelaskan? 6. Apakah dampak yang anda rasakan setelah aktif diberbagai kegiatan racana terhadap perkuliahanmu?
WAWANCARA
A. Nama : M.Mahfud Nim
: 11109144
1. Yang mendorong saya mengikuti organisasi racana adalah rasa ingin tau yang lebih tentang racana. 2. Ya sekarang saya senang sekali mengikuti organisasi racana, alasannya karna banyak teman dan banyak ilmu yang saya dapatkan. 3. Sering, karna banyak pengalaman yang saya dapatkan. 4. Ya, saya mendapatkan, dari keberanian saya dan hal apapun. 5. Ya, dengan aktif di Racana saya mendapatkan pengetahuan/pengalaman yang menunjang belajar saya tentang ketepatan waktu dan di siplin. 6. Dampak yang saya dapatkan setelah aktif di racana adalah saya banyak tidak masuk kuliyah karna banyak kegiatan di Racana.
B. Nama Nim
: Misbakhul M : 111 11 020
1. Yang mendorong saya mengikuti organisasi racana adalah ingin mencari pengalaman. 2. Ya sekarang saya senang sekali mengikuti organisasi racana, alasannya karna banyak pelajaran yang bisa di ambil. 3. Tidak sering, karna banyak kesibukan lain selain di racana. 4. Ada
5. Ya, dengan aktif di Racana saya mendapatkan pengetahuan/pengalaman yang baru. 6. Dampak yang saya dapatkan setelah aktif di racana adalah saya dapat memanajemen waktu dengan baik.
C. Nama Nim
: M.Arief Mufti Habibi : 111 10 084
1. Yang mendorong saya mengikuti organisasi racana adalah kegiatan – kegiatan yang menarik. 2. Ya sekarang saya senang sekali mengikuti organisasi racana, alasannya karna banyak yang di dapat dari racana. 3. Ya, saya sering mengikuti kegiatan yang diikuti racana karna saya suka. 4. Ya, saya mendapatkan keberanian berbicara di dalam forum dan menjadi berani berbicara di dalam kelas. 5. Ya, dengan aktif di racana saya punya banyak teman untuk belajar bersama. 6.
Dampak yang saya dapatkan setelah aktif di racana adalah -
Dampak positif : banyak solusi dari teman – teman tentang perkuliyahan.
-
Dampak negatif : sering meninggalkan perkuliyahan karna ada kegiatan.
D. Nama Nim
: M. Zainudin : 111 09 145
1. Yang mendorong saya mengikuti organisasi racana adalah karna racana dapat menimbulkan kedisiplinan, kecerdasan dan ketrampilan.
2. Ya sekarang saya senang sekali mengikuti organisasi racana, alasannya karna kuliyah jadi bermakna, banyak teman dan mendapatkan pengalaman yang tidak pernah di dapatkan di perkuliyahan. 3. Kadang – kadang karna terkadang kegiatan yang di adakan oleh racana troule dengan kuliyah saya. 4. Ya sekarang menjadi lebih berani dan trampil. 5. Ya dengan aktif di Racana saya mendapatkan pengetahuan/pengalaman yang menunjang belajar seperti lebih bisa di siplin dalam belajar. 6. Dampak yang saya dapatkan setelah aktif di racana adalah kuliyah lebih percaya diri.
E. Nama Nim
: Iis SH :111 11 002
1. Yang mendorong saya mengikuti organisasi racana adalah karna ingin mendalami ilmu kepramukaan. 2. Ya sekarang saya senang sekali mengikuti organisasi racana, alasannya karna saya mendapat pengalaman baru. 3. Ya, karna ada sesuatu yang baru yang belum saya ketahui. 4. Ya, sekarang saya jadi lebih di siplin dalam mengerjakan tugas.
5. Ya dengan aktif di Racana saya mendapatkan pengetahuan/pengalaman yang menunjang belajar saya untuk belajar yang rajin. 6. Dampak yang saya dapatkan setelah aktif di racana adalah disiplin dalam mengerjakan tugas agar selesai sebelum waktu yang di tentukan oleh dosen.
F. Nama Nim
: Leni Rahmawati : 111 09 097
1. Yang mendorong saya mengikuti organisasi racana adalah karna pengen mendalami lebih lamjut tentang pramuka. 2. Ya sekarang saya senang sekali mengikuti organisasi racana, alasannya karna banyak hal baru di racana yang belum pernah saya ketahui. 3. Kadang – kadang karna saya mempuyai kesibukan tersendiri selain di racana. 4. Ya, yaitu tentang pentingnya tanggung jawab dan di siplin. 5. Ya dengan aktif di Racana saya mendapatkan pengetahuan/pengalaman yang menunjang belajar saya untuk lebih tepat waktu. 6. Dampak yang saya dapatkan setelah aktif di racana adalah lebih bisa tanggung jawab.