1
LAPORAN PENELITIAN
STAI N BAT USA NGK AR
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI DALAM PEMBELAJARAN, PENGEMBANGAN DIRI DAN BUDAYA SEKOLAH PADA SDN DI KEC. LIMA KAUM
OLEH : Dra. ELIWATIS, M.Ag
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BATUSANGKAR TAHUN 2014
2
LAPORAN IDENTITAS DAN PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN 1.a. Judul Penelitian
: Implementasi Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran, Pengembangan Diri dan Budaya Sekolah pada SDN di Kabupaten Tanah Datar
b. Nomor Kontrak
: Sti.02/IX/TL.00/......... / 2014
c. Jenis Penelitian
: Individu / Kelompok
2. Peneliti a. Nama Lengkap
: Dra. Eliwatis, M.Ag.
b. Jenis Kelamin
: L/P *)
c. NIP
: 19681111 199403 2 004
d. Bidang Ilmu
: Pendidikan
e. Pangkat/Golongan : Lektor/Penata Tk. 1(III/d). f. Jurusan / Prodi
: Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
g. Alamat
: Batusangkar
h. Telp
: 08126782972
i. Email
:
[email protected]
3. Waktu Penelitian
: Juni 2014 s/d Oktober 2014
4. Biaya
: Rp. 7.500.000
5. Sumber Biaya
: DIPA STAIN Batusangkar
Batusangkar, November 2014 Mengetahui, Kepala P3M STAIN Batusangkar
Peneliti
Ulya Atsani. M.A.M.Hum NIP. 19750303 1999 03 1 004
Dra. Eliwatis, M.Ag NIP. 19681111 199403 2 004
3
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI DALAM PEMBELAJARAN, PENGEMBANGAN DIRI DAN BUDAYA SEKOLAH PADA SDN DI KEC.LIMA KAUM KAB. TANAH DATAR Abstrak
Menurunnya kualitas moral dalam kehidupan manusia Indonesia dewasa ini, terutama di kalangan siswa, menuntut diselenggarakannya pendidikan karakter. Sekolah dituntut memainkan peran dan tanggungjawabnya untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai yang baik dan membantu para siswa membentuk dan membangun karakter mereka dengan nilai-nilai yang baik. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai karakter merupakan nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada peserta didik yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, tujuan pendidikan nasional dan UU RI No.17 tahun 2007. Berdasarkan sumber-sumber nilai karakter di atas maka lahirlah 18 nilai karakter yang harus dikembangkan dan dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat / komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang pelaksanaan pendidikan karakter pada 28 Sekolah Dasar Negeri di Kec. Lima kaum Kab.Tanah Datar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter pada prinsipnya tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan, tetapi terintegrasi ke dalam mata-mata pelajaran. Pelaksanaan pendidikan karakter yang dilakukan meliputi : (1) melalui proses pembelajaran di kelas dengan mengintegrasikan pendidikan karakter baik dalam menyusun perencanaan pembelajaran (silabus dan RPP), proses pembelajaran maupun dalam penilaiannya pada setiap mata pelajaran. (2) dengan mengintegrasikan pendidikan karakter pada kegiatan sehari-hari di sekolah (kultur sekolah), dan (3) mengintegrasikan pendidikan karakter pada kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler melalui berbagai bentuk kegiatan pengembangan diri
4
DAFTAR ISI PERSETUJUAN REVIEWER ABSTRAK DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1 B. Identifikasi Masalah.........................................................................................7 C. Batasan dan Rumusan Masalah........................................................................7 D. Tujuan Penelitian..............................................................................................8 E. Defenisi Operasional.........................................................................................8 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Karakter........................................................................10 1. Hakikat Pendidikan Karakter...................................................................10 2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter..................................................11 3. Nilai-nilai Pembentuk Karakter...............................................................12 B. Pendidikan Karakter pada Pendidikan Dasar................................................14 4. Konsep Pendidikan Dasar.........................................................................14 5. Urgensi Pendidikan Karakter pada Pendidikan Dasar..............................15 C. Integrasi Pendidikan Karakter pada Pembelajaran.........................................17 1. Perencanaan Pembelajaran Berkarakter....................................................17 2. Proses Pembelajaran Berkarakter..............................................................18 3. Evaluasi Pembelajaran Berbasis Karakter.................................................23 D. Integrasi Pendidikan Karakter pada Kegiatan Pengembangan Diri...............24 1. Bentuk Pengembangan Diri Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler.................24 2. Ekstra Kurikuler Berkarakter.....................................................................24 E. Integrasi Pendidikan Karakter pada Budaya Sekolah....................................25 1. Konsep Budaya Sekolah............................................................................25 2. Integrasi Karakter dalam Budaya Sekolah................................................27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian...............................................................................................30 B. Sampel Penelitian...........................................................................................30 C. Sumber Data / Informan Penelitian................................................................31 D. Teknik Pengumpulan Data............................................................................32 E. Teknik Menguji Kevalidan Data...................................................................33 F. Teknik Analisis Data.....................................................................................33 G. Luaran / Manfaat Penelitian...........................................................................35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Pendidikan Karakter pada Pembelajaran................................36 B. Implementasi Pendidikan Karakter pada Pengembangan Diri......................55
5
C. Implementasi Pendidikan Karakter pada Budaya Sekolah............................57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................63 DAFTAR PUSTAKA
6
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter kini memang menjadi isu utama pendidikan di Indonesia dan menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak warga bangsa Indonesia. Misi pendidikan dan pengembangan karakter sebenarnya secara konstitusional sudah tercantum dalam UU RI No 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025 yaitu “terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila...”. Pembentukan karakter juga merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pada Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa: ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”. Amanah yang tertuang dalam undang undang ini mengindikasikan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga kelak akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Kebutuhan akan pendidikan yang dapat melahirkan manusia yang berakhlak semakin sangat diperlukan karena degradasi moral yang terus menerus terjadi pada generasi bangsa ini telah nyaris membawa pada kehancuran. Karena itu pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas secara intelektual, tetapi juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun orang lain.
7
Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang saat ini yaitu meningkatnya kasus-kasus tindakan amoral yang sangat memperihatinkan yang tidak hanya terjadi dikalangan remaja dan masyarakat umum tetapi juga dilakukan oleh anak-anak usia Sekolah Dasar seperti tindakan
kekerasan,
penipuan,
mabuk-mabukan,
merokok,
terlibat
penyalahgunaan narkoba, pemerkosaan / pelecehan seksual, pencurian, perampokan hingga pembunuhan. Fakta-fakta seputar kemerosotan karakter tersebut menunjukkan bahwa ada kegagalan pada pendidikan dalam hal menumbuhkan remaja dan anak-anak yang berkarakter dan berakhlak mulia. Padahal di sisi lain, dengan gencarnya persaingan global saat ini jelas sangat membutuhkan sumber daya manusia yang berkompetensi dan berkarakter. Berbagai kejadian dan fenomena di atas, hanya dapat diatasi dengan upaya penanaman dan pembinaan kepribadian dan karakter sejak dini yang dilakukan secara terpadu di lingkungan keluarga (lembaga informal), sekolah (lembaga formal) dan masyarakat (lembaga non formal). Pendidikan informal sejatinya memiliki peran dan kontribusi besar dalam keberhasilan pendidikan seorang peserta didik. Hanya saja selama ini pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum efektif, belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Penyebabnya menurut Zubaedi (195 : 2011), kemungkinan lantaran kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi serta kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga. Oleh karena itu, banyak orang tua yang menaruh harapan lebih kepada sekolah. Karena itu dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Proses dan hasil ditekankan
pada
pencapaian
pembelajaran dituntut tidak hanya
kompetensi
semata
tetapi
juga
pada
pembentukan karakter mulia. Lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam membentuk kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
8
Pendidikan karakter di sekolah merupakan kebutuhan yang tidak terhindarkan agar generasi penerus dapat dibekali dengan kemampuan kemampuan dasar yang tidak saja mampu menjadikannya life long learners ( pembelajar sepanjang hayat) sebagai salah satu karakter penting untuk hidup di era informasi yang bersifat global tetapi juga berfungsi dengan peran serta yang positif baik sebagai pribadi, sebagai anggota keluarga maupun sebagai warga negara. Karena itu pembentukan karakter subjek belajar perlu melekat dalam setiap pengembangan kompetensi peserta didik. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penerapan nilai-nilai moral pada peserta
didik
melalui
pengetahuan,
kesadaran
atau
kemauan
dan
implementasi nilai-nilai tersebut baik terhadap diri sendiri, sesama, lingkungan, bangsa dan negara dan terhadap Tuhan YME sehingga menjadi manusia yang memiliki nilai karakter yang mulia. Oleh karena itu, hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Berdasarkan grand design
yang dikembangkan Kemendiknas
(2010)yang didasarkan pada UU No.20 tahun 2003, secara psikologis dan sosial-kultural, pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat) yang berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam : (1) Olah Hati (Spiritual and Emotional Development), (2) Olah Pikir (Intellectual Development), (3) Olah Raga dan Kinestetik (Physical and Kinestetic Development) dan (4) Olah Rasa dan
9
Karsa (Affective and Creativity Development). Olah hati bermuara pada pengelolaan spiritual dan emosional, olah pikir bermuara pada pengelolaan intelektual, olah raga bermuara pada pengelolaan fisik, sedangkan olah rasa bermuara pada pengelolaan kreativitas. Hal ini jelas berimplikasi pada proses pendidikan yang bukan sekedar mengajarkan atau mentransfer pengetahuan, atau semata mengembangkan aspek intelektual, melainkan juga untuk mengembangkan karakter, moral, nilai-nilai, dan budaya peserta didik Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Penanaman
dan pengembangan pendidikan karakter di sekolah
menjadi tanggung jawab bersama, di mana semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan. Dengan demikian, persoalan pendidkan karakter bukanlah semata-mata tugas guru agama dan guru PpKn saja. Karena
itu
pengembangan
karakter
di
sekolah
harus
di
melalui
pengembangan dan implementasi kurikulum (sebelumnya KTSP 2006) yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang secara jelas dijabarkan pada standar kompetensi lulusan dan materi yang harus diberikan kepada peserta didik, dimana nilai karakter juga termasuk dalam materi yang harus dijabarkan kepada peserta didik. Apalagi dalam kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013, persoalan pendidikan karakter justru merupakan basis pengembangannya dengan menjadikan karakter mulia sebagai kompetensi lulusan yang ideal. Karena itu pendidikan karakter di lingkungan sekolah tidak boleh berhenti pada tataran pengenalan nilai secara kognitif saja tetapi harus menyentuh pada tataran internalisasi sebagai penghayatan nilai secara afektif dan pengamalan nyata dalam kehidupan anak didik sehari-hari di masyarakat.
10
Karena itu implementasi pendidikan karakter di lingkungan sekolah (lembaga pendidikan formal) harus dilakukan pada setiap satuan dan jenjang pendidikan mulai dari TK/RA,SD/MI,SMP/MTs,SMA/MA,SMK,MAK dan Perguruan Tinggi secara intensif dan terpadu. Pengintegrasian nilai-nilai karakter ke dalam kurikulum sekolah berarti memadukan, memasukkan dan menerapkan nilai-nilai yang diyakini baik dan benar demi membentuk, mengembangkan dan membina kepribadian peserta didik. Nilai-nilai karakter yang dimaksud adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat / komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Pengembangan kurikulum pendidikan karakter pada prinsipnya tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan, tetapi terintegrasi ke dalam mata-mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah. Pendidikan karakter sesungguhnya telah lama diimplementasikan dalam pemnbelajaran disekolah, khususnya dalam pendidikan agamam pendidikan kewarganegaraan dan lain-lain. Namun, meskipun komitmen pemerintah terhadap pengembangan dan kesuksesan pendidikan karakter cukup besar, harus diakui bahwa implementasi pendidikan karakter masih terseok-seok dan belum optimal. Menurut Mochtar Bukhari, pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Sementara itu permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di sekolah, perlu dikaji dan dicari alternatif-alternatif solusinya serta perlu dikembangkan secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan. Peneliti berkeinginan untuk mendeskripsikan lebih dalam bagaimana integrasi implementasi pendidikan karakter pada tingkat Sekolah Dasar dengan pandangan bahwa pembentukan karakter pada masa anak-anak merupakan fondasi utama dan sangat menentukan kemampuan dalam mengembangkan potensinya di masa depan.
11
Lebih jauh dijelaskan, bahwa dalam pengembangan kehidupan siswa sebagai pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya : (1) memperkuat dasar keimanan dan ketaqwaan, (2) membiasakan untuk berprilaku baik, (3) memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar , (4) memelihara kesehatan jasmani dan rohani, (5) memberikan kemampuan belajar, (6) membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri. Dengan demikian, karena pendidikan dasar merupakan awal bagi seseorang dalam mengenyam pendidikan lewat jalur sekolah. Maka pendidikan dasar tersebut
akan memberi warna bagi diri anak untuk
pendidikan selanjutnya. Atas dasar itu, maka secara de-fakto pendidikan dasar merupakan kerangka dasar bagi pembentukan moral bangsa. Dalam struktur kurikulum Sekolah Dasar berdasarkan KTSP terdapat tiga komponen pokok yaitu komponen mata-mata pelajaran, komponen muatan lokal dan komponen pengembangan diri, sementara dalam Kurikulum 2013 komponen muatan lokal dijadikan materi pembahasan Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan, sedangkan Pengembangan Diri diintegrasikan pada semua mata pelajaran (Mulyasa: 2014). Berdasarkan
struktur
kurikulum
tersebut,
maka
implementasi
pendidikan karakter di lingkungan sekolah (lembaga pendidikan formal) dalam hal ini Sekolah Dasar harus meliputi : (1) pembelajaran di kelas dengan mengintegrasikan pendidikan karakter baik
dalam menyusun
perencanaan pembelajaran (silabus dan RPP), proses pembelajaran maupun dalam penilaiannya pada setiap mata pelajaran, (2) mengintegrasikan pendidikan karakter pada kegiatan sehari-hari di sekolah (kultur sekolah), dan (3) mengintegrasikan pendidikan karakter pada
kegiatan kokurikuler dan
ekstrakurikuler. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penelitian ini diberi judul : Implementasi Pendidikan Karakter yang Terintegrasi dalam Pembelajaran, Pengembangan Diri (Ekstra Kurikuler) dan Budaya Sekolah pada SDN di Kec.Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar.
12
B. Identifikasi Masalah Yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Masih belum konkritnya muatan pendidikan karakter pada kurikulum sekolah dari segi persiapan pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran 2. Masih kurangnya penggunaan strategi pembelajaran yang dapat menumbuhkan nilai-nilai karakter pada siswa 3. Fokus penilaian yang dilakukan masih mengutamakan penilaian kognitif siswa saja tanpa melihat perkembangan karakter siswa 4. Kurangnya penciptaan budaya sekolah yang dapat memberi rangsangan untuk pembentukan karakter siswa 5. Program
ekstrakurikuler
sekolah
kurang
diberdayakan
untuk
pengembangan karakter siswa
C. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalahnya adalah : 1. Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi pada pembelajaran di SDN Kec. Lima Kaum Kab. Tanah Datar? 2. Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi pada kegiatan pengembangan diri (ekstra kurikuler) di SDN Kec.Lima Kaum Kab.Tanah Datar? 3. Bagaimanakah implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi pada budaya sekolah di SDN Kec.Lima Kaum Kab.Tanah Datar?
Dengan demikian, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah implemetasi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah di SDN Kec.Lima Kaum Kab. Tanah Datar?
13
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan bagaimana implementasi pendidikan karakter pada kurikulum tingkat Sekolah Dasar di Kec.Lima Kaum Kab. Tanah Datar dalam hal : 1. Implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi pada pembelajaran di SDN Kec.Lima Kaum Kab. Tanah Datar 2. Implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi pada kegiatan pengembangan diri (ekstra kurikuler) di SDN Kec.Lima Kaum Kab.Tanah Datar 3. Implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi pada budaya sekolah di SDN Kec.Lima Kaum Kab.Tanah Datar
E. Defenisi Operasional Untuk memberikan kejelasan arti dan menghindari penafsiran yang salah pada istilah yang digunakan dalam judul, maka perlu dijelaskan istilahistilah yang terdapat dalam judul penelitian ini yaitu : Implementasi pendidikan karakter adalah proses atau usaha yang dilakukan untuk penanaman nilai-nilai karakter terhadap peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama dan lingkungan. Terintegrasi dalam pembelajaran adalah nilai-nilai karakter yang diintegrasikan pada kegiatan pembelajaran yang diwujudkan mulai dengan memberi muatan karakter pada persiapan pembelajaran dalam bentuk silabus dan RPP berkarakter, penggunaan strategi pembelajaran yang dapat menumbuhkan karakter mulia pada peserta didik di dalam proses pembelajaran,
serta
melaksanakan
evaluasi
memperhatikan perkembangan karakter peserta didik.
pembelajaran
yang
14
Terintegrasi dalam pengembangan diri adalah pendidikan karakter yang diintegrasikan pada kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler yang dapat membantu pembentukan dan pengembangan karakter mulia peserta didik Terintegrasi dalam budaya sekolah
adalah menciptakan budaya
sekolah berbasis karakter mulia yang berisikan serangkaian nilai, norma, aturan moral dan kebiasaan yang dapat membentuk prilaku positif peserta didik.
15
BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Karakter 1. Hakikat Pendidikan Karakter Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. (2011 : 623). Sementara itu, istilah karakter yang dalam bahasa Inggris chaeacter, berasal dari istilah Yunani dari charassein yang berarti membuat tajam atau membuat dalam. (Jhon M.Echol : 2006). Karakter juga berarti mengukir, sifat utama ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang diukir. Karena itu Wardani menyatakan bahwa karakter adalah ciri khass seseorang dan karakter tidak dapat dilepaskan dari konteks social budaya karena karakter terbentuk dalam lingkungan budaya tertentu. Suyanto mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Karakter seseorang terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sehiongga pada akhirnya menjadi sesuatu yang menempel pada kepribadian seseorang. Menurut Bije Widjayanto, kebiasaan seseorang terbentuk dari tindakan yang dilakukan berulang-ulang setiap hari. Tindakan-tindakan tersebut pada awalnya disadari atau disengaja, tetapi karena begitu seringnya tindakan yang sama dilakukan maka pada akhirnya seringkali kebiasaan tersebut menjadi reflex yang tidak disadari oleh orang yang bersangkutan. Dengan demikian karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivation), dan ketrampilan (skills). Thabroni, lebih jauh menegaskan bahwa, karakter merupakan nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
16
pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan normanorma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat. Adapun pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang holistic yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah social dalam kehidupan peserta didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas. Lebih rinci Agus Prasetyo mendefinisikan pendidikan karakter sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Zubaedi juga mengungkapkan hal yang senada bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yang intinya merupakan program pengajaran yang bertujuan mengembangkan watak dan tabiat peserta didik dengan cara menghayati nilai-nilai yang menekankan ranah afektif tanpa meninggalkan ranah kognitif dan ranah skill. Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling) dan tindakan (action). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan karakter sebagai pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada peserta didik sehingga mereka
memiliki
karakter
luhur
tersebut,
menerapkan
dan
mempraktekkan dalam kehidupannya sehari-hari. 2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan YME berdasarkan Pancasila. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau
17
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimban. Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian dan simbol-simbol yang dipraktekkan oleh semua warga sekolah. Dengan demikian, maka pendidikan karakter berfungsi untuk : pertama, mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik dan berprilaku baik; kedua, memperkuan dan membangun prilaku bangsa yang multicultural, dan ketiga, meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Hal ini sesuai dengan fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 3. Nilai-nilai Pembentuk Karakter Nilai-nilai karakter merupakan nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada peserta didik yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, tujuan pendidikan nasional dan UU RI No.17 tahun 2007. Berdasarkan sumber-sumber nilai karakter di atas maka lahirlah 18 nilai karakter yang harus dikembangkan dan dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan.
Nilai-nilai karakter tersebut adalah : No NILAI
DESKRIPSI
1.
Religius
2.
Jujur
Sikap dan prilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain Prilaku yang didasarkan pada upaya yang
18
3.
4. 5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan Sikap dan tindakan yang mengahrgai perbedaan Toleransi agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya Tindakan yang menunjukkan prilaku tertib dan Disiplin patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan Prilaku yang menunjukkan upaya sungguhKerja Keras sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya Berpikir dan melakukan sesuatu untuk Kreatif menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung Mandiri pada orang lain dalam menyelesaikan tugastugas Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang Demokratis menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang Semangat menempatkan kepentingan bangsa dan negara Kebangsaan di atas kepentingan diri dan kelompoknya Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi dan politik bangsa Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya Menghargai untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi Prestasi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain Tindakan yang memperlihatkan rasa senang Bersahabat/ berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan Komunikatif orang lain Sikap, perkataan, dan tindakan yang Cinta Damai menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebaikan bagi dirinya Sikap dan tindakan yang selalu berupaya Peduli mencegah kerusakan pada lingkungan alam di Lingkungan sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya
19
17. Peduli Sosial
18. Tanggung Jawab
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan Sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, social dan budaya), negara dan Tuhan YME.
B. Pendidikan Karakter pada Pendidikan Dasar 1. Konsep Pendidikan Dasar Ketentuan pasal 14 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada prinsipnya menetapkan jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi yang penyelenggaraannya dapat ditetapkan melalui peraturan pemerintah. Ketentuan dalam pasal ini, apabila dilihat dari jenjang pendidikan formal, pendidikan dasar termasuk jalur pendidikan sekolah paling dasar seperti dinyatakan dalam pasal 17 bahwa pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederjat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah ( MTs) atau bentuk lain yang sederjat (UUSPN, 2003). Operasionalisasi dari UUSPN tentang pendidikan dasar ini sudah diperjelas sebelumnya (baca: ketika UUSPN, 1989) dalam Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1990, dinyatakan dalam Bab I pasal 1 bahwa pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun, diselenggarakan selama enam tahun di SD dan tiga tahun di SLTP atau satuan pendidikan yang sederjat, sedangkan tujuan pendidikan dasar sebagaimana dinyatakan dalam Bab II Pasal 3 adalah untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
20
Lebih jauh dijelaskan, bahwa dalam pengembangan kehidupan siswa sebagai pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya : (1) memperkuat dasar keimanan dan ketaqwaan, (2) membiasakan untuk berprilaku baik, (3) memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar , (4) memelihara kesehatan jasmani dan rohani, (5) memberikan kemampuan belajar, (6) membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri. Dengan demikian, karena pendidikan dasar merupakan awal bagi seseorang dalam mengenyam pendidikan lewat jalur sekolah. Maka pendidikan dasar tersebut akan memberi warna bagi diri anak untuk pendidikan selanjutnya.
2. Urgensi Pendidikan Karakter pada Pendidikan Dasar Menurunnya kualitas moral dalam kehidupan manusia Indonesia dewasa ini, terutama di kalangan siswa, menuntu diselenggarakannya pendidikan
karakter.
Sekolah
dituntut
memainkan
peran
dan
tanggungjawabnya untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai yang baik dan membantu para siswa membentuk dan membangun karakter mereka dengan nilai-nilai yang baik. Menurut Lickona, ada tujuh alasan mengapa pendidikan karakter itu harus disampaikan: a. Merupakan cara terbaik untuk menjamin siswa dapat memiliki kepribadian yang baik dalam kehidupannya b. Merupakan cara untuk meningkatkan prestasi akademik c. Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain d. Mempersiapkan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat yang beragam e. Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral, social seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran moral dan sebagainya f. Merupakan persiapan terbaik untuk menyonsong prilaku di tempat kerja nantinya
21
g. Mengajarkan nilai-nilai budaya merupakan bagian dari kerja peradaban
Pendidikan karakter menurut Suyanto sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut sebagai golgen age, karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian Suyanto menunjukkan bahwa sekitar 50 persen variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika usia 4 tahun, peningkatan 30 persen berikutnya terjadi pada usia 8 tahun dan 20 persen sisanya pada pertengahan dan akhir kadaluarsa kedua. M Furqon Hidayatullah dalam Jamal Ma’mur Asmani (2011: 85) mengklasifikasikan pendidikan karakter dalam beberapa tahap yaitu : a. Tahap penanaman adab (usia 5-6 tahun) Adab atau tata karma bisa dilihat dari tata cara seseorang dalam bertutur sapa, berinteraksi, bersikap dan bersosialisasi. Saat inilah fase paling penting untuk menanamkan nilai kejujuran, pendidikan keimanan (tauhid), serta menghormati orang tua, teman sebaya dan orang-orang yang lebih tua. b. Tahap penanaman tanggung jawab (usia 7-8 tahun) Tanggung jawab merupakan perwujudan dari niat dan tekad untuk melakukan tugas yang diemban. c. Tahap penanaman kepedulian (usia 9-10 tahun) Kepedulian adalah empati kepada orang lain yang diwujudkan dalam bentuk memberikan pertolongan sesuai dengan kemampuan. Anak diajari menolong temannya yang sedang dilanda musibah, misalnya mengunjungi teman yang sedang sakit, mengajari teman tentang materi yang belum dipahami, berbagi ketika sedang makan dan sebagainya. Kepedulian ini sangat penting dalam rangka menumbuhkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan, serta menjauhkan diri dari sifat sombong, egois dan individual.
22
d. Tahap penanaman kemandirian (usia 11-12 tahun) Sikap mandiri merupakan pola pikir dan sikap yang lahir dari semangat yang tinggi dalam memandang diri sendiri. Beberapa nilai dalam kemandirian antara lain tidak menggantung pada diri orang lain, percaya kepada kemampuan diri sendiri dan tidak merugikan orang lain. Menumbuhkan sikap kemandirian dalam diri peserta didik dapat dilakukan dengan melaktih mereka bekerja dan menghargai waktu. e. Tahap penanaman pentingnya bermasyarakat (usia 13 tahun ke atas) Bermasyarakat adalah simbol kesediaan seseorang untuk bersosialisasi dan bersinerhgi dengan orang lain. Dalam konteks pendidikan karakter, pola hidup bermasyarakat membutuhkan banyak tips sukses, di antaranya mengajari anak bergaul dan berteman dengan anak-anak yang mempunyai karakter yang baik seperti disiplin, menghargai waktu, kreatif, moralis dan mencintai pengetahuan. C. Integrasi Pendidikan Karakter pada Pembelajaran 1. Perencanaan Pembelajaran Berkarakter a. Silabus Pembelajaran Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran tertentu, dengan tema tertentu yang mencakup standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD), indikator, materi pembelajaran , penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Silabus digunakan sebagai acuan penyusunan rencana pembelajaran yang akan digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Silabus dikembangkan dengan rujukan utamanya adalah standar isi. Agar dalam silabus juga dapat memfasiltasi terjadinya pembelajaran yang membantu peserta didik mengembangkan nilai-nilai karakter, maka setidak-tidaknya perlu dilakukan pengembangan pada tiga kompenen silabus yaitu :
23
1) Penambahan / modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter 2) Penambahan / modifikasi indicator pencapaian sehingga ada indicator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam hal karakter 3) Penambahan / modifikasi teknik penilaian sehingga ada teknik penilaian
yang
dapat
mengembangkan
dan
mengukur
perkembangan karakter
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP merupakan perkiraan guru utnuk melakukan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Berdasarkan Peraturan Nomor 19 tahun 2005 dinyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran,sumber belajar dan penilaian hasil belajar. RPP adalah disain pembelajaran yang didisain sendiri oleh pendidik sesuai dengan bidang studinya dan wewenang sepenuhnya diserahkan pada pendidik tersebut dengan beracukan Prota, Prosem seryta Silabus pembelajaran. Agar RPP memberi petunjuk pada guru dalam menciptakan pembelajaran yang berwawasan pada pengembangan karakter, maka RPP tersebut diadaptasi seperti adaptasi terhadap silabus. Adaptasi dapat dilakukan pada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter, indicator pencapaian kompetensi yang mencerminkan nilainilai karakter dan juga teknik penilaian yang juga mengukur perkembangan karakter siswa. 2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Berkarakter a. Kegiatan Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam
24
proses pembelajaran. Lebih konkrit,berdasarkan Standar Proses, maka kegiatan pendahuluan, tugas guru adalah : 1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mebgikuti proses pembelajaran 2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari 3) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai 4) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus b. Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang,
memotivasi
peserta
didik
untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007, kegiatan inti pembelajaran terbagi atas tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Lebih jelas berikut ini dipaparkan proses pembelajaran pada tahap eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi yang potensial dapat membantu siswa menginternalisasikan nilai-nilai karakter. Eksplorasi
Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber
25
(contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)
Menggunakan
beragam
pendekatan
pembelajaran,
media
pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras
Elaborasi
Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
26
Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan:
percaya
diri,
saling
menghargai,
mandiri,
kerjasama)
Memfasilitasi
peserta
didik
melakukan
kegiatan
yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama) Konfirmasi
Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan)
27
Memfasilitasi
peserta
didik
untuk
lebih
jauh/dalam/luas
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru: o
Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
o
Membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
o
Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil
eksplorasi
(contoh
nilai
yang
ditanamkan: kritis) o
Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan
o
Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).
c. Kegiatan Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. Karena itu pada kegiatan menutup pelajaran, guru harus melakukan : 1) Bersama-sama dengan peserta didik atau sendiri membuat rangkuman / kesimpulan (contoh nilai yang ditanamkan : mandiri, kerja sama, kritis, logis) 2) Melakukan penilaian atau refleksi secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang ditanamkan : jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan)
28
3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan : saling menghargai, percaya diri, santun, kritis dan logis) 4) Merencakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedy, program pengayaan, layanan konseling atau memberikan tugas, baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik) 5) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya 6) Berdoa pada akhir pelajaran. 3. Evaluasi Pembelajaran Berbasis Karakter Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dengan tolok ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan (Heri Gunawan : 231). Evaluasi dapat dilakukan terhadap program, proses dan hasil belajar. Evaluasi program bertujuan untuk menilai efektivitas program yang dilaksanakan. Evaluasi proses bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Sedangkan evaluasi hasil belajar bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau kompetensi peserta didik. Dalam evaluasi pembelajaran, teknik dan instrument penilaian yang dilaksanakan tidak hanya mengukur pencapaian akademik atau kognitif siswa, tetapi juga mengukur perkembangan kepribadian siswa yang dapat dilakukan dengan menggunakan obeservasi (lembar observasi atau lembar pengamatan), penilaian diri, dan lembar penilaian antar teman (lembar penilaian antar teman). Dalam evaluasi pembelajaran juga terdapat tindak lanjut pencapaian pembelajaran berupa tugas-tugas yang diberikan untuk memfasilitasi peserta didik belajar lebih lanjut tentang kompetensi yang sudah dipelajari. Tugas-tugas tersebut dapat berupa PR yang dikerjakan secara individual atau kelompok, di
mana tugas-tugas
tersebut
dapat
meningkatkan penguasaan yang ditargetkan, juga dapat menanamkan nilai-nilai.
29
D. Integrasi Pendidikan Karakter pada Kegiatan Pengembangan Diri 1. Bentuk Pengembangan Diri melalui Kegiatan Esktrakurikuler Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik (karakter)
yang dilakukan melalui
pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari di sekolah dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan wadah yang disediakan oleh satuan pendidikan untuk menyalurkan bakat, minat, hobi,kepribadian dan kreativitas peserta didik. Permendiknas no 39 tahun 2008 menyatakan bahwa pembinaan perserta didik dalam bentuk pengembangan diri meliputi kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler, bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan
kebutuhan,
potensi,
bakat,
minat,
kondisi
dan
perkembangan peserta didik dengan memperhatikan kondisi sekolah / madrasah. Fungsi kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas pengembangan, social, rekreasi, persiapan karir yang dalam pelaksanaannya harus memenuhi beberapa
prinsip
yaitu
individual,
pilihan,
keterlibatan
aktif,
menyenangkan, etos kerja dan kemamfaatan sosial 2. Ekstrakurikuler Berkarakter Kata ekstrakurikuler terdiri dari kata ekstra dan kurikuler. Ekstra artinya tambahan sesuatu di luar yang seharusnya dikerjakan, sedangkan kurikuler berkaitan dengan kurikulum yaitu program yang disiapkan suatu lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu pada lembaga pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran yang sudah terstruktur dan terjadwal. Dalam panduan pengembangan diri yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat melalui kegiatan khusus yang
30
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang memiliki kemampuan dan wewenang di sekolah. Jadi, kegiatan ekstrakurikuler adalah upaya pemantapan dan pengayaan nilai-nilai, norma, pengembangan kepribadian, bakat dan minat peserta didik yang dilaksanakan di luar jam intrakurikuler dalam bentuk tatap muka atau non tatap muka. Ekstrakurikuler meliputi kegiatan seperti : Program Akademis, Olahraga, Seni dan Budaya, Keagamaan seperti praktek tilawah, praktek ibadah seperti praktek haji, praktek salat fardhu, praktek salat sunnah, praktek salat jenazah, ibadah ramadhan, Pesantren Kilat, ROHIS (Rohani Islam), PHBI (Tahun baru Hijriyah, Maulid Nabi Muhammad SAW,Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW, Peringatan Nuzulul Quran, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha),
Kepramukaan, Tafakur Alam, Latihan
Kepemimpinan, Karya Ilmiyah Remaja dan lain-lain. E. Integrasi Pendidikan Karakter pada Budaya Sekolah 1. Konsep Budaya Sekolah Short dan Greer (1997) mendefinisikan budaya sekolah sebagai keyakinan, kebijakan, norma dan kebiasaan di dalam sekolah yang dibentuk, diperkuat dan dipelihara melalui pimpinan dan guru-guru disekolah. Menurut Kennedy, budaya sekolah adalah keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan mereka sebagai warga suatu masyarakat. Komaroddin Hidayat (2010) juga menyatakan bahwa school culture memiliki peran yang sangat vital dalam proses pendidikan dengan alasan bahwa walaupun anak memiliki bakat yang hebat tetapi karena kondisi sekolahnya tidak mendukung,maka bakat anak tersebut tidak akan tumbuh dengan optimal karena hanya terpendam saja dan pada gilirannya dapat mematikan potensi bakat anat tersebut, sebaliknya anak dengan kepandaian dan bakat yang sedang-sedang saja, tetapi karena lingkungan sekolahnya baik dan mendukung, maka anak tersebut akan tumbuh sebagai anak yang mandiri dan sukses.
31
Kemendiknas seperti dikutip Agus Wibowo (2012) mendefinisikan budaya sekolah merupakan suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi, baik dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah. Interaksi internal kelompok dan antar kelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku disuatu sekolah. Budaya sekolah yang positif akan mendorong semua warga sekolah untuk bekerja sama yang didasarkan saling percaya, mengundang partisipasi seluruh warga, mendorong munculnya gagasan baru dan memberikan kesempatan untuk terlaksananya pembaharuan di sekolah. Budaya sekolah yang baik dapat menumbuhkan iklim yang mendorong semua warga sekolah untuk belajar an menjadikan belajar sebagi kebutuhan bukan lagi keterpaksaan. Di samping itu, budaya sekolah sangat mempengaruhi prestasi dan prilaku peserta didik dari sekolah tersebut. Budaya sekolah merupaka jiwa dan kekuatan sekolah yang memungkinkan sekolah dapat tumbuh berkembang dan melakukan adaptasi dengan lingkungan yang ada. Program diorganisasikan
pelaksanaan dan
budaya
diterapkan
di
sekolah lingkungan
berbasis sekolah
karakter dengan
menggunakan strategi pemodelan (modeling), pengajaran (teaching) dan penguatan lingkungan (reinforcing). Pembudayaan dan penanaman karakter secara terus menerus mensyaratkan proses pemodelan , pengajaran dan penguatan lingkungan atas karakter yang baik. Nilai, norma, kebiasaan-kebiasaan karakter yang disudah diprioritaskan sekolah harus dimodelkan oleh semua warga sekolah (kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan), diintegrasikan oleh guru ke dalam setiap mata pelajaran dan dikuatkan oleh penataan lingkungan sekolah. Budaya sekolah membangun komitmen dan identifikasi diri dengan nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Pada suatu sekolah misalnya, setiap guru secara sadar datang pada jam 06.30 dan pulang jam 16.00. Kehadiran guru yang demikian sebagai bentuk
32
komitmen mereka terhadap budaya yang telah berlaku disekolah. Kebiasaan tersebut telah mengikat dan menjadi bagian dari hidupnya sehingga tidak dirasakan sebagai beban. Karena itu, dalam mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam budaya sekolah, perlu diperhatikan dua level kehidupan sekolah yaitu level individu dan level oranisasi atau level sekolah. Level individu merupakan prilaku siswa selaku individu yang tidak lepas dari budaya sekolah yang ada. Budaya sekolah di level individu mencakup antara lain : pertama, bagaimana guru memberikan perhatian dan menangani masalah siswa yang dihadapi siswa. Kedua, bagaimana guru mengalokasikan sumber yang ada. Ketiga, bagaimana para guru memberikan contoh teladan terhadap para siswanya dan keempat, bagaimana guru memberi reward atas prestasi dan punishment untuk prilaku siswa yang tidak baik. Sementara pada level sekolah / institusi, mencakup bagaimana disain dan bangunan sekolah, bagaimana sistem, mekanisme dan prosedur sekolah seperti tata tertib dan lain-lain,bagaimana ritual, tata cara dan kebiasaan yang ada di sekolah seperti upacara sekolah, seragam sekolah dan sebagainya, dan apakah sekolah memiliki semboyan atau jargon yang menjadi kebanggaan sekolah, serta bagaimana filosofi, visi dan misi sekolah serta bagaimana proses sosialisasinya. 2. Integrasi Karakter dalam Budaya Sekolah a. Pengkondisian Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter maka sekolah perlu dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu. Sekolah memerlukan pengondisian berupa situasi dan interaksi edukatif. Pengembangan nilai-nilai karakter melalui pengondisian memerlukan sarana yang memadai dan mendukung misalnya toilet sekolah yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat belajar yang ditempatkan dengan teratur, dan lain-lain.
33
b. Kegiatan Rutin Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal dan dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat seperti upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan bersama seprti ibadah dan salat berjamaah, keteraturan, pemeliharaan kebersihan seperti kebersihan kuku rambut, telinga, pakaian dan lainlain, dan kesehatan diri. c. Kegiatan Spontan Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang tidak terjadwal dalam kejadian khusus yang dilakukan secara spontan saat itu juga. Kegiatan ini bisanya dilakukan pada saat guru atau tenaga kependidikan lainnya mengetahui adanya perbuatan yang baik dari peserta didik yang harus dikoreksi pada saat itu juga seperti pembentukan prilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, budaya antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran), berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, memalak, berlaku tidak sopan, berpakaian tidak senonoh dan lain-lain. Kegiatan spontan ini tidak saja berlaku untuk prilaku dan sikap peserta didik yang tidak baik, tetapi prilaku yang baik juga harus direspons secara spontan dengan memberikan pujian. d. Keteladanan dan Pembiasaan Keteladanan adalah prilaku atau sikap guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam memberikan contoh terhadap tindakantindakan yang baik sehingga diharapkan dapat menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Keteladanan adalah kegiatan dalam bentuk prilaku sehari-hari dan dengan pembiasaan, peserta didik menjadi terbiasa merefleksikan nilai-nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari seperti sahalt berjamaah, membaca alquran dan doa untuk mengawali dan mengakhiri proses pembelajaran, menjawab dan
mengucapkan
salam,
membaca
asmaul
husna
sebelum
pembelajaran pada jam pertama pada hari proses pembelajaran,
34
menjaga kebersihan berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu dan lain-lain.
35
BAB III METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian Penelitian ini dikategorikan kepada penelitian lapangan (field research), di mana peneliti langsung menggali fakta-fakta dan peristiwa di lapangan. Penelitian ini berfungsi untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang ada sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan tidak sekedar menjelaskan fenomena-fenomena yang ada tetapi juga dapat memberikan umpan balik dari suatu aktivitas dan proses tersebut sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan program tertentu (Kidder: 1981). Untuk itu penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif sebab pendekatan kualitatif berguna untuk menggambarkan suatu realita dan kondisi social dalam masyarakat, dalam arti akan mengungkapkan kondisi apa adanya tentang implementasi pendidikan karakter pada SDN di Kabupaten Tanah Datar. Hal ini sesuai dengan pendapat Selitz bahwa penelitian deskriptif mencoba menggambarkan tentang sifat-sifat individu, keadaan, gejala-gejala dalam kelompok tertentu, menentukan adanya hubungan tertentu antara satu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat. (Selitz dan Tan,1977 : 42). Dengan demikian, penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 1988 : 5). Maka dengan menggunakan metode kualitatif, maka data yang didapat lebih lengkap, lebih mendalam, kridibel dan bermakna sehingga tujuan penelitian tercapai.
B. Sampel Penelitian Menurut Koentjaraningrat (1997:89), dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif penentuan besarnya sample tidak ada ukuran yang mutlak.Teknik sampling tidak berdasarkan probabilitas, melainkan dipilih dengan tujuan untuk mendeskripsikan suatu gejala sosial / keadaan atau
36
masalah sosial tertentu dengan pertimbangan tertentu, sehingga disebut sampling bertujuan (Proporsif sample). Dengan demikian dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan sample acak, akan tetapi sample dipilih berdasarkan kebutuhan penelitian. Berdasarkan keterangan diatas, maka sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah proposif sampling.
Menurut
Guba
(dalam
Moeleong, 2001: 131-132), pengambilan sample secara proporsif memiliki ciri sebagai berikut : (1) rancangan sample yang muncul, dalam arti sample tidak dapat ditentukan terlebih dahulu, (2) pemilihan sample secara berurutan dengan teknik sample bola salju (snowball sampling), (3) sample berkelanjutan, pada awalnya setiap sample memiliki kegunaan yang sama, tetapi semakin banyak informasi yang masuk akan semakin dapat mengembangkan hipotesis kerja dan sample dipilih atas dasar focus penelitian,dan (4) pemilihan sample berakhir bila sudah terjadi pengulangan informasi.
C. Sumber Data / Informan Penelitian Menurut Lofland dan (dalam Moleong, 2001 : 112), sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, sedangkan selebihnya seperti dokumen dan lain-lain hanyalah merupakan data tambahan. Pendapat Lofland ini kemudian disempurnakan oleh Moleong (2001 : 112-116) dengan merinci sumber data utama dalam penelitian kualitatif menjadi : (1) kata-kata dan tindakan , (2) sumber tertulis, (3) foto dan (4) data statistic. Berdasarkan uraian di atas, maka sumber data dalam bentuk kata-kata dan tindakan dalam penelitian ini berasal dari orang-orang yang dijadikan responden dalam satuan analisis yaitu guru-guru baik guru kelas dan guru agama serta kepala sekolah SDN di Kecamatan Lima Kaum Kab.Tanah Datar. Data tentang bagaimana implementasi pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam proses pembelajaran diperoleh dari guru kelas dan guru bidang studi agama, sedangkan data tentang bagaimana integrasi pendidikan karakter melalui kegiatan pengembangan diri dan budaya sekolah didapatkan dari kepala sekolah.
37
Berdasarkan data Diknaker tahun 2013, jumlah Sekolah Dasar yang ada pada Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar adalah sebanyak 28 sekolah.
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik wawancara yang dipakai adalah wawancara bebas atau tidak terstruktur dan bersifat mendalam
(indept
interview). Wawancara dilakukan guna mendapatkan informasi yang berkaitan pengimplementasian pendidikan karakter yang terintegrasi dengan pembelajaran, pengembangan diri dan budaya sekolah pada SDN di Kecamatan Lima Kaum Kab. Tanah Datar. Penggunaan wawancara sebagai instrument dalam penelitian ini adalah agar peneliti mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi atau fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. (Susan Stainback : 1988). Adapun penggunaan wawancara dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini berpedoman kepada langkah wawancara yang dirumuskan oleh Lincoln dan Cuba yaitu : 1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan 2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan 3. Mengawali atau membuka alur wawancara 4. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya 5. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan 6. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh Sedangkan observasi dilakukan dalam bentuk pengamatan langsung ke objek penelitian yaitu Sekolah Dasar untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan kepala sekolah terkait masalah penelitian yang diusung. Malinowski (dalam Gregori & Altma, 1989 : 1) menyebutkan bahwa penelitian lapangan bukanlah sebuah pencatatan penyusunan daftar pasif tentang fakta, melainkan sebuah proses analisis
38
dari hasil observasi langsung. Sedangkan dokumentasi adalah setiap bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan atau sumber untuk memperoleh data yang dalam hal ini adalah dokumen silabus dan RPP yang dibuat guru Sekolah Dasar di Kecamatan Lima Kaum Kab. Tanah Datar.
E. Teknik Menguji Kevalidan Data Dalam penelitian ini pengujian validitas data penelitian dilakukan dengan cara : 1. Triangulasi
yaitu
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan data dan sebagai bahan pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber
lainnya,
hal
ini
dilakukan
dengan
cara
pertama,
membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengamatan / observasi , kedua, menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda,
ketiga,
membandingkan
hasil
wawancara
dengan
dokumentasi yang berkaitan. 2. Ketekunan pengamatan yaitu dengan mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap factorfaktor yang menonjol, kemudian menelaah secara rinci factor-faktor tersebut.
F. Teknik Analisis Data Menurut Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya jenuh. Oleh sebab itu data kualitatif yang dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan penjelasan kualitatif. Dalam analisis ini, apa yang ditemukan tidak cukup dijelaskan dengan apa adanya, akan tetapi diinterpretasikan, Teknik pengelolahan data yang digunakan adalah teknik deskriptif analisis. Metode ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang menyeluruh mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan focus
39
penelitian. Oleh sebab itu data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi yang terkait akan diklasifikasikan dalam bentuk deskriptif analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mengedit data yaitu menyusun data sesuai dengan tujuan penelitian 2. Membaca, menelaah dan mencatat data yang telah dikumpulkan 3. Menghimpun sumber data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti 4. Mengklasifikasikan data sesuai dengan batasan masalah yang diteliti 5. Interpretasi data yaitu setelah data dihimpun, diklasifikasikan dan diuraikan dengan kata-kata 6. Menarik kesimpulan akhir. (Lexy J Moleong : 2006) Selanjutnya Miles dan Huberman (1992), juga mengemukakan teknik analisis data kualitatif yang hampir sama dengan yang diungkapkan oleh Lexy J Moleong di atas,yaitu sebagai berikut : 1. Data colection 2. Reduksi data (data reduction) 3. Penyajian data (display data) 4. Menarik
kesimpulan
dan
verivikasi
(conclusion
drawing
/
verification) Reduksi data dalam penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan membuang yang tidak perlu, jadi reduksi data dilakukan untuk proses
pemilihan,
pengeditan,
pemusatan
pada
penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan di lapangan (data collection). Selanjutnya data yang merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk teks yang naratif dan juga berupa matriks . Format matriks merupakan abstraksi atau penyederhanaan dari data kasar yang diperoleh dari catatan di lapangan. Penyusunan matriks beserta penentuan data kasar yang masuk
akan
dilakukan
berdasarkan
klasifikasi
masalah
penelitian.
Selanjutnya dari data yang terdapat dan disusun dalam matriks tersebut,
40
kemudian dilakukan penarikan kesimpulan yang dideskripsikan secara normatif.
G. Luaran / Manfaat Penelitian Berdasarkan focus penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk : 1. Dalam aspek teoritis,penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi pengembangan teori-teori pendidikan. 2. Dalam aspek praktis, penelitian ini dijadikan sebagai research awal atau penelitian awal sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk melahirkan suatu disain atau model pendidikan karakter yang efektif pada penelitian selanjutnya di masa datang
41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Implementasi Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Berdasarkan wawancara dan pengamatan dengan responden, diketahui bahwa dalam pelaksanaannya pendidikan karakter diintegrasikan pada semua mata pelajaran. Apalagi dalam tuntutan kurikulum 2013 ini, penanaman dan pembentukan sikap menjadi sangat utama dibandingkan dengan pengisian pengetahuan dan ketrampilan, dimana pada kurikulum KTSP sebelumnya lebih banyak menekankan pada aspek pengetahuan, sementara aspek sikap sepertinya terabaikan. Pengintegrasian nilai-nilai karakter dapat dilakukan untuk satu nilai karakter atau lebih pada setiap tema dan sub tema dari materi pelajaran. Proses pengintegrasian tersebut dapat dilakukan dengan cara : pertama yaitu dengan mencantumkan nilai-nilai tersebut dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan kedua yaitu menerapkannya dalam pembelajaran dengan mengembangkan proses pembelajaran yang aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan untuk melakukan internalisasi nilai-nilai karakter tersebut dan menunjukkannya dalam prilaku sehari-hari. Dengan demikian dapat dijelaskan lebih dalam mengenai bentuk pengintegrasian nilai-nilai karakter pada pembelajaran berikut ini : 1. Pengintegrasian nilai karakter pada persiapan pembelajaran (RPP). Berdasarkan temuan di lapangan, terdapat dua model RPP yang dibuat oleh guru yaitu pertama ada yang masih berdasarkan format RPP KTSP 2006 dengan mencantumkan nilai-nilai karakter yang akan dikuasai siswa mulai pada perumusan tujuan sampai pada langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajarannya dan yang kedua model RPP yang sudah berdasarkan kepada kurikulum 2013. Berikut ini contoh model RPP yang dibuat guru berdasarkan kepada kurikulum KTSP 2006 dan RPP yang dibuat berdasarkan kurikulum 2013 :
42
Contoh RPP Berkarakter berdasarkan KTSP 2006 :
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Alokasi Waktu
: SDN 33 Piliang : Pendidikan Agama Islam :I/1 :1.Menghafal surah pendek pilihan dalam Alquran :1.1Melafalkan QS Al Fatihah dengan lancar :3 x 35 menit ( 1 x pertemuan )
Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat melafalkan surah Al fatihah dengan lancar dan benar Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines) , Rasa hormat dan perhatian ( respect ) , Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility ), Berani ( courage ), Ketulusan (Honesty ), Integritas ( integrity ) , Peduli ( caring ) dan Jujur ( fairnes ), Materi Pembelajaran : 1. Materi tentang melafalkan surah Al Fatihah dengan lancar dan benar
Metode Pembelajaran : 1. Siswa melafalkan surah Al Fatihah secara klasikal, kelompok dan Individu Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran: 1. Kegiatan Pendahuluan Apersepsi : Memberikan pertanyaan seputar pelajaran yang lalu dan materi
43
Motivasi : memberikan informasi tentang tujuan mempelajari ketentuan-ketentuan bahan ajar surah Al Fatihah dan isi kandungannya serta keistimewaannya (melalui Fitur Mutiara Islam dan Sepenggal kisah) 2.Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: Siswa melafalkan surah Al Fatihah secara klasikal, kelompok dan individu mengikuti bacaan guru secara hormat dan perhatian ( respect ) , Tekun ( diligence ) , serta Tanggung jawab ( responsibility ), . melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber; menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran secara Peduli ( caring ) dan Jujur ( fairnes ), Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna secara Tanggung jawab ( responsibility ), memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar secara Tanggung jawab ( responsibility dan Jujur ( fairnes ). memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok; memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan; Siswa mengulang-ulang lafal surah Al Fatihah secara kelompok dan individu Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan 3. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru:
44
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; Alat / Sumber Belajar: 1. Tulisan lafal surah Al Fatihah pada karton 2. Alquran (Juz Amma) 3. Buku Pendidikan Agama Islam 4. Buku-buku lain yang relevan 5. Kaset dan CD Alquran atau peralatan teknologi dan komunikasi yang relevan 6. Pengalaman guru 7. Lingkungan sekitar Penilaian: Indikator Pencapaian
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Melafalkan surah Al Fatihah dengan lancar dan benar
Tes Lisan
Hafalkan
Instrumen / Soal 1. 2.
3. 4.
5.
Hafalkan surah Al Fatihah dengan lancar dan benar ! Apabila ada huruf bertanda baca fathah diikuti oleh ya’ mati dibaca apa? Sebutkan surat alFatihah tiap ayat! Setiap membaca satu huruf al-Quran mendapat pahala satu kebaikan. Dan satu kebaikan akan dilipatkan .… a. 10 kebaikan b. 20 kebaikan c. 30 kebaikan ar-rahmān artinya adalah ?
45
Format Kriteria Penilaian : 1. PRODUK ( HASIL DISKUSI ) No. 1.
Aspek Konsep
Kriteria * semua benar * sebagian besar benar * sebagian kecil benar * semua salah
2. PERFORMANSI No. Aspek 1. Kerjasama
2.
Partisipasi
Skor 4 3 2 1
Kriteria * bekerjasama * kadang-kadang kerjasama * tidak bekerjasama * aktif berpartisipasi * kadang-kadang aktif * tidak aktif
Skor 4 2 1 4 2 1
Adapun contoh RPP berkarakter berdasarkan Kurikulum 2013 dari dokumen salah seorang responden adalah : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/ Semester Tema/ Subtema/PB Alokasi Waktu Hari/Tanggal
: SDN.24 Baringin : II (dua) / I (satu) : Bermain di Lingkunganku / Bermain di Lingkungan Rumah / 1 : 1 x Pertemuan (5 x 35 Menit) : Senin /
A. Kompetensi Inti (KI) 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru. 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
46
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. B. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator PPKn Kompetensi Dasar: 1.2. Menerima kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan rumah dan sekolah 2.1. Menunjukkan perilaku toleransi, kasih sayang, jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru sebagai perwujudan dan moral Pancasila 3.3. Memahami makna keberagaman karakteristik individu di rumah dan di sekolah 4.3. Berinteraksi dengan beragam teman di lingkungan rumah dan sekolah Indikator 3.3.1. Menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan jenis kelamin 4.3.1. Menceritakan kebersamaan dengan anggota keluarga yang berbeda jenis kelamin Bahasa Indonesia Kompetensi Dasar: 1.1. Menerima anugerah tuhan Yang Maha Esa berupa Bahasa Indonesia yang dikenal sebagai bahasa persatuan dan sarana belajar di tengah keberagaman bahasa daerah 2.3. Memiliki rasa percayadiri dan tanggung jawab terhadap keberadaan anggota keluarga dan dokumen milik keluarga melalui pemanfaatan bahasa Indonesia dan/ atau bahasa daerah 3.2. Mengenal teks cerita narasi sederhana kegiatan dan bermain di lingkungan dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu pemahaman. 4.2. Memperagakan teks cerita narasi sederhana tentang kegiatan dan bermain di lingkungan secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah untuk membantu penyajian. Indikator 3.2.5 Mengidentifikasi berbagai aktivitas bermain di lingkungan sekitar. 3.2.8 Mencatat hal-hal pokok aktivitas bermain denan topik tertentu. 4.2.2 Menulis cerita narasi sederhana tentan aktivitas bermain lingkungan sekitar dengan EYD yang benar Matematika Kompetesi Dasar 1.1. Menerima dan menjalakan ajaran agama yang dianutnya 2.1. Menunjukkan sikap cermat dan teliti, jujur, tertib dan mengikuti aturan, peduli, disiplin waktu serta tidak mudah menyerah dalam mengerjakan tugas
47
3.3.
Mengenal kesamaan dua ekspresi menggunakan benda konkret, simbol atau penjumlahan/ pengurangan bilangan hingga satu angka. 4.5. Memecahkan masalah nyata secara efektif yang berkaitan dengan penjumlahan, pengurang perkalian, pembagian, waktu, berat, panjang, berat benda dan uang, selanjutnya memeriksa kebenaran jawabannya. Indikator 3.3.1 Menetukan suku yang belum diketahui dari kalimat metematika yang berkaitan dengan penjumlahan (ruas kanan 1 suku, ruas kiri 2 suku). 4.5.1 Memberikan alasan yang berkaitan dengan nilai kebenaran suatu kesamaan. SBDP Kompetensi Dasar 1.1. Menikmati keindahan alam dan karya seni sebagai salah satu tanda-tanda kekuasaan Tuhan 2.2. Menunjukkan rasa ingin tahu untuk mengenal alam di lingkungan sekitar sebagai sumber ide dalam berkarya seni. 3.1. Mengenal bahan dan alat serta tekniknya dalam membuat karya seni rupa 4.1. Menggambar ekspresi dengan mengolah garis, warna, bentuk dan tekstur berdasarkan hasil pengamatan di lingkungan sekitar. Indikator 3.1.1 Mengidentifikasi bahanbahan dalam membuat karya seni rupa. 4.1.1 Menggambar ekpresif dengan memanfaatkan beragam media dilingkungan sekitar. C. Tujuan Pembelajaran 1) Dengan mengamati gambar tentang kegiatan bermain di lingkungan rumah, siswa dapat mengidentifikasi berbagai aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan cermat. 2) Dengan membaca teks percakapan, siswa dapat menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan jenis kelamin dengan percaya diri. 3) Dengan teks percakapan Tiur dan Beni, siswa dapat melengkapi cerita berdasarkan isi percakapan dengan cermat. 4) Dengan tanya jawab, siswa dapat menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan kegemaran dengan percaya diri. 5) Dengan cerita yang telah dilengkapi, siswa dapat mencatat hal-hal pokok aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan cermat. 6) Dengan melengkapi cerita tentang dirinya sendiri, siswa dapat menceritakan keberagaman anggota keluarga yang berbeda jenis kelamin, kegemaran dan sifat (karakter) berdasarkan teks percakapan dengan percaya diri. 7) Dengan penugasan guru, siswa dapat mengelompokkan benda-benda yang digunakan pada aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan cermat dan bertanggungjawab.
48
8) Dengan contoh cerita narasi bermain rumah kartu, siswa dapat menulis cerita narasi sederhana tentang aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan menggunakan tulisan tegak bersambung dan EYD yang tepat. 9) Dengan mengamati contoh, siswa dapat menentukan suku kata yang belum diketahui dari kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan (ruas kanan 1 suku, ruas kiri 1 suku) dengan percaya diri. 10) Dengan bimbingan guru, siswa dapat memberi alasan yang berkaitan dengan nilai kebenaran suatu kesamaan dengan percaya diri. 11) Dengan penugasan guru, siswa dapat mengidentifikasi bahan-bahan yang digunakan dalam membuat karya senirupa gambar ekspresif dengan cermat. 12) Dengan penugasan guru, siswa dapat menggambar ekspresif aktivitas bermain di rumah dengan memanfaatkan beragam media di lingkungan sekitar dengan mengolah garis, warna, bentuk, dan tekstur dengan cermat dan bertanggung jawab . D. Materi Pembelajaran -
Berbagai aktivitas bermain di lingkungan rumah Keberagaman anggota keluarga berdasarkan jenis kelamin Melengkapi cerita berdasarkan isi percakapan Keberagaman anggota keluarga berdasarkan kegemaran Mencatat hal-hal pokok aktivitas bermain di lingkungan rumah Keberagaman anggota keluarga yang berbeda jenis kelamin, kegemaran dan sifat (karakter) berdasarkan teks percakapan Mengelompokkan benda-benda yang digunakan pada aktivitas bermain di lingkungan rumah Menulis cerita narasi sederhana tentang aktivitas bermain di lingkungan rumah dengan menggunakan tulisan tegak bersambung dan EYD yang tepat. Menentukan suku kata yang belum diketahui dari kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan (ruas kanan 1 suku, ruas kiri 1 suku) Memberi alasan yang berkaitan dengan nilai kebenaran suatu kesamaan Mengidentifikasi bahan-bahan yang digunakan dalam membuat karya senirupa gambar ekspresif Menggambar ekspresif aktivitas bermain di rumah dengan memanfaatkan beragam media di lingkungan sekitar dengan mengolah garis, warna, bentuk, dan tekstur .
E. Metode dan Pendekatan Pembelajaran Metode (ceramah, diskusi, penugasan, dan tanya jawab) Pendekatan: Scientific (mengamati, mengumpulkan informasi, eksperimen, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan). F. Media, Alat, dan Sumber Pelajaran
49
1. Media Gambar Beni bermain menyusun rumah kartu dengan Tiur. Gambar Beni berbaring di tempat tidur dan Tiur disampingnya. Gambar tumpukan rumah kartu Gambar kelereng merah dan kelereng biru.. Gambar berbagai garis, warna, bentuk dan tekstur 2. Alat/bahan 3. Sumber belajar: Irene,dkk.(2014:3-11). Buku Siswa Kelas II Tema II “Bermain di Lingkunganku”. Buku TematikTerpadu. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan
Deskripsi Kegiatan 1. Guru mengkondisikan memfokuskan konsentrasi belajar
kelas siswa
Alokasi Waktu dan 15 Menit untuk
2. Siswa diminta untuk menyiapkan kelas dan memimpin do’a akan belajar 3. Guru mencek kehadiran menanyakan keadaan siswa
siswa
dan
4. Guru memberi motivasi kepada siswa dengan menunjukkan gambar anak sedang bermain
5. Tanya jawab tentang gambar yang diamati 6. Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan tentang “Bermain di Lingkunganku” dan subtema “Bermain di
50
Lingkungan Rumah” Kegiatan Inti
1. Siswa menyimak penjelasan guru tentang aktivitas Beni bermain di rumah (mengamati). 2. Siswa mengamati gambar Beni dan Tiur menyusun rumah kartu di atas meja di ruang TV (mengamati). 3. Siswa membuat pertanyaan berdasarkan gambar Beni dan Tiur menyusun rumah kartu di atas meja di ruang TV (menanya). 4. Siswa menukarkan dan mendiskusikan jawaban pertanyaan yang dibuatnya dengan teman sebangku (mengumpulkan informasi). 5. Siswa mengidentifikasi berbagai aktivitas bermain di lingkungan rumah berdasarkan gambar yang diamati (mengumpulkan informasi). 6. Siswa mengamati gambar pada teks percakapan Benidan Tiur (mengamati). 7. Siswa membaca teks percakapan Beni dan Tiur (mengamati). 8. Siswa bertanya jawab tentang keberagaman anggotakeluarga menurut jenis kelamin berdasarkan jenis kelamin tokoh pada teks percakapan (menanya). 9. Siswa bertanya jawab menyebutkan keberagaman anggota keluarga berdasarkan isi percakapan Beni dan Tiur (menanya). 10. Siswa diarahkan guru untuk menceritakan kembali isi percakapan Beni dan Tiur dengan percaya diri. 11. Siswa melengkapi cerita berdasarkan isi percakapan Beni dan Tiur. (mengumpulkan informasi). 12. Siswa mencatat hal-hal pokok dari teks cerita percakapan Beni dan Tiur di lingkungan rumah yang sudah dilengkapi (mengumpulkan informasi). 13. Siswa menceritakan kebersamaan dengan anggota keluarga yang berbeda jenis kelamin, kegemaran dan sifat (karakter) dengan melengkapi cerita tentang dirinya sendiri (mengomunikasikan). 14. Siswa diarahkan oleh guru mengelompokkan kegiatan yang dilakukan di rumah dan benda-benda yang diperlukan dengan percaya diri. (mengumpulkan
145 Menit
51
15.
16.
17. 18.
19.
20.
21.
22.
Penutup
informasi) Siswa mengelompokkan benda-benda yang digunakan pada aktivitas bermain di lingkungan rumah (mengumpulkan informasi). Siswa menulis cerita narasi sederhana tentang aktivitas bermain di lingkungan sekitar dengan tulisan tegak bersambung (mengomunikasikan). Siswa mengamati gambar kelereng merah dan biru didalam buku (mengamati). Siswa menentukan suku kata yang belum diketahui dari kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan (ruas kanan 1 suku, ruas kiri 1 suku) (mencoba). Siswa memberi alasan yang berkaitan dengan nilai kebenaran suatu kesamaan (mencoba). Siswa diarahkan guru berkreasi membuat gambar ekspresi dengan percaya diri (mengomunikasikan). Siswa mengidentifikasi bahan-bahan yang digunakan dalam membuat karya senirupa gambar ekspresif (mengum pulkan informasi). Siswa menggambar ekspresif aktivitas bermain dengan anggota keluarga dengan memanfaatkan beragam media di lingkungan sekitar dengan mengolah garis, warna, bentuk, dan tekstur (mengomunikasikan).
1. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / 15 Menit rangkuman hasil belajar selama sehari. 2. Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi) 3. Melakukan penilaian hasil belajar 4. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran) a. Guru mengamati sikap siswa dalam berdo’a (sikap duduknya, cara membacanya, cara melafalkannya, dan
52
sebagainya) b. Memberi nasehat, bila ada siswa yang kurang benar dan kurang sempurna dalam berdo’a, agar besok kalau berdoa lebih disempurnakan H. Penilaian Teknik Penilaian 1. Penilaian sikap : Cermat, percaya diri, bertanggung jawab 2. Penilaian pengetahuan : Tes tertulis 3. Penilaian keterampilan : Unjuk kerja Bentuk instrumen penilaian a. Sikap Berilah tanda centang ( √ ) pada kolom yang sesuai ! Perubahan Tingkah Laku Bertanggung Cermat Percaya Diri No Nama jawab BT
MT
MB
SM
BT
MT
MB
SM
BT
MT
MB
SM
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Keterangan BT ---- Belum Terlihat MT ---- Mulai Terlihat MB ---- Mulai Berkembang SM ---- Sudah Membudaya b. Pengetahuan Penilaian: Penskoran a. Melengkapi kalimat berdasarkan teks percakapan keberagaman anggota keluarga di rumah. Banyak soal : 4 buah Skor maksimal : 100 c.
Sub tema 1: Bermain di Lingkungan Rumah
Kunci jawaban : 1) Tidak sabar (skor 25) Baik dan penyayang 2) Bermain bola kaki (skor 25) Menggambar 3) Tidak sehat atau sakit (skor 25) Sehat 4) Jawaban berdasarkan pendapat siswa (skor 25) b. Melengkapi cerita berdasarkan isi percakapan Banyak soal : 6 buah Skor maksimal : 100
53
Kunci jawaban : 1) Sakit (skor 16) 2) Istirahat (skor 16) 3) Bosan (skor 16) 4) Sayang (skor 16) 5) Menggambar (skor 16) 6) Rukun (skor 20) c. Melengkapi cerita tentang diri sendiri Banyak soal: 8 buah Skor maksimal: 100 Kunci jawaban : Jawaban berdasarkan pendapat masing-masing siswa. (skor setiap jawaban 1) d. Kegiatan yang dilakukan di rumah Banyak soal: 3 buah Skor maksimal: 100 Kunci jawaban: Jawaban berdasarkan pendapat masing-masing siswa (skor 100) e. Menentukan suku kata yang belum diketahui dari kalimat matematika yang berkaitan dengan penjumlahan Soal: 4 buah Skor maksimal: 100 Kunci jawaban: 1) 32 (skor 25) 2) 21 (skor 25) 3) 17 (skor 25) 4) 15 (skor 25) c. Keterampilan Penilaian : Unjuk Kerja a. Rubrik Penilaian Membaca teks percakapan
No
Kriteria
Baik Sekali
Baik
Cukup
4
3
2 Siswa mampu membaca sebagian kecil teks Mampu menjawab kurang dari setengah bagian teks
1.
Kemampuan Membaca Teks
Siswa mampu membaca keseluruhan teks
Siswa mampu membaca sebagian besar teks
2
Pemahaman Isi teks
Mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan
Mampu menjawab setengah atau lebih pertanyaan yang diajukan
Perlu Bimbingan 1 Siswa belum mampu membaca teks Belum mampu menjawab semua pertanyaan yang diajukan
54
b. Rubrik Penilaian Mencatat Hal-Hal Pokok Aktivitas Bermain di Lingkungan Rumah. No
Krteria
Baik Sekai
Baik
4 1
Kemampuan mencatat halhal pokok
2
Ketetapan isi dalam mencatat hal-hal pokok
3
Ketepatan penulisan dalam mencatat halhal pokok
Siswa mampu mencatat keseluruhan halhal pokok Siswa sangat tepat mencatat hal-hal pokok
Penulisan siswa sangat tepat dalam mencatat hal-hal pokok
Cukup
Perlu Bimbingan 1
3
2
Siswa mampu mencatat sebahagian besar hal-hal pokok Siswa cukup tepat mencatat halhal pokok dengan tepat Penulisan siswa cukup tepat dalam mencatat hal-hal pokok
Siswa mampu mencatat sebahagian kecil hal-hal pokok Siswa kurang tepat mencatat hal-hal pokok
Siswa belum mampu mencatat hal-hal pokok
Penulisan siswa kurang tepat dalam mencatat hal-hal pokok
Penulisan siswa belum tepat dalam mencatat hal-hal pokok
Siswa belum tepat mencatat hal-hal pokok
c. Rubrik Penilaian Menulis Narasi N o
Krteria
Baik Sekai 4
Baik
Cukup
3
2
Seluruh isi karangan sesuai judul atau tema 50 atau lebih Kata
Sebagian besar karangan sesuai judul atau tema 35 sampai 49 kata
Sebagian kecil karangan sesuai judul atau tema 15 sampai 34 kata
Penggunaan tulisan tegak bersambung
Seluruh isi menggunakan tulisan tegak bersambung yang jelas, rapi dan bersih
Penggunaan EYD
Seluruh tulisan menggunakan EYD yang tepat
Sebagian besar isi menggunakan tulisan tegak bersambung yang jelas, rapi dan bersih Sebagian besar tulisan menggunakan EYD yang tepat
Sebagian kecil isi menggunakan tulisan tegak bersambung yang jelas, rapi dan bersih Sebagian kecil tulisan menggunakan EYD yang tepat
1
Kesesuaian isi dengan judul atau tema
2
Jumlah kata yang Digunakan
3
4
Perlu Bimbingan 1 Seluruh isi karangan belum sesuai kurang dari 15 kata Tidak menggunakan tulisan tegak bersambung yang jelas, rapi dan bersih Tidak menggunakan EYD yang tepat
55
d. Rubrik Penilaian Membuat Gambar Ekspresi No
Krteria
Baik Sekai
Baik
Cukup
4
3
2
1
Komposisi Gambar
siswa mampu menggambar dengan hasil gambar sangat seimbang kiri dan kanan tanpa bimbingan guru
siswa mampu menggambar dengan hasil gambar seimbang kiri dan kanan dengan bimbingan guru
Siswa mampu menggambar namun hasilnya kurang seimbang kiri dan kanan walaupun dengan bimbingan guru.
2
Proporsi gambar
Terlihat hasil gambar mempunyai proporsi yang sangat sesuai.
Terlihat hasil gambar mempunyai proporsi yang cukup sesuai.
Terlihat hasil gambar mempunyai proporsi yang kurang sesuai.
3
Kerapian dan kebersihan dalam menggambar
Gambar yang dibuat sangat rapi serta bersih pada bidang dasaran
Gambar yang dibuat rapi serta sedikit bersih pada bidang dasaran
Gambar yang dibuat kurang rapi serta kurang bersih pada bidang dasaran
Perlu Bimbingan 1 Siswa mempu menggambar namun hasil gambar tidak seimbang kiri dan kanan walaupun dengan bimbingan guru Terlihat hasil gambar mempunyai proporsi yang tidak sesuai. Belum mampu menggambar dengan rapi dan bersih
e. Rubrik Penilaian Memberi Alasan yang Berkaitan dengan Nilai Kebenaran Suatu Kesamaan. No
Krteria
Baik Sekai 4
1
Ketepatan dalam alasan yang diungkapkan
2
Volume Suara
3
Kemampuan siswa memberikan alasan nilai kebenaran kesamaan
Seluruh alasan yang diungkapkan dengan tepat oleh siswa Terdengar sampai seluruh ruang kelas Siswa mampu memberikan seluruh alasan nilai kebenaran kesamaan dengan tepat
Baik 3 Sebagian besar alasan yang diungkapkan dengan tepat oleh siswa Terdengar sampai setengah ruang kelas Siswa mampu memberikan sebagian besar alasan nilai kebenaran kesamaan dengan tepat
Cukup 2 Sebagian kecil alasan yang diungkapkan dengan tepat oleh siswa Terdengar hanya bagian depan ruang kelas Siswa mampu memberikan sebagian kecil alasan nilai kebenaran kesamaan dengan tepat
Perlu Bimbingan 1 Tidak ada alasan yang diungkapkan dengan tepat oleh siswa Suara sangat pelan atau tidak terdengar Siswa tidak mampu memberikan alasan nilai kebenaran kesamaan
56
Pada dua contoh RPP di atas, terlihat bahwa nilai-nilai karakter / sikap yang akan ditanamkan pada siswa tetap termuat di dalam kompoenen RPP tersebut, dimana pada RPP Berkarakater yang berdasarkan pada kurikulum KTSP 2006 memuat dan mencantumkan nilai-nilai karakter pada perumusan tujuan sampai pada langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajarannya. Begitu juga pada kurikulum 2013, memuat nilai-nilai karakter pada perumusan kompetensi intinya. Lebih jauh berdasarkan kajian terhadap dokumen yang penulis temukan di lapangan mengenai persiapan pembelajaran yang dibuat oleh guru-guru SD di Kec. Lima Kaum dalam bentuk rencana persiapan pembelajaran (RPP) ini
ditemukan bahwa model RPP berkarakter yang
dibuat masih berdasarkan pemahaman guru secara individual atau mandiri. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan dalam menentukan nilai-nilai karakter yang akan diintegrasikan meskipun pada materi yang sama, sehingga RPP yang dihasilkan memiliki format yang tidak sama antara satu sekolah dengan sekolah yang lain. Bahkan pada beberapa responden ditemukan tidak membuat RPP sama sekali dengan alasan bahwa dengan adanya kurikulum 2013 ini, dimana guru sudah dibekali dengan buku guru dan semua langkah pembelajaran sudah tertuang pada buku pegangan guru, sehingga menurut responden RPP tidak diperlukan lagi. Jika dianalisa lebih jauh tentang eksistensi muatan karakter pada RPP sebagai persiapan pembelajaran baik pada kurikulum KTSP 2006 maupun pada kurikulum 2013, sebenarnya sama-sama memuat nilai-nilai karakter, hanya saja pada RPP berdasarkan kurikulum KTSP 2006 dimuat secara eksplisit jenis dan macam nilai karakter, mulai dari perumusan tujuan pembelajaran sampai kepada scenario pembelajarannya, sedangkan pada kurikulum 2013 ini walaupun tidak dieksplisitkan pada komponen tujuan (indicator pencapaian kompetensi), namun pada Kompetensi Inti sudah dicantumkan secara nyata nilai-nilai karakter yang diharapkan terpenuhi dan dimiliki oleh peserta didik. Pada Kompetensi Inti 1 dijabarkan tentang karakter religius dengan rumusan kompetensi adalah menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Pada kompetensi inti 2 dimuat
57
nilai-nilai sikap/ karakter dan prilaku yang harus tertanam pada peserta didik dengan rumusan kompetensi yaitu memiliki prilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan guru. Pada kompetensi inti 3 juga memuat nilai-nilai karakter di antaranya cinta ilmu, teliti, kerja keras, kreatif dan rasa ingin tahu dengan rumusan kompetensi yaitu memahami pengetahuan factual dengan cara mengamati (mendengar, membaca, melihat) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah. Sedangkan pada kompetensi inti 4 terkandung nilai-nilai karakter berani, bertanggung jawab, serta mandiri dengan rumusan kompetensi adalah menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan prilaku anak yang beriman dan berakhlak mulia. Kemudian pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik sangat sarat dengan pembentukan nilai-nilai karakter pada siswa mulai dari langkah mengamati, menanya, menalar bahkan menyimpulkan, mampu memunculkan nilai-nilai karakter seperti rasa ingin tahu, teliti, kreatif, cermat, berani, kerjasama dan tanggung jawab serta disiplin dan nilai karakter lainnya. Sedangkan untuk mengukur ketercapaian nilai-nilai karakter yang tertuang pada kompetensi inti tersebut, maka guru harus melakukan penilaian secara komprehensif artinya, tidak hanya menilai penguasaan pengetahuan siswa tetapi juga menilai sikap/ karakter peserta didik pada setiap pertemuan dan diakumulasikan pada akhir semester dengan mencantumkan hasil perkembangan sikap dan karakter peserta didik dengan mencantumkan deskripsi sikap peserta didik pada rapornya.
2. Integrasi nilai nilai karakter pada materi dan implementasinya pada proses pembelajaran
Untuk mengimplementasikan pendidikan karakter pada materi dalam proses pembelajaran, maka materinya harus dikembangkan,
58
dieksplisitkan dan dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik, sehingga diharapkan pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada tataran internalisasi dan pengalaman
nyata
dalam
kehidupan
peserta
didik
sehari-hari
dimasyarakat. Beberapa cara yang ditempuh oleh guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam materi pelajaran adalah : a. Dengan
mengungkapkan
nilai-nilai
yang
ada
dalam
materi
pembelajaran b. Dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai karakter menjadi bagian yang terpadu dari materi pelajaran c. Dengan menggunakan perumpamaan dan membuat perbandingan dengan kejadian-kejadian serupa dalam hidup peserta didik d. Mengungkapkan nilai-nilai dengan menggunakan cerita seperti kisah hidup orang-orang besar (tokoh) dan orang-orang sukses e. Menggunakan lagu-lagu dan musik untuk mengintegrasikan nilai f. Menggunakan drama untuk melukiskan kejadian yang berisi nilainilai dan sebagainya. Untuk
dapat
memunculkan
nilai-nilai
karakter
pada
proses
pembelajaran, maka guru juga harus dapat mengembangkan strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi dan sesuai dengan nilai karakter yang diharapkan. Dari beberapa responden guru yang diamati saat proses pembelajaran
berlangsung,
masih
banyak
yang
belum
sepenuhnya
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun. Seharusnya guru pada kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan belajar aktif seperti pendekatan belajar kontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah dan lain-lain, namun kebanyakan guru mengalami kesulitan dalam memberi rangsangan untuk munculnya nilai-nilai karakter pada diri siswa ketika proses pembelajaran berlangsung, dikarenakan kurang kayanya guru dengan penguasaan akan strategi dan metode pembelajaran, baik secara teori maupun praktis, ditambah lagi dengan kesulitan yang dirasakan guru
59
dalam melakukan penilaian terhadap nilai /sikap yang dimunculkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga
guru kesulitan dalam menilai dan
menentukan karakater mana yang telah muncul dan ada pada
siswa.
Kesulitan tersebut muncul karena terbelahnya fokus perhatian guru antara penyampaian materi dan melaksanakan atau pengambilan nilai sikap siswa. Karena
itu
seharusnya
guru
perlu
memperhatikan
indicator
kompetensi nilai karakter yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Dari temuan di lapangan terdapat beberapa karakter inti yang dikembangkan guru dalam pembelajaran. Indicator dari setiap karakter pada siswa sekolah dasar adalah : No Nilai Karakter 1
Religious
2
Jujur
3
Toleransi, komunkatif bersahabat
4
Displin
5
Kerja keras
Indikator Kompetensi 1. Siswa mampu mengenal, mensyukuri tubuh dan bagiannya sebagai ciptaan Tuhan dengan cara merawatnya dengan baik 2. Bersyukur kepada Tuhan karena memiliki orang tua dan keluarga yang menyayanginya dengan cara menghormatinya 1. Tidak meniru jawaban teman ketika ujian dan mengerjakan tugas 2. Menjawab pertanyaan guru tentang sesuatu berdasarkan yang diketahui. 3. Mengatakan dengan sesungguhnya sesuatu yang telah terjadi atau yang dialaminya 1. Tidak mengganggu teman dan menjaga hak teman / 2. Mau bertegur sapa dan bersahabat dengan teman yang berbeda pendapat, serta menghargai dan menerima pendapat teman yang berbeda 3. Mau membantu teman yang mengalami kesulitan walaupun berbeda suku, agama. 4. Mau bekerja sama dalam kelompok di kelas 1. Datang ke sekolah tepat waktu 2. Duduk ditempat yang telah ditetapkan 3. Mentaati peraturan sekolah dan kelas 4. Berpakaian rapi 5. Melaksanakan dan menyelesaikan tugas pada waktunya 1. Mencatat dan mengerjakan semua tugas kelas dengan sungguh-sungguh, teliti dan rapi 2. Mencatat dengan sungguh-sungguh sesuatu yang dibaca, diamati dan didengar atau mencari suatu informasi yang ditugaskan guru
60
6
Rasa ingin tahu
7
Cinta damai
8
Gemar membaca
9
Peduli sosial
10
Peduli lingkungan
1. Mau bertanya kepada guru tentang materi pelajaran, tentang sesuatu yang didengar dari radio atau dari telivisi, tentang peristiwa yang dibacanya dari media cetak 2. Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran 1. Tidak menggunakan kekuatan fisik ketika berselisih dengan teman 2. Mendamaikan teman yang sedang berselisih dan ikut menjaga keamanan dan keselamatan di kelas 3. Berbicara dengan kata-kata yang tidak mengundang amarah teman 1. Membaca buku atau tulisan yang diwajibkan guru, membaca yang terkait dengan materi pelajaran 2. Membaca buku-buku cerita yang ada di perpustakaan sekolah 1. Membagi makanan dengan teman, membantu teman yang sedang memerlukan bantuan 2. Meminjakan alat kepada teman yang tidak punya 3. Mengumpulkan uang dan barang untuk korban bencana alam 1. Membuang sampah di tempatnya serta membersihkan tempat sampah 2. Membersihkan WC, halaman sekolah dan lingkungan sekolah 3. Memperindah kelas dengan tanaman 4. Melaksanakan tugas piket secara teratur
Berdasarkan wawancara pada beberapa sekolah dasar di Kec.Lima Kaum, diketahui bahwa 10 nilai karakter di atas sudah dilaksanakan namun berdasarkan pengamatan penulis, masih terdapat kekurangannya karena belum semua nilai karakter dengan indicator-indikator kemampuan tersebut di atas dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. B. Implementasi Pendidikan Karakter pada Kegiatan Ekskul (Pengembangan Diri) Program-program kegiatan Ekstra kurikuler (kegiatan pengembangan diri) juga dapat dijadikan sebagai sarana dalam meumbuhkan kembangkan nilai-nilai karakter pada siswa. Di antara bentuk program pengembangan diri yang ada pada sekolah dasar di Kec.Lima Kaum adalah :
61
1. Kegiatan bimbingan terhadap kelompok kecil yang dilakukan terhadap siswa kelas III sampai kelas VI dengan tujuan agar Siswa melaksanakan ibadah wajib dan sunat dalam kehidupan sehari-hari,memiliki akhlak dan pengetahuan tentang diri dan lingkungannya. Kegiatan bimbingan kelompok kecil ini diharapkan dapat membentuk karakter religius, tolong menolong, kepedulian, kejujuran, kedisiplinan dll 2. Kegiatan pramuka pada siswa kelas III sampai kelas VI dengan tujuan agar siswa memiliki pengetahuan dan kecakapan tentang kepramukaan. Dengan kegiatan pramuka akan dapat membentuk karakter relegius, tolong menolong, kepedulian, kejujuran, kedisiplinan dll. Untuk kegiatan pramuka ini, juga masih ada sekolah yang tidak mengadakan kegiatan pramuka ini, padahal kegiatan pramuka pada kurikulum 2013 ini sudah menjadi kegiatan pengembangan diri yang wajib diikuti oleh siswa. Sementara itu ada juga sekolah yang sudah bagus pelaksanaan kegiatan kepramukaan ini dengan melaksanakan kegiatan ini setiap hari sabtu dan mendatangkan pelatih sekali dua minggu dari pelatih pramuka kabupaten, agar guru sebagai pelaksana kegiatan juga mendapat pembekalan langsung dari pelatih. 3. Penyelenggaraan jenazah bagi siswa kelas IV dan V, dengan tujuan agar siswa memiliki kemampuan menyelenggarakan jenazah. Dengan program ini karakter relegius, tolong menolong, tanggung jawab, kepedulian dapat terbentuk. 4. Tahfiz alquran bagi siswa kelas III sampai kelas VI dengan tujuan agar siswa memiliki kemampuan hafal alquran sehingga terbentuk karakter religi, Kecerdasan, Kedisipinan, dan Keingin tahuan 5. TPA bagi siswa III sampai kelas VI dengan tujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam membaca Alquran segingga diharapkan terbentuk karakter Relegius,Kecerdasan, Kedisipinan, dan Keingin tahuan 6. Pildacil
bagi siswa kelas III dan kelas V agar siswa memiliki
pengetahuan dan kecakapan dalam berpidato sehingga diharapkan terbentuk karakter relegius, kecerdasan, kedisipinan, dan keingin tahuan
62
7. Muhasabah bagi guru agar guru memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya sebagai contoh penerapan karakter, sehingga tercipta karakter relegius, kesopanan, kesantunan, kepedulian, tanggung jawab, kerja keras dan jiwa kepemimpinan. 8. Program dokter kecil bagi siswa kelas III sampai kelas VI dengan tujuan agar siswa memiliki kemampuan dan kecakapan dalam melakukan pertolongan pertama bagi teman-temannya yang memerlukan layanan medis. Untuk melaksanakan program dokter kecil, sekolah bekerja sama dengan puskesmas terdekat. Siswa yang berminat menjadi dokter kecil diberi pelatihan. Dan setiap hari rabu, siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan materi yang didapatnya dari perlatiha dokter kecil tersebut kepada teman-temannya, hal ini diharapkan dapat membentuk karakter berani dan tanggung jawab pada siswa. Program ini juga mendukung terlaksananya program UKS di sekolah. Dari beberapa program pengembangan diri yang dikemukakan di atas, merupakan program unggulan yang dapat menumbuhkan kembangkan karakter pada siswa, namun pada kenyataan di lapangan, sekolah belum melaksanakan program tersebut semuanya, antara satu sekolah dengan sekolah lainnya tidak memiliki program yang sama.
C. Implementasi Pendidikan Karakter melalui Budaya Sekolah Di antara nilai-nilai karakter
yang menjadi prioritas untuk
dikembangkan pada tingkat sekolah dasar adalah religius, jujur, bersih dan nyaman, disiplin serta senyum sapa salam sopan santun (5S). Untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter pada siswa diperlukan kerjasama dan komitmen yang kuat di antara sesama guru dan kepala sekolah. Berdasarkan pengamatan lapangan sudah terbentuk komitmen yang kuat pada guru-guru dan kepala sekolah dalam membentuk karakter siswa, namun disayangkan pula pada
beberapa sekolah dasar lainnya yang diamati, masih terdapat
kurangnya kerja sama antar guru dan kepala sekolah dalam menumbuhkan dan menginternalisasikan karakter pada siswa.
63
Berdasarkan wawancara dan pengamatan yang dilakukan diketahui beberapa usaha yang dilakukan sekolah dalam menanamkan, menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai karakter pada siswa yaitu : 1. Karakter religius, disiplin, tanggungjawab, berani Untuk menumbuhkan nilai-nilai religius diperlukan kerjasama dan komitmen yang kuat di antara sesama guru dan kepala sekolah dan pihak luar yang terkait, dalam hal ini adalah orang tua. Tanpa kerjasama dan komitmen yang kuat antara sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dan orang tua dan keluarga sebagai lembaga pendidikan informal, maka pembentukan karaktrer pada siswa tidak akan berhasil dengan baik. Beberapa bentuk kegiatan religius yang dilakukan sekolah sebagai program pembiasaan pada sekolah dasar di Kec. Lima Kaum adalah : b. 10 menit sebelum PBM dimulai pagi hari siswa disuruh membaca doa mau belajar, membaca surat-surat pendek dan asmaul husna. Pada kelas tinggi yaitu kelas IV, V, dan kelas VI, siswa membaca alquran secara bergiliran setiap hari dengan pembagian bagi siswa kelas IV mulai juz 1- juz 10, kelas V mulai juz 11-juz 20 dan kelas VI mulai juz 21- juz 30, sehingga setiap tahun siswa mampu mengkhatamkan Alquran. Sebelum pulang juga dilakukan hal yang sama, siswa membaca doa setelah belajar dan mengucapkan salam. c. Melaksanakan kultum pagi setiap hari Jumat yang pelaksananya ditunjuk dari siswa secara berkelompok. Setiap siswa dalam kelompoknya bergiliran baik sebagai pembawa acaranya maupun sebagai penceramahnya. d. Membiasakan melaksanakan shalat zuhur berjamaah di sekolah yang dikoordinir oleh guru agama. Bagi sekolah yang belum memiliki mushalla, maka ruang kelas dapat dijadikan alternative sebagai tempat untuk melaksanakan shalat berjamaah. Untuk mengontrol pelaksanaan ibadah shalat siswa di rumah maka siswa diberikan buku kontrol atau buku penghubung oleh sekolah yang harus ditanda tangani oleh orang tuanya. Melalui buku penghubung, komunikasi guru dan orang tua tetap terjalin dengan baik, namun dari temuan di lapangan dari 10
64
sekolah yang dijadikan sampel, hanya 2 sekolah saja yang menggunakan buku penghubung ini. (contoh buku penghubung sebagaimana terlampir) e. Membiasakan shalat dhuha bagi warga sekolah yang dimulai dari kepala sekolah, para guru dan tenaga kependidikan lainnya f. Pembiasaan berinfak setiap hari jumat dan melaksanakan program koin peduli g. Bentuk kegiatan religius lainnya yang dilakukan adalah melaksanakan pesantren kilat pada bulan Ramadan dan memperingati momen momen lain pada waktu-waktu tertentu seperti hari raya, peringatan isra’ mi’raj dan lain-lain. 2. Karakter jujur, mandiri, tanggungjawab Salah satu program yang dilakukan sekolah untuk menumbuhkan kejujuran pada peserta didik adalah dengan membuat kantin jujur dan koperasi jujur. Kantin jujur atau koperasi jujur di sekolah bertujuan untuk melatih kejujuran pada siswa. Pada kantin jujur ataupun koperasi jujur digunakan self system service yaitu sistem pelayanan di mana pembeli melayani dirinya sendiri dalam proses pembelian barang yang dibutuhkan. Pembeli secara leluasa mengambil kebutuhan yang hendak dibelinya sehingga dalam penerapannya tidak ada penjual yang mengawasi secara langsung proses transaksinya, sementara mengenai harga
produk,
hanya
ditempel
label
sehingga
pembeli
dapat
mengetahuinya. Namun berdasarkan pengamatan penulis, masih banyak sekolah yang belum menggunakan program kantin jujur atau koperasi jujur ini sebagai sarana untuk melatih karakter jujur pada siswa, hal ini bisa saja dikarenakan bahwa untuk dapat melaksanakan program kantin jujur atau koperasi jujur ini, tentu membutuhkan manajemen yang efektif dan efisien mulai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, mekanisme kontrolnya hingga bentuk pengevaluasiannya. Selain program kantin jujur, karakter jujur siswa juga dibentuk dengan membiasakan siswa
65
meletakkan atau mengembalikan barang yang bukan milikinya pada tempat penemuan barang hilang yang sudah disediakan di depan kelas. Siswa yang menemukan barang yang hilang namanya dicantumkan dan diumumkan serta diberi penilaian terhadap kejujurannya. 3. Karakter disiplin Dalam membentuk karakter disiplin pada siswa, upaya yang dilakukan sekolah adalah dengan membiasakan warga sekolah untuk berdisiplin, memiliki tata tertib sekolah dan menegakkan aturan dengan memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tata tertib sekolah, tidak hanya untuk siswa tetapi juga bagi para guru. Pada program pembiasaan membuang sampah pada tempatnya, misalnya, jika ada siswa yang membuang sampah sembarangan maka siswa tersebut di beri teguran, jika sudah sampai tiga kali melanggar maka siswa dikenakan denda Rp.5000. Hal ini dilakukan sekolah agar siswa terbiasa untuk disiplin.
4. Karakter peduli lingkungan (bersih dan nyaman) Karakter peduli lingkungan dilaksanakan dengan program pembiasaan memelihara kebersihan diri dengan melakukan pemeriksaan kebersihan badan, pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah mulai dari dalam ruangan kelas, halaman sekolah, taman sekolah sampai memelihara kebersihan WC siswa, membiasakan membuang sampah pada tempat pembuangan sampah. Untuk itu sekolah perlu menyediakan tempat sampah dan tempat cuci tangan, namun pada beberapa sekolah belum memiliki fasilitas untuk menunjang program ini. Namun pada sekolah lainnya ditemukan bahwa program budaya bersih sudah berjalan dengan baik, yang mereka istilah dengan GESIT (gerakan 10 menit pagi), di mana siswa bertugas menciptakan dan menjaga kebersihan lingkungan sekolah yang dibagi sesuai wilayah kelas masing-masing dengan pembagian satu orang siswa bertanggung jawab menjaga kebersihan seluas dua meter persegi. Di samping itu program
66
pemilahan sampah jenis organik dan anorganik oleh “polisi sampah”. Untuk
sampah anorganik setelah terkumpul dijual ke pengepul dan
uangnya dijadikan kas kelas sedangkan sampah organic diolah dan diproses menjadi pupuk kompos yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman dan kebun sekolah atau juga dijual dan uangnya dijadikan kas. Dengan demikian, sehingga muncul slogan oleh guru di salah satu SD kec. Lima Kaum bahwa “sampah tidak lagi menjadi pembawa bencana tetapi menjadi pembawa berkah”. Selain membiasakan siswa membuang sampah pada tempatnya, sekolah juga mengadakan lomba memungut sampah daun di pagi hari dan siswa yang mengumpulkan sampah daun paling banyak mendapat penghargaan sebagai pahlawan kebersihan. Siswa juga dibiasakan mencuci tangan sebelum makan. Program ini di samping membentuk karakter peduli lingkungan (budaya bersih) pada siswa sekaligus juga sebagai sarana untuk menanamkan karakter kerja keras dan kreatif pada siswa. 5. Karakter cinta damai, bersahabat, komunikatif, toleransi (senyum sapa salam sopan santun /5S) Untuk membangun karakter cinta damai, komunikatif, dan sikap toleransi pada siswa, sekolah menerapkan konsep 5S (senyum sapa salam sopan santun). Pada sekolah-sekolah tertentu, konsep 5S ini telah dilaksanakan, mulai pagi sebelum masuk kelas kepala sekolah dan para guru saling bersalaman, kepala sekolah dan guru piket secara bergantian menyambut kedatangan siswa pagi hari digerbang sekolah sambil bersalaman bahkan ada yang mengiringinya dengan music dan lagu-lagu bernuansa islam dan assmaul husna serta lagu-lagu nasional. Kemudian,sebelum masuk kelas, semua siswa berbaris di depan kelas masing-masing
dan
bersalaman
dengan
guru
sambil
tersenyum
mengucapkan salam assalamu’alaikum kepada gurunya dengan cara yang sopan dan santun, begitu juga di akhir pembelajaran sebelum jam pulang. Siswa juga dibiasakan bersalaman dengan teman-temannya dan juga
67
dengan tamu yang datang ke sekolah, hal ini terbukti dengan pengalaman penulis sendiri pada satu sekolah, yang langsung didatangi beberapa siswa yang sedang bermain untuk bersalaman begitu penulis datang ke sekolah mereka yang kebetulan penlius datang ke sekolah mereka pada saat jam istirahat. Dengan membiasakan konsep 5S ini akan membuat suasana sekolah dan suasana kerja menjadi nyaman, tentram dan harmonis. Suasana saling menghargai ,saling menjaga kehormatan dan suasana akrab penuh kekerabatan pada warga sekolah juga tercipta.
68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendidikan karakter yang dilakukan oleh sekolah dalam hal ini para guru dan kepala sekolah adalah dilaksanakan melalui : pertama, kegiatan pembelajaran di kelas, kedua, melalui kegiatan pengembangan diri dalam bentuk ekstra kurikuler dan ketiga, melalui program-program dalam bentuk budaya sekolah. 1. Bentuk integrasi pendidikan karakter yang dilakukan guru melalui proses pembelajaran
diawali
dengan
merumuskan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan muatan nilai karakter yang disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 2. Pada kegiatan pengembangan diri, implementasi pendidikan karakter diwujudkan melalui program ektra kurukuler di antaranya program bimbingan kelompok kecil, kegiatan tahfiz, TPA, kegiatan pildacil, praktek penyelenggaraan jenazah serta program dokter kecil. 3. Sedangkan pengimplementasisan pendidikan karakter melalui budaya sekolah dilakukan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan pembiasaan (kegiatan rutin sekolah), kegiatan spontan serta melalui keteladanan dari guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya. Ketiga bentuk kegiatan pengimplementasian pendidikan karakter tersebut sudah dilaksanakan pada sekolah dasar di Kec. Lima Kaum, namun belum sepenuhnya berjalan dengan baik, bahkan antara satu sekolah dengan sekolah lainnya belum mempunyai dan melaksanakan program yang sama, sehingga tidak terdapat kesamaan dalam pelaksanaannya, karena sekolah masih berjalan secara sendiri-sendiri.
69
B. Saran 1. Untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada tingkat sekolah dasar membutuhkan usaha dan kerja keras serta komitmen yang kuat dari kepala sekolah sendiri sebagai top leader di sekolah dan komitmen bersama para guru sebagai ujung tombak dalam proses pembelajaran di sekolah baik dalam kelas maupun di luar kelas, serta komitmen, perhatian dan kontrol orang tua di lingkungan keluarga. Tanpa itu semua, maka pembentukan karakter siswa pada tingkat sekolah dasar tidak akan dapat berhasil dengan baik 2. Karena pendidikan karakter tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri, maka semua sekolah perlu melakukan kerja sama agar ada kesamaan visi tentang program, perencanaannya, mengevaluasinya.
teknis pelaksanaan sampai teknik
70
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung:PT.Remaja Rosda Karya.2014 Badruddin.Manajemen Peserta Didik.Jakarta:Indeks.2014 Daryanto. Pendidikan Karakter di Sekolah.Jogyakarta:Gava Media.2013 Damiyati Zuchdi.Dkk. Model Pendidikan Karakter.Jogyakarta.2013 Depdiknas. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Depdiknas.2003 -------.Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.Jakarta: Depdiknas.2005 -------.Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.Jakarta:Depdiknas.2005 Husamah. Disain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi.Jakarta:Prestasi Pustaka.2013 Jamal Ma’mus Asmani. Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogayakarta: Diva Press.2011 Kunandar.Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru.Jakarta:Rajawali.2009 Masnur Muslich. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multi Dimensional.Jakarta:Bumi Aksara.2011 Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bndung: PT Remaja Rosda Karya.2007 Mulyasa. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.Bandung:Remaja Rosda Karya.2014 Syamsul Kurniawan. Pendidikan Karakter.Jakarta:Ruzz Media.2013 Suharsimi Arkunto. Manajemen Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.2005 Sugiyono.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D.Bandung: Penerbit Alphabeta.2007 Wina
Sanjaya.Pembelajaran
dalam
Kompetensi.Jakarta:Kencana.2005
Implementasi
Kurikulum
Berbasis
71