HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MELAKSANAKAN SHALAT TAHAJUD DENGAN KETENANGAN JIWA MAHASISWA PENGURUS LEMBAGA DAKWAH KAMPUS STAIN SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: ARIFAH PUJI HANDAYU NIM 11108161
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MELAKSANAKAN SHALAT TAHAJUD DENGAN KETENANGAN JIWA MAHASISWA PENGURUS LEMBAGA DAKWAH KAMPUS STAIN SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: ARIFAH PUJI HANDAYU NIM 11108161
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama
: Arifah Puji Handayu
NIM
: 11108161
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendikan Agma Islam
Judul
:
HUBUNGAN
ANTARA
INTENSITAS
MELAKSANAKAN SHALAT DENGAN MAHASISWA
TAHAJUD
KETENANGAN PENGURUS
JIWA LEMBAGA
DAKWAH KAMPUS STAIN SALATIGA. Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 14 September 2012 Pembimbing
Fatchurrohman, S.Ag, M.Pd NIP. 19710309200031001
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MELAKSANAKAN SHALAT TAHAJUD DENGAN KETENANGAN JIWA MAHASISWA PENGURUS LEMBAGA DAKWAH KAMPUS STAIN SALATIGA TAHUN 2012
DISUSUN OLEH ARIFAH PUJI HANDAYU NIM : 11108161
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 29 September 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Drs. H Mubasirun, M.Ag.
__________________
Sekretaris Penguji
: Abdul Aziz NP, S.Ag., MM
__________________
Penguji I
: Dr. Zakiyudin Baedowi, M.Ag.
__________________
Penguji II
: Tri Wahyu Hidayati, M.Ag.
__________________
Penguji III
: Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.
__________________
Salatiga, 03 Oktober 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 195808271983031002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Arifah Puji Handayu
NIM
: 11108161
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 13 September 2012 Yang menyatakan
Arifah Puji Handayu
MOTTO
“Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al Baqarah 153)
Setiap orang ibarat bulan Memiliki sisi kelam, Yang tak ingin ia tunjukkan pada siapapun. Pun sungguh cukup bagi kita, Memandang sejuknya permukaan bulan, Pada sisi yang menghadap ke bumi (Fillah, 2008:214). Bukanlah keindahan itu dengan pakaian yang menghiasi diri kita, Akan tetapi keindahan itu adalah keindahan ilmu dan adab.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Ibuku dan bapakku tercinta, Ibu Zulaichatu Muawiyah dan Bapak Jumirin. Terima kasih atas kasih sayang, dukungan dan do‟a yang tulus untukku. Pengorbanan kalian Allah yang akan membalasnya. 2. Adhek-adhekku Azizatun Ni‟ammah dan Ayik Agil Husaini semoga kalian menjadi anak yang sholih dan menjadi kebanggaan orangtua, serta menjadi anak yang berguna. 3. Keluargaku di Salatiga, santriwan santriwati Pondok Pesantren An Nida. Terima kasih saudara-saudariku atas dukungan dan bantuannya. 4. Keluarga besar LDK Darul Amal STAIN Salatiga, terima kasih telah memberi ijin pada saya untuk melaksanakan penelitian. Sukses selalu . 5. Untuk sahabat-sahabatku Yuni, Bu Atika Mbak Sri, semoga persahabatan kita tidak akan pernah pudar sampai kita jadi nenek-nenek nanti. Hayooo siapa duluaannn nii?? 6. Temen-temen seperjuangan berjihad menuntut ilmu, PAI E 2008 Mum, Darmi, mas Shofa, Anip, pak Rt, Ghoni, Mas Rowi, , dan temen-temen lain yang tak bisa saya sebutkan. Mari kita lanjutkan perjuangan untuk mencerdaskan anak bangsa. 7. Kawan-kawan dunia nyata maupun dunia maya yang selalu memberikan semangat dan dukungannya untukku Shidul, Guntur, Themein, Amin, Pak
Eko, mas Akbar makasih untu nasehat dan motivasinya, serta mb‟ Yanti dan dek Rifka yang selalu jadi teman bercengkrama. 8. Para IMMawan dan IMMawati, tetaplah ber fastabiqul khairat, abadi perjuangan! Bravo!!! 9. Temen-temen KKN desa Ngemplak Mb Ulfa, Bemby, Yunita, Mamahnya Bisma, Wulan... bagi-bagi mimpinya ya dan juga para lelaki posko 2 pak Yaya, pak Nasroh, pak Udin, awas... rumahnya hilang digondol semut lho.
Untuk semua saja Kamsa Hamaida...
ABSTRAK
Handayu, Arifah Puji. 2012. Hubungan antara intensitas melaksanakan shalat tahajud dengan ketenangan jiwa Mahasiswa pengurus LDK Darul Amal STAIN Salatiga. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Fatchurrohman, S.Ag,. M.Pd. Kata Kunci: Shalat Tahajud dan Ketenangan Jiwa. Penelitian membahas tentang hubungan antara intensitas melaksanakan shalat tahajud dengan ketenangan jiwa. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana intensitas shalat tahajud mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga?, (2) bagaimana ketenangan jiwa mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga?, (3) adakah keterkaitan antara intensitas melaksanakan shalat tahajud dengan ketenangan jiwa? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. penelitian ini adalah penelitian populasi dengan jumlah responden 34 orang. Data dalam penelitian ini penulis dapatkan dengan menggunakan angket dan dokumentasi. Data hasil angket dianalisis dengan menggunakan rumus product moment yaitu dengan analisis pendahuluan, analisis lanjut dan analisis hipotesis. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil : (1) intensitas pelaksanaan shalat tahajud pada mahasiswa pengurus LDK tergolong cukup (sedang), dengan prosentase 52,94%, pada interval 17-23 dengan jumlah frekuensi 18 dari 34 responden. (2) Ketenangan jiwa pada mahasiswa pengurus LDK tergolong baik dengan prosentase 76,47% pada interval 24-30 dengan jumlah frekuensi 25 dari 34 responden. Setelah data hasil penelitian dianalisis, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel r, dengan jumlah responden 34 jiwa dengan taraf signifikan 1% diperoleh nilai sebesar 0,436. Maka jika dibandingkan dengan rxy hitung (0,440) lebih besar dari nilai r tabel (0,436) atau dapat dikatakan 0,440>0,436. Dengan demikian hipotesis yang telah diajukan dapat diterima bahwa bahwa ada hubungan yang signifikan antara intensitas melaksankan shalat tahajud dengan ketenangan jiwa.
KATA PENGANTAR
Segenap tahmid senantiasa tercurah kepada Sang Pemilik kehidupan yang Maha pengasih dan Penyayang atas segala limpahan Rahmat dan nikmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Sholawat dan salam untuk Rosulullah Muhammad SAW, sang pembawa cinta yang membimbing manusia menuju surga serta mengajarkan kepada manusia untuk saling mengasihi. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjanaan dalam Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Program Studi PAI. 3. Bapak Fatchurrohman, S.Ag.M.Pd, selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar memberi bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis serta seluruh civitas akademika STAIN Salatiga yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak dan ibuku tercinta yang selalu mendukung penulis serta mendoakan, juga adik-adikku tersayang.
6. Kepada Ketua Umum LDK Darul Amal STAIN Salatiga yang telah memberikan izin penelitian dan para pengurus yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini. 7. Para pengasuh, pengurus dan santriwan santriwati Pondok Pesantren An Nida Salatiga. 8. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Semoga amal perbuatan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis diterima oleh Allah SWT sebagai amal ibadah dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Aamiin...
Salatiga, 13 September 2012 Penulis
Arifah Puji Handayu
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................
iv
MOTTO ......................................................................................................
v
PERSEMBAHAN .......................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ................................................................................
viii
ABSTRAK ..................................................................................................
x
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
6
D. Hipotesis Penelitian ..................................................................
6
E. Manfaat Penelitian .................................................................
7
F. Definisi Operasional .................................................................
8
G. Metode Penelitian .....................................................................
9
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian ...............................
9
2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................
10
3. Populasi ...............................................................................
10
4. Metode Pengumpulan Data .................................................
10
5. Instrumen Penelitian ...........................................................
11
6. Analisis Data .......................................................................
12
H. Sistematika Penulisan ...............................................................
14
BAB II SHALAT TAHAJUD DAN KETENANGAN JIWA A. Shalat Tahajud ..........................................................................
16
1. Pengertian Shalat Tahajud ..................................................
16
2. Waktu Pelaksanaan Shalat Tahajud ....................................
17
3. Bilangan Rakaat Shalat Tahajud .........................................
18
4. Keutamaan Shalat Tahajud .................................................
19
5. Manfaat Shalat Tahajud ......................................................
22
B. Ketenangan Jiwa .......................................................................
25
1. Pengertian Ketenangan Jiwa ...............................................
25
2. Ciri-ciri orang yang memiliki ketenangan jiwa ..................
31
C. Shalat Tahajud dan Ketenangan Jiwa .......................................
36
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga ...............................................................
39
B. Penyajian Data ..........................................................................
47
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pendahuluan ................................................................
52
B. Analisis Pengolahan data ..........................................................
61
C. Analisis Uji Hipotesis ...............................................................
65
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
66
B. Saran .........................................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
68
LAMPIRAN-LAMPIRAN .........................................................................
70
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................
79
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Daftar responden pengurus LDK STAIN Salatiga ....................
46
Tabel 3.2 Data angket intensitas shalat tahajud pengurus LDK ................
48
Tabel 3.3 Data angket ketenangan jiwa pengurus LDK .............................
49
Tabel 4.1 Nilai angket intensitas shalat tahajud pengurus LDK .................
53
Tabel 4.2 Interval intensitas shalat tahajud .................................................
55
Tabel 4.3 Persentase intensitas shalat tahajud ............................................
56
Tabel 4.4 Data nilai angket ketenangan jiwa pengurus LDK .....................
57
Tabel 4.5 Interval intensitas ketenangan jiwa ............................................
59
Tabel 4.6 Persentase intensitas shalat tahajud ............................................
60
Tabel 4.7 Koefisien korelasi hubungan antara intensitas shalat tahajud dengan ketenangan jiwa ..............................................................
62
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian (Angket) ................................................
70
Lampiran 2 Pembimbingan dan Asistesi Skripsi .......................................
73
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian................................................................
74
Lampiran 4 Tanda Bukti Telah melaksanakan penelitian..........................
75
Lampiran 5 SKK.........................................................................................
76
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ketenangan jiwa adalah sumber bagi kebahagiaan. Seseorang individu tidak akan mengalami perasaan yang bahagia ketika jiwanya tidak tenang atau gelisah. Hakikat perjalanan hidup yang kita jalani, semakin kita melangkah banyak masalah yang datang dan pergi. Banyaknya persoalan kehidupan menyebabkan manusia merasa bimbang, resah dan gundah. Apabila berhadapan dengan banyak persoalan dan tanggungjawab yang harus segera diselesaikan tentulah menyebabkan seseorang sukar untuk memiliki jiwa yang tenang. Banyak orang kesulitan merasa bahagia, meskipun badannya sehat, secara meteri berkecukupan, dan keluarganya lengkap akan tetapi ada yang kurang dalam hidupnya karena jiwanya yang tidak tenang. Bahagia atau sengsara sebetulnya berasal dari diri sendiri. Ketidak bahagiaan terjadi karena kita belum bisa mengambil hikmah dari suatu kejadian, akibatnya diri kita sendiri yang menderita, meskipun kejadian yang memicunya sudah berlalu. Seseorang yang memiliki ketenangan jiwa mereka tegar dan mantap menghadapi segala permasalahan hidup. Ketenangan jiwa tidak akan bisa kita miliki jika kita memiliki prasangka buruk, atau selalu berfikiran negatif.
Upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan). Ketenangan jiwa yang kepasrahan total manusia terhadap
melahirkan kebahagian berawal dari 1
sang
pencipta,
menerima
apapun
pemberian Tuhan dan apa yang telah dimilikinya, serta semangat untuk terus memperbaikinya. Kebahagiaan dan ketenangan yang hakiki tidak menghampiri manusia yang tidak mengenal dirinya dan tidak mengenal Tuhannya. Ketenangan jiwa tidak sejalan dengan ketakutan. Selama kita khawatir ketakutan cenderung membuat kita melakukan hal yang justru menjauhkan kita dari ketenangan jiwa itu sendiri. Shalat adalah salah satu cara yang dapat melawan rasa takut, khawatir, marah sedih, dan lain sebagainya. Shalat dapat melindungi keselamatan saraf dan jiwa manusia. Bahkan, shalat merupakan ibadah yang dapat menjadi obat dan solusi efektif dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas. Hal itu karena dengan menyerahkan segala persoalan kepada Allah SWT dan melaksanakan shalat wajib lima waktu dapat mendatangkan ketenangan hati, ketentraman jiwa, dan lapang dada dalam menerima segala sesuatu (Salim, 2009: 150).
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra‟d ayat 28).
Pada ayat yang lain dijelaskan bahwa salah satu cara untuk megingat Allah adalah dengan melaksanakan shalat,
Artinya: “Sungguh, Aku ini Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat-Ku” (QS. Taha ayat 14). Selain
shalat
fardhu,
Islam
juga
menganjurkan
manusia
untuk
melaksanakan shalat sunnah dan shalat sunnah yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat yang dikerjakan di tengah malam ketika orang lain masih terlelap sebagaimana diterangkan dalam hadits shahih Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah ra,
“Tatkala Rasulullah SAW ditanya apakah shalat yang lebih utama selain shalat wajib lima waktu, beliau menjawab „shalat di tengah malam‟”. Shalat yang dimaksud adalah shalat tahajud yang dikerjakan sebelum terbit fajar (Shubuh), ketika sudah lewat sepertiga malam yang terakhir.
Artinya: “Dan pada sebagian malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian malam yang panjang di malam hari” (QS. Al Insan ayat 26). Waktu malam yang memberikan kekuatan keheningan, keadaan yang memberikan perasaan damai. Kekuatan lain yang diberikan oleh malam adalah kekuatan fokus. Fokus merupakan salah satu kunci keberhasilan dan kesuksesan. Kekuatan introspeksi adalah salah satu kekuatan yang diberikan malam. Introspeksi adalah cara untuk menghisap diri sendiri, yakni menghitung dan mengkalkulasi kesalahan-kesalahan yang dimiliki oleh diri sendiri, agar dengannya diri ini tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama, atau membuat kesalahan berbeda. Semakin banyak seseorang melakukan introspeksi, semakin terbuka hijab yang menutupi kesadaran dan ketercerahan jiwanya (Muhyidin, 2006:90).
Introspeksi yang paling manjur adalah introspeksi yang dilakukan dalam kesendirian dan keheningan dalam malam, Rosulullah SAW bersabda: “Shalat tahajjud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan dan menghindarkan dari penyakit” (HR. Tirmidzi). Dari hadits nabi di atas dengan tegas menyatakan bahwa terdapat hubungan antara rajinnya mengamalkan shalat tahajud dan peningkatan pengendalian diri berupa ketenangan. Atau, dengan kata lain, para pengamal tahajud akan terhindar dari stres. Jika kondisi ini dimiliki oleh siapapun, kesehatan fisik dan ketenangan batin merupakan hasil yang langsung dapat dirasakan oleh para pengamal shalat tahajud (Sholeh, 2007: 3). Akan tetapi masih banyak orang yang melaksanakan sholat tahajud dan dia belum mendapatkan ketenangan jiwa. Ia hanya mendapatkan lelah dari shalat yang ia kerjakan. Lalu bagaimana shalat tahajud yang dilaksanakan para Pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga? Melaksanakan tugas dari dosen, membuat makalah, mengadakan penelitian, presentasi maupun tugas lainnya tidak menyurutkan semangat beberapa mahasiswa untuk aktif bergerak dalam organisasi salah satunya UKM Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga. Selain tanggungjawabnya sebagai mahasiswa, menjadi pengurus LDK memiliki tambahan kewajiban dalam organisasi dengan jadwal kegiatan yang padat di setiap pekannya yang disibukkan dengan perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi kegiatan. Bahkan hampir sebagian dari mereka tidak hanya aktif di LDK saja, ada yang aktif dalam organisasi mahasiswa di luar kampus, mengajar TPQ, menjadi guru privat dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak kalah menguras waktu dan tenaga. Dengan jadwal yang sangat padat para mahasiswa yang menjadi aktifis tersebut tentunya harus pintar-pintar dalam
membagi waktu. Waktu untuk diri sendiri, keluarga, organisasi, masyarakat dan waktu untuk Penciptanya. Berawal dari latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil sebuah judul: “HUBUNGAN
ANTARA
INTENSITAS
MELAKSANAKAN
SHALAT TAHAJUD DENGAN KETENANGAN JIWA MAHASISWA PENGURUS LEMBAGA DAKWAH KAMPUS STAIN SALATIGA TAHUN 2012”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut maka untuk memberikan arahan operasional dalam rangka mengupayakan penentuan langkah-langkah penarikan kesimpulan secara nyata. Maka secara operasional penulis merumuskan beberapa pokok-pokok masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana intensitas shalat tahajud mahasiswa pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga? 2. Bagaimana ketenangan jiwa mahasiswa pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga? 3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas shalat tahajud dengan ketenangan jiwa mahasiswa pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan tujuan penelitian ini, antara lain: 1. Untuk mengetahui intensitas shalat tahajud mahasiswa pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga. 2. Untuk mengetahui ketenangan jiwa mahasiswa pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga. 3. Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan antara intensitas melaksanakan shalat tahajud dengan ketenangan jiwa pada mahasiwa pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah proposisi (pernyataan tentang suatu konsep) yang masih bersifat sementara dan harus diuji kebenarannya (Hasan, 2006: 13). Berdasarkan pengertian hipotesis tersebut, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut “Ada hubungan antara intensitas melaksanakan shalat tahajud dengan ketenangan jiwa mahasiwa pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga”.
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi semua kalangan pendidikan. Adapun berbagai manfaat yang diharapkan itu antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang hubungan antara intensitas melaksanakan shalat
tahajud dengan ketenangan jiwa mahasiswa pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga. 2. Manfaat Praktis Bagi pembaca dapat menambah pengetahuan tentang hubungan melaksanakan shalat tahajud terhadap ketenangan jiwa sehingga nantinya akan ada motivasi untuk dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dimiliki sehingga nantinya bisa mencapai ketenangan jiwa.
F. Definisi Operasional Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan untuk membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di ini, yaitu: 1. Hubungan Hubungan adalah keadaan berhubungan atau dihubungkan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 335). 2. Intensitas melaksanakan shalat tahajud Kata intensitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu intense yang berarti semangat, giat (John M. Echols, 1993: 326). Intensitas adalah keadaan tingkat atau ukuran (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 428). Sedangkan menurut Nurkholif Hazim (t.t: 191), bahwa: “Intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha”. Jadi intensitas secara sederhana dapat dirumuskan sebagai usaha yang
dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan. Shalat tahajud adalah shalat sunah yang dikerjakan di sepertiga malam yang terakhir, di mana orang yang terbiasa dengannya mendapat predikat sebagai orang shalih, sedangkan tujuan dari shalat tahajud adalah untuk melengkapi, berdoa, dan bermunajat kepada Allah SWT terhadap berbagai kebutuhan dan keperluan kita sebagai seorang manusia (Muhyidin, 2009:57). Jadi yang dimaksud di sini adalah keadaan tingkat pelaksanaan shalat tahajud shalat tahajud, baik dari segi frekuensi pelaksanaan, jumlah rakaat, maupun motivasi dalam pelaksanaan shalat tahajud. 3. Ketenangan jiwa yaitu kondisi psikologis matang yang dicapai oleh orang-orang beriman setelah mereka mencapai tingkat keyakinan yang tinggi. (Bahnasi, 2007: 49). Menurut imam Ghazali jiwa yang tenang ialah jiwa yang diwarnai dengan sifat-sifat yang menyebabkan selamat dan bahagia. Di antaranya adalah sifat-sifat syukur, sabar, takut siksa, cinta Tuhan, rela akan hukum Tuhan, mengharapkan pahala dan memperhitungkan amal perbuatan dirinya selama hidup, dan lain-lain (Ghazali, 1984: 3).
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Penelitian memerlukan suatu cara pendekatan yang tepat untuk memperoleh data yang akurat untuk itu diperlukan adanya suatu metode peneltian. Untuk memperoleh pemahaman tentang permasalahan yang dikaji
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif lebih menekankan pada penelitian yang melibatkan pengumpulan data untuk menguji hipotesis yang berkaitan dengan status dan kondisi objek yang diteliti pada saat melakukan penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah kuantitatif korelasional. Korelasi (corelation) dalam ilmu statistik berarti hubungan antara dua variabel atau lebih (Hartono, 2004:68). 2. Lokasi dan waktu penelitian Lokasi yang dipilih peneliti adalah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga. Bahwa di UKM tersebut terdapat sesuatu yang menurut peneliti menarik untuk dijadikan sebagai lokasi untuk penelitian yaitu hubungan antara intensitas melaksanakan shalat tahajud dengan ketenangan jiwa mahasiswa. Dalam kesempatan ini peneliti melaksanakan penelitian pada bulan September tahun 2012. 3. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 1996:115). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua mahasiswa pengurus UKM Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga yang berjumlah 36 orang, akan tetapi ada dua orang yang tidak mengisi angket sehingga responden berkurang jumlahnya menjadi 34 orang. 4. Metode Pengumpulan Data Adapun dalam memperoleh data, penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
a) Metode Angket Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2011:142). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data intensitas melaksanakan shalat tahajud mahasiswa pengurus UKM Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga serta hubungannya dengan ketenangan jiwa. b) Metode Dokumentasi Dokumen merupakan kumpulan data mengenai hal-hal berupa catatan, buku, surat kabar, notulen rapat, agenda dsb (Arikunto, 1996: 236). Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui tentang lokasi dan subyek penelitian yaitu UKM Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga. 5. Instrumen Penelitian Instrumen Penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. (Sugiyono, 2011:102). Jumlah instrumen penelitian menyesuaikan jumlah Variabel penelitian. Instrumen dalam penelitian ini adalah angket dengan skala likert, skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang sekelompok orang tentang sebuah fenomena. Variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yan dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Penelitian ini mengguanakan dua variabel yaitu:
a. Intensitas shalat tahajud (Variabel X) Indikator: 1) Selalu melaksanakan shalat tahajud 2) Melaksanakan shalat tahajud pada waktu yang paling utama 3) Jumlah rakaat banyak 4) Melaksanakan shalat witir di penghujung shalat tahajud 5) Bersemangat dalam melaksanakan shalat tahajud b. Ketenangan jiwa (Variabel Y) Indikator: 1) Percaya kepada Tuhan YME 2) Bersyukur dan menerima realita 3) Selalu Berfikir positif 4) Dapat menyelesaikan masalah dengan tenang 5) Mampu menyesuaikan diri 6) Dapat memaafkan kesalahan orang lain 7) Dapat mengendalikan amarah 6. Analisis Data Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber
data
lain
terkumpul.
Kegiatan
ini
dimulai
dengan
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis. Untuk membuktikan hipotesis maka hasil penelitian akan dilakukan analisis dengan menggunakan rumus:
a. Analisis Pendahuluan Pada analisis pendahuluan ini dilakukan untuk menganalisis data tiap-tiap item dengan menggunakan rumus presentase :
P
F 100% N
Keterangan : P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah Total Responden b. Analisis Uji Hipotesis Digunakan analisis data product moment dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
rxy=
∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 ∑𝑦 /𝑁 ∑𝑥 2 −(∑𝑥)2 /𝑁
∑𝑦 2 −(∑𝑦)2 /𝑁
Keterangan : rxy : koefisien korelasi yang di cari xy : produk dari x dan y x2 : jumlah kuadrat variable x y2 : jumlah kuadrat variable y N : Jumlah responden Analisis ini digunakan untuk mengecek diterima tidaknya hipotesa yang telah diajukan berdasarkan analisa hipotesa. Setelah diperoleh hasil koefisien korelasi antara variabel X dan Y atau diperoleh
nilai Ha (hipotesis alternative) dikonsultasikan pada tabel pada taraf 5% atau taraf 1%.
H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan disusun dalam lima bab, secara sistematik dapat dilihat di bawah ini:
BAB I
PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan berisi tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini berisi tentang pengertian, waktu pelaksanaan, bilangan, keutamaan, dan manfaat shalat tahajud. Di samping itu juga dibahas mengenai ketenangan jiwa dan sekilas tentang remaja.
BAB III
HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data yang berkaitan dengan variabel penelitian, yakni data mengenai intensitas shalat tahajud serta ketenangan jiwa pengurus LDK STAIN Salatiga. Juga dilaporkan beberapa hal mengenai sumber yang dijadikan sebagai tempat penelitian
BAB IV ANALISIS DATA
Bab ini membahas tentang Analisis Pendahuluan, Analisis Lanjut dan Analisis Hipotesis Uji Hipotesis. BAB V
PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari kesimpulan, saran-saran, dan kata penutup.
Bagian terakhir daftar pustaka, daftar riwayat hidup, dan lampiran-lampiran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Shalat Tahajud 1. Pengertian Shalat Tahajud
Shalat berasal dari bahasa arab
صلي – يصلي – صال ةyang artinya
berdo‟a dan mendirikan sembahyang (Yunus, 220 : 1972). Shalat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadat dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan syara‟ (Rifa‟i, 34 : 1976). Tahajud artinya bangun dari tidur. Shalat tahajud adalah shalat yang dilakukan orang di malam hari dan dilaksanakan setelah tidur lebih dahulu walaupun tidurnya hanya sebentar. Syafi‟i berkata: “Shalat malam dan shalat witir baik sebelum maupun sesudah tidur dinamai tahajud. Orang yang melaksanakan shalat tahajud disebut muttahajid (Sholeh, 2007 : 109). Seseorang yang tengah melakukan shalat di samping berikrar, bertasbih memuja dan bertakbir, ia juga berdoa, memohon perlindungan, pertolongan dan petunjuk agar selalu tetap berada pada jalan yang lurus. dengan shalat ia telah berkomunikasi dengan Allah. Dengan terlaksananya shalat wajib lima kali sehari semalam secara sempurna, akan bersihlah jiwa dari berbagai dorongnan dan keinginan yang bertentangan dengan
ketentuan Allah tentunya hal itu akan menjadi lebih baik ketika ia juga melaksanakan shalat tahajud. Dalam sebuah riwayat disebutkan, Said bin hisyam bertanya kepada Aisyah tentang shalat Nabi di waktu malam, Aisyah menjawab: “Apakah anda tidak membaca surah Al-Muzzammil?” “Ya” jawab Said. Maka, salat malam pada permulaan surah ini, dijalankan oleh Rasulullah Saw dan sahabatnya selama satu tahun, sampai kaki mereka bengkak dan Allah Swt, tidak menurunkan ayat akhir dalam surah ini selama dua belas bulan. Kemudian, (ayat 20) diturunkan untuk meringankan sehingga shalat malam menjadi sunnah sesudah diwajibkan” (HR. Ahmad dan Muslim). Dari hadits di atas diketahui bahwa shalat tahajud awalnya hukumnya wajib kemudian Allah menurunkan surat Al Muzzammil ayat ke 20 dan hukumnya menjadi sunnah, yaitu sunnah muakkad. Shalat sunnah yang sangat dianjurkan dan mendekati wajib. 2. Waktu pelaksanaan shalat tahajud
Allah memberikan kelonggaran kepada hamba-hambanya yang hendak melaksanakan shalat tahajud. Ia dapat memilih waktu yang sesuai dengan kemampuannnya. Waktu untuk melaksanakan shalat tahajud ditetapkan sejak waktu isya‟ hingga waktu subuh, sedang sepanjang malam ini ada saat-saat utama, lebih utama, dan paling utama, maka waktu malam yang panjang itu dapat dibagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut: a. Sepertiga pertama, yaitu kira-kira dari jam 19.00 – jam 22.00, ini saat utama. b. Sepertiga kedua, yaitu kira-kira dari jam 22.00 sampai dengan jam 01.00, ini saat yang lebih utama.
c. Sepertiga ketiga, yaitu kira-kira dari jam 01.00 sampai 03.00 sampai masuknya waktu subuh, ini adalah saat yang paling utama (Rifa‟i, 87:1976).
Menurut keterangan yang shahih, saat ijabah itu adalah sepertiga malam terakhir. Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar : “Di waktu manakah yang lebih utama kita melaksanakan shalat malam?” Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rasulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini, Rasulullah SAW bersabda “Perut malam yang masih tinggal adalah sepertiga yang terakhir. Sayangnya sedikit sekali orang yang melaksanakannya” (HR. Muslim). Hadits di atas sesuai dengan hadits nabi yang lain, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda: Tuhan kita Turun ke langit dunia setiap malam, ketika masih tersisa sepertiga malam yang terakhir. Dia berfirman “Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya. Siapa yang memohon kepada-Ku, Aku akan memberinya. Dan siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, Aku akan mengampuninya” (HR. Bukhari Muslim). 3. Bilangan rakaat shalat tahajud
Shalat tahajud dikerjakan minimal dua rakaat dan tidak ada ketentuan batasan bilangan rakaatnya. Beragam bilangan rakaat dalam shalat tahajud yang dicontohkan Rosulullah SAW. Berikut ini diuraikan hanya beberapa model yang dipandang bersumber pada hadits yang shahih dan terkenal di kalangan kaum muslimin. Telah berkata Aisyah: “Bahwasannya Rasulullah SAW pernah salat antara waktu isya dan subuh sebelas rakaat, yaitu ia beri salam pada tiap-tiap dua rakaat, dan ia sembahyang witir satu rakaat,” (HR. Bukhari).
Telah berkata Aisyah: “Bahwasannya Rasulullah pernah shalat malam tiga belas rakaat. Dari tiga belas rakaat itu ia shalat witir lima rakaat, dan ia tidak duduk di antara rakaat-rakaat itu kecuali pada rakaat terakhir,” (HR. Bukhari-Muslim). Telah berkata Aisyah: “Bahwasannya Rasulullah pernah shalat tahajud empat rakaat tapi jangan engkau tanya bagusnya dan panjangnya, kemudian ia shalat lagi empat rakaat, dan jangan kau tanya bagus dan panjangnya, kemudian ia shalat witir tiga rakaat,” (HR. Bukhari-Muslim). Dalam riwayat lain nabi SAW bersabda: “Shalat malam dilaksanakan masing-masing dua rakaat (salam setiap dua rakaat). Maka, apabila salah seorang di antara kalian khawatir akan datangnya waktu subuh, hendaklah dia shalat satu rakaat sebagai witir bagi shalat-shalat sebelumnya” (HR. Bukhori-Muslim). 4. Keutamaan Shalat Tahajud Shalat tahajud memiliki keutamaan yang sangat besar. Banyak orang yang mengetahui keutamaan-keutamaan shalat tahajud akan tetapi hanya orangorang yang memiliki keimanan yang mantap, yang akan tergerak untuk menunaikannya. Keutamaan-keutamaan itu di antaranya:
a. Diangkat derajatnya oleh Allah
Al Qur‟an menyebutkan bahwa orang yang rajin melakukan shalat malam memiliki derajat yang istimewa di sisi Allah SWT yang tertuang dalam surat Al Isra ayat 79:
Artinya: “Dan pada sebagian malam, dirikanlah shalat tahajud sebagai ibadah tambahan bagimu. Semoga Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji” (QS. Al Isra‟: 79). Ketika Allah menyebutkan sifat-sifat orang yang bertaqwa, Allah menyebut shalat malam sebagai salah satu cirinya. b. Sebaik-baik shalat setelah shalat fardu
Shalat yang paling baik untuk dikerjakan setelah shalat fardhu adalah shalat tahajud sebagaimana diterangkan dalam hadits shahih Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah ra, “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa bulan muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat di tengah malam” (HR. Muslim).
c. Menjadikan sebab masuk surga
Shalat malam memang bukanlah satu-satunya ibadah yang dapat mempermudah seseorang dari surga. Bahkan shalat malam bukanlah ibadah yang diwajibkan tapi tidak dapat dipungkiri bahwa ciri utama seorang ahli surga adalah mereka yang melaksanakan shalat malam. Hal ini sesuai dengan sabda Rosulullah Muhammad SAW: “Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah tali persaudaraan, dan shalatlah
ketika manusia terlelap tidur pada waktu malam, niscaya engkau akan masuk surga dengan aman” (HR. Ibnu Majah). d. Menghapus kesalahan dan mencegah terjadinya dosa.
Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad SAW: “Hendaklah kalian berqiyamul lail (shalat tahajud) karena dia sesungguhnya kebiasaan orang-orang shaleh yang hidup sebelum kalian. Dia (shalat tahajud) adalah salah satu bentuk pendekatan diri kepada Allah, penghapus kesalahan dan pencegah terjadinya perbuatan dosa” (HR. Tirmidzi). Dari Muadz bin Abdirrahman diriwayatkan bahwa Abdan pernah mengabarkan kepadanya, “Aku pernah datang menemui Utsman bin Affan di wilayah Thahuur, saat itu beliau sedang duduk di sebuah bangku panjang, lalu berwudhu dengan sempurna. Kemudian beliau berkata, „Barangsiapa yang berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian datang ke masjid dan shalat dua rakaat, kemudian duduk sejenak, pasti diampuni seluruh dosa-dosanya yang terdahulu.‟ Setelah itu beliau berkata, „Nabi SAW bersabda, “Jangan kalian tertipu.” Al Hafiz ra mengungkapkan, bahwa yang dimaksud dengan jangan tertipu adalah janganlah ampunan dosa itu dipahami keumumannya terhadap segala dosa, sehingga manusia itu justru tenggelam dalam dosa karena bersandar pada ampunan karena melaksanakan shalat. Karena shalat yang terampuni dosanya adalah shalat yang diterima. Sedangkan tak ada seorangpun yang mengetahui diterima atau tidaknya shalat yang ia kerjakan (Basyir, tt: 38). e. Permohonan mustajabah
Allah SWT memberikan jaminan kepada orang yang bangun di malam hari untuk melaksanakan shalat tahajud permohonannya
akan diijabah dan bagi yang meminta ampun akan diampuni, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW: “Tuhan kita turun tiap-tiap malam ke langit paling rendah ketika sepertiga malam yang terakhir seraya berkata: „Barang siapa yang memohon pada-Ku niscaya Ku-beri, dan barang siapa yang meminta ampun kepada-Ku niscaya Ku-ampuni‟” (HR. Muslim). 5. Manfaat Shalat Tahajud Banyak manfaat yang diperoleh dari shalat tahajud bagi orang yang terbiasa melaksanakannya. Manfaat ini hanya dapat dirasakan secara langsung oleh mereka yang melaksanakannya. Diantaranya: a. Menyehatkan raga
Selain pahala besar yang bisa dinikmati kelak di akhirat, Allah juga memberi karunia luar biasa bagi para pengamal shalat tahajud salah satunya adalah kesehatan raga. Rasulullah SAW bersabda: “Lakukanlah shalat malam karena itu adalah tradisi orangorang shaleh sebelum kalian, sarana mendekatkan diri kepada Allah, pencegah dari perbuatan dosa, penghapus kesalahan, dan pencegah segala penyakit dari tubuh” (HR, Tirmidzi). Menurut pendapat Dr. Ray Meddis seorang profesor di Department of human sciences, England University of Technology dalam buku Tombo Ati karya Ahmad Rifa‟i Rif‟an mengatakan bahwa manusia sebenarnya hanya perlu tidur malam 3 jam saja. Malam adalah saat dimana energi seseorang berada dalam kondisi rendah, kondisi ini disebut sebagai tahap pembentukan kesadaran. Dampaknya akan meningkatkan intuisi seseorang dan
kesadaran diri untuk mampu mengendalikan emosi negatif. Pada saat seseorang memulai untuk melaksanakan shalat tahajud, ia berada dalam kondisi layaknya orang melakukan meditasi dan relaksasi atas kelenjar pineal. Pada saat matahari terbenam, kelenjar pineal mulai bekerja dan memproduksi hormon melatonin dalam jumlah besar dan mencapai puncaknya pada pukul 02.00 sampai 03.00 dini hari. Hormon inilah yang kemudian menghasilkan asam amino trytopan dalam jumlah besar pula. Tahajud menjadi sarana untuk memepertahankan melatonin dalam jumlah yang stabil. Hormon melatonin akan membentuk sistem kekebalan dalam tubuh dan membetasi gerak pemicu tumor seperti estrogen (Rif‟an, 2011: 84). Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat Al Muzzammil ayat 2-4 yang mengisyaratkan bahwa kita dianjurkan untuk tidur tidak terlalu lama kemudian agar melaksanakan shalat tahajud.
Artinya: “Bangunlah untuk shalat di malam hari kecuali sedikit dari padanya. Yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur‟an dengan perlahan-lahan” (QS. Al Muzzammil: 2-4).
b. Menenangkan jiwa
Orang yang menegakkan qiyamul lail akan terpelihara dari gangguan setan sehingga bangun di pagi hari dalam keadaan segar dan
bersih jiwanya. Jiwa yang baik adalah jiwa yang memiliki hati yang memiliki kecenderungan ke arah kesucian ruh. Dalam pandangan Islam, setiap hati manusia itu memiliki dua kecenderungan, yakni kecenderungan kearah kesucian (ruh) dan kecenderugnan ke arah kekotoran (tubuh). Jiwa yang baik merupakan jiwa yang selalu berpusat pada Allah SWT (Muhyidin, 2009 : 149). Bagi umat Islam shalat merupakan salah satu cara untuk menghilangkan stres, karena shalat merupakan salah satu bentuk dzikir dan dzikir itu salah satu fungsinya adalah menghilangkan stres. Salah satu efek dzikir (ingat kepada Allah) adalah memberikan efek ketenangan, ketentraman, tidak cemas, stress atau depresi (Haryanto, 2003: 177). Shalat tahajud yang dilakukan oleh seseorang yang dirinya merasa terpanggil oleh Tuhan, akan menghasilkan kedamaian di hati, rasa tenteram yang meliputi jiwa, dan rasa peraya diri yang sehat (Mustika, 2008: 27). c. Merawat kecantikan dan ketampanan
Melalui terapi shalat tahajud, seseorang akan mampu meraih apa yang didambakannya berupa kecantikan dan ketampanan. Jaminan ketampanan atau kecantikan yang dihasilkan dari shalat tahajud tidak terbatas pada tampilan lahir, tetapi juga menghasilkan ketampanan atau kecantikan batin. Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang banyak menunaikan shalat malam maka wajahnya akan terlihat tampan atau cantik di siang hari” (HR. Ibnu Majah). B. Ketenangan Jiwa 1. Pengertian Ketenangan Jiwa
Tenang adalah keadaan tidak gelisah, tidak rusuh, tidak kacau, tidak ribut, aman dan tenteram, (tentang perasaan hati, keadaan dsb) (Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa, 1989: 927). Jiwa adalah nyawa seluruh kehidupan batin manusia yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan-angan dsb. (Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa, 1989: 364). An nafs (jiwa) artinya adalah diri. Sifat yang labil yang yaitu sifat yang mengalami degradasi bolak-balik, seperti resah, terkadang tenang, bahagia, sesaat kemudian sedih. An nafs ialah jiwa rohani yang bersifat latif, rabbani, dan kerohanian. An Nafs memiliki tiga sifat dan tingkatan yang berbeda, sesuai dengan perbedaan keadaannya masing-masing. a. Nafsul Mutmainnah yaitu Jiwa yang memiliki ketenangan dan ketentraman dalam mengemban amanat Allah, dan tidak mengalami kegoncangan disebabkan tantangan yang ditimbulakan oleh hawa nafsu. b. Nafsul Lawwamah yaitu jiwa yang tidak memiliki ketenangan yang sempurna menjadi pendorong timbulnya hawa nafsu dan sekaligus juga penentang, yakni jiwa yang masih menyalahkan dirinya ketika lalai dalam mengingat dan beribadah kepada Allah.
c. Nafsul Amarat yaitu jiwa yang menenggelamkan dirinya dalam kejahatan, mengikuti nafsu amarah, syahwat, perut, dan godaan setan (jiwa yang jahat yang suka mendorong orang berbuat jahat).
Ketenangan jiwa atau kesehatan mental adalah kesehatan jiwa, kesejahteraan jiwa, atau kesehatan mental. Karena orang yang jiwanya tenang dan tenteram berarti orang tersebut mengalami keseimbangan di dalam fungsi-fungsi jiwanya sehingga dapat berfikir positif, bijak dalam menyikapi masalah, mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi serta mampu merasakan kebahagiaan hidup (ketenanganjiwa.html, 2011). Hal tersebut sesuai dengan pandangan Zakiah Daradjat bahwa kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguhsungguh antara faktor jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya (Daradjat, 1982: 13). Menurut Kartini Kartono (1989: 4) orang yang jiwanya tenang selalu berusaha bagaimana cara orang memecahkan segenap keruwetan batin manusia yang ditimbulkan oleh macam-macam kesulitan hidup, serta berusaha mendapatkan kebersihan jiwa, tidak terganggu oleh macammacam ketegangan, ketakutan serta konflik. Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa orang yang sehat mentalnya atau tenang jiwanya adalah orang yang memiliki keseimbangan dan keharmonisan di dalam fungsi-fungsi jiwanya, memiliki kepribadian yang terintegrasi dengan baik, dapat menerima
sekaligus menghadapi realita yang ada, mampu memecahkan segala kesulitan hidup dengan kepercayaan diri dan keberanian serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurut Zakiah Daradjat (1995: 23) ada enam kebutuhan jiwa di mana jika tidak terpenuhi akan mengalami ketegangan jiwa. Kebutuhan jiwa tersebut adalah: a. Rasa kasih sayang
Rasa kasih sayang merupakan kebutuhan jiwa yang penting bagi manusia oleh karenanya apabila rasa kasih sayang itu tidak didapatnya dari orang-orang disekelilingnya maka akan berdampak pada keguncangan jiwanya. Tetapi bagi orang yang percaya kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang maka kehilangan kasih sayang dari manusia tidak menjadikan jiwa gersang. b. Rasa Aman
Rasa aman juga kebutuhan jiwa yang tidak kalah pentingnya. Orang yang terancam, baik jiwanya, hartanya, kedudukannya ia akan gelisah yang berujung pada stres. Apabila ia dekat dengan Allah SWT tentu rasa aman akan selalu menyertainya karena ia merasa ada Allah yang akan selalu melindungi dan menjaganya. c. Rasa harga diri
Rasa harga diri juga merupakan kebutuhan jiwa manusia, yang jika tidak terpenuhi akan berakibat penderitan. Banyak orang merasa diremehkan, dilecehkan dan tidak dihargai dalam masyarakat terutama dalam hal harta, pangkat keturunan, dan lain sebagainya.
Namun sebenarnya hakekat harga diri itu terletak pada iman dan amal soleh seseorang d. Rasa bebas
Rasa ingin bebas termasuk kebutuhan jiwa yang pokok pula. Setiap orang ingin mengungkapkan perasaannya dengan cara yang dirasa menyenangkan bagi dirinya. Namun semua itu tentunya ada batas dan aturan yang harus diikutinya agar orang lain tidak terganggu haknya. Kebebasan yang sungguh-sungguh hanya terdapat dalam hubungan kita dengan Allah SWT. e. Rasa sukses
Rasa sukses yang merupakan salah satu kebutuhan jiwa. Kegagalan akan membawa kekecewaan bahkan menghilangkan kepercayaan seseorang kepada dirinya. Islam mengajarkan agar orang tidak putus asa. Tidak tercapainya suatu keinginan belum tentu berarti tidak baik. Bahkan kegagalan itu akan lebih baik kalau manusia mengetahui sebab serta dapat mengambil hikmah dari kegagalan itu. f.
Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu juga termasuk kebutuhan jiwa yang pokok yang jika terpenuhi akan berdampak pada tingkah laku. Orang akan merasa sengsara apabila tidak mendapatkan informasi atas ilmu yang dicarinya. Namun tidak semua ilmu itu dapat diketahuinya karena keterbatasan yang ada pada dirinya. Tidak selamanya orang dalam kehidupannya, dapat memenuhi keenam kebutuhan jiwa yang pokok di atas, karena bermacam-macam suasana yang
mempengaruhi dan yang harus dihadapinya. Jika tidak terpenuhi maka orang akan gelisah dan mencari jalan untuk mengatasinya, baik dengan cara yang wajar maupun tidak wajar.
Jiwa manusia merupakan sumber kebahagiaan dan kesengsaraan, maka Al Qur‟an menaruh perhatian
yang sangat besar untuk
meluruskannya dengan akhlaq yang mulia serta sifat-sifat yang baik. Disebutkan dalam Al Qur‟an surat Asy Syam ayat 8-10,
Artinya: “Dan Jiwa serta penyempurnaannya (penciptaannya) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya” (QS. Asy Syam : 8-10). Allah menunjukkan kepada manusia dua jalan, yaitu jalan kebaikan dan jalan kejahatan. Pilihan dan di tangan manusia itu sendiri memilih jalan kebaikan atau jalan kejahatan. Beruntunglah orang yang memilih jalan kebaikan dengan selalu berusaha untuk menyucikan jiwanya. Ketenangan jiwa melahirkan sebuah kebahagiaan yang murni, seseorang yang memiliki ketenangan jiwa mereka tegar dan mantap menghadapi segala permasalahan hidup yang ada. Ketenangan jiwa tidak akan bisa dimiliki jika kita memiliki prasangka buruk, atau selalu berfikiran negatif. Di antara emosi negatif yang sering menjadi penyebab
sulitnya merasa bahagia dan jiwa tidak tenang adalah rasa dendam, merasa ingin protes pada Tuhan, tidak bisa menerima takdir/kejadian pahit di masa lalu, tidak bisa memaafkan seseorang secara penuh, selalu merasa kekurangan, dan fikiran negatif (Wiki.Mu.htm, ditulis oleh Erwin Ariyanto. 2009). Pondasi yang menopang tegak lurusnya jiwa manusia dalam Al Qur‟an banyak sekali, di antaranya apa yang dikatakan Luqman Al Hakim ketika memberi nasehat kepada putranya, salah satu pesannya adalah mendirikan shalat. Mendirikan Shalat merupakan penyempurna jiwa manusia, sebagaimana amar ma‟ruf nahi munkar adalah penyempurna kebaikan dan kesabaran dalam menghadapi musibah dan ketetapan Allah SWT. Shalat merupakan cara penyembuhan jiwa dan jasmani yang paling baik, dimana shalat dapat memberikan ketenangan dalam jiwa orang yang melaksanakannya dan menjauhkan dari kebisingan dan gangguan keduniaan dan kehadiran hati merupakan ruh shalat, sehingga shalat seperti itu akan bermanfaat di dunia dan di akhirat (Rania, Anwar, 2003: 55). Manusia yang memiliki ketenangan dan ketenteraman dalam jiwanya, ia akan merasa perbuatannya berada dalam pengawasan Allah. Ia lebih menginginkan hal-hal yang bersifat ruhaniah, yang bisa mengisi jiwanya. Ia tidak cenderung mengejar kelezatan yang bersifat jasmaniah. 2. Ciri-ciri orang yang memiliki ketenangan jiwa
Dari beberapa pengertian ketenangan jiwa di atas dapat kita ketahui bahwa orang yang tenang jiwanya memiliki ciri-ciri diantaranya sebagai berikut: a. Pecaya Kepada Tuhan / Beriman Kepada Allah
Agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, kelakuan dan cara menghadapi tiap-tiap masalah (Daradjat, 1982: 52) Orang yang percaya kepada Tuhan dan menjalankan ajaran agamanya, semakin bertambah usianya, semakin baik dan lemah lembut tindakannya, karenanya hatinya lega dan ia semakin berusaha mematuhi dan mengamalkan ajaran agamanya, demi ketenangan hidup dan untuk di akhirat nanti. (Daradjat, 1995: 19). Orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT secara benar, di dalam hatinya tidak akan diliputi rasa takut dan gelisah. Ia merasa yakin bahwa keimanan dan ketaqwaannya itu aklan membawa kelegaan dan ketenangan batinnya. Firman Allah SWT:
Artinya : “Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik” (QS. Ar Ra‟d : 29). b. Selalu bersyukur dan menerima keadaan
Bersyukur dan mampu menerima keadaan yang ada adalah satu kesatuan. Orang yang selalu mesyukuri dengan apa yang
diberikan dan yang dimilikinya maka ia pun akan selalu berusaha untuk bisa menerimanya. Manusia seringkali melupakan syukur. Ketika sedang berlimpah kenikmatan, dengan mudanya melupakan peran Allah. Kemudian ketika tertimpa masalah baru datang kepada Allah, bersujud sambil menangis di hadapan-Nya. Padahal Allah akan memberi tambahan karunia yang berlipat bagi orang yang bersyukur. Dengan banyak bersyukur, hati akan semakin tenteram dan jiwa menjadi tenang.
Artinya: “Dan tatkala Tuhanmu memaklumkan, „Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim:7).
c. Selalu berfikiran positif
Pola pikir positif adalah cara berpikir yang optimis terhadap lingkungan dan diri sendiri. Individu yang biasa berfikir positif tidak akan mudah menyalahkan diri sendiri maupun lingkungan apabila terjadi kesalahan. Berfikir positif mempunyai pengaruh yang positif terhadap kondisi psikologis, daya tahan stres, kesehatan fisik, dan merupakan suatu metode yang baik untuk menghadapi stres (Muallifah, 2009:71). d. Berusaha memecahkan setiap masalah yang dihadapi dengan tenang
Seseorang yang jiwanya tenang ia tidak akan gelisah sebab ia mampu mengendalikan atau menghadapi problema yang terjadi. Orang yang gelisah menandakan bahwa ia belum mampu menghadapi masalah yang terjadi pada dirinya. Hati yang tidak tenang atau gelisah harus diatasi. Dengan mengupayakannya untuk tetap bersikap dan berfikir tenang dalam menghadapi setiap masalahnya. Dengan selalu bersikap dan berfikir tenang lambat laun ketenangan jiwa itu akan dimiliki (Widagdo, 1994: 163). e. Mampu menyesuaikan diri Manusia adalah makhluk yang utuh dan sempurna, yaitu sebagai makhluq biologis, pribadi, sosial dan makhluk religius. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia tidak akan bisa hidup sendirian, ia membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Dalam hidup bermasyarakat seseorang harus menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya yaitu, membangun dan mengembangkan dirinya sendiri secara serasi dalam masyarakat tersebut. f.
Mampu menahan amarah
Keadaan psikologis yang dapat mengiringi sifat manusia dari keadaannya yang wajar ke arah penyelewengan atau kejahatan adalah sifat marah dan ia merupakan manifestasi kepribadian yang tidak seimbang. Suatu reaksi emosional yang terlatih atau terbiasakan dalam kehidupan sehari-hari, maka sebenarnya ragam emosi yang kasar itu dapat disingkirkan atau sekurang-kurangnya dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan berbagai akibat atau bahaya yang fatal, yang akan disesali sepanjang hidupnya (Purwanto, Mulyono, 2006 : 9). Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang menahan amarahnya padahal jika ia mau dengan melampiaskannya akan terlaksana, niscaya Allah SWT akan memenuhi hatinya dengan keamanan dan keimanan.” (HR. Abu Daud). Orang yang mampu menahan amarahnya ia akan merasakan keamanan menyelimuti hari-harinya, sehingga ia menjadi tenang. Karena amarah menimbulkan suatu akibat yang secara psikologis akan merusak ketenangan pikiran atau kedamaian batin seseorang. (Purwanto, Mulyono, 2006 : 43).
g. Mudah memaafkan kesalahan orang lain
Maaf dalam Islam dapat dibedakan menjadi dua : yaitu pemberian maaf dan permintaan maaf. Pemberian maaf dalam Al Qur‟an memiliki beberapa arti yang hampir bersamaan, yaitu menunjukkan kemurahan hati dalam mengganti kesusahan orang lain dengan kesenangan, membatalkan diri dalam melakukan pembalasan dendam dan mengampuni serta memaafkan kesalahan orang lain yang berbuat jahat kepada dirinya. Dalam Al Qur‟an dan hadits tidak didapati adanya perintah tegas tentang permintaan maaf, akan tetapi bukan berarti hal itu tidak penting. Ia juga penting karena termasuk salah satu jenis perbatan baik yang menyangkut usaha penyucian jiwa dari rasa bersalah dan rasa berdosa (Jaya, 1995: 88). Seperti yang diajarkan dalam Al Qur‟an sebagai berikut:
Artinya: “Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya” (QS. Asy Syams: 9-10). Pemberian
maaf
termasuk
salah
satu
urusan
yang
diutamakan, khususnya untuk menjaga hubungan baik manusia dengan sesamanya. Pemberian maaf bukanlah tanda kelemahan pribadi orang dalam melakukan pembalasan kepada orang yang berbuat jahat kepadanya, melainkan suatu perbuatan makruf dan mulia.
Sifat
pemaaf merupakan pertanda kebesaran jiwa dan kemurahan hati orang dalam memberi maaf kepada orang yang berbuat jahat kepadanya tanpa disertai rasa benci, dendam, dan dengki serta pembalasan. C. Shalat Tahajud dan Ketenangan jiwa
Ketenangan jiwa merupakan kondisi psikologi matang yang dicapai oleh orang-orang beriman setelah mereka mencapai tingkat keyakinan yang tinggi. Sementara keyakinan tidak datang dengan sendirinya. Ia harus dicapai dengan melaksanakan ibadah dan penopangya, yakni shalat yang akan memberikan ketenangan tersebut. Allah berfirman:
Artinya:“(yaitu) orang-orang yang beriman
dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra‟d ayat 28).
Pada QS Taha Ayat 14 dijelaskan bahwa salah satu cara untuk mengingat Allah adalah dengan melaksanakan Shalat. Shalat adalah proses mencurahkan
berbagai emosi yang membebani jiwa, terutama di tengah-tengah sujud. Rasulullah SAW bersabda, “Situasi seorang hamba yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah berdoa.” (HR. Muslim). Selain melaksanakan shalat fardhu lima waktu Rasulullah Muhammad juga mengajarkan shalat sunnah yang memiliki banyak keutamaan karena beratnya tantangan dalam melaksanaknnya. Yaitu shalat tahajud yang didirikan di tengah malam ketika orang terlelap tidur.
Shalat malam adalah shalat yang paling utama setelah shalat fardhu. Rasulullah yang sudah pasti masuk surga saja selalu melaksanakan shalat malam bahkan hingga kaki beliau bengkak-bengkak. Tahajud memang terasa berat bagi kebanyakan orang. Sehingga orang yang menyempatkan waktu malamnya dengan tahajud adalah orang yang mempunyai kadar keikhlasan lebih dan ia tidak menjadi orang yang malas sebagaimana hadits Rasulullah: “Ketika salah seorang kalian sedang tidur, maka setan mengikatkan tiga ikatan di tengkuk kepalanya. Untuk setiap ikatan dia menyegel dengan perkataan: „Kamu masih memiliki malam yang panjang, maka teruslah tidur!‟ Jika dia tetap bangun dan menyebut nama Allah, maka satu ikatan terlepas. Jika dia mengambil air wudhu, maka satu ikatan terlepas lagi dan jika dia mengerjakan shalat maka satu ikatan terlepas dan dia menjadi orang yang rajin dan jiwanya baik. Tetapi jika tidak maka jiwanya akan jelek dan dia akan malas” (HR Bukhori Muslim). Malam memberikan kekuatan keheningan yaitu keadaan yang memberikan perasaan damai. Shalat yang dikerjakan di keheningan malam itu, mengantarkan
orang-orang yang menunaikannya menjadi lebih dekat dengan Allah. Kekuatan lain yang diberikan oleh malam adalah kekuatan fokus dan introspeksi. Fokus merupakan salah satu kunci keberhasilan dan kesuksesan. Introspeksi adalah cara untuk menghisap diri sendiri, yakni menghitung dan mengkalkulasi kesalahan-kesalahan yang dimiliki oleh diri sendiri, agar dengannya diri ini tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama, atau membuat kesalahan berbeda. Semakin banyak seseorang melakukan introspeksi, semakin terbuka hijab yang menutupi kesadaran dan ketercerahan jiwanya (Muhyidin, 2006:90).
Ketenangan jiwa dan rasa takut tidaklah sejalan. Ketakutan dan kekhawatiran akan menjauhkan dari ketenangan jiwa. Shalat menjadi solusi yang dapat menghalau ketakutan, kekhawatiran, marah, kecewa, sedih dan hal lain yang timbul saat menghadapi suatu masalah. Shalat merupakan sumber energi bagi jiwa tatkala semangat meredam dan melemah serta keinginan meredup. Allah berfirman dalam surat al Baqarah ayat 153:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al Baqarah 153) Shalat membuat manusia tidak lupa diri yang dapat menghancurkan dirinya sendiri. Shalat juga menumbuhkan kepercayaan diri, menghalau kekhawatiran dan rasa takut, menjaga keseimbangan jiwa, memberikan
harapan yang terus ada, dan memunculkan ketenangan pada dirinya (Bahnasi, 2004: 49).
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian. 1. Sejarah berdirinya
Latar belakang berdirinya Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tidak terlepas dari peran mahasiswa yang kritis terhadap kondisi masyarakat yang semakin jauh dari nilai-nilai Islam. Sehingga mereka tergabung dalam Korps Dakwah Kampus (KDK) untuk memberikan kontribusi dalam perbaikan (islah) terhadap diri dan masyarakat, terutama masyarakat kampus. Dakwah kampus adalah implementasi dakwah ila Allah
di
lingkungan perguruan tinggi. Dimaksudkan untuk menyeru civitas akademika ke jalan Islam dengan memanfaatkan berbagai sarana formal/informal yang ada di dalam kampus. Dakwah kampus bergerak di lingkungan masyarakat ilmiyah yang mengedepankan intelektualitas dan profesionalitas.
Oleh karena itu pada tanggal 28 April 2002 terbentuklah LDM (Lembaga Dakwah Mahasiswa), melalui Musyawarah Akbar (Musyak) I. Satu tahun kemudian, pada Musyak II tanggal 31 Mei 2003 LDM berubah nama menjadi Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga. Dalam melaksanakan roda organisasi, LDK menjadikan Al Qur‟an dan Hadits yang shahih sebagai pedoman. Adapun dasar pemikiran yang digunakan adalah sebagai berikut :
Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali Imron: 104)
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An Nahl: 125) Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga terdiri dari Badan Pengurus Harian, dan tiga bidang yang melaksanakan kegiatan, yaitu Bidang Kaderisasi, Bidang Syiar dan Bidang Nisa‟. Secara garis besar arah dan program kerja LDK Darul Amal STAIN Salatiga adalah di bidang dakwah. Yang kemudian di komando dan dikoordinir oleh Badan Pengurus Harian (BPH) yang kemudian diaplikasikan serta direalisasikan sesuai dengan bidang-bidang yang ada, yakni diantaranya: a. Bidang Kaderisasi
Bidang
ini
mempunyai
tugas
yang
tidak
mudah,
melaksanakan disiplin alur kederisasi dengan merekrut, mendata, menjaga,
membina,
memetakan
dan
mengarahkan
kader.
Meningkatkan kemampuan dan soliditas anggota agar memiliki keterikatan dengan nilia-nilai keislaman dan mengkaryakan kader agar terlibat aktif dalam amal Islami sesuai dengan tujuan organisasi. Secara riil program kerja dari Bidang Kaderisasi diantaranya: 1) Pra Ibtida' 2) Ibtida'
3) MisKa (Majelis Kader) 4) SIE (Small Islamic Environment) 5) TEKAD I dan TEKAD II (Alur lanjutan setelah Ibtida')
6) Ma‟had Murabbi b. Bidang Syi'ar
Proses syi‟ar dalam LDK adalah sangat penting, karena memang tugas pokok LDK adalah syi‟ar. Point penting bidang ini adalah menyebarkan fikroh dan nilai-nilai keislaman di lingkungan kampus
STAIN
Salatiga
serta
masyarakat
umum
dan
juga
menginternalisasikan nilai-nilai tersebut kepada setiap mad‟u dakwah. Mampu menjadikan LDK sebagai leader opinion di kampus sehingga tercipta citra positif bagi LDK. Program kerja diantaranya adalah: 1) Buletin Iltizam 2) Magic Card & Salam card 3) HAQI (Halaqoh Kita) a) KAOST (Kajian Antar Kost) b) Kismis ( Kajian Intensif Mahasiswa Islam) 4) GARDIKA (Gema Ramadhan di Kampus) 5) Mading Ukhuwah 6) IPST (Islamic Public Speaking Training) 7) SBJ (Sesorah Basa Jawa) 8) KBD (Kultum Ba‟da Dhuhur) c. Bidang Nisa'
Bidang ini berkontribusi dalam membina dan meningkatkan mutu kemuslimaha sehingga terwujudlah muslimah sejati. Diantara langkah-langkah yang dirumuskan untuk mewujudkan tujuan itu adalah melalui program kerja sebagai berikut:
1) Kajian Nisa‟ 2) Muslimah Expo 3) Jaringan Muslimah 4) DMS (Dauroh Mar‟atus Shalihah) 5) Dauroh Pra Nikah 6) MANIS (Madrasah Nisa‟) 2. Visi misi a. Visi Sebagai wadah positif bagi mahasiswa STAIN Salatiga untuk melahirkan kader-kader yang robbaniyah, ilmiyah dan profesional. b. Misi 1) Menghimpun, membina , memberdayakan dan mengarahkan mahasiswa guna meningkatkan kualitas ruhiyah, jasadiyah, dan perananya di kampus STAIN Salatiga serta masyarakat luas. 2) Menyebarkan nilai-nilai Islam dalam mewujudkan kampus yang Islami.
3. Susunan pengurus PENGURUS LEMBAGA DAKWAH KAMPUS DARUL AMAL STAIN SALATIGA TAHUN 2012
Pelindung
: Ketua STAIN Salatiga
Penanggungjawab : Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan Penasehat
: Kepala Unit Pembinaan Kemahasiswaan Dewan Mahasiswa (DEMA) STAIN Salatiga
Pembina
: Dra. Siti Asdiqoh Sukron Ma‟mun, SHI. M.Si
Ketua Umum
: Kunal Abror
Sekretaris Umum
: Abdur Robir Rosul Karim
Bendahara umum : Mohamad Ali Shodiqin Biro Kestari
: Sri Wuryani
Biro Danus
: Siti Qomariyah
Bidang-bidang Bidang Kaderisasi Ketua
: Ahmad Fikri Sabiq
Sekretaris : Umi Hafidhoh Staff-staff: 1. Nur Akhmad 2. As‟ad Abdullah 3. Triyanto 4. Arif Budi Wibowo 5. Musyahid 6. Partiwi 7. Rini Sugiyarti 8. Wiji Lestari 9. Siti Fatimah Bidang Syiar Ketua
: Mucharor
Sekretaris : Ika Setya Wijayanti Staf-staf: 1. Budi Kaswari 2. M Sidik Afandi
3. Agus Santoso 4. Agus Prasetyo 5. M. Fahrurrozi 6. Wahyu Istiqomah 7. Ika Setiawati 8. Kiki Permatasari 9. Siti Nurkhasanah 10. Zaky Amalia Bidang Nisa‟ Ketua
: Khusnul Arifah B
Sekretaris : Durotul Yatimah
Staff-staff: 1. Siti Faiqotun 2. Yeni Purnamasari 3. Fani Farida 4. Nur Wulan M 5. Kartika Indah Permata 6. Nur Hayati
4. Daftar Responden Tabel 3.1 Daftar Responden di LDK Darul Amal STAIN Salatiga tahun 2012 No
Nama
Jenis kelamin
Progdi
1
KAR
L
PAI
2
AKA
L
PBA
3
MSO
L
PBA
4
WYN
P
PAI
5
AFS
L
PAI
6
ULL
P
PAI
7
NRA
L
PGMI
8
ABD
L
PAI
9
TY
L
PAI
10
ABU
L
PAI
11
SHD
L
PAI
12
TW
P
PAI
13
RSG
P
PAI
14
WJL
P
TBI
15
SFM
P
PAI
16
MCH
L
PAI
17
IW
P
TBI
18
BKW
L
PAI
19
MSA
L
PAI
20
ASA
L
PAI
21
ARY
L
PAI
22
FRZ
L
PAI
23
WIQ
P
PGMI
24
IS
P
TBI
25
KPS
P
PAI
26
SNK
P
PAI
27
ZA
P
PAI
28
KAB
P
PAI
29
DYM
P
PAI
30
SFI
P
TBI
31
YPS
P
PAI
32
FR
P
PAI
33
NM
P
PAI
34
KIP
P
TBI
35
NRh
P
PAI
36
SIQ
P
PGMI
Pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) STAIN Salatiga awalnya berjumlah 37 orang, kemudian salah seorang diantaranya mengundurkan diri dan kini jumlahnya masih 36 orang.
B. Penyajian Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai hubungan antara intensitas shalat tahajud terhadap ketenangan jiwa pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga yang berjumlah 36 responden untuk itu penulis mendistribusikan angket yang berisi 20 item pertanyaan tetang kedua variabel tersebut kepada 36 responden dengan rincian 10 soal berisi pertanyaan mengenai intensitas shalat tahajud dan 10 soal mengenai ketenangan jiwa. Dari 36 pengurus 2 di antaranya tidak mengisi angket jadi jumlah responden akhir adalah 34 orang.
Dari jawaban yang terkumpul, diadakan penilaian dengan skor sbb:
a. Jika jawaban a, skornya adalah 3 b. Jika jawaban b, skornya adalah 2 c. Jika jawaban c, skornya adalah 1
Tabel 3.2 Data Angket Tentang intensitas Shalat Tahajud pengurus LDK Nomor Item Soal No
1
Responden 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
B
A
B
B
A
A
A
A
A
B
B
A
B
B
B
B
A
A
A
B
B
A
B
B
A
B
A
A
A
A
B
A
B
B
A
A
B
A
A
A
A
A
B
C
B
A
A
A
B
A
B
A
B
A
B
B
A
A
B
KAR
AKA 2 3
MSO
WYN 4 5
AFS
ULL 6 7
NRA
A
B
A
A
B
B
B
A
B
B
8
ABD
B
A
B
B
A
A
B
A
A
A
9
TY
A
B
A
B
C
A
B
A
A
B
10
ABU
A
B
A
B
B
A
A
A
A
A
11
SHD
A
B
A
B
B
A
A
A
A
A
A
B
A
C
B
A
B
A
A
A
A
B
B
B
B
A
A
A
A
A
B
B
A
B
A
B
B
A
A
A
A
B
A
B
B
C
A
A
A
A
TW 12 13
RSG
WJL 14 15
SFM
MCH 16 17
A
B
A
A
B
A
A
A
A
A
A
B
A
B
A
A
A
A
A
A
A
B
A
B
B
A
B
A
A
B
A
B
B
B
B
A
C
B
A
A
A
B
A
B
B
A
A
A
A
B
A
B
B
B
B
A
A
A
A
A
A
B
A
B
B
A
A
A
A
A
A
B
A
A
B
A
A
A
A
C
A
B
A
B
B
A
A
A
A
A
A
B
A
B
B
A
A
A
C
B
A
B
B
B
B
B
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
B
C
A
B
A
A
C
A
B
B
A
B
A
A
A
A
B
A
B
B
B
B
A
A
A
A
A
A
B
A
B
A
A
A
A
A
A
A
B
A
B
A
B
A
A
A
A
A
B
A
B
A
B
B
A
A
B
IW
BKW 18 19
MSA
ASA 20 21
ARY
FRZ 22 23
WIQ
IS 24 25
KPS
SNK 26 27
ZA
KAB 28 29
DYM
SFI 30 31
YPS
FR 32 33
NM
SIQ 34
A
B
B
B
A
A
B
A
A
C
Tabel 3.3 Data Hasil Angket Tentang Ketenangan Jiwa pengurus LDK Nomor Item Soal No
1
Responden 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
A
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
A
A
A
A
A
C
A
A
B
A
B
A
A
B
A
B
A
B
B
A
B
B
B
B
B
A
B
A
B
B
B
B
B
KAR
AKA 2 3
MSO
WYN 4 5
AFS
ULL 6 7
NRA
A
A
C
A
A
B
B
A
B
B
8
ABD
B
B
A
B
A
B
B
A
B
A
9
TY
A
A
C
B
A
B
B
A
A
B
10
ABU
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
11
SHD
A
A
B
B
A
B
B
B
B
B
A
A
A
A
A
B
B
A
A
A
A
A
B
A
B
B
B
A
B
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
A
A
B
A
B
A
A
B
A
A
B
B
TW 12 13
RSG
WJL 14 15
SFM
MCH 16
17
IW A
A
C
A
A
B
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
B
A
A
B
A
C
A
A
A
B
C
B
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
B
A
A
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
A
A
A
B
B
A
B
B
B
B
A
B
B
A
B
A
B
B
A
B
A
A
C
B
B
A
B
B
A
B
C
A
B
A
B
A
A
B
A
B
A
A
B
A
A
A
C
A
B
B
B
A
B
B
A
A
B
A
B
B
A
A
B
A
A
A
B
A
A
B
A
A
A
A
A
A
B
A
B
A
A
A
A
A
A
A
C
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
B
A
A
B
A
A
A
A
A
A
B
A
A
C
BKW 18 19
MSA
ASA 20 21
A
ARY
FRZ 22 23
WIQ
IS 24 25
KPS
SNK 26 27
ZA
KAB 28 29
DYM
SFI 30 31
YPS
FR 32 33
NM
SIQ 34
BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul, sehingga diketahui ada tidaknya hubungan antara intensitas melaksanakan shalat tahajud dengan ketenangan jiwa mahasiswa pengurus LDK Darul Amal STAIN Salatiga. Dengan kata lain semakin baik intensitas shalat tahajud, semakin baik pula ketenangan jiwa pada mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga melalui analisis data, karena data lapangan dan landasan teori belum dapat menunjukkan atau membuktikan sendiri suatu kebenaran hipotesis. A. Analisis Pendahuluan
Dalam analisis ini didiskripsikan tentang intensitas shalat tahajud mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga. 1. Intensitas Shalat tahajud. Untuk mengetahui tingkat intensitas shalat tahajud pada mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga berdasarkan data yang diperoleh dari hasil angket yang terdiri dari 10 soal, tiap pertanyaan disediakan 3 alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut : a. Alternatif jawaban A, memiliki nilai 3 b. Alternatif jawaban B, memiliki nilai 2 c. Alternatif jawaban C, memiliki nilai 1
Tabel 4.1 Nilai Angket Intensitas Shalat Tahajud Nomor Item Soal
No
Jumlah Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
3
2
3
2
2
3
3
3
2
1
24
2
2
2
3
2
2
2
3
2
3
2
24
3
2
2
3
2
2
3
3
2
2
2
24
4
3
2
3
2
2
3
3
1
2
1
22
5
3
3
3
2
1
2
1
2
3
1
21
6
3
2
3
2
3
2
3
3
1
3
24
7
3
2
3
3
2
2
2
1
2
1
21
8
2
3
2
2
3
3
2
2
1
1
22
9
3
2
3
2
1
3
3
2
2
2
23
10
3
2
3
2
2
3
3
3
3
1
25
11
3
2
3
2
2
3
3
2
1
2
23
12
3
2
3
1
2
3
3
1
1
3
22
13
3
2
2
2
2
3
3
1
1
1
20
14
2
2
3
2
3
3
2
3
3
2
25
15
3
2
3
2
2
3
1
2
3
1
22
16
3
2
3
3
2
2
3
2
2
3
25
17
3
2
3
2
3
3
3
2
2
3
26
18
3
2
3
2
2
3
3
1
3
1
23
19
3
2
2
2
2
3
3
1
3
1
22
20
3
2
3
2
2
2
3
2
3
2
24
21
3
2
2
2
2
2
3
2
1
2
21
22
3
2
3
2
2
3
3
3
3
1
25
23
3
2
3
3
2
3
3
1
1
2
23
24
3
2
3
2
2
3
3
2
2
3
25
25
3
2
3
2
2
3
3
2
1
1
22
26
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
21
27
3
2
3
3
3
2
3
2
2
2
25
28
2
2
3
2
1
2
3
1
2
1
19
29
3
2
2
3
2
3
3
2
2
2
24
30
3
2
3
2
2
3
3
2
2
2
24
31
3
2
3
2
3
3
3
2
2
2
25
32
3
2
3
2
3
2
2
2
3
1
23
33
2
2
3
2
3
3
2
2
2
2
23
34
3
2
2
2
3
3
3
2
2
2
25
Kemudian di intervalkan dengan rumus sebagai berikut: dengan 10 item diketahui nilai tertinggi 30 dan nilai terendah 10, maka berdasarkan rumus interval sebagai berikut : 𝑙𝑖 =
(𝐵𝑎 − 𝐵𝑏) + 1 𝐽𝑖
Keterangan : Li
: Lebar interval
Ba
: Batas atas
Bb
: Batas bawah
Ji
: Jumlah interval Sehingga
𝑙𝑖 =
(30 − 10) + 1 3
𝑙𝑖 =
21 3
:
𝑙𝑖 = 7 Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak mahasiswa yang intensitas shalat tahajudnya baik, cukup, kurang. Tabel 4.2 Interval intensitas shalat tahajud
Jumlah Li
Nilai Nominasi
Keterangan
Mahasiswa 24-30
16
A
Baik
17-23
18
B
Cukup
10-16
0
C
Kurang
Setelah diketahui berapa banyak mahasiswa yang mempunyai ketekunan dalam menjalankan ibadah baik, cukup, kurang kemudian dipersentasekan sebagai berikut : 𝑃=
𝐹 × 100% 𝑁
a. Untuk intensitas shalat tahajud mahasiswa yang memperoleh nilai baik mendapat nilai A sebanyak 15 mahasiswa. 𝑃=
𝐹 × 100% 𝑁
𝑃=
16 × 100% 34
= 47,05 % b. Untuk intensitas shalat tahajud mahasiswa yang memperoleh nilai cukup mendapat nilai B sebanyak 19 mahasiswa. 𝑃=
𝐹 × 100% 𝑁
𝑃=
18 × 100% 34
= 52,94 % c. Untuk intensitas shalat tahajud mahasiswa yang memperoleh nilai kurang mendapat nilai C sebanyak 0 mahasiswa. Sehingga 𝑃=
𝐹 × 100% 𝑁
𝑃=
0 × 100% 37
=0%
Tabel 4.3 Persentase Intensitas Shalat Tahajud
No
Kategori
Interval
Frekuensi
Persentase
1
Baik
24-30
16
45,94 %
2
Cukup
17-23
18
54,05 %
3
Kurang
10-16
0
0%
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa intensitas shalat tahajud yang termasuk dalam kategori baik adalah 47,04% dengan jumlah 16 mahasiswa, intensitas shalat tahajud cukup sebanyak 18 mahasiswa dengan persentase 52,94%, intensitas shalat tahajud dengan kategori kurang 0 % dengan jumlah 0 mahasiswa. Dengan demikian intensitas shalat tahajud mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga adalah cukup. 2. Ketenangan Jiwa
Data tentang ketenangan jiwa diperoleh dari angket yang penulis bagikan kepada responden. Terdiri dari 10 pertanyaan, masing-masing pertanyaan terdiri dari tiga opsi jawaban, dengan bobot nilai sebagai berikut: 1) Mahasiswa yang menjawab A memiliki bobot nilai 3; 2) Mahasiswa yang menjawab B memiliki bobot nilai 2; 3) Mahasiswa yang menjawab C memiliki bobot nilai 1.
Tabel 4.4 Data Nilai Angket Ketenangan jiwa Nomor Item Soal
No
Jumlah Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
3
3
1
3
3
3
3
3
3
3
28
2
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
28
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
28
4
3
3
1
3
3
2
3
2
3
3
26
5
2
3
2
3
2
2
3
2
2
2
23
6
2
2
3
2
3
2
2
2
2
2
22
7
3
3
1
3
3
2
2
3
2
2
24
8
2
2
3
2
3
2
2
3
2
3
23
9
3
3
1
2
3
2
2
3
3
2
24
10
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
29
11
3
3
2
2
3
2
2
2
2
2
23
12
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
28
13
3
3
2
3
2
2
2
3
2
3
25
14
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
29
15
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
29
16
2
3
2
3
3
2
3
3
2
2
25
17
3
3
1
3
3
2
3
3
3
3
27
18
3
2
3
3
3
3
2
3
3
2
27
19
3
1
3
3
3
2
1
2
3
3
24
20
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
28
21
3
3
1
3
3
3
3
3
3
3
28
22
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
29
23
3
3
3
3
2
2
3
3
3
2
27
24
2
3
2
2
2
2
3
2
2
3
23
25
2
3
2
2
3
2
3
3
1
2
23
26
2
3
2
2
3
2
1
3
2
3
22
27
2
3
3
2
3
2
3
3
2
3
26
28
3
3
1
3
2
2
2
3
2
2
23
29
3
3
2
3
2
2
3
3
2
3
26
30
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
28
31
3
3
2
3
3
2
3
3
3
3
28
32
3
3
1
3
3
2
3
3
3
3
27
33
3
3
3
3
2
3
2
3
3
2
27
34
3
3
3
3
3
3
2
3
3
1
27
Kemudian diintervalkan dengan rumus sebagai berikut: dengan 10 item diketahui nilai tertinggi 30 dan nilai terendah 10, maka berdasarkan rumus interval sebagai berikut : li
( Ba Bb) 1 Ji
Keterangan : Li
: Lebar interval
Ba
: Batas atas
Bb
: Batas bawah
Ji
: Jumlah interval
Sehingga : Sehingga 𝑙𝑖 =
(30 − 10) + 1 3
𝑙𝑖 =
21 3
:
𝑙𝑖 = 7 Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak mahasiswa yang intensitas shalat tahajudnya baik, cukup, kurang. Tabel 4.5 Interval intensitas ketenangan jiwa
Jumlah Li
Nilai Nominasi
Keterangan
Mahasiswa 24-30
26
A
Baik
17-23
8
B
Cukup
10-16
0
C
Kurang
Setelah diketahui berapa banyak mahasiswa yang mempunyai ketenangan jiwa baik, cukup, kurang kemudian dipresentasekan sebagai berikut : 𝑃=
𝐹 × 100% 𝑁
d. Untuk ketenangan jiwa mahasiswa yang memperoleh nilai baik mendapat nilai A sebanyak 25 mahasiswa. 𝑃=
𝐹 × 100% 𝑁
𝑃=
26 × 100% 34
= 76,47 % e. Untuk intensitas shalat tahajud mahasiswa yang memperoleh nilai cukup mendapat nilai B sebanyak 8 mahasiswa. 𝑃=
𝐹 × 100% 𝑁
𝑃=
8 × 100% 34
= 23,52 % f. Untuk intensitas shalat tahajud mahasiswa yang memperoleh nilai kurang mendapat nilai C sebanyak 0 mahasiswa. Sehingga 𝑃=
𝐹 × 100% 𝑁
𝑃=
0 × 100% 34
=0%
Tabel 4.6 Persentase ketenangan jiwa
No
Kategori
Interval
Frekuensi
Persentase
1
Baik
24-30
25
76,47 %
2
Cukup
17-23
9
23,52 %
3
Kurang
10-16
0
0%
Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak mahasiswa yang ketenangan jiwanya baik, cukup, kurang.
B. Analisis Pengolahan Data Analisis pengolahan data ini untuk data yang terkumpul dari nilai variabel mengikuti intensitas shalat tahajud dan ketenangan jiwa untuk mencari korelasi dengan menggunakan rumus product moment. Hasil pehitungan menghasilkan nilai korelasi r yang menunjukkan kuat lemahnya hubungan antar variabel. Nilai koefisien korelasi (r) hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan r tabel. Nilai r tabel untuk sampel 34 dengan taraf signifikansi 1% yaitu 0,436. Jika r hitung > r tabel maka ada hubungan yang positif antara varibel x dan y. Jika r hitung = 0, maka tidak ada hubungan sama sekali antara variabel x dan y. Jika r hitung < r tabel maka terdapat hubungan negatif antara variabel x dan y. Sedangkan perhitungan dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
rxy =
∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 2 −
(∑𝑥 )2 𝑁
∑𝑥 ∑𝑦 𝑁
∑𝑦 2 −
(∑𝑦 )2 𝑁
Keterangan: rxy : nilai koefisien korelasi antara x dan y xy : produk dari x dan y x : nilai variabel 1 y : nilai variabel 2 N : banyaknya subjek pemilik nilai ∑ : sigma
Analisis ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara nilai intensitas shalat tahajud dan ketenangan jiwa. Nilai dari kedua variabel tersebut selanjutnya untuk variabel intensitas shalat tahajud diberi nama variabel X dan ketenangan jiwa diberi nama variabel Y. Selanjutnya
kedua
variabel
tersebut
didistribusikan
kedalam
koefisiensi dan perkalian antara nilai-nilai variabel X dan nilai-nilai variabel Y agar memudahkan dalam memasukkan ke rumus korelasi product moment dengan skor angka kasar. Maka sebelum melakukan perhitungan, penulis terlebih dahulu melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Membuat tabel untuk mencari hubungan antara intensitas shalat tahajud dengan ketenangan jiwa mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga tahun 2012. 2) Mencari x, y, x2, y2 dan xy dengan cara mengalikannya. 3) Memasukkan nilai x dan y yang sudah ada kedalam rumus korelasi product moment angka kasar.
Tabel 4.7 Koefisien Korelasi Hubungan antara Intensitas Shalat tahajud dengan Ketenangan jiwa
Nomor X
Y
X2
Y2
XY
1
24
28
576
784
672
2
23
28
529
784
644
3
25
28
625
784
700
4
22
26
484
676
572
Responden
5
21
23
441
529
483
6
24
22
576
484
528
7
21
24
441
576
504
8
22
23
484
529
506
9
23
24
529
576
552
10
25
29
625
841
725
11
23
23
529
529
529
12
22
28
484
784
616
13
20
25
400
625
500
14
25
29
625
841
725
15
22
29
484
841
638
16
25
25
625
625
625
17
26
27
676
729
702
18
23
27
529
729
621
19
22
24
484
576
528
20
24
28
576
784
672
21
21
28
441
784
588
22
25
29
625
841
725
23
23
27
529
729
621
24
25
23
625
529
575
25
22
23
484
529
506
26
21
22
441
484
462
27
25
26
625
676
650
28
19
23
361
529
437
29
24
26
576
676
624
30
24
28
576
784
672
31
25
28
625
784
700
32
23
27
529
729
621
33
23
27
529
729
621
34
25
27
625
729
675
Jumlah
787
884
18313
23158
20519
Dari tabel di atas diketahui: ∑x : 787 ∑y : 884 ∑x2: 18313 ∑y2: 23158 ∑x.y: 20519 N : 34 Data-data yang telah diketahui kemudian dimasukkan dalam rumus product moment:
rxy= rxy= rxy= rxy= rxy=
∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 ∑𝑦 /𝑁 ∑𝑥 2 −(∑𝑥)2 /𝑁
∑𝑦 2 −(∑𝑦)2 /𝑁
20519 − 787 884 /34 18313 −(787)2 /34
23158 −(884)2 /34
20519−695708 /34 18313 −619369/34
23158 −781456 /34
20519−20462 18313−18216 ,73 23158−22984 57 96,27 174
rxy= rxy=
57 16750 ,98 57
129,42
rxy=0,440 C. Analisis Uji Hipotesis
Setelah data dianalisis, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel r, dengan jumlah responden 34 mahasiswa dengan taraf signifikansi 1% diperoleh nilai sebesar 0,440, maka jika dibandingkan dengan nilai rxy hitung (0,436) lebih besar dari nilai r tabel. Bila dibandingkan 0,436> 0,440 maka hipotesis nihil (Ho) ditolak/ tidak diterima dan hipotesis kerja/hipotesis alternatif (Ha) yang penulis ajukan tidak ditolak/ diterima. Dengan demikian berdasarkan perhitungan product moment terdapat hasil yang cukup signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara intensitas shalat tahajud dengan ketenangan jiwa mahasiswa pengurus LDK. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan dapat diterima.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis uji data dari kedua variabel dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari variasi intensitas shalat tahajud mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga dapat diketahui : a. Variasi intensitas shalat tahajud mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga yang mendapat nilai tinggi (A) sebanyak 16 responden ada 47,05% b. Variasi intensitas shalat tahajud mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga yang mendapat nilai sedang (B) sebanyak 18 responden ada 52.94% c. Variasi intensitas shalat tahajud mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga yang mendapat nilai rendah (C) sebanyak 0 responden ada 0% 2. Dari variasi ketenangan jiwa dapat diketahui : a. Untuk ketenangan jiwa mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga yang mendapat nilai tinggi ( A ) sebanyak 28 responden ada 76,47 % b. Untuk ketenangan jiwa mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga yang mendapat nilai sedang ( B ) sebanyak 8 responden ada 23,52% c. Untuk ketenangan jiwa mahasiswa pengurus LDK STAIN Salatiga yang mendapat nilai rendah ( C ) sebanyak 0 responden ada 0 % 3. Setelah data dianalisis menggunakan rumus teknik korelasi product moment dan diperoleh rxy sebesar 0.440 kemudian dikonsultasikan dengan tabel
product moment dengan N = 34 pada taraf signifikan 1% sebesar 0,436. Maka dari itu berarti rxy lebih besar dari nilai tabel 0,436> 0,440. Berdasarkan hasil analisis ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara intensitas melaksanakan shalat tahajud dengan ketenangan jiwa. B. Saran – saran Berdasarkan atas kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) STAIN Salatiga a. Tetap semangat dalam menyebarkan nilai-nilai Islam di Kampus STAIN Salatiga, sehingga benar-benar bisa terwujud Kampus yang Islami dan dapat melahirkan kader-kader yang robbaniyah, ilmiyah dan profesional. b. Tingkatkan kualitas shalat tahajud agar menjadi insan yang bertaqwa dan dapat mencapai ketenangan jiwa dalam hidup.
2. Bagi pembaca Mari kita tinggkatkan kualitas ibadah kita, tidak hanya ibadah yang wajib saja akan tetapi ibadah sunnah juga hendaknya kita jalankan karena ibadah sunnah merupakan pelengkap. Shalat tahajud memang bukan kewajiban bagi umat Islam, akan tetapi ia adalah kebiasaan orang-orang sholeh dan para pengamalnya akan tergolong manusia yang bertaqwa serta bersyukur kepada Allah SWT. Dan Allah akan memberikan surga bagi para pengamal shalat tahajud dan tambahan nikmat bagi mereka yang bersyukur.
DAFTAR PUSTAKA Al
Husaini, Khalaf Muhammad. Tanpatahun.Luruskanlah Akal, Jiwa&Lisanandadengan Al Qur‟an.Terjemahanoleh Abu Rania danKasyful Anwar. 2003.Jakarta: Mustaqim.
Arikunto, Suharsimi. 1996. ProsedurPenelitian. Jakarta: RinekaCipta. Bahnasi, Muhammad. 2007. ShalatsebagaiTerapiPsikologi. Bandung :Mizania. Basyir, Abu Umar. Tt. MisteriShalatMalam.Solo :RumahDzikir. Daradjat, Zakiyah. 1982. Kesehatan Mental. Jakarta. GunungAgung. ______________. 1995. Peranan agama dalamkesehatan mental. Jakarta: Gunungagung. DepartemenPendidikanNasional.2007. KamusBesarBahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka. Echols, M John, Shadily, Hasan.2005. KamusInggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. Fillah, Salim. 2008. SaksikanBahwaAkuSeorang Muslim. Yogyakarta: Pro U Media. Haditsweb.Kumulandanreferensibelajarhadits.Http://opi.110mb.com/ Haryanto, Sentot. 2003. PsikologiShalat. Yogyakarta :MitraPustaka. Hartono. 2004. STATISTIK untukpenelitian. Yogyakarta :PustakaPelajar Offset. Hasan, Iqbal. 2006. Analisis Data PenelitiandenganStatistik. Jakarta : PT BumiAksara. Jaya, Yahya. 1989. PerananTaubatdanMaafdalamkesehatan mental. Jakarta: Ruhama. Kartono, Kartini. 1989. Hygiene mental dankesehatan mental dalam Islam. Bandung: MandarMaju. Ketenangan-jiwa.htmldipostingApril 30, 2011 Mualifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Yogyakarta: Diva Press. Muhyidin, Muhammad. 2009. MisteriSholatTahajjud. Yogyakarta : DIVA Press.
Mustika, Rauf. 2008. KeajaibanShalatTahajud. Jakarta: Qultum Media. Purwanto.Mulyono. 2006. PsikologiMarah. Bandung : PT. RefikaAditama. Rif‟an, Ahmad Rifa‟i. 2011.TomboAti. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Rifa‟i, Mohammad. 1976. TuntunanShalatLengkap. Semarang : C.V Toha Putra. Salim, Mukhtar. 2009. SehatJiwa Raga denganShalat.Klaten :Wafa Press. Sholeh, Mohammad. 2007. TerapiShalatTahajud. Jakarta :HikmahPopuler. Sugiyono. 2011.MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R & D.Bandung :Alfabeta. Tim
PenyusunPusatPembinaandanPengembanganBahasa.1989. KamusBesarBahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.
Yunus, Mahmud. 1972. Kamus Arab-Indonesia. YayasanPenyelenggaraPenterjemahPentafsiranDepag RI. Widagdo, Djoko. 1994. IlmuBudayaDasar. Jakarta: BumiAksara. Wiki.Mu.htm, ditulisoleh Erwin Ariyanto. 2009.
Jakarta: