OPTIMALISASI PELEMBAGAAN NILAI-NILAI DAKWAH DI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS (LDK) MAHASISWA PERKOTAAN Fahrurrozi1 & Ahyar2
Abstrak Dakwah Kampus merupakan salah satu bagian dari dakwah secara umum. Dakwah kampus mengkhususkan dirinya untuk bergerak dalam sebuah miniatur masyarakat kecil yang bernama masyarakat kampus. Oleh karena itu dalam menjalankan roda dakwahnya, Dakwah Kampus memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan dakwah di wilayah lain. Dengan kata lain, pola Dakwah Kampus tentu akan berbeda dengan pola Dakwah Remaja Masjid, dakwah di perkantoran, dan sebagainya. Dakwah Kampus adalah dakwah al-ammah al-harakat al-dzahirah dalam lingkup perguruan tinggi. Dakwah yang sifatnya terbuka, berorientasi kepada rekrutmen dakwah di kalangan civitas akademika secara umum, dan aktivitasnya dapat dirasakan oleh civitas akademika itu sendiri. Sehingga untuk dapat mengejawantahkan dakwah al-ammah al-harakat al-dzahirah tersebut, maka prinsip ‘legal’, ‘formal’, dan ‘wajar’ dalam kacamata civitas akademika, menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh Dakwah Kampus. Salah satu derivasi dari hal ini, maka biasanya sebuah lembaga dakwah kampus perlu membuat AD/ART sebagai bagian dari bentuk legalisasi organisasi dakwah kampus di sebuah perguruan tinggi.
Kata
Kunci:
lembaga,
mahasiswa,
dakwah,
kampus,
optimalisasi,
peran,
institusionalisasi, organisasi.
1
Doktor Komunikasi Dakwah, Dosen Tetap Pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram Kandidat Doktor Manajemen dan Dosen Tetap Pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Mataram 2
125
KOMUNIKE, Vol. 6. No. 2, Desember 2014 : 125-142
A. Pendahuluan Mahasiswa sebagai pembaharu (agent of change) tidak akan tercipta tanpa membentuk karakternya yang kuat. Karakter yang kuat itu seperti kekuatan kognitif, psikomotorik, dan afeksi. Kekuatan tiga domain tersebut akan bersinergi jika ada pengembangan dan pendekatan pada aspek teoretis dan praktis. Keseimbangan kemampuan mahasiswa dalam menempuh perkuliahan di perguruan tinggi sangat perlu, baik
kemampuan akademik
maupun non-akademik. Kemampuan non-akademik dapat diasah melalui keaktifan dalam berorganisasi baik organisasi kemahasiswaan maupun unit-unit kegiatan kemahasiswaan lainnya, sedangkan kemampuan akademik dapat diasah selain meningkatkan belajar dalam kuliah juga mengasahnya melalui kesempatan membuat dan melaksanakan program kreativitas mahasiswa yang berdasar pada keilmuannya masing-masing. Kampus dan mahasiswa sendiri mempunyai beberapa keistimewaan, pertama kampus adalah tempat berkumpulnya pemuda dalam waktu yang cukup lama, kedua kampus merupakan gudang ilmu dan rumah kedua bagi mahasiswa dan peneliti, dan yang ketiga kampus adalah wadah yang paling strategis untuk mencetak kader dan melahirkan pemimpin masa depan. Dan mahasiswa adalah kelompok pilihan di tengah masyarakat, Mahasiswa juga memiliki ruang interaksi dan mobilitas yang luas, serta mereka adalah calon orang tua masa depan bagi generasi selanjutnya3. Kondisi Mahasiswa pada saat ini tidak menggambarkan ciri-cirinya sebagai calon pendidik dan tidak adanya suasana yang memberikan harapan untuk menjadi calon pendidik yang profesional dan mulia. Padahal Institusi tersebut mempunyai visi dan misi untuk melahirkan pendidik-pendidik yang bermutu tinggi, namun ini mesti disadari hal itu tidak mungkin akan terjadi jikaa tidak ada suasana yang mendukung dalam mencapai tujuan baik itu. Pemikiran itulah barangkali yang mendorong lahirnya, sehingga lahirlah para pemudapemuda yang menjadi pelopor dalam melahirkan suasana kondusif tersebut, sehingga mereka mampu melahirkan sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa yang menjadi alternatif untuk menghasilkan calon-calon pendidik yang berahklak mulia dan profesional, yaitu Kelompok Study Islam Intensive (KSII) pada hari Jum’at tanggal 9 April Tahun 1998 yang memberikan harapan besar dalam melakukan perubahan.4
Makfudz Siddik, KAMMI dan Pergulatan Reformasi , Solo: Era Intermedia, 2003, hlm. 93. Makfudz Siddik, KAMMI...hlm. 94.
3
4
126
Optimalisasi Pelembagaan Nilai-Nilai Dakwah ....(Fahrurrozi & Ahyar)
Generasi muda akan berpengaruh besar pada kemajuan sebuah bangsa karena mereka berperan sebagai tulang punggung negara. Sebagai bagian dari masyarakat intelektual yang sangat berpengaruh, Mahasiswa merupakan bagian penting dari generasi muda, karena dari kalangan mahasiswa inilah akan muncul calon-calon pemimpin. Namun nampaknya saat ini mahasiswa dihadapkan pada permasalahan yang sangat rumit, seperti permasalahan ekonomi, pergaulan bebas, narkoba, tindak kriminal, dan sebagainya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya; sikap lepas kendali, mahasiswa perantau yang tidak mendapatkan pengawasan dari orang tua, kontrol masyarakat kota yang sangatkurang, meniru kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan dan norma agama di Indonesia, serta kurangnya muatan pendidikan agama dalam kurikulum program studi. Di sisi lain terbukti dengan
banyak mahasiswa yang antusias terhadap kegiatan keislaman. Ini adanya Lembaga Dakwah Kampus (LDK) hampir di setiap institusi
pendidikan. Namun kegiatan tersebut belum bisa membimbing secara intensif dalam pembelajaran agama Islam. Kendala yang dihadapi adalah; tidak adanya fasilitas yang lengkap untuk mendukung berbagai kegiatan yang ada di dalamnya, bimbingan agama tidak setiap waktu, dilakukan hanya ketika berada di kampus saja, dan terjadinya benturan dengan kegiatan perkuliahan. Problematika yang muncul di kalangan remaja maupun mahasiswa, baik menyangkut perilaku maupun aqidah perlu dijadikan bahan refleksi guna melakukan pembinaan dan pengontrolan terhadap mahasiswa. Usaha untuk mengatasi problematika remaja maupun mahasiswa tersebut diperlukan tata aturan, prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang sifatnya lebih permanen dan universal sehingga tidak mudah tergerus oleh perubahan zaman. Agama Islam diyakini dapat mengatasi problematika yang dihadapi remaja maupun mahasiswa serta dapat dijadikan titik pijak dalam pembinaan dan peningkatan kualitas mereka. Untuk mengelola dan melembagakan tata aturan, prinsip dan nilai dalam kehidupan mahasiswa, maka diperlukanlah wadah, seperti institusi atau lembaga dakwah mahasiswa. Mengingat organisasi dakwah merupakan sarana yang sangat tepat untuk megaplikasikan ajaran. Lembaga Dakwah Kampus (LDK) adalah sebuah organisasi kemahasiswaan intra kampus yang terdapat di tiap-tiap perguruan tinggi di Indonesia. Organisasi ini bergerak dengan Islam sebagai asasnya. Sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia dapat 127
KOMUNIKE, Vol. 6. No. 2, Desember 2014 : 125-142
dipastikan mempunyai LDK. Tiap-tiap perguruan tinggi, nama LDK bisa berbeda-beda. Kadang mereka menyebut dirinya sebagai Sie Kerohanian Islam, Forum Studi Islam, Lembaga Dakwah Kampus, Badan Kerohanian Islam, dan sebagainya. Untuk menjalankan roda dakwah tersebut, maka dibutuhkan personil-personil, seperti Aktivis Dakwah Kampus (ADK). ADK adalah kader dakwah dan tarbiyah yang memiliki peran dalam dakwah kampus. Peran yang dilakukan bisa berupa sebagai pengurus lembaga dakwah kampus, murobbi kampus, dan sebagainya. Peran Aktivis Dakwah Kampus yang merupakan mahasiswa perkotaan ini bisa dijalankan oleh kader dakwah yang bertitel mahasiswa, atau dosen, atau kader dakwah lainnya yang bersinggungan dengan dakwah kampus. Mereka harus dapat bergerak bersama-sama dalam koridor strategi dakwah kampus yang bersangkutan. Sebagaimana telah diungkapkan di atas, dalam pergerakannya dakwah kampus memiliki medan tersendiri. Medan pergerakan dakwah kampus adalah area di mana dakwah kampus mengaktualisasikan diri. Medan dakwah kampus yaitu lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap dakwah kampus, meliputi mahasiswa-mahasiswanya (para civitas akademika, pejabat dan pegawai kampus, bahkan alumni), sarana-sarananya (lembaga kemahasiswaan, institusi perguruan tinggi, institusi pemerintah terkait, institusi kerjasama antarperguruan tinggi), dan aturan main yang berlaku (peraturan perundangan terkait, kurikulum dan sistem administrasi perguruan tingggi), serta sarana dan prasarana kampus. Dan yang terakhir dalam kajian ini adalah tujuan Dakwah Kampus, terakhir dan sangat penting. Karena tujuan dakwah kampus harus selalu menjadi satu hal yang terus diingat oleh para Aktivis Dakwah Kampus, agar mereka tahu ke mana arah dakwah kampus berjalan. Kemampuan untuk mengungkap proses pengorganisasian dan pelembagaan nilainilai dakwah Mahasiswa dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan strategi dan kebijakan dakwah di kalangan mahasiswa. Secara teoretis, dakwah di kalangan mahasiswa maupun remaja merupakan proyek besar yang belum tergarap dengan baik. Jika hal ini dilakukan akan terjadi perubahan besar dan menjadi sumbangsih bagi kemajuan bangsa. Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut, kajian ini menjadi urgen karena ada persoalan yang perlu dieksplorasi secara kritis mengenai institusionalisasi dakwah yang merupakan upaya untuk memantapkan landasan rasional, spiritual, dan sosial pada kegiatan dakwah di kalangan mahasiswa perkotaan sebagai realisasi dari tujuan dakwah dan 128
Optimalisasi Pelembagaan Nilai-Nilai Dakwah ....(Fahrurrozi & Ahyar)
pemenuhan kebutuhan mahasiswa perkotaan baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Untuk terlaksananya proses tersebut diperlukan institusionalisasi, manajerial yang profesional di bidang organisasi dakwah dengan mempertajam fungsi, tugas, dan keleluasaan bergerak sesuai dengan tuntutan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta relevan dengan kehidupan di era modern. A. Sejarah Terbentuknya Lembaga Dakwah Kampus Sejarah terbentuknya Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) IAIN Mataram berawal dari percakapan beberapa orang mahasiswa, di antaranya adalah Abdussalam, Fathurrahman, Zainul Iskandar, dan Abdul Majid. Pertemuan beberapa mahasiswa tersebut melahirkan ide untuk membuat sebuah LDMI, sehingga LDMI di IAIN Mataram secara resmi dibentuk pada tanggal 8 Oktober 2003 saat itu masih menjadi STAIN. Ide untuk membentuk LDMI IAIN Mataram berangkat dari asumsi bahwa mahasiswa yang ada di IAIN Mataram dengan berbagai jurusan yang ada memiliki potensi serta kemampuan untuk berdakwah, terutama kaitannya dengan eksistensi IAIN sebagai perguruan tinggi yang bercorak Islam.5 Demikian juga Sejarah terbentuknya LDK Babul Hikmah Unram Sejak tahun 1987 atas inisiatif beberapa dosen pendidikan agama Islam dan beberapa mahasiswa muslim, yang sadar akan pentingya pembinaan keislaman di kampus, maka dibentuklah sebuah UKM kerohanian islam yang bernama: LDK Babul Hikmah Universitas Mataram. Beberapa Dosen yang membidani kelahirannya yaitu antara lain: Dr. Ahmad Rifa’i, Drs. Abdul Aziz, dan Drs. Abdullah Syafei yang sebelumnya bersama mahasiswa mengikuti FSLDK di IKIP Malang. Forum ini sepakat menamai Lembaga Dakwah ini dengan nama LDK Babul Hikmah. Wadah ini adalah tempat berkiprahnya anggota LDK putri. Mereka memilki otonomi dalam melaksanakan kegiatannya. Otonomi meliputi hak untuk mengatur, menetapkan, dan menjalankan kegiatannya sendiri secara mandiri (sesuai dengan ART organisasi). Hal ini untuk mengaplikasi hukum hijab dalam ajaran Islam. Sebagaimana di tingkat Universitas maka seluruh Majelis Ta'lim Fakultas juga memiliki hal yang sama. Lembaga ini dipimpin oleh seorang koordinator keputrian dengan staf-stafnya.
5 Lihat dokumen LDMI, Sejarah Singkat LDMI IAIN Mataram, 2004. Diperkuat melalui wawancara dengan Arya Sufyan Atsauri, Devisi Bidang Kaderisasi Dakwah, Mataram, Tgl 13 Juli 2012.
129
KOMUNIKE, Vol. 6. No. 2, Desember 2014 : 125-142
Sejarah kelahiran LDK Babul Hikmah dimulai dengan kondisi obyektif kampus yang berbeda-beda, memaksa masing-masing lembaga dakwah kampus berkembang dengan polanya sendiri-sendiri, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya. Banyaknya persoalan dakwah di dalam kampus menyebabkan LDK juga lebih mengarahkan perhatiannya ke dalam kampusnya masing-masing, dan kurang memberikan perhatian pada kebersamaan gerak dakwah. Keadaan ini berakibat melemahnya kekuatan gerak dakwah secara global. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu jalinan koordinasi yang baik di antara lembaga dakwah kampus yang ada demi terciptanya kekuatan gerak dakwah yang terpadu dan kokoh, laksana satu bangunan yang saling menguatkan. Forum Silaturahhim Lembaga Dakwah Kampus Nasional (FSLDKN) merupakan salah satu bentuk koordinasi dakwah yang berfungsi sebagai sarana bagi terciptanya gerak dakwah yang teratur, terpadu, dan kompak menuju ummatam wahidah. Cikal bakal lahirnya FSLDKN adalah acara yang bernama Sarasehan LDK yang diadakan pada tanggal 14-15 Ramadhan 1406 atau 24-25 Mei 1986 oleh Jamaah Shalahuddin UGM, bertempat di UGM, Yogyakarta. FSLDK kependekan dari Forum Silaturrahim (bukan silaturrahmi, sesuai hasil FSLDKN XIII) LDK. Persepsi pertama, kita memahami FSLDK sebagai jaringan. Sedangkan persepsi kedua, FSLDK adalah musyawarah nasional/daerah yang diadakan secara rutin. Sebenarnya, subjek dan objek kedua pengertian tadi sama, yaitu LDK. Akan tetapi perlu dipertegas lagi perbedaannya untuk mencegah ambiguitas. Persepsi pertama, FSLDK adalah jaringan yang beranggotakan LDK-LDK (bukan orang per orang) seIndonesia. Sifat keanggotaan FSLDK cukup terbuka, artinya setiap LDK berhak bergabung dengan FSLDK. Hal ini dikarenakan salah satu visi FSLDK adalah mengoptimalkan akselerasi dakwah kampus nasional. Jaringan FSLDK sudah tersebar luas di seluruh nusantara. Mulai dari ujung Sumatera hingga Papua. Persepsi kedua, FSLDK adalah musyawarah akbar. Di tingkat nasional, kita mengenal istilah Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus Nasional (FSLDKN). FSLDKN XIV yang terakhir diselenggarakan di Lampung tahun 2007, dan FSLDKN XV yang dilaksanakan di Ambon pada bulan Juli 2010. Sedangkan di tingkat daerah, ada juga istilah Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus Daerah (FSLDKD). Fungsi FSLDK pada awal berdirinya adalah sebagai sarana sharing atau diskusi seputar LDK masing-masing. Kemudian fungsinya berkembang seiring bertambahnya usia 130
Optimalisasi Pelembagaan Nilai-Nilai Dakwah ....(Fahrurrozi & Ahyar)
forum tersebut. Sebagaimana yang disebutkan pada pembahasan sebelumnya, agenda pokok FSLDK meliputi dua hal yaitu ke-LDK-an dan penyikapan isu. LDK Baabul Hikmah Universitas Mataram adalah anggota FSLDK sejak tahun 1998. Telah banyak peran yang dimainkan di dalamnya. LDK Baabul Hikmah sebagai lakon utama di daerah Bali dan Nusa Tenggara yang meliputi NTB dan NTT, oleh karenanya LDK Baabul Hikmah menjadi Koordinator semua LDK-LDK di semua penjuru Bali NUSRA. Semua LDK di seputaran Bali NUSRA telah bergabung dengan FSLDK Bali NUSRA di bawah satu bendera dan kepemimpinan LDK Baabul Hikmah. Telah banyak peran yang di torehkan dan dipersembahkan LDK Baabul Hikmah dalam FSLDK selain sebagai koordinator FSLDKD peran itu antara lain: Penggalangan dana untuk bencana Alam seperti banjir di Sumbawa, gempa bumi di Bima, banjir bandang di Sembalia Lombok Timur, Gempa Yogyakarta, Gempa Papua, yang baru dilakukan bulan kemarin yakni tanah longsor Ciwidey Bandung, dan masih banyak lagi aksi-aksi sosial lainnya. Penyikapan isu melalui hearing dengan pemerintah ataupun aksi long march dan aksi turun jalan menyuarakan sikap FSLDK seperti RUU APP, masalah Palestina, mendukung PERDA pendidikan bagi pelajar di Kota Mataram, Pembubaran AHMADIYAH, Hari JILBAB sedunia, dan masih banyak lagi yang tak mungkin tercatat di risalah sederhana ini. Selain itu FSLDK terutam LDK Baabul Hikmah juga berperan aktif dalam melakukan trainingtraining manajemen ke-LDK-an bagi semua LDK di seluruh Bali NUSRA, pernah berkunjung dan melakukan training manajemen beberapa kali ke LDK IKIP Mataram, LDK Al-Abror STKIP Pancor, LDK KAMIL STMIK Bumi Gora Mataram, beberapa LDK di Lombok Barat dan Lombok Utara, Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu dan Bima. Namun ada hal yang harus diperjelas di sini. Karena ada kabar yang rancu hari-hari kemarin tentang adanya aktivitas yang mengatasnamakan LDK-LDK ataupun perkumpulan LDK di seputaran kota Mataram atau bahkan di wilayah Nusa Tenggara, padahal tidak ada satupun LDK yang berada di perkumpulan atau di bawah koordinasi forum itu. Sekali lagi kami perjelas bahwa satu satunya Forum yang mengumpulkan LDK-LDK seluruh Bali NUSRA hanya FSLDK.6 Jika ada nama lain maka itu hanya inisiatif orang per orang atau gembong-gembong bukan LDK. Sehingga Badan koordinasi itu ataupun Forum itu tidak berhak menggunakan embel-embel LDK di dalamnya. Namun silahkan membuat nama
6
Pendy Fathurahman. Ka. Dept HUMAS LDK Baabul Hikmah Unram
131
KOMUNIKE, Vol. 6. No. 2, Desember 2014 : 125-142
forum ataupun badan koordinasi apapun yang entah berantah namanya asalkan tidak membawa embel-embel LDK. Selanjutnya, sejarah terbentuknya LDK AN-NUR IKIP Mataram dengan melihat kondisi mahasiswa pada saat itu tidak menggambarkan ciri-cirinya sebagai calon pendidik dan tidak adanya suasana yang memberikan harapan untuk menjadi calon pendidik yang profesional dan mulia. Padahal Institusi tersebut mempunyai visi dan misi untuk melahirkan pendidik-pendidik yang bermutu tinggi, namun ini mesti disadari hal itu tidak mungkin akan terjadi karena tidak ada suasana yang mendukung dalam mencapai tujuan baik itu. Sehingga lahirlah para pemuda-pemuda yang menjadi pelopor dalam melahirkan suasana kondusif tersebut, sehingga mereka mampu melahirkan sebuah UKM yang menjadi alternatif untuk menghasilkan calon-calon pendidik yang berahklak mulia dan profesional yaitu Kelompok Study Islam Itensif (KSII) pada hari Jum’at tanggal 9 April Tahun 1998 yang memberikan harapan besar dalam melakukan perubahan. Ini nantinya akan mampu memberikan konstribusi besar terhadap perkembangan bangsa dan negara khususnya Kampus IKIP Mataram. Mahasiswa IKIP Mataram pada saat itu diselimuti dengan kemungkaran, kemaksiatan, serta pelanggaran-pelanggaran yang terjadi pada diri Mahasiswa tersebut, ini terlihat dari aktivitas sehari-hari yang tidak mencerminkan mereka sebagai seorang muslim yang harus mengerjakan tanggung jawabnya sebagai seorang muslim, seperti halnya dalam berpakaian, bergaul, dan lainnya. Untuk itu para pemuda tadi perlu mengadakan sebuah perbaikan-perbaikan dalam segala bidang tentunya sesuai syari’at Islam yang kaffah. Tiga orang mahasiswa yang berfikir tentang kondisi IKIP ini ternyata memulai pergerakannya dengan cara sederhana saja, mereka mencoba untuk membentuk kepengurusan yang sederhana. Hanya ada Ketua Umum (Sumadi) Sekretaris (Bunyamin) Bendahara (Sauki) ini untuk 1 (satu) Periode 1998-1999 (periode pertama) mereka memulai kegiatannya dengan diskusi-diskusi kecil di musala, sedikit demi sedikit mereka mencoba untuk merekrut anggota supaya kegiatan ini bisa berkesinambungan. Namun pada saat itu kondisi mahasiswa sangat apatis dan tidak banyak yang mengenal organisasi, hanya masih berorientasi pada kuliah saja, di samping sambutan atau respon dari pihak birokrasi sangat dingin terhadap kegiatan-kegiatan mahasiswa apalagi saat itu kondisi fisik dari IKIP Mataram ini masih banyak yang ditumbuhi oleh pepohonan yang besar dan ilalang.
132
Optimalisasi Pelembagaan Nilai-Nilai Dakwah ....(Fahrurrozi & Ahyar)
Diskusi-diskusi kelompok adalah salah satu program yang dimiliki, untuk menarik simpati mahasiswa saat itu memang sangat sulit sekali, di lain waktu kegiatannya bisa berupa kajian-kajian, hal ini masih juga tidak dapat dijadikan program yang utuh, problema atau kendala waktu itu tidak lain antipati mahasiswa, di lain pihak juga bila dilihat dari kepengurusannya sangat masih kurang dan apalagi fasilitas yang dimiliki tidak ada. Kondisi kader pada periode kepemimpinan Sumadi, Bunyamin, dan Sauki adalah awal lahirnya benih-benih kader yang mampu melakukan pergerakan. Mahasiswa yang menjadi objek utama untuk menyampaikan da’wah adalah memiliki pemikiran yang kurang positif dalam menanggapi keberadaan KSII, ini bisa dilihat dari respon mahasiswa yang selalu dingin tidak memberikan harapan besar untuk melakukan perubahan dari berbagai lini, padahal bila dilihat kondisi karakteristik para calon pendidik itu tidak memperlihatkan diri mereka sebagai calon pendidik yang bermoral mulia bahkan mereka masih banyak bergelimang kemaksiatan, ini juga bisa dilihat dari pergaulan dan pakaian mereka. Di samping itu pihak birokrasi juga tidak jauh-jauh amat dengan sifatnya yang pura-pura tidak tahu menahu, dimana kegiatan KSII saat itu tidak mendapatkan sepeser pun bantuan dana dari mereka. Ini kondisi secara tidak langsung menjadi beban pemikiran para aktivis tersebut. Namun hal ini terus mereka perjuangkan tanpa putus asa. Keberadaan KSII untuk periode selanjutnya adalah komitmen dari para aktivis – aktivis Islam itu untuk melanjutkan perjuangannya, pada saat peralihan kepengurusan juga mereka mengalami kesulitan kader, siapa akan memimpin selanjutnya setelah mereka Karena pada saat itu juga tidak ada kader yang akan menggantikan mereka selain mereka berempat yaitu Sumadi (yang menjadi Ketua pada periode pertama) Bunyamin (Sekretarisnya) dan Sauki (bendaharanya) yang keempat? (saya tidak tau) namun ternyata mereka tidak kalah akal mereka roling kepengurusan, yaitu yang sekarang Sekretarisnya yang menjadi Ketua (Benyamin) Sumadi menjadi Sekretaris dan Sauki istiqomah pada posisinya. Kalau melihat perkembangan KSII pada periode II mampu membawa kader–kader khususnya pengurus untuk melakukan perbaikan–perbaikan yang positif dari segi pengembangan sumber daya kader, namun pada tataran kader masih kurang, namun dengan inisiatif kerjasama dengan LDK Baabul Hikmah Unram Pengurus KSII dapat mengembangkan hidden tallen (talenta yang tersembunyi), kemampuan dari segi berorganisasi dan lainnya yang memberikan konstribusi besar terhadap perkembangan
133
KOMUNIKE, Vol. 6. No. 2, Desember 2014 : 125-142
KSII, Kondisi kegiatan-kegiatannya masih dalam tarap yang biasa saja, begitu juga dengan sambutan dari pihak mahasiswa yang adem ayem dan pihak birokrasi yang tidur–tiduran. Perubahan Nama Organisasi menjadi awal harokah yang kuat, dilihat dari struktur yang rapi, namun dari segi kepengurusannya masih mengalami kekurangan-kekurangan, perubahan nama Organisasi tersebut pada tanggal 24 Juli 2000 yang awalnya adalah Kelompok Study Islam Intensif disingkat KSII menjadi Lembaga Da’wah Kampus ( LDK ) An–Nuur IKIP Mataram. Kepengurusannya masih dipegang oleh Bunyamin (Ketua) dan Sumadi (Sekretaris) serta Sauki (Bendahara). Dari tahun 2007 – sekarang LDK An-Nuur IKIP Mataram tetap aktif dalam Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus Nasional (FSLDKN)7. B. Nilai Dakwah yang Dikembangkan oleh LDK Mahasiswa Perkotaan. Institusionalisasi dakwah atau proses pelembagaan nilai-nilai dakwah yang dilakukan oleh LDK merupakan upaya untuk memantapkan landasan nilai kemanusiaan pada kegiatan dakwah sebagai realisasi dari tujuan dakwah dan pada kepentingan serta kebutuhan mahasiswa perkotaan baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Untuk terlaksananya proses tersebut diperlukan institusionalisasi manajerial di bidang organisasi dakwah dengan mempertajam garis-garis fungsi, tugas, dan kebebesan bergerak sesuai dengan tujuan dan program kegiatan yang komitmen terhadap nilai-nilai moral dan kemanusiaan.
Proses
institusionalisasi
merupakan
landasan
dan
sarana
untuk
mengembangkan profesionalisasi di bidang dakwah sebagai wujud tanggung jawab akan kemashlahatan masyarakat dan peradaban Islam. Untuk mencapai tujuan yang maksimal, LDK menurunkan konsep dakwah LDK dalam tataran yang lebih operasional dengan mengedepankan prinsip-prinsip dakwah LDK. Dalam pengamatan dan hasil wawancara peneliti dengan Subjek penelitian dapat dijelaskan beberapa prinsip dasar dakwah LDK, baik di IAIN, UNRAM maupun IKIP sebagai berikut: Pertama,
dakwah
yang
dilakukan
oleh
LDK
bersifat
non-sektarian
dan
mengakomodasi semua paham dan aliran. Ini dapat dilihat di IAIN Mataram, yang proses dakwahnya lebih terbuka, dan tidak terbatas pada komunitas mahasiswa yang berafiliasi pada organisasi ekstra kampus, seperti KAMMI, HTI, dan lain-lain. Sedangkan di LDK UNRAM, maupun IKIP Mataram corak keanggotaan masih didominasi oleh lembaga ekstra
7
134
Dokumentasi: Profil LDK AN_Nuur IKIP Mataram dikutip, 13 0ktober 2011
Optimalisasi Pelembagaan Nilai-Nilai Dakwah ....(Fahrurrozi & Ahyar)
kampus, seperti KAMMI, HTI, dan sealirannya. Namun meskipun demikian prinsip dakwah yang dikembangkan adalah dakwah yang tercermin dalam bingkai harmonisasi. Kedua, dakwah yang dikembangkan dan dilakukan bersifat natural artinya dakwah LDK bertitik tolak dari kebutuhan mahasiswa perkotaan yang sangat mendasar, terutama mengembangkan bakat minat mahasiswa. Ketiga, dakwah yang dikembangkan bersifat convergence (konvergensi), artinya dakwah LDK tidak ingin eksklusif dan asyik dengan sendirinya. Keempat, LDK senantiasa Tune in dengan perubahan dan modernitas. Dengan
prinsip-prinsip
dakwah
tersebut,
LDK
melakukan
proses-proses
pelembagaan nilai-nilai dakwah dengan memperhatikan mahasiswa perkotaan sebagai objek dari pelembagaan dakwah di LDK di Kota Mataram. LDMI IAIN Mataram, LDK Babul Hikmah dan LDK An-Nur adalah lembaga dakwah yang berpedoman pada Alquran dan Sunah Nabi Muhammad. Manhaj (metode) dakwah inilah yang menjadi karakteristik pada lembaga dakwah ini, baik LDMI IAIN Mataram, LDK Babul Hikmah dan LDK An-Nur. Dalam kiprahnya sebagai sebuah lembaga dakwah kampus, secara struktural LDMI IAIN Mataram, LDK Babul Hikmah dan LDK An-Nur menitikberatkan dakwahnya pada tiga aspek besar, yakni: Kaderisasi, Syiar dakwah, dan Kehumasan. Adapun setiap bagian dalam lembaga dakwah, baik LDMI IAIN Mataram, LDK Babul Hikmah, dan LDK An-Nur bertanggung jawab besar dalam agenda pergerakan dakwah di kampus IAIN, UNRAM dan IKIP. Hal tersebut dibuktikan dengan aktualisasi dakwah fardiyah bagi setiap pengurus atau anggota kepada objek dakwah. Sedangkan aspek fungsi dari LDMI dan LDK yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah terdiri dari aspek kaderisasi. Berdasarkan alur pengkaderan yang dimilikinya, kaderisasi melakukan lima poin penting dalam alur pengkaderan yakni; tahap pengenalan/ sosialisasi, perekrutan, pembentukan, pematangan, dan pengembangan. Selain itu dalam upaya mewujudkan visi dan misi lembaga dakwah yakni IAIN, UNRAM dan IKIP menjadi kampus yang bernuansa Islami. LDMI IAIN Mataram, LDK Babul Hikmah dan LDK An-Nur melalui syiar dakwahnya menggunakan metode dakwah, dan sarana dakwah seperti kajian umum, siaran radio kampus, kajian jumat muslimah, dan sebagainya. Nilai-nilai dakwah yang dikembangkan oleh LDK di perkotaan, dapat dipetakan sebagai berikut: Pertama, nilai pola pikir yang terbuka. Kedua, nilai kebersamaan. Ketiga, 135
KOMUNIKE, Vol. 6. No. 2, Desember 2014 : 125-142
nilai kebebasan. Keempat, nilai saling menghargai. Kelima, nilai kedisiplinan. Keenam, nilai kerja keras. Ketujuh, nilai budaya salam Dakwah mahasiswa perkotaan memerlukan institusi dapat didekati dari tiga faktor utama yaitu: Pertama,
faktor
agama.
Islam sebagai
agama
wahyu
(relevealed
religion)
diperuntukkan untuk manusia yang senantiasa menyejarah.8 Kehadiran Islam bagi manusia bukan hanya sekadar ritus belaka, melainkan dapat memiliki andil dalam kehidupan manusia. untuk itulah agama membutuhkan institusi yang dapat memenuhi kebutuhan pemeluknya dan sekaligus dapat melakukan perubahan bagi masyarakat. Kedua, faktor mahasiswa. Kebutuhan dan tuntutan mahasiswa perkotaan amat kompleks. Kebutuhan fisiologis, psikologis, dan spiritual mahasiswa perkotaan jauh lebih kompleks dibandingkan dengan yang di pedesaan. Selain itu, mahasiswa perkotaan juga dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat dijadikan sarana untuk menjalani kehidupan mereka yang lebih baik di masa depan. Oleh karena itu adanya institusi dakwah yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan mahasiswa perkotaan amat diperlukan agar mereka dapat menjalani kehidupan di usia remajanya dengan baik. Ketiga, faktor budaya. Hubungan antara agama dengan remaja atau mahasiswa berlangsung secara simultan dan berkelindan dalam ruang budaya yang terbuka.9 karenanya berbagai pengaruh dari institusi lain tidak bisa dinafikan. Institusi pendidikan, politik, ekonomi, kesehatan, dan keluarga merupakan institusi-institusi yang tidak bisa dipisahkan kehadirannya dengan institusi dakwah di kalangan mahasiswa. C. Proses Pelembagaan (Institusionalisasi) Nilai-nilai Dakwah di LDK Mahasiswa Perkotaan. Pelembagaan Nilai-nilai Dakwah yang dilakukan oleh organisasi intra-kampus seperti LDMI IAIN Mataram, LDK Babul Hikmah dan LDK AN-NUR IKIP Mataram bertitik tolak dari konsepsi dakwah bi al-hal yang berorientasi pada implementasi nilai-nilai dakwah dalam praktik-praktik sosial dan budaya organisasi serta dalam kehidupan seharihari mahasiswa perkotaan. Unsur penting dalam menyukseskan gerakan dakwah, baik LDMI IAIN Mataram, LDK Babul Hikmah dan LDK An-Nur adalah mengembangkan, meningkatkan, dan memperkuat jaringan kehumasan baik kepada pihak internal maupun 8
Komaruddin Hidayat, Wahyu di Langit Wahyu di Bumi, Jakarta: Paramadina, 2003, hlm. 2 Thomas Bossus and Andreas Hager, “Youth Culture”, dalam Daniel A.Stout (Ed), Encyclopedia of Religion, Communication and Media, London: Routledge, 2006, hlm.445-447. 9
136
Optimalisasi Pelembagaan Nilai-Nilai Dakwah ....(Fahrurrozi & Ahyar)
eksternal kampus, meliputi lembaga kemahasiswaan dan pihak birokrat kampus yang ada di IAIN, UNRAM dan IKIP. Setiap anggota LDK, baik LDMI IAIN Mataram, LDK Babul Hikmah dan LDK AnNur memiliki peran yang berbeda berdasarkan tinjauan struktural fungsionalnya. Anggota yang menduduki status sebagai pengurus inti lembaga dakwah bertanggungjawab penuh terhadap keberlangsungan dakwah, terutama bagi koordinator departemen, seperti kaderisasi, syiar dakwah, dan kehumasan. Selain itu juga, setiap anggota dalam tubuh lembaga dakwah, baik LDMI IAIN Mataram, LDK Babul Hikmah, dan LDK An-Nur memiliki peran dalam usaha
meningkatkan pemahaman keislaman civitas akademika,
khususnya mahasiswa. Peran setiap anggota LDMI dan LDK yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah menginternalisasi ruh dakwah atau dakwah fardiyah yang menjadi pokok utama dalam dakwah. Penguatan kelembagaan oleh LDK di IAIN, IKIP, UNRAM terwadahkan dalam FSLDK. Melalui forum ini, para aktivis LDK dapat berkonsolidasi dan berkoordinasi seputar program kerja dan evaluasi terhadap capaian dakwah masing-masing Lembaga. Proses pelembagaan di masing-masing kampus di Kota Mataram secara umum sama. Hal ini dilihat dari beberapa aspek: pertama, birokrasi kampus, kedua, kepentingan kemahasiswaan, dan ketiga tuntutan perkembangan zaman yang mengarah pada perubahan perilak masyarakat, khususnya masyarakat kampus. Upaya yang terus dilakukan oleh LDMI, LDK ini untuk mengoptimalkan nilai-nilai dakwah kampus dengan melihat empat kompetensi utama yang dimiliki oleh LDMI, LDK UNRAM, dan LDK IKIP Mataram secara umum; Pertama, Kompetensi Personal, kompetensi personal lebih menekankan pada kemampuan yang berkenaan dengan moralitas dan kemampuan intelektual. kedua kemampuan ini yang menjadi kunci eksistensinya lembaga dakwah kampus di perkotaan dalam menjalankan aktivitasnya. Kemampuan moralitas setiap pribadi dapat membina tata pergaulan yang seimbang antara hak dan kewajiban, sedangkan kemampuan intelektual akan mengantarkan mahasiswa muslim perkotaan pada kemampuan beradaptasi dengan perkembangan yang terjadi seperti pemanfaatan teknologi informasi dalam setiap kegiatan dakwah. Di samping itu dengan kemampuan intelektual, LDK mahasiswa perkotaan memiliki kreativitas dalam menjalankan aktivitas kedakwahan dan dalam mempersiapkan masa depan. Kedua, Kompetensi Sosial, kompetisi sosial ini memiliki kesadaran sosial dan keahlian sosial. Para anggota LDK tidak hanya mengikuti pengajian, 137
KOMUNIKE, Vol. 6. No. 2, Desember 2014 : 125-142
tapi juga melakukan berbagai tindakan amal untuk masyarakat. Adapun keahlian sosial mereka tunjukkan dengan berbagai kegiatan dan interaksi di kalangan anggota yang berlansung dengan baik dan profesional. Mereka rata-rata memiliki ghiroh dan kerja tim yang baik. Ketiga, kompetensi substantif yang berkenaan dengan kemampuan penguasaan materi dakwah. LDK tidak mempunyai kapasitas dalam menyampaikan materi-materi keislaman secara rinci dan sistematis. Karenanya, mereka menghadirkan para da’i atau motivator profesional yang memiliki keahlian mumpuni agar mereka secara terus menerus belajar dari narasumber. Meskipun demikian, bukan berarti mereka tidak memiliki kemampuan substantif, mereka memiliki dasar-dasar agama dan yang paling penting adalah mereka memiliki wawasan dan pengetahuan tentang seluk beluk kehidupan mahasiswa yang tinggal di perkotaan. Dari modal itu LDK menjalankan misi dakwahnya di kalangan mahasiswa perkotaan. Keempat, kemampuan metodologis, kemampuan metodologis berkenaan dengan kemampuan dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah secara efektif dan efesien. Anggota LDK secara umum memiliki kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasabahasa mahasiswa dan menggunakan teknologi informasi. D. Keberhasilan dan Kegagalan Institusionalisasi Dakwah di Mahasiswa Perkotaan. Keberhasilan LDK secara umum dapat dilihat dari aspek sebagai berikut: Pertama, LDK dapat dikategorikan berhasil melakukan proses kaderisasi yang relatif bagus. Dari
sejak
pembentukan
awal
sampai
sekarang,
kepengurusan
LDK
terus
berkesinambungan sehingga proses pelembagaan nilai-nilai dakwah dapat berlansung secara kontinu. Kedua, organisasi seperti LDK berkembang di hampir setiap perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Artinya lembaga ini secara eksistensial, telah berwujud sebagai sebuah kekuatan yang bisa membentuk perubahan dari aspek-aspek terkecil, bahkan ke aspek yang lebih besar jika dioptimalkan dengan baik. Ketiga, lembaga seperti LDK, LDMI dapat dikatakan berhasil membangun sebuah konsepsi dan pemahaman Islam yang anti kekerasan, bahkan bisa menjadi benteng bagi mahasiswa terhadap ajaran-ajaran sesat dan menyesatkan sekaligus sebagai penyuara terhadap ajaran-ajaran yang dianggap melawan mainstream pemahaman agama secara kolektif. Keempat, LDK, secara organisatoris telah membangun dan menjalin networking dengan lembaga di luar LDK dengan adanya FSLDK sebagai wahana silaturrahmi, jejaring
138
Optimalisasi Pelembagaan Nilai-Nilai Dakwah ....(Fahrurrozi & Ahyar)
sosial, wahana penyatuan gerakan keislaman, dan penyatuan visi misi kelembagaan menuju lembaga dakwah yang profesional, moderat, dan modern. Kelima, peran serta para alumni LDK memberikan corak tersendiri di kalangan masyarakat di mana mereka berada. Artinya, kiprah LDK tidak hanya didominasi oleh mahasiwa yang masih aktif, tetapi dapat dilanjutkan visi misi perjuangan dan dakwah LDK oleh para alumni dengan corak dan ragam yang berbeda sesuai dengan kondisi sosial masyarakat mereka masing-masing. Sedangkan kegagalan dari proses pelembagaan nilainilai dakwah di LDK dapat dielaborasikan sebagai berikut: Pertama, kedisiplinan dan pemahaman mahasiswa terhadap menajeman organisasi masih lemah, sehingga perlu penguatan secara manajerial untuk terbentuknya organisasi yang baik dan profesional.
Kedua, kedisiplinan mahasiwa dalam mengeksekusi program masih belum maksimal, karena selalu berpijak pada anggaran dan dana yang ada, sehingga program yang telah dicanangkan tidak sesuai dengan time schedule.
Ketiga, tradisi membaca dan
mengembangkan materi-materi dakwah belum menjadi budaya di kalangan mahasiswa. Padahal untuk membangun sikap keterbukaan, tradisi membaca amat diperlukan sehingga dapat bersikap kritis-konstruktif. Keempat, secara kuantitatif, LDK, secara keanggotaan tidak banyak diminati oleh mahasiswa jika dibandingkan dengan keanggotaan UKM yang lain maupun organisasi Intra-Ekstra kampus yang lain. Ini artinya LDK harus merekonstruksi strategi untuk merekrut calon anggota yang banyak demi tercapainya visi dan misi LDK, dan Kelima, LDK bukan saja sebagai lembaga dakwah seperti namanya, tapi harus berperan sebagai lembaga Entepreunership, lembaga untuk mengembangkan kewirausahaan sehingga dapat meningkatkan soft skill dari mahasiswa yang bergabung di LDK itu sendiri. Dengan demikian, LDK tidak hanya mengandalkan subsidi anggaran dari lembaga perguruan tingginya namun dapat berkreasi dan mengembangkan diri untuk mendapatkan pendanaan dari hasil kreativitas mahasiswa. E. Penutup Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: Pertama: Eksistensi DK yang ada di lembaga perguruan tinggi (IAIN, UNRAM dan IKIP) dapat disebut sebagai mikro-organisasi dan Small Group Institution, institusi yang secara legal formal termasuk dalam kelengkapan institusi. Dalam hal ini Lembaga Perguruan Tinggi. Kedua: Lembaga Dakwah Kampus (LDMI IAIN, LDK Babul Hikmah dan LDK An-Nur) berkiprah sebagai institusi dakwah untuk kalangan mahasiswa perkotaan 139
KOMUNIKE, Vol. 6. No. 2, Desember 2014 : 125-142
sebagai Institusional Movement
(lembaga pergerakan) yang secara struktural fungsional
digerakkan oleh mahasiswa yang diklaim sebagai agent of change, khususnya di bidang sosial keagamaan. Ketiga: Optimalisasi Lembaga Dakwah Kampus (LDMI IAIN, LDK Babul Hikmah dan LDK An-Nur) sebagai Centre (Pusat) institusi dakwah di kalangan mahasiswa perkotaan melalui: kebijakan yang berpihak terhadap program LDK, penguatan regulasi terhadap unit kegiatan mahasiswa, penguataan internal Lembaga Dakwah dengan konsolidasi dan koordinasi, pengintegrasian, dan penguatan jaringan terhadap mitra di luar kelembagaan.
140
Optimalisasi Pelembagaan Nilai-Nilai Dakwah ....(Fahrurrozi & Ahyar)
DAFTAR PUSTAKA Aida Vitayala S.Hubeis. “Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa”. Bogor: IPB Press, 2010. Arjunnida. “Remaja Juga Da’i Lho”. Jakarta: Gen! Mirqot, 2008. Amrullah Ahmad (Ed). “Dakwah dan Perubahan Sosial”. Yogyakarta: Prima Duta, 1983. Akrim Ridho, “Syabab Bila Masyakil Rihlah mina al-Dakhil”. terj. Suranto Hasbu, Jadi Remaja Tanpa Masalah, Surakarta: Mandiri Visi Media, 2005. Dokumentasi : Profil LDK AN_Nuur IKIP Mataram dikutip, 13 0ktober 2011 David, Kaplan. “Teori budaya”. Jakarta, 1999. Farid Muliana dan Tina Ilna Yosen. “Super Mentoring 1 dan 2”. Bandung: Syamil, 2005. Katherine Miller. “Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts”. cet. II, Boston: McGraw Hill, 2005. Hidayat, Komaruddin. “Wahyu di Langit Wahyu di Bumi” Jakarta: Paramadina, 2003. Aziz, Moh. Ali. “Ilmu Dakwah”. Jakarta: Kencana, 2009. Siqqiq,Mahfuz. “Risalah Dakwah Tullabiyah”. cet. II Jakarta: Pustaka Tarbiyatuna, 2005. Masykur Hakim. “The Response of Muslim Youth Organization to Socio-Political Change: A Case Study of HMI’s Role in Indonesia:. New Delhi: Departemen of Islamic Studies Faculty of Humanities and Languages Jamia Milla Islamia, 1999. Lutfi, M. Dkk. “Laporan Akhir Penelitian Masjid Sebagai Sarana Pembinaan Generasi Muda: Analisa Terhadap Aktivitas Remaja Masjid di DKI Jakarta” Jakarta: UIN Jakarta, Pemda DKI, 2002. Nugroho Widyantoro. “Panduan Dakwah Sekolah” Bandung: PT Syamil Cipta Media, 2004. Narwoko Dwi.I, Suryanto Bagong. “Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan”. Jakarta: Prenada Media, 2004 Rifqi Rosyad. “A Quest For True Islam: A Study of the Islamic Resurgence Movement among The Young in Bandung, Indonesia.”, Australia: ANU Press, 1999. Sayyid Muhammad al-Za’labawi. “Tarbiyah al-Murahiq bain al-Islam wa Ilm al-Nafs”, Muassasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah, tt. Siswanto. “Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid”. cet. I, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005.
141
KOMUNIKE, Vol. 6. No. 2, Desember 2014 : 125-142
Saifuddin, Ahmad Fedyani. “Antropologi Kontemporer (suatu pengantar kritis mengenai paradigm)”. Jakarta, 2006. SPMN FSLDK Nasional. “Risalah Manajemen Dakwah Kampus”. Jakarta:Studia Pustaka, 2004. Thomas Bossus and Andreas Hager, “Youth Culture”, dalam Daniel A.Stout (Ed), Encyclopedia of Religion, Communication and Media London: Routledge, 2006. W. Richard Scott. “Institutions and Organizations”., cet. II California: Sage Publications, Inc, 2001. Zakiah Darajat. “Remaja Harapan dan Tantangan”. cet. II. Jakarta: Ruhama, 1995. http://www.fisip.ui.ac.id/antropologi/httpdocs/jurnal/1997/52/Amri.pdf ,diakses pada 20 Juni 2012. Wawancara dengan pengurus LDMI IAIN Mataram, LDK UNRAM dan IKIP Mataram
142