No. 56 / IX / 1 Nopember 2006
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN UPAH BURUH A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) ??Pada bulan Agustus 2006, Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat 102,60 atau turun 0,53 persen dibanding NTP Juli 2006 yang mencapai 103,15. Hal ini disebabkan kenaikan Indeks harga yang diterima petani sebesar 0,04 persen, lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan Indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,58 persen. ??Dari 23 propinsi yang dilaporkan pada bulan Agustus 2006, 9 propinsi mengalami kenaikan, dan 14 propinsi mengalami penurunan. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Propinsi Sumatera Selatan, yaitu sebesar 6,80 persen karena harga produsen kopi biji kering robusta naik 7,78 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Propinsi Riau yaitu sebesar 13,58 persen, karena harga karet getah tebal turun 17,89 persen. ??Pada Agustus 2006, terjadi inflasi di daerah perdesaan Indonesia sebesar 0,52 persen. Inflasi perdesaan terjadi karena indeks harga sub kelompok makanan naik 0,55 persen, perumahan naik 0,38 persen, pakaian naik 0,69 persen, dan kelompok aneka barang dan jasa naik 0,51 persen. *) Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase.
1. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Semakin tinggi NTP, relatif semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. NTP cukup berfluktuasi selama periode Januari 1994 - Agustus 2006. Penurunan NTP umumnya terjadi ketika panen raya padi, namun naik kembali pada waktu sesudahnya. Kenaikan tajam NTP disebabkan karena harga komoditas ekspor hasil perkebunan rakyat naik drastis pada masa krisis. Perubahan kurs mata uang yang cepat Berita Resmi Statistik No.56 / IX / 1Nopember 2006
1
pada tahun 1998, membuat produk pertanian Indonesia sangat murah di luar negeri, namun naik tajam di dalam negeri. Petani, terutama sub sektor perkebunan rakyat, mendapatkan keuntungan dari krisis; namun tidak berlangsung lama. Harga barang/jasa untuk usaha pertanian cenderung meningkat setelah puncak krisis dilewati, akibatnya biaya produksi pertanian naik, sehingga NTP menurun kembali. Grafik 1. NTP Nasional Januari 1994 s.d Agustus 2006 (1993=100) 150
140
130
120
110
100
200604
200509
200502
200407
200312
200305
200210
200203
200108
200101
200006
199911
199904
199809
199802
199707
199612
199605
199510
199503
199408
199401
90
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 23 propinsi di Indonesia pada bulan Agustus 2006, NTP secara nasional turun 0,53 persen dibanding NTP Juli 2006, yaitu dari 103,15 menjadi 102,60. NTP Agustus 2006 naik 0,22 persen terhadap NTP Agustus 2005 (year-on-year). Hal ini disebabkan kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian.
2. Indeks Harga yang Diterima Petani (IT)
Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Agustus 2006, secara nasional indeks harga yang diterima petani (IT) naik 0,04 persen dibandingkan dengan IT bulan Juli 2006, yaitu
2
Berita Resmi Statistik No.56 / IX / 1Nopember 2006
dari 568,14 menjadi 568,37. Subsektor Tanaman Bahan Makanan (TBM) naik 1,13 persen, dan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) turun 2,73 persen. Bila NTP bulan Agustus 2006 dibandingkan bulan Juli 2006, tiga kelompok pada subsektor TBM yang mengalami kenaikan indeks yaitu kelompok padi naik sebesar 2,64 persen, kelompok palawija naik sebesar 1,73 persen, dan kelompok buah-buahan naik sebesar 1,72 persen. Sebaliknya, kelompok sayur-sayuran turun sebesar 5,02 persen. Bila NTP bulan Agustus 2006 dibandingkan dengan bulan Agustus 2005 (year-onyear), indeks harga yang diterima petani naik 16,14 persen. Hal tersebut terutama disebabkan naiknya indeks harga komoditas tanaman perkebunan rakyat
sebesar 18,73
persen. 3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) dan Harga Konsumen Pedesaan Melalui indeks harga yang dibayar petani (IB) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Agustus 2006 secara nasional indeks harga yang dibayar petani naik 0,58 persen dibandingkan indeks bulan Juli 2006. Indeks konsumsi rumah tangga naik 0,52 persen, sedangkan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal pertanian naik 0,71 persen. Naiknya
indeks
harga
konsumsi
rumah
tangga
pada
bulan Agustus
2006
dibandingkan dengan bulan Juli 2006, juga menunjukkan terjadinya inflasi perdesaan, yang disebabkan keempat sub kelompok mengalami kenaikan. Sub kelompok makanan naik sebesar 0,55 persen, kelompok perumahan naik 0,38 persen, pakaian naik 0,69 persen, dan aneka barang dan jasa naik 0,51 persen. Pada bulan yang sama juga terjadi inflasi di daerah perkotaan sebesar 0,33 persen. Indeks biaya produksi dan penambahan barang modal pertanian bulan Agustus 2006 naik 0,71 persen dibandingkan indeks bulan Juli 2006. Hal ini disebabkan naiknya indeks sub kelompok bibit, pupuk & sewa tenaga sebesar 0,72 persen, upah sebesar 0,71 persen, lainnya sebesar 0,27 persen, dan sub kelompok penambahan barang modal naik 0,69 persen. Bila dibandingkan keadaan bula n Agustus tahun 2005 (year-on-year), indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 15,88 persen. Hal tersebut disebabkan kenaikan seluruh sub kelompok konsumsi rumah tangga, terutama naiknya indeks harga sub kelompok perumahan yang mencapai 27,17 persen. Kenaikan indeks konsumsi rumah tangga atau inflasi perdesaan year-on-year sebesar 17,49 persen.
Berita Resmi Statistik No.56 / IX / 1Nopember 2006
3
Tabel 1.
Perubahan Nilai Tukar Petani Nasional Tahun 2005-200 6 (1993=100)
Sektor , Kelompok dan Sub Kelompok
Tahun 2005
Indeks Nasional
Persentase Perubahan Agt 2006 Agt 2006 Agt 2006 thd thd thd
Tahun 2006 1)
Juli (4)
Agt (2)
Des (3)
1. Indeks Harga yg Diterima Petani
489,39
517,10
568,14
1.1. Tanaman Bahan Makanan
482,06
508,32
1.1.1. Padi 1.1.2. Palawija 1.1.3. Sayur-sayuran 1.1.4. Buah-buahan
469,73 463,98 464,93 602,81
1.2. Tanaman Perkebunan Rakyat
Agt (5)
2)
Juli 2006 (6)
Des 2005 (7)
Agt 2005 (8)
568,37
0,04
9,92
16,14
549,88
556,08
1,13
9,40
15,36
489,55 487,98 517,65 632,76
543,99 527,23 540,28 660,79
558,36 536,37 513,15 672,14
2,64 1,73 -5,02 1,72
14,06 9,92 -0,87 6,22
18,87 15,60 10,37 11,50
460,14
493,85
561,68
546,33
-2,73
10,63
18,73
2. Indeks Harga yg Dibayar Petani
478,02
523,73
550,78
553,96
0,58
5,77
15,88
2.1.Konsumsi Rumahtangga
453,06
503,61
529,56
532,32
0,52
5,70
17,49
2.1.1. Makanan 2.1.2. Perumahan 2.1.3. Pakaian 2.1.4. Aneka Barang dan Jasa
452,35 432,38 464,20 480,04
495,07 522,51 488,04 515,95
523,71 547,78 508,67 534,30
526,59 549,86 512,20 537,03
0,55 0,38 0,69 0,51
6,37 5,24 4,95 4,09
16,41 27,17 10,34 11,87
2.2.Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal
544,95
577,78
608,72
613,04
0,71
6,10
12,50
2.2.1 Bibit, pupuk & sewa tenaga 2.2.2 Upah 2.2.3 Lainnya 2.2.4 Penambahan Barang Modal
478,40 640,16 302,94 359,12
507,15 680,49 305,05 374,50
527,33 731,68 313,84 389,80
531,11 736,88 314,68 392,48
0,72 0,71 0,27 0,69
4,72 8,29 3,16 4,80
11,02 15,11 3,88 9,29
3. Nilai Tukar Petani
102,38
98,73
103,15
102,60
-0,53
3,92
0,22
(1)
1) 2)
Persentase pelaporan data Propinsi Riau, Kalbar, Kalteng dan Sulut masih terlalu rendah. Persentase pelaporan data Propinsi Riau, Kalteng, dan Kaltim masih terlalu rendah.
4. Perbandingan Antar Propinsi Bila dibandingkan NTP bulan Agustus terhadap NTP bulan Juli 2006, dari 23 propinsi yang dilaporkan, 9 propinsi mengalami kenaikan dan 14 propinsi mengalami penurunan (Meskipun persentase pelaporan data dari Propinsi Riau, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur masih terlalu rendah). Kenaikan tertinggi terjadi di Propinsi Sumatera Selatan yaitu 6,80 persen karena harga produsen kopi biji kering robusta naik 7,78 persen, sedangkan penurunan terbesar terjadi di Propinsi Riau yaitu sebesar 13,58 persen karena harga produsen karet getah tebal turun 17,89 persen. a. Perbandingan antar propinsi di Pulau Sumatera Dari 8 propinsi di Pulau Sumatera yang melaporkan hasil survei hingga Agustus 2006, Propinsi Sumatera Selatan mengalami kenaikan terbesar yaitu sebesar 6,80
4
Berita Resmi Statistik No.56 / IX / 1Nopember 2006
persen, sedangkan NTP Propinsi Riau mengalami penurunan terbesar yaitu 13,58 persen. b. Perbandingan antar propinsi di Pulau Jawa Pada Agustus 2006, hanya Propinsi Jawa Barat yang mengalami kenaikan yaitu sebesar 2,20 persen. Tiga Propinsi lainnya mengalami penurunan yaitu: Jawa Tengah turun 0,45 persen, dan DI Yogyakarta turun 1,79 persen, dan Jawa Timur turun 4,56 persen. c. Perbandingan antar propinsi di luar Pulau Sumatera dan Jawa Dari sebelas propinsi di luar Pulau Jawa dan Sumatera yang melaporkan hasil survei hingga Agustus 2006, kenaikan NTP tertinggi terjadi di Propinsi Kalimantan Barat yaitu 4,18 persen dan penurunan terbesar terjadi di Propinsi Sulawesi Utara yaitu 9,08 persen. Tabel 2. Ranking Nilai Tukar Petani (NTP) Juli - Agustus 200 6 (1993=100) Juli 2006 PROPINSI (1) Kalimantan Barat Sulawesi Tenggara Sumatera Selatan Sulawesi Utara Jambi D.I Yogyakarta Jawa Barat Bali Lampung Nusa Tenggara Timur Bengkulu Nasional Sulawesi Selatan Nanggroe Aceh D Jawa Tengah Sulawesi Tengah Kalimantan Selatan Jawa Timur Sumatera Utara Kalimantan Tengah Riau Kalimantan Timur Sumatera Barat Nusa Tenggara Barat 1)
NTP (2) 191,36 145,91 131,41 145,21 122,56 126,71 115,02 115,32 105,41 107,24 106,92 103,15 100,21 97,42 97,32 97,75 92,81 96,58 94,17 92,24 94,91 81,86 74,89 47,50
Agustus 2006
1)
Ranking (3) 1 2 4 3 6 5 8 7 11 9 10 12 14 15 13 19 16 18 20 17 21 22 23
NTP (4) 199,35 148,17 140,35 132,03 128,40 124,44 117,55 114,93 107,18 105,14 104,51 102,60 102,50 98,38 96,88 96,54 93,24 92,17 90,65 85,10 82,02 80,27 74,34 46,42
2)
Ranking (5) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Perubahan (%) kl(4) & kl(2) (6) 4,18 1,55 6,80 -9,08 4,76 -1,79 2,20 -0,34 1,69 -1,96 -2,25 -0,53 2,28 0,99 -0,45 -1,24 0,47 -4,56 -3,74 -7,74 -13,58 -1,95 -0,74 -2,27
Persentase pelaporan data Propinsi Riau, Jambi, Kalbar, Sulut dan Sulteng masih terlalu rendah.
Berita Resmi Statistik No.56 / IX / 1Nopember 2006
5
2)
Persentase pelaporan data Propinsi Riau, Kalteng dan Kaltim masih terlalu rendah.
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2006
??Berdasarkan observasi sebanyak 602 transaksi gabah di 18 propinsi pada Oktober 2006, rata-rata harga gabah di tingkat petani dibandingkan bulan September 2006 untuk semua kualitas mengalami kenaikan. Harga gabah kualitas Gabah Kering Giling (GKG) naik sebesar 1,00 persen; Gabah Kering Panen (GKP) naik sebesar 0,58 persen; dan Gabah kualitas Rendah naik 1,83 persen. ??Rata-rata harga gabah di tingkat penggilingan baik kualitas GKG maupun GKP berada di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Persentase observasi harga gabah di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP naik dibanding bulan lalu, yaitu dari 0,14 persen pada September 2006 menjadi 0,35 persen pada Oktober 2006. Persentase observasi gabah berkualitas rendah turun, yaitu dari 9,45 persen pada September 2006 menjadi 5,81 persen pada Oktober 2006. ??Harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp 1.629,-/kg dijumpai di Kab. Gianyar, Propinsi Bali dengan kualitas GKP. Harga tertinggi sebesar Rp 2.950,-/kg dijumpai di Kab. Kapuas, Propinsi Kalimantan Tengah dengan kualitas GKP.
Pada bulan Oktober 2006, survei harga produsen gabah yang masuk berasal dari 602 observasi di 18 propinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Observasi dilakukan terhadap kelompok kualitas yaitu: GKG sebanyak 29 observasi (4,82 %), GKP sebanyak 538 observasi (89,37 %) dan gabah kualitas rendah sebanyak 35 observasi (5,81 %). Rincian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. 1. Kasus Harga Di bawah HPP dan Kualitas Rendah Dari 567 (602-35) observasi di 18 propinsi hanya terdapat 2 observasi (0,35 %) kasus harga di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP, yaitu hanya terdapat di propinsi Bali.
6
Berita Resmi Statistik No.56 / IX / 1Nopember 2006
Kasus untuk gabah kualitas rendah sebanyak 35 observasi (5,81 %), ditemukan di 4 propinsi yaitu Jabar, Jateng, Jatim, dan Kaltim. Tabel 3: Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Menurut Kelompok Kualitas Oktober 2006
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi (%)
(1)
(2)
GKG
29 (4,82 %)
GKP
538 (89,37 %)
Gabah Kualitas Rendah Total
35 (5,81 %)
602 (100,00)
Ratarata Harga Tingkat Penggi lingan (Rp/kg)
Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./kg) Terendah Tertinggi Ratarata (3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
2 414,69
2 461,41
2 250
211,41
9,40
2 099,18
2 148,48
1 730
418,48
24,19
1 871,60
1 937,14
---
---
---
----
----
----
2 200,00
2 672,00
(Hulu Sei Utara; Kalsel )
(Minahasa; Sulut)
1 629,00
2 950,00
(Gianyar; Bali)
(Kapuas; Kalteng)
1 700,00
2 186,00
(Sukabumi; Jabar)
(Sragen; Jateng)
----
Harga Selisih Harga kol (6) Pembelian Terhadap kol (7) Pemerintah (HPP)* (Rp/Kg) (%) (Rp/kg)
----
----
----
Keterangan: GKG: kadar air ?14 % dan kadar lain ? 3 %. GKP: kadar air (14,01-25%) dan kadar lain (3,01-15%).
Di luar kualitas: kadar air > 25 % atau kadar lain > 15%.
* HPP di tingkat penggilingan berdasarkan INPRES NOMOR 13 TAHUN 2005 tgl. 10 Oktober 2005 diberlakukan mulai Januari 2006
Tabel 4: Persentase Observasi Gabah di Bawah HPP Menurut Kualitas Oktober 2006 Harga Tingkat Penggilingan Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
Di Bawah HPP
(1)
(2)
(3)
(4)
GKG
29
---
---
GKP
538
2 (0,37 %)
---
Semua Kualitas
567
2 (0,35 %)
---
Berita Resmi Statistik No.56 / IX / 1Nopember 2006
Sama Dengan HPP
7
Kualitas Rendah
35
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Pada bulan Oktober 2006, dari 602 observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar
Rp 1.629,-/kg, dan di tingkat penggilingan sebesar Rp. 1.649,-/kg,
dijumpai di Propinsi Bali, Kab. Gianyar, Kec. Gianyar, kualitas Gabah Kering Panen (GKP). Harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 2.950,-/kg, dan di tingkat penggilingan sebesar Rp. 3.000,-/kg, dijumpai di Propinsi Kalimantan Tengah, Kab. Kapuas, Kec. Kapuas Timur, kualitas Gabah Kering Panen (GKP). Untuk rata-rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air dan kadar lain, yaitu: untuk kualitas GKG kadar airnya sebesar 13,18 persen dan kadar lainnya sebesar 2,69 persen, GKP kada r airnya sebesar 18,67 persen dan kadar lainnya sebesar 6,74 persen, sedangkan untuk gabah kualitas rendah kadar airnya sebesar 26,42 persen dan kadar lainnya sebesar 12,80 persen. Tabel 5: Rata-rata Komponen Mutu Kualitas Gabah yang Dijual Petani Menurut Kelompok Kualitas Gabah Oktober 2006 Rata-rata Komponen Mutu (%)
Kelompok Kualitas
Kadar Air
Kadar Lain
GKG GKP Kualitas Rendah
13,18 18,67 26,42
2,69 6,74 12,80
Tabel 6: Persentase Observasi Harga Gabah Di Tingkat Penggilingan di Bawah HPP dan Gabah Kualitas Rendah Januari—Oktober 2006 Di Tingkat Penggilingan (%)
Rincian
2006 Jan.
Peb.
Mar.
Apr.
Mei
Juni
Juli
Agst.
Sept.
Okt.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Obs. Di bawah HPP
7,75
5,39
31,73
25,00
11,82
4,60
1,95
1,22
0,14
0,35
Obs. Gabah Kualitas Rendah
7,81
22,75
28,65
24,75
13,42
12,38
8,72
6,35
9,45
5,81
8
Berita Resmi Statistik No.56 / IX / 1Nopember 2006
Tabel 7: Rata-rata Harga Gabah Menurut Kualitas Agustus —Oktober 2006 Tingkat Penggilingan (Rp/Kg)
Tingkat Petani (Rp/Kg)
Kualitas
Agst.
Sept.
Okt.
% Perub. kol (4) thd (3)
Agst.
S ept.
Okt.
% Perub. kol (8) thd (7)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
a. G K G
2 394,42
2 433,20
2 461,41
1,16
2 356,08
2 390,87
2 414,69
1,00
b. G K P
2 163,31
2 134,07
2 148,48
0,68
2 113,49
2 087,10
2 099,18
0,58
c. Kualitas Rendah
2 040,33
1 898,49
1 937,14
2,04
1 989,31
1 837,88
1 871,60
1,83
Grafik 2: Rata-rata Harga Gabah Di Tingkat Penggilingan Di Indonesia (Nopember 2005 —Oktober 2006) 2600 2500
Harga Rata-rata (RP/kg)
2400 2300 2200
GKG
2100
GKP
2000 1900 1800
Di luar Kualitas
1700
HPP GKG
1600
HPP GKP
1500 1400 1300 1200
Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt
Bulan
Berita Resmi Statistik No.56 / IX / 1Nopember 2006
9
C. PERKEMBANGAN UPAH BURUH ??Upah nominal harian buruh tani pada bulan Agustus 2006 naik sebesar 0,81 persen dibanding upah bulan Juli 2006, yaitu dari Rp 13.716,- menjadi Rp 13.827,-, secara riil juga mengalami kenaikan 0,35 persen*). Dibanding upah Agustus 2005 (year on year) upah nominal naik 14,84 persen. ??Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada bulan Oktober 2006 naik 0,29 persen dibanding upah bulan September 2006, yaitu dari Rp 34.532,menjadi Rp 34.631,-, namun secara riil turun sebesar 0,56 persen*). Dibanding upah Oktober 2005 (year on year), upah nominal naik 7,78 persen. ??Upah nominal bulanan buruh industri pada triwulan II 2006 naik sebesar 8,42 persen dibanding upah triwulan I 2006 yaitu dari Rp 970.050,- menjadi Rp 1.051.707,-, secara riil juga naik 7,49 persen*). Dibanding upah triwulan II 2005 (year on year), upah nominal naik 15,37 persen.
*) Perubahan upah riil menggambarkan perubahan daya beli dari pendapatan yang diterima buruh seperti: buruh tani, buruh informal perkotaan, buruh industri yaitu kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Semakin tinggi upah riil maka semakin tinggi daya beli upah buruh, dan sebaliknya.
1. Perkembangan Upah Buruh Pertanian. Secara nasional, pada bulan Agustus 2006 rata-rata upah nominal buruh tani mengalami peningkatan sebesar 0,81 persen dibanding upah bulan Juli 2006 yaitu dari Rp 13.716,menjadi Rp 13.827,-. Jika dibanding Agustus 2005 (year on year) upah nominal tersebut mengalami kenaikan sebesar 14,84 persen.
Secara riil, upah mengalami peningkatan
dibanding bulan Juli 2006 sebesar 0,35 persen. Rata-rata upah nominal buruh tani di Pulau Jawa pada bulan Agustus 2006 mengalami kenaikan sebesar 0,86 persen dibanding upah bulan sebelumnya, yaitu dari Rp 12.295,menjadi Rp 12.401,-. Jika dibandingkan dengan rata-rata upah nominal Agustus 2005 (year on year), terjadi kenaikan sebesar 15,20 persen. Secara riil, upah mengalami peningkatan dibanding bulan Juli 2006 sebesar 0,47 persen. Untuk Luar Jawa, rata-rata upah nominal buruh tani pada bulan Agustus 2006 naik sebesar 0,73 persen dibanding upah bulan sebelumnya yaitu dari Rp 16.225,- menjadi Rp 10
Berita Resmi Statistik No.56 / IX / 1Nopember 2006
16.344,-. Jika dibanding Agustus 2005 (year on year) terjadi kenaikan upah sebesar 14,35 persen. Secara riil,
upah mengalami peningkatan dibanding bulan Juli 2006 sebesar 0,21
persen. 2. Perkembangan Upah Buruh Informal Perkotaan 2.1. Upah Buruh Bangunan (konstruksi) Per Hari Secara nominal, rata-rata upah bulan Oktober 2006 dibanding September 2006
mengalami
kenaikan sebesar 0,29 persen yaitu dari Rp 34.532,- menjadi Rp 34.631,-, sedangkan dibanding Oktober 2005, upah nominal naik sebesar 7,78 persen. Secara riil, upah Oktober 2006 dibanding dengan September 2006 mengalami penurunan sebesar 0,56 persen yaitu dari Rp 9.248,- menjadi Rp 9.196,-. Jika dibanding Oktober 2005, upah riil naik sebesar 1,42 persen. 2.2. Upah Buruh Potong Ram but Wanita Per Kepala Secara nominal, rata-rata upah bulan Oktober 2006 dibanding September 2006 mengalami peningkatan sebesar 0,39 persen yaitu dari Rp 7.768,- menjadi Rp 7.798,- sedangkan dibanding dengan Oktober 2005, upah nominal naik sebesar 5,01 persen. Secara riil, upah bulan Oktober 2006 dibanding September 2006 mengalami penurunan sebesar 0,48 persen yaitu dari Rp 2.080,- menjadi Rp 2.070,-. Jika dibanding Oktober 2005, upah riil turun sebesar 1,24 persen. 2.3. Upah Buruh Pembantu Rumah tangga PerBulan Secara nominal, rata-rata upah bulan Oktober 2006 dibanding September 2006 naik sebesar 0,23 persen yaitu dari Rp 163.234,- menjadi Rp 163.603,-. Jika dibandingkan dengan upah Oktober 2005, upah nominal naik sebesar 5,11 persen. Secara riil, upah bulan Oktober 2006 dibanding September 2006 mengalami penurunan sebesar 0,62 persen yaitu dari Rp 43.714,- menjadi Rp 43.441,-. Jika dibanding Oktober 2005, upah riil turun sebesar 1,10 persen. 3. Perkembangan Upah Buruh Industri Per Bulan Secara nominal, rata-rata upah buruh industri pada triwulan II 2006 naik sebesar 8,42 persen dibanding triwulan I 2006 yaitu dari Rp 970.050,- menjadi Rp 1.051.707,-. Jika dibanding triwulan II 2005, upah nominal naik sebesar 15,37 persen.
Berita Resmi Statistik No.56 / IX / 1Nopember 2006
11
Secara riil, upah buruh industri pada triwulan II 2006 naik sebesar 7,49 persen dibanding triwulan I 2006 yaitu dari Rp 265.012,- menjadi Rp 284.861,-. Bila dibandingkan dengan triwulan II 2005, upah riil turun sebesar 0,14 persen.
3.1.
Upah Buruh Industri Rokok Per Bulan
Secara nominal, rata-rata upah buruh industri rokok pada triwulan II 2006 turun sebesar 18,60 persen dibanding triwulan I 2006 yaitu dari Rp 694.142,- menjadi Rp 565.017,-. Jika dibanding triwulan II 2005, upah nominal turun sebesar 10,62 persen. Secara riil, upah buruh industri rokok pada triwulan II 2006 turun sebesar 19,30 persen dibanding triwulan I 2006 yaitu dari Rp 189.635,- menjadi Rp 153.038,-. Bila dibandingkan dengan triwulan II 2005, upah riil turun sebesar 22,64 persen.
3.2.
Upah Buruh Pakaian Jadi Per Bulan
Secara nominal, rata-rata upah buruh industri pakaian jadi pada triwulan II 2006
turun
sebesar 4,37 persen dibanding triwulan I 2006 yaitu dari Rp 937.421,- menjadi Rp 896.461,-. Jika dibandingkan dengan triwulan II 2006, rata-rata upah nominal tersebut naik sebesar 0,99 persen. Secara riil, rata-rata upah buruh industri pakaian jadi pada triwulan II 2006 turun sebesar 5,19 persen dibanding triwulan I 2006 yaitu dari Rp 256.098,- menjadi Rp 242.812,-.
Jika
dibandingkan dengan triwulan II 2005, terjadi penurunan rata-rata upah riil sebesar 12,58 persen.
3.3.
Upah Buruh Batu Bata, Ubin Per Bulan
Secara nominal, rata-rata upah buruh batu bata, ubin pada triwulan II 2006
dibanding
triwulan I 2006 naik sebesar 13,76 persen yaitu dari Rp 445.516,- menjadi Rp 506.811,-. Apabila dibandingkan dengan triwulan II 2005, upah nominal naik sebesar 27,69 persen. Secara riil, rata-rata upah buruh batu bata, ubin pada triwulan II 2006 naik sebesar 12,78 persen dibanding triwulan I 2006 yaitu dari
Rp 121.713,- menjadi Rp 137.273,-. Jika
dibandingkan dengan triwulan II 2005, rata-rata upah riil buruh batu bata naik sebesar 10,52 persen.
12
Berita Resmi Statistik No.56 / IX / 1Nopember 2006
Tabel 8. Ringkasan Upah Buruh
Berita Resmi Statistik No.56 / IX / 1Nopember 2006
13
Ringkasan Upah Buruh (Rupiah) Tani Per Hari Tahun 2005 Rincian
Upah Nasional
Upah Nominal Upah Riil
Jawa
Upah Nominal Upah Riil
Luar Jawa
Tahun 2006
Persentase Perubahan
Jenis
Upah Nominal Upah Riil
Agst`06 Agustus
Desember
Juli
Agustus
Agst`06
Agst`06
thd
thd
thd
Juli`06
Des'05
Agst'05
12.040
12.827
13.716
13.827
0,81
7,80
14,84
2.632
2.520
2.558
2.567
0,35
1,87
-2,47
10.765
11.443
12.295
12.401
0,86
8,37
15,20
2.425
2.306
2.364
2.375
0,47
2,99
-2,06
14.293
15.272
16.225
16.344
0,73
7,02
14,35
2.996
2.898
2.899
2.905
0,21
0,24
-3,04
Ringkasan Upah Buruh (Rupiah) Informal Perkotaan Per Hari/Bulan Jenis
Tahun 2005
Tahun 2006
Persentase Perubahan
Rincian
Okt`06 Upah
Bangunan per hari
Upah Nominal Upah Riil
Oktober
Desember
September
Oktober
Okt`06
Okt`06
thd
thd
thd
Sept'06
Des'05
Okt'05
32.130
33.149
34.532
34.631
0,29
4,47
7,78
9.067
9.238
9.248
9.196
-0,56
-0,45
1,42
Potong rambut wanita
Upah Nominal
7.426
7.500
7.768
7.798
0,39
3,97
5,01
per kepala
Upah Riil
2.096
2.090
2.080
2.070
-0,48
-0,96
-1,24
155.648
156.663
163.234
163.603
0,23
4,43
5,11
43.925
43.659
43.714
43.441
-0,62
-0,50
-1,10
Pembantu Rumahtangga Upah Nominal per bulan
Upah Riil
Ringkasan Upah Buruh (Rupiah) Industri Per Bulan Jenis
Tahun 2005
Tahun 2006
Rincian
Persentase Perubahan TW II '06 TW II '06 TW II '06
Upah
TW II
TW IV *)
TW I **)
TW II **)
thd
thd
thd
TW I '06 TW IV '05 TW II '05 Industri (total)
Industri rokok
Industri pakaian jadi
Upah Nominal
911.603
951.524
970.050 1.051.707
Upah Riil
285.259
265.093
265.012
284.861
8,42
10,53
15,37
7,49
7,46
-0,14
Upah Nominal
632.170
722.915
694.142
565.017
-18,60
-21,84
-10,62
Upah Riil
197.819
201.403
189.635
153.038
-19,30
-24,01
-22,64
Upah Nominal
887.636
831.124
937.421
896.461
-4,37
7,86
0,99
Upah Riil
277.759
231.550
256.098
242.812
-5,19
4,86
-12,58
396.921
422.834
445.516
506.811
13,76
19,86
27,69
124.205
117.801
121.713
137.273
12,78
16,53
10,52
Industri batu bata, ubin Upah Nominal Upah Riil Catatan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara
14
Berita Resmi Statistik No.56 / IX / 1Nopember 2006
Grafik 3. Ringkasan Indeks Upah Riil (Jan '96 atau Q1 '96 = 100) 180
160
140
Indeks 120
100
80
60
1996
1997
1998
1999
2000
2001
Upah Buruh Bangunan
2002
2003
Upah Buruh Tani
2004
2005
2006
Upah Buruh Industri
Grafik 4. Indeks Upah Riil Buruh Informal Perkotaan (Januari '96 = 100) 130
110
Indeks 90
70
50 1996
1997
1998
1999
2000
BuruhBangunan
2001
2002
2003
Upah Gunting Rambut Wanita
Berita Resmi Statistik No.56 / IX / 1Nopember 2006
2004
2005
2006
Upah Pemb. RT
15
Gambar 5. Rata-rata Upah Riil (Rp. 000) Buruh Industri Rokok, Pakaian Jadi dan Batu Bata, Ubin Serta Total Industri 300
250
Rupiah (000) 200
150
100
50 1996
1997
1998
Industri rokok (riil)
16
1999
2000
2001
Industr pakaian jadi (riil)
2002
2003
Indutri batu bata, ubin (riil)
2004
2005
2006
Total Industri (riil)
Berita Resmi Statistik No.56 / IX / 1Nopember 2006