No. 27/04/51/Th. IX, 1 April 2015
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. MARET 2015, NTP BALI TURUN SEBESAR 0,47 PERSEN
Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan Maret 2015 mengalami penurunan sebesar 0,47 persen dibandingkan bulan Februari 2015, yaitu dari 103,90 menjadi 103,41.
Indeks harga yang diterima petani (It) pada bulan Maret 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,20 persen dari 119,46 menjadi 119,70. Indeks harga yang dibayar petani (Ib) juga mengalami kenaikan sebesar 0,68 persen dari 114,97 menjadi 115,76.
Dari lima subsektor, dua subsektor mengalami penurunan NTP pada bulan Maret 2015, yaitu Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) dan Peternakan masing-masing sebesar 3,26 persen dan 0,23 persen. Sedangkan subsektor yang mengalami kenaikan, yaitu Tanaman Pangan 0,61 persen, Hortikultura 0,71 persen dan Perikanan 0,10 persen.
NTP Nasional bulan Maret 2015 mengalami penurunan sebesar 0,64 persen. Penurunan ini secara umum didorong oleh terjadinya penurunan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,23 persen dan ditekan oleh naiknya indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,42 persen.
Berdasarkan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) Maret 2015, daerah pedesaan di Bali tercatat inflasi sebesar 0,88 persen. Sedangkan secara nasional daerah perdesaan mengalami inflasi sebesar 0,48 persen. Pada Maret 2015, sebanyak 25 provinsi tercatat mengalami inflasi perdesaan sedangkan 8 provinsi mengalami deflasi.
Inflasi perdesaan tertinggi di Papua Barat sebesar 0,92 persen dan inflasi terendah terjadi di Sumatera Utara sebesar 0,16. Sedangkan deflasi terbesar tercatat di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sebesar 0,37 persen dan deflasi terendah terjadi di Sulawesi Selatan sebesar 0,03 persen.
NTP (Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumahtangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Pada Maret 2015, NTP Bali tercatat mengalami penurunan dari 103,90 pada bulan sebelumnya menjadi 103,41 atau turun sebesar 0,47 persen. Secara umum turunnya NTP disebabkan oleh kenaikan nilai indeks yang diterima petani (It) lebih rendah dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib). Ada dua subsektor yang mengalami penurunan NTP, yaitu Tanaman Perkebunan Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 27/04/51/Th. IX, 1 April 2015
1
Rakyat dan Peternakan, sedangkan NTP subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perikanan mengalami kenaikan.
1.
Indeks Harga yang Diterima Petani dan yang Dibayar Petani
Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga berbagai komoditas yang dihasilkan oleh petani. Pada bulan Maret 2015, It gabungan dari kelima subsektor menunjukkan peningkatan sebesar 0,20 persen dibandingkan dengan bulan Februari 2015. Dari kelima subsektor, empat subsektor mengalami kenaikan It, yaitu Tanaman Pangan 1,40 persen, Hortikultura 1,45 persen, Peternakan 0,31 persen, dan Perikanan 0,97 persen. Sementara itu, subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan sebesar 2,58 persen. Indeks harga yang dibayar petani menggambarkan harga barang dan jasa yang dibeli petani untuk digunakan baik dalam proses produksi usaha pertaniannya maupun untuk konsumsi rumahtangga petani. Barang dan jasa tersebut meliputi barang-barang kebutuhan pokok; bibit; obatobatan dan pupuk; sewa, pajak lahan, dan pengeluaran; transportasi; sewa alat dan hewan; barang modal; serta upah buruh tani. Pada bulan Maret 2015, indeks harga yang dibayar petani (Ib) Bali tercatat naik 0,68 persen dibandingkan bulan lalu, yaitu dari 114,97 menjadi 115,76. Kenaikan Ib terjadi secara serentak pada lima subsektor. Kenaikan terbesar tercatat pada Subsektor Perikanan sebesar 0,87 persen, diikuti oleh Subsektor Tanaman Pangan 0,79 persen, Hortikultura 0,73 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat 0,70 persen dan Peternakan 0,53 persen. Secara umum, naiknya Ib disebabkan oleh meningkatnya harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh petani (Indeks Konsumsi Rumah Tangga) sebesar 0,88 persen serta harga barang-barang produksi dan penambah barang modal (BPPBM) yang naik sebesar 0,24 persen.
2.
NTP Subsektor
a.
Subsektor Tanaman Pangan (Padi & Palawija/NTP-P)
NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) pada bulan Maret 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,61 persen dibanding bulan sebelumnya,yaitu dari 96,96 menjadi 97,55. Nilai NTP yang masih berada dibawah 100 ini menunjukkan bahwa pertanian tanaman pangan masih lebih besar pasak daripada tiang, dimana pengeluaran untuk konsumsi dan usaha produksi pertanian masih lebih besar daripada hasil yang diterima. Indeks harga yang diterima petani (It) pada Subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 1,40 persen. Kenaikan ini terjadi pada kelompok padi dan palawija masing-masing sebesar 0,95 persen dan 2,70 persen. Seiring dengan kenaikan It, indeks harga yang dibayar petani (Ib) tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,79 persen. Kenaikan ini dipengaruhi oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,86 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,45 persen.
2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 27/04/51/Th. IX, 1 April 2015
Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Perubahannya Menurut Subsektor Februari 2015 - Maret 2015 (2012=100) Subsektor (1)
Bulan Februari 2015
Persentase Maret 2015
Perubahan
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan (NTP-P)
96.96
97.55
0.61
a. Indeks Diterima Petani
114.25
115.85
1.40
- Padi
113.74
114.82
0.95
- Palawija
115.72
118.84
2.70
117.83
118.76
0.79
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
118.41
119.43
0.86
b. Indeks Dibayar Petani - Indeks BPPBM
115.14
115.65
0.45
2. Hortikultura (NTP-H)
102.31
103.04
0.71
a. Indeks Diterima Petani
118.53
120.25
1.45
- Sayur-sayuran
122.02
123.60
1.30
- Buah-buahan
116.95
118.76
1.55
- Tanaman Obat
122.02
119.41
-2.14
b. Indeks Dibayar Petani
115.85
116.70
0.73
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
117.47
118.58
0.94
- Indeks BPPBM
111.45
111.59
0.13
3. Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)
100.09
96.83
-3.26
a. Indeks Diterima Petani
115.15
112.18
-2.58
115.15
112.18
-2.58
115.04
115.85
0.70
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
118.01
119.02
0.86
- Indeks BPPBM
106.13
106.33
0.20
4. Peternakan (NTP-Pt)
112.86
112.60
-0.23
a. Indeks Diterima Petani
126.63
127.01
0.31
- Ternak Besar
126.97
127.68
0.56
- Ternak Kecil
132.55
132.02
-0.40
- Unggas
127.37
126.76
-0.48
- Hasil Ternak
113.55
114.63
0.95
- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) b. Indeks Dibayar Petani
b. Indeks Dibayar Petani
112.20
112.80
0.53
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
118.11
119.12
0.86
- Indeks BPPBM
107.03
107.26
0.22
5. Perikanan (NTP-Pi)
105.34
105.44
0.10
a. Indeks Diterima Petani
122.99
124.18
0.97
- Penangkapan
134.68
136.48
1.34
- Budidaya
105.66
105.94
0.27
b. Indeks Dibayar Petani
116.75
117.77
0.87
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
120.86
122.24
1.15
- Indeks BPPBM
109.20
109.49
0.26
NTP Gabungan
103.90
103.41
-0.47
a. Indeks Diterima Petani
119.46
119.70
0.20
b. Indeks Dibayar Petani
114.97
115.76
0.68
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
118.04
119.09
0.88
- Indeks BPPBM
109.66
109.93
0.24
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 27/04/51/Th. IX, 1 April 2015
3
b.
Subsektor Hortikultura (NTP-H)
Setelah mengalami penurunan pada bulan tiga bulan terakhir, NTP Subsektor Hortikultura (NTP-H) bulan Maret 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,71 persen. Indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 1,45 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan yang lebih rendah, yaitu sebesar 0,79 persen. Kelompok komoditas yang dilaporkan mengalami kenaikan harga yaitu sayur-sayuran 1,30 persen dan buah-buahan 1,55 persen, sedangkan kelompok tanaman obat mengalami penurunan sebesar 2,14 persen. Secara umum, komoditas hasil hortikultura yang mengalami kenaikan harga, antara lain jeruk, pisang, cabai merah, cabai rawit, salak, dan bawang merah. Kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) secara umum disebabkan oleh naiknya harga barang/jasa yang dikonsumsi petani (IKRT) serta biaya produksi dan barang modal (BPPBM) masing-masing sebesar 0,94 persen dan 0,13 persen.
c.
Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)
Bulan Maret 2015, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) mengalami penurunan 3,26 persen, dari 100,09 menjadi 96,83. Nilai NTP-Pr Maret 2015 yang berada dibawah 100 menunjukkan bahwa petani Tanaman Perkebunan Rakyat mengeluarkan biaya untuk konsumsi dan usaha pertanian yang lebih besar daripada pendapatan yang diperoleh dari hasil perkebunannya. Indeks harga yang diterima petani (It) dilaporkan mengalami penurunan sebesar 2,58 persen. Sebaliknya indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,70 persen. Penurunan It dipengaruhi oleh menurunnya harga beberapa komoditas, antara lain kopi, cengkeh, kakao, dan kapas. Sedangkan naiknya Ib dipengaruhi Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dan indeks BPPBM yang naik masing-masing sebesar 0,86 persen dan 0,20 persen.
d.
Subsektor Peternakan (NTP-Pt)
Subsektor Peternakan terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ternak. Maret 2015, NTP Subsektor Peternakan (NTP-Pt) mengalami penurunan sebesar 0,23 persen, yaitu dari 112,86 menjadi 112,60. Secara umum penurunan ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,31 persen namun indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan yang lebih besar, yaitu 0,53 persen. Kenaikan harga pada It dipicu oleh naiknya harga kelompok ternak besar dan hasil ternak masing masing sebesar 0,56 persen dan 0,95 persen. Sedangkan kelompok ternak kecil dan unggas mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,40 persen dan 0,48 persen. Sementara itu naiknya Ib dipengaruhi oleh kenaikan indeks konsumsi rumahtangga sebesar 0,86 persen dan indeks BPPBM 0,22 persen.
e.
Subsektor Perikanan (NTP-Pi)
Maret 2015, NTP Subsektor Perikanan meningkat sebesar 0,10 persen dari 105,34 menjadi 105,44. Indeks harga yang diterima oleh nelayan (It) meningkat sebesar 0,97 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar (Ib) mengalami kenaikan yang lebih rendah sebesar 0,87 persen. Dari sisi pendapatan, terjadi kenaikan harga pada kelompok komoditas perikanan tangkap dan budidaya, masing-masing sebesar 1,34 persen dan 0,27 persen. Komoditas perikanan tangkap yang mengalami kenaikan harga, antara lain cumi-cumi, cakalang, kerapu, tuna dan tenggiri, sedangkan untuk perikanan budidaya, yaitu ikan nila, lele, mas dan patin. Dari sisi pengeluaran, kenaikan indeks harga yang dibayar petani dipengaruhi oleh naiknya indeks harga barang/jasa yang dikonsumsi petani (IKRT) dan BPPBM, masing-masing sebesar 1,15 persen dan 0,26 persen.
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 27/04/51/Th. IX, 1 April 2015
3.
Perbandingan Terhadap Angka Nasional
Pada bulan Maret 2015, NTP gabungan secara nasional mengalami penurunan sebesar 0,64 persen. Secara umum, penurunan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) secara nasional mengalami penurunan sebesar 0,23 persen, dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,42 persen. Nilai NTP Bali pada bulan Maret 2015 masih berada di atas NTP Gabungan secara nasional. Selain itu, penurunan NTP di Bali masih lebih rendah dibandingkan dengan penurunan NTP secara nasional. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Nasional serta Persentase Perubahannya, Maret 2015 (2012=100) Cakupan Wilayah
Ib
NTP
Indeks
% Perb
Indeks
% Perb
Rasio
% Perb
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Provinsi Bali
119.70
0.20
115.76
0.68
103.41
-0.47
Nasional
118.75
-0.23
116.96
0.42
101.53
-0.64
(1)
4.
It
Perbandingan NTP di Jabalnusra
Pada bulan Maret 2015, dari sembilan provinsi di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabalnusra), tercatat NTP dua provinsi mengalami kenaikan, yaitu DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Barat (NTB), sedangkan tujuh provinsi lainnya mengalami kenaikan, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat dan Banten. Provinsi dengan NTP tertinggi adalah Jawa Barat sebesar 105,45. Kemudian, NTP paling rendah tercatat di DKI Jakarta, yaitu 99,42. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Antar Provinsi Jabalnusra Maret 2015 (2012=100) Provinsi
Bulan
Persentase
Februari 2015
Maret 2015
Perubahan
(2)
(3)
(4)
DKI Jakarta
99.12
99.42
0.29
Jawa Barat
105.69
105.45
-0.23
Jawa Tengah
101.48
99.92
-1.54
Yogyakarta
100.79
99.48
-1.29
Jawa Timur
106.18
104.32
-1.75
Banten
105.19
105.09
-0.09
Bali
103.90
103.41
-0.47
NTB
101.97
102.23
0.25
NTT
101.57
101.16
-0.41
(1)
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 27/04/51/Th. IX, 1 April 2015
5
5.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dari komponen Ib, NTUP dapat lebih mencerminkan margin usaha pertanian, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. NTUP Maret 2015 masih mengalami penurunan sebesar 0,04 persen yaitu dari 108,94 menjadi 108,89. Dari lima subsektor, hanya NTUP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat yang mengalami penurunan, yaitu sebesar 2,77 persen, sedangkan NTUP Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Perikanan tercatat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,95 persen, 1,32 persen, 0,09 persen dan 0,71 persen. Tabel 4 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, Maret 2015 (2012 = 100)
Februari 2015
Maret 2015
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan
99.23
100.17
0.95
2. Hortikultura
106.36
107.76
1.32
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
108.50
105.50
-2.77
4. Peternakan
118.31
118.42
0.09
5. Perikanan
112.62
113.42
0.71
a Perikanan Tangkap
120.35
121.73
1.15
b. Perikanan Budidaya
100.44
100.33
-0.10
108.94
108.89
-0.04
(1)
Gabungan
6.
Bulan
Persentase Perubahan
Subsektor
Indeks Harga Konsumen Perdesaan
Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumahtangga Petani yang merupakan komponen dalam Indeks Harga yang Dibayar Petani. IHK perdesaan terdiri dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi. Perubahan IHK perdesaan mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di 33 provinsi, tercatat delapan provinsi mengalami deflasi perdesaan, sedangkan 28 provinsi lainnya mengalami inflasi. Inflasi perdesaan yang tertinggi tercatat di Papua Barat sebesar 0,92 persen sedangkan inflasi terendah terjadi di Sumatera Utara sebesar 0,16. Sementara itu, deflasi terbesar terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) sebesar 0,37 persen sedangkan deflasi terendah terjadi di Sulawesi Selatan sebesar 0,03 persen.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 27/04/51/Th. IX, 1 April 2015
Grafik 1 Inflasi Harga Konsumen Perdesaan Menurut Provinsi di Indonesia, Maret 2015
Pada Maret 2015, Provinsi Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,88 persen yang disebabkan oleh naiknya harga di hampir semua kelompok komoditas konsumsi rumah tangga kecuali kelompok transportasi dan komunikasi. Kelompok transportasi dan komunikasi mengalami deflasi sebesar 0,02 persen. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok Bahan Makanan sebesar 1,64 persen, disusul oleh kelompok Kesehatan 0,94 persen, Perumahan 0,76 persen, Makanan Jadi 0,46 persen, Sandang 0,18 persen dan kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga sebesar 0,18 persen. Inflasi pada kelompok Bahan Makanan dipengaruhi oleh naiknya harga beras, bawang merah, cabai rawit, ikan pindang tongkol, bawang putih dan tempe. Sedangkan inflasi kelompok Kesehatan dipengaruhi oleh naiknya biaya kamar rumah sakit dan biaya dokter. Tabel 5 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Bali dan Nasional, Maret 2015 Kelompok
Perubahan IHK Perdesaan (%) Bali
Nasional
(2)
(3)
Bahan Makanan
1.64
0.33
Makanan Jadi
0.46
0.48
Perumahan
0.76
0.46
Sandang
0.18
0.25
Kesehatan
0.94
0.42
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
0.18
0.13
Transportasi dan Komunikasi
-0.02
1.31
Gabungan
0.88
0.48
(1)
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 27/04/51/Th. IX, 1 April 2015
7
B. HARGA GABAH BULAN MARET 2015 TURUN
Berdasarkan hasil pemantauan harga gabah bulan Maret 2015, tercatat rata-rata harga gabah pada kualitas kering panen (GKP) di tingkat petani mengalami penurunan sebesar 2,46 persen dibandingkan bulan Februari 2015, sedangkan di tingkat penggilingan turun sebesar 0,68 persen.
Rata-rata harga gabah kualitas GKP pada bulan Maret berada diatas HPP yaitu sebesar Rp 4.310,36 per kg di tingkat petani dan Rp 4.456,36 per kg di tingkat penggilingan.
Transaksi Gabah Kering Panen (GKP) dengan harga tertinggi di tingkat petani tercatat di Kabupaten Karangasem sebesar Rp 5.452,38 /Kg untuk varietas Ciherang, sementara transaksi dengan harga terendah tercatat di Kabupaten Jembrana dengan harga Rp 3.532,00 /Kg untuk varietas Ciherang.
Pemantauan harga produsen gabah di Provinsi Bali pada bulan Maret 2015 dilakukan pada 62 responden yang tersebar di 7 kabupaten, yaitu Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng. Pada tanggal 17 Maret 2015 telah diterbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah yang menaikkan HPP gabah di tingkat petani menjadi Rp. 3.700,00 /kg sedangkan di tingkat penggilingan sebesar Rp. 3.750,00 /kg. Berdasarkan inpres tersebut, nilai transaksi 3 dari 62 responden gabah tercatat dibawah HPP terbaru baik di tingkat petani maupun penggilingan. Grafik 2 Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Maret 2014 Maret 2015 4,600.00 4,400.00 4,200.00 4,000.00 3,800.00 3,600.00 3,400.00 3,200.00
Tk. Petani
Tk. Penggilingan
HPP Tk. Petani
Mar '15
Feb '15
Jan '15
Des '14
Nov '14
Okt '14
Sep '14
Ags '14
Jul '14
Jun '14
Mei '14
Apr '14
Mar '14
3,000.00
HPP Tk. Penggilingan
Harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan sejak bulan Juli 2014 terus mengalami kenaikan, bahkan sampai bulan Februari 2015. Pada bulan Maret 2015 harga gabah mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh dimulainya musim panen raya di beberapa daerah di Provinsi Bali sehingga pasokan gabah mengalami peningkatan. Pada bulan Maret 2015 rata-rata harga gabah di tingkat petani tercatat mengalami penurunan sebesar 2,46 persen dari Rp 4.419,29 per kg 8
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 27/04/51/Th. IX, 1 April 2015
menjadi Rp. 4.310,36 per kg. Sedangkan rata-rata harga gabah di tingkat penggilingan mengalami penurunan sebesar 0,68 persen dari Rp. 4.486,79 per kg menjadi Rp. 4.456,36 per kg. Harga gabah di tingkat petani tertinggi tercatat Kabupaten Karangasem dengan nilai transaksi sebesar Rp 5.452,38 /Kg untuk varietas Ciherang. Sedangkan harga gabah di tingkat petani terendah tercatat di Kabupaten Jembrana dengan nilai transaksi sebesar Rp 3.532,00 /Kg untuk varietas yang sama (Ciherang). Tabel 6 Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Maret 2014 Maret 2015 No
Bulan
Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg)
Perubahan (%)
Harga di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg)
Perubahan (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Maret 2014
3,997.09
-0.30
4,066.76
-1.11
2
April 2014
3,627.63
-9.24
3,697.63
-9.08
3
Mei 2014
3,642.56
0.41
3,725.09
0.74
4
Juni 2014
3,640.66
-0.05
3,712.41
-0.34
5
Juli 2014
3,863.77
6.13
3,917.84
5.53
6
Agustus 2014
3,870.13
0.16
3,930.18
0.31
7
September 2014
3,960.54
2.34
4,034.95
2.67
8
Oktober 2014
4,091.44
3.31
4,164.42
3.21
9
Nopember 2014
4,121.61
0.74
4,189.88
0.61
10
Desember 2014
4,182.87
1.49
4,258.66
1.64
11
Januari 2015
4,341.58
3.79
4,414.58
3.66
12
Februari 2015
4,419.29
1.79
4,486.79
1.64
13
Maret 2015
4,310.36
-2.46
4,456.36
-0.68
*) HPP GKP (Mulai Maret 2012) Rp 3.300,00/kg di tingkat petani Rp 3.350,00/kg di tingkat penggilingan
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 27/04/51/Th. IX, 1 April 2015
9
Tabel 7 Perkembangan Inflasi Perdesaan Bulanan dan Kumulatif Provinsi Bali dan Nasional Tahun 2013 2015 Tahun
Bali
Nasional
Bulanan
Kumulatif
Bulanan
Kumulatif
(2)
(3)
(4)
(5)
Januari
1.66
1.66
1.21
1.21
Februari
0.68
2.35
0.66
1.88
Maret
0.91
3.28
0.76
2.65
April
0.10
3.38
-0.02
2.63
Mei
-0.18
3.20
-0.03
2.60
Juni
-0.03
3.17
0.58
3.20
Juli
3.18
6.45
3.36
6.66
Agustus
0.39
6.87
0.96
7.69
September
-0.03
6.84
0.08
7.78
Oktober
1.05
7.96
0.31
8.11
Nopember
0.24
8.22
0.14
8.26
Desember
0.32
8.57
0.39
8.69
Januari
0.88
0.88
1.16
1.16
Februari
0.32
1.20
0.45
1.62
Maret
0.42
1.63
0.19
1.81
April
0.05
1.68
-0.05
1.76
Mei
0.39
2.07
0.23
1.99
Juni
0.36
2.44
0.74
2.74
Juli
0.56
3.01
0.82
3.58
Agustus
0.49
3.51
0.37
3.96
September
0.49
4.02
0.45
4.43
Oktober
0.24
4.27
0.43
4.88
November
1.52
5.85
1.49
6.41
Desember
2.85
8.86
2.72
9.30
Januari
-0.90
-0.90
-0.03
-0.03
Februari
-0.53
-1.42
-0.73
-0.76
Maret
0.88
-0.55
0.48
-0.29
(1)
2013
2014
2015
10
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 27/04/51/Th. IX, 1 April 2015
Informasi lebih lanjut hubungi: Amirudin, S.Si., MMSI. Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Bali Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail:
[email protected]