No. 14/03/13/Th XX, 1 Maret 2017
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH A.
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
NTP SUMATERA BARAT FEBRUARI 2017 SEBESAR 98,64 ATAU NAIK SEBESAR 0,74 PERSEN
NTP Sumatera Barat bulan Februari 2017 tercatat sebesar 98,64 atau naik 0,74 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 97,92 (Januari 2017). Indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,61 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,12 persen.
Pada bulan Februari 2017 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 94,12 untuk subsektor tanaman pangan (NTPP), 90,18 untuk subsektor hortikultura (NTPH), 103,09 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR), 104,67 untuk subsektor peternakan (NTPT), dan 107,37 untuk subsektor perikanan (NTPN). Subsektor perikanan terbagi menjadi dua, yaitu subsektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 109,21 dan 106,92.
Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan Februari 2017 terjadi deflasi di daerah perdesaan sebesar 0,19 persen yang disebabkan terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan (0,82 persen), kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga (0,01 persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi (0,18 persen), walau kelompok lain mengalami inflasi: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,23 persen), kelompok perumahan (1,39 persen), kelompok sandang (0,03 persen), dan kelompok kesehatan (0,18 persen).
A. Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di perdesaan di 11 kabupaten di Sumatera Barat pada bulan Februari 2017, NTP Sumatera Barat mengalami kenaikan dibanding bulan Januari 2017 sebesar 0,74 persen, yaitu dari 97,92 menjadi 98,64. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,61 persen, sedangkan indeks harga pada kelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian mengalami penurunan sebesar 0,12 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 14/03/13/Th XX, 1 Maret 2017
1
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 14/03/13/Th XX, 1 Maret 2017
2
Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, NTP Februari 2017 pada empat subsektor mengalami kenaikan, yakni subsektor tanaman pangan (0,29 persen), subsektor hortikultura (1,05 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,67 persen), dan subsektor perikanan (0,21 persen). Sedangkan NTP pada subsektor peternakan mengalami penurunan sebesar 0,32 persen.
2.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Februari 2017 terjadi kenaikan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,61 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 123,04 menjadi 123,79. Meningkatnya nilai It diakibatkan oleh meningkatnya nilai It pada empat subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (0,15 persen), subsektor hortikultura (0,95 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,49 persen), dan subsektor perikanan (0,39 persen). Sedangkan It pada subsektor peternakan mengalami penurunan sebesar 0,43 persen.
3.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Februari 2017 indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,12 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 125,65 menjadi 125,49. Menurunnya nilai Ib disebabkan oleh menurunnya nilai Ib pada empat subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (0,14 persen), subsektor hortikultura (0,10 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,18 persen), dan subsektor peternakan (0,11 persen). Sedangkan Ib pada subsektor perikanan mengalami peningkatan sebesar 0,18 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 14/03/13/Th XX, 1 Maret 2017
3
Grafik 1 NTP Sumatera Barat Bulan Februari 2016 – Februari 2017 (2012=100)
4.
NTP Subsektor a.
Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) NTP subsektor tanaman pangan (NTPP) pada bulan Februari 2017 mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,29 persen dari 93,84 menjadi 94,12. Hal ini dikarenakan peningkatan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,15 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,14 persen. Meningkatnya nilai indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,15 persen disebabkan oleh meningkatnya indeks harga pada kelompok padi sebesar 0,24 persen, walau indeks harga pada kelompok palawija mengalami penurunan sebesar 0,16 persen. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,14 persen diakibatkan oleh menurunnya indeks harga pada kelompok konsumsi rumahtangga sebesar 0,19 persen, walau indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal mengalami peningkatan sebesar 0,02 persen.
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) pada bulan Februari 2017 mengalami peningkatan sebesar 1,05 persen dari 89,24 menjadi 90,18. Hal ini dikarenakan indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 0,95 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,10 persen. Meningkatnya nilai It sebesar 0,95 persen disebabkan meningkatnya nilai indeks harga pada kelompok sayur-sayuran (0,74 persen), kelompok buah-buahan (1,40 persen), dan kelompok tanaman obat (1,17 persen). Penurunan Ib sebesar 0,10 persen disebabkan penurunan indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,16 persen, walau indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal mengalami kenaikan sebesar 0,24 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 14/03/13/Th XX, 1 Maret 2017
4
c.
Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) NTPR pada bulan Februari 2017 mengalami kenaikan sebesar 1,67 persen, yaitu dari 101,40 menjadi 103,09. Meningkatnya nilai NTPR ini disebabkan meningkatnya indeks harga yang diterima petani sebesar 1,49 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,18 persen. Menurunnya nilai Ib sebesar 0,18 persen diakibatkan menurunnya indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,21 persen, walau indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen.
d.
Subsektor Peternakan (NTPT) NTPT pada Februari 2017 mengalami penurunan sebesar 0,32 persen, yaitu dari 105,01 menjadi 104,67. Penurunan NTPT ini terjadi diakibatkan oleh penurunan indeks harga yang diterima petani (0,43 persen) lebih besar dibanding penurunan indeks harga yang dibayar petani (0,11 persen). Penurunan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,43 persen terjadi karena penurunan harga pada kelompok ternak kecil (1,30 persen), kelompok unggas (1,08 persen) dan kelompok hasil ternak (1,55 persen), walau indeks harga pada kelompok ternak besar mengalami peningkatan sebesar 0,04 persen. Penurunan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,11 persen diakibatkan oleh penurunan harga pada kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,23 persen, walau indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal mengalami peningkatan sebesar 0,03 persen.
e.
Subsektor Perikanan (NTNP) Pada bulan Februari 2017, nilai tukar petani subsektor perikanan (NTNP) mengalami peningkatan sebesar 0,21 persen, yaitu dari 107,14 menjadi 107,37. Kondisi ini diakibatkan peningkatan indeks harga yang diterima petani (0,39 persen) lebih besar dari peningkatan indeks yang dibayar petani (0,18 persen). Peningkatan nilai It sebesar 0,39 persen merupakan kontribusi dari peningkatan indeks harga pada kelompok perikanan tangkap (1,17 persen), dan kelompok perikanan budidaya sebesar 0,20 persen. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,18 persen diakibatkan peningkatan indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,12 persen, dan indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,28 persen.
4.
Indeks Harga Konsumen Perdesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan Februari 2017 terjadi deflasi di daerah perdesaan sebesar 0,19 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 14/03/13/Th XX, 1 Maret 2017
5
Terjadinya deflasi di daerah perdesaan merupakan kontribusi dari terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan (0,82 persen), kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga (0,01 persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi (0,18 persen), walau kelompok lain mengalami inflasi: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,23 persen), kelompok perumahan (1,39 persen), kelompok sandang (0,03 persen), dan kelompok kesehatan (0,18 persen). Tabel 2 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Januari 2017 - Februari 2017 (2012=100)
*) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Februari 2017 terhadap bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Februari 2017 terhadap bulan Januari 2017 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Februari 2017 terhadap bulan Februari 2016
Laju inflasi perdesaan tahun kalender bulan Februari 2017 sebesar 0,08 persen. Sedangkan inflasi perdesaan tahun ke tahun (year on year) adalah sebesar 5,16 persen.
Grafik 2 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Februari 2016 – Februari 2017 (2012=100)
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 14/03/13/Th XX, 1 Maret 2017
6
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH FEBRUARI 2017 HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 3,15 %
Komposisi jumlah observasi dari 116 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama Februari 2017, didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 93 persen. Sementara kualitas rendah sebesar 7 persen.
Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Kuriak Kusuik yaitu sebesar Rp 6.600,00 per kg yang terjadi di Kabupaten Agam. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas batu bara, yaitu senilai Rp 4.200,00 per kg, terjadi di Kabupaten Pasaman.
Berbeda dengan bulan sebelumnya, pada bulan Februari 2017 rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 3,15 persen dari Rp 5.553,63 per kg (Januari 2017) menjadi Rp 5.728,39 per kg (Februari 2017), dan di tingkat penggilingan naik 3,03 persen Rp 5.658,49 per kg (Januari 2017) menjadi Rp 5.829,70 per kg (Februari 2017). Sementara itu, rata– rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan.
Survei harga produsen gabah berasal dari 116 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu: Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan Februari 2017 dibanding bulan Januari 2017 untuk kualitas GKP mengalami kenaikan sebesar 3,15 persen dari Rp 5.553,63 per kg (Januari 2017) menjadi Rp 5.728,39 per kg (Februari 2017). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP naik sebesar 3,03 persen dari 5.658,49 per kg (Januari 2017) menjadi Rp 5.829,70 per kg (Februari 2017). Tabel 3 Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Februari 2017 Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
(1)
HHarga Pembelian Rata-rata HargaP Pemerintah Tkt Penggilingan ( (Rp/Kg) (Rp/Kg) Rata-rata
Harga di Tk Petani (Rp/Kg)
(Rp/kg)
(%)
(7)
(8)
(9)
4.600,00
--
--
3.700,00 (Petani)
2028.39
54,82
3.750,00 (Penggilingan)
2029,70
54.13
5783.62
--
--
--
--
--
--
--
Terendah
Tertinggi
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
GKG
0 (0,00%)
--
--
--
--
GKP
108 (93%)
4200,00-
6600,00,-
5.728,39-
5 829,70,-
8 (7%)
5000,00-
6000,00,-
5668.15
116 (100,00)
--
--
--
KualitasRendah
Total
Selisih harga kol (5&6) terhadap kol (7)
Harga gabah kualitas GKP terendah pada Februari 2017 di tingkat petani dijumpai di Kabupaten Pasaman, yaitu sebesar Rp 4.200,00 per kg, sedangkan harga terendah di tingkat penggilingan juga di Kabupaten Pasaman, yaitu Rp 4.300,00 per kg. Sementara harga tertinggi di Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 14/03/13/Th XX, 1 Maret 2017
7
tingkat petani terjadi di Kabupaten Agam, yaitu sebesar Rp 6.600,00 per kg . Sedangkan harga tertinggi di tingkat penggilingan juga terjadi di Kabupaten Agam yaitu sebesar Rp 6.600,00 per kg. Tabel 4 Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Des 2016 s/d Februari 2017 Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) No.
Kabupaten
(1)
Des’16
Jan’17
Feb’17
Tingkat Petani (Rp/Kg)
% Perubahan Bln Feb 2017 thd. Jan 2017
Des’16
Jan’17
Feb’17
% Perubahan Bulan Feb 2017 thd. Jan 2017
(2)
(5)
(5)
(5)
(6)
(9)
(9)
(9)
(10)
1
Pes, Selatan
5 495,86
5 691,11
5 956,33
4,66
5 409,30
5 636,52
5 873,46
4,20
2
Solok
6 160,73
5 835,05
5 833,95
-0,02
6 068,33
5 683,35
5 752,50
1,22
3
Tanah Datar
5.834,34
5.916,09
5.781,79
-2,27
5 784,34
5 866,09
5 731,79
-2,29
4
Pdg, Prmn.
5.617,50
5.549,23
5.673,21
2,23
5 505,00
5 436,73
5 548,21
2,05
5
Agam
5.505,00
5.755,00
6.132,00
6.55
5 445,00
5 695,00
6 065,00
6,50
6
50 Kota
6.298,13
6.136,67
6.281,43
2,36
6 137,50
5 966,67
6 116,67
2,51
7
Pasaman
4 975,00
4 798,33
5 120,00
6,70
4 975,00
4 686,67
5 020,00
7,11
5 651,57
5 658,49
5 829,70
3,03
5 555,85
5 553,63
5 728,39
3,15
Sumbar
Grafik 3 Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan Dan HPP Sumatera Barat Februari 2016 – Februari 2017 5800
5636,6 5854,6 5207,5
5300
5728,4
5651,6
5498,6
5408,7
5658,5
5615,6
Rata-rata Harga (Rp/Kg)
5258,0
4800
4556,3
4908,3
4677,0
4300 3800
3300 2800 2300
Feb-17
Jan-17
Des-16
Nop-16
Okt-16
Sep-16
Bulan Harga Gabah GKP di tk Penggilingan Harga Pembelian Pemerintah ( HPP)
Agust-16
Jul-16
Jun-16
Mei-16
Apr-16
Mar-16
Feb-16
1800
Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal 17 April 2015, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.700,00 per kg di tingkat petani dan Rp 3.750,00 per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar Rp 4.600,00 per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan Februari 2017 tidak ditemukan kasus harga gabah yang berada dibawah di HPP. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 14/03/13/Th XX, 1 Maret 2017
8
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat Informasi lebih lanjut hubungi:
Teguh Sugiarto M.Pop.Hum, Ph.D Kepala Bidang Statistik Distribusi Jl KhatibSulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158,442159 Homepage : http://sumbar.bps.go.id Email :
[email protected]
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 14/03/13/Th XX, 1 Maret 2017
9