No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. DESEMBER 2013, NTP BALI NAIK SEBESAR 0,13 PERSEN
Berdasarkan penghitungan dengan tahun dasar baru (2012 = 100), Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Desember 2013 naik sebesar 0,13 persen dibandingkan bulan November 2013, yaitu dari 103,24 menjadi 103,37.
Subsektor utama yang mendorong naiknya NTP bulan Desember 2013 adalah Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat yang mengalami kenaikan sebesar 1,98 persen.
Bila dibandingkan dengan Nasional, posisi daya tukar petani Bali pada Desember 2013 masih berada di atas angka Nasional, dimana NTP Bali sebesar 103,37 sedangkan NTP Nasional sebesar 101,96.
Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) di Provinsi Bali pada bulan Desember 2013 mengalami Inflasi perdesaan sebesar 0,32 persen. Provinsi Bali menempati urutan ke-17 dari 30 provinsi yang mengalami inflasi perdesaan. Secara Nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,39 persen.
Dari 33 Provinsi yang diamati, 30 provinsi mengalami inflasi perdesaan. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Maluku sebesar 0,84 persen, sedangkan inflasi perdesaan terendah terjadi di Lampung sebesar 0,05 persen. Sementara itu, 3 provinsi mengalami deflasi perdesaan. Deflasi perdesaan tertinggi terjadi di Bengkulu sebesar 0,17 persen, sedangkan deflasi perdesaan terendah terjadi di Sumatera Barat sebesar 0,05 persen.
NTP (Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumahtangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Mulai 1 Januari 2014, Badan Pusat Statistik sudah menggunakan tahun dasar baru dalam penghitungan NTP yaitu 2012 = 100. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada bulan Desember 2013, NTP Bali mengalami kenaikan sebesar 0,13 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu dari 103,24 menjadi 103,37. Secara umum kenaikan NTP ini disebabkan oleh kenaikan nilai indeks yang diterima petani sebesar 0,40 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,28 persen. Nilai NTP mengalami kenaikan pada subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014
1
(1,98%), Peternakan (0,22%), dan Perikanan (0,21%), sedangkan pada subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura nilai NTP mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,62 persen dan 1,09 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Bali Per Subsektor dan Perubahannya Desember 2013 (2012=100) Subsektor
Bulan
Persentase
November 2013
Desember 2013
Perubahan
(2)
(3)
(4)
a. Indeks yang Diterima (It)
106,37
106,03
-0,31
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
109,75
110,09
0,31
c. Nilai Tukar Petani (NTP-P)
96,92
96,32
-0,62
a. Indeks yang Diterima (It)
107,40
106,55
-0,80
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
108,60
108,92
0,29
c. Nilai Tukar Petani (NTP-H)
98,90
97,82
-1,09
a. Indeks yang Diterima (It)
109,45
111,85
2,19
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
107,62
107,84
0,21
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr)
101,70
103,71
1,98
a. Indeks yang Diterima (It)
117,95
118,56
0,52
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
105,11
105,42
0,30
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt)
112,22
112,46
0,22
a. Indeks yang Diterima (It)
114,15
114,74
0,52
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
108,45
108,78
0,31
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi)
105,25
105,47
0,21
a. Indeks yang Diterima (It)
111,03
111,48
0,40
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
107,54
107,84
0,28
c. Nilai Tukar Petani (NTP)
103,24
103,37
0,13
(1)
1. Tanaman Pangan
2. Hortikultura
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
4. Peternakan
5. Perikanan
Provinsi Bali
1.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Berbagai komoditas pertanian yang dihasilkan petani dikelompokkan dalam lima subsektor, yaitu Tanaman Pangan, Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan, dan Perikanan. Pada bulan Desember 2013, indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,40 persen atau naik dari 111,03 pada bulan sebelumnya menjadi 111,48. Kenaikan nilai It didorong oleh naiknya It pada subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (2,19%), Peternakan (0,52%), dan Perikanan (0,52%). Sementara itu, It pada subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultura mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,31 persen dan 0,80 persen. Kondisi cuaca yang memasuki musim penghujan menyebabkan turunnya mutu hasil panen petani pada kedua subsektor ini sehingga harga jual produk yang mereka terima pun cenderung turun.
2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014
2.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Indeks harga yang dibayar petani menggambarkan harga barang dan jasa yang dibeli petani untuk digunakan baik dalam proses produksi lahan atau usaha pertaniannya maupun untuk konsumsi rumahtangga petani. Barang dan jasa tersebut meliputi barang-barang kebutuhan pokok; bibit; obat-obatan dan pupuk; sewa, pajak lahan, dan pengeluaran; transportasi; sewa alat dan hewan; barang modal; serta upah buruh tani. Pada bulan Desember 2013, indeks harga yang dibayar petani (Ib) di Provinsi Bali naik sebesar 0,28 persen terhadap bulan sebelumnya, yaitu dari 107,54 menjadi 107,84. Kenaikan Ib didorong oleh naiknya Ib pada semua subsektor, dimana kenaikan Ib tertinggi tercatat pada subsektor Tanaman Pangan dan Perikanan masing-masing sebesar 0,31 persen, disusul subsektor Peternakan (0,30%), Hortikultura (0,29%), dan Tanaman Perkebunan Rakyat (0,21%). Secara umum kenaikan Ib didorong oleh kenaikan indeks harga barang-barang konsumsi rumahtangga sebesar 0,32 persen dan kenaikan indeks harga Barang Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,18 persen.
3.
NTP Subsektor
a.
Subsektor Tanaman Pangan (Padi & Palawija/NTP-P)
Pada bulan Desember 2013 NTP Subsektor Tanaman Pangan turun sebesar 0,62 persen yaitu dari 96,92 menjadi 96,32. Penurunan NTP terjadi karena turunnya indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,31 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,31 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya indeks pada kelompok Padi-padian sebesar 0,88 persen yang utamanya didorong oleh turunnya harga komoditas gabah. Sementara itu, kelompok Palawija mengalami kenaikan indeks sebesar 1,28 persen dimana kenaikan ini antara lain disebabkan oleh naiknya harga komoditas jagung (2,95%), kacang hijau (1,30%), dan ketela pohon (1,18%). Sedangkan kenaikan Ib didorong oleh naiknya indeks konsumsi rumahtangga sebesar 0,34 persen dan kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,17 persen.
b.
Subsektor Hortikultura (NTP-H)
Pada bulan Desember 2013, NTP Subsektor Hortikultura turun sebesar 1,09 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu dari 98,90 menjadi 97,82. Turunnya NTP pada subsektor ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,80 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,29 persen. Turunnya indeks yang diterima petani didorong oleh turunnya indeks harga kelompok buah-buahan dan tanaman obat masing-masing sebesar 2,25 persen dan 2,82 persen. Penurunan indeks harga kelompok buahbuahan antara lain dipicu oleh turunnya harga alpukat (-7,50%), sawo (-5,06%), dan pepaya (4,56%), sementara pada kelompok tanaman obat dipicu oleh turunnya harga jahe (-3,71%) dan kencur (-2,53%). Sementara itu, kelompok sayur-sayuran mengalami kenaikan indeks sebesar 2,73 persen yang didorong antara lain oleh naiknya harga komoditas bawang merah (15,39%), bawang daun (7,50%), labu siam (5,72%), dan wortel (4,94%). Selanjutnya, kenaikan indeks yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumahtangga dan BPPBM masing-masing sebesar 0,31 persen dan 0,23 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014
3
Tabel 2 Indeks yang Diterima dan Indeks yang Dibayar Petani Per Subsektor/Kelompok dan Perubahannya, Desember 2013 (2012=100) Subsektor/Kelompok
Persentase
November 2013
Desember 2013
Perubahan
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan a. Indeks Diterima Petani - Padi - Palawija b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM
106,37 105,99 107,45 109,75 110,09 108,15
106,03 105,07 108,84 110,09 110,47 108,33
-0,31 -0,88 1,28 0,31 0,34 0,17
2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani - Sayur-sayuran - Buah-buahan - Tanaman Obat b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM
107,40 102,25 109,66 112,25 108,60 109,47 106,25
106,55 105,04 107,20 109,09 108,92 109,81 106,49
-0,80 2,73 -2,25 -2,82 0,29 0,31 0,23
3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks Diterima Petani - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM
109,45 109,45 107,62 109,63 101,56
111,85 111,85 107,84 109,93 101,60
2,19 2,19 0,21 0,27 0,03
4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani - Ternak Besar - Ternak Kecil - Unggas - Hasil Ternak b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM
117,95 120,96 116,82 115,83 105,74 105,11 109,42 101,32
118,56 122,69 115,77 114,78 104,66 105,42 109,80 101,58
0,52 1,43 -0,90 -0,91 -1,01 0,30 0,35 0,25
5. Perikanan a. Indeks Diterima Petani - Penangkapan - Budidaya b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM
114,15 121,38 103,41 108,45 110,52 104,67
114,74 122,30 103,52 108,78 110,99 104,75
0,52 0,76 0,10 0,31 0,43 0,08
(1)
c.
Bulan
Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)
Pada bulan Desember 2013 NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 1,98 persen dibandingkan bulan sebelumnya yaitu dari 101,70 menjadi 103,71. Kenaikan NTP pada subsektor ini disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani sebesar 2,19 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,21 persen. Kenaikan indeks yang diterima petani didorong oleh naiknya harga komoditas kelapa (6,06%), kopi (3,33%), kapas, tembakau, buah aren, nilam, dan biji mete masing-masing sebesar 2,19 persen. Sementara itu, indeks
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014
harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,21 persen yang disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumahtangga dan BPPBM masing-masing sebesar 0,27 persen dan 0,03 persen.
d.
Subsektor Peternakan (NTP-Pt)
Subsektor Peternakan terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ternak. NTP Subsektor Peternakan pada bulan Desember 2013 naik sebesar 0,22 persen, dari 112,22 menjadi 112,46. Kenaikan NTP subsektor ini disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,52 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,30 persen. Naiknya indeks yang diterima petani dipicu oleh naiknya harga komoditas pada kelompok Ternak Besar (1,43%) yang didorong oleh naiknya harga sapi dan kerbau masing-masing sebesar 1,43 persen. Sementara itu kelompok lainnya mengalami penurunan indeks harga yaitu Ternak Kecil (0,90%), Unggas (-0,91%), dan Hasil Ternak (-1,01%) yang dipicu oleh turunnya harga babi (0,95%), ayam ras pedaging (-2,60%), telur itik (-1,78%), dan telur ayam ras (-1,01%). Di sisi lain, kenaikan indeks yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumahtangga dan BPPBM masing-masing sebesar 0,35 persen dan 0,25 persen.
e.
Subsektor Perikanan (NTP-Pi).
Subsektor yang terakhir adalah Perikanan, yang terdiri atas usaha penangkapan ikan dan usaha budidaya perikanan. Pada bulan Desember 2013, NTP-Pi mengalami kenaikan sebesar 0,21 persen dibandingkan bulan sebelumnya yaitu dari 105,25 menjadi 105,47. Kenaikan NTP-Pi ini disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,52 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,31 persen. Kenaikan indeks yang diterima petani didorong oleh naiknya indeks pada kelompok Penangkapan dan Budidaya masing-masing sebesar 0,76 persen dan 0,10 persen. Komoditas pada kelompok penangkapan yang mengalami kenaikan harga antara lain ikan teri (3,08%), kembung (2,88%), dan tongkol (2,12%), sementara pada kelompok budidaya antara lain ikan gurame (1,60%) dan lele (1,60%). Selanjutnya, indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan akibat naiknya indeks Konsumsi Rumahtangga dan BPPBM masing-masing sebesar 0,43 persen dan 0,08 persen.
4.
Perbandingan Terhadap Angka Nasional
Pada bulan Desember 2013, NTP Bali naik sebesar 0,13 persen, sedangkan NTP Nasional mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen. Indeks yang diterima petani Bali naik sebesar 0,40 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani Bali sebesar 0,28 persen. Sementara itu, NTP secara Nasional naik sebesar 0,15 persen, dimana indeks yang diterima petani naik sebesar 0,47 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,33 persen seperti tampak pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Nasional serta Persentase Perubahannya, Desember 2013 (2012=100) Cakupan Wilayah (1)
It
Ib
NTP
Indeks
% Perb
Indeks
% Perb
Rasio
% Perb
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Provinsi Bali
111,48
0,40
107,84
0,28
103,37
0,13
2
Nasional
110,55
0,47
108,43
0,33
101,96
0,15
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014
5
5.
Indeks Harga Konsumen Perdesaan
Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumahtangga Petani yang merupakan komponen dalam Indeks yang Dibayar Petani. IHK perdesaan terdiri dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi. Perubahan IHK perdesaan mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Dari 33 Provinsi yang diamati, 30 provinsi mengalami inflasi perdesaan. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Maluku sebesar 0,84 persen, sedangkan inflasi perdesaan terendah terjadi di Lampung sebesar 0,05 persen. Sementara itu, 3 provinsi mengalami deflasi perdesaan. Deflasi perdesaan tertinggi terjadi di Bengkulu sebesar 0,17 persen, sedangkan terendah terjadi di Sumatera Barat sebesar 0,05 persen. Secara nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,39 persen. Pada Desember 2013, Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,32 persen dan menempati urutan ke-17 dari 30 provinsi yang mengalami inflasi perdesaan. Inflasi perdesaan di Bali didorong oleh naiknya indeks pada semua kelompok pengeluaran. Kelompok Perumahan mengalami kenaikan tertinggi yaitu sebesar 0,87 persen yang dipicu oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti besi (6,57%), tikar plastik (4,66%), pasir (3,35%), dan genteng (3,29%). Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga mengalami kenaikan kedua tertinggi yaitu sebesar 0,60 persen yang antara lain disebabkan oleh naiknya harga pulpen (3,36%), sepatu olahraga (2,90%), dan seragam sekolah (1,30%). Sementara itu kelompok lainnya yang mengalami kenaikan indeks yaitu Bahan Makanan (0,16%), Makanan Jadi (0,23%), Sandang (0,25%), Kesehatan (0,38%), serta Transportasi dan Komunikasi (0,27%). Tabel 4 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Bali dan Nasional, Desember 2013 Kelompok
Bali
Nasional
(2)
(3)
Bahan Makanan
0,16
0,52
Makanan Jadi
0,23
0,38
Perumahan
0,87
0,33
Sandang
0,25
0,32
Kesehatan
0,38
0,25
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
0,60
0,04
Transportasi dan Komunikasi
0,27
0,14
Konsumsi Rumahtangga
0,32
0,39
(1)
6
Perubahan IHK Perdesaan (%)
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014
B. HARGA GABAH BULAN DESEMBER 2013 TURUN
Pada umumnya petani produsen gabah di wilayah Provinsi Bali menjual gabah dalam bentuk gabah kering panen (GKP), namun berdasarkan observasi pada bulan Desember 2013 ditemukan 42,17 persen petani yang menjual gabah di luar kualitas (kualitas rendah) yaitu dengan kadar air di atas 25 persen atau kadar hampa/kotoran di atas 10 persen.
Di tingkat petani, rata-rata harga gabah kualitas GKP mengalami penurunan sebesar 0,12 persen pada bulan Desember 2013 dibanding bulan sebelumnya, sementara di tingkat penggilingan terjadi kenaikan sebesar 1,43 persen.
Rata-rata harga gabah kualitas GKP pada bulan Desember 2013 berada di atas HPP yaitu sebesar Rp 3.973,77 per kg di tingkat petani dan Rp 4.118,04 per kg di tingkat penggilingan.
Transaksi Gabah Kering Panen (GKP), harga tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Buleleng sebesar Rp 4.300,00/Kg dengan varietas Serang, sementara harga terendah terjadi di Kabupaten Klungkung dengan harga Rp 3.300,00/Kg untuk varietas Ciherang.
Pemantauan harga produsen gabah pada bulan Desember dilakukan pada 83 responden yang tersebar di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, dan Buleleng. Meskipun umumnya petani produsen gabah menjual gabah dalam bentuk gabah kering panen (GKP), pada bulan ini 35 responden (42,17%) petani menjual gabah di luar kualitas (kualitas rendah) yaitu dengan kadar air di atas 25 persen atau kadar hampa/kotoran di atas 10 persen. Tingginya curah hujan pada penghujung tahun menyebabkan petani memanen gabah dengan kadar air yang cukup tinggi. Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP pada bulan Desember mengalami penurunan sebesar 0,12 persen, sementara di tingkat penggilingan terjadi kenaikan sebesar 1,43 persen. Grafik 1 Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Desember 2012 – Desember 2013
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014
7
Di tingkat petani, rata-rata harga gabah pada bulan Desember kualitas GKP adalah sebesar Rp 3.973,77 per kg, sementara itu ditingkat penggilingan adalah sebesar Rp 4.118,04 per kg. Meskipun di tingkat petani harga gabah kualitas GKP mengalami penurunan, namun di tingkat penggilingan harga gabah dengan kualitas yang sama justru mengalami kenaikan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh mahalnya ongkos angkut dari sawah menuju penggilingan. Seperti terjadi di Kabupaten Klungkung dimana ongkos angkut mencapai Rp 800,00 per kilogram akibat jauhnya letak sawah ke jalan sehingga petani harus membayar ongkos angkut dari sawah ke jalan dan dari jalan ke penggilingan. Selanjutnya, harga gabah tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Buleleng sebesar Rp 4.300,00/Kg dengan varietas Serang, sementara harga terendah terjadi di Kabupaten Klungkung dengan harga Rp 3.300,00/Kg untuk varietas Ciherang. Tabel 5 Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Desember 2012 – Desember 2013 No
Bulan
Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg)
Perubahan (%)
Harga di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg)
Perubahan (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Desember ’12
3.908,50
1,26
3.954,75
1,02
2
Januari ’13
3.708,67
-5,11
3.787,56
-4,23
3
Februari’13
3.829,33
3,25
3.880,67
2,46
4
Maret ‘13
3.738,27
-2,38
3.831,88
-1,26
5
April ‘13
3.515,82
-5,95
3.572,61
-6,77
6
Mei ‘13
3.435,70
-2,28
3.502,67
-1,96
7
Juni ‘13
3.616,25
5,26
3.667,09
4,69
8
Juli ‘13
3.716,66
2,78
3.803,32
3,71
9
Agustus ’13
3.865,48
4,00
3.926,35
3,23
10
September '13
3.821,96
-1,13
3.898,88
-0,70
11
Oktober '13
3.923,34
2,65
4.013,45
2,94
12
November '13
3.978,62
1,41
4.059,93
1,16
13
Desember '13
3.973,77
-0,12
4.118,04
1,43
*) HPP GKP (Mulai Maret 2012) Rp 3.300,00/kg di tingkat petani Rp 3.350,00/kg di tingkat penggilingan
8
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 04/01/51/Th. VIII, 2 Januari 2014
Informasi lebih lanjut hubungi: Amirudin, S.Si., MMSI. Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Bali Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail:
[email protected]