No. 54 / VII / 1 Oktober 2004
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) DAN HARGA PRODUSEN GABAH Pada bulan Juli 2004, petani mampu menjual hasil produksinya 1,00 persen lebih tinggi dibanding harga bulan Juni 2004, sehingga Nilai Tukar Petani (NTP) naik 0,89 persen, yaitu dari 104,50 ke 105,43. Dari 23 propinsi yang diamati selama bulan Juli 2004, Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Sulawesi Selatan (12,46 persen), karena harga produsen gabah naik 16,88 persen, sedangkan penurunan terbesar di Kalimantan Tengah (minus 10,07 persen) karena naiknya harga kayu bakar konsumsi rumahtangga sebesar 94,44 persen.
*) Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase.
I. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Semakin tinggi NTP semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. NTP cukup berfluktuasi selama Januari 1994 - Juli 2004. Penurunan NTP biasanya terjadi ketika panen raya padi, namun naik kembali di waktu sesudahnya. Kenaikan tajam NTP disebabkan harga komoditas ekspor hasil perkebunan rakyat naik drastis di masa krisis. Perubahan kurs mata uang yang cepat pada tahun 1998, membuat produk pertanian Indonesia sangat murah di luar negeri namun naik tajam di dalam negeri. Petani, terutama di perkebunan rakyat, mendapatkan keuntungan dari krisis, namun tidak berlangsung lama. Harga barang/jasa untuk usaha pertanian cenderung meningkat setelah puncak krisis dilewati, akibatnya biaya produksi pertanian naik, sehingga Nilai Tukar Petani menurun kembali.
Berita Resmi Statistik No.54 / VII / 1 Oktober 2004
1
Grafik 1. NTP Nasional Januari 1994 s.d Juli 2004 (1993=100)
150 140 130 120 110
200407
200401
200307
200301
200207
200201
200107
200101
200007
200001
199907
199901
199807
199801
199707
199701
199607
199601
199507
199501
199407
199401
100
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di propinsi di Indonesia, NTP secara nasional pada bulan Juli 2004 naik 0,89 persen dibanding Juni 2004, yaitu dari 104,50 menjadi 105,43. NTP Juli 2004 turun 0,05 persen (year-on-year) terhadap Juli 2003. Hal ini disebabkan kenaikan harga kebutuhan rumahtangga maupun biaya produksi pertanian lebih besar dari pada perubahan harga produsen pertanian . II. Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) berguna untuk melihat fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Juli 2004, secara nasional indeks harga yang diterima petani naik 1,00 persen dibanding bulan Juni 2004, yaitu dari 459,14 menjadi 463,72. Subsektor Tanaman Bahan Makanan (TBM) naik 0,69 persen, sedangkan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) mengalami kenaikan 1,87 persen. Kedua kelompok pada subsektor TBM mengalami kenaikan, Kelompok padi mengalami kenaikan 1,44 persen dan kelompok buah-buahan naik 1,62 persen. Dua kelompok lainnya mengalami penurunan yaitu kelompok palawija minus 0,26 persen dan sayur-sayuran turun 1,77 persen. Bila dibandingkan dengan bulan Juli tahun 2003, indeks harga yang diterima petani naik 3,43 persen. Hal tersebut disebabkan naiknya harga komoditas sayur-sayuran sebesar 9,09 persen.
2
Berita Resmi Statistik No. 54 / VII / 1 Oktober 2004
III. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) Melalui Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Juli 2004 secara nasional Indeks Harga Yang Dibayar Petani naik 0,11 persen dibanding bulan Juni 2004. Subsektor Konsumsi Rumah Tangga naik 0,21 persen, sedangkan Subsektor Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal Pertanian turun 0,39 persen. Pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk makanan turun 0,17 persen, kelompok perumahan naik 0,85 persen, kelompok pakaian naik 1,41 persen, dan kelompok aneka barang dan jasa 0,01 persen. Untuk pengeluaran biaya produksi dan penambahan barang modal, kelompok non faktor produksi turun 0,83 persen, kelompok upah turun 0,54 persen, kelompok lainnya naik 0,16 persen dan kelompok penambahan barang modal naik 1,42 persen. Bila dibandingkan dengan bulan Juli tahun 2003, indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 3,49 persen. Hal tersebut disebabkan naiknya harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumahtangga pertanian sebesar 4,31 persen dan naiknya harga barang dan jasa untuk produksi pertanian dan barang modal pertanian sebesar 0,65 persen.
Berita Resmi Statistik No.54 / VII / 1 Oktober 2004
3
Tab el 1. Peru b ah an Nilai Tu kar Petan i Nasio n al (Tah u n 1993=100) Sektor , Kelompok dan Sub Kelompok (1) 1. Indeks Harga y ang Diterima Petani 1.1. T anaman Bahan Makanan
Indeks Nasional T ahun 2003 T ahun 2004 Jul Des Jun Jul (2) (3) (4) (5) 448,33
436,09
459,14
463,72
Perubahan(% ) Jul 2004 Jul 2004 thd thd Jun 2004 Jul 2003 (6) (7) 1,00
3,43
436,47
439,30
450,81
453,93
0,69
4,00
433,99 410,82 380,55 540,29
436,94 412,62 369,04 563,29
427,84 423,81 422,63 576,18
433,99 422,70 415,16 585,51
1,44 -0,26 -1,77 1,62
0,00 2,89 9,09 8,37
1.2. T anaman Perkebunan Raky at
435,68
390,22
439,40
447,61
1,87
2,74
2. Indeks Harga y ang Dibay ar Petani
414,63
421,96
439,36
439,84
0,11
3,49*
396,22
403,94
412,43
413,28
0,21
4,31
2.1.1. Makanan 2.1.2. Perumahan 2.1.3. Pakaian 2.1.4. Aneka Barang dan Jasa
398,13 376,13 401,36 421,92
405,58 380,92 419,83 428,26
408,81 397,34 424,44 443,99
408,11 400,71 430,44 444,04
-0,17 0,85 1,41 0,01
2,51 6,53 7,25 5,24
2.2.Biay a Produksi dan Penambahan Barang Modal
463,50
468,65
508,60
506,63
-0,39
0.65*
2.2.1. Non F aktor Produksi 2.2.2. Upah 2.2.3. Lainny a 2.2.4. Penambahan Barang Modal
462,83 486,64 260,58 334,76
464,54 495,49 262,49 336,76
468,06 578,38 273,60 344,22
464,19 575,26 274,04 349,11
-0,83 -0,54 0,16 1,42
0,29 0.95* 5,17 4,29
108,13
103,35
104,50
105,43
0,89
-0,05*
1.1.1. Padi 1.1.2. Palawija 1.1.3. Say ur-say uran 1.1.4. Buah-buahan
2.1.Konsumsi Rumahtangga
3. Nilai T ukar Petani
*) Sampai Desember 2003 data upah hanya berupa uang. Mulai Januari 2004, data upah mencakup pemberian berupa uang, makan, minum, rokok dan lainnya. Isian di kolom (7) hanya perbandingan upah yang berupa uang.
IV. Perbandingan Antar Propinsi Bila bulan Juli 2004 dibandingkan dengan bulan Juni 2004, dari 23 propinsi yang dilaporkan, ada 13 propinsi yang NTP-nya meningkat dan 10 propinsi lainnya menurun. NTP Jawa Timur dapat dikatakan hampir tidak mengalami perubahan. Kenaikan tertinggi terjadi di propinsi Sulawesi Selatan yaitu 12,46 persen terutama disebabkan karena harga gabah naik 16,88 persen. Sedangkan penurunan terbesar terjadi di propinsi Kalimantan Tengah yaitu minus 10,07 persen, disebabkan kenaikan konsumsi pembelian kayu bakar sebesar 94,44 persen. a. Perbandingan antar propinsi di Pulau Sumatera Dari 8 propinsi di pulau Sumatera yang melaporkan hasil survei hingga Juli 2004, NTP Sumatera Utara mengalami kenaikan terbesar 6,10 persen. Sebaliknya NTP propinsi Bengkulu yang mengalami penurunan terbesar yaitu minus 2,51 persen. b. Perbandingan antara propinsi di Pulau Jawa Dari 4 propinsi di Pulau Jawa yang melaporkan hasil survei hingga Juli 2004, NTP D.I Yogyakarta mengalami kenaikan. NTP di propinsi Jawa Timur yaitu stabil (naik 0,02 persen). NTP Jawa Barat dan Jawa Tengah mengalami penurunan masing-masing minus 0,20 persen dan minus 1,97 persen. 4
Berita Resmi Statistik No. 54 / VII / 1 Oktober 2004
c. Perbandingan antar propinsi di luar Pulau Sumatera dan Jawa Dari Sebelas propinsi di luar Pulau Jawa dan Sumatera melaporkan hasil survei hingga Juli 2004, kenaikan NTP tertinggi di Sulawesi Selatan yaitu 12,46 persen dan penurunan terendah di Kalimantan Tengah minus 10,07 persen. Tabel 2. Rangking Nilai Tukar Petani (NTP) (1993=100) PROPINSI (1) Kalimantan Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Sumatera Selatan D.I Yogyakarta Nusa Tenggara Timur Jawa Barat Bali Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Jambi Bengkulu Nasional Nanggroe Aceh D Lampung Jawa Timur Jawa Tengah Kalimantan Timur Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Nusa Tenggara Barat
Juni 2004 NTP Ranking (2) (3)
Juli 2004 NTP Ranking (4) (5)
212,93 191,14 182,91 145,87 125,67 114,83 121,11 119,16 128,68 104,63 105,00 94,37 107,04 108,45 104,50 97,52 93,85 92,45 92,50 88,10 80,15 74,24 65,11 67,13
224,33 192,52 186,90 144,77 126,51 124,32 120,86 118,99 115,72 111,46 106,44 106,13 105,74 105,73 105,43 99,59 94,22 92,46 90,67 87,02 85,04 73,71 67,12 65,74
Berita Resmi Statistik No.54 / VII / 1 Oktober 2004
1 2 3 4 6 9 7 8 5 13 12 15 11 10 14 16 18 17 19 20 21 23 22
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Beda (%) kl(4) & kl(2) (6) 5,35 0,72 2,18 -0,76 0,66 8,26 -0,20 -0,14 -10,07 6,52 1,38 12,46 -1,21 -2,51 0,89 2,12 0,39 0,02 -1,97 -1,22 6,10 -0,70 3,09 -2,06
5
PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH
Pada bulan September 2004, rata-rata harga Gabah Kering Simpan (GKS) turun 2,89 persen; Gabah Kering Panen (GKP) naik 1,64 persen; dan gabah kualitas rendah naik 3,93 persen, dibanding Agustus 2004. BPS tidak menemukan petani yang melakukan transaksi Gabah Kering Giling (GKG) pada September 2004. Persentase harga gabah di tingkat penggilingan yang dibawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) turun dari 50,07 persen (Agustus 2004) menjadi 45,09 persen (September 2004). Sebaliknya, persentase gabah petani yang berkualitas rendah naik sedikit, yaitu dari 8,19 persen (Agustus 2004) menjadi 8,82 persen (September 2004). Berdasarkan 771 observasi gabah di 15 propinsi pada September 2004, harga gabah terendah ditingkat petani adalah sebesar Rp. 910,00/kg (Yogyakarta, kualitas GKP). Sedangkan harga tertinggi sebesar Rp. 1.670,00/kg (Sumatera Barat, kualitas GKP).
Pada bulan September 2004 BPS melakukan 771 observasi di 15 propinsi yaitu Sumbar, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Observasi dilakukan terhadap kelompok kualitas yaitu: Gabah Kering Giling (GKG) tidak dijumpai, Gabah Kering Simpan (GKS) sebanyak 159 observasi (20,62 persen), Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 544 observasi (70,56 persen) dan diluar kelompok kualitas sebanyak 68 observasi (8,82 persen). Rincian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.
6
Berita Resmi Statistik No. 54 / VII / 1 Oktober 2004
Tabel 3. Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Menurut Kelompok Kualitas September 2004
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi (%)
(1)
Harga Gabah di tingkat Petani (Rp./kg)
Rata-rata Harga tingkat Penggi lingan (Rp/kg)
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) * (Rp/kg)
Terendah
Tertinggi
Ratarata
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
GKG
---
---
---
---
GKS
159 (20,62 %)
1.075,00 (Blora ; Jateng)
1.600,00 (Kerinci; Jambi)
GKP
544 (70,56 %)
910,00 (Bantul; Yogya)
Di luar Kualitas
68 (8,82 %)
Jumlah
771 (100,00)
SelisihHarga kol (6) Terhadap kol (7)
(Rp/Kg)
(%)
(7)
(8)
(9)
---
1.700
---
---
1.334,24
1.375,71
1.500
- 124,29
- 8,29
1.670,00 (Solok; Sumbar)
1.219,90
1.255,64
1.230
25,64
2,08
1.050,00 (Banggai; Sulteng)
1.666,67 (Solok; Sumbar)
1.159,80
1.195,85
---
---
---
910,00
1.670,00
1.238,18
1.275,13
----
----
----
Keterangan: GKG : kadar air ≤14 % dan kadar lain ≤ 3 %.
GKP : kadar air (18,01-25%) dan kadar lain (8,01-15%).
GKS : kadar air (14,01-18%) dan kadar lain (3,01-8%).
Di luar kualitas : kadar air > 25 % atau kadar lain > 15%.
* HPP ditingkat penggilingan berdasarkan SKB Kepala BBKP Dep. Pertanian dan Kepala Bulog No. 02/SKB/BBKP/I/2003 tgl. 16 Januari 2003 KEP-08/UP/01/2003
Tabel 4. Persentase Harga di Bawah HPP Menurut Kualitas Harga Tingkat Penggilingan Sama Dengan Di Bawah HPP HPP
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
(1)
(2)
(3)
(4)
GKG
---
---
---
GKS
159
116 (72,96 %)
17 (10,69 %)
GKP
544
201 (36,95 %)
53 (9,74 %)
Semua Kualitas
703
317 (45,09 %)
70 (9,96 %)
Diluar Kualitas
68
Berita Resmi Statistik No.54 / VII / 1 Oktober 2004
7
1. Kasus Harga Dibawah HPP dan Diluar Kualitas Dari 703 observasi di 15 propinsi terdapat
45,09 % kasus harga ditingkat
penggilingan yang berada di bawah HPP. Kasus harga tersebut terdapat di 12 propinsi, yaitu Sumbar; Lampung; Jabar; Jateng; Yogya; Jatim; Banten; Bali; Kalteng; Kalsel; Sulsel; dan Sultra. Kasus di luar kelompok kualitas terdapat 8,82 %, ditemui di 7 propinsi yaitu Sumbar; Lampung; Jabar; Jateng; Jatim; Bali; dan Sulteng.
2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Pada bulan September 2004, dari 771 observasi diperoleh harga gabah terendah ditingkat petani sebesar Rp. 910,00/kg dan di tingkat penggilingan sebesar Rp. 960,00/kg, dijumpai di Yogyakarta (Kab. Bantul, Kec. Sewon), varietas IR-64 dengan kualitas GKP. Harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp. 1.670,00/kg, dan di tingkat penggilingan sebesar Rp. 1.720,00/kg, dijumpai di Sumatera Barat (Kab. Solok, Kec. X Koto Singkarak), varietas Anak Daro, kualitas GKP. Untuk rata-rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air dan kadar lain, yaitu : untuk kualitas GKS kadar airnya sebesar 15,27 persen dan kadar lainnya sebesar 5,48 persen, untuk kualitas GKP kadar airnya sebesar 19,85 persen dan kadar lainnya sebesar 7,62 persen, sedangkan untuk kualitas di luar kelompok kadar airnya sebesar 25,77 persen dan kadar lainnya sebesar 10,68 persen.
Tabel 5. Rata-rata Komponen Mutu Kualitas Gabah yang Dijual Petani Menurut Kelompok Kualitas Gabah September 2004
8
Rata-rata Komponen Mutu (%)
Kelompok Kualitas
Kadar Air
Kadar Lain
GKG GKS GKP Diluar Kualitas
--15,27 19,85 25,77
--5,48 7,62 10,68
Berita Resmi Statistik No. 54 / VII / 1 Oktober 2004
Tabel 6. Persentase Harga di Bawah HPP dan Di Luar Kualitas Juni s/d September 2004
Rincian
Ditingkat Penggilingan (%) Juni
Juli
Agst.
Sept.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Obs. Di bawah HPP
26,40
37,59
50,07
45,09
Obs. Di luar Kualitas
17,97
12,50
8,19
8,82
Tabel 7. Rata-rata Harga Gabah Menurut Kualitas Juli s/d September 2004 Kualitas
HPP
Tingkat Penggilingan (Rp/Kg)
Tingkat Petani (Rp/Kg)
2003
Juli
Agustus
Sept.
Juli
Agustus
Sept.
% Perub
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
a. GKG
1 700
1.852,50
1.325,00
---
1.820,67
1.275,00
---
---
b. GKS
1 500
1.490,88
1.407,02
1.375,71
1.458,11
1.373,97
1.334,24
- 2,89
c. GKP
1 230
1.236,23
1.235,77
1.255,64
1.202,95
1.200,17
1.219,90
1,64
---
1.158,62
1.153,35
1.195,85
1.123,95
1.115,97
1.159,80
3,93
(1)
d. Diluar kualitas
Grafik 2. Harga Rata-rata Gabah di tingkat Penggilingan di Indonesia (Okt. 2003 s/d Sept. 2004) 1900
Harga Rata-rata (Rp/kg)
1800
GKG
1700
GKS
1600
GKP
1500
Di luar Kualitas HPP GKG
1400 1300
HPP GKS
1200
HPP GKP
1100 1000
Okt Nop Des
Jan
Peb Mar Apr Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Bulan
Berita Resmi Statistik No.54 / VII / 1 Oktober 2004
9