PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

No. 11/02/51/Th. IX, 2 Februari 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. JANUARI 2015, NTP BALI TURUN SEBESAR 0,01 PERSEN 

Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Januari 2015 mengalami penurunan sebesar 0,01 persen dibandingkan bulan Desember 2014, yaitu dari 104,19 menjadi 104,18.



Indeks yang diterima petani (It) pada bulan Januari 2015 mengalami penurunan sebesar 0,72 persen dari 121,12 menjadi 120,25. Indeks yang dibayar petani (Ib) juga mengalami penurunan sebesar 0,71 persen dari 116,25 menjadi 115,42.



Subsektor yang mengalami penurunan NTP pada bulan Januari 2015 adalah Subsektor Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat dengan penurunan masing-masing sebesar 1,82 persen dan 0,52 persen. Ketiga subsektor lainnya mengalami kenaikan, yaitu Tanaman Pangan, Peternakan dan Perikanan masing-masing sebesar 1,46 persen, 0,65 persen dan 1,85 persen.



NTP Nasional mengalami kenaikan sebesar 0,53 persen pada bulan Januari 2015. Walaupun NTP Bali menurun, namun posisi daya tukar petani Bali masih berada di atas angka Nasional, dimana NTP Bali sebesar 104,18 sedangkan NTP Nasional sebesar 101,86.



Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) di Provinsi Bali pada bulan Januari 2015 mengalami deflasi sebesar 0,90 persen. Dari 33 provinsi, 16 provinsi mengalami deflasi perdesaan dan 17 provinsi mengalami inflasi perdesaan. Secara Nasional terjadi deflasi perdesaan sebesar 0,03 persen.

NTP (Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumahtangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada bulan Januari 2015, NTP Bali mengalami penurunan dari 104,19 pada bulan sebelumnya menjadi 104,18 atau turun sebesar 0,01 persen. Secara umum turunnya NTP disebabkan oleh penurunan nilai indeks yang diterima petani (It) lebih besar dibandingkan penurunan indeks yang dibayar petani (Ib). Ada dua subsektor yang mengalami penurunan, yaitu Tanaman Perkebunan Rakyat dan Hortikultura, sedangkan NTP subsektor lainnya mengalami kenaikan.

Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 11/02/51/Th. IX, 2 Februari 2015

1

Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Perubahannya Menurut Subsektor Desember 2014 - Januari 2015 (2012=100) Subsektor (1)

Persentase

Desember 2014

Januari 2015

Perubahan

(2)

(3)

(4)

1. Tanaman Pangan (NTP-P)

94.76

96.15

1.46

a. Indeks Diterima Petani

113.29

113.92

0.56

- Padi

111.16

112.95

1.61

- Palawija

119.51

116.78

-2.29

119.55

118.48

-0.89

- Indeks Konsumsi Rumahtangga

120.66

119.29

-1.13

b. Indeks Dibayar Petani - Indeks BPPBM

114.42

114.77

0.30

2. Hortikultura (NTP-H)

104.89

102.98

-1.82


122.80

119.77

-2.47

- Sayur-sayuran

126.74

124.87

-1.48

- Buah-buahan

121.06

117.50

-2.94

- Tanaman Obat

121.28

119.06

-1.83

b. Indeks Dibayar Petani

117.08

116.30

-0.66


118.90

118.00

-0.76

- Indeks BPPBM

112.13

111.70

-0.39

3. Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)

102.76

102.22

-0.52


119.11

117.90

-1.02

119.11

117.90

-1.02

115.92

115.34

-0.50


119.21

118.42

-0.66

- Indeks BPPBM

106.04

106.10

0.06

4. Peternakan (NTP-Pt)

111.65

112.38

0.65


126.65

126.52

-0.10

- Ternak Besar

126.93

126.85

-0.07

- Ternak Kecil

134.52

133.24

-0.96

- Unggas

126.00

127.32

1.05

- Hasil Ternak

111.39

112.06

0.60

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) b. Indeks Dibayar Petani


113.43

112.58

-0.75


119.98

118.78

-1.00

- Indeks BPPBM

107.69

107.15

-0.51

5. Perikanan (NTP-Pi)

102.10

103.99

1.85


121.45

122.35

0.74

- Penangkapan

132.09

133.66

1.19

- Budidaya

105.66

105.57

-0.08


2

Bulan

118.95

117.65

-1.09


122.57

121.68

-0.73

- Indeks BPPBM

112.73

110.38

-2.08

NTP Gabungan

104.19

104.18

-0.01


121.12

120.25

-0.72


116.25

115.42

-0.71


119.74

118.67

-0.90

- Indeks BPPBM

109.91

109.69

-0.20


1.

Indeks Harga yang Diterima Petani dan yang Dibayar Petani

Penurunan indeks harga yang diterima petani (It) dipengaruhi oleh turunnya nilai It pada subsektor Hortikultura sebesar 2,47 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat 1,02 persen dan Peternakan 0,10 persen. Sedangkan indeks yang diterima petani untuk subsektor Perikanan dan Tanaman Pangan terjadi kenaikan masing-masing sebesar 0,74 persen dan 0,56 persen. Indeks harga yang dibayar petani menggambarkan harga barang dan jasa yang dibeli petani untuk digunakan baik dalam proses produksi usaha pertaniannya maupun untuk konsumsi rumahtangga petani. Barang dan jasa tersebut meliputi barang-barang kebutuhan pokok; bibit; obatobatan dan pupuk; sewa, pajak lahan, dan pengeluaran; transportasi; sewa alat dan hewan; barang modal; serta upah buruh tani. Pada bulan Januari 2015, secara umum indeks harga yang dibayar petani (Ib) terjadi penurunan yang dipengaruhi oleh menurunnya Indeks Konsumsi Rumahtangga (IKRT) sebesar 0,90 persen dan indeks harga Barang Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,20 persen.

2.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (Padi & Palawija/NTP-P)

Pada bulan Januari 2015 NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) mengalami kenaikan dari 94,76 menjadi 96,15 atau naik sebesar 1,46 persen. Nilai NTP pada subsektor ini masih tetap dibawah 100 yang berarti bahwa pengeluaran petani pada subsektor tanaman pangan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun usaha pertaniannya masih lebih tinggi dibandingkan dengan nilai produksi yang mereka peroleh. Indeks harga yang diterima petani (It) pada Subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 0,56 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,89 persen. Hal ini menyebabkan NTP pada subsektor Tanaman Pangan mengalami kenaikan. Secara rata-rata kenaikan It didorong oleh naiknya indeks pada kelompok Padi sebesar 1,61 persen, yaitu gabah, meskipun kelompok Palawija mengalami penurunan sebesar 2,29 persen. Sementara itu, penurunan Ib sangat dipengaruhi oleh Indeks Konsumsi Rumahtangga (IKRT) yang turun sebesar 1,13 persen, sebaliknya indeks BPPBM meningkat sebesar 0,30 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTP-H)

NTP Subsektor Hortikultura (NTP-H) pada Januari 2015 kembali mengalami penurunan sebesar 1,82 persen dibandingkan bulan lalu yaitu dari 104,89 menjadi 102,98. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 2,47 persen yang lebih besar daripada penurunan pada indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,66 persen. Penurunan indeks harga yang diterima petani (It) dipengaruhi oleh turunnya indeks harga di semua kelompok penyusun It Hortikultura, yaitu buah buahan sebesar 2,94 persen, sayur sayuran 1,48 persen dan tanaman obat 1,83 persen. Komoditas yang paling berpengaruh terhadap turunnya It Hortikultura, yaitu jeruk, pisang, salak, cabai merah, dan cabai rawit. Selanjutnya, penurunan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi oleh turunnya indeks konsumsi rumahtangga (IKRT) dan indeks harga BPPBM masing-masing sebesar 0,76 persen dan 0,39 persen.

c.

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)

Pada bulan Januari 2015 NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) mengalami penurunan NTP mencapai 0,52 persen, yaitu dari 102,76 menjadi 102,22. Secara umum, penurunan Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 11/02/51/Th. IX, 2 Februari 2015

3

tersebut terjadi karena indeks harga diterima petani (It) turun sebesar 1,02 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (ib) mengalami penurunan yang lebih kecil, yaitu sebesar 0,50 persen. Beberapa komoditas penyusun It yang mengalami penurunan harga, yaitu biji jambu mete, kakao, dan kelapa. Di sisi lain, penurunan Ib disebabkan oleh turunnya indeks harga konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,66 persen, sebaliknya indeks BPPBM naik sebesar 0,06 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTP-Pt)

Subsektor Peternakan terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ternak. Berbeda dengan bulan lalu, pada Januari 2015 NTP Subsektor Peternakan (NTP-Pt) mengalami kenaikan sebesar 0,65 persen, yaitu dari 111,65 menjadi 112,38. Kenaikan ini disebabkan oleh penurunan indeks harga yang dibayar petani (Ib) lebih besar daripada penurunan indeks yang diterima petani (It). Ib yang menurun sebesar 0,75 persen sebagai akibat indeks konsumsi rumah tangga yang turun 1,00 persen dan indeks BPPBM 0,51 persen. Sedangkan It turun hanya 0,10 persen yang disebabkan oleh kelompok ternak besar yang menurun sebesar 0,07 persen, yaitu komoditas sapi potong dan ternak kecil yang juga turun sebesar 0,96 persen, yaitu komoditas babi. Sebaliknya kelompok unggas dan hasil ternak mengalami kenaikan harga masing-masing 1,05 persen dan 0,60 persen.

e.

Subsektor Subsektor Perikanan (NTP-Pi)

Subsektor perikanan masih menjadi primadona bagi pemerintah pusat, khususnya Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam penegakan hukum atas illegal fishing yang kerap dilakukan oleh negara tetangga. Pada bulan Januari 2015, NTP-Pi meningkat sebesar 1,85 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 102,10 menjadi 103,99. Kenaikan NTP-Pi ini terjadi karena indeks yang diterima petani (It) naik sebesar 0,74 persen sebaliknya indeks yang dibayar petani (Ib) turun sebesar 1,09 persen. It subsektor perikanan mengalami kenaikan tertinggi, sedangkan Ib mengalami penurunan terbesar dibandingkan dengan subsektor lainnya. Kenaikan It didorong oleh naiknya harga komoditas pada kelompok perikanan tangkap sebesar 1,19 persen, seperti cumi-cumi, tongkol, kakap dan lemuru. Berbeda dengan kelompok perikanan tangkap, perikanan budidaya mengalami penurunan harga sebesar 0,08 persen. Sementara itu, penurunan pada Ib disebabkan oleh menurunnya indeks harga konsumsi rumah tangga dan BPPBM masing-masing sebesar 0,73 persen dan 2,08 persen.

3.

Perbandingan Terhadap Angka Nasional

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa NTP Bali turun sebesar 0,01 persen. Namun hal ini berbanding terbalik dengan kondisi NTP secara nasional yang naik sebesar 0,53 persen. Meskipun demikian, posisi NTP Bali (104,18) masih berada diatas NTP Nasional yang pada bulan Januari 2015 tercatat sebesar 101,86. Secara umum naiknya NTP Nasional dipicu oleh indeks yang diterima petani (It) yang mengalami kenaikan 0,46 persen sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) menurun 0,07 persen. Perbaningan NTP Bali dan Nasional dapat dilihat pada Tabel 2.

4


Tabel 2 Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Nasional serta Persentase Perubahannya, Januari 2015 (2012=100) It

Cakupan Wilayah

NTP

Indeks

% Perb

Indeks

% Perb

Rasio

% Perb

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Provinsi Bali

120.25

-0.72

115.42

-0.71

104.18

-0.01

Nasional

119.29

0.46

117.12

-0.07

101.86

0.53

(1)

4.

Ib

Perbandingan NTP di Jabalnusra

Pada bulan Januari 2015, sembilan provinsi di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabalnusra) sebagai bagian penyusun NTP Nasional, dilaporkan enam provinsi mengalami kenaikan dan tiga provinsi lainnya mengalami penurunan. Provinsi dengan kenaikan NTP tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), sedangkan NTP dengan penurunan paling besar terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tabel 3 Nilai Tukar Petani Antar Provinsi Jabalnusra Januari 2015 (2012=100) Provinsi (1)

5.

Bulan

Persentase

Desember 2014

Januari 2015

Perubahan

(2)

(3)

(4)

DKI Jakarta

97.22

97.99

0.79

Jawa Barat

105.16

105.95

0.75

Jawa Tengah

100.55

101.18

0.62

Yogyakarta

99.65

100.40

0.75

Jawa Timur

104.41

105.23

0.79

Banten

105.46

105.42

-0.03

Bali

104.19

104.18

-0.01

NTB

99.92

101.38

1.46

NTT

101.03

100.89

-0.14

Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumahtangga Petani yang merupakan komponen dalam Indeks yang Dibayar Petani. IHK perdesaan terdiri dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi. Perubahan IHK perdesaan mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara nasional, terjadi deflasi perdesaan sebesar 0,03 persen. Dari 33 Provinsi yang diamati, 17 provinsi mengalami inflasi, sedangkan 16 lainnya mengalami deflasi perdesaan. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di DKI Jakarta mencapai 1,16 persen, sedangkan terendah terjadi di Kalimantan Barat dan Banten sebesar 0,03 persen. Deflasi perdesaan terbesar terjadi di Jambi yang mencapai 1,08 persen sedangkan terkecil di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 0,02 persen.


5

Grafik 1 Inflasi Harga Konsumen Perdesaan Menurut Provinsi di Indonesia, Januari 2015 1.40 1.20 1.00 0.03 0.03 0.05 0.06 0.10 0.17 0.19 0.20 0.20 0.49 0.60 0.78 0.81 0.86 0.89 0.90 1.16

0.80 0.60 0.40 0.20

-0.20 -0.40 -0.60

-1.08 -0.97 -0.93 -0.90 -0.80 -0.60 -0.49 -0.39 -0.34 -0.31 -0.27 -0.24 -0.20 -0.11 -0.02 -0.02

0.00

Indonesia (-0,03)

-0.80 -1.00 JAMBI SUMBAR BENGKULU BALI YOGYAKARTA SULUT RIAU SUMSEL LAMPUNG KALSEL JATENG SUMUT BABEL KALTIM JATIM NTB KALBAR BANTEN PAPUA BARAT SULSEL KALTENG MALUKU UTARA SULTRA KEPRI SULTENG NTT SULBAR JABAR NAD PAPUA MALUKU GORONTALO DKI

-1.20

Pada Januari 2015, Provinsi Bali mengalami deflasi perdesaan sebesar 0,90 persen yang disebabkan oleh menurunnya harga-harga pada kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 5,82 persen serta kelompok bahan makan 0,70 persen. Lima kelompok lainnya mengalami kenaikan harga, yaitu Makanan Jadi naik 1,02 persen, Perumahan 1,00 persen, Kesehatan 0,90 persen, Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga naik 0,25 persen, serta kelompok Sandang sebesar 0,23 persen. Komoditas yang paling berpengaruh terhadap deflasi ini adalah turunnya harga BBM yang ditetapkan pemerintah sebanyak dua kali pada bulan Januari, yaitu tanggal 1 dan 19. Komoditas di kelompok bahan makanan juga memicu deflasi, yaitu cabai rawit, ikan pindang tongkol, cabai merah, pisang dan jeruk. Sementara itu, buah apel juga mengalami penurunan karena beberapa isu negatif mengenai apel impor yang beredar di pasaran. Tabel 4 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Bali dan Nasional, Januari 2015 Kelompok

Bali

Nasional

(2)

(3)

Bahan Makanan

-0.70

0.52

Makanan Jadi

1.02

0.88

Perumahan

1.00

1.18

Sandang

0.23

0.70

Kesehatan

0.90

0.83

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

0.25

0.42

Transportasi dan Komunikasi

-5.82

-5.22

Gabungan

-0.90

-0.03

(1)

6

Perubahan IHK Perdesaan (%)


6.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dari komponen Ib, NTUP dapat lebih mencerminkan margin usaha pertanian, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. NTUP Januari 2015 juga mengalami penurunan sebesar 0,52 persen yaitu dari 110,19 menjadi 109,62. Penurunan NTUP terjadi di dua subsektor, yaitu Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat, masing-masing sebesar 2,09 persen dan 1,07 persen. Namun sebaliknya NTUP untuk subsektor lainnya mengalami kenaikan seperti yang terlihat pada Tabel 5. NTUP subsektor Tanaman Pangan menunjukkan nilai dibawah 100 yang berarti bahwa biaya produksi yang dikeluarkan petani untuk usahanya ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan nilai produksi yang mereka peroleh. Sementara itu, petani subsektor lainnya masih menikmati surplus usaha yang tercermin dari nilai NTUP diatas 100. Secara gabungan untuk semua subsektor, usaha pertanian di Bali masih menjanjikan dengan NTUP masih berada di atas nilai 100. Tabel 5 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, Januari 2015 (2012 = 100) Bulan Desember 2014

Januari 2015

Persentase Perubahan

(2)

(3)

(4)

1. Tanaman Pangan

99.01

99.26

0.25

2. Hortikultura

109.52

107.23

-2.09

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

112.33

111.13

-1.07

4. Peternakan

117.60

118.08

0.41

5. Perikanan

107.73

110.84

2.89

a Perikanan Tangkap

112.41

117.54

4.57

b. Perikanan Budidaya

100.03

100.14

0.11

110.19

109.62

-0.52

Subsektor (1)

Gabungan


7

B. HARGA GABAH BULAN JANUARI 2015 NAIK



Rata-rata Harga gabah pada kualitas kering panen (GKP) di tingkat petani pada bulan Januari 2015 mengalami kenaikan sebesar 3,79 persen dibandingkan bulan Desember 2014, sedangkan di tingkat penggilingan meningkat sebesar 3,66 persen.



Rata-rata harga gabah kualitas GKP pada bulan Desember berada diatas HPP yaitu sebesar Rp 4.341,58 per kg di tingkat petani dan Rp 4.414,45 per kg di tingkat penggilingan.



Transaksi Gabah Kering Panen (GKP) dengan harga tertinggi di tingkat petani tercatat di Kabupaten Jembrana sebesar Rp 4.670,00 /Kg dengan varietas Ciherang, sementara transaksi dengan harga terendah tercatat di Kabupaten Buleleng dengan harga Rp 3.623,00/Kg untuk varietas Cigeulis.

Pemantauan harga produsen gabah di Provinsi Bali pada bulan Januari 2015 dilakukan pada 51 responden yang tersebar di 7 kabupaten, yaitu Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng. Dari 51 responden, 40 responden tercatat memiliki gabah dengan kualitas GKP sedangkan 11 responden diluar kualitas. Sebagian besar petani padi di Provinsi Bali melakukan panen dengan sistem tebasan. Grafik 2 Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Januari 2013 Januari 2015 4,600.00 4,400.00 4,200.00 4,000.00 3,800.00 3,600.00 3,400.00

Tk. Petani

Tk. Penggilingan

HPP Tk. Petani

Jan '15

Des '14

Nov '14

Okt '14

Sep '14

Ags '14

Jul '14

Jun '14

Mei '14

Apr '14

Mar '14

Feb '14

Jan '14

3,200.00

HPP Tk. Penggilingan

Trend harga gabah dari bulan Agustus 2014 sampai dengan Januari 2015 terus mengalami kenaikan. Bahkan, rata-rata harga gabah di bulan Januari 2015 tercatat paling tinggi selama setahun terakhir. Jika dibandingkan dengan rata-rata harga bulan Januari 2014, bulan ini mengalami kenaikan sebesar 5,73 persen. Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada bulan Januari 2015 dengan kualitas GKP naik 3,79 persen menjadi Rp 4.341,58 per kg, sementara itu ditingkat penggilingan naik 3,66 persen menjadi Rp 4.414,58 per kg. Selanjutnya, harga gabah kualitas GKP tertinggi di tingkat petani tercatat di Kabupaten Jembrana dengan nilai transaksi sebesar Rp 4.670,00/Kg untuk varietas Ciherang, sementara harga terendah tercatat di Kabupaten Buleleng dengan harga Rp 3.623,00/Kg untuk varietas Cigeulis. 8


Tabel 6 Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Januari 2014 – Januari 2015 No

Bulan

(1)

(2)

Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg) (3)

Perubahan (%)

Harga di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg)

Perubahan (%)

(4)

(5)

(6)

1

Januari 2014

4,106.25

3.33

4,163.75

1.11

2

Februari 2014

4,009.29

-2.36

4,112.32

-1.24

3

Maret 2014

3,997.09

-0.30

4,066.76

-1.11

4

April 2014

3,627.63

-9.24

3,697.63

-9.08

5

Mei 2014

3,642.56

0.41

3,725.09

0.74

6

Juni 2014

3,640.66

-0.05

3,712.41

-0.34

7

Juli 2014

3,863.77

6.13

3,917.84

5.53

8

Agustus 2014

3,870.13

0.16

3,930.18

0.31

9

September 2014

3,960.54

2.34

4,034.95

2.67

10

Oktober 2014

4,091.44

3.31

4,164.42

3.21

11

Nopember 2014

4,121.61

0.74

4,189.88

0.61

12

Desember 2014

4,182.87

1.49

4,258.66

1.64

13

Januari 2015

4,341.58

3.79

4,414.58

3.66

*) HPP GKP (Mulai Maret 2012) Rp 3.300,00/kg di tingkat petani Rp 3.350,00/kg di tingkat penggilingan


9

Tahun (1) 2013 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 2014 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2015 Januari

10

Tabel 7 Perkembangan Inflasi Perdesaan Bulanan dan Kumulatif Provinsi Bali dan Nasional Tahun 2013 – 2015 Bali Nasional Bulanan Kumulatif Bulanan Kumulatif (2) (3) (4) (5) 1.66 0.68 0.91 0.10 -0.18 -0.03 3.18 0.39 -0.03 1.05 0.24 0.32

1.66 2.35 3.28 3.38 3.20 3.17 6.45 6.87 6.84 7.96 8.22 8.57

1.21 0.66 0.76 -0.02 -0.03 0.58 3.36 0.96 0.08 0.31 0.14 0.39

1.21 1.88 2.65 2.63 2.60 3.20 6.66 7.69 7.78 8.11 8.26 8.69

0.88 0.32 0.42 0.05 0.39 0.36 0.56 0.49 0.49 0.24 1.52 2.85

0.88 1.20 1.63 1.68 2.07 2.44 3.01 3.51 4.02 4.27 5.85 8.86

1.16 0.45 0.19 -0.05 0.23 0.74 0.82 0.37 0.45 0.43 1.49 2.72

1.16 1.62 1.81 1.76 1.99 2.74 3.58 3.96 4.43 4.88 6.41 9.30

-0.90

-0.90

-0.03

-0.03


Informasi lebih lanjut hubungi: Amirudin, S.Si., MMSI. Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Bali Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail: [email protected]

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Recommend Documents