No.23/05/36/ Th.XI, 2 Mei 2017
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) APRIL 2017 SEBESAR 98,69 ATAU NAIK 0,51 PERSEN NTP Banten April 2017 sebesar 98,69 atau naik 0,51 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang naik sebesar 0,90 persen dibandingkan laju kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani yang naik 0,38 persen. Pada April 2017 terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Banten sebesar 0,39 persen terutama disebabkan oleh inflasinya indeks kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,23 persen. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Banten April 2017 sebesar 103,82 atau naik 0,43 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya. Pada Bulan April 2017 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 15 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 106,00 yang diikuti oleh Provinsi Gorontalo sebesar 105,09 dan Provinsi Bali sebesar 104,98. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,15. NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar ( term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten pada April 2017, NTP secara umum naik 0,51 persen dibandingkan NTP Maret, yaitu dari 98,19 menjadi 98,69. Kenaikan NTP pada April 2017 dikarenakan laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 0,90 persen dibandingkan laju kenaikan pada Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik sebesar 0,38 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 23/05/36/Th.XI, 2 Mei 2017
1
Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Banten Bulan April 2017 (2012=100) Bulan
Subsektor
Persentase Perubahan
Maret
April
(2)
3)
(4)
a. Indeks yang diterima (It)
123,74
124,85
0,90
b. Indeks yang dibayar (Ib)
126,02
126,50
0,38
c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga
128,43
128,93
0,39
d. Indeks BPPBM
119,70
120,25
0,46
e. Nilai Tukar Petani (NTP)
98,19
98,69
0,51
(1) Gabungan / Banten
Kenaikan NTP April 2017 disebabkan oleh naiknya NTP pada tiga (3) subsektor yakni subsektor tanaman pangan yang naik 0,88 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat yang meningkat 0,98 persen, dan subsektor perikanan yang naik 0,19 persen. Sedangkan pada dua subsektor lainnya justru terjadi penurunan, yakni subsektor hortikultura yang turun 0,22 persen dan subsektor peternakan yang turun 0,08 persen.
1.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada April 2017, It Banten mengalami kenaikan sebesar 0,90 persen dibanding It Maret, yaitu naik dari 123,74 menjadi 124,85. Kenaikan It pada April 2017 disebabkan naiknya It pada semua subsektor yakni subsektor tanaman pangan yang naik 1,28 persen, It subsektor hortikultura naik 0,13 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik 1,41 persen, subsektor peternakan naik 0,27 persen dan It subsektor perikanan yang naik 0,45 persen. Grafik 2 Perubahan Indeks Harga Yang Diterima Petani Maret - April 2017
Mar-17
Apr-17
2.50 1.89
2.00 1.50
0.90
0.79
1.00 0.50
1.41
1.28 0.19
0.27
0.13
0.10
0.45
0.50
0.00 -0.50
-0.56
-1.00 T. pangan
2
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 23/05/36/Th.XI, 2 Mei 2017
Gabungan
2.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu konsumsi rumah tangga (KRT) dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib ) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada April 2017 indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen. Hal ini terjadi karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga mengalami kenaikan 0,39 persen dan Indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,46 persen. Kenaikan indeks BPPBM ini disebabkan naiknya seluruh kelompok yakni kelompok bibit 0,12 persen; kelompok pupuk, obat-obatan, dan pakan naik 0,12 persen; biaya sewa dan pengeluaran lain naik 0,25 persen; kelompok transportasi naik 0,35 persen; kelompok penambahan barang modal naik 0,50 persen dan kelompok upah buruh mengalami kenaikan 0,87 persen. Grafik 3 Perubahan Indeks Harga Yang Di bayar Petani Bulan April 2017 Ib 0.90 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00
BPPBM
0.86
0.55 0.40
0.37
0.51 0.35
0.46
0.43
0.41
0.35
0.34
0.38 0.39
0.33 0.26
0.15
T. Pangan
3.
Konsumsi RT
Hortikultura
0.14
Perkebunan
Peternakan
0.13
Perikanan
Gabungan
Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P) Pada bulan April 2017 NTP-P mengalami kenaikan indeks sebesar 0,88 persen atau naik dari 97,26 menjadi 98,11. Hal ini karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima petani (It) sebesar 1,28 persen lebih cepat dibandingkan laju kenaikan Indeks Harga yang Dibayar petani (Ib) yang sebesar 0,40 persen. Kenaikan It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena naiknya indeks pada subkelompok padi sebesar 1,29 persen dan subkelompok palawija juga mengalami kenaikan 1,00 persen sehingga mempercepat laju kenaikan pada It subsektor tanaman pangan. Kenaikan indeks subkelompok padi dipengaruhi oleh naiknya harga gabah sebesar 1,29 persen. Sementara kenaikan indeks pada subkelompok palawija dipengaruhi naiknya harga jagung, ubi jalar, dan ketela pohon. Di sisi lain indeks harga dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,40 persen karena pengaruh naiknya Indeks KRT dan BPPBM masing masing sebesar 0,37 persen dan 0,55 persen. Untuk BPPBM, kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh naiknya indeks pada seluruh kelompok yakni kelompok bibit naik 0,08 persen, kelompok pupuk dan obat-obatan naik 0,20 persen, kelompok biaya sewa dan pengeluaran lainn naik 0,52 persen, kelompok transportasi naik 0,51 persen, dan kelompok penambahan barang modal naik 0,90 persen, serta upah buruh naik 0,73 persen
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 23/05/36/Th.XI, 2 Mei 2017
3
Tabel 2 Indeks Diterima & Dibayar Petani Banten Per Subsektor & Perubahannya Februari – April 2017 (2012=100) Bulan Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok (1) 1. Tanaman Pangan a. Indeks Diterima Petani
Februari
Maret
April
(2)
(3)
(4)
Persentase perubahan April 2017 thd Maret (5)
124,31
124.54
126,13
1,28
- Padi
124,20
124.50
126,11
1,29
- Palawija
126,34
125.33
126,59
1,00
127,72
128.05
128,56
0,40
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
128,68
128.87
129,34
0,37
- Indeks BPPBM
122,92
124.02
124,70
0,55
97.33
97.26
98,11
0,88
b. Indeks Dibayar Petani
c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani
124,95
125.94
126,10
0,13
- Sayur-sayuran - Buah-buahan
126,56 124,01
128.54 124.43
128,03 125,00
-0,40 0,46
- Tanaman Obat
120,49
118.57
119,95
1,16
b. Indeks Dibayar Petani
124,29
124.72
125,15
0,35
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
127,42
127.69
128,22
0,41
- Indeks BPPBM
115,66
116.53
116,71
0,15
100,53
100.98
100,76
-0,22
118,85
121.09
122,80
1,41
118,85
121.09
122,80
1,41
126,34
126.60
127,14
0,43
128,13
128.46
128,90
0,35
117,72 94,07
117.64 95.65
118,65 96,59
0,86 0,98
121,35
120.68
121,00
0,27
- Termak Besar
130,88
131.31
131,46
0,12
- Ternak Kecil
128,91
129.85
130,21
0,28
c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks Diterima Petani - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumahtangga - Indeks BPPBM c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani
- Unggas
114,73
113.08
114,15
0,95
- Hasil Ternak
116,31
114.88
113,54
-1,16
b. Indeks Dibayar Petani
121,54
121.56
121,98
0,34
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
127,57
128.06
128,71
0,51
- Indeks BPPBM
115,13
114.66
114,82
0,14
99,85
99.27
99,20
-0,08
131,13
131.27
131,85
0,45
- Penangkapan
148,58
148.20
148,03
-0,12
- Budidaya
117,54
118.07
119,25
0,99
c. Nilai Tukar Petani (NTP-T) 5. Perikanan a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
123,68
123.95
124,27
0,26
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
128,46
128.72
129,15
0,33
- Indeks BPPBM
116,16
116.46
116,61
0,13
106,03
105.90
106,10
0,19
c. Nilai Tukar Petani (NTNP)
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 23/05/36/Th.XI, 2 Mei 2017
b. Subsektor Hortikultura (NTP-H) Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan April 2017 mengalami penurunan sebesar 0,22 persen dari 100,98 menjadi 100,76. Hal ini terjadi karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,13 persen, lebih lambat dari laju kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang naik 0,35 persen. Penurunan It pada subsektor hortikultura disebabkan oleh turunnya indeks pada kelompok sayur-sayuran sebesar 0,40 persen. Sementara itu, kelompok buah-buahan dan tanaman obat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,46 persen dan 1,16 persen. Penurunan indeks pada kelompok sayur-sayuran disebabkan oleh turunnya harga bawang merah, cabai merah, terung panjang, ketimun, cabai rawit, petsai/sawi, kacang panjang, tomat, dan kangkung. Sedangkan kenaikan indeks pada kelompok buah-buahan disebabkan naiknya harga pisang dan belimbing. Sementara itu, kenaikan indeks yang terjadi pada kelompok tanaman obat terutama disebabkan oleh kenaikan harga lengkuas dan kencur. Di sisi lain, kenaikan indeks pada Ib dipengaruhi naiknya Indeks KRT sebesar 0,41 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,15 persen. c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R) Pada Bulan April 2017 NTP-R sebesar 96,59 atau mengalami kenaikan sebesar 0,98 persen dibanding bulan lalu yang disebabkan karena laju kenaikan pada indeks harga yang diterima petani yang sebesar 1,41 persen, lebih cepat dari laju kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani yang naik sebesar 0,43 persen. Kenaikan It terjadi karena naiknya indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,41 persen yakni dari 121,09 menjadi 122,80 persen yang dipengaruhi oleh naiknya harga lada/merica, cengkeh, dan kakao. Di sisi lain kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi naiknya IKRT sebesar 0,35 persen dan diperkuat oleh kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,86 persen. d. Subsektor Peternakan (NTP-T) Pada bulan April 2017 NTP-T mengalami penurunan sebesar 0,08 persen yang disebabkan karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yaitu 0,27 persen lebih lambat dibanding laju kenaikan indeks harga yang dibayar petani, sebesar 0,34 persen. Penurunan yang terjadi pada It karena turunnya indeks pada kelompok hasil ternak sebesar 1,16 persen. Sedangkan pada tiga kelompok lainnya terjadi kenaikan indeks, yakni kelompok ternak besar yang naik 0,12 persen, kelompok ternak kecil yang naik 0,28 persen, dan kelompok unggas naik 0,95 persen. Penurunan indeks pada kelompok hasil ternak dipengaruhi oleh turunnya harga telur, baik telur ayam ras, ayam buras maupun telur itik/bebek. Sedangkan kenaikan indeks pada ternak besar dan ternak kecil dipengaruhi oleh kenaikan harga sapi potong, babi, dan kambing. Sementara itu kenaikan indeks yang terjadi pada kelompok hasil unggas dipengaruhi oleh naiknya harga ayam ras petelur dan ayam ras pedaging. Kenaikan indeks pada Ib yang sebesar 0,34 persen dipengaruhi oleh naiknya Indeks KRT 0,58 persen dan indeks BPPBM yang naik 0,14 persen. e. Subsektor Perikanan (NTNP) NTNP pada bulan April 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,19 persen dari 105,90 menjadi 106,10 persen. Hal ini karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,45 persen lebih cepat dibandingkan dengan laju kenaikan pada indeks Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 23/05/36/Th.XI, 2 Mei 2017
5
harga yang dibayar petani yang naik sebesar 0,26 persen. Kenaikan yang terjadi pada It karena naiknya indeks kelompok budidaya sebesar 0,99 persen meskipun diperlambat oleh penurunan kelompok penangkapan sebesar 0,12 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,26 persen disebabkan naiknya Indeks KRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,33 persen dan 0,13 persen. 1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada April 2017, NTN turun sebesar 0,49 persen dari 119,52 menjadi 118,93. Hal ini terjadi karena It mengalami penurunan sebesar 0,12 persen, sementara Ib justru mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga di sebagian besar ikan pada kelompok tangkap antara lain: julung-julung, tongkol, cakalang, cumi-cumi dan lainnya. Sedangkan kenaikan pada Ib disebabkan karena KRT mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen dan BPPBM naik 0,45 persen. 2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada April 2017, NTPi naik sebesar 0,83 persen atau naik dari 95,28 persen menjadi 96,08 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan It yang sebesar 0,99 persen, lebih cepat dari laju kenaikan Ib yang naik sebesar 0,16 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga ikan pada kelompok budidaya air tawar sebesar 1,89 persen yakni harga ikan lele, mas, nila, dan mujair meski diperlambat dengan penurunan kelompok budidaya air payau sebesar 0,20 persen yang disebabkan turunnya harga bandeng. Sementara itu, Ib mengalami kenaikan karena IKRT yang naik sebesar 0,33 persen dan diperlambat oleh penurunan indeks pada BPPBM sebesar 0,13 persen.
4.
Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di pedesaan. Pada bulan April 2017 dari pantauan di empat Kabupaten di Provinsi Banten, terjadi infllasi di perdesaan sebesar 0,39 persen. Pemicu infllasi tertinggi adalah inflasi pada makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,23 persen, yang dikuti kelompok sandang 1,19 persen, kelompok transportasi dan komunikasi 0,47 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,28 persen, kelompok kesehatan 0,79 persen, kelompok perumahan 0,22 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,19 persen dan kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi 0,21 persen. Tabel 3 IKRT, Inflasi Perdesaan Provinsi Banten Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan April 2017 (2012=100) KELOMPOK IKRT UMUM 1. Bahan Makanan 2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 3. Perumahan 4. Sandang 5. Kesehatan 6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga 7. Transportasi & Komunikasi
6
Inflasi Perdesaan (persen)
IKRT Maret
IKRT April
128.43
128,93
0,39
131.42 129.65 130.75
131,14 131,25 131,04
-0,21 1,23 0,22
122.00
123,46
1,19
123.21 115.81
123,44 116,13
0,19 0,28
122.43
123,01
0,47
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 23/05/36/Th.XI, 2 Mei 2017
5.
Perbandingan antar Provinsi di Indonesia
Pada Bulan April 2017 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 16 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 106,00 yang diikuti oleh Provinsi Gorontalo sebesar 105,09 dan Provinsi Bali sebesar 104,98. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,15. NTP nasional sebesar 100,01 yang mengalami penurunan sebesar 0,06 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 99,95. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Seluruh Provinsi di Indonesia April 2017 (2012=100) Provinsi
NTP 106,00 105,09 104,98 104,09 104,02 103,10 102,87 101,84 101,64 101,18 101,02 100,87 100,57 100,43 100,11 99,56 99,22
Sulawesi Barat Gorontalo Bali Lampung NTB Riau Jawa Barat Jawa Timur Yogyakarta NTT Jambi Maluku Utara Papua Barat Maluku Sulawesi Selatan Sumatera Utara DKI
Perubahan (%) 0,53 0,64 0,25 0,26 -0,66 -0,38 0,49 0,18 0,32 0,34 0,03 -0,13 -0,75 0,04 -0,62 -0,21 0,27
Rangking
Provinsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
NTP 98,98 98,71 98,69 98,12 97,81 97,67 97,21 96,73 96,06 95,76 95,05 95,02 94,91 94,79 94,57 92,15 100,01
Kalimantan Tengah Sumatera Barat Banten Kepulauan Riau Jawa Tengah Bangka Belitung Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Barat Papua NAD Bengkulu Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Sumatera Selatan Sulawesi Utara Nasional
Perubahan (%) -1,16 0,53 0,51 -0,03 0,33 -0,48 -1,06 -0,67 -1,40 -0,32 -0,07 -0,37 -1,30 -0,60 -0,39 0,55 0,06
Rangking 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor Pada April 2017 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,43 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan pada It sebesar 0,90 persen masih lebih cepat dibandingkan dengan laju kenaikan pada indeks BPBBM yang naik sebesar 0,46 persen. Jika dilihat per subsektor, kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP pada empat subsektor yakni subsektor tanaman pangan naik 0,72 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik 0,55 persen, subsektor peternakan naik 0,12 persen, dan subsektor perikanan yang naik sebesar 0,32 persen. Sementara itu, pada subsektor hortikultura terjadi penurunan NTUP sebesar 0,02 persen. Tabel 4 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, April 2017 (2012=100) Subsektor
Maret
April
(1)
(2)
(3)
Perubahan (%) (4)
1. Tanaman Pangan
100.42
101,15
0,72
2. Hortikultura
108.08
108,05
-0,02
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
102.94
103,50
0,55
4. Peternakan
105.25
105,38
0,12
5. Perikanan
112.72
113,07
0,32
a. Tangkap
127.00
126,28
-0,56
b. Budidaya
101.55
102,69
1,12
103.37
103,82
0,43
Gabungan
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 23/05/36/Th.XI, 2 Mei 2017
7
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada April dibandingkan keadaan Maret, untuk Gabah Kering Panen (GKP) mengalami kenaikan 5,11 persen dan untuk Gabah di luar kualitas naik sebesar 6,24 persen. Rata-rata harga gabah bulan April 2017 di tingkat penggilingan untuk kualitas GKP Rp. 4.200 per kg,dan kualitas rendah Rp. 3.879,- per kg. Dari keseluruhan observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 3.400- per kg untuk kualitas rendah dengan varietas Ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 4.800,- per kg untuk kualitas GKP dengan varietas ciherang
Pada April 2017, dari seluruh observasi yang dilakukan ditemukan kualitas GKP sebanyak 86,79 persen, dan kualitas rendah/di luar kualitas 13,21 persen. Dari keseluruhan observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 3.400,- per kg untuk kualitas rendah dengan varietas Ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 4.800,- per kg untuk kualitas GKP dengan varietas ciherang. Tabel 5 Banyaknya Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas, April 2017 Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.)
Kelompok Kualitas
Persentase Jumlah Obser-vasi
Terendah
Tertinggi
Rata-Rata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (RP/Kg)
Harga Pembelian Pemerintah (HPP)* (Rp./Kg.)
(6)
(7)
GKP
86,79%
3.700
4.800
4.059
4.200
Gabah Kualitas Rendah
13,21%
3.400
4.300
3.779
3.879
Petani 3.700 Penggilingan 3.750 -
Keterangan: GKG: kadar air ≤14 persen dan kadar lain ≤3 persen. GKP: kadar air (14,01-25persen) dan kadar lain (3,01-15persen).Kualitas rendah: kadar air > 25 persen atau kadar lain > 15persen * HPP di tingkat penggilingan berdasarkan INPRES NOMOR 5 TAHUN 2015 TANGGAL 17 April 2015
2.
Rata – rata Komponen Mutu
Untuk rata – rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar hampa/kotoran (KH), yaitu untuk gabah dengan kualitas GKP KA nya sebesar 14,35 persen dan KH nya 5,98 persen; sedangkan untuk Kualitas rendah KA nya 21,04 persen dan KH 17,97 persen.
8
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 23/05/36/Th.XI, 2 Mei 2017
Tabel 3 Rata – rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas Gabah Februari - April 2017 Kelompok Kualitas
4.
Kadar Air (persen)
Kadar Hampa/Kotoran (persen)
Februari
Maret
April
Februari
Maret
April
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
GKG
-
-
-
-
-
-
GKP
16,50
15,99
14,35
5,08
5,78
5,98
Kualitas Rendah
20,93
21,75
21,04
11,06
11,73
17.97
Rata – rata Harga Gabah Menurut Kualitas
Rata-rata harga harga gabah kualitas kering panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar Rp. 4.200,- per kg sementara di tingkat petani rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar Rp. 4.059,- per kg. Untuk gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan mengalami kenaikan rata-rata harga sebesar 5,03 persen dan di tingkat petani juga mengalami kenaikan rata-rata harga yakni sebesar 5,11 persen. Tabel 5 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Februari– April 2017 T in gk at P eng gili n gan (Rp/ Kg )
T in gk at P etan i (Rp / Kg )
F eb’ 17
M ar ’ 17
Apr ’ 17
P er sen tsse P er u b ah an Kol (4)th d (3)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
GKG
-
-
-
-
-
-
-
-
GKP
3.927
3.999
4.200
5,03
3.802
3.862
4.059
5,11
Ku ali tas r en dah
3.493
3.646
3.879
6,38
3.368
3.557
3.779
6,24
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 23/05/36/Th.XI, 2 Mei 2017
9
Ku ali tas
F eb’ 17
M ar ’ 17
Apr ’ 17
P er sen tase P er u b ah an Kol ( 8) thd (7)
C. PERKEMBANGAN UPAH BURUH UPAH NOMINAL HARIAN BURUH TANI PROVINSI BANTEN APRIL 2017 SEBESAR Rp 47.430,Upah nominal buruh tani pada April 2017 dibanding upah buruh tani Maret mengalami kenaikan sebesar 3,51 persen atau naik dari Rp. 45.824,- per hari menjadi Rp. 47.430,- per hari. Secara riil*) mengalami kenaikan 3,10 persen yakni naik dari Rp. 35.680,- per hari menjadi Rp. 36.788,- per hari
*) Upah riil = upah nominal/indeks konsumsi rumah tangga perdesaan (2012=100)
Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada April 2017 dibanding upah buruh tani Maret mengalami kenaikan sebesar 3,51 persen atau naik dari Rp. 45.824,- per hari menjadi Rp. 47.430,- per hari. Secara riil mengalami kenaikan 3,10 persen atau naik dari Rp. 35.680,- per hari menjadi Rp. 36.788,- per hari Tabel 6 Ringkasan Upah Buruh Tani Provinsi Banten Per Hari (rupiah) Februari - April 2017 Bulan Rincian (1)
Provinsi
Februari ‘17
Maret ‘17
April’17
% Perubahan April 2017 thd Maret
(3)
(4)
(5)
(6)
Upah Nominal
45.240
45.824
47.430
3,51
Upah Riil *)
35.301
35.680
36.788
3,10
Jenis Upah (2)
*) Upah riil = upah nominal/indeks konsumsi rumah tangga perdesaan (2012=100)
10
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 23/05/36/Th.XI, 2 Mei 2017
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 23/05/36/Th.XI, 2 Mei 2017
11
BPS PROVINSI BANTEN Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. Agoes Soebeno, M.Si Kepala BPS Provinsi Banten Telepon: 0254-267027 E-mail :
[email protected];
[email protected] Website : banten.bps.go.id
12
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 23/05/36/Th.XI, 2 Mei 2017