No.19/04/36/ Th.XI, 3 April 2017
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) MARET 2017 SEBESAR 98,19 ATAU NAIK 0,27 PERSEN NTP Banten Maret 2017 sebesar 98,19 atau naik 0,27 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang naik sebesar 0,50 persen dibandingkan laju kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani yang naik 0,23 persen. Pada Maret 2017 terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Banten sebesar 0,22 persen terutama disebabkan oleh inflasinya indeks kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,22 persen. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Banten Maret 2017 sebesar 103,37 atau naik 0,03 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya. Pada Bulan Maret 2017 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 18 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 105,44 yang diikuti oleh Provinsi Bali sebesar 104,72 dan Provinsi NTB sebesar 104,71 Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 91,65
NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten pada Maret 2017, NTP secara umum naik 0,27 persen dibandingkan NTP Februari, yaitu dari 97,92 menjadi 98,19. Kenaikan NTP pada Maret 2017 dikarenakan laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 0,50 persen dibandingkan laju kenaikan pada Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik sebesar 0,23 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 19/04/36/Th.XI, 3 April 2017
1
Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Banten Bulan Maret 2017 (2012=100) Bulan
Subsektor
Persentase Perubahan
Februari
Maret
(2)
3)
(4)
a. Indeks yang diterima (It)
123,12
123.74
0.50
b. Indeks yang dibayar (Ib)
125,73
126.02
0.23
c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga
128,15
128.43
0.22
d. Indeks BPPBM
119,13
119.70
0.48
e. Nilai Tukar Petani (NTP)
97,92
98.19
0.27
(1) Gabungan / Banten
Kenaikan NTP Maret 2017 disebabkan oleh naiknya NTP pada dua (2) subsektor yakni subsektor hortikultura naik 0,45 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat yang naik 1,69 persen. Tiga subsektor lainnya mengalami penurunan yakni subsektor tanaman pangan yang turun 0,08 persen, subsector peternakan yang turun 0,57 persen dan subsektor perikanan yang turun 0,12 persen
1.
Indeks Harga yang Diterima Petani (I t)
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Maret 2017, It Banten mengalami kenaikan sebesar 0,50 persen dibanding It Februari, yaitu naik dari 123,12 menjadi 123,74. Kenaikan It pada Maret 2017 disebabkan naiknya It pada empat subsektor yakni subsektor tanaman pangan yang naik 0,19 persen, It subsektor hortikultura naik 0,79 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat naik 1,89 persen, dan It subsektor perikanan yang naik 0,10 persen. Hanya satu subsektor yang It nya mengalami penurunan yakni subsector peternakan turun 0,56 persen. Grafik 2 Perubahan Indeks Harga Yang Diterima Petani Februari - Maret 2017 Feb-17 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 -0.50 -1.00 -1.50 -2.00
2
Mar-17
1.89 0.79 0.19
Hortikultura
0.50
0.10
0.16
-0.31
-0.54 -1.63 T. pangan
0.92
0.98
-0.56
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 19/04/36/Th.XI, 3 April 2017
Gabungan
2.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu konsumsi rumah tangga (KRT) dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Maret 2017 indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,23 persen. Hal ini terjadi karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga mengalami kenaikan 0,22 persen dan Indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,48 persen. Kenaikan indeks BPPBM ini disebabkan naiknya seluruh kelompok yakni kelompok bibit 0,29 persen; kelompok pupuk, obat-obatan, dan pakan naik 0,24 persen; biaya sewa dan pengeluaran lain naik 0,79 persen; kelompok transportsi naik 0,84 persen; kelompok penambahan barang modal naik 0,43 persen dan kelompok upah buruh mengalami kenaikan 0,62 persen. Grafik 3 Perubahan Indeks Harga Yang Di bayar Petani Bulan Maret 2017 Ib
Konsumsi RT
BPPBM
2.50 1.89
2.00 1.50 0.89
1.00 0.50
0.19 0.14
0.79
0.76 0.38
0.25
0.21
0.10 0.20 0.25
0.23 0.22
0.48
0.00 -0.07
-0.50
-0.56
-1.00 T. Pangan
3.
Hortikultura
Perkebunan
-0.41
Peternakan
Perikanan
Gabungan
Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P) Pada bulan Maret 2017 NTP-P mengalami penurunan indeks sebesar 0,08 persen atau turun dari 97,33 menjadi 97,26. Hal ini karena laju kenaikan Indeks Harga yang Diterima petani (It) sebesar 0,19 persen masih lebih lambat dibandingkan laju kenaikan Indeks Harga yang Dibayar petani (Ib) yang sebesar 0,27 persen. Kenaikan It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena nsiknya indeks pada subkelompok padi sebesar 0,24 persen. Subkelompok palawija mengalami penurunan 0,80 persen sehingga menghambat laju kenaikan pada It subsektr tanaman pangan. Kenaikan indeks subkelompok padi dipengaruhi oleh naiknya harga gabah sebesar 0,24 persen. Sementara penurunan indeks pada subkelompok palawija dipengaruhi turunnya harga ketela pohon, ubi jalar, dan kacang tanah. Di sisi lain indeks harga dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,27 persen karena pengaruh naiknya Indeks KRT dan BPPBM masing masing sebesar 0,14 persen dan 0,89 persen. Untuk BPPBM, kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh naiknya indeks pada seluruh kelompok yakni kelompok bibit naik 0,95 persen, kelompok pupuk dan obat-obatan naik 0,44 persen, kelompok biaya sewa dan pengeluaran lainn naik 1,58 persen, kelompok transportasi naik 1,38 persen, dan kelompok penambahan barang modal naik 0,45 persen, serta upah buruh naik 0,95 persen
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 19/04/36/Th.XI, 3 April 2017
3
Tabel 2 Indeks Diterima & Dibayar Petani Banten Per Subsektor & Perubahannya Januari – Maret 2017 (2012=100) Bulan Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok (1)
Januari
Februari
Maret
(2)
(3)
(4)
Persentase perubahan Maret 2017 thd Februari (5)
1. Tanaman Pangan a. Indeks Diterima Petani
126,37
124,31
124.54
0.19
- Padi
126,56
124,20
124.50
0.24
- Palawija
122,86
126,34
125.33
-0.80
126,69
127,72
128.05
0.27
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
127,59
128,68
128.87
0.14
- Indeks BPPBM
122,22
122,92
124.02
0.89
99,75
97.33
97.26
-0.08
b. Indeks Dibayar Petani
c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani
124,75
124,95
125.94
0.79
- Sayur-sayuran
124,55
126,56
128.54
1.56
- Buah-buahan
125,04
124,01
124.43
0.34
- Tanaman Obat
118,58
120,49
118.57
-1.59
b. Indeks Dibayar Petani
123,42
124,29
124.72
0.35
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
126,38
127,42
127.69
0.21
- Indeks BPPBM
115,27
115,66
116.53
0.76
101,08
100,53
100.98
0.45
116,66
118,85
121.09
1.89
116,66
118,85
121.09
1.89
c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks Diterima Petani - Tanaman Perkebunan Rakyat b. Indeks Dibayar Petani
125,23
126,34
126.60
0.20
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
127,06
128,13
128.46
0.25
- Indeks BPPBM
116,38
117,72
117.64
-0.07
93,16
94,07
95.65
1.69
121,15
121,35
120.68
-0.56
- Termak Besar
129,02
130,88
131.31
0.32
- Ternak Kecil
127,11
128,91
129.85
0.72
c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani
- Unggas
116,38
114,73
113.08
-1.44
- Hasil Ternak
115,58
116,31
114.88
-1.23
b. Indeks Dibayar Petani
120,97
121,54
121.56
0.02
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
126,51
127,57
128.06
0.38
- Indeks BPPBM
115,08
115,13
114.66
-0.41
100,16
99,85
99.27
-0.57
129,94
131,13
131.27
0.10
- Penangkapan
146,85
148,58
148.20
-0.26
- Budidaya
116,76
117,54
118.07
0.45
c. Nilai Tukar Petani (NTP-T) 5. Perikanan a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
122,85
123,68
123.95
0.22
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
127,36
128,46
128.72
0.20
- Indeks BPPBM
115,77
116,16
116.46
0.25
105,77
106,03
105.90
-0.12
c. Nilai Tukar Petani (NTNP)
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 19/04/36/Th.XI, 3 April 2017
b. Subsektor Hortikultura (NTP-H) Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan Maret 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,45 persen dari 100,53 menjadi 100,98. Hal ini terjadi karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,79 persen, lebih cepat dari laju kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang naik 0,35 persen. Kenaikan It pada subsektor hortikultura disebabkan oleh naiknya indeks pada kelompok sayur-sayuran dan kelompok tanaman buah-buahan masing-masing sebesar 1,56 persen dan 0,34 persen. Sementara kelompok tanaman obat mengalami penurunan 1,59 persen. Kenaikan indeks pada kelompok sayur-sayuran disebabkan oleh naiknya harga petai, ketimun, petsai, terung panjang, kacang panjang, bayam, melinjo dan lainnya. Kenaikan indeks pada kelompok buah-buahan disebabkan naiknya harga melon, dan pisang. Penurunan kelompok tanaman obat disebabkan oleh turunnya harga kunyit, kencur, dan jahe. Di sisi lain kenaikan indeks pada Ib dipengaruhi naiknya Indeks KRT sebesar 0,21 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,76 persen. c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R) Pada Bulan Maret 2017 NTP-R sebesar 95,65 atau mengalami kenaikan sebesar 1,69 persen dibanding bulan lalu yang disebabkan karena laju kenaikan pada indeks harga yang diterima petani yang sebesar 1,89 persen, lebih cepat dari laju kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani yang naik sebesar 0,25 persen. Kenaikan It terjadi karena naiknya indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,89 persen yakni dari 118,85 menjadi 121,09 persen yang dipengaruhi oleh naiknya harga cengkeh, kelapa, karet, kopi, dan kelapa sawit. Di sisi lain kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi naiknya IKRT sebesar 0,25 persen dan sedikit dihambat dengan penurunan indeks BPPBM sebesar 0,07 persen. d. Subsektor Peternakan (NTP-T) Pada bulan Maret 2017 NTP-T mengalami penurunanan sebesar 0,57 persen yang disebabkan karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,56 persen sementara indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,38 persen. Penurunan yang terjadi pada It karena turunnya indeks pada dua kelompok peternakan, yakni kelompok unggas turun 1,44 persen dan kelompok hasil ternak turun 1,23 persen. Dua kelompok lainnya mengalami kenaikan yakni ternak besar naik 0,32 persen dan kelompok ternak kecil naik 0,72 persen. Kenaikan indeks pada kelompok ternak besar dipengaruhi oleh naiknya harga kerbau; pada kelompok ternak kecil kenaikan dipengaruhi oleh naiknya harga kambing; pada hasil ternak penurunan dipengaruhi oleh turunnya harga telur ayam buras, telur itik, telur ayam ras dan penurunan pada unggas dipengaruhi oleh turunya harga ayam ras pedaging dan ayam buras. Kenaikan indeks pada Ib yang sebesar 0,02 persen dipengaruhi oleh naiknya Indeks KRT 0,38 persen, meskipun indeks BPPBM mengalami penurunan 0,41 persen. e. Subsektor Perikanan (NTNP) NTNP pada bulan Maret 2017 mengalami penurunan sebesar 0,12 persen dari 106,03 menjadi 105,90 persen . Hal ini karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,10 persen lebih lambat dibandingkan dengan laju kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani yang naik sebesar 0,22 persen. Kenaikan yang terjadi pada It Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 19/04/36/Th.XI, 3 April 2017
5
karena naiknya indeks kelompok budidaya sebesar 0,45 persen meskipun diperlambat oleh penurunan kelompok penangkapan sebesar 0,26 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,22 persen disebabkan naiknya Indeks KRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,20 persen dan 0,25 persen. 1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada Maret 2017, NTN turun sebesar 0,44 persen dari 120,05 menjadi 119,52. Hal ini terjadi karena It mengalami penurunan sebesar 0,26 persen, sementara Ib justru mengalami kenaikan sebesar 0,19 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga di sebagian besar ikan pada kelompok tangkap antara lain: tembang, kerapu, tenggiri, gulamah, bawal, kembung dan lainnya. Sedangkan kenaikan pada Ib disebabkan karena KRT mengalami kenaikan sebesar 0,20 persen dan BPPBM naik 0,16 persen. 2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada Maret 2017, NTPi naik sebesar 0,21 persen atau naik dari 95,09 persen menjadi 95,28 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan It yang sebesar 0,45 persen, lebih lambat dari laju kenaikan Ib yang naik sebesar 0,24 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga ikan pada kelompok budidaya air tawar sebesar 0,85 persen yakni harga ikan lele, mas, dan mujair meski diperlambat dengan penurunan kelompok budidaya air payau sebesar 0,06 persen yang disebabkan turunnya harga bandeng. Sementara itu, Ib yang mengalami kenaikan karena IKRT dan BPPBM mengalami kenaikan masing-masing 0,20 persen dan 0,33 persen.
4.
Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di pedesaan. Pada bulan Maret 2017 dari pantauan di empat Kabupaten di Provinsi Banten, terjadi infllasi di perdesaan sebesar 0,22 persen. Pemicu infllasi tertinggi adalah inflasi pada makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,22 persen, yang dikuti kelompok sandang 1,21 persen, kelompok kesehatan 0,79 persen, kelompok perumahan 0,59 persen, kelompok transportasi dan komunikasi 0,33 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,07 persen. Kelompok bahan makanan mengalami deflasi 0,75 persen. Tabel 3 IKRT, Inflasi Perdesaan Provinsi Banten Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan Maret 2017 (2012=100) KELOMPOK IKRT
IKRT Februari
IKRT Maret
Inflasi Perdesaan (persen)
UMUM
128.15
128.43
0.22
132.41
131.42
-0.75
128.09
129.65
1.22
129.98
130.75
0.59
120.54
122.00
1.21
122.24
123.21
0.79
115.73
115.81
0.07
122.03
122.43
0.33
1. Bahan Makanan 2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 3. Perumahan 4. Sandang 5. Kesehatan 6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga 7. Transportasi & Komunikasi
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 19/04/36/Th.XI, 3 April 2017
5.
Perbandingan antar Provinsi di Indonesia
Pada Bulan Maret 2017 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 16 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 105,44 yang diikuti oleh Provinsi Bali sebesar 104,72 dan Provinsi Gorontalo sebesar 104,43. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 91,65. NTP nasional sebesar 99,95 yang mengalami penurunan sebesar 0,38 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,33. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Seluruh Provinsi di Indonesia Maret 2017 (2012=100) Provinsi Sulawesi Barat Bali NTB Gorontalo Lampung Riau Jawa Barat Jawa Timur Papua Barat Yogyakarta Maluku Utara Jambi NTT Sulawesi Selatan Maluku Kalimantan Tengah Sumatera Utara
NTP 105.44 104.72 104.71 104.43 103.82 103.50 102.37 101.66 101.33 101.32 101.01 100.99 100.84 100.74 100.39 100.14 99.77
Perubahan (%) -0.91 -1.01 0.13 -0.84 -0.36 -0.29 -0.16 -0.15 0.58 -0.45 -0.18 -0.77 -0.18 -0.66 0.37 -0.37 -0.03
Rangking 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Provinsi DKI Kalimantan Timur Sumatera Barat Banten Kepulauan Riau Bangka Belitung Jawa Tengah Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Sulawesi Tenggara Papua Bengkulu Sulawesi Tengah NAD Sumatera Selatan Sulawesi Utara Nasional
NTP 98.95 98.25 98.19 98.19 98.16 98.14 97.50 97.42 97.38 96.16 96.07 95.37 95.36 95.11 94.94 91.65 99,95
Perubahan (%) -1.37 -0.74 -0.46 0.27 -0.99 -1.03 -0.53 -1.30 -1.20 -1.13 -0.03 -0.52 -0.96 -0.35 -0.94 -0.89 -0.38
Rangking 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor Pada Maret 2017 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,27 persen. Hal ini terjadi karena laju kenaikan pada It mengalami yang naik sebesar 0,50 persen masih lebih cepat dibandingkan dengan laju kenaikan pada indeks BPBBM yang naik sebesar 0,48 persen. Jika dilihat per subsektor, kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP pada dua (2) subsektor yakni subsektor hortikultura naik 0,03 persen dan subsector tanaman perkebunan rakyat naik. Tiga subsektor tanaman perkebunan rakyat turun 1,96 persen. Sementara tiga (3) subsector yakni subsector tanaman pangan turun 0,70 persen, subsektor peternakan turun 0,15 persen dan subsektor perikanan yang naik sebesar 0,15 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 19/04/36/Th.XI, 3 April 2017
7
Tabel 4 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, Maret 2017 (2012=100) Subsektor
Februari
Maret
(1)
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan
101,13
100.42
-0.70
2. Hortikultura
108,04
108.08
0.03
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
100,95
102.94
1.96
4. Peternakan
105,40
105.25
-0.15
5. Perikanan
112,89
112.72
-0.15
a. Tangkap
127,52
127.00
-0.41
b. Budidaya
101,42
101.55
0.13
103,34
103.37
0.03
Gabungan
8
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 19/04/36/Th.XI, 3 April 2017
Perubahan (%)
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada Maret dibandingkan keadaan Februari, untuk Gabah Kering Panen (GKP) mengalami kenaikan 1,57 persen dan untuk Gabah di luar kualitas naik sebesar 5,62 persen. Rata-rata harga gabah bulan Maret 2017 di tingkat penggilingan untuk kualitas GKP Rp. 3.999 per kg,dan kualitas rendah Rp. 3.646,- per kg. Dari keseluruhan observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 2.900,- per kg untuk kualitas rendah dengan varietas Ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 4.400,- per kg untuk kualitas rendah dengan varietas ciherang
Pada Maret 2017, dari seluruh observasi yang dilakukan ditemukan kualitas GKP sebanyak 73,58 persen, dan kualitas rendah/di luar kualitas 26,42 persen. Dari keseluruhan observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 2,900,- per kg untuk kualitas rendah dengan varietas Ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 4.400,- per kg untuk kualitas rendah dengan varietas ciherang. Tabel 5 Banyaknya Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas, Maret 2017 Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.)
Kelompok Kualitas
Persentase Jumlah Obser-vasi
Terendah
Tertinggi
Rata-Rata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
GKP
73,58%
3.400
4.200
Gabah Kualitas Rendah
26,42%
2.900
4.400
Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (RP/Kg)
Harga Pembelian Pemerintah (HPP)* (Rp./Kg.)
(6)
(7)
3.862
3.999
3.557
3.646
Petani 3.700 Penggilingan 3.750
-
Keterangan: GKG: kadar air ≤14 persen dan kadar lain ≤3 persen. GKP: kadar air (14,01-25persen) dan kadar lain (3,01-15persen).Kualitas rendah: kadar air > 25 persen atau kadar lain > 15persen * HPP di tingkat penggilingan berdasarkan INPRES NOMOR 5 TAHUN 2015 TANGGAL 17 Maret 2015
2.
Rata – rata Komponen Mutu
Untuk rata – rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar hampa/kotoran (KH), yaitu untuk gabah dengan kualitas GKP KA nya sebesar 15,99 persen dan KH nya 5,78 persen; sedangkan untuk Kualitas rendah KA nya 21,75 persen dan KH 11,73 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 19/04/36/Th.XI, 3 April 2017
9
Tabel 3 Rata – rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas Gabah Januari - Maret 2017 Kelompok Kualitas
4.
Kadar Air (persen)
Kadar Hampa/Kotoran (persen)
Januari
Februari
Maret
Januari
Februari
Maret
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
GKG
13,60
-
-
2,40
-
-
GKP
13,58
16,50
15,99
5,18
5,08
5,78
Kualitas Rendah
14,17
20,93
21,75
10,23
11,06
11,73
Rata – rata Harga Gabah Menurut Kualitas
Rata-rata harga harga gabah kualitas kering panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar Rp. 3.999,- per kg sementara di tingkat petani rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar Rp. 3.862,- per kg. Untuk gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan mengalami kenaikan rata-rata harga sebesar 1,84 persen dan di tingkat petani juga mengalami kenaikan rata-rata harga yakni sebesar 1,57 persen. Tabel 5 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Januari– Maret 2017 T ing ka t P engg il ing an (R p/ Kg )
T ing ka t P e tani (Rp /Kg)
J an ’ 1 7
F eb ’ 1 7
M a r e t’ 1 7
P e rs en ts se P e ruba han Ko l (4 )thd (3 )
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
GKG
5.050
-
-
-
5.000
-
-
-
GKP
4.300
3.927
3,999
1.84
4.184
3.802
3,862
1.57
K u al i tas r end ah
3.600
3.493
3,646
4.40
3.500
3.368
3,557
5.62
K u al i tas
10
J an ’ 1 7
F eb’ 1 7
M a r’ 1 7
P e rs en ta se P e rub a han Ko l ( 8 ) th d (7)
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 19/04/36/Th.XI, 3 April 2017
C. PERKEMBANGAN UPAH BURUH UPAH NOMINAL HARIAN BURUH TANI PROVINSI BANTEN MARET 2017 SEBESAR Rp 45.240,
Upah nominal buruh tani pada Maret 2017 dibanding upah buruh tani Februari mengalami kenaikan sebesar 1,29 persen atau naik dari Rp. 45.240,- per hari menjadi Rp. 45.824,- per hari. Secara riil*) mengalami kenaikan 1,07 persen yakni naik dari Rp. 35.301- per hari menjadi Rp. 35.680,- per hari
*) Upah riil = upah nominal/indeks konsumsi rumah tangga perdesaan (2012=100)
Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada Maret 2017 dibanding upah buruh tani Februari mengalami kenaikan sebesar 1,29 persen atau naik dari Rp. 45.240,- per hari menjadi Rp. 45.824,- per hari. Secara riil mengalami kenaikan 1,07 persen atau naik dari Rp. 35.301,- per hari menjadi Rp. 35.680,- per hari. Tabel 6 Ringkasan Upah Buruh Tani Provinsi Banten Per Hari (rupiah) Januari - Maret 2017 Bulan Rincian (1)
Provinsi
Januari ‘17
Februari ‘17
Maret’17
% Perubahan Maret 2017 thd Februari
(3)
(4)
(5)
(6)
Upah Nominal
44.287
45.240
45.824
1,29
Upah Riil *)
34.849
35.301
35.680
1,07
Jenis Upah (2)
*) Upah riil = upah nominal/indeks konsumsi rumah tangga perdesaan (2012=100)
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 19/04/36/Th.XI, 3 April 2017
11
BPS PROVINSI BANTEN Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. AgoesSoebeno, M.Si. Kepala BPS Provinsi Banten Telepon: 0254-267027 E-mail :
[email protected] Website : banten.bps.go.id
12
Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 19/04/36/Th.XI, 3 April 2017