No. 25 / VII / 1 April 2004
PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN NILAI TUKAR PETANI HARGA PRODUSEN GABAH Pada bulan Maret 2004 (panen raya), harga gabah untuk semua jenis kualitas turun. Harga Gabah Kering Simpan (GKS) turun 5,90 persen, Gabah Kering Panen (GKP) turun 7,40 persen, dan gabah kualitas rendah turun 3,03 persen. Persentase harga gabah di tingkat petani yang berada di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) meningkat dari 47,45 persen (Pebruari 2004) menjadi 56,89 persen (Maret 2004). Persentase gabah petani yang berkualitas rendah juga meningkat, yaitu dari 22,98 persen (Pebruari 2004) menjadi 29,92 persen (Maret 2004). Berdasarkan 1183 observasi gabah di 17 propinsi pada Maret 2004, harga gabah terendah di tingkat petani adalah sebesar Rp.700,00/kg dijumpai di Jawa Timur (varietas IR-64, kualitas rendah). Sedangkan harga tertinggi sebesar Rp.1880,00/kg dijumpai di Kalimantan Tengah (varietas Siam, kualitas GKS).
Pada bulan Maret 2004 BPS melakukan 1183 observasi di 17 propinsi yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo. Observasi dilakukan terhadap kelompok kualitas yaitu : Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 3 observasi (0,25 persen), Gabah Kering Simpan (GKS) sebanyak 202 observasi (17,08 persen), Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 624 observasi (52,75 persen) dan di luar kelompok kualitas sebanyak 354 observasi (29,92 persen). Rincian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. 1.
Kasus Harga Dibawah HPP dan Diluar Kualitas
Dari 1183 observasi di 17 propinsi terdapat 56,89 % kasus harga di tingkat petani dan 50,47 % kasus harga di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP. Kasus harga di tingkat petani tersebut terdapat di 15 propinsi, yaitu Aceh; Sumut; Sumbar; Lampung; Jabar; Jateng; Yogya; Jatim; Banten; Bali; NTB; Kalsel; Kaltim; Sulsel; dan Gorontalo. Berita Resmi Statistik No. 25 / VII / 1 April 2004
1
Kasus di luar kelompok kualitas terdapat 29,92 %, ditemui di 8 propinsi yaitu Lampung; Jabar; Jateng; Jatim; Banten; Bali; NTB; dan Gorontalo. Tabel 1 : Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Menurut Kelompok Kualitas Maret 2004 Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi (%)
(1)
(2)
GKG
3 (0.25 %)
GKS
202 (17,08 %)
GKP
624 (52,75)
Di luar Kualitas
354 (29,92)
Jumlah
1183 (100,00)
Terendah
Tertinggi
Ratarata
(3)
(4)
(5)
Ratarata Harga tingkat Penggi lingan (Rp/kg) (6)
1.700,00
1.725,00
1.700
25,00
1,47
1.340,25
1.368,92
1.500
- 131,08
- 8,74
1.112,71
1.138,52
1.230
- 91,48
- 7,44
1.013,77
1.039,62
----
----
----
----
----
Harga Gabah di tingkat Petani (Rp./kg)
1.700,00
1.700,00
(Tj. Jabung Timur; Jambi)
(Tj. Jabung Timur; Jambi)
1.000,00
1.880,00
(Kebumen; Jateng)
(Kapuas; Kalteng)
850,00
1.600,00
(Nganjuk; Jatim)
(Solok; Sumbar)
700,00
1.200,00
(Lamongan; Jatim)
(Bogor; Jabar. Serang; Banten)
----
----
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) * (Rp/kg)
Selisih Harga kol (6) Terhadap kol (7) (Rp/Kg)
(%)
(7)
(8)
(9)
----
Keterangan: GKG : kadar air ≤ 14 % dan kadar lain ≤ 3 %.
GKP : kadar air (18,01-25%) dan kadar lain (8,01-15%).
GKS : kadar air (14,01-18%) dan kadar lain (3,01-8%).
Di luar kualitas : kadar air > 25 % atau kadar lain > 15%.
* HPP berdasarkan SKB Kepala BBKP Dep. Pertanian dan Kepala Bulog No. 02/SKB/BBKP/I/2003 tgl. 16 Januari 2003 KEP-08/UP/01/2003
2.
Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Pada bulan Maret 2004, dari 1183 observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat
petani sebesar Rp 700,00/kg, dan di tingkat penggilingan sebesar Rp. 725,00/kg. Semua harga terendah tsb. dijumpai di Jawa Timur (Kab. Lamongan, Kec. Sukodadi, varietas IR-64, Di luar kualitas) Harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 1880,00/kg, dan di tingkat penggilingan sebesar Rp.1930,00/kg, dijumpai di Kalimantan Tengah (Kab. Kapuas, Kec. Kapuas Timur, varietas Siam, kualitas GKS).
2
Berita Resmi Statistik No. 25 / VII / 1 April 2004
Untuk rata-rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air dan kadar lain, yaitu : untuk kualitas GKG kadar airnya sebesar 13,57 persen dan kadar lainnya 2,43 persen, untuk kualitas GKS kadar airnya sebesar 15,75 persen dan kadar lainnya sebesar 5,96 persen, untuk kualitas GKP kadar airnya sebesar 21,66 persen dan kadar lainnya sebesar 6,88 persen, sedangkan untuk kualitas di luar kelompok kadar airnya sebesar 27,03 persen dan kadar lainnya sebesar 10,66 persen. Tabel 2 :
Rata-rata Komponen Mutu Kualitas Gabah yang Dijual Petani Menurut Kelompok Kualitas Gabah Maret 2004 Rata-rata Komponen Mutu (%)
Kelompok Kualitas
Kadar Air
Kadar Lain
GKG GKS GKP Diluar Kualitas
13,57 15,75 21,66 27,03
2,43 5,96 6,88 10,66
Tabel. 3. Persentase Harga di Bawah HPP dan Di Luar Kualitas Januari s/d Maret 2004 Ditingkat Penggilingan (%) Rincian (1) Obs. Di bawah HPP Obs. Di luar Kualitas
Ditingkat Petani (%)
Jan.
Peb.
Mar.
Jan.
Peb.
Mar.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
30,77
42,56
50,47
42,43
47,45
56,89
6,45
22,98
29,92
6,45
22,98
29,92
Tabel. 4. Rata-rata Harga Gabah Menurut Kualitas Januari s/d Maret 2004 HPP Kualitas
2003
(1)
Tingkat Penggilingan (Rp/Kg)
Tingkat Petani (Rp/Kg)
Jan.
Peb.
Mar.
Jan.
Peb.
Mar.
% Perub
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
a. GKG
1700
1.614,17
---
1.725,00
1.586,25
---
1.700,00
---
b. GKS
1500
1.479,52
1.447,48
1.368,92
1.454,35
1.424,27
1.340,25
- 5,90
c. GKP
1230
1.313,88
1.228,20
1.138,52
1.287,43
1.201,62
1.112,71
- 7,40
---
1.185,42
1.077,81
1.039,62
1.145,62
1.045,49
1.013,77
- 3,03
d. Di luar kualitas
Berita Resmi Statistik No. 25 / VII / 1 April 2004
3
Grafik 1. Harga Rata-rata Gabah Ditingkat Penggilingan Di Indonesia (April 2003 s/d Maret 2004) 1800,00
Harga Rata-rata (RP/kg)
1700,00
GKG
1600,00
GKS 1500,00
GKP 1400,00
Di luar Kualitas HPP GKG
1300,00
HPP GKS
1200,00
HPP GKP
1100,00 1000,00
Apr
Mei Jun
Jul
Ags
Sep
Okt Nop Des
Jan
Peb Mar
Bulan
4
Berita Resmi Statistik No. 25 / VII / 1 April 2004
NILAI TUKAR PETANI Pada bulan Januari 2004, kesejahteraan petani secara relatif naik 12,05 persen dibanding Desember 2003 karena indeks Nilai Tukar Petani (NTP) naik dari 118,54 ke 132,82. Hal ini disebabkan menjelang Idul Adha, petani mampu menjual hasil produksinya 24,24 persen lebih tinggi dibanding harga bulan Desember 2003. Dari 17 propinsi yang diamati selama bulan Januari 2004, Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Jawa Timur (29,97 persen), karena harga komoditas cabe merah naik 291,94 persen, sedangkan penurunan terbesar di D.I Yogyakarta (minus 8,49 persen) karena kenaikan harga barang dan jasa kebutuhan rumah tangga pedesaan maupun untuk keperluan produksi pertanian, terutama naiknya upah buruh tani. NTP Januari 2004 naik 10,92 persen (year-on-year) terhadap Januari 2003 yang disebabkan kenaikan harga komoditas pertanian terutama sayur-sayuran lebih besar daripada kenaikan harga kebutuhan rumahtangga maupun biaya produksi pertanian.
*) Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase.
I.
Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani
terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Semakin tinggi NTP semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di 17 propinsi di Indonesia, NTP secara nasional pada bulan Januari 2004 naik 12,05 persen dibanding Desember 2003, yaitu dari
118,54
menjadi 132,82. NTP Januari 2004 naik 10,92 persen (year-on-year) terhadap Januari 2003. Hal ini disebabkan kenaikan harga komoditas pertanian terutama sayur-sayuran lebih besar daripada harga kebutuhan rumahtangga maupun biaya produksi..
Berita Resmi Statistik No. 25 / VII / 1 April 2004
5
Grafik 2. NTP Nasional Januari 2001 s.d Januari 2004
140
130
120
110
II.
Jan-04
Nop
Sept
Juli
Mei
Mrt
Jan-O3
Nop
Sept
Jul
Mei
Mrt
Jan-02
Nop
Sept
Jul
Mei
Mrt
Jan-01
100
Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT)
Melalui Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dapat dilihat fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Januari 2004, secara nasional indeks harga yang diterima petani naik 24,24 persen dibanding bulan Desember 2003, yaitu dari 589,49 menjadi 732,40. Subsektor Tanaman Bahan Makanan (TBM) naik 29,70 persen sedangkan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) mengalami kenaikan 3,45 persen. Keempat kelompok pada subsektor TBM mengalami kenaikan, Kelompok sayur-sayuran mengalami kenaikan terbesar yaitu 81,97 persen. kelompok buah-buahan naik 3,46 persen, kelompok padi naik 3,70 persen dan kelompok palawija naik 2,34 persen. Bila dibandingkan dengan bulan Januari tahun 2003, indek harga yang diterima petani naik 28,11 persen. Hal tersebut disebabkan naiknya harga komoditas sayur-sayuran sebesar 102,95 persen.
III. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) Melalui indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Januari 2004 secara nasional Indeks Harga Yang Dibayar Petani naik 10,88 persen dibanding bulan Desember 2003. Subsektor Konsumsi Rumah Tangga naik 12,23 persen, sedangkan Subsektor Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal Pertanian naik 8,51 persen. Pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk makanan naik 18,14 persen, kelompok perumahan naik 3,75 persen, kelompok pakaian naik 3,40 persen, dan kelompok aneka barang dan jasa naik 3,59 persen. 6
Berita Resmi Statistik No. 25 / VII / 1 April 2004
Untuk pengeluaran biaya produksi dan penambahan barang modal, kelompok non faktor produksi naik 5,11 persen, kelompok upah naik 12,41 persen, kelompok lainnya naik 5,78 persen dan kelompok penambahan barang modal naik 4,93 persen. Bila dibandingkan dengan bulan Januari tahun 2003, indek harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 15,50 persen. Hal tersebut disebabkan naiknya harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumahtangga pertanian sebesar 17,73 persen dan naiknya harga barang dan jasa untuk produksi pertanian dan barang modal pertanian sebesar 8,31 persen. Tabel 5. Perubahan Nilai Tukar Petani Nasional (Tahun 1993=100) Indeks Nasional
Sektor , Kelompok dan Sub Kelompok (1)
Jan 2003 (2)
1. Indeks Harga yang Diterima Petani
Des 2003 (3)
Jan 2004 (4)
Perubahan Jan 2004 Jan 2004 thd thd Des 2003 Jan 2003 (5) (6)
571,69
589,49
732,40
24,24
28,11
617,43
641,93
832,59
29,70
34,85
461,11 464,92 1578,85 514,00
438,13 458,64 1760,89 525,48
454,33 469,39 3204,24 543,68
3,70 2,34 81,97 3,46
-1,47 0,96 102,95 5,77
1.2. Tanaman Perkebunan Rakyat
377,96
375,15
388,11
3,45
2,69
2. Indeks Harga yang Dibayar Petani
477,44
497,31
551,44
10,88
15,50
491,45
515,53
578,57
12,23
17,73
2.1.1. Makanan 2.1.2. Perumahan 2.1.3. Pakaian 2.1.4. Aneka Barang dan Jasa
560,02 391,67 420,86 449,50
588,47 407,96 440,53 473,22
695,23 423,25 455,50 490,21
18,14 3,75 3,40 3,59
24,14 8,06 8,23 9,06
2.2.Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal
454,12
453,30
491,86
8,51
8,31
2.2.1. Non Faktor Produksi 2.2.2. Upah 2.2.3. Lainnya 2.2.4. Penambahan Barang Modal
491,03 450,51 188,86 319,77
477,04 462,34 200,24 315,12
501,40 519,71 211,82 330,64
5,11 12,41 5,78 4,93
2,11 15,36 12,15 3,40
119,74
118,54
132,82
12,05
10,92
1.1. Tanaman Bahan Makanan 1.1.1. Padi 1.1.2. Palawija 1.1.3. Sayur-sayuran 1.1.4. Buah-buahan
2.1.Konsumsi Rumahtangga
3. Nilai Tukar Petani
IV. Perbandingan Antar Propinsi Bila bulan Januari 2004 dibandingkan dengan bulan Desember 2003, dari 17 propinsi yang dilaporkan, ada 9 propinsi yang NTP-nya meningkat dan 8 propinsi lainnya menurun. Kenaikan tertinggi terjadi di propinsi Jawa Timur yaitu 29,97 persen terutama disebabkan karena harga komoditas cabe merah naik 291,94 persen. Penurunan terbesar terjadi di propinsi D.I Yogyakarta yaitu minus 8,49 persen, disebabkan kenaikan harga barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga tani maupun untuk keperluan produksi, terutama naiknya upah buruh tani.
Berita Resmi Statistik No. 25 / VII / 1 April 2004
7
a.
Perbandingan antar propinsi di Pulau Sumatera Dari 8 propinsi di pulau Sumatera yang melaporkan hasil survei hingga Januari 2004, propinsi Riau dan Jambi tidak diolah karena pemasukan datanya <50%. NTP Propinsi Bengkulu mengalami kenaikan terbesar 29,52 persen. Sedangkan NTP propinsi Sumatera Barat mengalami penurunan terbesar minus 1,61 persen.
b.
Perbandingan antara propinsi di Pulau Jawa Dari 4 propinsi di Pulau Jawa yang melaporkan hasil survei hingga Januari 2004, NTP Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur mengalami kenaikan. Kenaikan terbesar di propinsi Jawa Timur yaitu sebesar 29,97 persen Hanya NTP D.I Yogyakarta yang mengalami penurunan minus 8, 49 persen.
c.
Perbandingan antar propinsi di luar Pulau Sumatera dan Jawa Dari 11 propinsi di luar Pulau Jawa dan Sumatera yang melaporkan hasil survei hingga Januari 2004, hanya tujuh propinsi yang diolah karena datanya > 50 persen. Propinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara mengalami kenaikan. Kenaikan NTP terbesar yaitu 7,13 persen terjadi di Sulawesi Utara. Empat propinsi lainnya mengalami penurunan dan terbesar terjadi di Sulawesi Tengah minus 6,20 persen. Tabel 6 : Rangking Nilai Tukar Petani (NTP) (1993=100) PROPINSI (1) Bengkulu Jawa Timur Jawa Barat Nanggroe Aceh D Jawa Tengah Bali Nasional D.I Yogyakarta Sulawesi Selatan Kalimantan Selatan Sumatera Utara Sulawesi Utara Sumatera Barat Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Lampung Sumatera Selatan
8
Januari 2004 NTP Ranking (2) (3)
Desember 2003 NTP Ranking (4) (5)
250,53 155,97 147,51 144,98 142,00 137,90 132,82 123,98 117,72 103,26 101,22 92,70 90,76 81,60 76,78 76,29 72,34 72,28
193,43 120,00 139,14 138,76 130,24 142,67 118,54 135,48 117,12 104,53 102,20 86,53 92,24 82,07 81,86 75,53 72,62 71,33
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 7 3 4 6 2 5 8 9 10 12 11 13 14 15 16 17
Beda (%) kl(2) & kl(4) (6) 29,52 29,97 6,01 4,48 9,03 -3,34 12,05 -8,49 0,51 -1,22 -0,96 7,13 -1,61 -0,57 -6,20 1,01 -0,39 1,34
Berita Resmi Statistik No. 25 / VII / 1 April 2004