PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI EDUKASI “MENGHADAPI KRISIS PANGAN 2050”
Khaira Anindya Dipta Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan no. 9, Kemanggisan, Jakarta barat 11480
[email protected] Aris Darisman, S.Sn,M.Ds
ABSTRAK Food crisis is a condition when the population growth increases while the nature is unable to provide sufficient food thus resulting an unbalance proportion between food supply and food demand. The purpose of this paper was to identify problems related to food crisis, illustrate the conflicts that already occurred and potentially occurs in the near future, searching for solutions or actions to be done for now and what needed to anticipate and reduce the effects caused by food crisis in order to raise public awareness of potential issue caused by food crisis which predicted to occur in 2050. The research methods used for this educational animation are field observation, interview, literature study and direct and indirect survey using questionnaire. Based on the information gained, food crisis is a problem that can be overcome if solved by various parties as a human who live on earth. Food crisis can be overcome if government, scientist, businessman, and world society help each other and search for solutions and act together.
Krisis pangan adalah suatu kondisi dimana meningkatnya pertumbuhan populasi manusia sementara kemampuan alam untuk menghasilkan makanan tidak mencukupi sehingga terjadi ketidakseimbangan antara persediaan makanan dengan permintaan akan pangan. Karya proposal perancangan animasi edukasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah krisis pangan, mengilustrasikan konflik yang telah terjadi dan yang potensial terjadi, mencari tindakan apa yang dapat dilakukan pada saat ini dan tindakan apa yang dibutuhkan untuk mengantisipasi dan mengurangi dampak dari ancaman krisis pangan demi memicu kesadaran masyarakat akan potensi masalah krisis pangan yang akan dihadapi pada tahun 2050. Metode penelitian yang digunakan untuk penyusunan animasi edukasi ini antara lain observasi lapangan, wawancara narasumber, studi pustaka dan survey baik secara langsung maupun dengan tidak langsung menggunakan kuisioner. Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan, bahwa masalah krisis pangan adalah masalah yang dapat diatasi jika dilakukan oleh berbagai pihak selaku manusia yang hidup di bumi. Krisis pangan dapat diatasi jika pemerintah, ilmuwan, pelaku bisnis dan masyarakat dunia saling membantu dan bekerja sama mencari solusi dan melakukan tindakan.
Kata kunci: Animasi, edukasi, krisis pangan, ketahanan pangan
PENDAHULUAN Pertumbuhan populasi dunia selalu bertambah, pada tahun 2010 populasi duniayang semula berjumlah 6,9 miliar jiwa diprediksi akan meningkat menjadi 8,3 miliar jiwa pada tahun 2030 dan akan terus bertambah menjadi 9,1 miliar jiwa pada tahun 2050. Meningkatnya populasi manusia tentunya mempengaruhi permintaan pangan yang akan meningkat drastis. Pada tahun 2030 permintaan makanan diperkirakan meningkat sebanyak 50% dan pada tahun 2050 permintaan makanan akan meningkat menjadi 70%. Hal ini menjadi sebuah tantangan utama akan bagaimana menyediakan makanan yang cukup untuk memberi makan semua orang dan apabila persediaan pangan tidak mencukupi permintaan pangan maka yang akan terjadi adalah krisis pangan. Topik mengenai krisis pangan dan kualitas makanan makin sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilatarbelakangi oleh fakta-fakta menipisnya persediaan makanan atau sumber daya alam yang tidak sebanding dengan pertumbuhan populasi manusia. Beberapa fakta yang mulai muncul dan menjadi perhatian adalah persediaan ikan di laut, terutama ikan yang biasa kita konsumsi/komersial, akan habis kira-kira pada tahun 2048 jika overfishing tetap dilakukan, produksi daging yang semakin tidak seimbang dengan permintaan, kelangkaan air, dan semakin minimnya lahan untuk dijadikan lahan pertanian dan peternakan. Dan yang menjadi tantangan utama yang dihadapi sektor pertanian adalah bukan menghasilkan 70% makanan lebih banyak untuk 40 tahun ke depan melainkan membuat 70% lebih banyak makanan yang dapat tersedia di piring (sumber: http://www.un.org).
Selain didukung oleh faktor alam, pola makan manusia sangat berpengaruh dalam terjadinya krisis pangan. Mungkin saat ini kita masih bisa menikmati makanan apapun yang kita inginkan walaupun makanan tersebut sedang tidak musim atau makanan tersebut sudah langka. Keinginan manusia untuk dapat mengkonsumsi apapun yang mereka inginkan inilah yang mempengaruhi kapasitas dan kualitas lahan pangan. Eksploitasi lahan seperti penggunaan pestisida, modifikasi genetik organisme atau GMO (Genetically Modified Organism), eliminasi spesies yang tidak laku di pasaran, semuanya mempengaruhi ekosistem juga berdampak bagi kesehatan yang mengkonsumsi baik itu manusia maupun hewan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut para ilmuwan mencari solusi dengan membuat makanan sintetis mulai dari yang paling sering kita temui seperti makanan instan sampai daging yang dibuat di laboratorium. Selain membuat makanan sintetis para ilmuwan juga mencari cara baru untuk bercocok tanam, dan menanam makanan sendiri di rumah merupakan salah satu cara paling sederhana untuk bertahan menghadapi krisis pangan. Namun masalah krisis pangan merupakan masalah yang dihadapi secara global dan tentunya membutuhkan kerjasama antara pemerintah, ilmuwan, pelaku bisnis dan tentunya masyarakat. Maka dari itu awareness atau kesadaran akan krisis pangan bagi publik sangatlah penting untuk menanggulangi bencana sedini mungkin.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah melakukan riset untuk mendapatkan data yang mendukung dan refrensi yang dapat dijadikan acuan dalam pembuatan film animasi edukasi ini. Riset yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi baik berupa data yang bersangkutan dengan isi atau konten dari topik yang dibicarakan dan informasi yang bersangkutan dengan eksekusi film animasi itu sendiri seperti refrensi visual, referensi narasi, komposisi, color grading, dan background music. Selain riset, metode lain yang digunakan adalah tinjauan pustaka, observasi langsung, studi kasus dan wawancara narasumber.
HASIL DAN BAHASAN Film animasi edukasi “Menghadapi Krisis Pangan 2050” menggunakan teknik hybrid yaitu menggabungkan live shoot dengan motion graphic 2D dan 3D. Pertimbangan penulis dalam menggunakan live shoot dalam penyampaian visual dikarenakan topik yang akan disampaikan relatif berat dan realistis, maka dari itu menggunakan live shoot diharapkan dapat memberi kesan bahwa masalah krisis pangan adalah hal yang realistis dan benar-benar akan terjadi pada kita jika kita tidak melakukan apa-apa.
Dalam pembuatan animasi ini elemen motion graphic dan tipografi berperan kuat, font yang digunakan penulis adalah font Bebas Reguler sebagai font utama dan Gill Sans sebagai body text. Setelah melalui proses sketsa aset (element design) yang dibutuhkan dan sketsa storyboard, kemudian penulis terjun ke lapangan untuk mengambil footage live shoot. Karena banyak dari storyboard awal yang komposisinya tidak sesuai dengan situasi lapangan, maka penulis membuat storyboard revisi yang dibuat dari screenshot live shoot kemudian diisi dengan sketsa digital untuk menyesuaikan motion graphic. Pada saat pula ini narasi sudah harus jadi dan direkam. Setelah semua footage yang dibutuhkan sudah terkumpul maka proses selanjutnya adalah offline editing yaitu menyesuaikan audio dengan visual dengan Adobe Premiere. Proses ini memakan waktu paling lama karena menyesuaikan timing dan flow sampai nyaman ditonton tidaklah mudah. Setelah offline editing selanjutnya adalah online editing menggunakan Adobe After Effects. Treatment yang dilakukan berupa tracking, motion graphic, color grading dan color grading.
Gambar 1 Storyboard awal
Gambar 2 Storyboard revisi
. Gambar 3 Font Bebas
Gambar 4 Font Gill Sans
Gambar 5 Desain Judul
Gambar 6 Motion graphic aset
Gambar 7 Raw footage yang diberi motion graphic dan di-tracking.
Gambar 8 Screenshot aset 3D dengan motion graphic
Gambar 9 Screenshot final look yang telah diberi color correction dan color grading
SIMPULAN DAN SARAN Krisis pangan adalah masalah yang menjadi tanggung jawab seluruh manusia, sudah banyak data-data yang menunjukkan bahwa krisis pangan dapat terjadi jika kita tidak melakukan tindakan dari sekarang. Berhubung dengan format animasi edukasi ini berupa hybrid live shoot dan mempunyai esensi dokumenter, dalam proses pengerjaan animasi edukasi ini penulis menemukan berbagai macam hal yang berhubungan dengan topik krisis pangan seperti kenaikan harga bahan makanan, demo mengenai kebijakan pemerintah, kemiskinan, dan tanggapan badan pemerintahan dalam menanggulangi masalah ketersediaan pangan khususnya di Indonesia. Dengan banyaknya informasi baru yang ditemukan penulis selama pengambilan footage, semakin banyak informasi yang ingin penulis sampaikan dalam animasi ini. Dalam proses pematangan konsep dan asistensi, penulis menemukan bahwa style yang digunakan dalam animasi edukasi Menghadapi Krisis Pangan 2050 belum pernah digunakan dalam Tugas Akhir DKV Animasi Binus untuk kategori animasi edukasi, maka dari itu akan ada beberapa masalah teknis seperti workflow dan metode pengerjaan yang berbeda dari animasi yang menggunakan style yang sudah digunakan. Proses offline akan memakan waktu yang sangat banyak dan dibutuhkan research yang mendalam akan topik yang ingin disampaikan sehingga memudahkan pengerjaan dalam proses pebuatan storyboard dan terutama pengambilan footage. Eksplorasi motion graphic juga penting agar visual tidak membosankan, dan usahakan agar durasi animasi relatif pendek agar lebih mudah diatasi dan maksimal dalam pengerjaan mengingat singkatnya waktu yang diberikan.
REFERENSI Hoff, Johan E., & Janick, Jules. (1973). Food: Readings From Scientific American. San Francisco: W. H. Freeman. Barthes, Roland. (1986). Elements of Semiology. Eleventh printing. New York: Hill and Wang. DEXIA. (2010). Food Scarcity-Trends, Challenges, Solutions. Sustainability Team Discussion Paper.
RIWAYAT PENULIS Khaira Anindya Dipta lahir di Jakarta pada 16 November 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantasa dalam bidan Desain Komunikasi Visual Program Animasi pada 2015.