PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI EDUKASI “BAHASA DAERAH TERANCAM PUNAH” Achmad Arasy Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan no.9, Kemanggisan, Jakarta Barat 11480
[email protected] Arik Kurnianto, S.Sn M.T Ardiyan,S.Sn
ABSTRAK The purpose of research in visual communication design is to make a product that raised the educational animated movie temabahasa area is packed with attractive carry moral messages and information to the audience. Education about the theme of the regional languages in Indonesia are endangered. To conduct the study, the writer used the data collected by the study, the study design of the study, the results to be achieved is the author of this educational animation is to present information to the public about the importance of local languages in Indonesia and trying to preserve by animation education an endangered languages in Indonesian Tujuan penelitian dalam perancangan komunikasi visual ini adalah membuat sebuah produk film animasi edukasi yang mengangkat temabahasa daerah yang dikemas dengan menarik membawa pesan mora dan informasi bagi para penontonnya. Tema edukasi mengenai tentang bahasa daerah di Indonesia yang terancam punah. Untuk melakukan penelitian tersebut, penulis menggunakan metode penelitian dengan cara Pengumpulan data, studi desain dari penelitian tersebut, hasil yang ingin dicapai penulis adalah animasi edukasi ini adalah menyajikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya bahasa daerah di Indonesia dan mencoba untuk melestarikannya dengan animasi edukasi bahasa daerah terancam punah Kata Kunci: Perancangan Komunikasi Visual, animasi edukasi, papertoy, bahasa daerah, terancam punah.
PENDAHULUAN Awalnya Penulis terinspirasi dari kata Desain Komunikasi Visual sendiri, karena arti dalam jurusan Desain Komunikasi Visual adalah bagaimana mahasiswanya dituntut untuk dapat memvisualisasikan sebuah komunikasi atau cara penyampaian sesuatu kepada penonton, dari kalimat tersebut penulis memikirkan ide dan gagasan utama untuk mengangkat sebuah karya tugas akhir yang kreatif, baru, unik, menarik untuk di bahas serta tidak lupa menyangkut pautkan “Komunikasi Visual” itu sendiri, karena penulis memiliki latar belakang saudara yang berkuliah pada jurusan bahasa penulis memberanikan diri untuk mengangkat tema Bahasa, namun lebih mengarah kearah bahasa daerah dimana faktanya bahasa daerah di Indonesia sangat kaya dan merupakan bahasa daerah terbanyak di dunia. Animasi yang akan penulis buat adalah sebuah fakta yang menyangkut tentang keadaan bahasa daerah di Indonesia dengan mengambil tema pop up book, di karenakan kata “bahasa” erat kaitannya dengan buku serta pembukuan, namun sayangnya di era modern ini banyak yang menganggap buku itu terkesan kuno dan anak jaman sekarang lebih suka sesuatu yang lebih mudah dan berteknologi, dari kelemahan-kelemahan itulah penulis mencoba untuk mensiasati untuk merubah dari kekurangan menjadi kelebihan penulis, dan penulis mengambil tema pop up book untuk membuat tema pembukuan lebih terasa enak dilihat dan tidak membosankan, serta untuk karakter penulis mencoba menyelaraskan dengan tema pop-up book yang sama-sama
menggunakan kertas, penlis mengambil style papertoy. Style papertoy dipilih dikarenakan match dengan tema pop-up book dan menarik untuk di lihat, tema papertoy berbentuk kotakkotak sendiri di ambil penulis untuk memberikan kesan iconic kepada karakter. Tujuan desain dari penelitian ini adalah memperkenal kepada khalayak umum bahwa Indonesia sangat amat kaya dengan kebudayaannya terutama dengan bahasa daerahnya, dari banyaknya kebudayaan Indonesia bahasa daerah merupakan kebudayaan yang vital karena bahasa daerah adalah tiang pondasi bahasa Indonesia, kekayaan dan keanekaragaman Indonesia salah satu yang berperan penting adalah bahasa daerah namun bahasa daerah di Indonesia rawan akan kepunahan, dan jarang orang Indonesia sendiri yang mengetahuinya. Oleh sebab itu penulis mengangkat gagasan tersebut agar diharapkan masyarakat dapat terus melestarikan bahasa daerahnya masing-masing atau paling tidak mengerti akan bahasa daerah kita rawan punah. Teori yang penulis pakai adalah prinsip dasar animasi, teori motion graphic lebih mengarah ke permainan gerakan kata/huruf untuk menekankan emosi, informasi, atau tekanan. Prinsip dasar yang penulis pakai adalah 12 prinsip animasi, yaitu (1) solid drawing; (2) timing and spacing; (3) squash and stretch; (4) anticipation; (5) slow in and slow out; (6) arcs; (7) secondary action; (8) follow through andoverlaping action; (9) straight ahead and pose to pose; (10) staging; (11) appeal; (12) exaggeration. Dari kedua belas prinsip animasi tersebut, prinsip yang paling dititikberatkan oleh penulis adalah Slow in and Slow Out (gerakan yang dimulai dari perlamabatan ke percepatan atau sebaliknya), Appeal (membuat sesuatu desain agar lebih memiliki daya tarik untuk di lihat, seperti desain-desain yang mencerminkan kepribadian dari karakter.) dan Follow the Through and Overlaping Action (melebihkan sedikit gerakan animasi jika sebuah animasi tiba-tiba berhenti. intu akan memberikan efek berhenti dari keadaan yang sangat cepat dan memberikan kesan lebih natural). HASIL DAN BAHASAN Dari hasil pembanding penulis tidak menemukan sama sekali animasi edukasi maupun dokumenter yang sama dengan penulis, namun untuk stlye penulis mencoba menyamakan dengan bentuk-bentuk papertoy serta pop-up book yang ada pada yang ada pada internet sebagai bentuk referensi pembuatan visual animasi ini
Referensi (Sumber Gambar: http://saripedia.files.wordpress.com/2010/10/01-idni_eth.jpg)
Referensi gambar (Sumber gambar: http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/jdkv/2010/jiunkpe-ns-s1-2010-42406046-18649pakaian_adat-extras17.jpg) Dari bentuk-bentuk yang menjadi referensi penulis, penulis lebih mengembangkan karate penulis untuk pergerakan animasi agar tidak ada kendala dalam nanti menyampaikan apa yang penulis ingin sampaikan ke animasi edukasi ini, penulis pun memilih bentuk-bentuk yang lebih fun, dan terlihat lebih dinamis.
(Sumber Gambar: http://vimeo.com/12941176)
. Dari pemilihan warna penulis lebih memilih warna-warna yang lebih cerah di bagian depan daripada bagian belakang, hal itu dimaksudkan untuk lebih fokus kepada apa yang ingin di sampaikan penulis. Dan karean edukasi merupakan animasi yang bersifat informatif sedikit warna namun tepat sasaran akan lebih baik daripada banyak warna namun tidak mengenai sasaran informasi yang ingin disampikan. Warna yang penulis gunakan lebih kearah agak soft biru merah kuning dan hijau. Dari studi desain tersebut, melalui pengamatan dan eksplorasi desain, penulis mendapatkan hasil desain sebagai berikut: Untuk desain title, penulis menggunakan font "Forte" dalam judul animasi edukasi “Bahasa Daerah Terancam Punah” untuk memberikan kesan hand writing. Untuk menunjukan bahwa animasi edukasi ini merujuk pada data-data bahasa daerah, yang di maksudkan cocok dengan style pop-up book, Penulis memilih font di karenakan lebih merujuk ke pendokumentasiann karena Indonesia amat minim pendokumentasian tentang bahasa daerah. Huruf A besar dengan siluet buku terbuka merupakan salah satu bentuk penulis menceritakan style yang akan di gunakan. Dan penulisan kecil “terancam” di garis bawahi pena berwana merah merupakan penekanan. Pena berwarna merah merupakan simbol pendataan dari animasi edukasi yang penulis buat. Dan warna dipilih berdasarkan karakter kata. Warna hijau merupakan warna yang identik dengan sesuatu yang fresh atau perkebunan yang melambangkan “daerah” warna
merah merupakan warna penekanan. Dan warna kuning merupkan warna warning (peringatan) bila terancam punah.
Title “Bahasa Daerah Terancam Punah” (Sumber Gambar : dokumen Pribadi)
Berikut desain karakter yang penulis desain:
Karakter (Sumber Gambar : dokumen Pribadi)
Pada visualisasi environment, penulis membuat environment semua berasal dari dalam buku :
Visualisasi 3d Environment (Sumber Gambar : dokumen Pribadi)
Setelah semua asset sudah selesai, penulis melanjutkan tahap animasi dan postproduction. Semua animasi-animasi yang telah selesai, dirender kedalam beberapa sequence untuk kemudian digabungkan menjadi sebuah animasi edukasi yang utuh.
Screenshoot Animasi Edukasi Bahasa Daerah Terancam Punah (Sumber : data pribadi)
METODE PENELITIAN Metode penelitian di sini penulis bagi menjadi tiga bagian, yaitu pre-produksi, produksi, dan postproduksi. Pada proses pre-produksi penulis melakukan dua metode yaitu pengumpulan data dan eksplorasi konsep. Dalam pengumpulan data dilakukan dua tahap, yakni dengan mendatangi tempat yang terkait, dan melakukan studi desain.Untuk tempat yang terkait penulis mendatangi kompas litbang untung mengumpulkan data yang ada mengenai bahasa daerah yang terancam punah. Untuk studi desain, penulis mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan bentuk studi yang ingin penulis angkat. Kemudian dari animasi-animasi tersebut, penulis akan melakukan penelitian mengenai elemen-elemen dari animasi-animasi tersebut yang dapat menjadi dasar yang baik bagi penulis untuk menghasilkan sebuah animasi edukasi yang bukan hanya memberikan informasi namun menarik. Sedangkan dalam eksplorasi konsep, penulis melakukan empat tahapan, yaitu, pengumpulan data, pengaturan cerita, desain karakter, pembuatan storyboard, dan pembuatan screenplay. Pada proses produksi, penulis melakukan empat tahapan, yaitu dubbing, 3D modelling, texturing, rigging, dan animating
SIMPULAN DAN SARAN Di buatnya animasi edukasi “Bahasa Daerah Terancam Punah” ini bertemakan pop-up book dan papertoy bertujuan untuk mengenalkan kepada kalangan umur anak-anak hingga dewasa. Serta sesuatu hal yang unik dan menarik pada animasi edukasi khususnya pada animasi-animasi edukasi di Indonesia. Animasi ini dibuat dengan tingkat kesulitan rendah dan tammpilan yang easy look namun menarik bertujuan untuk mudah di cerna informasi didalamnya dan bentuk karakter yang unik dengan karakter yang di bentuk agak kotak-kotak (papertoy). Saran penulis dalam pembuatan animasi edukasi ini lebih di tekankan kepada apa yang kita ingin sampaikan apakah pesan tersebut tersampaikan kepada penonton ataukah tidak, dan yang pasti dalam kendala waktu proses render pun menjadi salah satu kendala. Karena prosesnya akan memakan waktu yang cukup banyak. Jadi penulis menggunakan render standart untuk mempersingkat waktu. Lalu cobalah untuk lebih menekankan kepada backsound dan dubbing-an yang tepat
REFERENSI Alisjahbana, S.T (1988) Dari Perjuangan Dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia. 3rd edition. Jakarta: Dian Rakyat. Wibowo, W. (1994) Mitos Bahasa. Jakarta: Paronpers Suryani, E.N (2012) Filologi. Bogor: Ghalia Indonesia Soekirno, S. (2012). Jangan Sampai Bahasa Daerah Punah. Kompas Selasa, 04-09-2012 : 34. Lukito, D. (2012) Mengapa Malu Berbahasa Daerah?. Kompas Minggu, 23-09-2012: 28 Mkn. (2011) 10 Bahasa Daerah Punah Puluhan Bahasa Daerah Lain Terancam Punah. Kompas Selasa 26-07-2011: 12 Ind. (2012) Indonesia Minim Dokumentasi Bahasa. Kompas Kamis 13-12-2012: 12 Ardiyansah. (2010) 12 Prinsip Animasi dari link http://dkv.binus.ac.id/2010/04/14/12-prinsipanimasi/ , di akses pada tanggal 30 Juli 2013. Darwis, Muhammad. Prof., Dr. (2011) (Nasib Bahasa Daerah di Era Globalisasi, http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/652/NASIB%20BAHASA%20DAER AH%20DI%20ERA%20GLOBALISASI;jsessionid=F08697398407E7FABD5ABC59C06BDB 40?sequence=1 diakses pada tanggal 27 Juli 2013. Wijanarko. (2010) Teori Warna http://www.ahlidesain.com/teori-warna.html diakses pada tanggal 27 juli 2013. Alam. (2013) Bahasa Ibu, Suara Indah yang Terancam Punah, http://bahasa.kompasiana.com/2013/02/21/bahasa-ibu-suara-indah-yang-terancam-punah536813.html diakses pada tanggal 27 juli 2013. Agus. (2009) Apa Itu Motion Graphic? http://adhietologyxnote.blogspot.com/2009/12/apa-itumotion-graphic_21.html diakses pada tanggal 27 Juli 2013.
RIWAYAT PENULIS Achmad Arasy lahir di Jakarta pada 8 Februari 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Desain Komunikasi Visual Program Animasi pada 2013.