Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, Agustus 2015, Volume 1 Nomor 1, ( 9 – 13 ) ISSN : 2460-727
PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DI SMP NEGERI 1 KUALA KAPUAS
Oleh : Karyanti * Abstrak Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan grounded theory. Subyek penelitian adalah guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Selat Kuala Kapuas. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pelaksanaan Layanana Konseling Individual di SMP Negeri 1 Selat Kuala Kapuas Tahun 2014/2015 sebagai berikut: 1) guru BK sudah memiliki kemampuan yang cukup selain berasal dari pendidikan dan pelatihan yang diterima; 2)guru BK hanya menerima informasi dari guru mata pelajaran dan wali kelas tentang nilai-nilai siswa;3) belum ada media sederhana yang digunakan; 4) sebagai agen prevensi primer, guru BK dengan sigap menyelesaikan masalah siswa yang ada bersama dengan kepala sekolah, wali kelas dan guru mata pelajaran, dan 5) dalam membuat rencana program, menyusun pelaksanaan program, melaksanakan dan evaluasi program masih menjadi tanggung jawab guru BK. Kata Kunci: Peran Guru Bimbingan dan Konseling dan Konseling Individual PENDAHULUAN Guru Bimbingan dan Konseling (BK) atau Konselor adalah salah satu pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam proses pendidikan. Peran penting konselor dalam proses pendidikan diaplikasikan melalui pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. Menurut Sudrajat (2008) secara umum, tujuan bimbingan dan konseling yaitu berupaya membantu konseli agar mampu : 1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; 2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin; 3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerja; dan 4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan
lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Dan secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir. Salah satu layanan yang dapat memfasilitasi siswa dalam mencapai tugas perkembangan adalah layanan konseling individual. Menurut Willis (2011: 159) pengertian konseling individual mempunyai makna spesifik dalam arti pertemuan konselor dengan klien secara individual, dimana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport, dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk pengembangan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan menurut Surur (2009: 14) layanan konseling perorangan
*Karyanti, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
9
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, Agustus 2015, Volume 1 Nomor 1, ( 9 – 13 ) ISSN : 2460-727
merupakan layanan yang memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) untuk mengentaskan permasalahan yang dideritanya dan perkembangan dirinya. Willis (2011: 9) yang menyatakan bahwa program bimbingan dan konseling yang berencana dan realistik adalah yang didasarkan kepada kebutuhan-kebutuhan siswa di sekolah, bukan atas kebutuhan para guru atau atasan di pusat. Agar proses pelaksanaan layanan konseling individual berjalan sesuai alurnya, yang berarti mengutamakan kebutuhan-kebutuhan siswanya. Seorang guru BK atau konselor sekolah harus memiliki metode yang bervariasi. Konseling individual adalah kunci semua kegiatan bimbingan dan konseling (Willis, 2011: 159). Sebagai guru BK atau Konselor sekolah, sejatinya harus mampu menguasai teknik-teknik konseling yang ada, bukan hanya menguasai teori saja, tetapi benarbenar melakukannya di lapangan, yaitu sekolah. Menurut Lubis (2013: 32) menyatakan bahwa konselor memiliki lima peran generik, yaitu: sebagai konselor, sebagai konsultan, sebagai agen pengubah, sebagai agen prevensi primer dan terakhir sebagai manajer. Oleh karena, guru harus dipersiapkan agar: 1) dapat menolong siswa memecahkan masalah-masalah yang timbul antara siswa dengan orang tuanya; 2) bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yang manusiawi dan dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan bermacam-macam manusia. Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 1 Selat Kuala Kapuas, dalam pelaksanaan pemberian layanan masih
bersifat tradisional, yaitu konseling individual yang hanya menekankan pada nasehat semata dan tidak dilakukan peninjauan kembali. Hal ini disebabkan oleh faktor pribadi guru BK itu sendiri yang sepenuhnya belum menguasai serangkaian teknik konseling individual yang beraneka ragam. Berkaitan dengan hal tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Peran Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Pelaksanaan Layanan Konseling Individual Di SMP Negeri 1 Kuala Kapuas Tahun Pelajaran 2014/2015”. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan grounded theory. Responden dalam penelitian ini, yaitu: 1) Kepala Sekolah; 2) Guru BK; 3) Guru Mata Pelajaran; 4) Wali Kelas; 5) Siswa. Metode Pengumpulan Data dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi dan wawancara. Proses analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir penelitian, baik di lapangan maupun di luar lapangan. Analisis data dalam penelitian ini meliputi reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan cara Kredibilitas, Transferabilities, Dependabilitas, dan Konfirmabilitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Peran konselor dalam pelaksanaan layanan konseling individual di SMP Negeri 1 Selat Kuala Kapuas adalah melaksanakan konseling individual secara face to face antara guru BK dan siswa
*Karyanti, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
10
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, Agustus 2015, Volume 1 Nomor 1, ( 9 – 13 ) ISSN : 2460-727
sebagai kliennya.Di mana guru BK menggali sebanyak-banyaknya informasi dari siswa mengenai masalah yang dialami.Selain itu, bersama-sama mencari jalan keluarnya. Berdasarkan hasil observasi peneliti yang terjadi menunjukkan bahwa konselor di sekolah kurang dalam segi keterampilan (skill) konseling untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu siswa untuk mengantisipasi permasalahan yang dihadapinya.Konselor tidak mampu membuat siswa bersikap positif dengan menggunakan layanan konseling perorangan, siswa menjadi pasif dan tidak terbuka dan keadaan seperti ini akan membuat konselor banyak bicara dengan nasehat, arahan, dan pemberian informasi. Guru BK harus mampu mengubah persepsi siswa yang demikian.Mencari tahu adalah salah satu solusi yang tepat bagi guru BK, mengapa siswa berpendapat seperti itu.setelah menemukan masalahnya, guru BK harus bisa merubahnya melalui perubahan sikap dan tingkah laku, peningkatan kinerja dan yang lebih penting adalah pendekatan dengan siswa. 1. Guru BK sebagai Konselor Peran guru Bk di SMP Negeri 1 Selat Kuala Kapuas sudah sangat baik, namun dalam beberapa hal, ada masih keragu-raguan guru BK bertindak, seperti pada saat ada siswa yang bermasalah di kelas yang bukan diampunya perlu adanya koordinasi terlebih dahulu dengan wali kelasnya, sehingga terkesan membiarkan. Konselor sekolah mempunyai peranan sentral yang berhubungan lansung secara pribadi dengan klien dalam mengembangkan sumber daya manusia.
Konseling merupakan salah satu upaya untuk membantu mengatasi konflik, hambatan, dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan konseli, sekaligus sebagai upaya peningkatan kesehatan mental tujuan konseling secara umum adalah untuk membantu konseli mencapai perkembangan secara optimal dalam batas-batas potensinya. Melalui layanan konseling, konseli mengharapkan agar masalah yang dialaminya dapat dipecahkan. Keefektifan pemecahan masalah melalui konseling dapat dideteksi sejak awal konseli mengalami masalah, yaitu ketika konseli menyadari bahwa dirinya mengalami masalah.Individu-individu yang menyadari bahwa dirinya bermasalah agaknya memiliki kemungkinan yang lebih baik dalam hal pemecahan masalahnya. Persoalannya ialah apabila diri sendiri tidak mampu mengatasi masalah itu. Ada dua kemungkinan, berhenti dan membiarkan masalah itu sebagaimana adanya dengan kemungkinan akibat akan menimbulkan kesulitan atau kerugian tertentu. Kemungkinan yang lain ialah individu menyadari bahwa dirinya tidak mampu memecahkan masalah dan menyadari pula bahwa ia memerlukan bantuan orang lain. Kesadaran bahwa individu memerlukan bantuan orang lain akan menumbuhkan motivasi pada konseli untuk datang pada konselor. Dalam konseling, konseli merupakan individu yang perlu mendapat perhatian sehubungan dengan masalah yang dihadapinya. Keberhasilan konseling selain karena faktor kondisi yang diciptakan oleh konselor, cara penanganan, dan aspek
*Karyanti, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
11
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, Agustus 2015, Volume 1 Nomor 1, ( 9 – 13 ) ISSN : 2460-727
konselor sendiri, ditentukan pula oleh faktor konseli. Konseli adalah “individu yang hadir ke konselor dalam keadaan cemas atau tidak kongruen”. 2. Guru BK sebagai Konsultan Dalam berkonsultasi wali kelas dan guru mata pelajaran di SMP Negeri 1 Selat Kuala Kapuas hanya terfokus pada siswa yang bermasalah, khususnya dalam pelajaran yaitu nilai-nilai tugas dan ulangan harian yang menurun. Layanan konsultasi merupakan layanan yang memungkinkan siswa atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi atau masalah peserta didik. Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai sesuatu proses pemberian bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektifitas siswa atau sekolah. 3. Guru BK sebagai Agen Perubahan Guru BK masih belum memanfaatkan media yang ada seperti internet, membuat inovasi baru dalam memberikan layanan atau penyampaian layanan.Guru BK dapat memanfaatkan barang-barang bekas yang ada sebagai media BK. Dengan begitu, dapat menghemat biaya anggaran sekolah.Dan artinya, guru BK itu mandiri.Untuk melaksanakan hal itu, guru BK dapat mengajak siswanya berkreasi. Pastinya siswa akan lebih senang, daripada mendengarkan informasi dari mulut ke mulut atau buku-buku. Peran yang hampir serupa dengan peran konsultan adalah peran sebagai agen perubahan.Peran sebagai
agen perubahan bermakna bahwa keseluruhan lingkungan dari klien harus dapat berfungsi sehingga dapat mempengaruhi kesehatan mental menjadi lebih baik, dan konselor dapat mempergunakan lingkungan tersebut untuk memperkuat atau mempertinggi berfungsinya klien. 4. Guru BK sebagai Agen Prevensi Primer Dalam pencegahan masalah di SMP Negeri 1 Selat Kuala Kapuas sudah dapat teratasi, tetapi untuk di luar masih perlu peningkatan.Kerjasama dengan polisi, satpol pp dan masyarakat perlu lebih dieratkan.Karena tidak mungkin guru BK atau personil sekolah memantau terus kegiatan diluar sekolah atau pada saat pulang sekolah.Mencegah bukan berarti melarang siswa melakukan sesuatu.Tetapi menjauhkan siswa melakukan hal negatif. Guru BK dapat memberikan bimbingan kepada siswa dengan media sederhan dan unik. Para siswa akan lebih tertarik dan paham apa yang diinginkan guru BK. Peranan yang ditekankan di sini adalah sebagai agen untuk mencegah perkembangan yang salah dan atau mengulang kembali kesulitan. 5. Guru BK sebagai Manager Di SMP Negeri 1 Selat dalam penyusunan program bimbingan dan konseling,bukan hanya guru BK yang bertanggung jawab dalam perencanaan, pelaksanaan, atau evaluasi. Seluruh personil sekolah bertanggung jawab, memberikan masukan dan ide dalam perencanaan. Ikut serta dan bekerja sama mendukung kinerja guru BK seperti memberikan informasi siswa
*Karyanti, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
12
Suluh Jurnal Bimbingan dan Konseling, Agustus 2015, Volume 1 Nomor 1, ( 9 – 13 ) ISSN : 2460-727
yang bermasalah. Dan dalam penanganannya selalu hadir dan membantu guru BK, bukan mengalihtangankan semuannya kepada guru BK. Konselor selalu memiliki sisi peran selaku administrator.Sehubungan dengan itu konselor harus sanggup menangani berbagai segi program pelayanan yang memiliki ragam variasi pengharapan.Untuk itu perlu keahlian dalam perencanaan program, penilaian kebutuhan, strategi evaluasi program, penetapan tujuan, pembiayaan dan pembuatan keputusan.Oleh karena itu beberapa fungsi konselor yang terkait dengan hal tersebut adalah menjadwalkan kegiatan, melakukan testing, penelitian, melakukan penilaian kebutuhan, sampai dengan menata file data. SIMPULAN Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pelaksanaan Layanana Konseling Individual di SMP Negeri 1 Selat Kuala Kapuas Tahun 2014/2015 sebagai berikut: 1) Sebagai konselor, guru BK sudah memiliki kemampuan yang cukup selain berasal dari pendidikannya dan beberapa pelatihan yang diterima, 2) dalam layanan konsultasi, guru konselor hanya menerima informasi dari guru mata pelajaran dan wali kelas tentang nilai-nilai siswa yang menurun baik tugas maupun ulangan harian, 3) dalam pelaksanaan sebagai agen perubahan, guru BK masih menggunakan pemberian nasehat atau informasi yang
diketahuinya saja. Belum ada media sederhana yang digunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, 4) sebagai agen prevensi primer, guru BK dengan sigap menyelesaikan masalah siswa yang ada bersama dengan kepala sekolah, wali kelas dan guru mata pelajaran, dan 5) dalam membuat rencana program, menyusun pelaksanaan program, melaksanakan dan evaluasi program masih menjadi tanggung jawab guru BK. DAFTAR PUSTAKA Lubis, Namora. Lumongga.2013. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktik. Jakarta:Kencana Mushudi, Farid. 2014. Psikologi Konseling Buku Panduan Lengkap dan Praktis Menerapkan Psikologi Konseling.Jogjakarta: IRCiSoL). Sudrajat.2008. Tujuan Bimbingan dan Konseling http://Akhmadsudrajat.wordpres.com/ 2008/03/14/tujuan bimbingan dan konseling. Surur, Naharus 2009 Penyususnan Program Pelayanan Konseling di Sekolah Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidik Jasmani Dan Bimbingan Konseling. Willis Sofyan S 2011 Konseling Individual Teori dan Praktek Bandung Alfabeta
*Karyanti, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
13