PERANAN GURU DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 48 KEBAYORAN LAMA
Oleh:
BANGBANG SUDARMAWAN NIM: 104011000131
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
PERANAN GURU DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 48 KEBAYORAN LAMA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Oleh: Bangbang Sudarmawan NIM: 104011000131 Di Bawah Bimbingan Dosen Pembimbing Skripsi
Drs. Sapiuddin Siddiq, M.Ag NIP.150 299 477
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M
LEMBAR PENGESAHAN Skrpsi berjudul: “Peranan Guru Dalam Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama” diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada 23 September 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pdi) dalam bidang Pendidikan Agama. Jakarta, 23 Sepetember 2008 Panitia Ujian Munaqosah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)
Tanda Tangan
DR. Abdul Fatah Wibisono NIP.:150 236 009
............................
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/ Prodi) Drs. Sapiuddin Siddiq, MA NIP.: 150 299 477
............................
Penguji I Drs. H. Akyas Azhari NIP.: 150 023 218
...........................
Penguji II Siti Khadijah, MA NIP.: 150 283 322
...........................
Mengetahui: Dekan,
Prof. DR. Dede Rosyada NIP.: 150 231 356
Lembar Pengesahan Skripsi yang berjudul: “Persepsi Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Perintah Berjilbab dalam Surat An-Nuur Ayat 31” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasyah pada hari selasa, 23 September 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang pendidikan Agama. Jakarta,
September 2008
Panitia Ujian Munaqasyah Ketua Panitia (Ketua Jurusan/ Program Studi)
DR. H. Abdul Fatah Wibisono, M.A. NIP.: 150 236 009
Tanggal
Tanda Tangan
.....................
........................
.....................
........................
.....................
........................
.....................
........................
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/ Prodi) Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. NIP.: 150 229 477 Penguji I Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. NIP.: 150 229 477 Penguji II Dra. Hj. Husnawati Husein M. Ag. NIP.: 150 270 816 Mengetahui, Dekan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. NIP.: 150 231 356
LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bernama : Nama
: Bangbang Sudarmawan
NIM
: 104011000131
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: Peranan Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama
Dosen Pembimbing
: Drs. Sapiuddin Siddiq, MA
NIP
: 150 299 477
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 23 September 2008
Bangbang Sudarmawan
ABSTRAK Nama : Bangbang Sudarmawan NIM : 104011000131 Prodi : Pendidikan Agama Islam Skripsi yang berjudul “Peranan Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama” ini menjadi penting untuk diangkat karena rasa keingintahuan (kuriositas) penulis tentang sejauh mana guru bidang studi ikiut andil dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling (BK) di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama. Apakah para guru hanya sebatas tahu saja dengan adanya kegiatan BK ataukah guru ikut serta dalam proses kegiatan tersebut, dan sejauh manakah peranannya? Dari pertanyaan inilah penulis mencoba mencari tahu lebih banyak informasi mengenai kegiatan BK dan siapa sajakah yang pelaksananya. Penulis meneliti kegiatan BK di sekolah ini dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif yang bersifat non-eksperimental, yaitu metode deskriptif. Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Dari data yang didapatkan, kemudian diolah dan di analisis, serta diinterpretasi penulis mendapatkan gambaran umum mengenai peranan guru dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah ini. Yaitu memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, menginformasikan kepada siswa tentang cara belajar yang baik, menginformasikan kepada guru Guru BK tentang permasalahan yang sedang dihadapi siswa, dan membantu Guru BK dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan individual, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.
KATA PENGANTAR
ﻦ اﻟ ﱠﺮﺣِﻴ ِﻢ ِ ﺣ َﻤ ْ ﺴ ِﻢ اﻟﱠﻠ ِﻪ اﻟ ﱠﺮ ْ ِﺑ Segala puji bagi Allah yang dengan kakuatan-Nya menundukkan orang-orang yang suka sewenang-wenang, yang dengan keperkasaan-Nya membinasakan orang-orang yang sombong, dan yang dengan kakuasaan-Nya menghinakan orang-orang
yang
zhalim.
Lalu
Allah
mencerai
beraikan
keutuhan,
menghancurkan persatuan, meluluhlantahkan perkumpulan, merobohkan negeri, dan menghancurkan mereka sehancur-hancurnya. Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah semata, yang tidak punya sekutu sama sekali. Milik Allah segenap- kekuasaan dan milik Allah segala puji, Tuhan yang mematikan dan menghidupkan. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. “Allah Ta’ala menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya seraya berfirman, ‘Aku adalah Maharaja. Di mana raja-raja bumi?’ Saya pun bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba sekaligus rasul utusan Allah. Ya Allah, limpahkan rahmat serta salam sejahtera kepada beliau, keluarga, dan segenap sahabatnya. Penulisan skripsi ini sendiri tidak akan pernah menemukan kata selesai tanpa bantuan sahabat-sahabat diseputar penulis. Banyak sekali sahabat-sahabat yang memberikan bantuan baik materil maupun spiritual, sehingga penulis mampu melampaui kegelisahan hidup di tengah-tengah kondisi ekonomi yang semakin menurun. Oleh karena itu, patut kiranya, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang telah membantu atas selesainya penulisan skripsi ini. Terutama sekali penulis sampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Bapak Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. 5. Para Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta seluruh karyawan. 6. Bapak Pimpinan Perpustakaan Utama (PU) dan para Staf PU serta para staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). 7. Kedua orang tua penulis, ayahanda Robi Sugandi dan ibunda Aminah. Yang sudah banting tulang mencurahkan segala bentuk perhatiannya, baik berupa kasih sayang maupun dalam bentuk materi sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikannya di bangku perkuliahan untuk menjadi seorang Sarjana Strata-1 (S1) Pendidikan Islam (S.Pdi). 8. Kakak tercinta Musrita, Jaja Suharja, dan Fatmawati serta Suami dan istrinya, yang telah memberikan dorongan spiritual. Sehingga penulis bersemangat dalam mengerjakan penulisan skripsi ini. 9. Adik tercinta, Wahyu Sudrajat beserta ponakan-ponakan yang centil-centil dan nakal-nakal, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan, kelapangan rezeki, keberkahan, serta dijadikan anak yang sholeh dan sholehah, amin. 10. Ustadz Abdul Hadi dan Istrinya sebagai penasehat spiritual penulis, Ustadz H. Ja’far Abdul Malik beserta keluarganya, Mang Basit, Mang Uman dan Keluarga Besar H. Anas Cirebon. 11. KH. Idris Marzuki, KH. Imam Yahya Mahrus, KH. Anwar Mansur, KH. Kafabihi Mahrus, KH. Aziz Mansur dan seluruh keluarga besar Pon-Pes Lirboyo Kediri Jawa Timur. 12. Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 48 Jakarta yang sudah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data skripsi.
13. Ibu Kamirah, Koordinator BK SMP Negeri 48 beserta para stafnya. Terimakasih telah memberikan bantuan berupa buku-buku referensi untuk melengkapi teori-teori BK dalam karya ilmiah ini. 14. Teman-teman di Jurusan Pendidikan Agama Islam yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan khususnya teman-teman tercinta Kelas D. 15. Sahabat-sahabat sehidup sepenanggungan di Musholla Al-Barokah Cirebon, Wawan Suwandi, Fariz Adi Sopyan, Moh. Irfan, Suhada, Urip Suwandi, A Darpin, Dede Yusuf Maulana, Sa’ad Abdullah, Oman, Wawan Setiawan, semoga Allah memudahkan kita untuk menapaki kehidupan menuju kepada kemulian hidup yang hakiki. 16. Sahabat-sahabat di Forum Mahasiswa Santri Alumni Lirboyo, Ustadz Zaenal Efendi, Ustadz Shofiyullah, Kang Abdul Rosyid, Kang Hafidz, Kang Afifi, Boim, Hayat, Kodir, Adur, Hidayat, Zainal Muttaqin, Muin, Dedi, Syafiq, Syarif, Aminuddin, Iskandar, Kang Asep, Asep Irfan, Robby, Iyan, Andi, Abenk, Ridho, Khoirul Anam, Fadhil, H. Hakim, Basyir, Nurul Ghozi, Aziz, dan seluruh pihak yang terkait dalam penulisan karya ilmiah ini. 17. Terakhir, seorang wanita yang sudah menemani penulis dalam perkuliahan dan penulisan skripsi. Orang yang selalu ada ketika penulis sedang dalam kesusahan, kepenatan, dan kebimbangan. Orang yang selalu memberikan masukan-masukan positif sehingga kepribadian penulis semakin terbangun menjadi pribadi yang menuju pada pembentukan akhlakul karimah. Dialah yang bernama Siti Mariyam. Terima kasih atas semuanya. Semoga karya ilmiah yang berbentuk Skripsi ini yang tentunya jauh dari kesempurnaan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya, amin. Jakarta, 15 September 2008
Penulis.
DAFTAR ISI ABSTRAK ..................................................................................................... i KATA PENGANTAR.................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................... v DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah.................................................... 1 B. Pembatasan masalah......................................................... 3 C. Perumusan masalah.......................................................... 3 D. Tujuan dan kegunaan penelitian....................................... 4 E. Metode Penelitian ............................................................ 4
BAB II
KERANGKA TEORI PERANAN GURU DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING (BK).............................5 A. Pengertian Peranan dan Peranan Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan BK .................................................................... 5 1. Guru sebagai pendidik dan pembimbing.................... 6 2. Guru sebagai informan (pemberi informasi) siswa yang bermasalah ............................................................... 10 3. Guru sebagai pembantu guru BK ............................ 12 B. Kegiatan BK di sekolah................................................. 15 1. Pengertian BK .......................................................... 15 2. Prinsip-prinsip BK.................................................... 19 3. Fungsi BK................................................................. 19
4. Tujuan BK ................................................................ 21 5. Jenis-jenis kegiatan BK ............................................ 23 C. Kerangka Berfikir.......................................................... 28 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat penelitian dan waktu penelitian ........................ 30 B. Desain penelitian (Metodologi Penelitian)..................... 30 C. Populasi dan sampel....................................................... 31 D. Variabel penelitian ......................................................... 31 E. Teknik pengumpulan data .............................................. 31 F. Teknik analisis data........................................................ 33
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum SMP Negeri 48 Kebayoran Lama ..... 35 B. Tabulasi Data, Analisis dan interpretasi data................. 46
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................... 59 B. Saran-saran..................................................................... 60
DAFTAR TABEL 1. Tabel 1
: Kisi-kisi Angket, Peranan Guru dalam pelaksanaan kegiatan BK
di sekolah 2. Tabel 2
: Data Guru
3. Tabel 2
: Data Pegawai
4. Tabel 3
: Data Siswa
5. Tabel 4
: Guru membimbing siswa yang megalami penurunan peringkat
kelas 6. Tabel 5
: Guru memberikan bimbingan belajar pada anak yang di bawah
Kemempuan Kriteria Minimal (KKM) 7. Tabel 6
: Guru memberikan jam tambahan bagi siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar 8. Tabel 7
: Guru membuat catatan khusus bagi siswa yang melakukan tindak
asusila 9. Tabel 8
: Guru membuat catatan khusus bagi siswa yang mengalami
penurunan kualitas belajar 10. Tabel 9
: Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang
kurang memperhatikan pelajaran 11. Tabel 10
: Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang
kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran 12. Tabel 11 : Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yangkurang konsentrasi 13. Tabel 12
: Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang
sering mengantuk di kelas 14. Tabel 13
: Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang latar
belakang pekerjaan orang tua
15. Tabel 14
: Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang tingkat
perekonomian siswa 16. Tabel 15
: Guru memberikan arahan pada siswa penggunaan waktu
senggang 17. Tabel 16
: Guru memberikan arahan pada siswa untuk sering mengulang
pelajaran 18. Tabel 17
: Guru memberikan arahan pada siswa untuk membiasakan tidak
tidur larut malam 19. Tabel 18
: Guru melakukan kerjasama dengan guru BK dalam merumuskan
solusi permasalahan ekonomi siswa 20. Tabel 19
: Guru memberikan dispensasi bagi siswa yang tergolong tingkat
ekonomi menengah ke bawah 21. Tabel 20
: Guru melakukan layanan konsultasi individual di ruangan kelas
22. Tabel 21
: Guru melakukan layanan konsultasi individual di ruangan kantor
guru 23. Tabel 22
: Guru melakukan layanan konsultasi kelompok di ruangan BK
24. Tabel 23
: Guru melakukan home visit (kunjungan rumah) anak bermasalah
25. Tabel 24
: Guru mengarahkan siswa untuk dapat mengambil keputusannya
sendiri dan mempertanggung jawabkannya 26. Tabel 25
: Guru mengumpulkan para siswa yang memiliki masalah yang
sama (homogen) untuk dicarikan solusinya 27. Tabel 26
: Guru mengarahkan para siswa agar menggali bakat mereka yang
terpendam 28. Tabel 27
: Guru mengarahkan para siswa kepada exskul
yang bersifat
kerohanian 29. Tabel 28
: Guru mengarahkan para siswa kepada exskul yang beratribut
kedisiplinan
DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Keterangan Penelitian 2. Pedoman wawancara kepada Kepala SMP Negeri 48 Jakarta 3. Pedoman wawancara kepada Kordinator Guru BK SMP Negeri 48 Jakarta 4. Pedoman wawancara kepada Guru Bidang Studi SMP Negeri 48 Jakarta 5. Hasil wawancara dengan Kepala SMP Negri 48 Jakarta 6. Hasil wawancara dengan Koordinator Guru BK SMP Negri 48 Jakarta 7. Hasil wawancara dengan Guru Bidang studi SMP Negri 48 Jakarta 8. Angket 9. Program bImbingan Konseling SMP Negeri 48 Jakarta 10. Tata tertib siswa 11. Bobot Poin Pelanggaran Tata Tertib di sekolah 12. Kartu Status Bimbingan dan Konseling 13. Pedoman wawancara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling memiliki fungsi mengarahkan dan membimbing siswa pada pendidikan yang lebih baik. Dengan menjadikan siswa bertanggung jawab dan bersedia mengambil sikapnya sendiri tanpa ada pengaruh dari orang lain. Bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya di sekolah menengah sangat dibutuhkan mengingat pendidikan kita mengalami banyak masalah, tidak terkecuali masalah pada anak didiknya. Oleh karena itu, diharapkan programprogram yang dijalankan oleh bimbingan dan konseling di sekolah dapat memperbaiki sikap dan perilaku siswa, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pendidikan yang lebih baik. ”Guru di sekolah menengah semakin diharapkan pula mengambil peran aktif dalam terselenggaranya program bimbingan, selaras dengan fungsi mereka dalam struktur kehidupan sekolah. Untuk dapat memenuhi harapan tersebut guru perlu disiapkan seperlunya”.1 Tujuan bimbingan pada akhirnya adalah supaya siswa mampu mengatur kehidupannya sendiri, mempunyai pandangan sendiri, dan mampu bertanggung jawab atas tindakan-tindakan yang diperbuatnya. Kita dapat melihat bahwa sekarang ini tidak sedikit siswa yang memiliki banyak persoalan dan masalah-masalah – yang terkadang tidak bisa mereka selesaikan dan tanggung sendiri – yang dapat membuat perilaku mereka menjadi negatif atau 'nakal'. Siswa-siswa tersebut perlu untuk diberikan bimbingan dan konseling – tak terkecuali para siswa yang tidak bermasalah sekalipun – agar mereka mampu untuk menolong diri sendiri dan mengambil keputusan sendiri demi pencapaian cita-citanya, sehingga tidak mengganggu pendidikan mereka.2 1
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: PT Gramedia,1987), hal. V , Cet. Ke- 6. 2 Achmad Juntika Nurihsan,, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), hal. 1, Cet. Ke-1.
Kemampuan seperti itu tidak hanya menyangkut aspek akademis, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, dan kematangan intelektual peserta didik. Berkaitan dengan pemikiran tersebut, tampak bahwa pendidikan yang bermutu di sekolah adalah pendidikan yang menghantarkan peserta didik pada pencapaian standar akademis yang diharapkan dalam kondisi perkembangan diri yang sehat dan optimal. Untuk menjadikan bimbingan dan konseling di sekolah efektif, maka diperlukan program-program yang baik, yang dapat menjadikan bimbingan tersebut sesuai dengan yang dicita-citakan. Di antaranya yaitu, kegiatan bimbingan individual, kelompok, kemudian bimbingan anak yang mempunyai kesulitan dalam belajar, dan yang paling penting adalah melakukan bimbingan dan konseling dalam penyaluran bakat, minat dan pengambilan keputusan yang didasarkan pada pertimbangan yang matang oleh peserta didik. Untuk menjalankan program dengan baik diperlukan peranan tenaga ahli, dalam hal ini guru bimbingan dan konseling (BK) serta kerjasama para guru. Bimbingan di sekolah menengah merupakan bidang khusus dalam keseluruhan pendidikan sekolah, yaitu memberikan pelayanan yang ditangani oleh ahli-ahli yang telah disiapkan untuk itu. Ciri khas dari pelayanan ini terletak dalam hal memberikan bantuan mental/psikologis kepada murid dalam membulatkan perkembangannya. Tujuan dari pemberian bimbingan ialah supaya setiap murid berkembang sejauh mungkin dan mengambil manfaat sebanyak mungkin dari pengalamannya di sekolah, mengingat ciriciri pribadinya dan tuntutan kehidupan dalam masyarakat sekarang.3 Peran guru BK dalam menjalankan program-program bimbingan memang tidak perlu dipertanyakan lagi karena peranan terbesar ada padanya. Namun, jika melihat realitas yang ada, masih banyak siswa yang berperilaku menyimpang, nakal, dan acuh terhadap pendidikannya sendiri meskipun telah mendapatkan bimbingan dan konseling dari guru BK. Lalu, apa permasalahan sebenarnya, adakah kesalahan dalam memberikan bimbingan dan konseling, yang notabenenya dilakukan oleh para ahli bimbingan dan konseling di sekolah? Ataukah
3 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: PT Gramedia,1987), hal. 28, Cet. Ke- 6.
memang siswa-siswa semacam ini sudah tidak dapat diubah sikap dan perilakunya? Guru BK bukanlah satu-satunya orang yang memiliki peranan dalam memberikan bimbingan dan konseling. Diperlukan kerjasama seluruh pihak dalam menciptakan bimbingan yang dapat merubah sikap dan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Peranan guru ternyata tidak kalah pentingnya dalam menciptakan hal tersebut. Di sini, penulis akan meneliti adakah peranan guru-guru tersebut dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, dan seberapa besar peranan tersebut dapat mengubah perilaku siswa untuk menjadi lebih baik – yang pada akhirnya menciptakan pendidikan yang lebih baik pula. B. Pembatasan Masalah Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian di sini adalah: a. Peranan guru bidang studi di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama: 1. Sebagai informan (pemberi informasi masalah siswa kepada guru BK) 2. Sebagai pembantu guru BK dalam pemecahan masalah siswa 3. Sebagai pembimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar b. Kegiatan BK di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama: 1. Pelayanan konsultasi 2. Pelayanan pemecahan masalah 3. Penyaluran bakat dan minat C. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah penelitiannya adalah: a. Bagaimana peran guru bidang studi dalam pelaksanaan kegiatan BK di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama? b. Bagaimana pelaksanaan kegiatan BK di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini tidak lain adalah: a. Memperoleh gambaran umum mengenai pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama.
b. Memperoleh informasi tentang pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama. c. Mendapatkan informasi tentang kontribusi para guru dalam mengatasi problematika yang dihadapi peserta didiknya. Diharapkan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam menanggulangi kenakalan para siswa, serta permasalahan yang mereka hadapi. Sehingga, perangkat sekolah terutama guru BK sendiri mempunyai strategistrategi yang efektif dalam mengatasi problematika siswa. Dengan kata lain, walaupun program BK begitu bagus namun setiap komponen sekolah tidak bekerja sama dengan baik dalam pelaksanaan kegiatan BK maka hasil yang didapatkanpun tidak akan maksimal dan berkembang. E. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Dalam melengkapi data penulis juga menggunakan kajian kepustakaan (library research). Di samping itu, dalam mendukung kelengkapan data penulis juga melakukan penelitian lapangan (field research), yaitu tempat di mana penelitian dilakukan. Sehingga kedua data tersebut dapat dipadukan dan dapat dianalisis seobjektif mungkin.
BAB II KERANGKA TEORI PERANAN GURU DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) A. Pengertian Peranan dan Peranan Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan BK Menurut bahasa, peranan adalah ”sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa”.4 Peranan adalah dari kata dasar peran yang ditambahkan akhiran ’an’, peran memiliki arti seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah ”bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan”.5 Dalam sebuah Kamus Ilmiah Populer disebutkan, ”Peranan adalah fungsi, kedudukan, bagian kedudukan”.6 Menurut I. Djumhur: ”peranan diartikan sebagai suatu pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari suatu pekerjaan atau jabatan tertentu”.7 Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula dan tingkah laku mana akan merupakan ciri khas dari tugas atau jabatan tadi. Pekerjaan pedagang akan mempunyai pola tingkah laku tertentu, pekerjaan supir akan mempunyai pola tingkah laku tertentu pula, demikian pula dalam pekerjaan-pekerjaan lain seperti militer, hakim, dokter, dan juga guru. Jadi, peranan guru adalah setiap pola tingkah laku yang merupakan ciri-ciri jabatan guru, yang harus dilakukan guru dalam tugasnya. Peranan ini meliputi berbagai jenis pola tingkah laku, baik dalam kegiatannya di dalam sekolah, maupun di luar sekolah. Guru yang dianggap baik, ialah mereka yang berhasil dalam memerankan peranan-peranan itu dengan sebaik-baiknya, artinya dapat
4
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Modern, (Jakarta: Pustaka Amani, tt), hlm.
304. 5 Dept. P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1996), Cet. Ke2, hlm. 751. 6 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al- Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 585. 7 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), hlm. 12.
menunjukkan suatu pola tingkah laku yang sesuai dengan jabatannya dan dapat diterima oleh lingkungan dan masyarakatnya.8 1. Guru sebagai pendidik dan pembimbing a. Guru Sebagai Pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakaup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.9 Dalam tugasnya yang pokok yaitu mendidik, guru harus membantu agar anak mencapai kedewasaan secara optimal, artinya kedewasaan yang sempurna sesuai dengan norma dan sesuai pula dengan kodrat yang dimilikinya. Guru juga harus bisa menanamkan konsep diri pada si anak didik. Yang dimaksud konsep diri ini adalah ”pandangan sesorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain.”10 Konsep diri yang dimaksud adalah bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendiri sebagaimana yang diharapkan atau yang disukai oleh individu yang bersangkutan. Konsep diri berkembang dari pengalaman seseorang tentang berbagai hal mengenai dirinya sejak ia kecil, terutama yang berkaitan dengan perlakuan orang lain terhadapnya. Dalam peranan ini guru harus memperhatikan aspek-aspek pribadi setiap murid, antara lain aspek kematangan, bakat, kebutuhan, kemampuan, sikap dan sebagainya agar kepada mereka dapat diberikan bantuan dalam mencapai tingkat kedewasaan yang optimal. Hal ini mengandung arti bahwa gurupun turut
8 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), hlm. 12-13. 9 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cetakan Pertama, hlm. 37. 10 H. Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2007), hal. 129-130, Cet. Ke-1.
bertanggungjawab dalam penyelenggaraan Bimbingan dan Penyuluhan. Guru harus terlibat di dalamnya.11 Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Berkenaan
dengan
wibawa,
guru
harus
memiliki
kelebihan
dalam
merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan. b. Guru Sebagai Pembimbing Sebagai seorang petugas bimbingan guru merupakan tangan pertama dalam usaha membantu memecahkan kesulitan murid-murid yang menjadi anak didiknya. Gurulah yang paling banyak dan sering berhubungan dengan muridmurid, terutama dalam kegiatan kurikuler. Jadi jelaslah bahwa tugas guru tidak hanya terbatas dalam memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada murid-muridnya, akan tetapi guru mempunyai pula tanggungjawab untuk membantu dan mengawasi murid-murid. Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Muruid-murid membutuhkan bantuan guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan, kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan dalam hubungan sosial, dan interpersonal. 12 Karena itulah guru perlu memahami dengan baik tentang teknik bimbingan kelompok, individual, teknik mengumpulkan keterangan, teknik evaluasi, statistik penelitian, psikologi kepribadian, dan psikologi belajar. Harus dipahami bahwa pembimbing yang terdekat dengan murid adalah guru. Karena murid menghadapi masalah di mana guru tidak sanggup memberikan bantuan cara memecahkannya, 11 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), hlm. 12-13. 12 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,2001), hal. 124, Cet. Ke1.
baru meminta bantuan kepada ahli bimbingan (guidance specialist) untuk memberikan bimbingan kepada anak yang bersangkutan. Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, maka seorang guru harus: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
Mengumpulkan data tentang murid. Mengamati tingkah laku murid dalam situasi sehari-hari. Mengenal murid-murid yang memerlukan bantuan khusus. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua murid, baik secara individuil maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian dalam pendidikan anak. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah murid. Membuat catatan pribadi murid serta menyiapkannya dengan baik. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individuil. Bekerja sama dengan petugas-petugas lainnya untuk membantu memecahkan masalah murid-murid. Bersama-sama dengan petugas lainnya, menyusun program bimbingan sekolah. Meneliti kemajuan murid baik di sekolah maupun di luar sekolah.13
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (Journey), yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Istilah perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas yang mencakup seluruh kehidupan. Analogi dari perjalanan itu sendiri merupakan pengembangan setiap aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap perjalanan tentu mempunyai tujuan, kecuali orang yang berjalan secara kebetulan. Keinginan, kebutuhan, dan bahkan naluri manusia menuntut adanya suatu tujuan. Suatu rencana dibuat, perjalanan dilaksanakan, dan dari waktu ke waktu terdapatlah saat berhenti untuk melihat kebelakang serta mengukur sifat, arti, dan efektivitas perjalanan sampai tempat berhenti tadi. Berdsarkan ilustrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut: Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Tugas guru adalah menetapkan apa yang telah dimiliki 13 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), hlm. 14-15.
oleh peserta didik sehubungan dengan latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa yang mereka perlukan untuk dipelajari dalam mencapai tujuan. Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Dengan kata lain, peserta didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman, dan membentuk kompetensi yang akan mengantar mereka mencapai tujuan. Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini memungkinkan merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting, karena guru harus memberikan kehidupan dan arti terhadap kegiatan belajar. Keempat, guru harus melaksanakan penilaian. Dalam hal ini diharapkan guru dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Bagaimana keadaan peserta didik dalam pembelajaran? Bagaimana peserta didik membentuk kompetensi? Bagaimana peserta didik mencapai tujuan? Apakah peserta didik dilibatkan dalam menilai kemajuan dan keberhasilan, sehingga mereka dapat mengarahkan dirinya (self directing)? Seluruh aspek pertanyaan tersebut merupakan kegiatan penilaian yang harus dilakukan guru terhadap kegiatan pembelajaran, yang hasilnya sangat bermanfaat terutama untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.14 Dalam buku Drs. H. Soebroto Tortoatmodjo dkk, ”Guru harus mampu membimbing pribadi siswa. Bimbingan pribadi merupakan bimbingan untuk membantu siswa menemukan dan memahami serta mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa, aktif dan kreatif, serta sehat jasmani dan rohani”.15 Di samping membimbing pribadi siswa, guru juga harus bisa melakukan bimbingan belajar. ”Bimbingan belajar membantu siswa mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta menyiapkan untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi”.16 2. Guru sebagai informan (pemberi informasi) siswa yang bermasalah Dalam kurikulum Sekolah Dasar 1975, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan, Buku III C, disebutkan Kepala Sekolah, Guru Kelas dan Penyuluh Pendidikan. Kepala Sekolah berkedudukan sebagai penanggung jawab penuh dan bertugas 14 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cetakan Pertama, hlm. 41-42. 15 H. Soebroto Tortoatmodjo dkk, Buku Catatan Pribadi Siswa di Pendidikan Dasar (SLTP), ( Jakarta: PT. Margi Wahyu, tt), hlm. 17. 16 H. Soebroto Tortoatmodjo dkk, Buku Catatan Pribadi Siswa di Pendidikan Dasar (SLTP), ( Jakarta: PT. Margi Wahyu, tt), hlm. 19.
merencanakan program bimbingan, mengintegrasikan program bimbingan dengan program pengajaran, mengawasi pelaksanaan program bimbingan, serta menyediakan fasilitas yang dibutuhkan. Dalam bukunya W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, ”Guru kelas berkedudukan sebagai pelaksana utama program bimbingan dan bertugas menjadi penyuluh bagi kelas tertentu, mengumpulkan informasi, serta melakukan tindak lanjut”.17 Penyuluh pendidikan berkedudukan sebagai pejabat untuk suatu wilayah, yang mencakup beberapa sekolah dasar, dan bertugas
mengkoordinasi
kegiatan
bimbingan
di
wilayah,
melakukan
pengumpulan data, memberikan penataran bagi guru-guru, serta membahas kasuskasus khusus dengan kepala sekolah dan guru kelas. Dalam Kurikulum Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas 1976, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan, Buku III C, disebutkan Kepala Sekolah, Penyuluh Pendidikan, Guru Penyuluh atau Wali Kelas, Guru dan Petugas Administrasi. Kepala Sekolah berkedudukan sebagai penanggung jawab tertinggi dan bertugas merencanakan program kegiatan sekolah secara keseluruhan, mendelegasikan tanggung jawab tertentu kepada jajaran tenaga bimbingan, mengawasi pelaksanaan program bimbingan, dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan. Penyuluh pendidikan berkedudukan sebagai koordinator bimbingan dan bertugas menyusun program bimbingan, mempertanggungjawabkan kegiatan bimbingan
kepada
Kepala
Sekolah,
mengatur
administrasi
bimbingan,
memberikan berbagai layanan bimbingan kepada siswa, menjadi konsultan bagi guru dan orang tua, menyelenggarakan pertemuan staf, serta mengadakan evaluasi program. Dalam bukunya W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Guru penyuluh atau wali kelas berkedudukan sebagai tenaga bimbingan untuk satuan kelas tertentu dan bertugas mengumpulkan data tentang siswa, menyelenggarakan bimbingan kelompok, menyampaikan Informasi, 17 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997), Edisi Revisi, hlm. 179-180.
menyelenggarakan wawancara konseling, serta berpartisipasi dalam pertemuan kasus. ”Guru bidang studi berkedudukan sebagai pembantu dalam melaksanakan program bimbingan
dan
bertugas
memperhatikan
perkembangan
siswa,
menyampaikan informasi, serta meneruskan kasus-kasus tertentu kepada penyuluh pendidikan”.18 Para guru juga dapat menyisipkan unsur-unsur bimbingan dalam pengajaran, misalnya memberikan informasi tentang aneka teknik belajar yang tepat, tentang bidang-bidang studi di perguruan tinggi, tentang lapangan-lapangan pekerjaan, tentang pergaulan yang sehat, dan tentang sikap yang tepat dalam menghadapi suatu masalah. Selain itu mereka dapat menampung siswa yang ingin berbicara secara
pribadi,
menjadi
penasihat/pendamping
dalam
berbagai
kegiatan
ekstrakurikuler, dan melaporkan kasus-kasus tertentu kepada konselor sekolah untuk ditangani lebih lanjut. Dalam uraian diatas, mengenai peran guru bidang studi sebagai informan penulis sedikit menyimpulkan bahwa: a. Guru bidang studi adalah orang yang paling tahu keadaan seorang murid di kelas. Apakah dia sedang dalam masalah (dengan orang tua, guru, ata temantemannya), mendapatkan kesulitan dalam belajar, atau minder? b. Guru bidang studi adalah orang pertama yang mengidentifikasi suasana kelas, sehingga dia bisa mengetahui mana siswa yang sedang dalam masalah atau tidak. c. Setelah identifikasi itu mencapai pada sebuah kesimpulan, bahwa si A, C, dan E sedang dalam masalah guru menginformasikannya kepada guru BK. 3. Guru sebagai pembantu guru BK Dalam buku Manajemen Bimbingan dan Koseling terdapat rincian tugas guru mata pelajaran, di antaranya: a. Membantu guru pembimbing dalam mengidentifikasi siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling.
18 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997), Edisi Revisi, hlm. 180.
b. Membantu memberikan data atau informasi siswa baik individual mapupun kelompok untuk keperluan layanan. c. Membantu pelaksanaan treatment/pemberian bantuan kepada siswa melalui proses belajar mengajar. d. Memberikan pengajaran perbaikan (remedial teaching) ataupun pengayaan (enrichment) dalam rangaka pelasanaan layanan bimbingan dan konseling. e. Mengikuti konferensi kasus siswa terutama bagi guru yang mengajar pada kelas dimana persoalan siswanya dibicarakan dalam konferensi kasus. f. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing. g. Berpartisipasi dalam upaya pencegahan munculnya masalah siswa, dalam pengembangan potensi, dan turut bertanggung jawab dalam upaya mengatasi masalah siswa di sekolah.19 Dalam buku Pengantar Kurikulum SMA 1984 disebutkan wali kelas dan guru mata pelajaran berkedudukan sebagai pembantu dalam pelaksanaan bimbingan karier. Orang tua, pejabat, dan tokoh masyarakat berkedudukan sebagai narasumber dan bertugas membantu dalam pelaksanaan bimbingan karier. Dalam Kurikulum Sekolah Pendidikan Guru 1976, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan, Buku III D, disebutkan wali kelas berkedudukan sebagai penanggung jawab terhadap satuan kelas tertentu dalam hal-hal akademik dan non-akademik. Guru bidang pengajaran berkedudukan sebagai penyelenggara pengajaran remedial dalam bidang studinya dan dalam keadaan sehari-hari bertindak sebagai penyuluh, dengan tugas mengumpulkan data dan memberi bantuan kepada siswa. Dalam buku Pedoman Pembinaan Program Bimbingan di Sekolah, untuk Pembina Pendidikan Guru, 1981, disebutkan: Guru berkedudukan sebagai partisipan dalam melaksanakan program bimbingan dan bertugas memberikan bimbingan kelompok, mengidentifikasikan berbagai gejala salah suai, mengumpulkan data tentang murid, serta melaksanakan penyuluhan terbatas, wali kelas berkedudukan sebagai penanggung jawab utama dari kesejahteraan siswa kelas yang dipimpinnya, bertugas melakukan kegiatan bimbingan kelompok di kelasnya, dan memberikan layanan konseling kepada siswa-siswi di kelasnya, serta mendalami informasi yang diperoleh tentang siswa di kelasnya.20
19 Thantawy R, Manajemen Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Pamator Pressindo, 1995), Cet. Pertama, hlm. 98. 20 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997), Edisi Revisi, hlm. 181.
Masih diperdebatkan di antara para ahli bimbingan apa yang menjadi tanggung jawab para guru dalam rangka pelayanan bimbingan. Pada umumnya disepakati, bahwa guru melakukan kegiatan bimbingan yang sesuai dengan pendidikan formal di bidang keguruan dan kecocokan mereka bagi pelayanan bimbingan (setiap guru bidang studi dalam pelayanan bimbingan). Namun, terbuka kemungkinan terdapat banyak variasi dalam wujud/ bentuk konkret pelayanan bimbingan di antara sekolah yang satu dengan yang lain serta diantara guru yang satu dengan yang lain. Pada garis besarnya para guru diharapkan untuk membantu dalam pengelolaan program bimbingan dalam hal-hal sebagai berikut. Mengenal siswa mengenai latar belakang keluarga, kemampuan dan bakat, serta kebutuhan-kebutuhan; mengidentifikasikan siswa yang memerlukan bantuan profesional berdasarkan aneka gejala yang tampak di kelas, yang menandakan labilitas emosional, ketegangan (stress), agresivitas, kekurangan penguasaan diri, sikap menyerah, rasa rendah diri, keterasingan, konflik dalam batin, dan sebagainya. Menggunakan kartu pribadi yang tersimpan di kantor/ sekretariat bimbingan dan menyumbangkan data pada kartu pribadi itu, misalnya dengan membuat laporan anekdota; membantu siswa dalam mengembangkan teknik belajar yang efisien; memberikan informasi yang berguna bagi siswa yang membuat rencana-rencana di bidang studi akademik dan bidang pekerjaan.21 Para guru juga dapat membantu konselor sekolah dengan mengawasi pengisian angket tertulis, menulis anekdota, dan mengisi skala penilaian. Bila guru sungguh-sungguh diikutsertakan dalam pelaksanaan program bimbingan, pelayanan bimbingan akan meresap dalam kehidupan sekolah. Dalam keempat fungsi guru di atas, sebagai pendidik, pembimbing, sebagai informan (pemberi informasi) siswa yang bermasalah, dan sebagai pembantu guru BK dapat diambil fungsi umum sebagai berikut: a) Guru Mata Pelajaran memahami konsep dasar bimbingan dan karakteristik siswa (tugas-tugas perkembangan siswa), sebagai landasan untuk memberikan layanan Bimbingan. b) Guru Mata Pelajaran memahami keragaman karakteristik siswa dalam aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsian), kecerdasan motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, tempramen (periang, pendiam, pemurung, 21
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, hlm. 184-185.
c) d)
e) f) g) h) i)
j) k)
atau mudah tersinggung), dan karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab). Guru Mata Pelajaran menandai siswa yang diduga mempunyai masalah atau siswa yang gagal dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Guru Mata Pelajaran menciptakan iklim kelas yang secara sosiopsikologis kondusif bagi kelancaran belajar siswa, seperti: bersikap ramah, bersikap respek terhadap siswa, bersikap adil (tidak menganaktirikan/ menganakemaslan anak), mengharagai pendapat atau hasil karya siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau mengemukakan pendapat, bergairah dalam belajar, dan berdisiplin. Guru Mata Pelajaran membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Guru Mata Pelajaran mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing. Guru Mata Pelajaran bekerjasama dengan guru pembimbing dalam rangka membatu siswa. Guru Mata Pelajaran memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa. Guru Mata Pelajaran memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja). Guru Mata Pelajaran menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual. Hal ini penting, karena guru merupakan ”figur central” bagi siswa. Guru Mata Pelajaran memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.22
B. Kegiatan BK di sekolah 1. Pengertian BK Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang-kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Beberapa ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu jenis layanan
22 Syamsu Yusuf, L.N dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2006), Cet. Ke-2, hal. 34-35.
bimbingan. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling. Kelompok yang sesuai dengan pandangan di atas menyatakan bahwa terminologi layanan bimbingan dan konseling dapat diganti dengan layanan bimbingan saja. Untuk memperjelas pengertian kedua istilah tersebut, berikut ini dikemukakan pengertian bimbingan dan pengertian konseling. a. Pengertian Bimbingan Banyak ahli berusaha merumuskan pengertian bimbingan dan konseling. Dalam merumuskan kedua istilah tersebut mereka memberikan tekanan pada aspek tertentu dari kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan bebrapa rumusan tentang istilah bimbingan. Menurut Jones (1963): Guidance is the help given by one person to another in making choise and adjustment and is solving problems. Dalam pengertian tersebut terkandung maksud bahwa tugas pembimbing hanyalah membantu agar individu yang dibimbing mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan keputusan terakhir tergantung kepada individu yang dibimbing (klien).23 Ini senada dengan pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Rochman Natawidjaja (1978): Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.24 Menurut Crow dan Crow (1960: 7), bimbingan diartikan: ”…Assistance made available by personality qualivied and adequately trained man or women to an individual of any age to help him manage his own life activitie, develop his point of view, make his own decision and carry his own burdens....”25 23 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke- 2, hal. 61-62. 24 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke- 2, hal. 62. 25 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal. 4.
Atau, bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan berpendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri dan memikul bebannya sendiri. Masih banyak definisi bimbingan lainnya namun pada prinsipnya adalah sama, yaitu usaha untuk memberikan bantuan kepada individu atau siswa agar indivadu tersebut dapat mencapai perkembangan diri yang seoptimal mungkin dan dapat memecahkan masalahnya sendiri. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Sesuai dengan janji Allah SWT dalam surat At-Thalaq:
{2 :ﺨ َﺮﺟًﺎ }اﻟﻄﻼق ْ ﺠﻌَﻞ َ ﻟﱠ ُﻪ َﻣ ْ ﻖ اﷲ َﻳ ِ َوﻣَﻦ َﻳ ﱠﺘ “Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. (Q.S. At-Thalaq: 2)26 b. Pengertian Konseling Istilah konseling berasal dari bahasa Inggeris "to counsel" yang secara etimologis berarti "to give advice". atau memberi saran dan nasihat. Di samping itu, istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah konseling. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiatan yang integral. Istilah
konseling
(counseling)
diartikan
sebagai
penyuluhan.
Istilah
penyuluhan dalam kegiatan bimbingan menurut beberapa ahli kurang tepat. Menurut mereka yang lebih tepat adalah konseling karena kegiatan konseling ini sifatnya lebih khusus, tidak sama dengan kegiatan-kegiatan penyluhan lain seperti penyuluhan dalam bidang pertanian dan penyuluhan dalam keluarga berencana. Untuk menekankan khususnya itulah maka dipakai istilah Bimbingan dan Konseling. Pelayanan konseling menuntut keahlian khusus, sehingga tidak semua orang yang dapat memberikan bimbingan mampu memberikan jenis layanan konseling ini.
26 Dept. Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2000), Cet. Ke-2, hlm. 6.
Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di antara beberapa teknik lainnya, namun konseling sebagaimana dikatakan oleh Schmuller adalah "the heart of guidance program".27 Selanjutnya dikatakan juga oleh Ruth Strang (1958) bahwa "Guidance is breader; counseling is a most importance tool of guidance". Bimbingan itu lebih luas, dan konseling merupakan alat yang paling penting dari usaha pelayanan bimbingan. Untuk mendapat pengertian yang lebih jelas tentang konseling, maka berikut ini akan diuraikan beberapa definisi konseling yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut: “Counseling is a series of direct contacts with the individual which aims to offer him assistance in changing his attitude and behavior. Konseling adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya”.28 Menurut James P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976: 19a): ”Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antar dua orang individu di mana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang”.29 Dalam Al-Quran banyak terdapat ayat-ayat yang menyuruh kita untuk memberi bantuan kepada orang lain yang sedang tertimpa masalah, diantaranya Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2:
{2: ﻹ ْﺛ ِﻢ وَا ْﻟ ُﻌ ْﺪوَانِ…}اﻟﻤﺎﺋﺪة ِ ﻋﻠَﻰ ا ْﻟ ِﺒ ﱢﺮ وَاﻟ ﱠﺘ ْﻘﻮَى وَﻻَﺗَﻌَﺎوَﻧُﻮا ﻋَﻠَﻰ ْا َ وَﺗَﻌَﺎوَﻧُﻮا... ”...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran....”(Q.S. Al-Maidah: 2)30
27
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal.
28
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal.
9. 9. 29 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke- 2, hal. 63. 30 Menteri Agama, Waqaf, Da’wah, dan Bimbingan Islam, Al-Quran dan Terjemahnya, (Saudi Arabia: Lembaga Percetakan Al-Quran Raja Fahd, 1971), hlm. 156-157.
Dari beberapa definisi di atas kiranya penulis dapat mengambil beberapa prinsip tentang bimbingan dan konseling sebagai berikut: Pertama : Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus-menerus, dan terarah kepada tujuan tertentu. Kedua
: Bimbingan merupakan proses bantuan membantu individu.
Ketiga
: Bahwa bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya di dalam proses perkembangannya.
Keempat : Bahwa bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan bertujuan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Kelima
: Bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan juga bertujuan agar anak yang bermasalah dapat mengambil keputusan sendiri dan mampu mempertanggung jawabkannya.
Keenam : Konseling adalah kegiatan lanjutan setelah bimbingan. Ketujuh : Konseling dipimpin langsung oleh guru BK (Konselor) dan tidak setiap guru bidang studi mampu melakukan kegiatan ini. Kedelapan : konseling dilakukan sebagai upaya untuk membantu siswa agar dapat memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah kehidupan pribadinya.
2. Prinsip-prinsip BK Prinsip yang berasal dari kata prinsipia, dapat diartikan ”sebagai permulaan yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya tergantung dari pemula itu" (M.I Soelaeman: 1989:15). Dengan kata lain, bahwa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah seperangkat landasan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Menurut Prayitno dan Erman Amti (1994:220) "Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan,
masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan".31 Prinsip-prinsip yang dimaksud ialah landasan yang mendasri pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, agar layanan tersebut dapat lebih terarah dan berlangsung dengan baik. Bagi para konselor dalam melaksanakan kegiatan ini perlu sekali memperhatikan prinsip-prinsip tersebut, yaitu: a. Prinsip-prinsip umum b. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan individu yang dibimbing c. Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu yang memberikan bimbingan d. Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi bimbingan.32 3. Fungsi BK Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya dan mampu merencanakan masa depannya. Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan, pengembangan, dan fungsi advokasi.33 Fungsi bimbingan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan tertentu yang mendukung atau mempunyai arti terhadap tujuan bimbingan. Fungsi bimbingan sering diartikan sebagai sifat bimbingan. Mortensen membagi fungsi bimbingan menjadi:
31
Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal.
59. 32 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke- 2, hal. 70-75. 33 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal. 55-56.
a. Memahami Individu (understanding-individu). Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif jika mereka dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya. Karena itu bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri anak secara keseluruhan. Tujuan bimbingan dan pendidikan dapat tercapai jika programnya didasarkan atas pemahaman diri anak didiknya. b. Preventif dan Pengembangan Individual. Preventif dan Pengembangan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Preventif berusaha mencegah kemerosotan perkembangan anak dan minimal dapat memelihara apa yang telah dicapai dalam perkembangan anak melalui perkembangan anak melalui pemberian pengaruh-pengaruh positif. Sedangkan bimbingan yang bersifat pengembangan (developmental guidance) memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap dan pola prilaku yang dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal. c. Membantu individu untuk menyempurnakan cara-cara penyelesaiannya. Setiap manusia pada saat tertentu membutuhkan pertolongan dalam menghadapi situasi lingkungannya. Pertolongan yang dibutuhkan untuk setiap individu tidak sama. Perbedaannya umumnya lebih pada tingkatannya daripada macamnya. Fungsi preventif dan pengembangan memang ideal, tetapi hanya fungsi ini saja tidaklah cukup. Pada suatu saat kita membutuhkan tindakan korektif yang tujuannya tetap pada pengembangan kekuatannya sendiri untuk mengatasi masalahnya.34 Fungsi utama dari bimbingan adalah membantu murid dalam masalah-masalah pribadi dan sosial atau penempatan dan juga menjadi perantara dari siswa dalam hubungannnya dengan guru maupun tenaga administrasi. Adapun fungsi bimbingan ada empat macam: a. Preservatif : Memelihara dan membina suasana dan situasi yang baik dan tetap diusahakan terus bagi lancarnya belajar mengajar. b. Preventif : Mencegah sebelum terjadi masalah. c. Kuratif : Mengusahakan ”penyembuhan” pembetulan dalam mengatasi masalah. d. Rehabilitasi : Mengadakan tindak lanjut secara penempatan sesudah diadakan treatment yang memadai.35 Dalam buku Dra. Hallen A. M. Pd., Bimbingan dan Konseling, terdapat satu fungsi lagi yaitu Represif : ”yakni tindakan untuk menindas dan menahan
34 Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Prenhallindo, 2001), hal. 42-44. 35 Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), Cet. Ke-1, hlm. 112.
kenakalan remaja seringan mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat”.36 4. Tujuan BK Sebagaimana yang telah dijelaskan pada uraian terdahulu bahwa bimbingan dan konseling menempati bidang pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini pelayanan dan bimbingan konseling diberikan kepada siswa "dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan". (Priyanto, 1997:23) .37 Dalam buku W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah: Tujuan bimbingan dapat dibedakan atas tujuan sementara dan tujuan ahkir. Tujuan sementara adalah: supaya orang bersikap dan bertindak sendiri dalam situasi hidupnya sekarang ini, misalnya melanjutkan atau memutuskan hubungan percintaan, mengambil sikap dalam pergaulan, mendaftarkan diri pada fakultas perguruan tinggi tertentu. Tujuan ahkir ialah: supaya orang mampu mengatur kehidupannya sendiri, mengambil sikap sendiri, mempunyai pandangan sendiri dan menanggung sendiri konsekuensi atau resiko dari tindakan-tindakannya. Diharapkan supaya orang yang dibimbing sekarang ini akan berkembang lanjut, sehingga semakin memiliki kemampuan berdiri sendiri.38 Tujuan bimbingan yang merupakan penjabaran dari tujuan umum telah banyak dirumuskan dalam definisi bimbingan, antara lain bimbingan dinyatakan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu agar individu tersebut: 1. Mengerti dirinya dan lingkungan. Mengerti diri meliputi pengenalan kemampuan, bakat khusus, minat, cita-cita, dan nilai-nilai hidup yang dimilikinya untuk perkembangan dirinya. Mengerti lingkungan meliputi penegnalan baik lingkngan fisik, sosial, maupun budaya. Informasi lingkungan data dibedakan: informasi pendidikan, karier, dan sosialpribadi. 2. Mampu memilih, memutuskan, dan merencanakan hidupnya secara bijaksana baik dalam bidang pendidikan pekerjaan dan sosial-pribadi.
36 Dra. Ny. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981), Cet. Ke-4, hlm. 161. 37 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal. 53. 38 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: PT Gramedia, 1987), Cet. Ke-1, hal. 17.
3. 4. 5. 6.
Termasuk di dalamnya membantu individu untuk memilih bidang studi, karier, dan pola hidup pribadinya. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya secara maksimal. Memecahkan masalah yang dihadapi secara bijaksana. Bantuan ini termasuk memberikan bantuan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk atau sikap hidup yang menjadi sumber timbulnya masalah. Mengelola aktivitas kehidupannya, menegembangkan sudut pandangnya, dan mengambil keputusan serta mempertanggunjawabkannya. Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersiap sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungannya.39
Tujuan bimbingan di atas selaras dengan firman Allah SWT dalam surat AlBaqarah ayat 148 yang berbunyi:
{148 : }اﻟﺒﻘﺮة...ت ِ ﺨ ْﻴﺮَا َ ﺳ َﺘ ِﺒﻘُﻮا ا ْﻟ ْ ﻓَﺎ... ”...Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan....” (Q.S. AlBaqarah: 148).40 Dalam surat An-Nahl ayat 125 terdapat Firman Allah SWT yang berbunyi:
ﻦ ُﺴ َﺣ ْ ﻲ َأ َ ﻲ ِه ْ ِﺴ َﻨ ِﺔ َوﺟَﺎ ِد ْﻟ ُﻬ ْﻢ ﺑِﺎﻟﱠﺘ َﺤ َ ﻈ ِﺔ ا ْﻟ َﻋ ِ ﺤ ْﻜ َﻤ ِﺔ وَا ْﻟ َﻤ ْﻮ ِ ﻚ ﺑِﺎ ْﻟ َ ﻞ َر ﱢﺑ ِ ﺳ ِﺒ ْﻴ َ ع إِﻟَﻰ ُ ُا ْد {125 : }اﻟﻨﺤﻞ ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula”. (Q.S. An-Nahl: 125).41
5. Jenis-jenis kegiatan BK Berdasarkan pada fungsi dan prinsip bimbingan, maka kerangka kerja layanan bimbingan dan konseling itu dikembangkan dalam suatu program bimbingan dan konseling yang dijabarkan dalam empat kegiatan utama yaitu: 1) layanan dasar bimbingan; 2) layanan responsif; 3) layanan perencanaan individual dan; 4) dukungan sistem.42 1) Layanan Dasar Bimbingan
39 Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Prenhallindo, 2001), hal. 41-42. 40 Menteri Agama, Waqaf, Da’wah, dan Bimbingan Islam, Al-Quran dan Terjemahnya, (Saudi Arabia: Lembaga Percetakan Al-Quran Raja Fahd, 1971), hlm. 38. 41 H.A. Hafidz Dasuki, Al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 58. 42 Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), Cet. Ke-1, hal. 27.
Layanan dasar bimbingan adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh peserta didik mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan
hidupnya
yang
mengacu
pada
tugas-tugas
perkembangan peserta didik. Tugas-tugas perkembangan peserta didik itu sebagai berikut: a. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. b. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat. c. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita.43 2) Layanan Responsif Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan ntuk membantu memenuhi kebutuhan yang diraskan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Layanan responsif ini adalah: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Bidang pendidikan Bidang belajar Bidang sosial Bidang pribadi Bidang karir Bidang tata tertib sekolah Bidang narkotika dan perjudian Bidang perilaku seksual Bidang kehidupan lainnya44 3) Layanan Perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu seluruh peserta didik membuat dan mengimplementasikan rencanarencana pendidikan, karir, dan sosial pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini adalah “membantu peserta didik memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan mengimplementasikan
43 Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), Cet. Ke-1, hal. 27. 44 Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), Cet. Ke-1, hal. 33-34.
rencana-rencana itu atas dasar hasil pemantauan dan pemahamannya itu. Strategi peluncurannya adalah konsultasi dan konseling”.45 4) Dukungan Sistem Dukungan system adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memlihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan professional; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990). Kegiatan utama layanan dasar bimbingan, responsif, perencanaan individual, dan dukungan system, dalam implementasinya didukung dengan beberapa jenis layanan bimbingan dan konseling antara lain: “1) Layanan pengumpulan data; 2) layanan informasi; 3) layanan penempatan; 4) layanan konseling; 5) layanan referal; dan 6) layanan penilaian dan tindak lanjut”.46 Untuk mengungkapkan segala sesuatu yang menjadi sebab kemunduran prestasi belajar, maka anak yang dibimbing perlu didekati melalui metoda sebagai berikut: a. b. c. d. e.
Metoda wawancara Metoda 'group guidance' (bimbingan secara kelompok) Metoda non-directif (cara yang tidak mengarah) Metoda psikoanalisis (penganalisaan jiwa) Metoda directif (metoda yang bersifat mengarahkan) 47
Sebagaimana telah dijelaskan di awal, bab ini bahwa semua jenis layanan bimbingan dan konseling di sekolah mengacu pada bidang-bidang bimbingan dan konseling. Sedangkan bentuk dan isi layanan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Tohirin, dalam bukunya yang berjudul Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), menyebutkan terdapat jenis-jenis pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah yaitu: ”Layanan Orientasi, 45 Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), Cet. Ke-1, hal. 34. 46 Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), Cet. Ke-1, hal. 35. 47 H., M., Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1982), Cet. Ke-1, hal. 44-50.
Layanan Informasi, Layanan Penenmpatan dan Penyaluran, Layanan Penguasaan Konten, Layanan Konseling Perorangan, Layanan Bimbingan Kelompok, Layanan Konseling Kelompok, Layanan Konsultasi, dan Layanan Mediasi”.48 Matrix 1. Perbandingan Antara Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok49 No.
Aspek
1.
Jumlah Anggota
2.
Kondisi dan karakteristik anggota Tujuan yang ingin dicapai
3.
4.
Bimbingan Kelompok Tidak terlalu dibatasi; dapat sampai 60-80 orang Relatif homogen Penguasaan informasi untuk tujuan yang lebih luas Konselor atau narasumber
5.
Pemimpin kelompok peranan anggota
6.
Suasana interaksi
a. Menolong atau dialog terbatas b. Dangkal
7.
Sifat isi pembicaraan Frekuensi kegiatan
Tidak Rahasia
8.
Menerima informasi untuk tujuan kegunaan tertentu
Kegiatan berakhir apabila informasi telah disampaikan
Konseling Kelompok Terbatas: 5-10 orang Hendaknya Homogen; dapat pula heterogen terbatas a. Pemecahan masalah b. pengembangan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial Konselor a. berpartisipasi dalam dinamika interaksi sosial b. Menyumbang pengentasan masalah c. Menyerap bahan untuk pemecahan masalah a. Interaksi multiarah b. Mendalam dengan melibatkan aspek emosional Rahasia Kegiatan berkembang sesuai dengan tingkat kemajuan pemecahan masalah Evaluasi dilakukan sesuai dengan tingkat kemajuan pemecahan masalah
Pelaksanaan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling memerlukan sejumlah kegiatan pendukung, diantaranya:
48 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 141-206. 49 H. Prayitno, dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-2, hlm. 314.
a) Instrumentasi Bimbingan dan Konseling b) Penyelenggaraan Himpunan Data c) Kegiatan Khusus50 Dalam buku Manajemen Bimbingan dan Konseling disebutkan ada beberapa tambahan lain mengenai kegiatan pendukung yaitu ”Konferensi Kasus, Kunjungan Rumah, Alih Tangan Siswa”.51
Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling52 Kepala Sekolah BP3 Wakil Kepala Sekolah
Tenaga Ahli Instansi Lain
Tata Usaha
50 H. Prayitno, dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-2, hlm. 315-322. Gurudan Konseling, (Jakarta:Wali 51 Thantawy R, Manajemen Bimbingan PT. Pamator Guru Mata Kelas/ Pressindo, Pembimbing 1995), Cet. Pertama, hlm. 45-47. Pelajaran/ Pelatih Guru Pembina 52 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.53, Cet. Ke-1.
SISWA
Keterangan : : Garis Komando : Garis Koordinasi : Garis Konsultasi Keterangan: 1. Kepala Sekolah : Penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling di sekolahnya. 2. Koordinator BK/ Guru Pembimbing : Pelaksana utama yang emngkoordinasi semua kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah. 3. Guru Mata Pelajaran/ Pelatih : Guru Mata Pelajaran dan Pelatih adalah pelaksana pengajaran dan pelatihan serta tanggung jawab memberikan informasi tentang siswa untuk kepentingan bimbingan konseling. 4. Wali Kelas/ Guru Pembina : Yang diberikan tugas khusus di samping mengajar untuk mengelola satu kelas siswa tertentu dan bertanggung jawab membantu kegiatan bimbingan konseling di kelasnya. 5. Siswa : Peserta didik yang berhak menerima pengajaran, latihan dan pelayanan bimbingan, dan konseling (petugas khusus). 6. Tata Usaha : Pembantu Kepala Sekolah dalam menyelengggarakan administrasi, ketatausahaan sekolah dan pelaksanaan administrasi bimbingan dan konseling. 7. BP3/ POMG : Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan/ Persatuan Orang Tua Murid
dan Guru adalah organisasi orang tua siswa yang
berkewajiban membantu penyelenggaraan pendidikan termasuk pelaksanaan bimbingan dan konseling.
C. Kerangka Berfikir Bimbingan adalah merupakan upaya preventif, yaitu mencegah sebelum terjadi masalah. Sedangkan konseling adalah upaya kuratif, yaitu Mengusahakan ”Penyembuhan” pembetulan dalam mengatasi masalah. Oleh sebab itulah kegiatan bimbingan dan konseling tidak bisa berdiri sendiri, karena pada akhirnya kegiatan bimbingan juga akan berujung pada kegiatan konseling. Penanggulangan permasalahan dimulai dengan adanya identifikasi masalah siswa, kemudian melakukan pendekatan kepada siswa serta menyelami permasalahannya untuk mengetahui secara pasti masalah yang dialami dan pemberian solusi yang tepat. Peranan guru bidang studi tidak kalah pentingnya dibanding guru BK sendiri, karena guru BK dapat mengetahui masalah siswa dari informasi yang diberikan oleh guru bidang studi tersebut. Dengan kata lain bahwa rentetan penyelesaian masalah adalah dari guru bidang studi, kemudian wali kelas, dan yang terakhir adalah oleh guru BK sendiri. Guru BK ini adalah langkah terakhir dalam penuntasan permasalahan siswa, karena tidak setiap permasalahan siswa itu semuanya sama. Dalam kasus terberat dilakukan pertemuan kasus. Yaitu dimulai dari guru bidang studi, wali kelas sampai guru BK. Kasus-kasus atau permasalahan tersebut ada yang bertaraf kecil (ringan) bisa diatasi oleh guru bidang studi, ada juga yang bertaraf sedang, masih bisa untuk ditanggulangi oleh guru bidang studi dan wali kelas, sedangkan anak yang bermasalah berat (kompleks) dihadapkan langsung dengan guru BK. Guru BK lebih mengerti dengan apa yang harus dilakukan, strategi, serta identifikasi masalah pun harus matang. Tingkatan permasalahan inilah yang saling mengikat antara guru bidang studi, wali kelas, dan guru BK. Dengan kata lain, semakin kompleks permasalahan yang dialami siswa maka akan semakin hati-hati juga cara penaggulangannya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat di mana objek penelitian itu ada. Lokasi ini berada di SMP N 48 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2007 sampai dengan bulan Agustus 2008. B. Metode Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat non-eksperimental, yaitu metode deskriptif. Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah “suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau”53. Dalam pengambilan data penulis menggunakan dua metode, dimana kedua metode ini hasilnya akan dipadukan dan dianalisis seobjektif mungkin. Yaitu: (1) Metode Pustaka (library research), metode ini penulis gunakan dengan cara mencari literatur buku-buku yang relevan dengan judul skripsi, setelah itu penulis gunakan sebagai buku acuan. (2) Metode Studi Lapangan (field research), yaitu meneliti langsung kelapangan untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. 1. Data primer merupakan data yang diambil langsung dari responden SMP Negeri 48 Kebayoran Lama Jakarta. 2. Data sekunder merupakan data atau keterangan-keterangan yang diambil dari dokumen-dokumen SMP Negeri 48 Kebayoran Lama Jakarta. C. Populasi dan Sampel 53 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-3, hlm. 54.
1. Populasi yaitu, keseluruhan objek penelitian. Penelitian ini mengambil populasi para guru SMP Negeri 48 yang berjumlah 50 orang. 2. Sampel yaitu, sebagian populasi yang diteliti. Dalam hal ini peneliti mengambil sampel 50 % dari jumlah guru 50 orang menjadi 25 guru. D. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini ada dua. Pertama variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya yaitu, peranan guru. Dan yang menjadi variabel terikatnya yaitu pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam upaya pengumpulan data, peneliti menguraikan 3 teknik pengumpulan data: 1. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke lapangan penelitian. Maksud dari observasi ini adalah peneliti ingin melihat secara langsung kegiatan BK itu sendiri, apakah dilakukan secara prosedural atau tidak. 2. Wawancara (Interview), yaitu pengambilan data dengan mengemukakan sejumlah pertanyaan yang terstruktur kepada objek yang diteliti yaitu, kepala sekolah dan Koordinator BK. 3. Angket, yaitu pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis mengenai seputar permasalahan pelaksanaan kegiatan BK di sekolah. Model angket yang digunakan adalah dalam bentuk tabel dan terdiri 25 (butir) pertanyaan dengan memberikan tanda ceklist pada setiap kolom yang sesuai dengan pilihan para guru. Setiap butir mempunyai alternatif 4 jawaban, setuju (S), sangat setuju (SS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Tabel 1. Kisi-kisi Angket Peranan Guru dalam pelaksanaan kegiatan BK di sekolah No. 1.
Variabel I
Nomor Butir 1,2,3
2
4,5
4
6,7,8,9
2
10,11
3
12,13,14
2
15,16
1. Perindividual
Jumlah Item 2
Nomor Butir 17,18
2. Perkelompok
1
19
2. Pelayanan pemecahan masalah
1. Individual
2
20,21
2. Kelompok
1
22
3. Penyaluran bakat dan minat
1. Kreativitas
1
23
2. Exskul
2
24,25
Indikator
Peranan 1. Guru sebagai 1. Melakukan Guru bimbingan pembimbing Bidang siswa yang individual atau Studi dalam mengalami kelompok BK kesulitan 2. Membuat dalam belajar catatan khusus siwa bermasalah 2. Guru sebagai 1. Kesulitan belajar informan siswa tentang 2. kesulitan tekanan ekonomi permasalahan siswa 3. Guru sebagai 1. Pemecahan masalah siswa pembantu guru BK dalam kesulitan belajar dalam memecahkan 2. Pemecahan masalah siswa masalah yang mengalami tekanan ekonomi
No. Variabel II 2.
Jumlah Item 3
Dimensi
Kegiatan BK di sekolah
Dimensi 1. Pelayanan konsultasi
F. Teknik Analisis Data
Indikator
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data. Maka penulis perlu menganalisa data yang telah masuk. Secara garis besar, penulis membagi analisa data kepada 2 (dua) bagian: 1. Persiapan. Langkah yang dilakukan adalah memilih data sedemikian rupa sehingga data yang terpakai saja yang diolah dan dianalisis. Langkah-langkah selanjutnya adalah pengolahan lanjutan atau menganalisis. a. Mengecek nama dan kelengkapan Responden. Mengecek sejumlah nama atau identitas apa saja yang diperlukan bagi pengolahan data lebih lanjut. b. Mengecek kelengkapan data Memeriksa isi instrumen pengumpulan data (termasuk pula kelengkapan lembaran instrumen, barangkali ada yang terlepas). c. Mengecek macam isian data Jika di dalam instrumen termuat sebuah atau beberapa item yang diisi “tidak tahu” atau isian lain bukan yang dikehendaki peneliti, padahal isian yang diharapkan tersebut merupakan variabel pokok, maka item ini perlu di drop out. 2. Tabulasi. Dalam penulisan penelitian ini, penulis menganalisa data dengan menghitung angket dan mengklasifikasikannya dalam beberapa hal yang berhubungan dengan dampak terjadinya permasalahan yang dihadapi para siswa. Dalam menghitung data-data yang didapatkan penulis menggunakan rumus persentase sebagai berikut: P = F x 100% N Ket: P : Prosentase F : Frekuensi Jawaban N : Jumlah Responden54 Angka presentase yang digunakan adalah : 54
60-65.
J. Supranto, Statistik Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Erlangga, 1993), Cet. Ke-5, hlm.
100%
= Seluruhnya
85-99% = Hampir seluruhnya 68-84% = Sebagian besar 51-69% = Lebih dari setengah 50%
= Setengahnya
34-49% = Hampir setengahnya 17-33% = Sebagian kecil 1-16%
= Sedikit
0%
= Tidak ada
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Negeri 48 (SSN) Jakarta 1. Sejarah singkat Berdirinya SMP Negeri 48 (SSN) Jakarta SMP Negeri 48 awalnya dari SMP Negeri 19 Fillial yaitu pada tahun 1960 yang beralamat di jalan Ciputat Raya bersebelahan dengan Gang Sairi dan Balai Bintang. Pada tahun 1968 mendapat penegerian yaitu menjadi SMP Negeri 48 Jakarta dan masih beralamat di jalan Ciputat Raya Kebayoran Lama, dengan Kepala Sekolah yang pertama yaitu Bpk. Hasan Sadzali sampai dengan tahun 1967. 55 Pada tahun 1966 SMP Negeri 48 pindah alamat ke Jalan Raya Kebayoran Lama, setelah mendapat gedung baru yaitu dari gedung sekolah KO MINTANG atau PE YING SCHOOL peralihan menjadi SMP Negeri 48 Jakarta. Setelah satu tahun terjadi pergerakan KAMI/ KAPPI sampai sekarang SMP Negeri 48 menjadi aset Pemda DKI Jakarta dengan NSS. 201016305084 dan Nomor Penegerian: 0370/0/78 Tanggal, 22 Desember 1978 dan bersurat Sertifikat Hak Pakai dengan Luas 3.910 M2. Telah terjadi penambahan lokal juga, diantaranya: a) Dua (2) Lokal untuk ruang belajar yang bisa menjadi ruang Serba Guna pada tahun 1969 dana dari Pemda DKI Jakarta. b) Dua (2) lokal untuk ruang guru dan ruang belajar serta satu (1) lokal lagi ruang laboratorium pada tahun 1975 oleh Pemda DKI Jakarta. c) Dua (2) lokal di bagian depan untuk ruang belajar pada tahun 1982 oleh Pemda DKI Jakarta. d) Renovasi bagian atap, pengecatan seluruh tembok ruang belajar pada tahun 1955 oleh Kanwil Depdikbud dan Pemda DKI Jakarta. Kepala Sekolah yang telah menjabat di SMP Negeri 48 Jakarta antara lain ialah : 1) Bpk. Hasan Sadzali dari tahun 1960 s.d 1967 55
Sumber: D:/ZAENAL MAARIF/Profil Sekolah SMPN 48 Jakarta
2) Bpk. Harun Agil, BA dari tahun 1967 s.d 1980 3) Bpk. S. Sumarsono dari tahun 1980 s.d 1984 4) Ibu Hasniar Firmansyah dari tahun 1984 s.d 1989 5) Ibu Umintarti Gursida dari tahun 1989 s.d 1992 6) Bpk. Uun Bachruddin, BA dari tahun 1992 s.d 1996 7) Bpk. Drs.H. Shaleh Ibrahim dari tahun 1996 s.d 2002 8) Ibu Ratna Komala,BA dari tahun 2002 s.d 2005 9) Bpk. Drs. H. Agus Fachruddin A.M dari tahun 2005 sampai sekarang56 2. Visi dan Misi SMP Negeri 48 Jakarta Selatan 1) Visi Sekolah Menjadikan SMP Negeri 48 unggul dalam IPTEK maupun IMTAQ Indikator : a) Unggul dalam perolehan nilai UAN. b) Unggul dalam Keimanan dan Ketaqwaan c) Berprestasi dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler d) Unggul dalam Kebersihan dan Keindahan Sekolah 2) Misi Sekolah a) Meningkatkan kualitas belajar mengajar secara intensif. b) Membentuk siswa yang berakhlak mulia dan memperkuat Iman dan Taqwa c) Meningkatkan latihan-latihan kegiatan Ekstra Kurikuler d) Menciptakan Kebersihan dan Keindahan di Lingkungan Sekolah57 a) Data Siswa Tabel 4.58 NO
Tahun Jumlah Siswa
Pelajaran Kls I
56
Kls II
Kls III
Sumber: D:/ZAENAL MAARIF/Profil Sekolah SMPN 48 Jakarta Sumber: D:/ZAENAL MAARIF/Profil Sekolah SMPN 48 Jakarta 58 C/ ZAENALMAARIF/ SISWA / INSTRUMEN VALIDASI 57
Jml Kls
L
P
Jml
L
P
Jml
L
P
Jml
I, II, III
1.
1995/1996
162
263
425
203
222
425
211
220
431
1.281
2.
1996/1997
192
228
420
157
260
417
194
222
416
1.253
3.
1997/1998
203
216
419
195
222
417
166
245
411
1.247
4.
1998/1999
207
220
427
207
210
417
181
223
404
1.248
5.
1999/2000
193
210
403
197
214
411
208
207
415
1.299
6.
2000/2001
189
218
407
193
213
406
172
215
387
1.200
7.
2001/2002
166
219
385
185
216
401
186
216
402
1.188
8.
2002/2003
180
198
378
169
214
383
182
213
395
1.156
9.
2003/2004
163
185
348
173
191
364
161
210
371
1.083
10.
2004/2005
143
167
310
148
179
327
164
182
346
983
11.
2005/2006
148
172
320
145
169
314
143
174
317
951
12.
2006/2007
155
159
314
138
156
294
128
161
289
897
13.
2007/2008
162
150
312
151
162
313
124
150
274
899
Dari data di atas, penulis melihat terdapat penurunan jumlah siswa pertahun ajaran. Hal ini terjadi karena semakin beratnya bobot tes masuk dalam sekolah ini. Apalagi sekarang, di mana sekolahan ini sudah mendapat predikat Sekolah Standar Nasional (SSN) sehingga bobot tes masuk pun ditambah lagi dari 6 (enam) menjadi 6,5 (enam koma lima) dan sekarang 7 (tujuh). Penambahan bobot ini pun dimaksudkan agar para lulusannnya dapat melanjutkan ke sekolah Negeri. b) Keadaan Sarana dan Prasarana - Ruang Kepala Sekolah
: 1 Ruang
= Layak
- Ruang Tata Usaha
: 1 Ruang
= Layak
- Ruang Guru
: 1 Ruang
= Layak
- Ruang BP/ BK
: 1 Ruang
= Layak
- Ruang Koperasi
: 1 Ruang
= Layak
- Laboratorium
: 1 Ruang
= Layak
- Perpustakaan
: 1 Ruang
= Layak
- Keterampilan
: 1 Ruang
= Layak
- Pramuka
: 1 Ruang
= Kurang layak
- PKS/ PMR
: 1 Ruang
= Layak
- Musholla
: 2 Lantai
= Layak
- Ruang Belajar
: 14 Ruang
= Layak
- Sarana Olah Raga
: Lapangan Bola Basket = Layak Lapangan Bola Volley = Layak Lapangan Tenis Meja
= Layak
Lapangan Bulu Tangkis = Layak - Pos Jaga
: 1 Ruang
= Layak
- Ruang KM / WC
: 3 Ruang
= Layak
- Ruang KM/ WC Murid
: 2 Ruang
= Layak
- Ruang Ganti Pakaian
: 1 Ruang
= Layak
c) Data Inventaris Sekolah -
Luas tanah
: 3.910 meter persegi
-
Luas bangunan
: 2181 meter persegi
-
Status pemilikan
: Pemda DKI Jakarta
-
Lokasi
: SMP Negeri 48 Jakarta
-
Meja
: 1195 buah
= Layak
-
Kursi
: 1329 buah
= Layak
-
Meja Guru/TU
: 56 buah
= Layak
-
Kursi Guru/TU
: 91 buah
= Layak
-
Mesin Ketik
:3
buah
= Layak
-
Mesin Stensil
:3
buah
= Layak
-
Mesin Risograf
:1
buah
= Layak
-
Brankas
:1
buah
= Layak
-
Filling Kabinet
:8
buah
= Layak
-
Rak Buku
:7
buah
= Layak
-
Lemari
: 55 buah
= Layak
-
Printer
:7
buah
= Layak
-
Komputer
:7
buah
= Layak
-
Mesin pompa air
:2
buah
= Layak
-
Sound System
:1
buah
= Layak
-
White Board
: 29 buah
= Layak
-
Radio Tip
:7
buah
= Layak
-
Pesawat TV
:7
buah
= Layak
-
OHP
:6
buah
= Layak
-
NOTE BOOK
:2
buah
= Layak
-
LCD Projector
:2
buah
= Layak
-
DVD
:4
buah
= Layak
3. Struktur Organisasi59 KEPALA SEKOLAH
Wkl. Kep. Sek I (Kurikulum)
Wkl. Kep. Sek II (Administrasi)
Wkl. Kep. Sek III (Kesiswaan/ Humas)
POMG (BP. 3)
TATA USAHA KOPERASI
GURU
WALI KELAS
Keterangan : : Garis Komando
OSIS
: Garis Hubungan/ Pembinaan SISWA : Garis Tanggung Jawab
Telp/Fax. 021-7396648 – 72792317 E-mail :
[email protected] Homepage: http://www.smpn48-jkt.sch.id
B. Tabulasi, Analisis dan Interpretasi Data Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan BK di SMP Negeri 48 Jakarta penulis mengadakan penyebaran angket kepada para guru di sekolah tersebut. Data tersebut penulis susun ke dalam tabel sebagai berikut: 59
Sumber: D:/ZAENAL MAARIF/Stuktur Organisasi SMPN 48 Jakarta
Tabel pelaksanaan kegiatan Bimbingan Konseling di SMP Negeri 48 (SSN) Kebayoran Lama Jakarta Selatan 1. Tabel peranan guru bidang studi sebagai pembimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama Tabel 5. Guru membimbing siswa yang megalami penurunan peringkat kelas No. 1.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 9 16 25
% 36% 64% 100%
Guru yang membimbing siswa yang mengalami penurunan peringkat kelas mencapai 32 orang (64%). Itu berarti, kegiatan bimbingan kualitas belajar dilakukan dengan baik. Hal ini terbukti dengan dikuatkannya data yang menjawab sangat setuju sebanyak 9 orang (36%). Sedangkan yang menjawab tidak setuju 0% dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%. Tabel 6. Guru memberikan bimbingan belajar pada anak yang di bawah Kemempuan Kriteria Minimal (KKM) No. 2.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 9 16 25
% 36% 64% 100%
Guru yang menjawab setuju sebanyak 16 orang (64%) dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 9 orang (36%). Itu berarti, SMP Negeri 48 ini mempunyai standar minimal kelulusan siswa dalam satu matapelajaran tertentu. Sehingga si anak dapat mencapai kemampuan kriteria minimal (KKM) dengan baik. Interpretasi ini diperkuat dengan adanya data, bahwa tidak ada guru yang menjawab tidak setuju maupun sangat tidak setuju. Tabel 7.
Guru memberikan jam tambahan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar No. 3.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 4 17 4 25
% 16% 68% 16% 100%
Guru memberikan jam tambahan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar sebanyak 17 orang (68%) dan guru yang menjawab sangat setuju 4 orang (16%). Guru memberikan jam tambahan kepada anak didik setelah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) selesai. Hal ini dimaksudkan supaya anak-anak yang lambat memahami materi ajar dapat mengikuti pelajaran dengan anak-anak yang KKM-nya di atas mereka. Hanya sedikit guru yang tidak melakukannya, hal ini dubuktikan dengan jawaban guru yang tidak setuju sebanyak 4 orang (16%). Tabel 8. Guru membuat catatan khusus bagi siswa yang melakukan tindak asusila No. 4.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 19 6 25
% 76% 24% 100%
Guru yang menjawab setuju sebanyak 6 orang (24%) dan yang menjawab sangat setuju 19 orang (76%). Itu berarti bahwa setiap guru SMP Negeri 48 ini mempunyai catatan khusus mengenai anak-anak yang melakukan tindak asusila. Tindakan-tindakan yang tidak sewajarnya dilakukan oleh pelajar tingkat SMP.
Tabel 9. Guru membuat catatan khusus bagi siswa yang mengalami penurunan kualitas belajar No. 5.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju
F 16
% 64%
b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
9 25
36% 100%
Pada tabel di atas, tentang guru yang membuat catatan khusus bagi siswa yang mengalami penurunan kualitas belajar guru yang menjawab setuju sebanyak 9 orang (36%) dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 16 orang (64%) sedangkan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dari data di atas dapat disimpulkan, bahwa setiap guru mempunyai peran aktif dalam memonitor kemajuan anak didiknya. Hal ini dibuktikan dengan adanya buku khusus mengenai kualitas belajar siswa.
2. Tabel peranan guru bidang studi sebagai informan (pemberi informasi masala siswa kepada guru BK) di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama Tabel 10 Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang kurang memperhatikan pelajaran No. 6.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 9 15 1 25
% 36% 60% 4% 100%
Dari tabel di atas, guru yang menjawab setuju sebanyak 15 orang (60%), guru yang menjawab sangat setuju sebanyak 9 orang (36%), yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang (4%) dan yang menjawab sangat tidak setuju 0%. Dapat disimpulkan, berarti setiap guru aktif memberikan info kepada guru BK tentang anak yang kurang memperhatikan pelajaran. Yaitu anak yang kurang respon dengan materi yang diajarkan. Hal ini dimaksudkan supaya si anak dapat kembali dalam keadaan KBM yang menyenangkan dan rajin memperhatikan dengan seksama. Tabel 11. Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang
kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran No. 7.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 5 15% 5 25
% 20% 60% 20% 100%
Guru yang menjawab setuju sebanyak 15 orang (60%), guru yang menjawab sangat setuju sebanyak 5 orang (20%), yang menjawab tidak setuju 5 orang (20%), sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 05. dari dat tersebut dapat disimpulkan bahwa peran guru sebagai informan guru BK berjalan dengan baik. Lebih dari 50% guru melakukan hal itu, karenakurang aktifnya siswa dalam KBM menjadi salah satu perhatian guru juga. Tabel 12. Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang kurang konsentrasi No. 8.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 4 15 6 25
% 16% 60% 24% 100%
Guru yang menjawab setuju sebanyak 15 orang (60%), yang menjawab sangat setuju sebanyak 4 orang (16%), yang menjawab tidak setuju sebanyak 6 orang (24%), dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%. Maka, dapat disimpulkan bahwa guru yang memberikan informasi kepada guru BK tetntang anak yang kurang konsentrasi sudah dikatakan mempunyai perhatian khusus kepada anak didik. Dari prosentase di atas menunjukkan ada kemungkinan guru menindak anak tersebut. Seperti dalam wawancara penulis dengan Koordinator BK dikatakan, ” Penyelesaian masalah anak didik pertama kali diambil alih oleh guru bidang studi, kemudian ke wali kelas, dan jika masalah itu terlampau sulit dan kompleks maka diserahkan kepada Guru BK”. Tabel 13. Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang sering mengantuk di kelas
No. 9.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 3 10 12 25
% 12% 40% 48% 100%
Pada data di atas diperoleh prosentase yang menjawab setuju sebanyak 10 orang (40%), yang menjawab sangat setuju sebanyak 3 orang (12%), yang menjawab tidak setuju sebanyak 12 orang (48%), sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dari data ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa guru kurang memperhatikan anak yang mangantuk dikelas. Akan tetapi kurang dari 50% guru menjawab setuju dalam memperhatikan anak tersebut. Dengan keadaan seperti ini, ditakutkan anak-anak akan terbiasa dengan kelakuannya mengantuk dikelas dan bisa saja anak-anak tersebut akan semakin malas dalam belajar. Tabel 14. Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang latar belakang pekerjaan orang tua No. 10.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 5 20% 25
% 20% 80% 100%
Dalam data tabel di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa, guru tidak ada peran yang sangat signifikan dalam memberikan informasi kepada guru BK mengenai latar belakang pekerjaan orang tua. Kenapa demikian, karena hal ini sudah menjadi tugas pokok/ wajib guru BK dalam mendapatkan data-data anak murid sampai data orang tuanya. Walaupun data guru yang menjawab setuju sebanyak 5 orang (20%). Hal ini sangat timpang dengan prosentase jawaban tidak setuju yang mencapai 80% (20 orang). Tabel 15. Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang tingkat perekonomian siswa No.
Alternatif Jawaban
F
%
11.
a. b. c. d.
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Jumlah
7 18 25
28% 72% 100%
Selaras dengan data dari pertanyaan ke-10, maka guru bidang studi lebih menekankan kepada guru BK untuk mendata tingkat perekonomian siswa. Guru hanya sebatas membantu dalam proses pengmpulan data saja. Seperti, mengingatkan para siswa untuk mengisi formulir yang diberikan guru BK tentang data diri pribadi selengkap mungkin. Sedangkan yang mengolah data tersebut dan memasukannya dalam buku induk adalah guru BK. Hal ini didukung dengan banyaknya guru yang menjawab tidak setuju sebanyak 18 orang (72%) dan yang menjawab setuju hanya 7 orang (28%), sedangkan yang menjawab sangat setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0%.
3. Tabel peranan guru bidang studi sebagai pembantu guruBK dalam pemecahan masalah siswa di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama Tabel 16. Guru memberikan arahan pada siswa penggunaan waktu senggang No. 12.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 9 15 1 25
% 36% 60% 4% 100%
Dari data tabel di atas, guru yang memberikan arahan pada siswa tentang penggunaan waktu senggang sangat baik prosentasenya. Dibuktikan dengan jawaban setuju sebanyak 15 orang (60%), yang menjawab sangat setuju sebanyak 9 orang (36%), yang menjawab tidak setuju 1 orang (4%), sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dengan kata lain, bahwa guru SMP Negeri 48 ini selalu memberikan himbauan kepada anak didiknya mengenai penggunaan waktu senggang agar digunakan sebaik-baiknya. Agar mereka juga
dapat mengikuti KBM dengan tanpa membuat gangguan atau kericuhan terhadap murid lainnya. Tabel 17. Guru memberikan arahan pada siswa untuk sering mengulang pelajaran No. 13.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 16 9 25
% 64% 36% 100%
Dari data tabel di atas diketahui, guru yang menjawab setuju sebanyak 9 orang (36%), yang menjawab sangat setuju sebanyak 16 orang (64%), sedangkan yang menjawab tidak setuju dan dan sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dapa diambil satu kesimpulan, bahwa guru yang memmberikan arahan pada siswa untuk sering mengulang pelajaran sangat berperan aktif dala kemajuan pendidikan anak. Hal ini lebih dikuatkan lagi dengan banyaknya guru yang menjawab setuju dibandingkan dengan yang menjawab tidak setuju maupun sangat tidak setuju yaitu nihil. Tabel 18. Guru memberikan arahan pada siswa untuk membiasakan tidak tidur larut malam No. 14.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 6 19 25
% 24% 76% 100%
Guru yang memberikan arahan pada siswa untuk membiasakan tidak tidur larut malam sebanyak 19 orang (76%), yang menjawab sangat setuju sebanyak 6 orang (24%), sedangkan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0% atau nihil. Data ini membuktikan bahwa guru-guru SMP Negeri 48 sangat memperhatikan perkembangan anak muridnya sampai kepada hal-hal yang sekecil mungkin. Tabel 19.
Guru melakukan kerjasama dengan guru BK dalam merumuskan solusi permasalahan ekonomi siswa No. 15.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 3 6 16 25
% 12% 24% 64% 100%
Pada tabel di atas diperoleh data dalam prosentase sebanyak 100%. Dengan perolehan jawaban yaitu, yang menjawab setuju sebanyak 6 orang (24%), yang menjawab sangat setuju 3 orang (12%), yang menjawab tidak setuju sebanyak 16 orang (64%), sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dapat disimpulkan bahwa, sesuai dengan realita SMP Negeri 48 ini para guru bidang studi tidak terlalu banyak ikut campur dalam perumusan solusi permasalahan ekonomi siswa. Hal ini dikarenakan sekolah tersebut bebas dari biaya apapun (gratis). Sedangkan yang mendata semua hal yang berhubungan dengan murid dilimpahkan kepada guru BK. Tabel 20. Guru memberikan dispensasi bagi siswa yang tergolong tingkat ekonomi menengah ke bawah No. 16.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 4 5 15 1 25
% 16% 20% 60% 4% 100%
Sejalan dengan pertanyaan No.15, para guru bidang studi SMP Negeri 48 ini pun tidak terlalu banyak yang membantu/ memberikan dispensasi kepada siswa yang tergolong tingkat ekonomi menengah ke bawah, dikarenakan gratis. Hal ini dibuktikan dengan adanya data yang telah diolah, bahwa guru yang menjawab setuju dan sangat setuju sangat sedikit. Yaitu, 5 orang (20%) yang menjawab setuju, 4 orang (16%) yang menjawab sangat setuju. Realitas sekolah ini semakin etrlihat dengan adanya guru yang menjawab tidak setuju yang mencapai 15 orang (60%) dan 1 orang (4%) yang menjawab sangat tidak setuju. Tabel 21.
Guru melakukan layanan konsultasi individual di ruangan kelas No. 17.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 3 6 15 1 25
% 12% 24% 60% 4% 100%
Pada tabel di atas diperoleh data, bahwa guru yang menjawab setuju sebanyak 6 orang (24%), yang menjawab sangat setuju sebanyak 3 orang (12%), yang menjawab tidak setuju sebanyak 15 orang (60%), dan yang menjawab sangat tidak setuju sabanyak 1 orang (4%). Dengan demikian dapat disimpulkan, mayoritas guru bidang studi tidak melakukan kegiatan layanan konsultasi individual di kelas ketika KBM sedang berlangsung. Hal ini ditunjang dengan kebijaksanaan Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah yaitu melarang para guru untuk melakukan kegiatan layanan konsultasi individual di ruang kelas. Walaupun masih ada guruguru yang melakukan hal itu. Tabel 22. Guru melakukan layanan konsultasi individual di ruangan kantor guru No. 18.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 2 4 17 2 25
% 8% 16% 68% 8% 100%
Pada pertanyaan ini pun guru bidang studi dilarang melakukan layanan konsultasi individual di ruang kantor. Larangan tersebut dimaksudkan agar menjaga profesionalitas seorang guru. Jika dilakukan di ruang guru maka akan berakibat pada kericuhan atau ramainya ruangan kantor akibat banyaknya anak didik yang memenuhi kantor. Di samping itu, ketika salah satu guru memberikan layanan konsultasi ini guru yang lain ikut-ikutan untuk memberikan solusi permasalahan siswa. Data tabel di atas pun menunjukkan yang menjawab tidak setuju sangat besar, yaitu menjawab 17 orang (68%), dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 2 orang (8%). Sedangkan yang menjawab setuju sebanyak 4
orang (16%) dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 2 orang (8%). Berarti, masih ada saja guru yang melakukan kegiatan tersebut. Tabel 23. Guru melakukan layanan konsultasi kelompok di ruangan BK No. 19.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 3 16 6 25
% 12% 64% 24% 100%
Data dala tabel di atas menunjukkan, guru yang menjawab setuju sebanyak 16 orang (64%), yang menjawab sangat setuju sebanyak 3 orang (12%), yang menjawab tidak setuju sebanyak 6 orang (24%), dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dengan demikian para guru setuju dengan kegiatan layanan konsultasi kelompok yang dilakukan diruangan BK. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika anak didiknya sangat banyak, kegiatan tersebut dilaksanakan di ruangan kelas setelah kegiatan KBM selesai. Tabel 24. Guru melakukan home visit (kunjungan rumah) anak bermasalah No. 20.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 5 18 2 25
% 20% 72% 8% 100%
Data tabel di atas menunjukkan, guru yang menjawab setuju sebanyak 18 orang (72%), yang menjawab sangat setuju sebanyak 5 orang (20%), yang menjawab 2 orang (8%), dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dapat ditarik kesimpulan, mayoritas guru SMP Negeri 48 melakukan kunjungan Rumah (home visit) anak bermasalah. Hal ini menunjukkan rasa keprihatinan/ empati seorang guru kepada anak didiknya yang begitu besar. Di samping para guru sebagai pendidik mereka juga sebagai suami atau isteri yang memiliki hak dan kewajiban yang harus dijalankan. Baik itu melayani sang suami ataupun memberikan nafaqoh kepada sang isteri ataupun memiliki pekerjaan yang tidak
bisa ditinggalkan. Sehingga tidak heran jika ada guru yang menjawab tidak setuju dengan jenis kegiatan layanan ini. Tabel 25. Guru mengarahkan siswa untuk dapat mengambil keputusannya sendiri dan mempertanggung jawabkannya No. 21.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 10 15 25
% 40% 60% 100%
Pada data tabel di atas, guru yang menjawab setuju sebanyak 15 orang (60%), yang menjawab sangat setuju sebanyak 10 orang (40%), sedangkan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dapat ditarik satu kesimpulan, seluruh guru SMP Negeri 48 ini mengarahkan para siswa untuk bisa mengambil keputusan sendiri dalam permasalahannya dan dapat dipertanggung jawabkannya dengan seluruh kesadarannya. Didikan ini dimaksudkan agar setiap anak didik semakin matang psikhisnya. Karena tingak SMP adalah merupakan masa peralihan anak dari sifat kekanak-kanakannya menuju pada masa puber pertama. Tabel 26. Guru mengumpulkan para siswa yang memiliki masalah yang sama (homogen) untuk dicarikan solusinya No. 22.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 3 18 4 25
% 12% 72% 16% 100%
Berhubungan dengan kegiatan BK di sekolah, peran aktif guru dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat diperlukan. Dari data yang didapatkan, guru yang menjawab setuju sebanyak 18 orang (72%), yang menjawab sangat setuju sebanyak 3 orang (12%), yang menjawab tidak setuju sebanyak 4 orang (16%), sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dengan demikian guru yang melakukan kegiatan pengumpulan para siswa yang memiliki masalah
yang sama (homogen) untuk dicarikan solusinya memegang peranan penting. Hal ini diharapkan akan banyak membantu guru BK dalam penanganan masalah siswa. Tabel 27. Guru mengarahkan para siswa agar menggali bakat mereka yang terpendam No. 23.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 7 18 25
% 28% 72% 100%
Data pada tabel di atas menunjukkan, bahwa semua guru SMP Negeri 48 mengarahkan para siswanya agar menggali bakat mereka yang terpendam (seni). Arahan-arahan dari para guru sangat membantu kemajuan peserta didik, walaupun hal ini bukan menjadi faktor utamanya. Faktor utama tersebut terdapat pada diri sendiri. Hal ini dikuatkan dengan perolehan data yang menjawab setuju sebanyak 18 orang (72%), yang menjawab sangat setuju sebanyak 7 orang (28%), sedangkan yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju sebanyak 0%. Tabel 28. Guru mengarahkan para siswa kepada exskul yang bersifat kerohanian No. 24.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 5 16 4 25
% 20% 64% 16% 100%
Pada prosentase pertanyaan No. 24 dan No. 25 mayoritas guru mengarahkan para siswa pada exskul yang bersifat kerohanian dan kedisiplinan. Pada No. 24 ini prosentasenya adalah guru yang menjawab setuju sebanyak 16 orang (64%), yang menjawab sangat setuju sebanyak 5 orang (20%), yang menjawab tidak setuju sebanyak 4 orang (16%), sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%. Dengan demikian dapat diambil satu kesimpulan, guru dituntut kejeliannya dalam mengarahkan siswanya pada exskul yang bersifat kerohanian.
Tabel 29. Guru mengarahkan para siswa kepada exskul yang beratribut kedisiplinan No. 25.
Alternatif Jawaban a. Sangat Setuju b. Setuju c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju Jumlah
F 6 16 3 25
% 24% 64% 12% 100%
Pada prosentase pertanyaan ini diperoleh data, guru yang menjawab setuju sebanyak 16 orang (64%), yang menjawab sangat setuju sebanyak 6 orang (24%), yang menjawab tidak setuju sebanyak 3 orang (12%), dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 0%. Interpretasi data pada pertanyaan ini sedikit lebih kuat dari pada pertanyaan No.24. Hal ini menunjukkan, banyak guru yang lebih mengarahkan peserta didiknya pada exskul yang beratribut kedisiplinan. Salah satu analisa penulis, karena banyaknya para siswa yang melakukan pelanggaran aturan Tata Tertib sekolah.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah terkumpul dan dianalisis serta diinterpretasi peneliti menyimpulkan bahwa: 1. Peran guru bidang studi dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 48 Jakarta sebagai informan anak-anak bermasalah sudah sangat baik. Yang kedua guru bidang studi juga berperan sebagai pembimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar. Perannya yang kedua ini selalu berhubungan dengan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Hal ini terbukti dengan adanya dokumen program kegiatan BK yang telah terlaksana. Yaitu guru bidang studi melakukan pengenalan masalah belajar yang dihadapi siswa, remedial, pengayaan (enrichment), peningkatan motivasi belajar siswa, dan peningkatan keterampilan teknik belajar siswa. Di samping itu, guru bidang studi melakukan kerjasama dengan guru BK dalam mengantisipasi masalah yang sering terjadi di sekolah seperti merokok, membolos, dan pacaran dengan cara: 1) Mengadakan razia (alat komunikasi/ HP yang terdapat gambar atau video tak senono). 2) Mengontrol kelas setiap harinya yang dilakukan oleh guru BK atau guru piket. 3) Mengecek absensi siswa. 2. Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 48 Jakarta meliputi, konseling individul, bimbingan individual, konseling kelompok dan bimbingan kelompok. Pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan Konseling dilakukan di ruang khusus BK. Prosesnya, guru BK memanggil siswa yang bermasalah. Jika masalah yang di hadapi siswa tidak terlalu berat maka hanya
diberikan poin dan perjanjian siswa dengan guru BK dalam sebuah pedoman wawancara dan kartu Bimbingan Konseling setiap pelanggaran yang dilakukan siswa. Apabila poin siswa sudah sampai 25, maka orang tua siswa dipanggil ke sekolah. Apabila poin masalah siswa mencapai 50, maka diberikan peringatan pertama. Poin siswa mencapai 75 di berikan peringatan kedua, dan apabila poin masalah siswa mencapai 100, siswa akan di drop out dari sekolah. B. Saran-saran a) Untuk Kepala Sekolah Berdasarkan data yang didapat dan telah dianalisis serta diinterpretasi bahwa kegiatan proses belajar mengajar di SMP Negeri 48 jakarta secara umum sudah cukup bagus,baik dalam segi suasana KBM maupun kualitasnya. Namun alangkah baiknya jika pengontrolan tersebut dibarengi dengan jatah masuknya Kepala Sekolah tiap kelas seminggu satu jam sekali. Hal ini dimaksudkan agar pengontrolan tersebut dapat mengenai sasaran dengan tepat, sehingga secara spesifik para siswa dapat belajar dengan suasana yang kondusif dan menyenangkan. Di samping itu pula, agar para siswa dapat lebih dekat dengan Kepala Sekolah, lebih hormat, dan lebih mempunyai nilai kekeluargaan dalam hubungan keduanya. Alangkah baiknya Kepala Sekolah sedikit lebih berperan aktif dalam kegiatan bimbingan konseling. Agar kekurangan pelaksanaan kegiatan BK secara jelas dapat diketahui, kalau sudah diketahui maka hal selanjutnya adalah pemenuhan kekurangan-kekurangan kegiatan BK atau mengenai sarana dan prasarananya.
b) Untuk Guru BK Pelayanan yang dilakukan bukan hanya sebatas pemberian solusi dan poin saja, akan tetapi lebih pada menanamkan nilai pada anak tersebut bahwa segala permasalahan yang dihadapai pasti akan ada solusinya. Tergantung kepada usaha yang dilakukan, apakah sudah semaksimal mungkin atau hanya
sebatas konsultasi saja. Hal semacam inilah yang dapat memberikan kepercayaan kepada anak bermasalah untuk dapat mengambil keputusan sendiri. Hendaknya catatan-catatan atau program-program yang telah lewat masanya dibenahi kembali supaya menjadi program BK yang baru. Sehingga, para siswa pun akan terdata secara jelas. Tidak terselip disana sini. Pembenahan ini guna kemajuan pendidikan para siswa juga. Dengan terprogramnya kegiatan BK, maka akan semakin memudahkan guru BK dalam pelaksanaannya. Jangan memakai program-program yang telah lalu untuk kegiatan BK pada tahun ajaran baru secara keseluruhan. c) Untuk Guru Bidang Studi Dari hasil wawancara dan data-data yang telah didapat, peranan guru dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 48 Jakarta sudah sangat baik sekali. Namun ada sedikit tambahan yaitu masih kurangnya perhatian guru dengan latar belakang keluarga para siswa. Yaitu dari segi perekonomian sisawa dan latar belakang pekerjaan orang tua. Jikalau hal ini menjadi pertimbangan para guru maka guru akan sedikit lebih bekerja keras dalam memberikan penugasan kepada siswa. Banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas jika harus mengeluarkan banyak uang. Di samping itu juga, alangkah baiknya para guru sering-seringlah menegur siswa yang mengantuk di kelas. Karena jika tidak ada teguran ditakutkan akan menjadi kebiasaan siswa sehar-hari dan akan berpengaruh pada kualitas belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. dan Supriyono, Widodo. 1991. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. Ke-1.
Ali, Muhammad. 2001. Kamus Lengkap Bahasa Modern, Jakarta: Pustaka Amani, tt. Arifin, M. 1982. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT. Golden Terayon Press, Cet. Ke-1. Dasuki, Hafizh.1991. Al-Quran dan Tafsirnya, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, Jilid Ke-3. Dept. Agama, 2000. Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit Diponegoro, Cet. Ke-2. Dept. P dan K, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. Ke-2. Djaali, H. 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara, Cet. Ke-1. Djumhur, dan Surya, Moh. 1975. Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Bandung: CV. Pedoman Ilmu Jaya. Gunarsa, Ny. Singgih D. dan Gunarsa, Singgih D. 1981. Psikologi Remaja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, Cet. Ke-4. Gunawan, Yusuf. 2001. Pengantar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Prenhallindo, Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke1. Hallen, A. 2005. Bimbingan dan Konseling, Ciputat: PT Ciputat Press, Cet. Ke-3. Menteri, Agama, Waqaf, Da’wah. 1971. dan Bimbingan Islam, Al-Quran dan Terjemahnya, Saudi Arabia: Lembaga Percetakan Al-Quran Raja Fahd, Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional :Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cetakan Pertama. Nurihsan, Achmad Juntika. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung: PT. Refika Aditama, Cet. Ke-1. Partanto, Pius A. dan Al-Barry, M. Dahlan. 1994. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola. Soetjipto, dan Kosasi. 2004, Profesi Keguruan, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. Ke- 2.
Prayitno, M.Sc.Ed. dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. Ke-2. 2004. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-3. Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. Ke-1. Supranto, J. 1993. Statistik Teori dan Aplikasinya, Jakarta: Erlangga, Cet. Ke-5. Thantawy, R. 1995. Manajemen Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Pamator Pressindo,), Cet. Pertama. Tirtoadmodjo, Soebroto. tt. Dkk. Buku Catatan Pribadi Siswa di Pendidikan Dasar (SLTP), Jakarta: PT. Margi Wahyu, Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah : Berbasis Integrasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Winkel, W.S. 1987. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, Jakarta: PT Gramedia, Cet. Ke-1. _______. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Edisi Revisi. Yusuf, Syamsu L.N dan Nurihsan, A. Juntika. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, Cet. Ke-2
Angket PERANAN GURU DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN
BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH Petunjuk pengisian: 1. Berilah tanda ceklist (√) pada kolom pilihan jawaban di samping kanan 2. Jawablah sesuai dengan kondisi nyata sekolah 3. Keterangan: SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). 4. Terimakasih telah membantu peneliti dalam pengumpulan data di sekolah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Pertanyaan Guru membimbing siswa yang megalami penurunan peringkat kelas Guru memberikan bimbingan belajar pada anak yang di bawah Kemempuan Kriteria Minimal (KKM) Guru memberikan jam tambahan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar Guru membuat catatan khusus bagi siswa yang melakukan tindak asusila Guru membuat catatan khusus bagi siswa yang mengalami penurunan kualitas belajar Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang kurang memperhatikan pelajaran Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang kurang konsentrasi Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang sering mengantuk di kelas Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang latar belakang pekerjaan orang tua Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang tingkat perekonomian siswa Guru memberikan arahan pada siswa tentang penggunaan waktu senggang Guru memberikan arahan pada siswa untuk sering mengulang pelajaran
SS
S TS
STS
14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Guru memberikan arahan pada siswa untuk membiasakan tidak tidur larut malam Guru melakukan kerjasama dengan guru BK dalam merumuskan solusi permasalahan ekonomi siswa Guru memberikan dispensasi bagi siswa yang tergolong tingkat ekonomi menengah ke bawah Guru melakukan layanan konsultasi individual di ruangan kelas Guru melakukan layanan konsultasi individual di ruangan kantor guru Guru melakukan layanan konsultasi kelompok di ruangan BK Guru melakukan home visit (kunjungan rumah) anak bermasalah Guru mengarahkan siswa untuk dapat mengambil keputusannya sendiri dan mempertanggung jawabkannya Guru mengumpulkan para siswa yang memiliki masalah yang sama (homogen) untuk dicarikan solusinya Guru mengarahkan para siswa agar menggali bakat mereka yang terpendam Guru mengarahkan para siswa kepada exskul yang bersifat kerohanian Guru mengarahkan para siswa kepada exskul yang beratribut kedisiplinan
No
Nama Guru
1 1
2
2 Drs. H. AGUS FACHRUDDIN, AM NIP. 131287979 SYUFNIAR,Hj. BA NIP.
3
4
5
6
7
130795025
Status Pegawai
Gol
5
6
7
Tahun Jadi PNS
Tahun Jadi Guru
9 01-0383
Ijazah 1
Ijazah 2
Tk
Jurusan
Tahun lulus
Tk
Jurusan
Tahun lulus
10
11
12
13
14
15
Sarmud
PAI
1980
S1
PAI
1983
L
CIKARANG 20-08-54
Islam
PNS
IV/a
8 01-0285
P
PADANG 08-10-48
Islam
PNS
IV/a
01-0677
01-0376
Sarmud
Ilmu Hukum
1973
-
-
-
P
GESIKAN 27-08-49
Islam
PNS
IV/a
01-0677
01-0376
D3
Kurikulum
1974
S1
BK
2001
L
KUNINGAN
Islam
PNS
IV/a
01-0779
01-0378
D3
IPA
1999
S1
Islam
PNS
IV/a
01-0378
01-0579
D2
Tarbiyah
1995
S1
IV/a
01-0679
01-0378
Sarmud
Matematika
1984
S1
IV/a
01-0580
01-0379
S1
Bhs. Ing
1991
S2
IPS
1995
14-07-52 L
PADANG
Tarbiyah
2000
10-12-54 P
SOLO
Islam
PNS
Matematika
2001
19-02-56
130678697
SYAM WILDAN, H.Drs.M.Pd NIP.
4
130615043
FEBRIDAYANI, S.Pd NIP.
3
130678362
AMRIZAL,H. S.Ag NIP.
Agama
130540621
DIDI JUHAEDI, SPd NIP.
Tempat Tanggal Lahir
130540001
KEMISAH W, Hj. S.Pd NIP.
Jenis Kelamin
L
CIANJUR 11-12-53
Islam
PNS
Pen Pend.
2003
Ta Serti
1
8
SUMARTINAH,S.Pd NIP.
9
10
11
12
13
14
15
16
17
L
JOGJAKARTA 30-08-48
Kristen
L
KLATEN 17-03-51
Islam
P
JAKARTA 09-05-63
Islam
P
JAKARTA 12-12-64
Islam
P
JAKARTA 03-04-61
Islam
P
P.SIANTAR 09-03-54
Kristen
131402943
ROSITA MANURUNG NIP.
Islam
131950520
NURUL HUDA, Dra NIP.
PURWOKERTO 12-10-56
L
131387848
DWI HARDININGSIH, Dra NIP.
Islam
130674128
Hj. RACHMA DIASTANTI,SH NIP.
BK.TINGGI 23-07-51
L
130541005
TUKARNA DIANA NIP.
Kristen
130921060
IMMANUEL SUMARDJO NIP.
BALIGE 01-10-1951
P
130680034
SUS MULYADI,Drs NIP.
Islam
130522945
FAIZAL, A.Md.Pd NIP.
BANTUL 01-12-59
131286990
ERISA SIMANJUNTAK,S.Pd NIP.
P
130541034
IV/a
01-0383
01-0383
SPG
Kpg
S1
Bhs.& Sastra
2002
IV/a
01-0476
01-0175
D3
Geografi
2000
S1
Geografi
2002
IV/a
01-0879
01-0378
D2
Ket. Jasa
1986
D3
Ekonomi
2001
IV/a
01-0582
01-0381
D1
Olah raga
1980
S1
Tata Perk
1990
PNS
IV/a
31-0877
21-0476
PGSLP
Menggambar
1969
-
-
-
PNS
IV/a
01-0381
01-1177
D1
IPA
1977
-
-
-
IV/a
01-1185
01-0384
D1
PMP Hukum
1983
S1
Hukum
1989
PNS
IV/a
01-0792
01-0391
S1
Biologi
1989
-
-
-
PNS
IV/a
01-1286
01-0384
D2
Bhs.Indo
1983
S1
Bhs.& Sastra
1990
III/c
01-0777
01-0376
PGSLP
Seni musik
1975
-
-
-
PNS PNS
PNS PNS
PNS
PNS
18
ISMAIDA, A.Md.Pd NIP.
19
20
21
22
23
24
25
26
27
1979
D3
Bhs.& Sastra
1999
P
AD.KOLING 05-02-54
Kristen
PNS
IV/a
01-0677
01-0376
PGSLP
Ekonomi
1973
S1
Ekonomi
2002
L
BK.TINGGI 16-02-53
Islam
III/c
01-1180
01-0379
PGSLP
Menggambar
1977
-
-
-
L
KLATEN 06-02-48
Islam
PNS
IV/a
01-0682
01-0381
PGSLP
Ekonomi
1969
D3
Ekonomi
2001
L
PIDIE 06-08-54
Islam
PNS
III/c
01-0582
01-0381
D1
Bhs. Ing
1980
S1
Adm.Perk
1997
L
MAGELANG '02-05-58
Katolik
III/d
01-0285
01-0383
PGSLP
Seni Rupa
1981
S1
Adm.Perk
1995
P
PURWOREJO 05-04-62
Islam
PNS
III/c
01-0787
01-0384
D1
PKK
1983
S1
BK
2001
P
P. SIANTAR 15-01-51
Kristen
PNS
III/c
01-1180
01-0379
PGSLP
Bhs. Inggris
1971
-
-
-
P
SURABAYA 06-06-60
Islam
PNS
III/c
01-0983
01-0382
PGSLP
Tata Busana
1982
S1
Ekonomi
2004
P
P.SIDEMPUAN 30-03-59
Islam
PNS
III/c
01-0285
01-0283
D1
Matematika
1982
D3
Matematika
1997
131108322
ROBIA MAWATI,Hj. A.Md.Pd NIP.
Bhs.Indo
130782944
YANA FATMAWINARSIH,SE NIP.
PGSLP
131393303
IDA BASA SIMAMORA NIP.
01-0379
131287937
KAMIRAH,S.Pd NIP.
01-0379
130929317
Cy. SUMARDOWO,SPd NIP.
III/d
130915412
BACHTIAR ,SPd NIP.
PNS
130782997
SUNARNO,A.Md.Pd NIP.
Islam
130540978
RUSKANDAR NIP.
L.SIKAPING 15-07-57
130795495
IRENE L. SIREGAR,S.Pd NIP.
P
131263440
PNS
PNS
28
RISNAWATI NIP.
29
30
31
32
33
34
35
36
37
P
GN.KIDUL 17-08-64
Kristen
P
JAKARTA 18-12-69
Islam
L
KLATEN 17-12-69
Islam
P
JAKARTA 05-05-73
Islam
P
JAKARTA 21-08-74
Islam
L
JAKARTA 24-11-65
Islam
P
JAKARTA 19-02-69
Islam
132210945
SRI RAHAYU, S.Pd NIP.
Islam
132220344
DEDIYONO,S.Pd NIP.
GN.KIDUL 05-06-61
132199883
RIA AGUSTIKA,SPd NIP.
P
132168027
TUTI ALAWIYAH,SPd NIP.
Islam
132168010
WIDODO,SPd NIP.
TJ. ENIM 02-09-61
131636085
Hj. SRI WIDAYATI,SPd NIP.
P
131802780
SRI SUNARYATI,S.Pd NIP.
Islam
132137907
MAMININGSIH.PANGATSAMI,S.Pd NIP.
SUNGAYANG 28-12-54
131264873
SUSIATI,Dra NIP.
P
132226792
III/c
31-0185
01-0383
D1
Geografi
1982
-
-
-
PNS
III/d
01-09-97
01-1295
S1
Bhs.& Sastra
1988
-
-
-
PNS
III/c
01-0590
01-1088
D3
Fisika
1987
S1
Fisika
2004
III/c
01-0188
01-0386
SMKI
SeniTari
1984
S1
BK
2001
PNS
III/c
01-0999
01-0297
S1
Bhs.& Sastra
1996
-
-
-
PNS
III/c
01-1199
01-0297
S1
PMP & KN
1994
-
-
-
III/c
01-1099
01-0298
S1
Matematika
1996
-
-
-
PNS
III/b
01-0301
01-0399
S1
Matematika
1997
-
-
-
PNS
III/c
01-0300
01-0785
S1
Bhs Inggris
1996
-
-
-
III/b
01-0400
01-0399
S1
Bhs. Inggris
1998
-
-
-
PNS
PNS
PNS
PNS
38
KARTINI NIP.
39
40
41
42
43
44
45
46
47
1988
-
-
-
P
JOMBANG 31-12-51
Islam
PNS DEPAG
IV/a
01-0771
01-0771
Sarmud
Ushuludin
1973
-
-
-
L
TL.AGUNG 10-10-59
Islam
III/a
01-0393
01-0390
PGSLP
Olah Raga
1985
-
-
-
L
CILEDUG 03-10-61
Islam
GTTPNS
III/c
01-0485
01-0483
SGO
Olah Raga
1881
D2
Penjaskes
2002
P
JAKARTA 24-09-75
Islam
HONDA/ PTT
NON PNS
-
01-0798
S1
Matematika
1998
-
-
-
P
JAKARTA 14-12-71
Islam
HONDA/ PTT
NON PNS
-
01-0798
S1
Bhs.& Sastra
1995
-
-
-
P
DEMAK 28-04-77
Islam
HONDA/ PTT
NON PNS
-
01-0702
S1
Ekonomi
2000
-
-
-
L
JAKARTA 24-12-65
Islam
GTT
NON PNS
-
01-0701
S1
Bhs. Arab
1992
-
-
-
P
JAKARTA 04-04-70
Islam
GTT
NON PNS
-
01-0703
S1
Bhs. Inggris
1996
-
-
-
P
JAKARTA 05-06-78
Islam
GTT
NON PNS
-
01-0703
S1
Biologi
2003
-
-
-
991084005
SRI WAHYUNI, S.Pd NIP.
Bhs. Sastra
991084004
HASANAH, S.Pd NIP.
D3
991084003
ROHMANI, Drs NIP.
01-1295
991084002
YUNI PRAPTI, S.Pd NIP.
01-0597
991084001
SYAFAAH, S.Ag NIP.
III/a
131438533
LAELA AMRIYANI, S.Pd NIP.
PNS
132048014
YUSRON AM NIP.
Islam
150152472
SUYAMTO NIP.
KEDIRI 21-04-65
132137254
SITI ASIYAH,Hj.BA NIP.
P
991084006
PNS
48
ACHMAD MUFTI, S.Kom NIP.
49
50
NIP.
Islam
GTT
NON PNS
-
01-0703
-
17-0705
S1
Biologi
2003
S1
T. Informatika
1997
-
-
-
-
-
P
JAKARTA 21-04-80
Islam
GTT
P
LUWU 20-07-83
Islam
GTT
NON PNS
-
17-0705
S1
Sejarah
2006
-
-
-
L
JAKARTA
Kristen
GTT
NON PNS
-
07-0706
S1
Theologia
2004
-
-
-
991084009
ANTONIUS NUGROHO, STh
JAKARTA 05-10-71
NON PNS
991084008
CHAERUNISA, S.Pd NIP.
51
991084007
DWI RETNO PALUPI, S.Pd.Si NIP.
L
991084020
C/ ZAENALMAARIF/ PEGAWAI / INSTRUMEN VALIDASI
23-03-73