Kompetensi Sosial Guru .... (Fitria Syahrulita Mayasari
502
KOMPETENSI SOSIAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SMP NEGERI DI KABUPATEN SLEMAN SOCIAL COMPETENCE THE GUIDANCE AND COUNSELING TEACHERS IN THE JUNIOR HIGH Oleh:
Fitria Syahrulita Mayasari, Bimbingan Dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta,
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kompetensi sosial guru bimbingan dan konseling beserta alasannya pada guru bimbingan dan konseling SMP Negeri di Kabupaten Sleman. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan skor rerata/mean dari seluruh guru bimbingan dan konseling sebesar 1,90. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi sosial guru bimbingan dan konseling SMP Negeri di Kabupaten Sleman terkategori “tinggi” karena skor rerata/mean nya berada pada interval 176-210. Kompetensi sosial guru bimbingan dan konseling berdasarkan aspek mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja memiliki skor rerata/mean 1,90 berada pada kategori “tinggi”, aspek berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling memiliki skor rerata/mean 1,61 berada pada kategori “sedang” dan kompetensi sosial guru bimbingan dan konseling berdasarkan aspek mengimplementasikan kolaborasi antar profesi memiliki skor rerata/mean 1,80 berada pada kategori “tinggi”. Hal ini berarti guru bimbingan dan konseling SMP Negeri di Kabupaten Sleman dapat dinyatakan kompeten dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling yang berkualitas. Kata kunci: kinerja kompetensi sosial, guru bimbingan dan konseling Abstract This study was conducted to describe the social competence of guidance and counseling teacher at Junior High School in Sleman. This study was categorized as quantitative-describtive research. The result of the study revealed that the social competence of the guidance and counseling teacher was considered good. Results showed the mean score of all teachers the guidance and counseling of 1.90. This suggests that the performance of social competence of teachers guidance and counseling Junior High School in Sleman already " high " because of its mean score is in the interval 176-210 . Social competence of teachers guidance and counseling based on the aspects of implementing the internal collaboration in the workplace has a mean score of 1.90 in the category "high" , aspects play a role in the organization and activities of professional guidance and counseling have a mean score of 1.61 in the category "medium " and social competence of teachers guidance and counseling based on the aspects of implementing inter-professional collaboration has a mean score of 1.80 in the category "high" . This means the teacher guidance and counseling Junior High School in Sleman can be declared competent in providing guidance and counseling services quality.
Keywords: social competence, guidance and counseling teacher
Indonesia telah lama dilakukan oleh berbagai
PENDAHULUAN Pendidikan diharapkan dapat mejadi salah
pihak. Peningkatan mutu merupakan salah satu
satu wahana untuk mempersiapkan generasi
skala prioitas pembangunan bidang pendidikan.
bangsa, sehingga kelak dapat lahir SDM yang
Bentuk nyata yang sudah dilakukan antara lain
handal
dan
kemampuan
untuk
usaha penyempurnaan kurikulum, peningkatan
perubahan
ilmu
mutu guru dan tenaga kependidikan dengan
pengetahuan, teknologi dan seni modern. Upaya
memberi kesempatan menempuh pendidikan
untuk
formal dan non formal (diklat-diklat dan kursus-
merespon
mempunyai dinamika
meningkatkan
dan
mutu
pendidikan
di
503 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun Ke-5 2016
kursus), pengadaan buku ajar, peningkatan
emosional,
manajemen pendidikan serta pengadaan fasilitas
Perwujudan pelayanan bimbingan dan konseling
pendukung termasuk laboraturium dan fasilitas
yang bermutu dipengaruhi oleh salah satunya
lainnya.
penguasaan kompetnsi guru Bimbingan dan
Guru bimbingan dan konseling adalah
sosial,
pendidikan,
dan
karir.
Konseling (BK) .
salah satu profesi yang keberadaannya sejajar
Dalam
Lampiran
Pendidikan
dalam
Indonesia
menyatakan “rumusan Standar kompetensi guru
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Bimbingan dan Konseling telah dikembangkan
Nasional Pasal 1 Ayat 6 yang berbunyi “Pendidik
dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
guru
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
kompetensi sosial guru Bimbingan dan Konseling
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
adalah sebaga berikut”. Sub-Kompetensi (1)
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat
pendidikan”.
bahwa
bekerja; (2) berperan dalam organisasi dan
keberadaan guru Bimbingan dan Konseling dalam
kegiatan profesi bimbingan dan konseling; (3)
sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai
mengimplementasikan kolaborasi antar profesi.
Pasal
ini
Republik
menjelaskan
salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan
Bimbingan
Dalam
No.
dan
rangka
27
Menteri
dengan guru. Hal ini seperti yang dijelaskan Undang-Undang
Nasional
Peraturan tahun
Konseling.
2008,
Rumusan
meningkatkan
mutu
kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor,
pendidikan maka guru bimbingan dan konseling
widyaiswara, fasilitator, dan instruktur.
termasuk komponen penting yang harus diketahui
Bimbingan dan konseling sebagai bagian
bagaimana kinerjanya. Hal ini sangat penting
integral dari sekolah memiliki peran yang cukup
dilakukan mengingat selama ini penilaian tentang
penting berkaitan dengan mutu sekolah. Dalam
kinerja
rangka
kualifikasi
mewujudkan
suksesnya
program
pendidik guru
masih mata
terlalu
didominasi
pelajaran,
sementara
pendidikan di sekolah, pelayanan bimbingan dan
penilaian terhadap komponen pendidik lain
konseling berperan dalam aspek pengembangan
termasuk guru bimbingan dan konseling masih
diri peserta didik. Guna mencapai pengembangan
sedikit dilakukan.
diri
yang
optimal
sejalan
dengan
tujuan
Fakta terkait kompetensi sosial guru
pendidikan, maka hal itu dapat dilakukan melalui
bimbingan
pelayanan
yang
penelitian yang dilakukan Anisa Sulistyowati,
bermutu. Pelayanan bimbingan dan konseling
2012 (Pramesti Ayuningtyas, 2012) mengenai
yang bermutu yaitu pelayanan yang mampu
problematika kompetensi konselor SMA se-
mengarahkan,
dan
Kabupaten Sleman dimana pada penelitian
yang
tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa
tugas-tugas
bimbingan
dan
konseling
mengembangkan perkembangan
potensi
individu
menyangkut kawasan kematangan personal dan
problematika
dan
konseling
yang
dialami
tertuang
dalam
konselor.
Di
Kompetensi Sosial Guru .... (Fitria Syahrulita Mayasari
Kabupaten
tersebut,
kinerja
konselor
pada
kompetensi sosial masih rendah dalam aspek
504
oleh guru BK, 3) Kolaborasi antar profesi oleh guru bimbingan dan konseling.
memahami peran pihak-pihak lain di tempat bekerja, bekerjasama dengan pihak-pihak lain ditempat bekerja, aktif dalam organisasi profesi BK dan bekerja dalam tim bersama tenaga profesional profesi lain.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
metode
kuantitatif deskriptif dengan pendekatan survei.
Permasalahan tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gusfar
Waktu dan Tempat Penelitian
Efendi, Nurfarhanah dan Yusri, 2012 (Jurnal
Penelitian ini dilaksanakan pada guru
Ilmiah Konseling, FIP-UNP) tentang kompetensi
bimbingan dan konseling SMP Negeri di
sosial guru Bimbingan dan Konseling di SMA
Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman dipilih
Negeri Kota Padang. Berdasarkan hasil analisis
dengan
data dalam penelitian, menunjukkan bahwa
dilaksanakan
penelitian
kompetensi sosial guru Bimbingan dan Konseling
sejauhmana
kinerja
di SMA Negeri Padang dilihat dari kolaborasi
bimbingan
intern di tempat bekerja berada pada kategori
pertimbangan
dan
sebelumnya yang
mengukur
kompetensi
konseling
telah
pada
guru jenjang
Sekolah Menengah Atas (SMA). Perlu kiranya
cukup baik, kompetensi sosial guru Bimbingan
dilakukan penelitian serupa pada jenjang yang
dan Konseling di SMA Negeri Padang dilihat dari
berbeda
peran dalam organisasi dan kegiatan profesi
Pertama (SMP) seputar kompetensi guru
bimbingan dan konseling berada pada kategori
bimbingan dan konseling khususnya pada
cukup
guru
kompetensi sosial. Penelitian dilaksanakan
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri
selama 24 hari yaitu pada tanggal 1 - 24 Juni
Padang dilihat dari kolaborasi antar profesi
2016. Peneliti membagikan angket kepada
berada pada kategori cukup baik.
guru Bimbingan dan Konseling untuk mengisi
baik,
dan
kompetensi
sosial
Dari realita yang ditemui di lapangan dan berdasarkan
penelitian
terdahulu
mengenai
yakni
pada
Sekolah
Menengah
angket kinerja kompetensi sosial guru BK bergantian pada tiap sekolah.
kompetensi sosial guru bimbingan dan konseling maka perlu untuk diteliti bagaimana “Kompetensi
Target/Subjek Penelitian
Sosial Guru Bimbingan dan Konseling” pada
Subjek dalam penelitian ini adalah guru
jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Bimbingan dan Konseling SMP Negeri di
Sehingga tujuan penelitian yang ingin dicapai
Kabupaten Sleman dengan total jumlah populasi
dalam
130 guru BK.
penelitian
ini
adalah;
untuk
mendeskribsikan: 1) kolaborasi intern di tempat bekerja oleh guru BK, 2) Peran dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling
Tabel 1. Rincian Populasi Penelitian Kompetensi Sosial Guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri di Kabupaten Sleman
505 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun Ke-5 2016
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Cluster/Kecamatan Berbah Cangkringan Depok Gamping Godean Kalasan Minggir Mlati Moyudan Ngaglik Ngemplak Pakem Prambanan Seyegan Sleman Tempel Turi Jumlah
Jumlah Guru BK 5 2 12 11 7 10 4 7 4 12 8 7 9 6 11 9 6 130
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden (Margono, 2005: 167). Menurut (2010:
Arikunto
menyatakan
kelebihan
menggunakan metode angket adalah: 1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti. 2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden. 3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya
masing-masing,
dan
menurut waktu senggang responden. 4. Dapat dibuat anonoim sehingga responden bebas,
Berdasarkan komposisi populasi tersebut, peneliti menentukan
195)
Suharsimi
jujur
dan
tidak
malu
malu
menjawab.
sampel dengan teknik
5. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi
proportionate cluster random sampling. Sampel
semua responden dapat diberi pertanyaan
yang diambil dalam penelitian ini adalah 25%
yang benar-benar sama.
dari seluruh populasi yaitu 33 guru bimbingan dan konseling.
Agket
dalam
penelitian
ini
ditujukan
kepada guru bimbingan dan konseling untuk mengungkap
Prosedur
pengakuan
guru
bimbingan
konseling berkenaan dengan kompetensi sosial
Penelitian dilaksanakan selama dua puluh empat hari yaitu pada tanggal 1 Juni 2016 sampai dengan 24 Juni 2016. Peneliti membagikan angket kepada guru bimbingan dan konseling untuk mengisi angket kompetensi sosial guru bimbingan dan konseling secara bergantian dari sekolah yang satu ke lainnya.
guru bimbingan dan konseling menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling yang meliputi: mengimplementasikan kolaborasi intern
di
tempat
bekerja,
berperan
dalam
organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling dan mengimplementasikan kolaborasi
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan
antar profesi.
Data Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan metode: 1. Angket (kuesioner) Angket (kuesioner) adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara
Teknik Analisis Data Teknik analis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Sugiyono (2014: 147) menyatakan bahwa
Kompetensi Sosial Guru .... (Fitria Syahrulita Mayasari
statistik
deskriptif
yang
Guru Mata Pelajaran) secara aktif. Rerata/mean
digunakan untuk menganalisis data dengan
secara umum pada semua guru bimbingan dan
cara mendiskripsikan atau menggambarkan
konseling dalam aspek berperan dalam organisasi
data
sebagaimana
dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
menunjukkan skor 1,61 termasuk pada kategori
yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
“sedang”. Hal ini berarti guru bimbingan dan
Analisis yang digunakan adalah analisis
konseling SMP Negeri di Kabupaten Sleman
frekuensi.
merupakan
belum sepenuhnya melaksanakan peran dalam
analisis yang mencakup gambaran frekuensi
organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan
data
yang
konseling. Rerata/mean secara umum pada semua
dimaksud yaitu dengan menggunakan fasilitas
guru bimbingan dan konseling dalam aspek
Computer Program SPSS For Windows Seri
mengimplementasikan kolaborasi antar profesi
20.0.
menunjukkan skor 1,80 termasuk pada kategori
yang
telah
adalah
terkumpul
Analisis
secara
statistik
506
umum.
frekuensi
Analisis
data
“tinggi”. Hal ini berarti guru bimbingan dan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
konseling SMP Negeri di Kabupaten Sleman
A. Hasil Penelitian
telah melaksanakan kolaborasi antar profesi
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil penelitian ini dapat disajikan pada tabel
dengan (Guru Mata Pelajaran, Psikolog, Psikiater, Polisi dan Dokter) secara aktif.
berikut: Tabel 2. Hasil Pengolahan Data Kompetensi Sosial Guru Bimbingan dan Konseling Tiap Aspek No. Aspek Mean Kategori 1 Mengimplementasikan 1,90 Tinggi Kolaborasi Intern di Tempat Bekerja 2 Berperan dalam 1,61 Sedang Organisasi dan Kegiatan Profesi Bimbingan dan Konseling 3 Mengimplementasikan 1,80 Tinggi Kolaborasi Antar Profesi Rerata/mean secara umum pada semua guru bimbingan dan konseling dalam aspek mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja menunjukkan skor 1,90 termasuk pada kategori “tinggi”. Hal ini berarti guru bimbingan dan konseling SMP Negeri di Kabupaten Sleman telah melaksanakan kolaborasi intern di tempat bekerja dengan (Kepala Sekolah, Wali Kelas dan
B. Pembahasan Pada
Penelitian
ini,
peneliti
ingin
mengetahui bagaimana tingkat kompetensi sosial guru bimbingan dan konseling SMP Negeri di Kabupaten Sleman sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling. Peneliti juga mencermati secara lebih khusus kompetensi sosial guru bimbingan dan konseling pada aspek mengimplementasikan kolaborasi intern
ditempat
bekerja,
berperan
dalam
organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling serta mengimplementasikan kolaborasi antar profesi. Berdasarkan hasil analisis data kuantitatif dan kualitatif di atas, didapatkan beberapa hasil analisis.
507 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun Ke-5 2016
Pertama, hasil penelitian kompetensi
kerjasama dengan rekan krerja agar terwujud
sosial guru bimbingan dan konseling SMP Negeri
kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang
di Kabupaten Sleman terkategori “tinggi”. Hal ini
optimal. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri
menunjukkan bahwa sebagian besar guru BK
Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008
kompeten dalam melaksanakan kompetensi sosial
tentang Standar
guru BK sesuai dengan Peraturan Menteri
Kompetensi guru Bimbingan dan Konseling,
Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008
bahwa seorang guru BK diharuskan mampu
tentang Standar
dan
dalam mengimplementasikan kolaborasi intern di
Kompetensi guru Bimbingan dan Konseling.
tempat bekerja dengan indikator sebagai berikut:
Kompetensi sosial guru BK termasuk dalam
1) Memahami dasar, tujuan, organisasi, dan peran
kategori tinggi disebabkan oleh pentingnya
pihak-pihak lain (guru, wali kelas, pimpinan
menerapkan kompetensi dalam melaksanakan
sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah) di
tugas dalam sebuah profesi dalam hal ini profesi
tempat bekerja, 2) Mengkomunikasikan dasar,
guru bimbingan dan konseling. Hal ini senada
tujuan dan kegiatan pelayanan bimbingan dan
dengan yang dipaparkan oleh Mulyasa (2013: 62-
konseling kepada pihak-pihak lain di tempat
63) bahwa kompetensi merupakan perpaduan dari
bekerja, 3) Bekerjasama dengan pihak-pihak
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
terkait di dalam tempat bekerja (seperti guru,
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
orang tua, tenaga administrasi).
Kualifikasi
Akademik
bertindak. Pernyataan tersebut didukung oleh
Ketiga,
Kualifikasi
menurut
Akademik
Peraturan
dan
Menteri
Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 Bab
Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008
II tentang Kompetensi dan Sertifikasi pasal 3,
tentang Standar
kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
Kompetensi guru Bimbingan dan Konseling,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
bahwa peran seorang guru BK dalam organisasi
dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru
dan profesi merupakan hal penting untuk
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
meningkatkan
Kualifikasi
pengetahuan
Akademik
yang
dan
dapat
Kedua, kompetensi sosial guru BK
menunjang kinerja sebagai guru BK. Namun,
dalam aspek mengimplementasikan kolaborasi
hasil penelitian pada aspek berperan dalam
intern di tempat bekerja terkategori tinggi. Hal ini
organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan
menunjukkan bahwa sebagian besar guru BK
konseling
sudah memahami peran dan melaksanakan
menunjukkan bahwa guru BK belum sepenuhnya
kerjasama dengan pihak lain (Guru Mata
melaksanakan
Pelajaran, Wali Kelas, dan Kepala Sekolah)
kegiatan profesi bimbingan dan konseling. Hal ini
dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
disebabkan oleh tidak semua guru bimbingan dan
Aspek mengimplementasikan kolaborasi intern
konseling
ditempat bekerja termasuk dalam kategori tinggi
(Anggota Luar Biasa, Anggota Kehormatan,
disebabkan oleh pentingnya guru BK menjalin
Kongres,
terkategori
peran
menjabat
Kongres
sedang.
dalam
atau
Luar
Hal
organisasi
tergabung
Biasa,
ini
dan
dalam
Konvensi
Kompetensi Sosial Guru .... (Fitria Syahrulita Mayasari
Nasional,
Rapat
Kerja
Nasional,
Konvensi
508
penuh, itu tugas guru BK, guru mata pelajaran
Daerah, Rapat Kerja Daerah, Rapat Anggota
menganggap
bahwa
penanganan
siswa
Cabang, maupun Rapat Kerja Cabang).
sepenuhnya tanggungjawab guru BK, hanya guru
Keempat, kompetensi sosial guru BK
mapel tertentu yang terlibat, tidak ada kaitannya
dalam aspek mengimplementasikan kolaborasi
dengan guru mapel, ada wali kelas yang tak mau
antar
tahu
profesi
terkategori
tinggi.
Hal
ini
problem
siswa,
menganggap
melaksanakan kolaborasi antar profesi dengan
dilaksanakan oleh guru BK saja, perannya biasa-
(Guru Mata Pelajaran, Psikolog, Psikiater, Polisi
biasa saja, tidak semua, biasanya justru guru mata
dan
Aspek
pelajaran, masih banyak tugas lain yang harus
mengimplementasikan kolaborasi antar profesi
dikerjakan oleh Kepala Sekolah, pelaksanaan
termasuk dalam kategori tinggi disebabkan oleh
menjadi tanggungjawab gurur BK, sekolah belum
pentingnya
meniliki tenaga administrasi khusus BK.
secara
guru
BK
aktif.
mengkomunikasikan,
layanan
BK
guru
menunjukkan bahwa sebgian besar guru BK telah
Dokter)
bahwa
kebanyakan
hanya
memahami peran, dan bekerjasama dengan
Rerata/mean secara umum kompetensi
profesi lain agar terwujud kegiatan layanan
sosial guru bimbingan dan konseling dalam aspek
bimbingan dan konseling yang optimal. Hal ini
berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi
sesuai dengan apa
dalam
bimbingan dan konseling menunjukkan skor 1,61
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
termasuk pada kategori “sedang”. Adapun alasan
27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi
pada alternatif jawaban “belum memahami/belum
Akademik dan Kompetensi guru Bimbingan dan
melaksanakan” antara lain; tidak bergabung,
Konseling, bahwa pelaksanaan kerjasama atau
maksud luar biasa?, tidak aktif, menjadi anggota
kolaborasi dengan profesi lain sangat diperlukan
biasa, kepengurusan MGBK secara bergantian
dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Pada
tiap periode 4 tahun sekali, tidak aktif menjadi
kasus-kasus tertentu memungkinkan guru BK
anggota kehormatan, belum pernah menjadi
meminta kerjasama dengan profesi lain untuk
anggota kehormatan, tidak menjabat dan bukan
membantu memecahkan permasalahan konseli.
wewenang, diwakili oleh pengurus MGBK,
yang tercantum
Rerata/mean secara umum kompetensi
belumpernah ikut, tidak ada Kongres, tidak ada
sosial guru bimbingan dan konseling dalam aspek
informasi, tidak harus, diwakili oleh pengurus
mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat
kabupaten, tidak ada undangan, belum ada, belum
bekerja menunjukkan skor 1,90 termasuk pada
ada waktu, bukan wewenang, diwakili oleh
kategori “tinggi”. Adapun alasan pada alternatif
MGBK
jawaban
Konvensi, bila diperlukan, tidak semua, tidak ada
melaksanakan”
“belum antara
memahami/belum lain;
karena
Propinsi,
tidak
selalu,
tidak
ada
bukan
Raker Nas, tidak ada Raker Da, kadang-kadang,
bidangnya, guru mapel belum paham tugas BK,
tidak ada rapat Cabang adanya rapat Korwil,
itu urusan guru BK, semua data siswa yang
hanya bila perlu.
lengkap ada di BK, guru mapel sibuk jam nya
509 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun Ke-5 2016
Rerata/mean secara umum kompetensi
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan
sosial guru bimbingan dan konseling dalam aspek
bahwa:
mengimplementasikan kolaborasi antar profesi
1. Kompetensi sosial yang dimiliki oleh guru
menunjukkan skor 1,80 termasuk pada kategori
bimbingan dan konseling SMP Negeri di
“tinggi”. Hal ini berarti guru bimbingan dan
Kabupaten Sleman terkategori “tinggi”.
konseling SMP Negeri di Kabupaten Sleman
Artinya, guru bimbingan dan konseling
telah melaksanakan kolaborasi antar profesi
SMP Negeri di Kabupaten Sleman telah
dengan (Guru Mata Pelajaran, Psikolog, Psikiater,
mengaplikasikan kompetensi sosial guru
Polisi dan Dokter) secara aktif. ”. Adapun alasan
BK dalam pelayanan bimbingan dan
pada alternatif jawaban “belum memahami/belum
konseling dengan sangat baik. Sehingga,
melaksanakan” antara lain; permasalahan siswa
guru bimbingan dan konseling SMP
belum sampai ke Psikolog penanganannya,
Negeri di Kabupaten Sleman dinyatakan
masalah yang ada selama ini bisa tuntas tanpa
kompeten dalam memberikan pelayanan
Psikolog dari luar, belum pernah, belum perlu,
bimbingan
karena permasalahan siswa masih cukup diatasi
berkualitas.
dan
konseling
yang
oleh pihak sekolah + keluarga, belum pernah ada
2. Kompetensi sosial guru bimbingan dan
kasusu siswa yang ditangani secara klinis, sudah
konseling pada tiap aspek adalah sebagai
jelas diatur dalam Kode Etik BK, hanya pada saat
berikut:
Mos diundang, hanya jika ada permasalahan
a. Kompetensi sosial guru bimbingan
klinis, disekolah kami tidak ada kasus kriminal,
dan
konseling
dalam
tidak ada kasus.
mengimplementasikan
aspek
kolaborasi
intern di tempat bekerja termasuk pada kategori “tinggi” dengan skor
Keterbatasan Penelitian Keterbatasan
dalam
penelitian
ini
adalah: 1.
rerata/mean 1,90. Hal ini berarti guru bimbingan dan konseling SMP Negeri
Penelitian ini baru pada tingkat awal
di
yaitu untuk mendeskribsikan mengenai
melaksanakan kolaborasi intern di
kompetensi sosial guru BK SMP Negeri
tempat
di Kabupaten Sleman. Sejak dari awal,
Sekolah, Wali Kelas dan Guru Mata
peneliti
Pelajaran) secara aktif.
tidak
melakukan
penelitian
evaluasi.
Kabupaten
bekerja
Sleman
dengan
telah
(Kepala
b. Kompetensi sosial guru bimbingan dan konseling dalam aspek berperan
SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling termasuk pada kategori “sedang” dengan skor rerata/mean 1,61. Hal ini berarti guru
Kompetensi Sosial Guru .... (Fitria Syahrulita Mayasari
bimbingan dan konseling SMP Negeri
konseling
di
belum
pengarsipan dokumen-dokumen bimbingan
peran
dan konseling di sekolah.
Kabupaten
sepenuhnya
Sleman
melaksanakan
dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan
dan
Dikarenakan,
semua
penyusunan
dan
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
konseling.
tidak
dalam
510
Guru Bimbingan dan Konseling
guru
sebagai guru yang memberikan layanan bagi
bimbingan dan konseling menjabat
permasalahan siswa hendaknya memiliki
atau tergabung dalam (Anggota Luar
kemampuan
Biasa,
menjalankan
Anggota
Kehormatan,
dan
kompetensi
tugasnya
di
dalam
sekolah
agar
Kongres,
Kongres
Luar
Biasa,
mampu membantu siswa dalam mengatasi
Konvensi
Nasional,
Rapat
Kerja
permasalahan yang dimiliki, memaksimalkan
Nasional, Konvensi Daerah, Rapat
potensi diri dan mengarahkan siswa agar
Kerja
mampu mencapai kemandirian dirinya.
Daerah,
Cabang,
Rapat
maupun
Anggota
Rapat
Kerja
3. Bagi Wali Kelas
Cabang).
Wali kelas di sekolah sebagai mitra
c. Kompetensi sosial guru bimbingan dan
konseling
dalam
kerja
guru
bimbingan
dan
konseling
aspek
hendaknya ikut membantu guru BK dalam
kolaborasi
menyukseskan pelayanan BK kepada siswa
antar profesi termasuk pada kategori
dengan lebih perduli kepada siswa, mau
“tinggi” dengan skor rerata/mean
diajak kerjasama oleh guru BK dan aktif
1,80. Hal ini berarti guru bimbingan
melaporkan perkembangan siswa di sekolah
dan
agar siswa mampu berkembang secara
mengimplementasikan
konseling
SMP
Negeri
di
Kabupaten
Sleman
telah
melaksanakan
kolaborasi
antar
optimal dan mencapai kemandirian dirinya. 4. Bagi Guru Mata Pelajaran
profesi dengan (Guru Mata Pelajaran,
Guru mata pelajaran di sekolah
Psikolog, Psikiater, Polisi dan Dokter)
sebagai mitra kerja guru bimbingan dan
secara aktif.
konseling hendaknya ikut membantu guru BK dalam menyukseskan pelayanan BK
B. Saran
kepada siswa dengan lebih memperhatikan
1. Bagi Kepala Sekolah
siswa, mau diajak kerjasama oleh guru BK
Kepala Sekolah sebagai penanggung
dan aktif melaporkan perkembangan siswa di
jawab tertinggi penyelenggara pendidikan di
sekolah agar siswa mampu berkembang
sekolah,
secara optimal dan mencapai kemandirian
hendaknya
membuat
kebijakan
dalam pengadaan pegawai staf administrasi khusus
bimbingan
dan
konseling
agar
memudahkan tugas guru bimbingan dan
dirinya. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya
511 E-Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 11 Tahun Ke-5 2016
Sebagai pengembangan penelitian, peneliti selanjutnya dapat menguji kembali hasil penelitian ini. Bisa juga melakukan penelitian terhadap kinerja guru bimbingan dan konseling pada kompetensi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Gusfar Efendi, Nurfarhanah dan Yusri. (2012). Kompetensi Sosial Guru BK/Konselor Sekolah: Studi Deskriptif Di SMA Negeri Kota Padang. Jurnal Ilmiah Konseling, FIP - UNP. Diakses dari http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konse lor/article/viewfile/885/741. Pada Hari Kamis, tanggal 17 Desember 2015, pukul 11.54 WIB. Margono. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyasa. (2013). Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Jakarta: Depdiknas. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Jakarta: Depdiknas. Pramesti Ayuningtyas. (2012). Evaluasi Kinerja Konselor Sekolah Menengah Pertama (SMP) se-Kabupaten Bantul Yogyakarta. Skripsi. FIP-UNY. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Edisi Revisi. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas